Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH BIOLOGI

SISTEM IMUNITAS

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 4

 WAHYUDI SYAFRI NUGRAHA


 DEASY ANGELIA
 ANGGUN RAHMAYANI
 YASMILANI
 MA’RUF ALFATWA

GURU PEMBIMBING :

RAHMAYANI, S.PD., M.SI.

SMA NEGERI 1 BANDAR PASIR MANDOGE


TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Sistem Imunitas” untuk memenuhi tugas mata
pelajaran Biologi. Dan tak lupa shalawat serta salam kami sanjungkan kepada nabi Muhammad SAW, yang
telah membawa umatnya dari zaman kebodohan menuju zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan.

Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada guru mata pelajaran Ibu Rahmayani, S.Pd., M.Si yang
telah memberi kontribusi dalam pembuatan makalah ini. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin dalam
menyelesaikan makalah ini. Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan dalam menunjang
makalah berikutnya agar lebih baik.

Semoga makalah yang kami buat ini dapat diterima dan bermanfaat bagi para pembaca.

Bp.Mandoge, 27 Januari 2022

Penulis,

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

A. Latar Belakang Masalah.......................................................................1

B. Rumusan Masalah.................................................................................1

C. Tujuan...................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3

A. Pengertian Sistem Imun........................................................................3

B. Komponen Sistem Imun.......................................................................3

C. Fungsi Dari Sistem Imun......................................................................5

D. Jenis – Jenis Sistem Imun.....................................................................5

E. Cara Kerja Sistem Imun........................................................................9

F. Gangguan Sistem Imun.........................................................................10

G. Cara Memepertahankan Sistem Imun...................................................13

BAB III PENUTUP.........................................................................................16

A. Simpulan...............................................................................................16

B. Saran.....................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Sistem imun merupakan sistem yang berfungsi untuk mencegah terjadinya kerusakan tubuh atau
timbulnya penyakit. Sistem imun yang berfungsi baik dan mutlak diperlukan untuk kelangsungan hidup
manusia (Baratawidjaja, 2009). Tubuh manusia mengembangkan mekanisme yang kompleks untuk
menghadapi patogen yang memiliki kemampuan untuk masuk kedalam tubuh dan mengganggu
keseimbangan tubuh (Subowo, 1993).
Sistem imunitas tubuh yang optimal diperlukan untuk melindungi diri dari invasi mikroorganisme
patogen. Melalui sistem imunitas yang optimal tubuh tidak rentan terkena invasi mikroorganisme patogen.
Mikroorganisme yang berpotensi untuk menginvasi tubuh terdapat di lingkungan kehidupan manusia seperti
protozoa, jamur, virus, dan bakteri. Sistem imunitas tubuh sangat berperan dan memiliki tanggung jawab
dalam melindungi tubuh serta memperthankan diri terhadap invasi mikroorganisme patogen tersebut melalui
mekanisme nonspesifik dan spesifik (Yusuf, 2016).
Respon imun manusia sangat bergantung pada kemampuan sistem imun untuk mengenal molekul asing
atau antigen yang terdapat pada permukaan unsur patogen dan kemampuannya dalam memberikan reaksi
yang tepat untuk mengenal, menetralkan, metabolisme dan menyingkirkan tanpa menimbulkan kerusakan
pada jaringan sendiri. Mekanisme reaksi tersebut ditentukan oleh komponen sistem imun yang terorganisasi
dalam bentuk sel-sel dan jaringan limfoid (Darwin, 2006). Sistem imun dapat merespon antigen melalui
imunitas sel perantara dan imunitas humoral (Baratawidjaja, 2009).

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat diambil dari penjabaran di atas adalah:
1. Apa pengertian sistem imun?
2. Apa saja komponen sistem imun?
3. Apa fungsi dari sistem imun?
4. Apa saja jenis-jenis sistem imun?
5. Bagaimana cara kerja sistem imunitas dalam tubuh manusia?
6. Apa saja gangguan sistem imun?
7. Bagaimanakah cara mempertahankan sistem imun dalam tubuh?

C. Tujuan Masalah
Adapun tujuan dari rumusan masalah di atas adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian sistem imun.

1
2. Untuk mengetahui komponen sistem imun.
3. Untuk mengetahui fungsi dari sistem imun.
4. Untuk mengetahui jenis-jenis sistem imun.
5. Untuk mengetahui cara kerja sistem imun dalam tubuh.
6. Untuk mengetahui gangguan sistem imun.
7. Untuk mengetahui cara mempertahankan sistem imun dalam tubuh.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem Imun.


Sistem imun merupakan sistem yang berfungsi untuk mencegah terjadinya kerusakan tubuh atau
timbulnya penyakit. Sistem kekebalan tubuh atau sistem imun adalah sistem perlindungan dari pengaruh luar
biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme sehingga tidak mudah terkena
penyakit. Jika sistem imun bekerja dengan benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri
dan virus, serta menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Sebaliknya, jika sistem imun
melemah, maka kemampuannya untuk melindungi tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkan patogen,
termasuk virus penyebab demam dan flu, dapat berkembang dalam tubuh. Sistem imun juga memberikan
pengawasan terhadap pertumbuhan sel tumor.

B. Komponen Sistem Imun.


1. Organ Limfoid.
Organ limfoid terdiri dari kelenjar limfe, tonsil, spleen, timus dan sumsum tulang. Kelenjar limfe
berukuran 1-25 mm, ditemukan di sepanjang pembuluh limfatik dan dinamakan sesuai dengan tempatnya.
Di organ: limfoid, terdapat jaringan limfoid dan di jaringan limfoid terdapat banyak. limfosit yang akan
melawan agen perusak seperti organisme asing atau toksin. Jaringan limfoid yang letaknya tersebar ini
menguntungkan dalam tubuh untuk menahan invasi organisme sebelum lebih luas.
 Jaringan limfoid di nodus limfe untuk melawan antigen yang menginvasi.
 jaringan perifer tubuh Jaringan limfoid di tonsil dan adenoid untuk melawan antigen yang masuk
melalui saluran pernapasan.
 Jaringan limfoid di spleen, timus dan sumsum tulang untuk melawan antigen yang berhasil mencapai
sirkulasi darah.
 Jaringan limfoid di dinding saluran cema untuk melawan antigen yang masuk melalui usus.
Perjalanan organisme asing atau toksin setelah masuk ke tubuh yaitu agen sampai di cairan jaringan,
kemudian agen ini akan dibawa melalui pembuluh limfe ke nodus limfe atau jaringan limfoid lainnya. Selain
sebagai "gudang limfosit, beberapa organ limfoid juga memiliki fungsi khusus, yaitu:
 Kelenjar limfe untuk membersihkan limfe.
 Spleen untuk membersihkan darah.
 Timus sebagai tempat matur limfosit-T.
 Sumsum tulang belakang untuk memproduksi leukosit.

3
2. Makrofag.
Dalam jaringan limfoid, selain limfosit, juga ada berjuta-juta makrofag. Makrofag adalah sel fagosit
terpenting dalam sistem imun yang berasal dari sel monosit dewasa yang menetap di jaringan. Adapun
mekanisme makrofag dalam melawan antigen yang masuk dalam tubuh manusia yakni dengan :
a. Organisme yang menginvasi akan difagositosis dan sebagian akan dicerna oleh makrofag, kemudian
produk antigeniknya di lepaskan ke dalam sitosol makrofag. Lalu makrofag mentransfer antigen
tersebut secara langsung ke limfosit dengan cara kontak sel-ke-sel, sehingga menimbulkan aktivasi
klon limfositik yang spesifik.
b. Makrofag menyekresikan Interleukin-1, yaitu zat pengaktivasi khusus yang meningkatkan
pertumbuhan dan reproduksi limfosit spesifik.

3. Limfosit.
Limfosit adalah bagian dari sel darah putih yang diproduksi oleh sumsum tulang belakang yang
berperan dalam menjaga sistem imunitas tubuh dengan memerangi bakteri, virus, dan racun-racun yang
masuk ke dalam tubuh agar terhindar dari sakit. Limfosit terbagi menjadi dua, yaitu:
 Limfosit-B.
Limfosit-B membentuk antibodi yang menyerang agen yang masuk ke dalam tubuh.
 Limfosit-T.
Limfosit-T berperan dalam imunitas yang diperantai sel (imunitas sel-T) untuk menghancurkan
benda asing. Di kelenjar timus, limfosit-T membelah secara cepat sambil membentuk
keanekaragaman yang ekstrem untuk bereaksi melawan berbagai antigen spesifik.

C. Fungsi Sistem Imun.


Adapun fungsi dari sistem imun adalah sebagai berikut:
 Melawan kuman (patogen) yang membawa penyakit seperti bakteri, virus, parasit atau jamur,
dan mengeluarkannya dari tubuh kita.
 Mengenali dan menetralisir zat-zat berbahaya di lingkungan sekitar kita.
 Melawan penyakit yang dapat merubah tubuh kita secara keseluruhan seperti sel kanker.
 Memperbaiki jaringan tubuh yang rusak.

D. Jenis-Jenis Sistem Imun.


Ada dua macam sistem kekebalan (sistem imun), yaitu:
1. Sistem imun alami (non spesifik).
Sistem kekebalan tubuh non spesifik merupakan sistem kekebalan yang sudah ada sejak lahir. Sistem ini
disebut non spesifik karena tidak ditujukan untuk melawan antigen tertentu tetapi memberikan respon
langsung terhadap berbagai antigen untuk melindungi tubuh. Setiap benda asing yang memasuki tubuh
4
pertama kali akan dihadapi oleh mekanisme pertahanan non spesifik. Benda asing yang menimbulkan respon
imun dikenal dengan istilah antigen. Sistem kekebalan alami (non spesifik) terdiri atas:
 Pertahanan mekanik.
Pertahanan mekanik atau fisik berupa kulit, selaput lendir, silia saluran nafas, batuk dan bersin.
Pertahanan ini merupakan garis pertahan terdepan dari nabuh terhadap infeksi.
 Pertahanan biokimia.
Kebanyakan mikroba mampu menembus kulit yang sehat, namun beberapa dapat masuk tubuh
melalui kelenjar sebaseus dan folikel rambut. Pertahanan biokimia pada kulit seperti pH asam
keringat. sekresi sebuseus dan beberapa asam lemat mempunyai efek denaturasi protein membran sel
sehingga dapat mencegah infeksi.
 Pertahanan humoral.
Pertahanan humoral berada dalam sirkulasi seperti komplemen, interferon, CRP, dan kolektin. Serum
normal dapat membunuh dan menghancurkan beberapa bakteri gram negatif. Hal ini disebabkan
karena adanya kerja sama antara antibodi dan komplemen. Komplementerdiri atas sejumlah protein
yang bila diaktifkan akan memberikan proteksi terhadap infeksi dan berperan dalam respon
inflamasi. Komplemen dengan spektrum aktivitas yang luas diproduksi oleh hepatosit dan monosit.
 Pertahanan seluler.
Dalan sistem imun alami terdapat pertahanan imun seluler antara lain sel fagosit, sel makrofag, sel
NK dan sel mast.

2. Sistem imun adaptif (spesifik).


Sistem imun spesifik mempunyai kemampuan untuk mengenal benda asing. Benda asing yang pertama
kali muncul dikenal oleh sistem imun spesifik sehingga terjadi sensitiasi sel-sel imun tersebut.
Sistem imun spesifik merupakan respon imun yang didapat (acquired), yang timbul akibat dari
rangsangan antigen tertentu, sebagai akibat tubuh pernah terpapar sebelumnya. Respons imun spesifik
dimulai dengan adanya aktifitas makrofag atau antigen precenting cell (APC) yang memproses antigen
sedemikian rupa sehingga dapat menimbulkan interaksi dengan sel-sel imun. Dengan rangsangan antigen
yang telah diproses tadi, sel-sel system imun berploriferani dan berdiferensimi sehingga menjadi sel yang
memiliki kompetensi imunologik dan mampu bereaksi dengan antigen (Bellanti, 1985; Roitt, 1993; Kresno,
1991).
Walaupun antigen pada kontak pertama (respons primer) dapat dimusnahkan dan kemudian sel-sel
sistem imun mengadakan involusi, namun respons imun primer tersebut sempat mengakibatkan
terbentuknya klon atau kelompok sel yang disebut dengan memory cells yang dapat mengenali antigen
bersangkutan. Apabila dikemudian hari antigen yang sama masuk kedalam tubuh, maka klon tersebut akan
berproliferasi dan menimbulkan respons sekunder spesifik yang berlangsung lebih cepat dan lebih intensif

5
dibandingkan dengan respons imun primer. Mekanisme efektor dalam respons imun spesifik dapat
dibedakan menjadi:
 Sistem imun spesifik humoral.
Sistem imun humoral adalah imunitas yang dimediasi oleh molekul didalam darah, yang disebut
antibodi. Antibodi dihasilkan oleh sel B limfosit. Mekanisme imunitas ini ditujukan untuk benda asing yang
berada diluar sel (berada di cairan atau di jaringan tubuh). Limfosit B akan mengenali benda asing tersebut,
kemudian akan memproduksi antibodi. Antibodi merupakan molekul yang akan menempel di suatu molekul
spesifik (antigen) di permukaan benda asing tersebut. Kemudian antibodi akan menggumpulkan benda asing
tersebut sehingga menjadi tidak aktif, atau berperan sebagai sinyal bagi sel-sel fagosit.
Pembentukan antibodi ini dipicu oleh kehadiran antigen Antibodi secara spesifik akan bereaksi dengan
antigen. Spesifik, artinya antigen A hanya akan bereaksi dengan antibodi A, tidak dengan antibodi B begitu
pula sebaliknya. Antibodi umumnya tidak secara langsung menghancurkan antigen yang menyerang.
Namun, pengikatan antara antigen dan antibodi merupakan dasar dari kerja antibodi dalam kekebalan tubuh.
Terdapat beberapa cara antibodi menghancurkan patogen atau antigen, yain netralisasi, penggumpalan,
pengendapan, dan pengaktifan sistem komplemen (protein komplemen).
Antibodi disebut juga sebagai immunoglobin (Ig) atau serum protein globulin, karena berfungsi untuk
melindungi tubuh lewat proses kekebalan. Ada lima jenis immunoglobin (Ig) yang berperan dalam sistem
imun humoral ini, yaitu:
a. IgA merupakan jenis antibodi yang paling umum ditemukan di dalam tubuh dan terlibat
dalam proses terjadinya reaksi alergi. Di dalam tubuh, antibodi IgA banyak ditemukan di
lapisan mukosa (selaput lendir) tubuh, terutama yang melapisi saluran pernapasan dan
saluran pencernaan. IgA juga banyak ditemukan pada cairan tubuh, seperti air liur, dahak, air
mata, cairan vagina, dan ASI. Pemeriksaan antibodi IgA juga biasanya dilakukan oleh dokter
untuk mendiagnosis gangguan pada sistem imunitas, misalnya penyakit celiac.
b. IgM merupakan antibodi dalam respon imun primer terhadap kebanyakan antigen. IgM dapat
mencegah gerakan mikroorganisme patogen, memudahkan fagositosis.
c. IgD ditemukan dengan kadar yang sangat rendah di dalam sirkulasi. IgD merupakan 1% dari
total immunoglobulin dan ditemukan banyak pada sel membran sel B bersama IgM dan berfungsi
sebagai reseptor pada aktivasi sel B.
d. IgE ditemukan dalam serum dengan kadar yang rendah didalam serum dan meningkat pada
penyakit alergi, infeksi cacing.
e. Antibodi IgG adalah jenis antibodi yang paling banyak ditemukan di dalam darah dan cairan
tubuh lainnya. Ketika antigen seperti kuman, virus, atau zat kimia tertentu masuk ke dalam
tubuh, sel-sel darah putih akan "mengingat" antigen tersebut dan membentuk antibodi IgE untuk
melawannya. Dengan demikian, jika antigen tersebut kembali masuk ke dalam tubuh atau

6
menyerang tubuh Anda, sistem kekebalan tubuh akan mudah mengenalinya dan melakukan
perlawanan karena antibodi sudah terbentuk lebih dulu.
 Sistem imun spesifik seluler.
Imunitas seluler ditengahi oleh sekelompok limfosit yang berdiferensiasi di bawah pengaruh timus
(Thymus), sehingga diberi nama sel T. Cabang efektor imunitas spesifik ini dilaksanakan langsung oleh
limfosit yang tersensitisasi spesifik atau oleh produk-produk sel spesifik yang dibentuk pada interaksi antara
imunogen dengan limfosit-limfosit tersensitisasi spesifik. Produk-produk sel spesifikasi ini ialah limfokin-
limfokin termasuk penghambat migrast (migration inhibition factor MIF). sitotoksin, interferon dan lain
sebagainya yang menjadi efektor molekul molekul dari imunitas seluler (Delves and Ivan, 2000).
Sel T merupakan 65-80% dari semua limfosit dalam sirkulasi. Kebanyakan sel T mempunyai 3
glikoprotein permukaan yang dapat diketahui dengan antibodi monoklonal T11. TI dan T3 (singkatan T
berasal dari Ortho yang membuat antibodi tersebut) (Delves and Ivan, 2000). Fungsi sel T umumnya ialah:
 Membantu sel B dalam memproduksi antibodi
 Mengenal dan menghancurkan sel yang diinfeksi virus
 Mengaktifkan makrofag dalam fagositosis
 Mengontrol ambang dan kualitas sistem imun (Baratawidjaya dan Rengganis, 2009).
Pada tubuh ditemui beberapa jenis sel T, yaitu T ‘helper’ atau Th, T ‘inducer’, T ‘delayed
hypersensitivity’ atau Td, T ‘cytotoxic’ atau Tc dan T ‘supressor’ atau Ts. T ‘helper’ atau Th membantu sel
B dalam pembuatan "antibodi". Untuk membuat antibodi terhadap kebanyakan antigen, baik sel B maupun
sel T harus mampu mengenali kembali bagian bagian tertentu dari antigennya. Th bekerja sama juga dengan
Tc dalam pengenalan kembali sel-sel yang dilanda infeksi viral dan jaringan cangkokan alogenik.
Th membuat dan melepaskan limfokin yang diperlukan untuk menggalakkan makrofag dan tipe sel
lainnya. T ‘inducer’ adalah istilah yang digunakan untuk Th yang sedang menggalakkan jenis sel T lainnya.
T "delayed hypersensitivity" atau Td adalah sel T yang bertanggungjawab atas pengarahan makrofag dan
sel-sel inflamasi lainnya ke tempat-tempat dimana terjadi reaksi hipersensitivitas yang terlambat. Mungkin
sekali Td bukan suatu sub jenis sel T melainkan kelompok Th yang sangat aktif. T "citotoxic" atau Tc adalah
sel T yang bertugas memusnahkan sel atau jaringan cangkokan alogenik dan sel-sel yang dilanda infeksi
viral, yang dikenali kembali dalam interaksi dengan berbagai antigen dalam MHC molekul pada
permukaaan sel tujuannya. T ‘supressor’ atau Ts mengatur kegiatan sel T lain dan sel B. Sel tersebut dapat
dikelompokkan dalam 2 golongan yaitu Tc yang dapat menekan aktivitas sel yang memiliki reseptor antigen
spesifik atau yang non-spesifik (Black, 2002).

E. Cara Kera Sistem Imun.


Sistem imun tubuh bekerja manakala mikroorganisme (bakteri maupun virus) terdeteksi masuk
menyerang tubuh maka “kesatuan” sel-sel dari sistem imun lantas membentuk semacam barikade untuk
menghalangi serangan berbahaya tersebut.
7
Pada proses tersebut, beberapa macam sel bekerja sama untuk mengenali antigen dan memberikan
respon. Kemudian sel-sel ini meransang limfosit B untuk untuk menghasilkan antibodi. yang tak lain adalah
protein yang nantinya akan menempel pada pemicu penyakit (antigen). Selanjutnya, limfosit T akan menuju
antigen yang telah ditunggangi oleh limfosit B, lalu menghancurkan antigen tersebut.
Begitu antibodi telah diproduksi, antibodi akan berada dalam tubuh dalam beberapa waktu. Sehingga
apabila bibit penyakit (antigen) kembali, antibodi sudah tersedia untuk melakukan perannya.
Selain itu, antibodi juga berperan dalam menetralisir racun yang dibawa oleh mikroorganisme serta
meransang protein komplemen untuk melawan virus dan bakteri.
Bersama, semua sel-sel khusus dan bagian sistem imun menghasilkan perlindungan bagi tubuh
terhadap penyakit. Proteksi inilah yang disebut imunitas.

F. Gangguan Sistem Imun.


Gangguan sistem imun adalah penyakit yang terjadi akibat sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel
sehat dalam tubuh kita sediri. Adapun contoh gangguan sistem imun adalah sebagai berikut:
1. Alergi.
Alergi atau hipersensivitas adalah respons imun yang berlebihan terhadap senyawa yang masuk ke
dalam tubuh. Senyawa tersebut dinamakan alergen. Alergen dapat berupa debu, serbuk sari, gigitan
serangga, rambut kucing, dan jenis makanan tertentu, misalnya udang.
Proses terjadinya alergi diawali dengan masuknya alergen ke dalam tubuh yang kemudian merangsang
sel B plasma untuk menyekresikan antibodi IgE. Alergen yang pertama kali masuk ke dalam tubuh tidak
akan menimbulkan alergi, namun IgE yang terbentuk akan berikatan dengan mastosit. Akibatnya, ketika
alergen masuk ke dalam tubuh untuk kedua kalinya, alergen akan terikat pada IgE yang telah berikatan
dengan mastosit. Mastosit kemudian melepaskan histamin yang berperan dalam proses inflamasi. Respons
inflamasi ini mengakibatkan timbulnya gejala alergi seperti bersin, kulit terasa gatal, mata berair, hidung
berlendir, dan kesulitan bernapas. Gejala alergi dapat dihentikan dengan pemberian antihistamin.

2. Autoimunitas.
Autoimunitas merupakan gangguan pada sistem kekebalan tubuh saat antibodi yang diproduksi justru
menyerang sel-sel tubuh sendiri karena tidak mampu membedakan sel tubuh sendiri dengan sel asing.
Autoimunitas dapat disebabkan oleh gagalnya proses pematangan sel T di kelenjar timus. Autoimunitas
menyebabkan beberapa kelainan, yaitu:
 Diabetes mellitus.
Diabetes mellitus disebabkan oleh antibodi yang menyerang sel sel beta di pankreas yang berfungsi
menghasilkan hormon insulin. Hal ini mengakibatkan tubuh kekurangan hormon insulin sehingga kadar
gula darah meningkat.
 Myasthenia gravis.
8
Myasthenia gravis disebabkan oleh antibodi yang menyerang otot lurik sehingga otot lurik mengalami
kerusakan.
 Addison's disease.
Addison's disease disebabkan oleh antibodi yang menyerang kelenjar adrenal. Hal ini mengakibatkan
berat badan menurun, kadar gula darah menurun, mudah lelah, dan pigmentasi kulit meningkat.
 Lupus.
Lupus disebabkan oleh antibodi yang menyerang tubuh sendiri. Pada penderita lupus, antibodi
menyerang tubuh dengan dua cara, yaitu:
a. Antibodi menyerang jaringan tubuh secara langsung. Misalnya, antibodi yang menyerang sel
darah merah sehingga menyebabkan anemia.
b. Antibodi bergabung dengan antigen sehingga membentuk ikatan yang dianamakan kompleks
imun. Dalam kondisi normal, sel asing yang antigennya telah diikat oleh antibodi selanjutnya
akan ditangkap dan dihancurkan oleh sel-sel fagosit. Namun, pada penderita lupus, sel-sel asing
ini tidak dapat dihancurkan oleh sel-sel fagosit dengan baik. Jumlah sel fagosit justru akan
semakin bertambah sambil mengeluarkan senyawa yang menimbulkan inflamasi. Proses
inflamasi ini akan menimbulkan berbagai gejala penyakit lupus. Jika terjadi dalam jangka
panjang, fungsi organ tubuh akan terganggu.
 Radang sendi (artritis reumatoid).
Radang sendi merupakan penyakit autoimunitas yang menyebabkan peradangan dalam waktu lama pada
sendi. Penyakit ini biasanya mengenai banyak sendi dan ditandai dengan radang pada membran sinovial
dan struktur sendi, atrofi otot, serta penipisan tulang.

3. AIDS.
AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan kumpulan berbagai penyakit yang
disebabkan oleh melemahnya sistem kekebalan tubuh. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi HIV (Human
Immunodeficiency Virus) yang menyerang sel T pembantu yang berfungsi menstimulasi pembentukan sel B
plasma dan jenis sel T lainnya. Hal ini mengakibatkan berkurangnya kemampuan tubuh dalam melawan
berbagai kuman penyakit.
Sel T pembantu menjadi target utama HIV karena pada permukaan sel tersebut terdapat molekul CD4
sebagai reseptor. Infeksi dimulai ketika molekul glikoprotein pada permukaan HIV menempel ke reseptor
CD4 pada permukaan sel T pembantu. Selanjutnya, HIV masuk ke dalam sel T pembantu secara endositosis
dan mulai memperbanyak diri. Kemudian, virus-virus baru keluar dari sel T yang terinfeksi secara
eksositosis atau melisiskan sel.
Jumlah sel T pada orang normal sekitar 1.000 sel/mm² darah, sedangkan pada penderita AIDS, jumlah
sel T-nya hanya sekitar 200 sel/mm². Kondisi ini menyebabkan penderita AIDS mudah terserang berbagai
penyakit seperti TBC, meningitis, kanker darah, dan melemahnya ingatan.
9
Penderita HIV positif umumnya masih dapat hidup dengan normal dan tampak sehat, tetapi dapat
menularkan virus HIV. Penderita AIDS adalah penderita HIV positif yang telah menunjukkan gejala
penyakit AIDS. Waktu yang dibutuhkan seorang penderita HIV positif untuk menjadi penderita AIDS relatif
lama, yaitu antara 5-10 tahun, Bahkan ada penderita HIV positif yang seumur hidupnya tidak menjadi
penderita AIDS. Hal tersebut dikarenakan virus HIV di dalam tubuh membutuhkan waktu untuk
menghancurkan sistem kekebalan tubuh penderita. Ketika sistem kekebalan tubuh sudah hancur, penderita
HIV positif akan menunjukkan gejala penyakit AIDS. Penderita yang telah mengalami gejala AIDS atau
penderita AIDS umumnya hanya mampu bertahan hidup selama dua tahun.
Gejala-gejala penyakit AIDS yaitu :
 Gangguan pada sistem saraf.
 Penurunan libido.
 Sakit kepala.
 Demam.
 Berkeringat pada malam hari selama berbulan-bulan.
 Diare
 Terdapat bintik-bintik berwarna hitam atau keunguan pada sekujur tubuh.
 Terdapat banyak bekas luka yang belum sembuh total.
 Terjadi penurunan berat badan secara drastis.

Cara penularan virus HIV/AIDS:


 Hubungan seks dengan penderita HIV/AIDS
 Pemakaian jarum suntik bersama-sama dengan penderita
 Transfusi darah yang terinfeksi HIV/AIDS
 Bayi yang minum ASI penderita HIV/AIDS atau dilahirkan dari seorang ibu penderita HIV/AIDS.

Cara mencegah penularan HIV/AIDS:


 Menghindari hubungan seks di luar nikah.
 Memakai jarum suntik yang steril.
 Menghindari kontak langsung dengan penderita HIV/AIDS yang terluka.
 Menerima transfusi darah yang tidak terinfeksi HIV/AIDS.

G. Cara Mempertahankan Sistem Imun.


Adapun cara mempertahankan agar sistem imun tubuh tetap kuat, yaitu:
 Rutin Berolahraga

10
Aktivitas fisik seperti olahraga secara teratur dapat memperkuat sistem kekebalan yang dapat
membantu tubuh melawan infeksi virus. Menurut anjuran World Health Organization (WHO), orang
dewasa direkomendasikan untuk berolahraga (intensitas ringan-sedang) selama 150 menit dalam
satu minggu.
Durasi ini bisa dibagi-bagi menjadi 30 menit per hari sebanyak lima hari. Nah, contoh olahraga yang
dapat kamu lakukan adalah berjalan, jogging, bersepeda, yoga, berenang, atau jenis olahraga
lainnya.

 Konsumsi Makanan Bergizi Seimbang.


Makanan merupakan salah satu hal penting yang harus diperhatikan selama masa pandemi COVID-
19. Maka dari itu, pastikan untuk selalu mengonsumsi makanan bergizi seimbang. Sebab, makanan
dengan gizi seimbang mengandung berbagai nutrisi penting yang dibutuhkan tubuh. Contohnya
seperti serat, karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral penting lainnya. Asupan nutrisi
tersebut berperan dalam dalam menjaga sistem imun, dan kesehatan tubuh secara keseluruhan.
 Istirahat yang Cukup.
Istirahat yang cukup melalui tidur sekitar 7-9 jam setiap malamnya, merupakan cara sederhana
untuk meningkatkan sekaligus menjaga sistem imun tubuh tetap kuat. Pasalnya, tanpa tidur atau
istirahat yang cukup, tubuh tidak dapat memproduksi sitokin dalam jumlah banyak. Nah, sitokin
merupakan sejenis protein pada tubuh yang berfungsi untuk melawan peradangan, infeksi, sekaligus
secara efektif menciptakan respon imun tubuh.
 Mengonsumsi Suplemen Kesehatan
Jika penerapan pola hidup sehat sudah dilakukan, jangan lupa untuk mengonsumsi suplemen
penambah daya imun tubuh. Tujuannya agar imunitas tubuh menjadi lebih baik. Sistem imun
membutuhkan nutrisi yang cukup dan optimal agar dapat berfungsi secara baik. Imunonutrisi adalah
nutrisi yang memiliki efek pada sistem kekebalan tubuh. 
Terdapat beberapa jenis nutrisi yang dapat digolongkan sebagai imunonutrisi: yaitu asam lemak
(omega 3 dan omega 6), asam amino (arginine, glutamine), asam-asam lemak, nukleotida, vitamin
(A, B, C, D, E) mikronutrien (zinc, selenium, tembaga), karoten (beta carotene, lycopene, catechin),
dan nutrisi dari bahan herbal lainnya (echinacea, curcumin) maupun hewani (coenzyme Q-10).

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan.
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan di atas adalah:
1. Sistem imun merupakan sistem yang berfungsi untuk mencegah terjadinya kerusakan tubuh atau
timbulnya penyakit.
2. Komponen sistem imun terdiri dari organ limfoid, makrofag, dan limfosit.
3. Adapun fungsi dari sistem imun adalah sebagai berikut: melawan kuman (patogen) yang
membawa penyakit seperti bakteri, virus, parasit atau jamur, dan mengeluarkannya dari tubuh
kita, mengenali dan menetralisir zat-zat berbahaya di lingkungan sekitar kita, melawan penyakit
yang dapat merubah tubuh kita secara keseluruhan seperti sel kanker,memperbaiki jaringan
tubuh yang rusak.
4. Jenis sistem imun ada 2, yaitu:
 Sistem imun non spesifik merupakan sistem kekebalan yang sudah ada sejak lahir. Sistem ini
disebut non spesifik karena tidak ditujukan untuk melawan antigen tertentu tetapi
memberikan respon langsung terhadap berbagai antigen untuk melindungi tubuh.
 Sistem imun spesifik Sistem imun spesifik mempunyai kemampuan untuk mengenal benda
asing. Benda asing yang pertama kali muncul dikenal oleh sistem imun spesifik sehingga
terjadi sensitiasi sel-sel imun tersebut. Sistem imun spesifik merupakan respon imun yang
didapat (acquired), yang timbul akibat dari rangsangan antigen tertentu, sebagai akibat tubuh
pernah terpapar sebelumnya.
5. Contoh gangguan sistem imun adalah alergi, autoimun, AIDS.
6. Cara mempertahankan sistem imun adalah rutin olahraga, mengonsumsi makanan yang bergizi
seimbang, istirahat yang cukup, dan konsumsi suplemen kesehatan.

B. Saran.
Agar makalah ini dapat memberikan manfaat yang besar bagi para pembaca, maka penulis
menyarankan:
1. Jagalah pola hidup yang sehat agar tidak mudah terserang penyakit.
2. Perhatikanlah setiap makanan yang akan dikonsumsi.
3. Jagalah kebersihan lingkungan sekitar.

12
DAFTAR PUSTAKA

Batu batara, Yorma. DKK. 2016. Makalah Imunologi. “Sistem Imun Spesifik Humoral”. Fakultas
Kedokteran, UI Press, Jakarta.
https://www.farmaku.com/artikel/cara-kerja-imun-tubuh/
https://www.halodoc.com/artikel/cara-menjaga-sistem-imun-tubuh-tetap-kuat
Baratawidjaja, K.G. dan Rengganis, I. 2009. Imunologi Dasar. BPFKUI: Jakarta.
Kusnawati, Rohana, Gut Windarsih. 2011. “PR Biologi untuk SMA/MA Kelas XI”. Klaten: Intan Pariwara.
Suwarno. 2009. “Buku Panduan Pembelajaran Biologi Kelas XI”. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional.
Sumawa, Pande Made Rama, “Sistem Imun Spesifik”.
https://www.academia.edu/9492922/SISTEM_IMUN_SPESIFIK diakses pada 6 oktober 2015.

13

Anda mungkin juga menyukai