“OSTEOPOROSIS”
DISUSUN OLEH:
Jl. Melur No.103, Harjosari, Kec. Sukajadi, Kota Pekanbaru, Riau 28156
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan
dalam menyelesaikan makalah tepat waktu. Tanpa rahmat dan pertolongan-Nya,
penulis tidak akan mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa
shalawat serta salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang syafa’atnya
kita nantikan kelak.
Demikian yang dapat penulis sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini
dapat bermanfaat.
Penulis
DAFTAR ISI
i
BAB I PENDAHULUAN............................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................2
1.3 Tujuan Makalah...................................................................................2
1.4 Manfaat Makalah.................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................3
2.1 Konsep Dasar Osteoporosis.................................................................3
2.1.1 Definisi Osteoporosis.....................................................................3
2.1.2 Etiologi...........................................................................................3
2.1.3 Manifestasi Klinis...........................................................................7
2.1.4 Patofisiologi....................................................................................8
2.1.5 Patoflowdiagram..........................................................................11
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang................................................................12
2.1.7 Penatalaksanaan medis.................................................................13
2.1.8 Komplikasi...................................................................................14
2.1.9 Pencegahan...................................................................................15
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan............................................................15
2.2.1 Pengkajian....................................................................................15
2.2.2Diagnosa Keperawatan......................................................................19
2.2.3Intervensi Keperawatan.....................................................................20
2.2.4 Implementasi Keperawatan..............................................................29
2.2.5Evaluasi Keperawatan.......................................................................30
BAB III PENUTUP...................................................................................31
3.1. Kesimpulan........................................................................................31
3.2. Saran..................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA................................................................................32
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
dapat diubah antara lain adalah usia, jenis kelamin, riwayat keluarga,
sedangkan faktor risiko yang dapat diubah antara lain adalah status gizi,
asupan kalsium, konsumsi alkohol, kopi, merokok, hormon endogen seperti
estrogen, menopause dini, aktifitas fisik, dan penggunaan steroid jangka
panjang ( Wardhana, 2012 ).
1.3 Tujuan Makalah
1.4 Manfaat Makalah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi :
1. Peneliti
a. Merupakan latihan dalam penulisan makalah danupaya untuk memper
oleh ilmu pengetahuan.
b. Penelitian ini memberikan informasi kegunaanpemeriksaan dalam me
ndiagnosis kelainan osteoporosis
c. Penelitian ini memberikan informasi kegunaanpemeriksaan osteoporo
sisdalam mendiagnosiskelainan osteoporosis.
2. Kalangan Medis
Mengetahui/merangkumtentangosteoporosis berdasarkan pembelajara
n ataupun rangkumam sehingga dapat dilakukan deteksi dini.
3. MasyarakatMemberi informasi kepada masyarakat tentang
Osteoporosis, sehingga dapat meminimalkan dampak negatifpada pa
sien osteoporosis.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
1. Determinan Peningkatan Massa Tulang
1) Faktor Genetik
Perbedaan genetic mempunyai pengaruh terhadap derajat
kepadatan tulang. Beberapa orang mempunyai tulang yang
cukup besar dan yang lain kecil
2) Factor Mekanis
Bertambahnya beban mekanis akan menambah massa tulang
dan berkurangnya beban akan mengakibatkan berkurangnya
massa tulang. Kedua hal tersebut menunjukkan respon kerja
mekanik. Beban mekanik yang berat akan mengakibatkan massa
otot besar dan juga massa tulang yang besar. Berapa besar beban
mekanis yang diperlukan dan berapa lama untuk
meningkatkan massa tulang di samping faktor genetik.
1) Factor genetic
Pada seseorang dengan tulang yang kecil akan lebih mudah
mendapat risiko fraktur dari pada seseorang dengan tulang yang
besar. Sampai saat ini tidak ada ukuran universal yang dapat
dipakai sebagai ukuran tulang normal. Setiap individu
mempunyai ketentuan normal ukuran tulang sesuai dengan sifat
genetiknya serta beban mekanis dan besar badannya. Apabila
individu dengan tulang yang besar, kemudian terjadi proses
penurunan massa tulang (osteoporosis) sehubungan dengan
lanjutnya usia, maka individu tersebut relatif masih mempunyai
tulang lebih banyak daripada individu yang mempunyai tulang
kecil pada usia yang sama.
2) Faktor mekanis
4
Faktor mekanis mungkin merupakan yang terpenting dalarn
proses penurunan massa tulang sehubungan dengan lanjutnya
usia. Pada umumnya aktivitas fisik akan menurun dengan
bertambahnya usia dan karena massa
tulang merupakan fungsi beban mekanis, massa tulang tersebut
pasti akan menurun dengan bertambahnya usia. Walaupun
demikian belum diketahui dengan pasti berapa besar beban
mekanis yang diperlukan dan berapa lama untuk
meningkatkan massatulang disamping factor genetic
3) Kalsium
Faktor makanan ternyata memegang peranan penting dalam
proses penurunan massa tulang sehubungan dengan
bertambahnya usia, terutama pada wanita post
menopause. Kalsium merupakan nutrisi yang sangat
penting. Wanita-wanita pada masa post menopause, dengan
masukan kalsiumnya rendah dan absorbsinya tidak
baik, akan mengakibatkan keseimbangan kalsiumnya menjadi
negatif, sedang mereka yang masukan kalsiumnya baik dan
absorbsinya juga baik, menunjukkan keseimbangan kalsium
positif. Dari keadaan ini jelas, bahwa pada wanita masa
menopause ada hubungan yang erat antara masukan kalsium
dengan keseimbangan kalsium dalam tubuhnya. Pada wanita
dalam masa menopause keseimbangan
kalsiumnya akanterganggu akibat masukan serta absorbsinya
kurang serta eksresi melalui urin yang bertambah. Hasil akhir
kekurangan/kehilangan estrogen pada masa menopause adalah
pergeseran keseimbangan kalsium yang negatif, sejumiah 25 mg
kalsium sehari.
4) Protein
5
Protein juga merupakan faktor yang penting dalam
mempengaruhi penurunan massa tulang. Makanan yang kaya
protein akan mengakibatkan ekskresi asam amino yang
mengandung sulfat melalui urin, hal ini akan meningkatkan
ekskresi kalsium. Pada umumnya protein tidak dimakan secara
tersendiri, tetapi bersama makanan lain. Apabila makanan
tersebut mengandung fosfor, maka fosfor
tersebut akan mengurangi ekskresi kalsium melalui urin.
Sayangnya fosfor tersebut akan mengubah pengeluaran kalsium
melalui tinja. Hasil akhir dari makanan yang mengandung
protein berlebihan akanmengakibatkan kecenderungan untuk
terjadi keseimbangan kalsium yang negative.
5) Estrogen
Berkurangnya hilangnya estrogen dari dalam
tubuh akanmengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan
kalsium. Hal ini disebabkan oleh karena menurunnya efisiensi
absorbsi kalsium dari makanan dan juga menurunnya konservasi
kalsium di ginjal.
7) Alkohol
Alkoholisme akhir-akhir ini merupakun masalah yang sering
ditemukan. Individu dengan alkoholisme mempunyai
kecenderungan masukan kalsium rendah, disertai dengan
6
ekskresi lewat urin yang meningkat.Mekanisme yang jelas
belum diketahui dengan pasti .
7
selama bertahun-tahun karena tidak memperlihatkan gejala. Gejala yang
yang berhubungan dengan patah tulang osteoporosis biasanya adalah
nyeri. Lokasi nyeri tergantung pada lokasi fraktur. Sedangkan gejala
osteoporosis pada pria mirip dengan gejala osteoporis pada
wanita. Kepadatan tulang berkurang secara perlahan, sehingga pada
awalnya osteoporosis tidak menimbulkan gejala. Biasanya
gejala akan timbul pada wanita berusia 51-75 tahun, meskipun bisa
lebih cepat ataupun lambat. Jika kepadatan tulang berkurang, tulang
dapat menjadi kolaps atau hancur, maka akan timbul nyeri tulang dan
kelainan bentuk (Syam, dkk). Sedangkan menurut (Zaviera, 2007)
penyakit osteoporosis ini sering disebut penyakit silent disease karena
proses kepadatan tulung berkurang secara perlahanlahan dan
berlangsung secara progresif dan bertahun-tahun tanpa kita sadari maka
dari itu hampir semua osteoporosis ini tidak menimbulkan gejala
sehingga banyak orang yang tidak menyadari bahwa dirinya terkena
osteoporosis, tetapi ada juga penderita osteoporosis mempunyai tanda
dan gejala seperti ini yaitu :
8
Dalam keadaan normal, pada tulang kerangka akan terjadi suatu
proses yang berjalan secara terus-menerus dan terjadi secara seimbang
yaitu proses resobrsi dan prosespembentukan tulang ( remodelling ).
Setiap perubahan dalam keseimbangan ini misalnya apabila proses
resorbsi lebih besar daripada proses pembentukkan tulang
maka akan terjadi pengurangan massa tulang dan keadaan inilah yang
banyak di temukan pada osteoporosis. Dalam massapertumbuhan tulang
sesudah terjadi penutupan epifisis, pertumbuhan tulang akan sampai
pada periode yang disebut dengan periode konsolidasi. Pada periode
ini akan terjadi proses penambahan kepadatan tulang atau penurunan
porositas tulang pada bagian korteks. Proses konsolidasi secara
maksimal akan dicapai pada usia kurang lebih antara 30-45 tahun untuk
tulang bagian korteks dan mungkin keadaan serupa akan terjadi lebih
dini pada tulang bagian trabekula. Sesudah manusia mencapai umur
antar 30-45 tahun baik wanita maupun pria akan mengalami proses
penipisan tulang bagian korteks sebesar 0,3-0,5% setiap tahun
sedangkan tulang bagian trabekula akan mengalami proses serupa pada
usia lebih muda, pada wanita berkurangnya massa tulang tersebut pada
awalnya sama dengan pria akan tetapi padawanita sesudah menopause
proses ini akna berlangsung lebih cepat. Pada pria seusia wanita
menopause massa tulang akan menurun berkisar antara 20-30%
sedangkan pada wanita penurunan massa tulang berkisar antara 40-
50%. Pengurangan massa tulang ini berbagai bagian tubuh ternyata
tidak sama. Dengan teknik pemeriksaan tertentu dapat dibuktikan
bahwa penurunan massa tulang tersebut lebih cepat terjadi pada bagian-
bagian tubuh seperti metacarpal, kolum femoris, serta korpus vertebra
sedang pada bagian tubuh yang lain
misalnya tulang pada bagian tengah, tibia dan panggul mengalami
proses tersebut secara lambat. Pada osteoporosis terjadi proses
pengurangan massa tulang dengan mengikuti pola yang sama dan
berakhir dengan terjadinya penipisan bagian korteks serta pelebaran
lumen sehingga secara anatomis tulang tersebut tampak normal. Titik
9
kritis proses ini akan tercapai apabila massa tulang yang hilang tersebut
sudah sedemikian berat sehingga tulang yang bersangkutan sangat peka
terhadap trauma mekanis dan akan mengakibatkan terjadinya
fraktur. Saat-saat inilah merupakan masalah bagi para klinisi. Bagian-
bagian tubuh yang sering mengalami fraktur pada kasus osteoporosis
vertebra, paha bagian prosimal dan radius bagian distal. Osteoporosis
dapat terjadi oleh karena berbagai sebab akan tetapi yang paling sering
ditemukan adalah karena bertambahnya usia.
10
2.1.5 Patoflowdiagram
11
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang
12
2.1.7 Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan bertujuan untuk meningkatkan kepadatan
tulang. Semua wanita, terutama yang menderita osteoporosis, harus
mengkonsumsi kalsium dan vitamin D dalam jumlah yang
mencukupi.Wanita pascamenopause yang menderita osteoporosis
juga bisa mendapatkan estrogen biasanya bersama dengan
progesteron atau alendronat, yang bisa memperlambat atau
menghentikan penyakitnya, Bifosfonat juga digunakan untuk
mengobati osteoporosis.
13
3) Alendronat
Alendronat jarang menimbulkan efek samping namun bisa
timbul diare,rasa sakit dan kembung pada perut dan gangguan
pada tenggorokan atau esophagus. Tablet alendronat harus
diminum dengan benar sesuai ketentuan untuk menekan risiko
gangguan tenggorokan.
4) Vitamin D
Vitamin D sangat penting untuk kesehatan tulang. Vitamin D
meningkatkan penyerapan kalsium oleh usus sehingga cukup
tersedia kalsium untuk tulang terdapat dua bentuk vitamin D
dengan efek yang sama atau serupa yaitu D3 yang dibuat
dalam kulit saat terkena sinar matahari dan vitamin D2 yang
diperoleh dari makanan.Vitamin D bisa diberikan peroral atau
suntikan dalam bentuk tablet dosis yang dianjurkan adalah
800 international units perhari.
5) Kalsitriol
Kalsitriol terbukti mencegah hilangnya massa tulang dan
mengurangi resiko patah tulang belakang diberikan dalam
bentuk tablet dengan dosis 0,25 mg perhari daya kerjanya
yang kuat mungkin menyebabkan tingginya kadar kalsium
dalam darah dan urin.
2.1.8 Komplikasi
14
2.1.9 Pencegahan
1. Konsumsi kalsium dalam jumlah yang cuku sangat efektif terutama
sebelum tercapainya kepadatan tulang maksimal sekitar usia 30
tahun
2. Konsumsi vitamin D seperti kuning telur, ikan salmon dan sarden,
jamur
3. Olahraga beban seperti berjalan kaki dan menaiki tangga.
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
1. Identitas
1) Identitas Klien
2. Keluhan Utama
Adanya nyeri yang timbul secara mendadak dan hebat pada
daerah yang terkena dan akan bertambah nyeri bila
dipergunakan untuk beraktivitas atau bergerak dan nyeri
berkurang apabila berisitirahat
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Nyeri timbul secara mendadak dan hebat saat beraktivitas
15
dan berkurang saat beristirahat, deformita vertebra trokalis
hingga menyebabkan penurunan tinggi badan
1) Sirkulasi
3) Eliminasi
4) Aktivitas / Istirahat
16
Tanda : Keterbatasan kehilangan fungsi pada bagian yang
terkena (mungkin segera, fraktur itu sendiri atau terjadi
secara sekunder dari pembengkakan jaringan, nyeri)
5) Interaksi Sosial
Gejala : Gangguan bodi imge karena keterbatasan fisik dan
perubahan fisik
6) Integritas Ego
1) B1 (Breathing)
17
Palpasi : Taktil fremitus seimbang kanan dan kiri
8. Pemeriksaan Penunjang
1) Radiologi
18
ditemukan. Lemahnya korpus vertebra menyebabkan
penonjolan yang menggelembung dari nucleus pulposus
kedalam ruang intervertebral dan menyebabkan deformitas
bikokaf.
2) CT-Scan
Dapat mengukut densitas tulang secara kuantitatif yang
mempunyai nilai penting dalam diagnostic dan terapi lebih
lanjut.
19
2.2.3 Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperaw
sekunder dari fraktur, spasme otot dan deformitas tulang
2. Gunakan komunikasi
terapeutik agar klien dapat
mengekpresikan nyeri.
3. Ajarkan teknik
farmakologi
R : Untuk mengurangi
rasa nyeri
4.Berikan informasi
tentang nyeri (penyebab,
berapa lama dan tindakan
pencegahan)
20
R: Untuk mencegah dan
mengetahui tidakan ktika
nyeri kambuh
5. Tingkatkan istirahat
yang cukup
R: Untuk meningkatkan
rasa aman dan nyaman
21
Diagnosa Keperawatan 2 : Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan
dengan disfungsi sekunder akibat perubahan skeletal (kifosis), nyeri
sekunder atau fraktur baru
meningkatkan meningkatkan
kemampuan berpindah
Memperagakan
penggunaan alat bantu
untuk mobilitas
22
stimulasi sirkulasi darah.
3. Bantu kebutuhan
untuk beradaptasi dan
melakukan aktivitas
hidup sehari-hari
4. Peningkatan latihan
secara fisik secara
adekuat
R : Mobilitas fisik
teratasi secara adekuat
23
Diagnosis Keperawatan 3 : Risiko Cedera berhubungan dengan
dampak sekunder perubahan skeletal dan ketidakseimbangan tubuh
24
kriteria : atau pada ruangan yang
tertutup dan mudah untuk
Terbebas dari cedera diobservasi
R : Ambulansi yang
dilakukan tergesa-gesa
dapat menyebabkan
mudah jatuh
25
26
untuk mencegah
osteoporosis
R : Diet kalsium
dibutuhkan untuk
mempertahankan kalsium
serum dan mencegah
bertambahnya kehilangan
tulang
R : Obat-obatan seperti
diuretic, fenotiazin dapat
menyebabkan pusing,
ngantuk dan lemah yang
merupakan predisposisi
psien untuk jatuh
27
Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Gangguan Citra Tubuh Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji secara verbal dan
berhubungan dengan keperawatan selama 3x 24 non verbal respon klien
perubahan dan jam diharapkan Gangguan terhadap tubuhnya
ketergantungan fisik secara Citra Tubuh teratasi dengan
R : Klien
psikologis kriteria
membgungkapakn
Body image positif perasaannya sehingga
Mampu perawat mengetahui
mengidentifikasi tindakan yang akan
kekuatan personal diberikan
Mendiskripsikan
2. Dorong klien
secara faktual
mengekspresikan nilai
perubahan fungsi
khusus mengenai
tubuh
bagaimana klien
Mempertahankan
merasakan, memikirkan
interaksi sosial
dan memandang dirinya
R : Ekspresi emosi
membantu klien
menerima kenyataan
dirinya
28
membantu proses adaptasi
29
dari klien itu sendiri
R : Meningkatkan
interaksi dengan orang-
orang disekitarnya
sehingga klien tidak
merasa canggung dengan
keadaannya
30
Gangguan Citra Tubuh teratasi secara adekuat
BAB III
31
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa osteoporosis adalah
suatu penyakit yang ditandai dengan berkurangnya massa tulang dan adanya
kelainan mikroarsitektur jaringan tulang yang berakibat meningkatnya
kerapuhan tulang serta resiko terjadinya patah tulang. Faktor resiko terjadinya
osteoporosis antara lain adalah umur, ras, jenis kelamin, defisiensi kalsium,
penggunaan obat-obatan jangka lama (kortikosteroid), faktor pola hidup
(rokok, kopi, dan alkohol), defisiensi hormon seks terutama pada wanita
adalah estrogen, imobilisasi lama, penyakit kronik tertentu (penyakit hati,
ginjal, saluran cerna) dapat meningkatkan resiko terjadinya osteoporosis.
Dengan kemajuan teknologi osteoporosis dapat di diagnosa lebih dini
sebelum tejadinya fraktur tulang yaitu dengan densitometri untuk menilai
densitas massa tulang. Melihat sejumlah penyebab itu, gaya hidup dan
kualitas hidup yang baik merupakan kunci untuk menghindari osteoporosis,
terutama pada yang beresiko tinggi terkena osteoporosis.
3.2. Saran
Untuk mencegah terjadinya osteoporosis diperlukan sosialisasi terhadap
masyarakat luas tentang osteoporosis, bahwa diperlukan tindakan pencegahan
sedini mungkin, yaitu sejak masa pertumbuhan/dewasamuda. Bagi orang-
orang yang beresiko tinggi terkena osteoporosis terutama wanita pasca
menopause harus dilakukan screening test untuk memeriksa kepadatan massa
tulang dengan DEXA.
Selain itu dijaganya asupan kalsium yang cukup sekitar 1.000-1.500
mg/hari, latihan yang teratur untuk menjaga densitas massa tulang dan
menguatkan otot, hindari rokok, alkohol, kopi dan obat-obatan yang dapat
menyebabkan osteoporosis, bila diperlukan penggunaan obat-obatan tertentu,
misalnya steroid, maka hams dibawah pengawasan dokter. Serta hindari
resiko terjatuh pada usia lanjut misalnya lantai yang licin dan pemberian
terapi hormon estrogen pada wanita yang memasuki masa menopause.
DAFTAR PUSTAKA
32
Corwin, Elizabeth. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC
Guyton. 1996. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit.Jakarta: EGC
Irianto, Kus. 2004. Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia untuk Paramedis.
Bandung:
Olfah, Yustiana, dan Abdul Ghofur (2016). MODUL BAHAN AJAR CETAK
KEPERAWATAN DOKUMENTASI KEPERAWATAN Jakarta:
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PUSAT
PENDIDIKAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN BADAN
PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA
MANUSIA.
33