1
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Asuhan Kebidanan Holistik Pada Keluarga Berencana dan Pelayanan Kontrasepsi ini
dilaksanakan sebagai dokumen/laporan praktik Blok 7 yang telah dilaksanakan di Puskesmas
Bungah periode praktik
Tanggal 22 November s/d 04 Desember 2021
Siti Mushoffah
Mengetahuai
2
Kata Pengantar
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karenaatas berkat rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Komprehensif yang berjudul“Asuhan
Kebidanan Pada Keluarga Berencana dan Pelayanan Kontrasepsi di Puskesmas Bungah”.
Dalam kesempatan ini penulis menghanturkan rasa hormat danterima kasih yang sebesar –
besarnya kepada dosen pengampu
1. Ibu kepala puskesmas Bungah
2. Ibu pembimbing lahan puskesmas Bungah
3. Ibu Kaprodi Profesi Bidan. Poltekkes Kemkes Surabaya
4. Ibu Kharisma K, SST,M.Keb.
5. Ibu Ani Media H. SST.M.Kes ,yang telah membimbing selama praktik klinik
Penulis mengakui bahwa dalam proses penulisan makalah ini, masih jauh dari kesempurnaan
baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian penulis telah berupaya dengan segala
kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki.
Karenanya, penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbukamenerima masukan kritik
dan saran yang membangun guna perbaikan dan penyempurnaan makalah ini dikemudian hari.
Akhirnya penulis berharap, makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca,dan dapat
memberikan kontribusi yang positif serta bermakna dalam proses perkuliahan Praktik Klinik
Kebidanan. Amin.
Penyusun
3
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESEHAN
KATA PENGANTAR............................................................................................................... 3
DAFTAR ISI ................................................................................................................................ 4
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………..5
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................... 5
1.2 Tujuan Praktik .................................................................................................................... 6
1.3 Lama Praktik ....................................................................................................................... 6
4
BAB IV PEMBAHASAN ....................................................................................... ...........38
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ............................................................................................................... …39
5.2 Saran ........................................................................................................................... …39
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..40
LAMPIRAN…………………………………………………………………….41
5
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Berdasarkan data akseptor KB aktif di Provinsi Jatim tahun 2013 sebanyak
80,22% wanita berumur 15-49 tahun dan berstatus kawin yang sedang
menggunakan/memakai alat KB dari jumlah pasangan usia subur sebanyak 641.741
pasangan, jumlah akseptor KB IUD sebanyak 111.640 orang (BKKBN, 2013).
Salah satu jenis alat kontrasepsi adalah Intra Uterin Device (IUD) yang merupakan
alat kontrasepsi yang dipasang untuk jangka waktu yang lama. Perkembangan
bentuk IUD serta kesadaran yang meningkat akan perlunya pengendalian
kesuburan dengan teknik pemasangan yang benar, maka kini IUD telah diterima
secara luas di kalangan masyarakat (Wiknjosastro, 2016).
Efek samping yang paling sering dirasakan oleh akseptor KB IUD adalah
keputihan (Leukorea). Proses peradangan terjadi karena alat kontrasepsi IUD
diletakkan di dalam rahim menyebabkan produksi cairan pada uterus meningkat.
Jika akseptor KB IUD tidak menjaga kebersihan alat kelaminnya, maka akan
memicu timbulnya bakteri pathogen, bakteri inilah yang menyebabkan keputihan
tidak normal atau disebut leukorea patologis (Nugroho T, 2012). Masalah potensial
yang terjadi pada KB IUD dengan keputihan apabila tidak segera mendapatkan
penanganan segera akan menjadi infeksi, vulvitis, vaginitis dan vulvo vaginitis
(Egan, 2014).
Program pemerintah terkait kasus IUD dengan keputihan yaitu dengan
deteksi dini melalui pencegahan primer, sekunder, tersier (Kepmenkes, 2014).
Pencegahan sekunder yaitu dengan melakukan pemeriksaan IVA (Depkes RI,
2014). Pencegahan sekunder selain pemeriksaan IVA, pemerintah juga
menganjurkan untuk pemeriksaan Pap smear untuk melihat adanya perubahan atau
keganasan pada epitel serviks atau porsio (displasia) sebagai tanda awal keganasan
serviks atau prakanker (Rasjidi, Irwanto, Sulistyanto, 2014). Pemeriksaan IVA dan
Pap smear ini dilakukan pada setiap calon akseptor KB dilakukan deteksi dini
kanker serviks, setiap akseptor KB IUD yang melakukan kunjungan ulang dan
semua Pasangan Usia subur (PUS) yang dilakukan minimal 1 kali dalam 1 tahun.
Pencegahan primer dengan mengurangi faktor risiko terinfeksi HPV dan pemberian
6
vaksin HPV, sedangkan pencegahan tersier adalah diagnosis dan pengobatan
kanker serviks (Kepmenkes, 2018).
1.2 Tujuan Praktik
1.2.1 Tujuan Umum
Di harapkan mahasiswa mampu menerapkan asuhan kebidanan yang komprehensif
pada ibu calon akseptor kontrasepsi IUD sesuai dengan standar asuhan dengan
menggunakan pendekatan managemen kebidanan.
1.2.2 Tujuan Khusus
Setelah praktek ini mahasiswa mampu melaksanakan
7
BAB II
LANDASAN TEORI
sangat efektif, reversible dan berjangka panjang, dapat dipakai oleh semua perempuan
usia reproduktif. AKDR atau IUD atau Spiral adalah suatu benda kecil yang terbuat
dari plastik yang lentur, mempunyai lilitan tembaga atau juga mengandung hormon
dan dimasukkan kedalam rahim melalui vagina dan mempunyai benang (BKKBN,
2014) (6
Indonesia pada tahun 2014 sebanyak 658.632 (7,75%) dengan jumlah efek samping
sebanyak 9,02%, dismenorea sebanyak 10%, flour albus sebanyak 12,02%, erosi
porsio 15,02%
a. AKDR Non-hormonal
1) CuT 380
AKDR CuT 380 A terbuat dari bahan polietilen yang berbentuk huruf T. Pada bagian
ujung bawah dikaitkan benang monofilamen polietilen sebagai kontrol dan untuk
IUD ini terbuat dari bahan polietilen dengan dua tangan kiri dan kanan berbentuk sayang
yang fleksibel(6).
8
3) Lippes Loop
IUD ini terbuat dari polietilen, berbentuk huruf spiral atau bentuk huruf S tersambung.
Lippes loop mempunyai angka kegagalan yang rendah. Keuntungan dari IUD jenis ini
adalah bila terjadi perforasi, jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab
4) Nova-T
AKDR Nova-T mempunyai 200 mm2 kawat halus tembaga dengan bagian lengan dan
ujung tumpul sehingga tidak menimbulkan luka pada jaringan setempat pada saat
dipasang(6).
1) Progestasert-T = Alza T
Panjang 36 mm, lebar 32 mm, dengan 2 lembar benang ekor warna hitam.
per hari. Tabung insersinya berbentuk lengkung, Daya kerja: 18 bulan. Teknik insersi
plunging(7).
2) LNG-20
diteliti di Finlandia. Angka kegagalan / kehamilan sangat rendah: 0,5 per 100 wanita
ternyata lebih tinggi dibandingkan IUD lainnya, karena 25% mengalami amenore
9
Gambar 1. Macam – maca AKDR/IUD
c. AKDR mengubah transportasi tuba dalam rahim dan mempengaruhi sel telur
10
Gambar 2. Mekanisme Kerja IUD
11
a) Mengurangi volumedarah haid dan mengurangi dismenorrhoe(6).
b) Untuk mencegah adhesi dinding-dinding uterus oleh synechiae (Ashermans‟
Syndrome)
b. Kelemahan AKDR
setelah 3 bulan).
Beberapa minngu setelah pemasangan AKDR, dapat terjadi perdarahan dalam bentuk
perdarahan intermenstruasi atau spotting. Pada keadaan ini AKDR tidak perlu
dilepaskan kecuali bila pendarahan terus berlaangsung sampai lebih dari 8 – 10 minggu.
Jika keluhan berlangsung terus, sebaiknya IUD dikeluarkan dan diganti dengan IUD
12
yang mempunyai ukuran yang lebih kecil(9).
Rasa nyeri atau kejang di perut dapat terjadi segera setelah pemasangan IUD. Biasanya
rasa nyeri ini berangsur-angsur hilang dengan sendirinya. Rasa nyeri dapat dikurangi
atau dihilangkan dengan cara diberkani obat analgetika. Jika keluhan berlangsung
terus, sebaiknya IUD dikeluarkan dan diganti dengan IUD yang mempunyai ukuran
Kadang-kadang suami dapat merasakan adanya benang IUD sewaktu bersenggama. Ini
disebabkan oleh benang IUD yang keluar porsio uteri terlalu pendek atau terlalu
panjang. Untuk mengurangi atau menghilangkan keluhan ini, benang IUD yang terlalu
panjang dipotong sampai kira-kira 2 – 8 cm dari porsio, sedang jika benang IUD terlalu
pendek, sebaiknya IUD-nya diganti(
Pada pemakaian AKDR sering dijumpai adanya duh tubuh vagina atau keputihan yang
mungkin merupakan akibat dari terjadinya reaksi awal terhadap adanya benda asing.
Penggunaan AKDR akan memicu rekurensi vaginosis bacterial yaitu keadaan
abnormal pada ekosistem vagina yang disebabkan bertambahnya pertumbuhan flora
vagina bakteri anaerob menggantikan Lactobacillus yang mempunyai konsentrasi
tinggi sebagai flora normal vagina
2.1.7. Indikasi Dan Kontraindikasi Pemakaian IUD Non Hormonal
Menurut Saifuddin, 2014 indikasi pemakaian IUD non hormonal yaitu :
1. Usia reproduktif
2. Resiko rendah IMS (Infeksi Menular Seksual)
3. Tidak menghendaki metode hormonal
4. Keadaan nulipara: perempuan yang belum pernah melahirkan anak
5. Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
6. Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi
7. Pasca melahirkan dan tidak menyusui bayinya
8. Pasca abortus dan tidak terlihat adanya infeksi
13
9. Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari
10. Tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari senggama.
11. Perokok, sedang menyusui, gemuk atau kurus.
12. Sedang memakai antibiotik atau anti kejang.
13. Penderita tumor jinak payudara, hipertensi, DM, penyakit tiroid.
Menurut Saifuddin, 2014 kontraindikasi pemakai IUD non hormonal adalah:
1. Sedang hamil (diketahui/kemungkinan hamil).
2. Perdarahan vagina yang tidak diketahui.
3. Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis).
4. 3 bulan terakhir sedang mengalami/abortus septic.
5. Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang dapat
mempengaruhi kavum uteri.
6. Penyakit trofoblas ganas.
7. Diketahui menderita TBC pelvic.
8. Kanker alat genital.
9. Ukuran rongga rahim kurang dari 5cm.
2.1.8. Waktu Pemasangan IUD
Menurut Marjati, 2014 waktu pemasangan IUD sebagai berikut :
1. Sewaktu haid sedang berlangsung
Pada hari-hari pertama atau terakhir haid. Keuntungannya pemasangan lebih
mudah oleh karena serviks terbuka dan lembek, rasa nyeri tidak seberapa keras,
perdarahan yang timbul akibat pemasangan tidak seberapa dirasakan.
2. Sewaktu pasca melahirkan (post partum)
a. Secara dini (immediate insertion): dipasang pada wanita yang melahirkan
sebelum dipulangkan dari rumah sakit.
b. Secara langsung (direct insertion): dipasang dalam masa 3 bulan pasca
melahirkan/abortus.
c. Secara tidak langsung (indirect insertion): dipasang setelah 3 bulan pasca
melahirkan/abortus.
d. Sewaktu post abortus.
e. Beberapa hari setelah haid terakhir.
2.1.9 Cara Pemasangan IUD
Menurut BKKBN (2018) langkah pemasangan IUD adalah sebagai berikut:
1. Konseling pra pemasangan
14
a. Menjelaskan cara kerja KB IUD
b. Menjelaskan keuntungan dan kerugian KB IUD
c. Menjelaskan cara pemasangan KB IUD
d. Menjelaskan jadwal kunjungan ulang pra pemasangan atau setelah
pemasangan yaitu satu minggu setelah pemasangan, enam bulan setelah
pemasangan, satu tahun setelah pemasangan.
e. Sedang hamil (diketahui hamil atau sedang hamil).
f. Perdarahan vagina yang tidak diketahui sebabnya.
g. Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servitis).
h. Diketahui menderitaTBC pelvic.
i. Kanker alat genital.
j. Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm.
2. Pemasangan
a. Mencuci tangan sebelum dan sesudah tindakan.
b. Masukan lengan IUD di dalam kemasan sterilnya, pakai kembali sarung tangan
yang baru.
c. Pasang spekulum vagina untuk melihat serviks.
d. Lakukan tindakan aseptik dan antiseptik pada vagina dan serviks
e. Jepit bibir serviks dengan tenakulum.
f. Masukan IUD ke kanalis servikalis dengan tekhnik tanpa sentuh, kemudian
dorong ke dalam kavum uteri hingga mencapai fundus.
g. Tahan pendorong (plunger) dan tarik selubung (inserter) ke bawah sehingga
lengan IUD bebas.
h. Setelah pendorong ditarik ke luar, baru keluarkan selubung.
i. Gunting benang IUD, keluarkan tenakulum dan spekulum dengan hati-hati.
j. Dekontaminasi dan pencegahan pasca tindakan.
Gambar 3. Pemasangan IUD coper TCu-380A
15
3. Konseling dan instruksi pasca insersi.
a. Mengkaji perasaan akseptor pasca pemasangan IUD Copper T Cu-380A.
b. Menjelaskan komplikasi yang mungkin timbul pasca pemasangan IUD
Copper T Cu-380A (Sakit dan kejang selama 3-5 hari pasca pemasangan,
perdarahan berat waktu haid atau diantarnya yang mungkin penyebab anemia,
perforasi uterus).
c. Ajarkan klien cara pemeriksaan mandiri benang IUD.
1) Mencucui tangan.
2) Ibu jongkok kemudian memasukkan jari tengah ke dalam vagina ke arah
bawah dan ke dalam sehingga dapat menemukan lokasi serviks.
3) Merasakan benang IUD pada ujung serviks, jangan menarik benang
tersebut.
4) Memeriksa IUD pada setiap akhir menstruasi dan sesering mungkin di
antara bulan-bulan kunjungan ulang.
5) Menjelaskan kemungkinan IUD keluar atau ekspulsi.
6) Menjelaskan bahwa IUD Copper T Cu380A segera efektif setelah
pemasangan.
7) Menjelaskan waktu kunjungan ulang (control pertama 1minggu pasca
pemasangan, selanjutnya 4-6 minggu, saat menstruasi yang akan datang,
atau jika ada keluhan).
8) Menjelaskan bahwa akseptor dapat melepas IUD 10 tahun atau apabila
klien menghendaki.
d. Lakukan observasi selam 15 menit sebelum memperbolehkan klien pulang.
2.1.10 Komplikasi pasca pemasangan IUD
1. Infeksi
IUD atau alat kontrasepsi dalam rahim yang berada didalam vagina, tidak
menyebabkan terjadinya infeksi jika alat-alat yang digunakan dan tekhnik
pemasangan dilakukan secara steril, jika terjdi infeksi hal ini mungkin disebabkan
sudah terdapat infeksi yang subakut pada traktus genitalis sebelum pemasangan
IUD (Prawirohardjo, 2014).
2. Perforasi
Umumnya perforasi terjadi saat pemasangan IUD, pada permulaan hanya ujung
IUD saja yang menembus dinding uterus, tetapi jika uterus berkontraksi IUD dapat
terdorong lebih jauh menembus dinding uterus, sehingga akhirnya sampai ke
16
rongga perut. Kemungkinan adanya perforasi harus diperhatikan apabila pada
pemeriksaan dengan spekulum benang IUD tidak terlihat (Prawirohardjo, 2014).
3. Kehamilan
Seorang klien yang mengalami kehamilan dengan IUD masih terpasang perlu di
berikan konseling tentang resiko yang akan terjadi jika kehamilan dilanjutkan
dengan IUD tetap terpasang. Resiko yang dapat terjadi antara lain infeksi
intrauterus, sepsis, aborsi spontan, aborsi sepsis spontan, plasenta previa, dan
persalinan prematur. Apabila benang IUD tidak terlihat pada tulang serviks atau
tidak teraba pada saluran serviks, maka perlu dilakukan pemeriksaan
ultrasonografi atau USG untuk memastikan apakah IUD masih berada didalam
uterus (Varney, 2016).
4. Ekspulsi
Ekspulsi adalah pengeluaran sendiri alat kontrasepsi dari uterus. Ekspulsi IUD
biasanya terjadi pada saat haid dan juga dipengaruhi oleh beberapa faktor
penyebab diantaranya adalah usia dan paritas, lama pemakaian IUD, riwayat
kejadian ekspulsi sebelumnya, jenis dan ukuran IUD yang digunakan, serta faktor
psikis
2.1.11 Penanganan Efeksamping IUD
No Efeksamping / Permasalahan Penanganan
1 Amenorea Periksa apakah sedang hamil, apabila tidak, jangan
lepas IUD. Lakukan konseling dan cari sebab
Amenorea.
Apabila hamil , jelaskan dan sarankan untuk melepas
IUD apabila benangnya terlihat dan usia kehamilan
kurang dari 13 minggu.
Apabila benang tidak terlihat dan kehamilan lebih
dari 13 minggu, IUD jangan dilepas.
Apabila klien sedang hamil dan ingin
mempertahankan kehamilannya tanpa melepas IUD,
jangan dilepas, jelaskan adanya resiko kemungkinan
kegagalan kehamilan dan infeksi
2 Kejang Pastikan dan tegaskan adanya radang panggul dan
penyebab lain dari kejang. Tanggulangi penyebabnya
17
apabila ditemukan . apabila tidak ditemukan
penyebabnya beri Analgesik. Apabila klien
merasakan kejang yang berat, lepaskan IUD , bantu
klien untuk menentukan metode kontrasepsi lain
3 Perdarahan vagina yang hebat Pastikan dan tegaskan adanya infeksi pelvik dan
dan tidak teratur kehamilan ektopik. Apabila tidak ada kelainan
patologis, perdarahan berkelanjutan atau perdarahan
hebat, lakukan konseling dan pemantauan. Beri
Ibuprofen (800mg 3x sehari selam 1 minggu). Beri
tablet Fe 1x1 selama 1 -3 bulan.
Apabila klien telah mamakai IUD selama lebih dari 3
bulan dan diketahui menderita anemia ( Hb < 7gr%,
anjurkan untuk melepas IUD dan bentu memilih
kontrasepsi yang sesuai.
4 Benang yang hilang Pastikan adanya kehamilan atau tidak. Tanyakan
apakah IUD terlepas, berikan kondom. Periksa
benang IUD di dalam saluran endoserviks dan cavum
uteri, setelah masa haid berikutnya. Apabila tidak
ditemukan benang rujuk ke dokter, lakuikan X-Ray
atau USG.apabila tidak hamil dan IUD tidk
ditemukan pasang IUD baru atau bantu klien
menentukan metode lain
5 Adanya pengeluaran cairan Pastikan pemeriksaan untuk PMS. Lepaskan apabila
dari vagina/ dicurigai adanya ditemukan menderita atau sangat dicurigai menderita
PRP Gonorhoe atau infeksi klamedial, lakukan
pengobatan yang memadai. Bila PRP obati dan lepas
IUD sesudah 48 jam. Beri metode lain
18
kepada cairan yang dikeluarkan dari alat-alat genitalia yang tidak berupa darah.
Menurut Sarwono (2005), Fluor albus biasanya disebabkan oleh jamur atau
virus, bakteri dan tentu saja masalah ini amat mengganggu penderita. Karena
biasanya wanita akan mengeluarkan aroma yang tidakJenis-jenis leukorea sedap dari
organ intimnya selain juga merasa gatal yang sering mengganggu.
Idealnya, area vagina memiliki pH antara 3,8 - 4,5. Kadar pH tersebut turut di
tentukan oleh usia. Vagina anak perempuan yang sudah menginjak usia reproduksi
umumnya lebih asam, karena mengandung hormone estrogen. Sebaliknya, para
perempuan yang sudah menginjak menopause, kadar pH nya akan sedikit tinggi, seiring
dengan menurunnya kadar estrogen dalam tubuh. Estrogen memicu produksi glikogen
di mukosa vagina. Glikogen tersebut akan diurai dengan laktobasili menjadi asam laktat,
komponen yang menentukan kadar keasaman vagina. Semakin pekat kadar keasaman
vagina, semakin sulit flora bakteri asing berkembang biak. Itulah sebabnya, mamastikan
tingkat keasaman vagina tetap berada pada rentang pH normal sangat penting, karena
laktobasilus hanya dapat bekerja pada kadar pH yang rendah (asam). jika kadar pH
diatas 4,5 maka vagina akan rentang mengalami infeksi
2.2.2 Jenis Keputihan
Keputihan terbagi atas dua macam, yaitu keputihan fisiologis dan keputihan
patologis.
1. Keputihan fisiologis
Keputihan fisiologis terdiri atas cairan yang kadang-kadang berupa muskus
yang mengandung banyak epitel dengan leukosit yang jarang. Sedangkan
keputihan patologis banyak mengandung leukosit
Keputihan normal dapat terjadi pada masa menjelang dan sesudah menstruasi,
sekitar fase sekresi antara hari ke 10-16 siklus menstruasi, saat terangsang,
hamil, kelelahan, stress dan menggunakan KB. Keputihan ini tidak berwarna
atau jernih, tidak berbau dan tidak menyebabkan rasa gatal
2. Keputihan patologis
Keputihan patologis merupakan cairan eksudat dan cairan ini
mengandung banyak leukosit. Eksudat terjadi akibat reaksi tubuh terhadap
adanya jejas atau luka. Keputihan patologis juga bisa disebabkan oleh adanya
infeksi / peradangan yang terjadi karena cara membersihkan vagina yang
19
kurang tepat dan adanya benda asing dalam vagina. Kuman penyakit yang
menginfeksi vagina seperti jamur Candida albican, parasit Tricomonas, E.
Coli, Staphylacoccus, Condiloma acuminata dan Herpes serta luka di daerah
vagina, benda asing yang tidak sengaja atau sengaja masuk ke vagina dan
kelainan serviks. Akibatnya timbul gejala yang sangat mengganggu, seperti
berubahnya cairan yang berwarna jernih menjadi kekuningan sampai
kehijauan, jumlahnya berlebihan, kental, berbau tak sedap, terasa gatal atau
panas, dan menimbulkan di daerah mulut vagina.
a. Keputihan fisiologis
1. Pengaruh sisa estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina sehingga bayi
sekret, yang merupakan akibat adanya pelebaran pembuluh darah di vagina atau
ovulasi (8).
5. Mukus serviks yang padat pada masa kehamilan sehingga menutup lumen serviks
b).Keputihan patologis
1).Infeksi
a. Jamur
20
Jamur yang sering menyebabkan keputihan ialah candida albican. Candida
albican merupakan flora normal didalam vagina. Penyakit jamur yang
disebabkan oleh spesies Candida disebut Kandidiasis vagina.
Keluhan penyakit ini adalah rasa gatal atau panas pada alat kelamin, keluarnya
lendir yang kental, putih dan bergumpal seperti butiran tepung. Keluarnya cairan
terutama pada saat sebelum menstruasi dan kadang-kadang disertai rasa nyeri
pada waktu senggama.
b.Bakteri
f) Vaginosis Bakterial
Penyakit ini disebabkan oleh Gardnerella vaginallis, mycoplasma, dan
organisme anaerob. Penyakit ini ditandai dengan duh vagina yang banyak,
homogen, tipis, berwarna abu-abu, dan berbau amis(4).
g) Gonorrhoeae
Gonorrhoeae adalah penyakit infeksi bakteri yang disebabkan oleh negatif Gram
diplokokus Neisseria gonorrhoeae. Penyakit ini biasanya ditularkan melalui
hubungan seksual. Gonorrhoeae menyebabkan serviks memerah, bengkak, dan
edematosa, serta diliputi oleh pus. Duh gonore tidak memiliki ciri khas yang dapat
dilihat secara kasat mata.
c).Parasit
Parasit yang sering menyebabkan keputihan adalah Trichomonas vaginalis yang
ditularkan secara seksual. Gejala yang sering timbul pada wanita biasanya berupa
duh purulent berbuih yang menyebabkan nyeri setempat dan perih yang sangat
mengganggu pada genitalia eksterna, tipis, berbau tidak enak dan banyak. Duhnya
bisa berwarna abu-abu, putih, atau kuning kehijauan(8).
d).Virus
Sering disebabkan oleh Human papilloma virus (HPV) dan Herpes simpleks. HPV
sering ditandai dengan kondiloma akuminata, cairan berbau dan tanpa rasa gatal.
4).Neoplasma jinak
Berbagai tumor jinak yang tumbuh kedalam lumen, akan mudah mengalami
5).Kanker
Leukorea ditemukan pada neoplasma jinak maupun ganas, apabila tumor itu dengan
genitalia. Sel akan tumbuh sangat cepat secara abnormal dan mudah rusak, akibat
6).Menopause
Pada menopause sel-sel dan vagina mengalami hambatan dalam pematangan sel
akibat tidak adanya hormon estrogen sehingga vagina kering, sering timbul gatal
karena tipisnya lapisan sel sehingga mudah luka dan timbul infeksi pada penyerta(4).
2.2.4.Patogenesis Keputihan
kelamin wanita yang tidak berupa darah. Dalam perkembangan, alat kelamin wanita
keadaan yang dapat terjadi fisiologis dan dapat menjadi keputihan yang patologis
penyakit. Bila vagina terinfeksi kuman penyakit seperti jamur, parasit, bakteri dan virus
maka keseimbangan ekosistem vagina akan terganggu, yang tadinya bakteri doderlein
atau Lactobacillus memakan glikogen yang dihasilkan oleh estrogen pada dinding
22
vagina untuk pertumbuhannya dan menjadika pH vagina menjadi asam, hal ini tidak
dapat terjadi bila pH vagina basa. Keadaan pH vagina basa membuat kuman penyakit
a. Sekret yang berlebihan seperti susu dan dapat menyebabkan labia menjadi terasa
gatal, umumnya disebabkan oleh infeksi jamur candida dan biasa terjadi pada
kehamilan, penderita diabetes dan akseptor pil KB.
b. Sekret yang berlebihan berwarna putih kehijauan atau kekuningan dan berbau tak
sedap, kemungkinan disebabkan oleh infeksi Trikomonas atau benda asing di
vagina(4).
c. Keputihan yang disertai nyeri perut di bagian bawah atau nyeri panggul belakang,
kemungkinan terinfeksi sampai pada organ dalam rongga panggul(4).
d. Sekret sedikit atau banyak berupa nanah, rasa sakit dan panas saat berkemih atau
terjadi saat hubungan seksual, kemungkinan disebabkan oleh infeksi Gonorrhoeae
karena terjadi infeksi kuman
c. Sekret kecoklatan (darah) terjadi saat senggama, kemungkinan disebabkan oleh erosi
pada mlut Rahim.
d. Sekret bercampur darah dan disertai bau khas akibat sel-sel mati.
Kemungkinan adanya sel-sel kanker pad serviks
2.2.6 Penatalaksanaan
a. Jamur
Pada infeksi Candida albicans dapat diberikan mikostatin 10.000 unit intravaginal
selama 14 hari, obat lainnya itrakonazol 2x200 mg per oral dosis sehari(8).
b. Bakteri
23
Untuk Gardnerella vaginalis diberikan Clindamycin 2x300 mg per oral/hari selama 7
hari, untuk Gonococcus dapat diberikan Tetrasiklin 4x250 mg per oral/hari selama 10
hari.
c. Parasit
Pada infeksi Trichomonas vaginalis diberikan metronidazol 3x250 mg per oral selama
10 hari, dapat juga dengan klotrimazol 1x100 mg intravaginal selama 7 hari(8).
d. Virus
Pada virus Herpes tipe 2, diberikan obat topikal larutan neutral 1% atau larutan
provlafine 0,1%, pada Human Papiloma Virus pemberian vaksinasi mungkin cara
pengobata yang rasional untuk infeksi virus, kemudian pemberian suntikan interferon
dan obat topical podofilin 25% atau podofilotoksin 0,5% baik untuk kondiloma
akuminata.
Selain itu, dianjurkan untuk selah menjaga kebersihan daeran intim sebagai
a. Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, pola olahraga rutin, istirahat cukup, hindari
b. Setia kepada pasangan. Hindari promiskuitas atau gunakan kondom untuk mencegah
c. Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar tetap kering dan
tidak lembab misalnya denga menggunakan celana bahan yang menyerap keringat,
hindari pemakaian celana terlalu ketat. Biasakan utnuk mengganti pembalut, pantyliner
d. Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dari arah depan
ke belakang.
24
e. Hindari penggunaan bedak talkum, tissue atau sabun dengan pewangi pada daerah
2.3 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Akseptor KB IUD dengan Leukorea.
2.3.1. Pengkajian Data
Mengumpulkan semua data fokus yang dibutuhkan baik melalui anamnesa
maupun pemeriksaan umum untuk menilai keadaan klien secara menyeluruh
(Estiwadani,2016 )tahap ini meliputi:
1) Data Subyektif
Data subyektif adalah data yang didapat dari pasien sebagai suatu
pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian (Nursalam,2017).
Data subyektif meliputi:
(1) Nama Pasien : Dikaji dengan nama yang jelas dan lengkap, untuk
menghindari adanya kekeliruan atau untuk membedakan dengan klien
atau pasien lainnya.
(2) Umur : Ditulis dalam tahun, untuk mengetahui adanya resiko
25
diperlukan dalam keadaan mendesak sehingga bidan mengetahui
tempat tinggal pasien.
b) Keluhan Utama
c) Riwayatperkawinan
d) Riwayatmenstruasi
e) Riwayatkehamilan,persalinandannifasyanglalu
26
Untuk mengetahui riwayat penyakit sekarang, dahulu maupun
penyakit keluarga seperti jantung. Ginjal, asma, TBC, hepatitis, DM,
hipertensi, epilepsi, serta riwayat keturunan kembar dan riwayat
operasi(Saifudin,2016)
g) Kebiasaan sehari-hari
27
(7) Riwayatpsikososial
2) DataObyektif
a) Pemeriksaan fisik
28
a. Status generalis
(1) Rambut : Untuk mengetahui apakah rambutnya bersih,
rontok, dan berketombe atau tidak (Nursalam,2016).
(2) Muka : Keadaan umum pucat atau tidak adakah kelainan,
adakah oedema, adakah cloasma gravidarum
(Wiknjosastro,2016).
(3) Mata : Conjungtiva merah muda atau tidak, sclera putih
ataupucat(Alimul,2016).
(4) Hidung : Untuk mengetahui adakah kelainan, adakah
polip, adakah hidung tersumbat (Perry&Poter,2016).
(5) Mulut : Untuk mengetahui apakah mulut bersih atau tidak,
ada caries dan karang gigi tidak, ada stomatitis atau tidak
(Nursalam,2016)
(6) Telinga : Bagaiman keadaan daun telinga, simetris atau
tidak,adakahserumen(Alimul,2016).
(7) Leher : Apakah ada pembesaran kelenjar gondok atau
thyroid, tumor dan pembesaran getah bening (Farrer,2016).
(8) Payudara : Apakah ada benjolan tumor dan apakah
ukuranyasimetriskanandankiri(Farer,2016).
(9) Abdomen :Apakah adajaringan parut atau bekas
operasi. Adakah nyeri tekan dan adanya masa
(Wiknjosastro, 2016). Pada kasus ini akseptor mersakan
nyeri pada perut bagian bawah (Fery,2016).
b) Pemeriksaan vulva vagina
(1) Vulva
(2) Inspekulo
29
Untukmengetahuikeadaanvaginadanservik(Abidin,2014).
Pada kasus leukorea dilakuakn pemeriksaan yang
menggunakan speculum terlihat keputihan dengan lendir
kentaldanjernihdalamjumlahyangbanyak(Aghe,2014).
Data subyektif :
Data obyektif :
30
b) Pengeluaran pervagina lendir kental jernih dan tidak berbau.
Kebutuhanmerupakanhal-halyangdibutuhkanpasiendanyang
belum teridentifikasi dalam diagnosa masalah yang didapatkan
denganmelakukananalisisdatamenurutVarney(Estiwidani,2018).
Kebutuhan yang diperlukan oleh akseptor KB IUD dengan leukorea
adalah dorongan moral dan informasi tentang leukorea
(Manuaba,2018).
31
Pada kontrasepsi IUD Tipe 380 A dengan leukorea tindakan
segerayangdilakukan menurut Egan(2017)adalahdengan cara:
32
Pelaksanaan Merupakan langkah pelaksanaan dari asuhan yang
telah direncanakan secara efisien dan aman. Keterlibatan bidan dalam
manajemen asuhan pasien adalah tetap tanggung jawab terhadap
pelaksanaan asuhan bersama yang manyeluruh (Varney, 2007).
PelaksanaanasuhankebidananpadaakseptorKBIUDdenganleukorea
sesuaidenganperencanaanyangtelahdibuat.
Data Perkembangan
33
evaluasi berdasarkan asessment. Memberi konseling sesuai
dengan permasalahan yang ada sebagai upaya untuk
membantuprosespengobatan.
34
BAB III
ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BERENCANA
DAN PELAYANAN KONTRASEPSI IUD dengan LEUKOREA
Pengkajian
Tanggal Pengkajian : 22 November 2021
Pukul :09,30 wib
Oleh : Siti Mushoffah
No. RM :
2. Alasan Datang :Ingin periksa karena sudah lebih dari satu minggu mengalami
keputihan, berwarna jernih kantal, tidak berbau dan tidak gatal.
3. Riwayat Menstruasi
- Usia Menarche : 13 tahun
- Lama : 7 hari
- Jumlah :2-3 softex/hari
- Fluor albus : lebih dari satu minggu
- HPHT :12 November 2021
4. Riwayat KB
Cara KB terakhir : IUD sudah 4 tahun.
Tujuan ber KB : Ingin menjarangkan jarak kehamilan
35
6. Riwayat penyakit yang pernah diderita
Klien tidak perna menderita penyakit Hipertensi, Hepatitis. DM dan penyakit
kelamin
b. Pemeriksaan Fisik
Wajah : tidak pucat/odem
Mata : Konjungtiva merah mudah, sklera putih
Dada/Payudara :bentuk simetris tidak ada Pembengkakan , tidak ada
Massa.Tidak ada pengeluaran ASI
Abdomen : tidak ditemukan massa, tidak ada nyeri tekan , tidak
Ada bekas operasi.
Genetalia : Tidak ada Perdarahan abnormal, tampak ada
Cairan skret kental berwarna putih, tidak bengkak,
tidak
Ada tanda penyakit kelamin. Labia tidak nyeri tekan.
Eksremitas : atas tidk ada kelainan, tidak ada keterbatasan gerak
Tidak bengkak.
: Bawah tidk ada kelainan, tidak ada keterbatasan gerak,
tidak bengkak.
c. Pemeriksaan Bimanual
- Gerakan serviks : mobil, porsio lunak tidak ada nyeri goyang, tidak teraba
benjolan,
d. Pemeriksaan Inspekulo :
- Vagina : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, tidak ada tanda penyakit
kelamin, tidak ada varises.
- Vulva ada keluaran lender berwarna putih kental
36
- Portio tidak ada Erosi. Tidak ada keluaran darah, tampak benang IUD.
e. Pemeriksaan Penunjang, tidak dilakukan.
1.3 Analisa.
Ny H, P2A0, Akseptor IUD 4 tahun, dengan keputihan fisiologis.
1.4 Penatalaksanaan
Tanggal 22 November 2021Jam 09, 30 Wib.
Kesadaran compomentis
Nadi 76 x / menit.
Pernafasan 20 x/menit
Genitalia . tidak ada tanda penyakit kelamin, tidak oedem, tidak tampak
Keluaran.
37
Vagina tidak ada luka, tidak nyeri tekan.
Inspekulo. Portio tidak erosi, tampak benang IUD, ada lender putih warna
Jernih sedikit.
pemeriksaan
Dalam portio normal tidak ada erosi, benang IUD terlihat, tampak cairan /
38
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada asuhan yang dilakukan pada tanggal 22 November 2021 pukul 10.00
WIB di Poli KIA Puskesmas Bungah Penulis melakukan pengkajian untuk
mendapatkan data subjektif, data obejktif , didapatkan hasil bahwa Nn. H berumur 34
Tahun adalah Akseptor KB IUD yang mengalami Keputihan yang bersifat Fisiologis.
AKDR adalah alat kontrasepsi yang digunakan oleh wanita usia subur
yang diinsersi ke dalam vagina yang merupakan alat kontrasepsi non hormonal.
Mekanisme kerja AKDR adalah menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke
tuba fallopii, mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai cavum uteri,
mencegah sperma dan ovum bertemu dengan membuat sperma sulit masuk ke dalam
rahim dan memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus(15).
AKDR memiliki keunggulan yaitu penggunaan jangka panjang, kontrol
medis yang ringan dan efektifitasnya cukup tinggi. Namun, penggunaan kontrasepsi
AKDR juga mempunyai risiko terjadinya komplikasi dan efek samping yang dapat
terjadi, salah satunya yaitu terjadinya keputihan.
Menurut Departemen Kesehatan RI (2014), jumlah akseptor KB IUD di
Indonesia pada tahun 2014 sebanyak 658.632 (7,75%) dengan jumlah efek samping
pemakaian IUD sebanyak 1.513 (46,06%) diantaranya perdarahan post coital
sebanyak 9,02%, dismenorea sebanyak 10%, flour albus sebanyak 12,02%, erosi
porsio 15,02%
Keputihan merupakan gejala dimana terjadinya pengeluaran cairan dari
alat kelamin wanita yang tidak berupa darah . Keputihan merupakan gejala keluarnya
cairan dari lubang vagina diluar kebiasaan, baik berbau atau tidak dan disertai gatal
atau tidak . Keputihan merupakan salah satu efek samping dari penggunaan AKDR,
hal ini disebabkan karena reaksi endometrium. IUD menimbulkan efek samping
keputihan fisiologis. Keputihan fisiologi dapat berubah menjadi patologis pada
akseptor AKDR karena kurangnya kebersihan pada genetalia sehingga dapat
menimbulkan infeksi.
Kejadian keputihan pada akseptor AKDR mempengaruhi pH vagina
dengan kandungan ekosistem vaginal pembentuk pH menjadi asam dapat
mempengaruhi Microba lactobacillus yaitu mikroflora fakultatif dengan memproduksi
asam laktat dari glukosa. Apabila leukorea ini tidak segera mendapat penanganan yang
39
tepat dan berlangsung berkepanjangan akan menjadi infeksi vagina, vulvitis
(peradangan pada vulva), vaginitis (peradangan pada vagina) dan bahkan menjadi
vulvovaginitis (peradangan pada vulva dan vagina).
Infeksi umumnya disebabkan karena infeksi bakteri yang juga
menyebabkan penyakit menular seksual lainnya seperti klamidia, gonorrhoe,
mikoplasma, streptokokus. Bakteri ini masuk melalui vagina dan bergerak naik
menuju rahim melalui mulut rahim lalu ke tuba fallopi dan sekitarnya. Berdasarkan
penelusuran literatur, infeksi saluran reproduksi dapat disebabkan karena bakteri yang
ditularkan melalui hubungan seksual yaitu sebesar 85%, sedangkan 15% kasus yang
lain terjadi setelah diadakan tindakan kebidanan seperti kuret, biopsy endometrium
dan pemasangan AKDR( Hardiarti, 2018)
Infeksi saluran reproduksi bisa disebabkan oleh pemasangan AKDR
yang tidak steril sehingga pertumbuhan mikroba dalam vagina berlebihan. Salah satu
infeksi yang paling sering ditemukan adalah Candidiasis. Candidiasis adalah infeksi
yang disebabkan oleh jamur terutama Candida albicans. Jamur ini dapat masuk ke
dalam rongga uterus pada saat insersi IUD dan juga kontaminasi pada bagian tali dari
IUD. IUD dikenal karena keefektifannya dibandingkan kontrasepsi yang lain, tetapi
selalu dihubungkan dengan efek samping yang lebih banyak dibanding kontrasepsi
yang lain.( Hardiarti, 2018)
BAB V PENUTUP
40
5.1 Kesimpulan
a. Bagi responden
41
DAFTAR PUSTAKA
1. Pratiwi, Aulia, 2015. Jurnal Penelitian: Asuhan Kebidanan Pada Akseptor KB IUD
Dengan Keputihan di PUSKEMAS Tegalrejo
2. Alfiah, Ismi Dzalva, 2015. Jurnal Penelitian: Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang di Wilayah Kerja
PUSKESMAS Kecamatan Kalideres Tahun 2015
3. Rahmawati, Rika, 2016. Jurnal Penelitian: Asuhan Kebidanan Pada Akseptor IUD
Dengan Flour Albus di Ruang Poli Kandungan RSUD dr. Soekardjo Kota
Tasikmalaya
4. Mega dan Hidayat Wijayanegara, 2017. Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana,
Jakarta: Penerbit Trans Info Media
5. Prawirohardjo, Sarwono, 2011. Ilmu Kandungan Edisi ketiga, Jakarta: Penerbit PT
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
6. BKKBN, 2012. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi Edisi Ketiga, Jakarta:
Penerbit PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
7. Darmani, Endang Herliyanti, 2012. Resep Rahasia Kesehatan Wanita, Jakarta:
Penerbit Sagung Seto
8. Hollingworth, Tony, 2012. Diagnosis Banding dalam Obstetri dan Ginekologi, Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
9. Wati, Deny Tiara, 2014. Jurnal Penelitian: Asuhan Kebidanan Pada Ny. S Umur 40
Tahun P2A0 Akseptor KB IUD Dengan Luekorea Di RSUD Karanganyar
10. Wathaniah, Sitti, dkk, 2013. Jurnal Penelitian: Faktor Mikroba Penyebab Infeksi
Saluran Reproduksi Pada Akseptor Intrauterine Device (IUD) Di Kota Mataram
11. Hardianti,Sumarni, 2018. Jurnal Hubungan Antara Penggunaan Alat Kontrasepsi
Dalam Rahim dengan Kejadian Keputihan di Puskesmas Minasaupa Makasar.
42
LAMPIRAN
43
44