S UMUR
27 TAHUN G1P0A0 HAMIL 34-35 MINGGU DENGAN
KPD DI RSUD KOTA BANDUNG TAUN 2023
Nama Kelompok 1:
EVI INDRIANI ROSMAN H522056
KOMANG DIAN PUSPA H522222
ISMA ADAWIYAH H522065
Mengetahui,
ii
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN ...................................................................................................1
BAB II ......................................................................................................................6
BAB IV ..................................................................................................................26
PEMBAHASAN ....................................................................................................33
BAB V....................................................................................................................35
PENUTUP ..............................................................................................................35
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik. Asuhan
Kebidanan Kehamilan Fisiologis pada Kehamilan Ny. S 27 Tahun G1P0A0
Gravida 34-35 minggu dengan KPD di RSUD Kota Bandung ini disusun untuk
memenuhi salah satu syarat hasil pelaksanaan praktik klinik program studi
Pendidikan Profesi Bidan Fakultas Kebidanan Institut Kesehatan Rajawali.
Dalam penyusunan laporan ini penulis dengan segala kerendahan hati
menyampaikan ucapan terimakasih yang tak terhingga kepada :
1. Tonika Tohri, S.Kp.,M.Kes., Selaku Rektor Institut Kesehatan Rajawali
Bandung;
2. Erni Hernawati, S.S.T., Bd., M.M., M.Keb. Selaku Dekan Fakultas Kebidanan
Institut Kesehatan Rajawali Bandung;
3. Lia Kamila, S.S.T.,Bd.,M.Keb selaku penanggung jawab Program Stadi Sarjada
Kebidanan Institusi Kesehatan Rajawali Bandung ;
4. Mira Miraturro’ah, S.S.T., M.Kes. Selaku Dosen pembimbing praktik di RSUD
Kota Bandung yang telah membimbing dan membantu dalam penyusunan
laporan selama pelaksanaan praktik di RS;
5. CI serta Bidan yang telah membantu pelaksanaan Praktik Kebidanan di RSUD
Kota Bandung;
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar dapat menulis
dengan lebih baik. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat. Aamiin.
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Penyebab angka kematian ibu (AKI) di Indonesia adalah komplikasi
padamasa kehamilan, persalinan dan nifas. Dimana penyebab langsung
kematian ibudi Indonesia yaitu perdarahan (28%), eklamsea (24%), partus
lama (5%), aborsi(5%), infeksi (11%) dan lain-lain (27%) (Depkes RI, 2011).
Infeksi yang banyak dialami oleh ibu sebagian besar merupakan akibat dari
adanyakomplikasi atau penyulit kehamilan dan persalinan seperti febris
(24%), infeksisaluran kemih (31%) dan Ketuban pecah dini (45%) (BKKBN,
2013)
Ketuban pecah dini (KPD) atau ketuban pecah sebelum waktunya
(KPSW)sering disebut dengan premature repture of the membrane
(PROM)didefinisikan sebagai pecahnya selaput ketuban sebelum waktunya
melahirkan.Pecahnya ketuban sebelum persalinan atau pembukaan pada
primipara kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm. Hal ini
dapat terjadi pada kehamilan aterm maupun pada kehamilan preterm. Pada
keadaan ini dimana risiko infeksi ibu dan anak meningkat. Ketuban pecah
dini merupakan masalah penting dalam masalah obstetri yang juga dapat
menyebabkan infeksi pada ibu dan bayi serta dapat meningkatkan kesakitan
dan kematian pada ibu dan bayi(Purwaningtyas, dkk. 2017).
Menurut WHO, kejadian ketuban pecah dini (KPD) atau insiden
PROM(prelobour rupture of membrane) berkisar antara 5-10% dari semua
kelahiran.KPD preterm terjadi 1% dari semua kehamilan dan 70% kasus KPD
terjadi pada kehamilan aterm. Pada 30% kasus KPD merupakan penyebab
kelahiran prematur (WHO, 2014).
Meskipun faktor penyebab terjadinya KPD masih sulit diketahui,
namun beberapa faktor predisposisi yang dapat diidentifikasi penyebab KPD
ialahinfeksi, golongan darah ibu dan anak tidak sesuai, multigrafida,
merokok,defisiensi gizi khususnya vitamin C, servik yang tidak inkopeten,
polihidramnion, riwayat KPD sebelumnya, kelainan selaput ketuban,
tekananintra uterin yang meninggi atau overdistesi, trauma, kelainan letak
(Nugroho,2010).
Dampak yang paling sering terjadi pada KPD sebelum usia kehamilan
2
37minggu adalah sindrom distress pernapasan (RDS atau Respiratory
DisterssSyndrome), yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir. Risiko infeksi
akanmeningkat prematuritas, asfiksia, dan hipoksia, prolapse (keluarnya tali
pusat),resiko kecacatan, dan hypoplasia paru janin pada aterm. Hampir semua
KPD pada kehamilan preterm akan lahir sebelum aterm atau persalinan akan
terjadidalam satu minggu setelah selaput ketuban pecah. Sekitar 85%
morbiditas danmortalitas perinatal ini disebabkan oleh prematuritas akibat
dari ketuban pecahdini.
Oleh karena itu, tatalaksana ketuban pecah dini memerlukan tindakan
yangdapat menurunkan kejadian persalinan prematuritas dan infeksi dalam
rahim.Memberikan profilaksis dalam merupakan tindakan yang perlu
diperhatikanuntuk memperkecil resiko infeksi (Manuaba, 2010).
Berdasarkan uraian di atas tentang ketuban pecah dini penting
diketahuioleh seorang bidan, untuk meningkatkan pelayanan kebidanan
dalammendeteksi resiko tinggi persalinan dan dapat melakukan penanganan
segerasehingga dapat menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
KematianBayi (AKB).
Dari uraian diatas maka penulis tertarik untuk mengambil judul
Asuhan Kebidanan Pada bersalin Ny. S Umur 27 Tahun G1P0A0 Parturient
aterm kala I Fase Aktif di RSUD Kota Bandung.
a. Tujuan umum
Memberikan Asuhan Kebidanan pada Pada Ibu bersalin Ny. S Umur 27
Tahun G1P0A0 Parturient Preterm kala I Fase Aktif di RSUD Kota
Bandung (Ruangan VK/Tulip).
b. Tujuan Khusus
1. Melakukan pengumpulan data pada ibu Ny. S Umur 27 Tahun G1P0A0
Parturient Preterm kala I Fae Aktif di RSUD Kota Bandung (Ruangan
VK/Tulip)
3
2. Melakukan interpretasi data serta merumuskan diagnosa kebidanan,
masalah, dan kebutuhan pada ibu Ny. S Umur 27 Tahun G1P0A0
Parturient Preterm Kala I Fase Aktif di RSUD Kota Bandung
(Ruangan VK/Tulip).
3. Merumuskan diagnosa pada Ny. S Umur 27 Tahun G1P0A0 Parturient
Preterm Kala I Fase Aktif di RSUD Kota Bandung (Ruangan
VK/Tulip).
4. Mengidentifikasi tindakan segera ibu hamil Ny. S Umur 27 Tahun
G1P0A0 Parturient Preterm Kala 1 Fase Aktif di RSUD Kota Bandung
(Ruangan VK/Tulip)
5. Menyusun rencana tindakan yang akan dilakukan pada pada ibu Ny.
S Umur 27 Tahun G1P0A0 Parturient Preterm Kala I Fase Aktif di
RSUD Kota Bandung (Ruangan VK/Tulip)
6. Melaksanakan perencanaan tindakan asuhan kebidanan pada ibu
hamil Ny. S Umur 27 Tahun G1P0A0 Parturient Preterm Kala I Fase
Aktif di RSUD Kota Bandung (Ruangan VK/Tulip)
7. Melakukan evaluasi hasil asuhan kebidanan pada Ny. S Umur 27
Tahun G1P0A0 Parturient Preterm Kala I Fase Aktif di RSUD Kota
Bandung (Ruangan VK/Tulip)
4
c. Bagi Lahan Praktik ( RS)
Dapat dijadikan sebagai acuan untuk dapat mempertahankan mutu
pelayanan terutama dalam memberikan asuhan pelayanan kebidanan
sesuai standart pelayanan pada persalinan
d. Bagi Klien
Klien mendapatkan asuhan kebidanan yang sesuai dengan standar
pelayanan kebidanan dan sesuai kebutuhan klien, sehingga klien apabila
terdapat komplikasi dapat terdeteksi sedini mungkin.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan
uri), yang dapat hidup ke dunia dan diluar rahim melalui jalan lahir atau
dengan jalan jalan lain (Saifuddin et al., 2014). Persalinan dan kelahiran
normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup
bulan (37-42 minggu), lahir spontan, dengan presentasi belakang kepala
yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi maupun janin
(Prawirohardjo, 2016).
6
3. Peningkatan hormon oksitosin : Pada akhir kehamilan hormon oksitosin
bertambah sehingga dapat menmbulkan his.
4. Pengaruh janin : Hypofise dan kelenjar suprarenal pada janin memegang
peranan dalam proses persalinan, oleh karena itu pada ananchepalus
kehamilan lebih lama dari biasanya.
5. Teori prostaglandin : Protaglandin yang dihasilkan dari desidua
meningkat saat umur kehamilan 15 minggu. Hasil percobaan
menunjukan bahwa prostaglandin menimbulkan kotraksi miometrium
pada setiap umur kehamilan, plasenta menjadi tua. Dengan tuanya
kehamilan plasentapun menjadi tua, vili corilais mengalami perubahan
sehingga kadar progesteron dan estrogen menurun.
7
2.2 Konsep Ketuban Pecah Dini (KPD)
2.2.1. Definisi
8
b. Servik yang inkompetensia, kanalis servikalis yang selalu terbuka
karena kelainan pada servik uteri akibat persalinan atau curetage.
c. Tekanan intra uterin yang meningkat secara berlebihan
Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara
berlebihan dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini,
misalnya:
1) Trauma: saat berhubungan badan, pememeriksaan yang
dilakukan saat kehamilan untuk memeriksa sampel air ketuban
untuk mengetahui ada atau tidaknya kelainan pada janin
(amniosintesis),
trauma saat berkendara.
2) Gemelli: Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin
atau lebih. Pada kehamilan Gemelli terjadinya distensi uterus
yang berlebihan sehingga menimbulkan adanya ketegangan
rahim secara berlebihan, hal ini terjadi karena jumlahnya
berlebih, isi rahim yang lebih besar dan kantung (selaput
ketuban) relatif kecil.
sedangkan dibagian bawah tidak ada yang menahan sehingga
mengakibatkan selaput ketuban tipis dan mudah pecah.
d. Kelainan Letak
Hubungan kelainan letak dengan adalah lebih dominan pada
kelainan letak sungsang karena pada letak sungsang posisi janin
berbalik, kepala berada dalam ruangan yang besar yaitu di fundus uteri
sedangkan bokong dengan kedua tungkai yang terlipat lebih besar di
paksa untuk menepati ruang yang kecil yaitu disegmen bawah rahim,
sehingga dapat membuat ketuban bagian terendah langsung menerima
tekanan intrauteri dan ketegangan rahim meningkat, sedangkan letak
lintang bagian terendah adalah bahu sehingga tidak dapat menutupi
pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap
membran bagian bawah maupun pembukaan servik (Arif & Kurnia,
2021).
9
e. Faktor Golongan Darah
Inkompatibilitas rhesus dapat terjadi jika ibu yang bergolongan
darah rhesus negatif mengandung janin yang bergolongan darah rhesus
positif, perbedaan golongan darah ini terjadi akibat ayah memiliki
golongan darah rhesus positif. Inkompatibilitas rhesus jarang terjadi
pada kehamilan pertama. Hal ini karena ibu hamil dengan rhesus negatif
baru membentuk antibodi terhadap rhesus positif setelah kehamilan
pertama. Oleh karena itu, anak pertama ibu dengan kondisi ini umumnya
terlahir normal. Sedangkan pada kehamilan kedua dan seterusnya,
antibodi yang sudah terbentuk dalam tubuh ibu akan menyerang darah
bayi dengan golongan rhesus positif, hal ini menyebabkan sel-sel darah
bayi hancur (Kids Health, 2018).
f. Infeksi lokal pada saluran kelamin: infeksi saluran kemih (Arif &
Kurnia, 2021).
g. Faktor sosial seperti: peminum minuman keras dan keadaan sosial
ekonomi rendah (Arif & Kurnia, 2021).
h. Terdapat sefalopelvik disproporsi yaitu, kepala janin belum masuk pintu
atas panggul dan kelainan letak janin, sehingga ketuban bagian terendah
langsung menerima tekanan intrauteri yang dominan (Arif & Kurnia,
2021).
10
c. Bercak darah vagina yang banyak
Plasenta previa: kondisi ini terjadi apabila plasenta berada di bagian
bawah saluran vagina dan menyebabkan jalan lahir bayi terhalang
Pelepasan plasenta: kondisi ini terjadi apabila plasenta terlepas dari
dinding uterus sebelum atau pada saat melahirkan dan darah
mengumpul di antara plasenta dan uterus.
d. Nyeri perut
Ketuban pecah dini menyebabkan kontraksi yang mengakibatkan nyeri
atau kram pada perut.
e. Denyut jantung janin bertambah capat
DJJ bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi.
11
kolagenase yang diikuti oleh ketuban pecah spontan (Manuaba, 2009).
Komplikasi ketuban pecah dini terhadap ibu dan janin yaitu: (Sunarti, 2017)
a. Prognosis Ibu
Komplikasi yang dapat disebabkan ketuban pecah dini pada ibu yaitu
infeksi saat persalinan, infeksi masa nifas, cairan ketuban sedikit atau
kering, persalinan lama, perdarahan post partum, meningkatnya tindakan
operatif obstetric (khususnya sectio caesarea), meningkatnya angka
kematian pada ibu.
b. Prognosis Janin
Komplikasi yang dapat disebabkan ketuban pecah dini pada janin itu yaitu
prematuritas (sindrom distes pernapasan, hipotermia, masalah pemberian
makanan neonatal), retinopati prematur, perdarahan intraventrikular,
enterecolitis necroticing, ganggguan otak dan risiko cerebral palsy,
hiperbilirubinemia, anemia, sepsis, prolaps funiculli atau penurunan tali
pusat, hipoksia dan asfiksia sekunder pusat, prolaps uteri, persalinan
lama, skor APGAR rendah, ensefalopati, perdarahan intrakranial, gagal
ginjal, distres pernapasan, oligohidromnion (sindrom deformitas janin,
hipoplasia paru, deformitas ekstremitas dan pertumbuhan janin
terhambat), dan meningkatkan angka kematian janin.
12
c. Jika perlu kepala janin didorong ke atas dengan dua jari agar tali pusat
tidak tertekan kepala janin
d. Jika ada demam atau dikhawatirkan terjadi infeksi saat rujukan atau KPD
lebih dari 6 jam, berikan antibiotik.
e. Bila keluarga ibu menolak dirujuk, ibu diharuskan beristirahat dengan
posisi berbaring miring, berikan antibiotik.
f. Pada kehamilan kurang dari 32 minggu dilakukan tindakan konservatif,
yaitu tirah baring dan berikan sedatif, antibiotik dan tokolisis.
g. Pada kehamilan 33-35 minggu dilakukan terapi konservatif selama 24 jam
lalu induksi persalinan.
h. pada kehamilan lebih 36 minggu, bila ada his, pimpin meneran dan
akselerasi bila ada inersia uteri. Bila tidak ada his, lakukan tindakan
induksi persalinan bila ketuban pecah kurang dari 6 jam dan skor pelvik
kurang dari 5 atau ketuban pecah dini lebih dari 6 jam dan skor pelvik
lebih dari 5. Bila terjadi infeksi, akhiri kehamilan. Mengakhiri kehamilan
dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu:
1) Induksi
Induksi adalah proses stimulasi untuk merangsang kontraksi
rahim sebelum kontraksi alami terjadi, dengan tujuan untuk
mempercepat proses persalinan.
2) Persalinan secara normal/pervaginam
Persalinan normal adalah proses persalinan melalui kejadian
secara alami dengan adanya kontraksi rahim ibu dan dilalui
dengan pembukaan untuk mengeluarkan bayi
3) Sectio caesarea
Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan
membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan
perut untuk melahirkan janin dari dalam rahim.
13
2.2.8 Faktor yang Mempengaruhi KPD
14
multipara merupakan seorang wanita yang telah mengalami hamil dengan
usia kehamilan minimal 28 minggu dan telah melahirkan buah
kehamilannya lebih dari 5 kali. Wanita yang telah melahirkan beberapa
kali dan pernah mengalami KPD pada kehamilan sebelumnya serta jarak
kelahiran yang terlampau dekat diyakini lebih berisiko akan mengalami
KPD pada kehamilan berikutnya
Paritas primipara dan grandemultipara merupakan salah satu faktor
terjadinya ketuban pecah dini. Wanita dengan paritas primipara akan lebih
berisiko mengalami ketuban pecah dini daripada wanita yang berstatus
paritas multipara dikarenakan keadaan kandungan yang masih elastis dan
alat reproduksi yang belum siap menerima untuk mengandung janin,
sehingga penyesuaian dibutuhkan pada kandungan. Sedangkan pada
grandemultipara KPD lebih banyak terjadi karena daya tahan alat
reproduksi ibu sudah mulai melemah dan terlalu seringnya ibu melahirkan
sehingga apabila ibu hamil kembali maka uterus akan semakin
merenggang serta kekuatan jaringan ikat dan vaskularisasi berkurang
sehingga menyebabkan rapuh yang bisa mempengaruhi terjadinya KPD (
Puspita, 2015 ).
Kehamilan yang terlalu sering, multipara atau grademultipara
mempengaruhi proses embriogenesis, selaput ketuban lebih tipis sehingga
mudah pecah sebelum waktunya. Pernyataan teori dari menyatakan
semakin banyak paritas, semakin mudah terjadinya infeksi amnion karena
rusaknya struktur serviks pada persalinan sebelumnya. KPD lebih sering
terjadi pada multipara, karena penurunan fungsi reproduksi,
berkurangnya jaringan ikat, vaskularisasi dan servik yang sudah
membuka satu cm akibat persalinan yang lalu (Nugroho, 2010)
d. Anemia
Anemia secara praktis didefinisikan sebagai kadar Ht, konsentrasi
Hb, atau hitung eritrosit di bawah batas “normal”. Umumnya ibu hamil
dianggap anemia jika kadar hemoglobin dibawah 11g/dl atau hematokrit
kurang dari 33%. Nilai batas untuk anemia pada perempuan tidak hamil
15
e. Perilaku Merokok
Kebiasaan merokok atau lingkungan dengan rokok yang intensitas
tinggi dapat berpengaruh pada kondisi ibu hamil. Rokok menggandung
lebih dari 2.500 zat kimia yang teridentifikasi termasuk
karbonmonoksida, amonia, aseton, sianida hidrogen, dan lain-lain.
Paparan asap rokok mempengaruhi semua tahap reproduksi manusia
yaitu peningkatan resiko untuk kehamilan ektopik, ketuban pecah dini,
solusio plasenta, plasenta previa, keguguran, lahir mati, lahir prematur,
berat badan lahir rendah, kecil untuk usia kehamilan dan bawaan
anomali seperti bibir sumbing (WHO, 2013).
f. Riwayat KPD
Pengalaman yang pernah dialami oleh ibu bersalin dengan kejadian
ketuban pecah dini dapat berpengaruh besar terhadap ibu jika
menghadapi kondisi kehamilan. Riwayat KPD sebelumnya beresiko 2-
4 kali mengalami ketuban pecah dini kembali. Patogenesis terjadinya
KPD secara singkat ialah akibat penurunan kandungan kolagen dalam
membran sehingga memicu terjadinya ketuban pecah dini dan ketuban
pecah preterm. Wanita yang pernah mengalami KPD pada kehamilan
menjelang persalinan maka pada kehamilan berikutnya akan lebih
beresiko dari pada wanita yang tidak pernah mengalami KPD
sebelumnya karena komposisi membran yang semakin menurun pada
kehamilan berikutnya.
g. Serviks yang Inkompetensik
Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada
otototot leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah,
sehingga sedikit membuka ditengah-tengah kehamilan karena tidak
mampu menahan desakan janin yang semakin besar. Inkompetensia
serviks adalah serviks dengan suatu kelainan anatomi yang nyata,
disebabkan laserasi sebelumnya melalui ostium uteri atau merupakan
suatu kelainan kongenital pada serviks yang memungkinkan terjadinya
dilatasi berlebihan tanpa perasaan nyeri dan mules dalam masa
16
kehamilan trimester kedua atau awal trimester ketiga yang diikuti
dengan penonjolan dan robekan selaput janin serta keluarnya hasil
konsepsi.
h. Tekanan Intra Uterin
Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara
berlebihan dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini,
misalnya :
1) Trauma : Pemeriksaan dalam, amniosintesis, hubungan
seksual,.
2) Gemelli : Kehamilan kembar dalah suatu kehamilan dua janin
atau lebih. Pada kehamilan gemelli terjadinya distensi uterus
yang berlebihan, sehingga menimbulkan adanya ketegangan
rahim secara berlehihan. Hal ini terjadi karena jumlahnya
berlebih, isi rahim yang lebih besar dan kantung (selaput
ketuban) relative kecil sedangkan dibagian bawah tidak ada
yang menahan sehingga mengakibatkan selaput ketuban tipis
dan mudah pecah (Novihandari, 2016).
17
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Data Subjektif
2. Keluhan utama
Ibu mengatakan mulas semakin sering dan keluar air – air dari jalan lahir
sejak pukul 22.30 WIB, dan Gerakan janin masih dirasakan ibu.
3. Riwayat Reproduksi
a. Menstruasi
Menarche : 15 tahun
Siklus : teratur ± 28 hari
18
Lama : ± 7 hari
Keluhan : tida ada
Volume : sedang hamil, sehari ganti pembalu 3 kali
1 Hamil -
ini
4. Riwayat kehamilan sekarang
a. HPHT : 26-03-2023
b. Tapsiran persalinan : 03-12-2023
c. Imunisasi TT : 2 kali
d. Tanda-tanda bahaya atau penyakit yang diaalami : tidak ada
e. Obat/jamu yang pernah dan sedang dikonsumsi : tidak ada
f. Kekhawatiran khusus : Ibu mengatakan tidak ada kekhawatiran
khusus
5. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang : Ibu mengatakan tidak sedang menderita
penyakit
b. Riwayat kesehatan lalu : Ibu mengatakan sebelumnya tidak pernah
menderita penyakit apapun
c. Riwayat kesehaatan keluarga : Ibu mengatakan keluarga tidak
menderita penyakit jantung, hipertensi, diabetes ataupun penyakit
menular
6. Riwayat perkawinan
a. Usia menikah pertama kali : 26 tahun
b. Setatus perkawinan : Sah
19
7. Riwayat KB
Ibu mengatakan tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi
8. Riwayat alergi
Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat alergi pada obat dan makanan
b. Eliminasi
1) BAK
Frekuensi :± 6-7 kali/hari
Keluhan : tida ada
2) BAB
Frekuensi : 1x/hari
Keluhan : tida ada
c. Istirahat
Siang : ± 2 jam/hari
Malam : ± 6-8 jam/hari
20
b. Respon suami terhadap kehamilan ini : Suami senang atas kehamilan
nya
c. Respon keluarga atas kehamilan ini : keluarga ikut senang atas
kehamilan nya
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : composmentis
Keadaan emosional : Baik
Tanda-tanda vital :
a. TD : 151/97 mmhg
b. N : 108x/ menit
c. R : 20x/menit
d. BB sebelum hamil : 65 kg
e. BB saat hamil : 79 kg
f. Tingi badan : 155 cm
g. LILA : 30 cm
21
2. Pemeriksaan Fisik (Head totoe)
a. Kepala : Bentuk simetris dan normal
b. Rambut
1) Warna : Hitam
2) Kebersihan : Bersih
3) Rontok/Tidk : Tidak rontok
c. Wajah : tidak ada udema
d. Mata :
1) Seklera : Putih
2) Konjungtifa : Merah muda
3) Kelainan : Tida ada
e. Mulut
1) Bibir (warna, intergritas jaringan ) : Merah muda, aga kering
2) Lidah ( warna, kebersihaan ) : Merah muda bersih
3) Gigi (kebersihan, karies gigi) : Bersih tida ada karies gigi, tida ada
gangguan pada mulut dan gigi
f. Leher : tida ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening
g. Payudara
1) Bentuk : Simetris
2) Areola : Hipigmentasi
3) Kolostrum : Belum keluar
4) Puting : Menonjol
h. Abdomen
1) Bekas luka oprasi : Tidak ada
2) Striae : Tidak ada
3) Linea : Linea Nigra
4) Kandug kemih : Kosong
5) TFU : 30
22
6) Leopold
I. Leopold I : Bagian fundus teraba bulat, lunak, tidak
melenting ( bokong )
II. Leopold II :Bagian kanan teraba tonjolan-tonjolan ecil
(ekstermitas ), bagian kiri teraba keras memanjang eperti
papan ( punggung )
III. Leopold III : Bagian atas simpisis teraba bulat, keras
melenting (kepala ) kepala sudah masuk PAP
IV. Leopold IV : D ivergen 3/5
7) DJJ : 132 x/menit
8) His : 3 x 10’ dalam 30’’
b. Ekstermitas : atas dan bawah tidak ada odema, tidak ada varises
23
C. ANALISA
D. PENATALAKSANAAN
1. Memberi tahu ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu dan bayinya dalam keadaan
normal serta melakukan pemeriksaan lakmus.
TD : 159/ 97 mmHg
N : 108 x/menit
Lakmus : Biru
R : 20 x/menit
S : 36,7 x/menit
Djj : 132 x/menit
PD : 7 Cm
Evaluasi : Ibu mengetahui hasil pemeriksaan
2. Mengganjurkan ibu untuk miring kekiri agar janin mendapatkan suplai oksigen
Evalusai : Ibu menegrti
3. Menganjurkan ibu untuk minum obat amoxicillin dengan dosis 500mg untuk
pencegahan infeksi dikarenakan ketuban ibu sudah pecah, arahan dari dokter
penanganggungjawab puskesmas.
Evalusai : Ibu mengerti dan meminum obatnya.
4. Memasangkan ibu infus RL 20 TPM ditanggan sebelah kiri dan sedang drip
Oxy 5 IU (naik), terapi yang diberikan Ceftriaxone 2x1, Dexa 2x1.
Evaluasi : Infus sudah terpasang.
5. Menganjurkan suami atau keluarga agar mendampingi ibu selama proses
persalinan dan memberikan dukungan psikologis kepada ibu.
Evaluasi : Ibu akan didampingi oleh suami.
24
6. Memberikan kenyamanan, dukungan mental dan spiritual, menganjurkan ibu
untuk istirahat dan menganjurkan ibu untuk tidak meneran saat pembukaan
belum lengkap.
Evaluasi : Ibu akan melakukannya.
7. Menanjurkan ibu untuk relasasi ketika ada kontraksi, yaitu dengan cara dengan
Tarik nafas lewat hidung dan keluarkan dari mulut secara perlahan – lahan.
Evaluasi : Ibu mengerti
8. Menganjurkan ibu untuk memenuh nutrisi dengan cara makan nasi, biscuit atau
roti dan kebutuhan hidrasi dengan cara minum air putih atau teh manis agar ibu
bertenagaa dan tidak lemas.141
Evalusia : Ibu mengerti dan bersedia untuk melakukannya.
9. Mempersiapkan alat partus set seperti klem 2, ½ Kocher, gunting tali pusat,
gunting episiotomy, needle holder, kassa, klem umbilical, spuit berisi oksitosin
10 IU.
Evaluasi : Partus set sudah dilakukan.
10. Mengobservasi tanda – tanda vital, DJJ, his, dan kemajuan ersalinan.
Evaluasi : Hasil observasi terlampir di lembar observasi.
25
1.2 Asuhan Persalinan kala II
A. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan mulas semakin kuat dan ingin segera meneran
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
2. Pemeriksaan fisik
a. Abdomen : DJJ : 149x/menit
HIS : 4 x ”45” dalam 10 menit kuat
b. Kandung kemih : kosong
c. Genetalia : vulva vagina tida ada kelainan
1) Portio : tida teraba
2) Pembukaan : 10 cm
3) Ketuban : sudah pecah sepontan
4) Presentasi :kepala
5) Denominator :ubun-ubun kecil
6) Tanda-tanda kala II : Ada dorongan ingin meneran ,
tekanan pada anus, perineum menonjol, vulva
membuka
26
C. ANALISA
G1P1A0 parturien preterm kala II janin hidup tunggaal intra uteri
presentasi belakang kepala dengan ketuban pecah dini
D. PENATALAKSANAAN
1. Mengidentifikasi tanda – tanda persalinan yaitu ibu mersa ada
dorongan kuat dan ada rasa ingin meneran, adanya tekanan pada
rectum dan vagina, perineum menonjol, vulva dan sfingter ani
membuka.
Evalasi : sudah terdapat kala II
2. Memakai pelindung diri
Evaluasi : memakai pelindung dir sudah dilakukan.
3. Mencucui tangan mengunakan sabun dan keringkan menggunakan
tissue atau lap yang bersih.
Evaluasi : sudah dilakkan
4. Mendekatkan partus set dan mengecek kembali kelengkapan alat.
Evaluasi : sudah dilakukan
5. Menaruh kain yang bersih di atas perut ibu dan menaruh underpad di
bokong ibu.
Evaluasi : sudah dilakukan
6. Memakai handscoon steril
Evaluasi : sudah dilakukan
7. Memberitahu ibu hasil bahwa pembukaan sudah lengkap.
Evaluasi : Ibu mengetahuinya.
8. Memposisikan ibu posisi litotomi dan membimbing ibu untuk
meneran bila adanya kontraksi.
Evaluasi : ibu mengerti dan kan meneran bila adanya kontraksi.
9. Melakukan Episiotomi
10. Melakukan Melakukan pertolongan persalinan. Saat kepala bayi
sudah terlihat 5-6 cm didepan vulva, tangan kanan melakukan tahanan
pada bagian perineum, tangan kiri mengendalikan kelahiran kepala
27
bayi dengan meletakanya di atas simfisis untuk menahan puncak
kepala bayi agar tidak terjadi defleksi berlebih saat bayi lahir
kemudian memeriksa adanya lilitan tali pusat dan menunggu putaran
paksi luar dan melahirkan bahu bayi dengan cara memegang kepala
bayi secara bipariental dengan kuat, menarik kepala bayi kearah
bawah hingga bahu anterior lahir dan kemudian menarik kepala ke
atas untuk melahirkan bahu posterior dan melakukan sanggah susur
Evaluasi : Pukul 11.05 WIB bayi lahir spontan, langsung menangis,
warna kulit kemerahan, tonus otot aktif.
11. Melakukan mengeringkan bayi, melakukan penghisapan lendir
menggunakan deele dimulut bayi dengan diameter 5 cm dan hidung
2- 3 cm lalu pemotongan tali pusat dengan cara memasang klem tali
pusat dan memasanaka klem umbilical 1 – 2 Cm dari pusat bayi lalu
memotong tali pusat
Evaluasi : Mengeringkan, isap lender dan Pemotongan tali pusat sudah
dilakukan
12. Melakukan IMD untuk mempererat ikatan (bonding attachment)
antara ibu dan bayi.
Evaluasi : IMD sudah dilakukan
28
1.2 Asuhan Persalinan kala III
A. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan sangat bahagia atas kelahiran bayinya dan masih merasa
mulas dan sedikit lemas
B. DATA OBJEKTIF
Pemeriksaan fisik
1. Abdomen : TFU : Sepusat
Kontraksi uterus : Keras
Kandung kemih : Kosong
2. Genetalia : Terlihat tali pusat didepan vulva terpasang klam dan ada
luka laserasi
C. ANALISA
P1A0 Inpartu kala III
D. PENATALAKSANAAN
29
3. Mengidentifikasi tanda – tanda pelepaasan pelasenta yaitu uters globuler,
tali pusat memanjang, dan adanya semban darah secara tiba – tiba
Evaluasi : adanya tanda – tanda pelepasan plasenta
4. Melakukan peregangan tali usat terkendali dengan melakukan dorso
kranial
Evaluasi : sudah dilakukan peregangan tali pusat terkendali dan adannya
pelepasan lasenta.
5. Melahirkan plasentaa sesuai kurve jalan lahir dengan mengarahkan tali
psat kebawah dan keatas.
Evaluasi : pelasenta telah lahir pada pukul 11.10 WIB
6. Melakukan penilaian plasenta
Evaluasi : plasenta lahir lenkap
7. Melakukan masae uterus selama 15 detik atau 15 kali yaitu dengan cara
meletakan tangan di fundus uteri dan melakukan massae dengan cara
melingkar dan lembut.
Evaluasi : massae uterus sudah dilakukan dan kontraaksi uterus keras.
8. Mengecek adanya leserasi atau tidak
Evaluasi : pengecekan lasersi sudah dilakukan, dan tidak adanya laserasi
30
1.4 Asuhan Persalinan kala IV
A. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : composmentis
Tanda-tanda vital :
a. TD : 110/80 mmhg
b. N : 78x/ menit
c. R : 20x/menit
2. Pemeriksaan fisik
a. Abdomen : TFU : 2 Jari di bawah pusat
Kontraksi uterus : keras
Kandung kemih : Kosong
b. Genetalia : vulva vagina tida ada kelainan, terdapat luka laserasi
(episiotomi)
Dilakukan hecting derajat 3
B. ANALISA
P1A0 Post partum kala IV
C. PENATALAKSANAAN
1. Menjelaskan keadan ibu dan bayi dalam keadaan baik kepada keluarga
Evaluasi : keluarga mengetahi kondisi ibu dan bayi
31
2. Mengajakan ibu untuk menilai kontrksi dengan mengajarkan ibu cara masase
fundus uteri dan menjelaksan kepada ibu jika terus lembek seger beritahu
bidan jika kontraski fundus keras berarti bagus.
Evaluasi : ibu mengerti dan akan melakukannya.
3. Memberitahu ibu segera mobilisasis dini
Evaluasi : ibu mengerti dan melakukannya
4. Melakukan penimbangan pada bayi dan memberikanya salep mata
5. Memberikan injek Vit K pada bayi
6. Melakukan observasi pendarahan pada ibu, dan pendarahan ibu dalam batas
normal
7. Memberisikan ibu dengan air DTT menggunakan waslap memakai
pembalut dan kain bersih ke ibu.
8. Melakukan dekontamminasi alat – alat selama 10 menit mengguakan air
kelorin 0,5% dan membuang bahan – bahan yang telah digunakan ke tempat
sampah yang sesuai. Setellah alat – alat direnam salama 10 menit lalu di cuci
menggunakan sabun dan bilas menggunakan air mengalir lalu di sterilkan.
Evaluasi : alat partus set sudah di sterilkan.
9. Menganjurkan keluarga agar teteap berada Bersama ibu
Evaluasi : pendamping adalah suaminya.
10. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum
Evaluasi : ibu mengerti dan akan melaksanakannya.
11. Menganjurkan ibu meminum obat antibiotic amoxsilin dengn dosis 500 mg
(3x1 tablet), tablet FE (1x1 tablet) dan parasetamol (3x1 tablet) yang
diberikan.
Evaluasi : ibu sudah diberkan obat
12. Melakukan observasi kala IV setiap 15 pertama dan 30 menit pda jam kedua
peeriksaan seperti pemeriksaan tekanan darah, Nadi, Tempreatr, TFU,
Kontraksi uterus, Kandug kemih, dan banyaknya pendarahan.
Evaluasi : Sudah dilakuan observasi kla IV pada patograf.
13. Melakukan pendokumentasian SOAP INC pada Ny. S.
Evaluasi : Sudah dilakukan SOAP INC
32
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada 28 Novembe 2023 pasien datang ke Ponek RSUD Kota Bandung Ny. S
mengatakan usia 27 tahun, kehamilan pertama, belum pernah keguguran, pasien datang
ke Ponek dengan keluhan mulas semakin sering dan ibu mengatakan keluar air-air dari
jalan lahir sejak pukul 02.30 WIB,
Ibu mengatakan Haid terakhir tanggal 26 Maret 2023 dan ibu mengatakan tidak
pernah menggunakan alat kontrakontrasepsi, Pola nutrisi ibu setelah hamil 2x/hari
dengan porsi kecil habis nasi, jarang makan sayura-sayuran kadang lauk-pauk telur,
daging, ikan asin, teri, saat memasak menggunakan selalu garam atau kaldu instan, pola
istirahat setelah hamil ibu malam ± 5 jam dan siang 1 jam,
Dari hasil pemeriksaan objektif di dapatkan hasil sebagai berikut: keadaan baik,
kesadaraan composmentis, tanda-tanda vital TD: 151/97 mmHg, N: 108x/menit, RR:
20x/menit, S: 36,7 C, TFU: 30 cm, hasil pemeriksaan leopold L1: bokong, L2: puka,
L3: kepala, L4: Divergen 3/5 DJJ:132x/menit, Hal ini sesuai dengan teori bahwa
melakukan pemeriksaan leopold diantaranya untuk menentukan Leopold 1 mengetahui
tinggi fundus dan bagian yang berada di atas fundus, Leopold 2 untuk mengetahui
bagian janin sebelah kiri dan kanan, Leopold 3 menentukan bagian terbawah janin,
Leopold 4 menentukan bagian terbawah janin sudah masuk pintu atas panggul atau
belum, pemeriksaan auskultasi atau DJJ normal adalah 120 sampai 160 per menit.
(Elisabeth, 2012)
Ekstremitas atas dan bawah, tidak ada odema refleks patella +/+ hasil
pemeriksaan labolatorium protein urine (-),Hemoglobin 13,3 g/dL
Pada pukul 09.30 WIB dilakukan pemeriksaan dalam pada Ny. S dan ditemukan
sudah ada pembukaan 7 pada Ny. S, Ketuban sudah pecah pada pukul 22.30 WIB,
pasien sudah memasuki kala 1 fase aktif sehingga dilakukan observasi ruangan
VK/Tulip, pasien diberikan terapi daan dianjurkan untuk selalu miring ke kiri padaa
saat berbaring tidur, menganjurkan ibu untuk minum obat amoxcilin dengan dosis 500
mg karena untuk pencegahan infeksi dikarenakan ketuban ibu sudah pecah, dan di drip
Oxy 10 IU serta memasang infus RL 20 TPM, dan memantau kemajuan pembukaan
serta dilalkukan pemeriksaan ttv.
Pada pukul 10.30 WIB masuk ke kala II, ibu mengatakan mulas semakin kuat
33
dan ingin meneran, setelah dilakukan pemeriksaan dalam pembukaan sudah lengkap 10
cm, bidan memimpin ibu untuk proses persalinan serta didampingi keluarga pasien,
pada pukul 11.05 WIB bayi lahir spontan, langsung menangis warna kulit kemerahan
tonus otot aktif, kemudian melakukan tindakan mengeringkan bayi, menghisap lendir
dan melakukan IMD.
Pada pukul 11.05 masuk ke kala III, ibu mengatakan sangat bahagia atas
kelahiran bayinya dan masih merasa mulas dan sedikit lemas, tindakan yang dilakukan
bidan yaitu memeriksa kembali uterus pasien untuk memastikan tidak ada janin kedua
kemudia menyuntikan oksitosin 10 IU secara IM dipaha sebelah kanan ½ paha luar,
pada pukul 10.07 WIB dan mengecek adanya luka laserasi pada genetalia ibu, dan
melakukan hecting pada luka laerasi derajat 3
Pada pukul 11.15 WIB masuk kala IV, ibu mengatkan sangat lega bahagia dan
terasa sedikit lelah. Pemeriksaan ttv dalam batas normal, dan tindakan yang dilakukan
bidan yaitu : menganjurkan ibu untuk menilai kontraksi dengan mengajarkan ibu cara
massae fundus uteri, menganjurkan ibu untuk segera mobilisasi dini, dan memberitahu
ibu bahwa bayinya akan diberikan salep mata, memberikan Vit K pada bayinya, terapi
yang diberikan yaitu : obat antibiotic amoxsilin dengn dosis 500 mg (3x1 tablet), tablet
FE (1x1 tablet) dan parasetamol (3x1 tablet) yang diberikan, dan memberitahu ibu
Melakukan observasi kala IV setiap 15 pertama dan 30 menit pda jam kedua peeriksaan
seperti pemeriksaan tekanan darah, Nadi, Tempreatr, TFU, Kontraksi uterus, Kandug
kemih, dan banyaknya pendarahan.
34
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
5.2 Saran
35
DAFTAR PUSTAKA
Barokah L, Agustina SA. Faktor Internal Kejadian Ketuban Pecah Dini di Kabupaten
Kulonprogo. J Kesehat. 2021.
Dinas Kesehatan D.I. Yogyakarta. Profil Kesehatan D.I. Yogyakarta Tahun 2019. 2019;
Morgan GH. Obstetri & Ginekologi Panduan Prakik. Jakarta: EGC; 2009.
Nuraisya E. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar; 2013.
Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka; 2014.
Rizky Nikmathul Ali FAAH dan VT. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian
Komplikasi Ketuban Pecah Dini (Kpd) Di Rsud Dr Mm Dunda Limboto. J Heal
Sains. 2021;Vol. 2.
Rozikhan, Titik Sapartinah AS. Hubungan Paparan Asap Rokok Terhadap Kejadian
Ketuban Pecah Dinidi Puskesmas Ringinarum Kabupaten Kendal. Midwifery
Care J. 2020;1, (2).
Tutik Iswanti. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini
Pada Ibu Bersalin. Indones Midwifery J. 2018;
Wiknjosastro H. Ilmu Kebidanan. Edisi ke-4, Cetakan ke-4. Jakarta: EGC; 2015.
Zainal Alim YAS. Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Ketuban Pecah Dini Pada Ibu
Hamil Trimester III Di Rumah Sakit Bantuan Lawang. J Hesti Wira Sakti.
2016;4, (1).
36