Anda di halaman 1dari 128

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.

S DENGAN
KETUBAN PECAH DINI DAN ANEMIA RINGAN
DI RSUD SAYANG CIANJUR

DISUSUN OLEH:
SRI UTARI
NIM : P17324215059

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN BANDUNG
PROGRAM STUDI KEBIDANAN BOGOR
2018
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. S DENGAN
KETUBAN PECAH DINI DAN ANEMIA RINGAN
DI RSUD SAYANG CIANJUR

Laporan Tugas Akhir


Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan Pendidikan
Diploma III Kebidanan

DISUSUN OLEH:
SRI UTARI
NIM : P17324215059

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN BANDUNG
PROGRAM STUDI KEBIDANAN BOGOR
2018
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. IDENTITAS PRIBADI
Nama Lengkap : Sri Utari
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat dan Tanggal Lahir : Bogor, 13 Januari 1998
Alamat : Jl. H Mawi Desa Waru Jaya
RT 01/03
Kec. Parung Kab. Bogor
No telepon : 083812190468

2. RIWAYAT PENDIDIKAN
SD Negeri Waru 02 : Tahun 2004 -2009
SMP Yapia Parung : Tahun 2009 - 2012
SMA Negeri 1 Ciseeng : Tahun 2012 - 2015
Diploma III Poltekes Kemenkes Bandung : Tahun 2015 – Sekarang
Prodi Kebidanan Bogor
Scanned by CamScanner
POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG
PROGRAM STUDI KEBIDANAN BOGOR
LAPORAN TUGAS AKHIR
SRI UTARI NIM P17324215059
Asuhan Kebidanan Pada Ny. S dengan Ketuban Pecah Dini dan Anemia
Rigan di Ruang Bersalin RSUD Sayang Cianjur

Iv, 6 bab, 70 hal, 9 Lampiran, 1 Tabel

ABSTRAK
Ketuban pecah dini (KPD) adalah keadaan pecahnya selaput ketuban
sebelum dimulainya tanda persalinan. Berdasarkan buku register pada tahun 2017
di RSUD Sayang Cianjur, jumlah ibu bersalin sebanyak 3734 orang dan yang
mengalami KPD yaitu 1394 orang (37,3%), sehingga penulis tertarik untuk
melakukan asuhan laporan tugas akhir dengan kasus KPD.
Tujuan asuhan laporan tugas akhir ini adalah agar penulis mampu
melakukan asuhan kebidanan komprehensif pada Ny. S dengan KPD. Penyusunan
laporan tugas akhir ini dengan metode studi kasus menggunakan pendekatan
manajemen kebidanan menurut varney dan pendokumentasian dengan metode
SOAP.
Berdasarkan data subjektif didapatkan bahwa Ny. S usia 25 tahun kehamilan
pertama belum pernah keguguran mengeluh keluar air-air dari kemaluan sejak
pukul 16.00 WIB. Ibu meras akan mules sejak pukul 01.00 WIB, belum keluar
lendir bercampur darah. Usia kehamilan 37 minggu. Data objektif IMT : 28,125.
TTV dalam batas normal. TFU 29 cm TBJ ( 29-11) x 155 = 2.790 gram. Leopold
I teraba bokong. Leopold II punggung Kiri. Leopold III bagian terendah kepala,
tidak dapat digoyangkan. Leopold IV kepala sudah masuk PAP. Divergen.
Penurunan kepala 4/5. DJJ 146 x/menit, teratur. Pemeriksaan dalam pembukaan 1
cm selaput ketuban negatif, Pemeriksaan kertas lakmus berubah menjadi biru. Hb
9,9 g/dL, Leukosit 8,3 10^3/µL. Analisa yang ditegakkan Ny.S usia 25 tahun
G1P0A0 usia kehamilan 37 minggu dengan KPD 23 jam dan anema ringan. Janin
tunggal hidup, presentasi kepala. Penatalaksanaan yang dapat dilakukan
mementau kemajuan persalinan, keadaan umum, tanda-tanda vital,persalinan
pervaginam, menyiapkan alat partus, hecting dan resusitasi set, serta memberi
dukukangan rasa nyaman, menolong persalinan menggunakan teknik APN.
Setelah dilakukan asuhan kebidanan ibu diperbolehkan pulang karena kondisi ibu
dan bayi sehat.
Saran kepada klien menganjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang
dapat meningkatkan Hemoglobin, dan diharapkan kontrol sesuai jdwal atau
kontrol jika ada kehulan serta dapat melakukan perawatan luka perineum.

Kepustakaan : 31 (2006-2016)
Kata kunci : Asuhan Kebidanan, Persalinan, Persalinan Ketuban Pecah
Dini.

i
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME, karena


atas segala Rahmat dan Karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan
Tugas Akhir (LTA) ini dengan judul “Asuhan Kebidanan Pada Ny. S Dengan
Ketuban Pecah Dini Dan Anemia Ringan”.
Tujuan dari penulisan laporan tugas akhir ini uuntuk memenuhi salah
satu syarat dalam menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Politeknik
Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Bandung Program
Studi Kebidanan Bogor.
Penulis menyadari selama melakukan penyusunan laporan tugas akhir
ini banyak menemukan kesulitan dan hambatan, namun atas segala bantuan
dan bimbingan serta arahan dari berbai pihak penulis mampu menyelesaikan
laporan tugas akhir ini tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang
sedalam-dalamnya kepada :
1. Dr. Ir. H. Osman Syarif, MKM selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Bandung.
2. Hj. Ns. Enung Harni Susilawati, Skp.MKM selaku Ketua Program Studi
Kebidanan Bogor Politeknik Kesehatan Kementerian Bandung.
3. Ibu Risna Dewi yanti, M.Keb selaku pembimbing dalam penulisan
laporan tugas akhir ini.
4. Ibu Dedes Fitria, M.Keb Selaku dosen Pembimbing Akademik.
5. Ibu Sinta Nuryati, M.keb sekalu wali tingkat jalur umum tingkat III B
Program Studi Kebidanan Bogor.
6. Ibu Upik Masyrifah, S.ST selaku CI Ruang Bersalin dan pembimbing
lahan praktik Asuhan Kebidanan Patologis di RSUD Sayang Cianjur.
7. Seluruh staff, CI, bidan, dan karyawan RSUD Sayang Cianjur yang tidak
bisa saya sebutkan satu-persatu.
8. Seluruh dosen dan staf Program Studi Kebidanan Bogor Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Bandung.

ii
9. Ayah dan Ibu kedua orang tua serta keluarga yang sangat luar biasa,
mereka sangat berpengaruh besar sebagai penyemangat dalam setiap
langkahku sampai saat ini.
10. Kepada Ny. S dan keluarga yang telah Bekerjasama dengan baik dalam
pelaksanaan asuhan kebidanan yang pada Ny. S
11. Serta teman-teman mahasiswi jalur Umum Tingkat III angkatan 17
Program Studi Kebidanan Bogor Politeknik Kesehatan Kementrian
Kesehatan RI Bandung telah mewarnai langkahku dan selau memberikan
dukungan.
Penulis menyadari dalam penyusunan laporan tugas akhir ini
masih jauh dari sempurna, sehingga penulis mengharapkan ktitik dan
saran yang membangun.
Semoga laporan tugas akhir ini dapat memberikan manfaat bagi
penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Bogor, Mei 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
RIWAYAT HIDUP
PERNYATAAN BEBAS PLAGIATISME
ABSTRAK ............................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................. ii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... iii
DAFTAR TABEL ................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 3
C. Tujuan ................................................................................................... 3
D. Manfaat ................................................................................................. 4
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Konsep Persalinan Normal ................................................................... 5
B. Konsep Ketuban Pecah Dini ................................................................. 11
C. Anemia dalam Kehamilan .................................................................... 23
D. Induksi Persalinan ................................................................................ 26
E. Aplikasi Manajemen Kebidanan dengan Ketuban Pecah Dini ............. 30
F. Kewenangan Bidan dalam Asuhan Kebidanan dengan Ketuban
Pecah Dini ........................................................................................... 32
BAB III METODELOGI
A. Metode...................................................................................................35
B. Teknik pengumpulan data ....................................................................38
BAB IV TINJAUAN KASUS
A. Asuhan Kebidanan Intranatalcare........................................................39
B. Asuhan Kebidanan Posnatalcare..........................................................52
BAB V PEMBAHASAN
A. Data Subjektif ......................................................................................59
B. Data Objektif ........................................................................................61
C. Analisa .................................................................................................63
D. Penatalaksanaan ...................................................................................63
E. Faktor Pendukung.................................................................................67
F. Faktor Penghambat .............................................................................68

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan ..........................................................................................69
B. Saran .....................................................................................................69

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Lembar bimbingan

Lampiran 2: Lembar Observasi

Lampiran 3: Asuhan Kebidanan Postnatal Care

Lampiran 4: Asuhan Kebidanan Neonatal

Lampiran 5: Satuan Acara Penyuluhan Tanda Bahaya Nifas

Lampiran 6: Satuan Acara Penyuluhan Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir

Lampiran 7: Satuan Acara Penyuluhan ASI Ekslusif

Lampiran 8: Satuan Acara Penyuluhan Imunisasi Dasar

Lampiran 9: Satuan Acara Penyuluhan Kontrasepsi pada Pasangan Usia Subur

iii
DAFTAR TABEL

1. Tabel 2.1 penilaian serviks untuk indikasi persalian (Skor Bishop)......... 29

iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut WHO tahun 2015 dalam Gobal Health Obsevactory (GHO)
menyajikan bahwa Angka Kematian Ibu dunia sebesar 303 per 100.000
kelahiran hidup. Artinya setiap hari di tahun 2015 sekitar 830 wanita
meninggal karena komplikasi kehanilan dan persalinan.1
Berdasarkan SDKI tahun 2012 AKI 359 kematiana bu per 100.000
kelahiran hidup, sedangkan pada tahun 2015 berdasarkan hasil Survei
Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 305 kematian ibu per 100.000kelahiran
hidup dan AKB sebesar 22,23 per 1.000 kelahiran hidup.2 Penyebab kematian
ibu di Indonesia yaitu perdarahan (30,3%), hipertensi(27,1%) dan Infeksi
(7,3%), lain- lain ( 40,8%). Infeksi dapat terjadi pada masa kehamilan,
persalinan, nifas karena pecahnya ketuban sebelum proses persalinan. 3
AKI di Jawa Barat berdasarkan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota
Provinsi Jawa Barat yang terjadi tahun 2015 jumlah yang terlaporkan sebanyak
83,47/100.000 KH.4
Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum
dimulainya tanda inpartu. Dalam keadaan normal 8-10% perempuan aterm
akan mengalami ketuban pecah dini.5
KPD akan terjadi pada 1% kehamilan. KPD secara umum disebabkan oleh
kontraksi uterus dan peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena pada
daerah tertentu terjadi perubahan biokimia yang menyebabkan selaput ketuban
inferior rapuh, bukan seluruh selaput ketuban inferior. 5
Beberapa faktor penyebab yang berkaitan dengan terjadinya KPD yaitu
pekerjaan, paritas, usia kehamilan, nutrisi, riwayat KPD sebelumnya dan
Riwayat penyakit. Adapun penyebab dari KPD antara lain inkompetensi
serviks (leher rahim), ketegangan leher rahim, kelainan letak, kelainan jalan
lahir, kelainan bawaan dan selaput ketuban, infeksi, trauma dan anemia dalam
kehamilan..9,10,11,12,13

1
Pengaruh anemia terhadap kehamilan adalah menyebabkan hipoksia dan
defisiensi besi sehingga dapat meningkatkan konsentrasi norepinefrin serum
yang dapat menginduksi stres ibu dan janin, yang merangsang sintesis
corticotropin releasing hormone (CRH ). Konsentrasi CRH merupakan
peningkatan faktor risiko utama untuk persalinan dengan ketuban pecah
sebelum waktunya.15
Ibu yang mengalami kekurangan nutrisi saat hamil, hal ini berkaitan
dengan terjadinya anemia dalam kehamilan. Anemia dalam kehamilan
merupakan salah satu etiologi dari kejadian ketuban pecah dini. Berdasarkan
hasil penelitian telah diteliti 125 kasus Ketuban Pecah Dini. Sebanyak 82
responden (65,6%) mengalami anemia sedangkan yang tidak mengalami
anemia sebanyak 43 (34,4%).15
Komplikasi yang mungkin sering terjadi pada kasus ketuban pecah dini
seperti infeksi pada ibu bisa terjadi korioamnionitis dan Pada bayi akan terjadi
persalinan prematur, septikemia, pneumonia, omfalitas. umumnya terjadi
korioamnionitis sebelum janin terinfeksi, hipoksia dan asfiksia serta sindrom
deformitas janin.5
Pada kejadian KPD juga dapat dilakukan Induksi persalinan yang
merupakan suatu upaya agar persalinan mulai berlangsung sebelum atau
sesudah kehamilan cukup bulan dengan jalan merangsang timbulnya his.
Angka kejadian KPD di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sayang
Cianjur dilihat dari persentase dalam Tiga tahun terakhir mengalami
peningkatan yang cukup besar yaitu pada tahun 2015 jumlah persalinan
mencapai 6578 orang dan terdapat kasus KPD sebanyak 16,69%. Jumlah
tersebut semakin meningkat dimana Pada tahun 2016 jumlah persalinan
terdapat 6814 orang dengan kasus ketuban pecah dini sebanyak 16,89% dan
pada tahun 2017 jumlah persalinan sebanyak 3734 orang dengan ketuban pecah
dini sebanyak 37,3%.21
Dari sejumlah kasus KPD pada tahun 2017 di RSUD Sayang Cianjur
jumlah persalinan normal dengan KPD 1258 orang. Adapun persalinan yang

2
mengalami gagal drip menigkatkan sectio caesarea dengan jumlah persalinan
236 orang.
Berdasarkan uraian diatas angka kejadian persalinan dengan Ketuban
Pecah Dini memang banyak dari jumlah keseluruhan persalinan namun
komplikasi yang biasanya diakibatkan dari ketuban pecah dini adalah infeksi
dan asfiksia pada bayi. Infeksi dapat menyebabkan kematian pada ibu. Maka
penulis tertarik untuk melakukan asuhan kebidanan dengan judul “Asuhan
Kebidanan pada Ny. S dengan Ketuban Pecah Dini di RSUD Sayang
Cianjur” menggunakan pendekatan manajeman kebidanan dengan harapan
penatalaksanaan pada pasien Ketuban Pecah Dini dapat dilaksanakan dengan
baik.

B. Rumusan Masalah dan Lingkup Masalah


1. Rumusan masalah
Rumusan masalah dari laporan tugas akhir ini yaitu begaimana
menerapkan manajemen kebidanan pada Ny. S dengan Ketuban Pecah Dini
di RSUD Sayang Cianjur.
2. Lingkup Masalah
Lingkup masalah dari laporan tugas akhir ini adalah melakukan asuhan
kebidanan pada Ny. S dengan Ketuban Pecah Dini dan Anemiaringan di
RSUD Sayang Cianjur yang akan dilaksanakan pada tanggal 20 Februari
2018 sampai 21 Februari 2018.

C. Tujuan Masalah
1. Tujuan Umum
Agar penulis mampu memahami dan menerapkan asuhan kebidanan yang
tepat pada pasien Ny. S dengan Ketuban Pecah Dini dan Anemia Ringan di
RSUD Sayang Cianjur.

3
2. Tujuan Khusus
a. Diperoleh data subjektif dari Ny. S dengan Ketuban pecah dini dan
Anemia Ringan diruang Bersalin RSUD Sayang Cianjur.
b. Diperoleh data objektif dari Ny. S dengan Ketuban pecah dini dan Anemia
Ringan diruang Bersalin RSUD Sayang Cianjur.
c. Diperoleh data analisa dari Ny. S dengan Ketuban pecah dini dan Anemia
Ringan diruang Bersalin RSUD Sayang Cianjur.
d. Dilakukan data penatalaksanaan dari Ny. S dengan Ketuban pecah dini
dan Anemia Ringan diruang Bersalin RSUD Sayang Cianjur.
e. Diketahui data faktor pendukung dan penghambat dalam memberikan
asuhan pada Ny. S dengan Ketuban pecah dini dan Anemia Ringan diruang
Bersalin RSUD Sayang Cianjur.

D. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan lapotan tugas akhir ini ditujukan untuk :
1. Lahan Praktik
Penulisan laporan tugas akhir ini Sebagai bahan masukan kepada
Rumah Sakit sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan
kebidanan terutama mengenai pendekatan manajemen kebidanan
pada ibu dengan Ketuban Pecah Dini.
2. Profesi Bidan
Penulisan laporan tugas kahir ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman dan mengaplikasikan pengalaman dalam engaplikasikan
ilmu untuk memberikan asuhan kebidanan yang sesuai kewenangan
pada klien dengan Ketuban Pecah Dini.
3. Klien dan keluarga
Klien dan keluarga dapat mencegah dan mendeteksi secara dini serta
dapatsegera mengambil keputusan yang tepat untuk datang ke fasilitas
kesehatanbila terdapat tanda dan gejala Ketuban Pecah Dini.

4
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Persalinan Normal


1. Definisi Persalinan
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin
turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan
ketuban didorong keluar melalui jalan lahir.13
Persalinan adalah proses pergerakan keluarnya janin, plasenta, dan
membran dari dalam rahim melalui jalan lahir. Proses ini berawal dari
pembukaan dan dilatasi serviks akibat kontraksi uterus dengan
frekuensi,durasi, dan kekuatan yang teratur.14
Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan
pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul
dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu.
Sehingga dapat disimpulkan Persalinan adalah Proses membuka atau
menipisnya serviks akibat kontraksi uterus yang terjadi pada bayi cukup
bulan atau hampir cukup bulan, yang disusul dengan pengeluaran plasenta
dan selaput janin melalui jalan lahir.

2. Tahanpan Proses Persalian


a. Kala I : Dimulai dari saat persalinan mulai sampai
pembukaan lengkap (10 cm). Proses ini terbagi dalam
2 fase, fase laten (8 jam) serviks membuka sampai 4
cm dan fase aktif (7 jam) serviks membuka dari 4
sampai 10 cm. kontraksi lebih kuat dan sering selama
fase aktif.
b. Kala II : Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai
bayi lahir. Proses ini biasanya berlangsung 2 jam
pada primipara dan 1 jam pada multipara.
c. Kala III : Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya

5
plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit.
d. Kala IV : Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam
pertama post partum.5

3. Teori Persalinan
Terdapat berbagai teori persalinan diantaranya adalah :
a. Teori Penurunan Progesteron
Vili koriales mengalami perubahan – perubahan, sehingga kadar
estrogen dan progesteron menurun. Menurunnya kadar kedua hormon
ini terjadikira – kira 1 – 2 minggu sebelum partus dimulai. Selanjutnya
otot rahim menjadi sensitif terhadap oksitosin. Penurunan kadar
progesteron pada tingkat tertentu menyebabkan otot rahim mulai
kontraksi.16 Progesteron menimbulkan relaksi otot – otot rahim.
Sebaliknya estrogen meninggikan kerentanan otot rahim. Selama
kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar progesteron dan
estrogen didalam darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar progesteron
menurun sehingga timbul his. 16
b. Teori Oksitosin
Menjelang persalinan, terjadi peningkatan reseptor oksitosin dalam
otot rahim, sehingga mudah terangsang saat disuntikan oksitosin dan
menimbulkan kontraksi. Diduga bahwa oksitosin dapat menigkatkan
pembentukan prostaglandin da persalinan dapat berlangsung terus.16
c. Teori Keregangan Otot Rahim
Keadaan uterus yang terus membesar dan menjadi tegang
mengikbatkan iskemia otot – otot uterus. Hal ini merupakan faktor yang
dapat menganggu sirkulasi uteroplasenter sehingga plasenta mengalami
degenerasi (Winkjosastro, 2005). Otot rahim mempunyai kemampuan
meregang sampai batas tertentu. Apabila batas tersebut sudah terlewati,
maka akan terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai. 16

6
d. Teori Prostaglandin
Prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua, disangka menjadi salah
satu sebab permulaan persalinan. Prostaglandin dapat melunakkan
serviks dan merangsang kontraksi, bila diberikan dalam bentuk infus
atau secara intravaginal.16
Prostaglandin sangat meningkat pada cairan amnion dan desidua
dari minggu ke 15 hingga aterm,dan kadarnya meningkat hingga ke
waktu partus. 16
e. Teori Janin
Terdapat hubungan hipofisis dan kelenjar suprarenal yang
menghasilkan sinyal kemudian diarahkan kepada maternal sebgai tanda
bahwa janin telah siap lahir. Namun mekanisme ini belum diketahui
secara pasti.16

4. Gejala dan tanda persalinan


a. Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan adanya kontraksi
b. Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan/atau
vagina.
c. Perinium menonjol
d. Vulva dan sfingter ani membuka
e. Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.
Tanda pasti kala dua ditentukan melalui periksa dalam (informasi obyektif)
yang hasilnya adalah :
a. Pembukaan servik telah lengkap atau
b. Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina.6

5. Faktor yang mempengaruhi persalinan.


Faktor – Faktor Primer Yang Mempengaruhi Persalinan, meliputi 5P yaitu:
a. Kekuatan (Power), yaitu merupakan kekuatan mengejan ibu
untukmengeluarkan janin dan plasenta dari uterus.

7
b. Jalan Lahir (Passage) yang Meliputi keadaan jalan lahir ibu, yaitu
lebarpanggul, vagina, dan introitus. Ukuran dan bentuk paggul harus
ditentukansebelum persalinan dimulai.
c. Janin dan Plasenta (Passanger), meliputi Keadaan janin (letak,
presentasi,ukuran/berat janin, ada/tidak kelainan anatomi dan posisi
janin).
d. Posisi ibu, Posisi ibu mempengaruhi adaptasi persalinan. Posisi yang
menguntungkan bagi ibu adalah posisi tegak yang meliputi posisi
berdiri,berjalan, duduk dan jongkok.
e. Psikologis, tingkat kecemasan wanita selama bersalin akan meningkat
jika ia tidak memahami apa yang terjadi pada dirinya. Dengan kondisi
psikologis yang positif proses persalinan akan berjalan mudah.17

6. Mekanisme Persalinan Normal


a. Engangement pada primigravida terjadi pada bulan terakhir kehamilan,
sedangkan pada multigravida dapat terjadi pada awal persalinan. Masuknya
kepala akan mengalami kesulitan bila saat masuk ke dalam panggul dengan
sutura sagitalis dalam anteroposterior. Jika kapala masuk ke dalam pintu
atas panggul dengan sutura sagitalis melintang di jalan lahir, tulang parietal
kanan dan kiri sama tinggi, maka keadaan ini disebut sinklitismus. Kepala
pada saat melewati pintu atas panggul dapat juga dalam keadaan dimana
sutura sagitalis lebih 24 dekat ke promontorium atau ke sympisis maka hal
ini di sebut Asinklitismus. Ada dua macam asinklitismus. Asinklitismus
posterior dan asinklitismus anterior. 5
1) Asinklitismus Posterior yaitu keadaan bila sutura sagitalis mendekati
symfisis dan tulang parietal belakang lebih rendah dari pada tulang parietal
depan. Terjadi karena tulang parietal depan tertahan oleh simfisis pubis
sedangkan tulang parietal belakang dapat turun dengan mudah karena
adanya lengkung sakrum yang luas.

8
2) Asinklitismus Anterior yaitu keadaan bila sutura sagitalis mendekati
promontorium dan tulang parietal depan lebih rendah dari pada tulang
parietal belakang.
b. Penurunan Penurunan diakibatkan oleh kekuatan kontraksi rahim, kekuatan
mengejan dari ibu, dan gaya berat kalau pasien dalam posisi tegak. Berbagai
tingkat penurunan janin terjadi sebelum permulaan persalinan pada
primigravida dan selama Kala I pada primigravida dan multigravida.
Penurunan semakin berlanjut sampai janin dilahirkan, gerakan yang lain akan
membantunya.13
c. Fleksi sebagian terjadi sebelum persalinan sebagai akibat tonus otot alami janin.
Selama penurunan, tahanan dari serviks, dinding pelvis, dan lantai pelvis
menyebabkan fleksi lebih jauh pada tulang leher bayi sehingga dagu bayi
mendekati dadanya. Pada posisi oksipitoanterior, efek fleksi adalah untuk
mengubah presentasi diameter dari oksipitofrontal menjadi
suboksipitoposterior yang lebih kecil. Pada posisi oksipitoposterior, fleksi
lengkap mengkin tidak terjadi, mengakibatkan presentasi diameter yang lebih
besar, yang dapat menimbulkan persalinan yang lebih lama. 13
d. Putaran Paksi Dalam pada posisi oksipitoanterior, kapala janin, yang memasuki
pelvis dalam diameter melintang atau miring, berputar, sehingga oksipito
kembali ke anterior ke arah simfisis pubis. Putaran paksi dalam mungkin terjadi
karena kepala janin bertemu penyangga otot pada dasar pelvis. Ini sering tidak
tercapai sebelum bagian yang berpresentasi telah tercapai sebelum bagian yang
berpresentasi telah mencapai tingkat spina iskhiadika sehingga terjadilah
engagement. Pada posisi oksipitoposterior, kepala janin dapat memutar ke
posterior sehingga oksiput berbalik ke arah lubang sakrum. Pilihan lainnya,
kepala janin dapat memutar lebih dari 90 derajat 26 menempatkan oksiput di
bawah simfisis pelvis sehingga berubah ke posisi oksipitoanterior. Sekitar 75%
dari janin yang memulai persalinan pada posisi oksipitoposterior memutar ke
posisi oksipitoanterior selama fleksi dan penurunan. Bagaimanapun, sutura
sagital biasanya berorientasi pada poros anteriorposterior dari pelvis.13

9
e. Ekstensi Kepala yang difleksikan pada posisi oksipitoanterior terus
menurun di dalam pelvis. Karena pintu bawah vagina mengarah ke atas dan ke
depan, ekstensi harus terjadi sebelum kepala dapat melintasinya. Sementara
kepala melanjutkan penurunannya, terdapat penonjolan pada perineum yang
diikuti dengan keluarnya puncak kepala. Puncak kepala terjadi bila diameter
terbesar dari kepala janin dikelilingi oleh cincin vulva. Suatu insisi pada
perineum (episotomi) dapat membantu mengurangi tegangan perineum
disamping untuk mencegah perebakan dan perentangan jaringan perineum.
Kepala dilahirkan dengan ekstensi yang cepat sambil oksiput, sinsiput, hidung,
mulut, dan dagu melewati perineum. Pada posisi oksipitoposterior, kepala
dilahirkan oleh kombinasi ekstensi dan fleksi. Pada saat munculnya puncak
kepala, pelvis tulang posterior dan penyangga otot diusahakan berfleksi lebih
jauh. Dahi, sinsiput, dan oksiput dilahirkan semantara janin mendekati dada.
Sesudah itu, oksiput jatuh kembali saat kepala berekstensi, sementara hidung,
mulut, dan dagu dilahirkan. 13
6. Putaran Paksi Luar Pada posisi oksipitoanterior dan oksipitoposterior,
kepala yang dilahirkan sekarang kembali ke posisi semula pada saat
engagement untuk menyebariskan dengan punggung dan bahu janin. Putaran
paksi kepala lebih jauh dapat terjadi sementara bahu menjalani putaran paksi
dalam untuk menyebariskan bahu itu di bagian anteriorposterior di dalam
pelvis.13
7. Ekspulsi (Pengeluaran) Setelah putaran paksi luar dari kepala, bahu anterior
lahir dibawah simfisis pubis, diikuti oleh bahu posterior di atas tubuh perineum,
kemudian seluruh tubuh anak.13

10
B. Ketuban Pecah Dini
1. Definisi ketuban pecah dini
Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum
persalinan atau dimulainya tanda inpartu.6
Ketuban Pecah Dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum
waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh
sebelum waktunya melahirkan.8
Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum
persalinan. Bila Ketuban Pecah Dini (KPD) terjadi sebelum usia kehamilan 37
minggu disebut Ketuban Pecah Dini pada kehamilan prematur. Dalam keadaan
normal 8 – 10% perempuan hamil aterm akan mengalami Ketuban Pecah Dini. 5
Pada kesimpulan yang dapat diambil bahwa Ketuban Pecah Dini adalah
Pecahnya selaput ketuban sebelum terdapat tanda persalinan. Ketuban pecah dini
bisa terjadi pada usia kehamilan Aterm maupun pada kehamilan Prematur.
2. Etiologi ketuban pecah dini
Walaupun banyak publikasi tentang ketuban pecah dini, namunpenyebabnya
masih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan secara pasti.Beberapa laporan
menyebutkan faktor-faktor yang berhubungan erat denganKPD, namun faktor-
faktor mana yang lebih berperan sulit diketahui. 7
Adapun beberapa etiologi dari penyebab kejadian ketuban pecah dini menurut
beberapa ahli yaitu:
a. Serviks inkompeten (leher rahim)
Pada wanita dalam presentasi kecil dengan kehamilan yang jauh dari aterm,
serviks yang inkompeten dapat menipis dan berdilatasi bukan sebagai akibat dari
peningkatan aktifitas uterus melainkan akibat dari kelemahan intrinsik uterus
sehingga menyebabkan ketuban pecah.7
b. Ketegangan rahim berlebihan
Ketegangan rahim berlebihan maksudnya terjadi pada kehamilan kembar dan
hidramnion. Etiologi hidramnion belum jelas, tetapi diketahui bahwa
hidramnion terjadi bila produksi air ketuban bertambah, bila pengaliran air
ketuban terganggu atau kedua-duanya. Dicurigai air ketuban dibentuk dari sel-

11
sel amnion. Di samping itu ditambah oleh air seni janin dan cairan otak pada
anensefalus. Air ketuban yang dibentuk, secara rutin dikeluarkan dan diganti
dengan yang baru. Salah satu cara pengeluaran ialah ditelan oleh janin,
diabsorpsi oleh usus kemudian dialirkan ke plasenta untuk akhirnya masuk
peredaran darah ibu.17
Ekskresi air ketuban akan terganggu bila janin tidak bisa menelan seperti pada
atresia esophagus atau tumor-tumor plasenta. Hidramnion dapat memungkinkan
ketegangan rahim meningkat, sehingga membuat selaput ketuban pecah sebelum
waktunya.8
c. Kelainan letak janin dalam rahim
Kelainan letak janin dalam rahim maksudnya pada letak sungsang dan
lintang. Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap
ruangan dalam uterus. Pada kehamilan <32 minggu, jumlah air ketuban relatif
lebih banyak sehingga memungkinkan janin bergerak dengan bebas, dan
demikian janin dapat menempatkan diri dalam letak sungsang atau letak
lintang.16
Pada kehamilan trimester akhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air
ketuban relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai yang terlipat
lebih besar daripada kepala maka bokong dipaksa untuk menempati ruang yang
lebih luas difundus uteri, sedangkan kepala berada dalam ruangan yang lebih
kecil disegmen bawah uterus. Letak sungsang dapat memungkinkan ketegangan
rahim meningkat, sehingga membuat selaput ketuban pecah sebelum waktunya. 8
d. Kelainan jalan lahir
Kelainan jalan lahir maksudnya kemungkinan terjadi kesempitan panggul
yang terjadi pada perut gantung, bagian terendah belum masuk PAP, disporposi
sefalopelvik. Kelainan letak dan kesempitan panggul lebih sering disertai dengan
ketuban pecah dini namun mekanismenya belum diketahui dengan pasti. 8

e. Kelainan bawaan dari selaput ketuban

12
Pecahnya ketuban dapat terjadi akibat peregangan uterus yang berlebihan
atau terjadi peningkatan tekanan yang mendadak di dalam kavum amnion, di
samping juga ada kelainan selaput ketuban itu sendiri. Hal ini terjadi seperti pada
sindroma Ehlers-Danlos, dimana terjadi gangguan pada jaringan ikat oleh karena
defek pada sintesa dan struktur kolagen dengan gejala berupa hiperelastisitas
pada kulit dan sendi, termasuk pada selaput ketuban yang komponen utamanya
adalah kolagen. 72% penderita dengan sindroma Ehlers-Danlos ini akan
mengalami persalinan preterm setelah sebelumnya mengalami ketuban pecah
dini preterm.7
f. Infeksi
Infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput ketuban
dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah. Adanya infeksi
pada selaput ketuban (korioamnionitis lokal) sudah cukup untuk melemahkan
selaput ketuban di tempat tersebut. Bila terdapat bakteri patogen di dalam vagina
maka frekuensi amnionitis, endometritis, infeksi neonatal akan meningkat 10
kali. 16
Ketuban pecah dini sebelum kehamilan preterm sering diakibatkan oleh adanya
infeksi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa bakteri yang terikat pada
membrane melepaskan substrat seperti protease yang menyebabkan
melemahnya membran. Penelitian terakhir menyebutkan bahwa matriks
metaloproteinase merupakan enzim spesifik yang terlibat dalam pecahnya
ketuban oleh karena infeksi.8
g. Trauma
Trauma yang didapat, misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam,
maupun amniosintesis menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini karena
biasanya disertai infeksi. Frekuensi koitus pada trimester ketiga kehamilan yang
lebih dari tiga kaliseminggu diyakini berperan pada terjadinya KPD. Hal ini
berkaitan dengan kondisi orgasme yang memicu kontraksi rahim oleh karena
adanya paparan terhadap hormon prostaglandin didalam semen atau
cairansperma.10
h. Anemia

13
Pengaruh anemia terhadap kehamilan adalah KPD. Hasil penelitian ini sejalan
dengan teori dari Allen (2001) yang menyatakan bahwa anemia dapat
menyebabkan hipoksia dan defisiensi besi sehingga dapat meningkatkan
konsentrasi norepinefrin serum yang dapat menginduksi stres ibu dan janin, yang
merangsang sintesis corticotropin releasing hormone (CRH ). Konsentrasi CRH
merupakan peningkatan faktor risiko utama untuk persalinan dengan ketuban
pecah sebelum waktunya. CRH juga meningkatkan produksi kortisol janin, dan
kortisol dapat menghambat pertumbuhan longitudinal janin. Mekanisme
alternatif bisa jadi bahwa kekurangan zat besi meningkatkan kerusakan oksidatif
pada eritrosit dan unit fetoplasenta. Kekurangan zat besi juga dapat
meningkatkan risiko infeksi ibu yang mengakibatkan pecahnya ketuban terlalu
dini. 18

3. Faktor risiko ibu bersalin dengan ketuban pecah dini


a. Pekerjaan
Pekerjaan adalah suatu kegiatan atau aktivitas responden sehari-hari, namun
pada masa kehamilan pekerjaan yang berat dan dapat membahayakan
kehamilannya hendaklah dihindari untuk menjaga keselamatan ibu maupun
janin. Kejadian ketuban pecah sebelum waktunya dapat disebabkan oleh
kelelahan dalam bekerja. Hal ini dapat dijadikan pelajaran bagi ibu-ibu hamil
agar selama masa kehamilan hindari/kurangi melakukan pekerjaan yang berat. 19
Pola pekerjaan ibu hamil berpengaruh terhadap kebutuhan energi. Kerja Fisik
pada saat hamil yang terlalu berat dan dengan lama kerja melebihi tiga jam
perhari dapat berakibat kelelahan. Kelelahan dalam bekerja menyebabkan
lemahnya korion amnion sehingga timbul ketuban pecah dini. Pekerjaan
merupakan suatu yang penting dalam kehidupan, namun pada masa kehamilan
pekerjaan yang berat dan dapat membahayakan kehamilannya hendaklah
dihindari untuk menjaga keselamatan ibu maupun janin.20

b. Paritas

14
Multigravida atau paritas tinggi merupakan salah satu dari penyebab
terjadinya kasus ketuban pecah sebelum waktunya. Paritas 2-3 merupakan
paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian. Paritas 1 dan paritas tinggi
(lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi, risiko pada
paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstetric lebih baik, sedangkan risiko
pada paritas tinggi dapat dikurangi/ dicegah dengan keluarga berencana 21
Paritas kedua dan ketiga merupakan keadaan yang relative lebih aman untuk
hamil dan melahirkan pada masa reproduktif, karena pada keadaan tersebut
dinding uterus belum banyak mengalami perubahan, dan serviks belum terlalu
sering mengalami pembukaan sehingga dapat menyanggah selaput ketuban
dengan baik. Ibu yang telah melahirkan beberapa kali lebih berisiko mengalami
KPD, oleh karena vaskularisasi pada uterus mengalami gangguan yang
mengakibatkan jaringan ikat selaput ketuban mudah rapuh dan akhirnya pecah
spontan. Pada paritas yang rendah (satu), alat-alat dasar panggul masih kaku
(kurang elastik) daripada multiparitas.20
c. Riwayat KPD sebelumnya
Berisiko 2-4 kali mengalami KPD kembali. Patogenesis terjadinya KPD
secara singkat ialah akibat adanya penurunan kandungan kolagen dalam
membran sehingga memicu terjadinya KPD aterm dan KPD preterm terutama
pada pasien risiko tinggi. Wanita yang mengalami KPD pada kehamilan atau
menjelang persalinan maka pada kehamilan berikutnya akan lebih berisiko
mengalaminya kembali antara 3-4 kali dari pada wanita yang tidak mengalami
KPD sebelumnya, karena komposisi membran yang menjadi mudah rapuh dan
kandungan kolagen yang semakin menurun pada kehamilan berikutnya.22
d. Usia kehamilan
Usia kehamilan pada saat kelahiran merupakan satu-satunya alat ukur
kesehatan janin yang paling bermanfaat dan waktu kelahiran sering ditentukan
dengan pengkajian usia kehamilan. Pada tahap kehamilan lebih lanjut,
pengetahuan yang jelas tentang usia kehamilan mungkin sangat penting karena
dapat timbul sejumlah penyulit kehamilan yang penanganannya bergantung pada
usia janin. Periode waktu dari KPD sampai kelahiran berbanding terbalik dengan

15
usia kehamilan saat ketuban pecah. Jika ketuban pecah trimester III hanya
diperlukan beberapa hari saja hingga kelahiran terjadi dibanding dengan
trimester II. Makin muda kehamilan, antar terminasi kehamilan banyak
diperlukan waktu untuk mempertahankan hingga janin lebih matur. Semakin
lama menunggu, kemungkinan infeksi akan semakin besar dan membahayakan
janin serta situasi maternal.22
e. Nutrisi saat hamil
Kenaikan berat badan berkaitan dengan status nutrisi, kenaikan BB yang
selama hamil adalah 11,5-16 kg pada IMT normal yaitu 18,5-24,9 kg/m2.
Semakin sedikit kenaikan berat badan selama hamil semakin buruk satus gizi ibu
hamil. Sedangkan status gizi berkaitan dengan kejadian ketuban pecah dini. 20 Ibu
hamil dianjurkan untuk menambah asupan protein menjadi 12 % per hari 75-100
gram. Ibu hamil yang mengkonsumsi protein kurang dari kebutuhan akan
semakin tinggi resikonya untuk mengalami kejadian ketuban pecah dini. 11
Protein merupakan bagian dari zat gizi dan merupakan bagian terbesar tubuh
sesudah air. Seperlima bagian tubuh adalah protein, setengahnya ada di dalam
otot, seperlima di dalam tulang dan tulang rawan, sepersepuluh di dalam kulit
dan selebihnya di dalam jaringan lain dan cairan tubuh. Protein mempunyai
fungsi yang khas yang tidak dapat di gantikan oleh zat lain, yaitu membangun
serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh. Komponen utama dari selaput
ketuban adalah kolagen, serat kolagen merupakan komponen utama dari ECM
(Extracellular Matrix) dan merupakan protein berserat yang terdiri dari tiga buah
rantai, yang membentuk triple helix seperti, memberikan kekuatan tarik ke
ECM.
Sebagian besar bukti mengarah bahwa ketuban pecah dini berhubungan
dengan proses biokimia meliputi rusaknya kolagen antarmatriks ekstraseluler
amnion dan korion. Matriks ekstraseluler terdiri dari serat tiga dimensi diisi
dengan makromolekul yang berbeda seperti:
kolagen (terutama tipe I dan III), elastin, glukosaminoglikan, dan
proteoglikan. Serat Kolagen merupakan komponen utama dari ECM dan
merupakan protein berserat yang terdiri dari tiga sebuah rantai, yang membentuk

16
triple helix tali-seperti, memberikan kekuatan tarik ke ECM . Apabila ibu hamil
kekurangan protein maka kolagen dan elastin pada ECM (Extracellular Matrix)
akan berkurang menyebabkan daya regang ECM berkurang, selaput ketuban
menjadi tipis, lemah dan mudah pecah.
Rusaknya kolagen antar matriks ekstraseluler amnion, korion dan programmed
death of cell pada membrane janin dan lapisan uteri maternal (desidua) sebagai
respon terhadap berbagai rangsangan seperti peregangan membrane (membrane
stretching) dan infeksi saluran reproduksi, yang menghasilkan mediator seperti
prostaglandin, sitokin dan hormone protein
yang mengatur aktivitas enzim degradasi matriks. Komponen utama matriks
ekstraseluler adalah protein berserat. Protein sangat dibutuhkan untuk ibu hamil
selain untuk perkembangan janin, protein juga dibutuhkan untuk pembentukan
jaringan pada tubuh ibu termasuk jaringan ikat pada selaput ketuban. 20

f. Riwayat Penyakit
Pada riwayat penyakit yang dapat dijadikan sebagai faktor predisposisi
terjadinya ketuban pecah dini yaitu adanya riwayat infeksi traktus genital dan
anemia pada saat kehamilan. Karena penyakit tersebut sangat bepengaruh
terhadap terjadinya ketuban pecah dini. Sehingga perlu dilakukan pengkajian
riwayat penyakit untuk mengetahui faktor penyebab yang mungkin terjadinya
terhadap komplikasi yang sedang terjadi. 6

4. Tanda dan Gejalaketuban pecah dini


Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan air ketuban merembes melalui
vagina. Aroma air ketuban barbau amis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin
cairan tersebut merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna
darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai
kelahiran. Tetapi bila anda duduk atau berdiri, kepala janin yang terletak di
bawah biasanya mengganjal atau menyumbat kebocoran untuk sementara.
Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin betambah
cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi. 7

17
5. Patofisiologiketuban pecah dini
Ketuban pecah dini secara umum disebabkan oleh kontraksi uterus dan
peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertentu terjadi
perubahan biokimia yang menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh, bukan
karena seluruh selaput ketuban rapuh. 5
Terdapat keseimbangan antara sisntesis dan degrasi ekstraseluler matriks.
Perubahan struktur, jumlah sel, dan katabolisme kolagen menyebabkan aktivitas
kolagen berubah dan menyebabkan selaput ketuban pecah.5
Faktor risisko untu terjadinya ketuban pecah dini adalah :
a. Berkurangnya asam askorbik sebagai komponen kolagen.
b. kurangnya tembaga dan asama askorbik yang berakibat pertumbuhan
struktur abnormal karana antara lain merokok.

6. Diagnosis Ketuban Pecah Dini


Tentukan pecahnya selaput ketuban, dengan adanya cairan ketuban divagina.
Jika tidak ada dapat dicoba dengan menggerakan sedikit bagian terbawah janin
atau meminta pasien batuk atau mengedan. Penentuan cairan ketuban dapat
dilakukan dengan tes laksmus (Nitrazin Test) merah menjadi biru. Tentukan usia
kehamilan, bila perlu dengan pemeriksaan USG. Tentukan ada tidaknya infeksi.
Tanda-tanda infeksi adalah bila suhu ibu lebih dari 38°C serta air ketuban keruh
dan berbau. Leukosit darah >15.000/mm3. Janin yang mengalami takikardia,
mungkin mengalami infeksi intrauterin. Tentukan tanda-tanda persalinan dan
skoring pelvik. Tentukan adanya kontraksi yang teratur. Periksa dalam dilakukan
bila akan dilakukan penanganan aktif (terminasi kehamilan). 5
Pada Pemeriksaan dalam Cairan di dalam vagina dan selaput ketuban sudah tidak
ada lagi. Mengenai pemeriksaan dalam vagina dengan tocher perlu
dipertimbangkan, pada kehamilan yang kurang bulan yang belum dalam persalinan
tidak perlu diadakan pemeriksaan dalam pemeriksaan dalam vagina hanya
dilakukan pada ketuban pecah dini yang sudah dalam persalinan atau yang
dilakukan induksi persalinan dan dibatasi sedikit mungkin. 7

18
Pemeriksaan dalam sebaiknya tidak dilakukan kecuali akan dilakukan penangan
aktif (melahirkan bayi) karena dapat mengurangi latensi dan meningkatkan
kemungkinan infeksi.9

7. Komplikasi ketuban pecah dini


Komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah dini bergantung pada usia
kehamilan. dapat terjadi infeksi maternal ataupun neonatal, persalinan prematur,
hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden seksio
sesarea. Atau gagalnya persalinan normal.5
1. Persalinan prematur
Selaput ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan. Periode laten
tergantung usia kehamilan. pada kehamilan aterm 90% terjadi setelah ketuban
pecah. Pada kehamilan antara 28-34 minggu 50% persalinan dalam 24 jam. Pada
kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu. 5
2. Infeksi
Resiko infeksi ibu dan anak meningkat pada ketuban pecah dini. Pada ibu akan
terjadi korioamnionitis. Pada bayi akan terjadi septikemia, pneumonia, omfalitas,
umumnya terjadi korioamnionitis sebelum janin terinfeksi. Ketuban pecah dini
prematur, infeksi lebih sering pada aterm. Secara umum insiden infeksi skunder
5
pada ketuban peah dini meningkat sebandingdengan lamanya periode laten.
3. Hipoksia dan asfiksia
Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan tali pusat
sehingga terjadi asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan antara terjadinya
gawat janin dan derajat ologohidramnion, semakin sedikit air ketuban, janin
semakin gawat.5

4. Sindrom deformitas janin


Ketuban pecah dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan janin
terhambat, kelainan disebabkan kompresi muka dan anggota badan janin, serta
hipoplasi pulmonar.5

19
8. Penatalaksanaan ketuban pecah dini
A. Penatalaksanaan
1. Pastikan diagnosis
2. Tentukan umur kehamilan
3. Evaluasi ada tidaknya infeksi maternal ataupun infeksi janian.
Riwayat keluarnya air ketuban berupa cairan jernih keluar dari vagina yang
kadang-kadang disertai tanda-tanda lain dari persalinan.
Diagnosis ketuban pecah dini prematur dengan inspekulo diliat adanya cairan
ketuban keluar dari kavum uteri. Periksaan pH vagina perempuan hamil sekitar 4,5;
bila ada cairan ketuban pHnya sekitar 7,1-7,3. Antiseptik yang alkalin akan
menakan pH vagina.
Dengan pemeriksaan ultrasound adanya ketuban pecah dini dapat
dikonfirmasikan dengan adanya oligohidramnion. Nilai air ketuban normal
agaknya ketuban pecah dapat diragukan serviks. Penderita dengan kemungkinan
ketuban pecah dini harus masuk rumah sakit untuk pemeriksa lebih lanjut. Jika pada
perawtan air ketuban berhenti keluar, pasien dapat pulang untuk rawat jalan. Bila
terdapat persalinan dalam kala aktif. Korioamnionitis, gawat janin, persalinan
diterminasi. Bila ketuban pecah dini pada kehamilan prematur, diperlukan
penatakasanaan yang komprehensif. Secara umum penatalaksanaan pasien ketuban
pecah dini yang tidak dalam persalinan serta tidak ada infeksi dan gawat janin,
penatalakaanaan bergantung pada usia kehamilan.5
B. Penanganan
1. Konservatif
a. Rawat dirumah sakit.
b. berikan antibiotik (ampisilin 4x500 mg atau eritromisin bila tidak tahan
ampisilin) dan metrondazol 2x500 mg selama 7 hari.
c. Jika umur kehamilan <32-34 minggu, dirawat selama air ketuban masih
keluar. Atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.

20
d. Jika usia kehamilan 32-37 minggubelum innpatu, tidak ada tanda infeksi , tes
busa negatif beri deksamentason, observasi tanda-tanda infeksi, dan
kesejahteraan janin. Terminasi pada usia kehamilan 37 minggu.
e. Jika usia kehamilan 32-37 minggu , suhah inpartu , tidak ada tanda infeki,
berikan tokolitik (salbutamil), deksamentason, dan induksi sesudah 24 jam.
f. Jika usia ksia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan
lakukan induksi, nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi
intrauteri).
g. Pada usia kehamilan 32-37 minggu berikan steroid untuk memacu
kematangan paru janin dan bila meungkinkan periksa kadalesitin dan
spingomielin tiap minggu. Dosis betamentason 12 mg sehari dosis tunggal
selama 2 hari. Deksamentason IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali. 5
2. Aktif
Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio sesarea.
Dapat pula diberikan misoprostol 25𝜇g- 50𝜇g interavagial tiap 6 jam maksimal 4
kali. Bila ada tanda-tanda infeksi beikan antibiotik dosis tinggi dan persalinan
diakhiri.
1. Bila skor pelvik <5, lakukan pematangan serviks, kemudian induksi. Jika
tidak berhasil. Kahiri persalinan dengan seksio sesarea.
2. Bila skor pelvik >5, induksi persalinan.5

9. Penanganan pasien dengan ketuban pecah dini di Rumah Sakit Umum


Daerah (RSUD) Sayang Cianjur.
A. Pengertian
Kegiatan yang dilakukan pada pasien dengan ketuban pecah dini adalah kejadian
pecah selaput ketuban sebelum terjadi proses persalinan yang dapat terjadi pada
usia kehamilan cukup bulan atau kurang bulan. 12

B. Tujuan

21
SPO ini disusun sebagai dalam pelaksanaan kegiatan penanganan pasien dengan
ketuban pecah dini di RSUD sayang Cianjur.12
C. Kebijakan
Kebijakan direktur RSUD kelas B Cianjur No. 444/Kep.108/RSUD/2015 tentang
kebijkan MDG’s RSUD kelas B Cianjur.12
D. Prosedur
1. Lakukan Informed Consent
2. Lakukan pemeriksaan media dan USG
3. Lakukan pemeriksaan menggunakan kertas lakmus
4. Tatalaksana konservatif :
a. Perawatan Konservatif
b. Observasi tanda-tanda Infeksi
c. Awasi tanda-tanda persalinan
d. Pemberian antibiotika
e. USG
f. Injeksi Dexamentason 2x5 mg 4 gram
g. Berikan MgSo4 4 gram (20 cc MgSo4 20%)dilarutkan dalam 100 cc RL selama
15-20 menit (Brain Protector)
5. Lakukan pengelolaan aktif
a. Ukur kehamilan 20-28 minggu dan >37 minggu
b. Ada tanda-tanda infeksi
c. Timbulnya tanda-tanda persalinan
d. Gawat janin
6. Monitoring dan evaluasi pasien
7. Catat hasil kegiatan pada lembar rekam medik pasien dan asuhan kebidanan
8. Pulangkan pasien bila keadaan baik.12
e. Unit terkait
1. Kepala SMF
2. Dokter spesialis kebidanan dan penyakit kandungan
3. Bidan dengan klasifikasi minimal D-III Kebidanan.12
C. Anemia Dalam Kehamilan

22
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar Hemoglobin di
bawah 11 g% pada trimester 1 dan 3 atau kadar Hb < 10,5 g % pada trimester
2.7Nilai batas normal tersebut dan perbedaannya dengan kondisi wanita tidak hamil
terjadi karena hemodilusi, terutama pada trimester 2. Kebanyakan anemia dalam
kehamilan disebabkan oeh defisiensi besi danperdarahan akut bahkan tidak jarang
keduanya saling berinteraksi. 10
Anemia pada kehamilan dipengaruhi oleh nutrisi pada saat hamil. Kebutuhan
nutrisi saat kehamilan dianjurkan pada ibu hamil untuk meningkatkan asupan
energinya sebesar 285 kkal per hari. Tambahan energy ini bertujuan untuk
memasok kebutuhan ibu dalam memenuhi kebutuhan janin. 11
Anemia sebagian besar disebabkan oleh defisiensi zat besi, oleh karena itu
perlu ditekankan kepada ibu hamil untuk mengonsumsi zat besi selamahamil dan
setelah melahirkan. Kebutuhan zat besi selama hamil meningkat sebesar 300 %
(1.040 mg selama hamil) dan peningkatan ini tidak dapat tercukupi hanya dari
asupan makanan ibu selama hamil melainkan perlu ditunjang dengan suplemen zat
besi. Pemberian suplemen zat besi dapat diberikan sejak minggu ke-12 kehamilan
sebesar 30-60 gram setiap hari selama kehamilan dan enam minggu setelah
kelahiran untuk mencegah anemia postpartum. 11
Pemantauan konsumsi suplemen zat besi perlu juga diikuti dengan pemantauan
cara minum yang benar karena hal ini akan sangat memengaruhi efektivitas
penyerapan zat besi. Vitamin C dan protein hewani merupakan elemen yang sangat
membantu dalam penyerapan zat besi, sedangkan kopi, teh, garam kalsium,
magnesium dan filtrate ( terkandung dalam kacang-kacangan) akan menghambat
penyerapan zat besi. Namun, demikian bukan berarti zat makanan yang
menghambat penyerapan zat besi tidak bermanfaat bagi tubuh. Zat-zat ini tetap
dikonsumsi namun jangan diminum bersamaan dengan tablet zat besi. Berilah jarak
waktu kurang lebih 2 jam dari pemberian zat besi. Asam folat merupakan satu -
satunya vitamin yang kebutuhannya meningkat dua kali lipat selama hamil. Asam
folat sangat berperan dalam metabolism normal makanan menjadi energy,
pematangan sel darah merah, sintesis DNA, pertumbuhan sel, dan pembentukan
heme. Jika kekurangan asam folat maka ibu dapat menderita anemia megaloblastik

23
dengan gejala diare, depresi, lelah berat dan slalu mengantuk. Jika kondisi ini terus
berlanjut dan tidak segera ditangani maka pada ibu hamil akan terjadi BBLR,
ablasio plasenta, dan kelainan bentuk tulang belakang janin (spina bifida). 15
Jenis makanan yang banyak mengandung asam folat adalah ragi, hati, brokoli,
sayur berdaun hijau (bayam, asparagus), dan kacang-kacangan. Sumber lain adalah
ikan,daging, buah jeruk dan telur. Oleh karena asam folat tidak stabil dalam
pemanasan, maka dianjjrkan untuk memakan sayur-sayuran dalam mentah dengan
dicuci sebelumnya agar sisa pestisida dan cacing hilang. Kebutuhan asam folat ibu
hamil dengan sebanyak 280, 660 dan 470mikrogram untuk trimester I, II,III. Asam
folat sebaiknya diberikan 28 harisetelah ovulasi 28 hari pertama setelah kehamilan
karena sumsum tulangbelakang dan otak dibentuk pada minggu pertama kehamilan.
18

Metabolisme kalsium selama hamil mengalami perubahan yang sangat berarti.


Kadar kalsium dalam darah ibu hamil turun drastic sebanyak 5 %. Oleh karena itu,
asupan yang optimal perlu dipertimbangan. Sumber utama kalsium adalah susu dan
hasil olahannya, udang, sarang burung, sarden dalam kaleng, dan beberapa bahan
makanan nabati, seperti sayuran warnahijau tua dan lain-lain. 11
Pengaruh anemia terhadap kehamilan adalah KPD. Hasil yang menyatakan
bahwa anemia dapat menyebabkan hipoksia dan defisiensi besi sehingga dapat
meningkatkan konsentrasi norepinefrin serum yang dapat menginduksi stres ibu
dan janin, yang merangsang sintesis corticotropin releasing hormone (CRH ).
Konsentrasi CRH merupakan peningkatan faktor risiko utama untuk persalinan
dengan ketuban pecah sebelum waktunya. CRH juga meningkatkan produksi
kortisol janin, dan kortisol dapat menghambat pertumbuhan longitudinal janin.
Mekanisme alternatif bisa jadi bahwa kekurangan zat besi meningkatkan kerusakan
oksidatif pada eritrosit dan unit fetoplasenta. Kekurangan zat besi juga dapat
meningkatkan risiko infeksi ibu yang mengakibatkan pecahnya ketuban terlalu
dini.18
Transfusi untuk anemia dilakukan pada pasien dengan kondisi berikut :
a. Kadar Hb < 7 g/dL atau kadar hematocrit < 20%

24
b. Kadar Hb > 7 g/dL dengan gejala klinis : pusing, pandangan berkunang-kunang
6
atau takikardia (frekuensi nadi > 100 x per menit.)
1. Klasifikasi Anemia Dalam Kehamilan
Berdasarkan klasifikasi kadar hemoglobin pada ibu hamil dapat di bagi
menjadi 4 kategori yaitu : 24
a. Hb > 11 gr%Tidak anemia (normal)
b. Hb 9-10 gr% Anemia ringan
c. Hb 7-8 gr% Anemia sedang
d. Hb <7 gr% Anemia berat
2. Macam –macam Anemia
a. Anemia Defisiensi Besi
Anemia yang paling sering di jumpai yang di sebabkan karena
kekurangan unsur zat besi dalam makanan, karena gangguan absorpsi,
kehilangan zat besi yang keluar dari badan yang menyebabkan perdarahan. 5

Sebagai gambaran berapa banyak kebutuhan zat besi pada setiap kehamilan,
antara lain sebagai berikut:8
1. Meningkatnya Sel Darah Ibu 500 mg Fe
1. Terdapat dalam Plasenta 300 mg Fe
2. Untuk Darah Janin 100 mg Fe +
Jumlah: 900 mg Fe

b. Anemia Megaloblastik
Anemia megaloblastik disebabkan karena defisiensi asam folat dan juga
dapat terjadi karena defisiensi vitamin B12 (kobalamin). 13
Anemia karena defisiensi asam folat, jarang sekali karena defisiensi vitamin
B12 Hal ini erat hubungannya dengan defisiensi makanan. 5
c. Anemia Hipoplastik
Anemia hipoplastik terjadi karena sumsum tulang kurang mampu
membuat sel-sel darah merah baru. Penyebabnya belum diketahui, kecuali
yang disebabkan oleh infeksi berat (sepsis), keracunan, dan sinar rontgen atau
sinar radiasi.5

25
d. Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik disebabkan penghancuran/ pemecahan sel darah
merah lebih cepat dari pembuatannya.Gejala utama adalah anemia dengan
kelainan-kelainan gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala
komplikasi pada organ-organ vital. Disebabkan oleh karena sum-sum tulang
kurang mampu membuat sel-sel darah baru. Etiologi anemia hipoplastik karena
kehamilan hingga kini diketahui dengan pasti, kecuali yang disebabkan oleh
sepsis, sinar roentgen, racun dan obat-obatan. 5

D. Induksi
1. Definisi Induksi
Induksi persalinan adalah suatu upaya agar persalinan mulai berlangsung
sebelum atau sesudah kehamilan cukup bulan dengan jalan merangsang
timbulnya his.25
Induksi persalinan adalah upaya untuk melahirkan janin menjelang aterm
dalam keadaan belum terdapat tanda-tanda persalinan atau belum inpartu,
dengan kemungkinan janin dapat hidup di luar kandungan ( umur di atas 28
minggu ).8
1. Indikasi
Indikasi untuk dilakukan induksi persalinan antara lain :
a. Faktor bu tergantung derajat penyakit
1. Preeklamsia berat/ eklamsia yang tidak membaik denganterapi obat-
obatan.
2. Diabetes mellitus. 26
b. Faktor Janin
1. IUFD (Intra Uterine Fetal Death)
2. IUGR (Intra Uterine Growth Retardation)
3. Inkompatibilitas rhesus. 26

c. Keadaan Kehamilan
1. Prolanged pregnancy (usia kehamilan lebih dari 41 minggu)

26
2. Ketuban Pecah Dini (KPD), (Usia kehamilan lebih dari 34
minggu)
3. Amnionitis atau Khorioamnionitis
4. Solusio plasenta
5. Partus tak maju.26
2. Persyaratan induksi antara lain adalah sebagai berikut :
a. Presentasi
Presentasi harus kepala. Induksi persalinan tidak boleh dilakukan bila
ada letak lintang, presentasi majemuk dan sikap ekstensi pada janin, dan
hampir tidak boleh dilakukan kalau bayinya presentasi bokong. 27
b. Stadium Kehamilan
Semakin kehamilannya mendekati aterm, semakin mudah pelaksanaan
induksi.27
c. Stasiun
Kepala janin harus sudah masuk panggul. Semakin rendah kepala bayi,
semakin mudah dan semakin aman procedur tersebut. 27
d. Kematangan serviks
Serviks harus sudah mendatar, panjangnya kurang dari 1,3 cm (0,5 inci),
lunak, bisa dilebarkan dan sudah membuka untuk dimasuki sedikitnya satu
jari tangan dan sebaiknya dua jari tangan. Cincin ostium internum tidak
boleh kaku. Keadaan yang lebih menguntungkan adalah bilamana serviks
berada dalam garis pusat jalan lahir atau disebelah anteriornya. Kalau
serviks di sebelah posterior, kondisi untuk induksi kurang
menguntungkan.27
e. Paritas
Induksi pada multipara jauh lebih mudah dan lebih aman dari pada
primigravida, angka keberhasilan meningkat bersama-sama paritas.27

f. Maturitas janin

27
Umumnya semakin kehamilan mendekati 40 minggu, semakin baik
hasilnya bagi janin. Kalau kehamilan harus diakhiri sebelum aterm,
pengujian maturitas janin harus dilakukan untuk menetapkan sejauh
27
mungkin apakah janin akan dapat hidup diluar kandungan.
3. Penilaian Serviks ( Bishop Skor)
Skor Bishop adalah metode objektif untuk mengkaji apakah serviks
siap untuk induksi persalinan. Unsur utama dalam pengkajian tersebut
adalah dilatasi, penipisan (panjang kanal serviks), posisi, konsistensi, dan
station bagian presentasi janin. Lima karakteristik yang berbeda
dipertimbangkan dan masing-masing diberi skor antara 0 dan 3. Jika jumlah
totalnya mencapai 6 atau lebih, prognosis untuk induksi adalah baik. 19
Keberhasilan induksi persalinan tergantung pada skor pelvis. Jika skor ≥ 6
biasanya induksi cukup dilakukan dengan oksitosin. Jika ≤ 5, matangkan
serviks dengan prostaglandin atau kateter foley.13

Tabel 2.1 Penilaian serviks untuk induksi persalinan (Skor Bishop).13


Faktor Skor
0 1 2 3
Bukaan (cm) Tertutup 1-2 3-4 >5
Panjang serviks (cm) >4 3-4 1-2 <1
Konsistensi Kenyal Rata-rata Lunak -
Posisi Posterior Tengah Anterior -
Turunnya kepala (cm dari spina
iskiadika) -3 -2 -1 +1.+2
Turunnya kepala ( dengan
palpasi abdominal menurut
sistem perlimaan) 4/5 3/5 2/5 1/5

3. Okstosin
Salah satu metode yang paling umum dilakukan adalah metode infus
oksitosin. Menurut teori “See-Saw”, professor scapo dari Universitas
Washington menyatakan bahwa prostaglandin banyak dijumpai dalam jaringan
tubuh, progesterone mungkin menghalangi kerja prostaglandin sehingga tidak

28
terdapat kontraksi otot rahim, oksitosin dianggap merangsang pengeluaran
prostaglandin sehingga terjadi kontraksi otot rahim. Pemberian prostaglandin
langsung secara langsung dapat meningkatkan kontraksi otot rahim.
Prostaglandin merupakan obat yang cukup mahal, sedangkan induksi persalinan
dengan oksitosin murah dan efektif.8
Dosis interval penambahan dan lama pemberian masih banyak
diperdebatkan dan kemungkinan bervariasi menurut usia kehamilan, paritas, dan
skor serviks. Setiap klinik mempunyai protocol pemberian oksitosin yang
berbeda-beda untuk dipatuhi.28
1. Metode drip oksitosin dapat dilakukan sebagai berikut : 24
a. Sebaiknya dilakukan pada malam harinya ibu masuk rumah sakit.
b. Dapat diberikan laksan/enema
c. Dipasang infus dekstros 5% atau ringer laktat dengan 5 unit oksitosin
d. Tetesan pertama antara 8-12 tetes per unit dengan perhitungan setiap tetes
mengandung 0,0005 unit sehingga dengan pemberian 12 tetes/menit
terdapat oksitosin sebanyak 0,006 unit/menit.
e. Setiap 15 menit dilakukan penilaian. Jika tidak terdapat his adekuat,
jumlah tetesan ditambah 4 tetes, sampai maksimal mencapai 40 tetes per
menit atau 0,02 unit oksitosin/menit.
f. Tetesan maksimal dipertahankan dalam 2 kali pemberian 500 cc dekstros
5%.
g. Jika sebelum tetesan ke-40, sudah timbul kontraksi otot rahim yang
adekuat, tetesan terakhir dipertahankan, sampai persalinan berlangsung
h. Dalam literatur dikemukakan juga, bahwa pemberian oksitosin maksimal
setiap menit adalah 30-40 IU atau tetesan sebanyak 40 tetes per menit
dengan oksitosin sebanyak 10 IU.

2. Komplikasi pada induksi persalinan dengan oksitosin anatara lain adalah sebagai
berikut :

29
A. Pecahnya vasa previa dengan tanda perdarahan dan diikuti fetal distress,
darah merah segar.
B. Prolapsus bagian kecil janin terutama tali pusat.Gejala terjadinya rupture
uteri imminens atau rupture uteri.
C. Terjadinya fetal distress karena gangguan sirkulasi retro-plasenta pada
tetani uteri atau solusio plasenta.
D. Oksitosin merupakan obat yang kuat yang dapat mengakibatkan rupture
uteri yang berkaitan dengan cedera ibu dan janin ataupun kematian. Namun
dilaporkan saat ini rupture uteri yang berkaitan dengan pemakaian oksitosin
jarang dijumpai bahkan pada wanita para, kecuali bila terdapat jaringan
parut di uterus.24

E. Aplikasi Manajemen Kebidanan Dengan Ketuban Pecah Dini


1) Subjektif
a. Keluhan :
Pasien mengeluh merasa basah pada vagina, atau mengeluarkan cairan
yang
banyak secara tiba-tiba dari jalan lahir. Cairan berbau khas amoniak,
hisbelum teratur atau belum ada, dan belum ada pengeluaran lendir
darah.
b. Riwayat kehamilan saat ini : Hari pertama haid terakhir
c. Riwayat Kesehatan : Riwayat penyakit infeksi genitalia dan anemia
dalam
Kehamilan.
d. Aktifitas
e. Pola Nutrisi.
f. Personal Hygiene
g. Riwayat hubungan seksual

2) Objektif
a. Pemeriksaan tanda-tanda vital

30
b. Pemeriksaan abdomen
c. pemeriksaan genetalia :
1. Pemeriksaan dengan spekulum
2. Pemeriksaan dalam sebaiknya tidak dilakukan kecuali akan dilakukan
penangan aktif (melahirkan bayi) karena dapat mengurangi latensi
danmeningkatkan kemungkinan infeksi.
1) Pemeriksaan labolatorium
a. Uji pakis positif : pemakisan (ferning) disebut juga percabangan halus
b. (arborization), pada kaca objek (slide) mikroskop.
c. Tes lakmus (Tes Nitrazin) : lihat apakah kertas lakmus berubah
darimerah menjadi biru.
d. Pemeriksaan darah leukositosis >15.000 sel/mm3 tandakorioamnionitis.
e. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
3. Analisa
Analisa dapat ditegakkan setelah diperoleh data subjektif dan objektif.
Analisayang dapat ditegakkan yaitu G..P..A…Usia Kehamilan … Minggu
dengan Ketuban Pecah Dini…Jam…Janin Tunggal Hidup. Preskep. Keadaan ibu
dan janin baik.
4. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini adalah sebagai berikut :
a. Konservatif
1. Rawat dirumah sakit.
2. berikan antibiotik (ampisilin 4x500 mg atau eritromisin bila tidak tahan
ampisilin) dan metrondazol 2x500 mg selama 7 hari.
3. Jika umur kehamilan <32-34 minggu, dirawat selama air ketuban masih
keluar. Atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.
4. Jika usia kehamilan 32-37 minggu belum inpatu, tidak ada tanda infeksi, tes
busa negatif beri deksamentason, Observasi tanda-tanda infeksi, dan
kesehjahteraan janin. Terminasi pada usia kehamilan 37 minggu.
5. Jika usia kehamilan 32-37 minggu ,sudah inpartu ,tidak ada tanda infeki,
berikan tokolitik (salbutamil), deksamentason, dan induksi sesudah 24 jam.

31
6. Jika usia ksia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan
induksi, nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi
intrauteri).
7. Pada usia kehamilan 32-37 minggu berikan steroid untuk memacu kematangan
paru janin dan bila meungkinkan periksa kadalesitin dan spingomielin tiap
minggu. Dosis Deksamentason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari.
Deksamentason IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali.8
b. Aktif
Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio sesarea.
Dapat pula diberikan misoprostol 25𝜇g- 50𝜇g interavagial tiap 6 jam maksimal 4
kali. Bila ada tanda-tanda infeksi beikan antibiotik dosis tinggi dan persalinan
diakhiri.
1. Bila skor pelvik <5, lakukan pematangan serviks, kemudian induksi. Jika tidak
berhasil. Kahiri persalinan dengan seksio sesarea.
2. Bila skor pelvik >5, induksi persalinan.

F. Kewenangan bidan dalam asuhan persalinan dengan ketuban pecah


dini dan anemia ringan.
Dalam melaksanakan tugasnya sebagai bidan pelaksana, bidan memiliki
kewenangan yang menjadi pedoman dalam memberikan asuhan kebidanan
khususbya dalam asuhan persalinan Ketuban Pecah Dini. Pedoman yang dimaksud
adalah sebagai berikut :
1. Standar kompetensi
Berdasarkan Kepmenkes nomor 369 tahun 2007 tentang standar profesi
bidan harus mempunyai 9 kompetensi dalam memberikan pelayanan kebidanan,
diantara 4 kompetensi yang harus dimiliki bidan terdapat kompetensi ke-4 tentang
persalinan kala II yang aman yaitu bidan memberikan asuhan pada asuhan ibu
bersalin yang bermutu tinggi, tanggap dalam kebudayaan setempat selama
persalinan, memimpin selama persalinan yang bersih dan aman, menangani situasi
kegawatdaruratan tertentu untuk mengoptimalkan kesehatan wanita dan bayinya
yang baru lahir. Pada kompetensi ini bidan diharapkan dapat melakukan

32
pertolongan terutama pada persalinan fisiologisdan persalinan dengan Ketuban
Pecah Dini dengan tepat. Memberikan obat-obatan untuk mengurangi nyeri jika
diperlukan sesuai dengan kewenanga. Untuk penanganan tentang persalinan
penatalaksanaan yang dapat dilakukan oleh bidan terdapat pada standar pelayanan
kebidanan yaitu :31
A. Standar 9 : Asuhan Persalinan Kala Satu
memberikan pelayanan kebidanan yang memadai dalam mendukung
pertolongan persalinan yang bersih dan aman untuk ibu dan bayi.31
B. Standar 10: Persalinan Kala Dua Yang Aman
Memastikan persalinan yang bersih dan aman untuk ibu dan bayi.31
C. Standar 11: Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala II
Membantu secara aktif pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara
lengkap untuk mengurangi kejadian perdarahan pasca persalinan,
memperpendek kala 3, mencegah atoni uteri dan retensio plasenta. 31
D. Standar 12 Penanganan Kala II dengan gawat janin melaui Episiotomy
Mempercepat persalinan dengan episiotomy jika ada gawat janin pada saat
janin meregangkan perineum.31
Sedangkan pada Kompetensi ke-3 bidan memberikan asuhan antenatal
bermutu tinggi untuk mengoptimalkan kesehatan selama kehamilan yang
meliputi deteksi dini, rujukan atau komplikasi tertentu. Diantaranya bidan
mengenal tanda anemia ringan, anemia berat, Hyperemesis gravidarum,
kehamilan ektopik terganggu, abortus iminens, molahidatidosa dan komplikasi
lainnya. Kehamilan ganda, kelainan letak, serta pre-eklamsia.
2. Undang-undang
Berdasarkan UU No. 28 tahun 2017 tentang Izin Penyelenggaraan praktik
bidan pada pasal 19 ayat (3) bahwa dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu,
bidan berwenang melakukan :
a. Episiotomi.
b. pertolongan persalinan normal.
c. penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II.
d. penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan.

33
e. pemberian tablet tambah darah pada ibu hamil.
f. pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas.
g. fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini dan promosi air susu ibu eksklusif.
h. pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum;
i. penyuluhan dan konseling.
j. bimbingan pada kelompok ibu hamil dan
k. pemberian surat keterangan kehamilan dan kelahiran.31
pada point (d) tertulis bahwa penanganan kegawatdaruratan dilanjutkan
dengan perujukan, adapun penjabaran indikasi atau temuan untuk tindakan dan
rujukan segera selama persalinan sesuai dengan asuhan persalinan normal, yaitu
ketuban pecah dini.
Penatalaksanaan bidan dalam penanganan KPD, pada umumnya lebih baik
membawa semua pasien dengan KPD ke rumah sakit dan melahirkan bayi yang
berumur lebih dari 37 minggu dalam 24 jam dari pecahnya ketuban untuk
meminimalkan ririko infeksi intrauterine.13

34
BAB III
METODELOGI
A. Metode
Metode Laporan tugas akhir yang digunakan dalam menyusun karya
tulis ini dalah metode studi kasus dan jenis penelitiannya adalah deskriptif,
yaitu metode yang bersifat mengungkapkan pristiwa atau gejala yang pada
saat itu sedang dialami oleh klien, tertuju pada pemecahan masalah melalui
proses manajemen kebidanan. 29
Teknik pendekatan yang digunakan adalah manajemen kebidanan,
yaitu proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk
mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan,
keterampilan dalam rangkaian/tahapan yang logisuntuk mengambil suatu
keputusan yang terfokus dari klien yang terdiri dari tujuh langkah
yaitupengumpulan data dasar, interprestasi data dasar, identifikasi diagnosa
atau masalah potensial, mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang
memerlukan penanganan segera, merencanakan asuhan yang menyeluruh,
melakukan perencanaan, dan evaluasi. 29
Adapun metode pendokumentasian yang digunakan menggunakan
SOAP. Langkah-langkah dalam pendokumentasian SOAP.
S: Subjektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan klien
melalui anamnesa.
O: Objektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik
klien, hasil laboratorium dan tes diagnostik lain yang dirumuskan
dalam data fokus untuk mendukung asuhan.
A: Analisa
Menggambarkan pendokumentasian hasil dari interprestasi data
subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi:
1. Diagnosa/masalah
2. Antisipasi masalah/diagnosa potensial

35
3. Perlu tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi/kolaborasi
dan rujukan.
P: Penatalaksanaan
Menggambarkan pendokumentasian dari tindakan dan evaluasi
perencanaan berdasarkan analisa.
B. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data pada Karya Tulis Ilmiah
ini adalah :
1. Wawancara
Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk
mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau pendiri
lisan dari seseorang atau sasaran penelitian, atau bercakap-cakap,
berhadapan muka dengan orang tersebut. Jadi, data tersebut diperoleh
29
langsung dari responden melalui suatu pertemuan atau percakapan.
Pada kasus KPD, wawancara dilakukan untuk memperoleh data
subjektif yang berkaitan dengan kasus Ketuban Pecah Dini. Data yang
ditanyakan kepada pasien meliputi identitas pasien, keluhan utama, riwayat
kehamilan, sekarang, riwayat kesehatan ibu dan keluarga, pola nutrisi dan
hidrasi, eliminasi, istirahat, aktivitas, personal hygiene, hubungan seksual,
riwayat, psikososial, budaya dan ekonomi, kebiasaan hidup sehat. Sehingga
dari data tersebut penulis dapat mengetahui salah satu faktor penyebab
terjadinya Ketuban Pecah Dini yang nantinya dapat membantu dalam
penegakandiagnosa.29
2. Pemeriksan Fisik dan Pememriksaan Laboratorium
Merupakan suatu rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk
memperoleh data objektif klien sebenarnya, yang dilakukan secara
sistematis dan teliti sehingga didapatkan hasil yang akurat. 22
Pada kasus KPD, pemeriksaan fisik dilakukan untuk memperoleh
dataobjektif yang berkaitan dengan kasus Ketuban Pecah Dini. Pemeriksaan
yangdilakukan yaitu head to toe. Pada kasus Ketuban Pecah Dini

36
pemeriksaan terfokus pada pemeriksaan genetalia (Inspeksi dan
pemeriksaan inspekulo).
Sehingga dari hasil pemeriksaan tersebut dapat ditegakkan diagnosa.
Pada kasus ketuban pecah dini pemeriksaan laboratorium yang dilakukan
meliputi uji pakis positif, tes lakmus (Tes Nitrazin) dan pemeriksaan
darah(leukosit). Dari hasil pemeriksaan laboratorium disertai wawancara
danpemeriksaan fisik kepastian mendiagnosa ketuban pecah dini dapat
ditegakkan.
3. Observasi
Observasi adalah prosedur yang berencana, yang anatara lain meliputi,
meliha dan mencatatat jumlah dan taraf aktifitas tertentu yang ada
hubungannya dengan msalah yang yang diteliti. 29
Pada kasus KPD obervasi harus dilakukan untuk memantau bila ada
komplikasi yang akan timbul. Observasi yang dilakukan pada kasus ini
yaitusuhu dan nadi ibu setiap 2 jam, DJJ setiap 1 jam pada fase laten dan 30
menit pada fase aktif persalinan. Pada kala 1 fase aktif persalinan, observasi
dilakukan dengan menggunakan partograf untuk memantau keadaan janin
dan juga kemajuan persalinan. Pemantauan keadaan janin meliputi DJJ
setiap 30 menit, selaput ketuban dan molase setiap kali dilakukan
pemeriksaan dalam.
Kemajuan persalinan meliputi pembukaan serviks, penurunan kepala,
tekanan darah dan suhu diobservasi setiap 4 jam untuk kasus KPD
(pemeriksaan dalam tidak boleh sering dilakukan dan suhu setiap 2 jam)
sedangkan pemeriksaan kontraksi uterus dan nadi ibu diperiksa setiap 30
menit.
4. Studi Dokumentasi
Melakukan dengan mencari informasi data yang ada dan mencatat data
yang berhubungan dengan masa kehamilan melalui status pasien maupun
rekam medis. 30

37
Pendokumentasian dibuat dalam bentuk SOAP dari mulai ibu masuk RSUD
Cianjur hingga asuhan post partum 1 hari. Pendokumentasian yangdibuat
meliputi ANC,INC,PNC dan BBL hingga 1 hari.
5. Studi Literatur
Pengumpulan data yang diperoleh dari berbagai informasi, baik
berupa teori, generalisasi, maupun konsep yang telah dikemukakan
oleh berbagai ahli. 29
Penulis menggunakan sumber sebanyak sumber literatur dimulai dari tahun
2006 hingga 2016

38
BAB IV
TINJAUAN KASUS

A. Asuhan Kebidanan Intenatal


Hari, Tanggal Pengkajian : Minggu, 20 Februari 2018
Waktu Pengkajian : Pukul 05.30 wib
Tempat Pengkajian : IGD Kebidanan RSUD Sayang Cianjur
1. Identitas Klien
a. Nama : Ny. S Tn. A
b. Usia : 25 tahun 26 tahun
c. Suku bangsa : Sunda Sunda
d. Agama : Islam Islam
e. Pendidikan : S1 S1
f. Pekerjaan : IRT Karyawan swasta
g. Alamat : Taman Puri Lestari Taman Puri Lestari
h. Gol.Darah :A O

2. Alasan Datang
Ibu datang ke IGD Kebidanan pukul 05.30 WIB dirujuk oleh bidan dengan
diagnosa KPD. Ibu mengeluh mulas dan kelur air-air sejak kemarin tanggal
19 februari 2018 pukul 16.00 WIB.

3. Riwayat sebelum ke sakit


Ibu mengatakan keluar air-air berwarna jernih berbau khas ketuban
sejak pukul 16.00 WIB pada tanggal 19 Februari 2018. Ibu merasakan mules
sejak pukul 01.00 WIB, belum keluar lendir bercampur darah.
Ibu datang ke BPM pada pukul 01.00 WIB.Berdasarkan surat rujukan
pada saat di BPM ibu dilakukan pemeriksaan TTV dengan Hasil tekanan
darah 110/60 mmHg, nadi 79x/menit, respirasi 21x/menit, suhu 36,76°𝐶,
pada pemeriksaan Abdomen TFU 29 cm, Teraba Bokong, Punggung Kiri,
Bagian kanan teraba bagian kecil seperti jari-jari, kepala sudah masuk PAP,

39
DJJ 134x/menit, His 1x10’20 detik. Pada pemeriksaan genitalia vulva dan
vagina tidak ada kelainan, terdapat pengeluaran cairan berwarna jernih
berbau khas ketuban, portio tebal lunak, pembukaan 1 cm, presentasi
kepala, hodge 1. test lakmus merah menjadi biru.Ibu dirujuk berdasarkan
hasil pemeriksaan bidan menegakan diagnosa G1P0A0 Hamil 37 minggu
dengan ketuban pecah dini.

4. Riwayat Kehamilan Sekarang


Hari pertama haid terakhir tanggal 5 Juni 2017, Usia 37 kehamilan minggu.
Taksiran persalinan 12 Maret 2018. Gerakan janin dirasakan aktif pukul
05.35 WIB, ibu rutin ninum obat penambah darah yaitu tablet Fe yang
diberikan oleh bidan dan diminum 1 kali sehari pada pagi hari. tidak minum
jamu-jamuan. Ibu memeriksakan kehamilan pada usia kehamilan minggu.
Sudah 2 kali suntik TT pada saat usia kehamilan 3 bulan dan TT kedua pada
usia 6 bulan. Tidak ada kekhawatiran dan tidak ada tanda-tanda penyulit
pada kehamilan.

5. Riwayat Kesehatan Ibu dan Keluarga


Ibu tidak mengalami penyakit seperti keputihan, infeksi saluran kemih,
infeksi menular seksual.

6. Riwayat Psiko Sosial Ekonomi


Ini pernikahan yang pertama, usia pernikahan 1 tahun. Ibu dan keluarga
senang terhadap kehamilan ibu. Ibu sebelumnya menggunakan kontrasepsi
yaitu KB Pil dan tidak ada keluhan. Suami dan keluarga mendukung
terhadap kehamilan ibu, keluarga selalu mengantar ibu memeriksa
kehamilannya ke bidan, pengambilan keputusan dalam keluarga oleh suami.
Tidak ada kebudayaan atau pantangan-pantangan apapun pada kehamilan.
Ibu dan keluarga sudah menabung untuk biaya persalinan dan mempunyai
BPJS.

40
7. Pola Kegiatan Sehari-hari
a. Nutrisi dan Hidrasi
Ibu makan terakhir pukul 11.00 WIB dengan Nasi, telur dan sayur.
Minum terakhir dengan Air Putih 1 Botol dan teh manis 1 gelas pukul
15.00 WIB.
b. Eliminasi
Ibu Terakhir BAB 07.00 WIB (19 Febuari 2018) dan terakhir BAK pukul
14.10 WIB, tidak ada keluhan.
c. Istirahat
Ibu terakhir melakukan pekerjaan rumah pada tanggal (19 februari 2018)
dan mengeluh sangat lelah. Ibu terakhir tidur selama 4 jam yaitu dari jam
21.00 WIB sampai dengan 01.00 WIB. Bangun karena terasa mulas-
mulas.
d. Personal Hygine
Ibu mandi 2 kali sehari, ibu sering membersihkan daerah kewanitaannya
dan sering mengganti celana dalam ketika tertasa lembab. Ibu terakhir
mandi pada sore hari pukul 17.00 WIB (19 Februari 2018).
e. Hubungan Sex
Ibu terakhir melakukan hubungan seksual 1 minggu yang lalu. Tidak ada
keluhan saat berhubungan.
B. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Compos mentis
3. Antropometri
a. BB Sebelum Hamil : 55 Kg
b. BB sekarang : 72 Kg
c. TB : 157 cm
d. IMT : 22.3 (Berat Badan Normal)

41
4. Tanda-tanda Vital
a. Tekanan Darah : 110/70 mmHg
b. Nadi : 80 x/menit
c. Respirasi : 21 x/menit
d. Suhu : 36 ,6°C
5. Pemeriksaan fisik :
a. Wajah : Tidak oedema, tampak pucat.
b. Mata : Konjungtiva merah muda , sklera
putih.
c. Mulut : Rahang merah muda, tidak ada karies
padagigi.
d. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
dan pembuluh limfe.
e. Payudara : bentuk normal, posisi simetris, puting
menonjol, tidak ada massa,tidak ada
pembesaran pembuluh limfe, tidak
ada nyeri tekan, belum ada
pengeluaran kolostrum dan tidak ada
kelainan.
f. Abdomen : Tidak ada bekas luka operasi, kandung
kemih kosong his 2x10`20 detik.
Leopod I : TFU empat jari dibawah prosesus
xipoideus, di fundus teraba bulat,
lunak, tidak melenting teraba bokong.
Leopod II : Teraba punggung disebelah kiri dan
bagian kecil sebelah kanan.
Leopod III : bagian terendah kepala, kepala
sudah tidak dapat digoyangkan.
Leopod IV : Divergen.
Penurunan kepala : 4/5 Bagian.
DJJ : 146x/menit, reguler. Puctum maksimum

42
terdengar jelas di bawah pusat bagian kiri.
Tinggi fundus : 29 cm
TBJ : (29-11)x155 = 2790 gr
g. Ekstremitas
Atas : Tidak oedema, kuku merah muda.
Bawah : Tidak oedema, tidak ada varises.
h. Genetalia : Tidak ada varises, terdapat
pengeluaran cairan jernih berbau
khas ketuban, tidak ada
pembengkakan/massa pada kelenjar
bartholin dan skane, portio tebal
lunak, pembukaan 1 cm, ketuban
negatif, presentasi kepala, hodge I.
i. Anus : Tidak ada hemoroid.
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Hemoglobin : 9,9g/dl
b. Leukosit : 8,310^3/µL
c. Test Nitrazin : Merah menjadi biru.

C. ANALISA
Ny. S usia 25 tahun G1P0A0 Usia kehamilan 37 minggu inpartu kala 1 fase laten
dengan Ketuban pecah dini 13 jam dan Anemia Ringan. Janin tunggal hidup
intrauterin Presentasi Kepala.

D. PENATALAKSANAAN
1. Melakukan informed consent
2. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa ibu mengalami ketuban pecah dini.
3. Membantu bu untuk mencaari posisi yang nyaman, ibu memilih posisi
berbaring kiri.
4. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum diantara his agar tetap bertenaga.
5. Mengajarkan ibu teknik pernapasan relaksasi saat terasa mulas.

43
6. Menganjurkan ibu untuk tidak menahan BAB dan BAK. Ibu mengerti dan
belum ingin BAK.
7. Pada pukul 05.50 WIB Kolaborasi dengan dokter, Advice : Memasang Infus
Ringer Laktat 500 ml dan Oxsytosin 5 IU 20 tpm.
8. Pukul 06.10 WIB Menyuntikan Cefotaxcime 0,1 cc secara IC.
9. Pukul 06.25 WIB inject Cefotaxcime secara IV Bolus dengan Dosis 1gr
dilarutkan dengan aquabidest 5 ml.
10. Memberitahu ibu untuk istirahat jika mulas belum terasa kuat.
11. Meminta keluarga untuk selalu mendampingi dan memberikan dukungan pada
ibu. Suami dan keluarga mendampingi.
12. Memantau kesejahteraan Ibu dan Janin seperti Pemantauan Tekanan Darah,
suhu dan pembukaan 4 jam kemudian dan pemantauan DJJ, Kontraksi, nadi
30 menit kemudian. (hasil terlampir pada lembar observasi)

CATATAN PERKEMBANGAN PERSALINAN


Hari/tanggl Pengkajian : Selasa 20 Februari 2018.
Waktu Pengkajian : 09.30 WIB
Tempat Pengkajian : Ruang Bersalin RSUD Sayang
Cianjur
A. Data Subjektif
Ibu mengeluh mulasnya semakin lama dan sering.

B. Data Objektif
1. Keadaan Umum : Tampak kesakitan
2. Kesadaran : Compos mentis
3. Tanda-tanda Vital
a. Tekanan Darah : 120/80 mmhg
b. Nadi : 81x/menit
c. Respirasi : 21x/menit
d. Suhu : 36.7ºc
5. Pemeriksaan Fisik

44
a. Ekstermitas
Atas : pada tangan sebelah kiri terpasang
infus RL 250ml yang tercampur
dengan drip Oksitosin 5 IU 20 tpm.
b. Abdomen : Kandung kemih penuh, penurunan
kepala 3/5, DJJ 138x/menit teratur.
his 2x10`35 detik.
c. Genitalia : belum ada pengeluaran lendir
bercampur darah, portio tebal lunak,
pembukaan 3, ketuban negatif,
presentasi kepala, hodge II.
C. Analisa
Ny. S Inpartu kala 1 fase laten dengan ketuban pecah dini 17 jam dan anemia
ringan. Keadaan janin baik.
D. Penatalaksanaan
1. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu dan janin dalam
keadaan baik.
2. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum diantara his.
3. Memba ntu ibu untuk memilih posisi yang nyaman, ibu miring kiri.
4. Menganjurkan ibu untuk tidak menahan BAK. Kandung kemih penuh dan
ibu sulit untuk BAK.
5. Pada pukul 09.35 WIBMemasangkan kateter 150 cc.
6. Memantau kesejahteraan Ibu dan Janin seperti Pemantauan Tekanan
Darah, suhu, dan pembukaan 4 jam kemudian dan pemantauan DJJ,
Kontraksi, nadi 30 menit kemudian. (hasil terlampir pada lembar
observasi).

CATATAN PERKEMBANGAN PERSALINAN


Hari/tanggal pengkajian : Selasa, 20 Februari 2018.
Waktu Pengakajian : 13.30 Wib.

45
Tempat Pengkajian : Ruang Bersalin RSUD Sayang
Cianjur
A. Data Subjektif
Ibu memgeluh mulasnya semakin sering dan kuat.
B. Data Objektif
1. Kesadaran Umum : Tampak kesakitan
2. Kesadaran : Compos mentis
3. Tanda-tanda vital
a. Tekanan Darah : 120/80 mmhg
b. Nadi : 82x/menit
c. Respirasi : 21x/menit
d. Suhu : 36,8ºC
5. Pemeriksaan Fisik
a. Ekstermitas
Atas : pada tangan sebelah kanan Terpasang
kolf ke 2 Infus RL Kosong 500 ml 20
tpm.
b. Abdomen : kandung kemih kosong, Penurunan
kepala 2/5, DJJ 142x/menit, His
3x10`35 detik.
c. Genitalia : Tampak pengeluaran lendir, portio
tipis lunak, pembukaan 7 cm,
ketuban negatif, Hodge III,Ubun-
ubun kecil (UUK) kiri, molage 0 .

C. Analisa
Ny. S inpartu kala 1 fase aktif dengan ketuban pecah dini 21 jam dan anemia
ringan. Keadaan janin baik.

D. Penatalaksanaan
1. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu dan janin baik.

46
2. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum diantara his.
3. Membantu ibu untuk mencari posisi yang nyaman. Ibu miring kiri.
4. Memberitahu ibu untuk tidak menahan BAK dan BAB. Ibu mengerti dan
belum ingin BAK.
5. Memberitahu ibu untu tidak mengejan terlebih dahulu.
6. Mengajarkan ibu teknik pernapasan relaksasi saat terasa mulas.
7. Mengganti cairan Infus kolf ke-2 dengan Ringer Laktat 500ml tanpa
oksitosin.
8. Memantau kesejahteraan Ibu dan Janin seperti Pemantauan Tekanan
Darah, Suhu, dan Pembukaan 4 janm kemudian dan pemantauan DJJ,
Kontraksi, nadi 30 menit kemudian. (hasil terlampir pada lembar
observasi).

CATATAN PERKEMBANGAN PERSALINAN


Hari/tanggal pengkajian : Selasa, 20 Februari 2018.
Waktu Pengakajian : 15.30 Wib.
Tempat Pengkajian : Ruang Bersalin RSUD Sayang
Cianjur.
A. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengeluh mulesnya semakin kuat dan sering, ibu terasa ingin BAB
terdapat lendir bercampur darah.
B. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan Umum : Tampak kesakitan
2. Kesadaran : Compos mentis
3. Tanda-tanda Vital
4. Tekanan Darah : 120/90 mmhg
a. Nadi : 83x/menit
b. Respirasi : 22x/menit
c. Suhu : 36.8ºc
5. Pemeriksaan Fisik
a. Ekstermitas : pada tangan sebelah kanan Terpasang

47
kolf ke 2 Infus Ringer Laktat
kosong 350 ml dengan 20 tpm.
b. Abdomen : Kandung kemih penuh, penurunan
kepala 1/5, DJJ 138x/menit teratur.
His 5x10`45 detik.
c. Genitalia : vulva dan vagina tidak ada kelainan
terdapat dorongan meneran, tekanan
anus, perinium Menonjol, vulva
membuka, pembukaan 10cm,
ketuban negatif, presentasi kepala,
hodge IV. Ubun-ubun kecil (UUK)
depan, molage 0.
C. Analisa
Ny. S inpartu kala II dengan Ketuban pecah dini 23 jam dan Anemia Ringan.
Keadaan janin baik.

D. Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu bahwa memasuki proses persalinan dan akan
dipimpin pesalinan.
2. Menjelaskan kepada ibu untuk tetap tenang dalam menghadapi proses
persalinan.
3. Memberitahu ibu dan keluarga untuk memberi makan dan minum
diantara his.
4. Mendekatkan alat-alat dan memakai APD.
5. Mengajarkan ibu cara meneran yang benar.
6. Perineum kaku,pada pukul 15.40 WIB menyuntikan lidocain 1:1
kemudian melakuakan episiotomi .
7. Memimpin persalinan dengan APN pada pukul 15.30 WIB, bayi lahir
spontan pukul 15.45 WIB, bayi tidak segera menagis, warna
kemerahan, tonus otot baik, jenis kelamin laki-laki.

48
8. Pada pukul 15. 46 WIB Mengeringkan bayi, rangsang taktil,
membebaskan jalan nafas, menghangatkan kemudian Bayi menangis
kuat.
9. Bayi tidak dilakukan IMD karena dilakukan pemasangan Oksigen.

CATATAN PERKEMBANGAN III


Hari/tanggal pengkajian : Selasa, 20 Februari 2018.
Waktu Pengakajian : 15.30 Wib.
Tempat Pengkajian : Ruang Bersalin RSUD Sayang
Cianjur
A. DATA SUBJEKTIF
Ibu merasa lega dan senang karena bayinya sudah lahir ibu merasakan mulas-
mulas.

B. DATA OBJEKTIF
Tidak ada janin kedua, TFU satu jari diatas pusat, teraba keras dan globuler,
tidak ditemukannya janin kedua. Genetalia tampak semburan darah mengalir
dan tali pusat menjulur di depan vulva. Kandung kemih kosong.

C. ANALISA
Inpartu kala III

D. PENATALAKSANAAN
Pukul 15.55 WIB
1. Memberitahu ibu akan disuntik oksitosin
2. Pukul 15.46 WIB Menyuntikkan oksitosin 10 IU secara IM di sepertiga
paha atas
3. Menjepit dan memotong tali pusat
4. Melakukan penegangan tali pusat terkendali
5. Mengeluarkan plasenta secara dorsocranial
6. Plasenta lahir spontan pada Pukul 15.55 WIB

49
7. Melakukan masase fundus uteri 15 detik
8. Memeriksa kelengkapan plasenta, plasenta lengkap
9. Memeriksa laserasi pada jalan lahir.

CATATAN PERKEMBANGAN PERSALINAN


Hari/tanggal pengkajian : Selasa, 20 Februari 2018.
Waktu Pengakajian : 16.10 Wib.
Tempat Pengkajian : Ruang Bersalin RSUD Sayang
Cianjur
A. DATA SUBJEKTIF
Ibu senang ari-ari (plasenta) sudah lahir, ibu merasakan kesakitan ketika
dilakukan penjahitan. Ibu merasakan mules ketika bayinya menyusu.
B. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan umum : Ibu tampak kesakitan
2. Kesadaran : compos mentis
3. Tanda-tanda Vital
a. Tekanan Darah : 120/80 mmHg
b. Nadi : 88x/menit
c. Respirasi : 22x/menit
d. Suhu : 36,7° C
4. Ekstermitas
Atas : Pada tangan sebelah kanan terpasang
kolf ke 2 infus Ringer Laktat 275 ml
dengan 20 tpm.
5. Abdomen : TFU 2 jari dibawah pusat. Kontraksi
uterus Baik. Kandung kemih kosong.
6. Genetalia : vulva/vagina tidak ada kelainan,
terdapat Robekan pada mukosa
vagina, kulit perineum dan otot
perineum, perdarahan normal ± 150
cc.

50
C. ANALISA
Inpartu kala IV dengan Laserasi Perineum Derajat II dengan Anemia Ringan.

D. PENATALAKSAAN
Pukul 16.10 WIB
1. Memberitahu ibu ada robekan dan akan dilakukan penjahitan.
2. Pada pukul 15.58 WIB Melakukan anastesi dengan lidocain dan melakukan
penjahitan. Ibu sudah dilakukan penjahitan
3. Melakukan pemantauan TTV dan perdarahan serta kandung kemih. TTV
normal, perdarahan normal dan kandung kemih kosong.
4. Menilai kondisi Bayi. Bayi dalam keadaan baik.
5. Membersihkan ibu dan memberikan makanan dan minuman sesuai
keinginan ibu. Ibu sudah minum.
6. Merapikan, mendekontaminasi dan membersihkan alat.
7. Pendokumentasian dan melengkapi partograf.

E. Asuhan Kebidanan Postnatal


Hari, Tanggal Pengkajian : Selasa, 20 Februari 2018
Waktu Pengkajian : Pukul 17.55 WIB

51
Tempat Pengkajian : RSUD Sayang Cianjur

A. DATA SUBJEKTIF
Masih merasakan mulas, namun sudah sedikit merasa nyaman. Ini
persalinan anak kedua, ibu belum pernah keguguran. Ibu melahirkan tanggal
12 Februari 2018pada pukul 15.45 WIB. Ibu melahirkan anak laki-laki,
berat badan lahir 2800 gram, persalinan normal pervaginam ditolong oleh
bidan terdapat robekan pada jalan lahir. Tidak ada komplikasi atau penyulit
pada saat persalinan.Sudah makan nasi,sayur dan ayam. Minum air putih ±
1500 ml.
Ibu belum BAK dan BAB. Ibu baru miring kanan dan miring kiri lalu duduk
ditempat tidur.Ibu sudah menyusui bayinya namun kolostrumnya belum
keluar.Ibu ingin berencana menggunakan KB suntik 3 bulan.Suami dan
keluarga senang atas kelahiran ibu. Ibu tidak merasakan tanda bahaya nifas
seperti perdarahan lewat jalan lahir, demam, penglihatan kabur, nyeri pada
abdomen, sakit kepala terus-menerus.
B. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : compos mentis
3. Tanda-tanda vital
a. Tekanan darah : 120/80 mmHg
b. Nadi : 82x/menit
c. Respirasi : 21x/menit
d. Suhu : 36,5 °C
4. Pemeriksaan fisik
a. Mata : Konjungtiva merah muda, sklera
putih.
b. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
dan Pembengkakan pembuluh limfe.
c. Payudara : simetris, bersih, puting menonjol,
tidak ada benjolan/massa, tidak ada

52
nyeri tekan, belum adapengeluaran
kolostrum.
d. Abdomen : TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi
baik. Kandung kemih kosong.
e. Ekstremitas
Atas : Pada tangan sebelah kananterpasang
kolf ke 2 infus ringer laktat 150 ml
dengan 20 tpm.
Bawah : tidak ada varises, kuku merah muda,
tidak ada oedema.
f. Genetalia : vulva dan vagina tidak ada kelainan,
tidak ada cairanberbau, lochea rubra
perdarahan ± 50 cc. Terdapat
jahitan pada perineum masih basah
dan bersih, tidak ada
pembengkakan.
g. Anus : Tidak ada Hemoroid.

C. ANALISA
Postpartum 2 jam dengan Anemia Ringan.

D. PENATALAKSANAAN
Pukul 16.10 WIB
1. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan baik.
2. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum. Ibu sudah minum dan makan.
3. Memberitahu ibu untuk mobilisasi ringan seperti miring kanan dan miring
kiri. Ibu sudah mulai mobilisasi miring kanan dan miring kiri.
4. Memberitahu ibu untuk tidak menahan buang air kecil. Ibu belum ingin bak.
5. Memberitahu ibu untuk menyusui bayinya 2-3 jam sekali.

CATATAN PERKEMBANGAN (NIFAS 1)

53
Hari/tanggal pengkajian : Selasa, 20 Februari 2018.
Waktu Pengakajian : 22.10 Wib.
Tempat Pengkajian : Ruang Bersalin RSUD Sayang
Cianjur
A. DATA SUBJEKTIF
Ibu sudah merasa lebih nyaman dan tidak lagi merasakan mulas, Sudah
makan nasi dan sayur. Minum air putih ± 1500 cc dan minum obat .Sudah
BAK 2x dan belum BAB,
Ibu sudah duduk dan turun dari tempat tidur. Ibu sudah menyusui bayinya
selama 20 menit.Tidak ada tanda-tanda bahaya nifas yang ibu alami dan
rasakan

B. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : compos mentis
3. Tanda-tanda vital
a. Tekanan darah : 120/80 mmHg
b. Nadi : 80x/menit
c. Respirasi : 20x/menit
d. Suhu : 36,7 C
4. Pemeriksaan fisik :
a. Mata : Konjungtiva merah muda, Sklera
Putih.
b. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
dan Pembengkakan pembuluh limfe
c. Payudara : Simetris, bersih, puting menonjol,
tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan,
pengeluaran kolostrum
d. Abdomen : TFU 3 jari dibawah pusat, kontraksi
baik. Kandung kemih kosong
e. Ekstremitas

54
Atas : Pada tangan sebelah kanan terpasang
kolf ke 3 Ringer Laktat 350 ml dengan
20 tpm.
Bawah : Tidak ada varises, kuku merah muda,
Tidak ada oedema.
f. Genetalia : Vulva dan vagina tidak ada kelainan,
tidak ada cairan berbau, lochea rubra
perdarahan ± 100 cc. Terdapat jahitan
pada perineum masih basah dan
bersih, tidak ada pembengkakan.
g. Anus : Tidak ada Hemoroid

C. ANALISA
Postpartum 6 jam dengan Anemia Ringan.

D. PENATALAKSANAAN
Pukul 22.10 WIB
1. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan baik.
2. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum. Ibu sudah minum dan makan.
3. Mengajarkan ibu untuk mobilisasi ringan seperti duduk dan turun dari
tempat tidur. Ibu sudah duduk dan turun dari tempat tidur untuk ke kamar
mandi.
4. Menganjurkan ibu untuk mengganti pembalut jika sudah terasa penuh,
agar luka jahitan tetap bersih dan kering. Ibu mengerti dan akan
melakukannya.
5. Mengajarkan tanda bahaya nifas pada ibu seperti pusing yang berlebihan,
pandangan mata kabur, perdarahan banyak, dan kejang. Ibu mengerti dan
dapat menyebutkannya kembali.
6. Memindahkan ibu keruang nifas.
7. Kolaborasi dengan dokter,Terapi oral Advice :
a. 05.00 WIB Terapi Oral Cefadoksil 2x1 500mg.

55
b. 05.00 WIB Asamnefenamat 3x1 dosis 250mg.
c. 05.00 Biosanbe 1x1 dosis 250mg.

CATATAN PERKEMBANGAN (KUNJUNGAN NIFAS 3)


Hari, Tanggal Pengkajian : Rabu, 21 Februari 2018
Waktu Pengkajian : 11.00 WIB
Tempat Pengkajian : Ruang Nifas RSUD Sayang Cianjur
A. DATA SUBJEKTIF
Ibu merasa sudah mulai membaik, tidak terasa mules mulas dan perut masih
teraba keras. mengeluh ASI nya belum keluar banyak sehingga bayi sering
menangis. Ibu makan 3-4 kali sehari, menu seimbang. Minum air putih ±8
gelas.
Ibu BAK 4 kali dan ibu belum BAB. Ibu menyusui bayinya dengan ASI
setiap 2-3 jam sekali selama 15 menit. Bayinya menyusu kuat. Ibu sudah
dapat istirahat.Tidak ada tanda-tanda bahaya nifas yang ibu rasakan seperti
seperti pusing yang berlebihan, pandangan mata kabur, perdarahan banyak,
dan kejang.

B. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : compos mentis
3. Tanda-tanda vital
a. Tekanan darah : 100/700 mmHg
b. Nadi : 79x/menit
c. Respirasi : 20x/menit
d. Suhu : 36,6 °C
4. Pemeriksaan fisik
a. Mata : Konjungtiva merah muda, Sklera
Putih.
b. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
dan Pembengkakan pembuluh limfe.

56
c. Payudara : simetris, bersih, puting menonjol,
tidak ada benjolan/massa, tidak ada
nyeri tekan, ada pengeluaran
kolostrum.
d. Abdomen : TFU 3 jari dibawah pusat, Kandung
kemih kosong.
e. Ekstremitas
Atas : pada tangan sebelah kanan terpasang
kolf ke 4 infus Ringer Laktat 300 ml dengan
20 tpm.
Bawah : tidak ada varises, kuku merah muda,
tidak ada oedema.
f. Genetalia : vulva dan vagina tidak ada kelainan,
tidak ada cairan berbau, lochea rubra
warna merah segar. Terdapat jahitan
pada perineum masih basah dan
bersih, tidak ada pembengkakan.
g. Anus : Tidak ada Hemoroid

Pemeriksaan penunjang :
HB : 9,7 gr/dl

C. ANALISA
Postpartum 1 hari dengan Anemia Ringan.

D. PENATALAKSANAAN
Pukul 11.00 WIB
1. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan sehat.
2. Pukul 11.00 melakukan Up Infus.

57
3. Mengajarkan ibu mengenai personal hygien seperti mandi 2 kali sehari,
membersihkan luka jahitan dengan air matang dan keringkan. Ibu sudah
melakukannya.
4. Mengajarkan ibu untuk makan dan minum tidak ada pantangan apapun.
Tidak ada pantangan.
5. Menganjurkan ibu makan seperti hati ayam, daging, sayuran, buah-buahan
agar dapat menaikan hemoglobin.
6. Memberitahu ibu bahwa akan ada kunjungan ulang.
7. Kolaborasi dengan dokter,Terapi oral Advice :
a. Cefadoksil 2x1 500mg.
b. Asamnefenamat 3x1 dosis 250mg.
c. Biosanbe 1x1 dosis 250mg.
8. Pukul 12.10 WIB menurut advice dokter ibu dianjurkan pulang.

58
BAB V
PEMBAHASAN

A. Data Subjektif
Berdasarkan hasil pengkajian yang telah diperoleh Ny. S mengeluh
keluar air-air berwarna jernih berbau khas ketuban. Ibu merasakan mules,
belum keluar lendir bercampur darah. Dan dari hasil anamnesa tanda
Ketuban Pecah Dini yang dikemukakan sesuai teori, keluarnya cairan air
ketuban merembes melalui vagina. Aroma air ketuban berbau amis dan
tidak seperti bau amoniak.7 Dari data subjektif ibu dan berdasarkan teori
tidak ada kesenjangan. Menurut teori, Ketuban pecah dini adalah keadaan
pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan atau dimulainya tanda
inpartu.6
Pada kasus Ketuban Pecah Dini ini Ibu datang ke BPM bidan pada
pukul 01.00 WIB. Berdasarkan surat rujukan pada saat di BPM ibu
dilakukan pemeriksaan TTV dengan dalam batas normal. Ibu dirujuk
berdasarkan hasil pemeriksaan, bidan menegakan diagnosa G1P0A0 Hamil
37 minggu dengan Ketuban pecah dini.
Berdasarkan Kepmenkes nomor 369 tahun 2007 tentang standar profesi
bidan. terdapat kompetensi ke-4 tentang persalinan kala II yang aman yaitu
bidan memberikan asuhan pada asuhan ibu bersalin yang bermutu tinggi,
tanggap dalam kebudayaan setempat selama persalinan, memimpin selama
persalinan yang bersih dan aman, menangani situasi kegawatdaruratan
tertentu untuk mengoptimalkan kesehatan wanita dan bayinya yang baru
lahir.31
Pada kasus ini bidan sudah melakukan tindakan sesuai UU No. 28 tahun
2017 tentang izin penyelenggaraan praktik bidan. pada point (d) tertulis
bahwa penanganan kegawatdaruratan dilanjutkan dengan perujukan dan
salah satu indikasi dilakukan perujukan tersebut adalah persalian dengan
ketuban pecah dini.32 Penatalaksanaan bidan dalam penanganan KPD, pada
umumnya lebih baik membawa semua pasien dengan KPD ke rumah sakit

59
dan melahirkan bayi yang berumur lebih dari 37 minggu dalam 24 jam dari
pecahnya ketuban untuk meminimalkan ririko infeksi intrauterine. Dari data
subjektif tersebut tidak ada kesenjangan karena bidan telah melakukan
tindakan yang tepat.13
Pada kasus ketuban pecah dini ini ibu mengatakan ini merupakan
kehamilan pertama ibu belum pernah Keguguran. Menurut teori, paitas
kedua dan ketiga merupakan keadaan yang relative lebih aman untuk hamil
dan melahirkan pada masa reproduktif karena pada keadaan tersebut
dinding uterus belum banyak mengalami perubahan, dan serviks belum
terlalu sering mengalami pembukaan sehingga dapat menyanggah selaput
ketuban dengan baik, sedangkan Pada paritas yang rendah (satu), alat-alat
dasar panggul masih kaku (kurang elastik) daripada multiparitas. 21 jadi
dapat disimpulkan bahwa pada keadaann paritas rendah (satu) dapat
mengalami ketuban pecah dini karena dasar panggul masih kaku untuk
menyanggah ketuban.
Dari hasil anamnesa diperoleh hasil bahwa Hari pertama haid terakhir
tanggal 5 Juni 2017, Usia 37 kehamilan minggu. Taksiran persalinan 12
Maret 2018. Menurut teori, Usia kehamilan pada saat kelahiran merupakan
satu-satunya alat ukur kesehatan janin yang paling bermanfaat dan waktu
kelahiran sering ditentukan dengan pengkajian usia kehamilan. Pada tahap
kehamilan lebih lanjut, pengetahuan yang jelas tentang usia kehamilan
mungkin sangat penting karena dapat timbul sejumlah penyulit kehamilan
yang penanganannya bergantung pada usia janin. 22
Pada kasus ini ibu mengatakan belum pernah mengalami ketuban pecah
dini sebelumnya. Menurut teori, Pada orang yang pernah mengalami
Ketuban pecah dini Berisiko 2-4 kali mengalami KPD kembali. Patogenesis
terjadinya KPD secara singkat ialah akibat adanya penurunan kandungan
kolagen dalam membran sehingga memicu terjadinya KPD aterm dan KPD
preterm terutama pada pasien risiko tinggi. 21
Ibu terakhir melakukan pekerjaan rumah pada an mengeluh sangat
lelah. Ibu terakhir tidur selama 4 jam yaitu dari jam 21.00 WIB sampai

60
dengan 01.00 WIB. Bangun karena terasa mulas-mulas.Menurut Myles
Pekerjaan adalah suatu kegiatan atau aktivitas responden sehari-hari, namun
pada masa kehamilan pekerjaan yang berat dan dapat membahayakan
kehamilannya hendaklah dihindari untuk menjaga keselamatan ibu maupun
janin. Kejadian ketuban pecah sebelum waktunya dapat disebabkan oleh
kelelahan dalam bekerja.18
B. Data Objektif
Pada kasus ini ibu pertama kali datang ke IGD Kebidanan RSUD
Sayang Cianjur ibu dilakukan pemeriksaan Fisik dan pemeriksaan
Laboratorium.
Pada kasus ini IMT (normal) kenaikan BB Ibu hingga 17 kg selama
hamil. Menurut teori, Kenaikan berat badan berkaitan dengan status nutrisi,
kenaikan BB yang selama hamil adalah 11,5-16 kg pada IMT normal yaitu
18,5-24,9 kg/m2. Semakin sedikit kenaikan berat badan selama hamil
semakin buruk satus gizi ibu hamil. Sedangkan status gizi berkaitan dengan
kejadian ketuban pecah dini.27
Dari hasil pemeriksaan didapatkan TTV dengan Tekanan Darah
:110/70 mmHg, Nadi : 80 x/menit, Respirasi : 21 x/menit, Suhu : 36 ,6°C,
Hemoglobin9,9 g/dl.Menurut manuaba, klasifikasi anemia yaitu Hb > 11
gr%Tidak anemia (normal), Hb 9-10 gr % Anemia ringan, Hb 7-8 gr %,
Anemia sedang, Hb <7 gr % Anemia berat. 24 Dari data tersebut tidak ada
kesenjangan bahwa ibu mengalami anemia ringan.
Menurut hasil penelitian, salah satu pengaruh anemia terhadap
kehamilan adalah KPD. Hasil penelitian menyatakan bahwa anemia dapat
menyebabkan hipoksia dan defisiensi besi sehingga dapat meningkatkan
konsentrasi norepinefrin serum yang dapat menginduksi stres ibu dan janin,
yang merangsang sintesis corticotropin releasing hormone (CRH).
Konsentrasi CRH merupakan peningkatan faktor risiko utama untuk
persalinan dengan ketuban pecah sebelum waktunya. CRH juga
meningkatkan produksi kortisol janin, dan kortisol dapat menghambat
pertumbuhan longitudinal janin. Mekanisme alternatif bisa jadi bahwa

61
kekurangan zat besi meningkatkan kerusakan oksidatif pada eritrosit dan
unit fetoplasenta. Kekurangan zat besi juga dapat meningkatkan risiko
infeksi ibu yang mengakibatkan pecahnya ketuban terlalu dini. 11
Pada kasus ini suhu ibu 36,6ºc dan jumlah leukosit 8,310^3/µL.
Menurut teori, Tanda-tanda infeksi adalah bila suhu ibu lebih dari 38°C serta
air ketuban keruh dan berbau. Leukosit darah >15.000/mm3. Janin yang
5
mengalami takikardia, mungkin mengalami infeksi intrauterin.
Pada pemeriksaan genetalia ibu terdapat pengeluaran air-air
setelahdilakukan pemeriksaan menggunakan kertas lakmus. Warna kertas
lakmus merahmengalami perubahan warna menjadi warna biru. Menurut
teori, Tentukan pecahnya selaput ketuban, dengan adanya cairan ketuban di
vagina, jika tidak ada dapat dicoba dengan menggerakan sedikit bagian
terbawah janin atau meminta pasien batuk atau mengedan. Penentuan cairan
ketuban dapat dilakukan dengan Tes Lakmus (tes nitrazin) merah menjadi
biru.5
Pada pemeriksaan Genitalia didapatkan Tidak ada varisess, tidak ada
pengeluaran cairan berbau, tidak ada pembengkakan/massa pada kelenjar
bartholin dan skane, terdapat pengeluaran cairan berwarna jernih berbau
khas ketuban, portio tebal lunak, pembukaan 1 cm, ketuban negatif,
presentasi kepala, hodge I, molage 0. Menurut teori, Dimulai dari saat
persalinan mulai sampai pembukaan lengkap (10 cm). Proses ini terbagi
dalam 2 fase, fase laten (8 jam) serviks membuka sampai 4 cm dan faseaktif
(7 jam) serviks membuka dari 4 sampai 10 cm. kontraksi lebih kuat dan
sering selama fase aktif.5
C. Analisa
Berdasarkan analisa yang diperoleh dari data Subjektif mengeluh keluar
air-air berwarna jernih berbau khas. Ibu merasakan mules, belum keluar
lendir bercampur darah. serta test netrizane merah menjadi biru.
Ini menandakan bahwa air yang keluar dari genetalia merupakan air
ketuban, pada saat di lakukan pemeriksaan dalam didapatkan pembukaan 1
cm dan ketuban negatif.

62
Berdasarkan data Objektif TTV dalam batas normal, pemeriksaan
laboratorium Hemoglobin 9,9 g/dl dan jumlah leukosit 8,310^3/µL serta test
netrizane merah menjadi biru. Menurut teori, klasifikasi anemia yaitu Hb >
11 gr%Tidak anemia (normal), Hb 9-10 gr % Anemia ringan, Hb 7-8 gr %,
Anemia sedang, Hb <7 gr % Anemia berat.24
Maka ditegakan Analisa Ny. S usia 25 tahun G1P0A0 Usia Kehamilan
37 minggu dengan Ketuban pecah dini 23 jam. Janin tunggal hidup
intrauterin. Keadaan ibu dan janin baik.
D. Penatalaksanaan
Pada saat ibu datang ke IGD kebidanan RSUD Sayang Cianjur Dokter
memberikan penanganan yaitu melakukan kolaborasi dengan dokter,
Advise: ibu di pasangkan infus dengan cairan RL 500 Ml dan Drip
Oxyitocin 5 IU dengan 20 tpm. kemudian ibu di lakukan penyuntikan skin
test Cefotaxime dengan dosis 0,5 cc secara IC, Setelah 15 menit pemberian
Skintest tidak didapatkan tanda alergi obat seperti warna kemerahan
disekitar penyuntikan, panas, dll. Ibu disuntikn Injeksi Cefotaxime dengan
dosis 5cc secara IV bolus dan c setelah di lakukan tindakan di IGD ibu di
antar ke ruang bersalin untuk dilakukan observasi.
Menurut teori, Induksi persalinan adalah upaya untuk melahirkan janin
menjelang aterm dalam keadaan belum terdapat tanda-tanda persalinan atau
belum inpartu, dengan kemungkinan janin dapat hidup di luar kandungan (
umur di atas 28 minggu ). Dari data tersebut tidak ada kesenjangan karena
usia kehamilan ibu sudah 37 minggu.8
Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio
sesarea. Dapat pula diberikan misoprostol 25𝜇g- 50𝜇g interavagial tiap 6
jam maksimal 4 kali. Bila ada tanda-tanda infeksi beikan antibiotik dosis
tinggi dan persalinan diakhiri.5
Pada Kasus ini pada awal pemberian Oksitosin 5 IU yang sudah
dicampur oleh Ringer Laktat 500 ml diberikan ibu sebanyak 20 tetes
permenit.

63
Menurut teori, Oksitosin dipasang infus Dekstros 5% atau Ringer
Laktat dengan 5 Unit Oksitosin, tetesan pertama antara 8-12 tetes permenit
dengan perhitungan setiap tetes mengandung 0,0005 Unit/menit. Setiap 15
menit dilakukan penilaian. Jika tidak terdapat his adekuat jumlah tetesan
ditampah 4 tetes, sampai maksimal 40 tetes permenit atau 0,02 unit
Oksitosin/menit. Tetesan maksimal dipertahankan dalam 2 kali pemberian
500cc dekstros 5%. Jika sebelum tetesan ke-40, sudah timbul kontraksi otot
rahim yang adekuat, tetesan terakhir dipertahankan sampai persalinan
berlangsung. Dalam literatur dikemukakan juga, bahwa pemberian
oksitosin maksimal setiap menit adalah 30-40 IU atau tetesan sebanyak 40
tetes permenitdengan oksitosin sebanyak 10 IU. Pada tindakan yang
dilakukan terdapat kesenjangan diantaranya pemberian tetesan infus
seharusnya bertahap. Pada kasus ketuban pecah dini ini tidak dilakukan
Skor Bishop agar mengetahui kematangan serviks agar dapat induksi. 24
Menurut teori, metode objektif untuk mengkaji apakah serviks siap untuk
induksi persalinan. Unsur utama dalam pengkajian tersebut adalah dilatasi,
penipisan (panjang kanal serviks), posisi, konsistensi, dan station bagian
presentasi janin. Lima karakteristik yang berbeda dipertimbangkan dan
masing-masing diberi skor antara 0 dan 3. Jika jumlah totalnya mencapai 6
atau lebih, prognosis untuk induksi adalah baik. 19
Menurut teori, Keberhasilan induksi persalinan tergantung pada skor
pelvis. Jika skor ≥ 6 biasanya induksi cukup dilakukan dengan oksitosin.
Jika ≤ 5, matangkan serviks dengan prostaglandin atau kateter foley.13
pada keadaan tersebut terdapat kesenjangan seharusnya skor bishop tetap
dilakukan agar dapat meminimalkan keadaan gagal drip.
Pada Pukul 09.30 WIB ibu dilakukan pemeriksaan dalam didapatkan
hasil kandung kemih penuh, penurunan kepala 3/5, DJJ 138x/menit teratur,
his 2x10`35 detik.belum ada pengeluaran lendir bercampur darah, portio
tebal lunak, pembukaan 3, ketuban negatif, presentasi kepala, hodge II.
Pada Pukul 13.30 WIB ibu dilakukan pemeriksaan dalam didapatkan
hasil Kandung kemih penuh, penurunan kepala 2/5, DJJ 138x/menit teratur.

64
His 3x10`35 detik.belum ada pengeluaran lendir bercampur darah, portio
tebal lunak, pembukaan 7, ketuban negatif, presentasi kepala, hodge III,
molage 0.
Pada Pukul 05.30 WIB ibu dilakukan pemeriksaan dalam didapatkan
hasil Kandung kemih penuh, penurunan kepala 1/5, DJJ 138x/menit
teratur. His 5x10`45 detik.belum ada pengeluaran lendir bercampur darah,
portio tebal lunak, pembukaan 10, ketuban negatif, presentasi kepala, hodge
IV.Pertolongan persalinan dilakukan dengan teknik asuhan persalinan
normal.
Pada saat pembukaan sudah lengkap dan kepala sudah terlihat 5 – 6
cm di depan vulva oleh bidan dilakukan penyuntikan anastesi/lidocain dan
episiotomi dikarenakan perineum ibu kaku. Dalam memberikan pelayanan
kesehatan ibu, tindakan bidan sudah sesuai dengan kewenngannya yaitu
melakukan episiotomy dan bidan sudah memberikan asuhan sayang Ibu
karena menyuntikan anastesi untuk mengurangi kesakitan/nyeri. .
Pada kala II pukul 15.30 WIB ibu Ibu mengeluh mulesnya semakin kuat dan
sering, ibu terasa ingin BAB terdapat lendir bercampur darah. Menurut
teori, Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan adanya kontraksiIbu
merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan/atau vagina,
Perinium menonjol, Vulva dan sfingter ani membukaMeningkatnya
pengeluaran lendir bercampur darah.Tanda pasti kala dua ditentukan
melalui periksa dalam (informasi obyektif) yang hasilnya adalah
Pembukaan servik telah lengkap atau Terlihatnya bagian kepala bayi
melalui introitus vagina.5
Ketika bayi lahir pukul 15.45 WIB tidak langsung menangis maka
dilakukan rangsangan taktil setelah itu bayi dapat menangis kuat, bayi tidak
dilakukan IMD karena bayi lakukan pemasangan oksigen.
Pada kala III pukul 15.55 WIB Ibu merasa lega dan senang karena
bayinya sudah lahir ibu merasakan mulas-mulas.Menurut Prawirhardjo,
Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnyaplasenta, yang
berlangsung tidak lebih dari 30 menit.6

65
pada saat kala III ibu dilakukan penegangan tali pusat terkendali setelah itu
plasenta lahir pada pukul 15.55 WIB. Karena dikhawatirkan masih ada yang
tertinggal sehingga dilakukan eksplore untuk memastikan bahwa tidak ada
bagian selaput maupun kotiledon yang tersisa di dalam rahim.
Pada kala IV ibu mengalami rupture grade 2 maka dilakukan
penjahitandengan teknik satu-satu. Melakukan penjahitan dengan
memberikan anastesi lidocain 1:1. Penjahitan bagian mukosa vagina dengan
teknik jelujur sebanyak 4 jahitan dan penjahitan bagian kulit perineum
dengan teknik satu-satu sebanyak 5 jahitan.
Ibu diberikan anastesi lidocain Untuk mengurangi nyeri sebagai bentuk dari
Asuhan Sayang Ibu.
Pada post partum 2 jam ibu masih merasakan mulas, namun sudah
sedikit merasa nyamanMemberitahu ibu untuk tidak menahan buang air
kecil. Ibu belum ingin bak. Menganjurkan ibu untuk tidak menahan BAK.
Pada Post partum 6 jam ibu dudah bisa BAK 2 kali, ibu sudah bisa
menyusui bayinya. Selama diruang nifas ibu Terapi oral Advice : 5.00 WIB
Terapi Oral Cefadoksil 2x1 500mg, 05.00 WIB Asamnefenamat 3x1 dosis
250mg, 05.00 Biosanbe 1x1 dosis 250mg.
Pada post partum 1 hari Ibu merasa sudah mulai membaik, tidak terasa
mules mulas dan perut masih teraba keras. mengeluh ASI nya belum keluar
banyak sehingga bayi sering menangis. Ibu makan 3-4 kali sehari, menu
seimbang. Minum air putih ±8 gelas perhari. Menurut advice dokter pukul
12.10 WIB Ibu sudah diperbolehkan pulang. Melakukan Up infus dan
mengajarkan ibu tentang tanda bahaya baru lahir dan tanda bahaya ibu nifas.
Pada saat masa nifas selama di rumah sakit ibu diberikan
pendidikankesehatan baik untuk ibu maupun untuk bayi agar setelah di
rumah ibu dapat memelihara kesehatan baik untuk diri sendiri maupun
untuk bayi. Begitupun ketika memberikan asuhan saat kunjungan rumah 1
minggu dan 2 minggu.
Pendidikan kesehatan yang diberikan yaitu kebutuhan nutrisi ibu nifas,
kebutuhanistirahat ibu nifas, personal hygiene Ibu nifas, perawatan

66
payudara, perawatan perineum, teknik menyusui yang baik dan benar, cara
memandikan bayi, dan perawatan tali pusat. Dan setelah dilakukan asuhan
selama 2 minggu hasil pemeriksaan ibu dan bayi dalam keadaan sehat, tidak
ada masalah yang terjadipada ibu dan bayi sebagai akibat komplikasi
ketuban pecah dini.

E. Faktor Penunjang
1. Faktor Pendukung
Selama memberikan asuhan kepada Ny.S dengan Ketuban Pecah Dini
penulis mendapatkan banyak bantuan baik dari Dokter, CI ruangan, Bidan-
Bidan, Coas maupun teman-teman. Selama melakukan asuhan penulis
sangat dibimbing dan diberi pengetahuan oleh CI ruangan sehingga penulis
dapat diberi kepercayaan dalam memberikan asuhan mengenai kasus
ketuban pecah dini.
Selain dari tenaga kesehatan, adapun fasilitas yang sangat lengkap yang
tersedia di rumah sakit yang sangat membantu selama melakukan asuhan.
Begitupun dalam pencegahan infeksi di rumah sakit sangat baik karena
tersedia alat pelindung diri dalam memberikan asuhan dan juga tersedia
tempat pembuangan limbah baik benda tajam, infeksius maupun non
infeksius yang memadai dan tersedia proses penyeterilan alat yang khusus
baik tempat maupun tenaga kerja. Sehingga terhindar dari infeksi pada
pasien maupun petugas kesehatan. Ny.S dan suami yang kooperatif
sehingga memudahkan penulis menggali permasalah melalui pengkajian
dan pemeriksaan fisik. Sehingga asuhan yang diberikan kepada ibu dan bayi
dapat dengan mudah dan dapat diterima juga oleh pasien maupun keluarga.

2. Faktor Penghambat
Dalam memberikan asuhan pada ketuban pecah dini ini, saat dilakukan
pemeriksaan cairan ketuban hanya dilakukan dengan pemeriksaan lakmus
yang berubah menjadi biru. Tes uji pakis tidak dilakukan. Pemeriksaan skor
bishop tidak dilkukan sehingga dikhawatirkan terjadi gagal drip. Dan pada

67
bayi tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium karena kondisi bayi baik dan
air ketuban ketika lahir jernih. Sehingga tidak diketahui mengenai
pemeriksaan darah pada bayi tetapi tidak terdapat tanda-tanda bayi terkena
komplikasi karena KPD. Lalu pada ibu post partum tidak diberikan vitamin
A. Dan sampai akhir dilakukan asuhan kondisi ibu dan bayi sehat

68
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Setelah melaksanakan asuhan kebidanan pada Ny.S usia 25 tahun G1P0A0
usia kehamilan 37 minggu dengan KPD maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Data subjektif Ny. S usia 25 tahun G1P0A0. HPHT : 05-06-2017. Mengeluh
keluar air-air dari kemaluan sejak pukul 16.00 WIB, merasakan mulas mulas
Pukul 01.00 WIB.
2. Data objektif IMT : 22, 35. Kenaikan BB : 17 kg. TTV normal. tinggi fundus 29
cm, TBJ 2790 gram. Leopold I TFU Empat Jari dibawah Prosesus xipoideus, di
fundus teraba bokong. Leopold II Teraba pnggung sebelah kiri dan bagian kecil
disebelah kanan. Leopold III Bagian terendah kepala, kepala sudah tiak bisa
digoyangkan. Leopold IV divergen. Penurunan kepala 4/5 Bagian. DJJ 155
x/menit, teratur. Pemeriksaan kertas lakmus menjadi biru. Hb 9,9 g/dL, Leukosit
: 8,310^3/µL.
3. Analisa yang ditegakkan Ny. S dengan Ketuban Pecah dini dan anemia ringan.
Janin tunggal, hidup presentasi kepala.
4. Penatalaksanaan penanganan KPD secara aktif dilakukan sesuai SOP RSUD
Sayang Cianjur, teori dan kompetensi kewenangan bidan meliputi memperbaiki
his agar adekuat, persalinan berlangsung cepat, dan mencegah infeksi pada ibu
dan janin serta mengurangi resiko kesakitan pada ibu dan kematian pada janin.
B. Saran
1. Untuk RSUD Sayang Cianjur
Diharapkan tenaga kesehatan bisa mempertahankan pelayanan yang sudah
baik dalam penanganan setiap tindakan kepada pasien sesuai SOP sehingga
setiap pasien merasakan puas atas pelayanan yang diberikan.
2. Untuk Klien
Dapat lebih memperhatikan kesehatan diri sendiri seperti menjaga pola
nutrisi, memperhatikan personal hygiene dan kebutuhan istirahat. Dan juga

1
memperhatikan bayi yang baru dilahirkan dengan memberikan ASI Eksklusif
selama 6 bulan, memantau pertumbuhan dan perkembangan bayi dan juga
pemberian imunisasi.
3. Untuk Profesi Bidan
Agar lebih meningkatkan pengetahuan dan wawasan dalam berbagai kasus
kegawatdaruratan dan komplikasi pada ibu hamil khususnya pada kasus KPD
dan memberikan pelayanan sesuai tugas dan wewenang.

2
69
DAFTAR PUSTAKA

1. Maternal mortality rate 2015. Di akses pada tanggal 22 maret 2018. Didapat
:http://www.who.int
2. Kementerian Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta :
Kemenkes RI ; 2016
3. Profil kesehatan jawa barat di unduh pada tanggal 19 maret 2018. didapat
www.depkes.id
4. Penyebab kematian ibu di Indonesia. diunduh pada tanggal 10 april
2018.didapat
http://repository.maranatha.edu/23749/3/1410055_Chapter1.pdf
5. Prawirohardjo, S. Ilmu Kebidanan. Jakarta : P.T Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo ; 2013
6. Moegni, dwinta oktavianty. Kemenkes RI. Buku saku pelayanan
kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan.
Jakarta:2013
7. Fadlun & Feryanto. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta : Salemba
Medika ; 2011.
8. Manuaba. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana. Jakarta : EGC ; 2010
9. Sujiyatini, dkk. Asuhan Patologi Kebidanan. Jakarta: Nuha
Medika;2009
10. Nugroho, T. Buku Ajar : Obstetri untuk Mahasiswa Kebidanan. Suha
Medica : Yogyakarta ; 2010
11. Sulistiawati, Ari. Asuhan Kebidanan pada masa kehamilan. Jakarta :
Salemba Medika ; 2012
12. Protap penanganan ketuban pecah dini di RSUD sayang cianjur.
13. Saifuddin, Abdul Bari. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo; 2014. H
14. Rohani.dkk. Asuhan pada masa persalinan. Jakarta: salemba medika:
2011
15. Unpad. Obstetri Fisiologi. Bandung : Eleman:2013
16. Sumarah. Perawatan Ibu Bersalin. Asuhan Kebianan Pada Ibu
Bersalin.Yogyakarta : Penerbit Fitramaya ; 2008
17. Sujiyatini, dkk. Asuhan Patologi Kebidanan. Jakarta: Nuha Medika
; 2009.
18. Huda, Nurul. Faktor-faktor yang mempengaruhi Ketuban Pecah Dini
di RS PKU Muhammadiyah Surakarta. Surakarta. Jurnal
Kebidanan ; 2013. Di unggah pada tanggal 12 maret 2018.
19. Myles. Myles Buku Ajar Bidan Edisi 14. Jakarta : EGC ; 2009.
20. Suryanti. Protein Perbandingan Antara Angka Kecukupan Protein
(Akp) Kurang Dan Angka Kecukupan Protein (Akp) Cukup
Terhadap Kejadian Ketuban Pecah Dini Di Rsud Wonosobo.
Januari 2012. Diunggah pada 14 maret 2018
21. Winknjosastro, H. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo ; 2011
22. Cunningham FG. Obstetri William Vol. 1. Jakarta: EGC ; 2006
23. Astuti, Puji. Buku Ajaran Asuhan Kebidanan Ibu I (Kehamilan).
Yogyakarta: Rohima Press ; 2012
24. Manuaba, I.B.G., I.A. Chandranita Manuaba, dan I.B.G. Fajar
Manuaba.
25. Sofian. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC ; 2011.
26. Nugroho. Patologi Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika ; 2012.
27. Oxorn. H., Forte. W. R. IlmuKebidanan Patologi dan Fisiologi
Persalinan,Yogyakarta ; Yayasan Essentia Medica ( YEM) ;
2010.
28. Varney, Helen., dkk. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta
:EGC ;2008.
29. Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta ; 2010.
30. Nawawi, Hadiri. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta :
Gadjah Mada University Press ; 2007
31. www.bppsdmk.kemenkes.go.id dikutip : pada tanggal 24 april 2018
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Lampiran 2
LEMBAR OBSERVASI KEBIDANAN

NAMA Ny. S / 25 tahun


DIAGNOSA MEDIS G1P0A0 Parturien aterm kala I fase laten + KPD 13 jam + Anemia ringan
NO.CM 832082
Tgl Jam Tensi Nadi Respirasi Suhu DJJ HIS Keterangan Nama Bidan
20/02/2018 05.30 110/70mmhg 80x/menit 21x/menit 36,6ºC 146x/menit 2x10’20 detik Pembukaan 1 jari
WIB
06.00 82x/menit 142x/menit 2x10’20 detik
WIB
06.30 84x/menit 143x/menit 2x10’20 detik
WIB
07.00 81x/menit 140x/menit 2x10’20 detik
WIB
07.30 83x/menit 137x/menit 2x10’25 detik
WIB
08.00 79x/menit 144x/menit 2x10’25 detik
WIB
08.30 80x/menit 139x/menit 2x10’25 detik
WIB
09.00 82x/menit 141x/menit 2x10’25 detik
WIB
09.30 120/80 mmhg 81x/menit 21xmenit 36,7ºC 138x/menit 2x10’30 detik Pembukaan 3 cm
WIB
10.00 81x/menit 128x/menit 2x10’30 detik
WIB
10.30 80x/menit 139x/menit 2x10’30 detik
WIB
11.00 82x/menit 137x/menit 2x10’30 detik
WIB
11.30 83x/menit 140x/menit 3x10’33 detik
WIB
12.00 84x/menit 141x/menit 3x10’33 detik
WIB
12.30 82x/menit 144x/menit 3x10’35 detik
WIB
13.00 81x/menit 138x/menit 3x10’35 detik
WIB
13.30 120/80 mmhg 82x/menit 21x/menit 36,8ºC 142x/menit 3x10’35 detik Pembukaan 7 cm
WIB
14.00 82x/menit 136x/menit 4x10’35 detik
WIB
14.30 83x/menit 140x/menit 4x10’40 detik
WIB
15.00 84x/menit 142x/menit 4x10’40 detik
WIB
15.30 120/90 mmhg 83x/menit 22x/menit 36,8ºC 138x/menit 5x10’>45 Pembukaan 10 cm
WIB detik
Lampiran 3

A. ASUHAN KEBIDANAN POSTNATAL CARE


CATATAN PERKEMBANGAN (KUNJUNGAN NIFAS 3)
Hari, Tanggal Pengkajian : Kamis, 22 Februari 2018
Waktu Pengkajian : 10.00 WIB
Tempat Pengkajian : Rumah Ny. S
A. DATA SUBJEKTIF
Ibu merasa sudah mulai membaik, tidak terasa mules mulas dan perut
masih teraba keras. mengeluh ASI nya belum keluar banyak sehingga bayi
sering menangis. Ibu makan 3-4 kali sehari, menu seimbang. Minum air
putih ±8 gelas perhari.
Ibu BAK 5 kali sehari dan BAB 1 kali sehari. Ibu menyusui bayinya
dengan ASI setiap 2-3 jam sekali selama 15 menit. Bayinya menyusu kuat,
Ibu hanya dirumah saja, melakukan aktivitas merawat bayinya . Ibu sering
terbangun malam hari untuk menyusui bayinya dan ibu sering tidur
siang.Ibu sering merawat bayinya, namun belum bisa memandikan
bayinya sehingga meminta tolong pada ibunya.Tidak ada tanda-tanda
bahaya nifas yang ibu rasakan seperti seperti pusing yang berlebihan,
pandangan mata kabur, perdarahan banyak, dan kejang.

B. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : compos mentis
3. Tanda-tanda vital
a. Tekanan darah : 100/700 mmHg
b. Nadi : 79x/menit
c. Respirasi : 20x/menit
d. Suhu : 36,6 °C
4. Pemeriksaan fisik
a. Mata : Konjungtiva merah muda, Sklera
putih
b. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
dan Pembengkakan pembuluh limfe
c. Payudara : simetris, bersih, puting menonjol,
tidak ada benjolan/massa, tidak ada
nyeri tekan, ada pengeluaran
kolostrum
d. Abdomen : TFU pertengahan symfisis-pusat,
Diastasi Rekti 2/5 Kandung kemih
kosong.
e. Ekstremitas : tidak ada varises, kuku merah muda,
tidak ada oedema
f. Genetalia : vulva dan vagina tidak ada kelainan, tidak
ada cairan berbau, lochea rubra warna
merah segar. Terdapat jahitan pada
perineum masih basah dan bersih, tidak ada
pembengkakan.
g. Anus : Tidak ada Hemoroid

C. ANALISA
Postpartum 2 hari.

D. PENATALAKSANAAN
Pukul 10.00 WIB
1. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan sehat.
2. Mengajarkan ibu mengenai personal hygien seperti mandi 2 kali sehari,
membersihkan luka jahitan dengan air matang dan keringkan. Ibu sudah
melakukannya.
3. Mengajarkan ibu untuk makan dan minum tidak ada pantangan apapun.
Tidak ada pantangan.
4. Melakukan breastcare dan pijat oksitosin.
5. Menjelaskan kepada ibu tentang Jenis-jenis alat Kontasepsi. Ibu mengerti
dan dapat menyebutkannya kembali.

CATATAN PERKEMBANGAN 4 (KUNJUNGAN NIFAS)


Hari, Tanggal Pengkajian : Senin, 26 Februari 2018
Waktu Pengkajian : 10.00WIB
Tempat Pengkajian : Ruamh Ny. S
A. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengeluh susah BAB, setelah melahirkan hanya 2 kali BAB dan
mengeluh pegal-pegal. Setelah melahirkan ibu kontrol ke BPM dan
diberikan tablet Fe. Ibu makan 3 kali sehari, menu seimbang. Minum air
putih ± 9 gelas perhari. Ibu BAK 6 kali sehari. Ibu menyusui bayinya
dengan ASI setiap 2-3 jam sekali selama ±7 menit. Bayi menyusu kuat.
Ibu hanya dirumah saja, dilarang melakukan kegiatan sehari-hari seperti
menyapu, memasak dll. Ibu sering terbangun malam hari untuk menyusui
bayinya dan ibu sering tidur siang. Ibu sering merawat bayinya, ibu sudah
bisa memandikan bayinya . Tidak ada tanda-tanda bahaya nifas yang ibu
rasakan seperti pusing yang berlebihan, pandangan mata kabur, perdarahan
banyak, dankejang.
B. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : compos mentis
3. Tanda-tanda vital
a. Tekanan darah : 110/70 mmHg
b. Nadi : 85x/menit
c. Respirasi : 21x/menit
d. Suhu : 36,5°C
4. Pemeriksaan fisik
a. Mata : Konjungtiva merah muda, Sklera
putih
b. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
dan Pembengkakan pembuluh limfe
c. Payudara : simetris, bersih, puting menonjol,
tidak ada benjolan/massa, ada nyeri
tekan, ada pengeluaran ASI
d. Abdomen : TFU 3 jari diatas symfisis, Kandung
kemih kosong
e. Ekstremitas : tidak ada varises, kuku merah muda,
tidak ada oedema, tidak ada tanda
homan, refleks patella kedua kaki
Positif.
f. Genetalia : vulva dan vagina tidak ada kelainan,
Tidak ada cairan berbau, lochea
sanguolenta berwarna merah
kekuningan. Terdapat jahitan pada
perineum sudah kering dan bersih,
tidak ada pembengkakan.
g. Anus : Tidak ada Hemoroid

C. ANALISA
Postpartum 1 minggu.

D. PENATALAKSANAAN
Pukul 10.00 WIB
1. Melakukan Informed consent bahwa akan dilakukan Pemeriksaan Fisik.
2. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu baik.
3. Mengajarkan ibu untuk istirahat yang cukup, menganjurkan ibu untuk
tidur siang pada saat bayi tidur. Ibu sudah melakukannya.
4. Mengajarkan ibu untuk melakukan mobilisasi agar badan tidak terasa
pegal-pegal. Ibu mengerti dan melakukannya.
5. Menganjurkan ibu untuk memakan buah yang mengandung banyak serat
agar ibu lancar BAB dan banyak minum air putih.
6. Menganjurkan ibu untuk tetap mengkonsumsi tablet tambah darah yang
diberikan 1x1 dengan dosin 60 mg.
7. Menanyakan tanda bahaya nifas pada ibu seperti pusing yang berlebihan,
pandangan mata kabur, perdarahan banyak, dan kejang. Ibu tidak
merasakan Tanda Bahaya Nifas.

CATATAN PERKEMBANGAN 5 (KUNJUNGAN NIFAS)


Hari, Tanggal Pengkajian : Selasa, 6 Maret 2018
Waktu Pengkajian : Pukul 14.00 WIB
Tempat Pengkajian : Rumah Ny.S
A. DATA SUBJEKTIF
Ibu sudah merasa lebih nyaman, tidak ada keluhan.Ibu makan 3 kali sehari,
menu seimbang. Minum air putih ± 8 gelas perhari Ibu BAK 4 kali sehari
dan BAB 1 kali sehari. Ibu menyusui bayinya dengan ASI setiap 2-3 jam
sekali selama ±7 menit. Bayi menyusu kuat. Ibu hanya dirumah saja,
kegiatan sehari-hari ibunya menyapu, mencuci dan berjalan-jalan. Ibu
sering terbangun malam hari untuk menyusui bayinya dan ibu sering tidur
siang.Ibu senang merawat bayinya.Tidak ada tanda-tanda bahaya nifas
yang ibu rasakan seperti pusing yang berlebihan, pandangan mata kabur,
perdarahan banyak, dan kejang.

B. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Compos mentis
3. Tanda-tanda vital
a. Tekanan darah : 110/70 mmHg
b. Nadi : 82x/menit
c. Respirasi : 20x/menit
d. Suhu : 36,2 °C
4. Pemeriksaan fisik :
a. Mata : Konjungtiva merah muda, Sklera
putih
b. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
dan Pembengkakan pembuluh limfe
c. Payudara : simetris, bersih, puting menonjol,
tidak ada benjolan/massa, tidak ada
nyeri tekan, ada pengeluaran ASI
d. Abdomen : TFU sudah tidak teraba, kandung
kemih kosong.
e. Ekstremitas : tidak ada varises, kuku merah muda,
Tidak ada oedema.
f. Genetalia : vulva dan vagina tidak ada kelainan,
tidak ada cairan berbau, lochea serosa
berwarna merah kekuningan.
Terdapat jahitan pada perineum sudah
kering dan bersih, tidak ada
pembengkakan.
g. Anus : Tidak ada Hemoroid

C. ANALISA
Postpartum 2 minggu

D. PENATALAKSANAAN
Pukul 14.00 WIB
1. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan baik.
2. Mengajarkan ibu untuk istirahat yang cukup, menganjurkan ibu untuk
tidur siang pada saat bayi tidur. Ibu sudah melakukannya.
3. Mengajarkan ibu untuk makan dan minum dengan menu seimbang dan
tidak ada pantangan apapun. Ibu tidak ada pantangan makan
4. Menganjurkan ibu untuk tetap mengkonsumsi tablet tambah darah yang
diberikan oleh bidan 1x1 dengan dosis 60 mg dapat diminum di malam
hari.
Lampiran 4
A. ASUHAN KEBIDANAN NEONATAL
Hari, Tanggal Pengkajian : Selasa 20 Februasi 2018
Waktu Pengkajian : Pukul 16.45 WIB
Tempat Pengkajian : Ruang Bersalin RSUD Sayang Cianjur

A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas Klien
a. Biodata Bayi
1) Nama Bayi : By.Ny. S
2) Jenis Kelamin : Laki-laki
3) Taanggal Lahir : 20 Februari 2018
4) Jam Lahir : 15.45 WIB
2. Riwayat kehamilan dan persalinan
Ini adalah pertama, pada saat persalinan usia kehamilan ibu 37 minggu,
bayi lahir secara normal pervaginam, tidak ada penyulit dan ditolong oleh
bidan, lahir tanggal 20 Februari 2018 pada pukul 15.45 WIB.
3. Riwayat Perinatal
Bayi lahir tidak segera menangis, tonus otot baik, warna kulit kemerahan.
Bayi lahir dalam kondisi sehat dan tanpa ada kelainan.
4. Riwayat Laktasi
Bayi belum dilakukan IMD
5. Riwayat Biopsikososial
Bayi sudah BAK dan BAB

B. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan umum : Bayi tampak sehat, tonus otot bergerak aktif,
warna kulit kemerahan dan menangis kuat
2. Tanda-tanda vital
a. Laju Jantung : 120x/menit
b. Laju Nafas : 46x/menit
c. Suhu :36,5 °C
3. Antropometri
a. Berat Badan : 2800 gram
b. Panjang Badan : 47 cm
c. Lingkar Kepala : 30 cm
d. Lingkar Dada : 33 cm
4. Pemeriksaan fisik :
a. Kepala
Terdapat Ubun-ubun, Teraba sutura, tidak ada molage, tidak ada
pembengkakan dibagian kepala.
b. Telinga
Telinga simertis, telinga sejajar dengan mata, terdapat daun telinga,
daun telinga elastis.
c. Mata
Simetris, tidak ada tanda-tanda infeksi, warna sklera putih, konjungtiva
merah muda.
d. Hidung dan mulut
Bibir simetris, terdapat langit-langit, tidak adanya sumbing, tidak ada
pernafasan cupung hidung.
e. Leher
Tidak ada pembengkakan kelenjar limfe dan benjolan.
f. Dada
Simetris, terdapat puting susu, tidak ada retraksi dada.
g. Bahu, Lengan dan Tangan
Pergerakan normal, simetris, jumlah jari tangan lengkap.
h. Abdomen
Abdomen normal, tidak ada kelainan, tidak ada perdarahan tali pusat,
tidak ada tanda-tanda infeksi.
i. Tungkai dan kaki
Pergerakan normal, sismetris, jumlah jari kaki lengkap.
j. Kulit
Adanya verniks, warna kulit kemerahan, tidak ada tanda lahir, tidak ada
pembekakan atau bercak-bercak hitam.
k. Punggung
Tidak ada kelainan, tidak ada benjolan atau cekungan pada tulang
punggung.
l. Genetalia
Bagian genitalia bersih, labiya mayora menutupi labia minora, terdapat
lubang vagina dan lubang uretra, sudah BAK.
m. Anus
Terdapat lubang anus dan belum BAB.
Apgar Skor : 5/7
n. Refleks:
1. Refleks Glabela : Positif
2. Refleks Rooting : Positif
3. Refleks Sucking : Positif
4. Refleks Swallowing : Positif
5. Refleks Palmar Grafs : Positif
6. Refleks Plantar : Positif
7. Refleks Babinski : Positif
8. Refleks Moro : Positif

C. ANALISA
By.Ny S Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan Usia 1 Jam dengan
riwayatAsfiksia Ringan.

D. PENATALAKSANAAN
Pukul 16.45 WIB
1. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa bayi dalam keadaan sehat dan
normal.
2. Meletakkan bayi ditempat tidur yang datar, kering, hangat dan bersih
3. Melakukan pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir
4. Memberikan Salf mata tetrasiklin 0,1 %.
5. Memberikan Vitamin K1 sebanyak 0,5 ml dengan menyuntikkan secara
IM di Paha kiri anterolateral.
6. Memasangkan oksigen 3 liter.
7. Membungkus bayi dengan baju dan kain panel lalu memakaikan topi
8. Memberikan bayi kepada ibunya untuk disusui.
9. Mengajarkan ibu tentang Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir seperti Tidak
mau menyusu, Kejang-kejang, Lemah, Sesak Nafas, Bayi merintih atau
menangis terus menerus, Tali Pusar Kemerahan sampai dinding perut serta
berbau atau bernanah, Demam, Mata Bernanah, Diare, Kulit dan mata
Bayi Kuning, Tinja berwarna pucat. Ibu mengerti dan dapat
menyebutkannya kembali.

CATATAN PERKEMBANGAN (KUNJUNGAN NEONATAL 1)


Hari, Tanggal Pengkajian : Senin, 26 Februari 2018
Waktu Pengkajian : 10.00WIB
Tempat Pengkajian : Ruamh Ny. S

A. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan banyinya tampak kuning. By.Ny.I sudah diberikan
Imunisasi Hepatitis pada tanggal 22 februari 2018 pukul 10.00 WIB di
BPM Bd. L Bayi disusui ASI selama 7-8 menit setiap 2 jam sekali. Bayi
BAK 9 kali sehari dan BAB 7 kali sehari berwarna kuning. Bayi
dimandikan 2 kali sehari menggunakan air hangat. Sehari-hari bayi dirawat
dan disusui oleh ibunya.Tidak ada tanda gejala pada bayi seperti demam,
tidak mau menyusui, kejang atau tanda bahaya lainnya
B. DATA OBJEKTIF
1. Bayi tampak sehat, tonus otot bergerak aktif, warna kulit kemerahan dan
menangis kuat
2. Tanda-tanda vital
a. Laju Jantung : 125x/menit
b. Laju Nafas : 45x/menit
c. Suhu :36,8 °C
3. Pemeriksaan fisik :
a. Kepala
Tidak ada molage, tidak ada pembengkakan dibagian kepala.
b. Mata
Simetris, tidak ada tanda-tanda infeksi, warna sklera putih, konjungtiva
merah muda.
c. Hidung dan mulut
Bibir simetris, tidak ada pernafasan cupung hidung.
d. Leher
Tidak ada pembengkakan kelenjar limfe dan benjolan.
e. Dada
Simetris, tidak ada retraksi dada.
f. Abdomen
Abdomen normal, tidak ada kelainan, tidak ada perdarahan tali pusat,
tidak ada tanda-tanda infeksi.
g. Tungkai dan kaki
Pergerakan normal, tonus aktif, kulit tampak kuning.
h. Genetalia
Bagian genitalia bersih.
i. Anus
Bayi terlihat sudah BAB dan berwarna kuning.

C. ANALISA
Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan Usia 7 hari.
D. PENATALAKSANAAN
Pukul 10.00 WIB
1. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan sehat.
2. Memberitahu ibu untuk menjemur dibawah jam 10 pagi dan memberikan
ASI dengan benar.
3. Memberitahu ibu untuk membawa bayinya ke Puskesmas atau Posyandu
setiap bulan agar dapat di imunisasi lengkap
4. Mengajarkan ibu untuk menyusui bayinya dengan ASI saja.
5. Mengajarkan ibu untuk menjemur bayinya pada pagi hari.
6. Memberitahu ibu untuk memandikan bayinya 2 kali sehari dan sering
mengganti popoknya ketika basah.

CATATAN PERKEMBANGAN (KUNJUNGAN NEONATAL 2)


Hari, Tanggal Pengkajian : Selasa, 6 Maret 2018
Waktu Pengkajian : Pukul 14.00 WIB
Tempat Pengkajian : Rumah Ny.S

A. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan bahwa bayinya sering BAB, berwaarna kuning dan cair.
Bayi sudah diberikan Imunisasi Hepatitis pada minggu lalu. Bayi disusui
ASI selama 7-8 menit setiap 2 jam sekali. Bayi BAK 8 kali sehari dan
BAB 6 kali sehari berwarna kuning. Bayi dimandikan 2 kali sehari
menggunakan air hangat. Sehari-hari bayi dirawat dan disusui oleh ibunya.
Tidak ada tanda gejala pada bayi seperti demam, kuning, tidak mau
menyusui, kejang atau tanda bahaya lainnya.

B. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan Umum : Bayi tampak sehat, tonus otot bergerak aktif,
warna kulit kemerahan dan menangis kuata
2. Tanda-tanda vital
a. Laju Jantung : 127x/menit
b. Laju Nafas : 45x/menit
c. Suhu :36,7 C

3. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Tidak ada molage, tidak ada pembengkakan dibagian kepala.
b. Mata
Tidak ada tanda-tanda infeksi, warna sklera putih, konjungtiva merah
muda.
c. Hidung dan mulut
Bibir simetris, tidak ada pernafasan cupung hidung.
d. Leher
Tidak ada pembengkakan kelenjar limfe dan benjolan.
e. Dada
Simetris, tidak ada retraksi dada.
f. Abdomen
Abdomen normal, tidak ada kelainan, tidak ada perdarahan tali pusat,
tidak ada tanda-tanda infeksi.
g. Tungkai dan kaki
Pergerakan normal, sismetris.
h. Genetalia
Bagian genitalia bersih, sudah BAK.
i. Anus
Tidak ada kelainan, sudah BAK.

C. ANALISA
Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan, Keadaan Bayi Sehat Usia
14 hari.
D. PENATALAKSANAAN
Pukul 14.00 WIB
1. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa bayi dalam keadaan sehat
2. Memberitahu ibu bahwa keadaan BAB yang bayi alami normal selama
bayi menyusu menggunakan ASI.
3. Mengajarkan ibu untuk tetap menjaga kehangatan pada bayinya. Ibu
mengerti
4. Mengajarkan ibu untuk tetap menyusui bayinya dengan ASI. Ibu mengerti
dan hanya ingin menggunakan ASI saja.
5. Mengajarkan ibu mengenai Imunisasi pada bayi, pada saat bayi usia 1
bulan akan di imunisasi BCG dan menyebabkan luka pada bekas suntikan.
6. Mengajarkan ibu untuk selalu mengajak bicara dan berkomunikasi dengan
bayinya. Ibu mengerti dan sering berkomunikasi dengan bayinya
Lampiran 5
SATUAN ACARA PENYULUHAN
TANDA BAHAYA NIFAS

Pokok Bahasan : Asuhan Kebidanan Nifas


Sub Pokok Bahasan : Tanda Bahaya Masa Nifas
Sasaran : Ny. S
Tempat : RSUD Sayang Cianjur
Hari/Tanggal : Selasa, 20 Maret 2018
Penyuluh : Sri Utari
A. Tujuan
1. Tujuan Intrusksional Umum
Setelah mengikuti penyuluhan, ibu dapat mengenali dan memahami
tanda bahaya pada masa nifas
2. Tujuan Intruksional Khusus
Setelah dilakukan pembelajaran, diharapkan ibu dapat melakukan :
1. Mengetahui arti dari tanda bahaya masa nifas
2. Mengetahui macam-macam tanda bahaya nifas
3. Mengetahui upaya mencegah dan mengatasi tanda bahaya nifas
B. MetodePenyampaian
Diskusi
C. Media
Leaflet
D. Materi
Terlampir
E. Kegiatan
NO Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Ibu

1. Pembukaan a. Mengucapkan salam Menjawab salam


(2 menit) b. Mempersilahkan ibu menjelaskan
yang ibu ketahui
2. Inti a. Menjelaskan pengertian tanda bahaya Mendengarkan dan
(5 menit) nifas memperhatikan
b. Menjelaskan macam-macam tanda
bahaya nifas
c. Menjelaskan upaya mencegah dan
mengatasi tanda bahaya nifas
3. Penutup a. Mempersilahkan ibu untuk bertanya Bertanya
(3 menit) bila ada yang belum dipahami Menjawab salam
b. Menyimpulkan hasil penyuluhan
c. Menutup dengan mengucap kan
salam

F. Evaluasi
Dengan mengajukan pertanyaan :
1. Jelaskan pengertian tanda bahaya nifas
2. Apa saja macam – macam tanda bahaya nifas ?
3. Apasaja upaya mencegah dan mengatasi tanda bahaya nifas ?
G. Daftar pustaka
1. Prawirohardjo, Sarwono. IlmuKebidanan. Jakarta :Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.2013
2. Saifuddin Abdul Bari. BukupanduanPraktisPelayananKebidanan
Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
sarwono Prawihardjo. 2002.
MATERI
TANDA-TANDA BAHAYA NIFAS

A. Pengertian
Masa nifas adalah masa setelah persalinan yang diperlukan untuk
pulihnya kembali alat-alat kandungan seperti sebelum hamil yang
berlangsung selama 6 minggu. Masa nifas merupakan masa yang rawan
bagi ibu, sekitar 60% kematian ibu terjadi setelah melahirkan dan hampir
50% dari kematian pada masa nifas terjadi pada 24 jam pertama setelah
persalinan, di antaranya disebabkan oleh adanya komplikasi masa nifas.
Komplikasi masa nifas adalah keadaan abnormal pada masa nifas yang
disebabkan oleh masuknya kuman-kuman kedalam alat genetalia pada
waktu persalinan dan nifas. Selama ini perdarahan pasca persalinan
merupakan penyebab kematian ibu, namun dengan meningkatnya
persediaan darah dan system rujukan, maka infeksi menjadi lebih
menonjol sebagai penyebab kematian mordibitas ibu.1
B. Tanda-tanda bahaya nifas
Tanda-tanda bahaya nifas adalah tanda bahaya yang diperlihatkan oleh
ibu setelah melahirkan, yang dapat menyebabkan komplikasi dan
diwajibkan ibu untuk segera dibawa oleh keluarga atau orang yang
mengetahui kejadian itu kepetugas kesehatan terdekat seperti kebidan,
perawat, dokter, Puskesmas, dan Rumah Sakit.1
Tanda-tanda bahaya ibu nifas yaitu :
1. Perdarahan per vaginam yang melebihi 500 ml setelah bersalin
didefinisikan sebagai peradarahan pasca persalinan. Perdarahan
banyak dan terus-menerus biasanya terjadi dalam minggu kedua
sesudah persalinan. Perubahan darah ibu nifas atau lockhea yaitu :
a. Merah kehitaman ( hari ke 1-3 )
b. Putih kemerahan ( hari ke 3-7 )
c. Kuning kecoklatan ( hari ke 7-14 )
d. Putih ( lebih dari 14 hari )
2. Demam. Suhu meningkat lebih dari 38oC dalam 10 hari pertama
setelah persalinan.
3. Cairan vagina yang berbau busuk.
4. Kelelahan yang berlebih.
5. Nyeri pada payudara, bengkak payudara dan putting susu yang pecah-
pecah.
6. Nyeri atau panas ketika buang air kecil atau urin tidak keluar dengan
lancar.
7. Sembelit atau hemoroid. Pencegahannya banyak makan buah-buahan
yang banyak mengandung serat seperti papaya dan minum air yang
banyak. Bila ibu tetap tidak dapat buang air besar selama 3 hari. Maka
segera bawa ibu kepetugas kesehatan terdekat seperti bidan, perawat,
dokter, Puskesmas, dan RumahSakit.
8. Sakit kepala terus-menerus.
9. Bengkak pada wajah dan tangan.
10. Nyeri pada abdomen.
11. Produksi ASI kurang karena kesukaran dalam menyusui.
12. Kesedihan.
13. Merasa kurang mampu merawat bayi.
14. Rabun senja2
C. Penanganan
1. Jagalah kebersihan alat kelamin.
2. Nutrisi ditingkatkan.
3. Segera rujuk ketempat pelayanan kesehatan untuk mendapatkan
pengangan2
Lampiran 6
SATUAN ACARA PENYULUHAN

PokokBahasan : Perawatan bayi bayu lahir


Sub PokokBahasan : Tanda bahaya bayi baru lahir
Hari/ Tanggal : Selasa, 20 Februari 2018
Sasaran : Ibu Nifas
Penyuluh : Sri Utari
Waktu : 10 Menit
Tempat : Ruang bersalin

A. Tujuan Istruksional Umum


Setelah diberikan penyuluhan, ibu diharapkan dapat mengerti dan
mengetahui tentang tanda bahaya bayi baru lahir.

B. Tujuan instruksional Khusus


Setelah diberikan penyuluhan, ibu diharapkan mampu :
1. Menjelaskan tanda-tanda bahaya bayi baru lahir
2. Menjelaskan hal yang harus dilakukan bila menemukan salah satu
tanda bahaya

C. Materi
Terlampir

D. Media danAlat
Buku KIA

E. Metode
Diskusi dan Tanya jawab
F. Kegiatan

No Tahap/ Waktu Kegiatan penyuluhan Kegiatan peserta

a. Salam pembukaan. a. Menjawab salam.


Pembukaan
1 b. Memberi kesempetan kepada ibu untuk b. Menjelaskan
(3 menit)
menjelaskan yang telah diketahui oleh ibu yang diketahui

Pengembangan a. Menjelaskan tanda-tanda bahaya baru lahir a. Mendengarkan

2 materi b. Menjelaskan hal yang harus dilakukan bila b. Memperhatikan

(5 materi) menemukan salah satu tanda bahaya

a. Memberi kesempatan untuk bertanya


a. Menjawab
Penutup b. Mengevaluasi materi
3 b. Mendengarkan
(2 menit) c. Menyimpulkan
c. Menjawab salam
d. Menutup dengan salam
G. Evaluasi
1. Ibu dapat menyebutkan tigadari 7 tanda-tanda bahaya pada bayi baru
lahir
2. Ibu dapat menyebutkan hal yang harus dilakukan bila menemukan
salah satu tanda bahaya

H. DaftarPustaka
1. Prawirohardjo, Sarwono. IlmuKebidanan. Jakarta :Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.2013
2. Syaifuddin Abdul Bari. BukupanduanPraktisPelayananKebidanan
Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka sarwono
Prawihardjo. 2002.
MATERI PENYULUHAN

TANDA BAHAYA BAYI BARU LAHIR

A. Tanda-tanda bahaya bagi baru lahir yang harus di waspadai:


1. Pernafasan sulit atau>60 kali permenit
2. Suhu tubuh terlalu panas>380 C atau terlalu dingin<360 C
3. Warna kuning ( terutamapada 24 jam pertama), biru, atau pucat
4. Pemberian ASI, hisapan lemah, mengantuk berlebihan, banyak
muntah
5. Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan (nanah), bau busuk,
pernafasan sulit.
6. Tinja/kemih. Tidak berkemih dalam 24 jam.Tinja lembek, sering,
hijau tua, ada lendir atau darah pada tinja
7. Aktivitas. Menggigil atau tangis tida kbiasa, sangat mudah
tersinggung, lemas, terlalu mengantuk, lunglai, kejang-kejang, tidak
bias tenang, menangis terus-menerus.1

B. Hal yang harus dilakukan bila menemukan salah satu tanda


bahaya tersebut:
Segera cari pertolongan medis ke Puskesmas, Bidan Praktek, Dokter
praktek, Rumah bersalin dan rumah sakit.2
Lampiran 7
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : ASI Ekslusif


Subtopik : ASI Eksklusif
Hari/ tanggal : Senin, 26 Februari 2018
Waktu : 10 menit
Sasaran : Ny. S
Tempat : Rumah Ny. S

A. Tujuan Umum
Setelah memperoleh penyuluhan, diharapkan ibu hamil dapat memahami
pentingnya ASI Eksklusif bagi bayi dan dirinya sendiri.

B. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan tentang ASI Eksklusif, diharapkan ibu dapat:
1. Menyebutkan pengertian ASI Eksklusif.
2. Menjelaskan manfaat pemberian ASI Eksklusif bagi bayi.
3. Menjelaskan manfaat pemberian ASI Eksklusif bagi ibu.

C. Materi
Terlampir.

D. Metode
1. Diskusi
2. Tanya Jawab

E. Media
1. Lembar Balik
F. Evaluasi
1. Jelaskan pengertian ASI Eksklusif?
2. Jelaskan manfaat pemberian ASI Eksklusif bagi Bayi?
3. Jelaskan manfaat pemberian ASI Eksklusif bagi Ibu?

G. Daftar Pustaka
Bobak, dkk.. Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC. 2005
Saleha, siti. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba Medika. 2009
Suherni, dkk . Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta : Fitramaya.2010
Varney, Helen. Asuhan Kebidanan. Jakarta. EGC. 2004
ASI EKSKLUSIF

A. Pengertian ASI Eksklusif


ASI Eksklusif adalah bahwa bayi hanya menerima ASI dari ibu, atau pengasuh
yang diminta memberikan ASI dari ibu, tanpa penambahan cairan atau makanan padat
lain, kecuali sirup yang berisi vitamin, suplemen mineral atau obat. 1
ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja kepada bayi tanpa diberi makanan
dan minuman lain sejak dari lahir sampai usia 6 bulan, kecuali pemberian obat dan
vitamin. 2

B. Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi


Pemberian ASI eksklusif pada bayi meliputi hal-hal berikut :
1. Setelah bayi dilahirkan segera diberikan ASI (dalam waktu ½ - 1 jam),
memberikan kolostrum (ASI yang keluar pada hari-hari pertama),
2. Tidak memberikan makanan atau minuman (seperti air kelapa, air tajin, air teh,
madu, pisang) kepada bayi sebelum diberikan ASI.
3. ASI diberikan sesuai kemauan bayi tanpa perlu dibatasi waktu dan frekuensinya
( pagi, siang dan malam hari ) dan memberikan ASI saja sampai bayi berusia 6
bulan.2

C. Manfaat Pemberian ASI Ekslusif Bagi Bayi


1. ASI sebagai makanan yang bergizi bagi bayi
a. Komposisi ASI pada satu ibu akan berbeda dengan komposisi ASI pada ibu
yang lain, karena disesuaikan dengan kebutuhan bayinya sendiri
b. Komposisi ASI berbeda-beda dari hari ke hari
c. ASI merupakan makanan bayi yang paling sempurna, baik kualitas maupun
kuantitasnya2
2. ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi
a. Bayi dapat membuat zat kekebalan tubuh sehingga mencapai kadar protektif,
yaitu saat usia 9 sampai 12 bulan
b. ASI dapat menigkatkan kekebalan tubuh bayi yang baru lahir, karena
mengandung zat kekebalan tubuh yang dapat melindungi bayi dari berbagai
penyakit infeksi dan alergi
3. ASI eksklusif dapat meningkatkan kecerdasan
a. Periode awal kehamilan s/d bayi berusia 12-18 bulan merupakan periode
pertumbuhpan otak yang cepat.
b. Gizi yang diberikan merupakan faktor terpenting dalam proses pertumbuahn
otak
c. ASI eksklusif dapat menjamin tercapainya pengembangan potensi
kecerdasan anak secara optimal
d. Zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan otak bayi, yang terdapat dalam
ASI namun sangat sedikit pada susu sapi, yaitu taurin, laktosa dan asam
lemak ikatan panjang (DHA, AA, omega 3, omega 6)
4. ASI eksklusif dapat meningkatkan jalinan kasih sayang antara ibu dan anak
a. Dengan memberikan ASI Eksklusif maka akan mempererat hubungan antara
ibu dan anak.3

D. Manfaat Pemberian ASI Eksklusif Bagi Ibu


1. Mencegah Perdarahan
Menyusui bayi segera setelah lahir dapat mendorong terjadinya kontraksi rahim
dan mencegah terjadinya perdarahan. Ini dapat membantu mempercepat proses
kembalinya rahim ke posisi semula.3
2. Mengurangi Berat Badan
Menyusui juga dapat membantu ibu mengurangi berat badan. Sebagai
informasi ketika menyusui itu berarti sama dengan membakar kalori sebesar
200 hingga 500 kalori perhari. Jumlah kalori yang sama jika ibu berenang
selama beberapa jam atau naik sepeda selama satu jam. 3
3. Mengurangi Resiko Terkena Kanker Payudara dan Kanker Rahim
Menyusui dapat mengurangi resiko terkena kanker payudara. Diperkirakan
persentase pencegahannya mencapai 20%. Beberapa laporan juga menyebutkan
bahwa menyusui juga dapat membantu mengurangi resiko terkena kanker
indung telur dan kanker rahim.3
4. Ungkapan Kasih Sayang
Menyusui juga merupakan ungkapan kasih sayang yang nyata dari ibu kepada
bayinya. Hubungan batin anatar ibu dan bayi akan terjalin erat karena saat
menyusui bayi menempel pada tubuh ibu. Bayi bisa mendengarkan detak
jantung ibu, merasakan kehangatan sentuhan kulit ibu dan dekapan ibu. 4
5. Praktis dan Ekonomis
Selain komposisinya yang sempurna, asi juga sangat praktis dan ekonomis.
Sekarang harga susu formula cenderung terus meningkat, memberi asi dapat
mengurangi biaya untuk susu formula yang cukup tinggi. Selain itu asi sangat
praktis, ibu tidak perlu repot mencuci dan merebus botol pada masa pemberian
asi ekslusif, sehingga bisa menambah waktu istirahat bagi ibu, khususnya di
malam hari.4
6. Sebagai Alat Kontrasepsi
Pemberian asi secara ekslusif dapat berfungsi sebagai alat kontrasepsi.
Walaupun ini hanya berlaku selama 4 bulan setelah melahirkan, dan dengan
catatan harus bersifat ekslusif. Hisapan bayi pada payudara ibu merangsang
hormon prolaktin. Hormon prolaktin dapat menghambat terjadinya pematangan
sel telur sehingga menunda kesuburan. 4
Lampiran 8

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Asuhan Bayi


Sub Pokok Bahasan : Imunisasi Dasar
Sasaran : Bayi Ny. S
Waktu : 20 menit
Tanggal : Selasa, 6 Maret 2018
Tempat : Rumah Ny. S
Penyuluh : Sri Utari

1. Tujuan Instruksional Umum


Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan ibu dapat mengerti dan
mengetahui tentang lima imunisasi dasar lengkap.

2. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan ibu mampu menjelaskan
tentang :
a. Menjelaskan pengertian imunisasi
b. Menyebutkan lima imunisasi dasar lengkap
c. Ibu mengetahui jadwal imunisasi
d. Ibu mengetahui tentang efek samping dan cara penanganannya

3. Materi
Terlampir

4. Metode
Diskusi, Tanya Jawab
5. Kegiatan Penyuluhan
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1 Pembukaan a. Salam pembuka a. Menjawab salam
(3 menit) b. Perkenalan diri b. Mendengarkan
c. Penyampaian Tujuan Penyuluhan c. Memerhatikan
2 Inti a. Menjelaskan pengertian imunisasi a. Mendengarkan
Pembahasan b. Menjelaskan 5 macam imunisasi dan memerhatikan
(14 menit) dasar b. Aktif bertanya
c. Menjelaskan jadwal pemberian
imunisasi
d. Menjelaskan efek samping yang
dapat terjadi setelah imunisasi.
e. Menjelaskan cara penanganan
efek samping
3 Penutup a. Menyimpulkan a. Mendengarkan
(3 menit) b. Ucapan terima kasih b. Menjawab salam
c. Salam penutup

6. Evaluasi
a. Jelaskan pengertian imunisasi
b. Sebutkan lima macam imunisasi dasar
c. Sebutkan jadwal pemberian lima imunisasi dasar
d. Sebutkan efek samping imunisasi dan penanganannya

7. Daftar Pustaka
a. Supartini, Yupi. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta:
EGC .2004
b. Garnadi, Yudi. Imunisasi. Edisi 1. Media. 2000.
c. Dinkes, Prov.Jatim. Buku Pegangan Kader Posyandu. 2005
MATERI PENYULUHAN
IMUNISASI DASAR

A. Pengertian
Imunisasi adalah pemberian kekebalan dalam upaya untuk mencegah
timbulnya penyakit tertentu.1

B. Tujuan dari Imunisasi


Tujuan dari imunisasi adalah meningkatkan kekebalan tubuh terhadap
penyakit untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang. 2

C. Macam-macam Imunisasi
1. BCG
a. Untuk mencegah penyaakit TBC (batuk darah)
b. Diberikan pada saat usia bayi lahir sampai usia 2 bulan3
2. DPT
a. Untuk mencegah difteri (radang tenggorokan), pertusis (batuk
rejan/batuk 100 hari), dan tetanus (kejang).
b. Diberikan sebanyak 3x yaitu pada saat usia bayi 3 bulan, 4 bulan, dan 5
bulan.3
3. Polio
a. Untuk mencegah penyakit polio
b. Diberikan sebanyak 4x yaitu pada saat usia anak ketika lahir, 3 bulan, 4
bulan, dan 5 bulan.3
4. Campak
a. Untuk mencegah penyakit campak
b. Diberikan 1x pada saat usia anak 9 bulan.2
5. Hepatitis B
a. Untuk mencegah penyakit Hepatitis B
b. Diberikan 3x yaitu pada saat usia bayi 1 bulan, 2 bulan, dan 12 bulan. 1
D. Kejadian Ikutan Setelah Pemberian Imunisasi
1. BCG
a. Demam
b. Nyeri dan korengan pada daerah penyuntikan
2. DPT
Demam ringan, nyeri dan kadang bengkak pada daerah penyuntikan
3. Campak
a. Demam selama 1-2 hari pada hari ke 5-6
b. Kadang timbul bercak pada kulit sekitar tempat penyuntikan
4. Polio
Jarang ada, tapi kadang timbul diare
5. Hepatitis B
Bengkak dan nyeri pada daerah penyuntikan dan kadang disertai demam
ringan
Imunisasi Campak dan DPT dapat menimbulkan efek samping berupa demam
tinggi disertai kejang-kejang. Bila terjadi segera hubungi petugas kesehatan
untuk minta diganti DPT menjadi DT.1

E. Cara Penanganan efek samping/kejadian ikutan setalah pemberian


imunisasi
1. Bila timbul demam, lakukan:
a. Berikan kompres hangat (dahi, ketiak dan leher)
b. Beri banyak minum
c. Beri pakian yang tipis dan menyerap keringat
d. Ganti pakaina yang basah
e. Berikan obat penurun panas sesuai anjuran dokter.2
2. Bila timbul nyeri/bengkak dearah suntikan, lakukan:
a. Beri kompres air biasa ditempat sekitar suntikan
b. Diusap-usap sekitar daerah suntikan
c. Beri anak (ASI/mainan) agar dapat tidur
3. Jika terdapat reaksi yang berlebihan (kejang lama, demam lebih dari 38,5
derajat Celcius, penurunan kesadaran) konsulatsikan pada dokter, perawat
atau bidan.2
4. Bila terjadi diare, lakukan:
a. Beri bayi banyak minum air putih, oralit, kuah sayur, sari buah, atau ASI
b. Jika diare berlanjut atau disertai muntah-muntah segera bawa ke
puskesmas, dokter, atau rumah sakit.
c. Jangan berikan obat anti diare.2
5. Hal yang perlu mendapat perhatian setelah imunisasi :
a. Reaksi yang timbul pada imunisasi BCG dapat berupa koreng pada area
penyuntikan. Walau demikian tidak boleh dilakukan pengobatan
terhadap luka, seperti memberinya obat oles, salep, bethadin, obat merah,
dll. Karena hal tersebut dapat mempengaruhi keberhasilan imunisasi.
b. Reaksi diare setelah imunisasi setelah imunisasi POLIO boleh diberikan
ASI jika lama imunisasi sudah diberikan lebih dari 6 jam (tidak boleh
mewmberikan ASI setelah imunisasi POLIO sebelum 6 jam berlalu)
c. Daerah yang disuntik tidak boleh dipijat, diberikan obat oles ataupun talk
dan yang lainnya.2
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner

Anda mungkin juga menyukai