Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

KETUBAN PECAH DINI (KPD)


DI RUANG BERSALIN RSUD dr.SOEBANDI JEMBER

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Stase Asuhan Kebidanan


Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal

Disusun Oleh:
Salsabila Sirin
NIM.P17312225130

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
TAHUN 2023

i
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Pendahuluan Stase kegawatdaruratan maternal dan neonatal
Dengan judul Ketuban Pecah Dini di Ruang Bersalin
RSUD dr.SOEBANDI JEMBER

Telah disetujui dan disahkan pada tanggal........


Persepti,

Safira Salsabila Sirin


NIM.P17312225130

Menyetujui,
Perseptor Akademik Perseptor Klinik

Susilawati, SST., M.Kes Wiwin H, S.Tr.Keb


NIP. 1974120320021220 NIP.1976052008012030

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat ini masih memberikan saya mikmat
iman dan kesehatan, sehingga Laporan Pendahuluan Ketuban Pecah Dini ini dapat diselesaikan
dengan baik Laporan Pendahuluan ini disusun dalam rangka praktik Asuhan Kebidanan
Kegawatdanuratan Maternal dan Neonatal di Rumah Sakit yang đitetapkan pada mahasiswa
Profi Kebidanan Poltekkes Malang. Selain itu untuk meningkatkan dan memperdalam
pengetaluan tentang Ketuban Pecah Dini. Dalam penyusunan laporan pendahuluan mi penulis
menghadapi banyak hambatan dan rintangan. Namun atas bantuan dari banyak pihak laporan
pendahuluan ini dapat terselesaikan dengan baik. Karenanya pada kesempatan ini pemulis
menyampaikan rasa hormat dan terimakasih kepada:

1. Budi Susatia, S.Kp.,M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian


Kesehatan Malang.
2. Herawati Mansur, SST.,M.Pd.,M.Psi, selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik
Kesehatan Kemenkes Malang.
3. Ika Yudianti, SST.,M.Keb, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang.
4. Susilawati, S.ST, M.Kes selaku pembimbing akademik.
5. Wiwin H, S.Tr.Keb selaku pembimbing klinik
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan pendaluluan ini masih terdapat
banyak kekurangan. Maka dari itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan
Penulis berharap semoga penyusunan laporan pendahmluan ini dapat bermanfaat bagi pembaca
maupun penulis.
DAFTAR ISI

COVER...................................................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................................iii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................................1
1.2 Tujuan..........................................................................................................................2
1.2.1 Tujuan Umum.........................................................................................................2
1.2.2 Tujuan Khusus.........................................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN TEORI..................................................................................................3
2.1 Definisi........................................................................................................................3
2.2 Etiologi........................................................................................................................3
2.3 Mekanisme KPD.........................................................................................................4
2.4 Tanda dan Gejala KPD................................................................................................5
2.5 Diagnosis KPD............................................................................................................5
2.6 Pemeriksaan Penunjang...............................................................................................5
2.7 Pengaruh KPD terhadap Ibu dan Janin........................................................................6
2.8 Penatalaksanaan Selanjutnya.......................................................................................6
2.9 Pathway.......................................................................................................................7
BAB 3 TINJAUAN KASUS...................................................................................................
BAB 4 PENUTUP...................................................................................................................
DAFTAR ISI

iv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ketuban Pecah Dini (KPD) atau Ketuban Pecah Sebelum Waktunya


(KPSW) sering disebut dengan premature repture of the membrane (PROM)
didefinisikan sebagai pecahnya selaput ketuban sebelum waktunya melahirkan. Pecahnya
ketuban sebelum persalinan atau pembukaan pada primipara kurang dari 3 cm dan
pada multipara kurang dari 5 cm. Hal ini dapat terjadi pada kehamilan aterm
maupun pada kehamilan preterm. Pada keadaan ini dimana risiko infeksi ibu dan
anak meningkat. Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam masalah
obstetri yang juga dapat menyebabkan infeksi pada ibu dan bayi serta dapat
meningkatkan kesakitan dan kematian pada ibu dan bayi (Purwaningtyas, 2017).

Ada dua macam kemungkinan ketuban pecah dini, yaitu premature rupture of
membrane dan preterm rupture of membrane. Gejalanya sama, yaitu keluarnya cairan dan
tidak ada keluhan sakit. KPD dapat terjadi setelah ibu hamil mengalami trauma, mulut
rahim yang lemah sehingga tidak bisa menahan kehamilan, ketegangan rahim yang
berlebihan, kelainan letak janin seperti sungsang atau melintang, atau kelainan bawaan dari
selaput ketuban. Bisa pula karena infeksi yang kemudian menimbulkan proses biomekanik
pada selaput ketuban sehingga memudahkan ketuban pecah.

KPD mengakibatkan terjadinya oligo hidramnion, kondisi ini akan mempengaruhi


janin karena sedikitnya volume air ketuban akan menyebabkan tali pusat tertekan oleh
bagian tubuh janin akibatnya aliran darah dari ibu ke janin berkurang sehingga bayi
mengalami hipoksia atau gangguan pertukaran O2 hingga fetal distress dan berlanjut
menjadi asfiksia pada bayi baru lahir. Laporan World Health Organization (WHO)
menyebutkan bahwa Angka Kematian Bayi (AKB) akibat asfiksia kawasan Asia Tenggara
merupakan kedua yang paling tinggi yaitu sebesar 142 per 1000 setelah Afrika. Di tahun
2011, Indonesia merupakan negara dengan AKB dengan asfiksia tertinggi kelima untuk
negara ASEAN yaitu 35 per 1000, dimana Myanmar 48 per 1000, Laos dan Timor Laste
48 per 1000, Kamboja 36 per 1000.

Menurut WHO tahun 2016, kejadian KPD berkisar 5-10% dari semua kelahiran.
KPD preterm 1% dari semua kehamilan dan 70% kasus KPD terjadi pada kehamilan
aterm. Adapun 30% kasus KPD merupakan penyebab kelahiran prematur. Survei
demografi dan kesehatan Indonesia SDKI (2017) menjelaskan bahwa penyebab langsung
kematian ibu oleh karena infeksi sebesar 40% dari seluruh kematian. Penyebab lain
kematian ibu di antaranya pendarahan 30% dan eklamsi 28%. Data di jawa timur
penyebab kematian ibu yaitu 29,35% karena pendarahan, 27,27% karena preeklamsi, 6,06
karena infeksi dan sisanya karena faktor yang lainnya.
Meskipun faktor penyebab terjadinya KPD masih sulit diketahui, namun beberapa
faktor predisposisi yang dapat diidentifikasi penyebab KPD ialah infeksi, golongan darah
ibu dan anak tidak sesuai, multigrafida, merokok, defisiensi gizi khususnya vitamin C,
servik yang tidak inkopeten, polihidramnion, riwayat KPD sebelumnya, kelainan selaput
ketuban, tekanan intra uterin yang meninggi atau overdistesi, trauma, kelainan letak
(Nugroho, 2010).
Dampak yang paling sering terjadi pada KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu
adalah sindrom distress pernapasan (RDS atau Respiratory Disterss Syndrome), yang
terjadi pada 10-40% bayi baru lahir. Risiko infeksi akan meningkat prematuritas, asfiksia,
dan hipoksia, prolapse (keluarnya tali pusat), resiko kecacatan, dan hypoplasia paru janin
pada aterm. Hampir semua KPD pada kehamilan preterm akan lahir sebelum aterm atau
persalinan akan terjadi dalam satu minggu setelah selaput ketuban pecah. Sekitar 85%
morbiditas dan mortalitas perinatal ini disebabkan oleh prematuritas akibat dari ketuban
pecah dini.
Oleh karena itu, tatalaksana ketuban pecah dini memerlukan tindakan yang dapat
menurunkan kejadian persalinan prematuritas dan infeksi dalam rahim. Memberikan
profilaksis dalam merupakan tindakan yang perlu diperhatikan untuk memperkecil resiko
infeksi (Manuaba, 2010).
Berdasarkan uraian di atas tentang ketuban pecah dini penting diketahui oleh
seorang bidan, untuk meningkatkan pelayanan kebidanan dalam mendeteksi resiko tinggi
persalinan dan dapat melakukan penanganan segera sehingga dapat menurunkan Angka
Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB).

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang asuhan kebidanan pada ibu hamil
dengan ketuban pecah dini (KPD).
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa Dapat Memahami Pengertian Tentang Ketuban Pecah Dini.
2. Mahasiswa Dapat Memahami Etiologi Ketuban Pecah Dini.
3. Mahasiswa Dapat Memahami Mekanisme Ketuban Pecah Dini.
4. Mahasiswa Dapat Memahami Tanda Dan Gejala Ketuban Pecah Dini.
5. Mahasiswa Dapat Memahami Diagnosis Ketuban Pecah Dini.
6. Mahasiswa Dapat Memahami Pemeriksaan Penunjang Pada Kasus Ketuban Pecah
Dini.
7. Mahasiswa Dapat Memahami Pengaruh Ketuban Pecah Dini Pada Ibu dan Janin.

2
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi
Ketuban Pecah Dini (KPD) atau sering disebut dengan premature repture of the
membrane (PROM) atau sering disebut sebagai pecahnya selaput ketuban sebelum
waktunya melahirkan (Lazuardi, 2020)

Ketuban pecah dini (KPD) atau Premature Rupture of the Membranes (PROM)
adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum terjadinya proses persalinan pada
kehamilan aterm. Sedangkan Preterm Premature Rupture of the Membranes (PPROM)
adalah pecahnya ketuban pada pasien dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu
(Mamede dkk, 2012). Pendapat lain menyatakan dalam ukuran pembukaan servik pada kala
I, yaitu bila ketuban pecah sebelum pembukaan pada primigravida kurang dari 3 cm dan
pada multigravida kurang dari 5 cm. Dalam keadaan normal selaput ketuban pecah dalam
proses persalinan (Cunningham, 2010).

Ketuban pecah dini dapat berpengaruh terhadap kehamilan dan persalinan. Jarak
antara pecahnya ketuban dan permulaan persalinan disebut periode laten atau dengan
sebutan Lag Period. Ada beberapa perhitungan yang mengukur Lag Period, diantaranya 1
jam atau 6 jam sebelum intrapartum, dan diatas 6 jam setelah ketuban pecah. Bila periode
laten terlalu panjang dan ketuban sudah pecah, maka dapat terjadi infeksi pada ibu dan juga
bayi (Fujiyarti, 2016).

2.2 Etiologi Ketuban Pecah Dini (KPD)


Belum pasti penyebab terjadinya ketuban pecah dini, namun faktor-faktor yang lebih
sulit di ketahui. Kemungkinan yang menjadi faktor predisposisi adalah:
a. Infeksi
Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban yang berasal dari
vagina atau infeksi cairan ketuban yang menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini.
b. Jumlah paritas
Wanita yang telah melahirkan beberapa kali maka akan lebih beresiko tinggi
mengalami KPD pada kehamilan berikutnya. Kehamilan yang terlalu sering dapat
mempengaruhi embryogenesis, selaput ketuban lebih tipis sehingga mudah pecah
sebelum waktunya dan semakin banyak paritas semakin mudah terjadi infeksi amnion
karena rusaknya struktur serviks pada persalinan sebelumnya.
Wanita dengan paritas kedua dan ketiga pada usia reproduktif biasanya relatif
memilii keadaan yang lebih aman untuk hamil dan melahirkan karena pada keadaan
tersebut dinding uterus lebih kuat karena belum banyak mengalami perubahan, dan
serviks belum terlalu sering mengalami pembukaan sehingga dapat menyanggah
selaput ketuban dengan baik. Wanita yang telah melahirkan beberapa kali akan lebih

3
beresiko pada mengalami KPD, karena jaringan ikat selaput ketuban mudah rapuh
yang diakibatkan oleh vaskularisasi pada uterus mengalami gangguan yang
mengakibatkan akhirnya selaput ketuban mengalami pecah spontan.
c. Serviks yang inkompeten kanalis servikalis yang selalu terbuka yang di sebabkan
karna kelainan pada serviks uteri (akibat persalinan, curatage).
d. Tekanan pada intera uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan
(overdistensi uterus), misalnya trauma, hidramnion, gemelli.
e. Trauma yang di dapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam, maupun
amnosintesis menyebabkan terjadinya KPD karena biasanya di sertai infeksi.
f. Kelainan letak, misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian terendah yang
menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap
membran bagian bawah.

Kelainan letak pada janin dapat meningkatkan kejadian KPD karena kelainan letak
dapat memungkinkan ketegangan otot rahim meningkat sehingga dapat menyebabkan
KPD. Besar kecinya janin dan posisi janin yang dikandung tidak menyebabkan peregangan
pada selaput ketuban seperti pada keadaan normal, sungsang ataupun melintang, karena
sebenarnya yang dapat mempengaruhi KPD adalah kuat lemahnya selaput ketuban
menahan janin (Budi, Ayu Novita, 2017).

2.3 Mekanisme Ketuban Pecah Dini (KPD)


Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini Ketuban pecah dalam persalinan secara
umum disebabkan kontraksi uterus dan peregangan berulang. Pada kondisi yang normal
kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibrolast, jaringan retikuler korion dan
trofoblas, sintesis maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh sistem aktifitas dan
inhibisi interleukin -1 (iL-1) dan prostaglandin, prostaglandin berfungsi untuk membantu
oksitosin dan estrogen dalam merangsang aktivitas otot polos, hormon ini dihasilkan oleh
uterus dan produksi hormon ini meningkat pada akhir kehamilan saja, akan tetapi karena
ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas iL-1 dan prostaglandin,
menghasilkan kolagenase jaringan, sehingga terjadi depolimerasi kolagen pada selaput
korion/amnion, menyebabkan ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan sehingga
terjadi ketuban pecah dini.

Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda. Pada trimester ketiga selaput
ketuban akan muda pecah. Melemahnya kekuatan selaput ketuban ada hubungannya
dengan pembesaran uterus, kontraksi Rahim, dan gerakan janin. Pada trimester terakhir
terjadi perubahan biokimia pada selaput ketuban. Pecahnya ketuban pada kehamilan aterm
merupakan hal yang fisiologis. KPD pada kehamilan prematur disebabkan oleh adanya
faktor-faktor eksternal, misalnya infeksi yang menjalar dari vagina. Ketuban Pecah Dini
prematur sering terjadi pada polihidromnion, inkompeten serviks, solusio plasenta
(Prawirohardjo,2014:678).

4
2.4 Tanda Dan Gejala Ketuban Pecah Dini (KPD)

Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina,
aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak, berwarna pucat, cairan ini
tidak akan berhenti atau kering karena uterus diproduksi sampai kelahiran mendatang.
Tetapi, bila duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya
“mengganjal” atau “menyumbat” kebocoran untuk sementara. Sementara itu, demam,
bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah capat merupakan
tanda-tanda infeksi yang terjadi (Sunarti, 2017).
Adapun menurut Norma (2013) tanda dan gejala ketuban pecah dini meliputi:
a. Keluar air ketuban berwarna putih keruh, jernih, kuning, hijau, atau kecoklatan sedikit-
sedikit atau sekaligus banyak.
b. Dapat disertai demam apabila sudah terdapat infeksi.
c. Janin mudah diraba, pada pemeriksaan dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban
sudah kering.
d. Pada pemeriksaan inspekulo tampak selaput ketuban tidak ada dan air ketuban sudah
kering atau tampak air ketuban mengalir.
e. Keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina dengan bau manis dan tidak
seperti bau amoniak.
f. Bercak vagina yang banyak.
g. Nyeri perut
h. Denyut jantung janin bertambah cepat yang merupakan tanda-tanda infeksi yang
terjadi.
2.5 Diagnosis Ketuban Pecah Dini (KPD)
Tentukan pecahnya selaput ketuban, dengan adanya cairan ketuban di vagina. Jika
tidak ada dapat dicoba dengan menggerakkan sedikit bagian terbawah janin atau meminta
pasien batuk atau mengedan. Penentuan cairan ketuban dapat dilakukan dengan tes lakmus
(Nitrazin test) merah menjadi biru. Tentukan usia kehamilan, bila perlu dengan
pemeriksaan USG. Tentukan ada tidaknya infeksi. Tanda-tanda infeksi adalah bila suhu ibu
lebih dari 38°C serta air ketuban keruh dan berbau. Leukosit darah > 15.000/mmᵌ . Janin
yang mengalami takikardia, mungkin mengalami infeksi intrauterine. Tentukan tanda-
tanda persalinan dan skoring pelvik. Tentukan adanya kontraksi yang teratur. Periksa
dalam dilakukan bila akan dilakukan penanganan aktif (terminasi kehamilan).

2.6 Pemeriksaan Penunjang Ketuban Pecah Dini (KPD)


a. Pemeriksaan Laboratorium Cairan vagina yang keluar dari vagina harus di periksa :
warna, konsentrasi, bau dan pHnya.
1. Tes Lakmus (tes nitrazin) Jika kertas lakmus berubah merah berubah menjadi biru
menunjukkan adanya air ketuban (alkalis).
2. Mikroskopik (Tes Pakis)
Dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan di biarkan kering.
Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran daun pakis.

5
b. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ini di lakukan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum uteri

2.7 Pengaruh Ketuban Pecah Dini (KPD) Terhadap Ibu Dan Janin Adalah :
a. Prognosis Janin
1. Persalinan Prematuritas.
2. Prolaps funiculli/penurunan tali pusat.
3. Hipoksia dan Asfiksia sekunder (kekurangan oksigen pada bayi) Mengakibatkan
kompresi tali pusat, prolaps uteri, dry labour/partus lama, apgar score rendah,
ensefalopaty, cerebralpalsy, perdarahan intrakranial, renal failure, respiratory
distress.
b. Prognosis ibu
1. Infeksi intrapartal dalam persalinan.
2. Jika terjadi infeksi dan kontraksi ketuban pecah maka bisa menyebabkan sepsis
yang selanjutnya dapat mengakibatkan meningkatnya angka morbiditas dan
mortalitas.
3. Infeksi puerperalis/masa nifas.
4. Dry labour/Partus lama.
5. Perdarahan post partum.
6. Meningkatkan tindakan operatif obstetric (khususnya SC).
7. Morbiditas dan mortalitas maternal.

2.9. Penatalaksanaan Selanjutnya Tergantung Dari Usia Kehamilan


a. Konservatif
1. Rawat di Rumah Sakit.
2. Berikan antibiotik (ampicillin 4 x 500 mg selama 7 hari).
3. Jika umur kehamilan < 32-34 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar,
atau sampai air ketuban tidak lagi keluar.
4. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak infeksi, tes busa negatif:
beri dexamethason, observasi tanda-tanda infeksi, dan kesejahteraan janin.
Terminasi pada kehamilan 37 minggu.
5. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi, berikan
tokolitik (salbutamol), dexamethason, dan induksi sesudah 24 jam.
6. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan
induksi.
7. Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leokosit, tanda-tanda infeksi intrauterin).
8. Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid, untuk memacu kematangan
paru janin, dan kalau memungkinkan periksa kadar lesitin dan spingomielin tiap
minggu. Dosis betametason 12 mg dosis tunggal selama 2 hari, dexamethason IM
5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali

6
b. Aktif
1. Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio sesarea.
Dapat pula diberikan misoprostrol 50 mg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali.
2. Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotik dosis tinggi, dan persalinan
diakhiri:
a) Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan serviks, kemudian induksi. Jika
tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea.
b) Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan, partus pervaginam.

7
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Wiwi. 2018. Manajemen Asuhan Kebidanan Intranatal Pada Ny”M” Dengan
Persalinan Ketuban Pecah Dini Di Rsud Syekh Yusuf Gowa Tanggal 18 Juli 2018.

BKKBN, Kemenkes, dan ICF International. 2013. Survei Demografi Kesehatan Indonesia
2012. Jakarta: BPS, BKKBN, Kemenkes, dan ICF International.
Prawirohadjo,Sarwono. 2014. ILMU KEBIDANAN Sarwono Prawirohardjo. Jakarta : PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Rogmawati, Nur dah Fibriana, Arulita Ika. 2018. Ketuban Pecah Dini Di Rumah sakit Umum
Daetah Ungaran. Higeia,24-25

Panjaitan, Marsaulina dan Tarigan, Andini Mentari. 2018. Hubungan Karakteristik Ibu Bersalin
Dengan Ketuban Pecah Dini Di Rumah Sakit Martha Friska. Jurnal Bidan Komunitas,1
(2), 68-69.

Rahmatina, Yanti. 2018. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Dengan Ketubah Pecah Dini Di
Ruangan Bersalin Rawat Inap Puskesmas Sikumana Tanggal 13 S/D 15 November Tahun
2018.

R.I. 2012. Upaya Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi Baru Lahir.
http://www.gizikia.depkes.go.id/artikel/upaya- percepatanpenurunan-angka-kematian ibu-
dan-bayi-baru-lahir-di-indonesia/. Diakses tanggal 20 April 2020.
Ratnawati, Nopi Agustin. 2016. Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Pada Ny.S Umur 34 Tahun
G2P1A0 Umur Kehamilan 39minggu Dengan Ketuban Pecah Dini Di RSU Assalam
Gemolong Sragen.

Setyarini, Didien Ika dan Suprapti. 2016. Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan

WHO. 2014. Maternal Mortality: World Health Organization.

Anda mungkin juga menyukai