Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

Di susun untuk melengkapi salah satu Tugas mata kuliah

”Keperawatan Dewasa system Endokrin,percernaan, perkemihan,& imunologi”

Dosen Pengampuh: Ns Ariska, S.kep.,M.Kep

Di susun oleh kelompok:

1.Rut soba kamalaheng(Nim:2214201159)

2.Kirey R J Anise(Nim:2214201100)

3.Sifra Rumampuk(Nim:2214201163)

4.Shalom Rembet(Nim:2214201162)

5.Thania Pontoh(Nim:2214201182)

6.Ronal Datuela(Nim:2214201155)

FAKULTAS KEPERAWATAN

PROGRAM STUDY ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA MANADO 2024

1
Kata Pengantar

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmat dan karunia-
nya kepada penyusun sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.

Penyusun menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini berkat bantuan Tuhan Yang Maha Esa, dan tidak
lepas dari bantuan berbagai pihak.Untuk itu dalam kesempatan ini penyusun menghanturkan rasa hormat dan
terimah kasih kepada dosen, serta teman-teman yang membantu dalam maklah ini.

Penyusun menyadari bahwa dalam proses makalah ini masih jauh dari kesempatan kesempurnaan baik materi
maupun carapenulisannya. Namun demikian,penyusun telah berupaya dengan segala kemampuan da
pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat menyelesaikan dengan baik dan oleh karenanya, penyusun dengan
rendah hati menerima masukan, saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini.Akhirnya penyusun berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Manado 20 maret 2024

Penyusun

2
Daftar isi

Kata Pengantar……………………………………………………………………………

Daftar isi…………………………………………………………………………………..

Bab 1:Pendahuluan………………………………………………………………………

A.Latar Belakang…………………………………………………………………...

B.Rumusan Masalah………………………………………………………………..

C.Tujuan…………………………………………………………………………….

Bab II:Pembahasan………………………………………………………………………

A.Pengertian Imunologi…………………………………………………………….

B.Sistem Imun……………………………………………………………………….

2.1 Antigen dan Antibodi…………………………………………………………..

-Interaksi Antigen dan Antibodi…………………………………………………

-Komplemen……………………………………………………………………….

-Sitokin dan Kimokin……………………………………………………………..

-Imunologi…………………………………………………………………………

2.2 Penyakit Imunitas……………………………………………………………...

-Hipersensivitas……………………………………………………………………

-Autoimunitas……………………………………………………………………..

-Hiv Aids……………………………………………………………………………

-Lupus………………………………………………………………………………

Bab III:Penutup………………………………………………………………………..

A.Kesimpulan……………………………………………………………………….

B.Saran………………………………………………………………………………

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada mulanya imunologi merupakan cabang mikrobiologi yang mempelajari respons
tubuh, terutama respons kekebalan terhadap penyakit infeksi. Imunologi adalah suatu
cabang yang luas dari ilmu biomedis yang mencakup kajian mengenai semua aspek
sistem imun (kekebalan) pada semua organisme. Imunologi antara lain mempelajari
peranan fisiologis sistem imum baik dalam keadaan sehat maupun sakit; malfungsi sistem
imun pada gangguan imunologi karakteristik fisik, kimiawi, dan fisiologis komponen-
komponen sistem imun.
Tubuh manusia tidak mungkin terhindar dari lingkungan yang mengandung
mikroba pathogen disekelilingnya. Mikroba tersebut dapat menimbulkan penyakit infeksi
pada manusia. Mikroba patogen yang ada bersifat poligenik dan kompleks. Oleh karena
itu respon imun tubuh manusia terhadap berbagai macam mikroba patogen juga berbeda.
Umumnya gambaran biologic spesifik mikroba menentukan mekanisme imun mana yang
berperan untuk proteksi. Begitu juga respon imun terhadap bakteri khususnya bakteri
ekstraseluler atau bakteri intraseluler mempunyai karakteriskik tertentu pula.
Tubuh manusia akan selalu terancam oleh paparan bakteri, virus, parasit, radiasi
matahari, dan polusi. Stress emosional atau fisiologis dari kejadian ini adalah tantangan
lain untuk mempertahankan tubuh yang sehat. Biasanya kita dilindungi oleh system
pertahanan tubuh, sistem kekebalan tubuh, terutama makrofag, dan cukup lengkap
kebutuhan gizi untuk menjaga kesehatan. Kelebihan tantangan negattif, bagaimanapun,
dapat menekan system pertahanan tubuh, system kekebalan tubuh, dan mengakibatkan
berbagai penyakit fatal.

4
Respon imun yang alamiah terutama melalui fagositosis oleh neutrofil, monosit
serta makrofag jaringan. Lipopolisakarida dalam dinding bakteri Gram negative dapat
mangativasi komplemen jalur alternative tanpa adanya antibody. Kerusakan jaringan yang
terjaddi ini adalah akibat efek samping dari mekanisme pertahanan tubuh untuk
mengeliminasi bakteri. Sitokin juga merangsang demam dan sintesis protein.

1. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian imunologi ?
2. Apa saja yang termasuk dalam sistem imun?
3. Apa yang dimaksud dengan antigen dan antibodi?
4. Apa saja macam-macam penyakit imunitas?
2. Tujuan
1. Mengetahui lebih jauh gambaran tentang imunologi.
2. Mengetahui apa saja yang termasuk dalam system imun.
3. Mengetahui apa yang dimaksud dengan antigen dan antibody.
4. Mengetahui penyakit Imunitas
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Imunologi
Imunologi adalah ilmu yang mencakup kajian mengenai semua aspek sistem imun
(kekebalan) pada semua organisme. Imunologi memiliki berbagai penerapan pada
berbagai disiplin ilmu dan karenanya dipecah menjadi beberapa subdisiplin seperti :
malfungsi sistem imun pada gangguan imunologi (penyakit autoimun, hipersensitivitas,
defisiensi imun, penolakan allograft); karakteristik fisik, kimiawi, dan fisiologis
komponen-komponen sistem imun. Imunologi juga di katakan sebagai suatu bidang ilmu
yang luas yang meliputi penelitian dasar dan penerapan klinis , membahas masalah
antigen, antibodi, dan fungsi – fungsi berperantara sel terutama yang berhubungan dengan
imunitas terhadap penyakit , reaksi biologik yang bersifat hipersensitif, alergi dan
penoloakan jaringan asing.

5
B. Sistem Imun
Sistem Imun adalah semua mekanisme yang digunakan badan untuk mempertahankan
keutuhan tubuh sebagai perlindungan terhadap bahaya yang dapat di timbulkan berbagai
bahan dalam lingkungan hidup. Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada
organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan
mengidentifikasi dan membunuh patogen serta sel tumor. Imunitas atau sistem imun
tubuh manusia terdiri dari imunitas alami atau system imunnon spesifik dan imunitas
adaptif atau system imun spesifik.
Sistem imun non-spesifik telah berfungsi sejak lahir, merupakan tentara terdepan
dalam sistem imun, meliputi level fisik yaitu pada kulit, selaput lendir, dan silia,
kemudian level larut seperti pada asam lambung atau enzim.
Sistem imun spesifik ini meliputi sel B yang membentuk antibodi dan sel T yang
terdiri dari sel T helper, sel T sitotoksik, sel T supresor, dan sel T delayed hyper-
sensitivity. Salah satu cara untuk mempertahankan sistem imun berada dalam kondisi op-
timal adalah dengan asupan gizi yang baik dan seimbang. Kedua sistem imun ini bekerja
sama dengan saling melengkapi secara humoral, seluler, dan sitokin dalam mekanisme
yang kompleks dan rumit.
1. Imunitas Alami atau Non spesifik
Sistem imun alami atau sistem imun nonspesifik adalah respon pertahanan
inheren yang secara nonselektif mempertahankan tubuh dari invasi benda asing atau
abnormal dari jenis apapun dan imunitas ini tidak diperoleh melalui kontak dengan
suatu antigen. Sistem ini disebut nonspesifik karena tidak ditujukan terhadap
mikroorganisme tertentu. Selain itu sistem imun ini memiliki respon yang cepat
terhadap serangan agen patogen atau asing, tidak memiliki memori immunologik, dan
umumnya memiliki durasi yang singkat.
Sistem imun non spesifik terdiri atas pertahanan fisik/mekanik seperti kulit,
selaput lendir, dan silia saluran napas yang dapat mencegah masuknya berbagai
kuman patogen kedalam tubuh; sejumlah komponen serum yang disekresikan tubuh,
seperti sistem komplemen, sitokin tertentu, dan antibody alamiah; serta komponen
seluler,seperti sel natural killer (NK).
a. Sistem Komplemen adalah komponen immunitas bawaan lainnya yang penting.
Aktivasi sistem komplemen mengasilkan suatu reaksi biokimia yang akan
melisiskan dan merusak sel asing atau sel tak berguna. Tanpa aktivasi, komponen
dari sistem komplemen bertindak sebagai proenzim dalam cairan tubuh.
6
b. Sitokin dan Kemokin (Cytokine and chemokine) adalah polipeptida yang
memiliki fungsi penting dalam regulasi semua fungsi sistem imun. Sitokin dan
kemokin menghasilkan hubungan kompleks yang dapat mengaktifkan atau
menekan respon inflamasi. Contoh sitokin yang berperan penting dalam merespon
infeksi bakteri yaitu :Interleukin-1 (IL-1) dan tumor necrosis factor-a (TNF-a).
c. Antibodi alamiah (immunoglobulin) didefinisikan sebagai antibodi pada individu
normal dan sehat yang belum distimulasi oleh antigen eksogen.Antibodi alamiah
berperan penting sebagai pertahanan lini pertama terhadap patogen dan beberapa
tipe sel, termasuk prakanker, kanker, sisa pecahan sel, dan beberapa antigen.
d. Natural Killer Cells (Sel Natural Killer) diketahui secara morfologi mirip
dengan limfosit ukuran besar dan dikenal sebagai limfosit granular besar. Sekitar
10–15% limfosit yang beredar pembuluh darah tepi adalah sel NK. Sel NK
berperan penting pada respon dan pengaturan imun bawaan. Sel NK mengenal dan
melisiskan sel terinfeksi patogen dan sel kanker. Sel NK melisiskan sel dengan
melepaskan sejumlah granul sitolitik di sisi interaksi dengan target. Komponen
utama granul sitolitik adalah perforin. Sel NK juga menghasilkan sitokin dan
kemokin yang digunakan untuk membunuh sel target, termasuk IFN-γ, TNF-a, IL-
5, dan IL-13. Sistem imun yang ada pada tubuh dapat kita lihat dari sel darah kita.
2. Sistem Imun Adaptif (adaptive immunity system)
Imunitas ini terjadi setelah pamaparan terhadap suatu penyakit infeksi, bersifat khusus
dan diperantarai oleh oleh antibody atau sel limfoid. Imunitas ini bisa bersifat pasif dan
aktif.
a. Imunitas pasif, diperoleh dari antibody yang telah terbentuk sebelumnya dalam
inang lain.
b. Imunitas aktif, resistensi yang di induksi setelah kontak yang efektif denga antigen
asing yang dapat berupa infeksi klinis atau subklinis, imunisasi, pemaparan terhadap
produk mikroba atau transplantasi se lasing.
Sistem Imun Adaptif atau sistem imun nonspesifik mempunyai kemampaun untuk
mengenal benda yang dianggap asing bagi dirinya. Sistem imun adaptif memiliki beberapa
karakteristik, meliputi kemampuan untuk merespon berbagai antigen, masing-masing dengan
pola yang spesifik; kemampuan untuk membedakan antara antigen asing dan antigen sendiri;
dan kemampuan untuk merespon antigen yang ditemukan sebelumnya dengan memulai
respon memori yang kuat. Terdapat dua kelas respon imun spesifik :

7
a. Imunitas humoral (Humoral immunity), Imunitas humoral ditengahi oleh sekelompok
limfosit yang berdiferiensasi di sumsum tulang, jaringan limfoid sekunder yaitu meliputi
limfonodus, limpa dan nodulus limfatikus yang terletak di sepanjang saluran pernafasan,
pencernaan dan urogenital.
b. Imunitas selular (cellular immunity), Sel T mengalami perkembangan dan pematangan
dalam organ timus. Dalam timus, sel T mulai berdiferensiasi dan memperoleh
kemampuan untuk menjalankan fungsi farmakologi tertentu. Berdasarkan perbedaan
fungsi dan kerjanya, sel T dibagi dalam beberapa subpopulasi, yaitu sel T sitotoksik
(Tc), sel T penindas atau supresor (Ts) dan sel T penolong (Th). Perbedaan ini tampak
pula pada permukaan sel-sel tersebut. Untuk mengetahui cara kerja sel T penindas atau
sel T pembunhuh dapat kita lihat pada tabel dibawah ini.

Tabel Perbedaan sifat sistem imun non spesifik dan spesifik


Non spesifik Spesifik

Resistensi Tidak berubah oleh infeksi Membaik oleh infeksi berulang

Spesifitas Umumnya efektif terhadap semua Spesifik untuk mikroorganisme yang


mikroorganisme. sudah mensintesis sebelumnya

Sel yang Fagosit Limfosit


penting Sel NK

Sel K

Molekul yang Lizosim Antibody sitokin


penting Komplemen

Protein fase akut

Interferon ( sitokin )

Sel yang berada didominasi sel polimorfonuklear didominasi selT dan sel B
di dalamnya

Sifat bersifat general/ umum bersifat memori / diperlukan pajan


pertama dan efektik untuk pajanan

8
berikutnya dengan antigen yang sama

Cara kerja cara kerja cepat cara kerja kualitas meningkat karena
memiliki sifat memory

2.1 Antigen dan Antibodi


1. Antigen
Antigen merupakan bahan asing yang merupakan target yang akan dihancurkan oleh
sistem kekebalan tubuh. Antigen ditemukan di permukaan seluruh sel, tetapi dalam
keadaan normal, sistem kekebalan seseorang tidak bereaksi terhadap selnya sendiri.
Sehingga dapat dikatakan antigen merupakan sebuah zat yang menstimulasi tanggapan
imun. Antigen biasanya berbentuk protein atau polisakarida. Sistem kekebalan atau sistem
imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh sel dan organ
khusus pada suatu organisme. Jika sistem kekebalan bekerja dengan benar, sistem ini akan
melindungi tubuh terhadap infeksibakteri dan virus, serta menghancurkan sel kanker dan
zat asing lain dalam tubuh. Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya melindungi
tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkan patogen. Sistem kekebalan juga
memberikan pengawasan terhadap sel tumor, dan terhambatnya sistem ini juga telah
dilaporkan meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker.
Pada umumnya, antigen-antigen dapat di klasifikasikan menjadi dua jenis utama,
yaitu antigen eksogen dan antigen endogen.antigen eksogen adalah antigen-antigen yang
disajikan dari luar kepada hospes dalam bentuk mikroorganisme,tepung sari,obat-obatan
atau polutan.Antigen ini bertanggungjawab terhadap suatu spektrum penyakit manusia,
mulai dari penyakit infeksi sampai ke penyakit-penyakit yang dibenahi secara immologi,
seperti pada asma. Antigen endogen adalah antigen yang terdapat didalam tubuh dan
meliputi antigen-antigen berikut:antigen senogeneik (heterolog), antigen autolog dan
antigen idiotipik atau antigen alogenik (homolog). Antigen senogeneik adalah antigen
yang terdapat dalam aneka macam spesies yang secara filogenetik tidak ada hubungannya,
antigen-antigen ini penting untuk mendiagnosa penyakit. Kelompok-kelompok antigen
yang paling banyak mempunyai arti klinik adalah kelompok-kelompok antigen yang
digunakan untuk membedakan satu individu spesies dengan individu spesies yang sama.
Pada manusia determinan antigen semacam ini terdapat pada sel darah merah,sel darah
putih trombosit, protein serum, dan permukaan sel-sel yang menyusun jaringan tertentu
dari tubuh, termaksud antigen-antigen histokompatibilitas. Antigen ini dikenal antigen

9
polomorfik, karena adanya dua atau lebih bentuk-bentuk yang berbeda secara genetik
didalam populasi.ciri – ciri antigen yang menentukan imunogenitas dalam respon imun :
a. Keasingan,yaitu imunogen adalah bahwa zat tersebut secara genetik asing terhadap
hospes
b. Ukuran molekul
c. Kekompleksian kimia dan struktural
d. Penentu antigen ( epilop )
e. Konstitusi genetik inang
f. Dosis, jalur, dan saat pemberian anti gen.
2. Antibodi
Antibodi adalah protein yang dapat ditemukan pada darah atau kelenjar
tubuhvertebrata lainnya, dan digunakan oleh sistem kekebalan tubuh untuk
mengidentifikasikan dan menetralisasikan benda asing seperti bakteri dan virus. Mereka
terbuat dari sedikit struktur dasar yang disebut rantai. Tiap antibodi memiliki dua rantai
berat besar dan dua [rantai ringan]. Antibodi diproduksi oleh tipe sel darah yang disebut
sel B. Terdapat beberapa tipe yang berbeda dari rantai berat antibodi, dan beberapa tipe
antibodi yang berbeda, yang dimasukan kedalam isotype yang berbeda berdasarkan pada
tiap rantai berat mereka masuki. Lima isotype antibodi yang berbeda diketahui berada
pada tubuh mamalia, yang memainkan peran yang berbeda dan menolong mengarahkan
respon imun yang tepat untuk tiap tipe benda asing yang berbeda yang ditemui. Antibodi
adalah molekul immunoglobulin yang bereaksi dengan antigen spesifik yang menginduksi
sintesisnya dan dengan molekul yang sama; digolongkan menurut cara kerja seperti
agglutinin, bakteriolisin, hemolisin, opsonin, atau presipitin. Antibodi disintesis oleh
limfosit B yang telah diaktifkan dengan pengikatan antigen pada reseptor permukaan sel.
Antibodi biasanya disingkat penulisaanya menjadi Ab.(Dorlan).
Antibodi terdiri dari sekelompok protein serum globuler yang disebut sebagai
immunoglobulin (Ig). Sebuah molekul antibody umumnya mempunyai dua tempat
pengikatan antigen yang identik dan spesifik untuk epitop (determinan antigenik) yang
menyebabkan produksi antibody tersebut. Masing-masing molekul antibody terdiri atas
empat rantai polipeptida, yaitu dua rantai berat (heavy chain) yang identik dan dan dua
rantai ringan (light chain) yang identik, yang dihubungkan oleh jembatan disulfida untuk
membentuk suatu molekul berbentuk Y. Pada kedua ujung molekul berbentuk Y itu
terdapat daerah variabel (V) rantai berat dan ringan. Disebut demikian karena urutan asam

10
amino pada bagian ini sangat bervariasi dari satu antibodi ke antibodi yang lain.Daerah V
rantai berat dan daerah V rantai ringan secara bersama-sama membentuk suatu kontur unik
tempat pengikatan antigen milik antibodi.Interaksi antara tempat pengikatan antigen
dengan epitopnya mirip dengan interaksi enzim dan substratnya: ikatan nonkovalen
berganda terbentuk antara gugus-gugus kimia pada masing-masing molekul(Campbell).
3. Interaksi Antigen dan Antibodi
Interaksi Antigen dan Anti bodiadalahsebagaiberikut :
a. Reaksi ini pada umunya spesifik,biarpun ada beberapa ditemukan reaksi silang (cross
– reaction)
b. Pengabunggan antara antigen – antibodi adalah erat sekali, tetapi seringkali reversible.
c. Antigen dan antibodi bergabung dalam jumlah yang variabel ( Danysz phenomenon )
d. Antigen dan antibodi adalah suatu reaksi kimia, karena yang bergabung adalah gugus
– gugus spesifik dari kedua regens.
e. Dari suatu antigen dengan antiserumnya dapat diperihatkan tipe – tipe reaksi serologic
yang berbeda, mungkin disebabkan oleh molekul – molekul antibodi yang sama
sering merefleksikan yang berbeda.
4. Komplemen
Sistem Komplemen adalah komponen immunitas bawaan lainnya yang penting. Sistem
ini terdiri dari 30 protein-protein dalam serum atau di permukaan sel-sel tertentu. Aktivasi
sistem komplemen mengasilkan suatu reaksi biokimia yang akan melisiskan dan merusak
sel asing atau sel tak berguna. Tanpa aktivasi, komponen dari sistem komplemen bertindak
sebagai proenzim dalam cairan tubuh. Ketika diaktivasi, akan menghasilkan sejumlah
fragmen komplemen reaktif secara biologis. Fragmen komplemen tersebut akan
memodulasi bagian lain dari sistem imun dengan cara terikat secara langsung pada T
limfosit dan sumsum tulang penghasil limfosit (B limfosit) pada sistem imun adaptif dan
juga menstimulasi sintesis dan pelepasan sitokin. Komponen komplemen juga dapat
meningkatkan fagositosis makrofag dan neutrofil dengan bekerja sebagai opsionin.
Umumnya komplemen mempunyai efek utama , yakni :
1. Lisis sel ( misalnya bakteri dan sel tumor )
2. Menghasilkan perantara yang ikut serta dalam peradangan dan menarik fagositosis.
3. Opsinosasi organisme dan kompleks imun untuk pembersihan fagositosis.
4. Peningkatan respon imun berperantara antibody.

11
Protein komplemen terutama disintesis oleh hati dan sel fagositik. Karena tidak
tahan panas , komplemen dinonaktifkan pada suhu 56 0 c selama 30 menit.Efek – efek
biologik utama komplemen yakni opsonisasi, anafilaktosin, sitolisis.
Akibat klinik dari defisiensi komplemen secara umum mengakibatkan
peningkatan kepekaan terhadap penyakit infeksi , misalnya defisiensi C2 sering
menimbulkan infeksi bakteri piogenik yang serius. Defisiensi komponen kompleks
penyerang selaput sangat meningkatkan kepekaan terhadap infeksi Neisseria . defisiensi
pada komponen jalur alternative juga telah diketahui , misalnya defisiensi properdin
membuat orang lebih peka terhadap penyakit meningokokus.
5. Sitokin dan Kemokin
a. Pengertian sitokin dan kemokin
Sitokin dan kemokin adalah polipeptida yang memiliki fungsi penting dalam
regulasi semua fungsi sistem imun. Sitokin berperan dalam menentukan respon imun
alamiah dengan cara mengatur atau mengontrol perkembangan, differensiasi, aktifasi,
lalulintas sel imun, dan lokasi sel imun dalam organ limfoid. Sitokin merupakan suatu
kelompok“messenger intrasel” yang berperan dalam proses inflamasi melalui aktifasi sel
imun inang. Sitokin Juga memainkan peran mediator poten untuk inflamasi sel. Sitokin
dan kemokin menghasilkan hubungan kompleks yang dapat mengaktifkan atau menekan
respon inflamasi. Telah dikenal lebih 30 sitokin. Sebagian besar sel sistem imun dan
beberapa sel lainnya melepaskan sitokin. Interleukin-1 (IL-1) dan tumor necrosis factor-a
(TNF-a) contoh sitokin yang berperan penting dalam merespon infeksi bakteri, keduanya
merupakan polipeptida berbobotmolekul kecil yang memiliki efek yang luas dalam
berbagai reaksi dalam tubuh, termasuk respon imunologi, inflamasi, dan hematopoiesis.
b. Sitokin dan inflamasi
Endotoksin dan trauma fisik dapat pula menimbulkan pelepasan sitokin yang
berperan pada inflamasi akut, yang lokal maupun yang sistematik.
c. Sitokin dan pengobatan
Sitokin dapat digunakan sebagai pengganti komponen sistem imun yang
defesiensi atau untuk menggerahkan sel – sel yang diperlukan dalam menanggulangi
defisiensi imun primer atau sekunder, merangsang sistem sel imun dalam respons
terhadap tumor infeksi bakteri atau virus yang berlebihan. Antisitokin telah digunakan
untuk mengontrol penyakit autoimun dan pada keadaan dengan sistem imun yang
terlalu aktif / patologik.
6. Imunologi
12
Imunolgi terbagi menjadi 2 yaitu imunologi infeksi dan imunologi kanker.
1. Imunologi infeksi
Bila suatu mikroorganisme menembus kulit atau selaput lendir, maka tubuh akan
mengerahkan keempat komponen sistem imun untuk menghancurkannya, yaitu antibodi
fagosit, komplemen dan sel – sel sistem imun. Bila suatu antigen pertama masuk kedalam
tubuh, dalam beberapa hari pertama antibodi dan sel sistem imun spesifik lainnya lainnya
belum memberikan respons. Tetapi komplemen dan pagosit serta komponen imun
nonspesifik lainnya dapat bekerja langsung untuk menghancurkannya.
2. Imunulogi kanker
Peran penting imunitas lainnya adalah untuk menemukan dan menghancurkan tumor.
Sel tumor menunjukan antigen yang tidak ditemukan pada sel normal. Untuk sistem
imun, antigen tersebut muncul sebagai antigen asing dan kehadiran mereka menyebabkan
sel imun menyerang sel tumor. Antigen yang ditunjukan oleh tumor memiliki beberapa
sumber; beberapa berasal dari virus onkogenik seperti papillomavirus, yang menyebabkan
kanker leher rahim, sementara lainnya adalah protein organisme sendiri yang muncul
pada tingkat rendah pada sel normal tetapi mencapai tingkat tinggi pada sel tumor. Salah
satu contoh adalah enzim yang disebut tirosinase yang ketika ditunjukan pada tingkat
tinggi, merubah beberapa sel kulit (seperti melanosit) menjadi tumor yang disebut
melanoma. Kemungkinan sumber ketiga antigen tumor adalah protein yang secara normal
penting untuk mengatur pertumbuhan dan proses bertahan hidup sel, yang umumnya
bermutasi menjadi kanker membujuk molekul sehingga sel termodifikasi sehingga
meningkatkan keganasan sel tumor.Sel yang termodifikasi sehingga meningkatkan
keganasan sel tumor disebut onkogen.
Respon utama sistem imun terhadap tumor adalah untuk menghancurkan sel
abnormal menggunakan sel T pembunuh, terkadang dengan bantuan sel T pembantu.
Antigen tumor ada pada molekul MHC kelas I pada cara yang mirip dengan antigen virus.
Hal ini menyebabkan sel T pembunuh mengenali sel tumor sebagai sel abnormal. Sel NK
juga membunuh sel tumor dengan cara yang mirip, terutama jika sel tumor memiliki
molekul MHC kelas I lebih sedikit pada permukaan mereka daripada keadaan normal; hal
ini merupakan fenomena umum dengan tumor.Terkadang antibodi dihasilkan melawan
sel tumor yang menyebabkan kehancuran mereka oleh sistem komplemen
Beberapa tumor menghindari sistem imun dan terus berkembang sampai menjadi
kanker.Sel tumor sering memiliki jumlah molekul MHC kelas I yang berkurang pada
permukaan mereka, sehingga dapat menghindari deteksi oleh sel T pembunuh. Beberapa
13
sel tumor juga mengeluarkan produk yang mencegah respon imun; contohnya dengan
mengsekresikan sitokin TGF-β, yang menekan aktivitas makrofaga dan limfosit.
Toleransi imunologikal dapat berkembang terhadap antigen tumor, sehingga sistem imun
tidak lagi menyerang sel tumor.
Makrofaga dapat meningkatkan perkembangan tumor ketika sel tumor mengirim
sitokin yang menarik makrofaga yang menyebabkan dihasilkannya sitokin dan faktor
pertumbuhan yang memelihara perkembangan tumor. Kombinasi hipoksia pada tumor
dan sitokin diproduksi oleh makrofaga menyebabkan sel tumor mengurangi produksi
protein yang menghalangi metastasis dan selanjutnya membantu penyebaran sel kanker.
telah mengidentifikasikan sel kanker. Ketika melampaui batas menyatukan dengan sel
kanker, makrofaga (sel putih yang lebih kecil) akan menyuntkan toksin yang akan
membunuh sel tumor.
2.2 Penyakit Imunitas
Mekanisme Imun/kekebalan tubuh merupakan sistim pertahanan tubuh yang
terintegrasi sejak awal konsepsi (pembuahan).merupakan sistim pertahanan tubuh yang
sudah merupakan software bawaan. Tetapi sistim imun tersebut dapat juga berubah
menjadi suatu penyakit yang dalam beberapa jenis tidak bisadisembuhkan.Contoh : Saat
udara dingin, sering kita mengalami hidung tersumbat, bersin2 pada saluran nafas kita
(hidung), ini merupakan mekanisme untuk menghangatkan dan melembabkan udara luar
yang kita hirup kedalam paru-paru, tetapi pada orang – orang tertentu, justru udara dingin
tersebut akan memicu timbulnya reaksi yang berlebihan, yaitu timbulnya serangan sesak
nafas (astma), bisa juga timbulnya gatal - gatal di sekujur tubuh (biduren/urtikaria).
Berikut ini merupakan penyakit akibat merendahnya sistem imun.
1. Hipersensivitas
Hipersensivitas adalah reaksi imun yang patologik, terjadi akibat respons imun
yang berlebihan sehingga menimbulkan kerusakaan jaringan tubuh. Reaksi tersebut
oleh Gell dan Coombs dibagi dalam 4 tipe reaksi berdasarkan kecepatan dan
mekanisme imun yang terjadi, yaitu tipe I, II, III dan IV. Reaksi itu dapat terjadi
sendiri – sendiri, tetapi klinik sering dua atau lebih jenis tersebut terjadi bersama.
2. Autoimunitas
Autoimunitas atau hilangnya toleransi ialah reaksi sistem imun terhadap
antigen jaringan sendiri. Antigen tersebut disebut autoantigen sedangkan antibodi
yang dibentuk disebut autoantibodi. Penyakit autoimun dapat dibagi atas beberapa
golongan, yaitu :
14
a. Berdasarkan organ terdiri atas penyakit autoimun organ spesifik dan non organ
spesifik.
b. Berdasarkan mekanisme penykit autoimun melalui antibodi ( anemia hemolitik
autoimun, miastenia gravis dan tirotoksikosis ), penyakit autoimun melalui kompleks
imun ( LES, AR ), penyakit autoimun melalui sel T dan penyakit autoimun melalui
komplemen.
3. HIV AIDS
AIDS adalah singkatan dari acquired immunedeficiency syndrome, merupakan
sekumpulan gejala yang menyertai infeksi HIV. Infeksi HIV disertai gejala infeksi
yang oportunistik yang diakibatkan adanya penurunan kekebalan tubuh akibat
kerusakan sistem imun. Sedangkan HIV adalah singkatan dari Human
Immunodeficiency Virus.
4. Lupus
Penyakit lupus yang dalam bahasa kedokterannya dikenal sebagai systemic
lupus erythematosus (SLE) adalah penyakit radang yang menyerang banyak sistem
dalam tubuh, dengan perjalanan penyakit bisa akut atau kronis, dan disertai adanya
antibodi yang menyerang tubuhnya sendiri. Penyakit lupus atau systemic lupus
erythematosus (SLE) lebih sering ditemukan pada ras tertentu seperti ras kulit hitam,
Cina, dan Filipina. Penyakit ini terutama diderita oleh wanita muda dengan puncak
kejadian pada usia 15-40 tahun (selama masa reproduktif) dengan perbandingan
wanita dan laki-laki 5:1. Penyakit ini sering ditemukan pada beberapa orang dalam
satu keluarga.
Penyebab dan mekanisme terjadinya SLE masih belum diketahui dengan jelas.
Namun diduga mekanisme terjadinya penyakit ini melibatkan banyak faktor seperti
genetik, lingkungan, dan sistem kekebalan humoral. Faktor genetik yang abnormal
menyebabkan seseorang menjadi rentan menderita SLE, sedangkan lingkungan
berperan sebagai faktor pemicu bagi seseorang yang sebelumnya sudah memiliki gen
abnormal. Sampai saat ini, jenis pemicunya masih belum jelas, namun diduga kontak
sinar matahari, infeksi virus/bakteri, obat golongan sulfa, penghentian kehamilan, dan
trauma psikis maupun fisik.
Gejala Klinis dan perjalanan penyakit SLE sangat bervariasi. Penyakit dapat
timbul mendadak disertai tanda-tanda terkenanya berbagai sistem dalam tubuh.
Munculnya penyakit dapat spontan atau didahului faktor pemicu. Setiap serangan
biasanya disertai gejala umum, seperti demam, badan lemah, nafsu makan berkurang
15
dan berat badan menurun.Infeksi juga lebih mudah terjadi pada penderita SLE,
sehingga penderita dianjurkan mendapat terapi pencegahan dengan antibiotika bila
akan menjalani operasi gigi, saluran kencing, atau tindakan bedan lainnya. Salah satu
bagian dari pengobatan SLE yang tidak boleh terlupakan adalah memberikan
penjelasan kepada penderita mengenai penyakit yang dideritanya, sehingga penderita
dapat bersikap positif terhadap terapi yang akan dijalaninya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem Imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar Biologis yang dilakukan
oleh sil dan organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem kekebalan bekerja dengan
benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta
menghancurkan sel kanker dan zat asing dalam tubuh. Jika sistem kekebalan melemah,
kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkan patogen,
termasuk virus yang menyebabkan demam dan flu, dapa berkembang dalam tubuh.
3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan yang
diharapkan, karena masih terbatasnya pengetahuan penulis. Olehnya itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun. Makalah ini perlu dikaji ulang
agar dapat sempurna dan makalah ini harus digunakan sebagaimana mestinya

16
Daftar Pustaka

17

Anda mungkin juga menyukai