Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN

PRAKTIK ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK


PADA KELUARGA BERENCANA DAN PELAYANAN KONTRASEPSI
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BUNGAH

Nama Mahasiswa :Siti Mushoffah


NIM :P27824621078

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I.


BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA
MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATANSURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
TAHUN 2021

1
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Asuhan Kebidanan Holistik Pada Keluarga Berencana dan Pelayanan Kontrasepsi ini
dilaksanakan sebagai dokumen/laporan praktik Blok 7 yang telah dilaksanakan di Puskesmas
Bungah periode praktik
Tanggal 22 November s/d 04 Desember 2021

Surabaya , 04 Desember 2021

Siti Mushoffah

Pembimbing Lahan Pembimbing Pendidikan 1 Pembimbing pendidikan 2

Dr. Mujtahidah Kharisma K, SST.,M.Keb Ani Media H,SST.,M.Keb


Nip: 198004272010012 010 Nip; 19810323200801 2014 Nip: 197802142002122001

Mengetahuai

Kepala Puskesmas Bungah Ketua Program Studi

dr. Mujtahidah Evi Pratami, SST., M.Keb


Nip: 198004272010012 010 Nip: 19790524200212 2001

2
Kata Pengantar

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karenaatas berkat rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Komprehensif yang berjudul“Asuhan
Kebidanan Pada Keluarga Berencana dan Pelayanan Kontrasepsi di Puskesmas Bungah”.
Dalam kesempatan ini penulis menghanturkan rasa hormat danterima kasih yang sebesar –
besarnya kepada dosen pengampu
1. Ibu kepala puskesmas Bungah
2. Ibu pembimbing lahan puskesmas Bungah
3. Ibu Kaprodi Profesi Bidan. Poltekkes Kemkes Surabaya
4. Ibu Kharisma K, SST,M.Keb.
5. Ibu Ani Media H. SST.M.Kes ,yang telah membimbing selama praktik klinik
Penulis mengakui bahwa dalam proses penulisan makalah ini, masih jauh dari kesempurnaan
baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian penulis telah berupaya dengan segala
kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki.
Karenanya, penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbukamenerima masukan kritik
dan saran yang membangun guna perbaikan dan penyempurnaan makalah ini dikemudian hari.
Akhirnya penulis berharap, makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca,dan dapat
memberikan kontribusi yang positif serta bermakna dalam proses perkuliahan Praktik Klinik
Kebidanan. Amin.

Penyusun

3
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESEHAN
KATA PENGANTAR............................................................................................................... 3
DAFTAR ISI ................................................................................................................................ 4
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………..5
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................... 5
1.2 Tujuan Praktik .................................................................................................................... 6
1.3 Lama Praktik ....................................................................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Alat Kontrasepsi Dalam Rahim ( AKDR)/ IUD…………………………….....7
2.1.1 Definisi IUD…………………………………………………………………..7
2.1.2 Jenis – jenis IUD…………..…………………………………………………………….8
2.1.3 Mekanisme Kerja IUD ………………………………………………………………….. 9
2.1.4 Efektivitas IUD………………………………………………………………10
2.1.5 Keuntungan dan Kelemahan IUD……………………………………………11
2.1.6 Efeksamping IUD …………………………………………………………...11
2.1.7 Indikasi dan Kontra Indikasi IUD……………………………………………12
2.1.8 Waktu Pemasangan IUD……………………………………………………..13
2.1.9 Cara Pemasangan IUD………………………………………………………14
2.1.10 Komplikasi Pasca Pemasangan IUD……………………………………….15
2.1.11 Penanganan Efeksamping IUD……………………………………………..16
2.2 Leukorea/Keputihan ………………………………………………………..18
2.2.1 Pengertia……………………………………………………………………..18
2.2.2 Jenis Keputihan……………………………………………………………….18
2.2.3 Etiologi Keputihan……………………………………………………………19
2.2.4 Patifisiologi Keputihan………………………………………………………..22
2.2.5 Gejala Klinis Keputihan………………………………………………………22
2.2.6 Penatalaksanaan pada Leukorea/Keputihan…………………………………..23
2.3 Tinjauan Asuhan Kebidanan Pada Akseptor KB IUD dengan Keputihan……24
2.3.1 Pengkajian…………………………………………………………………….24
2.3.2 Interpretasi Data………………………………………………………………29
2.3.3 Diagnosa Kebidanan………………………………………………………….30
2.3.4 Diagnosa Potensial……………………………………………………………30
2.3.5 Perencanaan…………………………………………………………………..31
2.3.6 Pelaksanaan…………………………………………………………………...32
2.3.7 Evaluasi……………………………………………………………………….33

BAB III TINJAUAN KASUS


3.1 Pengkajian………………………………………………………………………………….34
3.2 Analisa………………………………………………………………………...36
3.3 Penatalaksanaan……………………………………………………………….37

4
BAB IV PEMBAHASAN ....................................................................................... ...........38
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ............................................................................................................... …39
5.2 Saran ........................................................................................................................... …39
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..40
LAMPIRAN…………………………………………………………………….41

5
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Berdasarkan data akseptor KB aktif di Provinsi Jatim tahun 2013 sebanyak
80,22% wanita berumur 15-49 tahun dan berstatus kawin yang sedang
menggunakan/memakai alat KB dari jumlah pasangan usia subur sebanyak 641.741
pasangan, jumlah akseptor KB IUD sebanyak 111.640 orang (BKKBN, 2013).
Salah satu jenis alat kontrasepsi adalah Intra Uterin Device (IUD) yang merupakan
alat kontrasepsi yang dipasang untuk jangka waktu yang lama. Perkembangan
bentuk IUD serta kesadaran yang meningkat akan perlunya pengendalian
kesuburan dengan teknik pemasangan yang benar, maka kini IUD telah diterima
secara luas di kalangan masyarakat (Wiknjosastro, 2016).
Efek samping yang paling sering dirasakan oleh akseptor KB IUD adalah
keputihan (Leukorea). Proses peradangan terjadi karena alat kontrasepsi IUD
diletakkan di dalam rahim menyebabkan produksi cairan pada uterus meningkat.
Jika akseptor KB IUD tidak menjaga kebersihan alat kelaminnya, maka akan
memicu timbulnya bakteri pathogen, bakteri inilah yang menyebabkan keputihan
tidak normal atau disebut leukorea patologis (Nugroho T, 2012). Masalah potensial
yang terjadi pada KB IUD dengan keputihan apabila tidak segera mendapatkan
penanganan segera akan menjadi infeksi, vulvitis, vaginitis dan vulvo vaginitis
(Egan, 2014).
Program pemerintah terkait kasus IUD dengan keputihan yaitu dengan
deteksi dini melalui pencegahan primer, sekunder, tersier (Kepmenkes, 2014).
Pencegahan sekunder yaitu dengan melakukan pemeriksaan IVA (Depkes RI,
2014). Pencegahan sekunder selain pemeriksaan IVA, pemerintah juga
menganjurkan untuk pemeriksaan Pap smear untuk melihat adanya perubahan atau
keganasan pada epitel serviks atau porsio (displasia) sebagai tanda awal keganasan
serviks atau prakanker (Rasjidi, Irwanto, Sulistyanto, 2014). Pemeriksaan IVA dan
Pap smear ini dilakukan pada setiap calon akseptor KB dilakukan deteksi dini
kanker serviks, setiap akseptor KB IUD yang melakukan kunjungan ulang dan
semua Pasangan Usia subur (PUS) yang dilakukan minimal 1 kali dalam 1 tahun.
Pencegahan primer dengan mengurangi faktor risiko terinfeksi HPV dan pemberian

6
vaksin HPV, sedangkan pencegahan tersier adalah diagnosis dan pengobatan
kanker serviks (Kepmenkes, 2018).
1.2 Tujuan Praktik
1.2.1 Tujuan Umum
Di harapkan mahasiswa mampu menerapkan asuhan kebidanan yang komprehensif
pada ibu calon akseptor kontrasepsi IUD sesuai dengan standar asuhan dengan
menggunakan pendekatan managemen kebidanan.
1.2.2 Tujuan Khusus
Setelah praktek ini mahasiswa mampu melaksanakan

1) Melaksanakan pengkajian data pada akseptor KB IUD dengan


leukorea.
2) Melakukan interprestasi data serta merumuskan diagnosa kebidanan,
masalah dan kebutuhan pada akseptor IUD dengan leukorea.
3) Merumuskan diagnosa potensial pada akseptor KB IUD dengan Leukorea.
4) Mengidentifikasi tindakan segera yang akan dilaksanakan pada
akseptor KB IUD dengan Leukorea.
5) Merencanakan tindakan yang akan dilakukan pada akseptor KB IUD
dengan leukorea.
6) Melaksanakan tindakan asuhan kebidanan pada akseptor KB IUD
dengan leukorea.
7) Melakukan evaluasi tindakan secara teliti dan cermat pada akseptor
KB IUD dengan leukorea.
8) Mampu mengidentifikasi kesenjangan antara teori dan praktek pada
akseptor KB IUD dengan leukorea.
9) Mampu memberikan alternative pemecahan permasalahan dalam
asuhan pada KB IUD dengan leukorea
10) Mampu mendokumentasikan asuhan pada akseptor KB IUD dengan
leukorea.

1.3 Lama Praktik


Praktik asuhan kebidanan pada Keluarga Berencana dilakukan sejak tanggal 22
N o v e m b e r 2021 sampai 4 Desember 202

7
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR ) atau IUD


2.1.1. Definisi IUD
AKDR adalah suatu alat atau benda yang dimasukkan kedalam rahim yang

sangat efektif, reversible dan berjangka panjang, dapat dipakai oleh semua perempuan

usia reproduktif. AKDR atau IUD atau Spiral adalah suatu benda kecil yang terbuat

dari plastik yang lentur, mempunyai lilitan tembaga atau juga mengandung hormon

dan dimasukkan kedalam rahim melalui vagina dan mempunyai benang (BKKBN,

2014) (6

Menurut Departemen Kesehatan RI (2014), jumlah akseptor KB IUD di

Indonesia pada tahun 2014 sebanyak 658.632 (7,75%) dengan jumlah efek samping

pemakaian IUD sebanyak 1.513 (46,06%) diantaranya perdarahan post coital

sebanyak 9,02%, dismenorea sebanyak 10%, flour albus sebanyak 12,02%, erosi

porsio 15,02%

2.1.2 Klasifikasi AKDR / IUD


Jenis AKDR yang dipakai di Indonesia antara lain adalah:

a. AKDR Non-hormonal

1) CuT 380

AKDR CuT 380 A terbuat dari bahan polietilen yang berbentuk huruf T. Pada bagian

ujung bawah dikaitkan benang monofilamen polietilen sebagai kontrol dan untuk

mengeluarkan AKDR (6).

2) Multi load 375

IUD ini terbuat dari bahan polietilen dengan dua tangan kiri dan kanan berbentuk sayang

yang fleksibel(6).

8
3) Lippes Loop

IUD ini terbuat dari polietilen, berbentuk huruf spiral atau bentuk huruf S tersambung.

Lippes loop mempunyai angka kegagalan yang rendah. Keuntungan dari IUD jenis ini

adalah bila terjadi perforasi, jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab

terbuat dari bahan plastik(7).

4) Nova-T

AKDR Nova-T mempunyai 200 mm2 kawat halus tembaga dengan bagian lengan dan

ujung tumpul sehingga tidak menimbulkan luka pada jaringan setempat pada saat

dipasang(6).

b. IUD yang mengandung hormonal

1) Progestasert-T = Alza T

Panjang 36 mm, lebar 32 mm, dengan 2 lembar benang ekor warna hitam.

Mengandung 38 mg progesteron dan barium sulfat, melepaskan 65 mcg progesteron

per hari. Tabung insersinya berbentuk lengkung, Daya kerja: 18 bulan. Teknik insersi

plunging(7).

2) LNG-20

Mengandung 46-60 mg Levonorgestrel, dengan pelepasan 20 mcg per hari, sedang

diteliti di Finlandia. Angka kegagalan / kehamilan sangat rendah: 0,5 per 100 wanita

per tahun. Penghentian pemakaian oleh karena persoalan-persoalan perdarahan

ternyata lebih tinggi dibandingkan IUD lainnya, karena 25% mengalami amenore

atau perdarahn haid yang sangat sedikit

9
Gambar 1. Macam – maca AKDR/IUD

1.1.3 Mekanisme Kerja IUD

Penggunaan AKDR di kavum uteri menimbulkan reaksi peradangan

endometrium, yang disertai dengan peningkatan produksi prostaglandin dan

infiltrasi leukosit. Reaksi ini ditingkatkan oleh tembaga yang mempengaruhi

enzim-enzim di endometrium, metabolisme glikogen, dan penyerapan estrogen

serta menghambat transportasi sperma. Untuk penggunaan AKDR yang

mengandung tembaga, jumlah spermatozoa terus berkurang dengan lamanya

pemakaian(8). Berikut adalah rincian mekanisme kerja AKDR:

a. Cairan uterus mengalami perubahan-perubahan pada pemakaian AKDR yang

menyebabkan blastokist tidak dapat hidup dalam uterus(8).

b. Meningginya produksi prostaglandin menyebabkan sering adanya kontraksi

uterus pada pemakaian AKDR yang dapat menghalangi nidasi.

c. AKDR mengubah transportasi tuba dalam rahim dan mempengaruhi sel telur

dan sperma sehingga pembuahan tidak terjadi

d. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.

e. AKDR berkerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu

f. AKDR yang mengeluarkan hormon akan mengentalkan lendir serviks

sehingga menghalangi pergerakan sperma untuk melewati kavum uteri

10
Gambar 2. Mekanisme Kerja IUD

2.1.4 Efektifitas AKDR/IUD


Menurut Suratun (2016), efektifitas AKDR tinggi, angka kegagalan berkisar1%
1) Lippes loop sebagai generasi pertama dipakai selama diinginkan, kecuali bila ada
keluhan
2) Cu T 200 B, Cu 7, ML Cu 250 sebagai generasi kedua dipakai selama3–4 tahun
IUD generasi ke tiga CuT 380A ,ML Cu 380 selama10 tahun
2.1.5. Keuntungan dan kelemahan IUD
Adapun keuntungan dan kelemahan AKDR, yaitu
a. Kentungan AKDR
1) Keuntungan AKDR Non-Hormonal:
a) Sangat efektif. 0,6 – 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1
kegagalan dalam 125 – 170 kehamilan) .
b) IUD dapat efektif segera setelah pemasangan.
c) Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380 dan tidak perlu diganti)
d) Tidak mempengaruhi hubungan seksual
e) Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat.
f) Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil.
g) Tidak ada efek samping hormonal dengan CuT-380A.
h) Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI.
i) Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau abortus (apabila terjadi infeksi) .
j) Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid berakhir) .
k) Tidak ada interaksi dengan obat-obat.
l) Membantu mencegah kehamilan ektopik.
2) Keuntungan AKDR Hormonal:

11
a) Mengurangi volumedarah haid dan mengurangi dismenorrhoe(6).
b) Untuk mencegah adhesi dinding-dinding uterus oleh synechiae (Ashermans‟
Syndrome)
b. Kelemahan AKDR

1.Kelemahan AKDR Non-Hormonal

a) Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akanberkurang

setelah 3 bulan).

b) Haid lebih lama dan banyak.

c) Perdarahan (spotting) antar menstruasi.


d) Disaat haid lebih sakit.
e) Merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari hari setelah pemasangan.
f) Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangan benar).
g) Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.
h) Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuang yang sering
berganti pasangan.
i) Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi AKDR untuk
mencegah kehamilan normal.
j) Pencabutan IUD hanya bisa dilakukan oleh tenaga kesehatan (dokter atau bidan)
yang terlatih.
k) Perempuan harus memeriksa posisi benang IUD dari waktu ke waktu
2.Kelemahan AKDR Hormonal.
a) Jauh lebih mahal dari pada Cu IUD
b) Harus diganti setelah 18 bulan
c) Lebih sering menimbulkan perdarahan mid-siklus dan perdarahan bercak (spotting)
d) Insiden kehamilan ektopik lebih tinggi
2.1.6. Efeksamping IUD
a. Perdarahan

Beberapa minngu setelah pemasangan AKDR, dapat terjadi perdarahan dalam bentuk

perdarahan intermenstruasi atau spotting. Pada keadaan ini AKDR tidak perlu

dilepaskan kecuali bila pendarahan terus berlaangsung sampai lebih dari 8 – 10 minggu.

Jika keluhan berlangsung terus, sebaiknya IUD dikeluarkan dan diganti dengan IUD
12
yang mempunyai ukuran yang lebih kecil(9).

b. Rasa nyeri dan kejang di perut

Rasa nyeri atau kejang di perut dapat terjadi segera setelah pemasangan IUD. Biasanya

rasa nyeri ini berangsur-angsur hilang dengan sendirinya. Rasa nyeri dapat dikurangi

atau dihilangkan dengan cara diberkani obat analgetika. Jika keluhan berlangsung

terus, sebaiknya IUD dikeluarkan dan diganti dengan IUD yang mempunyai ukuran

yang lebih kecil.

c. Gangguan pada suami

Kadang-kadang suami dapat merasakan adanya benang IUD sewaktu bersenggama. Ini
disebabkan oleh benang IUD yang keluar porsio uteri terlalu pendek atau terlalu
panjang. Untuk mengurangi atau menghilangkan keluhan ini, benang IUD yang terlalu
panjang dipotong sampai kira-kira 2 – 8 cm dari porsio, sedang jika benang IUD terlalu
pendek, sebaiknya IUD-nya diganti(

d. Duh tubuh vagina/keputihan

Pada pemakaian AKDR sering dijumpai adanya duh tubuh vagina atau keputihan yang
mungkin merupakan akibat dari terjadinya reaksi awal terhadap adanya benda asing.
Penggunaan AKDR akan memicu rekurensi vaginosis bacterial yaitu keadaan
abnormal pada ekosistem vagina yang disebabkan bertambahnya pertumbuhan flora
vagina bakteri anaerob menggantikan Lactobacillus yang mempunyai konsentrasi
tinggi sebagai flora normal vagina
2.1.7. Indikasi Dan Kontraindikasi Pemakaian IUD Non Hormonal
Menurut Saifuddin, 2014 indikasi pemakaian IUD non hormonal yaitu :
1. Usia reproduktif
2. Resiko rendah IMS (Infeksi Menular Seksual)
3. Tidak menghendaki metode hormonal
4. Keadaan nulipara: perempuan yang belum pernah melahirkan anak
5. Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
6. Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi
7. Pasca melahirkan dan tidak menyusui bayinya
8. Pasca abortus dan tidak terlihat adanya infeksi

13
9. Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari
10. Tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari senggama.
11. Perokok, sedang menyusui, gemuk atau kurus.
12. Sedang memakai antibiotik atau anti kejang.
13. Penderita tumor jinak payudara, hipertensi, DM, penyakit tiroid.
Menurut Saifuddin, 2014 kontraindikasi pemakai IUD non hormonal adalah:
1. Sedang hamil (diketahui/kemungkinan hamil).
2. Perdarahan vagina yang tidak diketahui.
3. Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis).
4. 3 bulan terakhir sedang mengalami/abortus septic.
5. Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang dapat
mempengaruhi kavum uteri.
6. Penyakit trofoblas ganas.
7. Diketahui menderita TBC pelvic.
8. Kanker alat genital.
9. Ukuran rongga rahim kurang dari 5cm.
2.1.8. Waktu Pemasangan IUD
Menurut Marjati, 2014 waktu pemasangan IUD sebagai berikut :
1. Sewaktu haid sedang berlangsung
Pada hari-hari pertama atau terakhir haid. Keuntungannya pemasangan lebih
mudah oleh karena serviks terbuka dan lembek, rasa nyeri tidak seberapa keras,
perdarahan yang timbul akibat pemasangan tidak seberapa dirasakan.
2. Sewaktu pasca melahirkan (post partum)
a. Secara dini (immediate insertion): dipasang pada wanita yang melahirkan
sebelum dipulangkan dari rumah sakit.
b. Secara langsung (direct insertion): dipasang dalam masa 3 bulan pasca
melahirkan/abortus.
c. Secara tidak langsung (indirect insertion): dipasang setelah 3 bulan pasca
melahirkan/abortus.
d. Sewaktu post abortus.
e. Beberapa hari setelah haid terakhir.
2.1.9 Cara Pemasangan IUD
Menurut BKKBN (2018) langkah pemasangan IUD adalah sebagai berikut:
1. Konseling pra pemasangan
14
a. Menjelaskan cara kerja KB IUD
b. Menjelaskan keuntungan dan kerugian KB IUD
c. Menjelaskan cara pemasangan KB IUD
d. Menjelaskan jadwal kunjungan ulang pra pemasangan atau setelah
pemasangan yaitu satu minggu setelah pemasangan, enam bulan setelah
pemasangan, satu tahun setelah pemasangan.
e. Sedang hamil (diketahui hamil atau sedang hamil).
f. Perdarahan vagina yang tidak diketahui sebabnya.
g. Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servitis).
h. Diketahui menderitaTBC pelvic.
i. Kanker alat genital.
j. Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm.
2. Pemasangan
a. Mencuci tangan sebelum dan sesudah tindakan.
b. Masukan lengan IUD di dalam kemasan sterilnya, pakai kembali sarung tangan
yang baru.
c. Pasang spekulum vagina untuk melihat serviks.
d. Lakukan tindakan aseptik dan antiseptik pada vagina dan serviks
e. Jepit bibir serviks dengan tenakulum.
f. Masukan IUD ke kanalis servikalis dengan tekhnik tanpa sentuh, kemudian
dorong ke dalam kavum uteri hingga mencapai fundus.
g. Tahan pendorong (plunger) dan tarik selubung (inserter) ke bawah sehingga
lengan IUD bebas.
h. Setelah pendorong ditarik ke luar, baru keluarkan selubung.
i. Gunting benang IUD, keluarkan tenakulum dan spekulum dengan hati-hati.
j. Dekontaminasi dan pencegahan pasca tindakan.
Gambar 3. Pemasangan IUD coper TCu-380A

15
3. Konseling dan instruksi pasca insersi.
a. Mengkaji perasaan akseptor pasca pemasangan IUD Copper T Cu-380A.
b. Menjelaskan komplikasi yang mungkin timbul pasca pemasangan IUD
Copper T Cu-380A (Sakit dan kejang selama 3-5 hari pasca pemasangan,
perdarahan berat waktu haid atau diantarnya yang mungkin penyebab anemia,
perforasi uterus).
c. Ajarkan klien cara pemeriksaan mandiri benang IUD.
1) Mencucui tangan.
2) Ibu jongkok kemudian memasukkan jari tengah ke dalam vagina ke arah
bawah dan ke dalam sehingga dapat menemukan lokasi serviks.
3) Merasakan benang IUD pada ujung serviks, jangan menarik benang
tersebut.
4) Memeriksa IUD pada setiap akhir menstruasi dan sesering mungkin di
antara bulan-bulan kunjungan ulang.
5) Menjelaskan kemungkinan IUD keluar atau ekspulsi.
6) Menjelaskan bahwa IUD Copper T Cu380A segera efektif setelah
pemasangan.
7) Menjelaskan waktu kunjungan ulang (control pertama 1minggu pasca
pemasangan, selanjutnya 4-6 minggu, saat menstruasi yang akan datang,
atau jika ada keluhan).
8) Menjelaskan bahwa akseptor dapat melepas IUD 10 tahun atau apabila
klien menghendaki.
d. Lakukan observasi selam 15 menit sebelum memperbolehkan klien pulang.
2.1.10 Komplikasi pasca pemasangan IUD
1. Infeksi
IUD atau alat kontrasepsi dalam rahim yang berada didalam vagina, tidak
menyebabkan terjadinya infeksi jika alat-alat yang digunakan dan tekhnik
pemasangan dilakukan secara steril, jika terjdi infeksi hal ini mungkin disebabkan
sudah terdapat infeksi yang subakut pada traktus genitalis sebelum pemasangan
IUD (Prawirohardjo, 2014).
2. Perforasi
Umumnya perforasi terjadi saat pemasangan IUD, pada permulaan hanya ujung
IUD saja yang menembus dinding uterus, tetapi jika uterus berkontraksi IUD dapat
terdorong lebih jauh menembus dinding uterus, sehingga akhirnya sampai ke
16
rongga perut. Kemungkinan adanya perforasi harus diperhatikan apabila pada
pemeriksaan dengan spekulum benang IUD tidak terlihat (Prawirohardjo, 2014).
3. Kehamilan
Seorang klien yang mengalami kehamilan dengan IUD masih terpasang perlu di
berikan konseling tentang resiko yang akan terjadi jika kehamilan dilanjutkan
dengan IUD tetap terpasang. Resiko yang dapat terjadi antara lain infeksi
intrauterus, sepsis, aborsi spontan, aborsi sepsis spontan, plasenta previa, dan
persalinan prematur. Apabila benang IUD tidak terlihat pada tulang serviks atau
tidak teraba pada saluran serviks, maka perlu dilakukan pemeriksaan
ultrasonografi atau USG untuk memastikan apakah IUD masih berada didalam
uterus (Varney, 2016).
4. Ekspulsi

Ekspulsi adalah pengeluaran sendiri alat kontrasepsi dari uterus. Ekspulsi IUD
biasanya terjadi pada saat haid dan juga dipengaruhi oleh beberapa faktor
penyebab diantaranya adalah usia dan paritas, lama pemakaian IUD, riwayat
kejadian ekspulsi sebelumnya, jenis dan ukuran IUD yang digunakan, serta faktor
psikis
2.1.11 Penanganan Efeksamping IUD
No Efeksamping / Permasalahan Penanganan
1 Amenorea Periksa apakah sedang hamil, apabila tidak, jangan
lepas IUD. Lakukan konseling dan cari sebab
Amenorea.
Apabila hamil , jelaskan dan sarankan untuk melepas
IUD apabila benangnya terlihat dan usia kehamilan
kurang dari 13 minggu.
Apabila benang tidak terlihat dan kehamilan lebih
dari 13 minggu, IUD jangan dilepas.
Apabila klien sedang hamil dan ingin
mempertahankan kehamilannya tanpa melepas IUD,
jangan dilepas, jelaskan adanya resiko kemungkinan
kegagalan kehamilan dan infeksi
2 Kejang Pastikan dan tegaskan adanya radang panggul dan
penyebab lain dari kejang. Tanggulangi penyebabnya

17
apabila ditemukan . apabila tidak ditemukan
penyebabnya beri Analgesik. Apabila klien
merasakan kejang yang berat, lepaskan IUD , bantu
klien untuk menentukan metode kontrasepsi lain

3 Perdarahan vagina yang hebat Pastikan dan tegaskan adanya infeksi pelvik dan
dan tidak teratur kehamilan ektopik. Apabila tidak ada kelainan
patologis, perdarahan berkelanjutan atau perdarahan
hebat, lakukan konseling dan pemantauan. Beri
Ibuprofen (800mg 3x sehari selam 1 minggu). Beri
tablet Fe 1x1 selama 1 -3 bulan.
Apabila klien telah mamakai IUD selama lebih dari 3
bulan dan diketahui menderita anemia ( Hb < 7gr%,
anjurkan untuk melepas IUD dan bentu memilih
kontrasepsi yang sesuai.
4 Benang yang hilang Pastikan adanya kehamilan atau tidak. Tanyakan
apakah IUD terlepas, berikan kondom. Periksa
benang IUD di dalam saluran endoserviks dan cavum
uteri, setelah masa haid berikutnya. Apabila tidak
ditemukan benang rujuk ke dokter, lakuikan X-Ray
atau USG.apabila tidak hamil dan IUD tidk
ditemukan pasang IUD baru atau bantu klien
menentukan metode lain
5 Adanya pengeluaran cairan Pastikan pemeriksaan untuk PMS. Lepaskan apabila
dari vagina/ dicurigai adanya ditemukan menderita atau sangat dicurigai menderita
PRP Gonorhoe atau infeksi klamedial, lakukan
pengobatan yang memadai. Bila PRP obati dan lepas
IUD sesudah 48 jam. Beri metode lain

2.2 Leukorea ataukeputihan


2.2.1 Pengertian leukorea atau keputihan
Keputihan (flour albus) adalah cairan yang keluar berlebihan dari vagina bukan
merupakan darah atau bisa dikatakan flour albus adalah nama gejala yang diberikan

18
kepada cairan yang dikeluarkan dari alat-alat genitalia yang tidak berupa darah.

Menurut Sarwono (2005), Fluor albus biasanya disebabkan oleh jamur atau
virus, bakteri dan tentu saja masalah ini amat mengganggu penderita. Karena
biasanya wanita akan mengeluarkan aroma yang tidakJenis-jenis leukorea sedap dari
organ intimnya selain juga merasa gatal yang sering mengganggu.

Idealnya, area vagina memiliki pH antara 3,8 - 4,5. Kadar pH tersebut turut di
tentukan oleh usia. Vagina anak perempuan yang sudah menginjak usia reproduksi
umumnya lebih asam, karena mengandung hormone estrogen. Sebaliknya, para
perempuan yang sudah menginjak menopause, kadar pH nya akan sedikit tinggi, seiring
dengan menurunnya kadar estrogen dalam tubuh. Estrogen memicu produksi glikogen
di mukosa vagina. Glikogen tersebut akan diurai dengan laktobasili menjadi asam laktat,
komponen yang menentukan kadar keasaman vagina. Semakin pekat kadar keasaman
vagina, semakin sulit flora bakteri asing berkembang biak. Itulah sebabnya, mamastikan
tingkat keasaman vagina tetap berada pada rentang pH normal sangat penting, karena
laktobasilus hanya dapat bekerja pada kadar pH yang rendah (asam). jika kadar pH
diatas 4,5 maka vagina akan rentang mengalami infeksi
2.2.2 Jenis Keputihan

Keputihan terbagi atas dua macam, yaitu keputihan fisiologis dan keputihan
patologis.

1. Keputihan fisiologis
Keputihan fisiologis terdiri atas cairan yang kadang-kadang berupa muskus
yang mengandung banyak epitel dengan leukosit yang jarang. Sedangkan
keputihan patologis banyak mengandung leukosit
Keputihan normal dapat terjadi pada masa menjelang dan sesudah menstruasi,
sekitar fase sekresi antara hari ke 10-16 siklus menstruasi, saat terangsang,
hamil, kelelahan, stress dan menggunakan KB. Keputihan ini tidak berwarna
atau jernih, tidak berbau dan tidak menyebabkan rasa gatal
2. Keputihan patologis
Keputihan patologis merupakan cairan eksudat dan cairan ini
mengandung banyak leukosit. Eksudat terjadi akibat reaksi tubuh terhadap
adanya jejas atau luka. Keputihan patologis juga bisa disebabkan oleh adanya
infeksi / peradangan yang terjadi karena cara membersihkan vagina yang

19
kurang tepat dan adanya benda asing dalam vagina. Kuman penyakit yang
menginfeksi vagina seperti jamur Candida albican, parasit Tricomonas, E.
Coli, Staphylacoccus, Condiloma acuminata dan Herpes serta luka di daerah
vagina, benda asing yang tidak sengaja atau sengaja masuk ke vagina dan
kelainan serviks. Akibatnya timbul gejala yang sangat mengganggu, seperti
berubahnya cairan yang berwarna jernih menjadi kekuningan sampai
kehijauan, jumlahnya berlebihan, kental, berbau tak sedap, terasa gatal atau
panas, dan menimbulkan di daerah mulut vagina.

2.2.3 Etiologi Keputihan

a. Keputihan fisiologis

1. Pengaruh sisa estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina sehingga bayi

baru lahir sampai umur 10 hari mengeluarkan keputihan(13).

2. Pengaruh estrogen yang meningkat pada saat menarche (4).

3. Rangsangan saat koitus sehingga menjelang persetubuhan seksual menghasilkan

sekret, yang merupakan akibat adanya pelebaran pembuluh darah di vagina atau

vulva, sekresi kelenjar serviks yang bertambah sehingga terjadi pengeluaran

transudasi dari dinding vagina. Hal ini diperlukan untuk memperlancarkan

persetubuhan atau koitus(8).

4. Adanya peningkatan produksi kelenjar-kelenjar pada mulut rahim saat masa

ovulasi (8).

5. Mukus serviks yang padat pada masa kehamilan sehingga menutup lumen serviks

yang berfungsi mencegah kuman masuk ke rongga uterus(13).

b).Keputihan patologis

1).Infeksi

a. Jamur

20
Jamur yang sering menyebabkan keputihan ialah candida albican. Candida
albican merupakan flora normal didalam vagina. Penyakit jamur yang
disebabkan oleh spesies Candida disebut Kandidiasis vagina.

Keluhan penyakit ini adalah rasa gatal atau panas pada alat kelamin, keluarnya
lendir yang kental, putih dan bergumpal seperti butiran tepung. Keluarnya cairan
terutama pada saat sebelum menstruasi dan kadang-kadang disertai rasa nyeri
pada waktu senggama.
b.Bakteri

f) Vaginosis Bakterial
Penyakit ini disebabkan oleh Gardnerella vaginallis, mycoplasma, dan
organisme anaerob. Penyakit ini ditandai dengan duh vagina yang banyak,
homogen, tipis, berwarna abu-abu, dan berbau amis(4).
g) Gonorrhoeae
Gonorrhoeae adalah penyakit infeksi bakteri yang disebabkan oleh negatif Gram
diplokokus Neisseria gonorrhoeae. Penyakit ini biasanya ditularkan melalui
hubungan seksual. Gonorrhoeae menyebabkan serviks memerah, bengkak, dan
edematosa, serta diliputi oleh pus. Duh gonore tidak memiliki ciri khas yang dapat
dilihat secara kasat mata.

c).Parasit
Parasit yang sering menyebabkan keputihan adalah Trichomonas vaginalis yang
ditularkan secara seksual. Gejala yang sering timbul pada wanita biasanya berupa
duh purulent berbuih yang menyebabkan nyeri setempat dan perih yang sangat
mengganggu pada genitalia eksterna, tipis, berbau tidak enak dan banyak. Duhnya
bisa berwarna abu-abu, putih, atau kuning kehijauan(8).
d).Virus
Sering disebabkan oleh Human papilloma virus (HPV) dan Herpes simpleks. HPV
sering ditandai dengan kondiloma akuminata, cairan berbau dan tanpa rasa gatal.

2). Kelainan alat kelamin didapat atau bawaan


Adanya fistel vesicovaginalis atau rectovaginalis akibat cacat bawaan, cedera
persalina dan radiasi kanker genitalia atau kanker itu sendiri(13).
3).Benda asing
Setiap benda asing yang tertinggal akan memicu pengeluaran duh, yang mungkin
21
berbau tajam setelah 24 jam. Pengangkatan benda asing akan menghilangkan duh
dengan cepat. Bila perempuan menggunakan cincin pesarium untuk prolaps, maka
cincin harus terus diganti, bila tidak duh akan terbentuk

4).Neoplasma jinak

Berbagai tumor jinak yang tumbuh kedalam lumen, akan mudah mengalami

peradangan sehingga menimbulkan keputihan(13).

5).Kanker

Leukorea ditemukan pada neoplasma jinak maupun ganas, apabila tumor itu dengan

permukaannya untuk sebagian atau seluruhnya memasuki lumen saluran alat-alat

genitalia. Sel akan tumbuh sangat cepat secara abnormal dan mudah rusak, akibat

dari pembusukan dan perdaran akibat pemecahan pembuluh darah pada

hipervaskularisasi. Gejala yang ditimbulkan adalah cairan yang banyak, berbau

busuk disertai darah tidak segar(4).

6).Menopause

Pada menopause sel-sel dan vagina mengalami hambatan dalam pematangan sel

akibat tidak adanya hormon estrogen sehingga vagina kering, sering timbul gatal

karena tipisnya lapisan sel sehingga mudah luka dan timbul infeksi pada penyerta(4).

2.2.4.Patogenesis Keputihan

Keputihan merupakan gejala dimana terjadinya pengeluaran cairan dari alat

kelamin wanita yang tidak berupa darah. Dalam perkembangan, alat kelamin wanita

mengalami berbagai perubahan mulai bayi hingga menopause. Keputihan merupakan

keadaan yang dapat terjadi fisiologis dan dapat menjadi keputihan yang patologis

penyakit. Bila vagina terinfeksi kuman penyakit seperti jamur, parasit, bakteri dan virus

maka keseimbangan ekosistem vagina akan terganggu, yang tadinya bakteri doderlein

atau Lactobacillus memakan glikogen yang dihasilkan oleh estrogen pada dinding

22
vagina untuk pertumbuhannya dan menjadika pH vagina menjadi asam, hal ini tidak

dapat terjadi bila pH vagina basa. Keadaan pH vagina basa membuat kuman penyakit

berkembang dan hidup subur didalam vagina(4).

2.2.5..Gejala Klinis Keputihan

Gejala yang ditimbulkan oleh penyakit berbeda-beda, yaitu:

a. Sekret yang berlebihan seperti susu dan dapat menyebabkan labia menjadi terasa
gatal, umumnya disebabkan oleh infeksi jamur candida dan biasa terjadi pada
kehamilan, penderita diabetes dan akseptor pil KB.
b. Sekret yang berlebihan berwarna putih kehijauan atau kekuningan dan berbau tak
sedap, kemungkinan disebabkan oleh infeksi Trikomonas atau benda asing di
vagina(4).
c. Keputihan yang disertai nyeri perut di bagian bawah atau nyeri panggul belakang,
kemungkinan terinfeksi sampai pada organ dalam rongga panggul(4).
d. Sekret sedikit atau banyak berupa nanah, rasa sakit dan panas saat berkemih atau
terjadi saat hubungan seksual, kemungkinan disebabkan oleh infeksi Gonorrhoeae
karena terjadi infeksi kuman

c. Sekret kecoklatan (darah) terjadi saat senggama, kemungkinan disebabkan oleh erosi
pada mlut Rahim.
d. Sekret bercampur darah dan disertai bau khas akibat sel-sel mati.
Kemungkinan adanya sel-sel kanker pad serviks

2.2.6 Penatalaksanaan

Penatalaksaan keputihan tergantung dari penyebab infeksi seperti jamur,


bakteri, parasit atau virus(8).

a. Jamur
Pada infeksi Candida albicans dapat diberikan mikostatin 10.000 unit intravaginal
selama 14 hari, obat lainnya itrakonazol 2x200 mg per oral dosis sehari(8).

b. Bakteri

23
Untuk Gardnerella vaginalis diberikan Clindamycin 2x300 mg per oral/hari selama 7
hari, untuk Gonococcus dapat diberikan Tetrasiklin 4x250 mg per oral/hari selama 10
hari.

c. Parasit
Pada infeksi Trichomonas vaginalis diberikan metronidazol 3x250 mg per oral selama
10 hari, dapat juga dengan klotrimazol 1x100 mg intravaginal selama 7 hari(8).

d. Virus

Pada virus Herpes tipe 2, diberikan obat topikal larutan neutral 1% atau larutan

provlafine 0,1%, pada Human Papiloma Virus pemberian vaksinasi mungkin cara

pengobata yang rasional untuk infeksi virus, kemudian pemberian suntikan interferon

dan obat topical podofilin 25% atau podofilotoksin 0,5% baik untuk kondiloma

akuminata.

Selain itu, dianjurkan untuk selah menjaga kebersihan daeran intim sebagai

tindakan pencegahan sekaligus mencegah berulangnya keputihan yaitu dengan:

a. Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, pola olahraga rutin, istirahat cukup, hindari

rokok dan alkohol serta hindari stress berkepanjangan.

b. Setia kepada pasangan. Hindari promiskuitas atau gunakan kondom untuk mencegah

penularan penyakit menular seksual.

c. Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar tetap kering dan

tidak lembab misalnya denga menggunakan celana bahan yang menyerap keringat,

hindari pemakaian celana terlalu ketat. Biasakan utnuk mengganti pembalut, pantyliner

pada waktunya untuk mencegah bakteri berkembangbiak.

d. Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dari arah depan

ke belakang.

Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena dapat


mematikan flora normal vagina. Jika perlu, lakukan konsultasi medis dahulu sebelum
menggunakan cairan pembersih vagina

24
e. Hindari penggunaan bedak talkum, tissue atau sabun dengan pewangi pada daerah

vagina karena dapat menyebabkan iritasi.

f. Hindari pemakaian barang-barang yang memudahkan penularan seperti peminjam


perlengkapan mandi dan sebagainya. Sedapat mungkin tidak duduk diatas kloset di
wc umum atau biasakan mengelap dudukan kloset sebelum menggunakannya

2.3 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Akseptor KB IUD dengan Leukorea.
2.3.1. Pengkajian Data
Mengumpulkan semua data fokus yang dibutuhkan baik melalui anamnesa
maupun pemeriksaan umum untuk menilai keadaan klien secara menyeluruh
(Estiwadani,2016 )tahap ini meliputi:
1) Data Subyektif

Data subyektif adalah data yang didapat dari pasien sebagai suatu
pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian (Nursalam,2017).
Data subyektif meliputi:

a) Biodata : Identitas pasien dan penanggung jawab(suami, ayah,


keluarga)
Menurut Nursalam(2017),identitasmeliputi:

(1) Nama Pasien : Dikaji dengan nama yang jelas dan lengkap, untuk
menghindari adanya kekeliruan atau untuk membedakan dengan klien
atau pasien lainnya.
(2) Umur : Ditulis dalam tahun, untuk mengetahui adanya resiko

(3) Suku/bangsa : Ditunjukan untuk mengetahui adat istiadat dan


kebiasaan pasien.

(4) Agama : Untuk mempermudah bidan dalam melakukan pendekatan


didalam melakukan asuhan kebidanan.
(5) Pendidikan: Untuk mengetahui tingkat intelektual karena tingkat
pendidikan mempengaruhi perilaku kesehatan seseorang.
(6) Pekerjaan: Untuk mengetahui kemungkinan pengaruh pekerjaan
pasien terhadapper masalahan keluarga pasien/klien.
(7) Alamat : Untuk mempermudah hubungan jika

25
diperlukan dalam keadaan mendesak sehingga bidan mengetahui
tempat tinggal pasien.

b) Keluhan Utama

Mengetahui keluhan yang dirasakan saat pemeriksaan


(Nursalam,2017).Keluhan pada akseptor KB IUDTipe Copper T380
A dengan leukorea antara lain tidak nyaman dengan keadaannya
terdapat cairan lendir yang kental, berwarna, gatal dan berbau
(Manuaba,2017).

c) Riwayatperkawinan

Untuk mengetahui status perkawinan, berapa kali klien menikah,


sudah berapa lama, jumlah anak, istri keberapa dan keberadaanya dalam
keluar, kesehatan dan hubungan suami istri dapat memberikan wawasan
tentang keluhan yang ada (Hacker,2016).

d) Riwayatmenstruasi

Menarche, siklus, lama menstruasi, banyaknya darah menstruasi,


teratur atau tidak, keluhan-keluhan yang dirasakan pada waktu
menstruasi. Hal ini dinyatakan dengan maksud untuk memperoleh
gambaran mengenai faktor alat kontrasepsi (Nursalam,2016).

e) Riwayatkehamilan,persalinandannifasyanglalu

Untuk mengetahui jumlah kehamilan sebelumnya dan hasil


akhirnya (abortus, lahir hidup, apakah anaknya masih hidup, dan apakah
dalam kesehatan yang baik), apakah terdapat komplikasi atau intervensi
pada kehamilan, persalinan ataupun nifas sebelumnya dan apakah ibu
tersebut mengetahui penyebabnya (Farrer,2016).
e) Riwayat keluarga berencana

Untuk mengetahui KB yang pernah dipakai, jenis dan lama


berlangsungnya dan keluhan selama menjadi akseptor KB yang
digunakan (Hacker, 2016). Pada kasus ini akseptor menggunakan KB
IUD.
f) Riwayat kesehatan

26
Untuk mengetahui riwayat penyakit sekarang, dahulu maupun
penyakit keluarga seperti jantung. Ginjal, asma, TBC, hepatitis, DM,
hipertensi, epilepsi, serta riwayat keturunan kembar dan riwayat
operasi(Saifudin,2016)
g) Kebiasaan sehari-hari

Untuk mengetahui kebiasaan pasien sehari-hari dalam


menjaga kebersiahn dirinya dan bagaimana pola makan sehari- hari
apakahterpenuhigizinyaatautidak(Farrer,2016).
(1) Pola nutrisi : Mengetahui seberapa banyak asupan
nutrisi pada pasien dengan mengamati adakah penurunan berat
badan atau tidakpadapasien(Susilawati,2018).

(2) Pola eliminasi : Untuk mengetahui berapa kali BAB

dan BAK, dan bagaimana keseimbangan antara intake dan output


(Mansjoer,2016).
(3) Pola istirahat : Untuk mengetahui berapa lama ibu

tidur siang dan malam. Pada kasus leukorea istirahatibuterganggu


karena adanya rasa yang tidak nyaman (Susilowati,2018).
(4) Aktifitas : Untuk mengetahui aktifitas ibu sehari-

hari (Manuaba, 2018). Pada kasus leukorea aktifitas akan


terganggu karena kondisi tubuh yang tidak nyaman atau keadaan
penyakit yang dialaminya(Stiaputri,2019).
(5) Personal hygiene : Untuk mengetahui tingkatkebersihan

pasien. Kebersihan perorangan sangat penting agar terhindar dari


penyakit kulit (Farrer, 2016). Pada kasus ini personal hygiene yang
kurang tepat
dapat menyebabkan keputihan atau leukorea (Fery,2016).

(6) Pola seksualitas : Untuk mengetahui berapa frekuensi yang dilakukan


ibu dan bagaimana posisi dalam hubungan seksual (Susilowati, 2018).
Pada kasus leukorea hubungan sexual sebaiknya tidak dilakukan
sampai leukorea sembuhkarenadapatmenambahresiko infeksi(Abidin,
2019).

27
(7) Riwayatpsikososial

Menggunakan pendekatan psikologi kesehatan maka akan


diketahui gaya hidup orang tersebut dan pengaruh psikologi
kesehatan terhadap gangguan kesehatan. Pada kasus leukorea ibu
akanmerasacemaskarenakeadaanyangdialaminya(UII,2018).

2) DataObyektif

Data obyektif diperoleh dari pemeriksaan fisik ibu dan pemeriksaan


laboratorium(Nursalam,2017).

a) Pemeriksaan fisik

Untuk mengetahui keadaan umumpasien.

(1) Keadaan umum : Untuk mengetahui keadaan umum ibu baik,


sedang, atau lemas. Pada kasus leukorea keadaan ibu baik
(Wartonah,2016).
(2) Kesadaran : Untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu mulai
composmentis,apatis,somnollen,sopor,koma,ataudelerium
(Uliyah,2016).
(3)Tanda Vital

(1)Tekanan darah : Untuk mengetahui faktor resiko

hipertensi atau hipotensi, tekanan darah normal adalah


120/80 mmHg (Wiknjosastro,2016).

(2)Pengukuran Suhu : Untuk mengetahui suhu badan

apakah ada peningkatan atau tidak. Suhu tubuh normal


35,60C- 37,6°C (Wiknjosastro,2016).

(4) DNadi : Untuk mengetahui nadi pasien yang dihitung


dalam 1 menit. Normalnya 80 – 90 x/menit (Saifudin,
2016).
(5) Respirasi : Untuk mengetahui frekuensi

pernafasan pasien dalam 1 menit, batas normalnya 18 - 24


x/menit (Saifuddin,2016).

28
a. Status generalis
(1) Rambut : Untuk mengetahui apakah rambutnya bersih,
rontok, dan berketombe atau tidak (Nursalam,2016).
(2) Muka : Keadaan umum pucat atau tidak adakah kelainan,
adakah oedema, adakah cloasma gravidarum
(Wiknjosastro,2016).
(3) Mata : Conjungtiva merah muda atau tidak, sclera putih
ataupucat(Alimul,2016).
(4) Hidung : Untuk mengetahui adakah kelainan, adakah
polip, adakah hidung tersumbat (Perry&Poter,2016).
(5) Mulut : Untuk mengetahui apakah mulut bersih atau tidak,
ada caries dan karang gigi tidak, ada stomatitis atau tidak
(Nursalam,2016)
(6) Telinga : Bagaiman keadaan daun telinga, simetris atau
tidak,adakahserumen(Alimul,2016).
(7) Leher : Apakah ada pembesaran kelenjar gondok atau
thyroid, tumor dan pembesaran getah bening (Farrer,2016).
(8) Payudara : Apakah ada benjolan tumor dan apakah
ukuranyasimetriskanandankiri(Farer,2016).
(9) Abdomen :Apakah adajaringan parut atau bekas
operasi. Adakah nyeri tekan dan adanya masa
(Wiknjosastro, 2016). Pada kasus ini akseptor mersakan
nyeri pada perut bagian bawah (Fery,2016).
b) Pemeriksaan vulva vagina

(1) Vulva

Untuk mengetahui adanya perdarahan dan adanya


pengeluaran pervaginam (Manuaba, 2017). Pada kasus
leukorea dilakukan pemeriksaan inspeksi vulva terlihat
cairan berupa lendir kental, jernih dan tidak berbau (Aghe,
2014).

(2) Inspekulo

29
Untukmengetahuikeadaanvaginadanservik(Abidin,2014).
Pada kasus leukorea dilakuakn pemeriksaan yang
menggunakan speculum terlihat keputihan dengan lendir
kentaldanjernihdalamjumlahyangbanyak(Aghe,2014).

c) Pemeriksaan penunjang atau laboratorium

Datapenunjangdiperlukansebagai pendukung diagnosa, apabila


diperlukan misalnya pemeriksaan laboratorium (Perry, 2016).
Pada kasus leukorea dilakukan pemeriksaan pap smear
(Depkes RI, 2018).

b. Langkah kedua : Interpretasi data


Data dasar yang sudah dikumpulkan, diinterpretasikan sehingga
dirumuskan diagnosa, masalah dan kebutuhan. Diagnosakebidanan
adalah diagnosa yang ditegakkan dalam lingkup praktek kebidanan
(Varney,2007).

1) Diagnosa kebidanan, dengan : Ny. ... umur … tahun P….A…,


akseptorKBIUDCopper T 380A dengan leukorea.
Datadasar:

Data subyektif :

a) Ibu merasa tidak nyaman dengan keadaannya terdapat cairan


lendiryangkental,berwarna,gatal,danberbau(Manuaba,2017).
b) Jumlahcairanbanyak(Manuaba,2017).

c) Hubungan sexual terganggu karena gesekan dariluar (Susilowati,


2008).
d) Cemaskarenakeadaanyangdialami(UII,2018).

Data obyektif :

a) Pemeriksaan inspekulo untuk mengetahui keadaan vagina dan


servik : terlihat keputihan dengan lendir kental dan jernih dalam
jumlahyangbanyak.

30
b) Pengeluaran pervagina lendir kental jernih dan tidak berbau.

c) Pemeriksaan laboratorium : pemeriksaan PH vagina (Saputri,


2014)
2) Masalah

Masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman


pasien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai
diagnosa sesuai keadaan pasien (Varney, 2006). Masalah yang
sering ditemukan pada akseptor KB IUD tipe Copper T 380 A
dengan leukore adalah cemas dan gelisah dengan keadaannya
(Jense,2016).
3) Kebutuhan

Kebutuhanmerupakanhal-halyangdibutuhkanpasiendanyang
belum teridentifikasi dalam diagnosa masalah yang didapatkan
denganmelakukananalisisdatamenurutVarney(Estiwidani,2018).
Kebutuhan yang diperlukan oleh akseptor KB IUD dengan leukorea
adalah dorongan moral dan informasi tentang leukorea
(Manuaba,2018).

c. Langkah ketiga : Diagnosa Potensial

Diagnosa potensial adalah suatu pernyataan yang timbul


berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah diidentifikasi
(Varney, 2017). Masalah potensial yang terjadi pada KB IUD Tipe
Copper T380 A dengan leukorea apabila tidak segera mendapat
penanganan segera akan menjadi infeksi vagina, vulvitis, vaginitis dan
vulvovaginitis(Egan,2017).

d. Langkah keempat : Antisipasi

Pada langkah ini perlu diambil tindakan segera untuk


mengantisipasi diagnosa potensial yang berkembang lebih lanjut dan
menimbulkan komplikasi, sehingga dapat segera dilakukan tindakan
yangsesuaidengandiagnosapotensialyangmuncul(Varney,2007).

31
Pada kontrasepsi IUD Tipe 380 A dengan leukorea tindakan
segerayangdilakukan menurut Egan(2017)adalahdengan cara:

1) Menjagadaerah kewanitaan atau vulva hygine

2) Membatasihubungan sexual selama masih infeksi.


1) Pemberian antibiotic Amoxilin 500mg3x1,Metronidazol 500mg
biladiperlukan.
e. Langkah kelima :

Perencanaan merupakan pengembangan rencana perawatan


yang komperhensif,ditentukanolehlangkahsebelumnya.Langkahini
adalah sebuah perluasan dari mengidentifikasi masalah dan
diagnosa yang telah diantisipasi dan yang terbaru dan juga
melibatkan usaha untuk memperoleh bagian tambahan dari data
apapun yang hilang (Varney,2007).

Menurut Abidin (2014) perencanaan asuhan pada akseptor


kontasepsi IUD Tipe Copper T 380 A dengan lekuokorea adalah
dengan:

1) Penatalaksanaan untuk leuokorea fisiologis:

a) Jelaskan pada klien tentang keputihan yang dialaminya dan


kondisiIUDyangdipakainya.
b) Jelaskan bagaimana cara menjaga daerah pribadi atau
genetalianyaagartetapbersihdankering.
c) Jelaskan pada klien leuokorea tetap menggunakan kontrasepsi
IUD.

d) Jelaskan tentang hubungan sexual.

e) Beri dukungan moril pada ibu.

f) Beri terapi pada leuokorea yang dialami :golongan Flukanazol


(Cancid 150 mg), Metronidazol 500 mg, Antibiotik (Amoxilin
500mg).
f. Langkah keenam :

32
Pelaksanaan Merupakan langkah pelaksanaan dari asuhan yang
telah direncanakan secara efisien dan aman. Keterlibatan bidan dalam
manajemen asuhan pasien adalah tetap tanggung jawab terhadap
pelaksanaan asuhan bersama yang manyeluruh (Varney, 2007).
PelaksanaanasuhankebidananpadaakseptorKBIUDdenganleukorea
sesuaidenganperencanaanyangtelahdibuat.

g. Langkah ketujuh : Evaluasi

Tujuan Evaluasi adalah adanya kemajuan pada pasien setelah


dilakukantindakan(Estiwidani,2008).

Pada evaluasi akseptor KB IUD dengan leukorea ini diharapkan


dalam 2 minggu, leukorea sudah sembuh, tidak ada infeksi lanjut ibu
tidak cemas dan merasa nyaman serta pemakaian IUD bisa diteruskan
(Saifudin,2006).

Data Perkembangan

Pendokumentasian asuhan kebidanan, rencana asuhan kebidanan


ditulis dalam data perkembangan SOAP yang merupakan salah satu
pendokumentasian yang menurut Varney (2007) SOAP merupakan
singkatandari:

S (Subyek) : Menggambarkan pendokumentaisan hasil Pengumpulan


dataklienmelaluianamnesa.

O (Obyektif) : Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan


fisik klien, hasil laborat, dan test diagnostik lain yang
dirumuskandalamdatafokusuntukmendukunganalisis.
A(Assesment) :Menggambarkan pendokumentasian hasil analisis dan
interpretasi data subyektif dan obyektif dalam suatu
identifikasi:
a. Diagnosaataumasalah
b. Antisipasidiagnosaataumasalahpotensial
c. Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter.
Konsultasiataukolaborasidanataurujukan
P (Planning) : Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan

33
evaluasi berdasarkan asessment. Memberi konseling sesuai
dengan permasalahan yang ada sebagai upaya untuk
membantuprosespengobatan.

34
BAB III
ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BERENCANA
DAN PELAYANAN KONTRASEPSI IUD dengan LEUKOREA

Pengkajian
Tanggal Pengkajian : 22 November 2021
Pukul :09,30 wib
Oleh : Siti Mushoffah
No. RM :

1.1 Data Subyektif


1. Identitas
ISTRI SUAMI
Nama :H Nama :D
Umur : 34 tahun Umur :38 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMU Pendidikan :SMU
Alamat :Sukorejo, RT 05 Bungah, Gresik

2. Alasan Datang :Ingin periksa karena sudah lebih dari satu minggu mengalami
keputihan, berwarna jernih kantal, tidak berbau dan tidak gatal.

3. Riwayat Menstruasi
- Usia Menarche : 13 tahun
- Lama : 7 hari
- Jumlah :2-3 softex/hari
- Fluor albus : lebih dari satu minggu
- HPHT :12 November 2021

4. Riwayat KB
Cara KB terakhir : IUD sudah 4 tahun.
Tujuan ber KB : Ingin menjarangkan jarak kehamilan

5. Riwayat obstetri yang lalu


Anak Usia Penolong Jenis Penyulit JK BB/ Keadaan ASI KB
Ke Kehamilan Persalinan Persalinan Nifas Anak PB Anak
Anak sekarang
1 39 minggu Bidan Spontan Tidak Perem 3200/ Hidup ya Suntik
Kepala ada puan 50

2 40 minggu Bidan Spontan Tidak Laki- 3400/ hidup ya IUD


kepala ada laki 51

35
6. Riwayat penyakit yang pernah diderita
Klien tidak perna menderita penyakit Hipertensi, Hepatitis. DM dan penyakit
kelamin

1.2 Data Objektif


a. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda Vital
Tekanan darah :110/ 70 mmHg
Suhu :36,5 °C
Nadi : 76 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Berat Badan :58 kg

b. Pemeriksaan Fisik
Wajah : tidak pucat/odem
Mata : Konjungtiva merah mudah, sklera putih
Dada/Payudara :bentuk simetris tidak ada Pembengkakan , tidak ada
Massa.Tidak ada pengeluaran ASI
Abdomen : tidak ditemukan massa, tidak ada nyeri tekan , tidak
Ada bekas operasi.
Genetalia : Tidak ada Perdarahan abnormal, tampak ada
Cairan skret kental berwarna putih, tidak bengkak,
tidak
Ada tanda penyakit kelamin. Labia tidak nyeri tekan.
Eksremitas : atas tidk ada kelainan, tidak ada keterbatasan gerak
Tidak bengkak.
: Bawah tidk ada kelainan, tidak ada keterbatasan gerak,
tidak bengkak.

c. Pemeriksaan Bimanual
- Gerakan serviks : mobil, porsio lunak tidak ada nyeri goyang, tidak teraba
benjolan,

- Adneksa tidak ada nyeri tekan.

d. Pemeriksaan Inspekulo :

- Vagina : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, tidak ada tanda penyakit
kelamin, tidak ada varises.
- Vulva ada keluaran lender berwarna putih kental

36
- Portio tidak ada Erosi. Tidak ada keluaran darah, tampak benang IUD.
e. Pemeriksaan Penunjang, tidak dilakukan.

1.3 Analisa.
Ny H, P2A0, Akseptor IUD 4 tahun, dengan keputihan fisiologis.

1.4 Penatalaksanaan
Tanggal 22 November 2021Jam 09, 30 Wib.

1. Menjalin komunikasi Interpersonal, klien kooperatif.


2. Menjelaskan kepada kliennt tentang hasil pemeriksaan, kondisi IUD normal, tidk
ada kelainan pada organ reproksi dalam, ada keluaran lender putih yang bersifat
fisiologi atau normal.
3. Memberikan Konseling dengan menggunakan ABPK tentang Kontrasepsi IUD serta
efeksamping yang terkait dengan keluhan klien, klien memahami.
4. Mengajarkan dan menganjurkan untuk melakukan Vulva Higene yang benar.
5. Menganjurkan untuk Kontrol IUD berkala setiap 6 bulan sekali, dan sewaktu – waktu
bila ada keluhan.
6. Menganjurkan Kontrol satu minggu, untuk evaluasi keluhan Klien
7. Menganjurkan untuk mengikuti pemeriksaan IVA setiap tahun.

CATATAN PERKEMBANGAN/KUNJUNGAN ULANG


Tanggal :29 November 2021 Jam : 10.00 wib

S : Klien mengatakan keputihan sudah berkurang

O :keadan umum baik

Kesadaran compomentis

Tensi 110/70 mmhg.

Nadi 76 x / menit.

Suhu 36,5 °C.

Pernafasan 20 x/menit

Palpasi Abdomen. Tidak teraba massa, tidak ada nyeri tekan.

Genitalia . tidak ada tanda penyakit kelamin, tidak oedem, tidak tampak

Keluaran.

37
Vagina tidak ada luka, tidak nyeri tekan.

Inspekulo. Portio tidak erosi, tampak benang IUD, ada lender putih warna

Jernih sedikit.

A : Ny H. p2a0, akseptor IUD

P :1. Menjalin komunikasi inperpersonal.

2. Menjelaskan hasil pemeriksaan, TTV dalam batas normal, hasil

pemeriksaan

Dalam portio normal tidak ada erosi, benang IUD terlihat, tampak cairan /

Lender putih sedikit.


3.Menganjurkan untuk Kotrol berkala, atau sewaktu-waktu bila ada keluhan.

38
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada asuhan yang dilakukan pada tanggal 22 November 2021 pukul 10.00
WIB di Poli KIA Puskesmas Bungah Penulis melakukan pengkajian untuk
mendapatkan data subjektif, data obejktif , didapatkan hasil bahwa Nn. H berumur 34
Tahun adalah Akseptor KB IUD yang mengalami Keputihan yang bersifat Fisiologis.

AKDR adalah alat kontrasepsi yang digunakan oleh wanita usia subur
yang diinsersi ke dalam vagina yang merupakan alat kontrasepsi non hormonal.
Mekanisme kerja AKDR adalah menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke
tuba fallopii, mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai cavum uteri,
mencegah sperma dan ovum bertemu dengan membuat sperma sulit masuk ke dalam
rahim dan memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus(15).
AKDR memiliki keunggulan yaitu penggunaan jangka panjang, kontrol
medis yang ringan dan efektifitasnya cukup tinggi. Namun, penggunaan kontrasepsi
AKDR juga mempunyai risiko terjadinya komplikasi dan efek samping yang dapat
terjadi, salah satunya yaitu terjadinya keputihan.
Menurut Departemen Kesehatan RI (2014), jumlah akseptor KB IUD di
Indonesia pada tahun 2014 sebanyak 658.632 (7,75%) dengan jumlah efek samping
pemakaian IUD sebanyak 1.513 (46,06%) diantaranya perdarahan post coital
sebanyak 9,02%, dismenorea sebanyak 10%, flour albus sebanyak 12,02%, erosi
porsio 15,02%
Keputihan merupakan gejala dimana terjadinya pengeluaran cairan dari
alat kelamin wanita yang tidak berupa darah . Keputihan merupakan gejala keluarnya
cairan dari lubang vagina diluar kebiasaan, baik berbau atau tidak dan disertai gatal
atau tidak . Keputihan merupakan salah satu efek samping dari penggunaan AKDR,
hal ini disebabkan karena reaksi endometrium. IUD menimbulkan efek samping
keputihan fisiologis. Keputihan fisiologi dapat berubah menjadi patologis pada
akseptor AKDR karena kurangnya kebersihan pada genetalia sehingga dapat
menimbulkan infeksi.
Kejadian keputihan pada akseptor AKDR mempengaruhi pH vagina
dengan kandungan ekosistem vaginal pembentuk pH menjadi asam dapat
mempengaruhi Microba lactobacillus yaitu mikroflora fakultatif dengan memproduksi
asam laktat dari glukosa. Apabila leukorea ini tidak segera mendapat penanganan yang

39
tepat dan berlangsung berkepanjangan akan menjadi infeksi vagina, vulvitis
(peradangan pada vulva), vaginitis (peradangan pada vagina) dan bahkan menjadi
vulvovaginitis (peradangan pada vulva dan vagina).
Infeksi umumnya disebabkan karena infeksi bakteri yang juga
menyebabkan penyakit menular seksual lainnya seperti klamidia, gonorrhoe,
mikoplasma, streptokokus. Bakteri ini masuk melalui vagina dan bergerak naik
menuju rahim melalui mulut rahim lalu ke tuba fallopi dan sekitarnya. Berdasarkan
penelusuran literatur, infeksi saluran reproduksi dapat disebabkan karena bakteri yang
ditularkan melalui hubungan seksual yaitu sebesar 85%, sedangkan 15% kasus yang
lain terjadi setelah diadakan tindakan kebidanan seperti kuret, biopsy endometrium
dan pemasangan AKDR( Hardiarti, 2018)
Infeksi saluran reproduksi bisa disebabkan oleh pemasangan AKDR
yang tidak steril sehingga pertumbuhan mikroba dalam vagina berlebihan. Salah satu
infeksi yang paling sering ditemukan adalah Candidiasis. Candidiasis adalah infeksi
yang disebabkan oleh jamur terutama Candida albicans. Jamur ini dapat masuk ke
dalam rongga uterus pada saat insersi IUD dan juga kontaminasi pada bagian tali dari
IUD. IUD dikenal karena keefektifannya dibandingkan kontrasepsi yang lain, tetapi
selalu dihubungkan dengan efek samping yang lebih banyak dibanding kontrasepsi
yang lain.( Hardiarti, 2018)

BAB V PENUTUP
40
5.1 Kesimpulan

Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada Nn. H dengan menggunakan


manajemen kebidanan Varney dan pendokumentasian menggunakan metode
SOAP, hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa Klien Akseptor KB IUD dengan
keputihan fisiologi , efeksamping dari penggunaan IUD adalah Keputihan.
Keputihan yang bersifat fisiologis, tidak mengharuskan akseptor untuk melapas
IUD. Akan tetapi yang perlu di pahami oleh akseptor IUD adalah bagaiman cara
merawat/ menjaga agar orgam reproduksi selalu bersih. Memahami dan
menerapkan cara vulva higine yang benar harus selalu diterapkan oleh akseptor.

Karena itu asuahan yang diberikan oleh penulis adalah


memberikankonseling tentang efek samping IUD dan cara vulva higine yang
benar, dan Klien memahami penjelasan dan bersikap kooperatif selama
diberikannya asuhan. Klien akan mempertimbangkan saran dari petugas dengan
mendiskusikan terlebih dahulu dengan pasanagan, klien bersedia control ke
puskesmas secara berkalah.
5.2 Saran

a. Bagi responden

Diharapkan asuhan yang telah diberikan diterapkan dalam kehidupan


sehari-hari.
b. Bagi bidan

Diharapkan dalam pemberian asuhan bidan selalu menerapkan asuhan


kebidanan secara komprehensif sehingga dapat mengurangi dan
mengatasi masalah yang muncul terutama pada kesehatan Akseptor KB.

41
DAFTAR PUSTAKA

1. Pratiwi, Aulia, 2015. Jurnal Penelitian: Asuhan Kebidanan Pada Akseptor KB IUD
Dengan Keputihan di PUSKEMAS Tegalrejo
2. Alfiah, Ismi Dzalva, 2015. Jurnal Penelitian: Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang di Wilayah Kerja
PUSKESMAS Kecamatan Kalideres Tahun 2015
3. Rahmawati, Rika, 2016. Jurnal Penelitian: Asuhan Kebidanan Pada Akseptor IUD
Dengan Flour Albus di Ruang Poli Kandungan RSUD dr. Soekardjo Kota
Tasikmalaya
4. Mega dan Hidayat Wijayanegara, 2017. Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana,
Jakarta: Penerbit Trans Info Media
5. Prawirohardjo, Sarwono, 2011. Ilmu Kandungan Edisi ketiga, Jakarta: Penerbit PT
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
6. BKKBN, 2012. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi Edisi Ketiga, Jakarta:
Penerbit PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
7. Darmani, Endang Herliyanti, 2012. Resep Rahasia Kesehatan Wanita, Jakarta:
Penerbit Sagung Seto
8. Hollingworth, Tony, 2012. Diagnosis Banding dalam Obstetri dan Ginekologi, Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
9. Wati, Deny Tiara, 2014. Jurnal Penelitian: Asuhan Kebidanan Pada Ny. S Umur 40
Tahun P2A0 Akseptor KB IUD Dengan Luekorea Di RSUD Karanganyar
10. Wathaniah, Sitti, dkk, 2013. Jurnal Penelitian: Faktor Mikroba Penyebab Infeksi
Saluran Reproduksi Pada Akseptor Intrauterine Device (IUD) Di Kota Mataram
11. Hardianti,Sumarni, 2018. Jurnal Hubungan Antara Penggunaan Alat Kontrasepsi
Dalam Rahim dengan Kejadian Keputihan di Puskesmas Minasaupa Makasar.

42
LAMPIRAN

FOTO KONSELING PADA AKSEPTOR

43
44

Anda mungkin juga menyukai