Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH SISTEM IMUNITAS

Dosen pengampu : Dr. Candra Nurmalia Dewi

Disusun oleh :

Siti Kholifah 2221021001 Siti Rosidah 2221021007

Siti Aisyah 2221021002 Reza Natalia 2221021008

Aulia Ismawati 2221021003 Reza Ayu 2221021009

Jerigo 2221021004 Aqromia 2221021010

Dimas 2221021005 Lisa Dwi 2221021011

Yeni Putri Adelia 2221021006 Talia 2221021012

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN MALANG WIDYA CIPTA HUSADA

PRODI S1 KEPERAWATAN DAN NERS

2022 / 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat-
Nyalah tulisan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Penulisan makalah yang berjudUl
“Sistem Imunitas” ini dalam rangka pembelajaran mata kuliah Biomedik salah satu mata kuliah
dalam Institut Teknologi Kesehatan Malang Widya Cipta Husada .

Penulis Menyadari bahwa tulisan ini tidak luput dari kekurangan-kekurangan. Hal ini
disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu,
semua kritik dan saran pembaca akan penulis terima dengan senang hati demi perbaikan naskah
penelitian lebih lanjut.

Tulisan ini dapat penuh selesaikan berkat adanya bimbingan dan bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, sudah sepantasnyalah pada kesempatan ini penulis menyampaikan
ucapan terima kasih kepada semua pihak, terutama bimbingan dari dosen Jurusan S1
Keperawatan Mata Kuliah Biomedik oleh Ibu Dr. Candra Nurmalia Dewi yang telah
memberikan masukan demi kelancaran dan kelengkapan naskah tulisan ini. Akhimya, semoga
tulisan yang jauh dari sempuma ini ada manfaatnya.

 
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Sistem imunitas didalam tubuh manusia merupakan satu kesatuan yang kompleks dan berlapis-
lapis dalam menghadapi invasi patogen yang masuk seperti bakteri, jamur, virus dan parasit.
Beberapa upaya tubuh untuk melawan patogen tersebut ialah dengan adanya respon imun spesifik
dan non-spesifik.

Imunitas non-spesifik ,seperti fagosit, sel NK dan sistem komplemen, selalu ada pada individu yang
sehat dan akan dengan cepat mengeliminasi mikroba yang masuk ke jaringan pada 12 jam pertama
infeksi. Berbeda dengan sistem imun non-spesifik, sistem imun spesifik mempunyai kemampuan
untuk mengenal benda yang dianggap asing dan memiliki memori untuk mengatasi pajanan ulang
dengan cepat.

Salah satu upaya tubuh untuk mempertahankan diri dari masuknya antigen yaitu dengan cara
menghancurkan antigen tersebut secara non-spesifik yang dikenal dengan proses fagositosis.
Makrofag merupakan salah satu sel utama pertahanan non spesifik yang melakukan fagositosis yaitu
melalui pengenalan, pengikatan, endositosis, fusifagosom, pemusnahan dan pencernaan bakteri.

Selama proses fagositosis berlangsung, akan terjadi Respiratory burst yaitu dilepaskannya ROI atau
metabolit oksigen yang akan berperan membunuh patogen yang merusak tubuh.

1.2 Rumusan masalah

1. Apa yang dimaksud dengan anatomi fisiologi imun ?


2. Apa yang dimaksud dengan pertahanan non spesifik?
3. Apa yang dimaksud dengan pertahanan spesifik?
4. Apa fungsi sitem imunitas?
5. Bagaimana mekanisme pembentukan kekebalan tubuh?
6. Apa saja penyakit yang berhubungan dengan imunitas?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui anatomi fisiologi imun


2. Untuk mengetahui pertahanan non spesifik
3. Untuk mengetahui pertahanan spesifik
4. Untuk mengetahui fungsi dari sistem imunitas
5. Untuk mengetahui mekanisme pembentukan kekebalan tubuh
6. Untuk mengetahui penyakit pada imunitas

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 ANATOMI FISIOLOGI SISTEM IMUNITAS

Sistem imunitas atau antibodi tubuh adalah pertahanan tubuh manusia.Sistem imunitas dalam
tubuh manusia terbagi menjadi 2 yaitu sistem imunitasspesifik dan pertahanan non spesifik. Sistem
imunitas spesifik adalah sistemimunitas pertahanan yang didapat. Maksud dari didapat adalah diinduksi
melaluipajanan terhadap agen infeksius spesifik. Jaringan limfatik dan organ tubuh yangmembentuk
sistem imunitas. Sedangkan untuk nonspesifik adalah pertahananyang memberikan perlindungan umum
terhadap berbagai agen . Beberapa ahlimenyebutkan sistem imunitas ini adalah imunitas bawaan lahir
atau alami.

2.2 PERTAHANAN NON SPESIFIK

Sistem pertahanan tubuh pada manusia terbagi menjadi dua, yaitu sistem pertahanan tubuh
spesifik dan sistem pertahanan tubuh nonspesifik. Pada saat tubuh pertama kali mendapat 'serangan'
dari luar, yang bekerja terlebih dahulu adalah sistem pertahanan tubuh nonspesifik. Jika 'serangan'
tersebut berhasil menembus pertahanan nonspesifik, barulah sistem pertahanan tubuh spesifik yang
akan bekerja.

1. Pertahanan Nonspesifik Eksternal

Pertahanan nonspesifik eksternal adalah pertahanan tubuh yang paling luar dan tugasnya melindungi
agar antigen tidak masuk ke dalam tubuh. Contohnya, kulit, membran mukosa atau selaput lendir, dan
kelenjar air mata.

Seperti yang kamu tahu, kulit merupakan bagian terluar tubuh, sehingga kulit bisa berperan sebagai
penghalang antigen. Sementara itu, membran mukosa merupakan lapisan yang melapisi bagian dalam
organ tubuh, seperti saluran pernapasan dan pencernaan. Nah, membran mukosa ini dapat
menghasilkan lendir yang akan memerangkap antigen, sehingga antigen itu nggak bisa masuk ke sel-sel
tubuh.

2. Pertahanan Nonspesifik Internal

Pertahanan nonspesifik internal adalah pertahanan tubuh yang akan bekerja jika ada antigen yang bisa
menembus pertahanan nonspesifik eksternal.
Pertahanan nonspesifik internal melibatkan aktivitas sel darah putih, seperti:

a. Neutrofil dan makrofag untuk fagositosis atau ‘memakan’ antigen dan patogen berbahaya

b. Eosinofil untuk menghancurkan patogen multiseluler seperti cacing

c. Sel NK (Natural Killer) untuk membunuh sel yang terinfeksi, serta sel mast yang terlibat dalam
inflamasi (peradangan).

2.3 SISTEM PERTAHANAN SPESIFIK

Merupakan respon imun yang didapat (acquired), yang timbul akibat dari rangsangan antigen
tertentu, sebagai akibat tubuh pernah terpapar sebelumnya. Respons imun spesifik dimulai dengan
adanya aktifitas makrofag atau antigen precenting cell (APC) yang memproses antigen sedemikian rupa
sehingga dapat menimbulkan interaksi dengan sel-sel imun. Dengan rangsangan antigen yang telah
diproses tadi, sel-sel system imun berploriferasi dan berdiferensiasi sehingga menjadi sel yang memiliki
kompetensi imunologik dan mampu bereaksi dengan antigen.

2.3.1 KARAKTERISTIK SISTEM IMUN


Sistem imun, sistem kekebalan, atau sistem pertahanan tubuh adalah sel-sel
dan banyak struktur biologis lainnya yang bertanggung jawab atas imunitas, yaitu
pertahanan pada organisme untuk melindungi tubuh dari pengaruh biologis luar dengan
mengenali dan membunuh patogen. Sementara itu, respons kolektif dan terkoordinasi
dari sistem imun tubuh terhadap pengenalan zat asing disebut respons imun. Agar
dapat berfungsi dengan baik, sistem ini akan mengidentifikasi berbagai macam
pengaruh biologis luar seperti dari infeksi, bakteri, virus sampai parasit, serta
menghancurkan zat-zat asing lain dan memusnahkan mereka dari sel dan jaringan
organisme yang sehat agar tetap berfungsi secara normal.
Manusia dan vertebrata berahang lainnya memiliki mekanisme pertahanan yang
kompleks, yang dapat dibagi menjadi sistem imun bawaan dan sistem imun adaptif.
Sistem imun bawaan merupakan bentuk pertahanan awal yang melibatkan penghalang
permukaan, reaksi peradangan, sistem komplemen, dan komponen seluler. Sistem imun
adaptif berkembang karena diaktifkan oleh sistem imun bawaan dan memerlukan waktu
untuk dapat mengerahkan respons pertahanan yang lebih kuat dan spesifik. Imunitas
adaptif (atau dapatan) membentuk memori imunologis setelah respons awal terhadap
patogen dan membuat perlindungan yang lebih ditingatkan pada pertemuan dengan
patogen yang sama berikutnya. Proses imunitas dapatan ini menjadi dasar dari
vaksinasi.

2.3.2 KOMPONEN SISTEM IMUN

Komponen sistem imun menurut sel tubuh dibagi menjadi sistem imun humoral
dan sistem imun seluler. Sistem imun humoral terdiri atas antibodi (Imunoglobulin yang
disingkat Ig) dan sekret tubuh (saliva, air mata, serumen, keringat, asam lambung,
pepsin, dll). Sedangkan sistem imun dalam bentuk seluler berupa makrofag, limfosit,
neutrofil beredar di dalam tubuh kita.

2.3.3 JENIS IMUNITAS

Jenis Sistem Imunitas Tubuh pada Manusia

ada 2 jenis imunitas yang dimiliki oleh tubuh kita. Kedua jenis imunitas tersebut adalah
imunitas aktif dan imunitas pasif.

1. Imunitas Aktif

Imunitas aktif dapat diperoleh dengan melakukan kontak langsung antara toksin atau
patogen sehingga tubuh mampu memproduksi antibodinya sendiri.
Imunitas aktif itu sendiri dibagi lagi menjadi 2 jenis, yaitu imunitas aktif dan imunitas alami. 
Imunitas aktif alami terjadi jika setelah seseorang terpapar penyakit, sistem imunitas
memproduksi antibodi dan limfosit khusus. Imunitas ini dapat bersifat seumur hidup,
seperti pada kasus cacar dan campak, atau sementara seperti pada kasus gonore dan
pneumonia.

imunitas aktif buatan timbul karena adanya rangsangan dari patogen yang dimasukkan
ke dalam tubuh melalui vaksin yang kemudian mengaktifkan sistem imun. Vaksin sendiri
merupakan patogen yang sudah dilemahkan atau toksin yang sudah diubah sebelumnya.

2. Imunitas Pasif

Imunitas pasif terjadi jika antibodi dari satu individu dipindahkan ke individu lainnya.
Sama seperti imunitas aktif, imunitas pasif juga terbagi menjadi imunitas pasif alami dan
imunitas pasif buatan. 
Imunitas pasif alami terjadi melalui pemberian ASI kepada bayi dan saat antibodi IgG
(inunoglobulin G) milik ibu masuk ke plasenta. Antibodi IgG tersebut dapat memberikan
kekebalan sementara untuk beberapa minggu atau beberapa bulan setelah kelahiran. 

Imunitas pasif buatan adalah imunitas pasif yang terjadi melalui injeksi antibodi dalam
serum. Imunitas pasif dihasilkan oleh orang atau hewan yang kebal karena pernah terpapar
antigen tertentu. Contohhnya antara lain antibodi dari kuda yang kebal terhadap gigitan
ular dapat diinjeksikan kepada manusia yang digigit ular sejenis.
2.3.4 SEL-SEL DALAM IMUNITAS

Sel sel yang berperan dalam sistem imun manusia

1. Sel limfosit

Sel Limfosit adalah salah satu bagian dari sel darah putih yang sangat penting untuk
menjaga sistem imunitas pada tubuh.Limfosit utamanya berperan dalam imunitas adaptif.

Jenis Sel Limfosit adalah:

1. Sel B atau Limfosit B adalah limfosit yang memainkan peran penting pada imunitas
humoral. Perkembangan Sel B dalam sumsum tulang adalah antigen independen tetapi
perkembangan selanjutnya memerlukan
rangsangan dari antigen.

Fungsi utama sel B adalah untuk membuat antibodi melawan antigen. Sel B adalah
komponen sistem imun adaptif. Fungsi dasar sel B adalah mengikat antigen, menerima bantuan
dari sel T pembantu, dan berdiferensiasi menjadi sel plasma yang mengeluarkan antibodi dalam
jumlah besar. Reseptor antigen pada sel B biasa disebut reseptor sel B merupakan
imunoglobulin.

Sel B terbagi menjadi dua jenis:

A. Sel B-1 atau sel B CD5, merupakan sel B yang ditemukan pada ruang peritoneal
dan pleural dan memiliki kemampuan untuk berproliferasi.

b. Sel B-2 atau sel B konvensional, merupakan sel B hasil sintesis sumsum tulang
yang memenuhi plasma darah dan jaringan sistem limfatik dan tidak memiliki
kemampuan untuk berproliferasi.

2. sel T merupakan salah satu sel dalam sistem imun tubuh yang berperan untuk
melindungi tubuh dari serangan dari luar. penyakit sel T juga berfungsi untuk melawan alergi
dan tumor tertentu yang bisa menyerang tubuh manusia setiap saat. Artinya, sel T mempunyai
fungsi yang spesifik sekaligus fleksibel.

Fungsi Sel T secara umumnya :


– Membantu sel B dalam memproduksi antibodi
– Mengenal dan menghancurkan sel yang terinfeksi
virus
– Mengaktifkan makrofag dalam fagositosis
– Mengontrol ambang dan kualitas sistem imun
Jenis sel T pada sistem imun:

a. Sel T sitotoksik

Sel T sitotoksik berfungsi untuk membunuh dan menghancurkan sel yang terinfeksi
virus. Sel sitotoksik dapat melepaskan granula sitotoksok ke dalam sel yang terinfeksi virus. Hal
tersebut akan membunuh sel tersebut sehingga tidak meganggu sistem kekebalan tubuh.

b. Sel T helper

Sel T helper adalah sel T yang tidak bisa menghancurkan atau menyerang agen
penginfeksi. Namun, sel T dapat disebut sebagai koordinator dalam respons imun tubuh.

c. Sel T memori adalah jenis sel T yang berumur panjang.

Sel T memori dapat mengenali antigen virus atau agen penginfeksi yang sebelumnya
pernah memasuki tubuh.

2. Sel Neutrofil

Sel Neutrofil adalah salah satu jenis sel darah putih yang ada di dalam tubuh manusia.
Tubuh membutuhkan neutrofil untuk melawan infeksi sekaligus melindunginya dari berbagai
ancaman penyakit. Sel darah putih memiliki peran penting dalam sistem kekebalan tubuh.

3. Sel basofil

Sel Basofil merupakan salah satu jenis sel darah putih yang memiliki peran penting
sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh. Sel basofil ini berperan penting dalam
menghasilkan reaksi peradangan untuk melawan infeksi. Selain itu, basofil juga turut berperan
dalam munculnya reaksi alergi.

2.4 FUNGSI SISTEM IMUNITAS

Fungsi sistem imun yang paling utama adalah melindungi tubuh dari patogen atau
kuman yang bisa membawa penyakit. Setelah itu, sistem daya tahan tubuh itu akan
mengeluarkan patogen dari tubuh. Selain itu, fungsi sistem imun bagi tubuh manusia
adalah menganalisis serta menetralisir berbagai zat berbahaya.
2.5 MEKANISME PEMBENTUKAN KEKEBALAN TUBUH

Proses pembentukan antibodi sendiri terbagi menjadi dua, yakni:

1. Secara Alami

Proses pembentukan antibodi secara alami di dalam tubuh manusia terjadi dimana substansi
tersebut diwariskan dari ibu ke janinnya melalui plasenta. Sistem kekebalan bawaan memberikan
pertahanan umum terhadap kuman dan zat berbahaya yang masuk ke tubuh, misalnya melalui sistem
pencernaan atau kulit.

2. Melalui Antigen

Pembentukan antibodi karena paparan antigen akan menghasilkan reaksi imunitas. Ketika antigen
menempel pada reseptor khusus di sel imun, seluruh rangkaian diproses dalam tubuh. Setelah tubuh
bersentuhan dengan kuman penyebab penyakit untuk pertama kalinya, biasanya tubuh menyimpan
informasi tentang kuman dan cara melawannya. Kemudian jika bersentuhan dengan kuman lagi, tubuh
sudah langsung mengenali kuman dan lebih cepat untuk melawannya.

2.6 PENYAKIT YANG BERHUBUNGAN DENGAN IMUNITAS

Jenis penyakit imun yang umum terjadi :

1. Diabetes tipe 1

Pankreas adalah organ yang salah satunya berfungsi untuk menghasilkan hormon
insulin, yang membantu mengatur kadar gula darah.
Pada diabetes melitus tipe 1, sistem kekebalan menyerang dan menghancurkan sel penghasil
insulin di pankreas. Hasil gula darah yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh
darah, serta organ seperti jantung, ginjal, mata, dan saraf.

2. Rheumatoid arthritis (RA)

Pada RA, sistem kekebalan menyerang persendian. Serangan ini dapat menyebabkan gejala
kemerahan, rasa hangat, nyeri, dan kaku pada persendian. Tidak seperti osteoarthritis yang
biasanya menyerang orang seiring bertambahnya usia, RA dapat dimulai sejak usia 30-an atau
lebih cepat.

3. Psoriasis atau psoriatic arthritis

Sel-sel kulit biasanya tumbuh dan kemudian terlepas saat tidak lagi dibutuhkan.
Psoriasis menyebabkan sel kulit berkembang terlalu cepat. Sel ekstra kemudian menumpuk dan
membentuk bercak merah yang meradang, biasanya dengan sisik putih dari plak pada kulit.
Hingga 30 persen penderita psoriasis juga mengalami pembengkakan, kekakuan, dan nyeri pada
persendian mereka. Bentuk penyakit ini disebut arthritis psoriatis.
4. Multiple sclerosis

Multiple sclerosis (MS) merusak selubung mielin, lapisan pelindung yang mengelilingi sel
saraf, di sistem saraf pusat. Kerusakan pada selubung mielin kemudian memperlambat
kecepatan transmisi pesan antara otak dan sumsum tulang belakang ke dan dari seluruh tubuh.
Kerusakan ini dapat menyebabkan gejala seperti: Mati rasa, Kelemahan, Masalah keseimbangan,
Kesulitan berjalan.

5. Systemic lupus erythematosus (SLE)

Meskipun para dokter pada tahun 1800-an pertama kali menggambarkan lupus sebagai
penyakit kulit karena ruam yang biasa ditimbulkannya, sebenarnya SLE atau lupus eritematosus
sistemik (LES) dapat memengaruhi banyak organ, termasuk persendian, ginjal, otak, dan
jantung. Gejala lupus yang paling umum, di antaranya yakni: Nyeri sendi,Kelelahan, Ruam.

6. Penyakit radang usus Inflammatory bowel disease (IBD) atau penyakit radang usus

Adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kondisi yang menyebabkan


peradangan pada lapisan dinding usus. Setiap jenis IBD memengaruhi bagian saluran
pencernaan yang berbeda. Penyakit Crohn dapat meradang di bagian mana pun dari saluran
pencernaan, dari mulut hingga anus. Sementara, kolitis ulserativa hanya memengaruhi lapisan
usus besar (kolon) dan rektum.

7. Penyakit Addison Penyakit Addison

Memengaruhi kelenjar adrenal, yang menghasilkan hormon kortisol dan aldosteron serta
hormon androgen. Kekurangan kortisol sendiri dapat memengaruhi cara tubuh menggunakan
dan menyimpan karbohidrat dan gula (glukosa). Sementara, kekurangan aldosteron akan
menyebabkan kehilangan natrium dan kalium berlebih dalam aliran darah. Gejala penyakit
Addison di antaranya dapat berupa: Kelemahan, Kelelahan, Penurunan berat badan,Gula darah
rendah.

8. Penyakit Graves

Penyakit Graves menyerang kelenjar tiroid di leher, menyebabkannya memproduksi terlalu


banyak hormon. Hormon tiroid sendiri berfungsi salah satunya untuk mengontrol penggunaan
energi tubuh, yang dikenal sebagai metabolisme. Terlalu banyak hormon ini pada akhirnya pun
dapat meningkatkan aktivitas tubuh, menyebabkan gejala seperti: Kegugupan,Detak jantung
cepa, Intoleransi panas, Penurunan berat badan.

9. Tiroiditis Hashimoto
Pada tiroiditis Hashimoto, produksi hormon tiroid melambat hingga mengalami defisiensi.
Gejala tiroiditis Hashimoto antara lain dapat berupa: Penambahan berat badan, Kepekaan
terhadap dingin, Kelelahan, Rambut rontok,Pembengkakan tiroid (gondok).

10. Sindrom Sjögren

Kondisi ini menyerang kelenjar yang memberi pelumasan pada mata dan mulut. Gejala
khas sindrom Sjögren adalah mata kering dan mulut kering, tetapi juga dapat memengaruhi
persendian atau kulit.

11. Penyakit myasthenia gravis Myasthenia gravis

Memengaruhi impuls saraf yang membantu otak mengontrol otot. Ketika komunikasi dari
saraf ke otot terganggu, sinyal tidak dapat mengarahkan otot untuk berkontraksi. Gejala
myasthenia gravis yang paling umum adalah kelemahan otot yang semakin memburuk saat
beraktivitas dan membaik dengan istirahat. Sering kali otot yang mengontrol gerakan mata,
kelopak mata terbuka, menelan, dan gerakan wajah terlibat.

12. Vaskulitis autoimun


Vaskulitis autoimun terjadi ketika sistem kekebalan menyerang pembuluh darah.
Peradangan yang terjadi mempersempit arteri dan vena, sehingga lebih sedikit darah yang
mengalir melalui mereka.

13. Anemia pernisiosa

Anemia pernisiosa menyebabkan kekurangan protein yang dibuat oleh sel-sel lapisan perut
yang dibutuhkan agar usus halus dapat menyerap vitamin B-12 dari makanan. Tanpa cukup
vitamin ini, seseorang akan mengembangkan anemia, dan kemampuan tubuh untuk sintesis
DNA yang tepat akan berubah. Anemia pernisiosa lebih sering terjadi pada kelompok lansia.

14. Penyakit celiac

Orang dengan penyakit celiac tidak dapat makan makanan yang mengandung gluten,
protein yang ditemukan dalam gandum, gandum hitam, dan produk biji-bijian lainnya. Ketika
gluten ada di usus kecil, sistem kekebalan menyerang bagian saluran pencernaan ini dan
menyebabkan peradangan.

Beberapa tanda dan gejala penyakit celiac yang paling mungkin terjadi, yakni: Diare Perut
kembung, Gas lambung berlebih atau begah, Penurunan berat badan,Anemia defisiensi
besi ,Sembelit, Ruam gatal di kulit
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa

Sistem imunitas atau antibodi tubuh adalah pertahanan tubuh manusia.Sistem imunitas dalam
tubuh manusia terbagi menjadi 2 yaitu sistem imunitasspesifik dan pertahanan non spesifik. Sistem
imunitas spesifik adalah sistemimunitas pertahanan yang didapat. Maksud dari didapat adalah diinduksi
melaluipajanan terhadap agen infeksius spesifik. Jaringan limfatik dan organ tubuh yangmembentuk
sistem imunitas. Sedangkan untuk nonspesifik adalah pertahananyang memberikan perlindungan umum
terhadap berbagai agen .
DAFTAR PUSTAKA

 Bratawidjaya K G. Imunologi Dasar Edisi ke-10. Jakarta: Badan Penerbit

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2012.

 Wahab A S, Madarina Julia. Sistem Imun, Imunisasi, dan Penyakit Imun.

Jakarta: Penerbit Widya Medika; 2002.

 Abbas K A, Lichtmant A H, Pillai S. Cellular and Molecular Immunologi.


Sixth ed. Philadelphia : W B Saunders Company; 2007.

 9. Abbas K A, Lichtmant A H, Pillai S. Cellular and Molecular Immunologi.


Seventh ed. Philadelphia : W B Saunders Company; 2012.

Anda mungkin juga menyukai