Anda di halaman 1dari 66

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS PADA KELUARGATN .A.

M
DENGAN PENGALIHAN METODEKONTRASEPSI
DI RT 006 RW 002 DESA USAPI SONBAI

OLEH:
YOHANA YENI MIHARJA
02.12.00510

STIKes CITRA HUSADA MANDIRI


PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
KUPANG
2015

LEMBAR PERSETUJUAN
ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS PADA KELUARGA TN.A.M
DI RT 006 RW 003 DESA USAPI SONBAI
KEC.NEKAMESE KAB.KUPANG
PROVINSI NTT
Laporan Individu Program Pendidikan Kebidanan Komunitas (PPKK)
Telah Memenuhi Persyaratan dan Disetujui
Tanggal 2015

Menyetujui,

Pembimbing I

Pembimbing II

Frida S. Pay, SST.,M.Kes Mili A. Jumetan, STr. Keb

Penanggungjawab PPKK TA 2015/2016

Frida S. Pay, SST.,M.Kes

LEMBAR PENGESAHAN
Laporan ini telah disahkan
Tanggal...................2015

Mengesahkan

Pembimbing I

Pembimbing II

Frida S.Pay,SST

Mili A.Jumetan STr.Keb

Mengetahui
Ketua
STIKes CHM-K

Ketua
ProdiDIII Kebidanan

drg.Jeffrey Jap,M.Kes

Ummu Zakiah,SST,M.Keb

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa karena oleh
rahmat dan karuniaNya laporan komunitas ini dapat disusun. Penulisan laporan

komunitas ini adalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah Askeb Komunitas di STIKes Citra Husada Mandiri
Kupang.
Laporan ini berisi tentang asuhan yang dilakukan dalam sebuah keluarga yang
telah dipilih oleh penulis sebagai keluarga asuh penulis selama penulis melakukan
Praktek Kerja Lapangan di Desa Usapi Sonbai Kecamatan Nekamese Kabupaten
Kupang.
Pada langkah awal penulis melakukan pendataan di Rumah keluarga kemudian
melibatkan keluarga untuk melihat apa masalah yang ada dalam keluarga tersebut.
Setelah mendapatkan masalah, penulis kemudian bersama-sama dengan keluarga
membahas bagaimana cara mencari jalan keluar untuk menyelesaikan masalah yang
terdapat dalam keluarga tersebut. Setelah mendapat pemecahan masalah, penulis
kemudian melibatkan keluarga lagi untuk sama-sama melakukan pelaksanaan dari
rencana yang telah dibuat bersama. Dalam laporan ini juga berisi asuhan yang
diberikan pada keluarga yang menderita sakit selama penulis melakukan Praktek
Kerja Lapangan (PKL) di Desa tersebut.
Dalam pembuatan ASKEB Komunitas ini, penulis tidak berjalan sendiri tetapi
dengan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima
kasih kepada: Frida S.Pay,SST.,M. Kes dan Mili A.Jumetan STr.Keb, selaku
pembimbimg praktek kerja lapangan yang telah bersedia membimbing dan
mendampingi mahasiswa dalam melaksanakan kegiatan praktek kerja lapangan dan
mengerjakan laporan komunitas.
1.

Drs

Ayub

Titu

Eki.MS,

Ph.D, selaku

Bupati

Kupang

yang

telah

memperkenankan mahasiswa program studi D-III Kebidanan STIKes Citra


Husada Mandiri Kupang untuk melaksanakan kegiatan Praktek Kerja Lapangan
di Kabupaten Kupang di desa Usapi Sonbai
2.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kupang yang telah memperkanankan


mahasiswa program studi D-III Kebidanan STIKes Citra Husada Mandiri
Kupang untuk melaksanakan kegiatan praktek Kerja Lapangan di Kabupaten
Kupang di desa Usapi Sonbai

3.

Kepala Bappeda, yang telah berkenan mengijinkan mahasiswa mahasiswa


program studi D-III Kebidana STIKes Citra Husada Mandiri Kupang untuk
menjalankan praktek kerja lapangan di kabupaten kupang di Desa Usapi Sonbai

4.

Bapak Ir. Abraham Paul Liyanto Pembina Yayasan Citra Bina Insan mandiri,

yang telah memperkenankan kami untuk menimba ilmu di STIKes Citra Husada
Mandiri Kupang
5.

drg. Jeffrey Jap, M.Kes, selaku Ketua STIKes Citra Husada Mandiri Kupang
yang telah mengijinkan mahasiswa melaksanakan kegiatan Praktek Kerja
Lapangan dalam menerapkan Asuhan Kebidanan Komunitas.

6.

Ummu Zakiah SST .M.Keb, Ketua Program Studi D-III Kebidanan yang telah
mengijinkan mahasiswa melaksanakan kegiatan Praktek Kerja Lapangan dalam
menerapkan Asuhan Kebidanan Komunitas.

7.

Camat Nekamese, yang telah mengijinkan mahasiswa untuk melaksanakan


kegiatan Praktek Kerja Lapangan di wilayah Kecamatan Nekamese di desa
Usapi Sonbai

8.

Yusak Nesi, sebagai Kepala Desa Usapi Sonbaibeserta staf yang telah
mengijinkan mahasiswi untuk mengambil data pada masing-masing keluarga
binaan.

9.

Seluruh masyarakat Desa Usapi Sonbai, yang telah bersedia membantu


mahasiswa STIKes Citra Husada Mandiri Kupang untuk menemukan masalah
kesehatan di Desa Usapi Sonbai.
Penulis juga menyadari bahwa laporan komunitas ini masih jauh dari

kesempurnaan oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan untuk
menyempurnakan laporan komunitas ini dan semoga bermanfaat.
Kupang, Februari 2015

Penulis
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PENGESAHAN

ii

KATA PENGANTAR

iii

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR TABEL

vii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2Tujuan

1.3Manfaat

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Kebidanan Komonitas

2.2 Asuhan Kebidanan Komunitas

2.3 Alat Kontrasepsi

14

BAB III TINJAUAN KASUS

28

BAB IV PEMBAHASAN

54

BAB V PENUTUP

57

5.1 Kesimpulan

57

5.2 Saran

57

DAFTAR PUSTAKA

59

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1

Struktur Keluaraga.....................................................................................................
28

Tabel 3.2

Perhitungan Skor........................................................................................................
33

Tabel 3.3

Uraian Tugas Penyuluhan..........................................................................................


36

Tabel 3.4

Kegiatan Penyuluhan.................................................................................................
37

Tabel 3.5

Riwayat Persalinan.....................................................................................................
45

Tabel 3.6

Analisa Masalah dan Diagnosa..................................................................................


47

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Struktur Keluarga.......................................................................................................


29
Gambar 3.2 Denah Rumah.............................................................................................................
30

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keluarga berencana merupakan proses yang disadari oleh pasangan untuk
memutuskan jumlah dan jarak anak serta waktu kelahiran. Dalam Garis-Garis Besar
Haluan Negara ditegaskan bahwa tujuan program keluarga berencana nasional adalah
untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga kecil
bahagia dan sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan pertumbuhan penduduk
(Hartanto. H,1996).
Meningkatkan partisipasi ibu dalam KB diharapkan memberi kontribusi
terhadap pengendalian pertumbuhan penduduk dan penanganan masalah kesehatan
reproduksi yang pada akhirnya berdampak pada penurunan angka kematian ibu dan
janin.Oleh karena keberadaan partisipasi ibu dalam KB masih sangat rendah, maka
perlu

dicari

faktor-faktor

yang

menjadi

penyebabnya

atau

yang

dapat

mempengaruhinya. Berdasarkan hasil studi kualitatif yang dilakukan oleh LDFE UI


bersama UNFPA, menunjukkan bahwa upaya meningkatkan partisipasi wanita dalam
KB mendapat hambatan yaitu kurangnya sosialisasi, keragaman alat atau metode KB
pria terbatas, kesulitan aksesbilitas ke tempat pelayanan, serta biaya untuk
memperoleh KB yang masih mahal.
Laju pertumbuhan penduduk di negara-negara berkembang termasuk
Indonesia masih sangat tinggi. Jumlah penduduk Indonesia sesuai hasil sensus
penduduk (SP) 2000 mencapai 203,46 juta orang atau tepatnya 203.456.005 orang,
penduduk laki-laki 101.641.570 orang dan penduduk perempuan 101.814.435 orang,
dengan tingkat pertumbuhan 1,35% per tahun atau sekitar 3,2 juta jiwa pertahun.
Sedangkan di NTT laju pertumbuhan penduduk pada periode 1980-1990 sebesar
1,79% per tahun, dan pada periode 1990-2000 menjadi 1,92% per tahun. Untuk itu
berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk menekan laju pertumbuhan
penduduk salah satunya dengan menggalakkan program keluarga berencana.
Jumlah akseptor keluarga berencana dalam kurun waktu 5 tahun terakhir
(2000 s/d April 2004) naik 16.869.887 orang atau 3,9 juta per tahun, sehingga total

akseptor KB nasional 25 juta orang. Hasil Survey Demografi dan Kesehatan


Indonesia (SKDI) tahun 2002/2003 menunjukkan pasangan usia subur (PUS) yang
menjadi peserta Keluarga Berencana (KB) dari 57% (1997) menjadi 60,3% (2003).
Jumlah PUS mencapai sekitar 4 juta. Meskipun cara KB berhasil untuk wanita dan
mencapai angka 95% dari peserta KB, bukan berarti pria sama sekali tidak bisa ikut
ambil bagian dalam ber-KB dengan salah satu cara KB yang memang efektif untuk
pria (Dian, 2004). Pelayanan kesehatan ibu antara lain penggunaan KB saat ini (cara
modern maupun cara tradisional), dimana untuk angka nasional meningkat dari 55,8
persen (2010) menjadi 59,7 persen (2013), dengan variasi antar provinsi mulai dari
yang terendah di Papua (19,8%) sampai yang tertinggi di Lampung (70,5%).
Penggunaan KB saat ini adalah 59,7 persen, diantaranya 59,3 persen menggunakan
cara modern dan 51,9 persen penggunaan KB hormonal, dan 7,5 persen nonhormonal. Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) didapati sebesar
10,2 persen dan non-MKJP 49,1 persen. Selain penggunaan KB dikumpulkan juga
cakupan pelayanan masa hamil, persalinan, dan pasca melahirkan Jumlah akseptor
keluarga berencana dalam kurun waktu 5 tahun terakhir (2000 s/d April 2004) naik
16.869.887 orang atau 3,9 juta per tahun, sehingga total akseptor KB nasional 25 juta
orang (Riskesda:2013).
Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SKDI) tahun 2002/2003
menunjukkan pasangan usia subur (PUS) yang menjadi peserta Keluarga Berencana
(KB) dari 57% (1997) menjadi 60,3% (2003). Jumlah PUS mencapai sekitar 4 juta.
Meskipun cara KB berhasil untuk wanita dan mencapai angka 95% dari peserta KB,
bukan berarti pria sama sekali tidak bisa ikut ambil bagian dalam ber-KB dengan
salah satu cara KB yang memang efektif untuk pria (Manuaba.2002).
Hasil survey demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002/2003
menunjukkan pasangan usia subur (PUS) yang menjadi peserta keluarga berencana
(KB) dari 50% (1997)menjadi 60,3%(2003). Jumlah PUS mencapai sekitar 4
juta.berdasarkan wawancara dengan ibu binaan,ibu ingin mengikuti kb dengan
mengatur jarak kelahiran anak.
Laporan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota se-Provinsi NTT tahun 2010 jumlah
PUS sebesar 770.816 sedangkan pada tahun 2009 sebesar 718.193. Jumlah PUS yang

menjadi peserta KB aktif tahun 2010 sebesar 442.321 (57,4%), sedangkan tahun
2009 sebesar 503.950 (70,2%), berarti pada tahun 2010 ada penurunan. Persentase
cakupan KB aktif kabupaten/kota yang di atas 100% tidak ada, sedangkan yang
terendah di Kota Kupang (3,5%).

Proporsi Pasangan Usia Subur (PUS) yang

menjadi peserta KB baru pada tahun 2010 sebesar 91.727, sedangkan tahun 2009
sebesar 52.411hal ini berarti terjadi kenaikan pada tahun 2010. Proporsi Peserta KB
Baru Kabupaten/kota dengan persentase tertinggi di Kabupaten Alor (Sumber: Profil
Dinkes Kabupaten/Kota Tahun 2010).Dusun I Ujaometo dan II Oelupun,Desa Usapi
Sonbai kecamatan Nekamese periode Februari 2015.jumlah Pus sebanyak 28
Pus,jumlah akseptor KB 22 akseptor,jumlah PUS yang tidak menggunakan KB 6
PUS 5.992.Hasil survey demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002/2003
menunjukkan pasangan usia subur (PUS) yang menjadi peserta keluarga berencana
(KB) dari 50% (1997)menjadi 60,3%(2003). Jumlah PUS mencapai sekitar 4
juta.berdasarkan wawancara dengan ibu binaan,ibu ingin mengikuti kb dengan
mengantur jarak kelahiran anak. Oleh karena itu, penyelesaian masalah dapat
dilakukan dengan meningkatkan motivasi ibu, peningkatan kualitas penyuluhan,
peningkatan keragaman alat kontrasepsi, pemberdayaan perempuan melalui
pendidikan dan peran ekonomi sehingga meningkatkan posisi tawar menawar
perempuan dalam hal pengambilan keputusan penggunaan alat kontrasepsi.
Pemberdayaan juga dilakukan untuk menyadarkan perempuan bahwa kesehatan
reproduksi merupakan tanggung jawab bersama antara suami dan istri, membuat
kampanye-kampanye yang tepat untuk sosialisasi melalui penyuluhan dalam
perkawinan maupun kegiatan sosial lainnya, peningkatan akses pelayanan KB pria
serta advokasi kepada pemerintah daerah, tokoh masyarakat dan tokoh agama
(Farida, 2004).
Berdasarkan data-data di atas, dimana masih rendahnya partisipasi wanita
dalam mengikuti program keluarga berencana, maka penulis ingin menelusuri lebih
jauh studi tentang persepsi suami dan istri dalam menggunakan kb di dalam sebuah
keluarga.

1.2 Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengenali dan mengamati keadaan kesehatan
keluarga di keluarga binaan serta mampu menanggulangi masalah kesehatan
tersebut bersama keluarga dengan memanfaatkan sumber daya dan potensi
yang terdapat di keluarga.
1.2.2. Tujuan khusus
Setelah melaksanakam praktik kebidanan komunitas, mahasiswa mampu :
1. Melakukan pengkajian kepada keluargaTn.A.M khususnya tentang
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Penggunaan kontrasepsi
Menginterpretasikan masalah apa saja yang terjadi pada keluarga Tn. A.M
Menentukan diagnose potensial apa yang terjadi pada keluarga binaan
Menentukan antisipasi masalah Potensial Pada pada keluarga Tn. A.M
Melakukan perencanaan terhadap masalah yang terjadi
Melaksanaan perencanaan yang telah dibuat
Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilaksanakan

1.3 Manfaat
1.3.1. Untuk Mahasiswa
1. Dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat di bangku perkuliahan kepada
keluarga tentang masalah kesehatan serta cara penanggulangannya.
2. Untuk menambah pengalaman belajar dalam mengenali masalah
kesehatan dan menentukan langkah penyelesaiannya.
1.3.2. Untuk Keluarga
1. Keluarga mengerti dan menyadari permasalah kesehatan yang ada dan mau
menyelesaikan permasalahan tersebut.
2. Keluarga dapat mengerti gambaran status kesehatannya.

1.3.3. Untuk Pendidikan


Merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan pendidikan program studi ilmu
kebidanan khususnya di bidang kebidanan komunitas serta sebagai suatu bahan
pertimbangan atau acuan dalam pengembangan model praktek kebidanan komunitas
selanjutnya
4

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1.

Kebidanan Komunitas

2.1.1. Pengertian kebidanan komunitas.

Pelayanan kebidanan komunitas adalah pelayanan professional yang


ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi dengan
upaya mencapai derajad kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit,
peningkatan kesehatan, menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi pelayanan kebidanan (Logan dan Dawkin, 1987).
Kebidanan komunitas merupakan konsep dasar bidan dalam melayani
keluarga dan masyarakat di wilayah tertentu.Kebidanan komunitas adalah bidan yang
melayani keluarga dan masyarakat diluar rumah sakit.Didalam konsep tersebut
tercakup berbagai unsur.Unsur-unsur tersebut adalah bidan sebagai pelaksana
pelayanan, pelayanan kebidanan, dan komunitas sebagai sarana pelayanan, ilmu dan
tegnologi kebidanan, serta faktor yang mempengaruhi seperti lingkungan.Masingmasing unssur memiliki karakteristik (Runjati, 2010).
2.1.2. Sasaran kebidanan komunitas
Komunitas merupakan suatu kesatuan hidup manusia yang menempati suatu
wilayah nyata dan berinteraksi menurut system adat istiadat, serta terkait oleh suatu
rasa identitas suatu komunitas (koentjaraningrat, 1990).Ciri-cirikomunitas adalah
kesatuan wilayah, kesatuan adat istiadat, rasa identitas komunitas, dan loyalitas
terhadap komunitas (Effendi, 1997).
Sasaran kebidanan komunitas adalah individu, keluarga dan kelompok
masyarakat. Sasaran utamanya adalah ibu dan anak dalam keuarga.Kesehatan ibu
meliputi sepanjang siklus kehidupannya mulai pra kehamilan, hamil, persalinan,
pasca persalinan, dan masa di luar kehamilan dan persalinan. Sedangkan kesehatan
anak meliputi perkembangan dan pertumbuhan anak mulai dari masa dalam
kandungan, masa bayi, masa balita, masa pra sekola, dan masa sekolah.(Runjati,
2010).
2.1.3.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


Faktor-faktor yang mempengaruhi kebidanan komunitas antara lain

lingkungan dan ilmu pengetahuan, serta teknologi. Faktor tersebut tidak dapat

dipungkiri secara bermakna akan mempengaruhi pelayanan kebidanan


komunitas. Faktor lingkungan meliputi (Runjati, 2010):
1. Lingkungan fisik: keadaan geografis (mis., daerah pegunungan cenderung
kekurangan yodium).
2. Lingkungan social: kebiasaan, adat istiadat, budaya, kepercayaan dan
agama di masyarakat, tingkat social ekonomi termasuk pendidikan.
3. Lingkungan flora dan fauna: pemanfaatan tumbuhan dan hewan untuk
menunjang kehidupan.
4. Ilmu pengetahuan dan tegnologi: globalisasi, pasar bebas, pendidikan
2.1.4.

tinggi (continuing eduation), training (pelatihan), dan media,


Bekerja di Komunitas
Bidan yang bekerja di komunitas membutuhkan suatu kemitraan yang

berguna untuk pengambilan keputusan secara kolaboratif dalam rangka


meningkatkan kesehatan dan memecahkan masalah-masalah kesehatan ibu dan
anak. Kemitraan dibentuk dengan klien, keluarga dan masyarakat. Keterlibatan
komponen tersebut sangat penting demi keberhasilan upaya-upaya kesehatan
yang dilakukan oleh kebidanan di komunitas. Adapun layanan kesehatan
komunitas yang sangat penting dan dapat digunakan untuk menjamin praktik
kebidanan komunitas yang komperhensif (Runjati 2010):
1. Memantau status kesehatan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan
melalui pengkajian komunitas dengan menggunakan data statistic vital
dan profil resiko.
2. Mendiagnosis dan menyelidiki masalah kesehatan komunitas dan hal-hal
yang dapat membahayakan kesehatan komunitas, contohnya pengawasan
melekat di komunitas.
3. Menginformasikan, mendidik dan memberdayakan masyarakat mengenai
isu kesehatan
4. Mobilisasi kemitraan komunitas dan tindakan untuk mengidentifikasi dan
memecahkan

masalah

kesehatan.

Contoh,

mendiskusikan

dan

memfasilitasi untuk promosi kesehatan.


5. Menyususn rencana dan kabijakan yang mendukung masalah kesehatan
komunitas dan individu.
6. Mendorong kepatuhan masyarakat terhadap undang-undang dan oeraturan
yang melindungi dan menjamin keamanan.

7. Menghubungkan masyarakat kepada fasilitas pelayanan kesehatan


personal yang dibutuhkan dan memastikan penyediaan layanan kesehatan
tersebut.
8. Memastikan kompetensi petugas pemberi layanan kesehatan masyarakat
atau individu.
9. Mengevaluasi efektifitas, keterjangkauan, dan kualitas layanan kesehatan
individu dan masyarakat.
10. Melakukan riset atau penelitian untuk mendapatkan wawasan baru dan
solusi terhadap masalah kesehatan masyarakat.
2.2.

Asuhan Kebidanan Komunitas


Praktik bidan adalah suatu perwujudan dari kewenangan bidan dalam melakukan
tugasnya melayani pasien.Praktik bidan adalah salah satu kegiatan kebidanan
komunitas.Kegiatan praktik kerja dikelola oleh bidan sendiri seduai dengan
kewenangannya.Dalam kegiatan praktik ini, bidan dapat dibantu oleh tenaga
kesehatan atau tenaga lainnya yang kualifikasi pendidikannya lebih rendah.Prektik
bidan dapat dilakukan di berbagai unit pelayanan seperti puskesmas, polindes,
posyandu, dan paraktik pribadi (Runjati, 2010).
Bidan yang bekerja di desa mempunyai wilayah kerja atau wilayah
pelayanan.Masyarakat yang berada di dekat tempak aktivitas bidan merupakan
sasaran utama pelayanan.Kebidanan komunitas mendorong bidan bekerja aktif, tidak
mennggu pasien datang ke tempat kerjanya.Bidan harus aktif memberikan pelayanan
terhadap ibu dan anak balita baik di dalam maupun di luar unit kerja.Untuk itu bidan
harus

mengetahuiperkembangan

kesehatan

masyarakat

dari

waktu

ke

waktu.Pemantauan kesehatan masyarakat diwilayah kerjanya harus dilakukan oleh


bidan komunitas
Konsep kebidanan komunitas terdiri dari beberapa komponen yang membentuk
suat konsep kebidanan komunitas. Unsur-unsur yang tercakup dalam kebidanan
komunitas adalah bidan, pelayanan kebidanan, sasaran pelayanan kebidanan, sasaran
pelayanan, lingkungan dana pengetahuan serta tegnologi.
Bidan kmunitas adalah bidan yang bekerja melayani keluarga dan masyarakat di
wilayah tertentu.

Asuhan Kebidanan merupakan suatu bentuk pelayanan professional yang


didasarkan pada ilmu dan kiat kebidanan yang ditujukan pada masyarakat dengan
penekanan pada resiko tinggi dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang
optimal

melalui

peningkatan

kesehatan,

pencegahan

penyakit

serta

tidak

mengabaikan asuhan kebidanan dan rehabilitasi.


Adupun tahapan- tahapan yang dilakukan dalam pelaksanaan asuhan kebidanan
komunitas meliputi:
2.2.1. Pengkajian
Pada tahap ini menurut Andreson meliputi demografi, populasi, nilai
keyakinan dan riwayat kesehatan individu yang dipengaruhi oleh subsistem
komunitas terdiri dari fisik, lingkungan, perumahan, pendidikan, keselamatan dan
transportasi, politik pemerintah, kesehatan dan pelayanan sosial, komunitas, ekonomi
dan rekreasi. Semua aspek ini dapat dikaji melalui pengamatan langsung,
penggunaan data statistik, angket, wawancara dengan tokoh masyarakat, tokoh
agama, dan riwayat pemerintah setempat.
2.2.2. Analisa dan Diagnosa Kebidanan
Setelah dilakukan pengkajian, kemudian dikelompokan dan dianalisa
seberapa besar stressot yang mengancam masyarakat dan seberapa berat reaksi yang
timbul pada masyarakat tersebut.Berdasarkan hal tersebut di atas dapat disusun
diaganosa kebidanan komunitas menurut Mueke dimana terdiri dari masalah
kesehatan karakteristik, populasi, dan karakteristik lingkungan.

2.2.3. Perencanaan
Menurut

model

pendekatan

pengorganisasian

Rothman

terdiri

dari

pendekatan perencaan sosial, aksi sosial, dan pengembangan masyarakat. Namun


dalam pelaksanaannya pendekatan yang sering dipakai adalah pengembangan
masyarakat karena sesuai dengan prinsip PKU, terutama dalam meningkatkan
partisipasi masyarakat berdasarkan sumber daya dan sumber dana yang dimiliki serta
mampu mengurangi hambatan yang ada.

Dalam pelaksanaan pengembangan masyarakat dilakukan melalui tahap


tahap sebagai berikut:
1. Tahap persiapan
Dengan dilakukan pemilihan daerah yang menjadi prioritas menentukan cara
untuk berhubungan dengan masyarakat, mempelajari dan bekerja sama
dengan masyarakat.
2. Tahap Pengorganisasian
Dengan

persiapan

pembentukan

kelompok

kerja

kesehatan

untuk

menumbuhkan kepedulian terhadap kesehatan masyarakat.


3. Tahap Pendidikan dan Pelatihan
Meliputi kegiatan pertemuan teratur dengan kelompok masyarakat,
melakukan pengkajian dan membuat program.
4. Tahap formasi Kepemimpinan
Memberikan

dukungan

latihan

dan

mengembangkan

ketrampilan,

kepemimpinan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan


dan pengawasan kegiatan pemeliharaan kesehatan.
5. Tahap Koordinasi Intersektoral
Kerja sama dengan sektor terkait dalam upaya memandirikan masyarakat.
6. Tahap aktif
Dilakukan kunjungan rumah atau kunjungan bertahap untuk mengevaluasi
serta memberikan umpan balik untuk perbaikan kegiatan kelompok kerja
kesehatan lebih lanjut.

2.2.4. Pelaksanaan
Pada kegiatan kebidanan komunitas berfokus pada tingkat pecegahan
yaitu:
1. Pencegahan Primer
Pencegahan sebelum sakit dan difokuskan pada populasi sehat,
mencakup pada kegiatan kesehatan secara umum dan perlindungan khusus

10

pada penyakit, contohnya imunisasi, penyuluhan gizi, dan bimbingan dini


dalam kesehatan keluarga dan lain- lain.
2. Pencegahan Sekunder
Kegiatan yang dilakukan pada saat terjadinya perubahan derajat
kesehatan masyarakat dan ditemukan masalah kesehatan yang menekankan
pada diagnosa dini dan tindakan untuk menghambat proses penyakit,
contohnya mengkaji keterbelakangan tumbuh kembang anak, memotivasi
keluarga untuk melakukan pemeriksaan kesehatan seperti mata, gigi,
telinga, kehamilan dan lain - lain.
3. Pencegahan Tersier
Kegiatan yang menekankan pengambilan individu pada tingkat
berfungsinya secara optimal dan ketidakmampuan keluarga, contohnya
membantu keluarga yang mempunyai anak dengan kelumpuhan anggota gerak
untuk latihan.
2.2.5. Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan dengan menggunakan konsep evaluasi
struktur, evaluasi proses dan evaluasi hasil, sedangkan fokus dari evaluasi
pelaksanaan asuhan kebidanan komunitas adalah:
1. Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan target
pelaksanaan.
2. Perkembangan atau kemajuan proses: kesesuaian dengan perencana peran
staf atau pelaksana tindakan, fasilitas dan jumlah peserta.
3. Efisiensi, bagaimanakah pencarian sumber dana dan penggunannya serta
keuntungan program.
4. Efektifitas kerja, apakah tujuan tercapai dan apakah klien atau masyarakat
puas terhadap tindakan yang dilaksanakan.
5. Dampak apakah status kesehatan meningkat setelah dilaksanakan tindakan,
apa perubahan yang terjadi dalam enam bulanatau satu tahun.
2.3.

Keluarga
2.3.1. Pengertian Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakatyang terdiri atas kepala
keluarga, anggota keluarga lain yang berkumpul dan tinggal dala suatu rumah karena

11

pertalian darah dan ikatan perkawinan atau adopsi, satu dengan yang lain saling
bergantung dan berinteraksi (DepKes, 1988). Bila salah satu anggota keluarga
membpunyai masalah kesehatan, maka akan berpengaruh terhadap anggota-anggota
keluarga yang lain dan keluarga-keluarga yang ada di sekitarnya.
Keluarga adalah persekutuan dua orang atau lebih individu yang terkait oleh
darah, perkawinan atau adopsi yang membentuk satu rumah tangga, saling
berhubungan dalam lingkup peraturan keluarga serta saling menciptakan dan
memelihara budaya (Muhlisin, 2012). Keluarga adalah kumpulan dua individu atau
lebih yang terikat oleh darah, perkawinan atau adopsi yang tinggal dalam satu rumah
atau jika terpisah tetap memperhatikan satu sama yang lain (Muhlishin, 2012).
Keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian
darah, adopsi atau perkawinan (WHO, 1969 yang dikutip oleh Dion & Betan, 2013).
Adapun yang dimaksudkan dengan keluarga adalah terdiri dari dua orang atau
lebih yang memiliki ikatan atau persekutuan berupa perkawinan atau persekutuan
yang dibentuk.Terdapat hubungan yang dibentuk melalui adanya hubungan darah
(garis keturunan langsung), adopsi dan kesepakatan yang dibuat. Tinggal bersama
dibawah satu atap atau antara satu anggota dengan yang lain memiliki tempat tinggal
yang berbeda karena sesuatu urusan tertentu (misalnya urusan pekerjaan) akan tetapi
untuk sementara waktu, juga memiliki peran masing-masing dan bertanggung jawab
terhadap tugas yang diberikan. Serta adanya ikatan emosional yang sulit untuk
ditinggalkan oleh setiap anggota keluraga, dan antara anggota keluarga saling
berinteraksi, intelerasi dan interdependensi (Dion & Betan, 2013)
2.3.2. Tujuan Dasar Keluarga
Menurut Andarmoyo, (2012) tujuan dasar pembentukan keluarga adalah:
1. Keluarga merupakan unit dasar yang memiliki pengaruh kuat terhadap
perkembangan individu
2. Keluarga sebagai perantara bagi kebutuhan dan harapan anggota keluarga
dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat
3. Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan anggota
keluarga dengan menstabilkan kebuutuhan kasih sayang, sosio-ekonomi
dan kebutuhan seksual
12

4. Keluarga memiliki pengaruh yang penting terhadap pembentukan


identitas individu seorang dan perasaan harga diri.
2.3.3. Ciri Keluarga
Ciri keluarga Indonesia menurut Dion & Betan (2013). Ada beberapa ciri
keluarga Indonesia secara menyeluruh, adalah sebagai berikut:
1. Mempunyai ikatan yang sangat erat dengan dilandasi semangat gotongroyong.
2. Dijiwai oleh nilai kebudayaaan ketimuran
3. Umumnya dipimpin oleh suami meskipun proses pemutusan dilakukan
secara musyawarah.
Menurut Dion (2013), ciri kelurga NTT secara umum:
1. Memiliki ikatan emosional yang sangat erat antara anggota yang satu
dengan yang lainnya.
2. Keluarga selalu didasari dengan semangat gotong royong
3. Memiliki adat istiadat yang dianut masing-masing keluarga sesuai dengan
suku.
4. Umumnya dipimpin oleh suami sebagai kepala keluarga.
5. Sangat menghargai aturan-aturan adat.
6. Memiliki hubungan erat dengan keluarga lainnya.
2.3.4. Tipe Keluarga
Sesuai dengan perkembangan sosial maka tipe keluarga berkembang
mengikutinya (Muhlisim, 2012).Tipe keluarga dibedakan berdasarkan keluarga
tradisional dan non tradisional. Agar dapat mengupayakan peran serta keluarga dalam
meningkatkan derajat kesehatan maka perawat perlu mengetahui tipe keluarga.
Menurut Muhlisin (2012) tipe keluarga tradisional, terdiri dari:
1. The nuclear family (keluarga inti)
Yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri dan anak (kandung
atau angkat).
2. The extended family (keluarga besar)
Yaitu keluarga inti ditambah dengan keluarga lain yang mempunyai hubungan
darah, misalnya kakek, nenek, paman, bibi atau keluarga yang terdiri dari tiga
generasi yang hidup bersama dalam satu rumah, seperti nuclear family, disertai:
paman, tante, orang tua (kakek, nenek), keponakan.
3. The dyad family (keluarga Dyad)
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup bersama
dalam satu rumah.

13

4. single-parent (orang tua tunggal)


Yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak (kandung
atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau ditinggal mati.
5. The single adult living alone/single adult family
Yaitu suatu rumah tangga yang teridiri dari seorang dewasa yang hidup sendiri
karena pilihannya atau perpisahan (perceraian atau ditinggal mati).
6. Blended family
Duda atau janda (karena perceraian) yang menikah kembali dan membesarkan
anak dari perkawinan sebelumnya.
7. Kin-network family
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling berdekatan dan
saling menggunakan barang-barang dan pelayanan yang sama (contoh: dapur,
kamar mandi, televise, telepon dan lain-lain).
8. Multigeneration family
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal bersama
dalam satu rumah.
9. Commuter family
Kedua orang tua yang bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu kota
tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja diluar kota bisa
berkumpul pada anggota keluarga pada saat weekend.
10. Keluarga usila
Yaitu suatu rumah tangga yang tediri dari suami-istri yang berusia lanjut dengan
anak yang sudah memisahkan diri.
11. Composit family
Keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup bersama.
12. The childless family
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk mendapatkan anak
terlambat waktunya yang disebabkan karena mengejar karier/pendidikan yang
terjadi pada wanita.
2.3.5. Sruktur Keluarga
Menurut Dion (2013) menyatakan struktur keluarga menujukan bagaimana
keluarga tersebut diorganisasikan, cara unit-unit tersebut ditata serta bagaimana
komponen tersebut berhubungan satu sama lain. Selain itu, struktur dapat
menggambarkan bagaimana keluarga tersebut di masyarakat.
1. Ciri-ciri struktur keluarga
Menurut Mubarak dkk (2006) yang dikutip oleh Dion (2013), ciri-ciri dari
struktur keluarga adalah sebagai berikut:
a. Terorganisasi
14

Keluarga adalah cerminan sebuah organisasi, di mana setiap anggota


keluarga memiliki peran dan fungsinya masing-masing sehingga tujuan
keluarga dapat tercapai. Organisasi yang baik ditandai dengan adanya
hubungan yag kuat antara anggota sebagai bentuk saling ketergantungan
dalam mencapi tujuan.
b. Keterbatasan
Dalam mencapai tujuan, setiap anggota keluarga memiliki peran dan
tanggung jawabnya masing-masing, sehingga dalam berinteraksi setiap
anggota tidak bisa semena-mena tetapi memiliki ketebatasan yang
dilandaskan pada tanggung jawab masing-masing anggota keluarga.
c. Perbedaan dan kekhususan
Adanya peran yang beragam dalam keluarga menunjukan bahwa masingmasing anggota keluarga mempunyai peran dan fungsi yang berbeda dan
khas seperti halnya peran ayah sebagai pencari nafkah utama dan peran ibu
sebagai anggota keluarga yang merawat anak-anak.
2. Jenis struktur keluarga
Menurut Dion (2013) struktur keluarga umumnya yang ada di NTT atau
Indonesia adalah sebagai berikut:
a. Berdasarkan jalur hubungan darah
1) Patrilineal
Yang dimaksud dengan struktur patrilinear adalah keluarga sedarah
yang terdiri dari sanak saudara dalam beberapa generasi, di mana
hubungan itu disusun berdasarkan garis keturunan Ayah.
Contoh:
Beberapa daerah di NTT yang menganut struktur ini adalah Manggarai,
Nagekeo, Ende, dll.
2) Matrilineal
Yang dimaksudkan dengan struktur matrilineal adalah keluarga sedarah
yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi di
mana hubungan itu di susun melalui garis keturunan Ibu.
Contoh:
Beberapa daerah di NTT yang menganut struktur ini adalah Nagekeo
dan Belu bagian selatan.
b. Berdasarkan keberadaan tempat tinggal
1) Matrilokal

15

Merupakan pasangan suami istri yang mana setelah menikah dan


tinggal bersama keluarga sedarah istri.

2) Patrilokal
Merupakan sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
suami.
Di beberapa daerah di NTT yang menganut patrilineal hal ini menjadi
kewajiban sebelum memiliki tempat tinggal sendiri.
c. Berdasarkan pribadi pengambilan keputusan
Keputusan merupakan peran yang harus dilakukan oleh suami dan atau istri
sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, namun selamanya pengambilan
keputusan dilaksanakan bersama-sama.
Berikut adalah pembagian struktur berdasarkan siapa yang mengambil
keputusan, adalah sebagai berikut:
1) Patriakal: Dominasi pengambilan keputusan ada pada pihak
suami.
Pengambilan keputusan bagi keluarga menganut struktur patriakal
memang didasarkan pada peran ayah yang mengetuk palu
persetujuan, namun dalam menentukan keputusan tersebut
seharusnya

melibatkan

ibu

sebagai

orang

yang

mempertimbangkan.
2) Matriakal: Dominasi pengambilan keputusan ada pihak istri.
Dalam struktur matriakal, peran istri adalah sebagai pengambulan
keputusan.Namun seharusnya perlu melibatkan suami dalam
mempertimbangkan suami dalam mempertimbangkan keputusan
tersebut.
2.3.6. Peran Keluarga
Menurut Nasrul Effendy (1998), yang dikutip oleh Dion (2013),
menyatakan bahwa berbagai peran formal dalam kelurga adalah sebagai
berikut:
1. Peranan Ayah: sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anak berperan
sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman. Juga

16

sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta


sebagai anggota masyarakat dari lingkungan.
2. Peranan Ibu: sebagai istri dari suami dan ibu dari anak-anak berperan
untuk mengurus anak-anaknya, pelindung dan salah satu angggota
kelompok sosial, serta sebagai anggota masyarakat dan lingkungan
disamping dapat berperan pula sebagai pencari nafkah tambahan keluarga.
3. Peranan Anak: melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat
perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual.
2.3.7. Fungsi Keluarga
Menurut Friedman dalam Suprajitno (2004), secaraumum fungsi
keluarga adalah sebagai berikut:
1. Fungsi Afektif
Berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang merupakan basis
kekuatan keluarga.Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan
resiko sosial. Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam
melaksanakan fungsi afektif adalah
a. Saling mengasuh; cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling
mendukung antar anggota keluarga, mendapatkan kasih sayang dan
dukungan dari anggota yang lain. Hubungan intim didalam keluarga
merupakan modal dasar dalam memberi hubungan dengan orang lain
diluar keluarga/masyarakat.
b. Saling menghargai.
c. Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga dimulai sejak pasangan sepakat
memulai hidup baru.
Fungsi afektif merupakan sumber energi yang menentukan kebahagiaan
keluarga.Keretakan keluarga kenakalan anak atau masalah keluarga,
timbul karena fungsi afektif didalam keluarga tidak dapat terpenuhi.
2. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui
individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam
lingkungan sosial (Friedman 1986). Keluarga merupakan tempat individu
untuk belajar bersosialisasi misalnya anak yang baru lahir Dia
akanmenatap ayah, ibu dan orang-orang yang disekitarnya. Keberhasilan

17

perkembangan individu dan keluarga dicapai melalui interaksi atau


hubungan antar anggota keluarga yang diwujudkan dalam sosialisasi.
Anggota keluarga belajar disiplin, belajar norma-norma, budaya dan
perilaku melalui hubungan dan interaksi keluarga.
3. Fungsi Reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber
daya manusia.Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain
untuk memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk
membentuk keluarga adalah untuk meneruskan keturunan.
4. Fungsi Ekonomi
Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota
keluarga seperti memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga seperti
memenuhi kebutuhan makanan, pakaian dan tempat tinggal.
5. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek
asuhan kesehatan yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan
dan atau merawat anggota keluarga yang sakit.Kesanggupan keluarga
melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan
keluarga yang dilaksanakan.
2.4.

Keluarga Berencana
2.4.1. Pengertian Keluarga Berencana
Keluarga berencana merupakan bagian yang terpadu dalam program
pembangunan nasional dan bertjuan untuk menciptakan kesejahteraan ekonomi,
spiritual, dan social penduduk Indonesia serta memperkecil angka kelahiran, menjaga
kesehatan ibu dan anak serta membatasi kehamilan apabila jumlah anak sudah
mencukupi (Syarifudin, 2009).
Keluarga berencana merupakan proses yang disadari oleh pasangan untuk
memutuskan jumlah dan jarak anak serta waktu kelahiran. Dalam Garis-Garis Besar
Haluan Negara ditegaskan bahwa tujuan program keluarga berencana nasional adalah
untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga kecil
bahagia dan sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan pertumbuhan penduduk
(Hartanto. H,1996).
2.4.2. Manfaat KB

18

Membantu mengatur jumlah dan jarak kelahiran, sehingga ibu berkesempatan


untuk perbaikan kesehatan badan karena tercegahnya kehamilan yang berulang kali
dalam jangka waktu yang terlalu pendek. Membantu kesehatan fisik, mental, dan
social setiap anggota keluarga dan setiap keluarga mempunyai kesempatan yang
lebih banyak untuk memperoleh pendidikan (DepKes.1995)
2.4.3. Jenis-jenis kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau melawan,
sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang matang dan
sel sperma (sel pria) yang mengkibatkan kehamilan.Jenis-jenis kontrasepsi antara
lain:
1. Kondom
a. Keuntungan:
1) Tidak menimbulkan resiko terhadap kesehatan
2) Murah dan mudah di pakai
3) Tidak perlu resep dokter
4) Pria turut berkontrasepsi
5) Mencegah ejakulasi dini
6) Melindungi PMS dan HIV AIDS
b. Kerugian
1) Angka kegagalan tinggi
2) Sensivitas penis tinggi
3) Dipakai setiap kali berhubungan
4) Mengurangi kenikmatan
5) Kondom bekas pembuangan sulit
6) Sedia setiap hubungan seks
2. Diafragma
Mangkuk karet yang di pasang di dalam vagina mencegah sperma
masuk ke dalam saluran reproduksi.
a. Keuntungan
1) Tidak menimbulkan resiko terhadap kesehatan
2) Pemakaian dikontrol sendiri oleh klien
3) Segera dirasakan efektifitasnya
b. Kerugian
1) Dipakai setiap kali hubungan sex
2) Perlu pengukuran awal
3) Perlu spermatisida
4) Merepotkan cara memasangnya
5) Dibiarkan dalam vagina lk. 6 jam setelah koitus
3. Spermatisida

19

Contoh tissue vagina, tablet busam krim yang berisi spermatisida


untuk memastikan sperma sebelum memasuki vagina.
a) Keuntungan
1) Berfungsi sebagai pelican
2) Efek samping sistemik tidak ada
3) Mudah memakainya
4) Tidak perlu resep
5) Segera bekerja efektif
b) Kerugian
1) Angka kegagalan tinggi
2) Efektif 1-2 jam
3) Mahal dan persediaan sulit
4) Menunggu 7-10 menit
5) Beberapa klien merasa seperti terbakar genitalianya
4. AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)
Alat yang dimasukkan dalam rahim dalam masa reproduksi untuk
mencegah kehamilan.
a. Keuntungan
1) Tidak menimbulkan resiko terhadap kesehatan
2) Tidak perlu mengganti setiap kali akan hubungan
3) Lebih praktis dan hemat
4) Dapat dijamin keamanannya
b. Kerugian
1) Menimbulkan floting darah kadang-kadang
2) Merepotkan cara memasangnya dan tidak dapat dilakukan
sendiri
3) Kadang-kadang terjadi keputihan
4) Menimbulkan kertidaknyamanan saat hubungan pertama kali
pasca pemasangan
5. Susuk
Alat kontasepsi yang terdiri dari 2 batang susuk lembut yang
mengandung hormone.
a. Keuntungan
1) Daya guna tinggi
2) Perlindungan jangka panjang
3) Tidak menunggu kegiatan senggama
4) Dapat dicabut setiap saat sesuai kebutuhan
5) Ekonomis
b. Kerugian
1) Masa lama haid memanjang
2) Perdarahan bercak antara 2 siklus

20

3) Amenore dalam beberapa bulan


4) Kombinasi pola diatas
6. Suntik
a. Keuntungan
1) Angka kegagalan kurang dari 1%
2) Kemungkinan salah satu lupa atau tidak ada
3) Dapat diberikan pada ibu menyusui
b. Kerugian
1) Gangguan haid
2) Pusing, sakit kepala, muntah, jerawat, rambut rontok, berat
badan meningkat, tekanan darah meningkat, libido menurun,
hiperpigmentasi.
7. Pil
a. Keuntungan
1) Efektifitas tinggi
2) Tidak menimbulkan perdarahan
3) Mudah pemakaian
4) Tidak mengganggu hubungan seksual
b. Kerugian
1) Mahal
2) Diminum setiap hari
3) Berat badan meningkat
2.5.

Implant
2.5.1. Pengertian
Implant/susuk KB adalah salah satu jenis kontrasepsi yang pemakaiannya
yaitu dengan cara memasukan tabung kecil dibawah kulitpada bagian tangan yang
dapat dilakukan oleh petugas kesehtan. Tabung kecil berisi hormon tersubut akan
terlepas sedikit-sedikit, sehingga mencegah kehamilan (Atika dkk, panduan memilih
kontrasepsi, yogyakarta 2010)
2.5.2. Jenis Jenis implant:
1. Norplant. Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang
3,4 cm dengan diameter 2,4 mm yang diisi dengan 36 mg levonorgestrel
dan lama kerjanya 5 tahun
2. Implanon. Terdiri dari 1 batang putih lentur dengan panjang kira-kira
40mm dan diameter 2mm, yang diisi dengan 68 mg 3-keto-desogestrel
dan lama kerjanya 3 tahun.
3. Jadena dan indoplant. Terdiri dari 2batang yang diisi dengan 75mg
levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun.

21

2.5.3. Cara kerja


1. Lendir serviks menjadi kental.
2. Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi
implantasi
3. Mengurangi terjadi transportasi sperma
4. Menekan ovulasi.
2.5.4. Efektivitas
Sangat efektifitas (0,2-1 kehamilan per 100 perempuan).
2.5.5. Keuntungan kontrasepsi
1. Gaya guna tinggi
2. Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun).
3. Pengembalian tingat kesuburan yang cepat setelah pencabutan
4. Tidak memerlukan pemeriksaaan dalam
5. Bebas dari pengaruh estrogen
6. Tidak mengganggu kegiatan senggama
7. Tidak mengganggu ASI
8. Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan
9. Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan.
2.5.6. Keuntungan Nonkontrasepsi
1. Mengurangi nyeri haid
2. Mengurangi jumlah darah haid
3. Mengurangi/memperbaiki anemia
4. Melindungi terjadinya kanker endometrium
5. Menurunkan angka kejadian kelainan jinak payudara
6. Melindungi diri dari beberapa penyebaba radang panggul
7. Menurunkan angka kejadian endometriosis
2.5.7. Keterbatasan
Pada kebanyakanklien dapat menyebabkan perubahan pola haid berupa
perdarahan bercak (spotting), hipermenorea atau meningkatnyajumah darah haid,
serta amenorea dan timbulnya keluhan-keluhan seperti:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Nyeri kepala
Peningkatan atau penurunan berat badan
Nyeri payudara
Perasaan mual
Pening atau pusing kepala
perubahan perasaan (mood) atau kegelisahan (nervousness).
Membutuhkan tindak pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan
Tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi menular seksual
termasuk AIDS

22

9. Klien tidak dapat menghentikan sendiri pemakaian kontrasepsi ini sesuai


dengan keinginan, akan tetapi harus pergi ke klinik untuk pencabutan.
10. Efektifitasnya menurun bila menggunakan obat-obat tuberkolosis
(rifampisin) atau obat epilepsi (fenitoin dan barbiturat)
11. Terjadinya kehamilan etopik sedikit lebih tinggi (1,3/100.000 perempuan
per tahun)
2.5.8. Yang boleh menggunakan implant
1. Usia reproduksi.
2. Telah memiliki anak ataupun yang belum.
3. Menghendaki kontrasepsi yang memiliki efektifitas tinggi dan menghen
4.
5.
6.
7.
8.
9.

daki pencegahan kehamilan jangka panjang.


Menyusuai dan membutuhkan kontrasepsi.
Pasca persalinan dan tidak menyusui
Pasca keguguran
Tidak menginginkan anak lagi, tetapi menolak sterilisasi.
Riwayat kehamilan etopik
Tekanan darah <180/110mmHg dengan masalah pembekuan darah atau

anemia bulan sabit (sickel cell).


10. Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang mengandung
estrogen.
11. Sering lupa menggunakan pil.
2.5.9. Yang tidak boleh menggunakan implant
1. Hamil atau diduga hamil
2. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
3. Benjolan atau kanker payudara atau riwayat kanker payudara
4. Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi
5. Miom uterus dankanker payudara
6. Gangguan toleransi glukosa
2.5.10. Waktu mulai meggunakan implant
1. Setiap saat selama siklus haid hari ke-2 sampai hari ke-7. Tidak
diperlukan kontrasepsi tambahan.
2. Insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja diyakini tidak terjadi
kehamilan. Bila diinsersi setelah hari ke-7 siklus haid, klien jangan
melakukan hubungan seksual, atau menggunakan metode kontrasepsi lain
untuk 7 hari saja.
3. Bila klien tidak haid, insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja diyakini
tidak terjadi kehamilan, jang melakukan hubungan seksual atau gunakan
metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.

23

4. Bila menyusui antara 6 minggu sampai 6 bulan pasca persalinan, insersi


dapat dilakukan setiap saat. Bila menyusui penuh, klien tidak perlu
memakai kontrasepsi lain.
5. Bila setelah 6 minggu melahirkan dantelah terjadi haid kembali, insersi
dapat dilakukan setiap saat, tetapi jangan melakukan hubungan seksual
seama 7 hari atau mengguanakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari
saja.
6. Bila klien menggunakan kontrasepsi hormonal dan ingin menggantinya
dengan implan, insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja diyakini klien
tersebut tidak hamil, atau klien mengguanakan kontersepsi terdahulu
dengan benar.
7. Bila kontrasepsi sebenarnya adalah kontraseosi suntikan, implant dapat
diberikan pada saat jadwal kontrasepsi suntikan tersebut. Tidak diperlukan
metode kontrasepsi lain.
8. Bila kontrasepsi sebelumnya nonhormonal (kecuali AKDR)dan klien
ingin menggantinya dengan norpalnt, insersi norplant dapat dilakukan
setiap saat asal saja diyakini klien tidak hamil. Tidak perlu menunggu
sampai datangnya haid berikutnya.
9. Bila kontrasepsi sebelumnya AKDR dan klien ingin menggantinya dengan
implan, norplant dapat diinsersikan pada saat haid hari ke- dan klien
jangan melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau gunakan metode
kontrasepsi 7 hari saja.AKDR segera dicabut.
10. Pasca keguguran implantdapat segera diinsersikan
2.6. Konsep Asuhan Pada Keluarga dengan masalah Keluarga Berencana
Bidan menggunakan manajemen yaitu suatu metode yang digunakan oleh bidan
dalam menetukan dan mencari langkah- langkah pemecahan masalah serta
melakukan tindakan untuk menyelamatkan pasiennya dari masalah kesehatatan.
Langkah lagkah kebidanan komunitas
I.
Identifikasi Masalah
Bidan melakukan pengumpulan data dalam mengidentifikasi masalah
berdasarkan sumber data , pengumpulan dilakukan secara langsung
dimasyarakat ( data Subjektif ) dan secara tidak langsung langsung ( data
objektif) . Data subjektif didapat dari informasi langsung diterima dari

24

keluarga melaluli wawancara . Data objektif adalah data yang diperoleh dari
hasil observasi pemeriksaan dan penelaahan catatan keluarga, masayarakat
dan lingkungannya. Kegiatan yang dilakukan oleh bidan dalam pengumpulan
data ini adalah pengumpulan data tentang keadaan kesehatan keluarga dan
pencatatan data keluarga sebagai sasaran pemeriksaan pemeriksaan. Data
keluarga meliputi pemeriksaan fisik anggota keluarga yaitu ibu, bayi dan
balita ; pemeriksaan lingkungan keluarga ( Rumah , pekarangan, pembuangan
sampah dan kotoran ). Pengkajian pada anak dengan gizi kurang meliputi ;

1. Pengkajian
Pada langkah pertama dikumpulkan semua informasi ( data) yang akurat dan
lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien .Untuk
memeperoleh data dilakukan dengan cara anamnesis
a) Tanggal : Untuk mengetahui kapan mulai dilakukan pengkajian pada
klien
b) Jam : Untuk mengetahui kapan mulai dilakukan pengkajian pada klien
2.6.1 Pengkajian
`Pengkajian adalah suatu langkah awal yang dipakai dalam menerapkan
asuhan kebidanan pada pasien.Pada tahap ini semua data dasar dan informasi
tentang klien dikumpulkan dan dianalisa untuk mengevaluasi keadaan pasien.
Data ini difokuskan pada :
2.6.2

Data Subjektif
1. Biodata
1. Nama suami/istri : untuk mengetahui identitas pasien agar
memudahkan dalam memberikan pelayanan.
2. Umur : usia reproduktif yakni dari umur 20 sampai 35 tahun, dan
tidak menutup kemungkinan klien yang di atas umur 35 tahun bisa di
guunakan pada klien yang belum siap untuk steril.
3. Agama : Untuk mengetahui keyakinan yang dianut klien Sehingga
dapat mempermudah dalam melaksanakan asuhan kebidanan.
4. Suku/bangsa : Untuk mengetahui sosial budaya dan adat istiadat yang
dianut pasien sehingga dapat mempermudah dalam melaksanakan
asuhan kebidanan.

25

5.

Pendidikan: untuk mengetahui tingkat pengetahuan dari klien yaitu


tentang alat kontrasepsi,cara menjaga kesehatan dan sejauh mana
klien mengetahui tentang fungsi penggunaan alat kontrasepsi

khususnya implant.
6. Pekerjaan:untuk mengetahi

tingkat

ekonomi

pasien,ini

juga

berpengaruh pada gizi pasien.


7. Alamat : Untuk mengetahui daerah atau tempat tinggal pasien dan
adat kebudayaan atau kepercayaan serta budaya sebagai kemudahan
dalam berkomunikasi
2. Keluhan Pasien
Dikaji keluhan pasien yang berhubungan dengan penggunaan KB.
3. Riwayat Kesehatan Pasien
Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah pasien pernah menderita
atau sedang menderita penyakit-penyakit meliputi hipertensi, jantung,
TBC, paru-paru, asma, diabetes mellitus, riwayat penyakit/ trauma tulang
punggung.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah dalam keluarga
mempunyai riwayat penyakit keturunan meliputi penyakit hipertensi, jantung,
asma, diabetes mellitus, dan riwayat keturunan kembar.
5. Riwayat Obstetri
a. Riwayat haid
Dikaji menarche pada umur berapa, siklus haid, lamanya haid, sifat
darah haid, dismenorhea atau tidak, flour albus atau tidak
b. Riwayat perkawinan
Dikaji untuk mengetahui sudah berapa lama pasien menikah, sudah
berapa kali pasien menikah, berapa umur pasien dan suami pada saat
menikah, sehingga dapat diketahui apakah pasien masuk dalam
infertilitas sekunder atau bukan..
c. Riwayat persalinan yang lalu
Jika ia pernah melahirkan, apakah ia memiliki riwayat kelahiran
dengan operasi atau tidak.
d. Riwayat KB

26

Untuk mengetahui apakah ibu sudah menjadi akseptor KB lain


sebelum menggunakan KB pil dan sudah berapa lama menjadi
akseptor KB tersebut.
e. Pola kehidupan sehari-hari
1) Pola nutrisi
Pola nutrisi yang baik dapat memberi kesehatan pada ibu yaitu
dengan makanan- makan yang bergizi seimbang dapat menjaga
kesehatan.
2) Pola eliminasi
Dikaji untuk mengetahui tentang BAB dan BAK baik frekuensi
dan pola sehari-hari
3) Pola istirahat
Dikaji untuk mengetahui pola tidur serta lamanya tidur.
4) Pola seksual
Mengkaji tentang hubungan yaitu frekuensinya maupun kebiasaan
yang di lakukan sebelum atau sesudah berhubungan yang
menyangkut personal higyene.
5) Pola aktifitas
Menggambarkan pola aktifitas pasien sehari-hari. Pada pola ini
perlu dikaji pengaruh aktifitas terhadap kesehatannya.
6) Pola personal hygiene masalah dan lingkungan
Mandi berapa kali, gosok gigi berapa kali, kramas berapa kali,
bagaimana kebersihan lingkungan apakah memenuhi syarat
kesehatan.
f. Data pengetahuan
Untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan dan usaha yang akan
dilakukan ibu, mengenai jenis jenis alat kontrasepsi, manfaat dan
efek samping.
g. Data Psikologis
Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui keadaan psikologi ibu
sehubungan dengan hubungan pasien dengan suami, keluarga, dan
tetangga. Dan bagaimana pandangan suami dengan alkon yang dipilih
apakah mendapat dukungan atau tidak.
2.6.3

Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum

27

Dilakukan pemeriksaan umum untuk mengkaji keadaan umum,


kesadaran, tanda-tanda vital (TD, nadi, suhu, dan RR)

yang dapat

digunakan untuk mengetahui keadaan ibu berkaitan dengan kondisi yang


dialaminya, Sehingga bidan dapat mengambil keputusan untuk melakukan
tindakan medis pada pasien.
2. Status pasien
a. Kepala
Periksa keadaan kepala dan kulit kepala, distribusi rambut rontok atau
tidak.
b. Mata
Untuk mengetahui konjungtiva anemis atau tidak, sklera ikterik atau
tidak, dan untuk mengetahui kelopak mata cekung atau tidak.
c. Hidung
Diperiksa untuk mengetahui ada polip atau tidak.
d. Mulut
Diperiksa untuk mengetahui apakah ada stomatitis atau tidak. Dan ada
caries dentis atau tidak.
e. Telinga
Diperiksa untuk mengetahui apakah ada tanda-tanda infeksi telinga
seperti OMA atau OMP.
f. Leher
Diperiksa apakah ada pembesaran kelenjar tyroid atau tidak.
g. Ketiak
Untuk mengetahui apakah ada pembesaran kelenjar limfe atau tidak.
h. Dada
Untuk mengetahui dada simetris atau tidak, ada retraksi dinding dada
saat respirasi atau tidak.
i. Mammae
Apakah ada kelainan pada bentuk payudara seperti benjolan abnormal
atau tidak.
j. Ekstremitas
Diperiksa apakah ada varises atau tidak , apakah ada odem dan
2.6.4

kelainan atau tidak.


Interpretasi data untuk mengidentifikasi diagnosa/ masalah
Interpretasi dibentuk dari data dasar, dalam hal ini dapat berupa diagnosa
kebidanan, masalah dan keadaan pasien.
1. Diagnosa kebidanan

28

Diagnosa yang dapat ditegakan adalah diagnosa yang berkaitan dengan


para, abortus , umur ibu, dan kebutuhan dasar dari diagnosa tersebut :
a.Pernyataan pasien mengenai identitas pasien
b. Pertanyaan mengenai jumlah persalinan
c.Pernyataan pasien mengenai pernah atau tidak mengalami abortus.
d. Pernyataan pasien mengenai kebutuhannya
e.Pertanyaan pasien mengenai keluhannya
f. Hasil pemeriksaan :
1) Pemeriksaan keadaan umum pasien
2) Pemeriksaan status emosional pasien
3) Pemeriksaan kesadaran pasien
4) Pemeriksaat tanda tanda vital pasien

2.6.5

Perencanaan /Intervensi
Lakukan komunikasi terapiutik pada pasien dan merencanakan asuhan
kebidanan sesuai dengan kasus yang ada yang didukung dengan pendekatan
yang rasional sebagai dasar untuk mengambil keputusan sesuai langkah
selanjutnya.Perencanaan berkaitan dengan diagnose kebidanan, masalah

dan kebutuhan.
Berkaitan dengan diagnose kebidanan
1.
Pemberian informasi tentang hasil pemeriksaan keadaan pasien
2.
Pemberian informasi tentang indikasi dan kontraindikasi
3.
Pemberian informasi tentang keuntungan dan kerugian.
4.
Pemberian informasi tentang cara penggunaan
2.6.7 Berkaitan dengan masalah
1. Pemberian informasi mengenai proses atau cara kerja KB implant.
2.6.8 Pelaksanaan/ Implementasi
Pelaksanaan bertujuan untuk mengatasi diagnose kebidanan, masalah pasien
2.6.6

sesuai rencana yang telah dibuat, pelaksanaan tersebut hendaknya dibuat secara

29

sistematis, agar asuhan kebidanan dapat diberikan dengan baik dan melakukan
2.6.9

follow up.
Evaluasi
Langkah ini merupakan langkah terakhir dari semua tindakan guna
mengetahui apa yang telah dilakukan bidan, apakah implementasi sesuai
dengan perencanaan dan harapan dari asuhan kebidanan yang diberikan.

BAB III
TINJAUAN KASUS
I. Pengkajian Data
Tanggal

: 12 februari 2015

Waktu

: 14.00 WITA

Tempat

: Desa Usapi sonbai

A. PENGKAJIAN
1. Struktur keluarga
a. Nama Kepala Keluarga
b. Umur
c. Jenis Kelamin
d. Agama
e. Suku
f. Pendidikan
g. Pekerjaan
h. Penghasilan
i. Alamat

: Tn. A.M
: 34Tahun
: Laki-laki
: Kristen Prosten
: Timor
: Smp
: Petani
: Rp. <300.000 / bulan
:Desa usapi sonbai

30

j. Daftar Anggota Keluarga :


Nama

Hub

Usi Agama

kelu

/P a

Pekerja
an

arga

Imunisasi
BC
HB

DPT

POL

CA

1,2,3

IO

MP

1,2,3

AK
Tn.

Sua

Agust

mi

inus

34

Kristen

tah

protestan

Petani

un

Manat
Ny.
Istri

31

Kristen

Maria

tah

protestan

na

un

Manat
Elsi
Ana
manat

Wili

Ana

mnat

Doli

Ana

manat

Erin

Ana

manat

ka
W

P
L

14

Kristen

tah

Protestan

un
12

Kristen

tah
L
P

petani

Pelajar
Pelajar

protestan

un Kristen
9 t
protestan
ah
Kristen
un
5
protestan

pelajar
paud

tah

31

un

Tabel 3.1 Struktur Keluaraga


k. Tipe keluarga
: nuclear family
Dalam keluarga Tn. A.M merupakan nuclear family yang terdiri
1.

dari keluarga inti yaitu ayah, ibu, dan anak


Genogram
a. Genogram
31 tahun

Keterangan

14 tahun

34 tahun

12tahun

9 tahun

5 tahun

: Laki-laki
: Perempuan
: Garis Perkawinan
: Garis Keturunan
Gambar 3.1. Gambar Struktur Keluarga
Sifat keluarga
a. Dalam mengambil keputusan yang paling berpengaruh adalah Tn.A.M
b. Kebiasaan hidup sehari-hari
Kebiasaan makan keluarga ini adalah 3x atau lebih dalam sehari teratur
dengan porsi makan 1 piring nasi, jagung,sayur, kadang-kadang dengan
lauk seperti tempe dan ikan. Cara pengolahan makanan diawali dengan
mencuci terlebih dahulu sayuran yang akan dimasak. Menu bervariasi
dalam keadaan hangat dengan menggunakan garam yodium.Tidak ada
makanan pantangan dan juga tidak mengkhususkan suka pada jenis
makanan tertentu.Satu keluarga jumlah minum rata-rata 7-8 gelas perhari

32

berupa air putih.Keluarga juga selalu mencuci tangan pada saat sebelum
makan dan jarang mencuci tangan setelah selesai makan
c. Sarana hiburan keluarga
Keluarga tidak memiliki sarana hiburan sehingga waktu senggang sering
digunakan untuk membersikan rumah dan halaman
d. Kebiasaan Tidur/Istirahat
1. Ayah tidak pernah tidur siang karena bekerja, dan malam dapat
beristrahat yang cukup
2. Ibu istrahat siang jam 15.00 15.30 WITA dan malam 22.00 05.30
WITA
3. Anak-anak istrahat siang 14.00 16.00 WITA dan malam 20.00
07.00 WITA
e. Kebiasaan keluarga yang merugikan tidak ada.
2. Situasi Lingkungan
Denah Rumah
Jamban
DAPUR

KAMAR TIDUR

R.Tamu

P
T
u

KAMAR TIDUR

Gambar 3.2. Denah Rumah


a. Keluarga Tn.A.Mtinggal di rumah sendiri dimana dindingnya permanen
(tembok terus), lantai semen halus, atap rumah terbuat dari seng, jenis
ventilasi berupa lubang ventilasi, pintu. Penerangan menggunakan listrik.
Pembagian ruangan adalah 2 kamar tidur, dapur, ruang tamu. Kebersihan
ruangan sudah baik.
b. Perabotan rumah
Alat masak menggunakan tungku api, tempat penyimpanan perabotan
dapur diletakkan di rak piring.
c. Sampah

33

Pebuangan sampah di sembarang tempat, jarak pembuangan sampah


dengan sumber air minum> 10 meter
d. Sumber Air Minum
Keluarga Tn.A.M menggunakan sumber air minum dari mata air dengan
kualitas air jernih. Tidak ada jamban dari tempat penampungan air pada
radium lebih dari 10 meter.
e. Penampungan air minum
Penempatan air minum di kumbang dengan keadaan tertutup.
f. Jamban rumah
Keluarga Tn.A.M mempunyai jamban sendiri, jenis jamban leher angsa,
keadaan bersih.
g. Pembuangan air limbah
Jenis air limbah yang berasal dari limbah rumah tangga dibuang di
sembarang tempat.
h. Kandang ternak
Keluarga Tn A.M. tidak mempunyai kandang ternak.
i. Halaman
Keluarga Tn.A.M memiliki halaman rumah yang terletak di depan rumah
3. Faktor keluarga, sosial dan budaya
a. Penghasilan keluarga
Penghasilan keluarga yang utama yaitu dari Tn.A.M sebesar
<300.000/bulan. Penghasilan tambahan tidak adapemanfaatan dana
keluarga setiap bulan digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Pengelolaan
keuangan oleh ibu.
b. Kegiatan sosial kemasyarakatan
Dalam masyarakat Tn.A.M berkedudukan sebagai ketua RT dan selau
aktif dalam sosial, hubungan anggota keluarga dengan masyarakat
harmonis.
4. Riwayat kesehatan keluarga
a. Pada 3 bulan terakhir anak okni dan angel pernah menderita penyakit
ISPA tapi sekarang sudah sembuh
b. Kebiasaan memeriksakan kesehatan di puskesma s hanya jika ada anggota
keluarga yang sakit
c. Kesehatan ibu dan anak
1) KB
Keluarga Tn..A.M terdapat t ibu yang masih menyusui sampai saat ini dan
berencana untuk memberkan anaknya ASI sampai anak berusia 2 tahun.

34

Dalam keluarga Tn.A.M juga terdapat PUS, Ibu A.M berusia 31 tahun dan
pernah manjadi akseptor KB suntik 3 bulan. Pemeriksaan balita
Keluarga Tn.A.Mtidak mempunyai anak balita
ANALISA DATA
Dari analisa data dan masalah kesehatan yang dialami keluarga Tn.A.M adalah:
1. Wanita Usia Subur daningin menggunakan KB implant
Faktor di atas dapat berpengaruh terhadap status kesehatan keluarga
Tn.A.M. WUS yang tidak menggunakan KB memiliki peluang besar untuk
hamil dan akan mengkibatkan jarak usia anak yang terlalu dekat.
PERUMUSAN MASALAH
Penjajakan tahap 1
Dari hasil analisa data timbul masalah pada keluarga yang disebabkan karena
ketidaktahuan keluarga dalam masalah kesehatan adalah sebagai berikut:
1. Wanita Usia Subur dan ingin menggantikan KB
PRIORITAS MASALAH
Penjajakan tahap 2
Untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh keluarga Tn.A.M maka perlu
dilakukan prioritas masalah yang ada sesuai metode Hanlon Kualitatif
1. Wanita Usia Subur ingin mengguakan KB implant

No

Kriteria
Sifat masalah
Ancaman

Perhitungan

Bobot

Skor

kesehatan
1.

2/3 x 1

2/3

Pembenaran
Ibu
tidak

lagi

menggunakan

alat

kontrasepsi Sedangkan
saat

ini

ibu

masih

menyusui balita usia


1,5 tahun
Kurangnya

Kemungkinan
masalah
2.

dapat

ini

dan
x2

dirubahhanya
3.

kesadaran

sebagian
Potensi masalah 2/3 x 1

tingkat

pengetahuan

yang

rendah.
1

2/3

35

Tingkat

pengetahuan

yang

rendah

kegiatan
untuk

dirubah

yang

dilakukan setiap hari

cukup

tidak

memungkinkan

ibu

masalah

untuk

memeriksakan diri
Ibu tidak menyadari

Menonjolnya
4.

dan

tidak 0

adanya

resiko

untuk

hamil dalam keadaan

dirasakan

menyusui

Total Skor

2
1
Tabel 3.2 perhitungan skor

PERENCANAAN INTERVENSI MASALAH KESEHATAN KELUARGA


1. Bagaimana pasien ikut KB contoh proposal mengatasi KB konseling, rumah
yang berKB keuntungan dan kerugian, ajak KB
2. Sumber daya penyuluhan diri dan pemasangan KB STIKes dan BKKBN
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Pokok Bahasan

: KELUARGA BERENCANA

Sasaran

: KK Individu (PUS)

Waktu

: 20 menit

A. Tujuan
1. Tujuan Umum:
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan keluarga
dapat memahami dan mengerti tentang tujuan metode alat kontrasespsi
2.

dan macam-macam alat kontrasepsi.


Tujuan Khusus:
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan ini keluarga dapat
menjelaskan kembali:
36

a.
b.
c.
d.
A. Materi
B.
C.
D.
E.

Pengertian KB
Tujuan Pelaksanaan KB
Sasaran KB
Metode KB
:
Terlampir
Metode
:
Ceramah dan diskusi (tanya jawab)
Media
:
Gambar (Leaflet)
Evaluasi
:
Terlampir
Kriteria Evaluasi
:
1. Kriteria Struktur
A. Peserta hadir ada dirumah
2. Kriteria Proses
A. Peserta penyuluhan antusias terhadap materi yang disampaikan.
B. Peserta penyuluhan konsentrasi saat mendengarkan penyuluhan
C. Peserta penyuluhan mengajukan pertanyaan dan menjawab
pertanyaan dengan benar
3. Kriteria Hasil
a. Keluarga dapat mengetahui tentang pengertian KB
b. Keluarga dapat mengetahui tentang tujuan pelaksanaan KB
c. Keluarga t dapat mengetahui tentang metode KB

F. Pengorganisasian Dan Uraian Tugas


No

Peran

Tugas

1.

Protokol
/pembawa acara

2.

Penyuluh

Penangungjawab

Membuka acara penyuluhan,


memperkenalkan diri dan tim

kepada peserta
Mengatur proses dan lama

penyuluhan
Menutup acara penyuluhan
Menjelaskan
materi
penyuluhan dengan jelas dan
dengan bahasa yang mudah

dipahami oleh peserta


memotivasi peserta untuk

37

tetap

3.

Fasilitator

aktif

dan

memperhatikan

proses

penyuluhan
memotivasi

untuk

peserta

bertanya
Ikut bergabung dan duduk di Kepala Desa Usapi
antara peserta mendengarkan Sonbai

materi yang di sampaikan


Memotivasi masyarakat untuk

bertanya
Membantu

mengkoordinir

masyarakat

untuk

memperhatikan
4.

Observer

dengan

seksama kegiatan penyuluhan


Mencatat pertanyaan yang

diajukan
Mengulang

pertanyaan kepada penyuluh


Mengevaluasi
hasil

kembali

penyuluhan dengan rencana

5.

Perlengkapan

penyuluhan
Mencatat jumlah orang yang

hadir pada berita acara


Persiapan lingkungan dan alat
peraga

demi

kelancaran

kegiatan sosialisasi
Menyiapkan makanan ringan

untuk peserta (kue dan aqua)


Dokumentasi
kegiatan
penyuluhan

Tabel 3.3. Uraian Tugas Penyuluhan


G. Kegiatan Penyuluhan

38

No

Waktu

Kegiatan Penyuluhan

Kegiatan Peserta

Penanggung
jawab

1.

2
Menit

Pembukaan :
- Memberi

salam -

dan

Menyambut salam
dan mendengarkan

memperkenalkan
-

diri
Menjelaskan
tujuan

Mendengarkan

Mendengarkan

Mendengarkan

Mendengarkan dan

dari

penyuluhan
Menyebutkan
materi yang akan

2.

20
menit

disampaikan
Menyampaikan

urutan acara
Pelaksanaan :
- Menjelaskan
tentang pengertian
KB,

Sasaran,

tujuan
-

memperhatikan

KB,

metode KB
Memberikan

kesempatan pada
peserta

untuk

pertanyaan
diajukan

pertanyaan

penyuluh
-

MATERI
Pengertian Keluarga Berencana

39

dan

menjawab

mengajukan

I.

Bertanya

yang
dari

Keluarga berencana adalah suatu program yang di canangkan oleh


pemerintah untuk mengatur jarak kehamilan anak sehingga dapat tercapai
keluarga kecil yang bahagia dan sehjatera. Keluarga berencana menurut
Undang-Undang no 10 tahun 1992 (tentang perkembangan kependudukan
dan pembangunan keluarga sejahtera) adalah upaya peningkatan kpedulian
dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan,
pengaturan

kelahiran,

pembinaan

ketahanan

keluarga,

peningkatan

kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.


II.

III.

Tujuan Keluarga Berencana


a. Mencegah kehamilan
b. Menjarangkan kehamilan
c. Membatasi jumlah anak
d. Peningkatan kesejahteraan keluarga
Metode KB yang efektif
Beberapa metode KB yang efektif bagi keluarga pasangan usia subur
adalah: Metode sederhana yakni tanpa menggunakan alat atau obat, metode
KB dengan menggunakan alat atau obat dan metode kontrasepsi mantap.
a. Metode sederhana (Tanpa alat atau obat). Terdiri atas:
1) Pantang berkala: pantang melakukan hubungan suami istri pada masa
subur seorang wanita.
2) Senggama terputus:melakukan senggama tetapi ejakulasi di lakukan
di luar kelamin wanita/istri.
3) Menyusui bayi: kadar steroid yang tinggi mengakibatkan pematangan
sel ovum tidak terjadi.
4) Ketiga cara tersebut diatas,masih belum cukup aman untuk
[menghindari kehamilan.

b.

Dengan alat atau obat


1) Kondom
a) Keuntungan:
1. Tidak menimbulkan resiko terhadap kesehatan
2. Murah dan mudah di pakai
3. Tidak perlu resep dokter
4. Pria turut berkontrasepsi
5. Mencegah ejakulasi dini
6. Melindungi PMS dan HIV AIDS
b) Kerugian
1. Angka kegagalan tinggi
40

2. Sensivitas penis tinggi


3. Dipakai setiap kali berhubungan
4. Mengurangi kenikmatan
5. Kondom bekas pembuangan sulit
6. Sedia setiap hubungan seks
2) Diafragma
Mangkuk karet yang di pasang di dalam vagina mencegah
sperma masuk ke dalam saluran reproduksi.
1.

a) Keuntungan
Tidak menimbulkan resiko terhadap kesehatan
2. Pemakaian dikontrol sendiri oleh klien
3. Segera dirasakan efektifitasnya
b) Kerugian
1. Dipakai setiap kali hubungan sex
2. Perlu pengukuran awal
3. Perlu spermatisida
4. Merepotkan cara memasangnya
5. Dibiarkan dalam vagina lk. 6 jam setelah koitus
3) Spermatisida
Contoh tissue vagina, tablet busam krim yang berisi
spermatisida untuk memastikan sperma sebelum memasuki
vagina.
c) Keuntungan
1. Berfungsi sebagai pelican
2. Efek samping sistemik tidak ada
3. Mudah memakainya
4. Tidak perlu resep
5. Segera bekerja efektif
d) Kerugian
1. Angka kegagalan tinggi
2. Efektif 1-2 jam
3. Mahal dan persediaan sulit
4. Menunggu 7-10 menit
5. Beberapa klien merasa seperti terbakar genitalianya
4) AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)
Alat

yang

dimasukkan

dalam rahim

dalam masa

reproduksi untuk mencegah kehamilan.


a) Keuntungan
1. Tidak menimbulkan resiko terhadap kesehatan
2. Tidak perlu mengganti setiap kali akan hubungan

41

3. Lebih praktis dan hemat


4. Dapat dijamin keamanannya
b) Kerugian
1. Menimbulkan floting darah kadang-kadang
2. Merepotkan cara memasangnya dan tidak dapat dilakukan
sendiri
3. Kadang-kadang terjadi keputihan
4. Menimbulkan kertidaknyamanan saat hubungan pertama
kali pasca pemasangan
5) Susuk
Alat kontasepsi yang terdiri dari 2 batang susuk lembut

1.

yang mengandung hormone.


a) Keuntungan
1. Daya guna tinggi
2. Perlindungan jangka panjang
3. Tidak menunggu kegiatan senggama
4. Dapat dicabut setiap saat sesuai kebutuhan
5. Ekonomis
b) Kerugian
1. Masa lama haid memanjang
2. Perdarahan bercak antara 2 siklus
3. Amenore dalam beberapa bulan
4. Kombinasi pola diatas
6) Suntik
a) Keuntungan
1. Angka kegagalan kurang dari 1%
2. Kemungkinan salah satu lupa atau tidak ada
3. Dapat diberikan pada ibu menyusui
b) Kerugian
Gangguan haid
2. Pusing,sakit kepala,muntah,jerawat,rambut

rontok,berat

badan meningkat,tekanan darah meningkat,libido

1.

menurun,hiperpigmentasi.
7) Pil
a) Keuntungan
Efektifitas tinggi
2. Tidak menimbulkan perdarahan
3. Mudah pemakaian
4. Tidak mengganggu hubungan seksual

1.

Mahal

b) Kerugian
2. Diminum setiap hari
42

3. Berat badan meningkat


c. Metode Mantap
1. Pada Wanita (tubektomi)
Pemotongan dan pengikatan saluran telur melalui operasi kecil
berlangsung kurang lebih 15 menit dan memerlukan anestesi lokal
Persyaratan:
a) Anak paling sedikit 2 anak, usia terkecil 5 tahun
b) Atau usia ibu x jumlah anak = 100
2. Pada Pria (vasektomi)
Pemotongan dan pengikatan saluran mani. Setelah menjalani
vasektomi dianjurkan sementara menggunakan kondom dulu selama
10-15x berhubungan.
a) Keuntungan:
1. Biaya murah
2. Tidak mengganggu hubungan seks selanjutnya
3. Jumlah cairan sperma yang dikeluarkan waktu senggama tidak
berubah
4. Kemungkinan kegagalan tidak ada

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS PADA KELUARGA Tn.A.M


KUNJUNGAN RUMAH
Tanggal: 26 Febuari 2015
S:Ibu mengatakan terakhir kali menggunakan KB pada bulan agustus 2014. Ibu
mengatakan sedang tidak menggunakan KB.

43

O:
-

Ibu umur 34 tahun memiliki anak perempuan 2orangdan anak laki laki 2
orang

A:
-

Diagnosa: kurangnya pengetahuan keluarga tentang Penggunaan Alat

Kontrasepsi
Masalah : Wanita Usia Subur ingin menggunakan KB implant

P:
-

Beri konseling pada keluarga tentang pentingnya penggunaan alat kontrasepsi


Beri motivasi agar keluarga bersedia mengikuti KB

I:
-

Memberikan konseling pada keluarga tentang pentingnya penggunaan alat

kontrasepsi
Memberikan motivasi agar keluarga bersedia menggunakan alat kontrasepsi lagi

E:
-

Keluarga sudah bersedia menggunakan alat kontrasepsi

ASUHAN KEBIDANAN
PADA NY.M.M USIA 31 TAHUN
CALON AKSEPTOR KB IMPLANT
TANGGAL

: 6 maret 2015

JAM

: 14.00 WITA

44

OLEH

: Yohana Yeni Miharja

TEMPAT

: Pustu Usapi Sonabi

I. PENGKAJIAN DATA
A. DATA SUBYEKTIF
1. IDENTITAS
Nama istri

: Ny.M.M

Nama suami : Tn.A.M

Umur

: 32 tahun

Umur

: 34 tahun

Agama

: K.Protestan

Agama

: K.Protestan

Pendidikan

: SMP

Pendidikan

: SD

Suku/bangsa

: Timor/Indonesia

Suku/bangsa : Timor/Indonesia

Pekerjaan

: Petani

Pekerjaan

: Petani

Penghasilan

:-

Penghasilan

: <Rp. 300.000,-

Alamat

: Desa Usapi Sonbai

Alamat

:Desa Usapi Sonbai

2. STATUS PERKAWINAN
Perkawinan ke : 1
Umur kawin

: 23 tahun

Lama kawin

:22 tahun

3. KELUHAN UTAMA / ALASAN KUNJUNGAN


Ibu mengatakan ingin menggunakan KB implant
4. RIWAYAT KEBIDANAN
a. HAID
Menarche

: 14 tahun

Siklus

: teratur, 30 hari

Lamanya

: 4 hari

Banyaknya

: 3 pembalut//hari

Warnanya

: merah

Keluhan

: tidak ada

HPHT

: 27-02-2015

5. RIWAYAT KEHAMILAN PERSALINAN DAN NIFAS YANG LALU


Kehamilan

Persalinan

Anak

45

Nifas

Ke

Uk

Jenis

Ater
m

ng

Spontan
pervagin Bidan

Ater

am
Spontan

pervagin
am
Spontan

3.

Penolo

Ater

pervagin

em

am

Penyup
Tempat

Hidu

enyulitl BBL

JK

it
Puskes
mas

p/
Mati

Usia anak Penyul


skrg

it

ASI

14tahun

Bidan

Puskes

Lk

12 tahun

LK

9 tahun

mas
Bidan

Rumah

Tabel 3.5. Riwayat Persalinan


6. RIWAYAT KB
Pasien mengatakan pernah menggunakan KB suntikan 3 bulan dan ingin
menggatikan KB Implant, dan ibu mengatakan jadwal suntikan terakhir tanggal
06- 01-2015 suntikan ulang tanggal 06-01-2015.
Ada pasangan usia subur yang ingin menggantikan KB suntikan 3 bulan ke KB
Implant ,jadwal suntikan terakhir tanggal 06-001-2015,dan jadwal suntikan uang
tanggal 06-032015.
7. RIWAYAT KESEHATAN YANG LALU
Pasien mengatakan tidak pernah menderita penyakit menahun dan menular serta
menurun seperti tekanan darah tinggi, paru-paru, kencing manis dan jantung.
8. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Pasien mengatakan di dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit
menular dan menahun seperti tekanan darah tinggi, pari-paru, kencing manis,
hepatitis dan jantung.
9. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI
a. Pola nutrisiMakan 3 kali/hari, lauk (tahu, tempe), sayur, minum air putih 5-6
gelas/hari
b. Pola eliminasi
46

BAB: 1 kali/hari, warna kuning, lembek, bau khas


BAK: 4-5 kali/hari, warna kuning, bau khas
c. Pola aktifitas
Memasak, mencuci, mengurus rumah dan tidak ada keluhan.
d. Pola personal hygiene
Mandi 2 kali/hari, gosok gigi 2 kali/hari, ganti baju 2 kali/hari, keramas 2
kali/minggu.
e. Pola istirahat
Siang : 2 jam/hari
f. Pola seksual

Malam : 7 jam/hari

3-4 kali/minggu
10. DATA PSIKOSOSIAL
a. Pengetahuan ibu tentang Alat Kontrasepsi
Ibu mengetahui macam-macam, carapenggunaan, dan efek samping alat
kontrasepsi seperti kondom, pil KB, dan suntik KB.
b. Dukungan suami / Keluarga
Suami mengantar ibu melakukan kunjungan dan memperhatikan penjelasan
bidan
B. DATA OBYEKTIF
1. PEMERIKSAAN FISIK UMUM
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran
: Conposmentis
c. TTV
: - Tensi
: 120/80 mmHg
- Nadi

: 80 x/menit

- Suhu: 36,8C

- RR : 21 x/menit

d. TB/BB
: 159cm / 61 kg
2. PEMERIKSAAN FISIK KHUSUS
a. Kepala
: kulit kepala bersih, warna rambut hitam, rambut tidak rontok.
b. Muka
: tidak pucat, terlihat cemas.
c. Mata
: simetris, conjungtiva merah muda, sklera putih.
d. Hidung
: bersih, tidak ada polip, tidak ada kelainan.
e. Telinga: simetris, tidak ada kelainan
f. Mulut
: simetris, bibir lembab, tidak ada gigi palsu/carries gigi, lidah
bersih.
g. Leher
: tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, tidak ada bendungan
vena jugularis dan pembengkakan kelenjar limfe
h. Ketiak
: tidak ada bendungan vena jugularis.
i. Dada
: simetris, tidak ada pembesaran mamae, puting menonjol,
tidak ada nyeri tekan, tidak ada ronchi/wheezing.
j. Perut
: simetris, tidak ada pembesaran, tidak ada bekas luka opersi,
tidak ada benjolan.
k. Genetalia
: bersih, tidak ada kelainan, tidak ada pengeluaran cairan per
vaginam, tidak varises, tidak ada condiloma.
47

l. Perineum
: tidak ada luka parut.
m. Anus
: tidak ada varises, tidak ada haemoroid.
n. Ekstremitas : simetris, tidak ada kelainan, reflek patella (+/+)
3. PEMERIKSAAN DALAM
Tidak dilakukan
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan

II.

ANALISA MASALAH DAN DIAGNOSA


Diagnose
Diagnosa

Data dasar
Data subyektif :

Pasien mengatakansedang tidak menggunakan KB dan

Ibu P4A0AH4

ibu mengatakan ingin menggunakan KB implant.

calon akseptor KB Suntikan terakhir 06-01-2015dan jadwaltanggal suntikan


implant

tanggal 06-03-2015.
Data obyektif:
Keadaan umum: baik.
Kesadaran

: composmentis.

TTV

: - Tensi : 120/80 mmHg

- Suhu : 36,8C
- Nadi : 80 x/menit
- RR

: 21 x/menit

-Inspeksi:wajah tidak pucat,konjungtiva merah muda,


scleraputih, mukosa bibir lembab, tidak ada pembearan
kelenjar

tiroit,

kelenjar

limfe,

dan

tidak

ada

pembendungan vena jugularis.


- Palpasi:pada dada tidak ada masa, tidak ada benjolan
tidak ada nyeri tekan
Tabel 3.6 Analisa masalah dan diagnosa
III.

ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL


Tidak ada
48

IV.

TINDAKAN SEGERA
Tidak ada

V.

PERENCANAAN
Tanggal : 06 maret 2015
Jam

:14:00 WITA

Diagnose : Ibu P4A0AH4 calon akseptor KB implant


1. Lakukan pendekatan pada ibu
R/ pendekatan merupakan cara yang tepat untuk menjalin hubungan yang baik
dan rasa saling percaya antara ibu dan petugas kesehatan sehingga mempermudah
dalam memberikan asuhan kepada klien.
2. Berkan konseling mengenai berbagai jenis alat kontrasepsi
R/ konseling mengenai jenis alat kontrasepsi dapat meningkatkan pengetahuan
ibu dan membantu ibu memilih alat kontrasepsi yang tepat
3. Berikan informasi khusus/ informed choice mengenai metode kontrasepsi yang
dipilih
R/informasi yang baik dapat membantu klien lebih mengetahui hal-hal yang
berkaitan dengan alat kontrasepsi yang telah dipilih dan memastikan ibu tidak
cemas sebelum dilakukan tindakan pelayanan.
4. Berikan informed consent/ lembar persetujuan pemberian tindakan dan
menandatangani informed consent sebagi bukti persetujuan
R/ sebagi bukti bahwa alat kontrasepsi yang diberikan adalah pilihan klien dan
tanpa ada unsur paksaan dari orang lain atau pihak manapun.
5. Lakukan tindakan pemasangan implant
R/ sebagai bentuk pelayanan kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan sesuai
pilihan ibu.
6. Lakukan konseling pasca pemasangan implant
R/ konseling pasca pemasangan implant dapat membantu klien untuk mengetahui
hal-hal penting yang harus dilakukan pasca pemasangan untuk mencegah
terjadinya infeksi dan ekspulsi
7. Jadwalkan kunjungan ulang pada tanggal 9 maret 2015
R/ kunjungan ulang merupakan cara untuk mengetahui kondisi ibu dan dapat
mendeteksi komplikasi yang mungkin terjadi
8. Bereskan semua peralatan
R/ sebagai tindakan pencegahan infeksi karena transmisi kuman penyakit
9. Dokumentasikan hasil pemeriksaan pada buku register

49

R/ dokumentasi merupakan bahan tanggung jawab dan tanggung gugat atas


asuhan yang dilakukan dan bahan evaluasi serta acuan dasar untuk tindakan
selanjutnya.
VI. PELAKSANAAN
Tanggal

: 06 maret 2015

Jam

:14 WITA

Diagnose

: Ibu P4A0AH4calon akseptor KB implant

1. Melakukan pendekatan dengan ibu


M/ telah terjalin hubungan baik dan saling prcaya dengan ibu
2. Memberikan konseling mengenai berbagai jenis alat kontrasepsi antara lain:
Kondom: selubung atau sarung karet yang terbuat dari berbagai bahan
diantaranya lateks (karet), plastik (vinil) atau bahan alami (produksi hewani yang
dipasang pada penis saat berhubungan seksual
AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim):Alat yang dimasukkan dalam rahim dalam
masa reproduksi untuk mencegah kehamilan.
Susuk: Alat kontasepsi yang terdiri dari 2 batang susuk lembut yang mengandung
hormone.
Suntik: berisi hormone estrogen dan progesterone untuk menunda kehamilan
disuntikan setiap bulan atau 3 bulan.
Pil: diminum 3-20 jam sebelum berhubungan sexsual jika terlupakan kurang
lebih satu pil saja maka dapat menyebabkan kehamilan.
M/ ibu mengerti dengan informasi yang disampaikan dan ibu memilih
menggunakan KB implant.
3. Memerikan informed choice mengenai alat kontrasepsi yang telah dipilih yaitu
implant.
Implant merupakan alat kontrasepsi yang dipasang dibawah kulit pada tangan
yang tidak dominan. Implant terdiri dari 2 batang/kapsul elastis, lembut dan akan
efektif 3 tahun. Implant mengandung hormone yang dapat mencegah atau
menunda kehamilan. Efek sampingnya ialah amenorea, perdarahan bercak,
penambahan atau penurunan berat badan, sakit kepala, nyeri payudara.

50

Cara kerja: lendir serviks menjadi kental, mengganggu proses pembentukan


endometrium sehingga sulit terjadi implantasi, mengurangi transportasi sperma
dan menekan ovulasi.
M/ ibu mengerti dengan informasi yang diberikan dan yakin untuk menggunakan
KB implant serta ibu tidak merasa cemas.
4. Memberikan informed consent/lembar persetujuan pemberian tindakan dan
meminta ibu menandatanganinya`
M/ ibu telah menandatangani informed consent yang diberikan.
5. Lakukan tindakan pemasangan implant
a. Persiapan alat
Alat alat yang disiapakan antara lain:
1) Bak instrument: kasa steril, dispo 5 cc, duk steril, kom keci berisi betadin,
bisturi skapel, trocar pendorong beserta kapsul dan pinset.
2) Meniapkan alat pecegahan infeksi:larutan clorin 0,5%, air bersih, air
sabun, sikat, handscoon 1 pasang steril
3) Maal, gunting plaster, air DTT, aquades, lidokain, perlak, pulpen/spidol
b. Persiapan pasien
1) Membantu persiapan untuk mencuci tangan yang tidak dominan dengan
sabun dan air bersi kemudian mengeringkan dengan handuk bersih
2) Mempersilahkan ibu untuk naik ke tempat tidir
c. Langkah-langkah pemsangan implant
1) Memastikan semua peralatan steril telah disiapkan
2) Membuka implant dan menjatuhkan kedalam bak intrumen
3) Mencuci tangan sabun dibawah air mengalir dan mengeringkan dengan
handuk
4) Mematahkan ampul lidokain
5) Memasukan dispo 3 cc kedalam bak steril
6) Mengukur tempat yang akan dipasang implant yaitu 8 cm dari vosa kubiti,
kemudian dikuti 5 cm dari tempat pengukuran pertama dan beri tanda
menggunakan ballpoint/spidol.
7) Memakai sarung tangan di tangan yang tidak dominan kemudian
menyedot aquades 1 cc dan lidokain 1 cc, lalu memasukan kembali dispo
kedalam bak instrument,mencampur sehingga obatdengan aquades
tercampur rata.
8) Memakai sarung tangan yang lainnya
9) Mengusap tempat pemasangan implant dengan larutan antiseptic dengan
gerakan sirkular dengan diameter 10-15 cm dan membeiarkannya hingga
kering
10) Memasangkan penutup steril pada lengan ibu
51

11) Menyuntikan anastesi lokak pada kulit tempat pemasangan yang telah
ditentukan sampai kulit sedikit mengelembung
12) Meneruskan penyuntikan kelapisan subdermal sepanjang 4 cm dan suntik
sambil menarik keluar jarum
13) Menguji efek anastesi sebelu memasukan trocar selam 2 menit
14) Memasukan ujung trocar hingga mencapai lapisan subdermal kemudian
meluruskan trocar sejajar dengan permukaan kulit lengan
15) Memasukan trocar sampai batas yang telah ditentukan.
16) Menahan pendorong trocar sambil trocar di tarik keluar
17) Setelah yakin bahwa kapsul satu telah masuk maka pindahkan trocar
kearah sebelahnya dan melakukan sama seperti pada saat memasang
kapsul pertama.
18) Periksa posisi kedua kapsul yang telah diasang di subdermal untuk
meastikan kapsul sudah terpasang dengan baik pada tempatnya.
19) Menekan kasa pada tempat insis utuk menghentikan darah yang keluar
dari tempat insisi
20) Mendekatkan ujung luka insisi kemudian menutup dengan kain hand plast
21) Memberikan balutan atau perban untuk mencegah perdarahan bawah kulit
atau memar serta untuk menahan kapsul agar tidak bergeser keluar
22) Mempersilahkan bu untuk beristirahatbeberapa menit sebelum pulang
23) Merendam semua peralatan bekas pakai kedalam laritan klorin 0,5%,
rendam selam 10 menit
24) Melepaskan sarung tangan kedalam larutan klorin
25) Mencuci tangan menggunakan air sabun dan air mengalir
26) Mempersilahkan pasien turun dari tempat tidur
27) Mengobservasi pasien klien selam 15 menit dan jika keadaan ibu baik,
menganjurkan ibu untuk pulang
M/ Implant telah terpasang dan ibu sudah menjadi akseptor KB dengan
metode implant
6. Melakukan konseling pasca pemasangn implant:
a. Menganjurkan ibu untuk tidak melakukan pekerjaan berat menggunakan
tangan yang telah dipasang implant (misalnya mengangkat barang-barang
berat) untuk mencegah terjadinya luka pada tempat insisi
b. Menganjurkan ibu untuk tidak membiarkan luka terkena air
c. Menganjurkan ibu untuk tidak melakukan hubungan suami istri selama 24 jam
ini

52

d. Menganjurkan ibu untuk dating ke fasilitas kesehatan bila mengalami


komplikasi seperti pendarahan yang keluar lewat tepat insisi, bengkak dan
nanah.
M/ ibu mengerti dengan penjelasan dan bersedia melaksanakannya
7. Menjadwalkan kunjungan ulang kepada ibu yaitu datang kembali pada
tanggal 9 maret 2015
M/ ibu mengerti dan bersedia melakukan kunjungan ulang
8. Membereskan semua alat yang telah digunakan, sampah-sampah dibuang
pada tempatnya, merendam semua peralatan didalam larutan klorin 0,5%
selama 10 menit kemudian dicuci dan dirapikan
M/ semua alat telah dibereskan
9. Mendokumentasikan hasil tindakan yang dilakukan pada register
M/ semua tindakan yang dilakukan telah di dokumentasikan.

VII.

EVALUASI
Tanggal

: 06 maret 2015

Jam

:14 WITA

Diagnose

: P4A0AH4 akseptor KB implant

1. Sudah terjalin hubungan yang baik dan saling percaya dengan ibu
2. Ibu telah mengetahui jenis-jenis alat kontrasepsi dan memilih metode
implant
3. Ibu mengerti penjelasan mengenai metode implant yang telah dipilih dan
tidak merasa cemas dengan pilihannya
4. Ibu telah menadatangani surat persetujuan tindakan
5. Proses pemasangan alat kontrasepsi bawah kulit telah terlaksana dengan
baik
6. Ibu tampak senang karena telah menjadi akseptor KB dengan
menggunakan alat kontrasepsi bawah kulit
7. Ibu mengerti penjelasan tentang konseling pasca pemasangan dan bersedia
melakukannya
8. Ibu bersedia untuk datang control pada tanggal 9 maret 2015
9. Smua hasil pelayanan telah didokumentasikan

53

BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan
Pembahasan akan berfokus pada tujuan penelitian yang telah ditetapkan.
Adapun tujuan dari penelitian yaitu mengidentifikasi persepsi pasangan suami
dan istri dalam mengikuti program keluarga berencana, mengidentifikasi
pengetahuan pasangan suami dan istri tentang program keluarga berencana dan
mengidentifikasi motivasi pasangan suami dan istri dalam mengikuti program
keluarga berencana.
Setelah penulis melakukan pengkajian dan pemberian asuhan pada Ny.
M.M. di Desa Usapi Sonbai dusun Ujaometo, maka penulis mendapat data
sebagai berikut:
4.1.1

Pengkajian
Pada saat penulis melakukan pengkajian dan pengumpulan data baik
secara subjektif maupun objektif, maka penulis tidak menemukan
kesenjangan antara teori dan praktek. Dimana teori mengatakan: Keluarga
berencana merupakan proses yang didasari paasangan untuk memutuskan
jumlah dan jarak anak serta waktu kelahiran.

4.1.2

Interpretasi Data

54

Berdasarkan pengkajian pada Ny. M.M telah dipeoleh data yang bisa
menegakkan diagnosa yaitu: Ibu P4A0AH4calon akseptor KB Implant.
4.1.3

Diagnosa Potensial/Masalah Potensial


Dari hasil pengkajian yang dilakukan mahasiswa kebidanan pada
keluarga NY. M.M ditemukan masalah dalam keluarga tersebut yaitu Ny. M.S
ingin menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (Implant) untuk
menjarangkan kelahiran anak.

4.1.4

Identifikasi Kebutuhan Akan Tindakan Segera/Kolaborasi


Dilakukan pemasangan KB jangka panjang (Implant)

4.1.5

Perencanaan
Perencanaan penanganan masalah yang disepakati bersama keluarga
Ny. M.Myaitu dilakukannya penyuluhan tentang KB gratis.

4.1.6

Pelaksanaan
Berdasarkan pelaksanaan yang dilakukan, tidak ditemukan kesenjangan
antara teori dan praktek.

4.1.7

Evaluasi
Telah dilakukan pemasangan Alat Kontrasepsi Jangka Panjang pada Ny.
M.M.

55

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pelayanan kebidanan komunitas adalah upaya yang dilakukan bidan untuk
pemecahan terhadap masalah kesehatan ibu dan anak balita dalam keluarga dan
masyarakat. Pelayanan kebidana profesional yang ditujukan pada masyrakatdengan
penekanan pada kelompok resiko tinggi dalam upaya pencapaian derajat kesehatan
yang optimal melalui pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, menjamin
keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien serta
mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan kebidanan
(Ambarawati, 2009).
Berdasarkan pendataan yang dilakukan mahasiswa kebidanan pada keluarga
Ny. M.S ditemukan masalah:
1) Telah dilakukan pengkajian di keluarga Tn. A.M khususnya tentang
penggunaan alat kontrasepsi.
2) Masalah yang didapatkan di keluarga bapak A.M adalah pasang usia subur
yang belum menggunakan alat kontrasepsi.
3) Diagnosa yang ditemukan di keluarga bapak A.S adalah ibu G4P4A0AH4
Calon akseptor KB implanT.
4) Antisipasi masalah potensial tidak ada.
5) Perencanaan yang dilakukan adalah melakukan konseling pada keluarga
bapak A.SM dan bapak bersedia istrinya memakai alat kontrasepsi.
6) Telah dilaksanakan pemasangna KB gratis
7) Alat kontrasepsi telah terpasang.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Mahasiswa
1) Diharapkan mahasiswa mampu mengaplikasikan ilmu yang didapat di
bangku perkuliahan kepada keluarga tentang masalah kesehatan serta
cara penanggulangannya.
2) Diharapkan mahasiswa dapat menimba pengalaman belajar mengenali
5.2.2

masalah kesehatan dan menentukan langkah penyelesaiannya.


Bagi Keluarga
1) Diharapkan keluarga dapat mengerti dan menyadari permasalahan
kesehatan yang ada dan mau menyelesaikan permasalahan tersebut.
2) Diharapkan keluarga dapat mengerti gambaran status kesehatannya.
56

5.1.3 Bagi Pendidikan


Diharapkan laporan ini dapat digunakan sebagai salah satu tolak ukur
keberhasilan pendidikan program studi ilmu kebidanan khususnya di bidang
kebidanan komunitas serta sebagai suatu bahan pertimbangan atau acuan
dalam pengembangan model praktek kebidanan komunitas selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini Y,2011.Pelayanan Keluarga Berencana.Rohima Press.Yogyakarta


Depkes, 2004 Buku Kesehatan Ibu dan Anak, Jakarta,
Data Jumlah Penduduk Dari Kecamatan Nekamese
57

Data Jumlah Penduduk Dari Desa Usapi Sonbai


Effendy, 1997.Ilmu Komunikasi Dan Prektek Dalam Komunitas.Yogyakarta
Farida, 2004. penyakit Kandungan dan keluarga Berencana. Jakarta, EGC
Hartanto H, 2003.Keluarga berencana dan kontrasepsi.Jakarta
Koenttjarninggrat, 1990.Aneka Budaya dan Komunitas di Indonesia.Jakarta
Mannuaba, I. B. G, 1998, Ilmu Kebidanan, Kandungan dan Keluarga Berencana
untuk Pendidikan Bidan, Jakarta, EGC
Niken M, 2009, Kebidanan Komunitas, Yogyakarta
Profil Kesehatan NTT Tahun 2010
Riskesdas .2013. pengumpulan data terkait dengan Keluarga Berencana.Jakarta
Runjanti,M.,(2010).Asuhan Kebidanan Komunitas.Jakarta:EGC
Saifuddin, A. B, 2003, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, Jakarta,
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirahardjo
______________, 2010, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, Jakarta,
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirahardjo
Varney, H, 1997, Varney Midwife, London, Boston

58

Anda mungkin juga menyukai