Anda di halaman 1dari 26

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Komprehensif dengan judul “Asuhan Kebidanan pada Ny. I Akseptor Baru
Kb Pil Kombinasi” yang disusun oleh mahasiswa semester V Prodi DIII Kebidanan
Sutomo Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Surabaya Tahun Akademik 2023/2024
ini sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

Tempat praktik : Puskesmas Dukuh Kupang


Tanggal praktik : 18 September s/d 27 Oktober 2023

Pembimbing Pendidikan Pembimbing Ruangan

Evi Yunita Nugrahini, S.ST., M.Keb Dita Harlidha, S.ST


NIP. 198006212002122001 NIP.198209272008012007

Mengetahui

Ka. Prodi DIII Kebidanan

Kharisma Kusumaningtyas, S.SiT., M.Keb


NIP. 198103232008012014
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada penulis sehingga laporan kebidanan komprehensif ini daat
terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Dalam penulisan laporan ini, tidak terlepas dari
bantuan dan bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini, penulis
mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Luthfi Rusyadi, SKM, M.Sc, selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Surabaya
2. dr. Khusnus Khowatin selaku Kepala Puskesmas Dukuh Kupang Surabaya
3. Dwi Wahyu Wulan S., SST., M.Keb selaku ketua Jurusan Kebidanan Kampus
Poltekkes Kemenkes Surabaya.
4. Kharisma Kusumaningtyas, S. Si. T,. M. Keb. selaku ketua program studi D3
Kebidanan Sutomo Poltekkes Kemenkes Surabaya.
5. Dita Harlidha, S.ST selaku pembimbing praktik klinik kebidanan.
6. Evi Yunita Nugrahini, S.ST., M.Keb, selaku pembimbing pendidikan Prodi D3
Kebidanan Sutomo Poltekkes Kemenkes Surabaya.
7. Seluruh pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih banyak kekurangannya,
oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun demi laporan ini sangat
dibutuhkan.
Surabaya, 28 September 2023

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................iii
BAB I..................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan................................................................................................2
1.2.1 Tujuan Umum.............................................................................................2
1.2.2 Tujuan Khusus............................................................................................2
1.3 Pelaksanaan.......................................................................................................2
1.4 Sistematika Penulisan..............................................................................................2
BAB II..................................................................................................................................3
2.2 Konsep Dasar Keluarga Berencana.....................................................................3
2.1.1 Pengertian..................................................................................................3
2.1.2 Tujuan Keluarga Berencana........................................................................4
2.1.3 Sasaran Keluarga Berencana......................................................................4
2.1.4 Manfaat Keluarga Berencana.....................................................................4
2.1.5 Konseling Keluarga Berencana...................................................................5
2.1.6 Metode Keluarga Berencana......................................................................8
2.1.7 Tinjauan Kontrasepsi Pil Progestin...........................................................11
2.2 Konsep Dasar Asuhan Keluarga Berencana......................................................11
2.2.1 Langkah I : Pengumpulan dan Analisa Data Dasar....................................12
2.2.2 Langkah II : merumuskan diagnosa/masalah aktual.................................13
2.2.3 Langkah III : merumuskan diagnosa/masalah potensial...........................13
2.2.4 Langkah IV : melaksanakan tindakan segera atau kolaborasi...................14
2.2.5 Langkah V : Perencanaan tindakan/intervensi.........................................14
2.2.6 Langkah VI : Pelaksanaan tindakan asuhan kebidanan.............................14
2.2.7 Langkah VII : Evaluasi................................................................................14
2.3 Dokumentasi Kebidanan.......................................................................................15
BAB III..............................................................................................................................16
3.1 Data Subjektif........................................................................................................16
3.2 Data Obyektif.........................................................................................................18
3.3 Analisa Data...........................................................................................................19
3.4 Penatalaksanaan....................................................................................................19
BAB IV..............................................................................................................................21
4.1 Kesimpulan.............................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seorang perempuan menjadi subur dan dapat melahirkan segera setelah ia
mendapatkan haid yang pertama (menarke), dan kesuburan seorang perempuan akan
terus berlangsung sampai mati haid (menopause).
Kehamilan dan kelahiran yang terbaik, artinya risikonya paling rendah untuk ibu
dan anak, adalah antara 20-35 tahun sedangkan persalinan pertama dan kedua paling
rendah risikonya bila jarak antara dua kelahiran adalah 2 - 4 tahun.
Keluarga Berencana (KB) memungkinkan pasangan usia subur untuk
mengantisipasi kelahiran,mencapai jumlah anak yang mereka inginkan,dan mengatur
jarak waktu kelahiran mereka.Hal ini dapat dicapai melalui penggunaan metode
kontrasepsi dan tindakan infertilitas.
Selain itu, pertumbuhan penduduk yang tinggi akan menghambat laju
pembangunan di berbagai bidang, oleh karena itu upaya mengatasi
permasalahan ledakan penduduk tersebut, pemerintah Indonesia telah menerapkan
program Keluarga Berencana (KB) yang bertujuan untuk mengendalikan
pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 52 tahun 2009 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga sebagai dasar pelaksanaan Program
Kependudukan dan Keluarga Berencana menekan kewenangan Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional untuk tidak memfokuskan
pada masalah pengendalian penduduk saja, namun masalah Pembangunan
Keluarga Berencana.
Menurut World Health Organization (WHO) (2016) penggunaan kontrasepsi
meningkat dari 54% pada tahun 2014 dan 60,3% pada tahun 2016. Secara regional,
proporsi pasangan usia subur 15-49 tahun melaporkan penggunaan kontrasepsi
modern telah meningkat minimal 6 tahun terakhir.Di Afrika dari 23,6% menjadi
27,6% ,di Asia telah meningkat dari 60,9% menjadi 61,6% sedangkan di Amerika Latin
dan Karibia naik sedikit dari 66,0% menjadi 66,7%.Diperkirakan 225 juta perempuan
dinegara-negara berkembang ingin menunda atau menghentikan kesuburan tapi tidak
menggunakan metode kontrasepsi, kebutuhan yang belum terpenuhi untuk
kontrasepsi masih terlalu tinggi.

1.2 Tujuan Penulisan

1.2.1 Tujuan Umum


Diharapkan mahasiswi mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada
keluarga berencana melalui manajemen asuhan kebidanan secara
komprehensif pada klien.

1.2.2 Tujuan Khusus


Menerapkan dan mengembangkan pola pikir secara ilmiah ke dalam proses
asuhan kebidanan fisiologis serta mendapatkan pengalaman dalam
melakukan asuhan kebidanan fisiologis. Mahasiswa diharapkan mampu :
1) Melakukan pengkajian data subjektif dan objektif pada ibu akseptor lama
KB pil progestin.
2) Menginterpretasi data serta menentukan diagnose kebidanan, masalah,
dan kebutuhan pada bayi ibu akseptor lama KB pil progestin.
3) Mengidentifikasi diagnose dan masalah potensial pada ibu akseptor lama
KB pil progestin.
4) Menilai adanya kebutuhan, tindakan segera, dan kolaborasi atau rujukan
pada ibu akseptor lama KB pil progestin.
5) Merencanakan tindakan yang dilakukan kepada ibu akseptor lama KB pil
progestin.
6) Melaksanakan rencana asuhan kebidanan ibu akseptor lama KB pil
progestin
7) Mengevaluasi pelaksanaan asuhan kebidanan ibu akseptor lama KB pil
progestin.

1.3 Pelaksanaan
Asuhan kebidanan ini dilakukan ketika mahasiswa melaksanakan praktik klinik di
Puskesmas Porong Sidoarjo pada periode Tanggal 27 Maret – 17 April 2023.

1.4 Sistematika Penulisan


Adapun sistematika penulisan yang digunakan dalam penulisan laporan au
kebidanan ini terdiri dari bab 1 pengkajian yang menguraikan tentang belakang kasus,
tujuan penulisan, pelaksanaan, dan sistema penulisan.
Pada bab 2 landasan teori menguraikan mengenai konsep dasar dan asuhan
kebidanan yang meliputi tentang pengkajian data, diagnosamasalah, diagnose
potensial, tindakan segera, rencana tindakan dan rasional, pelaksanaan rencana
tindakan, evaluasi, serta dokumentasi asuhan kebidanan. Kemudian pada bab 3 yaitu
tinjauan kasus, menguraikan tentang 7 langkah varney yaitu identifikasi data dasar,
identifikasi diagnosa/masalah aktual, identifikasi diagnosa/masalah potensial, tindakan
segera dan kolaborasi, rencana tindakan, tindakan/intervensi dan evaluasi, serta
melakukan pendokumentasian (SOAP).
Pada bab 4 yaitu kesimpulan dari asuhan yang telah dilakukan. Kemudian
selanjutnya daftar pustaka, bagian ini memuat daftar literatur ilmiah yang telah ditelaah
dan dijadikan rujukan dalam penulisan.

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Keluarga Berencana

1.1.1 Pengertian
Keluarga Berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau
merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi
(Anggraini, dkk, 2019). Keluarga berencana tindakan yang membantu pasangan
suami istri untuk mencegah kehamilan, penundaan usia kehamilan serta
menjarangkan kehamilan (Pinem, dkk, 2018)
Menurut WHO (Expert Committe,2017) dalam Pinem (2018), manfaat KB
yaitu membantu individu/pasangan suami istri untuk :
a) Mendapatkan objektif-objektif tertentu.
b) Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan.
c) Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan.
d) Mengatur interval diantara kehamilan.
e) Mengontrol waktu saat-saat kelahiran dalam hubungan umur suami istri.
f) Menentukan jumlah anak dalam keluarga

1.1.2 Tujuan Keluarga Berencana


Tujuan umum untuk 5 tahun kedepan mewujudkan visi dan misi
program KB yaitu membangun kembali dan melestarikan pondasi yang kokoh
bagi pelaksana program KB dimasa yang datang untuk mencapai keluarga KB
berkualitas tahun 2015.
Sedangkan tujuan khusus program KB adalah meningkatkan
kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga kecil yang bahagia
dan sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan pengendalian pertumbuhan
penduduk indonesia, terciptanya penduduk yang berkualitas, sumber daya
manusia yang bermutu dan meningkatkan kesejahteraan keluarga.

1.1.3 Sasaran Keluarga Berencana


Sasaran program KB dibagi menjadi 2 yaitu sasaran langsung dan
sasaran tidak langsung, tergantung dari tujuan yang ingin dicapai.
Sasaran langsungnya adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang bertujuan
untuk menurunkan tingkat kelahiran dengan cara penggunaan kontrasepsi
secara berkelanjutan. Sedangkan sasaran tidak langsungnya adalah
pelaksana dan pengelola KB, dengan tujuan menurunkan tingkat kelahiran
melalui pendekatan kebijaksanaan kependudukan terpadu dalam rangka
mencapai keluarga yang berkualitas, keluarga sejahtera.

1.1.4 Manfaat Keluarga Berencana


1) Untuk Ibu, dengan jalan mengatur jumlah dan jarak kelahiran maka
manfaatnya:
a. Perbaikan kesehatan badan karena tercegahnya kehamilan yang
berulang kali dalam jangka waktu yang terlalu pendek
b. Peningkatan kesehatan mental dan sosial yang dimungkinkan oleh
adanya waktu yang cukup untuk mengasuh anak, beristirahat,
dan menikmati waktu luang serta melakukan kegiatan lainnya
2) Untuk anak-anak yang dilahirkan, manfaatnya:
a. Anak dapat tumbuh secara wajar karena ibu yang
mengandungnya dalam keadaan sehat
b. Sesudah lahir, anak mendapat perhatian, pemeliharaan, dan
makanan yang cukup karena kehadiran anak tersebut memang
diinginkan dan direncanakan
3) Untuk anak-anak yang lain, manfaatnya:
a. Memberi kesempatan kepada anak agar perkembangan fisiknya
lebih baik karena setiap anak memperoleh makanan yang
cukup dari sumber yang tersedia dalam keluarga
b. Perkembangan mental dan sosialnya lebih sempurna karena
pemeliharaan yang lebih baik dan lebih banyak waktu yang
dapat diberikan oleh ibu untuk setiap anak
c. Perencanaan kesempatan pendidikan yang lebih baik karena
sumber-sumber pendapatan keluarga tidak habis untuk
mempertahankan hidup semata-mata
4) Untuk ayah, memberikan kesempatan kepadanya agar dapat:
a. Memperbaiki kesehatan fisiknya
b. Memperbaiki kesehatan mental dan sosial karena
kecemasan berkurang serta lebih banyak waktu luang untuk
keluarganya
5) Untuk seluruh keluarga, manfaatnya:
Kesehatan fisik, mental, dan sosial setiap anggota keluarga
tergantung dari kesehatan seluruh keluarga. Setiap anggota
keluarga mempunyai kesempatan yang lebih banyak untuk
memperoleh pendidikan

1.1.5 Konseling Keluarga Berencana


1. Pengertian
Proses pemberian bantuan seseorang kepada orang lain
dalam membuat suatu keputusan atau memecahkan suatu
masalah melalui pemahaman terhadap fakta-fakta, harapan,
kebutuhan, dan perasaan-perasaan klien. Proses melalui satu orang
membantu orang lain dengan komunikasi dalam kondisi saling
pengertian bertujuan untuk membangun hubungan.
Orang yang mendapat konseling dapat mengekspresikan pikiran
dan perasaannya dengan cara tertentu sesuai dengan situasi,
melalui pengalaman baru, mamandang kesulitan objektif sehingga
dapat menghadapi masalah dengan tidak terlalu cemas dan tegang. Jadi,
konseling kebidanan adalah bantuan kepada orang lain dalam bentuk
wawancara yang menuntut adanya komunikasi, interaksi yang
mendalam, dan usaha bersama antara konselor (bidan) dengan
konseli (klien) untuk mencapai tujuan konseling yang dapat berupa
pemecahan masalah, pemenuhan kebutuhan, ataupun perubahan tingkah
laku/sikap dalam ruang lingkup pelayanan kebidanan”.

2. Manfaat Konseling
a. Meningkatkan penerimaan Informasi
Informasi yang benar, diskusi bebas dengan cara
mendengarkan, berbicara dan komunikasi nonverbal
meningkatkan penerimaan informasi mengenai KB oleh klien
b. Menjamin pilihan yang cocok
Menjamin petugas dan klien memilih cara terbaik yang sesuai dengan
keadaan kesehatan dan kondisi klien.
c. Menjamin penggunaan yg efektif
Konseling efektif diperlukan agar klien mengetahui bagaimana
menggunakan KB dengan benar dan mengatasi informasi
yang keliru tentang cara tersebut
d. Menjamin kelangsungan yang lebih lama
Kelangsungan pemakaian cara KB akan lebih baik bila klien ikut
memilih cara tersebut, mengetahui cara kerjanya, dan mengatasi
efek sampingnya.

3. Jenis Konseling
Komponen penting dalam pelayanan KB dibagi 3 tahapan yaitu:
a. Konseling Awal
1. Bertujuan menentukan metode apa yg diambil
2. Bila dilakukan dengan objektif, langkah ini akan
membentuk klien untuk memilih jenis KB yang cocok
untuknya
3. Yang perlu diperhatikan dalam langkah ini:
a) Menanyakan langkah yang disukai klien
b) Apa yang diketahui tentang cara kerjanya,
kelebihan, dan kekurangannya
b. Konseling Khusus
1. Memberi kesempatan klien untuk bertanya tentang cara KB
dan membicarakan pengalamannya
2. Mendapatkan informasi lebih rinci tentang KB yang
diinginkannya
3. Mendapatkan bantuan untuk memilih metoda KB yang cocok
dan mendapatkan penerangan lebih jauh tentang penggunaannya
c. Konseling Tindak Lanjut
1. Konseling lebih bervariasi dari konseling awal
2. Pemberi pelayanan harus dapat membedakan masalah
yang serius yang memerlukan rujukan dan masalah yang
ringan yang dapat diatasi di tempat)

4. Langkah-Langkah Dalam Konseling


Menurut Handayani (2018) ada 6 langkah yang sudah dikenal dengan
kata kunci SATU TUJU. Langkah SATU TUJU ini tidak perlu dilakukan
berurutan karena menyesuaikan dengan kebutuhan klien.
1. SA: Sapa dan salam
a. Sapa klien secara terbuka dan sopan
b. Beri perhatian sepenuhnya, jaga privasi pasien
c. Bangun percaya diri pasien
d. Tanyakan apa yang perlu dibantu dan jelaskan pelayanan apa
yang dapat diperolehnya.
2. T: Tanya
a. Tanyakan informasi tentang dirinya
b. Bantu klien pengalaman tentang KB dan kesehatan
reproduksi
c. Tanyakan kontrasepsi yang ingin digunakan
3. U: Uraiakan
a. Uraikan pada klien mengenai pilihannya
b. Bantu klien pada jenis kontrasepsi yang paling dia ingini serta
jelaskan jenis yang lain
4. TU: BANTU
a. Bantu klien berfikir apa yang sesuai dengan keadaan dan
kebutuhannya
b. Tanyakan apakah pasangan mendukung pilihannya
5. J: Jelaskan
a. Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi
pilihannya setelah klien memilih jenis kontrasepsinya.
b. Jelaskan bagaimana penggunaannya
c. Jelaskan manfaat ganda dari kontrasepsi
6. U: Kunjungan Ulang
Perlu dilakukan kunjungan ulang untuk dilakukan pemeriksaan atau
permintaan kontrasepsi jika dibutuhkan.

1.1.6 Metode Keluarga Berencana

1. Metode Sederhana
1) Kondom
Kondom adalah selubung /sarung karet yang dapat terbuat dari
berbagi bahan seperti latex (karet), plastik (vinil), atau bahan alami
(produksi hewani dipasang pada penis pada saat hubungan
sexual).Cara kerjanya: menghalangi terjadinya pertemuaan sperma
dan sel telur, mencegah penularan mikroorganisme
2) Diafragma
Diafragma adalah Kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks
(karet) yang diinersikan kedalam vagina sebelum berhubungan
seksual dan menutup serviks. Cara kerjanya menghalangi sel mani
masuk kedalam kanalis servikalis. Diafragma dipasang sebelum
koitus dan dikeluarkan 6-8 jam setelah koitus selesai
3) Spermisida. Spermisida adalah sat kimia yang dapat melumpuhkan
sampai mematikan spermatozoa yang digunakan menjelang
hubungan seks. Cara kerjanya melumpuhkan dan mematikan
sperma atau sel mani, menutup mulut serviks (cervical prop)
4) Coitus terputus (senggama terputus) adalah suatu metode
kontrasepsi dimana senggama diakhiri sebelum terjadi ejakulasi
intra vaginal. Cara kerjanya penarikan penis dari vagina sebelum
terjadi ejakulasi, dengan demikian air mani sengaja ditumpahkan
diluar untuk mencegah sel mani masuk arena fertilisasi
5) Pantang berkala. Pantang berkala adalah tidak melakukan
persetubuhan pada masa subur istri yaitu sekitar terjadinya ovulasi.
Metode pantang berkala dikenal dua sistem yaitu :
a. Pantang berkala dengan sistem kelender adalah cara Keluarga
Berencana Alamiah (KBA) dimana hari subur ditaksir
berdasarkan kumpulan catatan siklus haid dari 6-12 bulan
terahkir. Untuk menetukan masa subur istri dipatokan sebagai
berikut: (1) Ovulasi terjadi 12-16 hari sebelum haid yang akan
datang. (2) Sperma dapat hidup dan membuahi dalam 48 jam
setelah ejakulasi. (3) Ovum dapat hidup 24 jam setelah ovulasi
(Wiknjosastro, 2005).
b. Sistem mengukur suhu badan basal adalah cara Keluarga
Berencana Alamiah (KBA) dimana masa tidak subur
diperkirakan/ditetapkan berdasarkan adanya perubahan suhu
basal badan sesaat setelah ovulasi. Cara kerjanya menjelang
ovulasi yaitu suhu badan turun (pada hari ke-12 dan 13 siklus
haid), pada hari ke 14 terjadi ovulasi, suhu akan naik sampai
lebih tinggi dari suhu sebelum ovulasi pada hari ke 15 dan 16
siklus haid. Dengan cara ini masa berpantang akan lebih
pendek namun lebih meninggikan efektifitas metode pantang
berkala (Mochtar, 2018)

2. Metode Modern
1. Hormonal
a) Pil KB
a. Progesteron only pil adalah pil yang hanya mengandung
progesteron.
b. Pil kombinasi adalah pil yang mengandung kombinasi
progesteron dan estrogen.
c. Pil sequensial adalah pil yang mengandung komponen yang
disesuaikan dengan system hormonal tubuh yang
mengandung estrogen dan progesteron.
d. Pil KB exluton adalah pil yang mengandung progesteron dan
disiapkan untuk ibu yang memberikan ASI
b) Suntikan KB
a. Depo provera yang mengandung medroxy progesteron asetat
150 mgr.
b. Cyclofem yang mengandung medroxyprogesetron asetat 50
mg dan komponen estrogen.
c. Norigest 200 mgr yang merupakan derivat tetesteron.
c) Susuk KB.
a. Norplant terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan
panjang 3,4 cm, dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan
36 mg levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun.
b. Implanon terdiri dari 1 batang putih lentur dengan panjang
kira-kira 40 mm dan diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 mg
keto-desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun.
c. Jadena dan Indoplant terdiri dari 2 batang yang diisi dengan
75 mg levonor-gestrel dengan lama kerjanya 3 tahun.
2. Mekanis
AKDR adalah alat kontrasepsi yang dimasukan dalam rahim untuk
menghambat masuknya spermatozoa. Cara kerjanya, menghambat
kemampuan sperma untuk masuk ke tuba fallopi
3. Metode Mantap
a. Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan
fertilitas (kesuburan) seorang perempuan secara permanen.
Dengan mengoklusi tuba fallopi, mengikat dan memotong atau
memasang cincin sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan
ovum.
b. Vasektomi Adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas
reproduksi pria dengan jalan melakukan okulasi vasa deferensia
sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi
(penyatuan dengan ovum) tidak terjadi

1.1.7 Tinjauan Kontrasepsi Pil Progestin


1. Mekanisme:
Minipil menekan sekresi gonadotropin dan sintesis steroid seks di
ovarium, endometrium mengalami transformasi lebih awal sehingga
implantasi lebih sulit, mengentalkan lendir serviks sehingga
menghambat penetrasi sperma, mengubah motilitas tuba sehingga
transportasi sperma terganggu. Pil diminum setiap hari.
2. Efektivitas: Bila digunakan secara benar, risiko kehamilan kurang dari 1
di antara 100 ibu dalam 1 tahun.
3. Keuntungan khusus bagi kesehatan: Tidak ada.
4. Risiko bagi kesehatan: Tidak ada.
5. Efek samping:
Perubahan pola haid (menunda haid lebih lama pada ibu menyusui,
haid tidak teratur, haid memanjang atau sering, haid jarang, atau tidak
haid), sakit kepala, pusing, perubahan suasana perasaan, nyeri
payudara, nyeri perut, dan mual.
6. Mengapa beberapa orang menyukainya:
Dapat diminum saat menyusui, pemakaiannya dikendalikan oleh
perempuan, dapat dihentikan kapapun tanpa perlu bantuan tenaga
kesehatan, dan tidak mengganggu hubungan seksual.
7. Mengapa beberapa orang tidak menyukainya: Harus diminum tiap hari..

2.2 Konsep Dasar Asuhan Keluarga Berencana


Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam
menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis, mulai dari pengkajian,
analisa data, diagnosa kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Proses
manajemen terdiri dari 7 (tujuh) langkah berurutan dimana setiap langkah
disempurnakan secara periodik. Proses dimulai dengan pengumpulan data dasar dan
berakhir dengan evaluasi. Ketujuh langkah tersebut membentuk suatu kerangka
lengkap yang diaplikasikan dalam situasi apapun. Akan tetapi setiap langkah dapat
diuraikan lagi menjadi langkahlangkah yang lebih rinci dan bisa berubah sesuai
dengan klien.
Proses manajemen menurut Varney ada 7 langkah:

1.2.1 Langkah I : Pengumpulan dan Analisa Data Dasar


Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan
semua data yang diperlukan untuk evaluasi keadaan secara lengkap,
menyeluruh dan fokus yaitu menanyakan riwayat kesehatan yang meliputi:
apakah ada penyakit yang diderita selama menjadi akseptor suntikan depo
progestin misalnya perubahan berat badan, pusing atau sakit kepala, nyeri
pada mammae dan perut.
Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara:
i. Anamnese meliputi : melakukan tanya jawab untuk memperoleh data
meliputi : riwayat kesehatan, riwayat reproduksi : riwayat haid, riwayat
obstetri, riwayat kehamilan, persalinan dan nifas, riwayat ginekologi dan
riwayat KB, riwayat pemenuhan kebutuhan dasar, data sosial ekonomi,
dan psikologi.
ii. Pemeriksaan fisik meliputi : keadaan umum klien, tanda-tanda vital dan
pemeriksaan fisik dilakukan secara inspeksi, palpasi dan dilakukan
pemeriksaan penunjang bila perlu. Tahap ini merupakan langkah yang
menentukan langkah berikutnya. Kelengkapan data yang sesuai dengan
kasus yang dihadapi akan menentukan, oleh karena itu proses interpretasi
yang benar atau tidak dalam tahap selanjutnya, sehingga dalam
pendekatan ini harus komprehensif meliputi data subjektif, objektif, dan
hasil pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan kondisi atau masukan
klien yang sebenarnya.

1.2.2 Langkah II : merumuskan diagnosa/masalah aktual


Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar, terhadap diagnosa
atau masalah kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-
data yang dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan di
interpretasikan, sehingga ditemukan masalah dan diagnosa keduanya
digunakan karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti
diagnosa, tetapi sudah membutuhkan penanganan yang dituangkan dalam
sebuah rencana asuhan terhadap klien.
Berdasarkan teori , efek samping yang sering timbul yaitu:
i. Amenorhoe yaitu tidak datang haid setiap bulan selama menggunakan
kontrasepsi kecuali pada pemakaian cyclofem.
ii. Spotting yaitu bercak-bercak perdarahan diluar haid yang terjadi selama
menggunakan kontrasepsi suntikan. Metrorhagia yaitu perdarahan yang
berlebihan jumlahnya.
iii. Leukorea yaitu adanya cairan putih yang berlebihan yang keluar dari jalan
lahir dan terasa mengganggu (jarang terjadi).
iv. Perubahan berat badan bertambah beberapa kg dalam beberapa bulan
setelah menggunakan kontrasepsi suntikan. Seringkali berat badan
bertambah sampai 2-4 kg dalam waktu 2 bulan karena pengaruh
hormonal, yaitu progesterone. Progesterone dalam alat kontrasepsi
tersebut berfungsi untuk mengentalkan lendir serviks dan mengurangi
kemampuan rahim untuk menerima sel yang telah dibuahi.
v. Pusing dan sakit kepala. Rasa berputar atau sakit kepala yang terjadi
pada satu sisi, kedua sisi atau keseluruhan dari bagian kepala. Insiden
sakit kepala adalah sama pada DMPA maupun NET-EN dan terjadi pada
kurang dari 1-17% akseptor.
vi. Hematoma. Warna biru dan rasa nyeri pada daerah suntikan akibat
perdarahan dibawah kulit. Jika didapatkan keluhan maka dapat di
diagnosa sebagai efek samping dari suntikan depo progestin.

1.2.3 Langkah III : merumuskan diagnosa/masalah potensial.


Pada langkah ini kita mengidentifikasikan masalah atau diagnosa potensial
lain, yang berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah
diidentifikasikan. Langkah ini membutuhkan antisipasi bila memungkinkan
dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat
bersiap-siap bila diagnosa/masalah potensial ini benar-benar terjadi dilakukan
asuhan yang aman (Maryunani, Anik. 2015)

1.2.4 Langkah IV : melaksanakan tindakan segera atau kolaborasi


Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen kebidanan.
Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter
dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan lain sesuai dengan kondisi (Maryunani, Anik. 2015)

1.2.5 Langkah V : Perencanaan tindakan/intervensi


Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh
langkah-langkah sebelumnya dan merupakan lanjutan manajemen terhadap
diagnosa atau masalah yang telah diindentifikasikan atau diantisipasi.
Rencana tindakan komperhensif bukan hanya meliputi kondisi klien serta
hubungannya dengan masalah yang dialami oleh klien, serta konseling bila
perlu mengenai ekonomi, agama, budaya ataupun masalah piskologis.
Rencana harus disetujui oleh klien sebab itu harus berdasarkan rasional yang
relevan dan kebenarannya serta situasi dan kondisi tindakan harus secara
teoritas (Ambarwati,2018).

1.2.6 Langkah VI : Pelaksanaan tindakan asuhan kebidanan


Melaksanakan rencana tindakan serta efisiensi dan menjamin rasa aman
klien. Implementasi dapat dikerjakan keseluruhan oleh bidan ataupun bekerja
sama dengan kesehatan lain. Bidan harus melakukan implementasi yang
efisien dan akan mengurangi waktu perawatan dan biaya perawatan serta
akan meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan klien.

1.2.7 Langkah VII : Evaluasi


Mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan asuhan yang diberikan kepada
klien. Pada tahap evaluasi ini bidan harus melakukan pengamatan dan
observasi terhadap masalah yang dihadapi klien, apakah masalah diatasi
seluruhnya, sebagaian telah dipecahkan atau mungkin timbul masalah baru.
Pada prinsipnya tahapan evaluasi adalah pengkajian kembali terhadap klien
untuk menjawab pertanyaan seberapa jauh tercapainya rencana yang
dilakukan.
Beberapa hal yang dapat dievaluasi, yaitu:
i. Apa ibu sudah mengerti penjelasan yang diberikan
ii. Apa ibu mengerti efek samping dari suntikan depo progestin
iii. Apa ibu masih ingin menjadi akseptor suntikan depo progestin
iv. Apa ibu bersedia datang kembali sesuai jadwal yag telah ditentukan
untuk mendapatkan suntikan ulang.

2.3 Dokumentasi Kebidanan


Dari 7 proses pikir di dokumentasikan dalam bentuk SOAP, yaitu:
1. Proses pikir langkah I di dokumentasikan dalam bentuk subjektif (S) dan objektif
(O).
2. Proses pikir langkah II,III dan IV di dokumentasikan dalam bentuk assessment (A).
3. Proses pikir langkah V, VI, dan VII di dokumentasikan dalam bentuk planning (P)
(Tresnawati, 2018: 181-186).
BAB III
TINJAUAN KASUS

Tanggal pengkajian : 19 September 2023


Waktu : 09.30 WIB
Pengkaji : Asya Syifa Ahmad Al Hadi
Tempat : Puskesmas Dukuh Kupang

3.1 Data Subjektif


1. Biodata
Nama istri : Ny. A
Umur : 24 tahun
Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Dukuh Pakis 6/42

Nama suami : Tn. A


Umur : 26 tahun
Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat : Dukuh PakiS 6/42
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan pil KB yang sebelumnya sudah habis.
3. Riwayat Perkawinan
Status : Kawin
Menikah sejak umur : 21 tahun
Lama perkawinan : 3 tahun
4. Riwayat Menarche
Menarche : 12 tahun
Lama haid : 5-6 hari
Siklus haid : teratur / 30 hari
Dysmenorea : tidak ada
Pemakaian pembalut : kali/hari
5. Riwayat Obstetri

Ha UK Penolong Jenis Penyulit Penyulit JK BB / Usia anak


mil persalinan persalina bersalin nifas PB ASI KB
ke n anak
1 39-40 Bidan Spontan Tidak ada Tidak ada P 3200 8 bln ASI kondo
mg gram/ Eksklusif m
52 cm
6. Riwayat KB
Ibu menggunakan kondom saja sebelumnya
7. Riwayat Kesehatan Ibu
Ibu mengatakan tidak pernah/ sedang menderita penyakit menular, menurun
dan menahun.
8. Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular,
menurun dan menahun.
9. Pola Aktivitas Sehari-hari
a. Nutrisi
Frekuensi Makan : 3 x/hari
Jenis : nasi, lauk, sayur dan buah
Porsi : 1 piring
Pola Minum : 1,5 liter/hari
Jenis : Air putih
Keluhan : Tidak ada
b. Eliminasi
BAB
Frekuensi : 1x/hari
Warna : kuning
Konsistensi : lunak, tidak terlalu encer
Keluhan : tidak ada
BAK
Frekuensi : 4-5x/hari
Warna : kuning jernih
Keluhan : tidak ada
c. Istirahat
Pola Tidur : Tidur ± 8 jam/hari (malam) tanpa tidur siang
Keluhan : Ibu tidak memiliki keluhan mengenai pola istirahat
d. Personal Hygiene
Mandi : 2x/hari
Ganti Pakaian : 2x/hari
Gosok Gigi : 2x/hari
Keramas : 3x/seminggu
e. Pola Aktivitas
Pekerjaan : Ibu mengurus rumah tangga (menyapu, memasak, dsb.)
Olahraga : Ibu biasanya mengikuti senam aerobik pada
sore hari
Keluhan : Ibu mengatakan tidak memiliki keluhan
mengenai pola aktivitas
f. Seksualitas
Ibu mengatakan frekuensi hubungan seksual ±2 kali seminggu.

3.2 Data Obyektif


Pemeriksaan Umum
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. TTV
a) TD : 100/70 mmHg
b) N : 80 x/menit
c) S : 36 0C
d) RR : 20 x/menit
4. Antropometri: BB : 49 kg
TB : 150 cm
Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : Tidak ada edema, dan Kondisi Normal
b. Rambut : Tidak Rontok dan Berwarna Hitam
c. Muka : Tidak ada Benjolan/Pembengkakan
d. Mata : Konjungtiva berwarna Merah Muda, Sklera
berwarna putih, keadaan simetris, tidak juling
e. Hidung : Keadaan Normal dan Bersih, tidak pernapasan cuping
hidung
f. Telinga : keadaan bersih, keadaan simetris
g. Mulut : Bibir berwarna pink muda, tidak kering,bersih
h. Leher : Tidak dilakukan pemeriksaan.
i. Dada : Tidak ada retraksi dinding dada, pola nafas
teratur
j. Abdomen : Tidak dilakukan pemeriksaan.
k. Genetalia : Tidak dilakukan pemeriksaan
l. Ekstremitas : Atas : keadaan simetris, tidak ada edema,
akral hangat kering merah
: Bawah: keadaan simetris, tidak ada edema,
akral hangat kering merah
5. Pada kartu akseptor ibu, tercantum bahwa ibu memakai KB Pil Kombinasi
Trifasik 0,5 mg.
Data Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan lanjutan.

3.3 Analisa Data


Ny. I usia 24 tahun Akseptor Baru KB Pil Kombinasi

3.4 Penatalaksanaan
1. Menjelaskan hasil pemerikan kepada ibu bahwa kondisi umum ibu baik, Tekanan
Darah 100/70 mmHg, Nadi 85 x/menit, Suhu 36,3 0C, frekuensi napas 20 x/menit.
E: Ibu mengetahui bahwa kondisinya baik.
2. Memberikan informed consent sebelum pemberian pil.
E: Ibu mengerti dan menerima pemberian pil.
3. Mengingatkan kepada ibu aturan minum KB pil Kombinasi yaitu 1 kali sehari pada
waktu yang sama setiap harinya dan tidak boleh terlupa. Jika terlupa, maka
segera meminum pada waktu ingat, kemudian pada waktu yang sama setiap
harinya juga tetap meminum. Sehingga dalam sehari akan meminum dua kali pil
KB apabila terlupa.
E: Ibu mengerti tentang aturan minumnya.
4. Memberikan penjelasan kepada ibu bila ingin memberikan jarak antara anak yang
pertama dan selanjutnya sebaiknya menggunakan kontrasepsi jangka panjang
seperti IUD dan implan.
E: Ibu menerima penjelasan dengan baik dan akan berdiskusi dengan suami.
5. Menganjurkan pada ibu untuk datang kembali jika terdapat masalah yang
sehubungan dengan pemberian alat kontrasepsi.
E : Ibu mengerti dan bersedia melakukannya
6. Mengingatkan pada ibu untuk kunjungan ulang 1 bulan lagi yaitu tanggal 16
November 2023.
E : Ibu mengerti dan bersedia melakukannya
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan pengkajian asuhan kebidanan pada akseptor lama KB pil
kombinasi Ny. I pada tanggal 19 Oktober 2023 pukul 09.30 di Puskesmas Dukuh
Kupang. Didapatkan hasil pengkajian data subjektif Ny. I ingin melakukan kunjungan
ulang KB pil Kombinasi. Data objektif keadaan umum baik, kesadaran compos mentis,
tekanan darah 100/70 mmHg, suhu 36 0C, frekuensi pernapasan 20 x/menit, nadi 80
x/menit. Dari pengkajian data yang dilakukan, telah didapatkan rumusan diagnose dan
masalah yang selanjutnya sebagai dasar asuhan kebidanan yang diberikan kepada
ibu, yaitu diagnose “akseptor lama KB pil Koombinasi”. Dari diagnosa dan masalah
tersebut penulis melakukan asuhan kebidanan berupa memberikan konseling
mengenai aturan minum pil kombinasi dan cara meminum jika terlupa, menganjurkan
pada ibu untuk kunjungan ulang 1 bulan lagi atau apabila terdapat masalah yang
sehubungan dengan pemberian alat kontrasepsi.
DAFTAR PUSTAKA

Darmawati. 2018. "Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana Pada Ny Nn P1a0 Akseptor


Kb Suntik 3 Bulan Di Klinik Siti Kholijah Medan Marelan Tahun 2018 ". Medan:
Poltekkes Kemenkes Ri Medan.

Fatmala, Figi Julia. 2021. "Asuhan Kebidanan Komprehensif Keluarga Berencana Ny ’’F’’
Di Wilayah Kerja Pmb Y Kabupaten Jember ". Jember: Universitas Dr. Soebandi
Jember.

Matahari, Ratu., Dkk. 2018. Buku Ajar Keluarga Berencana Dan Kontrasepsi . Yogyakarta:
Pustaka Ilmu.

Nurjannah, S. N., & Susanti, E. (2018). Implementasi Program Kampung Keluarga


Berencana (Kb) di Kabupaten Kuningan Tahun 2018 (Studi Kuantitatif Dan
Kualitatif). Jurnal Ilmu Kesehatan Bhakti Husada: Health Sciences Journal, 9(2),
27–33.

Priyanti, Sari., Dan Agustin Dwi Syalfina. 2017. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Dan
Keluarga Berencana. Surakarta: Kekata Group.

Prijatni, Ida., Dan Sri Rahayu. 2016. Kesehatan Reproduksi Dan Keluarga Berencana.
Jakarta: Bppsdm Kesehatan.

Rahayu, Muji. 2018. "Asuhan Kebidanan Pada Ny.Y Dengan Kb Suntik Di Puskesmas
Kuala Kecamatan Kuala Kabupaten Langkat Tahun 2018 ". Medan: Poltekkes
Kemenkes Ri Medan.

Anda mungkin juga menyukai