Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PENGKAJIAN HOME INDUSTRY

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Komunitas V

TUTOR :
Irma Tri Mulia

220110120003

Shelli Harismi Ramdiani

220110120004

Ghina Nur jannah

220110120008

Siti sandra Liani

220110120015

Nurmawanty

220110120045

Rafianti Nur fauziah F

220110120053

Nindya Rahmanida

220110120069

Rara Aryanti

220110120074

Aisya Lestari P

220110120076

Entri Aprilia

220110120096

Fiska Oktori

220110120116

Mustika Rahmi

220110120124

Helda Fitria Wahyuni

220110120143

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2016

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Setiap orang akan melakukan kegiatan dalam berbagai jenis pekerjaan yang ada untuk

pemenuhan kebutuhan ekonominya. Lahan pekerjaan sebagai sumber ekonomi masyarakat


dewasa ini, terutama di kota-kota besar dipenuhi sektor-sektor industri baik formal maupun
informal yang pertumbuhannya semakin pesat. Hal ini memicu perkembangan teknologi yang
juga semakin canggih. Perkembangan teknologi ini tentunya diharapkan agar dapat
meningkatkan jumlah lapangan kerja dan sumber devisa negara. Walaupun perkembangan
teknologi semakin meningkat, tidak menutup kemungkinan menimbulkan dampak negatif
terhadap masyarakat dan resiko bahaya yang beragam bentuk dan jenisnya. Oleh karenanya perlu
diadakan upaya untuk mengendalikan berbagai dampak negatif tersebut (Susilawati, 1993).
Menurut Rusman Heriawan selaku Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) di Jakarta,
angkatan kerja Indonesia pada Februari 2009 bertambah 1,79 juta menjadi 113,74 juta orang,
terjadi penambahan 1,79 juta orang dibanding jumlah angkatan kerja Agustus 2008 sebesar
111,95 juta orang atau 2,26 juta orang dibandingkan dengan Februari 2008 sebesar 111,48 orang.
Menurut perkiraan International Labour Organization (ILO), setiap tahun di seluruh dunia
2 juta orang meninggal karena masalah-masalah akibat kerja. Dari jumlah ini, 354.000 orang
mengalami kecelakaan fatal. Tingkat kecelakaan-kecelakaan fatal di negaranegara berkembang
empat kali lebih tinggi dibanding negara-negara industri. Menurut World Health Organization
(WHO), diperkirakan hanya 5-10% pekerja di negara berkembang dan 20-50% pekerja di negara
industri (dengan hanya beberapa pengecualian) mempunyai akses terhadap pelayanan kesehatan
yang memadai.
Undang-Undang RI No.13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pasal 86 ayat (2)
menyebutkan bahwa tenaga kerja sebagai sumber daya manusia perlu terus dikembangkan,
diberikan perlindungan terhadap pengaruh teknologi kerja dan lingkungan kerja. Untuk

melindungi keselamatan pekerja/ buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal
diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu aspek perlindungan tenaga kerja
sekaligus meningkatkan produktivitas kerja. Hal ini tercermin dalam pokok-pokok pikiran dan
pertimbangan dikeluarkannya UU nomor 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja yaitu bahwa
tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan dalam melakukan pekerjaan dan
setiap orang lainnya yang berada di tempat kerja perlu terjamin pula keselamatannya. Hak atas
jaminan keselamatan ini membutuhkan prasyarat adanya lingkungan kerja yang sehat dan aman
bagi tenaga kerja dan masyarakat di sekitarnya.
Upaya keselamatan dan kesehatan kerja dimaksudkan untuk memberikan jaminan
keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan para pekerja/ buruh dengan cara pencegahan
kecelakaan dan penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan,
pengobatan dan rehabilitasi.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah salah satu hak dasar bagi pekerja yang
merupakan komponen dari hak asasi manusia. Keselamatan dan Kesehatan Kerja bertujuan
melindungi pekerja atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan demi kesejahteraan hidup
dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional, menjamin keselamatan setiap orang lain
yang berada di tempat kerja, dan memelihara serta menggunakan sumber-sumber produksi secara
aman dan efisien.
Kebijakan perlindungan tenaga kerja bertujuan untuk mewujudkan ketenangan bekerja
dan berusaha, sehingga tercipta hubungan industrial yang serasi antara pekerja dan pengusaha,
yang pada gilirannya akan meningkatkan kesejahteraan pekerja dan keluarganya (Silalahi, 1991).
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan dengan mesin, pesawat, alat
kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara
melakukan pekerjaan. Tujuan keselamatan kerja adalah melindungi tenaga kerja atas hak
keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup, meningkatkan produksi
serta produktivitas perusahaan, memelihara dan menggunakan sumber produksi secara aman dan
efisien, serta menjamin keselamatan setiap tenaga kerja lain yang ada di tempat kerja (Suardi,
2005).

Pelaksanaan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja dapat meningkatkan


pengetahuan karyawan tentang keselamatan kerja yang tinggi dan pengalaman kerja bahayabahaya kecelakaan mendapat perhatian dari tenaga kerja yang bersangkutan. Pelaksanaan
program Keselamatan dan Kesehatan Kerja sangat perlu dan penting, karena membantu
terwujudnya pemeliharaan karyawan yang baik, sehingga mereka menyadari arti penting dari
pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja bagi dirinya maupun perusahaan
(Mangkunegara, 2001)

Tujuan Pelaksanaan K3
Usaha keselamatan dan kesehatan kerja pada dasarnya mempunyai tujuan umum dan tujuan

khusus.
Tujuan umum yaitu :

Perlindungan terhadap tenaga kerja yang berada ditempat kerja agar selalu terjamin
keselamatan dan kesehatannya sehingga dapat diwujudkan peningkatkan produksi dan

produktivitas kerja.
Perlindungan setiap orang lainnya yang berada ditempat kerja agar selalu dalam keadaan

selamat dan sehat.


Perlindungan terhadap bahan dan peralatan produksi agar dapat dipakai dan digunakan
secara aman dan efisien.

Sedangkan secara khusus antara lain :

Mencegah dan atau mengurangi kecelakaan, kebakaran, peledakan dan penyakit akibat

kerja.
Mengamankan mesin, instalasi, pesawat, alat kerja, bahan baku dan bahan hasil produksi.
Menciptakan lingkungan dan tempat kerja yang aman, nyaman, sehat dan penyesuaian
antara pekerja dengan manuasi atau manusia dengan pekerjaan.

Sistematika Penulisan Makalah

Sistematika penulisan dalam bab ini dibagi menjadi lima bab dengan susunan sebagai
berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini memuat tentang Latar belakang, Tujuan penelitian, dan Sistematika penulisan
makalah.
BAB II : LANDASAN TEORI
Dalam bab ini berisi teori-teori mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan peran
perawat dalam program K3
BAB III : TINJAUAN LAPANGAN
Menjelaskan deskriptif sejarah perusahaan dan tinjauan lapangan di tempat yang diteliti
BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Analisa data dan Askep
BAB V : IMPLEMENTASI
Pembahasan ( Intervensi, implementasi, evaluasi)

BAB II
LANDASAN TEORI

A Definisi
Menurut WHO kesehatan kerja adalah semua yang berkaitan dengan kesehatan
dan keselamatan dalam tempat kerja dan memiliki tujuan kuat dalam pencegahan
langsung bahaya yang ada. Menurut Sumamur (1984) kesehatan kerja merupakan
spesialisasi ilmu kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar
pekerja/masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya baik fisik,
mental,

ataupun

sosial

dengan

usaha-usaha

preventif

dan

kuratif

terhadap

penyakit/gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan


kerja, serta terhadap penyakit-penyakit umum lainnya. Sedangkan keselamatan kerja
merupakan keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan
proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara
melakukan pekerjaan.
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah rangkaian usaha untuk menciptakan
suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang bekerja di perusahaan
yang bersangkutan (Sumamur, 1981). Keselamatan kerja merupakan kondisi
keselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja yang
mencakup tentang kondisi bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan, dan kondisi
pekerja (Simanjuntak, 1994). Jika ditinjau dari sudut keilmuan, kesehatan dan
keselamatan kerja adalah ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah
kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja di tempat kerja (Husni,
2003). Menurut International Labour Organization (ILO) keselamatan dan kesehatan
kerja (K3) didefinisikan sebagai sebuah ilmu untuk mengantisipasi, merekognisi,
mengevaluasi, dan mengendalikan bahaya yang muncul dari tempat kerja yang dapat
merusak kesehatan serta kesejahteraan para pekerja, masyarakat sekitar, dan lingkungan
secara umum. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia keselamatan dan kesehatan kerja
adalah suatu kondisi kerja yang terbebas dari ancaman bahaya yang mengganggu proses

aktivitas dan mengakibatkan terjadinya cedera, penyakit, kerusakan harta benda, serta
gangguan lingkungan.
Ada tiga alasan utama pentingnya keselamatan kerja yaitu :
1 Keselamatan kerja merupakan hak yang paling dasar bagi pekerja. Setiap
2

pekerja berhak mendapatkan perlindungan dan keamanan selama bekerja.


Keselamatan kerja merupakan Hak Asasi Pekerja yang merupakan
dilindungu oleh Undang-Undang dan aturan hokum baik di tingkat nasional

atau internasional.
Tujuan perusahaan adalah mendapatkan keuntungan, untuk mendukung
tujuan

tersebut

faktor

keselamatan

kerja

menjadi

penting

untuk

meningkatkan efisiensi dan mengurangi kerugian akibat kecelakaan kerja.


Faktor utama dari keselamatan dan kesehatan kerja terdiri dari 3 objektif yaitu :
1
2

Mempertahankan dan mempromosikan kesehatan dan kapasitas pekerja.


Peningkatan lingkungan kerja dan bekerja untuk menjadi lebih kondusif

dalam arti keselamatan dan kesehatan kerja.


Pengembangan organisasi kerja dan budaya kerja dalam arah yang
mendukung prinsip keselamatan dan kesehatan kerja sehingga dapat
mewujudkan iklim sosial yang positif dan meningkatkan produktifitas.

Menurut Undang-Undang Kesehatan Tahun 1992, upaya kesehatan kerja adalah


upaya penyerasian antara kapasitas, beban, dan lingkungan kerja agar setiap pekerja
dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat di
sekelilingnya, agar diperoleh produktivitas kerja yang optimal. Konsep dasar dari upaya
kesehatan kerja ini adalah mengidentifikasi permasalahan, mengevaluasi, dan dilanjutkan
dengan tindakan pengendalian. Sasaran kesehatan kerja ini adalah manusia dan meliputi
aspek kesehatan dari pekerja itu sendiri.
Upaya kesehatan kerja merupakan kegiatan pokok Puskesmas yang ditujukan
terutama pada masyarakat pekerja informal di wilayah kerja Puskesmas dalam rangka
upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit serta kecelakaan yang berkaitan dengan
pekerjaan dan lingkungan kerja.
B Tujuan
a Tujuan umum :

Meningkatnya kemampuan tenaga kerja untuk menolong dirinya sendiri sehingga


terjadi peningkatan status kesehatan dan akhirnya peningkatan produktivitas kerja
b

melalui Upaya Kesehatan Kerja.


Tujuan khusus :
1 Meningkatnya kemampuan masyarakat pekerja dalam upaya pencegahan dan
pemberantasan penyakit dan kecelakaan yang berkaitan dengan pekerjaan dan
2

lingkungan kerja
Meningkatnya pelayanan kesehatan bagi tenaga kerja informal dan keluarganya

yang belum terjangkau selama ini.


Meningkatnya keselamatan kerja dengan mencegah penggunaan bahan-bahan
yang dapat membahayakan lingkungan kerja dan masyarakat serta penerapan
prinsip ergonomik.

C Model Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


1 Plan (Perencanaan)
Menetapkan sasaran dan proses yang diperlukan untuk mencapai hasil sesuai dengan
2
3

kebijakan K3 organisasi.
Do (Pelaksanaan)
Melaksanakan proses yang sudah dirancang.
Check (Pemeriksaan)
Memantau dan mengukur kegiatan proses terhadap kebijakan, sasaran, peraturan
perundang-undangan dan persyaratan K3 Iainnya serta melaporkan hasilnya.
Act (Tindakan)
Mengambil tindakan untuk perbaikan kinerja K3 secara berkelanjutan.
Pada tahun 1990, silabus keperawatan kesehatan kerja dikembangkan dengan

menggunakan kerangka model Hanasaari, Finlandia. Model ini dibuat untuk


memungkinkan keluwesan praktik keperawatan kesehatan kerja. Model ini disajikan
dalam uraian berikut :
1

Konsep lingkungan total


Sistem lingkungan umjum yang mencapai aspek kesehatan dan keselamatan di
tamoilkan oleh lingkaran luar besar atau satu konsep global. Didalam lingkaran luar
tersebut, pengaruh yang memberikan efek global, yang selanjutnya memberikan efek
pada kesehatan, mucul dalam bentuk faktor ekonomi, politik, sosial, ekologi, dan

organisasi.
Konsep manusia, kerja, dan kesehatan

Diwakili oleh segitiga manusia, kerja dan kesehatan, dan berlangsung didalam
lingkungan total, aspek- aspek lingkungan total yang mempunyai efek nyata pada
kesehatan ditempat kerja. Sebagai contoh, kebijakan politik dan sosial akan
memperluas atau mempersempit pengembangan kesehatan kerja. Budaya dan strategi
organisasi dapat dipengaruhi segitiga manusia, pekerja, dan kesehatan secara
3

langsung dan lebih kuat.


Interaksi keperawatan kesehatan kerja
Perawatan kesehatan kerja, disajikan di tengah- tengah model tersebut. Interaksi
dipakai untuk menggambarkan bidang- bidang yang dikenal oleh kelompokkelompok sebagai peranan perawat kesehatan kerja.

D Ruang Lingkup Kesehatan Kerja


Kesehatan kerja meliputi berbagai upaya penyerasian antara pekerja dengan
pekerjaan dan lingkungan kerjana baik fisik maupun psikis dalam hal cara atau metode,
proses, dan kondisi pekerjaan yang bertujan untuk:

Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat pekerja di semua

lapangan kaerja setinggi-tingginya baik fisik, mental, maupun kesejahteraan sosialnya


Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada masyarakat pekarja yang diakibatkan
oleh keadaan atau kondisi lingkungan kerjanya

Memberikan pekerjaan dan perlindungan bagi pekerjan di dalam ekerjaanya dari


kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh faktor-faktor yang membahayakan

kesehatan
Menempatlkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerjaan yang sesuai
dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjanya (Efendi, 2009).

Ruang lingkup hyperkes dapat dijelaskan sebagai berikut (Rachman, 1990) :


a

Kesehatan dan keselamatan kerja diterapkan di semua tempat kerja yang di dalamnya
melibatkan aspek manusia sebagai tenaga kerja, bahaya akibat kerja dan usaha yang

dikerjakan.
Aspek perlindungan dalam kesehatan kerja meliputi :
Tenaga kerja dari semua jenis dan jenjang keahlian
Peralatan dan bahan yang dipergunakan
Faktor-faktor lingkungan fisik, biologi, kimiawi, maupun sosial.
Proses produksi
Karakteristik dan sifat pekerjaan
Teknologi dan metodologi kerja
Penerapan penkes dilaksanakan secara holistik sejak perencanaan hingga perolehan

hasil dari kegiatan industri barang maupun jasa.


Semua pihak yang terlibat dalam proses industri/perusahaan ikut bertanggung jawab

atas keberhasilan usaha kesehatan kerja.

E Kecelakaan kerja
Kecelakaan kerja adalah suatu kecelakaan yang terjadi pada saat seseorang
melakukan pekerjaan. Menurut Silalahi (1995) kecelakaan kerja didefinisikan sebagai
perbuatan atau kondisi tidak selamat yang dapat mengakibatkan kecelakaan, berdasarkan
definisi kecelakaan kerja maka lahirlah keselamatan dan kesehatan kerja yang
mengatakan bahwa cara menanggulangi kecelakaan kerja adalah dengan meniadakan
unsur penyebab kecelakaan dan mengadakan pengawasan yang ketat.
Berdasarkan penyebab terjadinya, kecelakaan kerja dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu :

Faktor fisik yang meliputi penerangan, suhu udara, kelembaban, laju rambat udara,

2
3
4
5

kebisingan, vibrasi mekanis, radiasi, tekanan udara, dan lainnya.


Faktor kimia yaitu berupa gas, cairan, uap, debu, asap, dan lainnya.
Faktor biologi baik berupa mikroorganisme, hewan, dan tumbuh-tumbuhan.
Faktor fisiologis seperti konstruksi mesin, sikap, dan cara kerja.
Faktor mental-fisiologis yaitu susunan kerja, hubungan diantara pekerja atau dengan
pengusaha, pemeliharaan kerja, dan sebagianya.

F Penyakit yang disebabkan oleh Kesehatan, Keselamatan, Kerja


Penyakit Yang Timbul Akibat hubungan Kerja antara lain:

Pnemokoniosis yang disebabkan debu mineral pembentuk jaringan parut


(silikosis, antrakosilikosis, asbestosis) dan silikotuberkulosis yang silikosisnya
merupakan faktor utama penyebab cacat atau kematian.

Penyakit paru dan saluran pernapasan (bronkhopulmoner) yang disebabkan oleh


debu logam keras.

Penyakit paru dan saluran pernapasan (bronkhopulmoner) yang disebabkan oleh


debu kapas, vlas, henep dan sisal (bissinosis).

Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitisasi dan zat perangsang
yang dikenal yang berada dalam proses pekerjaan.

Alveolitis allergika yang disebabkan oleh faktor dari luar sebagai akibat
penghirupan debu organik.

Penyakit yang disebabkan oleh berilium atau persenyawaannya yang beracun.

Penyakit yang disebabkan kadmium atau persenyawaannya yang beracun.

Penyakit yang disebabkan fosfor atau persenyawaannya yang beracun.

Penyakit yang disebabkan oleh krom atau persenyawaannya yang beracun.

Penyakit yang disebabkan oleh mangan atau persenyawaannya yang beracun.

Penyakit yang disebabkan oleh arsen atau persenyawaannya yang beracun.

Penyakit yang disebabkan oleh raksa atau persenyawaannya yang beracun.

Penyakit yang disebabkan oleh timbul atau persenyawaannya yang beracun.

Penyakit yang disebabkan oleh fluor atau persenyawaannya yang beracun.

Penyakit yang disebabkan oleh karbon disulfida.

Penyakit yang disebabkan oleh derivat halogen dari persenyawaan hidrokarbon


alifatik atau aromatik yang beracun.

Penyakit yang disebabkan oleh benzena atau homolognya yang beracun.

Penyakit yang disebabkan oleh derivat nitro dan amina dari benzena atau
homolognya yang beracun.

Penyakit yang disebabkan oleh nitrogliserin atau ester asam nitrat lainnya.

Penyakit yang disebabkan oleh alkohol, glikol atau keton.

Penyakit yang disebabkan oleh gas atau uap penyebab asfiksia atau keracunan
seperti karbon monoksida, hidrogensianida, hidrogen sulfida, atau derivatnya
yang beracun, amoniak seng, braso dan nikel.

Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan.

Penyakit yang disebabkan oleh getaran mekanik (kelainan-kelainan otot, urat,


tulang persendian, pembuluh darah tepi atau syaraf tepi).

Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang bertekanan lebih.

Penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektro magnetik dan radiasi yang
mengion.

Penyakit kulit (dermatoses) yang disebabkan oleh penyebab fisik, kimiawi atau
biologik.

Kanker kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh ter, pic, bitumen, minyak
mineral, antrasena atau persenyawaan, produk atau residu dari zat tersebut.

Kanker paru atau mesotelioma yang disebabkan oleh asbes.

Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit yang didapat
dalam suatu pekerjaan yang memiliki risiko kontaminasi khusus.

Penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi atau rendah atau panas radiasi atau
kelembaban udara tinggi.

Penyakit yang disebabkan bahan kimia lainnya termasuk bahan obat.

Adapun akibat yang muncul atas kecelakaan kerja atau penyakit yang ditimbulkan leh
hubungan kerja dapat berupa :

Tidak mampu bekerja untuk sementara

cacat sebagian untuk selama-lamanya

cacat total untuk selama-lamanya

cacat kekurangan fungsi organ

meninggal dunia

G Potensial Hazard
Hazard adalah sumber bahaya potensialyang dapat menyebabkan kecelakaan atau
kerusakan. Hazard dapat berupa : bahan-bahan, bagian-bagian mesin, bentuk energi,
metode kerja atau situasi kerja.
Jenis-jenis potensi hazard :
1

2
3

4
5

Physical hazard
Meliputi penerangan, suhu udara, kelembaban, cepat rambat udara, suara, vibrasi
mekanis, radiasi, tekanan udara dan lain-lain.
Chemical hazard
Berupa gas, uap, debu, kabut, asap, awan, cairan dan benda-benda padat.
Electrical hazard
Semua potensi bahaya yang berhubungan dengan listrik (pembebanan lebih,
kebocoran isolasi, dan lain-lain)
Mechanical hazard
Bahaya timbul dari konstruksi, alat-alat bergerak, mesin dan instalasi
Physiological hazard
Bahaya yang timbul karena waktu kerja yang lama, tekanan atasan, hubungan yang
kurang baik dengan rekan kerja, trauma.
Biological hazard
Bahaya dari jazad renik, virus, bakteri, jamur, parasit, serangga atau hewan lain di
tempat kerja, berbagai macam penyakit yang timbul seperti, infeksi, alergi dan

sengatan atau gigitan binatang yang dapat menimbulkan berbagai macam penyakit.
Ergonomic
Gangguan yang bersifat faal karena beban kerja yang terlalu berat, peralatan kerja
yang tidak sesuai dan tidak serasi dengan tenaga kerja, ruangan sempit, mengangkat,
mendorong, dsb. sebenarnya ergonomi tidak hanya melingkupi hal-hal ini karena
ergonomi sebenarnya adalah prinsip atau azas K3 secara keseluruhan, namun karena
istilah ergonomi mulai dikenal dari ranah postur kerja, beban kerja, MSD dan

sejenisnya maka bisa dimaklumi jika hal-hal seperti ini lebih erat dengan istilah
ergonomi.
Behavioral hazard
Tidak mematuhi peraturan, kurangnya keterampilan kerja
Environmental hazard
Cuaca buruk, api, bekerja di tempat tidak rata.

8
9

Segala macam potensial hazard tersebut harus diidentifikasi. Untuk


mempermudah pengidentifikasian, ada beberapa macam metode yang dapat digunakan
seperti What-If Analysis, Energy Barrier Analysis, dan lainnya. Setelah hazard
teridentifikasi, langkah selanjutnya adalah menilai sejauh mana pengaruhnya terhadap
keselamatan karyawan dan keseluruhan operasi. Penilaian ini umumnya menggunakan
dua parameter, yaitu : konsekuensi dari suatu hazard dan kemungkinan frekuensi
kejadian.
Bahaya-bahaya (hazard) di tempat kerja tersebut harus ditangani dengan prinsip
ergonomi yakni menyesuaikan kerja dengan keterbatasan atau kapasitas manusia (fit the
task to the worker). Misalnya kebisingan harus dikontrol karena manusia mempunyai
batasan paparan, zat-zat kimia korosif harus dikontrol karena tubuh manusia tidak
mampu kontak dengan zat tersebut.desain control dan display mesin harus disesuaikan
dengan karakteristik kognitif manusia sehingga mengurangi eror, shift kerja disesuaikan
dengan kapasitas beban kerja manusia. semua itu dilakukan melalui tiga cara yakni :
engineering control, work practice control dan alat pelindung diri (APD).
H Alat Pelindung Diri
Alat pelindung diri (APD) adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja
sesuai bahaya dan resiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang
di sekelilingnya. Kewajiban itu sudah disepakati oleh pemerintah melalui Departement
Tenaga Kerja Republik Indonesia. Adapun bentuk dari alat tersebut adalah:

Safety helmet
Berfungsi sebagai pelindung kepala dari benda yang mengenai kepala secara
langsung.
Sabuk keselamatan

Berfungsi sebagai alat pengaman ketika mengunakan alat transportasi ataupun

peralatan lain yang serupa (mobil, pesawat, alat berat, dan lain-lain).
Sepatu karet
Berfungsi sebagai alat pengaman saat bekerja di tempat yang becek ataupun
berlumpur. Kebanyakan di lapisi dengan metal untuk melindungi kaki dari benda

tajam atau berat, benda panas, cairan kimia, dsb.


Sepatu pelindung
Seperti sepatu biasa, tapi dari bahan kulit dilapisi metal dengan sol dari karet tebal
dan kuat. Berfungsi untuk mencegah kecelakaan fatal yang menimpa kaki karena

tertimpa benda tajam atau berat, benda panas, cairan kimia, dsb.
Sarung tangan
Berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat bekerja di tempat atau situasi yang
dapat mengakibatkan cedera tangan bahan dan bentuk sarung tangan di sesuaikan

dengan fungsi masing-masing pekerjaan.


Tali pengaman
berfungsi sebagai pengaman saat bekerja di ketinggian. Diwajibkan menggunakan
alat ini di ketinggian lebih dari 1,8 meter.
Penutup telinga
Berfungsi sebagai pelindung telinga pada saat bekerja di tempat yang bising.
Kacamata pengaman
Berfungsi sebagai peindung mata ketika bekerja.
Masker
Berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup saat bekerja di tempat dengan
kualitas udara buruk.
Pelindung wajah
Berfungsi sebagai pelindung wajah dari percikan benda asing saat bekerja.
Jas hujan
Berfungsi melindungi dari percikan air saat bekerja
Semua APD harus digunakan sebagaimana mestinya, gunakan pedoman yang

benar-benar sesuai dengan standar keselamatan kerja


I

Penerapan Konsep Lima Tingkatan Pencegahan Penyakit Akibat Kerja


Berikut ini adalah penerapan konsep lima tingkatan pencegahan penyakit (five level
of prevention diseases) pada penyakit akibat kerja:

Peningkatan

kesehatan

(health

promotion)

misalnya

pendidikan

kesehatan,

meningkatkan gizi yang baik, pengembangan kepribadian, perusahaan yang sehat dan
memadai, rekreasi, lingkungan kerja yang memadai, penyuluhan perkawinan dan
2

pendidikan seksual, konsultasi tentang keturunan dan pemeriksaan kesehatan periodik.


Perlindungan khusus (specific protection), misalnya imunisasi, higiene perorangan,

sanitasi lingkungan, serta proteksi terhadap bahaya dan kecelakaan kerja.


Diagnosis dini dan pengobatan tepat (early diagnosis and prompt treatment), misalnya
diagnosis dini setiap keluhan dan pengobatan segera serta pembatasan titik-titik lemah
untuk mencegah terjadinya komplikasi.
Membatasi kemungkinan cacat (disability limitation), misalnya: memeriksa dan

mengobati tenaga kerja secara komprehensif, mengobati tenaga kerja secara sempurna,
dan pendidikan kesehatan.
Pemulihan kesehatan (rehabilitation). Misalnya: rehabilitasi dan mempekerjakan

kembali para pekerja yang menderita cacat. Sedapat mungkin perusahaan mencoba
menempatkan karyawan-karyawan cacat di jabatan-jabatan yang sesuai.
J

Fungsi dan Tugas Perawat dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Fungsi dan tugas perawat dalam usaha keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di
industri adalah sebagai berikut (Nasrul Effendy, 1998)
1

Fungsi perawat
Mengkaji masalah kesehatan.
Menyusun rencana asuhan keperawatan pekerja.
Melaksanakan pelayanan kesehatan dan keperawatan terhadap pekerja.
Melakukan penilaian terhadap asuhan keperawatan yang telah dilakukan.
2 Tugas perawat
Mengawasi lingkungan pekerja.
Memelihara fasilitas kesehatan perusahaan.
Berkolaborasi dengan dokter dalam pemeriksaan kesehatan pekerja.
Melakukan penilaian terhadap keadaan kesehatan pekerja.
Merencanakan dan melaksanakan kunjungan rumah dan perawatan di rumah

kepada pekerja dan keluarga pekerja yang mempunyai masalah kesehatan.


Ikut berperan dalam penyelenggaraan pendidikan K3 terhadap pekerja.
Ikut berperan dalam usaha keselamatan kerja.
Memberikan pendidikan kesehatan mengenai KB terhadap pekerja dan

keluarganya.
Membantu usaha penyelidikan kesehatan pekerja.

Mengoordinasi dan mengawasi pelaksanaan K3.

Peran dan fungsi OHN


1

Peran OHN ( Luks, 1990 dalam Stanhope & Lancaster, 2004):


Pemberi pelayanan kesehatan
Penemu kasus
Pendidik kesehatan
Perawat pendidik
Pemberi layanan konseling
Manajemen kasus
Konsultan
Peneliti
Fungsi OHN
Melakukan supervise terhadap kesehatan pekerja
Melakukan surveilens terhadap lingkungan kerja
Mencegah terjadi kecelakaan kerja
Mencegah terjadinya penyakit akibat kerja
Penatalaksanaan penyakit baik yang berhubungan maupun yang tidak
berhubungan dengan pekerjaan, kecelakaan di tempat kerja, serta pelayanan

kesehatan dasar.
Mengatur dan mengkoordinasikan upaya pertolongan pertama di tempat kerja
Melakukan promosi kesehatan dan pencegahan penyakit di tempat kerja
Melakukan konseling untuk pekerja
Melakukan upaya rehalibitasi untuk pekerja yang kembali bekerja setelah

mengalami kecelakaan atau dirawat di rumah sakit.


Melakukan pencatatan dan pelaporan kesehatan kerja
Melakukan penatalaksaan terhadap manajemen pelayanan kesehatan kerja
terhadap manajemen pelayanan kesehatan kerja termasuk menetapkan

perencanaan, pengembangan kebijakan, pendanaan, staffing.


Melakukan tugas administrasi di unit kesehatan atau klinik kesehatan yang

tersedia.
Melakukan riset keperawatan kesehatan kerja. (AAOHN, 1994, dalam Nies &
Swanson 2002, Dorward, 1993, dalam Oakley, 2004, Eigsti, Guire & Stone,
2002, Stanhope & Lancaster, 2004, World Health Organisation, 1982, dalam
Oakley, 2002).

Anda mungkin juga menyukai