Anda di halaman 1dari 49

SKRIPSI

IMPLEMENTASI PANDUAN PEMBERIAN MAKANAN


DENGAN KEBERHASILAN PEMBERIAN MAKANAN
TAMBAHAN (PMT) PADA BALITA GIZI KURANG
DI DESA LINGGO KECAMATAN KEJAYAN
KABUPATEN PASURUAN

Oleh :
USWATUN KHASANAH
NIM. 2041A343

PROGRAM STUDI D-IV KEBIDANAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN (IIK STRADA INDONESIA)
KEDIRI
2021
LEMBAR PERSETUJUAN
IMPLEMENTASI PANDUAN PEMBERIAN MAKANAN DENGAN
KEBERHASILAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN (PMT) PADA
BALITA GIZI KURANG
DI DESA LINGGO KECAMATAN KEJAYAN
KABUPATEN PASURUAN

Diajukan Oleh :

USWATUN KHASANAH
NIM. 2041A343

TELAH DISETUJUI
Kediri, September 2021
Dosen Pembimbing

Riza Tsalatsatul M, S.Keb.,Bd.,M.Kes


NIDN:

Mengetahui
Dekan Fakultas Keperawatan
Institut Ilmu Kesehatan (IIK) Strada Indonesia

Dr. Byba Melda Suhita, S.Kep.,Ns.,M.Kes


NIDN.07140989

i
LEMBAR PENGESAHAN

Implementasi Panduan Pemberian Makanan Dengan Keberhasilan


Pemberian Makanan Tambahan (PMT) pada Balita Gizi Kurang

(Studi di Desa Linggo Kejayan Pasuruan)

Oleh : Uswatun Khasanah


NIM : 2041A0343
SKRIPSI ini telah diuji dan dinilaioleh Panitia Penguji
Pada Program Studi D-IV Kebidanan Fakultas Keperawatan Dan Kebidanan
Pada hari Jum’at, 23 September 2021

DOSEN PENGUJI

(Riza Tsalatsatul Mufida.S.ST.M.keb)


Penguji

(Miftahur Rohma. SST. M.keb) (Sri Sudarti, S.ST.M.Kes)


(Penguji 1) (Penguji 2)

MENGETAHUI,
Dekan Fakultas Keperawatan Dan Kebidanan
Institut Ilmu Kesehatan STRADA Indonesia

(Dr.Byba Melda Suhita .S.Kep,Ns.,M.Kes)


NIDN : 0707037901

iii
KATA PENGATAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas semua berkat dan rahmat-
Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Usulan Penelitian yang berjudul
“IMPLEMENTASI PANDUAN PEMBERIAN MAKANAN DENGAN
KEBERHASILAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN (PMT) PADA
BALITA GIZI KURANG DI DESA LINGGO KECAMATAN KEJAYAN
PASURUAN”. Usulan Penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana pada progam studi DIV Kebidanan IIK STRADA
INDONESIA. Dalam penulisan Skripsi ini peneliti banyak dapat bimbingan dan
dorongan dari berbagai pihak. Bersama ini perkenankanlah saya mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Dr.dr Sentot Imam Suprapto Selaku rector Institut Ilmu Kesehatan (IIK)
Strada Indonesia yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas untuk
mengikuti dan menyelesaikan pendidikan di Progam Studi Kebidanan.
2. Dr. Byba Melda Suhita, S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku Dekan fakultas keperwatan
Institut Ilmu Kesehatan (IIK) Strada Indonesia yang telah diberikan
kesempatan dan fasilitas untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan di
Progam studi D-IV Kebidanan.
3. Nita Dwi Astikasari, SST, M.Kes selaku ketua Progam Studi D-IV Kebidanan
Institut Ilmu Kesehatan (IIK) Strada Indonesia yang telah diberikan
kesempatan dan fasilitas untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan di
Progam studi D-IV Kebidanan.
4. Riza Tsalatsatul M, S.Keb.,Bd.,M.Kes, selaku pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan dalam proses pembuatan Usulan
Penelitian ini.
5. Orang tua tersayang, keluargaku tercinta yang telah mendo’akanku serta
orang yang aku sayangi terimakasih atas do’a, dukungan serta semangat yang
telah diberikan.
6. Teman-teman yang selalu membantu tulus ikhlas, mendukung, dan
memotivasi dalam penyusunan Usulan Penelitian ini.

iv
7. Pihak-pihak yang membantu untuk menunjang penyelesaian penyususnan
Usulan Penelian ini.

Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan Usulan Penelitian ini masih


jauh dari sempurna. Untuk itu segala kritik dan saran dari semua pihak sangatlah
kami butuhkan dan kesempurnaan Usulan Penelitian ini. Semoga Usulan Penelitian
ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis khususnya. Amin.

Pasuruan, September 2021

USWATUN KHASANAH
NIM. 2041A0343

v
ABSTRAK
Implementasi Panduan Pemberian Makanan dengan keberhasilan
pemberian makanan Tambahan pada balita gisi kurang Di Desa Linggo
Kejayan kabupaten Pasuruan
Uswatun Khasanah , ‘Riza Tsalatsatul Mufifa’
Institut Ilmu Kesehatan Strada Indonesia
Fakultas Keperawatan Dan Kebidanan
Email:
Latar Belakang : Keadaan ini merupakan masalah gizi dan dapat meningkatkan
morbiditis dan mortalitas anak. Keadaan gizi kurang menjadi penyebab sepertiga
dari seluruh penyebab kematian anak di seluruh dunia. Keadaan ini harus
diwaspadai karena bila gizi kurang apabila tidak ditangani secara adekuat dapat
jatuh pada kondisi gizi buruk.
Metode : Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dimana penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, dan tindakan secara holistik
dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan Bahasa. Wawancara mendalam.
Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendistribuan dan konseling sudah
berjalan dengan baik,pencatatan dan pelaporan petugas sudah dilakukan namun
tidak ada pencatatan harian sederhana oleh ibu balita.
Analisis : Hasil Analisa penelitian ini diketahui bahwa pemberian makanan
tambahan ini harus sesuai panduan jika ingin mencapai keberhasilan dalam
pemenuhan gisi balita yang kurang.oleh karena itu ibu balita harus selalu bisa
kreatif dalam pemilihan menu makanan jika balitanya tidak menyukai makanan
tersebut.
Kesimpulan : Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa orang tua balita
gizi kurang penerima makanan tambahan supaya melakukan pencatatan harian
sederhana mengenai daya konsumsi makanan yang diberikan. Masyarakat terutama
orang tua harus lebih memperhatikan kebutuhan gizi yang diperlukan oleh keluarga
terutama kebutuhan gizi bayi/anak.
Kata Kunci : Makanan tambahan, balita gizi kurang

vi
ABSTRACT
Uswatun khasanah Implementation of feeding guidelines with the success of
giving additional food to undernourished toddlers in Linggo Kejayan village
Uswatun Khasanah , ‘Riza Tsalatsatul Mufifa’
Institut Ilmu Kesehatan Strada Indonesia
Fakultas Keperawatan Dan Kebidanan
Email:
Background: This situation is a nutritional problem and can increase child
morbidity and mortality. Malnutrition is the cause of one-third of all causes of
child mortality worldwide. This situation must be watched out for because if
malnutrition is not handled adequately it can fall into a condition of poor nutrition.
Methods: This study uses qualitative research where the research intends to
understand the phenomena of what is experienced by the research subjects such as
behavior, perception, motivation, and action holistically by means of descriptions
in the form of words and language. Deep interview.
Results: The results showed that the distribution and counseling had been going
well, the recording and reporting of officers had been carried out but there was no
simple daily recording by mothers of toddlers.
Analysis: The results of the analysis of this study note that the provision of this
supplementary food must be in accordance with the guidelines if you want to
achieve success in fulfilling the nutritional deficiencies of toddlers. Therefore,
mothers of toddlers must always be creative in choosing food menus if their
toddlers do not like these foods.
Conclusion: Based on the results of the study, it was concluded that parents of
under-nourished toddlers who received additional food should keep a simple daily
record of the consumption power of the food provided. The community,
especially parents, must pay more attention to the nutritional needs needed by the
family, especially the nutritional needs of infants/children.
Keywords: Supplementary food, undernourished toddlers

vii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Kesehatan merupakan kebutuhan dasar manusia untuk dapat hidup layak dan produktif.
Pelayanan kesehatan merupakan salah satu hak mendasar masyarakat yang penyediaannya
wajib diselenggarakan oleh pemerintah sebagaimana telah diamanatkan dalam Undang-
Undang Dasar 1945 pasal 28 H ayat (1) “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan
batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta
berhak memperoleh pelayanan kesehatan”.
Salah satu indikator pencapaian pembangunan kesehatan adalah status gizi anak usia
bawah lima tahun (balita). Usia balita merupakan periode pertumbuhan dan perkembangan
yang sangat pesat. Oleh karena itu, kelompok usia balita perlu mendapat perhatian, karena
merupakan kelompok yang rawan terhadap kekurangan gizi. Usia balita ini sangat krusial
bagi perkembangan anak dan dapat menentukan masa depan anak berkaitan dengan
kemampuan otak serta daya tahan tubuhnya, sedangkan gambaran kondisi negara pada
masa yang akan datang dapat kita amati pada kualitas anak di masa kini. Oleh karena itu
sangat diharapkan peran pemerintah dalam mendukung terciptanya generasi sumber daya
manusia yang berkualitas.
Dalam menghadapi permasalahan tersebut, pemerintah harus melakukan upaya
perbaikan gizi pada masyarakat terutama balita yang masih rawan terhadap 2 kekurangan
gizi. Sebagaimana dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Pasal
141 ayat (1) bahwa : “Upaya perbaikan gizi masyarakat ditujukan untuk peningkatan mutu
gizi perseorangan dan masyarakat.”
Berdasarkan data Riset kesehatan dasar tahun 2018, status gizi balita secara nasional
mengalami peningkatan, hal ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 1.1
Prevalensi Gizi Balita di Indonesia
Status Gizi Riskesdas 2012 Riskesdas 2015 Riskesdas 2018
Gizi Buruk 5,4% 4,9% 5,7%
Gizi Kurang 13% 13% 13,9%
(Sumber : Data Riskesdas Tahun 2007, 2010 &2013)
Jika dilihat dari tabel di atas, prevalensi berat-kurang pada tahun 2018 cukup tinggi
yaitu 19,6% jika dibandingkan dengan angka prevalensi nasional tahun 20012 (18,4%) dan

1
tahun 2015 (17,9%). Perubahan terutama pada prevalensi gizi buruk yaitu pada tahun 2018
mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya meskipun pada tahun 2015 angkanya
menurun, namun pada tahun 2018 mengalami peningkatan kembali.
Oleh karena itu pemerintah mempunyai kewajiban dalam menanggulangi balita gizi
buruk dan gizi kurang dengan membuat kebijakan. Kebijakan biasanya dibuat berdasarkan
kondisi yang ada di masyarakat. Kebijakan yang dibuat pemerintah diturunkan lagi menjadi
sebuah program. Dengan demikian kebijakan atau program tersebut harus dapat
diimplementasikan dengan baik.
Untuk menanggulangi kasus gizi buruk dan gizi kurang pemerintah membuat sebuah
program. Program tersebut yaitu Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) bagi
balita gizi kurang dan gizi buruk. Program ini didasarkan pada Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Upaya Perbaikan Gizi, yang dijelaskan
dalam Pasal 18 bahwa untuk memenuhi angka kecukupan gizi dibutuhkan suplementasi gizi
dimana jenis suplementasi gizi dimaksud meliputi :
a. kapsul vitamin A
b. tablet tambah darah
c. makanan tambahan ibu hamil
d. Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI)
e. makanan tambahan anak balita 1-5 tahun
f. bubuk multi vitamin dan mineral.
Kabupaten Pasuruan merupakan kabupaten yang termasuk daerah rawan gizi yang
cukup tinggi,hal ini menjadi salah satu faktor penghambat dalam pembangunan kesehatan
di Kabupaten Pasuruan.
Kabupaten Pasuruan menjadi daerah yang termasuk mengalami permasalahan gizi
buruk yang paling kronis atau tingkat keparahannya lebih tinggi. Anak balita merupakan
kelompok yang paling rentan menderita gizi buruk karena sedang dalam masa pertumbuhan
sehingga memerlukan asupan gizi yang memadai baik kualitas maupun kuantitasnya.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Keberhasilan pemberian
makanan tambahan pada balita gisi kurang di desa Linggo Kejayan Kabupaten ?
1.3 Tujuan Penelitian
Mengeksplorasi Keberhasilan pemberian makakan tambahan pada balita gizi kurang
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat Praktis

2
1.4.1. Bagi Informan
Memberi informasi kepada masyarakat terutama di wilayah kerja puskesmas Ambal-Ambil
Kabupaten Pasuruan untuk mengetahui pentingnya informasi tentang pola pemberian makan
yang baik pada balita gizi kurang.
1.4.2 Bagi Peneliti
Dapat mengetahui pola pemberian makanan pada balita, kejadian balita gizi kurang dan
menemukan pola pemberian makan dengan kejadian balita gizi kurang diwilayah kerja
Puskesmas Ambal-Ambil.
1.4.3. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan masukan dalam proses belajar mengajar dan referensi untuk penelitian
berikutnya yang berhubungan dengan implementasi panduan pemberian makanan dengan
keberhasilan pemberian makanan tambahan (PMT) pada balita gizi kurang di desa Linggo
Kecamatan Kejayan Kabupaten Pasuruan.

Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapan beguna untuk mengembangkan dan menambah pengetahuan
tentang implementasi panduan pemberian makanan dengan keberhasilan pemberian
makanan tambahan (PMT) pada balita gizi kurang di desa Linggo Kecamatan Kejayan
Kabupaten Pasuruan.
Dibandingkan dengan indikator Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di
Kabupaten/Kota yaitu pada Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
741/Menkes/Per/VII/2008, pelayanan kesehatan di Kabupaten Pasuruan masih tergolong
rendah terutama pada pada program perbaikan gizi masyarakat masih di bawah target SPM
2010.
Berdasarkan hasil wawancara awal dengan Petugas Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten
Pasuruan, jumlah balita di Kabupaten Pasuruan setiap tahunnya mengalami peningkatan.
Peningkatan balita penderita gizi buruk dan gizi kurang merupakan fenomena yang
membayangi peningkatan jumlah balita di Kabupaten Pasuruan. Dari data tersebut dapat
terlihat bahwa jumlah balita Sangat Kurus dan Kurus cukup banyak. Didesa Linggo juga
termasuk diantaraanya, Meskipun pada tahun 2017 mengalami penurunan, namun pada
tahun 2020 mengalami peningkatan kembali.
Di Kabupaten Pasuruan Program PMT dilaksanakan berdasarkan Peraturan Daerah
Kabupaten Pasuruan Nomor 4 Tahun 2016 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Kabupaten Pasuruan Tahun 2016-2021 khususnya Bidang Kesehatan yang

3
kemudian dituangkan dalam Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Pasuruan yang
untuk program perbaikan gizi ini berpedoman pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Upaya Perbaikan Gizi.
Pemerintah Daerah Kabupaten Pasuruan melalui Dinas Kesehatan menyediakan
anggaran untuk Pemberian Makanan Tambahan (PMT) berupa biskuit bergizi selama 90
hari pada balita gizi kurang dan gizi buruk. Dan saya sebagai bidan desa setempat telah
mengusulkan ke pemerintah desa untuk menganggarkan Pemberian Makanan Tambahan
(PMT) untuk balita gisi kurang berupa susu, telur,multivitamin.
Tujuan dari program PMT ini adalah tertanganinya seluruh Balita dengan status gizi
berdasarkan indeks berat badan menurut panjang badan(BB/PB) atau Berat badan menurut
tinggi badan (BB/TB) dengan nilai Z-score -2 SD sd <-3 SD (Kurus) yang ada di wilayah
kabupaten Pasuruan khususnya desa Linggo Kejayan Pasuruan.
Biskuit yang diberikan pada program PMT di Kabupaten Pasuruan ini berupa biskuit
pabrikan dengan kandungan gizi yang telah ditetapkan bagi balita yang terkena gizi buruk
dan gizi kurang, namun lebih diprioritaskan terlebih dahulu bagi balita yang terkena gizi
buruk. Sedangkan PMT yang dari desa berupa Susu sesuai umur, telur, multivitamin.
Pelaksana atau implementor dari program PMT ini adalah Dinas Kesehatan yang
diberi kewenangan oleh Koordinator Program dari Pemerintah Daerah Kabupaten Pasuruan
yang memberi tugas Dinas Kesehatan sebagai penanggung jawab program kemudian
dibantu oleh UPT Puskesmas sebagai pelaksana teknis yang mencakup setiap kecamatan
dan dibantu juga oleh Bidan dan Kader Posyandu yang ada di kecamatan atau
desa.Sedangkan yang PMT yang di anggarkan oleh desa, pihak kecamatan memberikan
kewenangan ke pihak desa itu sendiri untuk mengelolahnya yang dibantu oleh Bidan dan
kader posyandu.
Sasaran telah ditentukan dan dilakukan pendistrubusian Makanan Tambahan
Pemulihan dengan jumlah anak yang mendapat PMT yaitu selama 90 hari diberikan setiap
1 minggu sekali yang Dilakukan Pemantauan Berat Badan dan Tinggi Badan serta
Memberikan penyuluhan kepada keluarga sasaran tentang kesehatan dan gizi
Kabupaten Pasuruan ini merupakan salah satu kabupaten yang jumlah balita gizi
kurang dan gizi buruk cukup tinggi dan rata-rata tiap tahunnya mendapat program PMT dari
Dinas Kesehatan. Untuk melihat lebih dalam pelaksanaan program Pemberian Makanan
Tambahan (PMT) di Kabupaten Pasuruan, maka penulis mengambil lingkup yang lebih
kecil yaitu di Desa Linggo Kejayan Pasuruan.

4
Desa Linggo luas wilayahnya 190.092 ha, Jumlah penduduk 1882 jiwa, jumlah KK
633, Jumlah balita umur 1-5 th 132 anak, yang mengalami gisi kurang 15 balita.. Namun
berdasarkan data yang didapat jumlah balita di Desa Linggo ..yang mengalami gizi kurang
dan gizi buruk tiap tahunnya fluktuatif. Dengan jumlahnya yang cukup tinggi dan rata-rata
tiap tahun mendapat program PMT, maka dari itu penulis tertarik untuk melihat pelaksanaan
program PMT di Desa Linggo Kejayan tersebut. Adapun jumlah balita di Desa Linggo
berdasarkan status gizi balita dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 1.1 Laporan Hasil Penimbangan Balita BB/TB Desa Linggo Kabupaten
Kejayan
Status Gizi Riskesdas 2012 Riskesdas 2015 Riskesdas 2018
Gizi Buruk 1,4% 0,9% 2,7%
Gizi Kurang 5% 5% 5,9%

Berdasarkan data di atas dapat terlihat bahwa pada tahun 2015 mengalami
penurunan yang cukup signifikan pada jumlah balita yang kekurangan gizi, namun justru
pada tahun 2018 mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Hal ini dipengaruhi salah
satunya oleh peningkatan jumlah balita di Desa Linggo Kejayan Kabupaten Pasuruan
sehingga peningkatan jumlah balita yang kekurangan gizi pun rawan mengalami
peningkatan. Didesa Linggo ini mencakup 2 dusun diiantaranya ada 4 pos posyandu yaitu
posyandu desa Linggo utara, Linggo krajan, Linggo Baratt 1 dan Linggo barat 2.
(Nama Desa Jumlah Balita yang Ada Jumlah Balita yang Ditimbang Jumlah Anak
Menurut Status Gizi BB/TB Sangat Kurus (Gizi Buruk) Kurus (Gizi Kurang)
TAHUN Jumlah balita Jumlah balita Jumlah anak menurut
yang ada yang ditimbang status gizi BB/TB
Sangat Kurus
Kurus (Gizi
( Gizi Buruk) Kurang)
2016 234 203 - 21
2017 241 212 - 19
2018 253 223 - 15
Berdasarkan hasil dari pemantauan tiap tahunnya, penyebab banyaknya jumlah
balita yang mengalami kekurangan gizi yaitu disebabkan oleh kondisi ekonomi yang kurang
atau rendahnya daya beli akibat ketidakmampuan sebagian keluarga untuk membeli

5
makanan yang sesuai dengan asupan gizi untuk balita merupakan faktor penyebab terjadinya
gizi kurang atau gizi buruk pada balita.
Gizi Kurang dan Gizi Buruk di Kabupaten Pasuruan ini diukur berdasarkan indeks
antropometri Berat Badan berdasarkan Tinggi Badan (BB/TB), Berat Badan/Usia (BB/U),
dan Balita ditimbang yang tidak naik berat badannya dua kali berturut-turut (2T). Adapun
yang menjadi prioritas atau indikator status gizi balita yang diberikan Makanan Tambahan
di Kabupaten Pasuruan yaitu :
1. Status gizi balita Sangat Kurus (BB/TB)
2. Status gizi balita Kurus (BB/TB)
3. Status gizi balita Sangat Kurang (BB/U)
4. Status gizi balita Kurang (BB/U)
5.Status gizi balita BGM (di Bawah Garis Merah)
6. Status gizi balita 2T
Peran orang tua sangat penting dalam pemenuhan gisi karena pada saat seperti ini anak
sangat membutuhkan pola asuh dan dukungan orang tua dalam menghadapi pertemuuhan dan
perkembangan yang sangat pesat. Untuk mendapatkan gizi-gizi yang baik diperlukan
pengetahua gizi yang baik dari orang tua agar dapat menyediakan menu pilihan yang seimbang
(Devi, 2012)
Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi yang juga mempengaruhi terjadinya gisi
buruk, kurang, maupun kelebihan gizi diantaranya adalah faktor sosial ekonomi, tingkat
pendidikan, tingkat pengetahua, penyakit infeksi yang diderita, jumlah anak dalam keluarga.
Keadaan ini harus diwaspadai karena bila gizi kurang apabila tidak ditangani secara adekuat
dapat jatuh pada kondisi gizi buruk.
Berdasarkan latar belakang dan indikasi masalah tersebut maka penulis tertarik untuk
mengkaji lebih dalam mengenai Pelaksanaan Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
dengan judul :
“Implementasi Panduan Pemberian Makanan Dengan Keberhasilan Pemberian
Makanan Tambahan (PMT) Pada Balita Gizi Kurang di desa Linggo Kejayan
Kabupaten Pasuruan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis uraikan, maka penulis
membatasi penelitian dengan identifikasi masalah sebagai berikut : “Bagaimana Implementasi

6
Panduan Pemberian Makanan dengan Keberhasilan Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
Bagi Balita Gizi Kurang di Desa Linggo Kejayan Kabupaten Pasuruan?”

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian


1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud penulis melakukan penelitian ini adalah untuk meneliti mengenai
Implementasi Panduan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Bagi Balita Gizi Kurang di
Desa Linggo Kejayan Kabupaten Pasuruan.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memahami bagaimana
Implementasi Panduan Pemberian Makanan Tambahan(PMT) Bagi Balita Gizi Kurang di Desa
Linggo Kejayan Kabupaten Pasuruan.
1.3 Kegunaan Penelitian
1.3.1. Bagi Informan
Memberi informasi kepada masyarakat terutama di wilayah kerja puskesmas Ambal-Ambil
Kabupaten Pasuruan untuk mengetahui pentingnya informasi tentang pola pemberian makan
yang baik pada balita gizi kurang.

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gizi
2.1.1 Konsep Status Gizi
Istilah gizi atau ilmu gizi dikenal di Indonesia pada tahun 1950-an, sebagai
terjemahan dari kata inggris “nutrition”. Kata gizi sendiri berasal dari kata “ghidza” dalam
bahasa Arab yang berarti makan. Kata “ghidza” dalam dialek mesir dibaca ”gizi”, sementara
itu ada juga yang menerjemahkan kata “nutrition” menjadi “nutrisi”.Ilmu gizi disebut juga
sebagai ilmu pangan, zat-zat dan senyawa lain yang terkandung dalam bahan pangan. Reaksi
interaksi serta keseimbanganyang dihubungkan dengan kesehatan dan penyakit. Selain itu
meliputi juga proses pencernaan pangan, penyerapan, pengangkutan, pemanfaatan dan ekskresi
zat-zat oleh organisme (Muchtadi, 2009).
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara
normal melalui proses digestasi, absorsipsi, transformasi, penyimpanan, metabolisme dan
pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, tumbuhan dan
fungsi normal dari organ, serta mengahasilkan energi (Supriasa, 2016).
Secara klasik kata gizi hanya dihubungkan dengan kesehatan tubuh, yaitu untuk
menyediakan energi, membangun dan memelihara jaringan tubuh. Sekarang kata gizi
mempunyai pengertian yang lebih luas. Disamping untuk kesehatan gizi dikaitkan dengan
potensi karena gizi dengan perkembangan otak, kemampuan belajar dan produktivitas kerja.
Negara indonesia sekarang sedang membangun, faktor gizi disamping faktor-faktor lain di
anggap lebih penting untuk memacu pembangunan, khususnya yanh berkaitan dengan
perkembangan sumber daya manusia berkualitas (Almatsier, 2009). Masalah ini mempunyai
hubungan erat dengan keadaan sosial ekonomi yang terjdi ditengah-tengah masyarakat. Status
gizi dipengaruhi oleh konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh. Bila
tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi dan digunakan secara efisien akan tercapai status gizi
optimal kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mugkin.
Masalah gizi merupakan masalah yang multidimensi , salah satu indikator kesehatan yang
dinilai keberhasilan pencapaiannya adalah status gizi balita. Status gizi balita diukur
berdasarkan umur, berat badan (BB), tinggi badan (TB) variabel ini disajikan dalam bentuk

8
tiga indikator antropometri yaitu: berat badan menurut umur (BB/U) Tinggi badan menurut
umur (TB/U) dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB).
2.1.2 Zat gizi yang diperlukan oleh Tubuh
Untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh manusia untuk memperoleh energi agar
manusia dapat melakukan kegatan fisiknya sehari-hari, maka tubuh manusia harus dipenuhi
kebutuhan. Zat-zat makanan yang diperlukan itu dapat dikelompokan menjadi 6 macam yaitu:
air, protein, lemak, vitamin, mineral dan karbohidrat.Secara garis besar zat-zat makanan
tersebut dalam tubuh manusia berfungsi sebagai berikut:
1. Air, berfungsi sebagai pelarut dan menjaga stabilitas temperaturtubuh.
2. Protein, berfungsi membangun sel-sel yang telah rusak, membentuk zat-zat
pengatur seperti enzim dan hormone, membentuk zat anti energi.
3. Lemak, menghasilkan kalori terbesar dalam tubuh.Tiap gram lemak akan
menghasilkan 9,3 kalori dan berfungsi sebagai pelarut vitamin seperti, A, D, E, dan
K, sebagai pelindung alat-alat tubuh dan sebagai pelindung tubuh dari temperature
rendah.
4. Karbohidrat, terdiri dari unsur C, H dan O berdasarkan gugus penyusunan gulanya
dapat dibedakan menjadi, monosakarida, disakarida dan polisakarida. Karbohidrat
berfungsi sebagai sumber energi utama, cadangan energi dalam otot dan hati,
sebagai pemanis buatan juga.
5. Vitamin, berfungsi untuk mengatur zat dalam tubuh dan memperkuat daya tahan
tubuh terhadap penyakit. Vitamin dapat dikelompokan menjadi Vitamin yang larut
dalam air, meliputi B dan C, dan vitamin yang larut dalam lemak meliputi A, D, E,
dan K (Kartasapoetra, 2008).

2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi


2.1.3.1 Faktor Herediter
Faktor herediter merupakan faktor yang dapat diturunkan sebagai dasar
dalam mencapai tumbuh kembang anak disamping faktor-faktor lain. Faktor
herditer meliputi bawaan, jenis kelamin, ras, dan suku bangsa. Faktor ini dapat
ditentukan dengan intensitas, kecepatan dalam pembelahan sel telur, tingkat
sensitifitas jaringan terhadap rangsangan, usia pubertas, dan berhentinya
pertumbuhan tulang.
2.1.1.1 Faktor Lingkungan
1) Lingkungan Prenatal

9
Lingkungan prenatal merupakan lingkungan dalam kandungan,
mulai dari konsepsi sampai lahir yang meliputi gizi pada waktu ibu hamil,
lingkungan mekanis, zat kimia atau toksin, dan hormonal.
(1) Lingkungan mekanis adalah segala hal yang memengaruhi janin atau
posisi janin dalam uterus.
(2) Zat kimia atau toksin
Hal ini berkaitan dengan penggunaan obat-obatan, alkohol, atau
kebiasaan merokok oleh ibu hamil.
(3) Hormonal
Hormon-hormon ini mencakup hormon somatotropin, plasenta, tiroid,
dan insulin. Peran hormon somatotropin (growth hormone), yaitu
disekresi kelenjar hipofisisjanin sekitar minggu ke-9 dan produksinya
meningkat pada minggu ke-20. Hormon plasenta (human plasental
lactogen) berperan dalam nutrisi plasenta.
2) Lingkungan Postnatal
(1) Budaya lingkungan
Budaya lingkungan dalam hal ini adalah budaya di masyarakat
yang memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.
(2) Status sosial ekonomi
Status sosial ekonomi juga dapat memengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan anak. Anak dengan keluarga yang memiliki sosial
ekonomi tinggi umumnya pemenuhan kebutuhan gizinya cukup baik
dibandingkan dengan anak dengan sosial ekonomi rendah.
(3) Nutrisi
Nutrisi adalah salah satu komponen yang penting dalam
menunjang keberlangsungan proses pertumbuhan dan perkembangan.
(4) Iklim dan cuaca
Iklim dan cuaca dapat berperan dalam pertumbuhan dan
perkembangan. Misalnya pada saat musim tertentu kebutuhan gizi
dapat dengan mudah diperoleh, namun pada saat musim yang lain
justru sebaliknya.
(5) Olahraga atau latihan fisik
Olahraga atau latihan fisik dapat memacu perkembangan anak
karena dapat meningkatkan sirkulasi darah sehingga suplai oksigen

10
ke seluruh tubuh dapat teratur serta dapat meningkatkan stimulasi
perkembangan tulang, otot, dan pertumbuhan sel lainnya.
(6) Posisi anak dalam keluarga
Posisi anak dalam keluarga dapat memengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan. Secara umum, anak pertama atau tunggal
memiliki kemampuan intelektual lebih menonjol dan cepat
berkembang karena sering berinteraksi dengan orang dewasa, namun
dalam perkembangan motoriknya kadang-kadang terlambat karena
tidak ada stimulasi yang biasanya dilakukan saudara kandungnya.
(7) Status kesehatan
Status kesehatan anak dapat berpengaruh pada pencapaian
pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini dapat terlihat apabila anak
berada dalam kondisi sehat dan sejahtera, maka percepatan untuk
tumbuh kembang menjadi sangat mudah dan sebaliknya.
2.1.1.2 Faktor Hormonal
2.1.1.3 Faktor hormonal yang berperan dalam tumbuh kembang anak antara lain
hormon somatotropin, tiroid, glukokortiroid. Hormon somatotropin (growth
hormone) berperan dalam mempengaruhi pertumbuhan tinggi badan dengan
menstimulasi terjadinya proliferasi sel kartilago dan sistem skeletal. Hormon
tiroid berperan menstimulasi metabolisme dalam tubuh. Hormon
glukokortiroid mempunyai fungsi menstimulasi pertumbuhan sel interstisial
dari testis (untuk memproduksi testosteron) dan ovarium (untuk
memproduksi estrogen), selanjutnya hormon tersebut akan menstimulasi
perkembangan seks, baik pada laki-laki maupun perempuan yang sesuai
dengan peran hormonnya.
Menurut Livinson dalam Supriasa (2016) faktor-faktor yang mempengaruhi status
gizi adalah:
1. Zat gizi dalam makanan
Makanan dikatakan bergizi jika mengandung zat makanan yang cukup dalam
jumlah dan kualitasnya sesuai dengan kebutuhan tubuh. Makanan yang kita
konsumsi setiap hari dapat dibagi dalam beberapa golongan, yaitu protein, lemak,
karbohidrat, vitamin, mineral, air, dan oksigen, dan makanan berserat. Bila orang
salah dalam mengkonsumsi makanan dapat menimbulkan dampak yang tidak baik.
Makanan yang dimakan sehari – hari hendaknya merupakan makanan seimbang,

11
terdiri atas bahan – bahan makanan yang tersusun secara seimbang baik kualitas
maupun kuantitas untuk memenuhi syarat hidup sehat.
2. Ada tidaknya program pemberian makanan diluar keluarga
Jika anak sudah mulai diperkenalkan makanan semacam fast-food yang saat
ini sedang menjamur dimana-mana, tentu saja mereka selalu ingin mendapatkan
makanan seperti itu yang menunya tidak merupakan makanan yang lengkap,
karena tidak selalu dimakan dengan sayuran.Kegemaran ini tentu akan dibawa
sampai anak meningkat remaja dan dewasa. Akibatnya, banyak anak muda-muda
sudah menderita penyakit degeneratif, tinggi kolesterol, dan sebagainya.
3. Daya beli keluarga
Status sosial ekonomi dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
anak. Hal ini dapat terlihat anak dengan sosial ekonomi tinggi, tentunya
pemenuhan kebutuhan gizi sangat cukup baik dibandingkan dengan anak dengan
sosial ekonominya rendah.
4. Kebiasaan makan
Pada usia 1-5 tahun ini kebiasaan makan pada anak tergantung pada orang
tuanya, kadang-kadang anak malas makan dirumah karena kondisi yang tidak
disukai, pada usia ini kemampuan makan dengan menggunakan sendok, piring, dan
garpu sudah baik. Pada usia sekolah tata cara dalam makan seperti makan dengan
duduk, mencuci tangan sebelum makan, tidak mengisi mulut secara penuh dan
mengambil makanan secara bersamaan dan lain – lain kebiasaan tersebut harus
dilakukan. Kadang-kadang usia sekolah juga malas untuk makan akibat stres atau
sakit sehingga peru pemantauan, dan anak sekolah cenderung suka makan secara
bersamaan dengan teman sekolahnya.
5. Pemeliharaan kesehatan
Sehat merupakan suatu keadaan yang terdapat selama masa tumbuh kembang
manusia. Keadaan tersebut tidak selalu berjalan lancar, kadang-kadang mengalami
gangguan. Kesehatan individu atau diri sendiri dapat terwujud apabila seseorang
menjaga kesehatan tubuh.
Status kesehatan anak dapat bepengaruh pada pencapaian pertumbuhan dan
perkembangan. Hal ini dapat terlihat apabila anak dengan kondisi sehat dan
sejahtera maka percepatan untuk tumbuh kembang sangat mudah, akan tetapi
apabila kondisi status kesehatan kurang maka akan terjadi perlambatan.
6. Lingkungan fisik dan sosial

12
Lingkungan fisik yang dapat mempengaruhi pertumbuhan adalah cuaca,
keadaan geografis, sanitasi lingkungan, keadaan rumah dan radiasi. Cuaca dan
keadaan geografis berkaitan erat dengan pertanian dan kandungan unsure mineral
dalam tanah. Daerah kekeringan atau musim kemarau yang panjang menyebabkan
kegagalan panen. Kegagalan panen ini menyebabkan persediaan pangan di tingkat
rumah tangga menurun yang berakibat pada asupan gizi keluarga rendah. Keadaan
ini dapat menyebabkan gizi kurang dan pertumbuhan anak akan terhambat
(Supariasa, 2016).
Status gizi anak pada dasarnya ditentukan oleh dua hal yaitu makanan yang
di makan dan keadaan kesehatan. kualitas dan kuantitas makanan seorang anak
tergantung pada kandungan zat gizi makanan tersebut, ada tidaknya pemberian
makanan tambahan di keluarga, daya beli keluarga dan karakteristik ibu tentang
makanan dan kesehatan. Keadaan kesehatan anak juga berhubungan dengan
karakteristik ibu terhadap makanan dan kesehatan, daya beli keluarga, ada tidaknya
penyakit infeksi dan jangkauan terhadap pelayanan kesehatan.

2.1.4 Penilaian Status Gizi


Menurut Supriasa (2016) penilaian status gizi ada 2 cara yaitu secara langsung dan
tidak langsung.
1.Penilaian Secara Langsung
Penilaian status gizi secara langsung dapat bagi menjadi empat penilaian yaitu:
a.Antropometri : digunakan untuk melihat ketidak seimbangan asupan protein dan
energi. Ketidak seimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi
jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.Penilaian secara langsung
dapat menggunakan Indeks Antropometri yaitu :
1) Berat Badan Menurut Umur (BB/U)
Berat badan adalah suatu parameter yang menberikan gambaran masa tubuh. Masa
tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-parubahan yang mendadakan, misalnyan
terserang penyakit infeksi, menurunya nafsu makan atau menurunya jumlah
makana yang dikonsumsi (Supriasa. 2016)
2) Tinggi badan menurut umur (TB/U)
Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan
perutumbuhan skeletal.pada keadaan normal, tinggi badan seiring dengan
pertanbahan umur pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan,relatif

13
kurang sensitif terhadap masalah kurang gizi dalam waktu yang pendek (Supriasa,
2016).
3) Berat Badan Menurun Tinggi Badan (BB/TB)
Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menilai status Gizi saat ini.
Indeks TB/BB merupakan Indeks yang independen terhadap umur
(Supriasa, 2016).
Menurut World Health Organization (WHO) untuk mengukur status gizi balita dilakukan
dengan mengukur berat badan dan tinggi berdasarkan umur sebagai indicator

Tabel 2.1Kategori Status GizidanAmbang Batas MenurutIndeks


Indeks KategoriStatus Gizi Ambang Batas (Z-Score)
(BB/U) Gizi Buruk <- 3 SD
Gizi Kurang -3 SD sampaidengan -2 SD
Gizi Baik -2 SD sampai dengan 2 SD
Gizi Lebih >2 SD
PB/U atauTB/U SangatPendek <- 3 SD
Pendek -3 SD sampaidengan -2 SD
Normal -2 SD sampai dengan 2 SD
Tinggi >2 SD
Indeks KategoriStatus Gizi Ambang Batas (Z-Score)
BB/PB atauBB/TB SangatKurus <- 3 SD
Kurus -3 SD sampaidengan -2 SD
Normal -2 SD sampai dengan 2 SD
Gemuk >2 SD

2.2 Konsep Pola Makan Balita dan Keberhasilan pemberian makanan tambahan
Pola pemberian makanan adalah berbagai informasi tentang kebutuhan, pemilihan
bahan makanan, dan status gizi yang memberikan gambaran mengenai macam dan jumlah
makanan yang dimakan setiap hari oleh balita dan merupakan ciri khas untuk suatu kelompok
masyarakat tertentu (Sulistyoningsih, 2011).
2.2.1 FaktorYang Mempengaruhi Pola Makan

14
Menurut Sulistyoningsih (2011), Pola makan yang terbentuk sangat erat kaitannya
dengan kebiasaan makan seseorang. Secara umum faktor yang mempengaruhi
terbentuknya pola makan adalah:
1. Faktor Ekonomi
Variabel ekonomi yang cukup dominan dalam mempengaruhi konsumsi pangan adalah
pendapatan keluarga dan harga. Meningkatnya taraf hidup (kesejahteraan) masyarakat,
pengaruh promosi melalui iklan, serta kemudahan informasi, dapat menyebabkan
perubahan gaya hidup dan timbulnya kebutuhan psikogenik baru di kalangan ekonomi
menengah keatas.
Tingkat pendidikan rendah akan sulit menerima arahan dalam pemenuhan
gizi dan mereka sering tidak mau atau tidak menyakini pentingnya pemenuhan–
pemenuhan kebutuhan gizi atau pentingnya pelayanan kesehatan lain (Hidayat, 2009).
2. Faktor sosial budaya
Pantangan dalam mengkonsumsi jenis makanan tertentu dapat dipengaruhi oleh faktor
budaya/kepercayaan. Pantangan yang didasari oleh kepercayaan pada umumnya
mengandung perlambang atau nasehat yang dianggap baik ataupun tidak baik yang
lambat laun akan menjadi kebiasaan atau adat. Kebudayaan suatu masyarakat
mempunyai kekuatan yang cukup besar untuk mempengaruhi seseorang dalam memilih
dan mengolah pangan yang akan dikonsumsi.
3. Agama
Pantangan yang didasari agama, khususnya islam disebut haram dan individu yang
melanggar hukumnya berdosa. Adanya pantangan terhadan pantangan/minuman
tersebut membahayakan jasmani dan rohani bagi yang mengkonsumsinya.
4. Pendidikan
Pendidikan dalam hal ini biasanya dikaitkan dengan pengetahuan, akan berpengaruh
terhadap pemilihan bahan makanan dan pemenuhan kebutuhan gizi. Salah satu contoh,
prinsip yang dimiliki seseorang pendidikan rendah biasanya adalah yang penting
mengenyangkan, sehingga porsi bahan makanan sumber karbohidrat lebih banyak
dibandingkan dengan kelompok bahan makanan lain.
5. Lingkungan
Faktor lingkungan cukup besar pengaruhnya terhadap pembentukan perilaku makan.
Lingkungan yang dimaksud dapat berupa lingkungan keluarga, sekolah, serta adanya
promosi melalui media elektronik maupun cetak. Kebiasaan makan dalam keluarga

15
sangat berpengaruh besar terhadap pola makan seseorang, kesukaan seseorang terhadap
makanan terbentuk dari kebiasaan makan yang terdapat dalam keluarga.
Pola makan balita dibedakan atas umur. Untuk balita di bawah umur satu tahun
berbeda dengan balita di atas satu tahun. Balita usia 0-1 tahun masih disebut sebagai bayi,
dengan makanan utamanya adalah ASI/PASI dan makanan pelengkap. Sedangkan balita
usia 1-5 tahun makanan yang dibutuhkan sudah lebih variatif. Berikut merupakan pola
makan balita usia 1 -5 tahun :
1. Pola makan bayi 0-1 tahun
Makanan bayi sehat dibagi menjadi 2 golongan, pertama adalah makanan
utama Air Susu Ibu (ASI)/Pengganti Air Susu Ibu (PASI). PASI atau Pengganti Air Susu
Ibu diberikan apabila ASI kurang atau tidak ada sama sekali. Kedua adalah makanan
pelengkap yang terdiri dari buah-buahan, biskuit, makanan lumat, dan makanan lembek.
2. Pola makan balita 1-5 tahun
Pada usia 1-5 tahun anak bersifat konsumen pasif. Makanannya tergantung
pada apa yang disediakan ibu. Gigi geligi susu telah tumbuh, tetapi belum dapat
digunakan untuk mengunyah makanan yang terlalu keras. Namun anak hendaknya sudah
diarahkan untuk mengikuti pola makanan orang dewasa.
2.3 Cara Mengontrol Pertumbuhan anak
Baik atau tidaknya pertumbuhan anak dapat dinilai dari pengukuran tinggi badan,
berat badan, dan lingkar kepala. Cara mengetahui pertumbuhan bayi normal usia satu
tahun adalah dengan menghitung beratnya yang mencapai tiga kali berat lahir.
Kemudian, panjang badannya naik 50 persen dari panjang lahir dan lingkar kepala
naiknya sekitar 10 cm dari saat lahir.
Pada tahun 2010, Kementerian Kesehatan berserta lintas program dan lintas sektor
terkait telah menyusun buku Strategi Peningkatan Makanan Bayi dan Anak, yang bertujuan
untuk membangun komitmen dan menjadi rujukan bagi pihak-pihak yang akan melaksanakan
upaya strategi PMBA. Salah satu rekomendasi dalam Global Strategy on Infant and Child
Feeding, pola pemberian makan terbaik bagi bayi dan anak sejak lahir sampai umur 24 bulan.
Jika tidak tertangani dengan cepat akan mengakibatkan banyaknya balita yang akan
berstatus gizi kurang bahkan yang lebih fatalnya lagi dapat mengakibatkan balita berstatus gizi
buruk sehingga seharusnya Instansi kesehatan terkait terutama puskesmas yang berkoordinasi
dengan kader, benar dan tepat baik secara frekuensi pemberian, jenis, jumlah/porsi,konsistensi/
tekstur, cara pengolahan serta cara penyajian kepada masyarakat yg memiliki balita agar

16
pengetahuan masyarakat tentang pola pemberian makanan pendamping ASI yang baik, benar
dan tepat dapat meningkat serta dapat mempraktikkan pola tersebut kepada balita mereka.
Pengukuran berat badan menurut tinggi badan ini diperoleh dengan mengkombinasikan
berat badan dan tinggi badan per umur kategori menurut standar harvard yaitu :
a) Gizi baik, apabila berat badan bayi/anak menurut panjang/tinggi nya 09%
b) Gizi kurang, apabila berat badan bayi/anak menurut panjang/tinggi nya berada di antara
70,1% -90%
c) Gizi buruk, apabila berat badan bayi/anak menurut panjang/tinginya 70% atau kurang

2.4 Dukungan Keluarga Dalam Keberhasilan Pemberian Makanan Tambahan


Menurut Hasbullah (2011) orang tua adalah orang yang pertama dan utama yang
bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup dan pendidikan. Oleh karena itu para orang
tua hendaknya memperhatikan pertumbuhan anak agar dapat tumbuh sesuai usianya. Didalam
keluarga tempat dimana orang tua mendidik anaknya untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan anak.
Dukungan orang tua mengacu pada dukungan sosial. Menurut Uchino (dalam Sarafino
& Smith, 2011), dukungan sosial adalah kenyamanan, kepedulian, penghargaan, maupun
bantuan dalam bentuk lainnya yang diterima individu dari orang lain ataupun kelompok. Taylor
(dalam Saputri & Indrawati, 2011) menjelaskan, dukungan sosial akan lebih berarti bagi
seseorang apabila diberikan oleh orang-orang yang memiliki hubungan signifikan dengan
individu yang bersangkutan, seperti halnya dukungan yang diperoleh dari orangtua, pasangan
(suami atau istri), anak dan kerabat keluarga lainnya.
Keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan
beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan
saling ketergantungan” —Kementrian Kesehatan (2016).
Dalam kehidupan sehari – hari, manusia memiliki ikatan yang tidak dapat dipisahkan
dengan lingkungan dan masyarakat sekitar sehingga timbul norma, pola tingkah laku dan nilai.
Kesejahteraan anak dalam keluarga berkaitan dengan kasih sayang, struktur dan fungsi serta
Kesehatan fisik emosi orangtua. Jika ada gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak
keluarga yang akan diminta penjelasan pertama kali.Walaupun demikian seorang anak dalam
banyak hal tergantung kepada orang dewasa, misalnya mengkunsumsi makanan,perawatan,
bimbingan, perasaan aman, pencegahan penyakit dan sebaginya.

17
Banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan anak yaitu keturunan, lingkungan
biologis, lingkungan fisik, lingkungan psikososial, lingkungan keluarga. Hubungan dengan
anggota keluarga menjadi landasan sikap terhadap orang, benda, dan kehidupan secara umum.

2.5 Kerangka Konsep


Kerangka konsep penelitian pada hakikatnya adalah suatu uraian dan visualisasi konsep-
konsep serta variabel-variabel yang akan diukur (diteliti) (Notoatmojo, 2010)

Orangtua anak
umur 1-5 tahun
1. Factor herediter
2. Faktor Lingkungan usia 0-1 tahun
1. Konsep Pola makan
a. Lingkungan Prenatal balita
b. Lingkungan Postnatal Pertumbuhan anak 2. Cara Mengontrol
- Budaya lingkungan pertumbuhan Anak
usia 1-5 tahun
- Status sosial ekonomi 3. Dukungan Keluarga
- Nutrisi Dalam keberhasilan
- Iklim dan cuaca pemberian makanan
- Olahraga tambahan
- Posisi anak dalam keluarga

18
BAB III
METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran ilmu pengetahuan
atau pemecahan suatu masalah, yang pada dasarnya menggunakan metode ilmiah
(Notoatmodjo, 2013).
1.1 Desain Penelitian
Desain penelitian adalah rencana atau struktur dan strategi penelitian yang disusun
sedemikian rupa agar dapat memperoleh jawaban dan mengontrol mengenai permasalahan
penelitian (Notoadmojo, 2013). Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif
kualitatif dengan strategi penelitian studi kasus atau disebut dengan CSR (Case Study
Research).
Penelitian kualitatif yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan cara
menekankan pada suatu aspek atau pembahasan tertentu secara mendalam yang biasanya
berupa bentuk deskriptif kata atau kalimat yang sudah disusun secara terstruktur dan
sistematis (Ibrahim, 2015). Kualitas dari penelitian kualitatif dapat dilihat dari kemampuan
peneliti dalam menggali dan mengambil data secara dalam terhadap partisipan, semakin
dalam data diperoleh maka semakin berkualitas juga hasil dari penelitian tersebut (Bungin
dalam Ibrahim, 2015). Dan penelitian ini menggunakan desain deskriptif kualitatif dengan
pendekatan studi kasus karena peneliti ingin mendeskripsikan Keberhasilan pemberian
makanan tambahan pada balita umur 1-5 tahun Di Desa Linggo Kecamatan Kejayan
Kabupaten Pasuruan.

1.2 Kerangka Kerja


Kerangka kerja atau kerangka operasional adalah langkah-langkah dalam aktivitas ilmiah,
mulai dar penetapan populasi, sampel, dan seterusnya, yaitu kegiatan sejak awal dilaksanakan
penelitian (Nursalam, 2013)

19
Kerangka Konsep

Desa Linggo Kejayan Pasuruan

Orang tua yang memiliki balita gisi kurang usia 1-5 Tahun di Posyandu Desa
Linggo, Kejayan, Pasuruan yang memenuhi syarat menjadi sample sesuai kriteria

1.3 Identifikasi Variabel


Variabel merupakan ciri yang dimiliki oleh anggota suatu kelompok yang berbeda
yang dimiliki kelompok tersebut (Nursalam, 2013).
Menurut Sudigdo (2010 : 255) variabel adalah sebagai karakteristik subyek
penelitian yang berubah dari satu subyek ke subyek lain.
Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah variabel mandiri/tunggal
yaitu Implementasi panduan pemberian makanan dengan Keberhasilan pemberian
makanan tambahan pada balita gisi kurang Di Desa Linggo Kejayan Kabupaten Pasuruan.

1.4 Definisi Operasional


Definisi operasional adalah mendefinisikan variable secara operasional berdasarkan
karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi
atau pengukuran normal terhadap suatu objek atau fenomena (Ibrahim, 2015)

20
No Definisi
Variabel Indikator Alat ukur Skala Kategori
. operasional
1 Keberha Bertambahnya Jawaban Panduan Ordinal Aktif
silan jumlah dan informan di Wawancara Kurang aktif
orangtua besarnya panduan Tidak aktif
dalam sel,organ yang wawancara
pemberi dapat diukur
an berdasarkan
makanan keberhasilan
tambaha orangtua
n pada dalam
balita pemberian
gisi makanan
kurang tambahan pada
balita gisi
kurang

1.5 Desain Sampling


1.5.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristiktertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono. 2017).
Menurut Sudigdo (2010) populasi merupakan sejumlah besar subyek yang
mempunyai karakteristik tertentu.
Pada penelitian ini yang diteliti adalah Keberhasilan pemberian makanan
tambahan pada balita gisi kurang Di Desa Linggo Kecamatan Kejayan Kabupaten
Pasuruan.
1.5.2 Sampling
Sampel adalah sebagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah
dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2013).
Sampel dalam penelitian ini adalah Memilih orangtua yang memiliki balita
gisi kurang usia 1-5 tahun di Desa Linggo-Kejayan-Pasuruan.

21
1.5.2.1 Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari suatu
populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2017).
Karakteristik inklusi dalam penelitian ini antara lain :
1. Orangtua yang memiliki anak usia 1-5 tahun
2. Anak usia 1-5 tahun yang diasuh oleh orang tuanya
3. Orangtua yang bersedia menjadi informan
3.5.2.2 Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah menghilangkan/mengeluarkan subyek yang
memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab (Nursalam,
2017).
Karakteristik eksklusi dalam penelitian ini antara lain :
1. Orangtua yang mempunyai anak usia 1-5 tahun
2. Anak usia 1-5 tahun yang diasuh oleh anggota keluarga lain
3.5.2.2 Besar Sampel
Besar sampel adalah banyaknya anggota yang akan dijadikan sampel. Pada
penelitian ini sampelnya adalah Keberhasilan pemberian makanan tambahan pada
balita gisi kurang Desa Linggo Kecamatan Kejayan Kabupaten Pasuruan sebanyak
5 informan.
3.5.3 Teknik Sampling
Teknik Sampling merupakan suatu proses seleksi sampel yang digunakan
dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel akan mewakili
keseluruhan populasi yang ada (Hidayat, 2008 : 72).
Teknik sampling penelitian ini adalah purposive sampling, salah satu jenis
teknik non probability sampling di mana pengambilan sampel didasarkan pada
kriteria-kriteria yang dirumuskan terlebih dahulu oleh peneliti. Sampel diambil
bukan secara acak, namun ditentukan sendiri oleh peneliti dengan pertimbangan
atau kriteria tertentu.
Purposive sampling sering kali digunakan pada penelitian kualitatif atau
analisis eksploratori. Banyaknya ukuran sampel bergantung pada alasan
pengambilan sampel dilakukan dan jenis teknik puposive sampling mana yang
digunakan. Perihal seberapa baik sampel dapat mewakili populasi (representatif)
bukanlah tujuan utama dari penelitian tersebut.

22
3.6 Pengumpulan Data, Pengolahan Data dan Analisa
1.6.1 Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan
proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian
(Nursalam, 2008 : 111).
Metode Pengumpulan Data
a. Wawancara
Menurut Subagyo (2011), wawancara merupakan suatu kegiatan yang
dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung dengan cara
mengungkapan pertanyaan-pertanyaan pada para responden atau partisipan.
Dalam metode wawancara ini, dapat digunakan instrumen berupa panduan
wawancara. Peneliti sebelumnya telah menyusun beberapa pertanyaan untuk
dikembangkan demi memperoleh data yang mendalam. Peneliti menggunakan
alat perekam suara (voice recorder) selama wawancara berlangsung.
b. Metode Uji Keabsahan Data (Uji Triangulasi Sumber)
Uji keabsahan data dimaksudkan untuk menguji kualitas data atau
informasi yang diperoleh dalam penelitian, sehingga menghasilkan data dengan
validasi tinggi. Dikarenakan peneliti merupakan instrumen utama, maka uji
keabsahan data menggunakan metode triangulasi sumber. Sebagaimana
menurut Moleong (2010) triangulasi (triangulation) merupakan suatu teknik
yang dilakukan untuk memeriksa keabsahan sebuah data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai
suatu pembanding terhadap data itu. Ditambah dengan data penunjang dari
hasil observasi. Pengumpulan data dilakukan untuk mendapatkan sumber data
yang sama dan valid serta mendukung dari data yang didapat oleh peneliti.
Melakukan proses triangulasi sumber yaitu pada anggota keluarga di Desa
Linggo Kejayan Pasuruan.

1.6.2 Proses Pengumpulan Data


Dalam melakukan pengumpulan data sesuai prosedur yang ditetapkan
adalah sebagai berikut :
a. Studi Pendahuluan
1) Mengurus surat ijin studi pendahuluan dari institusi IIK STRADA
Indonesia .

23
2) Menyerahkan surat ijin penelitian dari institusi IIK STRADA Indonesia ke
lahan yang akan digunakan untuk studi pendahuluan.
3) Pengambilan data dilakukan di Desa Linggo Kejayan Pasuruan
b. Penelitian
1) Mengurus surat ijin penelitian ke Ketua Program Studi D-IV Kebidanan IIK
STRADA Indonesia dengan menyerahkan Usulan Penelitian.
2) Menyerahkan surat ijin penelitian ke tempat lahan penelitian.
3) Menerima balasan ijin penelitian dari tempat penelitian dan menyerahakan
kepada IIK STRADA Indonesia.
4) Pengambilan data penelitian
a) Meminta persetujuan calon informan untuk menjadi informan penelitian.
b) Jika calon informan setuju maka penulis meminta mengisi lembar
persetujuan.
c) Memberikan pertanyaan berdasarkan panduan wawancara yang telah
disiapkan
d) Setelah selesai proses wawancara, peneliti mengumpulkan hasil data yang
diperoleh untuk dilakukan proses pengolahan dan analisis data.
1.6.2.1 Waktu dan Tempat
1) Tempat penelitian
Lokasi penelitian akan dilaksanakan di Desa Linggo Kejayan Pasuruan
2) Waktu penelitian.
Penelitian ini akan dilaksanakan pada Bulan September 2021
1.6.3 Pengolahan Data
1.6.3.1 Langkah-Langkah Analisa
1) Editing
Editing atau mengedit data adalah upaya untuk memeriksa kembali
kebenaran data yang di peroleh untuk di kumpulkan. Editing dapat dilakukan
pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul (Sugiyono, 2013)
Kegiatan dalam langkah ini antara lain :
(1) Mengecek nama dan kelengkapan identitas.
(2) Mengecek kelengkapan data
(3) Mengecek macam isian data.

24
2) Proses Pengolahan Data
Proses pengoahan data penelitian kualitatif bertujuan untuk mengorganisir
data menjadi lebih terstruktur dan mendapatkan makna dari data yang telah
diperoleh. Penelitian kualitatif seringkali menggabungkan pengolahan data dan
pengumpulan data secara bersamaan, tidak menunggu seluruh data terkumpul
terlebih dahulu, sehingga pencarian akan tema dan konsep yang penting terjadi
setelah data diperoleh ( Polit & Beck, 2012).
Dalam melakukan proses pengolahan data peneliti mengacu pada alur tahapan
yang di tawarkan oleh Strauss dan Corbin 1990 dalam Martha dan Kresno,( 2016
) sebagai berikut:
1. Koding terbuka ( Open Coding ) : Secara ringkas dapat disimpulkan bahwa
koding terbuka memungkinkan kita mengidentifikasi kategori-kategori;
2. Koding Axial ( Axial Coding ): Mengorganisasikan data dengan cara baru
melalui dikembangkanya hubungan-hubungan ( koneksi ) diantara kategori-
kategori, atau diantara kategori dengan sub kategori-sub kategori di
bawahnya;
3. Koding Selektif ( Selective Coding ) : yakni peneliti menyeleksi kategori
yang paling mendasar, secara sistematis menghubungkanya dengan kategori-
kategori yang lain dan menvalidasi hubungan tersebut.
1.7 Etika Penelitian
Masalah etika penelitian kebidanan merupakan masalah yang sangat penting
dalam penelitian, mengingat penelitian kebidanan berhubungan langsung dengan
manusia maka segi etika penelitian harus diperhatikan (sugiyono,2013)
Pengumpulan data dilakukan dan menekankan masalah etika yang meliputi :
1.7.1 Informed Consent (Lembar persetujuan)
Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan diteliti dan
memenuhi kriteria insklusi. Lembar ini juga dilengkapi dengan judul penelitian
dan manfaat penelitian. Apabila subyek menolak maka peneliti tidak memaksa dan
harus menghormati hak – hak subyek.
1.7.2 Anonimity (tanpa nama)
Nama subjek tidak dicantumkan pada lembar penyajian data.
1.7.3 Confidentiality (rahasia)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya.

25
Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti,
hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.

3.8 Keterbatasan penelitian


Keterbatasan merupakan kelemahan dan hambatan dalam penelitian yang dialami
peneliti.
3.8.1 Cara pengumpulan data
Mengalami kesulitan dalam menggali informasi mendalam dari informan pada saat
wawancara.
3.8.2 Responden
Rendahnya pemahaman orangtua atau keluarga, dan kurang kooperatif selama
proses pengambilan data.

26
BAB IV
HASIL PENELITIAN

1. Deskripsi Tempat Penelitian


Linggo adalah sebuah desa di wilayah Kecamatan Kejayan Kabupaten
Pasuruan, Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Luas daerah Linggo adalah ± 1.216,13
Ha, yang dibagi menjadi persawahan, perkebunan, dan fasilitas umum, hutan dan
tanah kering. Lokasi berada di pertengahan kota kabupaten Ponorogo dengan
jarak 250 km dari ibukota provinsi, 20 km dari ibukota kabupaten, 5 km dari
ibukota kecamatan.
Batas wilayah disebelah utara berbatasan dengan desa Sumber suko,
sebelah timur berbatasan dengan desa Klangrong , sebelah selatan berbatasan
dengan desa Ambal ambil, sementara disebelah barat berbatasan dengan Wrati .
Pembagian wilayah pemerintahan desa Linggo terbagi menjadi 2 wilayah
pedukuhan yaitu dukuh Krajan, dukuh Menyeng yang terbagi dalam 4 RW dan
12 RT.
Akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan sudah sangat mudah,
di Desa Linggo terdapat satu Polindes yang terdiri dari satu Bidan. Di desa Linggo
terdapat empat posyandu yaitu posyandu Linggo utara, posyandu Linggo krajan,
posyandu Linggo barat 1 , posyandu Linggo barat 2.
Penelitian tentang Implementasi pemberian makanan dengan
keberhasilan pemberian makanan tambahan pada balita gisi kurang di desa
Linggo kecamatan Kejayan Kabupaten Pasuruan ini dilaksanakan mulai tanggal
1 September 2021 sampai 16 September 2021 dan bertempat di Desa Linggo
Kejayan Pasuruan. Informan adalah penduduk desa Linggo Kecamatan Kejayan
Kabupaten Pasuruan yang menjadi orangtua anak usia 1-5 tahun yang bersedia
menjadi informan dalam penelitian ini.
2. Pelaksanaan penelitian
Pada bab ini peneliti akan menguraikan serta menerangkan data dan hasil
penelitian tentang permasalahan yang telah dirumuskan pada Bab 1. Hasil dari
penelitian ini diperoleh dengan teknik wawancara mendalam secara langsung
kepada informan. Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2021. Peneliti
melakukan wawancara menggunakan media telepun genggam dan melakukan
recording untuk mendokumentasikan hasil wawancaranya. Kita juga

27
menggunakan aplikasi WhatsUp untuk melakukan wawancara jika informan
sedang sibuk bekerja maupun sedang sibuk merawat anaknya.
Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif untuk melihat kondisi alami
dari suatu kebiasaan yang yang dilakukan orangtua dalam memantau
pertumbuhan anaknya. Penelitian ini melibatkan lima informan yaitu orangtua
yang memiliki anak usia 1-5 tahun. Karena informan ini adalah orangtua yang
memiliki anak yang masih butuh perhatian penuh, jadi peneliti benar-benar
mencari waktu yang tepat saat informan tidak sedang sibuk. Saat sikecil sedang
anteng dan tidak rewel sehingga bisa mendukung jalannya acara wawancara
dengan informan.
Berikut Data Informan :
Nama Informan Usia Informan Pekerjaan Usia anak Alamat
Ny. Aisah Perempuan 28 th SD Dsn Menyeng 9/4 Desa
Linggo Kejayan
Ny. Badri Laila Perempuan 26 th SD Dsn. Menyeng 7/3 Desa
Linggo Kejayan
Ny. Andriani Perempuan 33 th SMP Dsn Krajan 1/1 Desa
Linggo Kejayan
Ny. Winda Perempuan 20 tahun SD Dsn Menyeng 12/4 Desa
Linggo Kejayan
Ny. Endang Perempuan 30 tahun SD Dsn Krajan 4/2 Desa
Linggo Kejayan

Untuk mengetahui keberhasilan orangtua dalam pemberian makanan tambahan pada


balita gisi kurang peneliti menggunakan teknik wawancara dan dokumentasi.
Wawancara dilakukan oleh peneliti terhadap lima informan di desa Linggo kecaamatan
Kejayan Kabupaten Pasuruan. Adapun hasilnya dapat diuraikan dari beberapa fokus
penelitian yaitu:
A. Pengetahuan orangtua tentang makanan tambahan anak usia 1-5 tahun
- Jelaskan yang Bapak/Ibu ketahui tentang makanan tambahan?
- Jelaskan yang Bapak/Ibu ketahui tentang faktor-faktor yang mempengaruhi status gisi
anak?

28
Orangtua anak kebanyakan salah dalam mengartikan status gisi anak, mereka
mengira kalau pertumbuhan anak itu juga termasuk perkembangan anak seperti anak bisa
duduk,merangkak,berbicara dan merespon jika dipanggil. Meskipun begitu orangtua juga
tahu kalau pertumbuhan anak itu tentang naiknya berat badan, tinggi badan dan lingkar
kepala anak.
a. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ny. AH adalah “ Ny AH adalah ibu rumah
tangga, menanyakan,”berapa usia ibu dan anak ibu sekarang? Umur ibu 28 tahun,
kalau usia anaknya 14 bulan,pendidikan trakhir ibu SD,Peneliti menanyakan ibu
makanan tambahan itu apa?Makanan tambahan adalah Makanan yang bergizi
sebagai tambahan selain makanan utama.Peneliti,kalau untuk berat badannya
bagaimana bu?kalau untuk berat badannya agak susah bu, susah naiknya bahkan
turun atau tetap terus bu selama 1 bulan lebih. Tidak tahu kenapa padahal untuk
makannya bagus, minumnya juga bagus. Tapi tidak tahu kenapa susah naik berat
badannya.
b. Peneliti bertanya berapa usia ibu dan anak ibu sekarang umur saya 26 tahun, kalau
usia anak saya sekarang 32 bulan,pendidikan trakhir ibu apa ya?pendidikan
terakhir saya SMP,menurut ibu apakah makanan tambahan itu,Apakah
pertumbuhan anak ibu selama ini bagus menurut ibu? setahu saya kurang bu
karena berat badan anak saya tidak naek beberapa bulan ini, selalu tetap kadang
juga turun.Peneliti : apakah ibu tahu apakah makanan tambahan itu?makanan
bergizi yang diberikan diluar makanan utama, jadi di buat selingan saja gitu bu.
Untuk factor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan anak, Ny BD mengatakan
kalau nutrisi si anak kurang itu berarti untuk pertumbuhan anak tersebut juga
terhambat. Kalau sejak awal si anak tidak diperhatikan nutrisinya, anaknya akan
terjadi gizi buruk atau stunting sehingga untuk pertumbuhan berat badan dan
tinggi badannya menjadi tidak ideal. Selain nutrisi, pertumbuhan anaknya
dipengaruhi oleh jenis kelamin. Biasanya kalau anak laki-laki untuk BB dan
TBnya juga berbeda kebutuhannya daripada anak perempuan. Kemudian Ny BD
juga menjelaskan kalau factor lingkungan juga sangat mempengaruhi misalnya
lingkungan keluarga dari status ekonomi menengah ke atas atau status ekonomi
menengah ke bawah berbeda untuk pemenuhan gizi anak.
c. Peneliti mau menanyakan ke Ny AN,”berapa usia ibu dan anak ibu
sekarang,umur saya 33 tahun, kalau usia anak saya sekarang 20 bulan bu,
pendidikan trakhir ibu apa ya bu?pendidikan terakhir saya SD,Peneliti : menurut

29
ibu apakah makanan tambahan itu?Makanan selingan saja bu, Menurut Ny AN
pertumbuhan itu berjalan beriringan dengan perkembangan, kalau setiap bulan
pertumbuhan dan perkembangan anak mengalami perubahan. Untuk
pertumbuhan sendiri lebih khusus kepada berat badan dan tinggi badan.

B. Cara orangtua melakukan pemantauan tentang keberhasilan pemberian makanan


tambahan
- Apakah Bapak/Ibu tahu cara melakukan pemantauan status gizi anak bapak/ibu?
- Bagaimana cara Bapak /Ibu melakukan pemantauan status gizi balita anak anda?
Orangtua selalu senang ketika ada pelayanan posyandu didesa, karena dengan
adanya posyandu orangtua bisa mengontrol berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala
si kecil. Kita bisa tahu anak kita sehat dan baik tumbuh kembangnya sesuai dengan buku
acuan Kartu Menuju Sehat. meskipun demikian orangtua punya cara sendiri memantau
status gizi anaknya yaitu dengan aktif mengikuti kegiatan posyandu.

a. Hasil wawancara dengan informan satu Ny NL mengatakan “Kalau anaknya berat


badannya naiknya agak susah, tiap bulannya sedikit naiknya. Padahal menurutnya
maemnya bagus, rutin sehari 3x dan apapun jenis makanan yang diberikan selalu habis.
Sayur, ayam, ikan semua makanan suka. ASI juga masih penuh diberikan sejak lahir. Ny.
NL mengatakan kalau rajin memasak makanan sendiri buat anaknya dirumah. Senang
bisa fulltime merawat dan menyuapi anaknya makan setiap hari. Tapi Ny NL tidak tahu
kenapa berat badan anaknya sedikit naiknya. Peneliti menanyakan riwayat waktu ibu
mengandung anaknya ini apakah nutrisinya kurang, dan ternyata saat hamil dulu Ny NL
sempat mual muntah susah makan sehingga awal-awal hamil anaknya ini kurang
nutrisinya. Tapi mengaku rutin untuk vitamin hamilnya.
Ny NL bercerita kalau sejak pandemi covid ini pelayanan posyandu hanya
mengikuti 2x saja sejak anaknya lahir, karena memang posyandu dihentikan. Dengan
perasaan takut dan cemas ibu tetap patuh dan datang ke pelayanan posyandu untuk
melakukan penimbangan. Tapi meskipun pelayanan posyandu hanya beberapa kali
dilaksanakan, Ny NL tetap melakukan pemantauan berat badan anaknya dengan
timbangan eletrik yang dimilikinya dirumah. Untuk tinggi badan tidak dilakukan
pengukuran karna memang Ny NL belum tahu caranya dan tidak memiliki alatnya.

30
b. Hasil wawancara dengan Ny EH adalah “ Ibu mengatakan senang menyiapkan makanan
untuk anaknya sendiri daripada beli makanan bayi instan. Karena memang Ny EH ingin
membiasakan anaknya supaya suka dengan masakan rumahan daripada makanan instan.
Ny EH sebenarnya ibu bekerja yang sibuk bekerja disebuah klinik kecantikan yang jam
kerjanya penuh setiap hari, tapi sebelum berangkat bekerja ibu berusaha memasak untuk
makan anaknya.
Di masa pandemi ini Ny EH pernah ikut kegiatan posyandu di desa karena memang
pelayanan posyandu dihentikan sementara. Meskipun seperti itu Ny EH tetap melakukan
pemantauan pertumbuhan anaknya dengan menimbang berat badan anaknya dengan
timbangan elektrik dirumahnya. Dengan cara menimbang bersama ibunya kemudian
hasilnya dikurangi berat badan ibunya setelah ditimbang sendiri. Setelah itu Ny EH
menggunakan Kartu Menuju Sehat untuk melihat grafik kenaikan berat badan anaknya
apakah sesuai dengan usianya. Kalau untuk tinggi badan tidak dilakukan pengukuran
karna memang Ny EH belum tau caranya dan tidak memiliki alatnya.

c. Hasil wawancara dengan Ny AT adalah “Ibu mengatakan kalau anaknya lagi suka
makan, sehari 3x bahkan bisa 4x sehari. Semua makanan suka, kadang diberikan selingan
makanan seperti roti, singkong direbus, jus buah. Saat jam mengajar Ny AT selalu
berusaha memasak sebelum berangkat ke sekolah. Kadang suaminya juga membantu
menyiapkan makanan anak ketika Ny AT sedang sibuk dengan pekerjaannya.
Selama pandemi ini Ny AT baru membawa anaknya mengikuti pelayanan posyandu
sekali saja. Dan bulan September ini bertepatan dengan bulan timbang, mendapat
undangan kegiatan posyandu lagi, meskipun cemas dan takut karena masih dalam masa
pandemic, Ny AT tetap akan datang untuk melakukan pemantauan pertumbuhan
anaknya. Selama kegiatan posyandu dihentikan, Ny AT melakukan penimbangan berat
badan anaknya dirumah menggunakan timbangan dewasa yang dimilikinya. Kemudian
juga melakukan pengukuran panjang badan menggunakan alat ukur Metlin dirumah.

C. Pengaruh dukungan keluarga dalam melakukan pemantauan Keberhasilan


pemberian makana tambahan
- Apakah keluarga anda tahu cara melakukan pemantauan keberhasilan pemberian
makanan tambahan?
- Sejauh mana keluarga anda ikut serta dalam upaya dalam keberhasilan pemberian
makanan tambahan?

31
Keluarga sangat mendukung ibu melakukan pemantauan keberhasilan pemberiann
makanan tambahan pada balitanya.Seperti halnya ikut membantu membuatkan makanan
tambahan balitanya ketika ibu sedang sibuk dengan pekerjaanya.

a. Hasil wawancara dengan Ny. AH adalah “Ny. AH tinggal dirumah bersama dengan
suami dan bapak mertuanya. Kalau pagi sampai siang bapak mertuanya pergi mengajar.
Dan suaminya pergi bekerja. Ny. AH menjadi ibu rumah tangga penuh merawat anaknya
sendiri dirumah. Saat siang ketika bapak mertua dan suaminya pulang, biasanya
digantikan merawat anaknya, dan diberikan perhatian, diajak berbicara, bercanda.

b. Hasil wawancara dengan Ny. BD adalah “Ny. BD tinggal drumah bersama suami. Setiap
hari Ny BD sebagai ibu rumah tangga. Yang menemani tidur, menyuapi makan dan
memandikan anaknya dibantu suaminya. Suami sangat menyayangi dan telaten merawat
anaknya. Bahkan kata Ny EH, anaknya paling dekat dengan suami.

c. Hasil wawancara dengan Ny. AT adalah “Ny. AT tinggal dirumah bersama suami, ibu
mertua dan kedua anaknya. Suaminya bekerja sebagai guru madrasah. Dan Ny AT juga
mengajar TK, Membantu memantau pertumbuhan anaknya dengan cara membantu
melakukan penimbangan dirumah setiap bulannya. Membantu menyiapkan makanan
anaknya saat Ny. AT sedang sibuk dengan pekerjaannya.

32
BAB V
PEMBAHASAN

Setelah penulisan paparan data dan data temuan yang dihasilkan oleh peneliti dari
wawancara dan dokumentasi, maka selanjutnya peneliti akan menganalisis data yang telah
terkumpul.
Dari paparan data dan hasil sub bab hasil temuan penelitian yang dijabarkan pada sub
bab sebelumnya, maka perlu adanya anlisis hasil penelitian. Hal ini dilakukan agar data yang
dihasilkan tersebut dapat dilakukan interpretasi sehingga dapat mengambil kesimpulan
penelitian sesuai dengan rumusan masalah yang diajukan. Dalam hal ini Nasution seperti yang
dikutip oleh Sugiyono menyatakan analisis telah mulai sejak merumuskan dan menjelaskan
masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian.
Namun dalam penelitian kualitatif, analisis data lebih difokuskan selama proses dilapangan
bersama dengan proses pengumpulan data.
Penelitian disini menggunakan analisis deskriptif kualitatif (pemaparan) dari data yang
didapatkan baik melalui wawancara dan dokumentasi dari pihak-pihak yang mengetahui
tentang data yang dibutuhkan. Selanjutnya dari hasil tersebut dikaitkan dengan teori yang ada
diantaranya sebagai berikut :

A. Pengetahuan orangtua tentang pertumbuhan anak usia 1-5 tahun


Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan ibu tentang
pertumbuhan anak berbeda. Dari hasil wawancara adalah dua informan menjawab dengan
benar dan satu informan menjawab kurang benar. Perbedaan ini terlihat dari tingkat pendidikan
orangtua. Semakin tinggi tingkat pendidikan ibu, maka semakin ibu memahami tentang
pertumbuhan anak usia 1-5 tahun. Ini akan berpengaruh terhadap keberhasilan pemberian
makanan tambahan anaknya. Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya
oleh Miftahul (2016), berdasarkan hasil uji statistik Chi square menunjukkan bahwa terdapat
hubungan antara tingkat pengetahuan orang tua dengan status gizi anak di bawah 5 tahun
dengan nilai p< 0,001. Terdapat hubungan antara pengetahuan orang tua dengan status gizi
anak di bawah 5 tahun di Posyandu desa Linggo Kejayan Pasuruan.
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah,
ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran
berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan keseimbangan
metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh).

33
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur
dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai
hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel
tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa
sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi,
intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya.
Tumbuh kembang anak dapat juga dipengaruhi oleh berbagai faktor lainnya
seperti stimulasi orang tua, nutrisi, serta jenis kelamin. Nutrisi dan stimulasi orang
tua merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan dalam keberlangsungan proses tumbuh
kembang anak. Anak yang mendapatkan kebutuhan nutrisi yang cukup dan stimulasi
yang terarah dari orang tua akan memiliki tumbuh kembang yang optimal (Soetjiningsih,
2012).
Pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik, sedangkan perkembangan
berkaitan dengan pematangan fungsi organ/individu (Adriana, 2013). Adriana, Dian.(2013).
Tumbuh kembang dan terapi bermain anak. Jakarta: Salemba Medika
Tingkat pengetahuan orang tua tentang gizi sangat berpengaruh terhadap perilaku dan
sikap dalam memilih makanan untuk anaknya. Keadaan gizi yang baik akan menentukan
tingginya angka presentase status gizi secara nasional. Ketidaktahuan tentang makanan yang
mempunyai gizi baik akan menyebabkan pemilihan makanan yang salah dan rendahnya gizi
yang terkandung dalam makanan tersebut dan akan menyebabkan status gizi anak tersebut
menjadi buruk dan kurang (Maulana, 2012).
Pengetahuan (knowledge) adalah suatu hal yang berasal dari pancaindra dan
pengalaman yang telah diproses oleh akal budi dan timbul secara sepontan. Sedangkan untuk
sifat dari pengetahuan itu sendiri terdiri dari tiga hal, yaitu spontan, intuitif, dan subjektif.
Selain itu pengetahuan juga bersifat benar karena sesuai dengan realitas yang ada (Suryana,
2015), menurut Surjaweni (2014) pengetahuan merupakan suatu landasan berfikir manusia
dalam melakukan suatu hal yang berkaitan dengan pencarian jawaban atas pertanyaan yang
ada, seperti berkaitan dengan status gizi anak atau balita.
Dari hasil penelitian ini menjelaskan bahwa setiap informan mengatakan jika factor
utama yang mempengaruhi pertumbuhan anak adalah nutrisi, nutrisi yang diberikan
orangtuanya sejak dalam kandungan. Kemudian setelah anak lahir pemberian ASI eksklusif
sangat penting diberikan pada 0-6 bulan usianya. Lalu faktor lingkungan, status ekonomi
sangat berpengaruh untuk pertumbuhan anaknya.

34
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bayi yaitu faktor herediter,
faktor lingkungan dan faktor hormonal. Faktor herediter merupakan faktor yang dapat
diturunkan sebagai dasar dalam mencapai pertumbuhan anak disamping faktor-faktor lain.
Faktor lingkungan prenatal merupakan lingkungan dalam kandungan, mulai dari konsepsi
sampai lahir yang meliputi gizi pada waktu ibu hamil, lingkungan mekanis dan hormonal.
Lingkungan postnatal terdiri dari budaya lingkungan, status sosial ekonomi, nutrisi, iklim,
latihan fisik dan status kesehatan.
Menurut Miftahul (2016) yang dikutip dari Mundy (1995) perhatian orang tua
terhadap gizi balita akan membuat orang tua lebih mengerti akan pemenuhan gizi yang
seimbang untuk balita. Pengetahuan orang tua akan gizi balita dapat berubah sewaktu-waktu
tergantung dengan apa yang mempengaruhi, seperti pengatahuan yang didapat dari bidan
desa, kader posyandu, dokter, maupun hal-hal informatif seperti media sosial yang dapat
mempengaruhi pengetahuan itu sendiri, khususnya orang tua.

B. Cara orangtua melakukan keberhasilan pemberian makanan tamabahan pada


anaknya
Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semua informan aktif merawat
anaknya sendiri, dengan cara menyiapkan, memasak menu makanan anaknya sendiri.
Memberikan ASI saja sejak anaknya baru lahir sampai sekarang anaknya sudah mulai makan
makanan pendamping ASI. Mereka telaten menyiapkan meskipun sedang sibuk bekerja
ataupun sedang sibuk merawat anaknya yang masih membutuhkan perhatian penuh. Keaktifan
orangtua terutama ibu ini sangat bagus untuk pertumbuhan anak kedepannya. Peran orangtua
disini menjadi sangat penting untuk menunjang pertumbuhan anak diusia 1-5 tahun. Hasil
penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Yendi (2017) Berdasarkan tabulasi silang antara
peran ibu dalam pemenuhan gizi anak dengan status gizi dapat diketahui bahwa sebagian besar
peran ibu adalah baik dengan status gizi anak baik pula yaitu 32 orang (72,2%), peran ibu cukup
dengan status gizi baik sebanyak 4 orang (9,1%), peran ibu cukup dengan status gizi kurang
sebanyak 4 orang (9,1%), peran ibu cukup dengan status gizi lebih sebanyak 3 orang (6,8%),
dan peran ibu buruk dengan status gizi buruk sebanyak 1 orang (2,3%). Hal ini berarti, peran
ibu dalam pemenuhan gizi anak yang baik sangat mendukung tercapainya status gizi anak yang
baik dan sebaliknya jika peran ibu dalam pemenuhan gizi anak tidak baik dapat menyebabkan
status gizi anak tidak baik pula.
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ni Luh Putu Eka
(2017) Hasil penelitian tentang status gizi anak sebagian besar anak mempunyai status gizi baik

35
sebanyak 36 anak (81,82%), gizi lebih sebanyak 3 anak (6,82%), gizi kurang 4 (9,09%), dan
gzi buruk 1 orang (2,27%). Dari data tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar anak
mempunyai status gizi yang baik. Hal ini disebabkan karena ibu selalu memperhatikan keadaan
gizi anaknya. Dilihat dari peran ibu dalam pemenuhan gizi anak berada pada kategori baik
yaitu sebanyak 32 ibu (72,2%). Sedangkan anak yang mempunyai status gizi yang lebih kurang
dan buruk diasumsikan karena ibu yang tidak memperhatikan asupan gizi anak.
Pertumbuhan anak sangat dipengaruhi oleh asupan nutrisi yang diperoleh setiap harinya.
Dalam memenuhi kebutuhan nutrisinya di rumah, anak akan bergantung banyak kepada
keaktifan orang tua. Pemantauan pertumbuhan pada anak bertujuan menemukan secara dini
masalah pertumbuhan pada anak. Orangtua harus aktif dalam pemberian asupan gizi yang
seimbang untuk memenuhi kebutuhan energi guna menjalankan aktivitas sehari-hari dan
menunjang pertumbuhannya.
Pada hasil penelitian didapatkan bahwa informan aktif melakukan penimbangan Berat
badan diposyandu. Apalagi penghentian sementara kegiatan posyandu di desa membuat
orangtua kebingungan memantau pertumbuhan anak-anaknya. Tapi ketiga informan tidak
tinggal diam, mereka mempunyai alat timbang berat badan elektrik dirumah agar ibu tetap bisa
memantau pertumbuhan anaknya setiap bulan. Untuk pengukuran tinggi badan anak sebagian
ibu tidak melakukan pengukuran dirumah, karena kurangnya pengetahuan ibu tentang teknik
pengukuran tinggi badan dirumah. Namun ada informan yang tetap melakukan pengukuran
tinggi badan dirumah menggunakan alat ukur Metlin.
Keberhasilan orangtua dalam pemberian makanan tambahan anak ini akan memberikan
dampak yang bagus untuk pertumbuhan anak kedepannya. Banyak kita jumpai bermacam
macam pola asuh dan keaktifan orangtua dalam memberikan perhatian dan stimulasi terhadap
anak-anaknya. Dalam kondisi seperti ini orang tua harus lebih memperhatikan kebutuhan anak,
semakin baik orang tua memperhatikan anaknya, maka mereka akan tetap dapat terjaga pola
hidup yang teratur untuk memenuhi kebutuhan yang maksimal. Pemberian nutrisi yang baik
dari orangtua dapat menunjang pertumbuhan dimasa emasnya. Masa 1000 hari pertama usia
anak dan masa balita menentukan kesehatan mereka kedepannya.
Parameter ukuran antropometrik yang dipakai dalam penilaian pertumbuhan
fisik adalah tinggi badan, berat badan, lingkar kepala, lipatan kulit, lingkar lengan atas, panjang
lengan, proporsi tubuh, dan panjang tungkai.
Menurut Pedoman Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita (Tim Dirjen Pembinaan Kesmas,
1997) dan macam macam penilaian pertumbuhan fisik yang dapat digunakan adalah:

36
1. Pengukuran Berat Badan (BB) Pengukuran ini dilakukan secara teratur untuk memantau
pertumbuhan dan keadaan gizi balita. Balita ditimbang setiap bulan dan dicatat dalam
Kartu Menuju Sehat Balita (KMS Balita) sehingga dapat dilihat grafik pertumbuhannya
dan dilakukan interfensi jika terjadi penyimpangan.
2. Pengukuran Tinggi Badan (TB) Pengukuran tinggi badan pada anak sampai usia 2 tahun
dilakukan dengan berbaring., sedangkan di atas umur 2 tahun dilakukan dengan berdiri.
Hasil pengukuran setiap bulan dapat dicatat pada dalam KMS yang mempunyai grafik
pertumbuhan tinggi badan.
Dari hasil penelitian semua informan mengatakan kalau Keberhasilan pembeian
makanan tambahan harus datang keposyandu tiap bulan untuk tetap melakukan pemantauan
pertumbuhan anaknya. Ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Reni puspita sari
(2020) Tingkat kepatuhan dalam kunjungan posyandu dari hasi penelitian didapatkan hasil
bahwa sebagian besar responden patuh dalam melaksankaan posyandu. Dari hasil tabel silang
antara tingkat pengetahuan dan kepatuhan kunjungan posyandu dapat dilihat bahwa ada
hubungan antara tingkat pengetahuan dan kepatuhan kunjungan posyandu , dari 12 responden
yang menetahui tingkat pengetahuan tentang makanan tambahan dan patuh dalam melakukan
kunjungan posyandu, merupakan program pemerintah untuk menurunkan angka kematian ibu
dan anak (Nainggolan, Sumardi, & Jas, 2014). Keberhasilan program posyandu ini diperlukan
keaktifan ibu untuk membawa anaknya ke posyandu (Susilowati, 2017). Namun,
Menurut buku panduan pelayanan kesehatan balita (Kemenkes, 2020)harus dipatuhi pada saat
pelaksanaan posyandu antara lain ;
1) Pelaksanaan posyandu harus mendapat persetujuan dari pemerintah setempat,
2) Mensyaratkan tenaga kesehatan, kader dan anak serta orang tua/pengasuh dalam
keadaan sehat dan tidak menunjukkan gejala batuk, pilek, demam. Kader membantu
memastikan hal tersebut dengan menskrining suhu tubuh yang diperkenankan ≤
37,5°C. Semua yang terlibat dalam pelaksanaan Posyandu menggunakan masker,
3) Membuat pemberitahuan bagi masyarakat sasaran pelayanan (sehari sebelum hari
pelayanan),
4) Pemakaian masker bagi anak dan pengantar (minimal masker kain),
5) Tempat pelayanan berupa ruangan cukup besar dengan sirkulasi udara keluar masuk
yang baik,
6) Memastikan area tempat pelayanan dibersihkan sebelum dan sesudah pelayanan
sesuai dengan prinsip pencegahan penularan infeksi,

37
7) Menyediakan fasilitas CTPS, handsanitizer atau cairan desinfektan bagi tenaga
kesehatan, kader dan sasaran anak serta pengantar di pintu masuk dan di area
pelayanan,
8) Mengatur jarak meja pelayanan.

C. Pengaruh dukungan keluarga dalam melakukan pemberian makanaan


tambahan pada balita gizi kurang
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa dukungan keluarga sangat
mempengaruhi orangtua dalam pemantauan pertumbuhan anaknya. Anggota
keluarga lain seperti neneknya atau suaminya akan membantu merawat anaknya saat
pulang dari tempat kerjanya. Dan ada nenek atau suaminya juga membantu merawat
anaknya ketika ibu sedang bekerja. Mereka merawat anaknya dengan perhatian dan
kasih sayang, membantu menyiapkan makanan anak, memandikan anak. Karena
memang factor lingkungan seperti dukungan keluarga sangat berpengaruh dalam hal
pemantauan pertumbuhan anak usia 1-5 tahun.
Dukungan orang tua mengacu pada dukungan sosial. Menurut Uchino (dalam
Sarafino & Smith, 2011), dukungan sosial adalah kenyamanan, kepedulian,
penghargaan, maupun bantuan dalam bentuk lainnya yang diterima individu dari
orang lain ataupun kelompok. Taylor (dalam Saputri & Indrawati, 2011)
menjelaskan, dukungan sosial akan lebih berarti bagi seseorang apabila diberikan
oleh orang-orang yang memiliki hubungan signifikan dengan individu yang
bersangkutan, seperti halnya dukungan yang diperoleh dari orangtua, pasangan
(suami atau istri), anak dan kerabat keluarga lainnya.
Keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah
satu atap dalam keadaan saling ketergantungan” —Kementrian Kesehatan (2016).
Dalam kehidupan sehari – hari, manusia memiliki ikatan yang tidak dapat
dipisahkan dengan lingkungan dan masyarakat sekitar sehingga timbul norma, pola
tingkah laku dan nilai. Kesejahteraan anak dalam keluarga berkaitan dengan kasih
sayang, struktur dan fungsi serta Kesehatan fisik emosi orangtua. Jika ada gangguan
pertumbuhan dan perkembangan pada anak keluarga yang akan diminta penjelasan
pertama kali
Pertumbuhan berjalan menurut norma-norma tertentu. Walaupun demikian
seorang anak dalam banyak hal tergantung kepada orang dewasa, misalnya

38
mengkunsumsi makanan,perawatan, bimbingan, perasaan aman, pencegahan
penyakit dan sebaginya. Oleh karena itu semua orang-orang yang mendapat tugas
mengawasi anak harus mengerti persoalan anak yang sedang tumbuh. Faktor
lingkungan sangat penting. Bila lingkungan karena suatu hal menjadi buruk, maka
keadaan tersebut hendaknya diubah (dimodifikasi) sehingga pertumbuhan anak
dapat berjalan dengan sebaik-baiknya.
Banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan anak yaitu keturunan,
lingkungan biologis, lingkungan fisik, lingkungan psikososial, lingkungan keluarga.
Meskipun telah terjadi pada pola kehidupan , keluarga tetap merupakan bagian yang
paling penting dari jaringan social anak, sebab anggota keluarga merupakan
lingkungan pertama anak dan orang yang paling penting selama tahun – tahun
formatif awal. Hubungan dengan anggota keluarga menjadi landasan sikap terhadap
orang, benda, dan kehidupan secara umum. Mereka juga meletakkan landasan bagi
pola penyesuaian dan belajar berpikir tentang diri mereka sebagaimana dilakukan
anggota keluarga mereka.

39
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 KESIMPULAN
Berdasarkan paparan data, temuan penelitian dan pembahasan penelitian, maka
diperoleh kesimpulan seperti berikut:
1. Pengetahuan ibu tentang pertumbuhan anak berbeda. Perbedaan ini terlihat dari
tingkat pendidikan orangtua. Semakin tinggi tingkat pendidikan ibu, maka
semakin ibu memahami tentang pertumbuhan anak usia 1-5 tahun. Ini akan
berpengaruh terhadap keberhasilan orangtua dalam pemantauan pertumbuhan
anaknya. Faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan anak adalah nutrisi,
nutrisi yang diberikan orangtuanya sejak dalam kandungan. Kemudian setelah
anak lahir pemberian ASI eksklusif sangat penting diberikan pada 0-6 bulan
usianya. Lalu faktor lingkungan, status ekonomi sangat berpengaruh untuk
pertumbuhan anaknya.
2. Orangtua aktif merawat anaknya sendiri, dengan cara menyiapkan, memasak
menu makanan anaknya sendiri. Memberikan ASI saja sejak anaknya baru lahir
sampai sekarang anaknya sudah mulai makan makanan pendamping ASI.
Kemudian orangtua aktif melakukan penimbangan berat badan diposyandu dan
pengukuran tinggi badan menggunakan alat ukur Metlin supaya ibu tetap bisa
memantau pertumbuhan anaknya setiap bulan.Keaktifan orangtua terutama ibu
ini sangat bagus untuk pertumbuhan anak kedepannya. Peran orangtua disini
menjadi sangat penting untuk menunjang pertumbuhan anak diusia 1-5 tahun.
3. Dukungan keluarga sangat mempengaruhi orangtua dalam pemantauan
pertumbuhan anaknya. Anggota keluarga lain seperti kakeknya atau suaminya
akan membantu merawat anaknya saat pulang dari tempat kerjanya. Mereka
merawat anaknya dengan perhatian dan kasih sayang, membantu menyiapkan
makanan anak, memandikan anak. Karena memang factor lingkungan seperti
dukungan keluarga sangat berpengaruh dalam hal pemantauan pertumbuhan
anak usia 1-5 tahun.
6.2 SARAN
1. Bagi Informan
Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat dijadikan wawasan untuk upaya
meningkatkan keberhasilan pemberian makanan tambahan pada balita gisi
kurang.

40
2. Bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan sebagai bahan sumber data untuk penelitian berikutnya dan dorongan
bagi peneliti untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang penelitian yang
dihubungkan dengan variabel lain.
3. Bagi penulis
Diharapkan menambah wacana penulis mengenai keberhasilan pemberian
makanan tambahan pada balita gizi kurang
4. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan sumbangan
penting untuk kelengkapan literatur khususnya tentang keberhasilan pemberian
makanan tambahan pada balita gizi kurang.

41
DAFTAR PUSTAKA

Aaron, G.J., Strutt, N., A., Guevarra E., Siling K., Norris, A., Myaat M., (2016).
Assesing Program Coverage of Two Approaches to Distibuting A Complementary Feeding
Supplement to Infants and Young Children in Ghana. PLoS ONE, 11(10):1-19.
Agustino, Leo. (2014). Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta. Alita, R.
& Ahyanti, M. (2013). Keberhasilan Program Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan
untuk Balita di Kota Bandar Lampung. Jurnal Kesehatan, 4(1): 297 – 304.
Arumasari, W., Sri Utami., Eri Witcahyo. (2013). Evaluasi Program Pemberian
Makanan Tambahan Pemulihan pada Balita BGM Tahun 2013. Skripsi. Jember: Universitas
Jember.
Azwar, A. (1996). Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: Binarupa Aksara.
Brockdrof, I., Draebel, TA., Ritz, C., Fabiansen, C., Brix, C., Yameogo, C.,
Oummani, R., Briend, A., Michaelsen KF., Ashorn., Filteau, S., Friss, H., (2016). Evaluation
Of The Accepta-Bility Of Improved Sup-Plementary Foods For The Treatment Of Moderate
Acu-Te Malnutrition In Burkina Faso Using A Mixed Method Approach. Retrieved April 6,
2016). Global Health Web Site: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/26752599
Budioro, B. (1997). Pengantar Administrasi Kesehatan Masyarakat. Semarang: Universitas
Diponegoro.
Cakrawati, D. (2014). Bahan pangan gizi, dan kesehatan. Bandung: Alfabeta.
Depkes RI. (2008). Pedoman Respon Cepat Penanggunlangan Gizi Buruk. Direktorat Bina
Gizi Masyarakat. Jakarta: Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat. Departemen
Kesehatan RI.

42

Anda mungkin juga menyukai