Anda di halaman 1dari 248

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.

DI PUSKESMAS WARUREJA KABUPATEN TEGAL TAHUN 2018

(Studi kasus Hepatitis B, Anemia Ringan dan jarak kehamilan < 2 tahun)

Karya Tulis Ilmiah

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan

Diploma III Kebidanan

Disusun Oleh:

Belinda Widi Ramadani

NIM : 16070015

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

POLITEKNIK HARAPAN BERSAMA TEGAL

TAHUN 2019
MOTTO

1. Perjuangan memang banyak membutuhkan pengorbanan, tetapi percayalah tidak

ada pengorbanan dalam perjuangan yang sia-sia.

2. Keinginan tidaklah harus sesuai harapan, karena allah lebih tau apa yang terbaik

untuk kita.

3. Ketika kamu mulai lelah dengan keadaan dan ingin menyerah , ingatlah banyak

orang yang berharap kamu menjadi wanita kuat dan berguna bagi semua.

4. Tidak adak masalah yang tidak bisa diselesaikan selama ada komitmen bersama

untuk menyelesaikannya.

5. Berangkat dengan penuh keyakinan berjalan dengan penuh keikhlasan istiqomah

dalam menghadapi cobaan.

6. Sesungguh waktu adalah hidup dan hidup adalah waktu. Sejauh mana kita bisa

menghargai waktu sejauh itulah kita menghargai hidup.

7. Jadilah diri sendiri jangan menjadi orang lain, walaupun dia terlihat lebih baik

dari kita.
HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya Tulis ilmiah ini saya mempersembahkan kepada :

1. Allah SWT, tak hentinya aku bersyukur padanya yang senantiasa memberikan

kesehatan dan rizki yang berlimpah hingga kini, terimakasih ya allah.

2. Terimakasih untuk orang tuaku tercinta Bapak Casmudi dan Ibu Sulastri inspirasi

terbesar dalam hidup saya yang tak pernah lelah mendoakan dan menyayangi atas

semua pengorbanan dan kesabaran mengantar saya sampai kesuksesan.

3. Untuk keluarga kecilku dan kakaku Teguh Wahid Prayitno,Frifaldi Ahmad

Budianto,Tika Ariana Dewi terimakasih atas semua do’anya, semangat dan

dukungannya.

4. Kakek dan Nenek, Terimakasih atas do’a yang selalu dipanjatkan saat saya akan

berangkat untuk belajar, dan terimakasih selama saya masih kecil sudah

membimbing saya sudah merawat saya saat ibu saya sedang tidak ada dirumah.

5. Ibu Seventina Nurul Hidayah, S.SiT.,M.Kes terimakasih atas bimbingan,

kesabaran dan sudah memberikan waktu serta nasehat yang tiada henti, sudah 3

tahun menjadi bimbingan akademik dan pembimbing tugas akhir ini yang sangat

hebat, semoga saya bisa memberikan yang terbaik.

6. Ibu kusniyati, S.ST terimakasih telah membimbing dan membantu tugas akhir ini,

mudah-mudahan saya bisa membuat bangga.

7. Kekasih tercinta Ali Zaenal Abidin yang selalu mendoakan saya dan beri

semangat serta dukungannya dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.

8. Teman-teman satu bimbingan KTI yang akan terlupakan, Ela tamala, Siti

wahyuningsih,retno
9. Teman-teman dekatku yang mngorbankan waktu dan tenaga,selalu menjadi

penemangat, Dinda ajeng nursitimaelani,Dini purwanti, Desi silfiana sari, Aeni

laela.

10. Teman-teman kelas A yang tiga tahun ini kita bersama-sama menuntut ilmu

terimakasih atas suportnya, semua motivasi, saran, kritik dan ilmunya.


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, atas semua berkat dan rahmat Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul

“ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.K DI PUSKESMAS

WARUREJA KABUPATEN TEGAL TAHUN 2018 (Studi Kasus Hepatitis B,

Anemia Ringan dan Jarak Kehamilan < 2 Tahun).” sebagai salah satu syarat

menyelesaikan pendidikan Ahli Madya Kebidanan pada Program Studi Kebidanan Prodi

D III Kebidanan Politeknik Harapan Bersama Kota Tegal.

Dalam hal ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, karena itu pada

kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Khafdilah Ms,S.Kom,SH selaku Ketua Yayasan Politeknik Harapan

Bersama Tegal.

2. Bapak Mc. Chambali, B.Eng,EE, M.Kom, Direktur Politeknik Harapan Bersama

Tegal.

3. Ibu Nilatul Izah, S.ST., M.Keb selaku Ka. Prodi DIII Kebidanan Politeknik

Harapan Bersama Tegal.

4. Ibu Seventina Nurul Hidayah, S.SiT., M.Kes selaku Pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Seluruh bidan Puskesmas Warureja yang sudah membantu penulis.


POLITEKNIK HARAPAN BERSAMA TEGAL
KARYA TULIS ILMIAH, LAPORAN STUDI KASUS, AGUSTUS 2018

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.K DENGAN HEPATITIS B,


ANEMIA RINGAN DAN JARAK KEHAMILAN KURANG DARI 2 TAHUN DI
PUSKESMAS WARUREJA KABUPATEN TEGAL TAHUN 2018

BELINDA WIDI RAMADANI DIBAWAH BIMBINGAN SEVENTINA NURUR


HIDAYAH, S.SiT, M.Kes DAN KUSNIYATI, S.ST

Xvii + 241 hal + 7 tabel + 5 lampiran

ABSTRAK

Kematian Ibu (AKI) yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal tahun
2017 terdapat 14 kasus kematian ibu. Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas
Warureja Kabupaten Tegal tahun 2017, jumlah ibu hamil 1273 orang, dengan resiko tinggi
terdapat 419 orang, diantaranya ibu hamil yang mengalami anemia terdapat 25 orang, dan
Hepatitis terdapat 4 orang, sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) pada tahun 2017 dengan
5 kasus kematian bayi yang disebabkan Asfiksia total 2 kasus, BBLR 2 kasus, dan penyakit
lainnya total 1 kasus.
Tujuan dalam penelitian ini adalah mampu melakukan asuhan kebidanan
komprehensif dengan hepatitis B, anemia ringan dan jarak kehamilan kurang dari 2 tahun
sesuai dengan standar kebidanan dengan menerapkan manajemen kebidanan 7 langkah
varney dan data perkembangan SOAP.
Obyek studi kasus ini adalah pada ibu hamil Ny.K umur 26 tahun G3 P2 A0 dengan
hepatitis B, anemia ringan dan jarak kehamilan kurang dari 2 tahun. Pengkajian kasus pada
ibu hamil, bersalin, nifas dan BBL pada Ny. K yaitu tanggal 6 Agustus 2018 sampai 5
Oktober 2018 di Puskesmas Warureja Kabupaten Tegal. Asuhan tersebut dijabarkan secara
menyeluruh dimulai sejak pasien hamil TM III (umur 34 minggu + 2 hari), dan nifas normal
(3 hari post partum sampai 6 minggu post partum).
Dari data semua yang diperoleh penyusun selama melakukan Asuhan Kebidanan
Komprehensif pada Ny. K sejak umur kehamilan 34 minggu + 2 hari, pada saat bersalin
sampai masa nifas 6 minggu post partum. Penyusun menyimpulkan bahwa masa kehamilan,
bersalin, dan nifas Ny. K berlangsung normal.

Kata Kunci : Asuhan Kebidanan Komprehensif, Hepatitis B, Anemia ringan dan jarak
kehamilan < 2 tahun
Daftar Pustaka : 68 pustakawan (2002-2017)
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................ ii

HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ iii

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iv

MOTTO ........................................................................................................... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vi

KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii

ABSTRAK....................................................................................................... x

DAFTAR ISI.................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL............................................................................................ xvi

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang .................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................. 10

C. Tujuan Penulisan .............................................................................. 10

D. Ruang Lingkup ................................................................................. 12

E. Manfaat Penulisan ............................................................................ 12

F. Metode Memperoleh Data ................................................................ 13

G. Sistematika Penulisan ........................................................................ 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 16

A. TINJAUAN MEDIS ......................................................................... 16

1. Teori Kehamilan .......................................................................... 16

a. Pengertian kehamilan ............................................................ 16


b. Proses terjadinya kehamilan ................................................. 16

c. Tanda-tanda kehamilan ......................................................... 18

d. Pemeriksaan diagnostik kehamilan ....................................... 22

e. Perubahan anatomi dan adaptasi fisiologi pada ibu Hamil ... 25

f. Perubahan psikologi ibu Hamil ............................................. 31

g. Kebutuhan fisik ibu Hamil .................................................... 33

h. Pemeriksaan kehamilan (Antenatal Care) ............................. 38

i. Tanda bahaya dalam kehamilan ............................................ 44

2. Kehamilan dengan Hepatitis ........................................................ 46

a. Pengertian Hepatitis .............................................................. 47

b. Tanda dan gejala Hepatitis .................................................... 47

c. Penularan virus Hepatitis ...................................................... 51

d. Bahaya Hepatitis ................................................................... 53

e. Krining dan pengobatan ........................................................ 54

f. Penatalaksanaan pada ibu Hamil, Bersalin, Nifas, Bersalin,Nifas Bayi Baru

Lahir ...................................................................................... 54

g. Diet ibu yang menderita Hepatitis ........................................ 54

3. Anemia dalam kehamilan ............................................................. 58

a. Pengertian Anemia ................................................................ 58

b. Proses pembentukan sel darah merah ................................... 58

c. Etiologi Anemia .................................................................... 58

d. Tanda dan gejala Anemia ...................................................... 59

e. Pencegahan Anemia dalam kehamilan ................................. 60

f. Klasifikasi Anemia ................................................................ 60

g. Derajat Anemia ..................................................................... 61


h. Bahaya Anemia pada Kehamilan, Persalinan,

Nifas, dan Janin .................................................................... 61

i. Faktor predisposisi pada Anemia .......................................... 63

j. Cara mengatasi Anemia pada ibu Hamil .............................. 66

k. Penatalaksanaan Anemia pada ibu Hamil ............................. 66

4. Jarak Kelahiran kurang dari 2 Tahun ........................................... 67

1. Pengertian ............................................................................. 67

2. Penyebab hamil terlalu dekat jaraknya ................................. 67

3. Insiden ................................................................................... 67

4. Resiko jarak kehamilan kurang dari 2 tahun ......................... 68

5. Cara menghindari .................................................................. 68

5. Kelas ibu Hamil ........................................................................... 69

6. Persalinan ..................................................................................... 72

a. Pengertian persalinan ............................................................ 72

b. Sebab mulainya persalinan ................................................... 72

c. Macam-macam persalinan .................................................... 74

d. Tanda-tanda Persalinan ......................................................... 75

e. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi Persalinan ............ 76

f. Tahapan Persalinan ............................................................... 78

g. Mekanisme persalinan .......................................................... 79

h. Laserasi Jalan Lahir ............................................................... 81

i. Lima benang merah dalam asuhan

persalinan dan kelahiran bayi ............................................... 81

7. Nifas .............................................................................................. 85

a. Pengertian Nifas..................................................................... 85
b. Tujuan asuhan masa nifas ...................................................... 86

c. Tanda bahaya masa nifas ....................................................... 87

d. Tahapan masa nifas................................................................ 87

e. Perubahan fisiologis............................................................... 88

f. Perubahan psikologi............................................................... 94

g. Kesehatan dasar ibu nifas....................................................... 97

h. Program dan kebijakan teknis masa nifas .............................. 99

i. Peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas .............. 101

8. Bayi Baru Lahir ............................................................................ 102

a. Pengertian Bayi Baru Lahir .................................................. 102

b. Karakteristik Bayi Baru Lahir ............................................... 102

c. Penilaian atau skoring pada Bayi Baru Lahir ....................... 103

d. Penanganan pada Bayi Baru Lahir ........................................ 104

e. Perubahan yang terjadi pada Bayi Baru Lahir ...................... 110

f. Tanda bahaya Bayi Baru Lahir .............................................. 114

9. Keluarga Berencana (KB) ............................................................ 115

a. Pengertian ............................................................................. 115

b. Tujuan KB ............................................................................. 115

c. Saran KB .............................................................................. 116

d. Metode kontrasepsi sederhana .............................................. 117

e. Metode kontrasepsi efektif .................................................... 119

B. TINJAUAN TEORI KEBIDANAN .............................................. 125

C. LANDASAN HUKUM KEWENANGAN BIDAN ...................... 142

BAB III TINJAUAN KASUS ....................................................................... 145

A. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan .............................................. 145


B. Asuhan Kebidanan pada persalinan .............................................. 164

C. Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir ...................................... 167

D. Asuhan Kebidanan pada Nifas ....................................................... 176

BAB IV PEMBAHASAN................................................................................ 188

A. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan ............................................... 188

B. Asuhan Kebidanan pada persalinan .............................................. 212

C. Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir....................................... 216

D. Asuhan Kebidanan pada Nifas ........................................................ 225

BAB V PENUTUP .......................................................................................... 234

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 238

LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perubahan Kardivaskuler Dalam Kehamilan

Tabel 1.2 Perkiraan TFU Terhadap Umur Kehamilan

Tabel 1.3 Jadwal Pemberian Imunisasi TT

Tabel 1.4 Perubahan Yang Terjadi Pada Uterus

Tabel 1.5 Pengeluaran Lochea Berdasarkan Waktu Dan Warnanya

Tabel 1.6 Apgar Score

Tabel 1.7 Jadwal Pemberian Vaksinasi Dan Imunoglobin


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Sutan izin pengambilan data dan kasus kehamilan patologis

Lampiran 2 Lembar konsultasi

Lampiran 3 Dokumentasi (foto-foto selama pengambilan data)

Lampiran 4 Surat lembar rujukan balik dari RSUD

Lampiran 5 Buku KIA paisen OSOC


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut WHO setiap tahun sekitar 160 juta perempuan di seluruh dunia hamil,

dengan sebagian besar kehamilan ini berlangsung dengan aman. Namun sekitar 15%

mengalami komplikasi berat dengan sepertiganya merupakan komplikasi yang

mengancam jiwa ibu. (Sarwono, 2009).

Keberhasilan upaya kesehatan ibu, di antaranya dapat dilihat dari indikator Angka

Kematian Ibu (AKI). Kematian ibu atau kematian maternal adalah kematian seorang

ibu waktu hamil atau dalam waktu 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan, tidak

tergantung pada tempat atau usia kehamilan. Indikator umum yang digunakan dalam

kematian ibu adalah Angka Kematian Ibu (Maternal Mortality Ratio ) yaitu jumlah

kematian ibu dalam 100.000 kelahiran hidup. Angka ini mencerminkan resiko obstetrik

yang dihadapi oleh seorang ibu sewaktu ia hamil. Kematian ibu di bagi menjadi

kematian langsung dan tidak langsung. Kematian ibu langsung adalah sebagai akibat

komplikasi kehamilan, persalinan, atau masa nifas dan segala intervensi atau

penanganan tidak tepat dari komplikasi tersebut. Kematian ibu tidak langsung

merupakan akibat dari penyakit yang sudah ada atau penyakit yang timbul sewaktu

kehamilan yang berpengaruh terhadap kehamilan, misalnya malaria, anemia,

HIV/AIDS, dan penyakit kardiovaskuler. (Prawirohardjo, 2010).

Program One Student One Client (OSOC) merupakan program yang diluncurkan

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dalam upaya penurunan Angka Kematian Ibu (AKI)

di Jawa Tengah yang cukup tinggi. Program OSOC ini merupakan kegiatan

pendampingan ibu hamil dinyatakan hamil sampai masa nifas selesai bahkan bila
memungkinkan dimulai sejak persiapan calon ibu sehingga mengarah pada

pendampingan kesehatan bagi keluarga.

Penurunan AKI di Jawa Tengah ini merupakan tanggung jawab semua

masyarakat Jawa Tengah, dan Program OSOC ini merupakan sumbangsih dan bentuk

kepedulian dari kalangan akademis Pendidikan Kesehatan di Jawa Tengah untuk

berperan serta dalam kegiatan tersebut.

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, mencatat angka kematian ibu (AKI)

sepanjang tahun 2017 ada penurunan cukup signifikan. Pada tahun 2017 angkanya

adalah 88,58 % per 100.000 kelahiran atau menurun sekitar 21 % dibanding tahun

2016. Padahal ditahun 2013 AKI Jateng masih 118,68 % per 100.000 kelahiran hidup,

tahun 2014 sejumlah 118 % tahun 2015 sejumlah 111,16 % dan tahun 2016 sejumlah

109,65 %. (Dinkes Jateng, 2017).

Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan jumlah kematian bayi (0-11 bulan) per

1.000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKB menggambarkan tingkat

permasalahan kesehatan masyarakat yang berkaitan dangan faktor penyebab kematian

bayi, tingkat pelayanan antenatal, status gizi ibu hamil, tingkat keberhasilan program

KIA dan KB, serta kondisi lingkungan dan sosial ekonomi. (Profil Kesehatan Provinsi

Jawa Tengah Tahun 2016).

Jumlah kasus Angka Kematian Bayi (AKB) Provinsi Jawa Tengah pada tahun

2016 sebesar 99,9 % per 1.000 kelahiran hidup sama dengan AKB tahun 2015 (Dinkes

Provinsi Jawa Tengah tahun 2016).

Anemia dalam kehamilan ialah kondisi ibu dengan kadar Hemoglobin dibawah

11 gr% pada trimester 1 dan 3 atau kadar < 10,5 gr% pada trimester 2. Nilai batas

tersebut dan perbedaannya dengan kondisi wanita tidak hamil terjadi karena

hemodilusi, terutama pada trimester 2 (Prawirohardjo, 2009).


Frekuensi ibu hamil dengan anemia di Indonesia relatif tinggi yaitu 63,5 %

sedangkan di Amerika hanya 6 % kekurangan gizi dan perhatian yang kurang terhadap

ibu hamil merupakan predisposisi anemia defisiensi ibu hamil di Indonesia.

Menurut WHO, 40 % kematian ibu di negara berkembang berkaitan dengan

anemia dalam kehamilan. banyak anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi

besi dan perdarahan akut bahkan tidak jarang keduanya saling berinteraksi. Pada

anemia dalam kehamilan dapat menyebabkan morbiditas/kesakitan pada ibu (termasuk

abortus, partus immatur, atau prematur) gangguan proses persalinan (partus lama,

perdarahan, atonia uteri), gangguan pada masa nifas (sub involusi uteri, daya tahan

terhadap infeksi, strees dan produksi ASI rendah) serta morbiditas pada janin (termasuk

pertumbuhan janin terhambat didalam rahim, dismatur, mikrosomia, BBLR dan

kematian preinatal).

Hepatitis adalah peradangan karena berbagai sebab, Hepatitis dan publisitas

kurang memadai gejala yang menyertai orang yang terkena Hepatitis yaitu mual-mual,

muntah, diare, anorexia, sakit kepala dan penyakit kuning.

Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2017, setiap tahun

terdapat 5,3 juta ibu hamil Hepatitis B (HbsAg) reaktif. maka setiap tahun diperkirakan

terdapat 150 ribu bayi yang berpotensi mengalami Hepatitis kronis (sirosis atau kanker

hati) pada 30 tahun ke depan. Penduduk Indonesia yang mengidap Hepatitis B

sebanyak 7,1 % menurut Rikesda tahun 2017. Strategi pencegahan yang dilakukan

yakni, ibu hamil diperiksa skrining Hepatitis B, dan bagi ibu hamil yang terinfeksi

Hepatitis B dianjurkan berobat dan konsultasi ke tenaga kesehatan. Selanjutnya, bayi

dari ibu hamil yang HbsAg reaktif, mendapat tambahan vaksin Hepatitis B immune

Globuline (HBIG) kurang dari 24 jam setelah kelahiran, dan menyarankan ibu hamil

dengan Hepatitis B (HbsAg reaktif), untuk melahirkan di fasilitas layanan kesehatan.


Salah satu cara penularan hepatitis B, yakni dari ibu ke anak. Ibu hamil yang

positif hepatitis B bisa menularkan virus kepada bayinya yang berada dalam

kandungan. Ketika ibu hamil yang positif hepatitis B tapi tidak terdeteksi, maka bayi

yang akan lahir beresiko tinggi terkena penyakit menular tersebut. Virus hepatitis B

yang menyerang hati menyebabkan kerusakan hati kronis bila tidak segera ditangani,

sirosis hati bisa berujung kanker hati, untuk menghindari itu, ibu hamil dianjurkan

untuk melakukan cek darah. Jika diemukan virus hepaitis B pada ibu, ada penanganan

yang diakukan untuk ibu hamil dan bayinya.

Dalam acara ”Peranan Uji Diagnostik Dalam Memerangi Hepatitis” yang

diaksanakan di Plaza kuningan Jakarta hari jum’at 27 juli 2018, ketua PB perhimpunan

peneliti hati indonesia bapak Irsan Hakim menjelaskan “di dalam kandungan jika ibu

terkena hepatitis B, maka bayi tidak diintervensi, bayi baru diintervensi setelah lahir.”

Irsan Hakim merupakan dr. Spesialis penyakit dalam Gastroenterologi RS Cipta

Mangun Kusumo Jakarta menambahkan, ada intervensi yang diberikan pada ibu hamil

yang positif hepatitis B. “ Walau ibu sudah divaksin dan dikasih immunoglobin

(Antibodi), bayi bisa terkena hepatitis B juga, intervensi pada ibu yaitu ibunya minum

obat selama tiga bulan jelang melahirkan.” Intervensi yang dilakukan pada ibu hamil

tersebut merupakan kebijakan baru dari perhimpunan peneliti hati indonesia untuk

menangani kasus hepatitis pada ibu hamil, tapi belum jadi kebijakan pemerintah. “Kita

mengharapkan kalau vaksin dan immunoglobin sudah bagus, maka kedepannya

pemeberian obat pada ibu hamil selama tiga bulan jelang melahirkan yang harus

dikerjakan.” Menurut Irsan Hakim.

Adapun data (AKI) yang diperoleh dari Dinkes Kesehatan Kabupaten Tegal

tahun 2017 terdapat 14 kasus per 244225 kelahiran hidup, mengalami penurunan angka
kematian ibu dari tahun 2016 yang mencapai 27 per 244225 kelahiran hidup. (Dinkes

Kabupaten Tegal, 2017).

Kecenderungan angka kematian bayi (AKB) di Kabupaten Tegal dalam kurun

lima tahun terakhir cenderung naik. AKB tahun 2016 yaitu sebesar 9,7 per 1.000

kelahiran hidup (262 kematian bayi dari 26,919 ke;ahiran hidup). (Dinkes Kabupaten

Tegal, 2016).

Menurut data Penduduk di Kecamatan Warureja sejumlah 57.727 penduduk,

kemudian di Puskesmas Warureja pada tahun 2016 terdapat kasus kematian ibu

sebanyak 1 orang disebabkan oleh penyakit jantung, sedangkan pada tahun 2017 angka

kematian ibu meningkat sebanyak 3 orang, disebabkan oleh intra cranial haemoragi di

Desa Kedungjati 1 kasus, gagal jantung di Desa Kedungkelor 1 kasus, dan ginjal di

Desa Banjaragung 1 kasus. Sedangkan angka kematian bayi sebanyak 5 kasus yang

disebabkan oleh akfiksia 2 kasus, di Desa Banjaragung dan Sigentong, BBLR 2 di

Desa Banjaragung dan Kreman, lain-lain 1 kasus di Desa Demangharjo. Data sasaran

ibu hamil sebanyak 1273 ibu hamil, sasaran ibu bersalin sebanyak 1215, sasaran bayi

sebanyak 1157 bayi. Data kunjungan antenatal care tahun 2017 yaitu dengan jumlah ibu

hamil sebanyak 1268, K1 sebanyak 1268, K4 sebanyak 1198, data kunjungan nifas

tahun 2017 KF1 sebanyak 1210, KF2 sebanyak 1209, KF3 sebanyak 1208. Kemudian

jumlah ibu hamil yang termasuk faktor resiko tinggi ada 419 dengan faktor umur < 20

tahun dan > 35 tahun sebanyak 166 orang, KEK 61 orang , jarak kelahiran < 2 tahun

30 orang, hipertensi 9 orang, pre eklamsia berat 8 orang, Hepatitis 4 orang pada bulan

November tahun 2017 diketahui ibu hamil yang melakukan pemeriksaan HB yaitu ada

88 orang dan dari data tersebut diketahui ibu ibu hamil dengan Anemia ada 25 orang.

(Puskesmas Warureja, 2017).


Untuk menurunkan AKI, Puskesmas Warureja membuat program kelas ibu hamil,

kegiatan ini merupakan bagian dari program kesehatan ibu dan anak sebagai bentuk

intervensi pada tahap awal siklus hidup manusia. Beberapa kegiatan dalam kelas ibu

hamil seperti senam ibu hamil, latihan pernafasan pada persalinan, dan cara menyusui

bayi juga diberikan agar ibu hamil berminat untuk menikmati kelas ibu hamil tersbut.

Ada juga program motivator KIA, motivator itu nantinya akan memberikan

pendampingan kepada ibu hamil di desa setempat. Terutama mereka yang mengalami

kehamilan dengan resiko tinggi. Motivator juga bisa membatu melakukan sosialisasi

tentang progran perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K). Dengan

adanya motivator inilah artinya akan memudahkan ibu hamil untuk konsultasi atau

curhat (Depkes RI, 2009).

Motivator KIA (MKIA) adalah perwakilan masyarakat sipil/ relawan yang

bertugas mendampingi ibu hamil dalam menjaga kehamilan dalam mempersiapkan

persalinan (termasuk perencanaan pembiayaan persalinan). MKIA diharapkan dapat

memotivasi masyarakat sekitarnya untuk meningkatkan kesiap-siagaan dalam

membantu (Depkes RI, 2009).

Program EMAS (Expanding Maternal Neonatal Suervival) diluncurkan

pemerintah indonesia di 6 provinsi (Jwa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur,

Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan) sejak dari tahun 2011-2016 salah satu keluaran

dari program EMAS yaitu berfungsi sistem rujukan kegawat-daruatan ibu dan BBL

(Neonatal) yang efektif, efisien da berkeadilan di semua kabupaten yang di fasilitasi

yaitu 10-30 kabupaten selama 5 tahun, agar kematian ibu dan BBL (Neonatal) dapat

dicegah sebanyak-banyaknya.

SijariEMAS (Sistem Informasi dan Komunikasi Jejaring Rujukan Maternal dan

Neonatal) adalah teknologi informasi dan komunikasi yang dikembangkan untuk


meningkatkan efektifitas dan efisiensi sistem rujukan baik rujukan gawat darurat

maupun rujukan dini berencana/ rujukan terencana dengan meningkatkan komunikasi

dan kolaborasi dua arah antara Dinas Kesehatan atau fasilitas kesehatan baik itu

puskesmas dan rumah sakit dengan masyarakat umum, rujukan melalui teknologi

informasi berbasis web, aplikasi mobile, SMS dan telepon (suara). Kesalahan yang

sering terjadi dalam proses rujukan sejari emas adalah kesalahan dalam format sms dan

kode Rumah sakit sehingga data yang ditampilkan di sijari emas tidak sesuai dengan

perujuk.

Menurut data sijariEMAS perwilayah Provinsi Jawa tengah yaitu jumlah data

Kabupaten Tegal tahun 2016 untuk jenis rujukan ibu dan bayi ada 1904 ibu dan 32

bayi, dan pada tahun 2017 jenis rujukan ibu dan bayi ada 897 ibu dan 11 bayi,

mengalami penurunan pada tahun 2018 yaitu 306 ibu dan 2 bayi. Pada tahun 2016

untuk sumber rujukan dari Puskesmas di Kabupaten Tegal ada 1904 ibu dan 32 bayi,

tahun 2017 ada 897 ibu dan 11 bayi, dan pada tahun 2018 ada 306 ibu dan 2 bayi.

Penerima rujukan pada tahun 2016 ada 1904 ibu diantara yaitu PKM. Lebaksiu 1, RS.

Mitra Siaga 1, RS.PKU. Muhammadiyah 105, RSIA. Pala Raya Tegal 343, RSU.

Adella 231, RSUD. Islam Harapan Anda 1, RSUD Dr.Soesilo 1218, RSUD. Kardinah

3, RSUD. Suradadi 1, dan untuk bayi ada 32 diantaranya yaitu RSUD. PKU.

Muhammadiyah 4, RSUD. Kardinah 2, RSUD. Dr. Soesilo 26 bayi, dan pada tahun

2017 ada 897 ibu diantaranya yaitu RSI.PKU.Muhammadiyah 23, RSIA Pala Raya 193,

RSU. Adella 79, RSUD.Dr.Soesilo 601, RSUD, dan pada bayi ada 11 yaitu di RSUD.

Dr.Soesilo. pada tahun 2018 ada 306 ibu yaitu diantaranya RSI.PKU.Muhammadiyah

3, RSU.Adella 63, RSUD.Dr.Soesilo 240 ibu, dan pada bayi ada 2 yaitu di

RSUD.Dr.Soesilo. kasus rujukan Maternal pada tahun 2016 yaitu jumlahnya 444 untuk

kasus KPD, kasus Partus macet ada 3 , PE/B 296, Perdarahan 225, mengalami
penurunan pada tahun 2017 yaitu sebanyak 314 untuk KPD, Partus macet ada 2, PE/B

155 , dan Perdarahan 140, pada tahun 2018 juga mengalami penurunan yaitu ada 91

untuk kasus KPD, Partus macet 2 kasus, PE/B 46 kasus, Perdarahan 65 kasus. Kasus

rujukan Neonatal pada tahun 2016 berjumlah 5 kasus Asfiksia, BBLR 13 kasus, dan

Sepsis ada 3 kasus, mengalami penurunan pada tahun 2017 yaitu sebanyak 3 kasus

Asfiksia, BBLR 2, pada tahun 2018 sebanyak 1 kasus yaitu Asfiksia di bulan januari.

Saran dan tujuan dari OSOC itu sendiri diharapkan mengupayakan preventif dan

promotif dalam rangka meningkatkan kesehatan ibu dan anak. Adanya pendampingan

secara berkelanjutan terhadap seorang perempuan sejak diketahui hamil, persalinan

hingga 40 hari masa nifas. Adanya deteksi dini terhadap faktor resiko maupun

komplikasi yang terjadi pada masa kehamilan, persalinan, dan masa nifas untuk

dilakukan penanganan secara cepat dan tepat. Adanya kerja sama dan koordinator yang

baik antara institusi pendidikan dengan institusi pelayanan kesehatan khususnya

maternitas (Dinkes Provinsi Jateng, 2015).

Tugas bidan adalah memberikan pelayanan kesehatan atau asuhan kebidanan

dulai dari kehamilan, persalinan, nfas, KB, pasca persalinan, maka penulis tertarik

untuk menyusun karya tulis ilmiah dengan judul “Asuhan Kebidanan Komprehensif

pada NY. K umur 26 tahun GIII PII A0 dengan Hepatitis B, Anemi ringan, dan Jarak

Kehamilan < 2 Tahun di Puskesmas Warureja Kabupaten Tegal” dengan tujuan dapat

menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dengan cara pendekatan dengan pasien sedini

mungkin sejak kehamilan untuk membuat skrining awal sehingga jika terjadi

komplikasi langsung ditangani sesuai dengan kebutuhan pasien.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut “Bagaimana Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny.


K dengan Hepatitis B, Anemia Ringan dan jarak kehamilan kurang dari 2 tahun di

Puskesmas Warureja Kabupaten Tegal Tahun 2018?”

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Penulis mampu melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif pada ibu hamil,

bersalin, nifas dan bayi dengan Hepatitis B, Anemia ringan dan jarak kehamilan <

2 tahun di Desa Sidamulya Wilayah Puskesmas Warureja Kabupaten Tegal pada

tahun 2018.

2. Tujuan Khusus

a. Dapat melakukan pengkajian data pada Ny. K umur 26 tahun GIII PII A0 di

rumah Ny. K Desa Sidamulya Wilayah Puskesmas Warureja Kabupaten Tegal

tahun 2018.

b. Dapat menegakkan diagnosa kebidanan pada Ny. K umur 26 tahun GIII PII A0

di rumah Ny. K Desa Sidamulya Wilyah Puskesmas Warureja Kabupaten

Tegal tahun 2018.

c. Dapat menentukan antisipasi masalah yang terjadi pada Ny. K umur 26 tahun

GIII PII A0 di rumah Ny. K Desa Sidamulya Wilayah Puskesmas Warureja

Kabupaten Tegal tahun 2018.

d. Dapat menentukan perlu tidaknya tindakan segera yang harus dilakukan pada

Ny. K umur 26 tahun GIII PII A0 di rumah Ny. K Desa Sidamulya Wilayah

Puskesmas Warureja Kabupaten Tegal tahun 2018.

e. Dapat menentukan perencanaan pada Ny. K umur 26 tahun GIII PII A0 di

rumah Ny. K Desa Sidamulya Wilayah Puskesmas Warureja Kabupaten Tegal

tahun 2018.
f. Dapat melaksanakan perencanaan yang telah dibuat dalam tindakan nyata pada

Ny. K umur 26 tahun GIII PII A0 di rumah Ny. K Desa Sidamulya Wilayah

Puskesmas Warureja Kabupaten Tegal tahun 2018.

g. Dapat melakukan evaluasi pada Ny. K umur 26 tahun GIII PII A0 di rumah

Ny. K Desa Sidamulya Wilayah Puskesmas Warureja Kabupaten Tegal tahun

2018.

D. Ruang Lingkup

Adapun ruang lingkup dari laporan studi kasus ini untuk melakukan asuhan kebidanan

komprehensif pada :

1. Sasaran

Sasaran dalam Karya Tulis Ilmiah ini adalah Ny. K umur 26 tahun GIII PII

A0 usia kehamilan 34 minggu lebih 4 hari di Desa Sidamulya Wilayah

Puskesmas Warureja Kabupaten Tegal tahun 2018

2. Tempat

Tempat pengambilan studi kasus Karya Tulis Ilmiah di Wilayah kerja

Puskesmas Warureja Kabupaten Tegal tahun 2018.

3. Waktu

Waktu pengambilan studi kasus dalam pembuatan karya tulis ini

dilaksanakan pada bulan Juli – Oktober sesuai waktu diadakannya Program

OSOC.

Waktu penyusunan KTI dimulai dari penyusunan proposal dilaksanakan pada

tanggal 31 Juli – 20 Oktober 2018.


E. Manfaat Penulisan

1. Manfaat bagi Penulis

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang asuhan kebidanan

komprehensif pada ibu hamil, bersalin, dan nifas, bayi baru lahir, dan keluarga

berencana dan dapat megaplikasikan teori yang telah di dapat selama masa

pendidikan.

2. Manfaat bagi Puskesmas

Sebagai masukan dan pertimbangan mengenai pengetahuan tentang asuhan

kebidanan secara komprehensif pada ibu hamil, bersalin, dan nifas, bayi baru lahir

dan keluarga berencana.

3. Manfaat bagi Ibu Hamil

Untuk mendapatkan pelayanan yang lengkap.

4. Manfaat bagi Institusi

Dapat digunakan sebagai bahan kajian pustaka bagi kemajuan ilmu

pengetahuan tentang asuhan kebidanan komprehensif pada ibu hamil, bersalin, dan

nifas, bayi baru lahir.

5. Manfaat Bagi Masyarakat

Diharapkan masyarakat dapat meningkatkan pengetahuan dan kesadaran

untuk melakukan pemeriksaan kesehatan selama hamil, persalinan, dan nifas, bayi

baru lahir dan keluarga berencana di tenaga kesehatan.

F. Metode Memperoleh Data

1. Wawancara

Yaitu suatu metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan data, dimana peneliti

mendapat keterangan atau pendirian secara lisan dari seorang secara

pencutian/responden.
2. Observasi

Yaitu suatu hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari

adanya rangsangan bertujuan untuk mendapatkan data-data yang obyektif.

3. Pemeriksaan fisik

Melakukan pemeriksaan fisik secara inspeksi, palpasi, auskultasi dan pemeriksaan

TTV.

4. Dokumentasi

Yaitu semua bentuk informasi yang berhubungan dengan dokumen atau catatan

untuk memperoleh data-data pasien.

5. Kepustakaan

Yaitu bahan-bahan pustaka merupakan hal yang sangat penting dalam menunjang

latar belakang teori dan suatu penelitian.

G. Sistematika Penelitian

Proposal Kaya Tulis Ilmiah ini disusun secara sistematika terdiri dari :

1. Bab 1 Pendahuluan

Bab ini merupakan pendahuluan yang memberikan gambaran pada

pembaca, peneliti, dan pemerhati tulisan karya tulis ilmiah komprehensif untuk

memberikan gambaran awal tentang permasalahan yang akan dikupas dan diberikan

solusinya oleh penulis.

Bab pendahuluan ini terdiri atas : latar belakang, rumusan masalah, tujuan,

manfaat, ruang lingkup, metode memperoleh data dan sistematika penulisan.

2. Bab II Tujuan Pustaka

Landasan teori yang digunakan oleh penulis untuk mengembangkan konsep

sedemikian rupa dari berbagai sumber yang relevan, autentik, dan actual. Kerangka

teoti medis, tinjauan teori asuhan kebidanan, landasan hukum kewenangan bidan.
3. Bab III Tinjauan Kasus

Memuat keseluruhan asuhan kebidanan yang telah dilaksanakan. Jenis

kasus yang diambil adalah kasus komprehensif mulai dari hamil, bersalin, dan nifas

(3 hari, 8 hari, 2 minggu, 6 minggu). Asuhan kebidanan ditulis sesuai dengan urutan

manajemen kebidanan 7 langkah Varney, yaitu mulai dari pengumpulan data sampai

evaluasi pada asuhan kebidanan persalinan dan nifas.

4. Bab IV Pembahasan

Berisi tentang perbandingan teori dan kenyataan pada kasus yang disajikan sesuai

langkah-langkah menejemen kebidanan.

5. Bab V Penutup

Berisi tentang kesimpulan dan saran.

6. Daftar Pustaka

Berisi sumber-sumber materi.

7. Lampiran

Berisi surat-surat, buku KIA, dan lain-lain.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN MEDIS

1). TEORI KEHAMILAN

Setiap wanita yang memilki organ reproduksi sehat dan telah mengalami

menstruasi serta melakukan hubungan seksual dengan seorang pria yang organ

reproduksinya sehat sangat besar kemungkinannya akan mengalami kehamilan atau

proses pembuahan dalam rngka melanjutkan keturunan yang terjadi secara alamiah

menghasilkan janin yang tumbuh normal di dalam rahim ibu.

a. Pengertian kehamilan

1). Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterin mulai

sejak konsepsi dan berakhir samapipermulaan persalinan. (Manuaba,

2010).

2). Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya

hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari

hari pertama haid terakhir. (Prawirohardjo, 2009).

b. Proses terjadinya kehamilan

Kehamilan berawal dari proses pembuahan, yaitu bertemunya sel telur wanita

dengan sel sperma seorang pria.

Menurut Mochtar (2015) Proses kehamilan merupakan mata rantai yang

berkesinambungan dan terdiri dari :

1. Ovulasi pelepasan ovum

2. Terjadi migrasi psermatozoa dan ovum

3. Terjadi konsepsi dan pertumbuhan zigot

4. Terjadi nidasi (Implantasi) pada uterus


5. Pembentukan plasenta

6. Tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm.

Setiap bulan, saat ovulasi, seorang wanita melepaskan 1 atau 2 sel telur

(ovum), yang di tangkap oleh umbai-imbai (Fimbriae) dan masuk ke dalam

vagina dan berjuta-juta sel mani (Sperma) begerak memasuki rongga rahim

lalu masuk ke saluran telur. Pembuahan sel telur oleh sperma biasanya terjadi

di bagian tuba uterina yang menggembung.

Disekitar sel telur, banyak berkumpulan sperma yang mengeluarkan ragi

untuk mencairkan zat-zat yang melindungi ovum. Kemudian, pada tempat yang

paling mudah dimasuki, masuklah satu sel mani untuk kemudian bersatu

dengan sel telur. Peristiwa tadi di sebut pembuahan (Konsepsi=Fertilitasi).

Ovum yang telah dibuahi segera membelah diri sambil bergerak (dengan

bantuan rambut getar tuba) menuju ruang rahim. Ovum yang telah dibuahi tadi

kemudian melekat pada mukosa rahim untuk selanjutnya bersarang di ruang

rahim, peristiwa tersebut di sebut nidasi (Implantasi). Dari pembuahan sampai

nidasi, di perlukan waktu kira-kira 6-7 hari. Untuk menyuplai darah dan zat-zat

makanan bagi mudigah dan janin, di persiapkan uri (plasena). Jadi, dapat di

katakan bahwa untuk setiap kehamilan harus ada ovum (sel telur), spermatozoa

(sel mani), pembuahan (konsepsi = fertiliasi).

c. Tanda-tanda Kehamilan

1). Tanda pasti kehamilan

Menurut Ummi Hani (2011) tanda pasti adalah tanda yang

menunjukkan langsung keberadaan janin, yang dapat dilihat langsung oleh

pemeriksa. Tanda pasti kehamilan terdiri atas hal-hal berikut :

a) Gerakan janin dalam rahim


Gerakan janin ini harus dapat diraba dengan jelas oleh pemeriksa.

Gerakan janin baru dapat dirasakan pada usia kehamilan sekitar 20

minggu.

b) Denyut jantung janin

Dapat didengar pada usia 12 minggu dengan menggunakan alat

fetal electrocardiograf (misalnya dopler). Dengan stetoskop leanec, DJJ

baru dapat didengar pada usia kehamilan 18-20 minggu.

c) Bagian-bagian janin

Bagian-bagian janin yaitu bagian besar janin (kepala dan bokong)

serta bagian kecil janin (lengan dan kaki) dapat diraba dengan jelas

pada usia kehamilan lebih tua (trimester terakhir). Bagian janin ini

dapat dilihat lebih sempurna lagi menggunakan USG.

d) Kerangka janin

Kerangka janin dapat dilihat dengan foto rontgen maupun USG.

2). Tanda tidak pasti kehamilan

Menurut Rustam Mochtar (2011), tanda tidak pasti meliputi :

a) Amenorea

Wanita harus mengetahui tanggal hari pertama haid terakhir

(HPHT) supaya dapat ditaksir umur kehamilan dan taksiran tanggal

persalinan.

b) Mual dan muntah

Biasanya terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan hingga

akhir triwulan pertama dan sering terjadi pada pagi hari maka disebut

morning sickness, bila mual dan muntah terlalu sering disebut

hiperemesis gravidarum.
c) Megidam (ingin makanan khusus)

Ibu hamil sering meminta makanan atau minuman tertentu

terutama pada bulan-bulan triwulan pertama . mereka juga tidak tahan

suatu bau-bauan.

d) Pingsan

Jika berada pada tempat-tempat ramai yang sesak dan padat,

seorang wanita yang sedang hamil dapat pingsan.

e) Tidak ada selera makan (anoreksia)

Hanya berlangsung pada triwulan pertama kehamilan kemudian

nafsu makan timbul kembali.

f) Payudara

Payudara membesar, tegang dan sedikit nyeri disebabkan

pengarub etrogen dan progesterone.

g) Miksi sering

Miksi atau BAK sering terjadi karena kandung kemih tertekan

oleh rahim yang membesar.

h) Pigmentasi kulit

Dapat dijumpai pada muka, areola payudara, leher, dan dinding

perut.

i) Varises

Dapat terjadi pada kaki, betis, dan vulva, biasanya dijumpai pada

triwulan akhir.

3). Tanda kemungkinan kehamilan

Menurut Ummi Hani, 2011 tanda kemungkinan kehamilan adalah

perubahan-perubahan fisiologis yang dapat diketahui oleh pemeriksa


dengan melakukan pemeriksaan fisik kepada ibu hamil. Tanda

kemungkinan ini terdiri atas berikut ini :

a) Pembesaran perut

Terjadi akibat pembesaran uterus. Hal ini terjadi pada bulan

keempat kehamilan.

b) Tanda Hegar

Tanda Hegar adalah pelunakan dan dapat ditekannya itsmus uteri.

c) Tanda Goodel

Adalah pelunakan serviks. Pada wanita yang tidak hamil serviks

seperti ujung hidung, sedangkan pada wanita hamil melunak seperti

bibir.

d) Tanda Chadwicks

Perubahan warna menjadi keuangan pada vulva dan mukosa

vagina termasuk juga porsio dan serviks.

e) Tanda Piscaseck

Merupakan pembesaran uterus yang tidak simetris. Terjadi karena

ovum berimplantasi pada daerah dekat dengan kornu sehingga daerah

tersebut berkembang lebih dulu.

f) Kontraksi Braxton Hicks

Merupakan peregangan sel-sel otot uterus, akibat meningkatnya

actomysin di dalam otot uterus. Kontraksi ini tidak beritmik, sporadis,

tidak nyeri, biasanya timhul pada kehamilan delapan minggu, tetapi

baru dapat diamati dari pemeriksaan abdominal pada trimester tiga.

Kontraksi ini akan terus meningkat frekuensinya, lamanya, dan

kekuatannya sampai mendekati persalinan.


g) Teraba Ballotement

Ketukan yang mendadak pada uterus menyebakan janin bergerak

dalam cairan ketuban yang dapat dirasakan oleh tangan pemeriksa. Hal

ini harus ada pada pemeriksaan kehamilan karena perabaan bagian

seperti bentuk janin saja tidak cukup karena dapat saja merupakan

myoma uteri.

h) Pemeriksaan tes biolohis kehamilan (planotest) positif

Pemeriksaan ini adalah untuk mendeteksi adanya hormon

Chorionic Gonadotropin ( hCG ) yang diproduksi oleh

sinsiotropoblastik sel selama kehamilan. Hormon ini disekresi di

peredaran darah ibu (pada plasma darah), dan disekresi pada urine ibu.

Hormon ini dapat mulai dideteksi pada 26 hari setelah konsepsi dan

meningkat dengan cepat pada hari ke 30-60, tingkat tertinggi pada hari

ke 60-70 usia gestati, kemudian menurun pada hari ke 100-130.

d. Pemeriksaan Diagnostik Kehamilan

Pemeriksaan diagnostik kehamlian pada trimester pertama dan kedua

mengacu pada kombinasi tanda-tanda tidak pasti, tanda mungkin, dan tanda

pasti. Pemeriksaan ini terdiri atas anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan

panggul, pemeriksaan laboratorium. (Ummi Hani, 2011).

Menurut Ari Sulistyawati (2012), pemeriksaan diagnostik kehamilan terdiri dari

1). Tes urine kehamilan (Tes HCG)

a) Dilaksanakan seawal mungkin begitu diketahui ada amenore (satu

minggu setelah koitus).

b) Upayakan urine yang digunakan adalah urine pagi.


2). Perkiraan tinggi fundus uteri

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengukuran perkiraan TFU

menggunakan metline adalah sebagai berikut :

a) Bahan pita ukur yang digunakan adalah bahan yang tidak mudah kendor

atau mulur.

b) Kandung kemih pasien dalam keadaan kosong.

c) Pada saat pengukuran, posisikan ibu dalam posisi setengah duduk.

d) Pada kehamilan lanjut hindari memposisikan pasien dalam posisi tidur

telentang karena hasil yang didapatkan akan melebihi ukuran yang

sebenarnya.

e) Pengukuran dilakukan dengancara menempelkan ujung pita ukur pada

tepi atas simpisis pubis dan dengan tetap menjaga pita ukur menempel

pada dinding abdomen yang diukur, tempatkan ujung yang lain pada

perkiraan TFU berada.

3). Palpasi abdomen

Menurut Rustam Mochtar (2011), pemeriksaan palpasi untuk

menentukan letak dan presentasi, dapat diketahui dengan menggunakan

palpasi, salah satu palpasi yang sering digunakan adalah menurut Leopold

dan untuk TFU dapat dilakukan dengan cara Mc. Donald dengan

menggunakan pita ukur kemudian dilakukan perhitungan tafsiran berat janin

dengan rumus (TFU dalam cm) – n x 155 = gram bila kepala belum masuk

panggul n= 12, bila kepala sudah masuk panggul n=11.

a) Leopold I

Bertujuan untuk mengetahui TFU dan bagian janin yang ada difundus.
b) Leopold II

Bertujuan untuk mengetahui janin yang ada disebelah kanan dan kiri ibu.

c) Leopold III

Bertujuan untuk mengetahui bagian janin yang dibawah uterus

d) Leopold IV

Bertujuan untuk mengetahui bagian janin yang dibawah dan untuk

mengetahui apakah kepala sudah masuk panggul atau belum.

4). Pemeriksaan USG

a) Dilaksanakan sebagai salah satu diagnosa pasti kehamilan.

b) Gambaran yang terlihat yaitu adanya rangka janin dan kantong kehamilan.

5). Pemeriksaan Rontgen

a) Merupakan salah satu alat untuk melakukan penegakan diagnosis pasti

kehamilan.

b) Terlihat gambaran kerangka janin, yaitu tengkorak da tulang belakang.

(Sulistyawati. 2012).

e. Perubahan Anatomi dan Adaptasi fisiologi pada ibu hamil

Dengan terjadinya kehamilan maka akan mengalami perubahan anatomi

dan fisiologi pada ibu hamil, sehingga dapat menunjang perkembangan dan

pertumbuhan janin dalam rahim.

a) Sistem Reproduksi

1) Uterus

Uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama di bawah pengaruh

estrogen dan progesteron. Pembesaran disebabkan :

a) Peningkatan vaskularisasi dan dilatasi pembuluh darah.

b) Hiperplasia dan hipertrofi.


c) Perkembangan desidua.

2) Serviks Uteri

Jaringan ikat pada servik (banyak mengandung kolagen) lebih

banyak dari jaringan otot yang hanya 10%. Esterogen meningkat,

bertambah hipervaskularisasi serta meningkatnya seplai darah maka

konsistensi servik menjadi lunak atau disebut tanda Goodell.

Peningkatan aliran darah uterus dan limpe mengakibatkan kongesti

panggul dan oedema. Sehingga uterus, servik dan itshmus melunak

secara progressif dan servik menjadi kebiruan.

3) Vagina dan Vulva

Hipervaskularisasi pada vagina dan vulva mengakibatkan lebih

merah, kebiru-biruan (livide) yang disebut tanda Chadwick. Warna

portio tampak livide.

4) Ovarium

Sampai kehamilan 16 minggu masih terdapat korpus luteum

graviditas dengan diameter 3 cm yang memproduksi estrogen dan

progesteron. Lebih dari 16 minggu plasenta sudah terbentuk dan korpus

luteum mengecil, sehingga produksi estrogen dan progesteron

digantikan oleh plasenta.

b) Sistem Payudara

Mamae akan membesar dan tegang akibat hormon

somatomamotropin, estroge dan progesteron tapi belum mengeluarkan ASI.

Hiperpigmentasi pada areola (menjadi lebih hitam dan tegang).


c) Sistem Endokrin

1) HCG (Hormone Corionic Gronadotropic)

Gronadotropic korionik manusia adalah yang disekresi oleh sel

trofoblas dari plasenta untuk mempertahankan kehamilan.

2) HPL (Hormone Placenta Lagtogene)

Lactogen plasenta manusia (HPL) dihasilkan oleh plasenta. Pada

kehamilan cukup bulan HPL meningkat 10% dari produksi protein

plasenta. HPL bersifat diabetogenik, sehingga kebutuhan indulin wanita

hamil naik.

3) Prolaktin

Prolaktin meningkat selama kehamilan sebagai respon terhadap

meningkatnya estrogen. Fungsi prolaktin adalah perangsang produksi

susu. Pada Trimester II prolaktin yang disekresi oleh hipofisis janin

merupakan perangsang pertumbuhan adrenal yang penting.

4) Estrogen

Estrogen dihasilkan dalam hati janin dan paling banyak dalam

kehamilan manusia. Menyebabkan penebalan endometrium sehingga

ovum yang dibuahi dapat tertanam.

5) Progesteron

Peningkatan sekresi, mengendurkan otot-otot halus. Menjaga

peningkatan suhu basal ibu. Merangsang perkembangan sistem alveolar

payudara.

d) Sistem Kekebalan

Kadar imunoglobulin tidak berubah pada kehamilan. IgG adalah

komponen utama dari imunoglobulin janin di uterus dan periode neonatal


dini. Limfosis muncul pada minggu ke 7 dan pengenalan antigen terlihat

pada minggu ke 12. Produksi imunoglobulin bersifat progresif selama

kehamilan.

e) Sistem Perkemihan

Poliuria karena peningkatan filtrasi glomerulus. Trimester I

kehamilan kandung kemih tertekan uterus yang mulai membesar, akibatnya

ibu sering kencing. Trimester II kehamilan dimana uterus telah keluar dari

rongga pelvis gejala sering kencing tidak dijumpai lagi. Trimester III, bila

kepala janin mulai turun ke PAP, keluhan sering kencing timbul lagi karena

kandung kencing tertekan.

f) Sistem Pencernaan

Peningkatan hormon estrogen mengakibatkan terdapat perasaan enek

(nausea). Gejala muntah (emesis) dijumpai pada bulan 1 kehamilan yang

terjadi pada pagi hari (morning sickness). Emesis yang berlebihan

(hiperemesis gravidarum) merupakan situasi patologis . tonus otot-otot

traktus digestivus menurun, motolitas seluruh traktus digestivus berkurang

sehingga makanan lama berada di usus. Hal ini baik untuk reabsorbsi, tetapi

menyebabkan obtipasi karena penurunan tonus oto-otot traktus digestivus.

g) Sistem Muskuloskeletal

Pada trimester pertama tidak hanya banyak terjadi perubahan pada

sistem muskuloskeletal. Bersamaan dengan besarnya ukuran uterus

menyebabkan perubahan yang drastis pada kurva tulang belakang yang

biasanya menjadi salah satu ciri pada ibu hamil. Lordosis progresif

merupakan gambaran karakteristik pada kehamilan normal.


h) Sistem Kardiovaskuler

Curah jantung meningkat 30% pada minggu ke-10 kehamilan.

Tekanan darah akan turun selama 24 minggu pertama kehamilan akibat

terjadi penurunan dalam perifer vaskuler resistence yang disebabkan oleh

pengaruh peregangan otot halus oleh progesteron.

Tabel 1.1 Perubahan kardiovaskuler dalam kehamilan

TD darah arteri : Semua dasar pada 20-24 minggu,


Sistolik menurun pada 4-6 minggu kemudian secara berangsur-angsur,
Diastolik menurun pada 8-15 naik kenilai-nilai pra kehamilan
minggu
Rata-rata menurun 6-10 minggu
Frekuensi denyut jantung naik Puncak Trimester II awal
pada 12-18 minggu kemudian stabil

Volume stroke naik sebesar 10- Puncak Trimester II awal


30% kemudian stabil
Curah jantung naik sebesar 33- Puncak trimester II awal kemudian
45% stabil

i) Sistem Integumen

Pada kulit perubahan deposit pigmen dan hiperpigmentasi karena

pengaruh melanophore stimulating hormone (MSH) dari lobus hipofisis

anterior dan pengaruh kelenjar suprarenalis.

j) Metabolisme dan Indeks Masa Tubuh (IMT)

Basal metabolik rate (BRM) meningkat 15-20% untuk pertumbuhan

janin dan persiapan memberikan ASI yang ditemukan pada triwulan

terkahir. Berat badan wanita hamil naik 6,5 – 16,5 kg, rata-rata 12,5 kg,

terutama 20 minggu terakhir.


k) Darah dan Pembekuan Darah

Volume plasenta meningkat pada minggu ke-6 kehamilan sehingga

terjadi pengenceran darah (hemodilusi) dengan puncaknya pada umur

kehamlan 32-34 minggu.jumlah sel darah putih selama trimester pertama

rata-rata sekitar 9500/mm3 meningkat menjadi rata-tata 20-30.000/mm3

pada saat aterm. Faktor-faktor pembekuan darah selama kehamilan

berakibat pada peningkatan kapasitas untuk pembekuan, dengan akibat

peningkatan resiko terjadinya DIC (Disseminated Intravaskuler

Coagulation) seperti yang terjadi pada komplikasi-komplikasi antara lain

molahidatidosa dan abrupsiv plasenta/solusio plasenta.

l) Sistem Pernafasan

Sistem respirasi terjadi perubahan guna dapat memenuhi kebutuhan

O2. Karena pembesaran uterus terutama pada bulan-bulan terkahir

kehamilan dan kebutuhan oksigen yang meningkat ± 20% untuk

metabolisme janin.

m) Sistem Persyarafan

1). Kompresi syaraf panggul atau stasis vaskuler akibat pembesaran uterus

dapat menyebabkan perubahan sensori ditungkai bawah.

2). Lordosis dorsolumbal dapat menyebabkan nyeri akibat tarikan pada

syaraf atau kompresi akar syaraf.

3). Edema yang melibatkan syaraf perifer dapat menyebabkan carpal

tunned sydrome selama trimester akhir kehamilan.

4). Akroestesia (rasa gatal di tangan) yang timbul akibat posisi tubuh yang

membungkuk berkaitan dengan tarikan pada segmen flekus barkialis.

(Nugroho, dkk.2014).
f. Perubahan Psikologis Ibu Hamil

Menurut Sulistyawati (2012) tingkat sosial ekonomi sangat berpengaruh

terhadap kondisi kesehatan fisik dan psikologis ibu hamil. Pada ibu hamil

dengan tingkat sosial ekonomi yang baik, otomatis akan mendapatkan

kesejahteraan fisik dan psikologis yang baik. Sementara pada ibu hamil dengan

kondisi ekonomi yang lemah maka ia akan mendapatkan banyak kesulitan,

terutama masalah kebutuhan primer.

a) Trimester 1 (1-3 bulan)

Segera setelah konsepsi, kadar hormon progesteron dan estrogen

dalam kehamilan akan meningkat. Hal ini menyebabkan timbulnya mual

dan muntah pada pagi hari, lemah, lelah dan membesarnya payudara. Ibu

merasa tidak sehat dan sering kali membenci kehamilanny. Banyak ibu yang

merasakan kekecewan, penolakan, kecemasan, dan kesedihan. Sering kali

pada awal kehamilannya ibu berharap untuk tidak hamil. Pada trimester

pertama seorang ibu akan selalu mencari tanda-tanda untuk lebih

meyakinkan bahwa dirinya memang hamil.

b) Trimester II (4-6 bulan)

Trimester kedua biasanya adalah saat ibu merasa sehat. Ibu sudah

menerima kehamilannya dan mulai dapat menggunakan energi dan

pikirannya secara lebih kontruktif. Ibu merasa lebih stabil , kesanggupan

mengatur diri lebih baik, kondisi atau keadaan ibu lebih menyenangkan, ibu

mulai terbiasa dengan perubahan fisik tubuhnya.

c) Trimester III (7-9 bulan)

Trimester ketiga sering kali disebut periode menunggu dan waspada

sebab pada saat itu ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran bayinya.
Gerakan bayi dan membesarnya perut merupakan dua hal yang

mengingatkan ibu akan bayinya. Terkadang ibu merasa khawatir bahwa

bayinya akan lahir sewaktu-waktu. Keadaan ini menyebabkan ibu

meningkat kewaspadaannya akan timbulnya tanda dan gejala terjadinya

persalinan. Sering kali ibu merasa khawatir atau takut apabila bayi yang

akan dilahirkannya tidak normal. Kebanyakan ibu juga akan bersikap

melindungi bayinya dan akan menghindari orang atau benda apa saja yang

dianggapnya membahayakan bayinya. Seorang ibu mungkin mulai merasa

takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang akan timbul pada waktu

melahirkan. Pada trimester inilah ibu memerlukan keterangan dan dukungan

dari suami, keluarga, dan bidan. (Dewi, dkk. 2011).

g. Kebutuhan Fisik Ibu Hamil

Menurut Rukiyah (2009) ngatakan, pada saat hamil, kasus makan-

makanan yang megandung nilai gizi bermutu tinggi, gizi pada waktu hamil harus

di tingkatkan hingga 300 kkal/hari. Ibu hamil harusnya mengonsumsi makanan

yang mengandung protein, zat besi, dan minuman cukup cairan (menu

seimbang).

Kebutuhan fisik ibu hamil trimester I, II, dan III, natara lain :

1. Oksigen

Seorang ibu hamil sering mengeluhkan tantang rasa sesak dan

pendek nafas. Hal ini disebabkan karena diafragma tertekan akibat

membesarnya rahim. Kebutuhan oksigen meningkat 20%.

2. Nutrisi

a) Kebutuhan Gizi Ibu Hamil dengan Berat Badan Normal


Kebutuhan energi pada kehamilan trimester 1 memerlukan tambahan

100 kkal/hari (menjadi 1.900-2000 kkal/hari ). Selanjutnya pada

trimester II dan III, tambahan energi yang dibutuhkan meningkat

menjadi 300 kkal/hari.

Menurut Rukiyah (2009), pada saat hamil, kasus makan-makanan

yang megandung nilai gizi bermutu tinggi, gizi pada waktu hamil harus

di tingkatkan hingga 300 kkal/hari. Ibu hamil harusnya mengonsumsi

makanan yang mengandung protein, zat besi, dan minuman cukup

cairan (menu seimbang).

b) Kebutuhan gizi Ibu Hamil Gemuk

Ibu hamil yang terlalu gemuk tidak boleh mengonsumsi makanan

dalam jumlah yang sekaligus banyak. Sebaiknya berangsur-angsur,

sehari menjadi 4-5 kali waktu makan. Penmbahan energi ibu hamil

gemuk tidak boleh lebih dari 300 kkal/hari. Makanan yang kaya akan

serat disarankan banyak dikonsumsi.

c) Kebutuhan Makanan Ibu Hamil Khusus

Pengaturan makanan bagi ibu hamil kurus lebih sederhana, yang

harus diperhatikan adalah jumlah cairan yang terkandung dalam

makanan. Supaya kebutuhan ibu yang terlalu kurus tercukupi,

disarankan mengonsumsi makanan dengan sedikit kuah. Setelah

makan, beri jeda ½ hingga 1 jam sebelum minum.

d) Makan yang aman dikonsumsi

1). Hindari makan daging/ayam metah dan setengah matang, cuci

perlengkapan masak dan tangan sebersih mungkin setelah mengolah

bahan tersebut.
2). Hindari ikan mentah seperti sishi.

3). Hindari telur mentah.

4). Masukkan ke kulkas semua makanan matang, makanan beku dan

produk prternakan.

5). Masak makanan siap saji atau hasil ternak siap makan sampai

matang, jangan memakannya dalam keadaan dingin atau

dihangatkan.

6). Jangan minum susu sapi, kambing, atau biri-biri yang tidak

dipasteurisasi.

7). Cuci tangan seksama buah-buahan, sayuran dan salad.

8). Buang makanan yang berjamur dan kentang yang sudah berakar.

3. Personal Hygiene

Menurut Nugroho, dkk (2014). Kebersihan diri selama hamil sangat

penting untuk dijaga oleh seorang ibu hamil. Personal hygiene buruk dapat

berdampak terhadap kesehatan ibu dan janin.

a) Sebaiknya ibu hamil mandi, gosok gigi dan ganti pakaian minimal 2

kali sehari.

b) Menjaga kebersihan alat genetal dan pakaian dalam.

c) Menjaga kebersihan payudara.

4. Pakaian

Pakaian yang baik untuk wanita hamil adalah :

a) Longgar, nyaman, dan mudah dikenakan.

b) Gunakan BH dengan ukuran sesuai ukuran payudara dan mampu

menyangga seluruh payudara.


c) Untuk kasus kehamilan menggantung, perlu disangga dengan stagen

atau kain bebat di bawah perut.

d) Tidak memakai sepatu tumit tinggi.

5. Eliminasi

Menurut Kusmiyati (2009), termasuk buang air kecil tidak

mengalami kesulitan, bahkan cukup lancar, untuk memperlancar dan

mengurangi infeksi kandung kemih yaitu dengan minum dan menjaga

kebersihan sekitar alat kelamin.

Ibu hamil sering buang air kecil pada trimester I dan III kehamilan.

Sementara frekuensi buang air besar menurun akibat adanya konstipasi.

Kebutuhan ibu hamil akan rasa nyaman terhadap masalah eliminasi juga

perlu mendapat perhatian.

1). Sebaiknya intake cairan sebelum tidur dikurangi.

2). Gunakan pembalut untuk mencegah pakaian dalam yang basah dan

lembab sehingga memudahkan masuk kuman.

3). Setiap habis BAB dan BAK, cebok dengan baik.

6. Seksual

Selama kehamilan berjalan normal, koitus diperbolehkan sampai

akhir kehamilan. Koitus tidak dibenarkan bila : riwayat abortus berulang,

terdapat perdarahan pervaginam, ketuban pecah dini serviks telah

membuka (Rukiyah, 2009).

Beberapa tips untuk wanita hamil yang ingin berhubungan seksual dengan

suaminya :

1). Pilih posisi yang nyaman dan tidak menyebabkan nyeri bagi wanita

hamil.
2). Sebaiknya gunakan kondom, karena prostaglandin yang terdapat

dalam semen bisa menyebabkan kontraksi.

3). Lakukanlah dalam frekuensi yang wajar, ± 2-3 kali seminggu.

7. Mobilisasi, Bodi Mekanik

Mobilisasi dan bodi mekanik untuk ibu hamil harus memperhatikan

Cara-cara yang benar antara lain :

1). Melakukan latihan/senam hamil agar otot-otot tidak kaku.

2). Jangan melakukan gerakan tiba-tiba/sepontan.

3). Jangan mengangkat secara langsung benda-benda yang cukup berat,

jongkok terlebih dahulu baru kemudian mengangkat benda tersebut.

4). Apabila bangun tidur, miring dulu baru kemudian bangkit dari tempat

tidur.

8. Exercise/senam hamil

Senam hamil merupakan suatu program latihan fisik yang sangat

penting bagi calon ibu untuk mempersiapkan persalinan. Senam hamil

adalah terapi gerakan latihan gerak uidur siang ntuk mempersiapkan ibu

hamil, secara fisik atau mental, pada persalinan cepat, aman dan sopan.

Keuntungan senam hamil yaitu, melenturkan otot, memberikan

kesegaran, meningkatkan self exteem dan self image. Waktu untuk

melakukan senam hamil yaitu jika kandungan mencapai 6 bulan keatas.

9. Istirahat/tidur

Ibu hamil sebaiknya memiliki jam istirahat/tidur yang cukup. Kurang

istirahat/tidur ibu hamil akan terlihat pucat, lesu, dan kurang gairah.

Usahakan tidur malam ± 8 jam dan ± 1 jam . posisi tidur yang sangat

dianjurkan adalah tidur miring ke kiri, posisi ini berguna untuk mencegah
varices, sesak nafas, bengkak pada kaki, serta dapat memperlancar

sirkulasi darah yang penting untuk pertumbuhan janin. (Nugroho,dkk.

2014).

h. Pemeriksaan Kehamilan (Antenatal Care)

Asuhan antenatal care adalah suatu program yang terencana berupa

observasi, edukasi, dan penanganan medik pada ibu hamil, untuk memperoleh

suatu proses kehamilan dan persiapan persalinan yang aman dan memuaskan.

(Walyani, 2015).

1). Tujuan Antenatal Care

a) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan

tumbuh kembang bayi.

b) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan social

ibu juga bayi.

c) Mengenali secara dini adanya ketidak normalan atau komplikasi yang

mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum,

kebidanan dan pembedahan.

d) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat,

ibu maupaun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.

2). Jadwal Pemeriksaan Kehamilan

a) Pemeriksaan pertama

Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah diketahui terlambat haid.

b) Pemeriksaan ulang

(a) Setiap bulan sampai umur kehamilan 6 sampai 7 bulan.

(b) Setiap 2 minggu sampai kehamilan berumur 8 bulan.


(c) Setiap 1 minggu sejak umur kehamilan 8 bulan sampai terjadi

persalinan.

(d) Menurut (Pantikawati, 2010)

Pelayanan antenatal oleh WHO ditetapkan 4 kali kunjungan ibu

hamil dalam pelayanan antenatal, selama kehamilan dengan

ketentuan :

1). 1 kali pada trimester pertama (K1).

2). 1 kali pada trimester dua dan 2 kali pada trimester ketiga (K4).

(Walyani, 2015).

3). Pelayanan Asuhan Antenatal Care (ANC) menurut Kemenkes RI (2016)

terdiri dari 10 T. Pastikan ibu hamil mendapatkan pelayanan pemeriksaan

kehamilan yang meliputi :

(a) Pengukuran tinggi badan cukup 1 kali dan penimbangan berat badan

setiap kali periksa (T1)

Menimbang berat badan setiap kali periksa, sejak minggu ke 16

pertambahan BB paling sedikit 1 kg per bulan. Sedangkan tinggi

badan cukup satu kali, bila tinggi badan < 145 cm, maka faktor resiko

panggul sempit, kemungkinan sulit lahir normal.

Menurut Ari Sulistyawati (2010), tinggi badan diperiksa sekali pada

saat ibu hamil datang pertama kali kunjungan dilakukan untuk

mendeteksi tinggi badan ibu hamil <145 cm tergolong resiko tinggi,

kenaikan berat badan ibu hamil minimal rata-rata 6,5 kg, LILA 23,5.
(b) Pengukuran tekanan darah (T2)

Tekanan darah normal 120/80 mmHg. Bila tekanan darah lebih besar

atau sama dengan 140/90 mmHg. Ada faktor resiko hipertensi

(tekanan darah tinggi) dalam kehamilan.

(c) Pengukuran Lingkar Kepala Atas (LILA) (T3)

Bila < 23,5 cm menunjukan ibu hamil menderita kurang energi kronis

(ibu hamil KEK) dan beresiko melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah

(BBLR).

(d) Pengukuran tinggi rahim (T4)

Pengukuran tinggi rahim berguna untuk melihat pertumbuhan janin

apakah sesuai dengan usia kehamilan.

Tabel 1.2 perkiraan TFU terhadap umur kehamilan

Tinggi Fundus Uteri Usia Kehamilan (Minggu)


(TFU)
1/3 di atas simpisis atau 3 jari di 12 minggu
atas simpisis
½ simpisis-pusat 16 minggu
2/3 di atas simpisis atau 3 jari di 20 minggu
bawah pusat
Setinggi pusat 24 minggu
1/3 di atas pusat atau 3 jari di atas 28 minggu
pusat
½ pusat-procesus xipoideus 32 minggu
Setinggi procesus xipoideus 36 minggu
2 jari (4cm) di bawah px 40 minggu
Sumber tabel : (Ummi Hani, 2010)

(e) Penentuan letak janin (presentasi janin) dan perhitungan denyut

jantung janin (DJJ) . (T5)

Apabila trimester III bagian bawah janin bukan kepala atau kepala

belum masuk panggul, kemungkinan ada kelainan letak atau ada

masalah lain. Bila denyut jantung janin kurang dari 120 x/menit atau
lebih dari 160 x/menit menunjukan ada tanda gawat janin, segera

rujuk.

Pantikawati (2010), denyut jantung janin normal 120-160 x/menit.

Apabila kurang dari 120 x/menit disebut brakikardi, sedangkan bila

lebih terjadi dari 160x/menit disebut takhikardi.

(f) Penentuan status Imunisasi Tetanus Toksoid (TT). (T6)

Oleh petugas selanjutnya bila mana diperlukan mendapatkan suntikan

tetaus toksoid sesuia anjuran petugas kesehatan untuk mencegah

tetatus pada ibu dan bayi.

Tabel 1.3 Jadwal pemberian imunisasi TT

Anti Interval (selang waktu Lama %


gen minimal) perlindun perlindun
gan gan
TT1 Pada kunjungan antenatal - -
pertama
TT2 4 minggu setelah TT1 3 tahun 80 %

TT3 6 bulan setelah TT2 5 tahun 95 %

TT4 1 tahun setelah TT3 10 tahun 99 %

TT5 1 tahun setelah TT4 25 tahun 99 %

Keterangan :*artinya dalam waktu 3 bulan Wanita Usia Subur (WUS)

tersebut melahirkan, maka bayi yang dilahirkan akan terlindung dari

Tetatus Neonatorum (TN) (Sumber tabel : Rukiyah, 2009).

Menurut pantikawati (2010), tujuan pemberian imunisasi TT adalah

untuk melindungi janin dari tetanus neonatorum, efek samping vaksin TT

yaitu nyeri, kemerah-merahan dan bengkak untuk 1-2 hari pada tempat

penyuntikan ini akan sembuh tanpa perlu pengobatan.

(g) Pemberian tablet tambah darah (T7).


Ibu hamil sejak awal kehamilan minum 1 tablet tambah darah setiap

hari minimal selama 90 hari. Tablet tambah darah diminum pada

malam hari untuk mengurangi rasa mual.

Menurut Pantikawati (2010), tablet fe mengandung 200 mg Sulfat

Ferous 0,25 mg asam folat yang diikat dengan laktosa. Tujuan

pemberian tablet tambah darah (Fe) pada ibu hamil dan nifas, karena

pada masa kehamilan kebutuhannya meningkat seiring dengan

pertumbuhan janin.

(h) Tes laboratorium. (T8)

a) Tes golongan darah, untuk mempersiapkan donor bagi ibu hamil

bila diperlukan.

b) Tes hemoglobin, untuk mengetahui apakah ibu kekurangan darah

(Anemia)

c) Tes pemeriksaan urin (air kencing)

d) Tes pemeriksaan darah lainnya, seperti HIV dan sifilis, sementara

pemeriksaan malaria dilakukan di daerah endemis.

e) Konseling dan penjelasan. (T9)

Tenaga kesehatan memberi penjelasan mengenai perawatan

kehamilan, pencegahan kelainan bawaan, persalinan dan inisiasi

menyusu dini (IMD), nifas, perawatan bayi baru lahir, ASI ekslusif,

keluarga berencana dan imunisasi pada bayi.

Penjelasan ini diberikan secara bertahap pada saat kunjungan ibu

hamil.

(i) Tata laksana atau mendapatkan pengobatan (T10)

Jika ibu mempunyai masalah kesehatan pada ibu hamil.


i. Tanda Bahaya dalam Kehamilan

Tanda bahaya kehamilan adalah tanda-tanda yang mengindikasikan

adanya bahaya yang dapat terjadi selama/periode kehamilan antenatal, yang

apabila tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi bisa menyebabkan kematian ibu.

Macam-macam tanda bahaya pada kehamilan adalah sebagai berikut :

1). Keluar darah dari jalan lahir

Pada awal kehamilan, perdarahan yang tidaknormal adalah yang

merah, perdarahan yang banyak, atau perdarahan dengan nyeri. Perdarahan

ini dapat berarti abortus, kehamilan mola atau kehamilan ektopik.

Pada kehamilan lanjut , perdarahan yang tidak normal adalah merah,

banyak, dan kadang-kadang, tetapi tidak selalu, disertai dengan rasa nyeri.

Perdarahan semacam ini bisa berarti plasenta previa atau abrupsi plasenta.

2). Keluar air ketuban sebelum waktunya

Yang dimaksud ketuban pecah dini adalah apabila terjadi sebelum

persalinan berlangsung yang disebabkan karena berkurangnya kekuatan

membran atau meningkatnya tekanan intra uteri, juga karena adanya infeksi

yang dapat berasal dari vagina dan serviks.

3). Kejang

Pada umumnya kejang didahulukan oleh makin memburuknya

keadaan dan terjadinya gejala-gejala sakit kepala, mual, nyeri ulu hati

sehingga muntah, penglihatan kabur, kesadaran menurun kemudian kejang.

4). Gerakan janin kurang atau tidak ada (minimal 3 kali dalam 1 jam)

Ibu mulai merasakan gerakan janin selama bulan ke-5 ataua ke-6.

Janin harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam 1 jam jika ibu berbaring

atau beristirahat dan jika ibu makan dan minum dengan baik.
5). Demam Tinggi

Ibu menderita demam dengan suhu >360C dalam kehamilan

merupakan suatu maalah. Demam tinggi dapat merupakan gejala adanya

infeksi dalam kehamilan, yaitu masuknya mikroorganisme pathogen ke

dalam tubuh wanita yang kemudian menyebabkan timbulnya tanda atau

gejala-gejala penyakit.

6). Nyeri perut yang hebat

Nyeri abdomen yang mungkin menunjukan masalah yang

mengancam keselamatan jiwa adalah yang hebat, menetap, dan tidak hilang

setelah istirahat. Hal ini bisa berarti kehamilan ektopik, abortus, penyakit

radang pelvik, iritasi uterus, infeksi saluran kemih atau infeksi lainnya.

7). Sakit kepala yang hebat

Sakit kepala yang menunjukan suatu masalah yang serius adalah

sakit kepala hebat yang menetap dan tidak hilang setelah istirahat. Kadang-

kadang sengan sakit kepala yang hebat tersebut, ibu mungkin menemukan

bahwa penglihatannya menjadi kabur atau berbayang. Sakit kepala hebat

dalam kehamilan adalah gejala dari pre-eklamsi.

8). Muntah terus dan tidak makan pada kehamilan muda

Mual muntah yang sampai mengganggu aktifitas sehari-hari dan

keadaan umum menjadi lebih buruk, dinamakan Hiperemesis Gravidarum.

(Nugroho, dkk. 2014).

2). KEHAMILAN DENGAN HEPATITIS

Infeksi virus Hepatitis B (VHB) merupakan infeksi yang unik. Tidak

banyak jenis virus yang menyebabkan infeksi pada seseorang dengan memberikan

dampak sosial ekonomi yang besar, karena penyakit ini menyebabkan infeksi pada
populasi dalam skala dunia, dan variasi penampilan kliniknya yang sedemikian

beraneka ragam (bisa dalam bentuk hepatitis akut, hepatitis kronis dan aktif,

hepatitis kronis aktif, sirosis hati atau kanker hati). Namun, kita dapat bersyukur

karena para ilmuan kini telah dapat mengungkap karakteristik virus ini secara lebih

terperinci sehingga pola tingkah lakunya sudah dapat diketahui dengan baik.

a. Pengertian Hepatitis

Hepatitis adalah istilah umum yang berarti radang hati”Hepa” berarti hati dan

“itis” berarti radang.

Hepatitis dapat diartikan peradangan hati (liver), peradangan hati bisa

disebabkan oleh virus, bakteri, dan parasit. (Faisal yatim, 2007). Sedangkan

Hepatitis B adalah virus yang ditularkan melalui darah yang menyebabkan

inflamasi hepar. Ibu bisa mendapat hepatitis dari paparan darah terinfeksi seperti

pada gangguan obat IV atau transfusi darah. (vicky Chapman, 2006).

Hepatitis B bisa kronis pada penderita yang mengalami penurunan daya

tahan tubuh. Seperti infeksi HIV, diperkirakan dalam setahun, jutaan manusia

meninggal karena terinfeksi virus Hepatitis B dan penderita baru terinfeksi virus

Hepatitis B tetap terjadi 4 minggu juta orang setiap tahunnya. (Faisal yatim,

2007).

b. Tanda dan gejala Hepatitis B :

Infeksi hepatitis B kadang tidak disadari karena karena hanya menimbulkan

demam ringan. Hanya 30% penderita yang mengalami gejala tersebut. (Achmad

Feryanto, 2012).

Tanda gejala yang mungkin muncul pada penderita hepatitis B adalah

sebagai berikut :
1). Kuning pada kulit dan sklera mata, mual, muntah, demam, nyeri perut,

lemas, kembung, perut bengkak, warna air kencing (biasanya seperti air teh).

2). Diagnosis ditegakkan dengan mengandalkan pemeriksaan darah spesifik

(HbsAg, Anti HbsAg) dan fungsi hati

Tanda gejala Hepatitis B dalam 4 tahap yaitu :

1. Fase Inkubasi

Merupakan waktu antara masuknya virus dan timbulnya gejala atau ikterus.

Fase inkubasi Hepatitis B berkisar antara 15-180 hari dengan rata-rata 60-

90 hari.

2. Fase prodromal (pra ikterik)

Fase diantara timbulnya keluhan-keluhan pertama dan timbulnya gejala

ikterus, mudah lelah, sakit kepala, mual muntah, atritis (flu), nyeri abdomen

biasanya ringan dan menetap.

3. Fase ikterus

Ikterus muncul setelah 5-10 hari, tetapi dapat juga muncul bersamaan

dengan munculnya gejala. Banyak kasus pada fase ikterus tidak terdeteksi.

Setelah timbul ikterus jarang terjadi pernurukan gejala prodromal, tetapi

justru akan terjadi perbaikan klinis yang nyata.

4. Fase konvalesen (penyembuhan)

Diawali dengan menghilangnya kluhan hepatitis, tetapi abnormalitas fungsi

hati tetap ada. Muncu perasaan sudah lebih sehat dan kembalinya nafsu

makan. Sekitar 5-10 % kasus perjalanan klinisnya mungkin lebih sulit

ditangani, hanya <1% yang menjadi akut.(Green, 2016).


Kehamilan sendiri tidak memperberat infeksi virus hepatits, akan tetapi jika

terjadi infeksi pada kehamilan bisa mengakibatkan terjadinya hepatitis akut

yang dapat menimbulkan resiko tinggi pada ibu dan bayi. Pada ibu dapat

menimbulkan perdarahan karena, akibat dari sirosis hati menyebabkan

penurunan fungsi hati yang menyebabkan peningkatan vaskularisasi ke hati

dan menyebabkan varises di daerah gester maupun esofagus, yang dapat

peca dan menimbulkan perdarahan. Pada bayi dapat menimbulkan masalah

yang serius umunya tidak terjadi pada neonatus, tetapi pada masa dewasa.

Jika terjadi penularan sekitar 60-90 % akan tejadi mengidap kronik VHB

(Hepatitis B) dan 30% kemungkinan akan menderita kanker hati atau sirosis

hati sekitar 40 tahun kemudian. (Prawirohardjo, 2014).

penderita Hepatitis B tidak semua penderita mengalami gejala

hepatitis anatara 30-40 % orang terinfeksi virus ini tidak mengalami gejala

apapun, biasanya gejalanya akan timbul bila kekebalan tubuh tidak mampu

mengendalikan infeksi HBV (Human Hepatitis B Virus) dan akan muncul

4-6 minggu bahkan sampai beberapa bulan setelah terinfeksi (Menurut

Green, 2016).

Dalam acara ”Peranan Uji Diagnostik Dalam Memerangi Hepatitis”

yang diaksanakan di Plaza kuningan Jakarta hari jum’at 27 juli 2018, ketua

PB perhimpunan peneliti hati indonesia bapak Irsan Hakim menjelaskan “di

dalam kandungan jika ibu terkena hepatitis B, maka bayi tidak diintervensi,

bayi baru diintervensi setelah lahir.” Irsan Hakim merupakan dr. Spesialis

penyakit dalam Gastroenterologi RS Cipta Mangun Kusumo Jakarta

menambahkan, ada intervensi yang diberikan pada ibu hamil yang positif

hepatitis B. “ Walau ibu sudah divaksin dan dikasih immunoglobin


(Antibodi), bayi bisa terkena hepatitis B juga, intervensi pada ibu yaitu

ibunya minum obat selama tiga bulan jelang melahirkan.” Intervensi yang

dilakukan pada ibu hamil tersebut merupakan kebijakan baru dari

perhimpunan peneliti hati indonesia untuk menangani kasus hepatitis pada

ibu hamil, tapi belum jadi kebijakan pemerintah. “Kita mengharapkan kalau

vaksin dan immunoglobin sudah bagus, maka kedepannya pemeberian obat

pada ibu hamil selama tiga bulan jelang melahirkan yang harus dikerjakan.”

Menurut Irsan Hakim.

Asuhan pada bayi baru lahir yang terlahir dari ibu yang mengalami

hepatitis B untuk menghindari tertularnya dari ibu ke bayi penanganan yang

dilakukan yaitu dengan diberikan vaksin HBIG pada bayi baru lahir dan

vaksin harus segera diberikan tidak boleh lebih dari 12 jam, karena

dikhawatirkan virus akan mudah berkembang ketika tidak segera diberi

vaksin.

Penanganan khusus dari puskesmas warureja untuk ibu yang terkena

firus hepatitis B yaitu melakukan pemeriksaan laboratorium di Dinas

Kesehatan untuk mendapat vaksin HBIG.

c. Penularan virus Hepatitis B

Virus dapat hidup dalam tubuh manusia dan chimpanze. Tetapi

binatang sebagai sumber virus alami, belum diketahui, hanya saja virus

Heapada yang mendekati susunan virus Heaptitis B, ditemukan pada beberapa

jenis bebek. Tetapi pada percobaan, virus Hepadma tidak menimbulkan sakit

pada manusia.

Semua jaringan tubuh penderita Hepatitis B berpotensi menularkan virus ke

orang lain, seperti :


a. Darah

b. Bagian-bagian darah

c. Air ludah (saliva)

d. Cairan ronga paru (pleura)

e. Cairan ronga perut (eritoneum)

f. Cairan otak dan sumsum tulang belakang

g. Cairan sendi (synovia)

h. Cairan ketuban (Amnion)

i. Cairan mani (semen)

j. Cairan kelamin perempuan (vagina)

Penularan virus bisa melalui :

a) Jaringan bawah kulit

b) Pembuluh darah (intravena)

c) Melalui otot (intramuscular)

d) Jaringan tubuh yang diawetkan (fioksasi)

e) Jalur tangan-tinja-mulut (oral-fecal route)

Menurut buku kepustakaan, beruntunglah bahwa infeksi virus Hepatitis B

kronis yang diderita ibu hamil tidak menimbulkan gangguan baik terhadap

ibunya sendiri maupun janin yang dikandungnya, karena belum pernah

dilaporkan bahwa ibu dengan infeksi Hepatitis B kronis menyebabkan bayinya

mengalami kecacatan. Virus Hepatitis B yang menyerang ibu hamil menjadi

masalah karena resiko penularan ke bayi cukup tinggi.

Sebagaimana sudah disebutkan di depan , penularan hepatitis dapat terjadi

secara vertikal (Perinatal) maupun horizontal. Di negara dengan tingkat


endemitas infeksi VHB tinggi (termasuk indonesia), penularan vertikal menjadi

faktor utama penularan VHB.

Mencegah penularan infeksi Perintal :

Mengingatkan begitu besar resiko penularan (VHB) dari ibu ke bayi,

sangatlah penting untuk melakukan upaya pencegahan. Langkah yang ditempuh

adalah melalui pemeriksaan serologi HbsAg secara rutin terhadap ibu hamil.

Dengan diketahuinya status HbsAg ibu (positif atau negatif) maka upaya yang

dilakukan untuk memberikan produksi terhadap bayi yang dilahirkannya

menjadi lebih terarah. Sebagai contoh, setelah diketahui sang ibu ternyata

mengandung HbsAg positif, dengan segera tindakan pencegahan melalui

pemberian vaksinasi dan imunoglobin kepada bayi dapat dilakukan tanda

ditunda-tunda. Berikut, The Advisory Communization Practice (ACIP)

membuat rekomendasi dalam rangka mencegah infeksi perinatal dan

manajemen ibu hamil.

Pencegahan virus Hepatitis B :

a) Kewaspadaan Universal

Hindari hubungan seksual dan pemakaian alat atau bahan dari penderita.

Vaksinasi HB bagi seluruh tenaga kesehatan sangat penting, terutama yang

sering terpapar dengan darah/

b) Skrining HbsAg pada ibu hamil

Skrining HbsAg pada ibu hamil, terutama pada daerah dimana terdapat

prevelansi/ populasi yang tinggi.

c) Imunisasi
Bagi bayi yang lahir dari ibu dengan HbsAg positif harus diberikan

vaksinasi HbsAg dalam waktu kurang dari 12 jam setelah di lahirkan tanpa

ditunda-tunda karena virus Hepatitis B dapat ditularkan dari ibu ke bayinya

saat persalinan. Antibodi bayi belum cukup tingi sehingga pemberian

vaksin yang kurang dari 12 jam dapat meningkatkan antibodi bayi dan

dapat mncegah transmisi virus Hepatitis B. (Suharjo, 2010).

d. Bahaya Hepatitis

Sebagian yang terinfeksi akan sembuh sendiri dan tidak menetap menjadi

kronik, hanya 2-6% menjadi kronik. Namun, apabila telah terinfeksi dari

kecil/lahir kemungkinan 60% menjadi kronik. Hepatitis kronik akan

berkembang menjadi sirosis (yaitu hati terbentuk jaringan perut, mengecil, dan

terjadi gangguan fungsi hati). Dalam 20 tahun sirosis berkembang menjadi

kanker hati.

e. Krining dan Pengobatan

a. Setiap orang dengan riwayat ikterik, atau berasal dari kelompok resiko

tinggi, harus dilakukan skrining.

b. Sampai sekarang belum ada pengobatan untuk kondisi ini.

c. Pencegahan dengan vaksinasi individu yang kemungkinan beresiko, seperti

bayi yang lahir dari ibu yang menderita hepatitis seperti bidan dan dokter

obstetri.

f. Penatalaksanaan pada ibu hamil, bersalin, nifas bayi baru lahir

1) Pada ibu hamil dengan HbsAg reaktif tidak dilakukan penangnan khusus

seperti aktivitas fisik tidak perlu dibatasi, tidak perlu mendapatkan

perawatan di Rumah Sakit tetapi perlu di beri penjelasan tentang


keadaannya, dimana seharusnya melahirkan dan adanya penangnan khusus

bagi ibu dan bayinya. (Soemorhardjo, 1990).

2) Indikasi rawat di rumah sakit adalah bila ibu hamil dengan HbsAg disertai

dengan Anemia berat, Diabetes militus, mual-muntah yang berlebihan.

3) setelah melahirkan, ibu dengan HbsAg positif perlu mendapatkan edukasi

berkaitan dengan hal-hal berikut : cara penularan VHB dan pencegahan.

4) Vaksinasi bayi yang terlahir dari ibu dengan HbsAg positif harus

mendapatkan vaksinasi HbsAg. Kandungan dari vaksin Hbig sendiri yaitu

larutan yang dibuat dari plasma yang mengandung protein. HbsAg yang

telah dipurifikasi tanpa mengandung asam nukleat VHB sehingga

pemberian imunisasi Hbig sangat aman untuk mencegah transmisi virus

Hepatitis B.

5) Setelah mendapatkan vaksinasi lengkap, pada usia antara 9-18 bulan bayi

baru menjalani pemeriksaan kadar anti HbsAg.

6) Bayi yang lahir dari ibu dengan Heoatitis B memungkinkan untuk disusui,

namun sebaiknya setelah bayi mendapatkan imunisasi Hbig terlebih dahulu.

Dengan catatan tetap menjaga kebersihan peyudara dan puting susu agar

bersih dan tidak terluka saat menyusui anaknya. (Suharjo, 2010).

Menurut Cahyono (2010) persalinan pada ibu yang menderita penyakit

hepatitis dianjurkan untuk operasi sectio caesarea untuk mencegah

penularan perinatal akan tetapi berdasarkan penelitian disimpulkan bahwa

tindakan sectio caesarea tidak memberikan efek samping nyata terhadap

penularan virus hepatitis B sehingga bisa disimpulkan bahwa ibu yang

menderita hepatitis B boleh melahirkan normal seperti ibu hamil lainnya.

g. Diet ibu yang menderita virus Hepatitis


Makanan yang baik dan sehat untuk tubuh sangatlah penting, untuk

menjaga daya tahan tubuh kita dan agar terhindar dari penyakit ataupun virus-

virus, terutama virus hepatitis . hepaitis sedang mewabah karena masyarakat

terbiasa jajan sembarangan. Fungsi hati bagi manusia diantaranya yaitu

membantu dalam pengolahan zat gizi (karbohidrat, lemak, protein, dll) dan

menetralkan racun, termasuk obat-obatan yang membahayakan. Virus hepatitis

atau peradangan pada hati dapat mengganggu fungsi tersebut. Namun,

pengaturan diet yang tepat dapat mempercepat pemulihan fungsi hati. Namun

kita tidak perlu berkecil hati karena hati merupakan salah satu bagian tubuh

yang memiliki kemampuan yang sangat tinggi untuk regenerasi/ pemulihan.

Pemberian protein bermutu tinggi dan vitamin dapat mempercepat pemulihan.

Namun perlu diingat bahwa pemberian protein harus disesuaikan dengan

toleransi tubuh penderita karena bila berlebih dapat menyebabkan kadar

ammonia dalam darah meningkat atau tidak seimbang sehingga timbullah

berbagai gangguan dalam tubuh. Oleh karenanya, diperlukan suatu pengaturan

diet yang tepat untuk penderita hepatitis agar diperoleh pemulihan yang

maksimal.

(a) Syarat diet untuk penderita penyakit hati

Tujuan pengaturan diet pada penderita penyakit hati adalah

memberikan makanan cukup untuk mempercepat perbaikan fungsi tanpa

memperberat kerja hati. Syaratnya adalah sebagai berikut :

1) Kalori tinggi, kandungan karbohidrat tinggi, lemak sedang dan

protein disesuaikan dengan keadaan penderita.

2) Diet diberikan secara bertahap, disesuaikan dengan nafsu makan dan

toleransi penderita.
3) Cukup vitamin dan mineral.

4) Rendah garam atau cairan dibatasi bila terjadi penimbunan garam/air.

5) Mudah dicerna dan tidak merangsang.

6) Bahan makanan yang mengandung gas seperti ubi, singkong, kacang

merah, kol, sawi, lobak, nangka, durian dll, dihindari.

7) Bila berat badan berlebihan, harus diturunkan secara bertahap sesuai

kebutuhan penderita.

8) Bahan makanan yang mengandung lemak dan kolestrol dihindari,

seperti ayam dengan kulit, kuning telur, jeroan, udang dan lain-lain.

Diet rendah lemak, tinggi karbohidrat dan protein

Penderita mendapat cukup kalori dengan ukuran 30-35 kalori per kg berat

badan atau sekitar 150-175% dari kebutuhan kalori basal. Makanan yang

kaya dengan karbohidrat sebaiknya diberikan 300-400 g per hari agar

dapat melindungi protein tubuh. Protein atau asam amion diberikan

sebanyak 0,75 g per kg berat badan. Selama ada rasa mual, makanan yang

mengandung lemak di batasi karena dapat menimbulkan rasa mual,

kembung dan mencret pada penderita karena aliran empedunya terhambat

(kolestasi).

3). ANEMIA DALAM KEHAMILAN

a. Pengertian anemia

1). Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin di bawah 11 gr% pada

trimester 1 dan 3 atau kadar < 10,5gr% pada trimester 2 (Prawairohardjo,

2009).

2). Anemia adalah kondisi dimana berkurangnya sel darah merah (eritrosit)

dalam sirkulasi darah atau masa hemoglobin sehingga tidak mampu


memenuhi fungsinya sebagai pembawa oksigen ke seluruh jaringan

(Tarwoto, 2007).

b. Proses Pembentukan Sel Darah Merah

Secara normal produksi sel darah merah dalam sumsum tulang

membutuhkan bahan zat besi, vitamin B12, asam folat, vitamin B6, protein dan

faktor lain. Kekurangan salah satu unsur/bahan pembentukan sel darah merah

mengakibatkan penurunan produksi atau anemia.Eritrosit hidup dan beredar

dalam darah tepi rata-rata 120 hari. Setelah 120 hari akan mengalami proses

penuaan. Apabila destrusi sel darah merah terjadi sebelum waktunya atau kurang

dari 120 hari disebut hemolisis, biasanya terjadi pada pasien dengan thalasemia

(Tarwono, 2007).

c. Etiologi Anemia

Menurut Atikah (2009), Anemia dalam kehamilan sama seperti yang terjadi pada

wanita yang tidak hamil. Penyebabnya antara lain :

1). Makanan yang kurang bergizi

2). Gangguan pencernaan dan mal-absorpsi

3). Kurangnya zat besi dalam makanan

4). Kebutuhan zat besi yang meningkat

5). Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain

6). Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan lain-

lain

Sedangkan faktor predisposisi terbesar terjadinya anemia adalah status gizi

yang buruk dengan defisiensi multivitamin.

d. Tanda Dan Gejala Anemia


Menurut Atikah (2009) tanda dan gelaja ibu hamil dengan

anemia yaitu :

1). Keluhan lemah

2). Pucat

3). Mudah pingsan

4). Mengalami malnutrisi

5). Cepat lelah

6). Sering pusing

7). Mata berkunang-kunang

8). Lidah luka

9). Nafsu makan menurun

10). Konsentrasi hilang

11). Nafas pendek (pada anemia parah)

12). Keluhan mual muntah hebat pada hamil muda.

e. Pencegahan Anemia Pada Kehamilan

Nutrisi yang baik adalah cara terbaik mencegah terjadinya anemia jika

sedang hamil. Makan- makanan yang tinggi kandungan zat besi (seperti sayuran

berdaun hijau, daging merah, sereal, telur dan kacang tanah) dapat membantu

memastikan bahwa tubuh menjaga pasokan besi yang diperlukan untuk berfungsi

dengan baik. Pemberian vitamin untuk memastikan bahwa tubuh memiliki cukup

asam besi dan folat. Pastikan tubuh mendapatkan setidaknya 27 mg zat besi setiap

hari. Jika mengalami anemia selama kehamilan, biasanya dapat diobati dengan

mengambil suplemen zat besi (Atikah, 2011).

f. Klasifikasi Anemia
Menurut Atikah, 2009 secara umum anemia dalam kehamilan diklasifikasikan

menjadi :

1). Anemia Defisiensi zat besi 62,3%

Adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah.

2). Anemia Megaloblastik sebanyak 29 %

Anemia ini disebabkan karena defisiensi asam folat dan defisiensi

vitamin B12 walaupun jarang.

3). Anemia Hipoplastik dan Aplastik sebanyak 8%

Anemia di sebabkan karena sumsum tulang belakang kurang mampu

membuat sel-sel baru.

4). Anemia Hemolitik

Anemia disebabkan karena penghancuran sel darah merah berlangsung

lebih cepat daripada pembuatannya.

Menurut penelitian, ibu hamil dengan anemia paling banyak

disebabkan oleh kekurangan zat besi (Fe) serta asam folat dan vitamin B12.

Pemberian makanan atau diet pada ibu hamil dengan anemia pada dasarnya

ialah memberikan makanan yang banyak mengandung protein, zat besi

(Fe), asam folat, dan vitamin B12.

g. Derajat Anemia

Menurut Pantikawati (2010), pemeriksaan HB dilakukan minimal 2 kali

selama kehamilan yaitu selama kehamilan yaitu selama kehamilan trimester I dan

II.

Menurut Depkes (2009), berdasarkan ketetapan WHO, anemia ibu hamil

adalah bila Hb kurang dari 11 gr %.

Anemia ibu hamil di Indonesia sangat bervariasi, yaitu :


1). Hb 11 gr % : Normal

2). Hb 9 – 10,9 gr % : Anemia Ringan

3). Hb 7 – 8,9 gr % : Anemia Sedang

4). Hb < 7 gr % : Anemia Berat

h. Bahaya Anemia pada Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Janin :

Menurut Manuaba (2007), Bahaya anemia pada kehamilan , persalinan, nifas dan

janin sebagai berikut :

1). Bahaya selama kehamilan :

a) Dapat terjadi abortus

b) Persalinan prematur

c) Hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim

d) Mudah terjadi infeksi

e) Mola hidatidosa

f) Hiperemesis gravidarum

g) Perdarahan antepartum

h) Ketuban Pecah Dini

2). Bahaya saat persalinan :

a) Gangguan his-kekuatan mengejan

b) Kala pertama dapat berlangsung lama dan terjadi partus terlantar

c) Laka dua berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering

memerlukan tindakan operasi kebidanan

d) Kala tiga dapat dikutu retensio, dan perdarahan post partum akibat

atonia uteri

e) Kala empat dapat terjadi perdarahan post partum sekunder dan atonia

uteri
3). Pada kala nifas :

a) Terjadi subinvolusi uteri yang menimbulkan perdarahan post partum

b) Memudahkan infeksi puerperium

c) Pengeluarkan ASI berkurang

d) Anemia kala nifas

e) Mudah terinfeksi mamae

4). Bahaya terhadap janin. Sekalipun tampaknya janin mampu menyerap

berbagai nutrisi bagi ibunya, dengan adanya kemampuan metabolisme

tubuh akan berkurang sehingga pertumbuhan dan perkembangan janin

dalam rahim akan terganggu. Akibat anemia pada janin antara lain :

a) Abortus

b) Kematian intrauteri

c) Persalinan prematuritas tinggi

d) Berat badan lahir rendah

e) Kelahiran dengan anemia

f) Dapat terjadi cacat bawaan

g) Bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal

i. Faktor Predisposisi pada Anemia

Menurut Amirudin dan Wahyudin (2004), faktor predisposisi pada anemia

dipengaruhi sebagai berikut :

1). Umur kurang dari 20 tahundan lebih dari 35 tahun.

Wanita yang berumur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35

tahun, mempunyai resiko yang tinggi untuk hamil. Karena akan

membahayakan kesehatan dan keselamatan ibu hamil maupun janinnya,

beresiko mengalami perdarahan dan dapat menyebabkan ibu mengalami


anemia. Wintrobe (1987) menyatakan bahwa usia ibu dapat

mempengaruhi timbulnya anemia, yaitu semakin rendah usia ibu hamil

maka semakin rendah kadar hemoglobinnya. Muhilal et al (1991) dalam

penelitiannya menyatakan bahwa terdapat kecenderungan semakin tua

umur ibu hamil maka presentasi anemia semakin besar. Pada penelitian ini

belum menunjukkan adanya kecenderungan semakin tua umur ibu hamil

kejadian anemia semakin besar. Karena 80% ibu hamil berusia tidak

beresiko yaitu antara20 tahun hingga 35 tahun.

2). Paritas

Semakin banyak jumlah kelahiran (paritas), maka akan semakin

tinggi angka kejadian anemia artinya ibu hamil dengan paritas tinggi

mempunyai resiko lebih besar untuk mengalami anemia dibanding yang

paritas rendah.

3). Jarak kelahiran yang terlalu Dekat

Salah satu penyebab yang dapat mempercepat terjadinya

anemia pada wanita adalah jarak kelahiran pendek. Menurut Kramer

(1987) hal ini disebabkan kekurangan nutrisi yang merupakan mekanisme

biologis dan pemulihan factor hormonal dan adanya kecenderungan

bahwa semakin dekat jarak kehamilan, maka akan semakin tinggi angka

kejadian anemia.

4). Pengetahuan

Pengetahuan kesehatan reproduksi menyangkut pemahaman

tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan, penyuluhan, tanda dan cara

mengatasi anemia pada ibu hamil diharapkan dapat mencegah ibu hamil
dari anemia. Semakin rendah pengetahuan kesehatan reproduksi, maka

akan semakin tinggi angka kejadian anemia.

5). Pemeriksaan Antenatal Care

Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang

dilakukan oleh tenaga profesional yaitu Dr Ginekolog dan Bidan serta

memenuhi syarat 5 T (TB, BB, Tekanan darah, Tinggi Fundus, TT, tablet

Fe). Jika pemeriksaan Antenatal Care kurang atau tidak ada sama sekali

maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia.

6). Pola makan Kepatuhan mengonsumsi tablet Fe

Gizi seimbang adalahpola konsumsi makan sehari-hari yang

sesuai dengan kebutuhan gizi setiap individu untuk hidup sehat dan

produktif. Agar sasaran keseimbangan gizi dapat dicapai, maka setiap

orang harus menkonsumsi minimal 1 jenis bahan makanan dari tiap

golongan bahan makanan yaitu protein hewani dan nabati, sayuran, buah

dan susu (Kodyat, 1995).

Kepatuhan menkonsumsi tablet Fe diukur dari ketepatan jumlah tablet

yang dikonsumsi, ketepatan cara menkomsumsi tablet Fe, frekuensi

konsumsi perhari. Suplementasi besi atau pemberian tablet Fe merupakan

salah satu uapaya penting dalam mencegah dan penanggulangi anemia,

khususnya anemia kekurangan besi. Suplementasi besi merupakan cara

efektif karena kandungan besinya yang dilengkapi asam folat yang

sekaligus dapat mencegah anemia karena kekurangan asam folat. Ibu

hamil yang kurang patuh konsumsi tablet Fe mempunyai resiko untuk

mengalami anemia dibanding yang patuh konsumsi tablet Fe.


j. Cara Mengatasi Anemia pada Ibu Hamil

Menurut Tarwoto dan Wasnindar (2007), cara mengatasi anemia pada ibu

hamil sebagai berikut :

1). Identifikasi penyebab anemia pada ibu hamil

2). Pastikan tanda dan gejala anemia yang terjadi pada ibu hamil

3). Makan-makanan yang banyak mengandung zat besi, asam folat

4). Makan yang cukup, 2 kali lipat dari pola makan sebelum hamil

k. Penatalaksanaan Anemia Pada Ibu Hamil

Adapun penatalaksanaan anemia pada ibu hamil sebagai berikut :

1). Mengatasi penyebab anemia seperti perdarahan, cacingan, dll

2). Pemberian nutrisi/makanan yang banyak mengandung unsur zat besi,

diantaranya daging, telor, ikan, sayuran

3). Pemberian tablet zat besi selama kehamilan minimal 90 tablet

4). Pendidikan kesehatan yang meliputi pengetahuan anemia, pemilihan

mkanan tinggi zat besi, asupan zat besi. (Tarwoto dan Wasnidar, (2007).

4). JARAK KELAHIRAN KURANG DARI 2 TAHUN

a. Pengertian

a. Yang dimaksud dengan terlalu dekat adalah jarak antara kehamilan satu

dengan berikutnya kurang dari 2 tahun (24 hari). Jarak kehamilan yang

optimal dianjurkan adalah 36 bulan. (BKKBN, 2007).

b. Terlalu sering hamil yaitu ibu yang hamil dengan jarak tiap anak kurang dari 2

tahun. (Kuswanti, 2014).

b. Penyebab hamil terlalu dekat jaraknya

a. Kondisi rahim ibu belum pulih

b. Dapat mengakibatkan terjadinya penyulit dalam kehamilan seperti anemia


c. Dapat menghambat proses persalinan seperti gangguan kekuatan kontransi,

kelainan letak dan posisi janin

d. Dapat menyebabkan perdarahan pasca persalinan

e. Waktu ibu untuk menyusui dan merawat bayi kurang (BKKBN, 2007).

c. Insiden

Menurut penelitan Gordon Smith beserta kolega menganalisis informasi

lebih dari 89.000 wanita setelah kehamilan kedua. Wanita yang mempunyai jarak

kehamilan kurang dari 6 bulan mengalami lebih banyak komplikasi daripada

wanita dengan jeda kehamilan lebih lama.mereka menduga bahwa hubungan

antara jarak kehamilan terlalu dekat dan kelahiran prematur kemungkinan

disebabkan kekurangan protein yang membantu kehamilan lahir secara normal.

Lebih lanjut interval yang pendek dari jarak kehamilan, mengakibatkan protein

ini tidak mempunyai kemampuan untuk mempertahankan usia kecukupan

kehamilan. (Arief, 2010).

d. Resiko jarak kehamilan kurang dari 2 tahun

a. Keguguran

b. Anemia

c. Payah jantung

d. Bayi lahir sebelum waktunya (prematur)

e. Berat bayi lahir rendah (BBLR)

f. Cacat bawaan

g. Tidak optimalnya tumbuh kembang balita (BKKBN, 2007)


e. Cara menghindari

Menurut BKKBN, 2007, cara menghindari jarak kehamilan kurang dari 2 tahun

yaitu :

a. Gunakan alat kontrasepsi (IUD, IMPLANT, PIL dan Suntikan)

b. Berikan ASI secara eksklusif selama 6 bulan, lanjutkan sampai 2 tahun,

denagn makanan pendamping ASI (MPASI)

c. Konsultasi pada petugas kesehatan

d. Perencanaan kehamilan

Perencanaan kehamilan tentu sangat penting artinya, sebab kelahiran yang

berjarak dekat akan mengundang resiko. (Arief, 2010).

Kita dapat membuat perencanaan keluarga sebagai berikut :

1). Fase menunda kehamilan, dimana wanita umur kurang dari 20 tahun

waktu yang tepat untuk menunda kehamilan.

2). Fase menjarangkan kehamilan, dimana wanita umur 20-35 tahun waktu

yang tepat untuk merencanakan kehamilan dan mengatur jarak kehamilan

yang tepat yaitu 2-4 tahun dari persalinan sebelumnya.

3). Fase tidak hamil lagi, dimana wanita umur lebih dari 35 tahun tidak boleh

hamil lagi. (Prawirohardjo, 2011).

6) KELAS IBU HAMIL

Menurut KEMENKES RI 2014 :

Kegiatan kelas ibu hamil merupakan sarana untuk belajar kelompok tentang

kesehatan ibu hamil, dalam bentuk tatap muka yang bertujuan meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan ibu mengenai kehamilan, bersalin, perawatan nifas

dan bayi baru lahir, melalui praktik dengan menggunakan BUKU KIA.
Tujuan kelas ibu hamil diharapkan dapat jadi pedoman dan bahan

pembelajaran bagi fasilitator dalam melakukan fasilitasi pelaksana kelas ibu hamil.

MATERI PERTEMUAN KELAS IBU HAMIL

1). Materi pertemuan kelas ibu hamil I pemeriksaan kehamilan agar ibu dan janin

sehat.

2). Materi pertemuan kelas ibu hamil II : persalinan aman, nifas nyaman ibu

selamat, dan bayi sehat:

a) Tanda-tanda awal persalinan

b) Tanda-tanda persalinan (inpartu)

c) Proses persalinan

d) Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

e) KB pasca persalinan

f) Pelayanan nifas

g) Menjaga ibu bersalin dan nifas, serta bayi sehat

h) Hal-hal yang harus dihindari ibu bersalin dan nifas

i) Mitos

3). Materi pertemuan kelas ibu hamil III pencegahan penyakit, komplikasi

kehamlan, persalinan, nifas dan bayi sehat :

a) Anemia pada ibu hamil

b) Kurang energi kronis (KEK) pada ibu hamil

c) Tanda bahaya pada kehamilan

d) Tanda bahaya dan penyakit ibu nifas

e) Gangguan kejiwaan setelah melahirkan

f) Penyakit malaria

g) Cara menularan malaria


h) Infeksi menular seksual

i) Informasi menular seksual

j) Informasi dasar HIV/AIDS

k) Pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak.

4). Materi penemuan kelas ibu hamil IV Perawatan Bayi Baru Lahir agar Tumbuh

Kembang optimal

a) Tanda Bahaya Lahir Sehat

b) Perawatan Bayi baru lahir

c) Pelayanan kesehatan neonatus

d) Tanda bahaya pada bayi baru lahir

e) Cacat bawaan

f) Perawatan metode kangguru (PMK)

g) Pengrtian Asi Ekslusif dan Sukses Menyusui

h) Pemberian Imunisasi pada ibu hamil

i) Hal-hal yang harus dihindari

j) Mitos

k) Akta kelahiran

5). Materi pertemuan kelas ibu hamil V aktivitas pada ibu hamil :

a) Aktifitas

b) Manfaat aktivitas fisik sehari-hari dan latihan fisik ringan

c) Kondisi yang tidak memungkinkan ibu hamil melakukan aktivitas fisik

d) Prinsip-rinsip aktivitas fisik

e) Prinsip-prinsip latihan fisik ringan

f) Program latihan fisik

g) Gerakan latihan fisik dan olahraga yang hindari


h) Contoh gerakan pemasangan, peregangan dan pendinginan

i) Contoh senam hamil

j) Pemantauan

7). PERSALINAN

a. Pengertin Persalinan

Beberapa pengertian dari persalinan adalah sebagai berikut :

1). Persalinan adalah proses pembukaan dan menipisnya serviks dan janin

turun ke dalam jalan lahir, kelahiran adalah proses dimana janin dan

ketuban didorong keluar melalui jalan lahir. (sarwono, 2009).

2). Menurut Manuaba (2010), persalinan adalah proses pengeluaran hasil

konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup umur kehamilannya dan

dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain dengan

bantuan atau dengan kekuatan ibu sendiri.

3). Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta, dan ketuban keluar dari

uterus (JNPK-KR, 2008).

b. Sebab Mulainya Persalinan

Sebab-sebab yang menimbulkan persalinan menurut Sulisytawati (2010) :

1). Teori penurunan hormon

Saat 1-2 minggu sebelum proses melahirkan dimulai, terjadi

penurunan kadar estrogen dan progesterone. Progesterone bekerja sebagai

penenang otot-otot polos rahim. Jika kadar progesterone turun akan

menyebabkan tegangnya pembuluh darah dan menimbulkan his.


2). Teori plasenta menjadi tua

Seiring matangnya usia kehamilan, vili chorialis dalam plasenta

mengalami beberapa perubahan, hal ini menyebabkan turunnya kadar

estrogen dan progesterone yang mengakibatkan tegangnya pembuluh darah

sehingga persalinan dapat dimulai.

3). Teori distensi rahim

Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu. Setelah

melewati batas tersebut, akhirnya terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat

dimulai.

4). Teori iritasi mekanis

Di belakang serviks terletak ganglion serviks (fleksus frankenhauser, bila

ganglion ini digeser dan ditekan (misalnya oleh kepala janin), maka akan

timbul kontraksi uterus.

5). Teori oksitosin

Menurunnya konsentrasi progesterone karena matangnya usia

kehamilan menyebabkan oksitosin meningkatkan aktivitasnya dalam

merangsang otot rahim untuk berkontraksi, dan akhirnya persalinan dimulai.

6). Teori hipotalamus pituitary dan glandula suprarenalis

a) Glandula suprarenalis merupakan pemicu terjadinya persalinan.

b) Teori menunjukan, pada kehamilan dengan bayi anensefalus sering

terjadi kelambatan persalinan karena tidak terbentuknya hipotalamus.

7. Teori prostaglandin

Prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua disangga sebagai salah

satu sebab permulusan persalinan.


8. Induksi persalinan

Persalinan dapat juga ditimbulkan dengan jalan sebagai berikut :

a) Gagang laminaria : dengancara laminaria dimasukkan kedalam

kanali servikalis dengan tujuan merangsang fleksus frankenhauser.

b) Amniotomi : pemecahan ketuban

c) Oksitosin drip : pemberian oksitosin menurut tetesan per infus.

c. Macam-macam persalinan

Menurut Yanti, 2010 proses berlangsungnya persalinan dibedakan sebagai

berikut :

1). Persalinan spontan

Persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri, melalui jalan

lahir ibu tersebut.

2). Persalinan buatan

Persalinan dibantu dengan tenaga dari luar misalnya ekstrasi forecps,

atau dilakukan operasi Sectio Caesaria.

3). Persalinan anjuran

Persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya tetapi baru berlangsung

setelah pemecahan ketuban, pemberian pitocin atau prostaglandin.

d. Tanda-tanda persalinan

1). Terjadinya his persalinan

Karakter dari his persalinan :

a) Pinggang terasa sakit menjalar ke depan

b) Sifat his teratur, interval makin pendek, dan kekuatan makin besar

c) Terjadi perubahan serviks


d) Jika pasien menambah aktivitasnya, misalnya dengan berjalan, maka

kekuatannya bertambah

2). Pengeluaran lendir dan darah (penanda persalinan)

dengan adanya his persalinan, terjadi perubahan pada serviks yang

menimbulkan :

a) Pendarahan dan pembukaan

b) Pembukaan menyebabkan selaput lendir yang terdapat servikalis terlepas

c) Terjadi perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah.

3). Pengeluaran cairan

Sebagian pasien mengeluarkan air ketuban akibat pecahnya selaput

ketuban, jika ketuban sudah pecah, maka ditargetkan persalinan dapat

berlangsung dalam 24 jam. Namun jika ternyata tidak tercapai, maka

persalinan akhirnya diakhiri dengan tindakan tertentu, misalnya ekstraksi

vakum, atau sectio caesaria. (Sulistyawati, 2010).

e. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi Persalinan

Menurut Jenny Sondakh, 2013 adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

jalannya proses persalinan adalah penumpang (passenger), jalan lahir (passage),

kekuatan (power), posisi ibu (postoning), dan respons psikologis (psychology

response). Masing-masing dari faktor tersebut dijelaskan berikut ini :

1). Penumpang (Passenger)

Penumpang dalam persalinan adalah janin dan plasenta. Halhal yang

perlu diperhatikan mengenai janin adalah ukuran kepala janin, presntasi,

letak, sikap, dan posisi janin, sedangkan yang perlu diperhatikan pada

plasenta adalah letak, besar, dan luasnya.


2). Jalan Lahir (Passege)

Jalan lahir terbagi atas dua, yaitu jalan lahir keras dan jalan lahir

lunak. Hal-hal yang perlu diperhatikan dari jalan lahir keras adalah ukuran

dan bentuk tulang panggul, sedangkan yang perlu diperhatikan pada jalan

lahir lunak adalah segmen bawah uterus. Yang dapat meregang, serviks, otot

dasar panggul, vagina dan introitus vagina.

3). Kekuatan (power)

Faktor kekuatan dalam persalinan dibagi atas dua, yaitu :

1. Kekuatan primer (kontraksi involunter)

Kekuatan primer ini, mengakibatkan serviks menipis (Effacement)

dan berdilatasi sehingga janin turun.

2. Kekuatan sekunder (kontrasi volunter)

Pada kekuatan ini, otot-otot diafragma dan abdomen ibu berkontraksi

dan mendorong keluar isi ke jalan lahir sehingga menimbulkan tekanan

intraabdomen. Kekuatan sekunder tidak memengaruhi dilatasi serviks,

tetapi setelah dilaktasi lengakp, kekuatan ini cukup penting dalam usaha

mendorong keluar dari uterus dan vagina.

4). Posisi Ibu (Positioning)

Posisi ibu dapat mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisologi persalinan.

Perubahan posisi yang diberikan pada ibu bertujuan untuk menghilangkan

rasa sedih, memberi rasa nyaman, dan memperbaiki sirkulasi.

5). Respons Psikologi (Psycology Response)

Respons psikologi ibu dapat dipengaruhi oleh :

a) Dukungan ayah dan bayi/pasangan selama proses persalinan

b) Dukungan kakek-nenek (saudara dekat) selama persalinan


c) Saudara kandung bayi selama persalinan.

f. Tahapan Persalinan

1). Kala I

Menurut Yanti (2010), Kala I atau Kala Pembukaan adalah proses periode

persalinan yang dimuali dari his persalinan yang pertama sampai

mebukaan serviks menjadi lengkap.

Berdasarkan kemajuan pembukaan kala I dibagi menjadi :

a) Fase laten, yaitu fase pembukaan yang sangat lambat ialah dari 0

sampai 3 cm yang membutuhkan waktu 8 jam

b) Fase aktif, yaitu fase pembukaan yang sangat cepat yang terbagi lagi

menjadi:

(a) Fase Accelerasi (fase percepatan), dari pembukaan 3 cm sampai 4

cm yang dicapai dalam 2 jam

(b) Fase Dilaktasi Maksimal, dari pembukaan 4 cm sampai 9 cm

yang dicapai dalam 2 jam

(c) Fase Deselarasi (kurangnya kecepatan), dari pembukaan 9 cm

sampai 10 cm selama 2 jam

Menurut JNPK – KR (2008), rencana asuhan Kala I meliputi:

(a) Denyut jantung janin : setiap ½ jam.

(b) Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus : setiap ½ jam.

(c) Nadi : setiap ½ jam.

(d) Pembukaan serviks : setiap 4 jam.

(e) Penurunan bagian terbawah janin : setiap 4 jam.

(f) Tekanan darah dan temperatur tubuh : setiap 4 jam.

(g) Produksi urine, aseton dan protein : setiap 2 sampai 4 jam.


2). Kala II

Kala II atau Kala pengeluaran adalah periode persalinan yang dimulai dari

pembukaan lengkap sampai lahirnya bayi.

3). Kala III

Kala III atau kala Uri adalah persalinan yang dimulai dari lahirnya bayi

sampai lahirnya placenta.

4). Kala IV

Kala IV merupakan masa 1-2 jam setelah placenta lahir yaitu masa

dimulainya masa nifas (puerperium), mengingat pada masa ini sering

timbul perdarahan. (Yanti, 2010).

g. Mekanisme Persalinan

Menurut ayu 2011 mekanisme persalinan normal adalah proses pengeluaran

bayi dengan mengandalkan posisi, bentuk, bentuk ginjal, seta presentasi janin

lahir. Bagian terendah dari fetus akan menyesuaikan diri terhadap panggul pada

saat turun melalui jalan lahir. Kepala akan melewati rongga pangul dengan

ukuran yang menyesuikan dengan ukuran panggul. Gerakan-gerakan utama dari

mekanisme persalinan adalah sebagai berikut :

1). Penurunan kepala

Pada primigravida masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul

(PAP) biasanya sudah terjadi pada bulan terakhir dari kehamilan, tetapi

pada multigravida biasanya baru terjadi pada permulaan persalinan.

2). Fleksi kepala

Ada beberapa teori yang menjelaskan mengapa fleksi dapat terjadi.

Fleksi ini disebabkan karena anak didorong maju dan sebaiknya mendapat
tahanan dari setviks, dinding panggul atau dasar panggul. Akibat dari

keadaan ini terjadilah fleksi.

3). Putaran paksi dalam (PPD)

Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan sedemikian

rupa sehingga terendah dari bagian depan janin memutar ke depan ke

bawah simfisis.

4). Ekstensi atau defleksi kepala

Sesudah kepala janin sampai di dasar panggul dan ubun-ubun kecil

berada di bawah simfisis, maka terjadilah ekstensi dari janin. Ekstensi

kepala terjadi sebagai resultan antara dua kekuatan yaitu sebagai berikut :

1. Kekuatan uterus yang mendesak kepala lebih ke arah belakang

2. Tahanan dasar panggul yang menolak kepala lebih ke depan

5). Putaran paksi luar (PPL)

Kepala yang sudah lahir selanjutnya mengalami retitusi yaitu kepala

bayi memutar ke arah punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher

yang terjadi karena putaran paksi dalam.

6). Ekspulsi

Setelah putaran paksi luar, bahu depan sampai di bawah simfisis dan

menjadi hipomoklin untuk kelahiran bahu belakang. Setelah kedua bahu

lahir, selanjutnya seluruh badan bayi dilahirkan searah dengan sumbu jalan

lahir.
h. Laserasi Jalan Lahir

Menurut JNPK – KR (2008) laserasi diklasifikasikan berdasarkan luasnya

robekan yaitu :

1). Derajat satu dari mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, dan

otot perineum .

2). Derajat tiga dari mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, otot

perineum dan otot sfingter ani.

3). Derajat empat dari mukosa vagina, komisura postterior, kulit perineum, otot

perineum, otot sfingter ani dan dinding depan rektum.

i. Lima benang merah dalam asuhan persalinan dan kelahiran bayi

Ada lima aspek dasar, atau Lima Benang Merah, yang penting dan saling

terkait dalam asuhan persalinan yang bersih dan aman. Berbagai aspek tersebut

melekat pada setiap persalinan, baik normal maupun patologis. Lima Benang

Merah tersebut adalah :

1). Membuat keputusan klinik

Membuat keputusan merupakan proses yang menentukan untuk

menyelesaikan masalah dan menetukan asuhan yang diperlukan oleh pasien.

Keputusan itu harus akurat, komprehensif dan aman, baik bagi pasien dan

keluarganya maupun petugas yang memberikan pertolongan. Tujuan langkah

dalam membuat keputusan klinik adalah sebagai berikut :

a) Pengumpulan data utama dan relevan untuk membuat keputusan.

b) Menginterpretasikan data dan mengidentifikasi masalah.

c) Membuat diagnosis atau menentukan masalah yang terjadi atau dihadapi.

d) Menilai adanya kenutuhan dan kesiapan intervensi untuk mengatasi

masalah.
e) Menyusun rencana pemberian asuhan atau intervensi untuk solusi

masalah.

f) Melaksanakan asuhan atau intervensi terpilih.

g) Menentukan dan mengevaluasi efektifitas asuhan atau intervensi.

2). Asuhan sayang ibu

Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang menghargai budaya,

kepercayaan dan keinginan sang ibu. Salah satu prinsip dasar asuhan sayang

ibu adalah mengikut sertakan suami dan keluarga selama proses persalinan

dan kelahiran bayi.

3). Pencegahan infeksi

Tindakan pencegahan infeksi (PI) tidak dari komponen-komponen

lain dalam asuhan selama persalinan dan kelahiran bayi. Tindakan ini harus

diterapkan dalam setiap aspek asuhan untuk melindungi ibu, bayi baru lahir,

keluarga, penolong persalinan dan tenaga kesehatan lainnya dengan

mengurangi infeksi karena bakteri, virus dan jamur. Dilakukan pula upaya

untuk menurunkan resiko penularan penyakit-penyakit berbahaya yang

hingga kini belum ditemukan pengobatannya, seperti hepatitis dan

HIV/AIDS.

4). Pencacatan (Dokumentasi)

Pencacatan adalah bagian penting dari proses membuat keputusan

klinik karena memungkinkan penolong persalinan untuk terus menerus

memperhatikan asuhan yang diberikan selama proses persalinan dan

kelahiran bayi.

5). Rujukan
Rujukan adalah kondisi optimal dan tepat waktu ke fasilitas yang

memiliki sarana lebih lengkap, diharapkan mampu menyelamatkan jiwa para

ibu dan bayi baru lahir. Sangat sulit untuk menduga kapan penyulit akan

terjadi sehingga kesiapan untuk merujuk ibu atau bayinya ke fasilitas rujukan

secara optimal dan tepat waktu (jika penyulit terjadi) menjadi syarat bagi

keberhasilan uapaya penyelamatan.

Rujukan efektif adalah rujukan dengan prinsip BAKSOKUDA

Menurut JNPK-KR (2008) yaitu :

B (Bidan) : pastikan bahwa ibu atau bayi baru lahir didampingi oleh

penolong persalinan yang kompeten untuk memiliki

kemampuan menatalaksana kedaruratan obstetrik dan bayi

baru lahir untuk dibawa ke fasilitas rujukan.

A (Alat) : bawakan perlengkapan dan bahan-bahan untuk asuhan

persalinan, nifas dan bayi baru lahir (tabung suntik, selang

IV, alat resusitasi dan lain-lain) bersama ibu ke tempat

rujukan. Perlengkapan dan bahan-bahan tersebut mungkin

diperlukan jika ibu melahirkan dalam perjalanan menuju

fasilitas rujukan.

K (Keluarga) : beritahu ibu dan keluarga mengenai kondisi terkahir ibu

dan bayi dan mengapa ibu atau bayi perlu dirujuk. Jelaskan

pada mereka alasan dan tujuan merujuk ibu ke fasilitas

rujukan tersebut. Suami atau keluarga harus menemani ke

tempat rujukan.

S (Surat) : berikan surat ke tempat rujukan. Rurat ini menggambarkan

identifikasi mengenai ibu dan bayi baru lahir, cantumkan


alasan rujukan dan uraikan hasil pemeriksaan, asuhan atau

obat-obatan yang diterima ibu atau bayi baru lahir.

Lampirkan partograf kemajuan persalinan ibu saat rujukan.

O (Obat) : bawa obat-obatan yang diperlukan saat mengantar ibu ke

fasilitas rujukan.

K (Kendaraan ) : siapkan kendaraan yang paling memungkinkan untuk

merujuk ibu dalam kondisi cukup nyaman. Selain itu,

pastikan kondisi kendaraan cukup baik untuk mencapai

tujuan pada waktu yang tepat.

U (Ulang) : ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah

yang cukup untuk membeli obat-batan yang diperlukan dan

bahan-bahan kesehatan lain yang diperlukan selama ibu

atau bayi baru lahir berada di fasilitas kesehatan rujukan.

DA (Darah) : ingatkan keluarga untuk menyiapkan darah.

8). NIFAS

a. Pengertian Nifas

Masa nifas atau puerperperium berasal dari bahasa latinnya yaitu dari kata

“Puer” yang artinya bayi dan “Parous” yang artinya melahirkan.

1. Masa nifas adalah masa putih kembali, mulai dari persalinan selesai hingga

alat-alat kandungan kembali seperti prahamil. (Bahiyatun, 2009).

2. Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta,

serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan

seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 mingu . (Siti saleha,

2009).
3. Masa nifas merupakan masa dumulai setelah plasenta lahir dan berakhir

ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil dan

berlangsung selama kira-kira 6 minggu. (Eny Ratna, 2010).

4. Masa nifas merupakan masa setelah melahirkan bayi dan plasenta sampai 6

minggu atau 49 hari. (Reni, 2015)

b. Tujuan Asuhan Masa Nifas

1). Memulihkan kesehatan umum penderita

a. Menyediakan makanan sesuai kebutuhan.

b. Mengatasi anemia.

c. Mencegah infeksi dengan memperhatikan kebersihan personal hygiene.

d. Mengembalikan kesehatan umum dengan pergerakan tubuh untuk

memperlancar peredaran darah.

2). Mempertahankan kesehatan psikologis.

3). Mencegah infeksi dan komplikasi.

4). Memperlancar pembentukan air susu ibu (ASI).

5). Mengajarkan ibu untuk melaksanakan perawatan mandiri sampai masa

nifas selesai dan memelihara bayi dengan baik, sehingga bayi dapat

mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang normal. (Bahiyatun,

2009).

c. Tanda bahaya masa Nifas

Tanda-tanda bahaya pada masa nifas menurut Sri Astuti (2015) yaitu:

1). Perdarahan Hebat

2). Mengeluarkan gumpalan darah

3). Pusing
4). Lemas yang berlebihan

5). Suhu tubuh ibu > 380C

6). Nyeri perut atau lochea berbau

7). Kejang-kejang.

Apabila ibu terdapat satu atau lebih tanda bahaya seperti diatas, maka ibu

berada dalam bahaya.

d. Tahapan Masa Nifas

Menurut Eny Ratna, 2008, adapun tahapan dalam masa nifas adalah sebagai

berikut :

1). Puerpurium Dini

Puerpurium dini adalah Kepulihan dimana ibu telah dipernolehkan berdiri

dan berjalan-jalan, dan dalam agama islam dianggap telah bersih dan boleh

bekerja setelah 40 hari.

2). Puerpurium intermedikal

Peurpurium intermedikal adalah keputihan menyeluruh alat-alat genetalia

eksterna dan interna yang lamanya 6-8 minggu. Alat genetalia tersebut

meliputi uterus, bekas implantasi plasenta, luka jalan lahir, cervix,

endometrium, dan ligamen-ligamen.

3). Remode Puerpurium

Remode puerpurium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat

sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai

komplikasi. Waktu itu sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan,

tahunan.

e. Perubahan Fisiologis
Menurut Yetty, 2010, adapun perubahan-perubahan dalam masa nifas adalah

sebagai berikut :

1). Perubahan sistem reproduksi

a) Involusi Uterus

1. Pengertian

Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana

uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram.

Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-

otot polos uterus.

2. Proses involusi uteri

Pada akhir kala III persalinan, uterus berada digaris tengah, kira-

kira 2 cm di bawah umbilicus dengan bagian fundus bersandar pada

promotorium sakralis. Pada saat besar uterus sewaktu usia kehamilan

16 minggu dengan brat badan 1000 gram.

3. Bagian bekas implantasi plasenta

4. Perubahan-perubahan normal pada uterus selama post partum.

Tabel 1.4 Perubahan yang terjadi pada uterus

Waktu TFU Bobot Diameter Palpasi


Uterus Uterus servik

Pada akhir Setinggi 900-1000 12,5 cm Lembut


persalinan pusat gram /lunak

Akhir ½ pusat 450-500 7,5 cm 2 cm


minggu ke- sympisis gram
1
Akhir Tidak 200 garm 5,0 cm 1 cm
minggu ke- teraba
2
Akhir Normal 60 gram 2,5 cm Menyempit
minggu ke-
3
b) Iochea

Lochea adalah eksresi cairan rahim selama masa nifas. Lochea

mengandung darah dan sisa jaringan desida yang nekrotik dari dalam

uterus. Lochea mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat membuat

organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada

pada vagina normal. Lochea mempunyai bau yang amis (anyir)

meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda-beda pada

setiap wanita.

Tabel 1.5 Pengeluaran lochea berdasarkan waktu dan wananya

Lochea Waktu Warna Ciri-ciri


Rubra 1-3 hari Merah Terdiri dari darah
(Kruenta) kehitaman segar, jaringan sisa-
sisa plasenta, dinding
rahim, lemak bayi,
lanugo (rambut bayi)
dan sisa mekonium.
Sanginolenta 4-7 hari Merah Sisa darah bercampur
kecoklatan lendir.
dan berlendir
Sarosa 7-14 hari Kuning Lebih sedikit daah
kecoklatan lebih banyak serum,
juga terdiri dari
leukosit dan
robekan/aserasi
plasenta.
Alba >14 hari Putih Mengandung
berlangsung 2-6 leukosel dsidua dan
postpartum sel epitel, selaput
lendir serviks dan
serabut jaringan yang
mati.
Lochea Terjadi infeksi keluar
purulenta cairan seperti nanah
bercampur busuk.
Lochiastasis Lochea tidak lancar
keluarnya.
(Yetti, 2010)

c) Cerviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah

persalinan, ostium eksterna dapat dimasuki oleh 2 hingga 3 jari tangan,

setelah 6 minggu persalinan serviks menutup.

d) Vulva dan vagina

Vulva vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat

besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama

sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan

kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan

tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan

muncul kembali sementara labia menjadi lebih menonjol.

e) Perineum

Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena

sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju.

Pada psot natal hari ke 5, perineum sudah mendapatkan kembali

sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur dari pada keadaan

sebelum melahirkan.

f) Rahim

Setelah melahirkan rahimakan berkontraksi (gerakan meremas)

untuk mendapatkan dinding rahim sehingga tidak terjadi perdarahan,

kontraksi inilah yang menimbulkan rasa mulas pada perut ibu.

Berangsung-angsur rahim akan mengecil seperti sebelum hamil, sesaat

setelah melahirkan normalnya rahim teraba keras setinggi 2 jari

dibawah pusar, 2 pekan setelah melahirkan rahim sudah tak teraba, 6

pekan akan pulih seperti semula.

2). Perubahan sistem pencernaan


Kerapkali diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali

normal. Meskipun kadar progesteron menurun setelah melahirkan, namun

asupan makanan juga mengalami penurunan selama satu atau dua hari,

gerak tubuh berkurang dan usus bagian bawah sering kosong

3). Perubahan sistem perkemihan

Buang air kecil sering sulit selama 2 jam pertama. Kemungkinan

terdapat spasine efingter dan edema leher buli-buli sesudah bagian ini

mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang pubis selama

persalinan. Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12-

36 jam sesudah melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormon

estrogen yang bersifat menahan air akan mengalami penrunan yang

mencolok. Keadaan ini menyebabkan deuresis. Ureter yang berdilatasi akan

kembali normal dalam tempo 6 minggu.

4). Perubahan sistem musculoskeletal

Ambulasi pada umumnya di mulai 4-8 jam post partum. Ambulasi

dini sangat membantu untuk mencegah komlikasi dan mempercepat proses

involusi.

5). Perubahan endokrin

Kadar estrogen menurun 10% dalam waktu sekitar 3 jam post partum.

Progesteroneturun pada hari ke 3 post partum. Kadar prolaktin dalam darah

berangsur-angsur hilang.
6). Perubahan tanda-tanda vital

a. Suhu

Suhu hari (24 jam) post partum suhu badan akan naik sedikit

(37,50C-380C) sebagai akibat kerja keras aktu melahirkan, kehilangan

cairan dan kelelahan.

b. Nadi

Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali permenit.

Sehabis melahirkan biasanya denyut nadi itu akan lebih cepat.

c. Tekanan darah

Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah

setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan.

d. Pernafasan

Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan

denyut nadi. Bila suhu dan denyut nadi tidak normal, pernafasan jika

juga akan mengikutinya, kecuali ada gangguan khusus pada saluran

nafas.

7). Perubahan sistem kardiovaskuler

Setelah terjadi diuresis yang mencolok akibat penurunan kadar

estrogen, volume darah kembali kepada keadan tidak hamil. Jumlah sel

darah merah dan hemoglobin kembali normal pada hari ke-5.

Meskipun kadar estrogen mengalami penurunan yang sangat besar

selama masa nifas, namun kadarnya masih tetap lebih tinggi dari pada

normal. Plasma darah tidak begitu mengandung cairan dan dengan

demikian daya koagulasi meningkat. Pembekuan darah harus dicegah

dengan penanganan yang cermat dan penekanan pada ambulasi dini.


8). Perubahan hematologi

Penurunan volume dan peningkatan sel darah pada kehamilan

diasosiasikan dengan peningkatan hematokrit dan hemoglobin pada hari ke

3-7 post partum dan kembali normal dalam 4-5 minggu post partum. (Yetty,

2010).

f. Perubahan Psikologi

Proses adaptasi psikologi pada seorang ibu sudah dimulai sejak dia

hamil. Wanita hamil dan akan mengalami perubahan psikologi yang nyata

sehingga memerlukan adaptasi pada awal kehamilan ibu beradaptasi menerima

bayi yang dikandungnya sebagai bagian dari dirinya. Seorang wanita setelah

sebelumnya menjalani fase sebagai anak kemudian berubah menjadi istri, dan

sebentar lagi dia harus sersiap menjadi ibu. Proses adaptasi ini memerlukan

waktu untuk bisa menguasi perasaan dan pikirannya, seiring dengan

bertambahnya usia kehamilan perubahan tubuh yang dialami oleh seorang

wanita juga mempengaruhi kondisi psikologinya. Badan langsing yang dulu

dimiliki berubah menjalani overweiht, ketidaknyamanan sebagai akibat dari

perubahan tubuh juga kerap dirasakan.

Menjelang proses kelahiran, kecemasan seorang wanita dapat

bertambah. Gambaran tentang proses persalinan yang diceritakan lain dapat

menambah kegelisahannya. Kehadiran suami dan keluarga yang menemani

selama proses berlangsung merupakan dukungan yang tidak ternilai harganya

untuk mengurangi ketegangan dan kecemasan tersebut.

Setelah persalinan yang merupakan pengalaman unik yang dialami ibu,

masa nifas juga merupakan salah satu fase yang memerlukan adaptasi psikologi.

Ikatan antara ibu dan bayi yang sudah lama terbentuk sebelum kelahiran akan
semakin mendorong wanita untuk menjadi ibu yang sebenarnya. Inilah

pentingnya rawat gabung atau rooming in pada ibu nifas agar ibu dapat leluasa

menumpuhkan segala rasa kasih sayang kepada bayinya tidak hanya dari segi

psikologi seperti menatap, mencium, menimang sehingga kasih sayang ibu

dapat terus terjaga.

Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi yang harus dijalani.

Tanggung jawab bertambah dengan hadirnya bayi yang baru lahir. Dorongan

serta perhatian anggota keluarga lainnya merupakan dukungan positif untuk ibu.

Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase

sebagai berikut :

1). Fase taking in

Pada fase ini, ibu sedang berfokus terutama pada dirinya sendiri. Ibu

akan berulang kali menceritakan proses persalinan yang dialaminya dari awal

sampai akhir. Ibu perlu bicara tentang diri

sendiri. Ketidaknyamanan fisik yang dialami ibu pada fase ini seperti mules,

nyeri pada jahitan, kurang tidur dan kelelahan merupakan sesuatu yang tidak

dapat dihindari. Hal tersebut membuat ibu perlu cukup istirahat untuk mencegah

gangguan psikologis yang mungkin dialami, seperti mudah tersinggung,

menangis. Hal ini membuat ibu cenderung menjadi pasif terhadap

lingkungannya. Kehadiran suami atau keluarga sangat di perlukan pada fase ini.

Gangguan psikologis yang mungkin dialami oleh ibu adalah:

a) Kekecewaan karena tidak mendapatkan apa yang diinginkan tentang

bayinya misal jenis kelamin tertentu, warna kulit, jenis rambut dan lain-lain.
b) Ketidaknyamanan sebagai akibat dari perubahan fisik yang dialami ibu

misal rasa mules karena rahim berkontraksi untuk kembali pada keadaan

semula, payudara bengkak, nyeri luka jahitan.

c) Rasa bersalah karena tidak menyusui bayinya.

d) Suami atau keluarga yang mengkritik ibu tentang cara merawat bayi dan

cenderung melihat saja tanpa membantu, Ibu merasa tidak nyaman karena

sebenarnya hal tersebut bukan hanya tanggung jawab ibu semata.

2). Fase taking hold

Pada fase ini ibu timbul rasa khawatir akan ketidaknyamanan dan rasa

tanggung jawabnya dalam merawat bayi.

3). Fase letting go

Fase letting go yaitu penerimaan tanggung jawab akan peran barunya.

Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Ibu

memahami bahwa bayi butuh di susui sehingga siap terjaga untuk memenuhi

kebutuhan bayinya. Ibu akan lebih percaya diri dalam menjalani peran

barunya, pendidikan kesehatan yang kita berikan pada fase sebelumnya akan

sangat berguna bagi ibu. Dukungan suami dan keluarga masih di perlukan

ibu. (Suherni, 2009).

g. Kesehatan Dasar Ibu Nifas

a. Gizi

1. Makan dengan diet berimbang, cukup karbohidrat, protein, lemak,

vitamin dan mineral.

Menurut buku yang ditulis oleh Atikah (2009), ibu dengan pasca

persalinan harus mengonsumsi makanan yang bermutu, bergizi dan


cukup kalori. Sebaiknya, makan-makanan yang mengandung protein,

banyak cairan, sayur-sayuran dan buah-buahan.

Sedangkan menurut buku yang ditulis oleh Saifuddin (2009), ibu

menyusui harus mengonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari, makan

dengan diet seimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin

yang cukup, minum sedikitnya 3 liter air setiap hari.

2. Mengkonsumsi vitamin A dalam bentuk suplementasi dapat

meningkatkan kualitas ASI, meningkatkan daya tahan tubuh dan

meningkatkan kelangsungan hidup anak.

b. Kebersihan diri

1. Menjaga kebersihan seluruh tubuh.

2. Mengajarkan ibu cara membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan

air.

3. Menyarankan ibu mengganti pembalut setiap kali mandi, BAB/BAK,

paling tidak dalam waktu 3-4 jam supaya ganti pembalut.

4. Menyarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebel

menyentuh daerah kelamin.

5. Pada ibu post section caesaria (SC) luka tetap dijaga agar tetap bersih

dan kering, tiap hari diganti balutan.

c) Kebersihan bayi

1. Memandikan bayi 2 kali sehari tiap pagi dan sore.

2. Mengganti pakaian bayi tiap habis mandi dan tiap kali basah atau kotor

karena BAB/BAK.

3. Menjaga pantat dan daerah kelamin bayi agar selalu bersih dan kering.

4. Menjaga tempat tidur bayi selalu bersih dan hangat.


5. Menjaga alat apa saja yang dipakai bayi agar selalu bersih.

d) Istirahat dan tidur

1. Istirahat yang cukup untuk mengurangi kelelahan.

2. Tidur siang atau istirahat selagi bayi tidur.

3. Mengatur kegiatan rumahnya sehingga dapat menyediakan untuk

istirahat pada siang kira-kira 2 jam dan malam 7-8 jam. (Suherni,

2009).

h. Program dan Kebijakan Teknis Masa Nifas

Menurut Reni (2015), kunjungan masa nifas dilakukan paling sedikit empat kali

kunjungan, dengan tujuan :

1. Kunjungan 1 (6-8 jam masa nifas)

a) Mencegah terjadinya perdarahan masa nifas.

b) Memberikan konseling kepada ibu atau salah satu anggota keluarga

mengenai bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia

uteri.

c) Pemberian ASI pada masa awal menjadi ibu.

d) Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.

e) Menjaga bayi tetap hangat cara membedakannya dengan kain.

2. Kunjungan 2 (6 hari masa nifas)

a) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, tidak

ada perdarahan abnormal dan tidak ada bau.

b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau kelainan pasca

persalinan.

c) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan, dan istirahat.


d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda-tanda

penyulit.

e) Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi cara

merawat tali pusat, dan bagaimana menjaga bayi agar tetap hangat.

3. Kunjungan 3 (2 minggu masa nifas)

a) Memastikan involusi uterus berjalan normal,

b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau kelainan pasca

persalinan.

c) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan, dan istirahat.

d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda-tanda

penyulit.

e) Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi cara

merawat tali pusat, dan bagaimana menjaga bayi agar tetap hangat.

4. Kunjungan 4 (6 minggu masa nifas)

a) Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang dialami bayinya.

b) Meberikan konseling untuk KB secara dini.

i. Peran dan tanggung jawab Bidan dalam Masa Nifas

Peran dan tanggung jawab bidan antara lain sebagai berikut :

1). Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan

2). Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara

mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang

baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman.

3). Memfasilitasi hubungan dan ikatan batin antara ibu dan bayi.

4). Memulai dan mendorong pemberian ASI. (Eny Retna, dkk. 2010).
Menurut buku yang ditulis oleh Elisabeth, dkk (2015). Pada persalinan

normal adalah berkemih dan buang air besar tidak mengalami hambatan

apapun. Kebanyakan pasien dapat melakukan BAK secara spontan setelah

melahirkan. Sedangkan bila 3-4 pasca persalinan belum BAB, sebaiknya

dilakukan dan diberikan obat rangsangan per oral atau per rektal.

Menurut Saleha (2009), masa nifas atau puerperium adalah masa setelah

partus selesai sampai pulihnya kembali alat-alat kandungan seperti sebelum

hamil, lamanya masa nifas ini yaitu kira-kira 6-8 minggu.

Menurut teori Yetty (2010), pada kebijakan program nasional masa nifas

pada 6 hari setelah persalinan yaitu : memastikan involusi uteri berjalan normal

uterus berkontraksi fundus di bawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal,

tidak ada bau, menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan

abnormal, memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan

tanda-tanda penyulit pada bagian payudara ibu, memberikan konseling pada ibu

mengenai asuhan pada bayi tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat

bayi sehari-hari.

9). BAYI BARU LAHIR

a. Pengertin bayi baru lahir

a) Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang

kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37

minggu samapi dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram,

nilai apgar >7 dan tanpa cacat bawaan. (Yeyeh, 2013).

b. Karakteristik bayi baru lahir

Menurut Jenny J. S. Sondakh, 2013 bayi baru lahir normal dikatakan normal

jika termasuk dalam kriteria sebagai berikut :


1). Berat badan lahir bayi antara 2500-4000 gram.

2). Panjang dada bayi 48-50 cm.

3). Lingkar dada bayi 32-34 cm.

4). Lingkar kepala bayi 33-35 cm.

5). Bunyi jantung dalam permenit kurang lebih 180x/menit, kemudian turun

sampai 140-120 x/menit pada saat bayi umur 30 menit.

6). Pernafasan cepat pada menit-menit pertama kira-kira 80 x/menit.

7). Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup terbentuk

dan dilapisi verniks kaseosa.

8). Rambut lanugo telah hilang, rambut kepala tumbuh baik.

9). Kuku telah agak panjang dan lemas.

10). Genetalia: testis sudah turun (bayi laki-laki) dan labiya mayora telah

menutupi labia minora (bayi perempuan).

11). Reflek isap, menelan, dan moro telah terbentuk.

12). Eliminasi, urin, dan mekonium normalnya keluar pada 24 jam pertama.

Mekonium memiliki karakteristik hitam kehijauan dan lengket.

Menurut muslihatun, dkk. (2009), masa neonatal adalah masa sejak lahir

sampai 4 minggu (28 hari) setelah melahirkan neonatus adalah berumur 0 (baru

lahir) samapi dengan usia 1 bulan sesudah lahir. Neonatus dini adalah bayi

berusia 0-7 hari, neonatus lanjut adalah bayi berusia 7-28 hari.

Bayi lahir normal adalah bayi yang lahir cukup bulan, 38-42 minggu

dengan berat badan sekitar 2500-4000 gram dan panjang badan sekitar 50-55

c. Penilaian atau skoring pada bayi baru lahir

Pengkajian pertama pada seorang bayi yang di lakukan pada saat lahir

adalah dengan menggunakan sistem penilaian atau skoring APGAR dan


pemeriksaan fisik singkat. Nilai APGAR merupakan suatu sistem yang di

gunakan untuk mengevaluasi bayi batu lahir pada menit pertama dan kelima

setelah bayi lahir.

Jumlah nilai keseluruhan di dapatkan dengan cara mengevaluasi lima

tanda/aspek yang menunjukan kondisi sisiologis bayi baru lahir setelah

kelima/aspek tersebut merupakan akronim dari istilah APGAR yaitu :

Tabel 1.6 Apgar Score

No Tampilan 0 1 2

1. Apperance (warna kulit) Pucat Badan Seluruh


merah, tubuh
ekstremitas kemerahan
kebiruan
2. Pulse (denyut jantung/nadi) Tidak ada < 100
denyut x/menit
jantung
3. Grimace Tidak ada Menyeringai Batuk
(menyeringai/reaksi/rangsangan) respon/reaksi bersin
4. Activity Tidak ada Ekstremitas Gerakan
gerakan sedikit aktif
fleksi
5. Respiration (pernafasan) Tidak ada Lemah, Menangis
pernafasan tidak teratur kuat
(Maryunani, 2008)

d. Penanganan bayi baru lahir

Menurut JNPK-KR, 2008 Asuhan Bayi Baru Lahir antara lain :

a) Pencegahan infeksi

BBL sangat rentan terhadap infeksi mikroorganisme yang terpapar

atau terkontaminasi selama proses persalinan berlangsung maupun beberapa

saat setelah lahir, maka sebelum menangani BBL, pastikan penolong

persalinan dan pemberi asuhan BBL telah melakukan upaya pencegahan

infeksi beriku :

1). Cuci tangan dengan seksama dan setelah bersentuhan dengan bayi.
2). Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi.

3). Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan, terutama klem,

gunting, penghisap lendir DeLee, alat resusitasi dan benang tali pusat

telah di Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) atau sterilisasi.

4). Pastikan semua pakaian bayi sudah dalam keasaan bersih.

Dekontaminasi dan cuci bersih semua peralatan, setiap kali setelah

digunakan.

b) Penilaian Bayi Baru Lahir

Segera setelah lahir, letakan bayi di atas kain bersih dan kering yang

disiapkan pada perut bawah ibu. Segera lakukan penilaian awal :

1). Apakah bayi cukup bulan ?

2). Apakah ait ketuban jernih, tidak bercampur mekonium ?

3). Apakah bayi menangis atau bernafas ?

4). Apak tonus otot bayi baik ?

c) Mencegah Kehilangan Panas

Cegah terjadi kehilangan panas melalui upaya sebagai beriku :

1). Keringkan tubuh bayi tanpa memberishkan verniks.

2). Letakan bayi di dada ibu agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi.

3). Jangan segera memandikan bayi sebelum 6 jam setelah melahirkan.

4). Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat.

5). Bayi jangan dibedong.

d) Lakukan Inisiasi Menyusu Dini

1). Langkah Menyusu Dini (IMD)

a) Bayi harus mendapatkan kontak kulit dengan ibunya segera setelah

lahir selama paling sedikit satu jam.


b) Bayi harus dibiarkan untuk melakukan IMD dan ibu dapat

mengenali bahwa bayinya siap untuk menyusu serta memberi

bantuan jika diperlukan.

c) Menunda semua prosedur lainnya yang harus dilakukan pada bayi

baru lahir hingga inisiasi menyusui selesai dilakukan. Prosedur

tersebut seperti : pemberian salep/tetes mata, pemberian vitamin

K1, menimbang dan lain-lain.

2). Keuntungan Inisiasi Menyusu Dini Bagi Ibu dan Bayi

1. Bagi bayi

a) Mempercepat keluarga kolostrum yaitu makanan dengan

kualitas dan kuantitas optimal untuk bayi.

b) Mengurangi infeksi dengan kekebalan paasi (melalui

kolostrum) maupun aktif.

c) Mengurangi 22% kematian bayi berusia 28 hari kebawah.

d) Meningkatkan keberhasilan menyusui secara eksklusif dan

lamanya bayi di susui. Membantu bayi mengkoordinasikan

kemampuan isap, telan, dan nifas. Refleks menghisap awal

pada bayi paling kuat dalam beberapa jam pertama setelah

lahir.

e) Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi.

f) Mencegah kehilangan panas.

2. Bagi ibu

a. Pengaruh Oksitosin

1). Membantu kontraksi uterus sehingga menurun resiko

perdarahan pasca persalinan.


2). Merangsang pengeluaran kolostrum dan meningkatkan

produksi ASI.

3). Membantu ibu mengatasi sterss sehingga ibu merasa lebih

tenang dan tidak nyeri pada saat plasenta lahir dan

prosedur pasca persalinan lainnya.

b. Pengaruh prolaktin

1). Meningkatkan produksi ASI.

2). Menunda evulasi.

e) Berikan Vitamin K1

Pemberian vitamin K1 mg secara intra muskuler di paha kiri setelah IMD.

Tujuannya untuk mencegah perdarahan yang disebut juga perdarahan. Akibat

Defesiensi Vitamin K (PDVK). Perdarahan dapat terjadi beberapa bagian tubuh

bayi seperti pada otak, kulit, mata, talipusat, hidung, telinga dan saluran

pencernaan.

f) Perawatan Mata

Berikan tetes mata yang mengandung tetrasiklin 1% dengan tujuan untuk

mencegah infeksi/kerusakan pada mata yang disebabkan oleh bakteri. Bakteri

tersebut adalah Gonorea (Neisseria gonorrhea) dan klamidia (Chlamydia

trachomatis), yang dapat ditularkan dari ibu ke anak saat melahirkan. Cara

pemberiannya yaitu teteskan satu kali pada setiap mata, dan dibiarkan setelah

proses Inisiasi Menyusui Dini dan bayi selesai menyusu, apabila diberikan > 1

jam setelah melahirkan maka kurang efektif.

g) Pemberian Imunisasi

Imunisasi Hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi Hepatitis B

(kerusakan hati) terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu dan bayi,
pemberian imunisasi Hepatitis B 0,5 ml intra muskuler, di paha kanan antero

lateral. Imunisasi Hepatitis B pertama diberikan 1-2 jam setelah pemberian

Vitamin K, pada saat bayi baru berumur 2 jam. Pada bayi yang terlahir dari ibu

dengan Hbsg positif pemberian imunisasi HB0 di berikan 1 jam setelah

pemberian HBIG pada bayi baru lahir.

Vaksinasi bayi Hepatitis B :

a) Semua bayi yang terlahir dari ibu dengan HbsAg positif harus mendapatkan

vaksinasi Hepatitis B dan immuneglobulin (Hepatitis B immuneglobulin

/HBIG 0,5 ml yang diberikan dengan tempat vaksinasi), saat bayi berusia

kurang dari 12 jam setelah dilahirkan. Selanjutnya, vaksin diberikan sesuai

jadwal sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1.7 Jadwal pemberian Vaksinasi dan Immunoglobulin pada bayi dengan Berat
Badan >2000 Gram yang lahir dari ibu dengan beberapa kemungkinan status
HbsAg. (Dr.J.B.Suharjo, 2010).
Status HbsAg Vaksinasi Vaksinasi Keterangan
ibu Periode Usia bayi
pemberian
Positif Pertama < 12 jam Immunoglobulin
(o,5 ml)
Kedua 1-2 bulan
Ketiga 6 bulan
Tidak diketahui Pertama <12 jam
Kedua 1-2 bulan
Ketiga 6 bulan
Negatif Pertama Sebelum
meninggalkan
rumah sakit
Kedua 1-2 bulan
Ketiga 6-18 bulan

b) Bagi bayi dengan berat badan kurang dari 2.000 gram (prematur) yang

terakhir dari ibu dengan HbsAg positif, mengingat sistem kekebalan

tubuhnya tidak sebaik bayi dengan berat badan lebih dari 2.000 gram, cara

pemberian vaksinasi dan immunoglobulin sedikit berbeda.


Menurut Saefudin (2009), asuhan bayi baru lahir adalah asuhan yang

diberikan pada bayi tersebut selama jam pertama setelah kelahiran, sebagian

besar bayi yang baru lahir akan menunjukan usaha bernafas secara sepontan.

Menurut Marni (2012), pemberian ASI sebaiknya sesering mungkin tidak

perlu dijadwal, bayi disusui sesuai dengan keingnannya (on demand).

e. Perubahan yang terjadi pada bayi baru lahir

1). Adaptasi pernafasan

Pernafsan pertama pada bayi normal terjadi pada waktu 30 detik setelah

kelahiran. Pernafsan ini timbul sebagai akibat aktivitas normal sistem saraf

pusat dan perifer yang dibantu oleh beberapa rangsangan lainnya. Semua ini

menyebabkan perangsangan pusat pernafasan otak yang melanjutkan

rangsangan tersebut untuk menggerakan diagfragma, serta otot-otot lainnya.

Tekanan rongga dada bayi pada saat melalui jalan lahir pervaginam

mengakibatkan paru-paru kehilangan 1/3 dari cairan yang terdapat

didalamnya sehingga tersisa 80-100 ml. Setelah bayi lahir, cairan yang hilang

tersebut akan diganti dengan udara.

2). Adaptasi kardiovaskuler

Dengan berkembangnya paru-paru, pada alveoli akan terjadi peningkatan

tekanan oksigen. Sebaliknya, tekanan karbon dioksida akan mengalami

penurunan. Hal ini mengakibatkan terjadinya penurunan resistensi pembuluh

darah dari arteri pilmonalis mengalir ke paru-paru dan duktus arteriosus

tutup. Setelah tali pusat dipotong, aliran darah dari plasenta terhenti dan

foramen ovale tertutup.

3). Perubahan termoregulasi dan metabolic


Sesaat sesudah bayi lahir, ia akan berada ditempat yang suhunya lebih

rendah dari dalam kandungan dan dalam keadaan basah. Bila bayi dibiarkan

dalam suhu kamar 250C, maka bayi akan kehilangan panas melalui evaporasi,

konveksi, konduksi, dan radiasi sebanyak 200 kalori/KgBB/ menit.

4). Adaptasi neurologis

Sistem neurologis bayi secara anatomik atau fisiologi belum berkembang

sempurna.

5). Bayi baru lahir menunjukan gerakan-gerakan tidak teroorginasi pengaturan

suhu yang labil, kontrol otot yang buruk, mudah terkejut, dan tremor pada

ekstemitas.

6). Perkembangan neonatus terjadi cepat, saat bayi tumbuh, perilaku yang lebih

komleks (Misalnya : kontrol kepala, tersenyum, dan meraih dengan tujuan)

akan berkembang.

7). Reflek bayi baru lahir merupakan indikator penting perkembangan normal.

8). Adaptasi gastrointestinal

Kadar gula darah tali pusat 65 mg/100 ml, akan menurun menjadi 50

mg/100 ml, dalam waktu 2 jam sesudah lahir, energi tambahan yang

diperlukan neonatus pada jam-jam pertama sesudah lahir diambil dari hasil

metabolisme asam lemak sehingga kadar gula akan mencapai 120 mg/100

ml. Bila perubahan glukosa menjadi glikogen meningkat atau adanya

gangguan metabolisme asam lemak yang tidak dapat memenuhi kebutuhan

neonatus, maka kemungkinan besar bayi mengalami hipoglikemi.

9). Adaptasi ginjal

a. Laju fitrasi glomerulus relatif rendah pada saat lahir disebabkan oleh

tidak adekuatnya area permukaan kapiler glomerulus.


b. Meskipun keterbatasan ini mengancam bayi baru lahir yang normal,

tetapi menghemat kapasitas bayi untuk berespons terhadap stresor.

c. Penurunan kemampuan untuk mengekskresikan obat-obatan dan

kehilangan cairan yang berlebihan mengakibatkan asidosis dan

ketidakseimbangan cairan.

d. Sebagian besar bayi baru lahir berkemih dalam 24 jam pertama setelah

lahir dan 2-6 kali sehari pada 1-2 hari pertama, setelah itu mereka

berkemih 5-20 kali dalam 24 jam.

e. Urin dapat keruh karena lendir dan garam asam urat, noda kemerahan

(debu batu bata) dapat diamati pada popok karena kristal asam urat.

10). Adaptasi hati

a. Selama kehidupan janindan sampai tingkat tertentu setelah lahir, hati

terus membantu pembentukan darah.

b. Selama pendek neonatus, hati memproduksi zat yang esensial untuk

pembekuan darah.

c. Penyimpanan zat besi ibu cukup memadai bagi bayi sampai 5 bulan

kehidupan ekstraterin, pada saat ini bayi baru lahir menjadi rentan

terhadap defisensi zat besi.

d. Hati juga mengontrol jumlah bilirubin tak terkonjugasi yang

bersirkulasi, pigmen berasal dari hemoglobin dan dilepaskan

bersamaan dengan pemecahan sel-sel merah.

e. Bilirubin tak berkonjugasi dapat meninggalkan sistem vaskuler dan

menembus jaringan ekstravaskuler lainnya (misalnya : kulit, sklera, dan

membran mukosa oral) mengakibatkan warna kuning disebabkan

warna kuning disebut ikterus.


f. Pada stres dingin yang lama, glikolisis anaerobik terjadi yang

mengakibatkan peningkatan produksi asam. Asam lemak berlebihan

menggeser bilirubin dari tempat-tempat pengikatan albumin.

Peningkatan kadar bilirubin tidak berikatan yang besirkulasi

mengakibatkan peningkatan resiko ikterus bahkan pada kadar bilirubin

srum 10 mg/dl atau kurang.

11). Adaptasi imun

a) Bayi baru lahir tidak dapat membatasi organisme penyerang dipintu

masuk.

b) Imaturitas jumlah sistem perlindungan secara signifikan meningkatkan

resiko infeksi pada periode bayi baru lahir.

c) Respons inflmasi berkurang, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.

d) Fagotisosis lambat.

e) Keasaman lambung dan produksi papsin dan tripsin belum berkembang

sempurna usia 3-4 minggu.

f) Imunoglobin A hilang dari saluran pernafsan dan perkemihan kecuali

jika bayi tersebut menyusu ASI, IgA juga tidak terhadap dalam saluran

GI.

g) Infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas selama

periode.

Menurut Muslihatun, dkk (2009), Pengkajian atau pemeriksaan fisik pada

bayi dilakukan secara menyeluruh. Pengkajian ini bertujuan untuk mengkaji

adaptasi bayi baru lahir dan memastikan bayi dalam keadaan normal atau

mengalami penyimpangan.

f. Tanda bahaya bayi baru lahir


Tanda bahaya bayi baru lahir JNPK-KR, 2008 :

1). Tidak dapat menetek.

2). Kejang.

3). Bayi bergerak hanya jika dirangsang.

4). Kecepatan nafas (> 60 kali/menit) / lambat (< 30 kali/menit).

5). Tarikan dinding dada yang dalam.

6). Suhu aksila demam (> 37,50C) / dingin (< 360C).

7). Merintih.

8). Nanah banyak dimata.

9). Pusar kemerahan / diare.

10). Sianosis.

10) KELUARGA BERENCANA (KB)

a. Pengertian

Menurut WHO (World Health Organisation) expert committe 1970 :

keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk

menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mengatur interval diantara

kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur

suami istri serta menentukan jumlah anak dalam keluarga. (Suratun,dkk, 2008).

b. Tujuan KB

Gerakan KB dan pelayanan kontrasepsi memiliki tujuan :

1). Tujuan demografi yaitu mencegah terjadinya ledakan penduduk dengan

menekan laju pertumbuhan penduduk dan hal ini tentunya akan diikuti

dengan menurunkan angka kelahiran.


2). Mengatur kehamilan dengan menunda perwakinan, menunda kehamilan

anak pertama dan menjarangkan kehamilan setelah kelahiran anak pertama

serta menghentikan kehamilan bila dirasakan anak telah cukup.

3). Married Conseling atau nasehat perkawinan bagi remaja atau pasangan

yang akan menikah dengan harapan bahwa pasangan akan mempunyai

pengetahuan dan pemahaman yang cukup tinggi dalam membentuk

keluarga yang bahagia dan berkualitas.

4). Tercapainya NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera) dan

membentuk keluarga berkualitas, keluarga berkualitas artinya suatu

keluarga yang harmonis, sehat, tercukupi sandang, pangan, papan,

pendidikan dan produktif dari segi ekonomi.

c. Sasaran KB

Sasaran langsung yaitu : pasanagn Usia Subur (PUS) yaitu pasangan yang

wanitanya berusia 15-49 tahun, karena kelompok ini merupakan pasangan yang

aktif melakukan hubungan seksual dan setiap kegiatan seksual dapat

mengakibatkan kehamilan. PUS diharapkan secara bertahap menjadi peserta KB

yang aktif lestari sehingga memberi efek langsung penurunan fertilisasi.

Sasarn tidak langsung :

1. Kelompok remaja usia 15-19 tahun, remaja ini memamng bukan merupakan

target untuk menggunakan alat kontrasepsi secara langsung tetapi

merupakan kelompok yang beresiko untuk melakukan hubungan seksual

akibat telah berfungsinya alat-alat reproduksinya. Sehingga program KB

disini lebih berupaya promotif dan preventif untuk mencegah terjadinya

kehamilan yang tidak diinginkan serta kejadian aborsi.


2. Organisasi-organisasi, lmebaga kemasyarakatan serta instansi pemerintah

maupun swasta serta tokoh masyarakat dan pembuka agama yang

diharapkan dapat memberikan dukungan dalam melembagakan NKKBS.

d. Metode Kontrasepsi Sederhana

a) Kondom

Konsep kerja kondom adalah menghalangi masuknya sperma kedalam

vagina sehingga spermatozoa tidak mungkin masuk ke dalam rahim. Ada 2

jenis kondom yaitu kondom yang terbuat dari karet dan usu domba, dan

kondom karet lebih elastis dan murah sehingga banyak digunakan.

Terdapat 2 model kondom :

a) Kondom untuk pria

Kondom untuk pria merupakan bahan karet (lateks) polioretan

(plastic) atau bahan yang sejenis yang kuat, tipis dan elastis. Benda

tersebut ditarik menutupi penis yang sedang ereksi untuk menampung

semen selama ejakulasi dan mencegah sperma masuk kedalam vagina.

Selaput kondom yang terbuat dari bahan alami sebagai alat untuk

mencegah kehamilan.

b) Kondom untuk wanita (Diafragma)

Terbuat dari lapisan poliuretan tipis dengan cincin dalam yang

fleksibel dan dapat digerakan pada ujung yang tertutup yang dimasukan

kedalam vagina, dan cincin yang kaku lebih besar pada ujung yang lebih

terbuka dibagian depan yang tetap berada didalam vagina dan

terlindungi intoitus.
b) Coitus Interuptus

Coitus Interuptus merupakan kontrasepsi yang paling tua telah

dikenal sejak abad ke 18.

Efek sampingnya yaitu Hipotermi prostat, inpotensi, dan bendungan

panggung, tetapi belum ada bukti ilmiah yang menyebutkan hal tersebut.

Tetapi bila salah satu pasangannya tidak setuju dapat menyebabkan

ketergantungan sehingga merusak keharmonisan hubungan seksual.

c) Diagfragma

Diagfragma merupakan suatu alat yang berfungsi untuk menutup serviks

dari bawah sehingga sel mani tidak dapat memasuki saluran serviks, biasanya

dipakai dengan spermicida.

d) Kontrasepsi kimiawi / spermicide

1. Tablet vagina.

2. Krim dan jelly.

3. Aerosol.

4. Tissu KB.

e) KB alami (metode kalender, suhu basal, dan lendir serviks)

1). Metode kalender

Masa subur wanita adalah masa ketika sel telur keluar dari indung

telur, yaitu 14 sebelum haid yang akan datang atau hari ke 12 sampai

hari ke 16. Karena sel sperma hidup 3 hari setelah ejakulasi, maka hari

ke 17 dan ke 18 dan hari ke 11 meupakan waktu untuk hidupnya sel

telur, maka masa subur menjadi 8 hari. Karena siklus menstruasi pada

umumnya 28 hari, maka hari ke 11-18 dinyatakan sebagai hari subur.

2). Metode suhu basal


Dasarnya adalah naiknya suhu basal pada waktu ovulasi karena

kadar progesteron naik antara 0,3-0,5 C, peningkatan segera/berangsur-

angsur dan terus menerus. Seperti bentuk tangga satu atau gambaran gigi

gergaji. Suhu basal diukur dengan termometer khusus.

3). Metode Lendir Servik

Dasarnya adalah perubahan kualitatif dan kuantitatif dari lendir

servik yang dipengaruhi hormon ovarium.

e. Metode kontrasepsi efektif

1. Alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK)

a) Pengertian

Alat kontrasepsi bawah kulit adalah alat kontasepsi yang

disusupkan di bawah kulit.

b) Cara kerja dalam mencegah kehamlilan

1). Menghambat terjadinya ovulasi.

2). Menyebabkan endometrium tidak siap untuk nidasi.

3). Mempertebal lendir servik.

4). Menipiskan lapisan endometrium.

c) Keuntungan

1). Tidak menekan produksi ASI.

2). Praktis, efektif.

3). Tidak ada faktor lupa.

4). Masa pakai jangka panjang (3 tahun).

5). Membantu mencegah anemia.


6). Khasiat kontasepsi susuk berakhir segera pengangkatan implant.

d) Kekurangan

1). Implant harus dipasang dan diangkat oleh petugas kesehatan yang

terlatih.

2). Implant lebih malah daripada pil KB dan lainnya.

3). Sering mengubah pola haid.

4). Tidak dapat menghentikan pemakaiannya sendiri.

e) Kontra indiskasi

1). Hamil.

2). Perdarahan melalui vagina yang tidak diketahui sebabnya.

3). Tumor / keganasan.

4). Penyakit jantung.

f) Efek samping

1). Haid menjadi tidak teratur, atau tidak haid sama sekali

2). Darah haid menjadi lebih banyak, atau malah menjadi lebih

sedikit

3). Flek/bercak darah yang keluar saat sedang tidak haid

4). keputihan

5). Berat badan bertambah

6). Sakit kepala

7). Jerawat

8). Payudara nyeri

9). Rasa sakit, infeksi, dan bekas luka di kulit tempat susuk

g) Persiapan alat dan cara pemasangan

Persiapan alat :
1). Satu unit implant steril terdiri dari satu atau beberapa kapsul.

2). Cairan antiseptik secukupnya.

3). Obat anestesi lokal (lidokain).

4). Spuit.

5). Bisturi.

6). Trokard.

7). Plester band aid.

8). Hand scoon.

9). Duk.

10). Kassa dan perband steril.

Cara pemasangan :

a) Saat pemasangan yang tepat adalah pada waktu menstruasi atau 1-2

hari setelah haid.

b) Akseptor sebaiknya berbaring horizontal atau duk selama

pemasangan implant untuk mempermudah pemasangan.

Tempat tidur/meja ditutup dengan linen yang bersih.

c) Pemasangan pada lengan kiri.

d) Lengan kiri diletakkan lurus setinggi pundak.

e) Tentukan daerah pemasangan biasanya sekitar 8 cm-10 cm diatas

lipat siku. Lakukan pencucian hama pada daerah pemasangan.

f) Lakukan anastesi lokal seperti kipas sepanjang 4-4,5 cm.

g) Lakukan sayatan melintas 2-3 cm ditempat suntikan.

h) Tusukan trokar melalui sayatan kebawah kulit, perhatikan tanda

batasnya dan tusukkan sampai tanda batas dekat pangkat trokar.


i) Keluarkan batang dalam trokar dan masukkan kapsul implant ke

dalam batang luar trokar memaki pinset anatomis, dorong pelan-pelan

dengan batang pendorng sampai terasa ada tahanan.

j) Pertahankan batang pendorng, tarik trokar perlahan-lahan sepanjang

batang pendorong samapi batas paling ujung.

k) Raba implant yang terpasang dengan telunjuk kiri, dorong trokar pada

posisi sebelahnya tanpa terlebih dahulu mengeluarkan ujung-

ujungnya dari sayatan.

2. Pil KB

Berbagai pabrik farmasi mengeluarkan pil KB sevagai berikut :

a) Pil kombinasi yang sejak semula telah terdapat kombinasi komponen

progesterone / estrogen.

b) Pil sekuensial

Pil ini mengandung komponen yang disesuikan dengan hormonal

tubuh. Dua belas pil pertama hanya mengandung estrogen. Pil ke-13

dan seterusnya merupakan pil kombinasi.

c) Progesterone hanya megandung progesterone dan digunakan untuk ibu

post partum.

d) KB darurat hormonal digunakan segera setelah hubungan seks.

e) Berikut petunjuk pemakaian pil KB :

1. Meminum pil KB dengan teratur.

2. Bila lupa meminum pil KB maka harus diminum menjadi dua pil

KB.

3. Bila perdarahan tidak memerlukan perhatian karena baru

beradaptasi.
4. Gagguan dalam bentuk mual muntah sebaiknya diatasi.

3. Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)

Alat kontrasepsi dalam rahim adalah alat kontrasepsi yang dimasukkan

ke dalam rahim yang bentuknya bermacam-macam, terdiri dari plastik. Ada

yang dililit tembaga, ada pula yang dililit temabaga bercampur perak.

Selain itu ada pula yang batangnya berisi hormon progesterone.

Keuntungan :

a) Praktis, ekonomis mudah dikontrol, aman untuk jangka panjang dan

kembali masa kesuburannya cukup tinggi.

b) Tidak dipengaruhi faktor lupa seperti pil.

4. Suntikan KB

a) Keuntungan KB suntik :

1). Efektifitasnya tinggi, kegagalannya kurang dari 1%

2). Praktis efektif dan aman.

3). Tidak mempengaruhi ASI, cocok digunakan untuk ibu menyusui.

4). Dapat menurunkan kemungkinan anemia.

b) Kerugian dari KB suntik :

1). Disangka hamil.

2). Perdarahan akibat kalianan ginekologi yang tidak diketahui

penyebabnya.

3). Adanya riwayat penyakit seperti jantung, hati, tekanan darah

tinggi, kencing manis (penyakit metabolisme), paru berat.

c) Efek samping KB suntik :

1). Gangguan Haid.


2). Perubahan berat badan.

3). Pusing dan sakit kepala.

4). Hematoma.

5). Infeksi dan Abses.

B. TINJAUAN TEORI KEBIDANAN

1. Manajemen Kebidanan

a) Pengertian manajemen kebidanan adalah suatu metode atau bentuk pendekatan

yang digunakan oleh bidan dalam memberi asuhan kebidanan. Langkah-langkah

dalam manajemn kebidanan menggambarkan alur pola berpikir dan bertindak

bidan dalam pengambilan keputusan klinis untuk mengatasi masalah. (Rita

Yulifah, 2013).

b) Langkah Manajemen Kebidanan

Langkah-langkah dalam manajemen kebidanan menggambarkan pola pikir dan

bertindak bidan dalam mengambil keputusan mengatasi masalah.

Proses menejemen terdiri dari tujuh langkah yang berurutan yang dimulai

dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. (Rita Yulifah,

2013).

Menurut Rita Yulifah (2013), proses menejemn terdiri dari 7 langkah yaitu :

1. Langkah 1 : pengakjian / Pengumpulan Data Dasar

Mengumpulkan semua informasi yang akurat dan lengakp dari beberapa

sumber yang berkaitan degan kondisi klien dengan cara wawancara dengan

klin, suami, keluarga dan dari catatan dokumentasi pasien untuk memperoleh

data subyektif.
1) Data Subyektif

a) Identitas

Identitas ditanyakan untuk identifikasi (mengenai) penderita

dan menentukan status sosial ekonominya yang harus kita ketahui,

misalnya untuk menentukan anjuran apa atau pengobatan apa yang

akan diberikan. (Ummi Hani, dkk 2011)

1) Nama

Nama pasien dan suaminya ditanyakan untuk mengenal dan

memanggil, untuk mencegah kekliruan dengan pasien lain

(Marni, 2012).

2) Umur

Menurut Manuaba (2010), “termasuk usia subur

reproduksi sehat yaitu usia 20-35 tahun, bila usia < 20 tahun

biasanya rahim belum tumbuh mencapai ukuran dewasa dan

panggul tidak sempurna atau alat reproduksinya belum matang,

akibatnya persalinan macet/lama dan ketidaksiapan ibu

menerima tugas dan tanggung jawab sebagai orang tua dan bila

usia > 35 tahun biasanya kesehatan atau tenaga ibu sudah

menurun biasanya terjadi perdarahan.

3) Agama

Dikaji untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut

untuk membimbing atau mengarahkan pasien untuk berdoa.

(Ambarwati, 2008).

4) Pendidikan
Menurut Romauli (2011), pendidikan dapat

mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang

akan pola hidup, sedangkan menurut Manuaba (2007), untuk

mengetahui tingkat pengetahuan ibu/suami sebagai dasar

memberikan konseling.

5) Pekerjaan

pekerjaan dikaji untuk mengetahui taraf hidup dan

tingkat perekonomian klien, (Menurut Helen varney, 2007),

6) Alamat

Alamat pasien dikaji untuk mengetahui keadaan

lingkungan sekitar pasien, dan kunjungan rumah bila

diperlukan, (Ambarwati, 2008)

b) Keluhan utama

keluhan utama dinyatakan untuk mengetahui alasan pasien

datang ke fasilitas pelayanan kesehatan. (Ari Sulistyawati, 2012),

Sedangkan menurut Atikah (2009), pada kehamilan Anemia ringan,

dengan gejala lemas, merasa cepat lelah, mata berkunang-kunang.

c) Riwayat Obstetri dan Ginekologi

1) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Menurut manuaba (2007), riwayat obstetri dan ginekologi

untuk mengetahui riwayat persalinan dan kehamilan yang lalu. Jika

riwayat persalinan yang lalu buruk maka kehamilan saat ini harus

diwaspadai . jumlah anak ideal hanya sampai kehamilan ketiga

sudah termasuk grandemultipara harus diwaspadai perdarahan post


partum. Sedangkan menurut BKKBN (2007), jarak kehamilan yang

optimal dianjurkan adalah 36 bulan.

2) Riwayat kehamilan sekarang

kunjungan ANC minimal dilakukan 4 kali, yaitu pada

kunjungan trimester pertama (0-14 minggu) dilakukan 1 kali

kunjungan. Pada kunjungan trimester kedua (14-28 minggu)

dilakukan 1 kali kunjungan serta pada kunjungan trimester ketiga

(29-36 minggu) dilakukan 2 kali kunjungan. (Pantikawati, 2010).

3) Riwayat Menstruasi

Menurut Wiknjosatro (2007), Menarche atau menstruasi

merupakan salah satu perubahan pubertas yang pasti dialami setiap

pada anak perempuan. Usia menarche sangar bervariasi biasanya

dimulai antara umur 10-16 tahun. Hal ini tergantung pada berbagai

faktor, termasuk kesehatan wanita status nutrisi dan berat badan

tubuh relatif terhadap tinggi tubuh. Menarche atau menstruasi

tersebut menunjukan bahwa remaja sudah memasuki masa

pubertas. Sedangkan menurut Manuaba (2007), bahwa idealnya

lama menstruasi terjadi selama 4-7 hari.

Menurut Sarwono (2011). Dysmenorhea adalah rasa nyeri

saat menstruasi sehingga dapat menganggu pekerjaan sehari-hari,

nyeri itu bisa timbul menjelang haid, sewaktu dan setelah haid,

setelah satu-dua hari atau lama. Apabila mengalami dysmenorhea

yang sangat hebat nyerinya dan sampai penderitanya jatuh pingsan

itu termasuk kedalam hal yang patologis jadi harus memerlukan

pemeriksaan dan penangnan segera.


4) Riwayat penggunaan kontrasepsi

Riwayat KB untuk mengetahui KB terkahir yang digunakan

dan rencana KB setelah melahirkan (Hani, dkk, 2011).

5) Riwayat kesehatan

Status kesehatan merupakan salah satu faktor yang termasuk

faktor fisik yang berhubungan dengan kondisi kesehatan ibu

.(Menurut Romauli, 2011),

Data riwayat kesehatan ini dapat digunkan sebagai penanda

akan adanya penyulit masa hamil. Ada perubahan fisik dan

fisiologis pada masa hamil yang melibatkan seluruh system dalam

tubuh akan mempengaruhi organ yang mengalami gangguan,

(Sulistyawati, 2011)

Riwayat kesehatan keluarga penting untuk mengidentifikasi

wanita beresiko menderita penyakit genetic yang dapat

mempengaruhi hasil akhir kehamilan atau beresiko memiliki bayi

yang menderita penyakit genetic. Informasi ini juga dapat

mengidentifikasi latar belakang rasa atau etnik yang diperlukan

untuk melakukan pendekatan berdasarkan pertimbangan budaya

atau untuk mengetahui penyakit organic (Marni, 2011).

6) Kebiasaan

Pantang makanan penting untuk dikaji karena ada

kemungkinan pasien berpantang makan justru pada makanan yang

sangat mengandung pemulihan fisiknya, misalnya daging, ikan,

telur (Sulistyawati, 2011). Minum jamu merupakan salah satu

kebiasaan yang beresiko bagi wanita hamil, karena efek minum


jamu dapat membahayakan tumbuh kembang janin seperti

menimbulkan kecacatan, abortus, BBLR, partus prematurus,

kelainan ginjal dan jantung janin, asfiksia neonatorum. Obat-

obatan yang diberikan kepada ibu hamil dapat menimbulkan efek

janin seperti kelainan bentuk anatomik atau kecacatan pada janin

terutama penggunaan lambun dalam keadaan kosong untuk

merangsang gerakan peristaltic usus (Mochtar, 2011).

d) Data Psikologis

Menurut Kusmiyati (2009), kehamila adalah suatu krisis yang

dapat menimbulkan stres, tetapi memberi makna karena dengan

keadaan tersebut wanita akan menyimpan diri untuk memberi

perawatan dengan mengemban tanggung jawab yang lebih besar.

Menurut Sulistyawati (2012), tingkat sosial ekonomi sangat

berpengaruh terhadap kondisi kesehatan fisik dan psikologis ibu

hamil. Pada ibu hamil dengan tingkat sosial ekonomi yang baik,

otomatis akan mendapatkan kesejahteraan fisik dan psikologis

yang baik. Sementara pada ibu hamil dengan kondisi ekonomi

yang lemah maka ia akan mendapatkan banyak kesulitan, terutama

masalah kebutuhan primer.

e) Riwayat sosial ekonomi

Menurut Sibagariang (2010), faktor-faktor yang

mempengaruhi gizi ibu hamil diantaranya yaitu status ekonomi dan

status sosial karena mempengaruhi seorang wanita dalam memilih

makanannya.

f) Data perkawinan
Menurut varney (2007), pada riwayat perkawinan yang perlu

dikaji adalah beberapa kali menikah, status menikah sah atau tidak,

karena bila melahirkan tanpa status yang jelas akan berkaitan

dengan psikologinya.

g) Data spiritual dan sosial budaya

Menurut Yetti (2010), data sosial budaya untuk mengetahui

pasien dan keluarga yang menganut adat istiadat yang akan

menguntungkan atau merugikan pasien.

h) Data pengetahuan

Berisi tentang data pengetahuan apa saja yang sudah ibu

ketahui selama hamil.

2) Data obyektif

a) Pemeriksaan umum

(1) Keadaan umum

Keadaan umum data ini didapat dengan mengamati keadaan

secara keseluruhan hasil pengamatan yang dilaporkan kriterianya

adalah baik dan lemah (Sulistyawati, 2010).

(2) Kesadaran

Kesadaran dikaji untuk mendapatkan gambaran tentang

kesadaran pasien, normalnya kesadaran composmetis dan

normalnya keadaan umum baik sehingga dapat di kaji untuk

mengamati keadaan pasien keseluruhan. (Sulistyawati, 2013).

(3) Tanda- tanda vital

Pengukuran tanda-tanda vital meliputi tekanan darah yang normal

dibawah 130/90 mmHg, temperatur normal 36,5-37,50C, denyut


nadi normal 55-80 x/menit dan pernafasan normalnya 16-24

x/menit. Pemeriksaan tekanan darah dilakukan untuk mengetahui

standar normal, tinggi atau rendah, pengukuran tinggi dan berat

badan untuk mengetahui tingkat kesehatan klien apakah

mempunyai berat badan yang normal atau klien mempunyai gizi

buruk. (Pantikawati, 2010).

(4) Tinggi Badan

Untuk mengetahui apakah ibu dapat bersalin dengan normal.

batas tinggi badan minimal bagi ibu hamil untuk dapat bersalin

secara normal adalah 145 cm. Namun, hal ini tidak menjadi

masalah jika janin dalam kandungannya memiliki taksiran berat

janin yang kecil (Handayani, 2017).

(5) Berat Badan

Penambahan berat badan minimal selama kehamilan adalah ≥9 kg

(Handayani, 2017).

(6) LILA

Ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK) adalah ibu hamil dengan

hasil pemeriksaan antropometri lingkar lengan atas (LILA) < 23,5

cm dan harus ditangani sesuai dengan standar dan kewenangan

tenaga kesehatan termasuk tenaga gizi (Kemenkes, 2015).

(7) status present

(a) Muka

Muncul bintik-bintik dengan ukuran yang bervariasi pada

wajah dan leher (Cloasma Gravidarum) akibat Melanocyte

Stimulating Hormone. Selain itu, penilaian pada muka juga


ditujukan untuk melihat ada tidaknya pembengkakan pada

daerah wajah serta mengkaji kesimetrisan bentuk wajah

(Mochtar, 2011).

(b) Mata

Pemeriksaan sclera bertujuan untuk menilai warna yang dalam

keadaan normal berwarna putih. Sedangkan pemeriksaan

konjungtiva dilakukan untuk mengkaji munculnya anemia.

Konjungtiva yang normal berwarna merah muda. Selain itu,

perlu dilakukan pengkajian terhadap pandangan mata yang

kabur terhadap suatu benda untuk mendeteksi kemungkinan

terjadinya pre-eklamsia (Handayani, 2017).

(c) Mulut

Untuk mengkaji kelembaban mulut dan mengecek ada

tidaknya stomatitis (Handayani, 2017).

(d) Gigi/Gusi

Gigi merupakan bagian penting yang harus diperhatikan

kebersihannya sebab berbagai kuman dapat masuk melalui

organ ini. Karena pengaruh hormon kehamilan, gusi menjadi

mudah berdarah pada awal kehamilan (Mochtar, 2011).

(e) Leher

Dalam keadaan normal, kelenjar tyroid tidak terlihat dan

hampir tidak teraba sedangkan kelenjar getah bening bida

teraba seperti kacang kecil (Hidayat dan Uliyah, 2008).


(f) Payudara

Payudara menjadi lunak, membesar, vena-vena di bawah kulit

lebih terlihat, puting susu membesar, kehitaman dan tegak,

areola meluas dari kehitaman serta muncul strechmark pada

permukaan kulit payudara. Selain itu, menilai kesimetrisan

payudara, mendeteksi kemungkinan adanya benjolan dan

mengecek pengeluaran ASI (Prawirohardjo, 2009).

(g) Perut

Muncul Sriae Gravidarum dan Linea Gravidarum pada

permukaan kulit perut akibat Melanocyte Stimulating

Hormone. Pada akhir trimester III menjelang persalinan,

presentasi normal janin adalah presentasi kepala dengan letak

memanjang dan sikap janin fleksi (Cunningham, dkk, 2009).

(h) Genetalia

Pengaruh hormon estrogen dan progesteron adalah pelebaran

pembuluh darah sehingga dapat terjadi varises pada sekitar

genetalia. Namun tidak semua ibu hamil mengalami varises

pada daerah tersebut. Pada keadaan normal, tidak terdapat

hemoroid pada anus (Mochtar, 2011).

(i) Ekstremitas

Tidak ada odema, tidak ada varises dan refleksi patela

menunjukkan respons positif (Handayan, 2017).

2. Langkah 2 : Identifikasi Diagnosa dan Masalah Interpretasi Data Dasar.

Mengidentifikasi diagnosis atau masalah dan kebutuhan klien

berdasarkan interpretasi yang ebnar atas data-data yang telah dikumpulkan.


Daa dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat

dirumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik.

Menurut Rita Yulifah (2013), interpretasi data merupakan identifikasi

diagnosis atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang

benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah

dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat dirumuskan diagnosis dan

masalah yang spesifik.

Menurut Hani (2011), masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan

pengalaman klien yang ditemukan dari hasil penghasilan atau yang

menyertai diagnosis. Dari masalah tersebut menemukan kebutuhan dari Ny.

K yaitu memberikan pendidikan kesehatan tentang kehamilan hepatitis B,

anemia ringan dan jarak kehamilan < 2 tahun.

Menurut Sulistyawati (2012), dalam hal ini bidan menentukan

kebutuhan pasien berdasarkan keadaan dan masalahnya dengan cara

memberikan konseling sesuai kebutuhan. Dapat disimpulkan dalam kasus

Ny. K tidak ada kesenjangan antara teori dengan kasus.

3. Langkah 3 : Identifikasi Diagnosis dan Masalah Potensial / Diagnosis

Potensial

Mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosis potensial berdasarkan

diagnosis atau masalah yang sudah diidentisikasi. Langkah ini membutuhkan

antisipasi atau pencegahan, jika kemungkinan dilakukan pencegahan.

Misalnya, pada kasus asfiksia sedang akan muncul diagnosa potensial

asfiksia berat. Bidan harus waspada dan bersiap-siap mencegah diagnosa atau

masalah potensial agar tidak benar-benar terjadi.


Menurut Sulistyawati (2012), pada langkah ini kita mengidentifikasi

masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah.

Langkah ini membutuhkan antisipasi penanganan, bila memungkinkan

dilakukan pencegahan, sambil terus mengamati kondisi klien. Bidan

diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa atau masalah potensial benar-

benar terjadi.

4. Langkah 4 : Antisipasi Penanganan Segera

Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan oleh klien dan belum

teridentifikasi dalam diagnosis dan masalah yang didapatkan dengan

melakukan analisis data. Pada langkah ini, bidan menetapkan kebutuhan

terhadap tindakan segera, melakukan konsultasi, kolaborasi dengan tenaga

kesehatan lain berdasarkan kondisi klien.

Menurut Wildan (2011), cara ini dilakukan setelah masalah dan diagnosa

potensial diidentifikasi penetapan kebutuhan ini dilakukan dengan cara

mengantisipasi dan menentukan kebutuhan apa saja yang akan diberikan

pada pasien dengan melakukan konsultasi dan kolaborasi dengan kesehatan.

5. Langkah 5 : Meyusun Rencana Asuha Menyeluruh (Intervensi)

Pada langkah ini tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan sesuai

dengan hasil pembahasan rencana asuhan bersama klien kemudia membuat

kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya.

Menurut Hidayat (2008), intervensi adalah merencanakan asuhan yang

komprehensif/menyeluruh. Pada langkah ini direncanakan usaha yang

ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan

kelanjutan manajemen terhadap masalah atau diagnosa yang telah

diidentifikasi atau diantisipasi.


6. Langkah 6 : Pelaksanaan Rencana Asuhan / Implementasi

Pada langkah ini dilakukan pelaksanaan asuhan langsung secara efisien

dan aman. Perencanaan ini dapat dilakukan seluruhnya oleh bidan atau

sebagian lagi oleh klien atau anggota tim lainnya. Dalam situasi dimana

bidan berkolaborasi dengan dokter maka keterlibatan bidan dalam

penatalaksanaan asuhan bagi klien adalah tetap bertanggung jawab terhadap

terlaksananya rencana asuhan bersama dengan menyeluruh.

Menurut Hidayat (2008), implementasi adalah melaksanakan rencana

asuhan komprehensif. Dalam melaksanakan tindakan dapat seluruhnya

dilakukan oleh bidan yang sebagian lagi oleh klien atau anggota tim

kesehatan lainnya, jika bidan tidak melakukan tindakan itu sendiri ia tetap

memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya. Pelaksanaan

yang efisien akan berhubungan dengan waktu dan biaya yang dapat

meningkatkan mutu dan asuhan klien.

7. Langkah 7 : Evaluasi

Menurut Sulistyawati (2009), evaluasi dilakukan untuk mengetahui

sejauh mana keberhasilan asuhan yang kita berikan kepada pasien, dengan

pengobatan yang dilakukan. Hasilnya cenderung akan membaik.

Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang telah

diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar

telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi

didalam diagnosa dan masalah.

c) Pendokumentasian Asuhan SOAP


Untuk mengetahui apa yang telah dilaukan oleh seorang bidan melalui proses

berpikir sistematis, didokumentasikan dalam bentuk SOAP. SOAP adalah

catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis dan tertulis.

1). S (Subjektif)

Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui

anamnesa (langkah 1 varney).

2). O (Objektif)

Menggambarkan pendokumtasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil

laboratorium dan uji diagnosis lain.

3). A (Assesment/Pengkajian)

Menggambarkan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi data

sujektf dan objektif dalam suatu identfikasi.

Menurut Rita Yulifah (2013) assesment adalah gambaran

pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi data subyektif dan

obyektif dalam satu identifikasi.

4). P (Palnning)

Menggambarkan pendokumentasian tindakan dan evaluasi perencanaan

berdasarkan assesment.

Menurut Muslihatun, dkk (2009), palnning adalah membuat rencana

asuhan saat ini dan yang akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan

hasil analisis dan interpretasi data.

Menurut Wildan (2008), planning/perencaan dilakukan dengan

melaksanakan rencana asuhan kebidanan yang menyeluruh dan dibatasi

oleh standar asuhan kebidanan pada bayi baru lahir.


C. LANDASAN HUKUM KEWENANGAN BIDAN

Kewenangan bidan sesuai dengan Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 1464/Menkes/Per/x/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik bidan,

kewenangan yang dimiliki bidan meliputi :

Pasal 9

Bidan dalam menjalankan praktik, berwenang untuk memberikan pelayanan yang

meliputi :

1). Pelayanan kesehatan ibu.

2). Pelayanan kesehatan anak.

3). Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.

Pasal 10

1). Pelayanan kesehatan ibu sebagai mana dimaksud dalam pasal 9 nomer 1

diberikan pada masa pra hamil, kehamilan, masa persalinan, masa nifas, masa

menyusui dan antara dua kehamilan.

2). Pelayanan kesehatan ibu sebagai mana dimaksud pada ayat 1 meliputi :

a) Pelayanan konseling pada masa pra kehamalinan

b) Pelayanan antenatal pada kehamilan normal

c) Pelayanan persalinan

d) Pelayanan ibu nifas normal

e) Pelayanan ibu menyusui

f) Pelaynan konseling pada masa antara 2 kehamilan

3). Bidan dalam memberikan pelayanan sebagai mana dimaksud pada ayat 2

berwenang unuk :

a) Episiotomi
b) Penjahitan luka

c) Penanganan kegawadaruratan, dilanjutkan dengan perujuk

d) Pemberian tablet Fe pada ibu hamil

e) Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas

f) Fasilitas/ bimbingan inisiasi menyusui dini dan promosi air susu ibu

ekslusif

g) Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan post partum

h) Penyuluhan dan konseling

i) Bimbingan pada kelompok ibu hamil

j) Pemberian surt keterangan kematian

k) Pemberian surat keterangan cuti bersalin

Pasal 11

1). Pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf b diberikan

pada bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan anak pra sekolah

2). Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan anak sebagai mana dimaksud pada

ayat 1 berwenang untuk

a) Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi, pencegahan

hipertensi, inisiasi menyusu dini, injeksi vitamin K, perawatan bayi baru lahir

pada masa neonatal 0-28 hari, dan perwatan tali pusat

b) Hipertensi pada bayi baru lahir dan segera merujuk

c) Penanganan kegawadaruratan, dilanjutkan dengan perujukan

d) Pemberian imunisasi rutin

e) Pemantauan tumbuh kembang bayi, balita, anak pra sekolah

f) Pemberian konseling dan penyuluhan

g) Surat pemberian kelahiran


h) Surat pemberian kelahiran

Pasal 12

Bidan dalam memberikan pelaynan kesehatan reproduks, perempuan keluarga

berencana sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf C berwenang untuk :

1). Memberikan pelayanan dan konseling kesehatan reproduksi, perempuan dan

keluarga berencana

2). Memberikan alat kontrasepsi oral kondom (Depkes RI 2010)

3). Keputusan mentri nomor 938/Menkes/SK/VII/2007 tentang standar asuhan

kebidanan yang berisi

a. Standar I : Pengkajian

b. Standar II : Perumusan diagnosa dan atau masalah kebidanan

c. Standar III : Perencanaan

d. Standar IV : Implementasi

e. Standar V : Evaluasi

f. Standar VI : pencatatan Asuhan Kebidaan (Depkes RI, 2007)


BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.K

DI PUSKESMAS WARUREJA KABUPATEN TEGAL TAHUN 2018

(Studi Kasus Hepatitis B, Anemia Ringan dan Jarak Kehamilan < 2 tahun)

A. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan

Pada tanggal 6 Agustus 2018 jam 10.00 WIB penulis melakukan asuhan

kebidanan pada Ny. K di Puskesmas Warureja dengan teknik wawancara klien,

dilengkapi dengan data yang ada pada status serta data ibu hamil. Data yang diperoleh

dari pengkajian adalah sebagai berikut :

1. Pengkajian Data

a. Data Subyektif

Ibu mengatakan bernama Ny. K umur 26 tahun, suku bangsa jawa,

agama islam, pendidikan terakhir SMP, pekerjaan Baby Sitter, suami Ny. K

bernama Tn. S umur 28 tahun, suku bangsa jawa, agama islam, pendidikan

terakhir SMP, pekerjaan buruh harian lepas seperti menjadi tukang bangunan,

beralamat di Desa Sidamulya RT.02 RW.II Kecamatan Warureja Kabupaten

Tegal.

1). Keluhan Utama

Ibu mengatakan badannya terasa lemas.

2). Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu

Ibu mengatakan hamil yang pertama umur 38 minggu, jenis

persalinan spontan, penolong persalinan yaitu Bidan dengan nifas


normal. Keadaan anak saat ini hidup, sekarang berumur 5 tahun dan

jenis kelamin laki-laki. Ibu mengatakan hamil yang kedua umur 39

minggu, jenis persalinan spontan, penolong persalinan yaitu Bidan

dengan nifas normal. Keadaan anak saat ini hidup, sekarang berumur 1,5

tahun dan jenis kelamin laki-laki.

3). Riwayat Kehamilan sekarang

Ibu mengatakan ini kehamilan yang ke-3 dan belum pernah

mengalami keguguran. ANC pertama kali dilakukan di BPM pada

tanggal 11 Januari 2018 dengan alasan telah mengalami terlambat haid 1

bulan, ibu mengatakan merasakan mual muntah, lemas. Setelah

melakukan pemeriksaan ANC di BPM ternyata Ny. K positif hamil dan

usia kehamilannya sudah 4 minggu + 3 hari. Kemudian pada tanggal 8

Febuari 2018 ibu melakukan ANC yang kedua di Bidan Ny. I, ibu

mengatakan masih merasakan keluhan seperti pada kunjungan pertama.

Kemudian pada tanggal 7 Mei 2018 ibu melakukan ANC di Puskesmas

Warureja dan ibu mengatakan rasa mualnya sudah tidak dirasakan lagi

dan ibu hanya merasakan lemas. Sampai saat ini Ny. K sudah melakukan

pemeriksaan hamil 6 kali baik di Bidan Ny. I maupun di posyandu

(trimester I sebanyak 2 kali, trimester II sebanyak 2 kali, trimester III

sebanyak 2 kali). Selama kehamilan ibu sudah mengonsumsi tablet

penambah darah (1 x 250 mg) sebanyak >90 tablet dan ibu sebelum

hamil sampai sekarang tidak pernah berobat ataupun mendapat

pengobatan dari Dokter atau Bidan untuk penyakit Hepatitis B yang

sedang di deritanya, dan ibu sudah mendapatkan imunisasi TT 4 di BPM

pada tanggal 8 Februari 2018.


4). Riwayat Haid

Ny.K pertama kali menstruasi pada usia 14 tahun, lamanya hadi

7 hari, banyaknya 2 kali ganti pembalut dalam sehari.siklus 28 hari,

teratur dan tidak merasakan nyeri haid baik sebelum dan sesudah

mendapatkan menstruasi, serta tidak ada keputihan yang berbau dan

gatal. Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) : 04-12-2017 Hari Perkiraan

Lahir (HPL) : 11-09-2018.

5). Riwayat Penggunaan Kontrasepsi

Ibu mengatakan sebelum kehamilan ini menggunakan pil KB

selama 1 bulan, ibu berhenti karena lupa minum pil KB selama 3 hari

berturut-turut. Ibu mengatakan rencana yang akan datang akan

menggunakan KB Implant setelah bersalin, alasannya karena lebih

efektif dan bisa mencegah terjadinya kehamilan yang lebih lama.

6). Riwayat kesehatan

a. Riwayat kesehatan pasien

Ibu mengatakan pernah dan sedang menderita penyakit seperti

kulit tubuh dan sklera mata berwarna kuning, demam, air seni seperti

teh (Hepatitis) berdasarkan hasil laboratorium pada tanggal 7 Mei

2018 HbsAg Reaktif. Tetapi ibu tidak pernah dan tidak sedang

menderita penyakit seperti batuk yang tidak sembuh lebih dari 2

minggu, batuk bercampur darah, keringat dingin dimalam hari, BB

menurun (TBC). Demam, dari alat kelamin keluar cairan kental/encer

berwarna putih susu/kuning/hijau, berbau dan gatal (IMS). Sering

haus, mudah lapar, sering kencing pada malam hari, mudah

mengantuk, berat badan menurun (DM). Sesak nafas pada udara


dingin, debu, mudah lelah, nafas berbunyi mengik (Asma). Tekanan

darah tinggi, pusing, sakit pada daerah tengkuk (Hipertensi).

Kecelakaan / trauma, dan penyakit yang di operasi.

b. Riwayat kesehatan keluarga

Ibu mengatakan dalam keluaraga ada yang menderita penyakit

seperti Kulit tubuh, dan sklera mata berwarna kuning, demam, air seni

seperti teh (Hepatitis) yaitu kaka dari Ny.K. Tetapi ibu mengatakan

dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit batuk yang

tidak sembuh lebih dari 2 minggu, batuk bercampur darah, keringat

dingin dimalam hari, BB menurun (TBC). Demam, dari alat kelamin

keluar cairan kental/encer berwarna putih susu/kuning/hijau, berbau

dan gatal (IMS). Sering haus, mudah lapar, sering kencing pada

malam hari, mudah mengantuk, berat badan menurun (DM). Sesak

nafas pada udara dingin, debu, mudah lelah, nafas berbunyi mengik

(Asma). Tekanan darah tinggi, pusing, sakit pada daerah tengkuk

(Hipertensi). Kecelakaan / trauma, dan penyakit yang di operasi. Dan

ibu mengatakan bahwa dalam keluarga tidak memiliki riwayat

keturunan kembar.

6) Kebiasaan

Ibu mengatakan tidak ada pantangan makan, tidak pernah

minum jamu selama kehamilan, tidak pernah minum obat-obatan selain

dari tenaga kesehatan, tidak pernah minum-minuman keras, tidak

merokok sebelum dan selama hamil dan tidak memelihara binatang di

rumahnya seperti ayam, kucing, anjing, burung dan lain-lain.

7) Kebutuhan Sehari-hari
1. Pola nutrisi

Ibu mengatakan sebelum hamil makan 3 x sehari, porsi 1 piring,

jenisnya nasi, lauk, sayur dan tidak ada gangguan. Ibu juga dalam

sehari minum 7-8 gelas perhari dan jenisnya air putih dan teh. Begitu

pula selama hamil sehari makan 3x dengan porsi 1 piring, jenisnya

nasi, lauk, sayur dan tidak ada gangguan. Sehari juga Ny.K minum 8-

9 gelas, jenisnya air putih, teh, susu dan tidak ada gangguan.

2. Pola eliminasi

Ibu mengatakan sebelum hamil dan saat hamil frekuensi BAB

1x, warnanya kuning kecoklatan, konsistensi lembek dan tidak ada

gangguan ibu juga BAK dalam sehari 5-6 x sehari, dan selama hamil

Ny. K untuk BAK dalam sehari 6-7 x sehari warna kuning jernih dan

tidak ada gangguan.

3. Pola istirahat

Ibu mengatakan sebelum hamil istirahat siang ± 1 jam, dan

istirahat malamnya ±6 jam dan tidak ada gangguan. Tetapi selama

hamil ini waktu untuk isirahat ada peningkatan yaitu siang ± 2 jam,

kemudian istirahat malam ± 7 jam dan tidak ada gangguan.

4. Pola aktivitas

Ibu mengatakan sebelum hamil ibu melakukan pekerjaan

sebagai baby sitter di Jakarta, dan sebelum hamil ini aktivitas yaitu

mengurus rumah dan keluarga.


5. Pola personal hygiene

Ibu mengatakan sebelum hamil dan hamil ini mandi sehari 2x,

keramas 3 x seminggu, gosok gigi 3 x sehari dan mengganti baju

sehari 2x.

6. Pola seksual

Ibu mengatakan sebelum hamil melakukan hubungan seksual

seminggu 1 kali dan tidak ada gangguan, namun selama hamil ibu

tidak pernah melakukan hubungan seksual dikarenakan anak yang

terakhir masih tidur bersama dengan ibu dan suami jarang dirumah.

8) Data psikologis

Ibu mengatakan kehamilan ini bukan yang diharapkan karena

ibu lupa minum pil KB selama 3 hari berturut-turut, namun ibu mencoba

senang dengan kehamilannya. Ibu mengatakan takut jika anak pertama

dan kedua tidak menerima anak yang sedang dikandungnya, suami dan

keluarga mendukung dengan kehamilannya ibu saat ini, dan ibu sudah

siap menjalani kehamilan ini sampai proses melahirkan.

9) Data Sosial Ekonomi

Ibu mengatakan penghasilan suaminya kurang lebih

Rp.1000.000 per bulan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, tanggung

jawab perekonomiannya ditanggung oleh Suami dan pengambilan

keputusan yaitu Suami dan istri.

10) Data Perkawinan

Ibu mengatakan status perkawinannya syah, ini adalah

perkawinan yang pertama dan lama perkawinannya yaitu 6 tahun 6

bulan. Usia saat pertama kali menikah yaitu 20 tahun.


11) Data spiritual

Ibu mengatakan menjalankan ibadah sholat 5 waktu rutin dan

selalu berdoa agar bisa bersalin secara normal dan bayinya juga sehat.

12) Data Sosial Budaya

Ibu mengatakan masih percaya adat istiadat setempat seperti

membawa gunting saat bepergian untuk menjaga calon bayinya dari

gangguan mahluk halus,

13) Data pengetahuan Ibu

Ibu mengatakan sudah mengerti bahwa kehamilannya beresiko

karena HB < 11 gr % dan ibu terkena penyakit infeksi Hepatitis.

b. Data Obyektif

Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan didapatkan hasil

keadaan umum ibu baik, kesadaran composmetis, tekanan darah

110/70 mmHg, denyut nadi 89 x/menit, pernafasan 23 x/menit, suhu

tubuh 36.5oC, tinggi badan 147 cm, berat badan sebelum hamil 55 Kg

dan berat badan saat hamil 54 Kg, LILA 27 cm.

Pada pemeriksaan fisik secara inspeksi, kepala mesosepal,

rambut bersih, tidak rontok,muka tidak pucat dan oedem, mata

simetris, konjungtiva pucat, sclera kuning, Telinga dan hidung tidak

ada kelainan, mulut dan gigi bersih, tidak ada caries pada gigi. Tidak

ada pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis pada leher. Tidak

ada pembesaran kelenjar limfe pada ketiak. Bentuk payudara simetris,

puting susu menonjol, areola menghitam. Abdomen membesar sesuai

dengan kehamilan dan terdapat linea nigra, tidak ada luka bekas

operasi. Genetalia tidak ada varices, anus tidak hemoroid, dan


ekstremitas atas dan bawah tidak oedem dan tidak ada varices, warna

kulit kuning, kuku tangan dan kaki putih.

Sedangkan pada pemeriksaan palpasi terdapat Leopold I : TFU

teraba 3 jari dibawah prosecus xifodeus, bagian fundus teraba bulat,

lunak, tidak melenting, yaitu bokong, Leopold II : Pada perut sebelah

kanan ibu teraba panjang, keras, ada tahan yaitu punggung janin, pada

perut sebelah kiri ibu teraba bagian-bagian kecil-kecil, tidak merata

yaitu ekstremitas janin, Leopold III : Pada bagian bawah perut ibu

teraba bulat, keras, melenting yaitu kepala janin, Leopold IV : bagian

terbawah janin yaitu kepala belum masuk PAP (Konvergen), tinggi

undus uteri (TFU) : 29 cm, dan dari TFU yang ditemukan Taksiran

Berat Janin (TBBJ) dengan menggunakan rumus Mc. Donald yaitu

(29-12) x 155 = 2,635 gram, HPL : 11-9-2018 dan Umur Kehamilan :

34 minggu lebih 4 hari.

Pada periksaan Auskultasi DJJ/Reguler : 145 x/menit, pada

pemeriksaan Perkusi Refleks Patela kanan (+) positif dan Refleks

Patela Kiri (+) Positif, pemeriksaan panggul distansia spinarum,

distansia cristarum, conjungata externa dan lingkar panggul tidak

dilakukan karena tidak ada indikasi untuk dilakukan pemer

iksaan dilihat dari riwayat persalinannya terdahulu yaitu secara

sepontan dengan berat badan janin lebih dari 2500 gram, dan pada

tanggal 7 Mei 2018 dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan hasil

protein urin negatif, Kadar Hemoglobin : 10.6 gr%, Golongan Darah

: O, Hbsag : Reaktif sejak kehamilan ke 2, dan HIV : Non

Reaktif
2. Interpretasi Data

a. Diagnosa ( nomenklatur)

Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan maka didapatkan diagnosa :

Ny.K umur 26 tahun GIII PII A0 hamil 34 minggu lebih 4 hari, janin tunggal,

hidup, intra uterin, letak memanjang, punggung kanan, presentasi kepala,

konvergen, dengan hepatitis B, anemia ringan dan jarak kehamilan kurang dari

2 tahun.

1) Data Subyektif

Ibu mengatakan bernama Ny.K umur 26 tahun, ibu mengatakan ini

kehamilan yang ketiga dan tidak pernah keguguran. Ibu mengatakan haid

terakhir tanggal 04 Desember 2018.

2) Data Obyektif

Keadaan umum baik, Kesadaran composmetis, tanda-tanda vital :

Tekanan Darah : 110/70 mmHg, denyut nadi 89x/menit, pernafasan

23x/menit, suhu 36,5oC, palpasi : Leopoold I bokong, Leopold II punggung

kanan, ekstremitas kiri, Leopold III presentasi kepala, Leopold IV

konvergen, TFU : 29 cm, DJJ : 145x/menit.

b. Masalah

Ibu mengatakan merasa lemas dan cepat lelah.

c. Kebutuhan

1. Istirahat yang cukup

2. Memberitahu ibu supaya kurangi aktivitas yang terlalu berat.

3. Pendekatan untuk memberikan KIE penyakit ibu


3. Diagnosa Potensial

Dari data yang diperoleh dalam kasus ini didapatkan data potensial sebagai

berikut :

a. Hepatitis pada kehamilan :

Pada Ibu : kangker hati, hepatitis akut.

Pada Janin : hepatitis virus, kematian janin.

b. Anemia pada kehamilan :

Pada ibu : Anemia berat, perdarahan post partum, partus prematur,

mudah terjadi infeksi.

Pada janin : BBLR, cacat bawaan, bayi mudah terkena infeksi.

c. Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun :

Pada ibu : Anemia, plasenta previa, ketuban pecah dini dan resiko

perdarahan saat melahirkan.

Pada janin : kecacatan, premature, dan BBLR.

4. Antisipasi Penanganan Segera

Kolaborasi dengan dokter Sp.PD dan dokter Sp.OG

Konsumsi tablet Fe

Pemantauan Gizi ibu hamil

5. Intervensi (06-08-2018 pukul 10.30 WIB )

a. Beritahu ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan

b. Beritahu ibu tentang bahaya anemia

c. Berikan informasi pada ibu tentang penyakit Hepatitis pada ibu hamil

d. Anjurkan ibu untuk minum tablet Fe

e. Beritahu ibu makanan yang mengandung zat besi

f. Memberitahu ibu tentang diit hepatitis


g. Beritahu ibu untuk periksa/komunikasi bila ada keluhan lebih lanjut

6. Implementasi (06-08-2018 pukul 10.35 WIB )

a. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan

TD: 110/70 mmHg R : 23 x/menit

N : 89 x/menit DJJ : 145 x/menit

S : 36,50C TBBJ : 2,635 gram

b. Memberitahu ibu tentang Anemia yaitu suatu keadaan dimana kadar HB dalam

darah kurang dari normal (<11 gr%), pada ibu hamil jika ditangani akan

mengganggu kesehatan ibu dan janin. Cara mencegahnya adalah dengan

mengonsumsi suplemen zat besi, menambah asupan makan yang mengandung

zat besi seperti ikan, daging merah, telur, hati, susu dan sayuran hijau.

c. Memberi informasi pada ibu tetntang hepatitis pada ibu hamil adalah suatu

infeksi hati/liver dengan ciri penguningan pada kuku, mata dan kulit pada ibu

hamil kemungkinan dapat menular pada bayinya.

d. Menganjurkan ibu untuk minum tablet fe vitabion 500mg yaitu 1 kali sehari

diminum dengan air putih pada malam hari menjelam tidur untuk mengurangi

efek mual.

e. Menganjurkan ibu untuk makan makanan yang mengandung zat besi seperti

sayuran yang berdaun hijau (bayam, sawi), hati ayam, telur ayam, makanan

laut seperti udang, sarden, cumi-cumi, kacang-kacangan,

f. Menganjurkan ibu untuk melakukan Diit Hepatitis dengan mengonsumsi

makan karbohisrat tinggi, lemak sedang dan protein, cukup vitamin dan

mineral, rendah garam.

g. Memberitahu ibu tentang kunjungan ulang yaitu 2 minggu lagi(tanggal 20

Agustus 2018) atau bila ibu ada keluhan.


7. Evaluasi ( 06-08-2018 pukul 10.40 WIB)

a. Ibu sudah tahu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan

b. Ibu sudah mengerti tentang Anemia

c. Ibu sudah mengerti tentang Hepatitis pada ibu hamil dan bahayanya

d. Ibu mengerti dan bersedia minum tablet fe sesuai anjuran

e. Ibu bersedia makan-makanan yang dianjurkan oleh Bidan

f. Ibu mengatakan bersedia dengan ajuran yang diberikan

g. Ibu bersedia untuk kunjungan ulang yaitu tanggal 20 Agustus 2018.

Data perkembangan I

Tanggal : 14 Agustus 2018

Jam : 14.00 WIB

Tempat : Rumah Ny.K

A. Data Subyektif

Ibu mengatakan bernama Ny.K umur 26 tahun, ibu mengatakan ini

kehamilan yang ketiga dan tidak pernah keguguran. Ibu mengatakan saat ini tidak

ada keluhan.

B. Data Obyektif

Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan terdapat hasil keadaan umum baik,

kesadaran composmetis, tekanan darah 100/70 mmHg, Nadi 80x/menit, Respirasi

20x/menit, suhu 36,0 0C, Berat Badan 54 kg, Lila 27 cm.

Pada pemeriksaan fisik secara inspeksi didapatkan hasil muka tidak oedem

dan tidak ada cloasma gravidarum, konjungtiva pucat, sclera ikterik, mamae

simetris, tegang, membesar, puting susu menonjol, abdomen tidak ada luka bekas

operasi, warna kulit kuning, kuku tangan dan kaki putih.


Sedangkan pada pemeriksaan palpasi. Leopold I : TFU teraba 3 jari

dibawah prosecus xifodeus , bagian fundus teraba bulat lunak tidak melenting

yaitu bokong janin, Leopold II : pada bagian perut kanan ibu teraba agian keras

memanjang ada tahan yaitu bokong dan pada bagian perut kiri ibu teraba bagian

kecil-kecil tidak merata yaitu ekstremitas janin, Leopold III : teraba bagian bulat

keras melenting yaitu kepala janin, Leopold IV : bagian terbawah janin belum

masuk PAP yaitu kovergen. Tinggi Fundus Uteri (TFU) : 31 cm dan dari TFU

ditemukan taksiran berat janin dengan rumus Mc.Donald (31-12)x155= 2.945

gram, DJJ : 143 x/menit, HPL 11-09-2018 dan umur kehamilan 35 minggu lebih

5 hari.

C. Assesment

Ny. K umur 26 tahun G3 P2 A0 hamil 35 minggu lebih 5 hari, janin

tunggal hidup inta uterin, letak memanjang, punggung kanan, presentasi kepala,

Konvergen dengan hepatitis B, anemia ringan dan jarak kehamilan kurang dari 2

tahun.

D. Planning

1. Memberitahu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan

Leopold I : TFU teraba 3 jari dibawah prosecus xifodeus,teraba bokong janin,

Leopold II : teraba bagian kanan perut ibu yaitu punggung, dan bagian kiri

perut ibu yaitu teraba ekstremitas janin, Leopold III : teraba bagian kepala

janin, Leopold IV : konvergen, DJJ : 143 x/menit, TFU : 31 cm, TBBJ : 2.945

gram.

Evaluasi : Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan


2. Memberitahu ibu untuk makan makanan yang banyak mengandung zat besi

(ati, telur, tempe tahu, ikan laut seperti sarden, udang, teri, sayuran berdaun

hijau seperti bayam, tomat, labu, kentang, kacang-kacangan).

Evaluasi : Ibu bersedia makan makan yang mengandung zat besi.

1). Menganjurkan ibu untuk melakukan Diet Hepatitis dengan mengonsumsi

makan karbohisrat tinggi, lemak sedang dan protein, cukup vitamin dan

mineral, rendah garam.

Evaluasi : ibu bersedia dengan anjuran yang diberikan.

3. Menganjurkan ibu melanjutkan terapi yang diberikan Bidan yaitu vitabion

500mg 1x1 pada pagi hari dan malam hari dengan air putih atau air jeruk

untuk mengurangi efek mual.

Evaluasi : Ibu bersedia melanjutkan terapi

4. Memberitahu ibu untuk rutin mengikuti kelas ibu hamil yang bertujuan agar

ibu mendapat pendidikan kesehatan tentang kehamilan, persalinan, masa nifas

dan BBL.

Evaluasi : Ibu bersedia mengikuti kelas ibu hamil.

5. Meganjurkan pada ibu untuk istirahat yang cukup yaitu tidur siang ± 2 jam dan

tidur malam ± 8 jam.

Evaluasi : ibu bersedia mengikuti anjuran bidan untuk istirahat cukup.

6. Memberitahu ibu waktu kunjungna ulang ke nakes setiap 2 minggu sekali

( 28 Agustus 2018) atau bila ibu ada keluhan.

Evaluasi : ibu bersedia melakukan kunjungan.


Data Perkembangan II

Tanggal : 20 Agustus 2018

Jam : 13.00 WIB

Tempat : Rumah Ny. K

A. Data Subyektif

Ibu mengatakan bernama Ny.K umur 26 tahun, ibu mengatakan ini

kehamilan yang ketiga dan tidak pernah mengalami keguguran, ibu mengatakan

saat ini tidak ada keluhan.

B. Data Obyektif

Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan terdapat hasil keadaan umum baik,

kesadaran composmetis, tekanan darah 110/70 mmHg, Nadi 82 x/menit,

Respirasi 22 x/menit, suhu 36,80C, Berat Badan 54 kg, Lila 27 cm, TFU 34 cm,

TBBJ (34-12)x155= 3.410 gram, DJJ 146 x/menit, HB : 10,4 gr%.

C. Assesment

Ny.K umur 26 tahun G3 P2 A0 hamil 36 minggu 4 hari, janin tunggal,

hidup, intra uterin, letak memanjang, pungung kanan, presentasi kepala,

konvergen, dengan hepatitis B, anemia ringan dan jarak kehamilan kurang dari 2

tahun.

D. Planning

1. Menganjurkan ibu untuk tetap meminum obat tambah darah yang diberikan

oleh bidan 1 x/hari agar kadar Hb meningkat dan menjadi normal.

Evaluasi : ibu tetap meminum obat tambah darah sesuai anjuran

2. Menganjurkan ibu untuk selalu mengonsumsi sayuran hijau atau makanan

yang banyak mengandung zat besi karena jika kurang mengonsumsi sayuran
hijau atau makanan yang banyak mengandung zat besi dapat menyebabkan

aemia pada ibu.

Evaluasi : ibu bersedia mengonsumsi sayuran hijau atau makanan yang

banyak mengandung zat besi.

3. Menganjurkan ibu untuk melakukan Diet Hepatitis dengan mengonsumsi

makan karbohisrat tinggi, lemak sedang dan protein, cukup vitamin dan

mineral, rendah garam

Evaluasi : ibu bersedia dengan anjuran yang diberikan

4. Memberitahu ibu untuk sering melakukan komunikasi bila ada keluhan atau

ada yang ditanyakan seputar kehamilan.

Evaluasi : ibu selalu melakukan komunikasi tanpa harus disuruh/ditanya

terlebih dahulu.

4. Meganjurkan pada ibu untuk istirahat yang cukup yaitu tidur siang ± 2 jam dan

tidur malam ± 8 jam.

Evaluasi : ibu bersedia mengikuti anjuran bidan untuk istirahat cukup.

5. Menganjurkan ibu untuk periksa kembali ke bidan jika merasakan kenceng-

kenceng yang sering dan teratur.

Evaluasi : ibu akan periksa lagi minggu depan bersamaan dengan mengecek

kadar darah/Hb.
B. Asuhan Kebidanan Pada Persalinan

1. Perkembangan Kala 1

Tanggal : 22 Agustus 2018

Jam : 18.30 WIB

Tempat : Puskesmas Warureja

a. Data Subyektif

Ibu mengatakan sudah merasakan kenceng-kenceng dan keluar cairan

dari jalan lahir sejak pukul 12.30 WIB dan ibu langsung menuju ke rumah

bidan desa sidamulya pada jam 16.30 WIB bersama dengan suaminya

berboncengan motor. Ibu mengatakan pada jam 18.30 WIB ibu di bawa ke

puskesmas Warureja, dan setelah dilakukan pemeriksaan di puskesmas ibu

langsung di rujuk ke RS. Siaga Medika Pemalang pada jam 19.00 WIB. Ibu

mengatakan merasa cemas menghadapi persalinannya.

b. Data Obyektif

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, kesadaran

composmentis. Tekanan darah 110/70 mmHg, Nadi 82 x/menit, Pernafasan

20 x/menit, suhu 36,50C, Lila 27 cm. Konjungtiva pucat, sklera kuning.

Pada pemeriksaan palpasi didapatkan TFU 35 cm, TBBJ 3,720 gram,

punggung kanan, presentasi kepala, kepala sudah masuk panggul

(Divergen). DJJ 140x/menit, gerakan janin aktif. Terdapat kontraksi/his 2x

dalam 10 menit 25 detik teratur. Vulva vagina tidak terdapat kelainan, tidak

ada pembesaran kelenjar bartolini dan varices. Pada anus tidak hemoroid.

Setelah pemeriksaan fisik, dilakukan pemeriksaan dalam atas indikasi

menilai adanya tanda persalinan, hasil pemeriksaan VT (Vaginal Toucher),

vulva tidak ada oedema, didapat Ø 1 cm, portio tebal, ketuban (+),
presentasi kepala, penurunan Hodge III, titik petunjuk UUK, tidak ada

bagian yang terkemuka, HB 10,2 gr%.

c. Assesment

Ny. K umur 26 tahun G3 P2 A0 hamil 37 minggu , janin tunggal, hidup intra

uterin, letak memanjang, punggung kanan, presentasi kepala, divergen

dengan inpartu kala I fase laten dengan Hepatitis B, Anemia ringan dan jarak

kehamilan kurang dari 2 tahun.

d. Planning

Melakukan persiapan rujukan :

B (Bidan) : Pada kasus Ny.K pada saat rujukan di dampingi bidan

A (Alat) : Alat yang dibawa saat rujukan pada kasus Ny.K yaitu

APD, Partus set, dan emergency set.

K (Keluarga) : Pada kasus Ny.K keluarga yang menemani pada saat

rujukan yaitu suami Ny.K

S (Surat) : Pada saat rujukan surat sudah dibuat dan dicantumkan

alasan rujukan, hasil pemeriksaan dan obat-obatan yang

sudah diterima oleh ibu.

O (Obat) : Obat-obatan yang dibawa saat rujukan yaitu Vaksin

HB ig dan yang diperlukan untuk Ny.K

K (Kendaraan) : Kendaraan pada saat merujuk Ny.K yaitu kendaraan

dari Puskesmas Warureja

U (Ulang) : Keluarga Ny.K sudah membawa uang dalam jumlah

yang cukup

D ( Darah) : Pada kasus Ny.K darah belum disiapkan


DATA PERKEMBANGAN

Jam 20.30 : Pasien tiba di IGD Rs Siaga Medika Pemalang dengan hasil pemeriksaan

keadaan umum ibu baik, TD : 119/77 mmHg, Nadi : 80 x/menit, Respirasi:

20 x/menit, Suhu : 36,50C dan DJJ : 137 x/menit TFU : 35 cm kemudian

Bidan melakukan pemeriksaan dalam didapatkan pembukaan 2 cm, HB :

9,6 gr%

Jam 21.00 : pasien di pindahkan ke bangsal bersalin

Jam 22.00 : kontraksi semakin kuat dan ibu di anjurkan untuk sering miring kiri

Jam 01.30 :Bidan melakukan pemeriksaan dalam, di dapatkan hasil pembukaan 5 cm,

kk (+), portio tipis His 2 kali dalam 10 menit lamanya 15 detik

Jam 02.20 : kontraksi ibu semakin kuat 4 kali dalam 10 menit lamanya 45 detik, Bidan

melakukan pemeriksaan kembali didapatkan hasil pembukaan lengkap

penurunan di H.III

Jam 02.30 : Bidan memimpin persalinan

Jam 02.35 : Bayi lahir spontan dengan jenis kelamin laki-laki

Jam 02.40 :Plasenta lahir sepontan , lengkap dan telah dilakukan explorasi dan tidak

ada luka laserasi TD : 110/70 mmHg

Jam 05.00 : Bidan memberikan vaksin HBIG dan vit K 1, HB0 kepada bayi.

Pada tanggal 24 Agustus 2018 pasien pulang dari Rumah Sakit

C. Asuhan Kebidanan Pda Bayi Baru Lahir

Pada kasus ini penulis menguraikan kembali tentang asuhan kebidanan yang

telah dilakukan pada Ny.K di Rumahnya Ny.K, setelah data yang di peroleh saat hamil

dan bersalin kini penulis melanjutkan kembali pengkajian untuk melengkapi data pada

saat BBL, penulis melakukan pengkajian dan observasi dengan klien sebagai catatan
dan hasil yang ada serta status data BBL, data disajikan dalam pengkajian sebagai

berikut : Kunjungan Neonatal 1 yaitu 3 hari, Kunjungan Neonatal 2 yaitu 8 hari,

Kunjungan Neonatal 3 yaitu 2 minggu, Kunjungan Neonatal 4 yaitu 6 minggu di

Rumah Ny.K Desa Sidamulya Kecamatan Warureja Kabupaten Tegal.

1. Kunjungan pertama 3 hari

Tanggal : 26 gustus 2018

Pukul : 10.00 WIB

Tempat : Rumah Ny.K

a. Data Subyektif

Ibu mengatakan bayinya tidak ada keluhan apapun, bayinya sehat, tidak ada

tanda- tanda infeksi, ibu mengatakan bayinya sudah di imunisasi HBIG di

berikan oleh petugas RSUD Siaga medika langsung setelah bayi lahir. Pada

BAB frekuensi 2 kali sehari konsistensi lembek, mekonium, tidak ada

gangguan, pada BAK frekuensi 4 x bau khas, warna kuning jernih, tidak

ada gangguan.

b. Data Obyektif

Pada pemeriksaan fisik bayi di dapatkan hasil keadaan umum bayi

baik, kesadaran composmetis, Suhu 36,80C, Nadi 109x/menit, Pernafasan

48x/menit, 3500 gram, PB 48 cm, LILA 10 cm, LIKA/LIDA 33/33 cm.

Dari hasil pemeriksaan fisik berdasarkan status present bayi

menunjukan bahwa kepala bayi berbentuk mesochepal, ubun-ubun rata

tidak cekung, sutura tidak ada molase, muka tidak ikterik, mata simetris,

hidung tidak ada polip, tidak ada pernafasan cuping hidung, bibir

kemerahan, tidak ada labioskisis maupun labiopalatoskisis, telinga simetris,

tidak ada kelainan, leher tidak ada pembesaran vena jugularis, pernafasan
teratur, tidak ada pembesaran hepar, tali pusat segar tidak layu, pada

genetalia testis sudah turun ke skrotum, bayi tidak mengalami atresia ani

dan ekstremitas tidak mengalami polidaktil dan sindaktil. Reflek pada bayi

normal. Reflek suching (reflek menghisap) ada dan aktif, reflek rooting

(reflek mencari) ada dan aktif, reflek graps (reflek menggenggam) ada dan

aktif, reflek moro (reflek terkejut) ada dan aktif, reflek tonic neck (reflek

leher) ada dan aktif.

c. Assesment

Bayi Ny.K umur 3 hari lahir spontan jenis kelamin laki-laki menangis kuat

keadaan baik A/S 8-9-10 dengan bayi baru lahir normal.

d. Planning

1) Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bayinya bagus dan hasilnya

normal pada umumnya bayi baru lahir yaitu: KU = Baik, BB = 3500

gram, PB = 48 cm, LIKA = 33 cm, LIDA = 33 cm, S = 36,80C, R =

48 x/menit,

Evaluasi : ibu menegetahui hasil pemeriksaan anaknya.

2) Memberitahu ibu cara merawat tali pusat yang benar ialah tali pusat

dibungkus/ditutupi dengan kassa bersih tanpa diberi betadine/obat

merah, lalu ganti kassanya bila basah atau tiap kali mandi agar tali

pusat tetap bersih dan terhindar dari infeksi.

Evaluasi : ibu tau cara mengganti dan melindungi tali pusat bayi yang

benar

3) Memberitahu ibu cara menjaga kehangatan bayi yaitu dengan cara

bayi diselimuti/dibedong tetapi membedongnya jangan terlalu lama,

hindari dari udara dingin/diluar rumah terlalu lama, jangan berada


dekat dengan kipas angin, gunakan pakaian bayi yang mudah

menyerap keringat bayi, tiap pagi hendaknya bayi dijemur di bawah

sinar matahari pada jam 07.00-07.15 WIB selama 15 menit saja agar

bayi tetap hangat dan mendapatkan vitamin D

Evaluasi : Ibu tidak pernah membiarkan anaknya tidak dalam

keadaan hangat

4) Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI secara rutin tiap 2 jam

sekali atau tiap bayi menginginkan dan jika bayi tidur hendaknya

dibangunkan agar bayi tidak mengalami dehidrasi/kekurangan cairan,

lebih baik jika bayi hanya diberikan ASI saja tanpa tambahan

makan/minum lain kecuali obat, vitamin selama 6 bulan.

Evaluasi : Ibu bersedia memberikan ASI Eksklusif selama 6 bulan.

5) Memberitahu ibu untuk sering menganti diapers/popok/baju bayi jika

terkena keringat/basah karena kulit bayi sangat sensitif dan bagian

yang lembab/basah karena keringat/cairan dapat menimbulkan ruam

merah/gatal sehingga bayi menjadi rewel.

Evaluasi : ibu selalu memperhatikan bayinya dan mengganti

pakaian/popoknya bila pakaian/popok bayinya basah.

6) Memberitahu ibu untuk datang ke bidan bila ada masalah pada

bayinya, dan selalu di pantau berat badan bayi saat datang ke BPM

ataupun Posyandu karena bayi perlu dipantau berat badannya

mengalami kenaikan atau tidak.

Evaluasi : ibu bersedia datang ke bidan atau posyandu bila

mempunyai masalah pada anaknya dan bersedia datang ke posyandu.


2. Kunjungan kedua 8 hari

Tanggal : 31 Agustus 2018

Pukul : 14.00 WIB

Tempat : Rumah Ny.K

a. Data Subyektif

Ibu mengatakan bayinya tidak ada keluhan apapun dan ibu mengatakan

anaknya tidak rewel dan menyusu kuat.

b. Data Obyektif

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum bayi baik,

kesadaran composmetis, Suhu 36,60C, Nadi 110 x/menit, Pernafasan 51

x/menit, BB 3600 gram, PB 48 cm, LILA 10 cm, LIKA/LIDA 34/33 cm,

BAB 2x/hari, BAK 7 x/hari.

c. Assesment

Bayi Ny.K umur 8 hari lahir spontan jenis kelamin laki-laki menagis

kuat keadaan baik dengan BBL normal.

d. Planning

1). Memberitahu ibu untuk menyusui bayi lebih sering karena kulit bayi

sedikit kering, dan bila nanti ditimbang BB bayi bertambah sesuai

dengan usia bayi

Evaluasi : Ibu tidak tahu bila kulit bayi sedikit kering dan harus

menyusui lebih sering lagi

2). Menganjurkan ibu untuk selalu menjaga kehangatan bayi karena

sekarang sering hujan dan banyak angin yang memungkinkan

anaknya bisa sakit/demam

Evaluasi : Ibu selalu menjaga kehangatan bayinya


3). Memberitahu ibu jika ibu/anggota keluarga sedang sakit hendaknya

jangan dekat dengan bayi terlebih dahulu atau jika ada yang flu/batuk

hendaknya menggunakan masker jika ingin mencium bayi

Evaluasi : Ibu selalu memperhatikan orang yang akan menjenguk

anaknya

4). Mengecek bayinya apakah kebutuhan ASI nya tercukupi dengan cara

adanya peningkatan berat badan/tidak, bayi sering BAK minimal

lebih dari 6 kali/tidak, BAB berwarna kuning cerah dan konsistensi

encer/tidak, reflek hisapnya kuat atau tidak, tidurnya lebih

nyenyak/tidak

Evaluasi : Bayinya mendapat kecukupan ASI.

3. Kunjungan ketiga 2 minggu

Tanggal : 13 September 2018

Pukul : 10.00 WIB

Tempat : Rumah Ny.K

a. Data Subyektif

Ibu mengatakan pola tidur bayinya cukup, bayinya disusu secara on

demand, bayinya menetek dengan baik, dan BAB 2 x/hari, BAK 7 x/hari.

b. Data Obyektif

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum bayi baik, kesadaran

composmetis, Suhu 36,80C, Nadi 105 x/menit, Pernafasan 34 x/menit, BB

3600 gram, PB 49 cm , LILA 10 cm, LIKA / LIDA 34 / 33 cm, BAB 2

x/menit, BAK 7 x/menit, kulit tidak kering.

c. Assesment
Bayi Ny.K umur 2 minggu lahir spontan jenis kelamin laki-laki menangis

kuat keadaan baik dengan BBL normal.

d. Planning

1).Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang dilakukan meliputi:

a) BB = 3600 gram

b) S = 36,80C

c) R = 34 x/menit

d) N = 105 x/menit

Evaluasi : ibu sudah tahu hasil pemeriksaan bayinya

2).Memberitahu ibu untuk selalu menjaga kesehatan ibu dan bayinya juga

menjaga kebersihan diri, terlebih jika mau/sesudah memegang bayi

hendaknya cuci tangan karena bayi sangat rentan dengan penyakit dan

sensitive

Evaluasi : ibu selalu cuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi

3).Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI saja, jangan diberi

makanan/minuman dulu agar usus bayi tetap sehat

Evaluasi : ibu mengerti dan akan tetap memberikan ASI saja kepada

Mengingatkan ibu untuk datang ke posyandu atau bila ada keluhan.

4. Kunjungan keempat 6 minggu

Tanggal : 5 Oktober 2018

Pukul : 15.00 WIB

Tempat : Rumah Ny. K

a. Data Subyektif

1. Ibu mengatakan bayinya tidak ada keluhan dan bayinya sering menyusu
2. Ibu mengatakan bayinya belum diimunisasi BCG dan Polio 1 di

posyandu

b. Data Obyektif

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum bayi baik, kesadaran

composmetis, Suhu 36,70C, Nadi 106 x/menit, Pernafasan 36 x/menit, BB

4500gram, PB cm. Dari pemeriksaan fisik bayi menunjukan bahwa mata

simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih, bayi menghisap kuat,

pergerakan nafas normal,BAB 2-3 x/menit, BAK 7 x/menit.

c. Assesment

Bayi Ny.K umur 6 minggu sepontan jenis kelamin laki-laki menangis kuat

dengan bayi sehat.

d. Planning

1).Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan pada bayinya

dan semua dalam keadaan normal

Evaluasi : ibu sudah tahu hasil pemeriksaan bayinya

2). Memberitahu ibu untuk sering mengajak ngobrol/komunikasi ke

anaknya meskipun anaknya tidak apa yang kita bicarakan, agar anak

terangsang perkembangannya dan tidak merasa sendirian

Evaluasi : ibu sebisa mungkin mengajak bicara anaknya

3) Memberitahu ibu untuk datang keposyandu atau ke bidan untuk

menimbang bayi dan mengimunisasi bayinya yaitu imunisasi BCG dan

Polio 1, karena bayi perlu dipantau berat badannya mengalami kenaikan

atau tidak dan bayi juga harus mendapatkan imunisasi untuk mencegah

penyakit tuberkulosis/ TB (BCG) dan utuk mencegah virus polio atau


penyakit yang bisa menyebabkan kelumpuhan permanen hingga

kematian (Polio).

Evaluasi : ibu bersedia datang keposyandu untuk menimbang bayinya

serta memberikan imunisasi.

D. Asuhan Kebidanan Pada Nifas

Pada kasus ini penulis menguraikan kembali tentang asuhan kebidanan yang telah

dilakukan pada Ny.K di Rumah Ny.K. setalah data yang diperoleh saat hamil, bersalin

dan BBL kini penulis melanjutkan kembali pengkajian untuk melengkapi data pada saat

nifas, penulis melakukan pengkajian dan observasi dengan klien sebagai catatan dan

hasil yang ada serta status data ibu Nifas, data disajikan pada pengkajian sebagai

berikut : pada 3 hari Post Partum, 8 hari Post Partum, 2 minggu Post Partum, dan 6

minggu post partum di Rumah Ny.K desa Sidamulya Kecamatan Warureja Kabupaten

Tegal.

1. Asuhan 3 hari Post Partum

Tanggl : 26 Agustus 2018

Pukul : 10.00 WIB

Tempat : Rumah Ny.K

a. Data Subyektif

Ibu mengatakan ini hari ke tiga setelah melahirkan, saat ini merasa lemas, ASI

sudah keluar lancar dan sudah BAB hari ini.

Ibu mengatakan ibu telah memakai KB Implant yang dipasang tanggal 25

Agustus 2018 pukul 10.00 WIB di Puskesmas Warureja.


b. Data Obyektif

Keadaan umum ibu baik,kesadaran Composmetis. Tanda Vital: tekanan

darah 100/70 mmHg, suhu 36,50C, nadi 80 x/menit, pernafasan 20 x/menit.

HB : 8,5 gr%. Muka pucat,konjungtiva pucat, sclera kuning, payudara

simetris, puting susu menonjol, ASI sudah keluar banyak. Pada pemeriksaan

palpasi di dapat TFU 3 jari dibawah pusat, kontraksi uterus keras. Lochea

sanginolenta berwarna merah, konsistensi cair, bau amis, dengan estimasi

perdarahan 20 cc, terdapat bekas luka/bengkak di lengan atas sebelah kiri ibu

setelah dilakukan pemasangan KB Implant.

c. Assesment

Ny.K umur 26 tahun P3 A0 3 hari Post Partum dengan nifas Anemia

sedang.

d. Planning

1).Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan.

Evaluasi : TD : 100/70 mmHg S : 36,50C

N : 80 x/menit R : 20 x/menit

HB : 8,5 gr%

2).Menganjurkan ibu untuk mengurangi aktifitas yang melelahkan dan

pertahankan pola istirahat (tidur) yang benar yaitu tidur siang ±2 jam,

malam ±8 jam dan saat bayi sedang tidur sebaiknya ibu juga tidur.

Evaluasi : Ibu sudah bersedia melakukannya

3).Menganjurkan ibu agar tidak melakukan aktivitas yang terlalu berat ataupun

mengangkat beban yang terlalu berat, sebaiknya luka bekas pemasangan

KB Implant jangan terkena air terlebih dahulu

Evaluasi : Ibu mengerti dan bersedia melakukannya


4).Memberitahu ibu efek samping dari KB impalnt yaitu :

a. Haid menjadi tidak teratur, atau tidak haid sama sekali

b. Darah haid menjadi lebih banyak, atau malah menjadi lebih sedikit

c. Flek/bercak darah yang keluar saat sedang tidak haid

d. keputihan

e. Berat badan bertambah

f. Sakit kepala

g. Jerawat

h. Payudara nyeri

i. Rasa sakit, infeksi, dan bekas luka di kulit tempat susuk

dimasukkan (diimpant)

j. Depresi

Evaluasi : Ibu sudah mengetahui tentang efek samping KB implant

5).Menganjurkan ibu untuk tetap meminum obat tambah darah yang diberikan

oleh bidan

Evaluasi : ibu tetap meminum obat tambah darah sesuai anjuran

6).Menganjurkan kepada ibu tentang pemberian ASI Ekslusif yaitu maksimal

dua jam sekali bayi disusui (One Demand) dan hanya memberikan ASI saja

tanpa makanan pendamping ataupun susu formula selama 6 bulan.

Evaluasi : ibu bersedia memberikan ASI Ekslusif pada bayinya

7).Menanyakan kepada ibu cara menyusui yang benar dan menanyakan apa

ibu sudah menerapkan di rumah

Evaluasi : ibu dapat menjelaskan kembali cara menyusui yang benar dan

ibu sudah menerapkannya di rumah bila menyusui bayinya


8).Memastikan tali pusat tidak terjadi infeksi yaitu tali pusat tidak bernanah,

kemerahan, bau busuk.

Evaluasi : tali pusat terbungkus kassa bersih dan tidak terjadi infeksi

9).Menganjurkan ibu untuk melakukan Diet Hepatitis dengan mengonsumsi

makan karbohisrat tinggi, lemak sedang dan protein, cukup vitamin dan

mineral, rendah garam

Evaluasi : ibu bersedia dengan anjuran yang diberikan.

2. Asuhan 8 hari Post Partum

Tanggal : 31 Agustus 2018

Pukul : 14.00 WIB

Tempat : Rumah Ny.K

a. Data Subyektif

Ibu mengatakan masih merasakan lemas dikarenakan kurang tidur

b. Data Obyektif

Keadaan umum baik, kesadaran composmetis. Tanda vital: Tekanan darah

110/80 mmHg, Suhu 36,60C, Nadi 82 x/menit, Respirasi 22 x/menit, muka

tidak pucat tidak oedem,konjungtiva pucat, sclera kuning, payudara simetris,

puting susu menonjol, ASI sudah keluar banyak, pada pemeriksaan palpasi di

dapat TFU 2 jari diatas symfisis kontraksi keras. Lochea sanguinolenta,

pengeluaran pervaginam darah bercampur lendir, warna kecoklatan, HB : 9

gr%.

c. Assesment

Ny.K umur 26 tahun P2 A0 Post partum 8 hari, dengan Nifas anemia ringan
d. Planning

1). Melakukan pemeriksaan pada ibu :

TD : 110/80 mmHg R : 22 x/memit

N : 82 x/menit S: 36,60C

Evaluasi : Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan

2). Menganjurkan untuk tetap minum tambah darah yang diberikan oleh

bidan

Evaluasi : Ibu tetap meminum obat tambah darah sesuai anjuran

3). Menganjurkan ibu untuk tidak menggantung kakinya saat menyusui agar

kaki ibu tidak membengkak, dan cari posisi menyusui senyaman

mungkin bisa duduk atau tidur miring kanan/kiri

Evaluasi : Ibu sudah tahu bagaimana posisi menyusui yang benar seperti

duduk, tidur miring kanan/kiri

4). Mengajarkan ibu cara melakukan perawatan payudara selama masa nifas

tujuannya supaya tidak terjadi bendungan ASI dan ASI yang di

keluarkan lancar yaitu dengan cara :

a) Cuci tangan terlebih dahulu

b) Memeriksa puting dan membersihan puting susu dengan kapas

yang sudah diberi minyak baby oil selama 2 menit

c) Melicinkan telapak tangan terlebih dahulu dengan minyak baby oil

d) Melakukan pengurutan dengan cara :

1. Kedua telapak tangan berada ditengah-tengah payudara

dengan posisi ibu jari dibawah

2. Lakukan pemijatan dari atas memutar kebawah


3. Telapak tangan kiri memutar kearah kiri bawah dan telapak tangan

kanan memutar ke arah kanan bawah

4. Setelah telapak tangan berada dibawah, lepaskan dari payudara

e) Melakukan pengurutan dengan menyongkong payudara dengan satu

tangan, sedangkan tangan yang lain mengurut payudara dengan sisi

kelingking

f) Melakukan pengurutan dengan menyongkong payudara dengan satu

tangan, sedangkan tangan yang lain mengurut payudara dengan tinju

tangan (posisi mengepal) dari arah pangkal ke ujung puting

g) Mengulangi gerakan sebanyak 20x tiap payudara

h) Setelah selesai kedua payudara dikompres dengan menggunakan

waslap hangat kemudian waslap dingin dan hangat lagi

i) Keringkan dengan handuk/kain bersih

j) Keluarkan ASI dengan posisi ibu jari berada diatas payudara dan jari

telunjuk dibagian bawah payuadara (seperti huruf C)

k) Pakailah BH yang tidak terlalu ketat supaya tidak sesak tetapi

menyangga payudara

l) Setelah selesai pemijatan kemudian cuci tangan dengan air yang

bersih

Evaluasi : Ibu bersedia melakukan perawatan payudara

5). Menganjurkan ibu untuk melakukan Diet Hepatitis dengan mengonsumsi

makan karbohisrat tinggi, lemak sedang dan protein, cukup vitamin dan

mineral, rendah garam

Evaluasi : ibu bersedia dengan anjuran yang diberikan


6) Menganjurkan ibu untuk sering melakukan komunikasi bila ada keluhan

atau ada yang ditanyakan seputar masa nifas atau perawatan bayi

Evaluasi : Ibu bersedia melakukan komunikasi apabila ada yang belum

jelas misalnya pada perawatan tali pusat bayi, adanya infeksi, dll.

7) Menganjurkan ibu untuk mengurangi aktifitas yang melelahkan dan

pertahankan pola istirahat (tidur) yang benar yaitu tidur siang ±2 jam,

malam ±8 jam dan saat bayi sedang tidur sebaiknya ibu juga tidur.

Evaluasi : Ibu sudah bersedia melakukannya.

3. Asuhan 2 minggu Post Partum

Tanggal : 13 September 2018

Pukul : 10.00 WIB

Tempat : Rumah Ny.K

a. Data Subyektif

Ibu mengatakan ini sudah 2 minggu setelah melahirkan, ASI yang keluar

lancar dan ibu mengatakan tidak ada keluhan.

b. Data Obyektif

Keadaan umum ibu baik, kesadaran composmetis. Tanda vital : TD

110/80 mmHg, Suhu 36,50C, Nadi 80 x/menit, Respirasi 20 x/menit. Muka

tidak pucat dan oedem, konjungtiva pucat, sclera kuning, payudara simetris,

puting susu menonjol, ASI sudah keluar banya. Pada pemeriksaan palpasi di

dapat TFU sudah tidak teraba. Lochea sarosa, pengeluaran pervaginam

berwarna kekuning-kuningan, HB : 10 gr%.

c. Assesment

Ny. K umur 26 tahun P3 A0 Post Partum 2 minggu dengan nifas anemia

ringan
d. Planning

1). Menganjurkan untuk tetap meminum obat tambah darah yang diberikan

oleh bidan.

Evaluasi : Ibu tetap meminum obat tambah darah sesuai anjuran

2). Menganjurkan ibu untuk tetap memenuhi kebutuhan nutrisinya selama

masa nifas agar nutrisi untuk ibu dan bayinya cukup

Evaluasi : Ibu selalu memenuhi kebutuhan nutrisinya.

3) Menganjurkan ibu untuk melakukan Diet Hepatitis dengan mengonsumsi

makan karbohisrat tinggi, lemak sedang dan protein, cukup vitamin dan

mineral, rendah garam

Evaluasi : ibu bersedia dengan anjuran yang diberikan.

4). Menganjurkan ibu untuk tidak terlalu capek dalam mengerjakan aktivitas

dirumah agar ibu tidak kelelahan dan bisa mengurus anaknya dengan

maksimal

Evaluasi : Ibu mengurangi aktivitas dirumah setelah melahirkan.

5). Menganjurkan ibu untuk mengurangi aktifitas yang melelahkan dan

pertahankan pola istirahat (tidur) yang benar yaitu tidur siang ±2 jam,

malam ±8 jam dan saat bayi sedang tidur sebaiknya ibu juga tidur.

Evaluasi : Ibu sudah bersedia melakukannya.

6). Menganjurkan untuk selalu melakukan komunikasi bila ada keluhan atau

ada yang ditanyakan seputar masa nifas atau perawatannya

Evaluasi : Ibu bersedia melakukan komunikasi jika ada yang belum

mengerti.
4. Asuhan 6 minggu Post Partum

Tanggal : 05 Oktober 2018

Pukul : 15.00 WIB

Tempat : Rumah Ny.K

a. Data Subyektif

Ibu mengatakan sudah 6 minggu setelah melahirkan, ibu mengatakan tidak ada

keluhan.

b. Data Obyektif

Keadaan umum baik, TD 110 /70 mmHg , Suhu 36,50C, Nadi 80 x/menit,

Pernafasa 20 x/menit, mata simetris, konjungtiva merah muda, sklera kuning,

dada tidak ada benjolan yang abdormal, puting susu menonjol, mamae

membesar, ASI keluar, TFU tidak teraba, tidak ada kontraksi PPV Lochea

Alba, kandung kemih kosong, pada ekstremitas atas dan bawah tidak oedem,

HB : 12 gr%.

c. Assesment

Ny. K umur 26 tahun P3 A0 dengan Post Partum 42 hari nifas normal.

d. Planning

1). Memberitahu ibu hamil pemeriksaan yang telah dilakukan yaitu dalam

keadaan normal

Evaluasi : Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaannya

2). Mengobservasi pada ibu bahwa hanya menyusui bayinya dengan ASI

sampai bayi berusia 6 bulan

Evaluasi : Ibu sudah memberikan ASI

3). Mengobservasi kepada ibu untuk selalu menjaga kesehatannya


Evaluasi : Ibu sudah menjaga kesehatannya dengan makan yang lebih

banyak dari pada saat hamil, istirahat yang cukup, atau menyesuaikan

istirahat bayi, dan menjaga kebersihan diri.

Evaluasi : ibu sudah melakukannya.

4). Menganjurkan ibu untuk melakukan Diet Hepatitis dengan mengonsumsi

makan karbohisrat tinggi, lemak sedang dan protein, cukup vitamin dan

mineral, rendah garam.

Evaluasi : ibu bersedia dengan anjuran yang diberikan.

4). Mengobservasi kepada ibu tentang tanda bahaya nifas yaitu : nyeri ulu

hati, sakit kepala yang menetap, perdarahan pervaginam, tangan dan kaki

bengkak, ibu merasa lemas tanpa sebab yang jelas.

Evaluasi : ibu sudah mengetahui tanda bahaya nifas.

5) Menganjurkan ibu untuk mengurangi aktifitas yang melelahkan dan

pertahankan pola istirahat (tidur) yang benar yaitu tidur siang ±2 jam,

malam ±8 jam dan saat bayi sedang tidur sebaiknya ibu juga tidur.

Evaluasi : Ibu sudah bersedia melakukannya

5). Mengobservasi kepada ibu membawa bayi dan memeriksakan

kesehatannya ke Bidan atau puskesmas.

Evaluasi : Ibu sudah ke bidan


BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis mencoba membahas manajemen kebidanan secara komprehensif

pada Ny. K di Puskesmas Warureja Kabupaten Tegal dengan Hepatitis B, Anemia Ringan,

Jarak Kehamilan kurang dari 2 Tahun. Selain itu juga untuk mengetahui dan membandingkan

adanya kesamaan dan kesenjangan antara teori dengan kasus pada Ny. K dari mulai

pemeriksaan Kehamilan, Persalinan, Bayi Baru Lahir dan Nifas.

Setelah penulis melaksanakan asuhan kebidanan pada Ny. K di wilayah Puskesmas

Warureja tahun 2018 yang dilakukan sejak tanggal 6 Agustus 2018 sampai 5 Oktober 2018

yaitu sejak usia kehamilan 34 minggu lebih 4 hari sampai dengan 6 minggu post partum

dengan pendekatan menejemen kebidanan 7 Langkah Varney dan data perkembangan SOAP.

Adapun secara rinci pembahasan dimulai dari Kehamilan, Persalinan, Bayi Baru Lahir dan

Nifas sebagai berikut :

A. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan

Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil

normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid

terakhir. (Prawirohardjo, 2009).

I. Pengumpulan Data Dasar

Pada pengkajian data subyektif dan obyektif dilakukan secara lengkap yang

meliputi anamnesa, pemeriksaan fisik secara sistematis dan pemeriksaan penunjang.

Pengkajian dilakukan untuk memberikan asuhan menyeluruh terhadap pasien.

a. Data Subyektif

Data subyektif merupakan data atau informasi yang diperoleh dari apa yang

diucapkan oleh pasien atau keluarganya.


1) Biodata

a) Nama

Dari anamnesa yang telah dilakukan ibu mengatakan bernama Ny. K

suami bernama Tn.

Nama pasien dan suaminya ditanyakan untuk mengenal dan memanggil,

untuk mencegah kekeliruan dengan pasien lain (Marni, 2012). Pada kasus

tersebut tidak ada kesenjangan antara teori dengan kasus.

b) Usia

Dari anamnesa yang telah dilakukan ibu mengatakan berumur 26 tahun.

Menurut Manuaba (2010), “termasuk usia subur reproduksi sehat yaitu

usia 20-35 tahun, bila usia < 20 tahun biasanya rahim belum tumbuh

mencapai ukuran dewasa dan panggul tidak sempurna atau alat

reproduksinya belum matang, akibatnya persalinan macet/lama dan

ketidaksiapan ibu menerima tugas dan tanggung jawab sebagai orang tua

dan bila usia > 35 tahun biasanya kesehatan atau tenaga ibu sudah

menurun biasanya terjadi perdarahan.

Usia Ny. K tergolong usia yang bukan merupakan faktor dari resiko

tinggi, termasuk dalm reproduksi sehat, sehingga tidak ditemukan

kesenjangan antara teori dan kasus.

c) Agama

Dalam lahan pasien mengatakan beragama islam sehingga setiap

harinya selalu menjalankan sholat lima waktu sesuai anjuran islam begitu

juga dengan suaminya.

Dikaji untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing

atau mengarahkan pasien untuk berdoa. (Ambarwati, 2008).


Dalam hal ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan kasus

pasien selalu berdoa untuk keselamatan diri dan bayinya.

d) Pendidikan

Menurut Romauli (2011), pendidikan dapat mempengaruhi seseorang

termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup, sedangkan menurut

Manuaba (2007), untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu/suami sebagai

dasar memberikan konseling, sehingga memudahkan Ny. K dapat

menerima konseling yang diberikan bidan.

Pada kasus Ny. K pendidikan terakhir SMP, dalam hal memberikan

konseling dan asuhan yang diberikan ibu mudah mengerti hal itu karena

rasa antusias ibu yang tinggi terhadap kehamilannya, sehingga tidak ada

kesenjangan antara teori dan kasus.

e) Pekerjaan

Pada kasus Ny. K sebagai Baby sitter dan pekerjaan Tn. S sebagai

buruh harian lepas. Hal ini menunjukan bahwa tanggung jawab

perekonomian keluarga yaitu suami dan istri.

Menurut Helen varney (2007), pekerjaan dikaji untuk mengetahui taraf

hidup dan tingkat perekonomian klien, dapat disimpulkan dalam kasus Ny.

K tidak dapat kesenjangan anatara teori dengan kasus.

f) Alamat

Dari data yang telah didapatkan ibu mengatakan beralamat di Desa

Sidamulya RT.02 RW.II Kecamatan Warureja Kabupaten Tegal.

Alamat pasien dikaji untuk mengetahui keadaan lingkungan sekitar

pasien, dan kunjungan rumah bila diperlukan, (Ambarwati, 2008).


Sehingga pada kasus ini tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori

dan kasus.

2) Keluhan utama

Pada kasus Ny. K ibu mengatakan badannya terasa lemas.

Menurut Ari Sulistyawati (2012), keluhan utama dinyatakan untuk

mengetahui alasan pasien datang ke fasilitas pelayanan kesehatan. Sedangkan

menurut Atikah (2009), pada kehamilan Anemia ringan, dengan gejala lemas,

merasa cepat lelah, mata berkunang-kunang. Dalam hal ini tidak ditemukan

kesenjangan antara teori dan kasus.

3) Riwayat Obstetri

a) Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu

Menurut manuaba (2007), riwayat obstetri dan ginekologi untuk

mengetahui riwayat persalinan dan kehamilan yang lalu. Jika riwayat

persalinan yang lalu buruk maka kehamilan saat ini harus diwaspadai .

jumlah anak ideal hanya sampai kehamilan ketiga sudah termasuk

grandemultipara harus diwaspadai perdarahan post partum. Sedangkan

menurut BKKBN (2007), jarak kehamilan yang optimal dianjurkan adalah

36 bulan.

b) Riwayat kunjungan Antenatal Care/Kehamilan sekarang

Menurut Walyani (2015), kunjungan Antenatal Care (ANC) minimal

satu kali pada trimester pertama (K1), satu kali pada trimester dua dan dua

kali pada trimester ketiga (K4).

Menurut Pantikawati (2010), kunjungan ANC minimal dilakukan 4 kali,

yaitu pada kunjungan trimester pertama (0-14 minggu) dilakukan 1 kali

kunjungan. Pada kunjungan trimester kedua (14-28 minggu) dilakukan 1


kali kunjungan serta pada kunjungan trimester ketiga (29-36 minggu)

dilakukan 2 kali kunjungan.

Dari data yang didapat dari buku KIA milik Ny. K selama hamil

melaksanakan ANC secara teratur. Trimester 1 sebanyak 2 kali, trimester

II sebanyak 2 kali, trimester III sebanyak 2 kali. Sehingga tidak ada

kesenjangan antara teori dan kasus.

Menurut pantikawati (2010), tujuan pemberian imunisasi TT adalah

untuk melindungi janin dari tetanus neonatorum, efek samping vaksin TT

yaitu nyeri, kemerah-merahan dan bengkak untuk 1-2 hari pada tempat

penyuntikan ini akan sembuh tanpa perlu pengobatan.

Dalam hal ini ibu mendapatkan imunisasi TT4, imunisasi yang

diberikan sudah sesuai, sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan

kasus.

Menurut Pantikawati (2010), tablet fe mengandung 250 mg Sulfat

Ferous 0,25 mg asam folat yang diikat dengan laktosa. Tujuan pemberian

tablet tambah darah (Fe) pada ibu hamil dan nifas, karena pada masa

kehamilan kebutuhannya meningkat seiring dengan pertumbuhan janin.

Pada kasus Ny. K sudah mendapatkan tablet tambah darah 1 x 250 mg

selama memeriksakan kehamilannya yaitu 90 tablet. Sehingga tidak ada

kesenjangan anatara teori dan kasus.

c) Riwayat menstruasi

Menurut Wiknjosatro (2007), menarche atau menstruasi merupakan

salah satu perubahan pubertas yang pasti dialami setiap pada anak

perempuan. Usia menarche sangar bervariasi biasanya dimulai antara umur

10-16 tahun. Hal ini tergantung pada berbagai faktor, termasuk kesehatan
wanita status nutrisi dan berat badan tubuh relatif terhadap tinggi tubuh.

Menarche atau menstruasi tersebut menunjukan bahwa remaja sudah

memasuki masa pubertas. Sedangkan menurut Manuaba (2007), bahwa

idealnya lama menstruasi terjadi selama 4-7 hari.

Riwayat haid Ny. K menarche 14 tahun, seklus teratur 28 hari, lama 7

hari, 2x ganti pembalut, bau khas. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa tidak ada kesenjangan antara teori dengan kasus.

Menurut Prawirohardjo (2009). Masa kehamilan dimulai dari konsepsi

sampai lahirnya janin, lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu

atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari pertama haid terakhir.

Pada kasus Ny. K telah mengalami terlambat haid dan timbul tanda-

tanda dengan hamil, ibu memeriksakan kehamilan di Bidan dengan HPHT

pada tanggal 4 Desember 2017, HPL 11 September 2018. Dengan

demikian penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan kasus.

Menurut Sarwono (2011). Dysmenorhea adalah rasa nyeri saat

menstruasi sehingga dapat menganggu pekerjaan sehari-hari, nyeri itu bisa

timbul menjelang haid, sewaktu dan setelah haid, setelah satu-dua hari atau

lama. Apabila mengalami dysmenorhea yang sangat hebat nyerinya dan

sampai penderitanya jatuh pingsan itu termasuk kedalam hal yang

patologis jadi harus memerlukan pemeriksaan dan penangnan segera.

Riwayat haid Ny. K tidak mengalami dysmenorhea, dengan demikian

tidak menemukan kesenjangan antara teori dan kasus.

d) Riwayat pengunaan kontrasepsi

Menurut Hani, dkk 2011, Riwayat KB untuk mengetahui KB terkahir

yang digunakan dan rencana KB setelah melahirkan.


Pada Ny. K sebelum kehamilan ini menggunakan pil KB selama 1

bulan, ibu berhenti karena lupa minum pil KB selama 3 hari berturut-turut.

Ibu mengatakan rencanan yang akan datang akan menggunakan KB

implant setelah bersalin, alasannya karena lebih efektif dan bisa mencegah

terjadi kehamilan yang lebih lama. Dengan demikian Ny. K tidak

ditemukan kesenjangan antara teori dan kasus.

e) Riwayat kesehatan

Pada riwayat kesehatan Ny. K serta keluarga ditemukan mempunyai

riwayat penyakit seperti penyakit infeksi dengan gejala seperti kulit tubuh

dan sklera mata keluarga kuning, demam, air seni seperti teh (Hepatitis),

tetapi ibu dan keluarga tidak pernah menderita penyakit seperti batuk yang

tidak sembuh lebih dari 2 minggu, batuk bercampur darah, keringat dingin

di malam hari, BB menurun (TBC). Demam, dari alat kelamin keluar

cairan kental/ encer berwarna putih susu/ kuning/hijau berbau dan gatal

(IMS).

Ibu mengatakan tidak pernah mengalami penyakit keturunan seperti

sering haus, mudah lapar, sering kencing pada malam hari, mudah

mengantuk, berat badan menurun (DM), sesak nafas pada udara dingin,

debu, mudah lelah, nafas berbunyi mengik (Asma), tekanan darah tinggi,

pusing, sakit pada daerah tengkuk (Hipertensi), kecelakaan/ trauma, dan

penyakit yang dioperasi.

Menurut Romauli (2011), status kesehatan merupakan salah satu faktor

yang termasuk faktor fisik yang berhubungan dengan kondisi kesehatan

ibu. Status kesehatan terhadap kehamilan terdiri dari penyakit atau

komplikasi akibat langsung kehamilan. Riwayat kesehatan keluarga


penting untuk mengidentifikasi wanita beresiko menderita penyakit

genetic yang dapat mempengaruhi hasil akhir kehamilan atau beresiko

memiliki bayi yang menderita penyakit genetic. Informasi ini juga dapat

mengidentifikasi latar belakang rasa atau etnik yang diperlukan untuk

melakukan pendekatan berdasarkan pertimbangan budaya atau untuk

mengetahui penyakit organic (Marni, 2011).

Menurut Faisal yatim (2007), hepatitis dapat diartikan peradangan hati

(liver), peradangan hati yang disebabkan oleh virus, bakteri dan parasit.

Hepatitis B adalah virus yang ditularkan melalui darah yang terinfeksi

seperti pada gangguan obat IV atau transfusi darah. (Vicky Chapman,

2006).

Menurut Achmad Feryanto (2012), tanda dan gejala yang mungkin

muncul pada penderita hepatitis B yaitu kuning pada kulit dan sklera mata,

mual, muntah, demam, nyeri perut, kembung, perut bengkak, warna air

kencing seperti air teh.

Dapat di simpulkan dalam kasus Ny. K tidak terdapat kesenjangan antara

teori dan kasus.

f) Kebiasaan

Pantang makanan penting untuk dikaji karena ada kemungkinan pasien

berpantang makan justru pada makanan yang sangat mengandung

pemulihan fisiknya, misalnya daging, ikan, telur (Sulistyawati, 2011).

Minum jamu merupakan salah satu kebiasaan yang beresiko bagi wanita

hamil, karena efek minum jamu dapat membahayakan tumbuh kembang

janin seperti menimbulkan kecacatan, abortus, BBLR, partus prematurus,

kelainan ginjal dan jantung janin, asfiksia neonatorum. Obat-obatan yang


diberikan kepada ibu hamil dapat menimbulkan efek janin seperti kelainan

bentuk anatomik atau kecacatan pada janin terutama penggunaan lambung

dalam keadaan kosong untuk merangsang gerakan peristaltic usus

(Mochtar, 2011).

Pada Ny. K tidak mempunyai pantangan makan, tidak pernah minum

jamu selama kehamilan, tidak pernah minum obat-obatan selain dar tenaga

kesehatan, tidak pernah minum-minuman keras, tidak merokok sebelum

dan selama hamil. Dapat disimpulkan Ny. K tidak ada kesenjangan antara

teori dan kasus.

4) Kebutuhan sehar-hari

a) Pola nutrisi

Pada Ny. K pola makan 3 kali/hari, dengan menu seimbang, lauk,

sayuran, sedangkan frekuensi minum 7-8 gelas/ hari, dengan minum air

putih dan teh, dan tidak ada gangguan pada makan dan minum.

Menurut Rukiyah (2009), pada saat hamil, kasus makan-makanan yang

megandung nilai gizi bermutu tinggi, gizi pada waktu hamil harus di

tingkatkan hingga 300 kkal/hari. Ibu hamil harusnya mengonsumsi

makanan yang mengandung protein, zat besi, dan minuman cukup cairan

(menu seimbang).

Dapat disimpulkan pada Ny. K terdapat kesenjangan antara teori dan

kasus.

b) Pola eliminasi

Pada Ny. K pola eliminasi sebelum hamil dan saat hamil frekuensi

BAB 1x, warnanya kuning kecoklatan, konsistensi lembek dan tidak ada

gangguan ibu juga BAK dalam sehari 5-6 x sehari, dan selama hamil Ny.
K untuk BAK dalam sehari 6-7 x sehari warna kuning jernih dan tidak ada

gangguan.

Menurut Kusmiyati (2009), termasuk buang air kecil tidak mengalami

kesulitan, bahkan cukup lancar, untuk memperlancar dan mengurangi

infeksi kandung kemih yaitu dengan minum dan menjaga kebersihan

sekitar alat kelamin. demikian dapat disimpulkan pada kasus Ny. K tidak

terdapat kesenjangan teori dan kasus.

c) Pola istirahat

Menurut Nugroho, dkk (2014), ibu hamil sebaiknya memiliki jam

istirahat/ tidur yang cukup kurang istirahat/ tidur ibu hamil akan terlihat

pucat, lesu dan kurang gairah. Usahakan tidur malam ±8 jam dan ±1 jam.

Pada kasus Ny. K di dapatkan hasil pola istirahat pada Ny. K dalam

batas normal. Dengan demikian antara teori dan kasus tidak ada

kesenjangan.

d) Pola personal Hygiene

Menurut Nugroho, dkk (2014), kebersihan diri selama hamil sangat

penting untuk dijaga oleh seorang ibu hamil, personal hygiene buruk dapat

berdampak terhadap kesehatan ibu dan janin, sebaiknya ibu hamil mandi,

gosok gigi dan ganti pakaian minimal 2 kali sehari, menjaga kebersihan

alat genetal dan pakaian dalam, menjaga kebersihan payudara.

Dalam kasus Ny. K di dapatkan hasil pola personal hygiene dalam

batas normal. Dengan demikian tidak ditemukan kesenjangan antara teori

dan kasus.

e) Pola seksual
Pada Ny. K sebelum hamil melakukan hubungan seksual seminggu 1

kali dan tidak ada gangguan, namun selama hamil ibu tidak pernah

melakukan hubungan seksual dikarenakan anak yang terakhir masih tidur

bersama dengan ibu dan suami jarang dirumah.

Selama kehamilan berjalan normal, koitus diperbolehkan sampai akhir

kehamilan. Koitus tidak dibenarkan bila : riwayat abortus berulang,

terdapat perdarahan pervaginam, ketuban pecah dini serviks telah

membuka (Rukiyah, 2009).

Dengan demikian tidak ditemukan kesenjangan antara teori dengan

kasus.

5) Riwayat psikologi

Pada Ny. K merupakan anak yang tidak diharapkan anak yang tidak di

harapkan dikarenakan ibu lupa minum pil KB selama 3 hari berturut-turut,

namun ibu mencoba senang dengan kehamilannya.

Menurut Kusmiyati (2009), kehamila adalah suatu krisis yang dapat

menimbulkan stres, tetapi memberi makna karena dengan keadaan tersebut

wanita akan menyimpan diri untuk memberi perawatan dengan mengemban

tanggung jawab yang lebih besar.

Menurut Sulistyawati (2012), tingkat sosial ekonomi sangat berpengaruh

terhadap kondisi kesehatan fisik dan psikologis ibu hamil. Pada ibu hamil

dengan tingkat sosial ekonomi yang baik, otomatis akan mendapatkan

kesejahteraan fisik dan psikologis yang baik. Sementara pada ibu hamil dengan

kondisi ekonomi yang lemah maka ia akan mendapatkan banyak kesulitan,

terutama masalah kebutuhan primer.


Dapat disimpulkan dalam kasus Ny. K tidak terdapat kesenjangan antara

teori dan kasus.

6) Riwayat sosial ekonomi

Menurut Sibagariang (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi gizi ibu

hamil diantaranya yaitu status ekonomi dan status sosial karena mempengaruhi

seorang wanita dalam memilih makanannya.

Pada kasus Ny. K tanggung jawab perekonomian di tanggung oleh suami

dengan menghasilkan kurang mencukupi dan pengambilan kuputusan

ditentukan oleh suami dan istri. Dengan demikan tidak terdapat kesenjangan

antara teori dengan kasus.

7) Data perkawinan

Menurut varney (2007), pada riwayat perkawinan yang perlu dikaji adalah

beberapa kali menikah, status menikah sah atau tidak, karena bila melahirkan

tanpa status yang jelas akan berkaitan dengan psikologinya.

Pada data perkawinan ini adalah perkawinan pertama dengan suami

sekarang dan sah terdaftar di KUA. Dengan demikian penulis tidak

menemukan kesenjangan antara teori dengan kasus.

8) Data spiritual dan sosial budaya

Menurut Yetti (2010), data sosial budaya untuk mengetahui pasien dan

keluarga yang menganut adat istiadat yang akan menguntungkan atau

merugikan pasien pada kasus Ny. K ibu mengatakan keadaan sosial budaya

tidak ada masalah, dengan demikian antara teori dan kasus tidak terdapat

kesenjangan.
9) Data pengetahuan ibu

Berisi tentang data pengetahuan apa saja yang sudah ibu ketahui selama

hamil.

Pada Ny. K sudah mengerti bahwa kehamilannya beresiko karena HB <11

gr% dan ibu terkena penyakit infeksi hepatitis.

b. Data Obyektif

Mengambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil

laboratorium dan uji diagnostik yang lain dirumuskan dalam data fokus untuk

mendukung asuhan kebidanan langkah pertama varney.

1)Pemeriksaan fisik

Pemriksaan fisik, keadaan umum baik, kesadaran composmetis tinggi badan

147 cm, berat badan saat hamil 55 kg, LILA 27 cm, TD 110/70 mmHg, Nadi

89 x/menit, Respirasi 23 x/menit, Suhu tubuh 36,5 0C. Secara inspeksi, kepala

mesosepal, rambut bersih, tidak rontok, muka tidak pucat dan oedem, mata

simetris konjungtiva pucat, sclera kuning, telinga dan hidung tidak ada

kelainan, mulut dan gigi bersih, tidak ada caries pada gigi, tidak ada

pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis pada leher, tidak ada pembesaran

kelenjar limfe pada ketiak, ekstremitas tidak varices dan udem.

Menurut Pantikawati (2010), pengukuran tanda-tanda vital meliputi tekanan

darah yang normal dibawah 130/90 mmHg, temperatur normal 36,5-37,50C,

denyut nadi normal 55-80x/menit dan pernafasan normalnya 16-24x/menit.

Pemeriksaan tekanan darah dilakukan untuk mengetahui standar normal, tinggi

atau rendah, pengukuran tinggi dan berat badan untuk mengetahui tingkat

kesehatan klien apakah mempunyai berat badan yang normal atau klien

mempunyai gizi buruk.


Menurut Ari Sulistyawati (2010), tinggi badan diperiksa sekali pada saat ibu

hamil datang pertama kali kunjungan dilakukan untuk mendeteksi tinggi badan

ibu hamil < 145 cm tergolong resiko tinggi, kenaikan berat badan ibu hamil

minimal rata-rata 6,5 kg, LILA 23,5 cm

Dapat disimpulkan dalam kasus Ny. K tidak ada kesenjangan antara teori

dan kasus.

2)Pemeriksaan obstetri

a) Pemeriksaan palpasi

Pada pemeriksaan didapatkan TFU 29 cm, DJJ 145 x/menit, leopold I

tiga jari dibawah prosecus xifodeus ibu teraba bulat, lunak, tidak melenting

(bokong), leopold II pada perut sebelah kanan ibu teraba panjang, keras, ada

tahanan (punggung), pada perut sebelah kiri ibu teraba bagian-bagian kecil-

kecil, tidak merata (ekstremitas), leopold III pada bagian bawah perut ibu

teraba bulat, keras, melenting (kepala), leopold IV bagian terbawah janin

yaitu kepala belum masuk PAP (konvergen), TFU : 29 cm, TBBJ : 2,635

gram.

Menurut Rustam Mochtar (2011), pemeriksaan palpasi untuk

menentukan letak dan presentasi, dapat diketahui dengan menggunakan

palpasi, salah satu palpasi yang sering digunakan adalah menurut Leopold

dan untuk TFU dapat dilakukan dengan cara Mc. Donald dengan

menggunakan pita ukur kemudian dilakukan perhitungan tafsiran berat janin

dengan rumus (TFU dalam cm) – n x 155 = gram bila kepala belum masuk

panggul n= 12, bila kepala sudah masuk panggul n=11, sehingga dalam ksus

ini tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

b) Pemeriksaan Auskultasi
Pada pemeriksaan auskultasi denyut jantung janin : 145 x/menit reguler.

Menurut Pantikawati (2010), denyut jantung janin normal 120-160

kali/menit. Apabila kurang dari 120 x/menit disebut brakikardi, sedangkan

bila lebih dari 160 x/menit disebut takhikardi. Sehingga dalam kasus ini

tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan kasus.

3)Pemeriksaan penunjang

Pada pemeriksan penunjang didapatkan pemeriksaan HB 10,6 gr%

Golongan darah O, Hbsag : Reaktif dan HIV : Non Reaktif

Menurut Pantikawati (2010), pemeriksaan HB dilakukan minimal 2 kali

selama kehamilan yaitu selama kehamilan trimester I dan II, menurut Depkes

(2009), pemeriksaan HB normal 11 gr%, anemia ringan 9-10,9 gr%, anemia

sedang 7-8,9 gr%, anemia berat <7 gr%. Sehingga dalam kasus ini tidak ada

kesenjangan antara teori dengan kasus.

2. Interpretasi Data

Pada kasus Ny. K umu 26 tahun G3 P2 A0 hamil 34 minggu lebih 4 hari, janin

tunggal, hidup, intra uterin, letak memanjang, punggung kanan, presentasi kepala,

konvergen, dengan hepatitis B, anemia ringan dan jarak kehamilan kurang dari 2

tahun.

Menurut Rita Yulifah (2013), interpretasi data merupakan identifikasi diagnosis

atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data

yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan

sehingga dapat dirumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik.

a. Diagnosa Nomenklatur

Dari pemeriksaan yang dilakukan didapatkan diagnosa Ny. K umur 26 tahun G3

P2 A0 hamil 34 minggu lebih 4 hari, janin tunggal, hidup, intra uterin, letak
memanjang, punggung kanan, presentasi kepala, konvergen, dengan hepatitis B,

anemia ringan dan jarak kehamilan kurang dari 2 tahun.

b. Masalah

Pada kasus ini ditemukan masalah pada Ny. K yaitu ibu mengatakan sering

merasa lemas dan cepat lelah.

Menurut Atikah (2009), tanda dan gejala anemia pada ibu hamil yaitu keluhan

lemah, pucat, mudah pingsan, mengalami malnutrisi, cepat lelah, sering pusing,

mata berkunang-kunang.

Menurut Green (2016), tanda dan gejala yang muncul pada penderita hepatitis B

yaitu kuning pada kulit dan sclera mata, mual,muntah, nyeri perut,

lemas,kembung.

Dapat disimpulkan dalam kasus Ny. K dengan keluhan sering merasa lemas

sesuai dengan teori tanda gejala anemia dan tanda gejela pada penderita hepatitis,

dengan demikian tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan kasus.

c. Kebutuhan

Pada kasus ini dilakukan asuhan sesuai kebutuhan terhadap Ny. K yaitu

memberikan pendidikan kesehatan tentang anemia ringan dan hepatitis B,

diperlukan kebutuhan seperti istirahat yang cukup, kurangi aktivitas yang terlalu

berat, anjurkan kepada ibu untuk mengonsumsi tablet Fe secara rutin dan dengan

cara yang benar, pendekatan untuk memberikan KIE penyakit ibu.

Menurut Sulistyawati (2012), dalam hal ini bidan menentukan kebutuhan

pasien berdasarkan keadaan dan masalahnya dengan cara memberikan konseling

sesuai kebutuhan. Dapat disimpulkan dalam kasus Ny. K tidak ada kesenjangan

antara teori dengan kasus.


3. Diagnosa Potensial

Dari kasus Ny. K hasil pengkajian dan interpretasi data bahwa Ny. K pada ibu

akan mengalami : kanker hati, hepatitis akut, anemia berat, perdarahan post partum,

prematur, mudah terjadi infeksi, ketuban pecah dini.

Pada bayi akan mengalami : hepatitis virus, kematian janin, BBLR, cacat bawaan,

mudah terjadi infeksi, prematur.

Kehamilan sendiri tidak memperberat infeksi virus hepatits, akan tetapi jika terjadi

infeksi pada kehamilan bisa mengakibatkan terjadinya hepatitis akut yang dapat

menimbulkan resiko tinggi pada ibu dan bayi. Pada ibu dapat menimbulkan

perdarahan karena. Pada bayi dapat menimbulkan masalah yang serius umunya tidak

terjadi pada neonatus, tetapi pada masa dewasa. Jika terjadi penularan sekitar 60-90 %

akan tejadi mengidap kronik VHB (Hepatitis B) dan 30% kemungkinan akan

menderita kanker hati atau sirosis hati sekitar 40 tahun kemudian. (Prawirohardjo,

2014).

Bahaya anemia pada kehamilan, persalinan, nifas dan janin yaitu anemia berat,

perdarahan post partum, persalinana prematur, mudah terjadi infeksi, ketuban pecah

dini. (Manuaba, 2007).

Resiko jarak kehamilan kurang dari 2 tahun yaitu keguguran, anemia, BBLR, cacat

bawaan, prematur. (BKKBN, 2007).

Menurut Sulistyawati (2012), pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau

diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah. Langkah ini membutuhkan

antisipasi penanganan, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil terus

mengamati kondisi klien. Bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa atau

masalah potensial benar-benar terjadi.


Bidan dalam melakukan tindakan harus sesuai dengan prioritas masalah atau

kebutuhan klien, setelah bidan merumuskan tindakan yang perlu dilakukan untuk

mengantisipasi diagnosa atau masalah potensial pada tahap sebelumnya. Bidan juga

harus merumuskan tindakan segera yang harus dirumuskan untuk menyelamatkan

ibu, diantaranya bidan mampu melaksanakan tindakan secara mandiri, kolaborasi

dan rujuk. Dapat disimpulkan dalam kasus Ny. K ada kesenjangan antara teori

dengan kasus.

Alasannya karena teori dengan kasus tidak sesuai dan tidak terjadi pada ibu

dengan masalah-masalah yang mungkin akan terjadi seperti yang dijelaskan pada

diagnosa di atas, dan ibu tidak ditemukan komplikasi selama kehamilan.

4. Antisipasi Penanganan Segera

Menurut Wildan (2011), cara ini dilakukan setelah masalah dan diagnosa

potensial diidentifikasi penetapan kebutuhan ini dilakukan dengan cara

mengantisipasi dan menentukan kebutuhan apa saja yang akan diberikan pada pasien

dengan melakukan konsultasi dan kolaborasi dengan kesehatan.

Pada kasus Ny. K ibu memerlukan antisispasi penanganana segera yaitu

kolaborasi dengan Dokter Sp.PD dan Dokter Sp.OG, konsumsi tablet Fe dan

pemantauan Gizi ibu hamil. Hal ini karena ibu mempunyai diagnosa potensial. Dapat

disimpulkan dalam kasus Ny. K tidak ditemukan masalah seperti di diagnosa

potensial setelah dilakukan antisipasi penanganan segera, dengan demikian tidak

terdapat kesenjangan antara teori dan kasus.

5. Intervensi

Menurut Hidayat (2008), intervensi adalah merencanakan asuhan yang

komprehensif/menyeluruh. Pada langkah ini direncanakan usaha yang ditentukan


oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen

terhadap masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau diantisipasi.

Pada langkah ini penulis memberikan asuhan sebagai berikut: Beritahu ibu hasil

pemeriksaan yang telah dilakukan, beritahu ibu tentang bahaya anemia, berikan

informasi pada ibu tentang penyakit Hepatitis pada ibu hamil, beritahu ibu tentang

pendidikan kesehatan jarak kelahiran kurang dari 2 tahun, anjurkan ibu untuk minum

obat tambah darah, beritahu ibu makanan yang mengandung zat besi, beritahu ibu

tentang diit hepatitis, beritahu ibu tentang tanda bahaya TM III, beritahu ibu untuk

periksa/ komunikasi bila ada keluhan lebih lanjut.

Dalam tahap perencanaan ini tidak ada hambatan yang dijumpai, sehingga tidak

ditemukan kesenjangan antara teori dengan kasus.

6. Implementasi

Pada kasus ini penulis memberikan asuhan berdasarkan keluhan pasien antara

lain: memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, memberitahu ibu

tentang bahaya anemia, memberikan informasi pada ibu tentang penyakit Hepatitis

pada ibu hamil, memberitahu ibu tentang pendidikan kesehatan jarak kelahiran

kurang dari 2 tahun, menganjurkan ibu untuk minum obat tambah darah,

memberitahu ibu makanan yang mengandung zat besi, memberitahu ibu tentang diit

hepatitis, memberitahu ibu tentang tanda bahaya TM III, beritahu ibu untuk periksa/

komunikasi bila ada keluhan lebih lanjut.

Menurut Achmad Feryanto (2012), tanda dan gejala yang mungkin muncul pada

penderita hepatitis B yaitu kuning pada kulit dan sklera mata, mual, muntah, demam,

nyeri perut, kembung, perut bengkak, warna air kencing seperti air teh.

Sedangkan menurut Hidayat (2008), implementasi adalah melaksanakan rencana

asuhan komprehensif. Dalam melaksanakan tindakan dapat seluruhnya dilakukan


oleh bidan yang sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya, jika

bidan tidak melakukan tindakan itu sendiri ia tetap memikul tanggung jawab untuk

mengarahkan pelaksanaannya. Pelaksanaan yang efisien akan berhubungan dengan

waktu dan biaya yang dapat meningkatkan mutu dan asuhan klien. Asuhan yang

telah diberikan dalam Ny. K tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan kasus,

karena sesuai dengan asuhan yang diberikan pada ibu hamil TM III.

7. Evaluasi

Pada kasus ini evaluasi dilakukan setelah rencana tindakan dilakukan atau

diberikan, setelah dilakukan tindakan pada Ny. K hasilnya adalah ibu sudah tahu

hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, ibu sudah mengerti tentang anemia, ibu

sudah mengerti tentang hepatitis pada ibu hamil dan bahayanya, ibu sudah mengerti

tentang bahaya dari jarak kelahiran kurang dari 2 tahun, ibu mengerti dan bersedia

meminum tablet fe sesuai anjuran, ibu bersedia makan-makanan yang dianjurkan

oleh bidan, ibu sudah mengerti tentang tanda bahaya TM III, ibu mengatakan

bersedia dengan anjuran yang diberikan, ibu bersedia untuk kunjungan ulang yaitu

tanggal 20 Agustus 2018.

Menurut Sulistyawati (2009), evaluasi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana

keberhasilan asuhan yang kita berikan kepada pasien, dengan pengobatan yang

dilakukan. Hasilnya cenderung akan membaik.

Pada Ny. K setiap asuhan sudah dilakukan sesuai dengan rencana yang dilakukan

secara efektif. Sehingga tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan kasus.
Tabel Cacatan kunjungan kehamilan

N Tanggal Diagnosa Intervensi


o
1 14 Agustus Ny. K umur 26 tahun G3 P2 A0 Memberitahu ibu hasil
. 2018 hamil 35 minggu lebih 5 hari pemeriksaan yang telah
(TM III) janin tunggal, hidup, intra dilakukan, memberitahu ibu
uterin, letak memanjang, untuk makan-makanan yang
punggung kanan, presentasi banyak mengandung zat
kepala, konvergen dengan besi, menganjurkan ibu
Hepatitis B, anemia ringan dan untuk melakukan diit
jarak kehamilan kurang dari 2 hepatitis, menganjurkan ibu
tahun. melanjutkan terapi yang
diberikan bidan,
memberitahu ibu untuk rutin
mengikuti kelas ibu hamil,
menganjurkan pada ibu
untuk istirahat yang cukup,
memberitahu ibu untuk
kunjungan ulang.

2 20 Agustus Ny. K umur 26 tahun G3 P2 A0 Menganjurkan ibu untuk


. 2018 hamil 36 minggu 4 hari janin tetap minum obat tambah
(TM III) tunggal, hidup, intra uterin, darah, menganjurkan ibu
letak memanjang, punggung untuk selalu mengonsumsi
kanan, presentasi kepala, sayuran berdaun hijau dan
konvergen, dengan Hepatitis B, makana yang mengandung
anemia ringan dan jarak zat besi, menganjurkan ibu
kehamilan kurang dari 2 tahun. untuk melakukan diit
hepatitis, memberitahu ibu
untuk sering melakukan
komunikasi bila ada
keluhan, menganjurkan ibu
untuk istirahat yang cukup,
menganjurkan ibu untuk
periksa kembali ke bidan
jika merasakan kenceng-
kenceng yang sering dan
teratur.
B. Asuhan Kebidanan Pada Persalinan

1. Catatan persalinan

a. Data Subyektif

Pengkajian yang dilakukan pada Ny. K didapatkan yaitu ibu merasakan

kenceng-kenceng tanggal 22 Agustus 2018 jam 12.30 WIB semakin lama

kencengnya semakin sering dan teratur, dan keluar cairan dari jalan lahir.

Data pada jam 16.30 Ny. K datang ke rumah bidan dan pada jam 18.30 WIB Ny.

K di bawa ke Puskesmas Warureja dan di lakukan pemeriksaan dalam dan di

dapatkan pembukaan 1 cm portio lunak, kontraksi uterus 2x10 menit lamanya 25

detik pada pukul 19.00 dan setelah di lakukan konsultasi dokter akhirnya Ny. K

di rujuk ke RS. Siaga Medika Pemalang , karena kehamilan Ny. K disertai dengan

Hepatitis.

Menurut Manuaba (2010), persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi

(janin dan plasenta) yang telah cukup umur kehamilannya dan dapat hidup di luar

kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain dengan bantuan atau dengan

kekuatan ibu sendiri.

b. Data Obyektif

Pada pemeriksaan yang dilakukan pada Ny. K di dapatkan keadaan umum

baik, kesadaran composmetis tekanan darah 110/70 mmHg, suhu 36,5 0C, nadi 82

x/menit, respirasi 20 x/menit sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan

kasus.

Menurut buku sulityawati (2013) kesadaran dikaji untuk mendapatkan

gambaran tentang kesadaran pasien, normalnya kesadaran composmetis dan

normalnya keadaan umum baik sehingga dapat di kaji untuk mengamati keadaan

pasien keseluruhan.
Pada pemeriksaan Leopold pada Ny. K di temukan Lopold 1 pada bagian

janin, bulat, lunak, tidak melenting yaitu bokong janin, Leopold II bagian perut

kanan ibu teraba bagian keras memanjang ada tahanan yaitu bokong dan pada

bagian perut kiri ibu teraba bagina kecil-kecil tidak merata yaitu ekstremitas

janin, Leopold III teraba bagian buat, keras, melenting yaitu kepala janin,

Leopold IV bagian terbawah janin belum masuk PAP yaitu konvergen.

Pada pengkajian yang dilakukan pada Ny. K didapatkan pemeriksaan fisik

keadaan umum baik, kesadaran composmentis. Tekanan darah 110/70 mmHg,

Nadi 82 x/menit, Pernafasan 20 x/menit, suhu 36,50C, Lila 27 cm. Konjungtiva

pucat, sklera kuning. Pada pemeriksaan palpasi didapatkan TFU 35 cm, TBBJ

3,720 gram, DJJ 140x/menit, gerakan janin aktif. Terdapat kontraksi/his 2x

dalam 10 menit 25 detik teratur. Vulva vagina tidak terdapat kelainan, tidak ada

pembesaran kelenjar bartolini dan varices. Pada anus tidak hemoroid. Setelah

pemeriksaan fisik, dilakukan pemeriksaan dalam atas indikasi menilai adanya

tanda persalinan, hasil pemeriksaan VT (Vaginal Toucher), vulva tidak ada

oedema, didapat Ø 1 cm, portio tebal, ketuban (+), presentasi kepala, penurunan

Hodge III, titik petunjuk UUK, tidak ada bagian yang terkemuka, HB 10,2 gr%.

c. Assesment

Menurut Rita Yulifah (2013) assesment adalah gambaran pendokumentasian

hasil analisis dan interpretasi data subyektif dan obyektif dalam satu identifikasi.

Maka di dapatkan assesment Ny. K umur 26 tahun GIII PII A0 hamil 37

minggu janin tunggal, hidup intra uterin, letak memanjang, punggung kanan,

presentasi kepala, divergen dengan inpartu kala I fase laten dengan Hepatitis B,

Anemia ringan dan jarak kehamilan < 2 tahun.


Menurut yanti (2010), pembagian fase kala 1 ada dua yaitu fase laten yang

dimulai dari pembukaan 0 sampai 3 cm membutuhkan waktu 8 jam, dan fase aktif

yang terbagi lagi menjadi fase Accelerasi (fase percepatan) dari pembukaan 3 cm

sampai 4 cm yang dicapai dalam 2 jam, fase Dilaktasi Maksimal dari pembukaan

4 cm sampai 9 cm yang dicapai dalam 2 jam, fase Deselarasi (kurangnya

kecepatan) dari pembukaan 9 cm sampai 10 cm selama 2 jam.

d. Planning

Menurut Muslihatun, dkk (2009), palnning adalah membuat rencana asuhan

saat ini dan yang akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisis

dan interpretasi data.

Menurut JNPK-KR (2008) interpretasi pada persalinan kala 1 yaitu

mempersiapkan ruangan untuk persalinan, persiapan bahan-bahan atau obat-

obatan yang kemungkinan akan di butuhkan pada saat persalinan, memberikan

ibu support mental persiapan rujukan seperti BAKSO KUDA jika suatu akan

terjadi komplikasi pada saat persalinan dan memerlukan untuk di rujuk.

Tindakan yang tenaga medis berikan kepada Ny. K memberitahu ibu bahwa

kondisi ibu dan janin baik semua, memberitahu ibu bahwa ibu akan dirujuk ke

Rumah Sakit sehubungan dengan hasil pemeriksaan bahwa ibu positif Hepatitis

B, memberikan ibu support mental bahwa ibu tidak perlu khawatir menghadapi

persalinan karena ibu akan di tangani oleh dokter melakukan persiapan BAKSO

KUDA seperti membawa obat-obatan yang diperlukan persiapan alat dan

membawa HbIG untuk di bawa ke rumah sakit agar bayi langsung di berikan

imunisasi HbIG segera setelah lahir 1 jam sebelum imunisasi HB0. Dalam hal ini

tindakan dan teori sesuai sehingga tidak terjadi kesenjangan anatara teori dan

kasus.
C. Asuhan Bayi Baru Lahir

1. Kunjungan bayi baru lahir 3 hari

a. Data Subyektif

Ibu mengatakan bayinya lahir tanggal 23 Agustus 2018 jam 02.35 WIB, ibu

mengatakan bayinya berjenis kelamin laki-laki.

Menurut Saefudin (2009), asuhan bayi baru lahir adalah asuhan yang

diberikan pada bayi tersebut selama jam pertama setelah kelahiran, sebagian

besar bayi yang baru lahir akan menunjukan usaha bernafas secara sepontan.

Dalam hal ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dengan

kasus.

b. Data Obyektif

Pada pemeriksaan fisik bayi di dapatkan hasil keadaan umum bayi baik,

kesadaran composmetis, Suhu 36,80C, Nadi 109x/menit, Pernafasan

48x/menit, 3500 gram, PB 48 cm, LILA 10 cm, LIKA/LIDA 33/33 cm.

Dari hasil pemeriksaan fisik berdasarkan status present bayi menunjukan

bahwa kepala bayi berbentuk mesochepal, ubun-ubun rata tidak cekung, sutura

tidak ada molase, muka tidak ikterik, mata simetris, hidung tidak ada polip,

tidak ada pernafasan cuping hidung, bibir kemerahan, tidak ada labioskisis

maupun labiopalatoskisis, telinga simetris, tidak ada kelainan, leher tidak ada

pembesaran vena jugularis, pernafasan teratur, tidak ada pembesaran hepar,

tali pusat segar tidak layu, pada genetalia testis sudah turun ke skrotum, bayi

tidak mengalami atresia ani dan ekstremitas tidak mengalami polidaktil dan

sindaktil. Reflek pada bayi normal. Reflek suching (reflek menghisap) ada dan

aktif, reflek rooting (reflek mencari) ada dan aktif, reflek graps (reflek
menggenggam) ada dan aktif, reflek moro (reflek terkejut) ada dan aktif,

reflek tonic neck (reflek leher) ada dan aktif.

Menurut Jenny J.S (2013), berat badan lahir bayi antara 2500-4000 gram,

panjang badan 48-50 cm, lingkar dada 32-34 cm, lingkar kepala 33-35 cm,

bunyi jantung pertama ± 180 x/menit, kemudian turun sampai 140-120

x/menit. Pada bayi berumur 30 menit, pernafasan cepat pada menit-menit

pertama kira-kira 80 x/menit disertai pernafasan cuping hidung, retraksi

suprastenal dan intrakostal, serta rintihan hanya berlangsung 10-15 menit,

eliminasi, urine dan mekonium normalnya keluar pada 24 jam pertama.

Mekonium memiliki karakteistik hitam kehijauan dan lengket.

Sedangkan menurut Manuaba (2007), akibat anemia pada kehamilan akan

menyebabkan berat badan lahir rendah (BBLR), kelahiran dengan anemia,

dapat terjadi cacat bawaan, bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian

perinatal.

Dari kasus ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dengan

kasus karena sesuai dengan gambaran umum bayi baru lahir normal.

c. Assesment

Bayi Ny. K umur 3 hari jenis kelamin laki-laki menangis kuat, keadaan baik

A/S 8-9-10 dengan bayi baru lahir normal.

Menurut Yeyeh (2013), bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam

presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia

kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan

2500-4000 gram, nilai apgar >7 dan tanpa cacat bawaan. Pada kasus ini tidak

ditemukan kesenjangan antara teori dengan kasus.


d. Planning

Menurut Muslihatun, dkk (2009), planning adalah membuat rencana asuhan

saat ini dan yang akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil

analisis dan interpretasi data.

Perencanaan yang dilakukan pada asuhan pada bayi baru lahir 3 hari pada

bayi Ny. K seperti : memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan,

memberitahu ibu cara merawat tali pusat yang benar, memberitahu ibu cara

menjaga kehangatan bayi, menganjurkan ibu untuk memberikan ASI secara

rutin, memberitahu ibu untuk sering mengganti diapers/popok/baju bayi,

memberitahu ibu untuk datang keposyandu atau kebidan untuk menimbang

bayi.

Menurut JNPK-KR (2008), asuhan bayi baru lahir antara lain pencegahan

infeksi, penilaian bayi baru lahir, mencegah kehilangan panas, melakukan

inisiasi menyusu dini (IMD), memberikan Vitamin K, perawatan mata,

pemberian Imunisasi HBIG 1 jam sebelum imunisasi HB0. Sehingga tidak ada

kesenjangan antara teori dan kasus.

2. Kunjungan Bayi Baru Bahir 8 hari

a. Data Subyektif

Ibu mengatan bayinya tidak ada keluhan apapun dan ibu mengatakan

anaknya tidak rewel dan menyusu kuat.

Menurut JNPK-KR (2008), tanda bahaya bayi baru lahir adalah tidak dapat

menetek, kejang, bayi bergerak hanya jika dirangsang, kecepatan nafas (> 60

kali/menit)/ lambat (< 30 kali/menit), tarikan dinding dada yang dalam, suhu

aksila demam (> 37,50C)/ dingin (< 360C), merintih, nanah banyak dimata,

pusar kemerahan/ diare.


b. Data Obyektif

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum bayi baik, kesadaran

composmetis, Suhu 36,60C, Nadi 110 x/menit, Pernafasan 51 x/menit, BB 3600

gram, PB 48 cm, LILA 10 cm, LIKA/LIDA 34/33 cm, BAB 2x/hari, BAK 7

x/hari

Pengkajian atau pemeriksaan fisik pada bayi dilakukan secara menyeluruh.

Pengkajian ini bertujuan untuk mengkaji adaptasi bayi baru lahir dan

memastikan bayi dalam keadaan normal atau mengalami penyimpangan.

(Muslihatun, dkk. 2009).

Dari kasus ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dengan

kasus karena sesuai dengan gambaran umum bayi baru lahir normal.

c. Assesment

Bayi Ny. K umur 8 hari, jenis kelamin laki-laki dengan bayi baru lahir

normal.

Menurut Jenny J.S (2013) bayi lahir normal adalah berat badan lahir bayi

antara 2500-4000 gram, panjang badan bayi 48-50 cm, lingkar kepala bayi 33-

35 cm, lingkar dada bayi 32-34 cm.

Pada kasus ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dengan kasus.

d. Planning

Perencanaan yang dilakukan pada asuhan pada bayi baru lahir 8 hari pada

bayi Ny. K seperti: memberitahu ibu untuk menyusui bayi lebih sering,

menganjurkan ibu untuk selalu menjaga kehangatan bayi, memberitahu ibu jika

ibu/anggota keluarga sedang sakit hendaknya jangan dekat dengan bayi terlebih

dahulu, mengecek bayinya apakah kebutuhan ASI nya tercukupi atau tidak.
Menurut Wildan (2008), planning/perencaan dilakukan dengan

melaksanakan rencana asuhan kebidanan yang menyeluruh dan dibatasi oleh

standar asuhan kebidanan pada bayi baru lahir. Dengan demikian tidak

ditemukan kesenjangan antara teori dengan kasus.

3. Kunjungan Bayi Baru Lahir 2 minggu

a. Data Subyektif

Ibu mengatakan pola tidur bayinya cukup, bayinya disusu secara on

demand, bayinya menetek dengan baik, dan BAB 2 x/hari, BAK 7 x/hari.

Menurut Marni (2012), pemberian ASI sebaiknya sesering mungkin tidak

perlu dijadwal, bayi disusui sesuai dengan keingnannya (on demand).

Pada kasus ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dengan

kasus.

b. Data Obyektif

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum bayi baik, kesadaran

composmetis, Suhu 36,80C, Nadi 105 x/menit, Pernafasan 34 x/menit, BB

3600 gram, PB 49 cm , LILA 10 cm, LIKA / LIDA 34 / 33 cm, BAB 2

x/menit, BAK 7 x/menit, kulit tidak kering.

Pengkajian atau pemeriksaan fisik pada bayi dilakukan secara

menyeluruh. Pengkajian ini bertujuan untuk mengkaji adaptasi bayi baru lahir

dan memastikan bayi dalam keadaan normal atau mengalami penyimpangan.

(Muslihatun, 2010).

Dari kasus ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dengan

kasus karena sesui dengan gambaran umum bayi baru lahir normal.

c. Assesment
Bayi Ny. K umur 2 minggu, jenis kelamin laki-laki dengan bayi baru lahir

normal.

Menurut muslihatun, dkk (2009), masa neonatal adalah masa sejak lahir

sampai 4 minggu (28 hari) setelah melahirkan neonatus adalah berumur 0 (baru

lahir) samapi dengan usia 1 bulan sesudah lahir. Neonatus dini adalah bayi

berusia 0-7 hari, neonatus lanjut adalah bayi berusia 7-28 hari.

Pada kasus ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dengan kasus.

d. Planning

Perencanaan yang dilakukan pada asuhan bayi baru lahir 2 minggu pada

bayi Ny. K seperti : memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan,

memberitahu ibu untuk selalu menjaga kesehatan ibu dan bayinya,

menganjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI saja.

Menurut JNPK-KR (2008), tanda bahaya bayi baru lahir adalah tidak dapat

menetek, kejang, bayi bergerak hanya jika dirangsang, kecepatan nafas (> 60

kali/menit)/ lambat (< 30 kali/menit), tarikan dinding dada yang dalam, suhu

aksila demam (> 37,50C)/ dingin (< 360C), merintih, nanah banyak dimata,

pusar kemerahan/ diare.

Dengan demikian tidak ditemukan kesenjangan antara teori dengan kasus.

4. Kunjungan Bayi Baru Lahir 6 minggu

a. Data Subyektif

Ibu mengatakan bayinya tidak ada keluhan dan bayinya sering menyusu,

dan ibu mengatakan bayinya belum di imunisasi BCG dan Polio 1 di posyandu.
Menurut Saefudin (2009), asuhan bayi baru lahir adalah asuhan yng

diberikan pada bayi tersebut selama jam pertama setelah kelahiran, sebagian

besar bayi yang lahir akan menunjukan usaha bernafas secara sepontan.

Pada kasus ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dengan

kasus karena By. Ny. K tidak ada keluhan.

b. Data Obyektif

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum bayi baik, kesadaran

composmetis, Suhu 36,70C, Nadi 106 x/menit, Pernafasan 36 x/menit, BB

4500gram, PB 50 cm. Dari pemeriksaan fisik bayi menunjukan bahwa mata

simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih, bayi menghisap kuat,

pergerakan nafas normal, BAB 2-3 x/menit, BAK 7 x/menit.

Menurut Jenny J.S (2013), berat badan lahir bayi antara 2500-4000 gram,

panjang badan 48-50 cm, lingkar dada 32-34 cm, lingkar kepala 33-35 cm,

bunyi jantung pertama ± 180 x/menit, kemudian turun sampai 140-120 x/menit.

Pada bayi berumur 30 menit, pernafasan cepat pada menit-menit pertama kira-

kira 80 x/menit disertai pernafasan cuping hidung, retraksi suprastenal dan

intrakostal, serta rintihan hanya berlangsung 10-15 menit, eliminasi, urine dan

mekonium normalnya keluar pada 24 jam pertama. Mekonium memiliki

karakteistik hitam kehijauan dan lengket.

Dari kasus ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dengan

kasus karena sesuai dengan gambaran umum bayi baru lahir normal.

c. Assesment

Bayi Ny. K umur 6 minggu jenis kelamin laki-laki dengan bayi sehat.

Menurut Yeyeh (2013), bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam

presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia
kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan

2500-4000 gram, nilai apgar >7 dan tanpa cacat bawaan. Pada kasus ini tidak

ditemukan kesenjangan antara teori dengan kasus.

Pada kasus ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dengan kasus.

d. Planning

Perencanaan yang dilakukan memberitahu hasil pemeriksaan yang telah

dilakukan, memberitahu ibu untuk sering mengajak ngobrol/komunikasi ke

anaknya, memberitahu ibu untuk datang ke posyandu atau kebidan untuk

menimbang bayi dan mengimunisasi bayinya.

Menurut Wildan (2008), palnning/perencanaan dilakukan dengan

melaksanakan rencana asuhan kebidanan yang menyeluruh dan dibatasi oleh

standar asuhan kebidanan pada bayi baru lahir. Dengan demikian tidak

ditemukan kesenjangan antara teori dengan kasus.

D. Asuhan Kebidanan Pada Nifas

Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta

selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum

hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu.(Siti saleha, 2009)

1. Kunjungan post partum 3 hari

a. Data subyektif

Pada kasus yang penulis ambil didapatkan data subyektif, Ibu mengatakan masih

lemas, ASI sudah keluar dan dan sudah BAB.

Menurut buku yang ditulis oleh Elisabeth, dkk (2015). Pada persalinan normal

adalah berkemih dan buang air besar tidak mengalami hambatan apapun.

Kebanyakan pasien dapat melakukan BAK secara spontan setelah melahirkan.

Sedangkan bila 3-4 pasca persalinan belum BAB, sebaiknya dilakukan dan diberikan
obat rangsangan per oral atau per rektal. Dengan demikian tidak ada kesenjangan

antara teori dan kasus.

Pada kasus yang penulis ambil didapatkan data subyektif ibu pada pola nutrisi

yaitu makan ½ piring habis (nasi, sayur, lauk, buah), minum air putih 1 gelas.

Menurut buku yang ditulis oleh Atikah (2009), ibu dengan pasca persalinan harus

mengonsumsi makanan yang bermutu, bergizi dan cukup kalori. Sebaiknya, makan-

makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah-buahan.

Sedangkan menurut buku yang ditulis oleh Saifuddin (2009), ibu menyusui harus

mengonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari, makan dengan diet seimbang

sedikitnya 3 liter air setiap hari. Dalam hal ini tidak terdapat kesenjangan antara teori

dan kasus.

b. Data obyektif

Menurut Yetti (2010), Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas.

Lochea mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam

uterus. Lochea mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat membuat organisme

berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada vagina normal.

Lochea mempunyai bau yang amis (anyir) meskipun tidak terlalu menyengat dan

volumenya berbeda-beda pada setiap wanita.

pada pemeriksaan fisik ibu di dapatkan hasil keadaan umum ibu baik, kesadaran

composmetis, Tekanan darah 100/70 mmHg, suhu 36,5 0C, nadi 80 x/menit,

pernafasan 20 x.menit, mata konjungtiva pucat, sclera kuning, payudara simetris,

puting susu menonjol, ASI sudah keluar. Pada pemeriksaan palpasi di dapat Tinggi

Fundus Uteri 3 jari dibawah pusa, kontraksi uterus keras, PPV lochea sanginolenta,

HB : 8,5 gr%.
c. Assesment

Menurut Saleha (2009), masa nifas atau puerperium adalah masa setelah partus

selesai sampai pulihnya kembali alat-alat kandungan seperti sebelum hamil, lamanya

masa nifas ini yaitu kira-kira 6-8 minggu. Pada Assesment ini Ny. K umur 26 tahun

PIII A0 3 hari post partum dengan nifas Anemia sedang . dengan demikian tidak

ditemukan kesenjangan antara teori dan kasus.

d. Planning

Menurut Reni (2015), kunjungan masa nifas dilakukan paling sedikit 4 kali

kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir, untuk

mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi, yaitu pada 6-8

jam post partum, 6 hari post partum, 2 minggu post partum dan 6 minggu post

partum. Pada jadwal kunjungan nifas yang minimal 4 kali : yaitu 3 hari, 8 hari, 2

minggu, 6 minggu post partum. Asuhan yang diberikan penulis pun disesuaikan

dengan kebutuhan pasien saat pengkajian.

Asuhan yang diberikan pada masa nifas hari ke-3 adalah memberitahu ibu hasil

pemeriksaan yang telah dilakukan, menganjurkan ibu untuk mengurangi aktifitas

yang melelahkan dan terlalu berat, memberitahu ibu efek samping dari KB implant,

menganjurkan ibu untuk tetap meminum obat tambah darah, memberitahu tahu ibu

tentang pemberian ASI Eksklusif, menanyakan kepada ibu apakah sudah bisa cara

menyusui yang benar, memastikan tali pusat tidak terjadi infeksi , menganjurkan ibu

untuk melakukan Diet Hepatitis. Dalam hal ini tidak terdapat kesenjangan antara

teori dan kasus.

2. Kunjungan Post Partum 8 hari

a. Subyektif
Pada kasus yang penulis ambil pada data subyektif, ibu mengatakan masih

merasakan lemas dikarenakan kurang tidur.

Menurut Suherni (2009), ibu nifas sebaiknya istirahat yang cukup untuk

mengurangi kelelahan, tidur siang atau istirahat selagi bayi tidur, mengatur kegiatan

rumahnya sehingga dapat menyediakan untuk istirahat pada siang kira-kira 2 jam

dan malam 7-8 jam.

Dalam hal ini Ny. K tidak ditemukan kesenjangan antara teori dengan kasus.

b. Obyektif

Pada kasus yang penulis ambil didapatkan data obyektif sebagai berikut

keadaan umum baik, kesadaran composmetis. Tanda vital: Tekanan Darah

110/80 mmHg, suhu 36,6 0C, nadi 82 x/menit, Respirasi 22 x/menit. Muka tidak

pucat tidak oedem, konjungtiva pucat, sclera kuning, payudara simetris, puting

susu menonjol, ASI sudah keluar banyak. Pada pemeriksaan palpasi di dapat

TFU 2 jari di atas symfisis kontraksi keras. Lochea sanguinolenta, pengeluaran

pervaginam darah bercampu lendir, warna kecoklatan, HB : 9 gr%.

Menurut buku yang ditulis oleh Yetti (2010), pada hari ke 4-7 hari

pengeluaran pervaginam berwarna merah kecoklatan berisi darah bercampur

lendir yaitu lochea sanginolenta. Dalam hal ini tidak terdapat kesenjangan

anatara teori dan kasus.

c. Assesment

Pada kasus yang penulis ambil didapat assesmnet sebagai berikut:

Ny. K umur 26 tahun P3 A0 8 hari Post Partum dengan nifas anemia ringan.

Menurut teori Reni (2015), masa nifas merupakan masa setelah melahirkan

bayi dan plasenta sampai 6 minggu atau 49 hari. Dalam hal ini tidak terdapat

kesenjangan antara teori dengan kasus.


d. Planning

Menurut teori Yetty (2010), pada kebijakan program nasional masa nifas

pada 6 hari setelah persalinan yaitu : memastikan involusi uteri berjalan normal

uterus berkontraksi fundus di bawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal,

tidak ada bau, menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan

abnormal, memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan

tanda-tanda penyulit pada bagian payudara ibu, memberikan konseling pada ibu

mengenai asuhan pada bayi tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat

bayi sehari-hari.

Asuhan yang diberikan pada 8 hari post partum adalah memberitahu ibu

hasil pemeriksaan, menganjurkan ibu untuk tetap minum obat tambah darah,

menganjurkan ibu untuk tidak menggantung kakinya saat mnyusui bayinya,

mengajarkan ibu cara melakukan perawatan payudara, menganjurkan ibu untuk

melakukan diet Hepatitis, menganjurkan untuk sering melakukan komunikasi

bila ada keluhan atau ada yang ditanyakan, menganjurkan ibu untuk mengurangi

aktifitas yang melelahkan. Dalam hal ini tidak terdapat kesenjangan antara teori

dan kasus.

3. Kunjungan Post Partum 2 minggu

a. Subyektif

Pada kasus yang penulis ambil pada data subyektif, ibu mengatakan ASI

sudah keluar lancar dan ibu mengatakan tidak ada keluhan.

Menurut teori Siti Saleha (2009), masa nifas adalah masa sesudah

persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk

memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu

kurang lebih 6 minggu.


Menurut buku yang ditulis Saifuddin (2009), ibu menyusui harus

mengonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari, makan dengan diet seimbang

untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup, minum sedikitnya

3 liter air setiap hari. Dalam hal ini tidak terdapat kesenjangan anatara teori dan

kasus.

b. Obyektif

Pada kasus yang penulis ambil didapat data obyektif yaitu : keadaan umu

ibu baik, kesadaran composmentis, tanda vital: Tekanan darah 110/80 mmHg,

Suhu 36,50C, Nadi 80 x/menit, Respirasi 20 x/menit, muka tidak pucat dan

oedem, konjungtiva pucat, sclera kuning, payudara simetris, puting susu

menonjol, ASI sudah keluar banyak. Pada pemeriksaan palpasi di dapat TFU

sudah tidak teraba, Lochea sarosa, pengeluaran pervaginam berwarna kekuning-

kuningan, HB : 10 gr%

Menurut buku yang ditulis Yetty (2010), pada hari ke 7-14 pasca persalinan

darah yang keluar berwarna kuning kecoklatan, cairan tidak berdarah lagi.

Dalam hal ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus.

c. Assesment

Pada kasus yang penulis ambil didapat assesment sebagai berikut:

Ny. K umur 26 tahun P3 A0 2 minggu Post Partum dengan nifas anemia

ringan.

Menurut teori Siti Saleha (2009), masa nifas adalah masa sesudah

persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk

memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu

kurang lebih 6 minggu.


d. Planning

Perencanaan yang dilakukan pada asuhan 2 minggu post partum Ny. K

seperti : menganjurkan ibu untuk tetap meminum obat tambah darah,

menganjurkan ibu untuk tetap memenuhi kebutuhan nutrisinya selama masa

nifas, menganjurkan ibu untuk melakukan diet Hepatitis, menganjurkan ibu

utnuk tidak terlalu capek dalam mengerjakan aktivitas dan pertahankan pola

istirahat, menganjurkan untuk selalu melakukan komunikasi bila ada keluhan.

Menurut Muslihatun, dkk (2009) planning adalah membuat rencana asuhan

saat ini dan yang akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil

analisis dan interpretasi data. Pada kunjungan 2 minggu post partum tidak

ditemukan masalah sehingga dilakukan perencanaan sesuai dengan teori dan

tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

4. Kunjungan post partum 6 minggu

a. Data subyektif

Ny. K mengatakan sudah 6 minggu setelah melahirkan, ibu mengatakan

tidak ada keluhan.

Menurut Eny retna (2010), masa nifas merupakan masa dimulai setelah

plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan

sebelum hamil dan berlangsung selama kira-kira 6 minggu.

Dalam hari ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan

kasus.

b. Data obyektif

Pada pemeriksaan fisik ibu didapatkan keadaan umum ibu baik, TD

110/70 mmHg , Suhu 36,50C, Nadi 80 x/menit, Pernafasa 20 x/menit, mata

simetris, konjungtiva merah muda, sklera kuning, dada tidak ada benjolan
yang abdormal, puting susu menonjol, mamae membesar, ASI keluar, TFU

tidak teraba, tidak ada kontraksi, PPV Lochea Alba, kandung kemih kosong,

pada ekstremitas atas dan bawah tidak oedem, HB:12 gr%.

Menurut Yetti (2010), lochea adalah esksresi cairan rahim selama masa

nifas, Lochea Alba berwarna putih pada hari 2-6 minggu post partum.

Dalam hal ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan

kasus.

c. Assesment

Menurut saleha (2009), masa nifas sesudah persalinan dan kelahiran bayi,

plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ

kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu.

Dalam kasus diagnosa pada Ny. K adalah Ny. K umur 26 tahun P3 A0

dengan 6 minggu post partum dengna nifas normal. Sehingga tidak ada

kesenjangan antara teori dan kasus.

d. Planning

Perencanaan yang dilakukan pada asuhan 6 minggu post partum Ny. K

seperti : memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan,

mengobservasi pada ibu bahwa hanya menyusui bayinya dengan ASI Ekslusif,

mengobservasi kepada ibu untuk selalu menjaga kesehatannya, menganjurkan

ibu untuk melakukan diet hepatitis, mengobservasi kepada ibu tentang tanda

bahaya masa nifas, menganjurkan ibu untuk melakukan aktifitas yang

melelahkan, mengobservasi kepada ibu menbawa bayi dan memeriksakan

kesehatannya ke bidan atau puskesmas.

Pada kunjungan 6 minggu post partum terjadi normal sehingga tidak ada

kesenjangan antara teori dan kasus.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah melakukan asuhan komprehensif pada Ny. K di wilayah Puskesmas

Warureja Kabupaten Tegal tahun 2018, penulis menggunakan pendekatan manajemen

kebidanan 7 langkah varney dan pada data perkembangan menggunakan manajemen

SOAP, dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pada langkah pengumpulan data Ny. K penulis menemukan kesulitan dalam

mengumpulkan data baik subyektif, karena klien dapat bekerja sama sehingga

kehamilan, persalinan, nifas, dan BBL pada Ny. K secara komprehensif tidak

ditemukan kesenjangan antara teori dan kasus.

2. Pada langkah interpretasi data sesuai dengan data Subyektif dn Obyektif yang

diperoleh pada kasus Ny. K didapatkan diagnosa.

a. Kehamilan

Ny. K umur 26 tahun G3P2A0 hamil 34 minggu 4 hari, janin tunggal, hidup,

intra uterin, letak memanjang, punggung kanan, presentasi kepala, konvergen

dengan kehamilan Hepatitis B, Anemia ringan, jarak kehamilan kurang dari 2

minggu.

b. Persalinan

Interpretasi data pada persalinan adalah Ny. K umur 26 tahun G3P2A0 hamil 37

minggu, janin tungal, hidup intra uterin, letak memanjang, punggung kanan,

presentasi kepala, divergen dengan inpartu kala 1 fase laten.

e. Nifas

Interpretasi data pada masa nifas adalah Ny. K umur 26 tahun P3A0 dengan

nifas normal, 3 hari, 8 hari, 2 minggu, 6 minggu post parum normal.


f. Bayi Baru Lahir

Intrepretasi data pada BBL dalah bayi Ny. K umur 3 hari, 8 hari, 2 minggu, 6

minggu jenis kelamin laki-laki dengan bayi baru lahir normal.

Pada masalah ibu hamil sudah di berikan konseling sesuai kebutuhan dengan

baik dan ibu diberi dukungan mental, pada persalinan, nifas dan BBL tidak ada

masalah sehingga interpretasi ini tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

3. Pada langkah diagnosa potensial terhadap Ny. K pada kehamilan dan persalinan,

catatan perkembangan asuhan kebidanan Ny. K tidak ditemukan komplikasi maupun

penyakit. Sehingga tidak ditemukan diagnosa potensial. Dengan demikian ada

kesenjangan antara teori dan kasus.

4. Pada langkah ini tidak ditemukan antisipasi penangnan segera karena kasus Ny. K

tidak di temukan diagnosa potensial yang muncul pada kehamilan persalinan, nifas

dan BBL pada Ny. K, sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

5. Pada langkah perencanaan tindakan yang komprehensif disesuaikan dengan kondisi

Ny. K untuk memberikan KIE. Berdasarkan perkembangan secara klinis kehamilan,

persalinan, nifas dan BBL pada Ny. K dapat dialkukan rencana tindakan secara

penyeluruh dan sesuai teori yang ada. Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori

dan kasus.

6. Pada langkah pelaksanaan asuhan kebidanan secara komprehensif yang diberikan

pada Ny. K adalah asuhan kehamilan resiko tinggi , dengan dilakukannya dari

anamnesa, pemeriksaan inspeksi, palpasi, aukultasi, sampai dengan pemeriksaan

penunjang.

7. Pada langkah ini hasil akhir pada asuhan kebidanan secara komprehensif, ibu

melahirkan dengan selamat dan bayinya juga selamat berjenis kelamin laki-laki,

serta dapat melewati masa nifas selama 6 minggu post partum dengan normal. Serta
tidak ditemukan kegawadaruratan pada Ny. K, sehingga tidak ada kesenjangan

antara teori dan kasus.

B. Saran

1. Untuk penulis

Dengan adanya pembuatan karya tulis ilmiah ini, mahasiswa diharapkan bisa

menjadi motivasi untuk peningkatan, pengetahuan dan keterampilan terutama dalam

memberikan pelayanan ibu hamil, bersalin, nifas dan BBL, yang terbaik di

masyarakat dalam rangka menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Dan dengan

adanya program One Student One Client (OSOC) yang bertujuan untuk menurunkan

angka kematian ibu dan bayi, juga menjadikan program baru untuk mahasiswa

kebidanan dengan konsep pembelajaran diluar lingkungan kampus agar mahasiswa

lebih mengetahui kondisi angka di lapangan dan juga diharapkan mahasiswa mampu

mengaplikasikan jiwa pengabdian sebagai bidan di masa yang akan datang dan

menjadi pendamping maupun penolong ibu hamil di masa kehamilan, persalinan,

nifas dan BBL.

2. Bagi tenaga kesehatan

Diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pada ibu hamil,

persalinan secara dini ibu hamil, persalinan, nifas dan BBL dengan faktor resiko.

a. Mampu mendeteksi secara dini ibu hamil, persalinan, nifas dan BBL dengan

resiko tinggi dengan cara melakukan pemeriksaan rutin pada seluruh ibu hamil

TM I, II, II, Persalinan, Nifas dan BBL.

b. Mengkaji lebih dalam pada ibu hamil, dengan penyakit infeksi Hepatitis dan

Anemia dengan melakukan pola makan yang bernutrisi dan pengecekan HB

dengan pengawasan.
3. Bagi istitusi

Diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan bagi mahasiswa dengan

menyediakan fasilitas sarana dan prasarana yang mendukung peningkatan

kompetensi mahasiswa sehingga dapat menghasilkan bidan yang unggul.

4. Untuk masyarakat

Diharapkan untuk masyarakat agar kebih memahami dan mengerti akan bahaya

hamil beresiko tingg serta di harapkan pula untuk ibu hamil selalu memantau

perkembangan kehamilannya dengan melakukan pemeriksaan yang rutin dan selalu

menjaga keadaannya sehingga tidak terdapat resiko yang membahayakan bagi ibu

dan janin.
DAFTAR PUSTAKA

1. Sumber Buku :
Ambarwati, Eny Ratna. 2008. Asuhan Kebidanan (Nifas). Yogyakarta: Mitra Cendikia.
. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Nuha Medika.
Astutik, Reni Yuli. 2015. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui.
Jakarta: TIM.
, Sri, dkk. 2015. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Jakarta: Erlangga.
Angraeni, Yetti. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta: Pustaka Rihama.
Arief, Nurhaeni. 2010. Kehamilan dan Kelahiran Sehat. Yogyakarta: Pyramedia
Yogyakarta.
Bahiyatun. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC.
BKKBN. 2007. Hindari Kehamilan 4 Terlalu. http://www.bkkbn.co.id.
Cahyono, J.B. Suharjo B. 2010. Hepatitis B Cegah Kanker Hati. Yogyakarta :
KANISIUS.
Chapman, Vicky. 2006. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Kelahiran. EGC.
Depkes RI. 2009. Penanganan Fasilitator Kelas Ibu hamil.
Dewi, Vivian Nanny Lia, Sunarsih, Tri. 2011. Asuhan Kebidanan Ibu Hamil. Jakarta:
Salemba Medika.
Feryanto, Achmad. 2012. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta: Salemba Medika.
Hani, Ummi. 2010. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan Fisiologis. Jakarta: Salemba
Medika.
Hidayat, A. 2008. Dokumentasi Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
JNPK-KR, 2008. Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusui Dini. Jakarta:
Jaringan Nasional Pelatihan Klinik-Kesehatan Reproduksi.
Kuswanti, Ina. 2014. Asuhan Kehamilan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kusmiyati. 2009. Panduan Lengkap Perawatan Kehamilan. Yogyakarta: Fitramaya.
Kemenkes RI. 2016. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: Kemenkes dan JICA.
Kepmenkes No. 938/Menkes/SK/VIII/2007. Standar Asuhan Kebidanan. Depkes : RI.
No. 1464/Menkes/Per/X/2010. Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan.
Depkes : RI.
Kemenkes RI. 2014. Buku Kesehatan Ibu Dan Anak. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
Manuaba, IB,DK. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC.
.2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta: EGC.
Mochtar, R. 2011. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC.
. 2015. SINOPSIS OBSTETRI. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Maryunani, A. 2008. Buku Saku Asuhan Bayi Baru Lahir (Asuhan Neonatal). Jakarta:
Trans Info Media.
Marni. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas (Peurperium care). Yogyakarta:
Pustaka Belajar.
Muslihatun, dkk. 2009. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta: Fitramaya.
Nugroho, Taufan, dkk. 2014. Buku Ajar Askeb 1 Kehamilan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan dan
Nasional. Jakarta: PT Bina Pustaka.
. 2011. Ilmu Kandungan. Jakarta: PT Bina Pustaka.
.2009. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: PT.
Bina Pustaka.
Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: PT.
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Proverawati, Atikah, Siti Askuah. 2009. Buku Ajar Gizi Untuk Kebidanan. Yogyakarta:
Nuha Medika.
. 2011. Anemia Dan Anemia Kehamilan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Pantikawati, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan 1 (Kehamilan). Yogyakarta: Nuha Medika.
Profil Puskesmas Warureja. 2017, Data Angka Kematian Ibu & Bayi. Puskesmas
Warureja.
Rukiyah, Ai Yeyeh. 2013. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: TIM.
. 2009. Asuhan Kebidanan 1. Jakarta: TIM.
. 2010. Asuhan Kebidanan Patologi 4. Jakarta: CV. Trans Info Media.
. 2011. Asuhan Kebidanan III (Nifas). Jakarta: Trans Info Media.
Romauli, S. 2011. Asuhan Kebidanan 1 (Konsep Dasar Asuhan Kehamilan).
Yogyakarta: Niha Medika.
Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Saleha, Siti. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
Suherni. 2009. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramenya.
Sondakh, Jenny JS. 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta:
Erlangga.
Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta:
C.Vandi Offset.
Dan Esti Nugraheny. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin.
Jakarta: Salemba Medika.
. 2012. Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan. Jakarta: Salemba
Medika.
. 2013. Pelayanan Kelaurga Berencana. Jakarta: Salemba Medika.
Saratun, dkk. 2008. Pelayanan Keluarga Berencana dan Pelayanan Kontrasepsi.
Jakarta: CV. Trans Info Medika.
Sibagariang, Eva. 2010. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Jaringan: TIM.
Suharjo. 2010. Perencanaan Pangan dan Gizi. Jakarta: Bumi Aksara.
Tarwoto, Wasnindar, dkk. 2007. Buku Saku Anemia Pada Ibu Hamil. Jakarta: Trans Info
Media.
Wahyuddin, Amirudin. 2004. Studi Kasus Kontrol Ibu Anemia. 200. Jurnal
http:// med.unhas.ac.id/index.php?...studi-kasus-kontrol...anemia-ibu...
Wulanda, Ayu Febri. 2011. Biologi Reproduksi. Jakarta: Salemba Medika.
Walyani, Elizabeth Siwi. 2015. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan. Yogyakarta:
Pustaka Baru Press.
WHO (2013). Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan
Rujukan. Jakarta.
Wildan, Moh dan A, Aziz Alimul. 2011. Dokumentasi Kebidanan. Jakarta: Salemba
Medika.
Winkjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Verney. 2007. Manajemen Asuhan Kebidanan. Jakarta: Pusat Pengembangan
Keperawatan Colaus.
Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 2. Jakarta: EGC.
Yanti. 2010. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan. Yogyakarta: Pustaka Kehamilan.
Yatim, dr. Faial. 2007. Macam-macam Penyakit Menular dan Cara Penularannya.
Jakarta: Pustaka Obor Power.
Yulifah, Rita dan Surachmindari. 2013. Konsep Kebidanan untuk Pendidikan
Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
Yetti, 2010. Asuhan Kebidanan Normal. Yogyakarta: Nuha Medika.

2. Sumber Internet :
https://www.slideshare.net/ssuser200d5e/hasil-riskesdas-riset-kesehatan-dasar-tahun-2018

http://www.depkes.go.id/article/view/17072800006/150-ribu-orang-potensial-alami-
hepatitis-kronis.html

http://jateng-dashboard.rujukan.net/dash2.1/index.php

http://sijariemass.blogspot.com/2016/05/sijariemas.html

https://id.scribd.com/doc/56861754/Diet-Pada-Hepatitis

Https://m.liputan6.com/health/read/3601716/begini-penangnan-ibu-hamil-yang-positif-hepatitis-
b.
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PADA NY.K DENGAN HEPATITIS B, ANEMIA RINGAN
DAN JARAK KEHAMILAN KURANG DARI 2 TAHUN
DI PUSKESMAS WARUREJA KABUPATEN TEGAL
TAHUN 2018

Belinda Widi Ramadani1, Seventina Nurul Hidayah2, Kusniyati3


Email : Belindawidiramadani797@gmail.com
DIII Kebidanan Politeknik Harapan Bersama Tegal
Jln. Mataram No. 09 Kota Tegal
Telp. (0283) 352000

Abstrak

Kematian Ibu (AKI) yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal tahun 2017 terdapat 14
kasus kematian ibu. Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Warureja Kabupaten Tegal tahun 2017,
jumlah ibu hamil 1273 orang, dengan resiko tinggi terdapat 419 orang, diantaranya ibu hamil yang mengalami
anemia terdapat 25 orang, dan Hepatitis terdapat 4 orang, sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) pada tahun
2017 dengan 5 kasus kematian bayi yang disebabkan Asfiksia total 2 kasus, BBLR 2 kasus, dan penyakit
lainnya total 1 kasus.
Tujuan dalam penelitian ini adalah mampu melakukan asuhan kebidanan komprehensif dengan
hepatitis B, anemia ringan dan jarak kehamilan kurang dari 2 tahun sesuai dengan standar kebidanan dengan
menerapkan manajemen kebidanan 7 langkah varney dan data perkembangan SOAP.
Obyek studi kasus ini adalah pada ibu hamil Ny.K umur 26 tahun G3 P2 A0 dengan hepatitis B,
anemia ringan dan jarak kehamilan kurang dari 2 tahun. Pengkajian kasus pada ibu hamil, bersalin, nifas dan
BBL pada Ny. K yaitu tanggal 6 Agustus 2018 sampai 5 Oktober 2018 di Puskesmas Warureja Kabupaten
Tegal. Asuhan tersebut dijabarkan secara menyeluruh dimulai sejak pasien hamil TM III (umur 34 minggu + 2
hari), dan nifas normal (3 hari post partum sampai 6 minggu post partum).
Dari data semua yang diperoleh penyusun selama melakukan Asuhan Kebidanan Komprehensif pada
Ny. K sejak umur kehamilan 34 minggu + 2 hari, pada saat bersalin sampai masa nifas 6 minggu post partum.
Penyusun menyimpulkan bahwa masa kehamilan, bersalin, dan nifas Ny. K berlangsung normal.

Kata Kunci : Asuhan Kebidanan Komprehensif, Hepatitis B, Anemia ringan dan


jarak kehamilan < 2 tahun
1. Pendahuluan tahun 2017 ada penurunan cukup signifikan.
Pada tahun 2017 angkanya adalah 88,58 % per
Program One Student One Client 100.000 kelahiran atau menurun sekitar 21 %
(OSOC) merupakan program yang diluncurkan dibanding tahun 2016. Padahal ditahun 2013
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dalam AKI Jateng masih 118,68 % per 100.000
upaya penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) kelahiran hidup, tahun 2014 sejumlah 118 %
di Jawa Tengah yang cukup tinggi. Program tahun 2015 sejumlah 111,16 % dan tahun 2016
OSOC ini merupakan kegiatan pendampingan sejumlah 109,65 %. (Dinkes Jateng, 2017).
ibu hamil dinyatakan hamil sampai masa nifas Angka Kematian Bayi (AKB)
selesai bahkan bila memungkinkan dimulai merupakan jumlah kematian bayi (0-11 bulan)
sejak persiapan calon ibu sehingga mengarah per 1.000 kelahiran hidup dalam kurun waktu
pada pendampingan kesehatan bagi keluarga. satu tahun. AKB menggambarkan tingkat
Penurunan AKI di Jawa Tengah ini permasalahan kesehatan masyarakat yang
merupakan tanggung jawab semua masyarakat berkaitan dangan faktor penyebab kematian
Jawa Tengah, dan Program OSOC ini bayi, tingkat pelayanan antenatal, status gizi
merupakan sumbangsih dan bentuk kepedulian ibu hamil, tingkat keberhasilan program KIA
dari kalangan akademis Pendidikan Kesehatan dan KB, serta kondisi lingkungan dan sosial
di Jawa Tengah untuk berperan serta dalam ekonomi. (Profil Kesehatan Provinsi Jawa
kegiatan tersebut. Tengah Tahun 2016).
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah,
mencatat angka kematian ibu (AKI) sepanjang
Jumlah kasus Angka Kematian Bayi vaksin Hepatitis B immune Globuline (HBIG)
(AKB) Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2016 kurang dari 24 jam setelah kelahiran, dan
sebesar 99,9 % per 1.000 kelahiran hidup sama menyarankan ibu hamil dengan Hepatitis B
dengan AKB tahun 2015 (Dinkes Provinsi (HbsAg reaktif), untuk melahirkan di fasilitas
Jawa Tengah tahun 2016). layanan kesehatan.
Anemia dalam kehamilan ialah kondisi Adapun data (AKI) yang diperoleh dari
ibu dengan kadar Hemoglobin dibawah 11 Dinkes Kesehatan Kabupaten Tegal tahun
gr% pada trimester 1 dan 3 atau kadar < 10,5 2017 terdapat 14 kasus per 244225 kelahiran
gr% pada trimester 2. Nilai batas tersebut dan hidup, mengalami penurunan angka kematian
perbedaannya dengan kondisi wanita tidak ibu dari tahun 2016 yang mencapai 27 per
hamil terjadi karena hemodilusi, terutama pada 244225 kelahiran hidup. (Dinkes Kabupaten
trimester 2 (Prawirohardjo, 2009). Tegal, 2017).
Frekuensi ibu hamil dengan anemia di Kecenderungan angka kematian bayi
Indonesia relatif tinggi yaitu 63,5 % (AKB) di Kabupaten Tegal dalam kurun lima
sedangkan di Amerika hanya 6 % kekurangan tahun terakhir cenderung naik. AKB tahun
gizi dan perhatian yang kurang terhadap ibu 2016 yaitu sebesar 9,7 per 1.000 kelahiran
hamil merupakan predisposisi anemia hidup (262 kematian bayi dari 26,919
defisiensi ibu hamil di Indonesia. ke;ahiran hidup). (Dinkes Kabupaten Tegal,
Menurut WHO, 40 % kematian ibu di 2016).
negara berkembang berkaitan dengan anemia Menurut data Penduduk di Kecamatan
dalam kehamilan. banyak anemia dalam Warureja sejumlah 57.727 penduduk,
kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan kemudian di Puskesmas Warureja pada tahun
perdarahan akut bahkan tidak jarang keduanya 2016 terdapat kasus kematian ibu sebanyak 1
saling berinteraksi. Pada anemia dalam orang disebabkan oleh penyakit jantung,
kehamilan dapat menyebabkan sedangkan pada tahun 2017 angka kematian
morbiditas/kesakitan pada ibu (termasuk ibu meningkat sebanyak 3 orang, disebabkan
abortus, partus immatur, atau prematur) oleh intra cranial haemoragi di Desa
gangguan proses persalinan (partus lama, Kedungjati 1 kasus, gagal jantung di Desa
perdarahan, atonia uteri), gangguan pada masa Kedungkelor 1 kasus, dan ginjal di Desa
nifas (sub involusi uteri, daya tahan terhadap Banjaragung 1 kasus. Sedangkan angka
infeksi, strees dan produksi ASI rendah) serta kematian bayi sebanyak 5 kasus yang
morbiditas pada janin (termasuk pertumbuhan disebabkan oleh akfiksia 2 kasus, di Desa
janin terhambat didalam rahim, dismatur, Banjaragung dan Sigentong, BBLR 2 di Desa
mikrosomia, BBLR dan kematian preinatal). Banjaragung dan Kreman, lain-lain 1 kasus di
Hepatitis adalah peradangan karena Desa Demangharjo.
berbagai sebab, Hepatitis dan publisitas kurang Motivator KIA (MKIA) adalah
memadai gejala yang menyertai orang yang perwakilan masyarakat sipil/ relawan yang
terkena Hepatitis yaitu mual-mual, muntah, bertugas mendampingi ibu hamil dalam
diare, anorexia, sakit kepala dan penyakit menjaga kehamilan dalam mempersiapkan
kuning. persalinan (termasuk perencanaan pembiayaan
Menurut Kementrian Kesehatan persalinan). MKIA diharapkan dapat
Republik Indonesia tahun 2017, setiap tahun memotivasi masyarakat sekitarnya untuk
terdapat 5,3 juta ibu hamil Hepatitis B meningkatkan kesiap-siagaan dalam
(HbsAg) reaktif. maka setiap tahun membantu (Depkes RI, 2009).
diperkirakan terdapat 150 ribu bayi yang Program EMAS (Expanding
berpotensi mengalami Hepatitis kronis (sirosis SijariEMAS (Sistem Informasi dan
atau kanker hati) pada 30 tahun ke depan. Komunikasi Jejaring Rujukan Maternal dan
Penduduk Indonesia yang mengidap Hepatitis Neonatal) adalah teknologi informasi dan
B sebanyak 7,1 % menurut Rikesda tahun komunikasi yang dikembangkan untuk
2017. Strategi pencegahan yang dilakukan meningkatkan efektifitas dan efisiensi sistem
yakni, ibu hamil diperiksa skrining Hepatitis rujukan baik rujukan gawat darurat maupun
B, dan bagi ibu hamil yang terinfeksi Hepatitis rujukan dini berencana/ rujukan terencana
B dianjurkan berobat dan konsultasi ke tenaga dengan meningkatkan komunikasi dan
kesehatan. Selanjutnya, bayi dari ibu hamil kolaborasi dua arah antara Dinas Kesehatan
yang HbsAg reaktif, mendapat tambahan atau fasilitas kesehatan baik itu puskesmas dan
rumah sakit dengan masyarakat umum, Pada Ny. K pola
rujukan melalui teknologi informasi berbasis makan dan minum ibu
web, aplikasi mobile, SMS dan telepon normal hanya saja ibu
(suara). Kesalahan yang sering terjadi dalam kurang istirahat dan kurang
proses rujukan sejari emas adalah kesalahan mengonsumsi makanan yang
dalam format sms dan kode Rumah sakit mengandung zat besi.
sehingga data yang ditampilkan di sijari emas Pada saat hamil,
tidak sesuai dengan perujuk. sebaiknya harus makan-
Tugas bidan adalah memberikan makanan yang mengandung
pelayanan kesehatan atau asuhan kebidanan nilai gizi dan nutrisi yang
dulai dari kehamilan, persalinan, nfas, KB, baik. Pastikan tubuh
pasca persalinan, maka penulis tertarik untuk mendapatkan setidaknya 27
menyusun karya tulis ilmiah dengan judul mg zat besi setiap hari. Ibu
“Asuhan Kebidanan Komprehensif pada NY. hamil seharusnya
K umur 26 tahun GIII PII A0 dengan Hepatitis mengonsumsi makanan yang
B, Anemi ringan, dan Jarak Kehamilan < 2 mengandung protein, zat
Tahun di Puskesmas Warureja Kabupaten besi, dan minuman cukup
Tegal” dengan tujuan dapat menurunkan cairan (menu seimbang).
Angka Kematian Ibu (AKI) dengan cara b) Data Obyektif
pendekatan dengan pasien sedini mungkin Pemeriksaan fisik,
sejak kehamilan untuk membuat skrining awal keadaan umum baik,
sehingga jika terjadi komplikasi langsung kesadaran composmentis,
ditangani sesuai dengan kebutuhan pasien. tinggi badan 147 cm, berat
2. Metode Penelitian badan 55 kg, TD 110/70
Metode yang digunakan dalam mmHg, respirasi 23 x/menit,
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini adalah muka tidak pucat, mata
studi kasus yang bertujuan untuk mengeahui simetris, konjungtiva pucat,
penatalaksanaan pada kasus yang akan dikaji sclera kuning, warna kulit
sesuai dengan Standar Manajemen Kebidanan. kuning, kuku tangan dan
Teknik pengumpulan data dengan cara kaki putih.
Wawancara (interview), pengamatan Pada kasus Ny. K dari
(observasi), pemeriksaan fisik, dokumentasi pemeriksaan fisik
serta studi keustakaan. konjungtiva ibu pucat, sclera
3. Hasil dan Pembahasan kuning, warna kulit kuning,
a. Kehamilan dari kehamilan Ny. K ibu
1) Pengkajian mengatakan sudah lama
a) Data Subyektif mengetahui jika ibu matanya
Pada kasus Ny. K pucat dikarenakan kurang
umur 26 tahun GIII PII A0 tidur dan kurang zat besi.
anak yang terakhir berusia Pada kasus Ny. K
1,5 tahun. Menurut BKKBN untuk sclera kuning dan kulit
(2007) “ jarak kehamilan kuning ibu sudah
yang dianjurkan adalah 36 mengetahuinya sejak
bulan”. Bila jarak kehamilan kehamilan ke tiga.
< 2 tahun dapat Pada kasus Ny.K
menyebabakan penyulit pemeriksaan fisik dilakukan
karena rahim ibu belum dan ditemukan ketidak
pulih. normalan dari hasilnya maka
Pada kasus Ny. K ibu perlu dilakukan pemeriksaan
mengatakan mengeluhkan penunjang pada ibu.
badannya terasa lemas. Pada kasus Ny. K
Keluhan utama dinyatakan pemeriksaan pnunjang
untuk mengetahui alasan hasilnya di dapatkan HB
pasien datang ke fasilitas 10,6 gr%, tes Hbsag Reaktif.
pelayanan kesehatan. Menurut Depkes (2009)
pemeriksaan Hb normal 11 3) Diagnosa Potensial
gr%, anemia ringan 9-10,9 Pada kasus Ny. K
gr%, anemia sedang 7-8,9 didapatkan diagnosa potensial
gr%, anemia berat <7 gr%. yaitu :
Sehingga dalam kasus ini Bagi ibu : kanker hati, hepatitis
Ny. K termasuk anemia akut, anemia berat, perdarahan,
ringan karena Hb dibawah partus prematur, mudah terjadi
11 gr%. infeksi, ketuban pecah dini.
Menurut Achmad Bagi janin: hepatitis virus,
Feryanto (2012) tanda da kematian janin, BBLR, cacat
gejala hepatitis B yaitu bawaan, mudah terjadi infeksi.
kuning pada kulit dan sclera Dapat disimpulkan
mata, mual, muntah, demam, bahwa tidak ada diagnosa
nyeri perut, lemas, kembung, potensial yang muncul pada
perut bengkak, warna air kasus bagi ibu maupun bayi.
kencing seperti air teh. 4) Antisipasi Penanganan Segera
Sehingg dalam kasus Ny. K Pada kasus Ny. K
termasuk dalam Hepatitis B diperlukan antisipasi
karena mata dan kulit penanganan segera yaitu
berwarna kuning. kolaborasi dengan Dokter
2) Interpretasi Data Sp.PD dan Dokter Sp.OG,
Pada interpretasi data konsumsi tablet Fe, pemantauan
berdasarkan atas data subyektif Gizi ibu hamil.
dan data obyektif didapatkan 5) Intervensi
diagnosa kebidanan Pada langkah ini penulis
(nomenklatur) sebagai berikut memberikan intervensi sesuai
Ny. K umur 26 tahun GIII PII dengan masalah hepatitis B,
A0 hamil 34 minggu lebih 4 anemia ringan dan jaraka
hari, janin tunggal, hidup, intra kehamilan kurang dari 2 tahun,
uterin, letak memanjang, yaitu memberitahu ibu tentang
punggung kanan, presentasi bahaya anemia dan penyakit
kepala, konvergen, dengan hepatitis B pada ibu hamil,
hepatitis B, anemia ringan dan anjurkan ibu untuk minum
jarak kehamilan kurang dari 2 tablet Fe dan makanan-makanan
tahun. yang mengandung zat besi,
Tidak terdapat memberitahu ibu tentang diit
kesenjangan antara kasus dan hepatitis, memberitahu ibu
teori dengan mengacu pada data untuk periksa/komunikasi bila
dasar yang sesuai untuk ada keluhan lebih lanjut.
menentukan diagnosa Pada dasarnya kasus
nomenklatur, masalah, dan dan teori sudah sesuai dan tidak
kebutuhan ada kesenjangan karena
Pada kasus Ny. K perencanaan yang diberikan
ditemukan masalah yaitu ibu sudah sesuai dengan masalah
mengatakan merasa lemas dan hepatitis B, anemia ringan dan
cepat lelah. Untuk jarak kehamilan kurang dari dua
kebutuhannya yaitu istirahat tahun.
yang cukup, kurangi aktivitas 6) Implementasi
yang berat, pendekatan KIE Implementasi
penyakit ibu kehamilan dengan hepatitis B,
anemia ringan dan jarak
kehamilan kurang dari 2 tahun
yaitu anemia jika hb < 11 gr%,
hepatitis pada ibu hamil adalah
suatu infeksi hati/lever dengan
ciri penguningan pada kuku c. Nifas
mata dan kulit, anjurkan minum 1) Data Subyektif
tablet Fe vitabion 500 mg yaitu Pada kunjungan
1 kali sehari, makan-makanan pertama didapat data subyektif,
yang mengandung zat besi ibu masih lemas, ASI sudah
seperti ( sayuran hijau bayam, keluar lancar dan sudah BAB,
sawi, hari ayam, telur ayam), sedangkan pada kunjungan
diit hepatitis mengonsumsi kedua ibu mengatakan masih
makan-makanan tinggi merasakan lemas dikarenakan
karbohidrat, lemak sedang dan kurang tidur serta tidak ada
protein cukup serta vitamin. keluhan, pada pola nutrisi ibu
Dalam kasus ini asuhan makan dan minum teratur, pada
yang diberikan sudah sesuai kunjungan ketiga dan keempat
dengan masalah hepatitis B, ibu mengatakan tidak ada
anemia ringan dan jarak keluhan dan ASI nya keluar
kehamilan kurang dari 2 tahun. lancar.
7) Evaluasi 2) Data Obyektif
Pada kasus ini evaluasi a) Konjungtiva
dilakukan untuk mengetahui Pada kunjungan
sejauh mana keberhasilan pertama, kedua, ketiga di
asuhan yang kita berikan kepada dapatkan hasil pemeriksaan
pasien, dengan pengobatan yang fisik konjungtiva pucat, dan
dilakukan. Hasilnya cenderung kemungkinan ada tanda
akan membaik. Pada Ny. K gejala anemia pada Ny.K,
setiap asuhan sudah dilakukan dan pada kunjungan keempat
sesuai dengan rencana yang dari hasil pemeriksaan fisik
dilakukan secara efektif. didapatkan konjungtiva tidak
b. Persalinan pucat, dan kemungkinan
Tanggal persalinan : 23 Agustus sudah tidak ada tanda dan
2018 pukul 02.30 WIB gejala anemia pada Ny.K di
Umur kehamilan : 37 minggu lebih 1 masa nifas.
hari b) Sclera Mata
Penolong persalinan : Bidan Pada kunjungan
Cara persalinan : Sepontan pertama, kedua, ketiga dan
Tempat : RSUD Siaga keempat di dapatkan hasil
Medika Pemalang pemeriksaan fisik sclera
Ibu dipimpin persalinan mata ikterik. Jadi dapat
mengejan jam 02.30 WIB. Bayi lahir disimpulkan bahwa ada
sepontan jam 02.35 WIB, bayi tanda dan gejala penyakit
menangis kuat, gerakan aktif dan hepatitis B pada Ny.K di
warna kulit kemerahan. Lima menit masa nifas.
kemuadian plasenta lahir yaitu pukul c) Warna Kulit
02.40 WIB, tidak ada laserasi dan Pada kunjungan
tidak ada pendarahan. pertama, kedua, ketiga dan
Bayi lahir dengan berat badan keempat di dapatkan hasil
lahir 3500 gr, panjang badan 48 cm, pemeriksaan fisik warna
lingkar dada 33 cm, lingkar kepala kulit berwarna kuning. Jadi,
33 cm, jenis kelamin laki-laki, Apgar dapat disimpulkan bahwa
score 8-9-10. ada tanda dan gejala
Pada kasus Ny.K persalinan penyakit hepatitis B di masa
berjalan normal dan tidak ada nifas.
komplikasi yang muncul pada ibu d) Payudara dan Pengeluaran
maupun bayi. ASI
Pada kunjungan
pertama sampai keempat
dilakukan pemeriksaan meganjurkan ibu agar tidak
secara obstetricus payudara terlalu capek, berikan ASI
simetris, puting susu secara Ekslusif, tanda bahaya
menonjol, kolostrum sudah nifas.
keluar, ASI sudah keluar Dalam hal ini tidak terdapat
banyak dan lancar. Jadi, kesenjangan antara teori dan
berdasarkan data di atas, kasus.
tidak ada masalah dengen d. Bayi Baru Lahir
pengetahuan ASI pada ibu. 1) Data Subyektif
e) Tinggi Fundus Uteri Pada kunjungan awal,
Dalam kasus ini tidak kedua, ketiga dan keempat ibu
terdapat masalah pada proses mengatakan BAB lancar, ASInya
involusi uterus pada ibu. keluar serta anaknya tidak rewel
f) Pengeluaran Pervaginam atau sakit.
Pada kunjungan Dalam hal ini tidak
pertama, PPV berisi lochea terdapat kesenjangan antara teori
sanginolenta berwarna dam kasus.
merah, konsistensi cair, bau 2) Data Obyektif
amis, dengan estimasi Pada kunjungan pertama,
perdarahan 20 cc. hasil pemeriksaan didapatkan
Pada kunjungan bahwa tanda-tanda vital normal,
kedua, berisis lochea panjang badan 48 cm, berat badan
sanguinolenta, pengeluaran 3500 gram, lingkar kepala 33 cm,
pervaginam darah bercampur lingkar dada 33 cm, pemeriksaan
lendir, warna kecoklatan. fisik normal semua tidak ada
Pada kunjungan kelainan.
ketiga dan keempat sudah Pada kunjungan kedua,
tidak ada. dari hasil pemeriksaan didapatkan
3) Assesment bahwa keadaan umum baik,
Pada kunjungan tanda-tanda vital normal, berat
keempat, kasus yang penulis badan 3600 gram, pada
ambil didapatkan : Ny.K umur pemeriksaan fisik tidak ada
26 tahun P3 A0 6 minggu post kesenjangan, tali pusat bersih
partum dengan nifas normal. tidak ada tanda-tanda infeksi.
4) Palanning Pada kunjungan ketiga,
Asuhan yang diberikan dari hasil pemeriksaan didapatkan
pada masa nifas hari pertama bahwa keadaan umum baik,
diantaranya menganjurkan ibu tanda-tanda vital normal, berat
untuk mengurangi aktifitas, badan 3600 gram, pemeriksaan
memberitahu ibu efek samping fisik tidak ada kesenjangan.
KB implant, cara pemberian Pada kunjungan keempat
ASI dan cara menyusui yang dari hasil pemeriksaan di
benar. dapatkan bahwa keadaan umum
Asuhan yang diberikan baik, tanda-tanda vital normal,
pada masa nifas 8 hari berat badan 4500 gram,
diantaranya menganjurkan tetap pemeriksaan fisik tidak ada
minum tablet Fe, tidak kesenjangan.
menggantungkan kakinya saat 3) Assesment
menyusui bayinya, cara Pada kunjungan terakhir
perawatan payudara, diit yang penulis dapatkan yaitu bayi
hepatitis. Ny.K umur 6 minggu lahir
Asuhan yang diberikan spontan jenis kelamin laki-laki
pada masa nifas 2 minggu dan 6 keadaan baik dengan BBL
minggu diantaranya tetap normal.
memenuhi nutrisinya,
4) Penatalaksanaan untuk penyakit hepatitis nya serta ruin
Asuhan yang diberikan memeriksakan kehamilannya sehingga
penulis pun disesuaikan dengan dapat mengetahui kondisi kesehatan ibu
kebutuhan pasien saat pengkajian. hamil, oleh karena itu dapat dilakukan
Asuhan yang diberikan antisipasi penanganan segera untuk
pada bayi baru lahir hari pertama menecegah komplikasi pada ibu hamil
adalah memberitahu ibu bahwa dan juga dapat mempersiapkan persalinan
bayinya dalam keadaan baik, dengan baik agar ibu sehat, bayi selamat.
memberitahu ibu cara meawat tali 5. Daftar Pustaka
pusat, cara menjaga kehangatan
bayinya agar tidak hipotermi, [1]. Hani, Ummi. 2010. Asuhan Kebidanan
berikan ASI setipa 2 jam, sering pada Kehamilan Fisiologis. Jakarta: Salemba
mengganti popok saat basah. Medika.
Asuhan yang diberikan [2]. Manuaba, IB,DK. 2007. Pengantar Kuliah
pada bayi baru lahir 8 hari adalah Obstetri. Jakarta: EGC.
memberitahu ibu untuk sering [3]. Cahyono, J.B. Suharjo B. 2010. Hepatitis
menyusui bayinya, jauhi anak dari B Cegah Kanker Hati. Yogyakarta :
anggota keluarga yang sedang KANISIUS.[4]. Kemenkes RI. 2016. Buku
sakit, cek kebutuhan ASI pada Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: Kemenkes
bayi. dan JICA.
Asuhan yang diberikan
pada bayi baru lahir 2 minggu [5]. Kepmenkes No.
adalah selalu menjaga kesehatan 938/Menkes/SK/VIII/2007. Standar Asuhan
ibu dan bayinya untuk menjaga Kebidanan. Depkes : RI.
terjadinya infeksi cuci tangan [6]. Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Buku
sebelum pegang dan sesudah Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan dan
pegang, tetap berika bayi ASI. Nasional. Jakarta: PT Bina Pustaka.
Asuhan yang diberikan [7]. Profil Puskesmas Warureja. 2017, Data
pada bayi baru lahir 6 minggu Angka Kematian Ibu & Bayi. Puskesmas
adalah sering mengajak ngobrol Warureja.
ke anaknya, untuk datang ke [8]. Rukiyah, Ai Yeyeh. 2013. Asuhan
posyandu atau ke Bidan untuk Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: TIM.
mengimunisasi BCG dan Polio 1 [9]. Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Buku Acuan
4. Kesimpulan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Dari hasil pelaksanaan studi Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
kasus ini penulis mendapatkan gambaran Sarwono Prawirohardjo.
dan pengalaman secara nyata tentang [10]. Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar
pemberian asuhan kebidanan bahwa Ny.K Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas.
umur 26 tahun G3 P2 A0 hamil 34 Yogyakarta: C.Vandi Offset
minggu lebih 4 hari, ibu mengatakan [11]. Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan
merasakan lemas, dari hasil pemeriksaan Kebidanan Edisi 4 Volume 2. Jakarta: EGC.
fisik konjungtiva pucat, sclera ikterik, dan [12]. Yulifah, Rita dan Surachmindari. 2013.
warna kulit kuning TD 110/70 mmHg dan Konsep Kebidanan untuk Pendidikan
pemeriksaan penunjang Hb: 10,6 gr% Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
HbsAg : Reaktif. Ny. K bersalin di RSUD [13]. Yanti. 2010. Buku Ajar Asuhan
Siaga Medika Pemalang secara sepontan, Kebidanan Persalinan. Yogyakarta: Pustaka
penolong persalinan bidan, tidak ada Kehamilan.
komplikasi yang menyertai persalinan, [14]. Wildan, Moh dan A, Aziz Alimul. 2011.
pada waktu nifas Ny.K dengan hepatitis Dokumentasi Kebidanan. Jakarta: Salemba
B, nifas normal dengan anemia berat Hb: Medika.
8,5 gr% anemia ringan 9 gr% dan 10 gr% [15]. Feryanto, Achmad. 2012. Asuhan
(Pada awal post partum). Kebidanan Patologis. Jakarta: Salemba Medik
Disarankan bagi pasien untuk
berobat ke Dokter Sp.PD dan Dokter
Sp.OG untuk memperoleh pengobatan
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai