Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN ASUHAN KEBIDANAN

PADA REMAJA DENGAN KEPUTIHAN DAN DISMENOREA


DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWAHARJA 2
KOTA BANJAR

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Praktik Kebidanan


pada Pendidikan Profesi Bidan
Politeknik Kesehatan Tasikmalaya

Disusun Oleh

Chika Apriana Widyaningsih


P20624822042

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA
JURUSAN KEBIDANAN
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya Penulis dapat
menyelesaikan Laporan Asuhan Asuhan Kebidanan di Wilayah Kerja Puskesmas
Purwaharja 2. Penulisan laporan ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna
memenuhi salah satu tugas Praktik Kebidanan pada Pendidikan Profesi Kebidanan
Politeknik Kesehatan Tasikmalaya. Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Hj. Ani Radiati, S.Pd, M. Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya 
2. Nunung Mulyani,APP,M.Kesselaku Ketua Jurusan Kebidanan 
3. Dr. Meti Widiya Lestari,SST M,Keb selaku Ketua Prodi Sarjana Terapan
Kebidanan dan selaku Dosen Pembimbing Akademik 
4. Etin Rohmatin,SST,MKes selaku Pembimbing Akademik
5. Uly Artha S,SST M,Keb selaku Dosen Pembimbing Akademik
6. Herni K, M.Keb selaku Dosen Pembimbing Akademik
7. Dr.Hj.Atit Tajmiati,M.Pd selaku Dosen Pembimbing Akademik
8. Dede Gantini, SST.M.Keb selaku Dosen Pembimbing Akademik
9. Helmi Diana, SST.M.Keb selaku Dosen Pembimbing Akademik
10. Sariestya Rismawati,SST,M.Keb selaku Dosen Pembimbing Akademik
11. Enjang Suryana,SST selaku Kepala Puskesmas Purwaharja 2
12. Nurlenni Sembiring, Amd,Keb selaku Pembimbing Lapangan Bidan Koordinator
13. Yulan Setiawati, Amd.Keb selaku Pembimbing Lapangan
14. Seluruh Karyawan dan Petugas Puskesmas Purwaharja 2 yang telah membantu
saya dalam pembuatan Laporan Asuhan Kebidanan ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan asuhan ini masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar studi kasus ini dapat lebih baik lagi.

Banjar, Oktober 2022


Penulis
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR..................................................................................................ii
DAFTARISI................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2 Tujuan..................................................................................................................2
1.2.1 Tujuan Umum.................................................................................................2
1.2.2 Tujuan Khusus................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................3
2.1 Pengertian Remaja...............................................................................................3
2.2 Klasifikasi Remaja...............................................................................................3
2.3 Perubahan pada Remaja.......................................................................................4
2.4 Keputihan.............................................................................................................5
2.4.1 Definisi Keputihan..........................................................................................5
2.4.2 Jenis Keputihan...............................................................................................5
2.4.3 Faktor Penyebab..............................................................................................6
2.4.4 Faktor yang Memengaruhi Keputihan..........................................................7
2.4.5 Pencegahan Keputihan...................................................................................8
2.4.6 Dampak Keputihan.........................................................................................8
2.4.7 Penanganan Keputihan...................................................................................8
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masa remaja (adolescene) adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-
kanak dan dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir
pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluh tahun.Masa remaja mengalami
perubahan baik secara fisik atau non fisik, salah satunya ditandai dengan pubertas.
Pubertas adalah perubahan pada kematangan fisik yang meliputi perubahan tubuh dan
hormonal, yang terjadi selama masa remaja awal. Perubahan tersebut ditandai dengan
perubahan fisik yang cepat seperti menarche atau munculnya menstruasi pertama,
perubahan psikologis dan munculnya ciri-ciri perubahan kelamin sekunder seperti
tumbuhnya payudara, pinggul melebar dan membesar, tumbuh rambut halus di daerah
ketiak dan kemaluan.1
Salah satu masalah kesehatan reproduksi remaja perempuan yang sering dikeluhkan
adalah keputihan. Gangguan ini merupakan masalah kedua yang dialami remaja
perempuan setelah gangguan haid. Keputihan adalah gejala keluarnya cairan vagina yang
berlebihan, sehingga sering menyebabkan celana dalam basah baik yang normal atau
patologis. Menurut World Health Organization (WHO) bahwa sekitar 75% perempuan di
seluruh dunia pasti akan mengalami keputihan paling tidak sekali seumur hidupnya, dan
sebanyak 45% akan mengalami dua kali atau lebih.1
Masalah reproduksi pada remaja perlu mendapatkan penanganan yang serius, karena
masalah tersebut paling banyak muncul di negara yang berkembang seperti Indonesia.
Hal ini terbukti dari banyaknya penelitian yang mengatakan bahwa rendahnya tingkat
pengetahuan remaja mengenai kebersihan organ reproduksi.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui asuhan pada Nn. P usia 17 tahun dengan keputihan.


1.2.1 Tujuan Khusus
1) Mampu melaksanakan asuhan kebidanan secara komprehensif pada remaja dengan
keputihan.
2) Mampu melaksanakan asuhan kebidanan secara komprehensif pada remaja dengan
dismenorehea.
3) Mampu melakukan pendokumentasian semua kegiatan yang telah dilakukan dalam
bentuk SOAP.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Remaja


Masa remaja (adolescene) adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-
kanak dan dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir
pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluh tahun. Menurut WHO ada 3 kriteria
remaja, yaitu secara biologis remaja adalah individu yang berkembang saat pertama kali
ia menunjukkan tanda seksual dan sekundernya sampai ia mencapai kematangan seksual,
secara psikologis remaja adalah individu yang mengalami perkembangan psikologis dan
pola identifikasi dari anak-anak menjadi dewasa, dan secara sosial ekonomi remaja adalah
terjadinya peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh pada keadaan yang
lebih mandiri.1

2.2 Klasifikasi Remaja


Menurut Sarwono, terdapat tiga tahap perkembangan remaja yaitu remaja awal (usia
11-14 tahun), remaja tengah (usia 15-17 tahun) dan remaja akhir (usia 18 tahun-20
tahun). Adapun klasifikasi umur remaja menurut Depkes 2009, yaitu remaja awal (umur
12-16 tahun) dan remaja akhir (umur 17-25 tahun).Perkembangan remaja dalam rangka
penyesuaian diri menuju kedewasaan pun terbagi menjadi 3, sebagai berikut2 :
1) Remaja Awal (Early Adolescene), yaitu remaja yang berusia berkisar 11-13
tahun yang merupakan masa paling penting untuk mengetahui pendidikan seks,
karena masa ini remaja cepat tertarik dengan lawan jenis dan mudah teransang
secara erotis. Oleh karena itu, anak remaja penting untuk mengetahui pendidikan
seks sejak dini.
2) Remaja Madya (Middle Adolescene), yaitu remaja yang berusia14-16 tahun,
masa ini adalah masa mengenal diri sendiri, menjauhkan diri dari keluarga dan
lebih senang bergaul dengan teman-temannya. Remaja mungkin tidak mau
berbagi perasaan mereka dengan orangtuanya, jika tidak ditangani secara serius
dapat menimbulkan kesenjangan dalam komunikasi dan hilangnya rasa percaya
terhadap orang lain.
3) Remaja Akhir (Late Adolescene), yaitu remaja yang berusia berkisar 17-20
tahun. Masa yang sudah lebih terkontrol karena masa ini merupakan masa
menuju periode dewasa. Pada masa ini remaja mengenal dirinya sendiri, tahu apa
yang menjadi minatnya, mau bersosialisasi dengan orang lain, tidak terlalu egois
terhadap keinginannya sendiri, dan dapat membedakan antara hal yang pribadi
dengan hal yang umum.

2.3 Perubahan pada Remaja3


1) Perubahan Fisik
Masa remaja mengalami perubahan baik secara fisik atau non fisik, salah satunya
ditandai dengan pubertas. Pubertas adalah perubahan pada kematangan fisik yang
meliputi perubahan tubuh dan hormonal, yang terjadi selama masa remaja awal. Pubertas
pada wanita dimulai sekitar usia 8-14 tahun dan berlangsung selama kurang lebih 4 tahun.
Meningkatnya hormon progesteron dan estrogen menyebabkan terjadinya perubahan pada
tubuh remaja wanita. Perubahan tersebut ditandai dengan perubahan fisik yang cepat,
menarche atau munculnya menstruasi pertama, perubahan psikologis dan munculnya ciri-
ciri perubahan kelamin sekunder. Seperti tumbuhnya payudara, pinggul melebar dan
membesar, tumbuh rambut halus di daerah ketiak dan kemaluan.
2) Perubahan Psikologis
Perubahan psikologis adalah perubahan mengenai rohani seseorang seperti tingkah
laku, sikap, mental dan lain sebagainya. Berikut ini adalah beberapa bentuk perubahan
psikologis pada masa remaja :
1. Keadaan emosi yang tidak stabil sehingga mudah marah, gembira atau sedih.
2. Perasaan menjadi sangat peka atau sensitif, yang menjadikan remaja mudah
tersentuh atau tersinggung.
3. Sikap mental agresif, seperti menentang suatu aturan atau perintah karena merasa
sudah mampu menentukan kemauannya sendiri.
4. Mulai mencari identitas atau jati diri sendiri, seperti senang berkelompok atau
melakukan kegiatan dengan teman-temannya, melakukan hal-hal baru yang
menantang, dan memiliki rasa ingin tahu yang besar.
2.4 Keputihan
2.4.1 Definisi Keputihan
Keputihan atau flour albus adalah kondisi vagina saat mengeluarkan cairan atau
lender yang disebabkan oleh kuman. Terkadang keputihan bisa menimbulkan rasa gatal,
bau tidak enak, dan berwarna kehijauan. Hal ini dapat terjadi dipengaruhi oleh faktor
hormonal, kebersihan dan suasana pH vagina. Keputihan yang tidak normal adalah yang
berbahaya, ini terjadi karena infeksi yang disebabkan oleh kuman, bakteri, jamur atau
infeksi campuran.4
2.4.2 Jenis Keputihan4
1) Keputihan Normal (Fisiologis)
Keputihan fisiologis merupakan cairan yang menyerupai mukus atau lender yang
mengandung banyak epitel dan leukosit. Keputihan normal dapat terjadi pada masa
menjelang dan sesudah menstruasi, saat terangsang, hamil, kelelahan, stress dan sedang
mengkonsumsi obat hormonal seperti pil KB. Ciri-ciri keputihan normal yaitu berwarna
bening, putih susu atau kekuningan, tidak berbau menyengat, tidak terasa gatal, nyeri atau
seperti terbakar, keluar saat menjelang dan sesudah menstruasi atau saat stress.
2) Keputihan Abnormal (Patologis)
Pada kejadian keputihan abnormal disebabkan oleh infeksi dari bakteri, kuman atau
jamur. Kuman penyakit yang menginfeksi vagina seperti jamur candida
albican,parasitTricomonas,E.Coli,Staphylococus, Treponema pallidum, dan Kondiloma.
Ciri-ciri dari keputihan abnormal adalah berwarna kehijauan, berbau menyengat, dan
disertai keluhan seperti gatal, panas atau nyeri.
2.4.3 Faktor Penyebab5
Faktor penyebab terjadinya keputihan diantaranya ialah :
1. Terjadinya infeksi bakteri seperti bacterial vaginosis, trikomonas, dan
kandidiasis.
2. Kebersihan vagina yang kurang baik, karena kelembaban vagina yang
meningkat sehingga bakteri infeksi mudah menyebar.
3. Pemakaian obat-obatan antibiotik yang terlalu lama.
4. Penggunaan KB sehingga mengganggu keseimbangan hormonal wanita.
5. Pengaruh dari stress
6. Penggunaan pakaian yang berbahan ketat sehingga tidak ada ruang yang
memadai pada daerah vagina.
7. Kurangnya perhatian terhadap organ kewanitaan.
8. Kesalahan saat membasuh organ kewanitaan, yaitu dari belakang ke depan.
9. Pola hidup yang kurang sehat, seperti kurang olahraga, pola makan kurang
teratur dan kurang beristirahat.
10. Menggunakan sabun pembersih organ kewanitaan yang berlebihan.

2.4.4 Faktor yang Memengaruhi Keputihan6,7


1) Pengetahuan
Pengetahuan remaja dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari luar
maupun dalam diri remaja tersebut. Pengetahuan dapat dipengaruhi dari sumber informasi
yang diterima seseorang seperti media massa, orang tua dan petugas kesehatan.
Berdasarkan hasil penelitian, tingkat pengetahuan remaja berpengaruh terhadap kesehatan
yang dimiliki oleh remaja jika terjadinya kelainan atau gangguan kesehatan, sehingga
dapat di tangani sedini mungkin.
Hasil penelitian Novita (2019) di dapatkan uji statistik nilai p value = 0,050 (< 0,05),
yang dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang bermakna antara pengetahuan
dengan terjadinya keputihan pada remaja putri di SMAN 11 Pekanbaru. Peranan orang
tua dalam memberikan pengetahuan kepada remaja mengenai kesehatan reproduksi
sangat penting. Sejak memasuki masa remaja, seharusnya orang tua sudah memberikan
pemahaman yang benar kepada remaja mengenai pendidikan kesehatan khususnya
kesehatan reproduksi, karena pada masa remaja pertumbuhan fisik dan seksual mulai
berkembang dengan pesat, sehingga remaja perlu memahami cara menjaga kebersihan
dan kesehatan reproduksinya.
2) Sikap
Faktor sikap sendiri dipengaruhi oleh banyak faktor yang memengaruhi, diantaranya
pengetahuan, konsep diri, kepercayaan, informasi dan lingkungan. Seorang anak
perempuan akan mengikuti dan belajar kebiasaan yang sudah ada sebelumnya dari
keluarga terutama dari ibu. Sehingga pengetahuan dan sikap yang baik akan
memengaruhi seseorang dalam melakukan sesuatu, seperti menjaga kesehatan organ
reproduksinya.
3) Personal Hygiene
Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan
secara fisik dan psikis. Sebaiknya menjaga kesehatan organ reproduksi dilakukan setiap
hari, dengan dilakukannya personal hygiene yang baik pada organ reproduksi dapat
memengaruhi terhindarnya dari bakteri atau kuman yang menyebabkan keputihan
patologis.
2.4.5 Pencegahan Keputihan6
Tindakan yang dapat mencegah terjadinya keputihan patologis diantaranya adalah :
1. Daerah vagina dibersihkan dengan sabun dan air yang bersih
2. Membasuh daerah vagina dari arah depan ke belakang
3. Mengeringkan daerah vagina sebelum berpakaian, agar terhindar dari
kelembaban yang berlebih
4. Gunakan celana dalam yang berbahan mudah menyerap keringat, tidak ketat dan
terjaga kebersihannya
5. Tidak terlalu sering menggunakan pantyliners
2.4.6 Dampak Keputihan
Dampak dari keputihan yang dirasakan adalah munculnya ketidak nyamanan, jika
keputihan berlangsung secara terus menerus maka akan mengganggu fungsi organ
reproduksi wanita, sehingga mampu menyebabkan infertilitas hingga kanker serviks.8
2.4.7 Penanganan Keputihan9
1. Mencuci tangan dengan sabun dan air bersih sebelum membersihkan organ
kewanitaan
2. Menggunakan pakaian dalam yang bersih, kering, dan mudah menyerap keringat
3. Hindari menggunakan celana yang ketat atau pakaian dalam yang basah
4. Bersihkan vagina menggunakan air dengan arah basuhan dari depan ke belakang,
lalu keringkan vagina menggunakan tisu kering
5. Ganti pakaian dalam 2-3 kali sehari, khususnya setelah olahraga
6. Jemur pakaian dalam dibawah terik matahari
7. Hindari menggunakan cairan vagina/douches (penyemprot vagina) karena akan
membunuh flora normal vagina yang selalu asam
2.4.8 Definisi Dismenorhea
Dismenore adalah nyeri kram (tegang) daerah perut, mulai terjadi pada 24
jam sebelum terjadinya perdarahan haid dan dapat bertahan selama 24-36 jam.
Kram tersebut terutama dirasakan di daerah perut bagian bawah tetapi dapat
menjalar ke punggung atau permukaan dalam paha, yang terkadang menyebabkan
penderita tidak berdaya dalam menahan nyeri tersebut.
Jenis-jenis dismenorhea :
1) Dismenorhea primer
Dismenore primer adalah menstruasi yang sangat nyeri, tanpa patologi pelvis
yang dapat diidentifikasi, dapat terjadi pada waktu menarche atau segera
setelahnya. Dismenore ditandai oleh nyeri kram yang dimulai sebelum atau
segera setelah awal aliran menstruasi dan berlanjut selama 48-72 jam.
Dismenore diduga sebagai akibat dari pembentukan prostaglandin yang
berlebihan, yang menyebabkan uterus berkontraksi secara berlebihan dan
mengakibatkan vasospasme arteriolar. Dengan bertambahnya usia, nyeri
cenderung menurun dan akhirnya hilang sama sekali setelah melahirkan anak.
2) Dismenorhea sekunder
Dismenore sekunder berhubungan dengan kelainan yang jelas. Kelainan
anatomis ini kemungkinan adalah haid disertai infeksi, endometriosis, mioma
uteri, polip endometrial, stenosis serviks, dan penggunaan IUD. Penderita
dismenore sering mengalami nyeri yang terjadi beberapa hari sebelum haid
disertai ovulasi dan kadang saat melakukan hubungan seksual.
2.4.8 Derajat Dismenorhea
Derajat dismenore terdiri dari 4 derajat, yaitu:

1) Derajat 0 : Tanpa rasa nyeri dan aktivitas sehari-hari tidak terpengaruhi.


2) Derajat 1 : Nyeri ringan dan memerlukan obat rasa nyeri, namun aktivitas
jarang terpengaruh.
3) Derajat 2 : Nyeri sedang dan tertolong dengan obat penghilang nyeri,
namun aktivitas sehari-hari terganggu.
4) Derajat 3 : Nyeri sangat hebat dan tidak berkurang setelah menggunakan
obat, serta tidak dapat beraktivitas. Kasus ini perlu segera ditangani dokter
2.4.8 Etiologi
Diantara sekian banyak hormon yang beredar dalam darah, terdapat senyawa
kimia yang disebut prostaglandin. Prostaglandin berperan dalam mengatur
berbagaiproses dalam tubuh, termasuk aktivitas usus, perubahan diameter
pembuluh darah,dan kontraksi uterus. Para ahli berpendapat, apabila kadar
prostaglandin berlebihan, maka kontraksi uterus (rahim) akan bertambah. Hal ini
menyebabkan terjadi nyeri yang hebat yang disebut dismenore. Selain itu,
prostaglandin ini menimbulkan gejala nyeri kepala, pusing, rasa panas dan dingin
pada muka, diare, serta mual yang mengiringi nyeri pada waktu haid.
Pelepasan PGF2α yang berlebihan meningkatkan amplitude dan frekuensi
kontraksi uterus, dan menyebabkan vasospasme arteriol uterus, sehingga
mengakibatkan iskemia dan kram abdomen bawah yang bersifat siklik. Respon
sistemik terhadap PGF2α meliputi nyeri punggung, kelemahan, pengeluaran
keringat, gejala saluran cerna (anoreksia, mual, muntah, dan diare), dan gejala
sistem saraf pusat (pusing, sinkop, nyeri kepala, dan konsentrasi buruk)
2.4.9 Tanda dan gejala
Gejala dismenore yang paling umum adalah nyeri mirip kram di bagian
bawah perut menyebar ke punggung dan kaki. Gejala terkait lainnya adalah
muntah, sakit kepala, cemas, kelelahan, diare, pusing, dan kembung. Beberapa
wanita mengalami nyeri sebelum menstruasi dimulai dan bisa berlangsung hingga
beberapa hari. Gejala-gejala klinis biasanya dimulai sehari sebelum haid
berlangsung selama hari pertama haid dan jarang terjadi setelah itu. Nyeri biasanya
merupakan nyeri di garis tengah perut (bagian abdomen bawah), punggung, dan
tulang kemaluan. Nyeri terasa timbul, tajam dan bergelombang. Biasanya
mengikuti kontraksi dan dapat menjalar ke arah pinggang belakang. Selain rasa
nyeri, dapat pula disertai mual, sakit kepala, dan mudah tersinggung/ depresi.

2.4.10 Penatalaksanaan
Nyeri dismenore dapat dikurangi dengan pemberian panas (kompres panas
atau mandi air panas), massase, latihan fisik, dan tidur cukup untuk meredakan
dismenore primer. Panas meredakan iskemia dengan menurunkan kontraksi dan
meningkatkan sirkulasi. Penggunaan obat analgesik, obat-obatan anti radang bukan
steroid, dan diuretik untuk relaksasi uterus. Salah satu cara yang sangat efektif
untuk mencegah nyeeri dismenore adalah melakukan aktivitas olahraga. Beberapa
latihan dapat meningkatkan pasokan darah ke organ reproduksi sehingga
memperlancar peredaran darah. Olahraga teratur seperti berjalan kaki, jogging,
berlari, bersepeda, renang, atau senam aerobic dapat memperbaiki kesehatan secara
umum dan membantu menjaga siklus menstruasi yang teratur. Olahraga penting
untuk remaja putri yang menderita dismenore karena latihan yang sedang dan
teratur meningkatkan pelepasan endorphin beta (penghilang nyeri alami) ke dalam
aliran darah sehingga dapat mengurangi nyeri dismenore.
DAFTAR PUSTAKA

1. Saputro Kz. Memahami Ciri Dan Tugas Perkembangan Masa Remaja. Aplikasia:
Jurnal Aplikasi Ilmu-Ilmu Agama. 2018;17(1):25-32.
2. Wulandari P, Arifianto A, Aini N. Hubungan Obesitas Dengan Harga Diri (Self-
Esteem) Pada Remaja Putri Sma Negeri 13 Semarang. Jurnal Keperawatan
Soedirman. 2018;11(2):81-8.
3. Suyamti E, Hastuti W. Gambaran Tingkat Kecemasan Remaja Putri Kelas Vii Dan
Viii Yang Mengalami Pubertas. Profesi (Profesional Islam): Media Publikasi
Penelitian. 2018;16(1):78-83.
4. Muhamad Z, Hadi Aj, Yani A. Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Dengan
Pencegahan Keputihan Di Mts Negeri Telaga Biru Kabupaten Gorontalo. Promotif:
Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2019 Jun 27;9(1):9-19.
5. Tresnawati W, Rachmatullah F. Hubungan Personal Hygine Dengan Terjadinya
Keputihan Pada Remaja Putri. Jurnal Penelitian Kesehatan. Diakses Tanggal. 2019
Apr;27.
6. Lusiana N. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputihan Pada Remaja Putri Di
Sman 11 Pekanbaru Tahun 2018. Menara Ilmu. 2019 Jul 1;13(8).
7. Lusiana Novita. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputihan Pada Remaja Putri
Di Sman 11 Pekanbaru Tahun 2018. 2019;8
8. Ilmiawati H, Kuntoro K. Pengetahuan Personal Hygiene Remaja Putri Pada Kasus
Keputihan. Jurnal Biometrika Dan Kependudukan. 2017 Sep 7;5(1):43-51.
9. Nurlaila N, Zakir M. Hubungan Pengetahuan Dan Personal Hygiene Dengan
Kejadian Keputihan (Fluor Albus) Pada Remaja Putri. Jurnal Ilmiah Keperawatan
Sai Betik. 2017 Sep 15;11(1):15-20.
10. Purnamasari. W Efektifitas Terapi Farmakologis dan Non Farmakologis terhadap
Nyeri Haid (Dismenorea) Pada Siswi Skripsi Universitas Tanjungpura Pontianak.
Jurnal Universitas Tanjungpura. 2016
11. Wijayanti. Fakta Penting Seputar Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Bookmarks;
2017
12. Dahlan A, T V. Pengaruh Terapi Kompres Hangat terhadap Nyeri Haid pada Siswi
SMK Perbankan Simpang Haru Padang. Journal Endurance. 2017; 2.

Anda mungkin juga menyukai