SISTEM IMUNITAS
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 4
GURU PEMBIMBING :
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Sistem Imunitas” untuk memenuhi tugas mata
pelajaran Biologi. Dan tak lupa shalawat serta salam kami sanjungkan kepada nabi Muhammad SAW, yang
telah membawa umatnya dari zaman kebodohan menuju zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada guru mata pelajaran Ibu Rahmayani, S.Pd., M.Si yang
telah memberi kontribusi dalam pembuatan makalah ini. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin dalam
menyelesaikan makalah ini. Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan dalam menunjang
makalah berikutnya agar lebih baik.
Semoga makalah yang kami buat ini dapat diterima dan bermanfaat bagi para pembaca.
Penulis,
Kelompok 4
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................1
C. Tujuan...................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3
A. Simpulan...............................................................................................16
B. Saran.....................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat diambil dari penjabaran di atas adalah:
1. Apa pengertian sistem imun?
2. Apa saja komponen sistem imun?
3. Apa fungsi dari sistem imun?
4. Apa saja jenis-jenis sistem imun?
5. Bagaimana cara kerja sistem imunitas dalam tubuh manusia?
6. Apa saja gangguan sistem imun?
7. Bagaimanakah cara mempertahankan sistem imun dalam tubuh?
C. Tujuan Masalah
Adapun tujuan dari rumusan masalah di atas adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian sistem imun.
1
2. Untuk mengetahui komponen sistem imun.
3. Untuk mengetahui fungsi dari sistem imun.
4. Untuk mengetahui jenis-jenis sistem imun.
5. Untuk mengetahui cara kerja sistem imun dalam tubuh.
6. Untuk mengetahui gangguan sistem imun.
7. Untuk mengetahui cara mempertahankan sistem imun dalam tubuh.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2. Makrofag.
Dalam jaringan limfoid, selain limfosit, juga ada berjuta-juta makrofag. Makrofag adalah sel fagosit
terpenting dalam sistem imun yang berasal dari sel monosit dewasa yang menetap di jaringan. Adapun
mekanisme makrofag dalam melawan antigen yang masuk dalam tubuh manusia yakni dengan :
a. Organisme yang menginvasi akan difagositosis dan sebagian akan dicerna oleh makrofag, kemudian
produk antigeniknya di lepaskan ke dalam sitosol makrofag. Lalu makrofag mentransfer antigen
tersebut secara langsung ke limfosit dengan cara kontak sel-ke-sel, sehingga menimbulkan aktivasi
klon limfositik yang spesifik.
b. Makrofag menyekresikan Interleukin-1, yaitu zat pengaktivasi khusus yang meningkatkan
pertumbuhan dan reproduksi limfosit spesifik.
3. Limfosit.
Limfosit adalah bagian dari sel darah putih yang diproduksi oleh sumsum tulang belakang yang
berperan dalam menjaga sistem imunitas tubuh dengan memerangi bakteri, virus, dan racun-racun yang
masuk ke dalam tubuh agar terhindar dari sakit. Limfosit terbagi menjadi dua, yaitu:
Limfosit-B.
Limfosit-B membentuk antibodi yang menyerang agen yang masuk ke dalam tubuh.
Limfosit-T.
Limfosit-T berperan dalam imunitas yang diperantai sel (imunitas sel-T) untuk menghancurkan
benda asing. Di kelenjar timus, limfosit-T membelah secara cepat sambil membentuk
keanekaragaman yang ekstrem untuk bereaksi melawan berbagai antigen spesifik.
5
dibandingkan dengan respons imun primer. Mekanisme efektor dalam respons imun spesifik dapat
dibedakan menjadi:
Sistem imun spesifik humoral.
Sistem imun humoral adalah imunitas yang dimediasi oleh molekul didalam darah, yang disebut
antibodi. Antibodi dihasilkan oleh sel B limfosit. Mekanisme imunitas ini ditujukan untuk benda asing yang
berada diluar sel (berada di cairan atau di jaringan tubuh). Limfosit B akan mengenali benda asing tersebut,
kemudian akan memproduksi antibodi. Antibodi merupakan molekul yang akan menempel di suatu molekul
spesifik (antigen) di permukaan benda asing tersebut. Kemudian antibodi akan menggumpulkan benda asing
tersebut sehingga menjadi tidak aktif, atau berperan sebagai sinyal bagi sel-sel fagosit.
Pembentukan antibodi ini dipicu oleh kehadiran antigen Antibodi secara spesifik akan bereaksi dengan
antigen. Spesifik, artinya antigen A hanya akan bereaksi dengan antibodi A, tidak dengan antibodi B begitu
pula sebaliknya. Antibodi umumnya tidak secara langsung menghancurkan antigen yang menyerang.
Namun, pengikatan antara antigen dan antibodi merupakan dasar dari kerja antibodi dalam kekebalan tubuh.
Terdapat beberapa cara antibodi menghancurkan patogen atau antigen, yain netralisasi, penggumpalan,
pengendapan, dan pengaktifan sistem komplemen (protein komplemen).
Antibodi disebut juga sebagai immunoglobin (Ig) atau serum protein globulin, karena berfungsi untuk
melindungi tubuh lewat proses kekebalan. Ada lima jenis immunoglobin (Ig) yang berperan dalam sistem
imun humoral ini, yaitu:
a. IgA merupakan jenis antibodi yang paling umum ditemukan di dalam tubuh dan terlibat
dalam proses terjadinya reaksi alergi. Di dalam tubuh, antibodi IgA banyak ditemukan di
lapisan mukosa (selaput lendir) tubuh, terutama yang melapisi saluran pernapasan dan
saluran pencernaan. IgA juga banyak ditemukan pada cairan tubuh, seperti air liur, dahak, air
mata, cairan vagina, dan ASI. Pemeriksaan antibodi IgA juga biasanya dilakukan oleh dokter
untuk mendiagnosis gangguan pada sistem imunitas, misalnya penyakit celiac.
b. IgM merupakan antibodi dalam respon imun primer terhadap kebanyakan antigen. IgM dapat
mencegah gerakan mikroorganisme patogen, memudahkan fagositosis.
c. IgD ditemukan dengan kadar yang sangat rendah di dalam sirkulasi. IgD merupakan 1% dari
total immunoglobulin dan ditemukan banyak pada sel membran sel B bersama IgM dan berfungsi
sebagai reseptor pada aktivasi sel B.
d. IgE ditemukan dalam serum dengan kadar yang rendah didalam serum dan meningkat pada
penyakit alergi, infeksi cacing.
e. Antibodi IgG adalah jenis antibodi yang paling banyak ditemukan di dalam darah dan cairan
tubuh lainnya. Ketika antigen seperti kuman, virus, atau zat kimia tertentu masuk ke dalam
tubuh, sel-sel darah putih akan "mengingat" antigen tersebut dan membentuk antibodi IgE untuk
melawannya. Dengan demikian, jika antigen tersebut kembali masuk ke dalam tubuh atau
6
menyerang tubuh Anda, sistem kekebalan tubuh akan mudah mengenalinya dan melakukan
perlawanan karena antibodi sudah terbentuk lebih dulu.
Sistem imun spesifik seluler.
Imunitas seluler ditengahi oleh sekelompok limfosit yang berdiferensiasi di bawah pengaruh timus
(Thymus), sehingga diberi nama sel T. Cabang efektor imunitas spesifik ini dilaksanakan langsung oleh
limfosit yang tersensitisasi spesifik atau oleh produk-produk sel spesifik yang dibentuk pada interaksi antara
imunogen dengan limfosit-limfosit tersensitisasi spesifik. Produk-produk sel spesifikasi ini ialah limfokin-
limfokin termasuk penghambat migrast (migration inhibition factor MIF). sitotoksin, interferon dan lain
sebagainya yang menjadi efektor molekul molekul dari imunitas seluler (Delves and Ivan, 2000).
Sel T merupakan 65-80% dari semua limfosit dalam sirkulasi. Kebanyakan sel T mempunyai 3
glikoprotein permukaan yang dapat diketahui dengan antibodi monoklonal T11. TI dan T3 (singkatan T
berasal dari Ortho yang membuat antibodi tersebut) (Delves and Ivan, 2000). Fungsi sel T umumnya ialah:
Membantu sel B dalam memproduksi antibodi
Mengenal dan menghancurkan sel yang diinfeksi virus
Mengaktifkan makrofag dalam fagositosis
Mengontrol ambang dan kualitas sistem imun (Baratawidjaya dan Rengganis, 2009).
Pada tubuh ditemui beberapa jenis sel T, yaitu T ‘helper’ atau Th, T ‘inducer’, T ‘delayed
hypersensitivity’ atau Td, T ‘cytotoxic’ atau Tc dan T ‘supressor’ atau Ts. T ‘helper’ atau Th membantu sel
B dalam pembuatan "antibodi". Untuk membuat antibodi terhadap kebanyakan antigen, baik sel B maupun
sel T harus mampu mengenali kembali bagian bagian tertentu dari antigennya. Th bekerja sama juga dengan
Tc dalam pengenalan kembali sel-sel yang dilanda infeksi viral dan jaringan cangkokan alogenik.
Th membuat dan melepaskan limfokin yang diperlukan untuk menggalakkan makrofag dan tipe sel
lainnya. T ‘inducer’ adalah istilah yang digunakan untuk Th yang sedang menggalakkan jenis sel T lainnya.
T "delayed hypersensitivity" atau Td adalah sel T yang bertanggungjawab atas pengarahan makrofag dan
sel-sel inflamasi lainnya ke tempat-tempat dimana terjadi reaksi hipersensitivitas yang terlambat. Mungkin
sekali Td bukan suatu sub jenis sel T melainkan kelompok Th yang sangat aktif. T "citotoxic" atau Tc adalah
sel T yang bertugas memusnahkan sel atau jaringan cangkokan alogenik dan sel-sel yang dilanda infeksi
viral, yang dikenali kembali dalam interaksi dengan berbagai antigen dalam MHC molekul pada
permukaaan sel tujuannya. T ‘supressor’ atau Ts mengatur kegiatan sel T lain dan sel B. Sel tersebut dapat
dikelompokkan dalam 2 golongan yaitu Tc yang dapat menekan aktivitas sel yang memiliki reseptor antigen
spesifik atau yang non-spesifik (Black, 2002).
2. Autoimunitas.
Autoimunitas merupakan gangguan pada sistem kekebalan tubuh saat antibodi yang diproduksi justru
menyerang sel-sel tubuh sendiri karena tidak mampu membedakan sel tubuh sendiri dengan sel asing.
Autoimunitas dapat disebabkan oleh gagalnya proses pematangan sel T di kelenjar timus. Autoimunitas
menyebabkan beberapa kelainan, yaitu:
Diabetes mellitus.
Diabetes mellitus disebabkan oleh antibodi yang menyerang sel sel beta di pankreas yang berfungsi
menghasilkan hormon insulin. Hal ini mengakibatkan tubuh kekurangan hormon insulin sehingga kadar
gula darah meningkat.
Myasthenia gravis.
8
Myasthenia gravis disebabkan oleh antibodi yang menyerang otot lurik sehingga otot lurik mengalami
kerusakan.
Addison's disease.
Addison's disease disebabkan oleh antibodi yang menyerang kelenjar adrenal. Hal ini mengakibatkan
berat badan menurun, kadar gula darah menurun, mudah lelah, dan pigmentasi kulit meningkat.
Lupus.
Lupus disebabkan oleh antibodi yang menyerang tubuh sendiri. Pada penderita lupus, antibodi
menyerang tubuh dengan dua cara, yaitu:
a. Antibodi menyerang jaringan tubuh secara langsung. Misalnya, antibodi yang menyerang sel
darah merah sehingga menyebabkan anemia.
b. Antibodi bergabung dengan antigen sehingga membentuk ikatan yang dianamakan kompleks
imun. Dalam kondisi normal, sel asing yang antigennya telah diikat oleh antibodi selanjutnya
akan ditangkap dan dihancurkan oleh sel-sel fagosit. Namun, pada penderita lupus, sel-sel asing
ini tidak dapat dihancurkan oleh sel-sel fagosit dengan baik. Jumlah sel fagosit justru akan
semakin bertambah sambil mengeluarkan senyawa yang menimbulkan inflamasi. Proses
inflamasi ini akan menimbulkan berbagai gejala penyakit lupus. Jika terjadi dalam jangka
panjang, fungsi organ tubuh akan terganggu.
Radang sendi (artritis reumatoid).
Radang sendi merupakan penyakit autoimunitas yang menyebabkan peradangan dalam waktu lama pada
sendi. Penyakit ini biasanya mengenai banyak sendi dan ditandai dengan radang pada membran sinovial
dan struktur sendi, atrofi otot, serta penipisan tulang.
3. AIDS.
AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan kumpulan berbagai penyakit yang
disebabkan oleh melemahnya sistem kekebalan tubuh. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi HIV (Human
Immunodeficiency Virus) yang menyerang sel T pembantu yang berfungsi menstimulasi pembentukan sel B
plasma dan jenis sel T lainnya. Hal ini mengakibatkan berkurangnya kemampuan tubuh dalam melawan
berbagai kuman penyakit.
Sel T pembantu menjadi target utama HIV karena pada permukaan sel tersebut terdapat molekul CD4
sebagai reseptor. Infeksi dimulai ketika molekul glikoprotein pada permukaan HIV menempel ke reseptor
CD4 pada permukaan sel T pembantu. Selanjutnya, HIV masuk ke dalam sel T pembantu secara endositosis
dan mulai memperbanyak diri. Kemudian, virus-virus baru keluar dari sel T yang terinfeksi secara
eksositosis atau melisiskan sel.
Jumlah sel T pada orang normal sekitar 1.000 sel/mm² darah, sedangkan pada penderita AIDS, jumlah
sel T-nya hanya sekitar 200 sel/mm². Kondisi ini menyebabkan penderita AIDS mudah terserang berbagai
penyakit seperti TBC, meningitis, kanker darah, dan melemahnya ingatan.
9
Penderita HIV positif umumnya masih dapat hidup dengan normal dan tampak sehat, tetapi dapat
menularkan virus HIV. Penderita AIDS adalah penderita HIV positif yang telah menunjukkan gejala
penyakit AIDS. Waktu yang dibutuhkan seorang penderita HIV positif untuk menjadi penderita AIDS relatif
lama, yaitu antara 5-10 tahun, Bahkan ada penderita HIV positif yang seumur hidupnya tidak menjadi
penderita AIDS. Hal tersebut dikarenakan virus HIV di dalam tubuh membutuhkan waktu untuk
menghancurkan sistem kekebalan tubuh penderita. Ketika sistem kekebalan tubuh sudah hancur, penderita
HIV positif akan menunjukkan gejala penyakit AIDS. Penderita yang telah mengalami gejala AIDS atau
penderita AIDS umumnya hanya mampu bertahan hidup selama dua tahun.
Gejala-gejala penyakit AIDS yaitu :
Gangguan pada sistem saraf.
Penurunan libido.
Sakit kepala.
Demam.
Berkeringat pada malam hari selama berbulan-bulan.
Diare
Terdapat bintik-bintik berwarna hitam atau keunguan pada sekujur tubuh.
Terdapat banyak bekas luka yang belum sembuh total.
Terjadi penurunan berat badan secara drastis.
10
Aktivitas fisik seperti olahraga secara teratur dapat memperkuat sistem kekebalan yang dapat
membantu tubuh melawan infeksi virus. Menurut anjuran World Health Organization (WHO), orang
dewasa direkomendasikan untuk berolahraga (intensitas ringan-sedang) selama 150 menit dalam
satu minggu.
Durasi ini bisa dibagi-bagi menjadi 30 menit per hari sebanyak lima hari. Nah, contoh olahraga yang
dapat kamu lakukan adalah berjalan, jogging, bersepeda, yoga, berenang, atau jenis olahraga
lainnya.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan.
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan di atas adalah:
1. Sistem imun merupakan sistem yang berfungsi untuk mencegah terjadinya kerusakan tubuh atau
timbulnya penyakit.
2. Komponen sistem imun terdiri dari organ limfoid, makrofag, dan limfosit.
3. Adapun fungsi dari sistem imun adalah sebagai berikut: melawan kuman (patogen) yang
membawa penyakit seperti bakteri, virus, parasit atau jamur, dan mengeluarkannya dari tubuh
kita, mengenali dan menetralisir zat-zat berbahaya di lingkungan sekitar kita, melawan penyakit
yang dapat merubah tubuh kita secara keseluruhan seperti sel kanker,memperbaiki jaringan
tubuh yang rusak.
4. Jenis sistem imun ada 2, yaitu:
Sistem imun non spesifik merupakan sistem kekebalan yang sudah ada sejak lahir. Sistem ini
disebut non spesifik karena tidak ditujukan untuk melawan antigen tertentu tetapi
memberikan respon langsung terhadap berbagai antigen untuk melindungi tubuh.
Sistem imun spesifik Sistem imun spesifik mempunyai kemampuan untuk mengenal benda
asing. Benda asing yang pertama kali muncul dikenal oleh sistem imun spesifik sehingga
terjadi sensitiasi sel-sel imun tersebut. Sistem imun spesifik merupakan respon imun yang
didapat (acquired), yang timbul akibat dari rangsangan antigen tertentu, sebagai akibat tubuh
pernah terpapar sebelumnya.
5. Contoh gangguan sistem imun adalah alergi, autoimun, AIDS.
6. Cara mempertahankan sistem imun adalah rutin olahraga, mengonsumsi makanan yang bergizi
seimbang, istirahat yang cukup, dan konsumsi suplemen kesehatan.
B. Saran.
Agar makalah ini dapat memberikan manfaat yang besar bagi para pembaca, maka penulis
menyarankan:
1. Jagalah pola hidup yang sehat agar tidak mudah terserang penyakit.
2. Perhatikanlah setiap makanan yang akan dikonsumsi.
3. Jagalah kebersihan lingkungan sekitar.
12
DAFTAR PUSTAKA
Batu batara, Yorma. DKK. 2016. Makalah Imunologi. “Sistem Imun Spesifik Humoral”. Fakultas
Kedokteran, UI Press, Jakarta.
https://www.farmaku.com/artikel/cara-kerja-imun-tubuh/
https://www.halodoc.com/artikel/cara-menjaga-sistem-imun-tubuh-tetap-kuat
Baratawidjaja, K.G. dan Rengganis, I. 2009. Imunologi Dasar. BPFKUI: Jakarta.
Kusnawati, Rohana, Gut Windarsih. 2011. “PR Biologi untuk SMA/MA Kelas XI”. Klaten: Intan Pariwara.
Suwarno. 2009. “Buku Panduan Pembelajaran Biologi Kelas XI”. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional.
Sumawa, Pande Made Rama, “Sistem Imun Spesifik”.
https://www.academia.edu/9492922/SISTEM_IMUN_SPESIFIK diakses pada 6 oktober 2015.
13