KEPERAWATAN GERONTIK
Dosen Fasilitator:
Dr. Eka Misbahatul M.Has, S.Kep., Ns., M.Kep.
Oleh:
Kelompok 6 AJ1-B24
Milenia Ramda (132111123007)
Dwi Nur Hidayati (132111123008)
Bambang Priyono (132111123016)
Agus Wiyono (132111123017)
Aprianus Dama (132111123020)
Raden Ndawa Reha (132111123026)
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Lansia dengan Sindroma Geriatri: Iatrogenesis dan
Inanition (Malnutrisi)”.
Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak mengalami hambatan dan kesulitan, tapi
berkat bimbingan dari semua pihak maka makalah ini dapat terselesaikan, untuk itu
berkenanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Dr. Retno Indarwati, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku penanggung jawab mata kuliah
Keperawatan Gerontik.
2. Dr. Eka Misbahatul M.Has, S.Kep,. Ns., M.Kep. selaku dosen fasilitator.
3. Teman-teman yang telah bekerjasama dalam penyelesaian tugas ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari pihak yang bersifat membangun selalu penulis harapkan
demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih dan berharap
makalah ini bermanfaat bagi pembaca, guna menambah wawasan dalam Asuhan
Keperawatan Lansia dengan Sindroma Geriatri: Iatrogenesis dan Inanition (Malnutrisi).
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................ ii
DAFTAR TABEL.................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR............................................................................... iv
BAB 1. PENDAHULUAN....................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah................................................................... 1
1.2 Batasan Masalah............................................................................... 2
1.3 Rumusan Malasah............................................................................ 2
1.4 Tujuan Penulisan.............................................................................. 2
1.4.1 Tujuan Umum............................................................ 2
1.4.2 Tujuan Khusus........................................................... 3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA............................................................. 0
2.1 Konsep Iatrogenesis................................................................ 0
2.1.1 Definisi Iatrogenesis................................................... 0
2.1.2 Etiologi Iatrogenesis................................................... 0
2.1.3 Penatalaksanaan Medis.............................................. 0
2.1.4 Pemeriksaan Fisik...................................................... 0
2.1.5 Pemeriksaan Penunjang............................................. 0
2.2 Konsep Inanition (Malnutrisi)................................................. 00
2.2.1 Definisi Inanition (Malnutrisi).................................... 00
2.2.2 Manifestasi Klinis....................................................... 00
2.2.3 Penatalaksanaan.......................................................... 00
2.2.4 Pemeriksaan Fisik....................................................... 00
2.2.5 Pemeriksaan Penunjang............................................... 00
BAB 3. TINJAUAN KASUS................................................................... 00
3.1 Kasus Semu............................................................................. 00
3.2 Pengkajian............................................................................... 00
3.3 Diagnosa Keperawatan........................................................... 00
3.4 Intervensi Keperawatan.......................................................... 00
BAB 4. PENUTUP................................................................................. 00
4.1 Kesimpulan.............................................................................. 00
4.2 Saran......................................................................................... 00
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 00
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lanjut usia adalah setiap orang yang berusia 60 tahun atau lebih, yang
secara fisik terlihat berbeda dengan kelompok umur lainnya. Umumnya setiap
orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua adalah masa hidup manusia
yang terakhir. Pada masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental, dan sosial
hingga tidak melakukan tugasnya sehari-hari lagi dan bagi kebanyakan orang masa tua
kurang menyenangkan (Departemen Kesehatan RI, 2003 dalam Senjaya, 2017). Dengan
meningkatnya jumlah populasi usia lanjut, masalah kesehatan yang dialami oleh
populasi usia lanjut juga semakin banyak. Jamal et. al. (2000) menyatakan bahwa
karena berbagai sebab, penggunaan obat pada lansia perlu mendapat perhatian
khusus para dokter dan apoteker. Misalnya, penggunaan obat yang diresepkan secara
tidak teliti dapat berisiko serius bagi kesehatan lansia akibat terjadinya efek samping
obat, interaksi obat dan dosis yang tidak tepat. Suatu literatur menunjukkan bahwa
polifarmasi berisiko menimbulkan reaksi samping obat, interaksi obat, dan efek
iatrogenic di kalangan lansia. Salah satu masalah kesehatan pada lansia yaitu
kurang gizi atau biasa disebut malnutrisi. Malnutrisi sendiri merupakan masalah
yang bersifat multifaktor, yaitu meliputi faktor fisik, sosial, dan ekonomi (Tamher
dan Noorkasiani, 2009).
Suatu study melaporkan bahwa 30% sampai 40% lansia yang hospitalisasi
berpengalaman dengan komplikasi iatrogenik (Jahnigen, 1986). Selama di rumah sakit
penderita lansia lebih sering kemungkinan mengalami kejadian yang tidak
diinginkan mengingat adanya kemunduran fisik dan lebih rentan. Pada lansia perlu
mewaspadai status gizi yang menurun, mengingat prevalensi yang tinggi di
kalangan mereka, yaitu sebesar 10-50%. Padahal malnutrisi ini merupakan faktor risiko
utama bagi timbulnya kesakitan dan kematian, khususnya bagi mereka yang tinggal di
panti. Seain itu, sering kali status gizi di kalangan lansia ini diabaikan orang
(Tamher dan Noorkasiani, 2009). Meenurut penelitian Rianto (2004), menyatakan
bahwa angka kejadian malnutrisi di panti sebesar 43,2% sedangkan di non panti sebesar
1.4%, dan angka kejadian resiko malnutrisi di panti sebesar 48,6% sedangkan di non
panti sebesar 9,5%. Menurut Ansari et. al (2014), malnutrition iatrogenik adalah
malnutrition energi protein akibat pengobatan dan perawatan yang didapat selama
pasien berada di rumah sakit (RS). Survei menunjukkan bahwa prevalensimalnutrition
iatrogenik relatif hampir merata, baik di RS daerah maupun RS pendidikan pada
berbagai jenis penyakit dan status sosial ekonomi penderita, sehingga diperlukan
upaya yang tepat untuk mencegah malnutrition ini.
Menurut Rahmanstjah (2009), iatrogenesis merupakan penyakit yang
disebabkan oleh tindakan dokter, baik dalam membuat diagnosis maupun dalam
memberikan terapi untuk pasiennya. Iatrogenesis (penyakit akibat obat-obatan),
sering dijumpai pada lansia yang mempunyai riwayat penyakit dan membutuhkan
pengobatan dalam waktu yang lama, jika tanpa pengawasan dokter maka akan
menyebabkan timbulnya penyakit akibat obat-obatan. Proses menua pada lansia
mengakibatkan banyak perubahan, antara lain perubahan struktur dan fungsi tubuh,
kemampuan kognitif dan kesehatan mental. Salah satu diantaranya adalah
perubahan anatomis dan fisiologis pada saluran pencernaan yang akan berdampak
terhadap kemampuan kerja sistem pencernaan dan akan mempengaruhi status
nutrisi lansia (Oktariyani, 2012). Status nutrisi merupakan keadaan tubuh akibat
konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi/nutrisi (Supariasa, 2002).
Ketidakseimbangan intake nutrisi dengan kebutuhan tubuh akan mempengaruhi
status nutrisi. Ketidakseimbangan itu bisa disebut malnutrisi. Setiati & Dinda
(2010) menyatakan malnutrisi merupakan suatu keadaan defisiensi, kelebihan atau
ketidakseimbangan protein energi dan nutrien lain yang dibutuhkan oleh tubuh
yang dapat mengakibatkan gangguan fungsi tubuh.
Berdasarkan latar belakang di atas mengenai Iatrogenesis dan Inanition
(Malnutrisi) pada lansia, perawat diharapkan mampu mengidentifikasi permasalahan
dan melakukan asuhan keperawatan pada lansia dengan permasalahan tersebut.
Makalah ini bertujuan untuk mengidentifikasi mengenai asuhan keperawatan pada kasus
iatrogenesis dan kirang gizi yang banyak terjadi pada lansia.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep Iatogenesis pada Lansia?
2. Bagaimana konsep Inanition (Malnutrisi) pada Lansia?
3. Bagaimana Asuhan Keperawatan Lansia dengan Sindroma Geriatri: Iatrogenesis
dan Inanition (Malnutrisi)?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami dan melaksanakan Asuhan Keperawatan pada
Lansia dengan Sindroma Geriatri: Iatrogenesis dan Inanition (Malnutrisi).
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan tentang konsep Iatrogenesis pada
Lansia.
2. Mahasiwa dapat memahami dan menjelaskan tentang konsep Inanition
(Malnutrisi) pada Lansia?
3. Mahasiswa dapat memahami tentang Asuhan Keperawatan pada Lansia dengan
Sindroma Geriatri: Iatrogenesis dan Inanition (Malnutrisi).
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Iatrogenesis
2.1.1 Definisi
Berasal dari bahasa Yunani “ iatros” yang berarti medis dan “genes” yang berarti
origin/asal, iatrogenik didefinisikan sebagai terjadinya efek negatif yang disebabkan
oleh prosedur medis. Iatrogenesis mengarah pada ketidaksengajaan efek samping
atau kompliksi yang disebabkan oleh intervensi kedokteran atau peresepan obat.
Iatrogenic juga mengarah pada pekerja professional kesehatan yang lain seperti
psikologis, farmasis, terapis, perawat dandokter gigi. Ketika seorang dokter (atau
tenaga medis lain) dalam usahanya menyembuhan, memperbaiki, atau mengobati
pasien menimbulkan kelainan psikologis, fungsional, atau organik dalam bentuk
nyeri, penyakit atau gangguan, ia bersifat iatrogenik. Jadi, penyakit iatrogenik
didefinisikan sebagai tindakan medis, terapetik, diagnostik, atau profilaksis
apapun, yang secara tidak sengaja menyebabkan gejala yang membutuhkan
terapi, menyebabkan perawatan di rumah sakit, meningkatkan lama rawat inap di rumah
sakit, menyebabkan ketidamampuan permanen atau perlukaan, atau mengarah pada
kematian.
Iatrogenic (penyakit karena pemakaian obat-obatan)
Lansia sering menderita penyakit lebih dari satu jenis sehingga membutuhkan
obat yang lebih banyak, apalagi sebagian lansia sering menggunakan obat dalam jangka
waktu yang lama tanpa pengawasan dokter sehingga dapat menimbulkan penyakit.
Akibat yang ditimbulkan antara lain efek samping dan efek dari interaksi obat-obat
tersebut yang dapat mengancam jiwa.
2.1.2 Etiologi
Penyakit iatrogenik adalah akibat dari prosedur terapi dan diagnosis yang
diterima oleh pasien. Dengan berbagai macam jenis obat pada satu orang pasien
maka reaksi efek samping obat dapat terjadi.
Gangguan iatrogenik terjadi ketika efek samping dari regimen diagnosis atau
terapi menyebabkan sebuah kondisi patologis. Prosedur diagnostik (mekanik dan
radiologis), regiment terapi (obat, pembedahan, atau prosedur invasif lainnya),
hospitalisasi dapat menyebabkan gangguan iatrogenik.
Dari beberapa studi yang telah dilakukan, terdapat beberapa predictor penting
untuk terjadinya iatrogenesis seperti usia tua, jumlah obat yang diminum per hari,
kondisi patologis yang berhubungan, kondisi medis yang buruk saat masuk rumah sakit,
gangguan fungsi ginjal dan penggunaan akses intravena. Beberapa faktor resiko
lain yang diketahui menyebabkan kejadian iatrogenesis di rumah sakit antara lain :
1) Kesalahan medis, penulisan resep obat yang buruk (tidak terbaca)
2) Kealpaan tenaga kesehatan
3) Prosedur, teknik, informasi dan metode yang tidak tepat
4) Interaksi obat akibat kesalahan peresepan dan polifarmasi
5) Efek samping obat
6) Penggunaan obat yang berlebihan dan ketidakpatuhan sehingga
menyebabkan resistensi obat
7) Infeksi nosokomial
8) Tranfusi darah
9) Distress emosi yang membahayakan
2.1.3 Penatalaksanaan Medis
Pendekatan multidimensi berusaha untuk menguraikan berbagai masalah
pada pasien geriatri, mengidentifikasi semua aset pasien, mengidentifikasi jenis
pelayanan yangdibutuhkan, dan mengembangkan rencanna asuhan yang
berorientasi pada kepentingan pasien. Beberapa penatalaksaan secara umum
sindrom geriatrik diantaranya:
a. Pemberian asupan diet protein , vitamin C,D,E dan mineral yang cukup.
Orang usia lanjut umumnya mengkonsumsi protein kurang dari angka
kecukupan gizi. Proporsi protein yang adekuat merupakan faktor penting,
bukan dalam jumlah besar pada sekali makan. Protein sebaiknya
mengandung asam aminoesensial. Leusinadalah asam amino esensial dengan
kemampuan anabolisme protein tertinggi sehingga dapat mencegah sarkopenia.
b. Pengaturan Olahraga secara teratur
Kemampuan dasar seperti berjalan, keseimbangan, fungsi kognitif.
Aktivitas fisik dapat menghambat penurunan massa dan fungsi otot dengan
memicu peningkatan masa dan kapasitas metabolik otot sehingga
memengaruhi energi expenditure, metabolis glukosa dan cadangan protein.
c. Pencegahan infeksi dengan vaksin
d. Antisipasi kejadian yang dapat menimbulkan stress misalnya pembedahan
elektif dan reconditioning cepat setelah mengalami stress dengan renutrisi dan
fisioterapi individual.
e. Terapi pengobatan pada lansia berbeda dari pasien pada usia muda, karena
adanya perubahan kondisi tubuh yang disebabkan oleh usia, dan dampak
yang timbul dari penggunaan obat-obatan yang digunakan sebelumnya.
2.1.4 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dimulai dengan pemeriksaan tanda vital
1. Pemeriksaan fisik tekanan darah, dilaksanakan dalam keadaan tidur, duduk dan
berdiri, masing-masing dengan selang 1-2 menit, untuk melihat
kemungkinan terdapatnya hipotensi ortostatik.
2. Pemeriksaan fisik untuk menilai sistem. Pemeriksaan organ dan sistem ini
disesuaikan dengan tingkat kemampuan pemeriksa.Yang penting adalah
pemeriksaan secara sistem ini menghasilkan dapatan ada atau tidaknya
gangguan organ atau sistem.
3. Pemeriksaan fisik dengan urutan seperti pada anamnesis penilaian sistem, yaitu :
a) Pemeriksaan susunan saraf pusat (Central Nervous System).
b) Pemeriksaan panca indera, saluran nafas atas, gigi-mulut.
c) Pemeriksaan leher, kelenjar tiroid, bising arteri karotis.
d) Pemeriksaan dada, paru-paru, jantung dan abdomen perlu dilakukan dengan
cermat.
e) Pemeriksaan ekstremitas, refleks-refleks, gerakan dan kelainan sendi-sendi
perlu diperiksa : sendi panggul, lutut dan kolumna vertebralis.
f) Pemeriksaan kulit-integumen, juga perlu dilakukan.
Pemeriksaan fisik perlu dilengkapi dengan beberapa uji fisik seperti “get up and
go” (jarak 3 meter dalam waktu kira-kira 20 detik), mengambil benda di lantai,
beberapa tes keseimbangan, kekuatan, ketahanan, kelenturan, koordinasi gerakan.Bila
dapat mengamati cara berjalan (gait), adakah sikap atau gerakan terpaksa.
Pemeriksaan organ-sistem adalah melakukan pemeriksaan mulai dari ujung rambut
sampai ujung kaki secara sistematis (Kuswardhani, RAT. 2011).
2.1.5 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan tambahan disesuaikan dengan keperluan penegakan
kepastian diagnosis, tetapi minimal harus mencakup pemeriksaan rutin.
a) X-foto thorax, EKG
b) Laboratorium : -DL,UL, FL
Apabila terdapat kecurigaan adanya kelainan yang belum jelas atau diperlukan
tindakan diagnostik atau terapi, dapat dilakukan konsultasi (rujukan) kepada sub-bagian
atau disiplin lain, atau pemeriksaan dengan alat yang lebih spesifik : FNB,EKG, CT-
Scan.
2.2 Konsep Inanition (Malnutrisi)
2.2.1 Definisi
Kurang gizi atau Malnutrisi adalah suatu keadaan tidak terpenuhinya energi,
protein atau keduanya dari asupan makanan. Malnutrisi pada pasien bisa terjadi
karena proses penyakit yang dideritanya yang bisa mempengaruhi asupan makanan,
meningkatkan kebutuhan, merubah metabolisme dan bisa terjadi malabsorpsi. Dan bisa
juga karena tidak adekuatnya asupan kalori makanan yang dikonsumsi oleh
pasien. Umumnya kedua hal ini secara bersama-sama menyebabkan malnutrisi
pada pasien. Malnutrisi pada lansia merupakan masalah gizi yang muncul pada saat tua
yang dikarenakan akibat dari gaya hidup yang salah selama usia muda. Malnutrisi
pada lansia terbagi menjadi 2 yaitu gizi kurang dan gizi lebih.
Keadaan kurang gizi dapat dilihat sebagai suatu proses kurang makan ketika
kebutuhan normal terhadap satu atau beberapa nutrien tidak terpenuhi, atau
nutrien-nutrien tersebut hilang dengan jumlah yang lebih besar daripada yang
didapat.
Kekurangan gizi pada lansia yang ditandai dengan penurunan berat badan
yang drastis terjadi akibat kurangnya nafsu makan (anoreksia) yang berkepanjangan.
Penderita dengan penyakit infeksi kronis dan keganasan berat badannya
juga menurun, misalnya pada penderita TBC dan kanker. Seorang dikatakan menderita
kurang gizi apabila IMT <18,5, selain itu pemeriksaan klinis dapat terlihat bahwa orang
tersebut sangat kurus dan tulang-tulangnya menonjol.
2.2.2 Manifestasi Klinis
Tanda-tanda pada pasien sering ditemukan dalam keadaan avitaminosis,
defisiensi mineral atau hanya terdapat tanda berkurangnya berat badan, cepat lelah
atau penurunan kemampuan kognitif.
Beberapa indikator keadaan gizi kurang/buruk pada lanjut usia (Kretchmer &
Zimmermann, 1997) :
1. Penurunan berat badan secara berkelanjutan
2. Berat Badan / Tinggi Badan yang rendah secara bermakna
3. Penurunan serum protein secara bermakna
4. Perubahan fungsi tubuh secara bermakna
5. Asupan energi dan zat gizi lain di bawah AKG
6. Penurunan lingkar lengan atas secara bermakna
7. Penurunan tebal lemak bawah kulit/lipatan kulit secara bermakna
8. Munculnya obesitas berdasarkan berat badan ideal, indeks massa tubuh
9. Munculnya gangguan kesehatan yang berhubungan dengan gizi, seperti
osteoporosis, defisiensi asam folat dan vitamin B12.
2.2.3 Penatalaksanaan
1. Pemantauan nutrisi pada lansia
Penimbangan Berat Badan
a. Menghitung berat badan ideal pada dewasa:
Rumus: Berat badan ideal = 0.9 x (TB dalam cm –100)
Catatan untuk wanita dengan TB kurang dari 150 cm dan pria dengan
TB kurang dari 160 cm, digunakan rumus :
Berat badan ideal = TB dalam cm –100
Jika BB lebih dari ideal artinya gizi berlebih
Jika BB kurang dari ideal artinya gizi kurang
Mini Nutritional Assesment (MNA)
Mini Nutrional Assesment (MNA) merupakan salah satu alat ukur
yang digunakan untuk menskrining status gizi pada lansia. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui apakah seorang lansia memiliki resiko
mengalami malnutrisi akibat penyakit yang di derita danatau perawatan di rumah
sakit. Kesimpulan dari pemeriksaan MNA adalah menggolongkan klien atau
lansia dalam keadaan status gizi baik, beresiko malnutrisi ringan ataukah
mengalami malnutrisi berat.
1. IDENTITAS :
KLIEN
Nama : Ny.R
Umur : 64 th
Agama : Islam
Alamat asal : Jl. Kancil Mas No. 27, Surabaya
Tanggal datang : 13 September 2021 Lama Tinggal di Panti : 2
tahun
2 DATA KELUARGA :
.
Nama : Tn. S
Hubungan : Anak Kandung
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Kancil Mas No. 27, Surabaya Telp : 021 2xx xx
3 STATUS KESEHATAN SEKARANG :
.
Keluhan Utama:
Penurunan nafsu makan, sering mengeluh rasa nyeri dikepala, berkunang-kunang, pusing
ketika klien terlalu banyak melakukan aktifitas.
Pengetahuan, usaha yang dilakukan untuk mengatasi keluhan:
Istirahat dan Tidur
Obat-obatan:
Analgetika, Antihipertensi
4 AGE RELATED CHANGES (PERUBAHAN TERKAIT PROSES MENUA) : YA
.
Fungsi Fisiologis
1. Kondisi Umum Ya Tidak
Kelelahan :
Perubahan BB :
Perubahan nafsu makan :
Masalah tidur :
Kemampuan ADL :
KETERANGAN : Klien masih mampu melakukan ADL secara mandiri
2. Integumen Ya Tidak
Lesi / luka :
Pruritus :
Perubahan pigmen :
Memar :
Pola penyembuhan lesi :
KETERANGAN : Terjadinya pigmentasi kulit (hiperpigmentasi) di area
wajah
3. Hematopoetic Ya Tidak
Perdarahan abnormal :
Pembengkakan kelenjar limfe :
Anemia :
KETERANGAN : Konjungtiva klien anemis
4. Kepala Ya Tidak
Sakit kepala :
Pusing :
Gatal pada kulit kepala :
KETERANGAN : Rasa nyeri dikepala, berkunang-kunang, pusing ketika
klien melakukan banyak aktifitas
5. Mata Ya Tidak
Perubahan penglihatan :
Pakai kacamata :
Kekeringan mata :
Nyeri :
Gatal :
Photobobia :
Diplopia :
Riwayat infeksi :
KETERANGAN : Klien tidak ada keluhan pada mata
6. Telinga Ya Tidak
Penurunan pendengaran :
Discharge :
Tinitus :
Vertigo :
Alat bantu dengar :
Riwayat infeksi :
Kebiasaan membersihkan telinga :
Dampak pada ADL : Tidak ada
KETERANGAN : Klien tidak ada keluhan pada telinga
9. Leher Ya Tidak
Kekakuan :
Nyeri tekan :
Massa :
KETERANGAN : Klien tidak ada keluhan pada leher
6 LINGKUNGAN :
.
Kamar : Lantai tidak licin, ada pegangan untuk lansia, terdapat
pencahayaan yang baik dan ventilasi.
Kamar mandi : Menggunakan WC duduk dan sudah baik untuk lansia
Dalam rumah/wisma : -
Luar rumah : Terdapat pagar dan pegangan untuk lansia
Tahun :
Hari :
Musim :
Bulan :
Tanggal :
2 Orientasi 5 5 Dimana sekarang kita berada ?
Negara :
Panti :
Propinsi :
Wisma :
Kabupaten/kota :
3 Registrasi 3 3 Sebutkan 3 nama obyek (misal : kursi,
meja, kertas), kemudian ditanyakan
kepada klien, menjawab :
Jawaban :
1) 93 2) 86 3) 79 4) 72 5)
65
ATAU
Total nilai 30 30
Interpretasi hasil :
24 – 30 : tidak ada gangguan kognitif
18 – 23 : gangguan kognitif sedang
0 - 17 : gangguan kognitif berat
Kesimpulan : Tidak ada gangguan kognitif
3. TesKeseimbangan
Time Up Go Test
No Tanggal Pemeriksaan Hasil TUG (detik)
1.
2.
3.
Rata-rata Waktu TUG -
Interpretasi Hasil -
Hasil pengamatan -
Interpretasi Hasil:
Apabila hasil pemeriksaan TUG menunjukan hasil berikut:
≤13,5 detik Tidak ada resiko jatuh
>13,5 detik Resiko tinggi jatuh
>24 detik Diperkirakan jatuh dalam kurun waktu 6 bulan
>30 detik Diperkirakan membutuhkan bantuan dalam
mobilisasi dan melakukan ADL
Interpretasi:
12-14 : Status gizi normal
8-11 : Resiko mengalami malnutrisi
1.7 : Mengalami malnutrisi
6. Fungsi Sosial Lansia
APGAR KELUARGA DENGAN LANSIA
Alat Skrining yang dapat digunakan untuk mengkaji fungsi sosial lansia
Boedhi, Darmojo, R. (2011).Buku Ajar Geriatic (Ilmu Kesehatan Lanjut Usia) edisi ke-
4.Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Darmono,B . 2010. Geriatri, Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Edisi 4. Balai penerbit
FK UI. Jakarta.
Guigoz, Y. (2006). The mini nutritional assessment (MNA®) review of the literature-
what does it tell us?. Journal of Nutrition Health and Aging, 10(6), 466.
Kozier, B., et al. 2004. Fundamental of Nursing: Concepts, Process and
Practice. (7th ed). New Jersey: Prentice -Hall, Inc.
Kuswardhani, RAT. 2011. Relationship between age and metabolic disorders in the
population of Bali. Journal of Clinical Gerontology and Geriatrics Volume
2, Issue 2, June 2011, Pages 47-52.
Meridean,L., Maas et al, 2011. Asuhan Keperawatan Geriatrik: Diagnosis Nanda,
Kriteria Hasil NOC dan Intervensi NIC. Jakarta: EGC.
Stanley, Mickey.2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC.