Anda di halaman 1dari 88

SNACK BUVIA (LABU KUNING DAN DAUN STEVIA) RENDAH INDEKS

GLIKEMIK DAN TINGGI SERAT

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar


Sarjana Terapan Gizi (S.Tr.Gz) Program Studi D-IV Gizi

SKRIPSI

Oleh :

REPI SULISTIANA

Nomor Induk Mahasiswa : PO.71.31.1.16.026

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV GIZI
TAHUN 2020
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul “Snack Buvia (Labu Kuning dan Daun Stevia)
Rendah Indeks Glikemik Dan Tinggi Serat” telah mendapat persetujuan.

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Dr. Yuli Hartati, S.Pd, M.Si Susyani, S.SiT, M.Kes


NIP.196807161988032001 NIP.196503301986032002

ii
iii

PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI

SNACK BUVIA (LABU KUNING DAN DAUN STEVIA) RENDAH INDEKS


GLIKEMIK DAN TINGGI SERAT

Dipersiapkan dan disusun oleh:


REPI SULISTIANA
PO.71.31.1.16.026
Telah dipertahankan di depan Tim Penguji Tanggal
20 April 2020
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima.
Susunan Tim Penguji,
Penguji I, Penguji II,

Imelda Telisa, S.Gz, MP Manuntun Rotua, SKM, M.Kes


NIP. 197711102001122008 NIP. 196303121991032012

Ketua,

Dr.Yuli Hartati,S,Pd, M.Si


NIP. 196807161988032001

Politeknik Kesehatan Palembang


Jurusan Gizi
Ketua,

Susyani, S.Si.T, M.Kes


NIP. 196503301986032002
iv

PANITIA SIDANG UJIAN AKHIR PROGRAM (UAP)

SNACK BUVIA (LABU KUNING DAN DAUN STEVIA) RENDAH INDEKS


GLIKEMIK DAN TINGGI SERAT

Dipersiapkan dan disusun oleh:


REPI SULISTIANA
PO.71.31.1.16.026
Telah dipertahankan di depan Tim Penguji Tanggal
20 April 2020
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima.
Susunan Tim Penguji,
Penguji I, Penguji II,

Imelda Telisa, S.Gz, MP Manuntun Rotua, SKM, M.Kes


NIP. 197711102001122008 NIP. 196303121991032012

Ketua,

Dr.Yuli Hartati,S,Pd, M.Si


NIP. 196807161988032001

Politeknik Kesehatan Palembang


Jurusan Gizi
Ketua,

Susyani, S.Si.T, M.Kes


NIP. 196503301986032002
HALAMAN PERSEMBAHAN

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan


orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”
(Q.s. al-Mujadalah : 11)

“Kebanyakan dari kita tidak mensyukuri apa yang sudah kita miliki,
tetapi kita selalu menyesali apa yang belum kita capai”

“Banyak hal yang tidak bisa kau lakukan didunia ini, tetapi kita bisa
melakukannya jika dikerjakan dengan bersama-sama”

Puji syukur tak henti kupanjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu
memberi nikmat dalam bentuk apapun sampai detik ini sehingga saya
dapat menyesalaikan skripsi ini, kata-kata dan isi karya tulis ini saya
persembahkan dengan sepenuh hati teruntuk :

Ayahanda Farizon dan Ibunda Emi Maidah atas segala


dukungan, kasih sayang dan doa yang selalu di berikan tanpa
henti

Kakaku tercinta Yulya Aryani, M.Si, Reva Suzana S.Si dan


Adikku tercinta Riris Lusiana, Rendi Fahmi Prayudha

Sahabat Perjuangan ku

Almamater yang ku banggakan

v
ABSTRAK
PROGRAM STUDI D-IV GIZI
POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG
SKRIPSI, APRIL 2020
REPI SULISTIANA
SNACK BUVIA (LABU KUNING DAN DAUN STEVIA) RENDAH INDEKS
GLIKEMIK DAN TINGGI SERAT
64 halaman, 11 tabel, 3 gambar, 4 lampiran

Latar Belakang : Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit


degeneratif yang mengalami peningkatan prevalensi setiap tahunnya.
Pengaturan diet dengan pemilihan jenis dan jumlah makanan berindeks
glikemik rendah merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh
penderita diabetes dalam penatalaksanaan diet.
Tujuan : Membuat formula snack buvia yang tinggi serat dan rendah
indeks glikemik untuk penderita diabetes melitus
Metode : penelitian yang digunakan adalah eksperimental dengan
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) non faktorial dengan 4
kali perlakuan. Subjek penelitian uji organoleptik sebanyak 30 orang
penderita diabetes.
Hasil : Berdasarkan hasil penelitian uji organoleptik (rasa, tekstur, aroma,
dan warna) menunjukan bahwa daya terima snack buvia yang disukai
adalah F2 baik dari segi warna, tekstur, dan rasa dengan nilai 3,11, 3,21
dan 3,39. Sedangkan untuk aroma panelis memilih F1 dengan nilai 3,11
hal ini disebabkan karena formula F1 kandungan pada labu kuningnya
lebih sedikit sehingga aromanya tidak terlalu menyengat.
Kesimpulan : Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
daun stevia (Stevia rebaudiana) dapat dimanfaatkan sebagai pemanis
alami terhadap pembuatan snack buvia sebagai kudapan bagi pasien
diabetes melitus.

Kata Kunci : Labu kuning, Stevia Rebaudiana Bertoni, Uji organoleptik

Kepustakaan : 36 (2009-2019)

vi
ABSTRACT

D-IV NUTRITIONAL SCIENCE STUDY PROGRAM


POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG
UNDERGRADUATE THESIS, APRIL 2020
REPI SULISTIANA
BUVIA SNACK (YELLOW PUMPKINS AND STEVIA LEAVES) LOW
GLYCEMIC INDEX AND HIGH FIBER
64 pages, 11 tables , 3 pictures, 4 appendices

Background: Diabetes mellitus is a degenerative disease that has an


increasing prevalence every year. Dietary management by choosing the
type and the amount of low glycemic foods is one of the ways that
diabetics can do.
Objective: To create a high-fiber and low-glycemic index formula of buvia
snack for diabetics.
Method: this study utilized experimental research by using a non factorial
Completely Randomized Design (RAL) with 4 treatments. The subjects of
organoleptic test were 30 diabetics.
Findings: Based on the results of the organoleptic test (taste, texture,
scent, and color), it was shown that the acceptability of the buvia snack
which was favored was F2 in terms of color, texture, and taste with values
of 3.11, 3.21 and 3.39. While for the scent, the participants chose F1 with
its value of 3.11 this was due to the F1 formula in the yellow pumpkin was
less, thus the aroma was not overly pungent.
Conclusion: Based on the findings of the study, it could be concluded that
the stevia leaves (stevia rebaudiana) could be utilized as natural
sweeteners for making buvia snack as a snack for patients with diabetes
mellitus.

Keywords: Yellow Pumpkin, Stevia Rebaudiana Bertoni, Organoleptic


Test

Literature: 36 (2009-2019)

vii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Snack Buvia (Labu Kuning Dan Daun Stevia) Rendah
Indeks Glikemik Dan Tinggi Serat” tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk mempelajari


cara pembuatan skripsi pada Poltekkes Kemenkes Jurusan Gizi
Palembang dan untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan Gizi.

Dalam penulisan skripsi ini Penulis menyadari sepenuhnya bahwa


tanpa adanya bimbingan, bantuan, dorongan, serta petunjuk dari semua
pihak tidak mungkin ini dapat diselesaikan.

Pada kesempatan ini, penulis hendak menyampaikan terima kasih


kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan secara moril dan
materiil setinggi-tingginya, Kepada yang Terhormat :

1. Bapak Muhamad Taswin, Ssi, Apt., MM, M.Kes selaku Direktur


Poltekkes Kemenkes Palembang.
2. Ibu Susyani, S.SiT,M.Kes selaku Ketua Jurusan Gizi Poltekkes
Kemenkes Palembang dan sekaligus sebagai Pembimbing
pendamping.
3. Ibu Dr. Yuli Hartati, S.Pd, M.Si selaku Pembimbing utama yang telah
banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran sehingga skripsi ini bisa
selesai tepat waktu.
4. Ibu Imelda Telisa, S.Gz, MP selaku Dosen Penguji 1 yang telah banyak
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran sehingga skripsi ini bisa selesai
tepat waktu.
5. Ibu Manuntun Rotua SKM, M.Kes selaku Dosen Penguji 2 yang telah
banyak meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran sehingga skripsi ini bisa
selesai tepat waktu.

viii
ix

6. Segenap dosen dan staf pengajar di Jurusan Gizi Palembang, atas


dukungan dan bekal ilmu yang diberikan tak henti-hentinya kepada
saya,
terimaksih untuk semua ilmu yang bermanfaat, semoga Allah SWT
membalas dengan ganjaran yang setimpal. Amin

7. Orang yang paling ku sayangi, yang berjasa, memotivasiku, nyawaku


dan segala-galanya bagiku, mereka adalah kedua orang tuaku Abah,
mama, Kakak, dan Adik serta keluargaku tercinta yang selalu
memberikan semangat dan motivasi.
8. Untuk teman karib nan seperjuangan Novel, Kiki, Ririn, dan Kia yang
selalu memberikan dukungan dan menghibur dikala kesulitan datang
menghampiri.
9. Seluruh rekan-rekan mahasiswa Gizi angkatan 2016 atas segala
dukungan dan kebersamaannya selama ini.

10. Semua pihak yang belum disebut diatas, terima kasih atas segala
bantuan selama proses penulisan skripsi ini.

Meskipun telah berusaha menyelesaikan skripsi ini sebaik mungkin,


penulis menyadari bahwa skripsi ini masih ada kekurangan. Oleh karena
ini, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca guna menyempurnakan segala kekurangan dalam penyusunan
skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini berguna bagi para
pembaca dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.

Palembang, April 2020

Penyusun

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………..


i

HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………………..


ii

HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………………………


v

ABSTRAK ……………………………………………………………………...
vi

KATA PENGANTAR ………………………………………………………...


viii

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………..


x

DAFTAR TABEL ……………………………………………………………...


xii

DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………….


xiii
DAFTAR BAGAN …………………………………………………………….
xiv

DAFTAR GRAFIK …………………………………………………………….


xv

DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………..


xvi

BAB 1 PENDAHULUAN .........................................................................


1.1. Latar Belakang .......................................................................... .1
1.2. Rumusan Masalah ..................................................................... .4
1.3. Tujuan Penelitian ....................................................................... .4
1.4. Manfaat Penelitian ..................................................................... .4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................

xi
xii

2.1. Telaah pustaka.......................................................................... .5


2.1.1. Diabetes Melitus (DM) .................................................... .5
2.2. Labu kuning .............................................................................. .5
2.2.1. Kandungan kimia labu kuning……………………………...7
2.2.2. Manfaat labu kuning…………………………………………8
2.3. Daun Stevia Rebaudiana Bertoni................................................8
2.4. Puding ..................................................................................... 10
2.5. Agar-agar ................................................................................ 11
2.6. Tepung Maizena ....................................................................... 13
2.7. Indeks Glikemik……….............................................................. 13
2.8. Uji Organoleptik…………………………………………………….
14
2.9. Kerangka Teori……………………………………………………..
18
2.10.Kerangka Konsep…………………………………………………..
18
2.11.Variabel Penelitian………………………………………………… 18
2.12.Definisi Operasional………………………………………………..
19
2.12.1.Uji Daya Terima…………………………………………….
19
2.12.2. Analisis Proksimat…………………………………………
20

BAB 3 METODE PENELITIAN................................................................


3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................... 21
3.2. Rancangan Penelitian ............................................................... 21
3.3. Bahan dan Alat Penelitian………………………………………… 21
3.3.1. Bahan Penelitian............................................................. 21
3.3.2. Tahapan Penellitian ........................................................ 22
3.4. Metode Pengumpulan Data……………………………………….
24
3.4.1. Uji Organoleptik……………………………………………..
24
3.4.2. Analisis Uji Proksimat………………………………………
24
3.4.3. Analisis Data………………………………………………...
24

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................


4.1. Daya Terima Snack Buvia ......................................................... 25
4.2. Uji Organoleptik......................................................................... 26

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................


5.1. Kesimpulan…………………………………………………………
39
5.2. Saran………………………………………………………………..
39

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 41


LAMPIRAN .............................................................................................. 44

xiii
xiv
DAFTAR TABEL
No. Hal
1. Kandungan Kimia dan Nilai Gizi Labu Kuning …………………………… 7
2. Kandungan Nilai Gizi Daun Stevia Rebaudiana Bertoni…………………
9
3. Standar Kandungan Puding……………………………………………….
11
4. Kandungan Nilai Gizi Agar-agar Tepung…………………………………
12
5. Standar Mutu Agar-agar Tepung .....................………………………… 12
6. Daftar Indeks Glikemis Pada Bahan Makanan…………………………..
14
7. Kombinasi Perlakuan Bahan Pembuatan Snack Buvia ...................... 21
8. Kandungan Nilai Gizi Snack Buvia ...................................................... 25
9. Satuan Penukar Snack DM………………………………………………..
26
10. Kombinasi Snack Buvia ..................................................................... 27
11. Hasil Uji Proksimat ............................................................................. 35

xv
DAFTAR GAMBAR
No. Hal
1. Labu Kuning ....................................................................................... 6
2. Daun Stevia Rebaudiana Bertoni ........................................................ 9
3. Snack Buvia ...................................................................................... 25

xvi
DAFTAR BAGAN
No. Hal
1. Kerangka Teori ................................................................................. 18
2. Kerangka Konsep ............................................................................. 18
3. Diagram Alir Pembuatan Snack Buvia .............................................. 23

xvii
DAFTAR GRAFIK

No. Hal

1. Rangking Rata-Rata Uji Organoleptik Terhadap Rasa Snack Buvi…...27


2. Rangking Rata-Rata Uji Organoleptik Terhadap Tekstur Snack
Buvia..29
3. Rangking Rata-Rata Uji Organoleptik Terhadap Warna Snack
Buvia…30
4. Rangking Rata-Rata Uji Organoleptik Terhadap Aroma Snack
Buvia…32
5. Rangking Rata-Rata Daya Terima Snack
Buvia…………………………32

xviii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal

1. Surat Pernyataan Bersedia Menjadi Panelis…………………………..45


2. Formulir Pengujian Organoleptik………………………………………..46
3. Uji Organoleptik…………………………………………………………..47
4. Hasil Uji Proksimat……………………………………………………....49
5. Standar Resep Snack Buvia…………………………………………....50
6. Perbandingan Harga Gula……………………………………………...53
7. Output SPSS……………………………………………………………..54
8. Surat Izin Penelitian …………………………………………………….55

xix
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis merupakan suatu
penyakit yang disebabkan oleh jumlah hormon insulin yang tidak
mencukupi atau tidak dapat bekerja secara normal, padahal hormon ini
memiliki peran utama dalam mengatur kadar glukosa (gula) didalam darah
(Fitria, 2009). Diabetes Mellitus (DM) merupakan sekumpulan gangguan
metabolik yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah
(hiperglikemia) akibat kerusakan pada sekresi insulin, kerja insulin, atau
keduanya (Brunner & Suddarth,2014).
DM merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,
kerja insulin atau kedua-duanya. Jenis penyakit DM bermacam-macam,
salah satunya adalah DM tipe 2. Dasar patolofisiologi DM tipe 2 adalah
resistensi insulin pada otot dan liver serta kegagalan pada sel beta
pankreas (Soelistijo et al., 2015).
Dalam laporan yang diterima dari Global status report on NCD
World Health Organization (WHO) pada tahun 2010 lalu, 60 persen
penyebab kematian di dunia adalah penyakit tidak menular (PTM) salah
satunya adalah diabetes. fenomena tersebut merupakan permasalahan
yang perlu ditangani, Salah satu penyebab DM adalah pola makan yang
kurang berserat. (Ayurahmawati, 2013).
Labu kuning adalah salah satu tanaman yang banyak tumbuh di
Indonesia. yang mana penanamannya tidak sulit, baik pembibitannya, dan
perawatannya, hasilnyapun cukup memberikan nilai ekonomis untuk
masyarakat, Tanaman ini dapat ditanam di lahan pertanian, halaman
rumah atau tanah pekarangan yang kosong yang dapat di manfaatkan.
Intinya tanaman ini dapat ditanam di daerah Tropis maupun Subtropis
(Hidayah, 2010).

1
2

Labu kuning memiliki manfaat yang sangat banyak untuk tubuh


karena memiliki sifat antidiabetik dan antihiperglikemia, labu kuning juga
mengandung serat larut pektin dan senyawa bioaktif seperti protein,
peptida, polisakarida, sterol dan asam para aminozoat. (Liu Y, dkk 2006
dan Adams Gg, dkk 2011).

Salah satu diversifikasi produk olahan labu kuning dapat


dikembangkan sebagai pangan fungsional yang berkaitan dengan konsep
IG. Potensi labu kuning sangat sebagai pangan fungsional terkait dengan
zat gizi yang dikandungnya, setiap 100 g labu kuning mengadung energi
29 kkal, Protein 1,1g, lemak 0,3 g, karbohidrat 6,6 g dan vitamin A 180 SI
(Depkes, 1995). Kandungan Karbohidrat tepung labu kuning (77,65%)
lebih rendah dibandingkan dengan tepung pisang (84,01%), tepung sukun
(84,03%), tepung ubi kayu (87,87%) dan tepung ubi jalar (86,95%).
Pangan dengan indeks glikemiks rendah akan mebantu meningkatkan
kesehatan (Astawan dan Widowati, 2011).

Labu kuning merupakan pangan lokal yang memiliki bukti ilmiah


mampu mengontrol kadar gula darah. Beberapa penelitian pada tikus
yang sengaja dibuat diabetes menunjukan ekstrak labu kuning
mempunyak efek hipoglikemik dan bertindak sebagai antidiabetes.
(Adams, 2017)

Selaras dengan hal tersebut Daun Stevia rebaudiana Bertoni


sebagai produk tumbuhan alami daun tanaman ini menghasilkan nol kalori
glikosida diterpen (stevioside dan rebaudioside) sebagai pemanis
pengganti sukrosa (gula tebu). Disarankan untuk penderita diabetes dan
orang yang melakukan diet, karena telah diuji secara luas pada hewan
dan telah digunakan oleh manusia tanpa efek samping (Kalpana et al.,
2009).

Di Indonesia, tanaman stevia belum menunjukkan peranannya


secara nyata sebagai salah satu komoditi sumber pemanis. Padahal di
3

banyak negara, pemanis stevia telah berhasil tampil menjadi salah satu
komoditi perdagangan baik lokal maupun ekspor. Sebenarnya apabila
dipandang dari potensinya, tanaman stevia dapat dipastikan memiliki
prospek yang baik untuk dikembangkan di Indonesia (Dahlan, 2013).

Puding merupakan makanan selingan setelah makanan utama


yang sudah umum dikenal dan dikonsumsi oleh masyarakat. Puding juga
digunakan sebagai hidangan penutup yang mempunyai rasa manis. (Arini,
2005). Menurut Sari (2014) daya terima puding yaitu warna puding harus
sangat menarik memiliki rasa (Tabel Komposisi Pangan Indonesia, 2018)
yang tidak terlalu manis, aromanya harum sesuai dengan bahan
utamanya dan bertekstru lembut atau kenyal.

Menurut Rusilanti 2008, Indeks glikemik (IG) adalah gambaran


mengenai hubungan antara karbohidrat yang ada dalam makanan
terhadap respon gula darah. Indeks glikemik dapat menilai seberapa
cepat suatu makanan diubah menjadi gula darah. Sebuah penelitian
dengan subjek diabetes dan normal menunjukkan IG pangan yang rendah
terbukti dapat menurunkan gula post-prandial dan memperbaiki gula
darah keseluruhan serta konsentrasi lipid. (Wolever TM, et al, 2008)

World Health Organization (WHO) merekomendasikan penderita


DM untuk mengonsumsi makanan dengan indeks glikemik rendah, namun
tetap memperhatikan jumlah karbohidrat yang dikonsumsi8 sehingga
selain IG, beban glikemik (BG) juga perlu diperhatikan karena beban
glikemik memperhitungkan jumlah kandungan karbohidrat yang ada dalam
setiap porsi makan tidak hanya melihat jenisnya seperti IG. (Granfeldt Y,
Wu X, 2007)

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk


melakukan penelitian Snack Buvia (Labu Kuning Dan Daun Stevia)
Rendah Indeks Glikemik Dan Tinggi Serat.
4

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas makan dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :
Bagaimana formula resep Snack Buvia Tinggi serat dan Rendah Indeks
Glikemik untuk dijadikan makanan selingan yang baik bagi penderita
Diabetes Melitus?

1.3. Tujuan Penelitian


Tujuan Umum:
Membuat formula snack buvia yang tinggi serat dan rendah indeks
glikemik.

Tujuan Khusus :
1. Menganalisis daya terima terhadap Snack Buvia
2. Menganalisis kadar proksimat Snack Buvia
3. Diketahui Formula terbaik Snack Buvia

1.4. Manfaat Penelitian


Bagi peneliti dapat Menambah pengetahuan dan pengalaman serta
menerapkan ilmu yang didapat selama ini diperkuliahan. Bagi pembaca
maupun masyarakat dapat memberikan suatu informasi kepada
masyarakat tentang bahan makanan yang dapat menurunkan kadar
glukosa darah khususnya bagi pasien penderita diabetes melitus.
5
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Telaah Pustaka


2.1.1. Diabetes Melitus (DM)
Penyakit Tidak Menular (PTM), termasuk Diabetes saat ini telah
menjadi ancaman serius kesehatan global. Dikutip dari data WHO 2016,
70% dari total kematian di dunia dan lebih dari setengah beban penyakit.
90-95% dari kasus Diabetes adalah Diabetes Tipe 2 yang sebagian besar
dapat dicegah karena disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat.
Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis merupakan suatu
penyakit yang disebabkan oleh jumlah hormon insulin yang tidak
mencukupi atau tidak dapat bekerja secara normal, padahal hormon ini
memiliki peran utama dalam mengatur kadar glukosa (gula) didalam darah
(Fitria, 2009). Diabetes Mellitus (DM) merupakan sekumpulan gangguan
metabolik yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah
(hiperglikemia) akibat kerusakan pada sekresi insulin, kerja insulin, atau
keduanya (Brunner & Suddarth,2014).

Dalam laporan yang diterima dari Global status report on


NCDWorld Health Organization (WHO) pada 2010 lalu, 60 persen
penyebab kematian di dunia adalah penyakit tidak menular (PTM)
(Ayurahmawati, 2013. fenomena tersebut merupakan permasalahan yang
perlu ditangani. Salah satu penyebab DM adalah pola makan yang kurang
berserat.

2.2. Labu Kuning


Tanaman labu kuning merupakan suatu jenis tanaman sayuran
menjalar dari famili Cucurbitaceae, yang tergolong dalam jenis tanaman
semusim yang setelah berbuah akan langsung mati. Tanaman labu kuning
ini telah banyak dibudidayakan di negara-negara Afrika, Amerika, India
dan Cina. Tanaman ini dapat tumbuh didataran rendah maupun dataran

6
7

tinggi. Adapun ketinggian tempat yang ideal adalah antara 0m-1500m di


atas permukaan laut (Hendrasty, 2003).
Labu kuning merupakan salah satu produk hortikultura termasuk
famili Cucurbitaceae yang mempunyai nutrisi yang beragam. Warna
oranye menandakan labu mengandung antioksidan penting yaitu β
karoten. Bahan ini dikonversi menjadi vitamin A di dalam tubuh. Pada
proses konversinya menjadi vitamin A menghasilkan banyak fungsi
penting untuk kesehatan secara keseluruhan (Rahmi dkk, 2011). Selain
itu, labu kuning memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi, kaya vitamin
(A dan C) dan mineral (Ca, Fe, dan Na). Waluh juga mengandung inulin
dan serat pangan yang sangat dibutuhkan untuk pemeliharaan kesehatan.
(Ramadhani dkk, 2012).

Buah Labu kuning adalah salah satu tanaman yang banyak tumbuh
di Indonesia. yang mana penanamannya tidak sulit, baik pembibitannya,
perawatannya, dan hasilnyapun cukup memberikan nilai ekonomis untuk
masyarakat. Tanaman ini dapat ditanam di lahan pertanian, halaman
rumah atau tanah pekarangan yang kosong dapat di manfaatkan. Intinya
tanaman ini dapat ditanam di daerah Tropis maupun Subtropis (Hidayah,
2010).

Kedudukan taksonomi tanaman labu kuning (Cucurbita


Moschata)menurut (Anonim, 2010) sebagai berikut :

Gambar 2.1. Labu Kuning


8

Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Clasis : Dycotiledonae
Ordo : Sympetalae
Familia : Cucurbitaceae
Genus : Cucurbita
Species : Cucurbita Moschata

2.2.1. Kandungan Kimia Labu Kuning


Labu kuning juga memiliki kandungan gizi seperti kandungan serat,
vitamin dan karbohidrat yang tinggi. Selain itu didalam labu kuning juga
terkandung 34 kalori, 0,8 lemak, 45 mg kalsium, dan mineral 0,8 sehingga
labu kuning sangat baik dikonsumsi oleh anak-anak maupun orang tua,
Karena kandungan gizi yang tinggi didalamnya sangat baik untuk
kesehatan tubuh. Pada anak-anak dapat dapat digunakan sebagai
penambah nafsu makan dan sebagai obat cacingan. (Hidayah, 2010).
Tabel 2.1
Komposisi Kimia dan Nilai Gizi Labu Kuning

Zat gizi Jumlah zat gizi

Air (g) 86,6

Energi (kkal) 51

Protein (g) 1,7

Lemak (g) 0,5

Karbohidrat (g) 10,0

Serat (g) 2,7

Beta-Karoten 1,569

Riboplavin (mg) 0,00


9

Niasin (mg) 0,1

Vitamin C (mg) 2

Sumber : USDA, 2015

2.2.2. Manfaat Labu Kuning


Labu kuning banyak dimanfaatkan sebagai bahan pangan dan
sayuran. Bagian yang paling banyak digunakan adalah daging buah,
antara lain dimanfaatkan sebagai campuran saus tomat, diawetkan
(produk awetan kering), dimasak sebagai sayur atau kolak, diolah menjadi
dodol, selai/jam, cake, manisan (basah dan kering), sirup, dan jelly
(Suprapti, 2005).
Sedangkan daun dan pucuk sulur yang masih muda dapat
digunakan sebagai bahan sayuran. Biji labu kuning sering digoreng
menjadi kuaci atau direbus langsung sebagai makanan ringan. Selain itu,
biji labu kuning juga sering digunakan sebagai bahan obat tradisional
untuk meluruhkan (antelmintik) cacing perut dan pencahar (obat urus-
urus). Getahnya dapat digunakan sebagai bahan penawar gigitan
serangga yang berbisa. Kulit buah labu kuning dapat digunakan untuk
tempat air atau untuk bahan kerajinan lainnya (Sudarto, 2000).

2.3. Daun Stevia Rebaudiana Bertoni


Di Indonesia, tanaman stevia belum menunjukkan peranannya
secara nyata sebagai salah satu komoditi sumber pemanis. Padahal di
banyak negara, pemanis stevia telah berhasil tampil menjadi salah satu
komoditi perdagangan baik lokal maupun ekspor. Sebenarnya apabila
dipandang dari potensinya, tanaman stevia dapat dipastikan memiliki
prospek yang baik untuk dikembangkan di Indonesia (Dahlan, 2013).
Amila (2015) menyatakan bahwa daun tanaman stevia rebaudiana
mengandung campuran dari diterpen, triterpen, tanin, stigmasterol, minyak
yang mudah menguap dan delapan senyawa manis diterpen glikosida.
Delapan glikosida diterpen yang menyebabkan daun tersebut terasa
manis, yaitu steviosida, steviolbiosida, rebaudiosida A–E dan dulkosida A.
10

Selain itu juga stevia mengandung protein, karbohidrat, fosfor, besi,


kalsium, potasium, sodium, flavonoid, zinc (Seng), vitamin C dan vitamin
A.
Rasa manis pada stevia disebabkan karena dua komponen yaitu
stevioside (3-10% berat kering daun) dan rebaudioside (1-3% berat kering
daun) yang dapat dinaikkan 250 kali manisnya dari sukrosa. Keunggulan
lainnya adalah gula stevia tidak menyebabkan carries gigi, memiliki nilai
kalori rendah yang cocok bagi penderita diabetes (Buchori,2007).
Kedudukan taksonomi daun stevia (Stevia Rebaudiana Bertoni)
menurut (Yadav dkk. 2011) sebagai berikut :

Gambar 2.2 Daun Stevia Rebaudiana Bertoni

Kerajaan : Plantae
Sub-kerajaan : Tracheobionta
Super-divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub-kelas : Asteridae
Grup : Monochlamydae
Bangsa : Asterales
Suku : Asteraceae
Tribe : Eupatorieae
Marga : Stevia
Spesies : Stevia rebaudiana Bertoni

Tabel 2.2
Kandungan Nilai Gizi Daun Stevia Rebaudiana Bertoni per 100 gram

No. Kandungan gizi Nilai gizi

1. Energi (kkal) 0

2. Protein (g) 0

3. Lemak (g) 0
11

4. Karbohidrat/pati (g) 3

5. Natrium (mg) 0

Sumber : Tabel Komposisi Pangan Indonesia (TKPI) 2018.

2.4. Puding
Puding adalah makanan selingan setelah makanan utama yang
sudah umum dikenal dan dikonsumsi oleh masyarakat. Istilah puding
sering digunakan untuk hidangan penutup yang dibuat dari telur dan
tepung, serta dimasak dengan cara dikukus atau direbus. (Lynee, 2000).
Menurut (Amir, 2015) Puding juga digunakan sebagai hidangan
penutup yang mempunyai rasa manis, ada juga puding yang dibuat dari
agar-agar ataupun dengan campuran tepung pati.
Warna, tekstur, rasa dan aroma dari puding ditentukan oleh
perbedaan penggunaan bahan pengisi puding tersebut. (Fahmi, 2015)
Menurut (Sari, 2014) daya terima puding yaitu warna puding harus sangat
menarik, dan rasa yang banyak disukai dari puding adalah rasa manis.
Aroma puding harus harum sesuai dengan bahan pengisinya dan memiliki
tekstrur yang lembut atau kenyal.
Puding dengan bahan pengental seperti agar- agar, gelatin atau
tepung maizena dibuat dengan merebus bahan-bahan hingga mendidih.
Puding berbahan baku terlur dan tepung terigu atau tepung beras yang
dimasak dengan cara mengukus atau merebus dan selanjutnya
didinginkan. (Cristianto, 2016).
Kandungan nutrisi pada puding umumnya terdiri dari lemak, mineral,
kalsium, dan zat besi. Mineral dan kalsium bermanfaat menjaga
keseimbangan elektrolit dan cairan tubuh, mineral dan kalium bermanfaat
dalam memaksimalkan pembentukan sel dan menjaga kesehatan jantung.
(Naligar, 2014).
12

Tabel 2.3
Standar Kandungan Puding per 100 g
Kandungan zat gizi Nilai

Energi (kkal) 194

Air (g) 17,8

Protein (g) 1,9

Lemak (g) 0g
Serat (g) 0

Karbohidrat (g) 0

Kalsium (mg) 33,5

Natrium (g) 0

Besi (mg) 0,2

Vitamin A (IU) 0

Vitamin C (mg) 189

Sumber : BPOM (2013)

Kandungan zat gizi puding diatas merupakan standar pada puding


biasa, sehingga tidak banyak zat gizi yang terkandung didalamnya. Maka
dari itu perlu penambahan bahan makanan untuk menambah zat gizi pada
puding, misalnya dengan penambahan labu kuning.

2.5. Agar-agar
Agar-agar bersifat gelatin sehingga bertekstur kenyal. Agar-agar
produk swallow berasal dari rumput laut jenis Gracilaria sp. yang
mengandung banyak nutrisi dan dapat menurunkan kadar kolesterol darah
serta mengurangi resiko penyakit diabetes atau gula darah. Agar-agar
dengan tingkat kemurnian yang tinggi tidak dapat larut air pada suhu 25°C.
Pada suhu 39°C tepung agar-agar akan memadat dan larut pada suhu
80°C. Fungsi utamanya adalah sebagai pengontrol, penstabil, serta
13

sebagai emulsi bagi industri permen serta jenis makanan lainnya (Anonim,
2010).

Tabel 2.4
Kandungan Nilai Gizi Agar-agar Tepung Per 7 gram
Kandungan Nilai

Kalori (kkal) 23.59

Kadar air (gm) 0,833

Protein (g) 0,01

Lemak (g) 0,02

Karbohidrat (g) 5,92

Serat Pangan (g) 5,88

Abu tak larut asam (mg) 7

Abu (mg) 49

Logam bera t(mg) 8,4

Kalium (mg) 52,9

Iodin (µg) 0,14

Tes mikrobiologi Nihil

Sumber : (Anonim, 2010)

Gel puding merupakan system koloid yang fase terdispersinya


berupa cairan, sedangkan fase pendispersinya berupa zat padat. Pada
umumnya terjadi dari sol iofil (hidrofil) yang fase terdispersinya
mempunyai kemampuan sangat kuat untuk menarik medium
pendispersinya yaitu air, sehingga menghasilkan koagulan yang
bentuknya antara padat dan cair, (kental, beku, atau setengah kaku)
(Sumardjo, 2008). Standar mutu agar-agar menurut SNI dapat dilihat pada
Tabel 2.5.
Tabel 2.5
Standar Mutu Agar-agar Tepung SNI 01-2802

Syarat mutu Standar

Kadar air Maks. 22%

Kadar abu Maks. 6,5%

Kadar karbohidrat (galaktosa) >30%

Gelatin dan protein -


14

Kandungan logam berat (Cu, Hg, dan Pb) Maks. 1 mg/kg

Kandungan arsen Maks. 3 mg/kg

Zat pewarna tambahan Diizinkan

Kekenyalan Baik

Sumber : BSN(2015)

2.6. Tepung Maizena


Tepung jagung adalah tepung yang diperoleh dengan cara
menggiling biji jagung (zea mays LINN.) yang bersih dan baik.
Penggilingan biji jagung ke dalam bentuk tepung merupakan suatu proses
memisahkan kulit, endosperm, lembaga dan tip cap. Endosperm
merupakan bagian biji jagung yang digiling menjadi tepung dan memiliki
kadar karbohidrat yang tinggi. Kulit memiliki kandungan serat yang tinggi
sehingga kulit harus dipisahkan dari endosperm karena dapat membuat
tepung bertekstur kasar, sedangkan lembaga merupakan bagian biji
jagung yang paling tinggi kandungan lemaknya sehingga harus dipisahkan
karena lemak yang terkandung di dalam lembaga dapat membuat tepung
tengik. (SNI 01-3727-1995).

Tepung jagung mengandung protein 9,2%. Dilihat dari kandungan


gizinya tepung jagung kuning mengandung energi sebesar 355 kkal,
karbohidrat 73,7 g, protein 9,2 g, lemak 3,9 g, fosfor 256 mg, vitamin A
sebanyak 510 IU (Daftar Komposisi Bahan Makanan, 2010).

2.7. Indeks Glikemik


Menurut Cummings dan Stephen (2007) dalam Simila (2012),
indeks glikemik adalah klasifikasi fisiologis makanan yang mengandung
karbohidrat yang didasarkan pada sejauh mana makanan tersebut
meningkatkan konsentrasi glukosa darah dibandingkan dengan
karbohidrat acuan dengan jumlah yang setara.

Menurut Jenny Miller dalam Waspadji (2003), nilai indeks glikemik


dikatagorikan menjadi tiga kelompok yaitu pangan Indeks Glikemik rendah
dengan rentang nilai IG 55, Indeks Glikemik Sedang dengan rentang nilai
15

IG 56-69, dan Indeks Glikemik tinggi dengan rentang nilai IG 70 atau


lebih.

Nilai Indeks Glikemik dihitung berdasarkan perbandingan antara


luas kurva kenaikan glukosa darah setelah mengkonsumsi pangan yang
diuji dengan kenaikan glukosa darah setelah mengkonsumsi pangan
rujukan terstandar, seperti glukosa atau roti tawar(Brouns, 2005).

Tabel 2.6
Daftar Indeks Glikemis Pada Bahan Makanan

Bahan Makanan Indeks Glikemik

Biskuit 91

Nasi 86

Es Krim 61

Jagung Manis 55

Kentang 56

Papaya 59

Nanas 59

Nasi Merah 55

Roti Tawar 72

Semangka 72

Mangga 51

Labu Kuning 51

Donat 76

Waffles 76

Cupcake 73

Kiwi 52

Sumber : The American Journal of Clinical Nutrition

Menurut Rimbawan dan Siagian (2004), beberapa faktor yang


mempengaruhi Indeks Glikemik pangan adalah cara pengolahan (tingkat
gelatinisasi pati dan ukuran partikel), perbandingan amilosa dengan
amilopektin, tingkat keasaman dan daya oemotik, kadar serat, kadar
lemak dan protein, serta kadar antigizi pangan.

2.8. Uji organoleptik


16

Uji organoleptik adalah pengujian berdasarkan pada proses alat


indera sebagai suatu proses fisio-psikologis adalah kesadaran alat Indera
terhadap sifat benda yang disebabkan karena adanya ransangan yang
diterima oleh alat indera. Bagian organ tubuh yang berperan dalam
penginderaan adalah mata, lidah, hidung dan kulit (Adipura, 2014).
Beberapa uji organoleptik yang biasa digunakan dalam industri
pangan yaitu, uji kesukaan (hedonik) yaitu panelis diminta tanggapan
pribadinya mengenai suka atau tidak suka terhadap suatu produk dan uji
mutu hedonik adalah tanggapan yang diberikan oleh panelis terhadap
produk (Yulianti, 2008).

Tempat pelaksanaan atau ruangan yang digunakan harus dalam


keadaan tenang, bebas dari bau yang tidak sedap, suhu ruangan sama.

Pada saat pelaksanaan uji organoleptik panelis diberi penjelasan


secukupnya dalam pengujian terhadap warna, aroma, rasa, dan tekstur
digunakan uji kesukaan atau uji hedonic scale.Contoh uji diberi sampel
huruf.Panelis diberi formulir lalu panelis diminta memberi nilai menurut
tingkat kesukaan masing-masing. Penilaian berdasarkan pada kesukaan
dengan menggunakan skala numerik sebagai berikut :

1 = amat sangat tidak suka


2 = sangat tidak suka
3 = tidak suka
4 = suka
5 = sangat suka
6 = amat sangat suka
Prosedur pelaksanaan uji organoleptik adalah sebagai berikut
(Afrianto, 2008) :
a) Peneliti memberi masing-masing 4 sampel kepada panelis untuk
dinilai.
17

b) Peneliti memberi penjelasan tentang peranan dan tugas panelis,


penjelasan khusus tentang produk yang akan diuji, cara
pengujian serta tujuan pengujian.
c) Panelis di instruksikan untuk melakukan uji organoleptik
termasuk cara pengisian form kesukaan, jika selesai
mengumpulkan kembali form uji kesukaan dan panelis juga
meninggalkan ruangan dengan tenang.
d) Data hasil pengujian dianalisa dengan uji Friedman.
Dalam penilaian organoleptik ada 6 macam jenis panel-panel
tergantung tujuan, 6 macam panel tersebut adalah sebagai berikut:
a) Panel Pencicip Perorangan
Pencicip perorangan juga disebut pencicip tradisional
digunakan dalam industri-industri makanan seperti pencicip teh,
kopi, anggur, es krim atau penguji bau pada industry minyak
wangi (parfum).Pencicip ini mempunyai kepekaan yang sangat
tinggi jauh melebihi kepekaan rata-rata manusia.Tingkat
kepekaan selain dari pembawaan lahir juga dari pengalaman
dan latihan yang lama.
b) Panel Pencicip Terbatas
Untuk menghindari ketergantungan pada pencicip
perorangan maka industry menggunakan 3-5 orang penilai yang
mempunyai kepekaan tinggi yang disebut panel pencicip
terbatas.Biasanya panel ini diambil dari personal laboratorium
yang sudah mempunyai pengalaman luasakan komoditi
tertentu.
c) Panel Terlatih
Anggota panel ini lebih besar dari panel di atas yaitu 15-25
orang. Anggotanya bukan hanya personal laboratorium tetapi
bisa dari pegawai dan karyawan lain. Tingkat kepekaan tugas
penilaian dan tanggung jawab tidak perlu setinggi panel
18

pencicip terbatas.Untuk menjadi panel ini perlu diseleksi dan


dipilih dan terlatih.
d) Panel Tak Terlatih
Jika panel terlatih biasanya untuk menguji perbedaan
(difference test), maka panel tak terlatih umumnya untuk
menguji kesukaan (preference test).Anggota panel tak terlatih
tidak tetap .Panel diambil dari orang lain.
e) Panel Agak Terlatih
Panelis dalam katagori ini mengetahui sifat-sifat sensorik
dari contoh yang karena mendapat penjelasan atau sekedar
latihan. Tetapi latihan-latihan yang diterima tidak cukup intensif
dan tidak teratur, karena itu belum mencapai tingkat sebagai
panel terlatih.Panelis agak terlatih dipilih berdasarkan kepekaan
dan kehandalan penilaian.Jumlah untuk panel agak terlatih
jumlahnya terletak di antara panelis terlatih dan tidak
terlatih.Jumlah itu berkisar antara 15-25 orang.Makin kurang
terlatih makin besar jumlah panelis yang diperlukan.
f) Panel Konsumen
Panel ini biasanya mempunyai anggota yang besar
jumlahnya, dari 30 sampai 1000 orang.Pengujiannya biasanya
mengenai uji kesukaan (preference test) dan dilakukan sebelum
pengujian pasar.Hasil uji kesukaan dapat digunakan untuk
menentukan apakah suatu jenis makanan dapat diterima oleh
masyarakat.Anggota panel konsumen dapat diambil dari
sejumlah orang yang ada di pasar atau dapat pula dilakukan
dengan mendatangi rumah konsumen, dalam hal kelompok
pertama pengujian dapat diselenggarakan sekaligus,
sedangkan dalam hal yang kedua diselenggarakan dengan
mendatangi rumah rumah.
Panelis yang digunakan adalah panelis agak terlatih.Panelis
dalam katagori ini mengetahui sifat-sifat sensorik dari contoh
19

yang karena mendapat penjelasan atau sekedar latihan.Tetapi


latihan-latihan yang diterima tidak cukup intensif dan tidak
teratur, karena itu belum mencapai tingkat sebagai panel
terlatih.Panelis agak terlatih dipilih berdasarkan kepekaan dan
kehandalan penilaian.Jumlah untuk panel agak terlatih
jumlahnya terletak di antara panelis terlatih dan tidak terlatih.
Jumlah itu berkisar antara 15-25 orang Panelis harus memiliki
kriteria sebagai berikut:
1) Berbadan sehat, tidak sedang sakit (flu, pilek, batuk).
2) Memiliki perhatian terhadap penilaian organoleptik.
3) Tidak mengalami tekanan dan Memiliki kepekaan yang
diperlukan.
4) Telah mendapatkan mata kuliah Ilmu teknologi pangan.
5) Mempunyai waktu untuk melakukan penilaian organoleptik.

2.9. Kerangka Teori

Faktor yang
mempengaruhi
pembuatan
snack buvia

Bahan baku
pembuatan Daya terima snack
snack buvia buvia

Formula
Terbaik snack
buvia

Bagan 2.1. Kerangka Teori

2.10. Kerangka Konsep

Formula Snack Buvia


20

Analisis
Proksimat

Bagan 2.2. Kerangka konsep

2.11. Variable Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu:

a) Variabel Independent
a. Snack buvia
b) Variabel Dependent
a. Analisis Proksimat
b. Uji daya terima

2.12. Definisi Operasional


2.12.1 Uji Daya Terima

Karakteristik produk snack buvia yang telah ditetapkan standar porsi


yang dinilai melalui indra penglihatan, pengecap, peraba, penciuman.
Meliputi warna, aroma, tekstur, dan rasa.

Cara Ukur : Uji Organoleptik

Alat Ukur : Kuesioner

Skala Ukur : Nominal

Hasil Ukur :
21

Warna Aroma
1 = Amat sangat tidak suka
1 = Amat sangat tidak suka
2 = Sangat tidak suka
2 = Sangat tidak suka
3 = Tidak suka
3 = Tidak suka
4 = Suka
4 = Suka
5 = Sangat suka
5 = Sangat suka
6 = Amat sangat suka
6 = Amat sangat suka

Rasa Tekstur
1 = Sangat tidak suka
1 = Amat sangat tidak suka
2 = Tidak suka
2 = Sangat tidak suka
3 = Agak suka
3 = Tidak suka
4 = Suka
4 = Suka
5 = Sangat suka
5 = Sangat suka
6 = Amat sangat suka
6 = Amat sangat suka

2.12.2. Analisis Proksimat

Analisis proksimat adalah analisis perhitungan kandungan


gizi meliputi kandungan protein, lemak, karbohidrat, kadar abu, kadar
air.
Cara ukur : 1. Pengukuran kadar abu, dengan metode Dry Ashing
2. Pengukuran kadar air total, dengan metode
Termogravimetri
3. Pengukuran kadar lemak total, dengan metode
Soxhetasi
4. Pengukuran kadar protein Total, dengan metode
Kjeldahl
5. Pengukuran karbohidrat, dengan by Different
6. Pengukuran Energi, dengan perhitungan komposisi
protein,lemak, karbohidrat.
Alat ukur : Hasil Laboratorium
Skala Ukur : Nominal
Hasil ukur : 1. Protein, dinyatakan dalam persen
22

2. Lemak, dinyatakan dalam persen


3. Karbohidrat, dinyatakan dalam persen
4. Kadar Air , dinyatakan dalam persen
5. Kadar Abu, dinyatakan dalam persen
6. Energi, dinyatakan dalam satuan Kkal
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Pembuatan snack buvia dan uji daya terima dilaksanakan di
Rumah Sakit dr. A.K. Gani Palembang. dan untuk analisis proksimat di
Laboratorium Kimia dan Mikrobiologi Hasil Pertanian Jurusan Teknologi
Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya (UNSRI),
Palembang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November sampai
Desember 2019.
3.2. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksprimen dengan
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) non faktorial dengan 4
kombinasi formula.
3.3. Bahan dan Alat Penelitian
3.3.1. Bahan Penelitian
a) Bahan PembuatanSnack Buvia
(1) Agar-agar
(2) Susu Low fat
(3) Tepung Maizena
(4) Labu Kuning
(5) Gula Stevia
Formula yang digunakan seperti pada Tabel 2.7.
Tabel 2.7
Kombinasi Perlakuan Bahan Pembuatan Snack Buvia

Formula
Bahan
F0 F1 F2 F3

Agar-agar 7g 3g 3g 3g

Susu (Low Fat) 550 ml 550 ml 550 ml 500 ml

Tepung maizena - 2g 4g 6g

Labu kuning - 250g 300g 350g

Gula Stevia - 10g 10g 10g

23
24

b) Bahan Uji Kimia


a) Bahan uji analisis proksimat
4. Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam pembuatan puding labu kuning
adalah baskom, kompor gas, panci, blender, sendok stainless steel,
telenan, tissue, timbangan digital, sarung tangan plastik, cetakan
puding
Alat yang digunakan untuk uji daya terima berupa formulir uji
organoleptik yang diberikan kepada panelis.
Alat yang digunakan pada uji kimia yaitu peralatan dalam uji
analisis proksimat di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian
Universitas Sriwijaya.

3.3.2. Tahapan Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui tahap persiapan dan


pengolahan.Tahap persiapan meliputi perebusan labu kuning dan
penghalusan labu kuning. Tahap pengolahan meliputi proses
pembuatan puding labu kuning. Berikut penjelasan tahapannya :
1. Tahap persiapan

a) Pembuatan snack buvia :


(1) Labu kuning dicuci sampai bersih dan dipotong dengan
ukuran sedang
(2) Kukus potongan labu kuning selama kurang lebih 15-20
menit dengan api sedang
(3) Selesai dikukus, tiriskan dan dinginkan labu kuning
Kemudian dihaluskan dengan menggunakan blender
(4) pada saat di blender tambahkan susu low fat lalu blender
sampai halus.

2. Tahap pengolahan

Proses pembuatan snack buvia adalah sebagai berikut :


25

a) Campur bahan berupa adonan puding yang telah


dihaluskan, agar-agar, tepung maizena, dan gula stevia.
b) Lalu masak adonan snack buvia denagan menggunakan api
sedang selama 15 menit.
c) Aduk terus adonan agar adonan tidak menggumpal saat
dicetak
d) Setelah adonan mendidih angkat lalu dinginkan dengan cara
direndam dalam baskom yang berisi air dingin
e) Kemudian cetak adonan snack buvia dalam cup puding
f) Snack buvia dapat dinikmati

Diagram Alir Pembuatan snack buvia dapat dilihat pada bagan 2.3

Labu kuning, agar-agar,


susu low fat, tepung Pencampuran
maizena, dan gula stevia
bubuk

Pemasakan

Pendinginan

Pencetakan

Snack Buvia

Bagan 2.3 Diagram Alir Pembuatan snack Buvia


26

3.4. Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi uji organoleptik dan analisis uji proksimat
3.4.1. Uji Organoleptik

Uji organoleptik yaitu uji hedonik oleh panelis yang berjumlah 30


orang. Panelis diminta memberikan penilaian kesukaan terhadap warna,
aroma, rasa dan tekstur.Kriteria ujinya adalah 6 (samat angat suka), 5
(sangat suka), 4 ( suka), 3 (tidak suka), 2 (sangat tidak suka) dan 1
(amat sangat tidak suka).
Uji organoleptik ini dilakukan di Rumah sakit dr. AK Gani Palembang
dimana panelis tersebut terdiri dari pasien diabetes melitus. Dalam hal ini
pasien tergolong panelis tidak terlatih karena panelis sebelumnya belum
mendapatkan materi tentang mengenal sifat-sifat sensorik dalam penilai
organoleptik.
Hasil uji organoleptik dianalisis dengan Analisis statistik untuk
mengetahui respon panelis terhadap tingkat kesukaan snack buvia
dilakukan melalui pendekatan non parametrik melalui uji Friedman
pendekatan parametrik melalui Rancangan Acak Lengkap terhadap
tingkat kesukaan rasa, tekstur, aroma, warna.

3.4.2. Analisis Uji Proksimat

Analisis uji proksimat dilakukan dilaboratorium Kimia dan Mikrobiologi


Hasil Pertanian Universitas Sriwijaya. Hasil dari analisis uji proksimat
adalah Kadar Air, Kadar Abu, Kadar Lemak, Kadar Protein. Kadar
Karbohidrat diperoleh dengan cara by different dengan rumus = %
karbohidrat = 100% - %(protein + lemak + abu + air).

3.4.3. Analisis Data

Data yang diperoleh dari uji organoleptik kemudian dianalisis dengan


menggunakan non parametrik (Uji Friedman).
BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Daya Terima Snack Buvia


Berdasarkan hasil penelitian uji organoleptik (rasa, tekstur, aroma,
dan warna) menunjukan bahwa daya terima snack buvia yang disukai
adalah F2 baik dari segi warna, tekstur, dan rasa dengan nilai 3,11, 3,21
dan 3,39. Sedangkan untuk aroma panelis memilih F1 dengan nilai 3,11
hal ini disebabkan karena formula F1 kandungan pada labu kuningnya
lebih sedikit sehingga aromanya tidak terlalu menyengat.

Tabel 4
Kandungan Nilai Gizi Snack Buvia

Gambar 2.3 Snack Buvia

Tabel 4.1 Nilai Gizi 1 Resep Formula F2


Bahan Makanan Berat Energi Protein Lemak KH Serat

g kcal G G G G

Agar-agar 3 0 0 0 0 0

Susu Skim Cair 550 231.4 18.7 1.1 27 0

Tepun maizena 4 15.2 0 0 3.7 0

Labu kuning 300 116.9 2.7 1.8 26.4 8.4

Gula stevia 0 0 0 0 0 0

Total : 363.5 21.4 2.9 57 8.4

Total energi per 50gr / 1


kali pemberian 30,29 1,78 0,24 4,75 0,7

Sumber : (NutriSurvey 2007)

27
28

Tabel 4.2 Golongan V : Buah dan Gula

1 Satuan Penukar Snack DM = 50 kalori

Bahan Makanan Ukuran Rumah Tangga Berat Energi


(URT) (Gram) (kkal)
Apel merah 1 bh 85 50.2

Belimbing 1 bh bsr 140 44.8

Jeruk manis 2 bh 110 51.8

Jambu air 2 bh bsr 110 64.9

Jambu biji 1 bh bsr 100 50.9

Jambu bol 1 bh kcl 90 53.1

Mangga ¾ bh bsr 90 58.5

Pisang 1 bh 50 58

Pepaya 1 ptg bsr 110 42.9

Melon 1 ptg bsr 190 16.3

Sawo 1 bh sdg 55 45.6

Semangka 1 ptg bsr 150 57.4

Sirsak ½ gls 60 42

Snack Buvia 1 cup kcl 50 30,29

12 gr karbohidrat.

Sumber : Standar Snack DM Rumah Sakit dr. AK, Gani Palembang

Berdasarkan Tabel diatas makan dapat disimpulkan, snack buvia


merupakan pilihan yang tepat sebagai alternatif untuk makanan selingan
bagi penderita diabetes melitus karena memiliki nilai energi yang cukup
rendah yaitu 1 cup ukuran 50g mengandung energi sebesar 30,29 kkal.
4.2. Uji Organoleptik

Uji orgaoleptik snack buvia dilaksanakan pada tanggal 25 Desember


2019 di Rumah sakit dr. AK. Gani Kota Palembang. Uji organoleptik yang
dilakukan pada penelitian ini adalah uji hedonik, dengan parameter rasa,
tekstur, aroma dan warna snack buvia. Panelis yang digunakan adalah
panelis tidak terlatih sebanyak 30 orang diambil dari pasien DM di rumah
sakit tersebut.
29

1. Rasa

Menurut Winarno, (1997), rasa merupakan salah satu sensori yang


terpenting dalam penermaan suatu produk pangan. Senyawa cita rasa
pada produk pangan dapat memberikan stimulir pada indra penerimaan
lainnya saat pengecapan (Putri, 2014). Bambang Kartika (1988)
menyatakan bahwa pada umumnnya tidak hanya terdiri dari dari salah
satu rasa, tetapi merupakan gabungan berbagai macam rasa secara
terpadu sehingga menimbulkan cita rasa yang utuh. Ada empat macam
rasa dasar pada bahan pangan yaitu manis, asin, asam dan pahit
(Anggraini, 2014)

Hasil uji organoleptik terhadap rasa snack buvia menunjukan bahwa


terlihat perbedaan skor penerimaan terhadap rasa snack buvia. Rata –
rata penerimaan panelis berkisar 3,11 – 17. Untuk melihat rata-rata
kesukaan panelis terhadap rasa snack buvia dapat dilihat dalam grafik bar
di bawah ini.

Grafik 1

Rata-rata uji organoleptik terhadap rasa snack buvia

Rasa
4 2,79 3,11
2,41
1,7
2

0
F0 F1 F2 F3

Berdasarkan Grafik 1 diketahui bahwa secara umum rasa snack


buvia dapat diterima oleh panelis. Sampel yang paling disukai panelis
adalah perlakuan F2, sedangkan untuk rangking rata-rata terendah adalah
perlakuan snack buvia F0.
30

Sebagian besar panelis menyukai rasa snack buvia pada perlakuan


F2 dibandingkan dengan perlakuan F0, F1dan F3, hal ini karena snack
buvia pada perlakuan F2 memiliki rasa yang lebih enak karena
penambahan labu kuning, tepung maizena, susu low fat, dan gula stevia
yang pas jika di bandingkan dengan perlakuan F0, F1 maupun F3

Hasil analisis Uji Friedman menunjukkan bahwa nilai p value 0,00> α


0,05, sehingga H0 ditolak, yang berarti bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan penambahan labu kuning, terhadap daya terima rasa snack
buvia.

Menurut penelitian Soraya 2010, Stevia memiliki rasa manis karena


kadar kemanisannya yang tinggi. Tetapi pada penelitian ini hal tersebut
dapat disiasati dengan susu yang ada pada snack buvia sehingga pada
saat uji organoleptik penilaian panelis terhadap snack buvia cukup baik
atau dapat diterima.

Selaras dengan penelitian sebelumnya pemilihan buah labu kuning


sebagai snack juga berperan penting karena buah labu kuning memiliki
banyak manfaat bagi kesehatan tubuh dan juga memiliki sifat antidiabetik
dan hiperglikemia. (Liu Y,Adam Gg, dkk (2011).

2. Tekstur

Tekstur didefinisikan sebagai gambaran sensori suatu struktur


produk yang merupakan bagian dari reaksi tekanan, diukur sebagai gaya
mekanik (seperti kekerasan, daya adhesif dan daya kohesif, viskositas,
kekenyalan, dan kerenyahan) oleh syaraf kinestik pada otot tangan, jari,
lidah, gigi dan bibir (Yulianti, 2008). Menurut Utami (2007) menyatakan
pemanasan pada produk buah – buahan dapat meningkatkan kekerasan
karena pemanasan dapat mengurangi ikatan pada molekul pektin dan
membuatnya lebih kuat(Windyastari, dkk, 2012).
31

Hasil uji organoleptik terhadap tekstur snack buvia menunjukan


bahwa terlihat perbedaan skor penerimaan terhadap rasa snack buvia.
Rata – rata penerimaan panelis berkisar 3,39 - 1,88. Untuk melihat rata-
rata kesukaan panelis terhadap rasa snack buvia dapat dillhat dalam
grafik bar di bawah ini

Grafik 2

Rata-rata uji organoleptik terhadap snack buvia

Tekstur
4 3,39
2,59
1,88 2,14
2

0
F0 F1 F2 F3

Berdasarkan Grafik 2 diketahui bahwa secara umum rasa snack


buvia dapat diterima oleh panelis. sampel yang paling disukai panelis
adalah perlakuan F2, sedangkan untuk rangking rata-rata terendah adalah
perlakuan snack buvia F0.

Hasil analisis Uji Friedman menunjukkan bahwa nilai p value 0,00>


α 0,05, sehingga H0 ditolak, yang berarti bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan penambahan labu kuning, tepung maizena, susu low fat dan
gula stevia terhadap daya terima tekstur snack buvia.

Menurut Amin, (2008) menyatakan waluh memiliki tekstur yang


lembut dan rasa yang sedikit manis sehingga dapat dibuat sebagai bahan
makanan yang memiliki sumber gizi bagi kesehatan. Hal ini dapat
digunakan oleh penderita diabetes melitus agar tetap bisa menikmati
produk pangan yang manis tanpa menimbulkan masalah.

3. Warna
32

Warna merupakan parameter yang penting dalam pengujian


organoleptik karena konsumen cenderung lebih tertarik pada produk
pangan yang memiliki warna yang menarik. Menurut Fennema (1985),
warna merupakan parameter pertama yang menentukan tingkat
penerimaan konsumen terhadap suatu produk pangan dan salah satu
faktor penentu mutu suatu produk pangan (Anggraini, 2014).

Hasil uji organoleptik terhadap rasa snack buvia menunjukan bahwa


terlihat perbedaan skor penerimaan terhadap rasa snack buvia. Rata –
rata penerimaan panelis berkisar 3,21- 1,86. Untuk melihat rata-rata
kesukaan panelis terhadap rasa snack buvia dapat dilihat dalam grafik bar
di bawah ini,

Grafik 3

Rata-rata uji organoleptik terhadap warna snack buvia

Warna
4 3,21
2,38 2,55
1,86
2

0
F0 F1 F2 F3

Berdasarkan Grafik 3 diketahui bahwa secara umum warna snack


buvia dapat diterima oleh panelis. Sampel yang paling disukai panelis
adalah perlakuan F2, sedangkan untuk rangking rata-rata terendah adalah
perlakuan snack buvia F0

Hasil analisis Uji Friedman menunjukkan bahwa nilai p value 0,00 <
α 0,05, sehingga H0 ditolak, yang berarti bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan penambahan labu kuning, tepung maizena, susu low fat dan
gula stevia terhadap daya terima warna snack buvia. Hasil dari uji
organoleptik dari 30 panelis tersebut membuktikan bahwa snack buvia
banyak disukai oleh pasein diabetes mellitus hal tersebut dibuktikan
33

dengan penilaian panelis yang memberikan penilaian yang baik dari segi
warna dan aroma snack buvia.

Menurut (Sari, 2014) daya terima puding yaitu warna puding harus
sangat menarik, dan rasa yang banyak disukai dari puding adalah rasa
manis.

Demikian pula kandungan gizi pada pudding dengan penambahan


buah waluh, menyebabkan pudding warna sangat menarik, yaitu orange,
dan memiliki kandungan gizi yang baik. Hal tersebut didukung hasil
penelitian Amin, (2008) menyatakan bahwa buah waluh juga mengandung
karetenoin yang berbentuk betakarotenoit, berfungsi untuk melindungi
mata dari serangan katarak dan pengobatan desentri.

4. Aroma

Menurut Winarno (2008) menyatakan bahwa aroma salah satu faktor


penting dalam menentukan kualitas bahan makanan. Dalam industri
pangan, uji aroma dianggap penting karena dapat dianggap memberikan
penilaian terhadap hasil suatu produk pangan. Konsumen dapat menilai
enak atau tidaknya suatu produk atau komoditi pangan olahan dengan
melakukan uji terhadap bau atau aroma dapat memberikan hasil
penilaian penerimaan konsumen pada produk pangan olahan yang diuji
(Ramadhan, 2011).

Aroma merupakan parameter yang memilki peran penting dalam


suatu poduk pangan. Menurut Deman (1997) Aroma atau bau suatu
bahan pangan disebabkan oleh senyawa yang mempengaruhinya. Aroma
juga dapat dipakai sebagai sesuatu indikator terjadinya kerusakan pada
produk bahan pangan. Pengujian terhadap aroma adalah aspek penting
dalam industri pangan karena dapat memberikan hasil penilaian terhadap
penerimaan suatu produk pangan (Anggraini, 2014).
34

Hasil uji organoleptik terhadap rasa snack buvia menunjukan bahwa


terlihat perbedaan skor penerimaan terhadap rasa snack buvia. Rata –
rata penerimaan panelis berkisar 3,11- 1,76. Untuk melihat rata-rata
kesukaan panelis terhadap rasa snack buvia dapat dillhat dalam grafik bar
di bawah ini,

Grafik 4

Rata-rata uji organoleptik terhadap aroma snack buvia

Aroma
4 3,11
2,64 2,5
1,76
2

0
F0 F1 F2 F3

Berdasarkan grafik 4 menunjukan hasil uji organoleptik terhadap aroma


snack buvia yang dihasilkan. Diketahui bahwa secara umum rasa snack
buvia dapat diterima oleh panelis. Sampel yang paling disukai panelis
menurut Mean Uji Friedman adalah perlakuan F1, sedangkan untuk
rangking rata-rata terendah adalah perlakuan snack buvia F0

Hasil analisis Uji Friedman menunjukkan bahwa nilai p value 0,00> α


0,05, sehingga H0 ditolak, yang berarti bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan penambahan labu kuning, tepung maizena, susu low fat dan
gula stevia terhadap daya terima aroma snack buvia.

Menurut (Sari, 2014) Aroma puding harus harum sesuai dengan


bahan pengisinya dan memiliki tekstrur yang lembut atau kenyal.

Grafik 5

Rata-Rata Daya Terima snack buvia


35

3 Warna

2 Aroma
Tekstur
1
Rasa
0
F0 F1 F2 F3

grafik di atas menunjukkan bahwa jenis formula yang paling disukai


oleh panelis dari semua aspekpenilain adalah F2 dengan pemakaian
bahan :

F2 = (Agar- agar 3 gram + susu low fat 550 ml + tepung maizena 4 gram +
labu kuning 200 gram + gula stevia 10 gram)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah dilakukan penambahan agar-


agar, susu low fat, tepung maizena, gula stevia, dan labu kuning dengan
penambahan yang berbeda didapatkan hasil penerimaan panelis yang
berbeda pula. Penilaian tertinggi terhadap kesukaan keseluruhan F2.

Tabel 4.3 Kombinasi Formula Snack Buvia

Formula
Bahan
F1 F2 F3
Agar-agar 3g 3g 3g

Susu (Low Fat) 550 ml 550 ml 500 ml

Tepung maizena 2g 4g 6g
Labu kuning 250g 300g 350g

Gula Stevia 10g 10g 10g

2. Uji Proksimat
Analisa kimia pada penelitian ini adalah menganalisa kadar air, kadar
abu, kadar lemak, kadar protein, kadar karbohidrat, dan kadar serat kasar.
Pelaksanaan pengujian dilakukan di Laboratorium Kimia Jurusan
Teknologi Hasil Pertanian Universitas Sriwijaya (UNSRI) pada tanggal 24
36

januari 2020. Pengujian dilakukan pada sampel terpilih dari 3 formula yaitu
formula F2.

Tabel 4.4

Hasil Uji Proksimat

Kadar Serat
Kadar Kadar Kadar Kasar (%)
Kadar Air Kadar Abu
Kode Protein Lemak Karbohidrat
(%) (%)
(%) (%) (%)

Puding 9.67 0.25 85.05 0.80 4.23 0.07

1. Kadar protein
Bagi tubuh, protein berfungsi sebagai unit pembangun dalam
biosintesa protein untuk keperluan pengganti jaringan tubuh yang rusak
serta pengatur dan pengontrol metabolisme tubuh (Suwetja, 2011).
Berdasarkan tabel uji proksimat diatas bahwa kadar protein pada snack
buvia yaitu 9,67%, Standar protein pada labu kuning yaitu 1,7g/100g dari
hasil analisis tersebut kandungan protein pada snack buvia memenuhi
SNI.

Tingginya kadar protein pada puding disebabkan karena


penambahan dan pencampuran rumput laut dan susu pada saat
pembuatan puding (Winarno, 1997).

2. Kadar lemak
Lemak dan minyak merupakan zat makanan yang penting untuk
menjaga kesehatan tubuh manusia. Selain itu juga lemak dan minyak
merupakan sumber energi yang lebih efektif dibanding denga
karbohidrat dan protein. Lemak hewani mengandung banyak sterol yang
disebut kolesterol. Sedangkan lemak nabati mengandung fitosterol dan
37

lebih banyak mengandung asam lemak tak jenuh sehingga umumnya


berbentuk cair (Winarno, 1992).

Berdasarkan tabel uji proksimat diatas bahwa kadar lemak pada


snack buvia yaitu 0,25%.

3. Kadar Air
Kadar air adalah persentase kandungan air suatu bahan yang
dapat dinyatakan berdasarkan berat basah (wet basis) atau
berdasarkan berat kering (dry basis). Kadar air juga salah satu
karakteristik yang sangat penting pada bahan pangan, karena air dapat
mempengaruhi penampakan, tekstur, dan cita rasa pada bahan
pangan. Kadar air dalam bahan pangan ikut menentukan kesegaran
dan daya awet bahan pangan tersebut, kadar air yang tinggi
mengakibatkan mudahnya bakteri, kapang, dan khamir untuk
berkembang biak, sehingga akan terjadi perubahan pada bahan
pangan. Kadar air setiap bahan berbeda tergantung pada kelembaban
suatu bahan. Semakin lembab tekstur suatu bahan, maka akan
semakin tinggi persentase kadar air yang terkandung di dalamnya
(Winarno, 2004).

Berdasarkan tabel uji proksimat diatas bahwa kadar air pada snack
buvia yaitu 85.05%.

Menurut BSN 2015 standar kadar air pada puding yaitu :

Standar Mutu Agar-agar Tepung SNI 01-2802

Syarat mutu Standar

Kadar air Maks. 22%

Kadar abu Maks. 6,5%

Kadar karbohidrat (galaktosa) >30%


38

Gelatin dan protein -

Kandungan logam berat (Cu, Hg, dan Pb) Maks. 1 mg/kg

Kandungan arsen Maks. 3 mg/kg

Zat pewarna tambahan Diizinkan

Kekenyalan Baik

Sumber : BSN(2015)

Dari hasil analisis tersebut menunjukan bahwa adanya pengaruh


penambahan dari labu kuning yang memiliki kadar air sebanyak
86,6g/100g atau 86,6% (TKPI, 2015).

4. Kadar abu
Kadar abu merupakan campuran dari komponen anorganik atau
mineral yang terdapat pada suatu bahan pangan (Astuti, 2012). Abu
adalah zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan organik.
Kandungan abu dan komposisinya tergantung pada macam bahan.
Kadar abu ada hubungannya dengan mineral. Mineral yang terdapat
dalam suatu bahan dapat berupa dua macam garam yaitu garam
organik dan anorganik. Garam organik misalnya garam-garam asam
mallat, oksalat, asetat, pektat. Sedangkan garam anorganik antara
lain dalam bentuk garam fosfat, karbonat, khlorida, sulfat dan nitrat
(Sudarmadji,1984). Penentuan kadar abu dimaksudkan untuk
mengetahui kandungan komponen yang tidak mudah menguap
(komponen anorganik atau garam mineral) yang tetap tinggal pada
pembakaran dan pemijaran senyawa organik (Nurilmala, 2006).

Berdasarkan tabel uji proksimat diatas bahwa kadar abu pada


snack buvia yaitu 0.80%.

Menurut USDA 2015, kadar abu pada labu kuning yaitu


1,2g/100g hasil analisis tersebut menunjukan bahwa ada pengaruh
penambahan labu kuning pada tiap formula.

5. Kadar karbohidrat
39

Karbohidrat adalah polihidroksi aldehid atau polihidroksiketon dan


meliputi kondenset polimer-polimernya yang terbentuk. Berbagai analisa
dilakukan terhadap karbohidrat, dalam ilmu dan teknologi pangan
analisa karbohidrat yang biasanya dilakukan misalnya penentuan jumlah
secara kuantitatif dalam menentukan komposisi suatu bahan makanan,
penentuan sifat fisis atau kimiawinya dalam kaitannya dengan
pembentukan kekentalan, kelekatan, stabilitas larutan dan tekstur hasil
olahannya (Budianto, 2009).
Berdasarkan tabel uji proksimat diatas bahwa kadar karbohidrat
pada snack buvia yaitu 4,23%.

6. Kadar Serat kasar


Serat kasar terdiri dari selulosa, hemiselulosa dan lignin yang
sebagian besar tidak dapat dicerna unggas dan bersifat sebagai
pengganjal atau bulky (Wahyu, 2004). Serat kasar dapat membantu
gerak peristaltik usus, mencegah penggumpalan ransum dan
mempercepat laju digesta (Anggorodi, 1994). Kadar SK yang terlalu
tinggi, pencernaan nutrien akan semakin lama dan nilai energi
produktifnya semakin rendah (Tillman Dkk., 2005).

Berdasarkan tabel diatas bahwa kadar serat kasar pada snack buvia
yaitu 0,07 %. Atau 0,07g. Untuk 1 resep snack buvia F2 dengan
menggunakan labu kuning sebanyak 300g menghasilkan 12 cup (ukuran
50g), maka kandungan serat dalam 1 resep snak buvia sebanyak 21g.

7. Indeks Glikemik
Salah satu upaya pengendalian kadar glukosa darah agar
senantiasa dalam batas normal yaitu mengkonsumsi makanan yang
mengandung indeks glikemik rendah. Indeks glikemik merupakan angka
yang menunjukkan adanya peningkatan glukosa darah dari karbohidrat
yang tersedia pada suatu pangan atau secara sederhana dapat
dikatakan sebagai tingkatan atau rangking pangan menurut efeknya
terhadap kadar glukosa darah (Foster-Powell 2002).
40

Pemilihan jenis makanan dengan indeks glikemik rendah telah


dibuktikan pada sejumlah hasil penelitian sebagai acuan dan
pertimbangan dalam penyusunan diet bagi penyandang diabetes
mellitus serta pengontrolan glukosa darah untuk mengurangi komplikasi
menahun atau jangka panjang (Argasasmita, 2008).

Untuk itu perlu dibuat makanan yang memiliki nilai indeks glikemik
rendah salah satunya seperti snack buvia yang menggunakan labu
kuning dan gula daun stevia rebaudiana bertoni sebagai pemanis alami.

Inovasi pembuatan snack dengan menggunakan bahan baku labu


kuning bisa menjadi alternatif untuk menurunkan nilai indeks glikemik
sehingga dapat dikonsumsi oleh penderita diabetes mellitus, Nilai Indeks
Glikemik dalam labu kuning yang direbus selama 30 menit sebesar 66.
(MJ Clin Nutr, 2002)

Pemanfaatan gula daun stevia rebaudiana bertoni sebagai bahan


pemanis alami dalam pembuatan snack buvia dikarenakan gula stevia
yang mempunyai manfaat yang baik dibandingkan dengan gula pasir
dan gula aren karena indeks glikemik gula stevia lebih rendah
dibandingkan dengan indeks glikemik gula pasir dan gula aren. Indeks
glikemik gula aren sebesar 70 (Olga Salim, 2013), indeks glikemik gula
stevia sebesar 0 (Sastradi, 2013), sedangkan gula pasir indeks
glikemiknya ± 65 (Trinidad, 2012), sehingga gula stevia aman untuk
dikonsumsi oleh penderita diabetes mellitus.
41
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan

1. Ada perbedaan signifikan pada penambahan labu kuning terhadap


daya terima snack buvia.

2. Formula terbaik dan yang disukai panelis adalah formula F2


dengan skor 3,39-1,88.
3. Kandungan gizi 1 porsi (50g) pada snack buvia F2 sebesar, Energi
30,29 kkal, Protein 1,78g, Lemak 0,24g, Karbohidrat 4,75, dan
Serat 0,7g
4. Hasil analisis proksimat snack buvia dari formulasi terbaik yaitu F2
dengan Kadar Protein 85,05%, Lemak 0,25%, Karbohidrat 4,23%,
Abu 0,80% dan Air 85,05%.

5.2. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai pemberian snack


buvia untuk makanan selingan diabetes dengan penambahan daun
stevia terhadap kadar gula darah baik untuk penurunan maupun
peningkatan kadar glukosa gula darah.

2. Snack Buvia memiliki nilai energi yang rendah sebesar 30,29 kkal
sehingga dapat dikonsumsi sebagai makanan selingan oleh pasien
diabetes melitus dan pasien obesitas.

3. Dengan memanfaatkan buah labu kuning yang banyak tumbuh di


Indonesia dan daun stevia rebaudiana maka snack buvia dapat
dikembangkan dan dijadikan referensi inovasi baru untuk makanan
selingan penderita diabetes melitus.

4. Salah satu daerah yang cocok untuk budidaya daun stevia


rebaudiana di sumatera selatan adalah daerah pagar alam yang

42
43

merupakan dataran tinggi sehingga cocok untuk dijadikan lahan


budidaya daun stevia rebaudiana.

5. Sebagai ahli gizi dapat dijadikan inovasi resep baru untuk mengatur
diit pada penderita diabetes melitus.
DAFTAR PUSTAKA

Junita, D., Setiawan, B., Anwar, F., & Muhandri, T. (2017). Komponen gizi,
aktivitas antioksidan dan karakteristik sensori bubuk fungsional labu
kuning (Cucurbita moschata) dan tempe. Jurnal Gizi dan
Pangan, 12(2), 109-116.

Fitriani, A. N. (2019). Pengaruh Penambahan Tepung Labu Kuning


(Cucurbita Moschata) Dan Sodium Tripolyphosphate (Stpp)
Terhadap Karakteristik Sosis Keong Mata Lembu (Turbo
Aryyrostoma L.) (Doctoral Dissertation, Fakultas Teknik Unpas).

Septianingrum, E., Liyanan, L., & Kusbiantoro, B. (2016). Review indeks


glikemik beras: faktor-faktor yang mempengaruhi dan
keterkaitannya terhadap kesehatan tubuh. Jurnal Kesehatan, 9(1), 1-
9.

Adipura, A., Priatini, W., & Andriatna, W. (2014). Studi Eksperimen


Pembuatan Selai Dengan Bahan Dasar Tape Ketan Hitam Dan
Tape Ketan Kuningan Serta Daya Terima Konsumennya.
Anonim. 2013. Agar-agar. www.Wikipedia.org [ 24 mei 2019]

Badan Standarisasi Nasional. SNI 01-2802-1995. Syarat Mutu Agar-


agar Tepung : Badan Standarisasi Nasional Indonesia : Jakarta.
Indonesia, S. N. (2015). Agar-agar tepung.

Permatasari, D. R. I., Purwadi, P., & Evanuarini, H. (2018). Kualitas Kefir


dengan Penambahan Tepung Daun Stevia (Stevia rebaudiana
Bertoni) Sebagai Pemanis Alami. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil
Ternak (JITEK), 13(2), 91-97.

Amalia, F. (2016). Pengaruh Grade Teh Hijau dan Konsentrasi Gula


Stevia (Stevia rebaudiana bertoni M.) Terhadap Karakteristik Sirup
Teh Hijau (Green Tea) (Doctoral dissertation, Fakultas Teknik
Unpas).

Fitria, A. (2009). Diabetes Tips Pencegahan Preventif dan


Penanganan. Yogyakarta, Venus.

Isnaini, A. N., Pramudya Kurnia, S. T. P., & Fitriana Mustikaningrum,


S. G. (2016).
Pengaruh Substitusi Tepung Labu Kuning (Cucurbita Moschata)
Dalam Pembuatan Pancake Terhadap Kadar Β-Karoten Dan Daya

44
45

Terima (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah


Surakarta).

Respati, A. N. (2010). Pengaruh penggunaan pasta labu kuning


(Cucurbita Moschata) muntuk subtitusi tepung terigu dengan
penambahan tepung angkak dalam pembuatan mie kering.
Sari, D. N. I. (2014). Pembuatan Puding Waluh (Cucurbita Moschata)
dengan Pemanis Alami Daun Stevia (Stevia Rebaudiana) Untuk
Kudapan Penderita Diabetes (Doctoral dissertation, Universitas
Muhammadiyah Surakarta).
Hawa, I. I., & Murbawani, E. A. (2015). Pengaruh Pemberian Formula
Enteral Berbahan Dasar Labu Kuning (Cucurbita moschata)
terhadap Kadar Glukosa Darah Postprandial Tikus Diabetes
Melitus (Doctoral dissertation, Diponegoro University).

Faizati, U. N. (2018). Analisa Karbohidrat, Protein Dan Mutu Sensori Pada


Puding Air Tajin Dengan Penambahan Sari Kacang
Hijau (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah
Semarang).

Agustiana, A., & Rahmawati, H. (2016). Substitusi Tepung Labu


Kuning (Cucurbits Moschata, Durch) Terhadap Kandungan
Vitamin A Dan Daya Terima Panelis Pada Sosis Ikan Nila
(Oreochromis niloticus). Fish Scientiae, 6(2), 37-50.

Kamal, R. (2018). Daya Terima Konsumen Terhadap Puding Brokoli


(Brassica Oleracea). Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan
Kesejahteraan Keluarga, 3(1), 54-62.

Septianingrum, E., Liyanan, L., & Kusbiantoro, B. (2016). Review indeks


glikemik beras: faktor-faktor yang mempengaruhi dan
keterkaitannya terhadap kesehatan tubuh. Jurnal Kesehatan, 9(1), 1-
9.

Atmaka, W., & Amanto, B. S. (2010). Kajian karakterikstik fisikokimia


tepung instan beberapa varietas jagung (Zea mays L.). Jurnal
Teknologi Hasil Pertanian, 3(1), 13-20.

Panjaitan, R., Niâ, S., Romdhonah, R., & Annisa, L. (2015). Pemanfaatan
Minyak Biji Labu Kuning (Cucurbita Moschata Durch) Menjadi
Sediaan Nanoemulsi Topikal Sebagai Agen Pengembangan
Cosmetical Anti Aging. Khazanah: Jurnal Mahasiswa, 7(2).
46

Susanti, E. F. N., Hudiyawati, N. D., & Kep, M. (2019). Gambaran faktor


risiko terjadinya diabetes melitus pada penderita diabetes melitus
tipe 2 (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah
Surakarta).
HARTATI, S. (2016). Formulasi Tepung Terigu Dan Labu Kuning
(Cucurbita Moschata Durch) Terhadap Sifat Fisik, Kimia Dan
Organoleptik Kue Bakpao (Doctoral dissertation, University of
Muhammadiyah Malang).

Afandi, F. A. (2019). Correlation between High Carbohydrate Foods with


Glycemic Index. Jurnal Pangan, 28(2), 145-160.

Indonesia, P. A. G. (2009). Tabel Komposisi Pangan Indonesia (TKPI). PT


Gramedia, Jakarta.

Rahmadi, A., Puspita, Y., Agustin, S., & Rohmah, M. (2015). Penerimaan
panelis dan sifat kimiawi emulsi labu kuning dan fraksi olein
sawit. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan, 26(2), 201-212.

Simon, B. W. (2008). Bahan Pembentuk Gel. Ebookpangan. com.[30 Juni


2018].

Yulianti, R. (2008). Pembuatan minuman jeli daun kelor (Moringa oleifera


Lamk) sebagai sumber vitamin C dan ß-karoten. Skripsi. Bogor.
Institut Pertanian Bogor, 92.Bab 4-5

Rosiani, N., Basito, B., & Widowati, E. (2015). Kajian karakteristik sensoris
fisik dan kimia kerupuk fortifikasi daging lidah buaya (Aloe vera)
dengan metode pemanggangan menggunakan microwave. Jurnal
Teknologi Hasil Pertanian, 8(2), 84-98.

MANIS, D. P. P. J. Uji Organoleptik Dan Kadar Protein Terhadap


Susu Nabati Berbahan Baku Kacang Tanah (Arachis hypogaea).

Sukandar, D., Muawanah, A., Amelia, E. R., & Anggraeni, F. N. (2014).


Aktivitas Antioksidan dan Mutu Sensori Formulasi Minuman
Fungsional Sawo-Kayu Manis. Jurnal kimia valensi, 4(2), 80-89.

Cahyadi, W., Gozali, T., & Fachrina, A. Pengaruh Konsentrasi Gula


Stevia Dan Penambahan Asam Askorbat Terhadap Karakteristik
Koktil Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia).

Rasmaniar, R. R. (2017). Analisis Proksimat dan Organoleptik Biskuit dari


Tepung Ubi Jalar Kuning (Ipomea Batatas), Tepung Kacang Hijau
47

dan Tepung Rumput laut Sebagai Sarapan Sehat Anak


Sekolah. Jurnal Sains dan Teknologi Pangan, 2(1).

Chalimah, S. (2015). Pudding Agar Waluh (Cucurbita Moschata) Alternatif


untuk Penderita Diabetes dengan Pemanis Daun Stevia (Stevia
Rebaudiana).

Kamal, R. (2018). Daya Terima Konsumen Terhadap Puding Brokoli


(Brassica Oleracea). Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan
Kesejahteraan Keluarga, 3(1), 54-62.

Pitunani, M. W. (2016). Analisis proksimat dan organoleptik cookies


substitusi daging ikan teri berbahan baku tepung keladi
(xanthosoma sagittifolium) perendaman dan tepung keladi
termodifikasi. Jurnal Sains dan Teknologi Pangan, 1(3).

Damayanthy, K. (2018). Analisis Indeks Glikemik Bolu Labu Kuning


(Cucurbita Moschata) Menggunakan Pemanis Gula Merah
Kelapa (Cocos Nucifera Linn) sebagai Pangan Diet untuk
Penderita Diabetes Melitus.

Foster PK, Holt SHA, Brand MJC. International table of glycemic index and
glycemic load values. Am J Clin Nutr. 2002; 75; 5-56

Gumilas, N. S. A. (2019). Karakteristik Penderita Diabetes Melitus (Dm)


Tipe 2 Di Purwokerto. Prosiding, 8(1).
LAMPIRAN 1 SURAT PERNYATAAN BERSEDIA MENJADI
PANELIS PENELITIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :....................................................................

Umur :....................................................................

Jenis Kelamin :....................................................................

Alamat :....................................................................

Pekerjaan :....................................................................

Telah mendapatkan penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan


untuk ikut serta dalam penelitian “Snack Buvia (Labu Kuning Dan Daun
Stevia) Rendah Indeks Glikemik Dan Tinggi Serat”

Palembang, ................. 2019

Peserta/wali

(..............................)

48
49

LAMPIRAN 2 FORMULIR PENGUJIAN ORGANOLEPTIK

Nama Panelis :

Tanggal :

Pekerjaan :

Tanda Tangan :

Instruksi :

Dihadapan saudara telah tersedia 4 (empat) sampel Snack Buvia (Labu


Kuning Dan Daun Stevia) dan anda diminta memberikan penilaian pada
skala hedonik yang sesuai, pada setiap kode sampel berdasarkan skala
numerik yang sesuai dengan pernyataan dibawah ini :

Penilaian Skala Numerik


Amat Sangat suka 6
Sangat Suka 5
Suka 4
Tidak suka 3
Sangat tidak suka 2
Amat Sangat Tidak Suka 1

Penilaian
Kode
Warna Aroma Tekstur Rasa
F0
F1
F2
F3

Sampel puding labu kuning yang paling disukai adalah…..


50

LAMPIRAN 3 UJI ORGANOLEPTIK

Snack Buvia Uji Organoleptik dengan pasien


rawat jalan dan juga sebagai juru
masak di Rumah Sakit dr. AK
Gani Palembang.

Uji Organoleptik dengan pasien


rawat jalan di Rumah Sakit dr. AK Gani Palembang.
.
51

Uji Organoleptik dengan Proses penyimpanan sampel


pasienrawat jalan di Rumah Sakit sebelum diberikan ke pasien atau
dr. AK Gani Palembang. Petugas di Rumah Sakit dr. AK
Gani Palembang.

Uji Organoleptik dengan pasien


rawat jalan dan Staf di Rumah Sakit dr. AK Gani Palembang.
52

LAMPIRAN 4 HASIL UJI PROKSIMAT


53

LAMPIRAN 5

STANDAR RESEP SNACK BUVIA

A. Standar Makanan

Standar makanan adalah susunan makanan berdasarkan


macam dan jumlahnya (berat kotor) yang disesuaikan dengan dana
yang tersedia dan kecukupan gizi, (Depkes, 2007).

Contoh :

Standar Makanan Selingan Snack Buvia

Bahan Makanan URT Berat (g)


Agar- agar ¼ sdm 3
Susu skim cair 4 gls 550 ml
Tepung maizena ¼ sdm 2
Labu kuning 4 ptg sdg 300
Gula stevia 1 sdm 10

B. Standar Resep

Standar resep adalah resep yang telah dites/ dicoba berulang-


ulang dinilai citarasanya oleh panelis (konsumenden manajemen)
serta merupakan formula yang tertulis untuk dijadikan sebagai
dasar membuat makanan dalam jumlah (quantity) dan rasa
(quality) yang telah ditentukan.

Meliputi:

1. Naman makanan
2. Jumlah porsi dengan keterangan beberapa ukuran untuk satu
porsinya
3. Nama bahan beserta satuannya (ukurannya)
4. Peralatan yang digunakan
5. Keterangan cara pengolahan
6. Waktu, dari persiapan sampai dimasak
7. Cara penyajian/ menghidangkan.
54

Contoh: Snack Buvia


Bahan:
3 gram agar- agar
550 ml susu ckim cair
2 gram tepung maizena
300 gram labu kuning
Cara membuat :
(1) Labu kuning dicuci sampai bersih dan dipotong dengan
ukuran sedang
(2) Kukus potongan labu kuning selama kurang lebih 15-20
menit dengan api sedang
(3) Selesai dikukus, tiriskan dan dinginkan labu kuning
Kemudian dihaluskan dengan menggunakan blender
(4) pada saat di blender tambahkan susu low fat lalu blender
sampai halus.
(5) Campur bahan berupa adonan puding yang telah dihaluskan,
agar-agar, tepung maizena, dan gula stevia.
(6) Lalu masak adonan snack buvia denagan menggunakan api
sedang selama 15 menit.
(7) Aduk terus adonan agar adonan tidak menggumpal saat
dicetak
(8) Setelah adonan mendidih angkat lalu dinginkan dengan cara
direndam dalam baskom yang berisi air dingin
(9) Kemudian cetak adonan snack buvia dalam cup puding
(10) Snack buvia dapat dinikmati

C. Standar Porsi
Standar porsi adalah rincian macam dan jumlah bahan
makanan dalam jumlah bersih pada setiap hidangan. Porsi yang
standar harus untuk semua jenis makanan dan penggunaan
55

peralatan seperti sendok sayur, centong, sendok pembagi harus


distandarkan, (Mukrie, 1996).

Contoh :

Standar Porsi Makanan Selingan


Makanan Selingan Pasien DM

Snack Buvia 1 cup 50g 30,29 kkal

Apel 1 bh 85g 42,9 kkal

Papaya 1 ptg bsr 110g 50,2 kkal


56

LAMPIRAN 6
PERBANDINGAN HARGA GULA
Jenis Gula Berat Harga
1 kg Rp. 14.000

1 kg Rp. 17,500

1 kg Rp. 19.000

500 g Rp. 45.000

50 g Rp. 4.250
57

LAMPIRAN 7 OUTPUT SPSS

Ranks

Mean Rank

formula F0 warna 1.86

Formula F1 warna 2.38

Formula F2 warna 3.21

Formula F3 warna 2.55

a
Test Statistics

N 33

Chi-Square 25.183

df 3

Asymp. Sig. .000

a. Friedman Test

Ranks

Mean Rank

formula F0 aroma 1.76

Formula F1 aroma 3.11

Formula F2 aroma 2.64

Formula F3 aroma 2.50


58

a
Test Statistics

N 33

Chi-Square 23.825

df 3

Asymp. Sig. .000

a. Friedman Test

Ranks

Mean Rank

formula F0 tekstur 1.88

Formula F1 tekstur 2.59

Formula F2 tesktur 3.39

Formula F3 tekstur 2.14

a
Test Statistics

N 33

Chi-Square 32.197

df 3

Asymp. Sig. .000

a. Friedman Test
59

Ranks

Mean Rank

formula F0 rasa 1.70

Formula F1 rasa 2.79

Formula F2 rasa 3.11

Formula F3 rasa 2.41

a
Test Statistics

N 33

Chi-Square 29.667

df 3

Asymp. Sig. .000

a. Friedman Test

Statistics

formula F0 Formula F1 Formula F2 Formula F3


warna warna warna warna

Valid 33 33 33 33
N
Missing 0 0 0 0
60

formula F0 warna

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Tidak suka 15 45.5 45.5 45.5

Suka 14 42.4 42.4 87.9


Valid
Sangat Suka 4 12.1 12.1 100.0

Total 33 100.0 100.0

Formula F1 warna

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

tidak suka 6 18.2 18.2 18.2

suka 19 57.6 57.6 75.8


Valid
sangat suka 8 24.2 24.2 100.0

Total 33 100.0 100.0

Formula F2 warna

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

tidak suka 2 6.1 6.1 6.1

suka 10 30.3 30.3 36.4

Valid sangat suka 16 48.5 48.5 84.8

amat sangat suka 5 15.2 15.2 100.0

Total 33 100.0 100.0


61

Formula F3 warna

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

amat sangat tidak suka 1 3.0 3.0 3.0

sangat tidak suka 2 6.1 6.1 9.1

tidak suka 6 18.2 18.2 27.3

Valid suka 10 30.3 30.3 57.6

sangat suka 12 36.4 36.4 93.9

amat sangat suka 2 6.1 6.1 100.0

Total 33 100.0 100.0

Statistics

formula F0 Formula F1 Formula F2 Formula F3


aroma aroma aroma aroma

Valid 33 33 33 33
N
Missing 0 0 0 0
62

formula F0 aroma

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

sangat tidak suka 1 3.0 3.0 3.0

tidak suka 11 33.3 33.3 36.4

Valid suka 20 60.6 60.6 97.0

sangat suka 1 3.0 3.0 100.0

Total 33 100.0 100.0

Formula F1 aroma

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

tidak suka 2 6.1 6.1 6.1

suka 13 39.4 39.4 45.5

Valid sangat suka 13 39.4 39.4 84.8

amat sangat suka 5 15.2 15.2 100.0

Total 33 100.0 100.0


63

Formula F2 aroma

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

tidak suka 3 9.1 9.1 9.1

suka 17 51.5 51.5 60.6


Valid
sangat suka 13 39.4 39.4 100.0

Total 33 100.0 100.0

Formula F2 aroma

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

tidak suka 3 9.1 9.1 9.1

suka 17 51.5 51.5 60.6


Valid
sangat suka 13 39.4 39.4 100.0

Total 33 100.0 100.0

Statistics

formula F0 Formula F1 Formula F2 Formula F3


tekstur tekstur tesktur tekstur

Valid 33 33 33 33
N
Missing 0 0 0 0
64

formula F0 rasa

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

sangat tidak suka 2 6.1 6.1 6.1

tidak suka 13 39.4 39.4 45.5


Valid
suka 18 54.5 54.5 100.0

Total 33 100.0 100.0

Formula F1 rasa

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

sangat tidak suka 1 3.0 3.0 3.0

tidak suka 4 12.1 12.1 15.2

suka 17 51.5 51.5 66.7


Valid
sangat suka 5 15.2 15.2 81.8

amat sangat suka 6 18.2 18.2 100.0

Total 33 100.0 100.0


65

Formula F2 rasa

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

tidak suka 1 3.0 3.0 3.0

suka 13 39.4 39.4 42.4

Valid sangat suka 15 45.5 45.5 87.9

amat sangat suka 4 12.1 12.1 100.0

Total 33 100.0 100.0

Formula F3 rasa

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

sangat tidak suka 4 12.1 12.1 12.1

tidak suka 7 21.2 21.2 33.3

suka 9 27.3 27.3 60.6


Valid
sangat suka 10 30.3 30.3 90.9

amat sangat suka 3 9.1 9.1 100.0

Total 33 100.0 100.0


66

LAMPIRAN 8
SURAT IZIN PENELITIAN
67
68
69

Anda mungkin juga menyukai