Anda di halaman 1dari 160

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN


BRONKOPNEUMONIA DI RSUD Dr. KANUJOSO
DJATIWIBOWO BALIKPAPAN
TAHUN 2023

Oleh:

DEWI TRI SETIYORINI


NIM. P07220120071

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN


JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D-III KEPERAWATAN
SAMARINDA
2023
KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN


BRONKOPNEUMONIA DI RSUD Dr. KANUJOSO
DJATIWIBOWO BALIKPAPAN
TAHUN 2023

Untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan (Amd.Kep)


Pada Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur

Oleh:

DEWI TRI SETIYORINI


NIM. P07220120071

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN


JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D-III KEPERAWATAN
SAMARINDA
2023

i
ii
iii
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Data Diri

1. Nama : Dewi Tri Setiyorini

2. Jenis Kelamin : Perempuan

3. Tempat, Tanggal Lahir : Balikpapan, 27 Juli 2002

4. Suku/Bangsa : Jawa/Warga Negara Indonesia

5. Agama : Islam

6. Alamat : Jl. A. Wahab Sahrani No 18 RT 55

7. Email : dhewitrisetiyorinii@gmail.com

B. Riwayat Pendidikan

1. Tahun 2007-2008 : TK Putra I Balikpapan

2. Tahun 2008-2014 : SD Negeri 031 Balikpapan Utara

3. Tahun 2014-2017 : SMP Negeri 11 Balikpapan Utara

4. Tahun 2017-2020 : SMA Negeri 6 Balikpapan Utara

5. Tahun 2020-2023 : Poltekkes Kemenkes Kaltim

v
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat

rahmat dan karunianya sehingga KTI saya dengan judul “Asuhan Keperawatan

Pada Anak Dengan Bronkopneumonia di RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo

Balikpapan Tahun 2023”. Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini di susun dalam rangka

menyelesaikan tugas akhir untuk memperoleh gelar Ahli Madya di Program Studi

D-III Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur.

Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini tersusun atas upaya maksimal saya sebagai

penulis dan petunjuk pembimbing, serta arahan berbagai pihak yang telah

membantu saya dalam penulisan KTI ini. Bersama dengan ini perkenankan saya

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. M. H. Supriadi B, S.Kp., M.Kep selaku Direktur Poltekkes Kemenkes

Kalimantan Timur.

2. dr. Edy Iskandar, Sp.PD., FINASIM., MARS selaku Direktur RSUD Dr.

Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan.

3. Hj. Umi Kalsum, S.Pd., M.Kes selaku Ketua Jurusan Keperawatan Poltekkes

Kemenkes Kalimantan Timur.

4. Ns. Andi Lis Arming Gandini, M.Kep selaku Ketua Program Studi D-III

Keperawatan Samarinda Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes

Kalimantan Timur.

5. Ns. Grace Carol Sipasulta, M.Kep., Sp.Kep Mat selaku pananggung jawab

prodi D-III Keperawatan Kelas B Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur dan

selaku Ketua Penguji dalam seminar KTI.

vi
6. Ns. Rus Andraini, A.Kp., M.PH selaku pembimbing utama yang telah

membimbing dan memberikan arahan kepada saya dalam pembuatan KTI.

7. Ns. Siti Nuryanti, S.Kep., M.Pd selaku pembimbing II yang telah membimbing

dan memberikan arahan kepada saya dalam penyelesaian KTI.

8. Dosen-dosen dan seluruh staff Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kalimantan

Timur yang telah mendidik dan membimbing saya dalam masa pendidikan.

9. Bapak H. Mujiono, ibu Hj. Sakinah dan Desty Nasya Andini yang telah

memberikan dukungan kepada saya dalam menyelesaikan KTI.

10. Rekan-rekan mahasiswa/i Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur Jurusan

Keperawatan Prodi D-III Keperawatan Kelas B Angkatan 2020.

Saya mengucapkan terima kasih kepada semuanya atas bimbingan, bantuan,

dan semangatnya sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan KTI ini.

Samarinda, 14 Juni 2023

Penulis

vii
ABSTRAK

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN


BRONKOPNEUMONIA DI RSUD Dr. KANUJOSO DJATIWIBOWO
BALIKPAPAN TAHUN 2023”

Pendahuluan : Bronkopneumonia merupakan salah satu penyakit yang menyerang


saluran pernapasan disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda asing lainnya
sehingga dapat menimbulkan batuk, pilek, sesak napas dan demam. Penelitian ini
bertujuan memperoleh pengalaman langsung dalam memberikan asuhan
keperawatan pada anak dengan bronkopneumonia.

Metode : Penelitian ini menggunakan metode studi kasus pendekatan Asuhan


Keperawatan dengan mengambil 2 kasus sebagai analisis anak bronkopneumonia.
Lokasi penelitian dilakukan di RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan pada
tanggal 8-11 Maret 2023. Metode pengambilan data berupa wawancara, observasi,
pemeriksaan fisik, studi dokumentasi dan pemeriksaan penunjang.

Hasil dan Pembahasan : Berdasarkan hasil pengkajian kedua klien masing-


masing ditegakkan 4 diagnosa keperawatan sesuai SDKI. Ditemukan diagnosa yang
sama pada kedua klien yaitu bersihan jalan napas tidak efektif, pola napas tidak
efektif dan hipertermia, sedangkan diagnosa yang berbeda klien 1 ditemukan
ansietas dan klien 2 ditemukan defisit pengetahuan. Perencanaan dan pelaksanaan
sesuai dengan kebutuhan klien, serta evaluasi dilakukan secara formatif maupun
sumatif.

Kesimpulan dan Saran : Kesimpulan dalam penelitian ini ialah pada anak dengan
bronkopneumonia harus diperhatikan bersihan jalan napas dan pola napas.
Diharapkan hasil penelitian ini dapat meningkatkan mutu pelayanan dalam
melaksanakan asuhan keperawatan pada anak dengan bronkopneumonia secara
spesifik dan komprehensif.

Kata Kunci : Asuhan Keperawatan, Bronkopneumonia.

viii
ABSTRACT

"NURSING CARE FOR CHILDREN WITH BRONCHOPNEUMONIA AT


DR. KANUJOSO DJATIWIBOWO HOSPITAL BALIKPAPAN IN 2023"

Introduction : Bronchopneumonia is one of the diseases that attack the respiratory


tract caused by bacteria, viruses, fungi and other foreign objects so that it can cause
cough, runny nose, shortness of breath and fever. This study aims to gain direct
experience in providing nursing care to children with bronchopneumonia.

Method: This study uses the case study method of the Nursing Care approach by
taking 2 cases as an analysis of bronchopneumonia children. The research location
was carried out at Dr. Kanujoso Djatiwibowo Hospital Balikpapan on March 8-11,
2023. Data collection methods include interviews, observations, physical
examinations, documentation studies and supporting examinations.

Results and Discussion: Based on the results of the assessment of the two clients,
4 nursing diagnoses were each established according to the IDHS. The same
diagnosis was found in both clients, namely ineffective airway clearance,
ineffective breathing patterns and hyperthermia, while different diagnoses of client
1 were found anxiety and client 2 found knowledge deficit. Planning and
implementation according to client needs, and evaluation is carried out formatively
and summatively.

Conclusion and Advice: The conclusion in this study is that in children with
bronchopneumonia should pay attention to airway clearance and airway patterns. It
is hoped that the results of this study can improve the quality of services in carrying
out nursing care in children with bronchopneumonia specifically and
comprehensively.

Keywords : Nursing Care, Bronchopneumonia.

ix
DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN SAMPUL DALAM DAN PRASYARAT .......................................... i

HALAMAN PERNYATAAN ............................... Error! Bookmark not defined.

HALAMAN PERSETUJUAN ............................... Error! Bookmark not defined.

HALAMAN PENGESAHAN ................................ Error! Bookmark not defined.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................ v

HALAMAN KATA PENGANTAR ...................................................................... vi

ABSTRAK ........................................................................................................... viii

ABSTRACT ........................................................................................................... ix

DAFTAR ISI ........................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xv

DAFTAR BAGAN .............................................................................................. xvi

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................. 5

C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 5

1. Tujuan Umum.................................................................................... 6

2. Tujuan Khusus ................................................................................... 6

D. Manfaat Penelitian................................................................................. 6

x
1. Bagi Peneliti ...................................................................................... 7

2. Bagi tempat penelitian ....................................................................... 7

3. Bagi perkembangan ilmu keperawatan ............................................. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 8

A. Konsep Medis Bronkopneumonia ....................................................... 8

1. Pengertian Bronkopneumonia ........................................................ 8

2. Anatomi Fisiologi ........................................................................... 8

3. Etiologi ......................................................................................... 13

4. Patofisiologi.................................................................................. 14

5. Pathway ........................................................................................ 16

6. Klasifikasi .................................................................................... 16

7. Manifestasi Klinis......................................................................... 17

8. Komplikasi ................................................................................... 18

9. Pemeriksaan Penunjang ................................................................ 19

10. Penatalaksanaan ........................................................................... 20

B. Konsep Asuhan Keperawatan Bronkopneumonia ............................. 21

1. Pengkajian ..................................................................................... 22

2. Diagnosa Keperawatan .................................................................. 26

3. Perencanaan Keperawatan ............................................................. 40

4. Pelaksanaan Keperawatan ............................................................. 55

xi
5. Evaluasi Keperawatan ................................................................... 55

C. Konsep Dasar Keperawatan Anak ..................................................... 56

1. Pertumbuhan dan Perkembangan .................................................. 56

2. Batasan Usia Anak ........................................................................ 59

3. Filosofi dan Paradigma Keperawatan Anak .................................. 60

4. Prinsip Keperawatan Anak ............................................................ 65

5. Peran dan Fungsi Perawat Anak .................................................... 66

6. Konsep Hospitalisasi ..................................................................... 67

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................ 72

A. Pendekatan (Desain Penelitian) ......................................................... 72

B. Subyek Penelitian .............................................................................. 72

C. Batasan Istilah (Definisi Operasional)............................................... 73

1. Bronkopneumonia ......................................................................... 73

2. Asuhan Keperawatan ..................................................................... 73

D. Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................. 74

E. Prosedur Penelitian ............................................................................ 74

F. Teknik dan instrument pengumpulan data ......................................... 76

1. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 76

2. Instrument Pengumpulan Data ...................................................... 76

G. Uji Keabsahan Data ........................................................................... 77

xii
H. Analisis Data ..................................................................................... 77

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 78

A. Hasil Penelitian .................................................................................. 78

1. Gambaran Lokasi Penelitian........................................................... 78

2. Data Asuhan Keperawatan ............................................................. 80

B. Pembahasan ...................................................................................... 115

1. Pengkajian .................................................................................... 115

2. Diagnosa Keperawatan ................................................................. 118

3. Intervensi Keperawatan ................................................................ 124

4. Implementasi Keperawatan .......................................................... 130

5. Evaluasi Keperawatan .................................................................. 133

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 136

A. Kesimpulan ....................................................................................... 136

B. Saran .................................................................................................. 137

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 139

LAMPIRAN-LAMPIRAN

xiii
DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 2. 1 Anatomi Fisiologi Pernapasan Aatas .......................................... 9

Gambar 2. 2 Laring, trakea, dan bronki beserta cabang-cabangnya ................ 10

Gambar 2. 3 Kedudukan paru-paru di dalam toraks ........................................ 11

Gambar 2. 4 Diagram dari akhiran sebuah bronkiolus di dalam Alveoli......... 12

Gambar 4. 1 Lokasi RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan ............... 79

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Hasil Anamnesis Klien dengan Bronkopneumonia di Instalasi Rawat


Inap RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2023….…80

Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan Fisik Klien dengan Bronkopneumonia di Instalasi


Rawat Inap RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan
Tahun 2023………………………………………………………….…86

Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan Penunjang Klien dengan Bronkopneumonia di


Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan
Tahun 2023………………………………………………….…………88

Tabel 4.4 Penatalaksanaan Terapi Klien dengan Bronkopneumonia di Instalasi


Rawat Inap RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan
Tahun 2023………………………………………………………….…89

Tabel 4.5 Data Fokus Klien dengan Bronkopneumonia di Instalasi Rawat Inap
RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2023………….90

Tabel 4.6 Analisa Data Klien dengan Bronkopneumonia di Instalasi Rawat Inap
RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2023……….…92

Tabel 4.7 Daftar Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas Pada Klien dengan
Bronkopneumonia di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Kanujoso
Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2023……………………………...…95

Tabel 4.8 Perencanaan Klien dengan Bronkopneumonia di Instalasi Rawat Inap


RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2023.…………96

Tabel 4.9 Implementasi Keperawatan Klien dengan Bronkopneumonia di


Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan
Tahun 2023……………………………………………………...……102

Tabel 4.10 Evaluasi Asuhan Keperawatan Klien dengan Bronkopneumonia di


Instalasi Rawat Inap Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan
Tahun 2023……………...…………………………………………..107

xv
DAFTAR BAGAN

Hal

Bagan 2. 1 Pathway Penyakit Bronkopneumonia ............................................ 16

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Informed Consent Klien 1

Lampiran 2 Pengkajian Asuhan Keperawatan Klien 1

Lampiran 3 Informed Consent Klien 2

Lampiran 4 Pengkajian Asuhan Keperawatan Klien 2

Lampiran 5 Satuan Acara Penyuluhan Klien 1 dan 2

Lampiran 6 Absen Pengambilan Kasus

Lampiran 7 Lembar Konsultasi Bimbingan KTI

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sehat adalah suatu keadaan dimana tidak hanya terbebas dari

penyakit atau kelemahan, tetapi juga adanya keseimbangan antara fungsi

fisik, mental, dan sosial. Sehingga pengukuran kualitas hidup yang

berhubungan dengan kesehatan meliputi tiga bidang fungsi yaitu : fisik,

psikologi (kognitif dan emosional), dan sosial (Jacob & Sandjaya, 2018).

Anak merupakan individu yang berada dalam suatu rentang

perubahan dan perkembangan dimana organ-organ tubuhnya belum

berfungsi secara optimal sehingga lebih rentan terhadap penyakit yang

dimulai dari bayi (0-1 tahun), usia bermain atau toddler (1-3 tahun), pra

sekolah (3-5 tahun), usia sekolah (5-11 tahun), hingga remaja (11-18 tahun).

Rentang ini berbeda antara anak satu dengan yang lain mengingat latar

belakang anak berbeda. Pada anak terdapat tentang perubahan pertumbuhan

dan perkembangan yaitu rentang cepat dan lambat. Dalam proses

berkembang anak memiliki ciri fisik, kognitif, konsep diri, pola koping dan

perilaku sosial (Yuniarti, 2015).

Menurut Jayani (2019) penyakit penyebab kematian terbanyak yang

terjadi pada anak usia di bawah lima tahun (balita) adalah kombinasi

gangguan neonatal (bayi baru lahir kurang dari 28 hari), afiksia dan trauma

neonatal, cacat lahir bawaan, diare, malaria, meningitis, kekurangan gizi,

hingga infeksi pernapasan.

1
2

Penyakit infeksi saluran pernapasan merupakan salah satu masalah

kesehatan yang utama didunia, peranan tenaga medis dalam meningkatkan

tingkat kesehatan masyarakat cukup besar karena sampai saat ini penyakit

ini masih termasuk ke dalam salah satu penyebab yang mendorong tetap

tingginya angka kesakitan dan kematian di dunia. Adapun salah satu

penyakit infeksi saluran pernapasan pada balita yang menjadi penyebab

kematian tertinggi dikalangan anak-anak ialah bronkopneumonia (Amin et

al, 2018).

Bronkopneumonia merupakan salah satu penyakit yang menyerang

saluran pernapasan dengan manifestasi klinis bervariasi mulai dari batuk,

pilek yang disertai dengan panas, sedangkan anak bronkopneumonia berat

akan muncul sesak napas yang hebat. Bronkopneumonia juga disebut

pneumonia lubularis yaitu suatu peradangan pada parenkim paru yang

terlokalisir yang biasanya mengenai bronkioulus serta alveolus disekitarnya

yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrate yang disebabkan oleh

bakteri, virus, jamur, dan benda asing lainnya (Sukma et al, 2021).

United Nations Children’s Fund (UNICEF) dan World Health

Organization (WHO), menyebutkan sekitar 802.000 anak balita meninggal

di seluruh dunia akibat bronkopneumonia. Separuh dari kematian balita

akibat pneumonia tersebut terjadi di lima negara, meliputi : Nigeria

(162.000), India (127.000), Pakistan (58.000), Republik Demokratik Kongo

(40.000), dan Ethiopia (32.000). Pneumonia juga merupakan penyebab

kematian balita terbesar di Indonesia. Pada tahun 2018, diperkirakan sekitar


3

19.000 anak meninggal dunia akibat pneumonia. Estimasi global

menunjukkan bahwa setiap satu jam ada 71 anak di Indonesia yang tertular

pneumonia (Watkins, 2018).

Profil Kesehatan Indonesia (2021), menyebutkan provinsi dengan

cakupan penemuan pneumonia pada balita tertinggi berada di Jawa Timur

(50,0%), Banten (46,2%), dan Lampung (40,6%). Sedangkan prevalensi di

Kalimantan Timur (13,5%) (Kemenkes RI, 2021). Menurut Dinas

Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur (2020), menyatakan jumlah kasus

pneumonia pada balita sekitar 2.167 jiwa. Kasus pneumonia tertinggi yang

ditemukan terdapat pada Kota Balikpapan menjadi penyumbang terbanyak

862 jiwa, Kota Bontang sebanyak 309 jiwa, dan Kutai Kartanegara

sebanyak 284 jiwa.

Proses peradangan dari proses penyakit bronkopneumonia

menimbulkan manifestasi klinis yang ada sehingga muncul beberapa

masalah dan salah satunya adalah bersihan jalan napas tidak efektif

berhubungan dengan sekret yang tertahan, hipertermia berhubungan dengan

proses penyakit, nyeri berhubungan dengan inflamasi parenkim paru

dibuktikan dengan nyeri dada dan defisit nutrisi berhubungan dengan

peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses

infeksi, maka dari itu sebagai tenaga kesehatan berperan penting dalam

pemberian asuhan keperawatan dan memberi pendidikan kesehatan untuk

membantu pasien (Safitri et al, 2022).


4

Peran perawat dalam melakukan asuhan keperawatan pada anak

dengan bronkopneumonia meliputi usaha promotif yaitu dengan selalu

menjaga kebersihan baik fisik maupun lingkungan seperti tempat sampah,

ventilasi, dan kebersihan lain-lain. Preventif dilakukan dengan cara menjaga

pola hidup bersih dan sehat, upaya kuratif dilakukan dengan cara

memberikan obat yang sesuai indikasi yang dianjurkan oleh dokter dan

perawat memiliki peran dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien

dengan bronkopneumonia secara optimal, professional dan komprehensif.

Pemberian terapi medik dan non farmakologi yang sudah terbukti

menekan terjadinya risiko perburukan dan meningkatkan derajat kesehatan

anak yang sedang menjalani perawatan di rumah sakit. Perawat harus

berpikir kritis menjalankan perannya dan tanggung jawab tersebut dengan

memberikan inovasi intervensi keperawatan untuk mensejahterakan anak

dengan mengurangi trauma hospitalisasi bagi anak. Secara farmakologi

diberikan obat antibiotik, terapi O2, terapi nebulizer dan secara non

farmakologi biasanya dilakukan pemberian fisioterapi dada (clapping),

latihan batuk efektif serta Inhalasi sederhana. Sedangkan pada aspek

rehabilitative, perawat berperan dalam memulihkan kondisi klien dan

menganjurkan pada orang tua klien untuk kontrol kerumah sakit.

(Nursakina et al, 2021).

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti dengan

melakukan wawancara bersama salah satu pegawai di ruangan anak di

RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan, pada tanggal 26 Januari


5

2023, diperoleh data 1 tahun terakhir di tahun 2022 bahwa angka kejadian

kasus bronkopneumonia ini termasuk 10 besar kasus penyakit anak dan

merupakan peringkat keempat yang sering terjadi. Adapun 10 kasus

diantaranya GEA (102 kasus), Pneumonia (96 kasus), DHF (87 kasus),

Bronkopneumonia (66 kasus), Febris (39 kasus), Epilepsi (33 kasus), Cidera

Kepala Ringan (23 kasus), Kejang Demam Sederhana (20 kasus), Asma (17

kasus), dan KDK/Anemia (10 kasus).

Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka penulis tertarik

melakukan penelitian asuhan keperawatan pada pasien anak dengan

bronkopneumonia di RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun

2023.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai “Bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien anak

dengan Bronkopneumonia di RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan

Tahun 2023?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :


6

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk gambaran asuhan

keperawatan pada pasien anak dengan bronkopneumonia di RSUD Dr.

Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2023.

2. Tujuan Khusus

a. Mengkaji pasien anak dengan bronkopneumonia di RSUD Dr.

Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2023.

b. Menegakkan diagnosa keperawatan asuhan keperawatan pada

pasien anak dengan bronkopneumonia di RSUD Dr. Kanujoso

Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2023.

c. Menyusun perencanaan keperawatan asuhan keperawatan pada

pasien anak dengan bronkopneumonia di RSUD Dr. Kanujoso

Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2023.

d. Melaksanakan intervensi keperawatan asuhan keperawatan pada

pasien anak dengan bronkopneumonia di RSUD Dr. Kanujoso

Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2023.

e. Mengevaluasi pasien dengan asuhan keperawatan pada pasien anak

dengan bronkopneumonia di RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo

Balikpapan Tahun 2023.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah, sebagai berikut:


7

1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadikan pengalaman bagi

peneliti dalam mengimplementasikan asuhan keperawatan pada pasien

anak dengan bronkopneumoni di RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo

Balikpapan Tahun 2023 secara tepat.

2. Bagi tempat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau

saran dan bahan dalam merencanakan asuhan keperawatan di RSUD Dr.

Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan sehingga pihak rumah sakit dapat

meningkatkan penanganan asuhan keperawatan pada klien anak dengan

bronkopneumonia.

3. Bagi perkembangan ilmu keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah keluasan ilmu

terapan dibidang keperawatan dalam asuhan keperawatan pada pasien

anak dengan bronkopneumonia dan sebagai literature dalam

melaksanakan pembuatan tugas akhir.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Medis Bronkopneumonia

1. Pengertian Bronkopneumonia

Bronkopneumonia merupakan salah satu penyakit yang menyerang

saluran pernapasan dengan manifestasi klinis bervariasi mulai dari

batuk, pilek yang disertai dengan panas, sedangkan anak

bronkopneumonia berat akan muncul sesak napas yang hebat.

Bronkopneumonia juga disebut pneumonia lubularis yaitu suatu

peradangan pada parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya

mengenai bronkioulus serta alveolus disekitarnya yang ditandai dengan

adanya bercak-bercak infiltrate yang disebabkan oleh bakteri, virus,

jamur, dan benda asing lainnya (Sukma et al, 2021).

Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang

disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, ataupun benda asing yang

ditandai dengan gejala panas yang tinggi, gelisah, dispnea, napas cepat

dan dangkal, muntah, diare, serta batuk kering dan produktif (Arufina &

Wiguna, 2018).

2. Anatomi Fisiologi

a. Anatomi saluran pernapasan terdiri dari :

1) Nares anterior

Nares anterior merupakan saluran yang terdapat di dalam

lubang hidung. Saluran tersebut berkumpul ke dalam bagian

8
9

yang disebut vestibulum (rongga) hidung. Lapisan nares

anterior mengandung kelenjar sabasea yang di selimuti bulu

kasar (Pearce, 2019).

Gambar 2. 1
Anatomi Fisiologi Pernapasan Aatas (Pearce, 2019)

2) Rongga Hidung

Rongga hidung di bungkus oleh selaput lender yang banyak

mengandung pembuluh darah, rongga hidung berhubungan

dengan lapisan faring dan selaput lender semua sinus yang

mempunyai lubang termasuk ke dalam rongga hidung. Sewaktu

menghirup udara, udara disaring terlebih dahulu oleh bulu-bulu

yang terdapat pada rongga hidung. Permukaan lender akan

menjadi hangat dan lembab disebabkan oleh penguapan air

pada selaput lender (Pearce, 2019).

3) Faring

Faring merupakan saluran yang berbentuk cerobong yang

terdapat dari dasar tengkorak sampai dengan persimpangan

esophagus pada ketinggian tulang rawan krikoid. Berdasarkan

letaknya faring dibagi menjadi tiga yaitu di belakang hidung,


10

belakang mulut, dan belakang laring (Haryani et al, 2020 dalam

Andriyani et al, 2021).

4) Laring

Laring atau biasa disebut tenggorokan terletak di anterior

tulang belakang ke-4 dan ke-6. Laring berperan sebagai

pembentukan suara, pelindung jalan napas bawah dari benda

asing dan mekanisme terjadinya batuk. Laring terdiri dari atas

epiglottis, glottis, kartiligo tiroid, kartiligo krikoid, kartiligo

arytenoid, pita suara (Haryani et al, 2020 dalam Andriyani et

al, 2021).

Gambar 2. 2
Laring, trakea, dan bronki beserta cabang-cabangnya
(Pearce, 2019)

5) Trakea

Trakea merupakan sambungan dari laring yang bercabang

menjadi dua bronkus. Trakea tersusun oleh enam belas sampai

dua puluh lingkaran tak lengkap berbentuk seperti cincin yang

dibungkus serabut fibrosa. Trakea di bungkus oleh selaput

lender yang terdiri atas epithelium bersilia dan sel cangkir.


11

Tulang rawan berfungsi mempertahankan agar trakea tetap

terbuka (Haryani et al, 2020 dalam Andriyani et al, 2021).

6) Paru-paru

Paru-paru merupakan alat pernapasan utama dan mengisi

rongga dada. Paru-paru berlokasi disebelah kanan dan kiri dan

dipisahkan oleh jantung dan pembuluh darah besar yang berada

di jantung. Paru-paru dibagi menjadi dua bagian. Paru-paru

sebelah kanan mempunyai tiga lobus dan paru-paru kiri dua

lobus. Di dalam setiap lobus tersusun atas lobula. Jaringan

paru-paru bersifat elastis, berpori dan berbentuk seperti spons.

Di dalam air, paru-paru mengapung karena terdapat udara di

dalam nya (Pearce, 2019).

Gambar 2. 3
Kedudukan paru-paru di dalam toraks (Pearce, 2019)

7) Bronkus

Bagian bronkus kanan lebih pendek, lebih lebar dan cenderung

lebih vertikal daripada cabang yang kiri. Hal tersebut

memudahkan benda asing lebih mudah masuk ke dalam cabang


12

sebelah kanan daripada cabang sebelah kiri. Bronkus di susun

oleh jaringan kartiligo. Tidak adanya kartiligo menyebabkan

bronkiolus mampu menangkap udara, dan dapat menyebabkan

kolaps. Agar tidak mengempis, alveoli dilengkapi dengan

lubang kecil yang terletak antara alveoli yang berfungsi untuk

mencegah kolaps alveoli (Haryani et al, 2020 dalam Andriyani

et al, 2021).

8) Alveolus

Alveolus merupakan kantung udara kecil dan ujung dari

bronkiolus respiratorius sehingga memungkinkan pertukaran

O2 dan CO2. Fungsi vital dari alveolus adalah pertukaran O2

dan CO2 di antara kapiler pulmoner dan alveoli. Diduga

terdapat 24 juta alveoli pada bayi yang baru lahir. Seiring

bertambahnya usia, jumlah yang sama dengan orang dewasa

pada usia 8 tahun, yaitu 300 juta alveoli (Haryani et al, 2020

dalam Andriyani et al, 2021).

Gambar 2. 4
Diagram dari akhiran sebuah bronkiolus di dalam
Alveoli (Pearce, 2019)
13

b. Fisiologi Pernapasan

Tahap pernapasan meliputi dua tahap, yaitu menghirup udara

atau inspirasi serta mengeluarkan atau eksprirasi. Pada saat inspirasi,

otot diafragma berkontraksi, dari posisi melengkung ke atas menjadi

lurus. Bersamaan dengan itu, otot-otot tulang rusuk pun berkontraksi

dan menyebabkan mengembangnya rongga dada sehingga tekanan

dalam rongga dada berkurang dan udara masuk. Saat mengeluarkan

napas, otot diafragma dan otot-otot tulang rusuk melemas dan

menyebabkan rongga dada mengecil dan tekanan udara di dalam

paru naik sehingga udara keluar. Udara mengalir dari tempat yang

bertekanan besar ke tempat yang bertekanan lebih kecil (Pearce,

2019).

3. Etiologi

Menurut Nurarif dan Kusuma (2015) secara umum

bronkopneumonia diakibatkan penurunan mekanisme pertahanan tubuh

terhadap virulensi organisme patogen. Orang normal dan sehat memiliki

mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri

atas reflek glotis dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yang

menggerakkan kuman keluar dari organ dan sekresi humoral setempat.

Timbulnya bronkopneumonia disebabkan oleh bakteri, virus dan

jamur, antara lain :

a. Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella

b. Virus : Legionella Pneumoniae


14

c. Jamur : Aspergillus Spesies, Candida Albicans

d. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung kedalam

paru

e. Terjadi karena kongesti paru yang lama

Bronkopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya

disebabkan oleh virus penyebab bronkopneumonia yang masuk ke

saluran pernapasan sehingga terjadi peradangan bronkus dan alveolus.

Inflamasi bronkus ini ditandai dengan adanya penumpukan sekret,

sehingga terjadi demam, batuk produktif, ronkhi positif dan mual. Bila

penyebaran kuman sudah mencapai alveolus maka komplikasi yang

terjadi adalah kolaps alveoli, fibrosis, emfisema dan atelektasis.

Kolaps alveoli akan mengakibatkan penyempitan jalan napas, sesak

napas, dan napas ronkhi. Fibrosis bisa menyebabkan penurunan fungsi

paru dan penurunan produksi surfaktan sebagai pelumas yang berfungsi

untuk melembabkan rongga pleura. Emfisema (tertimbunnya cairan atau

pus dalam rongga paru) adalah tindak lanjut dari pembedahan.

Atelektasis mengakibatkan peningkatan frekuensi napas, hipoksemia,

asidosis respiratori, pada klien terjadi sianosis, dispnea dan kelelahan

yang akan mengakibatkan terjadinya gagal napas.

4. Patofisiologi

Sebagian besar penyebab dari bronkopneumonia ialah

mikroorganisme (jamur, bakteri, virus) awalnya mikroorganisme masuk

melalui percikan ludah (droplet), invasi ini dapat masuk kesaluran


15

pernafasan atas dan menimbulkan reaksi imonologis dari tubuh. Reaksi

ini menyebabkan peradangan, dimana ketika terjadi peradangan ini

tubuh menyesuaikan diri maka timbulah gejala demam pada penderita.

Reaksi peradangan ini dapat menimbulkan sekret, semakin lama

sekret menumpuk di bronkus maka aliran bronkus menjadi semakin

sempit dan pasien dapat merasa sesak. Tidak hanya terkumpul

dibronkus lama-kelamaan sekret dapat sampai ke alveolus, paru dan

mengganggu sistem pertukaran gas di paru.

Tidak hanya menginfeksi saluran napas, bakteri ini juga dapat

menginfeksi saluran cerna ketika ia terbawa oleh darah. Bakteri ini dapat

membuat flora normal dalam usus menjadi agen patogen sehingga

timbul masalah pencernaan.

Dalam keadaan sehat, pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan

mikroorganisme. Keadaan ini disebabkan adanya mekanisme

pertahanan paru. Terdapatnya bakteri didalam paru menunjukkan

adanya gangguan daya tahan tubuh, sehingga mikroorganisme dapat

berkembang biak dan mengakibatkan timbulnya infeksi penyakit.

Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran napas dan paru dapat

melalui berbagai cara, antara lain inhalasi langsung dari udara, aspirasi

dari bahan-bahan yang ada di nasofaring dan orofaring serta perluasan

langsung dari tempat-tempat lain, penyebaran secara hematogen

(Nurarif & Kusuma, 2015).


16

5. Pathway

Bagan 2. 1
Pathway Penyakit Bronkopneumonia
(Nurarif & Kusuma, 2015); PPNI (2017)

6. Klasifikasi

Bronkopneumonia dikelompokan berdasarkan pedoman dan

tatalaksanan sebagai berikut (Samuel, 2014 dalam Andriyani et al,

2021) :

a. Bronkopneumonia sangat berat

Apabila ditemukan sianosis dan anak sama sekali tidak mampu

minum. Maka anak perlu dirawat di rumah sakit dan diberikan

antibiotik.
17

b. Bronkopneumonia berat

Apabila terdapat retraksi dinding dada tanpa sianosis dan masih

mampu minum, maka anak perlu dirawat di rumah sakit dan

diberikan antibiotik.

c. Bronkopneumonia

Apabila tidak terdapat retraksi dinding dada tetapi ditemukan

pernafasan cepat yaitu >60x/menit pada anak usia kurang dari

dua bulan, >50x/menit pada anak usia 2 bulan-1 tahun,

>40x/menit pada anak usia 1-5 tahun.

d. Bukan Bronkopneumonia

Hanya terdapat batuk tanpa adanya tanda dan gejala seperti

diatas, tidak memerlukan perawatan dan tidak perlu pemberian

antibiotik.

7. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis yang sering terlihat pada anak yang menderita

penyakit bronkopneumonia adalah sebagai berikut (Wulandari &

Erawati, 2016) :

a. Demam yang tinggi (39˚C-40˚C) terkadang disertai kejang.

b. Anak tampak gelisah dan terdapat nyeri dada ditandai dengan

kesulitan bernapas dan batuk.

c. Takipnea dan pernapasan dangkal disertai pernapasan cuping

hidung.

d. Terkadang di sertai muntah dan diare.


18

e. Terdapat suara napas tambahan seperti ronkhi dan wheezing.

f. Keletihan akibat proses peradangan dan hipoksia.

g. Ventilasi berkurang akibat penimbunan mukus.

8. Komplikasi

Komplikasi dari bronkopneumonia adalah sebagai berikut

(Wulandari & Erawati, 2016) :

a. Atelektasis

Atelektasis merupakan suatu kondisi di mana paru-paru gagal atau

tidak dapat mengembang secara sempurna yang disebabkan karena

mobilisiasi reflek batuk berkurang.

b. Empiema

Empiema merupakan suatu kondisi terkumpulnya nanah dalam

rongga pleura akibat infeksi dari bakteri bronkopneumonia.

c. Abses paru

Abses paru merupakan infeksi bakteri yang dapat menimbulkan

penumpukan pus di dalam paru-paru yang meradang.

d. Infeksi sistemik

e. Endokarditis

Endokarditis merupakan infeksi yang terjadi pada lapisan bagian

dalam jantung (endokardium) yang disebabkan oleh masuknya

kuman ke dalam aliran darah.

f. Meningitis
19

Meningitis merupakan peradangan pada selaput otak dan sumsum

tulang belakang yang diakibatkan oleh infeksi bakteri.

9. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Nurarif dan Kusuma (2015) untuk dapat menegakkan

diagnosa medis dapat digunakan cara:

a. Pemeriksaan laboratorium

1) Pemeriksaan darah

Pada kasus bronkopneumonia oleh bakteri akan terjadi

leukositosis (meningkatnya jumlah neutrofil).

2) Pemeriksaan sputum

Bahan pemeriksaan yang terbaik diperoleh dari batuk yang

spontan dan dalam digunakan untuk kultur serta tes sensitifitas

untuk mendeteksi agen infeksius.

3) Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan

status asam basa.

4) Kultur darah untuk mendeteksi bakteremia.

5) Sampel darah, sputum dan urine untuk tes imunologi untuk

mendeteksi antigen mikroba.

b. Pemeriksaan radiologi

1) Ronthenogram thoraks

Menunujukkan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada

infeksi pneumokokal atau klebsiella. Infiltrat multiple seringkali

dijumpai pada infeksi stafilokokus dan haemofilus.


20

2) Laringoskopi/bronskopi

Untuk menentukan apakah jalan nafas tesumbat oleh benda

padat.

10. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada anak dengan

bronkopneumonia yaitu :

a. Pemberian obat antibiotik penisilin ditambah dengan kloramfenikol

50-70 mg/kg BB/hari atau diberikan antibiotik yang memiliki

spectrum luas seperti ampisilin, pengobatan ini diberikan sampai

bebas demam 4-5 hari. Antibiotik yang direkomendasikan adalah

antibiotik spectrum luas seperti kombinasi beta laktam/klavulanat

dengan aminoglikosid atau sefalosporin generasi ketiga (Ridha,

2014).

b. Pemberian terapi yang diberikan pada pasien adalah terapi O2, terapi

cairan dan antipiretik. Agen antipiretik yang diberikan kepada

pasien adalah paracetamol. Paracetamol dapat diberikan dengan cara

di tetesi (3 x 0,5 cc sehari) atau dengan peroral/ sirup. Indikasi

pemberian paracetamol adalah adanya peningkatan suhu mencapai

38ºC serta untuk menjaga kenyamanan pasien dan mengontrol batuk

(Ridha, 2014).

c. Fisioterapi Dada

Fisioterapi dada sangat efektif bagi penderita penyakit respirasi.

Dengan teknik postural drainage, perkusi dada dan vibrasi pada


21

permukaan dinding dada akan mengirimkan gelombang amplitude

sehingga dapat mengubah konsistensi dan lokasi sekret. Fisioterapi

dada dilakukan dengan teknik Tapping dan Clapping. Teknik ini

adalah suatu bentuk terapi dengan menggunakan tangan, dalam

posisi telungkup serta dengan gerakan fleksi dan ekstensi secara

ritmis. Teknik ini sering digunakan dengan dua tangan. Pada anak-

anak tapping dan clapping dapat dilakukan dengan dua atau tiga jari.

(Hidayatin, 2019).

d. Terapi Inhalasi

Terapi inhalasi efektif diberikan pada anak dengan

bronkopneumonia karena dapat melebarkan lumen bronkus,

mengencerkan dahak, mempermudah pengeluaran dahak,

menurunkan hiperaktivitas bronkus serta mencegah infeksi. Alat

nebulizer sangat tepat digunakan bagi semua kalangan usia dimulai

anak-anak hingga lansia yang mengalami gangguan pernapasan

terutama dikarenakan oleh adanya mukus berlebih, batuk ataupun

sesak napas. Pengobatan nebulizer lebih efektif dari obat-obatan

yang diminum secara langsung karena di hirup langsung ke paru-

paru (Astuti, et al, 2019).

B. Konsep Asuhan Keperawatan Bronkopneumonia

Asuhan Keperawatan adalah rangkaian interaksi dengan klien dan

lingkungan untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan dan kemandirian


22

dalam merawat dirinya (Pemerintah Republik Indonesia, UU No 38, Tahun

2014).

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan catatan tentang hasil pengkajian yang

dilaksanakan untuk mengumpulkan informasi dari pasien, membuat

data dasar tentang klien, dan membuat catatan tentang respons

kesehatan klien. Dengan demikian hasil pengkajian dapat mendukung

untuk mengidentifikasi masalah kesehatan klien dengan baik dan tepat.

Tujuan dari dokumentasi pada intinya untuk mendapatkan data yang

cukup untuk menentukan strategi perawatan. Dikenal dua jenis data

pada pengkajian yaitu data objektif dan subjektif. Perawat perlu

memahami metode memperoleh data. Dalam memperoleh data tidak

jarang terdapat masalah yang perlu diantisipasi oleh perawat. Data hasil

pengkajian perlu didokumentasikan dengan baik (Yustiana & Ghofur,

2016).

a. Usia :

Pneumonia sering terjadi pada bayi dan anak. Kasus terbanyak

terjadi pada anak berusia di bawah 3 tahun.

b. Keluhan utama :

Saat dikaji biasanya penderita bronkopneumonia mengeluh sesak

nafas.

c. Riwayat penyakit sekarang :


23

Pada penderita bronkopneumonia biasanya merasakahn sulit untuk

bernafas, dan disertai dengan batuk berdahak, terlihat otot bantu

pernafasan, adanya suara nafas tambahan, penderita biasanya juga

lemah dan tidak nafsu makan, kadang disertai diare.

d. Riwayat penyakit dahulu :

Anak sering menderita penyakit saluran pernafasan bagian atas,

memiliki riwayat penyakit campak atau pertussis serta memiliki

faktor pemicu bronkopneumonia misalnya terpapar asap rokok,

debu atau polusi dalam jangka panjang.

e. Pemeriksaan fisik :

1) Inspeksi

Perlu diperhatikannya adanya sianosis, dispneu, pernafasan

cuping hidung, distensi abdomen, batuk semula non produktif

menjadi produktif, serta nyeri dada pada saat menarik nafas.

Batasan takipnea pada Klien 2 bulan-12 bulan adalah 50

kali/menit atau lebih, sementara untuk anak berusia 12 bulan-5

tahun adalah 40 kali/menit atau lebih. Perlu diperhatikan adanya

tarikan dinding dada ke dalam pada fase inspirasi. Pada

pneumonia berat, tarikan dinding dada ke dalam akan tampak

jelas.

2) Palpasi
24

Fremitus biasanya terdengar lemah pada bagian yang terdapat

cairan atau secret, getaran hanya teraba pada sisi yang tidak

terdapat secret.

3) Perkusi

Normalnya perkusi pada paru adalah sonor, namun untuk kasus

bronkopneumonia biasanya saat diperkusi terdengar bunyi

redup.

4) Auskultasi

Auskultasi sederhana dapat dilakukan dengan cara

mendekatkan telinga ke hidung atau mulut bayi. Pada anak

pneumonia akan terdengar stridor, ronkhi atau wheezing.

Sementara dengan stetoskop, akan terdengar suara nafas akan

berkurang, ronkhi halus pada posisi yang sakit, dan ronkhi

basah pada masa resolusi. Pernafasan bronkial, egotomi,

bronkoponi, kadang-kadang terdengar bising gesek pleura.

f. Penegakan diagnosis :

Pemeriksaan laboratorium: Leukosit meningkat dan LED

meningkat, X-foto dada: Terdapat bercak-bercak infiltrate yang

tersebar (bronkopneumonia) atau yang meliputi satu atau sebagian

besar lobus.

g. Riwayat kehamilan dan persalinan :

1) Riwayat kehamilan: penyakit injeksi yang pernah diderita ibu

selama hamil, perawatan ANC, imunisasi TT.


25

2) Riwayat persalinan: apakah usia kehamilan cukup, lahir

premature, bayi kembar, penyakit persalinan, apgar score.

h. Riwayat sosial :

Siapa pengasuh klien, interaksi sosial, kawan bermain, peran ibu,

keyakinan agama/budaya.

i. Kebutuhan dasar :

1) Makan dan minum

Penurunan intake, nutrisi dan cairan, diare, penurunan BB, mual

dan muntah

2) Aktifitas dan istirahat

Kelemahan, lesu, penurunan aktifitas, banyak berbaring

3) BAK

Tidak begitu terganggu

4) Kenyamanan

Malgia, sakit kepala

5) Hygiene

Penampilan kusut, kurang tenaga

j. Pemeriksaan tingkat perkembangan

1) Motorik kasar : setiap anak berbeda, bersifat familiar, dan dapat

dilihat dari kemampuan anak menggerakkan anggota tubuh.

2) Motorik halus : gerakkan tangan dan jari untuk mengambil

benda, menggenggam, mengambil dengan jari, menggambar,

menulis dihubungkan dengan usia.


26

k. Data psikologis :

1) Anak

Krisis hospitalisasi, mekanisme koping yang terbatas

dipengaruhi oleh: usia, pengalaman sakit, perpisahan, adanya

support, keseriusan penyakit.

2) Orang tua

Reaksi orang tua terhadap penyakit anaknya dipenagruhi oleh:

a) Keseriusan ancaman terhadap anaknya

b) Pengalaman sebelumnya

c) Prosedur medis yang akan dilakukan pada anaknya

d) Adanya suportif dukungan

e) Agama, kepercayaan dan adat

f) Pola komunikasi dalam keluarga

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan

respons manusia (status kesehatan atau risiko perubahan pola) dari

individu atau kelompok, dimana perawat secara akuntabilitas dapat

mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga

status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah, dan merubah.

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang,

keluarga, atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau

proses kehidupan yang aktual atau potensial. Diagnosa keperawatan

merupakan dasar dalam penyusunan rencana tindakan asuhan


27

keperawatan, sangat perlu untuk didokumentasikan dengan baik.

(Yustiana & Ghofur, 2016). Masalah keperawatan yang muncul

menurut Nurarif dan Kusuma (2015) :

a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (D.0001)

1) Definisi

Ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan

napas untuk mempertahankan jalan napas tetap paten.

2) Penyebab

Fisiologis :

a) Spasme jalan napas

b) Hipersekresi jalan napas

c) Disfungsi neuromuskuler

d) Benda asing dalam jalan napas

e) Adanya jalan napas buatan

f) Sekresi yang tertahan

g) Hyperplasia dinding jalan napas

h) Proses infeksi

i) Respon alergi

j) Efek agen farmakologis (mis. anastesi)

Situasional :

a) Merokok aktif

b) Merokok pasif

c) Terpajan polutan
28

3) Gejala dan Tanda Mayor

a) Subjektif : -

b) Objektif : Batuk tidak efektif, tidak mampu batuk, sputum

berlebih, mengi, wheezing dan/atau ronkhi kering,

mekonium dijalan napas (pada neonatus)

4) Gejala dan Tanda Minor

a) Subjektif : Dispnea, sulit bicara, ortopnea

b) Objektif : Gelisah, sianosis, bunyi napas menurun, frekuensi

napas berubah, pola napas berubah

5) Kondisi Klinis Terkait

a) Gullian barre syndrome

b) Sklerosis multiple

c) Myasthenia gravis

d) Prosedur diagnostik (mis. bronkoskopi, transesophageal

echocardiography [TEE])

e) Depresi system saraf pusat

f) Cedera kepala

g) Stroke

h) Kuadriplegia

i) Sindrom aspirasi meconium

j) Infeksi saluran napas

b. Pola Napas Tidak Efektif (D.0005)

1) Definsi
29

Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi

adekuat.

2) Penyebab

a) Depresi pusat pernapasan

b) Hambatan upaya napas

c) Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru

d) Kecemasan

3) Gejala dan Tanda Mayor

a) Subjektif : Dispnea

b) Objektif : Penggunaan otot bantu pernapasan, fase

ekspansi memanjang, pola napas abnormal

4) Gejala dan Tanda Minor

a) Subjektif : Ortopnea

b) Objektif : Pernapasan pursed-lip, pernapasan cuping

hidung, diameter thoraks anterior-posterior meningkat,

ventilasi semenit menurun, kapasitas vital menurun,

tekanan ekspirasi menurun, tekanan inspirasi menurun,

ekskursi dada berubah

5) Kondisi Klinis Terkait

a) Depresi sitem saraf pusat

b) Cedera kepala

c) Trauma thoraks

d) Gullian barre syndrome


30

e) Multiple sclerosis

f) Myasthenia gravis

g) Stroke

h) Kuadriplegia

i) Intoksikasi alkohol

c. Gangguan Pertukaran Gas (D.0003)

1) Definisi

Kelebihan atau kekurangan oksigenasi atau eliminasi

karbondioksida pada membran alveolus-kapiler.

2) Penyebab

a) Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi

b) Perubahan membran alveolus-kapiler

3) Gejala dan Tanda Mayor

a) Subjektif : Dispnea

b) Objektif : PCO2 meningkat/menurun, PO2 menurun,

takikardi, pH arteri meningkat/menurun, bunyi napas

tambahan

4) Gejala dan Tanda Minor

a) Subjektif : Pusing, penglihatan kabur

b) Objektif : Sianosis, diaforesis, gelisah, napas cuping hidung,

pola nafas abnormal (cepat/lambat, regular/irregular,

dangkal/dalam), warna kulit abnormal (mis. pucat,

kebiruan), kesadaran menurun


31

5) Kondisi Klinis Terkait

a) Penyakit paru obstruksi kronis (PPOK)

b) Gagal jantung kongestif

c) Asma

d) Pneumonia

e) Tuberkulosis paru

f) Penyakit membran hialin

g) Asfiksia

h) Persistent pulmonary hypertension of newborn (PPHN)

i) Prematuritas

j) Infeksi saluran napas

d. Hipertermia (D.0130)

1) Definisi

Suhu tubuh meningkat di atas rentang normal tubuh.

2) Penyebab

a) Dehidrasi

b) Terpapar

c) Proses penyakit (mis. infeksi, kanker)

d) Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan

e) Peningkatan laju metabolisme

f) Respon trauma

g) Aktivitas berlebihan

h) Penggunaan inkubator
32

3) Gejala dan Tanda Mayor

a) Subjektif : -

b) Objektif : Suhu tubuh diatas nilai normal

4) Gejala dan Tanda Minor

a) Subjektif : -

b) Objektif : Kulit merah, kejang, takikardi, takipnea, kulit

terasa hangat

5) Kondisi Klinis Terkait

a) Proses infeksi

b) Hipertiroid

c) Stroke

d) Dehidrasi

e) Trauma

f) Prematuritas

e. Defisit Nutrisi (D.0019)

1) Definisi

Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan

metabolisme

2) Penyebab

a) Ketidakmampuan menelan makanan

b) Ketidakmampuan mencerna makanan

c) Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien

d) Peningkatan kebutuhan metabolisme


33

e) Faktor ekonomi (mis. finansial tidak mencukupi)

f) Faktor psikologis (mis. stres, keengganan untuk makan)

3) Gejala dan Tanda Mayor

a) Subjektif : -

b) Objektif : Berat badan menurun minimal 10% dibawah

rentang ideal

4) Gejala dan Tanda Minor

a) Subjektif : Cepat kenyang setelah makan, kram/nyeri

abdomen, nafsu makan menurun

b) Objektif : Bising usus hiperaktif, otat pengunyah lemah, otot

menelan lemah, membran mukosa pucat, sariawan, serum

albumin turun, rambut rontok berlebihan, diare

5) Kondisi Klinis Terkait

a) Stroke

b) Parkinson

c) Mobius syndrome

d) Cerebral palsy

e) Cleft palate

f) Amyotropic lateral sclerosis

g) Kerusakan neuromuscular

h) Luka bakar

i) Kanker

j) Infeksi
34

k) AIDS

l) Penyakit Crohn’s

m) Enterokolitis

n) Fibrosis kistik

f. Intoleransi Aktifitas (D.0056)

1) Definisi

Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari

2) Penyebab

a) Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

b) Tirah baring

c) Kelemahan

d) Imobilitas

e) Gaya hidup monoton

3) Gejala dan Tanda Mayor

a) Subjektif : Mengeluh lelah

b) Objektif : Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi

istirahat

4) Gejala dan Tanda Minor

a) Subjektif : Dispnea saat/setelah aktivitas, merasa tidak

nyaman setelah beraktivitas, merasa lemah

b) Objektif : Tekanan darah berubah >20% dari kondisi

istirahat, gambaran EKG menunjukkan aritmia saat/setelah

aktivitas, gambaran EKG menunjukkan iskemia, sianosis


35

5) Kondisi Klinis Terkait

a) Anemia

b) Gagal jantung kongestif

c) Penyakit jantung koroner

d) Penyakit katup jantung

e) Aritmia

f) Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)

g) Gangguan metabolik

h) Gangguan muskuloskeletal

g. Ansietas (D.0080)

1) Definisi

Kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap

objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang

memungkinkan individu melakukan tindakan untuk

menghadapi ancaman

2) Penyebab

a) Krisis situasional

b) Kebutuhan tidak terpenuhi

c) Krisis maturasional

d) Ancaman terhadap konsep diri

e) Ancaman terhadap kematian

f) Kekhawatiran mengalami kegagalan

g) Disfungsi kegagalan
36

h) Hubungan orang tua-anak tidak memuaskan

i) Factor keturunan (temperamen mudah teragitasi sejak lahir)

j) Penyalahgunaan zat

k) Terpapar bahaya lingkungan (mis. toksin, polutan, dan lain-

lain)

l) Kurang terpapar informasi

3) Gejala dan Tanda Mayor

a) Subjektif : Merasa bingung, merasa khawatir dengan akibat

dan kondisi yang dihadapi, sulit berkonsentrasi

b) Objektif : Tampak gelisah, tampak tegang, sulit tidur

4) Gejala dan Tanda Minor

a) Subjektif : Mengeluh pusing, anoreksia, palpitasi, merasa

tidak berdaya

b) Objektif : Frekuensi napas meningkat, frekuensi nadi

meningkat, tekanan darah meningkat, diaforesis, tremor,

muka tampak pucat, suara bergetar, kontak mata buruk,

sering berkemih, berorientasi pada masa lalu

5) Kondisi Klinis Terkait

a) Penyakit kronis progresif (mis, kanker, penyakit autoimun)

b) Penyakit akut

c) Hospitalisasi

d) Rencana operasi

e) Kondisi diagnosis penyakit belum jelas


37

f) Penyakit neurologis

g) Tahap tumbuh kembang

h. Defisit Pengetahuan (D.0111)

1) Definsi

Ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang berkaitan

dengan topik tertentu

2) Penyebab

a) Keterbatasan kognitif

b) Kekeliruan mengikuti anjuran

c) Kurang terpapar informasi

d) Kurang minat dalam belajar

e) Kurang mampu mengingat

f) Ketidaktahuan menemukan sumber informasi

3) Gejala dan Tanda Mayor

a) Subjektif : Menanyakan masalah yang dihadapi

b) Objektif : Menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran,

menunjukkan presepsi yang keliru terhadap masalah

4) Gejala dan Tanda Minor

a) Subjektif : -

b) Objektif : Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat,

menunjukkan perilaku berlebihan

5) Kondisi Klinis Terkait

a) Kondisi klinis yang baru dihadapi oleh klien


38

b) Penyakit akut

c) Penyakit kronis

i. Gangguan Tumbuh Kembang (D.0106)

1) Definisi

Kondisi individu mengalami gangguan kemampuan bertumbuh

dan kembang sesuai dengan kelompok usia

2) Penyebab

a) Efek ketidakmampuan fisik

b) Keterbatasan lingkungan

c) Inkonsistensi respon

d) Pengabaian

e) Terpisah dari orang tua dan/atau orang terdekat

f) Defiensi stimulus

3) Gejala dan Tanda Mayor

a) Subjektif : -

b) Objektif : Tidak mampu melakukan keterampilan atau

perilaku khas sesuai usia (fisik, bahasa, motorik,

psikososial), pertumbuhan fisik terganggu

4) Gejala dan Tanda Minor

a) Subjektif : -

b) Objektif : Tidak mampu melakukan perawatan diri sesuai

usia, afek datar, respon sosial lambat, kontak mata terbatas,


39

nafsu makan menurun, lesu, mudah marah, regresi, pola

tidur terganggu (pada bayi)

5) Kondisi Klinis Terkait

a) Hipotiroidisme

b) Sindrom gagal tumbuh (Failure to Thrive Syndrome)

c) Leukimia

d) Defisiensi hormon pertumbuhan

e) Demensia

f) Delirium

g) Kelainan jantung bawaan

h) Penyakit kronis

i) Gangguan kepribadian (personality disorder)

j. Resiko Ketidakseimbangan Elektrolit (D.0037)

1) Definisi

Berisiko mengalami perubahan kadar serum elektrolit

2) Faktor Risiko

a) Ketidakseimbangan cairan (mis. dehidrasi dan intoksikasi

air)

b) Kelebihan volume cairan

c) Gangguan mekanisme regulasi (mis. diabetes)

d) Efek samping prosedur (mis. pembedahan)

e) Diare

f) Muntah
40

g) Disfungsi ginjal

h) Disfungsi regulasi endokrin

3) Kondisi Klinis Terkait

a) Gagal ginjal

b) Anoreksia nervosa

c) Diabetes melitus

d) Penyakit Chron

e) Gastroenteritis

f) Pankreatitis

g) Cedera kepala

h) Kanker

i) Trauma multipel

j) Luka bakar

k) Anemia sel sabit

3. Perencanaan Keperawatan

Menurut PPNI (2018) Intervensi keperawatan adalah segala

treatment yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada

pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang

diharapkan (PPNI, 2019). Adapun intervensi yang sesuai dengan

penyakit bronkopneumonia adalah sebagai berikut:

a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan spasme

jalan napas (D.0001)


41

1) Tujuan: Setelah dilakukan intervensi, maka diharapkan bersihan

jalan napas (L.01001) meningkat. Dengan kriteria hasil:

a) Batuk efektif meningkat

b) Produksi sputum menurun

c) Mengi menurun

d) Wheezing menurun

e) Mekonium (pada neonatus) menurun

f) Dispnea menurun

g) Ortopnea menurun

h) Sulit bicara menurun

i) Sianosis menurun

j) Gelisah menurun

k) Frekuensi napas membaik

l) Pola napas membaik

2) Intervensi Keperawatan:

Observasi

a) Identifikasi kemampuan batuk

b) Monitor adanya retensi sputum

c) Monitor tanda dan gejala infeksi saluran napas

d) Monitor input dan output cairan (mis. jumlah dan

karakteristik)

Terapeutik

a) Atur posisi semi fowler atau fowler


42

b) Berikan minum hangat

c) Lakukan fisioterapi dada, jika perlu

d) Lakukan penghisapan lender kurang dari 15 detik

e) Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi

a) Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif

b) Anjurkan tarik napas dalam melalui hidung selam 4 detik,

ditahan selama 2 detik, kemudian keluarkan dari mulut

dengan bibir mencucu (dibulatkan) selama 8 detik

c) Anjurkan mengulangi tarik napas dalam hingga 3 kali

d) Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik napas

dalam yang ke-3

Kolaborasi

a) Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran, jika

perlu

b. Pola Napas Tidak Efektif berhubungan dengan hambatan upaya

napas (mis. nyeri saat bernapas, kelemahan otot pernapasan)

(D.0005)

1) Tujuan: setelah dilakukan intervensi, maka diharapkan

pertukaran gas (L.01004) membail. Dengan kriteria hasil:

a) Tekanan ekspirasi meningkat

b) Tekanan inspirasi meningkat

c) Dispnea menurun
43

d) Penggunaan otot bantu napas menurun

e) Frekuensi napas membaik

f) Kedalaman napas membaik

2) Intervensi Keperawatan:

Observasi

a) Monitor bunyi napas

b) Monitor sputum

c) Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas

d) Monitor kemampuan batuk efektif

e) Monitor adanya sumbatan jalan napas

f) Palpasi kesimetrisan ekspansi paru

g) Monitor saturasi oksigen

Terapeutik

a) Posisikan semi-fowler atau fowler

b) Berikan minum air hangat

c) Lakukan fisioterapi dada, jika perlu

d) Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi

a) Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak

kontraindikasi

b) Ajarkan teknik batuk efektif

Kolaborasi
44

a) Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran,

mukolitik, jika perlu

c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan

membran alveolus-kapiler (D.0003)

1) Tujuan: Setelah dilakukan intervensi, maka diharapkan

pertukaran gas (L.01003) meningkat. Dengan kriteria hasil:

a) Tingkat kesadaran meningkat

b) Dispnea menurun

c) Bunyi napas tambahan menurun

d) Pusing menurun

e) Penglihatan kabur menurun

f) Diaforesis menurun

g) Gelisah menurun

h) Napas cuping hidung menurun

i) PCO2 membaik

j) PO2 membaik

k) Takikardi membaik

l) Ph arteri membaik

m) Sianosis membaik

n) Pola napas membaik

o) Warna kulit membaik

2) Intervensi Keperawatan:

Observasi
45

a) Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas

b) Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea,

hiperventilasi, Kussmaul, Cheyne-Stokes, Biot, ataksik)

c) Monitor kemampuan batuk efektif

d) Monitor adanya produksi sputum

e) Monitor adanya sumbatan jalan napas

f) Palpasi kesimetrisan ekspansi paru

g) Auskultasi bunyi napas

h) Monitor saturasi oksigen

i) Monitor nilai AGD

j) Monitor hasil x-ray thoraks

Terapeutik

a) Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien

b) Dokumentasikan hasil pemantauan

Edukasi

a) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan

b) Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

d. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (D.0130)

1) Tujuan: Setelah dilakukan intervensi keperawatan, maka

termogulasi (L.14134) membaik. Dengan kriteria hasil:

a) Menggigil menurun

b) Kulit merah menurun

c) Kejang menurun
46

d) Akrosianosis menurun

e) Konsumsi oksigen menurun

f) Piloereksi menurun

g) Vasokontriksi perifer menurun

h) Kulit memorata menurun

i) Pucat menurun

j) Takikardi menurun

k) Takipnea menurun

l) Bradikardi menurun

m) Dasar kuku sianotik menurun

n) Hipoksia menurun

o) Suhu tubuh membaik

p) Suhu kulit membaik

q) Pengisian kapiler membaik

r) Ventilasi membaik

s) Tekanan darah membaik

2) Intervensi Keperawatan:

Observasi

a) Identifikasi penyebab hipertermia (mis. Dehidrasi, terpapar

lingkungan panas, penggunaan inkubator)

b) Monitor suhu tubuh

c) Monitor kadar elektrolit

d) Monitor haluaran urine


47

e) Monitor komplikasi akibat hipertermia

Terapeutik

a) Sediakan lingkungan yang dingin

b) Longgarkan atau lepaskan pakaian

c) Basahi dan kipasi permukaan tubuh

d) Berikan cairan oral

e) Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami

hiperhidrosis (keringat berlebih)

f) Lakukan pendinginan eksternal (mis. selimut hipotermia

atau kompres dingin pada dahi, leher, dada, abdomen,

aksila)

g) Hindari pemberian antipiretik atau aspirin

h) Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi

a) Anjurkan tirah baring

Kolaborasi

a) Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika

perlu

e. Defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan

metabolisme (D.0019)

1) Tujuan; Setelah dilakukan intervensi, maka diharapkan status

nutrisi (L.03030) membaik. Dengan kriteria hasil:

a) Porsi makanan yang dihabiskan meningkat


48

b) Diare menurun

c) Berat badan membaik

d) Indeks Massa Tubuh (IMT) membaik

e) Nafsu makan membaik

2) Intervensi Keperawatan:

Observasi

a) Identifikasi status nutrisi

b) Identifikasi alergi dan intoleransi makanan

c) Identifikasi makanan yang disukai

d) Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient

e) Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik

f) Monitor asupan makanan

g) Monitor berat badan

h) Monitor hasil pemeriksaan labolatorium

Terapeutik

a) Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu

b) Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. piramida

makanan)

c) Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai

d) Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi

e) Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein

f) Berikan suplemen makanan, jika perlu


49

g) Hentikan pemberian makan melalui selang nasogastrik jika

asupan oral dapat ditoleransi

Edukasi

a) Anjurkan posisi duduk, jika mampu

b) Ajarkan diet yang diprogramkan

Kolaborasi

a) Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis.

Pereda nyeri, antiemetic), jika perlu

b) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah

kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan, jika perlu

f. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara

suplai dan kebutuhan oksigen (D.0056)

1) Tujuan: Setelah dilakukan intervensi, maka diharapkan

toleransi aktivitas (L.05047) meningkat. Dengan kriteria hasil:

a) Frekuensi nadi meningkat

b) Keluhan lelah menurun

c) Dispnea saat aktivitas menurun

d) Dispnea setelah aktivitas menurun

e) Perasaan lemah menurun

2) Intervensi Keperawatan:

Observasi

a) Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan

kelelahan
50

b) Monitor kelelahan fisik dan emosional

c) Monitor pola dan jam tidur

d) Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan

aktivitas

Terapeutik

a) Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis.

cahaya, suara, kunjungan)

b) Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif

c) Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan

d) Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat

berpindah atau berjalan

Edukasi

a) Anjurkan tirah baring

b) Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap

c) Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala

kelelahan fisik tidak berkurang

d) Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan

Kolaborasi

a) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan

asupan makanan

g. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional (D.0080)

1) Tujuan: Setelah dilakukan intervensi, maka diharapkan tingkat

ansietas (L.09093) menurun. Dengan kriteria hasil:


51

a) Perilaku gelisah menurun

b) Perilaku tegang menurun

c) Diaforesis menurun

d) Konsentrasi membaik

e) Pola tidur membaik

f) Frekuensi pernapasan dan nadi membaik

g) Tekanan darah membaik

2) Intervensi Keperawatan:

Observasi

a) Monitor tanda-tanda ansietas

b) Identifikasi penurunan tingkat energi, ketidakmampuan

berkonsentrasi

c) Monitor respons terhadap terapi relaksasi

Terapeutik

a) Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan

kepercayaan

b) Pahami situasi yang membuat ansietas

c) Dengarkan dengan penuh perhatian

d) Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan

e) Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan

f) Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan

berirama

Edukasi
52

a) Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien

b) Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan

h. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar

informasi (D.0111)

1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi, maka diharapkan tingkat

pengetahuan (L.12111) meningkat. Dengan kriteria hasil :

a) Perilaku sesuai anjuran meningkat

b) Verbalisasi minat dalam belajar meningkat

c) Kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang suatu topik

meningkat

d) Kemampuan menggambarkan pengalaman sebelumnya

yang sesuai dengan topik meningkat

e) Perilaku sesuai dengan pengetahuan meningkat

f) Pertanyaan tentang masalah yang dihadapi menurun

g) Persepsi yang keliru terhadap masalah menurun

2) Intervensi Keperawatan :

Observasi

a) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi

b) Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan

menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat

Terapeutik

a) Sediakan materi dan media pendidikan Kesehatan

b) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan


53

c) Berikan kesempatan untuk bertanya

Edukasi

a) Jelaskan faktor risiko yang dapat memepengaruhi

kesehatan

i. Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan terpisah dari

orang tua (D.0106)

1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi, maka diharapkan status

perkembangan membaik. Dengan kriteria hasil:

a) Keterampilan/perilaku sesuai dengan usia

b) Respon sosial meningkat

c) Kontak mata meningkat

d) Afek membaik

2) Intervensi Keperawatan :

Observasi

a) Identifikasi pencapaian tugas perkembangan anak

Terapeutik

a) Minimalkan kebisingan ruangan

b) Pertahankan lingkungan yang mendukung perkembangan

optimal

c) Motivasi anak berinteraksi dengan anak lain

d) Dukung anak mengekspresikan diri melalui penghargaan

positif atau umpan balik atas usahanya

e) Mempertahankan kenyamanan anak


54

f) Bernyanyi bersama anak lagu-lagu yang disukai

Edukasi

a) Jelaskan orang tua/pengasuh tentang milestone

perkembangan anak dan perilaku anak

b) Anjurkan orang tua berinteraksi dengan anak

j. Resiko ketidakseimbangan elektrolit dibuktikan dengan diare

(D.0037)

1) Tujuan: Setelah dilakukan intervensi, maka diharapkan

keseimbangan elektrolit (L.03021) meningkat. Dengan kriteria

hasil:

a) Serum natrium membaik

b) Serum kalium membaik

c) Serum klorida membaik

2) Intervensi Keperawatan

Observasi

a) Identifikasi penyebab diare (mis. inflamasi gastrointestinal)

b) Monitor mual, muntah, dan diare

c) Monitor status hidrasi

Terapeutik

a) Catat intake-output dan hitung balance cairan 24 jam

b) Berikan asupan cairan oral (mis. larutan garam gula, oralit)

c) Berikan cairan intravena, jika perlu

Edukasi
55

a) Anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara bertahap

Kolaborasi

a) Kolaborasi pemberian obat antimotilitas (mis. loperamide,

difenoksilat)

4. Pelaksanaan Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang

dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status

kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang

menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Ukuran implementasi

keperawatan yang diberikan kepada klien terkait dengan dukungan,

pengobatan, tindakan untuk memperbaiki kondisi, pendidikan untuk

klien-keluarga, atau tindakan untuk mencegah masalah kesehatan yang

muncul dikemudian hari (Yustiana & Ghofur, 2016).

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses

keperawatan yang berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan

yang telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain. Evaluasi

keperawatan mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan

tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan

klien. Penilaian adalah tahap menentukan apakah tujuan tercapai.

Evaluasi selalu berkaitan dengan tujuan yaitu pada komponen kognitif,

afektif, psikomotor, perubahan fungsi dan tanda gejala yang spesifik

(Yustiana & Ghofur, 2016).


56

C. Konsep Dasar Keperawatan Anak

1. Pertumbuhan dan Perkembangan

a. Pengertian

Pertumbuhan dan perkembangan anak mengacu pada

perubahan yang terjadi secara fisik, mental, sosial dan emosional.

Beberapa penelitian menjelaskan bahwa usia lima tahun merupakan

masa penting bagi anak di mana pada usia tersebut terjadi

perkembangan otak anak. Pertumbuhan dan perkembangan akan

sangat mempengaruhi kelangsungan kehidupan mereka. Banyak

orang tua yang tidak menyadari perlunya memperhatikan

pertumbuhan dan perkembangan anak pada lima tahun pertama

kehidupannya (Putri & Iskandar, 2021).

Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik (anatomi)

dan struktur tubuh dalam arti Sebagian atau seluruhnya karena

adanya multiplikasi (bertambah banyak) sel-sel tubuh dan juga

karena bertambah besarnya sel. Pertumbuhan pada masa anak-anak

mengalami perbedaan yang bervariasi sesuai dengan dari arah

kepala ke kaki. Kematangan pertumbuhan tubuh pada berangsur-

angsur diikuti oleh tubuh bagian bawah.

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan

struktur atau fungsi tubuh yang lebih komplek dalam pola yang

teratur, dapat diperkirakan, dan diramalkan sebagai hasil dari proses


57

diferensi sel, jaringan tubuh, organ-organ, dan sistemnya yang

terorganisasi (Rahayu et al, 2022).

b. Ciri-ciri Pertumbuhan adalah (Rahayu et al, 2022) :

1) Perubahan Ukuran

Bertambahnya umur anak terjadi pula penambahan berat badan,

lingkar kepala, dada, abdomen dan lain-lain. Organ tubuh akan

bertambah besar sesuai kebutuhan tubuh.

2) Perubahan Proposi

Proposi tubuh seorang bayi baru lahir sangat berbeda dengan

dibandingkan tubuh anak ataupun orang dewasa.

3) Hilangnya ciri-ciri lama

Seperti hilangnya reflek primitive, tanggalnya gigi susu

4) Timbulnya ciri-ciri baru

Sebagai akibat pematangan fungsi-fungsi organ antara lain

munculnya gigi tetap, rambut pubis, aksila, perubahan suara,

munculnya jakin dan lain-lain.

c. Ciri-ciri Perkembangan (Rahayu et al, 2022) :

1) Perkembangan melibatkan perubahan

2) Perkembangan awal menentukan pertumbuhan selanjutnya

3) Perkembangan mempunyai pola tetap

4) Perkembangan memiliki tahap yang pertama

5) Perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda

6) Pekembangan berkolerasi dengan pertumbuhan


58

d. Kebutuhan Dasar Anak

Kebutuhan-kebutuhan dasar anak tumbuh kembang yang

optimal meliputi Asuh, Asih, dan Asah yaitu: (Nawafilaty & Hanik,

2018)

1) Kebutuhan Fisik-Biologis (ASUH):

Meliputi kebutuhan sandang, pangan, papan seperti: nutrisi,

imunisasi, kebersihan tubuh & lingkungan, pakaian,

pelayanan/pemeriksaan kesehatan dan pengobatan, olahraga,

bermain dan beristirahat.

2) Kebutuhan Kasih Sayang dan Emosi (ASIH):

Pada tahun-tahun pertama kehidupannya (bahkan sejak

dalam kandungan), anak mutlak memerlukan ikatan yang erat,

serasi dan selaras dengan ibunya untuk menjamin tumbuh

kembang fisik-mental dan psikososial anak dengan cara:

a) Mencipatakan rasa aman dan nyaman, anak merasa

dilindungi

b) Diperhatikan minta, keinginan, dan pendapatnya

c) Diberi contoh (bukan dipaksa)

d) Dibantu, didorong/dimotivasi, dan dihargai

e) Dididik dengan penuh kegembiraan, melakukan koreksi

dengan kegembiraan dan kasih sayang (bukan

ancaman/hukuman)

3) Kebutuhan Stimulasi (ASAH):


59

Anak perlu distimulasi sejak dini untuk mengembangkan

sedini mungkin kemampuan sensorik, motorik, emosi-sosial,

bicara, kognitif, kemandirian, kreativitas, kepemimpinan, moral

dan spiritual anak. Dasar perlunya stimulasi dini:

a) Milyaran sel otak dibentuk sejak anak di dalam kandungan

usia 6 bulan dan belum ada hubungan antar sel-sel otak

(sinaps)

b) Orang tua perlu merangsang hubungan antar sel-sel otak

c) Bila ada rangsangan akan terbentuk hubungan-hubungan

baru (sinaps)

d) Semakin sering di rangsang akan makin kuat sel otak

semakin kompleks/luas

e) Merangsang otak kiri dan kanan secara seimbang untuk

mengembangkan multiple inteligen dan kecerdasan yang

lebih luas dan tinggi

f) Stimulasi mental secara dini akan mengembangkan mental-

mental psikososial anak seperti: kecerdasan, budi luhur,

moral, agama dan etika, kepribadian

g) Ketrampilan berbahasa, kemandirian, kreativitas dan

produktivitas.

2. Batasan Usia Anak

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun

2014 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002


60

tentang perlindungan anak menjelaskan bahwa anak adalah seseorang

yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang dalam

kandungan. Memberikan asuhan keperawatan harus berdasarkan

kebutuhan dasar anak yaitu kebutuhan untuk tumbuh kembang anak

seperti asuh, asih, dan asah (Putri & Iskandar, 2021).

3. Filosofi dan Paradigma Keperawatan Anak

Filosofi keperawatan anak merupakan keyakinan atau pandangan

yang dimiliki perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan

kepada anak (Putri & Iskandar, 2021) :

a. Berfokus pada keluarga (family centered care)

1) Anak merupakan bagian dari sebuah keluarga (kultur budaya,

adat istiadat) sehingga keluarga ikut terlibat dalam perawatan

kesehatan anak.

2) Anak belum dapat mengambil keputusan sendiri dan

membutuhkan orang dewasa dalam perlindungan dan

pengambilan keputusan.

3) Anak belum dapat memenuhi kebutuhan dasar sendiri,

membutuhkan orang dewasa dalam pemenuhan kebutuhannya.

4) Kehidupan anak dapat ditemukan oleh lingkungan keluarga

untuk itu keperawatan anak harus mengenal kekuatan dan

kelemahan keluarga.

b. Pencegahan terhadap trauma (atraumatic care)


61

1) Perawatan yang tidak menimbulkan trauma pada anak dan

keluarga.

2) Beberapa kasus yang sering ditemukan dalam masyarakat yang

dapat menimbulkan trauma pada anak (cemas, marah, nyeri,

dan lain-lain) dapat menyebabkan dampak psikologi pada anak

yang akan mengganggu perkembangan anak.

Cara mencegah trauma pada anak :

a) Menurunkan atau mencegah dampak perpisahan dari

keluarga;

b) Meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol

perawatan pada anak;

c) Mencegah atau mengurangi cedera (injury) dan nyeri

(dampak psikologi);

d) Tidak melakukan kekerasan pada anak;

e) Modifikasi lingkungan.

c. Manajemen kasus

1) Kemampuan perawat dalam mengelola kasus secara baik dapat

mempengaruhi proses penyembuhan pada anak, mengingat

anak memiliki kebutuhan yang spesifik dan berbeda satu

dengan yang lain.

2) Keterlibatan orang tua dalam mengelola kasus juga dibutuhkan

karena proses perawatan di rumah merupakan tanggung jawab

orang tua.
62

Paradigma keperawatan anak ialah suatu landasan berpikir dalam

penerapan ilmu keperawatan anak. Adapun landasan berpikir tersebut

terdiri atas empat komponen, antara lain adalah anak, keperawatan,

lingkungan dan sehat-sakit sehingga dapat digambarkan sebagai berikut

(Putri & Iskandar, 2021) :

a. Anak

Pada keperawatan anak yang menjadi subjek adalah anak

yang diartikan sebagai seseorang yang usianya kurang dari 18

(delapan belas) tahun dan dalam masa tumbuh kembang, dengan

kebutuhan khusus seperti kebutuhan fisik, psikologis, sosial, dan

spiritual.

Sejak bayi hingga remaja, anak-anak mengalami berbagai

perubahan perkembangan sebagai individu. Anak-anak

memperoleh kognitif, konsep diri, strategi koping, dan perilaku

sosial sepanjang perkembangan mereka. Pada intinya, karakteristik

fisik dan perkembangan kognitif setiap anak mungkin berbeda satu

sama lain. Konsep diri sudah ada sejak lahir, namun masih dalam

masa pertumbuhan dan akan terus berkembang seiring

bertambahnya usia anak. Bayi juga mengembangkan pola koping

sejak dini, seperti menangis saat lapar. Perilaku sosial sejak bayi.

Ketika seorang anak dipisahkan dari orang tuanya, misalnya mereka

akan menangis, menjerit, manarik diri, dan menyerah pada situasi,

yaitu diam. Namun, respon emosional terhadap penyakit bervariasi


63

tergantung pada usia anak dan tingkat pencapaian tugas

perkembangan.

Dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak selalu

menjadi prioritas utama karena anak dan orang dewasa memiliki

struktur fisik yang berbeda dalam hal ukuran dan kematangan fisik,

sehingga kemampuan mereka mengatasi tantangan masih dalam

tahap perkembangan yang berbeda. Fungsi tubuh, proses fisiologis

anak dan orang dewasa berbeda, dengan orang dewasa biasanya

telah mencapai kedewasaan. Anak-anak dengan orang dewasa

memiliki kemampuan berpikir yang berbeda karena fungsi otak

orang dewasa sudah matang sedangkan anak-anak masih

berkembang. Demikian pula dalam hal bagaimana mereka bereaksi

terhadap berbagai pengalaman masa lalu, orang dewasa biasanya

memiliki mekanisme koping yang matang sementara anak-anak

biasanya memiliki efek psikologis yang jika tidak didukung akan

mempengaruhi petumbuhan dan perkembangan anak.

b. Keperawatan

Komponen ini merupakan jenis asuhan keperawatan pada

anak yang melibatkan keluarga untuk membantu mereka tumbuh

dan berkembang secara maksimal. Mengingat keluarga merupakan

sistem terbuka yang anggotanya dapat diasuh secara efektif dan

bahwa keluarga berperan sangat penting dalam menentukan

keberhasilan asuhan keperawatan. Selain keluarga berperan sangat


64

penting dalam perlindungan anak dan pemenuhan kebutuhan anak,

upaya tersebut dapat dilakukan dengan pelibatan langsung keluarga.

Kelangsungan hidup, keluarga, anak aman, anak sukses, dan masa

depan anak cerah.

c. Lingkungan

Dalam paradigma keperawatan anak selanjutnya, lingkungan

eksternal dan internal yang mempengaruhi status kesehatan anak

adalah lingkungan. Status kesehatan anak di masa depan akan

dipengaruhi oleh lingkungan internal anak, seperti kelainan

bawaan, sedangkan lingkungan eksternal anak, seperti gizi buruk,

peran orang tua, saudara kandung, teman sebaya, dan masyarakat,

akan mempengaruhi status kesehatan anak.

d. Sehat-sakit

Seorang anak perlu berada dalam status kesehatan yang

meliputi sejahtera, kesehatan optimal, sehat, sakit, sakit kronis, dan

kematian sebelum dapat diberikan bantuan pelayanan keperawatan

kepada mereka. Status kesehatan dinamis yang dapat dinilai dengan

menggunakan rentang ini adalah alat ukur. Jika anak termasuk

dalam kisaran ini, perawat perlu membantu anak baik secara

langsung maupun tidak langsung. Misalnya, jika anak berada dalam

rentang yang sehat, perawat akan bekerja meningkatkan kesehatan

anak sehingga mereka dapat mencapai tingkat kesejahteraan fisik,

sosial, dan spiritual. Di sisi lain, perawat selalu menawarkan


65

keluarga dukungan dan bantuan jika anak dalam kondisi kritis atau

meninggal dunia. Oleh karena itu, batas sehat dapat diartikan

sebagai keadaan fisik, mental, dan sosial yang sempurna yang bebas

dari penyakit dan kelemahan.

4. Prinsip Keperawatan Anak

Dalam keperawatan anak, perawat harus memahami dan mengetahui

beberapa prinsip yang berbeda dalam penerapan asuhan keperawatan

anak sebagai berikut (Putri & Iskandar, 2021) :

a. Anak bukan miniatur orang dewasa tetapi sebagai individu yang

unik.

b. Anak adalah sebagai individu yang unik dan mempunyai kebutuhan

sesuai dengan tahap perkembangannya.

c. Pelayanan keperawatan anak berorientasi pada upaya pencegahan

penyakit dan peningkatan derajat kesehatan, bukan hanya mengobati

anak yang sakit.

d. Keperawatan anak merupakan disiplin ilmu Kesehatan yang

berfokus pada kesejahteraan anak sehingga perawat bertanggung

jawab secara komprehensif dalam memberikan asuhan keperawatan

anak.

e. Praktik keperawatan anak mencakup kontrak dengan anak dan

keluarga untuk mencegah, mengkaji, mengintervensi, dan

meningkatkan kesejahteraan hidup, dengan menggunakan proses

keperawatan yang sesuai dengan aspek moral dan aspek hukum.


66

f. Tujuan keperawatan anak dan keluarga adalah untuk meningkatkan

maturase dan kematangan yang sehat bagi anak dan remaja sebagai

makhluk biopsikososial dan spiritual dalam konteks keluarga dan

masyarakat.

g. Pada masa yang akan datang kecenderungan keperawatan anak

berfokus pada ilmu tumbuh kembang, sebab ini yang akan

mempelajari aspek kehidupan anak.

5. Peran dan Fungsi Perawat Anak

Beberapa peran penting seorang perawat, meliputi (Putri &

Iskandar, 2021) :

a. Pemberi perawatan: Peran utama perawat adalah memberikan

pelayanan keperawatan anak, sebagai perawat anak, pemberian

pelayanan keperawatan dapat dilakukan dengan memenuhi

kebutuhan dasar anak seperti kebutuhan asah, asih, dan asuh.

b. Advocat keluarga: Pembela keluarga dalam beberapa hal seperti

dalam menentukan haknya sebagai klien.

c. Pencegahan penyakit: Perawat harus selalu mengutamakan tindakan

pencegahan terhadap timbulnya masalah baru sebagai dampak dari

penyakit atau masalah yang diderita.

d. Pendidikan: Melalui pendidikan diharapkan anak tidak lagi

mengalami gangguan kesehatan yang sama dan dapat mengubah

perilaku yang tidak sehat.


67

e. Konseling: Keluarga dapat mengkonsultasikan masalah yang

dialami oleh anak maupun keluarga kepada perawat sehingga

msalah yang dihadapi dapat diatasi dengan segera dan tidak terjadi

kesenjangan antara perawat, keluarga maupun anak itu sendiri.

f. Kolaborasi: Pelayanan keperawatan anak tidak dapat dilaksanakan

secara mandiri oleh tim perawat tetapi harus melibatkan tim

kesehatan lain seperti dokter, ahli gizi, dll. Mengingat anak

merupakan individu yang kompleks yang membutuhkan perhatian

dan perkembangan.

g. Pengambilan keputusan etik: Perawat mempunyai peran yang sangat

penting sebab perawat selalu berhubungan dengan anak ±24 jam

selalu disamping anak. Peran perawat sebagai pengambil keputusan

etik dapat dilakukan, seperti melakukan tindakan pelayanan

keperawatan.

h. Peneliti: Melakukan kajian-kajian keperawatan anak yang dapat

dikembangkan untuk perkembangan teknologi. Peran peneliti dapat

dilakukan dalam meningkatkan mutu pelayanan keperawatan anak.

6. Konsep Hospitalisasi

a. Pengertian

Hospitalisasi merupakan kata yang diserap dari Bahasa

inggris dari kata dasar “Hospitalization”. Menurut kamus Mirriam-

Webster, “Hospitalization” berarti proses perawatan di rumah sakit

(Merriam-Webster Dictionary, 2022 dalam Yanthi et al, 2022).


68

Dalam terminologi keperawatan anak, hospitalisasi dapat

didefinisikan sebagai suatu kondisi di mana anak harus dirawat di

rumah sakit dalam periode waktu tertenu dikarenakan kondisi kritis

maupun terencana.

Konsep hospitalisasi merupakan hal yang tidak dapat

dipisahkan dalam praktik asuhan keperawatan anak. Terdapat

banyak hal yang terjadi pada anak. Selain dampaknya pada keluarga,

hospitalisasi juga berdampak besar bagi keluarga, baik orang tua

maupun saudara kandung dari anak yang dirawat (sibling).

b. Dampak Hospitalisasi pada Anak

Hospitalisasi merupakan proses yang kompleks,

membingungkan, dan melelahkan bagi anak dan juga keluarga.

Anak seringkali harus menghadapi prosedur yang menyakitkan

sehingga menimbulkan trauma bagi anak. Ditambah lagi, pada

beberapa kondisi dan prosedur, anak terpaksa harus dipisahkan dari

orang tua, sehingga menambah dampak trauma hosipitalisasi bagi

anak. Efek dan dampak hospitalisasi dapat terjadi dalam periode

yang singkat. Namun, apabila trauma hospitalisasi tidak

diminimalisasi atau dicegah, dampaknya akan berlangsung dalam

jangka panjang.

Saat anak berada dalam perawatan rumah sakit, dua hal yang

umumnya menjadi reaksi hospitalisasi pada anak yaitu kecemasan

akan perpisahan (dengan orang tua/pengasuh) dan merasa


69

kehilangan control. Berdasarkan dua hal tersebut, anak akan

mengalami tiga fase reaksi hospitalisasi, yaitu fase protes, putus asa,

dan penyangkalan/penolakan (Carman & Kayle, 2012; Hockenberry

et al, 2021 dalam Yanthi et al, 2022).

Fase protes akan berlangsung selama beberapa jam sampai

dengan beberapa hari. Anak akan menunjukkan perilaku agresif dan

memperlihatkan kesedihan mendalam dengan menangis (tanpa bisa

dihibur), berteriak, dan senantiasa mencari orang tua/pengasuh.

Kemudian apabila fase protes berlanjut, maka akan muncul fase

putus asa. Pada fase ini anak akan terlihat murung, selalu merasa

sedih (tanpa perilaku agresif), menarik diri dari lingkungan,

menunjukkan kehilangan minat untuk bermain dan makan. Fase

yang terakhir adalah fase penyangkalan/penolakan. Anak akan

melalui fase ketiga apabila perpisahan dengan orang tua/pengasuh

berlangsung dalam jangka Panjang. Pada fase ini, anak membentuk

mekanisme koping bagi dirinya sendiri untuk melindungi diri dari

rasa sakit/distress emosional yang lebih dalam. Anak pada fase ini

akan menunjukkan minat terhadap kegiatan bermain, menjalin

hubungan dengan lingkungan, namun hanya sebagai pelarian yang

superfisial terhadap rasa sakit berkepanjangan dari perpisahan

dengan orang tua. Pada fase ini, ketika anak bertemu orang tua,

maka anak akan terlihat sedih dan menarik diri dari orang tua. Fase

ketiga ini merupakan fase yang harus diwaspadai karena pada fase
70

ini dapat terjadi regresi perkembangan hendaknya perawat

menghindari fase ini untuk terjadi (Lulgjuraj & Maneval, 2021;

Carman & Kyle, 2012 dalam Yanthi et al, 2022).

Dampak hospitalisasi bukan hanya terjadi saat anak dirawat

di rumah sakit, namun dapat terjadi setelah anak dipulangkan dari

periode perawatan di rumah sakit. Pada anak dengan usia muda,

dampak jangka panjang yang dapat terjadi setelah hospitalisasi

adalah sebagai berikut (Hockenberry et al, 2021 dalam Yanthi et al,

2022) :

1) Bertambahnya kelekatan pada orang tua

2) Menginginkan perhatian lebih dari orang tua

3) Kecemasan berlebih terhadap perpisahan

4) Hiperaktivitas

5) Tantrum dan perilaku agresif

6) Lebih menarik diri atau rasa malu terhadap lingkungan

7) Kelekatan terhadap benda kesayangan (misal: guling, boneka,

dll)

8) Regresi perkembangan (misal: mengompol)

Sedangkan pada anak dengan lebih tua (usia sekolah dan remaja)

dampak hospitalisasi akan berbeda, karena mereka sudah mencapai

tahap perkembangan kognitif dan psikologis yang lebih kompleks.

Anak dengan usia lebih tua cenderung lebih memahami alasan

perawatan dan lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan rumah


71

sakit. Pada anak usia sekolah dan remaja dampak hospitalisasi lebih

mengarah kepada takut kehilangan teman, cemas tertinggal dalam

pelajaran serta kekhawatiran akan body image.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan (Desain Penelitian)

Jenis penulisan ini adalah deskriptif kualitatif dalam bentuk studi

kasus, penulisan yang dilakukan menggunakan pendekatan asuhan

keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi,

implementasi, dan evaluasi keperawatan. Pada penulisan ini dikhususkan

untuk mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan pada pasien anak

dengan bronkopneumonia.

B. Subyek Penelitian

Subyek penelitian merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari

orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variabel tertentu yang

ditetapkan untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2013).

Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Subyek terdiri dari 2 orang anak, baik laki-laki maupun perempuan

2. Anak dengan diagnosa medis bronkopneumonia

3. Anak yang berusia 0 bulan sampai dengan 18 tahun

4. Orang tua menyetujui asuhan keperawatan yang akan dilakukan,

dibuktikan dengan menandatangani informed consent.

72
73

C. Batasan Istilah (Definisi Operasional)

Menurut Sugiyono (2015) definisi operasional adalah suatu sifat

atau nilai dari obyek atau kegiatan yang memiliki variasi tertentu yang telah

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Definisi Operasional pada studi kasus ini adalah:

1. Bronkopneumonia

Bronkopneumonia adalah istilah medis yang digunakan untuk

menyatakan peradangan yang terjadi pada dinding bronkiolus dan

jaringan paru di sekitarnya yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur

dan benda asing. Penyakit ini sering menyerang anak karena anak belum

dapat membentuk kekebalan tubuh sendiri. Pada kasus ini untuk

menentukan bronkopneumonia adalah berdasarkan diagnosa medis dan

laporan medik yang dapat diketahui dalam catatan rekam medik pasien.

2. Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan anak dengan bronkopneumonia merupakan

suatu proses tindakan keperawatan yang diberikan secara langsung

kepada pasien anak yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,

intervensi, implementasi, dan evaluasi keperawatan untuk mengatasi

masalah anak dengan bronkopneumonia.


74

D. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di ruang Flamboyan C dan Mawar

di RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan selama 4 hari. Dimana

waktu penelitian dari tanggal 08 - 11 Maret 2023.

E. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui tahap sebagai berikut:

1. Mahasiswa telah lulus dari ujian proposal KTI.

2. Mahasiswa telah mendapatkan persetujuan untuk dapat mengambil data

di RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan.

3. Setelah disetujui pembimbing kemudian mahasiswa melakukan

pengumpulan data yang sesuai dengan kasus yang akan diteliti.

4. Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur mengirimkan surat ke RSUD

Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan.

5. Setelah surat dari Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur masuk dan

disetujui, maka mahasiswa baru dapat melakukan asuhan keperawatan

pada anak dengan bronkopneumonia di RSUD Dr. Kanujoso

Djatiwibowo Balikpapan.

6. Mahasiswa melapor kepada kepala ruangan dan CI.

7. Bersama kepala ruangan, CI dan penguji, mahasiswa menentukan klien

studi kasus sesuai dengan kriteria inklusi untuk dilakukan asuhan

keperawatan pada pasien anak dengan bronkopneumonia di RSUD Dr.

Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan.


75

8. Mahasiswa melakukan bina hubungan saling percaya kepada klien yang

telah ditemukan.

9. Setelah bina hubungan saling percaya berhasil, mahasiswa melakukan

pengkajian kepada pasien melalui pengsian format pengkajian,

observasi, dan wawancara.

10. Setelah pengkajian dilakukan mahasiswa mengumpulkan data fokus

untuk menegakkan diagnosa.

11. Mahasiswa melakukan perencanaan asuhan keperawatan pada pasien

anak dengan bronkopneumonia di RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo

Balikpapan sesuai dengan perancanaan yang telah disusun.

12. Mahasiswa melakukan tindakan asuhan keperawatan pada pasien anak

dengan bronkopneumonia di RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo

Balikpapan sesuai perencanaan yang telah disusun.

13. Mahasiswa melakukan evaluasi asuhan keperawatan pada pasien anak

dengan bronkopneumonia di RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo

Balikpapan yang telah diberikan tindakan.

14. Mahasiswa melakukan dokumentasi keperawatan.

15. Mahasiswa melakukan analisis asuhan keperawatan antara Klien 1

dengan Klien 2.
76

F. Teknik dan instrument pengumpulan data

1. Teknik Pengumpulan Data

Adapun cara pengumpulan data yang digunakan pada penyusunan

karya ilmiah ini, antara lain:

a. Wawancara

Wawancara yaitu hasil anamnesis berisi tentang identitas klien,

keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, dahulu, dan riwayat

penyakit keluarga. Sumber data dari klien, keluarga atau rekam

medik.

b. Observasi dan pemeriksaan fisik

Observasi yang dapat dilakukan dari hasil laboratorium.

Pemeriksaan fisik dengan menggunakan teknik: inspeksi, auskultasi,

palpasi, perkusi pada tubuh klien.

c. Studi dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan data yang didapatkan dari

pemeriksaan diagnostik.

2. Instrument Pengumpulan Data

Alat atau instrument pengumpulan data menggunakan format

pengkajian asuhan keperawatan anak, penegakkan diagnose

keperawatan menggunakan SDKI, intervensi keperawatan

menggunakan SLKI dan SIKI, serta melakukan evaluasi.


77

G. Uji Keabsahan Data

Keabsahan data dimaksud untuk membuktikan kualitas data atau

informasi yang diperoleh dalam penelitian sehingga menghasilkan data

dengan validasi tinggi. Keabsahan data pada penelitian ini berdasarkan pada

integritas peneliti yang digunakan sebagai instrument utama, yaitu dalam

melakukan asuhan keperawatan pada pasien anak dengan

bronkopneumonia. Keabsahan dilakukan dengan memperpanjang waktu

pengamatan/tindakan, sumber informasi tambahan menggunakan

triangulasi dari 3 sumber data utama yaitu pasien anak dengan

bronkopneumonia, orang tua anak, dan perawat yang berkaitan dengan

masalah yang diteliti, serta catatan rekam medis pasien anak dengan

bronkopneumonia.

H. Analisis Data

Analisis data dilakukan sejak peneliti di lapangan, sewaktu

pengumpulan data sampai dengan semua data terkumpul. Analisis data

dilakukan dengan cara mengemukakan fakta, membandingkan teori yang

ada dan dituangkan dalam opini pembahasan. Teknik analisis data yang

digunakan dengan cara menarasikan jawaban-jawaban dari peneliti yang

diperoleh dari hasil interpretasi wawancara mendalam yang dilakukan untuk

menjawab rumusan masalah penelitian. Teknik analisis digunakan dengan

cara observasi oleh peneliti dan studi dokumentasi yang menggunakan data

untuk selanjutnya diinterpretasikan oleh peneliti.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan hasil asuhan keperawatan pada anak dengan

Bronkopneumonia di RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan. Adapun hasil

penelitian diuraikan sebagai berikut:

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo

Balikpapan yang terletak di Jalan MT. Haryono No. 656 Ringroad

Balikpapan 76126 Telp : (0542) 873901 Fax : (0542) 873836. RSUD Dr.

Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan atau dahulu dikenal dengan Rumah

Sakit Umum Balikpapan ini dibuka tanggal 12 September 1949 dan pada

tahun 2023 telah terakreditasi paripurna.

Adapun fasilitas yang tersedia di RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo

Balikpapan antara lain: rawat jalan, pemeriksaan penunjang, pelayanan

VIP, rawat inap dan fasilitas umum. Untuk fasilitas rawat jalan terdiri dari

44 poliklinik, medical check-up dan resume medis. Fasilitas pemeriksaan

penunjang terdiri dari laboratorium patologi klinik, patologi anatomi,

radiologi dan hemodialisa serta untuk fasilitas rawat inap terdiri dari 23

ruang rawat inap.

78
79

Gambar 4.1
Lokasi RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan
Sumber: Google Maps

Dalam penelitian ini peneliti melakukan penelitian di Ruang

Flamboyan C dan di Ruang Mawar dari tanggal 08 Maret – 11 Maret 2023.

Flamboyan C merupakan instalasi rawat inap kelas 3 untuk

perawatan ibu dan anak, dengan batasan-batasan sebagai berikut : sebelah

timur berbatasan dengan ruang Flamboyan A, sebelah barat berbatasan

dengan Anggrek Hitam, sebelah utara berbatasan dengan ruang Flamboyan

E dan sebelah selatan berbatasan dengan ruang Flamboyan B. Dalam ruang

Flamboyan C terdapat 8 kamar dengan 32 tempat tidur yang masing-masing

kamar berisikan 4 tempat tidur, dilanjutkan dengan ruang khusus

penyimpanan ASI dan tempat untuk memandikan neonatus, ruang tindakan,

pantry dan ruang perawat.

Pada ruang Mawar ditetapkan sebagai instalasi rawat inap ibu dan

anak untuk kelas 1 dan 2, dengan batasan-batasan sebagai berikut : sebelah

timur berbatasan dengan ruang Dokter, sebelah barat berbatasan dengan


80

ruang rawat inap khusus stroke, sebelah utara berbatasan dengan ruang

Kemuning, serta sebelah selatan berbatasan dengan halaman parkir. Dalam

ruangan Mawar terdapat 12 kamar dengan 24 tempat tidur yang masing-

masing kamar berisikan 2 tempat tidur dan kamar mandi didalam ruangan,

dilanjutkan dengan ruang khusus penyimpanan ASI dan tempat untuk

memandikan neonatus, ruang tindakan, pantry, dan ruang perawat.

2. Data Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian Keperawatan

1) Anamnesa

Tabel 4.1
Hasil Anamnesis Klien dengan Bronkopneumonia di Instalasi Rawat Inap
RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2023

No Identitas Klien Klien 1 Klien 2


1 Nama An. A An. Z
2 No. RM 00.84.xx.xx 00.65.xx.xx
3 Tanggal Lahir / Umur 14 Juli 2021/2 tahun 01 Juni 2016/7
tahun
4 Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki
5 Nama :
Ayah Tn. R Tn. M
Ibu Ny. L Ny. H
6 Umur :
Ayah 26 Tahun 43 Tahun
Ibu 24 Tahun 31 Tahun
7 Pekerjaan :
Ayah Karyawan Swasta Karyawan Swasta
Ibu Pedagang IRT
8 Pendidikan :
Ayah SMK SMK
Ibu SMA SMA
9 Alamat Jl. Sultan Hasanuddin Jl. Indrakila Gang
RT /RW : 35 / 00 Swadaya No. 32
Kec. Balikpapan
Barat Kel. Baru
Tengah Kota
Balikpapan
10 No. Tlp Tidak Ada Data Tidak Ada Data
11 Agama Islam Islam
12 Suku / Bangsa Jawa / Indonesia Bugis / Indonesia
13 Tanggal Masuk RS 8 Maret 2023 7 Maret 2023
14 Tanggal Pengkajian 8 Maret 2023 9 Maret 2023
81

15 Di Rawat di ruangan Flamboyan C Mawar


16 Diagnosa Medis Bronkopneumonia Bronkopneumonia
17 Keluhan Utama
- Saat masuk RS Mulai hari sabtu Demam dari hari
malam demam, batuk minggu, ada batuk,
berdahak 2 hari yang sesak muncul saat di
lalu, BAB cair 2 kali IRD

- Saat Pengkajian Demam, batuk Demam, batuk


berdahak dan sesak, berdahak, sesak
BAB cair tidak ada
18 Riwayat Penyakit Pengkajian dilakukan Pengkajian
Sekarang pada hari Rabu, 08 dilakukan pada hari
Maret 2023 jam 19.30 Kamis, 09 Maret
WITA 2023 jam
09.00WITA

Orang tua Ibu mengatakan An.


mengatakan An. A Z demam mulai dari
demam mulai sabtu hari minggu,
malam, demam demam tidak mau
muncul dari sore turun. Ibu juga
hingga malam hari mengatakan An. Z
saja. Pagi hingga ada batuk berdahak
siang hari tidak ada dan tampak
demam, dan An. A kesulitan saat akan
bermain seperti batuk untuk
biasanya. Di hari mengeluarkan
selasa muncul batuk dahaknya.
berdahak disertai Kemudian An. Z di
sesak, tetapi An. A bawa ke IGD RSUD
tidak dapat Dr. Kanujoso
mengeluarkan Djatiwibowo
dahaknya secara Balikpapan pada
mandiri. Kemudian di hari Selasa tanggal
hari Rabu tanggal 8 7 Maret 2023.
Maret 2023 An. A di Sampai di IRD An.
bawa oleh orang Z merasa sesak
tuanya ke IRD RSUD napas. Hasil
Dr. Kanujoso pemeriksaan TTV.
Djatiwibowo N : 128x/menit
Balikpapan jam 16.00 RR : 42x/menit
WITA. Pasien T : 40˚C
mendapat obat SpO2 : 95%
penurun panas di Pasien mendapat
IRD. Setelah itu An. obat penurun panas
A masuk ruangan dan pemberian
rawat inap jam 19.30 nebulizer.
WITA. Kemudian An. Z
masuk ruangan
rawat inap Mawar.
19 Masa Prenatal Ibu mengatakan masa Ibu mengatakan
kehamilan saat masa kehamilan
mengandung An. A saat mengandung
36 minggu, proses An. Z 36-37 minggu
82

persalinan SC. Saat proses persalinan


hamil ibu mengalami SC, pada saat hamil
penambahan BB <9 ibu sehat tidak ada
kg, selama hamil An. sakit. Ibu
A ibu mengkonsumsi mengalami
vitamin serta ibu rutin penambahan BB <7
memeriksakan kg, selama hamil
kehamilannya di An. Z ibu
rumah sakit. An. A mengkonsumsi
merupakan anak vitamin dan ibu
pertama rutin memeriksakan
kehamilannya di
Puskesmas.
20 Masa Natal Ibu mengatakan lama Ibu mengatakan
persalinan ± selama 3 lama persalinan ±
jam, proses bersalin di selama 3 jam,
bantu oleh Dokter proses bersalin di
RSKD. Ibu bantu oleh Dokter
mendapatkan obat RS Islam Bontang.
Asam Mefenamat Ibu mengatakan
untuk penghilang tidak tahu obat
nyeri pada saat penghilang nyeri
bersalin. Tidak ada yang diberikan pada
komplikasi pada ibu saat bersalin. Tidak
maupun bayi. ada komplikasi pada
ibu maupun bayi.
21 Masa Postnatal Kondisi bayi saat lahir Kondisi bayi saat
normal, sehat tidak lahir normal, sehat
ada kelainan warna tidak ada kelainan
kulit merah muda, warna kulit merah
aktivitas bayi setelah muda, aktivitas bayi
lahir aktif. Bayi setelah lahir aktif.
menangis kuat setelah Bayi menangis kuat
lahir, BB saat lahir setelah lahir, BB
3100 gram, PB saat saat lahir 3000
lahir 50 cm dan gram, PB saat lahir
masalah segera 49 cm dan masalah
setelah lahir tidak ada. segera setelah lahir
tidak ada.
22 Masa Neonatal Lamanya bayi dirawat Lamanya bayi
± 3 hari, bayi tidak dirawat ± 3 hari,
ada masalah bayi tidak ada
pernapasan saat lahir, masalah pernapasan
bayi tidak saat lahir, bayi tidak
memerlukan memerlukan
perawatan perawatan
pendukung, bayi tidak pendukung, bayi
mengalami perubahan tidak mengalami
BB waktu lahir dan perubahan BB
BB normal, dan pola waktu lahir dan BB
eliminasi BAK (+), normal, dan pola
BAB (+) eliminasi BAK (+),
BAB (+)
23 Riwayat Penyakit Ibu mengatakan An. Ibu mengatakan An.
Dahulu A tidak pernah masuk Z sebelumnya tidak
83

rumah sakit pernah dirawat


sebeumnya, hanya dirumah sakit.
mengalami batuk dan PASI diberikan
pilek biasa. pada saat An. Z
PASI sejak umur 3 umur 6 bulan jenis
bulan jenis susu susu formula. An. Z
formula. An. A tidak tidak ada riwayat
memiliki riwayat alergi, penyakit
alergi, imunisasi dasar menular/kronik,
lengkap penggunaan obat
dan operasi. riwayat
imunisasi dasar An.
Z kurang lengkap
yaitu campak
24 Riwayat Kesehatan Ibu pasien Ibu pasien
Keluarga mengatakan keluarga mengatakan
tidak ada yang keluarga tidak ada
memiliki riwayat yang memiliki
penyakit menular riwayat penyakit
ataupun menurun menular ataupun
menurun
25 Riwayat Sosial Pasien diasuh oleh Pasien diasuh oleh
kedua orang tua, kedua orang tua,
hubungan dengan hubungan dengan
anggota keluarga baik anggota keluarga
baik
26 Kebutuhan Dasar Ibu mengatakan An. Ibu mengatakan An.
A suka dengan Z suka dengan
jajanan seperti jelly, makanan spageti,
ayam dan biscuit. mie instan dan roti.
Makanan yang tidak An. Z makan 3x
disukai An. A sayur- dalam sehari dengan
sayuran. An. A makan porsi cukup. An. Z
di rumah 3x/hari. memiliki kebiasaan
tidur cukup yaitu 8
Kebiasaan tidur An. A jam saat malam hari
pada malam hari dari dan
jam 21.00 s/d 06.00 ±2 jam saat siang
pagi (10 jam) hari. Ibu
sedangkan kebiasaan mengatakan An. Z
tidur siang dari jam mandi teratur 2x
15.00 s/d 17.00 (2 sehari, cuci rambut
jam). Kebiasaan setiap mandi dan
mandi 2x/hari, BAK gunting kuku 1
3-5x/hari, BAB minggu sekali
2x/hari. dibantu oleh
Ibunya. An. Z biasa
BAB 1x/hari dan
BAK 3-4x/hari.
27 Keadaan Kesehatan An. A masuk dengan An. A masuk
Saat Ini diagnosa medis dengan diagnosa
Bronkopneumonia, medis
tidak ada tindakan Bronkopneumonia,
operasi, status nutrisi tidak ada tindakan
pada anak baik, anak operasi, status
84

minum susu formula nutrisi pada anak


dan status cairan pada baik dan status
anak tidak ada cairan pada anak
masalah, anak tidak ada masalah,
mendapatkan terapi anak mendapatkan
cairan D5 ½ NS 39 terapi cairan D5 ½
cc/jam dan tindakan NS 72 cc/jam dan
keperawatan yang tindakan
diberikan pada anak keperawatan yang
meliputi mengubah diberikan pada anak
posisi, fisioterapi meliputi mengubah
dada, nebulizer dan posisi, fisioterapi
terapi pemberian obat. dada, nebulizer dan
terapi pemberian
obat.
28 Pemeriksaan DDST Ibu mengatakan An. An. Z berusia 7
(Pemeriksaan tumbuh A sering bermain tahun.
kembang tidak dapat dengan teman
dilakukan karena anak sebayanya (tetangga),
sedang sakit. Informasi An. A juga dapat
yang diberikan duduk, berdiri dan
diperoleh dari orang berlari. Bermain
tua) mainan yang dipunya
dirumah.

Sering mengoceh,
menangis dan
berteriak. Tidak
dilakukan
pemeriksaan DDST
karena anak sedang
sakit.
29 Lain-lain An. A tinggal di An. Z tinggal di
lingkungan yang lingkungan rumah
banyak yang banyak
mengkonsumsi rokok, mengkonsumsi
terutama ayah pasien rokok, terutama
sendiri. An. A setiap ayahnya. An. Z aktif
harinya ikut ibunya bermain dengan
untuk berjualan di teman-teman
pasar dari pagi hari sebaya nya.
hingga siang hari. Ibu
mengatakan An. A
suka dengan hewan
yaitu kucing.

An. A mengalami
trauma/hospitalisasi
dengan perawat. An.
A tampak menangis
dengan kehadiran
perawat.
85

Berdasarkan tabel diatas didapatkan data pengkajian pada

klien 1 dilakukan pada perawatan hari pertama di ruang Flamboyan

C, sedangkan pada klien 2 dilakukan pengkajian pada perawatan

hari ke 3 klien dirawat di ruang Mawar. Didapatkan data keluhan

utama pada klien 1 demam, batuk berdahak dan sesak napas,

sedangkan pada klien 2 didapatkan keluhan utama demam, batuk

berdahak dan sesak napas. Pada klien 1 saat dilakukan pengkajian

klien sudah diberi obat penurun panas di IRD, hal ini sama dengan

klien 2 pada saat pengkajian yaitu klien sudah diberi obat penurun

panas, namun juga diberikan terapi nebulizer sebelumnya di IRD.

Pada riwayat penyakit dahulu pada klien 1 dan 2 sebelumnya

belum pernah dirawat di rumah sakit. Untuk pemberian ASI ada

perbedaan yang signifikan pada klien 1 maupun 2. Klien 1

pemberian ASI ekslusif dihentikan sejak klien umur 3 bulan

kemudian PASI jenis susu formula, sedangkan pada klien 2 diberi

ASI ekslusif selama 6 bulan kemudian PASI jenis susu formula.

Pada riwayat kesehatan keluarga baik klien 1 dan 2 tidak ada

yang mengalami sakit yang sama seperti pasien dan tidak ada yang

memiliki riwayat penyakit menular ataupun menurun.

Status cairan pada klien 1 terpasang D5 ½ NS 39 cc/jam,

sedangkan klien 2 terpasang D5 ½ NS 72 cc/jam serta pemberian

obat terapi lainnya.


86

Adapun data lainnya yang diperoleh dari hasil anamnesa

yaitu pada klien 1 dan 2 tinggal di lingkungan rumah yang terdapat

perokok. Pada klien 1 mengalami trauma/hospitalisasi dengan

perawat, klien tampak menangis dengan kehadiran perawat

sedangkan klien 2 tidak mengalami trauma/hospitalisasi dengan

perawat.

2) Pemeriksaan Fisik

Tabel 4.2
Hasil Pemeriksaan Fisik Klien dengan Bronkopneumonia di Instalasi
Rawat Inap RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2023

Pemeriksaan Umum
No Pemeriksaan Klien 1 Klien 2
1 Keadaan Umum Sedang Sedang
2 Kesadaran Compos Mentis (GCS: Compos Mentis
E4M6V5), akral hangat, (GCS: E4M6V5),
nadi teraba kuat akral hangat, nadi
teraba kuat
3 Tanda – Tanda Vital T : 38.1 ˚C TD : 120/75 mmHg
N : 112 x/menit T : 37.8 ˚C
RR : 45 x/menit N : 110 x/menit
SpO2 : 98% RR : 34 x/menit
SpO2 : 98%
4 Status Gizi Berat badan An. A Berat badan An. Z
sesuai dengan usia dan sesuai dengan usia
tidak ada penurunan dan tidak ada
berat badan saat anak penurunan berat
sebelum masuk rumah badan saat anak
sakit maupun saat sebelum masuk
masuk rumah sakit. rumah sakit maupun
Berat badan An. A saat saat masuk rumah
ini 11 kg, status gizi sakit.
baik TB : 82 cm, BB : Berat badan An. Z
11 kg, LK : 46 cm, LLA saat ini 26 kg, status
: 9 cm gizi baik TB : 120 cm,
BB : 30 kg, LK : 51
cm, LLA : 17 cm
5 Kulit Baik Baik
6 Kuku Bersih Bersih
Pemeriksaan Fisik
No Pemeriksaan Klien 1 Klien 2
Inspeksi
1 Kepala Kepala : Kepala :
Bentuk kepala simetris, Bentuk kepala
ubun-ubun tidak simetris, ubun-ubun
87

tampak cekung, kulit tidak tampak cekung,


kepala bersih, rambut kulit kepala bersih,
berwarna hitam merata, rambut berwarna
bentuk wajah simetris hitam merata, bentuk
tidak ada edema wajah simetris tidak
Telinga : ada edema
Telinga simetris kanan Telinga :
dan kiri, tidak terdapat Telinga simetris
serumen, tidak terdapat kanan dan kiri, tidak
gangguan pendengaran terdapat serumen,
Mata : tidak terdapat
Pada mata simetris gangguan
kanan dan kiri, tidak pendengaran
ada edema pada Mata :
kelopak mata, Pada mata simetris
konjungtiva tidak kanan dan kiri, tidak
anemis, sclera jernih ada edema pada
tidak ikterik kelopak mata,
Hidung : konjungtiva tidak
Tidak terdapat rinorea, anemis, sclera jernih
terdapat pernafasan tidak ikterik
cuping hidung Hidung :
Rongga Mulut dan Tidak terdapat
Lidah : rinorea, tidak terdapat
Bibir tidak kering, tidak pernafasan cuping
pucat, lidah tidak hidung
tremor/kotor, gigi tidak Rongga Mulut dan
mengalami caries, Lidah :
ukuran tonsil normal Bibir tidak kering,
tidak pucat, lidah
tidak tremor/kotor,
gigi tidak mengalami
caries, ukuran tonsil
normal
2 Leher Tidak terdapat Tidak terdapat
pembesaran kelenjar pembesaran kelenjar
3 Dada Bentuk dada simetris, Bentuk dada simetris,
retraksi dada, terlihat tidak terdapat retraksi
penggunaan otot-otot dada, tidak terlihat
pernafasan tambahan penggunaan otot-otot
pernafasan tambahan
4 Abdomen Bentuk abdomen Bentuk abdomen
normal, tidak ada normal, tidak ada
kelainan kelainan
5 Genetalia Genetalia normal tidak Genetalia normal
ada kelainan tidak ada kelainan
6 Anus dan Rektum Terdapat anus dan Terdapat anus dan
rectum (+) rectum (+)
7 Ektremitas Normal tidak ada Normal tidak ada
edema, tidak ada edema, tidak ada
varises varises
Palpasi
1 Leher Kelenjar getah bening Kelenjar getah bening
tidak teraba, tiroid tidak tidak teraba, tiroid
teraba, posisi trakea tidak teraba, posisi
88

letak ditengah, tidak trakea letak ditengah,


ada kelainan tidak ada kelainan
2 Dada Tidak ada nyeri tekan Tidak ada nyeri tekan
3 Abdomen Tidak terdapat massa Tidak terdapat massa
ataupun tumor, nyeri ataupun tumor, nyeri
tekan tidak ada tekan tidak ada
Auskultasi
1 Paru-paru Suara nafas ronchi Suara nafas wheezing
2 Jantung Irama jantung terdengar Irama jantung
kuat dan teratur terdengar kuat dan
teratur
3 Abdomen (Bising Peristaltik usus Peristaltik usus
Usus) 18x/menit 16x/menit
Perkusi
1 Dada Suara sonor Suara sonor
2 Abdomen Timpani Timpani
3 Ektremitas (Patella) Ektremitas normal tidak Ektremitas normal
ada edema, tidak ada tidak ada edema, tidak
varises, turgor kulit ada varises, turgor
elastic kembali cepat <2 kulit elastic kembali
detik, kekuatan kanan cepat <2 detik,
kiri normal, refleks kekuatan kanan kiri
patella normal normal, refleks
Kekuatan otot : patella normal
5 5 Kekuatan otot :
5 5
5 5
5 5

Berdasarkan tabel diatas didapatkan data hasil pemeriksaan

fisik pada klien 1 dan 2 tidak ditemukan banyak kesenjangan,

perbedaan hanya pada hasil pemeriksaan tanda-tanda vital.

3) Pemeriksaan Penunjang

Tabel 4.3
Hasil Pemeriksaan Penunjang Klien dengan Bronkopneumonia di Instalasi
Rawat Inap RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2023

Pemeriksaan
No Klien 1 Klien 2
Penunjang
1 Laboratorium Pemeriksaan Lab darah Pemeriksaan Lab darah
lengkap tanggal lengkap tanggal
08/03/2023 09/03/2023

Hematologi Lengkap Hematologi Lengkap


Hemoglobin 10.6 g/dl Hemoglobin 11.9 g/dl
Leukosit 9.09 103/ul Leukosit 3.59 103/ul
Eritrosit 4.42 106/ul Eritrosit 4.93 106/ul
Hematokrit 29.5 % Hematokrit 36.4 %
89

Trombosit 254 103/ul Trombosit 177 103/ul


Indeks Eritrosit Indeks Eritrosit
MCV 66.7 fL MCV 73.8 fL
MCH 24.0 pg MCH 24.1 pg
MCHC 35.9 g/L MCHC 32.7 g/L
RDW-CV 20.6 % RDW-CV 13.2%
Hitung Jenis Leukosit Hitung Jenis Leukosit
Basofil 0.2 % Basofil 0.3 %
Eosinofil 0.0 % Eosinofil 0.3 %
Neutrofil 49.0 % Neutrofil 51.2 %
Limfosit 41.8 % Limfosit 35.4 %
Monosit 9.0 % Monosit 12.8 %
Immature Granulocyte Immature Granulocyte
0.2 % 0%
Jumlah Neutrofil 4.45 Jumlah Neutrofil 1.84
103/ul 103/ul
Jumlah Limfosit 3.80 Jumlah Limfosit 1.27
103/ul 103/ul
NLR 1.17 NLR 1.45
NRBC 0 %
2 Rontgen Foto Rontgen Thorax Foto Rontgen Thorax
(08/03/2023) (07/03/2023)
Kesan: Kesan:
Bronkopneumonia Bronkopneumonia

Berdasarkan tabel diatas pada pemeriksaan penunjang dari

hasil laboratorium didapatkan hasil bahwa pada kedua klien

memiliki kandungan monosit yang tinggi dalam kandungan darah,

dimana klien 1 monosit berjumlah 9.0% dan pada klien 2 monosit

berjumlah 12.8%. Hasil radiologi didapatkan hasil bahwa pada

pemeriksaan foto rontgen kedua klien ditemukan kesan

Bronkopneumonia.

4) Penatalaksanaan

Tabel 4.4
Pentalaksanaan Terapi Klien dengan Bronkopneumonia di Instalasi Rawat
Inap RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2023

Penatalaksanaan Terapi
No
Klien 1 Klien 2
1 Inf D5 ½ NS 39 cc/jam Inf D5 ½ NS 72 cc/jam
2 Ampicilin Sulbactam 500 mg/6 jam Paracetamol Syrup (PO) 12,5
ml/5-8 jam kp T>38˚C
90

3 Gentamisin 70 mg/24 jam Azitromisin (PO) 240 mg/24 jam


4 Paracetamol 5 ml/5-8 jam NAC (PO) 100 mg/8 jam
5 Nebul Ventolin Nacl 2 cc/8 jam Nebul Ventolin Nacl 0.9 (IN) 1
resp : nacl 0.9 % 2 cc kp jika SPO2
< 95%
6 Salbutamol 2 mg pulv (PO) 3 x 1
7 Cefixime DS 100 mg/5 ml (PO)
2 x 1 (6 ml/12 jam)
8 Domeperidon 6.25 mg pulv (PO)
3x1

Berdasarkan tabel diatas penatalaksanaan terapi pada klien 1

terpasang cairan D5 ½ NS 39 cc/jam, untuk terapi atau obat-obatan

klien 1 diberikan obat antibiotik (Ampicilin Sulbactam,

Gentamisin), antipiretik (Paracetamol) dengan dosis 5 ml/5-8 jam

dan inhaler (Ventolin) sedangkan pada klien 2 terpasang cairan D5

½ NS 72 cc/jam, untuk pemberian terapi atau obat-obatan klien

diberikan obat antipiretik (paracetamol syrup) dengan dosis 12,5

ml/5-8 jam (diberikan jika suhu >38˚C), antibiotik (Azitromisin,

Cefixime), antimietik (Domeperidon) dan inhaler (Salbutamol dan

Ventolin).

5) Data Fokus

Tabel 4.5
Data Fokus Klien dengan Bronkopneumonia di Instalasi Rawat Inap RSUD
Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2023

No Klien 1 Klien 2
Data Subjektif
1 Orang tua mengatakan An. A Ibu mengatakan An. Z batuk
masih batuk berdahak, saat posisi berdahak dari hari minggu, masih
tidur terlentang An. A merasa sesak namun saat ini sudah
sesak, tidak bisa mengeluarkan berkurang, tetapi sesak dapat
dahaknya, serta ada demam muncul ketika posisi tidur
terlentang.
2 Orang tua mengatakan An. A
menangis ketika melihat An. Z masih demam. Demam di
perawat/orang asing yang tidak mulai hari minggu dan juga Ibu
91

dikenalnya. An. A juga sedikit mengatakan An. Z gelisah karena


susah tidur dan terkadang gelisah suhu tubuh diatas nilai normal.

Ibu juga mengatakan tidak


mengetahui tentang penyakit An.
Z dan sebelumnya belum pernah
diberikan pendidikan kesehatan
tentang penyakit
bronkopneumonia
Data Objektif
2 - An. A tampak gelisah - An. Z tampak sedikit sesak
- An. A tidak mampu - Terdengar suara napas ronchi
mengeluarkan dahaknya (+)
secara mandiri - KU : sedang
- Terdengar suara napas ronchi - Kesadaran : Composmentis
(+) - TTV
- Terdapat retraksi dinding TD : 120/75 mmHg
dada N : 110x/menit
- KU : sedang T : 37.8˚C
- Kesadaran : Composmentis RR : 26x/menit
- TTV SpO2 : 98%
T : 38.1˚C - An. Z tampak gelisah
N : 112x/menit - Suhu tubuh diatas nilai
RR : 34x/menit normal
SpO2 : 98% - Kulit teraba hangat
- Terdengar suara seperti serak - Pernafasan pasien tampak
saat anaknya bernapas cepat
- An. A nampak penggunaan - Ibu pasien tampak bingung
otot bantu pernapasan ketika ditanya tentang
- Pola napas cepat dan dangkal penyakit anaknya
- Terpasang IV line cairan D5 - Ibu bertanya tentang penyakit
½ NS 39cc/jam anaknya
- An. A tampak rewel
- Suhu tubuh diatas nilai
normal
- Kulit tampak merah dan
teraba hangat
- An. A tampak gelisah dan
tegang saat menyadari
kehadiran perawat saat visite
- An. A tampak menangis
ketakutan saat perawat datang
- An. A menghindari kontak
mata
- Suara An. A tampak bergetar
dan tubuh mengalami tremor
saat perawat berusaha untuk
melakukan tindakan
keperawatan
92

6) Analisa Data

Tabel 4.6
Analisa Data Klien dengan Bronkopneumonia di Instalasi Rawat Inap
RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2023

No Data Etiologi Problem


Klien 1
1 Data Subjektif : Spasme Jalan Bersihan Jalan
- Orang tua mengatakan Napas Napas Tidak
An. A masih batuk Efektif (D.0001)
berdahak
- Orang tua mengatakan
An. A masih sesak
- Orang tua mengatakan
An. A batuk tapi tidak
bisa mengeluarkan
dahaknya
- Orang tua An. A
mengatakan terdengar
suara seperti serak saat
anaknya bernapas

Data Objektif :
- An. A tampak gelisah
- An. A tidak mampu
mengeluarkan dahaknya
secara mandiri
- Terdengar suara napas
ronchi (+)
- Terdapat retraksi dinding
dada
- KU : sedang
- Kesadaran:
Composmentis
- TTV
T : 38.1 ˚C
N : 112x/menit
RR : 43x/menit
SpO2 : 98%
2 Data Subjektif : Hambatan Upaya Pola Napas Tidak
- Orang tua mengatakan Napas Efektif (D.0005)
An. A mengalami sesak
napas
- Orang tua mengatakan
saat posisi tidur
terlentang An. A
semakin merasa sesak
napas

Data Objektif :
- An. A nampak
penggunaan otot bantu
pernapasan
93

- Pola napas cepat dan


dangkal
- KU : sedang
- Kesadaran:
Composmentis
- TTV
T : 38.1 ˚C
N : 112x/menit
RR : 34x/menit
SpO2 : 98%
- Terpasang IV line cairan
D5 ½ NS 39cc/jam
3 Data Subjektif : Proses Penyakit Hipertermia
- Orang tua mengatakan (D.0130)
An. A demam sejak
mulai sabtu malam
- Orang tua mengatakan
An. A demam ketika dari
sore hingga malam hari
saja
- Orang tua mengatakan
An. A rewel karena
demam

Data Objektif :
- An. A tampak rewel
- Suhu tubuh diatas nilai
normal
T : 38.1˚C
- Kulit tampak merah dan
teraba hangat
4 Data Subjektif : Krisis Situasional Ansietas (D.0080)
- Orang tua mengatakan
An. A menangis ketika
melihat perawat/orang
asing
- Orang tua mengatakan
An. A menangis bila
ditinggal sendiri
- Orang tua mengatakan
selama di rumah sakit
An. A sedikit susah tidur
dan terkadang gelisah

Data Objektif :
- An. A tampak gelisah
dan tegang saat
menyadari kehadiran
perawat saat visite
- An. A tampak menangis
ketakutan saat perawat
datang
- An. A menghindari
kontak mata
94

- Suara An. A tampak


bergetar dan tubuh
mengalami tremor saat
perawat berusaha untuk
melakukan tindakan
keperawatan
Klien 2
1 Data Subjektif : Spasme Jalan Bersihan Jalan
- Ibu mengatakan An. Z Napas Napas Tidak
batuk berdahak dari hari Efektif (D.0001)
minggu
- Ibu mengatakan An. Z
masih sesak namun
sudah berkurang
- Ibu mengatakan An. Z
masih batuk disertai
dahak

Data Objektif :
- An. Z tampak sedikit
sesak
- Terdengar suara napas
ronchi (+)
- KU : sedang
- Kesadaran:
Composmentis
- TTV
TD : 120/75 mmHg
N : 110x/menit
T : 37.8˚C
RR : 26x/menit
SpO2 : 98%
2 Data Subjektif : Proses Penyakit Hipertermia
- Ibu mengatakan An. Z (D.0130)
demam dari hari minggu
- Ibu mengatakan An. Z
gelisah karena suhu
tubuh diatas nilai normal

Data Objektif :
- An. Z tampak gelisah
- Suhu tubuh diatas nilai
normal
T : 37.8˚C
- Kulit teraba hangat
3 Data Subjektif : Hambatan Upaya Pola Napas Tidak
- Ibu mengatakan sesak Napas Efektif (D.0005)
dapat muncul ketika
posisi tidur An. Z
terlentang

Data Objektif :
- Pernafasan pasien
tampak cepat
- TTV
95

TD :
N : 110x/menit
T : 37.8˚C
RR : 26x/menit
SpO2 : 98%
4 Data Subjektif : Kurang Terpapar Defisit
- Ibu mengatakan tidak Informasi Pengetahuan
mengetahui tentang (D.0111)
penyakit An. Z
- Ibu mengatakan
sebelumnya belum
pernah diberikan
pendidikan kesehatan
tentang
bronkopneumonia
- Ibu mengatakan ingin
menanyakan tentang
masalah kondisi
penyakit An. Z

Data Objektif :
- Ibu pasien tampak
bingung ketika ditanya
tentang penyakit
anaknya
- Ibu bertanya tentang
penyakit anaknya

b. Diagnosa Keperawatan

Tabel 4.7
Daftar Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas pada Klien dengan
Bronkopneumonia di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Kanujoso
Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2023

Klien 1 Klien 2
No Hari/tanggal ditemukan Hari/tanggal ditemukan
Rabu, 08 Maret 2023 Kamis, 09 Maret 2023
1 Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif b.d
b.d Spasme Jalan Napas (D. 0001) Spasme Jalan Napas (D.0001)
2 Pola Napas Tidak Efektif b.d Hipertermia b.d Proses Penyakit
Hambatan Upaya Napas (D.0005) (D.0130)
3 Hipertermia b.d Proses Penyakit Pola Napas Tidak Efektif b.d Hambatan
(D.0130) Upaya Napas (D.0005)
4 Ansietas b.d Krisis Situasional Defisit Pengetahuan b.d Kurang
(D.0080) Terpapar Informasi (D.0111)

Berdasarkan tabel diatas ditemukan pada klien 1 dan 2 dapat di

tegakkan 4 diagnosa keperawatan. Kedua klien memiliki persamaan


96

pada diagnosa keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif, pola

napas tidak efektif dan hipertermia. Untuk diagnosa keperawatan

lainnya terdapat perbedaan dimana pada klien 1 terdapat diagnosa

ansietas, sedangkan diagnosa klien 2 didapatkan diagnosa defisit

pengetahuan.

c. Perencanaan Keperawatan

Tabel 4.8
Perencanaan Klien dengan Bronkopneumonia di Instalasi Rawat Inap
RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2023

Hari / Diagnosa Tujuan dan Kriteria


No Perencanaan
Tanggal Keperawatan Hasil
Klien 1
1 Rabu, Bersihan Jalan Setelah dilakukan Latihan Batuk Efektif
8/3/2023 Napas Tidak tindakan keperawatan (I. 01006)
Efektif b.d selama 3x24 jam Observasi
Spasme Jalan diharapkan bersihan 1.1 Identifikasi
Napas (D. jalan napas (L.01001) kemampuan
0001) meningkat dengan batuk
kriteria hasil: 1.2 Monitor adanya
1. Batuk efektif retensi sputum
meningkat 1.3 Monitor tanda
2. Produksi dan gejala infeksi
sputum saluran napas
menurun 1.4 Monitor input
3. Suara nafas dan output cairan
bersih tidak ada (mis. jumlah dan
dispnea, dan karakteristik)
tanda-tanda Terapeutik
sianosis 1.5 Atur posisi semi-
4. Frekuensi napas fowler
membaik Edukasi
5. Pola napas 1.6 Jelaskan tujuan
membaik dan prosedur
batuk efektif
Kolaborasi
1.7 Kolaborasi
pemberian
mukolitik atau
ekspektoran, jika
perlu

Manajamen Jalan
Napas (I.01011)
Observasi
1.1 Monitor pola
napas
97

(frekuensi,
kedalaman,
usaha napas)
1.2 Monitor bunyi
napas
tambahan (mis.
gurgling,
mengi,
wheezing,
ronkhi kering)
1.3 Monitor
sputum
Terapeutik
1.4 Atur posisi
semi-fowler
Berikan minum
hangat
1.5 Lakukan
fisioterapi
dada, jika perlu
1.6 Lakukan
penghisapan
lender kurang
dari 15 detik
1.7 Berikan
oksigen jika
perlu
Edukasi
1.8 Anjurkan
asupan cairan
2000ml/hari,
jika tidak
kontraindikasi
1.9 Ajarkan batuk
efektif
Kolaborasi
1.10 kolaborasi
pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik, jika
perlu
2 Rabu, Pola Napas Setelah dilakukan Pemantauan
8/3/2023 Tidak Efektif tindakan keperawatan Respirasi (I.01014)
b.d Hambatan selama 3x24 jam Observasi
Upaya Napas diharapkan pola napas 2.1 Monitor
(D.0005) (L.01004) membaik frekuensi, irama,
dengan kriteria hasil: kedalaman dan
1. Dispnea upaya napas
menurun 2.2 Monitor pola
2. Penggunaan napas
otot bantu napas 2.3 Monitor
menurun kemampuan
3. Frekuensi napas batuk efektif
dalam membaik
98

2.4 Monitor adanya


produksi sputum
2.5 Monitor adanya
sumbatan jalan
napas
2.6 Palpasi
kesimetrisan
ekspansi paru
2.7 Aukultasi bunyi
napas
2.8 Monitor saturasi
oksigen
Terapeutik
2.9 Dokumentasi
hasil pemantauan
Edukasi
2.10 Jelaskan tujuan
dan prosedur
pemantauan
2.11 Informasikan
hasil
pemantauan, jika
perlu
3 Rabu, Hipertermia Setelah dilakukan Manajemen
8/3/2023 b.d Proses tindakan keperawatan Hipertermia (I.15506)
Penyakit selama 3x24 jam Observasi
(D.0130) diharapkan 3.1 Identifikasi
keseimbangan penyebab
termoregulasi (L.14134) hipertermia
membaik dengan kriteria 3.2 Monitor suhu
hasil: tubuh
1. Menggigil 3.3 Monitor haluaran
menurun urine
2. Suhu tubuh 3.4 Monitor
anak dalam komplikasi
rentang normal akibat
(36-37˚C) hipertermia
3. Tidak ada Terapeutik
perubahan 3.5 Longgarkan atau
warna kulit lepaskan pakaian
4. Tidak terjadi 3.6 Basahi dan kipasi
kejang permukaan tubuh
3.7 Lakukan
pendinginan
eksternal (mis.
kompres dingin
pada dahi, leher,
dada, abdomen,
aksila)
Edukasi
3.8 Anjurkan tirah
baring
Kolaborasi
3.9 Kolaborasi
pemberian cairan
99

dan elektrolit
intravena, jika
perlu
4 Rabu, Ansietas b.d Setelah dilakukan Reduksi Ansietas
8/3/2023 Krisis Tindakan keperawatan (I.09314)
Situasional selama 3x24 jam Observasi
(D.0080) diharapkan tingkat 4.1 Identifikasi saat
ansietas (L.09003) tingkat ansietas
menurun dengan kriteria berubah (mis.
hasil: kondisi, waktu,
1. Anak tidak stressor)
menangis ketika 4.2 Monitor tanda-
melihat perawat tanda ansietas
2. Anak kooperatif Terapeutik
dan mau 4.3 Ciptakan suasana
bersosialisasi terapeutik untuk
dengan menumbuhkan
lingkungan kepercayaan
sekitar 4.4 Temani pasien
3. Postur tubuh, untuk
ekspresi wajah mengurangi
dan tingkat kecemasan, jika
aktivitas memungkinkan
menunjukkan 4.5 Pahami situasi
cemas menurun yang membuat
ansietas
4.6 Gunakan
pendekatan yang
tenang dan
meyakinkan
Edukasi
4.7 Jelaskan
prosedur,
termasuk sensasi
yang mungkin
dialami
4.8 Anjurkan
keluarga untuk
tetap bersama
pasien
4.9 Latih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi
ketegangan
Kolaborasi
4.10 Kolaborasi
pemberian obat
antiansietas, jika
perlu
Klien 2
1 Kamis, Bersihan Jalan Setelah dilakukan Latihan Batuk Efektif
9/3/2023 Napas Tidak tindakan keperawatan (I.01006)
Efektif b.d selama 3x24 jam Observasi
Spasme Jalan diharapkan bersihan
jalan napas (L.01001)
100

Napas meningkat dengan 1.1 Identifikasi


(D.0001) kriteria hasil: kemampuan
1. Batuk efektif batuk
meningkat 1.2 Monitor adanya
2. Produksi retensi sputum
sputum 1.3 Monitor tanda
menurun dan gejala infeksi
3. Suara nafas saluran napas
bersih tidak ada 1.4 Monitor input
dispnea, dan dan output cairan
tanda-tanda (mis. jumlah dan
sianosis karakteristik)
4. Frekuensi napas Terapeutik
membaik 1.5 Atur posisi semi-
5. Pola napas fowler
membaik Edukasi
1.6 Jelaskan tujuan
dan prosedur
batuk efektif
Kolaborasi
1.7 Kolaborasi
pemberian
mukolitik atau
ekspektoran, jika
perlu
2 Kamis, Hipertermia Setelah dilakukan Manajemen
9/3/2023 b.d Proses tindakan keperawatan Hipertermia (I.15506)
Penyakit selama 3x24 jam Observasi
(D.0130) diharapkan 2.1 Identifikasi
keseimbangan penyebab
termoregulasi (L.14134) hipertermia
membaik dengan kriteria 2.2 Monitor suhu
hasil: tubuh
1. Suhu tubuh 2.3 Monitor haluaran
dalam anak urine
rentang normal 2.4 Monitor
(36-37˚C) komplikasi
2. Tidak ada akibat
perubahan hipertermia
warna kulit Terapeutik
3. Tidak terjadi 2.5 Longgarkan atau
kejang lepaskan pakaian
2.6 Basahi dan kipasi
permukaan tubuh
2.7 Lakukan
pendinginan
eksternal (mis.
kompres dingin
pada dahi, leher,
dada, abdomen,
aksila)
Edukasi
2.8 Anjurkan tirah
baring
Kolaborasi
101

2.9 Kolaborasi
pemberian cairan
dan elektrolit
intravena, jika
perlu
3 Kamis, Pola Napas Setelah dilakukan Pemantauan
9/3/2023 Tidak Efektif tindakan keperawatan Respirasi (I.01014)
b.d Hambatan selama 3x24 jam Observasi
Upaya Napas diharapkan pola napas 3.1 Monitor
(D.0005) (L.01004) membaik frekuensi, irama,
dengan kriteria hasil: kedalaman dan
1. Dispnea upaya napas
munurun 3.2 Monitor pola
2. Penggunaan napas
otot bantu napas 3.3 Monitor
menurun kemampuan
3. Frekuensi napas batuk efektif
dalam membaik 3.4 Monitor adanya
produksi sputum
3.5 Monitor adanya
sumbatan jalan
napas
3.6 Palpasi
kesimetrisan
ekspansi paru
3.7 Aukultasi bunyi
napas
3.8 Monitor saturasi
oksigen
Terapeutik
3.9 Dokumentasi
hasil pemantauan
Edukasi
3.10 Jelaskan tujuan
dan prosedur
pemantauan
3.11 Informasikan
hasil
pemantauan, jika
perlu
4 Kamis, Defisit Setelah dilakukan Edukasi Kesehatan
9/3/2023 Pengetahuan tindakan keperawatan (I.12383)
b.d Kurang selama 3x24 jam Observasi
Terpapar diharapkan tingkat 4.1 Identifikasi
Informasi pengetahuan orang tua kesiapan dan
(D.0111) (L.12111) meningkat kemampuan
dengan kriteria hasil: menerima
1. Orang tua dapat informasi
mengungkapkan 4.2 Identifikasi
pemahaman faktor-faktor
tentang penyakit yang dapat
anaknya meningkatkan
2. Orang tua dapat dan menurunkan
menjelaskan motivasi perilaku
kembali apa
102

yang telah hidup bersih dan


dipaparkan sehat
perawat Terapeutik
3. Orang tua 4.3 Sediakan materi
mampu dan media
merawat pasien pendidikan
ketika dirumah kesehatan
dan mampu 4.4 Berikan
menghindari kesempatan
lingkungan untuk bertanya
yang tidak baik Edukasi
kepada pasien 4.5 Jelaskan faktor
risiko yang dapat
mempengaruhi
kesehatan
4.6 Ajarkan perilaku
hidup bersih dan
sehat

Berdasarkan tabel diatas menjelaskan mengenai intervensi

keperawatan yang akan diberikan pada Klien 1 dan 2 selama masa

perawatan sesuai dengan diagnosa keperawatan yang ditegakkan.

d. Pelaksanaan Keperawatan

Tabel 4.9
Implementasi Keperawatan Klien dengan Bronkopneumonia di Instalasi
Rawat Inap RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2023

Waktu
No Tindakan Keperawatan Evaluasi Tindakan Paraf
Pelaksanaan
Klien 1
1 Rabu,
8 Maret 2023

19.30 Melakukan pengkajian


kepada orang tua pasien
1.1 Mengidentifikasi 1.1 An. A tidak
kemampuan batuk mampu batuk
mengeluarkan
dahaknya
1.2 Memonitor adanya 1.2 batuk berdahak
retensi sputum
20.00 2.1 Memonitor frekuensi, 2.1 RR : 30 x/menit,
irama, kedalaman dan irama napas tidak
upaya napas teratur, pasien terlihat
sesak
2.7 Mengauskultasi bunyi 2.7 terdengar suara
napas napas tambahan
ronchi (+)
103

20.30 2.8 Memonitor saturasi 2.8 SpO2 : 98%,


oksigen N : 108x/menit
3.2 Memonitor suhu 3.2 kulit pasien teraba
tubuh hangat, suhu tubuh
3.4 Melakukan 37.9˚C
pendinginan ekternal 3.4 kompres telah
(mis. kompres dingin, diberikan
pada dahi, leher, dada,
abdomen, dan aksila)
3.9 Mengolaborasi 3.9 Terpasang cairan
pemberian cairan dan D5 ½ NS
elektrolit intravena 39cc/jam
4.2 Memonitor tanda- 4.2 An. A gelisah dan
20.45 tanda ansietas menangis jika didekati
4.3 Menciptakan suasana orang baru dikenal
terapeutik untuk 4.3 Bisa sambil
menumbuhkan bernyanyi agar
kepercayaan teralihkan fokus
4.5 Memahami situasi pasien
yang membuat ansietas 4.5 An. A menangis
setiap kali melihat
perawat
2 Kamis,
9 Maret 2023

08.00 1.3 Memonitor tanda dan 1.3 anak mengalami


gejala infeksi saluran batuk, ada demam
napas
1.4 Memonitor input dan 1.4 An. A mau makan
output cairan tetapi sedikit,
minum air putih
mau, UT 283 cc
1.5 Mengatur posisi semi- 1.5 Setelah diberikan
fowler posisi semi-
fowler, sesak
berkurang
1.6 Menjelaskan tujuan 1.6 Orang tua mampu
dan prosedur batuk efektif memahami tujuan
dari teknik batuk
efektif
09.00 1.7 Melakukan fisioterapi 1.7 Telah dilakukan
dada fisioterapi dada
2.2 Memonitor pola napas 2.2, 2.7
2.7 Auskultasi bunyi napas Terdengar suara napas
ronchi (+), pola napas
normal, RR :
26x/menit
10.00 2.8 Memonitor saturasi 2.8 SpO2 : 98%
oksigen N : 114x/menit
3.2 Memonitor suhu tubuh 3.2 T : 36.9˚C
3.3 Memonitor haluaran 3.3 UT : 305 cc
urine
3.4 Memonitor komplikasi 3.4 tidak terjadi
akibat hipertermia kejang
104

12.00 4.6 Menggunakan 4.6 Pasien suka


pendekatan yang tenang bermain balon, An. A
dan meyakinkan tidak menangis tetapi
masih tidak mau
kontak mata dengan
perawat
15.00 4.7 Menjelaskan prosedur 4.7 Orang tua
termasuk sensasi yang mengerti tentang
mungkin terjadi tindakan yang akan
dilakukan
3 Jumat,
10 Maret
2023

08.00 1.1 Mengidentifikasi 1.1, 1.2


kemampuan batuk Batuk berdahak sudah
1.2 Memonitor adanya tidak ada
retensi sputum
09.00 2.1 Memonitor frekuensi, 2.1, 2.2
irama, kedalaman dan RR : 22 x/menit, irama
uoaya napas napas teratur, pola
2.2 Memonitor pola napas napas normal
2.7 Auskultasi bunyi napas 2.7 terdengar suara
napas ronchi (-)
2.8 Memonitor saturasi 2.8 SpO2 : 98%,
oksigen N : 121x/menit
11.00 3.2 Memonitor suhu tubuh 3.2 T : 36.4˚C
3.3 Memonitor haluaran 3.3 UT : 702 cc
urine
3.9 Mengolaborasi 3.9 Terpasang IV line
pemberian cairan dan cairan D5 ½ NS
elektrolit 39cc/jam
13.00 4.8 Menganjurkan 4.8 An. A tampak
keluarga untuk tetap menangis jika
bersama pasien ditinggal ibunya
4.9 Melatih kegiatan 4.9 An. A mulai
pengalihan untuk bermain aktif
mengurangi ketegangan
13.45 Melakukan visite Pasien KRS
keperawatan
Aff Infus
Klien 2
1 Kamis,
9 Maret 2023

09.00 1.1 Mengidentifikasi 1.1 An. Z sesekali


kemampuan batuk batuk tapi terkadang
tidak bisa
mengeluarkan
dahaknya
11.00 1.2 Memonitor adanya 1.2 Batuk berdahak
retensi sputum (+)
1.3 Memonitor tanda dan 1.3 Anak mengalami
gejala infeksi saluran batuk disertai demam
napas tinggi
105

13.00 2.1 Mengidentifikasi 2.1 Terjadi infeksi


penyebab hipertermia saluran pernapasan
2.2 Memonitor suhu tubuh 2.2 T : 36.4˚C
2.3 Memonitor haluaran 2.3 UT : 1000 cc
urine
2.4 Memonitor komplikasi 2.4 Tidak terjadi
akibat hipertermia kejang
2.9 Mengolaborasi 2.9 Terpasang IV line
pemberian cairan dan cairan D5 ½ NS 72
elektrolit intravena cc/jam
16.00 3.1 Memonitor frekuensi, 3.1 RR : 26x/menit,
irama, kedalaman dan irama napas teratur,
upaya napas pasien terlihat napas
teratur
3.2 Memonitor pola napas 3.2 pola napas normal
3.7 Auskultasi bunyi napas 3.7 terdengar suara
napas wheezing (+)
3.8 Memonitor saturasi 3.8 SpO2 : 98%
oksigen N : 100x/menit
4.1 Mengidentifikasi 4.1 Ibu pasien belum
kesiapan dan kemampuan mengetahui penyakit
keluarga menerima yang diderita An. Z
informasi
2 Jumat,
10 Maret
2023
09.00 1.4 Memonitor input dan 1.4 An. Z mau makan
output cairan dan minum tetapi
sedikit, UT : 500cc
1.5 Mengatur posisi semi- 1.5 Setelah diberikan
fowler posisi semi-fowler,
batuk berdahak mulai
berkurang
1.6 Mengolaborasi 1.6 Pemberian terapi
pemberian terapi obat obat cefiksim DS 100
mg/5ml (PO) telah di
berikan
11.00 2.1 Memonitor suhu tubuh 2.1 kulit teraba hangat,
T : 38.5˚C
2.7 Melakukan 2.7 Telah diberikan
pendinginan eksternal kompres dingin
(mis. kompres dingin)
2.9 Mengolaborasi 2.9 Terpasang IV line
pemberian cairan dan cairan D5 ½ NS 72
elektrolit intravena cc/jam
14.00 3.2 Memonitor pola napas 3.2 Pola napas normal
3.7 Auskultasi bunyi napas 3.7 Terdengar suara
napas wheezing (+)
3.8 SpO2 :98%
3.8 Memonitor saturasi N : 110x/menit
oksigen 4.6 Ibu pasien
16.00 4.6 Mengajarkan perilaku mengatakan dapat
hidup bersih dan sehat mengerti bagaimana
cara perilaku hidup
bersih dan sehat
106

3 Sabtu,
11 Maret
2023
09.00 1.2 Memonitor adanya 1.2 Batuk berdahak
retensi sputum sudah tidak ada
10.00 2.2 Memonitor suhu tubuh 2.2 T : 36.5˚C
2.3 Memonitor haluaran 2.3 UT : 636 cc
urine
2.9 Mengolaborasi 2.9 Terpasang IV line
pemberian cairan dan cairan D5 ½ NS 72
elektrolit intravena cc/jam
12.00 3.3 Memonitor 3.3 Batuk efektif
kemampuan batuk meningkat, sesak tidak
efektif ada
3.7 Auskultasi bunyi napas 3.7 Bunyi napas
bersih, tidak ada suara
napas tambahan, RR :
22x/menit
15.00 3.8 Memonitor saturasi 3.8 SpO2 :98%
oksigen N : 119x/menit
4.4 Memberikan 4.4 Setelah dilakukan
kesempatan untuk edukasi kesehatan, ibu
bertanya pasien mengatakan
mengerti dan akan
lebih memperhatikan
kondisi kesehatan
anaknya

Melakukan visite Paisen KRS


keperawatan
Aff infus

Berdasarkan tabel diatas bahwa implementasi keperawatan

yang dilakukan berdasarkan dari rencana atau intervensi yang telah

dibuat, tujuan melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan

intervensi keperawatan agar kriteria hasil dapat tercapai.

Implementasi pada klien 1 dan 2 sama-sama dilakukan selama 3 hari

dirumah sakit hanya saja terdapat perbedaan di tanggal pelaksaanaan,

klien 1 dari tanggal 08 Maret s/d 10 Maret 2023 sedangkan klien 2

dari tanggal 09 Maret s/d 11 Maret 2023.


107

e. Evaluasi Keperawatan

Tabel 4.10
Evaluasi Asuhan Keperawatan Klien dengan Bronkopneumonia di Instalasi
Rawat Inap RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2023

Hari /
Diagnosa Keperawatan Evaluasi (SOAP) Paraf
Tanggal
Klien 1
Rabu, Bersihan Jalan Napas S:
8 Maret Tidak Efektif b.d Spasme - orang tua mengatakan An.
2023 Jalan Napas (D.0001) A masih ada batuk
berdahak
O:
- terdengar suara napas
ronchi (+), KU sedang,
akral teraba hangat, nadi
teraba kuat
- TTV
N : 108x/menit
T : 37.9˚C
RR : 30x/menit
SpO2 : 98%
- Terpasang IV line
39cc/jam cairan D5 ½ NS
A : masalah keperawatan
belum teratasi
P : lanjutkan Intervensi
1.1Identifikasi kemampuan
batuk
1.2 Monitor adanya retensi
sputum
1.3 Monitor tanda dan gejala
infeksi saluran napas
1.4 Monitor input dan output
cairan
1.5 Atur posisi semi-fowler
1.6 Jelaskan tujuan dan
prosedur batuk efektif

Pola Napas Tidak Efektif S:


b.d Hambatan Upaya - orang tua mengatakan An.
Napas (D.0005) A masih sesak, saat posisi
tidur terlentang anak
semakin merasa sesak
O:
- KU sedang, akral teraba
hangat, nadi teraba kuat,
terdengar suara napas
ronchi (+)
- TTV
N : 108x/menit
T : 37.9˚C
RR : 30x/menit
108

SpO2 : 98%
A : masalah keperawatan
belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
2.1 Monitor frekuensi, irama,
kedalaman dan uoaya napas
2.2 Monitor pola napas
2.7 Auskultasi bunyi napas
2.8 Monitor saturasi oksigen

Hipertermia b.d Proses S:


Penyakit (D.0130) - orang tua mengatakan
anak ada demam
O:
- saat diraba badan anak
teraba panas, anak tampak
rewel,
- N : 108x/menit
- T : 37.9˚C
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
3.2 Monitor suhu tubuh
3.3 Monitor haluaran urine
3.4 Monitor komplikasi akibat
hipertermia
3.9 Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit

Ansietas b.d Dampak S:


Hospitalisasi (D.0080) - orang tua mengatakan An.
A susah untuk kenal
dengan orang baru, An. A
akan menangis jika
didekati perawat
O:
- An. A tampak menangis
ketika perawat memegang
tangan yang terpasang
infus
- TTV
N : 108x/menit
T : 37.9˚C
RR : 30x/menit
SpO2 : 98%
- Terpasang IV line
39cc/jam cairan D5 ½ NS
A : masalah keperawatan
belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
4.6 Gunakan pendekatan yang
tenang dan meyakinkan
4.7 Jelaskan prosedur
termasuk sensasi yang
mungkin terjadi
109

4.8 Anjurkan keluarga untuk


tetap bersama pasien
4.9 Latih kegiatan pengalihan
untuk mengurangi ketegangan
Kamis, Bersihan Jalan Napas S:
9 Maret Tidak Efektif b.d Spasme - orang tua mengatakan An.
2023 Jalan Napas (D.0001) A masih batuk berdahak
namun sudah berkurang
O:
- An. A tampak nyaman
dengan posisi tidur semi-
fowler,
- TTV :
N : 114x/menit
T : 36.9˚C
RR : 26x/menit
SpO2 : 98%
A : masalah keperawatan
teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
1.1Identifikasi kemampuan
batuk
1.2 Monitor adanya retensi
sputum

Pola Napas Tidak Efektif S:


b.d Hambatan Upaya - orang tua mengatakan
Napas (D.0005) sesak sudah berkurang
O:
- Terdengar suara napas
ronchi (+) RR : 26x/menit
A : masalah keperawatan
teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
2.1 Monitor frekuensi, irama,
kedalaman dan uoaya napas
2.2 Monitor pola napas
2.7 Auskultasi bunyi napas
2.8 Monitor saturasi oksigen

Hipertermia b.d Proses S:


Penyakit (D.0130) - orang tua mengatakan
demam anaknya mulai
membaik
O:
- T : 36.9˚C
- Terpasang IV line cairan
D5 ½ NS 39cc/jam
A : masalah keperawatan
teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
3.2 Monitor suhu tubuh
3.3 Monitor haluaran urine
3.9 Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
110

Ansietas b.d Krisis S:


Situasional (D.0080) - orang tua mengatakan
anak masih belum aktif
untuk bermain
O:
- An. A tampak tegang
A : masalah keperawatan
teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
4.8 Anjurkan keluarga untuk
tetap bersama pasien
4.9 Latih kegiatan pengalihan
untuk mengurangi ketegangan
Jumat, Bersihan Jalan Napas S:
10 Tidak Efektif b.d Spasme - orang tua mengatakan An.
Maret Jalan Napas (D.0001) A batuk sudah tidak
2023 berdahak lagi
O:
- auskultasi bunyi napas
bersih
- pola napas teratur
- TTV :
N : 121x/menit
T : 36.4˚C
RR : 22x/menit
SpO2 : 98%
A : masalah keperawatan
teratasi
P : intervensi dihentikan pasien
pulang

Pola Napas Tidak Efektif S:


b.d Hambatan Upaya - Orang tua mengatakan
Napas (D.0005) An. A sudah tidak sesak
lagi
O:
- Pola napas teratur
- TTV :
RR : 22x/menit
SpO2 : 98%
A : masalah keperawatan
teratasi
P : intervensi dihentikan pasien
pulang

Hipertermia b.d Proses S:


Penyakit (D.0130) - Orang tua mengatakan
anak sudah taka da demam
sejak kemarin
O:
- T : 36.4˚C
- An. A tampak tenang
A : masalah keperawatan
teratasi
111

P : intervensi dihentikan pasien


pulang

Ansietas b.d Dampak S:


Hospitalisasi (D.0080) - Orang tua mengatakan
An. A mulai aktif bermain
O:
- An. A sudah mulai mau
kontak mata dengan
perawat
A : masalah keperawatan
teratasi
P : intervensi dihentikan pasien
pulang
Klien 2
Kamis, Bersihan Jalan Napas S:
9 Maret Tidak Efektif b.d Spasme - Ibu mengatakan An. Z
2023 Jalan Napas (D.0001) masih ada batuk
berdahaknya
- Ibu mengatakan An. Z
ketika bernapas terdengar
suara serak
O:
- TTV :
N : 100x/menit
T : 36.4˚C
RR : 26x/menit
SpO2 : 98%
A : masalah keperawatan
belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
1.2 Monitor adanya retensi
sputum
1.9 Monitor input dan output
cairan
1.10 Atur posisi semi-fowler
1.11 Kolaborasi pemberian
terapi obat

Hipertermia b.d Proses S:


Penyakit (D.0130) - Ibu mengatakan An. Z
demamnya naik turun
O:
- T : 36.4˚C
- Kulit teraba hangat

A : masalah keperawatan
belum teratasi

P : lanjutkan intervensi
2.1 Monitor suhu tubuh
2.3 Monitor haluaran urine
2.9 Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit intravena
112

Pola Napas Tidak Efektif S:


b.d Hambatan Upaya - Ibu mengatakan An. Z
Napas (D.0005) terkadang masih merasa
sesak

O:
- Terdengar suara napas
wheezing (+)
A : masalah keperawatan
belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
3.2 Monitor pola napas
3.3 Monitor kemampuan batuk
efektif
3.7 Auskultasi bunyi napas
3.8 Monitor saturasi oksigen

Defisit Pengetahuan b.d S:


Kurang Terpapar Informasi - Ibu pasien mengatakan
(D.0111) belum mengetahui tentang
penyakit anaknya
O:
- Ibu An. Z tampak
bertanya tentang penyakit
yang sedang di alami
anaknya
A : masalah keperawatan
belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
4.4 Berikan kesempatan untuk
bertanya
4.6 Ajarkan perilaku hidup
bersih dan sehat
Jumat, Bersihan Jalan Napas S:
10 Tidak Efektif b.d Spasme - Ibu mengatakan batuk
Maret Jalan Napas (D.0001) berdahak pada anak sudah
2023 mulai berkurang
- Ibu mengatakan anak
mampu mengeluarkan
dahaknya
O:
- Retensi sputum menurun
- TTV :
N : 110x/menit
T : 38.5˚C
RR : 27x/menit
SpO2 : 98%

A : masalah keperawatan
teratasi sebagian

P : lanjutkan intervensi
1.2 Monitor adanya retensi
sputum
113

Hipertermia b.d Proses S:


Penyakit (D.0130) - Ibu mengatakan anak
masih demam
O:
- T : 38.5˚C
- Terpasang IV line cairan
D5 ½ NS 72 cc/jam
A : masalah keperawatan
teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
2.2 Monitor suhu tubuh
2.3 Monitor haluaran urine
2.9 Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit intravena

Pola Napas Tidak Efektif S:


b.d Hambatan Upaya - Ibu mengatakan sesak
Napas (D.0005) sudah mulai berkurang
O:
- RR : 27x/menit, pola
napas normal
- SpO2 :98%
- Terdengar suara napas
wheezing (+)
A : masalah keperawatan
teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi

Defisit Pengetahuan b.d S:


Kurang Terpapar Informasi - Ibu mengatakan sudah
(D.0111) dapat mengerti tentang
penyakit anaknya
O:
- Ibu pasien tampak
sesekali bertanya kembali
A : masalah keperawatan
teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
4.4 Berikan kesempatan untuk
bertanya
Sabtu, Bersihan Jalan Napas S:
11 Tidak Efektif b.d Spasme - Ibu mengatakan An. A
Maret Jalan Napas (D.0001) batuk sudah tidak
2023 berdahak lagi
O:
- TTV :
N : 119x/menit
T : 36.5˚C
RR : 22x/menit
SpO2 : 98%
- Tidak ada otot bantu
pernapasan
A : masalah keperawatan
teratasi
114

P : intervensi dihentikan pasien


pulang

Hipertermia b.d Proses S:


Penyakit (D.0130) - Ibu mengatakan An. Z
badannya sudah tidak ada
demam lagi
O:
- T : 36.5˚C
- Akral teraba hangat
A : masalah keperawatan
teratasi
P : intervensi dihentikan pasien
pulang

Pola Napas Tidak Efektif S:


b.d Hambatan Upaya - Ibu mengatakan An. Z
Napas (D.0005) sudah tidak ada sesak
O:
- Pola napas teratur
- Auskultasi bunyi napas
bersih
- RR : 22x/menit
A : masalah keperawatan
teratasi
P : intervensi dihentikan pasien
pulang

Defisit Pengetahuan b.d S:


Kurang Terpapar Informasi - Ibu mengatakan sekarang
(D.0111) sudah paham tentang
penyakit yang di derita
anaknya
- Ibu mengatakan akan
mengubah gaya hidup
dengan menerapkan
perilaku hidup bersih dan
sehat
O:
- Ibu mampu mengulang
dan memaparkan secara
singkat terkait penyakit
bronkopneumonia
- Ibu mampu menjelaskan
kembali tentang
pentingnya menjaga
kebersihan diri bagi
anaknya
A : masalah keperawatan
teratasi
P : intervensi dihentikan pasien
pulang
115

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :

evaluasi keperawatan dilakukan pada klien 1 dan 2 untuk menilai

keberhasilan intervensi yang diberikan perawat untuk mengatasi masalah

yang terjadi. Sesuai tujuan intervensi yang disusun peneliti, evaluasi

keperawatan dilakukan tiap 24 jam untuk menilai perkembangan masalah

keperawatan pada klien. Pada klien 1 semua masalah teratasi pada

perawatan hari ketiga, sedangkan pada klien 2 semua masalah teratasi pada

perawatan hari kelima dirawat dirumah sakit.

B. Pembahasan

Pada pembahasan peneliti akan membahas tentang adanya kesesuaian

maupun kesenjangan antara teori dan hasil asuhan keperawatan pada klien 1

dan klien 2 dengan Bronkopneumonia yang telah dilakukan sejak 08-11 Maret

2023 di ruang Flamboyan C dan Mawar RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo

Balikpapan. Kegiatan yang dilakukan meliputi pengkajian, diagnosa

keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi

keperawatan.

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan catatan tentang hasil pengkajian yang

dilaksanakan untuk mengumpulkan informasi dari pasien, membuat data

dasar tentang klien dan membuat catatan tentang respons kesehatan klien

(Yustiana & Ghofur, 2016).

Pengkajian dilakukan pada klien 1 berusia 2 tahun dan klien 2 berusia

7 tahun, ditemukan keluhan utama yang sama antara klien 1 dan klien 2 yaitu
116

batuk berdahak, sesak napas dan demam. Pemeriksaan tanda-tanda vital pada

klien 1 yaitu nadi 112 x/menit, respirasi 34 x/menit, saturasi oksigen 98%

suhu 38,1˚C, pernapasan ronki. Sedangkan klien 2: tekanan darah 120/75

mmHg, nadi 110 x/menit, respirasi 26 x/menit, saturasi oksigen 98%, suhu

37,8˚C, pernapasan wheezing. Hal ini sesuai dengan menurut teori

Wulandari dan Erawati (2016) bahwa terjadinya Bronkopneumonia ditandai

dengan batuk disertai sesak, demam tinggi, anak tampak gelisah serta

terdapat suara napas tambahan seperti ronki dan wheezing. Selaras pula

dengan teori yang diungkapkan Nurarif dan Kusuma (2015) yaitu pada kasus

Bronkopneumonia menimbulkan reaksi imunologis dari tubuh, reaksi

tersebut menyebabkan peradangan, dimana ketika terjadi peradangan ini

tubuh menyesuaikan diri maka timbulah gejala demam. Selain itu reaksi

peradangan juga menimbulkan sekret, semakin lama sekret menumpuk maka

saluran pernapasan menjadi terganggu. Didukung dari hasil penelitian Elsi

dan Siska (2021) yang dilakukan pada kedua responden didapatkan data

pengkajian gejala klinis yang sering terjadi pada anak dengan

bronkopneumonia yaitu mengalami batuk berdahak, sesak napas dan disertai

demam tinggi. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

Kaunang et al (2016) didapatkan frekuensi tertinggi pada gejala klinis sesak

(93,7%), diikuti dengan batuk (91,8%) dan demam (88.6%).

Pada riwayat pemberian nutrisi orang tua mengatakan klien 1 ASI

ekslusif hanya diberikan sampai anak berusia 3 bulan kemudian diberikan

susu formula sedangkan ibu klien 2 mengatakan ASI ekslusif hanya


117

diberikan sampai anak berusia 6 bulan kemudian diberikan susu formula.

Menurut teori Sunarti (2013) bahwa ASI ekslusif berpengaruh pada sumber

kekebalan tubuh pada bayi pada masa pertumbuhannya, melindungi bayi dari

infeksi dan menghambat pertumbuhan bakteri yang bersifat patogen.

Sehingga anak tidak rentan terkena penyakit tertentu.

Pada riwayat sosial dilingkungan luar ataupun dalam rumah ibu klien

1 dan 2 mengatakan ada anggota keluarga yang merokok sehingga anak

sering terhirup asap rokok. Menurut Wardani et al (2015) dalam Amila et al

(2021) hubungan kebiasaan keluarga merokok akan berpengaruh pada

dampak ISPA pada anak. Keberadaan anggota keluarga yang merokok

menjadi faktor penyebab terjadinya bronkopneumonia. Anak-anak yang

keluarganya merokok lebih rentan terkena penyakit pernapasan seperti flu,

bronkopneumonia dan penyakit saluran pernapasan lainnya. Akibatnya

jumlah nikotin yang melekat pada selaput paru dan lapisan lain dan akan

mempermudah infeksi bronkopneumonia pada paru-paru. Sedangkan udara

yang tercemar dengan asap akan berdampak buruk pada kesehatan anak.

Karena anak dalam masa pertumbuhan dan perkembangan, serta paru-paru

anak belum bekerja secara sempurna.

Berdasarkan hasil studi peneliti berasumsi sesuai dengan teori dan

kasus yaitu pada klien 1 dan 2 mengalami demam pada awal sebelum masuk

rumah sakit kemudian mengalami batuk kering lalu menjadi produktif,

dispnea, pernapasan cepat, terdapat suara napas tambahan dan klien tampak

gelisah. Peneliti juga berasumsi sesuai dengan teori bahwa riwayat


118

imunisasi, pemberian nutrisi dan riwayat sosial berpengaruh terhadap

kekebalan tubuh anak pada masa perkembangannya.

2. Diagnosa Keperawatan

Masalah keperawatan atau diagnosa keperawatan merupakan suatu

penilaian klinis mengenai respons klien terhadap masalah kesehatan atau

proses kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung secara aktual

maupun potensial. Diagnosa keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi

respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang

berkaitan dengan kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).

Masalah keperawatan yang sering muncul pada kasus

Bronkopneumonia menurut Nurarif dan Kusuma (2015) yaitu bersihan jalan

napas tidak efektif, pola napas tidak efektif, gangguan pertukaran gas,

hipertermia, defisit nutrisi, intoleransi aktifitas, ansietas, defisit pengetahuan,

gangguan tumbuh kembang dan risiko ketidakseimbangan elektrolit.

Berdasarkan hasil pengkajian dan analisa data terdapat 4 diagnosa

keperawatan yang ditegakkan pada klien 1 yaitu bersihan jalan napas tidak

efektif berhubungan dengan spasme jalan napas, pola napas tidak efektif

berhubungan dengan hambatan upaya napas, hipertermia berhubungan

dengan proses penyakit, ansietas berhubungan dengan krisis situasional.

Kemudian pada klien 2 juga terdapat 4 diagnosa keperawatan yang

ditegakkan yaitu bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan

spasme jalan napas, hipertermia berhubungan dengan proses penyakit, pola


119

napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas, defisit

pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi.

Berikut ini pembahasan diagnosa yang muncul sesuai dengan teori

pada kasus klien 1 dan 2 yaitu :

a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan

napas (D.0001)

Berdasarkan hasil pengkajian ditemukan tanda dan gejala mayor dan

minor yaitu batuk tidak efektif, ronki, sputum berlebih, dispnea dan

gelisah. Orang tua klien 1 dan 2 mengatakan membawa anak kerumah

sakit karena mengalami batuk berdahak serta tidak mampu

mengeluarkan sputum. Pada kedua klien sebelumnya diberikan

antibiotik dengan hasil pengukuran tanda-tanda vital klien 1 nadi : 112

x/menit, suhu : 38,1˚C, pernapasan : 34 x/menit dan SpO2 : 98%

sedangkan klien 2 tekanan darah 120/75 mmHg, nadi 110 x/menit,

pernapasan 26 x/menit, SpO2 : 98% dan suhu 37,8˚C.

Menurut Nurarif dan Kusuma (2015) pada klien bronkopenumonia

dengan diagnosa bersihan jalan napas tidak efektif terjadi karena

sebagian besar penyebab bronkopneumonia ialah mikroorganisme

(jamur, bakteri, virus) yang mengakibatkan invasi ini masuk kesaluran

pernapasan atas dan menimbulkan sekret, semakin lama sekret

menumpuk di bronkus maka aliran bronkus menjadi sempit dan klien

dapat merasa sesak.


120

Sesuai dengan teori diatas peneliti berasumsi diagnosa bersihan

jalan napas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan napas dapat

ditegakkan karena memenuhi validasi penegakkan diagnosa

keperawatan pada SDKI (PPNI, 2017), yaitu sekitar 80%-100% dari

tanda mayor dan minor serta dibuktikan yang terjadi pada kedua klien

karena efek peradangan yang menimbulkan mukus dan menghambat

jalan napas, bersihan jalan napas ini juga disebabkan oleh sputum yang

menumpuk karena tidak dikeluarkan secara mandiri melalui batuk.

b. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas

(D.0005)

Berdasarkan data pengkajian yang didapatkan tanda dan gejala

mayor dan minor yaitu pada klien 1 dan klien 2 didukung data ibu

mengatakan anaknya kesulitan bernapas, dengan pemeriksaan

pernapasan klien 1: 34 x/menit, SpO2: 98%. Sedangkan klien 2: 26

x/menit, SpO2: 98%. Menurut teori dari Hockenberry dan Wilson (2013)

obstruksi jalan napas pada pasien pneumonia yang disebabkan

peningkatan produksi sputum mengahmbat suplai oksigen kejaringan

sehingga menimbulkan distress pernapasan yang merupakan

kompensasi tubuh karena konsentrasi oksigen yang rendah.

Sesuai dengan data pengkajian yang didapat dan didukung oleh

teori, peneliti berasumsi diagnosa pola napas tidak efektif berhubungan

dengan hambatan upaya napas dapat ditegakkan karena memenuhi

validasi penegakkan diagnosa keperawatan pada SDKI (PPNI, 2017),


121

yaitu sekitar 80%-100% dari tanda mayor dan minor serta dibuktikan

karena kurangnya suplai oksigen yang didapat jaringan akibat obstruksi

yang terjadi dibronkus sehingga terjadi distress pernapasan

menimbulkan gejala seperti sesak dan kelelahan.

c. Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit (D.0130)

Berdasarkan data pengkajian yang didapatkan tanda dan gejala

mayor dan minor yaitu klien 1 dan klien 2 sama-sama mengalami

demam dimana suhu tubuh berada diatas rentang normal klien 1

(38.1˚C) dan klien 2 (37.8˚C), kulit merah, dan kulit terasa hangat.

Menurut Nurarif dan Kusuma (2015) penyebab demam pada anak

bronkopneumonia adalah karena adanya peradangan yang disebabkan

oleh mikroorganisme sehingga tubuh merespon dan terjadilah demam.

Berdasarkan hasil pengkajian dan teori yang ada peneliti berasumsi

diagnosa hipertermia berhubungan dengan proses penyakit dapat

ditegakkan karena memenuhi validasi penegakkan diagnosa

keperawatan pada SDKI (PPNI, 2017), yaitu sekitar 80%-100% dari

tanda mayor dan minor serta dibuktikan dengan karena adanya proses

peradangan yang disebabkan oleh mikroorganisme sehingga tubuh

merespon dan terjadilah demam.

Berikut adalah masalah keperawatan yang berbeda antara klien 1

dan klien 2 :

a. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional (D.0080)


122

Berdasarkan hasil pengkajian pada klien 1 ditemukan klien

mengalami trauma hospitalisasi, klien menangis, tampak ketakutan

ketika melihat perawat, merasa khawatir, klien tampak tegang dan

gelisah. Menurut teori Hockenberry et al, (2021) dalam Yanthi et al,

(2022) Hospitalisasi merupakan proses yang kompleks,

membingungkan dan melelahkan bagi anak dan juga keluarga. Saat anak

berada dalam perawatan rumah sakit, dua hal yang umumnya menjadi

reaksi hospitalisasi pada anak yaitu kecemasan akan perpisahan (dengan

orang tua/pengasuh) dan merasa kehilangan kontrol. Berdasarkan dua

hal tersebut anak akan mengalami tiga fase reaksi hospitalisasi yaitu fase

protes, putus asa dan penyangkalan/penolakan.

Berdasarkan hasil pengkajian dan teori yang ada peneliti berasumsi

diagnosa ansietas berhubungan dengan krisis situasional dapat

ditegakkan karena memenuhi validasi penegakkan diagnosa

keperawatan pada SDKI (PPNI, 2017), yaitu sekitar 80%-100% dari

tanda mayor dan minor serta dibuktikan dengan masalah kecemasan

yang hanya muncul pada klien 1 adalah karena klien 1 baru berusia 2

tahun dan baru pertama kali di rawat inap sehingga merasa asing dengan

lingkungan yang baru, berbeda dengan klien 2 yang sudah berusia 7

tahun dari segi perilaku pun orang tua klien 2 lebih paham tentang

kecemasan yang mungkin akan muncul pada anaknya selama di rumah

sakit serta pada saat peneliti melakukan pengkajian pada klien 2 tidak

ditemukan data yang mendukung.


123

b. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi

(D.0111)

Berdasarkan hasil pengkajian klien 1 tidak ditemukan masalah

keperawatan defisit pengetahuan dikarenakan pada saat peneliti

melakukan pengkajian tidak ditemukan data yang mendukung,

sedangkan pada klien 2 ditemukan data mayor dan minor seperti

menanyakan masalah penyakit yang dihadapi klien, ibu mengatakan

tidak tahu mengapa anaknya sakit seperti ini dan asal mula terjadinya

dari mana. Hasil pengkajian klien 2 ibu mengatakan ia tidak tahu

penyebab, tanda dan gejala yang diderita anaknya. Menurut teori

Zairinayati (2021) menyebutkan salah satu penyebab tingginya angka

kesakitan dan kematian akibat bronkopneumonia dikarenakan

rendahnya pengetahuan orang tua balita mengenai penyakit tersebut

yang menimpa anaknya. Oleh karena itu, dengan tingkatan pengetahuan

tersebut dapat mengevaluasi sejauh mana pengetahuan orang tua tentang

penyakit bronkopneumonia. Didukung hasil penelitian Sudirman et al

(2023) diperoleh bahwa pengetahuan orang tua mengenai penyakit

bronkopneumonia pada anak dikategorikan kurang sebanyak 14

responden (46.7%), cukup sebanyak 10 responden (33.3%) dan baik

sebanyak 6 responden (20%). Hasil tersebut menunjukkan bahwa

pengetahuan orang tua tentang penyakit bronkopneumonia pada anak ini

masih banyak yang berpengetahuan kurang, terutama masih banyak

responden yang kurang mengetahui perlunya penyakit


124

bronkopneumonia ini diobati dan kurang mengetahui bahaya penyakit

bronkopneumonia yang disertai napas cepat dan sesak napas.

Berdasarkan hasil studi peneliti berasumsi diagnosa defisit

pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi dapat

ditegakkan karena memenuhi validasi penegakkan diagnosa

keperawatan pada SDKI (PPNI, 2017), yaitu sekitar 80%-100% dari

tanda mayor dan minor serta dibuktikan bahwa faktor yang

mempengaruhi defisit pengetahuan pada orang tua klien 2 karena ini kali

pertama anaknya masuk rumah sakit sehingga belum pernah terpapar

informasi terkait bronkopneumonia, serta adanya pengaruh faktor

pendidikan pada orang tua.

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan yang dilakukan pada Klien anak dengan

bronkopneumonia sudah menggunakan Standar Intervensi Keperawatan

Indonesia (SIKI PPNI, 2018) dan panduan Standar Luaran Keperawatan

Indonesia (SLKI PPNI, 2019), dengan begitu maka standar intervensi

keperawatan terdiri dari observasi, terapeutik, edukasi dan kolaborasi.

Berdasarkan kasus klien 1 dan 2, intervensi disusun setelah semua data yang

terkumpul selesai dianalisis dan diprioritaskan, serta tidak ditemukan

kesenjangan antara tinjauan kasus dengan panduan SIKI PPNI (2019) dan

SLKI PPNI (2018).

Perencanaan asuhan keperawatan yang akan dilakukan pada kedua

klien dengan diagnosa keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif


125

berhubungan dengan spasme jalan napas berdasarkan kriteria hasil yaitu

setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 10 jam diharapkan

bersihan jalan napas meningkat dengan kriteria hasil batuk efektif

meningkat, produksi sputum menurun, suara napas bersih, frekuensi napas

membaik, pola napas membaik. Rencana tindakan keperawatan meliputi

observasi : identifikasi kemampuan batuk, monitor adanya retensi sputum,

monitor tanda dan gejala infeksi saluran napas, terapeutik : atur posisi semi-

fowler, berikan minum hangat, lakukan fisioterapi dada, berikan oksigen,

edukasi : jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif, kolaborasi : pemberian

mukolitik atau ekspektoran, jika perlu.

Berdasarkan panduan SIKI PPNI (2018) dan SLKI PPNI (2019),

maka intervensi yang sesuai pada bersihan jalan napas tidak efektif

berhubungan dengan spasme jalan napas yaitu setelah dilakukan asuhan

keperawatan selama 3x10 jam, diharapkan bersihan jalan napas meningkat

(L.01001) dengan kriteria hasil batuk efektif meningkat, produksi sputum

menurun, suara napas bersih, frekuensi napas membaik, pola napas

membaik, dengan intervensi manajemen jalan napas (I.01011) berupa

observasi : monitor pola napas, monitor bunyi napas, monitor sputum,

terapeutik : atur posisi semi-fowler, berikan minum hangat, lakukan

fisioterapi dada, lakukan penghisapan lender kurang dari 15 detik, berikan

oksigen jika perlu, edukasi : anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, ajarkan

teknik batuk efektif, kolaborasi : pemberian bronkodilator, ekspektoran,

mukolitik, jika perlu.


126

Perencanaan asuhan keperawatan yang akan dilakukan pada kedua

klien dengan diagnosa keperawatan pola napas tidak efektif berhubungan

dengan hambatan upaya napas berdasarkan kriteria hasil yaitu setelah

dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 10 jam diharapkan pola napas

membaik dengan kriteria hasil dispnea menurun, penggunaan otot bantu

pernapasan menurun, frekuensi napas dalam membaik. Rencana tindakan

keperawatan meliputi observasi : monitor frekuensi, irama, kedalaman dan

upaya napas, monitor pola napas, monitor kemampuan batuk efektif, monitor

adanya produksi sputum, auskultasi bunyi napas, monitor saturasi oksigen,

terapeutik : dokumentasi hasil pemantauan, edukasi : jelaskan tujuan dan

prosedur pemantauan, informasikan hasil pemantauan, jika perlu.

Berdasarkan panduan SIKI PPNI (2018) dan SLKI PPNI (2019),

maka intervensi yang sesuai pada pola napas tidak efektif berhubungan

dengan hambatan upaya napas yaitu setelah dilakukan asuhan keperawatan

selama 3x10 jam diharapkan pola napas membaik (L.01004) dengan kriteria

hasil tekanan ekspirasi meningkat, tekanan inspirasi meningkat, dispnea

menurun, penggunaan otot bantu napas menurun, kedalaman napas

membaik, dengan intervensi pemantauan respirasi (I.01014) meliputi

observasi : monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas, monitor

pola napas, monitor kemampuan batuk efektif, monitor adanya produksi

sputum, monitor adanya sumbatan jalan napas, palpasi kesimetrisan ekspansi

paru, auskultasi bunyi napas, monitor saturasi oksigen, terapeutik :


127

dokumentasi hasil pemantauan, edukasi : jelaskan tujuan dan prosedur

pemantauan, informasikan hasil pemantauan, jika perlu.

Perencanaan keperawatan yang akan dilakukan pada kedua klien

dengan diagnosa keperawatan hipertermia berhubungan dengan proses

penyakit berdasarkan kriteria hasil yaitu setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3 x 10 jam diharapkan keseimbangan termoregulasi

membaik dengan kriteria hasil menggigil menurun, suhu tubuh anak dalam

rentang normal, tidak ada perubahan warna kulit, tidak terjadi kejang.

Rencana tindakan keperawatan meliputi observasi : identifikasi penyebab

hipertermia, monitor suhu tubuh, monitor haluaran cairan, monitor

komplikasi akibat hipertermia, terapeutik : longgarkan atau lepaskan

pakaian, lakukan kompres hangat, edukasi : anjurkan tirah baring, kolaborasi

: pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu.

Berdasarkan panduan SIKI PPNI (2018) dan SLKI PPNI (2019),

maka intervensi yang sesuai pada hipertermia berhubungan dengan proses

penyakit yaitu setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x10 jam

diharapkan keseimbangan termoregulasi membaik (L.14134) dengan kriteria

hasil menggigil menurun, suhu tubuh anak dalam rentang normal, tidak ada

perubahan warna kulit, tidak terjadi kejang, dengan intervensi manajemen

hipertermia (I.15506) meliputi observasi : identifikasi penyebab hipertermia,

monitor suhu tubuh, monitor haluaran cairan, monitor komplikasi akibat

hipertermia, terapeutik : longgarkan atau lepaskan pakaian, basahi dan kipasi


128

permukaan tubuh, lakukan kompres hangat, edukasi : anjurkan tirah baring,

kolaborasi : pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu.

Perencanaan keperawatan yang akan dilakukan pada klien 1 dengan

diagnosa keperawatan ansietas berhubungan dengan krisis situasional

berdasarkan kriteria hasil yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama 3 x 10 jam diharapkan tingkat ansietas menurun dengan kriteria hasil

klien tidak menangis ketika melihat perawat, klien kooperatif dan mau

bersosialisasi dengan lingkungan sekitar, postur tubuh, ekspresi wajah dan

tingkat aktivitas menunjukkan cemas menurun. Rencana tindakan

keperawatan meliputi observasi : monitor tanda-tanda ansietas, terapeutik :

cipatakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan, pahami

situasi yang membuat ansietas, gunakan pendekatan yang tenang dan

meyakinkan, edukasi : anjurkan keluarga untk tetap bersama klien, latih

kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan, kolaborasi : pemberian

obat antiansietas, jika perlu.

Berdasarkan panduan SIKI PPNI (2018) dan SLKI PPNI (2019),

maka intervensi yang sesuai pada ansietas berhubungan dengan krisis

situasional yaitu setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x10 jam

diharapkan tingkat ansietas menurun (L.09003) dengan kriteria hasil klien

tidak menangis ketika melihat perawat, klien kooperatif dan mau

bersosialisasi dengan lingkungan sekitar, postur tubuh, ekspresi wajah dan

tingkat aktivitas menunjukkan cemas menurun, dengan intervensi reduksi

ansietas (I.09314) meliputi observasi : identifikasi saar tingkat ansietas


129

berubah (mis. kondisi, waktu, stressor), monitor tanda-tanda ansietas,

terapeutik : cipatakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan,

temani klien untuk mengurangi kecemasan, jika memungkinkan, pahami

situasi yang membuat ansietas, gunakan pendekatan yang tenang dan

meyakinkan, edukasi : jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin

dialami, anjurkan keluarga untk tetap bersama klien, latih kegiatan

pengalihan untuk mengurangi ketegangan, kolaborasi : pemberian obat

antiansietas, jika perlu.

Perencanaan asuhan keperawatan yang akan dilakukan pada klien 2

dengan diagnosa keperawatan defisit pengetahuan berhubungan dengan

kurang terpapar informasi berdasarkan kriteria hasil yaitu setelah dilakukan

tindakan keperawatan selama 3x10 jam diharapkan tingkat pengetahuan

meningkat dengan kriteria hasil orang tua dapat mengungkapkan

pemahaman tentang penyakit anaknya, orang tua dapat menjelaskan kembali

apa yang telah dipaparkan perawat, orang tua mampu merawat pasien ketika

dirumah dan mampu menghindari lingkungan yang tidak baik kepada pasien.

Rencana tindakan keperawatan meliputi observasi : identifikasi kesiapan dan

kemampuan menerima informasi, terapeutik : sediakan materi dan media

pendidikan kesehatan, berikan kesempatan untuk bertanya, edukasi :

jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan, ajarkan perilaku

hidup bersih dan sehat.

Berdasarkan panduan SIKI PPNI (2018) dan SLKI PPNI (2019),

maka intervensi yang sesuai pada defisit pengetahuan berhubungan dengan


130

kurang terpapar informasi yaitu setelah dilakukan asuhan keperawatan

selama 3x10 jam diharapkan tingkat pengetahuan meningkat (L.12111)

dengan kriteria hasil perilaku sesuai anjuran meningkat, kemampuan

mengungkapkan pemahaman tentang penyakit anaknya meningkat,

pertanyaan tentang masalah yang dihadapi menurun, persepsi yang keliru

terhadap masalah yang dihadapi menurun dengan intervensi edukasi

kesehatan (I.12383) meliputi observasi : identifikasi kesiapan dan

kemampuan menerima informasi, identifikasi faktor-faktor yang dapat

meningkatkan dan menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat,

terapeutik : sediakan materi dan media pendidikan kesehatan, berikan

kesempatan untuk bertanya, edukasi : jelaskan faktor risiko yang dapat

mempengaruhi kesehatan, ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat.

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang

dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan

yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria

hasil yang diharapkan (Yustiana & Ghofur, 2016).

Berdasarkan perencanaan yang dibuat peneliti melakukan tindakan

keperawatan yang telah disusun sebelumnya untuk mengatasi masalah

bersihan jalan napas tidak efektif pada kedua klien. Tindakan yang dilakukan

meliputi mengidentifikasi kemampuan batuk, memonitor adanya retensi

sputum, memonitor tanda dan gejala infeksi saluran napas, mengatur posisi

semi-fowler, memberikan minum hangat, melakukan fisioterapi dada,


131

memberikan oksigen, menjelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif dan

mengolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran dan mukolitik, jika

perlu. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Syafiati et al (2021) dapat

disimpulkan bahwa penatalaksanaan fisioterapi dada dapat meningkatkan

efisiensi pola napas dan bersihan jalan napas dibuktikan dengan penurunan

frekuensi napas, retraksi dinding dada menjadi tidak ada, suara napas

tambahan berkurang, SpO2 meningkat dan suhu tubuh membaik.

Tindakan keperawatan selanjutnya yang dilakukan pada klien 1 dan

2 untuk mengatasi masalah keperawatan pola napas tidak efektif yaitu

memonitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas, memonitor pola

napas, memonitor kemampuan batuk efektif, memonitor adanya produksi

sputum, mengauskultasi bunyi napas, memonitor saturasi oksigen,

mendokumentasi hasil pemantauan, menjelaskan tujuan dan prosedur

pemantauan dan menginformasikan hasil pemantauan, jika perlu. Hal ini

sesuai dengan teori Ridha (2014) menyebutkan setelah memberikan oksigen

selama sesak dapat disimpulkan bahwa berpengaruh pada kebutuhan oksigen

karena pada klien bronkopneumoia banyak memenuhi kebutuhan oksigenasi

dan merupakan kebutuhan dasar yang berperan sebagai proses metabolisme

dalam sel.

Tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah keperawatan

hipertermia pada klien 1 dan 2 yaitu sesuai dengan intervensi yang telah

dibuat meliputi mengidentifikasi penyebab hipertermia, memonitor suhu

tubuh, memonitor haluaran cairan, memonitor komplikasi akibat


132

hipertermia, melonggarkan atau lepaskan pakaian, melakukan kompres

hangat, menganjurkan tirah baring dan mengolaborasi pemberian cairan dan

elektrolit intravena, jika perlu. Menurut teori Ridha (2014) bahwa pemberian

terapi cairan dan antipiretik dapat mengatasi hipertermia pada klien dengan

bronkopneumonia. Didukung dari hasil penelitian Muthahharah dan Nia

(2019) bahwa pemberian kompres hangat dilakukan karena dapat membantu

dalam menurunkan suhu tubuh klien yang mengalami bronkopneumonia.

Tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah keperawatan

ansietas pada klien 1 yaitu sesuai dengan intervensi yang telah dibuat.

Peneliti melakukan tindakan yaitu memonitor tanda-tanda ansietas,

mencipatakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan,

memahami situasi yang membuat ansietas, menggunakan pendekatan yang

tenang dan meyakinkan, menganjurkan keluarga untuk tetap bersama klien,

melatih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan dan

mengolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu. Menurut teori Putri

dan Iskandar (2021) pencegahan terhadap trauma pada anak salah satunya

dengan menurunkan atau mencegah dampak perpisahan keluarga/orang tua

karena dapat membantu dalam menurunkan rasa cemas serta takut terhadap

anak.

Tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah keperawatan defisit

pengetahuan pada klien 2 sesuai dengan intervensi yang telah dibuat yaitu

mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi,

menyediakan materi dan media pendidikan kesehatan, memberikan


133

kesempatan untuk bertanya, menjelaskan faktor risiko yang dapat

mempengaruhi kesehatan dan mengajarkan perilaku hidup bersih dan sehat.

Didukung dari hasil penelitian Antoro dan Kurniasari (2019) bahwa

diberikan pendidikan kesehatan tentang bronkpneumonia melalui media

leaflet sangat berpengaruh terhadap sikap orang tua dalam pencegahan

bronkopneumonia di Rumah Sakit Daerah May Jend. HM. Ryacudu

Lampung Utara Tahun 2018. Pendidikan kesehatan merupakan upaya

persuasi atau pembelajaran kepada masyarakat agar mau melakukan

tindakan (praktik) untuk memelihara (mengatasi masalah-masalah) dan

meningkatkan kesehatannya. Pendidikan kesehatan dapat mempengaruhi

seseorang akan pilihan hidup terutama dalam pencegahan diri dan keluarga

dari suatu penyakit seperti hal nya dalam penelitian ini adalah pencegahan

bronkopneumonia (Antoro & Kurniasari, 2019).

Berdasarkan uraian diatas pada klien 1 dan 2 dilakukan semua

tindakan yang telah direncanakan dengan baik, namun ada beberapa rencana

yang tidak dilakukan karena disesuaikan dengan kebutuhan klien.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses

keperawatan yang berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang

telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain. Evaluasi keperawatan

mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan keperawatan

yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan klien (Yustiana & Ghofur,

2016).
134

Hasil evaluasi yang sudah didapatkan setelah perawatan selama 3

hari pada klien 1 dan 2. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan

dengan spasme jalan napas pada klien 1 teratasi pada hari ke 3 pada tanggal

09 Maret 2023, sedangkan pada klien 2 teratasi hari ke 3 pada tanggal 11

Maret 2023. Sesuai dengan kriteria perencanaan yaitu menunjukkan batuk

efektif meningkat, produksi sputum menurun, suara napas tambahan bersih,

frekuensi napas membaik, pola napas membaik.

Hasil evaluasi yang sudah didapatkan setelah perawatan selama 3

hari pada klien 1 dan 2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan

hambatan upaya napas pada klien 1 teratasi pada hari ke 3 pada tanggal 09

Maret 2023, sedangkan pada klien 2 teratasi pada hari ke 3 pada tanggal 11

Maret 2023. Klien 1 dan 2 setiap per 8 jam sebagian teratasi dan perencanaan

tetap dilanjutkan. Sesuai dengan kriteria perencanaan yaitu dispnea

menurun, penggunaan otot bantu napas menurun, kedalaman napas

membaik.

Hasil evaluasi yang sudah didapatkan setelah perawatan selama 3

hari pada klien 1 dan 2. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit

pada klien 1 teratasi pada hari ke 3 pada tanggal 09 Maret 2023 sedangkan

klien 2 teratasi pada hari ke 3 tanggal 11 Maret 2023. Sesuai dengan kriteria

perencanaan yaitu menggigil menurun, suhu tubuh klien direntang normal

(36.5-37˚C), tidak ada perubahan warna kulit, tidak terjadi kejang.

Hasil evaluasi yang sudah didapatkan setelah perawatan selama 3

hari pada klien 1 dan 2. Ansietas berhubungan dengan dampak hospitalisasi


135

pada klien 1 teratasi pada hari ke 3 pada tanggal 09 Maret 2023 sedangkan

klien 2 tidak mengalami hospitalisasi. Sesuai dengan kriteria perencanaan

yaitu anak tidak menangis ketika melihat perawat, klien kooperatif dan mau

bersosialisasi dengan lingkungan sekitar, postur tubuh, ekspresi wajah dan

tingkat aktivitas menunjukkan cemas menurun.

Hasil evaluasi yang sudah di dapatkan setelah perawatan selama 3

hari pada klien 1 dan 2. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang

terpapar informasi pada klien 1 tidak terjadi sedangkan pada klien 2 sudah

teratasi pada hari ke 3 pada tanggal 11 Maret 2023. Sesuai dengan kriteria

perencanaan yaitu perilaku sesuai anjuran meningkat, kemampuan

mengungkapkan pemahaman tentang penyakit anaknya meningkat,

pertanyaan tentang masalah yang dihadapi menurun, persepsi keliru terhadap

masalah yang dihadapi menurun.

Berdasarkan uraian diatas peneliti berasumsi bahwa pada klien 1 dan

2 tidak dilakukan semua tindakan yang telah direncanakan tetapi disesuaikan

lagi dengan kondisi kebutuhan klien.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan bab IV, maka kesimpulan dan

saran, adalah sebagai berikut :

A. Kesimpulan

1. Pengkajian

Berdasarkan hasil pengkajian yang didapatkan dari kedua klien

menunjukkan adanya keluhan utama yang sama. Keluhan utama yang

dirasakan klien 1 dan 2 memiliki kesamaan dengan teori yang terdapat pada

manifestasi klinis di bab II yaitu klien mengalami batuk berdahak, sesak

napas, frekuensi napas meningkat, demam tinggi, terdapat suara napas

tambahan seperti ronki dan wheezing dan klien tampak gelisah. Dari hasil

pemeriksaan penunjang pun menunjukkan hasil yang sama yaitu kesan

bronkopneumonia.

2. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan diagnosa keperawatan menurut teori yang dituangkan

dalam bab II, disebutkan bahwa bronkopneumonia terdapat 10 diagnosa

yang dapat ditegakkan, yang dimana pada tinjauan kasus terdapat

kesenjangan. Pada klien 1 dan 2 masing-masing ditegakkan 4 diagnosa,

dimana 3 diagnosa yang sama pada kedua klien yaitu bersihan jalan napas

tidak efektif, pola napas tidak efektif dan hipertermia, sedangkan 2 diagnosa

yang berbeda antara klien 1 dan 2 yaitu ansietas dan defisit pengetahun.

136
137

3. Intervensi Keperawatan

Perencanaan yang digunakan dalam kasus pada klien sesuai dengan

teori, hampir semua intervensi setiap diagnosa keperawatan sesuai dengan

kebutuhan klien.

4. Implementasi Keperawatan

Pelaksanaan tindakan kasus ini di laksanakan sesuai dengan

intervensi yang sudah dibuat, sesuai dengan kebutuhan kedua klien dengan

Bronkopneumonia.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi yang dilakukan peneliti selama 3 hari pada kedua klien

menghasilkan semua diagnosa keperawatan telah teratasi selama masa

perawatan dirumah sakit.

B. Saran

1. Bagi peneliti

Hasil penelitian yang peneliti lakukan dapat menjadi acuan yang

berkaitan dengan penyakit bronkopneumonia maupun juga dengan asuhan

keperawatan pada klien anak dengan bronkopneumonia sebagai

pembandingan untuk peneliti selanjutnya.

2. Bagi tempat penelitian

Studi kasus yang peneliti lakukan tentang asuhan keperawatan pada

pasien anak dengan Bronkopneumonia di ruang Flamboyan C dan Mawar

RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan dapat menjadi acuan bagi


138

perawat dalam memberikan asuhan keperawatan secara professional dan

komprehensif. Peneliti juga memberikan saran agar perawat ruangan

memberikan promosi kesehatan mengenai Bronkopneumonia pada klien

dan keluarga agar dampak dari penyakit ini bisa di cegah lebih lanjut.

3. Bagi perkembangan ilmu keperawatan

Hasil penelitian yang peneliti lakukan dapat menambah keluasan

ilmu khususnya keperawatan dalam melakukan asuhan keperawatan pada

klien anak dengan bronkopneumonia dan juga memacu pada peneliti

selanjutnya sebagai bahan pembandingan dalam melakukan penelitian pada

klien anak dengan bronkopneumonia.


139

DAFTAR PUSTAKA

Amin, Kuswardani, Setiawan. "Pengaruh Chest Therapy Dan Infra Red Pada
Bronchopneumonia." Jurnal Fisioterapi Dan Rehabilitasi, 2018: 9-16.

Amila, Jek Amidos Pardedei, Galvani Volta Simanjuntak, Yasinta L.A Nadeak.
"Peningkatan Pengetahuan Orang Tua Tentang Bahaya Merokok Dalam
Rumah Dan Pencegahan ISPA Pada Balita." Jurnal Pengabdian
Masyarakat, 2021: 69.

Andi Akifa Sudirman, Dewi Modjo, Fanie Isradianty. "Hubungan Pengetahuan Dan
Perilaku Orang Tua Terhadap Penyakit Bronkopenumonia Pada Anak di
RSUD Tani Dan Nelayan Boalemo." Riset Rumpun Ilmu Kesehatan, 2023:
125-138.

Andriyani S, Veroneka Yosefpa Windahandayani, Dewi Damayanti, Umi Faridah,


Yulia Indah Permata Sari, Aniska Indah Fari, Novita Anggraini, Ketut
Suryani, Yulian Heiwer Matongka. Asuhan Keperawatan Pada Anak.
Medan: Yayasan Kita Menulis, 2021.

Arufina, Muslimah Wiguna. "Asuhan Keperawatan Pada Pasien Anak Dengan


Fokus Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas." PENA MEDIKA JURNAL
KESEHATAN, 2018: 66-72.

Astuti, W.T, Diniyah, N. "Penerapan Terapi Inhalasi Nebulizer Untuk Mengatasi


Bersihan Jalan Napas Pada Pasien Bronkopneumonia." Jurnal
Keperawatan Karya Bhakti, 2019: 7-13.

Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Timur. Jumlah Kasus Penyakit Menurut
Jenis Penyakit dan Kabupaten/Kota 2020. Kalimantan Timur: Dinas
Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur, 2020.

Bennete M.J. Pediatric Pneumonia. 2013.

Christian T. Kaunang, Ari L. Runtunuwu, Audrey M.I. Wahani. "Gambaran


Karakteristik Pneumonia Pada Anak yang dirawat di Ruang Perawatan
Intensif Anak RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado." e-Clinic, 2016.

Elsi Wulandari, Siska Iskandar. "Asuhan Keperawatan Gangguan Pemenuhan


Kebutuhan Oksigen Dengan Postural Drainase Pada Balita Pneumonia Di
Wilayah Kerja Puskesmas Swah Lebar Kota Bengkulu." Journal Of Nursing
and Public Health, 2021: 30-37.

Hidayatin, Titin. "PENGARUH PEMBERIAN FISIOTERAPI DADA DAN


PURSED LIPS BREATHING (TIUPAN LIDAH) TERHADAP
140

BERSIHAN JALAN NAPAS PADA ANAK BALITA DENGAN


PNEUMONIA." Jurnal Surya, 2019: 15-22.

Hockenberry, Marilyn J, David Wilson. Pediatric Nursing Keperawatan Anak.


Elsevier Mosby , 2013.
Jacob, Delwien Esther. Sandjaya. "FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI KUALITAS HIDUP MASYARAKAT KARUBAGA
DISTRICT SUB DISTRICT TOLIKARA PROPINSI PAPUA." Jurnal
Nasional Ilmu Kesehatan, 2018: 1-16.

Jayani, Dwi Hadya. 10 Penyebab Utama Kematian Balita di Dunia. Indonesia:


Ourworldindata.org, 2019.

Budi Antoro, Septi Kurniasari. "Pengaruh Pendidikan Kesehatan Melalui Media


Leaflet Terhadap Sikap Orang Tua Dalam Pencegahan Pneumonia Pada
Balita Di Rumah Sakit Daerah May Jend. HM. Ryacudu Lampung Utara."
Malahayati Nursing Journal, 2019: 227-238.

Muthahharah, Andi Nia. "Intervensi Tepid Sponge Pada Anak Yang Mengalami
Bronkopneumonia Dengan Masalah Hipertermi." Jurnal Media
Keperawatan, 2019: 103-108.

Nawafilaty, Tawaduddin. Elya Umi Hanik. Asah Asih Asuh. Tuban: Mitra Karya,
2018.

Nurarif, Amin Huda, Hardhi Kusuma. Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis NANDA & NIC-NOC Jilid 1. Jombang: Media Action,
2015.

Nursakina, Tartila, Ifran. "Laporan Kasus Berbasis Bukti Perbandingan


Ultrasonogrfai Paru dan Rontgen Dada sebagai Alat Bantu Diagnostik
Pneumonia Pada Anak." Sari Pediatri, 2021: 319-324.

PDPI Lampung & Bengkulu. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Juni 14, 2017.
http://klikpdpi.com/index.php?mod=article&sel=7896. (accessed Februari
21, 2023).

Pearce, Evelyn C. Anatomi Dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT Gramedia


Pustaka Utama, 2019.

Putri, Liza. Siska Iskandar. Buku Ajar Keperawatan Anak. Sumatra Barat: Insan
Cendekia Mandiri, 2021.

PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia, 2017.
141

PPNI, Tim Pokja SIKI DPP. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia, 2018.

PPNI, Tim Pokja SLKI DPP. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia, 2019.

Rahayu, Suci Fitri. Mariani, Esme Anggeriyane, Sutrisari Sabrina N, Nur Hijrah
Tiala, Sulistiyani Prabu A, Qoriah N, Yofa Anggraini U, Lamria S, Ito
Wardin, Yuniske P, Wa Nuliana, Anis Laela M. Keperawatan Anak.
Padang: PT. Global Eksekutif Teknologi , 2022.

Ridha, H. Nabiel. Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,


2014.

Safitri, Reza Wardana. Roro Lintang Suryani. "Batuk Efektif Untuk Mengurangi
Sesak Nafas Dan Sekret Pada Anak Dengan Diagnosa Bronkopneumonia."
Jurnal Inovasi Penelitian, 2022: 5751-5756.

Sunarti, Sri. Panduan Menyusui. Jakarta: Sunda Kepala Pustaka, 2013.


Setiaji. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2021.

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitaif, Kualitatif dan


R&D). Bandung: CV Alfabeta, 2013.

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitaif, Kualitatif dan


R&D). Bandung: CV Alfabeta, 2015.

Sukma, Ari. Indriyani, Ningtyas. "Pengaruh Pelaksanaan Fisioterapi Dada


(Clapping) Terhadap Bersihan Jalan Napas Pada Anak Dengan
Bronkopneumonia." Journal of Nursing and Health 5 (2021): 9-18.

Watkins. Lembaga Kesehatan dan Anak Memperingatkan Satu Anak Meninggal


Akibat Pneumonia Setiap 39 detik. London: Unicef Indonesia, 2019.

Wulandari D, Erawati M. Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar, 2016.

Yanthi, Dwi. Fitri Annisa, Zulia Putri Perdani, Nurhusna, Yuli Lestari, Eva Yuliani,
Anis Laela Megasari, Anita Apriliawati, Sri Melfa Damanik. Pengantar
Keperawatan Anak. Medan: Yayasan Kita Menulis, 2022.

Yuniarti. Asuhan Tumbuh Kembang Neonatus Bayi-Balita Dan Anak Pra-Sekolah.


Bandung: Refika Aditama, 2015.
142

Yustiana Olfah, Abdul Ghofur. Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: Pusat


Pendidikan SDM Kesehatan, 2016.

Zairinayati. Lingkungan Fisik Rumah dan Penyakit Pneumonia. Jakarta: Pascal


Books, 2022.

Anda mungkin juga menyukai