Anda di halaman 1dari 26

Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem Imun

OLEH :

BAKHTIAR AGUS ZILIWU

(170204090)

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
MEDAN 2020
KATA PENGANTAR
Kami panjatkan puji dan syukur kehadiran Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan rahmat
karunianya sehingga saya dapat menyusun makalah “ASUHAN KEPERAWATAN
GANGGUAN SISTEM IMUN Makalah ini disusun sebagai tugas dari mata kuliah Kep
Gerontik.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan, bimbinangan, dan dukungan dari berbagai
pihak. oleh karena itu dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan terimakasih kepada
Bapak/Ibu yang terhormat :
1. Perlindungan purba,SH,MM,selaku ketua yayasan sari mutiara Medan
2. Dr. Ivan Elisabeth Purba,M,kep,selaku Rektor universitas sari mutiara Indonesia
3. Taruli Sinaga.SP,M.KM,selaku Dekan Fakultas farmasi dan ilmu kesehatan
4. Ns, Rinco Siregar,S,kep. M, kep, selaku ketua program studi ners fakultas farmasi dan
ilmu kesehatan universitas sari mutiara Indonesia
5. Ns, Siska Evi, MNS, selaku dosen pengajar Kep. Gerontik yang telah memberikan
bimbingan,arahan, dan saran kepada kami dalam menyelesaikan makalah ini.
6. Tersistimewa kepada orang tua kami yang memberikan doa, dukungan, Moril maupun
Materil.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dari isi maupun
susunanya, untuk penyusun membuka diri terhadap kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan khususnya dibidang keperawatan, akhir kata penyusun mengucapkan
terimakasih.

Medan,28 Oktober 2020

Bakhtiar Agus Ziliwu


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Pengertian Sistem imun


Fungsi sistem imun adalah melindungi pejamu dari invasi organisme asing dengan
membedakan diri (self) dari bukan diri (non-self). Sistem semacam ini diperlukan untuk
kelangsungan hidup. Sistem imun yang berfungsi baik tidak saja melindungipejamu dari
faktor eksternal seperti mikroorganisme atau toksin tetapi juga mencegah dan menolak
serangan oleh faktor endogen seperti tumor atau fenomena autoimun.

Disfungsi atau defisiensi komponen sistem imun menimbulkan beragam penyakit


klinis dengan ekspresi dan keparahan yang bervariasi dari penyakit atopik hingga atritis
reumatoid, severe combined immunodeviciency, dan kanker. Dalam makalah yang saya susun
ini akan membahas dan memperkenalkan fisiologi rumit sistem imun dan kelainan yang
menimbulkan penyakit hipersensitivitas dan imunodefisiensi.

Sistem imun membentuk sistem pertahanan badan terhadap bahan asing seperti
mikroorganisme (bakteria, kulat, protozoa, virus dan parasit), molekul-molekul berpotensi
toksik, atau sel-sel tidak normal (sel terinfeksi virus atau malignan). Sistem ini menyerang
bahan asing atau antigen dan juga mewujudkan peringatan tentang kejadian tersebut supaya
pendedahan yang berkali-kali terhadap bahan yang sama akan mencetuskan gerak balas yang
lebih cepat dan tertingkat. Keimunan merujuk kepada keupayaan sesuatu individu yang telah
sembuh dari sesuatu penyakit untuk kekal sehat apabila terdedah kepada penyakit yang sama
untuk kali kedua dan seterusnya.

Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi
tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan membunuh patogen serta
sel tumor. Sistem ini mendeteksi berbagai macam pengaruh biologis luar yang luas,
organisme akan melindungi tubuh dari infeksi, bakteri, virus sampai cacing parasit, serta
menghancurkan zat-zat asing lain dan memusnahkan mereka dari sel organisme yang sehat
dan jaringan agar tetap dapat berfungsi seperti biasa. Deteksi sistem ini sulit karena adaptasi
patogen dan memiliki cara baru agar dapat menginfeksi organisme.
Suatu ciri sistem imun ialah keupayaan untuk membedakan bahan-bahan yang wujud
secara semula jadi atau normal (diri) dari bahan-bahan atau agen-agen yang masuk ke dalam
tubuh dari luar (bukan diri) dan menghasilkan gerak balas terhadap bahan bukan diri saja.
Ketidakwujudan khusus suatu gerak balas terhadap diri dikenali sebagai toleransi. Pentingnya
keupayaan untuk membedakan (mendiskriminasi) antara diri dan bukan diri, serta toleransi
diri, ditunjukkan dalam penyakit-penyakit autoimun, apabila fungsi-fungsi tersebut gagal.
Penyakit-penyakit ini berhasil apabila bahan normal tubuh dicam sebagai asing dan gerak
balas imun dihasilkan terhadap bahan-bahan tersebut. Sistem imun lazimnya amat berkesan
membezakan antara diri dan bukan diri.

1.2 Anatomi dan Fisiologi Sistem Imun

1. Sel sistem imun


Sistem imun terdiri atas komponen spesifik dan non spesifik yang memiliki
fungsi tersendiri tetapi tumpang tindih. Sistem imun yang diperantarai oleh antibodi
yang diperantarai oleh sel menghasilkan spesifisitas dan ingatan akan antigen yang
pernah dijumpai. Meskipun tidak memiliki spesifitas, komponen-komponen ini
esensial karena berperan dalam imunitas alamiterhadap beragam mikroorganisme
lingkungan.
Komponen selular utama sistem imun adalah monosit dan makrofag, limfosit
dan golongan sel granulositik, termasuk neutrofil, eosinofil dan basofil. Fagosit
mononukleus berperan sentral dalam respon imun. Makrofag jaringan berasal dari
monosit darah. Sebagai respon terhadap rangsangan antigen makrofsg menelan
antigen tersebut (fagositosis) dan kemudian mengolah dan menyajikannya dalam
bentuk yang dapat dikenali oleh limfosit T.
Limfosit bertanggung jawab mengenali secara spesifik antigen dan bentuk
ingatan imunologis, yaitu ciri imunitas adaptif. Sel-sel ini secara fungsional dan
fenotipik dibagi menjadi limfosit B yang berasal dari bursa limfosit T yang berasal
dari timus.
Null cell merupakan 75% limfosit darah yaitu limfosit T dan 10% - 15%
adalah limfosit B, sisanya bukan limfosit B atau T. Null cell mungkin mencakup
berbagai jenis sel termasuk suatu kelompok yang dinamai Natural Killer (NK Cells).
polimorfonukleus (neutrofil) adalah sel granulosotik yang berasal dari
sumsum tulang dan beredar dalam darah dan jaringan. Fungsi utamanya adalah
fagositosis non-spesifik antigen dan destruksi partikel asing atau organisme.
Eosinofil sering ditemukan ditempat peradangan atau rektivitasi imun dan
berperan penting dalam pertahanan pejamu terhadap parasit. Eosinofil
memperlihatkan fungsi modulatorik atau regulatorik dalam berbagai jenis peradangan.
Basofil berperan penting dalam respon alergik fase cepat dan lambat. Sel-sel
ini mengeluarkan banyak mediator poten pada penyakit peradangan imunologis.

2. Organ sistem imun


Semua sel sistem imun berasal dari sumsum tulang. Stem cells pluripoten
berdiferensiasi menjadi limfosit, granulosit, monosit, eritrosit, dan megakariosit.
Defisiensi dan disfungsi stem cells atau berbagai turunan sel yang berkembang
darinya menyebabkan defisiensi imun dengan beragam ekpresivitas dan keparahan

Timus yang berasal dari kantong faring ketiga dan keempat pada mudigah,
berfungsi menghasilkan limfosit T dann merupakan tempat diferensiasi awal limfosit
T.

Getah bening berbentuk kacang kecil berbaring disepanjang perjalanan


limfatik. Terkumpul dalam situs tertentu seperti leher, aksila, selangkangan dan
daerah para-aorta. Pengetahuan tentang situs kelenjar getah bening yang penting
dalam pemeriksaan fisik pasien.

3. Fungsi sistem imun


1. Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit menghancurkan dan
menghilangkan mokroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur dan
virus) yang masuk kedalam tubuh.
2. Menghilangkan jaringan atau sel yang mati atau rusak untuk memperbaiki
jaringan.
3. Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal.
4. Fisiologis
1. Imunitas bawaan dan didapat
Organisme hidup memperlihatkan dua tingkat respon terhadap invasi
eksternal. Sistem imun bawaan (innate) alami dan sistem adaptif yang
bersifat didapat. Imunitas bawaan terdapat sejak lahir, cepat dimobilisasi dan
aktivitasnya bersifat non-spesifik. Permukaan kulit berfungsi sebagai lini
pertahanan pertama sistem imun bawaan, sementara enzim, jalur sistem
komplemen alternatif, protein fase-akut, sel NK, dan sitokin membentuk
lapisan pertahanan tambahan.
Sistem imun adaptif ditandai oleh spesifisitas terhadap benda asing dan
ingatan imunologis yang memungkinkan terjadinya respon yang lebih intensif
terhadap pertemuan berikutnya dengan benda yang sama atau terkait erat.
Introduksi suatu rangsangan ke sistem imun adaptif memicu suatu rangkaian
kompleks proses yang menyebabkan pengaktifan limfosit.
2. Antigen (Imunogen)
Zat asing yang dapat memicu respons imun disebut antigen atau
imunogen. Imunogenisitas mengisyaratkan bahwa zat tersebut memeiliki
kemampuan untuk bereaksi dengan produk-produk sistem imun adaptif.
Sebgian besar antigen merupakan protein, meskipun karbohidrat murni juga
dapat berlaku sebagai antigen.
Masuknya zat melalui mukosa (saluan napas atau cerna) merangsang
pembentukan antibodi lokal. Antigen larut diangkut ke jaringan limfe regional
melalui pembuluh limfe aferen sementara antigen lainnya diangkut oleh sel
dendritik fagositik.
Organ limfoid perifer regional dan limpa adalah tempat bagi respon
imun utama terhadap antigen oleh limfosit dan sel penyaji antigen (antigen
presening cell, APC).
3. Respon Imun
Untuk mengenali dan kemudian mengeliminasi antigen asing, jaringan
kompleks yang terdiri atas sel, organ, dan faktor biologis spesifik diperlukan.
Interaksi selular yang kopmleks memerlukan lingkungan mikro khusus tempat
sel dapat bekerja sama secara efisien. Baik sel B maupun sel T harus
bermigrasi keseluruh tubuh untuk meningkatkan kemungkinan bawhwa sel-sel
tersebut menemukan antigen yang spesifisitasnya dimiliki kedua sel tersebut.
Respon imun terhadap antigen dalam darah biasanya dimulai di limpa,
sedangkan respon jaringan terhadap mikroorganisme terjadi dikelenjar limfe
lokal. Antigen yang dijumpai melalui rute inhalasi atau ingesti mengaktifkan
sel-sel dijaringan limfoid terkait mukosa.

5. Etiologi Gangguan Sistem Imun


Sistem kekebalan tubuh kurang aktif bisa menyebabkan :

1. Immune deficiency conditions adalah kelompok besar penyakit sistem kekebalan


tubuh yang terdiri dari berbagai macam penyakit yang menekan sistem imun.
Seringkali penyebab immune deficiency conditions didasari oleh penyakit kronis.
Gejala-gejala dari immune deficiency conditions adalah sama dengan penyakit
yang mendasarinya.
2. SCID (Severe Combined Immunodeficiency) adalah gangguan sistem imun yang
diturunkan. Penyebab SCID adalah serangkaian kelainan genetik, terutama dari
kromosom X. Beberapa jenis infeksi yang berulang umum terjadi pada orang yang
menderita SCID. Selain itu, penderita juga rentan terhadap meningitis, pneumonia,
campak, cacar air. Penyakit sistem imun SCID pada anak akan mulai terlihat
dalam 3 bulan pertama kelahiran.
3. HIV/AIDS adalah masalah kegagalan sistem imun yang serius. Merupakan
penyebab terbanyak kematian. AIDS akan terjadi pada tahap akhir dari
perkembangan HIV. Kesehatan klien akan memburuk secraa perlahan. AIDS akan
membuat penderita rentan pilek dan flu dan yang serius seperti pneumonia dan
kanker.

Sistem kekebalan tubuh yang terlalu aktif bisa menyebabkan :

1. Alergi (yang disebabkan oleh jenis makanan, obat-obatan, sengatan serangga atau
zat tertentu) bisa didefinisikan sebagai respon sistem kekebalan tubuh yang
berlebihan terhadap zat yang umumnya tidak berbahaya. Ada banyak alergen.
Dalam banyak kasus, ada lebih dari satu alergen yang merangsang reaksi alergi.
Gejala alergi yang sering merupakan masalah ringan.
2. Anafilaksis adalah bentuk alergi yang serius dan ekstrim. Alergen dari makanan,
obat-obatan atau gigitan serangga, bisa memicu dan menyebabkanserangkaian
gejala fisik yang tidak menyenangkan. Ruam gatal, tenggorokan bengkak dan
penurunan tekanan darah merupakan gejala umum anafilaksis.
3. Asma adalah gangguan paru-paru kronis yang disebabkan peradangan pada saliran
udara. Alergen, iritasi atau bahkan stimulan seperti aktivitas fisik dapat memicu
peradangan. Gejala asma meliputi mengi, batuk, sesak napas, sesak dada.
4. Penyakit autoimun adalah sekelompok gangguan sistem imun. Sel-sel sistem imun
salah menafsirkan sinyal. Dan mulai menyerang sel-sel tubuh itu sendiri.

Gangguan sistem kekebalan tubuh lainnya :

1. Chediak Higashi Syndrome.


2. Common Immunodeficiency Variable.
3. Hay Fever.
4. Hives.
5. HTLV (Human T-lymphotropic Virus Type 1).
6. Hyper-IgE Syndrome (Hyperimmunoglobulin E Syndrome).
7. Hyper-IgM Syndrome (Hyperimunoglobulin M Syndrome).
8. Primary Immune Deficiency.
9. Selective IgA Defisiensi (Selective Immunoglobulin A Defisiensi).
10. Alergi Kulit.
11. XLA (X-Linked Agammaglobulinemia).

6. Patofisiologi
1. Usia
Frekuensi dan intensitas infeksi akan meningkat pada orang yang
berusia lanjut dan peningkatan ini disebabkan oleh penurunan untuk bereaksi
secara memadai terhadap mikroorganisme yang menginfeksinya. Produksi
dan fungsi limfosit Tdan B dapat terganggu kemungkinan penyabab lain
adalah akibat penurunan antibodi untuk membedakan diri sendiri dan bukan
diri sendiri.
Penurunan fungsi sistem organ yang berkaitan dengan pertambahan
usia juga turut menimbulkan gangguan imunitas. Penurunan sekresi serta
motilitas lambung memungkinkan flora normal intestinal untuk berploriferasi
dan menimbulkan infeksi sehingga terjadi gastroenteritis dan diare.
2. Gender
Kemampuan hormone-hormon seks untuk memodulasi imunitas telah
diketahui dengan baik. Ada bukti yang menunjukkan bahwa estrogen
memodulasi aktifitas limfosit T (khususnya sel-sel supresor) sementara
androgen berfungsi untuk mempertahankan produksi interleukin dan aktifitas
sel supresor. Efek hormon seks tidak begitu menonjol, estrogen akan
memgaktifkan populasi sel B yang berkaitan dengan autoimun yang
mengekspresikan marker CD5 (marker antigenic pada sel B). Estrogen
cenderung menggalakkan imunitas sementara androgen bersifat
imunosupresif. Umumnya penyakit autoimun lebih sering ditemui pada
wanita dari pada pria.
3. Nutrisi
Nutrisi yang adekuat sangat esensial untuk mencapai fungsi imun yang
optimal. Gangguan imun dikarenakan oleh defisiensi protein kalori dapat
terjadi akibat kekurangan vitamin yang diperlukan untuk mensintesis DNA
dan protein. Vitamin juga membantu dalam pengaturan poliferasi sel dan
maturasi sel-sel imun. Kelebihan atau kekurangan unsur-unsur renik
(tembaga, besi, mangan, selenium atau zink) dalam makanan umumnya akan
mensupresi fungsi imun Asam-asam lemak merupakan unsur pembangun
(building blocks) yang membentuk komponen structural membrane sel. Lipid
merupakan prekursir vitamin A,D,E, dan K disamping prekursir kolesterol.
Jika kelebihan maupun kekurangan asam lemak ternyata akan mensupresi
fungsi imun.
Deplesi simpanan protein tubuh akan mengakibatkan atrofi jaringan
limfoid, depresi respon anti bodi, penurunan jumlah sel T yang beredar dan
gangguan fungsi fagositosik sebagai akibatnya, kerentanan terhadap infeksi
sangat meningkat. Selama periode infeksi dan sakit yang serius, terjadi
peningkatan kebutuhan nutrisi yang potensialuntuk menimbulkan deplesi
protein, asam lemak, vitamin, serta unsur-unsur renik dan bahkan
menyebabkan resiko terganggunya respon imun serta terjadinya sepsis yang
lebih besar.
4. Faktor -Faktor Psikoneuro Imunologik
Limfosit dan makrofag memiliki reseptor yang dapat bereaksi terhadap
neurotransmitter serta hormon-hormon endokrin.Limfosit dapat memproduksi
dan mengsekresikan ACTH serta senyawa-senyawa yang mirip endokrin.
Neuron dalam otak, khususnya khusunya dalam hipotalamus, dapat
mengenali prostaglandin, interferon dan interleukin di samping histamine dan
serotoninyang dilepaskan selama proses inflamasi. Sebagaimana sistem
biologi lainnya yang berfungsi untuk kepentingan homoestasis, sistem imun
di integrasikan dengan berbagai proses psikofisiologic lainnya dan diatur
serta dimodulasikan oleh otak.
Di lain pihak, proses imun ternyata dapat mempengaruhi fungsi neural
dan endokrin termasuk perilaku. Jadi, interaksi sistem saraf dan system imun
tampaknya bersifat dua arah.
5. Kelainan Organ yang Lain
Keadaan seperti luka bakar atau cedera lain, infeksi dan kanker dapat
turut mengubah fungsi system imun. Luka bakar yang luas atau faktor-faktor
lainnya menyebabkan gangguan integritas kulit dan akan mengganggu garis
pertama pertahanan tubuh hilangnya serum dalam jumlah yang besar pada
luka bakar akan menimbulkan deplesi protein tubuh yang esensial, termasuk
immunoglobulin. Stresor fisiologi dan psilkologik yang disertai dengan stress
karena pembedahan atau cidera kan menstimulasi pelepasan kortisol serum
juga turut menyebabkan supresi respon imun yang normal.
Keadaan sakit yang kronis  dapat turut mengganggu sistem imun
melalui sejumlah cara. Kegagalan ginjal berkaitan dengan defisiensi limfosit
yang beredar. Fungsi imun untuk pertahanan tubuh dapat berubah karena
asidosis dan toksin uremik. Peningkatan insidensi infeksi pada diabetes juga
berkaitan dengan isufisiensi vaskuler, neuropati dan pengendalian kadar
glukosa darah yang buruk. Infeksi saluran nafas yang rekuren berkaitan
dengan penyakit paru obstruksi menahun sebagai akibat dari berubahnya
fungsi inspirasi dan ekspirasi dan tidak efektifnya pembersihan saluran nafas.
6. Penyakit Kanker
Imunosekresi turut menyebabkan terjadinya penyakit kanker. Namun,
penyakit kanker sendiri bersifat imunosupresif. Tumor yang besar dapat
melepaskan antigen ke dalam darah, antigen ini akan mengikat antibodi yang
beredar dan mencegah antibodi tersebut agar tidak menyerang sel-sel tumor. 
Lebih lanjut, sel-sel tumor dapat memiliki faktor penghambat yang khusus
yang menyalut sel-sel tumor dan mencegah pengahancurannya oleh limposit
T killer. Dalam stadium awal pertumbuhan tumor, tubuh tidak mampu
mengenali antigen tumor sebagai unsure yang asing dan selanjutnya tidak
mampu memulai distruksi sel-sel yang maligna tersebut.kanker darah seperti
leukemia dan limpoma berkaitan dengan berubahnya produksi serta fungsi sel
darah putih dan limposit.
7. Obat-obatan
Obat-obatan tertentu dapat menyebabkan perubahan yang dikehendaki
maupun yang tidak dikehendaki pada fungsi sistem imun. Ada empat
klasifikasi obat utama yang memiliki potensi untuk menyebabkan
imunosupresi: antibiotic, kortikostreoid, obat-obat anti-inflamasi nonsteroid
(NSAIDNonsteroidal anti inflamatori drugs) dan preparat sitotoksik.
Penggunaan preparat ini bagi keperluan terapeutik memerlukan upaya
untuk mencari kesinambungan yang sangat tipis antara manfaat terapi dan
supresi sistem pertahanan tubuh resipien yang berbahaya.
8. Radiasi
Terapi radiasi dapat digunakan dalam pengobatan penyakit kanker atau
pencegahan rejeksi allograft. Radiasi akan menghancurkan limfosit dan
menurunkan populasi sel yang diperlukan untuk menggantikannya. Ukuran
atau luas daerah yang akan disinari menentukan taraf imunosupresi. Radiasi
seluruh tubuh dan dapat mengakibatkan imunosupresi total pada orang yang
menerimannya.
9. Genetik
Interaksi antara sel-sel sistem imun dipengaruhi oleh variabilitas
genetik. Secara genetik respons imun manusia dapat dibagi atas responder
baik, cukup, dan rendah terhadap antigen tertentu.
Ia dapat memberikan respons rendah terhadap antigen tertentu, tetapi
terhadap antigen lain tinggi sehingga mungkin ditemukan keberhasilan
vaksinasi yang tidak 100%. Faktor genetik dalam respons imun dapat
berperan melalui gen yang berada pada kompleks MHC dengan non MHC.
1. Gen kompleks MHC
 
Gen kompleks MHC berperan dalam presentasi antigen. Sel Tc
akan mengenal antigen yang berasosiasi dengan molekul MHC kelas I,
dan sel Td serta sel Th akan mengenal antigen yang berasosiasi dengan
molekul MHC kelas II. Jadi respons sel T diawasi secara genetik sehingga
dapat dimengerti bahwa akan terdapat potensi variasi respons imun.
Secara klinis terlihat juga bahwa penyakit tertentu terdapat lebih
sering pada HLA tertentu, seperti spondilitis ankilosing terdapat pada
individu dengan HLA-B27.
2. Gen non MHC
Secara klinis kita melihat adanya defisiensi imun yang berkaitan
dengan gen tertentu, misalnya agamaglobulinemia tipe Bruton yang
terangkai dengan kromosom X yang hanya terdapat pada anak laki-laki.
Demikian pula penyakit alergi yaitu penyakit yang menunjukkan
perbedaan respons imun terhadap antigen tertentu merupakan penyakit
yang diturunkan.
Faktor-faktor ini menyokong adanya peran genetik dalam respons
imun, namun mekanisme yang sebenarnya belum diketahui.
10. Kehamilan
Salah satunya yaitu Infeksibeberapa infeksi yang terjadi secara
kebetulan selama kehamilan dapat menyebabkan cacat sejak lahir. Campak
jerman (rubella) bisa menyebabkan cacat sejak lahir, terutama sekali pada
jantung dan bagian dalam mata. Infeksi cytomegalovirus bisa melewati
plasenta dan merusak hati dan otak janin.
Listeriosis, infeksi bakteri, juga bisa membahayakan janin. Infeksi
bakteri pada vagina (seperti bakteri vaginosis) selama kehamilan bisa
menyebabkan persalinan sebelum waktunya atau membran yang berisi janin
gugur sebelum waktunya. Pengobatan pada infeksi dengan antibiotik bisa
mengurangi kemungkinan masalah-masalah ini.

7. Manifestasi Klinis
Tanda :

1. Sebagian besar bayi yang sehat mengalami infeksi saluran pernafasan sebanyak 6
kali atau lebih dalam 1 tahun, terutama jika terlular oleh anak lain. Sebaliknya,
bayi dengan gangguan sistem imun, biasanya menderita infeksi bakteri berat yang
menetap, berulang atau menyebabkan komplikasi. Misalnya infeksi sinus, infeksi
telinga menahun dan bronkitis kronis yang biasanya terjadi setelah demam dan
sakit tenggorokan. Bronkitis bisa berkembang menjadi pneumonia.
2. Kulit dan selaput lendir yang melapisi mulut, mata dan alat kelamin sangat peka
terhadap infeksi.
3. Thrush merupakan suatu infeksi jamur dimulut disertai luka dimulut dan
peradangan gusi, bisa merupakan pertanda awal dari adanya gangguan sistem
kekebalan.
4. Peradangan mata (konjungtivitis) , rambut rontok, eksim yang berat dan pelebaran
kapiler dibawah kulit merupakan pertanda dari penyakit immunodefisiensi.
5. Infeksi pada saluran pencernaan bisa menyebabkan diare pembentukan gas yang
berlenihan dan penuruna berat badan.

Tanda defisiensi Imun kombinasi yang berat.

1. Terdapat pada minggu atau bulan pertama kehidupan.


1) Sering terjadi infeksi virus atau jamur dibandingkan bakteri.
2) Diare kronik umum terjadi sering disebut gastroenteritis.
3) Infeksi respiratorius dan oral thrush umum terjadi.
4) Tejadi Failure to thrive tanpa adanya infeksi.
5) Limfopenia ditemui pada hampir semua bayi.

Gejala klinis penyakit Imunodefisiensi

1. Gejala yang biasanya dijumpai.


Infeksi saluran napas atas berulang infeksi bakteri yang berat.
Penyembuhan inkomplit antar episode infeksi. Atau respons pengobatan in
komplit.
2. Gejala yang sering dijumpai.
1) Gagal tumbuh atau retardasi tumbuh.
2) Jarang ditemukan kelenjar atau tonsil yang membesar.
3) Infeksi oleh mikroorganisme yang tidak lazim.
4) Lesi kulit (Rash, ketombe, pioderma, abses nekrotik/noma, alopesia, eksim,
teleangiektasi, warts yang hebat).
5) Oral thrush yang tidak menyembuh dengan pengobatan.
6) Jati tabuh.
7) Diare dan Mal abrsopsi.
8) Mastoiditis dan otitis persisten.
9) Pneumonia atau bronkitis berulang.
10) Penyakit autoimun.
11) Kelainan helatologis (anemia aplastik, anemia hemolitik, neutropenia,
trombositopenia).
3. Gejala yang jarang dijumpai.
1) Berat Badan Turun.
2) Demam.
3) Peridontitis.
4) Limfadenopati.
5) Hepatosplenomegali.
6) Penyakit virus yang berat.
7) Artritis atau artralgia.
8) Ensefalitis kronik.
9) Meningitis berulang.
10) Pioderma gangrenosa.
11) Kolangitis sklerosa.
12) Hepatitis kronik (virus atau autoimun).
13) Reaksi simpang terhadap vaksinasi.
14) Bronkiektasis.
15) Infeksi saluran kemih.
16) Lepas/ puput tali pusat terlambat.
17) Stomatitis kronik.
18) Granuloma.
19) Keganasan limfoid.
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN :

1. Anamnese :
a. Identitas pasien
b. Keluhan utama
c. Riwayat penyakit sekarang
d. Riwayat penyakit dahulu
e. Riwayat penyakit keluarga

2. Faktor-faktor dan kejadian yang memperngaruhi system imun :


a. Infeksi
b. Alergi
c. Kelainan autoimun
d. Penyakit neoplasma
e. Keadaan sakit kronis
f. Riwayat pembedahan
g. Imunisasi
h. Penggunaan obat-obatan
i. Tranfusi darah
j. Hasil pemeriksaan lab dan dignostik lainnya
k. Riwayat kebiasaan merokok
l. Minum-minuman keras
m. Asupan diet
n. Tingkat stress
o. Polutan
3. Pemeriksaan fisik :
a. General
b. Palpasi Nodul Limfatikus
c. Pemeriksaan kulit,membrane mukosa
4. Alergi :
a. Riwayat alergi
b. Gejala dan variasi cuaca yang menyertai
c. Riwayat pemeriksaan dan pengobatan yang pernah dan sedang di jalani
5. Penyakit kronik dan pembedahan :
a. Penyakit kronik : DM, penyakit ginjal, dan PPOM
b. Terapi yang sedang di jalani
c. Riwayat operasi pengangkatan limfa, nodus limfatikus, timus
d. Riwayat transplantasi organ
6. Obat-obatan dan tranfusi darah :
a. Riwayat penggunaan obat masa lalu dan sekarang (antibiotic,kortikosteroid, preparat
sitotoksik, salisilat, NSID, anastesi dan supresi imun)
b. Riwayat tranfusi darah
7. Laboratorium dan diagnostic :
a. Pemeriksaan darah (igE spesifik)
b. Tes tusuk kulit (Skin Prick Test)
c. Tes elisa
d. Tes bown marrow
B. DIGANOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Kolaborasi

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Ketidakseimbangan nutrisi NOC:  Kaji adanya alergi


kurang dari kebutuhan tubuh a. Nutritional status: makanan
Berhubungan dengan : Adequacy of nutrient  Kolaborasi dengan ahli gizi
Ketidakmampuan untuk b. Nutritional untuk menentukan jumlah kalori
memasukkan atau mencerna Status : food and Fluid dan nutrisi yang dibutuhkan
nutrisi oleh karena faktor Intake pasien
biologis, psikologis atau c. Weight Control  Yakinkan diet yang
ekonomi. Setelah dilakukan tindakan dimakan mengandung tinggi
DS: keperawatan selama….nutrisi serat untuk mencegah konstipasi
 Nyeri abdomen kurang teratasi dengan indikator:  Ajarkan pasien bagaimana
 Muntah Albumin serum membuat catatan makanan
 Kejang perut Pre albumin serum harian.
 Rasa penuh tiba-tiba Hematokrit  Monitor adanya penurunan
setelah makan Hemoglobin BB dan gula darah
DO: Total iron binding capacity  Monitor lingkungan selama
 Diare Jumlah limfosit makan
 Rontok rambut yang  Jadwalkan pengobatan
berlebih dan tindakan tidak selama jam
 Kurang nafsu makan makan
 Bising usus berlebih  Monitor turgor kulit
 Konjungtiva pucat  Monitor kekeringan,
 Denyut nadi lemah rambut kusam, total protein, Hb
  dan kadar Ht
 Monitor mual dan muntah
 Monitor pucat, kemerahan,
dan kekeringan jaringan
konjungtiva
 Monitor intake nuntrisi
 Informasikan pada klien
dan keluarga tentang manfaat
nutrisi
 Kolaborasi dengan dokter
tentang kebutuhan suplemen
makanan seperti NGT/ TPN
sehingga intake cairan yang
adekuat dapat dipertahankan.
 Atur posisi semi fowler
atau fowler tinggi selama makan
 Kelola pemberan anti
emetik:.....
 Anjurkan banyak minum
 Pertahankan terapi IV line
 Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik papila lidah
dan cavitas oval
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Risiko infeksi NOC : NIC :


Immune Status  Pertahankan teknik aseptif
Faktor-faktor risiko : Knowledge : Infection  Batasi pengunjung bila perlu
 Prosedur Infasif
 Kerusakan jaringan Risk control  Cuci tangan setiap sebelum dan
Setelah dilakukan tindakan sesudah tindakan keperawatan
dan peningkatan paparan
lingkungan keperawatan selama……  Gunakan baju, sarung tangan
 Malnutrisi pasien tidak mengalami infeksi sebagai alat pelindung
 Peningkatan paparan dengan kriteria hasil:  Ganti letak IV perifer dan
lingkungan patogen Klien bebas dari dressing sesuai dengan petunjuk
 Imonusupresi tanda dan gejala infeksi umum
 Tidak adekuat Menunjukkan  Gunakan kateter intermiten untuk
pertahanan sekunder kemampuan untuk mencegah menurunkan infeksi kandung kencing
(penurunan Hb, timbulnya infeksi
 Tingkatkan intake nutrisi
Leukopenia, penekanan Jumlah leukosit
respon inflamasi) dalam batas normal  Berikan terapi
Menunjukkan antibiotik:.................................
 Penyakit kronik
perilaku hidup sehat  Monitor tanda dan gejala infeksi
 Imunosupresi
Status imun, sistemik dan lokal
 Malnutrisi
gastrointestinal, genitourinaria dalam  Pertahankan teknik isolasi k/p
 Pertahan primer tidak
 Inspeksi kulit dan membran
adekuat (kerusakan kulit,batas normal
mukosa terhadap kemerahan, panas,
trauma jaringan, gangguan
drainase
peristaltik)
 Monitor adanya luka
 Dorong masukan cairan
 Dorong istirahat
 Ajarkan pasien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi
 Kaji suhu badan pada pasien
neutropenia setiap 4 jam
 Perubahan ECG : konsisten yang sesuai dengan
aritmia, iskemia kemampuan fisik, psikologi dan sosial
 Bantu untuk mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang diperlukan
untuk aktivitas yang diinginkan
 Bantu untuk mendpatkan alat
bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek
 Bantu untuk  mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
 Bantu klien untuk membuat
jadwal latihan diwaktu luang
 Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas
 Sediakan penguatan positif bagi
yang aktif beraktivitas
 Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi diri dan
penguatan
 Monitor respon fisik, emosi,
sosial dan spiritual
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan : NOC : NIC : Pressure Management

Eksternal : Tissue Integrity : Skin and Mucous  Anjurkan pasien untuk


Membranes menggunakan pakaian
 Hipertermia atau hipotermia yang longgar
 Substansi kimia Wound Healing : primer dan  Hindari kerutan pada
 Kelembaban sekunder tempat tidur
 Faktor mekanik (misalnya : alat yang dapat  Jaga kebersihan kulit
menimbulkan luka, tekanan, restraint) Setelah dilakukan tindakan agar tetap bersih dan
 Immobilitas fisik keperawatan selama….. kerusakan kering
integritas kulit pasien teratasi dengan  Mobilisasi pasien
 Radiasi
kriteria hasil: (ubah posisi pasien) setiap
 Usia yang ekstrim
 Kelembaban kulit dua jam sekali
 Integritas kulit yang baik  Monitor kulit akan
 Obat-obatan bisa dipertahankan (sensasi,
Internal : adanya kemerahan
elastisitas, temperatur, hidrasi,  Oleskan lotion atau
pigmentasi)
 Perubahan status metabolik minyak/baby oil pada
 Tidak ada luka/lesi pada derah yang tertekan
 Tonjolan tulang kulit
 Defisit imunologi  Monitor aktivitas dan
 Perfusi jaringan baik mobilisasi pasien
 Berhubungan dengan dengan perkembangan  Menunjukkan
 Perubahan sensasi  Monitor status nutrisi
pemahaman dalam proses pasien
 Perubahan status nutrisi (obesitas, kekurusan) perbaikan kulit dan mencegah
 Perubahan status cairan  Memandikan pasien
terjadinya sedera berulang
dengan sabun dan air
 Perubahan pigmentasi  Mampu melindungi kulit hangat
 Perubahan sirkulasi dan mempertahankan  Kaji lingkungan dan
 Perubahan turgor (elastisitas kulit) kelembaban kulit dan peralatan yang
perawatan alami
menyebabkan tekanan
 Menunjukkan  terjadinya
 Observasi luka :
DO: proses penyembuhan luka
lokasi, dimensi, kedalaman
luka, karakteristik,warna
 Gangguan pada bagian tubuh cairan, granulasi, jaringan
 Kerusakan lapisa kulit (dermis) nekrotik, tanda-tanda
 Gangguan permukaan kulit (epidermis) infeksi lokal, formasi
traktus
 Ajarkan pada keluarga
tentang luka dan
perawatan luka
 Kolaburasi ahli gizi
pemberian diae TKTP,
vitamin
 Cegah kontaminasi
feses dan urin
 Lakukan tehnik
perawatan luka dengan
steril
 Berikan posisi yang
mengurangi tekanan pada
luka
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Bersihan Jalan Nafas tidak efektif NOC:


berhubungan dengan: Respiratory status : Ventilation  Pastikan kebutuhan
 Infeksi, disfungsi Respiratory status : Airway oral / tracheal suctioning.
neuromuskular, hiperplasia
patency  Berikan O2  ……l/mnt,
dinding bronkus, alergi jalan Aspiration Control metode………
nafas, asma, trauma Setelah dilakukan tindakan keperawatan  Anjurkan pasien untuk
 Obstruksi jalan nafas : selama …………..pasien menunjukkan istirahat dan napas dalam
spasme jalan nafas, sekresi keefektifan jalan nafas dibuktikan  Posisikan pasien untuk
tertahan, banyaknya mukus, dengan kriteria hasil : memaksimalkan ventilasi
adanya jalan nafas buatan,  Mendemonstrasikan batuk  Lakukan fisioterapi
sekresi bronkus, adanya efektif dan suara nafas yang dada jika perlu
eksudat di alveolus, adanya bersih, tidak ada sianosis dan  Keluarkan sekret
benda asing di jalan nafas. dyspneu (mampu mengeluarkan dengan batuk atau suction
DS: sputum, bernafas dengan  Auskultasi suara
 Dispneu mudah, tidak ada pursed lips) nafas, catat adanya suara
DO:  Menunjukkan jalan nafas yang tambahan
 Penurunan suara nafas paten (klien tidak merasa  Berikan bronkodilator :
 Orthopneu tercekik, irama nafas, frekuensi  ………………………
 Cyanosis pernafasan dalam rentang
 ……………………….
 Kelainan suara nafas normal, tidak ada suara nafas
 ………………………
(rales, wheezing) abnormal)
 Monitor status
 Kesulitan berbicara  Mampu mengidentifikasikan
hemodinamik
 Batuk, tidak efekotif dan mencegah faktor yang
penyebab.  Berikan pelembab
atau tidak ada udara Kassa basah NaCl
 Produksi sputum  Saturasi O2 dalam batas
Lembab
 Gelisah normal
 Berikan antibiotik :
 Perubahan frekuensi  Foto thorak dalam batas
…………………….
dan irama nafas normal
…………………….
 Atur intake untuk
cairan mengoptimalkan
keseimbangan.
 Monitor respirasi dan
status O2
 Pertahankan hidrasi
yang adekuat untuk
mengencerkan sekret
 Jelaskan pada pasien
dan keluarga tentang
penggunaan peralatan : O2,
Suction, Inhalasi.
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria Intervensi


Hasil

Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan : NOC : NIC :


Eksternal : Tissue Integrity : Skin and Pressure
 Hipertermia atau hipotermia Mucous Membranes Management
 Substansi kimia Wound Healing : primer  Anju
 Kelembaban dan sekunder rkan
 Faktor mekanik (misalnya : alat yang dapat menimbulkan Setelah dilakukan pasien
luka, tekanan, restraint) tindakan keperawatan untuk
 Immobilitas fisik selama….. kerusakan menggu
 Radiasi integritas kulit pasien nakan
teratasi dengan kriteria pakaian
 Usia yang ekstrim
hasil: yang
 Kelembaban kulit
Integritas kulit longgar
 Obat-obatan
yang baik bisa dipertahankan  Hind
Internal :
(sensasi, elastisitas, ari
 Perubahan status metabolik temperatur, hidrasi, pigmentasi) kerutan
 Tonjolan tulang Tidak ada pada
 Defisit imunologi luka/lesi pada kulit tempat
 Berhubungan dengan dengan perkembangan Perfusi jaringan tidur
 Perubahan sensasi baik  Jag
 Perubahan status nutrisi (obesitas, kekurusan) Menunjukkan a
 Perubahan status cairan pemahaman dalam proses kebersih
 Perubahan pigmentasi perbaikan kulit dan mencegah an kulit
 Perubahan sirkulasi terjadinya sedera berulang agar
 Perubahan turgor (elastisitas kulit) Mampu tetap
melindungi kulit dan bersih
DO: mempertahankan kelembaban dan
 Gangguan pada bagian tubuh kulit dan perawatan alami kering
 Kerusakan lapisa kulit (dermis) Menunjukkan  Mob
 Gangguan permukaan kulit (epidermis) terjadinya proses ilisasi
penyembuhan luka pasien
(ubah
posisi
pasien)
setiap
dua jam
sekali
 Mon
itor kulit
akan
adanya
kemerah
an
 Oles
kan
lotion
atau
minyak/b
aby oil
pada
derah
yang
tertekan
 Mon
itor
aktivitas
dan
mobilisa
si pasien
 Mon
itor
status
nutrisi
pasien
 Me
mandika
n pasien
dengan
sabun
dan air
hangat
 Kaji
lingkung
an dan
peralata
n yang
menyeb
abkan
tekanan
 Obs
ervasi
luka :
lokasi,
dimensi,
kedalam
an luka,
karakteri
stik,warn
a cairan,
granulasi
,
jaringan
nekrotik,
tanda-
tanda
infeksi
lokal,
formasi
traktus
 Ajar
kan
pada
keluarga
tentang
luka dan
perawat
an luka
 Kola
burasi
ahli gizi
pemberi
an diae
TKTP,
vitamin
 Ceg
ah
kontamin
asi feses
dan urin
 Lak
ukan
tehnik
perawat
an luka
dengan
steril
 Beri
kan
posisi
yang
mengura
ngi
tekanan
pada
luka

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan


Kolaborasi

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Kecemasan berhubungan dengan NOC : NIC :


Faktor keturunan, Krisis situasional,  Kontrol kecemasan Anxiety Reduction (penurunan
Stress, perubahan status kesehatan,  Koping kecemasan)
ancaman kematian, perubahan konsep Setelah dilakukan asuhan selama  Gunakan
diri, kurang pengetahuan dan hospitalisasi ……………klien kecemasan pendekatan yang
teratasi dgn kriteria hasil: menenangkan
DO/DS: Klien mampu  Nyatakan dengan
 Insomnia mengidentifikasi dan mengungkapkan jelas harapan terhadap
 Kontak mata kurang gejala cemas pelaku pasien
 Kurang istirahat Mengidentifikasi,  Jelaskan semua
 Berfokus pada diri sendiri mengungkapkan dan menunjukkan tehnik prosedur dan apa yang
 Iritabilitas untuk mengontol cemas dirasakan selama
prosedur
 Takut Vital sign dalam batas  Temani pasien untuk
 Nyeri perut normal memberikan keamanan
 Penurunan TD dan denyut nadi Postur tubuh, ekspresi dan mengurangi takut
 Diare, mual, kelelahan wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas  Berikan informasi
 Gangguan tidur menunjukkan berkurangnya kecemasan faktual mengenai
 Gemetar diagnosis, tindakan
 Anoreksia, mulut kering prognosis
 Peningkatan TD, denyut nadi,  Libatkan keluarga
RR untuk mendampingi klien
 Kesulitan bernafas  Instruksikan pada
 Bingung pasien untuk
menggunakan tehnik
 Bloking dalam pembicaraan
relaksasi
 Sulit berkonsentrasi
 Dengarkan dengan
penuh perhatian
 Identifikasi tingkat
kecemasan
 Bantu pasien
mengenal situasi yang
menimbulkan kecemasan
 Dorong pasien untuk
mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
persepsi
 Kelola pemberian
obat anti cemas:........
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem kekebalan tubuh ( imunitas ) adalah sistem mekanisme pada organisme yang
melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan
membunuh patogen. Sistem imun terbagi dua berdasarkan perolehannya atau
asalnya,yaitu:
a. Sistem imun Non Spesifik (Sistem imun alami)
b. Sistem imun Spesifik (Sistem imun yang didapat/hasil adaptasi)

Berdasarkan mekanisme kerjanya, sistem imun terbagi, yaitu:


a. Sistem imun humoral (sistem imun jaringan atau diluar sel, yang berperan adalah
Sel B "antibodi"
b. Sistem imun cellular (sistem imun yang bekerja pada sel yang terinfeksi antigen,
yang berperan adalah sel T (Th, Tc, Ts).
Imunisasi merupakan salah satu usaha manusia untuk menjadikan individu kebal.
terhadap suatu penyakit. Imunisasi terbagi 2,yaitu:
 Imunisasi aktif: Diperoleh karena tubuh secara aktif membuat antibody sendiri.
 Imunisasi Pasif : kekebalan yang didapat dari pemindahan antibody dari suatu
individu ke individu lainnya.
Beberapa faktor yang mempengaruhi sistem imun tubuh adalah Faktor Keturunan, Faktor
Stres, Faktor Usia, Faktor Hormone, Faktor Nutrisi dan Penyalahgunaan Antibiotik.

Anda mungkin juga menyukai