DISUSUN OLEH :
Kelompok 4
Meilani Kurniati ( Pl2321009 )
Maria Feri Rina ( Pl2321023 )
Ista Bina Murtiningsih ( Pl2321025 )
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT Yang Maha
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
Lazim Digunakan Pada Lansia”. Ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.........................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................ii
DAFTAR TABEL..............................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................4
C. Tujuan ...........................................................................................4
D. Manfaat .........................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Lansia................................................................................7
1. Definisi......................................................................................7
2. Batas Umur Lansia....................................................................8
3. Ciri-Ciri Lansia.........................................................................9
4. Proses Penua..............................................................................10
5. Tugas Perkembangan Lansia.....................................................11
6. Pendekatan Pada Lansia............................................................12
B. Konsep Osteoporosis.....................................................................13
1. Definisi......................................................................................13
2. Etiologi .....................................................................................13
3. Anatomi dan Fisiologi...............................................................15
4. Manifestasi Klinis.....................................................................16
5. Patofisiologi..............................................................................17
6. Pemeriksaan Penunjang............................................................18
7. Pathway.....................................................................................21
C. Konsep Asuhan Keperawatan........................................................22
1. Pengkajian.................................................................................22
2. Diagnosa Keperawatan .............................................................24
3. Intervensi Keperawatan.............................................................24
4. Implementasi Keperawatan.......................................................27
5. Evaluasi Keperawatan...............................................................27
D. Konsep Terapi Pada Lansia Dengan Osteoporosis........................27
1. Penatalaksanaan Farmakologi...................................................27
2. Penatalaksanaan Non Farmakologi...........................................29
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................34
B. Saran..............................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA
iii
DAFTAR TABEL
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
berumur ≥60 tahun yang rentan terhadap penyakit dan memilki fungsi
lansia perlu mendapatkan perhatian yang khusus (Hendra, 2020). Lansia akan
mengalami perubahan fisik maupun tingkah laku yang dapat terjadi pada
semua orang pada saat mereka mencapai tahap usia lanjut. Bertambahnya usia
(Gaol, 2019).
dengan massa tulang yang sedikit serta terganggunya bentuk susunan tulang
satu penyakit yang digolongkan dalam penyakit silent disease karena tidak
Gejala penyakit ini dapat berupa nyeri pada bagian tulang dan otot, terutama
75 juta, sedangkan di Cina sebanyak 184 juta. Kejadian ini akan diperkirakan
2
terus meningkat hingga mencapai 6,3 juta orang pada tahun 2050. Data
Indonesia saat ini termasuk kedalam lima besar Negara dengan jumlah
penduduk usia lanjut terbanyakdidunia yakni 18,1 juta jiwa atau 9,6% dari
Menurut hasil survei data yang dilakukan oleh Puslitbang Gizi Depkes pada
mencapai pada tingkat yang perlu diwaspadai yaitu 19,7%. Lima provinsi
keluarga. Dari ketiga faktor tersebut yang merupakan faktor resiko paling
utama adalah usia, osteoporosis biasanya terjadi pada masyarakat usia lanjut,
itu tidak terdapat tanda dan gejala. Tanda dan gelaja yang sering terjadi
seperti nyeri punggung, kehilangan tinggi badan, retak atau patah tulang, dan
3
sinar matahari pagi atau sore, sinar matahari akan mengubah pro vitamin D
bentuk perbanyak jalan. Selain itu hindari merokok, konsumsi alkohol, serta
Pada Lansia.
B. Rumusan Masalah
digunakan pada lansia” Ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca untuk
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
pada lansia.
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat
a. Bagi Penulis
Hasil studi kasus ini dapat menjadi salah satu rujukan bagi penulis
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini akan menguraikan secara teoritis mengenai konsep lansia, konsep
(osteoporosis) dan terapi medik yang lazim digunakan pada lansia. Konsep
masalah-masalah yang muncul pada penyakit Osteoporosis dan terapi medik yang
lazim digunakan pada lansia dengan melakukan asuhan keperawatan yang terdiri
A. Konsep Lansia
1. Definisi
biologi termasuk risiko terkait usia, risiko penyakit dan lingkungan serta
hal yang sama. Status kesehatan lansia yang menurun seiring dengan
para lansia agar tetap hidup sehat, mandiri dan dapat beraktivitas seperti
sebagai berikut :
e. Very old ( lansia sangat tua ) : lansia dengan usia diatas 90 tahun.
9
3. Ciri-Ciri Lansia
fisik, akan tetapi ada juga lansia yang memiliki motivasi yang tinggi,
menjadi positif.
4. Proses Menua
maupun tingkah laku yang dapat terjadi pada semua orang pada saat
fungsi secara perlahan itulah yang dikatakan proses penuaan (Gaol, 2019).
a. Teori biologis
b. Teori psikologis
c. Teori spiritual
arti kehidupan.
seiring penuaan. Waktu dan durasi perubahan ini bervariasi pada setiap
tubuh akan terjadi. Perubahan ini tidak dihubungkan dengan penyakit dan
2018), diantaranya :
a. Pendekatan Fisik
dapat dicegah.
b. Pendekatan Psikis
dan service.
c. Pendekatan Sosial
B. Konsep Osteoporosis
1. Definisi
mengakibatkan penurunan pada kekuatan tulang yang dalam hal ini yaitu
2. Etiologi
senile yang terjadi pada lansia maupun dengan usia > 75 tahun, disebut
tulang.
Tulang adalah suatu jaringan dinamis yang tersusun dari tiga jenis sel:
atau jaringan osteoid melalui suatu proses yang disebut ossifikasi. Osteosit
atas daerah kompak pada bagian luar yang disebut korteks dan bagian
16
4. Manifestasi Klinis
c. Nyeri tulang.
osteomalasiaatau hipotiroidisme.
5. Patofisiologi
bone turnover. Proses remodeling tulang ini diatur oleh sel dan osteoklas.
Peranan sel tulang dalam membentuk formasi tulang dan osteoklas yang
remodeling tulang yang tersusun dalam struktur yang disebut BRU (Bone
Remodeling Unit). Struktur dari BRU terdiri dari osteoklas di depan diikuti
dan jaringan ikat. Panjang BRU 1-2 mm dengan lebar 0,2-4 mm bekerja
juta BRU dalam keadaan non aktif.BRU bekerja pada tulang kortikal
(oleh sel osteoklas) dan kemudian menutupi bekas galian tadi mengganti
sel-sel yang rusak dan dan membentuk tulang baru dengan membentuk
hidup 6-9 bulan, lebih lama dari dari masa hidup (3 bulan) dan osteoklas
sel pluripotin dan persediaan banyak sel osteoklas yang dibentuk oleh
dan resopsi tulang akan berubah. Bila resopsi lebih besar akan terjadi
hemoestatis kalsium serum dikontrol oleh organ tulang, ginjal dan usus
vitamin D) dan penurunan fosfat serum. Faktor lain yang berperan yaitu
tubuh, yaitu albumin, karena 50 % kalsium yang diserap oleh tubuh terikat
oleh albumin, 40% dalam bentuk kompleks sitrat dan 10% terikat fosfat
(Murdillah, 2018).
6. Pemeriksaan Penunjang
19
yang hilang tiap tahun.Penggunaan alat ini sangat cepat dan hanya
d. Ultrasounds
digunakan pada QUS biasanya terletak antara 200 kHz dan 1,5 MHz.
7. Pathway
23
1. Pengkajian
2017).
a. Anamnesa
bahwa klien yang dihadapi adalah klien yang dimaksud, selain itu
b. Riwayat Kesehatan
c. Pengkajian Psikososial
berulang maka perlu dikaji perasaan cemas dan takut bagi penderita
(Sya’Diyah, 2018).
d. Pengkajian
(Sya’Diyah, 2018).
e. Pemeriksaan Fisik
2018).
2018).
2018).
25
2. Diagnosa Keperawatan
(SDKI, 2016).
3. Intervensi Keperawatan
Muskuloskeleta
Pertahanan Tubuh
2018).
Memuaskan
Sumber Informasi
4. Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan
tercapai atau belum, dapat juga tercapai sebagaian atau timbul masalah
1. Penatalaksanaan Farmakologi
dan 1.200mg/hari untuk wanita >50 tahun dan laki- laki usia >70
tahun.
h. Terapi rehabilitasi ini juga dapat mengurangi keluhan pada pasien usia
membulat), rasa tidak nyaman pada punggung, dan gaya berjalan yang
tidak stabil.
2. Penatalaksanaan Nonfarmakologi
a. Terapi Nutrisi
salmon, susu, kuning telur, hat dan sarden serta paparan sinar matahari
(Gaby, 2019).
31
b. Olahraga
pergelangan tangan. Terapi fisik dan olah raga tampaknya lebih efektif
adalah cara praktis untuk memulai. Latihan renang atau air juga
c. Fisioterapi
(KemenKes, 2015).
d. Senam Osteoporosi
rasa nyeri. Lama latihan sekitar 20-30 menit. Boleh dilakukan setaip
hari. Saat otot meregang, tahan selama 6-15 detik. Selain bermanfaat
2016).
e. Teknik elektroterapi
Terapi ini menggunakan alat dengan daya listrik. Beberapa terapi jenis
ini antara lain ultrasound, terapi laser, terapi diatermi dan terapi syaraf
f. Fisioterapi manual
(Gaby, 2019).
(Suratun, 2017).
34
h. Metode lainnya
PENUTUP
A. Kesimpulan
prioritas yang muncul pada pasien dilakukan melalui satu jenis tindakan
B. Saran
yaitu :
1. Bagi penulis
Hasil studi kasus ini dapat menjadi salah satu rujukan bagi penulis
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati, Kiki Familia. (2017). Pengaruh antara aktivitas fisik, kebiasaan merokok
dan sikap lansia terhadap kejadian osteoporosis. Jurnal Berkala
Epidemologi 5 (1): 107-117. https://doi.org/10.20473/jbe.v5i1.
Ernawati. (2018). Efektifitas Edukasi Dengan Menggunakan Panduan Pencegahan
Osteoporosis Terhadap Pengetahuan Wanita Yang Berisiko Osteoporosis.
Jurnal Edukasi, 3, 7–12.
Gaby Venera. (2019). Osteoporosis. Musculoskeletal Rehabilitation.
Gaol, F. M. L. (2019). Gambaran Tingkat Kecemasan Lansia Penderita Osteo
porosis Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Mobilisasi Di Puskesmas Pancur
Batu. Jurnal Keperawatan, 2, 12–17.
Hendra Stevani, M. (2020). Penyuluhan Penggunaan Obat Tradisional Kepada
LansiaPuskesmas Palanro Kabupaten Baru. Jurnal Pengabdian
Kefarmasian, I(1), 23–26.
https://doi.org/https://doi.org/10.32382/jpk.v1i1.1487.
Humaryanto. (2017). Deteksi Dini Osteoporosis Pasca Menopause. JMJ, 5(2),
164-177.
Kementrian Kesehatan RI. (2015). Data & Kondisi Penyakit Osteoporosis Di
Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI.
Kholifah, Siti Nur. (2016). Keperawatan Gerontik. Jakarta Selatan: Kemenkes RI.
Kiik, Stefanus Mendes. Sahar, Junaiti. Permatasari, Henny; (2018). Peningkatan
Kualitas Hidup Lanjut Usia(Lansia) Di Kota Depok Dengan Latiha
Depresi Pada Lansia di Masa Pandemi Covid-19 Keseimbangan. Jurnal
Keperawatan Indonesia,Volume 21 No.2, Juli 2018, hal 109-116; 2019.
https://doi.org/10.7454/jki.v21i2.584.
Misnadiarly, RA. (2016). About Osteoporosis and RA. Diakses dari
https://globalranetwork.org/project/disease-info/ tanggal 12 November
2023.
Murdillah, Ahmad. (2018). Perbandingan Radiomorfometri Metakarpal Dan
Radiomorfometri KalKaneus Dalam Menentukan Derajat Osteoporosis.
Jurnal Kesehatan, 4, 1–36.