PEKANBARU
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah Imunologi “Sistem Imun Non Spesifik” ini dapat tersusun hingga selesai.
Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang
keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami. Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Manusia terus menerus berkontak dengan agen eksternal yang dapat membahayakan
jika masuk kedalam tubuh. Yang paling serius adalah mikroorganisme penyebab penyakit.
Jika bakteri atau virus akhirnya masuk kedalam tubuh, maka tubuh dilengkapi oleh sistem
pertahanan internal yang kompleks dan multifaset. Sistem imun yang memberi perlindungan
terus menerus terhadap invasi oleh agen asing. Selain itu, permukaan tubuh yang terpajan
(terekspos) ke lingkungan eksternal, misalnya sistem integumen (kulit) berfungsi sebagai lini
pertama pertahanan untuk mencegah masuknya mikroorganisme asing. Sistem imun juga
melindungi tubuh dari kanker dan untuk mempermudah perbaikan jaringan yang rusak.
(Sherwood, 2012).
Setiap saat tubuh kita selalu terpapar dengan mikroorganisme yang dapat menyebabkan
infeksi di mana pada umumnya kita kebal terhadap infeksi tersebut karena adanya sistem
kekebalan tubuh yang melindungi tubuh kita. Sistem imun terdiri dari dua komponen utama
yaitu sistem imun non spesifik dan sistem imun spesifik. Sistem imun non spesifik merupakan
sistem kekebalan lini pertama sedangkan sistem imun spesifik merupakan lini pertahanan
kedua dan juga berfungsi untuk mengenali terjadinya serangan berikutnya oleh
mikroorganisme patogen yang sama. Masing-masing dari sistem imun mempunyai komponen
seluler dan humoral, walaupun demikian kedua sistem imun tersebut saling berkerja sama
Fungsi utama dari sistem imunitas tubuh adalah membedakan antara sel tubuh sendiri
(self) dan sel yang berasal dari luar tubuh (nonself). Kemampuan untuk membedakan antara
self dan non self sangat penting dalam mempertahankan tubuh dari serangan mikroorganisme
1
patogen ataupun keberadaan sel-sel yang tidak dikehendaki misalnya sel-sel tumor.
Mikroorganisme yang masuk kedalam tubuh dapat bereplikasi secara intraseluler misalnya
virus, beberapa jenis bakteri tertentu ataupun secara ekstraselular misalnya infeksi oleh
sebagian besar bakteri, jamur dan parasit. Untuk mengatasi hal tersebut, sesuai dengan jenis
mikroorganisme patogen yang menyerang tubuh, maka terdapat perbedaan komponen sistem
imun yang bekerja secara intraseluler dan ekstraseluler. Perlu diingat bahwa tidak semua
mikroorganisme yang masuk kedalam tubuh dapat menyebabkan penyakit infeksi, karna
sistem kekebalan tubuh pada umumnya mampu mengeliminasi infeksi sebelum berkembang
menjadi penyakit. Penyakit infeksi dapat terjadi jika jumlah mikroorganisme yang masuk
dalam jumlah yang cukup tinggi dan bila imunitas tubuh tidak mampu melawan atau menurun
sistem imun memiliki sifat yang merugikan antara lain dapat menyebabkan kerusakan pada
sel atau jaringan tertentu akibat dari efek inflamasi, atau adanya respon imun terhadap sel
7. Bagaimana proses inflamasi yang merupakan bagian dari system imun non spesifik ?
2
1.3. Tujuan Penulisan
3
BAB II
PEMBAHASAN
Sistem imun adalah suatu sistem pertahanan tubuh yang kompleks yang memberikan
perlindungan terhadap adanya invasi zat-zat asing kedalam tubuh. Berbagai senyawa organik
dan an-organik, baik yang hidup maupun mati yang berasal dari hewan, tumbuhan, jamur,
bakteri, virus, parasit, debu, polusi, uap, asap dan bahan iritan lainnya yang terdapat dalam
lingkungan sekitar yang masuk ke dalam tubuh dapat menimbulkan penyakit dan kerusakan
jaringan. Selain itu sel-sel tubuh yang mati atau sel tubuh yang bermutasi yang tumbuh tidak
terkendali, merupakan bahan yang tidak diinginkan dan harus dikeluarkan atau dimusnahkan.
(Radji, 2015)
Sistem imun merupakan sistem sel-sel, enzim, dan protein yang rumit. Yang memberi
perlindungan dan membuat kita resisten atau kebal terhadap infeksi yang disebabkan oleh
berbagai mikroorganisme, misalnya bakteri, virus, dan fungi. Sistem imun mampu melakukan
lebih dari melawan infeksi dan melindungi kita terhadap penyakit infeksi, fungsi-fungsi
lainnya meliputi membuang dan mendestruksi sel-sel yang rusak atau mati, serta
infeksi pada manusia. Keberhasilan atau kegagalan imunitas innate sangat di pengaruhi
oleh tingkat virulensi patogen. Kegagalan terutama disebabkan oleh adanya kemampuan
4
patogen untuk menghindar dari respon imun, makanya diperlukan adanya respon imun
yang lebih kuat untuk mengatasi keadaan ini yaitu imunitas adaptif.
imunitas adaptif agar lebih optimal mengeliminasi patogen sesuai tipe patogen
(ekstraseluler atau intraseluler). Tidak ada imunitas adaptif tanpa imunitas innate.
Perangkat imunitas innate tetap dipakai selama imunitas adaptif berlangsung, tergantung
3. Imunitas innate bukan hanya merespon pathogen, tetapi juga mengeliminasi sel-sel mati
sel (mis. Hipoksia, trauma) tanpa kehadiran mikroba dapat memicu munculnya respon
Innate immunity atau kekebalan alami adalah pertahanan paling awal pada manusia
untuk mengeliminasi mikroba patogen bagi tubuh. Innatte immunity merupakan kekebalan
non-spesifik. Artinya semua bentuk mikroba yang masuk akan dieliminasi tanpa
memperhatikan jenis dari mikroba itu. Pada imunitas bawaan ini memiliki dua sistem
pertahanan, pertahanan tingkat pertama dan pertahanan tingkat kedua. Pada pertahanan
tingkat pertama tubuh akan dilindungi dari segala macam mikroba patogen yang menyerang
tubuh secara fisik, kimia dan flora normal. Dan pertahanan kedua yang dilakukan oleh tubuh
untuk melawan mikroba patogen meliputi fagosit, inflamasi demam dan substansi
antimikroba. Yang termasuk sel fagosit adalah makrofag, sel dendrit, neutrofil. Sedangkan
Inflamasi merupakan respon tubuh terhadap sel yang rusak. Repon ini ditandai dengan adanya
kemerahan, nyeri, panas, bengkak. Tujuan inflamasi adalah untuk membatasi invasi oleh
5
mikroba agar tidak menyebar lebih luas lagi, serta memperbaiki jaringan atau sel yang telah
rusak oleh mikroba. Jenis pertahanan kedua yang terakhir yaitu substansi mikroba.
sistem yang penting dalam innate immunity karena fungsinya sebagai opsonisator untuk
meningkatkan fagositosis sel fagosit dan kemoatrtaktor untuk menarik sel-sel radang yang
menyebabkan inflamasi.
Innate immunity, atau sering disebut imunitas alamiah, merupakan mekanisme pertama
yang akan terjadi saat infeksi berlangsung, terjadi secara cepat terhadap infeksi mikrobia, dan
terjadi antara jam ke-0 sampai jam ke-12 infeksi. Sistem imun turunan terdiri dari berbagai sel
dan mekanisme yang mempertahankan tubuh suatu organisme dari infeksi organisme lain,
secara non-spesifik. Ini berarti sel-sel dari sistem imun turunan mengenali dan merespon
patogen dalam cara yang umum, namun tidak seperti sistem imun adaptif, sistem imun
turunan tidak menyediakan kekebalan yang protektif dan jangka panjang bagi organisme yang
memilikinya. Sistem imun turunan menyediakan pertahanan menengah melawan infeksi, dan
6
2.4 Komponen Sistem Imun Non-Spesifik dan Fungsinya
Imunitas non spesifik fisiologik berupa komponen normal tubuh, selalu ditemukan pada
individu sehat dan siap mencegah mikroba masuk tubuh dan dengan cepat menyingkirkannya.
Jumlahnya dapat ditingkatkan oleh infeksi, misalnya jumlah sel darah putih meningkat selama
fase akut pada banyak penyakit. Disebut non spesifik karena tidak ditujukan terhadap mikroba
tertentu, telah ada dan siap berfungsi sejak lahir. Mekanismenya tidak menuntujukkan
spesifisitas terhadap bahan asing dan mampu melindungi tubuh terhadap banyak patogen
Dalam sistem pertahanan fisik atau mekanik, kulit, selaput lendir, silia saluran napas,
batuk dan bersin, merupakan garis pertahanan terdepan terhadap infeksi. Keratinosid dan
lapisan epidermis kulit sehat dan epitel mukosa yang utuh tidak dapat ditembus kebanyakan
mikroba. Kulit yang rusak akibat luka bakar dan selaput lendir saluran napas yang rusak oleh
asap rokok akan meningkatkan resiko infeksi. Tekanan oksigen yang tinggi diparu bagian atas
b. Pertahanan Biokimia
Bahan yang disekresi mukosa saluran napas (enzim dan antibodi) dan telinga berperan
dalam pertahanan tubuh secara biokimiawi. Mukus yang kental melindungi sel epitel mukosa
dapat menangkap bakteri dan bahan lainnya yang selanjutnya dikeluarkan oleh gerakan silia.
Asap rokok, alkohol dapat merusak mekanisme tersebut sehingga memudahkan terjadinya
7
Udara yang kita hirup, kulit dan saluran cerna mengandung banyak mikroba, biasanya
berupa bakteri dan virus, kadang jamur atau parasit. Sekresi kulit yang bakterisida, asam
lambung, mukus dan silia di saluran nafas membantu menurunkan jumlah mikroba yang
masuk tubuh, sedang epitel yang sehat biasanya dapat mencegah mikroba masuk ke dalam
tubuh. Dalam darah dan sekresi tubuh, enzim lisosom memusnahkan banyak bakteri dengan
merusak dinding selnya. IgA juga merupakan pertahanan permukaan mukosa, memusnahkan
banyak bakteri dengan merusak dinding selnya. Flora normal (biologis) terbentuk bila bakteri
non patogenik menempati permukaan epitel. Flora tersebut dapat melindungi tubuh melalui
kompetisi dengan patogen untuk makan dan tempat menempel pada epitel serta produksi
bahan antimikrobiol. Penggunaan antibiotika dapat mematikan flora normal sehingga bakteri
8
c. Pertahanan Humoral
Sistem imun non spesifik menggunakan berbagai molekul larut. Molekul larut tertentu
diproduksi di tempat infeksi atau cidera dan berfungsi lokal. Molekul tersebut antara lain
adalah peptida antimikroba seperti defensin, katelisidin dan IFN dan efek antiviral. Faktor
larut lainnya diproduksi di tempat yang lebih jauh dan dikerahkan ke jaringan sasaran melalui
1. Komplemen
Berbagai bahan dalam sirkulasi seperti lektin, interveron, CRP, dan komplemen
berperan dalam pertahanan humoral. Serum normal dapat memusnahkan dan menghancurkan
beberapa bakteri negative- gram atas kerjasama antara antibodi dan komplemen yang
ditemukan dalam serum normal. Komplemen rusak pada pemanasan 56°c selama 30 menit
(Baratawidjaja, 2012).
Komplemen terdiri atas sejumlah sel protein yang bila diaktifkan akan memberikan
proteksi terhadap infeksi dan berperan dalam respon inflamasi. Komponen dengan spektrum
aktivitas yang luas diproduksi oleh hepatosit dan monosit yang dapat diaktifkan secara
langsung oleh mikroba atau produknya (jalur alternative,klasik dan lektin). Komplemen
9
berperan sebagai oksonin yang meningkatkan fagositosis, sebagai faktor kemotaktik dan juga
Antibodi diinduksi oleh infeksi sub-klinis (antara lain flora normal) dan komponen
dalam diit yang imunogenik. Antibodi dengan bantuan komplemen dapat menghancurkan
membran lapisan LPS dinding sel. Bila lapisan LPS menjadi lemah, lisozim, mukopeptida
dalam serum dapat masuk menembus membran bakteri dan menghancurkan lapisan
mukopeptida. MAC dari sistem komplemen dapat membentuk lubang-lubang kecil dalam sel
membran bakteri sehingga bahan sitoplasma yang mengandung bahan-bahan vital keluar sel
Selama fase akut infeksi, terjadi perubahan pada kadar beberapa protein dalam serum
yang disebut APP. Yang akhir merupakan bahan antimikrobial dalam serum yang meningkat
dengan cepat setelah sistem imun nonspesifik diaktifkan. Protein yang meningkat atau
menurun selama fase akut disebut juga APRP yang berperan dalam pertahanan diri
(Baratawidjaja, 2012).
APRP diinduksi oleh sinyal yang berasal dari tempat cedera atau infeksi melalui
darah.hati merupakan tempat sintesis APRP. Sitokin TNF-α, IL-1, IL-6 merupakan sitokin
C-Reactive Protein
CRP yang merupakan salah satu PFA, termasuk golongan protein yang kadarnya dalam
darah meningkat pada infeksi akut sebagai respons imunitas nonspesifik. Sebagai opsonin,
dan mengaktifkan komplemen jalur klasik. Pengukuran CRP digunakan untuk menilai
aktivitas penyakit inflamasi. CRP dapat meningkat 100x atau lebih dan berperan pada
10
imunitas nonspesifik yang dengan bantuan Ca++ dapat mengikat berbagai molekul antara lain
fosforilkolin yang wditemukan pada permukaan bakteri/jamur. Sintesis CPR yang meningkat
meninggikan viskositas plasma dan laju endap darah. Adanya CRP yang tetap tinggi
Lektin
banyak bakteri seperti galur pneumokok dan banyak mikroba, tetapi tidak pada sel vertebrata.
dinding bakteri dinding bakteri dan berfungsi sebagai reseptor untuk fagosit (Baratawidjaja,
2012).
Protein fase akut lain adalah α1-anti-tripsin, amiloid serum A, haptoglobin, C9, faktor B
dan fibrinogen yang juga berperan pada peningkatan laju endap darah akibat infeksi, namun
dibentuk jauh lebih lambat dibanding dengan CRP. Secara keseluruhan, respons fase akut
cedera jaringan dan meningkatkan resolusi dan perbaikan cedera inflamasi (Baratawidjaja,
2012).
11
3. Mediator Asal Fosfolipid
(Baratawidjaja, 2012).
4. Sitokin IL-1,IL-6,TNF-α
Selama terjadi infeksi,produk bakteri seperti LPS mengaktifkan makrofag dan sel lain
untuk memproduksi dan melepas berbagai sitokin seperti IL-1 yang merupakan pirogen
endogen, TNF-α dan IL-6. Pirogen adalah bahan yang menginduksi demam yang dipacu baik
oleh faktor eksogen (endotoksin asal bakteri negatif – gram) endogen seperti IL-1 yang
diproduksi makrofag dan monosit. Ketiga sitokin tersebut disebut sitokin /proinflamasi,
merangsang hati untuk mensistensi dan melepas sejumlah protin plasma seperti protein fase
akut antara lain CRP yang dapat meningkat 1000 kali, MBL dan SAP (Baratawidjaja, 2012).
d. Pertahanan Seluler
Fagosit, sel NK, sel mast dan eosinofil berperan dalam sistem imun dan spesifik selular.
Sel-sel sistem imun tersebut dapat sirkulasi atau jaringan. Suatu sel yang dapat ditemukan
12
dalam sirkulasi adalah neutrofil, eosinofil, basofil, manosit, sel T, sel B, sel NK, sel darah
merah dan trombosit. Sel-sel tersebut dapat mengenal produk mikroba esensial yang
diperlukan untuk hidup nya. Contoh sel-sel dalam jaringan adalah eosinofil, sel mask,
mengikat PAMPs (pathogen associated molecular petterns) pada patogen. Jika PRRs sudah
berikatan dengan PAMs akan muncul sinyal dari PRRs untuk aktivasi makrofag. Makrofag
aktif akan memfagositosis mikroba sehingga mikroba berada dalam vakuol yang disebut
reactive oxygen species (ROS), dan nitric oxide (NO) (Baratawidjaja, 2012).
2. Sel Mast
Sel mast ada pada epitel kulit dan mukosa yang dengan cepat berespon melepas
mediator melepas mediator inflamasi jika ada infeksi atau stimulus lainnya. Sel mast akan
melepas granul yang mengandung antara lain amin fasoaktif (misalnya histamin) yang
sangat penting untuk terjadinya respon inflamasi akut yang ditandai dengan ekstravasasi
sejumlah sel imun seperti neutrofil, monosit, dan lain-lain. Sel mast menghasilkan juga lipid
mediator (prostaglandin) dan sitokin pro inflamasi seperti TNFα (tumor necrosis fsctor
alpha). Produk sel mast penting untuk melawan parasit (cacing), dilain pihak bisa menjadi
3. Sel Dendrit
Sel dendritic ditempatkan pada lokasi ynag strategis misalnya dijaringan epitel yang
berbatasan dengan dunia luar (kulit, saluran cerna, saluran nafas, saluran urogenitalia),
13
sehingga peluang bertemu dengan patogen sangat besar. Disamping itu, sel dendrit memiliki
PRRs yang lebih lengkap, baik yang dimembran maupun didalam sitosol, sehingga sukar
Tugas penting sel dendrit adalah mempresentasikan antigen yang ada pada patogen ke
sel T naif yang menunggu dilimfonodus, sehingga diberi namaAntigen Prensting Cells (APC).
Presentasi antigen ini bertujuan untuk mengaktifkan sel T naif menjadi sel T efektor. Sel
dendritik memproses mikroba seperti halnya yang diakukan oleh makrofag, kemudian
dan dibawa ke limfonodus. Presentasi antigen ke sel T naif di limfonodu ini akan memulai
proses munculnya respon imunitas seluler (adaptif). Dengan demikian, imunitas innate sangat
penting untuk timbulnya imunitas adaptif, dimana sel dendritik yang memulai mengaktivasi
limfosit T sedangkan sitokin dari makrofag akan memperhebat timbulnya respon imunitas
adaptif yang diperankan limfosit T. Jenis lain dari sel dendritik adalah Plasmacytoid
Dendritic Cells (mirip dengan sel plasma) yang berfungsi menghasilkan sitokin antivirus yaitu
4. Neutrofil (PMN)
Neutrofil, disebut juga sel polymorphomulear (PMN), bersama monosit beredar dalam
sirkulasi darah dan siap melimpah ke jaringan jika dipanggil oleh makrofag yang mendeteksi
adanya PAMPs (mikroba) atau DAMPs melalui mekanisme inflamasi akut. Neutrofil
termasuk golongan fagosit karena mampu melakukan internalisasi mikroba untuk kemudian
dibunuh seperti cara makrofag, antara lain menggunakan lisozim untuk mencerna mikroba
dan radikal bebas (ROS dan NO). Begitu banyaknya enzim lisozim dalam neutrofil yang
nampak sebagai granul yang banyak sehingga sel ini disebut pula granulosit. Bedanya dengan
14
5. Basofil
Basofil sangat terkait dengan sel mast (sel kecil dalam sumsum tulang dan jaringan
yang terwarnai menjadi gelap). Keduanya berasal dari prekursor granulosit dalam sumsum
tulang. Sel-sel ini merupakan leukosit darah perifer yang paling sedikit dan memiliki granul
ungu gelap besar yang dapat mengaburkan inti. Isi granul mengandung histamin dan heparin
dan dilepaskan setelah pengikatan IgE ke reseptor permukaan. Sel-sel ini berperan penting
dalam reaksi hipersensitivitas segera. Sel mast juga berperan penting dalam pertahanan
6. Eusinofil
Eosinofil memiliki inti bilobus dan granul yang terwarnai menjadi merah-oranye
(mengandung histamin). Sel ini sangat penting dalam respons terhadap penyakit parasitik dan
penyakit alergi. Pelepasan isi granulnya ke patogen yang lebih besar (misalnya helmin)
Eosinofil berperan sangat efektif dalam membunuh jenis parasit tertentu. Eosinofil
mengeluarkan zat-zat kimia yang berfungsi menghancurkan cacing, parasit, dan berperan
15
Monosit
berdiferensiasi menjadi premonosit yang meninggalkan sumsum tulang dan masuk kedalam
sirkulasi untuk selanjutnya berdiferensiasi menjadi monosit matang dan berperan dalam
anti tumor
dan anti
viral
produksi modeling dan
komponen perbaikan
komplemen jaringan
fungsi
presentasi monosit fagositosis/
limfosit dan
aktivasi limfosit bakterisidal
Monosit adalah fagosit yang didistribusikan secara luas sekali diorgan limfoid dan
organ lainnya.monosit berperan sebagai APC,mengenal, menyerang mikroba dan sel kanker
dan juga memproduksi sitokin, menyerahkan pertahanan sebagai respon terhadap infeksi. IL-
1,IL-6, dan TNF-α yang diproduksinya menginduksi panas dan produksi protein fase akut
kortikotropik adrenal dalam otak dan mempengaruhi metabolisme. Monosit juga berperan
dalam remodeling dan perbaikan jaringan. Sel-sel imun nonspesifik ada dalam darah untuk 10
jam sampai dua hari sebelum meninggalkan sirkulasi darah.Selanjutnya monosit bermigrasi
ke tempat tujuan diberbagai jaringan untuk berdiferensiasi sebagai makrofag jaringan spesifik
16
Makrofag
Disamping itu makrofag berperan dalam perbaikan jaringan dan sebagai antigen precenting
cells yang dibutuhkan untuk menginduksi respon imun spesifik (Radji, 2015).
Sel NK banyak beredar dalam darah yang akan segera ke jaringan jika ada infeksi. Sel
NK ada juga yang tinggal dalam limpa dan hati. Sel NK ini dipersiapkan Tiham nbereaksi
cepat (imunitas innate) mengatasi patogen yang cepat masuk sel (mikroba intraseluler) pada
saat limfosit T (imunitas adaptif) belum siap. Sel NK membunuh sel yang dimasuki virus dan
sel yang mengalami stress (hypoxia,injury) atau sel yang bertranformasi (menjadi kanker)
karena sel-sel tersebut tidak menunjukkan fungsi yang normal (tidak sehat) (Baratawidjaja,
2012).
Mekanisme pertahanan non spesifik disebut juga komponen nonadaptif atau innate, atau
imunitas alamiah, artinya mekanisme pertahanan yang tidak ditujukan hanya untuk satu jenis
antigen, tetapi untuk berbagai macam antigen. Imunitas alamiah sudah ada sejak bayi lahir
dan terdiri atas berbagai macam elemen non spesifik. Jadi bukan merupakan pertahanan
Lapisan luar dan lapisan epitel internal kulit dari tubuh kita, pergerakan intestinal dan
silia yang terdapat pada saluran pernapasan merupakan barier fisik yang sulit untuk ditembus
17
oleh sebagian besar zat yang dapat menginfeksi tubuh. Permukaan tubuh yang terpapar
dengan lingkungan luar balik kulit maupun lapisan dalam rongga-rongga tubuh yang
berhubungan dengan lingkungan luar berfungsi sebagai sawar untuk menghalangi masuknya
mikroorganisme patogen dan senyawa asing yang tidak diinginkan oleh tubuh.
tubuh. Kulit terdiri dari dua lapisan, yang pertama adalah epidermis yang mengalami
keratinisasi dan tidak memiliki pembuluh darah di bagian luar dan yang kedua adalah lapisan
dermis yang merupakan jaringan ikat di sebelah dalam. Epidermis mengandung empat jenis
sel yaitu melanosit, keratinosid, sel langerhans, dan sel granstein. Melanosit menghasilkan
pigmen coklat yakni melanin yang jumlahnya menentukan corak warna kulit coklat. Melanin
melindungi kulit dengan menyerap sinar ultra violet yang merugikan. Sel yang paling banyak
adalah keratinosid, penghasil keratin kuat yang membentuk lapisan protektif kulit di lapisan
sebelah luar. Sawar fisik ini menghalangi masuknya mikroorganisme dan bahan atau senyawa
lain yang merugikan ke dalam tubuh dan sekaligus mencegah keluarnya cairan dan zat-zat
penting dari bagian tubuh lainnya. Keratinoid juga memiliki fungsi imunologik yang
dalam kulit. Sel langerhans dan sel granstein juga berfungsi dalam imunitas spesifik masing-
masing dengan menyajikan antigen ke sel T penolong dan sel T penekan. Lapisan dermis
mengandung pembuluh darah yang memberikan nutrisi kulit dan berperan penting dalam
mengatur suhu tubuh, ujung saraf sensorik yang memberi informasi mengenai lingkungan
eksternal dan beberapa kelenjar eksokrin dan folikel rambut yang terbentuk oleh invaginasi
khusus epitel di atasnya. Kelenjar eksokrin kulit terdiri dari kelenjar sebasea yang
menghasilkan sebum, suatu bahan berminyak yang melunakkan dan membual kulit kedap air
dan kelenjar keringat. Deskuamasi dari lapisan epitel kulit juga membantu menghalau bakteri
dan parasit lainnya yang dapat menempel pada lapisan epitel kulit.
18
Mekanisme Pertahanan Biokimia
Selain kulit, pintu utama lainnya yang dapat dilalui oleh mikroorganisme patogen untuk
1. Sistem pencernaan, di mana berbagai jenis enzim yang terdapat di air liur, sekresi
lambung yang bersifat asam, gut associated lymphoid tissue 10 (GALT) dan flora
normal pada saluran pencernaan yang dapat mempertahankan diri dari invasi
mikroorganisme patogen.
2. Sistem urogenitalia yang dilindungi oleh sekresi mukus penangkap partikel dan sekresi
dan pada sekresi mukus yang lengket dapat menjerat senyawa asing yang masuk,
kemudian disapu keluar oleh pergerakan silia. Pertahanan saluran pernapasan lainnya
adalah bulu hidung yang dapat menyaring partikel ukuran besar, mekanisme refleks
batuk dan bersin, masing-masing mampu mengeluarkan iritan dari trakea dan hidung.
Faktor kimia, antara lain lisozim dan fosfolipase yang terdapat pada air mata, saliva, dan
sekret hidung mampu melisiskan dinding sel bakteri dan merusak membran sel bakteri.
Asam lemak yang terdapat dalam keringat dan pH yang rendah dalam lambung dapat
menghambat pertumbuhan bakteri. Senyawa defensin yang terdapat pada paru-paru dan
bekerja sebagai opsonin yang merupakan senyawa mampu memacu sel-sel fagositosis
untuk menelan partikelpartikel yang tidak diinginkan. Cairan lambung yag terdiri atas
asam klorida, enzim dan lendir bersifat asam dengan pH yang sangat rendah (pH 1,2 –
3,0) dapat merusak sebagian besar bakteri dan toksin bakteri kecuali Clostridium
pertumbuhan bakteri. Demikian pula darah juga mengandung zat yang berifat sebagai
pertumbuhan bakteri dengan cara mengurangi ketersediaan zat besi yang sangat
dibutuhkan dalam pertumbuhan bakteri. Sedangkan air mata dan saliva juga dapat
mencegah adanya infeksi pada mata dan mulut. Faktor biologis, yaitu adanya flora
normal pada kulit dan saluran pencernaan dapat mencegah kolonisasi oleh bakteri
patogen dengan cara mensekresi senyawa toksik ataupun secara bersaing dengan bakteri
patogen dalam memanfaatkan nutrisi yang ada dan perlekatannya pada lapisan sel.
Sebagai contoh misalnya keberadaan flora normal dalam vagina dapat menghambat
Mikroba di dalam darah mengaktivasi sistem komplemen melalui jalur alternatif. Pada
aktivasi komplemen, diproduksi C3d yang akan berikatan dengan mikroba. Pada saat limfosit
B mengenali antigen mikroba melalui reseptornya, sel B juga mengenali C3d yang terikat
pada mikroba melalui reseptor terhadap C3d. Kombinasi pengenalan ini mengakibatkan
diferensiasi sel B menjadi sel plasma. Dalam hal ini, produk komplemen berfungsi sebagai
“sinyal kedua” pada respons imun humoral. Sistem komplemen dapat diaktifkan melalui dua
jalur, yaitu jalur klasik dan jalur alternatif. Secara garis besar aktivasi komplemen baik
melalui jalur klasik maupun jalur alternatif terdiri atas tiga mekanisme, yaitu; a) pengenalan
dan pencetusan, b) penguatan (amplifikasi), dan c) pengakhiran kerja berantai dan terjadinya
lisis serta penghancuran membran sel (mekanisme terakhir ini seringkali juga disebut
Sel natural killer (NK) adalah suatu limfosit yang berespons terhadap mikroba
intraselular dengan cara membunuh sel yang terinfeksi dan memproduksi sitokin untuk
21
mengaktivasi makrofag yaitu IFN-γ. Sel NK berjumlah 10% dari total limfosit di darah dan
organ limfoid perifer. Sel NK mengandung banyak granula sitoplasma dan mempunyai
penanda permukaan (surface marker) yang khas. Sel ini tidak mengekspresikan
imunoglobulin atau reseptor sel T. Sel NK dapat mengenali sel pejamu yang sudah berubah
akibat terinfeksi mikroba. Mekanisme pengenalan ini belum sepenuhnya diketahui. Sel NK
mempunyai berbagai reseptor untuk molekul sel pejamu (host cell), sebagian reseptor akan
mengaktivasi sel NK dan sebagian yang lain menghambatnya. Reseptor pengaktivasi bertugas
untuk mengenali molekul di permukaan sel pejamu yang terinfeksi virus, serta mengenali
fagosit yang mengandung virus dan bakteri. Reseptor pengaktivasi sel NK yang lain bertugas
untuk mengenali molekul permukaan sel pejamu yang normal (tidak terinfeksi). Secara
teoritis keadaan ini menunjukkan bahwa sel NK membunuh sel normal, akan tetapi hal ini
jarang terjadi karena sel NK juga mempunyai reseptor inhibisi yang akan mengenali sel
normal kemudian menghambat aktivasi sel NK. Reseptor inhibisi ini spesifik terhadap
berbagai alel dari molekul major histocompatibility complex (MHC) kelas I. Terdapat 2
golongan reseptor inhibisi sel NK yaitu killer cell immunoglobulin-like receptor (KIR), serta
reseptor yang mengandung protein CD94 dan subunit lektin yang disebut NKG2. Reseptor
KIR mempunyai struktur yang homolog dengan imunoglobulin. Kedua jenis reseptor inhibisi
residu tirosin ketika reseptor berikatan dengan MHC kelas I, kemudian ITIM tersebut
mengaktivasi protein dalam sitoplasma yaitu tyrosine phosphatase. Fosfatase ini akan
menghilangkan fosfat dari residu tirosin dalam molekul sinyal (signaling molecules),
akibatnya aktivasi sel NK terhambat. Oleh sebab itu, ketika reseptor inhibisi sel NK bertemu
22
Mekanisme Pertahanan Seluler (Fagositosis) Pada umumnya ketika tubuh terinfeksi
oleh mikroorganisme, jumlah sel darah putih yang terdapat dalam darah akan meningkat
dari biasanya. Hal ini disebabkan oleh karena sel darah putih yang biasanya tinggal di
dalam kelenjar getah bening masuk kedalam sistem peredaran darah untuk
mempertahankan tubuh dari serangan penyakit infeksi tersebut. Sel darah putih ini akan
berada 17 dalam darah untuk beberapa saat. Sebagian besar sel darah putih akan keluar
dari pembuluh darah dan akan masuk ke dalam jaringan tubuh. Akibatnya sel sistem
imun ini akan tersebar luas di seluruh tubuh dan mampu bertahan di berbagai jaringan
tubuh. Dalam sistem imun nonspesifik, terjadi respon selular yang kemudian
23
tubuh bersama makanan. Bila bakteri menyerang tubuh, sumsum tulang dirangsang
untuk menghasilkan dan mengeluarkan netrofil dalam jumlah besar. Neutrofil akan
membunuh dan menelan bakteri tersebut. Namun, bila antigen terlalu besar atau terlalu
banyak terdapat antigen di sekitar sel, maka fagositosis oleh makrofag akan diaktifkan.
mikroorganisme di luar sel. Sel yang berperan adalah makrofag dan leukosit
polimurfonuklear (PMN). Kedua jenis sel ini berasal dari sel primitif sumsum tulang.
Setelah dilepas dari sumsum tulang akan masuk ke dalam peredaran darah, PMN
bertahan selama 6-7 jam, kemudian akan masuk ke dalam jaringan dan bertahan selama
4-5 hari. Monosit dalam sirkulasi darah bertahan 1-3 hari sebelum masuk ke dalam
jaringan. Di dalam jaringan, makrofag dapat hidup beberapa bulan yang dapat bergerak
bebas atau tidak bergerak seperti sel kuffer dalam hati dan sel langerhans dalam kulit.
Baik monosit maupun PMB setelah dilepas dari sumsum tulang umumnya tidak lagi
mengalami mitosis, sehingga jika kebutuhan meningkat akan diproduksi oleh sumsum
tulang. Proliferasi dari sel induk dan pelepasan kedua jenis sel tersebut diatur oleh
mekanisme saraf dan faktor lainnya yang terjadi di dalam serum misalnya terjadinya
proses invasi dan infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme. Proses fagositosis dan
yaitu suatu rangsangan kimiawi yang mendorong sel fagosit bergerak kea rah
mikroorganisme atau bahan asing lainnya. Proses ini bisa berlangsung dengan lebih
mudah apabila mikroorganisme terlebih dahulu diselubungi oleh protein serum tertentu
yang disebut opsonisasi. Protein yang dapat bertindak sebagai opsonin antara lain
24
2.6 Sifat Sistem Imun Non Spesifik
3. Terjadi pada awal infeksi untuk menghancurkan virus, mencegah atau mengendalikan
infeksi
si ulang (memori)
Spesifitas Umumnya efektif terha- Spesifik untuk mikroba yang
tinggi
Sel yang penting Fagosit, sel NK, TH, Tdth, Tc. Ts/Tr/Th3
25
monosit/makrofag, Sel B
dendritik
Molekul yang pen- Lisozim, sitokin, kom- Antibodi, sitokin, mediator,
adhesi
Waktu respons Menit/jam Hari (lambat)
alergen
nya
Diversitas Jumlah reseptor terbatas Reseptor sangat bervariasi,
ulang
Diskriminasi selfi Sempurna, tidak ada pola Sangat baik, adakalanya hasil
yang larut
Protein darah Komplemen, lain-lain Limfosit
2.7 Inflamasi
vascular yang hasilnya merupakan pengiriman cairan, zat-zat yangterlarut dan sel-sel dari
sirklasi darah ke jaringan interstitial pada daerah cederaatau nekrosis. Inflamasi sebenarnya
adalah gejala yang menguntungkan dan pertahanan, hasilnya adalah netralisasi dan
Apabila jaringan cedera misalnya karena terbakar, teriris atau karena infeksikuman,
maka pada jaringan ini akan terjadi rangkaian reaksi yang memusnahkanagen yang
membahayakan jaringan atau yang mencegah agen menyebar lebih luas.Reaksi-reaksi ini
kemudian juga menyebabkan jaringan yang cedera diperbaikiatau diganti dengan jaringan
27
Inflamasi atau inflamasi adalah satu dari respon utama sistem kekebalanterhadap infeksi
dan iritasi. Inflamasi distimulasi oleh faktor kimia (histamin, bradikinin, serotonin, leukotrien,
dan prostaglandin) yang dilepaskan oleh sel yang berperan sebagai mediator inflamasi di
dalam sistem kekebalan untuk melindungi jaringan sekitar dari penyebaran infeksi.
Inflamasi adalah respons protektif untuk menghilangkan penyebab jejas (cell injury),
penyebab awal jejas sehingga proses penyembuhan dapat dilaksanakan. Inflamasi merupakan
sebuah proses kompleks yang meliputi kerjasama banyak “Pemain”. “Pemain” yang
berkontribusi ini adalah sel dan protein dan sel plasma dalam sirkulasi, selendotel pembuluh
darah dan sel serta matriks ekstraseluler jaringan ikat. Seldalam sirkulasi meliputi leukosit
(neutrofil, eosinofil, basofil, limfosit,monosit) dan trombosit; protein dalam sirkulasi meliputi
faktor pembekuan,kininogen dan komponen komplemen; sel endotel sendiri, sel jaringan
ikatmeliputi sel mast, makrofag, limfosit dan fobroblas; dan yang terakhirExtraceluler matrix
(ECM) meliputi kolagen dan elastin susun fibrosa, proteoglikan bentuk gel, glikoprotein
Ciri inflamasi salah satunya adalah udem (bengkak atau swelling), ini bisa terjadi
bermigrasi melewati dinding kapiler masuk ke rongga jaringan, proses ini disebut
Pada keadaan normal, hanya sebagian kecil molekul melewatidinding vaskuler. Bila
dinding vaskuler. Cairan yangmengandung banyak sel inflamasi disebut eksudat inflamasi.
dikeluarkan oleh bakteri. Sel-sel yang terlibat dalam inflamasiterutama adalah sel-sel pada
sistem imun nonspesifik yaitu neutrofil. Neutrofil merupakan sel utama pada early inflamasi,
29
30
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Sistem imun adalah suatu sistem pertahanan tubuh yang kompleks yang memberikan
2. Sistem imun memberi perlindungan dan membuat kita resisten atau kebal terhadap
sel-sel yang rusak atau mati, serta mengidentifikasi dan mendestruksi sel-sel maligna,
3. Sel-sel dalam sistem imun terdiri dari sel mieloid (neutrofil, basofil, eosinofil,
makrofag, dan sel dendrit) juga sel limfoid (limfosit B, limfosit T, dan sel pembunuh
4. Organ yang berperan dalam sistem imun antara lain tonsil dan adenoid, kelenjar timus,
kelenjar limfe, limpa, pembuluh limfe, bercak peyer pada usus halus, apendiks dan
sumsum tulang.
5. Sistem imun terbagi menjadi 2 jenis yaitu sistem imun non-spesifik dan sistem imun
spesifik.
6. Innate immunity atau kekebalan alami adalah pertahanan paling awal pada manusia
kekebalan non-spesifik. Artinya semua bentuk mikroba yang masuk akan dieliminasi
7. Sistem imun nonspesifik memiliki sifat: Resistensi tidak berubah oleh infeksi berulang,
umumnya efektif terhadap semua zat asing, terjadi Pada awal infeksi untuk
31
respon maksimal segera, berlangsung cepat,tidak ada memori imunologikal, respon
3.2. Saran
Penulisan makalah ini belum sempurna untuk itu kami sebagai penulis mengharapkan
kritikan positif yang membangun demi menyempurnakan makalah ini, semoga makalah ini
32
DAFTAR PUSTAKA
Aaronson, Philip I.&Ward, Jeremy P.T. 2010. At a Glance Sistem Kardiovaskular. Jakarta :
Erlangga.
Baratawidjaja, KG.& Rengganis, I. 2012. Imunologi Dasar Edisi 10. Jakarta: Fakultas
Peate, I. & Nair, M. 2018. At a Glance Anatomi dan Fisiologi. Jakarta : Erlangga.
Sherwood, L. 2010. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 6. Jakarta : EGC.
33