Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

MATA KULIAH: GAWAT DARURAT MATERNAL DAN PERINATAL


MATERI: Konsep Pelayanan Obstetri Neonatus Esesial Dasar (PONED)
Dosen Pengampu:
Hj. Sri Aningsih, S.Pd.,SST.,M.Kes

Septi Kurniawati, SST., M.Kes

Disusun oleh
Lutfi Nuraini (15.401.20.004)
Nur umamah (15.401.20.005)

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA


PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN
KRIKILAN-GLENMORE-BANYUWANGI
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah swt, karena atas rahmat-Nya, kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Konsep Pelayanan Obstetri Neonatal
Esesial Dasar" ini. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam
mata kuliah Gawat Darurat Maternal dan Perinatal tahun ajaran 2022.
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada dosen pengajar mata kuliah Gawat
Darurat Maternal dan Perinatal, Ibu Hj. Sri Aningsih, S.Pd., SST., M.Kes. dan Ibu Septi
Kurniawati, SST., M.Kes. serta teman-teman yang secara langsung maupun yang tidak
langsung telah mendukung selesainya makalah ini.
Makalah ini disusun dengan menggunakan metode pustaka dengan sumber berupa
buku dan e-book. Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih pemula, baik dari
segi susunan maupun isinya. Oleh karena itu, kami mengharap kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan penulisan makalah yang kami susun ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Krikilan, 26 Februari 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................... ii

DAFTAR ISI....................................................................................................................... iii

BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang...................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................. 3

1.3 Tujuan................................................................................................................... 3

BAB 2 PEMBAHASAN..................................................................................................... 4

2.1 Pengertian Puskesmas PONED............................................................................ 4

2.2 Syarat Puskesmas PONED................................................................................... 5

2.3 Petugas Pelaksana PONED.................................................................................. 6

2.4 Pelayanan yang dilaksanakan Puskesmas PONED.............................................. 6

2.5 Komponen Pelayanan Antenatal.......................................................................... 6

2.6 Faktor Pendukung Keberhasilan Puskesmas PONED.......................................... 10

BAB 3 PENUTUP............................................................................................................... 11

3.1 Simpulan............................................................................................................... 11

3.2 Saran..................................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 12

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 dalam


bidang Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama termasuk Kesehatan, menyebutkan bahwa
sasaran yang ditetapkan adalah 1) meningkatnya Umur Harapan Hidup menjadi 72 tahun; 2)
menurunnya Angka Kematian Bayi menjadi 24 per 1.000 kelahiran hidup; 3) menurunnya
Angka Kematian Ibu menjadi 118 per 100.000 kelahiran hidup dan; 4) menurunnya
prevalensi gizi kurang pada anak balita menjadi setinggi-tingginya 15%. Pencapaian sasaran
RPJMN, sampai saat ini untuk 1) AKI semula 334/100.000 (tahun 1997), dalam kurun waktu
10 tahun turun menjadi 228/100.000 (SDKI 2007); namun hasil SDKI 2012 AKI meningkat
menjadi 359/100.000. Meskipun hasil AKI SDKI 2012 terlihat meningkat apabila
dibandingkan SDKI 2007, namun dalam menginterpretasikan angka tersebut perlu kehati-
hatian oleh karena adanya perbedaan metode penelitian dan sampling. 2) AKB turun dari
46/1.000 KH (tahun 1999), menjadi 34/1.000 KH menurut SDKI 2007 dan data hasil SDKI
2012 menunjukkan penurunan AKB tidak signifikan, menjadi 32/1.000 KH.

Dari gambaran angka-angka tersebut memperlihatkan bahwa penurunan angka-angka


kematian dapat dikatakan kurang bermakna, sehingga target AKI maupun AKB yang
ditetapkan baik untuk RPJMN tahun 2010-2014 maupun untuk MDGs tahun 2015
diperkirakan akan sulit tercapai. Demikian pula TFR yang ditargetkan dapat diturunkan dari
2,6 menjadi 2,1 pada tahun 2014, ternyata angka sementara SDKI 2012 angkanya masih tetap
2,6.

Salah satu upaya dalam penurunan AKI diperlukan perhatian serius di dalam
mengatasi masalah komplikasi pada saat kehamilan yang dapat di prediksi. Diperkirakan 15
% kehamilan dan persalinan akan mengalami komplikasi. Sebagian komplikasi ini dapat
mengancam jiwa, tetapi sebagian besar komplikasi dapat dicegah dan ditangani bila: 1) ibu
segera mencari pertolongan ke tenaga kesehatan; 2) tenaga kesehatan melakukan prosedur
penanganan yang sesuai, antara lain penggunaan partograf untuk memantau perkembangan
persalinan, dan pelaksanaan manajemen aktif kala III (MAK III) untuk mencegah perdarahan
pasca-salin; 3) tenaga kesehatan mampu melakukan identifikasi dini komplikasi; 4) apabila
komplikasi terjadi, tenaga kesehatan dapat memberikan pertolongan pertama dan melakukan
1
2

tindakan stabilisasi pasien sebelum melakukan rujukan; 5) proses rujukan efektif; 6)


pelayanan di RS yang cepat dan tepat guna.

Dengan demikian, untuk komplikasi yang membutuhkan pelayanan di RS, diperlukan


penanganan yang berkesinambungan (continuum of care), yaitu dari pelayanan di tingkat
dasar sampai di Rumah Sakit. Langkah 1 sampai dengan 5 diatas tidak akan bermanfaat bila
langkah ke 6 tidak adekuat. Sebaliknya, adanya pelayanan di RS yang adekuat tidak akan
bermanfaat bila pasien yang mengalami komplikasi tidak dirujuk.

Dari analisa penyebab kematian Ibu hasil sensus penduduk 2010 menunjukan bahwa
90% kematian ibu terjadi pada saat persalinan dan segera setelah persalinan, dengan
penyebab utama kematian ibu adalah hipertensi dalam Kehamilan (32%); komplikasi
puerperum (31%); perdarahan Post partum (20%); abortus (4%); perdarahan Ante Partum
(3%); partus macet/lama (1%); kelainan amnion (2%); lain –lain (7%), sedangkan menurut
data ruƟ n 35% kematian ibu adalah perdarahan, 22% karena hipertensi, 5% partus lama, 5%
infeksi , 1% abortus.

Proporsi penyebab kematian bayi pada kelompok umur 0-6 hari menurut Riskesdas
2007 adalah gangguan/ kelainan pernafasan 35,9%; prematuritas 32,4%; sepsis 12%;
hipotermi 6,3%; kelainan perdarahan dan kuning 5,6%; postmatur 2,8%; malformasi
kongenitas 1,4% sedangkan pada usia 7-28 hari penyebab kematian terbesar karena sepsis
(20,5%); malformasi kongenital (18,1%); pneumonia (15,4%); sindrom gawat pernafasan
(12,8%) dan prematuritas (12,8%)

Masih tingginya AKI dan AKB termasuk neonatal juga dipengaruhi dan didorong
berbagai faktor yang mendasari timbulnya risiko maternal dan atau neonatal, yaitu faktor-
faktor penyakit, masalah gizi dari WUS/maternal serta faktor 4T (terlalu muda dan terlalu tua
untuk hamil dan melahirkan, terlalu dekat jarak kehamilan/ persalinan dan terlalu banyak
hamil atau melahirkan). Kondisi tersebut di atas lebih diperparah lagi oleh adanya
keterlambatan penanganan kasus emergensi/komplikasi maternal dan atau neonatal secara
adekuat akibat oleh kondisi 3T (Terlambat), yaitu: 1) Terlambat mengambil keputusan
merujuk, 2) Terlambat mengakses fasyankes yang tepat, dan 3) Terlambat memperoleh
pelayanan dari tenaga kesehatan yang tepat/ kompeten.
3

Melihat permasalahan yang kita hadapi dalam upaya mempercepat penurunan AKI
dan AKB termasuk AKN yang begitu kompleks maka diperlukan upaya yang lebih keras dan
dukungan komitmen dari seluruh stakeholder baik Pusat maupun daerah, seperti dukungan
dari organisasi profesi dan seminat, masyarakat dan swasta serta LSM baik nasional maupun
internasional. Salah satu upaya yang telah dilaksanakan untuk mempercepat penurunan AKI
dan AKN melalui penanganan obstetri dan neonatal emergensi/komplikasi di tingkat
pelayanan dasar adalah melalui Upaya melaksanakan Puskesmas Mampu Pelayanan Obstetri
Neonatal Emergensi Dasar (PONED).

Agar Puskesmas mampu PONED sebagai salah satu simpul dari sistem
penyelenggaraan pelayanan kesehatan maternal neonatal emergensi dapat memberikan
kontribusi pada upaya penurunan AKI dan AKN maka perlu dilaksanakan dengan baik agar
dapat dioptimalkan fungsinya.
1.2 Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan dibahas pada makalah tentang Bentuk-bentuk komunikasi
dalam kebidanan
1. Apakah syarat Puskesmas PONED?
2. Siapakah petugas pelaksana PONED?
3. Bagaimanakah pelayanan yang dilaksanakan pelayanan PONED?
4. Apakah komponen pelayanan antenatal?
5. Apakah faktor pendukung keberhasilan PONED?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu:
1. Mengetahui tentang apa syarat Puskesmas PONED.
2. Mengetahui tentang siapa petugas pelaksana PONED.
3. Mengetahui tentang bagaimana pelayananan yang dilaksanakan pelayanan PONED.
4. Mengetahui tentang apa komponen pelayanan antenatal.
5. Mengetahui bagaimana apa faktor pendukung keberhasilan PONED.
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Puskesmas PONED


Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas Kesehatan kabupaten/kota yang
bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.
(Kepmenkes No.128, tahun 2013).

a. Unit Pelaksana Teknis


Sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan kabupaten/kota (UPTD), Puskesmas
berperan menyelenggarakan sebagian tugas teknis operasional Dinas Kesehatan
kabupaten/kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak
pembangunan Kesehatan di Indonesia.
b. Pembangunan Kesehatan
Pembangunan Kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa
Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar terwujud derajat Kesehatan masyarakat yang optimal.
c. Penanggungjawab Penyelenggaraan
Penanggungjawab utama penyelenggara seluruh upaya pembangunan Kesehatan di
wilayah kabupaten atau kota adalah Dinas Kesehatan kabupaten atau kota, sedangkan
Puskesmas bertanggungjawab hanya Sebagian upaya pembangunan Kesehatan yang
dibebankan oleh Dinas Kesehatan kabupaten atau kota sesuai dengan kemampuannya.
d. Wilayah kerja
Secara nasional, standar wilayah kerja Puskesmas adalah satu kecamatan, tetapi
apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu puskesmas, maka tanggungjawab
wilayah kerja dibagi antar Puskesmas, dengan memperhatikan kebutuhan konsep
wilayah (desa atau kelurahan atau RW). Masing-masing Puskesmas tersebut secara
operasional bertanggungjawab langsung kepada Dinas Kesehatan kabupaten/kota.

Sedangkan PONED merupakan kepanjangan dari Pelayanan Obstetri Neonatus


Esensial Dasar. PONED dilakukan di Puskesmas induk dengan pengawasan Dokter. Petugas
Kesehatan yang boleh memberikan PONED yaitu dokter, bidan, perawat dan tim PONED
Puskesmas beserta penanggung jawab terlatih. PONED dapat dilayani oleh puskesmas yang
mempunyai fasilitas atau kemampuan untuk penanganan kegawatdaruratan obstetric dan

4
5

neonatal dasar. Berikut ini adalah pelayanan untuk menanggulangi kasus-kasus emergensi
obstetric dan neonatal yang meliputi:

a. Pelayanan obstetric : kuret atau pengeluaran plasenta manual, penggunaan vakum


ekstraksi untuk pertolongan persalinan, pemberian oksitosin par enteral, antibiotika
par enteral dan sedative par enteral.
b. Pelayanan neonatal: pemberian anti kejang par entera, pemberian antibiotika par
enteral, resusitasi bayi asfiksia, phenobarbital untuk mengatasi icterus dan pemberian
bicarbonate nitrar intraubilical, penanggulangan untuk gangguan pemberian nnutrisi,
dan pelaksanaan thermal control mencegah hipotermi (Purwiastuti dan Walyani,
2015).

Puskesmas PONED merupakan puskesmas rawat inap yang mampu


menyelenggarakan pelayanan obstetric dan neonatal emergensi atau komplikasi tingkat dasar
dalam 24 jam sehari dan 7 hari seminggu untuk memberikan pelayanan terhadap ibu hamil,
bersalin, dan nifas serta bayi baru lahir yang mengalami komplikasi. Puskesmas PONED
mampu meneriima rujukan dari polindes, klinik, ataupun puskesmas non PONED, apabila
ada kasus yang tidak dapat ditangani di rujuk ke Rumah sakit PONEK (Susyanty, 2016)

2.2 Syarat Puskesmas PONED

a. Pelayanan buka 24 jam.


Tujuannya untuk selalu siap siaga dalam menangani kasus gawat daruratan demi
keselamatan ibu dan bayi.
b. Mempunyai Dokter, bidan, perawat terlatih poned dan siap melayani 24 jam.
Tenaga Kesehatan yang sudah terlatih poned umumnya lebih baik pengetahuannya
dan lebih percaya diri dalam menangani kasus-kasus kegawatdaruratan ibu dan bayi
baru lahir karena tenaga yang dipilih untuk mengikuti pelatihan PONED adalah
tenaga yang dipilih untuk mengikuti pelatihan PONED adalah tenaga yang memiliki
kualitas baik.(Novita,2015).
c. Tersedia alat transportasi siap 24 jam
Tujuannya untuk menjaga bila sewaktu-waktu ada rujukan ke rumah sakit karena
terbatasnya peralatan di puskesmas.
d. Mempunyai hubungan kerjasama dengan Rumah Sakit terdekat dan Dokter Spesialis
Obgyn dan spesialis anak
6

2.3 Petugas Pelaksana PONED

1) Dokter umum 2 orang


2) Bidan 8 orang
3) Perawat
4) Petugas yang telah mendapat pelatihan PONED

2.4 Pelayanan yang dilaksanakan Puskesmas PONED

Berikut ini kewenangan menangani kasus maternal dalam pelayanan PONED berdasarkan
pedoman penyelenggaraan Puskesmas mampu PONED adalah :

a. Perdarahan pada kehamilan


b. Perdarahan post partum
c. Hipertensi dalam kehamilan
d. Persalinan macet
e. Ketuban pecah sebelum waktunya dan sepsis
f. Infeksi nifas

Sedangkan Batasan kewenangan menangani kasus neonatal dalam pelayanan PONED


adalah :

a. Asfiksia pada neonatal


b. Gangguan nafas pada bayi baru lahir
c. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
d. Hipotermi pada bayi baru lahir
e. Hipoglikemia dari ibu dengan diabetes militus
f. Ikterus
g. Kejang pada neonatus
h. Infeksi neonatus

2.5 Komponen Pelayanan Antenatal

1. Ukur Berat badan dan Tinggi Badan


Dalam keadaan normal kenaikan berat badan ibu dari sebelumhamil dihitung dari TM
I sampai TM III yang berkisar antara 9-13,9 kg dan kenaikan berat badan setiap
minggu yang tergolong normal 0,4-0,5 kg tiap minggu mulai TM II. Berat badan ideal
untuk ibu hamil sendiri tergantung dari IMT (Indeks Masa Tubuh) ibu sebelum hamil.
7

Indeks masa tubuh (IMT) adalah hubungan antara tinggi badan dan berat badan. Ada
rumus tersendiri untuk menghitung IMT, yakni:
IMT= (Berat Badan (kg)/ Tinggi Badan (cm)2)
Tabel 2.1 Klasifikasi Nilai IMT

Kategori IMT Rekomendasi

Rendah <19,8 12,5-18

Normal 19,8-26 11,5-16

Tinggi 26-29 7-11,5

Obesitas >29 >7

Gemeli - 16-20,5

Sumber : (Prawirohardjo, 2013)


Prinsip dasar yang perlu diingat berat badan naik perlahan dan bertahap, bukan
mendadak dan drastis. Pada trimester II dan III perempuan dengan gizi baik
dianjurkan menambah berat badan 0,4kg. perempuan dengan gizi kurang 0,5 kg gizi
baik 0,3kg. Indeks masa tubuh adalah suatu metode untuk mengetahui penambahan
optimal, yaitu:
a) 20 minggu pertama mengalami penambahan BB sekitar 2,5kg
b) 20 minggu berikutnya terjadi penambahan sekitar 9 kg
c) Kemungkinan penambahan BB hingga maksimal 12,5 kg. (Sari, Ulfa dan Daulay,
2015).

Pengukuran tinggi badan ibu hamil dilakukan untuk mendeteksi faktor resiko
terhadap kehamilan yang sering berhubungan dengan keadaan rongga panggul.

2. Ukur Tekanan Darah


Diukur dan diperiksa setiap kali ibu datang dan berkunjung. Pemeriksaan tekanan
darah sangat penting untuk mengetahui standar normal, tinggi atau rendah tekanan
darah yang normal 110/80-120-80 mmHg.
3. Ukur Tinggi Fundus Uteri
Tujuan pemeriksaan TFU menggunakan Teknik Mc.Donald adalah menentukan umur
kehamilan berdasarkan minggu dan hasilnya bisa di bandingkan dengan hasil
8

anamnesis hari pertama haid terakhir (HPHT) dan kapan Gerakan janin mulai
dirasakan. TFU yang normal harus sama dengan UK dalam minggu yang
dicantumkan dalam HPHT.
4. Pemberian Tablet Fe sebanayak 90 tablet selama masa kehamilan
Tablet ini mengandung 200 mg Sulfat Feosus 0,25 mg asam folat yang diikat dengan
laktosa. Tujuan pemberian tablet Fe adalah untuk memenuhi kebutuhan Fe pada ibu
hamil dan nifas, karena pada masa kehamilan kebutuhannya meningkat seiiring
pertumbuhan janin. Zat besi ini penting untuk mengkompensasi peningkatan volume
darah yang terjadi selama kehamilan dan untuk memastikan pertumbuhan dan
perkembangan janin.
5. Pemberian Imunisasi TT
Imunisasi tetanus toxoid adalah proses untuk membangun kekebalan sebagai upaya
pencegahan terhadap infeksi tetanus. Vaksin tetanus yaitu toksin kuman tetanus yang
telah dilemahkan dan kemudian dimurnikan. Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT)
artinya pemberian kekebalan terhadap penyakit tetanus kepada ibu hamil dan bayi
yang dikandungnya.
Umur kehamialn mendapat imunisasi TT:
a) Imuniasai TT sebaiknya diberikan sebelum kehamilan 8 bulan untuk
mendapatkan imunisasi TT lengkap (BKKBN, 2005).
b) TT1 dapat diberikan sejak diketahui positif hamil dimana biasanya diberikan
pada kunjungan pertama ibu hamil ke sarana Kesehatan (Depkes RI, 2000).
Jadwal Imunisasi TT:
Sesuai dengan WHO, jika seorang ibu yang tidak pernah diberikan imunisasi
tetanus maka ia harus mendapatkan paling sedikitnya dua kali (suntikan) selama
kehamilan (pertama pada saat kunjungan antenatal dan kedua pada empat minggu
kemudian) jarak pemberian (interval) imunisasi TT 1 dengan TT 2 minimal 4 minggu
(Saifuddin dkk, 2001; Depkes RI, 20000). (sari, Ulfa dan Daulay, 2015).
Tabel 2.2 Jadwal Pemberian Imunisasi Tetanus Toxoid

Antigen Interval Lama % Perlindungan


Perlindungan

TT1 Pada kunjungan antenatal -


pertama
9

TT2 4 minggu setelah TT 1 3 tahun 80

TT3 6 bulan setelah TT 2 5 tahun 95

TT4 1 tahun setelah TT 3 10 tahun 99

TT5 1 tahun setelah TT 4 25 tahun/seumur 99


hidup

Sumber : (Saifuddin dalam Sari, Ulfa dan Daulay, 2015).

6. Pemeriksaan Hb
Pemeriksaan Hb yang sederhana yakni dengan cara Talvquis dan dengan cara Sahli.
Pemeriksaan dilakukan pada kunjungan ibu hamil pertama kali, lalu periksa lagi
menjelang persalinan. Pemeriksaaan Hb adalah salah satu upaya untuk mendeteksi
anemia pada ibu hamil.
7. Pemeriksaan Protein Urine
Pemeriksaan ini berguna untuk mengetahui adanya protein dalam urine ibu hamil.
Adapun pemeriksaannya dengan asam asetat 2-3% ditujukan pada ibu hamil dengan
riawayat tekanan darah tinggi,kaki oedema. Pemeriksaan protein urine ini untuk
mendeteksi ibu hamil kearah preeklamsia.
8. Pemeriksaan VDLR (Veneral Disease Research Lab)
Pemeriksaan Veneral Desease Research Laboratory (VDLR) adalah untuk mengetahui
adanya treponema pallidum atau penyakit menular seksual, antara lain syphilis.
Pemeriksaan kepada ibu hamil yang pertama kali datang diambil specimen darah vena
kurang lebih 2 cc. Apabila hasil tes dinyatakan positif, ibu hamil dilakukan
pengobatan atau rujukan. Akibat fatal yang terjadi adalah kematian janin pada
kehamilan <16 minggu, pada kehamilan lanjut dapat menyebabkan premature, cacat
bawaan.
9. Pemeriksaan Reduksi Urine
Untuk ibu hamil dengan Riwayat DM. Apabila hasil positif maka perlu diikuti
pemeriksaan gula darah untuk memastikan adanya Diabetes Melitus Gestasiol.
Diabetes Melitus Gestasiol pada ibu dapat mengakibatkan adanya penyakit berupa
pre-eklampsia, polihidramnion, bayi besar.
10. Perawatan Payudara
10

Senam payudara atau perawatan payudara untuk ibu hamil, dilakukan 2 kali sehari
sebelum mandi dimulai pada usia kehamilan 6 minggu.
11. Senam hamil
Senam hamil bermanfaat untuk membantu ibu hamil dalam mempersiapkan
persalinan. Adapun tujuan senam hamil adalah memperkuat dan mempertahankan
elastisitas otot-otot dinding perut, ligamentum, otot dasar panggul, memperoleh
relaksasi tubuh dengan latihan-latihan kontraksi dan relaksasi.
12. Pemberian obat malaria
Diberikan kepada ibu hamil pendatang dari daerah malaria juga kepada ibu hamil
dengan gejala malaria yakni panas tinggi disertai menggigil dan hasil apusan darah
yang positif. Dampak atau akibat penyakit tersebut kepada ibu hamil yakni kehamilan
muda dapat terjadi abortus, partus prematurus juga anemia.
13. Pemberian kapsul minyak yodium
Diberikan pada kasus gangguan akibat kekurangan Yodium di daerah endemis yang
dapat berefek buruk terhadap tumbuh kembang manusia.
14. Temu wicara/Konseling

2.6 Faktor Pendukung Keberhasilan PONED Puskesmas

a. Adanya Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JKRS, Jamkesmas).


b. Sistem rujukan yang berhasil.
c. Peran serta aktif bidan desa.
d. Tersedianya sarana/prasarana, obat dan bahan habis pakai.
e. Peran serta masyarakat, LSM, lintas sectoral dan stage holder yang harmonis.
f. Peningkatan mutu pelayanan perlu menyesuaikan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi kebutuhan masyarakat dan sesuai dengan standrt
pelayanan minimal.
BAB 3
PENUTUP

3.1 Simpulan
Berdasarkan makalah yang telah dibuat, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai
berikut:
1. Pelayanan Obstetri Neonatal Esensial Dasar dapat dilayani oleh puskesmas yang
mempunyai fasilitas atau kemampuan untuk penanganan kegawatdaruratan obstetri
dan neonatal dasar.

2. Puskesmas PONED merupakan puskesmas yang siap 24 jam, sebagai rujukan antara
kasus-kasus rujukan dari polindes dan puskesmas. Polindes dan puskesmas non
perawatan disiapkan untuk melakukan pertolongan pertama gawat darurat obstetric
dan neonatal (PPGDON) dan tidak disiapkan untuk melakukan PONED.
3.2 Saran
Berdasarkan makalah yang telah dibuat, penulis dapat menemukan sebuah saran, agar
pembaca lebih memahami tentang konsep program pelaksanaan PONED sehingga dapat
menyalurkan pengetahuannya tersebut kepada keluarganya, lingkungan sekitarnya serta
dapat menerapkan terhadap diri sendiri.

11
DAFTAR PUSTAKA

Andini Nur Fajri. 2018. Studi Pelaksanaan Program Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi
Dasar (PONED). Makasar.

Anggrita, dkk. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Bogor:IN MEDIA

Kemenkes RI. 2013. Pedoman Penyelenggara Puskesmas Mampu PONED. Jakarta

Kemenkas RI. 2015. Buku Ajar Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta Selatan: Pusat Pendidikan
dan Pelatihan Tenaga Kesehatan.

Rukiah, dkk. 2013. Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakrta: CV. Trans Info Media.

12

Anda mungkin juga menyukai