IMUNITAS
Disusun Oleh:
Kelompok 12
Kelas C
FAKULTAS FARMASI
YOGYAKARTA
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa
yang telah melimpahkan berkat, karunia dan petunjuk-Nya kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan Makalah Anatomi Fisiologi Manusia mengenai
materi Imunitas. Makalah ini diharapkan dapat memberikan wawasan sehingga
dapat bermanfaat dan berguna bagi penulis serta pembaca. Kami menyadari
bahwa untuk mencapai hasil yang memuaskan tidaklah mudah, karena
keterbatasan kemampuan penulis baik dari segi ilmu maupun literatur, sehingga
makalah ini masih terdapat banyak kekurangan.
Penyusunan makalah ini dimaksudkan dalam rangka melengkapi penilaian
pada mata kuliah Anatomi Fisiologi Manusia. Dalam penyusunan makalah
“Imunitas” tidak terlepas dari bimbingan serta bantuan dari semua pihak, baik
secara langsung maupun tidak langsung kepada penulis. Sehingga pada
kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih terkhusus kepada:
1. Tuhan Yang Maka Kuasa untuk segala pertolongan rahmat-Nya.
2. dr. Fenty, M.Kes., Sp.PK selaku dosen yang mengampu mata
kuliah Anatomi Fisiologi Manusia Universitas Sanata Dharma.
3. Teman-teman kelas FSMC yang telah berkontribusi dalam
membantu kami menyelesaikan makalah ini.
Bantuan dan pengorbanan semua pihak semoga mendapat pahala yang
setimpal dari Tuhan. Makalah ini membahas mengenai konsep imunitas pada
tubuh manusia. Diharapkan makalah ini dapat memberikan dampak positif untuk
penulis maupun pembaca. Penulis menyadari pentingnya sumber informasi pada
referensi internet dan sumber bacaan yang telah membantu memberikan informasi
sebagai bahan makalah ini. Tidak ada gading yang tak retak, begitu pula dengan
makalah ini. Dalam penyusunan makalah ini, masih banyak kekurangan
didalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Yogyakarta, 30 Mei 2021
Penulis.
i
DAFTAR ISI
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………....... 2
2.1 Pengertian Imunitas…………………………………………………... 2
2.2 Fungsi………………………………………………………………… 2
2.3 Sel Penyusun Sistem Imunitas………………………………………... 4
2.4 Imunitas Diperantarai Sel…………………………………………….. 5
2.5 Imunitas Diperantarai Antibodi (Humoral)…………………………... 7
2.6 Macam-Macam Sistem Imun………………………………………… 10
2.7 Faktor Yang Mempengaruhi Sistem Imun………………………….. 14
2.8 Mekanisme Pertahanan Tubuh……………………………………… 14
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………. 21
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
antigen dan antibodi yang komplementer di dalam tubuh dan imunitas
seluler yang menyangkut reaksi sejenis sel (T-limfosit) dengan antigen di
dalam tubuh (Irianto, 2012).
Secara umum sistem imun memiliki fungsi sebagai berikut:
1. Pembentuk kekebalan tubuh
2. Menolak dan penghancur segala bentuk benda asing yang masuk
ke dalam tubuh.
3. Pendeteksi adanya sel abnormal, infeksi dan patogen yang
membahayakan.
4. Menjaga keseimbangan komponen dan fungsi tubuh.
(Irianto, 2012)
2
BAB II
ISI
2.1 PENGERTIAN
Imunologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari proses-
proses yang dipergunakan oleh Hospes untuk mempertahankan kestabilan
dalam lingkungan internal bila berhadapan dengan benda asing (Darwin,
2016). Sistem Imunitas adalah suatu sistem pertahanan tubuh yang
kompleks dengan berbagai peran dalam memberikan perlindungan
terhadap adanya invasi zat-zat asing ke dalam tubuh (Khristiyono,
2015). Dengan kemajuan ilmu pengetahuan terutama pada imunologi,
konsep imunitas dapat diartikan sebagai suatu mekanisme yang bersifat
faali yang melengkapi manusia dan binatang dengan suatu kemampuan
untuk mengenal suatu zat sebagai asing terhadap dirinya, selanjutnya
tubuh akan mengadakan tindakan dalam bentuk netralisasi, melenyapkan
atau memasukkan dalam proses metabolisme yang dapat menguntungkan
dirinya/menimbulkan kerusakan jaringan tubuh sendiri (Suardana, 2017).
2.2 FUNGSI
Sistem imun mempunyai sedikitnya 3 fungsi utama. Yang pertama
adalah suatu fungsi yang sangat spesifik yaitu kesanggupan untuk
mengenal dan membedakan berbagai molekul target sasaran dan juga
mempunyai respons yang spesifik. Fungsi kedua adalah kesanggupan
3
membedakan antara antigen diri dan antigen asing. Fungsi ketiga adalah
fungsi memori yaitu kesanggupan melalui pengalaman kontak sebelumnya
dengan zat asing patogen untuk bereaksi lebih cepat dan lebih kuat
daripada kontak pertama (Munasir, 2016).
4
menghancurkannya. Seperti limfosit T, setiap limfosit B juga
diprogram hanya untuk satu antigen khusus, antibodi yang
dilepaskan bereaksi terhadap satu jenis antigen saja.
(Ross dan Wilson, 2010)
(Darwin, 2016)
5
Sifat khusus limfosit T adalah pelepasan sel yang teraktivasi dari
jaringan limfoid dan pembentukan sel memori. Pada waktu terkena
antigen, makrofag yang berdekatan dan limfosit T dari jaringan limfoid
akan berproliferasi dan melepaskan banyak sel T yang etraktivasi
bersamaan dengan pelepasan antibodi oleh sel B yang teraktivasi.
Perbedaan utamanya adalah bahwa bukan antibody yang dilepaskan tetapi
seluruh sel T aktivasi yang dibentuk dan dilepaskan ke dalam cairan limfe
(Ningtyas, 2015). Terdapat empat jenis limfosit T khusus, sebagai berikut.
1. Sel T memori
Sel yang hidup lama ini bertahan hidup setelah ancaman
dinetralkan dan memberikan imunitas diperantarai sel dengan
berespons secara cepat terhadap paparan antigen yang sama (Ross
dan Wilson, 2010).
2. Sel T sitotoksik
Sel T CD8+ atau yang disebut dengan sel Cytotoxic T Lymphocite
(CTL) membunuh sel yang mengandung protein mikrob dalam
sitoplasma sehingga menghilangkan reservoir infeksi (Fathir dan
Rifa’i, 2014). Sel ini secara langsung menon-aktifkan sel yang
membawa antigen. Sel ini melekatkan diri pada sel target dan
melepaskan toksin yang sangat kuat dan efektif karena kedua sel
ini sangat berdekatan. Peran utama limfosit T sitotoksik adalah
menghancurkan sel tubuh yang abnormal (Ross dan Wilson, 2010).
6
3. Sel T helper
Sel T CD4+ atau sering disebut sel T helper mengaktifkan
makrofag untuk meningkatkan fagositosis terhadap mikrob yang
berada di vesikula (Fathir dan Rifa’i, 2014). Fungsi sel T helper
adalah untuk melakukan fungsi sistem imun (Ningtyas, 2015).
Fungsi utamanya meliputi: produksi zat kimia khusus yang disebut
sitokin (misal interleukin dan interferon yang menunjang serta
meningkatkan limfosit T sitotoksik juga makrofag) dan bekerja
sama dengan limfosit B menghasilkan antibodi. Walaupun limfosit
B bertanggung jawab sebagai penghasil antibodi, limfosit B harus
distimulus oleh limfosit T helper dahulu (Ross dan Wilson, 2010).
4. Sel T supresor
Fungsi sel supresor adalah untuk pengaturan aktivitas sel- sel lain
(Ningtyas, 2015). Sel ini bekerja sebagai “rem”, menghentikan
limfosit T dan B yang aktif. Sel ini membatasi efek yang kuat dan
berpotensi membahayakan respons imun (Ross dan Wilson, 2010).
7
Sifat khusus limfosit B adalah pembentukan antibody oleh sel
plasma. Adapun mekanisme antibody adalah antibody bereaksi langsung
terhadap antigen. Akibat sifat bivalen dari antibody dan banyaknya tempat
antigen pada sebagian besar penyakit, maka antibody dapat mematikan
aktivitas agen penyakit tersebut. Sifat khusus limfosit T adalah pelepasan
sel yang teraktivasi dari jaringan limfoid dan pembentukan sel memori.
Pada waktu terkena antigen, makrofag yang berdekatan dan limfosit T dari
jaringan limfoid akan berproliferasi dan melepaskan banyak sel T yang
etraktivasi bersamaan dengan pelepasan antibodi oleh sel B yang
teraktivasi. Perbedaan utamanya adalah seluruh sel T aktivasi yang
dibentuk dan dilepaskan ke dalam cairan limfe. Peranan limfosit dalam
respons imun yang bersifat humoral dilakukan oleh sel B, sedangkan yang
bersifat seluler dilakukan oleh sel T.
8
(Darwin, 2016)
1. Sel plasma
Sel ini menyekresikan antibodi ke darah. Antibodi dibawa oleh
jaringan, sementara limfosit B sendiri tetap berada di dalam
jaringan limfoid (Ross dan Wilson, 2010). Hidup sel plasma tidak
lebih lama dari 1 hari dan menghasilkan satu jenis antibody yang
bekerja untuk antigen tertentu yang awalnya berikatan dengan
lomfosit B (Suan dkk, 2017). Sel plasma adalah ASC postmitotic,
banyak terdapat di semua organ limfoid. Memiliki frekuensi yang
cukup bervariasi, mulai dari yang sangat rendah di kelenjar getah
bening perifer hingga yang tinggi sekitar 0,5%. Sel plasma juga
hadir dalam jumlah yang signifikan, meskipun frekuensinya
rendah, di sumsum tulang (Frederick dkk, 2015).
Terdapat lima jenis antibody, sebagai berikut.
9
2. Sel B memori
Sel B Memori dihasilkan pada pertemuan patogen pertama dan
dibawa oleh dua garis keturunan yang berbeda: sel plasma berumur
panjang yang mengeluarkan antibodi pelindung seumur hidup dan
sel B memori yang dapat memperoleh respon yang lebih baik dan
ditingkatkan pada tantangan antigen baru. Pada sel B memori yang
dapat bertahan di dalam tubuh manusia selama beberapa dekade,
mereka dapat mempertahankan memori untuk antigen tertentu
tanpa membutuhkan stimulasi antigenik konstan atau proliferasi.
Sel B memori sangat melimpah di limpa manusia, dan membentuk
45% dari total populasi sel B di organ ini (Frederick dkk, 2015).
10
a. Faktor fisik : kulit
b. Faktor kimia : lisozim pada air mata, saliva pada
mulut, sekret hidung, HCl pada lambung, dan asam
lemak pada keringat
c. Faktor biologis : flora (mikroorganisme) normal
pada saluran pencernaan dan kulit
2) Apabila barier anatomi gagal menahan antigen, pertahanan
berikutnya adalah barier humoral yang terdiri atas
komponen berikut.
a. Sistem komplemen : meningkatkan permeabilitas
pembuluh darah, merangsang fagosit dan
opsonisasi (melisiskan) sel bakteri
b. Laktoferin dan transferin : menghambat
pertumbuhan bakteri
c. Interferon : menghambat replikasi virus
d. Lisozim : enzim yang merusak dinding sel bakteri
e. Interleukin-1 : protein antimikroba, mikroba
menginduksi demam
3) Barier seluler yang terjadi atas komponen berikut.
a. Neutrofil : mengenali sinyal jaringan terinfeksi
kemudian menelan dan menghancurkan mikroba
b. Basofil : menghasilkan protein histamin dan
heparin yang terlibat dalam reaksi alergi
c. Eosinofil : melawan patogen multiseluler
d. Makrofag : fagositosis patogen
e. Monosit : dapat berubah menjadi makrofag
f. Sel dendritik : terhadap pada jaringan yang
bersentuhan dengan lingkungan dan berfungsi
merangsang imunitas bawaan
g. Sel pemusnah (natural killer (NK)) : membantu
mengenali dan melenyapkan sel yang terinfeksi
11
4) Respon imunitas yang dihasilkan adalah sebagai berikut.
a. Peradangan atau inflamasi : terjadi pada jaringan
yang terinfeksi, mengakibatkan dilatasi pembuluh,
kebocoran pembuluh darah mengakibatkan
pembengkakan. Sel-sel antimikroba yang ada di
darah akan memfagositosis dan inaktivasi patogen
b. Interferon : dihasilkan oleh sel yang terinfeksi virus
sehingga replikasi virus terhambat
c. Sel pemusnah
d. Sistem makrofag dan sel fagosit alami
(Anonim, 2019)
12
Kekebalan spesifik dibedakan menjadi :
a. Imunitas dengan perantara antibbodi (antibodi-mediated
immunity)
Imunitas yang tidak melibatkan sel, tetapi hanya
senyawa kimia berupa antibodi yang dihasilkan oleh sel
limfosit B
Sel limfosit B yang dihasilkan oleh sumsum tulang
akan teraktivasi dan menghasilkan antibodi yang akan
menyerang patogen (bakteri atau virus) dengan bantuan
sel limfosit T. Ada tiga macam sel limfosit B, yaitu sel
B plasma (menyekresi antibodi), sel B memori
(menyimpan informasi suatu antigen/patogen) dan sel
B pembelah (melakukan pembelahan untuk
memperbanyak sel limfosit B)
Setelah infeksi berakhir, sel limfosit B mati. Respons
imunitas yang dihasilkan disebut respon imun primer.
Jika ada infeksi patogen yang sama, sel B memori
masih mengenali sehingga sel B akan membelah
dengan cepat dan melindungi tubuh dari serangan
patogen. Respon ini disebut respons imunitas sekunder
b. Imunitas dengan perantara sel (cell-mediated immunity)
Sel limfosit T terutama menyerang sel-sel tubuh yang
terinfeksi, sel yang ditransplantasikan ke dalam tubuh
dan patogen multiseluler, seperti fungsi dan sel kanker.
Terdapat 4 macam sel limfosit yang memperatarai
imunitas, yaitu sel T memori, sel T pembantu, sel T
pembunuh, dan sel T supresor
(Khristiyono, 2015)
13
2.7 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISTEM IMUN
a) Genetik : kerentanan seseorang terhadap penyakit ditentukan oleh
gen HLA/MHC
b) Umur : hipofungsi sistem imun pada bayi sehingga pada bayi
mudah mengalami infeksi. Pada orang tua yang sering dialami
ialah autoimun dan kanker
c) Metabolik : penderita penyakit metabolik
d) Lingkungan dan nutrisi : patogen mudah menginfeksi karena
eksposur dan kurangnya daya tahan karena malnutrisi
e) Anatomis : pertahanan terhadap invasi (kulit, mukosa)
f) Fisiologi : cairan lambung, aliran urine, sekresi kulit bersifat
bakterisid, enzim, antibodi
g) Mikroba
14
Barier fisik (kulit, mukosa, ginggiva, silia)
(Darwin, 2016)
Kulit utuh merupakan proteksi utama yang penting dan
berperan sebagai barier fisik untuk menghentikan invasi
mikroorganisme dan substansi lain. Sekret kulit, seperti
asam keringat dan asam lemak dari kelenjar lemak,
berperan dalam menghancurkan dan mengurangi
pertumbuhan bakteri pada permukaan kulit. Populasi
mikrofora normal yang berkolonisasi pada permukaan kulit
akan menghambat pertumbuhan mikro organisme patogen
potensial dengan cara mengompetisi ruang dan makanan
yang tersedia. Membran mukosa, seperti mukosa
pencernaan, pernapasan, urinari, dan reproduksi, berfungsi
untuk melindungi tubuh dari invasi mikroorganisme asing.
Urin dan sekret mukosa akan mendorong dan mengeluarkan
mikroorganisme ke arah luar tubuh.
Barier kimia (saliva, keringat, sebum, air mata, lisozim,
enzim pencernaan, laktoferin, urin)
Bioflora : mikroba yang hidup pada kulit dan dalam tubuh
yang membantu menghambat infeksi oleh mikroba
penyebab penyakit.
b) Mekanisme pertahanan lini II
Sistem kekebalan tubuh bawaan, terdiri dari :
15
Fagositosis
Fagositosis oleh Neutrofil
Neutrofil memasuki jaringan yang akan di fagositosis.
Ketika mendekati suatu partikel untuk difagositosis,
awalnya neutrophil melekatkan diri pada partikel kemudian
menonjolkan pseudopodia di sekeliling partikel.
Pseudopodia bertemu satu sama lain pada sisi yang
berlawanan dan berfusi. Aksi ini menciptakan ruangan
tertutup yang berisi partikel yang sudah difagositosis.
Kemudian ruangan ini berinvaginasi ke dalam rongga
sitoplasma dan melepaskan diri dari membran sel bagian
luar untuk membentuk vesikel fagositik yang mengapung
dengan bebas di sitoplasma. Neutrofil dapat memfagositosis
3 sampai 20 bakteri sebelum menjadi tidak aktif atau mati.
16
Inflamasi
Invasi Neutrofil ke Daerah Peradangan sebagai Lini
Pertahanan Kedua
Saat 1 jam pertama peradangan dimulai, sejumlah besar
neutrofil dari darah mulai menginvasi daerah peradangan.
Invasi ini disebabkan oleh sitokin inflamasi dan produk
biokimia lainnya yang diproduksi oleh jaringan radang
yang akan memicu reaksi berikut:
Produk tersebut menyebabkan peningkatan ekspresi
molekul adhesi, seperti selektin dan ICAM-1 pada
permukaan sel endotel kapiler dan venula. Molekul
adhesi ini bereaksi dengan molekul integrin
komplementer di neutorfil, menyebabkan neutrofil
menempel di dinding kapiler dan venula pada
daerah peradangan. Efek ini di sebut marginasi.
Produk ini juga menyebabkan longgarnya pelekatan
interseluler antara sel endotel kapiler dan venula
kecil, sehingga terbuk cukup lebar yang
memungkinkan neutrofil untuk bergerak lambat
secara langsung dari darah ke dalam rung-ruang
jaringan dengan cara diapedesis.
Produk peradangan juga menyebabkan kemotaksis
neutrofil jaringan yang cedera.
17
membutuhkan waktu beberapa hari sampai menjadi efektif.
Monosit sebagai sel yang belim matang dan memerlukan
waktu 8 jam atau lebih untuk membengkak ke ukuran yang
jauh lebih besar dan membentuk lisosom dalam jumlah
yang sangat banyak. Kemudian mencapai kapasitas penuh
sebagai makrofag jaringan untuk melakukan fagositosis.
Sel imun non-spesifik (makrofag, neutrofil, eosinofil,
basofil)
Mediator kimia (interleukin-1, interferon, komplemen)
c) Mekanisme pertahanan lini III
Sistem imun spesifik, terdiri dari :
Sel T (imunitas seluler)
Sel B (imunitas humoral)
(Darwin, 2016)
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem Imunitas merupakan suatu sistem pertahanan tubuh yang
kompleks dengan berbagai peran dalam memberikan perlindungan
terhadap adanya invasi zat-zat asing ke dalam tubuh. Ada dua jenis
imunitas yaitu imunitas bawaan dan adaptif. Imunitas bawaan (non
spesifik) merupakan pertahanan yang telah ada semenjak lahir. Imunitas
ini berfungsi sebagai respon cepat dalam mencegah penyakit. Imunitas
bawaan tidak mengenali mikroba secara spesifik dan melawan semua
mikroba dengan cara yang identik. Imunitas adaptif (spesifik) merupakan
imunitas yang melibatkan mekanisme pengenalan spesifik dari patogen
atau antigen ketika berkontak dengan sistem imun. Imunitas adaptif
memiliki respon yang lambat, tetapi memiliki komponen memori,
sehingga dapat langsung mengenali kontak selanjutnya.
Leukosit atau sel darah putih, merupakan unit sistem pertahanan tubuh.
Jenis sel darah putih yang normal ditemukan dalam darah: neutrofil
polimorfonuklear, eosinofil polimorfonuklear, basofil polimorfonuklear,
monosit, limfosit, dan kadang sel plasma. Dari keenam jenis sel darah
putih, yang paling terlibat dalam imunitas adalah limfosit. Sistem imun
mempunyai sedikitnya 3 fungsi utama, yakni kesanggupan untuk
mengenal dan membedakan berbagai molekul target sasaran dan juga
mempunyai respons yang spesifik, kesanggupan membedakan antara
antigen diri dan antigen asing serta fungsi memori yaitu kesanggupan
melalui pengalaman kontak sebelumnya dengan zat asing patogen untuk
bereaksi lebih cepat dan lebih kuat daripada kontak pertama.
19
Barier kimia (saliva, keringat, sebum, air mata, lisozim, enzim
pencernaan, laktoferin, urin), dan Bioflora.
Mekanisme pertahanan lini II yakni Fagositosis (Fagositosis oleh
Neutrofil dan Fagositosis oleh Makrofag), Inflamasi, Sel imun non-
spesifik, dan Mediator kimia.
Mekanisme pertahanan lini III yakni Sel T (imunitas seluler) dan
Sel B (imunitas humoral).
3.2 SARAN
Jika sistem kekebalan melemah, kemampuan untuk melindungi
tubuh juga berkurang, sehingga patogen, termasuk virus dapat tumbuh
dan berkembang dalam tubuh. Kecukupan zat gizi terutama vitamin
dan mineral sangat diperlukan dalam mempertahankan sistem
kekebalan tubuh yang optimal. Karena sebagian besar vitamin dan
seluruh mineral tidak dapat disintesa oleh tubuh, maka konsumsi
makanan yang beragam dan seimbang sangat diperlukan utamanya
sumber vitamin mineral seperti buah, sayuran dan pangan hewani.
20
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2019. Buku Teori Program Reguler. Surabaya, SSC, pp. 193.
Aripin, I., 2019. Pendidikan Nilai Pada Materi Konsep Sistem Imun. Jurnal Bio
Educatio. 4 (1).
Fathir, A., dan Rifa’i, M., 2014. Aktivitas Ekstrak Daun Kelor Terhadap Sel-T
Helper dan Sel-T Sitotoksik pada Mencit yang Diinfeksi Salmonella
thypi. Jurnal Veteriner, 15(1), 114-122.
Frederick, W., Honjo, T., Radbruch, A., Reth, M., 2015. Molecular Biology of B
Cells (Second Edition). Singapore, Elsevier B.V.
Hall, J.E., 2019. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Elsevier, Jakarta, pp. 453-460.
Khristiyono, M.M., 2015. SPM Biologi untuk SMA/MA. Jakarta, Erlangga, pp.
142.
Munasir, Z., 2016. Respons imun terhadap infeksi bakteri. Sari Pediatri, 2(4),
193-7.
21
Ross, Wilson, 2010. Dasar-dasar Anatomi dan Fisiologi. Salemba Medika,
Jakarta, pp. 266-278.
Suan, D., Sundling, C., Brink, R., 2017. Plasma Cell and Memory B Cell
Differentiation from the Germinal Center. Current Opinion in
Immunology, 45, 97-102.
22