Anda di halaman 1dari 34

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN

OSTEOASTRHITIS

KELOMPOK : 4

PSIK 3.1

EKA SAPUTRA

M. ROFIK RAHMATULLAH

DAMERIANA SARAGIH

ULFA LIANA

CAROLINA DACHI

SRI DEWITA GINTING

YEZKHIEL

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
TA 2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena rahmat dan karunia-Nya penulis

dapat menyelesaikan laporan Asuhan keperawatan dengan klien Osteoarthritis . Laporan

makalah Asuhan keperawatan dengan klien Osteoarthritis. Makalah ini disusun dalam
rangka memenuhi salah satu persyaratan untuk tugas Muskulosskletal pada Fakultas Ilmu
Kesehatan dan Ilmu farmasi .

Dalam penulisan makalah ini penulis memperoleh banyak bimbingan, saran, dan bantuan
dari berbagai pihak. Sehubungan dengan itu penulis ingin menyampaikan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi - tingginya kepada dosen yang telah membimbing penulis
selama penulisan hingga selesainya karya Ilmiah penelitian ini.

Medan, 21 September 2017


Penulis

Ulfa Liana
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Tujuan....................................................................................... 1
1.2.1. Tujuan Umum ................................................................. 1
1.2.2. Tujuan Khusus ................................................................ 1
1.3 Manfaat ....................................................................................... 1

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS MEDIS7


2.1 Definisi .................................................................................... 7
2.2 Anatomi Fisiologi ...................................................................... 10
2.3 Etiologi ..................................................................................... 10
2.4 Manifestasi Klinis .................................................................... 12
2.5 Klasifikasi .................................................................................. 13
2.6 Komplikasi ................................................................................ 14
2.7 Patofisiologi............................................................................... 15
2.8 Pathway ..................................................................................... 16
2.9 Pemeriksaan Diagnostik ............................................................ 16
2.10 Penatalaksanaan....................................................................... 16

BAB 3 TINJAUAN TEORITIS KEPERAWATAN


3.1 Pengkajian ................................................................................ 19
3.2 Diagnosa keperawatan.............................................................. 22

3.3 Intervensi .................................................................................. 22

BAB 4 TINJAUAN KASUS

BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan............................................................................... 31
5.2 Saran ......................................................................................... 33

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Penyakit Sendi Degeneratif ( osteoartritis) adalah penyakit kerusakan tulang rawan sendi
yang berkembang lambat dan penyebabnya belum diketahui (Kalim, IPD,1997).Atau
gangguan pada sendi yang bergerak ( Price & Wilson,1995).
Osteoarthritis yang juga dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau osteoarthritis
(sekalipun terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi yang paling sering ditemukan dan
kerapkali menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas).
Osteoartritis (OA, dikenal juga sebagai artritis degeneratif, penyakit degeneratif sendi),
adalah kondisi di mana sendi terasa nyeri akibat inflamasi ringan yang timbul karena gesekan
ujung-ujung tulang penyusun sendi. Osteoartritis (OA) adalah bentuk dari arthritis yang
berhubungan dengan degenerasi tulang dan kartilago yang paling sering terjadi pada usia
lanjut.

Osteoartritis, yang juga disebut dengan penyakit sendi degeneratif, artritis degeneratif,
osteoartrosis, atau artritis hipertrofik, merupakan salah satu masalah kedokteran yang paling
sering terjadi dan menimbulkan gejala pada orang – orang usia lanjut maupun setengah baya.
Terjadi pada orang dari segala etnis, lebih sering mengenai wanita, dan merupakan penyebab
tersering disabilitas jangka panjang pada pasien dengan usia lebih dari 65 tahun. Lebih dari
sepertiga orang dengan usia lebih dari 45 tahun mengeluhkan gejala persendian yang
bervariasi mulai sensasi kekakuan sendi tertentu dan rasa nyeri intermiten yang berhubungan
dengan aktivitas, sampai kelumpuhan anggota gerak dan nyeri hebat yang menetap, biasanya
dirasakan akibat deformitas dan ketidakstabilan sendi.

Degenerasi sendi yang menyebabkan sindrom klinis osteoartritis muncul paling sering pada
sendi tangan, kaki, panggul, dan spine, meskipun dapat terjadi pada sendi synovial mana pun.
Prevalensi kerusakan sendi synovial ini meningkat dengan bertambahnya usia. Pada sendi,
suatu jaringan tulang rawan yang biasa disebut dengan nama kartilago biasanya menutup
ujung-ujung tulang penyusun sendi. Suatu lapisan cairan yang disebut cairan sinovial terletak
di antara tulang-tulang tersebut dan bertindak sebagai bahanpelumas yang mencegah ujung-
ujung tulang tersebut bergesekan dan saling mengikis satu sama lain.
1.2 Rumusan masalah

1. Apa Definisi dari Osteoartritis?

2. Apa saja Etiologi dari Osteoartritis?

3. Bagaiaman Patofisiologi Osteoartritis?

4. Apa saja Manifestasi klinis Osteoartritis?

5. Bagaiaman Penatalaksanaan dari Osteartritis?

6. Bagaimana Asuhan Keperawatan gangguan muskuloskletal dengan Osteoartritis?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui Definisi dari Osteoartritis.

2. Mengetahui Etiologi dari Osteoartritis.

3. Mengetahui Patofiologi dari Osteoartritis.

4. Mengetahui Manifestasi dari Osteoartritis.

5. Mengetahui Penatalaksanaan dari Osteoartritis.

6. Mengetahui Asuhan Keperawatan pada Osteoartritis.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Defenisi
Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif yang berkaitan dengan
kerusakan kartilago sendi. Fetebrata, panggul, lutut dan pergelangan kaki yang paling sering
terkena OA (sudoyo aru, dkk: 2009)
Osteoartritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau osteoartrosis (sekalipun
terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi yang paling sering ditemukan dan kerapkali
menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas). (Smeltzer , C Suzanne, 2002 hal 1087)
Osteoartritis merupakan golongan rematik sebagai penyebab kecacatan yang menduduki
urutan pertama dan akan meningkat dengan meningkatnya usia, penyakit ini jarang ditemui
pada usia di bawah 46 tahun tetapi lebih sering dijumpai pada usia di atas 60 tahun. Faktor
umur dan jenis kelamin menunjukkan adanya perbedaan frekuensi (Sunarto, 1994, Solomon,
1997).
osteoartritis merupakan kelainan sendi non inflamasi yang mengenai sendi yang dapat
digerakkan, terutama sendi penumpu badan, dengan gambaran patologis yang karakteristik
berupa buruknya tulang rawan sendi serta terbentuknya tulang-tulang baru pada sub kondrial
dan tepi-tepi tulang yang membentuk sendi, sebagai hasil akhir terjadi perubahan biokimia,
metabolisme, fisiologis dan patologis secara serentak pada jaringan hialin rawan, jaringan
subkondrial dan jaringan tulang yang membentuk persendian. (R. Boedhi Darmojo &
Martono Hadi ,1999)

2.2 ETIOLOGI
1. Umur

Perubahan fisis dan biokimia yang terjadi sejalan dengan bertambahnya umur dengan
penurunan jumlah kolagen dan kadar air, dan endapannya berbentuk pigmen yang berwarna
kuning.

2. Jenis Kelamin.

Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi , dan lelaki lebih sering terkena
osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keeluruhan dibawah 45 tahun
frekuensi osteoartritis kurang lebih sama pada laki dan wanita tetapi diatas 50 tahun frekuensi
oeteoartritis lebih banyak pada wanita dari pada pria hal ini menunjukkan adanya peran
hormonal pada patogenesis osteoartritis.

3. Pengausan (wear and tear)

Pemakaian sendi yang berlebihan secara teoritis dapat merusak rawan sendi melalui dua
mekanisme yaitu pengikisan dan proses degenerasi karena bahan yang harus dikandungnya.

4. Kegemukan

Faktor kegemukan akan menambah beban pada sendi penopang berat badan, sebaliknya nyeri
atau cacat yang disebabkan oleh osteoartritis mengakibatkan seseorang menjadi tidak aktif
dan dapat menambah kegemukan.

5. Trauma

Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan osteoartritis adalah trauma yang


menimbulkan kerusakan pada integritas struktur dan biomekanik sendi tersebut.

6. Keturunan

Heberden node merupakan salah satu bentuk osteoartritis yang biasanya


ditemukan pada pria yang kedua orang tuanya terkena osteoartritis, sedangkan
wanita, hanya salah satu dari orang tuanya yang terkena.

7. Akibat penyakit radang sendi lain

Infeksi (artritis rematord; infeksi akut, infeksi kronis) menimbulkan reaksi


peradangan dan pengeluaran enzim perusak matriks rawan sendi oleh membran
sinovial dan sel-sel radang.

8. Joint Mallignment

Pada akromegali karena pengaruh hormon pertumbuhan, maka rawan sendi


akan membal dan menyebabkan sendi menjadi tidak stabil/seimbang sehingga
mempercepat proses degenerasi.

9. Penyakit endokrin

Pada hipertiroidisme, terjadi produksi air dan garam-garam proteglikan yang berlebihan pada
seluruh jaringan penyokong sehingga merusak sifat fisik rawan sendi, ligamen, tendo,
sinovia, dan kulit. Pada diabetes melitus, glukosa akan menyebabkan produksi proteaglikan
menurun.

10. Deposit pada rawan sendi

Hemokromatosis, penyakit Wilson, akronotis, kalsium pirofosfat dapat mengendapka


n hemosiderin, tembaga polimer, asam hemogentisis, kristal monosodium urat/pirofosfat
dalam rawan sendi. Kelainan yang dapat ditemukan dalam tulang rawan sendi, tulang,
membran sinofial, kapsul sendi, badan lepas (loos bodies), efusi, nodus heberden dan
bouchard. (Khairuddin: 2003)

Ada beberapa faktor resiko yang diketahui berhubungan dengan penyakit ini, yaitu:
a. Usia lebih dari 40 tahun

b. Jenis kelamin

c. Suku bangsa

d. Genetik

e. Kegemukan den penyakit metabolik

f. Cedera sendi, pekerjaan, olahraga

g. Kelainan pertumbuhan

h. Kepadatan tulang, dan lain-lain (Mansjoer, 2000).

2.3 Manifestasi Klinis


1. Nyeri sendi: keluhan utama
2. Hambatan gerakan sendi: gangguan ini biasanya semakin berat dengan pelan-pelan
sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri
3. Kaku pagi
4. Prepitasi: rasa gemeretak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit
5. Pembesaran sendi (deformitas)
6. Perubahan gaya gejala
7. Tanda-tanda peradangan: tanda-tanda peradangan pada sendi (nyeri tekan, gangguan
gerak, rasa hangat yang merata dan warna kemerahan)
Gejala utama OA ialah adanya nyeri pada sendi yang terkena, terutama waktu bergerak.
Umumnya timbul secara perlahan-lahan, mula-mula rasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri
yang berkurang dengan istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi,
krepitasi, pembesaran sendi, dan perubahan gaya berjalan. Lebih lanjut lagi terdapat
pembesaran sendi dan krepitasi tulang (Mansjoer, 2000).
Tempat prediksi osteoarthritis adalah sendi karpometakarpal I, metatarsofalangeal I,
apofiseal tulang belakang, lutut, paha. Pada falang distal timbul nodus Heberden dan pada
sendi interfalangproksimal timbul nodus Bouchard. Tanda-tanda peradangan pada sendi
tersebut tidak menonjol dan timbul belakangan, mungkin dijumpai karena adanya sinovitis,
terdiri dari nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang merata, dan warna kemerahan
(Mansjoer, 2000).

2.4 Anatomi Fisiologi


Secara anatomi fisiologi, sel tulang terdiri atas osteoblas, osteosit, dan osteoklas yang
dalam aktivitasnya mengatur hemeostasis kalsium yang tidak berdiri sendiri, melainkan
saling berinteraksi. Homeostasis kalsium pada tingkat seluler didahului penyerapan tulang
oleh osteoklas yang memerlukan waktu 40 hari, disusul fase istiraahat, dan kemudian disusul
fase pembentukkan tulang kembali oleh osteoblas yang memerlukan waktu 120 hari. Dalam
penyerapannya, osteoklas melepaskan transforming growth factor yang meransang aktivitas
awal osteoklas. Dalam keadaan normal, kuantitas dan kualitas pembentukkan tulang baru
osteoblas. Pada osteoporosis, penyerapan tulang lebih banyak dari pada pembentukkan baru.
2.5 Klasifikasi
Osteoartritis diklasifikasikan menjadi :
a. Tipe primer (idiopatik) tanpa kejadian atau penyakit sebelumnya yang berhubungan
dengan osteoartritis. OA Primer tidak diketahui dengan jelas penyebabnya, dapat
mengenai satu atau beberapa sendi. OA jenis ini terutama ditemukan pada pada
wanita kulit putih, usia baya, dan umumnya bersifat poli-articular dengan nyeri akut
disertai rasa panas pada bagian distal interfalang, yang selanjutnya terjadi
pembengkakan tulang (nodus heberden).
b. Tipe sekunder seperti akibat trauma, infeksi dan pernah fraktur. OA sekunder dapat
disebabkan oleh penyakit yang menyebabkan kerusakan pada sinovia sehingga
menimbulkan osteoartritis sekunder. (Long, C Barbara, 1996 hal 336)
2.5 Patofisiologi
Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, tidak meradang dan progresif
lambat, yang seakan-akan merupakan proses penuaan, rawan sendi mengalami kemunduran dan
degenerasi disertai dengan pertumbuhan tulang baru pada bagian tepi sendi.
Proses degenerasi ini disebabkan oleh proses pemecahan kondrosit yang merupakan unsur
penting rawan sendi. Pemecahan tersebut diduga diawali oleh stress biomekanik tertentu.
Pengeluaran enzim lisosom menyebabkan dipecahnya polisakarida protein yang membentuk
matriks di sekeliling kondrosit sehingga mengakibatkan kerusakan tulang rawan. Sendi yang
paling sering terkena adalah sendi yang harus menanggung berat badan, seperti panggul lutut dan
kolumna vertebralis. Sendi interfalanga distal dan proksimasi.
Osteoartritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan terbatasnya gerakan. Hal ini
disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang dialami atau diakibatkan penyempitan ruang sendi atau
kurang digunakannya sendi tersebut.
Perubahan-perubahan degeneratif yang mengakibatkan karena peristiwa-peristiwa tertentu
misalnya cedera sendi infeksi sendi deformitas congenital dan penyakit peradangan sendi lainnya
akan menyebabkan trauma pada kartilago yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik sehingga
menyebabkan fraktur ada ligamen atau adanya perubahan metabolisme sendi yang pada akhirnya
mengakibatkan tulang rawan mengalami erosi dan kehancuran, tulang menjadi tebal dan terjadi
penyempitan rongga sendi yang menyebabkan nyeri, kaki kripitasi, deformitas, adanya hipertropi
atau nodulus. ( Soeparman ,1995).
2.6 Manifestasi Klinis
Gejala-gejala utama ialah adanya nyeri pada sendi yang terkena, terutama waktu bergerak.
Umumnya timbul secara perlahan-lahan, mula-mula rasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang
berkurang saat istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi, krepitasi,
pembesaran sendi, dan perubahan gaya berjalan. (Soeroso J. Et all, 2007). Nyeri merupakan
keluhan utama tersering dari pasien-pasien dengan OA yang ditimbulkan oleh keainan seperti
tulang, membran sinovial, kapsul fibrosa, dan spasme otot-otot di sekeliling sendi.
Karakteristik Nyeri pada osteoartritis dibedakan menjadi 2 Fase :
1. Fase Nyeri Akut.
Nyeri awalnya tumpul, kemudian semakin berat, hilang tibul, dan diperberat oleh
aktivitas gerak sendi. Nyeri biasanya menghilang dengan istirahat.
2. Fase Nyeri kronis
Kekakuan pada kapsul sendi dapat menyebabkan kontraktur (tertariknya) sendi dan
menyebabkan terbatasnya gerakan.
Secara spesifik, beberapa manifestasi klinis yang dapat ditimbulkan adalah sebagai berikut :
a. Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama pasien. Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan
dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan dan tertentu terkadang dapat
menimbulkan rasa nyeri yang melebihi gerakan lain. ( Soeroso, 2006 ).
Perubahan ini dapat ditemukan meski OA masih tergolong dini ( secara radiologis ). Umumnya
bertambah berat dengan semakin beratnya penyakit sampai sendi hanya bias digoyangkan dan
menjadi kontraktur, Hambatan gerak dapat konsentris ( seluruh arah gerakan ) maupun eksentris (
salah satu arah gerakan saja ) ( Soeroso, 2006 ).
b. Hambatan gerakan sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat secara perlahan sejalan dengan
pertambahan rasa nyeri( Soeroso, 2006 ).
c. Kaku pagi
Rasa kaku pada sendi dapat timbul setelah pasien berdiam diri atau tidak melakukan
banyak gerakan, seperti duduk di kursi atau mobil dalam waktu yang cukup lama, bahkan setelah
bangun tidur di pagi hari( Soeroso, 2006 ).
d. Krepitasi
Krepitasi atau rasa gemeratak yang timbul pada sendi yang sakit. Gejala ini umum
dijumpai pada pasien OA lutut. Pada awalnya hanya berupa perasaan akan adanya sesuatu yang
patah atau remuk oleh pasien atau dokter yang memeriksa. Seiring dengan perkembangan
penyakit, krepitasi dapat terdengar hingga jarak tertentu (Soeroso, 2006 ).
e. Pembengkakan sendi yang asimetris
Pembengkakan sendi dapat timbul dikarenakan terjadi efusi pada sendi yang biasanya
tidak banyak ( < 100 cc ) atau karena adanya osteofit, sehingga bentuk permukaan sendi berubah
( Soeroso, 2006 ).
f. Tanda – tanda peradangan
Tanda – tanda adanya peradangan pada sendi ( nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat
yang merata, dan warna kemerahan ) dapat dijumpai pada OA karena adanya synovitis. Biasanya
tanda – tanda ini tidak menonjol dan timbul pada perkembangan penyakit yang lebih jauh. Gejala
ini sering dijumpai pada OA lutut ( Soeroso, 2006 ).
g. Perubahan gaya berjalan
Gejala ini merupakan gejala yang menyusahkan pasien dan merupakan ancaman yang
besar untuk kemandirian pasien OA, terlebih pada pasien lanjut usia. Keadaan ini selalu
berhubungan dengan nyeri kastrena menjadi tumpuan berat badan terutama pada OA lutut (
Soeroso, 2006 ).
2.7 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi akibat osteoarthritis dapat terjadi apabila penyakit ini tidak
ditangani dengan serius. Terdapat dua macam komplikasi yaitu :
a. Komplikasi akut berupa, osteonekrosis, Ruptur Baker Cyst, Bursitis.

b. Komplikasi kronis berupa malfungsi tulang yang signifikan, yang terparah ialah terjadi
kelumpuhan.

2.8 Pemeriksaan Diagnostik


Terdapat beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk lebih mendukung adanya
Osteoartritis, antara lain sebagai berikut :
a. Foto polos sendi (Rontgent) menunjukkan penurunan progresif massa kartilago sendi
sebagai penyempitan rongga sendi, destruksi tulang, pembentukan osteofit (tonjolan-
tonjolan kecil pada tulang), perubahan bentuk sendi, dan destruksi tulang.

b. Pemeriksaan cairan sendi dapat dijumpai peningkatan kekentalan cairan sendi.

c. Pemeriksa artroskopi dapat memperlihatkan destruksi tulang rawan sebelum tampak di


foto polos.

d. Pemeriksaan Laboratorium: Osteoatritis adalah gangguan atritis local, sehingga tidak ada
pemeriksaan darah khusus untuk menegakkan diagnosis. Uji laboratorium adakalanya
dipakai untuk menyingkirkan bentuk-bentuk atritis lainnya. Faktor rheumatoid bisa
ditemukan dalam serum, karena factor ini meningkat secara normal paa peningkatan usia.
Laju endap darah eritrosit mungkin akan meningkat apabila ada sinovitis yang luas.

2.9 Penatalaksanaan Medis


a. Obat obatan
Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk osteoartritis, oleh karena
patogenesisnya yang belum jelas, obat yang diberikan bertujuan untuk mengurangi rasa sakit,
meningkatkan mobilitas dan mengurangi ketidak mampuan. Obat-obat anti inflamasinon steroid
bekerja sebagai analgetik dan sekaligus mengurangi sinovitis, meskipun tak dapat memperbaiki
atau menghentikan proses patologis osteoartritis.
b. Perlindungan sendi
Osteoartritis mungkin timbul atau diperkuat karena mekanisme tubuh yang kurang baik. Perlu
dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit. Pemakaian tongkat, alat-alat listrik
yang dapat memperingan kerja sendi juga perlu diperhatikan. Beban pada lutut berlebihan karena
kakai yang tertekuk (pronatio).
c. Diet
Diet untuk menurunkan berat badan pasien osteoartritis yang gemuk harus menjadi program
utama pengobatan osteoartritis. Penurunan berat badan seringkali dapat mengurangi timbulnya
keluhan dan peradangan.
d. Dukungan psikososial
Dukungan psikososial diperlukan pasien osteoartritis oleh karena sifatnya yang menahun dan
ketidakmampuannya yang ditimbulkannya. Disatu pihak pasien ingin menyembunyikan
ketidakmampuannya, dipihak lain dia ingin orang lain turut memikirkan penyakitnya. Pasien
osteoartritis sering kali keberatan untuk memakai alat-alat pembantu karena faktor-faktor
psikologis.
e. Persoalan Seksual
Gangguan seksual dapat dijumpai pada pasien osteoartritis terutama pada tulang belakang, paha
dan lutut. Sering kali diskusi karena ini harus dimulai dari dokter karena biasanya pasien enggan
mengutarakannya.
f. Fisioterapi
Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis, yang meliputi pemakaian panas
dan dingin dan program latihan ynag tepat. Pemakaian panas yang sedang diberikan sebelum
latihan untk mengurangi rasa nyeri dan kekakuan. Pada sendi yang masih aktif sebaiknya diberi
dingin dan obat-obat gosok jangan dipakai sebelum pamanasan. Berbagai sumber panas dapat
dipakai seperti Hidrokolator, bantalan elektrik, ultrasonic, inframerah, mandi paraffin dan mandi
dari pancuran panas.
g. Operasi
Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien osteoartritis dengan kerusakan sendi yang nyata
dengan nyari yang menetap dan kelemahan fungsi. Tindakan yang dilakukan adalah osteotomy
untuk mengoreksi ketidaklurusan atau ketidaksesuaian, debridement sendi untuk menghilangkan
fragmen tulang rawan sendi, pebersihan osteofit (Ismayadi, 2004).
BAB III
ASKEP TEORITIS
3.1 Pengkajian
1. Identitas pasien
Berisikan nama, jenis kelamin, umur, no.MR ,status perkawinan, pekerjaan, pendidikan
terakhir, alamat,dll.
Tekanan darah : biasanya meningkat
Pernafasan : biasanya meningkat
Suhu : biasanya meningkat
Nadi : biasanya meningkat

3.2 Riwayat kesehatan


a.Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya klien pernah mengalami trauma, biasanya klien pernah mengalami infeksi pada
sendi, biasanya klien pernah mengalami fraktur, biasanya klien pernah melalukan diet.
b.Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien mengeluh sering mengalami nyeri sendi, biasanya klien sering mengeluh
hambatan dalam bergerak, biasanya klien sering mengeluh kaku sendi ketika bangun pagi..
c.Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya keluarga pernah menderita penyakit yang sama, yaitu osteoarthritis, biasanya ada
anggota kelurga yang menderita diabetes mellitus.

3. 3 Pemeriksaan fisik
a. Rambut
Biasanya rambut klien terlihat bersih dan rambut berwarna hitam, dan rambut tidak
rontok.
b. Wajah
Biasanya kulit wajah baik dan tidak terdapat edema
c. Mata
Biasanya konjungtiva tidak anemis dan sclera tidak ikterik, biasanya respon cahaya
baik (+)
d. Hidung
Biasanya bentuk telinga simetris kiri dan kanan , dan biasanya tidak ada pembesaran
polip.
e. Telinga
Biasanya bentuk telinga simetris kiri dan kanan, dan fungsi pendengaran baik
f. Mulut
Biasanya mukosa mulut tidak pecah-pecah, dan biasanya lidah bersih.
g. Thoraks
I : biasanya bentuk dada simetris kiri dan kanan
P: biasanya vocal premitus kiri dan kanan
P: biasanya saat perkusi bunyi sonor
A: biasanya tidak terdapat bunyi nafas tambahan Jantung
I: biasanya ictus cordis tidak terlihat
P: biasanya ictus cordis teraba
P: biasanya bunyi jantung pekak
A: biasanya bunyi jantung teratur
h. Abdomen
I: biasanya simetris kiri dan kanan
P: biasanya bising usus normal
P: biasanya tidak terdapat nyeri tekan dan nyeri lepas
A: biasanya bunyi thimpany
i. Genetalia urinaria
Biasanya tidak terdapat gangguan eliminasi, dan tidak terpasang kateter
j. Ekstremitas
Biasanya klien mengalami nyeri sendi,dan biasanya klien mengalami kekakuan sendi,
dan tidak dapat melakukan kegiatan pergerakan, dan biasanya panjang ekstremitas
bawah yang tidak sama panjang.
k. Integument
Biasanya turgor kulit baik
l. Neurologis
Biasanya kesadaran klien baik dan peka terhadap rangsangan, kecuali daerah yang
mengalami nyeri sendi atau kaku sendi.
3.4 Kebiasaan sehari-hari
1. Nutrisi
a. Sehat: biasanya 3x1 sehari ( porsi makan dihabiskan )
b. Sakit: biasanya porsi 3x1 sehari (porsi makan ¼ dihabiskan )
2. Eliminasi
a. Sehat: biasanya 1x sehari
b. Sakit: biasanya 2x sehari
3. Istirahat
a. Sehat: biasanya 8-9 jam perhari
b. Sakit: biasanya 5-6 jam perhari
4. Aktivitas
a. Sehat: biasanya bisa bergerak bebas dan mandi 2x sehari
b. Sakit: biasanya klien sering mengalami nyeri ada saat beraktivitas dan mandi 1x sehari.
5. Data psikologis
Biasanya klien sering mengalami kecemasan, dan biasanya klien sering emosi tiba-tiba.
3.5 Diagnosa keperawatan
a) gangguan rasa nyaman( nyeri akut ) berhubungan dengan peradangan sendi
b) hambatan mobilitas fisik
c) gangguan citra tubuh
d) defesiensi pengetahuan

no Diagnosa keperawatan NOC NIC


1. Nyeri akut berhubungan dengan 1. pain level Pain manajemen
peradangan sendi 2. pain kontrol 1. lakukan pengkajian
3. konfort level nyeri secara
Defenisi : pengalaman sensori dan kriteria hasil: komperensif
emosional yang tidak 1. mampu termasuk lokasi,
menyenangkan yang muncul mengontrol nyeri karakteristik, durasi,
akibat kerusakan jaringan yang (tahu penyebab frekuensi, kualitas
actual atau potensial atau nyeri, mampu dan faktor presipitasi
gambaran dalam hal kerusakan menggunakan 2. obserfasi reaksi
sedemikian rupa ( internasional teknik nonferbal dari
asosiation for studi of pain ) : nonfarmakologi ketidak nyamanan
awitan yang tiba-tiba atau lambat untuk mengurangi3. gunakan teknik
dari intensitas ringan sehingga nyeri, mencari komunikasi terapetik
berat dengan akhir yang dapatdi bantuan) untuk mengetahui
antisipasi atau di prediksi dan 2. melaporkan bahwa pengalaman nyeri
berlangsung <6 bulan. nyeri berkurang pasien
dengan 4. kaji kultur yang
Batas karakteristik : menggunakan mempengaruhu
1. Perubahan selera makan managemen nyeri respon nyeri
2. Perubahan tekanan darah 3. mampu mengenali5. evaluasi pengalaman
3. Perubahan frekwensi jantung nyeri (skala nyeri masa lampau
4. Perubahan frekwensi pernafasan intensitas, 6. evaluasi bersama
5. Laporan isyarat frekuensi dan tanda pasien dan tim
6. Diaphoresis nyeri) kesehatan lain
7. Prilaku distraksi nyatakan rasa tentang ketidak
aman setelah nyeri efektifan kontrol
berkurang nyeri masa lampau
4. nyatakan rasa 7. bantu pasien dan
aman setelah nyeri keluarga untuk
berkurang mencari dan
menemukan
dukungan
8. kontrol lingkungan
yang dapat
mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
percahayaan dan
kebeisingan.
9. Kurang faktor
presipitasi nyeri
10. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi,
nonfarmakologi dan
interpersonal)
11. Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk
menentukan
interfensi
12. Ajarkan tentang
teknik
nonfarmakologi
13. Berikan anakgetik
untuk mengurangi
nyeri
14. Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
15. Tingkatkan istirahat
16. Kolaborasikan
dengan dokter jika
ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak
berhasil
17. Monitor penerimaan
pasien tentang
manajemen nyeri

ANALGESIK
ADMINISTRATION
1. Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas
dan derajat nyeri
sebelum pemberian
obat
2. Instruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis, frekuensi.
3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih dari
Satu
5. Tentukan pilihan
analgesik tergantung
tipe dan beratnya
nyeri

2. Hambatan mobilitas fisik NOC: NIC:

Defenisi : keterbatasan Joint Exercise therapy :


pada pergerakan fisik movement:active ambulation
tubuh atau satu atau lebih Mobility level  Monitoring vital sign
ekstremitas secara mandiri Self care : ADls sebelum/ sesudah latihan
dan terarah. Transfer dan lihat respon pasien saat
performance latihan.
Batasan karakteristik:  Konsultasikan dengan
1. Penurunan waktu reaksi kriteria hasil : terapi fisik tentang rencana
2. Kesulitan membolak balik Klien meningkat ambulasi sesuai dengan
posisi dalam aktivitas kebutuhan
3. Melakukan aktivitas lain fisik  Bantu klienuntuk
sebagai pengganti  Mengerti tujuan menggunakan tongkat saat
pergerakan dari peningkatan berjalan dan cegah terhadap
4. Dispnea setelah mobilitas cedera
beraktivitas   Ajarkan pasien tenaga
5. Perubahn cara berjalan Memverbalisasikan kesehatan lain tentang
6. Gerakan bergetar perasaan dalam teknik ambulasi
7. Keterbatasan kemempuan meningkatkan  Kaji kemampuan klien
melakukan keterampilan kekuatan dan dalam mobilisasi
motorik halus kemampuan  Latih pasien dalam
8. Keterbatasan kemempuan berpindah pemenuhan kebutuhan
keterampilan motorik kasar
 Memperagakan ADLs secara mandiri sesuai
9. Keterbatasan rentang penggunaan alat kemampuan
pergerakan sendi bantu untuk  Damping dan bantu klien
10. Tremor akibat pergerakan mobilisasi (walker) saat mobilisasi dan bantu
11. Ketidakstabilan postur penuhi kebutuhan ADls ps
12. Pergerakan lambat  Berikan alat bantu jika klien
13. Pergerakan tidak memerlukan
terkoordinasi  Ajarkan pasien bagaimana
merubah posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan.
3 Gangguan citra tubuh NOC: NIC:

Defenisi: konfusi dalam Body image Body image enhancement


gambaran mental tentang Self esteem  Kaji secara verbal dan non
diri fisik individu kriteria hasil : verbal
Batasan karakteristik :  
Body image positif Respon klien terhadap
 
Perilaku mengenali tubuh Mampu tubuhnya
individu mengidentifikasi  Monitor frenkwensi
 Perilaku menghindari kekuatan personal mengkritik dirinya
tubuh individu  Mendiskripsikan  Jelaskan tentang
 Perilaku memantau tubuh secara factual pengobatan,perawatan,kema
individu perubahan fungsi juan dan prognosis penyakit
 Respon nonverbal tubuh  Dorong klien

terhadap perubahan actual Mempertahankan mengungkapkan
pada tubuh interaksi social perasaannya
 Mengungkapkan perasaan  Identifikasi arti
yang mencerminkan pengurangan melalui alat
perubahan pandangan bantu
tentang tubuh individu  Fasilitasi kontak dengan
 Mengungkapkan persepsi individu lain dalam
yang mencerminkan kelompok kecil
perubahan individu dalam
penampilan
4 Defesiensi pengetahuan NOC: NIC:
Defenisi : Knowledge : Teaching: disease process
Ketiadaan atau defesiensi disease process  Berikan penilaian teatang
informasi kognitif yang Knowledge:health tingkat pengetahuan pasien
berkaitan dengan topic behavior tentang proses penyakit
tertentu. kriteria hasil : yang spesifik
 Pasien dan  Jelaskan patofisiologi dari
Batasan karakteristik : keluarga penyakt dan bagaimana hal
 Prilaku hiperbola mengatakan ini berhubungan dengan
 Ketidakakurati mengiutui pemahaman anatomi dan fisiologi,
perintah tentang penyakit, dengan cara yang tepat.
 Ketidakakurati melakukan kondisi, prognosis, Gambarkan tanda dan
tes dan program gejala yang biasa muncul
 Prilaku tidak tepat pengobatan pada penyakit, dengan cara
 Pengkapan masalah  Pasien dan yang tepat
keluarga mampu  Gambarkan proses dari
melaksanakan penyakit, dengan cara yang
prosedur yang tepat
dijelaskan secara  Identifikasi kemungkinan
benar penyebab, dengan cara yang
 Pasien dan tepat
keluarga mampu  Sediakan informasi pada
menjelaskan pasien tentang kondisi,
kembali apa yang dengan cara yang tepat
dijelaskan perawat/ Diskusikan perubahan gaya
tim kesehatan hidup yang mungkin
lainnya. diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang
akan datang dan atau proses
pengontrolan penyakt
 Diskusikan pilihan terapi
atau penanganan
 Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan
 Rujuk asien pada group
atau agensi di komunitas
local, dengan cara yang
tepat
 Instruksikan pasien
mengenai tanda dan gejala
untuk melaporkan pada
pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara yang
tepat
BAB IV
TINJAUAN KASUS

4.1 Pengkajian

Ny. N datang ke rumah sakit umum Sari mutiara bersama suaminya, Ny N mengeluh Rasa
nyeri pada sendi, Kekakuan dan keterbatasan gerak, ketidaknyamanan, dan Kelelahan dalam
melakukan aktivitas. Setelah dilakukan pengkajian pasien terlihat tampak cemas Tekanan
Darah : 110/80 mmHg, Pulse/nadi : 80x/menit, Suhu : 37,9 celcius, Respirasi : 20x/menit
dengan skala nyeri 7.

Tanggal : 10 Desember 2014

Jam : 11.21 WIB

Oleh : Ahmad Razi Um ami dan Sitti Afiqah

Sumber : I. Laporan Keperawatan dan Catatan Rekam Medik

II. Informasi dari pasien dan keluarga pasien

III. Informasi tim kesehatan yang menangani pasien

Observasi langsung

Biodata

Identitas Pasien

Nama : Ny. N

Umur : 65 tahun

Jenis Kelamin :P

Agama : Islam

Alamat : Jl. Muktisari Rt.01 / Rw.03 Kec. Cingambul

Kab. Majalengka

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : IRT

Status Perkawinan : Nikah

Diagnosa Medis : Osteoartritis (OA)

No.Register : 07108329
Tanggal Masuk : 10 November 2014

No.RM : 17302

Identitas Penanggung Jawab

Nama : Tn. S

Umur : 58 tahun

Jenis Kelamin :L

Agama : Islam

Alamat : Jl. Muktisari Rt.01 / Rw.03 Kec. Cingambul Kab.


Majalengka

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Wiraswasta

Status Perkawinan : Nikah

Hubungan dengan pasien : Suami

4.2 Keluhan Utama

Lima hari sebelum pasien masuk ke Rs. Klien merasakan Keluhan Rasa nyeri pada sendi,

Kekakuan dan keterbatasan gerak, ketidaknyamanan, dan Kelelahan.

4.3 Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Kesehatan Sekarang

Adanya keluhan sakit dan kekakuan pada tangan, atau pada tungkai.

Perasaan tidak nyaman dalam beberapa periode/waktu sebelum pasien mengetahui dan
merasakan adanya perubahan pada sendi.

b. Riwayat Kesehatan Dahulu

Klien mengatakan pernah merasakan radang sendi sejak lama akibat kelelahan

pada saat melakukan aktivitas.

c. Riwayat Psiko – Sosial

Pasien dengan OA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup tinggi apalagi pada
pasien yang mengalami deformitas pada sendi-sendi karean ia merasakan adanya kelemahan-
kelemahan pada dirinya dan merasakan kegiatan sehari-hari menjadi berubah. Perawat dapat
melakukan pengkajian terhadap konsep diri klien khususnya aspek body image dan harga diri
klien.

4.4 Pemeriksaan Fisik

Penampilan Umum

Kesadaran : Somnolen

Tanda-tanda Vital

Tekanan Darah : 110/80 mmHg

Pulse/nadi : 80x/menit

Suhu : 37,9 celcius

Respirasi : 20x/menit

Pemeriksaan Fisik :

Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral), amati warna kulit,
ukuran, lembut tidaknya kulit, dan pembengkakan.

Lakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-sendi sinovial

o Catat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi)

o Catat bila ada krepitasi

o Catat bila terjadi nyeri saat sendi digerakkan

Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateral :

Catat bia ada atrofi, tonus yang berkurang

Ukur kekuatan otot

Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya

Kaji aktivitas/kegiatan sehari-hari

4.5 Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


1 Do : Klien tampak lemas Distensi jaringan akibat Nyeri Akut
Ds : – Klien mengeluh akumulasi cairan/proses
Nyeri inflamasi, destruksi sendi
– Klien menyatakan sangat
terganggu aktivitasnya
– Klien merasakan lelah di
seluruh tubuh.
– Klien merasakan
Perilaku distraksi/ respons
autonomic
2 Do : Klien tampak deformitas skeletal, Gangguan mobilitas
meringis nyeri, penurunan kekuatan otot fisik berhubungan
Ds : Klien mengeluh dengan.
distensi jaringan
akibat akumulasi
cairan/proses
inflamasi,
destruksi sendi
3 Do : Klien merasakan deformitas skeletal, Nyeri, Gangguan
Perubahan fungsi Citra
dari bagian-bagian Tubuh
yang sakit. penurunan kekuatan otot
Ds : ekspresi wajah
klien menunjukan
rasa nyeri
4 Do : Klien tampak kerusakan muskuloskeletal, Defisit perawatan
lelah penurunan kekuatan, daya diri
Ds : – Klien merasa tahan, nyeri pada waktu
lelah dan lemas di bergerak, depresi
seluruh tubuh
– Ketidakmampuan
untuk mengatur
kegiatan sehari-
hari.

4.6 Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri akut / kronis berhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi cairan/proses
Inflamasi, distruksi sendi.
Kerusakan Mobilitas Fisikberhubungan dengan Deformitas skeletal, Nyeri,
ketidaknyamanan , Penurunan kekuatan otot

b. Gangguan Citra Tubuh / Perubahan Penampilan Peran berhubungan dengan Perubahan


kemampuan melakukan tugas-tugas umum, Peningkatan penggunaan energi,
ketidakseimbangan mobilitas.

c. Kurang Perawatan Diriberhubungan dengan Kerusakan Auskuloskeletal antara lain


Penurunan Kekuatan, Daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, Depresi.

d. Resiko Tinggi terhadap Kerusakan Penatalaksanaan Lingkungan berhubungan dengan


Proses penyakit degeneratif jangka panjang, Sistem pendukung tidak adekuat.

e. Kurang Pengetahuan (Kebutuhan Belajar) Mengenai Penyakit, Prognosis dan


Kebutuhan Perawatan dan Pengobatanberhubungan dengan Kurangnya pemahaman /
mengingat kesalahan interpretasi informasi.
4.7 Intervensi

Diagnosa Keperawatan I : Nyeri akut / kronis berhubungan dengan distensi jaringan oleh
akumulasi cairan/proses inflamasi, distruksi sendi.

Hasil yang diharapkan/Kriteria evaluasi :

 Menunjukkan nyeri berkurang atau terkontrol


 Terlihat rileks, dapat istirahat, tidur dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai
kemampuan.
 Mengikuti program terapi.
 Menggunakan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam program kontrol
nyeri.

Intervensi :

 Kaji keluhan nyeri; catat lokasi dan intensitas nyeri (skala 0 – 10). Catat faktor-faktor
yang mempercepat dan tanda-tanda rasa nyeri non verbal
 Beri matras/kasur keras, bantal kecil. Tinggikan tempat tidur sesuai kebutuhan saat
klien beristirahat/tidur.
 Bantu klien mengambil posisi yang nyaman pada waktu tidur atau duduk di kursi.
Tingkatan istirahat di tempat tidur sesuai indikasi.
 Pantau penggunaan bantal.
 Dorong klien untuk sering mengubah posisi.
 Bantu klien untuk mandi hangat pada waktu bangun tidur.
 Bantu klien untuk mengompres hangat pada sendi-sendi yang sakit beberapa kali
sehari.
 Pantau suhu kompres.
 Berikan masase yang lembut.
 Dorong penggunaan teknik manajemen stress misalnya relaksasi progresif sentuhan
terapeutik bio feedback, visualisasi, pedoman imajinasi hipnotis diri dan pengendalian
nafas.
 Libatkan dalam aktivitas hiburan yang sesuai untuk situasi individu.
 Beri obat sebelum aktivitas/latihan yang direncanakan sesuai petunjuk.

Diagnosa Keperawatan II : Kerusakan Mobilitas Fisik berhubungan dengan deformitas


skeletal, Nyeri, ketidaknyamanan , Penurunan kekuatan otot

Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi :

 Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya/pembatasan kontraktor


 Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari kompensasi bagian
tubuh
 Mendemonstrasikan teknik/perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas

Intervensi:
 Pantau tingkat inflamasi/rasa sakit pada sendi
 Pertahankan tirah baring/duduk jika diperlukan
 Jadwal aktivitas untuk memberikan periode istirahat yang terus-menerus dan tidur
malam hari tidak terganggu.
 Bantu klien dengan rentang gerak aktif/pasif dan latihan resistif dan isometric jika
memungkinkan.
 Dorongkan untuk mempertahankan posisi tegak dan duduk tinggi, berdiri, dan
berjalan.
 Berikan lingkungan yang aman, misalnya menaikkan kursi/kloset, menggunakan
pegangan tinggi dan bak dan toilet, penggunaan alat bantu mobilitas/kursi roda
penyelamat
 Kolaborasi ahli terapi fisik/okupasi dan spesialis vasional.

Diagnosa Keperawatan III : Gangguan Citra Tubuh / Perubahan Penampilan Peran


berhubungan dengan Perubahan kemampuan melakukan tugas-tugas umum, Peningkatan
penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.

Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi:

 Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk menghadapi


penyakit, perubahan pada gaya hidup dan kemungkinan keterbatasan.
 Menyusun tujuan atau rencana realistis untuk masa mendatang.

Intervensi:

 Dorong klien mengungkapkan mengenai masalah tentang proses penyakit, harapan


masa depan.
 Diskusikan dari arti kehilangan/perubahan pada seseorang. Memastikan bagaimana
pandangan pribadi klien dalam memfungsikan gaya hidup sehari-hari termasuk aspek-
aspek seksual
 Akui dan terima perasaan berduka, bermusuhan, ketergantungan
 Perhatikan perilaku menarik diri, penggunaan menyangkal atau terlalu
memperhatikan tubuh/perubahan.
 Susun batasan pada perilaku maladaptif, bantu klien untuk mengidentifikasi perilaku
positif yang dapat membantu koping.
 Bantu kebutuhan perawatan yang diperlukan klien.
 Ikutsertakan klien dalam merencanakan dan membuat jadwal aktivitas.

Diagnosa Keperawatan IV : Kurang Perawatan Diri berhubungan dengan Kerusakan


Auskuloskeletal antara lain Penurunan Kekuatan, Daya tahan, nyeri pada waktu bergerak,
Depresi.

Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi:

 Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten pada kemampuan
klien.
 Mendemonstrasikan perubahan teknik/gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan
perawatan diri.
 Mengidentifikasikan sumber-sumber pribadi/komunitas yang dapat memenuhi
kebutuhan.

Intervensi:

 Diskusikan tingkat fungsi umum; sebelum timbul eksaserbasi penyakit dan potensial
perubahan yang sekarang diantisipasi.
 Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program latihan.
 Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri. Identifikasi rencana untuk
memodifikasi lingkungan.
 Kolaborasi untuk mencapai terapi okupasi.

Diagnosa Keperawatan V : Resiko Tinggi terhadap Kerusakan Penatalaksanaan Lingkungan


berhubungan dengan Proses penyakit degeneratif jangka panjang, Sistem pendukung tidak
adekuat.

Hasil yang Diharapkan/Kriteria Evaluasi :

 Mempertahankan keamanan lingkungan yang meningkatkan perkembangan.


 Mendemonstrasikan penggunaan sumber-sumber yang efektif dan tepat.

Intervensi:

 Kaji tingkat fungsi fisik


 Evaluasi lingkungan untuk mengkaji kemampuan dalam perawatan untuk diri sendiri.
 Tentukan sumber-sumber finansial untuk memenuhi kebutuhan situasi individual.
 Identifikasi untuk peralatan yang diperlukan misal alat bantu mobilisasi.

Diagnosa Keperawatan VI : Kurang Pengetahuan (Kebutuhan Belajar) Mengenai Penyakit,


Prognosis dan Kebutuhan Perawatan dan Pengobatan berhubungan dengan Kurangnya
pemahaman / mengingat kesalahan interpretasi informasi.

Hasil yang diharapkan/Kriteria Evaluasi:

 Menunjukkan pemahaman tentang kondisi/pragnosis dan perawatan.


 Mengembangkan rencana untuk perawatan diri termasuk modifikasi gaya hidup yang
konsisten dengan mobilitas dan atau pembatasan aktivitas.

Intervensi :

 Tinjau proses penyakit, prognosis dan harapan masa depan


 Diskusikan kebiasaan pasien dalam melaksanakan proses sakit melalui diet, obat-
obatan dan program diet seimbang, latihan dan istirahat.

4.7 Implementasi
Melaksanakan tindakan sesuai dengan intervensi yang telah di rencanakan dan di lakukan
sesuai dengan kebutuhan klien/pasien tergantung pada kondisinya. Sasaran utama pasien
meliputi peredaan nyeri, mengontrol ansietas, pemahaman dan penerimaan penanganan,
pemenuhan aktivitas perawatan diri, termasuk pemberian obat, pencegahan isolasi sosial, dan
upaya komplikasi.

4.8 Evaluasi

Melakukan pengkajian kembali untuk mengetahui apakah semua tindakan yang telah
dilakukan dapat memberikan perbaikan status kesehatan terhadap klien. Hasil yang di
harapkan :

Mengalami peredaan nyeri

Tampak tenang dan bebas dari ansietas

Memperhatikan aktifitas perawatan diri secara efektif

Pembahasan Evaluasi :

Evaluasi pada kasus ini :

S : Klien mengatakan rasa nyeri berkurang

O : Klien terlihat rileks, dapat istirahat, tidur dan berpartisipasi dalam aktivitas

sesuai kemampuan.

A : Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan Intervensi

S : Klien menyatakan dapat mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan

dan fungsi dari kompensasi bagian tubuh.

O : Klien dapat berjalan secara perlahan-lahan

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan Intervensi

Anjurkan klien untuk bergerak aktif / pasif

S : Klien mengatakan rasa cemas berkurang

O : Klien merasa percaya diri dalam kemampuan untuk menghadapi penyakit,

perubahan pada gaya hidup dan kemungkinan keterbatasan.

A : Masalah teratasi sebagian


P : Lanjutkan Intervensi

Anjurkan perawat memotivasi kepada klien mengenai masalah penyakit.

S : Klien mengatakan rasa nyeri berkurang

O : Klien tampak tenang dan dapat istirahat

A : Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan Intervensi

Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program latihan.

S : Klien mengatakan mulai bisa beraktivitas tanpa kesulitan dan paham akan

cara evaluasi lingkungan untuk mengkaji kemampuan dalam perawatan

untuk diri sendiri.

O : Klien tampak mengerjakan aktivitas sehari-hari

A : Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan Intervensi

berikan support kepada klien agar terus melakukan anjuran petugas.

S : Klien mengatakan paham dengan Osteoartritis atau rematik dan dapat

menyebutkan mulai dari pengertian sampai diitnya.

O : Klien tampak menjawab pertanyaan petugas dan antusias dalam pemberian

pendidikan kesehatan.

A : Masalah teratasi

P : Lanjtukan Intervensi
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Osteoartritis (OA) adalah gangguan sendi yang bersifat kronis disertai kerusakan tulang dan
sendi berupa disentegrasi dan pelunakan progresif yang diikuti dengan pertambahan
pertumbuhan pada tepi tulang dan tulang rawan sendi yang disebut osteofit, dan fibrosis dan
kapsul sendi. Kelainan ini timbul akibat mekanisme abnormal proses penuaan, trauma atau
kelainan lain yang menyebabkan kerusakan tulang rawan sendi. Keadaan ini tidak berkaitan
dengan faktor sistemik atau infeksi.

Beberapa penyebab dan faktor predisposisi adalah sebagai berikut: Usia/Umur, Jenis
Kelamin, Ras, Faktor Keturunan, Faktor Metabolik/Endokrin, Faktor Mekanik, Diet.

5.2 Saran

– Mahasiswa harus mengerti tentang pengertian Osteoartritis beserta etiologi dan

patofisiologinya secara lengkap.

– Mahasiswa keperawatan harus mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada klien

dengan penyakit osteoarthritis secara langsung dan komprehensif meliputi aspek bio-

psiko-sosio-spiritual dengan pendekatan proses Keperawatan (pengkajian, diagnosa

keperawatan, rencana keperawatan, implementasi, evaluasi).

– Mahasiswa sebaiknya menggunakan makalah ini sebagai sumber ilmu untuk

mempelajari tentang asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit osteoarthritis

lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes, RI (1995), Penerapan Proses Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Maskuloskeletal, Jakarta, Pusdiknakes.
Digiulio, Mary.Keperawatan Medikal Bedah.ed.1.2007.yogyakarta
Nic noc jilid 1. Mediaction: yogyakarta
Price, S.A. R. Wilson CL (1991), Pathophisiology Clinical Concept of Disease Process, Alih
Bahasa Adji Dharma (1995), Patofisiologi Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit, Jakarta,
EGC.
Smeltzer C. Suzannne, (2002 ), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Alih Bahasa Andry
Hartono, dkk., Jakarta, EGC

Anda mungkin juga menyukai