Anda di halaman 1dari 103

STUDI KASUS PADA IBU HAMIL DENGAN HIPERTENSI

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SINGAPARNA


PERIODE MEI TAHUN 2019

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Mencapai Gelar


Ahli Madya Kebidanan (AM.Keb)

Oleh :

PEGI FLORIAWATI
0200160033

PROGRAM STUDIPLOMA III KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RESPATI TASIKMALAYA
2019
LEMBAR HAK CIPTA

@ Hak cipta Karya Tulis Ilmiah ada pada penulis

ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Pegi Floriawati

Tempat /tanggal lahir : Flores, 15 April 1998

Agama : Islam

Status : Mahasiswa

Alamat : Cipeujeuh Jl. Proklamasi Kel. Baros Kec. Jayaraksa

Kota Sukabumi

Riwayat Pendidikan :

1. TK Diponegoro Lulus Tahun 2004

2. SDN Pakujajar CBM Lulus Tahun 2010

3. SMPN 6 Sukabumi Lulus Tahun 2013

4. SMAN 1 Sukasada Lulus Tahun 2016

5. Program Studi D-III Kebidanan STIKes Respati Tasikmalaya sampai

sekarang

v
PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN
STIKes RESPATI TASIKMALAYA
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2019

ABSTRAK

PEGI FLORIAWATI

STUDI KASUS PADA IBU HAMIL DENGAN HIPERTENSI DI WILAYAH


KERJA PUSKESMAS SINGAPARNA PERIODE JUNI TAHUN 2019

xv bagian awal + 72 hal + 4 tabel + 1 gambar + 9 Lampiran

Hipertensi merupakan salah satu komplikasi kehamilan yang dapat


menyebabkan kematian ibu. Hipertensi ada kecenderungan peningkatan jumlah
penderita hipertensi pada ibu hamil. Faktor yang menyebabkan hipertensi dalam
kehamilan diantaranya umur, keturunan, gaya hidup dan lingkungan. Data di
Puskesmas Puskesmas Singaparna kasus hipertensi dalam kehamilan tahun 2017
mencapai 4.3% dan pada tahun 2018 6.0%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
gambaran kasus hipertensi pada ibu hamil (HDK) di wilayah kerja Puskesmas
Singaparna tahun 2019. Penelitian ini dapat bermanfaat bagi Puskesmas dalam
mendeteksi ibu hamil risiko tinggi mengalami hipertensi.
Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan pendekatan studi
kasus. Subjek studi kasus ini adalah 2 ibu hamil dengan hipertensi. Data-data tersebut
diperoleh menggunakan pedoman wawancara, observasi dan buku KIA kemudian
dianalisis secara kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penegakkan diganosa dilihat dari hasil
anamnesis berupa keluhan pusing dan kenaikan tekanan darah. Klasifikasi hipertensi
pada Ny. YY berupa hipertensi kronik dan pada Ny. Y hipertensi gestassional. Faktor
risiko hipertensi pada Ny. YY sebagai keturunan dan gaya hidup, sedangkan pada Ny.
Y diakibatkan karena gaya hidup pada kedua subjek, penatalaksanaan pada hipertensi
dalam kehamilan telah sesuai dengan SOP Puskesmas. Kedua subjek penelitian tidak
mengalami Komplikasi hipertensi dalam kehamilan .
Kesimpulan dari penelitian ini faktor yang menyebabkan hipertensi dalam
kehamilan adalah keturunan dan gaya hidup. Oleh karena itu ibu hamil mengatur pola
makan dengan baik sesuai dengan kebutuhan gizi selama kehamilan dan dapat
melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur.

Kata Kunci : Hipertensi dalam Kehamilan, Faktor Penyebab

Daftar Pustaka : 22 (2009-2017)

vii
PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN
STIKes RESPATI TASIKMALAYA

Scientific writings, June 2019


ABSTRACT

CASE STUDY IN PREGNANT WOMEN WITH HYPERTENSION IN THE


WORKING AREA OF SINGAPARNA PUBLIC HEALTH CENTER JUNE
PERIOD OF 2019

xv initial part + 72 things + 4 tables + 1 image + 9 Attachments

Hypertension is one of the complications of pregnancy that can cause


maternal death. Hypertension has a tendency to increase the number of people with
hypertension in pregnant women. Factors that cause hypertension in pregnancy
include age, heredity, lifestyle and environment. Data in Public Health Center
Singaparna cases of hypertension in pregnancy in 2017 reached 4.3% and in 2018
6.0%. This study aims to describe the case of hypertension in pregnant women (HDK)
in the work area of the Singapore Health Center in 2019. This study can be useful for
Puskesmas in detecting pregnant women at high risk of developing hypertension.
The draft report uses quantitative methods through a case study approach.
The subject of this case study were 2 pregnant women with hypertension. These data
were obtained using interview guides, observations and MCH books and then
analyzed qualitatively.
The results showed that hypertension enforcement was seen from the results of
history in the form of complaints of dizziness and increased blood pressure.
Hypertension classification in Ny. YY is in the form of chronic hypertension and in
Ny. Y gestassional hypertension Risk factors for hypertension in Ny. YY as a
descendant and lifestyle, while in Ny. Y caused by lifestyle in both subjects,
management of hypertension in pregnancy is in accordance with the SOP of the
Public Health Center. Both research subjects did not experience complications of
hypertension in pregnancy.
The conclusion of this study the factors that cause hypertension in pregnancy
are heredity and lifestyle. Therefore pregnant women manage their diet well
according to their nutritional needs during pregnancy and can carry out regular
pregnancy checks.

Keywords: Hypertension in Pregnancy, Causes Factors

Bibliography: 22 (2009-2017)

viii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

mengizinkan dan memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah penelitian ini dengan judul “Gambaran kasus pada

ibu hamil dengan hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Singaparna tahun 2019”.

Penulisan Karya Tulis Ilmiah penelitianini adalah untuk memenuhi salah satu syarat

guna mencapai gelar Ahli Madya Kebidanan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada yang terhormat:

1. Dadan Yogaswara, S.KM., M.KM selaku Ketua STIKes Respati Tasikmalaya

2. Fenty Agustini, SST., M.Kes, selaku Ketua Program Studi Kebidanan STIKes

Respati Tasikmalaya.

3. Hapi Apriasih, S.ST, M.Kes selaku pembimbing yang telah memberikan

bimbingan serta arahannya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah penelitian.

4. Fenty Agustini, S.ST, M.Kes selaku penguji yang telah memberikan bimbingan

serta arahannya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah

penelitian.

ix
5. Eti Mulyati, A.Md., Keb selaku penguji yang telah memberikan bimbingan

serta arahannya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah

penelitian.

6. Seluruh Staf Dosen STIKes Respati Tasikmalaya yang telah membantu dalam

penyusunan Karya Tulis Ilmiah penelitian ini.

7. Kedua orangtua yang telah memberikan do’a, semangat dan dukungan dalam

penyelesaian Karya Tulis Ilmiah penelitian.

8. Rekan-rekan mahasiswa yang telah membantu dalam penyelesaian Karya

Tulis Ilmiah penelitian.

9. Seluruh pihak yang telah membantu dalam kelancaran penyusunan Karya

Tulis Ilmiah penelitian.

Akhir kata, semoga kebaikan yang telah diberikan dapat menjadi amal soleh

dan ibadah bagi kita semua, dan mendapatkan pahala yang setimpal dari Allah

SWT.

Tasikmalaya, Agustus 2019

Penulis

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR HAK CIPTA....................................................................................... ii

PERNYATAAN PERSETUJUAN....................................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................ v

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH ......................................... vi

ABSTRAK ............................................................................................................. vii

ABSTRACT ........................................................................................................... viii

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ix

DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ................................................................................................. xiii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xiv

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xv

DAFTAR SINGKATAN ....................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 5

1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................... 5

1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................... 6

1.5 Keaslian Studi Kasus................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kehamilan ................................................................................... 9

xi
2.2 Hipertensi dalam Kehamilan (HDK) .......................................... 17

2.3 Kerangka Teori............................................................................ 40

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep ........................................................................ 42

3.2 Definisi Operasional.................................................................... 43

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1 Pendekatan Penelitian ................................................................. 45

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian .................................................... 45

4.3 Subjek Studi Kasus ..................................................................... 45

4.4 Prosedur Pengumpulan data ........................................................ 45

4.5 Instrumen Penelitian.................................................................... 46

4.6 Pengolahan Data dan Analisis Data ............................................ 47

4.7 Etika Studi Kasus ........................................................................ 48

BAB V HASIL PENELITIAN

5.1 Deskripsi Tempat Penelitian ....................................................... 50


5.2 Hasil Penelitian ........................................................................... 52
5.3 Pembahasan ................................................................................. 60
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan ..................................................................................... 70


6.2 Saran .......................................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian ............................................................................ 6

Tabel 3.1 Definisi Operasional ......................................................................... 43

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori ................................................................................. 41

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ............................................................. 42

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 2. Surat Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 3. Format Wawancara

Lampiran 4. Lembar Bimbingan Karya Tulis Ilmiah penelitian

xv
DAFTAR SINGKATAN

AKB : Angka Kematian Bayi

AKI : Angka Kematian Ibu

HDK : Hipertensi Dalam Kehamilan

HLA-G : Leukocyte Antigen Protein G

MDG’s : Millenum Development Goal’s

NK : Natural Killer

PIH : Pregnancy Incduced Hipertension

PUFA : Unsaturated Fatty Acid”

RI : Republik Indonesia

SDGS : Sustainable Development Goals

SDKI : Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia

UPTD : Unit Pelaksana Teknis Daerah

WHO : World Health Organization

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kematian maternal dan perinatal merupakan parameter kualitas

pelayanan di suatu negara, oleh karena itu negara-negara di dunia

merencanakan program kesehatan yaitu dengan Sustainable Developmen

Goals (SDGs) sebagai kelanjutan dari program Millenium Development Goals

(MDGs). Menurut hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun

2012 disebutkan bahwa angka kematian ibu (AKI) mencapai 359 kematian ibu

per 100.000 kelahiran hidup. AKI kembali mengalami penurunan pada tahun

2015 menjadi 305 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan

Angka Kematian Bayi (AKB) hasil SDKI pada tahun 2012 sebesar 32/1000

kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2017).

Penyebab kematian ibu dan anak merupakan hal yang multifaktor

seperti faktor langsung dan faktor tidak langsung. Menurut Kemenkes RI

(2017) menyebutkan bahwa preeklampsia/ eklampsia merupakan salah satu

penyebab kematian utama pada ibu yaitu mencapai 26.34%, di samping

perdarahan mencapai 21,14%, gangguan sistem peredaran darah mencapai

9,27% dan infeksi mencapai 2.76% (Kemenkes RI, 2013).

Salah satu faktor penyebab tingginya kematian adalah hipertensi dalam

kehamilan. Kasus hipertensi dalam kehamilan di Indonesia menurut

Soeriatnata (2006) dari RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita

1
2

Jakarta, hipertensi, penyakit jantung, dan diabetes sangat erat kaitannya satu

dengan lainnya. Ada kecenderungan peningkatan jumlah penderita hipertensi

pada ibu hamil. Kasus hipertensi pada kehamilan tahun 2010, ditemukan

sebanyak 5.1% kasus dengan jumlah 22.716 orang ibu hamil.

Penelitian Susilowati (2010) mengenai faktor-faktor yang berhubungan

dengan hipertensi terhadap ibu hamil di wilayah kerja UPTD Puskesmas

Jatiwangi Kabupaten Majalengka tahun 2009. Hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa ada hubungan antara umur dengan hipertensi pada ibu

hamil (ρ =0,001), ada hubungan antara paritas dengan hipertensi pada ibu

hamil (ρ = 0,033), dan ada hubungan antara riwayat persalinan dengan

hipertensi pada ibu hamil (ρ = 0,000).

Hipertensi pada ibu hamil adalah faktor resiko terbesar penyebab bayi

berat lahir rendah (BBLR) karena dapat menyebabkan berkurangnya aliran

darah ke plasenta dan pertumbuhan janin terhambat. Menurut penelitian Ryfki

S. A (2015) menemukan bahwa Ibu hamil dengan preeklampsia lebih banyak

melahirkan bayi dengan IUGR dibandingkan dengan Ibu hamil tanpa

preeklampsia. Hasil analisis dengan chi square test, terdapat hubungan yang

bermakna antara preeklampsia pada kehamilan dengan IUGR yaitu p = 0,000

(p < 0,05).

Upaya untuk dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas

maternal, diagnosa dini harus dapat ditegakkan. Kesadaran ibu-ibu hamil

untuk memeriksakan kehamilannya secara teratur ke tempat pelayanan

kesehatan sangatlah membantu demi menekan angka kematian maternal.


3

Pemeriksaan kehamilan dilakukan minimal 4 (empat) kali selama kehamilan

yaitu 1 kali pada kunjungan trimester pertama, 1 kali pada kunjungan trimester

ke 2 dan 2 kali pada trimeste ke 3 (Ambarwati, 2009).

Menurut data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tasikmalata tahun 2017

didapatkan ibu hamil yang memiliki komplikasi sebanyak 8964 orang,

kemudian pada tahun 2018 sebanyak 7125 orang. Adapun sebaran jumlah ibu

hamil yang mengalami komplikasi tertinggi di Puskesmas Karangnunggal

yaitu sebanyak 345 orang.

Berdasarkan data di Puskesmas Singaparna didapatkan kasus

hipertensi dalam kehamilan pada tahun 2017 mencapai 33 kasus (4.3%) dari

764 kehamilan dan pada tahun 2018 mencapai 46 kasus (6.0%) dari 770

kehamilan. Kemudian berdasarkan data desa didapatkan Desa Cintaraja

mencapai 12 kasus 95.9%0 dari 203 ibu hamil dan pada tahun 2018 mencapai

13 kasus (6.4%) dari 2014 ibu hamil, Desa Singaparna yang mencapai 6

kasus (3.4%) dari 177 ibu hamil dan tahun 2018 mencapai 7 kasus (4.0%) dari

176 ibu hamil. Desa Sukamulya yang mencapai 3 kasus (3.8%) dari 79 ibu

hamil dan tahun 2018 menjadi 1 kasus (1.3%) dari 80 ibu hamil. Desa

Cikadongdong yang mencapai 6 kasus (4.8%) dari 125 ibu hamil dan tahun

2018 sebanyak 6 kasus (4.7%) dari 127 ibu hamil, dan Desa Cikunir pada

tahun 2017 kasus hipertensi dalam kehamilan mencapai 6 orang (3.3%) dari

180 ibu hamil, tahun 2018 sebanyak 19 kasus (10.4%) dari 183 ibu hamil.

Adapun komplikasi hipertensi dalam kehamilan tahun 2017 seperti

preeklampsia mencapai 21 kasus (2.7%), sedangkan pada tahun 2018 kasus


4

prrekalmpsia meningkat menjadi 29 kasus (3.8%). Melihat dari data tersebut,

kasus hipertensi dalam kehamilan di Puskesmas Singaparna mengalami

peningkatan sebesar 1.7%. Demikian adanya, upaya dalam mencegah

hipertensi dalam kehamilan maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai gambaran kasus hipertensi pada ibu hamil di wilayah kerja

Puskesmas Singaparna tahun 2019.

1.2 Rumusan Masalah

Berdadasarkan uraian tersebut, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah bagaimana gambaran kasus hipertensi pada ibu hamil

(HDK) di wilayah kerja Puskesmas Singaparna tahun 2019?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui gambaran kasus hipertensi pada ibu hamil di wilayah

kerja Puskesmas Singaparna tahun 2019.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Diketahuinya gambaran penegakkan diagnosa ibu hamil dengan

hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Singaparna tahun 2019.

b. Diketahuinya gambaran klasifikasi ibu hamil dengan hipertensi di

wilayah kerja Puskesmas Singaparna tahun 2019.

c. Diketahuinya gambaran faktor risiko hipertensi dalam kehamilan

meliputi:
5

1) Diketahuinya gambaran faktor keturunan sebagai risiko hipertensi

dalam kehamilan di wilayah kerja Puskesmas Singaparna tahun

2019

2) Diketahuinya gambaran faktor gaya hidup sebagai risiko hipertensi

dalam kehamilan di wilayah kerja Puskesmas Singaparna tahun

2019

3) Diketahuinya gambaran faktor umur sebagai risiko hipertensi

dalam kehamilan di wilayah kerja Puskesmas Singaparna tahun

2019

4) Diketahuinya gambaran faktor lingkungan sebagai risiko hipertensi

dalam kehamilan di wilayah kerja Puskesmas Singaparna tahun

2019

d. Diketahuinya gambaran penatalaksanaan pada hipertensi dalam

kehamilan (HDK) di wilayah kerja Puskesmas Singaparna tahun 2019.

e. Diketahuinya gambaran komplikasi hipertensi dalam kehamilan

(HDK) di wilayah kerja Puskesmas Singaparna tahun 2019.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Menambah informasi bagi pengembangan Ilmu Kebidanan pada Asuhan

Kebidanan Patologi yang difokuskan pada masalah preeklampsia.


6

1.4.2 Manfaat Praktik

a. Bagi Ibu Hamil

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan

meningkatkan pengetahuan bagi ibu hamil, keluarga dan masyarakat

tentang faktor resiko pre eklampsia pada ibu hamil sehingga

komplikasi pada kehamilan dapat dihindari.

b. Bagi Puskesmas

Hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan informasi bagi rumah

sakit sehingga dapat dijadikan acuan dalam mendeteksi ibu hamil yang

mempunyai risiko hipertensi dalam kehamilan.

1.5 Keaslian Penelitian

Berdasarkan penelitian telaah pustaka, maka peneliti menemukan hasil

penelitian studi kasus seperti:

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

Judul Nama Tempat dan Tahun Hasil


Studi Kasus Tambokan 2013 pendekatan studi
Manajemen Di Ruang Bersalin kasus manajemen
Asuhan Badan Layanan asuhan kebidanan
Kebidanan Pada Umum Rumah Sakit yang terdiri dari
Ibu Hamil Ny.C. Umum Pusat Prof. Dr. tujuh langkah
N Dengan R.D. Kandou Manado Varney yaitu :
Preeklamsia Berat pengumpulan data,
interpretasi data
dasar, diagnosa
potensial, tindakan
segera,
perencanaan,
pelaksanaan dan
evaluasi
7

Judul Nama Tempat dan Tahun Hasil


Faktor resiko ibu Mawaddah di RSUD Kota sebagian besar
hamil dengan Tasikmalaya Tahun umur ibu hamil
preeklampsia 2011 pre eklampsia
termasuk usia
berisiko 62,7%,
paritas multipara
sebanyak 57.6%,
usia kehamilan
trimester III yaitu
64,5%,
berpendidikan
dasar sebanyak
69,6%, ibu rumah
tangga sebanyak
38,7% dan buruh
sebanyak 36,4%
Preeklamsia Berat Syafrullah 2016 terdapat faktor-
dengan Parsial faktor yang
HELLP Sindrom berhubungan erat
dengan timbulnya
penyakit
preeklamsia pada
pasien ini, yaitu
ketidaktahuan
terhadap penyakit
dan obesitas pada
pasien. Pada kasus
ini dipilih
tatalaksana
konservatif karena
pada pasien
kehamilan pretrem
kurang dari 37
minggu tanpa
disertai tanda-
tanda impending
eklamsia dengan
keadaan janin
baik.
8

Pada penelitian ini mengenai analisis kasus pada ibu hamil dengan

preeklampsia . Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif

dan pendekatan studi kasus. Instrumen yang digunakan adalah format

wawancara baik kepada ibu maupun kepada petugas kesehatan serta hasil

diagnosis petugas kesehatan dalam penatalaksanaan hipertensi dalam

kehamilan. Perbedaan lainnya adalah terletak pada analisis data, dimana pada

penelitian ini memiliki kelebihan yaitu pengkajian secara mendalam.

Kemudian dari studi awal, penelitian ini memiliki kelemahan yaitu ibu

hamil dengan hipertensi dalam kehamilan tidak merata di wilayah kerja

Puskesmas Singaparna, namun hanya terdapat di tiga desa.


9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kehamilan

2.1.1 Pengertian Kehamilan

Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahir janin. Lama

kehamilan normal yaitu 280 hari atau 40 minggu atau 10 bulan (lunar

months). Kehamilan dibagi atas 3 triwulan yaitu triwulan pertama dimulai

dari konsepsi sampai 3 bulan (0-12 minggu), triwulan kedua dari bulan ke-

4 sampai 6 bulan (12-28 minggu), triwulan ketiga dari bulan ke-7 sampai

9 bulan (Saifuddin, 2007:278).

Kehamilan adalah sebuah impian dan cara untuk mencapai

kepenuhan tertinggi prestasi sebagai ibu. Kehamilan dimulai dengan

pembuahan dan berakhir dengan kelahiran seorang manusia baru yang

sangat menyenangkan.

2.1.2 Pembagian usia kehamilan

Ditinjau dari tuanya kehamilan,maka kehamilan dibagi kedalam 3

bagian yaitu:

a. Kehamilan triwulan pertama

Triwulan pertama usia kehamilan dimulai saat terjadi pembuahan

sperma terhadap sel telur sampai dengan usia kehamilan 12 minggu.

Dalam triwulan pertama ini alat-alat tubuh janin mulai dibentuk.

9
10

b. Kehamilan triwulan kedua (antara 12 sampai 28 minggu)

Triwulan kedua dimulai dari usia kehamilan 12 sampai dengan 28

minggu. Dalam triwulan kedua alat-alat telah dibentuk, tetapi belum

sempurna dan viabilitas janin masih disangsikan. Bila hasil konsepsi

dikeluarkan dari kavum uteri pada kehamilan di bawah 20 minggu

disebut abortus.

c. Kehamilan triwulan terakhir (antara 28 sampai 40 minggu)

Triwulan ketiga atau triwulan terakhir adalah sejak kehamilan

berusia 28 miggu sampai dengan 40 minggu. Janin yang dilahirkan

dalam trimester terakhir telah viabel. Bila ini terjadi di bawah 36

minggu disebut partus prematurus (Saifuddin, 2012:279).

2.1.3 Perubahan dalam Kehamilan

a. Perubahan Fisik

1) Vagina dan vulva

Karena pengaruh estrogen terjadi perabahan pada vagina dan

vulva akibat hipervaskularisasi, vagina dan vulva terlihat lebih

merah dan kebiruan yang disebut tanda Chadwick (Manuaba,

2012:288).

2) Servik

Bertambah vaskularisasinya dan menjadi lunak (soft) disebut

tanda Goodell. Karena bertambah pembuluh darah dan melebar,

warna menjadi livid yang disebut tanda Chadwick.


11

3) Sistem sirkulasi darah

a) Volume darah

Volume darah total dan volume plasma darah naik pesat

sejak akhir trimester I. Volume darah akan bertambah kira-kira

25 persen dengan puncaknya pada kehamilan 32 minggu,

diikuti curah jantung (cardiac output) yang meningkat sebanyak

kira-kira 35 persen. Kenaikan plasma darah dapat mencapai 40

persen mendekati kehamilan cukup bulan.

b) Nadi dan tekanan darah

Tekanan darah arteri cenderung menurun terutama pada

trimester II dan akan naik lagi seperti pra hamil. Tekanan vena

dalam batas-batas normal pada ekstrimitas atas dan bawah,

cenderung naik setelah trimester I, nadi biasanya naik dengan

rata-rata 84 per menit.

4) Sistem pernapasan

Kadang kadang mengeluh sesak dan pendek napas,

disebabkan oleh usus yang tertekan kearah diafragma akibat

pembesaran rahim. Kapasitas vital paru meningkat sedikit yang

lebih menonjol adalah pernapasan dada (thorakreathing)

5) Sistem urinarius

Karena pengaruh turunnya kepala bayi pada hamil tua

terjadi gangguan miksi dalam bentuk sering kencing. Desakan

tersebut menyebabkan kandung kemih cepat terasa penuh.


12

Terjadinya hemodilusi menyebabkan metabolisme air makin lancar

sehingga pembentukan air senipun akan bertambah. Filtrasi pada

glomelurus bertambah sekitar 60% sampai 70%. (Manuaba,

2012:289).

6) Tulang dan gigi

Persendian panggul terasa lebih longgar karena ligament-

ligament melemah (softening) dan terjadi sedikit pelebaran pada

ruang persendian. Bila pemberian makanan tidak dapat memenuhi

kebutuhan kalsium janin, kalsium maternal pada tulang-tulang

panjang akan berkurang untuk memenuhi kebutuhan ini (Manuaba,

2012:291).

7) Kulit

Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan

hiperpigmentasi karena pengaruh melanophore stimulating,

hormone lobus hipofisis anterior dan pengaruh kelenjar

suprarenalis. Hiperpigmentasi ini terjadi pada striae gravidarum

livide atau alba, areola mamae, linea nigra, pipi yang disebut

chloasma gravidarum (Manuaba, 2012:293).

8) Berat badan

Penambahan berat badan dalam kehamilan kira-kira 10-16

Kg selama kehamilan.
13

9) Payudara

Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan

sebagai persiapan memberikan ASI pada saat laktasi.

Perkembangan payudara tidak dapat dilepaskan dari pengaruh

hormon saat kehamilan yaitu estrogen dan progesterone (Manuaba,

2011).

b. Perubahan Psikis

Kehamilan adalah saat sensitif bagi seorang wanita, selama

kehamilan kebanyakan wanita mengalami perubahan psikologis dan

emosional tentang berbagai masalah dari satu trimester ke trimester

selanjutnya Beberapa ibu hamil tidak dapat menghindari derajat

ansietas atau stres pada saat-saat tertentu (Harnawatiaj, 2012:2)

Faktor psikologis yang turut mempengaruhi kehamilannya meliputi:

1) Stres yang terjadi pada ibu hamil dapat mempengaruhi kesehatan

ibu dan janin. Janin dapat mengalami keterlambatan perkembangan

atau gangguan emosi saat lahir nanti jika stres pada ibu tidak

tertangani dengan baik.

2) Dukungan suami juga merupakan andil yang besar dalam

menentukan status kesehatan ibu, jika seluruh keluarga

mengharapkan kehamilan, mendukung bahkan memperhatikan

dukungannya dalam berbagai hal, maka ibu hamil akan merasa lebih

percaya diri, lebih bahagia, dan siap dalam menjalani kehamilan,

persalinan dan masa nifas.


14

Dukungan psikologis akan memberi dampak terhadap pola kehidupan

sosial pada wanita hamil. Reaksi psikologis yang terjadi menurut Rose

(2012:2) yaitu :

a. Trimester pertama

Ketika wanita dinyatakan hamil, maka kadar hormon akan meningkat,

hal ini akan menyebabkan mual dan muntah, lemah, letih dan

membesarnya payudara. Perubahan psikologis yang terjadi pada

kehamilan ini menekankan pada pencapaian peran sebagai ibu

dimana untuk mencapai peran sebagai ibu memerlukan proses

belajar. Trimester awal kehamilan merupakan penentuan dimana

wanita akan menjadi istri yang sedang hamil (Nirwana, 2011:t4)

a) Ibu hamil mengalami kondisi psikologis campur-aduk, antara

cemas, bahagia, dan ragu dengan kehamilannya atau bahkan

tidak ada respon. Ia mengetahui kemunculan tanda kehamilan,

namun masih ragu apakah positif hamil atau tidak.

b) Ibu hamil mengalami fluktuasi emosi, risikonya akan muncul

pertengkaran atau rasa tidak nyaman. Dengan komunikasi yang

baik, pasangan suami istri bisa menyiapkan kondisi ini berjalan

lebih baik.

c) Ibu hamil mengalami perubahan hormonal, yang akan juga

mempengaruhi psikis perempuan.


15

Ibu hamil mengalami morning sickness, jadi perempuan

membutuhkan dukungan suami untuk menjalani kondisi yang juga

akan berpengaruh pada psikis perempuan.

Perubahan emosional pada trimester I adalah ambivalen.

Perasaan ini berhubungan dengan kecemasan terhadap perubahan

selama masa kehamilan, rasa tanggung jawab, takut atas

kemampuan menjadi orang tua, sikap penerimaan keluarga,

masyarakat dan masalah keuangan (Pieter, 2011:222).

b. Trimester kedua, fluktuasi emosional sudah mereda sehingga

biasanya ibu sudah merasa tenang karena sudah terbiasa dengan

kehamilannya dan pada tahap ini ibu hamil sudah dapat melakukan

aktifitas, termasuk aktifitas hubungan suami istri. Ibu hamil mulai

lebih tenang dan bisa beradaptasi dengan perubahan kondisi dan

kehamilannya.

a) Ibu hamil mulai lebih tenang dan bisa beradaptasi dengan

perubahan kondisi dan kehamilannya.

b) Bentuk tubuh mulai berubah. Untuk ibu yang fokus pada

penampilannya, kondisi ini bisa mempengaruhi psikis dan

emosinya. Perubahan bentuk tubuh juga mempengaruhi

kehidupan seksual, karena itu pasangan suami istri perlu

melakukan penyesuaian agar hubungan seks menyenangkan

bagi keduanya. Hubungan ibu dengan bayi juga mulai terjalin

pada masa ini. Mengajak janin bicara atau mendengarkan


16

musik misalnya, bisa membangun hubungan lebih dekat, dan

mempengaruhi ibu hamil agar lebih nyaman dengan

kehamilannya.

c) Ibu hamil akan mulai melihat dan meniru peran ibu, karena

kebutuhannya akan figur ibu semakin kuat.

Ibu hamil akan semakin bergantung kepada pasangannya

c. Trimester ketiga, stress pada ibu hamil akan meningkat kembali,

berkaitan karena kondisi kehamilan yang yang semakin membesar.

Pada periode ini kekhawatiran mulai muncul, takut sewaktu-waktu

bayinya lahir. Ibu juga merasakan kekhawatiran akan bayinya,

akankah bayinya lahir normal atau tidak. Seorang ibu mungkin

akan takut dengan kelahiran yang akan dilaluinya dan takut akan

bahaya fisik yang akan timbul saat proses persalinan (Nirwana,

2011). Semakin dekatnya waktu persalinan pun akan membuat

tingkat stress semakin tinggi, perasaan cemas muncul bisa karna

memikirkan proses melahirkan serta kondisi bayi yang akan

dilahirkan.

Kehamilan semakin membesar, begitupun dengan stres pada ibu

hamil. Seringkali kondisi ini membuat ibu hamil bermasalah

dengan posisi tidur yang kurang nyaman, sehingga ibu hamil

mudah terserang lelah.


17

2.1.4 Tanda bahaya dalam kehamilan

Tanda bahaya kehamilan (Manuaba, 2012:375)

a. Pendarahan pervaginam.

b. Sakit kepala yang hebat.

c. Masalah penglihatan.

d. Bengkak pada muka dan tangan.

e. Nyeri abdomen yang hebat.

f. Bayi kurang bergerak seperti biasa.

2.2 Hipertensi dalam Kehamilan (HDK)

1. Pengertian

Hipertensi dalam kehamilan adalah suatu komplikasi setelah

kehamilan 20 minggu yang ditandai dengan timbulnya hipertensi, disertai

salah satu dari : edema, proteinuria atau kedua-duanya (Hasan, 2014).

Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan

tekanan darah di dalam arteri (Hembing, 2014). Sedangkan menurut

Murbawani (2009) yang dimaksud hipertensi adalah suatu masalah

kesehatan dimana kadar darah diastolik mencapai 115 mmHg untuk

hipertensi berat, 105-114 untuk hipertensi sedang, dan 90-104 untuk

hipertensi ringan.

Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala,

dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan

meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan


18

jantung dan kerusakan ginjal. Pada pemeriksaan tekanan darah akan

didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi diperoleh pada saat jantung

berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh pada saat

jantung berelaksasi (diastolik).

Hipertensi adalah kenaikan tekanan sistolik harus 30 mmhg atau

lebih di atas tekanan yang biasanya ditemukan, atau mencapai 140 mmHg

atau lebih. Selain itu terjadi juga kenaikan tekanan diastolik sebesar 15

mmHg atau lebih, atau menjadi 90 mmHg atau lebih. Penentuan tekanan

darah ini dilakukan minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam pada keadaan

istirahat (Prawirohardjo, 2007). Tekanan darah sistolik dapat mencapai

180 mmHg dan tekanan darah diastolik mencapai 110 mmHg. Namun

demikian tekanan sistolik jarang yang mencapai 200 mmHg. Jika tekanan

darah sistolik melebihi 200 mmHg, maka sebabnya biasanya hipertensi

esensialis

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, hipertensi dalam

kehamilan adalah suatu kondisi dimana ibu hamil memiliki tekanan yang

abnormal tinggi biasanya 115 mmHg untuk hipertensi berat, 105-114

untuk hipertensi sedang, dan 90-104 untuk hipertensi ringan.

2. Tanda dan gejala hipertensi dalam kehamilan

Peninggian tekanan darah seringkali merupakan satu-satunya gejala

pada hipertensi esensial. Kadang-kadang hipertensi esensial berjalan tanpa

gejala dan baru timbul gejala setelah terjadi komplikasi pada organ sasaran

seperti pada ginjal, mata, otak dan jantung. Gejala-gejala seperti sakit
19

kepala, mimisan, pusing atau migren sering ditemukan sebagai gejala

klinis hipertensi esensial. Pada survei hipertensi di Indonesia tercatat

gejala-gejala yaitu pusing, mudah marah, telinga berdengung, mimisan

(jarang), sukar tidur, sesak nafas, rasa berat di tengkuk, mudah lelah dan

mata berkunang-kunang

Gejala dari hipertensi pada kehamilan adalah bengkak pada muka,

tangan dan kaki, nyeri dan pusing pada dahi. Seringkali gejala pertama

yang mencurigakan adanya hipertensi dalam kehamilan ialah terjadi

kenaikan berat badan yang melonjak tinggi dan dalam waktu singkat.

Kenaikan berat badan 0,5 kg setiap minggu dianggap masih dalam batas

wajar, tetapi bila kenaikan berat badan mencapai 1 kg perminggu atau 3 kg

perbulan maka harus diwaspadai kemungkinan timbulnya hipertensi dalam

kehamilan. Ciri khas kenaikan berat badan penderita hipertensi ialah

kenaikan yang berlebihan dalam waktu singkat, bukan kenaikan berat

badan yang merata sepanjang kehamilan, karena berat badan yang

berlebihan tersebut merupakan refleksi dari pada edema.

3. Klasifikasi hipertensi dalam kehamilan

a. Menurut Penyebabnya

Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dapat dibagi menjadi dua yaitu :

1) Hipertensi Primer / hipertensi essensial : hipertensi yang belum

diketahui penyebabnya dengan jelas. seperti bertambahnya umur,

stres psikologis, dan hereditas (keturunan)


20

2) Hipertensi Sekunder : penyebabnya telah pasti, misalnya ginjal

yang tidak berfungsi, pemakaian kontrasepsi oral, dan

terganggunya keseimbangan hormon yang merupakan faktor

pengatur tekanan darah.

b. Menurut Ukuran Tekanan Darah

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut Ukuran tekanan Darah


Kategori Sistolik Diastolik
Normal Dibawah 130 mmHg Dibawah 85 mmHg
Normal tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg
Stadium 1
140-159 mmHg 90-99 mmHg
(Hipertensi ringan)
Stadium 2
160-179 mmHg 100-109 mmHg
(Hipertensi sedang)
Stadium 3
180-209 mmHg 110-119 mmHg
(Hipertensi berat)
Stadium 4
210 mmHg atau lebih 120 mmHg atau lebih
(Hipertensi maligna)
(Sumber : Murbawani, 2009)

Menurut Hasan (2014) hipertensi dalam kehamilan dapat diklasifikasikan

sebagai berikut :

a. Hipertensi kronik. Yakni kondisi yang muncul sebelum hamil atau ada

di saat umur kehamilan belum masuk ke dalam minggu ke-20.

b. Hipertensi Gestasional. Merupakan jenis hipertensi yang muncul

setelah umur kehamilan mencapai usia minggu ke 20 atau juga pada

awal masa nifas namun tidak disertai dengan preeklamsia. Kondisi

tersebut tak lain adalah hipertensi kronis yang tak terlihat dan

berpotensi muncul lagi pada kehamilan wanita yang berikutnya.


21

c. Jenis hipertensi yang terakhir adalah pre-eklampsi superimpose yakni

gejala yang diderita ibu hamil dengan hipertensi kronik namun disertai

dengan penyakit ginjal.

d. Hipertensi sesaat, yaitu hipertensi yang tidak terdiagnosis yang muncul

saat persalinan atau segera setelah melahirkan.

2. Patofisiologi

Menurut Saifuddin (2012) teori – teorinya hipertensi sampai

sekarang belum pasti, teori yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Teori kelainan vaskularisasi plasenta

Pada kehamilan normal, rahim dan plasenta mendapatkan

aliran darah dari cabang-cabang arteri uterina dan arteri ovarika yang

menembus miometrium dan menjadi arteri arkuata, yang akan

bercabang menjadi arteri radialis. Arteri radialis menembus

endometrium menjadi arteri basalis memberi cabang arteri spiralis.

Pada kehamilan terjadi invasi trofoblas kedalam lapisan otot arteri

spiralis, yang menimbulkan degenerasi lapisan otot tersebut sehingga

terjadi distensi dan vasodilatasi arteri spiralis, yang akan memberikan

dampak penurunan tekanan darah, penurunan resistensi vaskular, dan

peningkatan aliran darah pada utero plasenta. Akibatnya aliran darah

ke janin cukup banyak dan perfusi jaringan juga meningkat, sehingga

menjamin pertumbuhan janin dengan baik. Proses ini dinamakan

remodelling arteri spiralis. Pada pre eklamsia terjadi kegagalan

remodelling menyebabkan arteri spiralis menjadi kaku dan keras

sehingga arteri spiralis tidak mengalami distensi dan vasodilatasi,


22

sehingga aliran darah utero plasenta menurun dan terjadilah hipoksia

dan iskemia plasenta.

b. Teori Iskemia Plasenta, Radikal bebas, dan Disfungsi Endotel

1) Iskemia Plasenta dan pembentukan Radikal Bebas

Karena kegagalan Remodelling arteri spiralis akan berakibat

plasenta mengalami iskemia, yang akan merangsang pembentukan

radikal bebas, yaitu radikal hidroksil (-OH) yang dianggap sebagai

toksin. Radiakl hidroksil akan merusak membran sel yang banyak

mengandung asam lemak tidak jenuh menjadi peroksida lemak.

Periksida lemak juga akan merusak nukleus dan protein sel endotel

2) Disfungsi Endotel

Kerusakan membran sel endotel mengakibatkan terganggunya

fungsi endotel, bahkan rusaknya seluruh struktur sel endotel

keadaan ini disebut disfungsi endotel, yang akan menyebabkan

terjadinya:

a) Gangguan metabolisme prostalglandin, yaitu menurunnya

produksi prostasiklin (PGE2) yang merupakan suatu

vasodilator kuat.

b) Agregasi sel-sel trombosit pada daerah endotel yang

mengalami kerusakan. Agregasi trombosit memproduksi

tromboksan (TXA2) yaitu suatu vasokonstriktor kuat. Dalam

Keadaan normal kadar prostasiklin lebih banyak dari pada

tromboksan. Sedangkan pada pre eklamsia kadar tromboksan

lebih banyak dari pada prostasiklin, sehingga menyebabkan

peningkatan tekanan darah.


23

c) Perubahan khas pada sel endotel kapiler glomerulus

(glomerular endotheliosis) .

d) Peningkatan permeabilitas kapiler.

e) Peningkatan produksi bahan – bahan vasopresor, yaitu

endotelin. Kadar NO menurun sedangkan endotelin meningkat.

f) Peningkatan faktor koagulasi

c. Teori intoleransi imunologik ibu dan janin

Pada perempuan normal respon imun tidak menolak adanya

hasil konsepsi yang bersifat asing. Hal ini disebabkan adanya Human

Leukocyte Antigen Protein G(HLA-G) yang dapat melindungi

trofoblas janin dari lisis oleh sel natural killer (NK) ibu. HLA-G juga

akan mempermudah invasis el trofoblas kedalam jaringan desidua ibu.

Pada plasenta ibu yang mengalami pre eklamsia terjadi ekspresi

penurunan HLA-G yang akan mengakibatkan terhambatnya invasi

trofoblas ke dalam desidua. Kemungkinan terjadi Immune-

Maladaptation pada pre eklamsia.

d. Teori Adaptasi kardiovaskular

Pada kehamilan normal pembuluh darah refrakter terhadap

bahan vasopresor. Refrakter berarti pembuluh darah tidak peka

terhadap rangsangan vasopresor atau dibutuhkan kadar vasopresor

yang lebih tinggi untuk menimbulkan respon vasokonstriksi. Refrakter

ini terjadi akibat adanya sintesis prostalglandin oleh sel endotel. Pada

pre eklamsia terjadi kehilangan kemampuan refrakter terhadap bahan


24

vasopresor sehingga pembuluh darah menjadi sangat peka terhadap

bahan vasopresor sehingga pembuluh darah akan mengalami

vasokonstriksi dan mengakibatkan hipertensi dalam kehamilan.

e. Teori Genetik

Ada faktor keturunan dan familial dengan model gen

tunggal. Genotype ibu lebih menentukan terjadinya hipertensi dalam

kehamilan secara familial jika dibandingkan dengan genotype janin.

Telah terbukti bahwa ibu yang mengalami pre eklamsia, 26% anak

perempuannya akan mengalami pre eklamsia pula, sedangkan hanya

8% anak menantu mengalami pre eklamsia.

f. Teori Defisiensi Gizi

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa defisiensi

gizi berperan dalam terjadinya hipertensi dalam kehamilan. Penelitian

terakhir membuktikan bahwa konsumsi minyak ikan dapat mengurangi

resiko pre eklamsia. Minyak ikan banyak mengandung asam lemak

tidak jenuh yang dapat menghambat produksi tromboksan,

menghambat aktivastrombosit dan mencegah vasokonstriksi pembuluh

darah.

g. Teori Stimulasi Inflamasi

Teori ini berdasarkan bahwa lepasnya debris trofoblas di dalam

sirkulasi darah merupakan rangsangan utama terjadinya

proses inflamasi. Berbeda dengan proses apoptosis pada pre eklamsia,

dimana pada pre eklamsia terjadi peningkatan stres oksidatif sehingga


25

produksi debris trofoblas dan nekrorik trofoblas juga meningkat.

Keadaan ini mengakibatkan respon inflamasi yang besar juga. Respon

inflamasi akan mengaktifasi sel endotel dan sel makrofag/granulosit

yang lebih besar pula, sehingga terjadi reaksi inflamasi menimbulkan

gejala – gejala preeklamsia pada ibu seperti pembengkakan jaringan

(edema), dan ditemukannya protein dalam urin (proteinuria) yang

timbul karena kehamilan (Wiknjosastro, 2010).


Tekanan Darah

Normal
Meningkat
(TD ≥ 140/90) Gejala/ tanda lain

Gejala/ tanda lain - Kejang - demam - trismus - Nyeri kepala


- Riwayat kejang (+) - nyeri kepala - spasme otot - Gangguan
- Demam (-) - kaku duduk (+) muka penglihatan
- Kaku kuduk (-) - Disorientasi | - Muntah
- nyeri kepala, dan/atau | | tetanus - Riwayat gejala
- gangguan epilepsi maralia serebal serupa
penglihatan.dan atau meningitis |
- hiperefleksia dan atau ensefalitis migrain
- proteinuria, dan atau
- koma

Hamil > 20 minggu

Hamil < 20 minggu


Kejang (-) Kejang (+)

Hipertensi Superimposed
kronik Pre eclampsia
Hipertensi pre eklampsia pre eklampsia eklampsia
ringan berat

Gambar 2.1 Jalur alur penilaian klinik


26

3. Faktor hipertensi Dalam Kehamilan

Secara umum, menurut Soenarta (2011) hipertensi disebabkan oleh :

a. Faktor Keturunan

Pada 70-80% kasus hipertensi esensial, didapatkan riwayat

hipertensi di dalam keluarga. Apabila riwayat hipertensi didapatkan

pada kedua orang tua, maka dugaan hipertensi esensial lebih besar.

Hipertensi juga banyak dijumpai pada penderita kembar monozigot

(satu telur), apabila salah satunya menderita hipertensi. Dugaan ini

menyokong bahwa faktor genetik mempunyai peran didalam terjadinya

hipertensi.

Penelitian yang dilakukan Suryani (2015) menemukan bahwa

variabel independen dan analisis data bivariat dilakukan dengan

menggunakan uji beda Mann Whitney untuk mengetahui perbedaan

tekanan darah ibu hamil dan uji chi square untuk mengetahui

hubungan umur, riwayat keturunan hipertensi, lama tinggal, gaya

hidup seperti frekuensi konsumsi kopi, dan konsumsi garam per hari

dengan tekanan darah ibu hamil. Hasil uji dikatakan memiliki

hubungan yang bermakna apabila nilai p yang dihasilkan dari uji

statistik adalah < 0,05.

b. Umur

Menurut Soenarta (2011) Peningkatan umur berpengaruh dalam

peningkatan darah karena menurunnya fungsi organ tubuh, terutama


27

jantung dan pembuluh darah sehingga meningkatkan kemungkinan

terkena hipertensi.

Usia > 35 tahun (terlalu tua untuk hamil) , maksudnya adalah

hamil diatas usia 35 tahun kondisi kesehatan ibu dan fungsi berbagai

organ dan sistem tubuh diantaranya otot, syaraf, endokrin, dan

reproduksi mulai menurun. Pada usia lebih dari 35 tahun terjadi

penurunan curah jantung yang disebabkan kontraksi miokardium.

Ditambah lagi dengan tekanan darah dan penyakit lain yang

melemahkan kondisi ibu, sehingga dapat mengganggu sirkulasi darah

kejanin yang berisiko meningkatkan komplikasi medis pada

kehamilan, antara lain : keguguran, eklamsia, dan perdarahan

Pada usia usia dibawah 20 tahun dan semua ibu dengan usia

diatas 35 tahun dianggap lebih rentan. Hipertensi yang meningkat di

usia muda < 20 tahun dihubungkan belum sempurnanya organ-organ

yang ada ditubuh wanita untuk bereproduksi, selain itu faktor

psikologis yang cenderung kurang stabil juga meningkatkan kejadian

preeklampsia di usia muda (Karkata, 2012).

Penelitian Susilowati (2010) mengenai faktor-faktor yang

berhubungan dengan hipertensi terhadap ibu hamil di wilayah kerja

UPTD Puskesmas Jatiwangi Kabupaten Majalengka tahun 2009. Hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa ada hubungan antara umur dengan

hipertensi pada ibu hamil (ρ =0,001), ada hubungan antara paritas


28

dengan hipertensi pada ibu hamil (ρ = 0,033), dan ada hubungan antara

riwayat persalinan dengan hipertensi pada ibu hamil (ρ = 0,000).

c. Faktor gaya Hidup

Perubahan pola makan menjurus ke sajian siap santap yang

mengandung lemak, protein, dan garam tinggi tapi rendah serat pangan

(dietary fiber), membawa konsekuensi terhadap berkembangnya

penyakit hipertensi. kelebihan berat badan, kurang aktivitas fisik,

merokok, terlalu banyak mengonsumsi garam, kurang asupan kalium,

kurang olah raga, minum alkohol berlebihan, dan stres. Dikatakan

perokok sangat berat adalah bila mengkonsumsi rokok > 31 batang

/hari. Perokok berat sekitar 21-30 batang sehari. Perokok sedang

menghabiskan 11 – 21 batang. Perokok ringan menghabiskan rokok

sekitar 10 batang /hari (Mu'tadin, 2009).

Jenis garam yang dihindari untuk penderita darah tinggi adalah

yang mengandung natriumn tinggi. Sedangkan kandungan garam salt

low sodium (garam rendah natrium) merupakan garam dengan

kandungan nacl yang lebih rendah daripada garam konsumsi biasa.

garam ini memunyai komposisi terdiri dari campuran nacl, mgcl2, dan

kcl dengan perbandingan tertentu. penggunaan garam rendah natrium

terutama ditujukan untuk penderita tekanan darah tinggi yang tidak

diperbolehkan mengonsumsi garam dapur biasa (Budiasti, 2013).

Faktor nutrisi ada yang mengemukakan bahwa penyakit ini

berhubungan dengan beberapa keadaan kekurangan kalsium, protein,


29

kelebihan garam natrium atau kekurangan asam lemak tak jenuh “Poly

Unsaturated Fatty Acid” (PUFA) dalam makanannya dan Faktor

endotel, teori jejas endotel akhir-akhir ini dikemukakan sehubungan

dengan peranannya dalam mengatur keseimbangan antara kadar zat

vasokonstriktor (tromboksan, endotelin, angiostensin, dan lain-lain)

serta pengaruhnya pada sistem pembekuan darah.

Berdasarkan penyelidikan, kegemukan merupakan ciri khas dari

populasi hipertensi dan dibuktikan bahwa faktor ini mempunyai kaitan

yang erat dengan terjadinya hipertensi dikemudian hari. Walaupun

belum dapat dijelaskan hubungan antara obesitas dan hipertensi

esensial, tetapi penyelidikan membuktikan bahwa daya pompa jantung

dan sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih

tinggi dibandingkan dengan penderita yang mempunyai berat badan

normal.

Penelitian yang dilakukan oleh Taslim, dkk (2016) tentang

hubungan pola makan dan stres dengan kejadian hipertensi pada ibu

hamil di wilayah kerja Puskesmas Kamonji Kecamatan Palu Barat”

ditemukan hasil bahwa terdapat hubungan antara pola makan dan stres

dengan kejadian hipertensi. Penelitian lain yang dilakukan oleh Suoth,

dkk (2014) ditemukan hasil bahwa ada hubungan bermakna antara

gaya hidup dengan kejadian hipertensi di Puskesmas Kolongan

Kecamatan Kalawat Kabupaten Minahasa Utara.


30

d. Faktor Lingkungan

Pengaruh lingkungan disebut juga teratogen dimana ibu hamil

yang tinggal di lingkungan yang memiliki karbon monoksida tinggi

atau tingkat kebisingan tinggi akan menimbulkan stressor yang tinggi

pula. Hubungan antara stress dengan hipertensi, diduga melalui

aktivasi saraf simpatis (saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas,

saraf parasimpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita tidak

beraktivitas). Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat meningkatkan

tekanan darah secara intermitten (tidak menentu).

Apabila stress berkepanjangan, dapat mengakibatkan tekanan

darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti, akan tetapi

angka kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan

dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh stress

yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota.

Penelitian yang dilakukan oleh Beever (2002) dalam Wardani

(2010), bahwa stres yang muncul akibat suatu lingkungan yang bising

menyebabkan stress yang tinggi pada ibu-ibu yang sedang

mengandung. Demikian pula Basha (2004) yang menyimpulkan bahwa

gangguan kepribadian yang bersifat sementara dapat terjadi pada orang

yang menghadapi keadaan yang menimbulkan stres berat dan itu

sangat berisiko pada ibu-ibu yang menghadapi persalinan (Basha,

2004).
31

Secara khusus, hipertensi dalam kehamilan penyebabnya sampai

saat ini belum pasti, tapi diperkirakan pemicunya akibat pengeluaran

hormon prostaglandin yang memunculkan efek perlawanan pada tubuh.

Pembuluh darah menjadi menciut, terutama pembuluh darah kecil

sehingga tekanan darah meningkat. Organ-organ pun akan kekurangan zat

asam. Pada keadaan yang lebih parah, bisa terjadi penimbunan zat

pembeku darah yang ikut menyumbat pembuluh darah pada jaringan vital.

4. Gambaran Klinis Hipertensi Dalam Kehamilan

Pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. angka yang

lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang

lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Diagnosa

hipertensi esensial ditegakkan berdasarkan data anamnesis (konsultasi

dokter), pemeriksaan jasmani, pemeriksaan laboratorium maupun

pemeriksaan penunjang. Pada saat konsultasi dengan dokter, pasien perlu

memberitahu riwayat hipertensi orang tuanya, mengingat 70-80% kasus

hipertensi esensial diturunkan dari kedua orang tuanya. Pasien juga perlu

memberitahu dokter tentang pengobatan yang sedang dijalaninya pada saat

itu. Ada beberapa obat-obatan dapat menimbulkan hipertensi seperti

golongan obat kortikosteroid. Pada wanita, keterangan mengenai

hipertensi pada kehamilan, riwayat eklamsia (keracunan kehamilan),

riwayat persalinan dan penggunaan pil kontrasepsi diperlukan pada saat

konsultasi. Selain itu, data mengenai penyakit yand diderita seperti

diabetes melitus (kencing manis), penyakit ginjal, serta faktor resiko


32

terjadinya hipertensi seperti rokok, alkohol, stress, data berat badan juga

perlu diberitahukan ke dokter.

Peninggian tekanan darah seringkali merupakan satu-satunya tanda

klinis hipertensi esensial, sehingga diperlukan pengukuran tekanan darah

secara akurat. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingginya tekanan

darah adalah : faktor pasien, faktor alat dan tempat pengukuran. Agar

didapat pengukuran yang akurat, sebaiknya pengukuran dilakukan setelah

pasien beristirahat dengan cukup, minimal setelah 5 menit berbaring dan

dilakukan pada posisi berbaring, duduk dan berdiri sebanyak 3-4 kali

pemeriksaan, dengan interval antara 5-10 menit. Tempat pemeriksaan

dapat pula mempengaruhi hasil pengukuran. Pengukuran di tempat

praktek, biasanya mendapatkan hasil yang lebih tinggi bila dibandingkan

dengan pengukuran di rumah. Hasil pengukuran lebih tinggi di tempat

praktek disebut office hypertension. Mengingat hal tersebut di atas, untuk

keperluan follow up pengobatan sebaiknya dipakai pegangan hasil

pengukuran tekanan darah di rumah. Pengukuran yang pertama kali belum

dapat memastikan adanya hipertensi, akan tetapi dapat merupakan

petunjuk untuk dilakukan observasi lebih lanjut.

Gambaran klinik yang khas pada hipertensi dalam kehamilan

(HDK) yaitu ditemukannya kenaikan tekanan darah yang tinggi.

Perbedaan kenaikan tekanan darah mempunyai arti klinis yang lebih

penting dibandingkan dengan nilai absolut tekanan darah yang tinggi.

Demikian pula kenaikan tekanan diastolik mempunyai arti prognostik


33

yang lebih bermakna dari pada perubahan sistolik. Pengukuran tekanan

darah sebaiknya menggunakan tensimeter air raksa, dengan penderita

posisi duduk. Pengukuran dilakukan setelah penderita beristirahat

sedikitnya 10 menit dan diulang sedikitnya 2 kali pemeriksaan.

5. Pencegahan Hipertensi Dalam Kehamilan

Menurut Saifuddin (2012) pencegahan hipertensi secara umum

dibagi menjadi 2 jenis yaitu :

a. Pengobatan non obat (non farmakologis)

Pengobatan non farmakologis kadang-kadang dapat

mengontrol tekanan darah sehingga pengobatan farmakologis menjadi

tidak diperlukan atau sekurang-kurangnya ditunda. Sedangkan pada

keadaan dimana obat anti hipertensi diperlukan, pengobatan non

farmakologis dapat dipakai sebagai pelengkap untuk mendapatkan

efek pengobatan yang lebih baik.

b. Pengobatan non farmakologis diantaranya adalah :

1) Mengatasi obesitas / menurunkan kelebihan berat badan

2) Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh.

Nasehat pengurangan garam, harus memperhatikan kebiasaan

makan penderita. Pengurangan asupan garam secara drastis akan

sulit dilaksanakan. Cara pengobatan ini hendaknya tidak dipakai

sebagai pengobatan tunggal, tetapi lebih baik digunakan sebagai

pelengkap pada pengobatan farmakologis.


34

3) Ciptakan keadaan rileks.

Berbagai cara relaksasi seperti meditasi, yoga atau hipnosis dapat

mengontrol sistem saraf yang akhirnya dapat menurunkan tekanan

darah.

4) Melakukan olah raga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama

30-45 menit sebanyak 3-4 kali seminggu.

5) Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol

c. Pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis)

Pengobatan hipertensi dilandasi oleh beberapa prinsip sebagai berikut :

1) Pengobatan hipertensi sekunder lebih mendahulukan pengobatan

penyebab hipertensi

2) Pengobatan hipertensi esensial ditujukan untuk menurunkan

tekanan darah dengan harapan memperpanjang umur dan

mengurangi timbulnya komplikasi

3) Upaya menurunkan tekanan darah dicapai dengan menggunakan

obat anti hipertensi

4) Pengobatan hipertensi adalah pengobatan jangka panjang, bahkan

kemungkinan seumur hidup

6. Penatalaksanaan Hipertensi Dalam Kehamilan

Adapun penatalaksanaan hipertensi kehamilan di Puskesmas Singaparna

adalah sebagai berikut:

a. Kehamilan kurang dari 37 minggu (perawatan konservatif/di

pertahankan)
35

Hipertensi kronik

1) Menganjurkan istirahat lebih banyak

2) Berikan suplementasi kalsium 1,5 – 2 gr. hari dan Aspirin 75

mg/hari

3) Pantau pertumbuhan dan kondisi janin

4) Jika tidak ada komplikasi, tunggu sampai aterm

5) Jika DJJ kurang dari 100 x/mnt atau lebih dari 180 x/mnt tangani

seperti gawat janin

6) Jika pertumbuhan janin terhambat, pertimbangkan terminasi

kehamilan

Hipertensi gestasional

1) Pantau tekanan darah, urin (untuk proteinuria dan kondisi janin

setiap minggu)

2) Jika tekanan darah meningkat, tangani sebagai preeklampsia

ringan

3) Jika pertumbuhan janin terhambat, rawat untuk penilaian

kesehatan janin

4) Memberitahu pasien dan keluarga Tanda-tanda bahaya dan gejala

preeklampsi dan eklampsia

5) Jika TD stabil janin dilahirkan secara normal

Preeklampsia atau eklampsia

1) Bila terjadi kejang, perhatikan jalan nafas, pernafasan (oksigen),

sirkulasi (cairan vena)


36

2) MgSO4 diberikan intravena pada ibu dengan eklampsia

(pencegahan kejang)

3) Pada kondisi MgSO4, tidak diberikan seluruhnya, berikan dosis

awal (loading dose), rujuk ibu ke fasilitas kesehatan yang

memadai

7. Komplikasi Hipertensi (Pre Eklampsia dan Eklampsia) dalam

Kehamilan

Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai protenuria dan

edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera

setelah persalinan (Mansjoer dkk, 2012). Menurut WHO (2013),

preeklampsia adalah suatu kondisi yang spesifik pada kehamilan, terjadi

setelah minggu ke 20 gestasi, ditandai dengan hipertensi dan proteinuria,

edema juga dapat terjadi. Sementara itu pendapat lain mengungkapkan

bahwa preeklampsia baru ditegakkan bila ditemukannya hipertensi,

protenuria dan pada wanita hamil yang biasanya timbul mulai akhir

trimester kedua atau ada yang timbul pada awal pasca partus (Christanto,

2014).

Kesimpulan dari ketiga pengertian di atas bahwa pre ekslamsia adalah:

a. Terjadi pada kehamilan maupun segera setelah persalinan.

b. Mulai timbul akhir trimester kedua atau setelah usia kehamilan 20

minggu

c. Ditandai dengan hipertensi, proteinuria, dan edema


37

Proteinuria adalah konsentrasi protein dalam air kencing yang

melebihi 0,3 gr/liter dalam air kencing 24 jam atau pemeriksaan kualitatif

menunjukkan +1 atau +2 ataupun 1 gr/liter atau lebih dalam air kencing

yang dikeluarkan dengan kateter atau air kencing midstream yang diambil

minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam. Biasanya proteinuria timbul

lebih lambat dari pada hipertensi dan kenaikan berat badan, karena itu

harus dianggap sebagai tanda yang cukup serius (Prawinohardjo,

2009:282). Proteinuria sering diketemukan pada preeklampsia yang terjadi

karena vasospasmus pembuluh-pembuluh darah ginjal..

Penanganan pre-eklampsia menurut Prawirohardjo (2000) sebagai

berikut :

a. Preeklampsia Ringan

Kehamilan Kurang dari 37 Minggu, Jika belum ada

perbaikan, lakukan penilaian 2 kali seminggu secara rawat jalan

1) Pantau tekanan darah, urin (untuk proteinuria), refleks, dan

kondisi janin.

2) Konseling pasien dan keluarganya tentang tanda-tanda bahaya

preeklampsia dan eklampsia.

3) Lebih banyak istirahat.

4) Diet biasa (tidak perlu diet rendah garam).

5) Tidak perlu diberi obat-obatan.

6) Jika rawat jalan tidak mungkin, rawat di rumah sakit:

a) Diet biasa.
38

b) Pantau tekanan darah 2 kali sehari, dan urin (untuk

proteinuria) sekali sehari

c) Tidak perlu diberi obat-obatan.

d) Tidak perlu diuretik, kecuali jika terdapat edema paru,

dekompensasi kordis, atau gagal ginjal akut.

e) Jika tekanan diastolik turun sampai normal pasien dapat

dipulangkan :

(1) Nasihatkan untuk istirahat dan perhatikan tanda-tanda

preeklampsia berat;

(2) Kontrol 2 kali seminggu untuk memantau tekanan darah,

urin, keadaan janin, serta gejala dan tanda-tanda

preeklampsia berat;

(3) Jika tekanan diastolik naik lagi, rawat kembali.

f) Jika tidak ada tanda-tanda perbaikan, tetap dirawat. Lanjutkan

penanganan clan observasi kesehatan janin;

g) Jika terdapat tanda-tanda pertumbuhan janin terhambat,

pertimbangkan terminasi kahamilan. Jika tidak, rawat sampai

aterm.

h) jika proteinuria meningkat, tangani sebagai preeklampsia

berat

Kehamilan lebih dari 37 minggu

1) Jika serviks matang, pecahkan ketuban dan induksi persalinan

dengan oksitosin atau prostaglandin .


39

2) Jika serviks belum matang, lakukan pematangan dengan

prostaglandin atau kateter Foley atau lakukan seksio sesarea.

b. Preeklampsia Berat Dan Eklampsia

Penanganan preeklampsia berat dan eklampsia sama, kecuali

bahwa persalinan harus berlangsung dalam 12 jam setelah timbulnya

kejang pada eklampsia. Semua kasus preeklampsia berat harus

ditangani secara aktif. Penanganan konservatif tidak dianjurkan

karena gejala dan tanda eklampsia seperti hiper refleksia dan

gangguan penglihatan sering tidak sahih.

Penanganan kejang

1) Beri obat antikonvulsan.

2) Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan napas, sedotan,

masker dan balon, oksigen).

3) Beri oksigen 4 - 6 liter per menit.

4) Lindungi pasien dari kemungkinan trauma, tetapi jangan diikat

terlalu keras.

5) Baringkan pasien pada sisi kiri untuk mengurangi risiko aspirasi.

6) Setelah kejang, aspirasi mulut dan tenggorokan jika perlu.

Penanganan umum

1) Jika tekanan diastolik tetap lebih dari 110 mmHg, berikan obat

antihipertensi, sampai tekanan diastolik di antara 90-100 mmHg.

2) Pasang infus ringer laktat dengan jarum besar (16 gauge atau

lebih besar).
40

3) Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi overload

cairan.

4) Kateterisasi urin untuk memantau pengeluaran urin dan

proteinuria.

5) Jika jumlah urin kurang dari 30 ml per jam :

h. infus cairan dipertahankan 1 1/8 jam

i. pantau kemungkinan edema paru

6) jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi

dapat mengakibatkan kematian ibu dan janin.

7) Observasi tanda-tanda vital, refleks, dan denyut jantung janin

setiap jam.

8) Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda edema paru.

9) Krepitasi merupakan yanda edema paru. Jika ada edema paru,

stip pemberian cairan, dan berikan diuretik misalnya furosemide

40 mg IV.

10) Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan bedside, Jika

pembekuan darah tidak terjadi sesudah 7 menit, kemungkinan

terdapat koagulopati.

2.3 Kerangka Teori

Hipertensi dalam kehamilan adalah suatu komplikasi setelah kehamilan

20 minggu yang ditandai dengan timbulnya hipertensi, disertai salah satu dari :

edema, proteinuria atau kedua-duanya. Faktor penyebab hipertensi dalam


41

kehamilan menurut Sonearta (2006:4) diantaranya: faktor keturunan, umur,

gaya hidup dan lingkungan. Dari faktor- faktor tersebut, dapat timbul berbagai

macan jenis hipertensi dalam kehamilan diantaranya adalah hipertensi kronik,

hipertensi gestasional, esensial dan hipertensi sesaat.

Berdasarkan uraian tersebut, maka kerangka teori dalam penelitian ini

dapat digambarkan sebagai berikut:

Kehamilan

Patologis
Fisiologis

Faktor Risiko:
Keturunan TD >140 mmHg
Umur
Tanda gejala
Gaya Hidup
Pusing,
Lingkungan pandangan Hipertensi
kabur, oedema

Kronik Gestasional pre-eklampsi Sesaat


superimpose

Komplikasi Penatalaksaan sesuai SOP

Preeklampsia Eklampsia

Sumber : Wiknjosastro (2011)

Gambar 2.1 Kerangka Teori


42

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Hipertensi dalam kehamilan merupakan peningkatan tekanan darah

pada ibu hamil sebagai satu komplikasi kehamilan yang meningkatkan angka

mortalitas dan morbiditas ibu. Faktor yang menyebabkan hipertensi dalam

kehamilan diantaanaya adalah keturnan, umur, gaya hidup dan lingkungan.

Klasifikasi hipertensi dalam kehamilan diantaranya adalah hipertensi kronik,

gestasional dan sesaat.

Faktor Risiko:
Keturunan TD >140 mmHg
Umur
Tanda gejala
Gaya Hidup
Pusing,
Lingkungan pandangan Hipertensi
kabur, oedema

Kronik Gestasional

Komplikasi Penatalaksaan sesuai SOP

Preeklampsia

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

42
43

3.2 Definisi Operasional


Tabel 3.1
Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala


ukur
Penegakkan
diagnosa
Hipertensi Suatu ekadaan Spignometer Mengukur Ya Nominal
tekanan darah tekanan
ibu hamil lebih darah
dari 140/90
mmHg
Klasifikasi Penggolongan wawancara Menilai Kronik Nominal
tekanan darah hasil Gestasional
tinggi pada ibu wawancara
hamil yang
didasarkan pada
tanda gejala
Faktor risiko
a. Keturunan Suatu keadaan Format Wawancara - Ada Nominal
dimana dalam wawancara - Tidak ada
keluarga ibu
hamil terdapat
orang yang
mengalami
dalam
kehamilan
b. Usia adalah umur Format Wawancara - <20 dan Ordinal
responden yang wawancara >35 tahun
dihitung sejak - 20-35
lahir sampai ibu tahun
mengalami
hipertensi
dalam
kehamilan
c. Gaya hidup Kebiaaan Format Wawancara - Baik Ordinal
sehari-hari yang wawancara - Kurang
dilakukan oleh baik
responden
dalam
mengkonsumsi
makan kadar
garam tinggi,
lemak, siap saji,
rendah serat,
kebiasaan
merokok,
minum alkohol.
44

Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala


ukur
d. Lingkungan adalah suatu Format Wawancara - Baik Nominal
keadaan dimana wawancara - Tidak
ibu Format isian
tinggal di
lingkungan
yang memiliki
tingkat
kebisingan
tinggi
Komplikasi adalah sesuatu Format Wawancara - Preeklam Nominal
yang terjadi Cheklist Pemeriksaa psia
sebagai dampak n lab
dari hipertensi
pada ibu hamil
Penatalaksaaan Tindakan yang Format Isian Observasi 1. Sesuai Nominal
dilakukan oleh 2. Tidak
tenaga sesuai
kesehatan
dalam
tenaga
kesehatan untuk
menangani
kasus hipertensi
dalam
kehamilan yang
mengacu pada
SOP Puskesmas
45

BAB IV

METODE STUDI KASUS

4.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan studi

kasus, yaitu pengjian data secara mendalam secara ekploratif. Dengan

menggunakan metode ini dapat diketahui penegakkan diagnosa, faktor risiko

seperti genetik, usia, gaya hidup dan lingkungan serta penatalaksnaaan yang

dilalukan.

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Studi kasus ini telah dilaksanakan pada tanggal 18-24 bulan Mei tahun

2019 di wilayah kerja Puskesmas Singaparna Tahun 2019.

4.3 Subjek Studi Kasus

Subjek studi kasus dalam studi kasus ini adalah 2 orang ibu hamil yang

mengalami hipertensi dalam kehamilan yaitu Ny. YY dan Ny. Y di wilayah

kerja Puskesmas Singaparna periode April-Mei Tahun 2019.

4.4 Prosedur Pengumpulan Data

1. Data Primer

Pengumpulan data dilakukan secara langsung dari ibu hamil dengan

hipertensi dalam kehamilan yang diperoleh dari Bidan Desa. Selanjutnya

45
46

peneliti melakukan kunjungan rumah kepada subjek penelitian tersebut,

langkah selanjtunya adalah memberikan informasi mengenai maksud dan

tujuan penelitian sesuai yang tercantum dalam informed consent.

Selanjutnya peneliti melakukan pemeriksaan dan wawancara untuk

memperoleh data-data untuk untuk menegakkan diagnosa, klasifikasi,

faktor risiko seperti genetik, usia, gaya hidup dan lingkungan serta

penatalaksnaaan yang dilalkukan, pengambilan tersebut diperoleh dengan

menggunakan format wawancara.

2. Data sekunder

Data yang diperoleh dari catatan rekam medik pasien dari buku KIA, buku

kohort dari bidan

3. Partisipasi aktif

Yaitu dengan cara melakukan pemeriksaan langsung secara head to toe

pada pasien seperti pemeriksaan fisik dan tanda-tanda vital.

4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk pengambilan data dalam penelitian ini adalah

1. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara dan dibantu menggunakan dengan media alat tulis

2. Format Cheklis

Format yang digunakan untuk menilai komplikasi yang terjadi sebagai

dampak dari hipertensi pada ibu hamil.


47

3. Format isian

Format isian digunakan untuk menilai penatalaksanaan yang dilakukan

oleh tenaga kesehatan untuk menangani kasus hipertensi dalam kehamilan

yang mengacu pada SOP Puskesmas.

4. Rekam Medik pasien

Untuk memperoleh data tentang hasil diagnosis bidan dan dokter terkait

hasil pemeriksaan laboratorium.

4.6 Pengolahan dan Analisis data

4.6.1 Pengolahan Data

Pengolahan data dalam studi kasus ini meliputi:

a. Editing Data, peneliti pada tahap ini akna mengumpulkan hasil

wawancara, observasi, dan hasil pemriksaan fisik, selanjutnya

dilakukan pemeriksaan terhadap data-data tersebut, pengecekan atau

pemisahan identitas dan variabel yang diteliti.

b. Tabulating Data, Peneliti pada tahap ini menggabungkan data-data

yang sama agar dapat dengan mudah dianalisis, disusun dan ditata

untuk disajikan dalam bentuk tabel matrik.

c. Entry Data, Peneliti pada tahap ini menggabungkan data-data dari

hasil penelitian dan kemudian dimasukkan ke dalam tabel matrik

melalui komputerisasi kemudian dianalisis secara naratif


48

4.6.2 Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam studi kasus ini adalah berupa

kuantitatif deskriptif yang bersumber dari hasil wawancara dan observasi

pada pasien, keluarga atau dengan petugas kesehatan, hasil wawancara

dengan ibu hamil dengan preeklampsia yang bersifat deduktif dengan

menjelaskan hasil penelitian secara umum ke secara khusus dan disajikan

dalam bentuk tabel matrik dan narasi.

4.7 Etika Studi Kasus

Etika dalam penelitian merupakan hal yang sangat penting karena

penelitian yang dilakukan langsung berhubungan dengan manusia. Beberapa

etika yang harus diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut :

1. Informed consent

Peneliti pada tahap ini memberikan penjelasan kepada calon responden

tentang maksud dan tujuan penelitian, kemudian memberikan lembar

persetujuan (Informed consent) kepada calon responden untuk

ditandatangani apabila calon responden bersedia menjadi responden

dalam penelitian ini, tetapi jika tidak bersedia maka peneliti menghormati

hak – hak pasien.

2. Self determination

Peneliti dalam tahap ini memberikan jaminan kepada responden

diperlakukan secara manusiawi.


49

3. Privacy

Peneliti pada tahap ini memberikan jaminan kepada responden bahwa

data atau informasi yang telah diberikan responden dalam penelitian ini

dirahasiakan dan tidak dipubikasikan.

4. Anonymity & Confidentiality

Peneliti dalam tahap ini tidak mencantumkan nama responden

pada lembar kuesioner, tetapi di ganti dengan kode responden yang diisi

oleh peneliti sendiri. Peneliti menjamin kerahasiaan hasil penelitian, baik

informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua data yang telah

dikumpulkan dari klien dijamin dan hanya kelompok data tertentu yang

dilaporkan pada hasil riset.

5. Fair Treatment

Peneliti dalam tahap ini memberikan jaminan kepada responden untuk

diperlakukan dengan baik, selama keikutsertaannya dalam penelitian.

6. Protect from discomfort and harm

Peneliti dalam tahap ini menjelaskan kepada responden bahwa

informasi yang telah diberikan dalam penelitian ini tidak dipergunakan

dalam hal-hal yang dapat merugikan responden dalam bentuk apapun.


50

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN P EMBAHASAN

5.1 Deskripsi Tempat Penelitian

Studi kasus ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Singaparna

Kabupaten Tasikmalaya.

1. Data Geografi

Puskesmas Singaparna terletak di Kabupaten Tasikmalaya yang memiliki

luas wilayah 1495,63Km2. Kondisi geografis Puskesmas Singaparna

terdiri dari wilayah, dataran, dan Letak wilayahnya berbatasan dengan

beberapa Kecamata , yaitu :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Leuwisari dan

Padakembang.

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Pemkot Tasikmalaya .

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Sukarame

d. Sebelah Barat berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Tineuwati

Desa yang ada di wilayah kerja Puskesmas Singaparna sebanyak 5 desa

yaitu desa Singasari, Singaparna, Sukamulya, Cipakat dan Sukaasih

50
51

2. Data Demografi

Tabel 5.1
Jumlah Penduduk di wilayah kerja Puskesmas Singaparna

Jumlah Penduduk
No Kelompok Umur (th)
L P Jumlah
1 0-4 1518 1742 3260
2 5-9 2330 2477 4807
3 10 - 14 2528 2389 4917
4 15 - 19 2410 2316 4726
5 20 - 24 1943 1906 3849
6 25 - 29 1836 2022 3858
7 30 - 34 1820 1647 3467
8 35 - 39 1713 1639 3352
9 40 - 44 1588 1819 3407
10 45 - 49 1417 1694 3111
11 50 - 54 1399 1542 2941
12 55 - 59 1258 1377 2635
13 60 - 64 1137 1191 2328
14 65+ 1145 1278 2423
Jumlah 24042 25039 49081

Berdasarkan data pada tabel 5.1 diketahui bahwa jumlah penduduk paling

banyak pada kelompok umur 10-14 tahun yaitu sebanyak 4917 orang

terdiri dari 2528 laki-laki dan 2389 perempuan.

3. Data Kesehatan

Jumlah lahir hidup paling banyak di desa Cintaraja yaitu 172 orang,

sedangkan lahir mati sebanyak 11 orang, dan paling banyak adalah di desa

Cipakat sebanyak 5 orang, angka kematian bayi paling banyak adalah di

desa Cipakat yaitu 2 orang, angka kematian balita paling banyak di desa

Cipakat yaitu 2 orang.


52

Adapun angka kematian ibu terdapat di desa Sukakasih dan desa Cikunir

masing-masing 1 orang, dan kejadian BBLR paling banyak tedapat di desa

Cintaraja sebanyak 11 orang. Cakupan kunjungan K1 paling tinggi di desa

Singaparna yaitu 193 orang dan Cakupan K4 paling tinggi di desa

Singaparna yaitu 178 orang. Data mengenai bumil risti/komplikasi

ditangani bahwa ibu hamil komplikasi tertangani paling banyak di desa

Cipakat yaitu 82 orang.

5.2 Hasil Penelitian

1. Identitas Responden

Tabel 5.2
Identitas Responden

Identitas Subjek 1 Subjek 2


Nama Ny. YY Ny. Y
Umur 30 Tahun 30 Tahun
Pendidikan SD SMP
Pekerjaan IRT IRT
Alamat Kp. Pamengpeuk Kp. Cimacan

Berdasarkan data pada tabel 5.1 menunjukkan bahwa subjek 1 bernama

Ny. YY berusia 30 tahun dan berpendidikan dari SD dan bekerja sebagai

IRT, sedangkan subjek 2 bernam Ny. Y berusia 30 tahun berpendidikan

dari SMP dan bekerja sebagai IRT.


53

2. Penegakkan diagnosa

Tabel 5.3
Penegakkan diagnosa
Diagnosa Subjek 1 Subjek 2
Data Subjektif
Keluhan Keluhan merasa Keluhan pusing. Dari hasil
pusing-pusing biasa. pemeriksaan bidan
Dari hasil didapatkan bahwa Ny. Y,
pemeriksaan bidan HPHT : 4 September 2018
didapatkan bahwa dan TP 11 Juni 2019, ini
Ny. YY pernah adalah kehamilan kedua
mengalami tekanan dan tidak pernah
darah tinggi setelah mengalami keguguran, ibu
menikah mengatakan mengalami
HPHT : 21 Oktober tekanan darah tinggi saat
2018 dan TP 28 Juli usia kehamilan 22 minggu
2019, ini adalah
kehamila pertama
Pola kebiasaan mie instan
mengandung garam
yang cukup tinggi

TD 170/110 mmHg 140/90 mmHg


BB sebelum hamil 41 kg 52 Kg
BB selama hamil 49 kg 65 Kg
Muka Tidak ada odema Tidak ada odema
Kaki Tidak ada odema Tidak ada odema
Pemeriksaan
penunjang
Protein urine Negatif Negatif
Diagnosa G1P0A0 hamil 30-31 G2P1A0 hamil 36-37
minggu dengan minggu dengan hipertensi
hipertensi kronik gestasional

Ny. YY mengatakan datang ke bidan A terakhir pada tanggal 13 Mei 2019

dengan keluhan merasa pusing-pusing biasa. Dari hasil pemeriksaan bidan

didapatkan bahwa Ny. YY pernah mengalami tekanan darah tinggi setelah

menikah, HPHT : 21 Oktober 2018 dan TP 28 Juli 2019, ini adalah

kehamilan pertama dan tidak pernah mengalami keguguran, kemudian dari


54

hasil pemeriksaan tanda vital didapatkan TD 170/100 mmHg, P : 89x/mnt,

R : 19x/mnt, S :36.1. Bidan A menganjurkan untuk melakukan

pemeriksaan lanjutan ke Puskesmas pada tanggal 31 Desember 2018, dari

hasil pemeriksaan Puskesmas didapatkan protein urine negatif, tanggal 30

Januari 2019 dilakukan cek urine kembali dengan hasil negatif,

selanjutnya bidan menganjurkan untuk dilakukan pemeriksaan USG.

Berdasarkan hasil anamnesis tersebut maka dapat ditegakkan diagnosa Ny.

YY usia 30 tahun G1P0A0 hamil 30 minggu dengan hipertensi dalam

kehamilan.

Pada Ny. YY dianjurkan melakukan pemeriksaan atau kontrol ulang oleh

bidan ke Puskesmas untuk meminta surat rujukan ke rumah sakit

mendeteksi cek urin dan USG hal ini didasarkan karena TD 170/100

mmHg. Hasil dari pemeriksaan tersebut protein urine negatif, janin

tunggal hidup intrauterin. Terapi yang diberikan oleh pihak rumah sakit

terapi dofamet 2x sehari, dan dianjurkan ke bidan apabila obat sudah

habis.

Ny. Y datang ke bidan A diantara oleh keluarga pada tanggal 22 Mei 2019

dengan keluhan pusing. Dari hasil pemeriksaan bidan didapatkan bahwa

Ny. Y, HPHT : 4 September 2018 dan TP 11 Juni 2019, ini adalah

kehamilan kedua dan tidak pernah mengalami keguguran, ibu mengatakan

mengalami tekanan darah tinggi saat usia kehamilan 22 minggu, kemudian

dari hasil pemeriksaan tanda vital didapatkan TD 140/90 mmHg, P :

90x/mnt, R : 20x/mnt, S :36.5. Bidan A menganjurkan untuk melakukan


55

pemeriksaan lanjutan ke Puskesmas pada tanggal 10 November 2018, dari

hasil pemeriksaan Puskesmas didapatkan protein urine negatif, tanggal 1

Maret 2019 dilakukan pemeriksaan USG dan cek urine hasilnya negatif.

Berdasarkan hasil anamnesis tersebut maka dapat ditegakkan diagnosa Ny.

Y usia 30 tahun G2P1A0 hamil 36-37 minggu dengan hipertensi dalam

kehamilan.

3. Klasifikasi ibu hamil dengan hipertensi

Tabel 5.4
Klasifikasi ibu hamil dengan hipertensi

No Klasifikasi Subjek 1 Subjek 2


1 Gestasional - TD : 140/100 mmHg Sejak
usia kehamilan 22 minggu
2 Kronik Ya, TD 150/100 -
mmHg terjadi
setelah menikah
tahun 2010

Berdasarkan data pada tabel 5.4 menunjukkan bahwa tekanan darah pada

Ny. YY terjadi setelah menikah saat tahun 2010 sedangkan pada Ny. Y

tekanan darah tinggi terjadi pada setelah kehamilan. Dari data tersebut

dapat disimpulkan bahwa klasifikasi hipertensi dalam kehamilan pada Ny.

YY termasuk hipertensi kronik sedangkan pada Ny. Y termasuk hipertensi

gestasional.
56

4. Faktor risiko hipertensi dalam kehamilan

a. Faktor keturunan sebagai risiko hipertensi dalam kehamilan di wilayah

kerja Puskesmas Singaparna tahun 2019

Tabel 5.5
Faktor Turunan
1. Faktor Keturunan Subjek 1 Subjek 2
a. Apakah ibu mempunyai Iya Tidak
penyakit keturunan
b. Jika Ya, apa penyakit Darah Tinggi -
keturunan ibu
c. Apakah orang tua ibu Iya Tidak
sedang atau pernah
menderita penyakit darah
tinggi
d. Apakah saudara ibu baik Iya, kakak -
kakak atau adik ada yang
pernah atau sedang
menderita penyakit darah
tinggi

Berdasarkan data pada tabel 5.5 menunjukkan bahwa faktor yang

menyebabkan hipertensi dalam kehamilan pada Ny. YY adalah karena

adanya faktor keturunan yaitu ibu kandung, sedangkan Ny. Y bukan

disebabkan oleh faktor keturunan.

b. Faktor gaya hidup

Tabel 5.6
Gaya Hidup Ibu Hamil

2. Gaya Hidup Subjek 1 Subjek 2


a. Apakah ibu sering Iya Iya
mengkonsumsi
makanan siap saji?
Jika Ya, makanan siap
saji apa yang ibu
konsumsi?
1) Humberger
57

2. Gaya Hidup Subjek 1 Subjek 2


2) Pizza
3) Hotdog
4) Spageti
5) Kebab
6) Dan lain-lain, … Mie Instan, tapi Mie Instan,
jarang makanan
berkaleng seperti
sarden kurang
lebih 5-6 kali
dalam sebulan
b. Apa ibu sering Iya, tetapi tidak Iya, tetapi tidak
mengkonsumsi terlalu sering terlalu sering
makanan berlemak
seperti jeroan sapi
atau jeroan ayam?
c. Apakah ibu sering Iya, tetapi tidak Ya, biasa
mengkonsumsi terlalu sering konsumsi
makanan yang makanan cemilan
mengandung kadar yang
garam tinggi seperti mengandung
ikan asin? garam tinggi,
gurih
d. Apakah ibu selalu Iya Iya
berolah raga ?
Jika ya, jenis olah Jalan santai Jalan santai
raga apa yang ibu
lakukan?
e. Apakah ibu pernah Tidak Tidak
atau selalu
mengkonsumsi
alkohol
Jika ya, berapa kali - -
ibu
mengkonsumsinya?
f. Apakah ibu biasa - -
merokok
Jika ya, berapa batang - -
rokok yang ibu
habiskan per hari
58

Berdasarkan hasil anamnesis dengan responden didapatkan bahwa

kebiasaan dari Ny. YY yaitu mengkonsumsi makanan yang

mengandung garam tinggi seperti ikan asin dan makanan jeroan ayam

namun tidak terlalu sering. Sedangkan pada Ny. Y biasa mengkonsumsi

makanan cemilan yang mengandung garam tinggi dan gurih

. Dari data tersebut dapat dapat disimpulkan bahwa hipertensi pada

kedua ibu hamil tersebut dapat disebabkan karena pola makan yang

kurang baik.

c. Faktor umur

Hasil anamnesis didapatkan bahwa usia Ny. YY dan Ny. Y berusia 30

tahun, sehingga dapat disimpulkan hipertensi dalam kehamilan pada

kedua subjek penelitian bukan disebabkan oleh faktor umur

d. Faktor lingkungan

Tabel 5.7
Faktor Lingkungan

3. Lingkungan Subjek 1 Subjek 2


a. tempat tinggal ibu Tidak Tidak
terdapat suara
atau sumber
kebisingan yang
menganggu

Hasil anamnesis didapatkan bahwa di tempat tinggal ibu tidak terdapat

suara atau sumber kebisingan yang menganggu. Sehingga hipertensi

dalam kehamilan pada kedua subjek penelitian bukan disebabkan

karena faktor lingkungan.


59

5. Penatalaksanaan pada hipertensi dalam kehamilan

Tabel 5.8
Penatalaksanaan pada hipertensi dalam kehamilan

Jenis Penatalaksanaan S1 S2
Kehamilan kurang dari 37
minggu (perawatan
konservatif/di pertahankan)
Hipertensi kronik Ya
a. Menganjurkan istirahat
lebih banyak
b. Berikan suplementasi Hanya diberikan
kalsium 1,5 – 2 gr. hari dan kalsium 2x1 protap
Aspirin 75 mg/hari Puskesmas
c. Pantau pertumbuhan dan Ya, DJJ 152x/mnt
kondisi janin
d. Jika tidak ada komplikasi, -
tunggu sampai aterm
e. Jika DJJ kurang dari 100 -
x/mnt atau lebih dari 180
x/mnt tangani seperti gawat
janin
f. Jika pertumbuhan janin -
terhambat, pertimbangkan
terminasi kehamilan
Hipertensi gestasional Ya,
a. Pantau tekanan darah, urin dianjurkan
(untuk proteinuria dan untuk
kondisi janin setiap pemeriksaan
minggu) TD dan
USG ke RS
b. Jika tekanan darah -
meningkat, tangani sebagai
preeklampsia ringan
c. Jika pertumbuhan janin -
terhambat, rawat untuk
penilaian kesehatan janin
d. Memberitahu pasien dan Ya, diberi
keluarga Tanda-tanda tahu oleh
bahaya dan gejala bidan
preeklampsi dan eklampsia
e. Jika TD stabil janin -
dilahirkan secara normal
60

Berdasarkan data pada tabel 5.7 menunjukkan bahwa penatalaksanaan

yang dilakukan pada Ny. YY diberikan kalsium 2x1 protap Puskesmas,

sedangkan pada Ny. Y dianjurkan untuk pemeriksaan TD dan USG ke RS

6. Komplikasi hipertensi dalam kehamilan (HDK)

Jenis Komplikasi Ny. YY Ny. Y Keterangan


Preeklampsia Tidak Tidak Protein utine : negatif

Berdasarkan data pada tabel diatas menunjukkan bahwa pada Ny. YY dan

Y tidak mengalami preeklampsia, karena dari hasil pemeriksaan protein

urine (-).

5.3 Pembahasan

1. Penegakkan diagnosa dan klasifikasi hipertensi dalam kehamilan

Berdasarkan hasil wawancara dan dengan subjek penelitian

didapatkan informasi bahwa Ny. YY mengatakan merasa pusing-pusing

biasa, menurut bidan didapatkan bahwa Ny. YY mengalami tekanan darah

tinggi setelah menikah, hasil pemeriksaan tanda vital didapatkan TD

170/100 mmHg, dan hasil pemeriksaan Puskesmas didapatkan protein

urine negatif. Begitupun dengan Ny. Y dengan keluhan pusing dan

mengalami tekanan darah tinggi saat usia kehamilan 22 minggu, kemudian

dari hasil pemeriksaan tanda vital didapatkan TD 140/90 mmHg, hasil

pemeriksaan Puskesmas didapatkan protein urine negatif.

Melihat dari hasil studi kasus tersebjut mengindikasikan bahwa

kedua subjek penelitian mengalami tekanan darah tinggi dengan gejala-


61

gejala subjektif berupa keluhan pusing-pusing sakit kepala, tekanan darah

diatas 120/100 mmHg dan tidak ditemukannya protein urine.

Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa pninggian

tekanan darah seringkali merupakan satu-satunya gejala pada hipertensi

dalam kehamilan. Gejala-gejala lainnya seperti sakit kepala, mimisan,

pusing atau migren sering ditemukan sebagai gejala klinis hipertensi

dalam kehamilan. Pada survei hipertensi di Indonesia tercatat gejala-

gejala yaitu pusing, mudah marah, telinga berdengung, mimisan (jarang),

sukar tidur, sesak nafas, rasa berat di tengkuk, mudah lelah dan mata

berkunang-kunang (Zaini, 2011).

Murbawani (2009) yang dimaksud hipertensi adalah suatu masalah

kesehatan dimana kadar darah diastolik mencapai 115 mmHg untuk

hipertensi berat, 105-114 untuk hipertensi sedang, dan 90-104 untuk

hipertensi ringan.

Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala,

dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan

meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan

jantung dan kerusakan ginjal. Pada pemeriksaan tekanan darah akan

didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi diperoleh pada saat jantung

berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh pada saat

jantung berelaksasi (diastolik).

Hasil studi kasus didapatkan bahwa tekanan darah pada Ny. YY

terjadi setelah menikah saat tahun 2010 sedangkan pada Ny. Y tekanan
62

darah tinggi terjadi pada setelah kehamilan. Dari data tersebut dapat

disimpulkan bahwa klasifikasi hipertensi dalam kehamilan pada Ny. YY

termasuk hipertensi kronik sedangkan pada Ny. Y termasuk hipertensi

gestasional.

Pengklasifikasian dai hipertensi dalam kehamilan didasarkan pada

waktu munculnya tekanan darah tersebut. Pada Ny. YY, hipertensi terjdi

sebelum kehamilan, maka dapat dikatakan sebagai hipertensi kronik,

sedangkan pada Ny. Y hipertensi terjadi pada saat kehamilan sehingga

dapat dikatakan sebagai hipertensi gestasional.

Hal ini sesuai dengan teori Hasan (2014) hipertensi dalam

kehamilan diantaranya adalah Hipertensi kronik. yakni kondisi yang

muncul sebelum hamil atau ada di saat umur kehamilan belum masuk ke

dalam minggu ke-20. Hipertensi Gestasional, merupakan jenis hipertensi

yang muncul setelah umur kehamilan mencapai usia minggu ke 20 atau

juga pada awal masa nifas namun tidak disertai dengan preeklamsia.

Kondisi tersebut tak lain adalah hipertensi kronis yang tak terlihat dan

berpotensi muncul lagi pada kehamilan wanita yang berikutnya.

Berdasarkan hasil uraian tersesbut tersebut maka dapat ditegakkan

diagnosa Ny. YY usia 30 tahun G1P0A0 hamil 30 minggu dengan

hipertensi kronik. Ny. Y usia 30 tahun G2P1A0 hamil 36-37 minggu

dengan hipertensi gestasional.


63

2. Faktor Risiko HDK

a. Faktor Keturunan

Berdasarkan hasil penelitian didapakan bahwa faktor yang

menyebabkan hipertensi dalam kehamilan pada Ny. YY adalah karena

adanya faktor keturunan yaitu ibu kandung, sedangkan Ny. Y bukan

disebabkan oleh faktor keturunan.

Melihat dari data tersebut peneliti berpendapat bahwa kejadian

hipertensi pada keluarga yang memiliki penyakit darah tinggi tersebut

lebih beresiko terjadi pada ibu Ny. YY. Hal ini mengindikasikan

penyebab hipertensi dalam kehamilan didapatkan riwayat hipertensi

di dalam keluarga. Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua

orang tua, maka dugaan hipertensi esensial lebih besar.

Saifuddin (2008) berpendapat ada faktor keturunan dan

familial dengan model gen tunggal. Genotype ibu lebih menentukan

terjadinya hipertensi dalam kehamilan secara familial jika

dibandingkan dengan genotype janin. Telah terbukti bahwa ibu yang

mengalami pre eklamsia, 26% anak perempuannya akan mengalami

pre eklamsia pula, sedangkan hanya 8% anak menantu mengalami pre

eklamsia.

Hal ini sesuai dengan Roesma (2011) hipertensi juga banyak

dijumpai pada penderita kembar monozigot (satu telur), apabila salah

satunya menderita hipertensi. Dugaan ini menyokong bahwa faktor

genetik mempunyai peran didalam terjadinya hipertensi.Hipertensi


64

atau tekanan darah tinggi memang diketahui merupakan suatu kondisi

yang diturunkan. Sebanyak 9 kasus dari 10 orang yang menderita

hipertensi telah terbukti karena faktor keturunan.

Penelitian yang dilakukan Suryani (2015) menemukan bahwa

variabel independen dan analisis data bivariat dilakukan dengan

menggunakan uji beda Mann Whitney untuk mengetahui perbedaan

tekanan darah ibu hamil dan uji chi square untuk mengetahui

hubungan umur, riwayat keturunan hipertensi, lama tinggal, gaya

hidup seperti frekuensi konsumsi kopi, dan konsumsi garam per hari

dengan tekanan darah ibu hamil. Hasil uji dikatakan memiliki

hubungan yang bermakna apabila nilai p yang dihasilkan dari uji

statistik adalah < 0,05.

b. Faktor gaya hidup

Berdasarkan hasil anamnesis dengan responden didapatkan

bahwa kebiasaan dari Ny. YY yaitu mengkonsumsi makanan yang

mengandung garam tinggi seperti ikan asin dan makanan jeroan ayam

namun tidak terlalu sering. Sedangkan pada Ny. Y biasa

mengkonsumsi makanan cemilan yang mengandung garam tinggi dan

gurih. Dari data tersebut dapat dapat disimpulkan bahwa hipertensi

pada kedua ibu hamil tersebut dapat disebabkan karena pola makan

yang kurang baik.

Melihat dari data tersebut, peneliti berpendapat bahwa pola

makan yang kurang baik dapat menjadi pemicu adanya kenaikan


65

tekanan darah pada ibu hamil. Pola makan yang kurang baik seperti

keadaan mengakibatkan kekurangan kalsium, protein, kelebihan garam

natrium atau kekurangan asam lemak tak jenuh “Poly Unsaturated

Fatty Acid” (PUFA) dalam makanannya dan Faktor endotel, teori jejas

endotel akhir-akhir ini dikemukakan sehubungan dengan peranannya

dalam mengatur keseimbangan antara kadar zat vasokonstriktor

(tromboksan, endotelin, angiostensin, dan lain-lain) serta pengaruhnya

pada sistem pembekuan darah.

Artinya kejadian hipertensi dalam kehamilan diduga terkait

erat dengan gaya hidup, tingkat stres, pola makan terutama dalam hal

konsumsi garam serta kurangnya aktivitas fisik. Hal ini sesuai dengan

Mu'tadin (2002) yang mengatakan bahwa perubahan pola makan

menjurus ke sajian siap santap yang mengandung lemak, protein, dan

garam tinggi tapi rendah serat pangan (dietary fiber), membawa

konsekuensi terhadap berkembangnya penyakit hipertensi. kelebihan

berat badan, kurang aktivitas fisik, merokok, terlalu banyak

mengonsumsi garam, kurang asupan kalium, kurang olah raga, minum

alkohol berlebihan, dan stres.

Penelitian yang dilakukan oleh Taslim, dkk (2016) tentang

hubungan pola makan dan stres dengan kejadian hipertensi pada ibu

hamil di wilayah kerja Puskesmas Kamonji Kecamatan Palu Barat”

ditemukan hasil bahwa terdapat hubungan antara pola makan dan stres

dengan kejadian hipertensi. Penelitian lain yang dilakukan oleh Suoth,


66

dkk (2014) ditemukan hasil bahwa ada hubungan bermakna antara

gaya hidup dengan kejadian hipertensi di Puskesmas Kolongan

Kecamatan Kalawat Kabupaten Minahasa Utara.

Berdasarkan uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa

kejadian hipertensi dalam kehamilan pada Ny. YY dan Ny. Y dapat

disebabkan karena gaya hidup yang kurang baik.

c. Umur

Hasil anamnesis didapatkan bahwa usia Ny. YY dan Ny. Y

berusia 30 tahun, sehingga dapat disimpulkan hipertensi dalam

kehamilan pada kedua subjek penelitian bukan disebabakan oleh

faktor umur. Melihat dari data tersebut mengindikasikan bahwa umur

tidak mempengaruhi pada kejadian hipertensi dalam kehamilan.

Terjadinya hipertensi dalam kehamilan pada kedua subjek

yang berusia reproduksi sehat, mengindikasikan bahwa hipertensi

dapat terjadi pada segala usia. Walaupun secara teori disebutkan resiko

hipertensi dalam kehamilan pada usia <20 tahun dan > 35 tahun.

Padahal secara teori disebutkan peningkatan umur berpengaruh

dalam peningkatan darah karena menurunnya fungsi organ tubuh,

terutama jantung dan pembuluh darah sehingga meningkatkan

kemungkinan terkena hipertensi. Menurut Siswosudarmo (2010)

berpendapat bahwa pada wanita hamil berusia lebih dari 35 tahun,

dapat terjadi hipertensi laten. Preeklampsia - eklampsia lebih sering

terjadi pada usia muda dan nulipara diduga karena adanya suatu
67

mekanisme imunologi di samping endokrin dan genetik; dan pada

kehamilan pertama pembentukan blocking antibodies terhadap antigen

plasenta belum sempurna, yang makin sempurna pada kehamilan

berikutnya.

Pada usia usia dibawah 20 tahun dan semua ibu dengan usia

diatas 35 tahun dianggap lebih rentan. Hipertensi yang meningkat di

usia muda < 20 tahun dihubungkan belum sempurnanya organ-organ

yang ada ditubuh wanita untuk bereproduksi, selain itu faktor

psikologis yang cenderung kurang stabil juga meningkatkan kejadian

preeklampsia di usia muda (Karkata, 2012).

Penelitian Susilowati (2010) mengenai faktor-faktor yang

berhubungan dengan hipertensi terhadap ibu hamil di wilayah kerja

UPTD Puskesmas Jatiwangi Kabupaten Majalengka tahun 2009. Hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa ada hubungan antara umur dengan

hipertensi pada ibu hamil.

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti berpendapat bahwa

kejadian hipertensi dalam kehamilan pada Ny. YY dan Ny. Y bukan

disebabkan karena faktor usia karena usia kedua subjek tersebut

berusia 20-35 tahun.

Hasil anamnesis didapatkan bahwa di tempat tinggal ibu tidak

terdapat suara atau sumber kebisingan yang menganggu. Sehingga

hipertensi dalam kehamilan pada kedua subjek penelitian bukan

disebabkan karena faktor lingkungan


68

Penelitian yang dilakukan oleh Beever (2002) dalam Wardani

(2010), bahwa stres yang muncul akibat suatu lingkungan yang bising

menyebabkan stress yang tinggi pada ibu-ibu yang sedang

mengandung. Demikian pula Basha (2004) yang menyimpulkan bahwa

gangguan kepribadian yang bersifat sementara dapat terjadi pada orang

yang menghadapi keadaan yang menimbulkan stres berat dan itu

sangat berisiko pada ibu-ibu yang menghadapi persalinan (Basha,

2004).

3. Penatalaksanaan pada hipertensi dalam kehamilan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa penatalaksanaan

yang dilakukan pada Ny. YY diberikan kalsium 2x1 protap Puskesmas,

sedangkan pada Ny. Y dianjurkan untuk pemeriksaan TD dan USG ke RS.

Melihat dari data tersebut, penulis berpendapat bahwa penanganan

pad akedua subjek lebih cenderung pada mempertahankan kehamilan

karena usia kehamilan dari kedua subjek tersebut kurang dari 37 minggu.

Hal ini sesuai dengan SOP dari Puskesmas Singaparna bahwa apabila

kehamilan kurang dari 37 minggu (perawatan konservatif/di pertahankan),

menganjurkan istirahat lebih banyak, memantau pertumbuhan dan kondisi

janin. Kemudian untuk hipertensi gestasional dilakukan pemantauan

tekanan darah, urin (untuk proteinuria dan kondisi janin setiap minggu),

memberitahu pasien dan keluarga Tanda-tanda bahaya dan gejala

preeklampsi dan eklampsia.


69

4. Komplikasi

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pada Ny. YY

dan Y tidak mengalami preeklampsia, karena dari hasil pemeriksaan

protein urine (-). Melihat dari data tersebut dapat dikemukakan bahwa

hipertensi dalam kehamilan tidak selalu menyebabkan kejadian

preeklampsia. Hal ini dapat disebabkan karena penatalaksanaan yang

sudah tepat kepada kedua subjek penelitian.

Menurut teori dari Mansjoer (2012) menyebutkan bahwa

preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai protenuria dan edema

akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah

persalinan. Menurut WHO (2013), preeklampsia adalah suatu kondisi yang

spesifik pada kehamilan, terjadi setelah minggu ke 20 gestasi, ditandai

dengan hipertensi dan proteinuria, edema juga dapat terjadi. Sementara itu

pendapat lain mengungkapkan bahwa preeklampsia baru ditegakkan bila

ditemukannya hipertensi, protenuria dan pada wanita hamil yang biasanya

timbul mulai akhir trimester kedua atau ada yang timbul pada awal pasca

partus (Christanto, 2014).


70

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai gambaran kasus

hipertensi pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Singaparna tahun 2019,

maka dpaat disimpulkan bahwa :

1. Penegakkan diagnosa ibu hamil dengan hipertensi di wilayah kerja

Puskesmas Singaparna tahun 2019 di peroleh dari hasil anamnesis berupa

keluhan pusing dan kenaikan tekanan darah.

2. Klasifikasi ibu hamil dengan hipertensi di wilayah kerja Puskesmas

Singaparna tahun 2019 pada Ny. YY berupa hipertensi kronik dan pada

Ny. Y hipertensi gestassional

3. Faktor risiko hipertensi dalam kehamilan pada Ny. YY sebagai keturunan

dan gaya hidup, sedangkan pada Ny. Y diakibatkan karena gaya hidup

4. Penatalaksanaan pada hipertensi dalam kehamilan (HDK) di wilayah kerja

Puskesmas Singaparna tahun 2019 pada Ny. YY dan Ny. Y telah sesuai

dengan SOP Puskesmas.

5. Kedua subjek penelitian tidak mengalami Komplikasi hipertensi dalam

kehamilan (HDK) di wilayah kerja Puskesmas Singaparna tahun 2019.

70
71

5.2 Saran

1. Bagi Ibu Hamil

Mengkonsumsi makanan bergizi dan menghindari makanan cepat saji.

Selain itu ibu juga disarankan untuk selalu memeriksakan kesehatan

kehamilan agar dapat diketahjui sedini mungkin komplikasi yang akan

terjadi.

2. Bagi Bidan

Bidan memberikan konseling atau pendidikan kesehatan kepada WUS

(Wanita Usia Subur) yang memiliki resiko tinggi mengalami hipertensi

tentang merencakan kehamilan dengan mempertimbangkan usia dan

menganjurkan pada ibu hamil tentang diet gizi.

3. Bagi Puskesmas

Pihak Puskesmas harus meningkatkan kualitas pelayanan melalui Standar

Operasional Prosedur bagi petugas kesehatan dalam memberikan

konseling kepada ibu hamil yang memiliki faktor risiko hipertensi seperti

usia lebih dari 35 tahun dan ibu yang memiliki gaya hidup kurang baik.

4. Institusi Pendidikan

Sebaiknya pihak Institusi pendidikan dapat menjadikan hasil penelitian

sebagai bahan referensi. Melakukan kerja sama dengan isntansi kesehatan

untuk menekan angka kejadian hipertensi kehamilan dengan melibatkan

mahasiswa.
72

5. Peneliti lain

Sebaiknya dilakukan penelitian lain terkait dengan hipertensi dalam

kehamilan yang mengkaji komplikasi sampai bersalin dan bayi baru lahir.
73

DAFTAR PUSTAKA

Budiasti, 2013. Macam, Jenis, Manfaat dan Bahaya Garam. http://


http://awu.usahalink.com

Depkes RI. Pentalaksanaan perdarahan Pospartum. http://www.dep.kes.go.id

Daniel, 2012, Kolom (Paradigma Baru dalam Terapi Cairan Maintenance), Vol. 7,
Jakarta.

Indrawati, 2012. Panduan Perawatan Kehamilan. Jogjakarta. Atma Media Press

Josoprawiro. M, 2011. Hipertensi pada Kehamilan Preeklampsia – Eklampsia,


FKUI, Jakarta.

Manuaba, Ida Bagus Gede. 2012. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB.
EGC. Jakarta

Nugroho, 2011. Buku Ajar Obstetri. Nuha Medika. Jogjakarta.

Prawiraharjo, 2014. Ilmu Kandungan . Yayasan Bina pustaka sarwono


Prawirohardjo. Jakarta

Rekam Medis Puskesmas Pembantu Desa Cikunir Singaparna Tahun 2019

Saifuddin, 2012. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina pustaka sarwono Prawirohardjo.


Jakarta

Sastrawinata. 2012. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina pustaka sarwono


Prawirohardjo. Jakarta

SDKI, 2012. Angka Kematian Ibu di Indonesia/ http:/www.depkes.go.id

Siswosudarmo, 2012. Obstetri Fisologi. Bagian Obstetri & Ginekologi. FK UGM.


Jogjakarta.

Soeriatnata, 2011. Hipertensi dan Pencegahannya, dari


http://www.indoskripsi,com, diakses Februari 2019

Sudarto, Y. 2012. Gambaran karakteristik ibu hamil resiko tinggi terhadap


kejadian preeklamsia. http://www.yonokomputer.com/2011/03/

Suryani (2015) Hubungan Kebisingan Dan Umur Dengan Tekanan Darah Ibu
Rumah Tangga Di Pemukiman Jalan Ambengan Surabaya
74

Sulistyoningsih, H. 2012. Gizi Kesehatan Ibu dan Anak. Graha Ilmu. Jogjakarta

Susilowati (2010) Faktor-faktor yang berhubungan dengan hipertensi terhadap ibu


hamil di wilayah kerja UPTD Puskesmas Jatiwangi Kabupaten
Majalengka tahun 2009

Taslim, dkk (2016). Hubungan Pola Makan dan Stres dengan kejadian Hipertensi
Grade 1 dan 2 pada Ibu Hamil di Wilayah kerja Puskesmas kamonji
kecamatan Palu Barat. E-Journal Keperawatan (ekp) Volume 4 Nomor 1,
februari 2016.

Wardani (2010) Analsis Faktor-Faktor Risiko Yang Mempengaruhi Terjadinya


Preeklamsia Atau Eklamsia Di Rsu Pku Muhammadiyah Yogyakarta
Tahun 2007-20091

Wiknjosasatro, 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Zaini, 2011. Jurnal : Waspadi Kehamilan, Edisi I. Dari


http://www.marchofdimes.com/pnhe diakses Februari 2019
SURAT PERNYATAAN PENELITIAN

Kepada Yth.
Calon responden penelitian
Di tempat
Dengan hormat,
Sehubungan dengan penelitian yang akan dilakukan mengenai “Studi Kasus
Pada Ibu Hamil Dengan Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Singaparna, maka
penjelasan dari penelitian ini sebagai berikut :
1. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kasus ibu hamil dengan
preeklampsia.
2. Manfaat penelitian ini adalah dapat dijadikan bahan informasi bagi rumah sakit
dalam upaya perbaikan program manajemen asuhan kebidanan pada ibu hamil
dengan preeklampsia.
3. Kegiatan akan dilakukan oleh peneliti sendiri.
4. Pada penelitian ini tidak ada perlakuan terhadap responden. Responden hanya
menyetujui bahwa dirinya akan dijadikan responden dalam penelitian ini.
5. Semua data yang berhubungan dengan responden terjaga kerahasiaannya.
6. Pelaporan hasil penelitian ini akan menggunakan kode responden dan bukan
nama sebenarnya.
7. Responden berhak mengajukan keberatan kepada peneliti jika terdapat hal-hal
yang tidak berkenan bagi responden dan selanjutnya akan dicari penyelesaiannya
berdasarkan kesepakatan peneliti dan responden.
8. Keikutsertaan responden dalam penelitian ini didasarkan pada prinsip sukarela
tanpa adanya unsur paksaan dari peneliti.
Atas kesediaan dan bantuan Ibu/bapak kami ucapkan terima kasih.

Peneliti

Pegi Floriawati
SURAT PERSETUJUAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : ...........................................................................................
Umur : ...........................................................................................
Agama : ...........................................................................................
Pekerjaan : ...........................................................................................
Alamat : ...........................................................................................
Status Perkawinan : ...........................................................................................

Menyatakan bahwa :
1. Saya telah mendapat informasi dan mendengarkan penjelasan penelitian dari
peneliti tentang tujuan, manfaat serta prosedur penelitian, dan saya memahami
penjelasan tersebut.
2. Saya mengerti bahwa penelitian ini menjunjung tinggi hak-hak saya sebagai
responden.
3. Saya mempunyai hak untuk berhenti berpartisipasi jika suatu saat saya merasa
keberatan atau ada halyang membuat saya tidak nyaman dan tidak dapat
melakukannya.
4. Saya sangat memahami bahwa keikutsertaan kami menjadi responden sangat
besar manfaatnya bagi peningkatan ilmu pengetahuan terutama dalam ilmu
kesehatan masyarakat.
Dalma pertimbangan tersebut, saya memutuskan secara sukarela tanpa ada paksaan
bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini. Demikian pernyataan ini saya buat untuk
dapat digunakan dengan semestinya.
......................................................
Yang membuat pernyataan

(.....................................................)
FORMAT WAWANCARA
STUDI KASUS PADA IBU HAMIL DENGAN HIPERTENSI PREEKLAMSIA
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SINGAPARNA

IDENTITAS RESPONDEN

A. Data Subjektif

Nama responden : .........................................................................

Umur responden : .........................................................................

Pendidikan : .........................................................................

Alamat Responden : Kp ................................................................

RT/RW : .......... / ...........

Desa ...................................................

Kecamatan ..........................................

Kabupaten ..........................................

Pekerjaan : 1. Petani

2. Wiraswasta

3. Buruh

4. Tidak Bekerja/IRT

5. Peg. Swasta
B. FORMAT ISIAN

STUDI KASUS PADA IBU HAMIL DENGAN HIPERTENSI DI


WILAYAH KERJA PUSKESMAS SINGAPARNA

FAKTOR RESIKO

Dilakukan pada tanggal : .................................................


A. Data Subjektif
No Pertanyaan Jawaban
1. Identitas
Nama ibu :
Umur :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Jumlah anak :
Usia anak terakhir :
2 Hipertensi pada ibu hamil
Sistolik : …………………….
Diastolik : …………………….
Pemeriksaan Lab
Protein urine : …………………….
3 Sebelum hamil, apakah ibu pernah mengalami
tekanan darah tinggi?
Jika Ya, sejak kapan?
4. Faktor- faktor yang menyebabkan terjadinya
hipertensi dalam kehamilan
1. Keturunan
a. Apakah ibu mempunyai penyakit
keturunan
No Pertanyaan Jawaban
b. Jika Ya, apa penyakit keturunan ibu
c. Apakah orang tua ibu sedang atau
pernah menderita penyakit darah tinggi
d. Apakah saudara ibu baik kakak atau
adik ada yang pernah atau sedang
menderita penyakit darah tinggi
e. Kapan ibu mengalami hipertensi?
2. Gaya Hidup
a. Apakah ibu sering mengkonsumsi
makanan siap saji?
Jika Ya, makanan siap saji apa yang ibu
konsumsi?
1) Humberger
2) Pizza
3) Hotdog
4) Spageti
5) Kebab
6) Dan lain-lain, …………………..
b. Apa ibu sering mengkonsumsi makanan
berlemak seperti jeroan sapi?
c. Apakah ibu sering mengkonsumsi
mkanan yang mengandung kadar garam
tinggi seperti ikan asin?
d. Apakah ibu selalu berolah raga ?
Jika ya, jenis olah raga apa yang ibu
lakukan?
e. Apakah ibu pernah atau selalu
mengkonsumsi alkohol
No Pertanyaan Jawaban
Jika ya, berapa kali ibu
mengkonsumsinya?
f. Apakah ibu biasa merokok
Jika ya, berapa batang rokok yang ibu
habiskan per hari
3. Lingkungan
a. Apakah di tempat tinggal ibu terdapat
suara atau sumber kebisingan yang
menganggu

KOMPLIKASI HIPERTENSI PADA IBU HAMIL

Jenis Komplikasi Ya Tidak Keterangan


Preeklampsia
LEMBAR OBSERVASI PENATALAKSANAAN

Jenis Perawatan
Jenis
Dilakukan Tidak
Penatalaksanaan
Dilakukan
Kehamilan kurang dari 37 minggu (perawatan
konservatif/di pertahankan)
Hipertensi kronik
a. Menganjurkan istirahat lebih banyak
b. Berikan suplementasi kalsium 1,5 – 2 gr.
hari dan Aspirin 75 mg/hari
c. Pantau pertumbuhan dan kondisi janin
d. Jika tidak ada komplikasi, tunggu sampai
aterm
e. Jika DJJ kurang dari 100 x/mnt atau lebih
dari 180 x/mnt tangani seperti gawat janin
f. Jika pertumbuhan janin terhambat,
pertimbangkan terminasi kehamilan
Hipertensi gestasional
a. Pantau tekanan darah, urin (untuk proteinuria
dan kondisi janin setiap minggu)

b. Jika tekanan darah meningkat, tangani sebagai


preeklampsia ringan

c. Jika pertumbuhan janin terhambat, rawat


untuk penilaian kesehatan janin
d. Memberitahu pasien dan keluarga Tanda-
tanda bahaya dan gejala preeklampsi dan
eklampsia
e. Jika TD stabil janin dilahirkan secara
normal
Jenis Perawatan
Jenis
Dilakukan Tidak
Penatalaksanaan
Dilakukan
Preeklampsia atau eklampsia
a. Bila terjadi kejang, perhatikan jalan nafas,
pernafasan (oksigen), sirkulasi (cairan vena)
b. MgSO4 diberikan intravena pada ibu dengan
eklampsia (pencegahan kejang)
c. Pada kondisi MgSO4, tidak diberikan
seluruhnya, berikan dosis awal (loading dose),
rujuk ibu ke fasilitas kesehatan yang memadai

Anda mungkin juga menyukai