KEMENTERIANKESEHATANREPUBLIKINDONESIA
BADAN PENGEMBANGAN DAN
PEMBERDAYAANSUMBERDAYAMANUSIAKESEHATANPOLITEKNIK
KESEHATAN KEMENKES SURABAYAJURUSANKEBIDANAN
PROGRAMSTUDI PROFESI BIDAN
TAHUN 2021
1
LEMBAR PENGESAHAN
Siti Mushoffah
Mengetahuai
2
Kata Pengantar
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karenaatas berkat
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Komprehensif yang
berjudul“Asuhan Kebidanan Pada Remaja di Puskesmas Bungah”. Dalam kesempatan
ini penulis menghanturkan rasa hormat danterima kasih yang sebesar – besarnya kepada
dosen pengampu
1. Ibu kepala puskesmas Bungah
2. Ibu pembimbing lahan puskesmas Bungah
3. Ibu Kaprodi Profesi Bidan. Poltekkes Kemkes Surabaya
4. Ibu Kharisma K, SST,M.Keb.
5. Ibu Ani Media H. SST.M.Kes ,yang telah membimbing selama praktik klinik
Penulis mengakui bahwa dalam proses penulisan makalah ini, masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian penulis telah
berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki.
Karenanya, penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbukamenerima masukan
kritik dan saran yang membangun guna perbaikan dan penyempurnaan makalah ini
dikemudian hari.
Akhirnya penulis berharap, makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca,dan
dapat memberikan kontribusi yang positif serta bermakna dalam proses perkuliahan
Praktik Klinik Kebidanan. Amin.
Penyusun
3
Daftar Isi
Lembar Pengesahan 2
Kata Pengantar3
Daftar IsI 4
Bab 1 PENDAHULUAN
4
2.3.7 Evaluasi 20
Bab 3 TINJAUAN KASUS
3.1 Asuhan I 21-25
3.2 Asuhan II 25-26
3.3 Asuhan III 27-28
3.4 Asuhan IV 29
Bab 4 PEMBAHASAN 30-33
Bab 5 PENUTUP
5.1 Simpulan 34
5.2 Saran 34
DAFTAR PUSTAKA 35
LAMPIRAN 37-39
5
BAB 1.
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun, menurut
peraturan Menteri Kesehatan RI no 5 tahun 2014, remaja adalah penduduk dalam
rentang usia 10-18 tahun dan menurut Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah.
Masa pubertas adalah salah satu tahap perkembangan yang ditandai
dengan kematangan organ seksual dan tercapainya kemampuan untuk
bereproduksi, dimana salah satu ciri dari tandanya terjadinya menstruasi pertama
(menarch). Masa remaja merupakan suatu masa peralihan dari pubertas ke dewasa
atau suatu proses tumbuh ke arah kematangan yang mencakup kematangan mental,
emosional, sosial, dan fisik (Rihardini, 2019).
6
karena remaja masih belum mampu menguasai dan memfungsikan secara maksimal
fungsi fisik maupun psikisnya.
Menurut Dr. R. Muharam, dkk (2020) Menstruasi atau mens atau haid atau
datang bulan adalah meluruhnya jaringan endometrium (lapisan dinding Rahim
yang terdalam). Menstruasi adalah pengeluaran darah, mukus, dan debris sel dari
mukosa uterus disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium secara periodik dan
siklik yang dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi (Barelli et al., 2018). Wanita
mengalami siklus menstruasi idealnya teratur setiap bulan dengan rentang waktu
antara 21-35 hari setiap periode menstruasi(Rihardini, 2019). Proses siklus
menstruasi kadang berlangsung pasang surut dan berubah-ubah setiap bulannya
sehingga dapat menimbulkan masalah gangguan menstruasi. Tingginya prevalensi
gangguan menstruasi disebabkan oleh berbagai faktor seperti, stres, lifestyle,
aktivitas fisik, kondisi medis, kelainan hormonal dan status gizi (Masturi, 2017).
Sebagian perempuan dapat mengalami gangguan menstruasi, adapun
etiologi dari gangguan menstruasi pada perempuan dapat berasal dari gangguan
ketidak seimbangan hormonal, permasalahan pada struktur organ reproduksi,
adanya infeksi dan faktor lain yang tidak diketahui secara pasti. jenis gangguan
menstruasi yang banyak dialami perempuan antara lain: Sindrom Pramenstural,
Dismenore, Oligomenorea, Amenore, Hipermenore dan Hipomenore. Menstruasi
yang tidak teratur ini menjadi pertanda bahwa seorang perempuan kurang subur
(infertill) (Afiyati, 2016).
Menurut laporan WHO (2008) prevalensi oligomenore pada wanita sekitar
45%. Sedangkan penelitian Sianipar et al tahun 2011 mendapatkan prevelensi
gangguan menstruasi di dunia ditaksirkan amenore primer sebanyak 5,3 %,
Amenore sekunder 18,4%, Oligomenore 50%, Polimenore 10.5%, dan gangguan
campuran sebanyak 15,8%, dan menurut Siegberg tahun 2011 di Indonesia kelainan
siklus menstruasi Oligomenore menyerang 16,7% remaja (Agnia, 2016).
Berdasarkan pemaparan data, oligomenore menduduki peringkat teratas dari
gangguan haid, tentunya hal ini menjadi satu perhatian khusus tenaga kesehatan
khususnya profesi kebidanan, dimana seorang bidan merupakan ujung tombak
pelayanan, dan sebagai profesi yang paling banyak berinteraksi dengan masyarakat.
7
Didasarkan dari adanya latar belakang diatas kelompok tertarik untuk menelaah
lebih dalam tentang gangguan haid “oligomenorea”.
1.2.Tujuan Praktik
1.2.1. Tujuan umum
Tujuan umum dari asuhan kesahatan remaja adalah memberikan akses dan
pelayanan kesehatan pada Remaja.
1.2.2. Tujuan khusus
1.2.2.1.Meningkatkan peran remaja dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
1.2.2.2.Meningkatkan pendidikan dan keterampilan hidup sehat
1.2.2.3.Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tentang kesehatan reproduksi bagi
remaja.
1.2.2.4.Meningkatkan pengetahuan terkait kesehatan jiwa dan penyalagunaan NAPZA
1.2.2.5.Meningkatkan upaya perbaikan gizi remaja.
1.2.2.6.Mendorong remaja untuk aktifitas fisik.
1.2.2.7.Melakukan deteksi dini pencegahan penyakit menular.
1.2.2.8.Meningkatkan kesadaran remaja dalam pencegahan kekerasan.
1.3.Lama Praktik
Lama praktik klinik asuhan kesehatan remaja mulai tanggal 25 Oktober 2021
sampai tanggal 6 November 2021.
8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Menstruasi
2.1.1 Definisi Menstruasi
9
Proses menstruasiterjadi dalam empat fase yang pada kondisi normal, akan berulang
setiap bulan. Siklus menstruasi dimulai dari hari pertama menstruasi dan berakhir di
hari pertama menstruasi bulan berikutnya. Setiap wanita memiliki durasi siklus
menstruasi yang berbeda-beda. Normalnya, siklus ini berlangsung antara 21-35 hari dan
rata-rata perempuan memiliki siklus dengan durasi 28 hari. Selama siklus tersebut
berlangsung, ada empat fase yang dilalui tubuh, yaitu fase menstruasi, fase folikular,
fase ovulasi, dan fase luteal. Setelah fase luteal selesai, tubuh akan langsung masuk ke
fase menstruasi dan siklus ini akan terus berulang hingga wanita mengalami
menopause.
Gambar 2, fase – fase Menstruasi.
a) Empat fase
1. Fase menstruasi
Fase menstruasi merupakan fase pertama dari siklus menstruasi. Mulainya
fase ini ditandai dengan keluarnya darah haid dari vagina. Darah yang keluar
merupakan jaringan dinding rahim yang luruh karena kehamilan tidak terjadi
2. Fase folikular
Fase folikular merupakan fase kedua dalam proses menstruasi. Dimulainya
fase ini ditandai dengan pelepasan follicle stimulating hormone (FSH) oleh
kelenjar pituitari. Dengan adanya hormon tersebut, indung telur akan mulai
memproduksi kantung-kantung kecil bernama folikel, berisi sel telur yang
belum matang.Sel telur tersebut kemudian akan melalui proses pematangan
10
dan selama proses ini, tidak semua sel yang ada akan bertahan. Hanya sel
paling sehat lah yang akan benar-benar matang. Sementara itu sel yang lain
akan diserap oleh tubuh. Proses pematangan ini biasanya akan berlangsung
selama 16 hari. Namun rentang normal fase folikular beragam antara 11 – 27
hari, tergantung dari lama siklus menstruasi
3. Fase ovulasi
Saat sel telur sudah matang, kadar hormon estrogen di tubuh akan mulai
meningkat. Peningkatan estrogen ini kemudian akan memicu kelenjar
pituitari melepas luteinizing hormone (LH). Adanya LH inilah yang menjadi
awal dari fase ovulasi. Ovulasi adalah proses pelepasan sel telur yang sudah
matang dari indung telur ke tuba falopi menuju rahim agar bisa dibuahi oleh
sperma. Di fase ovulasi inilah seorang wanita dikatakan sedang mengalami
masa subur. Jika Anda berhubungan seks pada fase ovulasi tanpa
menggunakan alat kontrasepsi, maka potensi kehamilannya pun tinggi. Sel
telur yang dilepaskan saat ovulasi akan bertahan di rahim selama 24 jam.
Setelah itu, sel akan mati atau larut ke jaringan-jaringan di sekitarnya. Meski
begitu, bukan berarti Anda hanya punya kemungkinan hamil satu hari dalam
sebulan. Pasalnya, sperma bisa bertahan hingga lima hari di dalam rahim.
Oleh karena itu, jika Anda berhubungan intim tiga atau empat hari sebelum
ovulasi terjadi, pembuahan sel telur masih bisa terjadi dan kemungkinan
untuk hamil pun masih ada. Pada wanita yang memiliki siklus haid 28 hari,
ovulasi biasanya akan terjadi di hari ke-14.
4. Fase luteal
Fase luteal ditandai dengan terbentuknya corpus luteum yang berasal dari
folikel tempat sel telur matang berada. Setelah sel telur tersebut dipelaskan
ke rahim, folikel akan berubah menjadi corpus luteum dan mengeluarkan
hormon, terutama estrogen serta progesteron. Naiknya kadar kedua hormon
tersebut akan memicu penebalan dinding rahim yang nantinya akan
dijadikan sebagai tempat implantasi atau menempelnya sel telur jika berhasil
dibuahi oleh sperma. Jika kehamilan berhasil terjadi, tubuh akan
memproduksi human chorionic gonadotropin (HCG), sebagai hormon yang
11
hanya ada pada saat hamil. Hormon inilah yang biasanya terdeteksi pada
alat-alat tes kehamilan. Hormon ini akan membantu mengatur corpus luteum
agar terus berfungsi mengeluarkan hormon yang diperlukan sekaligus
menjaga dinding rahim tetap tebal. Sebaliknya, jika kehamilan tidak berhasil
terjadi, corpus luteum akan menyusut dan diserap oleh tubuh. Saat struktur
tersebut hilang, maka kadar estrogen dan progesteron akan menurun dan
memicu luruhnya dinding rahim.Ketika jaringan dinding rahim mulai luruh,
fase menstruasi akan dimulai dan siklus pun akan berulang alias kembali ke
tahap awal(Nina Hertiwi Putri, 2021)
Menurut (Dewi, 2012) mengatakan ada beberapa tanda dan gejala saat
terjadi menstruasi pertama kali (menarche) antara lain perut terasa mules dan
mual, meningkatnya suhu tubuh, pusing, payudara membengkak, gangguan
pada kulit, terasa nyeri saat buang air besar, sering mengalami keputihan dan
nafsu makan berlebihan
2) Amenorrhea
Amenorrhea adalah tidak adanya menstruasi. Kategori amenorrhea
primer jika wanita di usia 16 tahun belum mengalami menstruasi, sedangkan
amenorrhea sekunder adalah yang terjadi setelah menstruasi. Secara klinis,
12
criteria amenorrhea adalah tidak adanya menstruasi selama enam bulan atau
selama tiga kali tidak menstruasi sepanjang siklus menstruasi sebelumnya.
Berdasarkan penelitian, amenorrhea adalah apabila tidak ada menstruasi dalam
rentang 90 hari. Amenorrhea sering terjadi pada wanita yang sedang menyusui,
tergantung frekuensi menyusui dan status nutrisi dari wanita tersebut.
3) Oligomenorrhea
Oligomenorrhea adalah tidak adanya menstruasi untuk jarak interval yang pendek
atau tidak normalnya jarak waktu menstruasi yaitu jarak siklus mentruasi 35-90
hari.
4) Polymenorrhea
Polymenorrhea adalah sering mentruasi yaitu jarak siklus menstruasi yang pendek
kurang dari 21 hari.
2.2 Oligomenorea
13
Oligomenorea sering terdapat pada wanita astenis. Dapat juga terjadi pada wanita
dengan sindrom ovarium polikistik dimana pada keadaan ini dihasilkan androgen
yang lebih tinggi dari kadar pada wanita normal. Oligomenorea dapat juga terjadi
pada stress fisik dan emosional, penyakit kronis, tumor yang mengsekresikan
estrogen dan nutrisi buruk. Oligomenorea juga dapat disebabkan ketidaknyamanan
hormonal seperti pada awal pubertas. Oligomenorea yang menetap dapat terjadi
akibat perpanjangan stadium folikular, perpanjangan stadium luteal ataupun
perpanjangan kedua stadium tersebut. Bila siklus tiba-tiba memanjang maka
disebabkan oleh pengaruh psikis atau pengaruh penyakit (Dewi, 2016).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Yilei He, et al., 2020) pada kasus
oligomenore menemukan bahwa dibandingkan dengan wanita dengan siklus teratur,
kasus oligomenore lebih banyak ditemukan pada wanita dengan memiliki riwayat
obesitas, diabetes mellitus gestasional, dan BMI yang lebih tinggi pada pemeriksaan
fisik. Wanita dengan siklus menstruasi yang tidak teratur memiliki kadar trigliserida
yang lebih tinggi, prevalensi dislipidemia yang lebih tinggi, diabetes mellitus tipe 2,
dan penyakit pembuluh darah kronis,sehingga mengganggu genesis folikel. Hasil
penelitian lain menyebutkan bahwa wanita dengan oligomenore memiliki prevalensi
yang lebih tinggi dari riwayat keluarga oligomenore dan terkena lingkungan stres.
Perubahan pola hormonal merupakan mekanisme yang mendasari faktor gaya hidup
yang mempengaruhi fungsi menstruasi, berbagai profil endokrin terpengaruh,
terutama pengurangan estrogen dan gonadotropin dan aktivasi pelepasan
kortikotropin, yang dapat menyebabkan disfungsi menstruasi, sehingga
mempengaruhi terjadinya dan waktu ovulasi dan pertumbuhan lapisan endometrium.
Menurut (Kumalasari, 2012), penyebab Oligomenorea adalah perpanjangan
siklus folikuler dan stadium luteal, kedua stadium ini menjadi panjang karena
pengaruh psikis, penyakit, dan TBC
Menurut (Purwoastuti & Walyani, 2015), antara lain:
b. Sakit kronik
14
f. Adanya tumor yang melepaskan estrogen
2.3.1 Pengkajian
a. Data Subjektif
Data subjektif berupa data fokus yang dibutuhkan untuk menilai keadaan ibu
sesuai dengan kondisinya (Romauli, S,2 011). Jenis data yang dikumpulkan
adalah:
1) Biodata
a) Nama
Untuk mengenal atau memanggil nama klien dan untuk mencegah
kekeliruan bila ada nama yang sama
b) Umur
Untuk memastikan usia dan sebagai identitas
c) Suku/bangsa
Untuk mengetahui adat istiadat sehingga mempermudah dalam
melaksanakan tindakan kebidanan
d) Agama
Hal ini berhubungan dengan perawatan penderita yang berkaitan dengan
ketentuan agama
e) Pendidikan
Untuk memudahkan bidan memperoleh keterangan atau dalam
memberikan informasi mengenai suatu hal dengan menggunakan cara
yang sesuai dengan pendidikan klien.
f) Alamat
16
Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan
2) Keluhan Utama
Pada remaja dengan keluhan oligomenorea akan dijumpai keluhan utama
seperti:
- Tidak mengalami menstruasi hingga 35 hari
3) Riwayat Menstruasi
Untuk mengetahui kapan mulai menstruasi, siklus menstruasi, lamanya
menstruasi banyaknya darah menstruasi, teratur atau tidak menstruasinya,
sifat darah menstruasi, keluhan yang dirasakan sakit waktu menstruasi disebut
dismenore (Arsinah et, al, 2011)
4) Pola Kebiasaan Sehari-hari
a) Pola Nutrisi
Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi, banyaknya,
jenis makanan, serta makanan pantangan.
b) Pola Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar
meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau, serta kebiasaan buang air
kecil meliputi frekuensi, warna, jumlah
c) Pola Istirahat
Istirahat tidur 7-8 jam dalam satu hari.
d) Pola Aktivitas
Menggambarkan rutinitas kegiatan sehari-hari
e) Pola Personal Hygiene
Mengetahui apakah remaja selalu menjaga kebersihan tubuh terutama
pada daerah genetalia, saat menstruasi mengganti pembalut berapa kali
dalam 1 hari.
f) Riwayat Psikologis
Dengan menggunakan pendekatan psikologis kesehatan maka akan
diketahui gaya hidup orang tersebut dan pengaruh psikologis kesehatan
terhadap gangguan kesehatan (Arsinah et, al, 2011).
17
b. Data Obyektif
Data obyektif adalah data yang diperoleh melalui pemeriksaan fisik terhadap klien
(Sulistyawati, 2011).
1) Pemeriksaan Umum
a) Keadaan umum: Pada kasusgangguan reproduksi dengan oligomenorhea
keadaan umum baik.
b) Kesadaran: Penilaian kesadaran dinyatakan sebagai composmentis, yaitu
pasien sadar sepenuhnya dan memberi respons yang adekuat terhadap
stimulus yang diberikan
c) Tanda-tanda vital
- Tekanan darah: Tekanan darah normalnya adalah 100/70 mmHg
sampai dengan 120/80 mmHg.
- Nadi: Nadi normal berkisar antara 60-80x/menit.
- Suhu: Suhu tubuh yang normal adalah 35,8 - 37 0C
- Respirasi: Pernapasan normalnya 16 – 24 x/menit.
2) Pemeriksaan Fisik
18
k) Ekstremitas: Untuk mengetahui bentukada gangguan/kelainan atau tidak,
oedema atau tidak, varises atau tidak
3) Pemeriksaan Antropometri
a) BB: Untuk mengetahui berat klien. Apakah termasuk normal,gemuk,
obesitasatau kurang dari normal.
b) TB: Untuk mengetahui tinggi badan klien. Apakah termasuk normal, atau
kurang dari normal.
c) LILA: Untuk mengetahui lingkar lengan klien. Apakah termasuk normal,
atau kurang dari normal.
4) Pemeriksaan penunjang laboratorium
Pemeriksaan ini dilakukan jika perlu atau jika terdapat kelainan saat
pemeriksaan.
2.3.2 Interpretasi Data
a. Diagnosa
Nn.”X” usia …... tahun dengan masalah oligomenorhea., keadaan baik, prognosa
baik.
b. Masalah
Masalah yang sering ditemukan pada oligomenorhea adalah cemas.
c. Kebutuhan
d. Kebutuhan yang diperlukan dengan oligomenorhea adalah informasi tentang
penyebab dan cara penanganan pada oligomenorhea.
2.3.3 Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Pada langkah ini diagnosa merupakan tindakan segera yang dapat menimbulkan
kegawatdaruratan pada klien (Yulifah & Surachmindari, 2013). Oligomenorea
merupakan gejala dan bukan suatu penyakit, karenanya tidak ada diagnosa potensial
(Purwoastuti & Walyani, 2015).
19
mendapatkan pengobatan sesuai penyebab dari oligomenorea (Purwoastuti & Walyani,
2015).
2.3.5 Perencanaan
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi
dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga dari kerangka
pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut (Yulifah & Surachmindari, 2013).
Asuhan kebidanan pada kasus oligomenorea yang dapat diberikanmenurut (Dewi,
2012), yaitu:
a) Pastikan penyebab oligomenorea yaitu pada remaja tidak memerlukan terapi.
b) Melakukan konseling mengenai cara atau tips untuk mengurangi keluhan, dengan
berperilaku hidup sehat, memperbaiki keadaan kesehatan seperti perbaikan gizi,
kehidupan dalam lingkungan yang sehat dan tenang, mengurangi berat badan pada
wanita dengan obesitas, olah raga, dan konsumsi nutrisi yang seimbang.
c) Memberikan konseling mengenai perilaku hidup sehat untuk menjaga kesehatan
reproduksi, karena wanita sebagai tonggak kehidupan yang akan melahirkan
generasi kehidupan.
d) Perbaikan status gizi pada penderita dengan gangguan nutrisi
e) Lakukan pemeriksaan lanjut bila gejala terjadi akibat adanya tumor, operasi
mungkin diperlukan.
2.3.6 Pelaksanaan
Langkah ini merupakan pelaksanaan dari rencana asuhan menyeluruh seperti diuraikan
pada langkah kelima secara efisien dan aman. Pelaksanaan asuhan disesuaikan dengan
rencana tindakan (Yulifah & Surachmindari, 2013). Pelaksanaan asuhan pada
oligomenorea sesuai dengan perencanaan.
2.3.7 Evaluasi
Langkah ini merupakan langkah terakhir guna mengetahui apa yang telah dilakukan.
Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang diberikan, ulangi kembali proses
manajemen dengan benar terhadap setiap aspek asuhan yang sudah dilaksanakan tapi
belum efektif atau merencanakan kembali yang belum terlaksana (Yulifah &
Surachmindari, 2013). Evalusi dari kasus oligomenorea adalah diketahui penyebab
pasti oligomenorea (Dewi, 2012).
20
BAB 3
TINJAUAN KASUS
Tinjaun Kasus Asuhan Kebidanan Pada Remaja dengan Oligomenorea
3.1. Asuhan I
3.1.1. Pengkajian
a. Data Subyektif
1) Biodata
Nama : Nn. R
Umur : 14 tahun
Agama : Islam
Suku / bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMP
Alamat : Bungah, Gresik
Nomor telepon : 0822-xxxx-xxxx
Nama Orangtua : Tn. A (Almarhum, 6 bln yg lalu). / Ny. H
Pekerjaan : - / IRT
2) Keluhan Utama
a) Kegiatan sehari-hari
Sekolah secara online,of line, malas keluar rumah, selalu di kamar. Tampak
murung, tidak mau beraktifitas di luar rumah.
b) Apakah merokok
Tidak pernah merokok
c) Aktivitas olahraga
Jarang melakukan olahraga, kadang-kadang jalan-jalan di pagi hari selama kira-
kira 15 menit.
d) Seksual
Tidak pernah melakukan hubungan seksual
e) Obat-obat terlarang
Tidak tahu dan tidak pernah menggunakan obat terlarang
f) Pola makan
Hampir kurang lebih 1 bulan nafsu makan menurun, makan 1 kali sehari, 1 porsi
terdiri dari nasi, lauk, sayur, dan buah. Tidak ada alergi makanan
g) Pola Istirahat
Hamper kurang lebih satu bulan mengalami sulit Tidur malam , tidur malam kurang
lebih 5 jam dan tidak pernah tidur siang.
h) Pola Personal Hygiene
Mandi 1x/hari, saat haid ganti celana dalam 2x sehari dan mengganti pembalut 3x
sehari
i) Pola Eliminasi
BAB 1 x/hari dan tidak ada keluhan seperti konstipasi
22
BAK 7-8 x/hari dan tidak ada keluhan
b. Data Obyektif
1) Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum `: Baik
Kesadaran : Composmentis
2) Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Suhu : 36.50C
Nadi : 86 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
c. Pemeriksaan Antropometri
Berat Badan : 47 kg
Tinggi Badan : 152 cm
IMT : 47 = 20.34 (normal)
(1.52)2
Lila : 23,5 cm
Lingkar Panggul /pinggang : 76 cm
Lingkar Pinggul : 89 cm
Rasio Lpa/Lpi (RPP): 76/89 = 0,85 ( normal)
d. Pemeriksaan Fisik
- Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih.
- Hidung: Bersih, tidak ada sekret, tidak ada polip, tidak ada gangguan penciuman.
- Telinga : Bersih, tidak ada serumen, tidak ada gangguan pendengaran.
- Mulut: Mukosa bibir lembab, tidak ada caries gigi, tidak ada pembengkakan gusi,
tidak ada stomatitis.
- Leher: Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, pembesaran limfe maupun
bendungan vena jugularis.
- Dada : Bentuk dada silindris, tidak ada nyeri tekan pada payudara, tidak teraba
massa pada payudara, pernafasan reguler (teratur).
- Abdomen : Tidak ada massa,tidak ada nyeri tekan abdominal.
- Punggung : Tidak ada kelainan skoliosis, lordosis dan kifosis.
- Genetalia : Tidak dilakukan pengkajian
- Ekstremitas
23
Atas: Tidak terdapat kelainan seperti polidaktili dan sindaktili serta tidak ada
keterbatasan gerak.
Bawah : Tidak terdapat kelainan seperti polidaktili dan sindaktili serta tidak ada
keterbatasan gerak
e. Analisa Data
Remaja R usia 14 th dengan Oligomenorhe dan depresi.
f. Penatalaksanaan
6) Memberikan HE tentang
ketrampilan hidup sehat (PKHS) di
lingkungan rumahnya. Klien
memahami tentang PKHS dan
bersedia menerapkannya.
7) Menyepakati pertemuan
selanjutnya yaitu hari Sabtu 30
Oktobsr 2021 pukul08.00 WIB.
Klien menyetujui jadwal pertemuan
selanjutnya
3.2 Asuhan II
TanggalPengkajian :30 Oktober 2021
25
d.Penatalaksanaan
26
27
3.3.Asuhan III
Tanggal Pengkajian : 01 November 2021
Pukul :08.30WIB
Oleh :Siti Mushoffah.
3.1.2 Pengkajian
a. Datasubjektif
Tidakadakeluhanutama
b. Dataobjektif
Klien sudah tampak ceria, mau membantu kegiatan rumah tangga.
c. Analisa
Nn.Rumur 14 tahun dengan oligomenorea dan depresi.
d.Penatalaksanaan
28
3.4.Asuhan IV
TanggalPengkajian :03 November 2021
3.4.1. Pengkajian
a. Data subjektif
Nn. R mengatakan merasa kondisinya dalam keadaan sehat dan sudah
berinteraksi dengan orang lain, sudah bisah tidur normal, nafsu makan
bertambah, sehari 2x.
b. Dataobjektif
29
BAB 4
PEMBAHASAN
Remaja dalam beberapa istilah lain disebut puberteit, adolescence, dan youth.
Dalam Bahasa latin, remaja dikenal dengan kata adolescere dan dalam Bahasa
Inggris adolescence yang berarti tumbuh menuju kematangan. Kematangan yang
dimaksud bukan kematangan fisik saja, namun juga kematangan sosial dan psikologi
(Kumalasaridan Andhyantoro, 2013 dalam Wirenviona, 2020).
Penulis mengambil kasus tentang asuhan kebidanan pada remaja dengan
Oligomenoroe di Desa Bungah, Asuhan dilakukan sebanyak 4 kali.
Asuhan I
Pada asuhan pertama dilakukan tanggal 28 Oktober 2021pukul 09.00 WIB di Desa
Bungah. Penulis melakukan pengkajian untuk mendapatkan data subjektif dan data objektif.
Pada data subjektif didapatkan hasil bahwa Nn. Rberumur 14 tahun sejak 4 bulan terakhir
menstruasinya tidak teratur, 1½bulan sekali. Mengalami kecemasan / depresi akibat
meningglnya ayah Klien. Nn. R pertama kali mengalami menstruasi pada umur 12 tahun
dengan siklus 28 hari lamanya 7-8 hari. Nn. R tidak pernah dan tidak sedang menderita
penyakit menular dan menurun, tidak mempunyai alergi, tidak ada trauma fisik. Di dalam
keluarganya tidak pernah dan tidak sedang menderita penyakit menulardan menurun, tidak
mempunyai alergi, tidak ada trauma fisik. Aktifitas sehari-hari Nn.R adalah
sekolah,belajar,kurang berinteraksi dengan orang lain, murung,sulit tidur, nafsu makan
berkurang. Nn. R tidak merokok dan tidak menggunakan NAPZA.
Pada data objektif tanda-tanda vital dalam batas normal, tidak ditemukan
kelainan pada pemeriksaan fisik. Nn. R memiliki berat badan 47 kg, tinggi badan
152cm, IMT 20,34 danLILA 23,5 cm.
Dari hasil pengkajian di atas, dapat ditarik suatu diagnosa yaitu Nn. R umur 14
tahun dengan Oligomenoroe dengan faktor pencetus adanya faktor psikologis/ stress
akibat kehilangan dari sang Ayah.
Stres merupakan suatu respon fisiologis, psikologis dan perilaku dari manusia
yang mencoba untuk beradaptasi dan mengatur baik tekanan internal dan eksternal
(stresor). Stresor dapat mempengaruhi semua bagian dari kehidupan seseorang,
30
menyebabkan stres mental, perubahan perilaku, masalah-masalah dalam interaksi
dengan orang lain dan keluhan - keluhan fisik, salah satunya gangguan siklus
menstruasi. Dalam pengaruhnya terhadap pola menstruasi, stres melibatkan sistem neuro
endokrinologi sebagai sistem yang besar peranannya dalam reproduksi wanita (Sriati,
2008 dalam Rahmaeati, 2011).
Salah satu factor yang mempengaruhi pola siklus menstruasi adalah stress. Stress
merangsang Hypothalamus-pituitary-adrenal cortex aksis sehingga dihasilkan hormone
kortisol. Hormone ini menyebabkan terjadinya ketidak seimbangan hormonal, termasuk
hormone reproduksi sehingga mempengaruhi siklus menstruasi. Menurut Kusmiran
(2011).
Oligomenorea biasanya berhubungan dengan anovulasi atau dapat juga disebabkan
kelainan endokrin seperti kehamilan, gangguan hipofise-hipotalamus dan menopause
atau sebab sistemik seperti kehilangan berat badan berlebihan. Oligomenorea sering
terdapat pada wanita astenis. Dapat juga terjadi pada wanita dengan sindrom ovarium
polikistik dimana pada keadaan ini dihasilkan androgen yang lebih tinggi dari kadar
pada wanita normal.
Oligomenorea dapat juga terjadi pada stress fisik dan emosional, penyakit kronis,
tumor yang mengsekresikan estrogen dan nutrisi buruk. Oligomenorea juga dapat
disebabkan ketidaknyamanan hormonal seperti pada awal pubertas. Oligomenorea yang
menetap dapat terjadi akibat perpanjangan stadium folikular, perpanjangan stadium
luteal ataupun perpanjangan kedua stadium tersebut. Bila siklus tiba-tiba memanjang
maka disebabkan oleh pengaruh psikis atau pengaruh penyakit (Dewi, 2012).
Hasil penelitian lain menyebutkan bahwa wanita dengan oligomenore memiliki
prevalensi yang lebih tinggi dari riwayat keluarga oligomenore dan terkena lingkungan
stres. Perubahan pola hormonal merupakan mekanisme yang mendasari faktor gaya
hidup yang mempengaruhi fungsi menstruasi, berbagai profil endokrin terpengaruh,
terutama pengurangan estrogen dan gonadotropin dan aktivasi pelepasan kortikotropin,
yang dapat menyebabkan disfungsi menstruasi, sehingga mempengaruhi terjadinya dan
waktu ovulasi dan pertumbuhan lapisan endometrium.
Pada penatalaksanaan penulis memberikan asuhan meliputi: menjelaskan hasil
pemeriksaan mengenai kondisi pasien saat ini, menjelaskan tes hasil kecerdasan majemuk,
melakukan skrining PSC, memberikan konseling tentang factor penyebab Oligomenoroe
31
salah satunya adalah stress psikologi , memberikan support dukungan untuk mengatasi stress,
memberikan PKHS, dan menjadwalkan pertemuan selanjutnya.
Asuhan II
Kunjungan kedua dilakukan tanggal 30 Oktober 2021pukul 08.00WIB. Ditemukan
pada data subjektif Nn. R tidak ada keluhan, tampak ceria, sudah mulai berinteraksi
dengan orang lain. Saat ini Nn. R mulai membiasakan untuk sering minum, 6 gelas dalam
sehari, hal ini merupakan peningkatan dari sebelumnya yang hanya ±5 gelas sehari.
Kurang minum air putih dapat mengganggu fungsi ginjal dan akan menyebabkan
penyakit gagal ginjal. Menurut para pakar kesehatan, dalam keadaan normal sebaiknya
minum antara 8–10 gelas air perhari. Namun air tersebut bisa saja terkandung didalam
makanan dan buah yang kita makan. Sayur dan buah-buahan juga sudah mengandung air
yang banyak. Selain air, juga diperlukan masuknya serat ke dalam tubuh. Jadi kalau
dihitung-hitung, setidaknya airputih yang kita minum selain dari makanan adalah 8
gelas sehari (Hafiduddin,2016).
Data objektif tidak dilakukan. Selanjutnya didapatkan diagnosa Nn. R umur 14
tahun dengan oligomenorea, keadaan normal, sudah berinteraksi dengan keluarga
lain, membantu kegiatan rumah tangga. Penatalaksanaan yang dilakukan sesuai
dengan kebutuhan asuhan kedua yaitu menjelaskan tentang kondisi pasien,
menyarankan pasien meningkatkan frekuensi minum, memberi pendidikan kesehatan
reproduksi remaja dan gizi seimbang, serta menjadwalkan pertemuan selanjutnya.
Asuhan III
Asuhan ketiga dilakukan tanggal 1 November 2021 pukul 08.30 WIB melalui
Vidio Call. Nn. R tidak ada keluhan dan merasa dirinya dalam keadaan sehat. Nn. R
sudah mencapai jumlah minum 8 gelas dalam sehari. Diagnosa yang didapatkana
dalah Nn. R umur 14 tahun dengan keadaan normal, tampak ceria , sudah bisa tidur
normal, makan 2x sehari. Dilakukan penatalaksanaan meliputi: menjelaskan tentang
kondisi pasien saat ini, mereview materi asuhan pertemuan sebelumnya dan pasien
dapat menjelaskan beberapa asuhan, selanjutnya memberikan pelayanan Kesehatan
jiwa dan Napza menggunakan PSC. Dari hasil skrining didapatkan hasil bahwa Nn.R
tidak ditemukan kelainan pada psikososialnya.Selanjutnya memberikan pelayanan
tentang penyakit tidak menular dan pencegahan kekerasan pada remaja, serta
menjadwalkan pertemuan selanjutnya.
32
Asuhan IV
Dilakukan pada tanggal 3 November 2021pukul 08.00 WIB data subjektif
bahwa Nn. R dalam kondisi sehat, tampak ceria, mau membantu aktifitas di rumah,
tidur malam sudah normal, belum bias tidur siang, nafsu makan bertambah 2x sehari.
Diagnosa yang didapatkan Nn.R umur 14 dengan oligomenorea dan gangguan tidur.
Penelitian Nigtyas (2012), menunjukkan bahwa penggunaan internet telah sedikit
berdampak negative pada pola tidur dan kesejahteraan (Diarti, 2017).
Diberikan penatalaksanaan sebagai berikut: memberitahu pasien tentang
kondisinya, memberikon seling untuk mengatasi gangguan tidur, memberikan
pelayanan terkait isu Kesehatan lainnya: SADARI, TBC dan Covid – 19, melakukan
evaluasi asuhan, dan memberikan pujian atas sikap kooperatif pasien.
Pada penelitian ini penulis tidak mengalami keterbatasan dikarenakan sikap
kooperatif dari klien dan keluarga. Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada remaja
pada Nn. R yang dilakukan sesuai dengan teori dan kebutuhan keluhan yang
dirasakan pasien dapat teratasi,dan pasien dapat menjalani pola hidup sehat untuk ke
depannya.
33
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pengkajian pada klien maka dapat disimpulkan bahwa
oligomenorea yang dialami oleh Klien adalah karena factor depresi / stres.
Hal ini sesuai dengan teori (Prawirohardjo, 2006), yang berarti stress sering
kali membuat siklus menstruasi yang tidak teratur, hal ini terjadi karena stress
sebagai perangsang sistem saraf diteruskan ke susunan saraf pusat yaitu limbic
system melalui transmisi saraf, selanjutnya melalui saraf autinom akan
diteruskan ke kelenjar-kelenjar hormonal (Endokrin) sehingga mengeluarkan
secret (cairan) neurohormonal menuju hipofisis melalui sistem prontal guna
mengeluarkan gonadotropin dalam bentuk FSH (Folikell Stimulazing
Hormone) dan LH (Leutenizing Hormone, produk kedua) hormon tersebut
dipengaruhi oleh RH (Realizing Hormone) yang disalurkan dari hipotalamus
hipofisis, pengeluaran RH sangat dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik
ekstrogen terhadap hipotalamus sehingga selanjutnya mempengaruhi proses
menstruasi. Bobak (2009) mengemukakan bahwa hormon FSH sangat
berperan dalam proses pematangan folikel didalam ovarium.
Peningkatan hormon LH berbanding lurus dengan peningkatan
kadar estrogen dan progesteron didalam tubuh. Peningkatan kadar estrogen
akan mengakibatkan penebalan pada endometrium yang mempersiapkan untuk
terjadinya ovulasi. Apabila tidak terjadi ovulasi, kadar LH akan menyusut
sehingga kadar estrogen dan progesteron ikut menyusut dengan cepat. Seiring
penyusutan kadar estrogen dan progesteron yang cepat, arteri spiral menjadi
spasme, sehingga suplai darah ke endometrium fungisionel terhenti dan terjadi
nekrosis. Lapisan fungisional terpisah dari lapisan basal dan pendarahan
menstruasi dimulai.
Perempuan yang mengalami gangguan psikis berat seperti stress
hebat atau depresi, biasanya akan mengalami gangguan hormonal siklus
menstruasi jadi kacau dan tidak mengalami ovulasi (Iskandar, 2004).
34
Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada Nn. R dengan
menggunakan manajemen kebidanan Varney dan pendokumentasian
menggunakan metode SOAP. Oligomenorea yang dialami oleh Nn R adalah
sebagai akibat dari faktor stres yang dialami klien akibat meninggalnya sang
Ayah. Asuhan Kebidanan dilakukan sebanyak 4 kali , dan penatalaksanaan
yang dilakukan sesuai dengan ketentuan 4 kali asuhan dan kebutuhan pasien
untuk mengatasi masalah yang dialami pasien. Pada evaluasi didapatkan bahwa
Nn. R memahami penjelasan dan bersikap kooperatif selama diberikan asuhan,
Klien sudah mengalami perubahan psikis tampak ceria, mau beriteraksi dengan
keluarga dan lingkungan, pola tidur malam normal, nafsu makan bertambah.
Dengan demikian diharapkan siklus menstruasi akan kembali normal.
5.2 Saran
a. Bagi Responden
Diharapkan asuhan yang telah diberikan diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari, dan apabila mengalami keluhan dapat melakukan
pemeriksaan ke pelayanan Kesehatan agar mendapatkan penanganan
yang tepat.
b. Bagi Bidan
Diharapkan dalam pemberian asuhan, Bidan selalu menerapkan asuhan
kebidanan secara komprehensif, Bukan hanya berfokus pada keluhan
klien semata akan tetapi menggali lebih dalan fektor dari penyebab
keluhan sehingga dapat mengurangi dan mengatasi masalah yang
muncul terutama pada kesehatan reproduksi remaja.
c. Bagi Orang tua
Diharapkan Orang Tua untuk menambah wawasan tentang kesehatan
reproduksi sehingga bisa memberikan penjelasan pada anak remaja
putrinya bila terjadi gangguan menstruasi seperti Oligomenoroe.
Dengan demikian anak dan orang tua akan menjadi Tenang
d. Bagi Instusi
Agar ada kegiatan Kesehatan Reproduksi Remaja, yang melibatkan praktisi
pendidikan , kesehatan dan siswa
35
DAFTARPUSTAKA
Diarti,Emi,AniSutriningsih,WahidyantiRahayuH.2017.HubunganAntaraPenggu
naan Internet Dengan Gangguan Pola Tidur Pada Mahasiswa Psik
UnitriMalang.Nursing News,2(3).
Hafiduddin, M, Muhammad Azlam. 2016. Hubungan Antara Pengetahuan
TentangManfaat Cairan Dengan Perilaku Konsumsi Air Putih. Profesi, 13(2),
39. Harnani,Yessi,HastutiMarlina, ElmiaKursani. 2019.Teori Kesehatan
Reproduksi.
Yogyakarta:Deepublish.
36
LAMPIRAN
HASIL SEKRINING KECERDASAN MAJEMUK
37
38
SEKRINING PEDIATRIC SYMPTOM CHECLIST
39
40
41
42