Oleh:
2021
HALAMAN PENGESAHAN
Asuhan kebidanan pada Ny “N” GIIP1A0 UK 38 Minggu dengan ketuban pecah dini 16 jam di
ruang IGD RSU Srikandi Jember Telah dilaksanakan pada tanggal 17 Januari 2022 di ruang IGD
RSU Srikandi Jember
Pembimbing Akademik
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa selesainya makalah Atas
dukungan moral dan materil yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka penulis
mengucapkan terimakasih kepada :
Nicky Aurelia F
iii
DAFTAR ISI
COVER.............................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii
BAB 1..............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
1.3 Tujuan....................................................................................................................................5
1.4 Manfaat..................................................................................................................................5
BAB 2..............................................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................15
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-tanda
persalinan dan setelah ditunggu satu jam belum dimulainya tanda persalinan. Penyebab KPD
belum diketahui secara pasti, akan tetapi ada hubungannya dengan hipermotilitas rahim, selaput
ketuban tipis, infeksi, multipara, usia ibu, letak janin, dan riwayat ketuban pecah dini
sebelumnya. Dampak terjadinya KPD dapat menyebabkan infeksi maternal maupun neonatal,
hipoksia atau kompresi tali pusat, sindrom deformitas janin, meningkatnya kelahiran dengan
seksio sesarea atau gagalnya persalinan normal, dan meningkatnya morbiditas dan mortalitas
maternal dan perinatal (Nugroho, 2012).
Survey Demografi Kesehatan Indonesia, memperlihatkan bahwa 54% dari kelahiran tidak
mengalami komplikasi selama persalinan. Wanita yang mengalami persalinan lama
dilaporkan sebesar 35% kelahiran, KPD lebih dari 6 jam sebelum kelahiran dialami oleh 15%
kelahiran, perdarahan berlebihan sebesar 8% persen, dan demam sebesar 8%. Komplikasi
lainnya dan kejang dialami juga pada saat persalinan (masing-masing 5 dan 2%). Sementara itu,
partus lama dan perdarahan merupakan dampak yang bisa ditimbulkan oleh KPD (SDKI, 2012).
Pada umumnya kehamilan dan persalinan memiliki resiko bagi ibu maupun janin. Pada
kasus KPD komplikasi yang dapat terjadi yaitu infeksi dalam persalinan, infeksi masa nifas,
partus lama, meningkatnya tindakan operatif obstetric atau secsio sesarea (SC), atau akan
mengarah ke morbiditas dan mortalitas ibu, selain KPD dapat memberi dampak buruk bagi ibu,
KPD juga dapat memberi resiko pada janin yaitu prematuritas (sindrom distres pernafasan,
hipotermia, masalah pemberian makan neonatal, retinopati premturit, perdarahan
intraventrikular, enterecolitis necroticing, gangguan otak dan risiko cerebral palsy,
hiperbilirubinemia, anemia, sepsis, prolaps funiculli / penurunan tali pusat, hipoksia dan
asfiksia sekunder pusat, prolaps uteri, persalinan lama, skor APGAR rendah, ensefalopati,
cerebral palsy, perdarahan intrakranial, gagal ginjal, distres pernapasan), dan oligohidromnion
(sindrom deformitas janin, hipoplasia paru, deformitas ekstremitas dan pertumbuhan janin
terhambat), morbiditas dan mortalitas perinatal (Rukiyah and Yeyeh, 2009).
5
Upaya pencegahan KPD mengurangi aktivitas atau istirahat atau istirahat pada akhir
triwulan kedua atau triwulan ketiga di anjurkan,faktor ekonomi yang memepengaruhi KPD
kurangnya asupan makananya,trauma pada saat berhubungan seksual,kelainan letak lintang dan
sunsang dan upaya bidan dalam KPD merujuk ke rumah sakit (Nugroho, 2012)
Oleh karena itu penulis membuat laporan berjudul Ketuban pecah dini (KPD) guna untuk
mengetahui pengertian,etiologi dan penatalaksaan Ketuban pecah dini (KPD).
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan dari pembuatan laporan ini agar mahasiswa mampu memberikan asuhan
kebidanan pada ibu dengan ketuban pecah dini.
Mahasiswa mampu :
a. Memahami definisi KPD
b. Memahami tanda dan gejala KPD
c. Memahami etiologi KPD
d. Memahami faktor predisposisi KPD
e. Memahami penatalaksaan KPD
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat bagi institusi
Institusi dapat menambah bahan pembelajaran dan untuk meningkatkan kompetensi.
1.4.2 Manfaat bagi lahan praktek
6
Hasil penulisan dapat memberikan masukan terhadap tenaga kesehatan untuk lebih
meningkatkan pelayanan kesehatan terhadap pasien dan selalu menjaga mutu pelayanan.
1.4.3 Manfaat bagi pasien
Pasien dapat mendapatkan asuhan kebidanan tentang Ketuban pecah dini secara
komprehensif
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
7
2.1 Tinjauan Teori
2.1.1 Definisi
Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya kantong ketuban sebelum waktunya
melahirkan atau sebelum inpartu, pada pembukaan <4 cm (fase laten). Hal ini dapat terjadi pada
akhir kehamilan maupun pertengahan kehamilan jauh sebelum waktu melahirkan. KPD preterm
yaitu KPD terjadi sebelum kehamilan 37 minggu , KPD yang memanjang yaitu KPD yang terjadi
lebih dari 12 sebelum waktu melahirkan (Pudiastuti and Ratna dewi, 2012)
Insidensi KPD berkisar antara 8-10% dari semua kehamilan. Pada kehamilan aterm,
insidensinya bervariasi antara 6-19%. Sedangkan pada kehamilan preterm, insidensinya 2% dari
semua kehamilan. Hampir semua KPD pada kehamilan preterm akan lahir sebelum aterm atau
persalinan akan terjadi dalam satu minggu setelah selaput ketuban pecah. Sekitar 85% morbiditas
dan mortalitas perinatal disebabkan oleh prematuritas. KPD berhubungan dengan penyebab
kejadian prematuritas dengan insidensi 30-40% (Marmi and dkk, 2016)
2.1.2 Etiologi
1) Infeksi atau korioamnionitis adalah keadaan pada perempuan hamil dimana korion,
amnioin dan cairan ketuban terkena infeksi bakteri.
2) Serviks yang inkompetensia, kanalis servikalis yang selalu terbuka oleh karena kelainan
pada serviks uteri (akibat persalinan dan kuretase)
3) Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan (overdistensi
uterus) misalnya trauma, hidromnian, gemelli.
4) Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam, maupun
amniosintesis menyebabkan terjadinya KPD karena biasanya disertai infeksi.
5) Kelainan letak, misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian terendah yang menutupi
pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap membran bagian
bawah.
6) Keadaan sosial ekonomi yang rendah, status gizi yang kurang akan meningkatkan KPD
7) Faktor lain:
8
a. Faktor golongan darah, akibat golongan darah ibu dan anak yang tidak sesuai dapat
menimbulkan kelemahan bawaan
b. Termasuk kelemahan jaringan kulit ketuban.
c. Faktor disproporsi antar kepala janin dan panggul ibu (CPD).
d. Faktor multi graviditas, merokok dan perdarahan antepartum.
e. Defisienzi gizi dari tembaga atau asam askorbat/ vitamin C (Nugroho, 2012)
Mekanisme ketuban pecah dini ini terjadi karena pembukaan prematur servik dan membran
terkait dengan pembukaan terjadi depolarisasi dan nekrosis serta dapat di ikuti pecah spontan
jaringan ikat yang menyangga membran ketuban, dipercepat dengan infeksi yang mengeluarkan
enzim proteolitik, enzim kolagenase. Masa interval sejak ketuban pecah dini sampai terjadi
kontraksi disebut fase laten (IBG Manuaba, 2008)
Cara menegakkan diagnosa ketuban pecah dini dapat dilakukan dengan berbagai cara yang
meliputi :
9
4) Pemeriksaan dalam didapatkan cairan didalam vagina dan selaput ketuban sudah tidak
ada lagi.
5) Test nitrazin / kertas lakmus merah berubah menjadi biru (basa) bila ketuban sudah
pecah.
6) Pemeriksaan penunjang dengan menggunakan USG untuk membantu dalam menentukan
usia kehamilan, letak janin, berat janin, letak plasenta serta jumlah air ketuban.
7) Pemeriksaan air ketuban dengan tes leukosit esterase, bila leukosit darah lebih dari
15.000/mm3, kemungkinan adanya infeksi (Prawiroharjo and Sarwono, 2014)
2.1.5 Komplikasi
komplikasi akibat ketuban pecah dini adalah:
1) Persalinan prematur
Setelah ketuban pecah biasanya segera timbul persalinan. Periode laten tergantung umur
kehamilan. Pada kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24 jam setelah ketuban pecah,
sedangkan pada kehamilan 28-34 minggu 50% persalinan terjadi dalam 24 jam. Pada
kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu.
2) Infeksi
Resiko infeksi meningkat pada ibu dan janin , pada ibu terjadi korioamnionitis, pada bayi
terjadi septikemia, pneumonia, dan pada umumnya terjadi korioamnionitis sebelum janin
terinfeksi. Pada ketuban pecah dini prematur infeksi lebih sering dari pada aterm.Secara
umum insiden infeksi sekunder pada ketuban pecah dini meningkat sebanding dengan
lamanya periode laten.
3) Hipoksia dan asfiksia
Dengan pecahnya ketuban akan terjadi oligohidramnion yang menekan tali pusat hingga
terjadi asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan antara terjadinya gawat janin dan
derajat oligohidroamnion, semakin sedikit air ketuban, janin semakin gawat
4) Sindrom deformitas janin
Bila ketuban pecah terlalu dini maka akan menyebabkan pertumbuhan janin terhambat.
Komplikasi yang sering terjadi pada ketuban pecah dini sebelum kehamilan 37 minggu
adalah sindrom distres pernafasan, ini terjadi pada 10-40% bayi baru lahir. Resiko infeksi
akan meningkat pada kejadian ketuban pecah dini, semua ibu hamil dengan ketuban
pecah dini prematur sebaiknya dievaluasi untuk kemungkinan terjadinya korioamnionitis.
10
Selain itu kejadian prolaps atau keluarnya tali pusat bisa terjadi pada ketuban pecah dini.
Resiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada ketuban pecah dini preterm,
kejadiannya hampir 100%, apabila ketuban pecah dini preterm ini terjadi pada usia
kehamilan kurang 23 minggu (Lisnawati, 2013)
2.1.6 Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium dengan menggunakan:
1) Kertas lakmus
Jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru menunjukan adanya ketuban
2) Mikroskopik
Dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan dibiarkan kering.Pemeriksaan
mikroskopik menunjukan gambaran daun pakis
b. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam cavum uteri.
Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit. Namun sering terjadi
kesalahan pada penderita oligohidramnion (Rukiyah and Yeyeh, 2009).
2.1.7 Penatalaksanan
Ketuban pecah dini termasuk dalam kehamilan beresiko tinggi. Kesalahan dalam
mengelola KPD akan membawa akibat meningkatnya angka morbilitas dan mortilitas ibu
maupun bayinya. Kasus KPD yang cukup bulan, segera mengakhiri kehamilan akan menaikkan
insidensi bedah sesar, dan kalau menunggu persalinan spontan akan menaikkan insiden
chorioaminiontis.
11
8) bila dalam 3 x 24 jam tidak ada pelepasan air dan tidak ada kontraksi uterus maka
lakukan mobilisasi bertahap. Apabila pelepasan air berlangsung terus, maka lakukan
terminasi kehamilan.
b. Penatalaksanaan ketuban pecah pada aterm
1) bila didapatkan infeksi berat maka berikan antibiotic dosis tinggi. Bila ditemukan
tanda-tanda inpartu. Infeksi dan gawat janin maka lakukan terminasi kehamilan.
2) induksi atau akselerasi persalinan. Cara induksi yaitu 5 ui oksitosin dalam dektrose 5%
dimulai 4 tetes / menit, tiap ¼ jam dinaikan 4 tetes sampai maksimum 40 tetes/menit.
Pada keadaan CPD, letak lintang harus dilakukan seksio sesarea.
3) Lakukan seksio sesaria bila induksi atau akselerasi persalinan mengalami kegagalan.
4) Lakukan seksio hisrterektomi bila tanda-tanda infeksi uterus berat ditemukan
(Prawiroharjo and Sarwono, 2014)
12
Ibu dengan KPD biasanya tidak mengalami gangguan pada mestruasinya
4. Riwayat Kehamilan Sekarang
Kehamilan gemeli
5. Riwayat kontrasepsi
Ibu dengan KPD tidak mengalami gangguan pada riwayat kontrasepsi
6. Riwayat kesehatan
Ibu dengan KPD tidak memiliki gangguan pada riwayat kesehatan
7. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu dengan KPD biasanya terjadi pada kehamilan gemeli
8. Pola kehidupan sehari-hari
Pola Sebelum (tidak hamil) Saat hamil
Nutrisi Ibu dengan KPD tidak Ibu dengan KPD tidak
memiliki gangguan memiliki gangguan
pada pola nutrisinya pada pola nutrisinya
Eliminasi Ibu dengan KPD tidak Ibu dengan KPD tidak
memiliki gangguan memiliki gangguan
pada pola pada pola
eliminasinya eliminasinya
Aktivitas Normal Normal
Istirahat/tidur Normal Normal
Seksualitas Normal Frekuensi : 1
kali/minggu
Personal Tidak mempengaruhi Ibu dengan kpd
hygiene terjadinya kpd pada biasanya bisa di
ibu hamil sebabkan karena
kurangnya menjaga
kebersihan pada alat
genetalia nya
Kebiasaan Ibu tidak memiliki Ibu tidak memiliki
yang kebiasaan yang kebiasaan yang
memperngaru mempengaruhi mempengaruhi
13
hi kesehatan kesehatan kesehatan
14
5. Pemeriksaan Penunjang
Biasanya di lakukan pemeriksaan Lab dengan menggunakan kertas lakmus merah
berubah menjadi biru,atau dengan miskroskopik dengan cara meneteskan air
ketuban pada kaca objek,pemeriksaan USG
2.2.2 Interpretasi data
Diagnosa:
G1P000 usia kehamilan <37 minggu,mengalami kPD
Masalah aktual : Keluar cairan di vagina melalui jalan lahir
2.2.3 Diagnosa dan masalah potensial
a. Bayi prematur
b. Terajadi infeksi
2.2.4 Kebutuhan yang memerlukan penanganan segera
Lakukan rujukan ke rumah sakit
15
7) Melakukan terminasi kehamilan bila ada tanda-tanda infeksi atau gawat janin.
8) Bila dalam 3 x 24 jam tidak ada pelepasan air dan tidak ada kontraksi uterus
maka lakukan mobilisasi bertahap. Apabila pelepasan air berlangsung terus, maka
lakukan terminasi kehamilan
b. Penatalaksanaan ketuban pecah dini atrem
1) bila didapatkan infeksi berat maka berikan antibiotic dosis tinggi. Bila
ditemukan tanda-tanda inpartu. Infeksi dan gawat janun maka lakukan terminasi
kehamilan.
2) induksi atau akselerasi persalinan.
3) lakukan seksiosesaria bila induksi atau akselerasi persalinan mengalami
kegagalan.
4) laukan seksio hisrterektomi bila tanda-tanda infeksi uterus berat ditemukan.
2.2.7 Evaluasi
a. Ibu dan keluarga mengetahui hasil pemeriksaan
b. Ibu bersedia untuk tidur dengan kaki lebih tinggi dari pada kepala
c. Ibu bersedia meminum obat sesuai anjuran dokter
d. Ibu sudah menerima obat induksi yang berupa oksitosin 1 ampul
e. Ibu mengetahui bahwa dokter melakukan observasi
f. Ibu dan keluarga menyetujui jika obat induksi tidak ada reaksi maka akan di lakukan
tindak SC
16
BAB 3
TINJAUAN KASUS
a. Data Subjektif
1) Biodata
Nama Ibu : Ny. Nur Jannah Nama Suami : Tn. Haris
Penghasilan :- Penghasilan :-
2) Alasan Kunjungan
Ibu datang ke rumah sakit jam 14.05 WIB tanggal 17 Januari 2022, Kiriman dari
Puskesmas Jenggawah. Hamil 9 bulan anak ke-2. Mengeluh keluar cairan ketuban
merembes di rumah sejak pukul 22.00 WIB tanggal 16 Januari 2022 dan ibu
mengeluh terasa kencang-kencang sejak pukul 06.00 WIB. Bidan mengatakan
17
melakukan rujukan dikarenakan tidak ada kemajuan pembukaan sejak pukul 11.00
WIB
3) Riwayat Mentruasi
Menarch : 13 th
Siklus : Teratur
Lamanya : 28 hari
Flour albus : tidak ada
HPHT : 20-04-2021
1 1 3 - S B P - 4 p 30 H T B - Bai - Kb 2
8 p M 0 k pil th
m o i B th 0 a
g n d gr i
g t
a a k
n
18
n
1 2 HAMIL INI
NUTRISI Makan:
Jam : 12.00 WIB
Jumlah : 3 sendok makan
Jenis : Nasi dan telur
Minum:
Jam : 13.00 WIB
Jumlah : 3 Gelas
Jenis : Air putih
ELIMINASI BAB
Jam : 01.00 WIB
Konsistensi/ Warna: coklat, padat
BAK
Jam : 11.00 WIB
Frekuensi/ Warna: Bening, banyak
19
d) Dukungan keluarga :Keluarga mendukung dan
menerima kelahiran bayi
e) Kepercayaan dan adat istiadat : ibu tidak memiliki kepercayaan dan adat
istiadat apapun.
b. Objektif
1) Pemeriksaan Umum
a) Keadaan umum : Baik
b) Kesadaran : Composmentis
c) Keadaan emosional: ibu tampak stabil
d) Antropometri
1. BB sebelum hamil : 52,4 kg
2. BB saat ini : 57 kg
3. TB : 152 cm
4. IMT : (BB/TB2) Kg: 22,7
5. Lila : 26 cm
e) TTV
TD : 110/60 mmHg
Suhu : 36,6˚ C
Nadi : 88 x/menit
RR : 20 x/menit
f) TP : 27-01-2022
g) SKOR KSPR :2
2) Pemeriksaan Fisik
a) Wajah : Tidak pucat, tidak odema, ada cloasma gravidarum
b) Mata : Sklera berwarna putih ka/ki, konjungtiva merah muda
ka/ki
c) Mulut/Gigi/Lidah : Bibir lembab, tidak ada luka, tidak ada gigi berlubang
d) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, kelenjar limfe, dan
penegangan vena jugularis
e) Dada : Simetris, tidak ada ronchi, wheezing
f) Payudara : Simetris, bersih, puting menonjol ka/ki, keluar colostrum
20
ka/ki, tidak ada benjolan pada ka/ki, tidak ada nyeri tekan
ka/ki
g) Abdomen : Tidak ada bekas SC, ada striea dan linea
Leopold I : 2 jari dibawah px, teraba lunak dan tidak melenting
(bokong)
Lepold II : Teraba datar, keras seperti papan di bagian kiri ibu, teraba
bagian kecil janin di sisi kanan ibu (Puki)
Leopold IV : Divergen
TFU Mc Donald : TFU 27 cm
TBJ : (27 – 11) x 155 = 2.480 gram
HIS : 4 x/10 menit lamanya 30 detik
DJJ :139 x/menit
h) Genetalia : Tidak ada luka parut, terdapat pengeluaran air ketuban,
dan bloodslym
VT : Portio teraba , eff 50%, pembukaan 5 cm,
ketuban (-), presentasi kepala, penurunan kepala hodge III, ubun-ubun kecil,
molase 0, tidak ada bagian kecil (-) atau tali pusat yang menyertai
i) Ektrimitas atas : Tidak odema, turgor baik
j) Ektrimitas bawah : Tidak odema turgor baik, tidak ada varises
3) Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan penunjang pada 16 Desember 2021
Skrining TBC : Non reaktif
Skrining hepatitis : Non reaktif
Skrining HIV : Non reaktif
Skrining Sifilis : Non reaktif
Hemoglobin 1 : (13,9)
Eritrosit: 42
Trombosit: 293.000
21
Swab Antigen pada tanggal 17 Januari 2022
Skrining covid 19 : (Negatif)
Kertas lakmus: +
2. Interpretasi data
Diagnosa :
Ibu : G2P1001 UK 38 kesan jalan lahir normal inpartu kala I fase aktif dengan riwayat KPD
16 jam
Janin : Janin intrauterin/hidup/tunggal, dengan presentasi kepala
Masalah aktual : keluar cairan dari jalan lahir
3. Diagnosa potensial
Infeksi, partus macet, dan gawat janin
4. Antisipasi penanganan segera
Kolaborasi dengan dokter
5. Intervensi
Tanggal/jam Intervensi Paraf
22
g. Lakukan pemindahan pasien ke Ruang VK
(Bersalin)
6. Implementasi
Tanggal/jam Implementasi Paraf
23
Jam
Catatan Perkembangan
Tgl/Jam SOAP PARAF
17/01/2022 S: Ibu merasa ingin meneran
14.20 O: keadaan umum: baik, TD: 110, HIS
4x/10’/45” terdapat tekanan pada anus,
perenium menonjol, vulva membuka. VT:
eff 100%, pembukaan 10 cm, bagian
terendah janin kepala, Moulase 0, H III,
tali pusat tidak ada yang menumbung.
A: GIIP1001 38 minggu, kesan jalan lahir
normal in partu kala II dengan riwayat
KPD 16 jam
Janin: janin I, T, H, Preskep
Diagnosa Potensial: Resiko infeksi, partus
macet
P: - Mengajarkan cara meneran
E/ Ibu mau mengikuti anjuran bidan
- Memimpin ibu untuk meneran
24
E/ ibu mau meneran saat ada
kontraksi
- menolong persalinan
E/ bayi lahir spontan jam 14.30 WIB,
AS 8, JK: LK, BB/PB: 2500/47cm,
Lk : 32 cm, Terdapat anus, tidak
cacat, ketuban jernih, tidak ada caput.
- Mengecek adanya bayi kedua
E/ tidak ditemukan adanya bayi kedua
17/01/2022 S: ibu merasa senang bayinya sudah lahir,
14.30 ibu merasa perutnya mash mules
O: KU: Cukup, bergerak aktif, tidak ada
bayi kedua, tampak tali pusat memanjang,
adanya semburan darah
A: P2002 in partu kala III dengan riwayat
KPD
P: - Menyuntikkan oksitosin secara IM
E/ oksitosin telah di suntikan
- menjepit tali pusat dan potong tali
pusat
E/ tali pusat telah di potong
- melakukan PTT dan lahirkan plasenta
E/ PTT berhasil, plasenta lahir
lengkap spontan jam 14.35 WIB
- Melakukan masase
E/ Masase uterus berhasil dan
kontraksi baik
- Melihat adanya robekan
E/ Perenium utuh, tidak dilakukan
heacting
17/01/2022 S: ibu merasa perutnya masih mules
25
14.40 WIB O: KU: baik Kesadaran: komposmentis
TD: 120/70 mmHg, S: 36,5 ˚C, N:
80x/menit. RR: 18x/menit TFU 2 jari di
bawah pusat, uterus berkontraksi dengan
baik, tidak adanya laserasi
A: P2002 in partu kala IV dengan riwayat
KPD
P:- Melakukan pemantauan pada kontraksi
dan kandung kemih
E/ kontraksi baik, kandung kemih
kosong
- Membersihkan ibu dan memposisikan
ibu dengan nyaman
E/ ibu sudah bersih dan sudah merasa
nyaman
- Memeriksa kondisi bayi
E/ Vit k diberikan pada paha kiri bayi
dan salep mata sudah diberikan
- Menganjurkan keluarga untuk
memberikan minum
- Melengkapi partograf
E/ melengkapi partograf
- Melakukan observasi kala IV
E/ Terlampir pada catatan persalinan
17/01/2022 S: ibu merasa rasa mulesnya berkurang
16.12 WIB O: KU: Baik, kesadaran: composmentis,
TD: 110/80 mmHg, S: 36,5˚C, N:
80x/mnt, RR: 20x/Mnt, Infus RL 20 tpm,
UC: Baik, Pervag: ± 50cc, BAK (+),
TFU: 2 jari di bawah pusat, mobilisasi (+)
A: P2002 post partum 2 jam
26
P: - Menganjurkan ibu untuk makan dan
minum
E/ ibu mau mengikuti anjuran bidan
- Menganjurkan untuk mobilisasi
E/ ibu bisa duduk dan berjalan ke
kamar mandi tanpa bantuan keluarga
- Menganjurkan ibu untuk menyusui
bayinya
E/ ibu mau mengikuti anjuran bidan
- Melanjutkan observasi
E/ Terlampir pada catatan persalinan
- Memindahkan ibu dan bayi ke ruang
RIA
E/ ibu dan bayi telah dipindahkan jam
16.30 WIB
18/01/2022 S: ibu merasa badannya sudah lebih baik
13.15 WIB O: TD: 120/80 mmHg, S: 36,6˚C,
N:83x/mnt, RR: 21x/mnt. TFU 2 jari di
bawah pusat, mobilisasi +, BAK +
A: P2002 Post partum hari ke-2
P: - Kolaborasi dokter SpOg
E/ advis dokter pemberian obat oral
Cefixime 2x1 , asam mefenamat 3x1 ,
dan bledstop 2x1
- Menganjurkan ibu sering mengganti
pembalut
E/ Ibu mau mengikuti anjuran bidan
- Menjelaskan tanda-tanda bahaya ibu
nifas
E/ Ibu mengerti tanda-tanda bahaya
pada ibu nifas
27
- Menjelaskan cara memerlancar ASI
dengan sering menyusui bayinya
E/ ibu mengerti anjuran bidan
28
BAB 4
PEMBAHASAN
Ny “N” datang ke rumah sakit jam 14.05 WIB tanggal 17 Januari 2022, Kiriman dari
Puskesmas Jenggawah. Hamil 9 bulan anak ke-2. Mengeluh keluar cairan ketuban merembes di
rumah sejak pukul 22.00 WIB tanggal 16 Januari 2022 dan ibu mengeluh terasa kencang-
kencang sejak pukul 06.00 WIB. Dari keluhan di atas dapat di simpulkan bahwasannya adanya
tanda-tanda persalinan yang di sertai dengan ketuban pecah dini. Karena menurut (Pudiastuti and
Ratna dewi, 2012) Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya kantong ketuban sebelum
waktunya melahirkan atau sebelum inpartu, pada pembukaan <4 cm (fase laten). Hal ini dapat
terjadi pada akhir kehamilan maupun pertengahan kehamilan jauh sebelum waktu melahirkan.
Pada data obyektif bisa dilihat jika keadaan umum ibu baik, keadaan emosional terlihat
stabil. Dari hasil pemeriksaan antropometri, berat badan ibu 61,1 kg, tinggi badan 152 cm, dan
lila 26 cm, pada pemeriksaan TTV ibu dalam batas normal tidak ada tanda-tanda infeksi dan
tidak ada indikasi apapun. Dilakukan tindakan segera dengan kolaborasi dokter untuk pemberian
terapi obat dalam melakukan tindakan. Pada pemeriksaan fisik, konjungtiva pada mata ibu
terlihat berwarna merah muda sehingga tidak ada tanda-tanda anemia pada ibu.
Dari penatalaksanaan yang dilakukan dengan berkolaborasi dengan dokter SpOg. Dokter
SpOg memberikan advis pemberian antibiotic “Anbacim”. Antibiotic ini digunakan untuk
mencegah resiko infeksi yang merupakan komplikasi akibat ketuban pecah dini yang telah
dikemukakan pada teori (Lisnawati, 2013). Terlihat pada lahan bahwasannya pemberian
antibiotic ini sesuai dengan teori penatalaksanaan pada kasus ketuban pecah dini menurut
(Prawiroharjo and Sarwono, 2014).
Pada Ny “N” juga di lakukan pemeriksaan menggunakan kertas lakmus, dan hasilnya kertas
lakmus berubah menjadi warna biru, dari hasil tersebut maka dapat dinyatakan bahwa cairan
tersebut adalah berupa ketuban. Karena menurut (Rukiyah and Yeyeh, 2009) pemeriksaan
penunjang yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan kertas lakmus.
29
BAB 5
PENUTUP
5.1 Simpulan
Ketuban pecah dini (KPD) di definisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya
melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya
melahirkan. KPD pretrem adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu ketuban pecah dini
yang menunjang adalah ketuban pecah dini yang terjadi dari 12 jam sebelum waktunya
melahirkan
Ketuban pecah dini termasuk dalam kehamilan beresiko tinggi. Kesalahan dalam mengelola
KPD akan membawa akibat meningkatnya angka morbilitas dan mortilitas ibu maupun bayinya.
Penatalaksanaan KPD masih delima bagi sebagian besar ahlinkebidan,selama masih beberapa
masalah yang masih belum terjawab. Kasus KPD yang cukup bulan, segera mengakhiri
kehamilan akan menaikkan insidensi bedah sesar, dan kalau menunggu persalinan spontan akan
menaikkan insiden chorioaminiontis.
5.2 Saran
Pada saat menolong persalinan, diharapkan untuk tetap berpacu pada APN dan Partograf.
30
DAFTAR ISI
IBG Manuaba (2008) Gawat Darurat Obstetri-Ginekologi dan Obstetri-Ginekologi Sosial untuk
Profesi Bidan. Jakarta: EGC.
Lisnawati, L. (2013) Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal. Jakarta:
TIM.
Marmi and dkk (2016) Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta. Pustaka Belajar.
Nugroho, T. (2012) Patologi Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Prawiroharjo and Sarwono (2014) Ilmu Kebidanan. Jakarta Selatan: Bina Pustaka.
Pudiastuti and Ratna dewi (2012) Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil Normal dan Patologi.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Rukiyah and Yeyeh, A. (2009) Asuhan Kebidanan IV (Patologi Kebidanan). Jakarta: TIM.
SDKI (2012) ‘Survei Demografi dan kesehatan Indonesia’.
31
LEMBAR KONSULTASI
32
33