Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“ASUHAN PRIMER NEONATUS DAN BAYI USIA 2-6 HARI”


Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan Balita

Disusun oleh :

1. Adhitya Intan Sejati (P3.73.24.2.18.042)


2. Citra Annisa (P3.73.24.2.18.121)
3. Sabrina Hestia (P3.73.24.2.18.071)

PROGRAM STUDI : D-III KEBIDANAN


II.B

POLITEKNIK KESEHATAN JAKARTA 3


TAHUN AJARAN

2019/2020
ii
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufik serta hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan studi kasus
dengan judul “Asuhan Primer Neonatus dan Bayi Usia 2-6 Hari”.

Makalah ini memberi perhatian yang besar terhadap ilmu pengetahuan dan
teknologi dibidang kebidanan.Di dalam sub bab makalah ini sudah ada uraian & teori
pendukung yang menjelaskan tentang asuhan kebidanan. Bagian lampiran di sajikan
secara sistematis,sehingga mempermudah untuk memahami maksud dari isi makalah
ini.

Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna.
Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran demi penyempurnaan makalah ini.
Semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca.

Bekasi, 07 Februari 2020

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

Cover

Kata Pengantar ................................................................................. i

Daftar Isi .......................................................................................... ii

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang .............................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................... 1

1.3 Tujuan ........................................................................... 1

BAB II Pembahasan

2.1 Minum (Pemberian ASI) ............................................... 2

2.2 Eliminasi (BAB dan BAK) ............................................ 4

2.3 Kebutuhan Tidur ............................................................ 4

2.4 Kebersihan Kulit ............................................................ 5

2.5 Kuku dan Jari Tangan .................................................... 6

2.6 Perawatan Tali Pusat ..................................................... 7

2.7 Pakaian ........................................................................... 8

2.8 Keamanan ...................................................................... 8

2.9 Mendeteksi tanda-tanda bahaya pada bayi .................... 8

2.10 Penyuluhan sebelum bayi pulang ................................. 10

BAB III Penutup

3.1 Kesimpulan ..................................................................... 11

Daftar Pustaka................................................................................... 12

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap orang tua tentu berkeinginan agar anaknya dapat mencapai
pertumbuhan dan perkembangan yang terbaik sesuai dengan potensi genetik yang
ada pada anak tersebut. Hal ini dapat tercapai apabila kebutuhan dasar anak
terpenuhi. Kebutuhan dasar ini mencakup asah, asih dan asuh. Kebutuhan dasar
tersebut harus dipenuhi sejak dini, bahkan sejak bayi berada dalam kandungan.
Kebutuhan dasar yang baik dan cukup seringkali tidak bisa dipenuhi oleh seorang
anak karena faktor eksternal maupun internal. Faktor eksternal menyangkut
keadaan ekonomi, sosial dan spiritual keluarga serta peran bidan. Sedangkan faktor
internal adalah faktor yang terdapat di dalam diri anak yang secara psikologis
muncul sebagai problema pada anak.
Faktor yang paling terlihat pada lingkungan masyarakat adalah kurangnya
pengetahuan ibu mengenai kebutuhan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi anak
pada masa pertumbuhan dan perkembangan. Peran bidan dalam hal ini adalah
memberi informasi yang baik dan benar berkaitan dengan kebutuhan dasar yang
harus dipenuhi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana memberikan asuhan kebutuhan dasar pada neonatus dan bayi?
2. Bagaimana memberikan asuhan kebersihan pada neonatus dan bayi?
3. Apa saja tanda-tanda bahaya pada neonatus dan bayi di usia 2-6 hari?

1.3 Tujuan
1. Mahasiswa mampu menentukan asuhan kebutuhan dasar pada neonatus dan bayi
2. Mahasiswa dapat memahami kebutuhan pada neonatus dan bayi
3. Mahasiswa dapat memahami kebersihan pada neonatus dan bayi
4. Mahasiswa dapat memahami apa saja tanda-tanda bahaya pada neonatus dan bayi
di usia 2-6 hari.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Minum (Pemberian ASI)

Berikan ASI sesering mungkin sesuai keingina ibu (jika payudara penuh) dan
tentu saja ini lebih berarti pada menyusui sesuai kehendak bayi atau kebutuhan bayi
setiap 2-3 jam (paling sedikit setiap 4 jam), bergantian antara payudara kiri dan
kanan. Seorang bayi yang menyusu sesuai dengan permintaannya bisa menyusu
sebanyak 12-15 kali dalam 24 jam. Biasanya, ibu langsung mengosongkan payudara
pertama dalam beberapa menit. Frekuensi menyusui itu dapat diataur sedemikian rupa
dengan membuat jadwal rutin, sehingga bayi akan menyusu sekitar 5-10 kali dalam
sehari.

Pemberian ASI saja cukup. Pada priode usia 0-6 bulan, kebutuhan gizi baik
maupun kualitas tepenuhinya dari ASI saja, tanpa harus diberikan makanan ataupun
minuman lainnya. Pemberian makanan lain akan mengganggu produksi ASI dan
mengurangi kemampuan bayi untuk menghisap. Setiap bayi mempuyai takaran untuk
menyusu sesuai dengan kebutuhan berat badan dan umur sibayi anak yang baru lahir
biasanya mengonsumsi 45-90 ml susu setiap 2-3 jam. Anak yang baru lahir butuh
asupan makanan yang cukup untuk pertumbuhannya.

1) Bayi usia 1-2 hari membutuhkan 5-7 ml ASI sekali minum dan diberikan dengan
jarak sekitar 2 jam kebutuhan ASI memang baru sedikit, karena ukuran lambung bayi
pada usia ini hanya sebesar biji kemiri.
2) Bayi usia 3 hari membutuhkan 22-27 ml ASI sekali minum yang diberikan 8-12 kali
sehari atau hampir satu gelas takar air untuk satu hari. Pada usia ini lambung
berkembang menjadi sebesar buah chery yang berukuran besar.
3) Bayi usia 4-6 hari membutuhkan ASI 45-60 ml dalam satu kali minum dan dapat
menghabiskaan 400-600 ml atau ½ gelas hingga 2 setengah takar air untuk satu hari
pada usia ini kebutuhan ASI meningkat karena adanya growthspurp yang pertama
pada bayi.

2
4) Lama penyimpanan ASI, jika udara terbuka ASI haya bisa bertahan selama 8 jam.
Namun jika ASI disimpan didalam frezer dapat bertahan selama 3-6 bulan.
5) Jika ingin memanaskan ASI jangan langsung dipanaskan diatas kompor melainkan
dipanaskan dengan cara merendam ASI tersebun kedalam wadah yang berisi air
mendidih.
6) Takaran pemberian susu formula untuk bayi usia 2-6 hari berkisar antara 27-47 ml
dengan jarak 2-3 jam. Lama penyimpanan susu formula diudara terbuka sekitar 1-2
jam, jika dibiarkan lama-lama akan basi.

Berikut ini merupakan beberapa prosedur pemberian ASI :

a. Beri ASI kepada bayi segera atau selambatnya setengah jam setelah bayi lahir.
Pemberian ASI pada hari-hari pertama setelah kelahiran bayi tidak harus diberikan
dari satu payudara (kiri atau kanan saja), tetapi bayi mesti diberi ASI dari kedua
payudara secara bergantian. Tindakan tersebut mencegah terjadinya pengerasan
payudara. Untuk itu ibu perlu mengetahui cara memindahkan bayi dari satu payudara
kepayudara lainnya. Caranya yaitu ibu memberikan payudaranya secara pelan, lalu
menjauhkannya dari mulut bayi. Bila hal ini dilakukan terus menerus, maka ibu akan
lebih berpengalaman sehingga mengetahui waktu yang tepat untuk mengganti
payudaranya yang dihisap oleh bayinya.
b. Biasakan mencuci tangan dengan sabun setiap hari sebelum menyusui.
c. Perah sedikit kolostrum atau ASI dan oleskan pada daerah putting dan sekitarnya.
d. Ibu duduk atau tiduran atau berbaring dengan santai.
e. Bayi diletakkan menghadap ke ibu
f. Perut bayi menempel keperut ibu
g. Dagu bayi menempel kepayudara
h. Telinga dan lengan bayi berada dalam satu garis lurus
i. Mulut bayi terbuka lebar menutupi daerah gelap sekitar putting susu. Cara agar mulut
bayi terbuka adalah dengan menyentuhkan putting susu pada bibir atau pipi bayi.
Setelah mulut bayi terbuka lebar, segera masukkan puting
j. Berikan ASI dari satu payudara sampai kosong sebelum pindah kepayudara lainnya.
Pemberian ASI berikutnya mulai dari payudara yang belum kosong tadi.
k. Jangan mencuci putting payudara dengan sabun atau alcohol karena membuat putting
payudara kering dan menyebabkan pengerasan yang bisa menyebabkan terjadinya

3
luka. Selain itu, rasa putting akan berbeda sehingga bayi enggan menyusu. Hendaknya
setelah menyusui, biarkan beberapa ASI disekitar putting payudara mongering. Hal
ini membuat putting payudara tidak terluka dan terjaga dari infeksi.

2.2 Eliminasi (BAB dan BAK)

Kotoran yang dikeluarkan bayi baru lahir, pada hari-hari pertama disebut
mekonium. Mekonium adalah ekskresi gastrointestinal bayi yang diakumulasi dalam
usus sejak masa janin, yaitu pada usia kehamilan 16 minggu. Warna mekonium
adalah hijau kehitaman, lengket dan bertekstur lembut, terdiri atas mulkus, sel epitel,
cairan amnion yang tertelan, asam lemak dan pigmen empedu. Mekonium dikeluarkan
seluruhnya 2-3 hari setelah lahir. Kemudian feses bayi yang diberi ASI akan berubah
warnanya menjadi hijau-emas dan terlihat seperti bibit. Bayi yang diberi susu formula
memiliki feses yang berwarna coklat gelap, seperti pasta atau padat. Bayi akan
berdefekasi 5-6 kali tiap hari dan akan berkurang pada minggu ke 2. Apabila bayi
tidak defekasi selama lebih dari dua hari segera hubungi tenaga kesehatan.

Bayi mulai memiliki fungi ginjal yang sempurna selama 2 tahun pertama
kehidupannya. Biasanya terdapat urine dalam jumlah yang kecil pada kandung kemih
bayi saat lahir, tetapi ada kemungkinan urine tersebut tidak di keluarkan selama 12-24
jam. urine pucat, kondisi ini menunjukan masukan cairan yang cukup. Umumnya bayi
cukup bulan akan mengeluarkan urine 15-16 ml/kg/hari. Untuk menjaga bayi tetap
bersih, hangat dan kering, maka harus di ganti popoknya minimal 4-5 x/hari.

2.3 Kebutuhan Tidur


Memasuki bulan pertama kehidupan bayi baru lahir menghabiskan waktunya
untuk tidur sediakan lingkungan yang nyaman, atur posisi dan minimalkan gangguan
agar bayi dapat tidur saat ibu ingin tidur. Saat sampai usia 3 bulan rata-rata tidur
selama 16 jam sehari. Ada umumya bayi terbangun sampai malam hari pada usia 3
bulan. Jumlah waktu tidur bayi akan berkurang seiring dengan bertambahnya usia
bayi. Pola tidur bayi masih belum teratur karena jam biologis yang belum matang.

4
Tetapi perlahan-lahan kan bergeser sehingga lebih banyak waktu tidur dimalam hari
dibandingkan dengan siang hari.

2.4 Kebersihan Kulit

Pemeriksaan kulit sangat penting dalam pemeriksaan fisik bayi baru lahir.
Kesehatan neonatus dapat diketahui dari warna, integritas, dan karakteristik kulitnya.
Pemeriksaan lengkap pada kulit mencangkup inspeksi dan palpasi.

Kulit janin dalam uterus ditutupi oleh verniks kaseosa yang merupakan hasil
komposisimaterial lemak berwarna putih/kuning yang terbentuk akibat sekresi
kelenjar sebasea dan penumpukan sel mati. Biasanya muncul selama trimester III dan
berkurang sampai usia kehamilan 40 minggu. Verniks kaseosa sering kali dijumpai
pada saat lahir dan biasanya menghilang dalam beberapa jam melalui proses absorpsi.
Dengan melihat anatomi dan fisiologinya, tampak bahwa kulit bayi mempunyai peran
penting dalam melindungi bayi.

Dengan demikian kita perlu menjaga kesehatan kulit bayi agar tidak muncul
komplikasi atau penyakit. Salah satu cara untuk menjaga kebersihan kulit adalah
dengan cara memandikan bayi. Memandikan bayi pertama kali harus ditunda sampai
minimal 6 jam, dan disarankan setelah 24 jam pertama, untuk mencegah hipotermia
karena anatomi kulit dan fungsi pengatiran suhu bayi (hipotalamus) masi belum
sempurna sehingga bayi tidak dapat menghadapi stres, baik suhu dingin maupun suhu
panas yang berlebihan. Setelah 6 jam, diperkirakan suhu tubuh bayi sudah stabil.

Kebersihan kulit bayi perlu benar-benar dijaga. Namun memandikan bayi


dapat menyebabkan bayi kehilangan panas tubuh secara konveksi . Maka dari itu
orang tua harus disarankan untuk memastikan bahwa mereka kemandikan bayi di
ruangan yang hangat agar bayi tidak kehilangan panas secara konveksi. Dan jika
memandikan bayi hanya sabun lembut tanpa parfumlah yang boleh digunakan.

Walaupun mandi dengan membasahi seluruh tubuh tidak harus dilakukan


setiap hari, tetapi bagian-bagian seperti muka , muka, bokong, tali pusat perlu
dibersihkan secara teratur. Dan sebaiknya jika orang tua atau orang lain yang ingin
memegang bayi diharuskan untuk mencuci tangan terlebih dahulu.

5
2.5 Kuku dan Jari Tangan

Umumnya, bayi lahir dengan kuku yang cukup panjang sehingga perlu segera
dipotong agar tak membahayakan dirinya sendiri. Meski kuku bayi tidak kotor dan
cenderung lebih lunak dibanding kuku orang dewasa, tetapi ujungnya cukup tajam
dan bisa melukai kulit. Selain itu, kuku yang panjang berisiko kemasukan kuman serta
dapat melukai bibir, gusi, dan lidah bayi saat ia menghisap jarinya. Oleh karenanya
memotong kuku bayi sangat penting dilakukan dengan rutin.

Kuku pada masing-masing bayi berbeda tingkat pertumbuhannya, ada yang


cepat panjang dan ada pula yang membutuhkan waktu lama untuk tumbuh. Namun,
seminggu sekali untuk memotong kuku jari tangan bayi dan sebulan sekali untuk
memotong kuku jari kakinya merupakan waktu yang cukup ideal. Ibu juga bisa
menentukan seberapa sering memotong kuku bayi perlu dilakukan sesuai dengan
pertumbuhan kukunya.

Banyak orang tua yang enggan melakukan perawatan bayi semacam ini karena
takut melukai kulit bayi saat memotong kukunya. Untuk meminimalkan risiko
tersebut, Ibu bisa memotong kuku bayi saat ia tidur lelap sehingga tak banyak gerakan
yang dilakukannya. Selain itu, setelah mandi juga merupakan waktu yang tepat untuk
melakukan perawatan bayi ini karena kuku bayi lebih lunak sehingga mudah
dipotong.

Untuk melakukan perawatan bayi ini, Ibu memerlukan gunting kuku khusus
yang dirancang sesuai ukuran jari bayi sehingga lebih aman daripada gunting kuku
biasa. Setelah alat ini siap, secara perlahan posisikan gunting dengan tepat agar tak
ada kulit yang ikut terpotong. Agar proses perawatan kuku berjalan lebih lancar,
pilihlah tempat yang terang sehingga Ibu bisa melihat dengan jelas kuku jari yang
akan dipotong. Posisikan diri Ibu dan bayi dengan nyaman. Bisa dengan
memangkunya atau menidurkannya. Potonglah kukunya di bagian atas saja, jangan
terlalu dalam karena akan berisiko melukai jarinya.

6
2.6 Perawatan Tali Pusat

Perawatan tali pusat merupakan tindakan keperawatan yang bertujuan


merawat tali pusat pada bayi baru lahir agar tetap kering dan mencegah agar tidak
terjadinya infeksi. Perawatan tali pusat merupakan area paling penting yang perlu
dipertimbangkan. Orang tua harus dianjurkan untuk menjaga tali pusat tetap bersih
dan kering. Dan memberi tahu untuk membersihkan tali pusat cukup di basuh dengan
air hangat, lalu dibungkus kembali menggunakan kassa steril tanpa dibubuhi bedak
atau rempah-rempah.

Alat dan bahan

1. Kassa steril
2. Air bersih dan sabun

Prosedur

1. Cuci tangan
2. Cuci talipusat dengan air bersih dan sabun, bilas dan keringkan dengan kassa steril
3. Pertahankan sisa tali pusat dalam keadaan terbuka agar terkena udara dan tutupi
kain bersih secara longgar
4. Lipat popok dibawah sisa tali pusat
5. Jika talipusat terkena kotoran feses, cuci dengan sabun dan air bersih, kemudian
keringkan
6. Cuci tangan

Tali pusat yang mengalami degradasi dapat sedikit berbau dan lengket. Orang
tua dapat diyakinkan bahwa hal ini normal dan mereka harus teap menjaga area tali
pusat tetap bersih dan kering. Lakukan perawatan tersebut sampai tali pusat puput
dengan sendirinya. Jika kulit disekita tali pusat mengalami inflamasi, orang tua harus
mencari saran medis karena bayi mungkin mengidap infeksi dan memerlukan
rangkaian antibiotik.

7
2.7 Pakaian

Setelah bayi dilahirkan dan berhasil melalui adaptasi dari intra ke ekstra uterin, bayi
harus dijaga tetap hangat. Beberapa hal yang harus diperhatikan untuk
menjaga bayi tetap hangat adalah:
a Jelaskan kepada ibu bahwa menjaga bayi tetap hangat adalah sangat penting untuk
menjaga bayi tetap sehat
b Bayi memakai pakaian yang lembut, hangat, kering dan bersih, bila perlu bayi
memakai tutup kepala, sarung tangan dan kaos kaki
c Yakinkan bayi menggunakan baju dan diselimuti
d Bayi harus dirawat gabung dengan ibunya sehingga ibu mudah menjangkau bayinya
e Apabila bayi harus dipisah dengan ibunya, yakinkan bayi menggunakan pakaian yang
hangat dan diselimuti
f Raba telapak kaki bayi, bila teraba dingin bisa dilakukan kontak kulit ke kulit, atau
ditambah selimut dan lakukan penilaian ulang
g Jaga ruangan tetap hangat

Selimuti tubuh bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi. Bagian kepala
bayi memiliki permukaan yang relative luas dan bayi akan dengan cepat kehilangan
panas jika bagian tersebut tidak tertutup.

2.8 Keamanan

Jangan sekali-kali meninggalkan bayi tanpa ada yang menunggu. Hindari


pemberian apapun kemulut bayi baru lahir selain ASI, karena bayi bisa tersedak.
Jangan menggunakan alat penghangat buatan ditempat tidur bayi.

2.9 Mendeteksi tanda-tanda bahaya pada bayi

Tanda-tanda bahaya yang harus dikenali oleh ibu yaitu

a Bayi tidak mau menyusu

8
ASI adalah makanan pokok bagi bayi, jika bayi tidak mau menyusu maka asupan
nutrisinya kan berkurang dan ini akan berefek pada kondisi tubuhnya. Biasanya bayi
tidak mau menyusu ketika sudah dalam kondisi lemah, dan mungkin justru dalam
kondisi dehidrasi berat.
b Kejang
Kejang pada bayi memang terkadang terjadi. Yang perlu diperhatikan adalah
bagaimana kondisi pemicu kejang. Apakah kejang terjadi saat bayi demam. Jika ya
kemungkinan kejang dipicu dari demamnya, selalu sediakan obat penurun panas
sesuai dengan dosis anjuran dokter. Jika bayi kejang namun tidak dalam kondisi
demam, maka curigai ada masalah lain. Perhatikan freksuensi dan lamanya kejang,
konsultasikan pada dokter.
c Lemah
Kondisi lemah bisa dipicu dari diare, muntah yang berlebihan ataupun infeksi berat.
d Sesak Nafas
Frekuensi nafas bayi pada umumnya lebih cepat dari manusia dewasa yaitu sekitar 30-
60 kali per menit. Jika bayi bernafas kurang dari 30 kali per menit atau lebih dari 60
kali per menit maka anda wajib waspada. Lihat dinding dadanya, ada tarikan atau
tidak.
e Merintih
Bayi belum dapat mengungkapkan apa yang dirasakannya. Ketika bayi merintih terus
menerus kendati sudah diberi ASI atau sudah dihapuk-hapuk, Bisa jadi ada
ketidaknyamanan lain yang bayi rasakan.
f Pusar Kemerahan
Tali pusat yang berwarna kemerahan menunjukkan adanya tanda infeksi. Yang harus
diperhatikan saat merawat tali pusat adalah jaga tali pusat bayi tetap kering dan
bersih. Bersihkan dengan air hangat dan biarkan kering. Betadin dan alcohol boleh
diberikan tapi tidak untuk dikompreskan. Artinya hanya dioleskan saja saat sudah
kering baru anda tutup dengan kassa steril yang bisa anda beli di apotik.
g Demam atau Tubuh Merasa Dingin
Suhu normal bayi berkisar antara 36,50C – 37,50C. Jika kurang atau lebih perhatikan
kondisi sekitar bayi. Apakah kondisi di sekitar membuat bayi anda kehilangan panas
tubuh seperti ruangan yang dingin atau pakaian yang basah.
h Mata Bernanah Banyak

9
Nanah yang berlebihan pada mata bayi menunjukkan adanya infeksi yang berasal dari
proses persalinan. Bersihkan mata bayi dengan kapas dan air hangat.

i Kulit Terlihat Kuning


Kuning pada bayi biasanya terjadi karena bayi kurang ASI. Namun jika kuning pada
bayi terjadi pada waktu ≤ 24 jam setelah lahir atau ≥ 14 hari setelah lahir, kuning
menjalar hingga telapak tangan dan kaki bahkan tinja bayi berwarna kuning.

Penanganan

a Beri ASI sesuai dengan kebutuhan setiap 2-3 jam (paling sedikit setiap 4 jam) mulai
dari hari pertama.
b Pertahankan agar bayi selalu dengan ibu
c Jaga bayi dalam keadaan bersih, hangat dan kering degan mengambil popok dan
selimut sesuai dengan keperluan. Pastikan bayi tidak terlalu panas dan terlalu dingin
(dapat menyebabkan dehidrasi, ingat bahwa pengaturan suhu bayi masih dalam
perkembangan). Apa saja yang dimasukkan kedalam mulut harus bersih.
d Jaga tali pusat dalam keadaan bersih dan kering
e Peganglah, sayangi dan nikmati kehidupan bersama bayi.
f Awasi masalah dan kesulitan pada bayi dan minta bantuan jika perlu.
g Jaga keamanan bayi terhadap trauma dan penyakit atau infeksi
h Ukur suhu tubuh bayi jika tampak sakit atau menyusu kurang baik.

2.10 Penyuluhan sebelum bayi pulang

a Perawatan tali pusat


Jaga tali pusat dalam keadaan bersih dan kering
b Pemberian ASI
Beri ASI sesuai dengan kebutuhan setiap 2-3 jam (paling sedikit setiap 4 jam) mulai
dari hari pertama.
c Jaga kehangatan bayi
Bayi memakai pakaian yang lembut, hangat, kering dan bersih, bila perlu bayi
memakai tutup kepala, sarung tangan dan kaos kaki
d Tanda-tanda bahaya

10
e Imunisasi
f Perawatan harian atau rutin
g pencegahan infeksi dan kecelakaan

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kebutuhan dasar yang baik dan cukup seringkali tidak bisa dipenuhi oleh seorang
anak karena faktor eksternal maupun internal. Faktor eksternal menyangkut keadaan
ekonomi, sosial dan spiritual keluarga serta peran bidan. Sedangkan faktor internal
adalah faktor yang terdapat di dalam diri anak yang secara psikologis muncul sebagai
problema pada anak.

Faktor yang paling terlihat pada lingkungan masyarakat adalah kurangnya


pengetahuan ibu mengenai kebutuhan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi anak pada
masa pertumbuhan dan perkembangan. Kandungan air tubuh bayi baru lahir relatif
lebih besar bila dibandingkan dengan orang dewasa. Metabolisme air juga sangat
berbeda pada bayi bila dibandingkan dengan anak dan orang dewasa.

11
DAFTAR PUSTAKA

Rochman, dkk. 2009. “Asuhan Neonatus, Bayi, & Balita : Panduan Belajar”. Jakarta: EGC.

Williamsin, Amanda. 2008. “Buku Ajar Asuhan Neonatus”. Jakarta: EGC.

Nanny, Vivian. 2010. “Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita”. Jakarta: Salemba Medika.

Alimul Hidayat, Aziz. 2007. “Asuhan Neonatus, Bayi,& Balita: Buku Praktikum Mahasiswa
Kebidanan”. Jakarta: EGC.

Fitria, ika. 2015. “Asuhan Kebidanan Neonatus bayi, balita dan anak pra sekolah”. Jakarta:
CV trans info media.

12

Anda mungkin juga menyukai