Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN STUDI KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN


PADA NY.A DENGAN KONSTIPASI
DI PMB DINAR LESTARI
JAKARTA TIMUR
TAHUN 2020

Disusun oleh :
MALINDA FADHILAH TUJAHRO
NIM.P3.73.24.2.18.061

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN JAKARTA III
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D.III KEBIDANAN
TAHUN 2020
LAPORAN STUDI KASUS
ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN
PADA NY.A DENGAN KONSTIPASI
DI PMB DINAR LESTARI
JAKARTA TIMUR
TAHUN 2020

Diajukan untuk memenuhi salah satu


tugas dari mata kuliah Praktik Klinik
Kebidanan II

Disusun Oleh :
MALINDA FADHILAH TUJAHRO
NIM.P3.73.24.2.18.061

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN JAKARTA III
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D.III KEBIDANAN
TAHUN 2020
LEMBARAN PERSETUJUAN

LAPORAN STUDI KASUS


ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN
PADA NY.A DENGAN KONSTIPASI
DI PMB DINAR LESTARI
JAKARTA TIMUR
TAHUN 2020

Laporan studi kasus ini telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing untuk
dipertahankan dihadapan penguji

Bekasi, 20 November 2020

PEMBIMBING

(Dr. Yudhia Fratidina,SKM, M.Kes)


NIP.197006131994032001
LEMBARAN PENGESAHAN

LAPORAN STUDI KASUS


ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN PADA NY.A
DENGAN KONSTIPASI
DI PMB DINAR LESTARI
JAKARTA TIMUR
TAHUN 2020

Laporan studi kasus ini telah di ujikan pada tanggal…bulan…tahun…

PENGUJI PENGUJI

NIP NIP

Mengesahkan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Politeknik Kesehatan Jakarta III
Jurusan Kebidanan Program Studi D.III Kebidanan

Ketua

NIP.
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN JAKARTA III
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN

GAMBARAN KASUS

Nama Penulis : Malinda Fadhilah Tujahro


Judul : Asuhan Kebidanan Kehamilan pada Ny. A
dengan Konstipasi di PMB Dinar Lestari Kota
Jakarta Timur Tahun 2020
Jumlah BAB & Halaman : V + 35
Proses kehamilan adalah hal fisiologis yang terjadi sepanjang siklus kehidupan
perempuan.
Bidan menjadi salah satu profesi yang dapat membantu setiap ibu hamil dalam
melewati masa-masa ini dengan lembut dan membuat nyaman.

Kasus diambil pada tanggal 2 november 2020 sampai dengan 14 november 2020.
Ny.A umur 24 tahun hamil G1P0A0 dengan konstipasi. Pada tanggal 2 November
2020 dilakukan pengkajian bahwa Ny.A berumur 24 tahun, pekerjaan sebagai
karyawan swasta, pendidikan terakhir SMA, menikah pada tanggal 9 agustus
2020. Dalam pengkajian tersebut didapatkan bahwa Ny.A merasakan beberapa
keluhan termasuk diantaranya yaitu susah buang air besar atau disebut dengan
konstipasi. Kemudian pada tanggal 4 november 2020 jam 16.00 WIB
menginformasikan bahwa Ny.A sore hari datang ke PMB dengan keluhan susah
BAB atau disebut dengan konstipasi. Hasil pemeriksaan Ny.A G 1P0A0 hamil 7
minggu dengan keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, keadaan
emosional stabil, tekanan darah 87/69, berat badan 54 kg, tfu tidak teraba, serta
djj belum terdengar. Kemudian pada tanggal 06 november 2020 dilakukan asuhan
kepada Ny.A dengan menganjurkan untuk memakan makanan yang mengandung
serat, sayur-sayuran hijau, buah-buahan segar, istirahat yang cukup, serta
melakukan olahraga ringan.

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas laporan ini tanpa suatu halangan apapun.
Laporan yang berjudul “LAPORAN STUDI KASUS ASUHAN KEBIDANAN
KEHAMILAN PADA NY.A DENGAN KONSTIPASI DI PMB DINAR LESTARI
JAKARTA TIMUR TAHUN 2020”.

Laporan ini merupakan laporan studi kasus yang diajukan untuk memenuhi
salah satu tugas dari mata kuliah Praktik Klinik Kebidanan II di PMB Dinar Lestari
Jakarta Timur pada tanggal 2 november 2020 s.d. 14 november 2020.

Dalam menyelesaikan laporan kasus ini penulis banyak sekali mendapatkan


bantuan bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat.

1. Ibu Erika Yulita Ichwan, SST., M.Keb selaku Ketua Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Jakarta III.
2. Ibu Hamidah, AM.Keb, S.Pd., M.Kes, selaku Ketua Program Studi DIII
Kebidanan Poltekkes Kemenkes Jakarta III.
3. Dr. Yudhia Fradithina, SKM, M.Kes. selaku dosen pembimbing studi kasus
yang memberi arahan serta dukungan.
4. Ibu Junengsih, SST, MKM selaku Penanggung Jawab mata kuliah Praktik
Klinik Kebidanan (PKK II) Poltekkes Kemenkes Jakarta III.
5. Ibu Dinar Lestari, Am.Keb selaku pemilik PMB Dinar Lestari di kecamatan
ciracas kota Jakarta timur yang telah mengizinkan dalam pengambilan kasus
berlangsung.
6. Ka Michele Amd.Keb selaku anak buah PMB Dinar Lestari yang telah
membimbing saya dan memberi banyak ilmu selama pengambilan data kasus
berlangsung.
7. Ny.A selaku Pasien, yang telah memberikan dukungan dan bersedia menjadi
pasien.
8. Bapak dan Mamah yang penulis sayangi dan cintai setelah Allah dan
ii
Rasulullah karena selama di dunia ini telah menjadi pelindung dan selalu
melimpahkan kasih sayang dan cintanya serta pengorbanannya kepada
penulis. Tanpa bimbingan Mamah dan Bapak, penulis tidak akan bisa seperti
sekarang ini. Hanya Allah yang dapat membalas pengorbanan itu semua,
semoga Allah juga selalu memberikan kebahagiaan dan kasih sayang terus
menerus kepada Mamah dan Bapak.
9. Kakak tersayang Sri Wahyuni yang telah memberikan dukungan, motivasi,
serta sudah membantu dalam banyak hal, semoga Allah membalas setiap
kebaikan dan keberkahannya.
10. Sahabat seperjuangan Nabilah Intan Kurnia, Shanaiz Qirana, Elyasa Arif
Rohmah, dan Salma Fauziyyah yang selalu memberikan semangat.
11. Andusa yang selalu menyemangati satu sama lain untuk berjuang dalam
penyelesaian laporan studi kasus ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan studi kasus ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
sangat diharapkan penulis sebagai penyempurnaan laporan studi kasus ini. Semoga
laporan studi kasus ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.

Bekasi, 20 November 2020

Penulis

iii
DAFTAR ISI

GAMBARAN KASUS..................................................................................................i
KATA PENGANTAR..................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
A. LATAR BELAKANG..........................................................................................1
B. TUJUAN........................................................................................................... 2
C. WAKTU DAN TEMPAT PENGAMBILAN KASUS.............................................3
BAB II TINJAUAN TEORI..........................................................................................4
A. Antenatal Care..................................................................................................4
1. Kehamilan Trimester I...............................................................................4
2. Adaptasi perubahan fisik kehamilan.........................................................8
3. Adaptasi psikologis kehamilan..................................................................9
B. Konstipasi.........................................................................................................9
C. Asuhan Kebidanan pada kehamilan...............................................................14
D. Peran bidan dalam kasus konstipasi..............................................................27
BAB III PERKEMBANGAN KASUS..........................................................................28
A. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil................................................................28
1. Kunjungan pertama................................................................................28
2. Kunjungan kedua....................................................................................31
B. Data Subjektif...................................................................................................31
C. Data Objektif....................................................................................................31
D. Analisa............................................................................................................ 31
E. Penatalaksanaan................................................................................................31
BAB IV PEMBAHASAN KASUS..............................................................................33
BAB V PENUTUP....................................................................................................34
A. KESIMPULAN................................................................................................34
B. SARAN........................................................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................35
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Di Indonesia lebih dari 2,5 juta penduduk mempunyai keluhan sering konstipasi,
hingga prevelensinya mencapai sekitar 2%. Konstipasi diperkirakan menyebabkan 2,5
juta penderita berkunjung ke dokter setiap tahunnya. Kasus konstipasi yang diderita
wanita hamil sekitar 4 – 30%, ternyata wanita hamil mengeluh kesulitan buang air besar
(Sulistiyowati, 2016).
Kehamilan merupakan suatu proses alamiah dan fisiologis. Selama pertumbuhan
dan perkembangan kehamilan dari bulan ke bulan diperlukan kemampuan seorang ibu
hamil untuk beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada fisik dan
mentalnya. Ketidaknyamanan sering terjadi pada masa kehamilan. Hal ini terjadi karena
adanya perubahan keseimbangan hormonal pada tubuh ibu dan proses adaptasi tubuh
terhadap perubahan itu sendiri. Sikap dan perilaku masyarakat sering tidak terlihat
kondusif untuk mengatasi ketidaknyamanan tersebut. Masih banyak anggapan bahwa
ketidaknyamanan saat hamil hanya peristiwa biasa dan tidak perlu mendapatkan
perhatian yang berlebihan.
Menurut Tumanggor (2014) dalam (Ardhiyanti, 2017), mengatakan bahwa
konstipasi memiliki gejala seperti buang air besar, kembung atau bentuk kotoran keras
atau kecil. Beberapa faktor yang mempengaruhi proses defekasi/buang air besar antara
lain : diet atau pola nutrisi, misalnya asupan serat yang tidak adekuat, dehidrasi, obat –
obatan, penyakit, kurang latihan fisik atau imobilisasi, psikologis atau kondisi kurang
nyaman. Permasalahan yang dihadapi oleh ibu hamil ini karena peningkatan hormon
progesteron yang menyebabkan relaksasi otot sehingga usus kurang efisien, ditambah
oleh penekanan rahim yang membesar didaerah perut, selain itu konsumsi suplemen zat
besi/kalsium yang tidak diserap dengan baik oleh tubuh.
Vazquez (2010) mengklasifikasikan konstipasi menjadi konstipasi akibat kelainan
struktural dan konstipasi fungsional. Konstipasi pada wanita hamil umumnya
merupakan konstipasi fungsional yang berhubungan dengan gangguan motilitas kolon
2

atau anorectal. Semakin besar kehamilan biasanya wanita hamil cenderung mengurangi
asupan cairan. Komposisi makanan yang cenderung berupa susu dan daging atau ikan
tanpa disertai cukup makanan yang kaya serat akan memperbesar resiko terjadinya
konstipasi. Pemberian suplemen besi ataupun kalsium selama kehamilan juga dapat
menjadi faktor terjadinya konstipasi (Ojieh, 2012).
Dampak yang terjadi pada ibu hamil yang menderita konstipasi dalam jangka waktu
yang lama dapat membuat perut menjadi begah dan menimbulkan komplikasi antara
lain wasir (Harsono, 2013). Kesehatan pencernaan saat hamil memiliki peran besar
terhadap perkembangan janin dan kesehatan tubuh ibu hamil. Karena, pada saat
kehamilan, bayi mendapatkan nutrisi untuk berkembang melalui asupan ibu. Jika tidak
janin akan kurang nutrisi dan menganggu perkembangannya. Sehingga, diperlukan
kesehatan pencernaan yang optimal dari ibu untuk memastikan kesehatan ibu hamil dan
bayi berada dalam kondisi prima (Syam, 2010).
Tindakan penatalaksanaan yang dapat dilakukan adalah dengan aktifitas fisik yang
cukup, mengkonsumsi makanan tinggi serat salah satunya papaya dan banyak minum
air putih, terutama ketika lambung dalam keadaan penuh. Mengkonsumsi papaya ketika
lambung terasa penuh dapat merangsang peristaltik usus, jika ibu sudah mengalami
dorongan maka segeralah untuk buang air besar agar tidak terjadi konstipasi (Walyani,
2015).
Berdasarkan data dan permasalahan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan
pengelolaan kasus pasien dengan masalah konstipasi pada ibu hamil trimester I yang
penulis tuangkan dalam bentuk laporan kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan
Kehamilan dengan Konstipasi di PMB Dinar Lestari. Dengan harapan melalui
pengelolaan kasus tersebut penulis sebagai mahasiswa mempunyai bekal untuk ikut
berpartisipasi menyelesaikan masalah yang ada.
B. TUJUAN
Meliputi
1. Tujuan Umum
Dapat melaksanakan asuhan kebidanan kehamilan pada Ny.A
dengan konstipasi
2. Tujuan Khusus
3

a. Dapat melakukan pengkajian pada ibu hamil


b. Dapat melakukan assagment pada ibu hamil
c. Dapat merencanakan dan melakukan planning asuhan ibu hamil
d. Dapat melaksanakan evaluasi pada ibu hamil
e. Dapat melakukan pendokumentasian dengan metode SOAP

C. WAKTU DAN TEMPAT PENGAMBILAN KASUS


Pengambilan kasus dilakukan di PMB Dinar Lestari, Kota Jakarta Timur dengan
menerapkan asuhan kebidanan yang dimulai tanggal :
1. 04 November 2020 : Pemeriksaan kehamilan pertama.
2. 07 November 2020 : Pemeriksaan kehamilan kedua
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Antenatal Care
A. Kehamilan Trimester I
a. Pengertian Kehamilan
Kehamilan merupakan suatu proses merantai yang berkesinambungan
dan terdiri dari ovulasi pelepasan sel telur, migrasi spermatozoa dan ovum,
konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus,
pembentukan plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi aterm
(Manuaba, 2010).
Kehamilan adalah suatu proses pertumbuhan dan perkembangan janin di
dalam rahim yang dimulai sejak konsepsi dan berakhir sampai awal
persalinan (Manuaba, 2010). Selama proses pertumbuhan prenatal, sebuah
sel membentuk sekitar 3 – 4 kg janin. Masa kehamilan biasa dibagi dalam
tiga trimester. Trimester pertama merupakan periode permulaan munculnya
seluruh organ utama, trimester kedua menjadi periode pertumbuhan dan
perkembangan organ dan sistem organ yang kurang lebih terjadi hingga
akhir bulan ke enam kehamilan, sedangkan trimester ketiga ditandai dengan
pertumbuhan janin yang cepat disertai dengan pengendapan jaringan adiposa
(Martini, Nath & Bartholomew, 2012).
Kehamilan trimester pertama adalah kehamilan pada masa 0 – 12 minggu.
Pada masa trimester ini terdapat 3 periode penting pertumbuhan bayi di
dalam Rahim. Ketiga masa pertumbuhan bayi tersebut yakni :
1) Masa Germinal, yaitu masa antara minggu ke-0 sampai minggu ke-3.
2) Masa Embrio, yaitu masa antara minggu ke-3 sampai minggu ke-8.
3) Masa fetus, yakni masa antara minggu ke-9 sampai minggu ke-12.
b. Tanda dan gejala kehamilan
Tanda – tanda menurut (Sari dkk, 2014), yaitu :
1) Tanda tidak pasti kehamilan
Tanda tidak pasti kehamilan terdiri dari :
5

a) Amenorea (Berhentinya menstruasi)


Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi pembentukan folikel
degraf dan ovulasi. Dengan mengetahui hari pertama haid terakhir
menggunakan rumus Neagle, dapat ditentukan perkiraan persalinan.
b) Mual (nausea) dan muntah (emesis)
Pengaruh estrogen dan progesteron menyebabkan pengeluaran asam
lambung yang berlebihan, mual dan muntah terutama di pagi hari
disebut morning sickness. Dalam batas fisiologi, keadaan ini dapat
diatasi. Akibat mual dan muntah, nafsu makan berkurang.
c) Syncope (Pingsan)
Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral)
menyebabkan iskemia susunan saraf pusat menimbulkan sinkope
atau pingsan. Keadaan ini menghilang setelah usia kehamilan 16
minggu.
d) Payudara tegang
Pengaruh estrogen-progesteron dan somatotrion menimbulkan
deposit lemak, air, dan garam pada payudara. Payudara membesar
dan tegang, ujung syaraf tertekan menyebabkan rasa sakit terutama
pada hamil pertama.
e) Sering miksi
Desakan rahim ke depan menyebabkan kandung kemih terasa penuh
dan sering miksi. Pada triwulan kedua, gejala ini sudah menghilang.
f) Konstipasi atau oktopasi
Pengaruh progesteron dapat menghambat peristaltic usus,
menyebabkan kesulitan untuk buang air besar.
g) Ngidam
Wanita hamil sering makan makanan tertentu, karena keinginan yang
demikian disebut dengan ngidam.
h) Pigmentasi kulit
Keluarnya melanophore stimulating hormone dan pengaruh hipofisis
anterior menyebabkan pigmentasi kulit disekitar pipi (Cloasma
6

gravidarum), pada dinding perut (strie livide, strie nugrea, linea alba
makin hitam), serta sekitar payudara (hyperpigmentasi areola
mammae), putting susu semakin menonjol, pembuluh darah menifes
sekitar payudara.
i) Varises atau penampakan pembuluh darah
(Prawirohardjo, 2011).
2) Tanda pasti kehamilan
a) Teraba gerakan janin dalam rahim
b) Terdengar denyut jantung janin
Dapat didengar stetoskop leanec pada minggu ke 17-18. Pada orang
gemuk lebih lambat. Dengan stetoskop ultrasonic (Doppler), denyut
jantung janin dapat didengarkan lebih awal lagi sekitar minggu ke-
12. Auskultasi pada janin dilakukan dengan mengidentifikasikan
bunyi-bunyi yang lain seperti bising usus tali pusat, bising terus, dan
nadi ibu
c) Teraba bagian-bagian janin dan pada pemeriksaan USG terlihat
bagian janin (Manuaba, 2010).
c. Ketidaknyamanan kehamilan trimester I dan cara mengatasinya
Menurut Irianti, Bayu, dkk (2013)
1) Mual dan muntah
a) Melakukan pengaturan pola makan
b) Menghindari stress
c) Meminum air jahe
d) Menghindari meminum kopi / kafein, tembakau dan alcohol
e) Mengkonsumsi vit.B6 1,5 mg/hari

2) Hipersaliva
a) Menyikat gigi
b) Berkumur
c) Menghisap permen yang mengandung mint
7

3) Pusing
a) Istirahat dan tidur serta menghilangkan stress
b) Mengurangi aktivitas dan menghemat energi
c) Kolaborasi dengan dokter kandungan

4) Mudah lelah
a) Melakukan pemeriksaan kadar zat besi
b) Menganjurkan ibu untuk beristirahat siang hari
c) Menganjurkan ibu untuk minum lebih banyak
d) Menganjurkan ibu untuk olahraga ringan
e) Mengkonsumsi makanan seimbang

5) Peningkatan frekuensi berkemih


a) Latihan kegel
b) Menganjurkan ibu untuk buang air kecil secara teratur
c) Menghindari penggunaan pakaian yang ketat

6) Konstipasi
a) Konsumsi makanan berserat
b) Terapi farmakologi berupa laxatif oleh dokter kandungan

7) Heartburn
a) Menghindari makan tengah malam
b) Menghindari makan porsi besar
c) Memposisikan kepala lebih tinggi pada saat telentang
d) Mengunyah permen karet
e) Tidak mengkonsumsi rokok maupun alkohol

d. Gejala dan tanda bahaya selama kehamilan


Menurut Saiffudin (2010), tanda bahaya yang terjadi pada ibu hamil dengan
umur kehamilan lanjut ialah :
8

1) Perdarahan pervaginam
2) Sakit kepala yang hebat dan menetap
3) Gangguan penglihatan
4) Nyeri abdomen
5) Bengkak pada muka dan tangan
6) Janin kurang bergerak seperti biasa

B. Adaptasi perubahan fisik kehamilan


A. Perut dan uterus membesar
Pembesaran dinding abdomen terkait dengan terjadinya pembesaran uterus di
rongga abdomen. Pembesaran ini biasanya dimulai pada usia kehamilan 16
minggu dimana uterus beralih dari organ pelvik jadi organ abdomen.
Pembesaran perut ibu lebih terlihat pada posisi berdiri jika dibandingkan dengan
posisi berbaring. Juga lebih terlihat pada multipara dibandingkan dengan
primigravida akibat kendurnya otot-otot dinding perut.
B. Penambahan berat badan
Sebagian besar penambahan berat badan selama kehamilan disebabkan oleh
uterus dan isinya, payudara, dan peningkatan volume darah serta cairan ekstrasel
ekstravaskular. Sebagian kecil dari peningkatan ini dihasilkan oleh perubahan
metabolik yang menyebabkan peningkatan air sel dan pengendapan lemak dan
protein baru yang disebut dengan cadangan ibu (maternal reserves). Penambahan
berat rerata ibu selama kehamilan adalah 12,55 kg.

a. Hiperpigmentasi
Garis tengah kulit abdomen (linea-alba) mengalami pigmentasi sehingga
warnanya berubah menjadi hitam kecoklatan (linea-nigra). Kadang muncul
bercak kecoklatan irregular dengan berbagai ukuran di wajah dan leher,
menimbulkan kloasma atau melasma gravidarum. Pigmentasi areola dan
kulit genital juga sering terjadi. Perubahan pigmentasi ini biasanya hilang,
atau berkurang secara nyata setelah persalinan. Hanya sedikit yang diketahui
tentang sifat perubahan pigmentasi ini, meskipun melanocyte-stimulating
9

hormone dibuktikan secara meningkatkan secara bermakna sejak akhir bulan


kedua kehamilan hingga aterm. Estrogen dan progesterone juga dilaporkan
memiliki efek merangsang melanosit.

C. Adaptasi psikologis kehamilan


Kehamilan merupakan suatu fase maturasi yang penuh tekanan sekaligus
menjadi kesempatan seorang wanita untuk mempersiapkan tingkatan baru
dalam memberikan asuhan dan tanggung jawab. Pada semua tingkatan usia,
wanita menggunakan masa kehamilan sebagai momen adaptasi pada peran
keibuan, serta menjadi sebuah proses pembelajaran sosial dan kognitif yang
kompleks (Bobak, lowdermik, & Jense, 2012) Nahar. Menurut Merilo (dalam
Bobak , Lowdermik, & Jense, 2012) dalam Nahar menyebutkan bahwa kelas
prenatal dapat membantu seorang ibu hamil untuk beradaptasi positif terhadap
banyaknya tuntutan pesan baru yang akan dihadapi, karena melalui ajang
tersebut seorang ibu hamil dapat membagikan perasaan dan pengalamannya.
1. Ibu merasa tidak sehat dan kadang merasa benci dengan kehamilan nya.
2. Kadang muncul penolakan, kekecewaan, kecemasan dan kesedihan.
Bahkan ibu berharap dirinya tidak hamil.
3. Ibu selalu mencari tanda-tanda apakah ia benar-benar hamil. Hal ini
dilakukan hanya sekedar untuk meyakinkan dirinya.
4. Setiap perubahan yang terjadi dalam dirinya akan selalu mendapat
perhatian dengan seksama.
5. Ketidakstabilan emosi dan suasana hati.
D. Konstipasi
1. Pengertian Konstipasi
Kata konstipasi atau constipation berasal dari bahasa latin constipare yang
berarti bergerombol bersama menyusun menjadi menggumpal padat/keras.
Konstipasi bukanlah merupakan suatu penyakit melainkan suatu gejala, biasanya
penderita mengeluhkan proses mengedan terlalu kuat, tinja yang keras seperti
batu, ketidakmampuan defekasi saat diinginkan dan defekasi yang jarang.
Konstipasi atau sembelit adalah suatu keadaan dimana sekresi dari sisa
10

metabolisme nutrisi tubuh dalam bentuk feces menjadi keras dan menimbulkan
kesulitan saat defekasi (Irianti, 2014).
Konstipasi adalah Suatu keadaan yang ditandai oleh perubahan
konsistensi feses menjadi keras, ukuran besar, penurunan frekuensi atau
kesulitan defekasi. Konstipasi sering ditandai dengan gejala cemas ketika
defekasi oleh karena rasa nyeri saat buang air besar. Konstipasi dapat
menimbulkan stress berat bagi penderita akibat ketidaknyamanan konstipasi jika
tidak segera diatasi dapat terjadi haemoroid (Herawati, 2012).
Hormon kehamilan yang tinggi membuat pergerakan otot pada usus besar
melambat, selain itu, janin yang makin besar akan menekan usus besar sehingga
menganggu aktifitas normalnya. Konstipasi ini juga terjadi karena adanya
penekanan pembuluh darah dibagian bawah tubuh akibat membesarnya rahim
sering dengan bertambahnya usia kehamilan. Tablet zat besi yang diberikan
biasanya menyebabkan masalah konstipasi, selain itu tablet zat besi akan
menyebabkan warna tinja kehitaman.
2. Penyebab Konstipasi pada kehamilan
Menurut Titian (2015) konstipasi yang terjadi pada ibu hamil disebabkan oleh :
a. Meningkatnya hormon progesteron
Hormon progesteron berperan dalam proses relaksasi pada kerja otot halus.
Peningkatan hormon itu, mengakibatkan gerakan atau mobilitas organ
pencernaan menjadi relaks atau lambat. Akibatnya, proses pengosongan
lambung jadi lebih lama dan waktu transit makanan di lambung meningkat.
Selain itu, gerakan peristaltic usus (Pijatan di usus, salah satu aktivitas
mencerna makanan) juga melambat sehingga daya dorong dan kontraksi
usus terhadap sisa-sisa makanan melemah, sehingga, sisa makanan
menumpuk lebih lama di usus dan sulit dikeluarkan.
1) Perut yang membesar
Membesarnya perut ibu hamil, menimbulkan tekanan rahim pada
pembuluh darah balik panggul dan vena cava inferior (pembuluh darah
balik besar di bagian kanan tubuh, yang menerima aliran darah dari
tubuh bagian bawah). Penekanan itu semakin memengaruhi sistem kerja
11

usus halus dan usus besar. Itu sebabnya, konstipasi sering terjadi pada
kehamilan trimester ketiga, saat perut semakin besar.
2) Penekanan rektum
Semakin besarnya perut juga berdampak lanjutan, yaitu rektum (bagian
terbawah usus besar) tertekan. Penekanan tersebut membuat jalannya
feses menjadi tidak lancar, sehingga konstipasi terjadi.
3) Kurang serat
Serat dibutuhkan tubuh untuk sistem pencernaan. Asupan serat
memperlancar kerja pencernaan dalam mengurai makanan, sampai
mengeluarkan feses atau kotoran.
4) Mengonsumsi zat besi
Konsumsi zat besi dosis tinggi, misalnya dari suplemen juga dapat
menyebabkan konstipasi.
5) Tidak olahraga
Olahraga membuat tubuh sehat dan melancarkan proses metabolisme di
dalam tubuh. Berolahraga secara rutin, misalnya jalan kaki atau
berenang, akan merangsang otot-otot perut dan usus, salah satunya,
memicu gerakan peristaltic usus, sehingga mencegah konstipasi.
3. Pathofisiologi
Peningkatan progesteron yang mempengaruhi kerja otot-otot pada tubuh
mengakibatkan melambatnya gerakan peristaltik esofagus, moltilitis usus,
sehingga proses pencernaan melambat. Akibatnya perut merasa cepat kenyang
dan sering menimbulkan mual. Selain itu akibat dari menurunnya moltilitas usus
mengakibatkan pengosongan rektum dan lambung terhambat, mengakibatkan
penyerapan air lebih lama dan tinja menjadi kering sehingga sulit dikeluarkan
dan terjadi konstipasi (Irianti, 2014).
4. Tanda dan Gejala konstipasi pada ibu hamil
Menurut Tumanggor (2014) mengatakan bahwa konstipasi memiliki beberapa
gejala seperti dalam waktu tiga hari mengalami susah buang air besar, feses
lebih keras, saat buang air besar tidak tuntas, perut terasa penuh, kembung dan
terkadang mulas dan harus mengejan kuat saat buang air besar. Mengejan saat
12

buang air besar ini bisa berdampak pada membengkaknya daerah rektum hingga
mengeluarkan darah. Apabila berujung pada ambeien dan wasir akan
berpengaruh pada proses persalinan normal nanti, yakni akan membuat ibu
hamil tidak boleh mengejan terlalu keras saat persalinan.
5. Komplikasi
Jika komplikasi dibiarkan terus menerus dapat menyebabkan timbulnya wasir,
akibat dari terjadinya sembelit (Harsono, 2013). Mengejan saat buang air besar
ini bisa berdampak pada membengkaknya daerah rektum hingga mengeluarkan
darah. Apabila berujung pada ambeien dan wasir akan berpengaruh pada proses
persalinan normal nanti, yakni akan membuat ibu hamil tidak boleh mengejan
terlalu keras saat persalinan (Tumanggor, 2014).
6. Penatalaksanaan
Pada ibu hamil yang mengalami masalah konstipasi akan menimbulkan rasa
ketidaknyamanan pada tubuhnya, sehingga ibu hamil dapat melakukan beberapa
cara, antara lain :
a. Mengonsumsi makanan yang mengandung serat
Serat dapat meningkatkan berat dan ukuran dari feses karena serat menyerap
air, membuatnya lebih lunak sehingga lebih mudah untuk dikeluarkan
melalui anus. Feses yang keras bisa menjadi tanda bahwa anda kurang
mengonsumsi makanan berserat, jika dibiarkan terus-menerus dapat
menimbulkan sembelit (Arinda, 2017).
Menurut Arinda (2017) kecukupan serat pada umumnya berkisar 10 – 25
gram perharinya. Serat berbagi dalam dua bentuk yaitu serat yang larut air
dan serat yang tidak larut air.
1) Serat yang larut air. Jenis serat ini larut dalam air sehingga membentuk
massa seperti gel. Serat larut air terkandung dalam oat, kacang polong,
kacang-kacangan, dan buah-buahan, seperti apel, jeruk, pisang, wortel,
dan lainnya.
2) Serat yang tidak larut air. Jenis serat ini mendukung pergerakan sistem
pencernaan dan meningkatkan massa feses, sehingga serat tidak larut air
bermanfaat untuk mengatasi konstipasi. Serat tidak larut air dapat
13

ditemukan dalam gandum, kacang-kacangan, seperti kacang hijau, serta


sayuran, seperti bayam, kangkung, kembang kol, dan masih banyak lagi.
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan
mengkonsumsi makanan tinggi serat salah satunya pepaya terutama
ketika lambung dalam keadaan penuh. Mengkonsumsi pepaya ketika
lambung terasa penuh dapat merangsang gerak peristaltik usus, jika ibu
sudah mengalami dorongan maka segeralah untuk buang air besar agar
tidak terjadi konstipasi (Walyani, 2015).
b. Memenuhi kebutuhan hidrasi
Makanan yang masuk ke dalam tubuh akan tercerna dengan baik dan bila
ada asupan cairan yang cukup. Bila ibu hamil kurang cairan, maka usus
halus tetap akan bekerja sebagaimana mestinya, namun, cairan dari feses
akan diserap untuk menjaga agar tetap tubuh dalam keadaan cukup cairan
atau hidrasi. Akibatnya, cairan di feses berkurang, feses menjadi keras dan
sulit dikeluarkan. Itu sebabnya, ibu hamil disarankan minum setidaknya 2
liter atau sekitar 8 gelas air putih per hari (Titian, 2015).
Pada penelitian, mengkonsumsi air pada pagi hari setelah bangun tidur
dapat mempercepat terjadinya defekasi karena lambung berada dalam
keadaan kosong pada pagi hari setelah bangun tidur, sehingga dinding
lambung dapat menyerap air dengan cepat untuk kemudian dialirkan ke
kolon (Antikasari, Astikasari, & Natalia, 2016)
c. Melakukan olahraga ringan secara rutin
Menurut Ojieh (2012) aktifitas fisik yang cukup akan memperbaiki
motilitas pencernaan termasuk usus dengan memperpendek waktu transitnya.
Wanita hamil cenderung akan mengurangi aktifitasnya untuk menjaga
kehamilannya. Begitu juga semakin besar kehamilan wanita hamil
cenderung semakin malas beraktifitas karena bobot tubuh yang semakin
berat. Ketegangan psikis seperti stress dari cemas juga merupakan faktor
resiko terjadinya konstipasi.
Aktifitas fisik rutin dipercaya merangsang peristaltik usus untuk bekerja
normal sehingga memperpendek waktu transit di saluran pencernaan dan
14

membantu pengeluaran tinja. Oleh karena itu wanita hamil sebaiknya


melakukan olahraga ringan yang rutin seperti senam hamil dan jalan pagi
(Sembiring, 2015).
d. Posisi defekasi
Posisi defekasi juga mempengaruhi untuk terjadinya konstipasi. Pada
posisi jongkok, sudut antara anus dan rektum akan menjadi lurus akibat
fleksi maksimal dari paha. Ini yang akan memudahkan terjadinya proses
defekasi sehingga tidak memerlukan tenaga mengedan yang kuat. Pada
posisi duduk, sudut antara anus dan rectum menjadi tidak cukup lurus
sehingga membutuhkan tenaga mengedan mengedan yang lebih kuat. Proses
mengedan kuat yang berkelanjutan akan dapat menimbulkan konstipasi dan
hemoroid. Ibu hamil cenderung lebih nyaman defekasi dengan posisi duduk
tetapi dapat berakibat timbulnya konstipasi (Sembiring, 2015).

E. Asuhan Kebidanan pada kehamilan


1. Pengertian Asuhan Kebidanan pada Kehamilan
Asuhan antenatal care adalah suatu program yang terencana berupa observasi,
edukasi, dan penanganan medik pada ibu hamil, untuk memperoleh suatu proses
kehamilan dan persiapan persalinan yang aman dan memuaskan (Elisabeth M.F.
Lalita, 2013).
2. Manfaat Asuhan Kebidanan pada Kehamilan

Menurut (Elisabeth M.F. Lalita, 2013) manfaat antenatal care atau pemeriksaan

kehamilan yaitu bisa memonitoring secara keseluruhan keadaan kesehatan,

kondisi ibu hamil, dan juga janinnya. Dengan pemeriksaan kehamilan kita dapat

mengetahui perkembangan kehamilan, tingkat kesehatan kandungan, kondisi

janin, dan bahkan penyakit atau kelainan pada kandungan yang diharapkan

dapat dilakukan penanganan secara dini.

a. Standar Asuhan Kebidanan pada Kehamilan


15

Menurut Buku Kesehatan Ibu dan Anak 2016, kunjungan antenatal

sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan:

1) 1 kali pada usia kandungan sebelum 3 bulan

2) 1 kali pada usia kandungan sebelum 4-6 bulan

3) 2 kali pada usia kandungan sebelum 7-9 bulan

Secara operasionalnya menurut Midwifery Update 2015 pelayanan antenatal

dengan standar pelayanan, antara lain:

1) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal

dilakukan untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin.

Kenaikan berat badan wanita hamil berbeda-beda, ditentukan

sesuai dengan tinggi badan, berat badan sebelum kehamilan, ukuran bayi

dan plasenta. Metode yang biasa digunakan dalam menentukan kondisi

berat badan dan tinggi badan adalah Indek Masa Tubuh (IMT). Rumus

yang digunakan untuk menghitung IMT adalah IMT = Berat

badan/ Tinggi badan2.

Tabel 2.1 Rekomendasi Penambahan Berat Badan Selama

Kehamilan Berdasarkan IMT (Varney, 2007)

Rekomendasi Penambahan Berat Badan Selama

Kehamilan Berdasarkan Indeks Masa Tubuh

Kategori IMT Rekomen


dasi

(kg)
16

Rendah < 12,5 – 18

19,8

Normal 19,8 11,5 – 16


17

– 26

Tinggi 26 – 7,0 - 11,5

29

Obesitas > 29 <7

Gemeli 16-20,5

Pengukuran tinggi badan pada pertama kali kunjungan

dilakukan untuk adanya faktor risiko pada ibu hamil. Tinggi badan

ibu hamil kurang dari 145 cm meningkatkan risiko untuk

terjadinya CPD (Cephalo Pelvic Disproportion).

2) Ukur tekanan darah

Tekanan darah yang normal 110/80 – 140/90 mmHg, bila melebihi

dari 140/90 mmHg perlu diwaspadai adanya preeklamsia.

(Saifuddin, 2010)

3) Nilai Status Gizi (Ukur lingkaran lengan atas (Ukur lengan atas /

LiLA)

Pengukuran LiLA hanya dilakukan pada kontak pertama oleh

tenaga kesehatan di trimester I untuk skrining ibu hamil berisiko

Kekurangan Energi Kronik (KEK). Kekurangan Energi Kronik

(KEK) disini maksudnya ibu hamil yang mengalami kekurangan

gizi dan telah berlangsung lama (beberapa bulan/tahun) dimana

LiLA kurang dari 23,5 cm. Ibu hamil dengan


18

Kekurangan nergi Kronik (KEK) akan dapat melahirkan bayi berat

lahir rendah (BBLR).

4) Ukur Tinggi Fundus Uteri

Pengukuran tinggi pada setiap kali kunjungan antenatal

dilakukan untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak

dengan umur kehamilan. Jika tinggi fundus tidak sesuai dengan

umur kehamilan, kemungkinan ada gangguan pertumbuhan janin.

Standar pengukuran menggunakan pita pengukur setelah kehamilan

24 minggu.

Tabel 2.2 Tinggi Fundus Uteri

Usia Kehamilan Tinggi Fundus Uteri

12 minggu Teraba di atas simfisis

16 minggu Teraba diantara simpisis pubis

dengan umbilicus

20 minggu 20 cm (± 2cm) pada umbilicus

22- 27 minggu 26 cm (± 2cm)

28 minggu 28 cm (± 2cm) diantara umbilicus

dengan proxesus xipoideus


19

29-35 minggu 32 cm (± 2cm)

36 minggu 36 cm (± 2cm) pada Proxesus

xipoideus

(Saifudin,2009)

Manuaba (2007), berdasarkan rumus Johnson Toshack untuk

menghitung tafsiran berat janin (TBJ) yaitu,

TBJ = [TFU (dalam cm) – N] x 155.

N = 13 (bila kepala belum melewati PAP)

N = 12 (bila kepala berada di atas spina ischiadica)

N = 11 (bila kepala berada di bawah spina ischiadica)

5) Tentukam presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)

Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester

II dan selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini

dimaksudkan untuk mengetahui letak janin. Jika pada trimester III

bagian bawah janin bukan kepala, atau kepala janin belum masuk ke

panggul berarti ada kelainan letak, panggul sempit atau ada masalah

lain.

Palpasi abdomen menggunakan manuver Leopold I-IV:

a) Leopold I : menentukan tinggi fundus uteri dan bagian janin

yang terletak di fundus uteri (dilakukan sejak awal trimester

I)
20

b) Leopold II : menentukan bagian janin pada sisi kiri dan

kanan ibu(dilakukan mulai akhir trimester II)

c) Leopold III : menentukan bagian janin yang terletak di

bagian bawah uterus (dilakukan mulai akhir trimester II)

d) Leopold IV : menentukan berapa jauh masuknya janin ke

pintu atas panggul (dilakukan bila usia kehamilan > 36

minggu)

Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester I dan

selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. DJJ lambat kurang

dari 120 kali/menit atau DJJ cepat lebih dari 160 kali/menit

menunjukan adanya gawat janin. Denyut jantung janin normal 120

– 160 x/menit (Saifudin, 2010)

6) Skrining Status Imunisasi Tetanus Toksoid (TT)

Berikan Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) bila diperlukan

untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum, ibu hamil harus

mendapat imunisasi TT. Pada saat kontak pertama, ibu hamil

diskrining status imunisasi T-nya. Ibu hamil minimal memiliki

status imunisasi T2 agar mendapatkan perlindungan terhadap

infeksi tetanus.

Tabel 2.3 Pemberian imunisasi TT

Pemberian Interval (selang Lama Perlindungan

Imunisasi waktu minimal)


21

TT1 Pada kunjungan -

Antenatal pertama

TT2 4 Minggu setelah 3 Tahun

TT1

TT3 6 Bulan setelah 5 Tahun

TT2

TT4 1 Tahun setelah 10 Tahun

TT3

TT5 1 Tahun setelah 25 Tahun

TT4

(Buku Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak, 2015)

7) Berikan Tablet Tambah Darah (tablet besi)

Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus

mendapat tablet tambah darah (tablet zat besi) dan Asam Folat

minimal 90 tablet selama kehamilan yang diberikan sejak kontak

pertama.

8) Periksa Laboratorium (rutin dan khusus)

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada ibu hamil

adalah pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus. Pemeriksaan

laboratorium rutin adalah pemeriksaan laboratorium yang harus

dilakukan pada setiap ibu hamil yaitu golongan darah, hemoglobin

darah, protein urine, dan pemeriksaan spesifik daerah

endemis/epidemi (malaria, IMS, HIV, dll). Sementara pemeriksaan


22

laboratorium khusus adalah pemeriksaan laboratorium lain yang

dilakukan atas indikasi pada ibu hamil yang melakukan kunjungan

antenatal.

Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada saat antenatal

meliputi :

a) Pemeriksaan golongan darah

Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil tidak

hanya untuk mengetahui jenis golongan darah ibu, melainkan

juga untuk mempersiapkan calon pendonor darah yang

sewaktu-waktu diperlukan apabila terjadi situasi

kegawatdaruratan.

b) Pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb)

Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu hamil

dilakukan minimal sekali pada trimester petama dan sekali

pada trimeste ketiga. Pemeriksaan ini ditunjukan untuk

mengetahui ibu hamil tersebut menderita anemia atau tidak

selama kehamilannya karena kondisi anemia dapat

mempengaruhi proses tumbuh kembang janin dalam

kandungan. Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu hamil

pada trimester kedua dilakukann atas indikasi.

Menurut WHO pada buku Saku Anemia Pada Ibu

hamil, (Tarwoto, 2007) :

Tabel 2.4 Derajat anemia :


23

Hemoglobin Kategori

>11 g/dl Normal

Hb 10 g/dl – 10,9 g/dl Ringan Sekali

Hb 8 g/dl – 9,9 g/dl Ringan

Hb 6 g/dl – 7,9 g/dl Sedang

Hb < 6 g/dl Berat

c) Pemeriksaan protein dalam urine

Pemeriksaan protein dalam urine pada ibu hamil

dilakukan pada trimester kedua dan ketiga atas indikasi.

Pemeriksaan ini ditunjukan untuk mengetahui adanya

proteinuria pada ibu hamil. Proteinuria merupakan salah satu

indikator terjadinya pre-eklamsia pada ibu hamil.

d) Pemeriksaaan kadar gula darah

Ibu hamil yang dicurigai menderita diabetes militus

harus dilakukan pemeriksaan gula darah selama kehamilannya

minimal sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester

kedua, dan sekali pada trimester ketiga.

e) Pemeriksaan tes Sifilis

Pemeriksaan tes sifilis dilakukan di daerah dengan

risiko tinggi dan ibu hamil yang diduga menderita sifilis.

Pemeriksaan sifilis sebaiknya dilakukan sedini mungkin pada


24

kehamilan.

f) Pemeriksaan HIV

Di daerah epidemi HIV meluas dan terkonsetrasi,

tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan wajib

menawarkan tes HIV kepada semua ibu hamil secara inklusif

pada pemeriksaan laboratorium rutin lainnya saat pemeriksaan

antenatal atau menjelang persalinan. Di daerah epidemi HIV

rendah, penawaran tes HIV oleh tenaga kesehatan

diprioritaskan pada ibu hamil dengan IMS dan TB secara

inklusif pada pemeriksaan laboratorium lainnya saat

pemeriksaan antenatal atau menjelang persalinan. Teknik

penawaran ini disebut Provider Initiated Testing Counclling

(PITC) atau tes HIV as Inisiatif Pemberi Pelayanan Kesehatan

dan Konseling (TIPK).

9) Tatalaksana / Penanganan Kasus

Bersadarkan hasil pemeriksaan antenatal diatas dan hasil

pemeriksaan laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan kepada

ibu hamil harus ditangani sesuai dengan standar dan kewenangan

bidan. Kasus-kasus yang tidak dapat ditangani, maka dirujuk

sesuai dengan sistem rujukan.

10) Temu Wicara (Konseling)

Temu wicara (konseling) dilakukan pada setiap kunjungan

antenatal yang meliputi :

a) Kesehatan ibu
25

Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memeriksakan

kehamilannya secra rutin ke tenaga kesehatan dan

menganjurkan ibu hamil agar beristirahat yang cukup selama

kehamilannya (sekitar 9-10 jam per hari) dan tidak bekerja

berat.

b) Perilaku hidup bersih dan sehat

Setiap ibu hamil dianjurkan untuk menjaga kebersihan badan

selama kehamilan misalnya mencuci tangan sebelum makan,

mandi 2 kali sehari dengan menggunakna sabun, menggosok

gigi setelah sarapan dan sebelum tidur serta melakukan olah

raga rutin.

c) Peran suami/ keluarga dalam kehamilan dan perencanaan

persalinan

Setiap ibu hamil mendapatakan dukungan daari keluaraga

terutama suami dalam kehamilan. Suami, keluarga atau

masyarakat perlu menyiapkan biaya persalinan, kebutuhan

bayi, transportasi rujukan dan calon pendonor darah. Hal ini

penting apabila tejadi komplikasi kehamilan, persalinan, dan

nifas agar segera dibawa ke fasilitas kesehatan.

d) Tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas serta

kesiapan meghadapi komplikasi.

Setiap ibu hamil diperkenalkan mengenai tanda-tanada

bahaya baik selama kehamilan, persalinan, dan nifas

mislanya perdaraha pada hamil muda maupun hamil tua,


26

keluar cairan bebau pada jalan lahir saat nifas, dsb. Mengenal

tanda-tanda bahaya ini penting agar ibu hamil segera mencari

pertolongan ke tenaga kesehatan.

e) Asupan gizi seimbang

Selama, hamil ibu dianjurkan untuk mendaatkan asupan

makanan yang cukup dengan pola gizi yang seimbang karena

hal ini penting untuk proses tumbuh kembang janin dan

derajat kesehtan ibu. Misalnya ibu hamil disarankan minum

tablet tambah darah secraa rutin untuk mencegah anemia

pada kehamilannya.

f) Gejala penyakit menular dan tidak menular

Setiap ibu hamil hatus tahu mengenai gejala-gejala penyakit

menular dan penyakit tidak menular karena dapat

mempengaruhin pada kesehatan ibu dan janinnya.

g) Penawaran untuk melakukan tes HIV dan konseling di

daerah Epidemi meluas dan terkonsentrasi atau ibu hamil

dengan IMS dan TB didaerah epidemic rendah.

h) Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan pemberian ASI eksklusif

Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memberikan ASI kepada

bayinya segara setelah bayi lahir karena ASI mengandung

zat kekebalan tubuh yang penting untuk kesehatan bayi.

Pemberian ASI dilanjutkan sampai bayi berusia 6 bulan.

i) KB pasca persalinan Ibu hamil diberikan pengarahan tentang

pentingnya ikut KB setelah persalinan untukl menjarangkan


27

kehamilan dan agar ibu punya waktu merawat kesehatan diri

sendiri, anak, dan keluarga.

j) Imunisasi Setiap ibu hamil harus mempunyai satus (T) yang

masih memberikan perlindungan untuk mencegah ibu dan

bayi mengalami tetanus neonatorum. Setiap ibu hamil

minimal mempunyai status imunisasi T2 agar terlindungi

terhadap infeksi tetanus.

k) Peningkatan kesehatan intelegensia pada kehamilan (Brain

booster) untuk dapat meningkatkan intelegensia bayi yang

akan dilahirkan, ibu hamil dianjurkan untuk memberikan

stimulasi auditori dan pemenuhan nutrisi pengungkit otak

(brain booster) secara bersamaan pada periode kehamilan.

F. Peran bidan dalam kasus konstipasi


Peran bidan dalam mengatasi keluhan konstipasi yang dirasakan Ny.A selama
kehamilan yaitu, dengan memberikan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan dan
mengubah gaya hidup lebih sehat yaitu merubah pola makan dengan makan-makanan yang
berserat, memperbanyak mengonsumsi cairan, dan olahraga ringan.
BAB III

PERKEMBANGAN KASUS

a. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil


1. Kunjungan pertama
Tanggal : 04-11-2020
Waktu, Tempat : 16.00 WIB, PMB Bidan Dinar Lestari
No. Register :-
Pengkaji : Malinda Fadhilah Tujahro

a. Identitas
Klien Suami
Nama : Ny. A Tn. A
Usia : 24 tahun 25 tahun
Agama : Islam Islam
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : Karyawan Swasta Karyawan Swasta
Alamat : Gg H Saalih, Tanah Tinggi RT 002/025 No Tlp
087808782494

b. Data Subjektif
1) Alasan datang: Ibu datang untuk melakukan
kunjungan ulang. Ibu mengatakan susah BAB.
2) Riwayat haid: Ibu mengatakan HPHT nya tanggal 16
september 2020. Biasa lamanya haid 7 hari dengan
siklus 30 hari secara teratur, banyaknya ±3 pembalut
di hari pertama dan kedua dan 2 pembalut di hari
berikutnya tetapi tidak penuh.
3) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu:
Tahun 2020, Hamil ini
29

4) Riwayat keluarga berencana (KB): ( - )


5) Riwayat kesehatan dan penyakit yang sedang diderita: Ibu
tidak pernah mengalami penyakit diabetes, hipertensi, asma,
malaria.
6) Riwayat, kebiasaan dan pola makan sehari-hari: Ibu
makan 2x sehari dengan porsi nasi, sayur, dan lauk
pauk, ibu juga jarang mengkonsumsi buah. Kegiatan
ibu sehari-hari bekerja. Olah raga jarang dilakukan.
7) Kondisi psikososial: Suami dan keluarga mendukung
kehamilan ini.
8) Pengetahuan: Ibu mengetahui dan mampu
menyebutkan tanda bahaya kehamilan dan tanda
bersalin, ibu mengetahui beberapa jenis KB.
9) Riwayat kehamilan ini trimester I :
Trimester 1: Ibu mengaku mual tapi tidak mengalami
hiperemesis gravidarum, mual hanya jika mencium
parfum berbau wangi.

10) P4K :

(a) Persiapan tempat persalinan: Rumah Sakit


(b) Penolong persalinan: Dokter
(c) Biaya : Pribadi
(d) Donor darah: Keluarga
(e) Emergency dan rujukan: -

c. Data Objektif
Pemeriksaan Umum : Keadaan umum baik, kesadaran compos
mentis, keadaan emosional stabil, Tekanan Darah 87/69 mmHg,
nadi 80x/menit, suhu 36,5C, pernafasan 20 x/menit, Berat badan
54 kg.
Pemeriksaan Fisik : Wajah tidak pucat dan tidak ada odema,
konjungtiva merah muda dan sklera tidak ikterik, leher tidak ada
30

pembesaran kelenjar thyroid dan getah bening, payudara simetris


puting susu menonjol, ektremitas : oedema negatif, varices
negative.
Pemeriksaan Obstetri : TFU tidak teraba, Djj belum terdengar
d. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium :
Belum cek lab
2. USG :
Belum ada titik janin

e. Analisa
Ibu : G1P0A0 hamil 7 minggu

Janin : Tunggal, hidup, presentasi kepala

f. Penatalaksanaan

1. Menjelaskan kepada ibu mengenai hasil pemeriksaan yaitu ibu sudah


memasuki usia kehamilan 7 minggu, ibu dan janin dalam keadaan baik dan
sehat. Ibu mengerti mengenai hasil pemeriksaan .
2. Menjelaskan kepada ibu bahwa keluhan yang ibu rasakan seperti sulit BAB,
bisa disebabkan karena kurangnya asupan nutrisi kaya akan serat, ibu
mengetahui penyebab sulit bab dikarenakan kurangnya serat.
3. Menjelaskan kepada ibu bahwa konstipasi yang terjadi pada ibu bisa
disebabkan oleh kurangnya mengkonsumsi makan-makanan yang
berserat,sayur-sayuran dan buah-buahan , Ibu mengetahui penyebab ibu
mengalami konstipasi .
4. Melakukan pendokumentasian, telah dilakukan.
31

2. Kunjungan kedua

7 November 2020 Pukul 10.00 WIB

a. Data Subjektif

Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya, saat ini

tidak ada keluhan. Ibu mengatakan sudah mengkonsumsi

makan makanan yang beserat dan istirahat yang cukup. Ibu

mengatakan tidak ada keluhan terhadap pola BAB maupun

BAK.

b. Data Objektif

Pemeriksaan Umum : Keadaan umum baik, kesadaran

compos mentis, keadaan emosional stabil, Tekanan Darah

100/60 mmHg, nadi 80x/menit, suhu 36,5C, pernafasan 20

x/menit, Berat badan kg.

Pemeriksaan Fisik : wajah tidak pucat dan tidak ada odema,

konjungtiva merah muda dan sklera tidak ikterik, leher tidak

ada pembesaran kelenjar tyroid dan getah bening, payudara

simetris puting susu menonjol, ektremitas : oedema negatif,

varices negative.

Pemeriksaan Obstetri : (-)

c. Analisa

Diagnosa Kebidanan

Ibu : G1P0A0 hamil minggu


32

Janin : Tunggal, hidup, presentasi Kepala.

d. Penatalaksanaan
1) Memberitahu kepada ibu hasil pemeriksaan saat ini, bahwa ibu hamil 7
minggu + 3hari, dan posisi janin yang dikandungnya masih dalam
keadaan baik. ibu senang mendengarnya
2) Memberikan pujian kepada ibu dan suami karena sudah melibatkan anak
pertamanya dalam proses kehamilannya ini. Ibu dan suami senang
3) Memberikan pujian kepada ibu karena sudah mengkonsumsi makan-
makanan yang mengandung serat dan menganjurkan ibu untuk tetap
mempertahankan pola nutrisi yang baik. Ibu mengerti dan akan
melakukan anjuran yang diberikan.
BAB IV

PEMBAHASAN KASUS

Pada BAB ini penulis membandingkan hasil asuhan dengan tinjauan teori
yang ada pada BAB II dan dianalisa faktor pendukung maupun faktor
penghambat sehingga hasil asuhan ada yang sesuai dan ada yang tidak sesuai.

Dari hasil pengkajian yang penulis lakukan Ny.A menginjak usia kehamilan
7 minggu, dengan kondisi kesejahteraan janin dalam keadaan baik . selama
pemberian asuhan kebidanan kehamilan ada Ny.A, Bidan memberikan asuhan
sesuai prosedur Antenatal Care yang dikenal dengan nama “10T”. 10T meliputi
timbang berat badan, tekanan darah diperiksa.

Selain itu, penulis juga telah memberikan edukasi mengenai keluhan yang Ny.A
telah katakan. Berkaitan dengan susah buang air besar atau konstipasi. Yang
dimana konstipasi itu adalah Suatu keadaan yang ditandai oleh perubahan
konsistensi feses menjadi keras, ukuran besar, penurunan frekuensi atau
kesulitan defekasi. Konstipasi sering ditandai dengan gejala cemas ketika
defekasi oleh karena rasa nyeri saat buang air besar.

Konstipasi dapat menimbulkan stress berat bagi penderita akibat


ketidaknyamanan konstipasi jika tidak segera diatasi dapat terjadi haemoroid
(Herawati, 2012). Kemudian penulis juga memberikan asuhan kepada Ny.A
terkait keluhan yang dirasakan nya dengan menganjurkan untuk mengonsumsi
makanan yang mengandung serat, minum air putih yang banyak, olah raga
ringan, perbanyak makan sayuran dan buah-buahan.
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Penulis telah melakukan manajemen “Asuhan Kebidanan Kehamilan pada Ny.A
dengan konstipasi” sejak kehamilan dan pemantauan via daring, maka dapat diberi
kesimpulan :
1. Penulis menjalin hubungan baik kepada ibu sehingga asuhan yang diberikan
berjalan lancar.
2. Pengkajian data dilakukan pertama kali tanggal 04 november 2020. Keadaan
umum baik, dan TTV dalam batas normal, namun ditemukan ibu mengalami
keluhan konstipasi.
3. Asuhan yang direncanakan kemudian sudah dilaksanakan sesuai dengan teori
yang ada.
4. Asuhan kebidanan kehamilan telah didokumentasikan dengan metode SOAP.
5. Penulis melakukan evaluasi pada asuhan yang sudah diberikan kepada Ny.A
selama hamil dan hasilnya berjalan baik.

B. SARAN
Setelah melakukan asuhan kebidanan kehamilan ini, demi peningkatan kualitas
pelayanan kesehatan terutama peningkatan pelayanan kesehatan kepada ibu hamil dan
lebih berorientasi kepada asuhan sayang ibu. Penulis ingin menyampaikan saran sebagai
berikut :
1. Lahan Praktik
Dapat lebih menerapkan asuhan saying ibu dan melakukan asuhan dengan
menyeluruh dan sesuai program dan standar yang ada.
2. Bagi dan Mahasiswa
Diharapkan dapat menerapkan ilmu dan pengetahuan yang didapatkan selama
pendidikan dan melakukan asuhan yang berkesinambungan sesuai standar yang
ada.
35

DAFTAR PUSTAKA

Antikasari, V., Astikasari, N.d., Natalia, S. (2016). Konsumsi cairan dan buah papaya
(carica papaya) mengurangi derajat konstipasi pada ibu hamil trimester III.
Jurnal Midwifery Education Association of Indonesia. (online).
(http://publikasi.stikesstrada.ac.id, diakses tanggal November 2020)

Arinda, V. (2017). Kenapa penting makanan berserat. Hello sehat. (Online).

(https://hellosehat.com/hidup-sehat/nutrisi/kenapa-penting-makan-serat/, diakses
tanggal November 2020).

Harsono, T. (2013). Permasalahan kehamilan yang sering terjadi. Jakarta: Platinum

Herawati, F. 2012. Panduan Terapi Aman Selama Kehamilan. Surabaya : PT. ISFI

Irianti, B. Halida, E.M. Duhita, F. et al. (2014). Asuhan kehamilan berbasis bukti.
Jakarta: Sagung Seto

Kementrian Kesehatan RI. 2015. Buku kesehatan ibu dan anak. Jakarta : Kementrian
Kesehatan RI.

Lalita, Elisabeth M.F.2013. Asuhan Kebidanan kehamilan.: IN MEDIA.

Ojieh, A.E. (2012). Konstipasi pada kehamilan dan efek konsumsi sayuran. Journal of
Medical and Applied Biosciens. Vol.4:1-6

Saifuddin, 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta : PT.Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Sembiring, L.P. (2015). Konstipasi pada kehamilan. Jurnal JIK, (online), vol.9 No.1,
(https://www.researchgate.net/publication/323106867_Konstipasi_pada_kehamil
an, diakses tanggal November 2020)

Titian. (2015). Penyebab konstipasi pada kehamilan, ayah bunda. (Online).

(http://www.ayahbunda.co.id/kehamilan-gizi-kesehatan/penyebab-konstipasi-pada-
kehamilan, diakses tanggal November 2020).

Tumanggor, NA. (2014). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian konstipasi


pada ibu hamil di klinik medina Percut Seituan Kabupaten Deli Serdang tahun
2014. (Online).

(http://repository.usu.ac.id//bitstream/123456789/41747/cover.pdf, diakses tanggal


36

November 2020)

Varney, Helen, dkk. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Volume 1 Edisi 4.
Jakarta:EGC

Walyani, E.S. (2015). Asuhan kebidanan pada kehamilan. Yogyakarta : Pustaka Baru
Yulizawati, et al., 2017. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Padang: Erka

Anda mungkin juga menyukai