Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

IMUNITAS

Disusun Oleh:

Kelompok 12

Julio Angelus Magang (168114171)

Surya Jayadinata (208114160)

I Putu Nanda Surya Dharma Fambudi (208114161)

Bonaventura Elkana Simamora (208114162)

Kelas C

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2021
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa
yang telah melimpahkan berkat, karunia dan petunjuk-Nya kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan Makalah Anatomi Fisiologi Manusia mengenai
materi Imunitas. Makalah ini diharapkan dapat memberikan wawasan sehingga
dapat bermanfaat dan berguna bagi penulis serta pembaca. Kami menyadari
bahwa untuk mencapai hasil yang memuaskan tidaklah mudah, karena
keterbatasan kemampuan penulis baik dari segi ilmu maupun literatur, sehingga
makalah ini masih terdapat banyak kekurangan.
Penyusunan makalah ini dimaksudkan dalam rangka melengkapi penilaian
pada mata kuliah Anatomi Fisiologi Manusia. Dalam penyusunan makalah
“Imunitas” tidak terlepas dari bimbingan serta bantuan dari semua pihak, baik
secara langsung maupun tidak langsung kepada penulis. Sehingga pada
kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih terkhusus kepada:
1. Tuhan Yang Maka Kuasa untuk segala pertolongan rahmat-Nya.
2. dr. Fenty, M.Kes., Sp.PK selaku dosen yang mengampu mata
kuliah Anatomi Fisiologi Manusia Universitas Sanata Dharma.
3. Teman-teman kelas FSMC yang telah berkontribusi dalam
membantu kami menyelesaikan makalah ini.
Bantuan dan pengorbanan semua pihak semoga mendapat pahala yang
setimpal dari Tuhan. Makalah ini membahas mengenai konsep imunitas pada
tubuh manusia. Diharapkan makalah ini dapat memberikan dampak positif untuk
penulis maupun pembaca. Penulis menyadari pentingnya sumber informasi pada
referensi internet dan sumber bacaan yang telah membantu memberikan informasi
sebagai bahan makalah ini. Tidak ada gading yang tak retak, begitu pula dengan
makalah ini. Dalam penyusunan makalah ini, masih banyak kekurangan
didalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Yogyakarta, 30 Mei 2021

Penulis.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………... i

DAFTAR ISI ...……………………………………………………….................. ii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………. 1


1.1 Latar Belakang ……………………………………………….............. 1
1.2 Tujuan………………………………………………………………… 2
1.3 Rumusan Masalah…………………………………………………….. 2

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………....... 2
2.1 Pengertian Imunitas…………………………………………………... 2
2.2 Fungsi………………………………………………………………… 2
2.3 Sel Penyusun Sistem Imunitas………………………………………... 4
2.4 Imunitas Diperantarai Sel…………………………………………….. 5
2.5 Imunitas Diperantarai Antibodi (Humoral)…………………………... 7
2.6 Macam-Macam Sistem Imun………………………………………… 10
2.7 Faktor Yang Mempengaruhi Sistem Imun………………………….. 14
2.8 Mekanisme Pertahanan Tubuh……………………………………… 14

BAB III PENUTUP……………………………………………………………. 19


3.1 Kesimpulan………………………………………………………….. 19
3.2 Saran………………………………………………………………… 20

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………. 21

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Tubuh manusia diciptakan dengan segala kelebihan yang
dimilikinya. Lingkungan tempat tinggal, dimanapun itu, kerap dihinggapi
virus dan bakteri. Namun, tubuh memiliki sebuah mekanisme pertahanan
untuk menghalau atau menangkal bakteri dan virus itu masuk kedalam
tubuh. Ini dinamakan dengan sistem imun tubuh. Sistem imun adalah
sistem yang membentuk kemampuan tubuh untuk melawan bibit penyakit
dengan menolak berbagai benda asing yang masuk ke tubuh agar terhindar
dari penyakit (Irianto, 2012).

Sistem imun mencakupi semua struktur dan proses yang


menyediakan pertahanan tubuh untuk melawan bibit penyakit dan dapat
dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu; sistem imun bawaan (innate)
yang bersifat non-spesifik dan sistem imun adaptif yang bersifat spesifik
(Hidayat dan Syahputra, 2020).

Daya tahan tubuh non-spesifik yaitu daya tahan terhadap berbagai


bibit penyakit yang tidak selektif, artinya tubuh harus mengenal dahulu
jenis penyakitnya dan tidak harus memilih bibit penyakit tertentu untuk
dihancurkan. Adapun daya tahan tubuh spesifikya itu daya tahan tubuh
yang khusus untuk jenis bibit penyakit tertentu saja. Hal ini mencakup
pengenalan dahulu terhadap bibit penyakit, kemudian memproduksi
antibodi atau T-limfosit khusus yang hanya akan bereaksi terhadap bibit
penyakit tersebut. Daya tahan tubuh non-spesifik mencakup rintangan
mekanis (kulit), rintangan kimiawi (lisozim dan asamlambung), sistem
komplemen (opsi non, histamin, kemotoksin, dan kinin), interferon,
fagositosis, demam, dan radang. Sedangkan daya tahan tubuh spesifik atau
imunitas dibagi menjadi imunitas humoral yang menyangkut reaksi

1
antigen dan antibodi yang komplementer di dalam tubuh dan imunitas
seluler yang menyangkut reaksi sejenis sel (T-limfosit) dengan antigen di
dalam tubuh (Irianto, 2012).
Secara umum sistem imun memiliki fungsi sebagai berikut:
1. Pembentuk kekebalan tubuh
2. Menolak dan penghancur segala bentuk benda asing yang masuk
ke dalam tubuh.
3. Pendeteksi adanya sel abnormal, infeksi dan patogen yang
membahayakan.
4. Menjaga keseimbangan komponen dan fungsi tubuh.
(Irianto, 2012)

1.2 RUMUSAN MASALAH


a. Apa yang dimaksud dengan sistem imun?
b. Apa saja penyusun sistem imun?
c. Apa saja macam-macam sistem imunitas?
d. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi sistem imun?
e. Bagaimana pembentukan antibodi baru oleh antigen yang masuk?
f. Bagaimana respon imun terhadap suatu inflamasi?
g. Apakah yang dimaksud dengan sistem imun alami dan buatan?

1.3 TUJUAN PENULISAN


a. Mengetahui pengertian dari sistem imun.
b. Mengetahui yang menjadi penyusun dari sistem imun.
c. Memberikan penjelasan macam-macam dari sistem imunitas.
d. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi sistem imun.
e. Mengetahui dan memahami teknis pembentukan antibodi baru oleh
antigen yang masuk.
f. Mengetahui bagaimana respon imun terhadap suatu inflamasi.
g. Memahami yang dimaksud dengan sistem imun alami dan system
imun buatan.

2
BAB II
ISI

2.1 PENGERTIAN
Imunologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari proses-
proses yang dipergunakan oleh Hospes untuk mempertahankan kestabilan
dalam lingkungan internal bila berhadapan dengan benda asing (Darwin,
2016). Sistem Imunitas adalah suatu sistem pertahanan tubuh yang
kompleks dengan berbagai peran dalam memberikan perlindungan
terhadap adanya invasi zat-zat asing ke dalam tubuh (Khristiyono,
2015). Dengan kemajuan ilmu pengetahuan terutama pada imunologi,
konsep imunitas dapat diartikan sebagai suatu mekanisme yang bersifat
faali yang melengkapi manusia dan binatang dengan suatu kemampuan
untuk mengenal suatu zat sebagai asing terhadap dirinya, selanjutnya
tubuh akan mengadakan tindakan dalam bentuk netralisasi, melenyapkan
atau memasukkan dalam proses metabolisme yang dapat menguntungkan
dirinya/menimbulkan kerusakan jaringan tubuh sendiri (Suardana, 2017).

Rangsangan terhadap sel-sel yang terpapar suatu zat yang dianggap


baru, maka ketika masuk ke dalam tubuh akan dianggap asing.
Konfigurasi asing ini dinamakan antigen atau imunogen dan proses serta
fenomena yang menyertainya disebut dengan respons imun yang
menghasilkan suatu zat yang disebut dengan antibodi. Sehingga antigen
atau imunogen merupakan potensi dari zat-zat yang dapat menginduksi
respons imun tubuh yang diamati baik secara seluler maupun humoral
(Suardana, 2017).

2.2 FUNGSI
Sistem imun mempunyai sedikitnya 3 fungsi utama. Yang pertama
adalah suatu fungsi yang sangat spesifik yaitu kesanggupan untuk
mengenal dan membedakan berbagai molekul target sasaran dan juga
mempunyai respons yang spesifik. Fungsi kedua adalah kesanggupan

3
membedakan antara antigen diri dan antigen asing. Fungsi ketiga adalah
fungsi memori yaitu kesanggupan melalui pengalaman kontak sebelumnya
dengan zat asing patogen untuk bereaksi lebih cepat dan lebih kuat
daripada kontak pertama (Munasir, 2016).

2.3 SEL PENYUSUN SISTEM IMUN


Leukosit disebut sebagai sel darah putih, merupakan unit sistem
pertahanan tubuh. Jenis sel darah putih yang normal ditemukan dalam
darah: neutrofil polimorfonuklear, eosinofil polimorfonuklear, basofil
polimorfonuklear, monosit, limfosit, dan kadang sel plasma. Ketiga jenis
pertama sel-sel ini, yaitu sel polimorfonuklear, seluruhnya mempunyai
gambaran granular. Oleh karena itu sel-sel tersebut disebut granulosit atau
dalam terminologi klinis disebut poli, karena intinya yang multipel. Dari
keenam jenis sel darah putih, yang paling terlibat dalam imunitas adalah
limfosit (Hall, 2019). Leukosit dibuat di dalam sumsum tulang dan
memiliki satu inti sel yang besar. Setelah dilepaskan ke aliran darah dari
sumsum tulang, limfosit lebih lanjut diproses untuk membuat dua jenis sel
yang secara fungsional berbeda.
1. Limfosit T
Limfosit T diaktifkan oleh kelenjar timus yang berada diantara
jantung dan sternum. Hormon timosin, dihasilkan oleh timus,
bertanggung jawab untuk meningkatkan proses, yang
menyebabkan pembentukan limfosit T yang benar-benar
terdiferensiasi, matur, dan fungsional. Penting untuk dipahami
bahwa limfosit T telah diprogram hanya untuk mengenali satu jenis
antigen, saat terpapar antigen sebelumnya, tubuh tak akan bereaksi
dengan antigen lain, berapapun bahayanya antigen tersebut.
2. Limfosit B
Limfosit B diproduksi dan diproses didalam sumsum tulang.
Perannya dalam produksi antibodi (imunoglobulin) adalah protein
yang dirancang untuk berikatan dengan antigen dan

4
menghancurkannya. Seperti limfosit T, setiap limfosit B juga
diprogram hanya untuk satu antigen khusus, antibodi yang
dilepaskan bereaksi terhadap satu jenis antigen saja.
(Ross dan Wilson, 2010)

2.4 IMUNITAS DIPERANTARAI SEL


Limfosit T yang telah diaktifkan di dalam kelenjar timus
dilepaskan ke sirkulasi. Saat limfosit T terpapar antigennya untuk pertama
kali, limfosit T menjadi tersensitisasi. Jika antigen berasal dari luar tubuh,
antigen perlu ditampilkan pada permukaan sel penampil antigen. Sel
penampil antigen, yaitu makrofag merupakan bagian pertahanan non-
spesifik karena makrofag menelan dan mencerna antigen tanpa membeda-
bedakan, namun juga berpartisipasi dalam respon imun. Setelah makrofag
mencerna antigen, makrofag membawa sebagian besar sisa antigen di
membran selnya dan menampilkannya pada permukaan. Dalam
perjalanannya di sekitar tubuh, makrofag tetap menampikan sisa antigen,
makrofag akhirnya terpapar dengan limfosit T yang bekerja spesifik pada
antigen tertentu (Ross dan Wilson, 2010).

(Darwin, 2016)

5
Sifat khusus limfosit T adalah pelepasan sel yang teraktivasi dari
jaringan limfoid dan pembentukan sel memori. Pada waktu terkena
antigen, makrofag yang berdekatan dan limfosit T dari jaringan limfoid
akan berproliferasi dan melepaskan banyak sel T yang etraktivasi
bersamaan dengan pelepasan antibodi oleh sel B yang teraktivasi.
Perbedaan utamanya adalah bahwa bukan antibody yang dilepaskan tetapi
seluruh sel T aktivasi yang dibentuk dan dilepaskan ke dalam cairan limfe
(Ningtyas, 2015). Terdapat empat jenis limfosit T khusus, sebagai berikut.

1. Sel T memori
Sel yang hidup lama ini bertahan hidup setelah ancaman
dinetralkan dan memberikan imunitas diperantarai sel dengan
berespons secara cepat terhadap paparan antigen yang sama (Ross
dan Wilson, 2010).
2. Sel T sitotoksik
Sel T CD8+ atau yang disebut dengan sel Cytotoxic T Lymphocite
(CTL) membunuh sel yang mengandung protein mikrob dalam
sitoplasma sehingga menghilangkan reservoir infeksi (Fathir dan
Rifa’i, 2014). Sel ini secara langsung menon-aktifkan sel yang
membawa antigen. Sel ini melekatkan diri pada sel target dan
melepaskan toksin yang sangat kuat dan efektif karena kedua sel
ini sangat berdekatan. Peran utama limfosit T sitotoksik adalah
menghancurkan sel tubuh yang abnormal (Ross dan Wilson, 2010).

6
3. Sel T helper
Sel T CD4+ atau sering disebut sel T helper mengaktifkan
makrofag untuk meningkatkan fagositosis terhadap mikrob yang
berada di vesikula (Fathir dan Rifa’i, 2014). Fungsi sel T helper
adalah untuk melakukan fungsi sistem imun (Ningtyas, 2015).
Fungsi utamanya meliputi: produksi zat kimia khusus yang disebut
sitokin (misal interleukin dan interferon yang menunjang serta
meningkatkan limfosit T sitotoksik juga makrofag) dan bekerja
sama dengan limfosit B menghasilkan antibodi. Walaupun limfosit
B bertanggung jawab sebagai penghasil antibodi, limfosit B harus
distimulus oleh limfosit T helper dahulu (Ross dan Wilson, 2010).
4. Sel T supresor
Fungsi sel supresor adalah untuk pengaturan aktivitas sel- sel lain
(Ningtyas, 2015). Sel ini bekerja sebagai “rem”, menghentikan
limfosit T dan B yang aktif. Sel ini membatasi efek yang kuat dan
berpotensi membahayakan respons imun (Ross dan Wilson, 2010).

2.5 IMUNITAS DIPERANTARAI ANTIBODI (HUMORAL)

(Ross dan Wilson, 2010)

7
Sifat khusus limfosit B adalah pembentukan antibody oleh sel
plasma. Adapun mekanisme antibody adalah antibody bereaksi langsung
terhadap antigen. Akibat sifat bivalen dari antibody dan banyaknya tempat
antigen pada sebagian besar penyakit, maka antibody dapat mematikan
aktivitas agen penyakit tersebut. Sifat khusus limfosit T adalah pelepasan
sel yang teraktivasi dari jaringan limfoid dan pembentukan sel memori.
Pada waktu terkena antigen, makrofag yang berdekatan dan limfosit T dari
jaringan limfoid akan berproliferasi dan melepaskan banyak sel T yang
etraktivasi bersamaan dengan pelepasan antibodi oleh sel B yang
teraktivasi. Perbedaan utamanya adalah seluruh sel T aktivasi yang
dibentuk dan dilepaskan ke dalam cairan limfe. Peranan limfosit dalam
respons imun yang bersifat humoral dilakukan oleh sel B, sedangkan yang
bersifat seluler dilakukan oleh sel T.

Keterlibatan kedua jenis limfosit yaitu pembentukan antibodi dan


imunitas seluler dengan pelepasan berbagai komponen biologi dapat
menjelaskan keterkaitannya dengan keparahan suatu penyakit. Lebih lanjut
dikatakan bahwa setiap respons imun senantiasa bekerja sel sel
imunokompeten (PMN, makrofag, limfosit, sel plasma). Fokus utama
terletak pada peranan limfosit yang merupakan sel efektor dan sel yang
melanjutkan rangsangan melalui reseptor membrannya dan mediator
limfokin yang dihasilkan terutama IL-1 dan IL-2.

Limfosit B, tidak seperti limfosit T yang bebas beredar di tubuh,


terbatas berada di jaringan limfoid. Limfosit B tidak seperti limfosit T,
mengenal dan berikatan dengan antigen tanpa harus diperkenalkan oleh sel
penampil antigen. Setelah antigen dideteksi dan berikatan dengan limfosit
B dengan bantuan limfosit T helper, limfosit B membesar dan mulai
membelah. Limfosit B memproduksi dua jenis sel fungsional yang
berbeda, yaitu sel plasma dan sel memori B (Ross dan Wilson, 2010)

8
(Darwin, 2016)
1. Sel plasma
Sel ini menyekresikan antibodi ke darah. Antibodi dibawa oleh
jaringan, sementara limfosit B sendiri tetap berada di dalam
jaringan limfoid (Ross dan Wilson, 2010). Hidup sel plasma tidak
lebih lama dari 1 hari dan menghasilkan satu jenis antibody yang
bekerja untuk antigen tertentu yang awalnya berikatan dengan
lomfosit B (Suan dkk, 2017). Sel plasma adalah ASC postmitotic,
banyak terdapat di semua organ limfoid. Memiliki frekuensi yang
cukup bervariasi, mulai dari yang sangat rendah di kelenjar getah
bening perifer hingga yang tinggi sekitar 0,5%. Sel plasma juga
hadir dalam jumlah yang signifikan, meskipun frekuensinya
rendah, di sumsum tulang (Frederick dkk, 2015).
Terdapat lima jenis antibody, sebagai berikut.

(Ross dan Wilson, 2010)

9
2. Sel B memori
Sel B Memori dihasilkan pada pertemuan patogen pertama dan
dibawa oleh dua garis keturunan yang berbeda: sel plasma berumur
panjang yang mengeluarkan antibodi pelindung seumur hidup dan
sel B memori yang dapat memperoleh respon yang lebih baik dan
ditingkatkan pada tantangan antigen baru. Pada sel B memori yang
dapat bertahan di dalam tubuh manusia selama beberapa dekade,
mereka dapat mempertahankan memori untuk antigen tertentu
tanpa membutuhkan stimulasi antigenik konstan atau proliferasi.
Sel B memori sangat melimpah di limpa manusia, dan membentuk
45% dari total populasi sel B di organ ini (Frederick dkk, 2015).

2.6 MACAM-MACAM SISTEM IMUN


Secara umum sistem imun dibagi menjadi dua : imunitas alamiah dan
imunitas adaptif. Imunitas alamiah (innate) adalah pertahanan lapis
pertama, berupa mekanisme non-spesifik (antigen-independent). Imunitas
adaptif bersifat spesifik terhadap antigen (antigen-dependent), dan
memiliki memori pengingat (Levani, 2018).
 Sistem Kekebalan Non Spesifik
Sistem Kekebalan Spesifik : berfungsi untuk menangkal masuknya
segala zat asing dari luar tubuh yang dapat menimbulkan kerusakan
tubuh (penyakit). Tetapi, imunitas bawaan tidak mengenali
mikroba secara spesifik dan melawan semua mikroba dengan cara
yang identik. Selain itu, imunitas bawaan tidak memiliki
komponen memori sehingga tidak dapat mengenali kontak yang
dulu pernah terjadi. Zat asing tersebut dapat berupa
mikroorganisme atau zat yang berbahaya bagi tubuh (Aripin 2019).
Apabila ada antigen (virus, sel mikroorganisme, jamur ataupun
benda asing) “menyerang” tubuh, akan terjadi hal berikut :
1) Dihadang oleh barier anatomi tubuh yang terdiri atas
komponen berikut.

10
a. Faktor fisik : kulit
b. Faktor kimia : lisozim pada air mata, saliva pada
mulut, sekret hidung, HCl pada lambung, dan asam
lemak pada keringat
c. Faktor biologis : flora (mikroorganisme) normal
pada saluran pencernaan dan kulit
2) Apabila barier anatomi gagal menahan antigen, pertahanan
berikutnya adalah barier humoral yang terdiri atas
komponen berikut.
a. Sistem komplemen : meningkatkan permeabilitas
pembuluh darah, merangsang fagosit dan
opsonisasi (melisiskan) sel bakteri
b. Laktoferin dan transferin : menghambat
pertumbuhan bakteri
c. Interferon : menghambat replikasi virus
d. Lisozim : enzim yang merusak dinding sel bakteri
e. Interleukin-1 : protein antimikroba, mikroba
menginduksi demam
3) Barier seluler yang terjadi atas komponen berikut.
a. Neutrofil : mengenali sinyal jaringan terinfeksi
kemudian menelan dan menghancurkan mikroba
b. Basofil : menghasilkan protein histamin dan
heparin yang terlibat dalam reaksi alergi
c. Eosinofil : melawan patogen multiseluler
d. Makrofag : fagositosis patogen
e. Monosit : dapat berubah menjadi makrofag
f. Sel dendritik : terhadap pada jaringan yang
bersentuhan dengan lingkungan dan berfungsi
merangsang imunitas bawaan
g. Sel pemusnah (natural killer (NK)) : membantu
mengenali dan melenyapkan sel yang terinfeksi

11
4) Respon imunitas yang dihasilkan adalah sebagai berikut.
a. Peradangan atau inflamasi : terjadi pada jaringan
yang terinfeksi, mengakibatkan dilatasi pembuluh,
kebocoran pembuluh darah mengakibatkan
pembengkakan. Sel-sel antimikroba yang ada di
darah akan memfagositosis dan inaktivasi patogen
b. Interferon : dihasilkan oleh sel yang terinfeksi virus
sehingga replikasi virus terhambat
c. Sel pemusnah
d. Sistem makrofag dan sel fagosit alami
(Anonim, 2019)

 Sistem Kekebalan Spesifik


Berfungsi saat zat asing atau mikroorganisme dari luar tubuh tidak
dapat ditangkal oleh kekebalan non spesifik. Kekebalan ini hanya
berperan pada kuman atau zat asing yang sudah dikenal. Antibodi
(Immunoglobullin) dan limfosit adalah sistem imun yang berperan
pada kekebalan spesifik ini. Beberapa antibodi yang terdapat dalam
serum antara lain :
a. Antitoksin : menetralkan toksin
b. Ablastin : mencegah reproduksi bibit penyakit yang ada
dalam tubuh
c. Lysin : melarutkan sel-sel bakteri sampai hancur
d. Bakteriosidin : antibodi yang dapat membunuh bakteri
tanpa menghancurkannya
e. Presipitin : dapat menggumpalkan ekstrak sel bakteri atau
antibodi lain yang larut
f. Opsinin : antibodi yang menyebabkan mikroba menjadi
peka terhadap sel fagosit
(Anonim, 2019)

12
Kekebalan spesifik dibedakan menjadi :
a. Imunitas dengan perantara antibbodi (antibodi-mediated
immunity)
 Imunitas yang tidak melibatkan sel, tetapi hanya
senyawa kimia berupa antibodi yang dihasilkan oleh sel
limfosit B
 Sel limfosit B yang dihasilkan oleh sumsum tulang
akan teraktivasi dan menghasilkan antibodi yang akan
menyerang patogen (bakteri atau virus) dengan bantuan
sel limfosit T. Ada tiga macam sel limfosit B, yaitu sel
B plasma (menyekresi antibodi), sel B memori
(menyimpan informasi suatu antigen/patogen) dan sel
B pembelah (melakukan pembelahan untuk
memperbanyak sel limfosit B)
 Setelah infeksi berakhir, sel limfosit B mati. Respons
imunitas yang dihasilkan disebut respon imun primer.
Jika ada infeksi patogen yang sama, sel B memori
masih mengenali sehingga sel B akan membelah
dengan cepat dan melindungi tubuh dari serangan
patogen. Respon ini disebut respons imunitas sekunder
b. Imunitas dengan perantara sel (cell-mediated immunity)
 Sel limfosit T terutama menyerang sel-sel tubuh yang
terinfeksi, sel yang ditransplantasikan ke dalam tubuh
dan patogen multiseluler, seperti fungsi dan sel kanker.
 Terdapat 4 macam sel limfosit yang memperatarai
imunitas, yaitu sel T memori, sel T pembantu, sel T
pembunuh, dan sel T supresor
(Khristiyono, 2015)

13
2.7 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISTEM IMUN
a) Genetik : kerentanan seseorang terhadap penyakit ditentukan oleh
gen HLA/MHC
b) Umur : hipofungsi sistem imun pada bayi sehingga pada bayi
mudah mengalami infeksi. Pada orang tua yang sering dialami
ialah autoimun dan kanker
c) Metabolik : penderita penyakit metabolik
d) Lingkungan dan nutrisi : patogen mudah menginfeksi karena
eksposur dan kurangnya daya tahan karena malnutrisi
e) Anatomis : pertahanan terhadap invasi (kulit, mukosa)
f) Fisiologi : cairan lambung, aliran urine, sekresi kulit bersifat
bakterisid, enzim, antibodi
g) Mikroba

2.8 MEKANISME PERTAHANAN TUBUH


Terdiri dari 3 mekanisme pertahanan, yaitu :

a) Mekanisme pertahanan lini I


Sistem kekebalan tubuh bawaan, terdiri dari :

14
 Barier fisik (kulit, mukosa, ginggiva, silia)

(Darwin, 2016)
Kulit utuh merupakan proteksi utama yang penting dan
berperan sebagai barier fisik untuk menghentikan invasi
mikroorganisme dan substansi lain. Sekret kulit, seperti
asam keringat dan asam lemak dari kelenjar lemak,
berperan dalam menghancurkan dan mengurangi
pertumbuhan bakteri pada permukaan kulit. Populasi
mikrofora normal yang berkolonisasi pada permukaan kulit
akan menghambat pertumbuhan mikro organisme patogen
potensial dengan cara mengompetisi ruang dan makanan
yang tersedia. Membran mukosa, seperti mukosa
pencernaan, pernapasan, urinari, dan reproduksi, berfungsi
untuk melindungi tubuh dari invasi mikroorganisme asing.
Urin dan sekret mukosa akan mendorong dan mengeluarkan
mikroorganisme ke arah luar tubuh.
 Barier kimia (saliva, keringat, sebum, air mata, lisozim,
enzim pencernaan, laktoferin, urin)
 Bioflora : mikroba yang hidup pada kulit dan dalam tubuh
yang membantu menghambat infeksi oleh mikroba
penyebab penyakit.
b) Mekanisme pertahanan lini II
Sistem kekebalan tubuh bawaan, terdiri dari :

15
 Fagositosis
Fagositosis oleh Neutrofil
Neutrofil memasuki jaringan yang akan di fagositosis.
Ketika mendekati suatu partikel untuk difagositosis,
awalnya neutrophil melekatkan diri pada partikel kemudian
menonjolkan pseudopodia di sekeliling partikel.
Pseudopodia bertemu satu sama lain pada sisi yang
berlawanan dan berfusi. Aksi ini menciptakan ruangan
tertutup yang berisi partikel yang sudah difagositosis.
Kemudian ruangan ini berinvaginasi ke dalam rongga
sitoplasma dan melepaskan diri dari membran sel bagian
luar untuk membentuk vesikel fagositik yang mengapung
dengan bebas di sitoplasma. Neutrofil dapat memfagositosis
3 sampai 20 bakteri sebelum menjadi tidak aktif atau mati.

Fagositosis oleh Makrofag


Makrofag sebagai produk tahap akhir monosit yang
memasuki jaringan dari darah. Selain itu makrofag dapat
menelan partikel yang jaih lebih besar, seperti parasite.
Makrofag setelah mencerna partikel, juga dapat
mengeluarkan produk residu dan sering kali dapat bertahan
hidup serta masih berfungsi sampai berbulan-bulan.

Setelah difagositosis, Sebagian Besar Partikel Dicerna oleh


Enzim Intraseluler. Lisosom dan granula sitoplasmik
lainnya dalam neutrofil atau makrofag segera datang untuk
berkontak dengan vesikel fagositik dan membrannya
berfusi. Selanjurnya mengeluarkan enzim pencernaan dan
bahan bakterisidal ke dalam vesikel. Sehingga vesikel
fagositik menjadi vesikel pencerna dan segera dimulai
proses perncernaan partikel yang sudah di fagositosis.

16
 Inflamasi
Invasi Neutrofil ke Daerah Peradangan sebagai Lini
Pertahanan Kedua
Saat 1 jam pertama peradangan dimulai, sejumlah besar
neutrofil dari darah mulai menginvasi daerah peradangan.
Invasi ini disebabkan oleh sitokin inflamasi dan produk
biokimia lainnya yang diproduksi oleh jaringan radang
yang akan memicu reaksi berikut:
 Produk tersebut menyebabkan peningkatan ekspresi
molekul adhesi, seperti selektin dan ICAM-1 pada
permukaan sel endotel kapiler dan venula. Molekul
adhesi ini bereaksi dengan molekul integrin
komplementer di neutorfil, menyebabkan neutrofil
menempel di dinding kapiler dan venula pada
daerah peradangan. Efek ini di sebut marginasi.
 Produk ini juga menyebabkan longgarnya pelekatan
interseluler antara sel endotel kapiler dan venula
kecil, sehingga terbuk cukup lebar yang
memungkinkan neutrofil untuk bergerak lambat
secara langsung dari darah ke dalam rung-ruang
jaringan dengan cara diapedesis.
 Produk peradangan juga menyebabkan kemotaksis
neutrofil jaringan yang cedera.

Invasi Makrofag Kedua ke Jaringan Peradangan


sebagai Lini Pertahanan Ketiga
Bersama dengan invasi neutrofil, monosit dari darah masuk
ke jaringan yang meradang dan membesar menjadi
makrofag. Namun, jumlah monosit dalam sirkulasi darah
sedikit. Sehingga menyebabkan pembentukan makrofag di
area jaringan yang meradan jauh lebih lambat dan

17
membutuhkan waktu beberapa hari sampai menjadi efektif.
Monosit sebagai sel yang belim matang dan memerlukan
waktu 8 jam atau lebih untuk membengkak ke ukuran yang
jauh lebih besar dan membentuk lisosom dalam jumlah
yang sangat banyak. Kemudian mencapai kapasitas penuh
sebagai makrofag jaringan untuk melakukan fagositosis.
 Sel imun non-spesifik (makrofag, neutrofil, eosinofil,
basofil)
 Mediator kimia (interleukin-1, interferon, komplemen)
c) Mekanisme pertahanan lini III
Sistem imun spesifik, terdiri dari :
 Sel T (imunitas seluler)
 Sel B (imunitas humoral)
(Darwin, 2016)

18
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sistem Imunitas merupakan suatu sistem pertahanan tubuh yang
kompleks dengan berbagai peran dalam memberikan perlindungan
terhadap adanya invasi zat-zat asing ke dalam tubuh. Ada dua jenis
imunitas yaitu imunitas bawaan dan adaptif. Imunitas bawaan (non
spesifik) merupakan pertahanan yang telah ada semenjak lahir. Imunitas
ini berfungsi sebagai respon cepat dalam mencegah penyakit. Imunitas
bawaan tidak mengenali mikroba secara spesifik dan melawan semua
mikroba dengan cara yang identik. Imunitas adaptif (spesifik) merupakan
imunitas yang melibatkan mekanisme pengenalan spesifik dari patogen
atau antigen ketika berkontak dengan sistem imun. Imunitas adaptif
memiliki respon yang lambat, tetapi memiliki komponen memori,
sehingga dapat langsung mengenali kontak selanjutnya.

Leukosit atau sel darah putih, merupakan unit sistem pertahanan tubuh.
Jenis sel darah putih yang normal ditemukan dalam darah: neutrofil
polimorfonuklear, eosinofil polimorfonuklear, basofil polimorfonuklear,
monosit, limfosit, dan kadang sel plasma. Dari keenam jenis sel darah
putih, yang paling terlibat dalam imunitas adalah limfosit. Sistem imun
mempunyai sedikitnya 3 fungsi utama, yakni kesanggupan untuk
mengenal dan membedakan berbagai molekul target sasaran dan juga
mempunyai respons yang spesifik, kesanggupan membedakan antara
antigen diri dan antigen asing serta fungsi memori yaitu kesanggupan
melalui pengalaman kontak sebelumnya dengan zat asing patogen untuk
bereaksi lebih cepat dan lebih kuat daripada kontak pertama.

Mekanisme pertahanan tubuh terdiri dari 3 mekanisme pertahanan:


 Mekanisme pertahanan lini I yakni, Sistem kekebalan tubuh
bawaan, terdiri dari Barier fisik (kulit, mukosa, ginggiva, silia),

19
Barier kimia (saliva, keringat, sebum, air mata, lisozim, enzim
pencernaan, laktoferin, urin), dan Bioflora.
 Mekanisme pertahanan lini II yakni Fagositosis (Fagositosis oleh
Neutrofil dan Fagositosis oleh Makrofag), Inflamasi, Sel imun non-
spesifik, dan Mediator kimia.
 Mekanisme pertahanan lini III yakni Sel T (imunitas seluler) dan
Sel B (imunitas humoral).

3.2 SARAN
Jika sistem kekebalan melemah, kemampuan untuk melindungi
tubuh juga berkurang, sehingga patogen, termasuk virus dapat tumbuh
dan berkembang dalam tubuh. Kecukupan zat gizi terutama vitamin
dan mineral sangat diperlukan dalam mempertahankan sistem
kekebalan tubuh yang optimal. Karena sebagian besar vitamin dan
seluruh mineral tidak dapat disintesa oleh tubuh, maka konsumsi
makanan yang beragam dan seimbang sangat diperlukan utamanya
sumber vitamin mineral seperti buah, sayuran dan pangan hewani.

Beberapa vitamin dan mineral mempunyai peran sebagai


antioksidan yang sangat mempengaruhi kualitas hidup manusia
diantaranya adalah vitamin A, vitamin E, vitamin C, selenium, zat besi
dan zinc. Zat gizi ini diperlukan dalam sistem pertahanan tubuh karena
perannya sebagai zat gizi antioksidan.

20
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2019. Buku Teori Program Reguler. Surabaya, SSC, pp. 193.

Aripin, I., 2019. Pendidikan Nilai Pada Materi Konsep Sistem Imun. Jurnal Bio
Educatio. 4 (1).

Darwin, E., 2016. Imunologi. Fakultas Kedokteran Uniersitas Andalas, Sumtera


Barat.

Fathir, A., dan Rifa’i, M., 2014. Aktivitas Ekstrak Daun Kelor Terhadap Sel-T
Helper dan Sel-T Sitotoksik pada Mencit yang Diinfeksi Salmonella
thypi. Jurnal Veteriner, 15(1), 114-122.

Frederick, W., Honjo, T., Radbruch, A., Reth, M., 2015. Molecular Biology of B
Cells (Second Edition). Singapore, Elsevier B.V.

Hall, J.E., 2019. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Elsevier, Jakarta, pp. 453-460.

Hidayat, S., dan Syahputra, A. A., 2020. Perancangan Multimedia Interaktif


Sistem Imun Tubuh Pada Manusia. Visual Heritage: Jurnal Kreasi Seni
dan Budaya, 2(03), 144-149.

Irianto, K., 2012. Anatomi dan fisiologi. Bandung: Alfabeta.

Irianto, K., 2012. Mikrobiologi. Bandung: CV. Yrama Widya.

Khristiyono, M.M., 2015. SPM Biologi untuk SMA/MA. Jakarta, Erlangga, pp.
142.

Munasir, Z., 2016. Respons imun terhadap infeksi bakteri. Sari Pediatri, 2(4),
193-7.

Ningtyas, E. A. E., 2015. Aktivasi Pemakaian Jinten Hitam (Nigella sativa)


Terhadap Respons Imun Pada Gigi Yang Mengalami Inflamasi.
STOMATOGNATIC-Jurnal Kedokteran Gigi, 9(1), 48-53.

21
Ross, Wilson, 2010. Dasar-dasar Anatomi dan Fisiologi. Salemba Medika,
Jakarta, pp. 266-278.

Suan, D., Sundling, C., Brink, R., 2017. Plasma Cell and Memory B Cell
Differentiation from the Germinal Center. Current Opinion in
Immunology, 45, 97-102.

Suardana, I.B.K., 2017. Diktat Imunologi Dasar Sistem Imun. Fakultas


Kedokteran Hewan Universitas Udayana, Denpasar.

22

Anda mungkin juga menyukai