SISTEM IMUN
DOSEN PEMBIMBING :
OLEH : KELOMPOK 6
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah Anatomi Fisiologi Manusia II “Sistem Imun” ini dapat tersusun hingga
selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari
pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca. Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 2
1.3. Tujuan.......................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3
2.1 Pengertian Sistem Imun .............................................................................................. 3
2.2 Fungsi Sistem Imun ..................................................................................................... 3
2.3 Sel-Sel yang Berperan dalam Sistem Imun ................................................................. 3
2.4 Organ yang Berperan dalam Sistem Imun .................................................................. 9
2.5 Jenis-Jenis Sistem Imun ............................................................................................ 11
2.5.1 Sistem Imun Non-Spesifik ................................................................................. 11
2.5.2 Sistem Imun Spesifik ......................................................................................... 20
2.5.3 Perbedaan Sistem Imun Non-Spesifik dan Spesifik .......................................... 24
2.6 Kelainan Akibat Respon Imun .................................................................................. 25
2.7 Penyakit pada Sistem Imun ....................................................................................... 26
BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 28
3.1. Kesimpulan................................................................................................................ 28
3.2. Saran .......................................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 29
LAMPIRAN ............................................................................................................................. 30
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Manusia terus menerus berkontak dengan agen eksternal yang dapat
membahayakan jika masuk kedalam tubuh. Yang paling serius adalah
mikroorganisme penyebab penyakit. Jika bakteri atau virus akhirnya masuk kedalam
tubuh, maka tubuh dilengkapi oleh sistem pertahanan internal yang kompleks dan
multifaset. Sistem imun yang memberi perlindungan terus menerus terhadap invasi
oleh agen asing. Selain itu, permukaan tubuh yang terpajan (terekspos) ke lingkungan
eksternal, misalnya sistem integumen (kulit) berfungsi sebagai lini pertama
pertahanan untuk mencegah masuknya mikroorganisme asing. Sistem imun juga
melindungi tubuh dari kanker dan untuk mempermudah perbaikan jaringan yang
rusak. (Sherwood, 2012).
Setiap saat tubuh kita selalu terpapar dengan mikroorganisme yang dapat
menyebabkan infeksi di mana pada umumnya kita kebal terhadap infeksi tersebut
karena adanya sistem kekebalan tubuh yang melindungi tubuh kita. Sistem imun
terdiri dari dua komponen utama yaitu sistem imun non spesifik dan sistem imun
spesifik. Sistem imun non spesifik merupakan sistem kekebalan lini pertama
sedangkan sistem imun spesifik merupakan lini pertahanan kedua dan juga berfungsi
untuk mengenali terjadinya serangan berikutnya oleh mikroorganisme patogen yang
sama. Masing-masing dari sistem imun mempunyai komponen seluler dan humoral,
walaupun demikian kedua sistem imun tersebut saling berkerja sama dalam
menjalankan fungsinya untuk mempertahankan tubuh (Radji, 2015).
Fungsi utama dari sistem imunitas tubuh adalah membedakan antara sel tubuh
sendiri (self) dan sel yang berasal dari luar tubuh (nonself). Kemampuan untuk
membedakan antara self dan non self sangat penting dalam mempertahankan tubuh
dari serangan mikroorganisme patogen ataupun keberadaan sel-sel yang tidak
dikehendaki misalnya sel-sel tumor. Mikroorganisme yang masuk kedalam tubuh
dapat bereplikasi secara intraseluler misalnya virus, beberapa jenis bakteri tertentu
ataupun secara ekstraselular misalnya infeksi oleh sebagian besar bakteri, jamur dan
1
parasit. Untuk mengatasi hal tersebut, sesuai dengan jenis mikroorganisme patogen
yang menyerang tubuh, maka terdapat perbedaan komponen sistem imun yang
bekerja secara intraseluler dan ekstraseluler. Perlu diingat bahwa tidak semua
mikroorganisme yang masuk kedalam tubuh dapat menyebabkan penyakit infeksi,
karna sistem kekebalan tubuh pada umumnya mampu mengeliminasi infeksi sebelum
berkembang menjadi penyakit. Penyakit infeksi dapat terjadi jika jumlah
mikroorganisme yang masuk dalam jumlah yang cukup tinggi dan bila imunitas tubuh
tidak mampu melawan atau menurun (immunocompromised). Walaupun demikian,
disamping efek yang menguntungkan tersebut, sistem imun memiliki sifat yang
merugikan antara lain dapat menyebabkan kerusakan pada sel atau jaringan tertentu
akibat dari efek inflamasi, atau adanya respon imun terhadap sel tubuh sendiri yang
disebut penyakit autoimun (Radji, 2015).
1.2.Rumusan Masalah
1. Apa itu sistem imun ?
2. Apa fungsi sistem imun ?
3. Apa saja sel yang berperan dalam sistem imun ?
4. Apa saja organ yang berperan dalam sistem imun ?
5. Apa saja jenis-jenis sistem imun ?
6. Apa saja kelainan akibat respon imun ?
7. Apa saja penyakit yang menyerang sistem imun ?
1.3.Tujuan
1. Mengetahui apa itu sistem imun
2. Mengetahui fungsi sistem imun
3. Mengetahui sel-sel yang berperan dalam sistem imun
4. Mengetahui organ-organ yang berperan dalam sistem imun
5. Mengetahui jenis-jenis sistem imun
6. Mengetahui kelainan akibat respon imun
7. Mengetahui penyakit yang menyerang sistem imun
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Sistem
imun
Sel Sel
Mieloid Limfoid
Diferensiasi sel induk mieloid yang berasal dari sumsum tulang akan menjadi
eritrosit, neutrofil, monosit, makrofag, platelet, dan sel dendrit, sedangkan dari sel
induk limfoid akan menjadi sel limfosit B, limfosit T, dan natural killer cells (NK).
Sel limfosit T akan bermigrasi ke dalam timus dan selanjutnya akan berdiferensiasi
menjadi 2 jenis sel T yaitu sel CD4 + sel TH (sel T Helper) dan CD8 + pre-cytotoxic
T cell. Selanjutnya 2 tipe sel TH akan diproduksi di dalam timus yaitu sel TH1 akan
berfungsi membantu CD8 + pre-cytotoxic T cell berdiferensiasi menjadi cytotoxic T
cell dan sel TH2 yang membantu sel limosit B berdiferensiasi menjadi sel plasma
yang akan menghasilkan antibodi (Radji,2015).
Gambar 2.2 Perkembangan beberapa jenis sel yang terlibat dalam sistem imun.
4
Granulosit
Granulosit diklasifikasikan menjadi neutrofil (mengandung granula berwarna
merah), eosinofil (granula yang terwarnai oleh asam), dan basofil (granula yang
terwarnai oleh basa) (Aaronson, 2010).
a. Neutrofil
Neutrofil merupakan leukosit darah perifer yang paling banyak. Sel ini
memiliki masa hidup singkat, sekitar 10 jam dalam sirkulasi. Sekitar 50%
neutrofil dalam darah perifer menempel pada dinding pembuluh darah (pool
marginal). Migrasi, fagositosis, dan pembunuhan adalah fungsi yang
bergantung pada energi (Mehta, 2008).
Neutrofil merupakan sel polimorfonuklear (PMN) yang dibutuhkan
berada pada situs infeksi dimana mereka menelan dan membunuh
mikroorganisme secara intraseluler. Selain itu PMN juga berperan dalam
kerusakan jaringan kolateral selama proses inflamasi berlangsung
(Radji,2015).
b. Basofil
Basofil sangat terkait dengan sel mast (sel kecil dalam sumsum tulang
dan jaringan yang terwarnai menjadi gelap). Keduanya berasal dari prekursor
granulosit dalam sumsum tulang. Sel-sel ini merupakan leukosit darah perifer
yang paling sedikit dan memiliki granul ungu gelap besar yang dapat
mengaburkan inti. Isi granul mengandung histamin dan heparin dan dilepaskan
setelah pengikatan IgE ke reseptor permukaan. Sel-sel ini berperan penting
dalam reaksi hipersensitivitas segera. Sel mast juga berperan penting dalam
pertahanan melawan alergen dan patogen parasitik. (Mehta, 2008)
c. Eosinofil
Eosinofil memiliki inti bilobus dan granul yang terwarnai menjadi
merah-oranye (mengandung histamin). Sel ini sangat penting dalam respons
terhadap penyakit parasitik dan penyakit alergi. Pelepasan isi granulnya ke
patogen yang lebih besar (misalnya helmin) membantu destruksinya dan
fagositosis berikutnya. (Mehta, 2008)
Eosinofil berperan sangat efektif dalam membunuh jenis parasit
tertentu. Eosinofil mengeluarkan zat-zat kimia yang berfungsi menghancurkan
5
cacing, parasit, dan berperan penting dalam manifestasi reaksi alergi (Radji,
2015).
anti tumor
dan anti
viral
produksi modeling dan
komponen perbaikan
komplemen jaringan
fungsi
presentasi monosit fagositosis/
limfosit dan
aktivasi limfosit bakterisidal
Monosit adalah fagosit yang didistribusikan secara luas sekali diorgan limfoid
dan organ lainnya.monosit berperan sebagai APC,mengenal, menyerang mikroba dan
6
sel kanker dan juga memproduksi sitokin, menyerahkan pertahanan sebagai respon
terhadap infeksi. IL-1,IL-6, dan TNF-α yang diproduksinya menginduksi panas dan
produksi protein fase akut dihati, memodulasi produksi seng(Zn) dan tembaga,
menginduksi produksi hormon kortikotropik adrenal dalam otak dan mempengaruhi
metabolisme. Monosit juga berperan dalam remodeling dan perbaikan jaringan. Sel-
sel imun nonspesifik ada dalam darah untuk 10 jam sampai dua hari sebelum
meninggalkan sirkulasi darah.Selanjutnya monosit bermigrasi ke tempat tujuan
diberbagai jaringan untuk berdiferensiasi sebagai makrofag jaringan spesifik dengan
berbagai fungsi (Baratawidjaja,2012).
a. Makrofag
Selain berfungsi untuk memfagositosis juga membunuh
mikroorganisme. Makrofag dapat membunuh mikroorganisme baik secara
intraseluler maupun secara ekstraseluler. Disamping itu makrofag berperan
dalam perbaikan jaringan dan sebagai antigen precenting cells yang
dibutuhkan untuk menginduksi respon imun spesifik (Radji, 2015).
Limfosit T (sel t)
Limfosit T adalah suatu sel yang terbentuk jika selinduk dari sumsum tulang
pindah ke timus, mengalami pembelahan dan pematangan. Di dalam kelenjar timus,
limfosit T belajar membedakan bahan asing dan bahan bukan asing. Limfosit T yang
dewasa akan meninggalkan kelenjar timus, masuk ke dalampembuluh getah bening
dan berfungsi sebagaibagian dari sistem pengawasan kekebalan tubuh. Sel T berperan
dalam imunitas yang diperantarai oleh sel (imunitas seluler) dengan
menghacurkanselsel yang teinvasi oleh virus dan sel mutan melalui cara non fagusitik
(Radji, 2015).
Limfosit B (sel B)
Limfosit B adalah sel yang berasal dari sel induk yang berasal dari sumsum
tulang yang tumbuh menjadi sel plasma, menghasilkan antibodi yang secara tidak
langsung dapat mendestruksi benda asing. Jika di rangsang oleh suatu antigen maka
sel B akan mengalami pematangan menghasilkan antibodi. Antibodi adalah salah satu
protein yang dihasilkan oleh sel limfosit B sebagai respon terhadap adanya antigen
(Radji, 2015).
o Ig E ikut melindungi tubuh dari cacing parasitik dan merupakan mediator antibodi
untuk responsalergik umum, misalnya hay fever, asma, urtikaria
o Ig A ditemukan dalam sekresi sistem pencernaan, pernafasan dan kemih-kelamin,
serta dalam air susu dan air mata
o Ig D terdapat di permukaan banyak sel B tetapi fungsi nya belum diketahui
8
Gambar 2.5 Tabel jenis antibodi
NK dapat membunuh virus dan sel-sel tumor. Sel ini tidak berperan dalam
respon inflamasi akan tetapi sangat penting dalam imunitas nonspesifik terhadap
infeksi virus dan pemantauan terhadap adanya sel-sel tumor dalam tubuh. Sel
pemusnah alami ini menghasilkan beberapa senyawa sitokin yang membawa pesan
yang mengatur sebagian fungsi limfosit B, limfosit T, dan makrofag (Radji,2015).
9
benteng pertahanan tubuh terdepan untuk menangkis mikroorganisme yang
masuk melalui saluran pernafasan dan pencernaan (Radji,2015).
b. Kelenjar Timus
Kelenjar timus terletak di belakang tulang dada. Kelenjar ini mengatur
daya tahan tubuh terhadap penyakit. Pada orang dewasa sel T dibentuk dalam
sumsum tulang akan tetapi proliferasi dan diferensiasinya terjadi dalam
kelenjar timus. 90-95% dari seluruh sel timus akan mati dan sisanya akan
menjadi matang dan meninggalkan timus masuk ke dalam sirkulasi darah.
Hormon timosin dapat ditemukan dalam peredaran darah dan dapat berperan
terhadap diferensiasi sel T di perifer (Radji,2015).
c. Kelenjar Limfe
Kelenjar limfe disebut juga getah bening merupakan cairan dengan
susunan isi hampir sama dengan plasma darah dan cairan jaringan. Bedanya
adalah cairan limfe mengandung banyak sel limfosit, tidak mengandung CO2,
mengandung sedikit O2. Kelenjar ini berfungsi dalam menyaring cairan limfe
dari bahan asing, pembentukan limfosit, membentuk antibodi, dan
menghancurkan mikroorganisme (Radji,2015).
d. Limpa
Limpa merupakan organ yang terletak di sebelah kiri abdomen di
daerah hipogastrium kiri bawah iga ke 9,10, dan 11. Limpa berfungsi sebagai
tempat penghancuran eritrosit, penghasil sel darah untuk memproduksi
eritrosit dan leukosit terutama limfosit, dan menghasilkan antibodi (Radji,
2015).
e. Pembuluh Limfe
Susunan pembuluh limfe disebut juga susunan tengah karena
merupakan saluran antara darah dan jaringan dimana terdapat zat-zat koloid.
Pembuluh limfe berfungsi untuk mengembalikan cairan dan protein dari
jaringan ke dalam sirkulasi darah, mengangkut limfosit dari kelenjar limfe ke
dlam sirkulasi darah, menyaring dan menghancurkan mikroorganisme, dan
menghasilkan antibodi (Radji, 2015).
f. Bercak Peyer pada Usus Halus
Bercak peyer atau peyer’s patch merupakan jaringan limfoid mukosa
terorganisir selain tonsil dan folikel limfoid yang terisolir. Sel yang terpapar
10
antigen di bercak peyer akan membentuk sel T memori yang kemudian akan
bermigrasi ke kelenjar limfe mesentrik lalu ke duktus toraksikus menuju
pembuluh darah. Kemudian sel-sel tersebut mencari tempat-tempat tertentu di
berbagai tempat terutama di lamina propria berbagai jaringan mukosa (Radji,
2015).
g. Sumsum Tulang
Sumsum tulang berperan dalam pelepasan sel darah putih atau leukosit.
Ketika terjadi infeksi maka sumsum tulang akan membentuk dan melepaskan
lebih banyak sel darah putih sebagai respon terhadap infeksi dan lebih banyak
trombosit sebagai respon terhadap pendarahan (Radji, 2015).
11
merupakan pertahanan terdepan dalam menghadapi berbagai serangan mikroba dan
dapat memberikan respon langsung (Baratawidjaja, 2012).
b. Pertahanan Biokimia
Bahan yang disekresi mukosa saluran napas (enzim dan antibodi) dan
telinga berperan dalam pertahanan tubuh secara biokimiawi. Mukus
yang kental melindungi sel epitel mukosa dapat menangkap bakteri dan
bahan lainnya yang selanjutnya dikeluarkan oleh gerakan silia. Asap
rokok, alkohol dapat merusak mekanisme tersebut sehingga
memudahkan terjadinya infeksi oportunistik (Baratawidjaja, 2012).
Udara yang kita hirup, kulit dan saluran cerna mengandung banyak
mikroba, biasanya berupa bakteri dan virus, kadang jamur atau parasit.
Sekresi kulit yang bakterisida, asam lambung, mukus dan silia di
saluran nafas membantu menurunkan jumlah mikroba yang masuk
tubuh, sedang epitel yang sehat biasanya dapat mencegah mikroba
masuk ke dalam tubuh. Dalam darah dan sekresi tubuh, enzim lisosom
memusnahkan banyak bakteri dengan merusak dinding selnya. IgA juga
merupakan pertahanan permukaan mukosa, memusnahkan banyak
bakteri dengan merusak dinding selnya. Flora normal (biologis)
terbentuk bila bakteri non patogenik menempati permukaan epitel. Flora
tersebut dapat melindungi tubuh melalui kompetisi dengan patogen
untuk makan dan tempat menempel pada epitel serta produksi bahan
antimikrobiol. Penggunaan antibiotika dapat mematikan flora normal
12
sehingga bakteri patogenik dapat menimbulkan penyakit (Baratawidjaja,
2012).
1. Komplemen
Berbagai bahan dalam sirkulasi seperti lektin, interveron, CRP,
dan komplemen berperan dalam pertahanan humoral. Serum
normal dapat memusnahkan dan menghancurkan beberapa bakteri
negative- gram atas kerjasama antara antibodi dan komplemen
13
yang ditemukan dalam serum normal. Komplemen rusak pada
pemanasan 56°c selama 30 menit (Baratawidjaja, 2012).
14
mengandung bahan-bahan vital keluar sel dan menimbulkan
kematian mikroba (Baratawidjaja, 2012).
15
Gambar 2.9 C-Reactive protein (CPR)
Lektin
Lektin/kolektin merupakan molekul larut dalam plasma yang
dapat mengikat manan/manosa dalam polisakarida, (karena
disebut MBL ) yang merupakan permukaan banyak bakteri
seperti galur pneumokok dan banyak mikroba, tetapi tidak pada
sel vertebrata. Lektin berperan sebagai opsonin,mengaktifkan
komplemen. SAP mengikat lipopolisakarida dinding bakteri
dinding bakteri dan berfungsi sebagai reseptor untuk fagosit
(Baratawidjaja, 2012).
Protein Fase Akut Lain
Protein fase akut lain adalah α1-anti-tripsin, amiloid serum A,
haptoglobin, C9, faktor B dan fibrinogen yang juga berperan
pada peningkatan laju endap darah akibat infeksi, namun
dibentuk jauh lebih lambat dibanding dengan CRP. Secara
keseluruhan, respons fase akut memberikan efek yang
menguntungkan melalui peningkatan resistenipejamu,
mengurangi cedera jaringan dan meningkatkan resolusi dan
perbaikan cedera inflamasi (Baratawidjaja, 2012).
3. Mediator Asal Fosfolipid
Metabolisme pospolipid diperlukan untuk produksi PG dan LTR.
Keduanya meningkatkan respon inflamasi melalui peningkatan
permeabilitas faskular dan vasodilatasi (Baratawidjaja, 2012).
16
4. Sitokin IL-1,IL-6,TNF-α
Selama terjadi infeksi,produk bakteri seperti LPS mengaktifkan
makrofag dan sel lain untuk memproduksi dan melepas berbagai
sitokin seperti IL-1 yang merupakan pirogen endogen, TNF-α dan
IL-6. Pirogen adalah bahan yang menginduksi demam yang dipacu
baik oleh faktor eksogen (endotoksin asal bakteri negatif – gram)
endogen seperti IL-1 yang diproduksi makrofag dan monosit. Ketiga
sitokin tersebut disebut sitokin /proinflamasi, merangsang hati untuk
mensistensi dan melepas sejumlah protin plasma seperti protein fase
akut antara lain CRP yang dapat meningkat 1000 kali, MBL dan
SAP (Baratawidjaja, 2012).
d. Pertahanan Seluler
Fagosit, sel NK, sel mast dan eosinofil berperan dalam sistem imun dan
spesifik selular. Sel-sel sistem imun tersebut dapat sirkulasi atau
jaringan. Suatu sel yang dapat ditemukan dalam sirkulasi adalah
neutrofil, eosinofil, basofil, manosit, sel T, sel B, sel NK, sel darah
merah dan trombosit. Sel-sel tersebut dapat mengenal produk mikroba
esensial yang diperlukan untuk hidup nya. Contoh sel-sel dalam
17
jaringan adalah eosinofil, sel mask, makrofag, sel T, sel plasma dan sel
NK (Baratawidjaja, 2012).
18
didalam sitosol, sehingga sukar sekali patogen dapat lolos dari
penangkapan (Baratawidjaja, 2012).
Tugas penting sel dendrit adalah mempresentasikan antigen yang
ada pada patogen ke sel T naif yang menunggu dilimfonodus,
sehingga diberi namaAntigen Prensting Cells (APC). Presentasi
antigen ini bertujuan untuk mengaktifkan sel T naif menjadi sel T
efektor. Sel dendritik memproses mikroba seperti halnya yang
diakukan oleh makrofag, kemudian mempresentasikan antigen asal
mikroba yang sudah dihancurkan dalam fagolisosom kepermukaan
sel dendritik menggunakan molekul Major Histocompatibility
Complex (MHC) dan dibawa ke limfonodus. Presentasi antigen ke
sel T naif di limfonodu ini akan memulai proses munculnya respon
imunitas seluler (adaptif). Dengan demikian, imunitas innate sangat
penting untuk timbulnya imunitas adaptif, dimana sel dendritik yang
memulai mengaktivasi limfosit T sedangkan sitokin dari makrofag
akan memperhebat timbulnya respon imunitas adaptif yang
diperankan limfosit T. Jenis lain dari sel dendritik adalah
Plasmacytoid Dendritic Cells (mirip dengan sel plasma) yang
berfungsi menghasilkan sitokin antivirus yaitu interferon tipe 1
(Baratawidjaja, 2012).
4. Neutrofil (PMN)
Neutrofil, disebut juga sel polymorphomulear (PMN), bersama
monosit beredar dalam sirkulasi darah dan siap melimpah ke
jaringan jika dipanggil oleh makrofag yang mendeteksi adanya
PAMPs (mikroba) atau DAMPs melalui mekanisme inflamasi akut.
Neutrofil termasuk golongan fagosit karena mampu melakukan
internalisasi mikroba untuk kemudian dibunuh seperti cara
makrofag, antara lain menggunakan lisozim untuk mencerna
mikroba dan radikal bebas (ROS dan NO). Begitu banyaknya enzim
lisozim dalam neutrofil yang nampak sebagai granul yang banyak
sehingga sel ini disebut pula granulosit. Bedanya dengan makrofag,
neutrofil tidak menghasilkan sitokin seperti makrofag
(Baratawidjaja, 2012).
19
5. Sel Natural Killer (Sel NK)
Sel NK banyak beredar dalam darah yang akan segera ke jaringan
jika ada infeksi. Sel NK ada juga yang tinggal dalam limpa dan hati.
Sel NK ini dipersiapkan Tiham nbereaksi cepat (imunitas innate)
mengatasi patogen yang cepat masuk sel (mikroba intraseluler) pada
saat limfosit T (imunitas adaptif) belum siap. Sel NK membunuh sel
yang dimasuki virus dan sel yang mengalami stress (hypoxia,injury)
atau sel yang bertranformasi (menjadi kanker) karena sel-sel
tersebut tidak menunjukkan fungsi yang normal (tidak sehat)
(Baratawidjaja, 2012).
Sistem imun spesifik terdiri atas sistem humoral dan sistem selular. Pada
imunitas humoral, sel B melepas antibodi untuk menyingkirkan mikroba ekstraseluler.
Pada imunitas seluler, sel T mengaktifkan makrofag sebagai efektor untuk
menghancurkan mikroba atau mengaktifkan sel CTC/Tc sebagai efektor yang
menghancurkan sel terinfeksi (Baratawidjaja, 2012).
Pemeran utama dalam sisitem imun spesifik humoral adalah limfosit B atau sel B.
Humor berarti cairan tubuh. Sel B berasal dari sel asal multipoten disum-sum tulang.
Pada unggas, sel yang disebut bursal cell atau sel B yang berdiferensiasi menjadi sel
20
B yang matang dalam alat yang disebut Bursa Fabricius yang terletak dekat kloaka.
Pada manusia diferensiasi tersebut menjadi sum-sum tulang (Baratawidjaja 2012).
Sel yang dirangsang oleh benda asing akan berproliferasi, berdiferensiasi dan
berkembang menjadi sel plasma yang memproduksi antibodi. Antibodi yang dilepas
dapat ditemukan dalam serum. Fungsi utama antibodi ialah pertahanan terhadap
infeksi ekstraselular, virusdan bakteri serta menetralkan toksinnya (Baratawidjaja,
2012).
Proses respon imun humoral dimulai dari masuknya antigen ke dalam tubuh yang
dapat merangsang pembentukan antibodi, sehingga antibodi yang terbentuk dapat
masuk ke dalam peredaran darah dan cairan tubuh lainnya (antibodi humoral). Untuk
menimbulkan respon imun, sel B dan sel T harus saling berinteraksi satu dengan yang
lainnya. Limfosit T yang bertanggung jawab atas respon imun selular terangsang
untuk memproduksi sejumlah zat yang diperlukan untuk memacu berbagai reaksi
imunitas, sedangkan aktifasi sel B mengakibatkan sel B berproliferasi dan
berdiferensiasi membentuk suatu klon dan beberapa sel efektor yang disebut sel
plasma. Selanjutnya sel plasma akan membentuk antibodi yang spesifik terhadap
hanya satu jenis antigen tertentu (Radji, 2015).
Ketika antibodi mengenali antigen yang masuk ke dalam tubuh maka akan terjadi
reaksi spesifik antara antigen dan antibodi sehingga terbentuk kompleks antigen-
antibodi melalui antigen binding site. Antibodi sendiri tidak dapat merusak antigen,
akan tetapi dengan pembentukan kompleks antigen antibodi tersebut akan dapat
dimusnahkan oleh sel-sel fagosit dan sistem komplemen (Radji, 2015).
Limfosit T atau sel T berperan pada sistem imun spesifik selular. Sel tersebut juga
berasal dari sel asal yang sama seperti sel B. Pada orang dewasa, sel T dibentuk di
dalam sum-sum tulang, tetapi proliferasi dan diferensiasinya terjadi di dalam kelenjar
timus atas pengaruh berbagai faktor asal timus. 90-95% dari semua sel T dalam timus
tersebut mati dan hanya 5-10% menjadi matang dan selanjutnya meninggalkan timus
untuk masuk ke dalam sirkulasi (Baratawidjaja, 2012).
21
Faktor timus yang disebut timosin dapat ditemukan dalam peredaran darah sebagai
hormon asli dan dapat mempengaruhi hormon asli dan dapat mempengaruhi
diferensiasi sel T di prifer. Berbeda dengan sel B, sel T terdiri atas beberapa subset sel
dengan fungsi yang berlainanyaitu sel CD4+ (Th1, Th2), CD8+ atau CTL atau Tc dan
Ts atau sel Tr atau Th3. Fungsi utama sistem imun spesifik selular ialah pertahanan
terhadap bakteri yang hidup intraseluer, virus, jamur, parasit dan keganasan. Sel CD4+
mengaktifkan sel Th1 yang selanjutnya mengaktifkan makrofag yang menghancurkan
mikroba. Sel CD8+ memusnahkan sel terinfeksi (Baratawidjaja, 2012).
Gambar 2.11 Peranan sentral sel T penolong (Th) pada aktifitas proses imunitas
Sel T penolong (Th) berperan penting dalam respon imun selular. Sekali sel Th
diaktifkan oleh antigen, sel Th mengaktifkan sel-sel imun lainnya. Sel Th akan
22
berdiferensiasi menjadi 2 subpopulasi yaitu Th1 dan Th2, menghasilkan sitokin yang
spesifik. Senyawa sitokin diproduksi oleh sel Th1 umumnya dapat mengaktifkan sel-
sel yang berhubungan dengan respon imun selular antara lain sel makrofag, sel CD8,
dan sel NK, sedangkan sitokin yang dilepaskan sel Th2 dapat merangsang sel B untuk
memproduksi eosinofil, IgM, dan IgE (Radji, 2015).
Gambar 2.12 Mekanisme aksi sel T-sitotoksin untuk melisiskan sel yang terinfeksi
oleh virus
Gambar 2.13 Koordinasi antara respon imun humoral dan respon imun selular
23
2.5.3 Perbedaan Sistem Imun Non-Spesifik dan Spesifik
Sel yang penting Fagosit, sel NK, TH, Tdth, Tc. Ts/Tr/Th3
monosit/makrofag,
neutrofil, baso-fil, sel Sel B
mast, eosinofil, sel
dendritik
24
dari gen reseptor
Diskriminasi selfi Sempurna, tidak ada pola Sangat baik, adakalanya hasil
nonself spesifik mikroba pada diskriminasi slfinonself gagal
pejamu (pada penyakit auto-imun)
25
c. Imunodefisiensi
Imunodefisiensi atau imunokompromais ialah fungsi sistem imun yang
menurun atau tidak berfungsi dengna baik. Keadaan imunodefisiensi dapat terjadi
disebabkan oleh berbagai hal, antara lain akibat infeksi (AIDS, virus
mononukleosis, rubela, campak), penggunaan obat (steroid, kemoterapi, serum
anti-limfosit), neoplasma dan penyakit hematologik, penyakit metabolik, trauma
dan tindakan bedah (Radji, 2015).
Berbagai mikroorganisme yang ada di lingkungan maupun yang sudah ada
dalam tubuh penderita, yang dalam keadaan normal tidak patogenik atau memiliki
patogenisitas rendah, dalam keadaan imunodefisiensi dapat menjadi invasif dan
menimbulkan berbagai penyakit. Oleh karena itu penderita yang imunodefisiensi
mempunyai resiko yang lebih tinggi terhadap infesksi yang berasal dari tubuh
sendiri maupun secara nosokomial dibanding dengan yang tidak imunodefisiensi
(Radji, 2015).
27
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
1. Sistem imun adalah suatu sistem pertahanan tubuh yang kompleks yang
memberikan perlindungan terhadap adanya invasi zat-zat asing kedalam tubuh.
2. Sistem imun memberi perlindungan dan membuat kita resisten atau kebal
terhadap infeksi yang disebabkan oleh berbagai mikroorganisme, membuang dan
mendestruksi sel-sel yang rusak atau mati, serta mengidentifikasi dan
mendestruksi sel-sel maligna, sehingga membantu mencegah terjadinya
perkembangan lebih lanjut menjadi tumor.
3. Sel-sel dalam sistem imun terdiri dari sel mieloid (neutrofil, basofil, eosinofil,
makrofag, dan sel dendrit) juga sel limfoid (limfosit B, limfosit T, dan sel
pembunuh alami atau natural killer).
4. Organ yang berperan dalam sistem imun antara lain tonsil dan adenoid, kelenjar
timus, kelenjar limfe, limpa, pembuluh limfe, bercak peyer pada usus halus,
apendiks dan sumsum tulang.
5. Sistem imun terbagi menjadi 2 jenis yaitu sistem imun non-spesifik dan sistem
imun spesifik.
6. Kelainan yang terjadi akibat respon imun di dalam tubuh ada 3 yaitu
hipersensitifitas, autoimun, dan imunodefisiensi.
7. Penyakit-penyakit yang dapat menyerang sistem imun diantaranya adalah HIV
atau Human Immunodeficiency Virus, Limfoma Non-Hodgkin, dan
Mononukelosis Infeksius / Deman Glandular.
3.2.Saran
Penulisan makalah ini belum sempurna untuk itu kami sebagai penulis
mengharapkan kritikan positif yang membangun demi menyempurnakan makalah ini,
semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.
28
DAFTAR PUSTAKA
Peate, I. & Nair, M. 2018. At a Glance Anatomi dan Fisiologi. Jakarta : Erlangga.
29
LAMPIRAN
Aaronson, Philip I.& Ward, Jeremy P.T. 2010. At a Glance Sistem Kardiovaskular. Jakarta :
Erlangga.
30
31
Baratawidjaja, KG.& Rengganis, I. 2012. Imunologi Dasar Edisi 10. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitras Indonesia.
32
33
34
Brecnick, S. 2003. Intisari Biologi. Jakarta : Hipokrates.
35
36
Mehta, A. &Hoffbrand, Victor. 2008. At a Glance Hematologi Edisi Kedua. Jakarta :
Erlangga
37
38
Nair, M. & Peate, I. 2018. At a Glance Patofisiologi. Jakarta : Erlangga.
39
40
Peate, I. & Nair, M. 2018. At a Glance Anatomi dan Fisiologi. Jakarta : Erlangga.
41
42
Radji, M. 2015. Imunologi dan Virologi. Jakarta : ISFI Penerbitan.
43
44
45
46
47
Sherwood, L. 2010. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 6. Jakarta : EGC.
48
49