Disusun oleh
Lutfi Nuraini (15.401.20.004)
Nur umamah (15.401.20.005)
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah swt, karena atas rahmat-Nya, kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Konsep Pelayanan Obstetri Neonatal
Esesial Dasar" ini. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam
mata kuliah Gawat Darurat Maternal dan Perinatal tahun ajaran 2022.
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada dosen pengajar mata kuliah Gawat
Darurat Maternal dan Perinatal, Ibu Hj. Sri Aningsih, S.Pd., SST., M.Kes. dan Ibu Septi
Kurniawati, SST., M.Kes. serta teman-teman yang secara langsung maupun yang tidak
langsung telah mendukung selesainya makalah ini.
Makalah ini disusun dengan menggunakan metode pustaka dengan sumber berupa
buku dan e-book. Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih pemula, baik dari
segi susunan maupun isinya. Oleh karena itu, kami mengharap kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan penulisan makalah yang kami susun ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................................... 1
1.3 Tujuan................................................................................................................... 3
BAB 2 PEMBAHASAN..................................................................................................... 4
BAB 3 PENUTUP............................................................................................................... 11
3.1 Simpulan............................................................................................................... 11
3.2 Saran..................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 12
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
Salah satu upaya dalam penurunan AKI diperlukan perhatian serius di dalam
mengatasi masalah komplikasi pada saat kehamilan yang dapat di prediksi. Diperkirakan 15
% kehamilan dan persalinan akan mengalami komplikasi. Sebagian komplikasi ini dapat
mengancam jiwa, tetapi sebagian besar komplikasi dapat dicegah dan ditangani bila: 1) ibu
segera mencari pertolongan ke tenaga kesehatan; 2) tenaga kesehatan melakukan prosedur
penanganan yang sesuai, antara lain penggunaan partograf untuk memantau perkembangan
persalinan, dan pelaksanaan manajemen aktif kala III (MAK III) untuk mencegah perdarahan
pasca-salin; 3) tenaga kesehatan mampu melakukan identifikasi dini komplikasi; 4) apabila
komplikasi terjadi, tenaga kesehatan dapat memberikan pertolongan pertama dan melakukan
1
2
Dari analisa penyebab kematian Ibu hasil sensus penduduk 2010 menunjukan bahwa
90% kematian ibu terjadi pada saat persalinan dan segera setelah persalinan, dengan
penyebab utama kematian ibu adalah hipertensi dalam Kehamilan (32%); komplikasi
puerperum (31%); perdarahan Post partum (20%); abortus (4%); perdarahan Ante Partum
(3%); partus macet/lama (1%); kelainan amnion (2%); lain –lain (7%), sedangkan menurut
data ruƟ n 35% kematian ibu adalah perdarahan, 22% karena hipertensi, 5% partus lama, 5%
infeksi , 1% abortus.
Proporsi penyebab kematian bayi pada kelompok umur 0-6 hari menurut Riskesdas
2007 adalah gangguan/ kelainan pernafasan 35,9%; prematuritas 32,4%; sepsis 12%;
hipotermi 6,3%; kelainan perdarahan dan kuning 5,6%; postmatur 2,8%; malformasi
kongenitas 1,4% sedangkan pada usia 7-28 hari penyebab kematian terbesar karena sepsis
(20,5%); malformasi kongenital (18,1%); pneumonia (15,4%); sindrom gawat pernafasan
(12,8%) dan prematuritas (12,8%)
Masih tingginya AKI dan AKB termasuk neonatal juga dipengaruhi dan didorong
berbagai faktor yang mendasari timbulnya risiko maternal dan atau neonatal, yaitu faktor-
faktor penyakit, masalah gizi dari WUS/maternal serta faktor 4T (terlalu muda dan terlalu tua
untuk hamil dan melahirkan, terlalu dekat jarak kehamilan/ persalinan dan terlalu banyak
hamil atau melahirkan). Kondisi tersebut di atas lebih diperparah lagi oleh adanya
keterlambatan penanganan kasus emergensi/komplikasi maternal dan atau neonatal secara
adekuat akibat oleh kondisi 3T (Terlambat), yaitu: 1) Terlambat mengambil keputusan
merujuk, 2) Terlambat mengakses fasyankes yang tepat, dan 3) Terlambat memperoleh
pelayanan dari tenaga kesehatan yang tepat/ kompeten.
3
Melihat permasalahan yang kita hadapi dalam upaya mempercepat penurunan AKI
dan AKB termasuk AKN yang begitu kompleks maka diperlukan upaya yang lebih keras dan
dukungan komitmen dari seluruh stakeholder baik Pusat maupun daerah, seperti dukungan
dari organisasi profesi dan seminat, masyarakat dan swasta serta LSM baik nasional maupun
internasional. Salah satu upaya yang telah dilaksanakan untuk mempercepat penurunan AKI
dan AKN melalui penanganan obstetri dan neonatal emergensi/komplikasi di tingkat
pelayanan dasar adalah melalui Upaya melaksanakan Puskesmas Mampu Pelayanan Obstetri
Neonatal Emergensi Dasar (PONED).
Agar Puskesmas mampu PONED sebagai salah satu simpul dari sistem
penyelenggaraan pelayanan kesehatan maternal neonatal emergensi dapat memberikan
kontribusi pada upaya penurunan AKI dan AKN maka perlu dilaksanakan dengan baik agar
dapat dioptimalkan fungsinya.
1.2 Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan dibahas pada makalah tentang Bentuk-bentuk komunikasi
dalam kebidanan
1. Apakah syarat Puskesmas PONED?
2. Siapakah petugas pelaksana PONED?
3. Bagaimanakah pelayanan yang dilaksanakan pelayanan PONED?
4. Apakah komponen pelayanan antenatal?
5. Apakah faktor pendukung keberhasilan PONED?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu:
1. Mengetahui tentang apa syarat Puskesmas PONED.
2. Mengetahui tentang siapa petugas pelaksana PONED.
3. Mengetahui tentang bagaimana pelayananan yang dilaksanakan pelayanan PONED.
4. Mengetahui tentang apa komponen pelayanan antenatal.
5. Mengetahui bagaimana apa faktor pendukung keberhasilan PONED.
BAB 2
PEMBAHASAN
4
5
neonatal dasar. Berikut ini adalah pelayanan untuk menanggulangi kasus-kasus emergensi
obstetric dan neonatal yang meliputi:
Berikut ini kewenangan menangani kasus maternal dalam pelayanan PONED berdasarkan
pedoman penyelenggaraan Puskesmas mampu PONED adalah :
Indeks masa tubuh (IMT) adalah hubungan antara tinggi badan dan berat badan. Ada
rumus tersendiri untuk menghitung IMT, yakni:
IMT= (Berat Badan (kg)/ Tinggi Badan (cm)2)
Tabel 2.1 Klasifikasi Nilai IMT
Gemeli - 16-20,5
Pengukuran tinggi badan ibu hamil dilakukan untuk mendeteksi faktor resiko
terhadap kehamilan yang sering berhubungan dengan keadaan rongga panggul.
anamnesis hari pertama haid terakhir (HPHT) dan kapan Gerakan janin mulai
dirasakan. TFU yang normal harus sama dengan UK dalam minggu yang
dicantumkan dalam HPHT.
4. Pemberian Tablet Fe sebanayak 90 tablet selama masa kehamilan
Tablet ini mengandung 200 mg Sulfat Feosus 0,25 mg asam folat yang diikat dengan
laktosa. Tujuan pemberian tablet Fe adalah untuk memenuhi kebutuhan Fe pada ibu
hamil dan nifas, karena pada masa kehamilan kebutuhannya meningkat seiiring
pertumbuhan janin. Zat besi ini penting untuk mengkompensasi peningkatan volume
darah yang terjadi selama kehamilan dan untuk memastikan pertumbuhan dan
perkembangan janin.
5. Pemberian Imunisasi TT
Imunisasi tetanus toxoid adalah proses untuk membangun kekebalan sebagai upaya
pencegahan terhadap infeksi tetanus. Vaksin tetanus yaitu toksin kuman tetanus yang
telah dilemahkan dan kemudian dimurnikan. Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT)
artinya pemberian kekebalan terhadap penyakit tetanus kepada ibu hamil dan bayi
yang dikandungnya.
Umur kehamialn mendapat imunisasi TT:
a) Imuniasai TT sebaiknya diberikan sebelum kehamilan 8 bulan untuk
mendapatkan imunisasi TT lengkap (BKKBN, 2005).
b) TT1 dapat diberikan sejak diketahui positif hamil dimana biasanya diberikan
pada kunjungan pertama ibu hamil ke sarana Kesehatan (Depkes RI, 2000).
Jadwal Imunisasi TT:
Sesuai dengan WHO, jika seorang ibu yang tidak pernah diberikan imunisasi
tetanus maka ia harus mendapatkan paling sedikitnya dua kali (suntikan) selama
kehamilan (pertama pada saat kunjungan antenatal dan kedua pada empat minggu
kemudian) jarak pemberian (interval) imunisasi TT 1 dengan TT 2 minimal 4 minggu
(Saifuddin dkk, 2001; Depkes RI, 20000). (sari, Ulfa dan Daulay, 2015).
Tabel 2.2 Jadwal Pemberian Imunisasi Tetanus Toxoid
6. Pemeriksaan Hb
Pemeriksaan Hb yang sederhana yakni dengan cara Talvquis dan dengan cara Sahli.
Pemeriksaan dilakukan pada kunjungan ibu hamil pertama kali, lalu periksa lagi
menjelang persalinan. Pemeriksaaan Hb adalah salah satu upaya untuk mendeteksi
anemia pada ibu hamil.
7. Pemeriksaan Protein Urine
Pemeriksaan ini berguna untuk mengetahui adanya protein dalam urine ibu hamil.
Adapun pemeriksaannya dengan asam asetat 2-3% ditujukan pada ibu hamil dengan
riawayat tekanan darah tinggi,kaki oedema. Pemeriksaan protein urine ini untuk
mendeteksi ibu hamil kearah preeklamsia.
8. Pemeriksaan VDLR (Veneral Disease Research Lab)
Pemeriksaan Veneral Desease Research Laboratory (VDLR) adalah untuk mengetahui
adanya treponema pallidum atau penyakit menular seksual, antara lain syphilis.
Pemeriksaan kepada ibu hamil yang pertama kali datang diambil specimen darah vena
kurang lebih 2 cc. Apabila hasil tes dinyatakan positif, ibu hamil dilakukan
pengobatan atau rujukan. Akibat fatal yang terjadi adalah kematian janin pada
kehamilan <16 minggu, pada kehamilan lanjut dapat menyebabkan premature, cacat
bawaan.
9. Pemeriksaan Reduksi Urine
Untuk ibu hamil dengan Riwayat DM. Apabila hasil positif maka perlu diikuti
pemeriksaan gula darah untuk memastikan adanya Diabetes Melitus Gestasiol.
Diabetes Melitus Gestasiol pada ibu dapat mengakibatkan adanya penyakit berupa
pre-eklampsia, polihidramnion, bayi besar.
10. Perawatan Payudara
10
Senam payudara atau perawatan payudara untuk ibu hamil, dilakukan 2 kali sehari
sebelum mandi dimulai pada usia kehamilan 6 minggu.
11. Senam hamil
Senam hamil bermanfaat untuk membantu ibu hamil dalam mempersiapkan
persalinan. Adapun tujuan senam hamil adalah memperkuat dan mempertahankan
elastisitas otot-otot dinding perut, ligamentum, otot dasar panggul, memperoleh
relaksasi tubuh dengan latihan-latihan kontraksi dan relaksasi.
12. Pemberian obat malaria
Diberikan kepada ibu hamil pendatang dari daerah malaria juga kepada ibu hamil
dengan gejala malaria yakni panas tinggi disertai menggigil dan hasil apusan darah
yang positif. Dampak atau akibat penyakit tersebut kepada ibu hamil yakni kehamilan
muda dapat terjadi abortus, partus prematurus juga anemia.
13. Pemberian kapsul minyak yodium
Diberikan pada kasus gangguan akibat kekurangan Yodium di daerah endemis yang
dapat berefek buruk terhadap tumbuh kembang manusia.
14. Temu wicara/Konseling
3.1 Simpulan
Berdasarkan makalah yang telah dibuat, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai
berikut:
1. Pelayanan Obstetri Neonatal Esensial Dasar dapat dilayani oleh puskesmas yang
mempunyai fasilitas atau kemampuan untuk penanganan kegawatdaruratan obstetri
dan neonatal dasar.
2. Puskesmas PONED merupakan puskesmas yang siap 24 jam, sebagai rujukan antara
kasus-kasus rujukan dari polindes dan puskesmas. Polindes dan puskesmas non
perawatan disiapkan untuk melakukan pertolongan pertama gawat darurat obstetric
dan neonatal (PPGDON) dan tidak disiapkan untuk melakukan PONED.
3.2 Saran
Berdasarkan makalah yang telah dibuat, penulis dapat menemukan sebuah saran, agar
pembaca lebih memahami tentang konsep program pelaksanaan PONED sehingga dapat
menyalurkan pengetahuannya tersebut kepada keluarganya, lingkungan sekitarnya serta
dapat menerapkan terhadap diri sendiri.
11
DAFTAR PUSTAKA
Andini Nur Fajri. 2018. Studi Pelaksanaan Program Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi
Dasar (PONED). Makasar.
Kemenkas RI. 2015. Buku Ajar Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta Selatan: Pusat Pendidikan
dan Pelatihan Tenaga Kesehatan.
Rukiah, dkk. 2013. Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakrta: CV. Trans Info Media.
12