Anda di halaman 1dari 119

LAPORAN STUDI KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA


NY.N
DI PUSKESMAS KECAMATAN PALMERAH
JAKARTA BARAT TAHUN 2019

Disusun oleh:
DIEAH AYU SETYANINGRUM
P3.73.24.2.17.064

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN JAKARTA III
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D.III KEBIDANAN
TAHUN 2019
LAPORAN STUDI KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA


NY.N
DI PUSKESMAS KECAMATAN PALMERAH
JAKARTA BARAT TAHUN 2019

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Praktik Klinik Kebidanan
II

Disusun oleh:
DIEAH AYU SETYANINGRUM
P3.73.24.2.17.064

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN JAKARTA III
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D.III KEBIDANAN
TAHUN 2019
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN STUDI KASUS


ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. N
DIPUSKESMAS KECAMATAN PALMERAH JAKARTA BARAT
TAHUN 2019

Laporan studi kasus komprehensif ini telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing
untuk dipertahankan dihadapan penguji

Bekasi,…………………2019

PEMBIMBING

Ns. Karningsih, SKep, MKM


NIP.196612271991032004
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN STUDI KASUS


ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. N
DIPUSKESMAS KECAMATAN PALMERAH JAKARTA BARAT
TAHUN 2019
Laporan studi kasus komprehensif ini telah di ujikan pada
tanggal….bulan………..tahun…….

PENGUJI PENGUJI

NAAAAAAAAA NAAAAAAAAA
NIP NIP

MENGESAHKAN
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN JAKARTA III
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D.III KEBIDANAN
KETUA

NAAAAAAAAAAAAAAAAAA
NIP

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN JAKARTA III
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN

Nama Penulis : Dieah Ayu Setyaningrum


Judul : Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny. N di
Puskesmas Kecamatan Palmerah Jakarta Barat Tahun
2019
Jumlah BAB & Halaman : 5 BAB &

GAMBARAN KASUS
kehamilan dan persalinan merupakan proses alamiah, tetapi bukan tanpa resiko yang
menyebabkan tingginya angka kematian ibu dan bayi. Salah satu upayanya yaitu
dengan memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif, yaitu dari masa
kehamilan, sampai dengan nifas dan perawatan bayi 40 hari. Kasus diambil di
Puskesmas Kecamatan Palmerah Jakarta Barat dan RS Bhakti Mulia dari tanggal 13
September 2019 sampai tanggal 8 Oktober 2019 . Ny. N G4P3A0 umur 36 tahun,
pekerjaan IRT, Alamat rumah di Jl. Kemanggisan Pulo II No 28 Rt 02 Rw 09
Palmerah, Jakarta Barat.
Tanggal 2 November 2019 jam 11.46 WIB Ny. N datang ke Rumah Sakit Bhakti
Mulia dengan keluhan mules mules dan keluar lendir darah, hasil pemeriksaan Ny. N
G4P3A0 H41 minggu, partus kala I janin tunggal hidup presentasi kepala, keadaan
ibu dan janin baik. Pada tanggal 2 November 2019 pukul 15.35 Ny.N partus kala II,
janin tunggal hidup presentasi kepala. Jam 15.50 wib bayi lahir spontan dengan letak
belakang kepala, berat badan 3600 gram, panjang 50 cm, jenis kelamin perempuan.
Tanggal 2 November 2019 jam 15.55 plasenta lahir dengan spontan kotiledon
lengkap, selaput utuh, panjang tali pusat ±48 cm. Tanggal 2 November 2019 jam
15.56 wib Ny. N partus kala IV, keadaan ibu baik. Tanggal 2 November 2019 jam
16.50 bayi Ny.N dalam keadaan baik, neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan
usia 1 jam. pukul 21.50 wib Ny. N P4A0 nifas 6 jam, keadaan ibu baik , dan keadaan
bayi baik. Tanggal 8 November 2019 jam 16.35 wib dilakukan kunjungan rumah
pertama Ny.R nifas hari ke 6, keadaan ibu baik, bayi umur 6 hari, keadaan bayi baik
dan tali pusat sudah puput.
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan rahmat serta karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan laporan

dengan judul “Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny. N di Puskesmas

Kecamatan Palmerah Jakarta Barat Tahun 2019”. Laporan ini disusun untuk

memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan mata kuliah Praktik Klinik

Kebidanan II di Poltekkes Kemenkes Jakarta III.

Dalam menyelesaikan laporan ini, Penulis menerima bantuan moril berupa

dukungan dan materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini,

Penulis dengan segala kerendahan hati mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ibu Erika Yulita Ichwan, SST, M.Keb selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes

Kemenkes Jakarta III.

2. Ibu Hamidah, AM.Keb, S Pd, M.kes selaku Ketua Program Studi jurusan DIII

Kebidanan Poltekkes Kemenkes Jakarta III.

3. Ibu Ns. Karningsih, SKep, MKM selaku Pembimbing Komprehensif yang

memberi arahan serta dukungan dalam melakukan kegiatan di lahan praktik.

4. Ibu Junengsih, SST, MKM selaku Penanggung Jawab mata kuliah Praktik Klinik

Kebidanan (PKK II) Poltekkes Kemenkes Jakarta III.

5. Puskesmas Kecamatan Palmerah yang telah mengijinkan dan memberi banyak

ilmu dalam kegiatan pengambilan data selama kompre berlangsung.


6. Ibu N selaku Pasien Komprehensif, yang telah memberikan dukungan kepada

Penulis dan bersedia menjadi pasien komprehensif.

7. Kedua Orangtua tercinta, Bapak Kalam dan Ibu Ari Sumarganing serta Adik

tercinta Ghelfira yang selalu memberikan dukungan dan doa kepada Penulis agar

dapat dilancarkan pada tingkat akhir ini. Mereka adalah orang-orang yang

menjadi alasan utama bagi Penulis untuk segera menyelesaikan tingkat akhir ini

dengan sebaik mungkin.

8. Kelas 3B dan ANDALUH yang selalu memberikan dukungan serta motivator

untuk terus berjuang ditingkat akhir ini.

9. Sahabat saya Diana, Nurlia, dan Wulan yang saya sayangi dan selalu menjadi

pendengar curahan hati Penulis dan sangat berterima kasih untuk semua yang

telah menghibur penulis.

10. Kak Gege, teman, dan adik kosan amanah yang selalu memberikan dukungan

dan doa untuk penulis.

11. Kak Hafifa Fatiarani Balqis selaku kakak asuh yang telah membantu penulis

dalam memecahkan masalah. Serta Bunga Agita Litia Pribadi selaku adik asuh

saya yang telah mendoakan saya dan selalu memberikan dukungan.

12. Serta teman-teman dan kerabat dekat yang tidak bisa disebutkan namanya yang

telah memotivasi penulis dalam menyelesaikan tugas.


Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini, oleh

karena itu, Penulis mengharapkan saran dan kritik membangun untuk kesempurnaan

laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Bekasi, 29 November 2018

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Reformasi di bidang kesehatan merupakan visi Indonesia Sehat
2025. Tiga pilar utama yang harus dikembangkan untuk mencapai visi
tersebut yaitu kemajuan secara bersama dalam bidang kesehatan, pendidikan
dan kualitas sumber daya manusia. Kemajuan dalam bidang kesehatan salah
satunya dengan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian
Bayi (AKB). Keluarga berperan terhadap optimalisasi pertumbuhan,
perkembangan, dan produktivitas seluruh anggotanya melalui pemenuhan
kebutuhan gizi dan menjamin kesehatan anggota keluarga. Ini terkait dengan
fase kehamilan, persalina, nifas pada ibu dan fase tumbuh kembang pada
anak. Hal ini yang menjadi alasan pentingnya upaya kesehatan ibu dan anak
menjadi salah satu prioritas pembangunan kesehatan di Indonesia.
Menurut data World Health Organization (WHO) Setiap hari pada
tahun 2015, sekitar 830 perempuan meninggal karena komplikasi kehamilan
dan kelahiran anak. Menurut data SDKI, Angka Kematian Ibu sudah
mengalami penurunan pada periode tahun 1994-2012 yaitu pada tahun 1994
sebesar 390 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 1997 sebesar 334 per
100.000 kelahiran hidup, tahun 2002 sebesar 307 per 100.000 kelahiran
hidup, tahun 2007 sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup namun pada
tahun 2012, Angka Kematian Ibu meningkat kembali menjadi sebesar 359
per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan berdasarkan profil kesehatan DKI
Jakarta tahun 2016 jumlah AKI yaitu 94 dari 178.982 angka kelahiran
hidup, dan AKB yaitu 677 dari 162.901 angka kelahiran hidup.
Hal itu kemungkinan karena kesadaran masyarakat untuk bersalin di
fasilitas pelayanan kesehatan masih rendah. Upaya pertolongan persalinan
oleh tenaga kesehatan di Provinsi DKI Jakarta terus meningkat yaitu sebesar
97,3% pada tahun 2016, dibandingkan dengan tahun 2015 sebesar 94,2%
meningkat 3,1%. Presentase persalinan ditolong tenaga kesehatan tahun 2016
di Jakarta Barat sebesar 97% (Profil Kesehatan Jakarta 2016)
Berdasarkan SDKI , dikatakan bahawa 64% kelahiran diIndonesia
berada dalam kategori resiko tinggi. Lima penyebab kematian ibu terbesar
yaitu perdarahan, hipertensi dalam kehamilan (HDK), infeksi, partus lama/
macet, dan abortus. Kematian ibu di Indonesia masih didominasi oleh tiga
penyebab utama kematian yaitu perdarahan 30,3% , hipertensi dalam
kehamilan (HDK) 27,1% , dan infeksi 7,3% (Kemenkes RI, 2014).
Oleh karena itu setiap ibu yang sedang hamil memerlukan pendamping
yang kompeten dalam menjalani proses kehamilan, persalinan sampai
nifasnya untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dan pendeteksian
komplikasi secara dini. Bidan harus memiliki kompetensi agar kehamilan,
persalinan dan nifas dapat tetap berjalan dengan fisiologis.
Berkaitan dengan hal tersebut maka penulis tertarik melakukan studi
kasus melalui manajemen asuhan kebidanan secara komprehensif pada ibu
hamil, bersalin, nifas dan perawatan pada bayi baru lahir terhadap Ny. N di
Puskesmas Kecamatan Palmerah Jakarta Barat tahun 2019.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Dapat melakukan Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny. N di
Puskesmas Kecamatan Palmerah
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian pada ibu hamil, bersalin, bayi baru lahir
dan nifas.
b. Dapat menganalisa masalah, diagnosa kebidanan pada ibu hamil,
bersalin, bayi baru lahir dan nifas.
c. Dapat menarik diagnosa kebidanan potensial pada ibu hamil, bersalin,
bayi baru lahir dan nifas.
d. Dapat melakukan tindakan segera pada ibu hamil, bersalin, bayi baru
lahir dan nifas.
e. Dapat merencanakan tindakan pada ibu hamil, bersalin, bayi baru lahir
dan nifas.
f. Dapat melaksanakan rencana pada ibu hamil, bersalin, bayi baru lahir
dan nifas.
g. Dapat melaksanakan evaluasi pada ibu hamil, bersalin, bayi baru lahir
dan nifas.
h. Dapat melakukan pendokumentasian dengan metode SOAP

C. METODE YANG DIGUNAKAN


Pendekatan yang digunakan adalah tujuh langkah Varney sebagai alur
pikir yang diterapkan dalam memberikan asuhan kebidanan dengan
menggunakan metode pendokumentasian “SOAP”.

D. WAKTU DAN TEMPAT


Asuhan kebidanan komprehensif pada Ny. N dilakukan di Ruang
Kesehatan Ibu dan Ruang Bersalin (RB) Puskesmas Kecamatan Palmerah
Jakarta Barat dengan melakukan asuhan kebidanan yang di mulai tanggal :
1. Tanggal 13 September 2019 : Pemeriksaan Kehamilan Pertama
2. Tanggal 27 September 2019 : Pemeriksaan Kehamilan Kedua
3. Tanggal 22 Oktober 2019 : Pemeriksaan Kehamilan Ketiga
4. Tanggal 29 Oktober 2019 : Pemeriksaan Kehamilan Keempat
5. Tanggal 01 November 2019 : Pemeriksaan Kehamilan Kelima
6. Tanggal 02 November 2019 : Pertolongan Persalinan
7. Tanggal 02 November 2019 : Kunjungan nifas 6 jam
8. Tanggal 08 November 2019 : Kunjungan nifas 6 hari
BAB II

TINJAUAN TEORI
A. Kehamilan
1. Pengertian Kehamilan

Kehamilan merupakan fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum


dan dilanjutkan dengan nidasi atau  implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi
hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam 40 minggu atau
10 bulan atau 9 bulan menurut kalender internasional. (Prawirohardjo, 2014)
Kehamilan terbagi dalam 3 trimester (Prawirohardjo, 2014) :
a. Trimester satu, dimulai dari konsepsi selama 12 minggu (0-12 minggu)
b. Trimester dua, selama 15 minggu (13-27 minggu).
c. Trimester tiga, selama 13 minggu (28-40 minggu).

2. Adaptasi Perubahan Fisik pada Kehamilan

Kehamilan menyebabkan seluruh sistem genitalia wanita mengalami perubahan


yang mendasar sehingga dapat menunjang perkembangan dan pertumbuhan janin
dalam rahim. Berikut adalah perubahan fisiologi yang dialami oleh ibu hamil dan
akan lebih terpusat pada kehamilan trimester ketiga
a. Uterus

Uterus atau rahim yang semula besarnya sebesar buah pir akan mengalami
hipertrofi atau hiperplapsia, sehingga beratnya menjadi 1000 gram pada akhir
kehamilan. Panjang fundus uteri pada usia kehamilan 28 minggu adalah 25 cm,
pada usia kehamilan 32 minggu panjangnya adalah 27 cm, dan
pada usia kehamilan 36 minggu panjangnya adalah 30 cm. Regangan dinding
rahim karena besarnya pertumbuhan dan perkembangan janin menyebakan
isthmus uteri makin tertarik keatas dan menipis di segmen bawah rahim
(Prawirohardjo,2014).
Pada usia kehamilan 28 minggu fundus uteri terletak 3 jari diatas pusat, 32
minggu fundus uteri terletak antara pertengahan pusat dengan prosesus
xyphoideus, 36 minggu fundus uteri terletak 3 jari dibawah prosesus xyphoideus,
dan saat usia kehamilan mencapai 40 minggu fundus uteri terletak kira-kira 2 jadi
dibawah prosesus xyphoideus. Pemeriksaan tinggi fundus dapat dikaitkan dengan
besar dan beratnya janin (Sulistyawati,2009).

b. Serviks

Serviks merupakan organ yang kompleks yang mengalami perubahan yang


luar biasa selama kehamilan dan persalinan. Terjadi pelunakan, mengeluarkan
sekret mukus endoserviks karena pengaruh progesteron untuk perlindungan
terhadapa infeksi, esterogen meningkatkan vaskularitas sehingga timbul tanda
chadwick, prostaglandin dilepaskan dari jaringan untuk pelunakan serviks,
effacement atau pemendekan terjadi pada primigravida pada 2 minggu terakhir
(Sari, 2015). Pada saat kehamilan mendekati aterm, terjadi penurunan lebih lanjut
dari konsentrasi kolagen. Dengan sel-sel otot polos dan jaringan elastis, serabut
kolagen bersatu dengan arah paralel terhadap sesamanya sehingga serviks menjadi
lunak dibanding kondisi tidak hamil, tetapi tetap mampu mempertahankan
kehamilan (Prawirohardjo, 2010).

c. Vagina dan Perineum

Dinding vagina mengalami banyak perubahan yang merupakan persiapan


untuk mengalami peregangan pada waktu persalinan dengan meningkatnya
ketebalan mukosa, meregangnya jaringan ikat, dan hipertrofi sel otot polos.
Perubahan ini megakibatkan bertambah panjangnya dinding vagina. Peningkatan
sekresi vagina juga terjadi dimana sekresi akan berwarna keputihan, menebal, dan
pH antara 3,5-6 yang merupakan hasil dari peningkatan produksi asam laktat
glikogen yang dihasilkan oleh epitel vagina sebagai aksi dari lactobacillus
acidophilus (Prawirohardjo,2014).
d. Kulit

Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadi kemerahan,
kusam, dan kadang-kadang juga akan mengenai daerah payudara dan paha,
perubahan ini dikenal dengan nama striae gravidarum. Pada multipara selain striae
kemerahan seringkali ditemukan garis berwarna perak berkilau yang merupakan
psikatrik dari striae sebelumnya. Pada banyak perempuan kulit di garis
pertengahan perutnya (linea alba) akan berubah menjadi hitam kecoklatan yang
disebut dengan linea nigra (Prawirohardjo,2014)

e. Payudara

Payudara sebagai organ target untuk proses laktasi mengalami banyak


perubahan sebagai persiapan setelah janin lahir. Beberapa perubahan yang dapat
diamati oleh ibu yaitu selama kehamilan payudara bertambah besar, tegang, dan
berat, adanya hiperpigmentasi pada aerola dan puting susu. Diakhir kehamilan
kolostrum dapat keluar dari payudara. Progesterone menyebabkan putting lebih
menonjol dan dapat digerakkan. Meskipun dapat dikeluarkan, air susu belum dapat
diproduksi karena hormone prolaktin ditekan oleh prolactin inhibiting hormone.
Setelah persalinan kadar progesterone dan estrogen akan menurun sehingga
pengaruh inhibis progesterone terhadap laktalbumin akan hilang. Peningkatan
prolaktin akan merangsang sintesis lactose dan akhirnya akan meningkatkan
produksi air susu. Pada bulan yang sama areola akan lebih besar dan kehitaman
(Sulisyawati,2009).

f. Traktur Urinarius
Pada akhir kehamilan, kepala janin mulai turun ke pintu atas panggul keluhan
sering buang air kecil akan timbul kembali, dan menyebabkan penekanan pada
vesica urinaria. (Prawirohardjo, 2010)
g. Sistem Kardiovaskular
Peredaran darah wanita hamil dipengaruhi beberapa faktor, antara lain
meningkatnya kebutuhuan darah, terjadi hubungan langsung antara arteri dan vena
pada sirkulasi retroplasenter, dan pengaruh hormon esterogen dan progesteron
yang makin meningkat. Akibat dari faktor tersebut akan dijumpai perubahan pada
peredaran darah wanita hamil. Perubahan terjadi pada volume darah yang
meningkat sehingga jumlah serum darah lebih besar dari pertumbuhan sel darah,
sehingga terjadi pengenceran darah (hemodilusi), dengan puncaknya pada usia
kehamilan 32 – 34 minggu. Volume darah (serum darah) bertambah sebsar 25
sampai 30% sedangkan sel darah bertambah sekitar 20%. Hemodilusi akan disertai
dengan penurunan penurunan konsetrasi hemoglobin hingga dibawah 11 gr/dl dan
timbulah masalah yang disebut dengan anemia defesiensi zat besi
(Prawirohardjo,2014).

h. Sistem Muskuloskeletal
sendi pelvic pada saat kehamilan sedikit dapat bergerak. Perubahan tubuh
secara bertahap dan meningkatnya berat wanita hamil menyebabkan postur dan
cara berjalan berubah. Estrogen dan progesteron memberi efek maksimal pada
relaksasi otot dan ligamen pelvis pada akhir kehamilan. Relaksasi ini digunakan
oleh pelvis untuk meningkatkan kemampuannya menguatkan posisi janin pada
akhir kehamilan dan pada saat persalinan. Ligamen pada simfisis pubis dan
sakroilliaka akan menghilang karena berelaksasi sebagai efek dari estrogen.
Simfisis pubis melebar sampai 4mm pada usia kehamilan 32 minggu dan
sakrokoksigeus tidak teraba, diikuti terabanya koksigis sebagai pengganti bagian
belakang. Adanya sakit punggung dan ligamen pada kehamilan tua disebabkan
oleh meningkatnya pergerakan pelvis akibat pembesaran uterus. Bentuk tubuh
selalu berubah menyesuaikan dengan pembesaran uterus ke depan karena tidak
adanya otot abdomen (Sulistyawati,2009).

i. Sistem Pencernaan
Biasanya pada trimester kedua dan ketiga terjadi konstipasi karena pengaruh
hormone progesterone yang meningkat. Selain itu, perut kembung juga terjadi
karena adanya tekanan uterus yang membesar dalam rongga perut yang mendesak
organ-organ dalam perut khususnya saluran pencernaan, usus besar, ke arah atas
dan lateral. Wasir ( hemoroid ) cukup sering terjadi pada kehamilan akibat
konstipasi dan naiknya tekanan vena-vena dibawah uterus termasuk vena
hemoroidal. Panas perut juga terjadi karena aliran balik asam gastric ke dalam
esophagus bagian bawah ( Vivian Nanny & Tri Sunarsih, 2011 ).

j. Sistem Endokrin
Selama kehamilan normal kelenjar hipofisis akan membesar sekitar 135 %.
Akan tetapi, kelenjar ini tidak mempunyai arti penting dalam kehamilan. Pada
perempuan yang mengalami hipofisektomi persalinan dapat berjalan dengan
lancar. Hormon prolaktin akan meningkat 10x lipat pada saat kehamilan aterm.
Sebaliknya, setelah persalinan konsentrasinya pada plasma akan menurun. Hal ini
juga ditemukan pada ibu-ibu yang menyusui (Prawirohardjo,2014).

k. Sistem Pernapasan
Wanita hamil bernapas lebih cepat dan lebih dalam karena memerlukan lebih
banyak oksigen untuk janin dan dirinya. Lingkar dada wanita hamil agak
membesar. Lapisan saluran pernapasan menjadi lebih banyak darah dan menjadi
agak tersumbat oleh penumpukan darah (kongesti). Kadang hidung dan
tenggorokan mengalami penyumbatan parsial akibat kongesti ini
(Prawirohardjo,2014).

3. Adaptasi Psikologis Kehamilan


Menurut sulistyawati (2012) perubahan psikologis trimester III yaitu :
a. Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya aneh, jelek, tidak menarik
lagi.
b. Merasa tidak menyenangkan saat bayi tidak lahir tepat waktu.

c. Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang akan tibul saat melahirkan,
khawatir akan keselamatannya.

d. Khawatir bayi yang dilahirkan dalam kondisi tidak normal, bermimpi yang
mencerminkan perhatian dan kekhawatirannya

e. Merasakan kesedihan karena akan pisah dari bayinya.

f. Merasa kehilangan perhatian.

g. Perasaan mudah terluka( sensitive).

h. Libido menurun

Peran bidan dalam persiapan psikologis ibu hamil trimester I, II, III adalah (Sari,
2015)
a. Mempelajari keadaan lingkungan Ibu hamil

Ibu hamil yang selalu memikirkan mengenai keluarga, keuangan , perumahan


dan pekerjaan dapat juga menimbulkan depresi dan perlu penanggulangan.
Untuk itu bidan harus melakukan pengkajian termasuk keadaan lingkungan
(latar belakang) sehingga mempermudah dalam melakukan asuhan kebidanan.
b. Mengurangi pengaruh yang negatif , kecemasan dan ketakutan yang sering
dipengaruhi oleh cerita cerita yang menakutkan mengenai persalinan ,
pengalam persalinan yang lampau karena kurangnya pengetahan mengenai
proses persalinan.

c. Menganjurkan latihan latihan fisik seperti senam hamil untuk memperkuat


otot dasar panggul, melatih pernapasan , teknik mengedan yang baik dan
latihan latihan relaksasi.

d. Adaptasi pada lingkungan tempat bersalin dengan memperkenalkan ruang


bersalin, alat alat kebidanan dan tenaga kesehatan
4. Kebutuhan Dasar Ibu Hamil
Kebutuhan dasar ibu hamil menurut (Sari, 2015) yaitu:
a. Oksigen
Kebutuhan oksigen adalah hal yang utama pada manusia terutama pada ibu
hamil. Untuk mencegah gangguan pemenuhan kebutuhan oksgen pada ibu
yang akan berpengaruh pada bayi yang dikandung, dan untuk memenuh
kebutuhan oksigen makan ibu hamil perlu :
a) Latihan napas melalui senam hamil.
b) Tidur dengan bantal yang lebih tinggi.
c) Kurangi atau hentikan merokok.
d) Konsul ke dokter bila ada kelainan atau gangguan pernafasan seperti
asma
b. Nutrisi dalam Kehamilan
Pada saat hammily ibu harus makan makanan yang mengandung nilai gisi
yang tinggi, meskipun bukan makanan yang mahal jarganya. Gisi pada ibu
hamil harus ditingkatkan hingga 300 kalori perhari, ibu hamil seharusnya
mengkonsumsi makanan yang mengandung protein, zat besi, dan minum
cukup cairan ( menu seimbang) Diantaranya
a) Kalori
Kebutuhan kalori untuk ibu hamil adalah 2300 kalori dipergunakan untuk
produksi energi.
b) Protein
Bila ibu tidak hamil, konsumsi protein yang ideal adalah 0,9 gram/kg BB/hari,
tetapi selama kehamilan dibutuhkan tambahan protein hingga 30 gram/hari.
Protein yang dianjurkan adalah protein hewani seperti daging, susu, telur,
keju dan ikan karena mengandung komposisi asam amino yang lengkap.
c) Mineral
Pada prinsipnya semua mineral dapat terpenuhi dengan makan makanan
sehari-hari yaitu buah-buahan, sayur-sayuran dan susu. Hanya besi yang tidak
bisa terpenuhi dengan makanan sehari-hari. Untuk memenuhi suplemen besi
30 mg perhari dan pada kehamilan kembar atau ibu yang sedikit anemi
dibutuhkan 60-100 mg/hari. Kebutuhan kalsium umumnya terpenuhi
dengan minum susu. Satu liter susu sapi mengandung kira-kira 0,9 gram
kalsium. Bila ibu hamil tidak bisa minum susu , suplemen kalsium
dapat diberikan dengan dosis 2 gram perhari.
d) Vitamin
Vitamin sebenarnya telah terpenuhi dengan makan sayur dan buah- buahan
tetapi dapat pula diberikan ekstra vitamin. Pemberian asam folat dapat
mencegah kecacatan pada bayi.
c. Personal Hygiene
Personal hygiene pada ibu hamil adalah kebersihan yang dilakukan oleh ibu
hamil untuk mengurangi kemngungkinan infeksi. Kebersihan harus dijaga
pada masa kehamilan. Mandi dianjurkan sedikitnya duankali sehari, Karena
ibu hamil cenderung mengeluarkan keringat lebih banyak, menjaga
kebersihan diri terutama lipatan kulit (ketiak, bawah payudara, daerah
genitalia) dengan cara dibersihkan dengan air dan dikeringkan. Kebersihan
gigi dan mulut perlu mendapat perhatian karena seringkali mudah terjadi
gigi berlubang terutama pada ibu yang kekurangan kalsium. Rasa mual
selama masa hamil dapat mengakibatkan perburukan hygiene mulut dan dapat
menimbulkan karies gigi (Kusmiyati 2009)
d. Pakaian
Pemakaian pakaian dan kelengkapannya yang kurang tepat akan
mengakibatkan beberapa ketidaknyamanan yang akan mengganggu fisik dan
psikologi ibu. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pakaian ibu hamil
adalah pakaian harus longgar, bersih, dan tidak ada ikatan yang ketat pada
daerah perut, bahan pakaian usahakan yang mudah menyerap keringat,
pakailah bra yang menyokong payudara, memakai sepatu dengan hak yang
rendah, pakaian dalam yang selalu bersih (Sulistyawati, 2012)
e. Eliminasi (BAB/BAK)
Keluhan yang sering muncul pada ibu hamil berkaitan dengan eliminasi
adalah konstipasi dan sering buang air kecil. Konstipasi terjadi karena adanya
penngaruh hormon progesteron yang mempunyai efek rileks terhadap otot
polos, salah satunya otot uterus. Selain itu, desakan usus olehb pembesaran
janin juga menyebabkan bertambahnya konstipasi Tindakan pencegahan yang
dapat dilakukan adalah dengan mengkonsumsi makanan tinggi serat dan
banyak minum air putih. Sering buang air kecil merupakan keluhan yang
umum dirasakan oleh ibu hamil terutama pada trimester I dan III. Hal tersebut
adalah kondisi yang fisiologis. Ini terjadi karena pada trimester III terjadi
pembesaran janin yang juga menyebabkan desakan pada kandung kemih.
Tindakan pencegahan asupan cairan untuk mengurangi keluhan saat ini
tidak dianjurkan, karena akan menyebabkan dehidrasi (Sulistyawati, 2012).
f. Seksual
Hubungan seksual selama kehamilan tidak dilarang selama tidak ada riwayat
penyekit seperti sering abortus dan kelahiran prematur, perdarahan
pervaginam, koitus harus dilakukan dengan hati-hati terutama pada minggu
terakhir kehamilan, ketuban pecah, bila ketuban sudah pecah koitus dilarang
karena dapat menyebabkan infeksi janin intrauteri (Sulistyawati, 2012).
g. Mobilisasi dan body mekanik
Ibu hamil boleh melakuka aktivitas fisik seperti biasa selama tidak terlalu
melelahkan. Hindari memutar badan karena dapat membebanii sendi. Ibu dapat
dianjurkan untuk melakukan tugas dengan posisi berdiri tetapi tidak boleh
terlalu lama, dan hindari membungkuk (Sari, 2015)
h. Exercise/senam hamil
Ibu hamil perlu menjaga kesehatan tubuhnya dengan cara berjalan-jalan di
pagi hari, olahraga ringan dan senam hamil. Kegunaan senam hamil
adalah melancarkan sirkulasi darah, nafsu makan bertambah, pencernaan
menjadi lebih baik, dan tidur menjad lebih nyenyak (Sulistyawati, 2012)
i. Istirahat/tidur
Pada trimester akhir kehamilan sering diiringi dengan bertambahnya ukuran
janin, sehingga terkadang ibu kesulitan untuk menentukan posisi yang baik
dan nyaman untuk tidur. Posisi tidur yang dianjurkan pada ibu hamil adalah
miring kiri, kaki kiri lurus, kaki kanan agak menekuk dan diganjal bantal
untuk mengurangi rasa sakit.

5. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan


Antenatal care adalahupaya preventif program pelayanan kesehatan obstetric
untu optimalisasi maternal dan neonatal melalui serangkaian kegiatan pemantauan
rutin selama kehamilan. Pemeriksaan antenatal dapat memberikan peluang yang
lebih besar bagi petugas kesehatan untuk mengenali secara dini berbagai penyulit
atau gangguan kesehatan pada ibu hamil. Kunjungan antenatal memberi
kesempatan bagi petugas kesehatan bagi petugas kesehatan untuk memberikan
informasi kesehatan esensial bagi ibu hamil dan keluarganya termasuk rencana
persalinan. (Prawiroharjo, 2010).

a. Konsep Pelayanan Antenatal Terintegrasi

Pelayanan antenatal terintegrasi merupakan pelayanan kesehatan


komprehensif dan berkualitas yang dilakukan melalui:
1) Pemberianpelayanan dan konseling kesehatan termasuk stimulasi gizi agar
kehamilan berlangsung sehat dan janinnya lahir sehat dan cerdas.
2) Deteksi dini masalah penyakit dan penyulit/ komplikasi kehamilan
3) Penyiapan persalinan yang bersih dan aman
4) Perencanaan antisipasi dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika
terjadi penyulit/ komplikasi
5) Pentalaksanaan kasus serta rujukan cepat dan tepat waktu jika diperlukan
6) Melibatkan ibu hamil, suami, keluarganya dalam mejaga keshatan dan gizi
ibu hamil, menyiapkan persalinan dan kesiagaan bila terjadi
penyulit/komplikasi (Nurjasmi, 2016)
b. Tujuan Pelayanan Antenatal

menurut Rukiyah (2009), yujuan antenatal care yaitu:

1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh


kembang janin

2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, social ibu dan


bayi

3) Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan/komplikasi yang mungkin


terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan,
dan pembedahan

4) Mempersipkan persalinan cukup bulan,melahirkan dengan selamat, ibu


maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin

5) Mempersiapkan peran dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar


dapat tumbuh dan berkembang secara normal

c. Kebijakan Program Pelayanan Antenatal Care

Kebijakan program pelayanan antenatal menetapkan frekuensi kunjungan


antenatal sebaiknya minimal 4 kali selama kehamilan, dengan ketentuan sebagai
berikut : (Rismalinda, 2015).
1) Minimal satu kali pada trimester pertama (K1) hingga usia sebelum 14
minggu atau 1 kali dalam sebulan. Tujuannya :
a. mendeteksi masalah yng dapat ditangani sebelum membahayakan jiwa
b. mencgah masalah, missal : tetanus neonatal, anemia, kebiasaan tradisional
c. memulai persiapan kelahiran dan kesiapan menghadapi komplikasi
d. mendorong perilaku sehat
2) Minimal satu kali pada trimester kedua (K2), 14-28 minggu. 1 kali dalam 2
minggu. Tujuannya :
a. pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya
b. menambah kewaspadaan khusus serta penapisan pre eklamsia, gemeli,
ineksi alat reproduksi dan saluran perkemihan
c. mengulang perencanaan kehamilan
3) Minimal dua kali pada trimester ketiga (K3 dan K4) 28 - 36 minggu dan
setelah 36 minggu sampai lahir atau 1 kali dalam seminggu. Tujuannya:
a. Sama seperti kegiatan kunjungan II dan III.
b. Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi.
c. Memantapkan rencana persalinan.
d. Mengenali tanda-tanda persalinan
Pemeriksaan pertama sebaiknya dilakukan segera setelah diketahui
terlambat haid dan pemeriksaan khusus dilakukan jika terdapat keluhan-
keluhan tertentu.

d. Standar Pelayanan Antenatal Care


Dalam melaksanakan pelayanan antenatal care, ada sepuluh standar
pelayanan yang harus dilakukan oleh bidan atau tenaga kesehatan yang dikenal
dengan 10 T. pelayanan atau asuhan standar minimal 10T menurut (Midwifery
pdate, 2016) adalah sebagai berikut:
1) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan


untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin. Peambahan berat
badan yang kurang dari 9kg selama kehamilan atau kurang dari 1 kg setiap
bulan menujukan adanya gangguan pertumbuhan janin. Pengukuran tinggi
badan pada pertama kali kunjungan dilakukan menapis adanya factor resiko
pada ibu hamil. Tinggi badan ibu kurang dari 145 cm meningkatkan resiko
untuk terjadinya CPD ( PP IBI, 2016). Menurut Fathonah (2016) berat badan
dilihat dari Quetet atau Body mass indek (Indek Masa Tubuh = IMT). Ibu
hamil dengan berat badan dibawah normal sering dihubungkan dengan
abnormalitas kehamilan, berat badan lahir rendah. Sedangkan berat badan
overweight meningkatkan resiko atau komplikasi dalam kehamilan seperti
hipertensi, janin besar sehingga terjadi kesulitan dalam persalinan. Penilaian

BB
indeks masa tubuh diperoleh dengan rumus: IMT¿
TBxTB

Tabel 2.2 Indek Masa Tubuh (IMT)

Kenaikan Berat Badan


Nilai IMT Kategori
Selama Hamil
< 18,5 kg Underweight 12,5-18 kg
(dibawah normal)
18,5-24,9 kg Desirable (normal) 11,5-16 kg
25-29,9 kg Moderate obesity 7-11,5 kg
(gemuk/lebih dari

normal)
Over 30 kg Severe obesity 5-9 kg
(sangat gemuk)
Indeks Masa Tubuh (IMT) <20 pada ibu mempengaruhi ukuran Lingkar
Lengan Atas (LILA). Standar minimal untuk ukuran lingakar lengan atas
pada wanita dewasa atau usia reproduksi adalah 23,5cm. jika ukuran lingkar
lengan atas dibawah 23,5c maka interpretasinya adalah kurang energy kronis
(KEK).

2) Pemeriksaan tekanana darah


Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan
untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah ≥ 140/90 mmHg) pada
kehamilan dan preeklamsia (hipertensi disertai dengan edema wajah dan
tungkai bawah, dan atau proteinuria) (PP IBI, 2016)

3) Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas)


Pengukuran LILA hanya dilakukan pada kontak pertama untuk skrining ibu
hamil berisiko kurang energi kronis (KEK). Kurang energi kronis disini
maksudnya ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi dan telah
berlangsung lama (beberapa bulan/tahun) dimana LILA kurang dari 23,5 cm.
Ibu hamil dengan KEK akan dapat melahirkan bayi berat lahir rendah ( PP
IBI, 2016 )

4) Pemeriksaan tinggi fundus uteri


Pengukuran tinggi fundus uteri dengan menggunakan pita sentimeter, letak
nol pada tepi atas sympisis dan retangkan sampai fundus uteri (fundus utri
tidak boleh ditekan). Pengukuran tinggi fundus uteri mulai dari batas
sympisis dan disesuaikan dengan hari pertama haid terakhir. Tinggi fundus
uteri diukur pada kehamilan > 12minggu karena apda usia kehamilan ini
uterus dapat diraba dari dinding perut dan untuk kehamilan >24 minggu
dianjurkan mengukur dengan pita sentimeter. Tinggi fundus uteri dapat
menentukan ukuran kehamilan. Bila tinggi fundus kurang dari perhitungan
umur kehamilan mungkin terdapat gangguan pertumbuhan janin, dan
sebaliknya mungkin terdapat gemeli, hidramnion atau molahidatidosa ( PP
IBI, 2016).
Table 2.1 Tinggi Fundus Uteri Berdasarkan Usia
Kehamilan
Tinggi Fundus
Usia
Menggunakan
Kehamilan
Dalam Cm Penunjuk
(Minggu)
Badan
12 - Teraba di atas
simfisis pubis
16 - Pertengahan
simfisis pubis
dan umbilicus
20 20 cm (+2 cm) Pada umbilikus

22-27 UK = cm (+2 cm) -


28 28 cm (+2 cm) Pertengahan
umbilikus dan
prosesus
sifoideus
29-35 UK = cm (+2 cm) -
36 36 cm (+2 cm) Pada prosesus
sifoideus
(Saifuddin, 2009)
Menurut Johnson-Taussac,untuk menentukan Taksiran Berat Janin (TBJ)
adalah:
TBJ : (TFU menurut Mc Donald-12)x 155 =
 Kurang 12 jika kepala belum masuk pintu atas panggul

 Kurang 11 jika kepala sudah masuk pintu atas panggul

(Anggrita, 2015)

5) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ).


Presentasi janin normal saat bersalin yaitu presentasi kepala, dapat diperiksa
dengan cara leopold. Brdasarkan (Jannah., 2012) pemeriksaan leopold
adalah sebagai berikut :
a) Leopold I

Bertujuan untuk mengetahui TFU dan bagian janin yang ada di fundus. Cara
pemeriksaannya
a. Pemeriksa mengahadap kearah muka ibu hamil

b. Kedua tangan meraba bagian fundus dan mengukur berapa tinggi fundus
uteri

c. Meraba bagian apa yang ada di fundus

b) Leopold II

Bertujuan untuk mengetahui bagian janin yang ada disebelah kanan atau kiri
ibu. Cara pemeriksaanya :
a. Kedua tangan pemeriksa berada disebelah kanan dan kiri perut ibu

b. Ketika memeriksa sebelah kanan, maka tangan kanan menahan perut


sebelah kiri ke arah kanan, begitu pula sebaliknya

c. Jika teraba rata, ada tahanan makaitu adalah punggung bayi jika teraba
kecil menonjol itu adalah bagian kecil janin.

c) Leopold III
Bertujuan untuk mengetahui bagian janin yang ada di bawah uterus. Cara
pemeriksaannya :
a. Tangan kiri menahan fundus

b. Tangan kanan meraba bagian yang ada dibawah uterus. Jika teraba
bulat, melenting, keras dan dapat digoyangkan, maka itu adalah kepala.
Jika bagian bawah tidak ditemukan kedua bagian tersebut maka
pertimbangkan janin dalam letak melintang
c. Pada letak sungsang/ lintang tangan pemeriksa dapat merasakan goyang
pada bagian bawah, tangan kiri merasakan ballotement ( pantulan dari
kepala janin, terutama ditemukan pada usia kehamilan 20 – 28 minggu)

d) Leopold IV
Bertujuan untuk mengetahui bagian janin yang ada di bagian bawah dan
untuk mengetahui apakah kepala sudah masuk panggul atau belum. Cara
pemeriksaannya :
a. Pemeriksa menghadap ke kaki pasien
b. Kedua tangan meraba bagian janin yang ada di bawah, jika teraba
kepala tempatkan kedua tangan di arah yang berlawanan dibagian
bawah
c. Jika kedua tangan konvergen ( dapat saling bertemu ) berarti kepala
belum masuk panggul
d. Jika kedua tangan divergen ( tidak saling bertemu ) berarti kepala sudah
masuk panggul

Denyut jantung janin dapat terdengar dari punctum maksimum. Penilaian


DJJ dilakukan pada akhir trimester I dan selanjutnya setiapkali kunjungan
antenatal. DJJ dikatakan lambat kurang dari 120/menit atauDJJ dikatakan
cepat lebih dari160/menit menunjukkan adanya gawat janin ( PP IBI, 2016).

6) Skrining status imunisasi Tetanus Toksoid


Tujuan pemberian imunisasi tetanus toksoid (TT) adalah untuk melingdungi
janin dari tetanus neonatorum. Pemberian imunisasi tetanus toksoid pada
kehamilan umumnya diberikan 2 kali saja, imunisasi pertama diberikan pada
usis 16 minggu, untuk yang kedua diberikan 4 minggu kemudian (Yeyeh,
2009). Efek samping vaksin TT yaitu nyeri, kemerahan dan bengkak untuk
1-2 hari pada tempat penyuntikan. Ini akan sembuh dan tidak perlu
pengobatan.
Table 2.2 imunisasi ibu hamil

Riwayat imunisasi ibu Imunisasi yang


Status imunisasi
hamil didapat

DPT-1

Imunisasi dasar lengkap DPT-2 T1&T2

DPT-3

Anak sekolah kelas 1 SD DT T3

Anak sekolah kelas 2 SD Td T4

Anak Sekolah kelas 3 SD Td T5

Jika ada status T


diatas yang tidak
terpenuhi
Calon pengantin, masa lanjutkan urutan
TT
hamil T yang terpenuhi
perhatikan
interval
pemberian

(Sarwono PP IBI, 2016)

7) Pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan


Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil mendapat tablet
tambah darah ( tablet zat besi) dan asam folat minimal 90 tablet Selma
kehamilan yang diberikan sejak kontak pertama. Tablet ini mengandung 200
mg Sulfat Ferosus 0,25 mg asam folat yang diikat dengan laktosa. Tujuan
pemberian pemberian tablet Fe adalah untuk memenuhi kebutuhan Fe pada
ibu hamil dan nifas, karena pda masa hamil kebuthannya meningkat seiring
dengan bertubhnya janin. Zat besi ini penting untuk kompensasi peningkatan
volum darah yang terjadi selama kehamilan dan memastikan pertumbuhan
dan perkembangan janin yang adekuat.Cara pemberian adalah satu tablet Fe
per hari, Sesudah makan, selama masa kehamilan dan nifas.

8) Test laboratorium (rutin dan khusus)


Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada ibu hamil adalah
pemeriksaan laboratorium khusus. Pemeriksaan laboratorium rutin adalah
pemeriksaan laboratorium yang harus dilakukan pada setiap ibu hamil yaitu
golongan darah, hemoglobin darah dan pemeriksaan spesifik daerah endemis
malaria HIV, dll. Sementara pemeriksaan laboratorium khusus adalah
pemeriksaan laboratorium lain yang dilakukan atas indikasi lain pada ibu
hamil yang melakukan kunjungan antenatal.
Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada antenatal tersebut meliputi :
a) Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil tidak hanya untuk
mengetahui jenis golongan darah ibu melainkan juga untuk
mempersiapkan calon pendonor darah yang sewaktu-waktu diperlukan
apabila terjadi situasi kegawatdaruratan.
b) Pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb)
Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu hamil dilakukan minimal
sekali pada trimester pertama dan sekali pada trimester ketiga.
Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui ibu hamil tersebut
menderita anemia atau tidak selama kehamilannya karena kondisi
anemia dapat mempengaruhi proses tumbuh kembang janin dalam
kandungan.
c) Pemeriksaan protein dalam urin
Pemeriksaan protein dalam urin pada ibu hamil dilakukan pada
trimester kedua dan ketiga atas indikasi. Pemeriksaan ini ditujukan
untuk mengetahui adanya proteinuria pada ibu hamil. Proteinuria
merupakan salah satu indikator terjadinya preeclampsia pada ibu
hamil.
d) Pemeriksaan kadar gula darah
Ibu hamil yang dicurigai menderita Diabetes Melitus harusdilakukan
pemeriksaan gula darah selama kehamilannya minimal sekali pada
trimester pertama, sekali pada trimester kedua, dan sekali pada
trimester ketiga (terutama pada akhir trimester ketiga).
e) Pemeriksaan HIV
Pemeriksaan HIV terutama untuk daerah dengan risiko tinggi kasus
HIV dan ibu hamil yang dicurigai menderita HIV. Ibu hamil setelah
menjalani konseling kemudian diberi kesempatan untuk menetapkan
sendiri keputusannya untuk menjalani tes HIV. (KEMENKES,2010).

9) Tatalaksana kasus
Menyikapi dan menanggapi kasus yang ditemukan sesuai dengan standar
dengan cepat dan tepat.

10) Temu wicara (konseling), Perencanaan Persalinan dan Pencegahan


Komplikasi (P4K) serta KB paska persalinan.

6. Anemia pada Kehamilan

Menurut Manuaba (2010) anemia pada kehamilan adalah anemia karena


kekurangan zat besi, dan merupakan jenis anemia yang pengobatannya relative
mudah, bahakan murah. Anemia pada kehamilan merupakan masalah nasional
karena mencerminkan nilai kesejahteraan nilai sejahtera social ekonomi
masyarakat, dan pengaruhnya sangt besar terhadap kualitas sumber daya
manusia. Anemia kehamilan disebut “potensial danger to mother and child”
(potensial membahayakan ibu dan anak), karena itulah anemia memerlukan
perhatian serius dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan pada
lini depan.
Ekspasnsi volume plasma merupakan penyebab anemia fisiologik pada
kehamilan. Volume plasma yang terekspansi menurunkan hematokrit (Ht),
konsentrasi hemoglobin darah (Hb), dan hitung eritrosit , tetapi tiodak
menurunkan jumlah absolut Hb atau eritrosit dalam sirkulasi.
Anemia secara praktis dapat didefinisikan sebagai kadar Ht, konsentrasi
Hb, atau hitung eritrosit di bawah batas “normal”. Namun, nilai normal yang
akurat untuk ibu hamil sulitt untuk dipastikan karena ketiga parameter
laboratorium tersebut bervariasi selama periode kehamilan.
Setiap hari di tahun 2013 sekitar 800 perempuan di dunia meninggal karena
komplikasi kehamilan dan kelahiran anak pada proses kelahiran dapat
mengakibatkan perdarahan dan akhirnya menyebabkan anemia.

a. Kebutuhan Zat Besi Pada Wanita Hamil


Wanita memerlukan zat besi lebih tinggi dari laki-laki karena terjadi
menstruasi dengan perdarahan sebanyak 50 sampai 80 cc setiap bulan dan
kehilangan zat besi sebesar 30 sampai 40 mg. Disamping itu, kehamilan
memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan jumlah sel darah merah
dan membentuk sel darah merah janin dan plasenta. Makin sering seorang
wanita mengalami kehamilan dan melahirkan akan makin banyak kehilangan
zat besi dan menjadi anemis.

Jika persediaan cadangan Fe minimal, maka setiap kehamilan akan menguras


persediaan Fe tubuh dan akhirnya menimbulkan anemia pada kehamilan
berikutnya. Pada kehamilan relatif terjadi anemia karena darah ibu hamil
mengalami hemodilusi (pengenceran) dengan peningkatan volume 30%
sampai 40 % yang puncaknya pada kehamilan 32 sampai 34 minggu.
Jumlah peningkatan sel darah 18 sampai 30 %, dan hemoglobin sekitar 19 %.
Bila hemoglobin ibu sebelum hamil sekitar 11 g%, dengan terjadinya
hemodilusi akan mengakibatkan anemia hasil fisiologis, dan Hb ibu akan
menjadi 9,5 sampai 10 g%.
Setelah persalinan – dengan lahirnya plasenta dan perdarahan – ibu akan
kehilangan zat besi sekitar 900 mg. Saat laktasi, ibu masih memerlukan
kesehatan jasmani yang optimal sehingga dapat menyiapkan ASI untuk
pertumbuhan dan perkembangan bayi. Dalam keadaan anemia, laktasi tidak
mungkin dapat dilaksanakan dengan baik.
b. Diagnosis anemia pada kehamilan
Untuk menegakkan diagnosis anemia kehamilan dapt dilakukan dengan
anamnesa. Pada anamnesa akan didapatkan keluhan cepat lelah, sering ousing,
mata kunang- kunang, dan mual-mual lebih hebat pada hamil muda.

Tabel 2.3 Kadar Hb

Status kehamilan Hemoglobin (g/dl) Hematokrit (%)


Tidak hamil 12,0 36
Hamil 11,0 33
10,5 32
Trimester I
11,0 33
Trimester II
Sumber : Prawirohardjo 2010

1) Hb 11 gr % : tidak anemia
2) Hb 9 gr % - 10 gr % : anemia ringan
3) Hb 7 gr % - 8 gr % : anemia sedang
4) Hb < 7 gr % : anemia berat

Pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali selama kehamilan pada


trimester 1 dan trimester 3. Dengan pertimbangan bahwa sebgian besar ibu
hamil mengalami anemia, maka dilakukan pemberian preparat Fe sebanyak 90
tablet pada ibu-iibu hamil dipuskesmas.
c. Pengaruh anemia pada kehamilan dan janin

1) Bahaya selama kehamilan : dapat terjadi abortus, persalinan


prematuritas, hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim, mudah terjadi
infeksi, ancaman dekompensasi kordis (Hb <6 g%), mola hidatidosa,
hiperemesis gravidarum, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini
(KPD).
2) Bahaya saat persalinan : gangguan his (kekuatan mengejan), kala
pertama dapat berlangsung lama, dan terjadi partus terlantar, kala dua
berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering memerlukan
tindakan operasi kebidanan, kala uri dapat diikuti retensio plasenta, dan
perdarahan postpartum karena atonis uteri, kala empat dapat terjadi
perdarahan postpartum sekunder dan atonia uteri.
3) Pada kala nifas : terjadi subinvolusi uteri menimbulkan perdarahan
postpartum, memudahkan infeksi puerperium, pengeluaran ASI berkurang,
terjadi dekompensasi kordis mendadak setelah persalinan, anemia kala
nifas, mudah terjadi infeksi mamae.
4) Bahaya anemia terhadap janin : sekalipun tampaknya janin mampu
menyerap berbagai kebutuhan dari ibunya, tetapi dengan anemia akan
mengurangi kemampuan metabolisme tubuh sehingga mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.
Akibat anemia dapat terjadi gangguan dalam bentuk : abortus, kematian
intrauterin, persalinan prematuritas tinggi, berat badan lahir rendah,
kelahiran dengan anemia, dapat terjadi cacat bawaan, bayi mudah mendapat
infeksi sampai kematian perinatal, dan inteligensia rendah.

d. pengobatan anemia pada ibu hamil


Penanggulangan anemia pada ibu hami dilaksanakan dengan
memberikan 90 tablet Fe kepada ibu hamil selama periode kehamilannya
dengan menganjurkan ibu untuk mengkosumsi sayuran hijau, buah, dan
makanan yang mengandung protein seperti ati ayam, telur, ikan dan daging.
Untuk menghindari terjadinya anemia sebaiknya ibu hamil melakukan
pemeriksaan sebelum hamil sehingg dapat diketahui data-data dasar
kesehatan umum calon ibu tersebut. Dalam pemeriksaan kesehatan ini
disertai pemeriksaan laboratorium, termasuk pemeriksaan feses sehingga
diketahu ada atau tidaknya infeksi parasite.

B. Persalinan dan Bayi Baru Lahir (BBL) umur 1 jam


1. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari
dalam uterus ke dunia luar. Persalinan mencakup proses fisiologis yang
memungkinkan serangkaian perubahan yang besar pada ibu untuk dapat janinnya
melalui jalan lahir. Persalianan dan kelahiran normal mrupakan proses
pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup blan (37-42minggu), lahir
spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam waktu 18 jam,
tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Jannah, 2015).

2. Tanda dan Gejala Persalinan


1) His persalinan
Ciri-ciri his persalinan yaitu pinggang terasa sakit menjalar ke depan, sifat his
teratur, interval makin pendek, dan kekuatan makin besar, terjadi perubahan
pada serviks dan jika melakukan aktivitas seperti jalan, maka kekuatan his
bertambah.
2) Pengeluaran lender dan darah
Dengan adanya his persalinan, terjadi perubahan pada serviks yang
menimbulkan pendataran dan pembukaan menyebabkan selaput lender yang
terdapat di servikalis terlepas.
3) Pengeluaran cairan
Sebagian pasien mengeluarlan air ketuban akibat pecahnya selaput ketuban.
Jika ketuban sudah pecah, maka ditargetkan persalinan dapat berlangsung
dalam 24 jam. Namun jika ternayata tidak tercapai, maka persalinan akhirnya
dengan tindakan tertentu, misalnya dengan ekstraksi vakum, atau section
(Sulystiawati, 2010).

3. Teori Persalinan
a. Teori Keregangan
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu, setelah
melewati batas waktu tersebut kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai.
Keadaan uterus yang terus membesar menjadi tegang mengakibatkan
iskemia otot-otot uterus.
b. Teori Penurunan Progesteron
Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28 minggu, dimana
terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah mengalami penyempitan
dan buntu.Villy kariales mengalami perubahan-perubahan dan produksi
progesterone mengalami penurunan, sehingga otot Rahim lebih sensitive
terhadap oksitosin. Akibat otot Rahim berkontraksi setelah tercapai tingkat
penurunan progesterone tertentu.
c. Teori Oksitosin Internal
Oksitosin dikeluarakan oleh kelenjar hypopisi pars posterior. Perubahan
keseimbangan estrogen dan progesterone dapat mengubah senditifitas otot
Rahim, sehingga sering terjadi kontraksi Braxton-hicks. Menurunnya
konsenrasi progesterone akibat tuanya kehamillan, maka oksitosin dapat
meningkatkan aktivitas sehingga persalinan dimulai.
d. Teori Prostagladin
Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak kehamilan 15 minggu yang
dikeluarkan oleh desidua. Pemeberan prostaglandin pada saat hamil dapat
menimbulkan kontraksi otot Rahim, sehingga terjadi persalinan.
Prostaglandin dianggap dapat merupakan pemicu terjadinya persalinan.
(Tando, 2013).

4. Faktor dalam Persalinan

Faktor yang mempengaruhi proses penting dalam persalinan menurut


Sondakh (2013) yaitu :
a. Penumpang (Passenger)
Penumpang dalam persalinan adalah janin dan plasenta. Hal-hal yang perlu
diperhatikan mengenai janin adalah ukuran kepala janin, presentasi, letak,
sikap, dan posisi janin; sedangkan yang perlu diperhatikan pada plasenta
adalah letak, besar dan luasnya.
b. Jalan Lahir (Passage)
Jalan lahir terbagi atas dua, yaitu jalan lahir keras dan jalan lahir lunak. Hal-
hal yang perlu diperhatikan dari jalan lahir keras adalah ukuran dan bentuk
tulang panggul; sedangkan yang perlu diperhatikan pada jalan lahir lunak
adalah segmen bawah uterus yang dapat meregang, serviks, otot dasar
panggul,vagina, dan introitus vagina
c. Kekuatan (Power)
Tenaga yang mempengaruhi proses persalinan adalah tenaga ibu mengedan
dan kekuatan yang mendorong janin keluar adalah his atau kontraksi uterus
d. Posisi Ibu
Posisi ibu dapat mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi persalinan.
Perubahan posisi yang diberikan pada ibu bertujuan untuk menghilangkan
rasa letih, memberi rasa nyaman, dan memperbaiki sirkulasi.
e. Respons Psikologi
1) Dukungan ayah bayi/pasangan selama proses persalinan
2) Dukungan kakek-nenek (saudara dekat) selama persalinan
3) Saudara kandung bayi selama persalinan

5. Tahapan Dalam Persalinan


a. Kala I
Kala I adalah kala pembukaan berlangsung dari pembukaan nol (0cm_
sampai pembukaan lengkap (10cm). Kala 1 primigravida berlangsung 12 jam,
sedangkan multigravida sekita 8 jam. Berdasarkan kurva Friedman,
diperhitungkan pembukaan primigravida 1cm/jam dan pembukaan muligravida
2cm/jam (Nurul, 2015). Kala 1 dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang
teratur dan meningkat (Frekuensi serviks membuka lengkap (Johriyah; dkk,
2012).
Menurut (Tando, 2013), kala 1 terdiri dari 2 fase yaitu fase laten dan fase aktif :
1) Fase Laten
a) dimulai sejak awal kontraksi yang menyebakan penipisan dan pembukaan
serviks secara bertahap
b) berlangsung hingga serviks membuka ampai 3cm atau kurang dari 4cm
c) pada umumnya fase ini berlangsung lebih kurang 8 jam.
d) kontraksi mulai teratur dan lamanya 20-30 detik
2) Fase Aktif
a) frekuensi dan lam kontraksi uterus akan tiga kali lebih meningkat
secarabertahap dimana terjadinya tiga kli atu lebih waktu 10 menit dan
berlangsung selama 40detik atau lebih
b) dari pembukaan 4cm mencapai pembukaan 10cm dan akan terjadi dengan
kecepatan rata-rata 1 cm per jam pada Nulipara atau primigrvida atau lebih
1cm hingga 2cm pada multipara.
c) terjadi penurunan bagian bawah janin. Dalam fase ini masih dibagi
menjadi 3 fase, yaitu :
(1) Fase aksleraso : pembukaan dari 3 cm menjadi 4 cm, berlangsung
selama 2 jam
(2) Fase dilatasi maksimal : pembukaan dari 4 cm menjadi 9cm,
berlangsung cepat yaitu selama 2 jam.
(3) Fase deselerasi : pembukaan 9 cm sampai 10 cm berlangsung selama
2 jam
Pada kala satu kondisi ibu dan janin harus dinilai dan dicatat secara
seksama, yaitu:
Tabel 2.4 Pemantauan Kala I

Parameter Frekuensi pada fase Frekuensi pada


laten fase aktif
Tekanan darah Setiap 4 jam Setiap 4 jam
Suhu badan Setiap 4 jam Setiap 2 jam
Nadi Setiap 30 – 60 menit Setiap 30 – 60 menit
Denyut jantung Setiap 1 jam Setiap 30 menit
Janin
Kontraksi Setiap 1 jam Setiap 30 menit
Pembukaanserviks Setiap 4 jam* Setiap 4 jam*
Penurunan Setiap 4 jam* Setiap 4 jam*
*dinilai pada saat pemeriksaan dalam

Tabel 2.5 Penurunan Kepala Janin Menurut Sistem Perlimaan


Periksa Luar Periksa Dalam Keterangan
Kepala diatas Mudah digerakkan
5/5
PAP
4/5 H I- II Sulit digerakkan bagian terbesar
kepala belum masuk PAP
3/5 H II- III Bagian terbesar kepala belum masuk
Panggul
2/5 H III + Bagian terbesar kepala sudah masuk
PAP
1/5 H III- IV Kepala di dasar panggul
0/5 H IV Di perineum
(Saifuddin, 2009)

Asuhan yang dapat diberikan kepada ibu bersalin pada kala I


(Saifuddin, 2010):
a. Menghadirkan orang yang dianggap penting oleh ibu seperti suami,
keluarga pasien atau teman dekat.
Dukungan yang dapat diberikan berupa: mengusap keringat,
menemani/membimbing jalan-jalan (mobilisasi), memberikan
minum, merubah posisi dan sebagainya, memijat atau menggosok
pinggang.
b. Mengatur aktifitas dan posisi ibu.
Ibu diperbolehkan melakukan aktifitas sesuai dengan
kesanggupannya. Posisi sesuai dengan keinginan ibu, namun bila ibu
ingin di tempat tidur sebaiknya tidak dianjurkan tidur dalam posisi
terlentang lurus.
c. Membimbing ibu untuk rileks sewaktu ada his.
Ibu diminta menarik nafas panjang, tahan nafas sebentar, kemudian
dilepaskan dengan cara meniup sewaktu ada his.
d. Menjaga privasi ibu.
Penolong tetap menjaga hak privasi ibu dalam persalinan, antara lain
menggunakan penutup atau tirai, tidak menghadirkan orang lain
tanpa sepengetahuan dan seizing pasien/ibu.
e. Penjelasan tentang kemajuan persalinan.
Menjelaskan kemajuan persalinan, perubahan yang terjadi dalam
tubuh ibu, serta prosedur yang akan dilaksanakan dan hasil-hasil
pemeriksaan.
f. Menjaga kebersihan diri.
Membolehkan ibu untuk mandi. Menganjurkan ibu membasuh sekitar
kemaluannya seusai buang air kecil/besar.
g. Mengatasi rasa panas.
Ibu bersalin biasanya merasa panas dan banyak keringat, dapat
diatasi dengan cara: gunakan kipas angina tau AC dalam kamar,
menggunakan kipas biasa, menganjurkan ibu untuk mandi.
h. Masase.
Jika ibu suka, lakukan pijatan/masase pada punggung atau mengusap
perut dengan lembut.
i. Pemberian cukup minum.
Untuk memenuhi kebutuhan energi dan mencegah dehidrasi.
j. Mempertahankan kandung kemih tetap kosong.
Sarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin.
k. Sentuhan.
Disesuaikan dengan keinginan ibu, memeberikan sentuhan pada salah
satu bagian tubuh yang bertujuan untuk mengurangi rasa kesendirian
ibu selama proses persalinan.

b. Kala II
Kala dua dimulai dari pembukaan lengkap (10cm) sampai bayi lahir.
Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada
multigravida (Saifuddin, 2009)
1) Tanda dan gejala kala dua ( JNPK-KR, 2008)
a) ibu ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi
b) ibu merasa adanya peningkatan tekanan pada rectum dan atau
vaginannya
c) perineum menonjol
d) vulva vagina membuka
2) Tanda pasti kala dua ditentukan mlalui periksa dalam dengan hasil:
a) pembukaan serviks telah lengkap
b) terlihatnya bagian kepala bayi melalui itrotius vagina
Asuhan yang dapat diberikan kepada ibu bersalin pada kala II (Saifuddin,
2010):

a. Memberikan dukungan terus menerus kepada ibu kehadiran seseorang


untuk:
1) Mendampingi ibu agar merasa nyaman.
2) Menawari minum, mengipasi dan memijat ibu.
b. Menjaga kebersihan diri
1) Ibu tetap dijaga kebersihannya agar terhindar dari infeksi.
2) Bila ada darah lendir atau cairan ketuban segera dibersihkan.
c. Mengipasi dan masase.
Menambah kenyamanan bagi ibu.
d. Memberikan dukungan mental.
Untuk mengurangi kecemasan dan ketakutan ibu, dengan cara:
1) Menjaga privasi ibu.
2) Penjelasan tentang proses dan kemajuan persalinan.
3) Penjelasan tentang prosedur ayang akan dilakukan dan keterlibatan
ibu.
e. Mengatur posisi ibu.
Dalam memimpin mengedan dapat dipilih posisi: jongkok, menungging,
tidur miring, setengah duduk. Posisi tegak ada kaitannya dengan
berkurangnya rasa nyeri, mudah mengedan, kurangnya trauma vagina dan
perineum dan infeksi.
f. Menjaga kandung kemih tetap kosong.
Ibu dianjurkan untuk berkemih sesering mungkin. Kandung kemih yang
penuh dapat menghalangi turunnya kepala ke dalam rongga panggul.
g. Memberikan cukup minum.
Memberi tenaga dan mencegah dehidrasi
h. Memimpin mengedan.
Ibu memimpin mengedan selama his, anjurkan kepada ibu untuk
mengambil nafas. Mengedan tanpa diselingi bernafas, kemungkinan dapat
menurunkan pH pada arteri umbilicus yang dapat menyebabkan denyut
jantung tidak normal dan nilai apgar rendah.
i. Bernafas selama persalinan.
Minta ibu untuk bernafas selagi kontraksi ketika kepala akan lahir. Hal ini
menjaga agar perineum meregang pelan dan mengontrol lahirnya kepala
serta mencegah robekan.
j. Pemantauan denyut jantung janin.
Periksa DJJ setelah setiap kontraksi untuk memastikan janin tidak
mengalami bradikardi (<120). Selama mengedan yang lama, akan terjadi
pengurangan aliran darah dan oksigen ke janin.
k. Melahirkan bayi.

c. Kala III
Kala III persalinan disebut juga sebagai kala uri atau kala pengeluaran
plasenta. Kala III dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya
plasenta dan selaput ketuban. (JNPK, 2008).
Pada kala tiga persalinan, otot uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti
penyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran
ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta. Karena
tempat perlekatan menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak
berubah maka plasenta akan terlipat, menebal, dan kemudian lepas dari
dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah uterus
atau ke dalam vagina (JNPK, 2008).
Asuhan yang diberikan kepada ibu bersalin pada kala III:
1) Jepit dan gunting tali pusat sedini mungkin.
Dengan penjepitan tali pusat dini akan memulai proses pelepasan
plasenta.
2) Memberikan oksitosin
Oksitosin merangsang uterus berkontraksi yang juga mempercepat
pelepasan plasenta.
a) Oksitosin 10 U IM dapat diberikan ketika kelahiran bahu depan bayi
jika petugas lebih dari satu dan pasti hanya ada bayi tunggal.
b) Oksitosin dapat diberikan dalam 1 menit setelah kelahiran bayi jika
hanya ada seorang petugas dan hanya ada bayi tunggal.
c) Oksitosin 10 U IM dapat diulangi setelah 15 menit jika plasenta masih
belum lahir.
d) Jika oksitosin tidak tersedia, rangsang putting payudara ibu atau
berikan ASI pada bayi guna menghasilkan oksitosin alamiah.
3) Melakukan penegangan tali puasat terkendali atau PTT (CCT/Controled
Cord Traction).
Tanda – tanda lepasnya plasenta mencakup beberapa atau semua hal – hal
dibawah ini (JNPK, 2008):
a) Perubahan bentuk dan tinggi fundus. Setelah bayi lahir dan sebelum
miometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk bulat penuh dan tinggi
fundus uterus biasanya dibawah pusat. Setelah uterus berkontraksi dan
plasenta terdorong ke bawah, uterus berbentuk segitiga atau seperti buah
pear atau alpukat dan fundus berada di atas pusat (seringkali mengarah
ke sisi kanan).
b) Tali pusat memanjang. Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva
(tanda Ahfeld).
c) Semburan darah mendadak dan singkat. Darah yang terkumpul di
belakang plasenta akan membantu medorong plasenta keluar dan
dibantu oleh gaya gravitasi. Apabila kumpulan darah (retroplacenta
pooling) dalam ruang diantara dinding uterus dan permukaan dalam
plasenta melebihi kapasitas tampungnya maka darah tersembur keluar
dari tepi plasenta yang terlepas.
d) Masase fundus uteri.
Segera setelah plasenta dan selaputnya dilahirkan, masase fundus agar
menimbulkan kontraksi. Hal ini dapat mengurangi pengeluaran darah
dan mencegah perdarahan postpartum. Jika uterus tidak berkontraksi
kuat selama 10-15 detik, atau perdarahn hebat terjadi, mulailah segera
melakukan kompresi bimanual (Saifuddin, 2010).
Menurut JNPK (2008), manajemen aktif kala tiga (MAK III) bertujuan untuk
menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat
mempersingkat waktu, mencegah perdarahan dan mengurangi kehilangan
darah kala tiga persalinan jika dibandigkan dengan penatalaksanaan
fisiologis. Sebagian besar kasus kesakitan dan kematian ibu di Indonesia
disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan dimana sebagian besar
diebabkan oleh atonia uteri dan retensio plasenta yang sebenarnya dapat
dicegah dengan melakukan manajemen aktif kala tiga.
Keuntungan – keuntungan manajemen aktif kala tiga (JNPK, 2008):
1) Persalinan kala tiga yang lebih singkat.
2) Mengurangi jumlah kehilangan darah.
3) Mengurangi kejadian retensio plasenta.

d. Kala IV
Dimulai saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama postpartum.
Masa postpartum merupakan saat paling kritis untuk mencegah kematian
ibu, terutama kematian disebabkan karena perdarahan. Selama kala IV,
petugas harus memantau ibu selama 15 menit pada jam pertama setelah
kelahiran plasenta, dan setiap 30 menit pada jam kedua setelah persalinan.
Jika kondisi ibu tidak stabil, maka ibu harus dipantau lebih sering.
Pemantauan dan asuhan kebidanan yang dilakukan selama kala IV
(Saifuddin, 2010):
1) Memeriksa fundus.
Rasakan apakah fundus berkontraksi kuat dan berada di atau di
bawah umbilicus. Periksa fundus:
a) Setiap 15 menit pada jam pertama setelah persalinan
b) Setiap 30 menit pada jam kedua setelah persalinan
c) Masase fundus jika perlu untuk menimbulkan kontraksi
2) Memeriksa plasenta.
Periksa kelengkapannya untuk memastikan tidak ada bagian-bagian
yang tersisa dalam uterus.
3) Memeriksa selaput ketuban.
Periksa kelengkapan untuk memastikan tidak ada bagian-bagian yang
tersisa dalam uterus.
4) Memeriksa Perineum.
Periksa luka robekan pada perineum dan vagina yang membutuhkan
jahitan.
5) Memperkirakan pengeluaran darah.
Dengan memperkirakan darah yang menyerap pada kain atau dengan
menentukan berapa banyak kantong darah 500 cc dapat terisi.
a) Tidak meletakkan pispot pada ibu untuk menampung darah
b) Tidak menyumbat vagina dengan kain untuk menyerap darah.
c) Pengeluaran darah abnormal > 500 cc
6) Memeriksa lochea.
Periksa apakah ada darah keluar langsung pada saat memeriksa
uterus. Jika uterus berkontraksi kuat, lokhia kemungkinan tidak
lebih dari menstruasi.
7) Memeriksa kandung kemih.
Periksa untuk memastikan kandung kemih tidak penuh. Kandung
kemih yang penuh mendorong uterus ke atas dan menghalangi
uterus berkontraksi sepenuhnya.
8) Memeriksa kondisi ibu.
a) Periksa tekanan darah, nadi, kandung kemih, dan perdarahan
setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit pada jam
kedua setelah persalinan. Jika kondisi ibu tidak stabil, pantau ibu
lebih sering.
b) Apakah ibu membutuhkan minum?
c) Apakah ibu ingin memegang bayinya?
9) Memeriksa kondisi bayi baru lahir.
a) Apakah bayi bernafas dengan baik/memuaskan?
b) Apakah bayi kering dan hangat?
c) Apakah bayi siap disusui/pemberian ASI memuaskan?
10) Anjurkan ibu untuk minum demi mencegah dehidrasi. Tawarkan ibu
makanan dan minuman yang disukainya.
11) Bersihkan perineum ibu dan kenakan pakaian ibu yang bersih dan
kering.
12) Biarkan ibu beristirahat – ia telah bekerja keras melahirkan bayinya.
Bantu ibu pada posisi yang nyaman.
13) Biarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan hubungan ibu dan
bayi, sebagai permulaan dengan menyusui bayinya.
14) Jika ibu perlu ke kamar mandi, ibu boleh bangun, pastikan ibu
dibantu karena masih dalam keadaan lemah atau pusing setelah
persalinan. Pastikan ibu sudah buang air kecil dalam 3 jam
pospartum.
15) Ajari ibu atau anggota keluarga tentang:
a) Bagaimana memeriksa fundus dan menimbulkan kontraksi.
b) Tanda – tanda bahaya bagi ibu dan bayi.

6. Partograf

Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala I persalinan


dan informasi untuk membuat keputusan klinik (JNPK, 2008).

Menurut JNPK (2008), tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk:
a. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai serviks
melalui pemeriksaan dalam.
b. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan dengan normal. Dengan
demikian, juga dapat mendeteksi secara dini setiap kemungkinan
terjadinya partus lama.
c. Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi,
grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosa yang
diberikan, pemeriksaan laboratorium, membuat keputusan klinik dan
asuhan atau tindakan yang diberikan dimana semua itu dicatatkan secara
rinci pada status atau rekam medik ibu bersalin dan bayi baru lahir.

Menurut JNPK (2008) partograf harus digunakan :

a. Untuk semua ibu dalam fase aktif kala I persalinan sebagai elemen penting
asuhan persalinan. partograf harus di gunakan, baik ataupun adanya
penyulit.
b. Selama persalinan dan kelahiran di semua tempat ( rumah, puskesmas,
klinik bidan swasta, rumah sakit, dll).
c. Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan
kepada ibu selama pesalinan dan kelahiran ( dr. spesialis obstetri
ginekologi, bidan, dokter umum, residen dan mahasiswa kedokteran).

menggunaan partograf secara rutin akan memastikan para ibu dan bayinnya
mendapatkan asuhan yang aman dan tepat waktu. Selain itu juga mecegah
terjadinya penyulit yang dapat mengancam keselamatan jiwa mereka.

Mencatat temuan pada partograf :

a. Informasi tentang ibu


Lengkapi bagian awal (atas) partograf secara teliti pada saat mulai asuhan
persalinan. Waktu kedatangan (tertulis sebagai : “jam” pada partograf) dan
perhatikan kemungkinan ibu datang dalam fase laten persalinan catat
waktu terjadinya pecah ketuban.
b. Kesehatan dan kenyamanan janin

Kolom, lajur dan skala pada partograf adalah untuk pencatatan DJJ, air
ketuban dan penyusupan (kepala janin).

c. Kemajuan Persalinan
Kolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk pencatatan kemajuan
persalinan.
d. Jam dan Waktu
Jam dan waktu berisi waktu mulainya fase aktif persalinan dan waktu
aktual saat pemeriksaan atau penilaian.
e. Kontraksi Uterus
Bila lama kontraksi kurang dari 20 detik maka diberi titik – titik di kotak
yang sesuai, bila lama kontraksi 20 – 40 detik, maka beri garis – garis di
kotak yang sesuai, dan bila lama kontraksi lebih dari 40 detik maka isi
penuh kotak yang sesuai.
f. Obat – obatan dan cairan yang diberikan
Dibawah lajur kotak observasi kontraksi uterus tertera lajur kotak untuk
mencatat oksitosin, obat – obat lainnya dan cairan IV. Bagian ini juga
digunakan untuk mencatat jumlah asupan yang diberikan.
g. Kondisi Ibu
Menilai nadi, tekanan darah dan suhu tubuh. Nilai nadi ibu setiap 30 menit
(lebih sering jika diduga adanya penyulit), nilai tekanan darah ibu setiap 4
jam (lebih sering jika diduga adanya penyulit), nilai temperatur tubuh ibu
setiap 2 jam (lebih sering jika diduga adanya penyulit).

7. Penatalaksanaan Proses Persalinan Menurut Asuhan Persalinan Normal


a. Melihat tanda dan gejala kala II
1. Mengamati tanda gejala persalinan kala II
a) Adanya dorongan ingin meneran
b) Ibu merasa ada tekanan pada rektum dan vaginanya
c) Perineum menonjol
d) Vulva dan sfingter ani membuka
b. Menyiapkan pertolongan persalinan
2. Memastikan perlengkapan, bahan dan obat-obat esensial siap
digunakan. Patahkan ampul oksitosin 10IU dan menempatkan tabung
suntik steril di dalam partus set
3. Mengenakan baju tertutup atau celemek plastik yang bersih
4. Melepaskan semua perhiasan yang dipakai, mencuci kedua tangan
dengan abun dan air bersih mengalir dan meringkannya dengan
handuk bersih.
5. Memakai sarung tangan DTT atau ssteril sebelah kanan
6. Mengisap oksitosin 10 IU ke dalam tabung suntik dengan tangan yang
memakai handscoen sebelah dan meletakan kembali di partus set.
c. Memastikan pembukaan lengkap
7. Membersihkan vulva dan perineum, menyeka dari arah depan ke
belakang dengan menggunakan kapas yang sudah dibasahi DTT
8. Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan dalam
untuk memastikan pembukaan sudah lengkap pada serviks, selaput
ketuban belum pecah maka lakukan amniotomi
9. Mendekontaminasi sarungtangan dengan cara mencelupkan ke larutan
klorin 0,5% kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik
10.Memeriksa DJJ setelah kontraksi berakhir untuk memastikan bahwa
DJJ dalam batas normal (100-180 kali/menit)
a) Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak sesuai
b) Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua
hasil penilaian serta asuhan lainnya dalam partograf
d. Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses memimpin
meneran
11.Memberitahu Ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin
baik.Membantu ibu berada dalam posisi yang sesuai dengan
keinginannya.
12.Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu meneran
(pada saat ada His, bantu ibu dalam posisi etengah duduk dan pastikan
ia merasa nyaman).
13.Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang
kuat untuk meneran :
a) Membimbing ibu meneran saat ibu mempunyai dorongan meneran
b) Mendukung dan memberikan semangat atas usaha ibu untuk
meneran
c) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman
d) Menganjurkan ibu untuk istirahat disela-sela kontraksi
e) Menganjurkan keluarga untuk memberikan dukungan pada ibu
bersalin
f) Menganjurkan ibu unttuk berjalan, berjongkok atau mengambil
posisi yang aman
g) Menilai DJJ setiap 5 menit
h) Jika bayi tidak lahir segera dalam waktu 2 jam (120 menit) saat ibu
meneran pada primipara dan 1 jam (60 menit) pada multipara,
merujuk segera jika ibu tidak mempunyai keinginan untuk
meneran.
e. Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi
14. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.
Letakan handuk bersih diatas perut ibu untuk mengeringkan bayi.
15. Meletakan kain yang bersih di 1/3 bagian dibawah bokong ibu.
16. Membuka partus set
17. Memakai sarung tangan DTT
f. Menolong Kelahiran Bayi
18. Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm. Lindungi
perineum dengan tangan kanan yang dilapisi kain. Letakan tangan
kiri di kepala bayi, membiarkan kepala keluar perlahan-lahan.
Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan atau bernafas cepat
saat kepala lahir.
19. Dengan lembut menyeka muka, mulut dan hidung bayi dengan kain
atau kasa.
20. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika
hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran
bayi :
a. Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat
bagian atas kepala bayi.
b. Jika tali pusat melilit leher bayi dengan ketat, Mengklemnya di
dua tempat dan memotongnya.
21. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara
spontan.
g. Melahirkan Bahu
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tangan secara
biparietal. Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi
berikutnya. Dengan lembut menariknya ke arah bawah dan ke arah
luar hingga bahu anterior muncul di bawah arkus pubis dan kemudian
dengan lembut menarik ke arah atas dan ke arah luar untuk
melahirkan bahu posterior.
23. Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tanagn mulai kepala
bayi yang berada di bagian bawah ke arah perineum, membiarkan
bahu dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan
kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati perineum, gunakan
lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan.
Menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk mengendalikan
siku dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir.
24. Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas
(anterior) dari punggung ke arah kaki bayi untuk menyangganya saat
punggung kaki lahir. Memegang kedua mata kaki bayi dengan hati-
hati membantu kelahiran kaki.
h. Penanganan Bayi Baru Lahir
25. Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian meletakan bayi
di atas perut ibu derngan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari
tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, meletakan bayi di tempat yang
memungkinkan).
26. Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan
biarkan kontak kulit ibu-bayi. Lakukan penyuntikan oksitosin/ I.M.
27. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3cm dari pusat bayi.
Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu dan
memasang klem ke 2cm dari klem pertama (kearah ibu).
28. Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting
dan memotong tali pusat diantara ke 2 klem tersebut.
29. Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan menyelimuti
bayi dengan kain atau selimut yang bersih dan kering menutupi bagian
kepala, membiarkan tali pusat terbuka. Jika bayi mengalami kesulitan
bernapas, ambil tindakan yang sesuai.
30. Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk
memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu
menghendakinya.
i. Oksitosin
31. Meletakan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi abdomen
untuk menghilangkan kemungkinan bayi kedua.
32. Memberitahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik.
33. Dalam waktu 2menit setelah kelahiran bayi, berikan suntikan oksitosin
10 unit I.M.di gluteus atau 1/3 atas paha kanan ibu bagian luar, setelah
mengaspirasinya terlebih dahulu.
j. Penegangan Tali Pusat Terkendali
34. Memindahkan klem pada tali pusat.
35. Meletakan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat di atas
tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi
kontraksi dan menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan klem
dengan tangan yang lain.
36. Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan
ke arah bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang
berlawanan arah pada bagian bawah uterus dengan cara menekan
uterus ke arah atas dan belakang (dorso kranial) dengan hati-hati untuk
membantu mencegah terjadinya inversio uteri. Jika plasenta tidak lahir
setelah 30-40 detik, hentikan penenggangan tali pusat dan menunggu
hingga kontraksi berikut mulai.
a. Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang anggota
keluarga untuk melakukan rangsangan puting susu.
k. Mengeluarkan Plasenta
37.Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik
tali pusat ke arah bawah dan kemudian ke arah atas, mengikuti kurva
jalan lahir sambil meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus.
1) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak
sekitar 5-10 cm dari kurva.
2) Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat
selama 15 menit:
1. Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit I.M.
2. Menilai kandung kemih dan dilakukan kateterisasi kandung
kemih dengan menggunakan teknik aseptik jika perlu.
3. Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
4. Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit beriktnya.
5. Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit sejak
kelahiran bayi.
38. Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran
plasenta dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta
dengan dua tangan dan dengan hati-hati memutar plasenta hingga
selaput ketuban terpilin. Dengan lembut perlahan melahirkan selaput
ketuban tersebut.
a) Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan disinfeksi
tingkat tinggi atau steril dan memeriksa vagina dan serviks ibu
dengan seksama. Menggunakan jari-jari tangan atau klem atau for
seps thisinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk melepaskan bagian
selaput yang tertinggal.
l. Pemijatan Uterus
39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase
uterus, meletakan telapak tangan di fundus dan melakukan masase
dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi
(fundus menjadi keras).
m. Menilai Perdarahan
40. Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun
janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa plasenta dan
selaput ketuban lengkap dan utuh. Meletakan plasenta di dalam
kantung plastik atau tempat khusus.
a) Jika uterus tidak kontraksi setelah melakukan masase selama 15
detik mengambil tindakan yang sesuai.
41.Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera
menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.
n. Melakukan prosedur pacapersalinan
42. Menilai ulang uterus dan memastikanya kontraksi dengan baik.
43. Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan kedalam
laurat klorin 0,5% membilas kedua tangan yang masih bersarung
tangan tersebut dengan air disinfeksi tingkat tinggi dan
mengeringkanya dengan kain yang bersih dan kering.
44. Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau streil atau
mengikatkan tali disinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati
sekeliling tali pusat sekitar 1 meter dari pusat.
45. Mengikat satu lagi simpul mati di bagian pusat yang bersebrangan
dengan simpul mati yang pertama.
46. Melepaskan klem bedah dan meletakanya kedalam larutan klorin 0,5%
47. Menyeliputi kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya.
Memastikan handuk atau kainya bersih atau kering.
48. Mengajurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.
49. Melanjutkan pantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam :
a) 2-3 kali dalam 15 menit pacapersalinan.
b) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pacapersalinan.
c) Setiap 20 -30 menit pada jam kedua pacapersalinan.
d) Jika uterus tidak kontraksi dengan baik, laksanakan perawatan
yang sesuai untuk menantalaksana atonia uteri.
e) Jika ditentukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan
penjahitan anestesia lokal dan menggunakan teknik yang sesuai.
50. Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan masase uterus
dan memeriksa kontraksi uterus.
51. Mengevaluasi kehilangan darah.
52. Memeriksa tekanan darah, nadidan keadaan kandung kemih setiap
15menit dalam 1 jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit.
a) Memeriksa temperatur ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama
pacapersalinan.
b) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temperatur yang tidak
normal.
o. Kebersihan dan kenyamanan
53.Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas peralatan setelah di
kontaminasi.
54. Membuang bahan bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah
yang sesuai.
55. Membersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tingkat tinggi.
Membersihkanya cairan ketuban, lendir, dan darah. Membantu ibu
memakai pakaian yang bersih dan kering.
56. Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI.
Mengajurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan makanan
yang di inginkan.
57. Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan dengan
larutan klorin 0,5% dan membilas bayi dengan bersih.
58. Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%,
membalikan bagian dalam keluar dan merendamnya dalam larutan
klorin 0,5% selama 10 menit.
59. Mencuci ke dua tangan dengan sabun dan air mengalir.
p. Dokumentasi
60. Melengkapi patrograf (halaman depan dan belakang)
(Prawirohardjo, 2014)

8. Evidence Based
Menurut Depkes RI (2010) dalam asuhan persalinan, yaitu :
1. Asuhan sayang ibu dan bayi harus dimasukan dalam sebagai bagian dari
persalinan bersih dan aman, termasuk hadirnya keluarga atau orang-orang
yang memberi dukungan bagi ibu.
2. Menggunakan partograf untuk memantau persalinan dan berfungsi sebagai
suatu catatan rekam medis.
3. Manajemen aktif kala III, termasuk penjepitan dan pemotongan tali pusat
secara dini, member suntika oktitosin secara IM, melakukan penegangan
tali pusat terkendali atau PTT dan segera melakukan massase fundus,
dilakukan pada semua persalinan normal.
4. Penolong persalinan harus tetap tinggal pada ibu dan bayi setidaknya 2 jam
pasca melahirkan atau jika keadaaan ibu telah stabil. Fundus harus
diperiksa setiap 15 menit selama 1 jam dan 30 menit pada jam kedua.
Massase fundus harus sering diperiksa untuk memastikan tonus uterus tetap
baik, perdarahan minimal dan pencegahan perdarahan.
5. Setelah 24 jam pasca persalinan, fundus harus sering diperiksa dan di
massase sampai kontraksi baik. Ibu dan anggota keluarga dapat diajarkan
melakukannya.

C. Bayi Baru Lahir (BBL) Usia 1 Jam


1. Pengertian
Menurut (Sudarti, 2010) Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir
dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir
2500gram sampai 4000 gram.

2. Ciri – ciri Bayi Baru Lahir Normal


Menurut Vivian, 2013 ciri-ciri bayi baru lahir adalah :
a. Masa gestasi 37-42 minggu
b. Berat badan lahir 2500-4000 gram
c. Panjang badan 48-55 cm
d. Lingkar lengan 10-12 cm
e. Lingkar dada 30-38 cm
f. Lingkar kepala 33-35 cm
g. Bunyi jantung dalam menit pertama ± 180 kali per menit kemudian
menurun sampai 120-140 kali per menit
h. Pernafasan pada menit pertama cepat ± 80 kali per menit kemudian
menurun sampai 40 kali per menit.
i. Kulit kemerahan dan licin karena jaringan subkutan terbentuk dan diliputi
verniks casesosa.
j. Rambut lanugo terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna
k. Kuku terlihat agak panjang dan lemas
l. Genetalia (labia mayor sudah menutupi labia minor) pada perempuan,
sedangkan pada laki-laki (testis telah turun ke skrotum)
m. Reflek sucking, rooting, grap, tonic neck, moro dan stupping sudah
terbentuk dengan baik.
n. Meconium sudah keluar dalam 24 jam pertama (Saifuddin, 2002).

3. Komponen Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir (JNPK, 2008)

a. Pencegahan Infeksi

BBL sangat rentan terhadap infeksi mikroorganisme yang terpapar


atau terkontaminasi selama proses persalinan berlangsung maupun beberapa
saat setelah lahir.
Upaya pencegahan infeksi yang dilakukan adalah:
1) Cuci tangan sebelum dan sesudah bersentuhan dengan bayi

2) Pakai sarung tangan bayi saat menangani bayi

3) Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan telah di Desinfeksi


Tingkat Tinggi (DTT) atau sterilisasi.

4) Pastikan semua pakaian, handuk, selimut, dan kain yang digunakan untuk
bayi sudah dalam keadaan bersih.

b. Penilaian Bayi Baru Lahir

Segera setelah lahir, letakkan bayi diatas kain bersih dan kering yang
disiapkan pada perut bawah ibu. Segera lakukan penilaian awal dengan
menjawab 4 pertanyaan:
1) Apakah bayi cukup bulan?
2) Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium?

3) Apakah bayi menangis atau bernafas?

4) Apakah tonus otot bayi baik?

Jika ada salah satu pertanyaan dengan jawaban tidak, maka lakukan langkah
resusitasi.
c. Pencegahan Kehilangan Panas

Mekanisme pengaturan temperatur tubuh pada BBL belum berfungsi


sempurna. Oleh karena itu, jika tidak segera dilakukan upaya pencegahan
kehilangan panas tubuh maka BBL dapat mengalami hipotermia. Hipotermia
mudah terjadi pada bayi yang tubuhnya dalam keadaan basah atau tidak
segera dikeringkan dan diselimuti walaupun berada di dalam ruangan yang
relatif hangat.
d. Merawat Tali Pusat

1) Menjepit tali dengan klem dengan jarak 3 cm dari pusat, lalu


mengurut tali pusat ke arah ibu dan memasang klem ke – 2 dengan
jarak 2 cm dari klem.

2) Memegang tali pusat di antara 2 klem dengan menggunakan tangan


kiri ( jari tengah melindungi tubuh bayi ) lalu memotong tali pusat
di antara 2 klem.

3) Mengikat tali pusat dengan jarak ± 1 cm dari umbilikus dengan


simpul mati lalu mengikat balik tali pusat dengan simpul mati.
Untuk mencegah terjadinya infeksi pada tali pusat, antara lain
dengan cara menghindari membungkus tali pusat.

e. Pemberian ASI

Langkah Inisiasi Menyusu Dini (IMD)


1) Bayi harus mendapatkan kontak kulit dengan kulit ibunya segera
setelah lahir selama paling sedikit satu jam.

2) Bayi harus menggunakan naluri alamiahnya untuk melakukan


inisiasi menyusu dini dan ibu dapat mengenali bayinya siap untuk
menyusu serta memberi bantuan jika diperlukan.

3) Menunda semua prosedur lainnya yang harus dilakukan kepada


bayi baru lahir hingga inisiasi menyusu selesai dilakukan.

f. Pencegahan Infeksi Mata

Salep mata untuk pencegahan infeksi mata diberikan setelah 1 jam


kontak kulit ke kulit dan bayi selesai menyusu. Pencegahan infeksi tersebut
menggunakan antibiotika harus tepat diberikan pada waktu satu jam setelah
kelahiran.
g. Pemberian Vitamin K1

Semua bayi baru lahir harus diberikan vitamin K1 injeksi 1 mg


intramuskular setelah satu jam kontak kulit ke kulit dan bayi selesai menyusu
untuk mencegah perdarahan BBL akibat defisiensi vitamin K yang dapat
dialami oleh sebagian BBL.
h. Pemberian Imunisasi Bayi Baru Lahir

Imunisasi hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi hepatitis B


pada bayi, terutama jalur penularan dari ibu ke bayi. Terdapat 2 jadwal
pemberian imnusasi hepatitis B. jadwal pertama imunisasi hepatitis B
sebanyak 3 kali yaitu pada usia 0 (segera setelah bayi lahir), 1 dan 6 bulan.
Jadwal kedua imunisasi Hepatitis B sebanyak 4 kali yaitu pada usia 0, dan
DPT + Hepatitis B pada 2,3,4 bulan usia bayi.
i. Pemeriksaan Bayi Baru Lahir

Pemeriksaan BBL dilakukan pada:


a) Saat bayi berada di klinik (dalam 24 jam)
b) Saat kunjungan tindak lanjut (KN), yaitu 1 kali pada umur 1 – 3
hari, 1 kali pada umur 4 – 7 hari dan 1 kali pada umur 8 – 28 hari.

j. Pemantauan Bayi Baru lahir

Tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah untuk mengetahui aktifitas


bayi normal atau tidak dan identifikasi masalah kesehatan bayi baru lahir yang
memerlukan perhatian keluarga dan penolong serta tindak lanjut petugas
kesehatan.
a. Dua jam hari pertama sesudah lahir

Hal-hal yang dinilai waktu pemantauan bayi pada satu jam


pertama sesudah lahir meliputi:
1) Kemampuan bayi menghisap kuat atau lemah

2) Bayi tampak kuat atau lunglai

3) Bayi kemerahan atau kebiruan

b. Sebelum penolong persalinan meninggalkan ibu dan bayinya,


penolong persalinan melakukan penilaian dan pemeriksaan
terhadap ada tidaknya masalah yang memerlukan tindak lanjut
seperti:

1) Bayi kecil untuk masa kehamilan atau bayi kurang bulan

2) Gangguan pernafasan

3) Hipotermi

4) Infeksi

5) Cacat bawaan dan trauma lahir (Saifuddin, 2006).

c. Reflek pada Bayi Baru Lahir

1) Rooting refleks (reflek mencari puting)


Begitu sudut pipi dan mulut disentuh oleh tangan, maka bayi
akan membuka mulutnya dan memiringkan kepalanya kearah
datangnya sentuhan dengan mulut yang membuka.
2) Sucking refleks (reflek menghisap)
Rangsangan putting susu pada langit-langit bayi menimbulkan
refleks menghisap. Isapan ini akan menyebabkan aerola dan
putting susu ibu tertekan gusi, lidah, dan langit-langit bayi
sehingga sinus laktiferus di bawah aerola dan ASI terpancar
keluar.
3) Swallowing refleks (reflek menelan)

Kumpulan asi di dalam mulut bayi mendesak otot-otot di


daerah mulut dan faring untuk mengaktifkan refleks menelan
dan mendorong ASI kedalam lambung bayi.
4) Refleks moro (refleks terkejut)
Refleks ini merupakan tanda adanya koordinasi
neuromuscular yang memuaskan. Tidak adanya reflex moro
menunjukan kerusakan serebral. Refleks ini terdiri atas
gerakan melontarkan kedua tangan serta kemudian
menariknya kembali dalam bentuk gerakan memeluk. Bayi
akan memperlihatkan refleks ini sebagai reaksi terhadap
rangsangan eksternal tiba-tiba.
5) Refleks melangkah
Jika bayi dipegang pada kedua ketiaknya dalam keadaan
berdiri dan kakinya disentuhkan ke lantai ia akan melakukan
gerakan seperti melangkah.
6) Refleks Grab (refleks menggenggam)
Refleks ini terdiri akan dijumpai jika kita menyentuh telapak
tangan bayi, bayi melakukan gerakan menggenggam kuat
benda yang menyentuh telapak tangannya.
7) Refleks babynskin
Jika telapak kakinya digores dengan ujung jari maka jari-jari
kaki akan meregang tertarik kebelakang.
8) Refleks tonik neck
Ketika bayi dibaringkan dan kepalanya dimiringkan ke kiri,
maka pipi kirinya akan meregang lurus sementara siku lengan
kanannya akan melipat.
k. Jadwal Imunisasi

Beritahukan ibu tentang imunisasi lengkapa apa saja


manfaatnya bagi bayi, imunisasi lengkap adalah sebagai berikut:

Table 2.6 Imunisasi dan Interval Pemberiannya


No. Jenis Banyak Intervensi Usia Bayi
Imunisasi Pemberian Pemberian
1. Hepatitis 3 kali 4 minggu Hepatitis B1 usia
0-7 hari
Hepatitis B2 usia 2
bulan
Hepatitis B3 usia 3
bulan
2. BCG 1 kali - Usia 1 bulan
3. DPT 3 kali 4 minggu DPT 1 usia 2
bulan
DPT 2 usia 3
bulan
DPT 3 usia 4
bulan
4. POLIO 4 kali 4 minggu Polio 1 usia 2
bulan
Polio 2 usia 3
bulan
Polio 3 usia 4
bulan
Polio 4 usia 9
bulan

5. CAMPAK 1 kali - Usia 9 bulan

4. Evidence Based
Dalam melakukan asuhan kebidanan bayi baru lahr yang berdasarkan
evidence based dapat melakukan tindakan yang diterapkan dengan mengikuti
perkembangan dalam bidang kesehatan yang diantaranya meliputi :
a. Memulai pemberian asi dini dan eksklusif protocol evidence based yang
baru telah diperbarui oleh WHO dan UNICEF tentang asuhan bayi baru lahir
untuk satu jam pertama menyatakan bahwa :
1) bayi dapat mendapatkan kontak kulit dengan kulit ibunya segera
setelah lahir selama paling sedikit satu jam
2) bayi harus dibiarkan untuk melakukan IMD untuk mengenali bahwa
bayinya siap untuk menyusu
3) menunda semua prosedur lainnya yang harus dilakukan kepada bayi
baru lahir hingga inisiasi menyusu selesai dilakukan, prosedur tersebut
seperti memandikan bayi, menimbang, meberikan vitamin k, salep
mata dan lainnya (Bahiyatun, 2009)

b. Memotong tali pusat harus dilakukan secara asepsis untuk mencegah


infeksi tali pusat tetanus neonatorum. Tali pusat diikat pada 2-3cm daei
kulit bayi, dengan menggunakan klem yang terbuat dari plastic, atau
menggunakan tali yang bersih (lebih baik steril) yang panjangnya cukup
untuk membuat ikatan yang kuat (15cm). penggunaan instrmen yang
tumpul dapat mengingkatkan resiko terjadinya isnfeksi karena trauma
yang lebih banyak resiko pada jaringan (Prawirohardjo, 2014).

D. Nifas
1. Pengertian Masa Nifas
Masa Nifas (pueperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, berlangsung selama
kira-kira 6 minggu. (Prawirohardjo, 2009). Ada 3 tahap masa nifas :
a. Puerperium Dini (periode Immediate postpartum)
masa segera setelah plasenta lahir sampai 24 jam. Pada masa ini sering terdapat
banyak masalah, seperti perdarahan karena atonia uteri. Oleh karena itu bidan
dengan teratur harus melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran
lokea, tekanan darah, dan suhu.

b. Puerperium Intermemdial (Periode early postpartum)


masa pemulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya sekita 6-8
minggu. Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal,
tidak ada perdarahan, loke tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup
mendapatkan makana dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.

c. Remote Puerperium ( Periode late postpartum 1minggu-5minggu)


Pada periode ini bidan tetap melakukan pemeriksaan sehari-hari serta konseling
KB.

2. Adaptasi Psikologis Masa Nifas


a. periode “Taking In” atau “Fase Dependent”
pada hari pertama dan kedua setelah melahirkan, ketergantungan ibu sangat
menonjol. Pada saat ini ibu mengharapkan segala kebutuhannya dapat
dipenuhi oleh orang lain.
1) Periode ini terjadi selama 2-3 hari sesudah melahirkan . ibu baru pada
umumnya pasif dan tergantung, perhatiannya tertuju pada kekhawatiran
akan tubuhnya.
2) Ia mungkin akan mengulang-ulang menceritakan pengalamannya waktu
melahirkan
3) Tidur tanpa gangguan sangat penting untuk mengurangi gangguan
kesehatan akibat kurang istirahat
4) Peningkatan nutrisi dibutuhkan untuk mempercepat pemulihan dan
penyembuhan luka, serta persiapan proses laktasi aktif

Gangguan psikologis yang dapat dialami oleh ibu dalam fase ini adalah:

 Kekecewaan pada bayinya


 Ketidaknyamanan sebagai akibat perubahan fisik yang dialami
 Rasa bersalah karena belum menyusui bayinya
 Kritikan suami atau keluarga tentang perawatan bayinya
b. Periode “Taking Hand” atau “Fase Independent”
pada fase taking hold ibu berusaha keras untuk menguasai tentang
keterampilan perawatan bayi, misalnya menggendong bayi, menyusui,
memandikan dan memasang popok. Pada masa ini ibu menjadi sangat
sensitif, sehingga membutuhkan bimbingan dan dorongan perawat untuk
mengatasi kritikan yang di alami ibu. Pada fase ini tidak jarang terjadinya
depresi. Perasaan mudah tersinggung bisa timbul. Secara psikologis, ibu
jenuh dengan banyaknya tanggung jawab sebagai orang tua. Ia bisa merasa
kehilangan dukungan yang pernah diterimanya dari keluarga dan teman
ketika hamil. Keadaan ini dapat menjelaskan depresi postpartum ringan.
Reaksi ini dapat ditandai oleh perilaku yang khas seperti menarik diri,
kehilangan perhatian terhadap sekeliling dan menangis.
c. Periode “Letting Go” atau “Fase Mandiri”
periode ini biasanya terjadi setelah ibu pulang kerumah.Periode ini
berpengaruh terhadap waktu dan perhatian yang diberikan oleh keluarga. Ibu
mengambil tanggung jawab terhadap perawatan bayi dan ia harus
beradaptasi dengan segala kebutuhan bayi dan sangat tergantung padanya.
Hal ini menyebabkan berkurangnya hak ibu, kebebasan dan hubungan sosial.
(Maryunani, 2015)

3. Adaptasi Perubahan Fisik Masa Nifas


a. Uterus
Pada uterus terjadi proses involusi. Proses involusi adalah
proses kembalinya uterus kedalam keadaan sebelum hamil
setelah melahirkan. Proses ini dimulai segera setelah
plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus.

Tabel 2.7 Involusi Uterus


Involusi Tinggi Fundus Berat Diameter Keadaan serviks
Uteri Uterus bekas melekat
(gr) plasenta(cm)

Bayi Lahir Setinggi pusat 1000 gr


Uri Lahir 2 jari dibawah pusat 750 gr 12,5 cm Lembek
Satu minggu Pertengahan pusat – 500 gr 7,5 cm Beberapa hari
setelah
Simfisis postpartum dapat
dilalui 2 jari
Akhir minggu
pertama dapat
dimasuki 1 jari
Dua minggu Tak teraba diatas 350 gr 3-4 cm
Simfisis
Enam minggu Bertambah kecil 50-60 gr 1-2 cm
Delapan Sebesar normal 30 gr
Sumber: Viviaan, dkk,2011

b.Lochea
Lochea adalah cairan secret yang berasal dari cavum uteri dan vagina
selam masa nifas. Lochea terbagi menjadi 4 jenis, yaitu lochea rubra,
sanguinolenta, serosa, dan alba (Saleha, 2009)
Table 2.8 pengeluaran lochea
Lokia Waktu Warna Ciri-ciri
Rubra 1-3 hari Merah Terdiri dari sel desidua,
verniks caseosa, rambut
lanugo, sisa mekoneum
dan sisa darah.
Sanginolenta 3-7 hari Merah Darah dan lendir
kekuningan
Serosa 7-14 hari Kekuningan/keco Lebih sedikit darah dan
klatan lebih banyak serum, juga
terdiri dari leukosit dan
robekan laserasi plasenta.
Alba > 14 hari Putih Mengandung leukosit,
selaput lendir serviks dan
serabut jaringan mati.
Sumber: Maryunani, 2015
c. Vulva dan Vagina
Estrogen postpartum yang menurun berperan dalam penipisan mukosa
vagina dan hilangnya rugae. Vagina yang semula sangat renggang akan
kembali seperti pada ukuran sebelum hamil 6-8 minggu setelah bayi
lahir. Rugae akan kembali terlihat sekitar minggu keempat, walaupun
tidak akan menonjol pada wanita nulipara.
d. Laktasi
Laktasi adalah proses produksi, sekresi, dan pengeluaran ASI. Proses
laktasi tidak terlepas dari pengaruh hormonal, adapun hormone-hormon
yang berperan adalah :
1) Progesterone, berfungsi mempengaruhi pertumbuhan dan
ukuran aleveoli. Tingkat progesterone dan estrogen menurun
sesaat setelah melahirkan. Hal ini menstimulasi prosuksi secara
besar besaran.
2) Estrogen, berfungsi menstimulasi system saluran ASI untuk
membesar. Tingkat strogen menurun saat melahirkan dan tetap
rendah untuk beberapa bulan selama tetap menyusui. Sebaiknya
ibu menyusui menghindari KB hormonal berbasis hormone
estrogen, karena dapat mengurangi jumlah prduksi ASI.
3) Prolaktin, berperan dalam membesarnya alveoli dalam
kehamilan
4) Oksitosin, berfungsi mengencangkan otot halus dalam Rahim
pada saat melahirkan dan setelahnya, seperti halnya juga dalam
orgasme. Selain itu, pasca melahirkan, oksitosin juga
mengencangkan otot halus di sekitar alveoli untuk memeras
ASI menuju saluran susu. Oksitosin berperan dalam proses
turunnya susu let-down/ milkejection reflex.
5) Human placental lactogen (HPL): Sejak bulan kedua
kehamilan, plasenta mengeluarkan banyak HPL, yang
berperan dalam pertumbuhan payudara, putingdan areola
sebelum melahirkan. Pada bulan kelima dan keenam
kehamilan, payudara siap memproduksi ASI.

4. Program Kebijakan Teknis Masa Nifas


Pada masa nifas, paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan
untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir, dan untuk mencegah,
mendeteksi, dan menangani masalah- masalah yang terjadi (Saifuddin,
2009).
Tabel 2.9 kunjungan nifas

Kunjungan Waktu Tujuan


1 6 – 8 jam a. Mencegah perdarahan masa nifas akibat atonia
setelah uteri.
persalinan
b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain
perdarahan; rujuk jika perdarahan berlanjut.

c. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu


anggota keluarga bagaimana mencegah
perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

d. Pemberian ASI awal.

e. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru


lahir.

f. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah


hipotermia.

Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia


harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk
2 jam pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu
dan bayi dalam keadaan stabil.

2 6 hari a. Memastikan involusi uterus berjalan normal:


setelah uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilkus,
persalinan tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.

b. Menilai adanya tanda – tanda demam, infeksi,


atau perdarahan abnormal.

c. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan,


cairan dan istirahat.

d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak


memperlihatkan tanda – tanda penyulit.

e. Memberikan konseling pada ibu mengenai


asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap
hangat, dan merawat bayi sehari – hari.
3 2 minggu a. Memastikan involusi uterus berjalan normal:
setelah uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilkus,
persalinan tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.

b. Menilai adanya tanda – tanda demam, infeksi,


atau perdarahan abnormal.

c. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan,


cairan dan istirahat.

d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak


memperlihatkan tanda – tanda penyulit.

e. Memberikan konseling pada ibu mengenai


asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap
hangat, dan merawat bayi sehari – hari.
4 6 minggu a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit – penyulit
setelah yang ia atau bayi alami.
persalinan
b. Memberikan konseling untuk KB secara dini.
5. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas

a. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri.

Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin


dengan sabun dan air, untuk membersihkan di daerah sekitar vulva
terlebih dahulu dari depan ke belakang, baru kemudian membersihkan
daerah sekitar anus. Menganjurkan ibu untuk membersihkan diri setiap
buang air kecil dan buang air besar. Memberi saran kepada ibu untuk
mengganti pembalut setidaknya dua kali sehari.
b. Menganjurkan ibu untuk istirahat

Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup untuk mencegah


kelelahan yang berlebihan, karena bila ibu kurang istirahat akan
mempengaruhi jumlah produksi ASI, memperlambat proses involusi
uterus dan menyebabkan depresi.
c. Menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan gizi

Ibu menyusui harus :


- Mengonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari
- Makan dengan diet seimbang
- Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari
- Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi
- Minum kapsul vitamin A (200.000 unit)
d. Menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan payudara menjaga
payudara tetap bersih dan kering. Menggunakan BH yang menyokong
payudara. Apabila puting susu lecet oleskan ASI yang keluar pada
sekitar puting susu setiap kali menyusui. Apabila payudara bengkak
akibat pembendungan ASI lakukan kompres payudara dengan air
hangat dan air dingin.

e. Menganjurkan ibu untuk melakukan KB (Keluarga Berencana).


f. Menganjurkan ibu untuk melakukan imunisasi BCG dan polio I pada
saat bayinya berusia satu bulan.

6. Evidence Based

Kebiasaan Keterangan
Gurita atau sejenisnya Selama 2 jam pertama atau selanjutnya
penggunaan gurita akan menyebabkan
kesulitan pemantauan involusio rahim
Memisahkan ibu dan bayi Bayi benar-benar siaga selama 2 jam
pertama setelah kelahiran. Ini merupakan
waktu yang tepat untuk melakukan
kontak kulit ke kulit untuk mempererat
bonding attachment serta keberhasilan
pemberian ASI.
BAB III

PERKEMBANGAN KASUS

A. ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL


Kunjungan Pertama : Tanggal 13 September 2019 Jam 10.00 WIB

IDENTITAS
Klien Suami
Nama : Ny. N Nama : Tn. M
Umur : 36 Tahun Umur : 38 Tahun
Suku : Betawi Suku : Betawi
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : S1 Pendidikan : S1
Pekerjaan : IRT Pekerjaan :
Wiraswasta
Alamat : Jl. Kemanggisan Pulo II No 28 Rt 02 Rw 09 Jakarta Barat.
No. Telpon : 085311233342

1. Data Subjektif
Alasan datang
Ibu ingin melakukan kontrol kehamilan yang merupakan kunjungan ulang
kedua di puskesmas dan memiliki keluhan nyeri pada selangkangan

Riwayat haid
Hari Pertama Haid Terakhir ( HPHT ) 20 Januari 2019, lama haid 7 hari,
siklus 28 hari, teratur, konsistensi cair bercampur stolsel, banyaknya 2-3
kali ganti pembalut,. Tafsiran persalinan tanggal 27 Oktober 2019.
Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Kehamilan ini merupakan kehamilan keempat dan belum pernah
keguguran.
Anak I Lahir tahun 2010. Jenis kelamin laki-laki. Normal ditolong oleh
bidan di Rumah Sakit, lahir hidup, tidak ada komplikasi saat persalinan,
berat badan 3.400 gram, panjang badan 51cm, lama menyusui satu
minggu karena asi tidak keluar
Anak II Lahir tahun 2014. Jenis kelamin laki-laki. Normal ditolong oleh
bidan di Rumah Sakit, lahir hidup, tidak ada komplikasi saat persalinan,
berat badan 3.170 gram, panjang badan 51cm, lama menyusui satu bulan
Anak III Lahir tahun 2017. Jenis kelamin laki-laki. Normal ditolong oleh
bidan di Puskesmas, lahir hidup, tidak ada komplikasi saat persalinan,
berat badan 3.500 gram, panjang badan 51cm, lama menyusui 4 bulan

Riwayat keluarga berencana


Pernah menjadi akseptor kb suntik 1 bulan selama 3 bulan

Riwayat penyakit yang dan sedang di derita


Tidak ada penyakit yang sedang diderita dan tidak memiliki riwayat
penyakit keturunan seperti penyakit jantung, asma, DM, TBC, ginjal,
hipertensi, kelainan darah, HIV/AIDS, dan PMS serta tidak memiliki
alergi terhadap obat. Tidak pernah mengalami tindakan operasi. Tidak ada
riwayat keturunan kembar.

Riwayat dan kebiasaan sehari hari : makan, personal higiene, dan


eliminasi
Makan teratur 3 kali sehari. Ibu tidak suka makan sayur. Minum air putih
kurang lebih 3L sehari. Mandi 2 kali sehari dan mengganti celana dalam
2-3 kai sehari, BAK 8-9 kali sehari , BAB 1 kali sehari. Tidur malam
pukul 21.00 WIB dan bangun pukul 05.00 WIB. Dan tidur siang 1-2 jam.

Riwayat psikososial (keluarga inti, perkawinan, kehamilan)


Ini pernikahan yang pertama dan sah menurut agama yang dianut, usia
pada saat pertama kali menikah usia 26 tahun sampai dengan saat ini.
Dalam pengambilan keputusan yaitu suami dan istri. Merupakaan
kehamilan yang diharapkan, tidak mempunyai kepercayaan tertentu yang
berhubungan dengan kehamilan. Ini merupakan kehamilan yang
diinginkan.

Riwayat kehamilan ini trimester I, II dan III


Pertama kali melakukan pemeriksaan kehamilan di klinik Yakrija untuk
melakukan usg. Pada tanggal 16 agustus 2019 periksa hamil pertama
setelah pindah faakes pada usia kehamilan 29 minggu di Puskesmas,
pada trimester I merasakan mual muntah. Ibu mengatakan sudah
diberikan suntik TT 3 kali. Pada trimester ke II sudah tidak merasakan
mual dan muntah, kehamilan trimester III tidak ada masalah dalam
kehamilannya gerakan janin masih terasa aktif dan nafsu makan
menjadi bertambah dan untuk kesiapan sudah lebih siap dibandingkan
dengan kehamilan yang lalu.

P4K, terdiri dari :


Untuk P4K sudah direncanakan untuk tempat persalinan yaitu di
Puskesmas Kecamatan Palmerah, ditolong oleh bidan, biaya persalinan
sudah di siapkan dari pertama kehamilan ibu sudah menabung dan telah
memiliki BPJS, donor darah sudah di rencanakan yaitu keluarga yang
bergolongan darah sama dengan ibu yaitu golongan darah O/+.

2. DATA OBJEKTIF
Pemeriksaan Umum
Keadaan umum baik, Kesadaran compos mentis, Keadaan emosional
stabil. Tekanan darah 94/50 mmHg, Nadi 80 x/menit , Pernafasan 20
x/menit, Suhu 36,6oC, Tinggi Badan 158 cm, BB sebelum Hamil 54 kg,
BB sekarang 59 kg, LILA 26 cm

Pemeriksaan fisik
Rambut bersih , hitam. Muka tidak ada oedem, tidak ada cloasma. Mata
konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik . Hidung tidak ada polip ,
tidak ada pernafasan cuping hidung. Telinga bersih. Mulut/gigi tidak ada
caries, bibir merah muda dan tidak kering. Leher tidak ada pembesaran
kelenjar getah bening, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada
pembesaran vena jugularis. Dada tidak ada retraksi dinding dada, tidak
ada wheezing. Payudara bentuk simetris, putting susu menonjol, areola
kehitaman atau hyperpigmentasi, tidak ada benjolan, dan tidak ada nyeri
tekan.
Abdomen tidak ada luka bekas operasi, terdapat striae dan linea
Pemeriksaan Obstetri palpasi TFU 25 cm bagian pertengahan antara pusat
dan xifoid prosesus,di fundus teraba bulat, lunak, tidak melenting
(bokong), disebelah kiri perut ibu teraba keras, datar, dan seperti
papan( punggung) dan sebelah kanan perut ibu teraba bagian-bagian kecil
(eksremitas), bagian terendah teraba bulat, keras , melenting (kepala) dan
belum masuk PAP. TBJ ( 25-12 )x 155 = 2015 gram. DJJ 148 x/menit ,
teratur, punctum maksimum satu tempat disebelah kiri dibawah pusat.
Pada vulva tidak ada oedem, tidak ada varises, tidak ada kondiloma, tidak
ada pengeluaran pervaginam, tidak ada hemoroid. Ektermitas atas dan
bawah tidak ada dan varises.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium : tanggal 16 Agustus 2019
Darah : Hb : 8,7 gram%
Urine Protein : negatif
Golongan darah : O/+
HIV : Non Reaktif
HBSAg : Non Reaktif
USG tidak dilakukan

Analisa
Diagnosa Kebidanan
Ibu : G4P3A0 hamil 33 minggu
Janin : Tunggal, hidup, presentasi kepala

Penatalaksanaan
a. Melakukan informed consent kepada ibu untuk menjadi pasien
komprehensif sejak usia kehamilan 33 minggu hingga nifas 40 hari.
Ibu bersedia menjadi pasien komprehensif.
b. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa sampai saat ini
keadaan ibu dan janin dalam keadaan baik. Usia kehamilan ibu saat ini
33 minggu dan posisi janin dalam keadaan normal yaitu dengan bagian
terendah kepala. Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan.
c. Menjelaskan kepada ibu mengenai hasil pemeriksaan laboratorium
bahwa Hb ibu cukup rendah dalam batas Hb ibu hamil yakni 8,7 gram
% pada tanggal 16 agustus 2019 ,sehingga ibu dianjurkan untuk
memperbanyak asupan sayuran hijau dan buah-buahan seperti bayam,
kangkung, buah bite, buah naga, kacang-kacangan, hati ayam untuk
meningkatkan Hb nya. Ibu mengerti dan akan mengonsumsi sayuran
hijau dan buah-buahan serta hati ayam untuk menaikan Hbnya
d. Memberitahu ibu jika keluhan nyeri selangkangan itu wajar karena
kepala bayi yang makin kebawah menekan kearah jalan lahir. Ibu
mengerti
e. Memberitahu ibu tentang cara menghitung pergerakan janin yaitu
dengan menghitung gerakan janin sampai 10 kali dalam 12 jam. Ibu
mengerti dan akan mencoba melakukannya.
f. Memberitahu ibu untuk istirahat yang cukup . Ibu bersedia untuk
melaksanakannya.
g. Memberitahu ibu untuk mengonsumsi vitamin yang di berikan SF 1x1
(10 tablet ), kalk 1x1 (10 tablet ), Asam folat 1x1 (10 tablet), Vit c 1x1
(10 tablet). Ibu mengerti dan berjanji akan mengkonsumsi vitamin
yang diberikan
h. Memberitahu ibu untuk kunjungan ulang satu minggu lagi pada
tanggal 27 September 2019. Ibu bersedia akan datang untuk periksa
kehamilan.

Kunjungan kedua: Tanggal 27 September 2019, jam 09.30 wib


1. Data Subjektif
Ibu ingin melakukan kunjungan kehamilan ulang, dan tidak memiliki
keluhan

2. Data Objektif
Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Baik, Kesadaran : Compos mentis, Keadaan emosional :
Stabil. TD 100/50 mmHg, Nadi 78 kali/menit, Suhu 36,5 C, Pernapasan
19 kali/menit. BB : 57 kg.

Pemeriksaan Obstetrik
Pemeriksaan Obstetri palpasi TFU 26 cm bagian pertengahan antara pusat
dan xifoid prosesus,di fundus teraba bulat, lunak, tidak melenting
(bokong), disebelah kiri perut ibu teraba keras, datar, dan seperti
papan( punggung) dan sebelah kanan perut ibu teraba bagian-bagian kecil
(eksremitas), bagian terendah teraba bulat, keras , melenting (kepala) dan
belum masuk PAP. TBJ ( 26-11 )x 155 = 2325 gram. DJJ 123 x/menit ,
teratur, punctum maksimum satu tempat disebelah kiri dibawah pusat.
Pada vulva tidak ada oedem, tidak ada varises, tidak ada pengeluaran
pervaginam, tidak ada hemoroid.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium : tanggal 17 September 2019
Darah : Hb : 11 gram%

3. Analisa
Diagnosa Kebidanan
Ibu : G4P3A0, hamil 36 minggu
Janin : Tunggal, hidup, presentasi kepala

4. Penatalaksanaan
a. Memberitahukan ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa sampai saat ini
keadaan ibu dan janin dalam keadaan baik. Usia kehamilan ibu saat ini
35 minggu. Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan.
b. Memberitahu ibu bahwa Hb ibu sudah mulai naik menjadi 11 gram%
dan memberitahu ibu untuk tetap mengkonsumsi kurma,kacang-
kacanga, buah bit, untuk mempertahankan Hb ibu. Ibu mengerti dan
akan melakukannya.
c. Memberitahu ibu untuk mengganjal pinggang dengan bantal saat tidur
untuk mengurangi pegal pada pinggang. Ibu mengerti dan akan
beristirahat dan mencoba untuk mengganjal pinggangnya dengan
bantal dirumah.
d. Memberitahu ibu untuk mengkonsumsi makanan yang berprotein
tinggi seperti ikan, tempe ,telur, susu dan menganjurkan untuk sering
mengemil guna meningkatkan pertumbuhan janin dan peningkatan
berat badan janin. Ibu mengerti dan sangat antusias untuk
melakukannya.
e. Memberitahu tentang tanda-tanda persalinan seperti keluar lender
darah, mulas yang mulai sering, keluar air-air. Ibu mengerti dan dapat
mengulangi apa yang sudah dijelaskan.
f. Memberitahu ibu untuk datang ke fasilitas kesehatan apabila
merasakan salah satu tanda-tanda persalinan. Ibu mengerti dan akan
datang ke fasilitas kesehatan apabila merasakan hal tersebut.
g. Memberitahu ibu untuk mengkonsumsi vitamin yang di berikan SF
1x1 (10 tablet ), kalk 1x1 (10 tablet ), Asam folat 1x1 (10 tablet), Vit c
1x1 (10 tablet). Ibu mengerti dan berjanji akan mengkonsumsi vitamin
yang diberikan
h. Memberitahu ibu untuk ikut senam hamil dipuskesmas dan melakukan
kujungan ulang sesuai dengan tanggal yang ditentukan yaitu tanggal
08 Oktober 2019. Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan
bersedia untuk melakukan kunjungan ulang.

Kunjungan ketiga : 22 Oktober 2019, jam 10.00 wib


1. Data Subjektif
Ibu ingin kontrol kehamilan ulang, dan tidak memiliki keluhan

2. Data Objektif
Pemeriksaan umum
Keadaan umum Baik, Kesadaran Compos mentis, Keadaan emosional
Stabil. TD 90/70 mmHg, Nadi 80 kali/menit, Suhu 36,6 C, Pernapasan 20
kali/menit. BB : 59 kg.

Pemeriksaan obstetrik
Pemeriksaan Obstetri palpasi TFU 28 cm bagian pertengahan antara pusat
dan xifoid prosesus,di fundus teraba bulat, lunak, tidak melenting
(bokong), disebelah kiri perut ibu teraba keras, datar, dan seperti
papan( punggung) dan sebelah kanan perut ibu teraba bagian-bagian kecil
(eksremitas), bagian terendah teraba bulat, keras , melenting (kepala) dan
belum masuk PAP. TBJ ( 28-11 )x 155 = 2635 gram. DJJ 148 x/menit ,
teratur, punctum maksimum satu tempat disebelah kiri dibawah pusat.
Pada vulva tidak ada oedem, tidak ada varises, tidak ada pengeluaran
pervaginam, tidak ada hemoroid.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium : tanggal 16 Oktober 2019
Darah : Hb : 10,5 gram%

3. Analisa
Diagnosa Kebidanan
Ibu : G4P3A0, hamil 39 minggu
Janin : Tunggal, hidup, presentasi kepala

4. Penatalaksanaan
a. Memberitahukan ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa sampai saat
ini keadaan ibu dan janin dalam keadaan baik dan sering buang air
kecil merupakan hal yang normal dikarenakan kepala bayi semakin
menekan kandung kemih. Ibu mengerti dengan penjelasan yang
diberikan.
b. Menjelaskan kepada ibu mengenai hasil pemeriksaan laboratorium
bahwa Hb ibu kembali dibawah batas normal ibu hamil yaitu 10,5
gram % pada tanggal 16 oktober 2019 ,sehingga ibu dianjurkan untuk
memperbanyak asupan sayuran hijau dan buah-buahan seperti bayam,
kangkung, buah bite, buah naga, kacang-kacangan, hati ayam untuk
meningkatkan Hb nya. Ibu mengerti dan akan mengonsumsi sayuran
hijau dan buah-buahan serta hati ayam untuk menaikan Hbnya
c. Menanyakan kembali kepada ibu mengenai persiapan persalinan
yaitu persiapan pakaian ibu dan bayi, rencana tempat bersalin dan
penolong persalinan, transportasi ke tempat bersalin, serta persiapan
tabungan untuk bersalin. Ibu mengatakan sudah menyiapakannya.
d. Memberitahu ibu kembali tanda-tanda persalinan yaitu mulas-mulas
yang teratur timbul semakin sering dan semakin lama, keluar lendir
bercampur darah dari jalan lahir, dan kekuar cairan ketuban dari jalan
lahir akibat pecahnya selaput ketuban. Ibu mengerti penjelasan yang
diberikan.
e. Memberitahu ibu untuk mengkonsumsi vitamin yang diberikan
yaitu : SF 1x1 (10) , B6 1x1 (10), Vit.C 3x1 (10). Ibu mengerti dan
berjanji akan mengkonsumsi vitamin yang diberikan.
f. Memberitahu ibu untuk datang ke fasilitas kesehatan apabila
merasakan salah satu tanda-tanda persalinan. Ibu mengerti dan akan
datang ke fasilitas kesehatan apabila merasakan hal tersebut.
g. Memberitahu ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 minggu
kemudian pada tanggal 29 Oktober 2019 atau bila ada keluhan. Ibu
mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan bersedia untuk
melakukan kunjungan ulang atau datang ke fasilitas kesehatan bila
terdapat keluhan.

Kunjungan keempat : 29 Oktober 2019, jam 10.15 wib


1. Data Subjektif
Ibu ingin kontrol kehamilan ulang, dan tidak memiliki keluhan

2. Data Objektif
Pemeriksaan umum
Keadaan umum Baik, Kesadaran Compos mentis, Keadaan emosional
Stabil. TD 90/60 mmHg, Nadi 80 kali/menit, Suhu 36,6 C, Pernapasan 20
kali/menit. BB : 59 kg.

Pemeriksaan obstetrik
Pemeriksaan Obstetri palpasi TFU 29 cm bagian pertengahan antara pusat
dan xifoid prosesus,di fundus teraba bulat, lunak, tidak melenting
(bokong), disebelah kiri perut ibu teraba keras, datar, dan seperti
papan( punggung) dan sebelah kanan perut ibu teraba bagian-bagian kecil
(eksremitas), bagian terendah teraba bulat, keras , melenting (kepala) dan
belum masuk PAP. TBJ ( 29-11 )x 155 = 2790 gram. DJJ 155 x/menit ,
teratur, punctum maksimum satu tempat disebelah kiri dibawah pusat.
Pada vulva tidak ada oedem, tidak ada varises, tidak ada pengeluaran
pervaginam, tidak ada hemoroid.

3. Analisa
Diagnosa Kebidanan
Ibu : G4P3A0, hamil 40 minggu
Janin : Tunggal, hidup, presentasi kepala

4. Penatalaksanaan
a. Memberitahukan ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa sampai saat
ini keadaan ibu dan janin dalam keadaan baik. Ibu mengerti dengan
penjelasan yang diberikan.
b. Memberitahu ibu untuk memperhatikan gerakan bayinya. Ibu
mengerti dan bersedia untuk memperhatikan gerakan bayinya.
c. Memberitahu ibu untuk mengkonsumsi vitamin yang diberikan
yaitu : SF 1x1 (10) , B6 1x1 (10), Vit.C 3x1 (10). Ibu mengerti dan
berjanji akan mengkonsumsi vitamin yang diberikan.
d. Mengingatkan ibu tanda-tanda persalinan yaitu mulas-mulas yang
teratur timbul semakin sering dan semakin lama, keluar lendir
bercampur darah dari jalan lahir, dan kekuar cairan ketuban dari jalan
lahir akibat pecahnya selaput ketuban. Ibu mengerti penjelasan yang
diberikan.
e. Memberitahu ibu untuk datang ke fasilitas kesehatan apabila
merasakan salah satu tanda-tanda persalinan. Ibu mengerti dan akan
datang ke fasilitas kesehatan apabila merasakan hal tersebut.
Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang pada tanggal 1
November 2019 atau bila ada keluhan. Ibu mengerti dengan
penjelasan yang diberikan dan bersedia untuk melakukan kunjungan
ulang atau datang ke fasilitas kesehatan bila terdapat keluhan.

Kunjungan kelima : 1 November 2019, jam 10.30 wib


1. Data Subjektif
Ibu ingin kontrol kehamilan ulang, dan tidak memiliki keluhan

2. Data Objektif
Pemeriksaan umum
Keadaan umum Baik, Kesadaran Compos mentis, Keadaan emosional
Stabil. TD 100/50 mmHg, Nadi 80 kali/menit, Suhu 36,6 C, Pernapasan
20 kali/menit. BB : 59 kg.

Pemeriksaan obstetrik
Pemeriksaan Obstetri palpasi TFU 30 cm bagian pertengahan antara pusat
dan xifoid prosesus,di fundus teraba bulat, lunak, tidak melenting
(bokong), disebelah kiri perut ibu teraba keras, datar, dan seperti
papan( punggung) dan sebelah kanan perut ibu teraba bagian-bagian kecil
(eksremitas), bagian terendah teraba bulat, keras , melenting (kepala) dan
belum masuk PAP. TBJ ( 30-11 )x 155 = 2945 gram. DJJ 152 x/menit ,
teratur, punctum maksimum satu tempat disebelah kiri dibawah pusat.
Pada vulva tidak ada oedem, tidak ada varises, tidak ada pengeluaran
pervaginam, tidak ada hemoroid.

3. Analisa
Diagnosa Kebidanan
Ibu : G4P3A0, hamil 41 minggu
Janin : Tunggal, hidup, presentasi kepala

4. Penatalaksanaan
a. Memberitahukan ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa sampai saat
ini keadaan ibu dan janin dalam keadaan. Ibu mengerti dengan
penjelasan yang diberikan.
b. Memberitahu ibu untuk memperhatikan gerakan bayinya. Ibu
mengerti
c. Memberitahu ibu untuk banyak mengkonsumsi kurma, nanas, kiwi
dan melakukan hubungan seksual dengan suaminya untuk membuat
memicu kontraksi alami. Ibu mengerti dan bersdia melakukannya.
d. Memberitahu ibu untuk mengkonsumsi vitamin yang diberikan
yaitu : SF 1x1 (10) , B6 1x1 (10), Vit.C 3x1 (10). Ibu mengerti dan
berjanji akan mengkonsumsi vitamin yang diberikan.
e. Melakukan kolaborasi untuk pemeriksaan penujang (usg) ke Rumah
Sakit Bakhti Mulia, untuk mengetahui apakah masih bisa melakukan
persalinan normal atau tidak karena umur kehamilan ibu sudah lewat
bulan dan menginjak usia 40 minggu 5 hari. Ibu mengerti dan
bersedia USG.
DI RS BHAKTI MULIA
Tanggal 1 November 2019 pukul 15.00 wib
(data ini diperoleh dari hasil pemeriksaan RS BHAKTI MULIA oleh dokter
setempat)
1. Data Subjektif
Alasan datang ke RS BHAKTI MULIA yaitu mendapat rujukan dari
Puskesmas Kecamatan Palmerah karena belum ada tanda-tanda persalinan
sedangkan saat ini sudah melewati hari perkiraan lahir 5 hari. Gerakan janin
masih aktif.

2. Data Objektif
Pemeriksaan Umum
Keadaan umum Baik, Kesadaran Compos mentis, Keadaan emosional Stabil.
TD 110/60 mmHg, Nadi 80 kali/menit, Suhu 36,6 C, Pernapasan 20 kali/menit

Pemeriksaan Obstetrik
Pemeriksaan Obstetri palpasi TFU 30 cm bagian pertengahan antara pusat dan
xifoid prosesus,di fundus teraba bulat, lunak, tidak melenting (bokong),
disebelah kiri perut ibu teraba keras, datar, dan seperti papan( punggung) dan
sebelah kanan perut ibu teraba bagian-bagian kecil (eksremitas), bagian
terendah teraba bulat, keras , melenting (kepala) dan belum masuk PAP. TBJ (
30-11 )x 155 = 2945 gram. DJJ 152 x/menit , teratur, punctum maksimum
satu tempat disebelah kiri dibawah pusat. Pada vulva tidak ada oedem, tidak
ada varises, tidak ada pengeluaran pervaginam, tidak ada hemoroid.

Pemeriksaan Penunjang
Hasil USG pada tanggal 1 November 2019: janin tunggal, intrauterin, bagian
terendah kepala, DJJ + perkiraan jenis kelamin perempuan, tidak ada
lilitan,letak plasenta di fundus, ketuban sudah mulai berkurang jumlah cairan
amnion 7 cm.
3. Analisa
Diagnosa Kebidanan
Ibu : G4P3A0, hamil 41 minggu
Janin : Tunggal, hidup, presentasi kepala

4. Penatalaksanaan
a. Menjelaskan hasil pemeriksaan bahwa ibu dan janin dalam keadaan baik.
Ibu mengerti
b. Menjelaskan bahwa ibu dapat ditunggu bersalin di Rumah Sakit Bhakti
Mulia sampai tanggal 3 November 2019 dan jika tidak ada tanda-tanda
persalinan ibu sudah dijadwalkan untuk dilakukamn SC di Rumah Sakit
Bhakti Mulia tanggal 4 November 2019
c. Memberitahu ibu untuk menghitung pergerakan bayinya. Ibu bersedia
melakukannya
d. Memberitahu ibu untuk banyak mengkonsumsi kurma, nanas, dan kiwi
serta melakukan hubungan seksual dengan suami tanpa kondom untuk
merangsang mules ibu. Ibu bersedia melakukannya.
e. Memberitahu ibu untuk tidak cemas dan khawatir karena ini dapat
memperngaruhi keadaan janinnya. Ibu mengerti
B. ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN
Tanggal 2 November 2019, jam 11.46 WIB
1. Data Subjektif
Ibu datang ke kamar bersalin RS Bhakti Mulia dengan keluhan mulas
mulas mulai sering, serta keluar flek darah pukul 05.00 wib dan belum
keluar air-air dari vagina.

2. Data Objektif
Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum baik, kesadaran Compos Mentis, Keadaan Emosional
stabil. TD 110/80mmHg, nadi 80 x/mnt, pernafasan 20 x/mnt, suhu
36,6˚C.

Pemeriksaan Obstetrik
Pemeriksaan Obstetri palpasi TFU 30 cm bagian pertengahan antara pusat
dan xifoid prosesus,di fundus teraba bulat, lunak, tidak melenting
(bokong), disebelah kiri perut ibu teraba keras, datar, dan seperti
papan( punggung) dan sebelah kanan perut ibu teraba bagian-bagian kecil
(eksremitas), bagian terendah teraba bulat, keras , melenting (kepala) dan
sudah masuk PAP, bagian terendah teraba 4/5 bagian. TBJ ( 30-11 )x 155
= 2945 gram. DJJ 135 x/menit , teratur, punctum maksimum satu tempat
disebelah kiri dibawah pusat. His 3 x/10 menit, lama 35 detik, kekuatan
sedang, relaksasi ada. Periksa dalam vulva vagina tidak ada kelainan,
portio teraba tebal lunak, Ø 3 cm, selaput ketuban (+), Presentasi kepala,
penurunan di Hodge I, molase belum diktahui. Pengeluaran pervaginam
lendir darah.

3. Analisa
Diagnosa Kebidanan
Ibu : G4P3A0, hamil 41 minggu inpartu kala I fase laten
Janin : Tunggal, hidup, presentasi kepala

4. Penatalaksanaan
a. Menjelaskan pada ibu hasil pemeriksaan, bahwa ibu sudah masuk
dalam proses persalinan, saat ini sudah pembukaan 3cm serta ibu dan
janin dalam keadaan baik. Ibu mengatakan senang dan sangat
menginginkan untuk bisa persalinan pervaginam.
b. Memfasilitasi pendamping persalinan sesuai dengan keinginan ibu.
Ibu memilih didampingi oleh orang tuanya yaitu ibu.
c. Melakukan informed concent untuk segala tindakan asuhan
persalinan normal. Sudah dilakukan
d. Memberitahu ibu untuk teteap memenuhi kebutuhan nutrisinya
dengan makan dan minum agar kuat untuk mengejan nanti. Ibu
bersedia untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya.
e. Memberitahu ibu untuk mengatur nafasnya saat ada kontaksi. Ibu
mengerti
f. Memberitahu ibu untuk tidak menahan BAK dan memastikan
kandung kemih tetap kosong agar kepala bayi semakin menurun. Ibu
mengerti dan bisa BAK dikamar mandi.
g. Mengobservasi his, djj dan nadi ibu 1 jam. Pemeriksaam tekanan
darah ibu dan peeriksaan dalam setiap 4 jam. Hasil dalam batas
normal.
h. Memberitahu ibu untuk berjalan disekitar ruang bersalin agar
mempercepat penurunan kepala janin, apabila ibu sudah merasa lelah
ibu diizinkan untuk beristirahat terlebih dahulu. Ibu bersedia untuk
berjalan di sekitar ruang bersalin
i. Merencanakan periksa dalam 4 jam kemudian (jam 15.46 WIB), atau
bila ada indikasi.
Tanggal 2 November 2019, jam 14.30 WIB
1. Data Subjektif
Mules semakin sering dan kuat, dan ingin meneran tak tertahankan serta
keluar air-air (ketuban putih keruh).

2. Data Objektif
Keadaan umum baik, kesadaran Compos Mentis, keadaan emosional
stabil, TTV: TD 110/70 mmHg, nadi 82x/menit, pernafasan 22x/menit,

suhu 36,4oC. DJJ: 140x/menit, teratur. His 4 kali dalam 10 menit,


lamanya 45 detik, kuat, relaksasi ada. Periksa dalam atas indikasai
keluar air-air : vulva vagina tidak ada kelainan, porsio tipis lunak,
pembukaan 8 cm, ketuban (-), presentasi kepala, penurunan HII, posisi
UUK kanan depan, molase tidak ada.

3. Analisa
Diagnosa Kebidanan
Ibu : G4P3A0, hamil 41 minggu inpartu kala I fase aktif
Janin : Tunggal, hidup, presentasi kepala

4. Penatalaksanaan
a. Menjelaskan pada ibu hasil pemeriksaan saat ini sudah pembukaan
8cm serta ibu dan janin dalam keadaan baik. Ibu mengatakan senang
dan sangat menginginkan untuk bisa persalinan pervaginam.
b. Memberitahu ibu untuk tidak meneran karena pembukaan belum
lengkap. Ibu melakukannya.
c. Mengajarkan ibu cara meneran yang baik pada saat proses persalinan
yaitu dagu ditempatkan di dada, mata melihat perut, meneran saat
sudah pembukaan lengkap. Ibu mengerti dan mau melakukannya.
d. Memberikan afirmasi positif dan memotivasi ibu agar ibu tetap
semangat. Ibu terlihat semagat
e. Mengajarkaan orang tua yang mendampingi untuk melakukan teknik
pengurang rasa nyeri di pinggang ibu. Pendamping melakukanya
f. Mengobservasi kemajuan persalinan dengan memantau his, DJJ,
dan nadi ibu setiap 1/2 jam, tekanan darah dan pembukaan serviks
setiap 4 jam, mengukur suhu tubuh setiap 2 jam. Hasil dalam batas
normal.

Tanggal 2 November 2019, jam 15.35 WIB


1. Data Subjektif
Mengeluh mules semakin sering dan kuat, dan ingin meneran tak
tertahankan, ada rasa ingin BAB

2. Data Objektif
Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, keadaan emosional
stabil. Ibu tampak meneran, ada tekanan anus, perineum menonjol, vulva
membuka. DJJ 138x/menit. His 4 kali dalam 10 menit, lamanya 45 detik,
kuat, relaksasi ada. Periksa dalam atas indikasi ingin BAB: vulva vagina
tidak ada kelainan, portio tidak teraba, pembukaan lengkap, ketuban (-)
presentasi kepala, penurunan HIII+, posisi UUK depan, molase tidak ada.

3. Analisa
Diagnosa Kebidanan
Ibu : G4P3A0, hamil 41 minggu partus kala II
Janin : Tunggal, hidup, persentasi kepala

4. Penatalaksanaan
a. Memberitahu hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga bahwa
pembukaan sudah lengkap dan menyarankan pendamping tetap
mendampingi ibu untuk memberikan semangat. Ibu mengerti dan
pendamping mendampingi ibu..
b. Mengatur posisi ibu dengan cara kedua tangan merangkul kedua
paha sampai batas siku, kepala diangkat, dagu menempel kedada,
mata melihat kearah perut, gigi dirapatkan dan menganjurkan ibu
untuk meneran pada saat ada his. Ibu mengerti, kemudian mengedan
disaat kontraksi dan istirahat saat tidak ada kontraksi.
c. Membimbing ibu untuk meneran saat ada his, memberikan motivasi
dan pujian pada ibu. Ibu sangat kooperatif.
d. Memberitahu keluarga untuk memberikan minum teh manis pada ibu
saat tidak ada his untuk menambah energi selama proses persalinan.
Ibu minum teh manis.
e. Memimpin dan menolong persalinan pervaginam. Bayi lahir
spontan letak belakang kepala pada pukul 15.50 WIB menangis
kuat, warna kulit kemerahan, tonus otot aktif, jenis kelamin
perempuan, cacat negatif, anus positif.
f. Meletakkan bayi diatas dada ibu dengan kontak kulit ibu dan bayi
untuk dilakukan inisiasi menyusu dini (IMD). IMD telah dilakukan ±
1 jam setelah bayi lahir.
g. Memfasilitasi ibu untuk minum. Ibu minum air putih

Tanggal 2 November 2019, jam 15.50 WIB


1. Data Subjektif
Mengeluh perut masih terasa mules dan senang atas kelahiran bayi
perempuannya

2. Data Objektif
Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, keadaan emosional
stabil. TFU sepusat, kontraksi uterus baik, tidak ada janin kedua, kandung
kemih tidak penuh, tali pusat menjulur di depan vulva, terdapat semburan
darah, dan uterus globuler
3. Analisa
Ibu : P4A0 partus kala III

4. Penatalaksanaan
a. Memberitahukan hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu baik, dan
memberitahu ibu bahwa plasenta akan dilahirkan. Ibu mengerti
dengan penjelasan yang diberikan.
b. Menyuntikan oksitosin 10 IU secara IM di 1/3 vastus lateralis. Telah
dilakukan.
c. Melakukan kateterisasi. Jumlah urin ± 50 cc
d. Melakukan peregangan tali pusat terkendali saat uterus
berkontraksi,ada semburan darah secara tiba-tiba dan singkat, tali
pusat memanjang dan uterus globuler.
e. Melahirkan plasenta. Plasenta lahir spontan, lengkap pukul 15.55
WIB.
f. Melakukan massase fundus uterus selama 15 detik. Fundus teraba
keras kontraksi baik.
g. Memeriksa kelengkapan plasenta. Selaput ketuban lengkap,
kotiledon tidak ada yang tertinggal, diameter ±20 cm, tebal ±2,5 cm,
insersi tali pusat lateralis, panjang tali pusat ±48 cm

Tanggal 2 November 2019, jam 15.56 WIB


1. Data Subjektif
Ibu masih terasa mulas dan lelah serta merasa senang atas kelahiran
bayinya.

2. Data Objektif
Keadaan umum baik. TD 110/80 mmHg, nadi 78 x/mnt, suhu 36,7° C,
pernafasan 18 x/mnt. TFU 2 jari bawah pusat, uterus teraba keras,
kandung kemih kosong, terdapat laserasi jalan lahir : robekan mengenai
mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, dan otot perineum,
pengeluaran darah pervaginam ± 100 cc.

3. Analisa
Ibu : P4A0 partus kala IV
Masalah : Robekan perineum grade II
Diagnosa potensial : Perdarahan postpartum dan infeksi jalan lahir
Tindakan segera : Melakukan penjahitan pada robekan jalan lahir

4. Penatalaksanaan
a. Menjelaskan hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu saat ini dalam
keadaan baik. Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan.
b. Menjelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan bahwa terdapat robekan
jalan lahir dan melakukan informed consent untuk dilakukan
penjahitan agar tidak terjadi perdarahan akibat robekan jalan lahir.
Ibu bersedia untuk dijahit.
c. Melakukan heacting grade II dengan jelujur. Heacting telah
dilakukan.
d. Melakukan observasi TFU, kontraksi, TD, nadi, kandung kemih
dan jumlah darah yang keluar setiap 15 menit pada satu jam pertama
dan setiap 30 menit pada satu jam kedua, dan mengukur suhu tiap
satu jam. Hasil dalam batas normal dan dicatat dalam partograf.
e. Mengajarkan ibu kembali cara masase fundus uterus. Ibu
mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan dapat melakukannya
secara mandiri.
f. Memberitahu ibu untuk sering menyusui bayinya agar uterus
dapat segera kembali seperti semula dan untuk memberikan ASI
sesering mungkin. Ibu bersedia menyusui bayinya sesering mungkin.
g. Memberitahukan ibu untuk tidak menahan BAK. Ibu mengerti
dan bersedia untuk BAK.
h. Memberitahukan ibu untuk menjaga personal hygiene dengan
membersihkan bagian vagina dari depan ke belakang dan
mengeringkannya, serta sering mengganti celana dalam dan
pembalut. Ibu mengatakan mengerti dan akan melakukannya.
i. Memberitahu ibu untuk makan dan minum. Ibu mau makan roti dan
susu
j. Memfasilitasi ibu untuk mobilisasi dini. Ibu melakukannya.
k. Memberikan vitamin A (200.000 unit) 1 kali segera setelah
melahirkan, dan 1 kali setelah 24 jam setelah melahirkan, dan
meminum obat yang telah diberikan. Ibu berjanji akan meminumnya
secara teratur.
l. Melakukan rawat gabung ibu dan bayi setelah 2 jam postpartum
dalam kondisi ibu dan stabil.
C. ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR
Tanggal 2 November 2019, jam 16.50 WIB
1. Data Subjektif
Data subjektif diperoleh dari keterangan ibu yaitu bayi berhasil mencari
putting susu ibu pada saat IMD dan sudah mulai menghisap putting susu
ibu serta ASI sudah keluar pada payudara sebelah kanan dan kiri ibu. Ibu
dan keluarga sangat senang atas kelahiran bayinya yang sangat
dinantikan.

2. Data Objektif
Keadaan umum baik, TTV: frekuensi denyut jantung : 136x/ menit,
pernapasan 42x/menit, suhu: 37,1˚C, menangis kuat, gerakan aktif, warna
kulit kemerahan, antropometri: Berat badan : 3600 gram, Panjang badan :
50 cm, lingkar kepala 34 cm, lingkar dada 33 cm. Jenis kelamin
perempuan.
Pemeriksaan fisik: Kepala: tidak terdapat caput suksadenum, tidak
terdapat sefal hematoma dan tidak anensefal. Mata: simetris, sklera tidak
ikterik, tidak keluar pus dan tidak strabismus, refleks labirin (+), refleks
glabella (+). Telinga: simetris, terdapat lubang telinga, tidak ada lipatan
berlebih pada daun telinga, tidak ada sekret. Hidung: terdapat septum di
tengah, tidak ada polip dan tidak ada pernapasan cuping hidung. Mulut:
tidak terdapat labioskizis dan labiopalatoskizis, warna bibir kemerahan,
refleks rooting (+), refleks sucking (+), refleks swallowing (+). Leher:
tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid. Dada: tidak ada pernapasan
retraksi dinding dada kedalam. Abdomen : tidak cekung dan cembung,
tidak ada omfalokel, tidak ada hernia diafragma. Ekstermitas: Atas: tidak
ada polidaktili, tidak ada sindaktili, refleks grasping (+). Bawah: tidak
ada polidaktili, tidak ada sindaktili, refleks babinski (+). Umbilikus :
tidak terjadi infeksi yaitu tidak ada perdarahan dan tidak bau. Genetalia:
labia mayora menutupi labia minora. Punggung dan anus: tidak ada
spinabifida, lubang anus (+), mekonium (+).

3. Analisa
Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan umur 1 jam

4. Penatalaksanaan
a. Menjelaskan kepada ibu bahwa bayi dalam keadaan baik. Ibu
mengerti dan merasa senang.
b. Menjaga kehangatan tubuh bayi dengan menyelimuti kain bersih
dan hangat. Bayi telah diselimuti dengan kain bersih dan dipakaikan
topi.
c. Melakukan pemasangan tanda pengenal nama bayi. Peneng sudah
terpasang.
d. Melakukan perawatan tali pusat. Tali pusat dibungkus dengan kain
kasa.
e. Memberikan Vit. K1 0,5 mL secara IM. Vit. K1 telah diberikan di
1/3 paha kiri bayi.
f. Memberikan salep mata Chloramphenicol 1 %, untuk mencegah
infeksi pada mata bayi. Salep mata telah diberikan.
g. Memantau suhu bayi. Hasil dalam batas normal.
h. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI pada bayi. Ibu dapat
mencoba menyusui bayi.
i. Merencanakan pemberian imunisasi Hb0 rekombinan 0,5 cc secara
IM di 1/3 paha kanan bayi satu jam kemudian (17.50 WIB).
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR
Tanggal 2 November 2019, jam 21.50 WIB
1. Data Subjektif
Tidak terdapat tanda-tanda bahaya pada bayinya seperti tidak mau
menyusu, badan panas, nafas bayi sesak, bayi kejang dan muntah.
Bayinya menyusu kuat dan diberikan ASI setiap bayinya menangis dan
dapat menghisap dengan baik, gerakan bayi juga aktif. Bayi sudah BAB
dan BAK.

2. Data Subjektif
Keadaan umum baik, suhu 36,8oC, frekuensi denyut jantung 136x/mnt,
pernafasan 42x/mnt, kulit kemerahan, bergerak aktif. BAB/BAK : +/+,
tidak ada tanda-tanda infeksi, ikterik, tali pusat bersih, dan tidak ada
pengeluaran darah dari tali pusat.

3. Analisa
Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan umur 6 jam

4. Penatalaksanaan
a. Menjelaskan Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa bayi saat ini
dalam keadaan baik. Ibu mengerti dan merasa senang.
b. Melakukan perawatan tali pusat dan memberitahu ibu cara
perawatan tali pusat dengan membalutnya dalam keadaan kering dan
bersih dengan kassa steril tanpa diberi betadine atau yang lainnya.
Telah dilakukan dan ibu mengerti.
c. Menjaga kehangatan bayi untuk mencegah hipotermi dengan
memakaikan pakaian bayi, popok, bedong, dan topi bayi. Ibu
mengerti dan dapat melakukannya .
d. Memberitahu ibu tentang personal hygene pada bayi yaitu
membersihkan daerah lipatan kulit bayi, membersihkan dan
mengganti popok, pakaian, bedong bayi sesegera mungkin jika
lembab, basah atau kotor. Ibu mengerti.
e. Memberitahu kepada ibu untuk memberikan ASI Ekslusif kepada
bayinya selama 6 bulan tanpa makanan tambahan, karena ASI
mengandung gizi yang cukup yang dibutuhkan bayi untuk
pertumbuhan dan perkembangannya. Ibu mengerti dan mengatakan
bersedia melakukannya, serta terlihat ibu telah menyusui bayinya.
f. Memberitahu ibu untuk memberikan ASI sesering mungkin atau
setiap 2 jam sekali. Ibu berjanji akan memberikan ASI sesering
mungkin atau setiap 2 jam sekali.
g. Memberitahu ibu untuk menyendawakan bayinya, segera
setelah menyusui agar bayi tidak gumoh. Ibu mengerti dan
mengatakan akan menyusui bayinya.
h. Mengingatkan ibu tanda bahaya pada bayi yaitu sesak nafas,
frekuensi pernapasan >60x/mnt, gerak retraksi di dada, malas
minum, panas atau suhu bayi rendah (dingin), kurang aktif. Ibu
mengatakan mengerti dan akan lapor ke tenaga kesehatan jika
ditemukan salah satu tanda.
i. Merencanakan kunjungan ulang bayi usia 6 hari tanggal 8
November 2019 atau apabila ada keluhan.

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR


Tanggal 8 November 2019, jam 16.35 WIB
1. Data Subjektif
Informasi didapat melalui ibu. Bayinya sehat, aktif, tidak terdapat tanda-
tanda bahaya pada bayinya. Bayinya menyusu dengan kuat dan dibeikan
ASI setaip bayinya menangis dan bayinya menghisap dengan baik,
gerakan bayi juga aktif, tali pusat bayinya sudah puput di hari ke 5
2. Data Objektif
Keadaan umum baik, suhu 36,5c, denyut jantung 149x/mnt, pernafasan
49x/mnt, kulit kemerahan, gerak aktif, berat badan 3750gram bab/bak
+/+, perut tidak kembung , tali pusat sudah puput dan masih sedikit
basah, tidak ada tanda-tanda infeksi dan perdarahan., tidak ada tanda
bahaya pada bayi seperti nafas cepat, kulit dan mata bayi kuning, kejang,
tidak mau menyusu, demam, diare.

3. Analisa
Neonatus cukup bulan usia 6 hari

4. Penatalaksanaan
a. Memberitahu ibu bahwa hasil pemeriksaan saat ini dalam keadaan
baik. Ibu mengerti atas penjelasan yang diberikan
b. Memberitahu ibu untuk selalu menjaga kehangatan dan kebersihan
bayi. Ibu mengerti dan bersedia untuk selalu menjaga kehangatan dan
kebersihan
c. Memberitahu ibu untuk menjemur bayinya setiap pagi pukul 07.30
selama 10-15 menit tanpa baju dan hanya menggunakan popok, dan
menghindari matahari langsung ke mata bayi. Ibu mengerti atas
penjelasan yang telah diberikan
d. Memberitahu ibu untuk tidak memberika tambahan makanan dan
minuman apapun sebelum 6 bulan. Ibu mengerti dan bersedia untuk
melakukannya.
e. Menjadwalkan kunjungan rumah 14hari setelah bersalin. Ibu bersedia
untuk dilakukan kunjungan rumah.
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR USIA 14 HARI
Tanggal 16 November 2019
Tidak dilakukan atas permintaan ibu dibatalkan kunjungannya karena
ibu ada masalah dengan suami
D. ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS
Tanggal 2 November 2019, jam 21.50 WIB
1. Data Subjektif
Mengeluh perutnya masih merasa mulas dan sudah bisa tidur setengah
duduk sambil menyusui bayinya, miring kiri-kanan, berjalan perlahan dan
sudah BAK di kamar mandi.

2. Data Objektif
Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, keadaan emosional
stabil, TTV: TD 100/80 mmHg, Suhu 36,9˚C, Nadi 80 kali/menit,
Pernapasan 19 kali/menit. Pemeriksaan fisik: Mata: kelopak mata tidak
oedema, konjungtiva merah muda, sklera putih. Payudara: bersih,
payudara simetris, tidak ada benjolan maupun pembengkakan, areola
hiperpigmentasi, puting susu menonjol, pengeluaran kolostrum (+).
Abdomen: TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi baik, kandung kemih
kosong. Genetalia: vulva vagina tidak ada kelainan, luka jahitan basah,
lochea rubra. Ekstremitas: Atas: Odema (-), sianosis (-), kekuatan sendi
(+). Bawah: odema (-), sianosis (-), varises (-), kekuatan sendi (+), reflek
patella (+/+), tanda homan (-), tromboflebitis (-).

3. Analisa
P4A0 Postpartum 6 jam

4. Penatalaksanaan
a. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan dalam keadaan baik. Ibu
mengerti
b. Menjelaskan pada ibu bahwa mulas yang dirasakan merupakan
hal yang normal/ fisiologis yang dialami ibu nifas. Rasa mulas
diakibatkan karena kontraksi uterus untuk mencegah pendarahan. Ibu
mengatakan mengerti.
c. Mengingatkan ibu untuk tetap memperhatikan konsistensi uterus
agar tetap keras dengan cara masase fundus uteri. Ibu mengerti dan
ibu dapat mempraktikan masase pada fundus.
d. Memberitahu ibu untuk tidak menahan BAK dan selalu
mengosongkan kandung kemih. Ibu dapat melakukannya
e. Mengingatkan ibu untuk selalu menjaga kebersihan bagian
genetalia dengan membersihkan daerah vagina dengan air bersih dari
depan ke belakang serta mengeringkannya dan sering mengganti
celana dalam dan pembalut. Ibu mengerti dan akan melakukannya.
f. Memberitahu ibu untuk tetap memenuhi kebutuhan nutrisi dan
hidrasi yaitu memakan makanan yang bergizi pada masa nifas seperti
putih telur, ikan dan sayuran hijau. Ibu mau mengkonsumsi makanan
tinggi protein
g. Memfasilitasi ibu untuk mobilisasi aktif. Ibu mengerti dan sudah bisa
mengganti pembalut ke kamar mandi.
h. Memberitahu ibu meminum vitamin yang diberikan saat setelah
persalinan secara teratur. Ibu mengatakan akan meminumnya secara
teratur,.
i. Memberitahu ibu mengenai tanda bahaya pada masa nifas. yaitu
diantaranya: Kontraksi uterus yang lemah ditandai dengan kontrkasi
uterus yang lembek yang dapat berakibat pada perdarahan
(perdarahan postpartum), adanya perdarahan pervaginam yang terus
– menerus, lochea yang berbau busuk (bau dari vagina), pusing dan

lemas yang berlebihan, suhu tubuh ibu lebih dari 380c. Ibu
mengerti dan akan konsultasi ke tenaga kesehatan jika terjadi salah
satu tanda bahaya nifas.
j. Menjadwal kunjungan nifas 6 hari. Ibu bersedia untuk dikunjungi
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS
Tanggal 8 November 2019, jam 16.35 WIB
1. Data Subjektif
Asinya sudah keluar banyak, payudara tidak bengkak,dan tidak nyeri.

2. Data Objektif
Pemeriksaan Umum: KU Baik, Kesadaran Compos mentis, Keadaan
Emosional stabil. Tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 80 x/menit,
pernafasan 20 x/menit, suhu Pemeriksaan fisik: mata: konjungtiva tidak
pucat, sclera tidak ikterik, payudara: Tidak terdapat pembengkakan,
puting susu dan pengeluaran ASI sudah banyak, TFU pertengahan pusat
dan sympisis, kontraksi uterus baik, kandung kemih kosong, perdarahan
pervaginam: ± 10cc lokhea: sanguilenta warna kecoklatan. Vagina: luka
jahitan sudah membaik dan sudah mulai mengering, tidak ada tanda-
tanda infeksi. Ekstremitas: Tidak ada oedema , tanda homan (-),
tromboflebitis (-)

3. Analisa
Ny. N P4A0 nifas 6 hari

4. Penatalaksanaan
a. Memberitahukan ibu, bahwa ibu sampai saat ini dalam keadaan
baik. Ibu mengerti dengan penjelasan yang di berikan.
b. Mengingatkan ibu untuk tetap menjaga personal Hygienenya yang
sudah baik agar daerah genetalia tetap bersih, tidak terjadi infeksi,
agar luka jahitan cepat kering dan juga sering mengganti pembalut
bila sudah penuh. Ibu mengerti
c. Mengingatkan kembali kepada ibu untuk makan-makanan yang
mengandung serat seperti sayuran, buah-buahan, dan makanan yang
mengandung tinggi protein seprti putih telur dan ikan-ikanan untuk
memprcepat penyembuhan luka jalan lahir. Ibu sudah makan-
makanan berserat dan tinggi protein.
d. Memberitahu ibu agar tetap menjaga pola istirahatnya ketika bayi
tertidur maka ibu juga lebih baik tidur agar kebutuhan istirahat ibu
tercukupi karena jika ibu kurangan istirahat bisa mengurangi
produksi ASI. Ibu mengerti dan akan melakukannya.
e. Menjadwalkan kunjungan rumah 14 hari. Ibu bersedia untuk
dilakukan kunjungan rumah

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS 14 HARI


Tanggal 16 November 2019
Tidak dilakukan atas permintaan ibu untuk dibatalkan kunjungannya
karena ibu sedang ada masalah dengan suami
BAB IV

PEMBAHASAN KASUS

Penulis telah memberikan asuhan kebidanan kepada Ny. N dari pertemuan


pertama kehamilan 33 minggu sampai bersalin dan nifas sampai 6 hari , dan bayi baru
lahir sampai usia 6 hari. Pelaksanaan asuhan kebidanan yang diberikan mulai dari
tanggal 13 Sepetember 2019 sampai 8 Oktober 2019. Pada BAB ini penulis
membandingkan hasil asuhan dengan tinjauan teori yang ada pada BAB II dan
dianalisa factor pendukung maupun faktor penghambat sehingga hasil asuhan ada
yang sesuai dan ada yang tidak sesuai. Berikut adalah pembahasan perkembangan
kesehatan Ny. N dimulai dari masa kehamilan, persalinan, bayi baru lahir dan nifas.

A. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil


Tinggi badan Ny. N adalah 158 cm ini sesuai karena tinggi badan kurang dari
145cm meningkatkan resiko untuk terjadinya CPD (PP IBI,2016) .
Pada pengukuran tekanan darah Ny. N disetiap kunjungan dari kunjungan
pertama sampai kunjungan kelima didapatkan 90/50-120/80 mmHg. Pengukuran
tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk mendeteksi
adanya hipertensi (tekanan darah ≥ 140/90 mmHg) pada kehamilan dan
preeklamsia (hipertensi disertai dengan edema wajah dan tungkai bawah, dan
atau proteinuria) (PP IBI, 2016). Sehingga dapat disimpulkan Ny. N tidak
memilki penyakit hipertensi dalam kehamilannya.
Ukuran lingkar lengan Ny. N adalah 26 cm. pengukuran LILA hanya
dilakukan pada kontak pertama untuk skrining ibu hamil beresiko kurang energy
kronis (KEK). Menurut PP IBI, 2016 Kurang energi kronis disini maksudnya ibu
hamil yang mengalami kekurangan gizi dan telah berlangsung lama (beberapa
bulan/tahun) dimana LILA kurang dari 23,5 cm. Ibu hamil dengan KEK akan
dapat melahirkan bayi berat lahir rendah. Dapat disimpulkan Ny. N bukan
termasuk KEK.
Ny. N melakukan pemeriksaan Hb pada saat usia kehamilan 29 minggu
dengan kadar Hb 8,7 gr/dl. Dalam asuhan ANC yang diberikan pada Ny. N
sesuai dengan teori dari Kemenkes, 2010 pada trimester 3 minimal melakukan
pemeriksaan Hb adalah satu kali. Namun pada usia kehamilan 29 minggu
didapatkan hasil yang menunjukan anemia sedang apabila rentang Hb ibu 7-
8gr/dl. Tindakan yang disarankan yaitu meminum tablet Fe 2x1 dan
menganjurkan ibu hamil untuk mengkonsumsi sayuran hijau, buah dan makanan
yang mengandung protein seperti s a r i p a t i ati ayam, kacang- kacangan,
kurma, dan daging. Pada pemeriksaan tanggal 17 September 2019 Hb ibu
mengalami kenaikan menjadi 11 gr/dl.
Frekuensi detak jantung janin Ny. N berkisar antara 140- 150 x/m. DJJ
dikatakan lambat kurang dari 120/menit atau DJJ dikatakan cepat lebih
dari160/menit menunjukkan adanya gawat janin ( PP IBI, 2016).
Penulis melakukan asuhan kebidanan pada Ny. N dan memberikan pendidikan
kesehatan mengenai tanda bahaya kehamilan. Tanda bahaya kehamilan yang
disampaikan diantaranya terdapat odema pada wajah, kaki, dan tangan disertai
tekana darah tinggi dan protein urine, sakit kepala yang hebat, nyeri perut hebat,
pergerakan janin tidak seperti biasanya. Selain itu memberikan KIE tentang kb
yang ingin digunakan Ny. N sesudah persalinan. Menjelaskan kepada ibu
mengenai tanda persalinan serta mulas semakin sering, keluar lender darah,
ataupun keluar air ketuban.

B. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin


Ny N datang kerumah sakit Bhakti Mulia pukul 11.46 wib dengan mengeluh
mulas-mulas teratur sejak pukul 05.00 wib, keluar lendir bercampur darah sejak
pukul 05.00 wib dan belum keluar air-air. Hal ini sesuai dengan teori bahwa
tanda-tanda persalinan adalah keluar lender darah, mulas kuat dan teratur,
pecahnya air ketuban (Sulistyawati, 2010). Saat ini usia kehamilan ibu adalah 40
minggu 6 hari, dikategorikan kehamilan aterm karena sesuai dengan (Jannah,
2015) yang menyatakan bahwa kehamilan antara 37-42 minggu dan ini
merupakan periode terjadinya persalinan normal.
Asuhan yang diberikan penulis pada kala I adalah dengan memberikan
dukungan emosional dengan menghadirkan pendamping ibu, memberikan
kebutuhan energy dan mencegah terjadinya dehidrasi yaitu membrikan cukup
minum, menganjurkan ibu untuk tidak menahan BAK. Hal ini sesuai dnegan
teori (Saifuddin, 2010) yang menyatakan bahwa asuhan yang diberikan pada kala
I adalah mengahadirkan pendamping, memberikan cairan dan nutrisi, keleluasaan
ke kamar mandi serta pencegahan infeksi.
Pada pukul 15.35 wib ibu mengatakan mulesnya bertambah kuat dan
bertambah sering. Ibu juga merasa dorongan ingin meneran seperti BAB, his kuat
4 kali dalam 10 menit lamanya 45 detik dan terdapat tekanan pada anus,
perineum menonjol, vulva membuka. Hal ini sesuai dengan teori bahwa tanda
gejala kala II adalah keinginan ibu ingin meneran , tekanan pada anaus,
perineum menonjol, vulva membuka (JNPK-KR, 2008)
Pada Ny. N persalinan berlangsung selama 15 menit, hal ini sesuai teori
(Saifuddin, 2009) kala dua biasanya berlangsung 2 jam pada privigravida dan 1
jam pada multigravida. Sehingga dapat disimpulkan kala II Ny. N berlangsung
normal.
Pada Ny N kala III berlangsung 5 menit hingga plasenta lahir. Pada Ny. N
dilakukan manajemen Aktif Kala III (MAK III) yaitu pemberian suntikan
oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir 10 IU secara IM di 1/3 bagian
atas paha bagian luar, setelah dipastikan tidak ada janin kedua dilakukan
penegangan tali pusat terkendali da plasenta lahir pukul 15.55 wib. Melakukan
masase fundus uteri untuk mencegah perdarahan dan mengurangi kehilangan
darah pada kala III persalinan sesuai dengan teori menurut (JNPK-KR, 2008)
Pada kala IV Ny. N , tidak ditemukan penyimpangan pada tinggi fundus uteri,
tinggi fundus uteri Ny.N 2 jari bawah pusat setelah plasenta lahir. Ini sesuai
dengan teori menurut (Vivian, 2011) TFU setelah plasenta lahir adalah 2 jari
dibawah pusat.
Pada Kala IV dilakukan pengecekan robekan jalan lahir dan didapatkan
rupture perineum grade II yang mengenai mukosa vagina, komisura posterior,
kulit perineum dan otot perineum, maka dilakukan penjahitan dengan diagnosa
potensial perdarahan postpartum dan infeksi jalan lahir. Sesuai dengan (JNPK-
KR, 2008) tujuan menjahit laserasi adalah untuk menyatukan kembali jaringan
tubuh (mendekatkan) dan mencegah kehilangan darah.
Pada kala IV asuhan yang diberikan menurut Saifuddin, 2010 adalah
melakukan pemantauan kala empat, menganjurkan pada ibu atau keluarga
bagaimaa melakukan masase uterus dan memeriksa kontraksi uterus,
mengevaluasi perdarahan. Dari asuhan diatas penulis dapat menerapkan asuhan
kala IV pada Ny. N sesuai dengan teori.

C. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir


Pada Ny. N bayi lahir dengan kondisi baik, lahir spontan, letak belakang
kepala dengan usia kehamilan 40 minggu 6 hari, tidak ditemukan adanya
masalah, bayi langung menangis kuat, warna kulit kemerahan dan tonus otot
aktif, tidak ada kelainan dan jenis kelamin perempuan, dan pernyataan tersebut
diperkuat dengan teori menurut (Saifuddin, 2010) bahwa tanda-tanda neonates
sehat dan cukup bulan adalah bayi langung menangis, warna kulit kemerahan dan
tonus otot aktif.
Menurut JNPK, 2008 Asuhan pada bayi baru lahir adalah pencegahan infeksi
dengan cuci tangan, penilaian bayi baru lahir, pencegahan kehilangan panas,
merawat tali pusat, pencegahan infeksi mata dengan salep mata, pemberian
vitamin K, pemberian imunisasi bayi baru lahir, pemeriksaan bayi baru lahir,
perawatan tali pusat kering. Dalam hal ini asuhan pada bayi baru lahir sesuai
dengan yang diberikan pada bayi Ny.N
Memberitahu ibu untuk memberikan ASI sedini mungkin. Hal ini sesuai
dengan teori (Saifuddin, 2010), yang menyatakan bahwa salah satu tujuan
kunjungan 6 jam adalah pemberian ASI awal.
Selama melakukan asuhan kebidanan pada usia 6 jam sampai dengan 6 hari
penulis melakukan asuhan sesuai dengan bayi baru lahir pada umumnya, yaitu
memeberi penkes tentang Asi eksklusif, menjaga kehangatan bayi , perawatan
tali pusat, menyusui bayinya sesering mungkin, mengenalkan tanda bahaya BBL.

D. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas


Selama masa nifas berdasarkan teori (Saleha, 2009) bahwa terjadi perubahan
lochea. Mulai dari rubra, sanguinolenta, serosa, alba. Perubahan ini terjadi pada
masa nifas 6 hari Ny. N adalah sanguinolenta sesuai dengan teori. Pada Ny. N
proses involusi uteri berjalan dengan baik involusi uteri sesuai fisiologi ibu nifas,
dan luka jahitan pada nifas 6 hari sudah mulai mengering.
Selama masa nifas, proses laktasi berjalan dengan baik dan payudara ibu tidak
terjadi pembengkakan. Segera setelah lahir, ibu memberikan ASI, penulis
memberikan motivasi kepada ibu untuk tetap menyusui dan ibu tetap
memberikan asi kepada bayinya. Penulis juga memberikan konseling tentang
KB . Ibu pun merencanakan menggunakan KB IUD nanti setelah 6 minggu
postpartum.
Setelah dilakukan kunjungan nifas selama 2 kali, penulis mendampingi Ny.
N menjalani proses nifas dan tidak ditemukan adanya masalah berat yang dapat
mengakibatkan komplikasi pada saat nifas. Anjuran yag diberikan penulis
kepada Ny. N selama masa nifas mampu diaplikasikan dengan baik di kehidupan
sehari- hari sehingga membantu proses pemulihan kondisi tubuh Ny. N menjadi
lebih baik
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dalam melaksanakan studi kasus ini penulis telah memberikan asuhan
kebidanan secara komprehensif dan berkesinambungan pada Ny.N sejak masa
kehamilan trimester III, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir di Puskesmas
Kecamatan Palmerah Jakarta Timur. Asuhan yang telah diberikan kepada
Ny.N dapat disimpulkan, sebagai berikut :
1. Asuhan kebidanan pada masa kehamilan Ny. N sudah diberikan
dengan baik dengan standar 10T di Puskesmas Kecamatan Palmerah.
Setelah dilakukan asuhan yang tepat pada Ny.N dapat disimpulkan
selama kehamilan tidak mengalami komplikasi yang serius.
2. Asuhan kebidanan pada ibu bersalin telah dilaksanakan Ny.N
melahirkan secara pervaginam, tanggal 2 November 2019 saat usia
kehamilan 40 minggu 6 hari. Kala II berlangsung selama 15 menit,
kala III berlangsung selama 3 menit, dan kala IV berlangsug selama 2
jam. Dapat disimpulkan persalinan Ny.N dalam kategori normal.
3. Asuhan kebidanan pada masa nifas Ny.N berjalan dengan baik dan
tidak ditemukan tanda-tanda bahaya pada masa nifas. Asuhan
kebidanan pada masa nifas dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu pada 6
jam, dan 6 hari setelah persalinan. Pada pengkajian nifas, pengeluaran
lokhea pada Ny.N berlangsung normal.
4. Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir, berat badan bayi Ny.N 3600
gram. Selama asuhan yang diberikan, bayi Ny.N tidak ditemukan
komplikasi dan tanda-tanda bahaya bayi baru lahir. Dari hasil
pemeriksaan yang penulis lakukan tidak ada tanda komplikasi pada
bayi. Bayi mendapatkan asi eksklusif dari ibunya, sudah mendapat
imunisasi Hbo
5. Pada kasus ini penulis dapat menentukan analisa dan diagnosa
kebidanan yang didapat dari kasus asuhan pada Ny. N pada saat hamil,
bersalin, bayi baru lahir dan nifas.
6. Semua asuhan atau tindakan yang akan diberikan kepada Ny. N
selama hamil, bersalin dan nifas, penulis selalu merencanakannya
terlebih dahulu.
7. Seluruh asuhan kebidanan yang telah di berikan selama kehamilan,
persalinan, bayi baru lahir, dan nifas telah didokumentasikan dalam
metode SOAP.

B. SARAN

1. Untuk Institusi
Program studi kasus ini diharapkan menjadi salah satu cara untuk
peningkatan kualitas pendidikan dan keterampilan di dalam kelas
maupun di lahan praktik namun harus disertai dengan pengaturan
waktu pelaksanaan kegiatan yang tepat sehingga hasilnya lebih
maksimal.
2. Untuk Klien
Dengan adanya asuhan kebidanan komprehensif yang dilakukan
penulis selama kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir serta
pelayanan kontrasepsi diharapkan dapat menerapkan informasi dan
edukasi yang telah diterima dari petugas kesehatan dan dapat
menumbuhkan sikap saling percaya terhadap petugas kesehatan.
3. Untuk Penulis
Semoga laporan komprehensif ini bermanfaat untuk peningkatan
kemampuan dan keterampilan dalam melakukan asuhan yang
menyeluruh pada wanita di usia reproduksinya khususnya masa
kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir serta pelayanan
kontrasepsi.
DAFTAR PUSTAKA

Bahiyatun, 2009. Buku ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta : EGC

Dewi, Vivian Nahny Lia, dan Tri Sunarsih.2011.Asuhan Kebidanan pada Ibu

Nifas. Jakarta: Salemba Medika

Jannah, Nurul. 2012.Buku Ajar Asuhan Kebidanan Kehamilan. Yogyakarta:

ANDY

JNPK-KR, 2008. Pelatihn Klinik Asuhan Persalinan Normal, Jakarta: jaringan

nasional peatihan klinik kesehatan reproduksi.

Kementrian Kesehatan RI 2014. InfoDATIN: pusat data dan informasi

kementrian kesehatan RI. Jakarta.

Kusmiyati, Yuni, dkk. 2009. Asuhan Perawatan Ibu Hamil (Asuhan Ibu

Hamil). Yogyakarta: Fitramaya

Manuaba, Ida Ayu: dkk.2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB.

Jakarta:EGC.

Maryunani, Anik. 2015.Ilmu Kesehatan Anak, Jakarta: Trans Info Media.

Nurjasmi, Dr. Emi. 2016. Buku Acuan Midwifery Update.Cetakan Pertama.

Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia.

PPIBI. 2016. Buku Acuan Midwifery Update 2016. Jakarta

Prawirohardjo, Sarwono.2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo.

Prawirohardjo, Sarwono.2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo.
Prawirohardjo, Sarwono.2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka

Sarwono Prawiohardjo.

Rismalinda. 2015. Buku Ajar AsuhanKebidanan Kehamilan. Jakarta : CV.Trans

Info Media.

Rukiah, Ai Yeyeh; dkk. 2009. Asuhan Kebidanan II Persalinan. Jakarta: TIM.

Sari, Anggrita, Ika Mardiatul Ulfa, Ramalida Daulay. 2015. Asuhan Kebidanan

pada Kehamilan. Bogor: IN MEDIA.

Saifuddin, dkk. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta:

Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohrdjo

Saifuddin, Abdul Bari.2009.Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal

Jakarta:PT.Bina Pustaka Sarwono Prawirohrdjo.

Saifuddin, Abdul Bari.2010.Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal

Jakarta:PT.Bina Pustaka Sarwono Prawirohrdjo.

Sondakh, Jenny J.S. 2013 Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi Baru Lahir.

Jakarta: Erlangga

Sudarti. 2010. Kelainan dan Penyakit Pada Bayi dan Anak. Yogyakarta: Nuha

Medika

Sulistyawati,Ari.2009 Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan

Jakarta:Salemba Medika

Sulistyawati, dk. 2010.Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Jakarta: Salemba

Medika

Sulistyawati, Ari dan Nugraheny Esty.2012 Asuhan Kebidanan pada Ibu

Bersalin.Jakarta:Salemba Medika
Tando, Naomi Marie.2013 Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru

Lahir.Jakarta: IN MEDIA

Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ed.4 volume1.Jakarta:

EGC.

Rumus TBJ menurut Johnson Toshack

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/41532/Chapter

%2011.pdf;jsessionid=8E7DD703DE152AA4B337054A8E2559A3?

sequence=4 (diakses tanggal 29/11/2019 pukul 20.00)

Dinkes DKI Jakarta. (2015). Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, 46.

http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KES_P

ROVIN SI_2016/11_DKI_Jakarta_2016.pdf
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Patograf
Lembar Informed Concent
Foto kopi buku KIA

Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai