Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

KEPERAWATAN MUSKULOSKELETAL
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN OSTEOMIELITIS

Oleh : Kelompok 3
Kelas A-1 Angkatan 2015

Fasilitator: Mucharom S.Kep., Ns.


1. Dyah Puddya Haningtyas 131511133002
2. Faza Hisba Afifa 131511133014
3. Fara Farina 131511133022
4. Ferly Anas Priambodo 131511133027
5. Zulfia Rahmi 131511133116

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA-2018

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................................... i


KATA PENGANTAR ............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... iv
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................... iv
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................... iv
1.3 Tujuan.......................................................................................................................... v
BAB 2 ........................................................................................................................................ 1
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................................ 1
2.1 Anatomi dan Fisiologi Tulang..................................................................................... 1
2.2 Definisi Osteomielitis.................................................................................................. 2
2.3 Klasifikasi Osteomielitis ............................................................................................. 3
2.4 Etiologi ........................................................................................................................ 5
2.5 Manifestasi Klinis ....................................................................................................... 5
2.6 Patofisiologi ................................................................................................................ 6
2.7 WOC........................................................................................................................... 7
2.8 Pemeriksaan Penunjang............................................................................................... 9
2.9 Penatalaksanaan ........................................................................................................ 10
2.10 Komplikasi ................................................................................................................ 10
BAB 3 ...................................................................................................................................... 12
ASUHAN KEPERAWATAN UMUM.................................................................................... 12
3.1 Pengkajian ................................................................................................................. 12
3.2 Diagnosa Keperawatan .............................................................................................. 14
3.3 Intervensi Keperawatan ............................................................................................. 15
BAB 4 ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS ........................................................... 18
4.1 Pengkajian ................................................................................................................. 18
4.2 Analisa Data .............................................................................................................. 19
4.3 Diagnosa Keperawatan .............................................................................................. 20
4.4 Intervensi ................................................................................................................... 20
4.5 Evaluasi ..................................................................................................................... 22
BAB 5 PENUTUP ................................................................................................................... 24

i
5.1 Kesimpulan................................................................................................................ 24
5.2 Saran .......................................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 25

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
Keperawatan Muskuloskeletal yang membahas tentang Asuhan Keperawatan pada Pasien
dengan Osteomielitis.
Kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami, sehingga
paper ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu. Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada:
1. Mucharom S.Kep., Ns. selaku dosen pembimbing dalam pembuatan makalah
Keperawatan Muskuloskeletal
2. Teman – teman yang ikut membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Kami berharap makalah ini dapat memberikan ilmu baru bagi insan keperawatan
untuk memberikan asuhan keperawatan yang lebih baik. Sebagai penulis kami menyadari
bahwa masih ada kekurangan dari penampilan dan penyajian paper ini, oleh karena itu kami
menginginkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca. Kami berharap makalah
yang kami susun dapat bermanfaat bagi setiap pembaca.

Surabaya, 30 April 2018

Penyusun

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Osteomielitis masih merupakan permasalahan di negara Indonesia karena tingkat
higienis yang masih rendah, pemahaman mengenai penatalaksanaan yang belum baik,
diagnosis yang sering terlambat sehingga meyebabkan osteomieletes yang kronis, dan
fasilitas diagnostic yang belum memadai difasilitas kesehatan tingkat pertama. (Arif
Muttaqin, 2005)
Osteomielitis adalah infeksi yang terjadi pada tulang. Osteomielitis dapat terjadi
sebagai proses akut, subakut, maupun kronik. Osteomielitis dapat terjadi akibat
konsekuensi luka penetrasi, bacteremia, invasi dari focus infeksi bersinggungan, atau
kerusakan kulit karena insufisiensi vascular (Priscilla LeMone, dkk, 2016).
Osteomyelitis dapat terjadi disemua usia, namun orang dewasa berusia lebih dari
50 tahun lebih sering terkena. Lansia lebih beresiko terkena osteomyelitis karena
penurunan fungsi dari system imun, penurunan sirkulasi darah, seta penurunanan dari
sesasi kulit (Priscilla LeMone, dkk, 2016). Prevalensi keseluruhan adalah 1 kasus per
5.000 anak. Prevalensi neonatal adalah sekitar 1 kasus per1.000. Kejadian
tahunan pada pasien dengan anemia sel sabit adalah sekitar 0,36%.
Insiden osteomielitis vertebral adalah sekitar 2,4 kasus per 100.000 penduduk.
Kejadian tertinggi pada Negara berkembang. Tingkat mortalitas osteomielitis
adalah rendah, kecuali jika sudah terdapat sepsis atau kondisi medis berat yang
mendasari. (Randall, 2011)
Pengobatan osteomyelitis memerlukan waktu yang cukup lama dan biaya yang
tinggi. Banyak klien fraktur terbuka yang datang terlambat dan biasanya datang
dengan komplikasi osteomyelitis (Arif Muttaqin, 2005). Oleh karena itu sebagai
bagian dari tenaga pelayan kesehatan, kita sebagai perawat perlu mengetahui
bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan osteomielitis sehingga taraf
kesembuhan pasien dapat meningkat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana anatomi dan fisiologi dari tulang?
2. Apakah definisi dari osteomielitis?

iv
3. Apa sajakah klasifikasi dari osteomielitis?
4. Apa sajakah etiologi dari osteomielitis?
5. Apakah manifestasi klinis dari osteomielitis?
6. Bagaimana patofisiologi dari osteomielitis?
7. Bagaimana WOC dari osteomielitis?
8. Apa saja pemeriksaan diagnostik dari osteomielitis?
9. Bagaimana penatalaksanaan pada osteomielitis?
10. Apa sajakah komplikasi dari osteomielitis?
11. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien dengan osteomielitis?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Memahami konsep teori dan asuhan keperawatan pada klien dengan
osteomyelitis.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahu anatomi dan fisiologi dari tulang
2. Mengetahui definisi osteomielitis
3. Mengetahui dan memahami klasifikasi osteomielitis
4. Mengetahui dan memahami etiologi osteomielitis
5. Mengetahui dan memahami manifestasi klinis dari osteomielitis
6. Mengetahui dan memahami patofisiologi dari osteomielitis
7. Mengetahui dan memahami web of caution osteomielitis
8. Mengetahui dan memahami pemeriksaan diagnostik dari osteomielitis
9. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan dari osteomielitis
10. Mengetahui dan memahami komplikasi dari osteomielitis
11. Mengetahui dan memahami prognosis dari penyakit osteomielitis
12. Mengetahui dan memahami proses asuhan keperawatan dari osteomielitis

v
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Tulang


Tulang berfungsi sebagai rangka penunjang dan pelindung tubuh, tempat
melekatnya otot-otot yang menggerakan kerangka tubuh, membentuk sel darah,
tempat cadangan kalsium dan fosfat (Price dan Willson, 2006).
Tulang panjang (os longum) terdiri dari 3 bagian, yaitu epiphysis, diaphysis, dan
metaphysis. Diaphysis atau batang, adalah bagian tengah tulang yang berbentuk
silinder. Bagian ini tersusun dari tulang kortikal yang memiliki kekuatan yang besar.
Metaphysis adalah bagian tulang yang melebar di dekat ujung akhir batang. Daerah
ini terutama disusun oleh trabekular atau sel spongiosa yang mengandung sel-sel
hematopoetik. Metaphysis juga menopang sendi dan menyediakan daerah yang cukup
luas untuk perlekatan tendon dan ligamen pada epiphysis. Epiphysis langsung
berbatasan dengan sendi tulang panjang. Seluruh tulang dilapisi oleh lapisan fibrosa
yang disebut periosteum (Budianto, 2004).
Tulang terdiri atas bahan antar sel dan sel tulang. Sel tulang ada 3, yaitu osteoblas,
osteosit, dan osteoklas. Sedang bahan antar sel terdiri dari bahan organik (serabut
kolagen, dll) dan bahan anorganik (kalsium, fosfor, dll). Osteoblas berfungsi untuk
mensintesis matrix tulang. Osteosit adalah bentuk dewasa dari osteoblas yang
berfungsi dalam recycling garam kalsium dan berpartisipasi dalam reparasi tulang.
Osteoklas adalah sel makrofag yang aktivitasnya meresorpsi jaringan tulang. Jadi
dalam tulang selalu terjadi perubahan dan pembaharuan (Carlos Junqueira, et all,
1998).Tulang dapat dibentuk dengan dua cara: melalui mineralisasi langsung pada
matriks yang disintesis osteoblas (osifikasi intramembranosa) atau melalui
penimbunan matiks tulang pada matriks tulang rawan sebelumnya (osifikasi
endokondral) (Anonim, 2008).

1
Gambar 1.

Gambar 2.

2.2 Definisi Osteomielitis


Osteomielitis adalah infeksi akut tulang yang dapat terjadi karena penyebaran
infeksi dari darah (osteomielitis hematogen) atau yang lebih sering, setelah
kontaminasi fraktur terbuka atau reduksi (osteomielitis eksogen).
Osteomielitis adalah penyakit yang sulit diobati karena dapat terbentuk abses local.
Abses tulang biasanya memiliki pendarahan yang sangat kurang, dengan demikian,
penyampaian sel-sel imun dan antibiotic terbatas. Apabila infeksi tulang tidak diobati
secara segera dan agresif, nyeri hebat dan ketidak mampuan permanen dapat terjadi
(Corwin, 2001).

2
Osteomyelitis adalah infeksi pada tulang dan medulla tulang, baik karena infeksi
piogenik maupun non piogenik, misalnya miobakterium tuberculosis. (Arif Muttaqin,
2005)

2.3 Klasifikasi Osteomielitis


Klasifikasi osteomielitis menurut Arif Muttaqin, 2005:
a. Osteomiletis Hematogen Akut
Osteomiletis Hematogen Akut merupakan infeksi tulang dan sumsum tulang
akut yang disebebkan oleh bakteri piogen yang mikroorganismenya berasal dari
focus ditempat lain dan beredar dari sirkulasi darah. Sering ditemukan pada anak-
anak dan sanat jarang pada orang dewasa. Osteomyelitis hematogen akut dapat
disebabkan oleh Staphylococcus aureus hemolyticus sebanyak 90%, Haemophilus
influenzae 5-50% pada anak usia dibawah 4 tahun, dan organisme lain seperti B.
Coli, B. Aeruginosa Kaplsulata, pneumokokus, Salmonella typhosa, pseudomonas
aeuginosa, Proteus mirabilis, Brucella, dan bakteri anaerob yaitu Bacteroides
Fragilis.
b. Osteomielitis Hematogen Subakut
Osteomielitis Hematogen Subakut biasanya ditemukan pada anak-anak dan
remaja. Gambaran klinis yang dapat ditemukan adalah atrofi otot, nyeri local,
sedikit pembengkakan, dan dapat pula klien menjadi pincang terdapat nyeri pada
daerah sekitar sendi selama beberapa minggu atau mungkin berbulan-bulan. Pada
pemeriksaan laboratorium didapatkan laju endap darah meningkat. Pada foto
rontgen ditemukan kavitas berdiameter 1-2cm terutama pada daerah metafisis dari
tibia dan femur atau kadang-kadang pada daerah diafisis tulang panjang. Biasanya
terdapat kavitas dalam batas tega pada tulang kanselus dan mengandung cairan
seropurulen. Kavitas dikelilingi oleh jaringan granulasi yang terdiri atas sel-sel
inflamasi akut dan kronis dan biasanya terdapat penebalan trabekula.
c. Osteomiletis Kronis
Osteomiletisi Kronis merupakan lanjutan dari osteomieletis akut yang tidak
terdiagnosis atau tidak diobati dengan baik. Osteomyelitis kronis dapat juga terjadi
setelah fraktur terbuka atau setelah operasi pada tulang. Bakter penyebab
osteomyelitis kronis terutama adalah Staphylococcus aureus (75%) atau E. coli,
Proteus, Pseudomonas. Staphylococcus epidermidis merupakan penyebab utama
osteomyelitis kronis pada operasi ortopedi yang menggunakan implant. Infeksi

3
tulang dapat menyebabkan terjadinya sekuestrum yang menghambat terjadinya
resolusi dan penyembuhan spontan yang normal pada tulang. Sekuestrum ini
merupakan benda asing bagi tulang dan mencegah terjadinya penutupan kloaka
(pada tulang) dan sinus (pada kulit).
d. Osteomielitis akibat fraktur terbuka
Merupakan osteomyelitis yang paling sering ditemukan pada orang dewasa.
Terjadi kerusakan pembulu darah, edema, hematoma, dan hubungan antara fraktur
dengan dunia luar, sehingga pada fraktur terbuka umumnya terjadi infeksi.
Osteomyelitis akibat fraktur disebabkan oleh Staphylococcus aureus, B. coli,
Pseudomonas, dan kadang kadang oleh bakteri anaerob seperti Clostridium,
streptococcus anaerobic atau Bacteroides. Gambaran klinis osteomyelitis akibat
fraktur terbuka biasanya berupa demam, nyeri, pembengkakan pada daerah fraktur
dan sekresi pus pada luka. Pada pemeriksaan darah ditemukan leukositosis dan
peningkatan laju endap darah.
e. Osteomielitis pasca operasi
Osteomyelitis pasca operasi yang paling ditakuti adalah osteomyelitis setelah
operasi artroplasti. Pada keadaan ini, pencegahan osteomyelitis lebih penting
daripada pengobatan. Scrub ners atau perawat instrument operasi sangat berperan
dalam menjaga kesterilan dari sirkulasi instrument operasi.
f. Osteomielitis sclerosing atau osteomilitis Garre
Osteomielitis sclerosing adalah suatu osteomyelitis subakut dan terdapat
kavitas yang dikelilingi oleh jaringan sklerotik pada daerah metafisis dan diafisis
tulang panjang. Klien biasanya remaja dan orang dewasa, terdapat nyeri dan
mungkin sedikit pembengkakan pada tulang. Pada foto rontgen, terlihat kavitas
yang dikelilingi jaringan sklerotik dan tidak ditemukan adanya kavitas yang
sentral, hanya berupa kavitas ang difus.

Menurut kejadiannya osteomielitis dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :


a. Osteomyelitis Primer  Kuman-kuman mencapai tulang secara langsung melalui
luka.
b. Osteomyelitis Sekunder  Adalah kuman-kuman mencapai tulang melalui aliran
darah dari suatu focus primer ditempat lain (misalnya infeksi saluran nafas,
genitourinaria furunkel).

4
2.4 Etiologi
Organisme utama penyebab infeksi adalah Staphylococcus aureus, organisme ini
ditemukan baik sendiri maupun kombinasi dengan patogen yang lain pada 65%
hingga 70% pasien. Pseudomonas aeruginosa, penyebab tersering kedua, ditemukan
pada 20% hingga 37% pasien. Osteomielitis biasanya terdapat lebih dari satu
organisme pada 32% hingga 70% pasien.
Atypical mycobacteria atau jamur dapat menjadi patogen pada pasien dengan
immunocompromised. Adanya implant dapat mendukung terjadinya perlengketan
mikroba dan pembentukan biofilm, dan dapat mengganggu proses fagositosis
sehingga mempermudah terjadinya infeksi. Menghilangkan biofilm dengan cara
mengeluarkan implant dan debridemen jaringan mati diperlukan dalam pengobatan
infeksi yang sukses (Patzakis dkk, 2005, Salomon dkk, 2010).
Zat-zat yang diproduksi oleh biofilm Staphylococcus aureus dapat memberikan
konstribusi terhadap kehilangan tulang selama osteomielitis kronis dengan cara
menurunkan viabilitas osteoblas dan potensi osteogenik sehingga membatasi
pertumbuhan tulang baru dan meningkatkan resorpsi tulang dengan cara peningkatan
ekspresi RANK-L oleh osteoblas (Sanchez dkk, 2013).

Faktor predisposisi osteomyelitis (Arif Muttaqin, 2005):


a. Usia. Sesuai dengan klasifikasi osteomyelitis, pada osteomyelitis hematogen akut
lebih mudah mengenai pada anak anak.
b. Trauma. Hematoma akibat trauma pada daerah metafisis merupakan salah satu
faktor predisposisi terjadinya osteomyelitis hematogen akut.
c. Lokasi infeksi. Osteomyelitis hematogen akut sering terjadi didaerah metafisis
karena daerah ini merupakan daerah aktif tempat terjadinya pertumbuhan tulang.
d. Nutrisi, lingkungan, imunitas yang buruk serta adanya fokus infeksi sebelumnya
seperti bisul, tonsillitis.

2.5 Manifestasi Klinis


Gambaran klinis osteomielitis tergantung dari stadium patogenesis dari penyakit,
dapat berkembang secara progresif / cepat.

Menurut sumber Perpustakaan Nasional: KDT. 1998. Manifestasi klinisnya ialah:

5
- Jika infeksi dibawa oleh darah, biasanya awitannya mendadak, sering terjadi
dengan manifestasi klinis septikemia : menggigil, demam tinggi, denyut nadi
cepat, dan malaise umum.
- Setelah infeksi menyebar dari rongga sumsum tulang ke korteks tulang akan
mengenai periosteum dan jaringan lunak dengan bagian yang terinfeksi
menjadi nyeri, bengkok, dan sangat nyeri tertekan. Pasien menggambarkan
nyeri konstan berdaya yang semakin memberat dengan gerakan dan
berhubungan dengan tekanan pus yang terkumpul.
- Jika osteomielitis terjadi akibat penyebaran dari infeksi disekitarnya atau
kontaminasi langsung. Daerah infeksi membengkak, hangat, nyeri, dan nyeri
tekan.
- Pasien dengan osteomielitis kronik ditandai dengan pus yang selalu mengalir
keluar dari sinus atau mengalami periode berulang nyeri, inflamasi,
pembengkakan dan pengeluaran.

2.6 Patofisiologi
Infeksi terjadi ketika mikroorganisme masuk melalui darah, secara langsung dari
benda-benda yang terinfeksi atau luka tembus. Trauma, iskemia dan benda asing
dapat meningkatkan risiko invasi mikroorganisme ke tulang melalui bagian yang
terpapar sehingga organisme tersebut lebih mudah menempel. Pada daerah infeksi
fagosit datang mengatasi infeksi dari bakteri tersebut, namun dalam waktu yang
bersamaan fagosit juga mengeluarkan enzim yang dapat mengakibatkan tulang
menjadi lisis. Bakteri dapat lolos dari proses tersebut dan akhirnya menempel pada
bagian tulang yang lisis dengan cara masuk dan menetap pada osteoblas dan
membungkus diri dengan protective polysaccharide-rich biofilm. Apabila tidak
dilakukan perawatan, tekanan intramedular akan meningkat dan eksudat menyebar
sepanjang korteks metafisis yang tipis mengakibatkan timbulnya abses subperiosteal.
Abses subperiosteal dapat meningkat dan menyebar pada bagian tulang yang lain.
Pus dapat menyebar melalui pembuluh darah, mengakibatkan peningkatan tekanan
intraosseus dan gangguan pada aliran darah. Hal ini dapat mengakibatkan timbulnya
trombosis. Nekrosis tulang mengakibatkan hilangnya peredaran darah
periosteal.Nekrosis yang meluas pada tulang mengakibatkan timbulnya sekuestrum.
Sekuestra ini memuat bagian infeksius yang mengelilingi bagian tulang yang sklerotik
yang biasanya tidak mengandung pembuluh darah.

6
Kanal haversian diblok oleh jaringan parut dan tulang dikelilingi oleh bagian
periosteum yang menebal dan jaringan parut otot. Sekuestra merupakan muara dari
mikroorganisme dan mengakibatkan timbulnya gejala infeksi. Abses juga dapat keluar
dari kulit membentuk sinus. Sinus kemungkinan tertutup selama beberapa minggu
atau bulan memberikan gambaran penyembuhan, dapat terbuka (atau muncul di
tempat lain) ketika tekanan jaringan meningkat.
Antibiotik tidak dapat menembus bagian yang avaskular dan tidak efektif dalam
mengatasi infeksi.Terbentuknya formasi tulang baru (involucrum) secara bersamaan
karena periosteum berusaha untuk membentuk dinding atau menyerap fragmen
sekuestrum dan membentuk stabilitas tulang baru.Involucrum memiliki morfologi
yang bervariasi dan memiliki reaksi periosteal yang agresif yang dapat mengakibatkan
timbulnya keganasan.Jika respon periosteal minimal, hilangnya segmen tulang secara
fokal maupun segmental tidak dapat dihindarkan. Sequestra secara dapat diserap
sebagian maupun penuh sebagai akibat dari respon inang atau tergabung dalam
involucrum.
Gambaran morfologis dari osteomielitis kronis adalah adanya bagian tulang yang
nekrosis ditandai dengan tidak adanya osteosit yang hidup. Kebanyakan mengandung
sel mononuklear, granula dan jaringan fibrosa menggantikan tulang yang diserap oleh
osteoklas. Jika diwarnai beberapa macam organisme dapat ditemukan. Terdapat risiko
munculnya artritis septik pada daerah dimana metafisis terdapat pada bagian
intrartikular (proksimal femur, proksimal radius, proksimal humerus, distal fibula).
Risiko meningkat pada anak-anak berusia kurang dari 2 tahun sebagai akibat dari
khasnya aspek pembuluh darah pada anak-anak. Pembuluh darah metafisis dan
epifisis berhubungan sampai sekitarumur 12 -18 tahun dimana fisis berperan sebagai
perisai mekanik terhadap penyebaran infeksi.

2.7 WOC

7
8
2.8 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dapat digunakan untuk mendagnosa adanya osteomyelitis
diantaranya adalah (Mansjoer, Arief: 2007)
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Hitung sel darah merah : meningkat
b. Hitung sel darah putih : 2 kali meningkat dari normal
c. Kondisi kronik : sering normal / naik sedikit
d. Rata-rata pengendapan sel-sel darah putih : awal mungkin normal, meningkat
dalam perkembangan penyakit
e. Kultur darah: kalau ada bakterimia (50% positif).
2. Pemeriksaan radiografi
Radiografi tidak dapat membantu sepenuhnya sering terjadi kesalahan
interpretasi pada minggu-minggu awal.
3. Tes diagnostic yang lain
a. Scanning tulang (90% teridentifikasi)
b. CT San
c. Biopsy tulang: definitif diagnose.

Sedangkan menurut Harnawatiaj, 2008, pemeriksaan diagnostic yang


dilakukan adalah:

1. Pemeriksaan darah
Sel darah putih meningkat disertai peningkatan laju endap darah.
2. Kultur darah dan kultur abses
Untuk menentukan jenis antibiotic yang sesuai.
3. Pemeriksaan liter antibody-antistaphylococcus
Untuk menuntukan bakteri dan diikuti dengan uji sensitivitas.
4. Pemeriksaan feses
Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi oleh
bakteri salmonella.
5. Pemeriksaan biopsi tulang
6. Pemeriksaan ultra sound
Pemeriksaan ini dapat memperlihatkan adanya efusi pada sendi.
7. Pemeriksaan radiologis

9
Pemeriksaan foto polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan
radiologik, setelah 2 minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang bersifat difus.
Pada ostemiletis akut, pemeriksaan sinar x awal hanya menunjukkan
pembengkkaan jaringan lunak, pada sekitar 2 minggu terhadap daerah dekalsivikasi
ireguler, nekrosis tulang, pengangkatan periosteum dan pembentukan tulang baru.

2.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang diberikan kepada pasien dengan osteomyelitis adalah
sebagai berikut (Mansjoer, Arief: 2007)
a. Perawatan di rumah sakit
b. Pengobatan suportif dengan pemberian infus
c. Pemeriksaan biakan darah
d. Antibiotik spektrum luas yang efektif terhadap gram positif maupun gram negatif
diberikan langsung tanpa menunggu hasil biakan darah secara parenteral selama
3-6 minggu.
e. Immobilisasi anggota gerak yang terkena
f. Tindakan pembedahan indikasi untuk melakukan pembedahan ialah :
- Adanya abses
- Rasa sakit yang hebat
- Adanya sekuester
- Bila mencurigakan adanya perubahan kearah keganasan (karsinoma
epedermoid).

2.10 Komplikasi
a. Septikemia
Dengan makin tersedianya obat-obat antibiotik yang memadai, kematian akibat
septikemia pada saat ini jarang ditemukan.
b. Infeksi yang bersifat metastatic
Infeksi dapat bermetastasis ke tulang sendi lainnya, otak dan paru-paru, dapat
bersifat multifokal, dan biasanya terjadi pada klien dengan gizi buruk.
c. Artitis supuratif
Dapat terjadi pada bayi karena lempeng epifisis bayi belum berfungsi dengan baik.
d. Gangguan pertumbuhan

10
Osteomilitis hematogen akut pada bayi dapat menyebabkan kerusakan lempeng
epifisis sehingga terjadi gangguan pertumbuhan, tulang yang bersangkutan menjadi
lebih pendek.

11
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN UMUM

3.1 Pengkajian
1. Anamnesa
a. Identifikasi klien
Terdiri dari nama, jenis kelamin, usia, status perkawinan, agama, suku bangsa,
pendidikan,bahasa yang digunakan, pekerjaan dan alamat.
b. Keluhan Utama
Pada kasus osteomyelitis adalah nyeri hebat.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Kaji adanya riwayat trauma fraktur terbuka (kerusakan pembuluh darah, edema,
hematoma, dan hubungannya fkraktur dengan dunia luar sehingga pada fraktur
terbuka umumnya terjadi infeksi), riwayat operasi tulang dengan pemasangan
fiksasi internal dan fiksasi eksternal (invasi bakteri disebabkan oleh lingkungan
bedah) dan pada osteomyelitis kronis penting ditanyakan apakah pernah
mengalami osteomyelitis akut yang tidak diberi perawatan adekuat sehingga
memungkinkan terjadinya proses supurasi tulang.
d. Riwayat kesehatan masa lalu
Identifikasi adanya trauma tulang, fraktur terbuka,atau infeksi lainnya (bakteri
pneumonia,sinusitis,kulit atau infeksi gigi dan infeksi saluran kemih) pada masa
lalu. Tanyakan mengenai riwayat pembedahan tulang.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah dalam keluarga yang menderita penyakit keturunan.
f. Riwayat psikososialspiritual
Adakah ditemukan depresi, marah ataupun stress. Perawat mengkji respons
emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan peran klien dalam keluarga
serta masyarakat, respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari, baik
dalam keluarga maupun dalam masyarakat.
g. Kebiasaan sehari-hari
- Pola nutrisi : anoreksia, mual, muntah.
- Pola eliminasi : adakah retensi urin dan konstipasi.
- Pola aktivitas : pola kebiasaan
-
12
2. Pengkajian fisik
a. Keadaan Umum
- Tingkat kesadaran (apatis, sopor, koma, gelisah, kompos mentis yang
bergantung pada keadaan klien)
- Kesakitan atau keadaan penyakit (akut, kronis, ringan, sedang, dan pada
kasus osteomielitis biasanya akut)
- Tanda-tanda vital tidak normal, terutama pada osteomyelitis dengan
komplikasi septikemia
b. B1 (Breathing)
Pada inspeksi, didapatkan bahwa klien osteomielitis tidak mengalami
kelainan pernafasan. Pada palpasi toraks, ditemukan taktil fremitus seimbang
kanan dan kiri. Pada auskultasi, tidak didapatkan suara nafas tambahan.
c. B2 (Blood)
Pada inspeksi, tidak tampak iktus jantung. Palpasi menunjukkan nadi
meningkat, iktus tidak teraba. Pada auskultasi, didapatkan suara S1 dan S2
tunggal, tidak ada murmur.
d. B3 (Brain)
Tingkat kesadaran biasanya compos mentis
- Kepala : tidak ada gangguan
- Leher : tidak ada gangguan
- Wajah : terlihat menahan sakit, tidak ada perubahan fungsi atau bentuk
- Mata : tidak ada gangguan
- Telinga : tidak ada gangguan
- Hidung : tidak ada deformitas atau cuping hidung
- Mulut : tidak ada gangguan
e. B4 (Bladder)
Pengkajian terhadap urine meliputi warna, jumlah, karakteristik, dan berat
jenis. Biasanya klien osteomyelitis tidak mengalami kelainan pada system ini.
f. B5 (Bowel)
Pola nutrisi dan metabolism klien osteomyelitis harus mengkonsumsi nutrisi
melibihi kebutuhan sehari-hari, seperti kalsium, zat besi, protein, vitamin C,
dan lainnya untuk membantu proses penyembuhan infeksi tulang.
g. B6 (Bone)

13
Adanya osteomielitis kronis dengan proses supurasi di tulang dan
osteomielitis yang menginfeksi sendi akan mengganggu fungsi motorik klien.
Kerusakan integritas jaringan pada kulit karena adanya luka disertai dengan
pengeluaran pus atau cairan bening berbau khas.
h. Look
Pada osteomyelitis hematogen akut akan ditemukan gangguan pergerakan
sendi karena pembengkakan sendi dan gangguan bertambah berat bila terjadi
spasme local. Gangguan pergerakan sendi juga dapat disebabkan oleh efusi
sendi atau infeksi sendi (artritis septik).
i. Feel
Kaji adanya nyeri tekan
j. Move
Pemeriksaan ini menentukan apakah ada gangguan gerak (mobilitas) atau
tidak. Pergerakan yang dilihat adalah gerakan aktif dan pasif. Pemeriksaan
yang didapatkan adalah adanya gangguan atau keterbatasan gerak sendi pada
osteomyelitis akut. Pada pola tidur dan istirahat klien dengan osteomyelitis
merasakan nyeri sehingga dapat mengganggu pola dan kebutuhan tidur.
k. Pemeriksaan diagnostik
Hasil laboratorium menunjukan adanya leukositosis dan laju endap darah
meningkat. 50% pasien yang mengalami infeksi hematogen secara dini
adanya osteomielitis maka dilakukan scanning tulang. Selain itu dapat pula
dengan biopsi tulang atau MRI.

3.2 Diagnosa Keperawatan


a. Nyeri akut b.d agen cidera biologis
Domain 12. Kenyamanan, Kelas 1. Kenyamanan fisik, Kode 00132
b. Hipertermia b.d penyakit inflamasi tulang
Domain 11. Keamanan/Perlindungan, Kelas 6. Termoregulasi, Kode 00007
c. Hambatan mobilitas fisik b.d nyeri
Domain 4. Aktivitas/Istirahat, Kelas 2. Aktivitas/Olahraga, Kode 00085
d. Kerusakan integritas kulit b.d kurang pengetahuan tentang perlindungan integritas
jaringan Domain 11. Keamanan/Perlindungan, Kelas 2. Cedera Fisik, Kode
00046

14
3.3 Intervensi Keperawatan

Diagnosa: Nyeri akut b.d agen cidera biologis


Domain 12. Kenyamanan, Kelas 1. Kenyamanan fisik, Kode 00132

NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan asuhan Manajemen Nyeri (1400):
keperawatan 2x24 jam diharapkan 1. Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif
nyeri klien berkurang dengan meliputi lokasi, karakteristik, onset/durasi,
kriteria hasil: frekuensi, kualitas, intensitas atau berat nyeri dan
factor pencetus.
Tingkat nyeri (2102) 2. Gali bersama pasien faktor-faktor yang dapat
1. Klien tidak mengerang dan menurunkan atau memperberat nyeri.
menangis 3. Kendalikan faktor lingkungan yang dapat
2. Tidak ada ekspresi wajah nyeri mempengaruhi respon pasien terhadap
3. Klien dapat beristirahat ketidaknyamanan (mis. Suhu, pencahayaan, dll).
4. Frekuensi nafas normal (16-20 4. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri.
x/menit) 5. Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi
5. Tekanan darah normal (100- (seperti, relaksasi, akupressur, dll).
120/ 70-90 mmHg) 6. Dukung istirahat/tidur yang adekuat untuk
6. Denyut nadi radial normal (60- membantu penurunan nyeri.
100x/menit) Pemberian analgetik (2210)
1. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan
keparahan nyeri sebelum mengobati pasien.
2. Cek perintah pengobatan meliputi obat, dosis,
dan frekuensi obat analgetik yang diresepkan.
3. Cek adanya riwayat alergi obat
4. Monitor tanda-tanda vital sebelum dan setelah
memberikan algetik

Diagnosa: Hipertermia b.d penyakit, inflamasi pada tulang


Domain 11. Keamanan/Perlindungan, Kelas 6. Termoregulasi, Kode 00007

15
NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan asuhan Pengaturan Suhu (3900)
keperawatan 2x24 jam diharapkan 1. Monitor suhu paling tidak setiap 2 jam, atau
suhu tubuh klien kembali normal sesuai kebutuhan
dengan kriteria hasil: 2. Instruksikan pada klien bagaiamana mencegah
terjadinya panas
Termoregulasi (0800) 3. Informasikan kepada klien dan keluarga indikasi
1. Suhu tubuh normal (36-37⁰C) munculnya panas
4. Kolaborasikan dengan dokter mengenai
2. Klien dapat mengidentifikasi
pemberian antipiretik
faktor resiko, tanda dan gejala
Perawatan Demam (3740)
hipertermia
1. Berikan atau tutupi pasien dengan selimut atau
pakaian ringan.
2. Fasilitasi istirahat dan terapkan pembatasan
aktivitas
3. Pantau dan pastikan tanda infeksi yang muncul

Diagnosa: Hambatan mobilitas fisik b.d nyeri


Domain 4. Aktivitas/Istirahat, Kelas 2. Aktivitas/Olahraga, Kode 00085

NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan asuhan Peningkatan mekanika tubuh (0140)
keperawatan 3x24 jam diharapkan 1. Kaji komitmen pasien untuk belajar dan
klien dapat kembali mobilisasi menggunakan postur (tubuh) yang benar.
dengan kriteria hasil: 2. Kolaborasikan dengan fisioterapis dalam
Setelah dilakukan tindakan asuhan mengembangkan peningkatan mekanika tubuh
keperawatan 2x24 jam diharapkan sesuai indikasi.
nyeri klien berkurang dengan 3. Informasikan pada pasien tentang struktur dan
kriteria hasil: fungsi tulang belakang serta postur yang optimal
untuk bergerak dan menggunakan tubuh.
Pergerakan (0208) : 4. Edukasi pasien tentang pentingnya postur (tubuh)
1. Gerakan otot tidak terganggu yang benar.

16
2. Gerakan sendi tidak terganggu 5. Bantu untuk menghindari duduk dalam posisi
Ambulasi (0200) : yang sama dalam jangka waktu yang lama.
1. Klien dapat menopang berat 6. Monitor perbaikan postur (tubuh)/ mekanika
badan tubuh pasien
2. Berjalan dengan pelan Terapi latihan: ambulasi (0221)
1. Konsultasikan pada ahli terapi fisik mengenai
rencana ambulasi, sesuai kebuutuhan.
2. Bantu pasien dengan ambulasi awal dan jika
dibutuhkan.
3. Bantu pasien untuk berdiri dan ambulasi dengan
jarak tertentu dan dengan sejumlah staf tertentu..
4. Dorong ambulasi independen dalam batas aman.

Diagnosa: Kerusakan integritas kulit b.d kurang pengetahuan tentang perlindungan


integritas jaringan
Domain 11. Keamanan/Perlindungan, Kelas 2. Cedera Fisik, Kode 00046

NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan asuhan Perlindungan infeksi (6550)
keperawatan 3x24 jam diharapkan 1. Periksa setiap luka yang ada dengan
kerusakan integritas jaringan klien komperhensif
berkurang dengan kriteria hasil: 2. Monitor adanya gejala infeksi sistemik
3. Periksa kulit dan selaput lendir adanya
Integritas Jaringan: Kulit dan kemerahan, kehangatan ekstrim, atau drainase
membran mukosa (1101) : 4. Berikan perawatan kulit untuk area yang
1. Elasitas, tekstur dan ketebalan mengalami kerusakan.
jaringan klien dapat 5. Hindari kontak dengan terlalu banyak orang dan
teridentifikasi dengan baik. hewan peliharaaan
2. Lesi pada jaringan membran 6. Anjurkan peningkatan nutrisi yang cukup
atau kulit klien berkurang 7. Ajarkan keluarga pasien untuk mengenali
3. Jaringan parut klien berkurang keadaan luka yang dan gejala infeksi dan kapan
harus melaporkannya

17
BAB 4
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS

Tn. Y berusia 28 tahun, diduga menderita infeksi bakteri patogenik dengan keluhan
pyrexia, rubor, dolor, dan sinus pada tungkai bawah. 2,5 tahun yang lalu, ada riwayat
kecelakaan dengan fraktur terbuka pada tungkai bawah lalu dibawa ke dukun tulang. Pada
plain foto didapatkan penebalan periosteum, bone resorption, sclerosis sekitar tulang,
involucrum.

Pasien didiagnosa osteomyelitis, didapatkan deformitas, scar tissue, sinus dengan


discharge, seropurulent, dan ekskoriasi sekitar sinus. Klien mengeluh nyeri pada tungkai
bawah yang mengalami fraktur, skala 7, terasa senut-senut, panas, sifatnya sering, wajah
menahan sakit, akral hangat, bibir kering. Pemeriksaan tanda-tanda vital didipatkan : TD:
130/90 mmHg S: 39oC N:100x/menit RR: 22x/menit.

4.1 Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Tn Y
Umur : 28 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
2. Keluhan Utama
Pasien mengeluh pyrexia, rubor, dolor, dan sinus pada tungkai bawah.
3. Riwayat Penyakit:
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien didiagnosa osteomyelitis,didapatkan deformitas, scar tissue, sinus dengan
discharge, seropurulent, dan ekskoriasi sekitar sinus. pasien mengeluh nyeri pada
tungkai bawah yang mengalami fraktur, skala 7, terasa senut-senut, panas,
sifatnya sering, wajah menahan sakit, akral hangat, bibir kering.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
2,5 tahun yang lalu pasien ada riwayat kecelakaan dengan fraktur terbuka pada
tungkai bawah lalu dibawa ke dukun tulang. Pada plain foto didapatkan
penebalan periosteum, bone resorption, sclerosis sekitar tulang, involucrum.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat kesehatan keluarga tidak ada
4. Pemeriksaan Tanda-tanda vital

18
 TD : 130/90 mmHg
 S : 39oC
 N : 100x/menit
 RR : 22x/menit
5. Pemeriksaan penunjang : pada plain foto didapatkan penebalan periosteum, bone
reserption, sclerosis sekitar tulang, involucrum.

4.2 Analisa Data


MASALAH
DATA ETIOLOGI
KEPERAWATAN
DS : Osteomielitis
 Pasien mengeluh nyeri di tungkai ↓
bawah yang mengalami fraktur. Inflamasi
 Pasien mengatakan terasa senut-senut, ↓
DO : Peningkatan tekanan
 Wajah pasien tampak meringis, tulang meningkat
menahan sakit, dan sering mengeluh ↓
tentang sakitnya. ↓ suplai pembuluh

 Skala nyeri 7 . darah


Nyeri akut

Iskemia

Nekrosis tulang

Abses

Nyeri akut

DS: Osteomielitis
 Pasien mengeluh badannya panas. ↓
DO: Inflamasi
Hipertermia
 Suhu tubuh pasien 39oc ↓
 Akral hangat Peningkatan suhu

 Terdapat rubor tubuh

19
Frekuensi nafas meningkat: 22x/menit ↓
hipertermia
DS: Osteomielitis
 Pasien mengatakan “rubur”. ↓
DO Inflamasi
 Terdapat scar tissue dan bekas fraktur ↓
pada tungkai bawah. Keterbatasan gerak
 ekskoriasi sekitar sinus. ↓

 Bibir kering. Penurunan gerak Kerusakan


↓ integritas kulit
Kelemahan fisik

Tirah baring lama

Kerusakan integritas
kulit

4.3 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri akut b.d cedera biologis
2. Hipertermi b.d penyakit, inflamasi pada tulang
3. Kerusakan integritas kulit b.d kurang pengetahuan tentang perlindungan integritas
jaringan kulit Commented [L1]:

4.4 Intervensi
Diagnosa: Nyeri akut b.d agen cidera biologis
Domain 12. Kenyamanan, Kelas 1. Kenyamanan fisik, Kode 00132

NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan asuhan Manajemen Nyeri (1400):
keperawatan 2x24 jam diharapkan 1. Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif
nyeri klien berkurang dengan meliputi lokasi, karakteristik, onset/durasi,
kriteria hasil: frekuensi, kualitas, intensitas atau berat nyeri dan
factor pencetus.
Tingkat nyeri (2102) 2. Gali bersama pasien faktor-faktor yang dapat

20
1. Klien tidak mengerang dan menurunkan atau memperberat nyeri.
menangis 3. Kendalikan faktor lingkungan yang dapat
2. Tidak ada ekspresi wajah nyeri mempengaruhi respon pasien terhadap
3. Klien dapat beristirahat ketidaknyamanan (mis. Suhu, pencahayaan, dll).
4. Frekuensi nafas normal (16-20 4. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri.
x/menit) 5. Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi
5. Tekanan darah normal (100- (seperti, relaksasi, akupressur, dll).
120/ 70-90 mmHg) 6. Dukung istirahat/tidur yang adekuat untuk
6. Denyut nadi radial normal (60- membantu penurunan nyeri.
100x/menit) Pemberian analgetik (2210)
5. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan
keparahan nyeri sebelum mengobati pasien.
6. Cek perintah pengobatan meliputi obat, dosis,
dan frekuensi obat analgetik yang diresepkan.
7. Cek adanya riwayat alergi obat
8. Monitor tanda-tanda vital sebelum dan setelah
memberikan algetik

Diagnosa: Hipertermia b.d penyakit, inflamasi pada tulang


Domain 11. Keamanan/Perlindungan, Kelas 6. Termoregulasi, Kode 00007

NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan asuhan Pengaturan Suhu (3900)
keperawatan 2x24 jam diharapkan 1. Monitor suhu paling tidak setiap 2 jam, atau
suhu tubuh klien kembali normal sesuai kebutuhan
dengan kriteria hasil: 2. Instruksikan pada klien bagaiamana mencegah
terjadinya panas
Termoregulasi (0800) 3. Informasikan kepada klien dan keluarga indikasi
1. Suhu tubuh normal (36-37⁰C) munculnya panas
4. Kolaborasikan dengan dokter mengenai
2. Klien dapat mengidentifikasi
pemberian antipiretik
faktor resiko, tanda dan gejala
Perawatan Demam (3740)

21
hipertermia 1. Berikan atau tutupi pasien dengan selimut atau
pakaian ringan.
2. Fasilitasi istirahat dan terapkan pembatasan
aktivitas
3. Pantau dan pastikan tanda infeksi yang muncul

Diagnosa: Kerusakan integritas kulit b.d kurang pengetahuan tentang


perlindungan integritas jaringan
Domain 11. Keamanan/Perlindungan, Kelas 2. Cedera Fisik, Kode 00046

NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan asuhan Perlindungan infeksi (6550)
keperawatan 3x24 jam diharapkan 1. Periksa setiap luka yang ada dengan
kerusakan integritas jaringan klien komperhensif
berkurang dengan kriteria hasil: 2. Monitor adanya gejala infeksi sistemik
3. Periksa kulit dan selaput lendir adanya
Integritas Jaringan: Kulit dan kemerahan, kehangatan ekstrim, atau drainase
membran mukosa (1101) : 4. Berikan perawatan kulit untuk area yang
1. Elasitas, tekstur dan ketebalan mengalami kerusakan.
jaringan klien dapat 5. Hindari kontak dengan terlalu banyak orang
teridentifikasi dengan baik. dan hewan peliharaaan
2. Lesi pada jaringan membran 6. Anjurkan peningkatan nutrisi yang cukup
atau kulit klien berkurang 7. Ajarkan keluarga pasien untuk mengenali
3. Jaringan parut klien berkurang keadaan luka yang dan gejala infeksi dan kapan
harus melaporkannya

4.5 Evaluasi
1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam, nyeri klien berkurang
2. Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam, suhu tubuh klien normal
3. Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam, kerusakan jaringan kulit klien
dapat diatasi

22
23
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Asuhan keperawatan pada osteomilelitis dapat difokuskan pada peredaan nyeri,
mengeliminasi infeksi, dan mencegah atau meminimalkan terjadinya komplikasi.
Deteksi dini osteomyelitis juga diperlukan untuk mencegah terjadinya osteomyelitis
fase kronis, sehingga dengan pemeriksaan diagnostic secara dini dapat dilakukan
penanganan sesegera mungkin sesuai dengan kondisi klien.

5.2 Saran
Sebagai seorang ners yang memiliki dasar keilmuan diharapkan setiap
melaksanakan asuhan keperawatan senantiasa berpegang pada konsep yang sudah
dimiliki sehingga penatalaksanaan klien dengan osteomielitis dapat terlaksana dengan
tepat dan benar. Serta perlu adanya deteksi dini kasus osteomielitis dan pemberian
penatalaksanaan yang tepat.

24
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Buku Petunjuk Praktikum Histologi Blok Muskuloskeletal. Surakarta:


Laboratorium Histologi FKUNS.

Budianto, Anang. 2004. Guidance to Anatomy I. Surakarta: Keluarga Besar Asisten


Anatomi FKUNS.

Boeisa A. Osteomyelitis. Tersedia dari : http://emedicine.com

Carlos Junqueira, Jose Carniero, Robert Kelley. 1998. Histologi Dasar. Jakarta: EGC.

Corwin, Elizabeth J. 2001. Buku saku patofisiologi. Jakarta: EGC.


Harnawatiaj. 2008. Infeksi Tulang.http://www.google/infeksi tulang.com

Longo, DL, Kasper DL, Jameson, JL, Fauci AS, Hauser SL, Loscalzo J. 2012.
Osteomyelitis. Dalam: Harrison’s, penyunting Harrison's Principles of Internal Medicine.
Edisi ke-18. United States:The Mc Graw-Hills companies

Muttaqin, Arif. 2005. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta: EGC.
Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT).1998.Buku Ajar Ilmu Bedah
Edisi Revisi.Jakarta: EGC.

Price dan Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Ed:
Ke6. Jakarta: EGC.
Priscilla LeMone, dkk. 2016. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Gangguan
Muskuloskletal. Jakarta : EGC
Rasjad, Chairuddin. 2003. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Makassar: Bintang
Lamumpatue.

Robbins, Cotrans.2010. Infections-Osteomyelitis. Pathologic Basis of Disease. Edisi


ke-8. Philadelphia: Saunders Elsevier

25

Anda mungkin juga menyukai