Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“IMUNOLOGI”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 4

EVA NOVIANTI SANDRA

ATIKAH SALSABILA SK

ANDINI ANUGRAH ARISTIANTI

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. yang atas rahmat-Nya dan
karunia-Nya. dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Adapun tema dari
Makalah adalah “IMUNOLOGI”.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada ibu Dosen
yang telah memberikan tugas kepada kami, kami juga mengucapkan terima kasih
kepada pihak yang turut membantu dalam pembuatan makalah ini.

Makalah ini jauh dari kata sempurna. Dan ini merupakan langkah yang baik dari
studi yang sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan
kami, maka kritik dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan. Semoga
makalah ini dapat berguna bagi kami khususnya dan pihak lain yang
berkepentingan pada umumnya.

SIDRAP, SEPTEMBER 2022

2
DAFTAR ISI

BAB I....................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
1.1 Latar Belakang............................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................4
1.3 Tujuan........................................................................................................4
BAB II...................................................................................................................5
PEMBAHASAN.....................................................................................................5
2.1 Pengertian Imunologi.................................................................................5
2.2 Sistem Imun................................................................................................5
2.3 Antigen dan Antibodi..................................................................................8
BAB III................................................................................................................15
PENUTUP...........................................................................................................15
3.1 Kesimpulan...............................................................................................15
3.2 Saran........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................……..16

3
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada mulanya imunologi merupakan cabang mikrobiologi yang mempelajari respons tubuh,
terutama respons kekebalan terhadap penyakit infeksi. Imunologi adalah suatu cabang yang luas dari
ilmu biomedis yang mencakup kajian mengenai semua aspek sistem imun (kekebalan) pada semua
organisme. Imunologi antara lain mempelajari peranan fisiologis sistem imum baik dalam keadaan
sehat maupun sakit; malfungsi sistem imun pada gangguan imunologi karakteristik fisik, kimiawi,
dan fisiologis komponen-komponen sistem imun.
Tubuh manusia tidak mungkin terhindar dari lingkungan yang mengandung mikroba
pathogen disekelilingnya. Mikroba tersebut dapat menimbulkan penyakit infeksi pada manusia.
Mikroba patogen yang ada bersifat poligenik dan kompleks. Oleh karena itu respon imun tubuh
manusia terhadap berbagai macam mikroba patogen juga berbeda. Umumnya gambaran biologic
spesifik mikroba menentukan mekanisme imun mana yang berperan untuk proteksi. Begitu juga
respon imun terhadap bakteri khususnya bakteri ekstraseluler atau bakteri intraseluler mempunyai
karakteriskik tertentu pula.
Tubuh manusia akan selalu terancam oleh paparan bakteri, virus, parasit, radiasi matahari,
dan polusi. Stress emosional atau fisiologis dari kejadian ini adalah tantangan lain untuk
mempertahankan tubuh yang sehat. Biasanya kita dilindungi oleh system pertahanan tubuh, sistem
kekebalan tubuh, terutama makrofag, dan cukup lengkap kebutuhan gizi untuk menjaga kesehatan.
Kelebihan tantangan negattif, bagaimanapun, dapat menekan system pertahanan tubuh, system
kekebalan tubuh, dan mengakibatkan berbagai penyakit fatal.
Respon imun yang alamiah terutama melalui fagositosis oleh neutrofil, monosit serta
makrofag jaringan. Lipopolisakarida dalam dinding bakteri Gram negative dapat mangativasi
komplemen jalur alternative tanpa adanya antibody. Kerusakan jaringan yang terjaddi ini adalah
akibat efek samping dari mekanisme pertahanan tubuh untuk mengeliminasi bakteri. Sitokin juga
merangsang demam dan sintesis protein.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian imunologi ?
2. Apa saja yang termasuk dalam sistem imun?
3. Apa yang dimaksud dengan antigen dan antibodi?
4. Apa saja macam-macam penyakit imunitas?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui lebih jauh gambaran tentang imunologi.

4
2. Mengetahui apa saja yang termasuk dalam system imun.
3. Mengetahui apa yang dimaksud dengan antigen dan antibody.
4. Mengetahui penyakit Imunitas.

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Imunologi
Imunologi adalah ilmu yang mencakup kajian mengenai semua aspek sistem imun (kekebalan)
pada semua organisme. Imunologi memiliki berbagai penerapan pada berbagai disiplin ilmu dan
karenanya dipecah menjadi beberapa subdisiplin seperti : malfungsi sistem imun pada gangguan
imunologi (penyakit autoimun, hipersensitivitas, defisiensi imun, penolakan allograft); karakteristik
fisik, kimiawi, dan fisiologis komponen-komponen sistem imun. Imunologi juga di katakan sebagai
suatu bidang ilmu yang luas yang meliputi penelitian dasar dan penerapan klinis , membahas masalah
antigen, antibodi, dan fungsi – fungsi berperantara sel terutama yang berhubungan dengan imunitas
terhadap penyakit , reaksi biologik yang bersifat hipersensitif, alergi dan penoloakan jaringan asing.

2.2 Sistem Imun


Sistem Imun adalah semua mekanisme yang digunakan badan untuk mempertahankan keutuhan
tubuh sebagai perlindungan terhadap bahaya yang dapat di timbulkan berbagai bahan dalam
lingkungan hidup. Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang
melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan membunuh patogen
serta sel tumor. Imunitas atau sistem imun tubuh manusia terdiri dari imunitas alami atau system
imunnon spesifik dan imunitas adaptif atau system imun spesifik.
Sistem imun non-spesifik telah berfungsi sejak lahir, merupakan tentara terdepan dalam sistem
imun, meliputi level fisik yaitu pada kulit, selaput lendir, dan silia, kemudian level larut seperti pada
asam lambung atau enzim.
Sistem imun spesifik ini meliputi sel B yang membentuk antibodi dan sel T yang terdiri dari sel T
helper, sel T sitotoksik, sel T supresor, dan sel T delayed hypersensitivity. Salah satu cara untuk
mempertahankan sistem imun berada dalam kondisi optimal adalah dengan asupan gizi yang baik dan
seimbang. Kedua sistem imun ini bekerja sama dengan saling melengkapi secara humoral, seluler,
dan sitokin dalam mekanisme yang kompleks dan rumit.

5
1. Imunitas Alami atau Non spesifik
Sistem imun alami atau sistem imun nonspesifik
adalah respon pertahanan inheren yang secara nonselektif
mempertahankan tubuh dari invasi benda asing atau
abnormal dari jenis apapun dan imunitas ini tidak diperoleh
melalui kontak dengan suatu antigen. Sistem ini disebut
nonspesifik karena tidak ditujukan terhadap mikroorganisme
tertentu. Selain itu sistem imun ini memiliki respon yang
cepat terhadap serangan agen patogen atau asing, tidak
memiliki memori immunologik, dan umumnya memiliki
durasi yang singkat.
Sistem imun non spesifik terdiri atas pertahanan fisik/mekanik seperti kulit, selaput
lendir, dan silia saluran napas yang dapat
mencegah masuknya berbagai kuman patogen
kedalam tubuh; sejumlah komponen serum
yang disekresikan tubuh, seperti sistem
komplemen, sitokin tertentu, dan antibody
alamiah; serta komponen seluler,seperti sel
natural killer (NK).
a. Sistem Komplemen adalah komponen
immunitas bawaan lainnya yang penting.
Aktivasi sistem komplemen mengasilkan
suatu reaksi biokimia yang akan melisiskan dan merusak sel asing atau sel tak berguna. Tanpa
aktivasi, komponen dari sistem komplemen bertindak sebagai proenzim dalam cairan tubuh.
b. Sitokin dan Kemokin (Cytokine and chemokine) adalah polipeptida yang memiliki fungsi
penting dalam regulasi semua fungsi sistem imun. Sitokin dan kemokin menghasilkan
hubungan kompleks yang dapat mengaktifkan atau menekan respon inflamasi. Contoh sitokin
yang berperan penting dalam merespon infeksi bakteri yaitu :Interleukin-1 (IL-1) dan tumor
necrosis factor-a (TNF-a).
c. Antibodi alamiah (immunoglobulin) didefinisikan sebagai antibodi pada individu normal
dan sehat yang belum distimulasi oleh antigen eksogen.Antibodi alamiah berperan penting
sebagai pertahanan lini pertama terhadap patogen dan beberapa tipe sel, termasuk prakanker,
kanker, sisa pecahan sel, dan beberapa antigen.

6
d. Natural Killer Cells (Sel Natural Killer) diketahui secara morfologi mirip dengan limfosit
ukuran besar dan dikenal sebagai limfosit granular besar. Sekitar 10–15% limfosit yang
beredar pembuluh darah tepi adalah sel NK. Sel NK berperan penting pada respon dan
pengaturan imun bawaan. Sel NK mengenal dan melisiskan sel terinfeksi patogen dan sel
kanker. Sel NK melisiskan sel dengan melepaskan sejumlah granul sitolitik di sisi interaksi
dengan target. Komponen utama granul sitolitik adalah perforin. Sel NK juga menghasilkan
sitokin dan kemokin yang digunakan untuk membunuh sel target, termasuk IFN-γ, TNF-a, IL-
5, dan IL-13. Sistem imun yang ada pada tubuh dapat kita lihat dari sel darah kita.

2. Sistem Imun Adaptif (adaptive immunity system)


Imunitas ini terjadi setelah pamaparan terhadap suatu penyakit infeksi, bersifat khusus dan
diperantarai oleh oleh antibody atau sel limfoid.
Imunitas ini bisa bersifat pasif dan aktif.
a. Imunitas pasif, diperoleh dari antibody yang telah
terbentuk sebelumnya dalam inang lain.
b. Imunitas aktif, resistensi yang di induksi setelah
kontak yang efektif denga antigen asing yang
dapat berupa infeksi klinis atau subklinis,
imunisasi, pemaparan terhadap produk mikroba
atau transplantasi se lasing.
Sistem Imun Adaptif atau sistem imun nonspesifik
mempunyai kemampaun untuk mengenal benda yang dianggap asing bagi dirinya. Sistem imun adaptif
memiliki beberapa karakteristik, meliputi kemampuan untuk merespon berbagai antigen, masing-masing
dengan pola yang spesifik; kemampuan untuk membedakan antara antigen asing dan antigen sendiri; dan
kemampuan untuk merespon antigen yang ditemukan sebelumnya dengan memulai respon memori yang
kuat. Terdapat dua kelas respon imun spesifik :
a. Imunitas humoral (Humoral immunity), Imunitas humoral ditengahi oleh sekelompok limfosit yang
berdiferiensasi di sumsum tulang, jaringan limfoid sekunder yaitu meliputi limfonodus, limpa dan
nodulus limfatikus yang terletak di sepanjang saluran pernafasan, pencernaan dan urogenital.

7
b. Imunitas selular (cellular immunity), Sel T mengalami perkembangan dan pematangan dalam organ
timus. Dalam timus, sel T mulai berdiferensiasi dan memperoleh kemampuan untuk menjalankan
fungsi farmakologi tertentu. Berdasarkan perbedaan fungsi dan kerjanya, sel T dibagi dalam
beberapa subpopulasi, yaitu sel T sitotoksik (Tc), sel T penindas atau supresor (Ts) dan sel T
penolong (Th). Perbedaan ini tampak pula pada permukaan sel-sel tersebut. Untuk mengetahui cara
kerja sel T penindas atau sel T pembunhuh dapat kita lihat pada tabel dibawah ini.

Tabel Perbedaan sifat sistem imun non spesifik dan spesifik

8
Resistensi Tidak berubah oleh infeksi Membaik oleh infeksi berulang

Spesifitas Umumnya efektif terhadap semua Spesifik untuk mikroorganisme yang


mikroorganisme. sudah mensintesis sebelumnya

Sel yang penting Fagosit Limfosit

Sel NK

Sel K

Molekul yang Lizosim Antibody sitokin


penting Komplemen

Protein fase akut

Interferon ( sitokin )

Sel yang berada didominasi sel polimorfonuklear didominasi selT dan sel B
di dalamnya

Sifat bersifat general/ umum bersifat memori / diperlukan pajan pertama


dan efektik untuk pajanan berikutnya
dengan antigen yang sama

Cara kerja cara kerja cepat cara kerja kualitas meningkat karena
memiliki sifat memory

2.3 Antigen dan Antibodi


1. Antigen
Antigen merupakan bahan asing yang merupakan target yang akan dihancurkan oleh sistem
kekebalan tubuh. Antigen ditemukan di permukaan seluruh sel, tetapi dalam keadaan normal, sistem
kekebalan seseorang tidak bereaksi terhadap selnya sendiri. Sehingga dapat dikatakan antigen
merupakan sebuah zat yang menstimulasi tanggapan imun. Antigen biasanya berbentuk protein atau
polisakarida. Sistem kekebalan atau sistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar biologis
yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem kekebalan bekerja dengan
benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksibakteri dan virus, serta menghancurkan sel
kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya melindungi
tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkan patogen. Sistem kekebalan juga memberikan

9
pengawasan terhadap sel tumor, dan terhambatnya sistem ini juga telah dilaporkan meningkatkan
resiko terkena beberapa jenis kanker.
Pada umumnya, antigen-antigen dapat di klasifikasikan menjadi dua jenis utama, yaitu antigen
eksogen dan antigen endogen.antigen eksogen adalah antigen-antigen yang disajikan dari luar kepada
hospes dalam bentuk mikroorganisme,tepung sari,obat-obatan atau polutan.Antigen ini
bertanggungjawab terhadap suatu spektrum penyakit manusia, mulai dari penyakit infeksi sampai ke
penyakit-penyakit yang dibenahi secara immologi, seperti pada asma. Antigen endogen adalah antigen
yang terdapat didalam tubuh dan meliputi antigen-antigen berikut:antigen senogeneik (heterolog),
antigen autolog dan antigen idiotipik atau antigen alogenik (homolog). Antigen senogeneik adalah
antigen yang terdapat dalam aneka macam spesies yang secara filogenetik tidak ada hubungannya,
antigen-antigen ini penting untuk mendiagnosa penyakit. Kelompok-kelompok antigen yang paling
banyak mempunyai arti klinik adalah kelompok-kelompok antigen yang digunakan untuk
membedakan satu individu spesies dengan individu spesies yang sama. Pada manusia determinan
antigen semacam ini terdapat pada sel darah merah,sel darah putih trombosit, protein serum, dan
permukaan sel-sel yang menyusun jaringan tertentu dari tubuh, termaksud antigen-antigen
histokompatibilitas. Antigen ini dikenal antigen polomorfik, karena adanya dua atau lebih bentuk-
bentuk yang berbeda secara genetik didalam populasi.ciri – ciri antigen yang menentukan
imunogenitas dalam respon imun :
a. Keasingan,yaitu imunogen adalah bahwa zat tersebut secara genetik asing terhadap hospes
b. Ukuran molekul
c. Kekompleksian kimia dan struktural
d. Penentu antigen ( epilop )
e. Konstitusi genetik inang
f. Dosis, jalur, dan saat pemberian anti gen.
2. Antibodi
Antibodi adalah protein yang dapat ditemukan pada darah atau kelenjar tubuhvertebrata
lainnya, dan digunakan oleh sistem kekebalan tubuh untuk mengidentifikasikan dan menetralisasikan
benda asing seperti bakteri dan virus. Mereka terbuat dari sedikit struktur dasar yang disebut rantai.
Tiap antibodi memiliki dua rantai berat besar dan dua [rantai ringan]. Antibodi diproduksi oleh tipe sel
darah yang disebut sel B. Terdapat beberapa tipe yang berbeda dari rantai berat antibodi, dan beberapa
tipe antibodi yang berbeda, yang dimasukan kedalam isotype yang berbeda berdasarkan pada tiap
rantai berat mereka masuki. Lima isotype antibodi yang berbeda diketahui berada pada tubuh mamalia,
yang memainkan peran yang berbeda dan menolong mengarahkan respon imun yang tepat untuk tiap
tipe benda asing yang berbeda yang ditemui. Antibodi adalah molekul immunoglobulin yang bereaksi

10
dengan antigen spesifik yang menginduksi sintesisnya dan dengan molekul yang sama; digolongkan
menurut cara kerja seperti agglutinin, bakteriolisin, hemolisin, opsonin, atau presipitin. Antibodi
disintesis oleh limfosit B yang telah diaktifkan dengan pengikatan antigen pada reseptor permukaan
sel. Antibodi biasanya disingkat penulisaanya menjadi Ab.(Dorlan).
Antibodi terdiri dari sekelompok protein serum globuler yang disebut sebagai immunoglobulin
(Ig). Sebuah molekul antibody umumnya mempunyai dua tempat pengikatan antigen yang identik dan
spesifik untuk epitop (determinan antigenik) yang menyebabkan produksi antibody tersebut. Masing-
masing molekul antibody terdiri atas empat rantai polipeptida, yaitu dua rantai berat (heavy chain)
yang identik dan dan dua rantai ringan (light chain) yang identik, yang dihubungkan oleh jembatan
disulfida untuk membentuk suatu molekul berbentuk Y. Pada kedua ujung molekul berbentuk Y itu
terdapat daerah variabel (V) rantai berat dan ringan. Disebut demikian karena urutan asam amino pada
bagian ini sangat bervariasi dari satu antibodi ke antibodi yang lain.Daerah V rantai berat dan daerah V
rantai ringan secara bersama-sama membentuk suatu kontur unik tempat pengikatan antigen milik
antibodi.Interaksi antara tempat pengikatan antigen dengan epitopnya mirip dengan interaksi enzim
dan substratnya: ikatan nonkovalen berganda terbentuk antara gugus-gugus kimia pada masing-masing
molekul(Campbell).
3. Interaksi Antigen dan Antibodi
Interaksi Antigen dan Anti bodiadalahsebagaiberikut :
a. Reaksi ini pada umunya spesifik,biarpun ada beberapa ditemukan reaksi silang (cross – reaction)
b. Pengabunggan antara antigen – antibodi adalah erat sekali, tetapi seringkali reversible.
c. Antigen dan antibodi bergabung dalam jumlah yang variabel ( Danysz phenomenon )
d. Antigen dan antibodi adalah suatu reaksi kimia, karena yang bergabung adalah gugus – gugus
spesifik dari kedua regens.
e. Dari suatu antigen dengan antiserumnya dapat diperihatkan tipe – tipe reaksi serologic yang
berbeda, mungkin disebabkan oleh molekul – molekul antibodi yang sama sering merefleksikan
yang berbeda.
4. Komplemen
Sistem Komplemen adalah komponen immunitas bawaan lainnya yang penting. Sistem ini terdiri
dari 30 protein-protein dalam serum atau di permukaan sel-sel tertentu. Aktivasi sistem komplemen
mengasilkan suatu reaksi biokimia yang akan melisiskan dan merusak sel asing atau sel tak berguna.
Tanpa aktivasi, komponen dari sistem komplemen bertindak sebagai proenzim dalam cairan tubuh.
Ketika diaktivasi, akan menghasilkan sejumlah fragmen komplemen reaktif secara biologis. Fragmen
komplemen tersebut akan memodulasi bagian lain dari sistem imun dengan cara terikat secara langsung
pada T limfosit dan sumsum tulang penghasil limfosit (B limfosit) pada sistem imun adaptif dan juga

11
menstimulasi sintesis dan pelepasan sitokin. Komponen komplemen juga dapat meningkatkan
fagositosis makrofag dan neutrofil dengan bekerja sebagai opsionin.
Umumnya komplemen mempunyai efek utama , yakni :
1. Lisis sel ( misalnya bakteri dan sel tumor )
2. Menghasilkan perantara yang ikut serta dalam peradangan dan menarik fagositosis.
3. Opsinosasi organisme dan kompleks imun untuk pembersihan fagositosis.
4. Peningkatan respon imun berperantara antibody.
Protein komplemen terutama disintesis oleh hati dan sel fagositik. Karena tidak tahan panas ,
komplemen dinonaktifkan pada suhu 56 0 c selama 30 menit.Efek – efek biologik utama komplemen
yakni opsonisasi, anafilaktosin, sitolisis.
Akibat klinik dari defisiensi komplemen secara umum mengakibatkan peningkatan kepekaan
terhadap penyakit infeksi , misalnya defisiensi C2 sering menimbulkan infeksi bakteri piogenik yang
serius. Defisiensi komponen kompleks penyerang selaput sangat meningkatkan kepekaan terhadap
infeksi Neisseria . defisiensi pada komponen jalur alternative juga telah diketahui , misalnya
defisiensi properdin membuat orang lebih peka terhadap penyakit meningokokus.
5. Sitokin dan Kemokin
a. Pengertian sitokin dan kemokin
Sitokin dan kemokin adalah polipeptida yang memiliki fungsi penting dalam regulasi semua
fungsi sistem imun. Sitokin berperan dalam menentukan respon imun alamiah dengan cara mengatur
atau mengontrol perkembangan, differensiasi, aktifasi, lalulintas sel imun, dan lokasi sel imun dalam
organ limfoid. Sitokin merupakan suatu kelompok“messenger intrasel” yang berperan dalam proses
inflamasi melalui aktifasi sel imun inang. Sitokin Juga memainkan peran mediator poten untuk
inflamasi sel. Sitokin dan kemokin menghasilkan hubungan kompleks yang dapat mengaktifkan atau
menekan respon inflamasi. Telah dikenal lebih 30 sitokin. Sebagian besar sel sistem imun dan
beberapa sel lainnya melepaskan sitokin. Interleukin-1 (IL-1) dan tumor necrosis factor-a (TNF-a)
contoh sitokin yang berperan penting dalam merespon infeksi bakteri, keduanya merupakan
polipeptida berbobotmolekul kecil yang memiliki efek yang luas dalam berbagai reaksi dalam tubuh,
termasuk respon imunologi, inflamasi, dan hematopoiesis.
b. Sitokin dan inflamasi
Endotoksin dan trauma fisik dapat pula menimbulkan pelepasan sitokin yang berperan
pada inflamasi akut, yang lokal maupun yang sistematik.
c. Sitokin dan pengobatan
Sitokin dapat digunakan sebagai pengganti komponen sistem imun yang defesiensi atau
untuk menggerahkan sel – sel yang diperlukan dalam menanggulangi defisiensi imun primer atau

12
sekunder, merangsang sistem sel imun dalam respons terhadap tumor infeksi bakteri atau virus
yang berlebihan. Antisitokin telah digunakan untuk mengontrol penyakit autoimun dan pada
keadaan dengan sistem imun yang terlalu aktif / patologik.
6. Imunologi
Imunolgi terbagi menjadi 2 yaitu imunologi infeksi dan imunologi kanker.
1. Imunologi infeksi
Bila suatu mikroorganisme menembus kulit atau selaput lendir, maka tubuh akan
mengerahkan keempat komponen sistem imun untuk menghancurkannya, yaitu antibodi fagosit,
komplemen dan sel – sel sistem imun. Bila suatu antigen pertama masuk kedalam tubuh, dalam
beberapa hari pertama antibodi dan sel sistem imun spesifik lainnya lainnya belum memberikan
respons. Tetapi komplemen dan pagosit serta komponen imun nonspesifik lainnya dapat bekerja
langsung untuk menghancurkannya.
2. Imunulogi kanker
Peran penting imunitas lainnya adalah untuk menemukan dan menghancurkan tumor. Sel tumor
menunjukan antigen yang tidak ditemukan pada sel normal. Untuk sistem imun, antigen tersebut
muncul sebagai antigen asing dan kehadiran mereka menyebabkan sel imun menyerang sel tumor.
Antigen yang ditunjukan oleh tumor memiliki beberapa sumber; beberapa berasal dari virus
onkogenik seperti papillomavirus, yang menyebabkan kanker leher rahim, sementara lainnya adalah
protein organisme sendiri yang muncul pada tingkat rendah pada sel normal tetapi mencapai tingkat
tinggi pada sel tumor. Salah satu contoh adalah enzim yang disebut tirosinase yang ketika ditunjukan
pada tingkat tinggi, merubah beberapa sel kulit (seperti melanosit) menjadi tumor yang disebut
melanoma. Kemungkinan sumber ketiga antigen tumor adalah protein yang secara normal penting
untuk mengatur pertumbuhan dan proses bertahan hidup sel, yang umumnya bermutasi menjadi
kanker membujuk molekul sehingga sel termodifikasi sehingga meningkatkan keganasan sel
tumor.Sel yang termodifikasi sehingga meningkatkan keganasan sel tumor disebut onkogen.
Respon utama sistem imun terhadap tumor adalah untuk menghancurkan sel abnormal
menggunakan sel T pembunuh, terkadang dengan bantuan sel T pembantu. Antigen tumor ada pada
molekul MHC kelas I pada cara yang mirip dengan antigen virus. Hal ini menyebabkan sel T
pembunuh mengenali sel tumor sebagai sel abnormal. Sel NK juga membunuh sel tumor dengan cara
yang mirip, terutama jika sel tumor memiliki molekul MHC kelas I lebih sedikit pada permukaan
mereka daripada keadaan normal; hal ini merupakan fenomena umum dengan tumor.Terkadang
antibodi dihasilkan melawan sel tumor yang menyebabkan kehancuran mereka oleh sistem
komplemen

13
Beberapa tumor menghindari sistem imun dan terus berkembang sampai menjadi kanker.Sel
tumor sering memiliki jumlah molekul MHC kelas I yang berkurang pada permukaan mereka,
sehingga dapat menghindari deteksi oleh sel T pembunuh. Beberapa sel tumor juga mengeluarkan
produk yang mencegah respon imun; contohnya dengan mengsekresikan sitokin TGF-β, yang
menekan aktivitas makrofaga dan limfosit. Toleransi imunologikal dapat berkembang terhadap
antigen tumor, sehingga sistem imun tidak lagi menyerang sel tumor.
Makrofaga dapat meningkatkan perkembangan tumor ketika sel tumor mengirim sitokin yang
menarik makrofaga yang menyebabkan dihasilkannya sitokin dan faktor pertumbuhan yang
memelihara perkembangan tumor. Kombinasi hipoksia pada tumor dan sitokin diproduksi oleh
makrofaga menyebabkan sel tumor mengurangi produksi protein yang menghalangi metastasis dan
selanjutnya membantu penyebaran sel kanker. telah mengidentifikasikan sel kanker. Ketika
melampaui batas menyatukan dengan sel kanker, makrofaga (sel putih yang lebih kecil) akan
menyuntkan toksin yang akan membunuh sel tumor.

2.4Penyakit Imunitas
Mekanisme Imun/kekebalan tubuh merupakan sistim pertahanan tubuh yang terintegrasi sejak
awal konsepsi (pembuahan).merupakan sistim pertahanan tubuh yang sudah merupakan software
bawaan. Tetapi sistim imun tersebut dapat juga berubah menjadi suatu penyakit yang dalam beberapa
jenis tidak bisadisembuhkan.Contoh : Saat udara dingin, sering kita mengalami hidung tersumbat,
bersin2 pada saluran nafas kita (hidung), ini merupakan mekanisme untuk menghangatkan dan
melembabkan udara luar yang kita hirup kedalam paru-paru, tetapi pada orang – orang tertentu, justru
udara dingin tersebut akan memicu timbulnya reaksi yang berlebihan, yaitu timbulnya serangan sesak
nafas (astma), bisa juga timbulnya gatal - gatal di sekujur tubuh (biduren/urtikaria). Berikut ini
merupakan penyakit akibat merendahnya sistem imun.
1. Hipersensivitas
Hipersensivitas adalah reaksi imun yang patologik, terjadi akibat respons imun yang
berlebihan sehingga menimbulkan kerusakaan jaringan tubuh. Reaksi tersebut oleh Gell dan
Coombs dibagi dalam 4 tipe reaksi berdasarkan kecepatan dan mekanisme imun yang terjadi,
yaitu tipe I, II, III dan IV. Reaksi itu dapat terjadi sendiri – sendiri, tetapi klinik sering dua atau
lebih jenis tersebut terjadi bersama.
2. Autoimunitas
Autoimunitas atau hilangnya toleransi ialah reaksi sistem imun terhadap antigen jaringan
sendiri. Antigen tersebut disebut autoantigen sedangkan antibodi yang dibentuk disebut
autoantibodi. Penyakit autoimun dapat dibagi atas beberapa golongan, yaitu :
a. Berdasarkan organ terdiri atas penyakit autoimun organ spesifik dan non organ spesifik.

14
b. Berdasarkan mekanisme penykit autoimun melalui antibodi ( anemia hemolitik autoimun,
miastenia gravis dan tirotoksikosis ), penyakit autoimun melalui kompleks imun ( LES, AR ),
penyakit autoimun melalui sel T dan penyakit autoimun melalui komplemen.
3. HIV/AIDS
AIDS adalah singkatan dari acquired immunedeficiency syndrome, merupakan sekumpulan
gejala yang menyertai infeksi HIV. Infeksi HIV disertai gejala infeksi yang oportunistik yang
diakibatkan adanya penurunan kekebalan tubuh akibat kerusakan sistem imun. Sedangkan HIV
adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus.
4. Lupus
Penyakit lupus yang dalam bahasa kedokterannya dikenal sebagai systemic lupus
erythematosus (SLE) adalah penyakit radang yang menyerang banyak sistem dalam tubuh,
dengan perjalanan penyakit bisa akut atau kronis, dan disertai adanya antibodi yang menyerang
tubuhnya sendiri. Penyakit lupus atau systemic lupus erythematosus (SLE) lebih sering
ditemukan pada ras tertentu seperti ras kulit hitam, Cina, dan Filipina. Penyakit ini terutama
diderita oleh wanita muda dengan puncak kejadian pada usia 15-40 tahun (selama masa
reproduktif) dengan perbandingan wanita dan laki-laki 5:1. Penyakit ini sering ditemukan pada
beberapa orang dalam satu keluarga.
Penyebab dan mekanisme terjadinya SLE masih belum diketahui dengan jelas. Namun
diduga mekanisme terjadinya penyakit ini melibatkan banyak faktor seperti genetik, lingkungan,
dan sistem kekebalan humoral. Faktor genetik yang abnormal menyebabkan seseorang menjadi
rentan menderita SLE, sedangkan lingkungan berperan sebagai faktor pemicu bagi seseorang
yang sebelumnya sudah memiliki gen abnormal. Sampai saat ini, jenis pemicunya masih belum
jelas, namun diduga kontak sinar matahari, infeksi virus/bakteri, obat golongan sulfa, penghentian
kehamilan, dan trauma psikis maupun fisik.
Gejala Klinis dan perjalanan penyakit SLE sangat bervariasi. Penyakit dapat timbul
mendadak disertai tanda-tanda terkenanya berbagai sistem dalam tubuh. Munculnya penyakit
dapat spontan atau didahului faktor pemicu. Setiap serangan biasanya disertai gejala umum,
seperti demam, badan lemah, nafsu makan berkurang dan berat badan menurun.Infeksi juga lebih
mudah terjadi pada penderita SLE, sehingga penderita dianjurkan mendapat terapi pencegahan
dengan antibiotika bila akan menjalani operasi gigi, saluran kencing, atau tindakan bedan lainnya.
Salah satu bagian dari pengobatan SLE yang tidak boleh terlupakan adalah memberikan
penjelasan kepada penderita mengenai penyakit yang dideritanya, sehingga penderita dapat
bersikap positif terhadap terapi yang akan dijalaninya.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Imunologi adalah suatu cabang yang luas dari ilmu biomedis yang mencakup kajian mengenai
semua aspek sistem imun (kekebalan) pada semua organisme.
2. Imunitas atau sistem imun tubuh manusia terdiri dari imunitas alami atau system imunnon
spesifik dan imunitas adaptif atau system imun spesifik. Sistem imun non spesifik terdiri atas
pertahanan fisik/mekanik seperti kulit, selaput lendir, dan silia saluran napas. Sistem Imun
Adaptif humoral ditengahi oleh sekelompok limfosit yang berdiferiensasi di sumsum tulang,
jaringan limfoid sekunder yaitu meliputi limfonodus, limpa dan nodulus limfatikus yang terletak
di sepanjang saluran pernafasan, pencernaan dan urogenital.
3. Antigen merupakan bahan asing yang merupakan target yang akan dihancurkan oleh sistem
kekebalan tubuh. Sehingga dapat dikatakan antigen merupakan sebuah zat yang menstimulasi
tanggapan imun.
Antibodi adalah protein yang dapat ditemukan pada darah atau kelenjar tubuhvertebrata lainnya,
dan digunakan oleh sistem kekebalan tubuh untuk mengidentifikasikan dan menetralisasikan
benda asing seperti bakteri dan virus.
4. Berikut ini merupakan penyakit akibat merendahnya sistem imun.
 Hipersensivitas
 Autoimunitas
 HIV/AIDS
 Lupus

3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan yang diharapkan, karena
masih terbatasnya pengetahuan penulis. Olehnya itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun. Makalah ini perlu dikaji ulang agar dapat sempurna dan makalah ini harus
digunakan sebagaimana mestinya

16
DAFTAR PUSTAKA

Garna Baratawidjaja Karnen dan Rengganis Iris. 2009. Imunologi Dasar VIII. Jakarta :
Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Ernets, Jawetz. 1996. “Mikrobiologi Kedokteran Edisi 20”. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1994. “Buku Ajar Mikrobiologi
Kedokteran Edisi Revisi”. Jakarta : Penerbit Binarupa Aksara. 26
Ihsan Taufik Rahmawan. 2019. “Konsep Dasar Imunologi”.
https://www.academia.edu/8425658/idk_Imunologi.

17

Anda mungkin juga menyukai