Anda di halaman 1dari 42

1

LAPORAN STUDI KASUS


ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN
PADA NY.A DENGAN KONSTIPASI
DI PMB DINAR LESTARI
JAKARTA TIMUR
TAHUN 2020

Disusun Oleh :
MALINDA FADHILAH TUJAHRO
NIM.P3.73.24.2.18.061

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN JAKARTA III
JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2020

1
2

LAPORAN STUDI KASUS


ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN
PADA NY.A DENGAN KONSTIPASI
DI PMB DINAR LESTARI
JAKARTA TIMUR
TAHUN 2020

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah


Praktik Klinik Kebidanan II

Disusun Oleh :
MALINDA FADHILAH TUJAHRO
NIM.P3.73.24.2.18.061

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN JAKARTA III
JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2020
2
LEMBARAN PERSETUJUAN

LAPORAN STUDI KASUS


ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN
PADA NY.A DENGAN KONSTIPASI
DI PMB DINAR LESTARI
JAKARTA TIMUR
TAHUN 2020

Laporan studi kasus ini telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing untuk
dipertahankan dihadapan penguji

Bekasi, 20 November 2020

PEMBIMBING

(Dr. Yudhia Fratidina,SKM, M.Kes)


NIP.197006131994032001
GAMBARAN KASUS
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN JAKARTA III
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
Nama Penulis : Malinda Fadhilah Tujahro
NIM : P3.73.24.2.18.061
Judul : ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN PADA NY.A
DENGAN KONSTIPASI DI PMB DINAR LESTARI
JAKARTA TIMUR TAHUN 2020
Jumlah BAB & Halaman :V+
GAMBARAN KASUS
Proses kehamilan adalah hal fisiologis yang terjadi sepanjang siklus kehidupan
perempuan.
Bidan menjadi salah satu profesi yang dapat membantu setiap ibu hamil dalam
melewati masa-masa ini dengan lembut dan membuat nyaman.
Kasus diambil pada tanggal 2 november 2020 sampai dengan 4 november 2020. Ny.A
umur 24 tahun hamil G1P0A0 dengan konstipasi. Pada tanggal 2 November 2020
dilakukan pengkajian bahwa Ny.A berumur 24 tahun, pekerjaan sebagai karyawan
swasta, pendidikan terakhir SMA, menikah pada tanggal 9 agustus 2020. Dalam
pengkajian tersebut didapatkan bahwa Ny.A merasakan beberapa keluhan termasuk
diantaranya yaitu susah buang air besar atau disebut dengan konstipasi. Kemudian pada
tanggal 4 november 2020 jam 16.00 WIB Ny.A menginformasikan bahwa sore hari
datang ke PMB dengan keluhan susah BAB atau disebut dengan konstipasi. Hasil
pemeriksaan Ny.A G1P0A0 hamil 5 minggu dengan keadaan umum baik, kesadaran
compos mentis, keadaan emosional stabil, tekanan darah 87/69, berat badan 54 kg, tfu
tidak teraba, serta djj belum terdengar.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas laporan ini tanpa suatu halangan
apapun. Laporan yang berjudul “LAPORAN STUDI KASUS ASUHAN
KEBIDANAN KEHAMILAN PADA NY.A DENGAN KONSTIPASI DI PMB
DINAR LESTARI JAKARTA TIMUR TAHUN 2020”.

Laporan ini merupakan laporan studi kasus yang diajukan untuk


memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Praktik Klinik Kebidanan II di PMB
Dinar Lestari Jakarta Timur pada tanggal 26 Oktober 2020 s.d. 20 November
2020.
Dalam menyelesaikan laporan kasus ini penulis banyak sekali
mendapatkan bantuan bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu
pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada yang
terhormat :
1. Ibu Erika Yulita Ichwan, SST., M.Keb selaku Ketua Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Jakarta III;
2. Ibu Hamidah, AM.Keb, S.Pd., M.Kes, selaku Ketua Program Studi DIII
Kebidanan Poltekkes Kemenkes Jakarta III;
3. Dr. Yudhia Fradithina, SKM, M.Kes. selaku Dosen Pembimbing studi
kasus;
4. Ibu Dinar Lestari, Am.Keb selaku pemilik PMB Dinar Lestari;
5. Ny.Azizah dan keluarga selaku pasien studi kasus;
6. Orang tua tercinta Acam Aristiana dan Beti Susilawati yang selalu
memberikan dukungan serta do’a yang sangat tulus;
7. Kakak tersayang Sri Wahyuni yang telah memberikan dukungan,
motivasi, serta sudah membantu dalam banyak hal;
8. Teman – teman andusa mahasiswi DIII Kebidanan Poltekkes Kemenkes
Jakarta III;
iii

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan studi kasus ini masih jauh
dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca sangat diharapkan penulis sebagai penyempurnaan laporan studi kasus
ini. Semoga laporan studi kasus ini dapat memberikan manfaat bagi para
pembaca.

Bekasi, 20 November 2020


Penulis

Malinda Fadhilah Tujahro

iii
iv
DAFTAR ISI

GAMBARAN KASUS..................................................................................................i
KATA PENGANTAR..................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
A. LATAR BELAKANG..........................................................................................1
B. TUJUAN........................................................................................................... 2
1. TUJUAN UMUM.......................................................................................2
2. TUJUAN KHUSUS....................................................................................3
C. WAKTU DAN TEMPAT PENGAMBILAN KASUS.............................................3
BAB II TINJAUAN TEORI..........................................................................................4
A. KEHAMILAN TRIMESTER 1............................................................................4
B. KONSTIPASI..................................................................................................16
C. PERAN BIDAN...............................................................................................20
BAB III PERKEMBANGAN KASUS..........................................................................22
A. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil................................................................22
BAB IV PEMBAHASAN KASUS..............................................................................26
A. PENGKAJIAN.................................................................................................26
B. ANALISA KASUS...........................................................................................27
C. PENATALAKSANAAN KASUS.......................................................................27
BAB V PENUTUP....................................................................................................29
A. KESIMPULAN................................................................................................29
B. SARAN........................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................30
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Di Indonesia lebih dari 2,5 juta penduduk mempunyai keluhan sering konstipasi,
hingga prevelensinya mencapai sekitar 2%. Konstipasi diperkirakan menyebabkan
2,5 juta penderita berkunjung ke dokter setiap tahunnya. Kasus konstipasi yang
diderita wanita hamil sekitar 4 – 30%, ternyata wanita hamil mengeluh kesulitan
buang air besar (Sulistiyowati, 2016).
Kehamilan merupakan suatu proses alamiah dan fisiologis. Selama pertumbuhan
dan perkembangan kehamilan dari bulan ke bulan diperlukan kemampuan seorang
ibu hamil untuk beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada fisik
dan mentalnya. Ketidaknyamanan sering terjadi pada masa kehamilan. Hal ini
terjadi karena adanya perubahan keseimbangan hormonal pada tubuh ibu dan proses
adaptasi tubuh terhadap perubahan itu sendiri. Sikap dan perilaku masyarakat sering
tidak terlihat kondusif untuk mengatasi ketidaknyamanan tersebut. Masih banyak
anggapan bahwa ketidaknyamanan saat hamil hanya peristiwa biasa dan tidak perlu
mendapatkan perhatian yang berlebihan.
Menurut Tumanggor (2014) dalam (Ardhiyanti, 2017), mengatakan bahwa
konstipasi memiliki gejala seperti buang air besar, kembung atau bentuk kotoran
keras atau kecil. Beberapa faktor yang mempengaruhi proses defekasi/buang air
besar antara lain : diet atau pola nutrisi, misalnya asupan serat yang tidak adekuat,
dehidrasi, obat – obatan, penyakit, kurang latihan fisik atau imobilisasi, psikologis
atau kondisi kurang nyaman. Permasalahan yang dihadapi oleh ibu hamil ini karena
peningkatan hormon progesteron yang menyebabkan relaksasi otot sehingga usus
kurang efisien, ditambah oleh penekanan rahim yang membesar didaerah perut,
selain itu konsumsi suplemen zat besi/kalsium yang tidak diserap dengan baik oleh
tubuh.
Vazquez (2010) mengklasifikasikan konstipasi menjadi konstipasi akibat
kelainan struktural dan konstipasi fungsional. Konstipasi pada wanita hamil
umumnya merupakan konstipasi fungsional yang berhubungan dengan gangguan
2

motilitas kolon atau anorectal. Semakin besar kehamilan biasanya wanita hamil
cenderung mengurangi asupan cairan. Komposisi makanan yang cenderung berupa
susu dan daging atau ikan tanpa disertai cukup makanan yang kaya serat akan
memperbesar resiko terjadinya konstipasi. Pemberian suplemen besi ataupun
kalsium selama kehamilan juga dapat menjadi faktor terjadinya konstipasi (Ojieh,
2012).
Dampak yang terjadi pada ibu hamil yang menderita konstipasi dalam jangka
waktu yang lama dapat membuat perut menjadi begah dan menimbulkan komplikasi
antara lain wasir (Harsono, 2013). Kesehatan pencernaan saat hamil memiliki peran
besar terhadap perkembangan janin dan kesehatan tubuh ibu hamil. Karena, pada
saat kehamilan, bayi mendapatkan nutrisi untuk berkembang melalui asupan ibu.
Jika tidak janin akan kurang nutrisi dan menganggu perkembangannya. Sehingga,
diperlukan kesehatan pencernaan yang optimal dari ibu untuk memastikan kesehatan
ibu hamil dan bayi berada dalam kondisi prima (Syam, 2010).
Tindakan penatalaksanaan yang dapat dilakukan adalah dengan aktifitas fisik
yang cukup, mengkonsumsi makanan tinggi serat salah satunya pepaya dan banyak
minum air putih, terutama ketika lambung dalam keadaan penuh. Mengkonsumsi
pepaya ketika lambung terasa penuh dapat merangsang peristaltik usus, jika ibu
sudah mengalami dorongan maka segeralah untuk buang air besar agar tidak terjadi
konstipasi (Walyani, 2015).
Berdasarkan data dan permasalahan diatas, maka penulis tertarik untuk
melakukan pengelolaan kasus pasien dengan masalah konstipasi pada ibu hamil
trimester I yang penulis tuangkan dalam bentuk laporan kasus dengan judul
“Asuhan Kebidanan Kehamilan dengan Konstipasi di PMB Dinar Lestari. Dengan
harapan melalui pengelolaan kasus tersebut penulis sebagai mahasiswa mempunyai
bekal untuk ikut berpartisipasi menyelesaikan masalah yang ada.

B. TUJUAN
Meliputi
1. TUJUAN UMUM
Dapat melaksanakan asuhan kebidanan yang responsif gender pada Ny. A Usia
3

24 tahun G1P0A0 di PMB Dinar Lestari, Kecamatan Ciracas, Kabupaten Jakarta


Timur Tahun 2020.
2. TUJUAN KHUSUS
a. Dapat melakukan pengkajian dan pengumpulan data secara lengkap pada ibu
hamil;
b. Dapat menganalisa masalah dan diagnose kebidanan pada ibu hamil;
c. Dapat menegakkan diagnosa potensial sesuai masalah yang didapatkan pada
ibu hamil;
d. Dapat melakukan tindak segera pada ibu hamil;
e. Dapat merencanakan tindakan pada ibu hamil;
f. Dapat melaksanakan evaluasi pada ibu hamil;
g. Dapat melakukan pendokumentasian dengan metode SOAP pada ibu hamil;

C. WAKTU DAN TEMPAT PENGAMBILAN KASUS


Pengambilan kasus studi kasus dilakukan di PMB Dinar Lestari, Kota Jakarta
Timur dengan menerapkan asuhan
kebidanan yang dimulai tanggal :
1. 02 November 2020 : Anamnesa dan Pengkajian data
2. 04 November 2020 : Pemberian Asuhan
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. KEHAMILAN TRIMESTER 1
1. Definisi Kehamilan
Kehamilan merupakan suatu proses merantai yang berkesinambungan dan
terdiri dari ovulasi pelepasan sel telur, migrasi spermatozoa dan ovum,
konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus,
pembentukan plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi aterm
(Manuaba, 2010).
Kehamilan trimester pertama adalah kehamilan pada masa 0 – 12
minggu. Pada masa trimester ini terdapat 3 periode penting
pertumbuhan bayi di dalam Rahim. Ketiga masa pertumbuhan bayi
tersebut yakni :
a. Masa Germinal, yaitu masa antara minggu ke-0 sampai
minggu ke-3.
b. Masa Embrio, yaitu masa antara minggu ke-3 sampai minggu
ke-8.
c. Masa fetus, yakni masa antara minggu ke-9 sampai minggu ke-
12.

2. Adaptasi Fisiologi Kehamilan Pada Trimester I


a. Vagina dan vulva
Pengaruh hormon estrogen, vagina dan vulva mengalami
peningkatan pembuluh darah sehingga nampak semakin merah
dan kebiruan. Hormon kehamilan mempersiapkan vagina
supaya distensi selama persalinan dengan memproduksi
mukosa vagina yang tebal. Sel-sel vagina yang glikogen terjadi
akibat stimulasi estrogen. Selama masa hamil pH sekresi
vagina menjadi asam. Peningkatan Ph membuat wanita hamil
5

lebih rentang terhadap infeksi vagina, khusunya jamur


(Suryati, 2011 dalam Ajeng Maya, 2014).
b. Serviks Uteri
Pada trimester pertama kehamilan, berkas kolagen menjadi
kurang kuat terbungkus. Hal ini terjadi akibat penurunan
konsentrasi kolagen secara keseluruhan. (Suryati,2011 dalam
Ajeng Maya, 2014)
c. Uterus
Pada minggu pertama kehamilan uterus masih seperti bentuk
aslinya seperti buah avokad, seiring dengan perkembangan
kehamilan, daerah fundus dan korpus akan membulat dan akan
menjadi bentuk sferis pada kehamilan 12 minggu. (Suryati,
2011 dalam Ajeng maya, 2014).
d. Ovarium
Pada permulaan kehamilan masih terdapat korpus luteum
graviditatum berdiameter kira-kira 3 cm, kemudian korpus
mengecil setelah plasenta terbentuk (Marmi, 2011 dalam
Ajeng maya, 2014).
e. Sistem Payudara
Payudara akan membesar dan tegang akibat hormon estrogen
dan progesteron akan tetapi belum mengeluarkan asi. Estrogen
menimbulkan hipertropik sistem salura, sedangkan progesteron
menambah sel-sel pada payudara. (Suryati, 2011 dalam Ajeng
Maya, 2014).
f. Sistem Endokrin
Perubahan besar pada sistem endokrin yang penting terjadi
untuk mempertahankan kehamilan, pertumbuhan normal janin
dan nifas. (Marmi, 2011 dalam Ajeng Maya, 2014).
g. Sistem perkemihan
Pada awal kehamilan kandung kemih tertekan sehingga sering
timbul kencing. Ginjal pada kehamilan bertambah besar
6

panjang bertambah 1-1,5 cm, volume renal meningkat 60ml


dari 10ml pada wanita yang tidak hamil. Protein urine secara
normal disekresikan 200-300 mg/hari maka harus diwaspadai
terjadi komplikasi. (Marmi, 2011 dalam Ajeng Maya, 2014).
h. Sistem pencernaan
Perubahan yang nyata akan terjadi pada hipersalivasi sering
terjadi sebagai kompenisasi dari mual dan muntah yang sering
terjadi pada kehamilan. (Suryati, 2011 dalam Ajeng Maya,
2014).

3. Adaptasi Psikologis Pada Trimester I

Kehamilan merupakan suatu fase maturasi yang penuh tekanan


sekaligus menjadi kesempatan seorang wanita untuk
mempersiapkan tingkatan baru dalam memberikan asuhan dan
tanggung jawab. Pada semua tingkatan usia, wanita menggunakan
masa kehamilan sebagai momen adaptasi pada peran keibuan,
serta menjadi sebuah proses pembelajaran sosial dan kognitif yang
kompleks (Bobak, lowdermik, & Jense, 2012) Nahar. Menurut
Merilo (dalam Bobak , Lowdermik, & Jense, 2012) dalam Nahar
menyebutkan bahwa kelas prenatal dapat membantu seorang ibu
hamil untuk beradaptasi positif terhadap banyaknya tuntutan pesan
baru yang akan dihadapi, karena melalui ajang tersebut seorang
ibu hamil dapat membagikan perasaan dan pengalamannya.
a. Ibu merasa tidak sehat dan kadang merasa benci dengan
kehamilan nya.
b. Kadang muncul penolakan, kekecewaan, kecemasan dan
kesedihan. Bahkan ibu berharap dirinya tidak hamil.
c. Ibu selalu mencari tanda-tanda apakah ia benar-benar hamil.
Hal ini dilakukan hanya sekedar untuk meyakinkan dirinya.
d. Setiap perubahan yang terjadi dalam dirinya akan selalu
mendapat perhatian dengan seksama.
7

e. Ketidakstabilan emosi dan suasana hati.


4. Asuhan Antenatal Care
a. Pengertian Asuhan Kebidanan pada Kehamilan
Asuhan antenatal care adalah suatu program yang
terencana berupa observasi, edukasi, dan penanganan medik
pada ibu hamil, untuk memperoleh suatu proses kehamilan dan
persiapan persalinan yang aman dan memuaskan (Elisabeth
M.F. Lalita, 2013).
b. Manfaat Asuhan Kebidanan pada Kehamilan

Menurut (Elisabeth M.F. Lalita, 2013) manfaat antenatal care

atau pemeriksaan kehamilan yaitu bisa memonitoring secara

keseluruhan keadaan kesehatan, kondisi ibu hamil, dan juga janinnya.

Dengan pemeriksaan kehamilan kita dapat mengetahui perkembangan

kehamilan, tingkat kesehatan kandungan, kondisi janin, dan bahkan

penyakit atau kelainan pada kandungan yang diharapkan dapat

dilakukan penanganan secara dini.

c. Standar Asuhan Kebidanan pada Kehamilan

Menurut Buku Kesehatan Ibu dan Anak 2016, kunjungan antenatal

sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan:

a) 1 kali pada usia kandungan sebelum 3 bulan


b) 1 kali pada usia kandungan sebelum 4-6 bulan
c) 2 kali pada usia kandungan sebelum 7-9 bulan

Secara operasionalnya menurut Midwifery Update 2015 pelayanan

antenatal dengan standar pelayanan, antara lain:

1) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal


8

dilakukan untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin.

Kenaikan berat badan wanita hamil berbeda-beda, ditentukan

sesuai dengan tinggi badan, berat badan sebelum kehamilan, ukuran

bayi dan plasenta. Metode yang biasa digunakan dalam menentukan

kondisi berat badan dan tinggi badan adalah Indek Masa Tubuh

(IMT). Rumus yang digunakan untuk menghitung IMT adalah

IMT = Berat badan/ Tinggi badan2. Pengukuran tinggi badan pada

pertama kali kunjungan dilakukan untuk adanya faktor risiko pada

ibu hamil. Tinggi badan ibu hamil kurang dari 145 cm

meningkatkan risiko untuk terjadinya CPD (Cephalo Pelvic

Disproportion).

2) Ukur tekanan darah

Tekanan darah yang normal 110/80 – 140/90 mmHg, bila melebihi

dari 140/90 mmHg perlu diwaspadai adanya preeklamsia.

(Saifuddin, 2010)

3) Nilai Status Gizi (Ukur lingkaran lengan atas (Ukur

lengan atas / LILA)

Pengukuran LILA hanya dilakukan pada kontak pertama oleh

tenaga kesehatan di trimester I untuk skrining ibu hamil berisiko

Kekurangan Energi Kronik (KEK). Kekurangan Energi Kronik

(KEK) disini maksudnya ibu hamil yang mengalami kekurangan

gizi dan telah berlangsung lama (beberapa bulan/tahun) dimana

LiLA kurang dari 23,5 cm. Ibu hamil dengan


9

Kekurangan nergi Kronik (KEK) akan dapat melahirkan bayi berat

lahir rendah (BBLR).

4) Ukur Tinggi Fundus Uteri

Pengukuran tinggi pada setiap kali kunjungan antenatal

dilakukan untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak

dengan umur kehamilan. Jika tinggi fundus tidak sesuai dengan

umur kehamilan, kemungkinan ada gangguan pertumbuhan janin.

Standar pengukuran menggunakan pita pengukur setelah kehamilan

24 minggu.

5) Tentukam presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)

Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II

dan selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini

dimaksudkan untuk mengetahui letak janin. Jika pada trimester III

bagian bawah janin bukan kepala, atau kepala janin belum masuk

ke panggul berarti ada kelainan letak, panggul sempit atau ada

masalah lain.

Palpasi abdomen menggunakan manuver Leopold I-IV:

a) Leopold I : menentukan tinggi fundus uteri dan bagian janin

yang terletak di fundus uteri (dilakukan sejak awal trimester I)

b) Leopold II : menentukan bagian janin pada sisi kiri dan kanan

ibu (dilakukan mulai akhir trimester II)

c) Leopold III : menentukan bagian janin yang terletak di bagian


10

bawah uterus (dilakukan mulai akhir trimester II)

d) Leopold IV : menentukan berapa jauh masuknya

janin ke pintu atas panggul (dilakukan bila usia

kehamilan > 36 minggu)

Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester I dan

selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. DJJ lambat kurang

dari 120 kali/menit atau DJJ cepat lebih dari 160 kali/menit

menunjukan adanya gawat janin. Denyut jantung janin normal

120 – 160 x/menit (Saifudin, 2010)

6) Skrining Status Imunisasi Tetanus Toksoid (TT)

Berikan Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) bila diperlukan untuk

mencegah terjadinya tetanus neonatorum, ibu hamil harus mendapat

imunisasi TT. Pada saat kontak pertama, ibu hamil diskrining status

imunisasi T-nya. Ibu hamil minimal memiliki status imunisasi T2

agar mendapatkan perlindungan terhadap infeksi tetanus. Dalam

buku pelayanan kesehatan ibu dan anak, 2015 interval dalam

memberikan imunisasi TT pada ibu hamil, yaitu TT1 pada

kehamilan pertama kunjungan ANC pertama, TT2 4 minggu

kemudian setelah TT1 lama perlindungan selama 3 tahun, TT3 6

bulan setelah TT2 lama perlindungan selama 5 tahun, dilanjutkan

TT4 1 tahun setelah TT 3 lama perlindungan selama 10 tahun dan

TT5 1 tahun setelah TT4 lama perindungan selama 25 tahun.

7) Berikan Tablet Tambah Darah (tablet besi)


11

Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus

mendapat tablet tambah darah (tablet zat besi) dan Asam Folat

minimal 90 tablet selama kehamilan yang diberikan sejak kontak

pertama.

8) Periksa Laboratorium (rutin dan khusus)

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada ibu hamil adalah

pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus. Pemeriksaan

laboratorium rutin adalah pemeriksaan laboratorium yang harus

dilakukan pada setiap ibu hamil yaitu golongan darah, hemoglobin

darah, protein urine, dan pemeriksaan spesifik daerah

endemis/epidemi (malaria, IMS, HIV, dll). Sementara pemeriksaan

laboratorium khusus adalah pemeriksaan laboratorium lain yang

dilakukan atas indikasi pada ibu hamil yang melakukan kunjungan

antenatal.

Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada saat antenatal

meliputi :

a) Pemeriksaan golongan darah

Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil tidak hanya

untuk mengetahui jenis golongan darah ibu, melainkan juga

untuk mempersiapkan calon pendonor darah yang sewaktu-

waktu diperlukan apabila terjadi situasi kegawatdaruratan.

b) Pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb)

Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu hamil dilakukan


12

minimal sekali pada trimester petama dan sekali pada trimester

ketiga. Pemeriksaan ini ditunjukan untuk mengetahui ibu hamil

tersebut menderita anemia atau tidak selama kehamilannya

karena kondisi anemia dapat mempengaruhi proses tumbuh

kembang janin dalam kandungan. Pemeriksaan kadar

hemoglobin darah ibu hamil pada trimester kedua dilakukann

atas indikasi.

c) Pemeriksaan protein dalam urine

Pemeriksaan protein dalam urine pada ibu hamil dilakukan

pada trimester kedua dan ketiga atas indikasi. Pemeriksaan ini

ditunjukan untuk mengetahui adanya proteinuria pada ibu

hamil. Proteinuria merupakan salah satu indikator terjadinya

pre-eklamsia pada ibu hamil.

d) Pemeriksaaan kadar gula darah

Ibu hamil yang dicurigai menderita diabetes militus harus

dilakukan pemeriksaan gula darah selama kehamilannya

minimal sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester

kedua, dan sekali pada trimester ketiga.

e) Pemeriksaan tes Sifilis

Pemeriksaan tes sifilis dilakukan di daerah dengan risiko

tinggi dan ibu hamil yang diduga menderita sifilis. Pemeriksaan

sifilis sebaiknya dilakukan sedini mungkin pada kehamilan.

f) Pemeriksaan HIV
13

Di daerah epidemi HIV meluas dan terkonsetrasi, tenaga

kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan wajib menawarkan

tes HIV kepada semua ibu hamil secara inklusif pada

pemeriksaan laboratorium rutin lainnya saat pemeriksaan

antenatal atau menjelang persalinan. Di daerah epidemi HIV

rendah, penawaran tes HIV oleh tenaga kesehatan diprioritaskan

pada ibu hamil dengan IMS dan TB secara inklusif pada

pemeriksaan laboratorium lainnya saat pemeriksaan antenatal

atau menjelang persalinan. Teknik penawaran ini disebut

Provider Initiated Testing Counclling (PITC) atau tes HIV as

Inisiatif Pemberi Pelayanan Kesehatan dan Konseling (TIPK).

9) Tatalaksana / Penanganan Kasus

Bersadarkan hasil pemeriksaan antenatal diatas dan hasil

pemeriksaan laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan kepada

ibu hamil harus ditangani sesuai dengan standar dan kewenangan

bidan. Kasus-kasus yang tidak dapat ditangani, maka dirujuk sesuai

dengan sistem rujukan.

10) Temu Wicara (Konseling)

Temu wicara (konseling) dilakukan pada setiap kunjungan antenatal

yang meliputi :

a) Kesehatan ibu

Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memeriksakan


14

kehamilannya secra rutin ke tenaga kesehatan dan

menganjurkan ibu hamil agar beristirahat yang cukup selama

kehamilannya (sekitar 9-10 jam per hari) dan tidak bekerja

berat.

b) Perilaku hidup bersih dan sehat

Setiap ibu hamil dianjurkan untuk menjaga kebersihan badan

selama kehamilan misalnya mencuci tangan sebelum makan,

mandi 2 kali sehari dengan menggunakna sabun, menggosok

gigi setelah sarapan dan sebelum tidur serta melakukan olah

raga rutin.

c) Peran suami/ keluarga dalam kehamilan dan perencanaan

persalinan

Setiap ibu hamil mendapatakan dukungan dari keluarga

terutama suami dalam kehamilan. Suami, keluarga atau

masyarakat perlu menyiapkan biaya persalinan, kebutuhan

bayi, transportasi rujukan dan calon pendonor darah. Hal ini

penting apabila tejadi komplikasi kehamilan, persalinan, dan

nifas agar segera dibawa ke fasilitas kesehatan.

d) Tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas serta

kesiapan meghadapi komplikasi.

Setiap ibu hamil diperkenalkan mengenai tanda-tanada bahaya

baik selama kehamilan, persalinan, dan nifas mislanya

perdarahan pada hamil muda maupun hamil tua, keluar cairan


15

bebau pada jalan lahir saat nifas, dsb. Mengenal tanda-tanda

bahaya ini penting agar ibu hamil segera mencari pertolongan

ke tenaga kesehatan.

e) Asupan gizi seimbang

Selama, hamil ibu dianjurkan untuk mendapatkan asupan

makanan yang cukup dengan pola gizi yang seimbang karena

hal ini penting untuk proses tumbuh kembang janin dan derajat

kesehtan ibu. Misalnya ibu hamil disarankan minum tablet

tambah darah secraa rutin untuk mencegah anemia pada

kehamilannya.

f) Gejala penyakit menular dan tidak menular

Setiap ibu hamil hatus tahu mengenai gejala-gejala penyakit

menular dan penyakit tidak menular karena dapat

mempengaruhin pada kesehatan ibu dan janinnya.

g) Penawaran untuk melakukan tes HIV dan konseling di daerah

Epidemi meluas dan terkonsentrasi atau ibu hamil dengan IMS

dan TB didaerah epidemic rendah.

h) Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan pemberian ASI eksklusif

Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memberikan ASI kepada

bayinya segara setelah bayi lahir karena ASI mengandung zat

kekebalan tubuh yang penting untuk kesehatan bayi.

Pemberian ASI dilanjutkan sampai bayi berusia 6 bulan.

i) KB pasca persalinan Ibu hamil diberikan pengarahan tentang


16

pentingnya ikut KB setelah persalinan untukl menjarangkan

kehamilan dan agar ibu punya waktu merawat kesehatan diri

sendiri, anak, dan keluarga.

j) Imunisasi Setiap ibu hamil harus mempunyai satus (T) yang

masih memberikan perlindungan untuk mencegah ibu dan bayi

mengalami tetanus neonatorum. Setiap ibu hamil minimal

mempunyai status imunisasi T2 agar terlindungi terhadap

infeksi tetanus.

k) Peningkatan kesehatan intelegensia pada kehamilan (Brain

booster) untuk dapat meningkatkan intelegensia bayi yang akan

dilahirkan, ibu hamil dianjurkan untuk memberikan stimulasi

auditori dan pemenuhan nutrisi pengungkit otak (brain booster)

secara bersamaan pada periode kehamilan.

B. KONSTIPASI
1. Pengertian Konstipasi
Kata konstipasi atau constipation berasal dari bahasa latin
constipare yang berarti bergerombol bersama menyusun menjadi
menggumpal padat/keras. Konstipasi bukanlah merupakan suatu
penyakit melainkan suatu gejala, biasanya penderita mengeluhkan
proses mengedan terlalu kuat, tinja yang keras seperti batu,
ketidakmampuan defekasi saat diinginkan dan defekasi yang
jarang. Konstipasi atau sembelit adalah suatu keadaan dimana
sekresi dari sisa metabolisme nutrisi tubuh dalam bentuk feces
menjadi keras dan menimbulkan kesulitan saat defekasi (Irianti,
2014).
17

Konstipasi adalah Suatu keadaan yang ditandai oleh


perubahan konsistensi feses menjadi keras, ukuran besar,
penurunan frekuensi atau kesulitan defekasi. Konstipasi sering
ditandai dengan gejala cemas ketika defekasi oleh karena rasa
nyeri saat buang air besar. Konstipasi dapat menimbulkan stress
berat bagi penderita akibat ketidaknyamanan konstipasi jika tidak
segera diatasi dapat terjadi haemoroid (Herawati, 2012).
Hormon kehamilan yang tinggi membuat pergerakan otot
pada usus besar melambat, selain itu, janin yang makin besar akan
menekan usus besar sehingga menganggu aktifitas normalnya.
Konstipasi ini juga terjadi karena adanya penekanan pembuluh
darah dibagian bawah tubuh akibat membesarnya rahim sering
dengan bertambahnya usia kehamilan. Tablet zat besi yang
diberikan biasanya menyebabkan masalah konstipasi, selain itu
tablet zat besi akan menyebabkan warna tinja kehitaman.
2. Penyebab Konstipasi pada kehamilan
Menurut Titian (2015) konstipasi yang terjadi pada ibu hamil
disebabkan oleh :
a. Meningkatnya hormon progesteron
Hormon progesteron berperan dalam proses relaksasi pada
kerja otot halus. Peningkatan hormon itu, mengakibatkan
gerakan atau mobilitas organ pencernaan menjadi relaks atau
lambat. Akibatnya, proses pengosongan lambung jadi lebih
lama dan waktu transit makanan di lambung meningkat. Selain
itu, gerakan peristaltic usus (Pijatan di usus, salah satu
aktivitas mencerna makanan) juga melambat sehingga daya
dorong dan kontraksi usus terhadap sisa-sisa makanan
melemah, sehingga, sisa makanan menumpuk lebih lama di
usus dan sulit dikeluarkan.
b. Perut yang membesar
Membesarnya perut ibu hamil, menimbulkan tekanan rahim
18

pada pembuluh darah balik panggul dan vena cava inferior


(pembuluh darah balik besar di bagian kanan tubuh, yang
menerima aliran darah dari tubuh bagian bawah). Penekanan
itu semakin memengaruhi sistem kerja usus halus dan usus
besar. Itu sebabnya, konstipasi sering terjadi pada kehamilan
trimester ketiga, saat perut semakin besar.
c. Penekanan rektum
Semakin besarnya perut juga berdampak lanjutan, yaitu rektum
(bagian terbawah usus besar) tertekan. Penekanan tersebut
membuat jalannya feses menjadi tidak lancar, sehingga
konstipasi terjadi.
d. Kurang serat
Serat dibutuhkan tubuh untuk sistem pencernaan. Asupan serat
memperlancar kerja pencernaan dalam mengurai makanan,
sampai mengeluarkan feses atau kotoran.
e. Mengonsumsi zat besi
Konsumsi zat besi dosis tinggi, misalnya dari suplemen juga
dapat menyebabkan konstipasi.
f. Tidak olahraga
Olahraga membuat tubuh sehat dan melancarkan proses
metabolisme di dalam tubuh. Berolahraga secara rutin, misalnya
jalan kaki atau berenang, akan merangsang otot-otot perut dan
usus, salah satunya, memicu gerakan peristaltic usus, sehingga
mencegah konstipasi.
3. Pathofisiologi
Peningkatan progesteron yang mempengaruhi kerja otot-otot
pada tubuh mengakibatkan melambatnya gerakan peristaltik
esofagus, moltilitis usus, sehingga proses pencernaan melambat.
Akibatnya perut merasa cepat kenyang dan sering menimbulkan
mual. Selain itu akibat dari menurunnya moltilitas usus
mengakibatkan pengosongan rektum dan lambung terhambat,
19

mengakibatkan penyerapan air lebih lama dan tinja menjadi kering


sehingga sulit dikeluarkan dan terjadi konstipasi (Irianti, 2014).
4. Tanda dan Gejala konstipasi pada ibu hamil
Menurut Tumanggor (2014) mengatakan bahwa konstipasi
memiliki beberapa gejala seperti dalam waktu tiga hari mengalami
susah buang air besar, feses lebih keras, saat buang air besar tidak
tuntas, perut terasa penuh, kembung dan terkadang mulas dan
harus mengejan kuat saat buang air besar. Mengejan saat buang air
besar ini bisa berdampak pada membengkaknya daerah rektum
hingga mengeluarkan darah. Apabila berujung pada ambeien dan
wasir akan berpengaruh pada proses persalinan normal nanti,
yakni akan membuat ibu hamil tidak boleh mengejan terlalu keras
saat persalinan.
5. Komplikasi
Jika komplikasi dibiarkan terus menerus dapat menyebabkan
timbulnya wasir, akibat dari terjadinya sembelit (Harsono, 2013).
Mengejan saat buang air besar ini bisa berdampak pada
membengkaknya daerah rektum hingga mengeluarkan darah.
Apabila berujung pada ambeien dan wasir akan berpengaruh pada
proses persalinan normal nanti, yakni akan membuat ibu hamil
tidak boleh mengejan terlalu keras saat persalinan (Tumanggor,
2014).
6. Penatalaksanaan
Pada ibu hamil yang mengalami masalah konstipasi akan
menimbulkan rasa ketidaknyamanan pada tubuhnya, sehingga ibu
hamil dapat melakukan beberapa cara, antara lain :
a. Mengonsumsi makanan yang mengandung serat
Serat dapat meningkatkan berat dan ukuran dari feses karena
serat menyerap air, membuatnya lebih lunak sehingga lebih
mudah untuk dikeluarkan melalui anus. Feses yang keras bisa
menjadi tanda bahwa anda kurang mengonsumsi makanan
20

berserat, jika dibiarkan terus-menerus dapat menimbulkan


sembelit (Arinda, 2017).
Menurut Arinda (2017) kecukupan serat pada umumnya
berkisar 10 – 25 gram perharinya. Serat berbagi dalam dua
bentuk yaitu serat yang larut air dan serat yang tidak larut air.
1) Serat yang larut air. Jenis serat ini larut dalam air sehingga
membentuk massa seperti gel. Serat larut air terkandung
dalam oat, kacang polong, kacang-kacangan, dan buah-
buahan, seperti apel, jeruk, pisang, wortel, dan lainnya.
2) Serat yang tidak larut air. Jenis serat ini mendukung
pergerakan sistem pencernaan dan meningkatkan massa
feses, sehingga serat tidak larut air bermanfaat untuk
mengatasi konstipasi. Serat tidak larut air dapat ditemukan
dalam gandum, kacang-kacangan, seperti kacang hijau,
serta sayuran, seperti bayam, kangkung, kembang kol, dan
masih banyak lagi.
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan
mengkonsumsi makanan tinggi serat salah satunya pepaya
terutama ketika lambung dalam keadaan penuh.
Mengkonsumsi pepaya ketika lambung terasa penuh dapat
merangsang gerak peristaltik usus, jika ibu sudah mengalami
dorongan maka segeralah untuk buang air besar agar tidak
terjadi konstipasi (Walyani, 2015).
b. Memenuhi kebutuhan hidrasi
Makanan yang masuk ke dalam tubuh akan tercerna dengan
baik dan bila ada asupan cairan yang cukup. Bila ibu hamil
kurang cairan, maka usus halus tetap akan bekerja
sebagaimana mestinya, namun, cairan dari feses akan diserap
untuk menjaga agar tetap tubuh dalam keadaan cukup cairan
atau hidrasi. Akibatnya, cairan di feses berkurang, feses
menjadi keras dan sulit dikeluarkan. Itu sebabnya, ibu hamil
21

disarankan minum setidaknya 2 liter atau sekitar 8 gelas air


putih per hari (Titian, 2015).
Pada penelitian, mengkonsumsi air pada pagi hari setelah
bangun tidur dapat mempercepat terjadinya defekasi karena
lambung berada dalam keadaan kosong pada pagi hari setelah
bangun tidur, sehingga dinding lambung dapat menyerap air
dengan cepat untuk kemudian dialirkan ke kolon (Antikasari,
Astikasari, & Natalia, 2016).
c. Melakukan olahraga ringan secara rutin
Menurut Ojieh (2012) aktifitas fisik yang cukup akan
memperbaiki motilitas pencernaan termasuk usus dengan
memperpendek waktu transitnya. Wanita hamil cenderung
akan mengurangi aktifitasnya untuk menjaga kehamilannya.
Begitu juga semakin besar kehamilan wanita hamil cenderung
semakin malas beraktifitas karena bobot tubuh yang semakin
berat. Ketegangan psikis seperti stress dari cemas juga
merupakan faktor resiko terjadinya konstipasi.
Aktifitas fisik rutin dipercaya merangsang peristaltik usus
untuk bekerja normal sehingga memperpendek waktu transit di
saluran pencernaan dan membantu pengeluaran tinja. Oleh
karena itu wanita hamil sebaiknya melakukan olahraga ringan
yang rutin seperti senam hamil dan jalan pagi (Sembiring,
2015).
d. Posisi defekasi
Posisi defekasi juga mempengaruhi untuk terjadinya
konstipasi. Pada posisi jongkok, sudut antara anus dan rektum
akan menjadi lurus akibat fleksi maksimal dari paha. Ini yang
akan memudahkan terjadinya proses defekasi sehingga tidak
memerlukan tenaga mengedan yang kuat. Pada posisi duduk,
sudut antara anus dan rectum menjadi tidak cukup lurus
sehingga membutuhkan tenaga mengedan mengedan yang
22

lebih kuat. Proses mengedan kuat yang berkelanjutan akan


dapat menimbulkan konstipasi dan hemoroid. Ibu hamil
cenderung lebih nyaman defekasi dengan posisi duduk tetapi
dapat berakibat timbulnya konstipasi (Sembiring, 2015).

C. PERAN BIDAN
1. Care Provider (Pemberi asuhan kebidanan)
Bidan diharapkan memiliki kemampuan dalam memberikan
asuhan kebidanan secara efektif, aman, menyeluruh dengan
memperhatikan berbagai aspek berdasarkan standar praktek
kebidanan dank ode etik profesi.
2. Comumunicator (Komunikator)
Bidan diharapkan memiliki kemampuan berkomunikasi secara
efektif, dan mudah dipahami dengan perempuan, keluarga,
masyarakat, sejawat dan profesi lain guna meningkatkan derajat
kesehatan ibu dan anak.
3. Decision Maker ( Pengambil keputusan dalam asuhan kebidanan)
Bidan diharapkan mampu mengambil keputusan dan tindakan
segera tehadap permasalahan terhadap individu, keluarga, maupun
masyarakat dengan mempertimbangkan segala aspek dan ilmu
yang dimiliki.
23
BAB III
PERKEMBANGAN KASUS
A. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil
1. Kunjungan pertama
Tanggal : 04-11-2020
Waktu : 16.00 WIB
Pengkaji : Malinda Fadhilah Tujahro

a. Identitas
Klien Suami
Nama : Ny. A Nama : Tn. A
Usia : 24 tahun Usia : 25 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Karyawan Swasta Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat : Gg H Saalih, Tanah Tinggi RT 002/025
No. Telp : 087808782494

b. Data Subjektif
1) Keluhan utama: Ibu mengatakan susah buang air besar.
2) Riwayat Haid: Ibu mengatakan HPHT nya tanggal 16 september 2020.
Biasanya lama haid ibu 7 hari dengan siklus 30 hari secara teratur,
banyaknya ±3 pembalut pada hari pertama dan kedua, dan 2 pembalut pada
hari selanjutnya. Ibu mengatakan tidak ada keluhan saat haid.
3) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu:
Tahun 2020, hamil ini.
4) Riwayat keluarga berencana : (-)
5) Riwayat kesehatan dan penyakit yang sedang diderita: ibu tidak pernah
mengalami penyakit diabetes, hipertensi, asma, malaria.
25

6) Riwayat, kebiasaan dan pola makan sehari-hari: Ibu makan 2x sehari dengan
porsi nasi, sayur, dan lauk pauk, ibu juga jarang mengonsumsi buah.
Kegiatan ibu sehari-hari bekerja. Ola raga jarang dilakukan.
7) Kondisi psikososial: suami dan keluarga mendukung kehamilan ini. Ibu
berharap anak yang dikandungnya lahir secara sehat.
8) Riwayat kehamilan ini trimester I, II:
(a) Trimester I: Ibu tidak memiliki keluhan dan masalah pada kehamilan
ini, pada trimester I, ibu tidak dilakukan imunisasi TT karena sudah
lengkap.

c. Data Objektif
Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, keadaan emosional
stabil, Tekanan Darah 87/69 mmHg, nadi 80x/menit, suhu 36,5C,
pernafasan 20 x/menit, Berat badan 54 kg. Pemeriksaan Fisik yaitu
Wajah tidak pucat dan tidak ada odema, konjungtiva merah muda
dan sklera tidak ikterik, leher tidak ada pembesaran kelenjar
thyroid dan getah bening, payudara simetris puting susu menonjol,
ektremitas : oedema negatif, varices negative. Palpasi abdomen :
d. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium :
Belum cek lab
2. USG : (-)

e. Analisa
Ibu : G1P0A0 hamil 5 minggu

Janin : Tunggal, hidup


f. Penatalaksanaan

1) Memberitahu hasil pemeriksaan pada ibu bahwa ibu dan janinnya dalam
keadaan sehat, namun tekanan darah ibu rendah yaitu 87/69 mmHg. Ibu
mengerti
26

2) Menganjurkan ibu untuk meningkatkan tekanan darah dengan cara istirahat


yang cukup, minum air putih yang cukup, makan buah-buahan dan sayuran
hijau. Ibu mengerti dan bersedia melakukan anjuran.
3) Menjelaskan kepada ibu bahwa keluhan yang ibu rasakan seperti sulit BAB,
bisa disebabkan karena kurangnya asupan nutrisi kaya akan serat, ibu
mengetahui penyebab sulit bab dikarenakan kurangnya serat.
4) Menjelaskan kepada ibu bahwa konstipasi yang terjadi pada ibu bisa
disebabkan oleh kurangnya mengkonsumsi makan-makanan yang
berserat,sayur-sayuran dan buah-buahan , Ibu mengetahui penyebab ibu
mengalami konstipasi .
5) Melakukan pendokumentasian, telah dilakukan.
27

2. Kunjungan kedua
Dilakukan secara daring melalui aplikasi Whatsapp.

13 November 2020 Pukul 09.18 WIB

a. Data Subjektif
Ny.A mengatakan tidak merasakan keluhan apapun. Ibu mengatakan sudah
mengkonsumsi makan makanan yang beserat dan istirahat yang cukup. Ibu
mengatakan tidak ada keluhan terhadap pola BAB maupun BAK.
b. Data Objektif
Tidak dilakukan
c. Analisa

Ibu : G1P0A0 hamil 6 minggu


Janin : Tunggal, hidup

d. Penatalaksanaan
1) Memberitahu kepada ibu bahwa kondisi ibu dalam keadaan baik. Ibu
mengerti
2) Memberikan pujian kepada ibu dan suami karena sudah melibatkan anak
pertamanya dalam proses kehamilannya ini. Ibu dan suami senang
3) Memberikan pujian kepada ibu karena sudah mengkonsumsi makan-
makanan yang mengandung serat dan menganjurkan ibu untuk tetap
mempertahankan pola nutrisi yang baik. Ibu mengerti dan akan
melakukan anjuran yang diberikan.
4) Mengingatkan kembali ibu untuk mempertahankan pola makan yang
baik seperti minum air putih yang cukup, buah-buahan, sayuran hijau.
Ibu bersedia.
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS

Pada BAB ini penulis membandingkan hasil asuhan dengan


tinjauan teori yang ada pada BAB II dan dianalisa faktor pendukung
maupun faktor penghambat sehingga hasil asuhan ada yang sesuai dan
ada yang tidak sesuai.
A. PENGKAJIAN
Asuhan antenatal care adalah suatu program yang terencana
berupa observasi, edukasi, dan penanganan medik pada ibu hamil,
untuk memperoleh suatu proses kehamilan dan persiapan
persalinan yang aman dan memuaskan (Elisabeth M.F. Lalita,
2013). Dalam pelayanan antenatal ini meliputi pemeriksaan
kehamilan, Dengan pemeriksaan kehamilan kita dapat mengetahui
perkembangan kehamilan, tingkat kesehatan kandungan, kondisi
janin, dan bahkan penyakit atau kelainan pada kandungan yang
diharapkan dapat dilakukan penanganan secara dini. Hal inilah
yang menjadi dasar Ny. A ingin rutin dalam melakukan
pemeriksaan kehamilan. Jumlah kunjungan yang dilakukan pada
Ny.A sesuai dengan rekomendasi WHO.
Secara operasionalnya menurut Midwifery Update 2015
pelayanan antenatal dengan standar pelayanan meliputi timbang
berat badan dan tinggi badan serta tekanan darah, berat badan
Ny.A saaat pemeriksaan yaitu 54 kg, sedangkan tinggi badan Ny.A
yaitu 155 cm. Dalam pemeriksaan tekanan darah, Ny.A mengarah
ke hipotensi yaitu 87/69 mmHg. Ibu mengakui bahwa ibu
merasakan pusing dan kurang istirahat dikarenakan ibu bekerja
dengan jarak dari rumah ke tempat pekerjaan memerlukan waktu
yang lama dan jarak yang sangat jauh.
Dalam buku pelayanan kesehatan ibu dan anak, 2015 interval dalam
29

memberikan imunisasi TT pada ibu hamil, yaitu TT1 pada kehamilan


pertama kunjungan ANC pertama, TT2 4 minggu kemudian setelah TT1
lama perlindungan selama 3 tahun, TT3 6 bulan setelah TT2 lama
perlindungan selama 5 tahun, dilanjutkan TT4 1 tahun setelah TT 3 lama
perlindungan selama 10 tahun dan TT5 1 tahun setelah TT4 lama
perindungan selama 25 tahun.
Pada pemeriksaan pertama di PMB Dinar Lestari pada
tanggal 04 november 2020, Ny.A belum melakukan pemeriksaan
laboratorium, dikarenakan Ny.A masih memasuki usia kehamilan
5 minggu, sehingga pemeriksaan laboratorium dilakukan saat
memasuki trimester kedua.

B. ANALISA KASUS
Menurut Titian (2015) konstipasi yang terjadi pada ibu
hamil disebabkan karena Meningkatnya hormon progesteron, perut
yang membesar, penekanan rektum, kurang serat, mengonsumsi
zat besi, tidak olahraga. Menurut Tumanggor (2014) mengatakan
bahwa konstipasi memiliki beberapa gejala seperti dalam waktu
tiga hari mengalami susah buang air besar, feses lebih keras, saat
buang air besar tidak tuntas, perut terasa penuh, kembung dan
terkadang mulas dan harus mengejan kuat saat buang air besar.
Jika komplikasi dibiarkan terus menerus dapat menyebabkan
timbulnya wasir, akibat dari terjadinya sembelit (Harsono, 2013).
Mengejan saat buang air besar ini bisa berdampak pada
membengkaknya daerah rektum hingga mengeluarkan darah.
Apabila berujung pada ambeien dan wasir akan berpengaruh pada
proses persalinan normal nanti, yakni akan membuat ibu hamil
tidak boleh mengejan terlalu keras saat persalinan (Tumanggor,
2014). Karena hal ini penulis menyarankan Ny.A untuk
mengonsumsi sayuran, buah-buahan seperti pepaya guna
memperlancar proses buang air besar, minum air putih yang
30

cukup, dan berolahraga.

C. PENATALAKSANAAN KASUS
Pada kunjungan pertama, Ny.A melihat hasil pemeriksaan tekanan
darahnya dan mengetahui bahwa tekanan darahnya rendah. Ny.A bertanya
kepada penulis bagaimana cara mengatasi tekanan darah rendah tersebut
agar menjadi normal. Menurut Saifuddin (2010) Tekanan darah yang normal
adalah 110/80 – 140/90 mmHg, bila melebihi dari 140/90 mmHg perlu
diwaspadai adanya preeklamsia. Dalam hal tersebut, mengingat Ny.A yang
bekerja dengan jarak yang sangat jauh dan bekerja sampai malam, Ibu
mengatakan saat bekerja hanya duduk di depan laptop dan menerima
paketan kiriman, dan pada saat pergi bekerja Ny.A mengatakan bahwa tidak
nyaman saat duduk di motor dengan perjalanan yang sangat jauh. hal ini
penulis menyarankan agar memperbanyak istirahat , tidur yang cukup
minimal 8 jam perhari dan tidur siang 1 jam, minum air putih yang cukup,
makan buah-buahan dan sayuran hijau.
Dengan mengingat Ny.A yang mengalami masalah konstipasi
maka penulis memberikan pendidikan kesehatan agar Ny.A dapat
mengetahui pencegahan dalam masalah tersebut. Menurut walyani,
(2015) Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan
mengkonsumsi makanan tinggi serat salah satunya pepaya terutama
ketika lambung dalam keadaan penuh. Mengkonsumsi pepaya
ketika lambung terasa penuh dapat merangsang gerak peristaltik
usus, jika ibu sudah mengalami dorongan maka segeralah untuk
buang air besar agar tidak terjadi konstipasi.
31
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Penulis telah melakukan manajemen “Asuhan Kebidanan Kehamilan pada
Ny.A dengan konstipasi” sejak kehamilan dan pemantauan via daring,
maka dapat diberi kesimpulan :
1. Penulis menjalin hubungan baik kepada ibu sehingga asuhan yang
diberikan berjalan lancar.
2. Pengkajian data dilakukan pertama kali tanggal november 2020.
Keadaan umum baik, dan TTV dalam batas normal, namun
ditemukan ibu mengalami keluhan konstipasi.
3. Asuhan yang direncanakan kemudian sudah dilaksanakan sesuai
dengan teori yang ada.
4. Asuhan kebidanan kehamilan telah didokumentasikan dengan
metode SOAP.
5. Penulis melakukan evaluasi pada asuhan yang sudah diberikan
kepada Ny.A selama hamil dan hasilnya berjalan baik.

B. SARAN
Setelah melakukan asuhan kebidanan kehamilan ini, demi peningkatan
kualitas pelayanan kesehatan terutama peningkatan pelayanan kesehatan
kepada ibu hamil dan lebih berorientasi kepada asuhan sayang ibu.
Penulis ingin menyampaikan saran sebagai berikut :
1. Lahan Praktik
Dapat lebih menerapkan asuhan saying ibu dan melakukan asuhan
dengan menyeluruh dan sesuai program dan standar yang ada.
2. Bagi dan Mahasiswa
Diharapkan dapat menerapkan ilmu dan pengetahuan yang didapatkan
selama pendidikan dan melakukan asuhan yang berkesinambungan
sesuai standar yang ada.
DAFTAR PUSTAKA

Antikasari, V., Astikasari, N.d., Natalia, S. (2016). Konsumsi cairan dan buah papaya
(carica papaya) mengurangi derajat konstipasi pada ibu hamil trimester III.
Jurnal Midwifery Education Association of Indonesia. (online).
(http://publikasi.stikesstrada.ac.id, diakses tanggal November 2020)

Arinda, V. (2017). Kenapa penting makanan berserat. Hello sehat. (Online).

(https://hellosehat.com/hidup-sehat/nutrisi/kenapa-penting-makan-serat/, diakses
tanggal November 2020).

Harsono, T. (2013). Permasalahan kehamilan yang sering terjadi. Jakarta: Platinum

Herawati, F. 2012. Panduan Terapi Aman Selama Kehamilan. Surabaya : PT. ISFI

Irianti, B. Halida, E.M. Duhita, F. et al. (2014). Asuhan kehamilan berbasis bukti.
Jakarta: Sagung Seto

Kementrian Kesehatan RI. 2015. Buku kesehatan ibu dan anak. Jakarta : Kementrian
Kesehatan RI.

Lalita, Elisabeth M.F.2013. Asuhan Kebidanan kehamilan.: IN MEDIA.

Ojieh, A.E. (2012). Konstipasi pada kehamilan dan efek konsumsi sayuran. Journal of
Medical and Applied Biosciens. Vol.4:1-6

Saifuddin, 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta : PT.Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Sembiring, L.P. (2015). Konstipasi pada kehamilan. Jurnal JIK, (online), vol.9 No.1,
(https://www.researchgate.net/publication/323106867_Konstipasi_pada_kehamil
an, diakses tanggal November 2020)

Titian. (2015). Penyebab konstipasi pada kehamilan, ayah bunda. (Online).

(http://www.ayahbunda.co.id/kehamilan-gizi-kesehatan/penyebab-konstipasi-pada-
kehamilan, diakses tanggal November 2020).

Tumanggor, NA. (2014). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian konstipasi


pada ibu hamil di klinik medina Percut Seituan Kabupaten Deli Serdang tahun
2014. (Online).
34

(http://repository.usu.ac.id//bitstream/123456789/41747/cover.pdf, diakses tanggal


November 2020)

Varney, Helen, dkk. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Volume 1 Edisi 4.
Jakarta:EGC

Walyani, E.S. (2015). Asuhan kebidanan pada kehamilan. Yogyakarta : Pustaka Baru
Yulizawati, et al., 2017. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan.
Padang: Erka

Anda mungkin juga menyukai