Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

SISTEM PERTAHANAN TUBUH(IMUNITAS PADA


KUCING

DISUSUN OLEH:

Silvia Febriani C031181303

Fitri Nurul Fahira C031181305

Rizky Widyanty Kadir C031181317

Nur Azisya C031181318

Ananda Dwi Cezarindy C031181320

Anggi Aprianti C031181519

FAKULTAS KEDOKTERAN

PRODI KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Shalawat serta salam semoga terlimpah
curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan
syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis menyelesaikan pembuatan makalah
dari mata kuliah Imunologi medis dengan judul “Makalah Sistem Pertahanan Hewan
(Kucing)”

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Makassar, 28 April 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................ i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................
BAB II PEMBAHASA...............................................................................................................
BAB III PENUTUP...................................................................................................................
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................................
3.2 Saran...................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada mulanya imunologi merupakan cabang mikrobiologi yang mempelajari respons


tubuh, terutama respons kekebalan terhadap penyakit infeksi. Imunologi adalah suatu cabang
yang luas dari ilmu biomedis yang mencakup kajian mengenai semua aspek sistem imun
(kekebalan) pada semua organisme. Imunologi antara lain mempelajari peranan fisiologis
sistem imum baik dalam keadaan sehat maupun sakit; malfungsi sistem imun pada gangguan
imunologi karakteristik fisik, kimiawi, dan fisiologis komponen-komponen sistem imun
(Rantam, 2003).

Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi
tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan membunuh patogen serta
sel tumor. Sistem ini mendeteksi berbagai macam pengaruh biologis luar yang luas,
organisme akan melindungi tubuh dari infeksi, bakteri, virus sampai cacing parasit, serta
menghancurkan zat-zat asing lain dan memusnahkan mereka dari sel organisme yang sehat
dan jaringan agar tetap dapat berfungsi seperti biasa. Deteksi sistem ini sulit karena adaptasi
patogen dan memiliki cara baru agar dapat menginfeksi organisme (Rantam, 2003).

Sistem imun atau sistem kekebalan tubuh merupakan semua mekanisme tubuh untuk
mempertahankan diri dari serangan benda asing yang masuk kedalam tubuh. Keberadaan
sistem imun dalam tubuh manusia sangat penting, hal itu dikarenakan sistem imun akan
menyerang antigen yang masuk kedalam tubuh sehingga kita terhindar dari berbagai
penyakit.Selain sebagai benteng pertahanan dari berbagai antigen, sistem imun juga berperan
dalam peremajaan sel-sel yang telah mengalami kerusakan dan kematian serta berperan dalam
membersihkan sisa-sisa sel buangan. Bagi orang-orang yang mempunyai kelainan terhadap
sistem imun, mereka akan memiliki gangguan- gangguan yang disebabkan oleh sistem imun
mereka sendiri.Dalam menghadapi berbagai antigen yang masuk kedalam tubuh, ada
sebagian sistem imun yang tidak akan langsung merespon terhadapa antigen tersebut. Hal itu
dikarenakan sistem imun harus terlebih dahulu adaptasi dan mengenali jenis antigen tersebut
(Rantam, 2003).

Tidak hanya pada manusia, pada tubuh hewan juga berperan sistem imun yang
memiliki tugas yang sama, yaitu untuk melindungi tubuh dari serangan benda asing diluar
tubuh. Pada makalah ini akan dibahas bagaiman mekanisme sistem pertahanan tubuh pada
hewan, khususnya pada kucing.

1.2 Rumusan Masalah

1. Pengertian Sistem Imun.


2. Macam-Macam Sistem Imun.
3. Mekanisme Sistem Imun pada Kucing.
4. Faktor Menurunnya Sistem Imun Pada Kucing.
5. Penyakit Sistem Imun Pada Kucing.
1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian sistem imun.


2. Untuk mengetahui macam-macam sistem imun.
3. Untuk mengetahui mekanisme sistem imun pada kucing.
4. Untuk mengetahui Faktor-faktor menurunnya sistem imun pada kucing.
5. Untuk mengetahui penyakit yang dapat menyerang sistem imun pada kucing.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sistem Imun.
Menurut Munasir (2001) Sistem imun merupakan sistem koordinasi respons biologik yang
bertujuan melindungi integritas dan identitas individu serta mencegah invasi organisme dan
zat yang berbahaya di lingkungan yang dapat merusak dirinya. Sistem imun mempunyai
sedikitnya 3 fungsi utama. Yang pertama adalah suatu fungsi yang sangat spesifik yaitu
kesanggupan untuk mengenal dan membedakan berbagai molekul target sasaran dan juga
mempunyai respons yang spesifik. Fungsi kedua adalah kesanggupan membedakan antara
antigen diri dan antigen asing. Fungsi ketiga adalah fungsi memori yaitu kesanggupan melalui
pengalaman kontak sebelumnya dengan zat asing patogen untuk bereaksi lebih cepat dan
lebih kuat daripada kontak pertama.
Sistem kekebalan kucing mencegah atau membatasi penyakit menular dengan tiga lapisan
pertahanan:
 Penghalang fisik kulit dan epitel mukosa;
 Sistem kekebalan tubuh bawaan;
 Sistem imun adaptif.

Penghalang Fisik
Penghalang fisik yang disediakan oleh kulit dan epitel mukosa mencegah invasi melalui
banyak mekanisme, termasuk silia yang rata jauh patogen dan protein yang terdegradasi
organisme penyerang. Setelah penghalang itu dilanggar, semua aspek kekebalan sangat
spesifik dan terkoordinasi.

2.2 Macam-Macam Sistem Imun.


Macam macam system imun menurut Wulandari, 2019:
Bila system imun terpapar pada zat yang dianggap asing, maka ada dua jenis respons imun
yang mungkin terjadi yaitu respon imunnon spesifik dan respon imun spesifik.
1. Respon imun non spesifik
Komponen-komponen utama sistem imun non spesifik adalah pertahanan fisik dan
kimiawi seperti epitel, dan substansi antimikroba yang diproduksi pada permukaan epitel,
berbagai jenis protein dalam darah termasuk diantaranya komponen-komponen sistem
komplemen, mediator, inflamasi lainnya dan berbagai sitokin, sel-sel fagosit yaitu sel-sel
polymorfoniklear dan makrofag serta Natural killer (NK). Salah satu upaya tubuh untuk
mempertahankan diri terhadap masuknya antigen, misalnya antigen, bakteri, adalah
menghancurkan bakteri bersangkutan secara non spesifik dengan proses fagositosis, tanpa
memperdulikan perbedaan-perbedaankecil yang ada diantara substansi-substansi asing itu.
2. Respon imun spesifik
Responimun spesifik melibatkan dua komponen, yaitu antigen dan antibodi.
1. Antigen, yaitu zat yang merangsang respons imunitas, terutama dalam menghasilkan
antibodi. Permukaan bakteri mengandung banyak protein dan polisakarida yang
bersifat antigen. Oleh karena itu antigen dapat berupa bakteri, virus, protein,
karbohidrat, sel-sel kanker atau racun.
2. Antibodi, yaitu protein larut yang dihasilkan oleh sistem imunitas sebagai respons
terhadap keberadaan suatu antigen dan akan bereaksi dengan antigen tersebut. Antibodi
merupakan protein plasma yang disebut immunoglobulin (Ig).

Ciri utama sistem imun spesifik adalah: 1) spesifitas, berarti bahwa respons yang
timbul terhadap antigen, bahkan terhadap komponen-komponen structural kompleks
protein atau polisakarida yang berbeda, tidaksama. 2) diversitas jumlah total spesifisitas
limfosit terhadap antigen dalam satu individu yang disebut lymphovyte repertoire, sangat
besar. 3) memori, limfosit memiliki kemampuan mengingat antigen yang pernah
dijumpainya dan memberikan respons yang lebih efektif pada perjumpaan berikutnya. 4)
spesialisasi, sistem imun memberikan respon yang berbeda dengan cara yang berbeda
terhadap berbagai mikrova yang berlainan. 5) membatasi diri (self limition) semua respon
imun kembali normal dalam waktu tertentu setelah rangsangan antigen. 6) membedakan
self dari non-self. Sistem imun menunjukkan toleransi terhadap antigen tubuh sendiri.Hal
ini dimungkinkan karena limfosit-limfosit yang memiliki reseptor terhadap antigen
jaringan tubuh sendiri (limfositautoreaktif) telah disingkirkan pada saat perkembangan.

2.3 Mekanisme Sistem Imun pada Kucing


Mekanisme kerja sistem imun tubuh adalah sebagai berikut; saat ada antigen (benda asing
yang masuk ke dalam tubuh) terdeteksi, maka beberapa tipe sel bekerjasama untuk mencari
tahu siapa mereka dan memberikan respons. Sel-sel ini memicu limfosit B untuk
memproduksi antibodi, suatu protein khusus yang mengarahkan kepada suatu antigen
spesifik. Ada beberapa mekanisme pertahanan tubuh dalam mengatasi agen yang berbahaya
di lingkungannya yaitu (Munasir, 2001):
1. Pertahanan fisik dan kimiawi: kulit, sekresi asam lemak dan asam laktat melalui
kelenjar keringat dan sebasea, sekresi lendir, pergerakan silia, sekresi airmata, air
liur, urin, asam lambung serta lisosim dalam airmata.
2. Simbiosis dengan bakteri flora normal yang memproduksi zat yang dapat
mencegah invasi mikroorganisme seperti laktobasilus pada epitel organ.
3. Innate immunity.
2.4 Faktor Menurunnya Sistem Imun Pada Kucing.

2.5 Penyakit Sistem Imun Pada Kucing


2.5.1 Feline immunodeficiency virus (FIV)
Feline immunodeficiency virus (FIV) adalah T-lymphotropic lentivirus yang telah
dikaitkan dengan defisiensi imun yang didapat kondisi seperti kucing domestik. Meskipun
banyak yang diketahui tentang molekul sifat, epidemiologi, patogenesis, dan limfotropisme in
vitro infeksi FIV, sedikit informasi telah disajikan mengenai potensi virus ini untuk
menginduksi manusia immunodeficiency virus (HIV) -seperti imunologis kelainan. Kelainan
imunologis itu umum pada orang yang terinfeksi HIV termasuk penurunan jumlah absolut
CD4 + limfosit mulai bulan atau bertahun-tahun setelah infeksi dan kelainan sel B umum
ditandai dengan hipergamaglobulinemia(Ackley et al.,1990)

FIV merusak sistem kekebalan kucing dengan menginfeksi banyak tipe sel, termasuk
limfosit T CD4 + dan CD8 +, limfosit B, dan makrofag. FIV dapat ditoleransi dengan baik
oleh kucing, tetapi pada akhirnya dapat menyebabkan lemahnya sistem kekebalan di host
kucingnya oleh infeksi dan kelelahan sel T-helper (CD4 +). Tingkat kejadian pada kucing
kurang dari 5%; pada manusia dengan HIV, persentase ini diperkirakan lebih dari 50%. FIV
dan HIV keduanya adalah lentivirus. Namun, manusia tidak dapat terinfeksi oleh FIV, kucing
juga tidak dapat terinfeksi oleh HIV. FIV ditularkan terutama melalui luka gigitan dalam, di
mana virus hadir dalam air liur kucing yang terinfeksi memasuki jaringan tubuh kucing lain.
Kucing FIV + dapat berbagi mangkuk air, mangkuk pelet, makan dari mangkuk makanan
basah yang sama, dan menggunakan kotak sampah yang sama dengan risiko rendah
menularkan penyakit. Pemilik hewan peliharaan yang waspada yang merawat infeksi
sekunder dapat membiarkan kucing yang terinfeksi hidup lama. Kemungkinan kucing yang
terinfeksi FIV akan menularkan virus ke kucing lain dalam rumah tangga rendah, kecuali ada
pertikaian antara kucing, atau ada luka yang memungkinkan masuknya virus dari kucing yang
terinfeksi ke kucing yang tidak terinfeksi. Anak kucing yang baru lahir dapat dinyatakan
positif hingga enam bulan dan sebagian besar setelahnya akan secara negatif dinyatakan
negatif. Diperkirakan bahwa ini disebabkan oleh antibodi yang ditransfer ke anak kucing
melalui ASI. Namun antibodi ini bersifat sementara sehingga pengujian selanjutnya akan
negatif. Begitu mereka telah menerima vaksinasi terhadap FIV, mereka akan, di masa depan,
selalu dinyatakan positif, karena berbagai tes darah mendeteksi dan menunjukkan antibodi
yang telah berkembang sebagai respons terhadap vaksinasi. FIV dikenal pada spesies kucing
lain, dan sebenarnya endemik pada beberapa kucing liar besar, seperti singa Afrika . Tiga
clade utama FIV diakui pada 2006, FIV-Ple (singa), FIV-Fca (kucing domestik), dan FIV-Pco
(puma). Batas-batas inang biasanya dijaga dengan baik karena jenis enzim APOBEC3 yang
terbatas yang dapat dinetralkan oleh virus Vif .
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem imun sangat berperan penting dalam tubuh manusia untuk mencegah patogen
yang dapat menyebabkan penyakit dalam tubuh manusia.Secara umum, imunitas merupakan
respon molekul dan selular yang mekanismenya terbagi dua yaitu kekebalan non spesifik
(inate immunity) yang didapatkan sejak lahir dan kekebalan spesifik (adaptive immunity)
yang diperoleh melalui proses adaptasi terlebih dahulu terhadap patogen yang masuk kedalam
tubuh

3.2 Saran
Diharapka dengan disusunnya makalah ini dapat menjadi suatu bahan pembelajaran
bagi pembaca dan diharapkan adanya saran-saran yang membangun, dikarenakan penyusun
menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusanannya
DAFTAR PUSTAKA
Ackley, Christopher D.,' Janet K. Yamamoto, Norman Levy, Niels C. Pedersen, Dan Max D.
Cooper1.1990. Immunologic Abnormalities In Pathogen-Free Cats Experimentally
Infected With Feline Immunodeficiency Virus. Journal Of Virology. Vol. 64, No. 11
Rantam, F.A. (2003). Metode Imunologi. Surabaya : Airlangga University Press.

Wulandari, AndiAstuti. 2019. Pengembangan Media PembelajaranBerbasis Audio Visual


BerbantukanAplikasiAppypieMateriSistemImunKelas XI di SMAN 16 Bulukumba.
[Skripsi].UinAlauddin Makassar: Makassar.

Munasir, Zakiudin. 2001. Respon imun terhadap infeksi bakteri. Jurnal Sari Pediatri, Vol. 2,
No. 4. Hal : 193 – 197.

Anda mungkin juga menyukai