Anda di halaman 1dari 240

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA KLIEN ANAK


DENGAN STUNTING DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS LAMARU TAHUN 2023

OLEH

NIKEN AYU WULANDARI


NIM. P07220120088

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN


JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D-III KEPERAWATAN
SAMARINDA
2023
KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA KLIEN ANAK


DENGAN STUNTING DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS LAMARU TAHUN 2023

Untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan (Amd.Kep)


Pada Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur

OLEH

NIKEN AYU WULANDARI


NIM. P07220120088

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN

JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D-III KEPERAWATAN

SAMARINDA

2023

i
ii
iii
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Data Diri

1. Nama : Niken Ayu Wulandari

2. Jenis Kelamin : Perempuan

3. Tempat, Tanggal Lahir : Balikpapan, 25 Juni 2002

4. Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia

5. Agama : Islam

6. Alamat : Jl. Rawamangun Indah RT 10 NO 100

Lamaru

7. Email : nikenayu250602@gmail.com

B. Riwayat Pendidikan

1. Tk Kartika V-6 Tahun 2007-2008

2. SD Negeri 015 Balikpapan Timur tahun 2008-2014

3. SMP Negeri 8 Balikpapan Timur Tahun 2015-2017

4. SMA Negeri 7 Balikpapan Timur Tahun 2017-2020

5. Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur Tahun 2020-Sekarang

v
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim. Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah

Subhanahu wa ta’ala karena berkat rahmat serta hidayah-Nya sehingga saya dapat

menyelesaikan tugas akhir kuliah saya yaitu penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTI)

yang berjudul “Asuhan Keperawatan Keluarga pada Klien Anak dengan Stunting

di Wilayah Kerja Puskesmas Lamaru Tahun 2023 “ tepat pada waktunya.

Pada proses penyusunan KTI ini peneliti banyak mengalami kesulitan serta

hambatan akan tetapi semuanya bisa saya lalui berkat bantuan dari berbagai pihak.

Dalam penyusunan KTI ini peneliti telah mendapatkan bantuan, motivasi dan

bimbingan dari berbagai pihak baik materi maupun moral. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Dr. M H. Supriadi B, S.Kp.,M.Kep, selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur.

2. Drg. Rudi Raharjo, selaku Kepala Pimpinan Puskesmas Lamaru.

3. Hj. Umi Kalsium, S.Pd.,M.Kes, selaku Ketua Jurusan Politeknik Kesehatan

Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur.

4. Ns. Andi Lis Aming G, M.Kep, selaku Ketua Prodi D-III Politeknik Kesehatan

Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur.

5. Ns. Grace Carol Sipasulta, M.Kep.,Sp.Kep.Mat, selaku Penanggung Jawab Prodi

D-III Keperawatan Kelas B Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan

Kalimantan Timur sekaligus penguji utama.

vi
6. Ns. Rus Andraini, A.Kp.,MPH selaku Pembimbing Utama dalam menyelesaikan

KTI

7. Ns. Siti Nuryanti, S.Kep.,M.Pd selaku Pembimbing Pendamping dalam

menyelesaikan KTI.

8. Para dosen dan seluruh staf Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian

Kesehatan Kalimantan Timur yang telah membimbing dan mendidik penulis

dalam masa pendidikan di kampus.

9. Kepada kedua orang tua saya yaitu ayahanda Moch. Mudjib, Ibunda saya

Sumarmi. S serta kakak saya atas semua doa dan dukungan yang tiada henti

diberikan kepada saya untuk menyelesaikan KTI ini.

10. Teman – teman angkatan ke-9 Prodi D-III Keperawatan Kelas B yang selalu

mendukung dalam penyusunan KTI ini.

Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu perlu

masukan, saran dan kritik sangat membangun yang diharapkan guna

kesempurnaan KTI ini.

Samarinda, 14 Juni 2023

Penulis

vii
ABSTRAK

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA KLIEN ANAK DENGAN


STUNTING DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LAMARU
TAHUN 2023

Pendahuluan: Stunting adalah masalah kurang gizi kronis akibat dari kurangnya
asupan gizi dalam waktu yang cukup lama sehingga mengakibatkan gangguan
pertumbuhan pada anak, data dari Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022
menunjukkan prevalensi balita untuk kota Balikpapan pada tahun 2021–2022
mengalami kenaikan sebesar dari 17,6% menjadi 19,6%. Studi kasus ini bertujuan
untuk mempelajari dan memahami asuhan keperawatan keluarga pada klien anak
dengan stunting.

Metode: Metode digunakan studi kasus dengan pendekatan asuhan keperawatan


keluarga dengan 2 klien di wilayah kerja Puskesmas Lamaru sesuai kriteria inklusi
keluarga memiliki anak berusia 0-2 tahun mengalami masalah stunting.
Pengumpulan data menggunakan format asuhan keperawatan keluarga meliputi
Pengkajian, Diagnosa, Intervensi, Implementasi, dan Evaluasi Keperawatan.

Hasil dan pembahasan: Berdasarkan hasil pengkajian kedua klien diperoleh


diagnosa keperawatan berdasarkan masalah yang ditemukan yaitu gangguan
tumbuh kembang, risiko gangguan integritas kulit/jaringan, deficit pengetahuan dan
kesiapan peningkatan pengetahuan. Perencanaan dan pelaksanaan dilakukan sesuai
dengan kebutuhan klien. Evaluasi kedua klien semua teratasi pada hari ke-4.

Kesimpulan dan saran: Keberhasilan perawatan anak dengan stunting bergantung


pada peran serta keluarga dalam merawat dan memelihara kesehatan untuk
membantu pemulihan dan pencegahan masalah stunting. Saran bagi perkembangan
ilmu keperawatan dapat menambah ilmu pengetahuan khususnya pelaksanaan
asuhan keperawatan keluarga.

Kata Kunci: Stunting, Asuhan Keperawatan Keluarga

viii
ABSTRACT

FAMILY NURSING CARE FOR CHILDREN WITH STUNTING CLIENTS


IN THE LAMARU PUSKESMAS WORK AREA
YEAR 2023

Introduction: Stunting is a chronic malnutrition problem due to lack of nutritional


intake for a long time resulting in growth disorders in children, data from the
Indonesian Nutrition Status Study (SSGI) in 2022 shows that the prevalence of
under-fives for Balikpapan city in 2021-2022 has increased from 17.6% to 19.6%.
This case study aims to study and understand family nursing care for a pediatric
client with stunting.

Methods: The method used is case study with family nursing care approach with 2
clients in the working area of Puskesmas Lamaru according to the inclusion criteria
of families having children aged 0-2 years experiencing stunting problems. Data
collection using family nursing care formats includes Assessment, Diagnosis,
Intervention, Implementation, and Nursing Evaluation.

Results and discussion: Based on the results of the assessment of the two clients,
nursing diagnoses were obtained based on the problems found, namely growth and
development disorders, risk of skin / tissue integrity disorders, knowledge deficits
and readiness to increase knowledge. Planning and implementation are carried out
according to client needs. Evaluation of both clients all resolved on day 4.

Conclusions and suggestions: The success of caring for children with stunting
depends on family participation in caring for and maintaining health to help recover
and prevent stunting problems. Suggestions for the development of nursing science
can increase knowledge, especially the implementation of family nursing care.

Keywords: Stunting, Family Nursing Care

ix
DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN ...............................................................................................

SAMPUL DALAM ............................................................................................. i

SURAT PERNYATAAN .................................................................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................... v

KATA PENGANTAR......................................................................................... vi

ABSTRAK ........................................................................................................... viii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR........................................................................................... xv

DAFTAR BAGAN .............................................................................................. xvi

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1

B. Rumusan Masalah............................................................................ 5

C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 5

1. Tujuan Umum .............................................................................. 5

2. Tujuan Khusus ............................................................................. 5

D. Manfaat penelitian ........................................................................... 6

1. Bagi Peneliti ................................................................................ 6

x
2. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan ...................................... 6

3. Bagi Institusi dan Rumah Sakit ................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 8

A. Konsep Medis Stunting ................................................................... 8

1. Definisi ........................................................................................ 8

2. Klasifikasi .................................................................................... 8

3. Etiologi ........................................................................................ 11

4. Manifestasi Klinis ........................................................................ 14

5. Patofisiologi ................................................................................. 14

6. Dampak ........................................................................................ 15

7. Penatalaksanaan ........................................................................... 16

8. Pemeriksaan Penunjang ............................................................... 17

9. Pathway ....................................................................................... 18

B. Konsep Keperawatan Anak ............................................................. 19

1. Pertumbuhan dan Perkembangan ................................................ 19

2. Paradigma Keperawatan Anak .................................................... 21

3. Prinsip Keperawatan Anak .......................................................... 24

4. Peran Perawat Anak..................................................................... 26

C. Konsep Keperawatan Keluarga ....................................................... 29

1. Definisi ........................................................................................ 29

2. Ciri – Ciri Keluarga ..................................................................... 30

3. Tipe Keluarga .............................................................................. 30

4. Fungsi Keluarga........................................................................... 33

xi
5. Struktur Keluarga ........................................................................ 35

6. Tujuan Keperawatan Keluarga .................................................... 36

7. Sasaran pelayanan Keperawatan Keluarga .................................. 37

8. Ruang Lingkup Pelayanan Keperawatan Keluarga ..................... 38

9. Pendekatan Dalam Keperawatan Keluarga ................................. 39

10. Peran Perawat Keluarga............................................................. 41

D. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Klien Anak Stunting ............... 45

1. Pengkajian Keperawatan Keluarga .............................................. 45

2. Diagnosa Keperawatan ................................................................ 51

3. Menentukan Prioritas Masalah .................................................... 53

4. Intervensi Keperawatan ............................................................... 54

5. Implementasi Keperawatan ......................................................... 58

6. Evaluasi Keperawatan ................................................................. 60

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 62

A. Pendekatan/Desain Penelitian ......................................................... 62

B. Subyek Penelitian ............................................................................ 62

C. Definisi Operasional ........................................................................ 63

D. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 64

E. Prosedur Penelitian .......................................................................... 64

F. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data ...................................... 65

G. Keabsahan Data ............................................................................... 66

H. Analisa Data .................................................................................... 66

xii
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian................................................................................ 68

1. Gambaran Lokasi Penelitian........................................................ 68

2. Data Asuhan Keperawatan .......................................................... 68

B. Pembahasan ..................................................................................... 113

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 123

A. Kesimpulan ...................................................................................... 123

B. Saran ................................................................................................ 124

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 126

LAMPIRAN – LAMPIRAN

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kategori dan Ambang Status Gizi Anak ................................................... 10

Tabel 2.2 Skoring Masalah ........................................................................................ 53

Tabel 2.3 Intervensi Keperawatan pada anak Stunting .............................................. 55

Tabel 4.1 Hasil Anamnesa keluarga klien 1 dan 2 dengan stunting di wilayah Kerja
Puskesmas Lamaru Tahun 2023 ................................................................................ 69

Tabel 4.2 Hasil pemeriksaan fisik klien 1 dan 2 dengan stunting di wilayah Kerja
Puskesmas Lamaru Tahun 2023..................................................................................... 75

Tabel 4.3 Analisa data klien 1 dan klien 2 dengan stunting di wilayah Kerja Puskesmas
Lamaru Tahun 2023...................................................................................................... 77

Tabel 4.4 Skoring masalah keperawatan keluarga 1 dengan stunting di wilayah Kerja
Puskesmas Lamaru Tahun 2023..................................................................................... 80

Tabe 4.5 Skoring masalah keperawatan keluarga 2 dengan stunting di wilayah Kerja
Puskesmas Lamaru Tahun 2023..................................................................................... 82

Tabel 4.6 Priorotas masalah keluarga 1 dan 2 dengan stunting di wilayah Kerja
Puskesmas Lamaru Tahun 2023..................................................................................... 84

Tabel 4.7 Intervensi keperawatan keluarga 1 dengan stunting di wilayah Kerja


Puskesmas Lamaru Tahun 2023..................................................................................... 85

Tabel 4.8 Intervensi keperawatan keluarga 2 dengan stunting di wilayah Kerja


Puskesmas Lamaru Tahun 2023..................................................................................... 89

Tabel 4.9 Implementasi keperawatan keluarga 1 dan keluarga 2 dengan stunting di


wilayah Kerja Puskesmas Lamaru Tahun 2023 ............................................................... 93

Tabel 4.10 Evaluasi keperawatan keluarga 1 dan 2 dengan stunting di wilayah Kerja
Puskesmas Lamaru Tahun 2023...................................................................................105

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Paradigma Keperawatan Anak ............................................................... 21

Gambar 2.2 Pendekatan dalam Keperawatan Keluarga............................................. 41

xv
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Pathway stunting....................................................................................... 18

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Lembar konsultasi

Lampiran II Inform Consent

Lampiran III Laporan Pendahuluan Klien 1 dan 2

Lampiran IV Satuan Acara Penyuluhan Klien 1 dan 2

Lampiran V Dokumentasi Kegiatan Klien 1 dan 2

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masa balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh kembang

manusia. Masa tumbuh kembang di usia ini merupakan masa yang berlangsung

cepat dan tidak akan pernah terulang kembali, karena itu sering disebut golden

age atau masa keemasan (Satria, et al., 2022). Usia balita ialah usia 0-59 bulan

pada usia ini balita membutuhkan asupan gizi yang baik karena status gizi yang

terpenuhi akan membuat zat-zat gizi yang dibutuhkan tubuh/jaringan bisa

berfungsi, tumbuh, dan berkembang dengan baik. Gizi merupakan bagian yang

sangat dibutuhkan dalam pertumbuhan dan perkembangan balita. Jika tidak

terpenuhi dengan baik salah satu permasalah yang seringkali terjadi pada balita

yaitu stunting (Anggaraeningsih & Yulianti, 2022).

Stunting menurut World Health Organization (WHO) (2014) merupakan

suatu gangguan pertumbuhan yang irreversible dan sebagian besar dipengaruhi

oleh asupan nutrisi yang tidak adekuat dan infeksi berulang selama 1000 hari

pertama kehidupan (270 hari selama kehamilan dan 730 hari dari lahir sampai

berusia 2 tahun). Stunting adalah masalah kurang gizi kronis akibat dari

kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama sehingga mengakibatkan

gangguan pertumbuhan pada anak. Seorang anak dianggap stunting jika

mengalami tinggi badan mereka lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar

usianya.

1
2

Kekurangan gizi kronis terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada

masa awal setelah bayi lahir tetapi, kondisi stunting baru terlihat pada usia 2

tahun. Balita pendek (stunted) dan sangat pendek (severely stunted), yaitu

(PB/U) atau (TB/U) pada balita menurut umurnya dibandingkan dengan standar

baku WHO – Multicentre Growth Reference Study (MGRS). Selain itu, menurut

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) stunting ialah anak balita dengan nilai z –

score kurang dari -2SD/standar deviasi (stunted) dan kurang dari –3SD (severely

stunted) (TNP2K, 2017).

Berdasarkan data prevalensi balita stunting yang dikumpulkan oleh

WHO, pada tahun 2020 sebanyak 22% atau sekitar 149.200.000 balita di dunia

mengalami kejadian stunting. Indonesia termasuk ke dalam negara keenam di

wilayah South - East Asia setelah Bhutan, Timor Leste, Maldives, Bangladesh

dan India, yaitu sebesar 36,4% (Oktia, et al., 2020).

Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022 telah mengumpulkan data

dari 34 provinsi dan 486 kabupaten/kota prevalensi balita stunting sebesar

21,46%. Prevalensi balita stunting berdasarkan provinsi yang memiliki angka

kejadian balita stunting tertinggi ialah provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar

35,3%. Prevalensi balita stunting berdasarkan kabupaten/kota di provinsi

Kalimantan Timur yang tertinggi terdapat di Kabupaten Kutai Kartanegara, yaitu

sebesar 27,1% dan prevalensi balita stunting untuk kota Balikpapan pada tahun

2021 – 2022 mengalami kenaikan sebesar 2%, dari 17,6% menjadi 19,6%.

Stunting dapat disebabkan oleh faktor ibu, anak dan lingkungan. Faktor

ibu meliputi usia saat ibu hamil, lingkar lengan ibu saat hamil, tinggi ibu,
3

pemberian ASI dan MPASI, inisiasi menyusui dini (IMD), kualitas makanan.

Faktor anak meliputi riwayat Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ataupun

prematur, adanya riwayat penyakit neonatal, riwayat diare yang berulang,

riwayat penyakit menular, anak tidak mendapatkan imunisasi. Faktor lingkungan

dengan status sosial ekonomi yang rendah, sanitasi lingkungan keluarga tidak

baik dan kurangnya pendidikan keluarga terutama ibu (Oktia, 2020).

Pengetahuan ibu balita dapat berpengaruh dalam kejadian stunting pada balita.

Jika, pengetahuan ibu rendah dapat meningkatkan risiko stunting pada balita

(Sari, et al., 2020).

Dampak yang ditimbulkan oleh stunting yaitu, dampak jangka pendek

dan dampak jangka panjang. Dampak jangka pendek stunting ialah:

terganggunya perkembangan otak, gangguan pertumbuhan fisik, dan terjadinya

gangguan metabolisme dalam tubuh. Sedangkan dampak jangka panjang yang

ditimbulkan stunting ialah: menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi

belajar, menurunya kekebalan tubuh sehingga mudah sakit, beresiko tinggi

munculnya penyakit diabetes, kegemukan, penyakit jantung dan pembuluh

darah, stroke, dan disabilitas pada usia tua (Sandjojo, 2017).

Upaya pencegahan dan penanggulangan masalah stunting sangat

diperlukan agar tidak terus berlanjut dalam siklus kehidupan. Dibutuhkan

rumusan kebijakan untuk pencegahan dan penanggulangan masalah balita

stunting Pemerintah mengeluarkan kebijakan Peraturan Presiden No, 42 tahun

2013 tentang gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi (GERNAS PPG) yang

termaktub dalam RPJMN 2015-2019 yang merupakan upaya bersama antara


4

pemerintah dan masyarakat melalui penggalangan partisipasi dan kepedulian

pemangku kepentingan secara terencana dan terkoordinasi untuk percepatan

perbaikan gizi masyarakat dengan prioritas pada Seribu Hari Pertama Kehidupan

(Kemenkes RI, 2018). Upaya yang telah dilakukan di Puskesmas Lamaru yaitu

memberikan makanan tambahan gizi seimbang pada balita stunting.

Peran dukungan keluarga yang dilakukan dengan baik akan membantu

mencegah terjadinya stunting pada balita dimana dengan bertambahnya

pengetahuan keluarga tentang pentingnya 1000 HPK diharapkan muncul

kesadaran pada ibu dan keluarga akan pentingnya pemberian gizi dan

pengawasan tumbuh kembang anak, sehingga dapat mencegah terjadinya

stunting (Maulid, et al., 2018).

Peran perawat yang dapat dilakukan dalam pencegahan stunting ialah

dengan memberi asuhan keperawatan, meneliti, mengedukasi atau penyuluhan

dan konsultasi masyarakat terkait delapan 8 pilar Sanitasi Total Berbasis

Masyarakat (STBM) - Stunting diantaranya untuk berhenti buang air besar

sembarangan, cuci tangan pakai sabun, mengelola air minum dan makanan

rumah tangga, mengamankan sampah rumah tangga, mengamankan limbah cair

rumah tangga, melakukan edukasi gizi ibu dan balita, pendidikan pemberian

makan bayi dan anak dan pemantauan pertumbuhan anak (Fildzah, et al., 2020).

Salah satu upaya pencegahan stunting pada balita dapat dilakukan dengan cara

meningkatkan wawasan pengetahuan ibu tentang stunting pada balita melalui

penyuluhan (Ruswati, et al., 2021). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh


5

Kirana et al (2022) penyuluhan dapat dilakukan dengan media Power Point

(PPT) dan leaflet.

Hasil studi lapangan dengan analis gizi Puskesmas Lamaru didapatkan

data akhir balita stunting di Puskesmas Lamaru pada tahun 2021 mengalami

kenaikan sebanyak 55 kasus balita stunting dari sebelumnya 48 kasus balita

stunting.

Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka penulis tertarik

melakukan studi kasus “Asuhan Keperawatan Keluarga pada Klien Anak dengan

Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Lamaru Tahun 2023”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah diatas maka rumusan

masalah ini adalah “Bagaimana pemberian Asuhan Keperawatan Keluarga pada

Klien Anak Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Lamaru Tahun 2023?”

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penulisan ini yaitu untuk mengetahui gambaran

Asuhan Keperawatan Keluarga pada Klien Anak Stunting di Wilayah Kerja

Puskesmas Lamaru Tahun 2023.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian Asuhan Keperawatan Keluarga pada Klien


6

Anak Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Lamaru Tahun 2023.

b. Menegakkan diagnosa keperawatan Keluarga pada Klien Anak

Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Lamaru Tahun 2023.

c. Menyusun perencanaan keperawatan Keluarga pada Klien Anak

Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Lamaru Tahun 2023.

d. Melaksanakan intervensi keperawatan Keluarga pada Klien Anak

Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Lamaru Tahun 2023.

e. Mengevaluasi Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Klien Anak

Stunting Di Wilayah Kerja Puskesmas Lamaru Tahun 2023.

D. Manfaat penelitian

Pada penelitian ini, diharapkan memberikan manfaat bagi:

1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan yang kuat

dan menambah wawasan untuk peneliti berikutnya, khususnya yang

menyangkut topik asuhan keperawatan keluarga dengan masalah anak

dengan stunting.

2. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperbaharui ilmu

keperawatan, dan sebagai masukkan dalam meningkatkan pelayanan

kesehatan dengan asuhan keperawatan pada klien anak dengan stunting.

serta dapat dijadikan dokumentasi ilmiah untuk merangsang minat

penelitian selanjutnya.
7

3. Bagi Institusi dan Rumah sakit

Hasil penulisan KTI ini diharapkan dapat memberi kontribusi dalam

pengembangan ilmu keperawatan khususnya dalam bidang keperawatan anak

dengan stunting.
8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Medis Stunting

1. Definisi Stunting

Kejadian balita pendek atau sering disebut stunting merupakan

kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi badan yang kurang jika

dibandingkan dengan umur. Kondisi ini diukur dengan panjang atau tinggi

badan yang lebih kurang dari minus dua standar deviasi median standar

pertumbuhan anak dari WHO (Dewi & Primadewi, 2021).

Stunting merupakan bentuk kegagalan pertumbuhan (growth

faltering) akibat akumulasi ketidakcukupan nutrisi yang berlangsung lama

mulai dari kehamilan sampai usia 24 bulan. Keadaan ini diperparah dengan

tidak terimbanginya kejar tumbuh (catch up growth) yang memadai. Balita

pendek (Stunting) adalah status gizi yang didasarkan pada indeks PB/U atau

TB/U dimana dalam standar antropometri penilaian status gizi anak, hasil

pengukuran terberat berada pada ambang batas (Z-Score) < -2 SD sampai

dengan -3 SD (pendek/stunted) dan < -3 SD (sangat pendek/ severely

stunted) (Kemenkes RI, 2022).

2. Klasifikasi

Stunting diukur sebagai status gizi dengan memperhatikan tinggi atau

Panjang badan, umur, dan jenis kelamin balita lalu dibandingkan dengan
9

standar dan hasilnya di bawah normal. Secara fisik balita akan lebih pendek

dibandingkan balita seumurannya (Kemenkes RI, 2022).

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2

Tahun 2020 tentang Standar Antropometri Anak yang didasarkan parameter

berat badan dan panjang/ tinggi badan terdiri atas 4 (empat) indeks, meliputi:

a. Indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U)

Indeks BB/U ini menggambarkan berat badan relatif dibandingkan

dengan umur anak. Indeks ini digunakan untuk menilai anak dengan

berat badan kurang (underweight), atau sangat kurang (severely

underweight), tetapi tidak dapat digunakan untuk mengklasifikasikam

anak gemuk atau sangat gemuk. Penting diketahui bahwa seorang anak

dengan BB/U rendah, kemungkinan mengalami masalah pertumbuhan,

sehingga perlu dikonfirmasi dengan indeks BB/PB atau BB/TB atau

IMT/U sebelum diintervensi.

b. Indeks Panjang Badan menurut Umur atau Tinggi Badan menurut Umur

(PB/U atau TB/U)

Indeks PB/U atau TB/U menggambarkan pertumbuhan panjang atau

tinggi badan anak berdasarkan umurnya. Indeks ini dapat

mengidentifikasi anak- anak yang pendek (stunted) atau sangat pendek

(severely stunted), yang disebabkan oleh gizi kurang dalam waktu lama

atau sering sakit.

c. Indeks Berat Badan menurut Panjang Badan/Tinggi Badan (BB/PB atau

BB/TB)
10

BB/PB atau BB/TB ini menggambarkan apakah berat badan anak sesuai

terhadap pertumbuhan Panjang/tinggi badannya. Indeks ini dapat

digunakan untuk mengidentifikasi anak gizi kurang (wasted), gizi buruk

(severely wasted) serta anak yang memiliki risiko gizi lebih (possible risk

of overweight). Kondisi gizi buruk biasanya disebabkan oleh penyakit

dan kekurangan asupan gizi yang baru saja terjadi (akut) maupun yang

telah lama terjadi (kronis).

d. Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U)

Indeks IMT/U digunakan untuk menentukan kategori gizi buruk, gizi

kurang, gizi baik, berisiko gizi lebih, gizi lebih dan obesitas. Grafik

IMT/U dan grafik BB/PB atau BB/TB cenderung menunjukkan hasil

yang sama.

Tabel 2.1
Kategori dan Ambang Status Gizi Anak
Indeks Kategori Status Gizi Ambang Batas
(Z-Score)
Berat badan sangat kurang < -3 SD
Berat Badan (severely underweight)
menurut Umur Berat badan kurang -3 SD sd < -2 SD
(BB/U) anak usia (underweight)
0-60 bulan
Berat badan normal -2 SD sd +1 SD
Risiko berat badan lebih > +1 SD
Panjang Badan atau Sangat pendek (severely < -3 SD
Tinggi Badan menurut stunted)
Umur Pendek (stunted) -3 SD sd < -2 SD
(PB/U atau TB/U) Normal -2 SD sd +3 SD
anak usia 0-60 bulan Tinggi > +3 SD
Gizi buruk (severely < -3 SD
Berat Badan menurut wasted)
Panjang Badan atau Gizi kurang (wasted) -3 SD sd < -2 SD
Tinggi Badan (BB/PB Gizi baik (normal) -2 SD sd + 1 SD
atau BB/TB) anak
usia 0-60 bulan Berisiko gizi lebih (possible > +1 SD sd +2 SD
risk of overweight)
Gizi lebih (overweight) > +2 SD sd +3 SD
11

Obesitas (obese) > +3 SD


Gizi buruk (severely < -3 SD
Indeks Massa Tubuh Wasted)
menurut Umur Gizi kurang (wasted) -3 SD sd <-2 SD
(IMT/U) anak usia 0- Gizi baik (normal) -2 SD sd +1 SD
60 bulan Berisiko gizi lebih (possible > +1 SD sd +2 SD
risk of overweight)
Gizi lebih (overweight) > +2 SD sd +3 SD
Obesitas (obese) > -3 SD
Indeks Massa Tubuh Gizi kurang (thinness) -3 SD sd < -2 SD
Menurut Umur Gizi baik (normal) -2 SD sd +1 SD
(IMT/U) anak usia 5- Gizi lebih (overweight) +1 SD sd +2 SD
18 tahun Obesitas (obese) > +2 SD
Keterangan:

1. Anak yang termasuk pada kategori ini mungkin memiliki masalah

pertumbuhan, perlu dikonfirmasi dengan BB/TB atau IMT/U.

2. Anak pada kategori ini termasuk sangat tinggi dan biasanya tidak

menjadi masalah kecuali kemungkinan adanya gangguan endokrin

seperti tumor yang memproduksi hormon pertumbuhan. Rujuk ke

dokter spesialis anak jika diduga mengalami gangguan endokrin

(misalnya anak yang sangat tinggi menurut umurnya sedangkan tinggi

orang tua normal).

3. Walaupun interpretasi IMT/U mencantumkan gizi buruk dan gizi

kurang, kriteria diagnosis gizi buruk dan gizi kurang menurut

pedoman Tatalaksana Anak Gizi Buruk menggunakan Indeks Berat

Badan menurut Panjang Badan atau Tinggi Badan.

3. Etiologi

Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya stunting pada balita

diantaranya, tingkat pengetahuan gizi ibu dan balita, pola asuh, ketersediaan

makanan dalam keluarga, pelayanan kesehatan ibu selama kehamilan, akses


12

air bersih dan sanitasi keluarga, tingkat ekonomi keluarga balita, sosial

budaya , dan praktek pengasuhan balita (Supariasa & Purwaningsih, 2019).

a. Tingkat Pengetahuan Gizi Ibu dan Balita

Wawasan pengetahuan ibu tentang gizi ibu balita sangat penting mulai

dalam kandungan hingga usia balita 2 tahun atau disebut dengan istilah

1000 HPK. Ibu yang tidak paham mengenai perlakuan yang benar

terhadap diri dan janin berpotensi melahirkan bayi dengan PB < 48 cm

karena perkembangan bayi tidak terkontrol dengan optimal dan sikap ibu

cenderung tak acuh.

b. Pola Asuh

1) Riwayat Pemberian ASI

ASI merupakan asupan gizi yang akan membantu pertumbuhan

dan perkembangan anak. ASI eksklusif merupakan pemberian ASI

saja kepada bayi tanpa tambahan cairan dan makanan selama 6 bulan.

Bayi yang tidak mendapatkan ASI dengan cukup maka bayi tersebut

memiliki asupan gizi yang kurang baik dan dapat menyebabkan

kekurangan gizi. Kejadian stunting lebih banyak ditemukan pada anak

yang tidak diberi ASI eksklusif dibandingkan anak yang diberi ASI

eksklusif.

2) Ketepatan MP-ASI

Setelah bayi mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan,

selanjutnya bayi perlu diberikan makanan tambahan untuk memenuhi

kebutuhan gizi. Pemberian MP-ASI yang terlambat akan


13

menyebabkan bayi mengalami kekurangan zat besi karena tidak

mendapatkan zat gizi yang cukup. Terhambatnya pertumbuhan anak

akibat kurang asupan zat besi saat balita bila berlangsung lama akan

menyebabkan terjadinya stunting sehingga perlu untuk

memperhatikan pemberian MPASI pada balita.

c. Ketersediaan Makanan dalam Keluarga

Balita dengan kondisi rumah tangga rawan pangan berisiko lebih

besar menderita stunting dibandingkan dengan balita dengan kondisi

rumah tangga tahan pangan. Balita yang kekurangan energi, asupan

protein, kekurangan vitamin B2,B6 dan kekurangan mineral Fe dan Zn

akan memiliki risiko menjadi anak stunted.

d. Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kepada ibu hamil dengan memberikan TTD dan vitamin A

saat melahirkan agar bayi yang disusui tercukupi asupan vitamin A-nya

dikarenakan bayi usia di bawah 6 bulan belum mendapatkan kapsul

vitamin A.

e. Akses Air Bersih Dan Sanitasi Keluarga

Akses air bersih dan sanitasi keluarga memiliki peranan penting

pada kesehatan anggota keluarga. Apabila air yang diperoleh kurang

bersih maupun sanitasi yang tidak baik maka akan menyebabkan

anggota keluarga di sekitarnya mudah terserang penyakit. Terlebih lagi

pada bayi maupun anak-anak yang daya tahan tubuhnya belum sekuat

orang dewasa. Faktor-faktor yang dianalisis pada bagian ini adalah


14

pembuangan akhir sampah, sumber air bersih, tempat buang air besar

(BAB), ventilasi dan posisi kandang ternak.

f. Tingkat Ekonomi Keluarga Balita

Pekerjaan orang tua menentukan tingkat penghasilan yang diperoleh.

Sebagian besar penyebab balita stunting dikarenakan penghasilan orang

tua di bawah UMK. Penghasilan keluarga yang rendah akan berpengaruh

terhadap kemampuan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan pangan.

Penghasilan keluarga yang cukup akan lebih mampu untuk membeli

bahan-bahan makanan yang baik dan bergizi. Ketidakcukupan konsumsi

gizi pada balita inilah yang menyebabkan anak menjadi stunting.

4. Manifestasi Klinis

Gejala stunting menurut Kemenkes RI (2018), yaitu:

a. Anak berbadan lebih pendek untuk anak seusianya

b. Proporsi tubuh cenderung normal tetapi anak tampak lebih muda/kecil

untuk seusianya.

c. Berat badan rendah untuk anak seusianya.

d. Pertumbuhan tulang tertunda.

5. Patofisiologi

Masalah stunting terjadi karena adanya adaptasi fisiologi

pertumbuhan atau non patologis, karena penyebab secara langsung adalah

masalah pada asupan makanan dan tingginya penyakit infeksi kronis

terutama ISPA dan diare, sehingga memberi dampak terhadap proses

pertumbuhan balita (Maryunani, 2016).


15

Tidak terpenuhinya asupan gizi dan adanya riwayat penyakit infeksi

berulang menjadi faktor utama kejadian kurang gizi. Faktor sosial ekonomi,

pemberian ASI dan MP-ASI yang kurang tepat, pendidikan orang tua, serta

pelayanan kesehatan yang tidak memadai akan mempengaruhi pada

kecukupan gizi. Kejadian kurang gizi yang terus berlanjut dan karena

kegagalan dalam perbaikan gizi akan menyebabkan pada kejadian stunting

atau kurang gizi kronis. Hal ini terjadi karena rendahnya pendapatan

sehingga tidak mampu memenuhi kecukupan gizi yang sesuai (Maryunani,

2016).

Pada balita dengan kekurangan gizi akan menyebabkan berkurangnya

lapisan lemak di bawah kulit hal ini terjadi karena kurangnya asupan gizi

sehingga tubuh memanfaatkan cadangan lemak yang ada, selain itu imunitas

dan produksi albumin juga ikut menurun sehingga balita akan mudah

terserang infeksi dan mengalami perlambatan pertumbuhan dan

perkembangan. Balita dengan gizi kurang akan mengalami peningkatan

kadar asam basa pada saluran cerna yang akan menimbulkan diare

(Maryunani, 2016).

6. Dampak

Masalah gizi terutama masalah balita stunting dapat menyebabkan

proses tumbuh kembang menjadi terhambat, dan memiliki dampak negatif

yang akan berlangsung untuk kehidupan selanjutnya. Sebuah penelitian

menunjukkan bahwa balita pendek sangat berhubungan dengan prestasi


16

pendidikan yang kurang dan pendapatan yang rendah sebagai orang dewasa

(Astutik, et al., 2018)

Dampak yang terjadi akibat stunting menurut WHO (2018) dibagi

menjadi dampak jangka pendek dan dampak jangka panjang.

a. Dampak jangka pendek, yaitu :

1) Peningkatan kejadian kesakitan dan kematian.

2) Perkembangan kognitif, motoric, dan verbal pada anak tidak optimal.

3) Peningkatan biaya kesehatan.

b. Dampak jangka panjang, yaitu :

1) Postur tubuh yang tidak optimal saat dewasa (lebih pendek bila

dibandingkan pada umumnya).

2) Meningkatnya risiko obesitas dan penyakit lainnya (diabetes,

penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, stroke, dan disabilitas

pada usia tua).

3) Menurunnya kesehatan reproduksi.

4) Kapasitas belajar dan performa yang kurang optimal saat masa

sekolah.

5) Produktivitas dan kapasitas kerja yang tidak optimal.

7. Penatalaksanaan

Menurut Khoeroh dan Indriyanti (2017) dalam Wulandari (2021)

beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi stunting yaitu:

a. Penilaian status gizi yang dapat dilakukan melalui kegiatan posyandu

setiap bulan.
17

b. Pemberian makanan tambahan pada balita.

c. Pemberian vitamin A.

d. Memberi konseling oleh tenaga gizi tentang kecukupan gizi balita.

e. Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dan dilanjutkan sampai usia 2

tahun dengan ditambah asupan MP-ASI.

f. Pemberian suplemen menggunakan makanan penyediaan makanan dan

minuman menggunakan bahan makanan yang sudah umum dapat

meningkatkan asupan energi dan zat gizi yang besar bagi banyak pasien.

g. Pemberian suplemen menggunakan suplemen gizi khusus peroral siap

guna yang dapat digunakan bersama makanan untuk memenuhi

kekurangan gizi.

8. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang untuk stunting menurut Putri & Nuzuliana

(2022) antara lain:

a. Melakukan pemeriksaan fisik.

b. Melakukan pengukuran antropometri BB, TB/PB, LILA, lingkar kepala.

c. Melakukan penghitungan IMT.

d. Pemeriksaan laboratorium darah: albumin, globulin, protein total,

elektrolit serum.
18

9. Pathway

Factor nutrisi Penyakit infeksi Pemberian ASI Social ekonomi


& MP-ASI

Intake nutrisi
kurang

Gizi kurang
Kurang pengetahuan
Kegagalan melakukan orang tua
perbaikan gizi yang terjadi
dalam waktu lama
Defisit pengetahuan

Stunting

Intake kurang dari kebutuhan


tubuh deficit protein dan kalori

Hilangnya lemak di Daya tahan tubuh Asam amino dan produksi


bantalan kulit menurun albumin menurun

Turgor kulit menurun Keadaan umum lemah imun tubuh rendah

Resiko kerusakan Resiko infeksi Gangguan Tumbuh


integritas kulit Kembang

Resiko infeksi saluran


pencernaan

anoreksia
Bagan 2.1
Pathway Stunting
Defisit nutrisi Sumber: Maryunani (2016)
19

B. Konsep Keperawatan Anak

1. Pertumbuhan Dan Perkembangan

a. Definisi

Pertumbuhan adalah semakin tambahnya jumlah sel-sel dan ukuran

serta jaringan intraseluler, artinya struktur tubuh dan ukuran fisik

bertambah baik seluruh ataupun sebagian, diukur menggunakan satuan

berat maupun panjang, terjadi secara simultan dengan perkembangan.

Seorang anak bukan hanya menjadi besar secara fisik, juga dalam segi

ukuran beserta struktur organ tubuh dan otak.bertumbuh merupakan

peningkatan ukuran disertai dengan perubahan fisik. Pertumbuhan bisa

diukur secara kuantitatif, dimana indikatornya meliputi berat, tinggi,

pertumbuhan gigi juga ukuran tulang. Pola pertumbuhan bagi semua

orang sama, sedangkan laju pertumbuhannya bervariasi pada tahap

perkembangan maupun pertumbuhan (Pratiwi, 2022).

Perkembangan adalah bertambahnya fungsi tubuh dan struktur yang

kompleks yang meliputi kemampuan gerak halus, gerak kasar, personal

social (kemandirian) dan bahasa bicara. Selain itu yang dimaksud dengan

perkembangan yaitu kemampuan individu untuk beradaptasi dengan

lingkungannya akibat dari adanya peningkatan suatu keterampilan dan

fungsi yang dimilikinya (Pratiwi, 2022).

b. Ciri dan Prinsip

Beberapa ciri dari proses tumbuh dan kembang anak yang saling

terkait menurut Pratiwi (2022), yaitu:


20

1) Perkembangan menimbulkan perubahan

Pertumbuhan dan perkembangan terjadi secara bersama, disertai

dengan adanya fungsi yang berubah. Misalnya pertumbuhan serabut

saraf dan otak akan menyertai peningkatan intelegensi anak.

2) Tahap awal pertumbuhan dan berkembang akan menentukan

perkembangan selanjutnya

Perkembangan setiap anak akan terjadi sesuai tahapannya. Sebelum

anak mampu untuk berdiri maka ia tidak akan bisa berjalan, hal

tersebut juga bisa terjadi jika fungsi anggota gerak dan pertumbuhan

kaki dan bagian tubuh lainnya terhambat.

3) Perkembangan dan pertumbuhan memiliki kecepatan yang berbeda

Kecepatan kedua tahap ini akan berbeda-beda, baik dalam

berkembangnya fungsi organ dan pertumbuhan fisik anak.

4) Pertumbuhan dan perkembangan saling memiliki korelasi

Tumbuh dan kembang berlangsung dengan cepat, hal tersebut

ditunjukkan dengan terjadinya peningkatan memori, mental, asosiasi,

daya nalar dll. Bertambahnya umur anak, akan mempengaruhi tinggi

dan berat badan serta kepandaiannya.

5) Perkembangan mempunyai pola yang tetap. Perkembangan fungsi

organ tubuh terjadi menurut hukum yang tetap, yaitu:

a) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian

menuju ke arah kaudal/anggota tubuh (pola sefalokaudal).


21

b) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerak

kasar) lalu berkembang ke bagian distal seperti jari-jari yang

mempunyai kemampuan gerak halus (pola proximodistal).

6) Perkembangan memiliki tahap yang berurutan

Tahap perkembangan seorang anak mengikuti pola yang teratur dan

berurutan. Tahap- tahap tersebut tidak bisa terjadi terbalik, misalnya

anak mampu berjalan dahulu sebelum bisa berdiri.

2. Paradigma keperawatan Anak

Paradigma keperawatan anak menjadi alasan untuk berpikir dalam

pemanfaatan ilmu keperawatan anak. Landasan berpikir tersebut menurut

Mufidah (2022) terdiri dari empat bagian yang dapat digambarkan berikut

ini:

Gambar 2.1
Empat Komponen Landasan Berpikir Paradigma Keperawatan Anak
a. Manusia (Anak)

Dalam keperawatan anak yang menjadi individu (klien) adalah anak

yang diartikan sebagai seorang yang usianya kurang dari 18 (delapan

belas) tahun dalam masa tumbuh kembang, dengan kebutuhan khusus

yaitu kebutuhan fisik, psikologis, sosial dan spiritual. Anak merupakan


22

individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan yang

dimulai dari bayi hingga remaja. Dalam proses berkembang anak

memiliki ciri fisik, kognitif, konsep diri, pola koping dan perilaku sosial.

Ciri fisik pada semua anak tidak mungkin pertumbuhan fisiknya sama,

demikian pula pada perkembangan kognitif adakalanya cepat atau

lambat. Perkembangan konsep diri sudah ada sejak bayi akan tetapi

belum terbentuk sempurna dan akan mengalami perkembangan seiring

bertambahnya usia anak. Pola koping juga sudah terbentuk sejak bayi di

mana bayi akan menangis saat lapar.

Perilaku sosial anak juga mengalami perkembangan yang terbentuk

mulai bayi seperti anak mau diajak orang lain. Sedangkan respons emosi

terhadap penyakit bervariasi tergantung pada usia dan pencapaian tugas

perkembangan anak, seperti pada bayi saat perpisahan dengan orang tua

maka responnya akan menangis, berteriak, menarik diri dan menyerah

pada situasi yaitu diam.

Dalam memberikan pelayanan keperawatan anak selalu diutamakan,

mengingat kemampuan dalam mengatasi masalah masih dalam proses

kematangan yang berbeda dibanding orang dewasa karena struktur fisik

anak dan dewasa berbeda mulai dari besarnya ukuran hingga aspek

kematangan fisik. Proses fisiologis anak dengan dewasa mempunyai

perbedaan dalam hal fungsi tubuh dimana orang dewasa cenderung sudah

mencapai kematangan. Kemampuan berpikir anak dengan dewasa

berbeda dimana fungsi otak dewasa sudah matang sedang anak masih
23

dalam proses perkembangan. Demikian pula dalam hal tanggapan

terhadap pengalaman masa lalu berbeda, pada anak cenderung kepada

dampak psikologis yang apabila kurang mendukung maka akan

berdampak pada tumbuh kembang anak sedangkan pada dewasa

cenderung sudah mempunyai mekanisme koping yang baik dan matang.

b. Sehat-Sakit

Rentang sehat-sakit merupakan batasan yang dapat diberikan bantuan

pelayanan keperawatan pada anak adalah suatu kondisi anak berada

dalam status kesehatan yang meliputi sejahtera, sehat optimal, sehat,

sakit, sakit kronis dan meninggal. Rentang ini suatu alat ukur dalam

menilai status kesehatan yang bersifat dinamis dalam setiap waktu.

Selama dalam batas rentang tersebut anak membutuhkan bantuan

perawat baik secara langsung maupun tidak langsung, seperti apabila

anak dalam rentang sehat maka upaya perawat untuk meningkatkan

derajat kesehatan sampai mencapai taraf kesejahteraan baik fisik, social

maupun spiritual. Demikian sebaliknya apabila anak dalam kondisi kritis

atau meninggal maka perawat selalu memberikan bantuan dan dukungan

pada keluarga. Jadi batasan sehat secara umum dapat diartikan suatu

keadaan yang sempurna baik fisik, mental dan sosial serta tidak hanya

bebas dari penyakit dan kelemahan.

c. Lingkungan

Lingkungan dalam paradigma keperawatan anak yang dimaksud

adalah lingkungan eksternal maupun internal yang berperan dalam


24

perubahan status kesehatan anak. Lingkungan internal seperti anak lahir

dengan kelainan bawaan maka di kemudian hari akan terjadi perubahan

status kesehatan yang cenderung sakit, sedangkan lingkungan eksternal

seperti gizi buruk, peran orang tua, saudara, teman sebaya dan

masyarakat akan mempengaruhi status kesehatan anak.

d. Keperawatan

Komponen ini merupakan bentuk pelayanan keperawatan yang

diberikan kepada anak dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan

secara optimal dengan melibatkan keluarga. Upaya tersebut dapat

tercapai dengan keterlibatan langsung pada keluarga mengingat keluarga

merupakan sistem terbuka yang anggotanya dapat dirawat secara efektif

dan keluarga sangat berperan dalam menentukan keberhasilan asuhan

keperawatan, di samping keluarga mempunyai peran sangat penting

dalam perlindungan anak dan mempunyai peran memenuhi kebutuhan

anak. Peran lainnya adalah mempertahankan kelangsungan hidup bagi

anak dan keluarga, menjaga keselamatan anak dan mensejahterakan anak

untuk mencapai masa depan anak yang lebih baik, melalui interaksi

tersebut dalam terwujud kesejahteraan anak.

3. Prinsip Keperawatan Anak

Pemberian asuhan keperawatan pada anak tentu berbeda dibandingkan

dengan orang dewasa. Banyak perbedaan-perbedaan yang diperhatikan

dimana harus disesuaikan dengan usia anak serta pertumbuhan dan

perkembangan karena perawatan yang tidak optimal akan berdampak tidak


25

baik secara fisiologis maupun psikologis anak itu sendiri. Perawat harus

memahami dan mengingat beberapa prinsip yang berbeda dalam penerapan

asuhan keperawatan anak, menurut Mufidah (2022) prinsip tersebut terdiri

dari:

a. Anak bukan miniatur orang dewasa tetapi sebagai individu yang unik,

artinya bahwa tidak boleh memandang anak dari segi fisiknya saja

melainkan sebagai individu yang unik yang mempunyai pola

pertumbuhan dan perkembangan menuju proses kematangan.

b. Anak adalah sebagai individu yang unik dan mempunyai kebutuhan

sesuai tahap perkembangannya. Sebagai individu yang unik, anak

memiliki berbagai kebutuhan yang berbeda satu dengan yang lain sesuai

tumbuh kembang. Kebutuhan fisiologis seperti nutrisi dan cairan,

aktivitas, eliminasi, tidur dan lain lain, sedangkan kebutuhan psikologis,

sosial dan spiritual yang akan terlihat sesuai tumbuh kembangnya.

c. Pelayanan keperawatan anak berorientasi pada upaya pencegahan

penyakit dan peningkatan derajat kesehatan yang bertujuan untuk

menurunkan angka kesakitan dan kematian pada anak mengingat anak

adalah penerus generasi bangsa.

d. Keperawatan anak merupakan disiplin ilmu kesehatan yang berfokus

pada kesejahteraan anak sehingga perawat bertanggung jawab secara

komprehensif dalam memberikan asuhan keperawatan anak. Dalam

mensejahterakan anak maka keperawatan selalu mengutamakan


26

kepentingan anak dan upayanya tidak terlepas dari peran keluarga

sehingga selalu melibatkan keluarga.

e. Praktik keperawatan anak mencakup kontrak dengan anak dan keluarga

untuk mencegah, mengkaji, mengintervensi, dan meningkatkan

kesejahteraan hidup, dengan menggunakan proses keperawatan yang

sesuai dengan aspek moral (etik) dan aspek hukum (legal)

f. Tujuan keperawatan anak dan keluarga adalah untuk meningkatkan

maturasi atau kematangan yang sehat bagi anak dan remaja sebagai

makhluk biopsikososial dan spiritual dalam konteks keluarga dan

masyarakat. Upaya kematangan anak adalah dengan selalu

memperhatikan lingkungan yang baik secara internal maupun eksternal

dimana kematangan anak ditentukan oleh lingkungan yang baik.

g. Pada masa yang akan datang kecenderungan keperawatan anak berfokus

pada ilmu tumbuh kembang, sebab ini yang akan mempelajari aspek

kehidupan anak.

4. Peran Perawat Anak

Perawat dapat berperan dalam berbagai aspek dalam memberikan

pelayanan kesehatan dan bekerjasama dengan anggota tim lain, dengan

keluarga terutama dalam membantu memecahkan masalah yang berkaitan

dengan perawatan anak. Beberapa peran penting seorang perawat menurut

Mufidah (2022), meliputi:


27

a. Sebagai pendidik

Perawat berperan sebagai pendidik, baik secara langsung dengan

memberikan penyuluhan/pendidikan kesehatan pada orang tua maupun

secara tidak langsung dengan menolong orang tua/anak memahami

pengobatan dan perawatan anaknya. Orang tua membutuhkan pendidikan

kesehatan yang mencakup pengertian dasa penyakit anaknya, perawatan

anak selama dirawat di rumah sakit, serta perawatan lanjut untuk

persiapan pulang kerumah. Tiga domain yang dapat diubah oleh perawat

melalui pendidikan kesehatan adalah pengetahuan, keterampilan serta

sikap keluarga dalam hal kesehatan khususnya perawatan anak sakit.

b. Sebagai konselor

Peran perawat sebagai konselor ialah perawat dapat memberikan

konseling keperawatan ketika anak dan keluarganya membutuhkan. Hal

inilah yang membedakan layanan konseling dengan pendidikan

kesehatan. Dengan cara mendengarkan segala keluhan, melakukan

sentuhan dan hadir secara fisik maka perawat dapat saling bertukar

pikiran dan pendapat dengan orang tua tentang masalah anak dan

keluarganya dan membantu mencarikan alternatif pemecahanya.

c. Melakukan koordinasi atau kolaborasi

Perawat melakukan pendekatan interdisiplin untuk koordinasi dan

kolaborasi dengan anggota tim kesehatan lain dengan tujuan

terlaksananya asuhan yang holistic dan komprehensif. Perawat berada

pada posisi kunci untuk menjadi koordinator pelayanan kesehatan karena


28

24 jam berada di samping pasien. Keluarga adalah mitra perawat. Oleh

karena itu kerjasama dengan keluarga juga harus terbina dengan baik

tidak hanya saat perawat membutuhkan informasi dari keluarga saja,

melainkan seluruh rangkaian proses perawatan anak harus melibatkan

keluarga secara aktif.

d. Sebagai pembuat keputusan etik

Perawat dituntut untuk dapat berperan sebagai pembuat keputusan etik

dengan berdasarkan pada nilai normal yang diyakini dengan penekanan

pada hak pasien untuk mendapat otonomi, menghindari hal-hal yang

merugikan pasien dan keuntungan asuhan keperawatan yaitu

meningkatkan kesejahteraan pasien. Perawat juga harus terlibat dalam

perumusan rencana pelayanan kesehatan di tingkat kebijakan dan harus

mempunyai suara untuk didengar oleh para pemegang kebijakan serta

harus aktif dalam gerakan yang bertujuan untuk meningkatkan

kesejahteraan anak.

e. Sebagai peneliti

Sebagai peneliti perawat anak membutuhkan keterlibatan penuh dalam

upaya menemukan masalah-masalah keperawatan anak yang harus

diteliti, melaksanakan penelitian langsung dan menggunakan hasil

penelitian kesehatan/keperawatan anak dengan tujuan meningkatkan

kualitas praktik/asuhan keperawatan pada anak. Pada peran ini

diperlukan kemampuan berpikir kritis dalam melihat fenomena yang ada

dalam pelayanan asuhan keperawatan anak sehari-hari dan menelusuri


29

penelitian yang telah dilakukan serta menggunakan literatur untuk

memvalidasi masalah penelitian yang ditemukan. Pada tingkat kualifikasi

tertentu, perawat harus dapat melaksanakan penelitian yang bertujuan

untuk meningkatkan kualitas praktik keperawatan anak.

C. Konsep Keperawatan Keluarga

1. Definisi

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat dan sistem sosial

yang terdiri dari 2 orang atau lebih, adanya ikatan perkawinan yang

sah/pertalian darah, hidup dalam satu rumah tangga berinteraksi satu sama

lain dan setiap anggota keluarga menjalankan perannya masing-masing

untuk menciptakan dan mempertahankan suatu kebudayaan (Husnaniyah,

2022).

Keperawatan keluarga adalah proses pemenuhan kebutuhan

perawatan kesehatan keluarga yang berada dalam lingkup praktik

keperawatan. Keperawatan keluarga mempertimbangkan keempat

pendekatan untuk melihat keluarga yaitu individu, keluarga, perawat, dan

komunitas untuk tujuan mempromosikan, memelihara, dan memperbaiki

kesehatan keluarga. Pelayanan keperawatan keluarga merupakan pelayanan

holistik yang menempatkan keluarga dan komponennya sebagai fokus

pelayanan dan melibatkan anggota keluarga dalam tahap pengkajian,

perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi tindakan keperawatan dengan


30

memobilisasi sumber-sumber dari profesi lain termasuk pemberi pelayanan

kesehatan dan sektor lain di komunitas (Siregar, et al., 2020).

2. Ciri – Ciri Keluarga

Ciri-ciri keluarga berdasarkan orientasi tradisional menurut Husnaniyah

(2022) adalah :

a. Keluarga terdiri dari individu-individu yang disatukan oleh ikatan

perkawinan, darah dan adopsi.

b. Anggota keluarga biasanya hidup bersama dalam satu rumah tangga atau

jika mereka terpisah, tetap menganggap rumah tangga tersebut sebagai

rumah mereka.

c. Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dalam

peran sosial keluarga seperti suami-istri, ayah-ibu, anak laki-laki dan

anak perempuan dan lain sebagainya.

d. Keluarga menggunakan budaya yang sama yang diambil dari masyarakat

dengan ciri tersendiri.

3. Tipe Keluarga

Tipe keluarga diklasifikasikan menjadi dua, yaitu tipe keluarga secara

tradisional dan tipe keluarga secara modern (Husnaniyah, 2022). Berikut

penjelasan dari masing-masing tipe keluarga:

a. Secara Tradisional

Secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi dua, yaitu:


31

1) Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang hanya terdiri dari

ayah, ibu, dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi

atau keduanya.

2) Keluarga besar (extend family) adalah keluarga inti ditambah anggota

keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek-nenek,

paman-bibi).

b. Secara Modern

Secara modern tipe keluarga diklasifikasikan menjadi:

1) Tradisional Nuclear

Keluarga inti (ayah, ibu, dan anak) tinggal dalam satu rumah

ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan,

satu atau keduanya dapat bekerja di luar rumah.

2) Reconstituted Nuclear

Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali

suami/istri, tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan anak-

anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan sebelumnya ataupun hasil

dari perkawinan saat ini, satu/keduanya dapat bekerja di luar rumah.

3) Niddle Age/Aging Couple

Suami sebagai pencari uang, istri di rumah/keduanya-duanya

bekerja di rumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah karena

sekolah/perkawinan/meniti karier.
32

4) Dyadic Nuclear

Suami istri yang berumur dan tidak mempunyai anak yang

keduanya atau salah satunya bekerja di luar rumah.

5) Single Parent

Satu orang tua sebagai akibat perceraian atau kematian

pasanagnnya atau anak-anaknya dapat tinggal di rumah atau di luar

rumah.

6) Dual Carrier

Suami istri atau keduanya orang karier dan tanpa anak.

7) Commuter Married

Suami istri atau keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada

jarak tertentu. Keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.

8) Single Adult

Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya

keinginan untuk menikah/kawin.

9) Three Generation

Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.

10) Institusional

Anak-anak atau orang dewasa tinggal dalam suatu panti-panti.

11) Comunal

Satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang monogamy

dengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.


33

12) Grup Marriage

Satu perumahan terdiri dari orang tua dan keturunannya di dalam

satu kesatuann keluarga dan tiap individu adalah kawin dengan yang

lain dan semua adalah orang tua dari anak-anaknya.

13) Unmarried Parent Child

Ibu dan anak di mana perkawinan tidak dikehendaki, anaknya

diadopsi.

14) Cohabitating Couple

Dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa

perkawinan.

15) Gay/Lesbian Family

Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin

sama.

4. Fungsi Keluarga

Terdapat lima fungsi keluarga menurut Husnaniyah (2022), yaitu:

a. Fungsi Afektif

Fungsi afektif berhubungan dengan fungsi internal keluarga yang

merupakan basis kekuatan dari keluarga. Fungsi afektif berguna untuk

pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi afektif tampak

melalui keluarga yang bahagia. Anggota keluarga mengembangkan

konsep diri yang positif, rasa dimiliki dan memiliki, rasa berarti serta

merupakan sumber kasih sayang. Reinforcement dan support dipelajari

dan dikembangkan melalui interaksi dalam keluarga.


34

b. Fungsi Sosialisasi

Sosialisasi dimulai sejak individu dilahirkan dan berakhir setelah

meninggal. Keluarga merupakan tempat di mana individu melakukan

sosialisasi. Tahap perkembangan individu dan keluarga akan dicapai

melalui interaksi atau hubungan yang diwujudkan dalam sosialisasi,

anggota keluarga belajar disiplin, memiliki nilai/norma, budaya dan

perilaku melalui interaksi dalam keluarga sehingga individu mampu

berperan di masyarakat.

c. Fungsi Reproduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan

meningkatkan sumber daya manusia.

d. Fungsi Ekonomi

Untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti makanan,

pakaian dan rumah, maka keluarga memerlukan sumber keuangan.

Fungsi ini sulit dipenuhi oleh keluarga di bawah garis kemiskinan,

keluarga miskin atau keluarga prasejahtera. perawat berkontribusi untuk

mencari sumber-sumber di masyarakat yang dapat digunakan keluarga

meningkatkan status kesehatan mereka.

e. Fungsi Perawatan Kesehatan

Keluarga berfungsi melakukan asuhan kesehatan terhadap anggotanya

baik untuk mencegah terjadinya gangguan maupun merawat anggota

yang sakit. Keluarga juga menentukan kapan anggota keluarga yang

mengalami gangguan kesehatan memerlukan bantuan atau pertolongan


35

tenaga professional. Kemampuan ini sangat mempengaruhi status

kesehatan individu dan keluarga.

5. Struktur Keluarga

Struktur keluarga menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan

fungsi keluarga di masyarakat (Husnaniyah, 2022). Struktur keluarga terdiri

dari bermacam-macam, yaitu:

a. Patrilineal

Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara

sedarah dalam beberapa generasi, di mana hubungan itu disusun melalui

jalur garis ayah.

b. Matrilineal

Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara

sedarah dalam beberapa generasi di mana hubungan itu disusun melalui

jalur garis ibu.

c. Matrilokal

Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga

sedarah istri.

d. Patrilokal

Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga

sedarah suami.
36

e. Keluarga Kawin

Keluarga kawin adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi

pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian

keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.

6. Tujuan Keperawatan Keluarga

Tujuan keperawatan keluarga dibagi menjadi dua macam, yaitu tujuan

umum dan tujuan khusus (Siregar, et al., 2020). Tujuan umum keperawatan

keluarga adalah mengoptimalkan fungsi keluarga dan meningkatkan

kemampuan keluarga dalam menangani masalah kesehatan dan

mempertahankan status kesehatan anggota keluarganya. Sedangkan tujuan

khusus keperawatan keluarga adalah:

a. Keluarga mampu melaksanakan tugas pemeliharaan kesehatan keluarga

dalam menangani masalah kesehatan, meliputi:

1) Mengenal masalah kesehatan keluarga.

2) Mengambil kepuusan secara tepat dan cepat dalam mengatasi

masallah kesehatan anggota keluarga.

3) Memberikan perawatan pada anggota keluarga yang mempunyai

masalah kesehatan.

4) Memodifikasi lingkungan rumah yang kondusif sehingga mampu

mempertahankan kesehatan dan memelihara pertumbuhan dan

perkembangan setiap anggota keluarganya.


37

5) Menciptakan hubungan timbal balik antara keluarga dengan berbagai

sumber daya kesehatan yang tersedia untuk pemeliharaan dan

perawatan kesehatan anggota keluarga.

b. Keluarga memperoleh pelayanan keperawatan sesuai kebutuhan.

c. Keluarga mampu berfungsi optimal dalam memelihara hidup sehat

anggota keluarganya.

7. Sasaran Pelayanan Keperawatan Keluarga

Sasaran keperawatan keluarga menurut Siregar, et al (2020) sebagai

berikut:

a. Keluarga sehat

Keluarga sehat adalah apabila anggota keluarga dalam keadaan sehat

tetapi membutuhkan antisipasi terkait dengan siklus perkembangan

manusia dan tahapan tumbuh kembang keluarga, di mana focus

intervensi keperawatan terutama pada promosi kesehatan dan

pencegahan penyakit.

b. Keluarga resiko tinggi dan rawan kesehatan

Keluarga risiko tinggi dan rawan kesehatan adalah apabila satu atau lebih

anggota keluarga membutuhkan perhatian khusus. Keluarga resiko tinggi

termasuk keluarga yang memiliki kebutuhan untuk beradaptasi dengan

siklus perkembangan anggota keluarga dan keluarga dengan faktor risiko

penurunan status kesehatan misalnya bayi BBLR, balita gizi buruk/gizi

kurang, bayi/balita yang belum di imunisasi, ibu hamil dengan anemia,

ibu hamil multipara atau usia lebih dari 36 tahun, lansia lebih dari 70
38

tahun atau dengan masalah kesehatan, dan remaja dengan

penyalahgunaan narkoba.

c. Keluarga yang memerlukan tindak lanjut

Keluarga yang memerlukan tindak lanjut adalah apabila keluarga

mempunyai masalah kesehatan dan memerlukan tindak lanjut pelayanan

keperawatan misalnya klien pasca hospitalisasi penyakit kronik, penyakit

degeneratif, tindakan pembedahan, dan penyakit terminal.

8. Ruang Lingkup Pelayanan Keperawatan Keluarga

Lingkup pelayanan keperawatan menurut Siregar, et al (2020), meliputi:

a. Promosi Kesehatan

Perawat melakukan promosi kesehatan kepada keluarga dalam rangka

meningkatkan perilaku hidup sehat.

b. Pencegahan penyakit

Perawat melakukan tindakan pencegahan kepada anggota keluarga

agar bebas dari penyakit/cedera melalui kegiatan imunisasi, pencegahan

rokok, program kebugaran fisik, screening, dan follow up berbagai kasus

seperti hipertensi, pencegahan komplikasi DM, dan screening

osteoporosis.

c. Intervensi keperawatan untuk proses penyembuhan

Perawat memberikan intervensi keperawatan dalam pemenuhan

kebutuhan dasar manusia bagi anggota keluarga melalui terapi bagi

anggota keluarga melalui terapi modalitas dan komplementer

keperawatan. Kebutuhan dasar manusia meliputi kebutuhan fisiologis,


39

rasa aman, cinta kasih, harga diri, dan aktualisasi diri. Sedangkan jenis

terapi keperawatan adalah pembimbingan terhadap keluarga (coaching)

dalam mengatasi masalah kesehatan akibat perilaku yang tidak sehat,

batuk efektif, inhalasi sederhana, teknik relaksasi, stimulasi kognitif,

latihan rentang gerak (ROM), dan perawatan luka. Terapi komplementer

adalah pijat bayi, herbal terapi, dan meditasi.

d. Pemulihan kesehatan

Perawat membantu keluarga dalam fase pemulihan kesehatan bagi

anggota keluarga setelah mengalami cedera maupun akibat penyakit

kronis yang diderita. Pemulihan kesehatan ini bertujuan untuk

meningkatkan kemampuan anggota keluarga untuk berfungsi secara

optimal melalui berbagai terapi modalitas dan terapi komplementer

keperawatan.

9. Pendekatan Dalam Keperawatan Keluarga

Pendekatan dalam keperawatan keluarga menurut Siregar, et al (2020)

ada empat, yaitu:

a. Keluarga sebagai konteks

Pendekatan ini berfokus pada keluarga. Ini adalah fokus keperawatan

tradisional, dimana individu merupakan fokus primer dan keluarga

sebagai fokus sekunder (Friedman, 2014). Seorang perawat yang

menggunakan pendekatan ini akan menanyakan kepada klien: “Siapa

anggota keluarga yang dapat membantu anda memberikan obat malam

ini?”.
40

b. Keluarga sebagai klien

Pendekatan ini berfokus pada pengkajian semua anggota keluarga.

Pada pendekatan ini, semua anggota keluarga berada sebagai latar

belakang (Friedman, 2014). Perawat mengkaji dan memberikan

perawatan kesehatan untuk setiap orang dalam keluarga. Seorang

perawat akan bertanya kepada anggota keluarga yang baru aja sakit

“bagaimana anggota keluarga anda menyesuaikan diri dengan rejimen

pengobatan baru anda?”.

c. Keluarga sebagai sistem

Pendekatan ini berfokus pada keluarga secara keseluruhan sebagai

klien. Keluarga dipandang sebagai sistem yang berinteraksi. Dengan kata

lain, interaksi antar anggota keluarga menjadi sasaran intervensi

keperawatan. Pendekatan sistem keperawatan keluarga berfokus pada

individu dan keluarga secara bersamaan. Pendekatan system selalu

menyiratkan bahwa ketika sesuatu terjadi pada satu bagian system,

bagian lain dari system terpengaruh. Oleh karena itu, jika salah satu

anggota keluarga jatuh sakit, hal itu mempengaruhi semua anggota

keluarga lainnya. Contoh pertanyaan yang mungkin dinyatakan perawat

dalam pendekatan sistem meliputi: “Apa yang berubah bagi anda dan

pasangan sejak anak anda didiagnosa mengidap diabetes juvenile?.

d. Keluarga sebagai komponen masyarakat

Pendekatan pengasuhan keempat berfokus pada keluarga sebagai

komponen masyarakat, di mana keluarga dipandang sebagai salah bagian


41

dari lembaga masyarakat seperti lembaga kesehatan, pendidikan, agama,

atau ekonomi. Keluarga adalah unit dasar dari masyarakat, dan

merupakan bagian dari sistem masyarakat yang lebih besar. Keluarga

secara keseluruhan berinteraksi dengan lembaga lain untuk menerima

atau memberikan komunikasi dan layanan. Pertanyaan yang mungkin

ditanyakan perawat dalam pendekatan ini mencakup yang berikut:

“Masalah apa dialami keluarga sejak anda memberi tahu sekolah tentang

putra anda yang didiagnosis HIV?”.

Gambar 2.2
Pendekatan dalam Keperawatan Keluarga
10. Peran Perawat Keluarga

Keluarga adalah unit dasar dari masyarakat. Keluarga bersifat

kompleks, bervariasi, dinamis dan adaptif, oleh karena itu penting bagi

semua perawat untuk memiliki pengetahuan tentang disiplin ilmu


42

keperawatan keluarga dan berbagai cara perawat untuk dapat berinteraksi

dengan keluarga. Perawat perawatan kesehatan keluarga berkembang seiring

dengan spesialisasi.

Adapun peran perawat menurut Siregar, et al (2020) dalam keperawatan

keluarga meliputi:

a. Edukator

Perawat dalam keluarga mengajar tentang kesehatan keluarga,

penyakit, hubungan antar anggota keluarga, dan lain-lain. Contohnya

mengajar orang tua cara merawat bayi baru lahir.

b. Koordinator, kolaborator, dan penghubung

Perawat keluarga mengkoordinasikan perawatan yang diterima oleh

keluarga dan bekerja sama dengan keluarga untuk merencanakan

perawatan. Misalnya, jika seorang anggota keluarga mengalami

kecelakaan traumatis, perawat akan membantu keluarga mengakses

sumber daya mulai dari rawat inap, rawat jalan, perawatan kesehatan di

rumah, dan layanan social hingga rehabilitasi dan perawat dapat

berfungsi sebagai penghubung di antara layanan-layanan ini.

c. Deliverer atau penyelia perawatan

Perawat keluarga memberikan atau mengawasi perawatan yang

diterima keluarga. Untuk melakukan ini, perawat haruslah seorang yang

ahli dalam hal pengetahuan maupun keterampilan. Misalnya, setiap hari

perawat berkonsultasi dengan keluarga dan membantu merawat anak

dengan alat bantu pernapasan.


43

d. Advokat

Perawat keluarga melindungi keluarga dan memberdayakan anggota

keluarga untuk dan perawat berbicara untuk membela hak keluarga.

Contoh perawat yang memberikan layanan perlindungan terhadap

pendidikan khusus untuk anak dengan gangguan attention-deficit

hyperactivity.

e. Konsultan

Perawat keluarga berfungsi sebagai konsultan bagi keluarga. Perawat

berkonsultasi dengan lembaga tertentu untuk memfasilitasi perawatan

yang berpusat pada keluarga dalam waktu singkat dan mempunyai tujuan

tertentu. Misalnya, seorang perawat di rumah sakit diminta untuk

membantu keluarga dalam menentukan pengaturan perawatan jangka

panjang yang sesuai untuk anggota keluarga yang sakit.

f. Konselor

Perawat keluarga memainkan peran terapeutik dalam membantu

individu dan keluarga memecahkan masalah atau mengubah perilaku.

Contoh keluarga membutuhkan bantuan perawat untuk menentukan

perawatan anggota keluarga yang didiagnosa skizofrenia.

g. Case finder dan epidemiologist

Perawat keluarga terlibat dalam penemuan kasus. Misalnya seorang

anggota keluarga baru-baru ini didiagnosa mengidap penyakit menular

seksual. Perawat akan mencari tahu sumber penularan dan membantu


44

anggota keluarga lain untuk mencari pengobatan. Penapisan keluarga dan

rujukan anggota keluarga dapat menjadi bagian dari peran ini.

h. Environmental specialist

Perawat keluarga berkonsultasi dengan keluarga dan perawatan

kesehatan lainnya untuk memodifikasi lingkungan. Misalnya, anggota

keluarga dengan paraplegia akan dipulangkan dari rumah sakit maka

perawat membantu keluarga untuk memodifikasi lingkungan rumah

sehingga pasien dapat bergerak dengan kursi roda dan melakukan

perawatan diri.

i. Clarify dan interpret

Perawat mengklarifikasi dan menginterpretasikan data kepada

keluarga. Misalnya, jika anak dengan leukemia maka perawat akan

mengklarifikasi dan menginterpretasikan informasi yang berkaitan

dengan diagnosis, pengobatan, dan prognosis kepada orang tua dan

anggota keluarga.

j. Surrogate

Perawat keluarga dapat berperan sebagai pengganti bagi orang lain.

Misalnya, perawat berperan sementara sebagai orang tua bagi seseorang

yang akan melahirkan di ruang persalinan.

k. Peneliti

Perawat keluarga harus mengidentifikasi masalah dan menentukan

solusi untuk menangani masalah tersebut melalui proses penyelidikan

ilmiah.
45

l. Role model

Perawat keluarga harus menjadi teladan bagi orang lain. Seorang

perawat yang ada di sekolah harus menjadi role model yang baik bagi

anak dengan menunjukkan perawatan kesehatan yang baik.

m. Manajer kasus

Peran ini melibatkan koordinasi dan kolaborasi antara keluarga dan

sistem perawatan kesehatan. Manajer kasus telah diberi wewenang secara

resmi untuk bertanggung jawab atas sebuah kasus. Misalnya, seorang

perawat keluarga yang bekerja dengan masyarakat lansia dapat

ditugaskan menjadi manajer kasus untuk pasien dengan penyakit

Alzheimer.

D. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Klien Anak Stunting

1. Pengkajian keperawatan keluarga

Pengkajian merupakan langkah atau tahapan penting dalam proses

perawatan, mengingat pengkajian sebagai awal interaksi dengan keluarga

untuk mengidentifikasi data kesehatan seluruh anggota keluarga. Pengkajian

keperawatan merupakan suatu tindakan peninjauan situasi manusia untuk

memperoleh data tentang klien dengan maksud menegaskan situasi penyakit,

diagnosa masalah klien, penetapan kekuatan, dan kebutuhan promosi

kesehatan klien (Widagdo, 2016).

Komponen pengkajian keluarga menurut Friedman, et al (2003) dalam

(Widagdo, 2016), berpendapat bahwa komponen pengkajian keluarga terdiri


46

atas kategori pertanyaan, yaitu data pengenalan keluarga, riwayat dan tahap

perkembangan keluarga, data lingkungan, struktur keluarga (struktur, peran,

nilai, komunikasi, kekuatan), fungsi keluarga (fungsi afektif, sosialisasi,

pelayanan kesehatan, ekonomi, reproduksi) dan koping keluarga.

a. Data pengenalan keluarga

Data yang perlu dikumpulkan adalah nama kepala keluarga,

alamat lengkap, komposisi keluarga, tipe keluarga, latar belakang

budaya, identitas agama, status kelas sosial, dan rekreasi keluarga. Data

ini adalah data dasar untuk mengkaji data selanjutnya.

b. Data perkembangan dan sejarah keluarga

Data yang perlu dikaji pada komponen pengkajian ini, adalah

tahap perkembangan keluarga saat ini, diisi berdasarkan umur anak

pertama dan tahap perkembangan yang belum terpenuhi, Riwayat

keluarga inti (data yang dimaksud adalah data kesehatan seluruh

anggota keluarga inti yang terdiri atas ayah, ibu, dana anak), riwayat

keluarga sebelumnya dari kedua orang tua termasuk riwayat kesehatan.

c. Data lingkungan

Data yang perlu dikaji yaitu karakteristik rumah, karakteristik

tetangga dan komunitas. Data komunitas terdiri atas tipe penduduk,

apakah termasuk penduduk pedesaan atau perkotaan, tipe hunian

rumah, apakah sebagian besar tetangga, sanitasi jalan, dan

pengangkutan sampah. Karakteristik demografi tetangga dan komunitas

yaitu kelas sosial, etnis, pekerjaan dan bahasa sehari- hari.


47

Data selanjutnya pada komponen ini, adalah mobilitas geografis

keluarga. Data yang perlu dikaji yaitu berapa lama keluarga tinggal di

tempat tersebut, adakah riwayat pindah rumah, dari mana pindahnya.

Kemudian ditanyakan juga perkumpulan keluarga dan interaksi dengan

masyarakat, penggunaan pelayanan di komunitas, dan keikutsertaan

keluarga di komunitas.

Data berikutnya adalah sistem pendukung keluarga. Data yang

perlu dikaji yaitu siapa yang memberikan bantuan, dukungan dan

konseling di keluarga, apakah teman, tetangga, kelompok sosial,

pegawai atau majikan, apakah ada hubungan keluarga dengan

pelayanan kesehatan dan agensi.

d. Data struktur keluarga

Data yang perlu dikaji yaitu data struktur keluarga, antara lain

pola komunikasi, meliputi penggunaan komunikasi antar anggota

keluarga, bagaimana anggota keluarga menjadi pendengar, jelas dalam

menyampaikan pendapat, dan perasaannya selama berkomunikasi dan

berinteraksi.

Data berikutnya yang dikaji yaitu struktur kekuatan keluarga,

yang terdiri atas data siapa yang membuat keputusan dalam keluarga,

seberapa penting keputusan yang diambil. Selanjutnya, adalah data

struktur peran, meliputi peran dan posisi setiap anggota keluarga, tidak

ada konflik dalam peran, bagaimana perasaan dalam menjalankan

perannya, apakah peran dapat berlaku fleksibel.


48

Data berikutnya merupakan nilai-nilai keluarga, yaitu nilai

kebudayaan yang dianut keluarga, nilai inti keluarga seperti siapa yang

berperan dalam mencari nafkah, kemajuan dan penguasaan lingkungan,

orientasi masa depan, kegemaran keluarga, keluarga sebagai pelindung

dan kesehatan bagi keluarga, apakah ada kesesuaian antara nilai-nilai

keluarga dan nilai subsistem keluarga, bagaimana pentingnya nilai-nilai

keluarga secara sadar atau tidak, apakah ada konflik nilai yang

menonjol dalam keluarga itu sendiri, bagaimana nilai-nilai

mempengaruhi kesehatan keluarga.

e. Data fungsi keluarga

Komponen data kelima yang dikumpulkan adalah fungsi

keluarga. Ada 5 fungsi keluarga antara lain:

1) Fungsi afektif

Pada fungsi ini dilakukan pengkajian pada pola kebutuhan

keluarga dan responnya. Apakah anggota keluarga merasakan

kebutuhan individu lain dalam keluarga, apakah anggota keluarga

memberikan perhatian satu sama lain, bagaimana mereka saling

mendukung satu sama lain.

2) Fungsi sosialisasi

Data yang dikumpulkan adalah bagaimana keluarga

menanamkan disiplin, penghargaan dan hukuman bagi anggota

keluarga, bagaimana keluarga melatih otonomi dan ketergantungan,

memberi dan menerima cinta, serta latihan perilaku yang sesuai usia.
49

3) Fungsi perawatan kesehatan

Data yang dikaji terdiri atas keyakinan dan nilai perilaku

keluarga untuk kesehatan, bagaimana keluarga menanamkan nilai

kesehatan terhadap anggota keluarga, konsisten keluarga dalam

melaksanakan nilai kesehatan keluarga.

4) Fungsi ekonomi

Fungsi ekonomi adalah fungsi keempat yang perlu dikaji. Data

yang diperlukan meliputi bagaimana keluarga berfungsi untuk

memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi yang terdiri atas data

jenis pekerjaan, jumlah penghasilan keluarga, jumlah pengeluaran,

bagaimana keluarga mampu mencukupi semua kebutuhan anggota

keluarga, bagaimana pengaturan keuangan dalam keluarga.

5) Fungsi reproduksi

Data yang dikumpulkan yaitu berapa jumlah anak, apakah

mengikuti program keluarga berencana atau tidak, apakah

mempunyai masalah pada fungsi reproduksi.

f. Data koping keluarga

Komponen data terakhir yaitu data koping keluarga. Data yang

perlu dilakukan pengkajian adalah stressor keluarga, meliputi data

tentang stressor yang dialami keluarga berkaitan dengan ekonomi dan

sosialnya, apakah keluarga dapat memastikan lama dan kekuatan

stressor yang dialami, apakah keluarga dapat mengatasi stressor dan

ketegangan sehari-hari. Apakah keluarga mampu bertindak berdasarkan


50

penilaian yang objektif dan realistis terhadap situasi yang menyebabkan

stress. Bagaimana keluarga bereaksi terhadap situasi yang penuh

dengan stress, strategi koping bagaimana yang diambil oleh keluarga,

apakah anggota keluarga mempunyai koping yang berbeda.

Koping internal dan eksternal yang diajarkan, apakah anggota

keluarga berbeda dalam cara-cara koping, strategi koping internal

keluarga, kelompok kepercayaan keluarga, penggunaan humor, self

evaluasi, penggunaan ungkapan, pengontrolan masalah pada keluarga,

pemecahan masalah secara bersama, fleksibilitas peran dalam keluarga.

Strategi koping eksternal: mencari informasi, memelihara hubungan

dengan masyarakat, dan mencari dukungan sosial.

Setelah data terkumpul, kemudian dilanjutkan analisis data.

Analisis data adalah pengelompokan data berdasarkan masalah

keperawatan yang terjadi. Analisis data membutuhkan kemampuan

kognitif dalam pengembangan daya berpikir dan penalaran yang

dipengaruhi oleh latar belakang ilmu dan pengetahuan, pengalaman dan

pengertian keperawatan.

Selama melakukan analisis data, diperlukan kemampuan

mengaitkan data dan menghubungkan data tersebut dengan konsep,

teori dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam

menentukan masalah keperawatan klien dan keluarga.

Fungsi analisis data yaitu dapat menginterpretasi data yang

diperoleh dari pengkajian keperawatan yang dimiliki makna dan arti


51

dalam menentukan masalah dan kebutuhan, klien, serta sebagai proses

pengambilan keputusan dalam menentukan alternatif pemecahan

masalah yang dituangkan dalam rencana asuhan keperawatan.

Penulisan analisis data dalam bentuk tabel terdiri atas 3 kolom,

yaitu pengelompokan data, kemungkinan penyebab (etiologi), dan

masalah keperawatan. Data yang dikelompokkan berdasarkan data

subjektif dan objektif.

2. Diagnosa Keperawatan Keluarga

Diagnosis keperawatan adalah keputusan klinis mengenai individu,

keluarga, atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan

data dan analisis data secara cermat, memberikan dasar untuk menetapkan

tindakan-tindakan dimana perawat bertanggung jawab untuk

melaksanakannya.

Diagnosis keperawatan keluarga dianalisis dari hasil pengkajian

terhadap masalah dalam tahap perkembangan keluarga, lingkungan keluarga,

struktur keluarga, fungsi-fungsi keluarga, koping keluarga, baik yang bersifat

aktual, resiko, maupun potensial.

Mubarak (2012) dalam (Febrianti, 2019) merumuskan diagnosis

keperawatan keluarga berdasarkan data yang didapatkan pada pengkajian.

Komponen diagnosis keperawatan meliputi problem atau masalah, etiology

atau penyebab, dan sign atau tanda yang selanjutnya dikenal dengan PES.

a. Problem atau masalah (P) Masalah yang mungkin muncul pada penderita

artritis rheumatoid.
52

b. Etiology atau penyebab (E) Penyebab dari diagnose keperawatan pada

asuhan keperawatan keluarga berfokus pada 5 tugas kesehatan keluarga

yang meliputi:

1) Mengenal masalah kesehatan.

2) Mengambil keputusan yang tepat.

3) Merawat anggota keluarga yang sakit.

4) Memodifikasi lingkungan.

5) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan.

c. Sign atau tanda (S) Tanda atau gejala yang didapatkan dari hasil

pengkajian.

Menurut Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) (2017)

diagnosa keperawatan yang muncul pada klien stunting adalah :

a. (D.0019) Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga

merawat anggota keluarga yang sakit.

b. (D.0139) Risiko gangguan integritas kulit dibuktikan dengan perubahan

status nutrisi (kelebihan atau kekurangan) berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan.

c. (D.0142) Resiko infeksi dibuktikan dengan malnutrisi berhubungan

dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.

d. (D.0111) Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar

informasi

e. (D.0106) Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan.


53

3. Menentukan Prioritas Masalah

Selain data dianalisa dan ditetapkan masalah keperawatan keluarga,

selanjutnya masalah kesehatan keluarga yang ada, perlu diprioritaskan

bersama keluarga dengan memperhatikan sumber daya dan sumber dana

yang dimiliki keluarga. Menurut Mubarak dalam (Febrianti, 2019) tipologi

dari diagnosis keperawatan adalah:.

a. Aktual

pengkajian didapatkan data mengenai tanda dan gejala dari gangguan

kesehatan, dimana masalah kesehatan yang dialami oleh keluarga

memerlukan bantuan untuk segera ditangani dengan cepat.

b. Resiko

Diagnosis Ini menggambarkan respon klien terhadap kondisi kesehatan

yang dapat menyebabkan klien berisiko mengalami masalah kesehatan.

c. Potensial

Diagnosis Ini menggambarkan adanya keinginan dan motivasi klien

untuk meningkatkan kondisi kesehatannya ke tingkat yang lebih baik

atau optimal.

Tabel 2.2
Skoring Masalah
No Kriteria Score Bobot

1. Sifat masalah
a. Aktual 3 1
b. Resiko 2
c. Tinggi 1
2. Kemungkinan masalah dapat
diubah
a. Tinggi 2
b. Sedang 1 2
c. Rendah 0
54

3. Potensi masalah untuk dicegah


a. Mudah 3
b. Cukup 2 1
c. Tidak dapat 1
4. Menonjolnya masalah
a. Masalah dirasakan dan perlu 2
segera ditangani
b. Masalah dirasakan 1 1
c. Masalah tidak di rasakan 0
Total
Keterangan:

Total score didapatkan dengan:

Skor (total nilai kriteria) x Bobot = Nilai


Angka tertinggi dalam skor

Cara melakukan skoring:

1. Tentukan Skor untuk setiap kriteria.

2. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot.

3. Jumlah skor untuk semua kriteria.

4. Tentukan skor, nilai tertinggi menentukan urutan nomor diagnosa

keperawatan keluarga.

4. Intervensi Keperawatan

Perencanaan keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan yang

direncanakan oleh perawat untuk membantu keluarga dalam mengatasi masalah

keperawatan dengan melibatkan anggota keluarga. Perencanaan keperawatan

juga dapat diartikan juga sebagai suatu proses penyusunan berbagai intervensi

keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, menurunkan, atau mengurangi

masalah-masalah klien (Widagdo & Kholifah, 2016). Perencanaan ini

merupakan langkah ketiga dalam membuat suatu proses keperawatan.


55

Dalam menentukan tahap perencanaan bagi perawat diperlukan berbagai

pengetahuan dan keterampilan, di antaranya pengetahuan tentang kekuatan dan

kelemahan klien, nilai dan kepercayaan klien, batasan praktik keperawatan,

peran dari tenaga kesehatan lainnya, kemampuan dalam memecahkan masalah,

mengambil keputusan, menulis tujuan, serta memilih dan membuat strategi

keperawatan yang aman dalam memenuhi tujuan, menulis instruksi keperawatan

serta kemampuan dalam melaksanakan kerja sama dengan tingkat kesehatan

lain. Menurut (Widagdo & Kholifah, 2016) faktor-faktor yang perlu

dipertimbangkan dalam menyusun perencanaan keperawatan keluarga adalah

berikut ini.

a. Rencana keperawatan harus didasarkan atas analisis data secara menyeluruh

tentang masalah atau situasi keluarga.

b. Rencana keperawatan harus realistik.

c. Rencana keperawatan harus sesuai dengan tujuan dan falsafah instansi

kesehatan.

d. Rencana keperawatan dibuat bersama keluarga

Tabel 2.3
Intervensi Keperawatan pada anak Stunting
Diagnosa
No Keperawatan Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan

1. Defisit nutrisi Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi (I.03119)


berhubungan tindakan keperawatan Observasi
dengan ….x…. jam, diharapkan 1.1 Identifikasi status nutrisi
ketidakmampuan status nutrisi klien dapat 1.2 Identifikasi makanan yang
keluarga merawat membaik. disukai
anggota keluarga Kriteria Hasil: 1.3 Monitor asupan makanan
yang sakit (D.0019) 1. Status Nutrisi 1.4 Monitor berat badan
membaik Terapeutik
2. Porsi makanan dari 1.5 Lakukan oral hygiene
yang tidak habis sebelum makan, jika perlu
56

menjadi habis 1.6 Berikan makanan tinggi serat


3. Kekuatan otot untuk mencegah konstipasi
mengunyah 1.7 Berikan makanan tinggi
meningkat kalori dan tinggi protein
4. Nafsu makan 1.8 Berikan suplemen makan,
meningkat jika perlu
Edukasi
1.9 Ajarkan diet yang
diprogramkan
2. Risiko gangguan Setelah dilakukan Perawatan Integritas Kulit
integritas kulit tindakan keperawatan (I.11353)
dibuktikan dengan ….x…. jam, diharapkan Observasi
malnutrisi keluarga mampu 2. 1 Identifikasi penyebab
berhubungan merawat klien agar gangguan integritas kulit
dengan risiko gangguan (mis. Perubahan sirkulasi,
ketidakmampuan integritas kulit menurun. perubahan status nutrisi,
keluarga mengenal Kriteria Hasil: penurunan kelembaban, suhu
masalah kesehatan 1. Integritas kulit dan lingkungan ekstrem,
(D.0139) jaringan meningkat penurunan mobilitas)
2. Elastisitas meningkat Terapeutik
3. Hidrasi meningkat 2. 2 Bersihkan perineal dengan
4. Tekstur kulit air hangat, terutama selama
meningkat periode diare
2. 3 Gunakan produk berbahan
petroleum atau minyak pada
kulit kering
2. 4 Gunakan produk berbahan
ringan/alami dan hipoalergik
pada kulit sensitif
2. 5 Hindari produk berbahan
dasar alkohol pada kulit
kering
Edukasi
2. 6 Anjurkan menggunakan
pelembab (mis. Lotion,
serum)
2. 7 Anjurkan minum air yang
cukup
2. 8 Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
2. 9 Anjurkan meningkatkan
asupan buah dan sayur
3. Risiko infeksi Setelah dilakukan Pencegahan Infeksi
dibuktikan dengan tindakan keperawatan (I.14539)
malnutrisi ….x…. jam, diharapkan Observasi
berhubungan keluarga mampu 3.1 Monitor tanda dan gejala
dengan merawat klien agar infeksi local dan sistemik
ketidakmampuan risiko infeksi menurun. Edukasi
keluarga merawat Kriteria Hasil: 3.2 Jelaskan tanda dan gejala
anggota keluarga 1. Tingkat Infeksi infeksi
57

yang sakit (D.0142) menurun 3.3 Ajarkan meningkatkan


2. Kebersihan tangan asupan nutrisi
meningkat
3. Kebersihan badan
meningkat
4. Nafsu makan
meningkat
4. Defisit pengetahuan Setelah dilakukan Edukasi Kesehatan
berhubungan tindakan keperawatan (I.12383)
dengan kurang ….x…. jam, diharapkan Observasi
terpapar informasi keluarga mampu 4. 1 Identifikasi kesiapan dan
(D.0111) mengenal masalah kemampuan menerima
kesehatan klien agar informasi
tingkat pengetahuan Terapeutik
membaik. 4. 2 Jadwalkan pendidikan
Kriteria Hasil: kesehatan sesuai
1. Tingkat Pengetahuan kesepakatan
membaik 4. 3 Berikan kesempatan
2. Kemampuan bertanya
menjelaskan Edukasi
pengetahuan tentang 4. 4 Ajarkan strategi yang dapat
suatu topik digunakan untuk
meningkat meningkatkan perilaku hidup
3. Perilaku sesuai bersih dan sehat
dengan pengetahuan
meningkat

5. Gangguan tumbuh Setelah dilakukan Perawatan


kembang tindakan keperawatan Perkembangan (I.10339)
berhubungan ….x…. jam, diharapkan Observasi
dengan keluarga mampu 5. 1 Identifikasi pencapaian tugas
ketidakmampuan memahami tentang perkembangan anak
keluarga mengenal perawatan Terapeutik
masalah kesehatan perkembangan anggota 5. 2 Motivasi anak berinteraksi
(D.0106) keluarga dengan anak dengan anak lain
stunting 5. 3 Pertahankan kenyaman anak
Kriteria Hasil: 5. 4 Fasilitasi anak melatih
keluarga dapat keterampilan pemenuhan
berpartisipasi dalam kebutuhan secara mandiri
perawatan Edukasi
perkembangan klien 5. 5 Jelaskan orang tua atau
pengasuh tentang milestone
perkembangan anak dan
perilaku anak
5. 6 Anjurkan orang tua
berinteraksi dengan anaknya
Kolaborasi
5. 7 Rujuk untuk konseling, jika
perlu
58

5. Implementasi Keperawatan

Keperawatan Keluarga Implementasi atau pelaksanaan keperawatan adalah

proses dimana perawat mendapatkan kesempatan untuk menerapkan rencana

tindakan yang telah disusun dan membangkitkan minat dan kemandirian

keluarga dalam mengadakan perbaikan ke arah perilaku hidup sehat. Namun

sebelum melakukan implementasi, perawat terlebih dahulu membuat kontrak

agar keluarga lebih siap baik fisik maupun psikologis dalam menerima asuhan

keperawatan yang diberikan.

Tindakan perawat adalah upaya perawat untuk membantu kepentingan

klien, keluarga, dan komunitas dengan tujuan untuk meningkatkan kondisi fisik,

emosional, psikososial, serta budaya dan lingkungan, tempat mereka mencari

bantuan. Tindakan keperawatan adalah implementasi/pelaksanaan dari rencana

tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik.

Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan

pada nursing order untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan.

Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang

telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,

pemulihan kesehatan, dan memfasilitasi koping.

Dalam tahap ini, perawat harus mengetahui berbagai hal diantaranya

bahaya-bahaya fisik dan perlindungan pada klien, teknik komunikasi,

kemampuan dalam prosedur tindakan, pemahaman tentang hak-hak dari pasien,

serta pemahaman tingkat perkembangan pasien. Pelaksanaan tindakan

keperawatan yang telah direncanakan adalah dengan menerapkan teknik


59

komunikasi terapeutik. Dalam melaksanakan tindakan perlu melibatkan seluruh

anggota keluarga dan selama tindakan, perawat perlu memantau respon verbal

dan nonverbal pihak keluarga (Kholifah & Widagdo, 2016).

Tindakan keperawatan keluarga mencakup hal-hal sebagai berikut :

a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah

dan kebutuhan kesehatan

b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat,

c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang

sakit,

d. Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat

lingkungan menjadi,

e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada.

Namun ada faktor-faktor penyulit dari keluarga yang dapat

menghambat minat keluarga dalam bekerjasama melakukan tindakan

kesehatan ini, yaitu :

a. Kurang jelasnya informasi yang didapat keluarga, sehingga membuat

keluarga keliru.

b. Kurang lengkapnya informasi yang didapat keluarga sehingga keluarga

melihat masalah sebagian Keliru.

c. keluarga tidak dapat mengaitkan informasi yang di dapat dengan kondisi

yang dihadapi.

d. Keluarga tidak mau menghadapi situasi


60

e. Anggota keluarga tidak mampu melawan tekanan dari keluarga atau

lingkungan sekitar.

f. Keluarga ingin mempertahankan suatu pola tingkah laku.

g. Gagalnya keluarga dalam mengaitkan tindakan dengan sasaran atau

tujuan upaya keperawatan.

h. Keluarga kurang percaya dengan tindakan yang diajukan perawat.

6. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah tindakan untuk melengkapi proses keperawatan yang

menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan

pelaksanaannya sudah berhasil dicapai, meskipun tahap evaluasi diletakkan pada

akhir proses keperawatan. Evaluasi merupakan bagian integral pada setiap tahap

proses keperawatan.

Pengumpulan data perlu direvisi untuk menentukan apakah informasi yang

telah dikumpulkan sudah mencukupi dan apakah perilaku yang diobservasi

sudah sesuai. Diagnosa keperawatan juga perlu dievaluasi dalam hal keakuratan

dan kelengkapannya. Tujuan keperawatan harus dievaluasi adalah untuk

menentukan apakah tujuan tersebut, dapat dicapai secara efektif. Evaluasi

didasarkan pada bagaimana efektifnya intervensi atau tindakan yang dilakukan

oleh keluarga, perawat dan yang lainnya. Keefektifan ditentukan dengan melihat

respon keluarga dan hasil, bukan intervensi-intervensi yang diimplementasikan.

Evaluasi merupakan proses berkesinambungan yang terjadi setiap kali

seorang perawat memperbarui rencana asuhan keperawatan. Sebelum

perencanaan dikembangkan lebih lanjut, perawat bersama keluarga perlu melihat


61

tindakan-tindakan perawatan tertentu apakah tindakan tersebut benar-benar

membantu (Kholifah & Widagdo, 2016).

Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP sebagai

pola pikir, dimana masing-masing huruf tersebut akan diuraikan sebagai berikut:

S: Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah

dilaksanakan.

O: Respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah

dilaksanakan.

A: Analisa ulang terhadap data subjektif untuk menyimpulkan apakah masalah

masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang kontraindikasi

dengan masalah yang ada.

P: Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon klien.
62

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan/Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif dalam bentuk studi kasus untuk

mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan klien anak dengan stunting.

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan asuhan keperawatan keluarga

dengan anak stunting yang meliputi pengkajian, diagnosis keperawatan,

perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

B. Subyek Penelitian

Subyek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah 2 keluarga

dengan anggota keluarga anak yang mengalami stunting. Adapun subjek

penelitian yang akan diteliti berjumlah dua klien dengan kasus yang sama dan

kriteria yang sesuai.

1. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi merupakan persyaratan umum atau karakteristik agar

dapat memenuhi subjek penelitiannya yang diharapkan oleh peneliti.

Kriteria inklusi untuk sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Subyek terdiri dari 2 orang anak dalam 2 keluarga berbeda baik laki-laki

maupun perempuan.

b. Anak yang mengalami stunting.

c. Anak yang berusia 0 bulan sampai 2 tahun.


63

d. Telah mendapatkan izin dari orang tua/keluarga klien dengan

menandatangani lembar persetujuan (informed consent).

2. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi yaitu menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang

memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab. Kriteria eksklusi

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Orang tua/wali yang tengah pengambilan data mengundurkan diri

karena kondisi tertentu misalnya orang tua mengembalikan inform

consent ditengah pengambilan data.

C. Definisi Operasional

Definisi operasional variabel adalah seperangkat petunjuk yang lengkap

tentang apa yang harus diamati dan mengukur suatu variabel atau konsep untuk

menguji kesempurnaan (Sugiarto, 2016). Definisi operasional KTI ini adalah:

1. Stunting

Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat

kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang ditandai dengan panjang

atau tinggi badannya berada di bawah standar. Pada kasus ini untuk

menentukan Stunting adalah berdasarkan diagnosis yang terdapat di

Puskesmas.

2. Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Klien Anak Dengan Stunting

Asuhan keperawatan keluarga pada klien anak dengan stunting adalah

suatu proses atau tahap tahap kegiatan dalam praktik keperawatan yang
64

diberikan kepada keluarga dengan pasien stunting dalam berbagai tatanan

pelayanan kesehatan meliputi metode askep atau asuhan keperawatan yang

ilmiah, sistematis, dinamis, dan terus menerus serta berkesinambungan

dalam pemecahan masalah kesehatan pasien anak dengan stunting. Asuhan

keperawatan dimulai dengan adanya tahapan pengkajian (pengumpulan data,

analisis data, dan penegakkan masalah) diagnosis keperawatan, pelaksanaan,

dan penilaian/evaluasi tindakan keperawatan.

D. Lokasi Dan Waktu Penelitian

1. Lokasi

Penelitian ini telah dilaksanakan di rumah keluarga masing-masing di

Wilayah Kerja Puskesmas Lamaru, Kecamatan Balikpapan Timur, Kota

Balikpapan.

2. Waktu

Penelitian dilakukan pada tanggal 13 Maret 2023 s/d 24 April 2023.

E. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini dilakukan melalui tahap sebagai berikut:

1. Proposal disetujui oleh penguji.

2. Meminta izin untuk pengumpulan data dengan metode studi kasus melalui

surat izin pelaksanaan studi kasus kepada pihak Puskesmas serta pihak

keluarga.
65

3. Membina hubungan saling percaya kepada responden, memberikan

informasi singkat tentang tujuan dan manfaat studi kasus kepada responden

atau penjelasan untuk mengikuti pelaksanaan tindakan keperawatan. Agar

berpartisipasi dalam studi kasus ini, lembar persetujuan (informed consent)

untuk ditandatangani.

4. Meminta keluarga responden yang setuju untuk berpartisipasi dalam

pelaksanaan karya tulis ilmiah tersebut.

5. Melakukan pengkajian pada keluarga dengan anak stunting.

6. Melakukan pemeriksaan fisik pada keluarga dengan anak stunting.

7. Merumuskan diagnosa keperawatan pada keluarga dengan anak stunting.

8. Menentukan intervensi keperawatan sesuai dengan masalah keperawatan.

9. Melakukan evaluasi segera setelah tindakan dilakukan dan rekapitulasi serta

kesimpulan dari observasi dan analisa status kesehatan selama 5 hari dengan

melihat tujuan yang tercapai.

F. Metode Dan Instrumen Pengumpulan Data

Metode dan instrumen pengumpulan data untuk penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara. Melakukan wawancara dengan memperoleh hasil

anamnesis berisi tentang identitas klien, keluhan utama, riwayat

penyakit sekarang – dahulu – keluarga dll). Sumber data dari klien,

keluarga.
66

b. Observasi dan pemeriksaan fisik (dengan pendekatan inspeksi, palpasi,

perkusi, auskultasi) pada sistem tubuh klien.

c. Studi dokumentasi (hasil dari pemeriksaan diagnostic dan kuesioner).

2. Instrumen Pengumpulan Data

Alat atau instrumen pengumpulan data menggunakan format

pengkajian Asuhan Keperawatan Keluarga sesuai ketentuan yang berlaku.

G. Keabsahan Data
Keabsahan data yang digunakan:

1. Data Primer

Sumber data yang dikumpulkan klien dapat berupa memberikan informasi

secara lengkap tentang masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi.

2. Data Sekunder

Sumber data yang dikumpulkan dari orang terdekat klien, seperti orang tua.

3. Data Tersier

Catatan riwayat penyakit klien.

H. Analisa Data

Analisa data dilakukan sejak peneliti di lapangan, sewaktu pengumpulan

data sampai dengan semua data terkumpul. Analisis data dilakukan dengan cara

mengemukakan fakta, selanjutnya membandingkan dengan teori yang ada dan

selanjutnya dituangkan dalam opini pembahasan. Teknik analisis yang

digunakan dengan cara menarasikan jawaban-jawaban dari penelitian yang

diperoleh dari hasil interpretasi wawancara mendalam yang dilakukan untuk


67

menjawab rumusan masalah penelitian. Teknik analisis digunakan dengan cara

observasi oleh peneliti dan studi dokumentasi yang menghasilkan data untuk

selanjutnya diinterpretasikan oleh peneliti dibandingkan teori yang ada sebagai

bahan untuk memberikan rekomendasi dalam intervensi tersebut.


68

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada BAB ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan tentang asuhan

keperawatan keluarga pada anak dengan stunting diwilayah kerja Puskesmas

Lamaru. Adapun hasil penelitiannya diuraikan sebagai berikut:

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Lokasi Penelitian

Studi kasus yang digunakan adalah kunjungan terhadap keluarga

dengan menerapkan asuhan keperawatan serta analisis mengenai peningkatan

peran keluarga dalam merawat keluarga dengan stunting pada anak. Pada bab

ini penulis mengemukakan hasil dari asuhan keperawatan keluarga dengan

melalui proses keperawatan yang dimulai dari pengkajian, menegakkan

diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pada keluarga Tn. M alamat

jalan Mulawarman RT. 007, Lamaru, Balikpapan Timur dan keluarga Tn. R

alamat jalan Mulawarman RT. 003, Lamaru, Balikpapan Timur.

2. Data Asuhan Keperawatan

Data asuhan keperawatan yang akan dibahas, yaitu: pengkajian,

diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan dan implemetasi keperawatan.

Adapun hasilnya sebagai berikut.


69

a. Pengkajian

1) Anamnesa hasil pengkajian

Tabel 4.1
Hasil Anamnesa keluarga klien 1 dan 2 dengan stunting di wilayah Kerja
Puskesmas Lamaru Tahun 2023
Data Umum Keluarga 1 (Klien An.S) Keluarga 2 (Klien An. N)
Nama Kepala Tn. R Tn. M
Keluarga (KK)
Jenis Kelamin Laki-Laki Laki-Laki
Pendidikan SMA SMA
terakhir
Usia 37 tahun 38 tahun
Alamat dan tlp Jl. Mulawarman Rt. 07 No. , Jl. Mulawarman Rt. 03 No. ,
Lamaru Lamaru
08524673XXXX 08125855XXXX
Komposisi Anggota Keluarga
Keluarga
Klien 1 Klien 2
Nama Ny. P An. Z An. S Ny. S An. M An. N
Jenis Kelamin P P P P P L
Hubungan Istri Anak Anak Istri Anak Anak
dengan KK
Usia 30 5 tahun 11 34 7 tahun 12 bulan
tahun bulan tahun
Pendidikan SMA TK Belum SMA SD Belum
terakhir sekolah sekolah
Pekerjaan Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
bekerja bekerja bekerja beker bekerja bekerja
ja
Keluarga 1 (Klien An. S) Keluarga 2 (Klien An. N)
Tipe Keluarga Keluarga Tn. R dengan tipe Keluarga Tn. M dengan tipe
keluarga inti (nuclear famiy). keluarga inti (nuclear famiy).
Agama Keluarga Tn. R beragama Islam Keluarga Tn. M beragama Islam
Suku Bangsa Keluarga Tn. R bersuku Palu, Keluarga Tn. M bersuku
bahasa yang digunakan sehari- bersuku Jawa, bahasa yang
hari Bahasa Indonesia. digunakan sehari-hari Bahasa
Indonesia
Status Sosial Tn. R mengatakan bahwa Tn. R Tn. R mengatakan bahwa Tn. R
dan Ekonomi yang mencari nafkah untuk yang mencari nafkah untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari memenuhi kebutuhan sehari-
dengan bekerja sebagai mekanik hari dengan bekerja sebagai
pertambangan, penghasilan wiraswatsa, penghasilan sebulan
sebulan 5.000.000-6.000.000. tidak menentu.
Aktivitas dan Tn. R mengatakan aktivitas Tn. M mengatakan aktivitas
Rekreasi sehari-hari bekerja, untuk Ny. P sehari-harinya bekerja, untuk
Keluarga dirumah biasa mengurusi dan Ny. S sering beraktivitas
menjaga An. Z dan An. S, dirumah menjaga An. M dan
berbincang dengan tetangga dan An. N, mengantar An. M
menonton tv. Untuk rekreasi sekolah, menonton tv. Keluarga
keluarga biasanya keluarga Tn. R Tn. M sering melakukan
pergi berekreasi ke pantai. rekreasi ke pantai.
70

Genogram Klien 1
Ket :
: Laki-Laki
: Perempuan
: Laki-Laki meninggal
: Perempuan meninggal
: Pasien (An.S)
: Tinggal serumah
Genogram Klien 2
Ket :
: Laki-Laki
: Perempuan
: Laki-Laki meninggal
: Perempuan meninggal
: Pasien (An. N)
: Tinggal serumah
Riwayat dan Keluarga 1 Keluarga 2
Tahap (Klien An.S) (Klien An. N)
Perkembangan
Tahap Tahap perkembangan keluarga Keluarga pada saat ini berada
perkembangan Tn.A termasuk dalam tahap pada tahap IV yaitu dengan
saat ini perkembangan VIII lanjut usia. tahap anak usia sekolah, dimana
Dimana Ny. S berusia 74 tahun. An. M anak pertama saat ini
berusia 7 tahun.
Tahap Keluarga pada saat ini berada Pada keluarga Tn. S tahap
perkembagan pada tahap III yaitu dengan tahap perkembangan keluarga sudah
yang belum anak Pra-sekolah, dimana An. Z terpenuhi.
terpenuhi anak pertama saat ini berusia 5
tahun.
Riwayat Tn. R tidak memiliki riwayat Tn.M tidak memiliki riwayat
keluarga inti penyakit dan alergi, status penyakit dan alergi, status
imunisasi lupa, dengan imunisasi lupa, dengan
penampilan umum sehat, status penampilan umum sehat, status
kesehatan saat ini baik. kesehatan saat ini baik.
Ny. P saat hamil mengalami Ny.S tidak memiliki riwayat
anemia dan tidak rutin meminum penyakit dan alergi, status
obat penambah darah karena imunisasi lupa, dengan
selalu mual, ASI tidak bisa keluar penampilan umum sehat, status
karena mengalami stress, kesehatan saat ini baik
penampilan umum baik tidak ada An. M tidak ada riwayat
riwayat alergi, status imunisasi penyakit status kesehatan baik,
lupa. penampilan umum baik tidak
An. Z memiliki riwayat BBLR, ada riwayat alergi.
status imunisasi lengkap, status An. N sering mengalami sakit
kesehatan baik, penampilan batuk dan pilek sejak usia 6
umum baik, tidak ada riwayat bulan, tidak memiliki riwayat
alergi. alergi, status imunisasi lengkap,
An. S memiliki riwayat alergi penampilan umum BB dan PB
susu sapi, BBLR, diare dan masuk rendah sehingga terlihat pendek
RS saat usia 7 bulan karena dan kurus karena An. N saat
diberikan makanan yang usia 6 bulan diberikan MPASI
mengandung susu sapi, saat ini selalu dimuntahkan kemudian
An. S belum di berikan MPASI saat usia 8 bulan Ny. S
dikarenakan Ny. P tidak ingin menyadari bahwa klien
terjadi diare lagi pada klien,klien memiliki tanda dan gejala dari
71

hanya diberikan susu formula stunting sehingga Ny.S segera


(soya), terkadang diberikan buah memberikan MPASI dan
dan biscuit dari puskesmas yang suplemen makan, status
dibuat menjadi bubur, keluarga kesehatan saat ini baik, BB dan
belum tahu masalah stunting, PB rendah dari seusianya
terlihat dari buku KIA klien tidak terlihat dari KMS berada di
rutin di periksa ke bawah garis merah (BGM) dan
posyandu/puskesmas karena di grafik PB menurut BB
tempat yang sering berpindah dan menunjukkan angka -3 SD
di lokasi rumah lainnya yang (sangat kurus), klien dapat
berada di bukit batuah belum berjalan sambal berpegangan
berjalannya kegiatan posyandu, benda sekitar, klien dapat
status imunisasi belum lengkap, memegang benda kecil, klien
penampilan umum BB dan PB tidak aktif bermain dengan
rendah sehingga terlihat pendek orang sekitarnya, pola tidur
dan kurus, perilaku aktif sesuai klien terganggu karena tidak
dengan usianya status kesehatan tidur siang sehingga sering
saat ini baik, BB dan PB rendah terbangun tengah malam dan
dari seusianya terlihat dari KMS tidak kembali tidur hingga pagi,
berada di bawah garis merah klien jarang mengeluarkan suara
(BGM) dan di grafik PB menurut dan kata kata, klien dapat
BB menunjukkan angka -2 SD mengenal anggota keluarganya.
(kurus), klien kurang aktif saat
bermain dengan orang
disekitarnya, klien jarang
mengeluarkan suara, klien mudah
marah dan rewel, klien dapat
berjalan sambil perpegangan
benda sekitar, klien belum bisa
makan sendiri, klien tidak terlalu
mengenal ayahnya.
Riwayat Orangtua Tn. R tidak memiliki Orangtua Tn. M tidak memiliki
keluarga riwayat penyakit keluarga. riwayat penyakit keluarga.
sebelumnya Orangtua Ny. P tidak ada riwayat Orangtua Ny. S tidak memiliki
penyakit keluarga. riwayat penyakit keluarga.
Keadaan Keluarga 1 Keluarga 2
Lingkungan (Klien An.S) (Klien An.N)
Karakteristik Tempat tinggal keluarga Tn. R Tempat tinggal keluarga Tn. M
Rumah memiliki luas kurang lebih 50 memiliki luas kurang lebih 47
meter, persegi panjang, bangunan meter, persegi panjang,
tersebut memiliki 2 kamar, 1 bangunan tersebut memiliki 2
ruang tengah, 1 dapur, dan 2 kamar, 1 ruang tengah, 1 dapur,
kamar mandi. dan 1 kamar mandi.
Penerangan/ventilasi cukup. Penerangan/ventilasi cukup.
Lantai rumah tampak bersih, hal Lantai rumah tampak bersih, hal
ini terlihat dari tidak adanya ini terlihat dari tidak adanya
kotoran pada lantai, dinding kotoran pada lantai dan karpet,
rumah terbuat dari semen. Untuk dinding rumah terbuat dari
penggunaan air keluarga kayu. Untuk penggunaan air
menggunakan sumber air bersih keluarga menggunakan sumber
dari PDAM. terdapat pekarangan air bersih dari PDAM Saluran
di depan rumah. Saluran pembuangan air limbah ke
pembuangan air limbah ke selokan. Menggunakan jamban
selokan. Menggunakan jamban septi tank, tidak mencemari
septi tank, tidak mencemari sumber air minum, jamban tidak
72

sumber air minum, jamban tidak berbau, tidak mencemari tanah


berbau, tidak mencemari tanah disekitarnya, mudah dibersihkan
disekitarnya, mudah dibersihkan dan aman digunakan, dilengkapi
dan aman digunakan, dilengkapi dinding dan atap, tersedia sabun
dinding dan atap, tersedia sabun serta alat pembersih lainnya,
serta alat pembersih lainnya, tempat sampah tertutup.
tempat sampah tertutup.
Karakteristik Keluarga Tn. R tinggal di Keluarga Tn. M tinggal di
lingkungan lingkungan rumah seperti lingkungan rumah yang
rumah komplek dengan lingkungan bertetanggaan dengan saudara-
sekitar yang bersih. saudara lainnya dengan
lingkungan sekitar rumah yang
berada di tanjakan dan rumah ke
rumah yang dibangun
berdempetan.
Mobilitas Keluarga Tn.R sudah tinggal di Keluarga Tn. M sudah tinggal di
geografis tempat tersebut semenjak tempat tersebut semenjak kecil
keluarga berkeluarga sekitar 6 tahun yang sekitar 30 tahun yang lalu.
lalu, tetapi bepindah pindah Tidak pernah berpindah tempat
dikarenakan mengikuti pekerjaan tinggal.
Tn. R dan baru menempati tempat
tinggal yang sekarang lagi sejak
bulan oktober tahun lalu.
Perkumpulan Keluarga Tn. R berinteraksi keluarga Tn. M masih
keluarga dan dengan baik dengan lingkungan mengikuti kegiatan sosialisasi di
interaksi dengan sekitarnya, tetapi dalam keluarga lingkungan sekitar seperti
keluarga terkadang mengalami masalah gotong royong dan Ny. S
yang sulit di atasi. sebagai kader di Posyandu.
Struktur Keluarga 1 Keluarga 2
Keluarga (Klien An.S) (Klien An. N)
Pola Keluarga Tn.R berkomunikasi Keluarga Tn. M berkomunikasi
Komunikasi dengan kurang baik dikarenakan dengan baik dan satu sama lain
Keluarga Tn. R yang bekerja jauh dari saling terbuka.
keluarga.
Struktur Didalam aktivitas sehari-hari Didalam aktivitas sehari-hari
kekuatan keluarga saling perhatian dan keluarga saling perhatian dan
keluarga merasakan bahwa mengatasi merasakan bahwa mengatasi
masalah menjadi tanggung jawab masalah menjadi tanggung
bersama dalam keluarga. jawab bersama dalam keluarga.
Struktur peran Tn. R berperan sebagai kepala Tn. M berperan sebagai kepala
keluarga keluarga, mencari nafkah untuk keluarga, mencari nafkah untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari. memenuhi kebutuhan sehari-
Ny. P sebagai istri membantu hari.
mengurus kebutuhan keluarga dan Ny. S sebagai istri membantu
menjaga anak. mengurus kebutuhan keluarga
An. Z sebagai anak pertama dan menjaga anak.
masih belajar di taman kanak – An. M sebagai anak pertama
kanak masih belajar di sekolah dasar
An. S sebagai anak kedua belum An. N sebagai anak kedua
sekolah belum sekolah
Nilai dan norma Keluarga Tn.R selalu berperilaku Keluarga Tn.M menerapkan
keluarga sesuai dengan agama yang dianut. nilai-nilai keagamaan dan
dulu sering terjadi adanya konflik norma-norma yang berlaku.
antara Tn. R dan Ny. P tetapi saat Menghormati dan menyayangi
ini jarang terjadi konflik. satu dengan yang lain.
73

Fungsi Keluarga 1 Keluarga 2


Keluarga (Klien An.S) (Klien An.N)
Fungsi Afektif Keluarga Tn. R saling mengasihi Keluarga Tn. M selalu
dan selalu mendukung satu mendukung satu dengan yang
dengan yang lainnya. Keluarga lain. Saling memberi kasih antar
Tn. R selalu bantu membantu keluarga, membantu anggota
antar keluarga sesuai kemampuan. keluarga yang sedang sakit.
Fungsi Sosial Keluarga Tn. R bersosialisasi Keluarga Tn.M selalu
dengan baik, untuk menghindari bersosialisasi dengan baik,
terjadinya konflik. untuk menghindari terjadinya
konflik.
Fungsi Keluarga Tn. R merawat An. N Keluarga Tn.M merawat An. N
Perawatan yang mengalami alergi susu sapi dengan baik, selalu
Keluarga dan diare dengan baik. Tn. R dan memperhatikan An. N mulai
Ny. P selalu membawa An. S ke dari pemberian makan seusianya
pelayanan kesehatan jika sakit. dan jika kulit An. N kering
Kulit An. S kering sehingga selalu segera di berikan pelembab.
diberikan pelembab khusus bayi Berupa baby oil, tetapi
setiap hari Tn. R kurang terkadang saat mandi diberikan
memahami mengenai masalah sabun mandi orang dewasa.
stunting pada anaknya. Keluarga memahami mengenai
masalah stunting pada anaknya.
Stress dan Ny. P mengatakan yang menjadi Tn. M mengatakan yang
Koping stressor saat ini adalah Tn. R yang menjadi stressor saat ini adalah
Keluarga bekerja jauh dari keluarga dan BB dan PB An. N yang sulit
pulang 3 bulan sekali serta bertambah dikarenakan sulitnya
sulitnya komunikasi dikarenakan untuk makan, Ny. S mengatakan
kesulitan jaringan di tempat kerja. klien tidak memilih milih
Tn. R selalu berdiskusi sebelum makanan, Ny. S sudah
mengatasinya. memberikan klien makan yang
sesuai dengan usianya sesuai
dengan pengetahuan yang ia
dapatkan dari penyuluhan yang
ia ikuti mengenai masalah
stunting, frekuensi makan 3-4
kali sehari tetapi klien sekali
makan hanya sekitar 3-5 sendok
makan dengan 1 porsi makan
terdiri: nasi, sayur, lauk-pauk.
Klien sudah terbiasa makan
makanan keluarga dan
terkadang makan sendiri. Ny. S
mengatakan klien suka makan
biscuit dari puskesmas.
Harapan Keluarga Tn.R berharap Keluarga berharap dengan
Keluarga kedatangan mahasiswa dapat datangnya mahasiswa perawat
membantu, mengatasi masalah dapat membantu keluarga Tn. M
yang terjadi pada anaknya, seperti dalam penanganan stunting pada
apa saja yang harus & tidak boleh anaknya.
dilakukan.
74

Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada keluarga 1 dan

keluarga 2 terdapat 1 anggota keluarga yang memiliki masalah stunting

yaitu pada keluarga 1 An. S berjenis kelamin perempuan berusia 11

bulan sebagai anak kedua, suku Palu. Klien memiliki riwayat BBLR,

diare dan alergi susu sapi. Klien tinggal bersama kedua orangtuanya. tipe

keluarga keluarga inti, tahap perkembangan keluarga saat ini yaitu berada

pada tahap III dengan anak prasekolah. sanitasi lingkungan cukup baik,

menggunakan sumber air dari PDAM, PHBS keluarga baik dibuktikan

dengan adanya tempat sampah, air bersih, jamban sehat, tidak ada

keluarga yang merokok, keluarga tidak tahu pasti penyebab stunting,

PHBS dan pola komunikasi tidak cukup baik.

Sedangkan keluarga 2 An. N berjanis kelamin laki-laki berusia 12

bulan sebagai anak kedua, suku Jawa. Klien sering mengalami batuk dan

pilek sejak usia 6 bulan, keluarga beranggotakan 4 orang, tipe keluarga

yaitu keluarga inti, tahap perkembangan berada pada tahap IV dengan

anak usia sekolah, sanitasi lingkungan cukup baik, menggunakan sumber

air dari PDAM, PHBS keluarga baik, adanya tempat sampah, air bersih,

jamban sehat, tidak ada anggota keluarga yang merokok, keluarga

mengetahui penyebab dari stunting, PHBS dan pola komunikasi baik.

2) Pemeriksaan Fisik

Berikut hasil pemeriksaan fisik Klien 1 dan Klien 2 :


75

Tabel 4.2
Hasil pemeriksaan fisik klien 1 dan 2 dengan stunting di wilayah Kerja
Puskesmas Lamaru Tahun 2023
Pemeriksaan Klien 1 An. S Klien 2 An. N
Tanda-tanda Suhu : 36,5C Suhu : 37C
Vital Respirasi : 30x/menit Respirasi : 33x/menit
Nadi : 113x/menit Nadi : 121x/menit
Spo2: 99% Spo2: 100%
Berat Badan 6,3 kg (11 bulan) 6,4 kg (12 bulan)
(Usia)
Panjang Badan 67 cm 69 cm
LK 38,8 cm 44 cm
LILA 13 cm 12 cm
Status gizi Stunted (pendek) Severely stunted (sangat
pendek)
Kesadaran Composmentis Composmentis
Kepala Rambut pendek, hitam tidak Rambut pendek, hitam
ada kelainan, tidak ada bekas tidak ada kelainan, tidak
luka, Bentuk kepala simetris, ada bekas luka, Bentuk
kulit kepala tidak ada lesi kepala simetris, kulit kepala
dan tidak ada benjolan. tidak ada lesi dan tidak ada
Rambut berwarna hitam benjolan. Rambut berwarna
tidak beruban hitam tidak beruban
Mata Bentuk mata simetris, Bentuk mata simetris,
konjungtiva tidak anemis, konjungtiva tidak anemis,
pupil isokor, sclera tidak pupil isokor, sclera tidak
ikterik, ketajaman ikterik, ketajaman
pengelihatan baik. pengelihatan baik.
Telinga Bersih, tidak ada serumen, Bersih, tidak ada serumen,
tidak ada luka tidak ada luka
Hidung Bersih, tidak ada secret, tidak Bersih, tidak ada secret,
ada kelainan, bentuk hidung tidak ada kelainan, bentuk
simetris, tidak ada benjolan, hidung simetris, tidak ada
tidak ada pernapasan cuping benjolan, tidak ada
hidung pernapasan cuping hidung
Mulut Tidak ada stomatitis, gigi Tidak ada stomatitis, gigi
sudah tumbuh, uvula terletak sudah tumbuh, uvula
sinetris tengah terletak sinetris tengah
Leher/tenggor Tidak ada kesulitan menelan Tidak ada kesulitan
okan menelan
Dada dan Pergerakan dada simetris, Pergerakan dada simetris,
paru-paru vesikuler, tidak ada keluhan vesikuler, tidak ada keluhan
sesak nafas, tidak ada otot sesak nafas, tidak ada otot
bantu pernapasan bantu pernapasan
Abdomen Tidak ada nyeri tekan, tidak Tidak ada nyeri tekan, tidak
ada massa abdomen, tidak ada massa abdomen, tidak
Nampak bayangan pembuluh Nampak bayangan
darah pada abdomen, tidak pembuluh darah pada
ada bekas luka. abdomen, tidak ada bekas
luka.
76

Ekstrimitas Kemampuan pergerakan Kemampuan pergerakan


sendi lengan dan tungkai sendi lengan dan tungkai
baik (pasien mampu baik (pasien mampu
menggerakan dengan bebas menggerakan dengan bebas
tanpa keluhan). tanpa keluhan).
Kulit Warna kulit sawo matang, Warna kulit sawo matang,
turgor kulit baik, tidak ada turgor kulit baik, tidak ada
bekas luka, tidak ada tanda- bekas luka, tidak ada tanda-
tanda infeksi, kulit teraba tanda infeksi, kulit teraba
hangat, kering, terdapat garis hangat, kering dan
halus. mengelupas dibagian jari
tangan dan jari kaki serta
siku, terdapat garis halus.
Kuku Panjang dan bersih Pendek dan bersih
CRT< 2 detik CRT< 2 detik
Pencernaan Tidak ada keluhan mual dan Tidak ada keluhan mual
muntah, nafsu makan tidak dan muntah, nafsu makan
baik, alergi susu sapi, saat ini tidak baik, tidak ada alergi
klien mengonsumsi susu makanan.
formula (soya)
Tidur dan Klien biasa tidur jam 9 Klien biasa tidur jam 9
istirahat malam dan tidur siang sekitar malam dan tidur siang
2 jam. sekitar 1-2 jam.
Berdasarkan hasil pengkajian pemeriksaan fisik yang dilakukan

pada keluarga 1 ditemukan masalah pada klien 1 An.S mengalami BB

dan PB yang tidak sesuai dengan usianya yaitu BB: 6,3 kg, PB : 67 cm

dengan status gizi stunted (pendek). Pemeriksaan fisik pada bagian Kulit

tampak kering, tidak ada bekas luka, turgor baik, tidak ada tanda-tanda

infeksi.

Sedangkan keluarga 2 ditemukan masalah tidak sesuainya BB dan

PB dengan seusianya yaitu, BB: 6,4 kg, TB: 69 cm. Pemeriksaan fisik

pada bagian kulit kering dan mengelupas disekitar jari tangan dan kaki

serta siku. tidak ada bekas luka, turgor baik, tidak ada tanda-tanda

infeksi. Kuku klien pendek dan bersih, CRT < 2 detik. Pada pencernaan

klien tidak ada keluhan mual dan munah, nafsu makan tidak baik, tidak

ada alergi makanan.


77

b. Analisa Data

Table 4.3
Analisa data klien 1 dan klien 2 dengan stunting di wilayah Kerja Puskesmas
Lamaru Tahun 2023
Diagnosis Klien 1 Diagnosis Klien 2
keperawatan keperawatan
Gangguan DS: Gangguan DS:
Tumbuh - Keluarga mengatakan Tumbuh - Ny. S mengatakan
Kembang Ny. P memiliki riwayat Kembang sudah memberikan
penyakit anemia saat makanan yang
hamil dan tidak rutin cukup untuk klien
meminum tablet tetapi anak tidak ada
tambah darah kenaikan berat
- Ny.P mengatakan klien badan
memiliki riwayat BB - Ny. S menyadari
dan PB rendah saat anaknya mengalami
lahir tanda dan gejala
- Ny. P mengatakan stunting sejak usia
klien belum diberikan sekitar 8 bulan
makanan pendamping - Ny. S mengatakan
ASI(MPASI) klien sulit makan
- Ny. P mengatakan - Ny. S mengatakan
klien hanya diberikan klien tidak memilih
susu formula (soya) makanan tetapi
dan terkadang makan klien hanya
diberikan buah serta sedikit
biscuit dari puskesmas - klien dapat berjalan
yang dijadikan bubur sambal berpegangan
- Ny. P mengatakan benda sekitar
klien memiliki riwayat - klien dapat memegang
alergi susu sapi benda kecil
- klien kurang aktif saat - klien tidak aktif
bermain dengan orang bermain dengan orang
disekitarnya sekitarnya
- klien jarang - pola tidur klien
mengeluarkan suara terganggu karena
- klien mudah marah dan tidak tidur siang
rewel sehingga sering
terbangun tengah
- klien dapat berjalan
malam dan tidak
sambil perpegangan
kembali tidur hingga
benda sekitar
pagi
- klien belum bisa makan
- klien jarang
sendiri
mengeluarkan suara
- klien tidak terlalu dan kata kata
mengenal ayahnya.
- klien dapat mengenal
anggota keluarganya
DO:
- klien tampak kurus dan DO:
pendek untuk anak - Klien tampak kurus
seusianya dan pendek untuk
78

- Usia klien 11 bulan anak seusianya


- BB: 6,3 kg - Klien sekali makan
- PB : 67 cm hanya 3-5 sendok 1
- LK: 38,8 cm porsi makan terdiri:
- LILA: 13 cm nasi, sayur, lauk-
- Terlihat di riwayat pauk
buku KIA keluarga - Klien tampak
tidak rutin membawa memakan biscuit
klien pemeriksaan rutin bayi dari puskesmas
di posyandu/puskesmas - usia klien 12 bulan
- Tampak di grafik KMS - BB: 6,4 kg
bahwa BB klien di - PB: 69 cm
bawah garis merah - LK: 44 cm
(BGM) - LILA: 12cm
- Tampak di grafik BB - Tampak di grafik
menurut PB KMS bahwa BB
menunjukkan di -2 SD klien berada di
(pendek) bawah garis merah
- Tampak di grafik
BB menurut PB
menunjukkan -3 SD
(sangat pendek)
Risiko DS: Risiko DS:
Gangguan - Ny. P mengatakan Gangguan - Ny. S mengatakan
Integritas kulit klien kering Integritas kulit kering dan
Kulit/jaringan - Ny.P mengatakan Kulit/ terkadang
memandikan klien jaringan terkelupas di
dengan sabun khusus daerah kaki dan
bayi tangan
DO: - Ny. S
- Kulit klien tampak menggunakan
kering sabun khusus bayi
- Tampak garis halus untuk klien
terkadang memakai
sabun orang
dewasa
DO:
- Kulit klien tampak
kering dan
mengelupas di
bagian kaki dan
tangan
- Tampak garis halus
79

Deficit DS: Kesiapan DS:


pengetahuan - Keluarga menanyakan peningkatan - Keluarga
apa penyebab penyakit pengetahuan mengetahui
anaknya masalah yang
- Keluarga mengatakan terjadi di
klien belum di berikan keluarganya
MPASI - Ny. S menjelaskan
DO: secara umum
- Terlihat di riwayat tentang masalah
buku KIA keluarga yang di alami klien
tidak rutin membawa - Keluarga
anaknya pemeriksaan menjelaskan upaya
rutin di penanganan yang ia
posyandu/puskesmas dapatkan dari
- Keluarga tampak tidak penyuluhan tentang
mengetahui masalah anak stunting.
yang diderita klien DO:
- Keluarga tampak - Keluarga
kebingungan saat menerapkan PHBS
ditanya tentang - Klien tampak
penyebab, tanda dan memberikan makan
gejala penyakit klien sesuai dengan
usianya dan rutin
memeriksakan ke
posyandu
Berdasarkan tabel diatas pada klien 1 dan klien 2 ditemukan

persamaan diagnosa yaitu Gangguan Tumbuh Kembang dan Risiko

Gangguan Integritas Kulit/Jaringan. Sedangkan diagnosa yang berbeda yaitu

Defisit pengetahuan untuk klien 1 dan Kesiapan peningkatan pengetahuan

untuk klien 2.
80

c. Diagnosa Keperawatan

Berikut skoring masalah keperawatan pada keluarga 1 dan 2.

Tabel 4.4
Skoring masalah keperawatan keluarga 1 dengan stunting di wilayah Kerja
Puskesmas Lamaru Tahun 2023
No. Kriteria Perhitungan Nilai Pembenaran
Gangguan Tumbuh Kembang b.d Ketidakmampuan Keluarga Merawat
Anggota Keluarga yang Sakit (D.0106)
1 Sifat Masalah : 3x1/3 1 Keluarga mengatakan
Aktual (3) Klien memiliki alergi
Resiko Tinggi (2) susu sapi dan belum
Potensial (1) diberikan MPASI
Bobot : 1
2 Kemungkinan masalah 1x2/2 1 Keluarga mengatakan
dapat diubah: Klien diberikan susu
Mudah (2) formula (soya) dan
Sebagian (1) terkadang diberikan buah
Tidak dapat (0) buahan dan biscuit bayi
Bobot : 2
3 Potensi masalah untuk 2x1/3 2/3 Keluarga mengatakan
dicegah : sedikit paham mengenai
Tinggi (3) pemberian nutrisi kepada
Cukup (2) bayi namun tidak ingin
Rendah (1) jika Klien terkena diare
Bobot : 1 lagi.
4 Menonjolnya masalah : 2x1/2 2 Menurut keluarga PB BB
Segera diatasi (2) yang sulit bertambah ini
Tidak segera diatasi harus segera ditangani,
(1) karena ini menyangkut
Tidak dirasakan ada dengan pertumbuhan dan
masalah (0) perkembangan anaknya.
Bobot : 1
Total 4 2/3
Risiko Gangguan Integritas Kulit/ Jaringan b.d Ketidakmampuan Keluarga
Merawat Anggota Keluarga yang Sakit (D.0139)
1 Sifat Masalah : 1x1/3 1 Keluarga mengatakan
Aktual (3) kulit klien kering
Resiko Tinggi (2)
Potensial (1)
Bobot : 1
2 Kemungkinan masalah 2x2/2 2 Keluarga mengatakan
dapat diubah: memakai produk khusus
Mudah (2) bayi untuk perawatan
Sebagian (1) kulit bayi
Tidak dapat (0)
Bobot : 2
81

3 Potensi masalah untuk 3x1/3 1 Keluarga mengatakan


dicegah : telah memberikan
Tinggi (3) pelembab ke kulit klien
Cukup (2)
Rendah (1)
Bobot : 1
4 Menonjolnya masalah : 2x1/2 1 Keluarga mengatakan
Segera diatasi (2) masalah segera diatasi
Tidak segera diatasi agar tidak terjadi luka
(1) pada kulit klien
Tidak dirasakan ada
masalah (0)
Bobot : 1
Total 4
Defisit Pengetahuan b.d Ketidakmampuan Keluarga Mengenal Masalah
(D.0111)
1 Sifat Masalah : 3x1/3 1 Keluarga belum
Aktual (3) memahami dengan baik
Resiko Tinggi (2) mengenai stunting
Potensial (1)
Bobot : 1
2 Kemungkinan masalah 2x2/2 2 Keluarga Tn.A mengatakan
dapat diubah: masalah dapat diubah jika
Mudah (2) mendapatkan informasi
Sebagian (1) tentang masalah yang sedang
dialami
Tidak dapat (0)
Bobot : 2
3 Potensi masalah untuk 3x1/3 1 Keluarga sangat terbuka
dicegah : dan aktif bertanya
Tinggi (3) mengenai stunting
Cukup (2)
Rendah (1)
Bobot : 1
4 Menonjolnya masalah : 2x1/2 1 Keluarga mengatakan
Segera diatasi (2) masalah harus segera
Tidak segera diatasi diatasi agar lebih paham
(1) bagaimana cara mengatasi
Tidak dirasakan ada masalah.
masalah (0)
Bobot : 1
Total 5
82

Tabel 4.5
Skoring masalah keperawatan keluarga 2 dengan stunting di wilayah Kerja
Puskesmas Lamaru Tahun 2023
No. Kriteria Perhitungan Nilai Pembenaran
Kesiapan Peningkatan Pengetahuan b.d Ketidakmampuan Keluarga
Mengenal Masalah (D.O113)
1 Sifat Masalah : 1x1/3 1/3 Pengetahuan keluarga
Aktual (3) mengenai masalah sudah
Resiko Tinggi (2) cukup baik, orang tua
Potensial (1) klien mencari informasi
Bobot : 1 mengenai stunting.
2 Kemungkinan masalah 2x2/2 2 Orang tua klien mudah
dapat diubah: memahami dan keluarga
Mudah (2) paham tentang masalah
Sebagian (1) kesehatan anggota
Tidak dapat (0) keluarga
Bobot : 2
3 Potensi masalah untuk 3x1/3 1 Keluarga memahami
dicegah : tentang masalah
Tinggi (3) kesehatan yang di alami
Cukup (2) anaknya
Rendah (1)
Bobot : 1
4 Menonjolnya masalah : 2x1/2 1 Pengetahuan tentang
Segera diatasi (2) masalah kesehatan dari
Tidak segera diatasi keluarga sudah cukup
(1) baik, keluarga dapat
Tidak dirasakan ada mengenal masalah
masalah (0) kesehatan
Bobot : 1
Total 4 1/3
Gangguan Tumbuh Kembang b.d Ketidakmampuan Keluarga Merawat
Anggota Keluarga yang Sakit (D.0106)
1 Sifat Masalah : 2x1/3 2/3 Keluarga mengatakan
Aktual (3) klien sulit untuk
Resiko Tinggi (2) makan/makan hanya
Potensial (1) sedikit dan cepat kenyang
Bobot : 1
2 Kemungkinan masalah 1x2/2 1 Keluarga mengatakan
dapat diubah: klien tidak memilih milih
Mudah (2) makanan dan makanan
Sebagian (1) yang yang sesuai dengan
Tidak dapat (0) usia anak tetapi makan
Bobot : 2 hanya sedikit
3 Potensi masalah untuk 3x1/3 1 Keluarga mengatakan
dicegah : telah memberikan
Tinggi (3) suplemen makanan ke
Cukup (2) klien
Rendah (1)
Bobot : 1
83

4 Menonjolnya masalah : 2x1/2 1 Menurut keluarga


Segera diatasi (2) masalah harus segera
Tidak segera diatasi diatasi
(1)
Tidak dirasakan ada
masalah (0)
Bobot : 1
Total 3 2/3
Risiko Gangguan Integritas Kulit/ Jaringan b.d Ketidakmampuan Keluarga
Merawat Anggota Keluarga yang Sakit (D.0139)
1 Sifat Masalah : 2 1/3 1 Keluarga mengatakan
Aktual (3) kulit Klien kering dan
Resiko Tinggi (2) terkadang mengelupas
Potensial (1)
Bobot : 1
2 Kemungkinan masalah 1x2/2 1 Keluarga sangat
dapat diubah: memperhatikan kondisi
Mudah (2) Klien
Sebagian (1)
Tidak dapat (0)
Bobot : 2
3 Potensi masalah untuk 3x1/3 1 Keluarga mengatakan
dicegah : telah memberikan
Tinggi (3) pelembab berupa baby oil
Cukup (2) untuk Klien
Rendah (1)
Bobot : 1
4 Menonjolnya masalah : 1x1/2 1/2 Keluarga mengatakan
Segera diatasi (2) bahwa masalah yang
Tidak segera diatasi dialami anaknya tidak
(1) terlalu parah
Tidak dirasakan ada
masalah (0)
Bobot : 1
Total 3 1/2

Berdasarkan hasil skoring yang telah dihitung bersama-sama dengan


keluarga untuk menentukan prioritas masalah, maka hasil prioritas masalah
dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
84

Tabel 4.6
Prioritas masalah keluarga 1 dan 2 dengan stunting di wilayah Kerja Puskesmas
Lamaru Tahun 2023
Klien 1 Klien 2
No Diagnosa Skor No Diagnosa Skor
Keperawatan Keperawatan
1. Defisit Pengetahuan 5 1. Kesiapan Peningkatan 4 1/3
b.d Ketidakmampuan Pengetahuan b.d
Keluarga Mengenal Ketidakmampuan
Masalah Keluarga Mengenal
Masalah
2. Gangguan Tumbuh 4 2/3 2. Gangguan Tumbuh 3 2/3
Kembang b.d Kembang b.d
Ketidakmampuan Ketidakmampuan
Keluarga Merawat Keluarga Merawat
Anggota Keluarga Anggota Keluarga
yang sakit yang Sakit
3. Risiko Gangguan 4 3. Risiko Gangguan 3 1/2
Integritas Integritas
Kulit/Jaringan b.d Kulit/Jaringan b.d
Ketidakmampuan Ketidakmampuan
Keluarga Merawat Keluarga Merawat
Anggota Keluarga Anggota Keluarga
yang Sakit yang Sakit

Berdasarkan tabel diatas yang dijelaskan bahwa secara keseluruhan diatas

melakukan skoring yang dilakukan oleh mahasiswa dan mendiskusikannya

bersama keluarga klien untuk menentukan prioritas masalah, didapatkan

keluarga kooperatif dalam hal ini. Pada klien 1 ditemukan prioritas malasah

yaitu deficit pengetahuan dan pada klien 2 ditemukan prioritas masalah kesiapan

peningkatan pengetahuan.
d. Intervensi Keperawatan

Tabel 4.7
Intervensi keperawatan keluarga 1 dengan stunting di wilayah Kerja Puskesmas Lamaru Tahun 2023
Dx. Kep Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Umum Khusus Kriteria Standar
Defisit Pengetahuan Setelah Verbal/ - Keluarga Edukasi kesehatan (I. 12383)
Pengetahu keluarga dilakukan psikomotor menunjukkan Observasi
an b.d meningkat kunjungan keinginan 1. 1 Identifikasi kesiapan dan kemauan keluarga menerima
Ketidakm selama 1x30 meningkatkan informasi
ampuan menit keluarga perilaku hidup 1. 2 Identifikasi factor-faktor yang dapat meningkatkan dan
Keluarga mampu bersih dan menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat
Mengenal mencegah sehat Terapeutik
Masalah timbulnya - Keluarga aktif 1. 3 Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
(D.0111) penyakit bertanya 1. 4 Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
tentang materi 1. 5 Berikan kesempatan untuk bertanya
yang Edukasi
diberikan 1. 6 Jelaskan factor resiko yang dapat mempengaruhi
kesehatan
1. 7 Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
1. 8 Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk
meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat
1. 9 Evaluasi keluarga mengenai perilaku hidup bersih dan
sehat
Setelah Verbal/ - Keluarga Edukasi Proses Penyakit (I.12444)
dilakukan psikomotor dapat Edukasi
kunjungan 1x30 menyebutkan 1. 10 Jelaskan penyebab dan faktor risiko penyakit
menit keluarga 3 dari 6 faktor 1. 11 Jelaskan proses patofisiologi munculnya penyakit
mampu risiko 1. 12 Jelaskan tanda dan gejala yang ditimbulkan oleh
mengetahui penyakit penyakit

85
tentang penyakit - Keluarga 1. 13 Jelaskan kemungkinan terjadinya komplikasi
mulai dari dapat 1. 14 Ajarkan cara meredakan atau mengatasi gejala yang
penyebab, faktor menyebutkan dirasakan
risiko, tanda dan 2 dari 4 tanda 1. 15 Ajarkan meminimalkan efek samping dari intervensi
gejala penyakit, dan gejala atau pengobatan
serta cara penyakit 1. 16 Informasikan kondisi pasien saat ini
meredakan 1. 17 Anjurkan melapor jika merasa tanda dan gejala
gejala yang memberat atau tidak biasa
dirasakan
Gangguan Keluarga Setelah Verbal - Keluarga Pemantauan Nutrisi (I.03123)
Tumbuh dapat dilakukan mengetahui Observasi
Kembang merawat kunjungan 1x30 apakah ada 2. 1 Identifikasi faktor yang mempengaruhi asupan gizi
b.d anggota menit, keluarga tanda dan (mis. Penegtahuan, ketersediaan makanan,
Ketidakm keluarga mampu gejala agama/kepercayaan, budaya, mengunyah tidak adekuat,
ampuan yang sakit memahami berbahaya gangguan menelan, penggunaan obat-obatan atau
Keluarga tanda dan gejala pascaoperasi)
Merawat bahaya 2. 2 Identifikasi kelainan pada kulit (mis. Memar yang
Anggota berlebihan, luka yang sult sembuh, dan pendarahan)
Keluarga 2. 3 Identifikasi kelainan pada rambut (kering, tipis, kasar,
yang dan mudah patah)
Sakit 2. 4 identifikasi pola makan (mis. Kesukaan
(D.0106) makanan//ketidaksukaan makanan, konsumsi makanan
cepat saji, makan terburu-buru
2. 5 Identifikasi kelainan pada kuku (mis. Berbentuk
sendok, retak, mudah patah, dan bergerigi)
2. 6 identifikasi kemampuan menelan (mis. Fungsi motoric
wajah, reflex menelan, dan reflex gag)
2. 7 Identifikasi kelainan rongga mulut (mis. Peradangan,
gusi berdarah, bibir kering dan retak, luka)
2. 8 Identifikasi kelainan eliminasi (mis.diare, darah,
lender, dan eliminasi tidak teratur)

86
2. 9 Monitor mual dan muntah
2. 10Monitor asupan oral
2. 11Monitor warna konjungtiva
Terapeutik
2. 12Timbang berat badan
2. 13Ukur antropometrik komposisi tubuh (mis. Indeks
massa tubuh, pengukuran pinggang, dan ukuran lipatan
kulit)
2. 14Hitung perubahan berat badan
2. 15Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
2. 16Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
2. 17informasikan hasil pemantauan, jika perlu
Keluarga Verbal/ - Keluarga Edukasi Nutrisi Bayi (I.12397)
mampu psikomotor mampu Observasi
memberikan meningkatkan 2. 18 Identifikasi kesiapan dan kemauan keluarga menerima
nutrisi yang nutrisi informasi
baik kepada terutama Terapeutik
klien kepada Klien
2. 19 Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
2. 20 Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
2. 21 Berikan kesempatan keluarga untuk bertanya
Edukasi
2. 22 Jelaskan tanda-tanda awal rasa lapar (mis. Bayi
gelisah, membuka mulut dan menggeleng gelengkan
kepala, menjulur-julurkan lidah, menghisap jari atau
tangan)
2. 23 Anjurkan menghindari pemberian pemanis buatan
2. 24 Ajarkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
(mis. Cuci tangan sebelum dan sesudah makan, cuci

87
tangan dengan sabun setelah ke toilet)
2. 25 Ajarkan cara memilih makanan sesuai dengan usia
bayi
2. 26 Ajarkan cara mengatur frekuensi makan sesuai usia
bayi
2. 27 Anjurkan tetap memberikan ASI saat bayi sakit
Risiko Keluarga Verbal/ Keluarga Edukasi Perawatan Kulit (I.12426)
Gangguan dapat merwat psikomotor mampu Observasi
Integritas anggota melakukan 3. 1 Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
Kulit/Jari keluarga perawatan kulit informasi
ngan b.d yang sakit pada klien Terapeutik
Ketidakm 3. 2 Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
ampuan 3. 3 Jadwalkan pendidikan kesehatan kulit
Keluarga 3. 4 Berikan kesempatan keluarga untuk bertanya
Merawat Edukasi
Anggota 3. 5 Anjurkan menggunakan tabir surya saat berada diluar
Keluarga rumah
yang sakit 3. 6 Anjurkan minum cukup cairan
(D.0139) 3. 7 Anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya
3. 8 Anjurkan menggunakan pelembab
3. 9 Anjurkan melapor jika ada lesi kulit yang tidak biasa

88
Tabel 4.8
Intervensi keperawatan keluarga 2 dengan stunting di wilayah Kerja Puskesmas Lamaru Tahun 2023
No. Dx. Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Kep
Umum Khusus Kriteria Standar
Kesiapan Pengetahuan Setelah Verbal/ - Keluarga Edukasi kesehatan (I. 12383)
Peningkat keluarga dilakukan psikomotor menunjukkan Observasi
an meningkat kunjungan keinginan 1. 1 Identifikasi kesiapan dan kemauan keluarga menerima
Pengetahu selama 1x30 meningkatkan informasi
an b.d menit keluarga perilaku hidup 1. 2 Identifikasi factor-faktor yang dapat meningkatkan dan
Ketidakm mampu bersih dan menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat
ampuan mencegah sehat Terapeutik
Keluarga timbulnya - Keluarga aktif 1. 3 Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
Mengenal penyakit bertanya 1. 4 Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
Masalah tentang materi 1. 5 Berikan kesempatan untuk bertanya
(D.0111) yang Edukasi
diberikan 1. 6 Jelaskan factor resiko yang dapat mempengaruhi
- kesehatan
1. 7 Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
1. 8 Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk
meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat
1. 9 Evaluasi keluarga mengenai perilaku hidup bersih dan
sehat
Setelah Verbal/ - Keluarga Edukasi Proses Penyakit (I.12444)
dilakukan psikomotor dapat Edukasi
kunjungan 1x30 menyebutkan 1. 10 Jelaskan penyebab dan faktor risiko penyakit
menit keluarga 3 dari 6 faktor 1. 11 Jelaskan proses patofisiologi munculnya penyakit
mampu risiko 1. 12 Jelaskan tanda dan gejala yang ditimbulkan oleh
mengetahui penyakit penyakit
tentang penyakit - Keluarga 1. 13 Jelaskan kemungkinan terjadinya komplikasi

89
mulai dari dapat 1. 14 Ajarkan cara meredakan atau mengatasi gejala yang
penyebab, faktor menyebutkan dirasakan
risiko, tanda dan 2 dari 4 tanda 1. 15 Ajarkan meminimalkan efek samping dari intervensi
gejala penyakit, dan gejala atau pengobatan
serta cara penyakit 1. 16 Informasikan kondisi pasien saat ini
meredakan 1. 17 Anjurkan melapor jika merasa tanda dan gejala
gejala yang memberat atau tidak biasa
dirasakan
Gangguan Keluarga Setelah Verbal - Keluarga Pemantauan Nutrisi (I.03123)
Tumbuh dapat dilakukan mengetahui Observasi
Kembang merawat kunjungan 1x30 apakah ada 2. 1 Identifikasi faktor yang mempengaruhi asupan gizi
b.d anggota menit, keluarga tanda dan (mis. Penegtahuan,ketersediaan makanan,
Ketidakm keluarga mampu gejala agama/kepercayaan, budaya, mengunyah tidak
ampuan yang sakit memahami berbahaya adekuat, gangguan menelan, penggunaan obat-obatan
Keluarga tanda dan gejala atau pascaoperasi
Merawat bahaya 2. 2 Identifikasi kelainan pada kulit (mis. Memar yang
Anggota berlebihan, luka yang sult sembuh, dan pendarahan)
Keluarga 2. 3 Identifikasi kelainan pada rambut (kering, tipis, kasar,
yang dan mudah patah)
Sakit 2. 4 identifikasi pola makan (mis. Kesukaan
(D.0106) makanan//ketidaksukaan makanan, konsumsi makanan
cepat saji, makan terburu-buru
2. 5 Identifikasi kelainan pada kuku (mis. Berbentuk
sendok, retak, mudah patah, dan bergerigi)
2. 6 identifikasi kemampuan menelan (mis. Fungsi motoric
wajah, reflex menelan, dan reflex gag)
2. 7 Identifikasi kelainan rongga mulut (mis. Peradangan,
gusi berdarah, bibir kering dan retak, luka)
2. 8 Identifikasi kelainan eliminasi (mis.diare, darah,
lender, dan eliminasi tidak teratur)
2. 9 Monitor mual dan muntah

90
2. 10 Monitor asupan oral
2. 11 Monitor warna konjungtiva

Terapeutik
2. 12 Timbang berat badan
2. 13 Ukur antropometrik komposisi tubuh (mis. Indeks
massa tubuh, pengukuran pinggang, dan ukuran
lipatan kulit)
2. 14 Hitung perubahan berat badan
2. 15 Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
2. 16 Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
2. 17 informasikan hasil pemantauan, jika perlu
Keluarga Verbal/ - Keluarga Edukasi Nutrisi Bayi (I.12397)
mampu psikomotor mampu Observasi
memberikan meningkatkan 2. 18 Identifikasi kesiapan dan kemauan keluarga menerima
nutrisi yang nutrisi informasi
baik kepada terutama Terapeutik
klien kepada Klien
2. 19 Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
2. 20 Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
2. 21 Berikan kesempatan keluarga untuk bertanya
Edukasi
2. 22 Jelaskan tanda-tanda awal rasa lapar (mis. Bayi
gelisah, membuka mulut dan menggeleng gelengkan
kepala, menjulur-julurkan lidah, menghisap jari atau
tangan)
2. 23 Anjurkan menghindari pemberian pemanis buatan
2. 24 Ajarkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
(mis. Cuci tangan sebelum dan sesudah makan, cuci

91
tangan dengan sabun setelah ke toilet)
2. 25 Ajarkan cara memilih makanan sesuai dengan usia
bayi
2. 26 Ajarkan cara mengatur frekuensi makan sesuai usia
bayi
2. 27 Anjurkan tetap memberikan ASI saat bayi sakit
Risiko Keluarga Verbal/ Keluarga Edukasi Perawatan Kulit (I.12426)
Gangguan dapat merwat psikomotor mampu Observasi
Integritas anggota melakukan 3. 1 Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
Kulit/Jari keluarga perawatan kulit informasi
ngan b.d yang sakit pada klien Terapeutik
Ketidakm 3. 2 Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
ampuan 3. 3 Jadwalkan pendidikan kesehatan kulit
Keluarga 3. 4 Berikan kesempatan keluarga untuk bertanya
Merawat Edukasi
Anggota 3. 5 Anjurkan menggunakan tabir surya saat berada diluar
Keluarga rumah
yang sakit 3. 6 Anjurkan minum cukup cairan
(D.0139) 3. 7 Anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya
3. 8 Anjurkan menggunakan pelembab
3. 9 Anjurkan melapor jika ada lesi kulit yang tidak biasa

Tabel diatas menjelaskan mengenai intervensi yang akan diberikan pada klien 1 dan klien 2 sesuai dengan diagnose

keperawatan yang ditegakkan, perencanaan pada kedua klien menggunakan buku Standar Intervensi Keperawatan (SIKI) yang

meliputi observasi, terapeutik, edukasi dan kolaborasi.

92
e. Implementasi Keperawatan

Tabel 4.9
Implementasi keperawatan keluarga 1 dan keluarga 2 dengan stunting di wilayah Kerja Puskesmas Lamaru Tahun 2023
Implementasi Keluarga 1 (An. S) Implementasi Keluarga 2 (An.N)
Tanggal Implementasi Evaluasi Tanggal Implementasi Evaluasi
Kunjungan 1
17/03/2023  Mengucapkan salam DS: 24/03/2023  Mengucapkan salam DS:
 Memvalidasi keadaan - Keluarga menjawab  Memvalidasi keadaan - Keluarga menjawab
keluarga salam keluarga salam
10.00  Mengingatkan kontrak - Keluarga menyetujui 09.00  Mengingatkan kontrak - Keluarga menyetujui
WITA  Menjelaskan tujuan rencana hari ini WITA  Menjelaskan tujuan rencana hari ini
1. 1 Mengidentifikasi - Keluarga 1. 1 Mengidentifikasi - Keluarga
kesiapan dan mengatakan belum kesiapan dan mengatakan sudah
kemampuan menerima mengetahui tentang kemampuan memahami sedikit
informasi masalah stunting menerima informasi tentang masalah
1. 2 Mengidentifikasi - Keluarga 1. 2 Mengidentifikasi stunting
faktor-faktor yang mengatakan tidak faktor-faktor yang - Keluarga
dapat meningkatkan pernah mendengar dapat meningkatkan mengatakan pernah
dan menurunkan tentang PHBS dan menurunkan mendengar
motvasi perilaku DO: motvasi perilaku mengenai PHBS
hidup bersih dan sehat - Keluarga setuju hidup bersih dan sehat DO:
1. 4 Menjadwalkan untuk dilakukan 1. 4 Menjadwalkan - Keluarga setuju
pendidikan kesehatan edukasi pendidikan kesehatan untuk dilakukan
sesuai kesepakatan - Keluarga sesuai kesepakatan edukasi
menentukan waktu - Keluarga
untuk dilakukan menentukan waktu
edukasi untuk dilakukan
edukasi

93
17/03/2023 2. 1 Mengidentifikasi DS: 24/03/2023 2. 1 Mengidentifikasi DS:
faktor yang - Keluarga menjawab faktor yang - Keluarga menjawab
mempengaruhi asupan salam mempengaruhi asupan salam
10.30 gizi - Keluarga 09.30 gizi - Keluarga
WITA 2. 2 Mengidentifikasi mengatakan kurang WITA 2. 2 Mengidentifikasi mengatakan An.N
kelainan pada kulit pengetahuan tentang kelainan pada kulit sulit makan
2. 3 Mengidentifikasi masalah Klien 2. 3 Mengidentifikasi - Keluarga
kelainan pada rambut - Keluarga kelainan pada rambut mengatakan Klien
2. 4 Mengidentifikasi pola mengatakan An. 2. 4 Mengidentifikasi pola tidak memilih milih
makan Belum diberikan makan makanan tetapi
2. 5 Mengidentifikasi makanan 2. 5 Mengidentifikasi makannya hanya
kelainan pada kuku pendamping ASI kelainan pada kuku sedikit yang
2. 6 Mengidentifikasi (MPASI) karena 2. 6 Mengidentifikasi dimakan
kemampuan menelan tidak ingin klien kemampuan menelan - Keluarga
2. 7 Mengidentifikasi mengalami diare lagi 2. 7 Mengidentifikasi mengatakan Klien
kelainan rongga mulut - Ny. P mengatakan kelainan rongga mulut masih diberikan ASI
2. 8 Mengidentifikasi ASInya tidak keluar 2. 8 Mengidentifikasi - Keluarga
kelainan eliminasi sehinggan An. kelainan eliminasi mengatakan BAB
2. 9 Memonitor mual dan Diberikan susu 2. 9 Memonitor mual dan dan BAK nya
muntah formula (soya) muntah normal
2. 10 Memonitor asupan oral - Keluarga 2. 10 Memonitor asupan - Keluarga
2. 11 Memonitor warna mengatakan tidak oral mengatakan tidak
konjungtiva ada mual dan 2. 11 Memonitor warna ada mual dan
2. 12 Menimbang berat muntah konjungtiva muntah
badan dan panjang - Keluarga menyetujui 2. 12 Menimbang berat - Keluarga
badan rencana hari ini badan dan panjang mengatakan
2. 13 Mengukur - Keluarga badan mengetahui sedikit
antropometrik mengatakan belum 2. 13 Mengukur apa saja nutrisi yang
komposisi tubuh mengethaui apa saja antropometrik diberikan kepada
nutrisi bayi komposisi tubuh bayi
2. 15 Mendokumentasikan

94
hasil pemantauan DO : 2. 15 Mendokumentasikan DO :
2. 16 Menjelaskan tujuan - Tidak tampak hasil pemantauan - Tidak tampak
dan prosedur kelainan pada kulit 2. 16 Menjelaskan tujuan kelainan pada
pemantauan Klien dan prosedur rambut Klien
2. 17 Menginformasikan - Tidak tampak pemantauan - Tidak tampak
hasil pemantauan, jika kelainan pada 2. 17 Menginformasikan kelainan pada kuku
rambut Klien Klien
perlu hasil pemantauan, jika
- Tidak tampak - Kemampuan
2. 18 Identifikasi kesiapan perlu
kelainan pada kuku menelan Klien
dan kemauan keluarga Klien 2. 18 Identifikasi kesiapan tampak baik
menerima informasi - Kemampuan dan kemauan keluarga - Tidak tampak
2. 19 Sediakan materi dan menelan Klien menerima informasi kelainan pada mulut
media pendidikan tampak baik 2. 19 Sediakan materi dan Klien
kesehatan - Tidak tampak media pendidikan - Warna konjungtiva
kelainan pada mulut kesehatan tampak normal
2. 20 Jadwalkan pendidikan
Klien - BB : 6,4 Kg
kesehatan sesuai 2. 20 Jadwalkan pendidikan
- Konjungtiva tampak - PB : 69 cm
kesepakatan normal kesehatan sesuai - Keluarga setuju
- BB : 6,3 Kg kesepakatan untuk dilakukan
- PB : 67 cm edukasi
- Keluarga setuju - Keluarga
untuk dilakukan menentukan waktu
edukasi untuk dilakukan
- Keluarga edukasi
menentukan waktu
untuk dilakukan
edukasi
17/03/2023 3. 1 Mengidentifikasi DS: 24/03/2023 3. 1 Mengidentifikasi DS:
kesiapan dan - Keluarga menjawab kesiapan dan - Keluarga menjawab
kemampuan salam kemampuan salam
11.00 - Keluarga 10.00 - Keluarga

95
WITA menerima informasi mengatakan belum WITA menerima informasi mengatakan belum
3. 3 Menjadwalkan memahami 3. 3 Menjadwalkan memahami
pendidikan mengenai perawatan pendidikan Kesehatan mengenai perawatan
kulit yang baik kulit
Kesehatan kullit kullit
- Keluarga - Keluarga
mengatakan kulit mengatakan kulit
klien kering klien kering dan
DO: terkadang terkelupas
- Keluarga setuju di daerah tangan dan
untuk dilakukan kaki serta siku
edukasi DO:
- Keluarga - Keluarga setuju
menentukan waktu untuk dilakukan
untuk dilakukan edukasi
edukasi - Keluarga
menentukan waktu
untuk dilakukan
edukasi
Kunjungan 2
18/03/2023  Mengucapkan salam DS: 25/03/2023  Mengucapkan salam DS:
 Memvalidasi keadaan - Keluarga  Memvalidasi keadaan - Keluarga
keluarga mengatakan sudah keluarga mengatakan sudah
16.00  Mengingatkan kontrak mulai memahami 10.00  Mengingatkan kontrak lebih memahami
WITA 1. 3 Menyediakan materi tentang PHBS dan WITA 1. 3 Menyediakan materi tentang PHBS dan
dan media pendidikan stunting dan media pendidikan stunting
kesehatan DO: kesehatan - Keluarga
1. 5 Memberikan - Keluarga 1. 5 Memberikan mengatakan telah
kesempatan untuk memperhatikan kesempatan untuk menerapkan PHBS
bertanya penjelasan dengan bertanya di lingkungan dan
1. 6 Jelaskan faktor risiko baik 1. 6 Jelaskan faktor risiko dikehidupan sehari-
yang dapat - Keluarga dapat yang dapat hari

96
mempengaruhi menyebutkan mempengaruhi DO:
kesehatan pengertian serta kesehatan - Keluarga
1. 7 Mengajarkan perilaku tanda dan gejala 1. 7 Mengajarkan perilaku memperhatikan
hidup bersih dan sehat stunting hidup bersih dan sehat penjelasan dengan
1. 8 Mengajarkan strategi - Keluarga dapat 1. 8 Mengajarkan strategi baik
yang dapat digunakan mempraktikkan 6 yang dapat digunakan - Keluarga dapat
untuk meningkatkan langkah mencuci untuk meningkatkan menyebutkan
perilaku hidup bersih tangan perilaku hidup bersih pengertian serta
dan sehat - Keluarga tampak dan sehat tanda dan gejala
1. 9 Menjelaskan penyebab kooperatif dan aktif 1. 9 Menjelaskan stunting
dan faktor risiko bertanya penyebab dan faktor - Keluarga dapat
penyakit - Keluarga setuju risiko penyakit mempraktikkan 6
1. 10 Menjelaskan proses untuk dikontrak 1. 10 Menjelaskan proses langkah mencuci
patofisiologi dihari yang akan patofisiologi tangan
munculnya penyakit datang munculnya penyakit - Keluarga tampak
kooperatif dan aktif
1. 11 Menjelaskan tanda 1. 11 Menjelaskan tanda
bertanya
dan gejala yang dan gejala yang
- Keluarga setuju
ditimbulkan oleh ditimbulkan oleh
untuk dikontrak
penyakit penyakit
dihari yang akan
1. 12 Menjelaskan 1. 12 Menjelaskan
datang
kemungkinan kemungkinan
terjadinya komplikasi terjadinya komplikasi
1. 13 Mengajarkan cara 1. 13 Mengajarkan cara
meredakan atau meredakan atau
mengatasi gejala yang mengatasi gejala yang
dirasakan dirasakan
1. 14 Mengajarkan 1. 14 Mengajarkan
meminimalkan efek meminimalkan efek
samping dari samping dari

97
intervensi atau intervensi atau
pengobatan pengobatan
1. 15 Menginformasikan 1. 15 Menginformasikan
kondisi pasien saat ini kondisi pasien saat ini
1. 16 Menganjurkan 1. 16 Menganjurkan
melapor jika merasa melapor jika merasa
tanda dan gejala tanda dan gejala
memberat atau tidak memberat atau tidak
biasa biasa
1. 17 Memberikan makanan 1. 17 Memberikan makanan
berupa ayam, sayur berupa ayam, sayur
bayam dan buah bayam dan buah
buahan buahan
18/03/2023 2. 9 Memonitor mual dan DS: 25/03/2023 2. 9 Memonitor mual dan DS:
muntah - Keluarga muntah - Keluarga
2. 10 Memonitor asupan oral mengatakan tidak 2. 10 Memonitor asupan oral mengatakan tidak
16.30 2. 11 Memonitor warna ada mual dan 10.30 2. 11 Memonitor warna ada mual dan
WITA konjungtiva muntah WITA konjungtiva muntah
2. 17 Menginformasikan hasil - Keluarga 2. 17 Menginformasikan - Keluarga
pemantauan, jika perlu mengatakan telah hasil pemantauan, jika mengatakan telah
2. 21 Memberikan memberikan susu perlu memberikan makan
kesempatan keluarga formula dan buah (nasi, tempe, sayur
2. 21 Memberikan
untuk bertanya pisang bening bayam, dan
- Keluarga kesempatan keluarga buah pisang, biscuit
2. 22 Menjelaskan tanda- untuk bertanya
mengatakan sudah dari puskesmas),
tanda awal rasa lapar mulai memahami 2. 22 Menjelaskan tanda- ASI dan suplemen
(mis. Bayi gelisah, tentang nutrisi pada tanda awal rasa lapar makan
membuka mulut dan bayi (mis. membuka mulut - Keluarga
menggeleng - Keluarga dan menggeleng mengatakan sudah
mengatakan sudah lebih memahami

98
gelengkan kepala, memahami tentang gelengkan kepala, tentang nutrisi pada
menjulur-julurkan PHBS menjulur-julurkan bayi
lidah, menghisap jari - Keluarga lidah, menghisap jari - Keluarga
mengatakan ASI mengatakan sudah
atau tangan) atau tangan)
Ny, P tidak bisa memahami tentang
2. 23 Menganjurkan keluar 2. 23 Menganjurkan PHBS
menghindari DO: menghindari - Keluarga
pemberian pemanis - Warna konjungtiva pemberian pemanis mengatakan jika
buatan tampak normal buatan Klien sakit masih
2. 24 Mengajarkan Perilaku - Keluarga dapat 2. 24 Mengajarkan Perilaku diberikan ASI
Hidup Bersih dan menyebutkan apa Hidup Bersih dan DO:
saja makanan yang - Warna konjungtiva
Sehat (PHBS) (mis. Sehat (PHBS) (mis.
dibutuhkan pada tampak normal
Cuci tangan sebelum bayi Cuci tangan sebelum - Keluarga dapat
dan sesudah makan, - Keluarga aktif dan sesudah makan, menyebutkan apa
cuci tangan dengan dalam bertanya hal cuci tangan dengan saja makanan yang
sabun setelah ke toilet) yang tidak diketahui sabun setelah ke dibutuhkan pada
2. 25 Mengajarkan cara - Keluarga tampak toilet) bayi
memilih makanan kooperatif dan aktif 2. 25 Mengajarkan cara - Keluarga aktif dalam
bertanya bertanya hal yang
sesuai dengan usia memilih makanan
- Keluarga setuju tidak diketahui
bayi sesuai dengan usia - Keluarga tampak
untuk dikontrak
2. 26 Mengajarkan cara bayi kooperatif dan aktif
dihari yang akan
mengatur frekuensi datang 2. 26 Mengajarkan cara bertanya
makan sesuai usia bayi mengatur frekuensi - Keluarga setuju
2. 27 Menganjurkan tetap makan sesuai usia untuk dikontrak
dihari yang akan
memberikan ASI saat bayi
datang
bayi sakit 2. 27 Anjurkan tetap
memberikan ASI saat
bayi sakit

99
18/03/2023 3. 2 Menyediakan materi DS: 25/03/2023 3. 2 Menyediakan materi DS:
dan media pendidikan - Keluarga dan media pendidikan - Keluarga
Kesehatan mengatakan sudah Kesehatan mengatakan sudah
17.00 memahami 11.00 memahami
3. 4 Memberikan 3. 4 Memberikan
WITA mengenai perawatan WITA mengenai perawatan
kesempatan keluarga kulit kering kesempatan keluarga kulit kering
untuk bertanya - Keluarga untuk bertanya - Keluarga
3. 5 Menganjurkan mengatakan 3. 5 Menganjurkan mengatakan sudah
menggunakan tabir memberi perawatan menggunakan tabir memberikan
surya saat berada pada kulit klien yaitu surya saat berada pelembab berupa
diluar rumah sabun khusus untuk diluar rumah baby oil
kulit bayi DO:
3. 6 Menganjurkan minum 3. 6 Menganjurkan minum
DO: - Keluarga aktif dalam
cukup cairan - Keluarga cukup cairan bertanya hal yang
3. 7 Menganjurkan mandi memperhatikan 3. 7 Menganjurkan mandi tidak diketahui
dan menggunakan penjelasan dengan dan menggunakan - Keluarga
sabun secukupnya baik sabun secukupnya memperhatikan
3. 8 Menganjurkan - Keluarga tampak 3. 8 Menganjurkan dengan baik
menggunakan kooperatif dan aktif menggunakan - Keluarga tampak
bertanya kooperatif dan aktif
pelembab pelembab
- Keluarga setuju bertanya
3. 9 Menganjurkan untuk dikontrak 3. 9 Menganjurkan - Keluarga setuju
melapor jika ada lesi dihari yang akan melapor jika ada lesi untuk dikontrak
kulit yang tidak biasa datang kulit yang tidak biasa dihari yang akan
datang
Kunjungan 3
19/03/2023  Memberi Salam DS: 26/03/2023  Memberi Salam DS:
 Mengingatkan kontrak - Keluarga  Mengingatkan kontrak - Keluarga
 Mengevaluasi mengatakan sudah  Mengevaluasi mengatakan sudah
09.00 pertemuan sebelumnya memahami tentang 16.00 keseluruhan memahami tentang
WITA stunting WITA implementasi stunting

100
- Keluarga - Keluarga
mengatakan sudah mengatakan sudah
bisa menerapkan menerapkan PHBS
PHBS di rumah di rumah dan
dan kehidupan kehidupan sehari-
sehari-hari hari
- Keluarga DO:
mengatakan tidak - Keluarga dapat
ada keluhan menjelaskan
DO: Kembali
- Keluarga dapat pengertian, tanda
menjelaskan dan gejala stunting
Kembali - Keluarga dapat
pengertian stunting menerapkan PHBS
- Keluarga dapat
menerapkan PHBS
- Keluarga dapat
mengolah makanan
yang diberikan
untuk klien
19/03/2023  Mengucapkan salam DS: 26/03/2023  Mengucapkan salam DS:
 Memvalidasi keadaan - Keluarga  Memvalidasi keadaan - Keluarga
keluarga mengatakan tidak keluarga mengatakan tidak
09.30  Mengingatkan kontrak ada mual dan 16.30  Mengingatkan kontrak ada mual dan
WITA  Mengevaluasi muntah WITA  Mengevaluasi muntah
pertemuan sebelumnya - Keluarga pertemuan sebelumnya - Keluarga
2. 9 Memonitor mual dan mengatakan An.S 2. 9 Memonitor mual dan mengatakan An.N
muntah telah diberikan muntah telah diberikan
2. 10 Memonitor asupan oral asupan oral berupa 2. 10 Memonitor asupan oral asupan oral berupa
2. 11 Memonitor warna makanan 2. 11 Memonitor warna makanan (nasi, ayam
konjungtiva pendamping ASI konjungtiva dan sayur sop dan),

101
2. 17 Menginformasikan (bubur, ayam dan 2. 17 Menginformasikan ASI dan suplemen
hasil pemantauan, jika sayur bayam) dan hasil pemantauan, jika makan
perlu susu formula perlu - Keluarga
- Keluarga mengatakan sudah
mengatakan sudah memahami
menghindari mengenai
pemanis buatan memberikan nutrisi
DO: kepada bayi
- Warna konjungtiva - Keluarga
tampak normal mengatakan sudah
- Keluarga dapat menghindari
meyebutkan apa saja pemanis buatan
makanan yang DO:
dibutuhkan oleh - Warna konjungtiva
bayi sesuai usia tampak normal
- Menerapkan cara - Keluarga dapat
pemberian nutrisi meyebutkan apa saja
kepada bayi yang makanan yang
baik dengan dibutuhkan oleh bayi
memberikan MPASI sesuai usia
sesuai dengan usia - Menerapkan cara
bayi pemberian nutrisi
- Keluarga dengan menerapkan
mempraktikkan cara gizi seimbang dan isi
membuat MPASI piringku kepada
Klien
- Keluarga
menunjukkan
makanan yang
diberikan kepada
Klien

102
19/03/2023  Memberi Salam DS: 26/03/2023  Memberi Salam DS:
 Mengingatkan kontrak - Keluarga  Mengingatkan kontrak - Keluarga
 Mengevaluasi mengatakan sudah  Mengevaluasi mengatakan sudah
10.00 keseluruhan memahami tentang 17.00 keseluruhan memahami tentang
WITA implementasi perawatan luka WITA implementasi perawatan kulit
- Keluarga kering
memberikan - Keluarga
lotion/pelembab mengatakan sudah
untuk kulit klien memberika body
- Keluarga lotion khusus bayi/
mengatakan balita kepada klien
memakai sabun DO:
khusus bayi - Keluarga dapat
DO: mempraktikkan
- Keluarga dapat pemberian
mempraktikkan pelembab ke kulit
pemberian klien
pelembab ke kulit
klien
Kunjungan 4
17/04/2023  Mengucapkan salam DS: 24/04/2023  Mengucapkan salam DS:
 Memvalidasi keadaan - Keluarga  Memvalidasi keadaan - Keluarga
keluarga mengatakan tidak keluarga mengatakan tidak
11.00  Mengingatkan kontrak ada mual dan 11.00  Mengingatkan kontrak ada mual dan
WITA  Mengevaluasi muntah WITA  Mengevaluasi muntah
pertemuan sebelumnya - Keluarga pertemuan sebelumnya - Keluarga
2. 9 Memonitor mual dan mengatakan Klien 2. 9 Memonitor mual dan mengatakan Klien
muntah telah diberikan muntah telah diberikan
2. 10 Memonitor asupanoral MPASI (bubur 2. 10 Memonitor asupan oral MPASI (bubur,
2. 11 Memonitor warna yang dicampur 2. 11 Memonitor warna ayam, jagung,
dengan ayam, wortel) dan susu

103
konjungtiva jagung, wortel) dan konjungtiva formula
2. 12 Menimbang berat susu formula 2. 12 Menimbang berat DO:
badan dan mengukur (soya) badan dan mengukur - BB: 6,5kg
panjang badan DO: panjang badan - PB: 70 cm
2. 13 Mengukur - BB: 6,5kg 2. 13 Mengukur - LK : 44cm
antropometrik - PB: 68 cm antropometrik - LILA : 12cm
komposisi tubuh - LK: 38,8 komposisi tubuh - Tampak perubahan
2. 14 Mengitung perubahan - LILA : 13cm 2. 14 Mengitung perubahan berat badan 0,1 kg
berat badan - Tampak perubahan berat badan dan Panjang badan
2. 15 Mendokumentasikan berat badan 0,2 kg 2. 15 Mendokumentasikan 1 cm
hasil pemantauan dan Panjang badan hasil pemantauan
2. 17 Menginformasikan 1 cm 2. 17 Menginformasikan
hasil pemantauan, jika hasil pemantauan, jika
perlu perlu

Berdasarkan tabel diatas bahwa implementasi yang dilakukan berdasarkan dari rencan atau intervensi yang telah dibuat.

Implementasi pada klien 1 dilakukan pada tanggal 17 Maret – 17 April 2023. Pada klien 2 dilakukan pada tanggal 24 Maret –

24 April 2023. Pelaksanaan tindakan keperawatan kepada kedua klien berdasarkan buku SIKI (Standar Intervensi Keperawatan)

104
105

e. Evaluasi Keperawatan

Tabel 4.10
Evaluasi Keperawatan keluarga 1 dan 2 dengan stunting di wilayah Kerja Puskesmas
Lamaru Tahun 2023
Hari ke Diagnosa Evaluasi (SOAP)
Keperawatan
Klien 1
Hari 1 Defisit S:
Pengetahuan b.d - Keluarga menjawab salam
Ketidakmampuan - Keluarga menyetujui rencana hari ini
Keluarga - Keluarga mengatakan belum mengetahui
Mengenal Masalah tentang stunting
(D.0111) - Keluarga mengatakan tidak pernah mendengar
tentang PHBS
O:
- Keluarga setuju untuk dilakukan edukasi
- Keluarga menentukan waktu untuk dilakukan
edukasi
A:
- Masalah belum teratasi
P:
- Lanjutkan intervensi
Hari 2 S:
- Keluarga mengatakan sudah mulai memahami
tentang PHBS dan stunting
O:
- Keluarga memperhatikan penjelasan dengan
baik
- Keluarga dapat menyebutkan pengertian serta
tanda dan gejala stunting
- Keluarga dapat mempraktikkan 6 langkah
mencuci tangan
- Keluarga tampak kooperatif dan aktif bertanya
- Keluarga setuju untuk dikontrak dihari yang
akan dating
A:
- Masalah deficit pengetahuan teratasi
P:
- Hentikan intervensi
Hari 3 S:
- Keluarga mengatakan sudah memahami
tentang stunting
- Keluarga mengatakan sudah bisa menerapkan
PHBS di rumah dan kehidupan sehari-hari
- Keluarga mengatakan tidak ada keluhan
O:
- Keluarga dapat menjelaskan Kembali
pengertian stunting
- Keluarga dapat menerapkan PHBS
106

A:
- Masalah deficit pengetahuan teratasi
P:
- Hentikan intervensi
Hari 1 Gangguan Tumbuh S:
Kembang b.d - Keluarga menjawab salam
Ketidakmampuan - Keluarga mengatakan kurang pengetahuan
Keluarga tentang masalah Klien
Ketidakmampuan - Keluarga mengatakan An. Belum diberikan
Keluarga Merawat makanan pendamping ASI (MPASI) karena
Anggota Keluarga tidak ingin klien mengalami diare lagi
yang Sakit - Ny. P mengatakan ASInya tidak keluar
(D.0106) sehinggan An. Diberikan susu formula (soya)
- Keluarga mengatakan tidak ada mual dan
muntah
- Keluarga menyetujui rencana hari ini
- Keluarga mengatakan belum mengetahui apa
saja nutrisi bayi
O:
- Tidak tampak kelainan pada kulit Klien
- Tidak tampak kelainan pada rambut Klien
- Tidak tampak kelainan pada kuku Klien
- Kemampuan menelan Klien tampak baik
- Tidak tampak kelainan pada mulut Klien
- Konjungtiva tampak normal
- BB : 6,3 Kg
- PB : 67 cm
- Keluarga setuju untuk dilakukan edukasi
- Keluarga menentukan waktu untuk dilakukan
edukasi
A:
- Masalah belum teratasi
P:
- Lanjutkan intervensi
Hari 2 S:
- Keluarga mengatakan tidak ada mual dan
muntah
- Keluarga mengatakan telah memberikan susu
formula dan buah pisang
- Keluarga mengatakan sudah mulai memahami
tentang nutrisi pada bayi
- Keluarga mengatakan sudah memahami
tentang PHBS
- Keluarga mengatakan ASI Ny, P tidak bisa
keluar
O:
- Warna konjungtiva tampak normal
- Keluarga memperhatikan penjelasan dengan
baik
- Keluarga dapat menyebutkan apa saja
makanan yang dibutuhkan pada bayi
107

- Keluarga dapat mempraktikkan 6 langkah


mencuci tangan
- Keluarga aktif dalam bertanya hal yang tidak
diketahui
- Keluarga tampak kooperatif dan aktif
bertanya
- Keluarga setuju untuk dikontrak dihari yang
akan datang
A:
- Masalah belum teratasi
P:
- Lanjutkan intervensi
Hari 3 S:
- Keluarga mengatakan tidak ada mual dan
muntah
- Keluarga mengatakan An.S telah diberikan
asupan oral berupa makanan pendamping ASI
(bubur, ayam dan sayur bayam) dan susu
formula
- Keluarga mengatakan sudah menghindari
pemanis buatan
O:
- Warna konjungtiva tampak normal
- Keluarga dapat meyebutkan apa saja makanan
yang dibutuhkan oleh bayi sesuai usia
- Menerapkan cara pemberian nutrisi kepada
bayi yang baik dengan memberikan MPASI
sesuai dengan usia bayi
- Keluarga mempraktikkan cara membuat
MPASI
A:
- Masalah belum teratasi
P:
- Lanjutkan intervensi
Hari 4 S:
- Keluarga mengatakan tidak ada mual dan
muntah
- Keluarga mengatakan Klien telah diberikan
MPASI (bubur, ayam, jagung, wortel) dan
susu formula
O:
- BB: 6,5kg
- PB: 68 cm
- LK : 38,8 cm
- LILA : 13 cm
- Tampak perubahan berat badan 0,2 kg dan
Panjang badan 1 cm
A:
- Masalah teratasi
P:
- Hentikan intervensi
108

Hari 1 Risiko Gangguan S:


Integritas Kulit/ - Keluarga menjawab salam
Jaringan b.d - Keluarga mengatakan belum memahami
Ketidakmampuan mengenai perawatan kulit yang baik
- Keluarga mengatakan kulit klien kering
Keluarga
O:
Merawat - Keluarga setuju untuk dilakukan edukasi
Anggota - Keluarga menentukan waktu untuk dilakukan
Keluarga yang edukasi
Sakit (D.0139) A:
- Masalah belum teratasi
P:
- Lanjutkan intervensi
Hari 2 S:
- Keluarga mengatakan sudah memahami
mengenai perawatan luka
- Keluarga mengatakan sudah memberikan
pelembab/lotion khusus bayi dan balita
- Keluarga mengatakan memberi sabun khusus
untuk kulit bayi
O:
- Keluarga memperhatikan penjelasan dengan
baik
- Keluarga tampak kooperatif dan aktif
bertanya
- Keluarga setuju untuk dikontrak dihari yang
akan datang
A:
- Masalah risiko infeksi teratasi
P:
- Hentikan intervensi
Hari 3 S:
- Keluarga mengatakan sudah memahami
tentang perawatan luka
- Keluarga mengatakan memberikan klien
pelembab dan sabun khusus bayi
O:
- Keluarga dapat mempraktikkan pemberian
pelembab ke kulit klien
A:
- Masalah teratasi
P:
- Hentikan intervensi
Klien 2
Hari 1 Kesiapan S:
Peningkatan - Keluarga menjawab salam
Pengetahuan b.d - Keluarga menyetujui rencana hari ini
Ketidakmampuan - Keluarga mengatakan sudah memahami sedikit
Keluarga Merawat tentang stunting
Anggota Keluarga - Keluarga mengatakan sudah pernah mendengar
yang Sakit mengenai PHBS
109

(D.O113) O:
- Keluarga setuju untuk dilakukan edukasi
- Keluarga menentukan waktu untuk dilakukan
edukasi
A:
- Masalah belum teratasi
P:
- Lanjutkan intervensi
Hari 2 S:
- Keluarga mengatakan sudah lebih memahami
tentang PHBS dan stunting
- Keluarga mengatakan telah menerapkan
PHBS di lingkungan dan dikehidupan sehari-
hari
O:
- Keluarga memperhatikan penjelasan dengan
baik
- Keluarga dapat menyebutkan pengertian serta
tanda dan gejala stunting
- Keluarga dapat mempraktikkan 6 langkah
mencuci tangan
- Keluarga tampak kooperatif dan aktif
bertanya
- Keluarga setuju untuk dikontrak dihari yang
akan datang
A:
- Masalah kesiapan peningkatan pengetahuan
teratasi
P:
- Hentikan intervensi
Hari 3 S:
- Keluarga mengatakan sudah memahami
tentang stunting
- Keluarga mengatakan sudah menerapkan
PHBS di rumah dan kehidupan sehari-hari
O:
- Keluarga dapat menjelaskan Kembali
pengertian, tanda dan gejala stunting
- Keluarga dapat menerapkan PHBS
A:
- Masalah kesiapan peningkatan pengetahuan
teratasi
P:
- Hentikan intervensi
Hari 1 Gangguan Tumbuh S:
Kembang b.d - Keluarga menjawab salam
Ketidakmampuan - Keluarga mengatakan An.N sulit makan
Keluarga Merawat - Keluarga mengatakan Klien tidak memilih
Anggota Keluarga milih makanan tetapi makannya hanya sedikit
yang Sakit yang dimakan
(D.0106) - Keluarga mengatakan Klien masih diberikan
110

ASI
- Keluarga mengatakan BAB dan BAK nya
normal
- Keluarga mengatakan tidak ada mual dan
muntah
- Keluarga mengatakan mengetahui sedikit apa
saja nutrisi yang diberikan kepada bayi
O:
- Tidak tampak kelainan pada rambut Klien
- Tidak tampak kelainan pada kuku Klien
- Kemampuan menelan Klien tampak baik
- Tidak tampak kelainan pada mulut Klien
- Warna konjungtiva tampak normal
- BB : 6,4 Kg
- PB : 69 cm
- Keluarga setuju untuk dilakukan edukasi
- Keluarga menentukan waktu untuk dilakukan
edukasi
A:
- Malasah belum teratasi
P:
- Lanjutkan intervensi
Hari 2 S:
- Keluarga mengatakan tidak ada mual dan
muntah
- Keluarga mengatakan telah memberikan makan
(nasi, tempe, sayur bening bayam, dan buah
pisang, biscuit dari puskesmas), ASI dan
suplemen makan
- Keluarga mengatakan sudah lebih memahami
tentang nutrisi pada bayi
- Keluarga mengatakan sudah memahami tentang
PHBS
- Keluarga mengatakan jika Klien sakit masih
diberikan ASI
O:
- Warna konjungtiva tampak normal
- Keluarga memperhatikan penjelasan dengan
baik
- Keluarga dapat menyebutkan apa saja makanan
yang dibutuhkan pada bayi
- Keluarga dapat mempraktikkan 6 langkah
mencuci tangan
- Keluarga tampak kooperatif dan aktif bertanya
- Keluarga setuju untuk dikontrak dihari yang
akan datang
A:
- Masalah belum teratasi
P:
- Lanjutkan intervensi
111

Hari 3 S:
- Keluarga mengatakan tidak ada mual dan
muntah
- Keluarga mengatakan An.N telah diberikan
asupan oral berupa makanan (nasi, ayam dan
sayur sop dan), ASI dan suplemen makan
- Keluarga mengatakan sudah memahami
mengenai memberikan nutrisi kepada bayi
- Keluarga mengatakan sudah menghindari
pemanis buatan
O:
- Warna konjungtiva tampak normal
- Keluarga dapat meyebutkan apa saja makanan
yang dibutuhkan oleh bayi sesuai usia
- Menerapkan cara pemberian nutrisi kepada bayi
yang baik dengan menerapkan gizi seimbang
dan isi piringku kepada Klien
- Keluarga menunjukkan makanan yang
diberikan kepada Klien
A:
- Masalah belum teratasi
P:
- Lanjutkan intervensi
Hari 4 S:
- Keluarga mengatakan tidak ada mual dan
muntah
- Keluarga mengatakan Klien telah diberikan
asupan oral berupa (nasi, ayam dan sayur
wortel), ASI dan suplemen makan
O:
- BB: 6,5kg
- PB: 70 cm
- LK : 44cm
- LILA : 12 cm
- Tampak perubahan berat badan 0,1 kg dan
Panjang badan 1 cm
A:
- Masalah risiko deficit nutrisi teratasi
P:
- Lanjutkan intervensi
Hari 1 Risiko Gangguan S:
Integritas Kulit/ - Keluarga menjawab salam
Jaringan b.d - Keluarga mengatakan belum memahami
Ketidakmampuan mengenai perawatan kulit
- Keluarga mengatakan kulit Klien kering dan
Keluarga
terkadang terkelupas di daerah tangan dan kaki
Merawat serta siku
Anggota O:
Keluarga yang - Keluarga setuju untuk dilakukan edukasi
Sakit (D.0139) - Keluarga menentukan waktu untuk dilakukan
edukasi
112

A:
- Masalah risiko gangguan integritas
kulit/jaringan belum teratasi
P:
- Lanjutkan intervensi
Hari 2 S:
- Keluarga mengatakan sudah memahami
mengenai perawatan kulit kering
- Keluarga mengatakan sudah memberikan
pelembab berupa baby oil
O:
- Keluarga memperhatikan penjelasan dengan
baik
- Keluarga aktif dalam bertanya hal yang tidak
diketahui
- Keluarga tampak kooperatif dan aktif bertanya
- Keluarga setuju untuk dikontrak dihari yang
akan datang
A:
- Masalah risiko gangguan integritas
kulit/jaringan teratasi
P:
- Hentikan intervensi
Hari 3 S:
- Keluarga mengatakan sudah memahami
tentang perawatan luka
- Keluarga mengatakan sudah memberika body
lotion khusus bayi/ balita kepada Klien
O:
- Keluarga dapat mempraktikkan pemberian
pelembab kepada Klien
A:
- Masalah risiko gangguan integritas
kulit/jaringan teratasi
P:
- Hentikan intervensi
113

B. Pembahasan

Pada pembahasan peneliti akan membahas tentang adanya kesesuaian

ataupun kesenjangan antara teori dan hasil asuhan keperawatan keluarga dengan

anak stunting pada klien 1 dan klien 2 di wilayah kerja Puskesmas Lamaru.

Kegiatan yang dilakukan meliputi pengkajian, diagnose keperawatan, intervensi

keperawatan, implementasi keperawatan, evaluasi keperawatan.

1. Pengkajian

Hasil dari data hasil pengkajian diperoleh data pada klien 1 dilakukan

pada tanggal 13 dan 14 Maret 2023 sedangkan pada klien 2 dilakukan pada

tanggal 20 dan 21 Maret 2023. Klien 1 An. S berusia 11 bulan dengan kondisi

BB dan PB tidak sesuai standar usia yaitu BB: 6,3 kg dan PB: 67cm,

memiliki riwayat BBLR, alergi susu sapi, diare, kulit kering, ibu mengalami

riwayat anemia saat hamil serta keluarga yang kurang memahami mengenai

masalah yang dialami klien, pendidikan terakhir kedua orang tua SMA.

Pengkajian klien 2 An. N berusia 12 bulan dengan kondisi BB dan PB tidak

sesuai standar usia yaitu BB: 6,4kg dan PB: 69cm dengan keluhan makan

hanya sedikit dan kulit kering, keluarga mengatakan penyebab anaknya

mengalami masalah pertumbuhan dikarenakan kurangnya kemauan anak

untuk makan dan kurangnya gizi yang dibutuhkan oleh tubuh, keluarga

mengatakan tanda dan gejalanya ialah BB dan PB anak sulit bertambah,

pendidikan terakhir orangtua klien 2 adalah SMA.

Menurut pernyataan Anggaraeningsih dan Yulianti (2022) usia 0-59

ialah usia yang membutuhkan asupan gizi yang baik karena status gizi yang
114

terpenuhi akan membuat zat-zat gizi yang dibutuhkan tubuh/jaringan bisa

berfungsi, tumbuh, dan berkembang dengan baik. Gizi merupakan bagian

yang sangat dibutuhkan dalam pertumbuhan dan perkembangan balita. Jika

tidak terpenuhi dengan baik salah satu permasalah yang seringkali terjadi

pada balita yaitu stunting. Menurut hasil penelitian Oktia (2020) salah satu

terjadinya stunting yang dialami bayi dan balita yaitu faktor pola asuh dan

pengetahuan ibu, riwayat BBLR anak dan lingkungan.

Menurut Kemenkes RI (2023) Ibu hamil anemia mengalami kurang

energi protein dapat meningkatkan kemungkinan melahirkan bayi berat badan

lahir rendah (BBLR) dan stunting, komplikasi saat melahirkan serta beberapa

risiko terkait kehamilan lainnya.

Menurut asumsi peneliti terdapat kesamaan antara teori dan kasus pada

klien 1 dan klien 2 yaitu memiliki masalah berat badan dan panjang badan

yang rendah. Jika dilihat dari faktor risiko kemungkina pencegahan dapat

diberikan pada kedua klien dengan cara memperbaiki pola asuh dan

memberikan asupan nutrisi yang sesuai dengan usia anak untuk memenuhi

kebutuhan nutrisi anak. Dalam melakukan pengkajian sesuai dengan apa yang

sudah dikaji, sehingga tidak terjadi kesenjangan antara teori dan praktik.

Hasil dari pengkajian pada klien 1 dan klien 2 didapatkan 2 diagnosa yang

ditegakkan melalui pengkajian, pemeriksaan fisik, dan observasi. Klien

sangat kooperatif saat peneliti melakukan kunjungan.


115

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik tentang semua respon

individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan actual,

potensial, sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan

asuhan keperawatan (Widagdo & Kholifah, 2016).

Menurut aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa keperawatan

menurut Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia terdapat 5 diagnosa

keperawatan yang muncul pada klien anak dengan stunting, yaitu deficit

nutrisi, risiko gangguan integritas kulit/jaringan, resiko infeksi, deficit

pengetahuan dan gangguan tumuh kembang.

Berdasarkan hasil pengkajian dan analisa data ditemukan 3 diagnosa

keperawatan yang ditegakkan pada klien 1 yaitu deficit pengetahuan,

gangguan tumbuh kembang, risiko gangguan integritas kulit/jaringan.

sedangkan pada klien 2 yaitu kesiapan peningkatan pengetahuan, gangguan

tumbuh kembang dan risiko gangguan integritas kulit/jaringan. Pada diagnosa

keperawatan klien 2 ditemukan kesenjangan antara teori dan kasus dimana

dalam teori tidak ada diagnosa kesiapan peningkatan pengetahuan.

Berdasarkan penegakkan diagnosa sesuai dengan Standar Diagnosa

Keperawatan Indonesia terdapat tanda/gejala mayor yang ditemukan sekitar

80 – 100% untuk validasi diagbosa sedangkan tanda/gejala minor diperlukan

20% untuk dapat mendukung penegakkan diagnosa actual. Bila data mayor

maupun minor tidak mencapai 100% ditemukan maka menjadi diagnosa


116

risiko. Berikut ini pembahasan diagnosa yang muncul sesuai dengan teori

pada kasus klien 1 dan 2 yaitu:

a. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga

mengenal masalah

Menurut analisa data pada hasil pengkajian terdapat masalah

keperawatan deficit pengetahuan pada klien 1 sedangkan pada klien 2

tidak ditegakkan diagnosa keperawatan deficit pengetahuan. Pada klien 1

dari hasil pengkajian ditemukan data yaitu keluarga An. S mengatakan

belum tau pasti masalah yang dialami anaknya, keluarga bertanya apa

yang dimaksud dengan stunting,dari data objektif ditemukan bahwa pada

masa kehamilan An. S ibu mengalami anemia dan tidak rutin minum

tablet tambah darah (TTD) dan setelah An. S lahir hingga usia 11 tidak

diberikan ASI dan MPASI. Sedangkan pada klien 2 didapatkan data yaitu

keluarga dapat mengetahui masalah yang terjadi di keluarganya, Ibu

dapat menjelaskan secara umum tentang masalah An. N, ibu

menjelasakan penanganan yang dilakukan saat mengetahui masalah pada

anaknya

b. Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan ketidakmampuan

keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

Menurut analisa data setelah dilakukan pengkajian keperawatan

pada klien 1 dan klien 2 defisit nutrisi b.d ketidakmampuan keluarga

merawat anggota keluarga yang sakit. Dampak yang ditimbulkan oleh

stunting yaitu, dampak jangka pendek dan dampak jangka panjang.


117

Dampak jangka pendek stunting ialah: terganggunya perkembangan otak,

gangguan pertumbuhan fisik, dan terjadinya gangguan metabolisme

dalam tubuh. Sedangkan dampak jangka panjang yang ditimbulkan

stunting ialah: menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar,

menurunya kekebalan tubuh sehingga mudah sakit, beresiko tinggi

munculnya penyakit diabetes, kegemukan, penyakit jantung dan

pembuluh darah, stroke, dan disabilitas pada usia tua (Sandjojo, 2017).

Pada klien 1 dari hasil pengkajian ditemukan tanda dan gejala mayor

objektif yaitu berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang ideal.

Klien 2 ditemukan tanda dan gejala mayor objektif yaitu berat badan

menurun minimal 10% di bawah rentang ideal. Dari data tersebut pada

klien 1 dan 2 tanda gejala mayor ditemukan, terdapat 80 – 100 % untuk

validasi diagnosa keperawatan (PPNI, 2017).

c. Risiko Gangguan Integritas Kulit/jaringan ditandai dengan

ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

Menurut analisa data setelah dilakukan pengkajian keperawatan

pada klien 1 dan klien 2 Risiko Gangguan Integritas Kulit/jaringan

ditandai dengan perubahan status nutrisi (kelebihan/kekurangan). Pada

balita dengan kekurangan gizi akan menyebabkan berkurangnya lapisan

lemak di bawah kulit hal ini terjadi karena kurangnya asupan gizi

sehingga tubuh memanfaatkan cadangan lemak yang ada dan kurangnya

asam lemak omega 3 sehingga membuat tubuh kurus dan kulit menjadi

kering (Maryunani, 2016). Pada klien 1 dan 2 tidak didapatkan tanda dan
118

gejala mayor 80 – 100% untuk validasi diagnosa keperawatan. Pada hasil

pengkajian ditemukan kulit klien 1 tampak kering dan klien 2 tampak

kulit kering dan terkadang terkelupas.

Menurut asumsi peneliti data pada klien 1 dan 2 diagnosa yang

ditegakkan terdapat 80 – 100 % tanda mayor sebaga iisyarat penegakkan

diagnosa keperawatan.

3. Intervensi keperawatan

Perencanaan keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan yang

direncanakan oleh perawat untuk membantu keluarga dalam mengatasi

masalah keperawatan dengan melibatkan anggota keluarga. Perencanaan

keperawatan juga dapat diartikan juga sebagai suatu proses penyusunan

berbagai intervensi keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah,

menurunkan, atau mengurangi masalah-masalah klien (Widagdo & Kholifah,

2016).

Perencanaan asuhan keperawatan yang akan dilakukan pada klien 1

dengan masalah keperawatan Defisit pengetahuan berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan yaitu difisiensi

pengetahuan teratasi keluarga mampu memahami masalah stunting, keluarga

mampu menyebutkan cara penanganan dan pencegahan stunting. Menurut

hasil penelitian Suparisa dan Purwaningsih (2019) Wawasan pengetahuan ibu

tentang gizi ibu balita sangat penting mulai dalam kandungan hingga usia

balita 2 tahun. Ibu yang tidak paham mengenai perlakuan yang benar

terhadap diri dan janin berpotensi melahirkan bayi dengan PB < 48 cm karena
119

perkembangan bayi tidak terkontrol dengan optimal dan sikap ibu cenderung

tak acuh. Rencana tindakan dalam diagnosa deficit pengetahuan: observasi

kebutuhan belajar keluarga, berikan edukasi terkait dengan masalah stunting

dan cara mencegahnya.

Perencanaan asuhan keperawatan yang akan dilakukan pada klien 2

dengan masalah keperawatan kesiapan peningkatan pengetahuan

berhubungan dengan kemampuan keluarga mengenal masalah yaitu tingkat

pengetahuan membaik keluarga mampu memahami masalah stunting,

keluarga mampu menyebutkan cara penanganan dan pencegahan masalah

stunting, keluarga mampu menerapkan PHBS. Rencana tindakan dalam

diagnosa kesiapan penigkatan pengetahuan: Observasi kebutuhan belajar

pasien dan keluarga tentang, berikan edukasi terkait dengan masalah stunting

dan cara perawatannya di rumah serta pencegahan masalah stunting dan

memberikan edukasi tentang PHBS.

Perencanaan asuhan keperawtan yang akan dilakukan pada klien 1 dan

klien 2 dengan masalah keperawatan gangguan tumbuh kembang

berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga

yang sakit yaitu diharapkan keluarga mampu mengenal tanda dan gejala

bahaya penyakit, keluarga mampu memutuskan tindakan perawatan yang

tepat pada anaknya. Menurut Khoeroh dan Indriyanti (2017) dalam

Wulandari (2021) cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi stunting yaitu

dengan penilaian status gizi yang dilakukan melalui kegiatan posyandu

setiap bulan, pemberian makanan tambahan pada bayi/balita, pemberian ASI


120

eksklusif selama 6 bulan dan dilanjutkan sampai usia 2 tahun dengan

tambahan asupan MPASI, memberikan konseling atau pengetahuan mengenai

gizi bayi/balita dan pemberian makan tambahan pada balita. Rencana

tindakan dalam diagnosa gangguan tumbuh kembang meliputi: Pemantauan

Nutrisi yaitu identifikasi status gizi, identifikasi faktor yang mempengaruhi

asupan gizi, timbang berat badan dan ukur antropometrik, hitung perubahan

BB setiap bulan, edukasi nutrisi pada bayi/balita.

Perencanaan asuhan keperawatan yang akan dilakukan pada klien 1 dan

klien 2 dengan masalah risiko gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan

dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit yaitu

diharapkan keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit dengan

kriteria keluarga mampu memutuskan tindakan yang tepat untuk anaknya.

Menurut Dubinsky (2020) untuk merawat kulit kering pada bayi/balita dapat

dilakukan beberapa cara yaitu, persingkat waktu mandi dan gunakan sabun

khusus bayi/balita dan gunakan pelembab secara rutin. Rencana tindakan

dalam diagnosa risiko gangguan integritas kulit/jaringan meliputi: edukasi

perawatan kulit yaitu kebutuhan belajar keluarga, berikan edukasi terkait

dengan perawatan kulit kering, cara menangani dan merawat kulit kering.

Menurut asumsi peneliti berdasarkan pernyataan diatas bahwa

pengetahuan kesehatan dan pola asuh orangtua maupun keluarga sangat

dibutuhkan untuk meningkatkan kesehatan pada anak terutama untuk

mencegah masalah stunting, dengan adanya pendidikan mengenai masalah

kesehatan maka dapat mengubah pola pikir dan perilaku orang tua serta
121

keluarga agar lebih mengenal dan dapat merawat anak dengan memberikan

pola asuh dan nutrisi yang baik pada anak dengan stunting.

4. Implementasi keperawatan

Tindakan keperawatan adalah implementasi/pelaksanaan dari rencana

tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai

setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing order untuk

membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan (Widagdo & Kholifah,

2016).

Pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien 1 dan 2 dilakukan diwaktu

yang berbeda yaitu klien 1 dilakukan pada tanggal 17 Maret – 17 April 2023

dengan 4 kali kunjungan. Pada klien 2 pada tanggal 24 Maret – 24 April 2023

dengan 4 kali kunjungan. Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi

yang dibuat dan disesuaikan dengan masalah keperawatan yang ditemukan

pada klien.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kirana et al (2022)

penyuluhan dapat dilakukan dengan media Power Point (PPT) dan leaflet.

Implementasi keperawatan mahasiswa menggunakan media power point dan

leaflet dan diberikan kepada keluarga agar dapat menjadi bahan pengingat.

5. Evaluasi keperawatan

Tindakan untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan

seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaannya

sudah berhasil dicapai, meskipun tahap evaluasi diletakkan pada akhir proses

keperawatan diharapkan (Widagdo & Kholifah, 2016).


122

Hasil evaluasi yang telah didapatkan setelah 4 kali kunjungan masalah

teratasi pada klien 1 Defisit pengetahuan berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan dan klien 2 Kesiapan

peningkatan pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga

mengenal masalah kesehatan. Pada klien 1 dan 2 gangguan tumbuh kembang

berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga

yang sakit dan risiko gangguan integritas kulit/jaringan ditandai dengan

ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit. Masalah

teratasi dibuktikan dengan perubahan pengetahuan dan perilaku keluarga

merawat anak dengan stunting.

Evaluasi yang diperoleh dari kedua klien setelah dilakukan tindakan

sudah sesuai dengan respon yang diharapkan peneliti sehingga membuat

masalah pada kedua klien dapat teratasi. Menurut peneliti, keberhasilan

perawatan anak dengan stunting bergantung pada peran serta keluarga dalam

merawat dan pemeliharaan kesehatan untuk membantu pemulihan dan

pencegahan anak dengan masalah stunting.


123

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian penerapan asuhan keperawatan keluarga dengan

klien anak stunting di wilayah kerja Puskesmas Lamaru, peneliti dapat mengambil

kesimpulan sebagai berikut:

A. Kesimpulan

1. Pengkajian

Pada pengkajian klien 1 berusia 11 bulan dan pada klien 2 berusia 12 bulan,

berdasarkan hasil pengkajian terdapat kesamaan masalah yaitu berat badan dan

panjang badan kurang dari seusianya, dan terdapat perbedaan pada pengetahuan,

pada klien 1: keluarga tidak mengetahui apa penyebab dari stunting dan klien 2:

keluarga mengetahui apa penyebab dari stunting.

2. Diagnosa Keperawatan

Terdapat 5 diagnosa keperawatan secara teoritis pada anak dengan stunting

yaitu deficit nutrisi, risiko gangguan integritas kulit dan jaringan, resiko infeksi,

deficit pengetahuan dan gangguan tumuh kembang. Pada klien 1 dan 2 peneliti

menemukan 3 diagnosa yang sama dengan teori. Terdapat perbedaan diagnosa

pada klien 1 dan 2 yaitu defisit pengetahuan dan kesiapan peningkatan

pengetahuan.

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi yang digunakan pada klien 1 dan klien 2 disusun sesuai dengan

diagnosa yang ditegakkan dan disesuaikan dengan teori yang ada. Intervensi
124

disusun sesuai dengan masalah yang ditemukan berdasarkan hasil pengkajian

yang dilakukan secara mandiri.

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan dilaksanakan sesuai rencana tindakan yang

telah disusun. Implementasi pada klien 1 dan klien 2 sesuai kebutuhan klien.

Dalam implementasi pada klien 1 dan klien 2 semua rencana tindakan yang

dilakukan.

5. Evaluasi Keperawatan

Akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan

keperawatan yang diberikan. Evaluasi yang dilakukan pada klien 1 selama 4 hari

dan klien 2 selama 4 hari kunjungan dan dibuat dalam bentuk SOAP. Pada klien

1 dan 2 semua diagnose teratasi.

B. Saran

1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan,

keterampilan, dan pengalaman, serta wawasan peneliti sendiri dalam

melakukan penelitian ilmiah khususnya dalam pemberian asuhan

keperawatan keluarga pada klien anak dengan stunting. Diharapkan bagi

peneliti selanjutnya dapat melakukan pengkajian secara holistic terkait

dengan yang dialami oleh klien agar asuhan keperawatan dapat tercapai tepat

sesuai dengan masalah yang ditemukan pada klien.


125

2. Bagi tempat peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan perawat mampu melakukan kerjasama

yang baik dalam melaksanakan asuhan keperawatan secara profesional dan

komperhensif.

3. Bagi perkembangan ilmu keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan

dalam bidang keperawatan khususnya dalam pelaksanaan asuhan

keperawatan keluarga pada klien anak dengan stunting secara komperhensif

dan mengikuti perkembangan literature-literatur keperawatan yang terbaru.


126

DAFTAR PUSTAKA

Asri Dewi, N. L. M., & Primadewi, N. N. H. (2021). Kejadian Stunting Pada Balita
Usia 12-36 Bulan. Jurnal Keperawatan Jiwa, 9(1), 55–60.

Astutik, Zen Rahfiludin, M., & Aruben, R. (2018). FAKTOR RISIKO KEJADIAN
STUNTING PADA ANAK BALITA USIA 24-59 BULAN (Studi Kasus di
Wilayah Kerja Puskesmas Gabus II Kabupaten Pati Tahun 2017). Jurnal
Kesehatan Masyarakat, 6, 2356–3346.
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Dubinsky, D. Baby Center (2020). Dry Skin in Babies and Children.

Febrianti. (2019). Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Gout
Arthritis di Wilayah Kerja Puskesmas Juanda Samarinda.
http://repository.poltekkes-kaltim.ac.id/299/1/Untitled.pdf

Fildzah, F. K., Yamin, A., & Hendrawati, S. (2020). Perilaku Ibu Dalam Pencegahan
Stunting Pada BADUTA. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah, 5(2), 272–284.
https://doi.org/10.30651/jkm.v5i2.3352

Husnaniyah, D, Riyanto, Kamsari (2022). Buku Ajar Keperawatan keluarga.


Yogyakarta: CV BUDI UTAMA.

Kemenkes RI. Buku Saku Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI). 2022

________. CEGAH STUNTING ITU PENTING. Warta KESMAS. Edisi 02(2018)

________. (2022). Apa itu stunting. Kementerian kesehatan direktorat jenderal


pelayanan kesehatan
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1516/apa-itu-stunting

________. (2023). Saat Remaja Menderita Anemia, Ibu Hamil Berisiko Lahirkan
Anak Stunting. https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-
media/20210122/5236847/saat-remaja-menderita-anemia-ibu-hamil-berisiko-
lahirkan-anak-stunting/

________. (2018). Mengenal stunting dan gizi buruk. Penyebab, gejala, dan
mencegah. https://promkes.kemkes.go.id/?p=8486

Kholifah, Siti Nur dan Wahyu Widagdo.2016.Keperawatan Keluarga dan


Komunitas.Jakarta Selatan: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
127

Luh, A. M. D. P. N., & Hasri, Y. (2022). Hubungan status gizi balita dan
perkembangan anak balita di kelurahan liliba kecamatan oebobo. Jurnal Health
Sains, 3(7), 830–836.
https://www.jurnal.healthsains.co.id/index.php/jhs/article/view/545/690

Maryunani, A. (2016). Manajemen Kebidanan Terlengkap. Jakarta: Trans Info Media.

Mufidah, A. (2022). Keperawatan Anak. Media Sains Indonesia.

Oktia, N., Dokter, N., & Bsmi, R. (2020). QAWWAM: JOURNAL FOR GENDER
MAINSTREAMING STUNTING PADA ANAK: PENYEBAB DAN FAKTOR
RISIKO STUNTING DI INDONESIA. 14(1), 19.
https://doi.org/10.20414/Qawwam.v14i1.2372

Permenkes (2020). Standar Antropometri Anak.

Pratiwi E, A. (2022). Keperawatan Anak. Media Sains Indonesia.

Putri, R., & Nuzuliana, R. (2020). Penatalaksanaan Efektif dalam Rangka


Peningkatan Pertumbuhan Anak pada Kasus Stunting. Jurnal Kesehatan
Vokasional, 5(2), 110. https://doi.org/10.22146/jkesvo.54930

Rita Kirana, O., Widyastuti Hariati, N., & Kemenkes Banjarmasin Jalan Haji Mistar,
P. (2022). PENGARUH MEDIA PROMOSI KESEHATAN TERHADAP
PERILAKU IBU DALAM PENCEGAHAN STUNTING DI MASA PANDEMI
COVID-19 (PADA ANAK SEKOLAH TK KUNCUP HARAPAN
BANJARBARU). 2(9).

Sandjojo, E. S. (2017). Buku Saku Desa Dalam Penanganan Stunting. Jakarta

Sari, M. T., & Oesmani, M. (2020). Maternal Characteristics and Knowledge on the
Risk of Childhood Stunting at Simpang Kawat Community Health Center,
Jambi. 279–284. https://doi.org/10.26911/the7thicph.03.84

Satria, E., Rita Aninora, N., & Diba Faisal, A. (2022). EDUKASI PEMANTAUAN
TUMBUH KEMBANG ANAK UMUR 3-5 TAHUN. Jurnal Ebima, 3(1).

Siregar, D, Evanny, I, Riama, M, Martina, P, Yenni, F, Christie, L, Maria, M


, Marianna, R, Ni Wayan, T, Evelyn, H, Idauli, S, Jeanny, R, Lia, K, Palupi, T.
(2020). Keperawatan Keluarga. Yayasan kita menulis.

Supariasa, I. D. N., & Purwaningsih, H. (2019). Faktor-faktor yang mempengaruhi


kejadian stunting pada balita di kabupaten malang. Karta Raharja, 1(2), 55–64.
http://ejurnal.malangkab.go.id/index.php/kr

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta: DPP PPNI
128

________. SIKI DPP PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.


Jakarta: DPP PPNI

________. SLKI DPP PPNI (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta:
DPP PPNI

TNP2K. (2017). Buku Ringkasan Stunting. Jakarta: Secretariat Wakil Presiden


Republic Indonesia.

World Health Organization (WHO). GLOBAL NUTRITION TARGETS 2025


STUNTING POLICY BRIEF. WHO/NMH.NHD/14.3

Wulandari Leksono, A., Kartika Prameswary, D., Sekar Pembajeng, G., Felix, J.,
Shafa Ainan Dini, M., Rahmadina, N., Hadayna, S., Roroputri Aprilia, T.,
Hermawati, E., Studi Kesehatan Masyarakat, P., Kesehatan Masyarakat, F.,
Kesehatan Lingkungan, D., Kelurahan Muarasari, P., & Bogor Selatan, K.
(2021). Risiko Penyebab Kejadian Stunting pada Anak. Jurnal Pengabdian
Kesehatan Masyarakat: Pengmaskesmas, 1(2), 34–38.
https://doi.org/10.31849/pengmaskesmas.v1i2/5747
L
A
M
P
I
R
A
N
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3

PRE PLANNING KUNJUNGAN KELUARGA 1

KEPERWATAN KELUARGA PERTEMUAN PERTAMA (KUNJUNGAN I)

A. PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Asuhan keperwatan keluarga menggunakan pendekatan proses yang

terdiri dari lima tahap. Tahap tersebut meliputi: pengkajian, perencanaan,

implementasi, dan evaluasi. Pengkajian merupakan Langkah awal yang

bertujuan mengumpulkan data tentang status Kesehatan klien. Data yang

telah terkumpul kemudian di Analisa sehingga dapat dirumuskan masalah

Kesehatan yang ada pada keluarga. Sasaran dalam asuhan keperawatan ini

adalah keluarga Tn. R dan istrinya Ny. P serta kedua anaknya An. S dan An.

Z, dimana dalam satu keluarga tinggal di jalan Mulawarman RT. 007

Lamaru, Balikpapan Timur.

2. Data yang perlu dikaji

a. Data umum

b. Lingkungan

c. Fungsi keluarga

d. Harapan keluarga

e. Pemahaman klien keluarga terhadap masalah Kesehatan yang dihadapi

f. Kemampuan keluarga untuk memprioritaskan masalah Kesehatan yang

ada
3. Masalah keperawatan

Belum teridentifikasi

B. RENCANA KEPERAWATAN

1. Diagnose keperawatan

Belum dapat ditegakkan karena pengkajian belum selesai

2. Tujuan umum

Mendapatkan data,menyimpulkan dan memprioritaskan masalah keperawatan

3. Tujuan khusus

a. Terkumpulnya data umum, lingkungan, fungsi keluarga, dan harapan

keluarga

b. Teridentifikasi masalah Kesehatan keluarga

c. Keluarga mampu mengenal masalah keperawatan yang ada

C. RENCANA KEGIATAN

1. Topik : Pengkajian keluarga

2. Metode : Wawancara dan Observasi

3. Media : Format pengkajian, alat tulis, alat pemeriksaan fisik

4. Waktu : Senin, 13 Maret 2023 pukul 10.00-11.00

5. Tempat : Rumah keluarga Tn. R jalan Mulawarman RT. 003, Lamaru,

Balikpapan Timur

6. Strategi pelaksanaan:

a. Orientasi

1) Mengucapkan salam

2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan tujuan kunjungan

4) Memvalidasi keadaan klien dan keluarga

b. Kerja:

1) Melakukan pengkajian keluarga dan obsservasi

2) Mengidentifikasi masalah Kesehatan

3) Memberikan penghargaan pada hal-hal positif yang dilakukan

4) Mengidentifikasi pemahaman keluarga terhadap masalah Kesehatan

c. Terminasi

1) Membuat kontrak untuk pertemuan selanjutnya

2) Mengucapkan salah

7. Kriteria hasil

a. Struktur:

1) LP (Laporan Pendahuluan) disiapkan

2) Alat bantu atau media disiapkan

b. Proses:

1) Pelaksanaan sesuai waktu dan strategi pelaksanaan

2) Keluarga aktif dalam kegiatan

c. Hasil:

1) Didapatkan: data umum lingkungan, fungsi keluarga, harapan

keluarga, pemahaman keluarga terhadap masalah Kesehatan yang

dihadapi

2) Teridentifikasinya masalah Kesehatan

3) Terciptanya rasa saling percaya dan membuat kontrak selanjutnya


PRE PLANNING KUNJUNGAN KELUARGA 1

KEPERWATAN KELUARGA PERTEMUAN KE-2 (KUNJUNGAN 2)

A. PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 13 Maret

2023 didapatkan data pengkajian umum keluarga, pemeriksaan fisik

Sebagian anggota keluarga, lingkungan rumah, fungsi keluarga dan harapan

keluarga.

Pada pertemuan kali ini. Mahasiswa akan melaksanakan oengkajian

Kembali. Pada pengkajian Analisa data ini mahasiswa akan mengkaji terkait

Riwayat kehamilan dan kelahiran An. S, mengetahui keluhan utama melalui

data subyektif dan obyektif untuk menentukan diagnose keperawatan

keluarga serta harapan keluarga terhadap Kesehatan sebelumnya mahasiswa

menjelaskan masalah Kesehatan kepada keluarga yang didapatkan pada

pengkajian pertama kemudian bersama-sama dengan keluarga

memprioritaskan masalah Kesehatan yang ada sehingga keluarga diharapkan

dapat berpartisipasi aktif untuk kegaitan selanjutnya.

2. Data yang perlu dikaji lebih lanjut

a. Data umum

b. Lingkungan

c. Fungsi keluarga

d. Harapan keluarga

e. Data Riwayat kelahiran dan kehamilan ibu


f. Keluhan utama

3. Masalah keperawatan

Belum teridentifikasi

B. RENCANA KEPERAWATAN

1. Diagnose keperawatan

Belum dapat ditegakkan karena pengkajian belum selesai

2. Tujuan umum

Mendapatkan data,menyimpulkan dan memprioritaskan masalah keperawatan

3. Tujuan khusus

a. Terkumpulnya data umum, lingkungan, fungsi keluarga, dan harapan

keluarga

b. Terkumpulnya data Riwayat kehamilan dan kelahiran

C. RENCANA KEGIATAN

1. Topik : Pengkajian keluarga

2. Metode : Wawancara dan Observasi

3. Media : Format pengkajian, alat tulis, alat pemeriksaan fisik

4. Waktu : Selasa, 14 Maret 2023 pukul 10.00-11.00

5. Tempat : Rumah keluarga Tn. R jalan Mulawarman RT. 007, Lamaru,

Balikpapan Timur

6. Strategi pelaksanaan:

a. Orientasi

1) Mengucapkan salam

2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan tujuan kunjungan

4) Memvalidasi keadaan klien dan keluarga

b. Kerja:

1) Melakukan pengkajian keluarga dan obsservasi

2) Mengidentifikasi masalah Kesehatan

3) Memberikan penghargaan pada hal-hal positif yang dilakukan

4) Mengidentifikasi pemahaman keluarga terhadap masalah Kesehatan

c. Terminasi

1) Membuat kontrak untuk pertemuan selanjutnya

2) Mengucapkan salah

7. Kriteria hasil

a. Struktur:

1) LP (Laporan Pendahuluan) disiapkan

2) Alat bantu atau media disiapkan

b. Proses:

1) Pelaksanaan sesuai waktu dan strategi pelaksanaan

2) Keluarga aktif dalam kegiatan

c. Hasil:

1) Didapatkan: data umum lingkungan, fungsi keluarga, harapan

keluarga, pemahaman keluarga terhadap masalah Kesehatan yang

dihadapi

2) Teridentifikasinya masalah Kesehatan

3) Terciptanya rasa saling percaya dan membuat kontrak selanjutnya


PRE PLANNING KUNJUNGAN KELUARGA 1

KEPERWATAN KELUARGA PERTEMUAN KE-3 KUNJUNGAN 3)

A. PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Setelah dilakukan kunjungan pada tanggal 13-14 Maret 2023 telah

didapatkan data subyektif dan obyektif untuk menegakkan diagnose

keperawatan sesuai dengan masalah dalam keluarga tersebut. Diagnose yang

telah ditegakkan yaitu:

a. Deficit pengetahuan pada keluarga Tn. R berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga mengenal masalah Kesehatan

b. Gangguan tumbuh kembang pada An. S berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

c. Risiko gangguan integritas kulit/jaringan pada An. S berhubungan

dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

2. Masalah keperawatan

a) Deficit pengetahuan

b) Gangguan tumbuh kembang

c) Risiko gangguan integritas kulit/jaringan

B. RENCANA KEPERWATAN

1. Diagnose keperawatan

a) Deficit pengetahuan pada keluarga Tn. R berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga mengenal masalah Kesehatan


b) Gangguan tumbuh kembang pada An. S berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

c) Risiko gangguan integritas kulit/jaringan pada An. S berhubungan

dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

2. Tujuan umum: setelah dilakukan Tindakan keperawatan keluarga dapat

mengerti, memahami, dan mampu menerapkan edukasi yang diajarkan.

3. Tujuan khusus

Setelah dilakukan Tindakan keperawatan 120 menit keluarga dapat:

a) Mengetahui tanda bahaya masalah stunting

b) Mengetahui status nutrisi anak

c) Mengetahui cara memberikan nutrisi pada bayi

d) Mengetahui dan memahami pentingnya berperilaku hidup bersih

e) Mengetahui cara merawat kulit kering

C. RENCANA KEGIATAN

1. Topik : edukasi Kesehatan dan proses penyakit, pemantauan nutrisi,

edukasi nutrisi bayi, edukasi perawatan kulit

2. Metode : diskusi dan tanya jawab

3. Media : power point dan leaflet

4. Waktu : Jum’at, 17 Maret 2023 pukul 10.00-13.00

5. Tempat : Rumah keluarga Tn. R jalan Mulawarman RT. 007, Lamaru,

Balikpapan Timur

6. Strategi pelaksanaan:
a. Orientasi

1) Mengucapkan salam

2) Memperkenalkan diri

3) Menjelaskan tujuan kunjungan

4) Memvalidasi keadaan klien dan keluarga

b. Kerja:

1) Menyampaikan proses terjadinya masalah stunting

2) Menyampaikan pentingnya berperilaku hidup dan bersih

3) Melakukan pemantauan nutrisi dan mengukur antropometri

4) Menyampaikan hasil pemantauan

5) Menyampaikan pemberian nutrisi kepada bayi

6) Menyampaikan cara merawat kulit kering

c. Terminasi

1) Menanyakan perasaan keluarga setelah diberi pemahaman materi

2) Mengobservasi saat keluarga mengungkapkan perasaan setelah

diberikan penyuluhan

3) Membuat kontrak untuk pertemuan selanjutnya

4) Mengucapkan salam

7. Kriteria Evaluasi:

a. Struktur:

1) LP (Laporan Pendahuluan) disiapkan

2) Media sudah disiapkan

3) Kontrak dengan keluarga tepat dan sesuai rencana


b. Proses:

1) Pelaksanaan sesuai waktu dan strategi pelaksanaan

2) Keluarga aktif dalam kegiatan

3) Situasi mendukung tidak ada gangguan

c. Hasil:

1) Keluarga dapat mengetahui proses masalah terjadinya stunting

2) Keluarga dapat mengetahui pentingnya perilaku hidup bersih dan

sehat
PRE PLANNING KUNJUNGAN KELUARGA 1

KEPERWATAN KELUARGA PERTEMUAN KE-4 (KUNJUNGAN 4)

A. PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Setelah dilakukan kunjungan pada tanggal 13-14 Maret 2023 telah

didapatkan data subyektif dan obyektif untuk menegakkan diagnose

keperawatan sesuai dengan masalah dalam keluarga tersebut. Diagnose yang

telah ditegakkan yaitu:

a. Deficit pengetahuan pada keluarga Tn. R berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga mengenal masalah Kesehatan

b. Gangguan tumbuh kembang pada An. S berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

c. Risiko gangguan integritas kulit/jaringan pada An. S berhubungan

dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

Pada pertemuan kali ini mahasiswa akan melakukan implementasi

pada diagnose defisit pengetahuan, gangguan tumbuh kembang, risiko

gangguan integritas kulit/jaringan. Pada implementasi ini mahasiswa

akan melaksanakan penyluhan Kesehatan dan proses penyakit, observasi

pemantauan nutrisi. Sebelumnnya evaluasi keperawatan yang

dilaksanakan pada 17 Maret 2023.

2. Masalah keperawatan

a. Deficit pengetahuan

b. Gangguan tumbuh kembang


c. Risiko gangguan integritas kulit/jaringan

B. RENCANA KEPERAWATAN

1. Diagnose keperawatan

a) Deficit pengetahuan pada keluarga Tn. R berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga mengenal masalah Kesehatan

b) Gangguan tumbuh kembang pada An. S berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

c) Risiko gangguan integritas kulit/jaringan pada An. S berhubungan

dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

2. Tujuan umum: setelah dilakukan Tindakan keperawatan keluarga dapat

merawat anggota keluarga, memahami dan mampu mengenal masalah

keperawatan An. S, terkait perilaku hidup sehat,mengenal tanda bahaya

masalah Kesehatan, memberikan nutrisi kepada bayi, merawat kulit kering.

3. Tujuan khusus

Setelah dilakukan Tindakan keperawatan 120 menit keluarga dapat:

a) Memahami tanda bahaya masalah stunting

b) Menambah pengetahuan pentingnya berperilaku hidup bersih dan sehat

c) Memahami status nutrisi anak

d) Memahami dan menerapkan cara memberikan nutrisi pada bayi

e) Memahami dan menerapkan cara merawat kulit kering

C. RENCANA KEGIATAN

1. Topik : edukasi Kesehatan dan proses penyakit, pemantauan nutrisi,

edukasi nutrisi bayi, edukasi perawatan kulit


2. Metode : diskusi dan tanya jawab

3. Media : power point dan leaflet

4. Waktu : Sabtu, 18 Maret 2023 pukul 16.00-18.00

5. Tempat : Rumah keluarga Tn. R jalan Mulawarman RT. 007, Lamaru,

Balikpapan Timur

6. Strategi pelaksanaan:

a. Orientasi

1) Mengucapkan salam

2) Menjelaskan tujuan kunjungan

3) Memvalidasi keadaan klien dan keluarga

b. Kerja:

1) Melakukan evaluasi hasil Tindakan keperawatan yang dilakukan

sebelumnya

2) Mengobservasi mual dan muntah, asupan oral dan warna

konjungtiva

3) Melakukan penyuluhan tentang masalah stunting dan perilaku hidup

bersih dan sehat, pemberian nutrisi pada bayi dan balita, perawatan

pada kulit kering

4) Mengevaluasi kembali hasil dari materi yang disampaikan

5) Memberikan penghargaan pada hal hal positif yang dilakukan

c. Terminasi

1) Evaluasi hasil Tindakan keperawatan

2) Membuat kontrak untuk pertemuan selanjutnya


3) Mengucapkan salam

7. Kriteria Evaluasi:

a. Struktur:

1) LP (Laporan Pendahuluan) disiapkan

2) Alat bantu/media disiapkan

3) Kontrak dengan keluarga tepat dan sesuai rencana

b. Proses:

1) Pelaksanaan sesuai waktu dan strategi pelaksanaan

2) Keluarga aktif dalam kegiatan

3) Situasi mendukung tidak ada gangguan

c. Hasil:

1) Keluarga dapat menyebutkan tentang tanda bahaya stunting

2) Keluarga dapat menyebutkan factor penyebab stunting

3) Keluarga mempraktikkan 6 langkah cuci tangan

4) Keluarga dapat menerapkan pola hidup bersih dan sehat

5) Keluarga mampu menyebutkan 3 kandunga zat gizi yang diperlukan

oleh bayi dan balita

6) Keluarga mampu menyebutkan 2 sumber-sumber protein

7) Keluarga mampu memahami dan mempraktekkan perawatan kulit

kering
PRE PLANNING KUNJUNGAN KELUARGA 1

KEPERWATAN KELUARGA PERTEMUAN KE-5 (KUNJUNGAN 5)

A. PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Setelah dilakukan kunjungan pada tanggal 13-14 Maret 2023 telah

didapatkan data subyektif dan obyektif untuk menegakkan diagnose

keperawatan sesuai dengan masalah dalam keluarga tersebut. Diagnose yang

telah ditegakkan yaitu:

a. Deficit pengetahuan pada keluarga Tn. R berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga mengenal masalah Kesehatan

b. Gangguan tumbuh kembang pada An. S berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

c. Risiko gangguan integritas kulit/jaringan pada An. S berhubungan

dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

Pada pertemuan kali ini mahasiswa akan melakukan evaluasi pada

diagnose defisit pengetahuan. Pada implementasi ini mahasiswa akan

melaksanakan pemantauan nutrisi. Sebelumnnya melakukan evaluasi

keperawatan yang dilaksanakan pada 18 Maret 2023.

2. Masalah keperawatan

a. Deficit pengetahuan

b. Gangguan tumbuh kembang

c. Risiko gangguan integritas kulit/jaringan


B. RENCANA KEPERAWATAN

1. Diagnose keperawatan

a) Deficit pengetahuan pada keluarga Tn. R berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga mengenal masalah Kesehatan

b) Gangguan tumbuh kembang pada An. S berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

c) Risiko gangguan integritas kulit/jaringan pada An. S berhubungan

dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

2. Tujuan umum: Mengevaluasi hasil implementasi edukasi Kesehatan dan

proses penyakit, edukasi nutrisi bayi dan edukasi perawatan kulit kering dan

setelah dilakukan Tindakan keperawatan keluarga dapat mampu mengenal

masalah keperawatan An. S.

3. Tujuan khusus

Setelah dilakukan Tindakan keperawatan 120 menit keluarga dapat:

a) Mengevaluasi perubahan pengetahuan keluarga Tn. R, terkait proses

penyakit dan PHBS

b) Mengevaluasi perubahan pengetahuan keluarga Tn. R, terkait pemberian

nutrisi bayi

c) Mengevaluasi perubahan pengetahuan keluarga Tn. R, terkait perawtan

kulit kering

C. RENCANA KEGIATAN

1. Topik : Evaluasi Tindakan dan pemantauan nutrisi

2. Metode : diskusi dan tanya jawab


3. Media : format evaluasi dan alat tulis

4. Waktu : Minggu, 19 Maret 2023 pukul 09.00-11.00

5. Tempat : Rumah keluarga Tn. R jalan Mulawarman RT. 007, Lamaru,

Balikpapan Timur

6. Strategi pelaksanaan:

a. Orientasi

1) Mengucapkan salam

2) Menjelaskan tujuan kunjungan

3) Memvalidasi keadaan klien dan keluarga

b. Kerja:

1) Melakukan evaluasi keluarga dan observasi

2) Mengobservasi mual dan muntah, asupan oral dan warna konjungtiva

3) Mengidentifikasi perubahan peirlaku keluarga

4) Memberikan penghargaan pada hal hal positif yang dilakukan

c. Terminasi

1) Evaluasi hasil Tindakan keperawatan

2) Membuat kontrak untuk pertemuan selanjutnya

3) Mengucapkan salam

7. Kriteria Evaluasi:

a. Struktur:

1) LP (Laporan Pendahuluan) disiapkan

2) Alat bantu/media disiapkan

3) Kontrak dengan keluarga tepat dan sesuai rencana


b. Proses:

1) Pelaksanaan sesuai waktu dan strategi pelaksanaan

2) Keluarga aktif dalam kegiatan

3) Situasi mendukung tidak ada gangguan

c. Hasil:

1) Keluarga dapat menyebutkan tentang tanda bahaya stunting

2) Keluarga dapat menyebutkan factor penyebab stunting

3) Keluarga mempraktikkan 6 langkah cuci tangan

4) Keluarga dapat menerapkan pola hidup bersih dan sehat

5) Keluarga mampu menyebutkan 3 kandunga zat gizi yang diperlukan

oleh bayi dan balita

6) Keluarga mampu menyebutkan 2 sumber-sumber protein

7) Keluarga mampu memahami dan mempraktekkan perawatan kulit

kering
PRE PLANNING KUNJUNGAN KELUARGA 1

KEPERWATAN KELUARGA PERTEMUAN KE-6 (KUNJUNGAN 6)

A. PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Evaluasi merupakan proses keperawatan paling akhir. Evaluasi

bertujuan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan implementasi

keperawatan yang sudah dilakukan. Dari hasil evaluasi maka perawat dapat

menentukan planning selanjutnya. Pada kesempatan hari ini 17 April 2023,

mahasiswa akan melaksanakan evaluasi diagnose deficit nutrisi. Pada

pertemuan kali ini mahasiswa akan melakukan evaluasi pada deficit nutrisi.

2. Masalah keperawatan

a. Gangguan Tumbuh kembang

B. RENCANA KEPERWATAN

1. Diagnose keperawatan

a) Gangguan tumbuh kembang pada An. S berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

2. Tujuan umum: Mengevaluasi hasil implementasi klien 1 An. S

3. Tujuan khusus: mengevaluasi perubahan berat dan Panjang badan klien 1

C. RENCANA KEGIATAN

1. Topik : evaluasi tindakan

2. Metode : diskusi dan tanya jawab

3. Media : format evaluasi dan alat tulis

4. Waktu : Senin, 17 April 2023


5. Tempat : Rumah keluarga Tn. R jalan Mulawarman RT. 007, Lamaru,

Balikpapan Timur

6. Strategi pelaksanaan:

a. Orientasi

1) Mengucapkan salam

2) Menjelaskan tujuan kunjungan

3) Memvalidasi keadaan klien dan keluarga

b. Kerja:

1) Melakukan evaluasi berat badan dan Panjang badan klien 1 An. S

c. Terminasi

1) Mengakhiri pertemuan

2) Mengucapkan salam

7. Kriteria Evaluasi:

a. Struktur:

1) LP (Laporan Pendahuluan) disiapkan

2) Alat bantu/media disiapkan

3) Kontrak dengan keluarga tepat dan sesuai rencana

b. Proses:

1) Pelaksanaan sesuai waktu dan strategi pelaksanaan

2) Keluarga aktif dalam kegiatan

3) Situasi mendukung tidak ada gangguan

c. Hasil:

1) Berat badan dan Panjang badan klien meningkat


PRE PLANNING KUNJUNGAN KELUARGA 2

KEPERWATAN KELUARGA PERTEMUAN PERTAMA (KUNJUNGAN I)

A. PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Asuhan keperwatan keluarga menggunakan pendekatan proses yang

terdiri dari lima tahap. Tahap tersebut meliputi: pengkajian, perencanaan,

implementasi, dan evaluasi. Pengkajian merupakan Langkah awal yang

bertujuan mengumpulkan data tentang status Kesehatan klien. Data yang

telah terkumpul kemudian di Analisa sehingga dapat dirumuskan masalah

Kesehatan yang ada pada keluarga. Sasaran dalam asuhan keperawatan ini

adalah keluarga Tn. R dan istrinya Ny. P serta kedua anaknya An. S dan An.

Z, dimana dalam satu keluarga tinggal di jalan Mulawarman RT. 007

Lamaru, Balikpapan Timur.

2. Data yang perlu dikaji

a. Data umum

b. Lingkungan

c. Fungsi keluarga

d. Harapan keluarga

e. Pemahaman klien keluarga terhadap masalah Kesehatan yang dihadapi

f. Kemampuan keluarga untuk memprioritaskan masalah Kesehatan yang

ada

3. Masalah keperawatan

Belum teridentifikasi
B. RENCANA KEPERAWATAN

1. Diagnose keperawatan

Belum dapat ditegakkan karena pengkajian belum selesai

2. Tujuan umum

Mendapatkan data,menyimpulkan dan memprioritaskan masalah keperawatan

3. Tujuan khusus

a. Terkumpulnya data umum, lingkungan, fungsi keluarga, dan harapan

keluarga

b. Teridentifikasi masalah Kesehatan keluarga

c. Keluarga mampu mengenal masalah keperawatan yang ada

C. RENCANA KEGIATAN

1. Topik : Pengkajian keluarga

2. Metode : Wawancara dan Observasi

3. Media : Format pengkajian, alat tulis, alat pemeriksaan fisik

4. Waktu : Senin, 13 Maret 2023 pukul 10.00-11.00

5. Tempat : Rumah keluarga Tn. M alamat jalan Mulawarman RT. 007,

Lamaru, Balikpapan Timur

6. Strategi pelaksanaan:

a. Orientasi

1) Mengucapkan salam

2) Memperkenalkan diri

3) Menjelaskan tujuan kunjungan

4) Memvalidasi keadaan klien dan keluarga


b. Kerja:

1) Melakukan pengkajian keluarga dan obsservasi

2) Mengidentifikasi masalah Kesehatan

3) Memberikan penghargaan pada hal-hal positif yang dilakukan

4) Mengidentifikasi pemahaman keluarga terhadap masalah Kesehatan

c. Terminasi

1) Membuat kontrak untuk pertemuan selanjutnya

2) Mengucapkan salah

7. Kriteria hasil

a. Struktur:

1) LP (Laporan Pendahuluan) disiapkan

2) Alat bantu atau media disiapkan

b. Proses:

1) Pelaksanaan sesuai waktu dan strategi pelaksanaan

2) Keluarga aktif dalam kegiatan

c. Hasil:

1) Didapatkan: data umum lingkungan, fungsi keluarga, harapan

keluarga, pemahaman keluarga terhadap masalah Kesehatan yang

dihadapi

2) Teridentifikasinya masalah Kesehatan

3) Terciptanya rasa saling percaya dan membuat kontrak selanjutnya


PRE PLANNING KUNJUNGAN KELUARGA 2

KEPERWATAN KELUARGA PERTEMUAN KE-2 (KUNJUNGAN 2)

A. PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 17 Maret

2023 didapatkan data pengkajian umum keluarga,pemeriksaan fisik sebagian

anggota keluarga, lingkungan rumah, fungsi keluarga dan harapan keluarga.

Pada pertemuan kali ini. Mahasiswa akan melaksanakan oengkajian

Kembali. Pada pengkajian Analisa data ini mahasiswa akan mengkaji terkait

Riwayat kehamilan dan kelahiran An. S, mengetahui keluhan utama melalui

data subyektif dan obyektif untuk menentukan diagnose keperawatan

keluarga serta harapan keluarga terhadap Kesehatan sebelumnya mahasiswa

menjelaskan masalah Kesehatan kepada keluarga yang didapatkan pada

pengkajian pertama kemudian bersama-sama dengan keluarga

memprioritaskan masalah Kesehatan yang ada sehingga keluarga diharapkan

dapat berpartisipasi aktif untuk kegaitan selanjutnya.

2. Data yang perlu dikaji lebih lanjut

a. Data umum

b. Lingkungan

c. Fungsi keluarga

d. Harapan keluarga

e. Data Riwayat kelahiran dan kehamilan ibu

f. Keluhan utama
3. Masalah keperawatan

Belum teridentifikasi

B. RENCANA KEPERAWATAN

1. Diagnose keperawatan

Belum dapat ditegakkan karena pengkajian belum selesai

2. Tujuan umum

Mendapatkan data,menyimpulkan dan memprioritaskan masalah keperawatan

3. Tujuan khusus

a. Terkumpulnya data umum, lingkungan, fungsi keluarga, dan harapan

keluarga

b. Terkumpulnya data Riwayat kehamilan dan kelahiran

C. RENCANA KEGIATAN

1. Topik : Pengkajian keluarga

2. Metode : Wawancara dan Observasi

3. Media : Format pengkajian, alat tulis, alat pemeriksaan fisik

4. Waktu : Selasa, 18 Maret 2023 pukul 10.00-11.00

5. Tempat : Rumah keluarga Tn. M alamat jalan Mulawarman RT. 007,

Lamaru, Balikpapan Timur

6. Strategi pelaksanaan:

a. Orientasi

1) Mengucapkan salam

2) Memperkenalkan diri

3) Menjelaskan tujuan kunjungan


4) Memvalidasi keadaan klien dan keluarga

b. Kerja:

1) Melakukan pengkajian keluarga dan obsservasi

2) Mengidentifikasi masalah Kesehatan

3) Memberikan penghargaan pada hal-hal positif yang dilakukan

4) Mengidentifikasi pemahaman keluarga terhadap masalah Kesehatan

c. Terminasi

1) Membuat kontrak untuk pertemuan selanjutnya

2) Mengucapkan salah

7. Kriteria hasil

a. Struktur:

1) LP (Laporan Pendahuluan) disiapkan

2) Alat bantu atau media disiapkan

b. Proses:

1) Pelaksanaan sesuai waktu dan strategi pelaksanaan

2) Keluarga aktif dalam kegiatan

c. Hasil:

1) Didapatkan: data umum lingkungan, fungsi keluarga, harapan

keluarga, pemahaman keluarga terhadap masalah Kesehatan yang

dihadapi

2) Teridentifikasinya masalah Kesehatan

3) Terciptanya rasa saling percaya dan membuat kontrak selanjutnya


PRE PLANNING KUNJUNGAN KELUARGA 2

KEPERWATAN KELUARGA PERTEMUAN KE-3 KUNJUNGAN 3)

A. PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Setelah dilakukan kunjungan pada tanggal 17-18 Maret 2023 telah

didapatkan data subyektif dan obyektif untuk menegakkan diagnose

keperawatan sesuai dengan masalah dalam keluarga tersebut. Diagnose yang

telah ditegakkan yaitu:

a. Kesiapan peningkatan pengetahuan pada keluarga Tn. M berhubungan

dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah Kesehatan

b. Gangguan tumbuh kembang pada An. N berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

c. Risiko gangguan integritas kulit/jaringan pada An. berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

Pada kesempatan pertemuan ini mahasisea akan melakukan Tindakan

keperawatan sesuai dengan masalah keperawatan yang didapat. Tindakan

yang akan dilakukan Edukasi Kesehatan, Edukasi proses penyakit,

Pemantauan nutrisi, Edukasi nutrisi bayi, Edukasi perawatan kulit

2. Masalah keperawatan

a) Kesiapan peningkatan pengetahuan

b) Gangguan tumbuh kembang

c) Risiko gangguan integritas kulit/jaringan


B. RENCANA KEPERAWATAN

1. Diagnose keperawatan

a) Kesiapan peningkatan pengetahuan pada keluarga Tn. M berhubungan

dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah Kesehatan

b) Gangguan tumbuh kembang pada An. N berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

c) Risiko gangguan integritas kulit/jaringan pada An. N berhubungan

dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

2. Tujuan umum: setelah dilakukan Tindakan keperawatan keluarga dapat

mengerti, memahami, dan mampu menerapkan edukasi yang diajarkan.

3. Tujuan khusus

Setelah dilakukan Tindakan keperawatan 120 menit keluarga dapat:

a) Mengetahui tanda bahaya masalah stunting

b) Mengetahui status nutrisi anak

c) Mengetahui cara memberikan nutrisi pada bayi

d) Mengetahui dan memahami pentingnya berperilaku hidup bersih

e) Mengetahui cara merawat kulit kering

C. RENCANA KEGIATAN

1. Topik : edukasi Kesehatan dan proses penyakit, pemantauan nutrisi

edukasi nutrisi bayi, edukasi perawatan kulit

2. Metode : diskusi dan tanya jawab

3. Media : power point dan leaflet


4. Waktu : Jum’at, 24 Maret 2023 pukul 10.00-13.00

5. Tempat : Rumah keluarga Tn. M alamat jalan Mulawarman RT. 007,

Lamaru, Balikpapan Timur

6. Strategi pelaksanaan:

a. Orientasi

1) Mengucapkan salam

2) Memperkenalkan diri

3) Menjelaskan tujuan kunjungan

4) Memvalidasi keadaan klien dan keluarga

b. Kerja:

1) Menyampaikan proses terjadinya masalah stunting

2) Menyampaikan pentingnya berperilaku hidup dan bersih

3) Melakukan pemantauan nutrisi dan mengukur antropometri

4) Menyampaikan hasil pemantauan

5) Menyampaikan pemberian nutrisi kepada bayi

6) Menyampaikan cara merawat kulit kering

c. Terminasi

1) Menanyakan perasaan keluarga setelah diberi pemahaman materi

2) Mengobservasi saat keluarga mengungkapkan perasaan setelah

diberikan penyuluhan

3) Membuat kontrak untuk pertemuan selanjutnya

4) Mengucapkan salam
7. Kriteria Evaluasi:

a. Struktur:

1) LP (Laporan Pendahuluan) disiapkan

2) Media sudah disiapkan

3) Kontrak dengan keluarga tepat dan sesuai rencana

b. Proses:

1) Pelaksanaan sesuai waktu dan strategi pelaksanaan

2) Keluarga aktif dalam kegiatan

3) Situasi mendukung tidak ada gangguan

c. Hasil:

1) Keluarga dapat mengetahui proses masalah terjadinya stunting

2) Keluarga dapat mengetahui pentingnya perilaku hidup bersih dan

sehat
PRE PLANNING KUNJUNGAN KELUARGA 2

KEPERWATAN KELUARGA PERTEMUAN KE-4 (KUNJUNGAN 4)

A. PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Setelah dilakukan kunjungan pada tanggal 17-18 Maret 2023 telah

didapatkan data subyektif dan obyektif untuk menegakkan diagnose

keperawatan sesuai dengan masalah dalam keluarga tersebut. Diagnose yang

telah ditegakkan yaitu:

a. Kesiapan peningkatan pengetahuan pada keluarga Tn. M berhubungan

dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah Kesehatan

b. Gangguan tumbuh kembang pada An. N berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

c. Risiko gangguan integritas kulit/jaringan pada An. N berhubungan

dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

Pada pertemuan kali ini mahasiswa akan melakukan implementasi

pada diagnose kesiapan peningkatan pengetahuan, gangguan tumbuh

kembang, risiko gangguan integritas kulit/jaringan. Pada implementasi

ini mahasiswa akan melaksanakan penyluhan Kesehatan dan proses

penyakit, observasi pemantauan nutrisi, penyuluhan nutrisi bayi,

penyuluhan perawatan kulit. Sebelumnnya evaluasi keperawatan yang

dilaksanakan pada 24 Maret 2023.

2. Masalah keperawatan

a. Kesiapan peningkatan pengetahuan


b. Gangguan tumbuh kembang

c. Risiko gangguan integritas kulit/jaringan

B. RENCANA KEPERAWATAN

1. Diagnose keperawatan

a) Kesiapan peningkatan pengetahuan pada keluarga Tn. M berhubungan

dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah Kesehatan

b) Gangguan tumbuh kembang pada An. N berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

c) Risiko gangguan integritas kulit/jaringan pada An. N dengan

ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

2. Tujuan umum: setelah dilakukan Tindakan keperawatan keluarga dapat

merawat anggota keluarga, memahami dan mampu mengenal masalah

keperawatan An. N, terkait perilaku hidup sehat,mengenal tanda bahaya

masalah Kesehatan, memberikan nutrisi kepada bayi, merawat kulit kering.

3. Tujuan khusus

Setelah dilakukan Tindakan keperawatan 120 menit keluarga dapat:

a) Memahami tanda bahaya masalah stunting

b) Menambah pengetahuan pentingnya berperilaku hidup bersih dan sehat

c) Memahami status nutrisi anak

d) Memahami dan menerapkan cara memberikan nutrisi pada bayi

e) Memahami dan menerapkan cara merawat kulit kering

C. RENCANA KEGIATAN

1. Topik : edukasi Kesehatan dan proses penyakit, pemantauan nutrisi,


edukasi nutrisi bayi, edukasi perawatan kulit

2. Metode : diskusi dan tanya jawab

3. Media : power point dan leaflet

4. Waktu : Sabtu, 25 Maret 2023 pukul 16.00-18.00

5. Tempat : Rumah keluarga Tn. M alamat jalan Mulawarman RT. 007,

Lamaru, Balikpapan Timur

6. Strategi pelaksanaan:

a. Orientasi

1) Mengucapkan salam

2) Menjelaskan tujuan kunjungan

3) Memvalidasi keadaan klien dan keluarga

b. Kerja:

1) Melakukan evaluasi hasil Tindakan keperawatan yang dilakukan

sebelumnya

2) Mengobservasi mual dan muntah, asupan oral dan warna konjungtiva

3) Melakukan penyuluhan tentang masalah stunting dan perilaku hidup

bersih dan sehat, pemberian nutrisi pada bayi dan balita, perawatan

pada kulit kering

4) Mengevaluasi kembali hasil dari materi yang disampaikan

5) Memberikan penghargaan pada hal hal positif yang dilakukan

c. Terminasi

1) Evaluasi hasil Tindakan keperawatan

2) Membuat kontrak untuk pertemuan selanjutnya


3) Mengucapkan salam

7. Kriteria Evaluasi:

a. Struktur:

1) LP (Laporan Pendahuluan) disiapkan

2) Alat bantu/media disiapkan

3) Kontrak dengan keluarga tepat dan sesuai rencana

b. Proses:

1) Pelaksanaan sesuai waktu dan strategi pelaksanaan

2) Keluarga aktif dalam kegiatan

3) Situasi mendukung tidak ada gangguan

c. Hasil:

1) Keluarga dapat menyebutkan tentang tanda bahaya stunting

2) Keluarga dapat menyebutkan factor penyebab stunting

3) Keluarga dapat menerapkan pola hidup bersih dan sehat

4) Keluarga mampu menyebutkan 3 kandunga zat gizi yang diperlukan

oleh bayi dan balita

5) Keluarga mampu menyebutkan 2 sumber-sumber protein

6) Keluarga mampu memahami dan mempraktekkan perawatan kulit

kering
PRE PLANNING KUNJUNGAN KELUARGA 2

KEPERWATAN KELUARGA PERTEMUAN KE-5 (KUNJUNGAN 5)

A. PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Setelah dilakukan kunjungan pada tanggal 23-24 Maret 2023 telah

didapatkan data subyektif dan obyektif untuk menegakkan diagnose

keperawatan sesuai dengan masalah dalam keluarga tersebut. Diagnose yang

telah ditegakkan yaitu:

a. Kesiapan peningkatan pengetahuan pada keluarga Tn. M berhubungan

dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah Kesehatan

b. Gangguan tumbuh kembang pada An. N berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

c. Risiko gangguan integritas kulit/jaringan pada An. N berhubungan

dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

Pada pertemuan kali ini mahasiswa akan melakukan evaluasi pada

diagnose kesiapan peningkatan pengetahuan dan deficit nutrisi. Pada

implementasi ini mahasiswa akan melaksanakan pemantauan nutrisi.

Sebelumnnya melakukan evaluasi keperawatan yang dilaksanakan pada

25 Maret 2023.

2. Masalah keperawatan

a. Kesiapan peningkatan pengetahuan

b. Gangguan tumbuh kembang

c. Risiko gangguan integritas kulit/jaringan


B. RENCANA KEPERWATAN

1. Diagnose keperawatan

a) Kesiapan peningkatan pengetahuan pada keluarga Tn. M berhubungan

dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah Kesehatan

b) Gangguan tumbuh kembang pada An. N berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

c) Risiko gangguan integritas kulit/jaringan pada An. N berhubungan

dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

2. Tujuan umum: Mengevaluasi hasil implementasi edukasi Kesehatan dan

proses penyakit. Setelah dilakukan Tindakan keperawatan keluarga dapat

mampu mengenal masalah keperawatan An. N

3. Tujuan khusus

Setelah dilakukan Tindakan keperawatan 120 menit keluarga dapat:

a) Mengevaluasi perubahan pengetahuan keluarga Tn. M, terkait proses

penyakit dan PHBS

b) Mengevaluasi perubahan pengetahuan keluarga Tn. M, terkait pemberian

nutrisi bayi

c) Mengevaluasi perubahan pengetahuan keluarga Tn. M, terkait perawatan

kulit kering

C. RENCANA KEGIATAN

1. Topik : Evaluasi Tindakan dan pemantauan nutrisi

2. Metode : diskusi dan tanya jawab

3. Media : format evaluasi dan alat tulis


4. Waktu : Minggu, 26 Maret 2023 pukul 09.00-11.00

5. Tempat : Rumah keluarga Tn. M alamat jalan Mulawarman RT. 007,

Lamaru, Balikpapan Timur

6. Strategi pelaksanaan:

a. Orientasi

1) Mengucapkan salam

2) Menjelaskan tujuan kunjungan

3) Memvalidasi keadaan klien dan keluarga

b. Kerja:

1) Melakukan evaluasi keluarga dan observasi

2) Mengobservasi mual dan muntah, asupan oral dan warna

konjungtiva

3) Mengidentifikasi perubahan peirlaku keluarga

4) Memberikan penghargaan pada hal hal positif yang dilakukan

c. Terminasi

1) Evaluasi hasil Tindakan keperawatan

2) Membuat kontrak untuk pertemuan selanjutnya

3) Mengucapkan salam

7. Kriteria Evaluasi:

a. Struktur:

1) LP (Laporan Pendahuluan) disiapkan

2) Alat bantu/media disiapkan

3) Kontrak dengan keluarga tepat dan sesuai rencana


b. Proses:

1) Pelaksanaan sesuai waktu dan strategi pelaksanaan

2) Keluarga aktif dalam kegiatan

3) Situasi mendukung tidak ada gangguan

c. Hasil:

1) Keluarga dapat menyebutkan tentang tanda bahaya stunting

2) Keluarga dapat menyebutkan factor penyebab stunting

3) Keluarga mempraktikkan 6 langkah cuci tangan

4) Keluarga dapat menerapkan pola hidup bersih dan sehat

5) Keluarga mampu menyebutkan 3 kandunga zat gizi yang diperlukan

oleh bayi dan balita

6) Keluarga mampu menyebutkan 2 sumber-sumber protein

7) Keluarga mampu memahami dan mempraktekkan perawatan kulit

kering
PRE PLANNING KUNJUNGAN KELUARGA 2

KEPERWATAN KELUARGA PERTEMUAN KE-6 (KUNJUNGAN 6)

A. PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Evaluasi merupakan proses keperawatan paling akhir. Evaluasi

bertujuan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan implementasi

keperawatan yang sudah dilakukan. Dari hasil evaluasi maka perawat dapat

menentukan planning selanjutnya. Pada kesempatan hari ini 24 April 2023,

mahasiswa akan melaksanakan evaluasi diagnose deficit nutrisi. Pada

pertemuan kali ini mahasiswa akan melakukan evaluasi pada deficit nutrisi.

2. Masalah keperawatan

a. Gangguan tumbuh kembang

B. RENCANA KEPERAWATAN

1. Diagnose keperawatan

a) Gangguan tumbuh kembang pada An. N berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

2. Tujuan umum: Mengevaluasi hasil implementasi klien 2 An. N

3. Tujuan khusus: mengevaluasi perubahan berat dan Panjang badan klien 2

C. RENCANA KEGIATAN

1. Topik : Evaluasi tindakan

2. Metode : Diskusi dan tanya jawab

3. Media : format evaluasi dan alat tulis

4. Waktu : Senin, 24 April 2023


5. Tempat : Rumah keluarga Tn. M jalan Mulawarman RT. 007, Lamaru,

Balikpapan Timur

6. Strategi pelaksanaan:

a. Orientasi

1) Mengucapkan salam

2) Menjelaskan tujuan kunjungan

3) Memvalidasi keadaan klien dan keluarga

b. Kerja:

1) Melakukan evaluasi berat badan dan Panjang badan klien 2 An. N

c. Terminasi

1) Mengakhiri pertemuan

2) Mengucapkan salam

7. Kriteria Evaluasi:

a. Struktur:

1) LP (Laporan Pendahuluan) disiapkan

2) Alat bantu/media disiapkan

3) Kontrak dengan keluarga tepat dan sesuai rencana

b. Proses:

1) Pelaksanaan sesuai waktu dan strategi pelaksanaan

2) Keluarga aktif dalam kegiatan

3) Situasi mendukung tidak ada gangguan

c. Hasil:

1) Berat badan dan Panjang badan klien meningkat


Lampiran 4

SATUAN ACARA PENYULUHAN


“STUNTING”

Disusun oleh
Niken Ayu Wulandari (P07220120088)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN


KALIMANTAN TIMUR
PRODI D-III KEPERAWATAN KELAS BALIKPAPAN
TINGKAT III/SEMESTER VI
TAHUN AJARAN
2023
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Stunting


Topik : Mengenal masalah stunting
Sasaran : Keluarga Tn R & Tn M
Hari/Tanggal : Jum’at, 17 Maret 2023, Jum’at, 24 Maret 2023
Waktu : 40 menit
Tempat : Rumah Tn.R & Tn.M

I. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)


Setelah mengikuti kegiatan Pendidikan kesehatan dan diskusi dapat memahami
tentang stunting.
II. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan peserta mampu :
1. Menyebutkan pengertian stunting
2. Menyebutkan gejala seseorang mengalami stunting
3. Menyebutkan factor penyebab stunting
4. Menyebutkan dampak stunting
5. Menyebutkan perawatan pasien stunting dirumah
6. Menyebutkan cara mencegah stunting
III. MATERI
Terlampir.
IV. SASARAN
Untuk memberi informasi pada keluarga asuhan.
V. METODE
- Ceramah
- Diksusi
- Tanya jawab
VI. MEDIA
- Powerpoint
VII. EVALUASI
a. Evaluasi Struktur
1. Penyuluhan dilaksanakan pada jam ….. WITA – selesai
2. Penyuluhan dihadiri tiap-tiap keluarga asuhan
b. Evaluasi Proses
1. Seluruh keluarga antusias terhadap penyuluhan
2. Para keluarga tidak ada yang meninggalkan tempat saat penyuluhan
c. Evaluasi Hasil
1. Keluarga dapat menyebutkan pengertian stunting
2. Keluarga dapat menyebutkan 3 dari 6 gejala pada seseorang yang
mengalami stunting
3. Keluarga dapat menyebutkan 3 dari 6 faktor yang mempengaruhi
stunting
4. Keluarga dapat menyebutkan 3 dari 8 dampak stunting
5. Keluarga dapat menyebutkan 3 dari 6 cara mencegah stunting
VIII. KEGIATAN PENYULUHAN
No Rincian Kegiatan Waktu Kegiatan Klien Media yang
digunakan

1 Pembukaan : 3 menit a. Mendengarkan


a. Salam pembuka b. Memperkenalkan Powerpint
b. Memperkenalkan diri diri, menyampaikan
c. Menyampaikan tujuan
maksud dan tujuan kedatangannya
dari penyuluhan yang c. Menjelaskan yang
akan dilaksanakan diketahui tentang
d. Apersepsi stroke
e. Diskusi Kontrak
waktu
2 Penyampaian Materi : 30 menit Mendengarkan dan Powerpoint
a. Menjelaskan bertanya
tentang pengertian
stunting
b. Menjelaskan ciri
ciri stunting
c. Menjelaskan faktor
penyebab stunting
d. Menjelaskan
dampak stunting
e. Menjelaskan cara
mencegah stunting
f. Memberikan
kesempatan kepada
responden untuk
bertanya

3 Evaluasi : 5 menit Keluarga mampu


Melemparkan pertanyaan mengulang kembali
padda peserta dan penjelasan yang telah
mendorong untuk diberikan dan menjawab
bertanya pertanyaan yang
diajukan oleh penyaji
materi
4 Penutup : 2 menit
a. Menyimpulkan - Menyimak
materi yang telah di - Memberikan salam
sampaikan
b. Mengucapkan
terima kasih atas
perhatian dan
waktu yang telah
diberikan kepada
responden
c. Mengucapkan
salam

IX. PENGORGANISASIAN
Penyaji Materi :
1. Niken Ayu Wulandari
Lampiran Materi :
1. Pengertian Stunting
Stunting merupakan sebuah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan
oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, hal ini menyebabkan
adanya gangguan di masa yang akan datang yakni mengalami kesulitan dalam
mencapai perkembangan fisik dan kognitif yang optimal. Anak
stuntingmempunyai Intelligence Quotient (IQ) lebih rendah dibandingkan rata –
rata IQ anak normal (Kemenkes RI, 2018).
Stunting menjadi masalah gagal tumbuh yang dialami oleh bayi di bawah
lima tahun yang mengalami kurang gizi semenjak di dalam kandungan hingga
awal bayi lahir, stunting sendiri akan mulai nampak ketika bayi berusia dua
tahun (Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, 2017). Sesuai
dengan yang dikemukakan oleh Schmidt bahwa stunting ini merupakan masalah
kurang gizi dengan periode yang cukup lama sehingga muncul gangguan
pertumbuhan tinggi badan pada anak yang lebih rendah atau pendek (kerdil)
dari standar usianya (Schmidt, 2014).
Stunting didefinisikan sebagai keadaan dimana status gizi pada anak menurut
TB/U dengan hasil nilai Z Score = <-2 SD, hal ini menunjukan keadaan tubuh
yang pendek atau sangat pendek hasil dari gagal pertumbuhan. Stunting pada
anak juga menjadi salah satu faktor risiko terjadinya kematian, masalah
perkembangan motorik yang rendah, kemampuan berbahasa yang rendah, dan
adanya ketidakseimbangan fungsional (Anwar, Khomsan, dan Mauludyani,
2014).
2. Penyebab Stunting
Secara umum, kekerdilan atau stunting ini disebabkan oleh gizi buruk pada
ibu, praktik pemberian dan kualitas makanan yang buruk, sering mengalami
infeksi serta tidak menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. Stunting dapat
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:
a. Status Gizi Status
Gizi merupakan sebuah penilaian keadaan gizi yang diukur oleh
seseorang pada satu waktu dengan mengumpulkan data. Status gizi
menggambarkan kebutuhan tubuh seseorang terpenuhi atau tidak. Status gizi
dalam masyakarat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti sosial
ekonomi, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, jumlah anak dalam
keluarga, pola asuh, dan pola asuh.
b. Kebersihan Lingkungan
Sanitasi yang baik akan mempengaruhi tumbuh kembang seorang
anak. Sanitasi dan keamanan pangan dapat meningkatkan risiko terjadinya
penyakit infeksi (Kemenkes RI, 2018).
Penerapan hygiene yang tidak baik mampu menimbulkan berbagai
bakteri yang mampu masuk ke dalam tubuh yang menyebabkan timbul
beberapa penyakit seperti diare, cacingan, demam, malaria dan beberapa
penyakit lainnya. Penelitian di Libya, faktor-faktor yang dapat
meningkatkan risiko stunting akibat lingkungan rumah adalah kondisi
tempat tinggal, pasokan air bersih yang kurang dan kebersihan lingkungan
yang tidak memadai. Kejadian infeksi dapat menjadi penyebab kritis
terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan. Penyediaan toilet, perbaikan
dalam praktek cuci tangan dan perbaikan kualitas air adalah alat penting
untuk mencegah tropical enteropathy dan dengan demikian dapat
mengurangi risiko hambatan pertumbuhan tinggi badan anak (Prendergast,
2014).
c. Makanan Pendamping ASI
Masalah kebutuhan gizi yang semakin tinggi akan dialami bayi mulai
dari umur enam bulan membuat seorang bayi mulai mengenal Makanan
Pendamping ASI (MP-ASI) yang mana pemberian MP-ASI untuk
menunjang pertambahan sumber zat gizi disamping pemberian ASI hingga
usia dua tahun. Makanan pendamping harus diberikan dengan jumlah yang
cukup, sehingga baik jumlah, frekuensi, dan menu bervariasi bisa memenuhi
kebutuhan anak (Kemenkes RI, 2011).
d. ASI Eksklusif
Air Susu Ibu (ASI) merupakan air susu yang dihasilkan seorang ibu
setelah melahirkan. ASI Eksklusif adalah pemberian ASI yang diberikan
sejak bayi dilahirkan hingga usia bayi 6 bulan tanpa memberikan makanan
atau minuman lainnya seperti susu formula, air putih, air jeruk kecuali
vitamin dan obat (Kemenkes RI, 2016).
ASI mengandung enzim pencerna susu sehingga organ pencernaan
pada bayi sangat mudah untuk mencerna dan menyerap ASI, kata lain
organ pencernaan bayi belum memiliki enzim yang cukup untuk mencerna
makanan lain selain ASI. KomposisiASI dengan konsentrasi sesuai dengan
pencernaan bayi akan membuat bayi tumbuh dengan badan yang seimbang
(Arif, 2009). Seorang anak yang minum ASI eksklusif mempunyai tumbuh
kembang yang baik, hal ini dikarenakan di dalam ASI terdapat antibodi
yang baik sehingga membuat anak tidak mudah sakit, selain itu ASI juga
mengandung beberapa enzim dan hormone (Pollard, 2015)
e. Berat Bayi Lahir Rendah
Berat bayi lahir rendah memiliki hubungan yang bermakna dengan
kejadian stunting. Dikatakan BBLR jika berat < 2500 gram (Kemenkes,
2010). Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) merupakan faktor risiko yang
paling dominan terhadap kejadian stunting pada anak baduta. Karakteristik
bayi saat lahir (BBLR atau BBL normal) merupakan hal yang menentukan
pertumbuhan anak. Anak dengan riwayat BBLR mengalami pertumbuhan
linear yang lebih lambat dibandingkan Anak dengan riwayat BBL normal
(Rahayu, Yulidasari, Putri, dan Rahman. 2015).
f. Pendidikan Orang Tua
Tingkat pendidikan orang tua yang rendah juga mampu meningkatkan
risiko terjadinya malnutrisi pada anak. Tingkat pendidikan orang tua
merupakan salah satu penyebab terjadinya stunting hal ini dikarenakan
pendidikan yang tinggi dianggap mampu untuk membuat keputusan dalam
meningkatkan gizi dan kesehatan anak-anak. Pengetahuan yang tinggi juga
mempengaruhi orang tua dalam menentukan pemenuhan gizi keluarga dan
pola pengasuhan anak, dimana pola asuh yang tidak tepat akan
meningkatkan risiko kejadian stunting (Adriani, 2012).
g. Pendapatan Orang Tua
Tingkat pendapatan keluarga memiliki hubungan yang bermakna dengan
kejadian stunting. Hal ini dikarenakan keluarga dengan pendapatan yang
rendah akan mempengaruhi dalam penyediakan pangan untuk keluarga.
Daya beli keluarga tergantung dengan pendapatan keluarga, dengan adanya
pendapatan yang tinggi maka kemungkinan terpenuhinya kebutuhan makan
bagi keluarga (Adriani, 2012).
h. Penyakit Infeksi Diare
Diare merupakan keadaan dimana seseorang BAB dengan konsistensi
yang lembek atau bahkan dapat berupa air saja dengan frekuensi yang sering
bisa tiga atau lebih dalam satu hari. Penyakit infeksi diare ini sering diderita
oleh anak, seorang anak yang mengalami diare secara terus menerus akan
berisiko untuk mengalami dehidrasi atau kehilangan cairan sehingga
penyakit infeksi tersebut dapat membuat anak kehilangan nafsu makan
dan akan membuat penyerapan nutrisi menjadi terganggu (Kemenkes RI,
2011). Salah satu penelitian di Wilayah Kerja Puskesmas Simolawang
Surabaya yang dilakukan oleh Desyanti dan Nindya (2017) menunjukan
bahwa balita stunting lebih banyak mengalami kejadian diare hingga 2 kali
atau lebih dalam tiga bulan terakhir.
i. Pola Pemberian Makan
Pola asuh yang baik dalam mencegah terjadinya stunting dapat dilihat
dari praktik pemberian makan. Pola pemberian makan yang baik ini dapat
berdampak pada tumbuh kembang dan kecerdasan anak sejak bayi. Pola
asuh pemberian makan yang sesuai dengan anjuran KEMENKES RI 2016,
yaitu pola makan pemberian makan yang baik kepada anak adalah dengan
memberikan makanan yang memenuhi kebutuhan zat gizi anaknya setiap
hari, seperti sumber energi yang terdapat pada nasi, umbi – umbian dan
sebagainya. Sumber zat pembangun yaitu ikan, daging, telur, susu, kacang –
kacangan serta zat pengatur seperti sayur dan buah terutama sayur berwarna
hijau dan 21 kuning yang banyak mengandung vitamin dan mineral yang
berperan pada proses tumbuh – kembang bayi terutama agar bayi terhindar
dari masalah gizi salah satunya yang berdampak pada stunting.
3. Risiko Kesehatan pada Anak Stunting
Berikut adalah beberapa risiko kesehatan pada anak stunting.
- Stunting dikaitkan dengan otak yang kurang berkembang dengan
konsekuensi berbahaya untuk jangka waktu lama, termasuk kecilnya
kemampuan mental dan kapasitas untuk belajar, buruknya prestasi
sekolah di masa kecil, dan mengalami
- Kesulitan mendapat pekerjaan ketika dewasa yang akhirnya
mengurangi pendapatan, serta peningkatan risiko penyakit kronis terkait
gizi seperti diabetes, hipertensi, dan obesitas.
- Memiliki risiko yang lebih besar untuk terserang penyakit, bahkan
kematian dini.
- Kekerdilan dapat menurun pada generasi berikutnya, disebut siklus
kekurangan gizi antargenerasi.
- Ketika dewasa, seorang wanita stunting memiliki risiko lebih besar
untuk mengalami komplikasi selama persalinan karena panggul mereka
lebih kecil, dan berisiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir
rendah.
4. Cara Mencegah Stunting
Stunting dapat di cegah dengan hal-hal berikut:
a. Seorang ibu harus mengonsumsi nutrisi yang dibutuhkan selama hamil
dan nutrisi yang dibutuhkan selama menyusui.
b. Memberikan nutrisi yang baik kepada Si Buah Hati, seperti memberikan
ASI eksklusif dan nutrisi penting lainnya seiring pertambahan usia.
c. Menerapkan pola hidup bersih dan sehat, terutama mencuci tangan
sebelum makan, meminum air yang aman, mencuci peralatan makan dan
peralatan dapur, membersihkan diri setelah buang air besar atau kecil,
serta memiliki sanitasi yang ideal (toilet yang bersih).
b. Menjaga asupan nutrisi yang ideal dan bervariatif ditambah dengan
perilaku hidup bersih dan sehat memegang peranan yang krusial bagi
kesehatan ibu hamil, terutama bagi janin. Hal ini untuk mencegah
terjadinya kekerdilan demi kelangsungan hidup anak dalam jangka
pendek dan dalam jangka panjang yang sehat, serta untuk memastikan
anak tumbuh menjadi orang dewasa yang kuat, terdidik, dan produktif.
5. Dampak Stunting
Dampak stunting dibagi menjadi dua, yakni ada dampak jangka panjang
dan juga ada jangka pendek. Jangka pendek kejadian stunting yaitu
terganggunya perkembangan otak, pertumbuhan fisik, kecerdasan, dan
gangguan metabolisme pada tubuh. Sedangkan untuk jangka panjangnya
yaitu mudah sakit, munculnya penyakit diabetes, penyakit jantung dan
pembuluh darah, kegemukan, kanker, stroke, disabilitas pada usia tua, dan
kualitas kerja yang kurang baik sehingga membuat produktivitas menjadi
rendah (Kemenkes RI, 2016).
Kejadian stunting menjadi salah satu masalah yang terbilang serius jika
dikaitan dengan adanya angka kesakitan dan kematian yang besar, kejadian
obesitas, buruknya perkembangan kognitif, dan tingkat produktivitas
pendapatan yang rendah. Berbagai permasalahan ini sangat mudah ditemukan
di negara – negara berkembang seperti Indonesia
Stunting pada anak yang harus disadari yaitu rusaknya fungsi kognitif
sehingga anak dengan stunting mengalami permasalahan dalam mencapai
pertumbuhan dan perkembangan secara optimal. Stunting pada anak ini juga
menjadi faktor risiko terhadap kematian, perkembangan motorik yang rendah,
kemampuan berbahasa yang rendah, dan ketidakseimbangan fungsional
(Anwar dkk, 2014).
DAFTAR PUSTAKA

KEMENKES RI. (2018). Ini penyebab Stunting pada anak. Retrieved from
https://www.depkes.go.id/article/View/180528000006/Ini-penyebab-
stunting-pada-anak.html
Marimi.2013.Gizi dalam Kesehatan Reproduksi.Pustaka Pelajar.Yogakarta.
Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K). 100
Kabupaten/otaPrioritas untuk Intervensi Anak Anak Kerdil. Jakarta Pusat
: 2017http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/888/2/BAB%20II.pdf
SATUAN ACARA PENYULUHAN
“NUTRISI BAYI DAN BALITA”

Disusun oleh

NIKEN AYU WULANDARI (P0722020088)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN KALIMANTAN


TIMUR
PRODI D-III KEPERAWATAN KELAS BALIKPAPAN
TINGKAT III/SEMESTER VI
TAHUN AJARAN
2023
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Pokok Bahasan : Nutrisi Bayi Dan Balita
Topik : Mengetahui nutrisi dan MPASI yang diberikan sesuai usia
Sasaran : Keluarga Tn R & Tn M
Hari/Tanggal : Jum’at, 17 Maret, Jum’at, 24 Maret 2023
Waktu : 40 menit
Tempat : Rumah Tn.R & Tn.M

I. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)


Setelah mengikuti kegiatan Pendidikan kesehatan dan diskusi dapat memahami
tentang stunting.
II. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan peserta mampu :
1. Menyebutkan pengertian gizi
2. Menyebutkan kandungan gizi yang diperlukan oleh bayi dan balita
3. Menyebutkan sumber-sumber protein, karbohidrat, dan lemak
III. MATERI
Terlampir.
IV. SASARAN
Untuk memberi informasi pada keluarga asuhan.
V. METODE
- Ceramah
- Diksusi
- Tanya jawab
VI. MEDIA
- Leaflet
VII. EVALUASI
a. Evaluasi Struktur
1. Penyuluhan dilaksanakan pada jam ….. WITA – selesai
2. Penyuluhan dihadiri tiap-tiap keluarga asuhan
b. Evaluasi Proses
1. Seluruh keluarga antusias terhadap penyuluhan
2. Para keluarga tidak ada yang meninggalkan tempat saat penyuluhan
c. Evaluasi Hasil
1. Keluarga dapat menyebutkan pengertian gizi
2. Keluarga dapat menyebutkan 3 kandungan zat gizi yang diperlukan oleh
bayi dan balita
3. Keluarga dapat menyebutkan 2 sumber-sumber protein, karbohidrat, dan
lemak
VIII. KEGIATAN PENYULUHAN
No Rincian Kegiatan Waktu Kegiatan Klien Media yang
digunakan
1 Pembukaan : 3 menit a. Mendengarkan
a. Salam pembuka b. Memperkenalkan
b. Memperkenalkan diri,
diri menyampaikan
c. Menyampaikan tujuan
maksud dan tujuan kedatangannya
dari penyuluhan c. Menjelaskan yang
yang akan diketahui tentang
dilaksanakan stroke
d. Apersepsi
e. Diskusi Kontrak
waktu
2 Penyampaian Materi : 30 menit Mendengarkan dan leaflet
a. Menjelaskan bertanya
tentang pengertian
gizi
b. Menjelaskan
kandungan gizi
yang diperlukan
oleh bayi dan
balita
c. Menjelaskan
makanan yang
tepat bagi bayi dan
balita
d. Menjelaskan cara
membuat MPASI
e. Memberikan
kesempatan kepada
responden untuk
bertanya
3 Evaluasi : 5 menit Keluarga mampu
Melemparkan mengulang kembali
pertanyaan padda penjelasan yang telah -
peserta dan mendorong diberikan dan
untuk bertanya menjawab pertanyaan
yang diajukan oleh
penyaji materi
4 Penutup : 2 menit -
a. Menyimpulkan Menyimak
materi yang telah Memberikan salam
di sampaikan
b. Mengucapkan
terima kasih atas
perhatian dan
waktu yang telah
diberikan kepada
responden
c. Mengucapkan
salam

IX. PENGORGANISASIAN
Penyaji Materi :
1. Niken Ayu Wulandari
Lampiran Materi :
Gizi yang baik adalah salah satu unsur penting untuk mewujudkan manusia
yang berkualitas. Pemenuhan gizi anak harus diperhatikan sedini mungkin yaitu
sejak mereka masih dalam kandungan melalui makanan ibu hamil. Kebiasaan makan
sudah dimulai sejak dari masa kanak-kanak. Gizi adalah suatu zat yang berguna dan
dibutuhkan oleh tubuh untuk pertumbuhan dan perkembangan.
Kandungan Zat Gizi yang Diperlukan Bagi Bayi dan Balita :
1. Protein
Dua jenis protein yaitu: protein hewani, yang didapati dari daging
hewan (telur,susu,daging) dan protein nabati (tempe,tahu) yang didapat dari
tumbuh-tumbuhan. Nilai gizi protein hewani lebih besar dari protein nabati
dan lebih mudah diserap oleh tubuh. Walaupun demikian, kombinasi
penggunaan protein nabati dan hewani sangat dianjurkan.
Fungsi Protein:
a) Penunjang pertumbuhan
Protein merupakan bahan padat utama dari otot organ dan glandula
endoterm. Merupakan unsure utama dari matriks tulang dan
gigi,kulit,kuku,rambut,sel darah dan serum.
b) Pengaturan proses tubuh
Mengatur keseimbangan air dan elektrolit dalam tubuh. Protein juga
mempertahankan ketahanan terhadap mikroorganisme yang mengadakan
invasi karena antibody bersifat protein.
c) Energi
Protein merupakan sumber energi potensial, setiap gram menghasilkan
sekitar 4 kkal. Jika protein digunakan untuk energi maka tidak akan
dipakai untuk kebutuhan sintesis.
Sumber Protein: ASI, susu formula, sereal/gandum, telur, tahu,
tempe, ikan, daging.
2. Karbohidrat
Karbohidrat adalah sumber tenaga bagi anak, Bayi yang baru
mendapat asupan makanan dari ASI. Pada anak yang lebih besar yang sudah
mendapat makanan tambahan pendamping ASI, karbohidrat dapat diperoleh
dari makanan yang mengandung tepung.seperti: bubur susu, sereal,roti,nasi
tim atau nasi. Apabila tidak mendapatkan asupan karbohidrat yang memadai
untuk menghasilkan energi, tubuh akan memecah protein dan lemak
cadangan dalam tubuh
Fungsi Karbohidrat:
Hampir semua karbohidrat pada akhirnya digunakan untuk memenuhi
kebutuhan energi tubuh. Beberapa karbohidrat yang ada digunakan untuk
sintesis dari sejumlah senyawa pengatur.
a) Energi
Setiap gram karbohidrat yang dioksidasi rata-rata menghasilkan 4 kalori.
Sejumlah karbohidrat dalam bentuk glucose akan digunakan secara
langsung untuk memenuhi kebutuhan energi jaringan sejumlah kecil akan
disimpan sebagai glikogen dalam hepar dan otot dan beberapa akan
disimpan sebagai jaringan adipose untuk dikonversi menjadi energi.
Glukose merupakan satu-satunya untuk otak dan jaringan saraf dan harus
tersedia dengan mudah. Setiap kegagalan untuk mencatu glukosa dan
oksigen untuk oksidasi dengan cepat akan menimbulkan kerusakan otak,
terutama pada masa neonatus. Pertumbuhan otak terjadi sangat cepat
dalam minggu terakhir kehidupan intrauterine. Karena itu penting
diusahakan agar bayi yang dilahirkan sebelum aterm tidak kekurangan
glucose sehingga pertumbuhan otak dapat berlanjut, bayi yang kecil untuk
umur cenderung mengalami hipoglikemia dan karena itu, berada dalam
resiko.
b) Aksi pencadangan protein
Tubuh akan menggunakan karbohidrat sebagai protein utama
energi,karena itu jika terdapat defisiensi kalor dalam diit, maka akan
digunakan jaringan adipose dan protein.
c) Pengaturan metabolisme lemak
Diperlukan sejumlah karbohidrat dalam diit sehingga oksidasi lemak
dapat berlangsung dengan normal. Jika karbohidrat dalam diit terbatas,
maka lemak akan di metabolisir lebih cepat daripada penanganan tubuh
terhadap produk metabolisme ini. Jika lemak dioksidasi secara tidak
lengkap maka akan terbentuk keton.
d) Peranan dalam fungsi gastrointestinal
Diduga lactose mempercepat pertumbuhandari bacteria yang digunakan
dalam usus kecil. Sejumlah bakteri ini berguna dalam mensintesis vitamin
B kompleks dan vitamin K. Laktose juga meningkatkan absorbsi kalium.
Sementra selulose, hemiselulose dan pectin tidak menghasilkan zat gizi
dalam tubuh, mereka membantu dalam stimulasi aksi peristaltic.
Karbohidrat terutama monosakarida, merupakan unsur penting dari
banyak senyawa yang mengatur metabolisme.
Sumber Karbohidrat : ASI, produk susu, beras, jagung, singkong,
buncis, tomat, sayur hijau, buah segar.
3. Lemak
Seperti karbohidrat lemak merupakan senyawa karbon, hydrogen dan
oksigen.tetapi proporsi oksigen lebih rendah. Lemak termsuk senyawa
minyak-minyakan dan bahan mirip lemak yang mempunyai rasa minyak dan
tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organic tertentu seperti
eter,alcohol dan benzen.
Fungsi Lemak
Fungsi utama lemak adalah untuk memberikan energi setiap setiap gram
lemak jika dioksidasi menghasilkan sekitar sembilan kalori. Energi ini scara
terus menerus ada dalam simpanan jaringan subkutan dan dalam kavum
abdomen. Juga mengelilingi organ dan menyusur sepanjang jaringan adipose.
Lemak bertindak sebagai barier dari vitamin A,D,Edan K yang larut dalam
air, memberikan rasa makanan yang menyenangkan dan memberi perasaan
kenyang karena kecepatan pengosongan dari lambung dikaitkan dengan
kandungan lemaknya. Fosfolipid merupakan komponen penting dari struktur
membran dan unsur semua sel dan terlibat dalam absorbi dan transpor
lemak.
Pada dasarnya, lemak tidak banyak dibutuhkan dalam jumlah besar kecuali
lemak esensial, yaitu asam linoleat dan asam arakidonat. Pada anak usia bayi
sampai kurang lebih 3 bulan, lemak merupakan sumber gliserida, dan
kolesterol yang tidak dapat dibuat dari karbohidrat. Lemak berfungsi untuk
mempermudah absorbsi vitamin yang larut dalam lemak, yaitu: vitamin
A,D,E,dan K.
Sumber lemak: ASI, susu formula, minyak goreng, margarine, daging
4. Vitamin
Vitamin adalah sejumlah zat yang terdapat dalam makanan, yang berfungsi
untuk mempertahankan fungsi tubuh (Marlow,D.R.dan Reeding BA,1988)
Kekurangan vitamin akan menyebabkan tubuh cepat merasa lelah, kurang
nafsu makan, kerusakan pembuluh darah dan sel saraf serta dapat mengurangi
ketajaman penglihatan. Vitamin C penting untuk tubuh untuk pembentukan
substansi antar sel, meningkatkan daya tahan tubuh dan meningkatkan
absorbsi zat besi dalam usus.Vitamin D penting untuk penyerapan dan
metabolisme kalsium dan posfor, pembentukan tulang dan gigi.
Sumber-sumber vitamin :
 Vit A : tomat, wortel, sayur-sayuran hijau
 Vit B : beras merah
 Vit C : jeruk, jambu biji
 Vit D : buah dan sayur
 Vit K : jambu biji
5. Mineral
a. Mengaktifkan metabolisme tubuh
b. ASI, susu formula, garam dapur, hati
Makanan Yang Tepat Untuk Bayi dan Balita :
- Usia 0 – 6 bulan
Makanan pertama dan terbaik untuk bayi adalah Air Susu Ibu atau ASI, dan
semakin lama seorang bayi mengkonsumsi ASI maka akan semakin baik.
Apabila karena sesuatu dan lain hal anda tidak dapat memberikan ASI maka
susu rumusan kedelai (soy formula) adalah pilihan yang baik dan mudah
diperoleh. Jangan memakai susu kedelai komersial. Bayi memiliki kebutuhan
spesial dan memerlukan rumusan kedelai yang dikembangkan untuk kebutuhan
tersebut. Tapi tentu saja ASI tetap merupakan makanan terbaik bagi bayi. ASI
merupakan makanan yang paling lengkap mengandung zat-zat gizi yang sangat
dibutuhkan bayi. Kebutuhan kalori bayi antara 100-200 kkal/kgBB. Berikan
ASI sesuai keinginan anak paling sedikit 8 kali sehari, siang maupun
malam(ASI saja).
- Usia 6 – 8 bulan
Selain ASI berikan makanan pendamping ASI 2 kali sehari. Makanan
pendamping ASI adalah bubur tim lumat ditambah kuning telur/ ayam/ ikan/
tempe/ tahu/ daging sapi/ wortel/ bayam/ kacang hijau/ santan/
minyak. Perkenalkan sayur, sayur hendaknya dimasak dan dihaluskan. Kentang,
kacang hijau, wortel, dan kacang adalah pilihan pertama yang baik. Kemudian
perkenalkan buah, cobalah pisang, alpokat atau apel. Pada umur 8 bulan,
kebanyakan bayi sudah dapat memakan crackers,rotidan cereal kering. Juga,
pada umur 8 bulan, bayi dapat mulai memakan makanan tinggi protein seperti
tahu atau kacang yang telah dimasak matang dan dilumatkan.
Cara membuat MPASI dari makanan keluarga
1. Contoh Bahan Matang:
- Nasi putih 30 gr
- Dadar telur 35 gr
- Sayur kare wortel tempe 20 gr
Cara Membuat:
a) Nasi, telur dadar, tempe dan wortel (dari sayur kare) dilumatkan
kemudian disaring
b) Ditambahkan kuah sayur (santan kare) sampai mendapatkan konsistensi
bubur kental
c) Sajikan.
Cara membuat MPASI dari bahan mentah
2. Contoh Bahan Mentah
- Beras putih 10 gr
- Telur ayam 30 gr
- Tempe kedelai 10 gr
- Wortel 10 gr Santan 30 gr
Cara memasak:
a) Memasak beras, tambahkan santan dan bumbu yang telah ditumis dengan
sedikit minyak (bawang merah, daun salam, kunyit)
b) Setelah nasi masak, masukan telur yang telah dikocok lepas, tempe dan
wortel yang telah dicincang
c) Aduk-aduk sampai mendapatkan konsistensi bubur kental
d) Sajikan
Lanjutkan menyusui 2-3 sdm bertahap hingga 1/2 mangkok berukuran 250 ml
(125 ml), 2-3 x makan, 1-2 kali selingan, Jumlah energi dari MP ASI yang
dibutuhkan per hari 200 kkal. Makanan dibuat dengan disaring. Tekstur
makanan lumat dan kental Kebutuhan cairan: 800 ml/ hari (±3 gelas belimbing)
- Usia 9 – 11 bulan.
Selain ASI berikan bubur nasi ditambah kuning telur/ ayam/ ikan/ tempe/ tahu/
daging sapi/ wortel/ bayam/ kacang hijau/ santan/ minyak. Makanan diberikan 3-
4 kali sehari dan bubur susu tidak diberikan lagi.
Cara membuat MPASI dari makanan keluarga
1. Contoh Bahan Matang
- Nasi putih 45 gr
- Ikan kembung bumbu kuning
- 30 gr Tumis buncis 25 gr
Cara Membuat:
a) Nasi, ikan kembung bumbu kuning dan tumis buncis dicincang
b) Sajikan dengan kuah sayur (santan kare)
Cara membuat MPASI dari bahan mentah
2. Contoh Bahan Mentah:

- Beras putih 15 gr

- Ikan kembung 30 gr

- Minyak kelapa 10 gr

- Wortel 15 gr

- Tempe 10 gr
Cara memasak:
a) Memasak beras, tambahkan bumbu yg telah ditumis (bawang merah,
daun salam, kunyit) dengan minyak kelapa
b) Setelah nasi masak, masukkan ikan kembung dan buncis yang telah
dicincang
c) Aduk-aduk sampai mendapatkan konsistensi bubur kasar/ cincang
d) Sajikan
Lanjutkan menyusui, ½ - ¾ mangkok ukuran 250 ml (125 – 200 ml), 3-4 x
makan, 1-2 kali selingan, Jumlah energi dari MP ASI yang dibutuhkan per hari
300 kkal. Bahan makanan sama dengan untuk orang dewasa. Tekstur makanan
dicincang/ dicacah, dipotong kecil, dan selanjutnya makanan yang diiris-iris.
Perhatikan respons anak saat makan.
- Usia 12 – 24 bulan
Berikan ASI sesuai keinginan anak. Berikan nasi lembek yang ditambah telur/
ayam/ ikan/ tempe/ tahu/ daging sapi/ wortel/ bayam/ kacang hijau/ santan/
minyak. Makanan diberikan 3-4 kali sehari.
Cara membuat MPASI dari makanan keluarga
1. Contoh Bahan Matang
- Nasi putih 55 gr
- Semur hati ayam 45 gr
- Bening/ bobor bayam 20 gr
Cara Membuat:
MP ASI untuk anak 12-23 bulan disajikan dalam bentuk makanan keluarga
(dicincang agak besar jika diperlukan)
Cara membuat MPASI dari bahan mentah
2. Contoh Bahan
- Beras putih 25 gr
- Hati ayam 50 gr
- Minyak kelapa 5 gr
- Bayam 20 gr
- Santan 50 gr
Cara memasak:
a) Memasak beras sampai menjadi nasi
b) Membuat hati ayam goreng (goreng/tumis hati ayam dengan minyak
kelapa)
c) Membuat sayur bayam
d) Sajikan
Lanjutkan menyusui hingga 2 tahun atau lebih ¾ - 1 mangkok ukuran 250 ml
3-4 x makan 1-2 kali selingan Jumlah energi dari MP ASI yang dibutuhkan
per hari 550 kkal. Bahan makanan sama dengan untuk orang dewasa. Tekstur
makanan yang diiris-iris. Perhatikan respon anak saat makan Kebutuhan
cairan: 1.300 ml/ hari (±5 gelas belimbing)
- Usia 2 tahun lebih
Diberikan makanan yang biasa yang terdiri dari nasi, lauk pauk, sayur dan buah.
Makanan tersebut diberikan 3 kali sehari. Kebutuhan kalori kurang lebih 100
kkal/kgBB. Anjuran untuk orangtua dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi pada
anak usia ini adalah:
1. Ciptakan lingkungan makan yang menyenangkan,misalnya memberi makan
sambil mengajaknya bermain.
2. Beri kesempatan anak belajar makan sendiri.
3. Jangan menuruti kecendrungan anak untuk hanya menyukai satu jenis
makanan tertentu.
4. Berikan makanan pada saat masih hangat dengan porsi yang tidak terlalu
besar.
5. Kurangi frekwensi minum susu ,dianjurkan 2x sehari saja.

Mengatur makanan anak usia 1-5 thn

Dalam memenuhi kebutuhan gizi usia 1-5 thn hendaknya digunakan kebutuhan

prinsip sebagai berikut:

- Bahan makanan sumber kalori harus dipenuhi baik berasal dari makanan
pokok, minyak dan zat lemak serta gula.

- Berikan sumber protein nabati dan hewani

- Jangan memaksa anak makan makanan yang tidak disenagi, berikan makanan
lain yang diterima anak.

- Berilah makanan selingan (makanan ringan) misalnya, biscuit dan


semacamnya, diberikan antara waktu makan pagi, dan sore (pukul 16.00

WIB).
DAFTAR PUSTAKA

Suhardjo (1992). Pemberian makanan pada bayi dan anak. Jakarta : Kanisius

Supartini.Y. (2002). Buku Ajar : Konsep dasar keperawatan anak. Jakarta : EGC

Soekirman. (2000). Ilmu gizi dan aplikasinya untuk keluarga dan masyarakat.
Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan
Nasional.

Saccharin.R.M (1996). Prinsip Keperawatan Pediatrik. Edisi 2.Jakarta : EGC


SATUAN ACARA PENYULUHAN

“PERILAKU HIDUP SEHAT DAN BERSIH (PHBS)”

Disusun oleh

NIKEN AYU WULANDARI (P07220120088)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN


KALIMANTAN TIMUR
PRODI D-III KEPERAWATAN KELAS BALIKPAPAN
TINGKAT III/SEMESTER VI
TAHUN AJARAN
2023
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Pokok Bahasan : PHBS
Topik : Mengenal PHBS
Sasaran : Keluarga Tn R & Tn M
Hari/Tanggal : Jum’at, 17 Maret 2023, Jum’at, 24 Maret 2023
Waktu : 40 menit
Tempat : Rumah Tn.R & Tn.M

I. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)


Setelah mengikuti kegiatan Pendidikan kesehatan dan diskusi dapat memahami
tentang stunting.
II. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan peserta mampu :
1. Menyebutkan pengertian Perilaku Hidup bersih Dan Sehat.
2. Menyebutkan Hidup Bersih Dan Sehat Dirumah Tangga
3. Menyebutkan manfaat rumah tangga ber PHBS
III. MATERI
Terlampir.
IV. SASARAN
Untuk memberi informasi pada keluarga asuhan.
V. METODE
- Ceramah
- Diksusi
- Tanya jawab
VI. MEDIA
- Leaflet
VII. EVALUASI
a. Evaluasi Struktur
1. Penyuluhan dilaksanakan pada jam ….. WITA – selesai
2. Penyuluhan dihadiri tiap-tiap keluarga asuhan
b. Evaluasi Proses
3. Seluruh keluarga antusias terhadap penyuluhan
4. Para keluarga tidak ada yang meninggalkan tempat saat penyuluhan
c. Evaluasi Hasil
1. Keluarga dapat menyebutkan pengertian PHBS
2. Keluarga dapat menyebutkan 5 dari 10 indikator Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat
3. Keluarga dapat menyebutkan manfaat dari PHBS
VIII. KEGIATAN PENYULUHAN
No Rincian Kegiatan Waktu Kegiatan Klien Media yang
digunakan
1 Pembukaan : 3 menit a. Mendengarkan
a. Salam pembuka b. Memperkenalkan
b. Memperkenalkan diri, -
diri menyampaikan
c. Menyampaikan tujuan
maksud dan tujuan kedatangannya
dari penyuluhan c. Menjelaskan
yang akan yang diketahui
dilaksanakan tentang PHBS
d. Apersepsi
e. Diskusi Kontrak
waktu
2 Penyampaian Materi : 30 menit Mendengarkan dan leaflet
a. Menjelaskan bertanya
tentang pengertian
PHBS
b. Menjelaskan 10
indikator Perilaku
Hidup Bersih dan
Sehat
c. Menjelaskan
manfaat ruma
tangga ber PHBS
3 Evaluasi : 5 menit Keluarga mampu
Melemparkan mengulang kembali
pertanyaan padda penjelasan yang telah -
peserta dan mendorong diberikan dan
untuk bertanya menjawab pertanyaan
yang diajukan oleh
penyaji materi
4 Penutup : 2 menit -
a. Menyimpulkan Menyimak
materi yang telah Memberikan salam
di sampaikan
b. Mengucapkan
terima kasih atas
perhatian dan
waktu yang telah
diberikan kepada
responden
c. Mengucapkan
salam

IX. PENGORGANISASIAN
Penyaji Materi :
1. Niken Ayu Wulandari
Lampiran Materi :
1. Pengertian PHBS
PHBS adalah semua perilaku yang dilakukan atas kesadaran, sehingga
anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang
kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan
dimasyarakat.
2. Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Dirumah Tangga.
PHBS di rumah tangga adalah upaya untuk memperdayakan anggota
rumah tangga agar tahu, mau dan mampu melaksanakan perilaku hidup bersih
dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat.
Rumah tangga Ber-PHBS adalah rumah tangga yang melakukan 10 PHBS di
rumah tangga yaitu :
a. Persalinan di tolong oleh tenaga kesehatan.
Persalinan di tolong oleh tenaga Kesehatan adalah persalinan yang ditolong
oleh tenaga kesehatan (bidan, dokter, dan tenaga para medis lainnya)
Mengapa setiap persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan?
Tenaga kesehatan merupakan orang yang sudah ahli dalam membantu
persalinan, sehingga keselamatan ibu dan bayi lebih terjamin. Apabila
terdapat kelainan dapat diketahui dan segera ditolong atau dirujuk ke
puskesmas atau rumah sakit. Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan
menggunakan perlatan yang aman,bersih, dan steril sehingga mencegah
terjadinya infeksi dan bahaya kesehatan lainnya.
b. Memberi bayi asi ekslusif.
Bayi usia 0-6 hanya diberi ASI saja tanpa memberikan tambahan makanan
atau minuman lain. ASI adalah makanan alamiah berupa cairan dengan
kandungan gizi yang cukup dan sesuai untuk kebutuhan bayi, sehingga bayi
tumbuh dan berkembang dengan baik. Air Susu ibu pertama berupa cairan
bening berwarna kekuningan (kolostrum), sangat baik untuk bayi karena
mengandung zat kekebalan terhadap penyakit
Apa manfaat memberikan ASI?
Bagi ibu:
- Menjalin hubungan kasih sayang antara ibu dengan bayi.
- Mengurangi pendarahan setelah persalinan.
- Mampercepat pemulihan kesehatan ibu.
- Menunda kehamilan berikutnya.
- Mengurangi resiko terkena kanker payudara.
Bagi bayi:
- Bayi lebih sehat, lincah dan tidak cengeng.
- Bayi tidak sering sakit.
Bagi keluarga:
- Praktis dan tidak perlu mengeluarkan biaya untuk pembelian susu
formula dan perlengkapannya.
- Tidak perlu waktu dan tenaga untuk menyediakan susu formula misalnya
merebus air dan perlengkapannya.
c. Menimbang balita setiap bulan.
- Mengapa balita perlu di timbang setiap bulan?
Penimbangan balita di maksudkan untuk memantau pertumbuhannya
setiap bulan.
- Kapan dan di mana penimbangan balita di lakukan?
Penimbangan balita di lakukan setiap bulan mulai dari umur 1 tahun
sampai 5 tahun diposyandu.
- Bagaimana mengetahui pertumbuhan dan perkembangan balita?
Setelah balita ditimbang di buku KIA (kesehatan ibu dan anak) atau kartu
menuju sehat (KMS) maka akan terlihat berat badannya naik atau tidak
naik (lihat perkembangannya)
d. Menggunakan air bersih.
Mengapa kita harus menggunakan air bersih? Air adalah kebutuhan dasar
yang dipergunakan sehari-hari untuk minum, memasak, mandi, berkumur,
membersihkan lantai, mencuci alat-alat dapur, mencuci pakaian, dan
sebagainya, Agar kita tidak terkena penyakit atau terhindar sakit.
Apa syarat-syarat air bersih itu? Air bersih secara fisik dapat dibedakan
melalui indra kita, antara lain (dapat dilihat, dirasa, dicium, dan diraba):
- Air harus berwarna bening/jernih.
- Air tidak keruh, harus bebas dari pasir, debu, lumpur, sampah, busa dan
kotoran lainnya.
- Air tidak berasa, tidak berasa asin, tidak berasa asam, tidak payau, dan
tidak pahit harus bebas dari bahan kimia beracun.
- Air tidak berbau seperti bau amis, anyir, busuk atau belerang.
Apa manfaat menggunakan air bersih?
- Terhindar dari gangguan penyakit seperti Diare, Kolera, Disentri,
Thypus, Kecacingan, penyakit mata, penyakit kulit atau keracunan.
- Setiap anggota keluarga terpelihara kebersihan dirinya.
Di mana dapat memperoleh sumber air bersih?
- Mata air
- Air sumur atau air sumur pompa
- Air ledeng atau perusahaan air minum
- Air hujan
- Air dalam kemasan
Mengapa air bersih harus dimasak mendidih bila ingin diminum?
Meski terlihat bersih, air belum tentu bebas kuman penyakit. kuman penyakit
dalam air mati pada suhu 100 derajat C (saat mendidih).
e. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun.
Mengapa harus mencuci tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun?
Air yang tidak bersih banyak mengandung kuman dan bakteri penyebab
penyakit. Bila digunakan, kuman berpindah ke tangan. Pada saat makan,
kuman dengan cepat masuk ke dalam tubuh, yang bisa menimbulkan
penyakit. Sabun dapat membersihkan kotoran dan membunuh kuman, karena
tanpa sabun kotoran dan kuman masih tertinggal di tangan.
Kapan saja harus mencuci tangan?
- Setiap kali tangan kita kotor (setelah; memegang uang, memegang
binatang, berkebun, dll).
- Setelah buang air besar
- Setelah menceboki bayi atau anak
- Sebelum makan dan menyuapi anak
- Sebelum memegang makanan
- Sebelum menyusui bayi
Apa manfaat mencuci tangan?
- Membunuh kuman penyakit yang ada ditangan
- Mencegah penularan penyakit seperti Diare, Kolera Disentri, Typus,
kecacingan, penyakit kulit, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), Flu
burung atau Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).
- Tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman.
Bagaimana cara mencuci tangan yang benar?
- Cuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan memakai sabun.
- Bersihkan telapak, pergelangan tangan, sela-sela jari dan punggung
tangan.
- Setelah itu keringkan dengan lap bersih.
f. Menggunakan jamban sehat.
Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran
manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher
angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air
untuk membersihkannya.
Siapa yang diharapkan menggunakan jamban?
Setiap anggota rumah tangga harus menggunakan jamban untuk buang air
besar/buang air kecil.
Mengapa harus menggunakan jamban?
- Menjaga lingkungan bersih, sehat, dan tidak berbau.
- Tidak mencemari sumber air yang ada disekitarnya.
- Tidak mengundang datangnya lalat atau serangga yang dapat menjadi
penular penyakit Diare, Kolera Disentri,Typus, kecacingan, penyakit
saluran pencernaan, penyakit kulit, dan keracunan.
Apa saja syarat jamban sehat?
- Tidak mencemari sumber air minum (jarak antara sumber air minum
dengan lubang penampungan minimal 10 meter)
- berbau.
- Kotoran tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus.
- Tidak mencemari tanah sekitarnya.
- mudah dibersihkan dan aman digunakan.
- Dilengkapi dinding dan atap pelindung.
- Penerangan dan ventilasi yang cukup.
- Lantai kedap air dan luas ruangan memadai.
- Tersedia air, sabun, dan alat pembersih.
Bagaimana cara memelihara jamban sehat?
- Lantai jamban hendaknya selalu bersih dan tidak ada genangan air.
- Bersihkan jamban secara teratur sehingga ruang jamban dalam keadaan
bersih.
- Di dalam jamban tidak ada kotoran yang terlihat.
- Tidak ada serangga,(kecoa,lalat,) dan tikus yang berkeliaran.
- Tersedia alat pembersih (sabun, sikat, dan air bersih).
- Bila ada kerusakan, segera perbaiki.
g. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu.
Apa itu rumah bebas jentik?
Rumah bebas jentik adalah rumah tangga yang setelah dilakukan
pemeriksaan jentik secara berkala tidak terdapat jentik nyamuk.
Apa itu pemeriksaan jentik berkala (PJB)?
Adalah pemeriksaan tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk (tempat-
tempat penampungan air) yang ada didalam rumah seperti bak mandi/WC,
vas bunga, tatakan kulkas, dll dan diluar rumah seperti talang air, alas pot
kembang, ketiak daun, lubang pohon, pagar bambu, dll yang dilakukan
secara teratur sekali dalam seminggu.
Siapa yang melakukan Pemeriksaan Jentik Berkala?
- Anggota rumah tangga
- Kader
- Juru pemantau jentik (Jumatik)
- Tenga pemeriksa jentik lainnya.
- Apa yang pelu dilakukan agar Rumah Bebas Jentik?
Lakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara :
- 3 M plus (Menguras, Menutup, Mengubur, plus Menghindari gigitan
nyamuk).
- PSN merupakan kegiatan memberantas telur, jentik, dan kepompong
nyamuk penular berbagai penyakit seperti Demam Berdarah Dengue,
Chikungunya, Malaria, Filariasis (kaki gajah) di tempat-tempat
perkembangannya.
3M Plus adalah tiga cara plus yang dilakukan pada saat PSN yaitu:
- Menguras dan menyikat tempat penampungan air seperti bak mandi,
tatakan kulkas, tatakan pot kembang dan tempat air minum burung.
- Menutup rapat-rapat tempat penampungan air seperti lubang bak control,
lubang pohon, lekukan-lekukan yang dapat menampung air hujan.
- Mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat
menampung air seperti ban bekas, kaleng bekas, plastik-plastik yang
dibuang sembarangan (bekas botol/gelas akua, plastik kresek, dll).
Plus Menghindari gigitan nyamuk, yaitu:
- Menggunakan kelambu ketika tidur.
- Memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk, misalnya obat
nyamuk ; bakar, semprot, oles/usap ke kulit, dll.
- Menghindari kebiasaan menggantung pakaian didalam kamar.
- Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi yang memadai
- Memperbaiki saluran talang air yang rusak
- Menaburkan larvasida (bubuk pembunuh jentik) di tempat-tempat yang
sulit dikuras misalnya di talang air atau di daerah sulit air.
- Memilihara ikan pemakan jentik di kolam/bak penampung air, misalnya
ikan cupang, ikan nila, dll.
- Menanam tumbuhan pengusir nyamuk misalnya,
Zodia,Lavender,Rosemerry, dll
Apa manfaat Rumah Bebas Jentik?
- Populasi nyamuk menjadi terkendali sehingga penularan penyakit dengan
perantara nyamuk dapat dicegah atau dikurangi.
- Kemungkinan terhindar dari berbagai penyakit semakin besar seperti
Demam Berdarah Dengue (DBD), Malaria, Cikungunya atau kaki gajah.
- Lingkungan rumah menjadi bersih dan sehat.
h. Makan buah dan sayur setiap hari.
Siapa yang diharapkan makan sayur dan buah?
Setiap anggota rumah tangga mengkonsunsi minimal 3 porsi buah dan 2
porsi sayuran atau sebaliknya setiap hari.
Mengapa kita harus makan sayuran dan buah?
Makan sayur dan buah setiap hari sangat penting, karena:
- Mengandung vitamin dan mineral, yang mengatur pertumbuhan dan
pemeliharaan tubuh.
- Mengandung serat yang tinggi. Serat adalah makanan yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan yang sangat berfungsi untuk memelihara usus. Serata
tidak dapat dicerna oleh pencernaan sehingga serat tidak menghasilkan
tenaga dan dibuang melalui tinja. Serat tidak untuk mengenyangkan
tetapi dapat menunda pengosongan lambung sehingga orang menjadi
tidak cepat lapar.
Manfaat mengkonsumsi buah dan sayur ?
- Mencegah Diabetes .
- Melancarkan buang air besar.
- Menurunkan berat badan.
- Membantu proses pembersihan racun (detoksifikasi)
- Mencegah kanker
- Memperindah kulit, rambut dan kuku.
- Membantu mengatasi Anemia (kurang darah)
- Membantu perkembangan bakteri yang baik dalam usus.
i. Melakukan aktifitas fisik setiap hari.
Aktifitas fisik bisa berupa :
- Olah raga
- Jalan santai
- Maraton
j. Tidak merokok di dalam rumah.
Karena didalam rokok terdapat zat-zat kimia yang berbahaya bagi tubuh,
seperti Tar dan Nicotin. Sehingga jika terhirup dapat menimbulakan kanker
dan penyakit lainnya.
Apa manfaat Rumah Tangga Ber-PHBS?
Bagi Rumah Tangga :
- Setiap anggota keluarga menjadi sehat dan tidak mudah sakit.
- Anak tumbuh sehat dan cerdas.
- Anggota keluarga giat bekerja.
- Pengeluaran biaya rumah tangga dapat ditujukan untuk memenuhi gizi
keluarga, pendidikan dan modal usaha untuk menambah pendapatan
keluarga.
Bagi Masyarakat:
- Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat.
- Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah –masalah
kesehatan.
- Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.
- Masyarakat mampu mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber
Masyarakat (UKBM) seperti Posyandu, tabungan ibu bersalin, arisan
jamban, ambulans desa dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2007. Krida Bina Perilaku Hidup Bersih dan Bersih dan Sehat. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 2005. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Indonesia.

Jakarta.

Kholid, A. 2011. Promosi Kesehatan. Jakarta: Raja Grafindo Persada


SATUAN ACARA PENYULUHAN

“PERAWATAN KULIT KERING”

Disusun oleh

NIKEN AYU WULANDARI (P07220120088)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN


KALIMANTAN TIMUR
PRODI D-III KEPERAWATAN KELAS BALIKPAPAN
TINGKAT III/SEMESTER VI
TAHUN AJARAN
2023
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Pokok Bahasan : Perawatan kulit kering
Topik : Mengenal kulit kering dan perawatannya
Sasaran : Keluarga Tn R & Tn M
Hari/Tanggal : Jum,at, 17 Maret 2023, Jum’at, 24 Maret 2023
Waktu : 40 menit
Tempat : Rumah Tn.R & Tn.M

I. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)


Setelah mengikuti kegiatan Pendidikan kesehatan dan diskusi dapat memahami
tentang stunting.
II. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan peserta mampu :
1. Menyebutkan pengertian perawatan kulit kering
2. Menyebutkan tanda tanda kulit kering
3. Menyebutkan cara merawat kulit kering
III. MATERI
Terlampir.
IV. SASARAN
Untuk memberi informasi pada keluarga asuhan.
V. METODE
- Ceramah
- Diksusi
- Tanya jawab
VI. MEDIA
- Leaflet
VII. EVALUASI
a. Evaluasi Struktur
1. Penyuluhan dilaksanakan pada jam ….. WITA – selesai
2. Penyuluhan dihadiri tiap-tiap keluarga asuhan
b. Evaluasi Proses
1. Seluruh keluarga antusias terhadap penyuluhan
2. Para keluarga tidak ada yang meninggalkan tempat saat penyuluhan
c. Evaluasi Hasil
1. Keluarga dapat menyebutkan pengertian gizi
2. Keluarga dapat menyebutkan 3 kandungan zat gizi yang diperlukan
oleh bayi dan balita
3. Keluarga dapat menyebutkan 2 sumber-sumber protein, karbohidrat,
dan lemak

VIII. KEGIATAN PENYULUHAN

No Rincian Kegiatan Waktu Kegiatan Klien Media yang


digunakan
1 Pembukaan : 3 menit a. Mendengarkan
a. Salam pembuka b. Memperkenalkan
b. Memperkenalkan diri,
diri menyampaikan
c. Menyampaikan tujuan
maksud dan tujuan kedatangannya
dari penyuluhan c. Menjelaskan
yang akan yang diketahui
dilaksanakan tentang stroke
d. Apersepsi
e. Diskusi Kontrak
waktu
2 Penyampaian Materi : 30 menit Mendengarkan dan leaflet
a. Menjelaskan bertanya
tentang kulit kering
b. Menjelaskan tanda
tanda kulit kering
c. Menjelaskan cara
merawat kulit
kering
d. Memberikan
kesempatan kepada
responden untuk
bertanya
3 Evaluasi : 5 menit Keluarga mampu
Melemparkan mengulang penjelasan
pertanyaan padda yang diberikan dan
peserta dan mendorong menjawab pertanyaan
untuk bertanya yang diajukan penyaji
materi
4 Penutup : 2 menit
a. Menyimpulkan Menyimak
materi yang telah Memberikan salam
di sampaikan
b. Mengucapkan
terima kasih atas
perhatian dan
waktu yang telah
diberikan kepada
responden
c. Mengucapkan
salam
IX. PENGORGANISASIAN
Penyaji Materi :
1. Niken Ayu Wulandari

Lampiran Materi :

Kulit kering adalah masalah yang terjadi ketika lapisan kulit paling atas
(epidermis) tidak mendapatkan kelembapan yang cukup. Akibatnya, kulit terlihat
seperti bersisik, mengelupas, hingga pecah-pecah.Faktor internal dari dalam tubuh
yang dapat menyebabkan kekeringan pada kulit, misalnya pada kondisi
malnutrisi/kekurangan gizi,hal ini bisa jadi disebabkan karena tubuh kekurangan
asam lemak omega-3. Zat ini membantu tubuh menyehatkan jaringan lipid kulit yang
bertugas untuk mengusir kuman dan racun berbahaya, serta menjaga kelembapan
kulit.

Tanda – tanda kulit kering

 Kulit terasa kasar dan tampak tidak rata

 Kulit terasa kencang dan ketat, terutama setelah mandi

 Kulit bersisik, mengelupas, atau pecah-pecah

 Kulit yang pecah-pecah terkadang bisa berdarah.

 Kulit lebih sering terasa gatal (pruritus)


 Terdapat perbedaan warna pada kulit, misalnya kemerahan atau keabuan.

 Muncul garis putih ketika menggaruk kulit


Penyebab kulit kering

1. Cuaca dingin atau panas


Kulit biasanya berada pada kondisi paling kering saat cuaca dingin atau kering.
Pada saat ini, suhu dan kelembapan udara menurun. Selain itu, iklim panas
selama musim kemarau juga bisa membuat kulit mengering karena dehidrasi..
2. Paparan sinar matahari
Paparan sinar matahari dalam iklim apa pun bisa membuat kulit mengalami
dehidrasi. Ini disebabkan karena sinar ultraviolet mampu menembus jauh ke
bawah permukaan kulit. Akibatnya, kulit kehilangan kelembapan alaminya.
3. Mandi air hangat terlalu lama
Mandi dengan air hangat memang terasa menenangkan. Namun, kebiasaan ini
justru dapat membuat kulit mengering dan bersisik bila dilakukan terlalu lama.
Dampak serupa pun bisa terjadi jika Anda menggunakan air yang terlalu panas.
4. Penggunaan sabun dan detergen yang keras
Sabun, deterjen, dan produk pembersih berbahan keras mengandung berbagai zat
kimia yang dapat menghilangkan kelembapan kulit. Produk-produk ini biasanya
dilengkapi dengan bahan pembersih yang disebut surfaktan.
5. Tidak minum cukup air
Aturan minum air delapan gelas per hari bukan sekadar mitos belaka. Pasalnya,
tubuh memang membutuhkan cukup cairan untuk bekerja dengan baik. Kurang
minum air dapat membuat kulit terkena dehidrasi sehingga tampak kering dan
tidak bercahaya.
6. Gejala penyakit tertentu
Ada banyak penyakit atau kondisi medis yang bisa menyebabkan seseorang
memiliki kulit yang kering, bersisik, dan kemerahan, misalnya dermatitis atopik,
eksim, atau psoriasis. Penyakit tersebut juga bisa membuat kulit terasa gatal.
Selain itu, kulit kering juga bisa disebabkan oleh penyakit ginjal, iktiosis,
kelainan tiroid, kurang gizi, dan diabetes.
Pengobatan untuk kulit kering

Pada banyak kasus, kulit kering dapat diatasi melalui berbagai perawatan
rumahan. Namun, jika masalah kulit Anda cukup parah, dokter akan
merekomendasikan krim khusus yang dapat menahan air pada kulit agar tidak
mudah menguap.

1. Rutin menggunakan pelembab untuk kulit kering


Mengoleskan pelembap secara teratur sepanjang hari bisa membantu
membuat kulit kering menjadi lebih lembut dan halus. Pelembap yang tepat akan
berperan sebagai pelindung lapisan teratas kulit yang mencegah air keluar dari
tubuh. Pilih pelembap alami yang mengandung vitamin A dan E, serta nutrisi
penting lainnya. Selain melembapkan, nutrisi tersebut dapat memperbaiki
kesehatan kulit.
2. Menggunakan pproduk mandi berbahan lembut
Pilihlah produk pembersih kulit berbahan lembut tanpa kandungan alkohol
ataupun zat kimia tambahan lain. Jika Anda ragu akan kandungan suatu produk,
tanyakan pada dokter guna menentukan produk apa yang sesuai untuk kulit
Anda.
3. Menggunakan tabir surya
Manfaat tabir surya bagi kesehatan kulit tidak perlu diragukan lagi. Selain
melindungi kulit dari kerusakan akibat sinar UVA atau UVB, tabir surya juga
dapat mencegah berbagai gangguan pada kulit akibat paparan sinar matahari
berlebih. Pemilik kulit kering disarankan memilih tabir surya berbentuk krim,
salep, atau losion. Agar bisa melembapkan kulit dan mencegah kulit semaking
kering, bisa memilih tabir surya yang mengandung minyak (oil-based), lanolin,
atau dimethicone.
4. Cukupi kebutuhan air putih
Kulit kering bisa menandakan kamu mengalami dehidrasi alias kekurangan
cairan. Karena itu, cara menghilangkan kulit kering secara alami bisa dengan
minum air putih sekitar 2 liter sehari agar kulit tetap lembap.
5. Konsumsi Makanan Kaya Nutrisi
Cara merawat kulit kering juga bisa dilakukan dari dalam. Selain mencukupi
kebutuhan cairan harian, konsumsilah makanan yang mengandung omega-3,
zink, vitamin A, C, dan E. Contoh makanan yang dimaksud, seperti ubi manis,
timun, minyak kelapa, ikan, kacang-kacangan, dan biji-bijian. Buah-buahan kaya
vitamin C dan E juga bisa jadi pilihan. Kamu bisa mengonsumsi jeruk, kiwi,
stroberi, bluberi, raspberry, apel, alpukat, atau semangka. Vitamin C dalam buah
bermanfaat menghidrasi dan melindungi kulit dari paparan radikal bebas.
Sementara, vitamin E dapat melembapkan dan mencegah kulit mengalami
penuaan dini.
DAFTAR PUSTAKA

https://hellosehat.com/penyakit-kulit/perawatan-kulit/kulit-kering/
Lampiran 5

Dokumentasi Kegiatan Klien 1


Dokumentasi Kegiatan Klien 2

Anda mungkin juga menyukai