Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITAS II

KAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN KASUS


KETUBAN PECAH DINI
Dosen Pengampu :

Disusun Oleh
Kelompok 6 :
1. Santi Wahyu Ningtiyas ( 2019012205 )
2. Septika Faulia ( 2019012206 )
3. Zella Evita Sari ( 2019012217 )
4. Zumrotus Zakiyah ( 2019012218 )
PSIK 4B

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CENDEKIA UTAMA
KUDUS
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya. Salawat dan salam kita sanjungkan kepangkuan Nabi besar Muhammad SAW yang
telah membawa kita dari alam kebodohan ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Ucapan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah memberi bimbingan dan masukan
sehingga makalah yang berjudul ”MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN KETUBAN
PECAH DINI” dapat penyusun selesaikan.
Pembuatan makalah ini adalah sebagai salah satu tugas kami dalammenempuh pemb
elajaran di semester ini, kami mengucapkan terimah kasih kepada Dosen pembimbing.
Kiranya makalah ini bisa bermanfa’at bagi pihak yang membaca. Meski begitu, kami
sadar bahwa makalah ini perlu perbaikan dan penyempurnaan. Untuk itu, saran dan kritik yang
membangun dari pembaca akan diterima dengan senang hati. Akhirnya, kami ucapkan terima
kasih, semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak.

Kudus, 1 Maret 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................................................
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................................
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................
C. Tujuan.............................................................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar Kasus Kejang Demam.............................................................................
B. Pengertian.......................................................................................................................
C. Penyebab.........................................................................................................................
D. Klasifikasi.......................................................................................................................
E. Patofisiologi....................................................................................................................
F. Manifestasi......................................................................................................................
G. Respon Tubuh Terhadap Perubahan Fisiologis..............................................................
H. Penatalaksanaan..............................................................................................................
BAB III : KAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN KASUS
KETUBAN PECAH DINI
A. Konsep Asuhan Keperawatan pada Kasus Kejang Demam...........................................
B. Pengakijan ......................................................................................................................
C. Diagnosa keperawatan ...................................................................................................
D. Intervensi keperawatan ..................................................................................................
BAB IV : PENUTUP
A. Kesimpulan.....................................................................................................................
B. Saran...............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah penting dalam obstetri berkaitan
dengan penyulit kelahiran prematur terjadinya infeksi korioamnionitis sampai sepsis, yang
meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal dan menyebabkan infeksi pada ibu.
Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya selaput ketuban sebelum
persalinan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya
melahirkan, pada keadaan normal 8-10% perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban
pecah dini (Prawirohardjo, 2008).
Ketuban pecah dini (KPD) di Indonesia secara global menyebabkan 80%
kematian ibu. Pola penyebab langsung dimana-mana yaitu perdarahan (25%) biasanya
perdarahan pasca persalinan, sepsis (15%) hipertensi dalam kehamilan (12%), partus macet
(8%) komplikasi abortus tidak aman (13%), ketuban pecah dini (4%) dan sebab-sebab
lainnya (8%) (Wikjosastro, 2008).
Menurut Wahyuni (2009) kejadian ketuban pecah dini di indonesia sebanyak
35,70% - 55,30% dari 17.665 kelahiran. Dalam keadaan normal 8-10% perempuan hamil
aterm akan mengalami ketuban pecah dini. Kejadian KPD berkisar 5-10% dari semua
kelahiran, dan KPD preterm terjadi 1% dari semua kehamilan. 70% kasus KPD terjadi pada
kehamilan cukup bulan. KPD merupakan penyebab kelahiran prematur sebanyak 30%.

B. Rumusan Masalah
A. Apa definisi dari ketuban pecah dini?
B. Bagaimana etiologi dari ketuban pecah dini?
C. Bagaimana patofisiologi dari ketuban pecah dini?
D. Bagaimana manifestasi klinis dari ketuban pecah dini?
E. Bagaimana pemeriksaan fisik dari ketuban pecah dini?
F. Apa saja penatalaksanaan dari ketuban pecah dini?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang ketuban pecah sebelum waktunya pada masa
kehamilan.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian dari ketuban pecah dini
b. Untuk mengetahui Etiologi dari ketuban pecah dini
c. Untuk mengetahui Patofisiologis dari ketuban pecah dini
d. Untuk mengetahui Manifestasi klinik ketuban pecah dini
e. Untuk mengetahui Pemeriksaan penunjang ketuban pecah dini
f. Untuk mengetahui Penatalaksanaan ketuban pecah dini
g. Asuhan keperawatan
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi Ketuban Pecah Dini


Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum terjadi proses
persalinan yang dapat terjadi pada usia kehamilan cukup waktu atau kurang waktu
(Cunningham, McDonald, Gant, 2003). Ketuban Pecah Dini adalah rupturnya membran
ketuban sebelum persalinan berlangsung (Manuaba, 2003). Ketuban pecah dinyatakan dini
jika terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu. Suatu proses infeksi dan peradangan dimulai
di ruangan yang berada diantara amnion korion (Constance Sinclair, 2010).
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa ketuban pecah dini
(KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada
akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD preterm adalah KPD
sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih
dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan.

B. Etiologi
Penyebab ketuban pecah dini tidak diketahui atau masih belum jelas, maka
preventif tidak dapat dilakukan, kecuali dalam usaha menekan infeksi(Mochtar, 2002).
Penyebab ketuban pecah dini karena berkurangnya kekuatan membran atau
meningkatnya tekanan intra uterin atau kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan
membran disebabkan adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan servik(Saifudin,
2000).
Menurut Manuaba (2009), penyebab ketuban pecah dini antara lain :
1. Servik inkompeten yaitu kelainan pada servik uteri dimana kanalis servikalis selalu
terbuka.
2. Ketegangan uterus yang berlebihan, misalnya pada kehamilan ganda dan hidroamnion
karena adanya peningkatan tekanan pada kulit ketuban di atas ostium uteri internum pada
servik atau peningkatan intra uterin secara mendadak.
3. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan genetik)
4. Masa interval sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi disebut fase laten.
a. Makin panjang fase laten, makin tinggi kemungkinan infeksi.
b. Makin muda kehamilan, makin sulit upaya pemecahannya tanpa menimbulkan
morbiditas janin.
c. Komplikasi ketuban pecah dini makin meningkat.
5. Kelainan letak janin dalam rahim, misalnya pada letak sunsang dan letak lintang, karena
tidak ada bagan terendah yang menutupi pintu atas panggul yang dapat menghalangi
tekanan terhadap membrane bagian bawah. kemungkinan kesempitan panggul, perut
gantung, sepalopelvik, disproporsi.
6. Infeksi, yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun asenden dari vagina
atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini.
Menurut Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran UI RSCM
(2012), penyebab terjadinya ketuban pecah dini meliputi hal-hal berikut:
1. Serviks inkompeten
2. Ketegangan rahim berlebihan seperti pada kehamilan ganda, hidramnion
3. Kelainan letak janin dalam rahim seperti letak sungsang, letak lintang
4. Kemungkinan kesempitan panggul seperti perut gantung, bagian terendah belum masuk
PAP (pintu atas panggul), disproporsi sefalopelvik
5. Kelainan bawaan dari selaput ketuban
6. Infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk
proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah.
KPD terjadi akibat mekanisme sebagai berikut:
1. Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi.
2. Jika terjadi pembukaan servik, selaput ketuban sangat lemah dan mudah pecah dengan
mengeluarkan air ketuban.
Penyebab umum ketuban pecah dini adalah grandemulti, overdistensi
(hidramnion, kehamilan ganda), disproporsi sevalopervik, kehamilan letak lintang, sunsang,
atau pendular abdomen(Manuaba, 2009).

C. Patofisiologis (Pathways)
Menurut Taylor (2009), ketuban pecah dini ada hubungannya dengan hal-hal
berikut:
1. Adanya hipermotilitas rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban pecah. Penyakit-
penyakit seperti pieronetritis, sistitis,servisitis terdapat bersama-sama dengan
hipermotilitas Rahim.
2. Selaput ketuban terlalu tipis (kelainan ketuban).
3. Infeksi (amniotitis atau korioamnionitis).
4. Faktor-faktor lain yang menyerupai predisposisi ialah: multipara-malposisi disproprosi
servik incompeten.
5. Ketuban pecah dini artitisial (amniotomi) dimana ketuban pecah terlalu dini.
Kadang-kadang agak sulit atau meragukan kita apabila ketuban benar sudah
pecah atau belum, apalagi bila pembukaan kenalis servikalis belum ada atau kecil.
D. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik KPD menurut Mansjoer (2002) antara lain :
1. Keluar air ketuban berwarna putih keruh, jernih, kuning, hijau atau kecoklatan, sedikit-
sedikit atau sekaligus banyak.
2. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi.
3. Janin mudah diraba.
4. Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering
5. Inspekulo : tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada dan air ketuban
sudah kering.
Menurut Manuaba (2009) mekanisme klinik ketuban pecah dini, antara lain:
1. Terjadi pembukaan prematur servik
2. Membran terkait dengan pembukaan terjadi:
a. Devaskularisasi
b. Nekrosis dan dapat diikuti pecah spontan
c. Jaringan ikat yang menyangga membran ketuban, makin berkurang
d. Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat denga infeksi yang mengeluarkan enzim
preteolitik dan kolagenase.

E. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis ketuban pecah dini tidak sulit ditegakkan dengan keterangan terjadi
pengeluaran cairan mendadak disertai bau yang khas. Selain keterangan yang disampaikan
pasien dapat dilakukan beberapa pemeriksaan yang menetapkan bahwa cairan yang keluar
adalah air ketuban, diantaranya tes ferning dan nitrazine tes.
Langkah pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis ketuban pecah dini dapat
dilakukan:
1. Pemeriksaan spekulum, untuk mengambil sampel cairan ketuban di froniks posterior dan
mengambil sampel cairan untuk kultur dan pemeriksaan bakteriologis.
2. Melakukan pemeriksaan dalam dengan hati-hati, sehingga tidak banyak manipulasi
daerah pelvis untuk mengurangi kemungkinan kemungkinan infeksi asenden dan
persalinan prematuritas.
Menurut Nugroho (2010), pemeriksaan penunjang ketuban pecah dini dapat
dilakukan dengan pemeriksaan ultrasonografi (USG):
1. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum uteri.
2. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit. Namun sering terjadi
kesalahan pada penderita oligohidramnion.

F. Penatalaksanaan
Ketuban pecah dini merupakan sumber persalinan prematuritas, infeksi dalam
rahim terhadap ibu maupun janin yang cukup besar dan potensiil. Oleh karena itu,
tatalaksana ketuban pecah dini memerlukan tindakan yang rinci sehingga dapat menurunkan
kejadian persalinan prematuritas dan infeksi dalam rahim.
Memberikan profilaksis antibiotika dan membatasi pemeriksaan dalam
merupakan tindakan yang perlu diperhatikan. Di samping itu makin kecil umur kehamilan,
makin besar peluang terjadi infeksi dalam rahim yang dapat memacu terjadinya persalinan
prematuritas bahkan berat janin kurang dari 1 kg.
Sebagai gambabaran umum untuk tatalaksana ketuban pecah dini dapat
dijabarkan sebagai berikut:
1. Mempertahankan kehamilan sampai cukup matur khususnya maturitas paru sehingga
mengurangi kejadian kegagalan perkembangan paru yang sehat.
2. Terjadi infeksi dalam rahim, yaitu korioamnionitis yang menjadi peicu sepsis, meningitis
janin, dan persalinan prematuritas.
3. Dengan perkiraan janin sudah cukup besar dan persalinan diharapkan berlangsung dalam
waktu 72 jam dapat diberikan kortikosteroid, sehingga kematangan paru janin dapat
terjamin(Manuaba, 2009).
Berikut bagan penatalaksaan ketuban pecah dini
BAB III
KAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KASUS KETUBAN
PECAH DINI

A. Asuhan Keperawatan KPD


Pada umumnya proses keperawatan pada kasus kebidanan sama seperti pada
kasus umum terdiri dari beberapa tahap sebagai berikut :
1. Pengkajian
a. Biodata
Meliputi: nama ibu, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat rumah,
nama suami, agama, pekerjaan, suku/bangsa, alamat rumah
b. Sirkulasi
Hipertensi, edema patologis (tanda hipertensi karena kehamilan (HKK) penyakit
jantung sebelumnya).
c. Integritas Ego
Adanya ansietas sedang.
d. Makanan atau cairan
Ketidakadekuatan atau pembuahan berat badan berlebihan.
e. Nyeri atau ketidaknyamanan
Kontraksi itermiten sampai regular yang jaraknya kurang dari 10 menit selama paling
sedikit 30 detik dalam 30-60 menit.
f. Keamanan
Infeksi mungkin ada (misal : infeksi saluran kemih (ISK) dan atau infeksi vagina).
g. Interaksi Sosial
Mungkin tergolong kelas sosial ekonomi rendah.
h. Penyuluhan atau pembelajaran
Ketidakadekuatan atau tidak adanya perawatan prenatal mungkin dibawah usia 18 atau
lebih dari 40 tahun penggunaan alcohol atau obat lain, penunjang pada dietilstibesterol
(DES).
i. Pemeriksaan Leopold
Leopold I :
1) Pemeriksaan menghadap kearah muka ibu hamil.
2) Menentukan tinggi fundus uteri dan bagian janin dalam uterus.
3) Konsistensi uterus
Leopold II
1) Menentukan batas samping rahim kanan-kiri.
2) Menentukan letak punggung janin.
3) Pada letak lintang bawah tentukan dimana kepala janin
Leopold III
1) Menentukan bagian terbawah janin.
2) Apakah bagian terbawah tersebut sudah masuk atau goyang
Leopold IV
1) Pemeriksaan menghadap ke arah kaki ibu hamil.
2) Bisa juga menentukan bagian terbawah janin apa dan berapa jauh sudah masuk
pintu atas panggul
j. Pemeriksaan Diagnostik
1) Ultrasonografi : pengkajian gestasi (dengan berat badan janin 500 sampai 2499 g).
2) Tes Lakmus (tes Nitrazin) : jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru
menunjukkan adanya air ketuban (alkalis). pH air ketuban 7 – 7,5, darah dan infeksi
vagina dapat mengahsilakan tes yang positif palsu.
3) Jumlah sel darah putih : peningkatan menandakan adanya infeksi.
4) Urinalisis dan kultur : mengesampingkan ISK.
5) Kultur Vaginal, reagen plasma cepat (RPC) : mengidentifikasikan infeksi.
6) Amniosenteusis : rasio lesitin terhadap sfingomeilin (L/S) mendeteksi
fosfatidigliserol (PG) untuk maturitasparu janin atau amniotic.
7) Pemantauan elektronik : menvalidasi aktivitas uterus atau status janin

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada klien dengan ketuban
pecah dini adalah :
a. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini.
b. Risiko tinggi trauma maternal berhubungan dengan disfungsi persalinan.
c. Cemas berhubungan dengan kehilangan kehamilan.
d. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontruksi uterus.
e. Risiko tinggi untuk trauma fetal berhubungan dengan hypoxia.

3. Perencanaan
a. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini.
Tujuan : memperlihatkan kemajuan tanpa terjadi komplikasi infeksi
Kriteria Hasil :
1) Cairan amnion ibu tidak menyengat.
2) Hindari pemeriksaan pervagina.
3) Observasi drainaseamnitik teradap warna jumlah dan baunya tiap 2 sampai 4 jam.
Intervensi:
1) Kaji Kondisi Ketuban.
2) Pantau tanda-tanda infeksi.
3) Dengarkan DJJ.
4) Kolaborasi pemberian Antibiotik
Rasionalisasi :
1) Untuk mencegah terjadinya infeksi.
2) Untuk mengetahui keadaan janin.
3) Perihal pemberian antibiotik.
b. Risiko tinggi trauma maternal berhubungan dengan kerusakan tindakan pada
persalinan
Tujuan ; Adanya pembukaan kelahiran di akhiri tanpa komplikasi maternal.
Kriteria hasil :
1) Persalinan normal
2) Tidak ada komplikasi
Rencana tindakan :
1) Mengkaji frekuensi kontraksi uterus.
2) Menyarankan ambulasi atau perubahan posisi.
3) Memonitor pertambahan pembukaan servik.
4) Memonitor intake dan output
Rasionalisasi :
1) Untuk mencegah terjadinya komplikasi.
2) Tindakan yang dapat mendorong aktivitas uterus.
3) Untuk mengetahui waktu kelahiran.
4) Untuk mengetahui pemasukan dan pengeluaran sebelum persalinan.
c. Cemas berhubungan dengan bertambahnya pembukaan dan perasaan gagal dan
kebutuhan yang diakibatkan persalinan.
Tujuan : cemas tidak ada lagi
Kriteria Hasil :cemas berkurang
Rencana tindakan :
1) Memberi saran-saran, memelihara informasi peningkatan.
2) Menyarankan mengungkapkan perasaan.
3) Memperlihatkan pilihan atau perawatan yang memungkinkan
Rasionalisasi :
1) Menjamin dan informasi yang mengurangi kecemasan.
2) Menanbah pemahaman terhadap klien.
3) Dapat mengubah perasaan kien dalam mengontrol situasi.
d. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan intensitas kontraksi uterus
Tujuan : nyeri teratasi
Kriteria Hasil :
1) nyeri berkurang
2) klien tampak tenang
3) keadaan umum baik
intervensi :
1) kaji skala nyeri
2) beritahu pasien penyebab rasa nyeri
3) anjurkan pasien miring kekiri
4) kolaborasi dengan dokter pemberian terapi
rasionalisasi :
1) untuk menetukan tingkat aktivitas dan bantuan yang akan dilakukan
2) bantuan yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan klien.
3) aktivitas bertahap untuk mencegah terjadinya konraktur.
e. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kehamilan
Tujuan : kebutuhan tidur klien dapat terpenuhi
kriteria hasil :
1) Menjelaskan faktor-faktor penghambat atau pencegah tidur,
2) Melaporkan keseimbangan yang optimal antara aktivitas dan istirahat
Rencana tindakan :
1) Ubah posisi untuk kenyamanan dan mengurangi tekanan harus dilakukan
sedikitnya setiap dua jam.
2) Kaji koordinasi antara ekstremitas atas dan bawah
Rasionalisasi :
1) Untuk mempertahankan posisi klien.
2) Untuk mengetahui keadaan klien

4. Pelaksanaan
Pelaksanaan dilakukan pada ibu hamil dengan ketuban pecah dini adalah :
a. Memberi dukungan kepada klien
b. Ibu menunjukkan penurunan rasa cemasnya
c. Rasa nyeri teratasi
d. Dapat melakukan aktivitas
e. Trauma tidak terjadi
f. Pola tidur normal
5. Evaluasi
Evaluasi dari ketuban pecah dini adalah :
a. Infeksi tidak terjadi dan tanda-tanda vital sign dalam batas normal.
b. Ibu menunjukkan penurunan rasa cemasnya.
c. Rasa nyeri teratasi.
d. Dapat melakukan aktivitas.
e. Trauma tidak terjadi.
f. Pola tidur normal.
BAB III
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

KASUS
A. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Tanggal masuk : 6 november 2012
Tanggal pengkajian : 6 November 2012
Jam masuk : 03.00
Ruangan/kelas : VK
Diagnose medis : Ketuban Pecah Dini
a. Biodata
Nama ibu : Ny.S
Umur : 24 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Buruh
Suku/bangsa : Melayu/Indonesia
Alamat rumah : Mekarsari (MA. Jambi )
Nama suami : Tn.A
Agama : islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku/bangsa : Melayu/Indonesia
Alamat rumah : Mekarsari ( MA. Jambi )
b. Riwayat kesehatan
1) Alasan masuk rumah sakit
Klien masuk dengan keluhan lemah, perut terasa sakit, keluar cairan pervaginam
berwarna putih keruh ± 1 hari. klien mengatakan usia kehamilan ± 9 bulan (36 – 37
minggu).
2) Riwayat masuk sekarang
Klien mengatakan nyeri pada daerah abdomen, nyeri berkurang di saat istirahat, dan
nyeri meningkat apabila klien melakukan pergerakan atau aktivitas. Dan merupakan
kehamilan primi gravida, dengan usia kehamilan 37 minggu.
3) Riwayat kesehatan masa lalu
Klien mengatakan belum pernah mengalami kejadian seperti ini karena ini adalah
kehamilan pertama (primi gravida) selain itu klien tidak pernah mengalami
penyakit kronis.
4) Riwayat haid
Menarche pada umum 14 tahun, siklus haid 28 hari, teratur lamanya 7 hari, keluar
darah haid, sebanyak 3-4 kali ganti pembalut sehari, keluhan waktu haid : nyeri dan
mulas – mulas. HPHT 16-03-2012
5) Riwayat kontasepsi
Klien mengatakn belum pernah mengguankan alat kontrasepsi sebelum nya.
6) Riwayat kehamilan
Usia kehamilan ± 9 bulan ( 36 – 37 minggu).
Gravida: 1 partus : 0 abortus :0
c. Keadaan umum
Keadaan umum : baik, kesadaran : composmentis
Tanda – tanda vital : tekanan darah : 120/90 mmHg, nadi 84x/I, pernapasan 20x/I,
suhu 36 °C
d. Pemeriksaan fisik
1) Kulit
Warna kulit sawo matang, turgor kulit baik dan kekenyalan kulit baik.
2) Rambut
Rambut merta, rambut warna hitam, tidak mudah dicabut, tidak berketombe.
3) Leher
Bentuk leher simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis.
4) Mata
Konjungtiva warna merah, an anemia, sclera an ikterik.
5) Gigi dan mulut
Mukosa mulut lembab, gigi utuh, caries tidak ada, keadaan mulut bersih.
6) Dada
Simetris kiri , tidak sesak napas.
7) Payudara
Bentuk payudara simetris, konsitensi kenyal, ada pembesaran, putting susu
menonjol, tidak ada pelebaran vena sekitar payudara, colostrum ada, aerola
berwarna kehitaman.colostrum keluar sejak usia kehamilan 8 bulan.
8) Ekstremitas atas dan bawah
Ekstremitas atas pada tangan kiri terpasang infus Dextrose + ½ amp piton gtt: 8
tetes/menit sedangkan ekstremitas bawah varises oedema tidak ada.
9) Abdomen
a) Inspeksi
Bentuk perut bundar, posisi menonjol kedepan.
b) Palpasi
Pada pemeriksaan secara leopold ditemukan:
Leopold : Tinggi fundus Uteri ¾ antara pusat dengan procesus xypodseus atau
32 cm dari simpisis pubis sampai procesus xypoideus.
Leopold II : Letak janin punggung kanan ( PUKA )
Leopold III : Bagian terbawah janin adalah letak kepala
Leopold IV : Janin belum masuk pintu atas panggul (konvergen) atau hanya
sebagian kecil dari kepala turun kedalam rongga panggul.
c) Auskultasi
Dengan menggunakan dopler vetal terdengar denyut jantung janin ( 136 / menit
teratur)
d) Genetalia
Pada vulva terdapat oedema, tidak terdapat varises serta tidak ditemukan tanda
tanda infeksi tapi keluar cairan pervaginam berwarna putih keabu - abuan.
e. Data biologis
1) Istirahat dan tidur
Klien mnegatakan tidak biasa istirahat karena rasa mulas yang kadang – kadang
hilang timbul, dank arena air yang keluar, bokong basah, sehingga mengganggu
rasa nyaman klien, lama tidur ± 5 jam perhari selama dirawat.
2) Makan dan minum
Klien mengatakan tidak ada keluhan dengan nafsu makan, klkien mengatakan tidak
ada makanan pantangan, minum 8-9 gelas/hari.
3) Pola eliminasi
a) BAB
Frekuensi BAB 1x/hari, konsitensi lunak, warna kuning kecoklatan
b) BAK
Frekuensi BAK 6-7 kali/hari
c) Seksual
Selama klien hamil tua sampai saat ini klien tidak pernah melakukan hubungan
seksual.
f. Data psikologis
1) Status perkawinan
Klien mengatakan menikah 12 bulan, dan ini adlah pernikahan pertamanya.
2) Perilaku verbal
Klien dapat menjawab pertanyaan yang diajukan, klien sering bertanya tentang
penyakitnya.
3) Perilaku non verbal
Perilaku non verbal baik, tampak terkoordianasi.
4) Pola komunikasi
Pola komunikasi baik, komunikasi dua arah.
5) Orang yang memberi rasa aman
Klien mengatakan orang yang sangat berarti bagi dirinya adalah suaminya dan
orang tuanya.bersama suami klien merasa dilindungi.
g. Data penunjang
1) Pemeriksaan diagnostik
a) Laboratorium
Tanggal 6-11-2012
- HB 11gr% ( wanita 12-16gr/dl)
- Golongan darah A
b) Therapi/pengobatan
Tanggal 6-11-2012
- Infus RL + ½ ampul piton gtt : 8 tetes/menit
- Amoxcan 1 cc (IV)
- Oral : seloxy : 2x1 tablet / hari
- Duphaston : 3x1 tablet/hari
- Trosyd : salep
- Buvadilon : 3x1 tablet/ hari
h. Analisa data
No Data penyebab masalah
1 Ds : klien mengatakan usia Kontraksi uterus Resiko

kehamilan 9 bln, os mengatakan tinggi

keluarnya cairan pervaginam 18 terhadap

jam sebelum di rujuk ke rumah infeksi

sakit

Do : keadaan umum lemah, pada

pemeriksaan dalam ketuban sudah

tidak ada, pembukaan 3-4 cm


2 Ds : klien mengatakan nyeri pada Ketuban pecah Gangguan

bagian perut, klien mengatakan rasa

nyeri seperti ditusuk-tusuk nyaman

Do : ekspresi wajah tampak nyeri

meringis ,klien menahan sakit,

keadaan umum lemah, klien

menunjukkan skala nyeri 4

3 Ds : - klien mengatakan tidak Rasa nyeri Intoleransi

dapat turun dari tempat tidur aktifitas


-klien mengatakan tidak dapat

memenuhi kebutuhan sehari-hari

-klien merasa nyeri yang hilang

timbul

Do : -aktifitas kebutuhan sehari-

hari ibantu orang lain

-klien tidak dapat melakukan

aktifitas tanpa bantuan orang lain.

2. Diagnosa keperawatan
a. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini ditandai
dengan keluarnya cairan pervagina ± 18 jam, keadaan umum lemah, klien hamil ± 9
bulan, pada pemeriksaan dalam ketuban sudah tidak ada, pembukaan 3-4 cm dengan
cara tusse.
b. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus ditandai dengan
klien menyatakan nyeri pada bagian perut, ekpresi wajah meringis, klien menahan
sakit, keadaan umum lemah.
c. Inroleransi aktivitas berhubungan dengan keterbatasan mobilitas fisik di tandai dengan
klien mengatakan tidak dapat turun dari tempat tidur, klien mengatakan tidak dapat
memenuhi kebutuhan sehari-hari, aktivitas kebutuhan sehari-hari di bantu orang lain,
klien tidak dapat melakukan aktivitas tanpa bantuan orang lain, klien merasakan nyeri
yang hilang timbul, air masih keluar.
3. Perencanaan
a. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini ditandai
dengan keluarnya cairan pervagina ± 18 jam, keadaan umum lemah, klien hamil ± 9
bulan, pada pemeriksaan dalam ketuban sudah tidak ada, pembukaan 3-4 cm.
Tujuan : infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil :
1) Tidak ada tanda-tanda infeksi.
2) Keadaan umum baik.
3) Persalinan normal.
Intervensi :
1) Lakukan cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
2) Dengarkan denyut jantung jann dengan dopler setiap 1-4 jam.
3) Jangan terlalu sering melakukan pemeriksaan pervaginam.
4) Kolaborasi dengan dokter pemberian terapi
Rasionalisasi :
1) Untuk mencegah terjadinya infeksi.
2) Untuk mengetahui keadaan janin didalam Rahim ibu.
3) Untuk mencegah terjadinya infeksi didalam Rahim.
4) Perihal pemberian obat antibiotic.
b. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus ditandai dengan
klien menyatakan nyeri pada bagian perut dengan skala nyeri 7, ekspresi wajah
meringis, klien tampak menahan sakit, keadaan umum lemah.
Tujuan ; bayi lahir dengan segera
Kriteria hasil :
1) Rasa nyeri berkurang.
2) Klien tampak tenang.
3) Keadaan umum baik
Intervensi :
1) Kaji skala nyeri.
2) Beritahu klien penyebab rasa nyeri.
3) Atur posisi yang menyenangkan.
4) Kolaborasi dengan dokter pemberian terapi
Rasionalisasi :
1) Untuk menentukan tingkat aktivitas dan bantuan yang akan dilakukan.
2) Bantuan yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan klien.
3) Aktifitas bertahap untuk mencegah terjadinya kontraktur.
4. implementasi (terlampir)
5. evaluasi (terlampir)

B. PEMBAHASAN
1. Pengkajian
Pada pengkajian secara teoritis ditemukan data, resiko tinggi, infeksi, nyeri,
intoleransi akifitas. Sedangkan pengkajian pada Ny. B juga terdapat pengkajian secara
teoritis, hanya saja tidak semua data pada pengkajian yang didapatkan pada Ny. B
perbedaan tersebut penulis dapat memberikan analisa bahwa terdapat resiko tinggi trauma
maternal, resiko tinggi trauma fetal, tidak ditemukan pada klien karena klien pada waktu
hamil dengan keadaan ketuban pecah dini janin belum lahir. Pada waktu melakukan
pengkajian klien belum mengalami persalinan.
2. Diagnosa Keperawatan
Secara teoritis diagnose yang mungkin timbul pada klien ketuban pecah dini adalah:
a. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan ketuban pecahn dini.
b. Resiko tinggi trauma maternal berhubungan dengan disfungsi persalinan.
c. Cemas berhubungan dengan ancaman kehilangan janin.
d. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus.
e. Resiko tinggi dengan trauma fetal berhubungan dengan hypoxia.
f. Intoleran aktifitas berhubungan dengan keterbatasan mobilitas fisik.
g. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kehamilan.
Sedangkan diagnose keperawatan yang muncul pada Ny. B adalah sebagai berikut :
a. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini.
b. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus.
c. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan keterbatasan mobilitas fisik.
Dari ketujuh masalah yang muncu, urutan masalah adalah :
a. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini. Karena
terjadi masalah ini berisiko terjadinya infeksi, untuk mencegah terjadinya infeksi
perlu penanganan yang baik dari perawat. Hal ini yang mendasari untuk ditegakan
diagnose ini. Berdasarkan analisa tersebut maka masalah ini menjadi prioritas
pertama.
b. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus. termasuk
kedalamkebutuhan rasa nyaman dan aman. Berdasarkan analisa tersebut maka
masalah ini menjadi prioritas kedua.
c. Intoleren aktifitas berhubungan dengan keterbatasan mobilitas fisik. Karena tubuh
yang lemah, segala aktifitas pemenuhan kebutuhan diri akan tergantung pada orang
lain, hal ini yang mendasari ditegakan diagnose ini karena peran perawat dan
keluarga sangat dominan untuk membantu kebutuhan klien. Masalah ini menjadi
prioritas ketiga.
Dari diagnose yang ditemukan pada Ny. B terdapat 3 diagnose keperawatan yang sesuai
dengan teoritis, sedangkan 4 diagnosa keperawatan secara teoritis tidak muncul pada
klien, alasan yang dapat penulis berikan adalah :
a. Pada diagnose keperawatan resiko tinggi trauma maternal dan fetal tidak muncul
karena tidak ada data senjang yang menunjang.
b. Pada diagnose keperawatan ganggguan pola tidur tidak muncl karena klien sudah
bisa tidur setelah klien beberapa hari persalinan dapat istirahat.
Sedangkan diagnose keperawatan yang muncul pada klien tetapi tidak terdapat secara
teoritis yakni diagnose intoleran aktifitas. Diagnose ini ditegakan karena ada data senjang
yang menunjang. Sehingga perlu dilakukan intervensi.
3. Perencanaan
Masalah keperawatan yang muncul pada kasus Ny.B selanjutnya berdasarkan :
a. Kebutuhan dasar menurut maslow.
b. Derjat masalah yang timbul berdasarkan SUN (Segera, Urgen, dan Non Urgen).
c. Tingkat kebutuhan pengobatan atau prosedur medis.
d. Pertimbangan kemampuan dan kemauan pasien.
e. Kemungkinan masalah dapat diatasai dengan memperhatikan sarana dan prasarana
yang ada.
4. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan adalah realisasi dari rencana tindakan. Tidak semua rencana
dapat dilakukan karena keterbatasan sumber-sumber, sarana, prasarana, tingkat
kemampuan klien sendiri. Adapun pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan pada klien
adalah sebagai berikut :
a. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini. Pelaksanaannya
adalah melakukan cuci tangan sebellum dan sesudah melakukan tindakan, periksa
dalam dengan memakai hand scone yang steril, mengganti perban dibawah bokong
setiap dua jam sekali, memantau vital sign, tindakan tersebut sesuai dengan konsep
teoritis yang ada dan pelaksanaannya tidak ada hambatan.
b. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus. Pelaksanaan
tindakannya adalah menganjurkan dan bantu klien untuk melakukan teknik relaksasi,
mengobservasi vital sign, memberikan analgetik jika dibutuhkan sesuai rasa yang
dirasakan, tindakan ini susuai dengan konsep dasar teoritis yang ada. Dalam
melaksanakan penulis menemui hambatan, karena tindakan tersebut mandiri dari
perawat serta tidak tergantung alat-alat.
c. Intoleransi aktifitas berhubungn dengan keterbatasan mobilitas fisik. Pelaksanaannya
adalah mengobservasi tingkat kemampuan mobilitas, membantu klien dalam
pemenuhan kebutuhan sehari-hari, memotifasi keluarga untuk selalu membantu
dalam pemenuhan kebutuhan klien.
5. Evaluasi
Langkah terakhir dari proses keperawatan adalah mengadakan evaluasi atau
tindakan yang telah dilakukan berikut ini hasil evaluasi untuk masing-masing diagnose:
a. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini.
Evaluasi : Tidak ada tanda-tanda infeksi.
b. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus
Evaluasi :
1) Klien mengatakan tidak nyeri lagi.
2) Klien tampak lebih nyaman.
c. Intoleran aktifitas berhubungan dengan keterbatasan mobilitas fisik.
Evaluasi : Klien dapat melakukan aktifitas.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyebab ketuban pecah dini karena berkurangnya kekuatan membran atau
meningkatnya tekanan intra uterin atau kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan
membran disebabkan adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks(Saifudin,
2000).
Ketuban pecah dini merupakan sumber persalinan prematuritas, infeksi dalam
rahim terhadap ibu maupun janin yang cukup besar dan potensiil. Oleh karena itu,
tatalaksana ketuban pecah dini memerlukan tindakan yang rinci sehingga dapat menurunkan
kejadian persalinan prematuritas dan infeksi dalam rahim.
Pemeriksaan dalam dengan jari meningkatkan resiko infeksi dan tidak perlu
dilakukan pada wanita dengan pecah ketuban dini, karena ia akan diurussesuai kebutuhan
persalinan sampai persalinan terjadi atau timbul tanda dan gejala korioamninitis. Jika timbul
tanda dan gejala korioamnionitis, diindikasikan untuk segera berkonsultasi dengan dokter
yang menanganiwanita guna menginduksi persalinan dan kelahiran. Pilihan metode
persalinan(melalui vagina atau SC) bergantung pada usia gestasi, presentasi dan berat
korioamnionitis.

B. Saran
Ketuban Pecah Dini dapat menimbulkan kecemasan pada wanita dan keluarganya.
Perawat harus membantu wanita mengeksplorasi rasa takut yang menyertai perkiraan
kelahiran janin premature serta risiko tambahan korioamnionitis. Rencana penatalaksanaan
yang melibatkan kemungkinan periode tirah baring dan hospitalisasi yang memanjang harus
didiskusikan dengan wanita dan keluarganya. Pemahaman dan kerja sama keluarga
merupakan hal yang penting untuk kelanjutan kehamilan.

DAFTAR PUSTAKA
Asrining, Surasmi., Handayani, Siti., Kusuma, Nur,.(2003), Perawatan Bayi Risiko Tinggi.
Jakarta : EGC
Hidayat, A.A.A. (2000).Ketrampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan ed.2. Jakarta:Salemba
Medika
International, NANDA.(2012).Diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi 2012-
2014.Jakarta:EGC
Manuaba, I.B.G. (2009). Buku Ajar Patologi Obstetri. Jakarta: EGC
Manuaba, I.B.G.(1998). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana Untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
Mansjoer, Arif.(2008).Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga jilid I. Jakarta : Media Aesculapius
Prawirohardjo, Sarwono.(2008).Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT.Bina Pustaka
Saifuddin, A.B.(2006). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal.Jakarta: YBP-SP
Saifudin, A.B. SPOG, MPHD (2003).Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Material &
Neonatal. Jakarta : EGC.
www.obgyn-rscmfkui.com, di unduh pada tanggal 27 Maret 2014, Pukul 14.26 WIB

Anda mungkin juga menyukai