1.FERA DJANOMAN
2.FEBRIYANI KALAMI
3.MEY KAWADA
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyusun makalah yang berjudul “GANGGUAN SISTEM
IMUN” tepat pada waktunya. Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas yang diberikan
oleh dosen mata kuliah dokumentasi keperawatan dan juga untuk menambah pengetahuan
tentang implikasi hukum terhadap profesi keperawatan bagi kami sendiri maupun para pembaca.
kami menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat tuntunan dan penyertaan
Tuhan Yang Maha Esa juga tuntunan dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini kami
menghaturkan rasa hormat dan terimakasih kepada semua pihak yang membantu kami dalam
pembuatan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca.
kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, baik dalam bentuk
penyusunan maupun materinya. Untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran dari pembaca,
atas kritik dan sarannya kami mengucapkan terimakasih.
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………..ii
A. LATAR BELAKANG……………………………………………………………..iii
B. RUMUSAN MASALAH………………………………………………………......iv
C. MANFAAT PENULISAN…………………………………………………………v
D. TUJUAN PENULISAN…………………………………………………………..vi
E. SISTEMATIKA PENULISAN…………………………………………………vii
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………viii
PENDAHULUAN
Imunologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang imunitas atau kekebalan akibat
adanya rangsangan molekul asing dari luar maupun dari dalam tubuh manusia. Manusia
memiliki sistem pelacakan dan penjagaan terhadap benda asing yang dikenal dengan sistem
imun, dimana akan melindungi tubuh terhadap penyebab penyakit, patogen seperti virus, bakteri,
parasit, dan jamur (1). Sistem imun dibutuhkan tubuh untuk mempertahankan keutuhannya
terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan bahan dalam lingkungan hidup. Sistem imun dapat
dibagi menjadi sistem imun non-spesifik dan spesifik. Sistem imun non-spesifik bekerja cepat
dan siap mencegah mikroba masuk ke dalam tubuh (2). Sistem imun spesifik bekerja spesifik
karena respon terhadap setiap jenis mikroba berbeda dan harus mengenal dahulu jenis mikroba
yang akan ditangani. Oleh karena itu, sistem imun ini bekerja agak lama untuk memberikan
perlindungan (1). Komponen dari sistem imun non-spesifik terdiri dari sel-sel fagosit yaitu sel-
sel polimorfonuklear dan makrofag serta sel natural killer (NK). Salah satu
upaya tubuh untuk mempertahankan diri terhadap masuknya antigen, misalnya antigen bakteri,
adalah menghancurkan bakteri bersangkutan secara non-spesifik dengan proses fagositosis, tanpa
mempedulikan perbedaan yang ada di antara substansi-substansi asing. Dalam hal ini leukosit
yang termasuk fagosit memegang peran yang amat penting, khususnya makrofag. Supaya
terjadiny fagositosis, partikel bakteri harus melekat pada permukaan fagosit. Agar fagosit
tersebut bergerak menuju sasaran antigen, makrofag akan bergerak ke arah
antigen yang dimungkinkan berkat dilepaskannya zat atau mediator yang disebut kemotaktik
yang berasal dari bakteri. Selanjutnya partikel bakteri masuk ke dalam sel dengan cara
endositosis dan oleh proses pembentukan fagosom ia terperangkap dalam kantung fagosom
seolah-olah ditelan untuk kemudian dihancurkan (3). Mekanisme pertahanan tubuh dapat
ditingkatkan dengan senyawa tertentu yang bersifat imunostimulan. Imunostimulan secara umum
didefenisikan sebagai senyawa yang dapat meningkatkan mekanisme pertahanan tubuh baik
secara spesifik maupun non-spesifik baik mekanisme pertahanan seluler maupun
humoral (3). Beberapa tumbuhan diketahui memiliki senyawa kimia dengan aktivitas sebagai
imunostimulan, seperti tumbuhan yang digunakan dalam pengobatan tradisional China yaitu
Hydrocotyle sibthorpioides Lam. yang sering digunakan untuk pengobatan gangguan imun dan
pengobatan hati (4). Pegagan embun (Hydrocotyle sibthorpioides Lam.) memiliki khasiat seperti
menghilangkan bengkak (anti-swelling), antiradang, peluruh air seni, antibiotik, penurun panas,
menetralisir racun (detoxificans), dan peluruh dahak (ekspektoran) (5). Penilitian yang
dilakukan oleh Farong Yu dkk melaporkan Ekstrak H. sibthorpioides menghasilkan efek
antitumor yang sangat baik dan menunjukkan kemampuan untuk mempengaruhi fungsi
imunologis mencit (6). Berdasarkan hal di atas, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian
B. RUMUSAN MASALAH
C. MANFAAT PENULISAN
Dengan melaksanakan penulisan ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:
D. TUJUAN PENULISAN
BAB I, tentang pendahuluan memuat uraian : Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah,
Manfaat Penulisan,Tujuan Penulisan, Metode Penelitian dan Pertanggung jawaban Sistematika,
sehingga pada bab ini dapat digunakan sebagai pengantar menuju pokok permasalahan yang
menjadi pokok bahasan dalam bab selanjutnya. Harapan penulis dengan membaca bab pertama
ini pembaca sudah dapat memahami garis bedar isi dan maksud penulisan ini.
PEMBAHASAN
Pengaruh yang tidak menguntungkan dari proses imun menjadi dasar banyak penyakit pada
manusia dan dapat mengganggu fungsi setiap sistem organ penting .
Selain itu, perubahan karakteristik pada reaktan imun yang memberikan kunci diaknostik
penting menyertai banyak keadaan sebagai akibat atau peristiwa yang paralel. Antibodi normal
dan respons yang diperantarai sel terdiri dari serangkaian langkah, yang masing-masing diatur
oleh kelompok-kelompok sel tertentu. Gangguan pada proses pengawasan ini dapat
menyebabkan reaksi imun yang berlebihan atau reaksi imun yang tidak semestinya. Keadan
yang lebih jarang, akan terjadi penyakit bila mekanisme hipersensitivitas tipe cepat dan lambat
yang dalam keadaan normal bersifat melindungi, terganggu atau gagal berkembang secara
normal. Berbagai keadaan imunologik dapat dipandang sebagai satu keseimbangan antara
pengaruh patogenik dari agen asing suatu penyakit yang berpotensi membahayakan (misalnya
mikroorganisme) dan respons pertahanan tubuh, yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan
atau gangguan fungsi pada jaringan sekitarnya.
Sistem kekebalan tubuh atau sistem imun adalah sistem perlindungan daripengaruh luar
biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatuorganisme sehingga tidak mudah
terkena penyakit. Jika sistem imun bekerja denganbenar, sistem ini akan melindungi tubuh
terhadap infeksi bakteri dan virus, sertamenghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam
tubuh. Sebaliknya, jika sistemimun melemah, maka kemampuannya untuk melindungi tubuh
juga berkurang,sehingga menyebabkan patogen, termasuk virus penyebab demam dan flu,
dapatberkembang dalam tubuh. Sistem imun juga memberikan pengawasan
terhadappertumbuhan sel tumor. Terhambatnya mekanisme kerja sistem imun telahdilaporkan
dapat meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker.
a) Melindungi tubuh dari serangan benda asing atau bibit penyakit yang masukke dalam tubuh.
b) Menghilangkan jaringan sel yang mati atau rusak (debris cell) untuk perbaikan jaringan.
2.3.1
Sistem Pertahanan Tubuh Non SpesifikSistem Pertahanan Tubuh Non Spesifik merupakan
pertahanan tubuhyang tidak membedakan mikrobia patogen satu dengan yang lainnya. Ciri-
cirinya :
- Tidak selektif
- Tidak mampu mengingat infeksi yang terjadi sebelumnya
- Eksposur menyebabkan respon maksimal segera
Memiliki komponen yang mampu menangkal benda untuk masukke dalam tubuhSistem
pertahanan ini diperoleh melalui beberapa cara, yaitu :
a. Pertahanan Fisik
Pertahanan secara fisik dilakukan oleh lapisan terluartubuh, yaitu kulit dan membran
mukosa, yang berfungsi menghalangi jalan masuknya patogen ke dalam tubuh.
Lapisanterluar kulit terdiri atas sel-sel epitel yang tersusun rapatsehingga sulit ditembus oleh
patogen. Lapisan terluar kulitmengandung keratin dan sedikit air sehingga dapat
menghambatpertumbuhan mikrobia. Sedangkan membran mukosa yangterdapat pada saluran
pencernaan, saluran pernapasan, dansaluran kelamin berfungsi menghalangi masuknya
patogen kedalam tubuh.
b. Pertahanan Mekanis
Pertahanan secara mekanis dilakukan oleh rambut hidungdan silia pada trakea. Rambut
hidung berfungsi menyaring udarayang dihirup dari berbagai partikel berbahaya dan
mikrobia.Sedangkan silia berfungsi menyapu partikel berbahaya yangterperangkap dalam
lendir untuk kemudian dikeluarkan daridalam tubuh.
c. Pertahanan Kimiawi
Pertahanan secara kimiawi dilakukan oleh sekret yangdihasilkan oleh kulit dan membran
mukosa. Sekret tersebutmengandung zat-zat kimia yang dapat menghambatpertumbuhan
mikrobia. Contoh dari sekret tersebut adalahminyak dan keringat. Minyak dan keringat
memberikan suasanaasam (pH 3-5) sehingga dapat mencegah pertumbuhanmikroorganisme
di kulit. Sedangkan air liur (saliva), air mata, dansekresi mukosa (mukus) mengandung enzim
lisozim yang dapatmembunuh bakteri dengan cara menghidrolisis dinding selbakteri hingga
pecah sehingga bakteri mati.
d. Pertahanan Biologis
Pertahanan secara biologi dilakukan oleh populasi bakteritidak berbahaya yang hidup di
kulit dan membran mukosa.Bakteri tersebut melindungi tubuh dengan cara
berkompetisidengan bakteri patogen dalam memperoleh nutrisi. Respons Peradangan
(Inflamasi)Inflamasi merupakan respons tubuh terhadap kerusakan jaringan,misalnya akibat
tergores atau benturan keras. Proses inflamasi merupakan kumpulan dari empat gejala
sekaligus, yakni
- dolor (nyeri),
- rubor (kemerahan),
- tumor (bengkak).
- Inflamasi
1. Adanya kerusakan jaringan sebagai akibat dari luka, sehinggamengakibatkan patogen mampu
melewati pertahanan tubuh danmenginfeksi sel-sel tubuh.
4. Terjadi perpindahan sel-sel fagosit (neutrofil dan monosit)menuju jaringan yang terinfeksi.
Fagositosis
Fagositosis adalah mekanisme pertahanan yang dilakukan olehsel-sel fagosit dengan cara
mencerna mikrobia/partikel asing. Selfagosit terdiri dari dua jenis, yaitu fagosit mononuklear dan
fagositpolimorfonuklear. Contoh fagosit mononuklear adalah monosit (didalam darah) dan jika
bermigrasi ke jaringan akan berperan sebagaimakrofag. Contoh fagosit polimorfonuklear adalah
granulosit, yaituneutrofil, eosinofil, basofil, dan
cell mast (mastosit). Sel-sel fagositakan bekerja sama setelah memperoleh sinyal kimiawi dari
jaringanyang terinfeksi patogen. Berikut ini adalah proses fagositosis :
6. Pengeluaran (releasing), produk sisa patogen yang tidak dicernaakan dikeluarkan oleh sel
fagosit
1. Protein Antimikrobia
Protein yang berperan dalam sistem pertahanan tubuh nonspesifik adalah protein komplemen
dan interferon. Proteinkomplemen membunuh patogen dengan cara membentuk lubangpada
dinding sel dan membran plasma bakteri tersebut. Hal inimenyebabkan ion Ca2+
keluar dari sel, sementara cairan dan garam-garam dari luar bakteri akan masuk ke dalamnya
dan menyebabkanhancurnya sel bakteri tersebut.Interferon dihasilkan oleh sel yang terinfeksi
virus. Interferondihasilkan saat virus memasuki tubuh melalui kulit dan selaput
lendir.Selanjutnya, interferon akan berikatan dengan sel yang tidakterinfeksi. Sel yang berikatan
ini kemudian membentuk zat yangmampu mencegah replikasi virus sehingga serangan virus
dapatdicegah.
2. Sistem Pertahanan
- Bersifat selektif
- Tidak memiliki reaksi yang sama terhadap semua jenis benda asing
- Mampu mengingat infeksi yang terjadi sebelumnya
D.GANGGUAN TIPE 1
1.ANAFILAKSIS
Reaksi sistemik akut, sering mengakibatkan kematian, pertama kali ditemukan pada beberapa
spesies selama percobaan imunisasi dengan toksin-toksin asing. Pada banyak hewan, sensitisasi
tidak memberikan proteksi; bahkan pemberian ulang toksin, dapat segera menimbulkan syok,
obstruksi saluran pernapasan, dan kongesti visera dengan gambaran yang spesifik pada masing-
masing spesies. Istilah anafilaksis (ana-, mela wan; -phylaxis, proteksi) mencerminkan hasil
paradoksal ini. Reaksi-reaksi yang serupa pada manusia sudah ditemukan pada awal abad ini dan
tetap meru pakan bentuk respons alergi yang timbul paling cepat dan berbahaya. Reaksi sistemik
akut umumnya timbul setelah penyuntikan antigen yang poten (alergen) pada orang yang sangat
peka, walaupun jarang, reaksi ini dapat terjadi setelah menelan agen tersebut. Dahulu, antiserum
yang diperoleh dari spesies lain (terutama kuda) paling sering bertanggung jawab atas reaksi-
reaksi ini. Belakangan ini, penyuntikan antibiotik menjadi penyebab utama, sedangkan serum,
insulin dan obat-obat lain menjadi penyebab yang lebih jarang. Penggunaan antibodi murine
(tikus) monoklonal meningkat pada transplantasi organ, menyebabkan masalah-masalah yang
hampir sama. Reaksi-reaksi yang sebanding dapat juga timbul setelah sengatan dan gigitan
serangga pada pasien yang sudah disensitasikan sebelumnya. Langkah pertama dan yang
terpenting dalam emberikan pengobatan pada reaksi anafilaksis alah membebaskan jalan udara
dan mempertahan n konsentrasi oksigen di dalam arteri.
2.PENYAKIT ATOPIK
Sensitisasi anafilaktik umumnya memerlukan penyuntikan alergen yang kuat; parasit tertentu
dari saluran cerna dan pernapasan juga dapat menimbulkan respons IgE yang mencolok. Selain
itu, sedikit orang memperlihatkan respons IgE spesifik terhadap kontak mukosa (dengan inhalasi
atau menelan) dengan bahan-bahan yang sama sekali tidak berbahaya termasuk makanan, tepung
sari, dan bahan yang berasal dari hewan. IgE spesifik-alergen yang terikat pada jaringan dapat
dibuktikan melalui suatu tes kulit, observasi perkembangan (5 sampai 15 menit) kemerahan
(eritema), sering disertai urtika. Sebagian orang yang memperlihatkan respons tipe I
(diperantarai IgE) juga menunjukkan adanya satu atau lebih penyakit yang berkaitan, seperti
rinitis alergika, asma alergika (ekstrinsik), dan dermatitis atopik. Mereka yang mempunyai
alergi saluran cerna mungkin menunjukkan (diakibatkan oleh makanan tertentu) pruritus perioral
(gatal), pembengkakan lidah dan membran mukosa, kesulitan menelan (disfagia), mual, muntah-
muntah, kejang ab domen, diare, dan gatal perianal, secara sendiri-sendiri atau gabungan. Alergi
makanan dapat juga memenga ruhi organ-organ yang jauh, termasuk kulit dan bronkus dan
jarang menjadi penyebab reaksi-reaksi menyeluruh. Keadaan yang lazim terjadi ini sering
dikelompokkan sebagai penyakit atopik, dan predispo sisi yang mempermudah timbulnya
penyakit ini disebut atopi
3.RINITIS ALERGIKA
alergika mengalami hidung tersumbat berat, dan dapat melaporkan mengeluarkan sekresi
hidung yang berlebihan (rinore), serta bersin yang terjadi berulang dan cepat. Pruritus (Gbr. 9-3)
pada mukosa hidung, tenggorokan, dan telinga sering mengganggu dan disertai kemerahan pada
konjungtiva, pruritus mata, dan lakrimasi. Selaput lendir yang terserang menun jukkan dilatasi
pembuluh darah (khususnya venula) dan edema yang menyeluruh dengan gambaran mencolok
dari eosinofil dalam jaringan maupun dalam sekresi. Beberapa dari keadaan ini, termasuk
pruritus, dapat ditimbulkan hanya dengan meletakkan histamin pada mukosa normal, rinitis
alergika dapat menggambarkan pengaruh jaringan pada zat-zat me diator yang berasal dari sel
mast yang dikenal (lihat pada permulaan bab ini). Pelepasan histamin, leukotrien, prostaglandin
D, dan sebagainya, dari mukosa dapat terlihat setelah kontak langsung hidung orang yang peka
dengan alergen serbuk sari.
Walaupun tidak ada perbedaan absolut yang ditunjukkan, rinitis alergika sering dibagi menjadi
bentuk "musiman" dan bentuk " perenial". Rinitis alergika musiman, atau "hay fever", biasanya
menim bulkan satu periode dengan gejala tertentu pada tahun tahun berikutnya, keadaan ini
mencerminkan adanya kepekaan terhadap serbuk sari dan spora jamur yang beterbangan di udara
(Gbr. 9-4) dengan jadwal prevalensi yang pasti. Rinitis musiman biasanya ringan pada banyak
orang dan mereka tidak berobat ke dokter, tetapi dapat merupakan penyakit yang khususnya pada
ana melelahkan pada beberapa orang karena penderita dalam faring dapat terus menerus bersin,
rinore yang banyak, dan pruri tus yang tidak sembuh-sembuh.Selaput lendir yang sangat pucat
dan bengkak biasanya menyertai gejala- gejala ini, dan banyak sekali eosinofil dalam sekret
hidung (Gbr. 9-5). Sebaliknya, rinitis perenial jarang menunjukkan perubahan besar dalam
beratnya penyakit sepanjang tahun, dan gejala-gejala sering didominasi oleh obstruksi hidung
kronik; penyebab yang mencolok mencakup debu rumah, dan bahan bahan yang berasal dari
hewan, sehingga pasien akan terpajan bahan-bahan tersebut setiap hari.
Rinitis alergika perenial jarang langsung menjadi sumber gejala yang mendadak, tetapi
obstruksi parsial hidung yang menetap dapat menimbulkan komplikasi yang tidak
menyenangkan, seperti bernapas melalui mulut, dengan akibat pasien mengeluh karena men
dengkur dan rasa kering pada orofaring. Mukosa yang bengkak mudah terinfeksi bakteri, dan
sering dijumpai obstruksi sinus paranasal, meng akibatkan sinusitis rekuren atau kronik.
Pengeluaran sekret dari fokus-fokus infeksi dalam hidung memper mudah timbulnya sakit
tenggorok dan bronkus menjadi kotor sehingga timbul infeksi. pada infeksi rekuren, mukosa
hidung yang bengkak dapat membentuk tonjolan lokal, atau polip, yang nantinya akan
menyumbat jalan napas. pada anak-anak, muara tuba eustakius dalam faring dapat tersumbat
oleh pembengkakan mukosa, pembesaran jaringan limfoid, atau eksudat.
Tiga pertimbangan pokok yang mendominasi penatalaksanaan rinitis alergika adalah:
3. hiposensitisasi* khusus untuk mengurangi responsivitas terhadap alergen yang tidak dapat
dihindari. Tindakan penghindaran paling dapat dilakukan untuk alergen yang berhubungan
dengan rumah tangga dan situasi kerja seperti kutu debu rumah, zat yang berasal dari hewan, dan
hasil-hasil pertanian.
1). Alergi
Alergi atau hipersensivitas adalah respons imun yang berlebihanterhadap senyawa yang masuk
ke dalam tubuh. Senyawa tersebut dinamakanalergen. Alergen dapat berupa debu, serbuk sari,
gigitan serangga, rambutkucing, dan jenis makanan tertentu, misalnya udang.Proses terjadinya
alergi diawali dengan masuknya alergen ke dalamtubuh yang kemudian merangsang sel B
plasma untuk menyekresikan antibodIgE. Alergen yang pertama kali masuk ke dalam tubuh
tidak akanmenimbulkan alergi, namun IgE yang terbentuk akan berikatan denganmastosit.
Akibatnya, ketika alergen masuk ke dalam tubuh untuk keduakalinya, alergen akan terikat pada
IgE yang telah berikatan dengan mastosit.Mastosit kemudian melepaskan histamin yang
berperan dalam prosesinflamasi. Respons inflamasi ini mengakibatkan timbulnya gejala alergi
sepertibersin, kulit terasa gatal, mata berair, hidung berlendir, dan kesulitanbernapas. Gejala
alergi dapat dihentikan dengan pemberian antihistamin.
2) Autoimunitas
a. Diabetes mellitus
Diabetes mellitus disebabkan oleh antibodi yang menyerang sel-sel beta di pankreas yang
berfungsi menghasilkan hormon insulin. Halini mengakibatkan tubuh kekurangan hormon
insulin sehingga kadargula darah meningkat.
b. Myasthenia gravis
Myasthenia gravis disebabkan oleh antibodi yang menyerang ototlurik sehingga otot lurik
mengalami kerusakan.
c. Addison’s disease
Addison’s disease disebabkan oleh antibodi yang menyerangkelenjar adrenal. Hal ini
mengakibatkan berat badan menurun, kadargula darah menurun, mudah lelah, dan pigmentasi
kulit meningkat .
d. Lupus
Lupus disebabkan oleh antibodi yang menyerang tubuh sendiri.Pada penderita lupus, antibodi
menyerang tubuh dengan dua cara,yaitu :
1. Antibodi menyerang jaringan tubuh secara langsung. Misalnya,antibodi yang menyerang sel
darah merah sehinggamenyebabkan anemia.
2. Antibodi bergabung dengan antigen sehingga membentuk ikatan yang dia namakan kompleks
imun. Dalam kondisi normal,sel asing yang antigennya telah diikat oleh antibodi selanjutnya
akan ditangkap dan dihancurkan oleh sel-sel fagosit. Namun,pada penderita lupus, sel-sel asing
ini tidak dapat dihancurkanoleh sel-sel fagosit dengan baik. Jumlah sel fagosit justru
akansemakin bertambah sambil mengeluarkan senyawa yang menimbulkan inflamasi. Proses
inflamasi ini akan menimbulkanberbagai gejala penyakit lupus. Jika terjadi dalam
jangkapanjang, fungsi organ tubuh akan terganggu.
3.Aids
Penderita AIDS adalah penderita HIV positif yang telah menunjukkan gejala penyakit AIDS.
Waktu yang dibutuhkan seorang penderita HIV positif untuk menjadi penderita AIDSrelatif
lama, yaitu antara 5-10 tahun. Bahkan ada penderita HIV positif yangseumur hidupnya tidak
menjadi penderita AIDS. Hal tersebut dikarenakan virus HIV di dalam tubuh membutuhkan
waktu untuk menghancurkan sistemkekebalan tubuh penderita. Ketika sistem kekebalan tubuh
sudah hancur,penderita HIV positif akan menunjukkan gejala penyakit AIDS. Penderita
yangtelah mengalami gejala AIDS atau penderita AIDS umumnya hanya mampubertahan hidup
selama dua tahun.Gejala-gejala penyakit AIDS yaitu :
A.Kesimpulan
Sistem kekebalan tubuh (imunitas) adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi
tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan membunuh patogen. Sistem
kekebalan tubuh dapat diklasifikasikan berdasarkan :
a) Cara mempertahankan diri dari penyakit
1) Sistem pertahanan tubuh non spesifik
Tidak membedakan mikrobia patogen yang satu dengan yang lainnya.
2) Sistem pertahanan tubuh spesifik
Pertahanan tubuh terhadap patogen tertentu yang masuk dalam tubuh
b) Cara memperoleh
2) Kekebalan pasif
1) Kekebalan humoral
Melibatkan aktivitas sel B dan antibodi yang beredar dalam aliran darah.
2) Kekebalan seluler
Melibatkan sel T yang berfungsi menyerang sel-sel asing atau jaringan tubuh yang terinfeksi
secara langsung. Syistem kekebalan tubuh kita dapat mengalami gangguan, antara lain:
a) Alergi Respons imun yang berlebihan terhadap suatu senyawa yang masuk ke dalam tubuh.
b) Autoimunitas Antibodi yang diproduksi menyerang sel-sel tubuh sendiri karena tidak mampu
membedakan antara sel tubuh sendiri dengan sel asing yang masuk ke dalam tubuh.
c) AIDS Kumpulan berbagai penyakit yang disebabkan oleh melemahnya sistem kekebalan
tubuh karena infeksi virus HIV. Untuk mempertahankan sistem kekebalan tubuh, kita harus
menjaga kesehatan tubuh kita dengan cara :
a) Memakan makanan yang bernutrisi
b) Berolahraga yang teratur
c) Senantiasa gembira dan bijak dalam menghadapi tekanan aran
DAFTAR PUSTAKA
Kresno S B. Imunologi Diagnosis dan Prosedur Laboratorium. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2010.
Bratawidjaya K G. Imunologi Dasar Edisi ke-10. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2012.
Opal S M, VeraA. DePalo. Impact of Basic Research on Tomorrow’s Medicine. Anti-
Inflammatory Cytokines [Internet]. 2000 [cited 2014 Jan 10]; 117: 1162-1172.