DISUSUN OLEH:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Shalawat serta salam semoga terlimpah
curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan
syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis menyelesaikan pembuatan makalah
dari mata kuliah Imunologi medis dengan judul “Makalah Sistem Pertahanan Hewan
(Kucing)”
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................ i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................
BAB II PEMBAHASA...............................................................................................................
BAB III PENUTUP...................................................................................................................
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................................
3.2 Saran...................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi
tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan membunuh patogen serta
sel tumor. Sistem ini mendeteksi berbagai macam pengaruh biologis luar yang luas,
organisme akan melindungi tubuh dari infeksi, bakteri, virus sampai cacing parasit, serta
menghancurkan zat-zat asing lain dan memusnahkan mereka dari sel organisme yang sehat
dan jaringan agar tetap dapat berfungsi seperti biasa. Deteksi sistem ini sulit karena adaptasi
patogen dan memiliki cara baru agar dapat menginfeksi organisme (Rantam, 2003).
Sistem imun atau sistem kekebalan tubuh merupakan semua mekanisme tubuh untuk
mempertahankan diri dari serangan benda asing yang masuk kedalam tubuh. Keberadaan
sistem imun dalam tubuh manusia sangat penting, hal itu dikarenakan sistem imun akan
menyerang antigen yang masuk kedalam tubuh sehingga kita terhindar dari berbagai
penyakit.Selain sebagai benteng pertahanan dari berbagai antigen, sistem imun juga berperan
dalam peremajaan sel-sel yang telah mengalami kerusakan dan kematian serta berperan dalam
membersihkan sisa-sisa sel buangan. Bagi orang-orang yang mempunyai kelainan terhadap
sistem imun, mereka akan memiliki gangguan- gangguan yang disebabkan oleh sistem imun
mereka sendiri.Dalam menghadapi berbagai antigen yang masuk kedalam tubuh, ada
sebagian sistem imun yang tidak akan langsung merespon terhadapa antigen tersebut. Hal itu
dikarenakan sistem imun harus terlebih dahulu adaptasi dan mengenali jenis antigen tersebut
(Rantam, 2003).
Tidak hanya pada manusia, pada tubuh hewan juga berperan sistem imun yang
memiliki tugas yang sama, yaitu untuk melindungi tubuh dari serangan benda asing diluar
tubuh. Pada makalah ini akan dibahas bagaiman mekanisme sistem pertahanan tubuh pada
hewan, khususnya pada kucing.
Penghalang Fisik
Penghalang fisik yang disediakan oleh kulit dan epitel mukosa mencegah invasi melalui
banyak mekanisme, termasuk silia yang rata jauh patogen dan protein yang terdegradasi
organisme penyerang. Setelah penghalang itu dilanggar, semua aspek kekebalan sangat
spesifik dan terkoordinasi.
Ciri utama sistem imun spesifik adalah: 1) spesifitas, berarti bahwa respons yang
timbul terhadap antigen, bahkan terhadap komponen-komponen structural kompleks
protein atau polisakarida yang berbeda, tidaksama. 2) diversitas jumlah total spesifisitas
limfosit terhadap antigen dalam satu individu yang disebut lymphovyte repertoire, sangat
besar. 3) memori, limfosit memiliki kemampuan mengingat antigen yang pernah
dijumpainya dan memberikan respons yang lebih efektif pada perjumpaan berikutnya. 4)
spesialisasi, sistem imun memberikan respon yang berbeda dengan cara yang berbeda
terhadap berbagai mikrova yang berlainan. 5) membatasi diri (self limition) semua respon
imun kembali normal dalam waktu tertentu setelah rangsangan antigen. 6) membedakan
self dari non-self. Sistem imun menunjukkan toleransi terhadap antigen tubuh sendiri.Hal
ini dimungkinkan karena limfosit-limfosit yang memiliki reseptor terhadap antigen
jaringan tubuh sendiri (limfositautoreaktif) telah disingkirkan pada saat perkembangan.
FIV merusak sistem kekebalan kucing dengan menginfeksi banyak tipe sel, termasuk
limfosit T CD4 + dan CD8 +, limfosit B, dan makrofag. FIV dapat ditoleransi dengan baik
oleh kucing, tetapi pada akhirnya dapat menyebabkan lemahnya sistem kekebalan di host
kucingnya oleh infeksi dan kelelahan sel T-helper (CD4 +). Tingkat kejadian pada kucing
kurang dari 5%; pada manusia dengan HIV, persentase ini diperkirakan lebih dari 50%. FIV
dan HIV keduanya adalah lentivirus. Namun, manusia tidak dapat terinfeksi oleh FIV, kucing
juga tidak dapat terinfeksi oleh HIV. FIV ditularkan terutama melalui luka gigitan dalam, di
mana virus hadir dalam air liur kucing yang terinfeksi memasuki jaringan tubuh kucing lain.
Kucing FIV + dapat berbagi mangkuk air, mangkuk pelet, makan dari mangkuk makanan
basah yang sama, dan menggunakan kotak sampah yang sama dengan risiko rendah
menularkan penyakit. Pemilik hewan peliharaan yang waspada yang merawat infeksi
sekunder dapat membiarkan kucing yang terinfeksi hidup lama. Kemungkinan kucing yang
terinfeksi FIV akan menularkan virus ke kucing lain dalam rumah tangga rendah, kecuali ada
pertikaian antara kucing, atau ada luka yang memungkinkan masuknya virus dari kucing yang
terinfeksi ke kucing yang tidak terinfeksi. Anak kucing yang baru lahir dapat dinyatakan
positif hingga enam bulan dan sebagian besar setelahnya akan secara negatif dinyatakan
negatif. Diperkirakan bahwa ini disebabkan oleh antibodi yang ditransfer ke anak kucing
melalui ASI. Namun antibodi ini bersifat sementara sehingga pengujian selanjutnya akan
negatif. Begitu mereka telah menerima vaksinasi terhadap FIV, mereka akan, di masa depan,
selalu dinyatakan positif, karena berbagai tes darah mendeteksi dan menunjukkan antibodi
yang telah berkembang sebagai respons terhadap vaksinasi. FIV dikenal pada spesies kucing
lain, dan sebenarnya endemik pada beberapa kucing liar besar, seperti singa Afrika . Tiga
clade utama FIV diakui pada 2006, FIV-Ple (singa), FIV-Fca (kucing domestik), dan FIV-Pco
(puma). Batas-batas inang biasanya dijaga dengan baik karena jenis enzim APOBEC3 yang
terbatas yang dapat dinetralkan oleh virus Vif .
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem imun sangat berperan penting dalam tubuh manusia untuk mencegah patogen
yang dapat menyebabkan penyakit dalam tubuh manusia.Secara umum, imunitas merupakan
respon molekul dan selular yang mekanismenya terbagi dua yaitu kekebalan non spesifik
(inate immunity) yang didapatkan sejak lahir dan kekebalan spesifik (adaptive immunity)
yang diperoleh melalui proses adaptasi terlebih dahulu terhadap patogen yang masuk kedalam
tubuh
3.2 Saran
Diharapka dengan disusunnya makalah ini dapat menjadi suatu bahan pembelajaran
bagi pembaca dan diharapkan adanya saran-saran yang membangun, dikarenakan penyusun
menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusanannya
DAFTAR PUSTAKA
Ackley, Christopher D.,' Janet K. Yamamoto, Norman Levy, Niels C. Pedersen, Dan Max D.
Cooper1.1990. Immunologic Abnormalities In Pathogen-Free Cats Experimentally
Infected With Feline Immunodeficiency Virus. Journal Of Virology. Vol. 64, No. 11
Rantam, F.A. (2003). Metode Imunologi. Surabaya : Airlangga University Press.
Munasir, Zakiudin. 2001. Respon imun terhadap infeksi bakteri. Jurnal Sari Pediatri, Vol. 2,
No. 4. Hal : 193 – 197.