Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

KETUBAN PECAH DINI (KPD)

Oleh :
Mahasiswa Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang Prodi D-IV Kebidanan
Jember

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN JEMBER 2021-2022
i

LEMBAR PENGESAHAN

Pembimbing Praktik

...............................................
NIP........................................

Pembimbing Akademik

...............................................
NIP........................................
ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat ini masih memberikan
kami nikmat iman dan kesehatan, sehingga Laporan Pendahuluan Letak Sungsang ini
dapat diselesaikan dengan baik Laporan Pendahuluan ini disusun dalam rangka
praktik Asuhan Kebidanan Kegawatdanuratan Maternal dan Neonatal di Rumah Sakit
yang đitetapkan pada mahasiswa prodi Kebidanan Jember Poltekkes Malang Selain
itu untuk meningkatkan dan memperdalam pengetaluan tentang Ketuban Pecah Dini.
Dalam penyusunan laporan pendahuluan ini penulis menghadapi banyak hambatan
dan rintangan. Namun atas bantuan dari banyak pihak laporan pendahuluan ini dapat
terselesaikan dengan baik. Karenanya pada kesempatan ini penulis menyampaikan
rasa hormat dan terimakasih kepada:

1. Ibu Sugijati, SST., M.Kes, selaku Ketua Prodi D-IV Kebidanan Jember
2. Ibu Yuniasih Purwaninngrum, S.SiT., M.Kes yang telah bersedia
membimbing kami ditempat pendidikan
3. Bidan pembimbing yang telah bersedia membimbing kami di lahan praktik
4. Berbagai pihak yang membantu proses penyusunan laporan komprehensif ini

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan pendaluluan ini masih


terdapat banyak kekurangan. Maka dari itu kritik dan saran yang membangun sangat
penulis harapkan Penulis berharap semoga penyusunan laporan pendahmluan ini
dapat bermanfaat bagi pembaca maupun penulis.

Jember, 26 Maret 2022

Penulis
iii
iv

DAFTAR ISI

LAPORAN PENDAHULUAN.....................................................................................1
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................................4
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................4
1.2 Tujuan..................................................................................................................5
1.3 Manfaat................................................................................................................5
BAB 2 PEMBAHASAN...............................................................................................7
2.1 Pengertian Ketuban Pecah Dini (KPD)................................................................7
2.2 Etiologi Ketuban Pecah Dini (KPD)....................................................................7
2.3 Mekanisme Ketuban Pecah Dini (KPD)..............................................................9
2.4 Tanda Dan Gejala Ketuban Pecah Dini (KPD)..................................................10
2.5 Diagnosis Ketuban Pecah Dini (KPD)...............................................................10
2.6 Pemeriksaan Penunjang Ketuban Pecah Dini (KPD)........................................11
2.7 Pengaruh Ketuban Pecah Dini (KPD) Terhadap Ibu Dan Janin .......................11
2.8 Asuhan Kebidanan Pada Ibu Dengan Kelainan Ketuban Pecah Dini (KPD)....12
2.9 Penatalaksanaan Selanjutnya Tergantung Dari Usia Kehamilan.......................12
ASUHAN KEBIDANAN TEORI...............................................................................14
BAB 3..........................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................26
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ketuban Pecah Dini (KPD) atau Ketuban Pecah Sebelum Waktunya (KPSW)
sering disebut dengan premature repture of the membrane (PROM) didefinisikan
sebagai pecahnya selaput ketuban sebelum waktunya melahirkan. Pecahnya ketuban
sebelum persalinan atau pembukaan pada primipara kurang dari 3 cm dan pada
multipara kurang dari 5 cm. Hal ini dapat terjadi pada kehamilan aterm maupun pada
kehamilan preterm. Pada keadaan ini dimana risiko infeksi ibu dan anak meningkat.
Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam masalah obstetri yang juga
dapat menyebabkan infeksi pada ibu dan bayi serta dapat meningkatkan kesakitan dan
kematian pada ibu dan bayi (Purwaningtyas, 2017).
Ada dua macam kemungkinan ketuban pecah dini, yaitu premature rupture of
membrane dan preterm rupture of membrane. Gejalanya sama, yaitu keluarnya cairan
dan tidak ada keluhan sakit. KPD dapat terjadi setelah ibu hamil mengalami trauma,
mulut rahim yang lemah sehingga tidak bisa menahan kehamilan, ketegangan rahim
yang berlebihan, kelainan letak janin seperti sungsang atau melintang, atau kelainan
bawaan dari selaput ketuban. Bisa pula karena infeksi yang kemudian menimbulkan
proses biomekanik pada selaput ketuban sehingga memudahkan ketuban pecah.
KPD mengakibatkan terjadinya oligo hidramnion, kondisi ini akan
mempengaruhi janin karena sedikitnya volume air ketuban akan menyebabkan tali
pusat tertekan oleh bagian tubuh janin akibatnya aliran darah dari ibu ke janin
berkurang sehingga bayi mengalami hipoksia atau gangguan pertukaran O2 hingga
fetal distress dan berlanjut menjadi asfiksia pada bayi baru lahir. Laporan World
Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa Angka Kematian Bayi (AKB)
akibat asfiksia kawasan Asia Tenggara merupakan kedua yang paling tinggi yaitu
sebesar 142 per 1000 setelah Afrika. Di tahun 2011, Indonesia merupakan negara

5
6

dengan AKB dengan asfiksia tertinggi kelima untuk negara ASEAN yaitu 35 per
1000, dimana Myanmar 48 per 1000, Laos dan Timor Laste 48 per 1000, Kamboja 36
per 1000.
Menurut WHO, kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) atau insiden PROM
(prelobour rupture of membrane) berkisar antara 5-10% dari semua kelahiran. KPD
preterm terjadi 1% dari semua kehamilan dan 70% kasus KPD terjadi pada kehamilan
aterm. Pada 30% kasus KPD merupakan penyebab kelahiran prematur (WHO, 2014).

1.2 Tujuan
Meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang asuhan kebidanan pada ibu
hamil dengan ketuban pecah dini (KPD).

1.3 Manfaat
1. Mahasiswa Dapat Memahami Pengertian Tentang Ketuban Pecah Dini.
2. Mahasiswa Dapat Memahami Etiologi Ketuban Pecah Dini.
3. Mahasiswa Dapat Memahami Mekanisme Ketuban Pecah Dini.
4. Mahasiswa Dapat Memahami Tanda Dan Gejala Ketuban Pecah Dini.
5. Mahasiswa Dapat Memahami Diagnosis Ketuban Pecah Dini.
6. Mahasiswa Dapat Memahami Pemeriksaan Penunjang Pada Kasus
Ketuban Pecah Dini.
7. Mahasiswa Dapat Memahami Pengaruh Ketuban Pecah Dini Pada Ibu dan
Janin.
8. Mahasiswa Dapat Memahami Asuhan Kebidanan Pada Ibu Dengan
Kelainan Ketuban Pecah Dini.
9. Mahasiswa Dapat Memahami Penatalaksanaan Lanjutan Ketuban Pecah
Dini.
10.
7

BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ketuban Pecah Dini (KPD)


Ketuban Pecah Dini (KPD) atau Ketuban Pecah Sebelum Waktunya
(KPSW) atau Ketuban Pecah Prematur (KPP) adalah keluarnya cairan dari jalan
lahir/vagina sebelum proses persalinan atau disebut juga Premature Rupture of
Membrane = Prelabour Rupture Of Membrane = PROM.
Dalam keadaan normal ketuban pecah dalam proses persalinan. Ketuban
pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan. Bila ketuban
pecah dini terjadi pada kehamilan di bawah 37 minggu disebut ketuban pecah dini
premature. Dalam keadaan normal 8-10% perempuan hamil aterm mengalami
ketuban pecah dini. (Prawirahardjo, 2014: 677).
2.2 Etiologi Ketuban Pecah Dini (KPD)
Belum pasti penyebab terjadinya ketuban pecah dini, namun faktor-faktor
yang lebih sulit di ketahui. Kemungkinan yang menjadi faktor predisposisi
adalah:
a. Infeksi
Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban yang berasal
dari vagina atau infeksi cairan ketuban yang menyebabkan terjadinya
ketuban pecah dini.
b. Jumlah paritas
Wanita yang telah melahirkan beberapa kali maka akan lebih beresiko
tinggi mengalami KPD pada kehamilan berikutnya. Kehamilan yang
terlalu sering dapat mempengaruhi embryogenesis, selaput ketuban lebih
tipis sehingga mudah pecah sebelum waktunya dan semakin banyak
paritas semakin mudah terjadi infeksi amnion karena rusaknya struktur
serviks pada persalinan sebelumnya.
8

Wanita dengan paritas kedua dan ketiga pada usia reproduktif biasanya
relatif memilii keadaan yang lebih aman untuk hamil dan melahirkan
karena pada keadaan tersebut dinding uterus lebih kuat karena belum
banyak mengalami perubahan, dan serviks belum terlalu sering mengalami
pembukaan sehingga dapat menyanggah selaput ketuban dengan baik.
Wanita yang telah melahirkan beberapa kali akan lebih beresiko pada
mengalami KPD, karena jaringan ikat selaput ketuban mudah rapuh yang
diakibatkan oleh vaskularisasi pada uterus mengalami gangguan yang
mengakibatkan akhirnya selaput ketuban mengalami pecah spontan.
c. Serviks yang inkompeten kanalis servikalis yang selalu terbuka yang di
sebabkan karna kelainan pada serviks uteri (akibat persalinan, curatage).
d. Tekanan pada intera uterin yang meninggi atau meningkat secara
berlebihan (overdistensi uterus), misalnya trauma, hidramnion, gemelli.
e. Trauma yang di dapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam,
maupun amnosintesis menyebabkan terjadinya KPD karena biasanya di
sertai infeksi.
f. Kelainan letak, misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian terendah
yang menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan
terhadap membran bagian bawah.

Kelainan letak pada janin dapat meningkatkan kejadian KPD karena kelainan
letak dapat memungkinkan ketegangan otot rahim meningkat sehingga dapat
menyebabkan KPD. Besar kecinya janin dan posisi janin yang dikandung tidak
menyebabkan peregangan pada selaput ketuban seperti pada keadaan normal,
sungsang ataupun melintang, karena sebenarnya yang dapat mempengaruhi KPD
adalah kuat lemahnya selaput ketuban menahan janin (Budi, Ayu Novita, 2017).
9

2.3 Mekanisme Ketuban Pecah Dini (KPD)


Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini Ketuban pecah dalam
persalinan secara umum disebabkan kontraksi uterus dan peregangan berulang.
Pada kondisi yang normal kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion,
fibrolast, jaringan retikuler korion dan trofoblas, sintesis maupun degradasi
jaringan kolagen dikontrol oleh sistem aktifitas dan inhibisi interleukin -1 (iL-1)
dan prostaglandin, prostaglandin berfungsi untuk membantu oksitosin dan
estrogen dalam merangsang aktivitas otot polos, hormon ini dihasilkan oleh
uterus dan produksi hormon ini meningkat pada akhir kehamilan saja, akan tetapi
karena ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas iL-1 dan
prostaglandin, menghasilkan kolagenase jaringan, sehingga terjadi depolimerasi
kolagen pada selaput korion/amnion, menyebabkan ketuban tipis, lemah dan
mudah pecah spontan sehingga terjadi ketuban pecah dini.
Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda. Pada trimester ketiga
selaput ketuban akan muda pecah. Melemahnya kekuatan selaput ketuban ada
hubungannya dengan pembesaran uterus, kontraksi Rahim, dan gerakan janin.
Pada trimester terakhir terjadi perubahan biokimia pada selaput ketuban.
Pecahnya ketuban pada kehamilan aterm merupakan hal yang fisiologis. KPD
pada kehamilan prematur disebabkan oleh adanya faktor-faktor eksternal,
misalnya infeksi yang menjalar dari vagina. Ketuban Pecah Dini prematur sering
terjadi pada polihidromnion, inkompeten serviks, solusio plasenta
(Prawirohardjo,2014:678).
2.4 Tanda Dan Gejala Ketuban Pecah Dini (KPD)
a. Adanya cairan yang berisi mekonium (kotoran janin), verniks kaseosa
(lemak putih) rambut lanugo atau (bulu-bulu halus) bila telah terinfeksi
bau.
b. Pemeriksaan inspekulo, lihat dan perhatikan apakah memang air ketuban
keluar dari kanalis servikalis pada bagian yang sudah pecah, atau terdapat
cairan ketuban pada forniks posterior.
10

c. USG : volume cairan amnion berkurang/oligohidramnion


d. Terdapat infeksi genital (sistemik)
e. Gejala Chorioamnionitis

2.5 Diagnosis Ketuban Pecah Dini (KPD)


Tentukan pecahnya selaput ketuban, dengan adanya cairan ketuban di
vagina. Jika tidak ada dapat dicoba dengan menggerakkan sedikit bagian
terbawah janin atau meminta pasien batuk atau mengedan. Penentuan cairan
ketuban dapat dilakukan dengan tes lakmus (Nitrazin test) merah menjadi biru.
Tentukan usia kehamilan, bila perlu dengan pemeriksaan USG. Tentukan ada
tidaknya infeksi. Tanda-tanda infeksi adalah bila suhu ibu lebih dari 38°C serta
air ketuban keruh dan berbau. Leukosit darah>15.000/mmᵌ. Janin yang
mengalami takikardia, mungkin mengalami infeksi intrauterine. Tentukan tanda-
tanda persalinan dan skoring pelvik. Tentukan adanya kontraksi yang teratur.
Periksa dalam dilakukan bila akan dilakukan penanganan aktif (terminasi
kehamilan).

2.6 Pemeriksaan Penunjang Ketuban Pecah Dini (KPD)


a. Pemeriksaan Laboratorium Cairan vagina yang keluar dari vagina harus di
periksa: warna, konsentrasi, bau dan pHnya.
1. Tes Lakmus (tes nitrazin) Jika kertas lakmus merah berubah menjadi
biru menunjukkan adanya air ketuban (alkalis).
2. Mikroskopik (Tes Pakis)
Dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan di biarkan
kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran daun pakis.
b. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ini di lakukan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum
uteri
11

2.7 Pengaruh Ketuban Pecah Dini (KPD) Terhadap Ibu Dan Janin
a. Prognosis Janin
1. Persalinan Prematuritas.
2. Prolaps funiculli/penurunan tali pusat.
3. Hipoksia dan Asfiksia sekunder (kekurangan oksigen pada bayi)
Mengakibatkan kompresi tali pusat, prolaps uteri, dry
labour/partus lama, apgar score rendah, ensefalopaty,
cerebralpalsy, perdarahan intrakranial, renal failure, respiratory
distress.
b. Prognosis ibu
1. Infeksi intrapartal dalam persalinan.
2. Jika terjadi infeksi dan kontraksi ketuban pecah maka bisa
menyebabkan sepsis yang selanjutnya dapat mengakibatkan
meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas.
3. Infeksi puerperalis/masa nifas.
4. Dry labour/Partus lama.
5. Perdarahan post partum.
6. Meningkatkan tindakan operatif obstetric (khususnya SC).
7. Morbiditas dan mortalitas maternal.

2.8 Asuhan Kebidanan Pada Ibu Dengan Kelainan Ketuban Pecah Dini (KPD)
a. Konseling pada ibu dan/suami dan keluarga
b. Melakukan rujukan pasien ke rumah sakit

2.9 Penatalaksanaan Selanjutnya Tergantung Dari Usia Kehamilan


a. Konservatif
1. Rawat di Rumah Sakit.
2. Berikan antibiotik (ampicillin 4 x 500 mg selama 7 hari).
3. Jika umur kehamilan < 32-34 minggu, dirawat selama air ketuban
masih keluar, atau sampai air ketuban tidak lagi keluar.
12

4. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak infeksi,


tes busa negatif: beri dexamethason, observasi tanda-tanda infeksi,
dan kesejahteraan janin. Terminasi pada kehamilan 37 minggu.
5. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada
infeksi, berikan tokolitik (salbutamol), dexamethason, dan induksi
sesudah 24 jam.
6. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan
lakukan induksi.
7. Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leokosit, tanda-tanda infeksi
intrauterin).
8. Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid, untuk
memacu kematangan paru janin, dan kalau memungkinkan periksa
kadar lesitin dan spingomielin tiap minggu. Dosis betametason 12
mg dosis tunggal selama 2 hari, dexamethason IM 5 mg setiap 6
jam sebanyak 4 kali
b. Aktif
1. Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal
seksio sesarea. Dapat pula diberikan misoprostrol 50 mg
intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali.
2. Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotik dosis tinggi, dan
persalinan diakhiri:
a) Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan serviks,
kemudian induksi. Jika tidak berhasil, akhiri persalinan
dengan seksio sesarea.
b) Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan, partus
pervaginam.
13

ASUHAN KEBIDANAN TEORI

Tanggal/Waktu :

Tempat :

Pengkaji :

A. Data Subjektif

Data subyektif menurut Nursalam (2003), adalah data yang di dapat dari klien
sebagai suatu pendapat terhadap situasi dan kejadian. Informasi tersebut tidak
dapat ditentukan oleh tenaga kesehatan secara independent tetapi melalui suatu
sistem interaksi atau komunikasi, data yang diperoleh yaitu sebagai berikut:

1. Biodata
a. Nama : Untuk mengenal dan mengetahui pasien
b. Umur : Umur di catat dalam tahun untuk mengetahui adanya
resiko seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat
reproduksi belum matang, mental dan psikis belum
siap.
c. Agama : Untuk memberikan motivasi dorongan moril sesuai
Dengan agama yang dianut.
d. Suku : Untuk mengetahui faktor bawaan atau ras
e. Pendidikan : Perlu dinyatakan karena tingkat pendidikan
berpengaruh pada pengetahuan.
f. Pekerjaan : Untuk mengetahui status ekonomi keluarga.
g. Alamat : Untuk mengetahui tempat tinggal serta mempermudah
14

Pemantauan bila perlu dilakukan.


2. Alasan datang atau keluhan utama
Keluhan utama adalah mengetahui keluhan yang di rasakan saat
pemeriksaan (varney, 2004). Keluhan yang dirasakan ibu bersalin dengan
ketuban pecah dini adalah ibu mengatakan mengeluarkan cairan yang
merembes melalui vagina, ada bercak yang banyak di vagina, nyeri perut
dan demam (Mochtar,2003)
3. Riwayat Haid / menstruasi
Untuk mengetahui menarche, siklus, lama, banyaknya, haid teratur
atau tidak, sifat darah, disminohoe atau tidak (Wheeler, 2004).
4. Riwayat perkawinan
Untuk mengetahui status perkawinan klien dan lamanya perkawinan
(Wheeler, 2004).
5. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas
a. Kehamilan : Untuk mengetahui berapa umur kehamilan
(Winkjosastro, 2007).
b. Persalinan : Spontan atau buatan lahir aterm atau pada perdarahan
atau tidak, waktu persalinan ditolong oleh siapa,
dimana tempat melahirkan (Winkjosastro, 2007).
c. Nifas : Untuk mengetahui hasil akhir persalinan (abortus,
lahir hidup, apakah dalam kesehatan yang baik)
apakah terdapat komplikasi atau intervensi pada masa
nifas dan apakah ibu tersebut mengetahui
penyebabnya (Sujiyatini, 2009).
6. Riwayat kehamilan sekarang
Riwayat kehamilan sekarang perlu di kaji untuk mengetahui apakah ibu
resmi atau tidak, meliputi:
a. Hari Pertama Haid (HPHT).
Digunakan untuk mengetahui umur (Winkjosastro, 2007).
15

b. HariPerkiraan Lahir (HPL)


Untuk mengetahui perkiraan lahir (Winkjosastro, 2007).
c. Keluhan-keluhan
Untuk mengetahui apakah ada keluhankeluhan pada trimester I, II,
dan III (Winkjosastro,2007).
d. Ante Natal Care (ANC)
Mengetahui riwayat ANC, teratur tidak, tempat ANC, dan saat
kehamilannberapa 9 Sujiyatini, 2009).
7. Riwayat keluarga berencana
Ibu pernah atau belum pernah menjadi akseptor KB, bila pernah di
sebutkan alat kontrasepsi apa yang pernah dipakai dan lamanya
penggunaaan, dehingga dapat diketahui jarak kehamilana (Nursalam,
2003).
8. Riwayat penyakit
a. Riwayat penyakit sekarang Untuk mengetahui penyakit yang diderita
saat ini (Sujiyatini, 2009).
b. Riwayat penyakit sistemik
Untuk mengetahui apakah pasien menderita seperti jantung, ginjal,
asma, hipatitis, epilepsi atau penyakit lainnya (Sujiyatini, 2009).
c. Riwayat Penyakit keluarga
Untuk mengetahui apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit
menular seperti TBC dan hepatiti, menurun seperti jantung dan DM
(Sujiyatini, 2009).
d. Riwayat keturunan kembar
Untuk mengetahui tidaknya keturunan kembar dalam keluarga
(Sujiyatini, 2009).
e. Riwayat operasi
Untuk mengetahui riwayat operasi yang pernah dijalani (Sujiyatini,
2009)
16

9. Data kebiasaan sehari-hari


a. Nutrisi
Dikaji untuk menanyakan ibu hamil apakah menjalani diet khusus,
bagaimana nafsu makannya, jumlah makana, minum atau cairan
yang masuk (Alimul, 2006).
b. Personal Hygiene
Untuk mengetahui berapa kali pasien mandi, gosok gigi, keramas,
ganti pakain (Wiknjosastro, 2007).
c. Eliminasi
Hal ini di kaji untuk mengatahui kebiasaan BAK dan BAB yang
meliputi frekuansi dan kosistensi (Alimul, 2006).
d. Aktivitas
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu dapat istirahat atau tidur sesui
kebutuhan.
e. Istirahat
Dikaji untuk mengetahui berapa jam ibu tidur malam dan berapa
jam ibu tidur siang (Saefuddin, 2006).
f. Data psikososial
Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap bayinya, misal
wanita mengalami banyak perubahan emosi psikologis selama masa
bersalin.
g. Kebiasaan sosial budaya
Untuk mengetahui pasien dan keluarga yang menganut adat istiadat
yang akan menguntungkan atau merugikan pasien khusus pada
masa bersalin, misalnya pada kebiasaan pantangan makan
(Ambarwati, 2007).
17

B. Data Objektif
Data objektif objektif adalah data yang sesungguhnya yang dapat diobservasi
dan lihat oleh tenaga kesehatan (Nursalam, 2003). Data objektif meliputi:

1. Status generalis
a. Keadaan umum
Untuk mengetahui keadaan umum apakah baik, sedang, jelek
(Prihardjo, 2007).
b. Kesadaran: Untuk mengetahui tingkat kesadaran pasien apakah
composmentis, apatis, somnolen, delerium, korna dan koma (Varney,
2009).
c. Tekanan darah
Untuk mengetahui faktor resiko hipertensi dan hipotensi, batas normal
120/80 mmhg (Saefuddin, 2006).
d. Suhu
Untuk mengetahui suhu tubuh klien.
e. Nadi
Untuk mengetahui nadi pasien yang di hitung dalam menit (Saefuddin,
2006).
f. Respirasi
Untuk mengetahui frekuensi pernafasan pasien yang di hitung dalam 1
menit (Saifuddin, 2006).
g. Tinggi badan
Untuk mengetahui tinggi badan ibu
h. Berat Badan
Untuk mengetahu berat badan ibu
i. Lila
Untuk mengetahui linggar lengan ibu
18

2. Pemeriksaan Sistematis
Pemeriksaan sistematis yaitu pemeriksaan melihat klien dari ujung rambut
sampai ujung kaki meliputi.
a. Kepala
 Rambut
Meliputi warna mudah rontok atau tidak dan Kebersihan
(Nursalam, 2003).
 Muka
Keadaan muka pucat atau tidak adakah kelainan, adakah
oedema. (Winkjosastro, 2007).
 Mata
Untuk mengetahui apakah konjungtiva warna merah muda dan
sclera warna putih pada wanita dengan ketuban pecah dini
konjungtiva pucat (Alimut, 2004).
 Hidung
Bagaiman kebersihannya, ada polip atau tidak (Nursalam,
2003).
 Telinga
Bagaimana kebersihan ada serumen atau tidak(Nursalam,2003).
 Mulut/gigi/gusi
Ada sitomatis atau tidak, keadaan gigi, gusi berdarah atau tidak
(Nursalam, 2003).
b. Leher
Adalah pembesaran kelenjar thyroid, ada benjolan Atau tidak,
adalah pembesaran kelenjar limfe (Nursalam, 2003).
19

c. Dada dan axila


Untuk mengetahui keadaan payudara, simetris atau tidak. benjolan
atau tidak, ada nyeri atau tidak dan kolostrum ASI sudah keluar
atau belum (Nursalam, 2003).
d. Ekstremitas atas dan bawah
Ada cacat atau tidak oedema atau tidak meliputi varices atau tidak
(Winkjosastro, 2007).
3. Pemeriksaan khusus obstetric
a. Abdomen
 Inspeksi
Perlu di lakukan untuk mengetahui apakah ada pembesaran,
ada luka bekas operasi atau tidak, striae gravidarum, linea
nigra, atau alba, ada luka bekas operasi atau tidak, ada strie
atau tidak (Manuba, 2007).
 Palpasi
Kontraksi : Pada kasus ibu bersalin dengan ketuban pecah
dini terjadi gangguan rasa nyaman yang
berhubungan dengan kontraksi uterus yang di
tandai dengan rasa nyeri di bagian perut,
ekspresi wajah meringis. Ibu menahan sakit
dan keadaan umum lemah (Elzahar, 2012)
Leopold I : Untuk menentukan tinggi fundus uteri
sehingga dapat diketahui berat janin, umur
kehamilan dan bagian janin apa yang terjadi di
fundus uteri seperti membujur atau akan
kosong jika posisi janin melintang, kepala:
Bulat padat mempunyai gerakan pasif (ballo
tement) bokong tidak padat, lunak, tidak
20

mempunyai gerak pasif (bantuan atau gerak


ballotement) (Manuba, 2007).
Leopold II : Untuk menentukan letak punggung janin
dapat untuk mendengar detak jantung janin
pada puctum maximun dengan teknik kedua
telapak tangan melakukan palpasi pada isi
kanan dan kiri.
Leopold III : Untuk menentukan bagian terendah janin, bila
teraba bulat, padat (kepala) dan bila bokong
teraba tidak bulat, tidak keras (Manuaba,
2007).
Leopold IV : Pemeriksaan dengan menghadap ke arah kaki
ibu. Untuk mengetahui apa yang menjadi
bagian bawah dan seberapa masuknya bagian
bawah tersebut kedalam rongga panggul
(Manuaba, 2007).
TBJ : Menurut Mansjoer (2005) TBJ (Tafsiran
Berat janin) dapat di tentukan berdasarkan
johnson toschock yang berguna untuk
mengetahui pertimbangan persalinan secara
spontan pervaginam.
 Auskultasi
Djj (Denyut jantung janin)
Terdengarnya jantung janin menunjukan bahwa janin hidup
dan tanda pasti kehamilan. puncthum maximum janin
tergantung presentasi, posisi, dan kehamilan kembar,
biasanya pada daerah punggung janin, Frekuensi di atas
120-160 x/menit.
21

b. Anogenital
 Vulva vagina
Varices : Ada varices atau tidak. Oedema atau tidak
Luka : Ada luka bekas operasi atau tidak.
Kemerahan : Ada kemerahan atau tidak
Nyeri : Ada nyeri tekan atau tidak
Pengeluran pervaginam : Terjadi pengeluaran
pervaginam atau tidak pada kasus
ibu bersalin dengan ketubanpecah
dini keluar cairan ketuban
merembes melalui vagina.
 Perineum
Bekas luka : Ada bekas luka prenium atau tidak.
Lain-lain : Ada bekas luka lain atau tidak.
 Anus Haemorhoid : Terjadi haemorhoid atau tidak
Lain-lain : Terdapat kelainan lain pada anus tidak
 Inspekulo
Vagina : Ada benjolan atau tidak ada kemerahan
serta infeksi atau tidak.
Portio : Ada erosi atau tidak

 Vagina Toncher
Presentasi : untuk mengetahui prensentasi janin
adalah kepala atau bokong
Posisi : Untuk mengetahui posisi janin
memanjang atau melintang
Kesan panggul : Untuk mengetahui kesan panggul
normal atau tidak
22

4. Pemeriksaan Penunjang
Data penunjang diperlukan sebagai pendukung diagnosa, apabila
diperlukan, Misalnya pemeriksaan laboratorium, seperti pemeriksaan HB
dan Popsmear. Dalam kasus ini pemeriksaan penunjang dilakukan, yaitun
dengan melakukan pemeriksaan laboratorium meliputi tes lakmus, tes
pakis dan pemeriksaan USG
(Nugroho. 2010).

C. Assesment

Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan dalam lingkup praktek


kebidanan dan memenuhi standar nomeklatur diagnosa kebidanan (Varney, 2007).
Diagnosa: Ny… G…P…A… intra uterine, janin tunggal hidup presentasi kepala
inpartu kala I fase aktif presentasi kepala dengan KPD.

D. Planning

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh


langkah sebelumnya. Semua keputusan yang dibuat dalam merencanakan suatu
asuhan yang komprehensif harus merefleksikan alasan yang benar, berlandaskan
pengetahuan, teori yang berkaitan serta divalidasikan dengan asumsi mengenai apa
yang diinginkan pasien dan apa yang tidak diinginkan (Sujiyatini dan Hidayat, 2010).
Rencana asuhan yang akan diberikan pada ibu bersalin dengan ketuban pecah dini:
1. Kaji suhu dan denyut nadi setiap 2 jam (Varney, 2008).
2. Lakukan pemantauan DJJ (Varney, 2008).
3. Penuhi kebutuhan nutrisi dan hidrasi ibu (Varney, 2008).
4. Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin 5 IU per drip dalam
infuse RL atau NaCl mulai dari 8 tpm setiap 15 menit dinaikkan 4 tpm
sampai his adekuat, bbisa juga diberi misoprostol 50µg intravaginal tiap 6
jam maksimal 4 kali, jika induksi gagal dilakukan seksio sesarea
(Saifuddin, 2009).
23

E. Penatalaksanaan

Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah
diuraikan pada langkah kelima dilaksanakn secara efisien dan aman. Yang bidan
dilaksanakan oleh semua bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota tim
kesehatan lainnya (Varney, 2004).

F. Evaluasi

Pada langkah ini keefektifan dari asuhan yang telah diberikan, meliputi
pemenuhan kebuthan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesui dengan
kebutuhan sebagaiman telah diidentifikasikan di dalam diagnosa dan masalah
(Varney, 2004). Evaluasi pada ibu bersalin dengan ketuban pecah dini yaitu:
1. Infeksi tidak terjadi dan tanda-tanda vital sign dalam batas normal.
2. Ibu dan bayinya selamat, persalinan dapat berjalan dan berhasil.
BAB 3

3.1. Kesimpulan
Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah keluarnya cairan dari jalan
lahir/vagina sebelum proses persalinan atau disebut juga Premature Rupture of
Membrane = Prelabour Rupture of Membrane = PROM. Pecahnya ketuban
sebelum persalinan atau pembukaan pada primipara kurang dari 3 cm dan
pada multipara kurang dari 5 cm. Hal ini dapat terjadi pada kehamilan aterm
maupun pada kehamilan preterm. Pada keadaan ini dimana risiko infeksi ibu
dan anak meningkat. Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam
masalah obstetri yang juga dapat menyebabkan infeksi pada ibu dan bayi serta
dapat meningkatkan kesakitan dan kematian pada ibu dan bayi
(Purwaningtyas, 2017).

3.2. Saran
a. Bagi bidan
Bidan sebagai tenaga kesehatan diharapkan mampu memeberikan
pelayanan yang sesuai sehingga dapat membantu menurunkan angka
kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB)
b. Bagi institusi
Untuk mendapatkan hasil manajemen asuhan asuhan kebidanan
yang baik perlu menyediakan tenaga bidan yang professional untuk
menunjang pelaksanaan tugas serta untuk meningkatkan keterampilan
bidan.

24
DAFTAR PUSTAKA

Setyarini, Didien Ika dan Suprapti. 2016. Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan


Maternal dan Neonatal. Jakarta : Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia
Kesehatan

Prawirohadjo,Sarwono. 2014. ILMU KEBIDANAN Sarwono Prawirohardjo.


Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

http://repositori.uin-alauddin.ac.id/12958/1/Wiwi%20Agustina_70400115016.pdf

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia/article/view/17937/10476

file:///C:/Users/LENOVO/Downloads/3938-7490-1-PB.pdf

file:///C:/Users/LENOVO/Downloads/335034287.pdf

25

Anda mungkin juga menyukai