Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

SISTEM IMUN LANJUTAN


Dosen pengampu: Apt. Burhanudin Gasim Soka S.Farm., M.Farm

Oleh:

1. Hima Shafarotul Khasana(2008060015)


2. Dianita Gadis pratama (2008060009)
3. Muslimah (2008060022)
4. Adam Karta Surya (2008060001)

FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS NAHDATUL ULAMA
NUSA TENGGARA BARAT
2021/2022

1
KATA PENGANTAR
Kami panjatkan puji syukur kehadirat-nya yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, serta inayah-nya kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah
dengan judul “ Sistem Imun Lanjutan”.
Penulisan makalah dilakukan sebagai bagian dari tugas mata kuliah
"Imunologi" terlepas dari segala hal tersebut, kami sadar sepenuhnya bahwa masih
ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karenanya kami dengan lapang dada menerima segala saran dan kritik agar kami
dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata berharap semoga makalah ini bisa memberikan manfaat maupun
inspirasi untuk pembaca.

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI……………………………………………………………..............
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………..............
A. LatarBelakang…………………………………………………...............
B. Tujuan ……………………………………………………………...........

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian …........…………………………….......................................
B. Lapisan pelindung pada imunitas …………………….........................
C. Perisai permukaan ……………………………………..........................
D. Imunitas Bawaan .....................................................................................
E. Perisai selular sistem imun bawaan…………………………………....
F. Imunitas Adaftip…………………………………..................................
G. Gangguan pada imunitas.........................................................................

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………….............

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………................

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pengaruh yang tidak menguntungkan dari proses imun menjadi dasar dari
banyak penyakit pada manusia dan dapat mengganggu setiap sistem organ yang
penting. Selain itu perubahan karakteristik pada reaktan imun yang memberikan
kunci diagnostic yang penting menyertai banyak keadaan sebagai akibat atau peristiw
yang parallel. Sekarang sudah jelas, bahwa respon antibody normal dan respon yang
diperantarai sel menyangkut serankaian langkah yang masing-masing
dimodulasi oleh kelompok-kelompok sel tertentu. Gangguan pada proses ini dapat
menyebabkan reaksi imun yang tidak semestinya. Lebih jarang, penyakit terjadi bila
mekanisme hipersensitivitas tipe cepat dan lambat yang normal bersifat melindungi,
terganggu atau gagal berkembang secara normal. Berbagai keadaan imunologik dapat
dipandang sebagai keseimbangan antara pengaruh patogenik dari dua kelompok
factor, benda asing yang berpotensi membahayakan dan respon pertahanan tubuh,
yang dapat mwenyebabkan kerusakan jaringan atau gangguan jaringan atau gangguan
fungsi. 
Imunitas pelindung dan penyakit alergi bersama-sama memiliki respon jaringan
terhadap zat yang dikenal sebagai benda asing. Mekanisme imun memberikan
pertahanan yang esensial melawan invasi organisme yang menimbulkan cedera dan
timbulnya tumor ganas, fungsi yang sudah menjamin mereka bertahan selama evolusi
vertebrata. Namun, proses-proses yang sama ini dapat ditimbulkan oleh agen-agen
ekstrinsik yang relative tidak membahayakan, dan kadang dapat memusatkan reaksi
pada komponen jaringan hospes.Dalam keadaan ini, maka hasil bersih dari
keterbukaan dan respon hospes yang spesifik tidak menguntungkan. Gambaran
keadaan penyakit yang timbul dikenal sebagai penyakit imunologik. Keadaan ini
berbeda beda jenis berkisar dari gangguan ringan, kulit, atau gangguan membrane
mukosa yang kronik sampai keadaan katotropik yang mematikan dalam beberapa
deetik. Selanjutnya, karena penyakit imunologik ditentukan oleh reaktivitas hospes
maupun oleh jenis dan kekuatan antigenic, maka perbedaan tempat prevalensi adalah
menyolok. Namun, secara keseluruhan, gangguan ini sangat sering dijumpai dan
nampak pada kehidupan dan produktivitas manusia nyata diseluruh dunia.

4
Karena urgennya masalah imunitas dan gangguannya dalam kehidupan manusia
inilah sehingga kita perlu mengetahuinya lbih lanjut. Ini merupakan salah satu latar
belakang pembuatan makalah ini. Untuk lebih jelasnya akan kami bahas pada bab
selanjutnya.

B. Tujuan 
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk menambah wawasan dan
pengetahuan kita mengenai system imunitas dan berbagai gangguan system imun
dalam tubuh manusia.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang


melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan
membunuh patogen serta sel tumor. Sistem ini mendeteksi berbagai macam
pengaruh biologis luar yang luas, organisme akan melindungi tubuh dari infeksi,
bakteri, virus sampai cacing parasit, serta menghancurkan zat-zat asing lain dan
memusnahkan mereka dari sel organisme yang sehat dan jaringan agar tetap dapat
berfungsi seperti biasa.

Lingkungan di sekitar manusia mengandung berbagai jenis unsur pathogen,


misalnya bakteri, virus, fungus, protozoa dan parasit yang dapat menyebabkan
infeksi pada manusia. Infeksi yang terjadi pada orang normal umumnya singkat dan
jarang meninggalkan kerusakan permanent. Hal ini disebabkan adanya system imun
yang memberikan respon dan melindungi tubuh terhadap unsur-unsur pathogen
tersebut. Respon imun sangat bergantung pada kemampuan system imun untuk
mengenali molekul asing yang terdapat pada pathogen potensial dan kemudian
membangkitkan reaksi yang tepat untuk menyingkirkan sumber yang bersangkutan.
Proses pengenalan antigen dilakukan oleh unsure utama system imun yaitu limfosit
yang kemudian diikuti oleh fase efektor yang melibatkan berbagai jenis sel.
Pengenalan antigen sangat penting dalam fungsi system imun normal, karena
limfosit harus mengenal semua antigen pada pathogen potensial dan pada saat yang
sama ia harus mengabaikan molekul-molekul jaringan tubuh sendiri. Untuk
mengatasi hal itu, limfosit pada seorang individu melakukan diversivikasi selama
perkembangannya demikian rupa sehingga populasi limfosit secara keseluruhan
mampu mengenal molekul asing dan membedakannya dari molekul jaringan atau sel

6
tubuh sendiri.

Kemampuan diversifikasi dimiliki oleh komponen system imun yang terdapat


dalam jaringan limforetikular yang letaknya tersebar diseluruh tubuh, misalnya
dalam sumsum tulang, kelenjar limfa, thymus, sistem saluran nafas, saluran cerna
dan organ lain. Sel-sel yang terdapat dalam jaringan ini berasal dari sel induk dalam
sumsum tulang yang berdiferensiasi menjadi berbagai jenis sel, kemudian beredar
dalam tubuh melalui darah, getah bening serta jaringan limfoid, dan dapat
menunjukkan respon terhadap suatu rangsangan sesuai dengan sifat dan fungsinya
masing-masing. Rangsangan terhadap imun tersebut terjadi apabila kedalam tubuh
masuk suatu zat yang oleh sel atau jaringan tadi dianggap asing. System imun dapat
membedakan zat asing dari zat yag berasal dari tubuh sendiri. Pada beberapa
keadaan patologik, system imun tidak dapat membedakan self dari non-self
sehingga sel-sel dalam system imun membentuk zat anti terhadap jaringan
tubuhnya sendiri.

B. Lapisan pelindung pada imunitas

Sistem kekebalan tubuh melindungi organisme dari infekso dengan lapisan


pelindung kekhususan yang meningkat. Pelindung fisikal mencegah patogen seperti
bakteri dan virus memasuki tubuh. Jika patogen melewati pelindung tersebut, sistem
imun bawaan menyediakan perlindungan dengan segera, tetapi respon tidak-
spesifik. Namun, jika patogen berhasil melewati respon bawaan, vertebrata
memasuki perlindungan lapisan ketiga, yaitu sistem imun adaptif yang diaktivasi oleh
respon bawaan. Disini, sistem imun mengadaptasi respon tersebut selama infeksi
untuk menambah penyadaran patogen tersebut. Respon ini lalu ditahan setelah
patogen dihabiskan pada bentuk memori imunologikal dan menyebabkan sistem

7
imun adaptif untuk memasang lebih cepat dan serangan yang lebih kuat setiap
patogen tersebut ditemukan.

Komponen imunitas
Sistem imun bawaan Sistem imun adaptif

Respon tidak spesifik Respon spesifik patogen dan antigen

Eksposur menyebabkan respon Perlambatan waktu antara eksposur dan respon


maksimal segara maksimal

Komponen imunitas selular dan Komponen imunitas selular dan respon imun
respon imun humoral humoral

Eksposur menyebabkan adanya memori


Tidak ada memori imunologikal
imunologikal

Ditemukan hampir pada semua


Hanya ditemukan pada Gnathostomata
bentuk kehidupan

Baik imunitas bawaan dan adaptif bergantung pada kemampuan sistem imun
untuk memusnahkan baik molekul sendiri dan non-sendiri. Pada imunologi, molekul
sendiri adalah komponen tubuh organisme yang dapat dimusnahkan dari bahan
asing oleh sistem imun. Sebaliknya, molekul non-sendiri adalah yang dianggap
sebagai molekul asing. Satu kelas dari molekul non-sendiri disebut antigen
(kependean dari generator antibodi) dan dianggap sebagai bahan yang menempel
pada reseptor imun spesifik dan mendapatkan respon imun.

C. Perisai permukaan

Kulit adalah contoh perisai mekanikal yang merupakan pertahanan awal


terhadap infeksi. Namun, karena organisme tidak dapat sepenuhnya ditahan
terhadap lingkungan mereka, sistem lainnya melindungi tubuh seperti paru-paru,

8
usus, dan sistem genitourinari. Pada paru-paru, batuk dan bersin secara mekanis
mengeluarkan patogen dan iritan lainnya dari sistem pernapasan. Pengeluaran air
mata dan urin juga secara mekanis mengeluarkan patogen, sementara ingus
dikeluarkan oleh saluran pernapasan dan sistem pencernaan untuk menangkap
mikroorganisme. Perisai kimia juga melindungi terhadap infeksi. Kulit dan sistem
pernapasan mengeluarkan peptida antimikroba seperti β-defensin. Enzim seperti
lisozim dan fosfolipase A2 pada air liur, air mata dan air susu ibu juga antiseptik.
Sekresi Vagina merupakan perisai kimia selama menarche, ketika mereka menjadi
agak bersifat asam, sementara semen memiliki pertahanan dan zinc untuk
membunuh patogen. Pada perut, asam lambung dan protase menyediakan
pertahanan kimia yang kuat melawan patogen yang tertelan ketika dimakan.

Dalam saluran pencernaan dan sistem genitourinari, flora komensal


merupakan perisai biologi dengan bersaing dengan patogen untuk makanan dan
tempat, dan pada beberapa kasus, dengan mengubah kondisi lingkungan mereka,
seperti pH atau besi yang ada.Hal ini mengurangi kemungkinan bahwa patogen akan
menyebabkan penyakit. Namun, sejak kebanyakan antibiotik mengincar bakteri dan
tidak menyerang fungi, antibiotik oral dapat menyebabkan "pertumbuhan lebih"
fungi dan dapat menyebabkan kondisi seperti kandiasis vagina. Terdapat bukti baik
bahwa perkenalan kembali flora probiotik, seperti budaya asli laktobasillus yang ada
pada yogurt, menolong mengembalikan keseimbangan kesehatan populasi mikrobial
pada infeksi usus anak-anak dan mendorong data pendahuluan pada penelitian
Gastroenteritis bakterial, radang usus, infeksi saluran urin dan infeksi setelah
operasi.

D. Imunitas Bawaan

Mikroorganisme yang berhasil memasuki organisme akan bertemu dengan


sel dan mekanisme sistem imun bawaan. Respon bawaan biasanya dijalankan ketika

9
mikroba diidentifikasi oleh reseptor pengenalan susunan, yang mengenali komponen
yang diawetkan antara grup mikroorganisme.Pertahanan imun bawaan tidak spesifik,
berarti bahwa respon sistem tersebut pada patogen berada pada cara yang umum.
Sistem ini tidak berbuat lama-penghabisan imunitas terhadap patogen. Sistem imun
bawaan adalah sistem dominan pertahanan seseorang pada kebanyakan organisme.

E. Perisai selular sistem imun bawaan

Darah manusia terdiri dari sel darah merah, dan juga sel darah putih
termasuk limfosit, monosit, neutrofil dan banyak platelet kecil lainnya.Leukosit (sel
darah putih) bergerak sebagai organisme selular bebas dan merupakan "lengan"
kedua sistem imun bawaan. Leukosit bawaan termasuk fagosit (makrofag, neutrofil,
dan sel dendritik), sel mast, eosinofil, basofil dan sel pembunuh alami. Sel tersebut
mengidentifikasikan dan membunuh patogen dengan menyerang patogen yang lebih
besar melalui kontak atau dengan menelan dan lalu membunuh mikroorganisme. Sel
bawaan juga merupakan mediator penting pada kativasi sistem imun adaptif.

Fagositosis adalah fitur imunitas bawaan penting yang dilakukan oleh sel
yang disebut fagosit. Fagosit menelan, atau memakan patogen atau partikel. Fagosit
biasanya berpatroli mencari patogen, tetapi dapat dipanggil ke lokasi spesifik oleh
sitokin. Ketika patogen ditelan oleh fagosit, patogen terperangkap di vesikel
intraselular yang disebut fagosom, yang sesudah itu menyatu dengan vesikel lainnya
yang disebut lisosom untuk membentuk fagolisosom. Patogen dibunuh oleh aktivitas
enzim pencernaan atau respiratory burst yang mengeluarkan radikal bebas ke
fagolisosom. Fagositosis berevolusi sebagai sebuah titik pertengahan penerima
nutrisi, tetapi peran ini diperluas di fagosit untuk memasukan menelan patogen
sebagai mekanisme pertahanan. Fagositosis mungkin mewakili bentuk tertua
pertahanan, karena fagosit telah diidentifikasikan ada pada vertebrata dan
invertebrata.

10
Neutrofil dan makrofag adalah fagosit yang berkeliling di tubuh untuk
mengejar dan menyerang patogen. Neutrofil dapat ditemukan di sistem
kardiovaskular dan merupakan tipe fagosit yang paling berlebih, normalnya
sebanyak 50% sampai 60% jumlah peredaran leukosit. Selama fase akut radang,
terutama sebagai akibat dari infeksi bakteri, neutrofil bermigrasi ke tempat radang
pada proses yang disebut chemotaksis, dan biasanya sel pertama yang tiba pada
saat infeksi. Makrofag adalah sel serba guna yang terletak pada jaringan dan
memproduksi susunan luas bahan kimia termasuk enzim, protein komplemen, dan
faktor pengaturan seperti interleukin. Makrofag juga beraksi sebagai pemakan,
membersihkan tubuh dari sel mati dan debris lainnya, dan sebagai sel penghadir
antigen yang mengaktivasi sistem imun adaptif.

Sel dendritik adalah fagosit pada jaringan yang berhubungan dengan


lingkungan luar; oleh karena itu, mereka terutama berada di kulit, hidung, paru-
paru, perut, dan usus. Mereka dinamai untuk kemiripan mereka dengan dendrit,
memiliki proyeksi mirip dengan dendrit, tetapi sel dendritik tidak terhubung
dengan sistem saraf. Sel dendritik merupakan hubungan antara sistem imun
adaptif dan bawaan, dengan kehadiran antigen pada sel T, salah satu kunci tipe sel
sistem imun adaptif.

Sel Mast terletak di jaringan konektif dan membran mukosa dan mengatur respon
peradangan. Mereka berhubungan dengan alergi dan anafilaksis. Basofil dan
eosinofil berhubungan dengan neutrofil. Mereka mengsekresikan perantara bahan
kimia yang ikut serta melindungi tubuh terhadap parasit dan memainkan peran
pada reaksi alergi, seperti asma. Sel pembunuh alami adalah leukosit yang
menyerang dan menghancurkan sel tumor, atau sel yang telah terinfeksi oleh virus.

F. Imunitas adaptif

11
Imunitas adaptif berevolusi pada vertebrata awal dan membuat adanya
respon imun yang lebih kuat dan juga memori imunologikal, yang tiap patogen
diingat oleh tanda antigen. Respon imun adaptif spesifik-antigen dan membutuhkan
pengenalan antigen "bukan sendiri" spesifik selama proses disebut presentasi
antigen. Spesifisitas antigen menyebabkan generasi respon yang disesuaikan pada
patogen atau sel yang terinfeksi patogen. Kemampuan tersebut ditegakan di tubuh
oleh "sel memori". Patogen akan menginfeksi tubuh lebih dari sekali, sehingga sel
memori tersebut digunakan untuk segera memusnahkannya.membran plasma
mereka

Limfosit

Sel sistem imun adaptif adalah tipe spesial leukosit yang disebut limfosit. Sel B
dan sel T adalah tipe utama limfosit dan berasal dari sel batang hematopoietik pada
sumsum tulang. Sel B ikut serta pada imunitas humoral, sedangkan sel T ikut serta
pada respon imun selular.

Hubungan sel T dengan Major histocompatibility complex kelas I atau Major


histocompatibility complex kelas II, dan antigen (merah)

Baik sel B dan sel T membawa molekul reseptor yang mengenali target
spesifil. Sel T mengenali target bukan diri sendiri, seperti patogen, hanya setelah
antigen (fragmen kecil patogen) telah diproses dan disampaikan pada kombinasi

12
dengan reseptor "sendiri" yang disebut molekul major histocompatibility complex
(MHC). Terdapat dua subtipe utama sel T: sel T pembunuh dan sel T pembantu. Sel T
pemnbunuh hanya mengenali antigen dirangkaikan pada molekul kelas I MHC,
sementara sel T pembantu hanya mengenali antigen dirangkaikan pada molekul
kelas II MHC. Dua mekanisme penyampaian antigen tersebut memunculkan peran
berbeda dua tipe sel T. Yang ketiga, subtipe minor adalah sel T γδ yang mengenali
antigen yang tidak melekat pada reseptor MHC.

Reseptor antigel sel B adalah molekul antibodi pada permukaan sel B dan
mengenali semua patogen tanpa perlu adanya proses antigen. Tiap keturunan sel B
memiliki antibodi yang berbeda, sehingga kumpulan resptor antigen sel B yang
lengkap melambangkan semua antibodi yang dapat diproduksi oleh tubuh.

G. Gangguan pada imunitas

Sistem imun adalah struktur efektif yang menggabungkan spesifisitas dan


adaptasi. Kegagalan pertahanan dapat muncul, dan jatuh pada tiga kategori:
defisiensi imun, autoimunitas, dan hipersensitivitas. Terbentuknya system imun
penting untuk melindungi organisme tubuh terhadap invasi dari luar. Karenanya
setiap defisiensi pada salah satu komponen dari system imun ini dapat mengganggu
system aktivitas seluruh system pertahanan tubuh. Perubahan patologis dari fungsi
imunologis pada awalnya dikelompokkan sebagai:

1. Reaksi hipersensitivitas dimana stimuli imunogenik kecil menimbulkan respon


imun besar

2. Penyakit autoimun dimana kemampuan untuk membedakan diri seendiri dan


bukan diri sendiri

3. Sindrom imunodefisiensi dimana kemampuan untuk memberikan respon imun


efesien dirusak atau tidak ada.

13
Dari sudut pandang etiologis, sindrom imunodefisiensi di klaifikasikan :

1) Imunodefisiensi primer

Diakibatkan dari kegagalan bagian esensial dari system imun untuk berkembang,
sehingga merusak respons humoral/selular

2) Imunodefisiensi sekunder

Dsebabkan hilangnya system imun yang sebelumnya efektif karena penyakit,


stress, proses penuaan, infeksi sistemik, kanker, malnutrisi, penyakit ginjal, terapi
radiasi dan obat imunosupresif.

Sedangkan dari sudut pandang patogenesis, imunodefisiensi dapat


diklasifikasikan menurut komponen respons imun yang terlibat, diantaranya sel B
atau imunitas selular antibody, imunitas selular sel T, imunitas yang dimediasi oleh
kerja sel fagosit dan imunitas yang dihubungkan dengan aktivasi komplemen.

Defisiensi imun

Defisiensi imun muncul ketika satu atau lebih komponen sistem imun tidak
aktif. Kemampuan sistem imun untuk merespon patogen berkurang pada baik
golongan muda dan golongan tua, dengan respon imun mulai untuk berkurang pada
usia sekitar 50 tahun karena immunosenescence. Di negara-negara berkembang,
obesitas, penggunaan alkohol dan narkoba adalah akibat paling umum dari fungsi
imun yang buruk. Namun, kekurangan nutrisi adalah akibat paling umum yang
menyebabkan defisiensi imun di negara berkembang. Diet kekurangan cukup protein
berhubungan dengan gangguan imunitas selular, aktivitas komplemen, fungsi fagosit,
konsentrasi antibodi IgA dan produksi sitokin. Defisiensi nutrisi seperti zinc,

selenium, zat besi, tembaga, vitamin A, C, E, dan B6, dan asam folik (vitamin B9) juga

14
mengurangi respon imun.

Defisiensi imun juga dapat didapat. Chronic granulomatous disease, penyakit


yang menyebabkan kemampuan fagosit untuk menghancurkan fagosit berkurang,
adalah contoh dari defisiensi imun dapatan. AIDS dan beberapa tipe kanker
menyebabkan defisiensi imun dapatan.

Autoimunitas

Respon imun terlalu aktif menyebabkan disfungsi imun yang disebut


autoimunitas. Sistem imun gagal untuk memusnahkan dengan tepat antara diri
sendiri dan bukan diri sendiri, dan menyerang bagian dari tubuh. Dibawah keadaan
sekitar yang normal, banyak sel T dan antibodi bereaksi dengan peptid sendiri. Satu
fungsi sel (terletak di thymus dan sumsum tulang) adalah untuk memunculkan
limfosit muda dengan antigen sendiri yang diproduksi pada tubuh dan untuk
membunuh sel tersebut yang dianggap antigen sendiri, mencegah autoimunitas.

Hipersensitivitas

Hipersensitivitas adalah respon imun yang merusak jaringan tubuh sendiri.


Mereka terbagi menjadi empat kelas (tipe I – IV) berdasarkan mekanisme yang ikut
serta dan lama waktu reaksi hipersensitif. Tipe I hipersensitivitas sebagai reaksi
segera atau anafilaksis sering berhubungan dengan alergi. Gejala dapat bervariasi
dari ketidaknyamanan sampai kematian. Hipersensitivitas tipe I ditengahi oleh IgE
yang dikeluarkan dari sel mast dan basofil. Hipersensitivitas tipe II muncul ketika
antibodi melilit pada antigen sel pasien, menandai mereka untuk penghancuran. Hal
ini juga disebut hipersensitivitas sitotoksik, dan ditengahi oleh antibodi IgG dan IgM.
Kompleks imun (kesatuan antigen, protein komplemen dan antibodi IgG dan IgM)
ada pada berbagai jaringan yang menjalankan reaksi hipersensitivitas tipe III.
Hipersensitivitas tipe IV (juga diketahui sebagai selular) biasanya membutuhkan
waktu antara dua dan tiga hari untuk berkembang. Reaksi tipe IV ikut serta dalam

15
berbagai autoimun dan penyakit infeksi, tetapi juga dalam ikut serta dalam contact
dermatitis. Reaksi tersebut ditengahi oleh sel T, monosit dan makrofag.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan pada bab-bab sebelumnya maka dapat diambil


kesimpulan sebagai berikut :

 Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang


melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan
membunuh patogen serta sel tumor.

 Kemampuan diversifikasi dimiliki oleh komponen system imun yang terdapat


dalam jaringan limforetikular yang letaknya tersebar diseluruh tubuh, misalnya
dalam sumsum tulang, kelenjar limfa, thymus, sistem saluran nafas, saluran
cerna dan organ lain.

 Rangsangan terhadap imun tersebut terjadi apabila kedalam tubuh masuk suatu
zat yang oleh sel atau jaringan tadi dianggap asing.

 Sel B dan sel T adalah tipe utama limfosit dan berasal dari sel batang

hematopoietik pada sumsum tulang. Sel B ikut serta pada imunitas humoral,
sedangkan sel T ikut serta pada respon imun selular.

 Gangguan pada imunitas terdiri atas defisiensi imun, autoimunitas, dan


hipersensitivitas

16
 Hipersensitivitas adalah respon imun yang merusak jaringan tubuh sendiri.
Mereka terbagi menjadi empat kelas (tipe I – IV)

 Dari 4 tipe hiversensitivitas, menyebabkan gangguan-gangguan diantaranya,


alergi biasa ( Anafilaksis dan penyakit Atopik ), penyakit yang disebabkan oleh
otoimun dan kompleks imun, reaksi merugikan obat dan substansi lain,
dermatitis atopik dan urtikaria serta asma bronchial

17
DAFTAR PUSTAKA

Gangguan Imunitas/http://id.wikipedia.org/wiki/17/09/2008

Imunitas/http://id.wikipedia.org/wiki/17/09/2008

Kresno, Boedina. 2001. Imunologi. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia

Price, Silvia dan Larraine M. Wilson. 2004. Patofisiologi.Jakarta : EGC

Tamboyang, Jan. 2000. Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC

18

Anda mungkin juga menyukai