Disusun Oleh
Nama : Meysa Sri Wenita
BP : 17001002
Dosen Pembimbing :
SAMSI NARTI S. ST. M.KM
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan
terdapat banyak kekurangan baik dari segi bahasa, materi, maupun dari segi
lainnya. Kami sangat mengharapkan kritik, saran, dan masukan yang
membangun, khususnya dari dosen mata kuliahSistem Reproduksi demi
terciptanya kesempurnaan dan untuk memperbaiki makalah selanjutnya. Semoga
makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi bagi para pembaca khususnya
para mahasiswa STIKes Ceria Buana.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2
1.3 Tujuan.............................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI......................................................................................3
2.1 Balanitis..........................................................................................................3
2.1.1 Definisi ..............................................................................................3
2.1.2 Penyebab balanitis..............................................................................3
2.1.3 Gejala Balanitis..................................................................................4
2.1.4 Pengobatan Balanitis..........................................................................4
2.1.5 Komplikasi Balanitis..........................................................................5
2.1.6 Pencegahan Balanitis..........................................................................5
2.2 Uretritis...........................................................................................................6
2.2.1 Definisi..................................................................................................6
2.2.2 Penyebab Uretritis.................................................................................6
2.2.3 Gejala uretritis.......................................................................................7
2.2.4 Pencegahan Uretritis.............................................................................7
2.2.5 Komplikasi Uretritis..............................................................................8
2.3 Prostatitis........................................................................................................8
2.3.1 Definisi..................................................................................................8
2.3.2 Penyebab...............................................................................................9
2.3.3 Hasil anamnesa dan gejala....................................................................9
2.3.4 Pemeriksaan penunjang........................................................................10
2.3.5 Penatalaksanaan....................................................................................10
2.4 Epididimitis....................................................................................................10
2.4.1 Definisi..................................................................................................10
2.4.2 Penyebab...............................................................................................11
2.4.3 Hasil anamnesa dan gejala....................................................................11
3
2.4.4 Pemeriksaan penunjang........................................................................11
2.4.5 Penatalaksanaan....................................................................................11
2.5 Orchitis...........................................................................................................12
2.5.1 Definisi..................................................................................................12
2.5.2 Penyebab...............................................................................................12
2.5.3 Hasil anamnesa dan gejala....................................................................12
2.5.4 Pemeriksaan penunjang........................................................................12
2.5.5 Penatalaksanaan....................................................................................12
BAB III PENUTUP....................................................................................................13
3.1 Kesimpulan....................................................................................................13
3.2 Saran...............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................14
4
BAB I
PENDAHULUAN
5
pengabaian dan kecerobohan untuk menghargai kesehatan organ reproduksi
yang cenderung sering mengakibatkan penderitaan fisik dan emosional
dengan kehamilan yang tidak diinginkan, infeksi-infeksi dan penyakit-
penyakit yang merusak sehingga berpotensi mengancam hidup merupakan
konsekuensi dari kurangnya pengetahuan atau kesalahan dalam memperoleh
informasi mengenai hal tersebut.
6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Balanitis
2.1.1 Definisi
Balanitis adalah peradangan pada kulup atau kepala penis. Kondisi
ini ditandai dengan kepala penis yang tampak memerah dan membengkak
akibat infeksi bakteri, infeksijamur, atau alergi.
Penyakit balanitis dapat dialami oleh siapa saja, terutama anak
berusia di bawah 4 tahun dan laki-laki dewasa yang belum disunat.
Meskipun demikian, kondisi ini juga dapat dialami oleh laki-laki
dewasa atau pun bayi yang telah disunat. Balanitis bukanlah kondisi
yang serius dan dapat sembuh dalam waktu beberapa hari dengan
penanganan yang tepat
2.1.2 Penyebab Balanitis
Penggunaan sabun batang yang membuat kulit penis mudah kering dan
iritasi.
7
Konsumsi obat-obatan tertentu, seperti obat pencahar, obat pereda
nyeri, dan antibiotik.
Obesitas.
2.1.3 Gejala Balanitis
8
Penyakit balanitis dapat ditangani melalui terapi obat. Jenis obat yang
digunakan tergantung pada penyebab yang mendasarinya. Obat-obatan
yang umum diberikan adalah:
Antibiotik
Antibiotik digunakan untuk mengobati balanitis yang disebabkan
oleh infeksi bakteri. Obat ini diberikan dalam bentuk salep atau pil.
Contoh antibiotik yang digunakan adalah amoxicillin, cefadroxil,
dan ciprofloxacin.
Antijamur
Antijamur digunakan untuk mengobati balanitis yang disebabkan
oleh infeksi jamur Candida (balanitis candidiasis). Obat ini
diberikan dalam bentuk krim atau tablet. Beberapa jenis
obat antijamur yang digunakan adalah clotrimazole, fluconazole,
dan itraconazole.
Kortikosteroid
Obat ini digunakan untuk meredakan peradangan pada balanitis,
baik karena infeksi maupun alergi. Contoh obat kortikosteroid yang
sering diberikan adalah prednisolone, methylprednisolone,
dan betametasone. Selama menjalani pengobatan, penderita
balanitis dianjurkan untuk melakukan beberapa hal berikut guna
mempercepat penyembuhan:
9
Hindari berhubungan seksual, terutama jika balanitis disebabkan
oleh infeksi menular seksual. Hal ini dilakukan untuk mencegah
nyeri pada penis dan penularan penyakit ke pasangan. Pengobatan
umumnya berlangsung selama 7 hari. Jika gejala makin memburuk
dan obat-obatan tidak lagi efektif untuk mengobati balanitis, maka
dokter akan melakukan sirkumsisi atau sunat. Sunat dilakukan pada
penderita balanitis yang memang belum pernah disunat atau
mengalami fimosis.
2.1.5 Komplikasi Balanitis
Priapismus.
Fimosis.
10
Gunakan kondom khusus untuk kulit sensitif, jika Anda memiliki
alergi terhadap kondom dengan bahan tertentu.
11
Uretritis gonore, yaitu jenis uretritis yang disebabkan oleh bakteri
penyebab gonore(Neisseria gonorrhoeae).
Selain bakteri, uretritis juga dapat disebabkan oleh faktor lain, seperti:
Virus, yaitu virus herpes simplex (HSV-1 dan HSV-2), virus HPV,
dan cytomegalovirus.
12
Memiliki riwayat infeksi menular seksual.
2.2.3 Gejala Uretritis
Gejala utama uretritis atau infeksi uretra adalah rasa nyeri ketika
buang air kecil. Selebihnya, gejala pada pria dan wanita dapat berbeda.
Pada pria, gejala uretritis meliputi:
Hematuria.
Nyeri perut.
Nyeri panggul.
13
Dispareunia.
14
2.2.5 Komplikasi Uretritis
Orchitis (infeksi testis)
Epididimitis
15
rasa sakit saat buang air kecil, serta rasa tidak nyaman bahkan juga flu.
Penyakit ini dapat menyerang di semua usia muda maupun tua.
2.3.2 Penyebab
Beberapa penyebab prostatitis dikelompokkan menjadi 4, yaitu sebagai
berikut.
Prostatitis bakteri akut, kondisi ini disebabkan oleh infeksi bakteri
yang menyebar naik ke saluran reproduksi.
Prostatitis bakteri kronis, merupakan penyebaran infeksi dari
saluran kemih.
Chronic prostatitis/chronic pelvic pain syndrome (CP/CPPS). Ini
adalah jenis prostatitis yang paling sering terjadi dan belum
diketahui secara pasti penyebabnya. Gejala yang muncul mirip
dengan prostatitis bakteri kronis, namun yang berbeda adalah pada
saat pemeriksaan tidak ditemukan bakteri yang tumbuh.
Asymptomatic inflammatory prostatitis. Merupakan kondisi ketika
prostat meradang, namun tidak menimbulkan gejala.
2.3.3 Hasil anamnesa dan gejala
Terdapat beragam gejala yang mungkin dialami oleh penderita
prostatitis, dan perbedaan tersebut tergantung pada jenis prostatitis yang
terjadi, antara lain, adalah sebagai berikut.
1. Prostatitis bakteri akut. Gejala prostatitis bakteri akut biasanya
muncul dengan cepat, antara lain:
demam, menggigil, nyeri sendi, dan pegal-pegal
aliran urin lemah dan nyeri saat berkemih
nyeri punggung bawah dan nyeri di pangkal penis atau di
bagian belakang skrotum
Selalu terasa ingin buang air besar.
2. Prostatitis bakteri kronis. Pasien dengan prostatitis bakteri kronis
tidak memiliki gejala sistemik seperti demam, menggigil, pegal-
pegal, dan nyeri sendi. Gejalanya yang dialami, antara lain, adalah:
selalu ingin buang air kecil, terutama pada malam hari,
atau tidak dapat buang air kecil;
16
nyeri punggung bawah, daerah dubur, dan nyeri pada saat
berkemih;
rasa berat di belakang skrotum; dan
nyeri setelah ejakulasi dan terdapat darah pada cairan semen.
2.3.4 Pememeriksaan penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien untuk
menegakkan diagnosa prostatitis, antara lain, adalah sebagai berikut.
1. Pemeriksaan darah. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi
tanda infeksi seperti hitung darah lengkap atau kultur kuman dari
darah.
2. Pememriksaan urin. Pemeriksaan sampel urin pasien untuk
memeriksa tanda-tanda infeksi. Deteksi bakteri dapat dilakukan
melalui kultur urin dengan meletakkan sampel urin pada medium
khusus untuk melihat adanya pertumbuhan kuman dan jenis kuman
yang tumbuh.
3. Pemeriksaan pemindaian. Pemeriksaan ini dilakukan dengan USG
atau CT Scan untuk memperoleh gambaran visual prostat, sehingga
memudahkan diagnosis.
2.3.5 Penatalaksanaan
Beberapa penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien prostatitis
dengan banyak cara dan dapat berbeda-beda, tergantung dari bakteri
penyebab, gejala yang ditimbulkan, dan tingkat keparahannya. Karena
itu, diagnosis yang tepat sangatlah penting sebelum menjalani
pengobatan.
2.4 Epididimitis
2.4.1 Definisi
Epididimitis merupakan salah satu jenis penyakit kelamin pada
pria, yang merupakan peradangan pada epididimis atau saluran sperma
yang terletak di bagian belakang testis. Pada pria penyakit ini dapat
menyerang di segala usia, akan tetapi penyakit ini sering menyerang
saat usia 19 sampai 35 tahun. Epididimistis. Epididimitis adalah
peradangan pada epididimis (saluran bergulung- gulung yang
17
menghubungkan testis dan vas deferens). Apabila peradangan yang
terjadi menyebar hingga ke testis, maka disebut dengan epididymo-
orchitis. Selanjutnya akan dijelaskan tentang penyebab, hasil anamnesa,
pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaan pada pasien epididimistis.
2.4.2 Penyebab
Penyebab epididimitis sebagian besar adalah infeksi bakteri. Bakteri
yang berhubungan dengan infeksi saluran kemih, infeksi prostat, dan
infeksi menular seksual.
2.4.3 Hasil anamnesa dan gejala
Beberapa hasil anamnesa yang ditemukan pada pasien epididimistis,
antara lain, adalah :
skrotum membengkak, sakit saat di sentuh dan berwarna
kemerahan;
testis nyeri saat disentuh dan nyeri saat buang air kecil;
terdapat darah pada cairan sperma;
rasa tidak nyaman atau nyeri pada perut bagian bawah atau sekitar
panggul;
pembesaran kelenjar getah bening di pangkal paha.
2.4.4 Pemeriksaan penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien untuk
menegakkan diagnosa epididimistis, antara lain, adalah:
pemeriksaan urin dan cairan yang keluar dari uretra;
pemeriksaan darah; dan
pemeriksaan USG.
2.4.5 Penatalaksanaan
Beberapa penatalaksanaan yang dialkukan pada pasien epididimistis,
antara lain, adalah:
pemberian antibiotika dan pereda nyeri
pembedahan apabila sudah terjadi abses
2.5 Orchitis
2.5.1 Definisi
Orchitis adalah peradangan pada testis yang biasanya terjadi
18
sebagai reaksi sekunder dari infeksi di bagian tubuh lainnya.
Peradangan ini dapat terjadi pada salah satu atau kedua testis sekaligus.
Selanjutnya akan dijelaskan tentang penyebab, hasil anamnesa,
pemeriksaan penunjang dan penatalaksanaan pada pasien orchitis.
2.5.2 Penyebab
Beberapa penyebab orchitis, antara lain, adalah bakteri, virus, dan
orchitis idiopatik atau orchitis yang tidak diketahui penyebabnya
2.5.3 Hasil anamnesa dan gejala
Hasil anamnesa yang ditemukan pada pasien orchitis, antara lain,
adalah sebagai berikut:
pembengkakan dan rasa nyeri pada salah satu atau kedua testis;
nyeri ketika buang air kecil, saat berhubungan seks, dan nyeri
pada bagian selangkangan;
adanya darah pada cairan sperma; dan
rasa tidak nyaman pada testis.
2.5.4 Pemeriksaan penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk menegakkan
diagnose orchitis, antara lain, antara lain, adalah sebagai berikut:
pemeriksaan urin untuk mengetahui adanya infeksi menular
seksual atau bakteri lain yang menjadi penyebab infeksi;
pemeriksaan darah untuk mengetahui apakah pasien terinfeksi
virus HIV, sifilis, atau infeksi menular seksual lainnya;
pemeriksaan testis menggunakan USG; dan
pemeriksaan colok dubur untuk mengetahui apakah ada
pembengkakan atau pembesaran prostat.
2.5.5 Penatalaksanaan
Pengobatan dengan pemberian antibiotika dan antiinflamasi
19
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Organ reproduksi merupakan salah satu hal penting dalam kehidupan setiap
manusia. Dulu, pembicaraan tentang organ reproduksi masih sangat tabu, bukan
berarti sekarang sudah tidak lagi hanya saja masih ada kalangan orang yang
menganggap hal itu tidak pantas untuk dibicarakan. Promosi kesehatan reproduksi
pada remajapun sering dikonotasikan sebagai pendidikan seks di mana sebagian
masyarakat di Indonesia masih menganggap tabu hal ini. Telah banyak berita-
berita yang tersiar melalui media elektronik ataupun media cetak yang
memuat berita tentang kesehatan reproduksi dan kaitannya dengan seks.
Untuk itu, perempuan dan laki-laki perlu meningkatkan pengetahuannya mengenai
kesehatan reproduksi agar tercipta kondisi kesehatan reproduksi yang optimal.
kesehatan reproduksi yang dimaksud yaitu suatu keadaan yang sejahtera baik secara
fisik, mental dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau
kecacatan dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi serta fungsi
dan prosesnya
3.2 Saran
1 Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
kedepannya penulis akan lebih berusaha dalam pembuatan makalah
diatas dengan sumber yang lebih banyak lagi, sehingga pembaca dapat
memahami isi dari makalah ini
2 Kritik dan saran dari pembaca sangatlah diharapkan agar penulis mampu
menyelesaikan makalah ini demi kesempurnaannya di kemudian hari
20
DAFTAR PUSTAKA
Centers for Disease Control and Prevention (2014). Disease. Sexually Transmitted
Diseases (STDs).
National Institute of Health (2017). MedlinePlus. Balanitis.
National Health Service UK (2017). Health A-Z. Balanitis.
Harvard Medical School (2019). Harvard Health Publishing. Balanitis.
Drugs.com (2019). Balanitis.
Tidy, C. Patient (2019). Balanitis.
Kahn, A. & Jewell, T. Healthline (2016). What Is Balanitis?
Morris, B.J. & Krieger, J.N. (2017). Penile Inflammatory Skin Disorders and the
Preventive Role of Circumcision. International Journal of Preventive Medicine, 8,
pp.32.
Pandya, et al. (2014). Approach to Balanitis/Balanoposthitis: Current Guidelines.
Indian Journal of Sexually Transmitted Diseases and AIDS, 35(2), pp. 155-157.
21