Anda di halaman 1dari 40

ASUHAN KEBIDANAN

NY. H USIA 27 TAHUN G1P0AB0AH0 UK 37+6 MINGGU JANIN


HIDUP, TUNGGAL, INTRAUTERINE, PRESENTASI KEPALA,
PUNGGUNG KANAN, SUDAH MASUK PANGGUL DENGAN
KETUBAN PECAH DINI

Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Berpikir Kritis


Dosen Pengampu : Dwiana Estiwidani, SST., MPH.

Disusun Oleh :
Dwi Larasati (P07124521113)
Anisha Putri C (P07124521114)
Sri Sulastri (P07124521116)
Ismi Nur Aini (P07124521117)
Khoirunisa Nur A (P07124521120)
Roberta Anggeny S (P07124521126)
Marta Ika Lifiana (P07124521130)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES YOGYAKARTA


KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh


Segala puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan
Kebidanan pada Ny. H Usia 27 Tahun G1P0AB0AH0 UK 37+6 minggu janin
hidup, tunggal, intrauterine, presentasi kepala, punggung kanan, sudah masuk
panggul dengan Ketuban Pecah Dini”. Terwujudnya makalah ini tidak lepas dari
bantuan pihak-pihak terkait, saya sebagai penyusun mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini,
terimakasih saya sampaikan kepada:
1. Dwiana Estiwidani, SST., MPH sebagai dosen pengampu mata kuliah
Berpikir Kritis
2. Serta semua pihak yang telah membantu menyusun makalah ini.
Saya sangat menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini. Maka saran dan kritik sangat saya harapkan demi
membuat makalah ini menjadi lebih baik.
Akhir kata saya ucapkan mohon maaf apabila terdapat penyusunan yang
salah dalam makalah ini, sebab kesempurnaan hanya milik Tuhan semata. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Wassalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh.

Yogyakarta, 31 Juli 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4
A. Latar belakang..............................................................................................4
B. Tujuan..........................................................................................................4
C. Manfaat........................................................................................................4
BAB II KAJIAN KASUS DAN TEORI...............................................................5
BAB III TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN.......................................20
A. Tinjauan Kasus...........................................................................................20
B. Pembahasan................................................................................................29
BAB IV PENUTUP..............................................................................................30
A. Kesimpulan................................................................................................30
B. Saran...........................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................31
LAMPIRAN..........................................................................................................33
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum
persalinan. Bila ketuban pecah dini terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu
disebut ketuban pecah dini pada kehamilan premature. Dalam keadaan normal
8 – 10 % perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban pecah dini.
Ketuban pecah dini dalam persalinan secara umum disebabkan oleh kontraksi
uterus dan peregangan berulang. Selaput ketuban pecah Karena pada daerah
tertentu terjadi perubahan biokimia yang menyebabkan selaput ketuban
inferior rapuh, bukan seluruh selaput ketuban rapuh (Prawirohardjo, 2010).
Ketuban Pecah Dini (KTD) merupakan suatu keadaan dimana kondisi
pasien merasakan pecahnya ketuban disertai dengan tanda inpartu dan setelah
satu jam tepat tidak di ikuti dengan proses inpartu (Astuti, 2010). Ketuban
pecah dini (KPD) atau Premature Rupture of Membranes (PROM) merupakan
masalah penting dalam obstetri berkaitan dengan komplikasi kelahiran berupa
prematuritas dan terjadinya infeksi korioamnionitis sampai sepsis yang
meningkatkan morbiditas /mortalitas perinatal dan menyebabkan infeksi pada
ibu maupun bayi (Mochtar, 2012).
Ketuban pecah dini belum diketahui penyebab pastinya, namun terdapat
beberapa kondisi internal ataupun eksternal yang diduga terkait dengan
ketuban pecah dini. Yang termasuk dalam faktor internal diantaranya usia ibu,
paritas, polihidramnion, inkompetensi serviks dan presentasi janin. Sedangkan
yang termasuk dalam faktor eksternal adalah infeksi dan status gizi. Beberapa
penelitian yang menunjukkan adanya keterkaitan dengan infeksi pada ibu.
Infeksi dapat mengakibatkan ketuban pecah dini karena agen penyebab infeksi
tersebut akan melepaskan mediator inflamasi yang menyebabkan kontraksi
uterus. Hal ini dapat menyebabkan perubahan dan pembukaan serviks, serta
pecahnya selaput ketuban (Sualman, 2009).

4
Kejadian Ketuban pecah dini (KPD) dapat menimbulkan beberapa
masalah bagi ibu maupun janin. Pada ibu dapat terjadi komplikasi berupa
infeksi masa nifas, partus lama, perdarahan post partum, bahkan kematian.
Sedangkan pada janin, dapat timbul komplikasi berupa kelahiran prematur,
infeksi perinatal, kompresi tali pusat, solusio plasenta, sindrom distres pada
bayi baru lahir, perdarahan intraventrikular, serta sepsis neonatorum
(Caughey, 2008). Lebih lanjut Mitayani (2009) menyatakan bahwa resiko
infeksi pada ketuban pecah dini sangat tinggi, disebabkan oleh organisme
yang ada di vagina, seperti E. Colli, Streptococcus B hemolitikus, Proteus sp,
Klebsiella, Pseudomonas sp, dan Stafilococcus sp.
Sehubungan dengan hal diatas, maka diharapkan pengetahuan tentang
kondisi-kondisi yang mempengaruhi keselamatan dan kesehatan kehamilan
dapat dipahami oleh masyarakat, terutama ibu hamil. Dengan demikian
diharapkan dapat menjadi pegangan dalam usaha pencegahan atau preventif
dalam rangka menurunkan angka ketuban pecah dini, sehingga komplikasi
yang tidak diinginkan pada ibu dan janin dapat dihindari. Hal ini dalam rangka
meningkatkan keselamatan dan kesehatan, khususnya maternal dan perinatal,
serta kesehatan dan kesejahteraan masyarakat Indonesia pada umumnya.

B. Tujuan
1. Apa pengertian dari Ketuban Pecah Dini (KPD) ?
2. Apa patofisiologis dari Ketuban Pecah Dini (KPD) ?
3. Apa etiologi dari Ketuban Pecah Dini (KPD) ?
4. Bagaimana tanda dan gejala dari Ketuban Pecah Dini (KPD) ?
5. Bagaimana pemeriksaan dan diagnosis dari Ketuban Pecah Dini (KPD) ?
6. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari Ketuban Pecah Dini (KPD)?
7. Bagaimana komplikasi dari Ketuban Pecah Dini (KPD)?
8. Bagaimana penanganan dari Ketuban Pecah Dini (KPD)?
9. Bagaimana tinjauan kasus dan pembahasan mengenai Ketuban Pecah
Dini (KPD)?

5
C. Manfaat
1. Mengetahui pengertian dari Ketuban Pecah Dini (KPD).
2. Mengetahui patofisiologis dari Ketuban Pecah Dini (KPD).
3. Mengetahui etiologi dari Ketuban Pecah Dini (KPD).
4. Mengetahui tanda dan gejala dari Ketuban Pecah Dini (KPD)
5. Mengetahui pemeriksaan dan diagnosis dari Ketuban Pecah Dini (KPD).
6. Mengetahui pemeriksaan penunjang dari Ketuban Pecah Dini (KPD).
7. Mengetahui komplikasi dari Ketuban Pecah Dini (KPD).
8. Mengetahui penanganan dari Ketuban Pecah Dini (KPD).
9. Mengetahui tinjauan kasus dan pembahasan mengenai Ketuban Pecah
Dini (KPD).

6
BAB II
KAJIAN KASUS DAN TEORI

A. Kajian Kasus
Kasus Ny. H usia 27 tahun G1P0AB0AH0 umur kehamilan 37+6 minggu
dengan KPD (Ketuban Pecah Dini) di PMB. Pada tanggal 8 November 2020
pukul 18.30 WIB Ny. H mengatakan mengeluh keluar cairan rembes dan
berbau khas dari jalan lahir pukul 18.30 WIB dan tidak ada kencang-kencang.
Dilakukan pemeriksaan TTV dengan hasil TD :128/71 mmHg, N : 82
kali/menit, R : 22 kali/menit, S : 36,4°C. Kemudian TBJ = (31-11) x 155 =
3100 gr, belum ada kontraksi. Dilakukan pemeriksaan dalam hasil V/U
tenang, dinding vagina licin, serviks tebal kaku, pembukaan 0 cm, selaput
ketuban sobek, Presentasi kepala, Hodge II, panggul ginekoid, tidak ada
molase, AK (+), STLD(-), tak ada bagian kecil yang terjepit. Dilakukan
pemeriksaan lakmus, kertas berubah menjadi biru. Kemudian dilakukan
observasi kemajuan persalinan, observasi tiap 30 menit meliputi HIS, Tekanan
darah, nadi, DJJ dan suhu, serta tiap 4 jam untuk periksa dalam atau VT, ibu
diberikan terapi obat amoxicillin 3x500 mg, tablet etabion 1x1 dan vit. ASI
1x1.
Pada tanggal 9 November 2020 pukul 10.30 WIB Ny. H mengeluh
kencang-kencang dan ketuban masih banyak keluar. Kemudian dilakukan
TTV TD : 120/70, N : 90, R : 20, S : 36,7°C. Dilakukan pemeriksaan dalam
hasil vulva uretra tenang, vagina licin, serviks tebal kaku, pembukaan 3 cm,
air ketuban +, hodge III presentasi kepala, tak teraba bagian kecil janin yang
terjepit, STLD +.
Pada kasus Ny. H setelah dilakukan observasi sejak pertama ibu datang
hingga saat ini, ibu telah mengalami ketuban pecah dini sudah lebih dari 8
jam, kemudian perlu dilakukan rujukan ke RS agar ibu dan janin lebih
terpantau dan segera mendapatkan tindakan yang lebih lanjut.

7
B. Kajian Teori
1. Ketuban Pecah Dini
a. Pengertian
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum
terdapat tanda - tanda persalinan dan setelah ditunggu satu jam belum
dimulainya tanda persalinan. Waktu sejak pecahnya ketuban sampai
terjadi kontraksi rahim disebut Kejadian ketuabn pecah dini
(Manuaba, 2010). Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya
kantong ketuban sebelum persalinan. Hal ini dapat terjadi pada akhir
kehamilan maupun pertengahan kehamilan jauh sebelum waktu
melahirkan. KPD preterm yaitu KPD terjadi sebelum kehamilan 37
minggu , KPD yang memanjang yaitu KPD yang terjadi lebih dari 12
sebelum waktu melahirkan (Sarwono, 2012).

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa KPD


adalah pecahnya selaput ketuban sebelum adanya tanda persalinan.
Ketuban pecah dini yang terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu
disebut KPD preterm sedangkan ketuban pecah dini yang terjadi
setelah usia kehamilan 37 minggu disebut KPD aterm.
b. Patofisiologi
Selaput ketuban yang membatasi rongga amnion terdiri atas
amnion dan korion yang sangat erat ikatannya. Lapisan ini terdiri atas
sel epitel, sel mesenkrim, dan sel trofoblas yang terkait dalam matriks
kolagen. Selaput ketuban berfungsi menghasilkan air ketuban serta
melindungi janin terhadap infeksi. Ketuban pecah pada ibu hamil
disebabkan oleh adanya kontraksi uterus dan peregangan yang
berulang.Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertentu terjadi
perubahan biokimia, yang menyebabkan selaput ketuban inferior
rapuh. Selaput ketuban pada kehamilan muda sangat kuat, pada
trimester 3 selaput ketuban mudah pecah. Melemahnya kekuatan
selaput ada hubungannya dengan pembesaran uterus,kontraksi rahim,

8
dan gerakan janin. Pecahnya ketuban pada kehamilan aterm
merupakan hal fisiologis. Ketuban pecah dini pada kehamilan
prematur disebabkan oleh faktor-faktor eksternal, misalnya infeksi
yang menjalar kevagina (Sarwono, 2012).
Mekanisme ketuban pecah dini ini terjadi karena pembukaan
prematur servik dan membran terkait dengan pembukaan terjadi
devolarisasi dan nekrosis serta dapat di ikuti pecah spontan jaringan
ikat yang menyangga membran ketuban, dipercepat dengan infeksi
yang mengeluarkan enzim proteolitik, enzim kolagenase. Masa
interval sejak ketuban pecah dini sampai terjadi kontraksi disebut fase
laten (Manuaba,2010).
c. Etiologi
Beberapa sumber menyatakan penyebab KPD belum dapat
diketahui secara pasti, namun terdapat beberapa faktor predisposisi
yang mengakibatkan terjadinya KPD (Norma, 2013) yaitu sebagai
berikut
1) Infeksi
Infeksi yang terjadi langsung pada selaput ketuban dari vagina atau
infeksi pada cairan ketuban yang mengakibatkan KPD. Ada 2
penyebab dari infeksi yaitu :
a) Infeksi genetalia
Dari berbagai macam infeksi yang terjadi selama kehamilan
disebabkan oleh candida candidiasis vaginalis, bakterial
vaginosis dan trikomonas yang bisa menyebebkan kekuarangnya
kekuatan membrane selaput ketuban sehigga akan terjadi
ketuban pecah dini (Prawirohardjo, 2010)
b) Infeksi (amnionitis / koreoamnitis)
Koreoamnitis adalah keadaan dimana koreon amnion dan cairan
ketuban terkena infeksi bakteri. Amnionitis sering disebebkan
group bakteri streptococus microorganisme, selain itu bakteroide
fragilis, laktobacilli dan stapilococus epidermis adalah bakteri-

9
bakteri yang serng ditemukan pada cairan ketuban. Bakteri
tersebut melepaskan mediator Inflamasi yang menyebebkan
kontraksi uterus. Hal ini akan menyebabkan pembukaan sercix
dan pecahnya selaput ketuban (Sualman, 2009).
2) Servik inkompetensia
Servik inkompetensia dimana terdapat kanalis servikalis yang
selalu terbuka, yang terjadi akibat trauma persalinan atau curettage
3) Tekanan intrauterine
Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara
berlebihan misalnya trauma, hidramnion dan gemelli trauma dari
hubungan sesksual, pemeriksaan dalam maupun amniosintesis yang
menyebabkan terjadinya KPD karena biasanya disertai infeksi.
4) Kelainan letak
Kelainan letak misalnya sungsang, sehingga tidak terdapat bagian
terendah yang menutupi pintu atas panggul yang dapat
menghalangi tekanan terhadap membrane bagian bawah
5) Keadaan sosial ekonomi
6) Faktor lain:
a) Faktor golongan darah yang diakibatkan oleh golongan darah
ibu dan janin yang tidak sesuai dapat menimbulkan kelemahan
bawaan termasuk kelemahan jaringan kulit ketuban
b) Faktor disporposi antara kepala janin dan panggul ibu
c) Faktor multigraviditas, merokok dan pendarahan entepartum
d) Defisiensi gizi dan tembaga atau asam askorbat (vitamin c)
7) Riwayat kelahiran premature
8) Jumlah Paritas
Wanita yang telah melahirkan beberapa kali maka akan lebih
berisiko tinggi mengalami KPD pada kehamilan berikutnya.
Menurut Sumadi dan Ariyani (2013) KPD banyak terjadi pada
multipara. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Sudarto dan
Tunut (2016) yang dilakukan di wilayah kerja Dinas Kesehatan

10
kota Pontianak yaitu di Puskesmas Siantan Hilir yang
dilaksanakan pada awal bulan Juli sampai Oktober 2015
menyatakan bahwa faktor yang memengaruhi kejadian KPD
adalah paritas.
Kehamilan yang terlalu sering dapat memengaruhi
embriogenesis, selaput ketuban lebih tipis sehingga mudah pecah
sebelum waktunya dan semakin banyak paritas semakin mudah
terjadi. Wanita dengan paritas kedua dan ketiga pada usia
reproduktif biasanya relatif memiliki keadaan yang lebih aman
untuk hamil dan melahirkan, karena pada keadaan tersebut dinding
uterus lebih kuat karena belum banyak mengalami perubahan, dan
serviks belum terlalu sering infeksi amnion karena rusaknya
struktur servik pada persalinan sebelumnya (Varney, 2008).
Wanita yang telah melahirkan beberapa kali akan lebih berisiko
mengalami KPD, karena jaringan ikat selaput ketuban mudah
rapuh yang diakibatkan oleh vaskularisasi pada uterus mengalami
gangguan yang mengakibatkan akhirnya selaput ketuban
mengalami pecah spontan (Cuningham, 2006).
9) Usia Ibu Melahirkan
Usia ibu melahirkan yang memiliki resiko rendah adalah
umur 20-35, 35 tahun memiliki resiko tinggi dalam proses
persalinan. Akan tetapi untuk KPD sendiri secara patobiologi dari
kehamilan dengan ketuban pecah dini masih belum banyak
diketahui. Banyak faktor dan jalur yang dapat menyebabkan
degradasi dari matriks selaput membran ekstrasellular antara lain:
jumlah kolagen diselaput membran ekstrasellular, keseimbangan
antara degradasi dan aktifitas perbaikan dari komponen matriks,
enzim spesifik yang berfungsi sebagai pengendali dan pengatur
aktifi tas biofi sik matriks membran ekstraseluler, infeksi terkait
dengan keseimbangan enzim yang dihasilkan pada selaput

11
membran ekstrasellular, aktivitas adanya peningkatan apoptosis
pada daerah robekan selaput amnion (Menon, 2007).
10) Umur Kehamilan
Kehamilan aterm atau kehamilan ≥37 minggu sebanyak 8-
10% ibu hamil akan mengalami KPD, dan sebanyak 1% kejadian
KPD pada ibu hamil preterm <37 minggu (Prawirohardjo, 2010).
Pada penelitian Susilowati dan Astuti bahwa sebagian besar ibu
bersalin dengan KPD yaitu antara umur kehamilan 37-42 minggu
(Susilowati, 2010). Saat mendekati persalinan terjadi peningkatan
matrix metalloproteinase yang cenderung menyebabkan KPD dan
pada trimester akhir akan menyebabkan selaput ketuban mudah
pecah dikarenakan pembesaran uterus, kontraksi rahim, dan
gerakan janin. Hal ini juga menunjukkan bahwa semakin tua umur
kehamilan akan mengakibatkan pembukaan serviks dan
peregangan selaput ketuban yang berpengaruh terhadap selaput
ketuban sehingga semakin melemah dan mudah pecah (Manuaba,
2008).
11) Pembesaran Uterus
Over distensi dapat menyebabkan terjadinya KPD karena
distensi uterus atau over distensi yang membuat rahim lebih besar
sehingga selaput ketuban lebih tipis dan mudah pecah
(Prawirohardjo, 2010). Hasil penelitian lain menyatakan bahwa
faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya KPD pada ibu hamil
trimester III di RS Ban Lawang yaitu faktor over distensi sebanyak
4,83% (Suryaputri A, 2013).
Menurut Caughey bahwa over distensi yang disebabkan oleh
polihidramnion dan kehamilan kembar mengakibatkan lebih tinggi
resiko terjadi KPD (Caughey AB, 2008). Wanita dengan
kehamilan kembar beresiko tinggi mengalami KPD. Hal ini
disebabkan oleh peningkatan massa plasenta dan produksi hormon
yang dap memungkinkan ketegangan rahim meningkat sewaktu-

12
waktu selaput ketuban dapat pecah secara tiba-tiba yang dapat
diidentifi kasi sebagai KPD (Varney, 2008).
12) Kelainan Letak
Kelainan letak pada janin dapat meningkatkan kejadian KPD
karena kelainan letak dapat memungkinkan ketegangan otot rahim
meningkat sehingga dapat menyebabkan KPD (Zainal A, 2016).
Penelitian Suryaputri dan Anjarwati bahwa tidak ada hubunganya
antara kelainan letak dengan kejadian KPD (Caughey AB, 2008).
Besar kecilnya janin dan posisi janin yang dikandung tidak
menyebabkan peregangan pada selaput ketuban seperti pada
keadaan normal, sungsang ataupun melintang, karena sebenarnya
yang dapat mempengaruhi KPD adalah kuat lemahnya selaput
ketuban dalam menahan janin (Zainal A, 2016).
Penelitian lain mengatakan, bahwa ada hubungan letak
susang dengan kejadian ketuban pecah dini, ini disebabkan karena
pada letak sungsang dimana bokong menempati servik uteri
dengan dengan keadaan ini pergerakan janin terjadi dibagian
terendah karena keberadaan kaki janin yang menempati daerah
servik uteri sedangkan kepala janin akan mendesak fundus uteri
yang dapat menekan diafragma dan keadaan ini menyebabkan
timbulnya rasa sesak pada ibu saat hamil (Waters TP, 2009).
d. Tanda Gejala
Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes
melalui vagina, aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau
amoniak, berwarna pucat, cairan ini tidak akan berhenti atau kering
karena uterus diproduksi sampai kelahiran mendatang. Tetapi, bila
duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya
“mengganjal” atau “menyumbat” kebocoran untuk sementara.
Sementara itu, demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut
jantung janin bertambah capat merupakan tanda-tanda infeksi yang
terjadi (Sunarti, 2017).

13
e. Pemeriksaan dan Diagnosis
Menegakkan diagnosa KPD sangat penting. Karena diagnosa yang
positif palsu berarti melakukan intervensi seperti melahirlan bayi
terlalu awal atau melakukan seksio yang sebetulnya tidak ada
indikasinya. Sebaliknya diagnose yang negativ palsu berarti akan
membiarkan ibu dan janin mempunyai resiko infeksi yang akan
mengancam kehidupan janin, ibu dan keduanya. Oleh karena itu di
perlukan diagnosa yang cepat dan tepat. Diagnosa KPD di tegakkan
dengan cara:
1) Anamnesa
Penderita merasa basah pada vagina, atau mengeluarkan cairan
yang banyak secara tiba-tiba dari jalan lahir. Cairan berbau khas,
dan perlu juga diperhatikan warna, keluarnya cairan tersebut his
belum teratur atau belum ada, dan belum ada pengeluaran lender
dan darah.
2) Inspeksi
Pengamatan dengan mata biasa akan tampak keluarnya cairan dari
vagina, bila ketuban baru pecah dan jumlah air ketuban masih
banyak, pemeriksaan ini akan lebih jelas.
3) Tes Valsava
Dilakukan dengan cara melakukan ekspirasi paksa dengan
menutup mulut dan hidung yang akan menambah tekanan pada
telinga dan tekanan pada bagian fundus, sehingga jika terjadi
KPD, maka air ketuban akan keluar (Fadlun, 2011).
4) Pemeriksaan dengan Spekulum
Pemeriksaan dengan spekulum pada KPD akan tampak keluar
cairan dari orifisium uteri eksternum(OUE), kalau belum juga
tampak keluar, fundus uteri di tekan, penderita di minta batuk,
mengejan atau mengadakan manuvover valsava, atau bagian

14
terendah di goyangkan, akan tampak keluar cairan dari ostium
uteri dan terkumpul pada fornik anterior.
5) Pemeriksaan Dalam
Pemeriksaan dalam didapat cairan di dalam vagina dan selaput
ketuban sudah tidak ada lagi. Mengenai pemeriksaan dalam vagina
dengan toucher perlu di pertimbangkan, pada kehamilan yang
kurang bulan yang belum dalam persalinan tidak perlu di adakan
pemeriksaan dalam. Karena pada waktu pemeriksaan dalam, jari
pemeriksa akan mengakumulasi segmen bawah Rahim dengan
flora vagina yang normal. Mikroorganisme tersebut bisa dengan
cepat menjadi patogen. Pemeriksaan dalam vagina di lakukan bila
dalam persalinan atau yang di lakukan induksi persalinan dan di
batasi sedikit mungkin.(Norma dan Dwi, 2013).
Selain itu menentukan diagnosa dengan Tentukan pecahnya
selaput ketuban, dengan adanya cairan ketuban di vagina. Jika
tidak ada dapat di coba dengan menggerakkan sedikit bagian
terbawah janin atau meminta pasien batuk atau mengedan.
Penentuan cairan ketuban dapat di lakukan dengan tes lakmus
(nitrazin test) merah menjadi biru. Tentukan usia kehamilan, bila
perlu dengan pemeriksaan USG. Tentukan tidak ada infeksi
Tanda-tanda infeksi adalah bila suhu ibu lebih dari 37,5oC serta
air ketuban keruh dan berbau. Janin yang mengalami takikardia,
mungkin mengalami infeksi intrauterin. Tentukan tanda-tanda
persalinan dan skoring pelvik. Tentukan adanya kontraksi yang
teratur. Periksa dalam dilakukan bila akan di lakukan penanganan
aktif (terminasi kehamilan) (Prawirahardjo, 2014).
f. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Cairan vagina yang keluar dari vagina harus di periksa : warna,
konsentrasi, bau dan pHnya
a) Tes Lakmus (tes nitrazin)

15
Jika kertas lakmus berubah merah berubah menjadi biru
menunjukkan adanya air ketuban (alkalis).
b) Mikroskopik (Tes Pakis)
Dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan di biarkan
kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran daun
pakis.
2. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ini di lakukan untuk melihat jumlah cairan ketuban
dalam kavum uteri
g. Komplikasi
Adapun pengaruh KPD terhadap ibu dan janin menurut (Sunarti,
2017) yaitu:
1) Prognosis Ibu
Komplikasi yang dapat disebabkan KPD pada ibu yaitu
infeksi intrapartal/ dalam persalinan, infeksi puerperalis/ masa
nifas, dry labour/ partus lama, perdarahan post partum,
meningkatnya tindakan operatif obstetric (khususnya SC),
morbiditas dan mortalitas maternal.
2) Prognosis Janin
Komplikasi yang dapat disebabkan KPD pada janin itu yaitu
prematuritas (sindrom distres pernapasan, hipotermia, masalah
pemberian makanan neonatal), retinopati premturit, perdarahan
intraventrikular, enterecolitis necroticing, ganggguan otak dan
risiko cerebral palsy, hiperbilirubinemia, anemia, sepsis, prolaps
funiculli/ penurunan tali pusat, hipoksia dan asfiksia menurut hasil
penelitian yang dilakukan Halimah dkk,14 Setiyana,15 dan
Fahrudin. Penelitian Halimah dkk mendapatkan 24 (63,15%) bayi
mengalami asfiksia neonatorum ketika terjadi KPD selama proses
persalinan, yaitu 1 bayi (2,63%) menderita asfiksia ringan, 8 bayi
(21,05%) menderita asfiksia sedang, dan 15 bayi (39,47%)
menderita asfiksia berat (Halimah, 2010). Penelitian Setiyana

16
(2009) mendapatkan KPD >12 meningkatkan risiko asfiksia
neonatorum, dan penelitian Fahrudin mendapatkan berat badan
lahir rendah, KPD, persalinan lama, tindakan seksio sesaria,
riwayat obstetri yang jelek dan status perawatan prenatal yang
buruk merupakan faktor risiko asfiksia neonatorum, kemudian
adanya prolaps uteri, persalinan lama, skor APGAR rendah,
ensefalopati, cerebral palsy, perdarahan intrakranial, gagal ginjal,
distres pernapasan), dan oligohidromnion (sindrom deformitas
janin, hipoplasia paru, deformitas ekstremitas dan pertumbuhan
janin terhambat), morbiditas dan mortalitas perinatal (Marmi dkk,
2016).
Bila ketuban pecah terlalu dini maka akan menyebabkan
pertumbuhan janin terhambat. Komplikasi yang sering terjadi pada
ketuban pecah dini sebelum kehamilan 37 minggu adalah sindrom
distres pernafasan, ini terjadi pada 10-40% bayi baru lahir.resiko
infeksi akan meningkat pada kejadian ketuban pecah dini, semua
ibu hamil dengan ketuban pecah dini prematur sebaiknya
dievaluasi untuk kemungkinan terjadinya korioamnionitis. Selain
itu kejadian prolaps atau keluarnya tali pusat bisa terjadi pada
ketuban pecah dini. Resiko kecacatan dan kematian janin
meningkat pada ketuban pecah dini preterm, kejadiannya hampir
100%, apabila ketuban pecah dini preterm ini terjadi pada usia
kehamilan kurang 23 minggu.
h. Penanganan
Penatalaksanaan KPD memerlukan pertimbangan usia kehamilan,
adanya infeksi pada komplikasi ibu dan janin dan adanya tanda-tanda
persalinan. Penanganan ketuban pecah dini menurut Sarwono (2010),
meliputi :
1) Konserpatif
Pengelolaan konserpatif dilakukan bila tidak ada penyulit (baik
pada ibu maupun pada janin) dan harus di rawat dirumah sakit.

17
a) Berikan antibiotika (ampicilin 4 x 500 mg atau eritromicin bila
tidak tahan ampicilin) dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7
hari.
b) Jika umur kehamilan <32-34 minggu, dirawat selama air
ketuban masih keluar, atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.
c) Jika usia kehamilan 32-27 minggu, belum in partu, tidak ada
infeksi, tes buss negativ beri deksametason, observasi tanda-
tanda infeksi, dan kesejahteraan janin, terminasi pada
kehamilan 37 minggu.
d) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada
infeksi, berikan tokolitik (salbutamol), deksametason, dan
induksi sesudah 24 jam.
e) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik
dan lakukan induksi.
f) Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi
intra uterin).
g) Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid, untuk
memicu kematangan paru janin, dan kalau memungkinkan
periksa kadar lesitin dan spingomielin tiap minggu. Dosis
betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari,
deksametason IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali.
2) Aktif
a) Kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal
seksio sesarea. Dapat pula diberikan misoprostol 50 mg
intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali.
b) Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi. Dan
persalinan diakhiri.
c) Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan servik, kemudian
induksi. Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio
sesarea

18
d) Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan, partus pervaginam
Penatalaksanaan KPD menurut Manuaba (2009) tentang
penatalaksanaan KPD adalah :
a) Mempertahankan kehamilan sampai cukup bulan khususnya
maturitas paru sehingga mengurangi kejadian kegagalan
perkembangan paru yang sehat.
b) Terjadi infeksi dalam rahim, yaitu korioamnionitis yang
menjadi pemicu sepsis, maningitis janin, dan persalinan
prematuritas.
c) Dengan perkiraan janin sudah cukup besar dan persalinan
diharapkan berlangsung dalam waktu 72 jam dapat diberikan
kortikosteroid, sehingga kematangan paru janin dapat
terjamin.
d) Pada umur kehamilan 24-32 minggu yang menyebabkan
menunggu berat janin cukup, perlu dipertimbangkan untuk
melakukan induksi persalinan, dengan kemungkinan janin
tidak dapat diselamatkan
e) Menghadapi KPD, diperlukan penjelasan terhadap ibu dan
keluarga sehingga terdapat pengertian bahwa tindakan
mendadak mungkin dilakukan dengan pertimbangan untuk
menyelamatkan ibu dan mungkin harus mengorbankan
janinnya.
f) Pemeriksaan yang penting dilakukan adalah USG untuk
mengukur distansia biparietal dan perlu melakukan aspirasi
air ketuban untuk melakukan pemeriksaan kematangan paru.
g) Waktu terminasi pada kehamilan aterm dapat dianjurkan
selang waktu 6-24 jam bila tidak terjadi his spontan
Pastikan diagnosis terlebih dahulu kemudian tentukan umur
kehamilan, evaluasi ada tidaknya infeksi maternal ataupun
infeksi janin serta dalam keadaan inpartu terdapat gawat janin.
Penanganan ketuban pecah dini dilakukan secara konservatif

19
dan aktif, pada penanganan konservatif yaitu rawat di rumah
sakit (Prawirohardjo, 2009).
Masalah berat pada ketuban pecah dini adalah kehamilan
dibawah 26 minggu karena mempertahankannya memerlukan
waktu lama. Apabila sudah mencapai berat 2000 gram dapat
dipertimbangkan untuk diinduksi. Apabila terjadi kegagalan
dalam induksi makan akan disetai infeksi yang diikuti
histerektomi. Pemberian kortikosteroid dengan pertimbangan
akan menambah reseptor pematangan paru, menambah
pematangan paru janin. Pemberian batametason 12 mg dengan
interval 24 jam, 12 mg tambahan, maksimum dosis 24 mg, dan
masa kerjanya 2-3 hari, pemberian betakortison dapat diulang
apabila setelah satu minggu janin belum lahir. Pemberian
tokolitik untuk mengurangi kontraksi uterus dapat diberikan
apabila sudah dapat dipastikan tidak terjadi infeksi
korioamninitis. Meghindari sepsis dengan pemberian antibiotik
profilaksis (Manuaba, 2008).
Penatalaksanaan ketuban pecah dini pada ibu hamil aterm
atau preterm dengan atau tanpa komplikasi harus dirujuk ke
rumah sakit. Apabila janin hidup serta terdapat prolaps tali
pusat, pasien dirujuk dengan posisi panggul lebih tinggi dari
badannya, bila mungkin dengan posisi sujud. Dorong kepala
janin keatas degan 2 jari agar tali pusat tidak tertekan kepala
janin. Tali pusat di vulva dibungkus kain hangat yang dilapisi
plastik. Apabila terdapat demam atau dikhawatirkan terjadinya
infeksi saat rujukan atau ketuban pecah lebih dari 6 jam, makan
berikan antibiotik penisilin prokain 1,2 juta UI intramuskular
dan ampisislin 1 g peroral.
Pada kehamilan kurang 32 minggu dilakukan tindakan
konservatif, yaitu tirah baring, diberikan sedatif berupa
fenobarbital 3 x 30 mg. Berikan antibiotik selama 5 hari dan

20
glukokortikosteroid, seperti deksametason 3 x 5 mg selama 2
hari. Berikan pula tokolisis, apanila terjadi infeksi maka akhiri
kehamilan. Pada kehamilan 33-35 minggu, lakukan terapi
konservatif selama 24 jam kemudian induksi persalinan. Pada
kehamilan lebih dari 36 minggu dan ada his maka pimpin
meneran dan apabila tidak ada his maka lakukan induksi
persalinan. Apabila ketuban pecah kurang dari 6 jam dan
pembukaan kurang dari 5 cm atau ketuban pecah lebih dari 5
jam pembukaan kurang dari 5 cm (Sukarni, 2013). Sedangkan
untuk penanganan aktif yaitu untuk kehamilan > 37 minggu
induksi dengan oksitosin, apabila gagal lakukan seksio sesarea.
Dapat diberikan misoprostol 25μg – 50μg intravaginal tiap 6
jam maksimal 4 kali (Khafidoh, 2014).

21
BAB III
PEMBAHASAN

A. Pengkajian Data
Pengkajian pada Pasien dengan ketuban pecah dini dilakukan dengan
melakukan anamnesis mendalam yang bertujuan uuntuk mengetahui secara
jelas factor predisposisi penyebab terjadinya ketuban pecah dini. Melalui
anamnesis yang rinci dan tepat kita akan mendapatkan data subjektif yang
dapat menjadi salah satu dasar ditegakkannya diagnosa. Pengkajian data
subjektif pada ibu dengan ketuban pecah dini dijelaskan sebagai berikut

1. Subjektif
Ibu datang ke PMB Tutik, bedasarkan hasil anamnesa ibu mengatakan
keluar cairan rembes berbau khas sejak tanggal 08-11-2020 pukul 18.30
dan belum ada kenceng-kenceng. Keluhan yang ibu rasakan merupakan
tanda gejala KPD. Hal itu sesuai dengan teori yang disebutkan bahwa
Tanda yang terjadi apabila ketuban pecah dini adalah keluarnya cairan
ketuban merembes melalui vagina (Sunarti, 2017). Pada kasus ini ibu
mengatakan belum adamulas dan kenceng, setelah 2 jam baru mules-
mules. Hal ini memperkuat penegakkan diagnosa KPD karena menurut
Manuaba, Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum
terdapat tanda - tanda persalinan dan setelah ditunggu satu jam belum
dimulainya tanda persalinan. Waktu sejak pecahnya ketuban sampai
terjadi kontraksi rahim disebut Kejadian ketuabn pecah dini.
Menurut keterangan ibu HPHT 17-02-2020 dan HPL 24-11-2020.
Bedasarkan perhitungan dari HPHT, usia kehamilan ibu saat ini adalah 37
minggu 6 hari. Dengan demikian usia kehamilan ibu sudah aterm.
Menurut Sarwono ketuban pecah dini yang terjadi setelah usia kehamilan
37 minggu disebut KPD aterm.
Banyak factor yang menyebabkan terjadinya KPD seperti infeksi,
servik inkompetensia, kelainan letak, usia ibu melahirkan, umur
kehamilan dan lain sebagainya. Dari hasil anamnesa, didapatkan umur

22
kehamilan ibu sudah aterm yaitu 37 minggu 6 hari, dari data subjektif
tidak ditemukan penyebab lain, factor predisposisi terjadinya ketuban
pecah dini salah satunya adalah umur kehamilan. Hal ini sesuai dengan
teori menurut Prawirohardjo Kehamilan aterm atau kehamilan ≥37
minggu sebanyak 8-10% ibu hamil akan mengalami KPD, dan sebanyak
1% kejadian KPD pada ibu hamil preterm <37 minggu Pada penelitian
Susilowati dan Astuti bahwa sebagian besar ibu bersalin dengan KPD
yaitu antara umur kehamilan 37-42 minggu.
2. Objektif
Dari hasil pemeriksaan fisik di PMB Tutik pada tanggal 08-11-2020
didapatkan data Leopold fundus adalah bokong janin, punggung kanan,
bagian terendah adalah kepala, sudah masuk panggul dengan penurunan
kepala 2/5, TFU: 31 cm, DJJ: 138x/menit, regular, His negatif. Genetalia:
Inspeksi: terdapat pengeluaran cairan ketuban, tidak ada pengeluaran
lendir darah. Pemeriksaan dalam: portio tebal kaku, Pembukaan 0 cm,
selaput ketuban negative, Presentasi kepala, Hodge II, panggul ginekoid,
tidak ada molase, AK (+), STLD(-), tak ada bagian kecil yang terjepit.
Dari data diatas tidak ditemukan adanya tanda-tanda persalinan sesuai
dengan teori yang disebutkan oleh Manuaba bahwa Ketuban pecah dini
(KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda - tanda persalinan
dan setelah ditunggu satu jam belum dimulainya tanda persalinan. Waktu
sejak pecahnya ketuban sampai terjadi kontraksi rahim disebut Kejadian
ketuban pecah dini.
Saat dilakukan pengamatan dengan mata dilihat ada cairan jernih yang
keluar dari vagina hal ini sesuai dengan teori yang disebutkan oleh
Prawirohardjo 2014 mengatakan biasa akan tampak keluarnya cairan dari
vagina, bila ketuban baru pecah dan jumlah air ketuban masih banyak,
pemeriksaan ini akan lebih jelas.
Setelah dilakukan pemeriksaan kertas lakmus yang berubah menjadi
biru, hal tersebut sesuai dengan teori yang di sebutkan Prawirohardjo

23
2014 jika kertas lakmus berubah merah berubah menjadi biru
menunjukkan adanya air ketuban (alkalis).

B. Analisis

Ny. H Usia 27 Tahun G1P0AB0AH0 UK 37+6 minggu janin hidup,


tunggal, intrauterine, presentasi kepala, punggung kanan, sudah masuk
panggul dengan Ketuban Pecah Dini di PMB Tutik Purwani. Analisa tersebut
ditegakkan atas dasar pemeriksaan dari mulai data subjektif hingga objektif.
Berdasarkan pengkajian data subjektif dan data objektif maka penulis
dapat merumuskan diagnosa kebidanan yaitu Ny. H usia 27 tahun
G1P0AB0AH0 dengan Ketuban Pecah Dini.
C. Penatalaksanaan
Setelah ketuban rembes, ibu memeriksakannya ke bidan. Didapatkan
belum dalam persalinan, lalu dilanjutkan observasi dan dilakukan tatalaksana.
Tatalaksana yang dilakukan adalah dilakukan penatalaksanaan berupa tirah
baring dan perawatan konservatif dengan pemberian antibiotic berupa
amoxcilin 3x500mg.

Menurut prawirohardjo 2014 menyebutkan penatalaksanaan dari kasus


ketuban pecah dini adalah dengan memastikan diagnosis terlebih dahulu
kemudian tentukan umur kehamilan, evaluasi ada tidaknya infeksi maternal
ataupun infeksi janin serta dalam keadaan inpartu terdapat gawat janin.
Penanganan ketuban pecah dini dilakukan secara konservatif dan aktif, pada
penanganan konservatif yaitu rawat di rumah sakit.

Pada kasus ini usia kehamilan dari Pasien adalah 37 minggu 6 hari,
tatalaksana konservatif yang harus dilakukan menurut Manuaba adalah
pemberian antibiotic sebagai profilaksis. Waktu pemberian antibiotik
hendaknya diberikan setelah diagnosis KPD ditegakkan dengan pertimbangan
lebih dari 6 jam kemungkinan infeksi telah terjadi. Induksi persalinan segera
diberikan atau ditunggu sampai 6-8 jam.

24
Antibiotic yang diberikan sebagai Tindakan konservatif adalah
Berikan antibiotika (ampicilin 4 x 500 mg atau eritromicin bila tidak tahan
ampicilin) dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari. Hal ini menunjukan
ketidaksesuaian dengan tteori, karena dalam kasus ini diberikan antibiotic
amoxcilin 3x500 mg, Amoxicillin dan ampicillin adalah obat dari golongan
yang sama, yaitu golongan penicillin (golonga beta laktam), yang berfungsi
untuk mencegah infeksi bakteri. Bedanya, amoxicillin lebih larut di dalam
lemak.

Kemudian dilakukan observasi selama 4 jam dan ada kemajuan


persalinan, TFU 31 cm, DJJ 143 x/menit regular, his negatif, ada lendir darah,
portio tebal kaku, pembukaan 1 cm, selaput ketuban negatif, presentasi
kepala, Hodge 2. Lalu dilanjutkan observasi untuk menilai kemajuan
persalinan.

Menurut Prawirohardjo Lama periode laten dan durasi KPD


berhubungan dengan peningkatan kejadian infeksi dan komplikasi lain dari
KPD. Apabila dalam 24 jam setelah selaput ketuban pecah belum ada tanda-
tanda persalinan maka dilakukan induksi persalinan, dan bila gagal dilakukan
bedah caesar. Pemberian antibiotik profilaksis dapat menurunkan infeksi pada
ibu. Pelaksanaan induksi persalinan perlu pengawasan yang sangat ketat
terhadap keadaan ibu, janin dan jalannya proses persalinan. Induksi dilakukan
dengan memperhatikan bishop skor jika >5, induksi dilakukan, sebaliknya
jika bishop skor <5 dilakukan pematangan serviks dan jika tidak berhasil
akhiri persalainan dengan seksiosesaria.

Menurut Khafidoh pada kehamilan >37 minggu, apabila tidak


menunjukan tanda-tanda persalinan setelah 24 jam diinduksi dengan
oksitosin, bila gagal seksio sesarea. Dapat pula diberikan misoprostol 50 mg
intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali. Sedangkan untuk penanganan aktif
yaitu untuk kehamilan > 37 minggu induksi dengan oksitosin, apabila gagal
lakukan seksio sesarea. Dapat diberikan misoprostol 25μg – 50μg intravaginal
tiap 6 jam maksimal 4 kali. dan hal ini hanya bisa dilakukan di Rumah sakit.

25
Namun, setelah 16 jam observasi, belum ada tanda persalinan karena
pambukaan hanya 3 cm. Oleh karena itu, bidan merujuk ke RSIA Sakina
Idaman. Bidan seharusnya merujuk kasus KPD dibawah 8 jam apabila tidak
terdapat tanda-tanda persalinan bedasarkan teori dari Manuaba. Penatalaksaan
Bidan dari BPM dalam penanganan kasus KPD ini berdasar dari Permenkes
Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2017 tentang Izin dan penyelenggaraan
praktik Bidan. Bab III Penyelenggaraan Keprofesian, bagian kedua
kewenangan bidan. Pasal 19 Ayat (3), d. penanganan kegawatdaruratan,
dilanjutkan dengan perujukan; Pasal 20 Ayat (2): b. penanganan
kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan.

26
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat
tanda - tanda persalinan dan setelah ditunggu satu jam belum dimulainya
tanda persalinan.
2. Ketuban pecah pada ibu hamil disebabkan oleh adanya kontraksi uterus
dan peregangan yang berulang.Selaput ketuban pecah karena pada daerah
tertentu terjadi perubahan biokimia, yang menyebabkan selaput ketuban
inferior rapuh.
3. Terdapat beberapa faktor predisposisi yang mengakibatkan terjadinya
KPD (Norma, 2013) yaitu infeksi, Servik inkompetensia, Tekanan
intrauterine, Kelainan letak, Keadaan sosial ekonomi, Riwayat kelahiran
premature, Jumlah Paritas, usia ibu saat melahirkan, Umur Kehamilan,
pembesaran uterus.
4. Tanda dan gejala yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes
melalui vagina, aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau
amoniak, berwarna pucat, cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena
uterus diproduksi sampai kelahiran mendatang.
5. Diagnosa KPD di tegakkan dengan cara Anamnesa, Inspeksi, Tes Valsava,
Pemeriksaan dengan Spekulum, Pemeriksaan Dalam
6. Pemeriksaan Penunjang dalam kasus KPD yaitu:
a. Pemeriksaan Laboratorium dengan Tes Lakmus (tes nitrazin) dan
Mikroskopik (Tes Pakis)
b. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)
7. Adapun pengaruh KPD terhadap ibu dan janin menurut (Sunarti, 2017)
yaitu:
a. Prognosis Ibu bisa terjadi infeksi intrapartal/ dalam persalinan, infeksi
masa nifas, dry labour/ partus lama, perdarahan post partum,

27
meningkatnya tindakan operatif obstetric (khususnya SC), morbiditas
dan mortalitas maternal.
b. Prognosis Janin yaitu prematuritas (sindrom distres pernapasan,
hipotermia, masalah pemberian makanan neonatal), retinopati
premturit, perdarahan intraventrikular, enterecolitis necroticing,
ganggguan otak dan risiko cerebral palsy, hiperbilirubinemia,
anemia, sepsis, prolaps funiculli/ penurunan tali pusat, hipoksia dan
asfiksia
8. Penanganan ketuban pecah dini menurut Sarwono (2010), meliputi:
a. Konserpatif
b. Aktif
9. Pada asuhan kebidanan Ny. H Usia 27 Tahun G1P0AB0AH0 UK 37+6
minggu janin hidup, tunggal, intrauterine, presentasi kepala, punggung
kanan, sudah masuk panggul dengan Ketuban Pecah Dini 16 jam
akhirnya di rujuk ke RS.
B. Saran
Sebagai seorang bidan harus mempunyai pengetahuan, pemahaman,
analisa dan tindakan dengan tepat dan jelas di dalam melakukan asuhan
kebidanan pada ibu bersalin dengan ketuban pecah dini, sehingga ibu dan bayi
akan selamat dan sehat ,komplikasi dapat dihindari atau dicegah.

28
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, Maya. 2010. Buku Pintar Kehamilan. Jakarta: EGC
Caughey, Aaron B., Julian N Robinson dan Errol R Norwitz. 2008. Contemporary
Diagnosis and Management of Preterm Premature Rupture of Membranes.
Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Salemba Medika Jakarta.
Mochtar, Rustam. 2012. Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi.
Edisi ketiga. Jakarta : EGC.
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Sualman K (2009). Penatalaksanaan ketuban pecah dini kehamilan preterm.
Pekanbaru : Universitas Riau.Caughey AB, Robinson JN, Norwitz ER.
2008. Contemporary diagnosis and management of preterm premature
rupture of membranes. Rev Obstet Gynecol [Internet] 1:11–22. Available
from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/ pubmed/18701929 18.
Cuningham F, Leveno K, Bloom S, Hauth J, Gilstrap IL, Wendstrom K. 2006.
Chapter 21 Disorder of Aminic Fluid Volume. In: William Obstetrics.
22nd ed. USA: McGraw-Hill; 2006. 13.
Fadlun, Feryanto. 2011. Asuhan Kebidanan Patalogis. Jakarta:Salemba Medika.
Halimah S, Candra D, Wisnubroto P. 2010. Hubungan Kejadian Ketuban Pecah
Dini Pada Saat Persalinan Dengan Kejadian Asfiksia Bayi Baru Lahir
(BBL). Didapat dari: URL:http://www.scribd.com/doc/15689407
Khafidoh, Anisatun. 2014. “Hubungan Ketuban Pecah..., Anisatun Khafidoh,
Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014.” : 8–29.
Manuaba,I.B.G.,2010. Gawat Darurat Obstetri Ginekologi dan Obstretri
Ginekologi Sosial untuk Profesi Bidan. Jakarta: EGC
Marmi, dkk. 2016. Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Menon R, Fortunato SJ. 2007. Infection and the role of infl ammation in preterm
premature rupture of the membranes. Best Pract Res Clin Obstet Gynaecol
[Internet]. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17448730 14. Medina TM, Hill DA.
Preterm premature rupture of membranes: diagnosis and management. Am
Fam Physician [Internet]. 2006 Feb 15;73(4):659– 64. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/ pubmed/16506709 15.
Norma Nita, Dwi Mustika. 2013. “Asuhan Kebidanan Patologi”.Yogyakarta :
Nuha. Medika.

29
Prawirohardjo2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
______.2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
______.2012. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
______2014.Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Setiyana A. 2009. Hubungan antara lama ketuban pecah dini terhadap nilai
APGAR pada kehamilan aterm di badan rumah sakit daerah Cepu (Tesis).
Surakarta: FKUMS, 2009.
Sualman K. 2009. Penatalaksanaan ketuban pecah dini kehamilan preterm.
Pekanbaru : Universitas Riau.
Sudarto, Tunut. 2016. Risiko Terjadinya Ketuban Pecah Dini Pada Ibu Hamil
Dengan Infeksi Menular Seksual. J VOKASI Kesehat [Internet].
2016;2(2):330–5. Available from: https://www.
google.co.id/Fejournal.poltekkespontianak.ac.id
Sunarti. 2017. “Manajemen Askeb Intranatal Pada Ny ‘R’ Gestasi 37-38 Minggu
Dengan KPD.” Ketuban Pecah Dini: 156.
Suryaputri A, Anjarwati. 2013. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan
Kejadian Ketuban Pecah Dini pada Ibu Bersalin di RSUD Wates Kulon
Progo Tahun 2013. STIKES ’Aisyiyah Yogyakarta; 2013. 17.
Susilowati E. 2009. Gambaran Karakteristik Ibu Bersalin dengan Ketuban Pecah
Dini di Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang tahun 2009. J
Kebidanan Panti Wilasa [Internet]. Available from:
http://ejurnal.akbidpantiwilasa. ac.id/index.php/kebidanan/article/view/3
16.
Varney H. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. 4th ed. Jakarta: EGC; 2008. 11.
Waters TP, Mercer BM. 2009. The management of preterm premature rupture of
the membranes near the limit of fetal viability. Am J Obstet Gynecol
[Internet]. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/ pubmed/1973327
Zainal A. 2016. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Ketuban Pecah
Dini pada Ibu Hamil Trimester III di Rumah Sakit Bantuan Lawang
Poltekkes RS Dr. Soepraoen. Available from:
http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/file/
abdbe934df5c895d7deebd756cc04c1.pdf 19.

30
LAMPIRAN
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN
Ny.H Usia 27 Tahun G1P0AB0AH0 UK 37+6 minggu janin hidup, tunggal,
intrauterine, presentasi kepala, punggung kanan, sudah masuk panggul
dengan Ketuban Pecah Dini di PMB Tutik Purwani

Biodata Ibu Suami


Nama : Ny. H Tn. T
Umur : 27 tahun 28 tahun
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : Karyawan Swasta Karyawan Swasta
Agama : Islam Islam
Suku/ Bangsa : Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
Alamat : Palgading, Sinduharjo, Palgading, Sinduharjo,
Ngaglik Ngaglik
No. RM : inc obs nop 2020
Tanggal pengkajian : 08-11-2020
Data subjektif
1. Keluhan utama
Ibu mengeluh keluar cairan sejak tanggal 08-11-2020 pukul 18.15 berwarna
bening, berbau anyir dan ibu mengatakan belum terdapat mules.
2. Riwayat Perkawinan
Kawin 1 kali. Kawin pertama umur 26 tahun. Dengan suami sekarang 1 tahun.
3. Riwayat Menstruasi
Menarche umur 13 tahun. Siklus 28 hari. Teratur. Lamanya 6 hari. Sifat darah
encer. Flour Albus : tidak. Bau khas darah. Dysmenorrhea : tidak. Banyak
darah : 3-4 x ganti pembalut dihari pertama.
HPM: 17-02-2020 HPL: 24-11-2020
4. Riwayat obstetric
G1P0AB0AH0
Hamil sekarang ini
5. Riwayat keluarga berencana

31
Ibu belum pernah menggunakan alat kontrasepsi apapun.
6. Riwayat kehamilan ini
Tempat priksa kehamilan: di puskemas dan PMB
T1: 2 kali
T2: 3 kali
T3: 4 kali
Dapat obat: vitamin dan kalsium
a. Riwayat ANC
ANC sejak : ANC sejak UK 8 minggu
Frekuensi : Trimester I sebanyak 2 kali
Trimester II sebanyak 3 kali
Trimester III sebanyak 4 kali
b. Pergerakan janin : Mulai dirasakan pada UK sekitar 16 minggu
Gerak janin aktif selama 12 jam terakhir
c. Keluhan yang dirasakan : Trimester I tidak ada keluhan
Trimester II tidak ada keluhan
Trimester III pegal-pegal
d. Obat yang saat ini : Tablet tambah darah 2x1 dan kalsium
dikonsumsi
e. Pola nutrisi : Makan Minum
frekuensi : Teratur 3x/hari Sering
Macam : Nasi, sayur, lauk Air putih
Jumlah : Porsi sedang 1 piring 1 gelas/ minum
Keluhan : Tidak ada Tidak ada
f. Pola eliminasi : BAB BAK
Frekuensi : 1 x/ hari Sering
Keluhan : Tidak ada Tidak ada
g. Pola aktifitas :
Kegiatan sehari-hari : Bekerja di perusahaan swasta jam kerja
mulai pukul 08.00-16.00 setelah itu dirumah
melakukan pekerjaan rumah
Istirahat/ tidur : Merasa cukup dengan tidur ±8 jam/hari
Keluhan : Tidak ada
h. Personal hygiene
Kebiasaan mandi : Setiap hari mandi 2 kali rutin pagi dan sore
membersihkan alat : Setiap sehabis BAK, BAB dan saat mandi
kelamin
mengganti pakaian : Setiap merasa sudah lembab dan setiap
dalam sehabis mandi
Jenis bahan pakaian : Berbahan dasar katun

32
dalam
i. Imunisai TT : TT 5 caten (2019)

7. Riwayat kesehatan
a. Penyakit Sistemik yang Pernah/ Sedang Diderita
Ibu mengatakan tidak pernah/sedang menderita penyakit apapun
b. Penyakit Sistemik yang Pernah/Sedang Diderita keluarga
Ibu mengatakan keluarga tidak pernah/ sedang menderita penyakit apapun
c. Riwayat keturunan kembar
Ibu mengatakan tidak ada riwayat keturunan kembar
d. Riwayat alergi
Ibu mengatakan tidak ada alergi apapun
e. Kebiasaan
1) Merokok
Ibu mengatakan suami maupun ibu tidak merokok
2) Minum jamu
Ibu mengatakan tidak minum jamu
3) Minum alcohol
Ibu mengatakan tidak minum alkohol
4) Budaya/ adat istiadat yang dipercaya
Ibu mengatakan tidak mempercayai budaya/ adat istiadat mengenai
kehamilan yang ada di daerah setempat
8. Riwayat psikososialspiritual
a. Penerimaan keluarga terhadap kehamilan
Ibu mengatakan keluarga dan ibu sangat menerima kehamilan ini karena
sangat dinantikan.
b. Pengetahuan ibu tentang kehamilan
Ibu mengatakan tahu mengenai tanda-tanda persalinan seperti kontraksi,
keluar ketuban dan keluar lendir darah.
c. Pengetahuan ibu tentang kondisi/keadaan yang dialami sekarang

33
Ibu mengatakan tidak terlalu panik saat ketuban pecah. Ibu dan suami
memang sudah mempersiapkan persalinan. Saat ketuban pecah ibu dan
suami langsung bergegas menuju bidan praktik.
d. Pengetahuan ibu tentang persalinan
Ibu mengatakan sudah memperhatikan tanda persalinan karena sudah
mendekati HPL, sudah mempersiapkan keperluan saat bersalin berupa tas
yang sudah berisi perlengkapan ibu dan bayi, sudah mempersiapkan
biaya, dan berencana bersalin bidan praktik.
9. Riwayat kesejahteraan janin
Gerakan janin aktif

Data objektif
1. Pemeriksaan umum
a. KU : Baik kesadaran Compos mentis
b. Tanda vital : TD: 128/71 mmHg. N : 82 kali/menit. R : 22 kali/menit. S
=36,4°C
c. BB : Sblm hamil : 59 Kg. BB skrg : 68 kg. LLA : 27 cm. IMT : 23,9
Kg/m2
d. Kepala dan wajah : tidak ada pembengkakan
e. Payudara : putting menonjol, sudah keluar kolostrum
f. Abdomen : ada pembesaran
g. Ekstremitas : tidak ada kaku gerak, tidak ada pembengkakan
h. Genetalia : keluar cairan putih berbau anyir dan keluar secara
terus menerus
i. Anus : tidak ada hemoroid
2. Pemeriksaan Khusus
a. Kepala
Muka : Tidak pucat , conjungtiva : merah muda
b. Leher : kelenjar Tiroid rata, vena jugularis rata
c. Payudara : membesar simetris, puting : menonjol
d. Perut

34
1) Inspeksi : Membesar memanjang, terlihat gerakan janin, terlihat
kontraksi uterus
2) Palpasi
Leopold 1 : Pada Fundus teraba bulat, lunak, tidak ada tahanan,
Kesimpulan bokong
TFU 3 jari bawah px
Leopold II: Pada perut sebelah kanan ibu teraba datar, luas, terdapat
tahanan bagian kecil janin bergeronjal, tidak ada tahanan.
Kesimpulan punggung
Perut sebelah kiri ibu teraba bagian kecil janin bergeronjal, tidak ada
tahanan. Kesimpulan alat gerak janin
Leopold III: Pada Segmen Bawah Rahim (SBR) teraba bulat,
lenting, tahanan kuat tidak dapat digoyangkan. Kesimpulan kepala
Leopold IV: Posisi tangan pemeriksa divergen. Kesimpulan sudah
masuk panggul
Mc Donald : TFU 31 cm. Umur Kehamilan 37 mg 6 hari,
TBJ = (31-11) x 155 = 3100 gr
Penurunan Kepala : 2/5
Kontraksi : belum ada kontraksi
3) Auskultasi : Punctum maksimum bawah pusat sebelah kiri
Frekuensi 138 kali/menit, Irama: teratur.
4) Genetalia : Tanda Chadwick : ada, varises: tidak ada, Edema: ada.
Pengeluaran : cairan berwarna jernih yaitu ketuban
5) Periksa Dalam : Tgl/ Jam 08-11-2020, 18.30 WIB, Oleh : Bidan
a) Indikasi : keluar cairan ketuban
b) Tujuan : untuk mengetahui apakah dalam persalinan
c) Hasil : V/U tenang, dinding vagina licin, serviks tebal kaku,
pembukaan 0, selaput ketuban sobek, Presentasi kepala, Hodge II,
panggul ginekoid, tidak ada molase, AK (+), STLD(-), tak ada
bagian kecil yang terjepit
6) Anus : tidak ada hemoroid

35
7) Kaki : Simetris, gerakan aktif, varises: tidak ada, Edema: tidak ada
3. Pemeriksaan Penunjang
Tes lakmus (08-11-2020, 18.30 WIB): hasil menunjukkan berwarna biru
USG (12-10-20): Tunggal, preskep, puki, DJJ +, gerakan +, lilitan -, air
ketuban jernih dan cukup
Prot urin: negative, Rapid Test NR, HB 11, bakteri +, leukosit 2-10

Analisa
1. Diagnosa
Ny.I Usia 27 Tahun G1P0AB0AH0 UK 37+6 minggu janin hidup, tunggal,
intrauterine, presentasi kepala, punggung kanan, sudah masuk panggul belum
dalam persalinan dengan Ketuban Pecah Dini
2. Masalah
Tidak ada
3. Kebutuhan
KIE tirah baring, KIE awasi gerakan janin, KIE tanda persalinan
4. Diagnosa potensial
Infeksi pada ibu dan janin
5. Antisipasi tindakan segera
Pantau pengeluaran pervaginam ibu, pantau DJJ, berikan antibiotik dosis awal.

Penatalaksanaan
1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga, bahwa Ny. H
mengalami ketuban sudah pecah dini dan belum terdapat pembukaan.
(keluarga mengetahui kondisi ibu)
2. Menganjurkan ibu untuk rawat inap, agar kemajuan persalinan dapat dipantau
dan diobservasi oleh bidan (ibu bersedia untuk dirawat inap)
3. Menganjurkan ibu untuk tidak banyak bergerak , bangun dari kasur dan
usahakan untuk buang air kecil dengan pispot karena keadaan ketuban yang
sudah pecah sehingga mengurangi risiko kehabisan air ketuban yang dapat
membahayakan janin

36
Ibu mengerti dan bersedia mengikuti anjuran yang diberikan
4. Memberitahu ibu dan keluarga untuk tetap tenang dan semangat menghadapi
pemukaan-pembukaan selanjutnya, ibu diharapkan tidur miring kiri untuk
mempercepat penurunan janin (ibu bersedia untuk tidur miring ke kiri)
5. Memberitahu ibu untuk makan makanan yang telah disediakan, ibu harus
makan dan minum untuk mempersiapkan tenaga selama proses persalinan
berlangsung. (ibu bersedia untuk makan dan minum)
6. Meminta ibu untuk memakan buah kurma dan pocari sweat yang untuk
tambahan tenaga yang telah dibawa dari rumah sebelumnya (ibu bersedia
memakan kurma dan pocari sweat).
7. Melakukan observasi tiap 30 menit meliputi HIS, Tekanan darah, nadi, DJJ
dan suhu, serta tiap 4 jam untuk periksa dalam atau VT (observasi dilakukan)
8. Memberikan ibu terapi obat amoxicillin 500 mg 3x1 hari, tablet etabion 1x1
dan vit. ASI 1x1
Ibu telah meminum obat yang diberikan

37
CATATAN PERKEMBANGAN
Waktu pengkajian : 09-11-2020 pukul 10.30 WIB
Data Subjektif
Keluhan:
Ibu mengatakan kencang-kencang dan air ketuban masih banyak yang keluar.
Data Objektif
KU: Baik Kesadaran : compos mentis
TD : 120/70 N : 90
R : 20 S : 36,7
PD= vulva uretra tenang, vagina licin, serviks tebal kaku, pembukaan 3 cm, air
ketuban +, hodge III presentasi kepala, tak teraba bagian kecil janin yang terjepit,
STLD +
Analisa
1. Diagnosa
Ny.H Usia 27 Tahun G1P0AB0AH0 UK 37+6 minggu janin hidup, tunggal,
intrauterine, presentasi kepala, punggung kanan, sudah masuk panggul
dengan Ketuban Pecah Dini dalam persalinan kala 1 fase laten
2. Masalah
Cemas akan dirujuk
3. Kebutuhan
KIE relaksasi persalinan, KIE jaga asupan makanan dan cairan, KIE
persalinan
4. Diagnosa potensial
Infeksi pada ibu dan janin
5. Antisipasi tindakan segera
Awasi perkembangan persalinan, awasi DJJ, pantau tanda infeksi, lakukan
rujukan
Penatalaksanaan
1. Menyampaikan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa telah dilakukan
observasi sejak pertama ibu datang hingga saat ini, untuk keadaan secara
umum ibu baik, tetapi ibu telah mengalami ketuban pecah dini sudah lebih

38
dari 8 jam sehingga perlu dilakukan perujukan ke RS agar ibu dan janin lebih
terpantau dan segera mendapatkan tindakan yang lebih lanjut.
Ibu mengerti dengan keadaanya
2. Memberikan dukungan kepada ibu agar tetap sabar dan semangat menjalani
fase persalinan berikutnya semoga diberikan kemudahan dan kelancaran.
Ibu terlihat tenang dan mendengarkan apa yang disampaikan
3. Mempersilahkan ibu untuk mempersiapkan barang bawaannya sembari
menunggu jemputan dari pihak RS
Ibu dibantu keluarga mempersiapkan barang bawaan.
4. Merujuk ibu ke RS Sakina Idaman atas indikasi KPD 16 jam dan persalinan
tak maju.
Pasien telah dirujuk dalam keadaan umum baik.

39
LEMBAR OBSERVASI
1. Tanggal/ Jam : 08-11-2020, 22.30 WIB
His : 2x10 menit, durasi 20 – 25 detik
Keterangan : N= 86x/menit, TD= 110/70 mmHg, R= 24 x/menit, S=
36,5 oC, DJJ= 143x/menit
PD= vulva uretra tenang, vagina licin, serviks tebal kaku, pembukaan 1cm,
air ketuban +, presentasi kepala. tak teraba bagian kecil janin yang terjepit,
STLD +
2. Tanggal/ Jam : 09-11-2020, 02.30 WIB
His : 2x 10 menit, durasi 25 detik
Keterangan : N= 86x/menit, TD= 106/67 mmHg, R= 24x/menit, S=
36,5 oC, DJJ= 138x/menit
PD= vulva uretra tenang, vagina licin, serviks tebal kaku, pembukaan 2 cm,
air ketuban +, presentasi kepala. tak teraba bagian kecil janin yang terjepit,
STLD +
3. Tanggal/ Jam : 09-11-2020, 06.30 WIB
His : 2x 10 menit, durasi 30 detik
Keterangan : N= 80x/menit, TD= 120/74 mmHg, R= 20 x/menit, S=
36,7 oC, DJJ= 130x/menit
PD= vulva uretra tenang, vagina licin, serviks tebal kaku, pembukaan 3 cm,
air ketuban +, presentasi kepala, tak teraba bagian kecil janin yang terjepit,
STLD +
esentasi kepala, tak teraba bagian kecil janin yang terjepit, STLD +

40

Anda mungkin juga menyukai