Anda di halaman 1dari 146

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.

DI PRAKTIK MANDIRI BIDAN LILIS SUGIANTI

KOTA PEKANBARU

LAPORAN TUGAS AKHIR

OLEH :

SRI DISTIYANTI

NIM: P032015401073

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RIAU

JURUSAN KEBIDANAN

PRODI DIII KEBIDANAN

PEKANBARU

2023
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. N

DI PRAKTIK MANDIRI BIDAN LILIS SUGIANTI

KOTA PEKANBARU

Laporan Tugas Akhir ini disusun sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan
Program Pendidikan Diploma III Kebidanan di Jurusan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Riau

LAPORAN TUGAS AKHIR

SRI DISTIYANTI

NIM: P032015401073

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RIAU

JURUSAN KEBIDANAN

PRODI DIII KEBIDANAN

PEKANBARU

2023
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Proposal Laporan Tugas Akhir :

Nama : Sri Distiyanti

Nim : P032015401073

Judul : Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny. “N” Di PMB Lilis Sugianti

Laporan Tugas Akhir ini telah diperiksa, disetujui dan siap dipertahankan di

depan TIM Penguji Laporan Tugas Akhir Program Studi D-III Kebidanan

Poltekkes Kemenkes Riau

Pekanbaru, Maret 2023

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Septi Indah Permatasari, SST, M.Keb Hj. Juraida Roito Hrp, SKM,
NIP : 198001232002122001 NIP : 197503272005012002

i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Sri Distiyanti

NIM : P032015401073

Tempat/Tgl Lahir : Pongkar, Karimun, 26 Juni 2001

Agama : Islam

Alamat : Jl. Pertambangan, RT 01/RW 02

Nama Orang Tua :

Ayah : Roesjadi

Ibu : Kurniyati

Riwayat Pendidikan

No Jenis Pendidikan Tempat Pendidikan Tahun

1 SDN 01 Karimun Kec. Teluk Air 2007-2013

2 SMPN Kartini II Kec. Batu Ampar 2013-2016

3 SMAN 1 Batam Kec. Sekupang 2016-2019

4 Poltekkes Kemenkes Riau Pekanbaru 2020-2023

ii
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RIAU
PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN

LAPORAN TUGAS AKHIR, MARET 2023

SRI DISTIYANTI

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. N DI PMB LILIS


SUGIANTI KOTA PEKANBARU TAHUN 2023

ABSTRAK

Asuhan kebidanan komprehensif merupakan asuhan yang diberikan secara


menyeluruh dimulai dari hamil, bersalin, nifas dan neonatus penting bagi
keberlangsungan hidup ibu dan bayi, termasuk hal penting dalam menurunkan
AKI dan AKB. Studi kasus ini bertujuan untuk memberikan dan menerapkan
asuhan kebidanan pada Ny. N G5P3A1H3 dengan usia kehamilan 39 minggu 3
hari, di PMB Lilis Sugianti pada bulan Januari 2023 sampai April 2023. Asuhan
yang diberikan berupa kunjungan hamil 3 kali, bersalin 1 kali, nifas 4 kali dan
neonatus 3 kali. Selama kehamilan ibu mengeluh nyeri pada pinggangnya yang
dapat diatasi dengan memberikan pendidikan kesehatan. Proses persalinan Ny. N
berlangsung normal pada usia kehamilan 39 minggu 3 hari, tidak ditemukan
penyulit dan dilakukan asuhan dengan metode birth ball sehingga persalinan ibu
berjalan lancar dan nyeri berkurang. Bayi Ny. N lahir tanggal 16 Februari 2023
pukul 11:08 WIB jenis kelamin perempuan, menangis kuat, dengan BB 3800
gram dan PB 52 cm. Pada masa nifas ibu mengeluh asinya masih keluar sedikit
yang dapat diatasi dengan pendidikan kesehatan dan pijat oksitosin. Pada asuhan
neonatus diberikan asuhan pijat bayi yang dapat membantu dalam membuat tidur
bayi menjadi nyenyak dan menambah perkembangan berat badan bayi. Setelah
habis masa nifas ibu menggunakan metode kontrasepsi AKDR. Diharapkan
tenaga kesehatan khususnya bidan dapat meningkatkan asuhan kebidanan sesuai
dengan standar pelayanan kebidanan.

Kata Kunci : Asuhan Komprehensif, Hamil, Bersalin, Nifas, Neonatus

Daftar Bacaan :

iii
MINISTRY OF HEALTH OF THE REPUBLIC OF INDONESIA HEALTH
POLYTECHNIC OF RIAU STUDY PROGRAM OF DIII MIDWIFERY

FINAL PROJECT REPORT, MARCH 2023

SRI DISTIYANTI

COMPREHENSIVE OF MIDWIFERY CARE TO MRS. “N” AT


MATERNITY CLINIC AT LILIS SUGIANTI, PEKANBARU

ABSTRACT

Comprehensive obstetric care is a comprehensive care that starts from pregnancy,


childbirth, puerperium and neonates important for the survival of mothers and
babies, including important things in reducing MMR and AKB. This final project
report aims to provide and implement obstetric care for Mrs. N G5P3A1H3 with a
gestational age of 39 weeks 3 days, at PMB Lilis Sugianti from January 2023 to
April 2023. The care given is in the form of pregnant visits 3 times, maternity 1
time, puerperium 4 times and neonates 3 times. During pregnancy the mother
complains of pain in her waist which can be overcome by providing health
education. Mrs. N's delivery process proceeds normally at 39 weeks 3 days,
gestation. In labor, care is given in the delivery ball. Baby Mrs. N was born on
February 16, 2023 at 11:08 WIB female gender, crying strongly, with a weight of
3800 grams and height of 52 cm. In the puerperium the mother complained that
her milk still came out little that could be overcome by health education and
oxytocin massage. In neonatal care, baby massage care is given which can help in
making the baby's sleep sound and increase the baby's weight development. After
the expiration of the puerperium, the mother uses injectable birth control for 3
months. It is hoped that health workers, especially midwives, can improve
midwifery care in accordance with obstetric service standards.

Keyword : Care Comprehensive, Pregnancy, Maternity, Postpartum,


Neonates

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

laporan tugas akhir dengan judul “Asuhan Kebidanan pada Ny. N di Praktek

Mandiri Bidan Lilis Sugianti di Pekanbaru”

Laporan studi kasus ini penulis susun dalam rangka Laporan tugas akhir dan

merupakan salah satu tugas pribadi yang harus dipenuhi oleh setiap mahasiswa

Prodi DIII Kebidanan Poltekkes Kemenkes Riau.

Dalam pembuatan laporan tugas akhir ini penulis banyak mendapatkan

bimbingan dan arahan dari berbagai pihak, oleh sebab itu penulis mengucapkan

banyak terimakasih kepada :

1. Bapak H. Husnan S.Kp, MKM selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kementrian Kesehatan Riau.

2. Ibu Hj. Juraida Roito Harahap, SKM, M.Kes selaku Ketua Jurusan

Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Riau selaku

Pembimbing 2 yang telah meluangkan waktunya serta memberikan

bimbingan dan pengarahan dalam menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini

3. Ibu Septi Indah Permatasari, SST, M.Keb selaku Pembimbing 1 yang telah

memotivasi, meluangkan waktunya serta memberikan bimbingan dan

pengarahan dengan sabar sehingga Laporan Tugas Akhir ini dapat

terselesaikan oleh penulis.

4. Ibu Lilis Sugianti, STr.Keb selaku Pimpinan Bidan di PMB Lilis Sugianti

yang memberikan izin dalam pengambilan kasus dan membimbing penulis

untuk melakukan asuhan kebidanan komprehensif.

v
5. Ibu Ani Laila, SST, M.Biomed selaku ketua Prodi D-III Kebidanan

Poltekes Kemenkes Riau

6. Teruntuk yang paling istimewa kedua orang tua saya dan keluarga yang

selalu memberikan motivasi dan doa yang tiada henti.

7. Ny. N dan keluarga yang telah bersedia menjadi klien dalam pemberian

asuhan kebidanan.

Demikian penyusunan Laporan Tugas akhir ini Penulis menyadari bahwa

penulisan laporan studi kasus ini masih belum sempurna, oleh karena itu penulis

mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan Laporan

Tugas Akhir ini.

Pekanbaru, Maret 2023

Penulis

vi
DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING.........................................................................i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP..............................................................................ii
ABSTRAK.............................................................................................................iii
ABSTRACT...........................................................................................................iv
KATA PENGANTAR............................................................................................v
DAFTAR ISI........................................................................................................vii
DAFTAR TABEL.................................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Tujuan............................................................................................................4
1.3 Manfaat..........................................................................................................4
1.4 Ruang Lingkup..............................................................................................5
BAB II TINJAUAN TEORI..................................................................................6
2.1 Konsep Dasar Kehamilan...............................................................................6
2.2 Konsep Dasar Persalinan..............................................................................28
2.3 Konsep Dasar Nifas......................................................................................48
2.4 Konsep Dasar Neonatus...............................................................................64
2.5 Konsep Umum Continuity of Care (COC)...................................................68
2.6 Pendokumentasian Asuhan Kebidanan.......................................................69
BAB 3 LANGKAH-LANGKAH PENGAMBILAN KASUS...........................72
3.1 Tempat dan Waktu........................................................................................72
3.2 Cara Pengambilan Kasus..............................................................................72
3.3 Instrument.....................................................................................................73
BAB 4 KAJIAN KASUS......................................................................................74
4.1 Kajian Kasus.................................................................................................74
4.2 Pembahasan................................................................................................110
BAB 5 PENUTUP...............................................................................................128
5.1 Kesimpulan.................................................................................................128
5.2 Saran...........................................................................................................129

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Kategori Indeks Masa Tubuh................................................................12

Tabel 2.2 Rekomendasi Penambahan Berat Badan Selama Kehamilan Berdasarkan


Indeks Massa Tubuh...............................................................................................20

Tabel 2. 3 Penilaian TFU Menurut Penambahan Pertiga Jari................................21

Tabel 2. 4 Posisi untuk persalinan..........................................................................45

Tabel 2. 5 Involusi Uteri.........................................................................................51

Tabel 2. 6 Pengeluaran Lochea..............................................................................51

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Izin Pengambilan Pasien


Lampiran 2 : Surat Balasan PMB
Lampiran 3 : Lembar Konsultasi
Lampiran 4 : Kartu Skor Pudji Rochayati (KSPR)
Lampiran 5 : Partograf
Lampiran 6 : Edinburg Postnatal Depression Scale (EPDS)
Lampiran 7 : Leaflet
Lampiran 8 : Dokumentasi

ix
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah upaya di bidang kesehatan

yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin,

ibu nifas, dan menyusui, bayi, balita dan anak pra sekolah. Program KIA sangat

mempengaruhi derajat kesehatan ibu dan anak. Di dalam komponen keluarga, ibu

dan anak merupakan kelompok rentan. Hal ini terkait dengan fase kehamilan,

persalinan dan nifas pada ibu dan fase tumbuh kembang pada anak. Hal ini yang

menjadi alasan pentingnya upaya kesehatan ibu dan anak menjadi salah satu

prioritas pembangunan kesehatan di Indonesia. Upaya-upaya tersebut bertujuan

untuk menurunkan angka kematian ibu (AKI). Setiap hari, terdapat 830 ibu di

dunia meninggal akibat penyakit atau komplikasi terkait kehamilan dan

persalinan. (Profil Kesehatan, 2021).

Sebagian besar kematian tersebut seharusnya bisa dicegah dan diselamatkan,

artinya bila AKI tinggi, banyak ibu yang seharusnya tidak meninggal tetapi

meninggal karena tidak mendapatkan upaya pencegahan dan penanganan yang

seharusnya. Kematian Ibu dapat disebabkan karena komplikasi kebidanan tidak

ditangani dengan baik dan tepat waktu. Jumlah kematian ibu adalah jumlah

kematian yang terjadi pada saat hamil, bersalin atau pada saat nifas (sampai

dengan 42 hari pasca persalinan) di luar kejadian karena kecelakaan. Angka

kematian ibu pada tahun 2021 dari Provinsi Riau berjumlah 180 orang meninggal

meningkat dibanding tahun tahun sebelumnya. Dimana tahun 2020 mencapai 129

orang, dan tahun 2019 yaitu 125 orang. (Dinkes Riau, 2021).
2

Angka Kematian Ibu sudah mengalami penurunan, namun masih jauh dari

target Sustainable Development Goals (SDGs) tahun 2015, meskipun jumlah

persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan mengalami peningkatan. Kondisi

ini kemungkinan disebabkan oleh kualitas pelayanan kesehatan ibu yang belum

memadai, kondisi ibu hamil yang tidak sehat dan faktor determinan lainnya.

Penyebab utama kematian ibu yaitu hipertensi dalam kehamilan dan perdarahan

postpartum. Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan kondisi ibu hamil tidak

sehat adalah penanganan komplikasi, anemia, ibu hamil yang menderita diabetes,

hipertensi, malaria, dan empat terlalu (terlalu muda 35 tahun, terlalu dekat

jaraknya 2 tahun dan terlalu banyak anaknya > 3 tahun).

Angka Kematian Bayi (AKB) juga merupakan satu indikator penting dalam

status kesehatan ibu dan anak. Berdasarkan hasil SDKI 2017. AKB di Indonesia

adalah 24 per 1000 kelahiran hidup. Sementara itu, target pembangunan

berkelanjutan (TPB/SDGs) 2030 adalah 25 per 1000 kelahiran hidup. Artinya,

AKB di Indonesia sudah mencapai target dan tetap harus di pertahankan bahkan

harus ditingkatkan. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan untuk menurunkan

AKI dan AKB adalah dengan pelayanan yang berkualitas, baik dalam pelayanan

kehamilan (ANC), pelayanan selama persalinan (INC), nifas (PNC), BBL, sampai

dengan keluarga berencana (SDKI, 2017).

Salah satu upaya bidan selaku pemberi pelayanan kebidanan untuk meningkatkan

derajat kesehatan ibu dan anak dengan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan

yaitu dengan menerapkan asuhan kebidanan berkelanjutan dan berkesinambungan

atau Continuity of Care (CoC). COC/Layanan berkesinambungan merupakan

kebalikan dari layanan terfragmentasi (fragmented care) atau terpisah-pisah


3

dimana layanan kesehatan yang dilakukan tenaga kesehatan tidak terkoordinasi

dengan baik (Susanti, 2018). Continuity of Midwifery Care adalah serangkaian

kegiatan pelayanan yang berkelanjutan dan menyeluruh mulai dari kehamilan,

persalinan, nifas, pelayanan bayi baru lahir serta pelayanan keluarga berencana

yang menghubungkan kebutuhan kesehatan perempuan khususnya dan keadaan

pribadi setiap individu (Homel et al., 2014).

Pelayanan kesehatan ibu dalam masa kehamilan dilakukan melalui pelayanan

Antenatal Care (ANC) yang berkelanjutan dan berkualitas dengan melakukan

pemeriksaan secara teratur menurut Kementerian Kesehatan yaitu melakukan 6

kali pemeriksaan kehamilan dengan menerapkan standar asuhan kehamilan 14 T

dan standar asuhan kehamilan yaitu minimal 10 T. Pada persalinan dilakukan

asuhan persalinan yaitu dengan 60 langkah Asuhan Persalinan Normal untuk

menjamin kebersihan dan keamanan selama persalinan dan setelah bayi lahir serta

untuk mencegah komplikasi terutama perdarahan pasca persalinan, hipotermia dan

asfiksia bagi bayi baru lahir Kunjungan Nifas (KF) dilakukan sebanyak 4 kali

yaitu, KF1 pada 6 jam sampai dengan 2 hari pasca persalinan, KF2 pada 3 sampai

dengan 7 hari pasca persalinan, KF3 pada 8 sampai dengan 28 hari pasca

persalinan dan KF4 pada 29 sampai dengan 42 hari pasca persalinan. Kemudian

Kunjungan Bayi Baru Lahir (KN) dilakukan sebanyak 3 kali yaitu KN1 pada 6

sampai dengan 48 jam setelah lahir KN2 pada 3 sampai dengan 7 hari setelah

lahir, KN3 pada 8 sampai dengan 28 hari (APN, 2017).

Oleh karena itu penulis melakukan asuhan terhadap Ny. N G5P3A1H3 di PMB

Lilis Sugianti, Kota Pekanbaru yang kemudian di lampirkan kedalam Laporan


4

Tugas Akhir sebagai syarat lulus Program Studi D3 Jurusan Kebidanan di

Poltekkes Kemenkes Riau.

1.2 Tujuan

1.2.1. Tujuan Umum

Memberikan asuhan kebidanan secara menyeluruh dan berkesinambungan

pada Ny. N di PMB Lilis Sugianti, tahun 2023 , dari masa Kehamilan (ANC),

Persalinan (INC), Nifas (PNC), Bayi Baru Lahir (BBL), serta Keluarga Berencana

(KB) dan mendokumentasikan dengan menggunakan metode SOAP.

1.2.2. Tujuan Khusus

a. Melakukan asuhan kebidanan komprehensif pada ibu hamil Ny. N di

PMB Lilis Sugianti

b. Melakukan asuhan kebidanan komprehensif pada ibu bersalin Ny. N di

PMB Lilis Sugianti,

c. Melakukan asuhan kebidanan komprehensif pada ibu nifas Ny. N di

PMB Lilis Sugianti

d. Melakukan asuhan kebidanan komprehensif pada neonatus By. Ny. N

di PMB Lilis Sugianti

1.3 Manfaat

1.3.1. Manfaat Keilmuan

Memberikan masukan bagi pengembangan ilmu kebidanan yaitu dengan cara

menerapkan asuhan kebidanan komprehensif pada Ny. N sesuai dengan standar

pelayanan.
5

1.3.2. Manfaat Aplikatif

Memberikan asuhan yang meyeluruh dan berkesinambungan kepada ibu hamil,

bersalin, nifas termasuk KB dan bayi baru lahir dengan menggunakan pendekatan

manajemen kebidanan dan pendokumentasian metode SOAP.

1.4 Ruang Lingkup

Laporan kasus ini membahas asuhan COMC pada Ny. N di PMB Lilis

Sugianti, S.Tr. Keb Pekanbaru, Riau. Studi kasus ini dimulai pada bulan Januari

2023– April 2023. Asuhan ini diberikan pada saat ibu dalam keadaan hamil usia

36 minggu sampai 42 hari postpartum untuk menjadi responden dan diberikan

asuhan kebidanan komprehensif. Asuhan yang diberikan bertujuan untuk

mendeteksi dini serta mencegah terjadinya komplikasi dan memastikan ibu sehat

selama hamil, bersalin, nifas serta bayi baru lahir dan melakukan tindakan segera

jika terjadi kegawatdaruratan pada ibu dengan melakukan asuhan kebidanan

selama hamil, saat bersalin, pada masa nifas dan KB serta asuhan bayi baru lahir.

Laporan Tugas Akhir ini dilakukan dengan cara memberikan asuhan kepada ibu

dengan pendokumentasian SOAP dan menggunakan media intrumen berupa

pantom, leaflet, poster, video dan lembar skrining serta pendampingan kunjungan

klinik dan kunjungan rumah.


6

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Kehamilan

2.1.1 Pengertian Kehamilan

Kehamilan merupakan sebuah proses bertemunya sel telur yang sudah matang

dengan sperma, hingga pada akhirnya membentuk sel baru yang akan tumbuh.

Proses kehamilan sendiri bisa terjadi karena bertemunya sel sperma pria dengan

sel telur wanita (BKKBN, 2020).

Menurut WHO, pregnancy atau kehamilan, adalah proses sembilan bulan atau

lebih di mana seorang perempuan membawa embrio atau janin yang berkembang

di rahimnya. Kehamilan Menyebabkan terjadinya berbagai perubahan, Baik

anatomis maupun fisiologis Pada ibu yang sering mengakibatkan timbulnya

keluhan keluhan yang tidak ringan. Perubahan perubahan ini terjadi karena

perubahan fungsi endokrin maternal, pertumbuhan Plasenta sebagai alat penghasil

endokrin, Dan kebutuhan metabolisme yang meningkat karena pertumbuhan

janin. (Desiyani Nani, 2018).

2.1.2 Tujuan Asuhan Kehamilan

Menurut Siti,dkk (2017) tujuan asuhan kehamilan diantaranya :

a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan

tumbuh kembang bayi.

b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan social ibu

dan bayi
7

c. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang

mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum,

kebidanan dan pembedahan.

d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu

maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.

e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI

Eksklusif.

f. Peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh

kembang secara normal.

2.1.3 Pembagian Usia Kehamilan

Pembagian usia kehamilan menurut Yulizawati, dkk (2019). Kehamilan

dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin yaitu 280 hari atau 40 minggu.

Periode dalam kehamilan terbagi dalam 3 triwulan atau trimester yaitu :

a. Trimester pertama : 0 sampai 12 minggu

b. Trimester kedua : 13 hingga 28 minggu

c. Trimester ketiga : 29 sampai 42 minggu

2.1.4 Perubahan Fisiologis dan Psikologis Kehamilan Trimester III

a. Sistem Respirasi

Kehamilan mepengaruhi sistem pernapasan pada volume paru-paru dan

ventilasi. Perubahan fisiologi sistem pernapasan selama kehamilan

diperlukan untuk memenuhi peningkatan metabolisme dan kebutuhan

oksigen bagi tubuh dan janin. Perubahan tersebut terjadi karena

pengaruh hormonal dan biokimia.Relaksasi otot dan kartilago toraks

menjadikan bentuk dada berubah. Diafragma menjadi lebih naik sampai 4


8

cm dan diameter melintang dada menjadi 2 cm. Kapasitas inspirasi

meningkat progresif selama kehamilan volume tidal meningkat sampai

40% (Yuliani, 2021).

b. Sistem Endokrin

Trimester III hormon oksitosin mulai meningkat sehingga menyebabkan

ibu mengalami kontraksi. Oksitosin merupakan salah satu hormon yang

sangat diperlukan dalam persalinan dan dapat merangsang kontraksi uterus

ibu. Selain hormon oksitosin ada hormon prolaktin juga meningkat 10 kali

lipat saat kehamilan aterm.

c. Sistem Muskuloskeletal

Lordosis yang progresif akan menjadi bentuk yang umum pada

kehamilan, karena akibat pembesaran uterus ke posisi depan, lordosis

menggeser pusat daya berat ke belakang ke arah tungkai. Hal ini

menyebabkan tidak nyaman pada bagian punggung terutama pada akhir

kehamilan sehingga perlu posisi relaksasi miring kiri

d. Sistem Perkemihan

Hormon estrogen dan progesteron dapat menyebabkan ureter

membesar, tonus otot saluran kemih menurun. Kencing lebih sering

(poliuria), laju filtrasi glomerulus meningkat sampai 69 %. Dinding saluran

kemih dapat tertekan oleh pembesaran uterus yang terjadi pada trimester

III, menyebabkan hidroureter dan mungkin hidronefrosis sementara. Kadar

kreatinin, urea dan asam urat dalam darah mungkin menurun namun hal ini

dianggap normal (Tyastuti dan Wahyuningsih, 2016).


9

e. Sistem Kardiovaskuler

Volume darah akan bertambah banyak, kira-kira 25 % dengan

puncaknya pada kehamilan 32 minggu, diikuti curah jantung (cardiac

output) yang meningkat sebanyak kurang lebih 30%. Nadi dan tekanan

darah. Tekanan darah arteri cenderung menurun terutama selama

trimester kedua dan naik lagi seperti pada pra hamil. Tekanan vena dalam

batas-batas normal. Pada ekstremitas atas dan bawah cenderung naik

setelah akhir trimester pertama. Nadi biasanya naik, nilai rata- ratanya 84

kali permenit (Rustikayanti, 2016).

f. Uterus

Perubahan uterus mulai menekan ke arah tulang belakang, menekan

vena kava dan aorta sehingga aliran darah tertekan. Pada akhir kehamilan

sering terjadi kontraksi uterus yang disebut his palsu (braxton hicks).

Istmus uteri menjadi bagian korpus dan berkembang menjadi segmen

bawah rahim yang lebih lebar dan tipis, servik menjadi lunak sekali dan

lebih mudah dimasuki dengan satu jari pada akhir kehamilan. Uterus

yang semula hanya berukuran sebesar jempol atau seberat 30 gram akan

mengalami hipertrofi dan hiperplasia, sehingga menjadi seberat 1000

gram di akhir masa kehamilan. Otot dalam rahim mengalami hiperplasia

dan hipertrofi sehingga dapat menjadi lebih besar, lunak dan dapat

mengikuti pembesaran janin karena pertumbuhan janin (Tyastuti dan

Wahyuningsih, 2016).
10

g. Payudara

Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai

persiapan memberikan ASI pada saat laktasi. Perkembangan payudara

tidak dapat dilepaskan dari pengaruh hormon saat kehamilan, yaitu

estrogen, progesteron, dan somatotropin. Kedua payudara akan

bertambah ukurannya dan vena-vena di bawah kulit akan lebih terlihat,

puting payudara akan membesar, berwarna kehitaman, dan tegak.

h. Kenaikan Berat Badan

Peningkatan berat badan pada trimester III merupakan petunjuk

penting tentang perkembangan janin. Keperluan penambahan berat badan

semua ibu hamil tidak sama tetapi harus melihat dari BMI atau IMT

sebelum hamil. IMT merupakan proporsi standar berat badan (BB)

terhadap tinggi badan (TB). IMT perlu diketahui untuk menilai status gizi

catin dalam kaitannya dengan persiapan kehamilan. Jika perempuan atau

catin mempunyai status gizi kurang ingin hamil, sebaiknya menunda

kehamilan, untuk dilakukan intervensi perbaikan gizi sampai status

gizinya baik. Ibu hamil dengan kekurangan gizi memiliki risiko yang

dapat membahayakan ibu dan janin, antara lain anemia pada ibu dan

janin, risiko perdarahan saat melahirkan, BBLR, mudah terkena penyakit

infeksi, risiko keguguran, bayi lahir mati, serta cacat bawaan pada janin

(Kemenkes RI, 2021).


11

Tabel 2. 1 Kategori Indeks Masa Tubuh

Nilai Indeks Masa Kategori Status Gizi


Tubuh (IMT)
< 17,0 Kekurangan Tingkat Berat Sangat Kurus

17-<18,5 Kekurangan Tingkat Ringan Kurus

18,5-25,0 Normal Normal

>25,0-27,0 Kelebihan Tingkat Ringan Gemuk

>27,0 Kelebihan Tingkat Berat Obesitas

(sumber : Kemenkes RI, 2021 )

2.1.5 Ketidaknyamanan Kehamilan Pada Trimester III

a) Bengkak pada kaki

Hal ini terjadi akibat gangguan sirkulasi vena dan peningkatan tekanan

vena pada ekstremitas bagian bawah, hal ini disebabkan oleh tekanan

uterus yang membesar. Dapat diatasi dengan cara menghindari

menggunakan pakaian ketat, mengkonsumsi makanan yang berkadar

garam tinggi sangat tidak dianjurkan. Saat bekerja atau istirahat hindari

duduk atau berdiri dalam jangka waktu lama. Saat istirahat, naikkan

tungkai selama 20 menit berulang-ulang. Sebaiknya ibu hamil makan-

makanan tinggi protein (Tyastuti dan Wahyuningsih, 2016).

b) Sering buang air kecil

Sering buang air (BAK) sering disebabkan oleh karena uterus membesar,

yang disebabkan karena terjadi penurunan bagian bawah janin sehingga

menekan kandung kemih. Ibu hamil dilarang untuk menahan BAK,

upayakan untuk mengosongkan kandung kencing pada saat terasa ingin

BAK. Perbanyak minum pada siang hari untuk menjaga keseimbangan


12

hidrasi. Apabila BAK pada malam hari tidak mengganggu tidur maka

tidak dianjurkan mengurangi minum dimalam hari, tetapi bila ya, batasi

minum setelah makan malam, di samping itu ibu hamil harus membatasi

minum yang mengandung diuretic seperti teh, kopi, cola dengan caffeine

(Tyastuti dan Wahyuningsih, 2016).

c) Sesak nafas

Sesak nafas ini biasanya mulai terjadi pada awal trimester II sampai pada

akhir kehamilan. Keadaan ini disebabkan oleh pembesaran uterus dan

pergeseran organ–organ abdomen, pembesaran uterus membuat

pergeseran diafragma naik sekitar 4 cm. Peningkatan hormon

progesterone membuat hiperventilasi. (Tyastuti dan Wahyuningsih,

2016).

d) Sakit punggung dan pinggang

Sakit punggung dan pinggang pada ibu hamil terjadi pada ibu hamil

trimester II dan III, dapat disebabkan karena pembesaran payudara yang

dapat berakibat pada ketegangan otot, dan keletihan. Posisi tubuh

membungkuk ketika mengangkat barang dapat merangsang sakit

punggung, hal ini berkaitan dengan kadar hormon yang meningkat

menyebabkan cartilage pada sendi besar menjadi lembek, di samping itu

posisi tulang belakang hiperlordosis. (Tyastuti dan Wahyuningsih, 2016).

e) Konstipasi atau sembelit

Konstipasi atau sembelit selama kehamilan terjadi karena peningkatan

hormone progesterone yang menyebabkan relaksasi otot sehingga usus

kurang efisien, konstipasi juga dipengaruhi karena perubahan uterus yang


13

semakin membesar, sehingga uterus menekan daerah perut. Cara

mengatasi konstipasi atau sembelit adalah minum air putih yang cukup

minimal 6-8 gelas/ hari, makanlah makanan yang berserat tinggi seperti

sayuran dan buah-buahan, lakukanlah olahraga ringan secara teratur

seperti berjalan, segera konsultasikan ke dokter/ bidan apabila konstipasi

atau sembelit tetap terjadi setelah menjalankan cara-cara di atas. (Tyastuti

dan Wahyuningsih, 2016).

f) Sakit Kepala

Sakit kepala terjadi akibat kontraksi otot/spasme otot (leher, bahu dan

penegangan pada kepala), serta keletihan. Selain itu, tegangan mata

sekunder terhadap perubahan okuler, dinamika cairan syaraf yang

berubah. Cara meringankan : teknik relaksasi, memassase leher dan otot

bahu, penggunaan kompres panas/es pada leher, istirahat, dan mandi air

hangat. (Tyastuti dan Wahyuningsih, 2016).

g) Nyeri Pinggang

Nyeri pinggang merupakan nyeri punggung yang terjadi pada area

lumbosakral. Nyeri punggung bawah biasanya akan meningkat

intensitasnya seiring pertambahan usia kehamilan karena nyeri ini

merupakan akibat pergeseran pusat gravitasi wanita tersebut dan postur

tubuhnya. Perubahan- perubahan ini disebabkan oleh berat uterus yang

membesar. Cara untuk mengatasi ketidaknyamanan ini antara lain postur

tubuh yang baik, mekanik tubuh yang tepat Saat mengangkat beban,

hindari membungkuk berlebihan, mengangkat beban, dan berjalan tanpa

istirahat, gunakan sepatu bertumit rendah, kompres, kompres es pada


14

punggung, pijatan/ usapan pada punggung, untuk istirahat atau tidur;

gunakan kasur yang menyokong atau gunakan bantal di bawah punggung

untuk meluruskan punggung dan meringankan tarikan dan regangan

2.1.6 Kebutuhan Dasar Kehamilan Pada Trimester III

Menurut Siti, dkk (2017) kebutuhan dasar kehamilan diantaranya :

a) Kebutuhan nutrisi pada ibu hamil

Untuk mengakomodasi perubahan yang terjadi selama masa hamil, banyak

diperlukan zat gizi dalam jumlah yang lebih besar dari pada sebelum hamil.

Pada ibu hamil akan mengalami BB bertambah, penambahan BB diukur dari

IMT (Indeks Masa Tubuh)/BMI (Body Masa Indeks) sebelum hamil. Ibu

hamil yang dikategorikan sebagai obesitas apabila hasil perhitungan IMT

didapatkan lebih dari satu atau sama dengan 30 kg/m3 dan dikategorikan

sebagai berat badan lebih bila IMT 25-29 kg/m3 (Jurnal Indon Volum :

2018)

b) Kebutuhan oksigen

Pada kehamilan terjadi perubahan pada sistem respirasi untuk dapat

memenuhi kebutuhan O2, disamping itu terjadi desakan rahim dan

kebutuhan O2 yang meningkat, ibu hamil akan bernafas lebih dalam.

aktifitas paru-paru untuk mencukupi kebutuhan O2 ibu dan O2 janin.

c) Personal Hygine

Kebersihan badan akan mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi. Pada

ibu hamil karena bertambahnya aktifitas metabolisme tubuh maka ibu hamil

cenderung menghasilkan keringat yang berlebih, sehingga perlu menjaga

kebersihan badan secara ekstra.


15

d) Eliminasi (BAK dan BAB)

Buang air kecil atau berkemih merupakan salah satu proses alami tubuh

untuk membuang sisa metabolisme. Biasanya frekuensi BAK seseorang

sekitar 6-8 kali sehari. Namun ibu hamil mungkin akan merasa lebih sering

ingin buang air kecil ± 10 kali dalam sehari (Siti,dkk 2017). Ibu hamil

sering mengalami obstipasi. Hal ini terjadi diakibatkan oleh :

a. Kurang gerak badan

b. Hamil muda sering terjadi muntah dan kurang makan

c. Peristaltik kurang karena pengaruh hormone

d. Tekanan pada rektum oleh kepala

e) Seksual

Hamil bukan halangan untuk melakukan hubungan seksual. Hubungan

seksual yang disarankan pada ibu hamil adalah hubungan dengan mengatur

posisi tubuh untuk menyesuaikan dengan pembesaran perut. Ibu hamil pada

trimester III hubungan seksual dilakukan dengan hati-hati karena akan

menimbulkan kontraksi.

f) Mobilisasi dan Body Mekanik

Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas,

mudah dan teratur dan mempunyai tujuan dalam rangka pemenuhan

kebutuhan hidup sehat. Manfaat mobilisasi adalah sirkulasi darah menjadi

lebih baik, nafsu makan bertambah, pencernaan lebih baik dan tidur lebih

nyenyak. Dianjurkan berjalan-jalan dipagi hari dalam udara yang bersih dan

segar.
16

g) Istirahat/tidur

Istirahat dan tidur secara teratur dapat meningkatkan kesehatan jasmani dan

rohani untuk kepentingan perkembangan, pertumbuhan janin, membantu ibu

tetap kuat, mencegah penyakit, mencegah terjadinya keguguran, tekanan

darah tinggi, bayi sakit dan masalah-masalah lainnya.

h) Perawatan Payudara

Perawatan payudara merupakan suatu tindakan untuk merawat payudara

terutama pada masa kehamilan dan menyusui untuk memperlancar

pengeluaran ASI. Selama kehamilan payudara harus dipersiapkan untuk

fungsi uniknya dalam menghasilkan ASI bagi bayi neonatus segera setelah

lahir. Perawatan payudara sangat penting dilakukan selama hamil sampai

masa menyusui. Hal ini karena payudara merupakan satu-satu penghasil

ASI yang merupakan makanan pokok bayi yang baru lahir sehingga harus

dilakukan sendini mungkin. Dengan perawatan payudara yang benar akan

dihasilkan produksi ASI selama menyusui (Astuti, dkk. 2015).

2.1.7 Tanda bahaya kehamilan Pada Trimester III

a) Pendarahan pervaginam

Perdarahan pervaginam pada kehamilan lanjut terjadi setelah kehamilan 22

minggu. Perdarahan antepartum dapat berasal dari kelainan plasenta seperti

plasenta previa, solusio plasenta atau perdarahan yang belum jelas sebabnya

dan bukan dari kelainan plasenta seperti erosi, polip, dan varises yang

pecah.
17

b) Keluar cairan pervaginam

Keluarnya cairan berupa air dari vagina pada trimester III ibu harus dapat

membedakan antara urine atau air ketuban. Jika keluar cairan yang berbau

amis, tidak terasa, dan berwarna putih keruh berarti yang keluar adalah air

ketuban. Jika kehamilan belum cukup bulan ibu dapat menyebabkan

persalinan preterm (<37 minggu) dan komplikasi infeksi intrapartum.

c) Gerakan janin berkurang

Normalnya mulai merasakan gerakan janinnya selama 18 minggu atau 20

minggu. Gerakan bayi akan lebih mudah dirasakan jika ibu berbaring untuk

beristirahat dan jika ibu makan dan minum dengan baik. Janin dapat

bergerak hendaknya 10 kali dalam 2 jam, jika ibu kurang merasakan

gerakan janin makan perlu waspada adanya gangguan pada janin ibu.

2.1.8 Asuhan Kehamilan

Asuhan antenatal adalah upaya preventif program pelayanan kesehatan

obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal dalam neonatal melalui serangkaian

kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan. Kunjungan ulang dilakukan paling

sedikit 8 kali dimulai dari usia kehamilan 12 minggu (WHO,2016). Salah satu

bentuk kebijakan program upaya penurunan AKI adalah dengan kebijakan

pelayanan antenatal Kunjungan 1 (K1) dan Kunjungan 4 (K4). Pelayanan

antenatal (antenatal care/ ANC) penting untuk memastikan kesehatan ibu selama

kehamilan dan menjamin ibu untuk melakukan persalinan di fasilitas kesehatan

(Kemenkes RI, 2020).

a. Trimester I, 1 x usia kehamilan 12 minggu

b. Trimester II, 2 x usia kehamilan 20 minggu dan 26 minggu


18

c. Trimster III, 5 x usia kehamilan 30, 34,36,38,40 minggu

Anjuran untuk melakukan pemeriksaan kehamilan 1 x pada usia kehamilan

41 minggu dan apabila belum terdapat tanda-tanda persalinan. Menurut

Kemenkes (2020) pelayanan antenatal yaitu minimal sebanyak 6x dengan

rincian 2x ditrimester 1, 1x ditrimester 2, dan 3x ditrimester 3. Minimal 2x

diperiksa oleh dokter saat kunjungan 1 di trimester 1 dan kunjungan ke 5

ditrimester 3. Menurut Astuti, dkk (2015), pelayanan / asuhan standar minimal

asuhan kehamilan termasuk dalam 14 T yaitu:

a). Pengukuran tinggi badan dan penimbangan berat badan

Kenaikan berat badan normal pada ibu hamil dari trimester I sampai trimester

III yang berkisar 9-17 kg dan kenaikan perminggunya adalah 0,5-2 kg.

Pengukuran tinggi badan ibu hamil dilakukan untuk mendeteksi faktor risiko

yang berhubungan dengan keadaan rongga panggul. Apabila tinggi badan < 145

cm, maka faktor resiko panggul sempit, kemungkinan sulit melahirkan secara

normal (Kemenkes, 2016).

Tabel 2. 2 Rekomendasi Penambahan Berat Badan Selama Kehamilan


Berdasarkan Indeks Massa Tubuh
No Kategori IMT Rekomendasi (Kg)

1 Rendah <19,8 12,5-18

2 Normal 19,8-26 11,5-16

3 Tinggi 26-29 7-11,5

4 Obesitas >26 >7

5 Gameli 16-20,5

Dikutip dari Prawirohardjo,2018


19

b) Pengukuran tekanan darah.

Tekanan darah normal pada ibu hamil yaitu 120/80 mmHg. Pengukuran

ini bertujuan untuk mendeteksi adanya hipertensi dalam kehamilan

(tekanan darah ≥140/90 mmHg) dan preeklampsia (hipertensi disertai

edema wajah dan protein urine).

c) Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA).

Lila ibu hamil ≤ 23,5 cm menunjukkan ibu hamil yang berisiko

Kurang Energi Kronis (KEK) dan berisiko mengalami Berat Badan Lahir

Rendah (BBLR).

d) Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri).

Pemeriksaaan TFU dilakukan pada tiap kali kunjungan antenatal

untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan umur

kehamilan.

Tabel 2. 3 Penilaian TFU Menurut Penambahan Pertiga Jari


Sumber :Yunita Anshari,2018
No Usia Kehamilan Tinggi Fundus Uteri

1 12 minggu 3 jari diatas sympisis

2 16 minggu Pertengahan pusat- sympisis

3 20 minggu 3 jari dibawah sympisis

4 24 minggu Setinggi pusat

5 28 minggu 3 jari diatas pusat

6 32 minggu Pertengahan pusat-prosesus xiphoideus

7 36 minggu 3 jari dibawah prosesus xiphoideus

8 40 minggu Pertengahan pusat-prosesus xiphoideus


e)
20

Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus sesuai

status imunisasi.

Imunisasi TT bertujuan untuk mendapatkan perlindungan serta mencegah

terjadinya tetanus pada bayi yang dilahirkan.

f) Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan.

Tujuan pemberian Fe adalah untuk memenuhi kebutuhan Fe pada ibu

hamil, karena pada kehamilan kebutuhannya meningkat seiring

pertumbuhan janin. Zat besi ini penting meningkatkan volume darah yang

terjadi selama kehamilan dan untuk memastikan pertumbuhan dan

perkembangan janin.

g) Menentuan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ).

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui letak janin. Pada trimester

III mengetahui bagian terbawah kepala janin sudah atau belum masuk pintu

atas panggul. Dan pemeriksaan DJJ dilakukan untuk memastikan tekanan

jantung janin normal atau tidak, DJJ normal pada bayi yaitu 120 – 160

x/menit.

h) Pelaksanaan temu wicara

pemberian komunikasi interpersonal dan konseling, termasuk KB pasca

persalinan.

i) Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes hemoglobin darah

(Hb) dilakukan minimal sekali pada trimester pertama dan sekali pada

trimester ketiga, pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui ibu tersebut

menderita anemia atau tidak. Pemeriksaan protein urin dilakukan trimester

ke dua dan ketiga atas indikasi tujuannya untuk mengetahui protein urin
21

yang merupakan salah satu indikator terjadinya preeklamsia pada ibu hamil.

dan pemeriksaan golongan darah untuk mengetahui jenis golongan darah

untuk mempersiapkan calon donor darah yang sewaktu-waktu diperlukan

apabila terjadi kegawatdaruratan (Kemenkes RI. 2020).

j) Tatalaksana kasus sesuai indikasi.


Pelayanan kesehatan ibu hamil harus memenuhi frekuensi minimal di tiap

trimester, yaitu minimal satu kali pada trimester pertama (usia kehamilan 0-

12 minggu), minimal satu kali pada trimester kedua (usia kehamilan 12-24

minggu), dan minimal dua kali pada trimester ketiga (usia kehamilan 24

minggu sampai menjelang persalinan). Standar waktu pelayanan tersebut

dianjurkan untuk menjamin perlindungan terhadap ibu hamil dan janin

berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan, dan penanganan dini

komplikasi kehamilan.

k) Asuhan Komplementer

Asuhan komplementer di beberapa komunitas kebidanan sudah menjadi

bagian penting dari praktik kebidanan. Terapi komplementer dalam asuhan

kebidanan dapat digunakan sebagai sarana untuk mendukung proses normal

kehamilan dan kelahiran dan untuk menghormati otonomi perempuan.

Pengobatan komplementer dan alternatif termasuk kedalam paradigma

asuhan kebidanan (Dewi, dkk, 2020).

l) Massage

Massage adalah sebagai pijat yang telah di sempurnakan dengan ilmu-

ilmu tentang tubuh manusia atau gerakan-gerakan tangan yang mekanis

terhadap tubuh manusia dengan mempergunakan bermacam-macam


22

bentuk pegangan atau teknik. Prenatal Massage adalah pijat yang dilakukan

pada ibu hamil untuk memperlancar sirkulasi darah ibu dan mengurangi

keluhan yang sering dialami ibu hamil (Purba, 2021).

m) Prenatal Yoga

Latihan prenatal yoga adalah sebuah treatment fisik yang dapat

memberikan efek psikologis karena memberikan efek relaksasi pada

tubuh dan mempengaruhi psikologis ibu hamil sehingga dapat membantu

menurunkan kecemasan. Prenatal yoga dapat membantu ibu hamil untuk

mengendalikan pikiran, keinginan, dan reaksi terhadap stress. Prenatal

gentle yoga ini terdiri dari tiga bagian, antara lain relaksasi, mengatur

postur, dan olah napas (Purba, 2021).

n) Senam Hamil

Senam hamil adalah program kebugaran yang diperuntukkan bagi ibu

hamil dalam rangka mengencangkan sistem tubuh dan menyiapkan otot-otot

yang diperlukan sebagai tambahan yang harus dialami selama hamil.senam

hamil memiliki lima tujuan penting. Antara lain, agar ibu hamil menguasai

teknik pernafasan, otot-otot dinding perutnya semakin kuat, terlatih untuk

melakukan relaksasi sempurna dan dapat meminimalkan kesulitan pada saat

menjalani proses melahirkan. Senam hamil memiliki beberapa manfaat

yaitu, memperkuat dan mempertahankan kelenturan otot-otot dinding perut

dan dasar panggul, melatih sikap tubuh untuk menghindari atau

memperingan keluhan sakit pinggang atau punggung, membuat tubuh lebih

rileks, melatih berbagai teknik pernapasan (Purba, 2021).


23

o) Pelayanan tes laboratorium hemoglobin darah (Hb)

Bila kadar Hb < 10 gr/dl ibu hamil dinyatakan anemia, maka harus diberi

suplemen 60 mg Fe dan 0,5 mg asam folat hingga Hb menjadi > 10 gr/dl.

Menurut Prawirohardjo (2016) kurangnya kadar hemoglobin pada masa

kehamilan dapat menyebabkan abortus, partus imatur/premature, kelainan

kongenital, perdarahan antepartum, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim

dan kematian perinatal.Indikasi dilakukan pemeriksaan Hb adalah keadaan

kekurangan zat besi dengan kadar Hb kurang dari 11 gr%. Dilakukan minimal 2

kali selama masa kehamilan yaitu pada trimester I umur kehamilan sebelum 12

minggu dan trimester III umur kehamilan 28-36 minggu (WHO,2018).

Pemeriksaan golongan darah dilakukan untuk persiapan perencanaan persalinan.

Pemeriksaan glukosa berfungsi untuk mengidentifikasi cara tubuh dalam

mengidentifikasi cara tubuh dalam menangani glukosa setelah makan

(Kemenkes,2016).

a. Pemeriksaan VDRL (venereal Disease Research Laboratory)

b. Perawatan payudara dan pijat tekan payudara

c. Pemeliharaan tingkat kebugaran atau senam hamil

d. Pemeriksaan protein dan reduksi urine atas indikasi

e. Pemberian terapi kapsul yodium untuk daerah endemis gondok dan terapi

anti-malaria untuk daerah endemis malaria

f. Pelaksanaan temu wicara


24

2.1.9 Kartu Poedji Rochjati

Kartu skor Poedji Rochjati adalah salah satu alat untuk mendeteksi dini

komplikasi dalam kehamilan. Dalam KSPR tersebut dikategorikan tiga faktor

resiko yaitu:

A. Risiko l (Ada Potensi Gawat Obstetrik/APGO)

a) Primi Muda, terlalu muda hamil pertama umur 16 tahun atau kurang

b) Primi Tua

a. Primi Tua Primer

- Terlalu tua, hamil pertama umur 35 tahun atau lebih

- Terlalu lambat hamil setelah kawin 4 tahun lebih

b. Primi Tua Sekunder

- Terlalu lama punya anak lagi, terkecil 10 tahun lebih

- Terlalu cepat punya anak lagi, anak terkecil usia kurang 2 tahun

c) Grande Multi terlalu banyak punya anak 4 atau lebih

Ibu pernah hamil atau melahirkan 4 kali atau lebih, karena ibu sering

melahirkan maka kemungkinan akan banyak ditemui keadaan seperti

Kesehatan terganggu, kekendoran pada dinding rahim. Bahaya yang

dapat terjadi yaitu kelainanletak, persalinan letak lintang, robekan rahim

pada kelainan letak lintang, persalinan lama dan perdarahan pasca

persalinan. Grande multi para juga dapat menyebabkan solusio plasenta

dan plasenta previa.

B. Kelompok Faktor Risiko II (Ada Gawat Obstetri/AGO)


25

a) Ibu Hamil Dengan Penyakit: Anemia, Malaria, TBC, Payah Jantung,

Penyakit lain HIV-AIDS, Penyakit Menular Seksual

b) Pre eklampsia Ringan, Hamil Kembar/Gemeli, Hidramnion, Bayi mati

dalam kandungan, Hamil lebih bulan (Serotinus), Letak Sungsang,

Letak Lintang

C. Kelompok Faktor Risiko III (Ada Gawat Darurat Obstetri/AGDO)

1) Perdarahan sebelum bayi lahir mengeluarkan darah pada waktu hamil

2) Preeklamsia berat dan atau eklamsia (Prawirohardjo, 2012)

Hasil skor penghitungan KSPR:

a. Kehamilan Risiko Rendah (KRR) dengan jumlah skor 2

Kehamilan resiko rendah adalah kehamilan tanpa masalah/faktor resiko

dan kemungkinan besar diikuti oleh persalinan normal dengan ibu dan

bayi hidup sehat. Tempat persalinan dapat dilakukan di rumah maupun di

polindes, tetapi penolong persalinan harus bidan.

b. Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) dengan jumlah skor 6-10

Kehamilan resiko tinggi adalah kehamilan dengan salah satu atau lebih

faktor resiko, baik dari pihak ibu maupun janinnnya yang memberikan

dampak kurang menguntungkan baik pada ibu maupun pada pada

janinnya, memiliki resiko kegawatan namun tidak darurat.

Dampak yang dapat ditimbulkan akibat ibu hamil dengan risiko tinggi sendiri

dapat berdampak antara lain :

a) Keguguran (abortus)

Keguguran merupakan penghentian kehamilan sebelum janin dapat

hidup. Keguguran dini terjadi sebelum usia kehamilan 12 minggu dan


26

keguguran tahap lanjut terjadi antara usia kehamilan 12 minggu-20

minggu.

b) Partus macet

Partus macet merupakan pola persalinan yang abnormal dimana terjadi

fase laten dan fase aktif memanjang/melambat bahkan berhenti ditandai

dengan berhentinya dilatasi serviks atau penurunan janin secara total atau

keduanya.

c) Perdarahan ante partum dan post partum

Perdarahan antepartum merupakan perdarahan yang terjadi setelah

kehamilan 28 minggu. Biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya

daripada perdarahan kehamilan sebelum 28 minggu. Perdarahan

postpartum merupakan perdarahan lebih dari 500-6000 ml dalam waktu

24 jam setelah bayi lahir. Menurut waktu terjadinya perdarahan

postpartum dibedakan menjadi dua, yaitu: Perdarahan postpartum primer

(early postpartum hemorrhage) terjadi dalam 24 jam setelah anak lahir.

Perdarahan postpartum sekunder (late postpartum hemorrhage) terjadi

setelah 24 jam kelahiran, antara hari ke 5 sampai hari ke 25 postpartum

d) Intra Uterine Fetal Death (IUFD)

Intra Uterine Fetal Death (IUFD) merupakan kematian janin dalam rahim

sebelum terjadi proses persalinan, usia kehamilan 28 minggu keatas atau

berat janin 1000 gram dapat juga mengakibatkan kelahiran mati. Ibu

yang mengalami kehamilan berisiko menyebabkan meningkatnya faktor

risiko terjadinya Intra Uterine Fetal Death (IUFD). Bila janin dalam

kandungan tidak segera dikeluarkan selama lebih dari 4 minggu dapat


27

menyebabkan terjadinya kelainan darah (hipofibrinogemia) yang lebih

besar.

e) Keracunan dalam kehamilan (Pre eklamsia) & kejang (Eklamsia)

Preeklamsia adalah keracunan pada kehamilan yang biasanya terjadi

pada trimester ketiga kehamilan atau bisa juga muncul pada trimester

kedua. Preeklamsia serta gangguan tekanan darah lainnya merupakan

kasus yang menimpa setidaknya lima hingga delapan persen dari seluruh

kehamilan. Dua penyakit ini pun tercatat sebagai penyebab utama

kematian serta penyakit pada bayi dan ibu hamil di seluruh dunia. Dan di

Indonesia 3 kematian ibu terbesar salah satunya disebabkan oleh

preeklamsia/ eklampsia. (Prawiroharjo, 2014)

Menurut Prawiroharjo (2014), dampak kehamilan berisiko bagi janin adalah

sebagai berikut:

a) Bayi lahir belum cukup bulan

Bayi lahir belum cukup bulan dapat disebut bayi preterm maupun bayi

prematur. Bayi Preterm merupakan bayi yang lahir pada usia kehamilan

kurang dari 37 minggu, tanpa memperhatikan berat badan lahir. Hal ini

dapat disebabakan oleh faktor maternal seperti toksemia, hipertensi,

malnutrisi maupun penyakit penyerta lainnya.

b) Bayi lahir dengan Bayi berat lahir rendah (BBLR)

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang

dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat

bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir. Penyebab paling

besar lahirnya bayi Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah masalah
28

selama kehamilan pada ibu, dapat berupa penyakit penyerta pada ibu,

kurang nutrisi, maupun usia ibu. Pencegahan terjadinya kehamilan risiko

tinggi menurut Widatiningsih dan Dewi (2017) dapat dijabarkan sebagai

Penyuluhan Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) untuk kehamilan dan

persalinan aman tentang :

a. Kehamilan Risiko Rendah (KRR), tempat persalinan dapat

dilakukan di rumah maupun di polindes, tetapi penolong

persalinan harus bidan, dukun membantu perawatan nifas bagi

ibu dan bayinya.

b. Kehamilan Risiko Tinggi (KRT), memberi penyuluhan agar

pertolongan persalinan oleh bidan atau dokter puskesmas,

dipolindes atau puskesmas (PKM), atau langsung dirujuk ke

rumah sakit, misalnya pada letak lintang dan ibu hamil pertama

(primi) dengan tinggi badan rendah.

c. Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST), diberi penyuluhan

dirujuk untuk melahirkan di rumah sakit dengan alat lengkap dan

di bawah pengawasan dokter spesialis.Kehamilan Risiko Sangat

Tinggi (KRST) dengan jumlah skor ≥ 12. Kehamilan resiko

tinggi merupakan kehamilan dengan faktor resiko perdarahan

sebelum lahir memberikan dampak gawat dan darurat bagi jiwa

ibu dan bayinya, membutuhkan rujukan tepat waktu dan tindakan

segera. Pertolongan persalinan dilakukan di rumah sakit oleh

dokter spesialis (Kostania; 2015).


29

2.2 Konsep Dasar Persalinan

2.2.1 Pengertian Persalinan

Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban

keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi

pada usia kehamilan cukup bulan setelah 37 minggu tanpa disertai adanya

penyulit (JNPK- KR, 2017). Persalinan normal adalah proses pengeluaran

hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup

diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan adanya

bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Proses ini dimulai dengan

adanya kontraksi persalinan sejati, yang di tandai dengan perubahan serviks

secara progresif dan diakhiri dengan kelahiran plasenta (Sulistyawati dkk,

2013)

2.2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan

Faktor yang mempengaruhi proses persalinan normal yang dikenal

dengan istilah 5P, yaitu: Power, Passage, Passenger, Psikis ibu

bersalin, dan Penolong persalinan yang dijelaskan dalam uraian berikut.

a) Power (tenaga)

Power (tenaga) merupakan kekuatan yang mendorong janin

untuk lahir. Dalam proses kelahiran bayi terdiri dari 2 jenis

tenaga, yaitu primer dan sekunder. a. Primer: berasal dari

kekuatan kontraksi uterus (his) yang berlangsung sejak muncul

tanda-tanda persalinan hingga pembukaan lengkap. b. Sekunder:

usaha ibu untuk mengejan yang dibutuhkan setelah pembukaan

lengkap.
30

b) Passenger (janin)

Faktor lain yang berpengaruh terhadap persalinan adalah faktor

janin, yang meliputi berat janin, letak janin, posisi sikap janin

(habilitus), serta jumlah janin. Pada persalinan normal yang

berkaitan dengan passenger antara lain: janin bersikap fleksi dimana

kepala, tulang punggung, dan kaki berada dalam keadaan fleksi, dan

lengan bersilang di dada. Taksiran berat janin normal adalah 2500-

3500 gram dan DJJ normal yaitu 120-160x/menit

c) Passage (jalan lahir)

Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yaitu bagian tulang padat,

dasar panggul, vagina dan introitus vagina (lubang luar vagina).

Meskipun jaringan lunak, khususnya lapisan-lapisan otot dasar

panggul ikut menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu

jauh lebih berperan dalam proses persalinan. Oleh karena itu,

ukuran dan bentuk panggul harus ditentukan sebelum persalinan

dimulai.

d) Psikis ibu bersalin

Persalinan dan kelahiran merupakan proses fisiologis yang

menyertai kehidupan hampir setiap wanita. Pada umumnya

persalinan dianggap hal yang menakutkan karena disertai nyeri

hebat, bahkan terkadang menimbulkan kondisi fisik dan mental

yang mengancam jiwa. Nyeri merupakan fenomena yang

subjektif, sehingga keluhan nyeri persalinan setiap wanita tidak

akan sama, bahkan pada wanita yang samapun tingkat nyeri


31

persalinannya tidak akan sama dengan nyeri persalinan yang

sebelumnya. Sehingga persiapan psikologis sangat penting

dalam menjalani persalinan. Jika seorang ibu sudah siap dan

memahami proses persalinan maka ibu akan mudah bekerjsama

dengan petugas kesehatan yang akan menolong persalinannya.

Dalam proses persalinan normal, pemeran utamanya adalah ibu

yang disertai dengan perjuangan dan upayanya. Sehingga ibu

harus meyakini bahwa ia mampu menjalani proses persalinan

dengan lancar. Karena jika ibu sudah mempunyai keyakinan

positif maka keyakinan tersebut akan menjadi kekuatan yang

sangat besar saat berjuang mengeluarkan bayi. Sebaliknya, jika

ibu tidak semangat atau mengalami ketakutan yang berlebih

maka akan membuat proses persalinan menjadi sulit.

e) Penolong persalinan

Orang yang berperan sebagai penolong persalinan adalah

petugas kesehatan yang mempunyai legalitas dalam menolong

persalinan, antara lain: dokter, bidan, perawat maternitas dan

petugas kesehatan yang mempunyai kompetensi dalam

pertolongan persalinan, menangani kegawataruratan serta

melakukan rujukan jika diperlukan. Petugas kesehatan yang

memberi pertolongan persalinan dapat menggunakan alat

pelindung diri, serta melakukan cuci tangan untuk mencegah

terjadinya penularan infeksi dari pasien. Pemanfaatan

pertolongan persalinan oleh tenaga professional di masyarakat


32

masih sangat rendah dibandingkan dengan target yang

diharapkan. Pemilihan penolong persalinan merupakan faktor

yang menentukan terlaksananya proses persalinan yang aman

(Nurhapipa, 2015).

2.2.3 Tanda Gejala Menjelang Persalinan

Tanda dan gejala menjelang persalinan antara lain sebagai berikut :

a) Lightening

Yaitu penurunan bagian presentasi bayi ke dalam pelvis minor.

Pada primigravida biasanya lightening terjadi sebelum persalinan.

Lightening menyebabkan tinggi fundus uteri menurun ke posisi

yang sama dengan posisi fundus pada usia kehamilan delapan

bulan. (Rohani 2017).

b) Perubahan serviks

Perubahan serviks diduga terjadi akibat peningkatan intensitas

kontraksi braxton hicks. Serviks menjadi matang selama periode

yang berbeda-beda sebelum persalinan. Kematangan serviks

mengindikasikan kesiapannya untuk persalinan.

c) Kontraksi

Kontraksi pada persalinan palsu timbul akibat kontraksi braxton

hicks yang tidak nyeri, yang telah terjadi sejak sekitar 6 minggu

kehamilan

d) Bloody Show

Yaitu plak lendir disekresi serviks sebagai hasil poliferasi kelenjar

lendir serviks pada awal kehamilan. Plak lendir inilah yang


33

dimaksud sebagai bloody show. Bloody show paling sering terlihat

sebagai rabas lendir bercampur darah yang lengket dan harus

dibedakan dengan cermat dari perdarahan murni. Menurut

Wahyuni (2018) lendir mulanya menyumbat leher rahim, sumbatan

yang tebal pada mulut rahim terlepas, sehingga menyebabkan

keluarnya lendir berwarna kemerahan bercampur darah terdorong

keluar oleh kontraksi yang membuka mulut rahim yang

menandakan bahwa mulut rahim menjadi lunak, mendatar, dan

membuka.

e) Lonjakan Energi

Banyak wanita mengalami lonjakan energi kurang lebih 24 sampai

48 jam sebelum mulainya persalinan. Setelah beberapa hari dan

minggu merasa letih secara fisik dan lelah karena hamil, mereka

terjaga pada suatu hari dan menemukan diri mereka bertenaga

penuh.

f) Tanda Inpartu menurut Mochtar (2018) dapat diketahui dengan:

a. Rasa nyeri oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur.

b. Keluar lender bercampur darah (show) yang lebih banyak karena

robekan-robekan kecil pada serviks. Kadang-kadang ketuban pecah

dengan sendirinya.

c. Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan telah ada pembukaan.

d. Penurunan Kepala Janin

Penilaian penurunan kepala dilakukan dengan menghitung proporsi

bagian bawah janin yang masih berada diatas tepi atas shypisi dan
34

dapat diukur dengan lima jari tangan (per limaan). Bagian diatas

shumpisis adalah proporsi yang belum masuk PAP.

1. 5/5 jika bagian terbawah janin seluruhnya teraba diatas shympisis pubis.

2. 4/5 jika sebagian (1/5) bagian terbawah janin telah memasuki PAP.

3. 3/5 jka sebagian (2/5) bagian terbawah janin telah memasuki PAP.

4. 2/5 jika hanya sebagian dari bagian terbawah janin yang masih
berada diatas shympisis dan (3/5) bagian telah masuk PAP.
5. 1/5 jika 1 dari 5 jari masih dapat meraba bagian terbawah janin
yang berada diatas shympisis dan 4/5 bagian telah masuk PAP.
6. 0/5 jika bagian terbawah janin sudah tidak dapat teraba dari
pemeriksaan luar dan bagian terbawah janin sudah masuk ke dalam
rongga panggul (Widia, 2015)

2.2.4 Tahapan Proses Persalinan

a) Kala 1

Dimulai sejak adanya his yang teratur dan meningkat dan yang

menyebabkan pembukaan, sampai serviks membuka lengkap 10 cm.

kala 1 terdiri dari dua fase, yaitu fase laten dan fase aktif (Sulfianti,

2020).

a. Fase laten

Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan pembukaan


35

sampai bukaan 3 cm, pada umumnya berlangsung 8 jam.

b. Fase aktif dibagi menjadi 3 fase yaitu:

Fase akselerasi yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm

menjadi 4 cm. fase dilatasi maksimal yaitu dalam waktu 2

jam pembukaan serviks berlangsung cepat dari 4 cm menjadi

9 cm.

c. fase deselerasi yaitu pembukaan serviks menjadi lambat,

dalam waktu 2 jam dari pembukaan 9 cm menjadi 10 cm.

b) kala II

Persalinan kala II dimulai dengan pembukaan lengkap dari serviks

dan berakhir dengan lahirnya bayi. Proses ini berlangsung 2 jam

pada primi dan 1 jam pada multi Tanda dan gejala kala II. Tanda-

tanda bahwa kala II persalinan sudah dekat adalah Ibu ingin

meneran, Perineum menonjol, Vulva vagina dan sphincter anus

membuka, Jumlah pengeluaran air ketuban meningkat, His lebih kuat

dan lebih cepat 2-3 menit sekali, Pembukaan lengkap (10 cm ).

c) Kala III

Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan

lahirnya plasenta dan selaput ketuban Berlangsung tidak lebih dari

30 menit. Disebut dengan kala uri atau kala pengeluaran plasenta

Peregangan Tali pusat Terkendali (PTT) dilanjutkan pemberian

oksitosin untuk kontraksi uterus dan mengurangi perdarahan. Tanda-

tanda pelepasan plasenta yaitu Perubahan ukuran dan bentuk uterus,

uterus menjadi bundar dan uterus terdorong ke atas karena plasenta


36

sudah terlepas dari Segmen Bawah Rahim, Tali pusat memanjang,

Semburan darah tiba tiba.

d) Kala IV

Dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setela itu

Masa 1 jam setelah plasenta lahir Pemantauan 15 menit pada jam

pertama setelah kelahiran plasenta 30 menit pada jam kedua setelah

persalinan, jika kondisi ibu tidak stabil, perlu dipantau lebih sering .

Observasi atau pemantauan yang dilakukan yaitu dengan mengecek

Tingkat kesadaran ibu, melakuakan Pemeriksaan tanda-tanda vital,

Kontraksi uterus, Perdarahan dianggap masih normal bila

jumlahnya tidak melebihi 400- 500cc (Kurniarum, 2016).

2.2.5 Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan

Faktor-faktor yang mempengaruhinya atau yang menentukan diagnosis

persalinan adalah passage (panggul ibu), power (kekuatan) termasuk

kekuatan dari kontraksi uterus dan kekuatan mengejan ibu, passenger (buah

kehamilan), psikologis (ibu yang akan melahirkan) dan penolong.

a) Passage (Panggul Ibu)

Passage atau faktor jalan lahir dibagi yaitu Bagian keras: tulang

tulang panggul (rangka panggul), Bagian lunak: otot-otot, jaringan-

jaringan dan ligament- ligament. Jenis panggul dasar dikelompokkan

yaitu :

a. Ginekoid (tipe wanita klasik)

b. Android (mirip panggul pria)


37

c. Anthropoid (mirip panggul kera anthropoid)

d. Platipeloid (panggul pipih)

b) Power/Kekuatan

Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan adalah his,

kontraksi otot otot perut, kontraksi diafragma, dan aksi dari ligament.

c) Tenaga mengejan

Setelah pembukaan lengkap dan setelah ketuban pecah tenaga yang

mendorong anak keluar selain his, terutama disebabkan oleh

kontraksi otot-otot dinding perut yang mengakibatkan peninggian

tekanan intra abdominal. Tenaga ini serupa dengan tenaga mengejan

waktu kita buang air besar tapi jauh lebih kuat lagi. Saat kepala

sampai pada dasar panggul, timbul suatu reflek yang mengakibatkan

ibu menutup glottis nya, mengkontraksikan otot-otot perutnya dan

menekan diafragmanya kebawah. Tenaga mengejan ini hanya dapat

berhasil, bila pembukaan sudah lengkap dan paling efektif sewaktu

ada his. Tanpa tenaga mengejan ini anak tidak dapat lahir, misalnya

pada penderita yang lumpuh otot-otot perutnya, persalinan harus

dibantu dengan forceps, Tenaga mengejan ini juga melahirkan

plasenta setelah plasenta lepas dari dinding Rahim

d) Posisi

Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi persalinan.

Posisi tegak memberi sejumlah keuntungan. Mengubah posisi

membuat rasa letih hilang, memberi rasa nyaman, dan memperbaiki


38

sirkulasi. Posisi tegak meliputi posisi berdiri, berjalan, duduk dan

jongkok (Yulizawati, 2019).

e) Psychologic Respons

Proses persalinan adalah saat yang menegangkan dan mencemaskan

bagi wanita dan keluarganya. Rasa takut, tegang dan cemas mungkin

mengakibatkan proses kelahiran berlangsung lambat. Pada

kebanyakan wanita, persalinan dimulai saat terjadi kontraksi uterus

pertama dan dilanjutkan dengan kerja keras selama jam-jam dilatasi

dan melahirkan kemudian berakhir ketika wanita dan keluarganya

memulai proses ikatan dengan bayi. Perawatan ditujukan untuk

mendukung wanita dan keluarganya dalam melalui proses persalinan

supaya dicapai hasil yang optimal bagi semua yang terlibat. Wanita

yang bersalin biasanya akan mengutarakan berbagai kekhawatiran

jika ditanya, tetapi mereka jarang dengan spontan menceritakannya

(Yulizawati, 2019).

f) Penolong

Penolong persalinan perlu kesiapan, dan menerapkan asuhan sayang

ibu. Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang menghargai budaya,

kepercayaan dan keinginan sang ibu. Beberapa prinsip dasar asuhan

sayang ibu adalah dengan mengikut sertakan suami dan keluarga

selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Banyak penelitian

menunjukkan bahwa jika para ibu diperhatikan dan diberi dukungan

selama persalinan dan kelahiran bayi serta mengetahui dengan baik


39

mengenai proses persalinan dan asuhan yang akan mereka terima,

mereka akan mendapatkan rasa aman dan hasil yang lebih baik.

2.2.6 Tanda tanda persalinan

a) Terjadinya his persalinan

His adalah kontraksi Rahim yang dapat diraba meningkatkan

kontraksi Rahim yang dapat menyebabkan nyeri pada perut serta

terdapat pembukaan serviks. His efektif mempunyai sifat adanya

dominan kontraksi uterus pada fundus uteri. Kontraksi yang

maksimal yaitu frekuensi his nya sering berkisar 40-60 detik,

pengaruh his menimbulkan desakan didaerah uterus hingga terjadi

penurunan penebalan pada dinding korpus uterus (Sulfianti, 2020).

b) Keluar lendir campur darah

Lendir ini berasal dari pembukaan kanalis servikalis. Sedangkan

penegluranya darahnya di sebabkan oleh robeknya pembuluh darah

waktu seviks membuka (Sulfianti, 2020).

c) Ketuban pecah

Pengeluaran air ketuban akibat pecah selaput ketuban menjelang

persalinan. Maka ditargetkan persalinan dapat berlangsung dalam

24 jam. Namun apabila persalinan tidak tercapai, maka persalinan

diakhiri dengan tindakan tertentu, misalnya ekstraksi vakum atau

section caesare (Sulfianti, 2020).

2.2.7 Lima Benang Merah Dalam Aspek Dasar Asuhan Persalinan

a) Membuat Keputusan Klinik


40

Membuat keputusan klinik adalah proses pemecahan masalah

yang akan digunakan untuk merencanakan arahan bagi Ibu dan bayi

baru lahir

b) Asuhan Sayang Ibu dan Sayang Bayi

Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai

budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu. Salah satu prinsip

dasarnya adalah mengikutsertakan suami dan keluarga selama proses

persalinan dan kelahiran bayi. Perhatian dan dukungan kepada ibu

selama proses persalinan akan mendapatkan rasa aman dan

keluaran yang lebih baik. Juga mengurangi jumlah persalinan

dengan tindakan (ekstraksi vakum, cunam dan seksio sesar) dan

persalinan akan berlangsung lebih cepat.

Asuhan sayang ibu dalam proses persalinan :

a. Memanggil ibu sesuai namanya, menghargai dan

memperlakukannya sesuai martabatnya.

b. Menjelaskan asuhan dan perawatan yang akan diberikan pada ibu

sebelum memulai asuhan tersebut.

c. Menjelaskan proses persalinan kepada ibu dan keluarganya.

d. Menganjurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa

takut atau kuatir.

e. Mendengarkan dan menanggapi pertanyaan dan kehawatiran

ibu memberikan dukungan, membesarkan hatinya dan

menentramkan perasaan ibu beserta anggota keluarga yang

lain.
41

f. Menganjurkan ibu untuk ditemani suaminya dan/atau

anggota keluarga yang lain selama persalinan dan

kelahiran bayinya.

g. Mengajarkan suami dan anggota keluarga mengenai cara

memperhatikan dan mendukung ibu selama persalinan dan

kelahiran bayinya.

h. Menghargai privasi ibu.

i. Menganjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama

persalinan dan kelahiran bayi.

j. Menganjurkan ibu untuk minum cairan dan makan makanan

ringan bila ia menginginkannya.

k. Menghargai dan membolehkan praktik tradisional yang

tidak memberikan pengaruh yang merugikan.

l. .Menghindari tindakan berlebihan dan mungkin

membahayakan (episiotomy, pencukuran, dan klisma).

m. Menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya sesegera

mungkin. Membantu memulai pemberian ASI dalam 1

jam pertama setelah kelahiran bayi.

n. Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik,

bahan-bahan, perlengkapan dan obat-obatan yang diperlukan.

Siap melakukan resusitasi bayi baru lahir pada setiap

kelahiran bayi

c) Melakukan pencegahan infeksi yang baik secara konsisten.

d) Menyiapkan rencana rujukan (bila perlu).


42

e) Melakukan pencatatan/pendokumentasian.

2.2.8 Kebutuhan Dasar Ibu Bersalin

Lima kebuthan wanita pada persalinan diantaranya :

a) Perawatan tubuh atau fisik.

b) Adanya individu yang senatiasa hadir.

c) Bebas dari nyeri.

d) Menerima sikap dan perilaku.

Informasi dan pemastian hasil akhir yang aman bagi dirinya dan

bayi.. Menurut Asrinah (2013) kebutuhan dasar ibu dalam persalinan

adalah sebagai berikut:

a) Dukungan Fisik dan Psikologis

Setiap ibu yang akan memasuki masa persalinan biasanya

diliputi perasaan takut, khawatir, ataupun cemas, terutama

pada ibu primipara. Perasaan takut bisa meningkatkan

nyeri, otot-otot menjadi tegang dan ibu menajdi cepat

lelah, yang pada akhirnya akan menghambat proses

persalinan.

b) Kebutuhan Makanan dan Cairan

Pastikan bahwa pada setiap tahapan persalinan, ibu

mendapatkan asupan makan dan minum yang cukup.

Asupan makanan yang cukup (makan utama maupun

makanan ringan), merupakan sumber dari glukosa darah,

yang merupakan sumber utama energi untuk sel-sel tubuh.

Untuk mencegah dehidrasi, pasien boleh diberi minuman


43

segar (jus buah, sup, dll) selama proses persalinan, namun

bila mual atau muntah dapat diberikan cairan IV (RL).

e) Kebutuhan Eliminasi

Kandung kemih harus dikosongkan setiap 2 jam selama proses

persalinan. Demikian pula dengan jumlah dan waktu berkemih

juga harus dicatat. Bila pasien tidak mampu berkemih sendiri,

dapat dilakukan kateterisasi, karena kandung kemih yang penuh

akan menghambat penurunan bagian terbawah janin. Rectum

yang penuh akan menganggu penurunan bagian terbawah janin,

namun bila pasien mengatakan ingin BAB bidan harus

memastikan kemungkinan adanya tanda dan gejala masuk pada

kala II. Bila diperlukan sesuai dengan indikasi, bisa dilakukan

tindakan lacement, meskipun tindakan ini bukan merupakan

tindakan rutin selama persalinan

f) Posisi untuk persalinan

Posisi meneran dalam persalinan di antaranya sebagai berikut :

Tabel 2. 4 Posisi untuk persalinan

Posisi Alasan/Rasional
Posisi duduk Lebih mudah bagi bidan untuk membimbing kelahiran
atau setengah kepala bayi dan mengamati/ mendukung perineum .
duduk. keuntungan dari posisi ini adalah gaya grafitasi yang
dapat membantu ibu melahirkan bayinya.
Posisi Baik untuk persalinan dengan punggung yang
merangka sakit, membantu bayi melakukan rotasi, peregangan
k minimal pada perineum.
Berjongkok atau Membantu penurunan kepala bayi, memperbesar ukuran
berdiri panggul: menambah 28% ruangan outletnya, memperbesar
dorongan untuk meneran (bisa memberi kontribusi pada
laserasi perineum)
44

Berbaring Memberi rasa santai bsgi ibu yang letih,


miring ke kiri memberikan oksigenasi yang baik bagi bayi, membantu
mencegah terjadinya laserasi.
Sumber: Asrina,dkk (2013)

2.2.8 Penapisan Persalinan

2.2.9 Prinsip dan Praktik Pencegahan Infeksi

Tujuan pencegahan infeksi pada persalinan adalah meminimalkan infeksi yang

mungkin terjadi yang disebabkan oleh mikroorganisme dan menurunkan risiko

terjadinya penularan penyakit yang mengancam jiwa, seperti penyakit

hepatitis, HIV/AIDS.

Prinsip-prinsip pencegahan infeksi :

1) Setiap orang harus dianggap dapat menularkan penyakit.

2) Setiap orang harus dianggap beresiko terkena infeksi.

3) Permukaan benda di sekitar kita, peralatan atau benda-benda

lainnya yang akan dan telah bersentuhan dengan atau darah harus

dianggap terkontaminasi, sehingga harus di proses secara benar.

4) Jika tidak diketahui apakah permukaan, peralatan atau benda

lainnya telah diproses maka semua itu harus dianggap masih

terkontaminasi.

Resiko infeksi tidak bisa dihilangkan secara total, tetapi dapat

dikurangi hingga sekecil mungkin dengan menerapkan

tindakan-tindakan pencegahan infeksi secara benar dan konsisten

2.2.10 Pencatatan (rekam medis).

Pada setiap pelayanan atau asuhan, harus selalu memperhatikan pencatatan

atau dokumentasi. Bentuk dokumentasi dapat berupa SOAP atau


45

menggunakan manajemen asuhan kebidanan dengan yang lain. Akan tetapi,

pada persalinan, dokumentasi yang digunakan adalah partograf.

2.2.11 Rujukan

Dugaan untuk mengetahui kapan penyulit akan terjadi sangatlah sulit

sehingga kesiapan merujuk ibu dan atau bayinya ke fasilitas kesehatan

rujukan secara optimal dan tepat waktu jika penyulit terjadi. Setiap tenaga

penolong/ fasilitas pelayanan harus mengetahui lokasi fasilitas rujukan

terdekat yang mampu melayani kegawatdaruratan obstetric dan bayi baru

lahir. Hal–hal yang penting dalam mempersiapkan rujukan untuk ibu

(BAKSOKUDA) :

1) Bidan

2) Alat

3) Keluarga

4) Surat

5) Obatf

6) Kendaraan

7) Uang

8) Darah

2.2.12 Asuhan kontrasepsi (KB) pasca persalinan

Keluarga Berencana (KB) adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak

dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi,

perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan

keluarga yang berkualitas. KB Pasca Persalinan yaitu penggunaan metode


46

kontrasepsi pada masa nifas sampai dengan 42 hari setelah melahirkan.

Secara umum, hampir semua metode kontrasepsi dapat digunakan sebagai

metode KB pasca persalinan. Tujuan pelayanan KB Pasca Persalinan adalah

untuk mengatur jarak kelahiran, jarak kehamilan, dan menghindari

kehamilan yang tidak diinginkan, sehingga setiap keluarga dapat

merencanakan kehamilan yang aman dan sehat (Kemenkes RI, 2021).

Jenis Jenis metode Kontrasepsi pasca persalinan:

a) Suntik 3 bulan

KB suntik 3 bulan adalah alat kontrasepsi yang diberikan setiap 3 bulan

sekali. kandungan kb suntik 3 bulan yaitu mengandung hormon progestin

dan medroxyprogesterone. Depo medroksiprogesteron asetat mengandung

150 mg DMPA, diberikan setiap 3 bulan dengan suntikan intramuskular di

bokong. Pada ibu menyusui di suntik setelah 6 minggu pasca persalinan,

Efek samping dari kb suntik 3 bulan ini yaitu, menstruasi tidak teratur, mual,

berat badan bertambah, sakit kepala (Kemenkes RI, 2021).

a) Indikasi

(1) wanita usia subur

(2) tidak sedang hamil

(3) sudah pernah mempunyai anak

(4) tidak hipertensi

b) Kontra indikasi

(1) Hamil atau dicurigai hamil

(2) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya

(3) Wanita yang tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid


47

(4) Penderita kanker payudara atau ada riwayat kanker payudara

(5) diabetes mellitus disertai komplikasi (Susanti, 2018).

b) IUD

IUD (Intra Device Uterine) adalah dipasang dalam rahim dengan

menjepit kedua saluran yang menghasilkan indung telur sehingga tidak

terjadi pembuahan.suatu alat untuk mencegah kehamilan yang efektif, aman

dan reversibel yang terbuat dari plastik atau logam kecil yang dimasukan

dalam uterus melalui kanalis servikalis. Waktu pemasangan yang dilakukan

pasca persalinan yaitu dalam 10 menit setelah plasenta lahir (insersi dini

pasca plasenta), Sampai 48 jam pertama setelah melahirkan (insersi segera

pasca persalinan), dan Pada 4 minggu setelah melahirkan (perpanjangan

interval). Keuntungan penggunaan IUD Efektivitas tinggi, efektif segera

setelah pemasangan, metode jangka panjang, tidak mempengaruhi kualitas

dan volume ASI, dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah

abortus (apabila tidak terjadi infeksi), dapat digunakan sampai menopause (1

tahun atau lebih setelah haid terakhir) (Kemenkes RI, 2021).

c) Implan

Implan merupakan metode kontrasepsi hormonal yang dipasang di bawah

kulit, bersifat tidak permanen dan dapat mencegah terjadinya kehamilan

selama 3 - 5 tahun. Implan salah satu kontrasepsi yang memiliki efektifitas

tinggi. Sangat kurang dari 1 kehamilan per 100 wanita yang menggunakan

implan selama tahun pertama (1 per 1.000 wanita). Kurang dari 1 kehamilan

per 100 wanita selama penggunaan implan. Tetap ada risiko rendah
48

terjadinya kehamilan selama tahun pertama penggunaan dan selama

menggunakan implan. Efektivitas berkurang pada wanita yang

menggunakan obat yang meningkatkan produksi enzim hati misalnya anti

epilepsi (fenobarbital, fenitoin, karbamazepin) dan antibiotika (rifampisin

dan griseofulvin), bentuk Implan seperti batang plastik yang lentur seukuran

batang korek api yang melepaskan progestin yang menyerupai progesteron

alami di tubuh wanita (Kemenkes RI, 2021).

2.3 Konsep Dasar Nifas

2.3.1 Pengertian Masa Nifas

Masa nifas puerperium merupakan masa setelah lahir plasenta dan

berakhir ketika alat alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.

Masa nifas berlangsung 6 minggu. Asuhan masa nifas dilakukan untuk

mengurangi angka kematian ibu karena masa nifas merupakan masa kritis

yang perlu mendapat pemantauan.

2.3.2 Perubahan Fisiologis Masa Nifas

a) Involusi uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi

sebelum hamil.proses involusi uterus adalah sebagai berikut :

a) Iskemia miometrium, hal ini disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang

terus menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta sehingga membuat

uterus menjadi relatif anemi dan menyebabkan serat otot atrofi.

b) Atrofi jaringan yang terjadi sebagai reaksi penghentian hormon estrogen

saat pelepasan plasenta.

c) Autolisis, merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di

dalam otot uterus. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot


49

yang telah mengendur hingga panjangnya 10 kali panjang sebelum hamil

dan lebarnya 5 kali lebar sebelum hamil yang terjadi selama kehamilan.

Proses autolisis ini terjadi karena penurunan hormon estrogen dan

progesteron.

d) Efek Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterus

sehingga akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan

berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini membantu untuk

mengurangi suplai darah pada tempat implantasi plasenta serta

mengurangi perdarahan (Wahyuni, 2018).

Tabel 2. 5 Involusi Uteri

Involusi Uteri Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus Diameter Uterus

Plasenta lahir Setinggi pusat 1000 gram 12,5 cm

7 hari ( 1 minggu ) Pertengahan pusat 500 gram 7,5 cm

dan simpisis

14 hari ( 2 minggu ) Tidak teraba 350 gram 5 cm

6 minggu Normal 60 gram 2,5 cm

(Sumber : Wahyuni, 2018)

e) Pengeluaran Lochea

Lochea berasal dari bahasa Latin, yang digunakan untuk menggambarkan

perdarahan pervaginam setelah persalinan. Menjelang akhir minggu kedua,

pengeluaran darah menjadi berwarna putih kekuningan yang terdiri dari

mukus serviks, leukosit dan organisme. Proses ini dapat berlangsung selama

tiga minggu, dan hasil penelitian telah menunjukkan bahwa terdapat variasi
50

luas dalam jumlahdarah, warna, dan durasi kehilangan darah/cairan

pervaginam dalam 6 minggu pertama postpartum (Wahyuni, 2018).

Tabel 2. 6 Pengeluaran Lochea

Lochea Batas Pengeluaran Normal Pengeluaran Tidak


Waktu Normal
Rubra 1-3 hari Darah dengan bekuan bau Banyak bekuan, bau
amis, meningkat dengan busuk, pembalut
bergerak, meneteki, penuh darah.
peregangan.
Serosa 4-9 hari Pink atau coklat dengan Pembalut penuh darah
konsistensi,serosanguineos, dan bau busuk.
bau amis.
Alba 10 hari dst Kuning-putih Bau busuk, pembalut
penuh darah lochea
serosa menetap
kembali ke
pengeluaran pink atau
merah. Pengeluaran
lebih dari 2 – 3
minggu.
(Sumber : Wahyuni, 2018)

f) Perineum, Vulva dan Vagina

Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya

teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari

kelima, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya

sekalipun tetap lebih kendur daripada keadaan sebelum melahirkan.

Perubahan pada perineum post partum terjadi pada saat perineum

mengalami robekan. Robekan jalan lahir dapat terjadi secara spontan

maupun dilakukan episiotomi dengan indikasi tertentu. Meskipun demikian,

latihan otot perineum dapat mengembalikan tonus tersebut dan dapat


51

mengencangkan vagina hingga tingkat tertentu. Hal ini dapat dilakukan pada

masa nifas dengan latihan atau senam nifas.

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat

besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari setelah proses

tersebut, kedua ini tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah tiga minggu

vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam

vagina secara berangsur- angsur akan muncul kembali sementara labia

menjadi lebih menonjol (Yulia, 2020).

g) Sirkulasi Darah

Terdapatnya peningkatan aliran darah uterus masih yang penting untuk

mempertahankan kehamilan, dimungkinkan oleh adanya hipertrofi dan

remodelling signifikan yang terjadi pada semua pembuluh darah pelvis.

Setelah persalinan, diameternya berkurang kira-kira ke ukuran sebelum

kehamilan. Pada uterus masa nifas, pembuluh darah yang membesar menjadi

tertutup oleh perubahan hialin, secara perlahan diabsorbsi kembali,

kemudian digantikan oleh yang lebih kecil. Tubuh ibu akan menyerap

kembali sejumlah cairan yang berlebihan setelah persalinan.

Pada sebagian besar ibu, hal ini akan mengakibatkan pengeluaran urine

dalam jumlah besar, terutama pada hari pertama karena diuresis meningkat

Ibu juga dapat mengalami edema pada pergelangan kaki dan kaki mereka,

hal ini dimungkinkan terjadi karena adanya variasi proses fisiologis yang

normal karena adanya perubahan sirkulasi. Hal ini biasanya akan hilang

sendiri dalam kisaran masa nifas, seiring dengan peningkatan aktivitas ibu

untuk merawat bayinya (Wahyuni, 2018).


52

h) Sistem Kardiovaskuler

Kehilangan darah merupakan akibat penurunan volume darah total yang

cepat, tetapi terbatas. Setelah itu terjadi perpindahan normal cairan tubuh

yang menyebabkan volume darah menurun dengan lambat. Pada minggu ke-

3 dan ke-4 setelah bayi lahir, volume darah biasanya menurun sampai

mencapai volume darah sebelum hamil. Pada persalinan pervaginam, ibu

kehilangan darah sekitar 300-400 cc. Pada persalinan dengan tindakan SC,

maka kehilangan darah dapat dua kali lipat.

Perubahan pada sistem kardiovaskuler terdiri atas volume darah (blood

volume) dan hematokrit (haemoconcentration). Pada persalinan pervaginam,

hematokrit akan naik sedangkan pada persalinan dengan SC, hematokrit

cenderung stabil dan kembali normal setelah 4-6 minggu postpartum

(Wahyuni, 2018).

i) Sistem Hematologi

Pada hari pertama postpartum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit

menurun tetapi darah lebih mengental dengan peningkatan viskositas, dan

juga terjadi peningkatan faktor pembekuan darah serta terjadi Leukositosis

dimana jumlah sel darah putih dapat mencapai 15.000 selama persalinan

akan tetap tinggi dalam beberapa hari pertama dari masa postpartum. Jumlah

sel darah putih tersebut masih bisa naik lagi sampai 25.000-30.000, terutama

pada ibu dengan riwayat persalinan lama. Kadar hemoglobin, hematokrit,

dan eritrosit akan sangat bervariasi pada awal-awal masa postpartum sebagai

akibat dari volume plasenta dan tingkat volume darah yang berubah-ubah.

Semua tingkatan ini akan dipengaruhi oleh status gizi dan hidrasi ibu. Kira –
53

kira selama persalinan normal dan masa postpartum terjadi kehilangan

darah sekitar 250-500 ml. penurunan volume dan peningkatan sel darah

merah pada kehamilan diasosiasikan dengan peningkatan hematokrit dan

hemoglobin pada hari ke-3 sampai 7 postpartum dan akan kembali normal

dalam 4 sampai 5 minggu postpartum (Wahyuni, 2018).

j) Sistem Pencernaan

Pasca melahirkan, kadar progesteron juga mulai menurun. Namun

demikian, faal usus memerlukan waktu 3-4 hari untuk kembali normal.

Beberapa hal yang berkaitan dengan perubahan pada sistem pencernaan,

antara lain:

a. Nafsu Makan

Pasca melahirkan biasanya ibu merasa lapar, karena metabolisme

ibu meningkat saat proses persalinan, sehingga ibu dianjurkan

untuk meningkatkan konsumsi makanan, termasuk mengganti

kalori, energi, darah dan cairan yang telah dikeluarkan selama

proses persalinan. Ibu dapat mengalami peubahan nafsu makan.

Pemulihan nafsu makan diperlukan waktu 3–4 hari sebelum faal

usus kembali normal. Meskipun kadar progesteron menurun

setelah melahirkan, asupan makanan juga mengalami penurunan

selama satu atau dua hari.

b. Motilitas

Secara fisiologi terjadi penurunan tonus dan motilitas otot

traktus pencernaan menetap selama waktu yang singkat beberapa

jam setelah bayi lahir, setelah itu akan kembali seperti keadaan
54

sebelum hamil. Pada post partum SC dimungkinkan karena

pengaruh analgesia dan anastesia bisa memperlambat

pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan normal.

c. Pengosongan Usus

Pasca melahirkan, ibu sering mengalami konstipasi. Hal ini

disebabkan tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan

awal masa post partum. Pada keadaan terjadi diare sebelum

persalinan, enema sebelum melahirkan, kurang asupan nutrisi,

dehidrasi, hemoroid ataupun laserasi jalan lahir, meningkatkan

terjadinya konstipasi postpartum. Sistem pencernaan pada masa

nifas membutuhkan waktu beberapa hari untuk kembali normal.

Beberapa cara agar ibu dapat buang air besar kembali teratur,

antara lain pengaturan diit yang mengandung serat buah dan sayur,

cairan yang cukup, serta pemberian informasi tentang perubahan

eliminasi dan penatalaksanaannya pada ibu.

(Wahyuni, 2018 ).

k) Sistem Muskuloskeletal

Setelah persalinan otot-otot uterus berkontraksi. Pembuluh-pembuluh

darah yang berada di antara anyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses

ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta dilahirkan. Ligamen-

ligamen, diafragma pelvis, serta fasia yang meregang pada waktu persalinan,

secara berangsur-angsur menjadi pulih kembali ke ukuran normal. Setelah


55

melahirkan karena ligamen, fasia, dan jaringan penunjang alat genitalia

menjadi kendor. Stabilitasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah

persalinan. Sebagai akibat putusnya serat-serat kulit dan distensi yang

berlangsung lama akibat besarnya uterus pada waktu hamil, dinding

abdomen masih agak lunak dan kendor untuk sementara waktu. Untuk

memulihkan kembali jaringan-jaringan penunjang alat genitalia, serta otot-

otot dinding perut dan dasar panggul, dianjurkan untuk melakukan latihan

atau senam nifas, bisa dilakukan sejak 2 hari post partum.

l) Sistem Endokrin

Penurunan hormon estrogen dan progesteron menyebabkan peningkatan

prolaktin dan menstimulasi air susu. Perubahan fisiologis yang terjadi pada

ibu setelah melahirkan melibatkan perubahan yang progresif atau

pembentukan jaringan-jaringan baru. Berikut ini perubahan hormon dalam

sistem endokrin pada masa postpartum.

m) Oksitosin

Oksitosin disekresikan dari kelenjar hipofisis posterior. Pada tahap kala

III persalinan, hormon oksitosin berperan dalam pelepasan plasenta dan

mempertahankan kontraksi, sehingga mencegah perdarahan. Isapan bayi

dapat merangsang produksi ASI dan meningkatkan sekresi oksitosin,

sehingga dapat membantu uterus kembali ke bentuk normal.

n) Prolaktin

Menurunnya kadar estrogen menimbulkan terangsangnya kelenjar

hipofisis posterior untuk mengeluarkan prolaktin. Hormon ini berperan

dalam pembesaran payudara untuk merangsang produksi ASI. Pada ibu yang
56

menyusui bayinya, kadar prolaktin tetap tinggi sehingga memberikan umpan

balik negatif, yaitu pematangan folikel dalam ovarium yang ditekan. Pada

wanita yang tidak menyusui tingkat sirkulasi prolaktin menurun dalam 14

sampai 21 hari setelah persalinan, sehingga merangsang kelenjar gonad pada

otak yang mengontrol ovarium untuk memproduksi estrogen dan

progesteron yang normal, pertumbuhan folikel, maka terjadilah ovulasi dan

menstruasi

o) Estrogen dan progesteron

Selama hamil volume darah normal meningkat, diperkirakan bahwa

tingkat kenaikan hormon estrogen yang tinggi memperbesar hormon

antidiuretik yang meningkatkan volume darah. Disamping itu, progesteron

mempengaruhi otot halus yang mengurangi rangsangan dan peningkatan

pembuluh darah yang sangat mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus,

dinding vena, dasar panggul, perineum dan vulva, serta vagina.

p) Hormon plasenta

Human chorionic gonadotropin (HCG) menurun dengan cepat setelah

persalinan dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke 7 post

partum. Enzim insulin berlawanan efek diabetogenik pada saat Penurunan

hormon human placenta lactogen (HPL), estrogen dan kortisol, serta

placenta kehamilan, sehingga pada masa postpartum kadar gula darah

menurun secara yang bermakna. Kadar estrogen dan progesteron juga

menurun secara bermakna setelah plasenta lahir, kadar terendahnya dicapai

kira-kira satu minggu postpartum. Penurunan kadar estrogen berkaitan

dengan dieresis ekstraseluler berlebih yang terakumulasi selama masa hamil.


57

Pada wanita yang tidak menyusui, kadar estrogen mulai meningkat pada

minggu ke-2 setelah melahirkan dan lebih tinggi dari ibu yang menyusui

pada postpartum hari ke-17 (Wahyuni, 2018).

q) Payudara

Pada saat kehamilan sudah terjadi pembesaran payudara karena pengaruh

peningkatan hormon estrogen, untuk mempersiapkan produksi ASI dan laktasi.

Payudara menjadi besar ukurannya bisa mencapai 800 gr, keras dan menghitam

pada areola mammae di sekitar puting susu, ini menandakan dimulainya

prosesmenyusui. Segera menyusui bayi segera setelah melahirkan melalui proses

inisiasi menyusu dini (IMD), walaupun ASI belum keluar lancar, namun sudah

ada pengeluaran kolostrum. Proses IMD ini dapat mencegah perdarahan dan

merangsang produksi ASI. Pada hari ke 2 hingga ke 3 postpartum sudah mulai

diproduksi ASI matur yaitu ASI berwarna. Setelah melahirkan, ketika hormon

yang dihasilkan plasenta tidak ada lagi, maka terjadi positive feedback hormone

(umpan balik positif), yaitu kelenjar pituitari akan mengeluarkan hormon

prolaktin (hormon laktogen). Sampai hari ketiga setelah melahirkan, efek

prolaktin pada payudara mulai bisa dirasakan. Pembuluh darah payudara

menjadi membesar terisi darah, sehingga timbul rasa hangat (Wahyuni, 2018).

2.3.3 Kebutuhan Ibu Masa Nifas

a) Kebutuhan nutrisi dan cairan

Kualitas dan jumlah makanan yang akan dikonsumsi akan sangat

mepengaruhi produksi ASI. Selama menyusui, ibu dengan status gizi baik
58

rata-rata memproduksi ASI sekitar 800cc yang mengandung 600 kkal,

sedangkan ibu yang status gizinya kurang biasanya akan sedikit

menghasilkan ASI. Pemberian ASI sangatlah penting, karena bayi akan

tumbuh sempurna sebagai manusia yang sehat dan pintar, sebab ASI

mengandung DHA.Nutrisi atau gizi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh

untuk keperluan metabolismenya. Kebutuhan nutrisi pada masa postpartum

dan menyusui meningkat 25%, karena berguna untuk proses penyembuhan

setelah melahirkan dan untuk produksi ASI untuk pemenuhan kebutuhan

bayi. Kebutuhan nutrisi akan meningkat tiga kali dari kebutuhan biasa

(pada perempuan dewasa tidak hamil kebutuhan kalori 2.000-2.500 kal,

perempuan hamil 2.500-3.000 kal, perempuan nifas dan menyusui 3.000-

3.800 kal).Pada 6 bulan pertama postpartum, peningkatan kebutuhan kalori

ibu 700 kalori, dan menurun pada 6 bulan ke dua postpartum yaitu menjadi

500 kalori. Ibu nifas dan menyusui memerlukan makan makanan yang

beraneka ragam yang mengandung karbohidrat, protein hewani, protein

nabati, sayur, dan buah-buahan. Menu makanan seimbang yang harus

dikonsumsi adalah porsi cukup dan teratur, tidak terlalu asin, pedas atau

berlemak, tidak mengandung alkohol, nikotin serta bahan pengawet atau

pewarna.

b) Mobilisasi dini

Mobilisasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin

membimbing pasien keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya untuk

berjalan. Ibu sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam 24-48 jam

postpartum. Ambulasi dini dilakukan secara perlahan namun meningkat


59

secara berangsur-angsur, mulai dari jalan-jalan ringan dari jam ke jam

sampai hitungan hari hingga pasien dapat melakukannya sendiri tanpa

pendamping sehingga tujuan memandirikan pasien dapat terpenuhi

(Yuliana, 2020).

c) Istirahat

Ibu post partum sangat membutuhkan istirahat yang cukup untuk

memulihkan kembali keadaan fisik. Kurang istirahat pada ibu post partum

akan mengakibatkan beberapa kerugian, misalnya:

a. Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi.

b. Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan

c. Menyebabkan depresi dan ketidaknyamanan untuk merawat bayi dan diri

sendiri (Yuliana, 2020).

d) Kebersihan diri

Ibu nifas dianjurkan membersihkan vulva dari depan ke belakang setelah

buang air kecil atau buang air besar, mengganti pembalut dua kali sehari, dan

mencuci tangan sebelum dan sesudah membersihkan kelamin, keringakan dan

ganti pakaian dalam apabila lembab.

2.2.4 Tahapan Tahapan Masa Nifas

Tahapan masa nifas menurut Wahyuni (2018) dibagi menjadi :

1) Periode immediate post partum

Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini

merupakan fase kritis, sering terjadi insiden perdarahan postpartum karena

atonia uteri. Oleh karena itu, bidan perlu melakukan pemantauan secara
60

kontinu, yang meliputi; kontraksi uterus, pengeluaran lokia, kandung kemih,

tekanan darah dan suhu.

2) Periode early postpartum (>24 jam-1 minggu)

Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal,

tidak ada perdarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup

mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.

3) Periode late postpartum (>1 minggu-6 minggu)

Pada periode ini bidan tetap melakukan asuhan dan pemeriksaan sehari-

hari serta konseling perencanaan KB. 4

4) Remote puerperium

Merupakan waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat terutama bila

selama hamil atau bersalin memiliki penyulit atau komplikasi.

2.2.6 Perubahan Perubahan Psikologis Pada Masa Nifas

Perubahan psikologis mempunyai peranan yang sangat penting.

Pada masa ini, ibu nifas menjadi sangat sensitif, sehingga diperlukan

pengertian dari keluarga-keluarga terdekat. Peran bidan sangat penting

dalam hal memberi pengarahan pada keluarga tentang kondisi ibu serta

pendekatan psikologis yang dilakukan bidan pada ibu nifas agar tidak

terjadi perubahan psikologis yang patologis. Setelah proses kelahiran

tanggung jawab keluarga bertambah dengan hadirnya bayi yang baru lahir,

dorongan serta perhatian anggota keluarga lainnya merupakan dukungan


61

positif bagi ibu. dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan

melalui fase-fase sebagai berikut: (Khasanah, 2017).

a) Fase Taking In

Fase ini merupakan fase ketergantungan yang berlangsung dari hari

pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat ini

fokus perhatian ibu terutama pada bayinya sendiri. Pengalaman

selama proses persalinan sering berulang diceritakannya.

Kelelahannya membuat ibu perlu cukup istirahat untuk

mencegah gejala kurang tidur, seperti mudah tersinggung. Hal

ini membuat ibu cenderung menjadi pasif terhadap

lingkungannya.

b) Fase Taking Hold

Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase

taking hold, ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa

tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Selain itu perasaan yang

sangat sensitif sehingga mudah tersinggung jika komunikasinya kurang

hati-hati. Oleh karena itu ibu memerlukan dukungan karena saat ini

merupakan kesempatan yang baik untuk menerima berbagai

penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga tumbuh rasa

percaya diri. Fase-fase adaptasi ibu nifas yaitu taking in, taking hold,

dan letting go yang merupakan perubahan perasaan sebagai respons

alami terhadap rasa lelah yang dirasakan dan akan kembali secara

perlahan setelah ibu dapat menyesuaikan diri dengan peran barunya

dan tumbuh kembali pada keadaan normal. Walaupun perubahan-


62

perubahan terjadi sedemikian rupa, ibu sebaiknya tetap menjalani ikatan

batin dengan bayinya sejak awal. Sejak dalam kandungan bayi hanya

mengenal ibu yang memberinya rasa aman dan nyaman sehingga stres

yang dialaminya tidak bertambah berat. Gejala-gejalanya antara lain:

Sangat emosional, sedih, khawatir, kurang percaya diri, mudah

tersinggung, merasa hilang semangat, menangis tanpa sebab jelas,

kurang merasa menerima bayi yang baru dilahirkan, sangat

kelelahan, harga diri rendah, tidak sabaran, terlalu sensitif, mudah

marah, dan gelisah.

c) Fase Letting Go.

Terjadi setelah ibu pulang ke rumah dan sangat berpengaruh

terhadap waktu dan perhatian yang diberikan oleh keluarga. b.Ibu

mengambil tanggung jawab terhadap perawatan bayi. Ia harus

beradaptasi dengan kebutuhan bayi yang sangat tergantung, yang

menyebabkan berkurangnya hak ibu dalam kebebasan dan berhubungan

sosial. Pada periode ini umumnya terjadi depresi postpartum.

2.3.7 Standar Pelayanan Pada Masa Nifas

Pelayanan nifas yang dapat diberikan pada masa nifas yaitu :

(Kemenkes,2020).

a) Kunjungan nifas pertama (KF 1)

Diberikan pada enam jam sampai dua hari setelah persalinan. Asuhan

yang diberikan berupa pemeriksaan tanda-tanda vital, pemantauan

jumlah darah yang keluar, pemeriksaan cairan yang keluar darivagina,

pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif enam bulan, pemberian


63

kapsul Vitamin A, minum tablet tambah darah setiap hari, pelayanan KB

pasca persalinan.

b) Kunjungan nifas kedua (KF 2)

Diberikan pada hari ke-3 sampai hari ke-7 setelah persalinan. Pelayanan

yang diberikan adalah pemeriksaan tanda-tanda vital, pemantauan jumlah

darah yang keluar, pemeriksaan cairan yang keluar dari vagina,

pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif enam bulan, minum

tablet tambah darah setiap hari, dari pelayanan KB pasca persalinan.

c) Kunjungan Nifas Lengkap (KF 3)

Pelayanan yang dilakukan hari ke-8 sampai ke-28 setelah

persalinan.Asuhan pelayanan yang diberikan sama dengan asuhan pada

KF 2.

d) Kunjungan Nifas Keempat (KF 4)

Pelayanan yang dilakukan ke-29 sampai hari ke-42 setelah persalinan.

Asuhan pelayanan yang diberikan sama dengan asuhan pada KF 3 yaitu

pemeriksaan tanda-tanda vital, pemantauan jumlah darah yang keluar,

pemeriksaan cairan yang keluar dari vagina, pemeriksaan payudara dan

anjuran ASI Ekslusif enam bulan, minum tablet tambah darah setiap hari,

dan KB Persalinan.

e) Asuhan yang diberikan pada masa nifas yaitu:

a. Menanyakan kondisi ibu nifas secara umum.

b. Pemeriksaan tanda vital (tekanan darah, nadi, nafas, dan suhu)

c. Pemeriksaan tinggi puncak rahim (fundus uteri)

d. Pemeriksaan kondisi jalan lahir dan tanda infeksi.


64

pemeriksaan lochea dan perdarahan

e. Pemeriksaan payudara dan pemberian anjuran ASI eksklusif

f. Pemberian komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE)

kesehatan ibu nifas dan bayi baru lahir, termasuk keluarga

berencana pasca persalinan

g. Pelayanan keluarga berencana pasca persalinan

2.3.8 Asuhan Komplementer Pada Masa Nifas

a. Senam Kegel

Senam kegel adalah terapi untuk mengatasi inkontinensia urine.

Senam ini dapat memperkuat otot-otot di sekitar organ reproduksi

dan memperbaiki tonus tersebut. Senam Kegel membantu

meningkatkan tonus dan kekuSatan otot lurik uretra dan periuretra.

Senam Kegel sebaiknya dilakukan saat hamil dan setelah

melahirkan untuk membantu otot-otot panggul kembali ke fungsi

normal.

b. Pijat Oksitosin

Pijat oksitosin adalah terapi yang membatu proses reproduksi asi

bertambah agar pengeluaran ASI lancar. Pijat yang dilakukan pada

daerah punggung yang akan memberikan relaksasi pada ibu dan

dpat membantu merangsang reproduksi ASI.

2.4 Konsep Dasar Neonatus

2.4.1 Pengertian Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan lebih atau

sama dengan 37 minggu dengan berat lahir 2500 – 4000 gram. Pada waktu
65

kelahiran, sejumlah adaptasi fisik dan psikologis mulai terjadi pada tubuh bayi

baru lahir, bayi memerlukan pemantauan untuk kehidupan di luar uterus. Bayi

baru lahir juga membutuhkan perawatan yang dapat menjalani transisi dengan

berhasil (Armini. Dkk. 2017). Neonatus adalah bayi berumur 0-28 hari yang

memerlukan proses penyesuaian fisiologis yang meliputi maturasi, adaptasi di

luar rahim ibu. Adaptasi ini perlu diberikan perawatan untuk mendapat

kehidupan yang baik.

2.4.2 Adaptasi Fisiologis Pada Bayi Baru Lahir Sampai 42 Hari

Fisiologis neonatus merupakan ilmu yang mempelajari fungsi dan proses

vital neonatus. Neonatus adalah individu yang baru saja mengalami proses

kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterine kehidupan

ekstrauterin. Selain itu , neonatus adalah individu yang sedang bertumbuh

(Sembiring. 2019). Perubahan fisiologis yang terjadi pada bayi baru lahir adalah

sebagai berikut:

1) Sistem pernapasan

Upaya bernafas pertama seorang bayi adalah untuk mengeluarkan

cairan dalam paru dan mengembangkan jaringan alveolus paru.

Agar alveolus dapat berfungsi, harus terdapat cukup surfaktan dan

aliran darah ke paru. Pernapasan normal memiliki interval

frekuensi 30 – 60 x/menit.

2) Termoregulasi

Bayi baru lahir dapat mengalami kehilangan panas melalui

evaporasi, konduksi, konveksi, dan radiasi. Oleh karena itu segera

setelah lahri kehilangan panas pada bayi harus segera dicegah


66

dengan cara mengeringkan tubuh bayi segera setelah lahir tanpa

membersihkan vernik, melakukan kontak kulit dan pakaikan topi

di kepala bayi.

3) Sistem pencernaan

Setelah lahir gerakan usus mulai aktif dan kolonisasi bakteri di

usus positif sehingga memerlukan enzim pencernaan. Dua sampai

tiga hari pertama kolon berisi mekonium yang lunak berwarna

kehitaman, dan pada hari ketiga atau keempat mekonium

menghilang.

A. Asuhan 1 Jam BBL.

Asuhan 1 jam bayi baru lahir menurut JNPK-KR (2017) yaitu :

1) Menjaga kehangatan bayi

2) Identifikasi bayi

Dilakukan segera setelah lahir dan masih berdekatan dengan ibu.,

Mengambil tanda pengenal bayi seperti cap jari atau telapak kaki

bayi atau tanda pengenal.

3) Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

Inisiasi menyusu dini adalah proses membiarkan bayi menyusu dini

segera setelah kelahiran. Keuntungan dari IMD yaitu, Keuntungan

kontak kulit dan kulit untuk bayi. Keuntungan kontak kulit dan

kulit untuk ibu. Keuntungan menyusu dini untuk bayi.

4) Pemberian injeksi vitamin K

Tujuan pemberian vitamin K adalah untuk mencegah perdarahan karena

defisiensi vitamin K. Vitamin K diberi secara injeksi 1 mg


67

intramuscular setelah 1 jam kontak ke kulit bayi dan bayi selesai

menyusu untuk mencegah perdarahan.

5) Perawatan mata

Tujuan perawatan mata adalah mencegah terjadinya oftalmia

neonatorum. Pemberian obat mata erythromycin 0,5% atau tetracycline

1% dianjurkan untuk mencegah penyakit mata oleh karena ibu yang

mengalami IMS.

6) Penimbangan berat badan bayi

Standar Pelayanan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir (BBL)

Pemeriksaan bayi baru lahir dilakukan pada :

a) Saat bayi berada di klinik, asuhan yang diberikan antara lain

menjaga kehangatan, merawat tali pusat prinsip bersih dan

kering, pemberian ASI on demand dan ASI eksklusif, dan

menjaga kebersihan bayi.

b) Saat Kunjungan Neonatus (KN), yaitu satu kali pada umur 1-2

hari, satu kali pada umur 3-7 hari, dan satu kali pada umur 8-

28 hari. Berdasarkan Kemenkes R.I (2017), pelayanan yang

dapat diberikan untuk neonatus yaitu :

a. Kunjungan neonatal I (KN1) pada 6 jam sampai dengan 48 jam

setelah lahir Asuhan yang diberikan meliputi menjaga bayi tetap

hangat, menilai keadaanumum bayi, pernapasan, denyut jantung dan

suhu badan 6 jam pertama, imunisasi HB0, memeriksa adanya cairan

atau bau busuk pada tali pusat, menjaga agar tali pusat tetap bersih

dan kering, pemantauan pemberian ASI awal serta memantau tanda


68

bahaya seperti bayi tidak mau menyusu, kejang-kejang, merintih

atau menangis terus menerus, demam, tali pusar kemerahan, tinja

saat buang air besar berwarna pucat dan menganjurkan ibu untuk

melakukan imunisasi BCG (diberikan secara intrakutan pada lengan

kanan bayi dengan dosis 0,05 cc untuk memberikan kekebalan aktif

terhadap penyakit TBC) dan Polio 1 (diberikan secara oral dengan

dosis dua tetes untuk memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit

Polio).

b. Kunjungan neonatal II (KN2) pada hari ke-3 sampai 7 hari

Asuhan yang diberikan adalah menjaga kehangatan tubuh bayi,

memantau berat badan bayi, panjang badan, memeriksa suhu, respirasi,

dan frekuensi denyut jantung, memberikan ASI eksklusif, memijat dan

memandikan bayi, perawatan tali pusat, memeriksa adanya tanda bahaya

seperti ikterus, diare, penurunan berat badan dan masalah pemberian

ASI.

c. Kunjungan neonatal III (KN3) pada hari ke-8 sampai 28 hari

Asuhan yang diberikan kepada bayi adalah menjaga kehangatan tubuh

bayi, memantau berat badan bayi, panjang badan, memeriksa suhu,

respirasi, dan frekuensi denyut jantung, memberikan ASI eksklusif,

memijat dan memandikan bayi, perawatan tali pusat, memeriksa adanya

tanda bahaya seperti ikterus, diare, penurunan berat badan dan masalah

pemberian ASI, memastikan imunisasi yang telah didapatkan serta

pemantauan keadaan tali pusat.


69

2.5 Konsep Umum Continuity of Care (COC)

Continuity of Care (COC) diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia

menjadi layanan berkesinambungan, berkelanjutan, atau kontinuitas layanan.

Layanan berkesinambungan ini merupakan kontra atau kebalikan dari layanan

terfragmentasi atau terpisah-pisah. Pemberian layanan kesehatan yang dilakukan

dengan penyedia yang terkoordinasi dengan buruk, hasilnya adalah layanan

fragmented tersebut. Untuk menghindari layanan fragmented ini, semua

penyedia layanan kesehatan harus memahami konsep kesinambungan layanan

(Susanti, 2018). CoC ini memiliki alur atau kemajuan layanan kesehatan yang

diterima oleh pasien dari satu penyedia ke penyedia lainnya atau dari satu shift

ke shift lainnya dilakukan secara terintegrasi dalam layanan yang diberikan oleh

penyedia layanan yang terlibat dalam asuhan pasien. CoC juga dapat dilihat dari

dua sisi yang saling bersinergi satu dan lainnya, yaitu :

1. Bagi pasien, komunitas merupakan pengalaman dalam mendapatkan

layanan kesehatan yang saling terhubung dan jelas seiring berjalannya

waktu.

2. Bagi penyedia layanan kesehatan, kontinuitas merupakan pengalaman

dalam memiliki informasi dan pengetahuan tentang pasien yang cukup

untuk menerapkan komptenesi profesional mereka sebaik mungkin dan

keyakinan bahwa layanan yang mereka berikan kepada pasien diakui dan

diikuti oleh penyedia layanan lainnya (Susanti, 2018).

2.6 Pendokumentasian Asuhan Kebidanan

.Dokumentasi dalam kebidanan adalah suatu bukti pencatatan dan pelaporan

yang dimiliki bidan dalam melakukan catatn perawatan yang berguna untuk
70

kepentingan klien, bidan dan tim kesehatan dalam memberikan pelayanan

kesehatan dengan dasar komunikasi yang akurat dan lengkap secara tertulis

dengan tanggungjawab bidan. Dokumentasi dalam asuhan kebidanan merupakan

suatu pencatatan yang akurat dan lengkap terhadap keadaan/kejadian yang

dilihat dalam pelaksanaan asuhan kebidanan. Metode yang digunakan dalam

pendokumentasian adalah pencatatan menggunakan metode SOAP. (Handayani,

2017)

Tujuan pendokumentasian SOAP adalah :

a. Merupakan kemajuan informasi yang sistematis, yang

mengorganisir penemuan dan kesimpulan menjadi rencana asuhan

b. Merupakan penyaringan intisari dari proses penatalaksanaan

kebidanan untuk tujuan penyediaan dari pendokumentasian asuhan.

a) S ( Subjektif)

Data subjektif merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan

yang mempunnyai arti bahwa data yang tercantum pada komponen S

ini adalah hasil dari inspeksi. Inspeksi melibatkan indera penglihat,

pencium, dan pendengar. Jadi, untuk memperoleh data subjektif, salah

satunya adalah dengan cara mendengar. Data yang terfocus dan

menyeluruh pada S ini diawali dari keluhan utama atau alasan pasien

dalam menghubungi/datang ke bidan melalui kepiawaian bidan, bidan

mulai menggali data yang terkait dengan keluhan pasien.

b) O (Objektif)

Data objektif merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan


71

yang merupakan fakta-fakta yang didapat dari hasil inspeksi, palpasi,

auskultasi dan perkusi. Selain itu, data O juga didapat dari hasil

pemeriksaan, seperti: pemeriksaan laboratorium atau radiologi. Data O

digali dari pengembangan data S, oleh sebab itu, data S sangat berperan

penting dalam menentukan jenis pemeriksaan yang akan dilakukan.

c) A (Assesment)

Assesment merupakan pendokumentasian kesimpulan dari data

subjektif dan objektif. Analisis dan interpretasi data berdasarkan data

yang terkumpul kemudian dibuat kesimpulan yang meliputi diagnosis,

antisipasi, diagnosis atau masalah potensial, serta perlu tindakan segera.

d) P (Plan)

Plan adalah membuat rencana asuhan saat ini dan yang akan datang.

Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil assesment. Rencana asuhan

ini bertujuan untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal

mungkin dan mempertahankan kesejahteraannya. Rencana asuhan harus

bisa mencapai kriteria tujuan yang ingin dicapai dalam batas waktu

tertentu. Tindakan yang dilaksanakan harus mampu membantu pasien

dalam mencapai kemajuan dan sesuai dengan hasil kolaborasi tenaga

kesehatan lainnya misalnya dokter.


72

BAB 3

LANGKAH-LANGKAH PENGAMBILAN KASUS

3.1 Tempat dan Waktu

Pengambilan kasus ini adalah di PMB Lilis Sugianti Kota Pekanbaru dengan

pemberian asuhannya di lakukan di PMB Lilis Sugianti Kota Pekanbaru dan

rumah Ny. N yang berada di Cipta Karya. Waktu pengambilan kasus ini dimulai

pada bulan Januari 2023 dari kontak pertama dengan klien yaitu dari umur

kehamilan ±36 minggu (trimester III).

3.2 Cara Pengambilan Kasus

Kasus diambil dimulai usia kehamilan ±36 minggu (trimester III) diikuti

sampai bersalin, bayi baru lahir, nifas dan KB secara menyeluruh dan

berkesinambungan. Cara pengambilan kasus ini adalah:

a. Penulis mendapatkan surat izin pengambilan kasus dari Prodi Jurusan

Kebidanan

b. Penulis mendapatkan surat balasan pengambilan kasus di PMB Lilis

Sugianti Kota Pekanbaru

c. Setelah penulis mendapatkan data ibu hamil di PMB Lilis Sugianti,

penulis menghubungi pasien dan melakukan kontak pertama di rumah

pasien dan di PMB Lilis Sugianti ketika pasien ingin memeriksakan

kehamilannya

d. Penulis memberikan informasi kepada pasien dan suami tentang tujuan

asuhan yang akan dilakukan penulis, selanjutnya melakukan informet

consent kepada pasien

e. Setelah pasien dan suami menyetujui untuk menjadi pasien laporan Tugas
73

Akhir, penulis melakukan kunjungan rumah, mendampingi ibu selama

proses kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, neonatus sampai pasien

menggunakan alat kontrasepsi.

3.3 Instrument

Instrument yang digunakan untuk kasus ini adalah format pengkajian asuhan

kebidanan kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan KB ( Poltekkes

Kemenkes Riau ) serta alat – alat pemeriksaan yang digunakan pada pemeriksaan

kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan KB. Penulis juga menggunakan

Buku KIA, leaflet, sebagai media untuk memberikan asuhan serta pendidikan

kesehatan pada ibu.


74

BAB 4

KAJIAN KASUS

4.1 Kajian Kasus

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. N

DIPMB LILIS SUGIANTI KOTA PEKANBARU

Bidan : Bd. Lilis Sugianti, Tanggal Pengkajian : 26/01/2023

S, Tr.Keb
Mahasiswa : Sri Distiyanti Waktu : 16:00 WIB

A. Data Subjektif

1. Biodata

Nama Ibu : Ny. N Nama suami : Tn. F

Umur : 29 Th Umur : 39 Th

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wirausaha

Alamat : Jl. Cipta Karya No.88 Alamat : Jl. Cipta Karya No.88

No. Telp : 08228861xxxx No. Telp : 08256945xxxx

2. Alasan Kunjungan / Riwayat / Keluhan Utama

- Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya.

3. Riwayat Menstruasi

HPHT : 15-05-2022 Perkiraan Partus : 22 Februari 2023

Siklus : ±28 Hari

4. Riwayat Perkawinan

Perkawinan ke : 1 Usia saat kawin : 21 Tahun

Lamanya : 8 Tahun
75

5. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang Lalu

Tahun Tempat Jenis Penolon Anak


NO UK Nifas Ket
Partus Partus Partus g Jk/BB

1 2016 A B O R T U S

Ater
2 2017 RS Normal Bidan Normal Pr/2800 Hidup
m

Ater
3 2019 BPM Normal Bidan Normal Pr/3500 Hidup
m

Ater
4 2021 BPM Normal Bidan Normal Lk/3500 Hidup
m

5. H A M I L I N I

6. Riwayat Kehamilan Saat Ini


1. Ibu pertama kali memeriksakan kehamilan pada UK : + 10 Minggu di BPM oleh

Bidan

2. Ibu mengatakan pemeriksaan ini yang ke: VI

Masalah yang pernah dialami :

-Trimester I : Mual

-Trimester II : Tidak ada keluhan

-Trimester III : Tidak ada keluhan

Pengobatan/anjuran yang pernah diperoleh yaitu : Vitonal,Gestiamin

Ibu mengatakan mulai rutin mengkonsumsi Albion/Tablet Fe sejak kehamilan 10 minggu,

biasa diminum 1x1 hari dan mengatakan obat masih ada.

7. Riwayat Penyakit/Operasi yang Lalu

Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit atau operasi yang lalu.
76

8. Riwayat yang Berhubungan dengan Masalah Kesehatan reproduksi

Ibu mengatakan tidak memiliki penyakit yang berhubungan dengan

kesehatan reproduksi seperti, PMS, infertiltas, infeksi virus, servistis kronis,

endometritis, myoma, polip serviks, kanker kandungan, dll.

9. Riwayat Keluarga Berencana

Ibu mengatakan pernah menggunakan KB Suntik 3 bulan selama ± 1 tahun

10. Pola Makan/ Minum

Makan : 3x/hari

Minum : ± 8 gelas/hari

Jenis makanan/minuman yang sering dikonsumsi:

Ibu mengatakan makan sehari-hari menunya bervariasi, saat sarapan pagi biasanya

ibu mengkonsumsi lontong, roti beserta teh hangat, nasi+lauk pauk berbeda tiap

harinya (ayam, ikan, telur) + sayur (bayam, kangkung, wortel. Kentang) + buah

(pepaya,jeruk). Ibu sering meminum air putih dan ibu meminum susu ibu hamil.

11. Pola Eliminasi

BAK : 7-8 kali/hari

BAB : 1 kali

Masalah : tidak ada

12. Pola Istirahat

Ibu mengatakan istirahatnya cukup

-Siang : 1-2 jam/hari

-malam : 6-7 jam/hari


77

13. Psikososial

Ibu mengatakan ia senang dengan kehamilannya ini dan mengatakan baik suami

dan keluarga selalu memberikan dukungan penuh kepada ibu dalam menjalani

kehamilannya.

B. Data Objektif

1. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum : Baik

b. Kesadaran : Compos Mentis

c. Sikap tubuh : Lordosis

d. BB Sebelum Hamil : 48 kg BB Sekarang : 56 kg

e. TB : 155 cm IMT : 22,5 Kg/cm²

f. LILA : 26,4 cm

g. TTV :

TD : 109/68 mmHg

N : 80x/menit

P : 20 x/menit

S : 36,5 ºC

h. Rambut/kepala : Bersih dan tidak rontok

i. Mata : Sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak pucat,

penglihatan jelas dan tidak menggunakan alat

bantu

j. Muka : Tidak terdapat oedema dan tidak ada

cloasma gravidarum

k. Telinga : Tidak ada serumen

l. Mulut : Tidak ada stomatitis dan tidak ada gusi berdarah


78

m. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid

n. Payudara : Puting susu menonjol dan areola mammae ada

hirpepigmentasi dan belum ada


pengeluaran colostrum

o. Abdomen : Terdapat linea nigra, pembesaran tampak memanjang

dan tidak ada bekas operasi

Palpasi

Bagian atas : 29cm, pertengahan pusat-PX, teraba lunak,

bundar dan tidak melenting adalah bokong janin.

Bagian Samping

Kiri : Bagian samping kiri teraba keras dan memanjang


adalah punggung janin.

Kanan : Bagian samping kanan ibu teraba tonjolan-tonjolan

kecil adalah ekstremitas janin.

Bagian bawah : Teraba bagian bulat, keras dan melenting


kemungkinan kepala janin. Kepala janin belum
masuk Pintu Atas Panggul (5/5).

r. TFU : 29 cm

s. TBJ : (29-13)x155 = 2,480gram

t. DJJ : 134x/menit, kuat dan teratur

u. Ekstremitas : Ekstremitas atas tidak oedema, ekstremitas bawah

tidak oedema dan tidak ada varices, akral normal


79

v. Refleks Patella : Kiri (+) Kanan (+)

2. Pemeriksaan Penunjang

Hb : 12 gr/Dl

3. Deteksi Dini

KSPR :4

C. Assessment

Diagnosis Ibu : G5P3A1H3, usia kehamilan 36-37 minggu, keadaan

kehamilan umum ibu baik

Diagnoasis Janin : Janin, hidup, tunggal, intrauterin, presentasi kepala,

keadaan umum janin baik

D. Plan

1. Memberitahukan kepada ibu mengenai hasil pemeriksaan bahwa KU ibu dan janin

baik,

TTV normal, DJJ normal, usia kehamilan 36-37 minggu dan taksiran persalinan

pada

tanggal 22 Februari 2023.

2. Menjelaskan kepada ibu mengenai tanda bahaya dalam kehamilan TM III pada buku

KIA halaman 8 yaitu

- Demam tinggi

- Sakit kepala yang hebat disertai kejang

- Pendarahan pervagina

- Keluar cairan/air ketuban dari jalan lahir sebelum waktunya

- Gerakan janin tidak terasa/berkurang dari sebelumnya

- Bengkak pada kaki, tangan dan wajah

3. Menganjurkan ibu untuk memantau gerakan janin dengan mengajarkan ibu cara
80

memantau gerakan janin, yaitudalam 12 jam minimal ada 10 kali gerakan atau dalam

1 jam

ada 4 kali gerakan, Ibu mengerti dan akan memantau gerakan janinnya dan akan ke

faskes

terdekat apabila terdapat tanda-tanda gerakan janin berkurang

4. Memberitahu kepada ibu untuk segera melakukan pemilihan tempat fasyankes untuk

ibu

bersalin, Ibu mengatakan akan bersalin di PMB Lilis Sugianti dan segera memenuhi

persiapan persalinannya yang lain dan Ibu mengatakan ia akan berssalin

menggunakan

biaya pribadi karena ibu tidak memiliki askes.

5. Memberi ibu vitamin yaitu Etabion sebanyak 10 tablet diminum 1x1 tablet dan

menjelaskan cara mengkonsumsinya, serta menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi

vitamin dengan rutin, ibu mengatakan akan meminum vitamin dengan rutin.

6. Memberitahu ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 minggu lagi atau jika ibu

merasakan ada keluhan.


81

CATATAN PERKEMBANGAN

Nama : Ny. N

Umur : 29 Tahun

Diagnosis Awal Ibu : G5P3A1H3, usia kehamilan 36-37 minggu, keadaan

umum ibu baik.

Janin : Janin, hidup, tunggal, intrauterin, presentasi kepala,

dengan keadaan umum janin baik

Tempat/

Tanggal/ Catatan Perkembangan

Pukul

1 2

K2 Subjektif:

PMB LILIS Ibu mengatakan bayinya bergerak aktif, ibu mengatakan sulit

SUGIANTI untuk tidur di malam hari.

01/02/2023 Objektif:

19:00 WIB Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

TD : 112/76 mmHg
82

N : 82 x/menit

BB : 56 Kg

Bagian atas : 31cm, teraba TFU 3jari dibawah

px, teraba bagian lunak, bundar dan tidak

melenting kemungkinan bokong janin.

Bagian Samping : Bagian kiri ibu teraba tonjolan-tonjolan

kecil adalah ekstremitas janin. Kanan,

teraba keras dan memanjang adalah

punggung janin

Bagian bawah : Teraba bagian bulat, keras dan

melenting adalah kepala janin.

Kepala janin belum masuk Pintu

Atas Panggul(5/5).

TFU : 31 cm

TBJ : (31- 13) x (155) : 2.790 gram

DJJ : 142 x/menit

Ekstremitas : Tidak ada edema dan varises

Assessment:

Diagnosis Ibu : G5P3A1H3, usia kehamilan 37-38

minggu keadaan umum ibu baik.

Diagnosis Janin : Janin, hidup, tunggal, intrauterin,

presentasi kepala, dengan keadaan

umum janin baik.

Plan:

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa

keadaan umum ibu dan janin baik, usia kehamilan ibu sekarang
83

yaitu 37-38 minggu.

2. Memberitahu bahwa penyebab sulit tidur yang ibu rasakan

dikarenakan pembesaran ukuran rahim yang membuat ibu

merasa tak nyaman, sehingga timbul rasa cemas dan

mengajarkan ibu teknik relaksasi berupa menarik nafas panjang

dari hidung dan menghembuskannya secara perlahan lewat

mulut, menghirup aromatherapi, senam hamil, dan meminta

suami untuk melakukan pijitan ringan agar ibu merasa nyaman

serta merasa mengantuk.

3. Menjelaskan kepada ibu mengenai nutrisi selama hamil karena

ibu mengalami kenaikan berat badan sebanyak 1 kg dalam 1

minggu Memberitahu ibu tanda-tanda persalinan dan jika

ditemukan salah satu dari tanda persalinan tersebut segera

bawa ke tenaga kesehatan terdekat, ibu bisa mengulang

kembali tanda-tanda persalinan dan akan ke tenaga kesehatan

terdekat bila merasakn tanda-tanda persalinan.

4. Memberikan pujian dan semangat kepada ibu untuk terus

mengkonsumsi vitaminnya serta memberi ibu vitamin yaitu

vitonal F sebanyak 10 tablet, Ibu mengatakan akan meminum

vitamin dengan rutin

5. Memberitahu ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 minggu

lagi atau jika ibu merasakan ada keluhan

K3 Subjektif:

PMB Lilis Sugianti Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya, dan ibu

07/02/2023 mengatakan bahwa ia merasa mules dan masih sulit untuk tidur di

20.30 WIB malam hari


84

Objektif:

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

TD : 112/76 mmHg

N : 82 x/menit

BB : 56 Kg

Payudara : Ada pengeluaran colostrum

Bagian Atas : 31 cm, TFU 3 jari dibawah px, teraba

lunak, bundar dan tidak melenting adalah

bokong janin

Bagian Samping : Bagian kiri ibu teraba keras dan

memanjang adalah punggung janin.

Bagian kanan perut ibu teraba tonjolan-

tonjolan kecil adalalah ekstremitas janin.

Bagian Bawah : Teraba bagian bulat, keras adalah kepala

janin. Kepala janin sebagian sudah masuk

Pintu Atas Panggul (4/5).

TFU : 31 cm

TBJ : (31-11) x (155) : 3.100 gram

DJJ : 140 x/menit

Ekstremitas : Tidak ada edema den varises

Assessment:

Diagnosis Ibu : G5P3A1H3, usia kehamilan 38 minggu

2 hari, keadaan umum ibu baik.

Diagnosis Janin : Janin, hidup, tunggal, intrauterin,


85

presentasi kepala, dengan keadaan

umum janin baik

Plan:

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan umum

ibu dan janin baik, usia kehamilan ibu sekarang yaitu 38

minggu, 2 hari.

2. Memberitahu ibu bahwa nyeri perut yang ibu rasakan itu

adalah kontraksi palsu, karena hanya masih sesekali dan

tidak terlalu sering serta memberitahu perbedaan antara

kontraksi palsu dan kontraksi yang sudah mendekati tanda-

tanda persalinan yaitu rasa nyeri semakin kuat, dan jarak

kontraksi semakin dekat serta durasi nyeri yang dirasakan

lebih lama sedangkan kontrkasi palsu hanya mucul sesekali,

Ibu mengerti dan bisa mengulang kembali apa yang telah

dijelaskan.

3. Menganjurkan ibu untuk memperbanyak istirahat dan

mengajarkan ibu teknik relaksasi untuk mengurangi nyeri

perut yang ibu rasakan, ibu mengerti dan akan

melakukannya dirumah.

4. Mengingatkan kembali kepada ibu untuk melakukan teknik

relaksasi berupa menarik nafas panjang dari hidung dan

menghembuskannya secara perlahan lewat mulut,

menghirup aromatherapi, atau meminta suami untuk

melakukan pijitan ringan agar ibu merasa nyaman serta

mengantuk dan ibu bisa mrlakukan mandi air hangat di sore

agar membuat ibu merasa rileks dan tidur dengan nyaman.


86

5. Mengingatkan kembali ibu tanda-tanda persalinan, ibu masih

mengingatnya.

6. Menganjurkan ibu untuk tetap memantau gerakan janinnya,

ibu mengerti dan akan tetap memantau gerakan janinnya

dirumah.

7. Mengingatkan kembali ibu tentang tanda persalinan, ibu

dapat mengulang kembali beberapa tanda persalinan.

8. Memberikan ibu pujian dan semangat kepada ibu untuk

terus mengkonsumsi vitamin serta memberi ibu vitamin

yaitu vitonal F sebanyak 10 tablet, vitamin C sebanyak

10 tablet dan kalsium sebanyak 10 tablet, ibu mengatakan

akan meminum vitamin dengan rutin.

9. Memberitahu ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1

minggu lagi atau jika ibu merasakan ada keluhan.

Kala 1 Subjektif:

PMB LILIS Ibu mengatakan perutnya terasa tegang-tegang hilang timbul dan

SUGIANTI ada rasa sakit yang sering muncul pada bagian bawah perut

16/02/2023 menjalar ke pinggang dan keluar lendir bercampur darah.

09.15 WIB Objektif:

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

TD : 114/76 mmHg

N : 98 x/menit

S : 36,4 C

P : 21x/menit
87

Bagian Atas : Tinggi fundus uteri ibu jari bawah px ,

teraba bagian lunak, bundar dan tidak

melenting kemungkinan bokong janin

Bagian Samping : Bagian kiri ibu teraba keras dan ada

tahanan memanjang kemungkinan

punggung janin, Bagian kanan ibu teraba

tonjolan kecil kemungkinan ekstremitas

janin

Bagian Bawah : Teraba bagian bulat, keras kemungkinan

kepala janin. Kepala janin sudah masuk

Pintu Atas Panggul (3/5)

His : 4 x 10’ 28”

DJJ : 136 x/menit, kuat dan teratur

Hasil pemeriksaan dalam :

Portio : Lunak

Eff : 80%

Pembukaan : 4 cm

Ketuban : Utuh, (+)

Presentasi : Belakang kepala

Posisi : Belum bisa dinilai

Penurunan : Hodge 1

Assessment:

Diagnosis Ibu : G5P3A1H3, usia kehamilan 39 minggu

3 hari inpartu kala 1 fase aktif keadaan

umum ibu baik.


88

Diagnosis Janin : Janin, hidup, tunggal, intrauterin,

presentasi kepala, dengan keadaan umum

janin baik

Plan:

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan umum ibu

dan janin baik dan pembukaan ibu sudah 4 cm.

2. Memantau HIS, DJJ, TTV dan pengeluaran pervaginam

3. Memenuhi kebtutuhan nutrisi

4. Mengajarkan ibu teknik relaksasi berupa menarik nafas panjang

dari hidung dan mengeluarkan secara perlahan lewat mulut

5. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi seperti berjalan-jalan atau

berjongkok untuk mempercepat penurunan kepala bayi.

6. Mengobservasi kemajuan persalinan ibu, kesejahteraan ibu dan

janin

7. Memenuhi kebutuhan nutrisi dan hidrasi ibu, ibu telah diberi

minum air putih.

8. Mengajarkan ibu cara meneran yang baik dan benar serta

memberitahu ibu untuk tidak meneran sebelum ada instruksi

dari bidan, ibu mengerti dan akan meneran saat ada instruksi

dari bidan.

9. Mengingatkan kembali ibu teknik relaksasi saat ada his, ibu

masih ingat dan langsung mempraktekkannya.

10.Memberi ibu asuhan untuk mengurangi rasa nyeri persalinan

yaitu massase pada punggung dan penggunaan birth ball, ibu

bersedia dan mengatakan lebih rileks dan nyeri berkurang jika

memakai birth ball.


89

11.Menganjurkan ibu untuk berbaring miring apabila sakitnya

sudah tak tertahankan, ibu memilih untuk berbaring miring ke

kiri.

12.Memantau kemajuan persalinan, kondisi ibu dan janin melalui

partograf, partograf terlampir.

Kala II Subjektif:

PMB LILIS Ibu mengeluh sakit perutnya semakin kuat dan keluar air-air dari

SUGIANTI jalan lahir.

16/02/2023 Objektif:

10.51 WIB Tampak vulva membuka, perineum menonjol

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

Palpasi Abdomen

Bagian Bawah :Teraba bagian bulat, keras kemngkinan

kepala janin. Kepala janin sudah masuk

Pintu Atas Panggul (1/5)

His : 5 x 10’ 51”

DJJ : 140 x/menit

Pengeluaran darah : 50 mL

Hasil pemeriksaan dalam

Portio : Tidak teraba

Pembukaan : 10 cm

Ketuban : Bercampur mekonium

Presentasi : Belakang kepala


90

Posisi : UUK depan

Penurunan : Hodge IV

Molase : Tidak ada molase

Assesstemt:

Inpartu kala II keadaan umum ibu baik

Plan:

1. Memberitahu ibu bahwa akan dilakukan pemasangan infus

2. Memberitahu ibu bahwa akaan disuntikkan drip oksitosin,

oksitosin telah disuntikkan.

3. Memberitahu ibu dan suami bahwa hasil pemeriksaan keadaan

umum ibu dan janin baik, dan pembukaan sudah lengkap 10

cm

4. Memimpin ibu untuk meneran jika dirasakan ada dorongan

ingin meneran dan menganjurkan ibu untuk istirahat jika

kontraksi hilang, ibu meneran saat ada kontraksi

5. Memberikan ibu dukungan dan pujian jika ibu meneran

dengan baik dan benar

6. Mengingatkan kembali ibu cara meneran yang baik dan benar,

ibu meneran dengan baik dan benar

7. Melindungi perineum dengan tangan sebelah kanan

menggunakan kain, dan tangan yang lain melindungi bayi dari

defleksi terlalu cepat

8. Melakukan pemeriksaan lilitan tali pusat, tidak terdapat lilitan

tali pusat

9. Membantu melahirkan bahu depan dan bahu belakang, dan


91

lakukan sanggah susur sampai ke tungkai bayi

10.Melakukan penilaian bayi sepintas dan meletakkan bayi diatas

handuk yang terdapat diatas perut ibu, dan mengeringkan

seluruh tubuh bayi kecuali telapak tangan, dan mengganti

handuk basah dengan handuk kering, bayi lahir spontan jenis

kelamin Perempuan pada pukul 11.08 WIB, menangis kuat,

bergerak aktif, kulit kemerahan.

Kala III Subjektif:

PMB LILIS Ibu mangatakan senang dengan kelahiran bayinya

SUGIANTI Objektif:

16/02/2023 Bayi lahir spontan, menangis kuat, gerakan aktif, jenis kelamin

11.08 WIB laki-laki

Keadaan umum ibu : Baik

Kesadaran : Compos mentis

TFU : Setinggi pusat

Kontraksi : Baik

Kandung kemih : Tidak penuh

Pengeluaran darah : 50 mL Tidak ada janin kedua

Plasenta belum lahir, tali pusat belum

dipotong

Assesment:

Inpartu Kala III keadaan umum ibu baik

Plan:

1. Memberitahu ibu bahwa ibu telah melewati kelahiran bayinya

2. Melakukan pemotongan tali pusat dan melakukan IMD, tali


92

pusat sudah dipotong dan bayi sedang IMD

3. Memindahkan klem tali pusat 5-10 cm di depan vulva,

letakkan tangan diatas sympisis dan tegangkan tali pusat dan

lakukan teknik dorso kranial

4. Mengarahkan tali pusat kebawah, sejajar, dan kaeatas. Saat

plasenta tampak di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan

kedua tangan, pegang dan putar plasenta searah sehingga

selaput plasenta terpilin, plasenta lahir pukul 11.29 WIB

5. Melakukan masase fundus uteri selama 15 detik, kontaksi baik

6. Memeriksa kelengkapan plasenta dan memeriksa laserasi jalan

lahir, plasenta lahir lengkap beserta selaputnya dan tidak ada

laserasi jalan lahir.

Kala IV Plasenta lahir lengkap beserta selaputnya (pukul 11.29 WIB) Tidak

PMB LILIS terdapat luka atau robekan jalan lahir

SUGIANTI IMD berhasil pukul 11:50 WIB (21 menit)

17/02/2023 Assesment:

11.30 WIB Inpartu Kala IV keadaan umum ibu baik

Plan:

1. Memberitahu ibu bahwa tidak terdapat luka atau robekan jalan

lahir ibu mengerti

2. Memberitahu ibu bahwa ibu telah melewati proses persalinan

serta memberi selamat kepada ibu, ibu senang dan

berterimakasih

3. Membersihkan ibu dan mengganti pakaian ibu, ibu sudah

dibersihkan dan sudah pindah ke kamar nifas.

4. Menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan


93

cairannya. Ibu sudah makan

5. Memberikan ibu obat tablet tambah darah 1 x 1, Asam

Mefenamat 1 x 1, Amoxcillin 1 x 1 serta vitamin A .

6. Mendekontaminasikan alat yang telah dipakai, alat sudah

dibersihkan dan sudah di DTT

7. Mendokumentasikan asuhan yang diberikan dan melakukan

pemantauan kala IV selama 2 jam post partum

KF 1 Subjektif:

Rumah Ibu Ibu mengatakan sudah bisa ke kamar mandi sendiri, sudah makan

Jl.Cipts Karya dan minum, sudah mengkonsumsi obat yang diberikan, ASInya

17/02/2023 keluar dengan lancar dan mengatakan bayinya tidak rewel

08.00 WIB Objektif:

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

TD : 120/ 80 MmHg

P : 20x/ menit

N : 83x/ menit

S : 36,5 C

Mata : Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik

Palpasi : Kontraksi baik, TFU 2 jari di bawah pusat

Lochea : Merah (lochea rubra), perdarahan ± 50 Ml

Kandung kemih : Tidak penuh

Ekstremitas : Tidak udema dan akral tidak dingin.

Assessment:

Ny. N P5A1H4 21 jam postpartum keadaan


94

umum ibu baik

Masalah : Tidak ada

Plan:

1. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa

keadaan umum ibu normal dan TTV ibu normal.

2. Memotivasi serta memuji kesanggupan ibu untuk mobilisasi

3. Mengajarkan ibu tentang perawatan tali pusat pada bayi

dengan cara membersihkan tali pusat bayi dengan kassa bersih

dan menjaga tali pusat tetap kering serta tidak memberikan

apapun pada tali pusat bayi, ibu mengerti.

4. Mengajarkan ibu tentang posisi dan pelekatan menyusui

yang benar yaitu kepala dan badan bayi dalam satu garis lurus,

wajah bayi menghadap payudara ibu, sebagian besar areola

masuk ke dalam mulut bayi, bibir bawah melengkung keluar

dan dagu menyentuh payudara ibu serta mengosongkan dulu

payudara pertama baru berganti pada payudara kedua dan

setelah menyusui bayi langsung disendawakan, ibu mengerti

dan langsung mempraktekkannya.

5. Memotivasi ibu untuk memberikan ASI sesering mungkin

kebada bayi serta menganjurkan ibu untuk ASI eksklusif yaitu

ASI saja selama 6 bulan tanpa tambahan apapun, ibu

mengatakan akan menyusui bayinya sesering mungkin dan

berencana akan ASI ekslusif.

6. Mengajarkan ibu dan keluarga tentang pijat oksitosin untuk

memperbanyak produksi asi, ibu langsung dipijat oleh ibunya.

7. Menganjurkan ibu untuk makan makanan yang beraneka


95

ragam dan tidak ada pantangan makanan selama masa nifas

kecuali ibu ada alergi dan memberitahu ibu makanan yang

dapat memperbanyak asi yaitu daun katuk, jantung pisang dan

sayuran berwarna hijau lainnya serta menganjurkan ibu untuk

mencukupi kebutuhan minumnya yaitu 14 gelas sehari, ibu

mengatakan tidak ada pantangan makanan dan akan mencoba

memakan sayuran yang telah direkomendasikan serta akan

berusaha memakan makanan yang bervariasi dan mencukupi

kebutuhan minumnya.

8. Memberitahu ibu untuk menjaga kebersihan kemaluannya

dengan tidak membubuhi apapun pada kemaluannya dan

membersihkannya dari depan ke belakang hal ini bertujuan

agar tidak terjadi infeksi serta mengganti pembalut bila sudah

hampir penuh, ibu mengatakan tidak ada membubuhi apapun

di daerah kemaluannya dan akan membersihkannya dari depan

ke belakang serta akan mengganti pembalutnya bila akan

penuh.

9. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup, apabila bayinya

tidur ibu pun istirahat, ibu mengerti dan akan istirahat bila

bayinya tidur.

10. Memberitahu ibu tentang tanda bahaya masa nifas seperti

perdarahan dari jalan lahir; keluar cairan berbau dari jalan

lahir; bengkak di wajah, tangan dan kaki, atau sakit kepala dan

kejang-kejang; demam lebih dari 2 hari; payudara bengkak,

merah disertai rasa sakit dan ibu terlihat sedih, murung dan

menangis tanpa sebab, bila ibu mengalami salah satu dari


96

tanda-tanda diatas segera ke pelayanan kesehatan terdekat, ibu

bisa mengulangi beberapa tanda bahaya pada ibu nifas dan

akan ke pelayanan kesehatan apabila mengalami salah satu

dari tanda bahaya tersebut.

11. Menganjurkan serta memotivasi ibu untuk tetap

mengkonsumsi obat yang telah diberikan, ibu mengatakan

akan meminum obat hingga habis.

12. Memberitahu ibu bahwa akan ada dilakukan kunjungan rumah

selama ibu nifas, ibu bersedia untuk dilakukan kunjungan

rumah.

KF 2 Subjektif:

Rumah Ibu, Ibu mengatakan sudah mulai banyak melakukan semua aktifitas

Jl.Cipta Karya, seperti biasanya tetapi dibantu oleh ibunya, ASInya sudah banyak

18/02/2023 keluar sejak hari ketiga dan bayinya kuat menyusu, hanya

08.05 WIB memberikan asi saja, memijat payudara saat mandi saja, sudah BAK

dan BAB, rajin ganti pembalut 2-3x dalam sehari dengan jumlah

darah tidak memenuhi pembalut dan obat yang diberikan masih

dikonsumsi oleh ibu dan belum habis.

Objektif:

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

TD : 120/70 mmHg

N : 79 x/menit

P : 20 x/menit

S : 36,7 ºC

Mata : Konjungtiva tidak pucat dan sklera tidak


97

ikterik

Payudara : Payudara sedikit bengkak, a g a k k e r a s

ketika disentuh dan berwarna

k e m e r a h a n , payudara tampak penuh,

puting menonjol, payudara bersih

TFU : 3 jari diatas sympisis

Lokhea : Merah kecoklatan (Sanguinolenta)

Kandung kemih : Tidak Penuh

Ekstremitas : Tidak udema

EPDS : Skor 3

Assessment:

Ny. N 𝑃5𝐴1𝐻4 nifas hari ke 3 keadaan umum ibu baik

Plan:

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan umum ibu

baik.

2. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya, bayinya langsung

disusukan.

3. Memberikan pujian dan semangat kepada ibu karena masih

memberikan bayinya ASI, ibu senang saat diberi pujian.

4. Mengajarkan ibu teknik menyusui yang benar dengan cara

menyusui anaknya di setiap payudara secara bergantian agar

tidak terjadi pembengkakan. Dan perawatan payudara sebelum

ibu mandi.

5. Memberitahu ibu manfaat dan cara melakukan senam nifas

dengan mempraktekkan langsung kepada ibu, ibu mengerti dan


98

langsung melakukan senam nifas yang diajarkan.

6. Mengingatkan kembali ibu untuk tetap memakan makanan

yang bervariasi terutama sayur yang harus ibu konsumsi untuk

memperbanyak pengeluaran ASI nya, ibu mengatakan akan

tetap mengkonsumsi makanan yang bervariasi.

7. Mengingatkan ibu untuk tetap mengkonsumsi obat yang

diberikan sampai habis, ibu mengatakan akan memakan obat

yang diberikan sampai habis.

8. Memberitahu ibu bahwa akan ada kunjungan kembali.


99

KF 3 Subjektif:

Rumah Ibu, 1. Ibu mengatakan sudah mulai banyak melakukan semua aktifitas

Jl. Cipta Karya, seperti biasanya

20/02/2023 2. Ibu mengatakan sering melakukan senam nifas yang diajarkan

15.30 WIB dengan gerakan yang diingat saja

3. Ibu mengatakan tetap hanya memberikan ASI saja

4. Ibu mengatakan darah yang keluar sudah tidak ada

Objektif:

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

TD : 120/80 mmHg

S : 36,6 C

N : 82 x/menit

P : 18 x/menit

Mata : Konjungtiva tidak pucat dan sklera tidak

ikterik

Payudara : Payudara tidak bengkak dan tidak merah,

putting susu menonjol, payudara bersih

TFU : Sudah tidak teraba

Lokhea : Serosa

Ekstremitas : Tidak oedema

Assessment:

Ny. N 𝑃5𝐴1𝐻4 nifas hari ke 8 keadaan umum ibu baik

Plan:

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan umum ibu


100

baik.

2. Menjelaskan dengan ibu tentang metode kontrasepsi yang akan

digunakan, metode kontrasepsi yang dapat digunakan ibu

menyusui yaitu metode hormonal dan alamiah, ibu mengerti

apa yang disampaikan dan ibu mengatakan akan menggunakan

kontrasepsi setelah masa nifas selesai.

3. Memberikan pujian dan semangat kepada ibu karena masih

memberikan bayinya ASI, ibu senang saat diberi pujian.

4. Mengingatkan kembali ibu untuk tetap memakan makanan yang

bervariasi terutama sayur yang harus ibu konsumsi untuk

memperbanyak pengeluaran ASI nya, ibu mengatakan akan tetap

mengkonsumsi makanan yang bervariasi.


101

KF 4 Subjektif:

Rumah Ibu, 1. Ibu mengatakan sudah mulai banyak melakukan semua aktifitas

Jl. Cipta Karya, seperti biasanya

20/03/2023 2. Ibu mengatakan sering melakukan senam nifas yang diajarkan

13.20 WIB dengan gerakan yang diingat saja

3. Ibu mengatakan tetap hanya memberikan ASI saja

4. Ibu mengatakan darah yang keluar sudah tidak ada

Objektif:

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

TD : 120/80 mmHg

S : 36,6 C

N : 82 x/menit

P : 18 x/menit

Mata : Konjungtiva tidak pucat dan sklera tidak

ikterik

Payudara : Payudara tidak bengkak dan tidak merah,

putting susu menonjol, payudara bersih

TFU : Sudah tidak teraba

Lokhea : Serosa

Ekstremitas : Tidak oedema

Assessment:

Ny. N 𝑃5𝐴1𝐻4 nifas hari ke 21 keadaan umum ibu baik

Plan:

1. Memberitahu ibu bahwa hasil pemeriksaan dalam batasnormal,


102

dan keadaan umum ibu baik.

2. Mengulas kembali kepada ibu tentang metode KB dan jenis- jenis

alat kontrasepsi yang bagus untuk digunakan oleh ibu, ibu

mengatakan bahwa ia akan menggunakan metoda kontrasepsi

AKDR namun untuk 3 bulan pertama ibu akan menggunakan KB

suntik 3 bulan terlebih dahulu dikarenakan ibu pulang ke

kampung halaman ibu, dan hal ini sudah disetujui oleh suaminya.

Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Bayi Ny. N

di PMB Lilis Sugianti

Kota Pekanbaru

Tempat Yankes : PMB Lilis Sugianti

Tanggal Pengkajian : 16 Januari 2022

A. DATA SUBJEKTIF

1. Identitas Bayi

Nama : Bayi Ny. N


103

Tanggal lahir : 16-02-2022

Jam : 11.09 WIB

Jenis kelamin

Perempuan

Nama ibu : Ny. N

Umur : 29 Tahun

Alamat : Jl. Cipta Karya

2. Riwayat Kelahiran

Usia gestasi : Aterm

Lama persalinan kala I : 1 Jam 36 menit

Lama persalinan kala II : 17 Menit

Keadaan air ketuban : Bercampur mekonium

Persalinan : Normal

Lilitan tali pusat : Tidak ada

Penolong persalinan : Bidan

Setelah lahir : Langsung menangis

Pemberian ASI : Segera setelah lahir

B. DATA OBJEKTIF

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

Tanda-tanda vital

- Pernapasan : 52 x/menit

- Nadi : 140 x/menit

- Suhu : 36,5 ⁰C

Berat Badan : 3.900 gram


104

Panjang Badan : 52 cm

Lingkar Kepala : 34 cm

Lingkar Dada : 35 cm

Kepala : Tidak terdapat caput suksedenum, tidak ada cephal

hematoma, ubun- ubun besar dan ubun-ubun kecil ada

dan tidak ada molase, serta tidak tampak kelainan

pada kepala

Wajah : Simetris, dan tidak ada tampak cacat bawaan

Mata : Sklera tidak ikerik, tidak tampak strabismus, dan tidak

ada kelainan bawaan

Mulut : Simetris, palatum ada, gusi merah, tidak berdarah

dan tidak tampak adanya kelainan dan cacat bawaan

Hidung : Lubang hidung ada, simetris, tidak terdapat

pernafasan cuping hidung dan tidak ada kelainan

Telinga : Simetris, daun telinga ada, lubang telinga ada, tidak

ada cairan yang keluar dari telinga, dan tidak ada

kelainan dan cacat bawaan

Leher : Tidak ada trauma flexus brachialis

Dada : Simetris, tidak ada pernafasan retraksi intercostal,

dan tidak ada kelianan dan cacat bawaan

Abdomen : Simetris, tidak ada pembesaran, tali pusat belum

kering, tidak kelainan dan cacat bawaan

Genetalia : Terdapat dua buah skrotum, testis sudah turun ke

kantong skrotum, terdapat lubang uretra dan tidak

ada atresia ani

Ekstremitas Atas : Lengan sama panjang, jumlah jari 10, tidak


105

Terdapat Fraktur humerus, tidak terdapat fraktur

klavikula, pergerakan bayi aktif, tidak terdapat

kelainana dan cacat bawaan.

Ekstremitas bawah : Kaki sama panjang, jumlah jari 10, pergerakan aktif

Keadaan neuromuskular

a. Reflex menghisap : baik

b. Reflex moro : baik

c. Reflex genggam : baik

d. Reflex rooting : baik

Kulit : Warna kulit kemerahan, tampak bercak mongol di

lengan kiri, tidak terdapat verniks kaseosa,

terdapat lanugo

C. ASSESSMENT

Diagnosis bayi : Bayi lahir spontan, cukup bulan, keadaan umum bayi

baik

D. PLAN

1. Melakukan penilaian bayi sepintas dan meletakkan bayi diatas handuk dan

mengeringkan seluruh tubuh bayi kecuali telapak tangan dan mengganti handuk.

basah dengan handuk kering.

2. Melakukan pemotongan tali pusat dan melakukan IMD, talipusat sudah dipotong

dan bayi sedang IMD.

3. Memberitahu kepada ibu bahwa bayinya akan diberikan suntik Vit. K untuk

mencegah perdarahan intracranial dan salep mata untuk mencegah infeksi pada

mata, ibu bersedia anaknya disuntik dan diberi salep mata.

4. Menganjurkan ibu untuk segera menyusui bayinya dan mengajarkan ibu teknik

menyusui yang benar, bayi sudah menyusu dengan ibunya.


106

5. Menginformasikan kepada ibu bahwa bayinya akan diberikan Hb0 dan menjelaskan

manfaatnya untuk meningkatkan kekebalan pada tubuh bayi dan dapat mencegah

bayi dari penyakit seperti hepatitis. Ibu mengerti dan setuju bayinya akan di beri

imunisasi Hb0.

6. Memberitahu ibu dan keluarga bahwa bayiya akan dimandikan besok pagi, ibu

mengerti.
107

CATATAN PERKEMBANGAN

Nama : By. Ny. N

Tanggal Lahir : 17 JFebruari 2023

Diagnosis awal : Bayi Ny. W lahir spontan 21jam

yang lalu dengan K/U baik

1 2

KN 1 Subjektif:

PMB Lilis Ibu mengatakan bayinya menangis dengan kuat

Sugianti Ibu mengatakan bayinya sudah BAB dan BAK 1 kali sejak lahir
17/02/2023 Ibu mengtakan bayinya sudah mau menyusu dan sudah mandi tadi pagi
08.00 WIB

Objektif:
Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Kompos Mentis

BB : 3.900 gr

Suhu : 36,5 ºC

Nadi : 130 x/menit

Pernapasan : 34 x/menit

Mata : Sklera tidak ikterik

Tali pusat : Belum kering

Assessment:

Neonatus cukup bulan usia 21 jam keadaan umum bayi baik

Plan:

1. Memberi informasi kepada ibu bahwa keadaan umum bayinya baik

dan tidak ada tampak kelainan pada bayinya.


108

2. Memotivasi ibu untuk tetap memberikan ASI sesering mungkin

kepada bayi serta menganjurkan ibu untuk ASI eksklusif yaitu ASI

saja selama 6 bulan tanpa tambahan apapun, ibu mengatakan akan

menyusui bayinya sesering mungkin dan berencana akan ASI

eksklusif.

3. Memberitahu ibu tentang perawatan tali pusat pada bayi, dengan

cara jangan memberikan dan membubuhi apapun di tali pusat

bayinya, hal ini bertujuan agar tidak terjadi infeksi pada bayinya

dengan menggunakan prinsip bersih dan kering, ibu mengerti dan

bisa mengulang kembali apa yang telah diajarkan.

4. Memberitahu ibu tentang pencegahan kehilangan panas pada

bayinya, yaitu dengan cara menjaga suhu sekitar tubuh bayi dan

jangan sampai bayinya kedinginan, ibu mengatakan memakaikan

bayinya topi dan membedung bayinya serta mengganti langsung

pakaian bayinya saaat BAK atau BAB Memberitahu ibu bahwa

akan ada kunjungan ke rumah untuk memantau dan melihat

perkembangan bayinya, ibu bersedia dikunjungi.

KN 2 Subjektif:

Rumah Ibu, Ibu mengatakan bayinya kuat menyusu

Jl. Cipta Ibu mengatakan masih memberikan asi saja

Karya Ibu mengatakan tali sudah puput pada hari ke 4

18/02/2023 Objektif:

08.05 WIB Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

BB : 3800 gram

N : 130 x/menit
109

P : 35 x/menit

S : 36,5ºC

Assessment:

Neonatus normal usia 3 hari keadaan umum bayi baik

Plan:

1. Menginformasikan kepada ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan

umum bayi baik.

2. Memberitahu ibu serta mengajarkan ibu tentang pijat bayi, ibu

sangat antusias dan langsung mempraktekkannya pada pantom

karena bayinya sedang tertidur pulas.

3. Memotivasi kembali ibu untuk tetap ASI eksklusif, ibu mengatakan

tetap berusaha akan ASI eksklusif.

4. Memberitahu ibu tentang tanda bahaya bayi baru lahir yaitu bayi

tidak mau menyusu, kejang-kejang, lemah, sesang napas, bayi

merintih atau menangis terus menerus, tali pusat kemerahan sampai

dinding perut serta berbau dan bernanah, demam atau panas tinggi,

diare cair lebih dari 3 kali sehari, kulit dan mata bayi kuning dan

BAB bayi berwarna pucat, jika ditemukan salah satu dari tanda

bahaya tersebut segera bawa bayi ke tenaga kesehatan terdekat, ibu

bisa mengulang 3 tanda bahaya pada bayi dan ibu tampak paham

tentang tanda bahaya yang telah dijelaskan.

5. Memberitahu ibu bahwa aka nada kunjungan rumah kembali, ibu

terlihat senang karena akan dikunjungi lagi.


110

KN 3 Subjektif:

Rumah ibu, Ibu mengatakan bayinya baru saja menyusu dan masih sangat kuat

Jalan Rimbo menyusu

Panjang Ibu mengatakan rutim melakukan pijat bayi sebelum mandi dan bayinya

20/02/2023 selalu pukes saat tidur dan tidak rewel

15.30 WIB Objektif:

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

BB : 4300 gram

N : 135 x/menit

P : 30 x/menit

S : 36,5ºC

Assessment:

Neonatus normal usia 20 hari keadaan umum bayi baik

Plan:

1. Menginformasikan kepada ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan

umum bayi baik.

2. Memberitahu ibu tentang manfaat dan kegunaan imunisasi pada

bayinya untuk meningkatkan kekebalan tubuh bayinya terhadap

berbagai penyakit.

3. serta menganjurkan ibu untuk memabawa bayi untuk imunisasi ke

puskesmas, klinik ataupun posyandu, ibu mengatakan akan

imunisasi di PMB Lilis Sugianti.

4. Memotivasi ibu untuk tetap melakukan pijat bayi, ibu mengatakan

akan rutin melakukan pijat bayi bila tidak lupa.

5. Memberitahu ibu untuk terus menstimulasi bayinya seperti

mengajaknya untuk mengobrol, bermain bersama bayinya, hal ini


111

bertujuan selain menjaga kontak batin antara bayi dengan ibu,

dengan adanya stimulasi juga kan mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan otak pada bayinya, ibu mengatakan akan sering

mengajak bayinya berbicara.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Asuhan Kehamilan

Pada asuhan kehamilan pada kontak pertama ibu dengan penulis dengan

usia kehamilan ibu 36-37 minggu, dan sebelumnya pasien sudah pernah

kefasyankes pertama kali pada usia kehamilan 10 minggu. Dari awal kehamilan

sampai kontak dengan pasien Ny. N sudah 8 kali melakukan kunjungan

kehamilan ke fasilitas kesehatan, yaitu 3 kali pada trimester I dan 2 kali pada

trimester II dan 3 kali pada trimester ke III. Sehingga kunjungan ANC ibu sudah

terpenuhi dan sudah sesuai dengan ketentuan yaitu kunjungan kehamilan (ANC)

dapat dilakukan sebanyak 8 kali yaitu 2 kali pada trimester 1, 2 kali pada

trimester ke 2 dan 5 kali pada trimester ke 3 (WHO, 2016).

Pada kunjungan kehamilan ini dilakukan pelayanan kehamilan dengan

14T. Dimana menurut standar 14 T tersebut penulis melakukan pengukuran

Tinggi badan dan didapati tinggi badan ibu, 155 cm; Penimbangan berat badan,

dan didapati berat badan ibu, 56 kg sesudah hamil dan 48 kg sebelum hamil

sehingga, kenaikan berat badan ibu sebanyak 8 kg; Pengkuran tekanan darah, dan

didapati Tekanan Darah ibu 109/68 mmHg dan merupakan tekanan darah normal;

Dilakukan Pengukuran tinggi fundus uteri ibu dan didapati TFU ibu 29cm dengan

usia kandungan 36-37 minggu merupakan TFU normal;. Pemberian imunisasi TT

lengkap, setelah dikaji status imunisasi ibu lengkap, 1 kali semasa bayi, 3 kali
112

sewaktu SD dan 1 kali sewaktu CATEN; Pemberian tablet zat besi minimum 90

tablet,dan ibu rutin meminum tablet tambah darah semasa kehamilannya.

Pelayanan standar kehamilan ini telah dilakukan pada Ny. N di PMB Lilis

Sugianti sesuai dengan program yang dicanangkan oleh pemerintah mengenai

standar minimal pelayanan kesehatan selama kehamilan (Kemenkes, 2019) Pada

kasus Ny. N saat kontak pertama penulis terlebih dahulu melakukan pengkajian

skrining deteksi dini menggunakan Kartu Skor Sri Poedji Rochjati (KSPR), dan

didapati ibu dengan skor 4 yang berarti ibu dengan Kehamila Resiko Rendah

(KRR) dan tidak perlu dilakukan rujukan. Kartu skor Poedji Rochjati (KSPR)

adalah salah satu alat untuk mendeteksi dini resiko tinggi pada kehamilan. Pada

Trimester ke III, Ny. N mengeluh sulit tidur di usia kehamilan 37 minggu,

berkaitan dengan ketidaknyamanan pada trimester III. Penulis menginformasikan

bahwa kondisi yang ibu rasakan merupakan hal yang normal, adanya. Hal ini

dirasakan sebagai akibat dari meningkatnya kecemasan atau kekhawatiran dan

ketidaknyamanan fisik. Kecemasan yang dirasakan oleh ibu hamil di trimester

ketiga. Ini merupakan refleksi dari kesadaran akan kehamilannya yang mendekati

akhir, sehingga ada rasa takut akan proses persalinan yang tidak normal,

kecemasan tentang apakah bayinya dapat lahir dengan selamat, dan khawatir

apabila bayinya lahir dalam keadaan tidak normal. Ketidaknya-manan fisik

berhubungan dengan perubahan bentuk tubuh, ketidaknyamanan fisik ini se-perti

sakit punggung bawah, dan rasa pegal-pegal pada badan. Kecemasan dan ketidak-

nyamanan fisik merupakan stressor yang dapat merangsang sistem syaraf simpatis

dan modula kelenjar adrenal. Pada keadaan ini akan terjadi peningkatan sekresi

hormone adrenalin atau epinefrin, sehingga dapat meningkatkan ketegangan pada


113

ibu hamil yang mengakibatkan ibu hamil menjadi lebih gelisah dan tidak mampu

berkonsentrasi. Kondisi ini dapat me nyebabkan kecemasan dan ketidaknyamanan

fisik lebih lanjut sehingga ibu hamil lebih sulit untuk tidur (Wahyuni, 2018).

Upaya untuk mengatasi kesulitan tidur ini antara lain dengan olahraga yang

diperuntukan bagi ibu hamil yaitu olah raga senam hamil yang aman bagi

kehamilannya. Bila ibu melakukan latihan senam hamil dengan rutin dan benar

akan terasa efek relaksasi pada ibu hamil yang berguna untuk mengatasi

kecemasan dan ketegangan. Latihan relaksasi secara fisiologis akan menimbulkan

efek relaks yang melibatkan syaraf parasimpatis dalam sistem syaraf pusat.

Dimana salah satu fungsi syaraf parasimpatis ini adalah menurunkan produksi

hormone adrenalin atau epinefrin (hormone stress) dan meningkatkan skresi

hormone noradrenalin atau norepinefrin (hormone relaks) sehingga terjadi

penurunan kecemasan serta ketegangan pada ibu hamil yang mengakibatkan ibu

hamil menjadi lebih relaks dan tenang (Wulandari,2016).

Lalu penulis menyarankan kepada ibu untuk tidak melakukan pekerjaan yang

bebannya terlalu berat, menyarankan kepada ibu untuk melakukan teknik relaksasi

berupa menarik nafas panjang dari hidung dan menghembuskannya secara

perlahan lewat mulut, menghirup aromatherapi, senam hamil, dan meminta suami

untuk melakukan pijitan ringan agar ibu merasa nyaman serta merasa mengantuk.

Berdasarkan hasil pemeriksaan data objektif pada kasus Ny. N, selama

kunjungan kehamilan didapatkan pemeriksaan tanda-tanda vital tidak

menunjukkan adanya abnormalitas. Pemeriksaan berat badan di lakukan untuk

memantau status gizi selama kehamilan. Jika terdapat keterlambatan dalam

penambahan berat badan ibu, ini dapat mengindikasikan adanya malnutrisi


114

sehingga dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan janin intra uterine

(Sulistyawati, 2013). Pada kasus Ny. N, selama kehamilan terjadi peningkatan

berat badan ibu sebanyak 8 kg dari sebelum hamil.

Sementara itu, Indeks Masa Tubuh (IMT) Ny. N adalah 26,4 kg/m2 dan

dikategorikan normal. Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Prawirohardjo

(2018), peningkatan berat badan untuk IMT normal adalah 11,5-16 Kg.

Berdasarkan penambahan BB ibu dan IMT ibu yang normal maka didapatkan TBJ

pada Ny. N adalah normal. Perhitungan TBJ menggunakan hasil pemeriksaan

TFU menurut Mc. Donald. Perhitungan TBJ ini menggunakan rumus Johnson

Tausack yaitu TFU (11 apabila kepala belum memasuki PAP, 12 apabila sebagian

kepala sudah masuk PAP, dan 13 apabila sebagian besar kepala sudah masuk

sepenuhnya ke dalam PAP) dikali 155 (Irianti, 2014).

Pada Ny. N dilakukan pemeriksaan kadar haemoglobin. Pemeriksaan

kadar haemoglobin (Hb) pada ibu hamil bertujuan untuk mendeteksi dini adanya

komplikasi pada kehamian berupa Anemia (Saifuddin,201). Adanya anemia pada

kehamilan memiliki banyak komplikasi, baik komplikasi pada ibu maupun

komplikasi pada janin, diantaranya adalah perdarahan dan BBLR. Menurut teori,

batas normal kadar Hb pada trimester akhir kehamilan adalah 11,0 gr/dl

(Saifuddin, 2011). Pada kasus Ny. N hasil pemeriksaan menunjukkan hasil yang

normal, yaitu 12 gr/dl. Kasus anemia yang sering di jumpai adalah anemia akibat

defisiensi zat besi (Irianti,2014). Maka diberikan tablet tambah darah sebagai

upaya preventif dari kejadian anemia pada ibu hamil.

Jenis tablet tambah darah yang di berikan pada kasus Ny. N adalah

Etabion dan Calfera. Selama hamil Ny. N sudah mendapatkan tablet Fe lebih dari
115

90 tablet dimulai saat ibu memasuki TM 2 dan TM 3. Pencegahan maupun

penanganan anemia yaitu pemberian tablet Fe sebanyak 90 tablet selama

kehamilan (Prawirohardjo, 2014).

Penulis juga memberikan pendidikan kesehatan berkaitan dengan

persiapan persalinan, seperti tempat bersalin, biaya persalinan, pendonor darah

jika diperlukan, persiapan tempat rujukan, transportasi dan perlengkapan lainnya

seperti pakaian ibu dan bayi yang akan diperlukan saat persalinan dengan

menunjukkan buku KIA. Sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Mandriwati

(2011), bahwa pada kehamilan trimester III, asuhan yang diberikan berupa

informasi berupa persiapan persalinan harus diberikan untuk keperluan persalinan

sampai pembagian peran jika nantinya ibu dirawat di rumah sakit. Selain itu,

dengan adanya informasi yang telah diberikan tersebut, ibu bisa mempersiapkan

semuanya sebelum hal-hal yang tidak di inginkan terjadi.

Penulis memberikan asuhan perawatan payudara kepada ibu. Perawatan

payudara bertujuan untuk mempersiapkan ASI saat ibu melahirkan nanti

walaupun walaupun didapatkan hasil dari pemeriksaan fisik bahwa payudara ibu

bersih tapi penulis tetap mengingatkan ibu untuk tetap membersihkan payudara

ibu agar nanti saat ibu bersalin payudara ibu bersih dan ASI ibu sudah keluar dan

dilakukan IMD. Perawatan payudara dilakukan dengan cara membersihkan puting

payudara ibu dengan hanya pengoleskan baby oil pada kapas lalu bersihkan

payudara ibu.

Sebagai persiapan laktasi, penulis juga memberikan informasi dan

pendidikan kesehatan mengenai ASI ekslusif. Persiapan menyusui selama masa

kehamilan adalah hal yang penting, karena dengan persiapan sedini mungkin
116

maka ibu akan lebih baik dan siap untuk menyusui bayinya (Indrayani, 2011).

Asuhan ini dilakukan penulis agar asuhan yang diberikan saling berkelanjutan dari

hamil sampai ibu nifas nanti agar ibu bisa memberikan ASI eksklusif sepenuhnya

kepada bayinya.

Adapun asuhan lain yang diberikan berupa pendidikan kesehatan tentang

tanda-tanda bahaya selama kehamilan trimester III dengan menunjukkan buku

KIA. Tanda-tanda bahaya pada kehamilan merupakan salah satu cara mendeteksi

dini adanya masalah atau komplikasi kehamilan (Sulsitiyawati, 2013). Untuk itu,

penulis merasa perlu memberikan pendidikan kesehatan tentang tanda bahaya

pada kehamilan ini. Selama memberikan asuhan kebidanan kehamilan pada Ny.

N, penulis tidak menjumpai kondisi dan keluhan ibu yang mengarah pada keadaan

patologis. Asuhan- asuhan yang diberikan pada Ny. N selama masa kehamilan

sesuai dengan standar asuhan kehamilan.

Penulis juga memberikan informasi tentang tanda-tanda persalinan yaitu

seperti perut mules-mules yang teratur, timbulnya semakin sering dan semakin

lama dan keluar lendir bercampur darah dari jalan lahir atau keluar cairan ketuban

dari jalan lahir, jika muncul salah satu tanda diatas makan ibu harus segera ke

fasyankes yang sudah ibu pilih untuk bersalin (Buku KIA 2018).

4.2.2. Asuhan Persalinan

a. Kala I

Berdasarkan hasil anamnesis, keluhan utama Ny. N mengeluh nyeri

pinggang yang menjalar ke perut bagian bawah, disertai keluar lendir bercampur

darah sejak pukul 08.30 WIB. Bloodyshow merupakan lendir disertai darah dari

jalan lahir disertai dengan pendataran dan pembukaan, lendir dari canalis
117

cervicalis keluar disertai dengan sedikit darah. Lendir bercampur darah ini

disebabkan karena lepasnya selaput janin pada bagian bawah segmen bawah

rahim hingga beberapa capillair darah terputus (Fitriana, 2018).

Dilakukan pemeriksaan TTV yaitu dalam batas normal dan his ibu

3x10‟/35” merupakan his sedang. Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya

meningkat (kontraksi dianggap adekuat jika terjadi 3 kali dalam 10 menit dan

lamanya 40 detik atau lebih). Setelah dilakukan pemantauan his dilakukan

pemeriksaan VT (Vagina Touch) pada pukul 09.30 WIB. Pada pemeriksaan ini

didapat hasil pembukaan pada Ny. N sudah 4 cm dengan keadaan portio lunak

dan tipis. Dengan adanya lendir bercampur darah, adanya his ibu yang sedang

dan pembukaan 4 cm, maka ibu sudah memasuki kala I fase aktif.

Asuhan yang diberikan kepada Ny. N yaitu menghadirkan pendamping

dalam persalinan yaitu suami serta keluarga ibu untuk memberikan dukungan

kepada ibu dan juga mengurangi kecemanan ibu selama proses persalinan. Fungsi

hadirnya seorang pendamping pada saat persalinan mengurangi rasa sakit,

membuat waktu persalinan lebih singkat. Kebanyakan ibu bersalin sulit

mengemukakan pertanyaan secara langsung pada penolong persalinan pada saat

bersalin. Kehadiran seorang pendamping memungkinkan ibu bersalin untuk

memiliki rasa percaya diri lebih besar untuk bertanya secara langsung (Rohani,

2017).

Asuhan Pada kala I Ny N untuk mengurangi rasa nyeri yaitu dengan

melakukan duduk dibola persalinan. Menurut penelitian irawati 2019,

menunjukan bahwa tingkat nyeri sebelum penggunaan bola persalinan dan

sesudah penggunaan bola persalinan tingkat nyeri yang dirasakan mengalami


118

perubahan sehinggat ibu bersalin tidak lagi merasa nyeri yang sangat

mengganggu, dimana ibu hanya merasakan nyeri yang mengganggu bukan nyeri

yang sangat mengganggu. Karena penggunaan bola persalinan sebagian Latihan

atau terapi bola persalinan yang dilakukan ibu bersalin dengan cara duduk

dengan santai dan bergoyang di atas bola, memeluk bola selama kontraksi

memiliki manfaat membantu ibu dalam mengurangi rasa nyeri saat persalinan.

Penulis juga memberikan asuhan pada Ny. N selama kala I adalah

memberikan asuhan sayang ibu dan memenuhi kebutuhan dasar pada ibu bersalin

seperti menganjurkan ibu untuk eliminasi saat ada rasa ingin buang air kecil,

memberikan asupan cairan, memberikan semangat dan dukungan emosional

kepada ibu dengan cara menenangkan ibu, masase pinggang ibu dan tetap berada

disamping ibu selama proses persalinan. Dalam (Lailiyana, dkk, 2012) aspek 5

benang merah dalam asuhan persalinan normal yang salah satunya yaitu

melakukan asuhan sayang ibu yang dapat mengurangi terjadinya persalinan

dengan vakum, cunam, sectio cesarea (SC) dan persalinan dapat berlangsung

lebih cepat.

Penulis memberikan asuhan dengan memantau kemajuan persalinan, kondisi

ibu dan janin melalui partograf. Menurut teori, waktu pengisian partograf dimulai

dari pembukaan seviks 4 cm sampai 10 cm dan berakhir pada pemantauan kala

IV (Lailiyana, 2012). Adapun tujuan dari pengisian lembar partograf ini adalah

untuk mencatat kemajuan persalinan, memantau, mengevaluasi dan membantu

penolong persalinan dalam menemukan penyulit serta membuat keputusan klinik

(Lailiyana, 2012).

b. Kala II
119

Hasil anamnesa Ny. N mengatakan mengeluh sakitnya semakin kuat dan

ada rasa ingin meneran yang tidak tertahankan lagi. Apabila kepala janin sudah

turun dan masuk rongga panggul, sehingga terjadi tekanan pada otot-otot dasar

panggul secara reflektoris menimbulkan rasa ingin meneran karena tekanan pada

rectum ibu merasa seperti ingin membuang air besar dengan tanda anus membuka

(Rohani, 2017). Pada hasil pemeriksaan tampak tanda-tanda kala II dorongan

ingin meneran, tekanan pada anus, perineum menonjol, vulva membuka, hal ini

sesuai dengan teori yang ada yakni ibu merasa ingin meneran, meningkatnya

tekanan pada rektum dan vagina, perineum terlihat menonjol, vagina dan sfigter

ani membuka dan peningkatan pengeluaran lender dan darah, gejala yang

ditemukan pada Ny. N sesuai dengan yang dikutip oleh (Rohani, 2017). Pada saat

dilakukan pemeriksaan dalam (VT) didapat portio tidak teraba lagi, pembukaan

lengkap (10 cm), ketuban jernih, presentasi belakang kepala, Penurunan kepala

didasar panggul, UUK di depan, Molase tidak teraba tulang kepala yang saling

bersentuhan dan tampak pengeluaran lender bercampur darah yang semakin

banyak.

Asuhan pada kala II Ny. N yaitu memastikan pembukaan lengkap dan kondisi

janin baik, menyiapkan ibu yaitu dengan memimpin ibu untuk meneran ketika ada

his dan istirahat jika his berkurang. Hal ini sesuai menurut teori Prawirohardjo

(2016) yaitu 60 langkah asuhan persalinan normal melihat tanda dan gejala kala

II, memastikan pembukaan lengkap dan janin baik, menyiapkan ibu dan keluarga

untuk membantu proses pimpinan meneran. Menolong melahirkan bayi saat

kepala bayi tampak 5-6 cm didepan vulva bayi Ny. N lahir spontan jenis kelain

laki-laki dengan berat 3.900 gram dengan panjang 52 cm. Asuhan pada Bayi Ny.
120

N dilakukan IMD dan di lakukannya penilaian segera bayu baru lahir yaitu bayi

cukup bulan, bayi menangis kuat, tonus otot baik, warna kulit kemerahan.

Didukung dengan teori yang ada dari Prawirohardjo (2016) inisiasi menyusu dini

atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah

lahir yang merupakan salah satu Evidence for the ten steps to successful

breastfeeding. Pada kasus bayi Ny. N di lakukan IMD selama ± 1 jam dan mulut

bayi dapat melekat ke puting ibu 10-15 menit diawal melakukan IMD.

c. Kala III

Berdasarkan hasil amnanesis didapatkan adanya keluhan mules akibat

kontraksi uterus, hal ini sesuai dengan teori setelah bayi lahir, uterus masih

mengadakan kontraksi yang mengakibatkan penciutan permukaan kavum uteri

tempat implementasi plasenta. Oleh karena tempat implementasi plasenta menjadi

semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah, maka plasenta akan

menekuk, menebal, kemudian dilepaskan dari dinding uterus (Lailiyana dkk,

2012).

Pada pemeriksaan data objektif Ny. N didapatkan hasil plasenta belum

lahir, tali pusat bertambah panjang, adanya semburan darah di vagina ibu.

Mengenai tanda-tanda pelepasan plasenta yaitu uterus berbentuk bundar, uterus

terdorong keatas karena plasenta dilepas ke segmen bawah Rahim, tali pusat

bertambah panjang dan terdapat semburan darah pada vagina (Rohani, 2017).

Penatalaksanaan asuhan pada kala III Ny. N yaitu melakukan Manajemen

Aktif Kala III (MAK) (Prawirohadjo, 2016). Melakukan manajemen aktif kala III

bertujuan untuk mempersingkat waktu kala III, mengurangi jumlah kehilangan

darah, mengurangi kejadian retensio plasenta. Manajemen aktif kala III terdiri dari
121

tiga langkah utama yaitu pemberian suntikan oksitosin untuk merangsang fundus

uteri untuk berkontraksi dengan kuat dan efektif sehingga dapat membantu

pelepasan plasenta dan mengurangi kehilangan darah, melakukan peregangan tali

pusat secara terkendali untuk memastikan bahwa plasenta sudah terlepas, dan

pemijatan atau masase fundus uteri untuk merangsang uterus agar berkontraksi

(Lailiyana dkk, 2012).

Pada kasus Ny. N, pengeluaran plasenta berlangsung selama 8 menit.

Biasanya plasenta akan lepas dalam 5-15 menit setelah bayi lahir dan keluar

secara spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri (Lailiyana, 2012).

d. Kala IV

Setelah plasenta lahir, ibu mengatakan bahwa ia merasa lelah. Keluhan Ny.

N tersebut sesuai dengan teori yang ada menurut Sulistyawati (2013) yakni ibu

yang baru melewati proses persalinan biasanya akan mengatakan merasa lelah

tetapi bahagia atas kelahiran bayinya. Pada kasus. Ny. N, tidak terdapat adanya

laserasi jalan lahir. Persalinan kala IV pada Ny. N dilakukan dengan pemantauan

2 jam post partum. Hal ini dilakukan untuk mencegah dan memantau kondisi ibu

setelah persalinan, dimana dalam keadaan seperti ini akan rawan terjadi

perdarahan postpartum primer yaitu perdarahan yang terjadi pada 24 jam pertama

setelah melahirkan. Adapun pemantauan kala IV ini yaitu pemeriksaan tanda vital,

kontraksi uterus, fundus uteri, kandung kemih, jumlah perdarahan setiap 15 menit

sekali pada 1 jam pertama dan setiap 30 menit pada 1 jam kedua. Untuk suhu

hanya satu kali pada 1 jam pertama dan kedua. Hal ini sesuai dengan teori yang di

kemukakan oleh JNK-PR (2016), bahwa pemantauan kala IV yang harus


122

dilakukan yaitu pemeriksaan TTV, kontraksi, kandung kemih, dan jumlah

perdarahan.

Pada Ny. N IMD berhasil pada menit ke 36. Hal ini sesuai dengan teori yang

menyebutkan bahwa pada menit ke 20 bayi akan merangka kearah payudara dan

menit ke 36 bayi akan mulai menyusu (Fitriani, 2018). Selama pemantauan Ny. N

selama 2 jam tidak ada ditemukan penyulit ataupun masalah dan komplikasi

4.2.3 Asuhan Masa Nifas

Pada program pemerintah pelayanan atau kunjungan kesehatan ibu nifas

yang dilakukan sekurang-kurangnya 3 kali sesuai jadwal yang dianjurkan

(Kemenkes RI, 2015). Penulis melakukan KF pada Ny. N sebanyak 4 kali.

Pada KF 1 yaitu 21 jam postpartum didapatkan hasil anamnesis ibu

mengeluh terasa mules saat menyusui bayinya. Secara fisiologis, setelah

melahirkan ibu akan merasakan mules yang disebabkan oleh kontraksi dan

relaksasi uterus berurutan yang terjadi secara terus menerus.

Penulis memotivasi ibu untuk selalu berkemih, jika dirasa kandung kemih

terasa penuh, karena kandung kemih yang penuh dapat mengganggu kontraksi

uterus. Dengan cara menjelaskan kepada ibu mengenai fisiologi dari mules yang

dirasakan ibu juga merupakan suatu tindakan untuk mengatasi keluhan yang ibu

rasakan, khususnya kecemasan ibu berkurang. Sementara itu pada KF 2 dan KF 3

ibu tidak mengalami keluhan yang berkaitan dengan keadaan yang patologis. Pada

KF 1 yaitu 6 jam postpartum pengeluaran ASI masih berupa colostrum. ASI

matur atau ASI yang sebenarnya akan keluar pada hari ke 10 setelah persalinan

didahului oleh ASI transisi pada hari ke 4 yang disebabkan karena masih

tingginya kadar hormon didalam tubuh ibu.(Nugroho, 2014).


123

Adapun cara memperlancar dan mempercepat pengeluaran ASI tersebut

adalah dengan sering menyusui bayi, karena pada saat menyusui terdapat

rangsangan pada puting susu ibu, dimana akan menstimulasi adenohipofisis untuk

mengeluarkan hormon prolaktin dan secara bersamaan juga merangsang hipofisis

posterior untuk mengeluarkan hormon oksitosin sebagai hormon pengeluaran

ASI. Adanya hormon oksitosin ini akan merangsang duktus-duktus pada aveoli

untuk berkontraksi, sehingga pengeluaran ASI menjadi lancar (Nugroho, 2014).

Asuhan lain yang diberikan adalah pijat oksitosin. Efek fisiologis dari pijat

oksitosin ini adalah merangsang kontraksi otot polos uterus baik pada proses saat

persalinan maupun setelah persalinan. Hal ini dibuktikan melalui penelitian

Mariana pada 2019 bahwa pemberian pijat oksitosin oleh suami dari hari pertama

sampai hari ke 14 pada ibu nifas normal berpengaruh terhadap peningkatan

produksi ASI yang ditunjukkan dari berat badan bayi, frekuensi menyusui,

frekuensi BAB dan BAK bayi. Pemijatan oksitosin oleh suami ini dapat

diterapkan pada ibu dalam masa nifas. Manfaat dari pijat oksitosin ini dapat

dirasakan ibu dengan baik yaitu ASI ibu semakin banyak dan kebutuhan bayi

menjadi terpenuhi. Pada Ny A pijat oksitosin dilakukan sebanyak 5 kali yang

dilakukan oleh suami. Setelah di evaluasi penulis berasumsi bahwa pijat oksitosin

ibu berhasil karna didapatkan nya hasil bahwa ASI ibu keluar lancar dari

sebelumnya.

Selain itu asuhan yang dilakukan pada Ny. N adalah pemberian ASI awal.

Pada kunjungan ini diberikan penkes tentang pemberian ASI secara on demand

dan memberikan penkes mengenai ASI eksklusif dan manfaatnya serta

menganjurkan ibu untuk memberikan ASI eksklusif pada bayinya. ASI ekslusif
124

adalah pemberian ASI kepada bayi tanpa makanan dan minuman pendamping

sejak bayi baru lahir sampai dengan usia 6 bulan Sutanto (2018). Sementara itu,

manfaat dari pemberian ASI eklusif bagi bayi adalah sebagai nutrisi, kekebalan,

meningkatkan kecerdasan bayi, dan dapat meningkatkan jalinan kasih sayang.

Sedangkan manfaat bagi ibu adalah mengurangi perdarahan, menjarangkan

kehamilan dan mengurangi kemungkinan menderita kanker (Walyani, 2016).

Pada Ny. N dilakukan pemeriksaan abdomen dan TFU, selama kunjungan

kontraksi dan TFU ibu dalam batas normal, pada hari ke 7 postpartum TFU ibu

sudah tidak teraba di atas sympisis. Setelah 7 hari post partum TFU pertengahan

pusat-sympisis, dan setelah 14 minggu TFU tidak teraba diatas sympisis dan pada

8 minggu kembali normal seperti sebelum hamil (Sutanto, 2018). Penulis

berasumsi cepatnya penurunan TFU ibu dikarenakan mobilisasi dini yang

dilakukan ibu. Penelitian Prihartini, 2014 menyatakan bahwa dengan memberikan

dan melatih klien melakukan mobilisasi dini untuk menurunkan TFU. Hasil

observasi peneliti didapatkan sebagian besar ibu nifas mengalami penurunan TFU

setelah melakukan mobilisasi dini. Hal ini karena mobilisasi dapat memperlancar

darah ke dalam uterus sehingga kontraksi uterus akan baik dan fundus uteri akan

menjadi keras.

Penilitian Prihartini, 2014 juga menyatakan bahwa mobilisasi dini dapat

langsung dilakukan setelah melahirkan asalkan rasa nyeri dapat ditahan dan

keseimbangan tubuh tidak lagi menjadi gangguan, dengan bergerak masa

pemulihan untuk mencapai level kondisi seperti sebelum melahirkan dapat

dipersingkat. Hal ini akan mencegah kekakuan otot dan sendi sehingga juga

mengurangi nyeri, menjamin kelancaran peredaran darah, memperbaiki


125

pengaturan metabolisme tubuh, mengembalikan kerja fisiologis organ-organ vital

yang pada akhirnya justru akan mempercepat penurunan TFU.

Pemeriksaan anogenetalia ibu ditemukan bahwa jumlah pengeluaran lochea

ibu selama dilakukan kunjungan adalah normal. Begitu juga dengan warna lochea

ibu selama kunjungan didapatkan hasil normal, pada KF 3 lokhea ibu adalah alba.

Susanto (2018) menyebutkan bahwa normalnya pengeluran lochea rubra akan

berlangsung selama 1-3 hari pasca persalinan, lochea sanguilenta akan keluar pada

hari ke 4-7 setelah persalinan, serosa pada hari ke 7-14 dan alba setelah 14 hari

pasca persalinan.

Pada kasus Ny. N, juga diberikan asuhan berbasis farmakologi. Sesuai

dengan standar, Ny. N diberikan vitamin A 200.000 IU sebanyak 2 kapsul dan

tablet Fe sebanyak 30 tablet. Manfaat pemberian vitamin A adalah untuk

memperoleh kualitas ASI sehingga dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh

dan mempercepat proses pemulihan setelah melahirkan. Adapun cara

mengkonsumsinya adalah 1 kapsul diminum setelah persalinan dan 1 kapsul

diminum tidak lebih dari 24 jam setelah meminum kapsul pertama (Kemenkes,

2017). Sementara itu, pemberian tablet fe bertujuan untuk mencegah terjadinya

anemia selama masa nifas, mengingat saat persalinan ibu kehilangan banyak darah

dan cairan. Aturan konsumsi tablet Fe pada masa nifas adalah sama sewaktu masa

hamil, yaitu diminum 1 kali 1 hari.

Pada kasus Ny. N, juga diberikan suplemen pelancar ASI berupa Lactaboost

sebanyak 6 tablet. Kandungan dari lactaboost adalah ekstrak Sauropi Androgynus

Folum atau daun katuk sebanyak 250 mg. Adapun manfaat dari pemberian
126

suplemen pelancar ASI adalah meningkatkan hormon prolaktin sehingga memicu

produksi ASI yang lebih banyak dan meningkatkan kualitas ASI.

Penulis juga melakukan pengkajian EPDS sebagai skrining atau deteksi dini

gangguan psikologis yang dialami ibu dalam bentuk kuisioner dengan 10

pertanyaan. Jika skor dari EPDS diatas dari 13 atau lebih menunjukkan adanya

gejala depresi post partum (Sutanto, 2018). Pada kasus Ny. N, hasil pengkajian

tersebut memiliki skor 3.

Dilihat dari hasil EPDS yang rendah atau tidak terjadi gangguan psikologis

pada ibu selama nifas maka keberhasilan asuhan pada masa nifas tersebut juga

dipengaruhi adanya dukungan dari keluarga ibu. Hal ini dapat dilihat pada saat

masa nifas, adanya dukungan penuh suami dan dukungan parsial dari orang tua

dalam membantu ibu merawat bayi dan pekerjaan rumah. Dengan adanya

dukungan dari keluarga ini sangat mempengaruhi kesehatan ibu, sehingga ibu

dapat fokus pada kesehatan dan pemulihan dirinya selama masa nifas.

4.2.4 Asuhan Neonatus

Pada bayi baru lahir dilakukan pemeriksaan fisik setelah IMD dan pada

By.Ny. N tidak didapatkan hasil yang abnormal, pada penimbangan berat badan,

berat badan By.Ny. N 3900 gram, setelah itu bayi diberikan vitamin K di paha kiri

dan setelah 1 jam pemberian vitamin K, Hb0 diberikan pada paha kanan.

Pada 21 jam pertama, pada kunjungan ini dilakukan pemeriksaan fisik,

bayi dibedong dan diberi topi untuk menjaga kehangatan tubuh, bayi sudah BAB

dan BAK, bayi sudah dimandikan dan melakukan perawatan tali pusat, hal ini

telah sesuai dengan teori menurut Yongki (2012) untuk mencegah hipotermi, bayi

tidak langsung dimandikan, bayi dimandikan minimal 6 jam setelah bayi lahir.
127

Selama dilakukan kunjungan neonatal, keadaan umum bayi baik dan tanda

tanda vital bayi dalam batas normal. Menurut teori (Prawirohardjo, 2016)

mengatakan bahwa pada minggu pertama kehidupan berat badan bayi akan

mengalami penurunan sekitar 5-10%. Pada hari ke 3 didapati penurnan berat

badan bayi Ny.N 1 ons. Pada hari ke 21 dilakukan penimbangan berat badan bayi.

Hasil penimbangan BB bayi adalah 4.300 gram. Artinya ada peningkatan berat

badan sebesar 100 gram. Normalnya akan terjadi penambahan BB neonatal dalam

usia 1 bulan adalah 700-800 gr dari berat lahir.

Penulis berasumsi adanya peningkatan berat badan bayi ini disebabkan

oleh pijat bayi yang dilakukan pada bayi. Pijat bayi memilik manfaat berupa

relaksasi pada otot-otot bayi, dapat membersihkan kulit bayi dan mengangkat

selsel kulit mati, pertumbuhan dan perkembangan bayi yang sehat, dapat sabagai

penenang dan penghilang rasa sakit pada bayi dan dapat membantu meningkatkan

berat badan bayi. Pijat bayi juga akan merangsang peningkatan aktivitas nervus

vagus yang akan menyebabkan penyerapan lebih baik pada sistem pencernaan

sehingga bayi akan lebih cepat lapar dan ASI akan lebih banyak diproduksi.

Selain pijat bayi, faktor yang mempengaruhi meningkatnya berat bayi Ny.

N adalah frekuensi durasi dan cara ibu menyusui. Penelitian yang dilakukan

Luize, 2015 yaitu Hubungan Teknik, Frekuensi, Durasi Menyusui. Menyatakan

bahwa bayi yang mempunyai frekuensi menyusui yang baik kemungkinan

mengalami 1,607 kali peningkatan berat badan bayi usia 1-6 bulan. Serta ada

hubungan antara teknik menyusui dan berat badan bayi 1-6 bulan. Teknik

meyusui memang penting dalam proses menyusui. Jika teknik menyusui yang
128

dilakukan baik maka akan mengurangi ketidaknyamanan dalam menyusui

sehingga ibu menyusui dapat terus memberikan ASI kepada bayinya.

WHO pada tahun 2011 yang menyatakan durasi menyusui penting untuk

pertumbuhan bayi agar bayi mendapatkan gizi yang sempurna pada ASI yang

terdapat dalam forcemilk (ASI awal) dan hindmilk (ASI ahir). Asuhan lainnya

yang diberikan bidan yang diberikan penulis adalah pemberian ASI eklusif pada

bayi. Selama melakukan asuhan pada By.Ny. N, bayi diberikan ASI saja dan ASI

Ekslusif masih diberikan hingga saat ini. Penulis berasusmsi adanya keberhasilan

pemberian ASI eklusif ini ada keterkaitan pelayanan antenatal care (ANC) atau

kunjungan kehamilan, IMD, adanya pendampingan dari Bidan dan adanya

dukungan dari keluarga.

Selama pelayanan Antenatal Care (ANC) Ny. N melakukan kunjungan

hamil di fasilitas pelayanan kesehatan yang sehingga ia mendapatkan informasi

mengenai ASI eksklusif, khususnya penulis sudah memberikan asuhan pemberian

ASI eksklusif pada bayi saat hamil, sehingga Ny. N mengetahui manfaat jika bayi

diberikan ASI eklusif. Saat persalinan, pada By.Ny. N juga dilakukan IMD. Salah

satu manfaat dari IMD adalah meningkatkan keberhasilan ASI ekslusif (Fitriana,

2018). Adanya pendampingan Bidan dan dukungan keluarga yang selalu

memotivasi ibu untuk terus memberikan ASI saja pada By.Ny. N hingga tercapai

ASI eksklusif.

Selain itu, penulis juga memberikan pendidikan kesehatan mengenai

imunisasi lengkap dari bayi hingga balita, manfaat dan waktu pemberian

imunisasi. Adapun manfaat imunisasi ini adalah agar melindungi dan mencegah

balita dari penyakit-penyakit seperti, TBC, Polio, Difteri, Batuk Rejan (Pertusis),
129

tetanus, Hepatitis-B, meningitis, campak dan rubella. Penulis memberitahu ibu

imunisasi awal pada bayi yaitu: Hb0, BCG, Polio, DPT HB HIB, campak rubela

(MR) pada usia 9 bulan dan Pentabio lanjutan pada umur 18 bulan serta campak

lanjutan pada umur 18 bulan (IDAI, 2017). Sementara itu, Pemantauan tumbuh

kembang anak dan menganjurkan ibu untuk memantau pertumbuhan dan

perkembangan bayi dengan media buku KIA.

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Setelah dilakukan asuhan kebidanan secara Continuity Of Midwifery Care

pada Ny. N mulai dari masa hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir dan KB

maka dapat disimpulkan:

a. Kehamian Ny. N G5P3A1H3 berlangsung normal. Asuhan kehamilan

yang diberikan pada masalah fisiologis seperti nyeri pada pinggang dapat

diatasi dengan baik. Keluhan dapat diatasi setelah diberikan intervensi

asuhan untuk mengatasi keluhan dan pendidikan kesehatan. Kehamilan Ny.

N dapat dilalui dengan baik.

b. Asuhan persalinan yang diberikan pada Ny. N berupa intervensi asuhan

duduk dibola persalinan (birthing ball) dan massase punggung dan ibu

merasa nyeri persalinan pada kala I berkurang. Persalinan berlangsung

secara Asuhan Persalinan Normal (APN).

c. Asuhan nifas yang diberikan pada Ny. N P 4A0H4 berlangsung dengan

normal. Asuhan nifas yang diberikan pada masalah fisiologis seperti asi
130

belum lancar dapat diatasi dengan memberikan asuhan berupa pendidikan

kesehatan mengenai pijat oksitosin, menganjurkan ibu untuk istirahat cukup

dan perawatan payudara pada ibu yang berhasil merangsang pengeluaran

ASI dengan baik dan ibu menjadi akseptor KB IUD/AKDR.

d. Asuhan Neonatus pada bayi Ny. N diberikan asuhan pijat bayi yang

membantu tidur bayi lebih lelap dan bayi mengalami peningkatan berat

badan sebesar 18,75% dari berat lahirnya. Ibu memberikan bayinya ASI

eksklusif dan berkeinginan untuk tetap memberikan ASI eksklusif sampai

2 tahun.

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Lahan Praktik

Tenaga kesehatan khususnya bidan, hendaknya dapat mempertahankan

pelayanan yang komprehensif dan berkesinambungan sesuai dengan standar

pelayanan kebidanan dimulai dari masa kehamilan, persalinan, bayi baru

lahir dan nifas termasuk didalamnya keluarga berencana.

5.2.2 Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas bahan yang dapat

dijadikan referensi untuk pengembangan materi yang telah diberikan baik

dalam proses perkuliahan maupun praktik lapangan.


131

DAFTAR PUSTAKA

Andini, Rahmadila. 2020. Asuhan Kebidanan Nifas Terhadap Ny. N


dengan Bendungan ASI di PMB Eka Santi Prabekti Trimurjo
Lampung Tengah. Laporan Tugas Akhir, Program Studi D III
Kebidanan Metro, Lampung : Widagdo

Anggraini, Yetti. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta:


Pustaka Rihama

Asih, Yusari dan Risneni. 2016. Buku Ajar Dokumentasi Kebidanan.


Jakarta: CV. Trans Info Media

Astutik, Yuli Reni. 2019. Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui.
Jakarta Timur: CV. TRANS INFO MEDIA

Indriyanti dan Mukharomatul Isnaini. 2020. Hubungan Pekerjaan,


Kecukupan ASI dan Paparan Susu Formula dengan Pemberian ASI
Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Sumber Sari Bantul Metro
Selatan. http://repository.poltekkes-tjk.ac.id/1328/ (diakses 02
Desember 2020).

Kementerian Kesehatan RI. 2020. Pedoman Bagi Ibu Hamil, Ibu Nifas dan
Bayi Baru Lahir. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI

Kiswari. 2021. Register Persalinan

Kutsi, Santika Nurul. 2020. Penatalaksanaan Pada Ibu Nifas Hari ke 2-3
yang Mengalami Bendungan ASI di BPM Zainul Milah Desa Batu
Bintang Kab. Pamekasan. STIkes Ngudia Husada Madura

Maryunani, Anik. 2015. Inisiasi Menyusu Dini ASI Eksklusif dan


Manajemen Laktasi. Jakarta : TIM

Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Buku Panduan Praktis Pelayanan


Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta: Penerbit PT Bina
Pustaka

Runjani dan Syahmar Umar (ed). 2018. Kebidanan : Teori dan Asuhan.
Vol.2. Jakarta : Buku Kedokteran EGC

Safitri. 2020. Apakah Ada Perbedaan Efektivitas Antara Kombinasi Breast


Care dengan Kompres Aloevera dan Breast Care dengan Kompres
132

Daun Kol Terhadap Bendungan ASI Pada Ibu Post Partum di


Wilayah Puskesmas Yosomulyo Tahun 2020.
http:repository.poltekkes-tjk.ac.id/1326/5/BABI.pendahuluan
(diakses 2020)

Salamah, Umi. 2019. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kegagalan


Ibu dalam Pemberian ASI Eksklusif. http://ejurnalmalahayati.ac.id

Ulfaini. 2020. Asuhan Kebidanan dengan Retensio Urine Pada Ny. A di


BPM Hj. Neli Kusriyanti Lampung Utara. Laporan Tugas Akhir,
Program Studi D III Kebidanan Metro, Lampung: Widagdo

Wahyuningsih, Sri. 2019. Asuhan Keperawatan Post Partum. Deepublish


Publisher: CV BUDI UTAMA

Walyani, Siwi Elisabeth dan Endamg Purwoastuti. 2017. Asuhan


Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui. Yogyakarta:
PUSTAKABARUPRESS

Yuliana, Wahida dan Bawon Nul Hakim. 2020. Emodemo Dalam Asuhan
Kebidanan Masa Nifas. Sulawesi Selatan: Yayasan Ahmar Cendikia
Indonesia
133

LAMPIRAN

K1 (Kunjungan 1)

26/01/2023
134

K2 (Kunjungan 2)

01/02/2023

Kolaborasi dengan Dr.Obgyn untuk melakukan Ultrasonografi (USG)

06/02/2023
135

K3 (Kunjungan 3)

06/02/2023

Anda mungkin juga menyukai