Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN SEMINAR KASUS

Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil


Pada Ny. S umur 35 tahun G4P1A2Ah1 Umur Kehamilan 5 Minggu
dengan Obesitas Riwayat Abortus dan Molahidatidosa di PMB
Yustina Sri Widati, Kel. Ngagel, Kec. Karangmojo
Kabupaten Gunung Kidul Provinsi DIY

Disusun Oleh :

Heni Susilowati ( D IV B / P07124215055 )

Jurusan Kebidanan

Politeknik Kesehatan Kemenkes Yogyakarta

2017/2018
LAPORAN SEMINAR KASUS

Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil


Pada Ny. S umur 35 tahun G4P1A2Ah1 Umur Kehamilan 5 Minggu
dengan Obesitas Riwayat Abortus dan Molahidatidosa di PMB
Yustina Sri Widati, Kel. Ngagel, Kec. Karangmojo
Kabupaten Gunung Kidul Provinsi DIY

Disusun Oleh :

Heni Susilowati ( D IV B / P07124215055 )

Jurusan Kebidanan

Politeknik Kesehatan Kemenkes Yogyakarta

2017/20

i
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Seminar Kasus Asuhan Kebidanan Komprehensif oleh


Mahasiswa Semester VI Program Studi DIV Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta berjudul “Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil
Pada Ny. S umur 35 tahun G4P1A2Ah1 Umur Kehamilan 5 Minggu
dengan Obesitas,Riwayat Abortus dan Molahidatidosa di PMB Yustina Sri
Widati, Kel. Ngagel, Kec. Karangmojo Kabupaten Gunung Kidul Provinsi
DIY” yang disusun oleh Heni Susilowati telah berhasil dipertahankan
dihadapan penguji.

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Kirana Dewi Pertiwi, S.ST Yustina Sri Widati, S.ST

NIP. 199110622014022001 NIP. 196512281996032002

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Seminar Kasus Asuhan Kebidanan Komprehensif oleh


Mahasiswa Semester VI Program Studi DIV Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta berjudul “Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil
Pada Ny. S umur 35 tahun G4P1A2Ah1 Umur Kehamilan 5 Minggu
dengan Obesitas, Riwayat Abortus dan Molahidatdosa di PMB Yustina Sri
Widati, Kel. Ngagel, Kec. Karangmojo Kabupaten Gunung Kidul Provinsi
DIY ”. Telah selesai dan disahkan pada Tanggal 14 Maret 2018.

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Kirana Dewi Pertiwi,S.ST Yustina Sri Widati,S.ST

NIP. 199110622014022001 NIP. 196512281996032002

iii
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi


Maha Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-
Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Seminar Kasus
Asuhan Kebidanan Komprehensif oleh Mahasiswa Semester VI Program
Studi DIV Kebidanan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta di PMB Yustina Sri
Widati, Karangmojo Kabupaten Gunung Kidul.

Keberhasilan kami dalam menyelesaikan laporan ini tidak lepas dari


peran dan bantuan dari berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar
pembuatan laporan ini. Untuk itu, tidak lupa kami ucapkan terima kasih
kepada pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini,
yaitu :

1. Tuhan Yang Maha Esa.


2. PMB Yustina Sri Widati yang telah memberikan kesempatan
kepada kami untuk praktik Kebidanan Komprehensif.
3. Ibu Dyah Novyawati Setya Arum, S.ST., M.Keb., selaku ketua
jurusan Kebidanan
4. Ibu Yustina Sri Widati, S.ST sebagai pembimbing lahan kasus
asuhan kebidanan Komprehensif.
5. Ibu Kirana Dewi Pertiwi S.ST, selaku dosen pembimbing laporan
seminar kasus .
6. Kedua orang tua kami
7. Seluruh teman-teman yang turut membantu dalam pembuatan
laporan ini .
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan ini
masih jauh dari kata sempurna, baik pengetahuan maupun pengalaman,
oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan.

iv
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis, juga semua pihak
yang membacanya. Aamiin.

Yogyakarta, 18 Januari 2018

Penyusun

v
DAFTAR ISI

Halaman sampul.....................................................................................i

Lembar persetujuan...............................................................................ii

Lembar pengesahan .............................................................................iii

Kata pengantar.......................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..................................................................................1

1.2 Tujuan................................................................................................2

BAB II KAJIAN TEORI

2.1 Antenatal Care...................................................................................3

2.2 Obsitas ..............................................................................................8

2.3 Abortus.........................................................................................….13

2.4 Molahidatidosa......……………………………………………………..15

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil..................................................................................................20

3.2 Pembahasan.....................................................................................29

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 kesimpulan........................................................................................33

4.2 saran.................................................................................................33

DAFTAR PUSTAKA

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sekitar 12-15% kehamilan diketahui secara klinis berakhir dengan


abortus (berakhirnya kehamilan secara tidak diinginkan). Kemungkinan
terjadinya abortus berulang pada pasangan fertil adalah 1-2%.Risiko
abortus meningkat sejalan dengan riwayat abortus sebelumnya. Wanita
yang mempunyai riwayat abortus satu, dua atau tiga kali pada kehamilan
sebelumnya mempunyai risiko abortus pada kehamilan berikutnya
sebesar 24%, 26% atau 32%. Beberapa faktor diduga menjadi penyebab
abortus berulang. Faktor genetik (aneuploidi dan kelainan kromosom
paternal) diperkirakan menjadi penyebab pada 5% kasus, sedangkan
gangguan endokrin (Diabetes Melitus, Polikistik Ovarium Syndroma, defek
fase luteal) dan faktor imun masing-masing menjadi penyebab pada 20%
kasus. Faktor penyebab potensial lainnya adalah faktor anatomi, infeksi
dan gangguan trombofilik.

Pada kasus ini Ny. S mempunyai riwayat abortus dan


molahidatidosa sehingga pemeriksaan dapat dilakukan dengan lebih
intensif sehingga dapat mengurangi kejadian abortus berulang. Salah satu
kejadian abortus juga dapat dipengaruhi oleh diabetes. Kejadian obesitas
mempunyai hubungan erat dengan diabetes. Pada kasus ini Ny S memiliki
keturunan diabetes dari ibu kandungnya dan Ny S mengalami obesitas
yaitu ditandai dengan IMT >29,9 Kg/m². Dalam hal ini asuhan kebidanan
yang dapat diberikan salah satunya mengelola diit gizi terhadap Ny S.

1
1.2 Tujuan
1. Tujuan umum :
Untuk mengurangi komplikasi yang disebabkan oleh status gizi
tinggi/obesitas.
2. Tujuan khusus :
a. Untuk memberikan asuhan yang tepat dan menyeluruh.
b. Untuk mengurangi komplikasi pada bayi akibat obesitas seperti
hipoksia, Makrosomia.
c. Untuk mengurangi komplikasi pada ibu akibat obesitas seperti
hipertensi, diabetes, infeksi dan perdarahan.
d. Untuk meminimalisir penyulit pada saat proses persalinan seperti
DKP.
e. Untuk mengurangi angka kejadian abortus berulang pada Ibu.

2
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Antenatal Care


2.1.1 Pengertian Antenatal Care

Antenatal care atau pemeriksaan kehamilan merupakan

pemeriksaan ibu hamil baik fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan

anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan

mereka post partum sehat dan normal (Padila, 2014). Kunjungan

antenatal care adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter sedini

mungkin semenjak wanita merasa dirinya hamil untuk mendapatkan

pelayanan/asuhan antenatal (Padila, 2014).

Pelayanan antenatal merupakan pelayanan terhadap individu yang

bersifat preventif care untuk mencegah terjadinya masalah yang kurang

baik bagi ibu maupun janin. Pelayanan antenatal merupakan upaya

kesehatan perorangan yang memperhatikan ketelitian dan kualitas

pelayanan medis yang diberikan, agar dapat melalui persalinan dengan

sehat dan aman diperlukan kesiapan fisik dan mental ibu, sehingga ibu

dalam keadaan status kesehatan yang optimal (Depkes RI, 2008).

2.1.2 Tujuan Antenatal Care

Pelayanan antenatal care diberikan sedini mungkin kepada wanita

semenjak dirinya hamil. Pedoman pelayanan antenatal care menurut

Depkes (2008) memiliki beberapa tujuan, yaitu:

3
a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan

tumbuh kembang bayi.

b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial


ibu.

c. Mengenali dan mengurangi secara dini adanya penyulit-penyulit

komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat

penyakit secara umum, kebidanan, dan pembedahan.

d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, dan persalinan yang aman

dengan trauma seminimal mungkin.

e. Mempersiapkan peran ibu agar masa nifas berjalan normal dan

mempersiapkan ibu agar dapat memberikan ASI secara eksklusif.

f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran

bayi, agar dapat tumbuh kembang secara normal.

g. Mengurangi bayi lahir prematur, kelahiran mati, dan kematian neonatal.

h. Mempersiapkan kesehatan yang optimal bagi janin.

i. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan

tumbuh kembang bayi.

j. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial


ibu.

k. Mengenali dan mengurangi secara dini adanya penyulit-penyulit

komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat

penyakit secara umum, kebidanan, dan pembedahan.

4
l. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, dan persalinan yang aman

dengan trauma seminimal mungkin.

m. Mempersiapkan peran ibu agar masa nifas berjalan normal dan

mempersiapkan ibu agar dapat memberikan ASI secara eksklusif.

n. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran

bayi, agar dapat tumbuh kembang secara normal.

o. Mengurangi bayi lahir prematur, kelahiran mati, dan kematian neonatal.

p. Mempersiapkan kesehatan yang optimal bagi janin.

2.1.3 Fungsi Antenatal Care

Selain tujuan antenatal care juga memiliki tiga fungsi yaitu yang

pertama, sebagai promosi kesehatan selama kehamilan melalui sarana

dan aktifitas pendidikan. Fungsi yang kedua yaitu untuk melakukan

screening, identifikasi wanita dengan kehamilan resiko tinggi dan merujuk

bila perlu. Fungsi yang terakhir adalah untuk memantau kesehatan selama

hamil dengan usaha mendeteksi dan menangani masalah yang terjadi

(Padila, 2014).

2.1.4 Standar Kualitas Pelayanan Antenatal

Standar kualitas pelayanan antenatal yang diberikan kepada ibu

hamil yaitu penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan,

pengukuran tekanan darah, lingkar lengan atas (LiLA). Selain itu dilakukan

juga pengukuran tinggi fundus uteri, hitung denyut jantung janin (DJJ),

tentukan presentasi janin untuk memperkirakan usia kehamilan dan

kesehatan janin. Untuk mendukung kesehatan ibu dan janin diberikan juga

5
imunisasi Tetanus Toxoid (TT), pemberian tablet tambah darah/tablet besi

(Fe), serta pemeriksaan laboratorium (rutin dan khusus), tatalaksana

kasus, dan temu wicara efektif (Kemenkes, 2013).

2.1.5 Standar Pelayanan Antenatal Kunjungan Pertama

Standar pelayanan antenatal pada kunjungan pertama ibu hamil

meliputi tahap pencatatan yang meliputi adalah identitas ibu hamil,

kehamilan sekarang, riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu, serta

penggunaan cara kontrasepsi sebelum kehamilan. Pada tahap

pemeriksaan dilakukan pemeriksaan fisik diagnostik, laboratorium, dan

pemeriksaan obstetrik. Tahap pemberian terapi yaitu pemberian imunisasi

tetanus toxoid (TT), pemberian obat rutin seperti tablet Fe, kalsium,

multivitamin, dan mineral lainnya serta obat-obatan khusus atas indikasi

dan penyuluhan/konseling (Depkes RI, 2010).

2.1.6 Standar Pelayanan Kunjungan Ulang

Pemeriksaan kunjungan ulangan yaitu setiap kunjungan

pemeriksaan antenatal yang dilakukan setelah kunjungan pemeriksaan

antenatal pertama. Kunjungan ulangan lebih diarahkan untuk mendeteksi

komplikasi, mempersiapkan kelahiran, dan mendeteksi kegawatdaruratan,

pemeriksaan fisik yang terarah serta penyuluhan bagi ibu hamil. Kegiatan

yang dilakukan yaitu anamnesa tentang keluhan utama, pemeriksaan

umum, obstetrik, laboratorium, imunisasi TT bila perlu, pemberian obat

rutin khusus dan penyuluhan (Depkes RI, 2008).

6
2.1.7 Jadwal Kunjungan Ibu Hamil

Pemeriksaan kehamilan sebaiknya dilakukan sedini mungkin, segera

setelah seorang wanita merasa dirinya hamil. Pemeriksaan antenatal

selain kuantitas (jumlah kunjungan), perlu diperhatikan pula kualitas

pemeriksaannya. Kebijakan program pelayanan antenatal yang ditetapkan

oleh Depkes (2008), yaitu tentang frekuensi kunjungan sebaiknya

dilakukan paling sedikit empat kali selama kehamilan, dengan ketentuan

waktu sebagai berikut:

a. Minimal 1 (satu) kali kunjungan selama trimester pertama (< 14

minggu) = K1.

b. Minimal 1 (satu) kali pada trimester kedua (antara minggu ke 14-28) =K2.

c. Minimal 2 (dua) kali pada trimester ketiga (antara minggu ke 28-36 dan

sesudah minggu ke 36) = K3 dan K4. Apabila terdapat kelainan atau

penyulit kehamilan seperti mual, muntah, keracunan kehamilan,

perdarahan, kelainan letak dan lain-lain, frekuensi pemeriksaan

disesuaikan dengan kebutuhan.

Standar waktu pelayanan tersebut dianjurkan untuk menjamin

terhadap perlindungan ibu hamil dan janin, berupa deteksi dini faktor

risiko, pencegahan, dan penanganan dini komplikasi kehamilan

(Kemenkes RI, 2013).

2.1.8 Asuhan Standar 10T (Depkes RI, 2009)


Dalam melaksanakan pelayanan antenatal care, ada sepuluh standar
pelayanan yang harus dilakukan oleh bidan atau tenaga kesehatan yang
dikenal dengan 10 T pelayanan tersebut yaitu:

1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan.

7
2. Pemeriksaan tekanan darah.

3. Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas)

4. Pemeriksaan tinggi fundus uteri

5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)

6. Skrining status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi tetanus


toksoid (TT) bila diperlukan.

7. Pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan.

8. Tes labolatorium rutin dan khusus.

9. Tatalaksana kasus

10.Temu wicara (konseling) termasuk perencanaan persalinan dan


pencegahan komplikasi (P4K) serta KB pasca salin.

2.2 Obesitas
2.2.1 Pengertian Obesitas

Obesitas diartikan sebagai peningkatan berat badan diatas 20% dari


batas normal . Pasien dengan obesitas mempunyai status nutrisi yang
melebihi kebutuhan metabolisme karena kelebihan masukan kalori dan atau
penurunan penggunaan kalori (energi). Artinya, masukan kalori tidak
seimbang dengan penggunaannya yang pada akhirnya berangsur-angsur
berakumulasi meningkatkan berat badan. Selain kelebihan berat badan nilai
TSF pada pasien dengan obesitas lebih dari 15 mm untuk laki-laki dan lebih
dari 25 mm untuk wanita. (Nurachmah, 2009)
Kelebihan energi pada penderita obesitas disimpan dalam bentuk
lemak. Pada keadaan normal, jaringan lemak ini ditimbun di tempat-tempat
tertentu diantaranya dalam jaringan sub cutan dan didalam jaringan tirai usus.
Pada orang yang menderita obesitas ogan-organ tubuhnya di paksa untuk
bekerja lebih berat karena harus, membawa kelebihan berat badan oleh
sebab itu pada umumnya lebh cepat gerah, capek, dan mempunyai
kecenderungan untuk membuat kekeliruan dalam bekerja. (Noto atmodjo,
2010)

8
Ada beberapa metode yang biasa digunakan untuk menetapkan berat
badan yang di inginkan individu dan untuk mendefinisikan obesitas secara klinis.
Indeks masa tubuh (IMT) merupakan prediksi derajat lemak tubuh dan
pengukurannya di rekomendasikan federal untuk mengklasifikasikan kelebihan
berat badan dan obesitas. IMT di hitung dengan membagi berat badan dalam
kilogram dengan kuadrat tinggi badannya dalam meter atau mengalihkan berat
badan dalam pons dengan 703 lalu dibagi kuadrat tinggi badan dalam inci
kuadrat. (Varney, 2010)

Perhitungan Indeks Masa Tubuh

IMT = Berat Badan (kg)/(Tinggi Badan (m) 2

Klasifikasi IMT yang dapat digunakan untuk membantu dalam perhitungan IMT
untuk menentukan apakah berat badan individu sesuai dengan tinggi badannya.

Tabel 2.2.1 Klasifikasi IMT

Kriteria IMT
Berat Badan Kurang < 18,5 kg/m2

Berat Badan Normal 18,5-24,9 kg/m2

Berat Badan Berlebih 25-29,9 kg/m2

Obesitas ( Kelas I ) 30-34,9 kg/m2

Obesitas ( Kelas II) 35-39,9 kg/m2

Obesitas Ekstrim (Kelas III) ≥40 kg/m2

9
2.2.2 Obesitas Dalam Kehamilan

Terdapat suatu ketidaksepakatan tentang definisi yang tepat untuk obesitas


dalam kehamilan, walaupun banyak pengarang menganjurkan berat badan dalam
kehamilan melebihi 175 pon atau kurangnya 40% (biasanya 100 pon atau lebih) diatas
berat badan ideal. Wanita kegemukan berisiko tinggi untuk hipertensi, diabetes
gistasional, dan infeksinal, infeksi saluran kencing, dan infeksi episiotomi atau luka.
Penentuan usia kehamilan bisanya terbatas karena siklus hait yang tidak teratur dan
sukar menentukan tinggi fundus uteri. (Rayburm, 2009)
Pada banyak penelitian, angka kematian maternal meningkat, umumnya akibat
tromboemboli, infeksi, atau komplikasi anasia. Makrosomia pada janin juga lebih sering
terjadi. Walaupun kematian perinatal tidak meningkat dan bayi berat badan lahir rendah
jarang, hasil kehamilan yang optimal disertai oleh kenaikan berat badan ibu paling
kurang 25 pon pada ibu-ibu obesitas (Rayburm, 2009)
Saat ini, kasus diabetes pada masa kehamilan (gestational diabetic) semakin
meningkat. Penyebab utamanya adalah obesitas. Akibat peningkatan risiko tersebut,
setiap ibu hamil diwajibkan melakukan screening kadar gula darah terutama saat usia
kehamilan menginjak minggu ke 24-28
Ibu hamil disarankan untuk mengatur berat badan agar tetap berada pada
kondisi ideal. Peningkatan berat badan di trimester pertama memang relatif sedikit,
tidak naik atau bahkan berkurang karena muntah-muntah. Peningkatan berat badan
yang cukup pesat terjadi di trimester 2 dan 3, pada periode inilah perlu dilakukan
pemantaun ekstra terhadap berat badan.Seusai persalinan, ragam komplikasi masih
menunggu. Infeksi seusai bersalin akibat banyaknya pembuluh darah ibu hamil yang
tersumbat sering terjadi. Selain itu, lemak yang berlipat-lipat pada lapisan kulit
merupakan media yang kondusif untuk tumbuhnya kuman sehingga infeksi pun sangat
mungkin terjadi. Risiko lainnya, plasenta yang berfungsi menyuplai oksigen menyempit
karena lemak. Padahal, terhambatnya suplai oksigen dapat merusak sel-sel otak janin.
Sehingga kecerdasan si kecil pun bisa jadi berkurang. Kemungkinan buruk lain, janin
bisa mengalami gangguan paru-paru maupun terlahir obesitas.

10
2.2.3 Pencegahan Obesitas Saat Kehamilan

Hal pertama yang dilakukan dokter adalah melakukan serangkaian tes di


trimester awal. Perlu dilakukan pemeriksaan gula darah, tekanan darah, dan
pengukuran berat badan. Pemeriksaan ini diulang lagi di akhir trimester 3 untuk
mengetahui apakah sang ibu berisiko terkena diabetes dan hipertensi. Selanjutnya,
dilakukan pemantauan terhadap pertumbuhan janin dari bulan ke bulan.

Pencegahan lainnya adalah dengan cara membatasi kalori. Cara ini memang sering
jadi kontraversi karena, di sisi lain, janin membutuhkan nutrisi lebih. Pengurangan kalori
ditakutkan akan mengganggu perkembangan janin. Yang terpenting, komposisi
makanan harus seimbang. Selain mengatur pola makan, dianjurkan untuk melakukan
aktivitas fisik. Jalan pagi sangat baik untuk menjaga konsisi ibu tetap sehat.Bila saat
kehamilan mengalami obesitas, perlu dilakukan penanganan khusus. Sang ibu pun
harus bersikap tenang karena sikap tenang sangat bermanfaat bagi perkembangan
janin. Pilihlah klinik atau rumah sakit dengan fasilitas lengkap. Ini sebagai antisipasi jika
ibu membutuhkan tindakan medis yang lebih kompleks.

2.2.4 Prinsip Diit Pada Ibu Hamil Dengan Obesitas


1. Tujuan Diit Pada Ibu Hamil Dengan Obesitas
a. Memberikan makan rendah kalori guna mencapai berat badan normal
b. Mempertahankan tumbuh kembang bayi yang normal
c. Mempertahankan kesehatan ibu hamil Menghindari terjadinya komplikasi
kehamilan. ( Purwitasari, 2009 )
2. Syarat Diit Pada Ibu Hamil Dengan Obesitas
a. Kalori dikurangi sebanyak 500-700 dibawah kebutuhan normal. Pengurangan
kalori dilakukan dengan pengurangan konsumsi karbohidrat dan lemak.
b. Protein tinggi untuk pertumbuhan bayi dan pembentukan sel darah merah
c. Tinggi vitamin dan mineral
d. Tinggi serat untuk memberi rasa kenyang. ( Purwitasari, 2009 )
3. Pedoman Untuk Mengurangi Lemak
a. Sayuran – sayuran

11
1. Kurangi konsumsi sayuran dengan bumbu kacang yang digoreng, ganti
bumbu kacang yang disangrai.
2. Batasi konsumsi sayuran dengan bumbu kelapa yang berlebih ( seperti,
urapan) , atau santan kental
3. Batasi konsumsi sayuran dengan dressing keju yang berlebih, contohnya
salat.
4. Konsumsi sayuran dengan cara direbus, dikukus, dalam bentuk segar.
(Purwitasari, 2009 )
b. Buah – buahan
1. Konsumsi buah – buahan dalam bentuk segar.
2. Kurangi konsumsi buah – buahan yang berlemak. ( Purwitasari, 2009 )
c. Nasi, Sereal, dan Roti
1. Kalau bisa konsumsi nasi beras tumbuk atau nasi agar roti yang
mengandung bekatul atau havermouth.
2. Batasi sereal dan krackkers yang berminyak atau yang mengandung
lemak lebih dari 2 potong/hari.
3. Batasi kebiasaan sarapan dengan roti mentega dan susu full
cream.(Purwitasari, 2009 )
d. Susu
1. Gunakan susu skim, susu kedelai, atau yougurt yang rendah lemak
2. Pilih keju rendah lemak misalnya Cottage Cheese.
3. Pilih es krim yang tidak mengandung susu, misalnya es krim yang
terbuat dari sari buah.
4. Pilih makanan pencuci mulut yang terbuat dari makanan berserat seperti
agar – agar dengan saus dari susu skim. ( Purwitasari, 2009 )
e. Protein
1. Pilih daging tidak berlemak dan berwarna cerah, seperti daging ayam kampung (
tanpa kulit), ikan dll.
2. Hindari konsumsi jerowan, daging berlemak, otak, kepala, dan brutu ayam.
3. Tingkatkan konsumsi protein nabati sebagai penganti, seperti tahu, tempe,
kacang hijau, dll.
4. Batasi konsumsi lauk yang digoreng, diolah dengan santan kental.
5. Masak dengan cara merebus, memanggang, menumis, mepepes. (Purwitasari,
2009)
12
f.Lemak
Kurangi konsumsi minyak goreng sampai 1 sendok makan/hari ( 10 gram).
(Purwitasari, 2009 )

2.3 Abortus

2.3.1 Definisi Abortus

Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat hidup di dunia luar,
tanpa mempersoalkan penyebabnya. Bayi baru mungkin hidup di dunia luar bila
berat badannya telah mencapai > 500 gram atau umur kehamilan > 20 minggu.
Abortus dapat pula diartikan sebagai berakhirnya kehamilan melalui cara apapun
sebelum janin mampu bertahan hidup. Selain itu abortus dapat diartikan sebagai
pengeluaran hasil pembuahan (konsepsi) dengan berat badan janin < 500 gram atau
kehamilan kurang dari 20 minggu.

2.3.2 Etiologi Abortus

Lebih dari 80% abortus terjadi pada minggu pertama, dan setelah itu angka
ini cepat menurun. Kelainan kromosom merupakan penyebab, pada paling
sedikit seperuh dari kasus abortus dini ini, dan setelah itu insidennya juga
menurun. Faktor penyebab terjadinya abortus dibagi menjadi beberapa faktor
yaitu :

a. Faktor janin
Perkembangan zigot abnormal.Temuan morfologis tersering pada abortus
spontan dini adalah kelainan perkembangan zigot, mudigah, janin bentuk awal,
atau kadang-kadang plasenta.Disorganisasi morfologis pertumbuhan ditemukan
pada 40% abortus spontan sebelum minggu ke-20.
b. Usia ibu

Usia yang aman untuk kehamilan dan persalinan adalah usia 20-30 tahun.
Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia di bawah 20
tahun ternyata 2 sampai 5 kali lebih tinggi dari pada kematian maternal yang

13
terjadi pada usia 20 sampai 29 tahun. Kematian maternal meningkat kembali
sesudah usia 30 sampai 35 tahun.

c. Parietas
Risiko abortus semakin tinggi dengan bertambahnya paritas ibu, hal ini
mungkin karena adanya faktor dari jaringan parut pada uterus akibat kehamilan
berulang. Jaringan parut ini mengakibatkan tidak adekuatnya persedian darah
ke plasenta yang dapat pula berpengaruh pada janin.

d. Infeksi
Adanya infeksi pada kehamilan dapat membahayakan keadaan janin dan ibu.
Infeksi dapat menyebabkan abortus, dan apabila kehamilan dapat berlanjut
maka dapat menyebabkan kelahiran prematur, BBLR, dan eklamsia pada ibu.

e. Anemia

Anemia dapat mengurangi suplai oksigen pada metabolisme ibu dan janin
karena dengan kurangnya kadar hemoglobin maka berkurang pula kadar oksigen
dalam darah. Hal ini dapat memberikan efek tidak langsung pada ibu dan janin
antara lain kematian janin, meningkatnya kerentanan ibu pada infeksi dan
meningkatkan risiko terjadinya prematuritas pada bayi.

f. Faktor hormonal
Salah satu dari penyakit hormonal ibu hamil yang dapat menyebabkan
abortus adalah penyakit diabetes mellitus. Diabetes mellitus pada saat hamil
dikenal dengan diabetes meliitus gestasional (DMG). DMG didefinisikan
sebagai intoleransi glukosa yang terjadi atau pertama kali ditemukan pada
saat hamil. Dinyatakan DMG bila glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dl atau 2
jam setelah beban glukosa 75 gram ≥ 200 mg/dl atau toleransi glukosa
terganggu.

Pada DMG akan terjadi suatu keadaan dimana jumlah atau fungsi insulin
menjadi tidak normal, yang mengakibatkan sumber energi dalam plasma ibu
bertambah. Melalui difusi terfasilitasi dalam membran plasenta, dimana sirkulasi
janin juga ikut terjadi komposisi sumber energi abnormal yang menyebabkan
kemungkinan terjadi berbagai komplikasi yang salah satunya adalah abortus
spontan.

14
2.3.3 Patofisiologi Abortus
Abortus biasanya disertai oleh perdarahan ke dalam desidua basalis
dan nekrosis di jaringan dekat tempat perdarahan. Ovum menjadi terlepas,
dan hal ini memicu kontraksi uterus yang menyebabkan ekspulsi. Sebelum
minggu ke-10, ovum biasanya dikeluarkan dengan lengkap. Hal ini disebabkan
karena sebelum minggu ke-10 vili korialis belum menanamkan diri dengan erat
ke dalam desidua, hingga ovum mudah terlepas keseluruhannya. Antara
minggu ke 10-12 korion tumbuh dengan cepat dan hubungan vili korialis
dengan desidua makin erat, hingga mulai saat tersebut sering sisa-sisa korion
(plasenta) tertinggal jika terjadi abortus. Apabila kantung dibuka, biasanya
dijumpai janin kecil yang mengalami maserasi dan dikelilingi oleh cairan, atau
mungkin tidak tampak janin didalam kantung dan disebut “blighted ovum”.

2.4. Mola Hidatidosa


2.4.1 Pengertian Molahidatidosa

Mola hidatidosa merupakan penyakit trofoblas gestational yang

ditandai dengan abnormalitas vili korialis yang mengalami degenerasi

hidropik sehingga terlihat seperti buah anggur yang bergerombol. Pada mola

hidatidosa terdapat proliferasi sel trofoblas yang berlebihan dan adanya

edema stroma vilus. Secara makroskopis mola hidatidosa terlihat seperti

gelembung-gelembung, transparan, dan berisi cairan jernih yang ukurannya

bervariasi.

Berdasarkan morfologi, histopatologi, dan kariotipenya, mola

hidatidosa dibagi menjadi mola komplet dan mola parsial. Pada mola

komplet, secara umum vili korialis terlihat sebagai vesikel-vesikel jernih yang

ukurannya bervariasi. Mola hidatidosa komplet disebabkan ovum dibuahi

15
oleh sperma haploid yang menduplikasikan kromosomnya sendiri setelah

meiosis, sedangkan kromosom ovum tidak ada sehingga menyebabkan

kariotipe menjadi 46,XX dengan 2 set kromosom berasal adari ayah. Pada

keadaan lain dapat juga terjadi pola kromosom mungkin menjadi 46,XY

karena fertilisasi.

2.4.2 Diagnosis Mola Hidatidosa


2.4.2.1 Anamnesis
Pasien dengan mola hidatidosa biasanya mengalami keluhan
sebagai berikut :

a Perdarahan pervaginam

b Keluar jaringan mola seperti buah anggur atau mata ikan


namun tidak selalu

c Hipertiroidisme

d Hiperemesis gravidarum

e Preeklampsia

f Perdarahan baik sedikit maupun banyak yang berwarana


merah kecoklatan

g Amenorea dengan durasi berbeda-beda diikuti perdarahan


ireguler.

2.4.2.2 Gambaran Klinis


2.4.2.2.1 Perdarahan Pervaginam
Perdarahan pervaginam merupakan tanda klinik yang sering terjadi
baik pada mola komplet maupun mola parsial. Perdarahan terjadi pada
minggu ke 6 – 16 kehamilan atau pada trimester pertama yaitu 80-90 %
kasus pada mola komplet dan 75 % pada mola parsial. Hal tersebut
disebabkan oleh jaringan mola yang terlepas dari sel decidua dan merusak

16
pembuluh darah maternal sehingga terjadi pembesaran uterus karena
terlalu banyak darah sehingga darah keluar melalui vagina.

2.4.2.2.2 Pembesaran Uterus Melebihi Usia Kehamilan


Pembesaran uterus yang melebihi usia kehamilan terjadi 38 – 51 %

pada kasus mola komplet dan 8 – 11% oada kasus mola inkomplet. Hal ini

disebabkan oleh jaringan trofoblas yang berkembang berlebihan yang

berkaitan dengan tingginya kadar hCG dan terdapat retensi darah.

2.2.2.5. Hiperemesis Gravidarum


Hiperemesis gravidarum berkaitan dengan kenaikan kadar hCG dan

pembesaran uterus yang berlebihan sehingga menyebabkan mual dan

muntah yang berat Hal ini terjadi pada 4 % pasien dengan mola hidatidosa

pada usia kehamilan minggu ke – 5- 9 dan 23 % pada pasien yang

didiagnosis setelah 10 minggu kehamilan.

2.2.2.6. Kista Teka Lutein Ovarium


Kista teka lutein merupakan respon dari peningkatan kadar hCG

diatas 100.000 IU/ml. Ditemukan pada 25-35 % pasien mola hidatidosa

dan terdapat pula pembesaran kista teka lutein bilateral.

2.4.3. Hal- hal yang Berpengaruh terhadap Mola Hidatidosa


2.4.3.1. Usia Ibu

Wanita yang berisiko tinggi untuk mengalami mola hidatidosa adalah


wanita dengan usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun. Wanita
dengan usia 35 tahun sampai 40 tahun risikonya meningkat menjadi 2 kali
lipat, sedangkan pada wanita usia 40 tahu risiko meningkat sebesar 7 kali
lipat dibandingkan wanita yang hamil pada usia lebih muda. Hal ini
dikarenakan kualitas sel telur sudah mengalami penurunan.

17
2.4.3.2. Status Gizi
Status gizi berkaitan dengan tinggi badan, berat badan, dan BMI ibu

sebelum hamil dan saat hamil. Faktor gizi yang berkaitan dengan kejadian

mola hidatidosa adalah kekurangan vitamin A dan kekurangan protein.

Vitamin A berfungsi untuk mengatur proliferasi dan apoptosis sel, sehingga

ketika terjadi kekurangan vitamin A akan menyebabkan proliferasi sel

berlebihan termasuk pada sel trofoblas. Sedangkan protein digunakan

untuk zat pembangun yaitu untuk pertumbuhan dan perkembangan janin

selama kehamilan. Jika ibu kekurangan protein maka dapat menyebabkan

BBLR.

18
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL


Ny. S umur 35 tahun G4P1Ab2Ah1 Umur Kehamilan 5 Minggu dengan Obesitas Riwayat
Abortus dan Molahidatidosa di PMB Yustina Sri Widati, Kel. Ngagel, Kec.Karangmojo
Kabupaten Gunung Kidul

No register : 43/18
Masuk RS Tgl,Jam : 13 Maret 2018, jam 07.30 WIB
Di Ruang : Periksa
Biodata Ibu Suami
Nama : Ny. S Tn. E
Umur : 35 th 37 th
Pendidikan : S1 S1
Pekerjaan : Guru Guru
Agama : Islam Islam
Suku/ Bangsa : Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
Alamat : Ponjong, Gunung Kidul Ponjong, Gunung Kidul
Handphone : 085729107xxx 085729107xxx

DATA SUBYEKTIF
1. Kunjungan saat ini kunjungan awal
Keluhan Utama
Ibu mengatakan terlambat haid selama 6 hari dan sudah dilakukan test kehamilan 2x
hasil menunjukan (+)

2. Riwayat Perkawinan
Kawin 1 kali. Kawin pertama umur 26 tahun. Dengan suami sekarang 9 tahun

3. Riwayat Menstruasi
Menarche umur 13 .tahun. Siklus27-28.hari. Teratur. Lama 7 hari. Sifat Darah : encer.
Flour Albus: ya, pada tanggal 1 Febuari 2018,konsistensi kental,tidak berbau, warna

19
putih. Bau khas darah haid Dysmenorhoe : tidak . Banyak Darah : 3x/hari ganti
pembalut

4. Riwayat Kehamilan ini


a. Riwayat ANC
HPHT : 07 Febuari 2018 HPL : 14November 2018 UK : 5 minggu
b. Belum ada gerakan janin .
c. Keluhan yang dirasakan : ibu mengatakan belum ada keluhan apapun.
d. Pola Nutrisi Makan Minum
Frekuensi : 3-4x/hari 6-7 x/hari
Macam : nasi, lauk, sayur Air putih dan
teh

Jumlah : 1 centong 1 gelas


nasi/makan /minum
Keluhan : makan sayur sedikit Tidak ada
keluhan

e. Pola Eliminasi BAB BAK


Frekuensi : 1x/hari 5-6x/hari
Warna : Kuning Kuning jernih
Bau : Khas feses Khas urine
Konsisten : lembek Cair

f. Pola aktivitas
Kegiatan sehari-hari : ibu mengatakan mengurus rumah (mencuci, memasak,
mengepel menyapu) dan mengajar di sekolah
Istirahat/Tidur : siang 1 jam, malam 7 jam
Seksualitas :Frekuensi 2x/minggu, tidak ada keluhan

g. Personal Hygiene
Kebiasaan mandi : 2 kali/hari
Kebiasaan membersihkan alat kelamin : pada saat mandi, setelah BAB dan BAK
Kebiasaan mengganti pakaian dalam : setelah mandi
Jenis pakaian dalam yang digunakan : katun
20
5. Imunisasi
Ibu sudah imunisasi TT 2x (1xDiwaktu SD, 1x sebelum menikah)

6. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan nifas yang lalu


G4 P1 Ab 2 Ah 1

Persalinan Nifas
Hamil
Tgl Umur Jenis Komplikasi Jenis BB
ke Penolong Laktasi Komplikasi
lahir kehamilan Persalinan Ibu Bayi kelamin Lahir
Tidak Laki-
1 2010 Aterm spontan bidan BBLR 2400gr ya tidak
ada laki
Abortus
2 2015 6mg
completus
Hamil Tidak
3 2016 12mg Dokter
molahidatidosa ada
4 Hamil ini

7. Riwayat Kontrasepsi yang digunakan


Ibu mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi apapun termasuk alat
kontrasepsi alami seperti coitus interuptus dan kondom.
8. Riwayat Kesehatan
a. Penyakit sistemik yang pernah/sedang diderita
Ibu mengatakan dirinya tidak pernah atau sedang menderita penyakit sistemik
seperti jantung, asma, Diabetes Mellitus, Hipertensi, dan HIV/AIDS, namun ibu
pernah menderita kista.
b. Penyakit yang pernah/sedang diderita keluarga
Ibu mengatakan ibu kandungnya menderita diabetes melitus.
c. Riwayat keturunan kembar
Ibu mengatakan dirinya dan keluarga tidak memiliki riwayat keturunan kembar
d. Riwayat Alergi
Makanan : ibu mengatakan tidak memiliki alergi terhadap makanan apapun
Obat : ibu mengatakan tidak memiliki alergi terhadap obat apapun
Zat lain : ibu mengatakan tidak memiliki alergi terhadap zat lain apapun
e. Kebiasaan-kebiasaan

21
Merokok : ibu mengatakan tidak pernah merokok sama sekali
Minum jamu-jamuan : ibu mengatakn tidak pernah minum jamu-jamuan selama
hamil
Minum-minuman keras. : Ibu mengatakn tidak pernah minum-minuman keras
selama hamil
Makanan/minuman pantang:.ibu mengatakan tidak mempunyai makanan/minuman
pantangan .
Perubahan pola makan
Ibu mengatakan sering nyidam dan nafsu makan tetap
9. Riwayat Psikologi Spiritual
a. Kehamilan ini
Kehamilan ini merupakan kehamilan yang sangat ditunggu ibu maupun suami
dikarenakan ibu mengalami keguguran 2x
b. Pengetahuan ibu tentang kehamillan
Ibu mengatakan saat hamil tidak boleh mengangkat benda-benda berat dan
beraktifitas terlalu berat.
c. Pengetahuan ibu tentang kondisi/keadaan yang dialami sekarang
Ibu mengatakan sedang hamil muda dan ini merupakan hamil yang ke 4
d. Perasaan ibu terhadap kehamilan saat ini
Ibu mengatakan sangat senang dengan kehamilannya saat ini dan khawatir akan
terjadinya abortus berulang karena ibu pernah mengalaminya 2x.
e. Tanggapan keluarga terhadap kehamilan
Ibu mengatakan keluarga sangat senang dan mendukung dengan kehamilannya ini
f. Persiapan/rencana persalinan
Ibu mengatakan belum ada persiapan/ rencana persalinan

DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum baik Kesadaran Compos Mentis
b. Tanda Vital
Tekanan darah : 123/80 mmHg
Nadi : 80 kali per menit
Pernafasan : 20 kali per menit
Suhu : 36,5 ○C

c. TB : 158 cm
22
BB : sebelum hamil 86kg, BB sekarang 87 kg
IMT : 34,93 kg/m2
LLA : 33 cm
d. Kepala dan leher
Oedem Wajah : tidak ada odema wajah
Chloasma gravidarum : tidak ada
Mata : kunjungtiva merah muda, sklera putih
Mulut : bibir merah muda, lembab, bersih
Leher : tidak ada pembengkakan pada tyroid, limfe
Payudara
Bentuk : simetris kanan dan kiri, tidak ada benjolan yang abnormal.
Areola mammae : hiperpigmentasi
Puting susu : menonjol
Colostrum : belum keluar
e. Abdomen
Bentuk : belum tampak membesar
Bekas luka : tidak ada bekas luka pada abdomen
Striae gravidarum : tidak ada strae gravidarum
Palpasi Leopold : belum teraba.
f. Ekstremitas
Oedem : tidak ada
Varices : tidak ada
Reflek Patela : kaki kanan + kaki kiri +
g. Genetalia Luar : tidak dilakukan pengkajian
h. Anus : tidak hemoroid
2. Pemeriksaan panggul
Tidak dilakukan pengkajian
3. Pemeriksaan Penunjang
Hb : 13,6 gr/dL
Golongan darah : A
GDS : tidak dilakukan

Analisa
Ny. S umur 35 tahun G4P1 Ab2 Ah1 umur kehamilan 5 minggu dengan obesitas riwayat
Abortus dan Molahidatidosa.
23
Masalah : ibu takut mengalami keguguran lagi

Kebutuhan : KIE psikologi terhadap ibu hamil

Diagnosa Potensial : Abortus completus dan molahidatidosa

Penatalaksanaan (13 Maret 2018, jam 07.45 WIB)


1. Memberikan informasi kepada ibu setiap tindakan yang akan dilakukan dan
melakukan inform consent.
Ibu paham mengenai tindakan yang akan dilakukan dan ibu menyetujuinya.
2. Memberitahu dan menjelaskan kepada ibu bahwa ibu sedang hamil 5 minggu.
Ibu senang dengan berita tersebut namun ada rasa khawatir karena ibu pernah
mengalami keguguran 2x
3. Menjelaskan kepada ibu bahwa abortus atau keguguran yang ibu alami dapat terjadi
karena infeksi dari kotoran anjing dan kucing yang bernama TORCH atau
toxoplasma. Menganjurkan ibu untuk menghindari kucing terutama kotoran kucing,
ibu diharapkan lebih menjaga kebersihan rumah dan lingkungannya dari kotoran
kucing tersebut, menganjurkan ibu untuk mencuci sayuran, daging secara bersih
dan memasknya sampai matang, karena virus toxoplasma juga dapat dibawa oleh
sayuran atau daging yang tidak dimasak dengan benar, menyarankan ibu untuk
melakukan test TORCH yang dapat dilakukan di Rumah Sakit dan jika nanti ada
hasil yang mengarah ke virus tersebut ibu akan mendapatkan penanganan yang
lebih dari dokter kandungan.
Ibu paham mengenai hal tersebut dan berencana akan melakukannya.
4. Menjelaskan kepada ibu bahwa ibu mengalami kelebihan berat badan / obesitas
kelas 1 karena hasil pemeriksaan IMT (Indeks masa tubuh) >29,5 .
ibu mengerti penjelasan bidan.
5. Menganjurkan kepada ibu untuk mengkonsumsi makanan menu gizi seimbang dan
lebih memperbanyak konsumsi sayur hijau dan daging merah yang banyak
mengandung zat besi. Hindari konsumsi jerowan, daging berlemak, otak, kepala,
dan brutu ayam.Tingkatkan konsumsi protein nabati sebagai pengganti, seperti
tahu, tempe, kacang hijau, dll.Batasi konsumsi lauk yang digoreng, diolah dengan
santan kental.Masak dengan cara merebus, memanggang, menumis, mepepes
ibu mengerti dan bersedia melakukan anjuran bidan.
6. Menjelaskan kepada ibu mengenai P4K (Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi) dan menyarankan ibu untuk segera mendiskusikan dengan suami
dimana akan bersalin, siapa bidan atau dokter yang akan menolong persalinan,
24
kendaraan untuk mengantar ibu ke tempat pelayanan kesehatan, donor darah yang
disiapkan ketika ibu mengalami komplikasi persalinan, dana untuk bersalin dan
siapa yang akan mendampingi ibu saat bersalin. Dan menempelkan stiker yang
sudah diisi di jendela atau di pintu rumah ibu agar masyarakat mengetahui ada ibu
hamil di daerah tersebut.
Ibu akan mendiskusikan dengan sumai terlebih dahulu.
7. Menganjurkan ibu untuk menghindari asap rokok dan berolahraga/beraktivitas fisik
secara teratur 1 hari minimal 30 menit, agar ibu dan janin dalam kondisi sehat.
Ibu paham dan bersedia melakukannya.
8. Memberikan vitamin kepada ibu asam folat 400 mg 10 tablet yang bertujuan untuk
perkembangan otak janin, vitamin B12 untuk menghasilkan sel darah merah,
sintesis DNA, energi makanan, memberikan kalsium laktat 10 tablet untuk fungsi
saraf,sel,otak dan otot janin. Diminum setiap hari 1 tablet secara bergantian dan
kemudian meminta ibu untuk rutin mengkonsumsi masing-masing tablet tersebut.
Ibu mengerti penjelasan bidan dan bersedia mengkonsumsi tablet sesuai anjuran
bidan.
9. Menganjurkan kepada ibu untuk melakukan kunjungan ANC terpadu di puskesmas
untuk mendapatkan pemeriksaan lengkap seperti golongan darah,HbsAg, urin
lengkap, glukosa puasa,konsultasi gizi,dokter gigi,dokter umum .
Ibu paham dan mau melakukannya.
10. Meminta ibu untuk datang 4 minggu lagi atau pada tanggal 13 April 2018, namun
jika ibu mengalami keluhan, meminta ibu untuk segera datang kembali.
ibu mengerti penjelasan bidan dan bersedia melakukan.

Gunung Kidul, 13 Maret 2018


Bidan

ttd

Lusiana Purwanti Amd.,Keb

25
No Tindakan Resionalisasi

1. Menginformasikan kepada ibu Hal ini harus selalu dilakukan karena


mengenai tindakan yang akan setiap pasien berhak mengetahui tujuan
dilakukan dan melakukan dan tindakan yang akan dilakukan,
inform consent. persetujuan dari pasien juga menjadi hal
pokok untuk tanda bukti pelayanan yang
diberikan dan melindungi tenaga
kesehatan dari tuntutan hukum.
2. Melakukan anamnesis secara Tujuan dari anamnesa yaitu untuk
teliti dan lengkap. menggali masalah apa yang ada pada
pasien mulai dari riwayat kesehatan,
riwayat penyakit yang penah dideritas,
riwayat ginekologi dan sebagainya. Hal
ini penting untuk dilakukan karena
dengan data yang lengkap bidan dapat
mendiagnosa secara tepat dan dapat
memberikan pelayanan yang benar
sesuai keadaan pasien.

3. Melakukan pemeriksaan Pemeriksaan secara menyeluruh juga


pasien atau pengambilan data tidak kalah penting dengan anamnesa.
objektif mulai dari keadaan Memperhatikan keadaan umum
umum, tanda vital, pengukuran bertujuan untuk mengetahui kondisi ibu
tinggi badan,berat badan, secara umum apakah ibu mengalami
pemeriksaan head to toe kesakitan atau kecamasan. Tanda vital
sampai dengan pemeriksaan pasien juga dapat mengetahui apakah
labolatorium. ada penyakit atau gangguan
kardiovaskuler. Pengukuran IMT,BB,TB
dan LILA juga dapat mengetahui status
gizi pasien yang dapat digunakan untuk
memberikan penanganan sesuai kasus.
Pemeriksaan labolatorium dilakukan
karena pasien belum mengetahui
golongan darah dan pemeriksaan

26
hemoglobin untuk mengetahui apakah
ibu mengalami anemia atau tidak.
Seharusnya juga dilakukan
pemeriksaan GDS karena ibu
mengalami obesitas dan memiliki
keturunan diabetes dari ibu
kandungnya.
4. Memberikan KIE mengenai
Diberikan KIE tersebut sangat penting
pencegahan abortus berulang
dilakukan agar ibu lebih menjaga
yaitu dengan menghindari
lingkungan disekitar rumah, memasak
kotoran kucing, membersihkan
sayur dan daging secara matang dan
rumah, memasak sayuran
melakukan tes TORCH. Hal tersebut
maupun daging secara matang
dilakukan agar ibu tidak kembali
dan menganjurkan ibu dan
mengalami abortus lagi dan dapat
suami untuk melakukan tes
mempertahankan kehamilan serta
TORCH di Rumah Sakit agar
melahirkan bayi yang sehat secara
mendaptakan pelayanan.
normal.
Memberikan KIE kepada ibu
5. Hal ini dilakukan karena ibu mengalami
mengenai diet untuk ibu hamil
obesitas kelas 1, obesitas berkaitan
dengan obesitas.
dengan diabetes. Banyak komplikasi
yang ditimbulkan karena diabetes salh
satunya yaitu makrosomia, infeksi,
abortus, molahidatidosa, hipertensi
gestasional dan lain lain.
Pengenalan mengenai P4K
Hal ini sesuai dengan Depkes tahun
mulai dari dini dan meminta ibu
6. 2008 yang menganjurkan setiap ibu
mendiskusikan dengan suami.
hamil untuk diberikan pengenalan dan
menempel P4K di jendela maupun pintu
rumah.
Menganjurkan ibu untuk rutin
7. beraktivitas fisik 1hari minimal KIE tersebut dilakukan sesuai dengan
30 menit dan menghindari program pemerintah yaitu GERMAS
asap rokok. (gerakan masyarakat hidup sehat). Hal
tersebut mengarah ke upaya promotif

27
dan preventif.

8. Memberikan suplemen Suplemen tersebut sangat bermanfaat


B12,asam folat dan kalk. baik untuk janin maupun ibu hamil, oleh
karena itu pemberian suplemen tersebut
hendaknya dipertahankan, namun ada
suplemen yang belum diberikan yaitu Fe
tujuannya untuk mencegah anemia
pada ibu hamil.

3.2 PEMBAHASAN

Pasien datang bernama Ny S umur 35 tahun mengeluhkan terlambat haid


selama 8 hari dan dirinya telah melakukan test kehamilan dua kali di
rumahnya dan mendapatkan hasil positive. Ia ngin memastikan bahwa dirinya
hamil. Bidan menyapa pasien dan mulai melakukan anamnesa mulai dari
identiras, keluhan, riwayat kesehatan dan obstetri pasien. Bidan menggali
terutama pada riwayat kesehatan dan riwayat obstetri, didapati Ny S
mempunyai keturunan diabetes dari ibu kandungnya dan ibu hamil 3x anak
pertama lahir spontan pada tahun 2010 dengan berat 2400, pada kehamilan
yang kedua ibu mengalami abortus spontan pada umur kehamilan 6 minggu
dan pada kehamilan yang ke 3 ibu mengalami hamil anggur dan menderita
kista sehingga dilakukan kuretase. Dari alur tersebut bidan telah melakukan
tugasnya yaitu melaksanakan asuhan kepada ibu dengan diawali dengan
menggali data subjektif untuk menentukan diagnosa dan asuhan yang dapat
diberikan selanjutnya.

Setelah data subjektif didapatkan bidan mulai melakukan pemeriksaan

mulai dari pemeriksaan tinggi badan,berat badan,tekanan darah,LILA,

melakukan palpasi leopold, melakukan skrining status TT dan menganjurkan

ibu untuk imunisasi TT,test labolatorium yaitu kadar hB, penatalaksanaan

kasus dan memberikan konseling mengenai ketidaknyamanan ibu hamil,

ketidaknyamanan dan tanda bahaya trimester. Hal tersebut sudah sesuai

28
dengan pelayanan atau standar minimal 10T (Depkes RI, 2010). Pemeriksaan

kadar glukosa sudah dianjurkan oleh bidan yaitu pada saat pemeriksaan ANC

terpadu di puskesmas karena ibu mengalami obesitas kelas 1 yaitu dengan

ditandai dengan IMT>29,9 dan mempunyai riwayat diabetes melitus dari

ibunya. Penatalaksanaan yang diberikan oleh bidan sudah sesuai dengan

teori (Rayburm,2010) yaitu “Saat ini, kasus diabetes pada masa kehamilan

(gestational diabetic) semakin meningkat. Penyebab utamanya adalah

obesitas. Akibat peningkatan risiko tersebut, setiap ibu hamil diwajibkan

melakukan screening kadar gula darah terutama saat usia kehamilan

menginjak minggu ke 24-28”

Pada penatalaksaan bidan memberikan beberapa konseling termasuk


pengenalan dan penjelasan P4K. Ketika ibu melakukan kunjungan awal
sesuai dengan Depkes RI tahun 2010 yang menyatakan bahwa perlu adanya
edukasi mengenai P4K agar dapat merencanakan persalinan dengan baik.
Bidan juga belum memberikan tablet Fe yang seharusnya sudah diberikan
sejak kunjungan awal sesuai dengan pernyataan “Standar pelayanan
antenatal pada kunjungan pertama ibu hamil meliputi tahap pencatatan yang
meliputi adalah identitas ibu hamil, kehamilan sekarang, riwayat kehamilan
dan persalinan yang lalu, serta penggunaan cara kontrasepsi sebelum
kehamilan. Pada tahap pemeriksaan dilakukan pemeriksaan fisik diagnostik,
laboratorium, dan pemeriksaan obstetrik. Tahap pemberian terapi yaitu
pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT), pemberian obat rutin seperti tablet
Fe, kalsium, multivitamin, dan mineral lainnya serta obat-obatan khusus atas
indikasi dan penyuluhan/konseling (Depkes RI, 2010)”.

Pada penatalaksanaan yang bidan telah berikan kepada pasien mengenai


konseling gizi bidan belum menyertakan diet khusus untuk ibu hamil dengan
obesitas, hal tersebut seharusnya lebih diperhatikan dikarenakan menurut jurnal
penelitian oleh Heny Purwandari yang berjudul “Obesity Relationships With
Blood Sugar Levels In Level IV Hospital Employees In Madiun” Ada
hubungan obesitas dengan kadar gula darah pada karyawan RS Tingkat IV

29
Madiun, dengan ρ value =0,045 nilai coefisien corelasi = 0,319 yang menunjukan
hubungan yang rendah dan berpola positif artinyasemakin tinggi nilai indeks
massa tubuh (obesitas) maka semakin tinggi kadar gula darahnya.

Diet gizi lebih ditekankan karena salah satu faktor risiko dari abortus yaitu
adalah kadar gula darah yang tinggi “Salah satu dari penyakit hormonal ibu
hamil yang dapat menyebabkan abortus adalah penyakit diabetes mellitus.
Diabetes mellitus pada saat hamil dikenal dengan diabetes meliitus gestasional
(DMG). DMG didefinisikan sebagai intoleransi glukosa yang terjadi atau pertama
kali ditemukan pada saat hamil. Dinyatakan DMG bila glukosa plasma puasa ≥
126 mg/dl atau 2 jam setelah beban glukosa 75 gram ≥ 200 mg/dl atau toleransi
glukosa terganggu.”

Selain berkaitan dengan abortus, kehamilan molahidatidosa juga menjadi hal


yang harus diperhatikan berkaitan dengan status gizi/ obesitas yang diderita oleh
pasien. “Status gizi berkaitan dengan tinggi badan, berat badan, dan BMI ibu
sebelum hamil dan saat hamil. Faktor gizi yang berkaitan dengan kejadian mola
hidatidosa adalah kekurangan vitamin A dan kekurangan protein. Vitamin A
berfungsi untuk mengatur proliferasi dan apoptosis sel, sehingga ketika terjadi
kekurangan vitamin A akan menyebabkan proliferasi sel berlebihan termasuk
pada sel trofoblas. Sedangkan protein digunakan untuk zat pembangun yaitu
untuk pertumbuhan dan perkembangan janin selama kehamilan. Jika ibu
kekurangan protein maka dapat menyebabkan BBLR”.

Setiap ibu hamil juga mendaptkan buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) salah
satujuannya yaitu meingkatkan kemandirian keluarga dalam memelihara
kesehatan ibu dan anak. Ibu merupakan kelompok yang rentan terhadap
berbagai masalah kesehatan seperti kesakitan dan gangguan gizi yang
seringkali berakhir dengan kecacatan maupun kematian. Buku KIA disediakan
untuk menjawab kebutuhan ini , yaitu untuk kemandirian keluarga dalam
memeihara kesehatan, mencegah serta menanggulangi masalah kesehatan ibu
dan anak. Buku KIA merupakan instrumen pencatatan dan penyuluhan (edukasi)
bagi ibu dan keluarganya, juga alat komunikasi antar tenaga kesehatan dan
keluarga. Disebut alat edukasi karena didalam buku KIA berisi informasi dan
materi penyuluhan tentang kesehatan ibu dan anak termasuk gizi, yang dapat
membantu keluarga khususnya ibu dalam memelihara kesehatan dirinya sejak

30
hamil sampai anaknya berumur 5 tahun. Disebut alat komunikasi alat tenaga
kesehatan karena dapat memberikan catatan-catatan penting yang dapat dibaca
tenaga kesehatan lain dan ibu serta keluarganya.

Bidan juga menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang yaitu 4

minggu lagi atau ketika ada keluhan. Tujuan kunjungan ulang tersebut salah

satunya untuk pemantauan secara intensif keadaan ibu dan janin.

Pemeriksaan kunjungan ulangan yaitu setiap kunjungan pemeriksaan

antenatal yang dilakukan setelah kunjungan pemeriksaan antenatal pertama.

Kunjungan ulangan lebih diarahkan untuk mendeteksi komplikasi,

mempersiapkan kelahiran, dan mendeteksi kegawatdaruratan, pemeriksaan

fisik yang terarah serta penyuluhan bagi ibu hamil. Kegiatan yang dilakukan

yaitu anamnesa tentang keluhan utama, pemeriksaan umum, obstetrik,

laboratorium, imunisasi TT bila perlu, pemberian obat rutin khusus dan

penyuluhan (Depkes RI, 2008).

Oleh sebab itu asuhan kebidanan dapat ditekankan pada diet gizi bagi ibu
dengan status gizi obesitas. Diet yang maksud lebih terperinci agar tidak
menyebabkan kejadian abortus dan molahidatidosa berulang. Menganjurkan ibu
untuk lebih memperhatikan pola hidupnya terutama yang berkaitan dengan
abortus dan molahidatidosa.

31
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4. 1 Kesimpulan
Pelayanan antenatal merupakan pelayanan terhadap individu yang bersifat
preventif care untuk mencegah terjadinya masalah yang kurang baik bagi ibu
maupun janin. Pelayanan antenatal merupakan upaya kesehatan perorangan yang
memperhatikan ketelitian dan kualitas pelayanan medis yang diberikan, agar dapat
melalui persalinan dengan sehat dan aman diperlukan kesiapan fisik dan mental
ibu, sehingga ibu dalam keadaan status kesehatan yang optimal.
Ibu hamil dengan obesitas, riwayat abortus dan molahidatidosa. Dapat
diberikan asuhan yang menyeluruh terutama asuhan khusus yang diberikan yaitu
mengenai diet gizi untuk ibu dengan kasus tersebut dikarenakan banyak komplikasi
yang dapat terjadi seperti molahidatidosa dan abortus. Ibu hamil disarankan untuk
mengatur berat badan agar tetap berada pada kondisi ideal. Peningkatan berat
badan di trimester pertama memang relatif sedikit, tidak naik atau bahkan
berkurang karena muntah-muntah. Peningkatan berat badan yang cukup pesat
terjadi di trimester 2 dan 3, pada periode inilah perlu dilakukan pemantaun ekstra
terhadap berat badan.Seusai persalinan, ragam komplikasi masih menunggu.
Infeksi seusai bersalin akibat banyaknya pembuluh darah si ibu hamil yang
tersumbat sering terjadi

4.2 Saran
4.2.1 Bagi Mahasiswa
Dalam penulisan dan penyusunan laposan seminar kasus ini, tim penulis
menyadari banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kritik dan
saran dari pembaca sangat diperlukan demi kesempurnaan laporan seminar kasus
ini. Mahasiswa diharapkan memiliki wawasan yang lebih luas dan mendalam
mengenai gizi bagi ibu hamil.

32
4.2.2 Bagi Lahan
Diharapkan dapat memberikan kualitas pelayanan yang lebih baik dan selalu
mempertahankan tindakan sesuai SOP (standar operasional prosedur) yang telah
ditentukan oleh Depkes mengenai pelayanan antenatal care.

4.2.3 Bagi Bidan

Hendaknya bidan dapat memberikan asuhan yang lebih komprehensif terutama


pada ibu hamil dengan kasus seperti diatas sehingga dapat mengurangi angka
kejadian abortus dan molahidatidosa berulang. Dan bidan memperdalam ilmu
pengetahuan tentang gizi atau diet bagi ibu hamil sehingga dapat mengurangi
komplikasi yang diakibatkan oleh status gizi tinggi / obesitas.

33
DAFTAR PUSTAKA

Henny Purwandari (2014). Obesity Relationships With Blood Sugar Levels In Level IV
Hospital Employees In Madiun. Nursing Faculty at STIKES Satria Bhakti Nganjuk
diakses pada tanggal 14 Maret 2018.

http://digilib.unimus.ac.id diakses pada tanggal 14 Maret 2018.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010 Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.

Purwitasari, Devi. 2009. Buku Ajar Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta:
Nuha Medika.

Rayburn, William F. 2009. Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: KDT


Varney, Helen. 2010 . Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ed.4, vol.1. Jakarta: EGC

34
35
36
37
38
39

Anda mungkin juga menyukai