REPRODUKSI
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang karena anugerah dari-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah tentang " Komplikasi Persalinan dan Asuhan Keperawatan Reproduksi "
ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar Nabi kita Nabi
Muhammad SAW yang telah menuntun kita dari dunia yang gelap ke jalan yang terang
benderang. Serta telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama Islam
yang sempurna dan menjadi anugerah serta rahmat bagi seluruh alam semesta.
Penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi tugas
kelompok untuk Blok 14 Reproduksi. Kami sadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah
ini mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Kami mengucapkan terima kasih kepada Allah
SWT, dosen ,orangtua,dan semua pihak yang membantu dalam penyusunan makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini bisa bermanfaat dan
menambah wawasan bagi semua pihak. Selain itu penulis juga menyadari bahwa dalam
menyusun makalah ini masih terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh sebab itu kami mohon
maaf dan kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak untuk
makalah ini, agar kedepannya dapat diperbaiki.
Penyusun
DAFTAR ISI
A. LATAR BELAKANG
Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 Angka Kematian
Ibu (AKI) akibat persalinan di Indonesia masih tinggi yaitu 208/100.000 kelahiran hidup dan
Angka Kematian Bayi (AKB) 26/1.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2013).
Melalui makalah ini kami akan membabahas mengenai Komplikasi Persalinan ( Distosia,
Ruptur Uteri, Ketuban Pecah Dini, Premature Labor, Posterm Labor, Prolaps Uteri, Prolapsus
Umbilical Cord ) dan Asuhan Keperawatan nya. Sehingga diharapkan mahasiswa/i mampu
menangani komplikasi dari persalinan dan dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama
perkuliahan dan belajar mandiri dalam praktik di Rumah Sakit kelak.
BAB II
DASAR TEORI
Menurut Manuaba (2008) Ketuban pecah dini atau premature rupture of the
membranes (PROM) adalah pecahnya selaput ketuban sebelum adanya tanda- tanda
persalinan. Sebagian besar ketuban pecah dini terjadi diatas 37 minggu kehamilan,
sedangkan dibawah 36 minggu tidak terlalu banyak.
2. ETIOLOGI
Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membran atau
meningkatnya tekanan intrauterin atau oleh kedua faktor tersebut. Berkurangnya
kekuatan membran disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan
serviks. Beberapa hal masih merupakan kontroversi di bidang obstetri. Penyebab lainnya
adalah sebagai berikut:
a. Serviks inkompeten, kanalis sevikalis yang selalu terbuka oleh karena kelainan
pada servik uteri (akibat persalinan, kuretase, atau tindakan bedah obstetri
lainnya).
b. Ketegangan rahim berlebihan (tekanan intra uterin meningkat secara
berlebihan/over distensi uterus: seperti pada keadaan trauma, kehamilan ganda,
hidramnion).
c. Kelainan letak janin dan rahim misalnya: letak sungsang dan letak lintang,
sehingga tidak ada bagian terendah yang menutupi pintu atas panggul (PAP) yang
dapat menghalangi tekanan terhadap membran bagian bawah.
d. Kemungkinan kesempitan panggul dimana bagian terendah belum masuk PAP
misalnya pada Cephalo Pelvic Disproportion (CPD).
e. Infeksi yang menyebabkan terjadinya biomekanik pada selaput ketuban dalam
bentuk preteolitik sel sehingga memudahkan ketuban pecah
(Amnionitis/Korioamnionitis).
f. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin Crendah, ataupun kelainan
genetik).
g. Akhirnya, pecahnya selaput ketuban juga dapat disebabkan oleh trauma dan
setelah fetoskopi atau amnio sentesis (iatrogenic).
3. PATOFISIOLOGI
Periyebab dari ketuban pecah dini belum diketabui. Tetapi kemungkinan
penyebab yaitu infeksi pada vagina seperti oleh gonorrhoe dan streptococcus yang
menyebabkan teinfeksinya selaput aminion sehingga memudahkan selaput tersebut untuk
pacah secara dini. Chorioamnionitis merupakan infeksi selaput ketuban yang juga akan
merusak selaput amnion sehinga bisa pula pecah. Penyebab selanjutnya adalah
peningkatan tekana intracterine seperti pada kehamilan kembar dan polihidromion,
menyebabkan terjadinya intrumnion meningkat akhirnya selaput amnion pecah. Trauma
pada amniosintesis menyebabkan cairan ketuban bisa pecah. demikian juga halnya
dengan hipermotilitas uterus dimana kontraksi otot uterus rahim menjadi meningkat yang
menekan selaput amnion.
Semua hal diatas dapat menyebabkan ketuban pecah dini. Pada ibu dengan ketuban pecah
dini tetapi his () sehinga pembukaan akan terganggu dan terhambat sementara janin
mudah kekeringan karena pecahnya selaput amnion tersebut, maka Janin harus segera
untuk dilahirkan atau pengakhiran kehamilan harus segera dilakukan. Tindakan yang
dilakukan adalah menginduksi dengan oksitosin, jika gagal lakukan persalinan dengan
caecar yang komplikasinya akan dijelaskan pada WOC caecar.
Akibat ketuban pecah dini pada janin yang preterm yaitu melahirkan janin yang
premature dimana paru janin belumlah matur, akibatnya produksi surfaktan berkurang,
paru tidak mengembang sehingga beresiko terhadap RDS ( Rapirasi distiess syndrome ).
Ditandai dengan apgar score yang abnormal, aspixia, dan tachipnoe yang menyebabkan
kerusakan pertukaran gas pada janin.
Pada ibu dengan ketuban pecah dini dan hisnya adal (+) persalinan dapat segera
dilakukan. Apabila adanya pemeriksaan dalam yang terlalu sering dapat beresiko
terhadap infeksi. Ketuban yong telah pecah dapat menyebabkan persalinan menjadi
terganggu karena tidak ada untuk pelicin Jalan lahir. Sehingga persalinan menjadi kering
( dry labor). Akibatnya terjadi persalinan yang lama.
Akibat persalinan yang lama terjadi pula penekanan yang lama pada janin dijalan
lahir, dan jika terjadi fetal distress menginkibatkan untuk melakukan persalinan atau
ekstraksi vacum dan cuna, atau terjadi asphyxia akibat penekanan yang lama pada jalan
lahir inipun mengakibatkan iskhcmia pada jalan lahir dan akhirnya terjadi nekrosis
jaringan. Hal ini beresiko terhadap cidera pada ibu dan janin, dan juga beresiko tinggi
terhadap infeksi
4. Faktor faktor yang mempengaruhi Ketuban Pecah Dini (KPD)
a. Usia
Karakteristik pada ibu berdasarkan usia sangat berpengaruh terhadap kesiapan ibu
selama kehamilan maupun menghadapi persalinan (Julianti, 2001). Usia untuk
reproduksi optimal bagi seorang ibu adalah antara umur 20-35 tahun. Di bawah atau di
atas usia tersebut akan meningkatkan resiko kehamilan dan persalinan (Depkes, 2003).
Usia seseorang sedemikian besarnya akan mempengaruhi sistem reproduksi, karena
organ-organ reproduksinya sudah mulai berkurang kemampuannya dan keelastisannya
dalam menerima kehamilan.
b. Sosial ekonomi (Pendapatan)
Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kualitas dan kuantitas kesehatan di
suatu keluarga. Pendapatan biasanya berupa uang yang mempengaruhi seseorang
dalam memenuhi kehidupan hidupnya. Pendapatan yang meningkat tidak merupakan
kondisi yang menunjang bagi terlaksananya status kesehatan seseorang. Rendahnya
pendapatan merupakan rintangan yang menyebabkan seseorang tidak mampu
memenuhi fasilitas kesehatan sesuai kebutuhan (BPS, 2005).
c. Paritas
Paritas adalah banyaknya anak yang dilahirkan oleh ibu dari anak pertama sampai
dengan anak terakhir. Adapun pembagian paritas yaitu primipara, multipara, dan
grande multipara. Primipara adalah seorang wanita yang baru pertama kali melahirkan
dimana janin mancapai usia kehamilan 28 minggu atau lebih. Multipara adalah
seorang wanita yang telah mengalami kehamilan dengan usia 9 kehamilan minimal 28
minggu dan telah melahirkanbuah kehamilanya 2 kali atau lebih. Sedangkan grande
multipara adalah seorang wanita yang telah mengalami hamil dengan usia kehamilan
minimal 28 minggu dan telah melahirkan buah kehamilannya lebih dari 5 kali
(Wikjosastro, 2007). Wanita yang telah melahirkan beberapa kali dan pernah
mengalami KPD pada kehamilan sebelumnya serta jarak kelahiran yang terlampau
dekat diyakini lebih beresiko akan mengalami KPD pada kehamilan berikutnya
(Helen, 2008).
d. Anemia
Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi. Jika
persediaan zat besi minimal, maka setiap kehamilan akan mengurangi persediaan zat
besi tubuh dan akhirnya menimbulkan anemia. Pada kehamilan relatif terjadi anemia
karena darah ibu hamil mengalami hemodelusi atau pengenceran dengan peningkatan
volume 30% sampai 40% yang puncaknya pada kehamilan 32 sampai 34 minggu.
Pada ibu hamil yang mengalami anemia biasanya ditemukan ciri-ciri lemas, pucat,
cepat lelah, mata berkunang-kunang. Pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali
selama kehamilan yaitu pada trimester pertama dan trimester ke tiga. Dampak anemia
pada janin antara lain abortus, terjadi kematian intrauterin, prematuritas, berat badan
lahir rendah, cacat bawaan dan mudah infeksi. Pada ibu, saat kehamilan dapat
mengakibatkan abortus, persalinan prematuritas, ancaman dekompensasikordis dan
ketuban pecah dini. Pada saat persalinan dapat mengakibatkan gangguan his, retensio
plasenta dan perdarahan post partum karena atonia uteri (Manuaba, 2009). Menurut
Depkes RI (2005), bahwa anemia berdasarkan hasil pemeriksaan dapat digolongkan
menjadi (1) HB > 11 gr %, tidak anemia, (2) 9-10 gr % anemia sedang, (3) < 8 gr %
anemia berat
5. Tanda dan Gejala
Menurut Nugroho (2011) tanda dan gejala KPD sebagai berikut :
a. Keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina.
b. Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak, dengan ciri pucat
dan bergaris warna merah.
c. Cairan akan terus diproduksi sampai kelahiran dan jika klien berdiri atau duduk
kepala janin biasanya terasa mengganjal atau menyumbat kebocoran untuk
sementara.
d. Keluarnya air ketuban secara spontan atau merembes dengan atau disertai dengan
nyeri.
6. Asuhan Keperawatan
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 324
jam di harapkan
pasien tidak
menunjukan tanda-
tanda infeksi . 1. Kaji tanda-tanda
dengan criteria infeksi
hasil : 2. Pantau keadaan
umum pasien
Tanda- 3. Bina hubungan
tanda saling percaya
infeksi melalui
tidak tidak komunikasi
ada. therapeutic.
Tidak ada 4. Berikan 1. Untuk mengetahui
lagi cairan lingkungan yang tanda-tanda infeksi
ketuban nyaman untuk yang muncul.
yang keluar pasien. 2. Untuk melihat
dari 5. Kolaborasi perkembangan
pervaginaan dengan dokter kesehatan pasien.
. untuk 3. Untuk
DJJ normal memberikan memudahkan
Leukosit obat antiseptik perawat melakukan
pasien sesuai terapi. tindakan.
kembali 4. Agar istirahat
normal pasien terpenuhi.
Resiko infeksi Suhu 36-37 5. Untuk proses
b.d ketuban penyembuhan
1. pecah dini pasien
7. KOMPLIKASI
8. EBN
..\EBN KPD (KETUBAN PECAH DINI).pdf
B. DISTOSIA
1. PENGERTIAN
Distosia adalah persalinan abnormal yang ditandai oleh tidak adanya kemajuan
dalam persalinan atau persalinan yang menyimpang dari persalinan eustasia (persalinan
normal) yang menunjukkan kegagalan
2. ETIOLOGI
Sebab-sebab dystosia dapat dibagi dalam 3 golongan besar :
1) Panggul sempit
2) Tumor-tumor yang mempersempit jalan lahir.(Sulaiman Satrawinata,
1984; 154)
3. KLASIFIKASI
A. Distosia karena kelainan HIS:
1) Distosia karena inersia uteri
Inersia uteri adalah his yang sifatnya lemah, lebih singkat dan lebih jarang dari His
normal. Inersia uteri dibagi atas 2 keadaan :
a. Inersia uteri primer: kelemahan His timbul sejak permulaan persalinan hal ini
dibedakan dengan His pendahuluan yang juga lemah dan kadang-kadang menjadi
hilang.
b. Inersia uteri sekunder kelemahan His yang timbul setelah adanya His yang kuat,
teratur dan dalam waktu yang lama.
2) Distosia karena Tetania uteri
Tetania uteri adalah His yang terlalu kuat dan terlalu sering sehingga tidak ada
relaksasi rahim.
3) Distosia karena Partus lama atau terlantar
4) Distosia karena aksi uterus inkoordinasi
Sifat yang berubah-ubah, tidak ada koordinasi dan sinkronisasi antara
kontraksi. Jadi kontraksi tidak efisien dalam mengadakan pembukaan dan
pengeluaran janin. Pada bagian atas dapat terjadi kontraksi tapi bagian tengah
tidak, sehingga menyebabkan terjadinya lingkaran kekejangan sehimgga janin
tidak dapat maju.
B. Distosia karena kelainan Letak Janin :
1) Kelainan pada letak kepala
a. Presentasi puncak kepala
Bagian terbawah adalah puncak kepala pada pemeriksaan dalam teraba uub
yang paling rendah dan uub sudah berputar ke depan.
b. Presentasi muka
Letak kepala tengadah defleksi sehingga bagian kepela yang yang terletak
paling rendah adalah muka.
c. Presentasi dahi
d. Kedudukan kepala dianytara fleksi maksimal dan defleksi maksimal shingga
dahi merupakan bagian terendah. Pada umumnya presrentasi dahi merupakan
kedudukan sementara, dan sebagian besar akan berubah menjadi presentasi
muka dan belakang kepala.
2) Letak Sungsang
Letak sungsang adalah letak memanjang dengan bokong sebagai bagian
yang terendah (presentasi bokong). Dibagi menjadi:
a. Letak bokong murni (Frank Breech): bokong yang menjadi bagian depan,
kedua tungkai lurus keatas.
b. Letak bokong kakai (Complete Breech): disamping bokong teraba kaki,
biasanya disebut letak bokong kaki sempurna jika disamping bokong teraba
kedua kaki atau tidak sempurna jika disamping bokong teraba satu kaki.
3) Letak Lintang
Letak lintang adalah sumbu memanjang janin menyilang sumbu
memanjang ibu secara tegak lurus mendekati 90o. Jika sudut yang dibentuk kedua
sumbu ini tajam disebut obliguelie, terdiri dari: defiated head presentation (letak
kepala mengolak) dan defiated breech presentation (letak bokong mengolak).
Presentasi paling rendah adalah bahu. (Ai Yeyeh dan Lia Yulianti, 2010; 244)
4) Presentasi rangkap
Keadaan dimana bagian kecil janin menumbung di samping bagian besar
janin dan bersama-sama memasuki panggul misalnya tangan disamping kepala,
kaki disamping kepala atau tangan disamping bokong.
C. Distosia karena kelainan janin dan besar janin
1) Klasifikasi kelainan bentuk dan besar janin
a. Distosia kepala : hidrosefalus, kepala besar dan higroma koli atau tumor di
leher.
b.Distosia bahu : bahu janin lebar seperti anak kingkong.
c. Distosia perut : hidropos fetalis, asites, akardiakus
d. Distosia bokong : meningokel, spinal bifida, dan tumor pada bokong janin.
e. Kembar siam/ double monster
a. Maternal
Diabetes Gestational
Kehamilan postmatur
b. Fetal
Dugaan macrosomia
5. Masalah persalinan
1. PENGERTIAN
Kehamilan Serotinus atau kehamilan lewat waktu (Posterm) adalah kehamilan
yang telah berlangsung selama 42 minggu (294 hari) atau lebih, pada siklus haid teratur
rata-rata 28 hari dan hari pertama haid terakhir diketahui dengan pasti. Diagnosa usia
kehamilan lebih dari 42 minggu didapatkan dari perhitungan rumus neagele atau dengan
tinggi fundus uteri serial (Nugroho, 2012).
Kehamilan Serotinus merupakan suatu kehamilan yang berlangsung sampai 42
minggu (294 hari) atau lebih, dihitung dari hari pertama haid terakhir menurut rumus
naegele dengan siklus rata-rata 28 hari (Fadlun, 2011).
Pengertian Kehamilan postterm merupakan kehamilan yang berlangsung selama
42 minggu atau lebih sejak awal periode haid yang diikuti oleh ovulasi 2 minggu
kemudian. Meskipun kehamilan postterm ini mungkin mencakup 10 persen dari seluruh
kehamilan, sebagian di antaranya mungkin tidak benar-benar postterm, tetapi lebih
disebabkan oleh kekeliruan dalam memperkirakan usia gestasional. Sekali lagi nilai
informasi yang tepat mengenai lama kehamilan cukup jelas, karena pada umumnya
semakin lama janin yang benar-benar postterm itu berada didalam rahim, semakin besar
pula resiko bagi janin dan bayi baru lahir untuk mengalami gangguan yang berat
(Cunningham, 1995).
Kehamilan serotinus adalah kehamilan yang melewati 294 hari atau lebih dari 42
minggu lengkap (Sarwono, 1995).
Kehamilan serotinus adalah kehamilan yang berlangsung lebih lama dari 42
minggu dihitung berdasarkan rumus neagle dengan siklus haid rata-rata 28 hari (Rustam,
1998).
Kehamilan yang melebihi waktu 42 minggu sebelum terjadi persalinan (Manuaba,
1998).
2. ETIOLOGI
Kebanyakan penyebab tersering dari kehamilan post term adalah kesalahan dari
penetapan tanggal, untuk memastikan tidak terjadi kesalahan tanggal memerlukan USG.
Diagnosa kehamilan postterm berdasarkan HPHT hanya memiliki tingkat akurasi kurang
lebih 30%. Kini, dengan adanya pelayanan USG maka usia kehamilan dapat ditentukan
lebih tepat, terutama bila dilakukan pemeriksaan pada usia kehamilan 6-11 minggu.
Penyebab pasti dari kehamilan postterm sampai saat ini masih belum diketahui
pasti. Beberapa teori yang diajukan pada umumnya menyatakan bahwa terjadinya
kehamilan postterm sebagai akibat gangguan terhadap timbulnya persalinan. Beberapa
teori diajukan antara lain :
a. Teori progesteron
b. Teori Oksitosin
Rendahnya pelepasan oksitosin dari neurohipofisis Ibu hamil pada kehamilan
lanjut diduga sebagai salah satu faktor penyebab terjadinya kehamilan postterm.
3. FAKTOR RESIKO
Kehamilan dengan faktor risiko seperti ibu ( hipertensi, DM) dan janin
(pertumbuhan lambat, dll) penyakit memerlukan manajemen khusus. Pencegahan
kehamilan post-term dapat dengan pemeriksaan awal kehamilan rutin (<20
minggu)dengan USG dan stripping membrans saat 30-41 minggu
4. Asuhan Keperawatan
l. Penggunaan
natrium
bikarbonat yang
hati-hati dapat
membantu
mengembalikan
pH kedalam
rentang normal.
5. EBN
Kelahiran prematur menjadi penyebab morbiditas dan mortalitas perinatal. Bayi yang lahir
prematur memiliki risiko kematian yang lebih tinggi, risiko penyakit, dan masalah
pertumbuhan lainnya dibandingkan dengan bayi normal. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui faktor risiko saat kehamilan dengan kejadian kelahiran prematur.
Jurnal dengan judul Faktor Risiko Kejadian Kelahiran Prematur Di Rumah Sakit Ibu Dan
Anak Siti Fatimah Kota Makasar dengn hasil riwayat kelahiran prematur dan preeklampsi
merupakan faktor risiko, yang bukan faktor risiko adalah paritas, jarak kehamilan, anemia ibu,
dan riwayat abortus, sedangkan kehamilan kembar tidak dapat dianalisis OR.
D. RUPTURE UTERI
1. DEFINISI
Ruptura uteri digolongkan menjadi ruptura uteri lengkap dan ruptura uteri tidak
lengkap, tergantung apakah laserasi tersebut berhubungan dengan kavum peritonei
(lengkap) atau dipisahkan dari kavum tersebut oleh peritoneum viseralis uterus atau oleh
ligamentum kardinale (tidak lengkap). Ruptura uteri yang tidak lengkap bisa berubah
menjadi lengkap.
Ruptura paling tidak berarti pelepasan atau pemisahan luka insisi lama di
sepanjang uterus dengan robeknya selaput ketuban sehingga kavum uteri berhubungan
langsung dengan kavum peritoneum.
2. Faktor Resiko :
Berdasarkan kepustakaan yang ada beberapa faktor yang merupakan penyebab
terjadinya ruptura uteri di antaranya adalah :
a. parut uterus (seksio sesaria, miomektomi, abortus sebelumnya),
b. trauma (kelahiran operatif: versi, ekstraksi bokong, forceps perangsangan oksitosin
yang berlebihan, kecelakaan, pemasangan misoprostol yang berlebihan),
c. ruptura uteri spontan yang tidak berparut (disproporsi kepala panggul, malpresentasi
janin, anomali janin, leiomioma uteri dan distosia bahu),
d. faktor-faktor lain (plasenta akreta, inkreta,panyakit trofoblas invasif).
Faktor Predisposisi: terjadinya ruptura uteri salah satunya adalah multipara. Hal ini
mungkin disebabkan karena pada multipara dinding uterus sudah lemah, karena
persalinan sebelumnya menyebabkan luka-luka kecil sehingga di tengah-tengah
miometrium terdapat penambahan jaringan ikat yang mengakibatkan kekuatan dinding
uterus menjadi berkurang; akibat selanjutnya pada waktu terjadi regangan saat persalinan
berikutnya lebih mudah terjadi ruptura uteri.
3. ETIOLOGI
D. Faktor-faktor lain
c. Pada setiap datangnya his pasien memegang perutnya dan mengerang kesakitan
bahkan meminta supaya anaknya secepatnya dikeluarkan.
e. Ada tanda dehidrasi karena partus yang lama (prolonged labor), yaitu mulut kering,
lidah kering dan haus, badan panas (demam).
f. His lebih lama, lebih kuat dan lebih sering bahkan terus-menerus.
g. Ligamentum rotundum teraba seperti kawat listrik yang tegang, tebal dan keras,
terutama sebelah kiri atau keduanya.
h. Pada waktu datang his, korpus uteri teraba keras (hipertonik) sedangkan SBR teraba
tipis dan nyeri kalau ditekan.
i. Di antara korpus dan SBR nampak lingkaran Bandl sebagai lekukan melintang yang
bertambah lama bertambah tinggi, menunjukkan SBR yang semakin tipis dan
teregang. Sering lingkaran Bandl ini dikelirukan dengan kandung kemih yang penuh,
untuk itu lakukan kateterisasi kandung kemih. Dapat peregangan dan tipisnya SBR
terjadi di dinding belakang sehingga tidak dapat kita periksa, misalnya terjadi pada
asinklitismus posterior atau letak tulang ubun-ubun belakang.
j. Perasaan sering mau kencing karena kandung kemih juga tertarik dan teregang ke
atas, terjadi robekan-robekan kecil pada kandung kemih, maka pada kateterisasi ada
hematuri.
l. Pada pemeriksaan dalam dapat dijumpai tanda-tanda obstruksi seperti edema porsio,
vagina, vulva dan kaput kepala janin yang besar.
6. KOMPLIKASI
b. Kerusakan ureter
d. DIC
e. Kematian maternal
f. Kematian perinatal
7. Pengkajian Fisik
1) Pada suatu his yang kuat sekali, pasien merasa kesakitan yang luar biasa, menjerit
seolah-olah perutnya sedang dirobek kemudian jadi gelisah, takut, pucat, keluar
keringat dingin sampai kolaps.
4) Syok, nadi kecil dan cepat, tekanan darah turun bahkan tak terukur .
5) Keluar perdarahan pervaginam yang bpervaginam yang biasanya tak begitu
banyak, lebih-lebih kalau bagian terdepan atau kepala sudah jauh turun, dan
menyumbat jalan lahir.
6) Kadang-kadang ada perasaan nyeri yang menjalar ke tungkai bawah dan di bahu.
B . Palpasi
1) Teraba krepitasi pada kulit perut yang menandakan adanya emfisema subkutan
2) Bila kepala janin belum turun, akan mudah dilepaskan dari pintu atas panggul.
3) Bila janin sudah keluar dari kavum uteri, jadi berada di rongga perut maka teraba
bagian-bagian janin langsung di bawah kulit perut, dan di sampingnya kadang-
kadang teraba uterus sebagai suatu bola keras sebesar kelapa.
C. Auskultasi .
Biasanya denyut jantung janin sulit atau tidak terdengar lagi beberapa menit
setelah ruptura, apalagi kalau plasenta juga ikut terlepas dan masuk ke rongga perut.
D. Pemeriksaan Dalam.
1) Kepala janin yang tadinya sudah turun ke bawah, dengan mudah dapat didorong ke
atas, dan ini disertai keluarnya darah pervaginam yang agak banyak.
2) Kalau rongga rahim sudah kosong dapat diraba robekan pada dinding rahim dan
kalau jari atau tangan kita dapat melalui robekan tadi, maka dapat diraba usus,
omentum, dan bagian-bagian janin. Kalau jari tangan kita yang di dalam kita
temukan dengan jari luar, maka terasa seperti dipisahkan oleh bagian yang tipis
sekali dari dinding perut, juga dapat diraba fundus uteri.
E. PROLAPSUS UMBILICAL CORD
1. Definisi
Prolaps tali pusat adalah Tali pusat berada di samping atau melewati bagian
terendah janin dalam jalan lahir sebelum ketuban pecah. (Mansjoer Arif, 2000,hal.308)
Prolaps Tali Pusat adalah Keadaan darurat yang mana keadaan tali pusat
dipindahkan diantara bagian yang disiapkan untuk janin dan tulang pelvis ibu. ( Maternal
Invant Health, hal 68)
2. Klasifikasi Prolaps Tali Pusat
a. Tali pusat menumbung (prolapsus funikuli): jika tali pusat teraba keluar atau berada
disamping dan melewati bagian terendah janin di dalam jalan lahir, tali pusat dapat
prolaps ke dalam vagina atau bahkan diluar vagina setelah ketuban pecah.
b. Tali pusat terdepan (tali pusat terkemuka): jika tali pusat berada disamping bagian
besar janin dapat teraba pada kanalis servikalis, atau lebih rendah dari bagian bawah
janin sedangkan ketubah masih intek atau belum pecah.
c. Occult prolapse: keadaan dimana tali pusat terletak di samping kepala atau di dekat
pelvis tapi tidak dalam jangkauan jari pada pemeriksaan vagina. (Winkjosastro,2005
Kedaruratan obsterti & Ginekologi, hal 372)
3. Etiologi
1. Etiologi fetal
Sebagian besar dari tali pusat menumbung terjadi pada presentasi:
Letak lintang
Letak sungsang presentasi bokong, terutama bokong kaki.
Prematuritas: seringnya kedudukan abnormal pada persalinan prematur, yang
salah satunya disebabkan karena bayi yang kecil.
Gemeli: faktor-faktor yang mempengaruhi meliputi gangguan adaptasi, frekuensi
presentasi abnormal yang lebih besar.
Polihidramnion: ketika ketuban pecah, sejumlah besar cairan mengalir ke luar dan
tali pusat hanyut ke bawah.
2. Etiologi Maternal
Disproporsi kepala panggul: disproporsi antara panggul dan bayi menyebabkan
kepala tidak dapat turun dan pecahnya ketuban dapat diikuti tali pusat
menumbung.
Bagian terendah yang tinggi: tertundanya penurunan kepala untuk sementara dapat
terjadi meskipun panggul normal.
3. Etiologi dari tali pusat dan plasenta
Tali pusat yang panjang: semakin panjang tali pusat, maka semakin mudah
menumbung.
Plasenta letak rendah: jika plasenta dekat serviks maka akan menghalangi
penurunan bagian terendah. Disamping itu insersi tali pusat lebih dekat serviks.
F. PROLAPS UTERI
1. Definisi
Prolapsus uteri adalah keadaan dimana turunnya uterus melalui hiatus genitalis
yang disebabkan kelemahan ligamen-ligamen (penggantung), fasia (sarung) dan otot
dasar panggul yang menyokong uterus.
2. Klasifikasi
Tingkat I : Uterus turun dengan serviks paling rendah dalam introitus vagina
Tingkat II : Uterus sebagian keluar dari vagina
Tingkat III : Uterus keluar seluruhnya dari vagina yang disertai dengan inversio vagina
(PROSIDENSIA UTERI)
3. Etiologi
Etiologi dari prolapsus uteri terdiri dari :
Kelemahan jaringan ikat pada daerah rongga panggul, terutama jaringan ikat
tranversal.
Pertolongan persalinan yang tak terampil sehingga meneran terjadi pada saat
pembukaan belum lengkap.
Terjadi perlukaan jalan lahir yang dapat menyebabkan lemahnya jaringan ikat
penyangga vagina.
Ibu yang banyak anak sehingga jaringan ikat di bawah panggul kendor.
Menopause juga dapat menyebabkan turunnya rahim karena produksi hormon estrogen
berkurang sehingga elastisitas dari jaringan ikat berkurang dan otot-otot panggul
mengecil yang menyebabkan melemahnya sokongan pada rahim.
QS Al Mumiin ayat 67: Dialah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes
mani, sesudah itu dari Al Alaq, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak,
kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), kemudian
(dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu.
(kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu
memahami
Al-Qiyammah{75} ayat 37-39: Bukankah dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke
dalam rahim),Kemudian mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah menciptakannya, dan
menyempurnakannya, Lalu Allah menjadikan daripadanya sepasang: laki-laki dan
perempuan. (nya).
A.KESIMPULAN
Terdapat berbagai macam komplikasi persalinan yang muncul seperti Distosia, Ruptur
Uteri, Ketuban Pecah Dini, Premature Labor, Posterm Labor, Prolaps Uteri, Prolapsus
Umbilical Cord.
B. SARAN
Mahasiswa/i dapat mengaplikasikan ilmu dan wawasan dalam praktik secara langsung di
Rumah Sakit maupun di Klinik Bersalin.
DAFTAR PUSTAKA
Al-quran
http://www.e-jurnal.com/2013/09/pengertian-ketuban-pecah-dini.html
dr. salim Jakarta Jasa Pembuatan Referat Kedokteran / Makalah / Artikel / Case Jurnal / Bahan
Presentasi https://dokterbagus.wordpress.com/2013/08/23/ruptur-uteri/
http://jurnal.unpad.ac.id/ijas/article/view/2738/2374
http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/9406
NIC
NOC