Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH KOMPLIKASI PERSALINAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

REPRODUKSI

Disusun oleh : KELOMPOK 7

1. Tegar Aji Tama (20140320077)


2. Dzikri Abdillah Sakti (20140320089)
3. Wisnu Tri Andono (20140320091)
4. Nur Adiyanti (20140320094)
5. Kalisda Nur Umifa (20140320101)
6. Renita Cahayaningtyas (20140320128)
7. Rizkiariati Widya S (20120320137)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016/2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang karena anugerah dari-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah tentang " Komplikasi Persalinan dan Asuhan Keperawatan Reproduksi "
ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar Nabi kita Nabi
Muhammad SAW yang telah menuntun kita dari dunia yang gelap ke jalan yang terang
benderang. Serta telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama Islam
yang sempurna dan menjadi anugerah serta rahmat bagi seluruh alam semesta.

Penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi tugas
kelompok untuk Blok 14 Reproduksi. Kami sadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah
ini mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Kami mengucapkan terima kasih kepada Allah
SWT, dosen ,orangtua,dan semua pihak yang membantu dalam penyusunan makalah ini.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini bisa bermanfaat dan
menambah wawasan bagi semua pihak. Selain itu penulis juga menyadari bahwa dalam
menyusun makalah ini masih terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh sebab itu kami mohon
maaf dan kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak untuk
makalah ini, agar kedepannya dapat diperbaiki.

Yogyakarta , 1 November 2016

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .........................................................................................................


Daftar Isi ...................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................................
B. Rumusan Masalah ............................................................................................
BAB II DASAR TEORI
A. Ketuban Pecah Dini ..............................................................................
B. Distosia .......................................................................................................
C. Posterm Labor ..............................................................................................
D. Rupture Uteri ...............................................................................................
E. Prolapsus Umbilical Cord ..............................................................................
F. Prolapsus Uteri .............................................................................................
G. Asuhan Keperawatan .....................................................................................
H. Evidece Based Nursing .....................................................................................
I. Tinjauan Keislaman ......................................................................................

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan ........................................................................................................
B. Saran ...................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Persalinan merupakan suatu proses fisiologis yang dialami oleh


wanita. Pada proses ini terjadi serangkaian perubahan besar yang terjadi pada ibu untuk dapat
melahirkan janinnya melalui jalan lahir (Decherney et al,2007). Tujuan dari pengelolaan proses
persalinan adalah mendorong kelahiran yang aman bagi ibu dan bayi sehingga dibutuhkan peran
dari petugas kesehatan untuk mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi
pada ibu dan bayi, sebab kematian ibu dan bayi sering terjadi terutama saat proses persalinan
(Koblinsky et al, 2006).

Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 Angka Kematian
Ibu (AKI) akibat persalinan di Indonesia masih tinggi yaitu 208/100.000 kelahiran hidup dan
Angka Kematian Bayi (AKB) 26/1.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2013).

Melalui makalah ini kami akan membabahas mengenai Komplikasi Persalinan ( Distosia,
Ruptur Uteri, Ketuban Pecah Dini, Premature Labor, Posterm Labor, Prolaps Uteri, Prolapsus
Umbilical Cord ) dan Asuhan Keperawatan nya. Sehingga diharapkan mahasiswa/i mampu
menangani komplikasi dari persalinan dan dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama
perkuliahan dan belajar mandiri dalam praktik di Rumah Sakit kelak.
BAB II

DASAR TEORI

A. Rupture Membrane / KPD


1. PENGERTIAN

Menurut Manuaba (2008) Ketuban pecah dini atau premature rupture of the
membranes (PROM) adalah pecahnya selaput ketuban sebelum adanya tanda- tanda
persalinan. Sebagian besar ketuban pecah dini terjadi diatas 37 minggu kehamilan,
sedangkan dibawah 36 minggu tidak terlalu banyak.

2. ETIOLOGI
Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membran atau
meningkatnya tekanan intrauterin atau oleh kedua faktor tersebut. Berkurangnya
kekuatan membran disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan
serviks. Beberapa hal masih merupakan kontroversi di bidang obstetri. Penyebab lainnya
adalah sebagai berikut:
a. Serviks inkompeten, kanalis sevikalis yang selalu terbuka oleh karena kelainan
pada servik uteri (akibat persalinan, kuretase, atau tindakan bedah obstetri
lainnya).
b. Ketegangan rahim berlebihan (tekanan intra uterin meningkat secara
berlebihan/over distensi uterus: seperti pada keadaan trauma, kehamilan ganda,
hidramnion).
c. Kelainan letak janin dan rahim misalnya: letak sungsang dan letak lintang,
sehingga tidak ada bagian terendah yang menutupi pintu atas panggul (PAP) yang
dapat menghalangi tekanan terhadap membran bagian bawah.
d. Kemungkinan kesempitan panggul dimana bagian terendah belum masuk PAP
misalnya pada Cephalo Pelvic Disproportion (CPD).
e. Infeksi yang menyebabkan terjadinya biomekanik pada selaput ketuban dalam
bentuk preteolitik sel sehingga memudahkan ketuban pecah
(Amnionitis/Korioamnionitis).
f. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin Crendah, ataupun kelainan
genetik).
g. Akhirnya, pecahnya selaput ketuban juga dapat disebabkan oleh trauma dan
setelah fetoskopi atau amnio sentesis (iatrogenic).
3. PATOFISIOLOGI
Periyebab dari ketuban pecah dini belum diketabui. Tetapi kemungkinan
penyebab yaitu infeksi pada vagina seperti oleh gonorrhoe dan streptococcus yang
menyebabkan teinfeksinya selaput aminion sehingga memudahkan selaput tersebut untuk
pacah secara dini. Chorioamnionitis merupakan infeksi selaput ketuban yang juga akan
merusak selaput amnion sehinga bisa pula pecah. Penyebab selanjutnya adalah
peningkatan tekana intracterine seperti pada kehamilan kembar dan polihidromion,
menyebabkan terjadinya intrumnion meningkat akhirnya selaput amnion pecah. Trauma
pada amniosintesis menyebabkan cairan ketuban bisa pecah. demikian juga halnya
dengan hipermotilitas uterus dimana kontraksi otot uterus rahim menjadi meningkat yang
menekan selaput amnion.
Semua hal diatas dapat menyebabkan ketuban pecah dini. Pada ibu dengan ketuban pecah

dini tetapi his () sehinga pembukaan akan terganggu dan terhambat sementara janin

mudah kekeringan karena pecahnya selaput amnion tersebut, maka Janin harus segera
untuk dilahirkan atau pengakhiran kehamilan harus segera dilakukan. Tindakan yang
dilakukan adalah menginduksi dengan oksitosin, jika gagal lakukan persalinan dengan
caecar yang komplikasinya akan dijelaskan pada WOC caecar.
Akibat ketuban pecah dini pada janin yang preterm yaitu melahirkan janin yang
premature dimana paru janin belumlah matur, akibatnya produksi surfaktan berkurang,
paru tidak mengembang sehingga beresiko terhadap RDS ( Rapirasi distiess syndrome ).
Ditandai dengan apgar score yang abnormal, aspixia, dan tachipnoe yang menyebabkan
kerusakan pertukaran gas pada janin.
Pada ibu dengan ketuban pecah dini dan hisnya adal (+) persalinan dapat segera
dilakukan. Apabila adanya pemeriksaan dalam yang terlalu sering dapat beresiko
terhadap infeksi. Ketuban yong telah pecah dapat menyebabkan persalinan menjadi
terganggu karena tidak ada untuk pelicin Jalan lahir. Sehingga persalinan menjadi kering
( dry labor). Akibatnya terjadi persalinan yang lama.
Akibat persalinan yang lama terjadi pula penekanan yang lama pada janin dijalan
lahir, dan jika terjadi fetal distress menginkibatkan untuk melakukan persalinan atau
ekstraksi vacum dan cuna, atau terjadi asphyxia akibat penekanan yang lama pada jalan
lahir inipun mengakibatkan iskhcmia pada jalan lahir dan akhirnya terjadi nekrosis
jaringan. Hal ini beresiko terhadap cidera pada ibu dan janin, dan juga beresiko tinggi
terhadap infeksi
4. Faktor faktor yang mempengaruhi Ketuban Pecah Dini (KPD)
a. Usia
Karakteristik pada ibu berdasarkan usia sangat berpengaruh terhadap kesiapan ibu
selama kehamilan maupun menghadapi persalinan (Julianti, 2001). Usia untuk
reproduksi optimal bagi seorang ibu adalah antara umur 20-35 tahun. Di bawah atau di
atas usia tersebut akan meningkatkan resiko kehamilan dan persalinan (Depkes, 2003).
Usia seseorang sedemikian besarnya akan mempengaruhi sistem reproduksi, karena
organ-organ reproduksinya sudah mulai berkurang kemampuannya dan keelastisannya
dalam menerima kehamilan.
b. Sosial ekonomi (Pendapatan)
Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kualitas dan kuantitas kesehatan di
suatu keluarga. Pendapatan biasanya berupa uang yang mempengaruhi seseorang
dalam memenuhi kehidupan hidupnya. Pendapatan yang meningkat tidak merupakan
kondisi yang menunjang bagi terlaksananya status kesehatan seseorang. Rendahnya
pendapatan merupakan rintangan yang menyebabkan seseorang tidak mampu
memenuhi fasilitas kesehatan sesuai kebutuhan (BPS, 2005).
c. Paritas
Paritas adalah banyaknya anak yang dilahirkan oleh ibu dari anak pertama sampai
dengan anak terakhir. Adapun pembagian paritas yaitu primipara, multipara, dan
grande multipara. Primipara adalah seorang wanita yang baru pertama kali melahirkan
dimana janin mancapai usia kehamilan 28 minggu atau lebih. Multipara adalah
seorang wanita yang telah mengalami kehamilan dengan usia 9 kehamilan minimal 28
minggu dan telah melahirkanbuah kehamilanya 2 kali atau lebih. Sedangkan grande
multipara adalah seorang wanita yang telah mengalami hamil dengan usia kehamilan
minimal 28 minggu dan telah melahirkan buah kehamilannya lebih dari 5 kali
(Wikjosastro, 2007). Wanita yang telah melahirkan beberapa kali dan pernah
mengalami KPD pada kehamilan sebelumnya serta jarak kelahiran yang terlampau
dekat diyakini lebih beresiko akan mengalami KPD pada kehamilan berikutnya
(Helen, 2008).
d. Anemia
Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi. Jika
persediaan zat besi minimal, maka setiap kehamilan akan mengurangi persediaan zat
besi tubuh dan akhirnya menimbulkan anemia. Pada kehamilan relatif terjadi anemia
karena darah ibu hamil mengalami hemodelusi atau pengenceran dengan peningkatan
volume 30% sampai 40% yang puncaknya pada kehamilan 32 sampai 34 minggu.
Pada ibu hamil yang mengalami anemia biasanya ditemukan ciri-ciri lemas, pucat,
cepat lelah, mata berkunang-kunang. Pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali
selama kehamilan yaitu pada trimester pertama dan trimester ke tiga. Dampak anemia
pada janin antara lain abortus, terjadi kematian intrauterin, prematuritas, berat badan
lahir rendah, cacat bawaan dan mudah infeksi. Pada ibu, saat kehamilan dapat
mengakibatkan abortus, persalinan prematuritas, ancaman dekompensasikordis dan
ketuban pecah dini. Pada saat persalinan dapat mengakibatkan gangguan his, retensio
plasenta dan perdarahan post partum karena atonia uteri (Manuaba, 2009). Menurut
Depkes RI (2005), bahwa anemia berdasarkan hasil pemeriksaan dapat digolongkan
menjadi (1) HB > 11 gr %, tidak anemia, (2) 9-10 gr % anemia sedang, (3) < 8 gr %
anemia berat
5. Tanda dan Gejala
Menurut Nugroho (2011) tanda dan gejala KPD sebagai berikut :
a. Keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina.
b. Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak, dengan ciri pucat
dan bergaris warna merah.
c. Cairan akan terus diproduksi sampai kelahiran dan jika klien berdiri atau duduk
kepala janin biasanya terasa mengganjal atau menyumbat kebocoran untuk
sementara.
d. Keluarnya air ketuban secara spontan atau merembes dengan atau disertai dengan
nyeri.
6. Asuhan Keperawatan

Diagnose Tujuan dan criteria


No keperawatan hasil Intervensi Rasional

Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 324
jam di harapkan
pasien tidak
menunjukan tanda-
tanda infeksi . 1. Kaji tanda-tanda
dengan criteria infeksi
hasil : 2. Pantau keadaan
umum pasien
Tanda- 3. Bina hubungan
tanda saling percaya
infeksi melalui
tidak tidak komunikasi
ada. therapeutic.
Tidak ada 4. Berikan 1. Untuk mengetahui
lagi cairan lingkungan yang tanda-tanda infeksi
ketuban nyaman untuk yang muncul.
yang keluar pasien. 2. Untuk melihat
dari 5. Kolaborasi perkembangan
pervaginaan dengan dokter kesehatan pasien.
. untuk 3. Untuk
DJJ normal memberikan memudahkan
Leukosit obat antiseptik perawat melakukan
pasien sesuai terapi. tindakan.
kembali 4. Agar istirahat
normal pasien terpenuhi.
Resiko infeksi Suhu 36-37 5. Untuk proses
b.d ketuban penyembuhan
1. pecah dini pasien

Gangguan rasa Setelah dilakukan 1. Kali tanda- 1. Untuk mengetahui


nyaman : nyeri tindakan tanda Vital keadaan umum pasien.
2. b.d keperawatan pasien. 2. Untuk mengetahui
ketegangan selama 324 2. Kaji skala derajat nyeri pasien dan
otot rahim. jam di nyeri (1-10) menentukan tindakan
harapkan nyeri 3. Ajarkan yang akan dilakukan.
berkurang / nyeri pasien teknik 3. Untuk
hilang . dengan relaksasi mengurangi nyeri yang
criteria hasil : 4. Atur posisi dirasakan pasien.
pasien 4. Untuk memberikan rasa
Tanda- 5. Berikan nyaman.
tanda vital lingkungan 5. Untuk mengurangi
dalam batas yang nyaman tingkat stress pasien
normal. dan batasi dan pasien dapat
TD :120/80 pengunjung. beristirahat.
mm Hg
N : 60-120
X/ menit.
Pasien
tampak
tenang/rilek
s.
Pasien
mengataka
n nyeri
pada perut
berkurang.

7. KOMPLIKASI
8. EBN
..\EBN KPD (KETUBAN PECAH DINI).pdf
B. DISTOSIA

1. PENGERTIAN
Distosia adalah persalinan abnormal yang ditandai oleh tidak adanya kemajuan
dalam persalinan atau persalinan yang menyimpang dari persalinan eustasia (persalinan
normal) yang menunjukkan kegagalan

2. ETIOLOGI
Sebab-sebab dystosia dapat dibagi dalam 3 golongan besar :

a. Dystosia karena kekuatan-kekuatan yang mendorong anak keluar kurang kuat :

1) Karena kelainan his (kontraksi) : Inertia uteri atau kelemahan his


(kontraksi) merupakan sebab terpenting dari dystosia.
2) Karena kekuatan mengejan kurang kuat, misalnya karena cicatrix baru
pada dinding perut, hernia, diastase musculus rectus abdominalis atau
karena sesak napas.

b. Dystosia karena kelainan letak atau kelainan anak :

1) Misalnya letak lintang


2) Letak dahi
3) Hydrocephalus

c. Dystosia karena kelainan jalan lahir :

1) Panggul sempit
2) Tumor-tumor yang mempersempit jalan lahir.(Sulaiman Satrawinata,
1984; 154)

3. KLASIFIKASI
A. Distosia karena kelainan HIS:
1) Distosia karena inersia uteri
Inersia uteri adalah his yang sifatnya lemah, lebih singkat dan lebih jarang dari His
normal. Inersia uteri dibagi atas 2 keadaan :
a. Inersia uteri primer: kelemahan His timbul sejak permulaan persalinan hal ini
dibedakan dengan His pendahuluan yang juga lemah dan kadang-kadang menjadi
hilang.
b. Inersia uteri sekunder kelemahan His yang timbul setelah adanya His yang kuat,
teratur dan dalam waktu yang lama.
2) Distosia karena Tetania uteri
Tetania uteri adalah His yang terlalu kuat dan terlalu sering sehingga tidak ada
relaksasi rahim.
3) Distosia karena Partus lama atau terlantar
4) Distosia karena aksi uterus inkoordinasi
Sifat yang berubah-ubah, tidak ada koordinasi dan sinkronisasi antara
kontraksi. Jadi kontraksi tidak efisien dalam mengadakan pembukaan dan
pengeluaran janin. Pada bagian atas dapat terjadi kontraksi tapi bagian tengah
tidak, sehingga menyebabkan terjadinya lingkaran kekejangan sehimgga janin
tidak dapat maju.
B. Distosia karena kelainan Letak Janin :
1) Kelainan pada letak kepala
a. Presentasi puncak kepala
Bagian terbawah adalah puncak kepala pada pemeriksaan dalam teraba uub
yang paling rendah dan uub sudah berputar ke depan.
b. Presentasi muka
Letak kepala tengadah defleksi sehingga bagian kepela yang yang terletak
paling rendah adalah muka.
c. Presentasi dahi
d. Kedudukan kepala dianytara fleksi maksimal dan defleksi maksimal shingga
dahi merupakan bagian terendah. Pada umumnya presrentasi dahi merupakan
kedudukan sementara, dan sebagian besar akan berubah menjadi presentasi
muka dan belakang kepala.
2) Letak Sungsang
Letak sungsang adalah letak memanjang dengan bokong sebagai bagian
yang terendah (presentasi bokong). Dibagi menjadi:
a. Letak bokong murni (Frank Breech): bokong yang menjadi bagian depan,
kedua tungkai lurus keatas.
b. Letak bokong kakai (Complete Breech): disamping bokong teraba kaki,
biasanya disebut letak bokong kaki sempurna jika disamping bokong teraba
kedua kaki atau tidak sempurna jika disamping bokong teraba satu kaki.
3) Letak Lintang
Letak lintang adalah sumbu memanjang janin menyilang sumbu
memanjang ibu secara tegak lurus mendekati 90o. Jika sudut yang dibentuk kedua
sumbu ini tajam disebut obliguelie, terdiri dari: defiated head presentation (letak
kepala mengolak) dan defiated breech presentation (letak bokong mengolak).
Presentasi paling rendah adalah bahu. (Ai Yeyeh dan Lia Yulianti, 2010; 244)
4) Presentasi rangkap
Keadaan dimana bagian kecil janin menumbung di samping bagian besar
janin dan bersama-sama memasuki panggul misalnya tangan disamping kepala,
kaki disamping kepala atau tangan disamping bokong.
C. Distosia karena kelainan janin dan besar janin
1) Klasifikasi kelainan bentuk dan besar janin
a. Distosia kepala : hidrosefalus, kepala besar dan higroma koli atau tumor di
leher.
b.Distosia bahu : bahu janin lebar seperti anak kingkong.
c. Distosia perut : hidropos fetalis, asites, akardiakus
d. Distosia bokong : meningokel, spinal bifida, dan tumor pada bokong janin.
e. Kembar siam/ double monster

2) Pertumbuhan janin yang berlebihan


Berat neonatus pada umumnya kurang dari 4000 gram dan jarang melebihi
5000 gram. Yang dinamakan bayi besar ialah bila berat badannya lebih dari 4000
gram Frekuensi berat badan lahir lebih dari 4000 gram adalah 5,3% dan yang
lebih dari 4500 gram adalah 0,4%. Pada panggul normal, janin dengan berat
badan 4000 - 5000 gram pada umumnya tidak mengalami kesulitan dalam
melahirkannya. Pada janin besar, faktor keturunan memegang peranan penting.
3) Hidrosefalus: keadaan di mana terjadi penimbunan cairan serebrospinalis dalam
ventrikel otak, sehingga kepala menjadi besar serta terjadi pelebaran sutura-sutura
dan ubun-ubun. Cairan yang tertimbun dalam ventrikel biasanya antara 500
sampai 1500 ml, akan tetapi kadang-kadang dapat mencapai 5 liter. Hidrosefalus
seringkaii disertai kelainan bawaan lain seperti misalnya spina bifida. Karena
kepala janin terlalu besar dan tidak dapat berakomodasi di bagian bawah uterus,
maka sering ditemukan dalam letak sungsang. Bagaimana pun letaknya,
hidrosefalus akan menyebabkan disproporsi sefalopelvik dengan segala akibatnya.
4) Tali pusat menumbung: keadaan dimana tali pusat teraba keluar dan ketuban
sudah pecah.
D. Distosia karena kelainan jalan lahir
1. Distosia Karena Kelainan Vulva
Distosia vulva adalah persalinan yang sulit disebabkan karena atresia
vulva (tertutupnya vulva), ada yang bawaan ada juga yang diperoleh misalnya
karena radang atau trauma (sulaiaman:184). (Ai Yeyeh dan Lia Yulianti, 2010;
248)
2. Distosia Karena Kelainan Vagina
Distosia vagina adalah kelambatan atau kesulitan dalam jalannya
persalinan yang dikarenakan adanya kelainan pada vagina yang menghalangi
lancarnya persalinan. (Ai Yeyeh dan Lia Yulianti, 2010; 248)
3. Distosia Karena Kelainan Uterus/Serviks: terhalangnya kemajuan persalinan
disebabkan kelainan serviks uteri. Walaupun his normal dan baik, kadang-kadang
pembukaan serviks jadi macet karena ada kelainan yang menyebabkan serviks
tidak mau membuka. (Ai Yeyeh dan Lia Yulianti, 2010; 252)
4. Distosia Karena adanya Kista Vagina
Kista adalah tumor jinak di organ reproduksi perempuan yang palin sering
ditemui. Bentuknya gistik, berisi cairan kental, dan adapula yang berbentuk
anggur. Kista ada juga yang berisi udara, cairan nanah, atau bahan-bahan lainnya.
Berdasarkan tingkat keganasannya kista terbagi 2 yaitu non neoplastik dan
neoplastik. Kista non neoplastik sifatnya jinak dan biasanya akan mengempis
sendiri setelah 2-3 bulan. Sementara neoplastik umumnya harus dioperasi, namun
hal itupun tergantung pada ukuran dan sifatnya. Kista yang tumbuh di daerah
vagina, antara lain inklusi, duktus gartenen, endomertiosis, dan adenosis.
Sedangkan kista yang tumbuh di daerah vulva, kelenjar batolini, kelenjar sebasea,
serta inklusi popidarma. (Ai Yeyeh dan Lia Yulianti, 2010; 251)
5. Distosia karena kelainan pada ovarium
E. Distosia karena kelainan bentuk panggul
1) Caldwell dan Moloy 4 jenis pokok yaitu :
a. Panggul ginekoid dengan pintu atas panggul yang bundar, atau dengan
diameter transversa yang lebih panjang sedikit daripada diameter
anteroposterior dan dengan panggul tengah serta pintu bawah panggul yang
cukup luas;
b. Panggul antropoid dengan diameter anteroposterior yang lebih panjang
daripada diameter transversa, dan dengan arkus pubis menyempit sedikit;
c. Panggul android dengan pintu atas panggul yang berbentuk sebagai segitiga
berhubungan dengan penyempitan ke depan, dengan spina iskiadika menonjol
ke dalam dan dengan arkus pubis menyempit;
d. Panggul platipelloid dengan diameter anteroposterior yang jelas lebih pendek
daripada diameter transversa pada pintu atas panggul dan dengan arkus pubis
yang luas.
2) Menurut klasifikasi yang dianjurkan oleh Munro Kerr yang diubah sedikit,
panggul-panggul yang terakhir ini dapat digolongkan sebagai berikut.
a. Perubahan bentuk karena kelainan pertumbuhan intrauterin:
1. panggul Naegele
2. panggul Robert
3. split pelvis
4. panggul asimilasi.
b. Perubahan bentuk karena penyakit pada tulang-tulang panggul dan/ atau sendi
panggul
1. Rakitis
2. Osteomalasia
3. Neoplasma
4. Fraktur
5. Atrofi, karies, nekrosis
6. Penyakit pada sendi sakroiliaka dan sendi sakrokoksigea.
c. Perubahan bentuk karena penyakit tulang belakang:
1. Kifosis
2. Scoliosis
3. Spondilolistesis.
d. Perubahan bentuk karena penyakit kaki
1. Koksitis
2. luksasio koksa
3. atrofi atau kelumpuhan satu kaki.
e. Kesempitan Pintu Bawah Panggul
Kesempitan bawah panggul adalah jika diameter transversa dan diameter
sagitalis posterior <15cm, maka sudut arcus pubis mengecil pula (<800)
sehingga timbul kemacetan pada kelahiran janin ukuran biasa. (Ai Yeyeh dan
Lia Yulianti, 2010; 256)
f. Kesempitan panggul tengah
Dengan sakrum melengkung sempurna, dinding-dinding
panggul tidak berkonver foramen iskiadikum mayor cukup luas, dan spina
isikiadika tidak menonjol ke dalam, dapat diharapkan bahwa panggul tengah
tidak akan menyebabkan rintangan bagi lewatnya kepala janin. Ukuran
terpenting, yang hanya dapat ditetapkan secara pasti dengan pelvimetri
roentgenologik, ialah distansia interpinarum. Apabila ukuran ini kurang dari
9,5 cm, perlu kita waspada terhadap kemungkinan kesukaran pada persalinan,
apalagi bila diameter sagittalis posterior pendek pula. Pada panggul tengah
yang sempit, lebih sering ditemukan posisi oksipitalis posterior persisten atau
presentasi kepala dalam posisi lintang tetap (transverse arrest).
g. Kesempitan pintu bawah pangggul
Pintu bawah panggul tidak merupakan bidang yang datar,
tetapi terdiri atas segi tiga depan dan segi tiga belakang yang mempunyai
dasar yang sama, yakni distansia tuberum. Apabila ukuran yang terakhir ini
lebih kecil daripada biasa, maka sudut arkus pubis mengecil pula (kurang
daripada 80O) Agar supaya dalam hal ini kepala janin dapat lahir diperlukan
ruangan yang lebih besar pada bagian belakang pintu bawah panggul. Dengan
diameter sagitalis posterior yang cukup panjang persalinan per vaginam dapat
dilaksanakan, walaupun dengan perlukaan luas pada perineum Dengan
distansia tuberum bersama dengan diameter sagittalis posterior kurang dari 15
em, timbul kemacetan pada kelahiran janin ukuran biasa.
4. Faktor Resiko
Kelainan bentuk panggul, diabetes gestasional, kehamilan postmature, riwayat persalinan
dengan distosia bahu dan ibu yang pendek.

a. Maternal

Kelainan anatomi panggul

Diabetes Gestational

Kehamilan postmatur

Riwayat distosia bahu

Tubuh ibu pendek

b. Fetal

Dugaan macrosomia

5. Masalah persalinan

Assisted vaginal delivery (forceps atau vacum)

Protracted active phase pada kala I persalinan

Protracted pada kala II persalinan


Diagnosa NOC NIC
nyeri b/d tekanan kepala Tujuan : Kebutuhan rasa nyaman Intervensi
pada servik, partus lama, terpenuhi/ nyeri berkurang dengan 1 nyeri b/d tekanan kepala
kontraksi tidak efektif Kriteria hasil : pada servik, partus lama,
a. Klien tidak merasakan nyeri lagi kontraksi tidak efektif
b. Klientampak rilek Tujuan : Kebutuhan rasa
c. Kontraksi uterus efektif nyaman terpenuhi/ nyeri
d. Kemajuan persalinan baik berkurang
a. Klien tidak merasakan nyeri
lagi
b. Klientampak rilek
c. Kontraksi uterus efektif
d. Kemajuan persalinan baik
1.Tentukan sifat, lokasi dan
durasi nyeri, kaji kontraksi
uterus, hemiragic dan nyeri
tekan abdomen
2.Kaji intensitas nyeri klien
dengan skala nyeri
3.Kaji stress psikologis/
pasangan dan respon
emosional terhadap kejadian
4.Berikan lingkungan yang
nyaman, tenang dan aktivitas
untuk mengalihkan nyeri,
Bantu klien dalam
menggunakan metode
relaksasi dan jelaskan
prosedur
5.Kuatkan dukungan social/
dukungan keluarga
6.Kolaborasi : Berikan
narkotik atau sedative sesuai
instruksi dokter
C. POSTERM LABOR

1. PENGERTIAN
Kehamilan Serotinus atau kehamilan lewat waktu (Posterm) adalah kehamilan
yang telah berlangsung selama 42 minggu (294 hari) atau lebih, pada siklus haid teratur
rata-rata 28 hari dan hari pertama haid terakhir diketahui dengan pasti. Diagnosa usia
kehamilan lebih dari 42 minggu didapatkan dari perhitungan rumus neagele atau dengan
tinggi fundus uteri serial (Nugroho, 2012).
Kehamilan Serotinus merupakan suatu kehamilan yang berlangsung sampai 42
minggu (294 hari) atau lebih, dihitung dari hari pertama haid terakhir menurut rumus
naegele dengan siklus rata-rata 28 hari (Fadlun, 2011).
Pengertian Kehamilan postterm merupakan kehamilan yang berlangsung selama
42 minggu atau lebih sejak awal periode haid yang diikuti oleh ovulasi 2 minggu
kemudian. Meskipun kehamilan postterm ini mungkin mencakup 10 persen dari seluruh
kehamilan, sebagian di antaranya mungkin tidak benar-benar postterm, tetapi lebih
disebabkan oleh kekeliruan dalam memperkirakan usia gestasional. Sekali lagi nilai
informasi yang tepat mengenai lama kehamilan cukup jelas, karena pada umumnya
semakin lama janin yang benar-benar postterm itu berada didalam rahim, semakin besar
pula resiko bagi janin dan bayi baru lahir untuk mengalami gangguan yang berat
(Cunningham, 1995).
Kehamilan serotinus adalah kehamilan yang melewati 294 hari atau lebih dari 42
minggu lengkap (Sarwono, 1995).
Kehamilan serotinus adalah kehamilan yang berlangsung lebih lama dari 42
minggu dihitung berdasarkan rumus neagle dengan siklus haid rata-rata 28 hari (Rustam,
1998).
Kehamilan yang melebihi waktu 42 minggu sebelum terjadi persalinan (Manuaba,
1998).
2. ETIOLOGI

Kebanyakan penyebab tersering dari kehamilan post term adalah kesalahan dari
penetapan tanggal, untuk memastikan tidak terjadi kesalahan tanggal memerlukan USG.
Diagnosa kehamilan postterm berdasarkan HPHT hanya memiliki tingkat akurasi kurang
lebih 30%. Kini, dengan adanya pelayanan USG maka usia kehamilan dapat ditentukan
lebih tepat, terutama bila dilakukan pemeriksaan pada usia kehamilan 6-11 minggu.

Penyebab pasti dari kehamilan postterm sampai saat ini masih belum diketahui
pasti. Beberapa teori yang diajukan pada umumnya menyatakan bahwa terjadinya
kehamilan postterm sebagai akibat gangguan terhadap timbulnya persalinan. Beberapa
teori diajukan antara lain :

a. Teori progesteron

Penurunan hormon progesteron dalam kehamilan dipercaya merupakan kejadian


perubahan endokrin yang penting dalam memacu proses biomolekular pada
persalinan dan meningkatkan sensitivitas uterus terhadap oksitosin. Berdasarkan teori
ini, diduga bahwa terjadinya kehamilan postterm adalah karena masih
berlangsungnya pengaruh progesteron melewati waktu yang semestinya.

b. Teori Oksitosin
Rendahnya pelepasan oksitosin dari neurohipofisis Ibu hamil pada kehamilan
lanjut diduga sebagai salah satu faktor penyebab terjadinya kehamilan postterm.

c. Teori Kortisol/ACTH janin


Dalam teori ini diajukan bahwa sebagai pemberi tanda untuk dimulainya
persalinan adalah janin, diduga akibat peningkatan tiba-tiba kadar kortisol plasma
janin. Kortisol janin akan mempengaruhi plasenta sehingga produksi progesteron
berkurang dan memperbesar sekresi estrogen, selanjutnya berpengaruh terhadap
meningkatnya produksi prostaglandin. Pada cacat bawaan janin seperti anensefalus,
hipoplasia adrenal janin dan tidak adanya kelenjar hipofisis pada janin akan
menyebabkan kortisol janin tidak diproduksi dengan baik sehingga kehamilan dapat
berlangsung lewat bulan.
d. Teori saraf uterus
Tekanan pada ganglion servikalis dari pleksus frankenhauser akan
membangkitkan kontraksi uterus pada keadaan dimana tidak ada tekanan pada
pleksus ini, seperti pada kelainan letak, tali pusar pendek, dan bagian bawah masih
tinggi ke semuanya diduga sebagai penyebab terjadinya kehamilan postterm.
e. Teori heriditer
Pengaruh heriditer terhadap insidensi kehamilan postterm telah dibuktikan pada
beberapa penelitian sebelumnya. Kitska et al (2007) menyatakan dalam hasil
penelitiannya, bahwa seorang ibu yang pernah mengalami kehamilan postterm pada
kehamilan berikutnya akan memiliki resiko lebih tinggi untuk mengalami kehamilan
postterm pada kehamilan berikutnya. Hasil penelitian ini memunculkan kemungkinan
bahwa kehamilan postterm juga dipengaruhi faktor genetik.

3. FAKTOR RESIKO
Kehamilan dengan faktor risiko seperti ibu ( hipertensi, DM) dan janin
(pertumbuhan lambat, dll) penyakit memerlukan manajemen khusus. Pencegahan
kehamilan post-term dapat dengan pemeriksaan awal kehamilan rutin (<20
minggu)dengan USG dan stripping membrans saat 30-41 minggu
4. Asuhan Keperawatan

Diagnosa NOC NIC Rasional


Kerusakan Diharapkan klien mampu Tinjau ulang informasi Persalinan lama
pertukaran gas menunjukkan perbaikan yang berhubungan dengan meningkatkan resiko
berhubungan pertukaran gas/pertukaran kondisi bayi, seperti hipoksia, dan depresi
dengan asfiksia gas normal dengan kriteria lamanya persalinan, Apgar pernapasan dapat terjadi
akibat aspirasi hasil sebagai berikut: scor, obat-obatan yang setelah pemberian atau
mekonium a. Mempertahankan digunankan ibu selama penggunaan obat oleh
kadar Po/Pco, dalam kehamilan, termasuk ibu.
batas normal 40-70 betametason.
cm H2O a. Perhatikan usia a. Neonatus lahir
b. Suara napas normal gestasi, berat lebih dari 42
(vesikuler) badan, dan jenis minggu beresiko
c. RR normal 40- kelamin. terjadinya
50x/menit. b. Kaji status aspirasi
d. Tidak terjadi pernapasan, mekonium.
sianosis pada pasien. perhatikan tanda- b. Takipnea
e. Tidak terjadi aspirasi tanda distress menandakan
meconium pernapasan (mis., distress
f. Status pernapasan takipnea, pernapasan,
eupnea (normal) pernapasan cuping khususnya bila
hidung, ronki, atau pernapasan lebih
krakels). besar dari
c. Gunakan pemantau 60x/menit
oksigen transkutan setelah 5 jam
atau oksimeter kehidupan
nadi. pertama.
d. Hisap hidung dan c. Memberikan
orofaring dengan pemantauan
hati-hati, sesuai noninvasif
kebutuhan. konstan terhadap
e. Pantau masukan kadar oksigen.
dan haluaran d. Mungkin perlu
cairan. untuk
f. Observasi mempertahankan
terhadap tanda dan kepatenan jalan
lokasi sianosis. napas.
g. Pantau e. Dehidrasi
pemeriksaan merusak
laboratorium, kemampuan
dengan tepat grafik untuk
seri GDA. membersihkan
h. Pantau jumlah jalan napas saat
pemberian oksigen mucus menjadi
dan durasi kental.
pemberian. f. Sianosis adalah
i. Catat fraksi tanda lanjut dari
oksigen dalam PaO2 rendah.
udara inspirasi g. Hipoksemia,
(FIO2) setiap jam. hiperkapnia, dan
j. Mulai drinase asidosis
postural, fisioterapi menurunkan
dada, vibrasi lobus produksi
setiap 2 jam, sesuai surfaktan.
indikasi, perhatikan h. Kadar oksigen
toleransi bayi serum tinggi
terhadap prosedur. yang lama
k. Berikan makanan disertai dengan
dengan selang tekanan tinggi
nasogastrik atau yang lama
orogastrik sebagai diakibatkan dari
pengganti IPPB dapat
pemberian mempredisposisi
makanan dengan kan bayi pada
ASI, bila tepat. displasia
l. Berikan obat- bronkopulmonal.
obatansesuai i. Jumlah oksigen
indikasi: yang diberikan,
Natrium bikarbonat diekspresikan
sebagai FIO2
ditentukan secara
individu,
berdasarkan
sampel darah
kapiler.
j. Memudahkan
penghilangan
sekresi. Lama
waktu yang
digunakan setiap
lobus
dihubungkan
dengan toleransi
bayi.
k. Menurunkan
kebutuhan
oksigen,
meningkatkan
istirahat,
menghemat
energi,
menurunkan
resiko aspirasi.

l. Penggunaan
natrium
bikarbonat yang
hati-hati dapat
membantu
mengembalikan
pH kedalam
rentang normal.
5. EBN

Kelahiran prematur menjadi penyebab morbiditas dan mortalitas perinatal. Bayi yang lahir
prematur memiliki risiko kematian yang lebih tinggi, risiko penyakit, dan masalah
pertumbuhan lainnya dibandingkan dengan bayi normal. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui faktor risiko saat kehamilan dengan kejadian kelahiran prematur.

Jurnal dengan judul Faktor Risiko Kejadian Kelahiran Prematur Di Rumah Sakit Ibu Dan
Anak Siti Fatimah Kota Makasar dengn hasil riwayat kelahiran prematur dan preeklampsi
merupakan faktor risiko, yang bukan faktor risiko adalah paritas, jarak kehamilan, anemia ibu,
dan riwayat abortus, sedangkan kehamilan kembar tidak dapat dianalisis OR.

D. RUPTURE UTERI

1. DEFINISI

Ruptura uteri digolongkan menjadi ruptura uteri lengkap dan ruptura uteri tidak
lengkap, tergantung apakah laserasi tersebut berhubungan dengan kavum peritonei
(lengkap) atau dipisahkan dari kavum tersebut oleh peritoneum viseralis uterus atau oleh
ligamentum kardinale (tidak lengkap). Ruptura uteri yang tidak lengkap bisa berubah
menjadi lengkap.

Ruptura paling tidak berarti pelepasan atau pemisahan luka insisi lama di
sepanjang uterus dengan robeknya selaput ketuban sehingga kavum uteri berhubungan
langsung dengan kavum peritoneum.

2. Faktor Resiko :
Berdasarkan kepustakaan yang ada beberapa faktor yang merupakan penyebab
terjadinya ruptura uteri di antaranya adalah :
a. parut uterus (seksio sesaria, miomektomi, abortus sebelumnya),
b. trauma (kelahiran operatif: versi, ekstraksi bokong, forceps perangsangan oksitosin
yang berlebihan, kecelakaan, pemasangan misoprostol yang berlebihan),
c. ruptura uteri spontan yang tidak berparut (disproporsi kepala panggul, malpresentasi
janin, anomali janin, leiomioma uteri dan distosia bahu),
d. faktor-faktor lain (plasenta akreta, inkreta,panyakit trofoblas invasif).
Faktor Predisposisi: terjadinya ruptura uteri salah satunya adalah multipara. Hal ini
mungkin disebabkan karena pada multipara dinding uterus sudah lemah, karena
persalinan sebelumnya menyebabkan luka-luka kecil sehingga di tengah-tengah
miometrium terdapat penambahan jaringan ikat yang mengakibatkan kekuatan dinding
uterus menjadi berkurang; akibat selanjutnya pada waktu terjadi regangan saat persalinan
berikutnya lebih mudah terjadi ruptura uteri.

3. ETIOLOGI

A. Ruptur jaringan parut uterus

1) Jaringan parut seksio sesarea ( merupakan penyebab terbanyak)


2) Riwayat kuretase atau perforasi uterus
3) Trauma abdomen

B. Persalinan yang terhambat akibat disproporsi cephalopelvik

C. Stimulasi yang berlebihan pada uterus pada induksi persalinan

1) Pematangan serviks ( Misoprostol atau Dinoprostone)


2) Penggunaan kokain pada masa kehamilan

D. Faktor-faktor lain

1) Peregangan uterus yang berlebihan


2) Neoplasia Trofoblastik Gestasional
3) Pelepasan plasenta yang sulit secara manual
4. MEKANISME TERJADINYA RUPTURA UTERI
Mekanisme utama dari ruptura uteri disebabkan oleh peregangan berlebihan dari
uterus yang kadang disertai pembentukan cincin retraksi patologis pada ruptura uteri. Bila
disproporsi yang terjadi sedemikian besar maka uterus menjadi sangat teregang dan
kemudian dapat menyebabkan ruptura. Walaupun jarang, dapat timbul konstriksi atau
cincin lokal uterus pada persalinan yang berkeapanjangan. Yang paling sering adalah
cincin retraksi patologis Bandl. Lingkaran Bandl ini dianggap fisiologik bila dijumpai 2-3
jari di atas simfisis, bila meninggi maka kita harus waspada terhadap kemungkinan
adanya ruptura uteri iminens (RUI). Pada waktu in partus, korpus uteri mengadakan
kontraksi sedang SBR tetap pasif dan serviks menjadi lembek (effacement dan
pembukaan). Bila oleh sesuatu sebab partus tidak dapat maju (obstruksi), sedang korpus
uteri berkontraksi terus dengan hebatnya (his kuat), maka SBR yang pasif akan tertarik ke
atas menjadi bertambah regang dan tipis- lingkaran Bandl ikut meninggi, sehingga suatu
waktu terjadilah robekan pada SBR tadi- Ruptura Uteri.

5. GEJALA RUPTURA UTERI

a. Partus telah lama berlangsung

b. Pasien nampak gelisah, ketakutan, disertai dengan perasaan nyeri di perut.

c. Pada setiap datangnya his pasien memegang perutnya dan mengerang kesakitan
bahkan meminta supaya anaknya secepatnya dikeluarkan.

d. Pernafasan dan denyut nadi lebih cepat dari biasa.

e. Ada tanda dehidrasi karena partus yang lama (prolonged labor), yaitu mulut kering,
lidah kering dan haus, badan panas (demam).

f. His lebih lama, lebih kuat dan lebih sering bahkan terus-menerus.

g. Ligamentum rotundum teraba seperti kawat listrik yang tegang, tebal dan keras,
terutama sebelah kiri atau keduanya.

h. Pada waktu datang his, korpus uteri teraba keras (hipertonik) sedangkan SBR teraba
tipis dan nyeri kalau ditekan.

i. Di antara korpus dan SBR nampak lingkaran Bandl sebagai lekukan melintang yang
bertambah lama bertambah tinggi, menunjukkan SBR yang semakin tipis dan
teregang. Sering lingkaran Bandl ini dikelirukan dengan kandung kemih yang penuh,
untuk itu lakukan kateterisasi kandung kemih. Dapat peregangan dan tipisnya SBR
terjadi di dinding belakang sehingga tidak dapat kita periksa, misalnya terjadi pada
asinklitismus posterior atau letak tulang ubun-ubun belakang.
j. Perasaan sering mau kencing karena kandung kemih juga tertarik dan teregang ke
atas, terjadi robekan-robekan kecil pada kandung kemih, maka pada kateterisasi ada
hematuri.

k. Pada auskultasi terdengar denyut jantung janin tidak teratur (asfiksia).

l. Pada pemeriksaan dalam dapat dijumpai tanda-tanda obstruksi seperti edema porsio,
vagina, vulva dan kaput kepala janin yang besar.

6. KOMPLIKASI

a. Infeksi post operasi

b. Kerusakan ureter

c. Emboli cairan amnion

d. DIC

e. Kematian maternal

f. Kematian perinatal

7. Pengkajian Fisik

A . Anamnesis dan Inspeksi

1) Pada suatu his yang kuat sekali, pasien merasa kesakitan yang luar biasa, menjerit
seolah-olah perutnya sedang dirobek kemudian jadi gelisah, takut, pucat, keluar
keringat dingin sampai kolaps.

2) Pernafasan jadi dangkal dan cepat, kelihatan haus.

3) Muntah-muntah karena perangsangan peritoneum.

4) Syok, nadi kecil dan cepat, tekanan darah turun bahkan tak terukur .
5) Keluar perdarahan pervaginam yang bpervaginam yang biasanya tak begitu
banyak, lebih-lebih kalau bagian terdepan atau kepala sudah jauh turun, dan
menyumbat jalan lahir.

6) Kadang-kadang ada perasaan nyeri yang menjalar ke tungkai bawah dan di bahu.

7) Kontraksi uterus biasanya hilang.

8) Terdapat defans muskuler dan kemudian menjadi kembung dan meteorismus.

B . Palpasi

1) Teraba krepitasi pada kulit perut yang menandakan adanya emfisema subkutan

2) Bila kepala janin belum turun, akan mudah dilepaskan dari pintu atas panggul.

3) Bila janin sudah keluar dari kavum uteri, jadi berada di rongga perut maka teraba
bagian-bagian janin langsung di bawah kulit perut, dan di sampingnya kadang-
kadang teraba uterus sebagai suatu bola keras sebesar kelapa.

4) Nyeri tekan pada perut, terutama pada tempat yang robek.

C. Auskultasi .

Biasanya denyut jantung janin sulit atau tidak terdengar lagi beberapa menit
setelah ruptura, apalagi kalau plasenta juga ikut terlepas dan masuk ke rongga perut.

D. Pemeriksaan Dalam.

1) Kepala janin yang tadinya sudah turun ke bawah, dengan mudah dapat didorong ke
atas, dan ini disertai keluarnya darah pervaginam yang agak banyak.

2) Kalau rongga rahim sudah kosong dapat diraba robekan pada dinding rahim dan
kalau jari atau tangan kita dapat melalui robekan tadi, maka dapat diraba usus,
omentum, dan bagian-bagian janin. Kalau jari tangan kita yang di dalam kita
temukan dengan jari luar, maka terasa seperti dipisahkan oleh bagian yang tipis
sekali dari dinding perut, juga dapat diraba fundus uteri.
E. PROLAPSUS UMBILICAL CORD

1. Definisi
Prolaps tali pusat adalah Tali pusat berada di samping atau melewati bagian
terendah janin dalam jalan lahir sebelum ketuban pecah. (Mansjoer Arif, 2000,hal.308)
Prolaps Tali Pusat adalah Keadaan darurat yang mana keadaan tali pusat
dipindahkan diantara bagian yang disiapkan untuk janin dan tulang pelvis ibu. ( Maternal
Invant Health, hal 68)
2. Klasifikasi Prolaps Tali Pusat
a. Tali pusat menumbung (prolapsus funikuli): jika tali pusat teraba keluar atau berada
disamping dan melewati bagian terendah janin di dalam jalan lahir, tali pusat dapat
prolaps ke dalam vagina atau bahkan diluar vagina setelah ketuban pecah.
b. Tali pusat terdepan (tali pusat terkemuka): jika tali pusat berada disamping bagian
besar janin dapat teraba pada kanalis servikalis, atau lebih rendah dari bagian bawah
janin sedangkan ketubah masih intek atau belum pecah.
c. Occult prolapse: keadaan dimana tali pusat terletak di samping kepala atau di dekat
pelvis tapi tidak dalam jangkauan jari pada pemeriksaan vagina. (Winkjosastro,2005
Kedaruratan obsterti & Ginekologi, hal 372)
3. Etiologi
1. Etiologi fetal
Sebagian besar dari tali pusat menumbung terjadi pada presentasi:
Letak lintang
Letak sungsang presentasi bokong, terutama bokong kaki.
Prematuritas: seringnya kedudukan abnormal pada persalinan prematur, yang
salah satunya disebabkan karena bayi yang kecil.
Gemeli: faktor-faktor yang mempengaruhi meliputi gangguan adaptasi, frekuensi
presentasi abnormal yang lebih besar.
Polihidramnion: ketika ketuban pecah, sejumlah besar cairan mengalir ke luar dan
tali pusat hanyut ke bawah.
2. Etiologi Maternal
Disproporsi kepala panggul: disproporsi antara panggul dan bayi menyebabkan
kepala tidak dapat turun dan pecahnya ketuban dapat diikuti tali pusat
menumbung.
Bagian terendah yang tinggi: tertundanya penurunan kepala untuk sementara dapat
terjadi meskipun panggul normal.
3. Etiologi dari tali pusat dan plasenta
Tali pusat yang panjang: semakin panjang tali pusat, maka semakin mudah
menumbung.
Plasenta letak rendah: jika plasenta dekat serviks maka akan menghalangi
penurunan bagian terendah. Disamping itu insersi tali pusat lebih dekat serviks.
F. PROLAPS UTERI
1. Definisi
Prolapsus uteri adalah keadaan dimana turunnya uterus melalui hiatus genitalis
yang disebabkan kelemahan ligamen-ligamen (penggantung), fasia (sarung) dan otot
dasar panggul yang menyokong uterus.
2. Klasifikasi
Tingkat I : Uterus turun dengan serviks paling rendah dalam introitus vagina
Tingkat II : Uterus sebagian keluar dari vagina
Tingkat III : Uterus keluar seluruhnya dari vagina yang disertai dengan inversio vagina
(PROSIDENSIA UTERI)
3. Etiologi
Etiologi dari prolapsus uteri terdiri dari :

Kelemahan jaringan ikat pada daerah rongga panggul, terutama jaringan ikat
tranversal.
Pertolongan persalinan yang tak terampil sehingga meneran terjadi pada saat
pembukaan belum lengkap.
Terjadi perlukaan jalan lahir yang dapat menyebabkan lemahnya jaringan ikat
penyangga vagina.
Ibu yang banyak anak sehingga jaringan ikat di bawah panggul kendor.
Menopause juga dapat menyebabkan turunnya rahim karena produksi hormon estrogen
berkurang sehingga elastisitas dari jaringan ikat berkurang dan otot-otot panggul
mengecil yang menyebabkan melemahnya sokongan pada rahim.

H. kajian islam tentang persalinan

QS Al Mumiin ayat 67: Dialah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes
mani, sesudah itu dari Al Alaq, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak,
kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), kemudian
(dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu.
(kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu
memahami
Al-Qiyammah{75} ayat 37-39: Bukankah dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke
dalam rahim),Kemudian mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah menciptakannya, dan
menyempurnakannya, Lalu Allah menjadikan daripadanya sepasang: laki-laki dan
perempuan. (nya).

Al-Infitaar{82}ayat 7-8: Yang Telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan


kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh)mu seimbang,Dalam bentuk apa saja yang dia
kehendaki, dia menyusun tubuhmu.
BAB III

KESIMPULAN dan SARAN

A.KESIMPULAN

Dari pembahasan makalah diatas,dapat diambil kesimpulan bahwa Persalinan adalah


proses pengeluaran hasil konsepsi ( janin dan plasenta ) yang telah cukup bulan atau
hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau
tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Manuaba (2002)

Terdapat berbagai macam komplikasi persalinan yang muncul seperti Distosia, Ruptur
Uteri, Ketuban Pecah Dini, Premature Labor, Posterm Labor, Prolaps Uteri, Prolapsus
Umbilical Cord.

B. SARAN

Mahasiswa /i diharapkan dapat menangani masalah dan komplikasi yang mungkin


muncul saat proses kelahiran normal maupun yang abnormal di dalam praktik keperawatan
di Rumah Sakit.

Mahasiswa/i dapat mengaplikasikan ilmu dan wawasan dalam praktik secara langsung di
Rumah Sakit maupun di Klinik Bersalin.
DAFTAR PUSTAKA

Al-quran

http://www.e-jurnal.com/2013/09/pengertian-ketuban-pecah-dini.html

dr. salim Jakarta Jasa Pembuatan Referat Kedokteran / Makalah / Artikel / Case Jurnal / Bahan
Presentasi https://dokterbagus.wordpress.com/2013/08/23/ruptur-uteri/

http://jurnal.unpad.ac.id/ijas/article/view/2738/2374

http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/9406

NANDA 2015 2017

NIC

NOC

Anda mungkin juga menyukai