Anda di halaman 1dari 147

LAPORAN PRAKTIK

ASUHAN KEBIDANAN BERKELANJUTAN (Continuity Of Care)

PADA Ny. H DI PUSKESMAS BANGGAI KABUPATEN

BANGGAI LAUT

Oleh :

JIAN RETNA SARI LAUENDE, S.Tr., Keb

NIM. 2182B1069

PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

IIK STRADA INDONESIA


2022
PERSETUJUAN

Laporan praktik dengan judul “ASUHAN KEBIDANAN

BERKELANJUTAN (Continuity Of Care) PADA NY “H” di PUSKESMAS

BANGGAI KABUPATEN BANGGAI LAUT telah disetujui oleh pembimbing

penyusunan asuhan pada :

Hari/tanggal : , Mei 2022

Banggai, Mei 2022

Mahasiswa

JIAN RETNA SARI L, S.Tr.,Keb

Mengetahui

Dosen Pembimbing Pembimbing Lahan

Bd. Tety Ripursari, S.ST.,S.Keb., M.Kes Rince Purba, S.Tr., Keb. Bd


NIDN : 0730057801 NIP :

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat tuhan YME atas segala rahmat dan hidayah-Nya
yang di limpahkan, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Asuhan Kebidanan
Berkelanjuta (Continuity Of Care) di Puskesmas Banggai.

Penyusunan laporan Asuhan Kebidanan Holistik ini merupakan tugas yang


di wajibkan bagi mahasiswa Program Studi Pendidikan Profesi Bidan IIK
STRADA INDONESIA KEDIRI yang akan menyelesaikan pendidikan akhir
program. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang
telah membantu dalam penyusunan Asuhan Kebidanan ini terutama :

1. Dr. Byba Melda Suhita, S.Kep,Ns.,M.Kes selaku Dekan Fakultas


Keperawatan dan Kebidanan IIK STRADA Indonesia.
2. Miftakhur Rohmah, S.ST, Bd, M.Keb selaku Ka Prodi Pendidikan Profesi
Bidan IIK STRADA Indonesia.
3. Bd. Tety Ripursari, S.ST.,S.Keb.,M.Kes selaku Dosen Pembimbing
Akademik
4. Rince Purba, S.Tr., Keb. Bd, selaku Pembimbing Lahan di Puskesmas
Banggai.
5. Dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian Askeb ini.

Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat


dalam penyusunan Asuhan Kebidanan Holistik ini. Untuk itu penyusun
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca demi
peningkatan penyusunan Asuhan Kebidanan Holistik selanjutnya.

Banggai, 2022

Penulis
iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i

LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................ ii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv

DAFTAR SINGKATAN ...................................................................................... vi

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .................................................................................... ..1

1.2 Tujuan.................................................................................................. ..5

1.3 manfaat ................................................................................................ ..6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian dari sumber pustaka ................................................................. ..7

2.2 Kajian dari jurnal penelitian ................................................................ 40

2.3 Tinjauan menejemen 5 langkah askeb................................................. 43

BAB 3 Tinjauan Kasus

3.1 Identifikasi Data Dasar ........................................................................ 50

3.2 Identifikasi diagnsa/masalah aktual .................................................... 56

3.3 Merumuskan diagnosa potensial ......................................................... 62

3.4 Tidakan segera..................................................................................... 63

3.5 Recana Tindakan ................................................................................. 63

3.6 Implementasi ....................................................................................... 67

3.6 Evaluasi ............................................................................................... 69

iv
Pendokumentasian ..................................................................................... 71

BAB 4 Pembahasan

4.1 Pembahasan ......................................................................................... 94

BAB 5 Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan.........................................................................................120

5.2 Saran ...................................................................................................121

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

v
DAFTAR SINGKATAN

DepKes : Departemen Kesehatan

IRT : Ibu Rumah Tangga

WHO : World Health Organization

WUS : Wanita Usia Subur

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Persetujuan Asuhan dari klien

Lampiran 2 Dokumentasi/foto kegiatan

vii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia diantaranya perdarahan

42%, preeklamsi/eklamsia 13%, abortus 11 %, infeksi 10%, partus

lama/partus macet 9%, dan penyebab lain 15%. Kedua, penyebab tidak

langsung yaitu 3T, terlambat mengenal tanda bahaya, terlambat mengambil

keputusan, dan terlambat mendapatkan pertolongan di fasilitas kesehatan.

Ketiga, factor resiko 4T yaitu, terlalu muda melahirkan (3 anak, 37%), terlalu

dekat jarak melahirkan (35 tahun, 13,0%) (Saifuddin, 2010). Angka kematian

masyarakat dari waktu ke waktu dapat memberikan gambaran perkembangan

derajat kesehatan masyarakat dan dapat juga digunakan sebagai indikator

dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program

pembangunan kesehatan lainnya. Tahun 2015 Angka Kematian Ibu (AKI) di

dunia 216 per 100.000 kelahiran hidup secara global. Pada tahun 2015 Angka

Kematian Bayi (AKB) sebesar 7,3 per 1000 kelahiran hidup. Kendala

utamanya adalah kurangnya pengawasan yang berkualitas kepada perempuan

mulai dari sebelum hamil, saat hamil dan setelah persalinan (WHO, 2015).

Hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015 AKI kembali

menunjukkan penurunan menjadi 305 kematian ibu per 100.000 kelahiran

hidup. AKB menurut hasil Survei penduduk antar sensus (SUPAS) 2015

sebesar 22,23 per 1.000 kelahiran hidup, yang artinya sudah mencapai target

MDGs 2015 sebesar 23 per 1.000 kelahiran hidup.(Kemenkes, 2020).


1

Tujuan milenium dalam target MDGS pada tahun 2015 adalah AKI

dapat diturunkan menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup. Namun,

berdasarkan data yang didapat, AKI pada tahun 2015 sebanyak 305 per

100.000 kelahiran hidup. Angka ini sangat jauh dari target MDGS

(Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, tahun 2020).

Upaya kesehatan untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak dapat

diketahui dari cakupan pelayanan Antenatal Care (ANC) yang meliputi

cakupan K1 dan K4, cakupan komplikasi kebidanan yang ditangan, cakupan

persalinan oleh Nakes (Linkes), pelayanan nifas (KF), pelayanan kesehatan

bayi yaitu kunjungan neonatus (KN 1 dan KN lengkap) dan kunjungan bayi

cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani, dan pelayanan keluarga

berencana. (Dinkes Kabupaten Jawa Timur, 2017)

Pada tahun 2017 di Indonesia cakupan K1 mencapai 95,4% sedangkan

cakupan K4 mencapai cakupan 87,30% dari target 76%, cakupan persalinan

ditolong oleh tenaga kesehatan mencapai 83,67% dari target 79%, cakupan

kunjungan nifas KF mencapai 87,36% dari target 80%, KN1 sebesar 92,62%

dari target Renstra 81%, KB aktif sebesar 63,22% (Kemenkes RI, 2018). Hal

ini membuktikan bahwa cakupan K1, K4, persalinan ditolong tenaga

kesehatan, nifas dan KN1 di Indonesia sudah mencapai target.

Sebagai upaya penurunan AKI, pemerintah melalui Kementerian

Kesehatan sejak tahun 1990 telah meluncurkan safe motherhood initiative,

sebuah program yang memastikan semua wanita mendapatkan perawatan

yang dibutuhkan sehingga selamat dan sehat selama kehamilan dan

persalinannya. Upaya lain yang juga telah dilakukan yaitu strategi Making
2

Pregnancy Safer yang dicanakan pada tahun 2000. Pada tahun 2012

Kementerian Kesehatan meluncurkan program Expanding Maternal and

Neonatal Survival (EMAS) dalam rangka menurunkan angka kematian ibu

dan neonatal sebesar 25%. Program EMAS berupaya menurunkan angka

kematian ibu dan angka kematian neonatal dengan cara: 1) meningkatkan

kualitas pelayanan emergensi obstetri dan bayi baru lahir minimal di 150

Rumah Sakit PONEK dan 300 Puskesmas/Balkesmas PONED, 2)

memperkuat system rujukan yang efisien dan efektif antar puskesmas dan

rumah sakit (Kemenkes RI, 2020)

Oleh karena itu, penulis tertarik untuk memaparkan secara spesifik

sebagai wujud perhatian dalam memberikan kontribusi pemikiran pada

berbagai pihak yang berkompeten dengan masalah tersebut, sehingga

didapatkan solusi terbaik dalam menangani pemasalahan di atas dengan

menerapkan manajemen asuhan kebidanan berkelanjutan yang terdiri dari

tujuh langkah dengan harapan masalah dapat teratasi dan untuk

mengidentifikasi kemungkinan komplikasi yang mungkin terjadi.

1.2 Tujuan Penulisan

1.2.1 Tujuan Umum

Dapat melaksanakan manajemen asuhan kebidanan berkelanjutan

(Continuity Of Care) pada Ny H di Puskesmas Banggai sesuai dengan

wewenang bidan.
3

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Dapat melaksanakan asuhan kebidanan berkelanjutan ibu hamil pada

Ny “H” di Puskesmas Banggai

2. Dapat melaksanakan asuhan kebidanan berkelanjutan ibu bersalin

pada Ny “H” di Puskesmas Banggai

3. Dapat melaksanakan asuhan kebidanan berkelanjutan dengan

kehamilan normal bayi baru lahir pada Ny “H” di Puskesmas

Banggai

4. Dapat melaksanakan asuhan kebidanan berkelanjutan ibu nifas pada

Ny “H” di Puskesmas Banggai

5. Dapat melaksanakan asuhan kebidanan berkelanjutan ibu akseptor

keluarga berencana pada Ny. “H” di Puskesmas Banggai.

1.3 Manfaat Penulisan.

1.3.1 . Manfaat Ilmiah

Sebagai bahan masukan atau informasi bagi tenaga bidan, maupun

tenaga kesehatan lainnya di Puskesmas Banggai khususnya yang

berkaitan dengan asuhan kebidanan berkelanjutan.

1.3.2 Manfaat Institusi

Sebagai bahan acuan yang diharapkan dapat bermanfaat dalam

pengembangan institusi.

1.3.3 Manfaat Bagi Penulis

Sebagai bahan tambahan pengalaman berharga bagi penulis untuk

memperluas dan menambah wawasan dalam asuhan kebidanan.


4

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Asuhan Continuity Of Care (COC)

2.1.1 Pengertian

Continuity of Care (COC) adalah pelayanan yang dicapai ketika

terjalin hubungan yang terus menerus antara seorang wanita dan

bidan. Asuhan yang berkelanjutan berkaitan dengan tenaga

profesional kesehatan, pelayanan kebidanan dilakukan mulai

prakonsepsi, awal kehamilan. selama semua trimester, kelahiran dan

melahirkan sampai 6 minggu pertama postpartum (Pratami, 2014)

dalam (Legawati, 2018).

2.1.2 Partnership kebidanan

Partnership kebidanan adalah sebuah filosofi prospektif dan suatu

model kepedulian (model of care) sebagai model filosofi perspektif

berpendapat bahwa wanita dan bidan dapat berbagi pengalaman dalam

proses persalinan (Septina, 2020).

2.2 Kehamilan

2.2.1 Pengertian

Proses kehamilan adalah proses dimana bertemunya sel telur dengan sel

sperma hingga terjadinya pembuahan. Proses kehamilan (gestasi)

berlangsung selama 40 minggu atau 280 hari dihitung dari hari pertama

menstruasi terakhir (Syaiful dkk, 2021 ).


5

Kehamilan adalah masa dimana terdapat janin didalam Rahim seorang

perempuan. Masa kehamilan didahului oleh terjadinya pembuahan

yaitu bertemunya sperma laki-laki dengan sel telur yang dihasilkan oleh

indung telur. Setelah pembuahan, terbentuk kehidupan baru berupa

janin dan tumbuh didalam Rahim ibu yang merupakan tempat

berlindung yang aman dan nyaman bagi janin (Syaiful dkk, 2021 ).

Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari

spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi. Kehamilan

normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9

bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam 3

trimester, dimana trimester ke satu berlangsung dalam 12 minggu,

trimester kedua 15 minggu (minggu ke 1327), dan trimester ketiga 13

minggu (minggu ke 28-40) (Syaiful dkk, 2021 ).

2.2.2 Kehamilan trimester III

2.2.2.1 Pengertian

Trimester III adalah periode kehamilan tiga bulan terakhir atau

sepertiga masa kehamilan terakhir. Trimester III merupakan

periode kehamilan dari bulan ketujuh sampai sembilan bulan (28-

40 minggu). Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai

lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu

atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir

(Syaiful, 2021 )
6

2.2.2.2 Perubahan fisiologis

Menurut (Syaiful, 2021 ) pada trimester III terjadi beberapa

perubahan pada tubuh ibu, yaitu :

a. Uterus

Pada kehamilan 28 minggu, fundus uteri terletak kira-kira 3

jari diatas pusat atau 1/3 jarak antara pusat ke prosessus

xipoideus. Pada kehamilan 32 minggu, fundus uteri terletak

antara ½ jarak pusat dan prosessus xipoideus. Pada

kehamilan 36 minggu, fundus uteri terletak kira-kira 1 jari

dibawah prosessus xipoideus. Bila pertumbuhan janin

normal, maka tinggi fundus uteri pada kehamilan 28 minggu

adalah 25 cm, pada 32 minggu adalah 27 cm dan pada 36

minggu adalah 30 cm. pada kehamilan 40 minggu, fundus

uteri turun kembali dan letak kira-kira 3 jari dibawah

prosessus xipoideus. Hal ini disebabkan oleh kepala janin

yang primigravida turun dan masuk kedalam rongga

panggul.

b. Serviks uteri

Serviks uteri pada kehamilan juga mengalami perubahan

karena hormon estrogen. Akibat kadar estrogen yang

meningkat dan dengan adanya hipervaskularisasi, maka

konsistensi servik menjadi lunak. Servik uteri lebih banyak

mengandung jaringan ikat yang terdiri atas kolagen. Karena

serviks terdiri atas jaringan ikat dan hanya sedikit


7

mengandung jaringan otot, maka serviks tidak mempunyai

fungsi sebagai spinghter, sehingga pada saat persalinan

serviks akan membuka saja mengikuti tarikan-tarikan corpus

uteri keatas dan tekanan bagian bawah janin kebawah.

c. Vagina dan vulva

Vagina dan vulva akibat hormon estrogen juga mengalami

perubahan. Adanya hipervaskularisasi mengakibatkan

vagina dan vulva tampak lebih merah dan agak kebiru-

biruan (livide), serta warna portio juga tampak lebih merah

kebiru-biruan (livide). Pembuluh-pembuluh darah alat

genetalia interna akan membesar. Hal ini dapat dimengerti

karena oksigenasi dan nutrisi pada alat-alat genetalia

tersebut meningkat. Apabila terjadi kecelakaan pada

kehamilan atau persalinan maka perdarahan akan banyak

sekali, sampai dapat mengakibatkan kematian. Pada bulan

terakhir kehamilan, cairan vagina mulai meningkat dan lebih

kental.

d. Mammae

Pada kehamilan 12 minggu keatas, dari putting susu dapat

keluar cairan berwarna putih agak jernih disebut kolostrum.

Kolostrum ini berasal dari kelenjar-kelenjar asinus yang

mulai bersekresi.
8

e. Sirkulasi darah

Aliran darah kapiler kulit dan membran mukosa meningkat

hingga mencapai maksimum 500 ml/menit pada minggu ke-

36. Peningkatan aliran darah pada kulit disebabkan oleh

vasodilatasi perifer. Hal ini menerangkan mengapa wanita

“merasa panas” mudah berkeringat, sering berkeringat

banyak dan mengeluh kongesti hidung.

f. Sistem respirasi

Pernapasan masih diafragmatik selama kehamilan, tetapi

karena pergerakan diafragma terbatas setelah minggu ke-30,

wanita hamil bernapas lebih dalam, dengan meningkatkan

volume tidal dan kecepatan ventilasi, sehingga

memungkinkan percampuran gas meningkat dan konsumsi

oksigen meningkat 20%. Diperkirakan efek ini disebabkan

oleh meningkatnya sekresi progesteron. Keadaan tersebut

dapat menyebabkan pernapasan berlebih dan tekanan

oksigen (PO2) arteri lebih rendah. Pada kehamilan lanjut,

kerangka iga bawah melebar keluar sedikit dan mungkin

tidak kembali pada keadaan sebelum hamil, sehingga

menimbulkan kekhawatiran bagi wanita yang

memperhatikan penampilan badannya.

g. Traktus digestifus

Di mulut, gusi menjadi lunak, mungkin terjadi karena retensi

cairan intraseluler yang disebabkan oleh progesteron.


9

Spingter esopagus bawah relaksasi, sehingga dapat terjadi

reguritasi isi lambung yang menyebabkan rasa terbakar di

dada (heath burn). Sekresi isi lambung berkurang dan

makanan lebih lebih lama di lambung. Otot-otot usus relaks

dengan disertai penurunan motilitas. Hal ini memungkinkan

absorbsi zat nutrisi lebih banyak, tetapi dapat menyebabkan

konstipasi, yang merupakan salah satu keluhan utama wanita

hamil.

h. Traktus urinarius

Pada akhir kehamilan, kepala janin mulai turun ke Pintu

Atas Panggul (PAP), keluhan sering berkemih timbul karena

kandung kemih mulai tertekan.

i. Sistem imun

HCG dapat menurunkan respon imun wanita hamil. Selain

itu kadar IgG, IgA dan IgM serum mulai dari minggu ke-10

kehamilan hingga mencapai kadar terendah pada minggu ke-

30 dan tetap berada pada kadar ini, hingga aterm.

j. Kulit

Pada kulit terdapat deposit pigmen dan hiperpigmentasi alat-

alat tertentu. Pigmentasi ini disebabkan oleh pengaruh

melanophone stimulating hormone (MSH) yang meningkat.

MSH ini merupakan salah satu hormone yang juga

dikeluarkan oleh lobus anterior hipofisis. Kadang-kadang


10

terdapat deposit pigmen dahi, pipi, dan hidung yang dikenal

sebagai cloasma gravidarum.

2.2.3 Kebutuhan dasar ibu hamil

2.2.3.1 Kebutuhan Oksigen

Kebutuhan oksigen ibu hamil meningkat kira-kira 20%,

sehingga untuk memenuhi kebutuhannya itu, ibu hamil harus

bernapas lebih dalam dan bagian bawah thoraxnya juga melebar

kesisi. Pada kehamilan 32 minggu ke atas, usus-usus tertekan

oleh uterus yang membesar ke arah diafragma, sehingga

diafragma sulit bergerak dan tidak jarang ibu hamil mengeluh

sesak napas dan pendek napas.

Untuk mencegah hal tersebut dan untuk memenuhi kebutuhan

oksigen ibu hamil dapat tidur dengan posisi miring ke arah kiri

untuk meningkatkan perfusi uterus dan oksigenasi plasenta

dengan mengurangi tekanan pada vena asenden, melakukan

senam hamil, posisi tidur dengan kepala lebih tinggi, berhenti

makan sebelum kenyang, dll (Dartiwen, 2021 ).

2.2.3.2 Kebutuhan nutrisi

Dalam masa kehamilan, kebutuhan akan zat gizi meningkat. Hal

ini diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tumbuh-kembang

janin, pemeliharaan kesehatan ibu dan persediaan laktasi, baik

untuk ibu maupun janin. Selama kehamilan, terjadi peningkatan

sekitar 80.000 kkal, sehingga dibutuhkan penambahan kalori

sebanyak 300 kkal/hari. Kebutuhan protein sekitar 9 gram/hari,


11

lemak, mineral (Fe, kalsium, natrium), vitamin (A, D, E, K, B

Kompleks, C dan Asam folat), dan Air (Dartiwen, 2021 ).

2.2.3.3 Kebutuhan personal hygiene

Mandi diperlukan untuk menjaga kebersihan/hygiene terutama

perawatan kulit. Pasalnya, pada masa kehamilan fungsi ekskresi

dan keringat bertambah. Untuk itu, digunakan atau diperlukan

pula sabun yang lembut atau ringan. Personal hygiene lainnya

yang tidak kalah penting untuk diperhatikan selama hamil ialah

terjadinya karies yang berkaitan dengan emesis dn hiperemesis

gravidarum, hipersalivasi dapat menimbulkan timbunan kalsium

disekitar gigi. Memeriksakan gigi pada masa kehamilan

diperlukan untuk mencari kerusakan gigi yang dapat menjadi

sumber infeksi (Dartiwen, 2021 ).

2.2.3.4 Kebutuhan pakaian

Pakaian yang dikenakan harus longgar, bersih dan tidak ada

ikatan yang ketat pada daerah perut. Selain itu, wanita

dianjurkan mengenakan bra yang menyokong payudara dan

memakai sepatu dengan hak yang tidak terlalu tinggi karena titik

berat wanita hamil berubah. Pakaian dalam yang dikenakan

harus selalu bersih dan menyerap keringat. Dianjurkan pula

memakai dari bahan katun yang dapat menyerap keringat

(Dartiwen, 2021 ).
12

2.2.3.5 Kebutuhan eliminasi

Wanita yang dianjurkan untuk defekasi dengan mengkonsumsi

makanan yang banyak mengandung serat seperti sayuran. Selain

itu, perawatan perineum dan vagina dilakukan setelah

BAK/BAB dengan cara membersihkan dari depan ke belakang

(Dartiwen, 2021 ). Sistem perkemihan adalah sistem yang

dengan fungsi eliminasi dan produksi urine dalam tubuh. Sistem

ini juga dianggap penting yang berhubungan dengan kontrol

keseimbangan air dan elektrolit serta tekanan darah. Uterus pada

wanita tidak hamil berada tepat di belakang dan sebagian di atas

kandung kemih. Saat Hamil, uterus membesar mempengaruhi

semua bagian saluran kemih pada waktu yang berbeda dan

hormon kehamilan memberikan pengaruh yang lebih besar

dibandingkan efek mekanis (Idaningsih, 2016).

2.2.3.6 Kebutuhan seksual

Hubungan seksual tidak dilarang dalam kehamilan, kecuali pada

keadaan-keadaan tertentu, seperti terdapat tanda-tanda infeksi

(nyeri, panas), sering terjadi abortus/premature, terjadi

perdarahan pervaginam saat koitus dan pengeluaran cairan (air

ketuban) yang mendadak. Sebaiknya koitus dihindari pada

kehamilan muda sebelum kehamilan 16 minggu dan pada hamil

tua, karena akan merangsang kontraksi (Dartiwen, 2021 ).


13

2.2.3.7 Kebutuhan mobilisasi

Wanita pada masa kehamilan boleh melakukan pekerjaan seperti

yang biasa dilakukan sebelum hamil dengan syarat pekerjaan

tersebut masih bersifat ringan dan tidak mengganggu kesehatan

ibu dan janin (Dartiwen, 2021 ).

2.2.3.8 Kebutuhan istirahat

Wanita pekerja harus istirahat. Tidur siang menguntungkan dan

baik untuk kesehatan. Tempat hiburan yang terlalu ramai, sesak

dan panas lebih baik dihindari karena dapat menyebabkan jatuh

pingsan. Tidur malam ± 8 jam dan tidur siang ± 1 jam

(Dartiwen, 2021 ).

2.2.4 Ketidaknyamanan pada kehamilan

Selama proses kehamilan itu berlangsung terjadi perubahan secara fisik

yang dapat menimbulkan ketidaknyamanan terutama trimester III

seperti sering buang air kecil, sesak nafas, nyeri punggung, nyeri ulu

hati, konstipasi, insomnia, dispnea, ketidaknyamanan pada perineum,

kram otot betis, varises, edema pergelangan kaki, mudah lelah,

kontraksi Braxton hicks, mood yang tidak menentu, dan peningkatan

kecemasan. Peningkatan berat badan, peningkatan tinggi fundus uteri,

dan pembesaran perut (Pudji dan Ina, 2018) dalam (Beti, 2021 ).

Ketidaknyaman pada kehamilan trimester III, yaitu :

2.2.4.1 Nyeri punggung

Sebagian besar dikarenakan perubahan sikap badan selama

kehamilan dan titik berat badan pindah kedepan disebabkan


14

perut yang membesar. Menurut (Schroder dkk, 2015) Ibu hamil

yang mengalami nyeri punggung dipengaruhi oleh beberapa

faktor yaitu peningkatan berat badan dan fisiologi tulang

belakang. Cobalah mencegah sakit pinggang bagian atas dan

bawah dengan cara menjaga agar postur tubuh, menggunakan

gerakan tubuh yang baik dan lakukan senam hamil untuk

memperkuat otot-otot perut dan mengurangi lengkungan pada

bagian bawah pinggang.

2.2.4.2 Hemoroid

Hemoroid sering didahului oleh konstipasi. Oleh karena itu

semua penyebab konstipasi berpotensi menyebabkan hemoroid.

Progesteron juga menyebabkan relaksasi dinding vena dan usus

besar selain itu, pembesaran uterus menyebabkan peningkatan

tekanan, secara spesifik juga secara umum pada vena hemoroid

(Jannah, Nurul. 2012) dalam (Badrus, 2021 ).

2.2.4.3 Sering Buang Air Kecil (BAK)

Rasa ketidaknyamanan yang sering dirasakan adalah sering

buang air kecil. Rasa ketidaknyamanan ini apabila tidak segera

diatasi maka akan berdampak buruk bagi ibu hamil yaitu dapat

meningkatkan infeksi saluran kemih apabila ibu sering menahan

kencing atau kondisi celana dalam lembab karena tertumpuknya

bakteri disaluran kemih. Pada trimester III, bila kepala janin

mulai turun ke pintu atas panggul maka keluhan sering buang air

kecil akan timbul kembali (Dartiwen, 2020)


15

Cara mengatasinya yaitu tetap minum yang cukup seperti biasa,

namun kurangi minum pada malam hari, latihan penguatan otot

pubis (senam) dan konsultasikan ke dokter bila ada keluhan lain

(Dartiwen, 2021 ).

2.2.4.4 Pegal-pegal

Biasanya penyebab bisa karena ibu hamil kekurangan kalsium

atau karena ketegangan otot. Pada kehamilan TM III ini dapat

dikatakan ibu membawa beban yang berlebih seiring

peningkatan berat badan janin dalam rahim. Otot-otot tubuh juga

mengalami pengenduran sehingga mudah merasa lelah. Hal

inilah yang membuat posisi ibu hamil dalam beraktifitas apapun

jadi terasa serba salah. Penaganan yang dapat diberikan untuk

mengurangi keluhan tersebut adalah dengan mengonsumsi susu

dan makanan yang kaya kalsium dan menyempatkan ibu untuk

melakukan peregangan pada tubuh (Hutahean, 2013).

2.2.4.5 Sesak napas

Sesak nafas terjadi pada posisi terlentang, berat uterus akan

menekan vena cava inferior sehingga curah jantung menurun.

Akibatnya tekanan darah ibu dan frekuensi jantung akan turun,

hal ini menyebabkan terhambatnya darah yang membawa

oksigen ke otak dan ke janin yang menyebabkan ibu sesak nafas

(Hutahaean, 2013).
16

2.2.4.6 Perubahan libido

Pada ibu hamil dapat terjadi karena beberapa penyebab seperti

kelelahan dan perubahan yang berhubungan dengan tuanya

kehamilan, seperti kurang tidur dan ketegangan. Penanganan

yang dapat diberikan yaitu dengan memberikan informasi

tentang perubahan atau masalah seksual selama kehamilan

adalah normal dan dapat disebabkan oleh pengaruh hormon

estrogen atau kondisi psikologis (Hutahean, 2013).

2.2.4.7 Keputihan

Peningkatan produksi lendir di kelenjar endoservikal (tanpa

sebab patologis) dan sering tidak menimbulkan keluhan

(Dartiwen, 2021 ). Cara mengatasi keputihan yaitu dengan

melakukan vulva hygiene, pakai celana dalam dari bahan yang

menyerap, ganti celana jika basah dan keringkan (Dartiwen,

2021 ).

2.2.5 Tanda-tanda bahaya ibu hamil trimester III

Tanda-tanda bahaya yang perlu diperhatikan dan diantisipasi dalam

kehamilan lanjut, adalah :

2.2.5.1 Perdarahan pervaginam

Perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya bersumber

pada kelainan plasenta, sedangkan perdarahan yang tidak

bersumber pada kelainan plasenta umpamanya kelainan serviks

biasanya tidak seberapa berbahaya. Pada setiap perdarahan

antepartum pertamatama harus selalu dipikirkan bahwa itu


17

bersumber pada kelainan plasenta (Mochtar, 2012) dalam

(Mappaware, 2020).

2.2.5.2 Sakit kepala yang hebat

Sakit kepala menunjukkan suatu masalah serius adalah sakit

kepala menetap dan tidak hilang dengan beristirahat. Kadang-

kadang sakit kepala hebat ini mungkin menemukan bahwa

pengelihatannya kabur. Sakit kepala yang hebat dalam

kehamilan ini adalah gejala dari preeklamsia (Idaningsih, 2016).

2.2.5.3 Pengelihatan kabur

Pengelihatan kabur yaitu masalah visual yang mengindikasikan

keadaan yang mengancam jiwa, adanya perubahan visual

(pengelihatan) yang mendadak, misalnya pandangan kabur atau

ada

bayangan. Penyebabnya karena pengaruh hormonal, ketajaman

pengelihatan ibu dapat berubah dalam kehamilan. Perubahan

ringan adalah normal. Perubahan pengelihatan ini mungkin

disertai dengan sakit kepala yang hebat dan mungkin suatu tanda

dari pre-eklamsia (Gultom, 2020).

2.2.5.4 Bengkak diwajah dan tangan

Bengkak bisa menunjukkan masalah serius jika muncul pada

muka dan tangan, tidak hilang setelah beristirahat dan disertai

dengan keluhan fisik yang lain. Hal ini merupakn pertanda

anemia, gagal jantung atau pre-eklamsia. Sakit kepala yang

hebat dan kadangkadang pandangan kabur juga merupakan


18

tanda pre-eklamsia. Bengkak pada wajah dan kaki yang disertai

tekanan darah tinggi dan sakit kepala, bila keadaan ini dibiarkan

maka ibu berisiko mengalami kejang-kejang. Keadaan ini

disebut eklamsia (Gultom, 2020).

2.2.5.5 Keluar cairan pervaginam

Jika keluarnya cairan ibu tidak terasa, berbau amis dan berwarna

putih keruh, berarti yang keluar adalah air ketuban. Jika

kehamilan belum cukup bulan, hati-hati akan adanya persalinan

preaterm dan komplikasi infeksi intrapartum (Gultom, 2020).

2.2.5.6 Nyeri perut hebat

Nyeri pada abdomen yang hebat. Nyeri abdomen yang tidak

berhubungan dengan persalinan normal. Nyeri abdomen yang

mungkin menunjukkan masalah yang mengancam keselamatan

jiwa adalah nyeri abdomen yang hebat, menetap, dan tidak

hilang setelah beristirahat (Gultom, 2020).

2.2.5.7 Gerak janin tidak terasa

Ibu hamil mulai dapat merasakan gerakan bayinya pada usia

kehamilan 16-18 minggu (multigravida, sudah pernah hamil dan

melahirkan sebelumnya) dan 18-20 minggu (primigravida, baru

pertama kali hamil). Gerakan janin berkurang bisa disebabkan

oleh aktifitas ibu yang berlebihan sehingga gerak janin tidak

dirasakan, kematian janin, perut tegang akibat kontraksi

berlebihan ataupun kepala sudah masuk panggul pada kehamilan


19

aterm (Gultom, 2020). 2.2.6 Standar pelayanan asuhan pada

kehamilan

Standar dalam memberikan asuhan kehamilan dengan standar 10

T dalam penerapannya terdiri atas timbang berat badan dan ukur tinggi

badan, ukur tekanan darah, nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas),

ukur tinggi fundus uteri, tentukan presentasi janin dan denyut jantung

janin (DJJ), skrining status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi

Tetanus Toksoid (TT) bila diperlukan, pemberian tablet zat besi

minimal 90 tablet selama kehamilan, test laboratorium (rutin dan

khusus), tatalaksana kasus, temu wicara (konseling), termasuk

Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB

pasca persalinan (Kemenkes RI, 2013).

2.2.7 Standar kunjungan

Menurut Walyani, dkk (2015), sebagai berikut :

2.2.7.1 Pemeriksaan pertama

Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah diketahui

terlambat haid.

2.2.7.2 Pemeriksaan ulang

Setiap bulan sampai umur kehamilan 6-7 bulan, setiap 2 minggu

sampai kehamilan berumur 8 bulan dan setiap 1 minggu sejak

umur kehamilan 8 bulan sampai terjadi persalinan.

Pemeriksaan kehamilan sebaiknya dilakukan dengan ketentuan

sebagai berikut :

a. 1 kali pada trimester ke 1 (0-12 minggu)


20

b. 1 kali pada trimester ke 2 (13-28 minggu)

c. 2 kali pada trimester ke 3 (>28 minggu sampai kelahiran).

2.2.8 Asuhan kebidanan

Konsep pemeriksaan kehamilan, yaitu :

2.2.8.1 Data subjektif

Tanyakan informasi mengenai :

a. Identitas klien dan suami : nama, usia, agama, pendidikan

terakhir, pekerjaan, alamat

b. Keluhan utama/alasan kunjungan

c. Riwayat perkawinan : umur kawin pertama, lama

perkawinan

d. Riwayat menstruasi : menarche, siklus, lama, banyaknya,

teratur tidaknya, sifat darah, disminorea tidak, HPHT, flour

albus

e. Riwayat KB : jenis kontrasepsi yang pernah digunakan,

lama pemakaian, keluhan, alasan pasang, alasan lepas

f. Riwayat kesehatan klien : penyakit menurun, menular,

kelahiran kembar

1) Masalah kardiovaskuler

2) Hipertensi

3) Diabetes

4) Malaria

5) Penyakit kelamin / HIV AIDS

6) Hepatitis
21

7) TBC

g. Riwayat kesehatan keluarga : penyakit menurun, menular,

kelahiran kembar

h. Riwayat obstetri (G, P, A)

1) Jumlah kehamilan

2) Jumlah anak yang hidup

3) Jumlah keguguran

4) Persalinan dengan tindakan (SC, Vakum)

5) Riwayat perdarahan pada persalinan dan pasca

persalinan

6) Berat bayi <2,5 kg atau >4 kg

7) Penolong persalinan

8) Masalah lain

i. Riwayat kehamilan sekarang : frekuensi ANC, tempat

ANC, periksa sejak umur kehamilan berapa minggu,

imunisasi TT, kebiasaan minum jamu / obat-obatan, minum

minuman keras, merokok, pergerakan janin

j. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari : nutrisi, eliminasi,

personal hygiene, aktivitas, istirahat tidur, seksualitas.

k. Data psikososial spiritual : pengetahuan ibu tentang

kehamilan, penerimaan/dukungan keluarga, ketaatan

beribadah/kegiatan sosial spiritual, biaya bersalin, binatang

piaraan (Sari, Lia.

2020).
22

2.2.8.2 Data objektif

Menurut (Sari, Lia. 2020), data objektif meliputi :

a. Keadaan umum

b. Kesadaran

c. Tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu

d. Berat badan sekarang

e. Tinggi badan

f. LILA

g. Kepala

h. Rambut : warnanya, kebersihannya, mudah rontok / tidak

i. Telinga : kebersihan, gangguan pendengaran

j. Mata : konjungtiva, sklera, kebersihan, kelainan, rabun jauh

/dekat

k. Hidung : kebersihan, polip

l. Mulut : bibir, lidah, gigi

m. Leher : pemeriksaan kelenjar tyroid, limfe dan vena

jugularis

n. Dada : bentuk, simetris / tidak, terdapat benjolan abnormal

atau tidak

o. Perut : bentuk, bekas luka operasi, striae, linea, TFU, hasil

pemeriksaan palpasi leopold, TBJ, DJJ

p. Ekstremitas : atas dan bawah

q. Genetalia.
23

2.2.8.3 Pemeriksaan penunjang

a. Hemoglobin (Hb) yaitu untuk mengetahui apakah ibu

kekurangan darah atau tidak. Normalnya pada ibu hamil

yaitu 10-11 gr% apabila kurang dari 10% maka ibu

dikatakan anemia. Tes golongan darah yaitu agar ibu dapat

mempersiapkan pendonor saat persalinan apabila

diperlukan.

Tes pemeriksaan urine (Albumin dan Reduksi) yaitu untuk

mengetahui apakah ibu positif atau negative. Karena apabila

hasilnya positif maka kemungkinan besar ibu akan

mengalami pre-eklamsi selama kehamilan.

b. Pemeriksaan panggul

Untuk menilai keadaan dan bentuk panggul apakah terdapat

kelainan atau keadaan yang dapat menimbulkan penyulitan

persalinan, apakah panggul ibu sempit atau tidak.

c. Pemeriksaan USG

Pemeriksaan USG dapat mendeteksi kematian janin,

malpresentasi, abnormalitas plasenta, kehamilan kembar,

dan hidramnion atau oligohidramnion (Anita, Lockhart.

2014).
24

2.3 Persalinan

2.3.1 Pengertian

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri)

yang dapat hidup ke dunia luar dari rahim melalui jalan lahir atau jalan

lain. Adapun menurut proses berlangsungnya persalinan dibedakan

sebagai berikut :

2.3.1.1 Persalinan spontan

Bila persalinan berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri.

Pengertian persalinan, melalui jalan lahir ibu tersebut.

2.3.1.2 Persalinan buatan

Bila persalinan dibantu dengan tenaga dari luar misalnya

ekstraksi forsep atau dilakukan operasi sectio caesaria.

2.3.1.3 Persalinan anjuran

Persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya, tetapi baru

berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian pitocin,

atau prostaglandin (Sulis diana, 2021 ).

2.3.2 Tanda awal persalinan

2.3.2.1 Ligtening

Lightening yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul

(PAP)

terutama pada primi para. Lightening yang dimulai dirasa kira-

kira dua minggu sebelum persalinan adalah penurunan bagian

presentasi bayi ke dalam pelvis minor. Pada presentasi sefalik,

kepala bayi biasanya menancap setelah lightening. Wanita


25

sering menyebut lightening sebagai "kepala bayi sudah turun".

Hal-hal spesifik berikut akan membantu ibu:

a. Ibu jadi sering berkemih karena kandung kemih ditekan

sehingga ruang yang tersisa untuk ekspansi berkurang.

b. Perasaan tidak nyaman akibat tekanan panggul yang

menyeluruh, yang membuat ibu merasa tidak enak dan

timbul sensasi terusmenerus bahwa sesuatu yang perlu

dikeluarkan atau ia perlu defekasi.

c. Kram pada tungkai, yang disebabkan oleh tekanan foramen

ischiadikum mayor dan menuju ke tungkai.

d. Peningkatan statis vena yang menghasilkan edema dependen

akibat tekanan bagian presentasi pada pelvis minor

menghambat aliran balik darah dari ekstremitas bawah

(Syaiful, 2020).

2.3.2.2 Perubahan serviks

Mendekati persalinan, serviks semakin "matang”. Kalau tadinya

selama masa hamil, serviks dalam keadaan menutup, panjang

dan lunak, sekarang serviks masih lunak dengan konsistensi

seperti pudding, dan mengalami sedikit penipisan (effacement)

dan kemungkinan sedikit dilatasi. Evaluasi kematangan serviks

akan tergantung pada ndividu wanita dan paritasnya sebagai

contoh pada masa hamil. Serviks ibu multipara secara normal

mengalami pembukaan 2 cm. sedangkan pada primigravida

dalam kondisi normal serviks menutup. Perubahan serviks


26

diduga terjadi akibat peningkatan instansi kontraksi Braxton

Hicks. Serviks menjadi matang selama periode yang berbeda-

beda sebelum persalinan.

Kematangan serviks mengindikasikan kesiapannya untuk

persalinan (Syaiful, 2020).

2.3.2.3 Persalinan palsu

Persalinan palsu terdiri dari kontraksi uterus yang sangat nyeri,

yang memberi pengaruh signifikan terhadap serviks. Kontraksi

pada persalinan palsu sebenarnya timbul akibat kontraksi

Braxton Hicks yang tidak nyeri, yang telah terjadi sejak sekitar

enam minggu kehamilan. Bagaimanapun, persalinan palsu juga

mengindikasi bahwa persalinan sudah dekat (Syaiful, 2020).

2.3.2.4 Ketuban pecah dini

Pada kondisi normal, ketuban pecah pada akhir kala I

persalinan.

Apabila terjadi sebelum waktu persalinan, kondisi itu disebut

Ketuban Pecah Dini (KPD). Hal ini dialami oleh sekitar 12%

wanita hamil. Kurang lebih 80% wanita yang mendekati usia

kehamilan cukup bulan dan mengalami KPD mulai mengalami

persalinan spontan mereka pada waktu 24 jam (Syaiful, 2020).

2.3.2.5 Bloody show

Bloody show merupakan tanda persalinan yang akan terjadi,

biasanya dalam 24 hingga 48 jam. Akan tetapi bloody show

bukan merupakan tanda persalinan yang bermakna jika


27

pemeriksaan vagina sudah dilakukan 48 jam sebelumnya karena

rabas lendir vang bercampur darah selama waktu tersebut

mungkin akibat trauma kecil terhadap atau perusahaan plak

lendir saat pemeriksaan tersebut dilakukan (Syaiful, 2020).

2.3.2.6 Lonjakan energi

Terjadinya lonjakan energi ini belum dapat dijelaksan selain

bahwa hal tersebut terjadi alamiah, yamg memungkinkan wanita

memperoleh energi yang diperlukan untuk menjalani persalinan.

Wanita harus diinformasikan tentang kemungkinan lonjakan

energi ini untuk menahan diri menggunakannya dan justru

menghemat untuk persalinan (Syaiful, 2020).

2.3.2.7 Gangguan saluran cerna

Ketika tidak ada penjelasan yang tepat untuk diare, kesulitan

mencerna, mual, dan muntah, diduga hal-hal tersebut gejala

menjelang persalinan walaupun belum ada penjelasan untuk kali

ini.

Beberapa wanita mengalami satu atau beberapa gejala tersebut

(Syaiful, 2020).

2.3.3 Tanda dan gejala inpartu

2.3.3.1 Menurut (Syaiful, 2020) tanda dan gejala inpartu, yaitu :

a. Kekuatan his bertambah, makin sering terjadi dan teratur

dengan jarak kontraksi makin pendek sehingga

menimbulkan rasa sakit yang lebih hebat

b. Keluar lendir dan darah lebih banyak


28

c. Kadang ketuban pecah dengan sendirinya

d. Pada pemeriksaan dalam serviks mulai mendatar dan

pembukaan lengkap.

2.3.4 Faktor-faktor persalinan

Pada setiap persalinan harus diperhatikan faktor-faktor yang

mempengaruhinya. Faktor-faktor yang mempengaruhinya atau yang

menentukan diagnosis persalinan adalah passage (panggul ibu), power

(kekuatan) termasuk kekuatan dari kontraksi uterus dan kekuatan

mengejan ibu, passanger (buah kehamilan), psikologis (ibu yang akan

melahirkan) dan penolong. Faktor-faktor tersebut harus diperhatikan

karena ketidaksesuaian yang satu akan berdampak terhadap yang lain,

terlebih bagi penolong persalinan harus memperhatikan kelima faktor

tersebut, agar persalinan dapat terjadi sesuai yang diharapkan, berjalan

dengan lancar tanpa komplikasi (Ari K, 2016) dalam (Sulfianti dkk,

2020).

Adapun faktor-faktor lain yang mempengaruhi persalinan menurut

Prawirahardjo (2013) dalam (Legawati, 2018) adalah sebagai berikut:

2.3.4.1 Power

Power adalah tenaga atau kekuatan yang mendorong janin

keluar. Kekuatan tersebut meliputi his, kontraksi otot-otot perut,

kontraksi diafragma dan aksi dari ligamen, dengan kerjasama

yang baik dan sempurna dan tenaga mengejan.


29

2.3.4.2 Passanger

Passanger yaitu faktor janin, yang meliputi sikap janin, letak,

presentasi, bagian terbawah, dan posisi janin.

2.3.4.3 Passage

Passage yaitu jalan lahir, dibagi menjadi bagian keras yaitu

tulangtulang panggul (rangka panggul) dan bagian lunak yaitu

otot-otot, jaringan-jaringan dan ligamen-ligamen.

2.3.4.4 Psikologi

Keadaan psikologi ibu memengaruhi proses persalinan.

Dukungan mental berdampak positif bagi keadaan psikis ibu,

yang berpengaruh pada kelancaran proses persalinan.

2.3.4.5 Penolong

Dengan pengetahuan dan kompetensi yang baik yang dimiliki

penolong, diharapkan kesalahan atau malpraktik dalam

memberikan asuhan tidak terjadi sehingga memperlancar proses

persalinan.

2.3.5 Perubahan fisiologi persalinan

Tahapan Persalinan Menurut Prawirohardjo (1999) dalam (Sulfianti

dkk, 2020) tahapan persalinan dibagi menjadi 4 kala, yaitu:

2.3.5.1 Kala I

Persalinan yang dimulai sejak adanya his yang teratur dan

meningkat

(frekuensi dan kekuatannya) yang menyebabkan pembukaan,

sampai
30

serviks membuka lengkap (10 cm). Kala I terdiri dari dua fase,

yaitu fase laten dan fase aktif. a. Fase laten

1) Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan

pembukaan sampai pembukaan 3 cm.

2) Pada umumnya berlangsung 8 jam

b. Fase aktif đibagi menjadi 3 fase, yaitu:

1) Fase aksclerasi, dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm

menjadi 4 cm.

2) Fase dilatasi maksimal, dalam waktu 2 jam pembukaan

serviks berlangsung cepat dari 4 cm menjadi 9 cm

3) Fase deselarasi

Pembukaan serviks menjadi lambat, dalam waktu 2 jam

dari pembukaan 9 menjadi 10 cm.

Pada primipara, berlangsung selama 12 jam dan pada multipara

sekitar 8 jam. Kecepatan pembukaan serviks 1 cm/jam

(primipara) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm (multipara).

2.3.5.2 Kala II

Persalinan kala II dimulai ketika pembukaan serviks sudah

lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II

juga disebut sebagai kala pengeluaran bayi. Tanda pasti kala II

(dua) ditentukan melalui pemeriksaan dalam yang hasilnya

adalah :

a. Pembukaan serviks telah lengkap (10 cm), atau


31

b. Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina.

Proses kala II berlangsung 2 jam pada primipara dan 1 jam pada

multipara. Dalam kondisi yang normal pada kala II kepala janin

sudah masuk dalam dasar panggul, maka pada saat his dirasakan

tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara reflek

menimbulkan rasa mengedan. Wanita merasa adanya tekanan

pada rektum dan seperti akan buang air besar.

Kemudian perineum mulai menonjol dan melebar dengan

membukanya anus. Labia mulai membuka dan tidak lama

kemudian kepala janin tampak di vulva saat ada his. Jika dasar

panggul sudah berelaksasi, kepala janin tidak masuk lagi diluar

his. Dengan kekutan his dan mengedan maksimal kepala

dilahirkan dengan suboksiput dibawah simpisis dan dahi, muka,

dagu, melewati perineum. Selelah his istirahat sebentar, maka

his akan mulai lagi untuk mengeluarkan anggota badan bayi.

2.3.5.3 Kala III

Persalinan kala IlI dimulai segera setelah bayi lahir dan berakhir

dengan lahimya plasenta serta selaput ketuban yang berlangsung

tidak lebih dari 30 menit. Biasanya plasenta lepas dalam 6

sampai 15 menit setelah bayi lahir dan keluar secara spontan

atau dengan tekanan dari fundus uteri.

2.3.5.4 Kala IV

Persalinan Kala IV persalinan dimulai setelah lahimya plasenta

sampai 2 jam post partum (Nurasiah et al, 2012) dalam (Syaiful,


32

2020). Pokok penting yang harus diperhatikan pada kala IV

menurut antara lain :

a. Kontraksi uterus harus baik

b. Tidak ada perdarahan pervaginam atau dari alat genital lain

c. Plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap

d. Kandung kencing harus kosong

e. Luka-luka di perineum harus dirawat dan tidak ada

hematoma

f. Resume keadaan umum bayi, dan

g. Resume keadaan umum ibu

Observasi yang harus dilakukan pada kala

IV: a. Tingkat kesadaran

b. Pemeriksaan tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi dan

pernapasan.

c. Kontraksi uterus

d. Terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal

jika jumlahnya tidak melebihi 400 sampai 500 cc.

Asuhan dan pemantauan pada kala IV:

a. Lakukan rangsangan taktil (seperti pemijatan) pada uterus,

untuk merangsang uterus berkontraksi

b. Evaluasi tinggi fundus dengan meletakkan jari tangan secara

melintang antara pusat dan fundus uteri

c. Perkirakan kehilangan darah secara keseluruhan.


33

d. Periksa perineum dari perdarahan aktif (misalnya apakah ada

laserasi atau episiotomi).

e. Evaluasi kondisi ibu secara umum.

f. Dokumentasikan semua asuhan dan temuan selama kala IV

persalinan di halaman belakang partograf segera setelah

asuhan diberikan atau setelah penilaian dilakukan.

2.3.6 Patograf

2.3.6.1 Pengertian

Partograf adalah alat untuk memantau kemajuan persalinan dan

membantu petugas kesehatan dalam menentukan keputusan

dalam penatalaksanaan. (Bari, 2012) dalam (Syaiful, 2020).

2.3.6.2 Tujuan

Tujuan Utama dari penggunaan Partograf Adalah:

a. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan

menilai pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam.

b. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal.

c. Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu,

kondisi bayi, grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan

medikamentosa yang diberikan, pemeriksaan laboratorium,

membuat keputusan klinik, dan asuhan atau tindakan yang

diberikan dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada

status atau rekam medik ibu bersalin dan bayi baru lahir

(Oktarina, 2016).
34

2.3.7 Asuhan persalinan normal

Pelayanan Asuhan Kebidanan pada seorang ibu bersalin dikenal dengan

istilah Asuhan Persalinan Normal atau APN (JNPK-KR, 2012)

merupakan langkah-langkah pelayanan kepada ibu bersalin terstandar

dan harus dipatuhi oleh bidan baik di institusi maupun di fasilitas

pelayanan pribadi atau Bidan Praktik Mandiri (BPM). BPM diharuskan

memberikan pelayanan terbaik dan distandarisasi oleh organisasi

profesi dengan logo Bidan Delima.Standar asuhan normal 60 langkah

APN diajikan dalam table berikut.

Tabel 2.1 Standar 60 Langkah APN

No Kegiatan

1. a) Ibu mempunyai keinginan untuk meneran

b) Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada

rektum dan vagina c) Perineum menonjol

d) Vulva-vagina dan springter ani membuka

2. Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan esensial siap

digunakan. Mematahkan ampul oxytocin 10 unit dan

menempatkan tabung suntik steril sekali pakai di dalam partus

set.

3. Memakai alat perlindungan diri seperti memakai celemek plastic,

topi, masker, kacamata, sepatu tertutup.

4. Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku,

mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir
35

dan mengeringkan tangan dengan handuk satu kali/pribadi yang

bersih.

5. Memakai sarung tangan DTT atau steril untuk pemeriksaan

dalam.

6. Memasukkan oksitosin kedalam tabung suntik (dengan

menggunakan sarung tangan DTT atau steril) dan meletakkan

kembali di partus set/wadah DTT atau steril tanpa

mendekontaminasi tabung suntik.

7. Membersihkan vulva dan perineum, menyeka dengan hati-hati

dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas yang sudah

dibasahi air disinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina,

perineum atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu,

membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka dari

depan kebelakang. Membuang kapas atau kassa yang

terkontaminasi dalam wadah yang benar.

No Kegiatan

Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi.

8 Dengan menggunakan teknik aseptic, melakukan pemeriksaan

dalam untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah

lengkap. Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan

pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi


36

9. Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan

tangan yang masih memakai sarung tangan kotor kedalam larutan

klorin 0,5% dan kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik

serta merendamnya di dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit

lalu mencuci tangan

10. Memeriksa denyut Jantung Janin (DJJ). Setelah kontraksi berakhir

untuk

memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120-

180x/menit).

Mendokumentasikan hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua

hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada patograf

11. Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin

baik. Membantu ibu dalam posisi yang nyaman sesuai keinginan.

Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat

mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai

meneran

12. Meminta bantuan kepada keluarga untuk menyiapkan posisi ibu

untuk meneran

13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan

yang kuat untuk meneran :

a. Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai

keinginan untuk meneran.

b. Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk

meneran
37

c. Anjurkan ibu beristirahat di antara kontraksi

d. Berikan asupan cairan peroral

14. Menganjurkan ibu untuk berjalan, jongkok, atau mengambil posisi

yang aman. Jika ibu belum ingin meneran dalam 60 menit.

15. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,

letakkan handuk bersih untuk menyambut bayi

16. Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, di bawah bokong

ibu.

17. Membuka partus set.

18. Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.

19. Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,

lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi,

letakkan tangan yang lain di kepala bayi dan lakukan tekanan

yang lembut dan tidak menghambat pada kepala bayi,

membiarkan kepala keluar perlahan-lahan. Menganjurkan ibu

untuk meneran perlahan-lahan atau bernafas cepat saat kepala

lahir. Setelah itu dengan lembut menyeka muka, mulut, dan

hidung bayi dengan kain yang bersih

20. Memeriksa lilitan tali pusat

a. Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan

lewat bagian atas kepala bayi.

b. Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di

dua tempat dan memotongnya.


38

No Kegiatan

21. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar

secara spontan.

22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkankedua

tangan di masing- masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu

untuk meneran saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut

menariknya kearah bawah dan kearah keluar hingga bahu

anterior

muncul di bawah arkus pubis dan kemudian denganlembut

menarik kearah atas luat untuk melahirkan bahu posterior

23. Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai

kepala bayi yang berada di bagian bawah kearah perineum posisi

tangan, membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangan

tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat

melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk

menyangga tubuh bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan

anterior (bagian atas) untuk mengendalikan siku dan tangan

anterior bayi saat keduanya lahir.

24. Setelah tubuh dan lengan lahir, telusuri tangan yang ada di atas

(anterior) dari punggung ke arah kaki bayi untuk menyangga saat

punggung dan kaki lahir.

Pegang kedua mata kaki bayi dengan hati-hati dan bantu kelahiran

kaki.
39

25. Menilai bayi dengan cepat, kemudian meletakkan bayi di atas

perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari

tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, letakkan bayi ditempat

yang memungkinkan)

26. Segera mengeringkan badan bayi, dan membungkus kepala bayi

serta menggunakan topi pada bayi agar terjaga kehangatan bayi

serta dapat di selimuti bayi ketika diletakkan pada perut ibu

27. Melakukan palpasi abdomen untuk menghilangkan kemungkinan

adanya bayi kedua atau memastikan bahwa janin tunggal

28. Memberitahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik disuntik

oksitosin untuk merangsang rahim sehingga berkontraksi

29. Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, memberikan

suntikan oksitosin 10 unit, intra muskular di 1/3 paha kanan atas

ibu bagian luar, setelah mengaspirasinya terlebih dahulu lalu

suntikkan

30. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat

bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah

ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama (kearah

ibu)

31 Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari

gunting dan memotong tali pusat di antara dua klem tersebut.

32. Memberikan bayi atau meletakkan bayi pada dada ibunya lalu

menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya dan juga memulai

untuk pemberian ASI (air susu ibu) pertama kalinya untuk bayi
40

33. Memindahkan klem pada tali pusat 5-10 cm ke depan perineum

untuk memudahkan peregangan tali pusat

34. Meletakkan satu tangan diatas perut ibu, tepat diatas tulang pubis,

dan gunakan tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan

menstabilkan uterus.

Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.

No Kegiatan

35. Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan

peregangan kearah bawah pada tali pusat dengan lembut.

Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah

uterus dengan cara menekan uterus kearah atas dan belakang

(dorsokranial) dengan hati-hati untuk membantu mencegah

terjadinya inversion uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30- 40

detik, hentikan peregangan tali pusat dan menunggu hingga

kontraksi berikut mulai. Jika uterus tidak berkontraksi, meminta

ibu atau seorang anggota keluarga untuk melakukan rangsang

puting susu

36. Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk menera sambil

menarik tali pusat kearah bawah dan kemudian kearah atas,

mengikuti kurve jalan lahir sambil meneruskan tekanan

berlawanan arah pada uterus. Perhatikan:

a. Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga

berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva.


41

b. Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan peregangan tali

pusat selama 15 menit. Ulangi pemberian oksitosin 10 unit

IM, nilai kandung kemih dan mengkateterisasi kandung kemih

dengan menggunakan teknik aseptic jikaperlu

37. Jika plasenta terlihat di introitus vagina, lanjutkan kelahiran

plasenta dengan menggunakan kedua tangan. Memegang

plasenta dengan dua tangan dan dengan hati-hati, memutar

plasenta hingga selaput ketuban terpilin. Dengan lembut perlahan

lahirkan selaput ketuban

38. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan

massase uterus, meletakkan telapak tangan di fundus dan

melakukan massase dengan gerakan melingkar dengan lembut

hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras)

39. Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu

maupun janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa

selaput ketuban lengkap dan utuh.

40. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan

segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.

41. Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan

baik.

42. Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan

tangan yang masih.

memakai sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5% dan

kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik serta


42

merendamnya di dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit lalu

mencuci tangan

43. Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan serta

cek kandung kemih apakah kosong atau penuh

44. Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan massase

uterus dan periksa kontraksi uterus

45. Mengevaluasi kehilangan darah.

46. Memeriksa tekanan darah, nadi, suhu dan respirasi pada ibu,

setiap 15 menit sekali selama satu jam pertama pasca persalinan

dan setiap 30 menit sekali selama sejam kedua pasca persalinan.

47. Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya.

Memastikan handuk atau kainnya bersih dan kering.

48. Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5% untuk

dekontaminas (10 menit). Mencuci dan membilas semua peralatan

setelah dekontaminasi.

49. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat

sampah yang sesuai.

No Kegiatan

50. Membersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Membersihkan

cairan ketuban, lender, darah. Membantu ibu memakai pakaian

yang bersih dan kering.

51. Memastikan bahwa ibu nyaman, membantu ibu memberikan ASI,

menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan

makanan yang diinginkan.


43

52. Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan

dengan larutan klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih.

53 Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%,

membalikkan bagian dalam keluar dan merendamnya dalam

larutan klorin 0,5% selama 10 menit.

54. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.

55. Pakai sarung tangan bersih/DTT untuk melakukan pemeriksaan

fisik pada bayi

56. Dalam satu jam pertama, beri salep mata, vitamin K1 mg IM

dipaha kiri bawah lateral, pemeriksaan fisik bayi baru lahir, cek

pernafasan dan suhu tubuh bayi.

57. Setelah satu jam pemberian vit K berikan suntikan immunisasi

Hepatitis B dipaha kanan bawah lateral. Letakkan bayi di dalam

jangkauan ibu agar sewaktu-waktu dapat disusukan.

58. Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam di

dalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit.

59. Cuci kedua tangan dengan sabun dengan air mengalir kemudian

keringkan dengan handuk pribadi yang bersih dan kering.

60. Lengkapi partograf

Sumber: JNPK-KR (2012)


44

2.4 Bayi Baru Lahir

2.4.1 Pengertian

Fisiologis neonatus merupakan ilmu yang mempelajari fungsi dan

proses vital neonatus. Neonatus adalah individu yang baru saja

mengalami proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari

kehidupan intrauterine kekehidupan rekstrauterin. Selain itu, neonatus

adalah individu yang sedang bertumbuh (Sembiring, 2021 ).

Neonatus memiliki definisi bayi baru lahir dari kandungan ibu sampai

dengan usia 28 hari pada kehidupannya. Periode ini merupakan periode

yang sangat rentan terhadap suatu infeksi sehingga akan menimbulkan

suatu penyakit. Periode ini juga masih membutuhkan penyempurnaan

dalam penyesuaian tubuhnya secara fisiologis untuk dapat hidup di luar

kandungan (Juwita, 2021 ).

Masa neonatal yang berlangsung mulai dari lahir sampai 4 minggu

sesudah kelahiran (28 hari) menjadi dasar pengkategorian bayi baru

lahir yaitu : Neonatus, bayi umur 0 (baru lahir) sampai usia 1 bulan

setelah lahir, neonatus dini, yaitu bayi berumur 0-7 hari, neonatus

lanjut, yaitu bayi berumur 7-28 hari (Maslihatun, 2010) dalam

(Manggiasih & Jaya, 2016).

2.4.2 Ciri-ciri bayi lahir normal

2.4.2.1 Menurut (Yulianti, 2021 ) ciri bayi yang lahir normal, yaitu :

a. Berat Badan 2500-4000 gr

b. Panjang Badan lahir 48 - 52 cm

c. Lingkar dada 30 -38 cm


45

d. Lingkar kepala 33 - 35 cm

e. Bunyi jantung dalam menit -menit pertama kira-kira 180

x/menit kemudian menurun sampai 120 -140 x/menit

f. Pernafasan pada menit -menit pertama cepat kira-kira 80

x/menit kemudian menurun setelah tenang kira-kira 40

x/menit

g. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan

terbentuk dan diliputi vernix caseosa

h. Rambut lanugo tidak terlihat

i. Kuku telah agak panjang dan lemas

j. Genetalia : labia mayora sudah menutupi labia minora

(perempuan) dan testis sudah turun (pada anak laki- laki)

k. Reflek isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik

l. Reflek moro sudak baik

m. Eliminasi baik, urin dan mekoneum akan keluar dalam 24

jam pertama, mekoneum berwarna hitam kecoklatan.

2.4.3 Penanganan segera setelah lahir

2.4.3.1 Lakukan IMD (Inisiasi Menyusu Dini)

a. Dalam keadaan ibu dan bayi tidak memakai baju,

tengkurapkan bayi didada atau perut ibu agar terjadi

sentuhan kulit ibu dan bayi dan kemudian selimuti

keduanya agar bayi tidak kedinginan

b. Anjurkan ibu memberikan sentuhan kepada bayi untuk

merangsang bayi mendekati putting


46

c. Biarkan bayi bergerak sendiri mencari puting susu ibunya

d. Biarkan kulit bayi bersentuhan langsung dengan kulit ibu

selama minimal 1 jam walaupun proses menyusu telah

terjadi. Bila belum terjadi proses menyusu hingga 1 jam,

dekatkan bayi pada puting agar proses menyusu pertama

dapat terjadi

e. Tunda tindakan lain seperti menimbang, mengukur dan

memberikan suntikan vitamin K1 sampai proses menyusu

pertama selesai

f. Proses menyusu dini dan kontak kulit ibu dan bavi harus

diupayakan sesegera mungkin, meskipun ibu melahirkan

dengan cara operasi atau tindakan lain

g. Berikan ASI saja tanpa minuman atau cairan lain, kecuali

ada indikasi medis yang jelas (Yulianti, 2021 ).

2.4.3.2 Pemberian vit K1

Semua bayi baru lahir harus diberikan vitamin K1 injeksi 1 mg

IM di paha kiri segera mungkin untuk mencegah perdarahan

bayi baru lahir akibat defesiensi vitamin K yang dapat dialami

oleh sebagian bayi baru lahir. ½ jam setelah lahir di injeksi

vitamin K (Yulianti, 2021 ).

2.4.3.3 Pemberian obat tetes/salep mata

Tetes mata untuk pencegahan infeksi mata dapat diberikan

setelah ibu dan keluarga memomong dan diberi ASI.

Pencegahan infeksi tersebut menggunakan salep mata tetrasiklin


47

1%. Salep antibiotika tersebut harus diberikan dalam waktu satu

jam setelah kelahiran. Upaya profilaksis infeksi mata tidak

efektif jika diberikan lebih dari satu jam setelah kelahiran

(Yulianti, 2021 ).

2.4.3.4 Pencegahan kehilangan panas

Empat kemungkinan mekanisme yang dapat menyebabkan bayi

baru lahir kehilangan panas tubuhnya menurut (Sembiring, 2021

) yaitu :

a. Konduksi

Panas dihantarkan dari tubuh bayi benda sekitarnya yang

kontak langsung dengan tubuh bayi pemindahan panas dari

tubuh bayi ke objek lain melalui kontak langsung. Sebagai

contoh konduksi bisa terjadi ketika menimbang bayi tanpa

alas timbangan, memegang bayi saat tangan dingin, dan

menggunakan stetoskop dingin untuk pemeriksaan BBL.

b. Konveksi

Panas hilang dari tubuh bayi ke udara sekitarnya yang

sedang bergerak (jumlah panas yang hilang bergantung

pada kecepatan dan suhu udara). Sebagai contoh, konveksi

dapat terjadi ketika membiarkan atau menempatkan BBL

dekat jendela, atau membiarkan BBL di ruangan yang

terpasang kipas angin.


48

c. Radiasi

Panas dipancarkan dan BBL keluar tubuhnya ke lingkungan

yang Iebih dingan (pemindahan panas antara 2 obyek yang

mempunyai suhu berbeda. Sebagai contoh, membiarkan

BBL dalam ruangan AC tanpa diberikan pemanas (radiant

warner), membiarkan BB dalam keadaan telanjang, atau

menidurkan BBL berdekatan dengan ruangan yang dingin

(dekat tembok).

d. Evaporasi

Panas hilang melalui proses penguapan yang tergantung

pada kecepatan dan kelembapan udara (perpindahan panas

dengan cara mengubah cairan menjadi uap). Evaporasi ini

dipengaruhi oleh jumlah panas yang đipakai, tingkat

kelembapan udara, dan aliran udara yang melewati. Apabila

BBL dibiarkan dalam suhu kamar 25℃ maka bayi akan

kehilangan panas melalui konveksi. Radiasi, dan evaporasi

yang besarnya 200 gr/BB, sedangkan yang dibentuk hanya

sepuluhnya saja. Agar dapat mencegah terjadinya

kehilangan panas pada bayi, maka lakukan hal berikut

1) Keringkan bayi secara saksama

2) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih yang

kering dan hangat

3) Tutup bagian kepala bayi


49

4) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya

5) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru

lahir

6) Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat.

2.4.3.5 Pemberian imunisasi

1 jam setelah lahir dan pemberian Vit K injeksi hepatitis B IM

dipaha kanan untuk mencegah penyakit hati (Sam, 2021 ) dalam

(Yulianti, 2021 ).

2.4.3.6 Refleks pada bayi baru lahir

Ada beberapa aktivitas refleks menurut (Dwienda R, 2014) yang

terdapat pada bayi baru lahir. Refleks tersebut antara lain :

a. Refleks Moro

Bayi mengembangkan tangan lebar-lebar dan melebarkan

jarijari lalu mengembalikan dengan tarikan yang cepat

seakan-akan memeluk seseorang.

b. Refleks Rooting

Timbul karena stimulasi taktil pada pipi dan daerah mulut,

bayi akan memutar kepala seakan-akan mencari putting

susu. Refeleks rooting berkaitan erat dengan refleks

menghisap dan dapat dilihat jika pipi atau sudut mulut bayi

dengan pelan disentuh bayi akan menengok secara spontan

kearah sentuhan, mulutnya akan memulai menghisap.

Refleks ini biasanya menghilang pada usia 7 bulan.


50

c. Refleks Suckıng

Timbul bersamaan dengan refleks rooting untuk menghisap

puting susu dan menelan ASI.

d. Refleks Graps

Timbul bila ibu jari diletakkan pada telapak tangan bayi

maka bayı akan menutup telapak tangannya telapak tangan

bayi, bayi akan menggenggam erat jari-jari.

e. Refleks Babinsky

Terjadi bila ada ransangan pada telapak kaki. Ibu jari akan

bergerak keatas dan jari-jari lain membuka. Refleks ini akan

menghilang setelah berusia 1 tahun.

2.4.4 Kunjungan neonatus

Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan sesuai

standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada

neonatus sedikitnya 3 kali, selama periode 0 sampai dengan 28 hari

setelah lahir, baik di fasilitas kesehatan maupun melalui kunjungan

rumah (Wahyuni, dkk.

2020).

Pelaksanaan pelayanan kunjungan neonatus :

2.4.4.1 Kunjunga neonatal ke-1 (KN 1)

Dilakukan pada kurun waktu 6-48 jam setelah lahir. Asuhan

yang diberikan yaitu melakukan pemeriksaan bayi baru lahir

(BBL), pemberian ASI Eksklusif, menjaga bayi tetap hangat,

perawatan bayi, dan tanda bahaya BBL (Rahyani, 2020)


51

2.4.4.2 Kunjunga neonatal ke-2 (KN 2)

Dilakukan pada kurun waktu hari ke-3 sampai dengan ke-7

setelah lahir. Asuhan yang diberikan yaitu melakukan

pemeriksaan ulang, pemberian ASI Eksklusif, perawatan bayi

dan mengenali tanda bahaya pada bayi (Rahyani, 2020)

2.4.4.3 Kunjunga neonatal ke-3 (KN 3)

Dilakukan pada kurun waktu hari ke-8 sampai dengan ke-28

setelah lahir. Asuhan yang diberikan yaitu melakukan

pemeriksaan ulang, pemberian ASI Eksklusif, perawatan bayi

dan mengenali tanda bahaya pada bayi (Rahyani, 2020). Tenaga

kesehatan yang dapat memberikan pelayanan kesehatan

neonatus adalah dokter spesialis anak dokter, bidan dan perawat.

2.5 Nifas

2.5.1 Pengertian

Masa nifas adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-

alat kandungan kembali pada keadaan sebelum hamil ,masa post

partum berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Siti Saleha, 2013).

Masa nifas adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai

sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Nifas

(peurperium) berasal dari bahasa latin. Peurperium berasal dari 2 dua

suku kata yakni peur dan parous. Peur berarti bayi dan parous berarti

melahirkan. Jadi dapat disimpulkan bahwa peurperium merupakan

masa setelah melahirkan (Asih, 2016).


52

Peurperium atau nifas juga dapat diartikan sebagai masa postpartum

atau masa sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim

sampai 6 minggu berikutnya disertai pulihnya kembali organ-organ

yang berkaitan dengan kandungan yang mengalami perubahan seperti

perlukaan dan lain sebagainya yang berkaitan saat melahirkan (Asih,

2016).

Batasan waktu nifas yang paling singkat (minimum) tidak ada batasan

waktunya, bahkan dalam waktu yang relatif pendek darah sudah keluar,

sedangkan batasan maksimumnya adalah 40 hari. Di masyarakat

Indonesia, masa nifas merupakan periode waktu sejak selesainya proses

persalinan sampai 40 hari setelah itu (Asih, 2016).

2.5.2 Tujuan masa nifas

Tujuan dari pemberian asuhan kebidanan pada masa nifas adalah

sebagai berikut :

a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun

psikologis.

b. Mendeteksi masalah, mengobati, dan merujuk bila terjadi

komplikasi pada ibu maupun bayinya.

c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan

diri, nutrisi. KB, cara dan manfaat menyusui, imunisasi serta

perawatan bayi sehari-hari.

d. Memberikan pelayanan KB.


53

e. Mendukung dan memperkuat keyakinan ibu, serta memungkinkan

ibu untuk mampu melaksanakan perannya dalam situasi keluarga

dan budaya khusus.

f. Imunisasi ibu terhadap tetanus.

g. Mendorong pelaksanaan metode vang sehat tentang pemberian

makan anak, serta peningkatan pengembangan hubungan yang

baik antara ibu dan anak.

h. Mempercepat involusi alat kandungan.

i. Melancarkan fungsi gastrointestisinal atau perkemihan.

j. Melancarkan pengeluaran Lochea.

k. Meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga mempercepat

fungsi hati dan pengeluaran sisa metabolisme.

2.5.3 Tahapan masa nifas

2.5.3.1 Tahapan masa nifas menurut (Kemenkes RI, 2015), yaitu :

a. Periode pasca salin segera (immediate postpartum) 0-24

jam. Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24

jam. Pada masa ini sering terdapat banyak masalah,

misalnya perdarahan karena atonia uteri. Oleh sebab itu,

tenaga kesehatan harus dengan teratur melakukan

pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lochea, tekanan

darah dan suhu.

b. Periode pasca salin awal (early post partum) 24 jam – 1

minggu. Pada periode ini tenaga kesehatan memastikan

involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan,


54

lochea tidak berbau busuk, tidak ada demam, ibu cukup

mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui

bayinya dengan baik

c. Periode pasca salin lanjut (late postpartum) 1 minggu – 6

minggu. Pada periode ini tenaga kesehatan tetap melakukan

perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta konseling KB

(Saleha, 2009) dalam (Asih, 2016).

2.5.3.2 Tahapan masa nifas menurut (Walyani, 2015), yaitu :

a. Puerperium dini

Yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan

berjalan-jalan.

b. Puerperium intermedial

Yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang

lamanya 68 minggu.

c. Remote puerperium

Yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih kembali dan sehat

sempurna baik selama hamil atau sempurna berminggu-

minggu, berbulan-bulan atau tahunan.

2.5.4 Tanda-tanda bahaya masa nifas

Tanda-tanda bahaya masa nifas menurut (Pitriani, 2014) adalah :

a. Perdarahan yang merah menyala setiap saat setelah minggu ke-4

pasca persalinan

b. Ibu demam tinggi, suhu tubuh > 38°C


55

Jika mendapatkan ibu yang memiliki suhu tubuh yang tinggi, kita

harus memikirkan adakah kemungkinan terjadi infeksi pada ibu

tersebut atau ibu mengalami dehidrasi. Kemudian lakukan

pemerikasaan dan cari sumber masalah. Setelah ditemukan

penyebab ibu demam maka barulah dılakukan intervensi selanjutnya

c. Kontraksi uterus tidak baik

Kontraksi uterus yang tidak baik disebabkan oleh ibu multi para,

peregangan uterus yang maksimal, uterus yang tidak kompeten, KU

ibu lemah. Rencana yang diberikan pada ibu tersebut adalah

merangsang kerja uterus agar baik, misalnya masase fundus ibu,

pemberian injeksi oksitosin Apabila diperlukan KBI dan KBE

dilakukan untuk merangsang kontraksi uterus guna mencegah

terjadinya perdarahan yang banyak.

d. Perdarahan yang banyak setelah 24 jam post partus

Penyebab dari terjadinya perdarahan yang banyak pada ibu nifas

setelah 24 jam post partum bisa disebabkan oleh kontraksi uterus

yang tidak baik serta adanya laserasi jalan lahir. Setelah sumber

perdarahan diketahui maka segera dilakukan masalah jika perlu

lakukan kolaborasi dengan dokter

e. Lochea yang berbau tidak enak

Bau yang normal adalah seperti bau menstruasi biasa

f. Adanya tanda homan

Untuk mendeteksi adanya tanda homan maka kaki ibu diluruskan

dan telapak kaki ibu ditekuk. Apabila terlihat tanda kemerahan pada
56

tungkai ibu maka ibu memiliki tanda homan, langkah pertama yang

dianjurkan pada ibu adalah menyuruh ibu melakukan ambulasi atau

latihan dan lakukan kolaborasi dengan dokter.

g. Terjadinya bendungan ASI

Bendungan ASI biasanya terjadi pada ibu yang tidak mau menyusui

bayinya atau ibu yang masalah dengan putting susunya sehingga

ASI tidak lancar keluar. Berikan penyuluhan pada ibu kegunaan

serta keuntungan pemberian ASI dan ajarkan ibu cara menyusui dan

perawatan payudara agar putting ibu tidak lecet sehingga bayi dapat

menyusu dan ibu tidak merasakan kesakitan pada saat menetek.

2.5.5 Perubahan fisiologis

2.5.5.1 Uterus

Setelah plasenta lahir, uterus akan mulai mengeras karena kontraksi dan

retraksi otot-ototnya. Uterus berangsur- angsur mengecil sampai

keadaan sebelum hamil (Wahyuningsih, 2021 ).

Tabel 2.2 Involusi Uterus

Waktu TFU Berat uterus

Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gr

Uri lahir 2 jari bawah pusat 750 gr

1 minggu ½ pst-sympisis 500 gr

2 minggu Tidak teraba 350 gr

6 minggu Bertabah kecil 50 gr

8 minggu Normal 30 gr

Sumber : (Wahyuningsih, 2021 ).


57

2.5.5.2 Muskulosketal

Ambulasi pada umumnya dimulai 4-8 jam post partum,

ambulasi dini sangat membantu untuk mencegah komplikasi dan

mempercepat proses involusi (Alifah, 2021 ).

2.5.5.3 Lochea

Lochea yaitu cairan/ secret berasal dari kavum uteri dan vagina

selama masa post partum (Sitti Saleha, 2009) dalam

(Wahyuningsih, 2021 ). Berikut ini, beberapa jenis lokhea :

a. Lokhea Rubra berwarna merah karena berisi darah segar dan

sisasisa selaput ketuban, desidua, verniks kaseosa, lanugo,

mekonium berlangsung 2 hr post partum.

b. Lokhea Sanguilenta berwarna merah kuning berisi darah dan

berlangsung 3-7 hr post partum.

c. Lokhea Serosa berwarna kuning karena mengandung serum,

jaringan desidua, leukosit dan eritrosit berlangsung 7-14 hr

post partum

d. Lokhea Alba berwarna putih terdiri atas leukosit dan sel-sel

desidua berlangsung 14 hr-2 mg berikutnya.

2.5.5.4 Vagina dan perineum

Vagina secara berangsur-angsur luasnya berkurang tetapi jarang

sekali kembali seperti ukuran nullipara, hymen tampak sebagai

tonjolan jaringan yang kecil dan berubah menjadi karunkula

mitiformis. Minggu ke 3 rugae vagina kembali. Perineum yang

terdapat laserasi atau jahitan serta udem akan berangsur-angsur


58

pulih sembuh 6-7 hari tanpa infeksi. Oleh karena itu vulva

hygiene perlu dilakukan.

2.5.5.5 Payudara

Semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi terjadi

secara alami. Ada 2 mekanisme : produksi susu, sckresi susu

atau let down. Selama kehamilan jaringan payudara tumbuh dan

menyiapkan fungsinya mempersiapkan makanan bagi bayi. Pada

hari ketiga setelah melahirkan efek prolaktin pada payudara

mulai dirasakan, sel ini yang menghasilkan ASI mulai berfungsi.

Ketika bayi menghisap puting, oksitosin merangsang ensit let

down (mengalirkan) sehingga menyebabkan ejeksi ASI

2.5.5.6 Sistem pencernaan

Setelah persalinan 2 jam ibu merasa lapar, kecuali ada

komplikasi persalinan, tidak ada alasan menunda pemberian

makan. Konstipasi terjadi karena psikis takut BAB karena ada

luka jahit perineum.

2.5.5.7 Sistem perkemihan

Pelvis ginjal teregang dan dilatasi selama kehamilan. kembali

normal akhir mg ke 4 setelah melahirkan. Kurang dari 40%

wanita post partum mengalami proteinuri non patologis, kecuali

pada kasus preeklamsia.

2.5.5.8 Perubahan tanda-tanda vital

a. Suhu tubuh saat post partum dapat naik kurang lebih 0,5℃,

setelah 2 jam post partum normal.


59

b. Nadi dan Pernapasan, nadi dapat bradikardi kalau takikardi

waspada mungkin ada perdarahan, pernapasan akan sedikit

meningkat setelah persalinan lalu kembali normal.

c. Tekanan darah kadang naik lalu kembali normal setelah

beberapa hari asalkan tidak ada penyakit yang menyertai.

BB turun rata-rata 4.5 kg.

2.5.6 Kunjungan masa nifas

Adapun kunjungan nifas menurut Kebijakan Program Nasional dalam

(Tonasih, 2021 ) yaitu :

2.5.6.1 Kunjungan I (6-8 jam setelah persalinan)

a. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan; rujuk

bila perdarahan berlanjut.

c. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota

bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia

uteri.

d. Pemberian ASI awal.

e. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.

f. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia.

g. Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus

tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama

setelah kelahiran, atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan

stabil
60

2.5.6.2 Kunjungan II (6 hari setelah persalinan)

a. Memastikan involusio uterus berjalan normal : uterus

berkontraksi, fundus dibawah.

b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan

abnormal.

c. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan

istirahat.

d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak

memperlihatkan tanda-tanda penyakit.

e. Memberikan konseling pada ibu mengeni asuhan pada bayi,

tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi

sehari- hari.

2.5.6.3 Kunjungan III ( 2 minggu setelah persalinan)

Sama seperti di atas (6 hari setelah persalinan)

2.5.6.4 Kunjungan IV (6 minggu setelah persalinan)

a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia

atau hayi alami.

b. Memberikan konseling untuk KB secara dini.

2.6 Keluarga Berencana

2.6.1 Pengertian keluarga berencana

Keluarga berencana merupakan suatu upaya meningkatkan kepedulian

dan peran serta masyarakat, melalui pendewasaan usia perkawinan

(PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga,


61

peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera

(Kemenkes, 2015).

2.6.2 Tujuan keluarga berencana

Menurut kemenkes (2015) Kb memiliki 2 tujuan yaitu

: a. Tujuan umum

Membentuk keluarga kecil sesui kekuatan sosial ekonomi suatu

keluarga dengan cara mengaur kelahiran anak, agar di peroleh suatu

keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan

hidupnya.

b. Tujuan Khusus

Mengatur kehamilan dengan menunda perkawinan,menunda

kehamilan anak pertama dan menjarangkan kehamilan setelah

kelahiran anak pertama.

2.6.3 Informed consent

Persetujuan yang diberikan oleh client atau keluarga atas informasi dan

penjelasan mengenai tindakan medis yang akan dilakukan terhadap

client.setiap tindakan medis yang berisiko harus persetujuan tertulis di

tanda tangani oleh yang berhak memberikan persetujuan(Client) dalam

keadaan sadar dan sehat (Purwoastuti 2015).

2.6.4 Pengertian kontrasepsi

Kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti

melawan atau mencegah sedangkan konsepsi adalah pertemuan antar

sel telur yang matang dengan sperma yang mengakibatkan kehamilan.

Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari / mencegah terjadinya


62

kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan antara sel telur dengan sel

sprema (Sianturi, 2021 ).

2.6.5 Jenis kontrasepsi pasca persalinan

Menurut Kemenkes RI, 2015, penerapan KB Pasca persalinan ini

sangat penting karena kembalinya kesuburan pada seorang ibu setelah

melahirkan tidak dapat diprediksi dan dapat terjadi sebelum datangnya

siklus haid, bahkan pada wanita menyusui. Ovulasi pertama pada

wanita tidak menyusui dapat terjadi pada 34 hari pasca persalinan,

bahkan dapat terjadi lebih awal. Hal ini menyebabkan pada masa

menyusui, seringkali wanita mengalami kehamilan yang tidak

diinginkan (KTD/unwanted pregnancy) pada interval yang dekat

dengan kehamilan sebelumnya. Kontrasepsi seharusnya sudah

digunakan sebelum aktifitas seksual dimulai. Oleh karena itu sangat

strategis untuk memulai kontrasepsi seawal mungkin setelah persalinan.

Adapun beberapa jenis kontrasepsi yang aman digunakan untuk pasca

persalinan, yaitu :

2.6.6.2 Metode amenore laktasi

Metode Amenorea Laktasi adalah metode kontrasepsi sementara

yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara

eksklusif, artinya hanya diberikan ASI saja tanpa tambahan

makanan atau minuman lainnya (Purwoastuti, 2015).

2.6.6.3 Pil

Minum pil mini dapat dimulai kapan pun setelah melahirkan.

Wanita yang memulai minum pil mini setelah 21 hari


63

memerlukan tambahan kontrasepsi selama 2 hari. Wanita

menyusui bisa menggunakan pil mini. Hanya sejumlah kecil

hormon progesteron yang mnasuk ke ASI tetapi tidak berbahaya

bagi bayi. Pil mini juga dapat digunakan segera setelah wanita

mengalami keguguran atau aborsi dan akan segera diperoleh

perlindungan terhadap kehamilan (FPA, 2021 ).

2.6.6.4 Intra Uterine Device (IUD)

Merupakan alat kecil berbentuk seperti huruf T yang lentur dan

diletakkan di dalam rahim untuk mencegah kehamilan, efek

kontrasepsi didapatkan dari lilitan tembaga yang ada di badan

IUD

(Purwoastuti, 2015)

2.6.6.5 Implan

Implan atau susuk kontrasepsi merupakan alat kontrasepsi yang

berebntuk batang dengan panjang sekitar 4 cm yang di dalamnya

terdapat hormon progesteron, implant ini kemudian dimasukkan

ke dalam kulit dibagian lengan atas (Purwoastuti, 2015)

2.6.6.6 Suntik

Suntikan kontrasepsi diberikan setiap 3 bulan sekali. Suntikan

kontrasepsi mengandung hormon progesterone yang menyerupai

hormone progesterone yang di produksi oleh wanita selama 2

minggu pada setiap awal siklus haid. Hormone tersebut

mencegah wanita untuk melepaskan sel telur sehingga

memberikan efek kontrasepsi


64

(Purwoastuti, 2015)

2.6.6.7 Kondom

Kondom merupakan jenis kontrasepsi penghalang mekanik.

Kondom mencegah kehamilan daan infeksi penyakit kelamin

dengan cara menghentikan sperma untuk masuk ke dalam

vagina. Kondom pria dapat terbuat dari bahan latex (karet),

polyurethane (plastic), sedangkan kondom wanita terbuat dari

polyurethane. Efektivitas kondom pria antara 85-98% sedangkan

efektifitas kondom wanita antara 79-95% (Purwoastuti, 2015).

2.6.6.8 Kontrasepsi Sterilisasi

Kontrasepsi mantap pada wanita atau MOW (Metode Operasi

Wanita) atau tubektomi yaitu tindakan pengikatan dan

pemotongan saluran telur agar sel telur tidak dapat dibuahi

sperma. Kontrasepsi mantap pada pria atau MOP (Metode

Operasi Pria) atau vasektomi yaitu tindakan pengikatan dan

pemotongan saluran benih agar sperma tidak keluar dari buah

zakar

2.6.6 Kontrasepsi oral progestin (PIL)

2.6.6.1 Pengertian

Pil Kontrasepsi Progestin (Minipil) Pil Progestin merupakan

metode kontrasepsi yang sangat efektif terutama pada masa

laktasi, sehingga cocok untuk wanita menyusui yang ingin

memakai pil KB karena tidak menurunkan produksi ASI. Pil


65

progestin juga dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat

(Akbar, dkk. 2020).

2.6.6.2 Mekanisme kerja

a. Menekan sekresi gonadotropin dan sintesis steroid seks di

ovarium

b. Menyebabkan transformasi endometrium lebih awal

sehingga mengganggu implantasi

c. Pengentalan lendir serviks

d. Mengganggu motilitas tuba (Akbar, dkk. 2020).

2.6.6.3 Cara penggunaan

Pil Progestin dapat dimulai saat :

a. Saat menstruasi

- Mulai hari 1-5

- Mulai setelah hari ke-5 namun dengan perlindungan

kontrasepsi lain atau tidak berhubungan seksual selama

2 hari

b. Setelah melahirkan

- Bila menyusui : belum haid pil dapat segera dimulai

dan apabila telah haid pil dimulai hari 1-5 haid.

- Pasca keguguran : segera dapat diberikan

c. Beralih dari metode kontrasepsi lain, asalkan penggunaan

kontrasepsi sebelumnya baik dan benar, suntikan dapat

segera dimulai tanpa menunggu haid berikutnya


66

d. Beralih dari metode kontrasepsi suntikan, pil progestin

dimulai pada jadwal suntikan berikutnya

e. Beralih dari metode kontrasepsi AKDR, pil progestin

dimulai hari 1-5 haid dan dilakukan pengangkatan AKDR

(Akbar, dkk.

2020).

2.6.6.4 Kontraindikasi

a. Hamil atau dicurigai hamili

b. Perdarahan pervaginam yang belum diketahui penyebabnya

c. Tidak dapat menerima terdinya gangguan haid

d. Pengguna obat Tuberkulosis (Rifampisin) atau obat Epilepsi

(Fenitoin dan Barbiturat)

e. Keganasan payudara

f. Sering lupa menggunakan pil

g. Mioma uteri (memicu pertumbuhan mioma)

h. Riwayat stroke (spasme pembuluh darah) (Akbar, dkk.

2020).

2.7 Pelayanan saat pandemi Covid-19

Menurut Khoiridah (2021 ) dalam memberikan pelayanan kebidanan ada

beberapa panduan yang bisa dilakukan oleh bidan dalam melakukan

pelayanan pada masa pandemi Covid-19 adalah sebagai berkut :

2.7.1 Panduan pelayanan ANC (pemeriksaan kehamilan) pada masa pandemi

Covid-19 yang dapat diberikan oleh bidan yaitu ibu hamil yang tidak

ada keluhan diharapkan untuk membaca dan menerapkan informasi


67

yang ada di dalam buku KIA (kesehatan ibu dan anak) yang sudah

dimiliki ibu hamil. Tetapi, jika ibu hamil mengalami keluhan, maka

disarankan untuk segera ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat.

Setiap melakukan kunjungan ibu hamil diharapkan untuk menghubungi

unit kandungan dan kebidanan terlebih dahulu untuk saran/jadwal, baik

melalui telepon atau Whatsapp. Selain itu, bidan juga melakukan

pengkajian komprehensif sesuai standar temasuk informasi mengenai

Covid-19. Selanjutnya bidan melakukan pemeriksaan kehamilan sesuai

dengan standar dan penggunaan APD Level 1. Pada saat kunjungan ibu

hamil diwajibkan untuk menggunakan masker begitu pun dengan

pendamping ibu pada saat kunjungan.

2.7.2 Panduan pertolongan persalinan yang dapat dilakukan oleh bidan pada

masa pandemi Covid-19 yaitu jika ibu sudah memunjukkan tanda-tanda

persalinan, maka disarankan untuk segera menghubungi bidan melalui

telpon atau Whatsapp. Selanjutnya bidan melakukan pengkajian

komprehensif sesuai standar termasuk pemeriksaan Covid-19. Bidan

juga tetap melakukan pertolongan persalinan sesuai dengan standar

asuhan persalinan normal (APN) dengan minimal menggunakan APD

level 2 dan wajib melakukan pertolongan persalinan dengan

menerapkan prosedur pencegahan penularan Covid-19. Jika tidak

memungkinkan melakukan pertolongan persalinan, maka bidan segera

melakukan kolaborasi dan merujuk pasien ke puskesmas atau rumah

sakit temasuk ibu bersalin dengan resiko maupun dicurigai terpapar

Covid-19.
68

2.7.3 Panduan pelayanan nifas dan bayi baru lahir oleh bidan pada masa

panderni Covid-19 yaitu diharapkan ibu nifas secara mandiri dapat

memanfaatkan buku KlA untuk mendapatkan informasi mengenai masa

nifas. Jika ada keluhan pada masa nifas, maka segera ke fasilitas

pelayanan kesehatan terdekat. Ibu nifas yang ingin ke fasilitas

kesehatan diharuskan membuat janji terlebih dahulu melalui telepon

atau Whatsapp. Sebelum memeriksa pelayanan bidan minimal sudah

menggunakan APD leved I serta selalu menerapkan protokol kesehatan.

Apabila tidak memungkinkan bidan melakukan pelayanan, maka bidan

berkolaborasi dengan dokter untuk melakukan rujukan ke puskesmas

dan rumah sakit terdekat.

2.7.4 Dalam memberikan asuhan bayi baru lahir termasuk imunisasi

disesuaikan dengan rekomendasi PP IDAI. Ibu postpartum yang suspect

maupun terkonfirmasi Covid-19 dapat memberikan ASI kepada bayinya

dengan catatan ibu dan bayi menggunakan alat pelindung diri. Ibu dapat

menggunakan face shield dan masker N-95, sedangkan untuk bayinya

dapat menggunakan face shield khusus bayi baru lahir. Selain itu, tidak

diperbolehkan melakukan inisiasi menyusu dini (IMD) serta bayi tidak

boleh dirawat di ruang gabung dan ditempatkan di ruang isolasi.

Kunjungan pada ibu postpartum dapat dilakukan dengan menggunakan

telemedicine. Tetapi, jika ibu dan bayi dicurigai atau terkonfirmasi

Covid-19 yang memerlukan perawatan kebidanan atau neonatal pasca

kelahiran, maka harus segera menelpon unit pelayanan terlebih dahulu

sebelum kedatangan dan mengikuti protokol Covid-19,


69

2.7.5 Pelayanan keluarga berencana ditengah pandemi covid-19 ini, Kemenkes

RI (2020) dalam Fajrin (2020) mendorong pasangan usia subur

terutama dengan 4-Terlalu (terlalu muda hamil, terlalu tua hamil, terlalu

dekat jarak melahirkan, dan terlalu banyak anak) untuk menunda

program kehamilannya. Dengan demikian, petugas kesehatan perlu

memastikan mereka untuk tetap menggunakan kontrasepsi selama

pandemi.

Penggunaan layanan kesehatan berbasis teknołogi informasi đan

komunikasi atau disebut dengan telemedicine menjadi salah satu

strategi agar pelayanan kontrasepsi tetap berlangsung selama pandemi.

Dalam pelaksanaannya, layanan telemedicine tetap menerapkan prinsip

pengambilan keputusan berdasarkan informasi (informed decision-

making), menghormati martabat orang lain, menghargai privasi

individu pasangan, kerahasiaan, dan peka terhadap kebutuhan dan nilai-

nilai yang dianut oleh individu dalam suatu hubungan kemitraan antara

klien dan (Kemenkes RI, 2021 ; WHO, 2016). Layanan yang

memanfaatkan telepon, internet atau jaringan komunikasi lainnya

berupa audio atau visual memungkinan tenaga kesehatan dan klien

untuk berdiskusi langsung tanpa perlu berada ditempat yang sama.

Petugas kesehatan juga dapat melakukan skrining terhadap klien yang

memerlukan kunjungan langsung atau tidak. Hal ini membantu untuk

membatasi waktu saat kunjungan langsung, meminimalkan kontak yang

tidak perlu, dan mengurangi penggunaan alat pelindung diri (Benson

dkk, 2020) dalam (Fajrin, 2020).


70

2.6 Kajian dari jurnal penelitian

2.6.1 Menurut jurnal “Hubungan Kelas Ibu Hamil Dengan Pengetahuan

Ibu Hamil Tentang Tanda Bahaya Kehamilan”(Nila Siti Nuryawati,

2017)

Untuk mencegah risiko yang lebih berbahaya bagi ibu hamil

dan janinnya, maka pengetahuan ibu tentang tanda-tanda bahaya

kehamilan perlu ditingkatkan. Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan

terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek

tertentu. Penginderaan itu terjadi melalui panca indera manusia yakni

indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian

besar penginderaan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang (overt behavior) (Notoatmodjo, 2012).

Salah satu upaya meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang

tanda bahaya kehamilan yaitu melalui kegiatan kelas ibu hamil. Kelas

ibu hamil ini merupakan sarana untuk belajar bersama tentang

kesehatan bagi ibu hamil, dalam bentuk tatap muka dalam kelompok

yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan

ibu-ibu mengenai kehamilan, perawatan kehamilan, persalinan,

perawatan nifas, perawatan bayi baru lahir, mitos, penyakit menular

dan akte kelahiran (Kementerian Kesehatan RI, 2011).


71

2.6.2 Menurut jurnal “Hubungan Pola Karakteristik Ibu Hamil Dan

Dukungan Suami Terhadap Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Tanda

Bahaya Kehamilan” (Vivi Budiarti, 2018).

Jurnal tersebut menjelaskan bahwa. Bahwa Adanya dukungan

atau motivasi dari suami berperan sangat besar dalam menentukan

status kesehatan dan tingkat pengetahuan ibu dalam mengetahui

tanda-tanda bahaya kehamilan. Jika suami mengharapkan adanya

kehamilan, maka akan memperlihatkan dukungannya dalam berbagai

hal yang dapat mempengaruhi ibu menjadi lebih percaya diri, lebih

berbahagia, menunjukkan kesiapan dan lebih kuat secara mental untuk

menghadapi segala hal selama masa kehamilan tersebut. Keterlibatan

anggota keluarga atau orang terdekat terutama pasangan/suami dapat

membantu terjadinya perubahan untuk berperilaku dan juga

meningkatkan kesadaran untuk berubah ke arah hidup sehat. Oleh

karena itu, suami memiliki peranan yang sangat penting untuk

memberikan berbagai jenis dukungan pada ibu supaya ibu merasa

lebih nyaman dalam menjalani masa kehamilan dan meminimalkan

resiko tanda bahaya kehamilan.

2.6.3 Menurut jurnal “Hubungan Pengetahuan Dan Dukungan Suami

Terhadap Keteraturan Kunjungan ANC Pada Ibu Hamil” (Yulistiana

Evayanti, 2018)

Jurnal tersebut menjelaskan bahwa bahwa ada hubungan

dukungan suami dengan kunjungan Antenatal Care pada ibu hamil

di Puskesmas Wates Lampung Tengah disebabkan karena ibu


72

yang mendapat dukungan suami baik dukungan emosional,

dukungan fisik, dukungan informasional maupun dukungan

penghargaan/komunikasi akan menciptakan suatu hubungan yang

baik sehingga saran-saran dari suami dapat diterima oleh

ibu kemudian diaplikasikan kedalam tindakan melakukan

kunjungan secara teratur.

2.7 Tinjauan Manajemen Asuhan Kebidanan.

2.3.1 Pengertian

Menurut Helen Varney (1997) bahwa manajemen asuhan kebidanan

adalah proses pemecahan masalah yang ditemukan oleh perawat dan

bidan pada awal 1970-an.

2.3.2 Proses Manajemen Asuhan Kebidanan

Tujuh langkah manajemen kebidanan menurut Varney yaitu:

1) Langkah I (Pengumpulan Data Dasar) Langkah I merupakan awal

yang akan menentukan langkah berikutnya.

Mengumpulkan data adalah menghimpun informasi tentang

klien atau orang yang meminta asuhan. Memilih informasi data yang

tepat diperlukan analisa suatu situasi yang menyangkut manusia yang

rumit karena sifat manusia yang kompleks. Tahapan ini merupakan

langkah yang menentukan langkah berikutnya. Kelengkapan data yang

sesuai dengan kasus yang dihadapi akan menentukan proses

interpretasi yang benar atau tidak dalam tahap selanjutnya, sehingga

pada pendekatan ini harus komprehensif meliputi data subjektif,


73

objektif dan hasil pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan

kondisi atau masukan klien yang sebenarnya. Dalam pengumpulan

data dasar pada umumnya klien datang untuk memeriksakan

kehamilannya. Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara:

melakukan anamneses yang berupa tanya jawab dengan pasien

meliputi: riwayat kesehatan, riwayat reproduksi: riwayat haid, riwayat

obstetrik, riwayat kehamilan, persalinan dan nifas, riwayat ginekologi,

riwayat KB, riwayat pemenuhan kebutuhan dasar, data sosial ekonomi

dan psikologi.

Dalam Pemeriksaan fisik, klien yang umumnya ditemukan keadaan

umum ibu baik, merupakan kehamilan ke-3 dengan keadaan janin

sehat. Dan pemeriksaan fisik dilakukan secara inspeksi, palpasi,

perkusi dan auskultasi.

2) Langkah II: Interpretasi Diagnosa Aktual.

Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap

diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien. Berdasarkan interpretasi

yang benar atas data-data yang dikumpulkan. Data dasar yang sudah

dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau

diagnosa yang spesifik. Pada pasien ditemukan kehamilan ke-3

dengan usia kehamilan 10-11 minggu dengan kehamilan fisiologis.

3) Langkah III (Identifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial)

Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa

potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang


74

sudah di identifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila

memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien bidan

diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa atau masalah potensial ini

benar-benar terjadi.

Pada setiap masa kehamilan, tanda bahaya kehamilan bisa saja

terjadi seperti pada trimester 1 tanda bahaya yang sering muncul

adalah muntah yang berlebihan, demam tinggi dan perdarahan,

sedangkan pada trimester ke 2 tanda bahaya yang muncul adalah tidak

naiknya berat badan, gerak janin kurang, bengkak pada wajah, tangan

dan kaki, dan pada trimester ke 3 tanda bahaya yang muncul seperti

terjadinya kelainan letak pada janin, perdarahan pervaginam, serta

pecah ketuban sebelum waktunya (Geoffrey, 2013).

4) Langkah IV (Menetapkan Kebutuhan terhadap Tindakan Segera dan

Kolaborasi)

Beberapa data menunjukka situasi tidak ditemukan kebutuhan

segera untuk mengambil tindakan / kolaborasi.

5) Langkah V (Perencanaan)

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh

ditentukan oleh langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan

kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah

diidentifikasi atau antisipasi, pada langkah ini informasi atau data

dasar yang tidak lengkap dilengkapi. Perencanaan asuhan yang

diberikan pada kehamilan fisiologis yaitu, melakukan pendekatan

terhadap klien, menjelaskan hasil pemeriksaan, memberikan KIE


75

untuk mengurangi gejala mual muntah yang secara normal dialami

oleh ibu hamil di trimester pertama, meberikan KIE tentang tanda

bahaya kehamilan trimester awal agar dapat mewaspadai jika

kemungkinan mengalami.

6) Langkah VI (Pelaksanaan).

Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah

diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efesien dan aman.

Perencanaan ini biasa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian

dilakukan oleh bidan dan sebagian oleh klien atau anggota tim

kesehatan lainnya

7) Langkah VII (Evaluasi).

Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan

yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan

apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan

sebagaimana telah diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosa.

Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif

dalam pelaksanaannya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana

tersebut telah efektif sedangkan sebagian belum efektif (Mufdillah,

2012).

2.8 Pendokumentasian Dalam Bentuk SOAP

Varney menyatakan bahwa alur berfikir bidan saat menghadapi

klien meliputi tujuh langkah, agar diketahui orang lain apa yang telah
76

dilakukan oleh seseorang bidan melalui proses berfikir sistematis, maka

dilakukan pendokumentasian dalam bentuk SOAP yaitu:

1. Subjektif (S)

Pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesa.

2. Objektif (O)

Pendokumentasian hasil pemerksaan fisik klien (Keadaan umum,

kesadaran, tanda-tanda vital, pemeriksaan fisik), hasil laboratorium

dan uji diagnosis lain yang merumuskan dalam data fokus untuk

mendukung asuhan.

3. Assessment (A)

Pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi data subjektif dan

juga data objektif dalam suatu identifikasi.

a) Diagnosis masalah.

b) Antisipasi diagnosis/masalah potensial.

c) Tindakan segera.

4. Planning (P)

Pendokumentasian tindakan dan evaluasi perencanaan berdasarkan

assessment.
77

2.9 Kerangka Pikir

Berdasarkan tinjauan teori tentang asuhan kebidanan berkesinambungan

yang meliputi asuhan masa hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir, maka

penulis dapat menyusun kerangka teori sebagai berikut :

Asuhan Kehamilan :

1. Pengkajian
Ibu Hamil 2. Perumusan Diagnosa 1. Kesehatan ibu
3. Perencanaan 2. Kesehatan Bayi
4. Implentasi
5. Evaluasi
6. Laporan Pelaksana

Asuhan Persalinan :

1. Pengkajian
Ibu Bersalin 1. Kesehatan Ibu
2. Perumusan Diagnosa
2. Kesehatan Bayi
3. Perencanaan
4. Implementasi
5. Evaluasi
6. BBL
Asuhan Laporan
: Pelaksana 1. Kesehatan Ibu
BBL 2. Kesehatan Bayi segera
1. Pengkajian
setelah lahir s/d 2 jam dan
2. Perumusan Diagnosa
setelah 2 jam
3. Perencanaan
4. Implementasi
Asuhan Nifas :
5. 1. Kesehatan Ibu
Ibu Nifas
6. Pengkajian
1. Evaluasi 2. Kesehatan Bayi
2.
7. Perumusan Diagnosa
Laporan Pelaksana
3. Perencanaan
4. Implementasi
5. Evaluasi
6. Laporan Pelaksana
78

BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN BERKELANJUTAN (CONTINUITY OF CARE)

PADA NY “H” DENGAN DI PUSKESMAS BANGGAI KABUPATEN

BANGGAI LAUT

TAHUN 2022

Tanggal Masuk : 11 Februari 2022 Pukul 09.20 wib

Tanggal Pengkajian : 11 Februari 2022 Pukul 09.20 wib

Nama Pengkaji : Jian Retna Sari Lauende

3.1 ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN

DATA SUBYEKTIF

3.1.1 Identitas istri/suami

Nama : Ny “H” / Tn “E”

Umur : 28 tahun/32 tahun

Agama : Islam/Islam

Pendidikan : SMU/SMA

Pekerjaan : Wiraswasta/Wiraswasta

Alamat : Kec. Banggai.

3.1.2 Riwayat Keluhan

1. Keluhan utama: Ibu mengatakan ini kehamilan yang keempat,

bersalin 3 kali dan tidak pernah keguguran.

2. Riwayat keluhan utama: Ibu mengeluh sering buang air kecil


79

3.1.3 Riwayat Kehamilan Sekarang

1. Ibu mengatakan ini merupakan kehamilan yang keempat dan tidak

pernah keguguran.

2. Perut membesar sesuai usia kehamilan.

3. Ibu mengatakan sering buang air kecil

4. HPHT tanggal 7 Mei 2021

5. TP tanggal 14 Februari 2022

3.1.4 Riwayat Menstruasi

Haid pertama ibu saat usia 14 tahun, siklus haid biasanya 28-30 hari,

haid biasanya dialami 5-6 hari dan tidak pernah mengalami

disminorhea pada saat haid.

3.1.5 Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Ibu melahirkan anak pertama tahun 2012 dengan kehamilan aterm.

Persalinan normal di puskesmas dan ditolong oleh bidan dengan jenis

kelamin laki-laki. Melahirkan anak kedua tahun 2015 dengan

kehamilan aterm. Melahirkan anak ketiga tahun 2019. Persalinan

normal di puskesmas dan ditolong oleh bidan dengan jenis kelamin

Laki-laki. Selama kehamilan ibu tidak pernah menderita penyakit yang

menyertai kehamilan dan tidak ada kelainan selama masa nifas dan ASI

esklusif 1 tahun.
80

3.1.6 Riwayat Keluarga Berencana

Ibu pernah menjadi akseptor KB Suntik 3 bulan setelah anak ketiga

lahir dan tidak ada kelainan selama menjadi akseptor KB.

3.1.7 Riwayat kesehatan yang lalu

Ibu tidak ada riwayat hipertensi sebelumnya dan tekanan darah sebelum

hamil dalam batas normal yaitu tekanan sistol 110-120 mmHg dan

tekanan diastol 70- 80 mmHg, tidak ada riwayat penyakit asma, DM

dan jantung.

3.1.8 Riwayat kesehatan dan penyakit keluarga

Ibu tidak memiliki riwayat penyakit keturunan dalam keluarga seperti

hipertensi, keturunan kembar dan riwayat penyakit menular lainnya.

3.1.9 Riwayat sosial budaya

Ini merupakan pernikahan yang pertama, keluarga sangat mendukung

kehamilan ibu yang sekarang dan sangat diharapkan terutama suami.

Pengambilan keputusan dalam keluarga adalah suami. Ibu merasa

cemas dengan keadaannya dan keadaan bayinya ketika melakukan

pemeriksaan kehamilan.
81

3.1.10 Riwayat fungsi kesehatan

1. Nutrisi

Ibu mengatakan sebelum hamil makan 3x/hari, minum 4-5

gelas/hari, komposisi nasi, sayur dan lauk, sedangkan selama hamil

makan 3x/hari dengan porsi lebih banyak dari pada sebelum hamil,

komposisi nasi, sayur, lauk dan minum 6-7 gelas/hari dan ibu

mengatakan selama hamil ia lebih suka mengkonsumsi makanan

yang tinggi garam dan lemak seperti bakso.

2. Eliminasi

Ibu mengatakan sebelum hamil dan selama hamil selalu lancar

buang air besar 1x/hari dengan eksistensi lembek warna kuning,

sedangkan buang air kecil sebelum hamil antara 3-4x/hari dan

selama hamil 5-6x/hari dengan warna kuning jernih.

3. Istrahat/tidur

Ibu mengatakan sebelum dan selama hamil jarang tidur siang dan

tidur malam 6-8 jam/hari dan tidak ada keluhan.

4. Aktivitas

Ibu mengatakan sebelum dan selama hamil tetap melakukan

pekerjaan rumah tangga seperti mencuci, menyapu, mengepel,

memasak dll.

5. Aktivitas seksual

Ibu mengatakan sebelum hamil agak sering berhubungan dengan

suami kurang lebih 3x seminggu.


82

6. Personal hygiene

Ibu mengatakan sebelum dan selama hamil selalu mandi 2x/hari,

menggosok gigi, mencuci rambut 2 hari sekali dan ganti baju setiap

setelah mandi sore.

7. Perilaku kesehatan

Ibu mengatakan sebelum dan selama hamil tidak pernah merokok

dan minum minuman beralkohol.

DATA OBJEKTIF (0)

1. Keadaan umum : Baik

2. Kesadaran : Composmenstis

3. TB : 160 cm

4. BB : 79 kg

5. LILA : 28 cm

6. Pemeriksaan fisik (head to toe)

a. Kepala

Inspeksi: Rambut hitam, kepala bersih dari ketombe

Palpasi: Tidak ada nyeri tekan

b. Wajah

Inspeksi: Simetris ki/ka, tidak pucat, tidak ada oedema

Palpasi: Tidak ada nyeri tekan

c. Mata

Inspeksi: Konjungtiva merah muda, tidak icterus

Palpasi: Tidak ada nyeri tekan


83

d. Hidung

Inspeksi: Tidak ada pembengkakan, tidak ada secret

Palpasi: Tidak ada nyeri tekan

e. Mulut

Inspeksi: Tidak ada karies

Palpasi: Tidak ada nyeri tekan

f. Telinga

Inspeksi: Simetris ki/ka, tidak ada secret

Palpasi: Tidak ada nyeri tekan dan benjolan

g. Leher

Inspeksi: Tidak ada lipatan berlebih

Palpasi: Tidak ada pembengkakan vena jugularis dan kelenjar tyroid

h. Dada

Inspeksi: Tidak ada pembengkakan

Palpasi: Tidak ada nyeri tekan

Perkusi: - Bunyi jantung normal

- Bunyi paru normal

Auskultasi: Bunyi jantung normal

i. Abdomen

Inspeksi: Terlihat membesar, terdapat linea nigra (garis kehamilan)

Palpasi: Tidak ada nyeri tekan

Auskultasi: - Terdengar jelas dan teratur

- Djj 140×/i , dilakukan dengan menggunakan alat digital

- Terdengar di sebelah kanan perut ibu


84

j. Genitalia

Inspeksi: Terlihat labia mayora

Palpasi: Tidak ada oedema dan varises

k. Ekstermitas atas dan bawah

Inspeksi: Simetris ki/ka

Palpasi: Tidak ada oedema dan varises

Perkusi: Refleks patella ki/ka (+)

7. Pemeriksaan Penunjang

Albumin, reduksi negative

Rapid test , non reaktif

Ny. S GIVP3A0 40 mg 5 hari, intrauterin, tunggal, hidup, dg


persalinan kala II lama

ASSESMENT (A)

1. Diagonosa: GIVPIIIA0 40 minggu 5 hari, Tunggal, Hidup, Intrauterin,

Puka, Persentase kepala, BDP, Situs memanjang

2. Masalah aktual: sering buang air kecil

3. Masalah potensial: tidak ada

PLANNING

Tanggal 11 Februari 2022 Jam: 09.50 WITA

1. Mengobservasi tanda-tanda vital

Hasil : TTV = TD : 110/80 MmHg

N : 80x/i

S : 36,5°C

P : 22x/i
85

2. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup

Hasil : Ibu mengerti dengan anjuran yang diberikan

3. Menjelaskan kepada ibu tentang kondisi kehamilannya

Hasil : Ibu mengerti tentang kondisinya

4. Menjelaskan kepada ibu tentang tanda-tanda persalinan: his semakin kuat

dan teratur/mules semakin kuat, keluar lendir bercampur darah dari jalan

lahir, keluar cairan yang banyak dengan tiba-tiba dari jalan lahir

Hasil : Ibu mengerti tentang tanda-tanda persalinan

5. Mendiskusikan kepada ibu tentang persiapan persalinan

Hasil : Ibu mengerti tentang persiapan persalinan

6. Menjadwalkan kunjungan berikutnya/sewaktu-waktu bila ada keluhan

Hasil : Ibu mengerti dan mau mengikuti perintah

3.2 ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

Tanggal : 16 Februari 2022 Jam : 16.00 wita

PEMANTAUAN KALA I

SUBJEKTIF (S)

1. Ini merupakan kehamilan keempat, bersalin ke tiga kali dan tidak pernah

keguguran

2. HPHT tanggal 07 Mei 2021

3. Pergerakan janin kuat dirasakan disebelah kanan perut ibu

4. Ibu mengeluh nyeri perut bagian bawah tembus ke belakang sejak tanggal

11 Februari 2022
86

5. Pergerakan janin sudah mulai dirasakan sejak umur kehamilan kurang

lebih 5 bulan

OBJEKTIF

1. Keadaan umum baik

2. Kesadaran komposmentis

3. TTV: TD : 110/80 mmHg P: 20×/i

N : 80×/i S: 37 C

4. Palpasi: Leopold I : TFU: 35 cm LP: 108 cm TBJ: 3,720 gr

Leopold II : Puka

Leopold III : Kepala

Leopold IV : BDP

Auskultasi : DJJ: 140×/i , dilakukan dengan alat digital

5. Hasil pemeriksaan dalam (vt) jam 16.00 wita

Vulva dan vagina : T.AK

Portio : Lunak

Pembukaan : 4 cm

Ketuban : utuh (+)

Persentasi : Kepala

Moulase :-

Penurunan : H1-H2

Penumbungan :-

Kesan panggul : Normal

Pengeluaran : Lendir darah


87

ASSASMENT

Diagnosa: GIVPIIIA0, 40 minggu 5 hari Inpartu kala I fase aktif, tunggal,

hidup, intruterin, puki, presentasi kepala, keadaan ibu dan janin

baik.

PLANNING

Tanggal 16 Februari 2022 Jam: 16.10 Wita

1. Menyampaikan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga

Hasil : Ibu dan keluarga mengerti dengan penjelasan yang diberikan bidan

2. Menjelaskan penyebab nyeri

Hasil : nyeri disebabkan karena terjadi pembukaan serviks, peningkatan

hormon oxytocin karena penurunan hormone progesterone

3. Menganjurkan ibu untuk berkemih sesering mungkin

Hasil : ibu sudah BAK

4. Mengobservasi tekanan darah dan suhu setiap 4 jam dan nadi tiap 30

menit

Hasil : Jam 16.00 WITA TD:110/80 mmHg

N : 82x/menit

S : 36,5ºC

P : 22X/menit
88

5. Mengobservasi his dan DJJ setiap 30 menit

Hasil :

Jam His Durasi DJJ

16.00 2x/10 menit 25-30detik 140 x/menit

16.30 2x/10 menit 25-30 detik 139 x/menit

17.00 2x/10 menit 25-30 detik 140 x/menit

17.30 2x/10 menit 25-30 detik 138 x/menit

18.00 2x/10 menit 30-35 detik 138 x/menit

18.30 3x/10 menit 30-35 detik 140 x/menit

19.00 3x/10 menit 30-35 detik 140x/menit

19.30 3x/10 menit 30-35 detik 138x/menit

20.00 4x/10 menit 40-45 detik 140 x/menit

20.30 4x/10 menit 40-45 detik 145 x/menit

21.00 4x/10 menit 40-45 detik 140 x/menit

6. Melakukan pemeriksaan VT setiap 4 jam,atau bila ada indikasi jam 20.00

WITA.

Hasil : Vagina dan vulva : TAK

Porsio : Lunak

Pembukaan : 8 cm
89

Ketuban : Utuh

Presentasi : Kepala

Penurunan : Hodge III

Molase : Tidak ada

Penumbungan : Tidak ada

Kesan panggul : Normal

Pelepasan : Lendir dan darah

7. Menganjurkan ibu untuk melakukan tehnik relaksasi,yaitu menarik nafas

lewat hidung dan mengeluarkan lewat mulut.

Hasil : ibu mengerti dan bersediah melakukannya

8. Menganjurkan ibu untuk miring kiri dan kanan

Hasil : ibu bersedia melakukannnya

9. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum saat tidak ada kontraksi

Hasil: Ibu mengerti dan makan biskuit juga air putih di sela kontraksi

10. Memberikan dukungan emosional

Hasil : ibu lebih semangat karena dukungan yang telah diberikan

11. Mengisi partograf

Hasil : patrograf telah di isi

PEMANTAUAN KALA II

SUBJEKTIF (S)

1. Nyeri perut semakin bertambah

2. Ada perasaan ingin BAB.

3. Ada tekanan pada anus.


90

4. Ada perasaan ingin meneran.

OBJEKTIF (O)

1. Keadaan umum : Baik

2. Kesadaran : Composmentis

3. HIS : 5×10 durasi 50-55

4. DJJ : 140×/i

5. Perineum menonjol, vulva membuka

6. Pemeriksaan dalam (VT) tanggal 16 Februari 2022 jam 21.00 wita

Vulva dan vagina : T.AK

Portio : Melesap

Pembukaan : 10 cm

Ketuban : jernih

Persentasi : Kepala

Moulase :-

Penurunan : HIV

Penumbungan :-

Kesan panggul : Normal

Pengeluaran : Cairan dan darah

ASSESMENT

Diagnosa : Inpartu kala II

Masalah aktual : nyeri perut tembus belakang

Masalah potensial : tidak ada


91

PLANNING

Tanggal 16 Februari 2022 Jam: 21.15 Wita

1. Melihat adanya tanda gejala kala II

Hasil: Tanda dan gejala kala II

- Adanya dorongan untuk meneran

- Adanya tekanan pada anus

- Perineum menonjol

- Vulva dan vagina membuka

2. Mempersiapkan alat dan siapkan diri

Hasil: Siapkan alat, yaitu partus set

3. Memakai celemek

Hasil: Celemek telah digunakan

4. Melepas semua perhiasan dan mencuci tangan

Hasil: Perhiasan telah dilepas dan mencuci tangan 6 langkah dengan

sabun dan air mengalir

5. Memakai sarung tangan DTT untuk pemeriksaan dalam

Hasil: Tangan kanan telah menggunakan sarung tangan

6. Mengisap oksitosin 10 U kedalam tabung suntik dan meletakkan kembali

dipartus set

Hasil: Oksitosin telah diisap

7. Membersihkan vulva, perineum menggunakan kapas atau kassa DTT dari

depan kebelakang

Hasil: vulva telah dibersihkan menggunakan kapas DTT


92

8. Melakukan pemeriksaan dalam

Hasil: Pemeriksaan dalam jam 21.00 wita tanggal 16 Februari 2022

Vulva dan vagina : T.AK

Portio : Melesap

Pembukaan : 10 cm

Ketuban : Jernih

Persentasi : Kepala

Moulase :-

Penurunan : Hodge IV

Penumbungan :-

Kesan panggul : Normal

Pengeluaran : cairan dan darah

9. Mendekontaminasi sarung tangan dengan mencelupkan tangan kedalam

larutan klorin 0,5% dan melepas sarung tangan serta merendam kedalam

larutan klorin

Hasil: Sarung tangan direndam dilarutan klorin 0,5% dalam keadaan

terbalik

10. Memeriksa DJJ setelah kontraksi berakhir

Hasil: DJJ 140×/I, terdengar jelas, bagian sebelah kanan perut ibu.

11. Memberitahu bahwa pembukaan lengkap dan minta untuk meneran saat

ada his

Hasil: Ibu mengerti bahwa pembukaannya sudah lengkap dan siap

meneran bila ada his


93

12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi untuk meneran

Hasil: Ibu dalam posisi dorsal recumbent

13. Memimpin ibu untuk meneran saat ada dorongan untuk meneran

Hasil: Ibu meneran dengan bersuara

14. Meletakkan handuk bersih diatas perut ibu

Hasil: Handuk telah dipasang diatas perut ibu

15. Melipat kain bersih 1/3 bagian letakkan dibawah bokong ibu

Hasil: Kain telah dilipat 1/3 bagian

16. Membuka partus set

Hasil: Partus set telah dibuka

17. Memakai sarung tangan DTT dikedua tangan

Hasil: sarung tangan telah dipakai pada kedua tangan

18. Memimpin persalinan, sokong perineum dan tahan puncak kepala

Hasil: perineum telah disokong dan puncak kepala ditahan

19. Membersihkan wajah dan mulut serta hidung bayi dengan kain bersih

Hasil: Muka, hidung, mulut bayi telah dibersihkan

20. Memeriksa adanya lilitan tali pusat

Hasil: Tidak ada lilitan tali pusat

21. Menunggu hingga kepala janin melakukan putaran paksi luar secara

spontan

Hasil: Putaran paksi luar terjadi secara spontan

22. Memegang kepala secara biparietal dengan lembut gerakan kepala kearah

bawah dan distal hingga bahu depan muncul dibawah arkus pubis

Hasil: Biparietal telah dilakukan


94

23. Setelah bahu lahir geser tangan yang berada dibawah kearah perineum ibu

untuk menyangga kepala, lengan dan siku sebelah kanan

Hasil: bahu depan dan bahu belakang telah lahir dan disangga

24. Melanjutkan penelusuran tangan yang berada diatas ke punggung, bokong

tungkai dan kaki bayi

Hasil: Bayi telah lahir dengan cara disusuri

25. Melakukan penilaian sepintas dan posisikan bayi diatas perut ibu

Hasil: Bayi telah diletakkan diatas perut ibu

26. Mengeringkan dan bungkus badan bayi

Hasil: Bayi telah dikeringkan dan dibungkus dengan handuk

27. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari perut bayi dan

klem ke dua 2 cm dari klem pertama kearah ibu

Hasil: Tali pusat telah dijepit 3 cm dari perut bayi dan 2 cm dari jepitan

pertama

28. Memotong tali pusat dan melindungi bayi dari gunting

Hasil: Tali pusat terpotong

29. Mengganti pembungkus bayi dengan kain yang kering dan bersih

Hasil: pembungkus bayi telah diganti dengan kain bersih dan hangat

30. Memberikan bayi kepada ibu untuk disusui

Hasil: Bayi telah disusui oleh ibunya


95

PEMANTUAN KALA III

SUBJEKTIF (S)

1. Nyeri perut bagian bawah terasa mulas.

2. Ibu senang dengan kelahiran bayinya.

OBJEKTIF (O)

1. Bayi lahir tanggal 16 februari 2022 jam 21.30 wita, jenis kelamin perempuan

, BBL 3900 gr, PBL 55 cm, Apgar score 8/10.

2. TFU setinggi pusat.

3. Kontraksi uterus teraba keras dan bundar.

4. Tali pusat bertambah panjang, ada semburan darah tiba-tiba

ASSESMENT (A)

1. Diagnosa : Persalinan Kala III

: nyeri perut bagian bawah terasa


2. Masalah aktual
mulas

3. Masalah potensial : tidak ada

PLANNING (P)

Jam: 21.30 wita

1. Memberikan suntikan oksitosin 10 unit di 1/3 atas paha ibu secara IM

segera setelah bayi lahir.

Hasil: Suntikan oksitosin 10 unit di 1/3 atas paha ibu secara IM telah

diberikan

2. Melakukan penegangan tali pusat terkendali.

Hasil: Penegangan tali pusat terkendali telah dilakukan

3. Melahirkan plasenta.
96

Hasil: Plasenta telah lahir jam 21.45 wita, intact, berat 500 gram, panjang

tali pusat 50 cm, tebal 2-3 cm, lebar 15-20 cm, dengan tekhnik Duncan.

4. Melakukan masase uterus.

Hasil: Uterus telah dimasase

PEMANTAUAN KALA IV

SUBJEKTIF (S)

1. Ibu merasa lelah setelah proses persalinan

2. Bahagia dengan kelahiran bayinya

3. Nyeri perut bagian bawah masih terasa mulas

OBJEKTIF (O)

1. Plasenta lahir jam 21.45 wita, intact, berat 500 gram, panjang tali pusat 50

cm, tebal 2-3 cm, lebar 15-20 cm, dengan tekhnik Duncan

2. Kontraksi uterus baik

3. TFU 2 jari dibawah pusat

4. Kandung kemih kosong

5. Perdarahan kurang lebih 250 cc

6. TTV : TD: 110/80 mmHg P: 20×/i

N : 80×/i S: 36,5 C

ASSESMENT (A)

Diagnosa: Persalinan Kala IV


97

PLANNING

Jam: 22.00 wita

1. Mengevaluasi kontraksi uterus.

Hasil: Kontraksi uterus baik teraba keras dan bundar

2. Melakukan pemeriksaan serviks, vagina dan perineum.

Hasil: Tidak ada laserasi, perineum intact

3. Mengobservasi TTV.

Hasil: TTV : TD: 110/80 mmHg P: 20×/i

N : 80×/i S: 36,5 C

4. Mempertahankan kandung kemih selalu kosong

Hasil: Kandung kemih ibu kosong

5. Mengevaluasi jumlah darah yang hilang.

6. Hasil: Perdarahan ±150 cc

7. Melanjutkan pemantauan kala IV (TTV, TFU, Kandung kemih, Jumlah

perdarahan).

8. Mendokumentasikan.

3.3 ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR

3.3.1. Kunjungan Bayi Baru Lahir Hari Pertama

No register : xx.xx.xx

Tgl/Jam Pengkajian : 17 Februari 2022 Jam : 03.30 Wita

Indentitas Bayi

Nama : By “H”

Umur : 6 jam
98

Jenis kelamin : Perempuan

Anak ke- : Keempat

DATA SUBJEKTIF (S)

1. HPHT 07 Mei 2019

2. Bayi lahir 16 Februari 2022 jam 21.30 wita, jenis kelamin

perempuan , BBL 3900 gr, PBL 55 cm, Apgar score 8/10.

DATA OBJEKTIF (O)

1. keadaan umum : Baik

2. Frekuensi jantung : 140 x/i

3. Suhu : 36,5oC

4. Pernapasan : 44x/i

5. BBL : 3900 gr

6. PB : 55cm

7. LK : 33cm

8. LD : 32cm

9. LP : 32cm

10. Lila : 29cm

11. Pemeriksaan fisik

a. Kepala

Inspeksi : Kepala bersih, rambut hitam, tidak ada oedema

Palpasi : Tida ada caput succeduodenum


99

b. Wajah

Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, tidak ada oedema

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

c. Mata

Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, tidak ada secret dan

tandatanda infeksi

Palpasi : Tidak dilakukan

d. Hidung

Inspeksi : Lubang hidung ada, tidak ada secret

Palpasi : Tidak ada benjolan

e. Telinga

Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, tidak ada secret

Palpasi : Daun telinga teraba lunak

f. Mulut

Inspeksi : Warna bibir merah muda, simetris kiri dan kanan

Palpasi : Rooting refleks (+)

g. Leher

Inspeksi : Tidak ada lipatan berlebih dan retraksi dada

Palpasi : Refleks tonik neck (+)

h. Abdomen dan Pusat

Inspeksi : Tali pusat masih basah

Palpasi : Tidak ada


100

i. Genetalia

Inspeksi : Ada lubang uretra dan vagina, labia minora tertutupi

dengan labia mayora.

Palpasi : Tidak ada kelainan

j. Ekstremitas atas dan bawah

Inspeksi : Simetris, jari-jari lengkap

Palpasi : Refleks palmar (+), refleks babynsky (+)

ASESSMENT (A)

Diagnosa: NCB dan SMK usia 6 jam.

PLANNING (P)

jam 03.45 Wita

1. Menjaga kehangatan bayi.

Hasil: Bayi dalam keadaan hangat

2. Memantau tanda bahaya.

Hasil: Tidak ada tanda- tanda bahaya pada bayi

3. Merawat tali pusat.

Hasil: Perawatan tali pusat telah dilakukan dan tidak ada kelainan

pada tali pusat

4. Melakukan Inisiasi Menyusu Dini.

Hasil: Bayi sudah mendapatkan ASI yang cukup dari ibunya

5. Memberikan suntikan vitamin K1.

Hasil: Bayi telah diberikan suntikan vitamin K1


101

3.3.2. Kunjungan Bayi Baru Lahir Hari ke-6

Tanggal kunjungan : 23 Februari 2022 Jam: 14.30 wita

Tanggal pengkajian : 23 Februari 2022 Jam: 14.35 wita

DATA SUBJEKTIF (S)

1. Usia bayi 6 hari.

2. Tali pusat sudah putus.

3. Bayi menggunakan pakaian bersih dan hangat

4. Bayi tertidur pulas setiap habis disusui

5. Pola emosional bayi: Bayi menangis bila popoknya basah dan

merasa lapar

6. Pola nutrisi: Bayi di susui setiap 2 jam atau setiap kali merasa

lapar.

DATA OBJEKTIF (O)

1. Keadaan umum : Baik

2. Kesadaran : Composmentis

3. Reflex menghisap aktif

4. TTV :

S :36,8 ºc

HR :140 x/i

RR : 46 x/i

5. BB bayi sekarang 4100 gram

6. Apgar Score :8/10


102

ASSESMENT (A)

1. Diagnosa : NCB dan SMK umur 6 hari

2. Masalah Aktual : Iritasi pada kulit

3. Masalah Potensial: -

PLANNING (P)

Tanggal : 23 Februari 2022 Jam: 14.40 wita

1. Melakukan pengkajian dan pemeriksaan TTV

Hasil: TTV dalam batas normal

2. Memastikan bayi disusui sesering mungkin ASI ekslusif

Hasil: telah diberikan

3. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan bayinya

Hasil: ibu mengerti dengan anjuran yang di berikan

4. Menganjurkan ibu untuk menjaga suhu tubuh bayi agar tetap

normal dan hangat dengan cara bayi di gendong

Hasil: ibu mengerti dengan anjuran yang diberikan

5. Menjelaskan kepada ibu tentang tanda bahaya pada bayi

Hasil: Ibu mengerti dengan penjelasan yang di berikan

6. Menganjurkan kepada ibu tentang perawatan tali pusat

Hasil: ibu mengerti dengan anjuran yang diberikan

7. Menganjurkan ibu jika terdapat tanda bahaya pada bayi segera di

bawa ke petugas kesehatan

Hasil: ibu mengerti dengan anjuran yang diberikan


103

3.3.3. Kunjungan Bayi Baru Lahir Hari ke-14

Tanggal kunjungan : 01 maret 2022 Jam: 15.00 wita

Tanggal pengkajian : 01 maret 2022 Jam: 15.15 wita

DATA SUBJEKTIF (S)

1. Umur bayi sekarang 2 minggu

2. Bayi nampak bersih

3. Bayi aktif menyusu

4. Bayi mendapatkan ASI ekslusif

DATA OBJEKTIF (O)

1. BB bayi sekarang : 4400 gram

2. TTV :

Suhu : 36,8 °c

Nadi : 142x/i

Pernapasan: 45x/i

3. Warna kulit kemerahan

ASSESMENT (A)

1. Diagnosa: NCB dan SMK usia 14 hari

dengan keadaan baik

2. Masalah aktual: -

3. Masalah potensial:-

PLANNING (P)

Tanggal : 01 Maret 2022 Jam: 15.30 wita

1. Menganjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya sesering

mungkin dengan ASI ekslusif


104

Hasil: Bayi nampak tertidur pulas karena mendapatkan cukup ASI,

bayi tidak diberikan susu formula.

2. Memantau tanda bahaya.

Hasil: Tidak ada tanda- tanda bahaya pada bayi

3. Menganjurkan ibu tetap menjaga kebersihan bayinya, dengan cara

mengganti popok kain dan baju yang basah dengan yang kering.

Hasil: Popok bayi diganti setiap kali BAK dan BAB dan pakaian

bayi selalu diganti setiap habis mandi atau setiap bayi

nampak keringat.

4. Menganjurkan ibu segara membawa bayi ke petugas kesehatan

jika terdapat tanda bahaya pada bayi

Hasil: Ibu mengerti, dan bayi dalam keadaan sehat atau tidak

memiliki tanda-tanda bahaya.

3.4 ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS

3.4.1. Asuhan kebidanan pada ibu nifas hari pertama

No. Register : xx xx xx

Tanggal/Jam Pengkajian : 17 Februari 2022 Jam: 03.30 WITA

SUBJEKTIF (S)

1. Keluhan utama: Mules pada perut bagian bawah

2. Riwayat keluhan utama

a. Keluhan dirasakan setelah melahirkan 6 jam yang lalu

b. Merasakan tidak nyaman dengan perutnya

c. Sifat keluhan hilang timbul.

d. Ibu mengatakan pengeluaran darah dari jalan lahir.


105

3. Riwayat persalinan

a. Jenis persalinan : Spontan

b. Penolong persalinan : Bidan

c. Lama persalinan :

1) Kala I : ± 7 jam

2) Kala II : ± 2 jam

3) Kala III : ± 15 menit

4) Kala IV : ± 2 jam postpartum

d. Tidak ada komplikasi selama proses persalinan berlangsung

e. Perdarahan ±150 cc

f. Bayi lahir langsung menangis dengan:

a. Jenis kelamin : Perempuan

b. BBL : 3900 gram

c. PBL : 55 cm

d. Apgar score :8/10

OBJEKTIF (O)

1. Keadaan umum : Baik

2. Kesadaran : Composmenstis

3. TB : 160 cm

4. BB : 79 kg

5. TTV : TD: 110/80 mmHg N: 80×/i

P : 20×/I S: 36,5C
106

6. Pemeriksaan fisik (head to toe)

a. Kepala

Inspeksi: Rambut hitam, kepala bersih dari ketombe

Palpasi: Tidak ada nyeri tekan

b. Wajah

Inspeksi: Simetris ki/ka, wajah nampak pucat, tidak ada

oedema

Palpasi: Tidak ada nyeri tekan

c. Mata

Inspeksi: Konjungtiva merah muda, tidak icterus

Palpasi: Tidak ada nyeri tekan

d. Hidung

Inspeksi: Tidak ada pembengkakan, tidak ada secret

Palpasi: Tidak ada nyeri tekan

e. Mulut

Inspeksi: Tidak ada karies

Palpasi: Tidak ada nyeri tekan

f. Telinga

Inspeksi: Simetris ki/ka, tidak ada secret

Palpasi: Tidak ada nyeri tekan dan benjolan

g. Leher

Inspeksi: Tidak ada lipatan berlebih

Palpasi: Tidak ada pembengkakan vena jugularis dan kelenjar

tyroid
107

h. Dada (payudara)

Inspeksi: Puitng menonjol, pengeluaran Colostrum

Palpasi: Tidak ada nyeri tekan

i. Abdomen

Inspeksi: Tidak ada bekas operasi, Nampak striae alba

Palpasi: TFU 2 jari dibawah pusat

j. Genitalia

Inspeksi: Terlihat pengeluaran lochia rubra

Palpasi: Tidak ada nyeri tekan

k. Ekstermitas atas dan bawah

Inspeksi: Simetris ki/ka

Palpasi: Tidak ada oedema dan varises

Perkusi: Refleks patella ki/ka (+)

ASSESMENT (A)

Diagnosa : Ny “H” G IVPIV A0 6 jam post partum dengan perut terasa

mules dan nyeri ( involusio uteri)

Masalah aktual :-

Masalah potensial : -
108

PLANNING (P)

1. Mengobservasi tanda-tanda vital

Hasil : TD : 110/80 MmHg

N : 80 x/i

P : 22 x/i

S : 36,7oC

2. Memastikan involusio uteri berjalan dengan normal

Hasil : TFU berada di pertengahan simpisis dan pusat

3. Mengenal tanda bahaya masa nifas

Hasil : ibu tidak mengalami tanda bahaya masa nifas

4. Memastikan ibu menyusui dengan benar

Hasil : ibu menyusi dengan baik dan benar

5. Memastikan ibu mendapatkan asupan makanan, cairan dan

istirahat

Hasil : ibu makan 3x sehari, minum 6-7 gelas perhari

6. Menganjurkan ibu istirahat yang cukup

Hasil : istirahat siang 1-2 jam, istirahat malam 5-6 jam

7. Memberitahu ibu untuk selalu menjaga personal hygiene

Hasil : ibu mengganti pembalut apabila penuh,dan mandi 2x

sehari serta mengganti popok bayi setiap hari


109

3.4.2 Asuhan kebidanan pada ibu nifas hari ke-6

Tanggal kunjungan : 23 Februari 2022 jam: 14.30 wita

Tanggal pengkajian: 23 Februari 2022 jam: 14.35 wita

SUBJEKTIF (S)

1. Pengeluaran ASI lancar

2. Bayi menyusu dengan baik.

3. Ibu sudah mampu duduk dan berjalan sendiri tanpa di bantu oleh

keluarga

OBJEKTIF (O)

1. Keadaan umum : Baik

2. Kesadaran : Composmenstis

3. TTV : TD: 110/90 mmHg N: 80×/i

P : 20×/i S: 36,5C

4. Kontaksi uterus: Baik

5. Lochea: Sanguinolenta

6. TFU: Pertengahan pusat dan sympisis

7. Pemeriksaan Fisik (head to toe)

a. Dada (payudara)

Inspeksi: Puting menonjol, pengeluaran ASI (+)

Palpasi: Tidak ada nyeri tekan

b. Abdome

Inspeksi: Tidak ada bekas operasi, Nampak striae alba

Palpasi: TFU 2 jari dibawah pusat


110

c. Genitalia

Inspeksi: Terlihat pengeluaran lochia saguenolenta

Palpasi: Tidak ada nyeri tekan

ASESSMENT (A)

1. Diagnosa: Ny “H” post partum hari ke-6

2. Masalah aktual: -

3. Masalah potensial: -

PLANNING (P)

Tanggal pengkajian : 23 Februari 2022 jam: 14.40 wita

1. Melakukan pendekatan terapeutik pada klien dan keluarga

Hasil: Terjalin hubungan saling percaya antara nakes pada klien

dan keluarga.

2. Melakukan observasi TTV dan keadaan umum pada ibu

Hasil: TTV : TD: 110/90 mmHg N: 80×/i

P : 20×/I S: 36,5ºc

3. Melakukan pemeriksaan involusio uterus

Hasil: involusi uteri berjalan dengan normal, TFU berada

dipertengahan antara pusat dan sympisis.

4. Memastikan TFU berada di bawah umbilicus

Hasil: TFU berada dipertengahan antara pusat dan sympisis.

5. Menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan

cukup

Hasil: ibu telah memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan yang

cukup.
111

6. Menganjurkan ibu untuk istirahat cukup, malam 6-8 jam sehari

dan siang 1-2 jam sehari.

Hasil: ibu mengerti dengan anjuran yang diberikan dan ibu akan

istirahat yang cukup.

7. Mengajarkan ibu untuk memberikan asuhan pada bayinya, cara

merawat tali pusat dan menjaga bayinya tetap hangat

Hasil: ibu sudah bisa mengasuh bayinya secara mandiri, tali pusat

bayi sudah putus, ibu akan menjaga bayinya agar tetap

hangat.

8. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya dan memberikan ASI

ekslusif

Hasil: ibu menyusui bayinya setiap kali bayinya menangis dan

bangun tidur dan akan memberikan ASI eksklusif.

3.4.3. Asuhan kebidanan pada ibu nifas minggu ke-2

Tanggal kunjungan : 01 Maret 2022 jam: 10.15 wita

Tanggal pengkajian : 01 Maret 2022 jam:10.20 wita

DATA SUBJEKTIF (S)

1. Ibu aktif bergerak

2. Pengeluaran ASI banyak

3. Ibu banyak minum air putih

4. Bayi tertidur lelap setiap habis disusui

5. Ibu rajin makan sayur, kacang-kacangan, ikan dan telur


112

DATA OBJEKTIF (0)

1. Ekpresi ibu ceria kemungkinan tidak anemia

2. Tanda-tanda vital dalam batas normal

a. Tekanan darah : 110/80

b. Suhu : 36,6 ºc

c. Nadi : 80 x/i

d. Pernapasan :20x/i

3. TFU : tidak teraba diatas simpisis

4. Kontraski uterus : Baik (teraba bundar dan keras)

5. Pengeluaran lochea serosa berwarna kuning kecoklatan

6. Pemeriksaan fisik (head to toe)

a. Dada (payudara)

Inspeksi: Putitng menonjol, pengeluaran ASI (+)

Palpasi: Tidak ada nyeri tekan

b. Abdomen

Inspeksi: Tidak ada bekas operasi, Nampak striae alba

Palpasi: TFU 2 jari dibawah pusat

c. Genitalia

Inspeksi: Terlihat pengeluaran lochea serosa

Palpasi: Tidak ada nyeri tekan

ASESSMENT (A)

1. Diagnosa: Ny “H” post partum minggu ke-2

2. Masalah aktual: -

3. Masalah potensial:
113

PLANNING (P)

Tanggal: 23 Maret 2022 jam: 10.25 wita

1. Melakukan pendekatan terapeutik pada klien dan keluarga

Hasil: Terjalin hubungan saling percaya antara nakes pada klien

dan keluarga.

2. Melakukan observasi TTV dan keadaan umum pada ibu

Hasil: TTV : TD: 110/90 mmHg N: 80×/i

P : 20×/I S: 36,5C

3. Melakukan pemeriksaan involusio uterus

Hasil: involusi uteri berjalan dengan normal, TFU sudah tidak

teraba.

4. Memastikan TFU berada di bawah umbilicus

Hasil: TFU sudah tidak teraba.

5. Mengajarkan ibu untuk memberikan asuhan pada bayinya dan

menjaga bayinya tetap hangat

Hasil: ibu sudah bisa mengasuh bayinya secara mandiri dan ibu

akan menjaga bayinya agar tetap hangat.

6. Memberikan konseling tentang Macam-macam Metode KB

Hasil: Konseling telah diberikan


114

3.4.4. Asuhan kebidanan pada ibu nifas minggu ke-6

Tanggal kunjungan : 26 April 2022 jam: 09.00 wita

Tanggal pengkajian : 26 April 2022 jam: 09.20wita

DATA SUBJEKTIF (S)

1. ASI banyak

2. Ibu aktif bergerak

3. Bayi tertidur pulas setiap habis disusui

4. Bayi tidak rewel

DATA OBJEKTIF (O)

1. Keadaan umum : Baik

2. Tanda-tanda vital dalam batas normal

a. Tekanan darah :110/90 mmHg

b. Suhu : 36,5°c

c. Nadi : 80 x/i

d. Pernapasan : 20 x/i

3. Pengeluaran lochea alba berwarna putih

ASESSMENT (A)

1. Diagnosa: Ny “H” post partum minggu ke-6

2. Masalah aktual: -

3. Masalah potensial: -

PLANNING (G)

Tanggal kunjungan : 26 April 2022 jam: 10.00 wita

1. Mengobservasi tanda-tanda vital

Hasil : TTV dalam batas normal


115

TD : 110/90 mmHg N : 80 x/i

Suhu : 36,5 °c p :20 x/i

2. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup

Hasil: Ibu telah istirahat

3. Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu

Hasil : Ibu dalam keadaan sehat, TFU tidak teraba

4. Menganjurkan ibu untuk memeriksakan bayinya ke posyandu atau

puskesmas untuk penimbangan dan imunisasi sesuai jadwal

posyandu di desa.

Hasil: ibu bersedia untuk melakukan imunisasi pada bayinya

sesuai jadwal posyandu.

3.5 Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana

No. Register : xx xx xx

Tanggal Kunjungan : 26 April 2022 Jam 14.30 WITA

Tanggal Pengkajian : 26 April 2022 Jam 14.35 WITA

DATA SUBJEKTIF (S)

1. Ibu ingin menjadi Calon akseptor AKDR (Alat kontrasepsi dalam Rahim).

2. Ibu mengatakan tidak ada riwayat penyakit jantung, hipertensi, diabetes

melitus, dan asma, serta alergi terhadap makanan.

3. Ibu mengatakan tidak ada riwayat penyakit keturunan dan menular dalam

keluarga.

4. Ibu mengatakan pernah menjadi akseptor PIL KB dan suntik 3 bulan.

5. Ibu aktif menyusui bayinya.


116

6. Ibu ingin menjadi Calon akseptor AKDR (Alat kontrasepsi dalam Rahim).

7. Ibu ingin mengatur jarak kehamilannya

DATA OBJEKTIF (O)

1. Keadaan Umum baik

2. Kesadaran Composmentis

3. BB : 79 kg

4. TB : 160 cm

5. TTV : TD : 110/80 mmHg S : 36,5 ºC

N : 80 x / menit P : 20x / menit

6. Pemeriksaan fisik

a. Kepala dan rambut

Inspeksi : Rambut bersih, lurus, berwarna hitam.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.

b. Wajah

Inspeksi : Tidak pucat dan tidak oedema.

Palpasi : Tidak teraba adanya benjolan dan tidak ada nyeri tekan.

c. Mata

Inspeksi : Konjungtiva merah muda, sclera putih.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.

d. Hidung

Inspeksi : Bersih, tidak secret dan tidak ada pembengkakan.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.

e. Telinga
117

Inspeksi : Simetris kanan dan kiri, bersih, tidak ada serumen.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.

f. Mulut

Inspeksi : Bersih, tidak ada caries dan tidak ada pengeluaran ludah

Berlebihan.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.

g. Leher

Inspeksi : Tidak nampak adanya pembesaran kelenjar tyroid, kelenjar

Limfe dan vena jugularis.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.

h. Payudara

Inspeksi: Simetris kiri kanan, putting susu menonjol

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.

i. Abdomen

Inspeksi: Tidak ada luka bekas operasi.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

j. Genetalia

Inspeksi: Nampak labia mayora dan minora

Palpasi : Tidak ada oedema dan varises

k. Ekstremitas atas dan bawah

Inspeksi : Simetris kiri dan kanan

Palpasi : Tidak ada oedema dan varises

Perkusi : Refleks patella kiri dan kanan (+)


118

ASSESMENT (A)

1. Diagnosa: Ny “H” PIVA0 Umur 28 tahun dengan Calon Akseptor AKDR

2. Masalah aktual: Ibu ingin menjadi calon Akseptor AKDR

3. Masalah Potensial: -

PLANNING (P)

Tanggal 26 April 2022 Jam 14.40 WITA

1. Melakukan pendekatan terapeutik pada klien dan keluarga.

Hasil: Terjalin hubungan saling percaya antara nakes pada klien dan

keluarga.

2. Menanyakan pada klien informasi dirinya tentang riwayat KB dan ingin

menggunakan KB apa.

Hasil: Ibu pernah menjadi akseptor PIL KB dan suntik 3 bulan Dan ibu

ingin menggunakan AKDR

3. Memberi penjelasan tentang macam-macam metode KB.

Hasil: Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan

4. Melakukan informed consent dan membantu ibu untuk menentukan

pilihanannya.

Hasil: Klien setuju menggunakan metode jangka panjang (AKDR) dan

telah menandatangani informed consent.

5. Memberi penjelasan secara lengkap tetang metode kontrasepsi yang

digunakan

Hasil: Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan.


119

6. Menganjurkan ibu kembali/control dan tulis pada kartu akseptor

Hasil: Ibu mengerti dan ibu bersedia untuk segera datang kepustu apabila ada

keluhan.
120

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil

Ny.”H” GIVPIIIA0 usia 28 tahun datang ke Puskesmas Banggai ingin

memeriksakan kehamilannya. Mulai dari tanggal 18 Juli 2021 s/d 13 Februari

2022 ibu sudah 5 kali melakukan pemeriksaan kehamilan di fasilitas

pelayanan kesehatan dan 1 kali dikunjungi oleh penulis, jadi total kunjungan

sebanyak 6 kali. Bila dihitung dari awal kehamilan Ny. H sudah 5 kali

melakukan kunjungan ke fasilitas kesehatan, yaitu 1 kali pada trimester I, 2

kali pada trimester II dan 2 kali pada trimester III di tambah dengan

kunjungan yang dilakukan oleh penulis sebanyak 1 kali pada trimester III.

Pada kunjungan kelima tanggal 11 Februari 2022 ibu mengeluh sering

buang air kecil, dari hasil pemeriksaan ditemukan hari pertama haid terakhir

ibu tanggal 07 Mei 2019, hari tafsiran persalinan 11 Februari 2022 , usia

kehamilan 40 minggu, kadar Hb ibu 9,7 %, TFU 3 jari dibawah px, leopold I

teraba bokong, leopold II teraba puka, leopold III teraba kepala dan leopold

IV teraba BDP. Asuhan yang diberikan yaitu melakukan konseling tentang

fisiologis kehamilan pada trimester III salah satunya yaitu sering buang air

kecil, serta menganjurkan ibu untuk tidak menahan untuk buang air kecil,

dan keluhan sudah teratasi dengan baik.

Menurut penelitian masih banyak ibu yang tidak memahami bahwa

keluhan sering BAK adalah hal yang fisiologis terjadi pada trimester ke III

dan mengira hal ini merupakan suatu penyakit. Oleh karena itu perlu

112
121

dilakukan asuhan komprehensif pada ibu hamil trimester ke III agar kondisi

yang dirasakan segera teratasi (Megasari, K, 2019).

Berdasarkan teori, mengatakan bahwa dari rumus neagle UK dapat

dihitung berdasarkan Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) sehingga dapat

diketahui tafsiran persalinan (TP). Maka, dihitung dari HPHT yaitu tanggal 7

Mei 2019 sampai dengan tanggal kunjungan sekarang yaitu 16 Februari 2022

didapatkan usia kehamilan ibu 40 minggu 5 hari (Obstetric MMN 2018).

Berdasarkan teori, mengatakan bahwa tinggi fundus uteri dapat

diketahui melalui usia kehamilan dimana usia kehamilan 32 minggu TFU

Pertengahan pusat-prosesus xiphoideus (px), usia 36 minggu TFU 3 jari

dibawah Px dan usia 40 minggu TFU pusat-prosesus xiphoideus (px), dari

hasil pemeriksaan di temukan TFU teraba 3 jari diatas pusat.

Berdasarkan teori, mengatakan bahwa pada ibu hamil trimester III

dengan kehamilan yang ketiga, biasanya ditandai dengan perut semakin

membesar sesuai usia kehamilan, TFU teraba 3 jari dibawah px dan biasanya

muncul keluhan seperti sering buang air kecil yang diakibatkan oleh uterus

yang semakin membesar dan menyebabkan tertekannya kandung kemih ibu.

Namun, keluhan sering buang air kecil merupakan hal yang fisiologis pada

ibu hamil trimester ke III.

Berdasarkan uraian diatas, tidak ditemukan adanya kesenjangan antara

teori dan praktik asuhan yang diberikan pada klien.


122

4.2 Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin

4.2.1. Kala I

Pada tanggal 16 Februari 2022 ibu datang ke puskesmas wara

mengeluh sakit pada perut tembus belakang sejak pukul 09.30 WITA,

ada pengeluaran lendir dari jalan lahir. Dari hasil pemeriksaan usia

kehamilan 40 minggu 5 hari, TTV dalam batas normal TD 110/70

mmHg nadi 80 kali/menit, suhu 37 °C, pernapasan 20 kali/menit,

pembukaan serviks 4 cm (telah memasuki fase aktif). Asuhan yang

diberikan yaitu tetap memantau pembukaan serviks, DJJ, dan

kontraksi uterus, kemajuan persalinan dipantau dengan menggunakan

partograf. Kala I berlangsung selama ± 7 jam mulai dari pembukaan 4

cm pukul 16.00 WITA sampai dengan pembukaan lengkap pukul

21.30 WITA.

Menurut teori Kala 1 persalinan dimulai sejak terjadinya

kontraksi uterus yang teratur dan timbul his dimana ibu telah

mengeluarkan lendir yang bercampur darah. Dan kala 1 dimulai dari

pembukaan yang berlangsung dari pembukaan nol sampai pembukaan

lengkap. Kala 1 berlangsung 18-24 jam

Fase laten, Dimulai sejak awal kontrasi yang menyebabkan

penipisan dan pembukaaan serviks secara bertahap, Berlangsung

hingga serviks membuka kurang dari 4 cm, Pada umumnya, fase laten

berlangsung hampir atau hingga 8 jam, Kontraksi mulai teratur tetapi

lamanya antara 20-30 detik. Fase aktif ,Fase Akselerasi: dalam waktu

2 jam permukaan terjadi sangat lambat sampai mencapai ukuran


123

diameter 3 cm, Fase Dilatasi maksimal: dalam waktu 2 jam

pembukaan berlangsung sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm, Fase

Deselerasi: pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam waktu 2 jam

pembukaan 9 jam menjadi 10 cm (lengkap) (Tresnawati, F ;, 2012).

Berdasarkan uraian diatas, tidak ditemukan adanya kesenjangan

antara teori dan praktik asuhan yang diberikan pada klien.

4.2.2 Kala II

Pada tanggal 16 Februari 2022 pukul 21.00 WITA ibu

mengeluh nyeri perut semakin bertambah. Dari hasil pemeriksaan

ketuban ibu sudah pecah, pembukaan mencapai 10 cm. Asuhan yang

diberikan yaitu melakukan pertolongan persalinan dengan 60 langkah

APN dan bayi lahir segera menangis pada tanggal 16 Februari 2022

pukul 21.30 WITA.

Persalinan kala II dimulai dari pembukaan lengkap sampai

dengan lahirnya bayi. Untuk primigravida dari 1,5 jam sampai 2 jam,

sedangkan multigravida 0,5 jam sampai dengan 1 jam (Johariyah; N,

Ema; W;, 2012).

Berdasarkan uraian diatas, tidak ditemukan adanya kesenjangan

antara teori dan praktik asuhan yang diberikan pada klien.

4.2.3 Kala III

Pada persalinan kala III ibu mengeluh nyeri perut bagian

bawah. Hasil pemeriksaan ditemukan TFU setinggi pusat, kontraksi

uterus baik teraba keras dan bundar. Asuhan yang diberikan yaitu

memastikan tidak ada janin kedua, dilakukan penyuntikan oksitosin 10


124

IU IM, melakukan PTT dan menilai pelepasan plasenta. Setelah ada

tanda pelepasan plasenta berupa uterus berkontraksi, tali pusat

bertambah panjang dan ada semburan darah tiba-tiba kemudian

lahirkan plasenta, plasenta lahir lengkap pukul 21.45 WITA kemudian

melakukan masase. Kala III berlangsung selama 13 menit.

Menurut penelitian persalinan kala III adalah tahapan persalinan

setelah lahirnya bayi sampai lahirnya seluruh plasenta dan selpaut

ketuban. Fisiologi terjadinya kala III persalinan adalah setelah lahir oto

uterus berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga uterus

setelah lahirnya bayi. Penyusustan ukuran ini menyebabkan

berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta. Tempat perlekatan

menjadi semakin kecil, ukuran tidak berubah maka plasenta akan

terlipat menebal dan kemudian lepas dari dinding uterus (Purwanti, S;

2017).

Menurut teori Dimulai segera setelah bayi baru lahir sampai

lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Dan

disebut juga kala pengelaran plasenta (, Johariyah; Ningrum, Ema

Wahyu;,

2012).

Berdasarkan uraian diatas, tidak ditemukan adanya kesenjangan

antara teori dan praktik asuhan yang diberikan pada klien.

4.2.4 Kala IV

Pada kala IV ibu mengeluh perutnya masih terasa mules. Dari hasil

pemeriksaan TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik,


125

kandung kemih kosong, perdarahan ± 150 cc. Asuhan yang diberikan

yaitu memantau tanda vital ibu, TFU, kontraksi uterus, kandung

kemih dan perdarahan. Pengawasan kala IV berlangsung selama 2

jam (pukul 21.45 WITA – 23.30 WITA), pengawasan dilakukan

setiap 15 menit sekali pada 1 jam pertama dan setiap 30 menit sekali

pada 1 jam kedua.

Berdasarkan teori Kala IV adalah kala pengawasan selama 2

jam setelah bayi lahir, untuk mengamati keadaan ibu terutama

terhadap bahaya perdarahan post partum (Johariyah; N, Ema, W,

2012).

Berdasarkan uraian diatas, tidak ditemukan adanya kesenjangan

antara teori dan praktik asuhan yang diberikan pada klien.

4.3 Asuhan bayi baru lahir

4.3.1 Kunjungan bayi baru lahir 1

Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir (Bayi Ny.H) diawali

dengan pengkajian pada tanggal 16 Februari pukul 21.30 WITA

dimana bayi lahir spontan, PBK, segera menangis, pada tanggal 16

Februari 2022 pada jam 21.30 Wita di PKM Banggai. Bayi baru lahir

normal, BB 3900 gr, PB 55 cm, keadaan umum baik, suhu 36,5°C nadi

140 x/menit, pernapasan 40x/menit, apgar score pada 1/5 menit

pertama 8/10, IMD sudah dilakukan dan berhasil. Asuhan yang

diberikan berupa pemberian HB0, perawatan tali pusat, menjaga suhu


126

tubuh bayi agar tidak hipotermi dan menganjurkan pada ibu untuk

menyusui bayinya sesering mungkin.

Menurut teori Adapun ciri-ciri BBL normal yaitu berat badan :

2500-4000 gram, panjang badan : 48-52 cm, lingkar kepala : 33- 35

cm, lingkar dada: 30-38 cm, bunyi jantung: 120-160 x/menit,

pernapasan dada: 40-60 x/menit (Sudarti; Fauziah, A;, 2012)

Berdasarkan uraian diatas, tidak ditemukan adanya

kesenjangan antara teori dan praktik asuhan yang diberikan pada klien.

4.3.2 Kunjungan bayi baru lahir 2

Kunjungan neonatus II dilakukan pada tanggal 23 Februari

2022 pukul 14.30 WITA, dan Dari hasil pemeriksaan yaitu keadaan

umum bayi baik suhu 36,8 °C, nadi 142 x/menit, pernapasan

43x/menit. Asuhan yang diberikan yaitu menganjurkan ibu untuk

merawat menjaga kehangatan bayinya dan menganjurkan ibu untuk

merawat tali pusat bayinya.

Menurut teori Kunjungan ini dilakukan dari hari ke-3 sampai

hari ke-7 bayi lahir. Asuhan yang diberikan yaitu melakukan

pemeriksaan TTV, memastikan bayi disusui sesering mungkin,

menganjurkan ibu tetap menjaga kebersihan bayinya, memerikan

informasi tentang tanda bahaya pada bayi, menganjurkan ibu untuk

melakukan perawatan tali pusat serta menganjurkan ibu untuk

melakukan kunjungan ulang


127

Berdasarkan uraian diatas, tidak ditemukan adanya kesenjangan

antara teori dan praktik asuhan yang diberikan pada klien.

4.3.3 Kunjungan bayi baru lahir 3

Kunjungan neonatus III dilakukan pada tanggal 01 Maret 2022

pukul 10.15 WITA keadaan bayi baik, bayi tidur dengan pulas, bayi menyusu

kuat, hasil pemeriksaan keadaan umum bayi baik suhu 36,6 °C, nadi

138x/menit, pernapasan 40x/menit. Asuhan yang diberikan yaitu

mengingatkan ibu tentang pemberian ASI sesering mungkin dan menjaga

kebersihan bayi.

Menurut penelitian asi adalah SIgA yang bekerja sebagai

antisepticintestinal paint yang melindungi permukaan usus terhadap invasi

mikroorganisme pathogen dan protein asing (Putri, dkk;, 2017).

Menurut teori Kunjungan ini dilakukan dari hari ke 8-28 hari.

Asuhan yang diberikan yaitu melakukan pemeriksaan TTV, memastikan bayi

disusui sesering mungkin, menganjurkan ibu untuk tetap menjaga suhu tubuh

bayi, menganjurkan ibu untuk tetap menjaga kebersihan, dan merawat tali

pusat serta menganjurkan ibu untuk membawa bayinya ke Posyandu untuk

diberikan imunisasi.

Berdasarkan uraian diatas, tidak ditemukan adanya

kesenjangan antara teori dan praktik asuhan yang diberikan pada klien
128

4.4 Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas

Masa nifas pada Ny.A dilakukan sebanyak 4 kali, yaitu kunjungan

nifas 1 pada tanggal 17 Februari 2019 pukul 03.30 WITA, kunjungan nifas 2

pada 23 Februari 2022 pukul 14.30 WITA, kunjungan nifas 3 pada 01

Maret 2022 pukul 10.15 WITA dan kunjungan nifas 4 pada 26 April 2022

pukul 09.00 WITA.

4.4.1 Kunjungan Nifas 1

Masa nifas 6 jam postpartum pada tanggal 17 Februari 2022 ,

dari hasil pemeriksaan umum dan pemeriksaan fisik didapatkan bahwa

keadaan Ny “H” dalam keadaan baik, TFU 2 jari dibawah pusat,

kontraksi uterus baik dan pengeluaran lochia rubra, ibu telah

memberikan ASI kepada bayinya dan bayi mau menyusu. Adapun

asuhan yang diberikan pada Ny “H” yaitu beri konseling tentang gizi,

perawatan payudara, ASI ekslusif dan kebersihan diri (Wahyuni, E D;,

2018).

Menurut penelitian 6 jam post Partum dengan beraktifitas

seperti mobilisasi bertujuan mempercepat involusio uteri, melancarkan

pengeluaran lochea dan melancarkan fungsi alat-alat kelamin serta

memperlancar peredaran darah (Mutiarasari, dkk, 2018).

Berdasarkan terori kunjungan nifas 1 untuk mencegah

perdarahan masa nifas, mendeteksi dan merawat penyebab perdarahan,

pemberian ASI awal, 1 jam setelah IMD berhasil dilakukan, melakukan

hubungan natra ibu dan bayi, menjaga bayi tetap sehat dengan cara

mencegah hipotermi (Sukma, dkk, 2017).


129

Berdasarkan uraian diatas, tidak ditemukan adanya

kesenjangan antara teori dan praktik asuhan yang diberikan pada klien.

4.4.2 Kunjungan nifas 2

Pada kunjungan kedua tanggal 23 Februari 2022 pukul 14.30

WITA ibu mengeluh pengeluaran ASI sedikit hasil pemeriksaan

didapatkan, yaitu tanda-tanda vital normal TD 100/80 MmHg, Nadi

80x/i, suhu 36,6 °C, pernapasan 20 x/i, tidak ada tanda infeksi, TFU

pertengahan simfisis-pusat, lochea sanguinolenta, asuhan yang

diberikan yaitu memberikan konseling tentang makanan yang dapat

memperbanyak produksi ASI seperti sayur katuk atau kacanga-kaca

ngan dan tetap memantau kontraksi uterus, TFU, perdarahan, dan

kandung kemih.

Menurut teori Kunjungan nifas 2 untuk memastikan involusio

uteri berjalan normal, menilai adanya tanda demam, infeksi atau

perdarahan abnormal, memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak

ada tanda-tanda penyulit dalam meyusui, memberikan konseling pada

ibu mengenai ashan pada bayi yaitu perawatan tali pusat, menjaga bayi

agar tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari (Sukma, dkk, 2017).

Berdasarkan uraian diatas, tidak ditemukan adanya

kesenjangan antara teori dan praktik asuhan yang diberikan pada klien.
130

4.4.3 Kunjungan nifas 3

Pada kunjungan masa nifas ketiga tanggal 01 Maret 2022

pukul 10.15 WITA ibu mengeluh sedikit pusing, hasil pemeriksaan,

yaitu tanda-tanda vital TD 130/80 MmHg, Nadi 80x/i, suhu 36,5 oC,

pernapasan 20 x/i, tidak ada tanda infeksi, TFU sudah teraba kecil

diatas simfisis, lochea serosa, ibu sudah memandikan bayinya sendiri,

dan tidak ada masalah dalam pemberian ASI, asuhan yang diberikan

yaitu menganjurkan kepada ibu untuk beristirahat yang cukup dan

masalah teratasi serta memberikan konseling KB pada ibu.

Menurut teori kunjungan nifas 3 untuk untuk memastikan

involusio uteri berjalan normal, menilai adanya tanda demam, infeksi

atau perdarahan abnormal, memastikan ibu menyusui dengan baik dan

tidak ada tanda-tanda penyulit dalam meyusui, memberikan konseling

pada ibu mengenai ashan pada bayi yaitu perawatan tali pusat, menjaga

bayi agar tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari (Sukma, dkk,

2017).

Berdasarkan uraian diatas, tidak ditemukan adanya

kesenjangan antara teori dan praktik asuhan yang diberikan pada

klien.

4.4.4 Kunjungan nifas 4

Pada kunjungan keempat masa nifas tanggal 26 April 2022

pukul 09.00 WITA ibu tidak memiliki keluhan apapun, hasil

pemeriksaan tanda-tanda vital normal TD 110/70 MmHg, Nadi 78x/i,


131

suhu 36,5 °C, pernapasan 20 x/i, lochea alba, TFU tidak teraba, tidak

ada penyulit yang ibu alami baik dari ibu maupun bayi. Asuhan yang

diberikan yaitu menganjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya

sesering mungkin.

Menurut teori kunjungan nifas 4 untuk menanyakan pada ibu

keluhan dan penyulit yang dialami dan meberikan konseling untuk

menggunakan KB secara dini.

Berdasarkan uraian diatas, tidak ditemukan adanya kesenjangan

antara teori dan praktik asuhan yang diberikan pada klien.

4.5 ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BERENCANA

Asuhan keluarga berencana pada Ny.H dilakukan setelah kunjungan

nifas ke III, dimana ibu ingin menggunakan alat kontrasepsi setelah masa

nifasnya selesai, dari hasil pemeriksaan TD 110/70 mmhg, suhu 36,5 ºC, nadi

78 x/i, pernapasan 20 x/i. Asuhan yang diberikan yaitu memberikan

konseling tentang metode kontrasepsi dan membantu ibu untuk menentukan

alat kontrasepsi jenis apa yang akan digunakan, ibu memilih untuk

menggunakan alat kontrasepsi dalam Rahim (IUD).

Menurut teori Berdasarkan teori, mengatakan bahwa ada beberapa

jenis alat kontrasepsi yaitu metode ilmiah (metode pantang berkala), metode

kondom, Metode hormonal seperti pil KB, suntik KB, implan, AKDR. dan

ibu memilih menggunakan alat kontrasepsi AKDR karena penulis

memberikan inform consent pada Ny “H” tentang penjelasan, cara kerja,

keuntungan serta kerugian AKDR (Mega , Hidayat; M, 2017).


132

Menurut penelitian AKDR merupakan kontrasepsi jangka panjang

yang di masukkan ke dalam Rahim yang berrbentuk bermacam-macam,

terdiri dari plastic, ada lilitan tembaga ada pula yang tidak ada, da nada yg

dililit tembaga bercampur perak (Pitriani, R;, 2015).

Berdasarkan uraian diatas, tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori

dan praktik asuhan yang diberikan pada klien


133

BAB V

PENUTUP

Setelah penulis mempelajari teori dan pengalaman langsung di lahan praktek

melalui studi kasus tentang manajemen asuhan kebidanan pada Ny “H” dengan

Asuhan kebidanan berkelanjutan di Puskesmas Banggai, maka bab ini penulis

menarik kesimpulan dan saran.

5.1 Kesimpulan

5.1.1. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Selama kehamilan Ny. H telah

melakukan 6 kali kunjungan dan kunjungan tersebut telah memenuhi

standar minimal kunjungan kehamilan. sesuai dengan usia kehamilan yaitu

pada usia 35-38 Minggu TFU 3 jari dibawah proxesus xipoideus dan

kenaikan berat badan ibu normal sesuai dengan IMT yaitu 15 kg. Akan

tetapi, ada keluhan yang dirasakan ibu yaitu sering sesak dan buang air

kecil. Ibu telah diberikan asuhan bahwa hal tersebut adalah normal pada

kehamilan trimester III dan masalah telah teratasi dengan baik.

5.1.2. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Ibu telah bersalin pada tanggal 16

Februari 2022 dengan usia kehamilan 40 minggu 5 hari. Dimana kala I

berlangsung selama+ 7 jam, kala II berlangsung 13 menit, kala III

berlangsung 10 menit dengan normal dan kala IV berlangsung selama 2

jam. Persalinan Ny. H berlangsung normal tanpa komplikasi dari kala I

sampai dengan kala IV.

5.1.3. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Asuhan bayi baru lahir dilakukan

sebanyak 3 kali yaitu kunjungan 6 jam, 6 hari dan 3 minggu. Selama

memberikan asuhan, ditemukan penyulit ataupun komplikasi. Tali pusat


134

putus pada hari ke tiga dan tidak ditemui perdarahan ataupun infeksi, bayi

tetap diberi ASI ekslusif dan bayi menyusu kuat.

5.1.4. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Pada masa nifas Ny. H telah dilakukan 4

kali kunjungan, yaitu pada kunjungan 6 jam tanggal 17 Februari 2020

dengan hasil pemeriksaan tanda-tanda vital normal, TFU 2 jari dibawah

pusat, lochea rubra. Pada kunjungan 6 hari tanggal 23 Febrari 2020 dengan

hasil pemeriksaan tanda-tanda vital normal, TFU pertengahan pusat-

simfisis, lochea sanguinolenta, tidak ada tanda infeksi akan tetapi

pengeluaran ASI ibu tidak banyak dan ibu telah diberikan konseling tentang

makanan yang dapat memperbanyak produksi ASI serta sering-sering

menyusui bayinya

5.15 Asuhan KB dilakukan kepada Ny. H dengan memberikan konseling tentang

alat kontrasepsi yang akan digunakan. Ibu memutuskan akan menjadi

akseptor AKDR.

5.2 Saran

5.2.1 Bagi klien

Kepada klien diharapkan dengan asuhan yang diberikan klien tetap

memperhatikan makanannya yaitu makanan yang dapat memperbanyak

produksi ASI, memperhatikan kebersihan bayinya dan dengan adanya

konseling KB ibu dapat mengetahui efek samping, kerugian ataupun

keuntungan dari setiap alat kontrasepsi.

5.2.2 Saran untuk bidan.

a. Bidan sebagai tenaga kesehatan diharapkan mampu memberikan

pelayanan yang profesional sehingga dapat berperan dalam


135

menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian perinatal

(AKP). Oleh karena itubidan harus meningkatkan kemampuan,

pengetahuan, keterampilan, melalui program pendidikan, pelatihan-

pelatihan, seminar agar menjadi bidan yang berkualitas sesuai dengan

perkembangan IPTEK.

b. Bidan harus memberikan asuhan sesuai wewenang untuk itu

manajemen kebidanan perlu dikembangkan karena merupakan alat

yang mendasari bagi bidan untuk memecahkan masalah klien dan

berbagai kasus.

5.2.4 Saran untuk institusi kebidanan

a. Untuk mendapatkan hasil manajemen asuhan kebidanan yang baik

perlu menyediakan tenaga bidan yang profesional untuk menunjang

pelaksanaan tugas.

b. Untuk pelayanan yang lebih berkualitas sesuai dengan kemajuan

teknologi, sebaiknya bidan yang sudah bertugas diberi kesempatan

untuk melanjutkan atau semacam pelatihan-pelatihan.

c. Demi mendapatkan hasil yang baik dan memuaskan perlukiranya

penyediaan fasilitas/alat-alat yang memadai untuk penunjang

pelaksanaan tugas-tugas kebidanan dan untuk meningkatkan

keterampilan bidan.
136

DAFTAR PUSTAKA

Asri, Dwi dan Cristine Clervo P. Asuhan Persalinan Normal Plus Contoh Askeb
dan Patologi Persalinan, Yogyakarta : Nuha Medika, 2012.
Baety, Aprilia Nurul. Kehamilan dan persalinan.Yogyakarta : Graha Ilmu, 2012.
Bothamley, Judy dan Maureen Boyle. Patofisiologi dalam Kebidanan (Medical
Conditins Affering Pregnancy and Childbirth). Jakarta: Buku Kedokteran
EGC, 2013.
Boyce, Trudy, dkk. Gangguan Hipertensif. Jakarta: Buku Kedokteran EGC,2013.
Chamberlain, Geoffrey. ABC Asuhan Antenatal (ABC of Antenatal Care)l.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2013.
Corry Sihotang, Pesta, dkk. Hubungan pola makan dan kecukupan istirahat tidur
dengan kejadian hipertensi pada ibu hamil di wilayah kerja puskesmas
biromaru. Jurnal Kesehatan
TadulakoVol.2No.1,Januari2016.http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/
HealthyTadulako/article/download/5747/4513. (Diakses tanggal, 10
November 2017)
Darmawansyih. Penyakit kronik dalam kehamilan. Alauddin University press,
2014.
Dewi,Vivian Nanny Lia., Tri sunarsih. Asuhan Kehamilan untuk Kebidanan,
Jakarta:Salemba Medika, 2012.
DepkesRI,2015.ProfilKesehatanIndonesia.Jakarta.http//www.depkes.go.id/resourc
e/download/pusdatin/profil-kesehatanindonesia/profil kesehatan-
indonesia-2015.pdf.
Diana, S. (2017). Model Asuhan Kebidanan Continuity Of Care. Surakarta: CV
Kekata Group.
Dinas Kesehatan , 2016.Fauziah, Yulia. Obstetric PATOLOGI untuk mahasiswa
kebidanan dan keperawatan: Medical Book. Jakarta, 2012
Hackley, Barbara. Buku Ajar Bidan Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC, 2013.
Hutahaean, Serri. Perawatan Antenatal. Jakarta: Salemba Medika, 2013.149
Ilmiah, Widia Shofa. Buku Ajar Asuhan Persalinan Normal,Yogyakarta: Nuha
Medika, 2015.
Jamil, S N;, dkk. (2017). Asuhan Kebidanan Pada Neonatus, Bayi, Balita dan
Anak Prasekolah. Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Jakarta.
Kementrian kesehatan republic Indonesia: buku saku pelayanan kesehatan ibu
difasilitasi kesehtan dasar dan rujukan. Jakarta: 2013.
Kementrian kesehatan Indonesia, profil kesehatan 2015, Jakarta kementrian
kesehatan Indonesia 2015.
http://depkes.go.id/resorces/download/pusdatin/profilkesehatanindonesia/profil-
kesehatan indonesia-2015.pdf (Diakses Tgl 11 juni 2017).
Lilis Lisnawati, Asuhan Kebidanan Terkini, Jakarta: Trans info media, 2013
Maulana, Mirza. Penyakit Kehamilan & Pengobatannya. Yogyakarta: Katahati,
2008.
Moffat, McKay dan Pam Lee. Panduan Praktik Mahasiswa Keidanan. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC, 2012.
Manuaba, Ida Ayu handranita., Ida Bagus Gde Fajar Manuaba., Ida Bagus Gde
Manuaba. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB, Jakarta: EGC,2013
Mangkuji, Betty, dkk. Asuhan Kebidanan 7 Langkah SOAP, Jakarta : ECG : 2014
Mufdillah, dkk. Konsep Kebidanan Edisi Revisi, Yogyakarta : Nuha Medika :
2012
Nursiah, Ai, dkk. Asuhan Persalinan Normal Bagi Bidan,Bandung : PT. Refika
Aditama, 2014.
Pudiastuti, Dewi. Asuhan Kebidanan Pada Hamil Normal Patologi.
Yogyakarta:Nuha Medika, 2012.
Prawirohardjo sarwono.Ilmu kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka, 2014.
Purwoastuti, Th. Endang, dkk. Konsep Kebidanan, Yogyakarta: PB, 2014
Sukarni, Icesmi dan Margareth ZH. Kehamian, Persalinan, dan Nifas Dilengkapi
Dengan Fisiologi. Yogyakarta: Nuha Medika, 2013.
Trisnawati, Frisca. Asuhan Kebidanan Panduan Lengkap Menjadi Bidan
Profesional,Jakarta : PT. Prestasi Pustakaraya, 2012.
Walyani, Siwi. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Yogyakarta: PT. PUSTAKA
BUKU, 2015.
1

WHO (World Health Organization) 2016.World health statistic.Yulifah, Rita,


dkk. Konsep Kebidanan Untuk Pendidikan Kebidanan, Jakarta :
SalembaMedika : 2013.
2

PARTOGRAF

Anda mungkin juga menyukai