Anda di halaman 1dari 107

PENGARUH EDUKASI MENYUSUI TERHADAP

PERSIAPAN LAKTASI PADA IBU HAMIL


TRIMESTER III

SKRIPSI

Ni Putu Yulianingsih

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA USADA BALI
2024

1
PENGARUH EDUKASI MENYUSUI TERHADAP
PERSIAPAN LAKTASI PADA IBU HAMIL
TRIMESTER III

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kebidanan pada
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Usada Bali

oleh :

NI PUTU YULIANINGSIH
NIM.A1222074

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA USADA BALI
2024

2
HALAMAN PERSETUJUAN

PENGARUH EDUKASI MENYUSUI TERHADAP


PERSIAPAN LAKTASI PADA IBU HAMIL
TRIMESTER III

Diajukan oleh:

Ni Putu Yulianingsih
NIM. A1222074

Badung,

Telah disetujui oleh Dosen Pebimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Bdn. Ni Gusti Ayu Pramita Aswitami, S.SiT.,M.Keb Bdn. Putu Ayu Dina Saraswati,S.Tr.Keb.,M.Keb
NIDN : 0801058701 NIDN : 0822059601

Mengetahui
Program Studi Sarjana Kebidanan
Ketua

Bdn. Ni Putu Mirah Yunita Udayani,S.ST.,M.Keb


NIDN :0808068701

3
HALAMAN PENGESAHAN

SKRIPSI INI TELAH DIPERTAHANKAN


DAN DISAHKAN
DI DEPAN DEWAN PENGUJI PROGRAM STUDI
SARJANA KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA USADA BALI
Tanggal :

Disahkan oleh Tim Penguji Terdiri dari :

Ketua Penguji

Nama Dosen
NIDN :

Penguji I Penguji II

Bdn. Ni Gusti Ayu Pramita Aswitami, S.SiT. M.Keb Bdn. Putu Ayu Dina Saraswati,
S.Tr.Keb.,M.Keb
NIDN : 0801058701 NIDN: 0825068901

Mengetahui
Program Studi Sarjana Kebidanan
Ketua

Bdn. Ni Putu Mirah Yunita Udayani, S.ST., M.Keb


NIDN: 0808068701

4
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA USADA BALI
PROGRAM STUDY SARJANA KEBIDANAN
Skripsi, Januari 2024
Ni Putu Yulianingsih
Pengaruh Edukasi Menyusui Terhadap Persiapan Laktasi Pada Ibu Hamil
Trimester III
XIV+68 halaman +5 tabel+ 2 Gambar + 6 Lampiran

ABSTRAK
Menyusui adalah suatu proses ketika bayi mengisap dan
menerima air susu dari payudara ibu. Menyusui memerlukan
perlekatan dan posisi yang nyaman saat menyusui yang termnasuk
dalam salah satu penyebab utama terjadinya kegagalan laktasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh edukasi
menyusui terhadap persiapan laktasi pada ibu hamil trimester III
di Indonesia. Dengan persentase pemberian ASI eksklusif pada
bayi 0-6 bulan sebesar 54,3% pada tahun 2013, upaya untuk
meningkatkan pengetahuan tentang cara menyusui yang benar
sangat penting. Metode penelitian kuantitatif dengan desain pre-
experimental one group pre-post test digunakan, melibatkan 29
ibu hamil Trimester III di RSUD Bali Mandara. Data
dikumpulkan melalui kuesioner demografi, kuesioner persiapan
ibu, alat peraga, dan checklist observasi, dengan validitas dan
reliabilitas kuesioner diuji menggunakan KR 20. Hasil penelitian
menunjukkan peningkatan signifikan dalam persiapan laktasi ibu
hamil setelah diberikan edukasi. Kesimpulan menegaskan bahwa
edukasi menyusui berpengaruh positif terhadap persiapan laktasi
ibu hamil trimester III. Sehingga disarankan kepada peneliti
selanjutnya untuk mengembangkan penelitian dengan mampu
mengontrol faktor – faktor yang dapat mempengaruhi persiapan
laktasi pada ibu hamil trimester III.

Kata Kunci : Edukasi Menyusui, Persiapan Laktasi, Ibu Hamil


Trimester III
Daftar Pustaka : 20 (2013-2023)

5
INSTITUTE OF HEALTH SCIENCE
BINA USADA BALI HEALTH INSTITUTION
BACHELOR’S DEGREE OF MIDWIFERY PROGRAM AND
PROFESSIONAL
Undergraduate thesis, January 2024
Ni Putu Yulianingsih
The Influence Of Breastfeeding Education On Lactation
Preparation In Third Trimester Pregnant Women
XIV+68 pages + 5 tables + 2 Figures + 6 Attachments

ABSTRACT

Breastfeeding is a process when a baby sucks and receives milk


from the mother's breast. Breastfeeding requires a comfortable
attachment and position when breastfeeding, which is one of the
main causes of lactation failure. The purpose of this study is to
assess the influence of breastfeeding education on lactation
preparation in third-trimester pregnant women in Indonesia. With
the percentage of exclusive breastfeeding for babies 0-6 months
of 54.3% in 2013, efforts to increase knowledge about the correct
way to breastfeed are very important. A quantitative research
method with a pre-experimental one-group pre-post test design
was used, involving 29 pregnant women in the third trimester at
the Bali Mandara Regional Hospital. Data was gathered using
demographic questionnaires, maternal preparation
questionnaires, instructional aids, and observation checklists,
with the questionnaire's validity and reliability validated using
KR 20. The study's findings revealed a considerable rise in
pregnant women's lactation preparedness following education.
The conclusion confirms that breastfeeding education has a
positive effect on lactation preparation for pregnant women in the
third trimester. So it is recommended for future researchers to
develop research by being able to control factors that can

6
influence lactation preparation in third trimester pregnant
women.

Keywords: Breastfeeding Education, Preparation for Lactation,


Third Trimester Pregnant Women

Bibliography: 20 (2013-2023)

7
KATA PENGANTAR

Segala Puji, hormat serta syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Cinta,

Kasih dan Penyertaan-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan proposal

Penelitian ini tepat pada waktunya dengan judul Pengaruh Edukasi Menyusui

Terhadap Persiapan Laktasi Pada Ibu Hamil Trimester III . Proposal ini dibuat

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana kebidanan di Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Usada Bali.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa keberhasilan dalam menyelesaikan

proposal penelitian ini bukan semata-mata kemampuan penulis sendiri. Namun

banyak pihak yang telah turut membantu dalam memberikan dorongan,

bimbingan, saran maupun kritik. Dengan segala ketulusan dan kerendahan hati,

Penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Dr. Ir. I Putu Santika, M.M, selaku ketua STIKES Bina Usada Bali yang telah

memberikan kesempatan untuk mengikuti pendidikan pada program studi Sarjana

Kebidanan dan Profesi Bidan di STIKES Bina Usada Bali.

2. Bdn. Ni Putu Mirah Yunita Udayani, S.ST.,M.Keb, selaku Ketua Program studi

yang telah memberikan ijin untuk mengikuti Pendidikan Sarjana Kebidanan dan

Profesi Bidan di STIKES Bina Usada Bali.

3. Bdn. Ni Gusti Ayu Pramita Aswitami, S.SiT.,M.Keb , selaku Pembimbing I yang

telah memberikan bimbingan dalam menyelesaikan proposal penelitian ini

4. Bdn. Putu Ayu Dina Saraswati, S.Tr.Keb.,M.Keb selaku Pembimbing Pendamping

yang telah memberikan bimbingan dalam menyelesaikan Proposal Penelitian ini.

viii
5. dr. I Ketut Suarjaya, MPPM, selaku Direktur Rumah Sakit Umum Daerah beserta

staf yang telah memberikan data dan informasi yang diperlukan Penulis

6. Segenap Dosen Program Studi Sarjana Kebidanan STIKES Bina Usada Bali yang

telah memberikan ilmunya kepada penulis.

7. Semua pihak dan responden yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang

telah membantu memberikan dukungan dalam penyusunan proposal ini.

Penulis menyadari dalam menulis proposal Penelitian ini masih jauh dari

sempurna. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya

membangun, dan berharap semoga proposal penelitian ini dapat bermanfaat bagi

khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Denpasar,

Penulis

ix
DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN SAMPUL DEPAN...............................................................................i

HALAMAN SAMPUL DALAM............................................................................ii

ABSTRAK...............................................................................................................5

ABSTRACT...............................................................................................................6

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.....................................................7.

HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................4

KATA PENGANTAR...........................................................................................vii

DAFTAR ISI...........................................................................................................ix

DAFTAR TABEL..................................................................................................xii

DAFTAR BAGAN...............................................................................................xiii

DAFTAR GAMBAR............................................................................................xiv

DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................xv

DAFTAR SINGKATAN......................................................................................xvi

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah......................................................................................4

C. Tujuan Penelitian.......................................................................................4

D. Manfaat Penelitian.....................................................................................4

E. Keaslian Penelitian.....................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................7

x
A. Kajian Teoritis...........................................................................................7

B. Kajian Empiris.........................................................................................34

C. Kerangka Teori........................................................................................35

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL......36

A. Kerangka Konsep.....................................................................................36

B. Hipotesis..................................................................................................37

C. Definisi Operasional................................................................................37

BAB IV METODE PENELITIAN........................................................................39

A. Rancangan Penelitian...............................................................................39

B. Populasi dan Sampel................................Error! Bookmark not defined.

C. Tempat Penelitian....................................................................................42

D. Waktu Penelitian......................................................................................42

E. Etika Penelitian........................................................................................43

F. Alat Pengumpulan Data...........................................................................45

G. Prosedur Pengumpulan Data....................................................................48

H. Pengolahan Data......................................................................................50

I. Rencana Analisis Data.............................................................................51

BAB V HASIL PENELITIAN..............................................................................52

A. Analisi Univariat......................................................................................52

B. Analisis Bivariat.......................................................................................56

BAB VI PEMBAHASAN......................................................................................59

BAB VII PENUTUP..............................................................................................68

xi
A. Kesimpulan............................................................................................68

B. Saran......................................................................................................69

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Definisi Operasional Variabel...............................................................38

Tabel 4. 1 Desain Penelitian..................................................................................40

Tabel 4. 2 Kisi-kisi Kuesioner Cara Menyusui......................................................47

xiii
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Teori ……………………………………………………35

Bagan 3.1 Kerangka Konsep …………………………………………………...36

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Posisi Menyusui.................................................................................18

Gambar 2.2 Perlekatan Bayi saat Menyusu...........................................................20

Gambar 2.3 Bentuk putting yang umum dijumpai.................................................21

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.Permohonan menjadi responden

Lampiran 2. Format persetujuan responden

Lampiran 3. Lembar Observasi Penelitian

Lampiran 4. Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS)

Lampiran 5. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

xvi
DAFTAR SINGKATAN

AKI : Angka Kematian Ibu

HARS : Hamilton Anxiety Rating Scale

MR : Medical Record

GSI : Gerakan Sayang Ibu

SDKI : Survey Demografi Dan Kesehatan

Indonesia SDGs : Sustainable Development

Goals

WHO : Word Health Organisation

KARS : Komite Akreditasi Rumah

Sakit ZSRAS : Zung Self-Rating

Anxiety Scale STAI : Trait Anxiety

Inventory Form ZSAS : Zung

Self-Rating Anxiety Scal

xvii
xviii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persentase pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif pada bayi 0-6

bulan di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 54,3%, sedikit meningkat bila

dibandingkan dengan tahun 2012 yang sebesar 48,6%. Kondisi ini dapat

terwujud karena usaha-usaha yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan, seperti

konseling menyusui, pemberdayaan ibu, keluarga, dan masyarakat dalam

praktek pemberian ASI dan kegiatan promotif dan preventif lain yang telah

dilakukan (Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 2022).

Bayi yang mendapatkan ASI segera setelah lahir memiliki

kesempatan hidup sebanyak 22% dari bayi yang meninggal sebelum usia

satu bulan. Menyusui sejak dini dapat menurunkan risiko kematian karena

hypothermia (kedinginan) serta dapat menjamin kelangsungan hidupnya.

Persentase pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan tertinggi pada

tahun 2013 terdapat di Nusa Tenggara Barat sebesar 79,74%, diikuti oleh

Sumatera Selatan sebesar 74,49%, dan Nusa Tenggara Timur sebesar

74,37%. Sedangkan persentase pemberian ASI eksklusif terendah terdapat

di Provinsi Maluku sebesar 25,21%, diikuti oleh Jawa Barat sebesar 33,65%

dan Sulawesi Utara sebesar 34,67%. Provinsi Bali presentase pemberian

ASI eksklusif yaitu sebesar 58,37%. Angka ini tentu masih rendah jika

dibandingkan dengan target pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6

1
bulan sebesar 80% yang dicanangkan oleh pemerintah sehingga diperlukan

upaya-upaya untuk mengatasi hal tersebut (Dinas Kesehatan Provinsi Bali,

2022).

ASI merupakan satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur

kebutuhan bayi baik fisik, psikologi, sosial maupun spiritual. ASI

mengandung nutrisi, hormon, unsur kekebalan faktor pertumbuhan,

antialergi serta anti inflamasi. Keunggulan ASI tersebut perlu ditunjang

dengan cara pemberian ASI yang benar, antara lain pemberian ASI segera

setelah lahir (30 menit pertama bayi harus sudah disusukan) kemudian

pemberian ASI saja sampai bayi umur 6 bulan (ASI eksklusif), selanjutnya

pemberian ASI sampai 2 tahun dengan pemberian makanan pendamping

ASI yang benar (Purwanti, 2019).

Menyusui merupakan suatu hal yang alamiah, namun untuk

keberhasilan dalam menyusui tetap memerlukan pengetahuan tentang ASI

dan tatalaksananya (Roesli, 2019). Menyusui dapat mengurangi morbiditas

dan mortalitas karena proses menyusui akan merangsang kontraksi uterus

sehingga mengurangi perdarahan pasca melahirkan (Kementerian

Kesehatan, 2018).

Ketidaktahuan ini dapat menyebabkan ketidaktepatan dalam

meletakan dan memposisikan bayi saat menyusui yang termasuk dalam

salah satu dari penyebab utama terjadinya kegagalan laktasi (Gadhavi et al.,

2018). Pemberian ASI eksklusif berpengaruh pada kualitas kesehatan bayi.

Semakin sedikit jumlah bayi yang mendapat ASI eksklusif, maka

2
kualitas kesehatan bayi dan anak balita akan semakin buruk sehingga

diperlukan adanya upaya untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang

pemberian ASI. (Sukmawati et al, 2018).

Penelitian yang dilakukan oleh Nurbaet et al (2019) menyatakan

penting adanya edukasi tentang menyusui membantu ibu agar dapat

melakukan posisi perlekatan bayi yang benar, hal ini bertujuan agar dapat

mengurangi masalah-masalah yang berkaitan dengan perlekatan bayi tidak

benar pada saat menyusui, seperti puting perih, lecet atau berdarah, dan bayi

kurang puas dalam menyusu, sehingga mengakibatkan gagalnya program

ASI ekslusif.

Hasil studi pendahuluan yang Penulis lakukan pada bulan Juni-Juli

2023 pada 10 ibu hamil trimester III di RSUD Bali Mandara menunjukkan

bahwa pengetahuan tentang cara menyusui masih kurang. Sebanyak 7

(tujuh) ibu mengatakan bahwa mereka tidak mengetahui bagaimana posisi

dan pelekatan yang benar saat menyusui, tidak mengetahui manfaat posisi

dan pelekatan yang benar saat menyusui, serta tidak mengetahui dampak

bagi ibu dan bayi jika ibu menyusui bayi dalam posisi dan pelekatan yang

salah. Apabila hal ini tidak diatasi maka akan berdampak buruk bagi

kesehatan ibu dan bayi.

3
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas masalah yang dapat dirumuskan

dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Pengaruh Edukasi Menyusui

Terhadap Persiapan Laktasi Pada Ibu Hamil Trimester III? “

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui bagaimana pengaruh edukasi menyusui terhadap persiapan

laktasi pada ibu hamil trimester III.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui karakteristik ibu hamil trimester III yang

mendapatkandukasi persiapan laktasi

b. Mengetahui persiapan laktasi pada ibu hamil trimester III

sebelum diberikan

c. Mengetahui persiapan laktasi ibu hamil trimester III dalam setelah

diberikan edukasi menyusui.

d. Mengetahui perbedaan persiapan laktasi pada ibu hamil

trimester III sebelum dan setelah diberikan edukasi.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam pendidikan

yang berguna dalam mengembangkan metode yang efektif untuk

melakukan edukasi menyusui pada ibu hamil trimester III.

4
b. Bagi Pengembangan Ilmu Kebidanan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan dalam

menjalankan perannya sebagai pendidik kesehatan dan dalam

melaksanakan program edukasi persiapan laktasi bagi ibu hamil

trimester III .

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Pelayanan Kebidanan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber menjadi evidence base

practice dalam upaya mencegah masalah pemberian ASI pada ibu

menyusui.

b. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi masyarakat untuk

semakin meningkatkan pengetahuannya, serta mampu mengubah

perilaku masyarakat saat menyusui bayi mereka.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian serupa pernah diteliti oleh beberapa sumber yang dapat

dijadikan acuan dan terdapat perbedaan antara penelitian terdahulu dengan

penelitian yang akan diteliti. Keaslian penelitian ini terindentifikasi pada :

1. Lokasi dilakukannya Penelitian. Pada Penelitian sebelumnya lokasi

Penelitian dilakukan di beberapa puskesmas di luar Bali sedangkan

Penulis melakukan Penelitian di RSUD Bali Mandara Provinsi Bali

yang berlokasi di Denpasar Bali.

5
6

2. Design Penelitian menggunakan pre eksperimen (One group pretest-

posttest design). Pada Penelitian-Penelitian sebelumnya ada yang

menggunakan static group comparison ada juga yang

menggunakan desain quasi eksperimen.

3. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik nonprobability

sampling dengan menggunakan metode consecutif sampling. Pada

penelitian sebelumnya ada yang menggunakan teknik purposive

sampling dan ada juga yang menggunakan accidental sampling.

4. Data yang dikumpulkan dari kuesioner akan dianalisis menggunakan

metode statistik, uji t untuk membandingkan skor pre-test dan post-

test. Pada Penelitian sebelumnya ada yang menggunakan quasi

eksperiment.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teoritis

1. Konsep ASI

a. Pengertian ASI

Air Susu Ibu (ASI) merupakan hasil sekresi dari kelenjar payudara

berbentuk cairan memiliki banyak manfaat bagi ibu maupun bayi.

Pemberian ASI sendiri adalah upaya yang paling efektif dalam

meningkatkan kesehatan bayi dan penyelamat kematian bayi pada

minggu pertama (Monika, 2018).

b. Keuntungan ASI

Keuntungan dari pemberian ASI menurut (Bina Gizi Kesehatan Ibu

dan Anak, 2018) dalam Panduan Konseling Pemberian Makanan Bayi

dan Anak:

1) Keuntungan bagi ibu

a) Menyusui memberikan fungsi perlindungan dari penyakit

kanker payudara dan ovarium

b) Melepaskan hormon oksitosin dari pituitari untuk mempercepat

involusi uterus

c) Keberhasilan menyusui memberikan kepuasan bagi ibu

d) Mengurangi resiko depresi pasca persalinan

e) Salah satu upaya dalam penggunaan KB alami

f) Sangat ekonomis dan mengurangi biaya makanan bagi bayi

7
8

2) Keuntungan untuk bayi

a) Nutrisi yang paling ideal pada bayi

b) Secara sempurna memenuhi kebutuhan bayi dan meningkatkan

kecerdasan bayi

c) Membantu pertumbuhan dan perkembang yang memadai,

dengan demikian dapat mencegah anak pendek (stunting)

d) Mudah dicerna oleh usus bayi dapat melindungi bayi dari

infeksi virus dan bakteri

e) Membantu perkembangan rahang dan gigi: menghisap dapat

mengembangkan struktur muka dan rahang

f) Sering terjadi kontak kulit antara ibu dan bayi menyebabkan

timbulnya ikatan, psikomotor lebih baik, perkembangan afektif

dan sosial

g) Manfaat jangka panjang-mengurangi risiko kegemukan dan

diabetes

h) Bayi memperoleh manfaat dari kolostrum, yang dapat

melindungi dari penyakit

c. Dampak tidak diberikan ASI

Menurut (Bina Gizi Kesehatan Ibu dan Anak, 2018), risiko tidak

memberikan ASI antara lain:

1) Bagi Bayi:

a) Risiko kematian lebih besar (bayi yang diberikan ASI 14 kali

lebih besar kemungkinannya meninggal dibandingkan bayi


9

yang disusui secara eksklusif pada enam bulan pertama)

b) Susu formula tidak memilki antibodi untuk melindungi bayi dari

sakit

c) Susu formula lebih sulit diserap oleh usus bayi

d) Menyebabkan diare dan konstipasi pada bayi

e) Lebih besar kemungkinan mengalami kurang gizi

f) Tumbuh kembang tidak optimum: gangguan pertumbuhan,

pertumbuhan, berat badan kurang, tubuh pendek (stunting),

kurus (wasting)

g) Keterikatan atau kasih saying antara ibu dan anak kurang kuat,

tidak merasa nyaman

h) Lebih mudah kemungkinan terserang penyakit jantung, diabetes,

kanker, asma, gigi keropos, dll pada usia lanjut

2) Bagi Ibu:

a) Ibu berisiko lebih mudah hamil

b) Meningkatkan risiko anemia bila pemberian ASI tidak diberikan


sejak dini (lebih banyak perdarahan setelah persalinan)

c) Menggangu ikatan kasih saying ibu dengan bayinya

d) Meningkatkan depresi paska persalinan

e) Kejadian kanker rahim dan payudara lebih rendah jika ibu


menyusui
10

2. Konsep Laktasi

a. Pengertian Laktasi

Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI

diproduksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI.

Laktasi merupakan bagian integral dari siklus reproduksi mamalia

termasuk manusia (Yuliarti, 2018).

b. Manfaat

Air susu ibu sangat bermanfaat bagi ibu dan bayi dalam

proses tumbuh kembang dan masa nifas ibu. Adapun

masing – masing manfaat yang sangat penting yaitu :

1) Manfaat menyusu bagi bayi:

a) Air susu ibu merupakan makanan bayi yang mudah dicerna,

bersih, aman dari kuman, selalu siap disajikan, mengandung

zat gizi dan zat pelindung yang dibutuhkan bayi.

b) Bayi yang mendapat ASI akan jarang mengalami mencret atau

diare, alergi, sembelit, terhindar dari kelebihan kalori, dan

mendapat perasaan aman dalam dekapan ibu dalam proses

menyusui.

c) Gerakan menghisap payudara ibu tiap menyusui akan

memperkuat rahang dan merangsang pertumbuhan gigi bayi

tersebut.

2) Manfaat menyusui bagi ibu

a) Mempercepat proses pemulihan rahim ke ukuran sebelum


11

melahirkan.

b) Mengurangi kemungkinan terjadinya kanker payudara di

kemudian hari.

c) Mempercepat jalinan kasih sayang antara ibu dan bayi.

d) Menghemat serta mudah mendapatkannya (Manuaba, 2017).

Manfaat menyusui sangat menonjol bagi ibu dan bayi

yang memiliki kebutuhan khusus. Bagi bayi menyusu

menawarkan kenyamanan dan manfaat kesehatan. Bagi Ibu,

ada berbagai keuntungan praktis dan terangakatnya moral

ketika Ibu berhasil melakukannya. Baik Ibu maupun bayi

membutuhkan bantuan dan dukungan yang sebaik mungkin

untuk membangun proses menyusui, dengan

mempertimbangkan kebutuhan dan situasi perorangan (Moody

et al., 2016).

c. Anatomi Payudara

Payudara (mammae, susu) adalah kelenjar yang terletak di bawah

kulit, di atas otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi

susu untuk nutrisi bayi. Manusia mempunyai sepasang kelenjar

payudara, yang beratnya kurang lebih 200 gram, saat hamil 600 gram

dan saat menyusui 800 gram (Sari et al., 2018).

Menurut Riskesdas (2018) payudara terdiri dari bagian luar

(eksternal) dan bagian dalam (internal). Bagian luar terdiri dari:

sepasang buah dada yang terletak di dada, puting susu, dan


12

daerah kecokelatan di sekitar puting susu (areola mammae).

Sementara bagian dalam terdiri dari empat jaringan utama: kelenjar

susu (mamary alveoli) merupakan pabrik susu, gudang susu (sinus

lactiferous) yang berfungsi menampung ASI, terletak di bawah daerah

kecokelatan di sekitar puting susu, saluran susu (ductus lactiferous)

yang mengalirkan susu dari pabrik susu ke gudang susu, serta jaringan

penunjang dan pelindung, seperti jaringan ikat dan sel lemak yang

melindungi (Kementerian Kesehatan, 2020).

d. Fisiologi Laktasi

Selama kehamilan, hormon estrogen dan progesteron

menginduksi perkembangan alveolus dan duktus laktiverus di dalam

mamae atau payudara dan juga merangsang produksi kolostrum.

Namun, produksi ASI tidak berlangsung sampai sesudah kelahiran

bayi ketika kadar hormon sterogen ini menurun. Penurunan kadar

estrogen ini memungkinkan meningkatnya kadar prolaktin dan

produksi ASI pun dimulai. Produksi prolaktin yang

berkesinambungan disebabkan oleh proses menyusui (Bahiyatun,

2019).
13

Pelepasan ASI berada di bawah kendali neuroendokrin. Rangsangan

sentuhan pada payudara yaitu bayi menghisap akan merangsang

produksi prolaktin yang memicu sel-sel kelenjar memproduksi ASI,

sehingga semakin sering bayi menysuu semakin banyak prolaktin

yang diproduksi sehingga makin banyak produksi air susu. Proses

ini dikenal dengan refleks prolaktin (Ardhiyanti et al., 2018).

Prolaktin menstimulasi produksi air susu, tetapi diperlukan

hormon lain untuk mengeluarkan air susu ke permukaan puting susu.

Stimulasi mekanoreseptor areolar oleh isapan bayi akan mengaktivasi

jalur saraf yang naik ke nukleus paraventrikel dan nukleus supraoptik

hipotalamus melalui nukleus servikalis lateral pada batang otak. Jalur

saraf ini mengeksitasi neuron magnoselular untuk menyekresi

oksitosin secara pulsatil ke dalam darah dalam interval 10-20 menit.

Masih belum jelas bagaimana stimulus pengisapan, yang berlangsung

terus-menerus, dapat ditranslasi menjadi aktivitas sel penyekresi

oksitosin secara episodik. Sekresi pulsatil oksitosin tampaknya terjadi

karena aktivasi stimultan semua neuron oksitosin di kedua nukleus.

Hormon oksitosin merupakan stimulan sel mioepitel yang poten,

yang memompa air susu dari sinus laktiferus ke luar puting hingga

sampai ke mulut bayi. Keluarnya air susu ini menigkatkan refleks

isapan bayi lebih lanjut, menyebabkan lebih banyak oksitosin yang

disekresi, sehingga terbentuklah sistem umpan balik positif lainnya

yang bekerja sampai bayi kenyang. Refleks pengeluaran (ejeksi) air


14

susu juga distimulasi sebagai respons terhadap tangisan bayi sebagai

akibat pengkondisian psikologis. Namun demikian, stres pada ibu bisa

menginhibisi dengan kuat refleks pengeluaran air susu ini, sehingga

stres pada ibu ini merupakan salah satu penyebab kegagalan laktasi

tersering pada para ibu baru (Ward, 2019).

e. Pola Menyusui

Dalam laporan Rikesdas, pola menyusui dikelompokkan menjadi

menyusui eksklusif, menyusui predominan dan menyusui parsial

sesuai definisi WHO:

1) Menyusui eksklusif adalah tidak memberi bayi makanan atau

minuman lain, termasuk air putih, selain menyusui (kecuali obat-

obatan dan vitamin atau mineral tetes; ASI perah juga

diperbolehkan). Pada hasil (Riset Kesehatan Dasar, 2018),

menyusui eksklusif adalah komposit dari dari pertanyaan: bayi

masih disusui, sejak lahir tidak pernah mendapatkan makanan

atau minuman selain ASI, selama 24 jam terakhir bayi hanya

disusui (tidak diberi makan selain ASI)

2) Menyusui predominan adalah menyusui bayi tetapi pernah

memberikan sedikit air atau minuman berbasis air, misalnya teh

sebagai makan prelakteal sebelum ASI keluar. Pada hasil (Riset

Kesehatan Dasar, 2020), menyusui predominan adalah komposit

dari pertanyaan: bayi masih disusui, sejak lahir tidak pernah

mendapatkan makanan atau minuman kecuali mendapatkan


15

makanan berbasis air, yaitu air putih atau air teh.

3) Menyusui parsial adalah menyusui bayi serta diberikan makanan

buatan selain ASI, baik susu formula, bubur atau makanan

lainnya sebelum bayi berumur enam bulan, baik diberikan

secara kontinyu maupun diberikan sebagai makanan prelakteal.

Pada (Riset Kesehatan Dasar, 2020), menyusui parsial adalah

komposit dari dari pertanyaan: bayi masih disusui, pernah diberi

makanan pralekteal selain makanan atau minuman berbasis air

seperti susu formula,biskuit, bubur, nasi lembek, pisang atau

makanan yang lain (Kementrian Kesehatan RI, 2020) .

f. Pemberian ASI pertama kali

Ibu harusnya langsung dapat bersama bayinya setelah

melahirkan, kecuali kondisi tertentu yang mengharuskan sebaliknya.

Terjalinnya kontak lebih awal dan lebih lama akan memastikan tidak

terlewatnya yang mengindikasikan bayi siap untuk disusui. Pemberian

ASI lebih awal turut menentukan keberhasilan menyusui, tetapi lama

pemberian ASI pertama kali harus, kurang lebih tergantung pada

kebutuhan bayi tersebut. Beberapa bayi akan menunjukkan keinginan

menyusu langsung begitu mereka lahir. Bayi lainnya tidak

menunjukkan ketertarikan hingga setelah satu jam atau lebih.

Pemberian ASI pertama kali harus diawasi oleh bidan. Jika hal itu

berlangsung tanpa rasa sakit dan jika bayi diperbolehkan untuk


16

menghentikan menyusu tanpa paksaan, baik ibu maupun bayi telah

dibantu memulai proses pembelajaran yang dibutuhkan untuk proses

menyusui yang baik dengan cara positif dan menyenangkan (Myles,

2019).

g. Lima tahap perilaku bayi saat menyusu pertama kali

Bayi baru lahir yang akan dilakukan ini menyusu dini akan

langsung dikeringkan, diletakkan di perut ibu (kontak kulit) kemudian

dibiarkan setidaknya satu jam atau sampai bayi berhasil menyusu,

semua bayi akan mengalami bebrapa tahapan perilaku (pre feeding

behaviour). Perilaku bayi saat inisiasi menyusu dini terdiri dari 5

tahap menurut (Roesli, 2018), ada beberapa tahapan perilaku bayi

sebelum ias berhasil menemukan puting susu, yaitu:

1) Stadium istirahat atau diam

Bayi dia tidak bergerak. Sesekali matanya terbuka lebar melihat

ibunya. Masa tenang ini merupakan penyesuaian peralihan dari keadaan

dalam kandungan ke keadaan di luar kandungan. Bonding ini

merupakan dasar pertumbunhan bayi dalam suasana aman.

2) Mengeluarkan suara tau gerakan mulut

Tahap ini bayi mulai mengeluarkan suara, gerakan mulut seperti ingin

minum, mencium, dan menjilat tangan.Tahap ini berlangsung antara 30-

40 menit. Bayi mencium dan merasakan cairan yang dikeluarkan

payudara ibu. Bau dan rasa ini akan membimbing bayi untuk

menemukan payudara dan puting susu ibu.


17

3) Mengeluarkan air liur

Bayi akan mulai mengeluarkan air liurnya saat menyadari bahwa ada

makanan di sekitarnya.

4) Bergerak ke arah payudara

Bayi mulai bergerak kearah payudara ibu dengan kaki menekan perut

ibu, menoleh ke kanan-kiri, serta menyentuh dan meremas daerah

puting susu dan sekitar tangan bayi

5) Menemukan, menjilat, menggulum puting, membuka mulut lebar

dan melekat dengan baik. Ketika bayi telah menemukan puting

susu ibu, bayi langsung menjilat dan membuka mulut dengan lebar

serta mulai menghisap air susu ibu. Pada proses ini bayi berada dalam

posisi melekat dengan baik.

h. Posisi menyusui
Terdapat dua posisi utama bagi ibu yang dapat dilakukan,

sementara ia menyusui. Pertama adalah berbaring miring, dan cara ini

tepat untuk waktu yang berbeda-beda selama msa laktasinya. Jika ibu

menjalani seksio sesarea, atau jika perineumnya sangat sakit, mungkin

ini adalah posisi satau- satunya yang dapat ditoleransi selama beberapa

hari pertama setelah kelahiran. Pada posisi ini ibu tampaknya butuh

bantuan untuk meletakkan bayi pada payudara, karena ia hanya

memiliki satu tangan bebas. Ketika menyusui dari payudara yang

posisinya lebih rendah, mungkin akan membantu jika ibu

meninggikan posisi tubuhnya dengan memberi ganjalan di bawah

iganya. Ketika dapat melakukan hal ini tanpa bantuan, ibu mungkin
18

merasa ini sebagai posisi yang nyaman dan tepat untuk menyusui di

malam hari yang memungkinkan dapat tidur lebih banyak.

Posisi kedua adalah duduk tegak. Pada beberapa hari awal, sangat

penting punggung ibu tegak dan berada pada sudut yang tepat dengan

pangkuannya. Posisi ini memungkinkan jika ibu duduk di tempat tidur

dengan kedua kaki direnggangkan ke depannya, atau jika ia duduk di

kursi dengan dudukan yang condong ke belakang dan dalam sandaran

punggung miring (Myles, 2019).

Posisi menyusui dalam Panduan Konseling Pemberian Makan

Bayi dan Anak tahun 2018 ada 4 posisi:

1) Posisi cradle (posisi yang paling umum)

2) Posisi menyilang (Cross-cadle) berguna bagi bayi tang baru lahir

dan bayi kecil dan lemah, atau bayi apapun yang mengalami

kesulitan dalam perlekatan

3) Posisi berbaring menyamping (slide lying) sangat cocok untuk ibu

yang setelah melahirkan.

4) Posisi silang untuk bayi kembar

Gambar 2.1 Posisi Menyusui


Sumber : Posisi Menyusui (Dari Baby Centre Medical
Advisory Board: Good Position for Breastfeeding, 2018)
19

i. Perlekatan Bayi

1) Perlekatan bayi yang baik ditandai dengan:

a) Bayi telah menggulum sebagian besar areola dan jaringan

bawahnya kedalam mulut

b) Bayi telah menarik ulur jaringan payudara membentuk

sebuah putingyang memanjang

c) Puting hanya sepertiga dari bentuk puting yang panjang taadi

d) Bayi menghisap payudara bukan putting

e) Posisi lidah bayi tertarik ke depan, diatas gusi bawah dan di

bawah areola. Lidah pada kenyataanya menekuk atau melingkar

di sekitarputing jaringan payudara.

f) Ada semacam gelombang bersama lidah bayi dari depan ke

belakang.

2) Perlekatan yang tidak baik:

a) Hanya puting yang berada di dalam mulut, bukan jaringan

payudarayang mendasarinya

b) Saluran ASI berada di luar mulut bayi, dimana lidah tidak

dapatmenjangkaunya

c) Lidah bayi di belakang di dalam mulut dan tidak menekan

saluran ASI Akibat perlekatan yang tidak baik

d) Puting retak dan lecet

e) Nyeri yang mengakibatkan kurangnya aliran ASI dan

produksi ASI yang rendah (Bina Gizi Kesehatan Ibu dan


20

Anak, 2018)

Gambar 2.2 Perlekatan Bayi saat Menyusu


Su m b e r : (Dari Bina Gizi Kesehatan Ibu danAnak: Panduan Konseling Pemberian Makanan
Bayi dan Anak, 2018)

3. Konsep Persiapan Laktasi Masa Kehamilan

a. Pengertian persiapan laktasi

(Maryunani & Anik, 2017) mengatakan bahwa persiapan

menyusui pada ibu hamil adalah persiapan menyusui sejak kala

hamil. Dalam hal ini berarti proses menyusui sebaiknya sudah

dipersiapkan jauh hari sebelum melahirkan. Hal ini penting supaya

ibu benar – benar siap, baik secara fisikmaupun mental. Kesiapan ini

akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas ASI.

b. Hal yang Harus Dipersiapkan Pada Masa Kehamilan

1) Mengenal Keadaan Payudara dan Puting Ibu Serta

Penanganannya Untuk mempersiapkan laktasi ibu perlu

melakukan perawatan payudara selama masa kehamilan dengan

cara yang benar, sejak usia kehamilan enam bulan bagi ibu yang

tidak mempunyai masalah puting susu, dan sejak kehamilan usia

tiga bulan bagi ibu yang mempunyai puting susu yang mendatar
21

atau ke dalam (Ilyas, 2018).

Untuk mempersiapkan laktasi ibu perlu melakukan

perawatan payudara selama masa kehamilan dengan cara yang

benar, sejak usia kehamilan enam bulan bagi ibu yang tidak

mempunyai masalah puting susu, dan sejak kehamilan usia tiga

bulan bagi ibu yang mempunyai puting susu yang mendatar atau

ke dalam (Ilyas et al., 2018). Masalah umum yang dapat

mempengaruhi pemberian makana bayi dan anak salah satunya

adalah puting terbenam. Keadaan tersebut dapat ditangani

dengan:

a) Mendeteksi sedini mungkin selama kehamilan

(memeriksakan kedokter atau bidan)

b) Coba menarik puting susu tersebut keluar dan putar

seperti memutar tombol radio (Bina Gizi Kesehatan Ibu dan

Anak, 2018).

Gambar 2.3 Bentuk putting yang umum dijumpai


Sumber : (Dari BabyCentre Medical Advisory Board:
Breast and Nipple, 2018)
22

2) Memperhatikan Kesehatan Selama Hamil (Nutrisi, Istirahat dan


Stress)
Selama kehamilan, tubuh membutuhkan makanan tambahan

setiap hari. Ibu hamil dianjurkan makan satu makanan tambahan

atau kudapan setiap hari, tercukupi kebutuhan cairannya,

diperbolehkan makan makanan apa saja dan menghindari minuman

beralkohol dan rokok (Bina Gizi Kesehatan Ibu dan Anak, 2018).

Kebutuhan gizi selama hamil lebih tinggi dibandingkan dengan

kondisi pra-hamil. Makin bertambahnya usia kehamilan semakin

tinggi pula zat gizi yang dibutuhkan. Untuk mencapai kehamilan

yang sehat dibutuhkan asupan zat gizi yang optimal sesuai dengan

usia kehamilan. Pada trimester 1 terjadi pertambahan jumlah sel

dan pembentukan organ. Proses ini perlu didukung dengan asupan

zat gizi terutama protein, asam folet, vitamin B12, zink, dan

yodium. Pada trimester 2 dan 3 zat gizi yang dibutuhkan adalah

protein, zat besi, kalsium, magnesium, vitamin B komplek serta

asam lemak omega 3 dan omega 6.

Untuk mencegah kurang darah selama kehamilan, ibu harus

banyak makan makanan sumber zat besi, seperti sayuran hijau tua,

tempe, tahu, kacang-kacangan, ikan,telur dan daging. Ibu hamil

harus makan makanan yang beraneka ragam dan minum lebih

banyak dari pada saat tidak hamil. Kegunaan memenuhi kebutuhan

nutrisi ibu selama hamil antara lain:


23

(1) menjaga kesehatan ibu hamil

(2) memenuhi kebutuhan gizi janin

(3) mempersiapkan cadangan untuk bayi beberapa waktu setelah

lahir

(4) persiapan untuk produksi ASI yang dibutuhkan bayi setelah

lahir (Bina Gizi Masyarakat, 2018). Berdasarkan Maryunani

dalam bukunya Inisiasi Menyusui Dini; Asi Eksklusif dan

Manajemen Laktasi, salah satu hal yang diperhatikan ibu

selama hamil untuk persiapan laktasi adalah menghindari stres

dan berpikir positif. Hal tersebut didukung oleh penelitian

(Amiel, 2017) yang menyatakan keadaan psikologi ibu selama

masa gestasi 18- 32 minggu memiliki hubungan dengan

preaktik pemberian ASI.

3) Terampil dalam menyusui


Penyuluhan pada ibu jauh lebih berhasil dari latihan fisik
apapun. Jika mengerti bagaimana cara menyusui dan memilki
kesempatan untuk mengamati pemberian susu pada bayi, ibu akan
lebih siap untuk menyusui bayinya sendiri (Myles, 2019).
Penting sekali membicarakan soal menyusui kepada semua

ibu saat mereka datang ke klinik antenatal. Tunjukkan bahwa

petugas kesehatan mendukung kegiatan menyusui dan ingin

membantu ibu. Banyak hal seputar menyusui yang dapat

didiskusikan bersama sekelompok ibu, baik di kelas antenatal atau

dalam sesi penyuluhan kesehatan salah satunya adalah memberikan

informasi yang sederhana dan relevan tentang bagaimana cara


24

menyusui.

Posisi menyusui dan perlekatan yang baik penting khususnya

bagi bayi yang baru lahir; bila bayi yang lebih tinggi usianya

terlekat dengan tepat, posisi tidak menjadi prioritas (Bina Gizi

Kesehatan Ibu dan Anak, 2018).

4) Pengenalan awal IMD, Kolostrum dan ASI

Rekomendari poin diskusi pada kunjungan antenatal

(trimester III) salah satunya adalah pengenalan awal pemberian

ASI/ IMD (memberikan kolostrum). Ada berbagai kepercayaan

lokal mengenai kolostrum, dimana ibu percaya bahwa kolostrum

adalah susus yang basi dan tidak baik. Oleh karena penting

pengenalan IMD kepada ibu dengan menyampaikan bahwa

kolostrus mengandung antibodi dan faktor pelindung lainnya bagi

bayi, dan berwarna kuning karena kaya dengan vitamin A (Bina

Gizi Kesehatan Ibu dan Anak, 2018).

5) Memiliki niat dalam memberikan ASI eksklusif

Niat ibu dalam menyusui adalah salah satu perdiktor kuat

yang mempengaruhi IMD dan durasi menyusui. Salah satu yang

mempengaruhi niat ibu dalam menyusui adalah persepsinya

mengenai menyusui itu sendiri (Oosterhoof, 2018). Hal yang perlu

dipersiapkan untuk menyusui menurut (Maryunani & Anik, 2017)

salah satunya adalah niat yang meliputi :

a) Niat harus sudah tertanam bahkan sebelum kehamilan


25

b) Ibu harus bertekad memberikan makanan yang terbaik


untuk bayinya

c) Niat yang bulat ibu akan berpikir positif

d) Pikiran optimis tersebut akan mempengaruhi persiapan

semua organ menyusui sehingga ASI dapat mengalir

dengan lancar Jika ibu yakin dapat menyusui, ASI akan keluar

banyak

e) Anjurkan ibu untuk membuang pikiran negati, seperti ASI

nya tidak lancar, payudaranya bermasalah dan lain-lain

c. Permasalahan yang sering dialami oleh ibu pada masa laktasi

Menyusui merupakan hal yang biasa dilakukan di

kalanganmayarakat, namun masih banyak masalah-masalah dalam

menyusui yang menjadi kendala dan menyebabkan kegagalan dalam proses

menyusui. Salah satu masalah dalam menyusui yaitu ASI yang keluar

sedikit, puting susu lecet, nyeri dan tidak nyaman sehingga ibu

menganggap dirinya tidak mampu untuk menyusui. Selain itu, masalah

lainnya adalah ibu menganggap bahwa bayinya menolak untuk disusui

sehingga menangis terus dan menolak untuk mengisap ASI. Berikut adalah

masalah-masalah menyusui yang terjadi menurut (Nagtalon, J., 2018)

adalah sebagai berikut:

1) Radang pada puting susu. Radang pada puting susu merupakan

masalah yang umum dikeluhkan oleh ibu yang memulai untuk

menyusui. Penyebab umum terjadinya radang pada puting susu


26

adalah perlekatan yang tidak benar dan posisi yang tidak tepat,

sehingga menyebabkan isapan yang tidak efektif. Perlekatan

yang kurang tepat merupakan penyebab utama terjadinya puting

susu lecet. Sarankan ibu untuk memutus isapan dengan tepat,

mengatur ulang posisi bayi, dan mencoba lagi untuk

melakukan perlekatan bayi. Setelah menyusui, ibu mencoba lagi

untuk melakukan perlekatan bayi. Setelah menyusui, ibu susu untuk

mendinginkannya. Sarankan ibu untuk mengeringkan puting susunya

dengan udara ruangan setelah menyusui bayinya dan lebih sering

berganti baju menyusui, serta menghindari mengenakan bra yang

lebih ketat.

2) Pembengkakan payudara: di antara hari kedua dan hari keenam

stelah melahirkan, ibu akan memulai memproduksi ASI dalam

jumlah yang lebih banyak. Secara alami, payudara ibu akan

terasa penuh, lebih besar, lebih berat, dan bahkan dapat sedikit

nyeri. Pengisian yang penuh ini dapat menjadi pembengkakan

ketika payudara menjadi keras, nyeri, hangat, dan seperti nyeri

berdenyut dengan pendataran puting susu. Pembengkakan

terjadi jika ASI menumpuk karena pengosongan yang tidak rutin

dan tidak lengkap dari payudara sebagai akibat dari perlekatan

yang buruk dan posisi yang tidak tepat, jarang memberikan ASI,

suplementasi, kerusakan pada puting susu, atau kelelahan.

Untuk meminimalkan pembengkakan, berikan arahan pada ibu

tentang cara untuk melunakkan payudara sebelum menyusui


27

sehingga memungkinkan bayi melakukan perlekatan dengan

baik. Bantu ibu untuk dapat mengatur perlekatan dan

memposisikan bayi dengan baik.

3) Duktus tersumbat. Pembengkakan payudara dapat menyebabkan

adanya duktus yang tersumbat, yang merupakan benjolan

4) meradang dan nyeri yang biasa unilateral. Kondisi ini bukan

merupakan kondisi infeksi karena ibu tetap tidak demam.

5) Mastitis merupakan peradangan pada payudara dan merupakan

salahsatu jenis infeksi masa postpartum.

6) Abses Payudara, merupakan kelanjutan dari mastitis yang

diakibatkan oleh meluasnya peradangan dalam payudara.

7) Kelainan anatomis pada puting susu seperti puting inversi atau

datar.

8) Bayi yang enggan menyusu. Biasanya terjadi karena gejala dari

penyakit-penyakit yang mungkin saja diderita oleh bayi.

9) Ibu bekerja. Biasanya ibu yang bekerja cenderung memberikan

susu formula untuk anaknya.

d. Tahapan manajemen laktasi pada ibu hamil

Menurut (Maryunani & Anik, 2017) dalam bukunya Inisiasi

Menyusui Dini: ASI eksklusif dan Manajemen Laktasi, manajemen

laktasi pada ibu hamil dibagi menjadi 2 yaitu manajemen pada ibu

dan petugas kesehatan. Manajemen laktasi pada ibu hamil

(petunjuk bagi petugas kesehatan)


28

a) Memberikan penerangan dan penyuluhan tentang

manfaat menyusui baik bagi ibu maupun bayinya,

disamping bahaya pemberian susu botol.

b) Pemeriksaan kesehatan, kehamilandan payudara/keadaan

puting susu, apakah ada kelainan/tidak. Disamping itu, perlu

dipantau kenaikan berat badan ibu hamil.

c) Perawatan payudara dimulai pada kehamilan memasuki

usia 6 bulan agar ibu mampu memproduksi dan

berikan ASI cukup

d) Memperhatikan gizi makanan ditambah mulai dari

kehamilan trimester II sebanyak 1 ½ kali dari porsi

makanan sebelum hamil.

e) Menciptakan suasana keluarga yang menyenangkan.

Dalam hal ini perlu diperhatikan keluarga terutama

suami kepada istri yang sedang hamil untuk

memberikan dukungan dan membesarkan hatinya.

2) Manajemen laktasi pada ibu hamil (petunjuk bagi ibu)

a) Meyakinkan diri sendiri akan keberhasilan menyusi

dan bahwaASI adalah amanah ilahi.

b) Makan dengan teratur, peuh gizi dan seimbang.

c) Mengikuti bimbingan persiapan menyusui yang

terdapat disetiapklinik laktasi dirumah sakit.

d) Melaksanakan pemeriksaan kehamilan secara teratur.


e) Mengikuti senam hamil
29

e. Aspek budaya laktasi

1) Untuk meningkatkan laktasi dan memberi bantuan yang

diperlukan kepada ibu yang baru, perawat harus

mempertimbangkan keyakinan budaya. Misalnya di Filipina, ibu

yang tidak memiliki banyak air susu dianjurkan untuk makan

ayam yang dimasak dengan daun pepaya dan santan. Beberapa

ibu Filipina memakai obat tradisional yang pedas untuk

merangsang laktasi. Selain itu, beberapa ibu di Filipina percaya

bahwa mengangkat tanngan di atas kepala saat berbaring akan

mengurangi atau bahkan menghentikan laktasi.

2) Perbedaan lain dapat dilihat di Finlandia, disini tidak ada pabrik

susu formula. Semua ibu menyusui bayinya. Negara-negara

seperti Kolumbia, Brazilia, Thailand dan Papua Nugini telah

berhasil mengingkatkan kembali kebiasaan dengan adanya

anjuran untuk menyusui. Orang Filipina, Amerika-

Meksiko,Vietnam dan beberapa orang Nigeria tidak

memberikan kolostrum. Ibu-ibu ini mulai menyusui bayinya

ketika air susu yang sebenarnya muncul. Beberapa ibu Korea

tidak menyusui sampai hari ke-3 setelah lahir, sedangkan

beberapa yang lain mulai menyusui dan segera menyusui setiap

kali bayi mereka menangis.


30

Morse, dkk (2019) menemukan bahwa dari 120 kebudayaan

yang dipelajarinya, 50 diantaranya menahan kolostrum

sekurang-kurangnya selama dua hari (Bobak, I. M., et al 2017).

4. Edukasi

a. Pengertian

Edukasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesi adalah

Pendidikan. Pendidikan merupakan suatu proses untuk membantu

seseorang mengembangkan kemampuannya. Pendidikan kesehatan

merupakan suatu proses yang direncanakan dengan sadar untuk

menciptakan peluang bagi indiviidu untuk senantiasa belajar

memperbaiki kesadaran serta meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan demi kepentingan kesehatannya maupun kesehatan orang

di sekitarnya (Nursalam et al, 2018)

1) Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar menurut J.

Guilbert dalam (Nursalam et al, 2018) yaitu :

a) Materi atau hal yang dipelajari akan menentukan perbedaan

proses yang dipelajari.

b) Lingkungan. Lingkungan tempat belajar yang nyaman akan

mempengaruhi prose belajar.

c) Instrumen pembelajaran. Instrumen atau perangkat

pembelajaran seperti perlengkapan belajar, alat peraga,

kurikulum, fasilitator, dan metode yang digunakan dalam

menyampaikan pembelajaran.
31

d) Kondisi individual. Yaitu kondisi fisiologis seperti kondisi

pancaindra (penglihatan dan pendengaran) dan kondisi

psikologis seperti intelegensi, daya tangkap, ingatan,

motivasi, dan sebagainya.

2) Metode edukasi

Pendidikan kesehatan bertujuan untuk mengubah perilaku,

sehingga perlu diketahui perilaku siapakah (sasaran) yang harus

diubah dan teori-teori apakah yang mendasari proses prubahan

perilkau tersebut. Selanjutnya memilih metode yang sesuai

dengan tujuan spesifik pendidikan kesehatan yaitu pengetahuan

(kognitif), sikap (pengertian, motivasi), dan praktik untuk

meningkatkan atau mempertahankan kesehatannya. Metode

pendidikan kesehatan adalah prosedur penerapan seperangkat

petunjuk untuk menghadapi situasi problematis dalam bidang

kesehatan yang mencakup prosedur atau teknik dan perangkat

atau media (Nursalam et al, 2018).

Menurut Notoadmojo (2018), berdasarkan pendekatan

sasaran yang ingin dicapai, penggolongan metode pendidikan ada

3 (tiga) yaitu:

a) Metode berdasarkan pendekatan


perorangan

Metode ini bersifat individual dan biasanya digunakan

untuk membina perilaku baru, atau membina seorang yang

mulai tertarik pada suatu perubahan perilaku atau inovasi.


32

Dasar digunakannya pendekatan individual ini karena

setiap orang mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-

beda sehubungan dengan penerimaan atau perilaku baru

tersebut. Ada 2 bentuk pendekatannya yaitu :

(1) Bimbingan dan penyuluhan (Guidance and


Counceling)
(2) Wawancara

b) Metode berdasarkan pendekatan


kelompok

Penyuluh berhubungan dengan sasaran secara

kelompok. Dalam penyampaian promosi kesehatan dengan

metode ini kita perlu mempertimbangkan besarnya

kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal dari

sasaran. Ada 2 jenis tergantung besarnya kelompok, yaitu :

(1) Kelompok besar

(2) Kelompok kecil

c) Metode berdasarkan pendekatan


massa

Metode pendekatan massa ini cocok untuk

mengkomunikasikan pesan- pesan kesehatan yang

ditujukan kepada masyarakat. Sehingga sasaran dari

metode ini bersifat umum, dalam arti tidak membedakan

golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status social

ekonomi, tingkat pendidikan, dan sebagainya, sehingga


33

pesan-pesan kesehatan yang ingin disampaikan harus

dirancang sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh

massa.

Edukasi yang menggunakan berbagai macam media

dan metode lebih mudah difahami oleh peserta didik. Hal

ini karena belajar akan lebih aktif jika melibatkan lebih

dari satu indera. Penggunaan metode dan media yang tepat

juga harus disertai dengan kesesuaian materi dengan tujuan

dan kebutuhan pembelajaran. Jika informasi pengetahuan

dan ketrampilan sesuai dengan kebutuhan klien, maka akan

tercapai tujuan bersama (Christense et al, 2019 dalam

(Isyti’aroh et al, 2018).

Menurut (Riordan et al, 2018) edukasi menyusui

sangat penting. Edukasi ini bertujuan membantu keluarga

memperoleh pengalaman menyusui yang positif dan untuk

meningkatkan pengetahuan tentang menyusui. Edukasi

yang baik mengarahkan pada pencapaian tiga ranah tujuan

yaitu kognitif, afektif dan psikomotor (Isyti’aroh et al.,

2018). Pada paket edukasi yang peneliti akan lakukan,

ketiga aspek tersebut telah diberikan yaitu pemberian

informasi tentang menyusui (ranah kognitif), mengajarkan

tentang teknik menyusui yang benar (ranah psikomotor)

dan bagaimana ibu bersikap agar sukses menyusui (ranah


34

afektif). Pencapaian ketiga ranah pembelajaran tersebut

harus dipastikan tercapai untuk memastikan tujuan

pembelajaran tercapai.

B. Kajian Empiris

Kajian Empiris adalah kajian Penelitian terdahulu yang digunakan

sebagai acuan dan referensi untuk memahami fokus Penelitian. Beberapa

Penelitian terkait Pengaruh edukasi antara lain :

1. Penelitian oleh Smith, A.,at al (2022) dengan judul Efektivitas

Edukasi dalam Meningkatkan Persiapan Pemberian ASI pada Ibu

Hamil Trimester III pada Jurnal Kesehatan Ibu dan Anak dengan

metode Penelitian: Penelitian eksperimental dengan kelompok

kontrol acak dengan jumlah Sampel: 100 ibu hamil trimester III

(50 dalam kelompok eksperimen dan 50 dalam kelompok kontrol)

menunjukkan hasil Ibu hamil yang mengikuti edukasi

menunjukkan peningkatan signifikan dalam persiapan pemberian

ASI dibandingkan dengan kelompok kontrol.

2. Penelitian oleh Anderson, C., at al (2021) dengan judul Pengaruh

Edukasi terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil Trimester III

dalam Pemberian ASI dengan menggunakan Metode Penelitian:

Studi kohort prospektif Jumlah Sampel : 150 ibu hamil trimester III

mendapatkan hasil Ibu hamil yang mengikuti edukasi memiliki

pengetahuan yang lebih baik dan sikap yang lebih positif terhadap

pemberian ASI dibandingkan dengan mereka yang tidak mengikuti


35

kelas.

3. Penelitian oleh Taylor, E., at al (2020) dengan judul Peran Edukasi

dalam Meningkatkan Keyakinan Diri Ibu Hamil Trimester III

dalam Memberikan ASI Eksklusif menggunakan metode

Penelitian: Studi quasi-eksperimental dengan kelompok perlakuan

dan kelompok kontrol Jumlah Sampel: 80 ibu hamil trimester III

(40 dalam kelompok eksperimen dan 40 dalam kelompok kontrol)

mendapatkan hasil Ibu hamil yang mengikuti edukasi memiliki

peningkatan keyakinan diri yang signifikan dalam memberikan

ASI eksklusif dibandingkan dengan kelompok kontrol.

C. Kerangka Teori

Persiapan Laktasi Masa


kehamilan:
1. Asupan gizi
yang baik Persiapan
selama laktasi Keberhasilan
menyusui dilakukan Proses
2. Persiapan Fisik dengan Laktasi
dan mental baik
3. Aspek budaya

4. Pengetahuan
tentang laktasi

Edukasi Menyusui

Sumber : Skema 2.1. Kerangka Teori


Pengaruh Edukasi Menyusui Terhadap Persiapan
Laktasi pada Ibu Hamil Trimester III Sumber: (Monika
2018), Kementrian kesehatan RI (2020))

Keterangan:
: Variabel yang diteliti
36

: Variabel yang tidak diteliti


37

BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI
OPERASONAL

A. Kerangka Konsep

Konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat

dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan

keterkaitan antarvariabel (baik variabel yang diteliti maupun yang tidak

diteliti). Kerangka konsep merupakan konsep yang dipakai sebagai

landasan berpikir dalam kegiatan ilmu. Kerangka konsep akan membantu

Penulis menghubungkan hasil penemuan dengan teori (Nursalam &

Efendi, 2018).

Kerangka konsep dalam Penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu:

1. Variabel Independen adalah edukasi menyusui

2. Variabel Dependen adalah persiapan Laktasi pada ibu hamil

trimester III

Persiapan Laktasi pada ibu hamil Trimester III


Edukasimenyusui
Edukasi

Skema 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Arah pengaruh
38

B. Hipotesis

Hipotesis berasal dari bahasa Yunani, yaitu hupo dan thesis. Hupo

berarti lemah, kurang, atau di bawah dan thesis berarti teori, proporsi.

Ataupun pernyataan yang disajikan sebagai bukti. Jadi, hipotesis dapat

diartikan sebagai dugaan yang sifatnya masih sementara. Hipotesis dapat

diformulasikan tentang rataan, ragam, proposi, perbedaan dua rataan,

perbedaan dua ragam, perbedaan dua proporsi atau bentuk fungsi

kepekatan peluang (Nugroho, 2019).

Hipotesis dalam Penelitian ini adalah:

Ha = Adanya pengaruh edukasi menyusui terhadap persiapan laktasi pada

ibu hamil trimester III

Ho = Tidak ada pengaruh edukasi menyusui terhadap persiapan laktasi

pada ibu hamil trimester III

C. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan uraian untuk membatasi ruang

lingkup atau pengertian variabel-variabel yang diamati atau diteliti dan

bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan

terhadap variabel- variabel yang bersangkutan serta pengembangan

instrumen (Notoatmodjo, 2018).


39

Tabel 3. 1 Definisi Operasional Variabel

Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Penelitian Operasional Ukur
Edukasi Sebuah pemberian pengetahuan Alat peraga - -
Menyusui menyusui yang meliputi tentang (Booklet), Satuan
manfaat ASI, tehnik menyusui yang acara penyuluhan
benar, penanganan masalah yang
umum terkait menyusui yang diberikan
pada ibu hamil trimester III dengan
metode penyuluhan yang diberikan
selama 60 menit.

Tindakan yang dilakukan ibu hamil


trimester III untuk mempersiapkan Kuisioner Skor Baik jika Ordinal
Persiapan laktasi 80 – 100
laktasi selama periode kehamilan pre-post test
Ibu hamil cukup 60 -79
trimester III kurang < 59
1 : ibu
menjawab
benar
0 : ibu
menjawab
salah
40

BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data

dengan tujuan dan kegunaan tertentu sebagai upaya untuk memahami dan

memecahkan masalah secara ilmiah, sistematika dan logis yang mengacu

pada model yang mencakup prinsip-prinsip yang secara teoritis maupun

kerangka yang menjadi pedoman mengenai suatu penelitian (Sugiyono,

2018).

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode pre-

experimen design dengan pendekatan one group pre-post test design. Pada

desain penelitian ini, sebelum diberikan intervensi terlebih dahulu

diberikan pre-test yang bertujuan untuk menilai tingkat persiapan laktasi

pada ibu hamil trimester III , sesudah diberikan intervensi akan diberikan

post-test. Intervensi yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah

edukasi teknik menyusui berupa demonstrasi dan pendampingan menyusui

pada responden. Berikut adalah skema desain penelitian one group pre-

post test design.


41

Tabel 4. 1 Desain Penelitian

One-Group Pra-Post Test Design

Pre-test Intervensi Post-test


O1 X O2

1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

Penulis untuk dipelajari dan kemudian dapat ditarik kesimpulannya. Apabila

seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah Penelitian,

maka Penelitiannya adalah Penelitian populasi. Populasi dibatasi sebagai

jumlah kelompok atau individu yang paling sedikit mempunyai sifat yang sama

(Sugiyono, 2019). Populasi dalam Penelitian ini adalah seluruh ibu hamil

Trimester III yang memeriksakan kehamilannya di poliklinik kebidanan

RSUD Bali Mandara.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian

jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2019).

Adapun sampel yang digunakan pada penelitian ini yaitu teknik sampling

nonprobability sampling dengan menggunakan metode consecutif sampling

yaitu suatu teknik penentuan sampel dengan mengambil subjek ibu hamil

trimester III yang datang ke poliklinik kebidanan di RSUD Bali Mandara

dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai


42

jumlah subjek yang diperlukan terpenuhi ,sehingga besar sampel dalam

penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus slovin sebagai berikut:

𝑛= 𝑁
1 + 𝑁𝑒2

Keterangan :

n : ukuran sampel

N : ukuran populasi

1 : konstanta

E : batas toleransi kesalahan (0,1)

Berdasarkan rumus di atas maka dapat dihitung besarnya sampeldari

jumlah populasi yaitu sebagai berikut:


35
𝑛=
1 + 35 (0.1)2

3
𝑛= 5
1

0
.
3
5

3
𝑛 =5

1
.
3
5

𝑛 = 25,92

𝑛 = 26
43

Berdasarkan perhitungan di atas maka ukuran

sampel (n) minimal sebesar 29 orang dengan

pertimbangan kriteria inklusi dan eksklusi untuk

mengurangi resiko terjadinya bias. Kriteria inklusi

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Kriteria Inklusi :

1) Ibu hamil dengan usia kehamilan Trimester

III dari umur kehamilan 28 – 36 minggu

2) Ibu hamil dengan kehamilan anak pertama sampai dengan

anak ke empat

3) Bersedia menjadi responden.

b. Kriteria ekslusi

1) Mengundurkan diri dari Penelitian.

2) Ibu yang memiliki kontraindikasi menyusui.

3) Ibu yang mengalami kecacatan fisik (tidak

memiliki tangan, baik salah satu atau keduanya

dan tidak memiliki payudara).

B. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Bali Mandara

Provinsi Bali yang berlokasi di Jln. By Pass Ngurah Rai

No.548 Sanur Denpasar Selatan.


44

C. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai

bulan Oktober tahun 2023.


45

D. Etika Penelitian

Peneliti ini melakukan uji etik di RSUD Bali Mandara dengan

Nomor Etik : 080/EA/KEPK.RSBM.DISKES/2023 dan memperoleh izin

penelitian dari STIKES BinaUsada Bali kemudian peneliti menyerahkan

surat izin penelitian kepada Diklat RSUD Bali Mandara yang diteruskan

kepada Direktur RSUD Bali Mandara. Setelah mendapatkan izin, maka

peneliti dapat memulai penelitian sesuai variabel. Adapun etika penelitian

yang harus diperhatikan:

1. Nilai Sosial dan atau Klinis

Pada penelitian ilmu kebidanan subyek yang digunakan

adalah manusia sehingga peneliti harus memahami prinsip-prinsp

etika penelitian. Pada penelitian ini, mempunyai nilai klinis berupa

kegiatan kelas menyusui untuk mengetahui apakah terdapat

pengaruh terhadap persiapan pemeberian ASI pada ibu hamil

trimester III di RSUD Bali Mandara.


46

2. Nilai Ilmiah

Pada penelitian ini menggunakan desain ilmiah sesuai

kaidah dan metode penelitian. Penelitian ini dilakukan di RSUD

Bali Mandara, merupakan jenis penelitian pre eksperimental desain

dengan tipe one-group pretest - posttest design. Metode teknik

pengambilan sampel menggunakan non probability sampling yaitu

jenis purposive sampling dengan pengambilan sampel memenuhi

criteria inklusi dan eksklusi.

3. Pemerataan Beban dan Manfaat

Pada penelitian ini tidak ada beban bagi responden yang

terlibat melainkan mengupayakan manfaat maksimal dengan

kerugian yang minimal. Subyek manusia dikutsertakan dalam

penelitian kesehatan ini dimaksudkan untuk membantu tercapainya

tujuan penelitian kesehatan yang sesuai kemudian dapat

diaplikasikan kepada manusia.

4. Potensi manfaat dan resiko

Pada penelitian ini minimal resiko dikarenakan tidak

dilakukan assessment atau tindakan tambahan seperti tindakan

invasif. Responden hanya diberikan kelas menyusui kemudian

menjawab kuisioner yang sudah disediakan.

5. Bujukan / Eksploitasi/ Inducement (Undue)

Keuntungan finiansial dan biaya bujukan yang diberikan

lebih diupayakan untuk mengganti waktu yang digunakan atas


47

keterlibatan responden dan sebagai ucapan terimakasih kepada

responden berupa makmin seperti snack dan nasi kotak.

6. Rahasia dan Privacy

Untuk menjaga kerahasian dan privasi dari semua

responden dalam penelitian ini dilakukan dengan tidak

mencantumkan identitas responden dan hasil jawaban responden

tidak dipublikasikan, hanya disimpan oleh peneliti saja sehingga

orang lain tidak ada yang mengetahui isi kuisioner responden.

7. Informed Consent

Pada penelitian ini responden diberikan penjelasan terlebih

dulu seperti maksud dan tujuan penelitian serta tehnik

pengumpulan data dalam penelitian ini sebelum diberikan

kebebasan untuk bersedia menjadi responden atau menolak

menjadi responden. Jika bersedia akan diberikan lembar informed

consent yang ditandatangani oleh responden dan tidak ada

konsekuensi jika menolak untuk menjadi responden.

E. Alat Pengumpulan Data

1. Instrumen Penelitian

Instrumen Penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur

fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik fenomena ini

disebut variabel Penelitian (Sugiyono, 2017). Instrumen dalam Penelitian

ini adalah Kuesioner dengan penjabaran sebagai berikut :


48

a. Kuisioner Demografi

Kuisioner Demografi bertujuan untuk mengetahui karakteristik

responden, kuisioner ini demografi ini meliputi pertanyaan tentang nama,

umur, paritas.

b. Kuesioner Persiapan ibu.

Kusioner berisi penilaian numerik dari 0-10 yang diberikan kepada

responden sebelum dan sesudah diberikan pendidikan /penyuluhan,

selanjutnya diisi oleh responden.

Pertanyaan dalam kuesioner Penelitian ini terdiri dari 30 soal

tentang pengetahuan ibu tentang cara menyusui. Dalam Penelitian ini

skala yang digunakan adalah skala Guttman yaitu jika responden

menjawab pertanyaan dengan benar mendapat nilai 1 dan jika salah

mendapat nilai 0 (Siregar, 2018). Setelah itu dipresentasikan dan

dimasukan kedalam kategori baik, kurang dan cukup.


49

Tabel 4. 2 Kisi-kisi Kuesioner Cara Menyusui

c. Alat Peraga

Alat peraga berupa boneka bayi dan alat peraga payudara ibu.

Boneka bayi dan alat peraga payudara digunakan sebagai peraga saat

dilakukan pemberian materi edukasi tentang cara menyusui yang

bertujuan untuk membantu Penulis dalam menyampaikan pendidikan

kesehatan. Berdasarkan kerucut Edgar Dale alat peraga dalam bentuk

benda tiruan memiliki intensitas yang tinggi kedua setelah benda asli

untuk mempersepsikan bahan edukasi (Notoatmodjo, 2017).

d. Checklist Observasi

Checklist observasi digunakan untuk melihat tingkat pengetahuan

responden pada domain aplikasi yang penilaiannya dilakukan dengan

cara observasi menggunakan checklist. Pengamat akan memberikan

tanda check (√) pada lembar observasi. Kusioner ini diambil dari buku

bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) tahun 2019.


50

2. Validitas dan Reliabilitas

Vadilitas merupakan derajat ketepatan, yang berarti tidak ada

perbedaan antara data yang dilaporkan oleh Penulis dengan data yang

sesungguhnya terjadi pada objek Penelitian. Valid berarti instrumen

tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur

(Sugiyono, 2017).

Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana

suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Instrumen

yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk

mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama

(Sugiyono, 2017). Untuk menguji kuesioner menggunakan dengan KR

20 dengan nilai reliabilitas 0.81255.

F. Prosedur Pengumpulan Data

1. Prosedur Administrasi

Penelitian dilakukan setelah skripsi Penelitian disetujui oleh

institusi pendidikan dan dilakukan uji etik oleh Komite Etik STIKES Bina

Usada Bali, kemudian pelaksanaan Penelitian dimulai dengan mengurus

izin Penelitian dari STIKES Bina Usada Bali ditujukan ke institusi tempat

Penelitian yaitu Diklat RSUD Bali Mandara. Setelah disetujui oleh diklat

penulis melakukan edukasi pada ibu hamil trimester III sesuai dengan

tujuan Penelitian.
51

2. Prosedur Teknis

a. Tahap Persiapan

Tahap persiapan merupakan tahapan awal dimana Penulis

mempersiapkan kelas Ibu menyusui yang akan dipakai untuk

Penelitian dan mempersiapkan seluruh alat dan bahan yang

dibutuhkan untuk Penelitian.

b. Tahap Pengambilan Sampel

Penulis melakukan identifikasi terhadap ibu yang akan hamil

trimester III sesuai dengan kriteria inklusi dengan dibantu oleh

bidan jaga di RSUD Bali Mandara, pengambilan data dilakukan bila

masuk kriteria inklusi Penulis.

c. Tahap Pelaksanaan

1) Penulis mencocokkan pasien ke dalam kriteria inklusi

2) Mengisi kuisioner data demografi yang terdiri dari nama,

usia, pendidkan, paritas, usia kehamilan, alamat, nomor telpon dan

pekerjaan responden

3) Melakukan informed concent

4) Menjelaskan prosedur edukasi

5) Melakukan pengkajian persiapan ibu dengan skor yang

diperoleh melalui kuesioner pre tes

6) Melakukan edukasi cara menyusui dengan menggunakan

booklet dan alat peraga selama 30 menit


52

7) Melakukan pengkajian persiapan ibu hamil trimester III tentang

laktasi dengan skor yang diperoleh melalui kuesioner post tes

G. Pengolahan Data

Data yang baru didapat melalui kuesioner masih merupakan data

mentah (raw data) yang memerlukan tahapan pengolahan dahulu baru bisa

dianalisis. Tahap – tahap pengolahan data yang dikemukakan oleh

(Abdullah, 2018) antara lain :

1. Editing

Editing adalah kegiatan yang dilaksanakan setelah Penulis selesai

mengumpulkan data dilapangan. Kegiatan ini terjadi karena dalam

kenyataannya, data yang terkumpul itu sering belum memenuhi harapan

Penulis, seperti misalnya ada diantaranya yang kurang atau terlewati,

tumpang tindih, berlebihan atau bisa juga terlupakan. Oleh karena itu

perlu dilakukan editing untuk memperbaiki atau menyempurnakannya.

2. Coding / Pengkodean

Coding adalah melakukan pengklasifikasian data (melakukan

tahapan koding). Dengan kata lain data yang sudah diedit tersebut diberi

identitas sehingga memiliki arti tertentu pada saat dianalisis nanti.

Penulis membuat kode untuk hasil Penelitian yang didapatkan.

3. Tabulating / Proses Pembeberan

Tabulating adalah kegiatan terakhir dari pengolahan data, maksud

tabulasi adalah memasukan data pada tabel-tabel tertentu dan mengatur

angka-angka serta menghitungnya.


53

H. Rencana Analisis Data

Setelah pengolahan data, data dianalisis menggunakan alat bantu

program statistik komputer yaitu analisis univariat (analisis deskriptif) dan

analisis bivariat.

1. Analisis Univariat

Analisis univariat adalah analisa data yang dilakukan terhadap

masing-masing variabel Penelitian dan dianalisis untuk mengetahui

gambaran dari masing-masing variabel. Pada Penelitian ini analisis

univariat variabel disajikan dalam bentuk nilai distribusi frekuensi dan

persentase, ditampilkan data tambahan karakteristik responden berupa

umur dan paritas,dst persiapan ibu hamil sebelum pemberian edukasi cara

menyusui yang benar dan persiapan laktasi bagi ibu hamil setelah

diberikan edukasi

2. Analisis Bivariat

Analisis Bivariat adalah analisa data yang dilakukan untuk mencari

korelasi atau pengaruh antara dua variabel atau lebih yang diteliti. Ditinjau

dari skala data yang digunakan Penulis yaitu skala data ordinal, maka

analisis data dalam Penelitian ini menggunakan pendekatan

nonparametricdengan menggunakan uji T. Uji analisis ini menggunakan

bantuan SPSS edisi 2.0.


BAB V

HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian disajikan dalam bentuk Analisa univariat yang

menggambarkan distribusi frekuensi dari responden.

A. Analisi Univariat

1. Karakteristik Responden

Penelitian ini dilakukan pada 29 responden yang sesuai dengan kriteria

inklusi penelitian. Responden diambil tidak bersamaan namun sesuai

dengan kedatangan nya ke Rumah sakit. Hasil pengolahan data akan

ditampilkan dalam bentuk table dan data numerik.

Tabel 5.1 Karakteristik Responden

Karakteristik Frekuensi Presentase (%)


Usia
17-25 tahun 9 31,0%
26-35 tahun 15 51,7%
36-45 tahun 5 17,2%
Total 29 100

Pendidikan
SMA 5 17,2%
Diploma 10 34,5%
S1 13 44,8%
S2 1 3,4%
Pekerjaan
Bekerja 23 79,3%
Tidak bekerja 6 20,7%
Paritas
Primipara 21 72,4%
Multipara 8 27,6%
total 9 100%

54
Data usia responden disajikan dalam bentuk table dan

menggunakan data numerik. Dari data diatas menunjukkan bahwa

responden Sebagian besar dengan kehamilan 28-36 minggu merupakan

usia 26-35 tahun (51,7%). Selanjutnya usia 17-25 tahun sebanyak (31,0%)

dan usia 36-45 tahun sebanyak (17,2%). Data tingkat Pendidikan

responden disajikan dalam bentuk table dan menggunakan data numerik.

Dari data diatas menunjukkan bahwa Sebagian besar responden

pendidikan terakhir strata 1 sebesar (44,8%). Responden dengan

Pendidikan terakhir diploma sebesar (34,5%), responden dengan

Pendidikan terakhir SMA sebesar (17,2%). Terdapat responden dengan

Pendidikan terakhir strata 2 sebanyak 1 orang atau sebesar (3,4%). Data

tingkat Pendidikan responden disajikan dalam bentuk table dan

menggunakan data numerik. Dari data diatas menunjukkan bahwa

Sebagian besar responden adalah seorang ibu yang bekerja yaitu sebanyak

(79,3%), dan Sebagian kecil responden tidak bekerja yaitu sebanyak

(20,7%). Dari data diatas menunjukkan bahwa Sebagian besar responden

termasuk kelompok primipara yaitu sebanyak (72,4%), dan Sebagian kecil

responden multipara yaitu sebanyak (27,6%)

55
2. Rata-Rata Skor Persiapan Laktasi Ibu hamil trimester III sebelum

diberikan edukasi

Tabel 5.2 Skor Persiapan Laktasi Ibu Hamil Trimester III


Sebelum Diberikan Edukasi

N Min Mean Max SD Median

Pretest 29 45 78,97 100 11,525 80

Persiapan laktasi ibu hamil trimester III dalam penelitian ini dikelompokkan

menjadi 3 yaitu baik (80-100), cukup (60-79), kurang (<59). Gambaran rata-rata

skor persiapan laktasi ibu hamil trimester III dapat dilihat pada table berikut.

Berdasarkan table diatas, rata-rata skor persiapan laktasi ibu hamil trimester III

pada pretest adalah 78,97 dengan nilai minimum 45 dan nilai maksimum 100.

Tabel 5.3 Gambaran Skor Persiapan Laktasi Ibu Hamil Trimester III
Sebelum Diberikan Edukasi

Pretest

Frekuensi Presentase (%)

Baik 21 72,4%
Cukup 7 24,1%
Kurang 1 3,4%
Total 29 100,00%

Pada saat pretest responden yang berpengetahuan kurang sebanyak 1 orang

(3,4%), berpengetahuan baik sebanyak 21 orang (72,4%). Kemudian setelah

diberikan posttest jumlah responden dengan pengetahuan Berdasarkan table

diatas, jumlah responden menunjukkan peningkatan setelah dilakukan intervensi.

Pada saat pretest responden yang berpengetahuan kurang sebanyak 1 orang

(3,4%), berpengetahuan baik sebanyak 21 orang (72,4%).

56
3. Rata-Rata Skor Persiapan Laktasi Ibu hamil trimester III sesudah

diberikan edukasi

Tabel 5.4 Skor Persiapan Laktasi Ibu Hamil Trimester III


Sesudah Diberikan Edukasi

N Min Mean Max SD Median

Posttest 29 65 88,10 100 10.808 90

Pada saat posttest terjadi peningkatan nilai menjadi 88,10 dengan nilai minimum

65 dan nilai maksimum 100.

Tabel 5.5 Gambaran Skor Persiapan Laktasi Ibu Hamil Trimester III
Sesudah Diberikan Edukasi

Post Test
Frekuensi Presentase (%)

22 75.86%
7 24.14%
0 0
29 100.00%

Pada saat diberikan posttest jumlah responden dengan pengetahuan kurang tidak

ada dan responden dengan pengetahuan baik menjadi 22 orang atau 75,86%.

4. Gambaran Skor Persiapan laktasi Ibu hamil trimester III

5. Tabel 5.6 Gambaran Skor Persiapan Laktasi Ibu Hamil Trimester III
Diberikan Edukasi

Pretest Post Test


Frekuensi Presentase (%) Frekuensi Presentase (%)

Baik 21 72.41% 22 75.86%


Cukup 7 24.14% 7 24.14%
Kurang 1 3.45%
57 0 0
Total 29 100.00% 29 100.00%
Berdasarkan table diatas, jumlah responden menunjukkan peningkatan

setelah dilakukan intervensi. Pada saat pretest responden yang berpengetahuan

kurang sebanyak 1 orang (3,45%), berpengetahuan baik sebanyak 21 orang

(72,41%). Kemudian setelah diberikan posttest jumlah responden dengan

pengetahuan Berdasarkan table diatas, jumlah responden menunjukkan

peningkatan setelah dilakukan intervensi. Pada saat pretest responden yang

berpengetahuan kurang sebanyak 1 orang (3,45%), berpengetahuan baik sebanyak

21 orang (72,41%). Kemudian setelah diberikan posttest jumlah responden

dengan pengetahuan kurang tidak ada dan responden dengan pengetahuan baik

menjadi 22 orang atau 75,86%.

B. Analisis Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk menguji hipotesis penelitian yaitu

apakah pendidikan kesehatan yang disampaikan secara individual ini

mempengaruhi tingkat pengetahuan responden tentang cara menyusui atau

tidak. Pengujian keabsahan hipotesis dilakukan dengan menganalisa

perbedaan rerata skor nilai pengetahuan responden sebelum dan

setelah intervensi.

1. Uji Normalitas

Sebelum dilakukan uji beda rata-rata maka dilakukan uji normalitas

mengetahui apakah data terdistribusi normal atau tidak

terdistribusi normal. Distribusi hasil normalitas Persiapan laktasi Ibu

hamil trimester III

Tabel 5.7 Distribusi hasil normalitas Persiapan laktasi Ibu hamil trimester III

58
Statistic df sig.
Pretest .904 29 .012 Uji
Posttest .873 29 .002
normalitas ini menggunakan uji Shapiro-Wilk karena jumlah sampel

dalam penelitian kurang dari 50. Hasil uji normalitas pada pretest yaitu

0,012 (p < 0,05), posttest 0,002 (p < 0,05). Nilai pretest dan posttest

menunjukkan jika data berasal dari populasi yang telah terdistribusi

normal. Sehingga untuk selanjutnya dilakukan analisis parametrik paired

T-Test.

2. Pengaruh Edukasi menyusui terhadap Persiapan laktasi Ibu hamil

trimester III

Analisa perbedaan rerata menggunakan uji Paired T-Test

Mean CI (95%) Nilai (P)


Pretest 78,96 -485 0,000
Posttest 88,10

Berdasarkan table diatas, menunjukkan bahawa Analisa uji paired T-Test

pada pretest dan posttest memiliki nilai p = 0,000 (< 0,05) maka dapat

disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan. Hal ini

menunjukkan bahwa edukasi menyusui berpengaruh terhadap Persiapan

laktasi Ibu hamil trimester III.

59
BAB VI

PEMBAHASAN

Pada bab ini peneliti akan menjelaskan interprestasi hasil penelitian

tentang pengaruh edukasi terhadap terhadap Persiapan laktasi Ibu hamil trimester

III dan keterbatasan penelitian ini. Hasil penelitian akan dibandingkan dengan

teori yang telah ada, penelitian sebelumnya serta kekurangan atau keterbatasan

yang ada dalam penelitian ini.

1. Karakteristik Responden

a. Karakteristik responden

60
Penelitian ini hanya menggambarkan 1 kelompok intervensi saja.

Usia responden Sebagian besar berusia 26-35 tahun (51,72%). Menurut

(Notoatmodjo, 2018) usia mampu mempengaruhi pengetahuan seseorang.

Bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan

pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur tertentu atau

menjelang usia lanjut kemampuan mengingat atau penerimaan suatu

pengetahuan akan berkurang (Notoatmodjo, 2018). Menurut penelitian

yang dilakukan oleh (Lisa Unik Wijayanti, 2015) didapatkan bahwa umur

merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kehamilan baik dalam

kesiapan organ reproduksi, pengalaman, maupun pengetahuan ibu hamil.

Terdapat factor Pendidikan yang mempengaruhi pengetahuan ibu

hamil mengenai persiapan laktasi pada trimester III. Sebagian besar ibu

hamil berpendidikan S1 (44,83%), diploma (34,48%), SMA (18,24%) dan

S1 (3,45%). Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap

kemampuan seseorang dan pengetahuan yang dimilikinya (Ilmu, 2007).

Sumber informasi biasanya akan lebih mudah diperoleh jika tingkat

pendidikan kita semakin tinggi (Nursalam, 2019).

Factor pekerjaan termasuk salah satu yang mempengaruhi kesiapan

ibu hamil trimester III. Berdasarkan data tersebut, responden yang bekerja

sebanyak 23 orang (79,31%) dan responden yang tidak bekerja sebanyak 6

orang (20,69%). Menurut (Arikunto, 2010) seseorang yang bekerja di luar

rumah cenderung memiliki akses yang baik terhadap informasi

dibandingkan seseorang yang sehari-hari berada di rumah. Namun,

61
seseorang yang memiliki bekerja di luar rumah belum tentu memiliki

pengetahuan yang baik tentang cara menyusui hal ini tergantung kepada

jenis dan sumber informasi terkait cara menyusui yang diperoleh.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Ludha, N., & Maulida, 2014)

ibu yang tidak bekerja cenderung lebih sulit memperoleh informasi

tentang persiapan laktasi.

Status paritas yang peneliti maksud di sini adalah kehamilan

keberapa yang responden alami saat diberikan intervensi. Berdasarkan

hasil penelitian, status paritas primipara sebanyak 21 orang (72,41%) dan

kehamilan multipara sebanyak 8 orang (27,59%). Tingkat paritas telah

banyak menentukan perhatian dalam kesehatan ibu dan anak karena

terdapat kecenderungan kesehatan ibu berparitas tinggi lebih baik dari

pada ibu berparitas rendah (Notoatmodjo, 2018) Menurut penelitian yang

dilakukan oleh (Handayani, Nuraini and Agustiya, 2021) menunjukkan

bahwa sebagian besar ibu menyusui dengan jumlah persalinan 2-4 kali

(27.5% atau 14 orang) memiliki pengetahuan yang baik tentang kesiapan

laktasi, sedangkan sebagian kecil yang berpengetahuan baik berada pada

kategori paritas dengan jumlah melahirkan 1 kali (16.7% atau 6 orang).

Hal ini dikarenakan ibu yang pertama kali menyusui pengetahuan terhadap

laktasi tidak sama dengan ibu yang sudah berpengalaman menyusui anak

sebelumnya (Perinasia, 2004)

2. Persiapan Laktasi Pada Ibu Hamil Trimester III Sebelum Diberikan

Edukasi Menyusui

62
Berdasarkan table diatas, hasil rata-rata nilai pretest persiapan

laktasi ibu hamil trimester III yaitu sebesar 78,97 setelah diberikan

edukasi menyusui dilakukan evaluasi dengan cara posttest. Hasil rata-rata

nilai posttest persiapan laktasi ibu hamil trimester III yaitu 88,10. Terjadi

peningkatan nilai sebesar 9,13. Nilai rata-rata menunjukkan bahwa

responden mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai persiapan

laktasi.

63
64

Menurut (Notoatmodjo, 2018) pengetahuan adalah hasil ‘tahu’, dan

ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek

tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia yaitu indra

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Meskipun

proses laktasi merupakan hal yang sudah dianggap biasa di masyarakat

namun sebenarnya seorang ibu harus tetap memiliki pengetahuan yang

cukup tentang bagaimana cara menyusui yang benar agar terhindar dari

gagal menyusui dikarenakan salah posisi dan peletakan saat laktasi.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Himawati, L., &

Mawarti, 2011) yang menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan

responden sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang teknik

menyusui mayoritas berada pada kategori cukup sebesar 53.3%. Hal ini

terjadi bisa disebabkan karena sebagian besar ibu belum pernah

mendapatkan pendidikan kesehatan tentang cara menyusui yang benar.

3. Persiapan Laktasi Pada Ibu Hamil Trimester III Sesudah Diberikan

Edukasi Menyusui

Berdasarkan table diatas, saat dilakukan pretest sejumlah 72,41%

responden memiliki pengetahuan baik terhadap persiapan laktasi ibu hamil

pada trimester III. Sejumlah 24,14% dengan pengetahuan cukup dan

3,45% pengetahuan cukup. Setelah diberikan intervensi berupa edukasi

persiapan laktasi, responden dengan pengetahuan baik meningkat menjadi

75,86% sedangkan responden dengan pengetahuan kurang tidak ada.


65

Terjadi peningkatan jumlah responden dengan pengetahuan baik setelah

diberikan intervensi. Keadaan ini bisa disebabkan oleh banyak faktor yang

mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang cara menyusui. Faktor-

faktor tersebut diantaranya adalah pendidikan, usia, pekerjaan,

pengalaman, sosial budaya dan ekonomi, media massa/informasi,

lingkungan dan jenis kelamin (Notoatmodjo, 2018)

4. Pengaruh Edukasi menyusui terhadap Persiapan laktasi Ibu hamil

trimester III

Berdasarkan hasil penelitian, hasil posttest memiliki nilai rata-rata

88,10 (p=0,000). Nilai ini mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan

sebelum dilakukan pendidikan kesehatan. Hasil ini menunjukkan bahwa

terdapat peningkatan pengetahuan antara sebelum dan sesudah intervensi

serta perbedaan yang cukup signifikan antara pretest dan postest. Hal ini

menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan tentang persiapan laktasi

efektif terhadap pengetahuan ibu hamil trimester III. Keadaan ini bisa

terjadi karena sebagian besar ibu merasa tertarik dan berpartisipasi

dengan baik saat diberikan pendidikan kesehatan.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang (Himawati, L., &

Mawarti, 2011) terdapat perbedaan antara sebelum dilakukan intervensi

pendidikan kesehatan dan setelah dilakukan intervensi yaitu sebesar

96.70% responden memiliki tingkat pengetahuan baik, 3.3% responden

memiliki tingkat pengetahuan cukup dan tidak ada lagi responden yang

memiliki tingkat pengetahuan kurang.


66

Menurut (Efendi, F., 2009) saat melakukan pendidikan kesehatan

kita perlu memperhatikan beberapa hal agar pendidikan kesehatan

tersebut berhasil seperti kesesuaian sasaran dan waktu yang tepat,

lingkungan, alat bantu dan materi yang disampaikan. Selain itu dalam

pendidikan kesehatan membutuhkan komunikasi yang baik dan juga

kompetensi pengetahuan tambahan sehingga seorang pendidik kesehatan

dapat bekerja dalam tempat yang berbeda dan memilih serta

menggunakan strategi yang tepat untuk tujuan pendidikan yang berbeda-

beda (Maulana, 2009)

5. Perbedaan Pengetahuan Menyusui terhadapan persiapan laktasi ibu

hamil trimester III sebelum dan sesudah diberikan edukasi tentang

cara menyusui

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada penelitian ini rata-rata

pengetahuan responden pada saat pretest adalah 78,97 standar deviasi

11.525. pada posttest didapatkan rata-rata pengetahuan responden yaitu

88,10 standar devisiasi 10.808. pada penelitian tersebut dapat dilihat

bahwa terdapat perbedaan nilai mean antara pretest dengan posttest yaitu

9,13. Hasil uji paired T-test didapatkan hasil nilai sig. 0,000 (<0,05), CI

(95%) -485. Nilai ini menunjukkan bahwa terapat perbedaan yang

signifikan antara pengetahuan responden sebelum dan sesudah diberikan

pendidikan kesehatan.
67

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Zuhri (2009) didapatkan

hasil bahwa pendidikan kesehatan reproduksi berpengaruh terhadap

pengetahuan tentang kehamilan dan persalinan remaja. Hal ini

ditunjukkan dengan nilai p value = 0.000 (< α 0.05). Hasil ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh (Hastuti, 2018) yang didapatkan

hasil bahwa terdapat perubahan mean tingkat pengetahuan tentang

kesehatan gigi dari buruk (37.5%) menjadi baik (62.5%) setelah

dilakukan intervensi berupa pendidikan kesehatan dengan metode

ceramah den demonstrasi dengan alat peraga. Hasil penelitiannya

menunjukkan p value = 0.002 < α 0.05 yang berarti ada pengaruh yang

signifikan yang terjadi terhadap pengetahuan responden setelah diberikan

intervensi berupa pendidikan kesehatan.

Dalam penelitian ini didapatkan informasi bahwa ada perbedaan

peningkatan pengetahuan tentang cara menyusui setelah dilakukan

intervensi sesuai dengan uji statistik yang telah dilakukan. Menurut J.

Guilbert terdapat beberapa faktor yang memengaruhi proses belajar yaitu

materi atau hal yang dipelajari, lingkungan yang dikelompokkan

menjadi dua yaitu lingkungan fisik (suhu, kelembapan udara, dan konsisi

tempat belajar) dan lingkungan sosial (manusia dengan segala

interaksinya serta respresentasinya seperti keramaian atau kegaduhan,

lalu lintas, pasar, dan sebagainya). Faktor lainnya yaitu instrumen yang

terdiri dari perangkat keras (hardware) seperti perlengkapan belajar alat-


68

alat peraga dan perangkat lunak (software) seperti kurikulum (dalam

pendidikan formal), pengajar atau fasilitator belajar, serta metode belajar

mengajar. Faktor yang terakhir yaitu kondisi individual subjek belajar

yang dibedakan ke dalam kondisi fisiologis seperti kekurangan gizi dan

kondisi pancaindra (terutama pendengaran dan penglihatan) (Nursalam,

& Efendi, 2018)

Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh (Astria,

2012) yang menunjukkan bahwa setelah dilakukan pendidikan kesehatan

terjadi peningkatan pengetahuan menjadi 30 responden yang

berpengetahuan baik (100%), dengan hasil uji Wilcoxon yaitu p value

p=0.000 yang menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan berpengaruh

terhadap tingkat pengetahuan ibu menyusui dari tidak tahu menjadi tahu.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Lestari, W.,

Amelia, N. R., & Rahmalia, 2012) yang menunjukkan perbedaan

kemampuan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan

menggunakan media audiovisual pada kelompok eksperimen dengan p

value 0.00 pada alpha 5%.

Menurut (Bensley, 2008) pendidikan kesehatan menggunakan

metode audiovisual seperti kaset, slide, OHP, poster, peraga atau buku

efektif untuk berbagai tingkat intelegensi (multiple intelligence). Tidak

hanya itu penggunaan alat peraga dalam pendidikan kesehatan

memiliki tingkat intensitas paling tinggi kedua setelah benda asli dan

yang paling rendah adalah kata-kata. Hal ini berarti bahwa penyampaian
69

materi hanya dengan kata-kata saja kurang efektif (Maulana, 2009).

Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Hanum, Nurchayati, & Hasneli

(2015) yang menyatakan bahwa pendidikan kesehatan secara individual

mampu meningkatkan pengetahuan seseorang. Hal ini menunjukkan

bahwa banyak faktor yang berperan penting dalam keberhasilan

pendidikan kesehatan, termasuk materi yang disampaikan, media, dan

metode pendidikan kesehatan yang digunakan.

6. Keterbatasan penilitian

a. Pengisian Lembar Observasi. Pada saat melakukan intervensi kesehatan

responden belum melahirkan sehingga untuk melihat apakah intervensi

yang diberikan pada awal pretest ataupun postest masih menggunakan alat

peraga tiruan dan ini sangat membuat rancu pada saat observasi pada

domain pengisapan ASI saat bayi menyusui.

b. Responden cenderung terburu-buru karena harus membagi waktu antara

ANC dan harus bekerja. Sehingga menyebabkan kurang optimal dalam

penyampaian dan memperagakan cara menyusui.


70

BAB VII

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Karakteristik responden mayoritas berada dalam kelompok 26-35 tahun

yaitu sebanyak 15 responden (51,72%), tingkat pendidikan responden

mayoritas yaitu S1 sebanyak 13 responden (44,83%), Sebagian besar

responden bekerja yaitu sebanyak (79,31%) dan mayoritas responden

berstatus paritas primipara yaitu sebanyak 21 responden (72,41%).

2. Rata-rata skor pengetahuan ibu hamil trimester III saat pretest adalah

78,97 dengan skor tertinggi adalah 100 dan skor terendah adalah 45.

3. Rata-rata skor pengetahuan ibu hamil trimester III saat postest adalah

88,10 dengan skor tertinggi adalah 100 dan skor terendah adalah 65.

4. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan

mempengaruhi skor pengetahuan menyusui pada persiapan ibu hamil

trimester III dengan nilai beda rerata pretest dan postest yaitu p value =

0.000 (< α 0.05). Sehingga Ha diterima dapat dikatakan bahwa

pendidikan kesehatan berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan

responden.
71

B. Saran

1. Bagi Institusi Pendidikan

Dibutuhkan pengetahuan yang luas untuk melakukan program kesehatan

seperti pendidikan kesehatan ini, karena masyarakat yang tidak bisa kita

tebak dan kita duga pada saat melontarkan pertanyaan. Maka tidak hanya

harus menguasai materi pendidikan kesehatan peneliti juga harus belajar

hal lain seputar masalah-masalah yang biasa dialami ibu hamil atau

masalah lain sekitar responden yang mungkin nanti ditanyakan.

2. Bagi Ilmu Pelayanan Kebidanan

Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan puskesmas sebagai pelayan

kesehatan yang paling dekat dengan masyarakat mampu memberikan

pendidikan kesehatan tentang menyusui dalam hal ini tentang cara

menyusui. Kebanyakan dari masyarakat mengaku belum pernah

mendapatkan pendidikan kesehatan dari puskesmas mengenai cara

menyusui dan mendapatkan pengetahuan tentang cara menyusui dari

orangtua atau tetangga. Untuk kedepannya diharapkan puskesmas mampu

menyelenggarakan pendidikan kesehatan lebih menyeluruh dan menurut

hasil penelitian ini pendidikan kesehatan individual efektif dan mampu

meningkatkan pengetahuan ibu tentang cara menyusui, untuk itu peneliti

menyarakan agar puskesmas mampu menyelenggarakan program ini

dengan lebih baik ke depannya daripada yang telah dilakukan peneliti.


72

3. Bagi Masyarakat

Menyusui merupakan hal yang sangat lazim di masyarakat yang sering

dianggap biasa dan tidak memerlukan teknik atau cara tertentu, sedangkan

pada kenyataannya menyusui memiliki cara yang perlu diperhatikan agar

menghindari masalah-masalah yang mungkin bisa terjadi seperti lecet dan

bahkan gagal menyusui.

4. Peneliti Selanjutnya

Dilakukan penelitian lain tentang pengaruh pendidikan kesehatan tentang

cara menyusui dengan dua kelompok agar mampu menunjukkan seberapa

efektif metode pendidikan kesehatan individual ini dibandingkan metode

lain.Perlu memperhatikan taksiran partus ibu hamil dengan benar dan

mengontrol ibu hamil agar tidak lupa untuk mengabari peneliti agar

memudahkan peneliti dalam pengambilan data.Dilakukan penelitian

tentang hubungan karakteristik responden terhadap perbedaan

pengetahuan ibu hamil tentang cara menyusui.Perlu kerjasama yang baik

dengan puskesmas setempat agar mempermudah pengambilan data dan

juga agar puskesmas mampu merasakan kehadiran kita tidak hanya

sekedar untuk penelitian tapi juga membantu puskesmas dalam bertugas.


73

DAFTAR PUSTAKA

Ardhiyanti, Y., Pitriani, R., & Damayanti, P. I. (2018). Panduan Lengkap


Keterampilan Dasar Kebidanan 1. Deepublish.
Arikunto (2010) ‘Prosedur Penelitian’.

Astria, I. (2012) ‘engaruh Pendidikan Kesehatan Teknik Menyusui Terhadap


Pengetahuan Ibu Primipara di RSIA Siti Fatimah Makassar’, 2.

Bahiyatun, S. P. (2019). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal.


Bensley, R. J. (2008) Metode Pendidikan Kesehatan Masyarakat. Jakarta:
EGC.

Committee, A. (2019). Clinical protocol number# 19: Breastfeeding promotion


in the prenatal setting. Breastfeeding Medicine. 4(1), 43–45.

Dinas Kesehatan Provinsi Bali. (2022). Profil Dinas Kesehatan Provinsi Bali.

Efendi, F., & M. (2009) Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik
dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Gadhavi, R. N., Vidhani, M., Patel, F., Mehta, S., & Chavan, L. B. (2018). Are
today’s mother aware enough about breast feeding?: A knowledge, attitude
and practice study on urban mothers. National Journal of Medical Research,
3(04), 396–398.

Handayani, S., Nuraini, S. and Agustiya, R. I. (2021) ‘Faktor-Faktor Penyebab


Pernikahan Dini di Beberapa Etnis Indonesia’, Buletin Penelitian Sistem
Kesehatan, 24(4), pp. 265–274. doi: 10.22435/hsr.v24i4.4619.

Hastuti, T. N. (2018) ‘Tantangan dan Strategi Menurunkan Angka Kematian


Ibu’. Available at:
https://www.sdg2030indonesia.org/an-component/media/upload-book/Tri_
Hastuti_-_Aisyiyah.pdf.

Himawati, L., & Mawarti, R. (2011) ‘Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang


Teknik Menyusui Terhadap Pengetahuan Dan Perilaku Teknik Menyusui
Pada Ibu Primipara Di Bps Kecamatan Kalibawang Kulonprogo Tahun
2011’, STIKES ’Aisyiyah Yogyakarta.

Ilmu, T. P. (2007) Ilmu & Aplikasi Pendidikan. Bandung: PT. Imperial Bhakti
Utama.

Kementerian Kesehatan. (2018). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013.


74

Kementerian Kesehatan.

Lestari, W., Amelia, N. R., & Rahmalia, S. (2012) ‘fektifitas Pendidikan


Kesehatan Tentangasi Terhadap Tingkat Pengetahuan, Kemampuan Dan
Motivasi Menyusui Primipara’, Jurnal Ners Indonesia.

Lisa Unik Wijayanti (2015) ‘Analisis Perbandingan Metode Estimasi-M Huber


dan Estimasi-S dalam Mengatasi Outlier’.

Ludha, N., & Maulida, I. (2014) Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Status
Pekerjaan Ibu Menyusui Dengan Pemberian Asi Eksklusif Pada Bayi Di
Pesantunan. Tegal: Politeknik Harapan Bersama.

Manuaba, I, A., & Manuaba, I,B, G. (2017). Pengantar Kuliah Obstetri. EGC.

Manuaba, I. (2019). Memahami Kesehatan reproduksi wanita (2nd ed.).


Maulana, H. D. (2009) PROMOSI KESEHATAN. Jakarta: EGC.

Molika, E. (2017). Tanya Jawab Seputar Kehamilan & Melahirkan. Indonesia:


Vicosta Publishing.

Moody, J., Jane, B., & Karen, H. (2018). Menyusui Cara Mudah Praktis &
Nyaman. Arcan.

Notoatmodjo, S. (2017a). Kesehatan masyarakat: ilmu dan seni. Rineka Cipta


Jakarta.

Notoatmodjo, S. (2017b). Kesehatan Masyarakat: ilmu Dan Seni. Rineka Cipta.

Nugroho, H. W. (2019). Komunikasi dalam keperawatan gerontik.

Nursalam, N., & Efendi, F. (2018). Pendidikan dalam keperawatan. Salemba


Medika.

Perinasia (2004) ‘Manajemen Laktasi: Menuju Persalinan Aman dan Bayi Lahir
Sehat.’, Jakarta

Priyono, Y. (2018). Merawat Bayi Tanpa Baby Sitter. Media Pressindo.

Purwanti, H. (2019). Konsep Penerapan ASI Eksklusif.

Roesli, U. (2017). ASI Eksklusif.

Roesli, U. (2019). Mengenal ASI Eksklusif (1st ed.). Trubus Agriwidya.


75

Rusli, Z., Yuliani, F., Sulistianingsih, E., & Sadad, A. (2018). Pemberdayaan
Masyarakat Miskin Melalui Program Usaha Ekonomi Desa-Simpan Pinjam
(UED-SP). Jurnal Kebijakan Publik, 3(2).

Saminrm, S. (2019). Kehamilan Normal Seri Asuhan Kebidanan.

Sari, M., Dewi, Y. I., & Utami, A. (2018). Hubungan dukungan keluarga
terhadap motivasi pasien kanker payudara dalam menjalani Kemoterapi di
Ruang Cendrawasih I RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau. Jurnal Ners
Indonesia, 2(2), 158–166.

Siregar, S. (2017). Metode Penelitian kuantitatif: dilengkapi dengan perhitungan


manual & SPSS.

Sukmawati, S., & Salmah, A. (2018). Teknik Menyususi Selama Dua Tahun
dengan Benar di Wilayah Kerja Puskesmas Tangketada Kecamatan
Tangketada Kabupaten Kolaka.

Ward, H. (2019). Patterns of instability: Moves within the care system, their
reasons, contexts and consequences. Children and Youth Services Review.
31(10), 1113–1118.

Yuliarti, N. (2019). Keajaiban ASI-Makanan Terbaik Untuk Kesehatan,


Kecerdasan dan Kelincahan Si Kecil. Andi.
76

LAMPIRAN 1

NO
KEGIATAN JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOVEMBER DESEMBER JANUARI FEBRUARI
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11
1 Tahap Persiapan
a. Pengajuan Judul
b. Studi Pendahuluan
c. Penyusunan Usulan
d. Konsultasi Usulan
e. Seminar Usulan
f. Perbaikan Usulan
2 Tahap Pelaksanaan
a. Pengurusan Izin
Penelitian
b. Pengadaan
Instrumen
pengumpulan Data
c. Pengumpulan Data
d. Pengolahan Data
e. Analisa Data
3 Tahap Penyusunan
Laporan
a. Penyusunan Laporan
b. Seminar Hasil
Penelitian
c. Perbaikan
d. Publikasi Hasil
Penelitian
77

LAMPIRAN 2

Kode:…………………….

KUESIONER PENELITIAN
PENGARUH EDUKASI MENYUSUI
TERHADAP PERSIAPAN LAKTASI PADA IBU
HAMIL TRIMESTER III

A. KARAKTERISTIK RESPONDEN
1. Nama Ibu (Inisial) :....................................................................
2. Umur :....................................................................
3. Pendidikan Terakhir :....................................................................
4. Status Paritas :....................................................................
5. Usia Kehamilan
:........................................................minggu
6. Alamat Rumah :....................................................................
7. Nomor Telepon :....................................................................
8. Pekerjaan :....................................................................
B. PENGETAHUAN
Berilah tanda centang (√) pada jawaban yang anda anggap benar.

No. Pernyataan Benar Salah

Seluruh badan bayi harus tersangga dengan baik saat


1
menyusui.

2 Posisi tubuh bayi sejajar dengan puting ibu.

Kepala bayi berada pada lengkung siku ibu dan bokong


3
bayiberada pada lengan bawah ibu.

4 Posisi kepala dan badan bayi lurus saat menyusu.

5 Kepala bayi menengadah saat menyusu.


78

6 Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.

7 Posisi badan bayi menghadap ke dada ibu.

8 Posisi perut bayi menempel perut ibu.

9 Hidung bayi dekat dengan puting ibu.

10 Pada saat menyusui dagu bayi tidak perlu menempel pada


payudara ibu.

11 Bibir dan dagu bawah bayi menjangkau payudara pertama


kali.

12 Mulut bayi harus terbuka lebar pada saat meyusu.

13 Bayi membuka mulutnya lebar untuk mencakup puting dan


areola (daerah kehitaman yang mengelilingi puting).

14 Bibir bawah bayi saat menyusu tidak perlu membuka lebar.

15 Tangan ibu menghalangi bibir bayi.

Pada saat menyusui, areola (daerah kehitaman yang


16
mengelilingi puting) tampak lebih banyak di bagian atas.

Sebagian besar areola (daerah kehitaman yang mengelilingi


17
puting) masuk ke dalam mulut bayi

Pengisapan ASI yang tepat akan menyebabkan payudara ibu


18
terasa lunak dan kosong setiap kali selesai menyusui.

19 Daerah areola bagian bawah tidak terlihat.

Bayi yang mengisap dengan baik jika bayi mengisap dengan


20
kuat.

21 Bayi melakukan hisapan pendek terus-menerus.


79

22 Saat mengisap terlihat ASI mengalir keluar melalui mulut

bayi.

23 Pipi bayi kempot saat menyusu.

24 Saat bayi menghisap membuat ritme yang teratur.

25 Bayi mengisap kuat dengan irama perlahan merupakan cara


mengisap ASI yang benar.

26 Bayi berhenti mengisap setiap 3-5 kali isapan untuk menelan.

27 Bayi mengisap terus-menerus tanpa diselingi menelan.

28 Pola saat bayi mengisap ASI yaitu hisap-telan-hisap-telan.

29 Saat bayi menyusu terdengar suara “cik-cik” dari mulut bayi.

30 Saat bayi istirahat mengisap, terdengar suara menelan.


80

A. CHEKLIST OBSERVASI CARA MENYUSUI


Dilakukan
No Tindakan Menyusui
Ya Tidak

1 Ibu menyangga seluruh tubuh bayi, tidak hanya leher dan


bahunya saja.

2 Kepala dan tubuh bayi lurus.

3 Menghadapkan bayi ke dada, sehingga hidung bayi


berhadapan dengan puting susu.

4 Mendekatkan badan bayi ke bada ibu.

5 Dagu bayi menempel payudara.

6 Mulut bayi terbuka lebar.

7 Bibir bawah bayi membuka keluar.

8 Areola tampak lebih banyak di bagian atas daripada di


bawah mulut.

9 Bayi tampak mengisap secara dalam dan teratur yang


diselingidengan istirahat. Pada saat bayi mengisap ASI,
hanya terdengar suara bayi menelan.

Total Skor

Keterangan:
a) Tepat jika semua pernyataan dalam kuesioner dilakukan.

b) Tidak tepat jika salah satu pernyataan dalam kuesioner tidak dilakukan.
81

LAMPIRAN 3

SURAT PERSETUJAN MENJADI RESPONDEN

Saya telah mendapatkan penjelasan dengan baik mengenai tujuan dan


manfaat penelitian yang berjudul “Pengaruh Edukasi Menyusui Terhadap
Kesiapan Laktasi Pada Ibu Hamil Trimester III”.
Saya mengerti bahwa saya akan diminta untuk mengisi instrumen
penelitian dan memberikan jawaban sesuai dengan yang dirasakan serta
mengikuti prosedur intervensi yang diberikan sebagai proses dalam pemberian
edukasi, saya yang memerlukan waktu 20-30 menit. Saya mengerti resiko yang
akan terjadi pada penelitian ini tidak ada. Apabila ada pertanyaan dan intervensi
yang menimbulkan respon emosional, maka penelitian akan dihentikan dan
peniliti akan memberikan dukungan serta berkolaborasi dengan dokter dan
tenaga medis yang terkait untuk mendapatkan terapi lebih lanjut.
Saya mengerti bahwa catatan mengenai data penelitian ini akan
dirahasiakan, dan kerahasiaan ini akan dijamin. Informasi mengenai identitas
saya tidak akan ditulis pada instrument penelitian dan akan tersimpan secara
terpisah di tempat terkunci.
Saya mengerti bahwa saya berhak menolak untuk berperan serta dalam
dalam penelitian ini atau mengundurkan diri dari penelitian setiap saat tanpa
adanya sanksi atau kehilangan hak-hak saya.
Saya telah diberikan kesempatan untuk bertanya mengenai penelitian ini
atau mengenai penelitian ini atau mengenai peran serta saya dalam penelitian ini
dan telah dijawab serta dijelaskan secara memuaskan. Saya secara sukarela dan
sadar bersedia beperan serta dalam penelitian ini dengan menandatangani Surat
Persetujan Menjadi Responden.
Badung,....................2023

Peneliti Responden

(Ni Putu Yulianingsih) (............................................)


82

LAMPIRAN 4

Judul Penelitian : Pengaruh Edukasi Menyusui Terhadap Persiapan


Laktasi Pada Ibu Hamil Trimester III
Peneliti : Ni Putu Yulianingsih

Pembimbing :1 Bdn. Ni Gusti Ayu Pramita Aswitami, S.SiT.,M.Keb

2 Bdn. Putu Ayu Dina Saraswati, S.Tr.Keb.,M.Keb

Saudara Yang Terhormat,


Saya adalah mahasiswa Program Studi Sarjana Kebidanan Dan Profesi
Bidan Stikes Bina Usada Bali. Dalam rangka untuk menyelesaikan Tugas Akhir,
saya bermaksud mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Edukasi
Menyusui Terhadap Persiapan Laktasi Pada Ibu Hamil Trimester III ”.
Pengumpulan data melalui pengisian instrumen penelitian ini, agar tidak
terjadi kesalahan saya mohon petunjuk pengisian dibaca secara seksama.
Hasil penelitian ini sangat tergantung pada jawaban yang saudara
berikan, oleh karena itu saya mohon untuk diisi sesuai dengan keadaan yang
saudara rasakan. Kerahasian identitas saudara akan dijaga dan tidak
disebarluaskan. Penulisan identitas pada lembar instrument penelitian cukup
dengan inisial saudara, misalnya Putri Dharma ditulis PD.
Saya sangat menghargai kesediaan dan perhatian Saudara, untuk itu
saya sampaikan terima kasih. Semoga partisipasi Saudara dapat mendukung
dalam pengembangan ilmu keperawatan dan kinerja profesi di masa mendatang.

Badung,....................................2023
Mengetahui,
Pembimbing I Peneliti

(Ni Gusti Ayu Pramita Aswitami, S.SiT.,M.Keb) (Ni Putu


Yulianingsih) NIDN : 0801058701 NIM : A1222074
83
83
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)

Pokok Pembahasan : Edukasi Laktasi


Sasaran : Ibu Hamil trimester III
Hari/tanggal : Senin, 7 Agustus 2023
Waktu : 30 menit
Tempat : RSUD Bali Mandara Provinsi Bali

A. Tujuan
 Tujuan Umum

Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit diharapkan sasaran dapat mengertidan


memahami tentang laktasi
 Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit diharapkan sasaran mampu :
1. Menjelaskan pengertian laktasi

2. Mengetahui manfaat laktasi

3. Mengetahui manfaat ASI

4. Mengetahui langkah-langkah pelaksanaan laktasi


B. Manfaat
1. Manfaat bagi mahasiswa :
 Mahasiswa mengetahui lebih dalam mengenai laktasi
2. Manfaat bagi masyarakat :
 Meningkatkan pengetahuan sasaran mengenai laktasi
 Sasaran dapat mempraktekkan laktasi secara benar
C. Garis Besar Materi

Materi penyuluhan yang akan disampaikan meliputi :


1. Pengertian Laktasi

2. Manfaat Laktasi
3. Manfaat ASI

4. Langkah-langkah pelaksanaan persiapan laktasi


84
84
D. KEGIATAN PENYULUHAN

No Waktu Kegiatan Penyuluhan Respon Peserta

1 Pembukaan 1. Memberi salam 1. Menjawab salam


(5 menit) 2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan dan
3. Menggali memperhatikan
pengetahuan 3. Menjawab pertanyaan
keluarga pasien
tentang laktasi
4. Mendengarkan dan
4. Menjelaskan tujuan
Penyuluhan memperhatikan
5. Menyetujui
5. Membuat
kontrakwaktu kontrakwaktu

2 Kegiatan 1. Menjelaskan tentang 1. Mendengarkan dan


Inti(15  Pengertian Laktasi memperhatikan
menit)  Manfaat Laktasi penjelasan Penyuluh
 Manfaat ASI 2. Aktif bertanya
 Langkah-langkah 3. Mendengarkan

pelaksanaan
laktasi
2. Memberikan
kesempatan untuk
bertanya
3. Menjawab
pertanyaan peserta

3 Penutup 1. Menyimpulkan 1. Mendengarkan dan


(10 menit) materi yang Memperhatikan
disampaikan 2. Menjawab
oleh penyuluh pertanyaanyang
2. Mengevaluasi diberikan
peserta atas 3. Menjawab salam
penjelasan yang
disampaikan dan
penyuluh
menanyakan
85
85
kembali mengenai
materi penyuluhan
3. Salam Penutup

E. Metode
 Ceramah
 Tanya jawab

F. Media

 Alat Peraga

G. Kriteria Evaluasi

1. Evaluasi Struktur
 Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di RSUD Bali Mandara Provinsi Bali
 Jadwal, alat bantu atau media, pengorganisasian, proses penyuluhan dilakukan
sebelumnya.
2. Evaluasi Proses
 Sasaran antusias terhadap materi penyuluhan
 Sasaran mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar
3. Evaluasi Hasil
sasaran mengerti tentang :
 Pengertian Laktasi
 Manfaat Laktasi
 Manfaat ASI
 Langkah-langkah pelaksanaan laktasi
86
86
Lampiran Materi
LAKTASI

1. Pengertian Laktasi
Manjemen laktasi adalah memberi minum ASI pada bayi dengan posisi dan cara yang
benar.
2. Manfaat Laktasi
a. Mencegah terjadi aspirasi/ tersedak pada bayi
b. Mencegah ASI masuk kedalam paru-paru
c. Memenuhi kebutuhan nutrisi bayi yang adekuat

3. Manfaat ASI
d. Mengandung zat anti bodi yang berguna untuk mencegah beberapa penyakit infeksi

e. Dapat diberikan dimana saja dan kapan saja dalam keadaan segar bebas
bakteri dan dalam suhu yang sesuai, tanpa penggunaan alat bantu
f. Tidak akan terjadi kesalahan dalam penyediaan

g. Mengandung zat-zat makanan yang sesuai dengan kondisi bayi sehingga


mudah dicerna dan diserap dalam saluran pencernaan bayi

h. Ekonomis karena tidak memerlukan biaya untuk penyediaan

i. Mencegah keadaan gizi salah (marasmus dan obesitas)

4. Langkah - Langkah Pelaksanaan Persiapan Laktasi


1. Cuci tangan dengan air yang bersih.
2. Ibu duduk dengan santai, kaki tidak boleh mengantung.
3. Perah sedikit ASI dan oleskan ke puting dan areola sekitarnya.
4. Manfaatnya adalah sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban puting susu.
5. Posisikan bayi yang benar
a. Bayi dipegang dengan satu lengan. Kepala bayi diletakkan dekat
lengkungan siku ibu, bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu.
b. Perut bayi menempel ke tubuh ibu
c. Mulut bayi berada di depan puting ibu
d. Lengan yang di bawah merangkul tubuh ibu, jangan berada di antara tubuh
ibu dan bayi. Tangan yang di atas berada dalam satu garis lurus.
64

6. Bibir bayi dirangsang dengan puting ibu dan akan membuka lebar,
kemudian dengan cepat kepala bayi diletakkan ke payudara ibu dan puting
serta areoladimasukkan ke dalam mulut bayi.

7. Cek apakah perlekatan sudah benar

a. Dagu menempel ke payudara ibu


b. Mulut terbuka lebar
c. Sebagian besar areola terutama yang berada di bawah, masuk ke dalam
mulut bayi
d. Bibir bayi terlipat ke luar
e. Pipi bayi tidak boleh kempot ( karena bayi tidak menghisap, tetapi
memerah ASI)
f. Tidak boleh terdengar bunyi decak, hanya boleh terdengar bunyi menelan
g. Ibu tidak kesakitan
h. Bayi tenang
i. Susukan kedua payudara secara bergantian selama 10-15 menit pada
setiap payudara
j. Setelah selesai tepuk punggung bayi secara perlahan agar bayi bersendawa
k. Putting susu dibersihkan kemudian cuci tangan
Lampiran Uji Analisis

Anda mungkin juga menyukai