Anda di halaman 1dari 28

CRITICAL ANALYSIS DALAM PRAKTIK KEBIDANAN

FACTORS INFLUENCING CHILDREN’S EATING BEHAVIOURS

Disusun Oleh:
Malina Setiyani (P25202110009)
Nur Masillah (P25202110010)
Erni Suryawati (P25202110011)
Sri Rahayu (P25202110013)
Siti Mushoffah (P25202110016)
Novia Limatus Sanaya (P25202110017)
Ummu sakila (P25202110018)
Nur Bahira Fibasyari (P25202110019)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kepada Tuhan,Yang Maha Esa karena atas berkat dan limpahan
rahmat-Nya maka kami dapat menyelesaikan sebuah makalah dengan tepat waktu.

Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan judul “Factors


Influencing Children’s Eating Behaviours” yang menurut kami dapat memberikan manfaat
yang besar bagi kita mempelajarinya.

Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon
pemakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang telah di buat
kurang tepat atau menyinggung perasaan pembaca. Dengan ini kami mempersembahkan
makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat.

Surabaya, 11 September 2021

Penulis
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Isu critical thinking dan evidence based practice bagi bidan masih menjadi hal yang
baru bagi bidan maupun peserta didik bidan. Di sisi lain, bidan dalam melaksanakan
tugasnya dituntut memiliki kompetensi yang tinggi dari pengetahuan, sikap, dan
keterampilan dengan pertimbangan bahwa bidan merupakan satu profesi yang bertugas
menyelamatkan ibu dan bayi. Asuhan berbasis bukti terbaik yang saat ini dikenal dengan
evidence based practice (EBP) merupakan keharusan dalam rangka pemenuhan kualitas
pelayanan terstandar maupun pemenuhan patient safety ( Komang Yuni Rahyani, Ni dan
Mohammad Hakimi, 2021).
Proses berpikir kritis memerlukan komunikasi yang efektif dan kemampuan
pemecahan masalah serta komitmen untuk mengatasi sikap egois dan tertutup dengan
mengikuti prosedur yang telah ditetapkan. Peserta didik bidan dan tenaga bidan perlu
mengenal tiga kunci utama untuk dapat berpikir kritis, yaitu RED (recognize assumptions,
evaluate arguments, dan draw conclusions) karena menjadi bahan dalam meningkatkan
kemampuan berpikir kritis, Kemampuan lain yang harus dikembangkan oleh bidan ialah
kemampuan refleksi diri untuk mengenal kelemahan dan keunggulan diri dalam
memberikan asuhan. Kemampuan self-awareness, berpikir terbuka (open-mindedness),
berperilaku disiplin, dan bersedia mempertimbangkan relevansi dari tindakan yang
diberikan merupakan komponen yang dibutuhkan dalam pengembangan profesi bidan
(Komang Yuni Rahyani, Ni dan Mohammad Hakimi, 2021).

1.2 Rumusan masalah


Bagaimanakah telaah jurnal berdasarkan nilai-nilai intelektual universal dalam critical
thinking ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mampu melakukan telaah jurnal berdasarkan nilai-nilai intelektual universal
dalam critical thinking
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mampu melakukan telaah jurnal berdasarkan clarity
2. Mampu melakukan telaah jurnal berdasarkan accuary
3. Mampu melakukan telaah jurnal berdasarkan precision
4. Mampu melakukan telaah jurnal berdasarkan consistency
5. Mampu melakukan telaah jurnal berdasarkan Relevance
6. Mampu melakukan telaah jurnal berdasarkan Significance
7. Mampu melakukan telaah jurnal berdasarkan Logicalness
8. Mampu melakukan telaah jurnal berdasarkan Depth
9. Mampu melakukan telaah jurnal berdasarkan Breadth
10. Mampu melakukan telaah jurnal berdasarkan Fairness

1.4 Sistematika Penulisan


1. Cover
2. Kata Pengantar
3. Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Sistematika Penulisan
4. Bab 2 Telaah Jurnal
5. Bab 3 Pembahasan
6. Bab 4 Simpulan
7. Daftar Pustaka
8. Lampiran
BAB 2

TELAAH JURNAL

2.1 Kejelasan (Clarity)

a. Judul Jurnal : Factors Influencing Children’s Eating Behaviours


b. Rumusan Masalah 
Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku makan anak ?
c. Data yang Memperkuat di Latar Belakang
1) Lingkungan keluarga dan kehidupan rumah tangga yang akan berperan aktif
dalam membangun perilaku anak.
2) Pengaruh Orang Tua yang terlalu menuntut, mereka memantau perilaku
anak dan menyampaikan standar yang jelas tanpa menggunakan pendekatan
sehingga dapat mengganggu atau membatasi kebebasan anak. Orang tua
yang otoriter menuntut dan mengarahkan dengan tingkat respons yang
rendah; mereka menunjukkan tingkat kontrol yang tinggi, dan sebaliknya
menunjukkan tingkat kehangatan yang lebih rendah.
3) Ibu adalah orang yang paling bertanggung jawab besar untuk menentukan
berapa banyak makanan yang akan diberikan kepada anak-anak mereka.
Namun, faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan seorang ibu tentang
seberapa banyak yang harus diberikan kepada anak-anaknya, lalu motivasi
serta tujuan untuk memberi makan dan konsumsi masih kurang dipahami.
4) Ayah memiliki pengaruh besar pada gizi anak dan terdapat beberapa
perbedaan jika dibandingkan dengan pemberian makan oleh ibu. Ayah pada
umumnya cenderung kurang memantau asupan makanan anak dan
membatasi akses ke makanan.
5) Interaksi individu mempengaruhi lingkungan keluarga. Karakteristik fisik
lingkungan rumah termasuk aksesibilitas dan ketersediaan bahan makanan di
rumah.
6) Pendidikan dan status ekonomi keluarga. Di negara maju, obesitas
berhubungan erat dengan status sosial ekonomi rendah (SES), yang
merupakan penentu kuat dari asupan makanan anak-anak dan remaja.
7) Pengendalian atau pemberian makan anak sejak usia dini dapat
mempengaruhi perilaku makan anak-anak dan remaja. Perilaku makan akan
dapat mempengaruhi berat badan pada anak. Anak yang memiliki nafsu
makan sedikit cenderung memiliki berat badan yang lebih rendah.
8) Preferensi Makanan. Pada awal kehidupan, kebanyakan bayi dan anak-anak
lebih menyukai rasa manis dan asin. Rasa manis merupakan stimulus
psikobiologis yang kuat. Rasa manis akan meningkatkan kelezatan makanan
dan minuman, merangsang asupan. Rasa pahit, seperti yang ada di beberapa
sayuran, sering ditolak saat pertama kali dialami, tetapi diterima sedkit demi
sedikit.
9) Praktek Pemberian Makan Dini. Pemberian makan bayi dikaitkan dengan
kebiasaan makan masa kanak-kanak di kemudian hari, tetapi sedikit yang
diketahui tentang hubungan ini di negara-negara non-Barat dengan budaya
makanan yang berbeda.
10) Lingkungan Obesogenik. Masa kanak-kanak merupakan masa kritis dalam
perkembangan obesitas. Pola makan modern yang didasarkan pada
makanan cepat saji yang tidak sehat, makanan praktis, makanan ringan padat
energi, minuman ringan, dan makanan yang berlimpah, gaya hidup, dan
berkembangnya elektronik telah menyebabkan masalah kelebihan berat
badan dan obesitas yang serius.
11) Lingkungan media, dan khususnya iklan, telah terbukti membentuk
pengetahuan, sikap, preferensi, dan praktik yang berhubungan dengan
makanan. Ada hubungan sebab akibat langsung antara iklan untuk produk
makanan dan makanan anak-anak. Hal ini terjadi sebagai peningkatan
asupan makanan ringan dan kalori secara keseluruhan dan penurunan
konsumsi buah dan sayuran.
12) Strategi meningkatkan perilaku makan anak. Sukses memberi makan kepada
anak membutuhkan beberapa pengetahuan gizi oleh orang tua atau pengasuh
untuk memastikan bahwa pemberian makan dan nutrisi, serta jumlah kalori
yang ditawarkan sesuai dengan kebutuhan.

2.2 Keakuratan (Accuracy)

a. Nama Jurnal : Nutrients


b. Tahun Terbit : 2018
c. Level Jurnal : Level Q1 (link Jurnal :
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/29857549/)

2.3 Ketepatan (Precision)

a. Pendahuluan
Makanan memberikan nutrisi dan memberi energi. Nutrisi sangat penting untuk
kesehatan manusia, tetapi juga senyawa lain terus diidentifikasi dalam makanan,
dan sifat kesehatannya menjadi lebih dipahami. Interaksi anak mencakup keluarga
dan teman sebaya, yang keduanya dipengaruhi oleh komunitas, masyarakat, media,
dan penawaran makanan. Keragaman dan kompleksitas lingkungan anak-anak
meningkat selama masa pertumbuhan.. Anak-anak mencontoh perilaku makan
orang tua mereka, gaya hidup, sikap yang berhubungan dengan makan, dan
kepuasan atau ketidakpuasan mengenai citra tubuh.
Perilaku makan yang terbentuk di masa kanak-kanak bertahan, dengan
implikasi seperti kerewelan dan variasi makanan yang buruk, atau respons yang
tinggi terhadap isyarat makanan dan peningkatan risiko obesitas. Meskipun
perilaku makan dan berat badan anak sulit untuk diubah secara langsung, praktik
pemberian makan orang tua berpotensi menjadi target intervensi yang baik untuk
mencegah pola makan yang tidak sehat dan mengembangkan kelebihan berat
badan pada anak-anak.
b. Metode
Penulis mengumpulkan beberapa artikel dan jurnal yang diperoleh dari Basis
data elektronik (PubMed, Medline, Embase, dan Google Cendekia) dicari untuk
menemukan dan menilai studi yang relevan. Penulis melakukan pencarian untuk
mengidentifikasi artikel yang berpotensi membahas tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku makan anak-anak. Artikel relevan yang diterbitkan dari
2011 hingga Januari 2018
c. Hasil
Dalam analisis saat ini, kebiasaan makanan orang tua dan strategi pemberian
makan adalah penentu paling dominan dari perilaku makan dan pilihan makanan
anak. Orang tua harus memberikan anak-anak mereka berbagai pilihan makanan
yang baik sambil bertindak sebagai panutan yang positif.
d. Kesimpulan
Sistem keluarga yang melingkupi kehidupan rumah tangga anak akan berperan
aktif dalam membangun dan mempromosikan perilaku yang akan bertahan
sepanjang hidupnya. Ayah dan ibu bertindak berbeda terhadap anak-anak mereka;
ayah umumnya bertindak dengan cara yang lebih memanjakan dan kurang aktif
mengontrol asupan makanan. Dalam lingkungan obesogenic, perilaku otoritatif
dan beberapa kontrol orang tua mungkin diperlukan untuk memoderasi asupan
anak-anak dari makanan padat kalori. Membatasi seberapa sering makanan
tertentu dibawa ke lingkungan rumah, menghindari toko dan restoran yang
menjual makanan tidak sehat, dan menyajikan porsi kecil tetapi cukup harus
memberi anak kesempatan untuk mengembangkan pengaturan diri dalam perilaku
makan. Pengalaman kehidupan awal dengan berbagai rasa dan cita rasa memiliki
peran dalam mempromosikan makan sehat dan mendukung konsumsi buah dan
sayuran yang lebih luas. Orang tua harus menerima saran tentang bagaimana
membangun kebiasaan sehat jangka panjang dan menciptakan pola makan yang
menyenangkan pada anak-anak mereka, sambil menyadari faktor-faktor penentu
perilaku yang mendukung kekurangan gizi dan gangguan makan

2.4 Konsistensi (Consistency)

Jurnal ini diterbitkan tahun 2018 dan membahas tentang artikel yang berpotensi
membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku makan anak-anak.
Artikel yang masuk dalam kategoti pembahasan antara lain dengan tema berikut :
a. Perilaku makan anak dan praktik pemberian makan orang tua
b. Perilaku makan anak dan lingkungan makan keluarga
c. Lingkungan makan keluarga dan pilihan anak-anak
d. Perilaku makan anak dan makanan keluarga
e. Perilaku makan anak dan pengaruh orang tua
f. Perilaku makan anak dan lingkungan obesogenik
g. Pemodelan perilaku makan orang tua
h. Perilaku makan anak dan status sosial ekonomi.
Pada penelitian ini, peneliti tidak memberikan batasan yang ditempatkan
pada tahun publikasi. Namun, peneliti membatasi pencarian ke negara-negara
industri karena fokus pada efek di negara-negara berpenghasilan tinggi. Studi
yang disertakan harus berupa studi primer atau makalah yang menyajikan
analisis data sekunder dari studi ini dan dipublikasikan dalam jurnal peer-review
atau buku yang diedit.

2.5 Relevansi (Relevance)

Faktor-faktor relevan yang terlibat dalam penciptaan beberapa preferensi makanan


dan perilaku makan anak anak telah diperiksa untuk meninjau topik dan memberikan
instrumen praktis kepada dokter anak untuk memahami latar belakang di balik perilaku
makan dan untuk mengelola nutrisi anak-anak untuk tujuan pencegahan.

Database elektronik digunakan untuk menemukan dan menilai studi yang relevan.
Peneliti melakukan pencarian untuk mengidentifikasi makalah yang diterbitkan dalam
bahasa Inggris tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku makan anak-anak. Sistem
keluarga yang melingkupi kehidupan rumah tangga anak yang akan berperan aktif dalam
membangun dan mempengaruhi perilaku makan anak pada hidupnya. Pada pengenalan
makanan di awal kehidupan memiliki peran dalam perilaku membiasakan makan makanan
sehat dalam keseharian dan kedepannya. Sifat dari tinjauan naratif membuatnya sulit untuk
mengintegrasikan interaksi yang kompleks ketika sejumlah besar studi terlibat. Dalam
analisis saat ini, kebiasaan makanan orang tua dan strategi pemberian makan adalah
penentu paling dominan dari perilaku makan dan pilihan makanan anak. Orang tua harus
mengekspos anak-anak mereka ke berbagai pilihan makanan yang baik sambil bertindak
sebagai panutan yang positif. Program pencegahan harus ditujukan kepada mereka, dengan
mempertimbangkan aspek sosial ekonomi dan pendidikan.

2.6 Bermakna (Significance)

 Informasi apa yang dibutuhkan lebih signifikan dalam isu tersebut ?


Kebiasaan makan orang tua dan strategi pemberian makan adalah penentu paling
dominan dari perilaku makan dan pilihan makanan anak.
 Faktor penting dalam suatu konteks penelitian ini?
Menjelaskan bahwa kebiasaan makan orang tua dan strategi pemberian makan
menjadi faktor paling dominan dari perilaku makan dan pilihan makanan anak.
 Pertanyaan yang mana yang lebih signifikan ?
Apakah faktor lain dapat mempengaruhi perilaku makan anak ?
 Mana yang lebih penting dan signifikan dalam ide atau konsep ?
Dalam penelitian ini kedua hal tersebut sama pentingnya. Tujuannya untuk
mengidentifikasi faktor-faktor relevan yang terlibat dalam konsep perilaku makan
anak, dan menentukan hasil penelitian tersebut apakah signifikan/tidak.
2.7 Alasan Yang Logis ( Logicalness)

Lingkungan keluarga memiliki peran dan strategi untuk meningkatkan perilaku makan
pada anak-anak. Keluarga harus berperan aktif dalam membangun dan mempromosikan
perilaku yang akan bertahan sepanjang hidupnya, orang tua harus mengekspos anak-anak
mereka ke berbagai pilihan makanan yang baik dan bertindak sebagai panutan.

2.8 Kedalaman (Depth)

2.8.1 Jumlah Rumusan Masalah :

1. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku makan pada anak ?

2.8.2 Kriteria Inklusi dan ekslusi :


 Inklusi : anak-anak usia 6 bulan hingga 19 tahun
 Ekslusi : anak-anak dengan kondisi medis dan anak-anak dengan
penurunan berat badan

2.9 Keluasan (Breadht)

Kebiasaan makan orang tua dan strategi pemberian makan menjadi faktor paling
dominan dari perilaku makan dan pilihan makanan anak.

2.10 Keadilan (Fairness)

Sebagai seorang Tenaga kesehatan (bidan) harus mengetahui faktor-faktor yang


mempengaruhi perilaku makan anak yang didasarkan atas informasi ilmiah yang relevan
dan signifikan, serta dapat mengoptimalkan upaya promosi Kesehatan berupa KIE
(konseling, informasi, edukasi) tentang perilaku makan anak agar terciptanya kebiasaan
makan yang baik dan tercapainya kebutuhan gizi seimbang pada anak.
BAB 3

PEMBAHASAN

Sistem keluarga akan berperan aktif dalam membangun dan mempromosikan


perilaku yang akan bertahan sepanjang hidupnya. Ayah dan ibu bertindak berbeda terhadap
anak-anak mereka, ayah umumnya bertindak dengan cara yang lebih memanjakan dan
kurang aktif mengontrol asupan makanan. Dalam lingkungan obesogenic, perilaku otoritatif
dan beberapa kontrol orang tua mungkin diperlukan untuk memoderasi asupan anak anak
dari makanan padat kalori yang enak. Membatasi seberapa sering makanan tertentu dibawa
ke lingkungan rumah, menghindari toko dan restoran yang menjual makanan tidak sehat,
dan menyajikan porsi kecil tetapi cukup harus memberi anak kesempatan untuk
mengembangkan pengaturan diri dalam perilaku makan (Silvia, et.al, 2018).

Pengalaman kehidupan awal dengan berbagai cita rasa memiliki peran dalam
mempromosikan makan sehat dan mendukung konsumsi buah dan sayuran yang lebih luas.
Menawarkan bayi makanan yang berbeda dimulai pada periode pemberian makanan
pendamping dan memberikan berulang makanan yang tidak disukai untuk merangsang rasa
mereka dan membantu mereka untuk menerima banyak makanan di kemudian hari adalah
strategi yang diperlukan untuk mengembangkan kebiasaan makan yang baik. Semua
strategi ini datang bersama-sama selama makan keluarga. Pengaturan ini memiliki
kepentingan sosial yang signifikan dalam kehidupan anak dan orang tua harus mengekspos
keturunan mereka ke berbagai pilihan makanan yang baik sambil bertindak sebagai panutan
positif untuk melindungi anak-anak dan remaja dari bahaya lingkungan obesogenik
kehidupan modern. Status sosial ekonomi terlibat dalam masalah ini, sebagai keluarga di
mana orang tua memiliki tingkat pendidikan tinggi mengkonsumsi lebih banyak makanan
sehat daripada keluarga dengan tingkat pendidikan rendah (Silvia, et.al, 2018).

Kebiasaan makan merupakan pandangan seorang individu terdahap makanan,


meliputi kepercayaan, sikap serta pemilihan dalam mengonsumsi makanan yang diperoleh
secara terus menerus. Kebiasaan makan mulai terbentuk pada dua tahun awal usia anak,
dan berpengaruh pada tahun-tahun selanjutnya (Syahroni, 2021). Kebiasaan makan anak
dapat dipengaruhi oleh multifactor, salah satu faktornya adalah peranan pengetahuan ibu.
Pengetahuan ibu berpengaruh terhadap macam bahan makanan yang dikonsumsi anggota
keluarga setiap harinya, terutama pada anak. Ada pula faktor ekonomi seperti terbatasnya
kemampuan suatu keluarga dalam pengadaan kebutuhan konsumsi makanan anggota
keluarga. Faktor-faktor tersebut pada akan dapat mempengaruhi seseorang dalam memilih
makanan dan kebiasaan makan tersebut mempengaruhi kecukupan gizi seimbang
(Kurniawaty, dalam Syahroni, 2021).

Penulis berpendapat bahwa upaya memperkenalkan kebiasaan makan yang baik


perlu diperhatikan berbagai faktor yang dapat mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut
mempengaruhi anak dalam pemilihan makanan dan selanjutnya dapat berpengaruh pada
capaian gizi kehidupan selanjutnya. Perilaku makan anak dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor, kebiasaan makan orang tua dan strategi pemberian makan menjadi faktor paling
berpengaruh dari perilaku makan anak. Makanan yang dikonsumsi anak dipengaruhi oleh
pola pemberian makan yang diterapkan oleh keluarganya. Peranan keluarga dalam
mengasuh anak sangat menentukan status gizi dan tumbuh kembang anak. Keluarga yang
dapat membimbing anak tentang cara makan yang sehat dan makanan bergizi akan
meningkatkan status gizi anak.
BAB 4
SIMPULAN

Pendidikan harus diberikan kepada semua anak dari tingkat sosial ekonomi yang
berbeda, dengan tujuan mempromosikan aktivitas fisik, mengurangi waktu menonton
televisi, video game, dan komputer, dan mendapatkan waktu tidur yang cukup. Orang tua
harus menerima saran tentang bagaimana membangun kebiasaan sehat jangka panjang dan
menciptakan pola makan yang menyenangkan pada anak-anak mereka, sambil menyadari
faktor-faktor penentu perilaku yang mendukung kekurangan gizi dan gangguan makan.
DAFTAR PUSTAKA

Komang Yuni Rahyani, Ni dan Mohammad Hakimi. 2021. Critical Thinking dalam Asuhan
Keidanan Berbasis Bukti. Yogyakarta : UGM Press.

Scaglioni, Silvia et.al.2021. Factors Influencing Children’s Eating Behaviours. Nutrients


10,706;doi:10.3390/nu10060706

Syahroni, Muhammad Habub Aziz, dkk. 2021. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


Kebiasaan Makan Anak Usia Prasekolah 4-6 Tahun Ditinjau Dari Capaian Gizi
Seimbang. Surabaya : Jurnal Tata Boga Vol.10 N0.1 ISSN: 23015012.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai