Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH

KEPERAWATAN GERONTIK

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN SINDROMA GERIATRI:


IATROGENESIS dan INANITION (MALNUTRISI)

Dosen Fasilitator:
Dr. Eka Misbahatul M.Has, S.Kep., Ns., M.Kep.

Oleh:
Kelompok 6 AJ1-B24
Milenia Ramda (132111123007)
Dwi Nur Hidayati (132111123008)
Bambang Priyono (132111123016)
Agus Wiyono (132111123017)
Aprianus Dama (132111123020)
Raden Ndawa Reha (132111123026)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Lansia dengan Sindroma Geriatri: Iatrogenesis dan
Inanition (Malnutrisi)”.
Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak mengalami hambatan dan kesulitan, tapi
berkat bimbingan dari semua pihak maka makalah ini dapat terselesaikan, untuk itu
berkenanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Dr. Retno Indarwati, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku penanggung jawab mata kuliah
Keperawatan Gerontik.
2. Dr. Eka Misbahatul M.Has, S.Kep,. Ns., M.Kep. selaku dosen fasilitator.
3. Teman-teman yang telah bekerjasama dalam penyelesaian tugas ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari pihak yang bersifat membangun selalu penulis harapkan
demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih dan berharap
makalah ini bermanfaat bagi pembaca, guna menambah wawasan dalam Asuhan
Keperawatan Lansia dengan Sindroma Geriatri: Iatrogenesis dan Inanition (Malnutrisi).

Surabaya, 01 November 2021

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................ ii
DAFTAR TABEL.................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR............................................................................... iv
BAB 1. PENDAHULUAN....................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah................................................................... 1
1.2 Batasan Masalah............................................................................... 2
1.3 Rumusan Malasah............................................................................ 2
1.4 Tujuan Penulisan.............................................................................. 2
1.4.1 Tujuan Umum............................................................ 2
1.4.2 Tujuan Khusus........................................................... 3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA............................................................. 0
2.1 Konsep Iatrogenesis................................................................ 0
2.1.1 Definisi Iatrogenesis................................................... 0
2.1.2 Etiologi Iatrogenesis................................................... 0
2.1.3 Penatalaksanaan Medis.............................................. 0
2.1.4 Pemeriksaan Fisik...................................................... 0
2.1.5 Pemeriksaan Penunjang............................................. 0
2.2 Konsep Inanition (Malnutrisi)................................................. 00
2.2.1 Definisi Inanition (Malnutrisi).................................... 00
2.2.2 Manifestasi Klinis....................................................... 00
2.2.3 Penatalaksanaan.......................................................... 00
2.2.4 Pemeriksaan Fisik....................................................... 00
2.2.5 Pemeriksaan Penunjang............................................... 00
BAB 3. TINJAUAN KASUS................................................................... 00
3.1 Kasus Semu............................................................................. 00
3.2 Pengkajian............................................................................... 00
3.3 Diagnosa Keperawatan........................................................... 00
3.4 Intervensi Keperawatan.......................................................... 00
BAB 4. PENUTUP................................................................................. 00
4.1 Kesimpulan.............................................................................. 00
4.2 Saran......................................................................................... 00
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 00
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lanjut usia adalah setiap orang yang berusia 60 tahun atau lebih, yang
secara fisik terlihat berbeda dengan kelompok umur lainnya. Umumnya setiap
orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua adalah masa hidup manusia
yang terakhir. Pada masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental, dan sosial
hingga tidak melakukan tugasnya sehari-hari lagi dan bagi kebanyakan orang masa tua
kurang menyenangkan (Departemen Kesehatan RI, 2003 dalam Senjaya, 2017). Dengan
meningkatnya jumlah populasi usia lanjut, masalah kesehatan yang dialami oleh
populasi usia lanjut juga semakin banyak. Jamal et. al. (2000) menyatakan bahwa
karena berbagai sebab, penggunaan obat pada lansia perlu mendapat perhatian
khusus para dokter dan apoteker. Misalnya, penggunaan obat yang diresepkan secara
tidak teliti dapat berisiko serius bagi kesehatan lansia akibat terjadinya efek samping
obat, interaksi obat dan dosis yang tidak tepat. Suatu literatur menunjukkan bahwa
polifarmasi berisiko menimbulkan reaksi samping obat, interaksi obat, dan efek
iatrogenic di kalangan lansia. Salah satu masalah kesehatan pada lansia yaitu
kurang gizi atau biasa disebut malnutrisi. Malnutrisi sendiri merupakan masalah
yang bersifat multifaktor, yaitu meliputi faktor fisik, sosial, dan ekonomi (Tamher
dan Noorkasiani, 2009).
Suatu study melaporkan bahwa 30% sampai 40% lansia yang hospitalisasi
berpengalaman dengan komplikasi iatrogenik (Jahnigen, 1986). Selama di rumah sakit
penderita lansia lebih sering kemungkinan mengalami kejadian yang tidak
diinginkan mengingat adanya kemunduran fisik dan lebih rentan. Pada lansia perlu
mewaspadai status gizi yang menurun, mengingat prevalensi yang tinggi di
kalangan mereka, yaitu sebesar 10-50%. Padahal malnutrisi ini merupakan faktor risiko
utama bagi timbulnya kesakitan dan kematian, khususnya bagi mereka yang tinggal di
panti. Seain itu, sering kali status gizi di kalangan lansia ini diabaikan orang
(Tamher dan Noorkasiani, 2009). Meenurut penelitian Rianto (2004), menyatakan
bahwa angka kejadian malnutrisi di panti sebesar 43,2% sedangkan di non panti sebesar
1.4%, dan angka kejadian resiko malnutrisi di panti sebesar 48,6% sedangkan di non
panti sebesar 9,5%. Menurut Ansari et. al (2014), malnutrition iatrogenik adalah
malnutrition energi protein akibat pengobatan dan perawatan yang didapat selama
pasien berada di rumah sakit (RS). Survei menunjukkan bahwa prevalensimalnutrition
iatrogenik relatif hampir merata, baik di RS daerah maupun RS pendidikan pada
berbagai jenis penyakit dan status sosial ekonomi penderita, sehingga diperlukan
upaya yang tepat untuk mencegah malnutrition ini.
Menurut Rahmanstjah (2009), iatrogenesis merupakan penyakit yang
disebabkan oleh tindakan dokter, baik dalam membuat diagnosis maupun dalam
memberikan terapi untuk pasiennya. Iatrogenesis (penyakit akibat obat-obatan),
sering dijumpai pada lansia yang mempunyai riwayat penyakit dan membutuhkan
pengobatan dalam waktu yang lama, jika tanpa pengawasan dokter maka akan
menyebabkan timbulnya penyakit akibat obat-obatan. Proses menua pada lansia
mengakibatkan banyak perubahan, antara lain perubahan struktur dan fungsi tubuh,
kemampuan kognitif dan kesehatan mental. Salah satu diantaranya adalah
perubahan anatomis dan fisiologis pada saluran pencernaan yang akan berdampak
terhadap kemampuan kerja sistem pencernaan dan akan mempengaruhi status
nutrisi lansia (Oktariyani, 2012). Status nutrisi merupakan keadaan tubuh akibat
konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi/nutrisi (Supariasa, 2002).
Ketidakseimbangan intake nutrisi dengan kebutuhan tubuh akan mempengaruhi
status nutrisi. Ketidakseimbangan itu bisa disebut malnutrisi. Setiati & Dinda
(2010) menyatakan malnutrisi merupakan suatu keadaan defisiensi, kelebihan atau
ketidakseimbangan protein energi dan nutrien lain yang dibutuhkan oleh tubuh
yang dapat mengakibatkan gangguan fungsi tubuh.
Berdasarkan latar belakang di atas mengenai Iatrogenesis dan Inanition
(Malnutrisi) pada lansia, perawat diharapkan mampu mengidentifikasi permasalahan
dan melakukan asuhan keperawatan pada lansia dengan permasalahan tersebut.
Makalah ini bertujuan untuk mengidentifikasi mengenai asuhan keperawatan pada kasus
iatrogenesis dan kirang gizi yang banyak terjadi pada lansia.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep Iatogenesis pada Lansia?
2. Bagaimana konsep Inanition (Malnutrisi) pada Lansia?
3. Bagaimana Asuhan Keperawatan Lansia dengan Sindroma Geriatri: Iatrogenesis
dan Inanition (Malnutrisi)?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami dan melaksanakan Asuhan Keperawatan pada
Lansia dengan Sindroma Geriatri: Iatrogenesis dan Inanition (Malnutrisi).
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan tentang konsep Iatrogenesis pada
Lansia.
2. Mahasiwa dapat memahami dan menjelaskan tentang konsep Inanition
(Malnutrisi) pada Lansia?
3. Mahasiswa dapat memahami tentang Asuhan Keperawatan pada Lansia dengan
Sindroma Geriatri: Iatrogenesis dan Inanition (Malnutrisi).
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Iatrogenesis
2.1.1 Definisi
Berasal dari bahasa Yunani “ iatros” yang berarti medis dan “genes” yang berarti
origin/asal, iatrogenik didefinisikan sebagai terjadinya efek negatif yang disebabkan
oleh prosedur medis. Iatrogenesis mengarah pada ketidaksengajaan efek samping
atau kompliksi yang disebabkan oleh intervensi kedokteran atau peresepan obat.
Iatrogenic juga mengarah pada pekerja professional kesehatan yang lain seperti
psikologis, farmasis, terapis, perawat dandokter gigi. Ketika seorang dokter (atau
tenaga medis lain) dalam usahanya menyembuhan, memperbaiki, atau mengobati
pasien menimbulkan kelainan psikologis, fungsional, atau organik dalam bentuk
nyeri, penyakit atau gangguan, ia bersifat iatrogenik. Jadi, penyakit iatrogenik
didefinisikan sebagai tindakan medis, terapetik, diagnostik, atau profilaksis
apapun, yang secara tidak sengaja menyebabkan gejala yang membutuhkan
terapi, menyebabkan perawatan di rumah sakit, meningkatkan lama rawat inap di rumah
sakit, menyebabkan ketidamampuan permanen atau perlukaan, atau mengarah pada
kematian.
Iatrogenic (penyakit karena pemakaian obat-obatan)
Lansia sering menderita penyakit lebih dari satu jenis sehingga membutuhkan
obat yang lebih banyak, apalagi sebagian lansia sering menggunakan obat dalam jangka
waktu yang lama tanpa pengawasan dokter sehingga dapat menimbulkan penyakit.
Akibat yang ditimbulkan antara lain efek samping dan efek dari interaksi obat-obat
tersebut yang dapat mengancam jiwa.
2.1.2 Etiologi
Penyakit iatrogenik adalah akibat dari prosedur terapi dan diagnosis yang
diterima oleh pasien. Dengan berbagai macam jenis obat pada satu orang pasien
maka reaksi efek samping obat dapat terjadi.
Gangguan iatrogenik terjadi ketika efek samping dari regimen diagnosis atau
terapi menyebabkan sebuah kondisi patologis. Prosedur diagnostik (mekanik dan
radiologis), regiment terapi (obat, pembedahan, atau prosedur invasif lainnya),
hospitalisasi dapat menyebabkan gangguan iatrogenik.
Dari beberapa studi yang telah dilakukan, terdapat beberapa predictor penting
untuk terjadinya iatrogenesis seperti usia tua, jumlah obat yang diminum per hari,
kondisi patologis yang berhubungan, kondisi medis yang buruk saat masuk rumah sakit,
gangguan fungsi ginjal dan penggunaan akses intravena. Beberapa faktor resiko
lain yang diketahui menyebabkan kejadian iatrogenesis di rumah sakit antara lain :
1) Kesalahan medis, penulisan resep obat yang buruk (tidak terbaca)
2) Kealpaan tenaga kesehatan
3) Prosedur, teknik, informasi dan metode yang tidak tepat
4) Interaksi obat akibat kesalahan peresepan dan polifarmasi
5) Efek samping obat
6) Penggunaan obat yang berlebihan dan ketidakpatuhan sehingga
menyebabkan resistensi obat
7) Infeksi nosokomial
8) Tranfusi darah
9) Distress emosi yang membahayakan
2.1.3 Penatalaksanaan Medis
Pendekatan multidimensi berusaha untuk menguraikan berbagai masalah
pada pasien geriatri, mengidentifikasi semua aset pasien, mengidentifikasi jenis
pelayanan yangdibutuhkan, dan mengembangkan rencanna asuhan yang
berorientasi pada kepentingan pasien. Beberapa penatalaksaan secara umum
sindrom geriatrik diantaranya:
a. Pemberian asupan diet protein , vitamin C,D,E dan mineral yang cukup.
Orang usia lanjut umumnya mengkonsumsi protein kurang dari angka
kecukupan gizi. Proporsi protein yang adekuat merupakan faktor penting,
bukan dalam jumlah besar pada sekali makan. Protein sebaiknya
mengandung asam aminoesensial. Leusinadalah asam amino esensial dengan
kemampuan anabolisme protein tertinggi sehingga dapat mencegah sarkopenia.
b. Pengaturan Olahraga secara teratur
Kemampuan dasar seperti berjalan, keseimbangan, fungsi kognitif.
Aktivitas fisik dapat menghambat penurunan massa dan fungsi otot dengan
memicu peningkatan masa dan kapasitas metabolik otot sehingga
memengaruhi energi expenditure, metabolis glukosa dan cadangan protein.
c. Pencegahan infeksi dengan vaksin
d. Antisipasi kejadian yang dapat menimbulkan stress misalnya pembedahan
elektif dan reconditioning cepat setelah mengalami stress dengan renutrisi dan
fisioterapi individual.
e. Terapi pengobatan pada lansia berbeda dari pasien pada usia muda, karena
adanya perubahan kondisi tubuh yang disebabkan oleh usia, dan dampak
yang timbul dari penggunaan obat-obatan yang digunakan sebelumnya.
2.1.4 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dimulai dengan pemeriksaan tanda vital
1. Pemeriksaan fisik tekanan darah, dilaksanakan dalam keadaan tidur, duduk dan
berdiri, masing-masing dengan selang 1-2 menit, untuk melihat
kemungkinan terdapatnya hipotensi ortostatik.
2. Pemeriksaan fisik untuk menilai sistem. Pemeriksaan organ dan sistem ini
disesuaikan dengan tingkat kemampuan pemeriksa.Yang penting adalah
pemeriksaan secara sistem ini menghasilkan dapatan ada atau tidaknya
gangguan organ atau sistem.
3. Pemeriksaan fisik dengan urutan seperti pada anamnesis penilaian sistem, yaitu :
a) Pemeriksaan susunan saraf pusat (Central Nervous System).
b) Pemeriksaan panca indera, saluran nafas atas, gigi-mulut.
c) Pemeriksaan leher, kelenjar tiroid, bising arteri karotis.
d) Pemeriksaan dada, paru-paru, jantung dan abdomen perlu dilakukan dengan
cermat.
e) Pemeriksaan ekstremitas, refleks-refleks, gerakan dan kelainan sendi-sendi
perlu diperiksa : sendi panggul, lutut dan kolumna vertebralis.
f) Pemeriksaan kulit-integumen, juga perlu dilakukan.
Pemeriksaan fisik perlu dilengkapi dengan beberapa uji fisik seperti “get up and
go” (jarak 3 meter dalam waktu kira-kira 20 detik), mengambil benda di lantai,
beberapa tes keseimbangan, kekuatan, ketahanan, kelenturan, koordinasi gerakan.Bila
dapat mengamati cara berjalan (gait), adakah sikap atau gerakan terpaksa.
Pemeriksaan organ-sistem adalah melakukan pemeriksaan mulai dari ujung rambut
sampai ujung kaki secara sistematis (Kuswardhani, RAT. 2011).
2.1.5 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan tambahan disesuaikan dengan keperluan penegakan
kepastian diagnosis, tetapi minimal harus mencakup pemeriksaan rutin.
a) X-foto thorax, EKG
b) Laboratorium : -DL,UL, FL
Apabila terdapat kecurigaan adanya kelainan yang belum jelas atau diperlukan
tindakan diagnostik atau terapi, dapat dilakukan konsultasi (rujukan) kepada sub-bagian
atau disiplin lain, atau pemeriksaan dengan alat yang lebih spesifik : FNB,EKG, CT-
Scan.
2.2 Konsep Inanition (Malnutrisi)
2.2.1 Definisi
Kurang gizi atau Malnutrisi adalah suatu keadaan tidak terpenuhinya energi,
protein atau keduanya dari asupan makanan. Malnutrisi pada pasien bisa terjadi
karena proses penyakit yang dideritanya yang bisa mempengaruhi asupan makanan,
meningkatkan kebutuhan, merubah metabolisme dan bisa terjadi malabsorpsi. Dan bisa
juga karena tidak adekuatnya asupan kalori makanan yang dikonsumsi oleh
pasien. Umumnya kedua hal ini secara bersama-sama menyebabkan malnutrisi
pada pasien. Malnutrisi pada lansia merupakan masalah gizi yang muncul pada saat tua
yang dikarenakan akibat dari gaya hidup yang salah selama usia muda. Malnutrisi
pada lansia terbagi menjadi 2 yaitu gizi kurang dan gizi lebih.
Keadaan kurang gizi dapat dilihat sebagai suatu proses kurang makan ketika
kebutuhan normal terhadap satu atau beberapa nutrien tidak terpenuhi, atau
nutrien-nutrien tersebut hilang dengan jumlah yang lebih besar daripada yang
didapat.
Kekurangan gizi pada lansia yang ditandai dengan penurunan berat badan
yang drastis terjadi akibat kurangnya nafsu makan (anoreksia) yang berkepanjangan.
Penderita dengan penyakit infeksi kronis dan keganasan berat badannya
juga menurun, misalnya pada penderita TBC dan kanker. Seorang dikatakan menderita
kurang gizi apabila IMT <18,5, selain itu pemeriksaan klinis dapat terlihat bahwa orang
tersebut sangat kurus dan tulang-tulangnya menonjol.
2.2.2 Manifestasi Klinis
Tanda-tanda pada pasien sering ditemukan dalam keadaan avitaminosis,
defisiensi mineral atau hanya terdapat tanda berkurangnya berat badan, cepat lelah
atau penurunan kemampuan kognitif.
Beberapa indikator keadaan gizi kurang/buruk pada lanjut usia (Kretchmer &
Zimmermann, 1997) :
1. Penurunan berat badan secara berkelanjutan
2. Berat Badan / Tinggi Badan yang rendah secara bermakna
3. Penurunan serum protein secara bermakna
4. Perubahan fungsi tubuh secara bermakna
5. Asupan energi dan zat gizi lain di bawah AKG
6. Penurunan lingkar lengan atas secara bermakna
7. Penurunan tebal lemak bawah kulit/lipatan kulit secara bermakna
8. Munculnya obesitas berdasarkan berat badan ideal, indeks massa tubuh
9. Munculnya gangguan kesehatan yang berhubungan dengan gizi, seperti
osteoporosis, defisiensi asam folat dan vitamin B12.
2.2.3 Penatalaksanaan
1. Pemantauan nutrisi pada lansia
Penimbangan Berat Badan
a. Menghitung berat badan ideal pada dewasa:
Rumus: Berat badan ideal = 0.9 x (TB dalam cm –100)
Catatan untuk wanita dengan TB kurang dari 150 cm dan pria dengan
TB kurang dari 160 cm, digunakan rumus :
Berat badan ideal = TB dalam cm –100
Jika BB lebih dari ideal artinya gizi berlebih
Jika BB kurang dari ideal artinya gizi kurang
Mini Nutritional Assesment (MNA)
Mini Nutrional Assesment (MNA) merupakan salah satu alat ukur
yang digunakan untuk menskrining status gizi pada lansia. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui apakah seorang lansia memiliki resiko
mengalami malnutrisi akibat penyakit yang di derita danatau perawatan di rumah
sakit. Kesimpulan dari pemeriksaan MNA adalah menggolongkan klien atau
lansia dalam keadaan status gizi baik, beresiko malnutrisi ringan ataukah
mengalami malnutrisi berat.

2. Perencanaan Makan untuk Lansia


Perencanaan makan secara umum:
a. Makanan harus mengandung zat gizi dari makanan yang beraneka ragam,
yang terdiri dari:zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur.
b. Perlu diperhatikan porsi makanan, jangan terlalu kenyang. Porsi makan
hendaknya diatur merata dalam satu hari sehingga dapat makan lebih sering
dengan porsi yang kecil. Contoh menu:
Pagi : Bubur ayam
Jam 10.00 : Roti
Siang : Nasi, pindang telur, sup, pepaya
Jam 16.00 : Nagasari
Malam : Nasi, sayur bayam, tempe goreng, pepes ikan, pisang
c. Banyak minum dan kurangi garam, dengan banyak minum dapat
memperlancar pengeluaran sisa makanan, dan menghindari makanan yang
terlalu asin akan memperingan kerja ginjal serta mencegah kemungkinan
terjadinya darah tinggi.
d. Batasi makanan yang manis-manis atau gula, minyak dan makanan berlemak
seperti santan, mentega dll.
e. Bagi pasien lansia yang proses penuaannya sudah lebih lanjut perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Makanlah makanan yang mudah dicerna
2) Hindari makanan yang terlalu manis, gurih dan goreng-gorengan
3) Bila kesulitan mengunyah karena gigi rusak atau gigi palsu kurang baik,
makanan harus lunak/lembek atau dicincang.
4) Makan dalm porsi kecil atau sering
5) Makanan selingan atau snack, susu, buah, dan sari buah sebaiknya
diberikan.
f. Batasi minum kopi atau teh, boleh diberikan tetapi harus diencerkan sebab
berguna pula untuk merangsang gerakan usus dan menambah nafsu makan.
g. Makanan mengandung zat besi seperti: kacang-kacangan, hati, telur, daging
rendah lemak, bayam dan sayuran hijau.
h. Lebih dianjurkan untuk mengolah makanan dengan cara dikukus, direbus,
atau dipanggang kurangi makanan yang digoreng.
3. Pemenuhan Nutrisi untuk Lansia
Lansia berisiko tinggi mengalami masalah nutrisi. Hal ini cukup
beralasan sehingga prevelansi yang tinggi mengenai masalah nutrisi pada
lansia ini telah menjadi sorotan dalam sejumlah survei karena terdapat fakta
bahwa sebagian besar lansia di komunitas mengalami masalah nutrisi.
a. Gizi yang tepat bagi lansia
b. Dengan memperhatikan prinsip-prinsip kebutuhan gizinya yaitu kebutuhan
energi memang lebih rendah daripada usia dewasa muda (turun sekitar 5-
10%), kebutuhan protein sebesar 1 gr/kg BB, kebutuhan lemak berkurang,
kebutuhan karbohidrat cukup (sekitar 50%), kebutuhan vitamin dan mineral
sama dengan usia dewasa muda. Atau dengan cara praktis melihat di DKGA
(Daftar Kecukupan Gizi yang Dianjurkan).
c. Menu yang disajikan untuk lansia harus mengandung gizi yang seimbang
yakni mengandung sumber zat energi, sumber zat pembangun, dan sumber
zat pengatur. Dalam hal ini kita bisa mengacu pada makanan emapat sehat
lima sempurna.
d. Karena lansia mengalami kemunduran dan keterbatasan maka konsistensi
dan tekstur atau bentuk makanan harus disesuaikan. Sebagai contoh:
gangguan pada gigi (gigi tanggal/ompong), maka bentuk makanannya harus
lunak, misal nasi ditim, lauk pauk dicincang (ayam disuwir, daging sapi
dicincang/digiling).
e. Makanan yang kurang baik bagi lansia adalah makanan berlemak tinggi
seperti jeroan (usus, hati, ampela, otak dll), lemak hewan, kulit hewan
(misal; kulit ayam, kulit sapi, kulit babi dll), goreng-gorengan, santan
kental. Karena seperti prinsip yang disebutkan tadi bahwa
kebutuhan lemak lansia berkurang dan pada lansia mengalami perubahan
proporsi jaringan lemak. Hal ini bukan berarti lansia tidak boleh
mengkonsumsi lemak. Lansia harus mengkonsumsi lemak namun dengan
catatan sesuai dengan kebutuhannya. Sebagai contoh misalnya bila menu
hari ini lauknya sudah digoreng, maka sayurannya lebih baik sayur yang
tidak bersantan seperti sayur bening, sayur asam atau tumis. Bila hari ini
sayurnya bersantan maka lauknya dipanggang, dikukus, dibakar atau
ditim.
f. Lansia harus diberi pengertian untuk mengurangi atau kalau bisa
menghindari makanan yang mengandung garam natrium yang tinggi.
Contoh bahan makanan yang mengandung garam natrium yang tinggi
adalah garam dapur, vetsin, daging kambing, jerohan, atau makanan yang
banyak mengandung garam dapur misalnya ikan asin, telur asin, ikan
pindang. Mengapa lansia harus menghindari makanan yang mengandung
garam natrium yang tinggi? Hal ini dikarenakan pada lansia mudah
mengalami hipertensi. Hal ini, seperti yang dijelaskan tadi bahwa
elastisitas pembuluh darah telah menurun dan terjadi penebalan di dinding
pembuluh darah yang mengakibatkan mudahnya terkena hipertensi. Selain
itu indera pengecapan pada lansia mulai berkurang, terutama untuk rasa
asin, sehingga rasa asin yang cukup-pun terasa masih kurang bagi mereka,
lalu makanan ditambah garam yang banyak, hal ini akan meningkatkan
tekanan darah pada lansia. Jadi kita memang perlu sampaikan kepada
lansia bahwa panduan rasa asinnya tidak bisa lagi dipakai sebagai ukuran,
karena bila dengan panduan asin dari lansia, untuk kita yang belum lansia
akan terasa asin sekali.
g. Lansia harus memperbanyak makan buah dan sayuran, karena sayur dan
buah banyak mengandung vitamin, mineral dan serat. Lansia sering
mengeluhkan tentang konstipasi/susah buang air besar, nah dengan
mengkonsumsi sayur dan buah yang kaya akan serat maka akan
melancarkan buang air besar. Untuk buah, utamakan buah yang bisa
dimakan dengan kulitnya karena seratnya lebih banyak. Dengan
mengkonsumsi sayuran dan buah sebenarnya lansia tidak perlu lagi
mengkonsumsi suplemen makanan.
h. Selain konsumsi sayur dan buah, Lansia harus banyak minun air putih.
Kebutuhan air yakni 1500-2000 ml atau 6-8 gelas perhari. Air ini sangat
besar artinya karena air menjalankan fungsi tubuh, mencegah timbulnya
penyakit disaluran kemih seperti kencing batu, batu ginjal dan lain-lain. Air
juga sebagi pelumas bagi fungsi tulang dan engselnya, jadi bila tubuh
kekurangan cairan maka fungsi, daya tahan dan kelenturan tulang juga
berkurang. Air juga berguna untuk mencegah sembelit, karena untuk
penyerapan makanan dalam usus memerlukan air.
2.2.4 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dalah pemeriksaan keadaan fisik yang berhubungan
dengan adanya malnutrisi. Prinsip pemeriksaan fisik adalah head to feet yaitu dari
kepala ke kaki. Tanda -tanda atau gejala klinikdefisiensi nutrisi menurut (Kozier,
2004) adalah sebagai berikut :
Sistem Tanda dan Gejala Kekurangan Nutrisi
Kulit a. Kulit bersisik, Kering a. Zinc/ asam lemak esensial
b. Hiperkeratosis folikuler b. Vitamin A, C
c. Petechiace (bintik serupa ruam dikulit) c. Vitamin C, K
d. Dermatitis fotosistesis d. Niacin
e. Lamanya penyembuhan luka e. Zinc, Vitamin A
Rambut a. Tipis/ depigmentasi a. Protein
b. Mudah rontok b. Protein, Seng

Mata a. Kebutaan malam a. Vitamin A, Seng


b. Peradangan konjungtiva b. Riboflavin
c. Keratomalasia c. Vitamin A

Mulut a. Peradangan gusi a. Vitamin C, Riboflavin


b. Glositis b. Niasin, Piridoxin, Riboflavin
c. Atrofi papila c. Besi
d. Hypogeusia d. Zinc, Vitamin A

Leher a. Pembesaran tiroid a. Yodium


b. Parotis pembesaran b. Protein

Abdomen a. Diare a. Niacin, Folat, Vitamin B12


b. Hepatomegali b. Protein

Ekstremitas a. Tulang nyeri a. Vitamin D


b. Nyeri sendi b. Vitamin C
c. Nyeri otot c. Tiamin
d. Muscle wasting d. Protein, Selenium Vitamin D
e. Edema e. Protein

2.2.5 Pemeriksaan Penunjang


1. Serum Albumin
Serum albumin tidak menurun secara bermakna dengan meningkatnya usia pada
lanjut usia sehat. Kadar albumin sering dipakai sebagai petunjuk dalam
menentukan malnutrisi protein, tapi bukan marker yang baik untuk melihat
perubahan status protein dalan jangka panjang.
2. Hemoglobin dan Hematokrit
Pengukuran hemoglobin (Hb) dan hematokrit (Ht) adalah pengukuran yang
mengidentifikasi defisiensi berbagai bahan nutrisi. Pada malnutrisi berat, kadar
hemoglobin dapat mencerminkan status protein. Nilai rentang normal
hemoglobin adalah (pria ≥13,0-17,0 gr/dL dan wanita ≥12,0-15,0 gr/dL).
3. Transferin
Nilai serum tranfesin adalah parameter lain yang digunakan dalam mengkaji
status protein viseral. Serum tranferin dalam rentang normal adalah 170-250
mg/dl.
4. Kolesterol
Kadar kolesterol yang sangat rendah mungkin terlihat pada keadaan malnutrisi
berat.
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1 Kasus Semu
Seorang lansia Ny.R berusia 64 tahun, hidup di Panti Indah Kusuma selama 2
tahun. Ny.R mengatakan tidak memiliki penyakit berat yang sampai dibawa ke Rumah
Sakit, ia mengatakan bahwa ia jarang sakit dan tidak pernah dirawat di Rumah Sakit.
Ny.R diantar ke Rumah Sakit oleh anaknya yang bernama Tn.S berusia 31 tahun. Ny.R
mengalami masalah pada pola makan, nafsu makan Ny.R berkurang, hanya mampu
menghabiskan ¼ porsi makanan dari biasanya. Klien kurang makan sayur dan buah-
buahan, BB sebelumnya 50 kg, BB saat ini 43 kg. Selain itu klien juga sering mengeluh
rasa nyeri dikepala, matanya berkunag-kunang dan pusing ketika ia terlalu banyak
melakukan aktifitas.
Setelah dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan :
a. Gigi tidak lengkap
b. Lidah terdapat sariawan
c. Pola makan 2x/hari
d. BB sebelumnya 50 kg, saat ini 43 kg
e. TTV
TD : 100/70 mmHg
RR : 80x/menit
Nadi : 16x/menit
Suhu : 36.7C
f. Konjungtiva Anemis
3.2 Pengkajian

FORMAT PENGKAJIAN LANSIA


ADAPTASI TEORI MODEL CAROL A MILLER

Nama Wisma : Tanggal Pengkajian : 01 November 2021

1. IDENTITAS :
KLIEN
Nama : Ny.R
Umur : 64 th
Agama : Islam
Alamat asal : Jl. Kancil Mas No. 27, Surabaya
Tanggal datang : 13 September 2021 Lama Tinggal di Panti : 2
tahun
2 DATA KELUARGA :
.
Nama : Tn. S
Hubungan : Anak Kandung
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Kancil Mas No. 27, Surabaya Telp : 021 2xx xx
3 STATUS KESEHATAN SEKARANG :
.
Keluhan Utama:
Penurunan nafsu makan, sering mengeluh rasa nyeri dikepala, berkunang-kunang, pusing
ketika klien terlalu banyak melakukan aktifitas.
Pengetahuan, usaha yang dilakukan untuk mengatasi keluhan:
Istirahat dan Tidur
Obat-obatan:
Analgetika, Antihipertensi
4 AGE RELATED CHANGES (PERUBAHAN TERKAIT PROSES MENUA) : YA
.

Fungsi Fisiologis
1. Kondisi Umum Ya Tidak
Kelelahan : 
Perubahan BB : 
Perubahan nafsu makan : 
Masalah tidur : 
Kemampuan ADL : 
KETERANGAN : Klien masih mampu melakukan ADL secara mandiri

2. Integumen Ya Tidak
Lesi / luka : 
Pruritus : 
Perubahan pigmen : 
Memar : 
Pola penyembuhan lesi : 
KETERANGAN : Terjadinya pigmentasi kulit (hiperpigmentasi) di area
wajah

3. Hematopoetic Ya Tidak
Perdarahan abnormal : 
Pembengkakan kelenjar limfe : 
Anemia : 
KETERANGAN : Konjungtiva klien anemis

4. Kepala Ya Tidak
Sakit kepala : 
Pusing : 
Gatal pada kulit kepala : 
KETERANGAN : Rasa nyeri dikepala, berkunang-kunang, pusing ketika
klien melakukan banyak aktifitas

5. Mata Ya Tidak
Perubahan penglihatan : 
Pakai kacamata : 
Kekeringan mata : 
Nyeri : 
Gatal : 
Photobobia : 
Diplopia : 
Riwayat infeksi : 
KETERANGAN : Klien tidak ada keluhan pada mata

6. Telinga Ya Tidak
Penurunan pendengaran : 
Discharge : 
Tinitus : 
Vertigo : 
Alat bantu dengar : 
Riwayat infeksi : 
Kebiasaan membersihkan telinga : 
Dampak pada ADL : Tidak ada
KETERANGAN : Klien tidak ada keluhan pada telinga

7. Hidung sinus Ya Tidak


Rhinorrhea : 
Discharge : 
Epistaksis : 
Obstruksi : 
Snoring : 
Alergi : 
Riwayat infeksi : 
KETERANGAN : Klien tidak ada keluhan pada sinus
8. Mulut, tenggorokan Ya Tidak
Nyeri telan : 
Kesulitan menelan : 
Lesi : 
Perdarahan gusi : 
Caries : 
Perubahan rasa : 
Gigi palsu : 
Riwayat Infeksi : 
Pola sikat gigi : Klien sikat gigi 2x sehari
KETERANGAN : Terdapat sariawan pada lidah klien

9. Leher Ya Tidak
Kekakuan : 
Nyeri tekan : 
Massa : 
KETERANGAN : Klien tidak ada keluhan pada leher

10. Pernafasan Ya Tidak


Batuk : 
Nafas pendek : 
Hemoptisis : 
Wheezing : 
Asma : 
KETERANGAN : Klien tidak ada keluhan pada pernafasan

11. Kardiovaskuler Ya Tidak


Chest pain : 
Palpitasi : 
Dipsnoe : 
Paroximal nocturnal : 
Orthopnea : 
Murmur : 
Edema : 
KETERANGAN : Klien tidak ada keluhan pada kardiovaskuler

12. Gastrointestinal Ya Tidak


Disphagia : 
Nausea / vomiting : 
Hemateemesis : 
Perubahan nafsu makan : 
Massa : 
Jaundice : 
Perubahan pola BAB : 
Melena : 
Hemorrhoid : 
Pola BAB : Klien BAB 1x/hari
KETERANGAN : Klien mengalami perubahan nafsu makan, klien hanya
mampu menghabiskan ¼ makanan dari porsi biasanya

13. Perkemihan Ya Tidak


Dysuria : 
Hesitancy : 
Urgency : 
Hematuria : 
Poliuria : 
Oliguria : 
Nocturia : 
Inkontinensia : 
Frekuensi : 6-7x sehari
Pola BAK : Masih normal
KETERANGAN : Klien tidak mengalami keluhan pada sistem perkemihan

14. Reproduksi (laki-laki) Ya Tidak


Lesi : - -
Disharge : - -
Testiculer pain : - -
Testiculermassa : - -
Perubahan gairah sex : - -
Impotensi : - -
Reproduksi (perempuan)
Lesi : 
Discharge : 
Postcoital bleeding : 
Nyeri pelvis : 
Prolap : 
Aktifitas seksual : 
Pap smear : 
Riwayat menstruasi : Klien mulai menopause semenjak usia 48 tahun
KETERANGAN : Klien sudah menjadi janda

15. Muskuloskeletal Ya Tidak


Nyeri Sendi : 
Bengkak : 
Kaku sendi : 
Deformitas : 
Spasme : 
Kram : 
Kelemahanotot : 
Masalah gaya berjalan : 
Nyeri punggung : 
Pola latihan : Klien jarang melakukan olahraga
Dampak ADL : Klien dapat melakukan ADL secara mandiri
KETERANGAN : Klien tidak mengalami gangguan pada sistem
muskuloskeletal

16. Persyarafan Ya Tidak


Seizures : 
Syncope : 
Tic/tremor : 
Paralysis : 
Paresis : 
Masalah memori : 
KETERANGAN : Klien tidak mengalami gangguan pada sistem
persyarafan

5 POTENSI PERTUMBUHAN PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL :


. Psikososial YA Tidak
Cemas : 
Depresi : 
Ketakutan : 
Insomnia : 
Kesulitan dalam mengambil : 
keputusan
Kesulitan konsentrasi : 
Mekanisme koping : Klien dapat tenang dan tidak cemas
Persepsi tentang kematian : Klien sudah pasrah dengan kematian
Dampak pada ADL : Klien dapat melakukan ADL secara mandiri
Spiritual
 Aktivitas ibadah : Klien rajin dalm beribadah
 Hambatan : Klien tidak mengalami kesulitan dalam beribadah
KETERANGAN : Klien tidak ada masalah dalam psikososial dan spiritual

6 LINGKUNGAN :
.
 Kamar : Lantai tidak licin, ada pegangan untuk lansia, terdapat
pencahayaan yang baik dan ventilasi.
 Kamar mandi : Menggunakan WC duduk dan sudah baik untuk lansia
 Dalam rumah/wisma : -
 Luar rumah : Terdapat pagar dan pegangan untuk lansia

7. ADDITIONAL RISK FACTOR


Riwayat perilaku (kebiasaan, pekerjaan, aktivitas) yang mempengaruhi kondisi saat
ini :
?
8. NEGATIVE FUNCTIONAL CONSEQUENCES

1. Kemampuan ADL : Mandiri


2. Aspek Kognitif : Tidak ada gangguan
3. Tes Keseimbangan : Normal
4. GDS :
5. Status Nutrisi :
6. Fungsi social lansia : Baik
7. Hasil pemeriksaan Diagnostik :

No Jenis pemeriksaan Diagnostik Tanggal Pemeriksaan Hasil


1. ALb
Lampiran
1. Kemampuan ADL
Tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari (Indeks Barthel)
No. Item yang dinilai Skor Skor
Klien
1. Makan
0 = Tidak mampu
1 = Butuh bantuan memotong lauk, mengoles mentega dll
2
2 = Mandiri
2. Mandi 0 = Tergantung orang lain
1
1 = Mandiri
3. Perawatan diri 1 = Membutuhkan bantuan orang lain
1
2 = Mandiri dalam perawatan muka, rambut, gigi, dan bercukur
4. Berpakaian
0  =  Tergantung orang lain
1  =  Sebagian dibantu (misal mengancing baju)
2
2  =  Mandiri
5. Buang air kecil 0  =  Inkontinensia atau pakai kateter dan tidak terkontrol
1  =  Kadang Inkontinensia (maks, 1x24 jam) 7
2  =  Kontinensia (teratur untuk lebih dari 7 hari)
6. Buang air besar 0  =  Inkontinensia (tidak teratur atau perlu enema)
1  =  Kadang Inkontensia (sekaliseminggu) 2
2  =  Kontinensia (teratur)
7. Penggunaan toilet 0  =  Tergantung bantuan orang lain
1  =  Membutuhkan bantuan, tapi dapat melakukan beberapa hal
2
sendiri
2  =  Mandiri
8. Transfer 0  =  Tidak mampu
1  =  Butuh bantuan untuk bisa duduk (2 orang) 3
2  =  Bantuan kecil (1 orang)
3  =  Mandiri
9. Mobilitas (berjalan di 0  =  Immobile (tidak mampu)
permukaan datar) 1  =  Menggunakan kursi roda
3
2  =  Berjalan dengan bantuan satu orang
3 =  Mandiri (meskipun menggunakan alat bantus seperti,tongkat)
10. Naik turun tangga 0  =   Tidak mampu
1  =   Membutuhkan bantuan (alat bantu) 2
2  =   Mandiri
Interpretasi:
1. Skor 20 : Mandiri
2. Skor 12-19 : Ketergantungan Ringan
3. Skor 9-11 : Ketergantungan Sedang
4. Skor 5-8 : Ketergantungan Berat
5. Skor 0-4 : Ketergantungan Total
[CITATION Lew06 \l 1057 ]
2. MMSE (Mini Mental Status Exam)
Nama :
Tgl/Jam:

No Aspek Nilai Nilai Kriteria


Kognitif maksim Klien
al
1 Orientasi 5 5 Menyebutkan dengan benar :

Tahun :
Hari :
Musim :
Bulan :
Tanggal :
2 Orientasi 5 5 Dimana sekarang kita berada ?

Negara :
Panti :
Propinsi :
Wisma :
Kabupaten/kota :
3 Registrasi 3 3 Sebutkan 3 nama obyek (misal : kursi,
meja, kertas), kemudian ditanyakan
kepada klien, menjawab :

1) Kursi 2) Meja 3) Kertas

4 Perhatian dan 5 5 Meminta klien berhitung mulai dari 100


kalkulasi kemudia kurangi 7 sampai 5 tingkat.

Jawaban :
1) 93 2) 86 3) 79 4) 72 5)
65
ATAU

Ejalah kata "DUNIA" secara mundur


Skor 1 poin per huruf dalam urutan
yang benar

Variasi Jawaban Klien:


AINUD = 5; AIND = 4; AND = 3; AN
= 2; UINDA =1

5 Mengingat 3 3 Minta klien untuk mengulangi ketiga


obyek pada poin ke- 2 (tiap poin nilai 1)
6 Bahasa 9 9 Menanyakan pada klien tentang benda
(sambil menunjukan benda tersebut).
1)
2)
3) Minta klien untuk mengulangi kata
berikut :
“ tidak ada, dan, jika, atau tetapi
Klien menjawab :
?

Minta klien untuk mengikuti perintah


berikut yang terdiri 3 langkah.
4) Ambil kertas ditangan anda
5) Lipat dua
6) Taruh dilantai.

Perintahkan pada klien untuk hal berikut


(bila aktifitas sesuai perintah nilai satu
poin)
7) Meminta klien untuk membaca
kalimat yang bertuliskan: “Tutup mata
anda”
8) Perintahkan kepada klien untuk
menulis kalimat dan
9) Menyalin gambar 2 segi lima yang
saling bertumpuk

Total nilai 30 30

Interpretasi hasil :
24 – 30 : tidak ada gangguan kognitif
18 – 23 : gangguan kognitif sedang
0 - 17 : gangguan kognitif berat
Kesimpulan : Tidak ada gangguan kognitif
3. TesKeseimbangan
Time Up Go Test
No Tanggal Pemeriksaan Hasil TUG (detik)
1.
2.
3.
Rata-rata Waktu TUG -

Interpretasi Hasil -

Hasil pengamatan -

Interpretasi Hasil:
Apabila hasil pemeriksaan TUG menunjukan hasil berikut:
≤13,5 detik Tidak ada resiko jatuh
>13,5 detik Resiko tinggi jatuh
>24 detik Diperkirakan jatuh dalam kurun waktu 6 bulan
>30 detik Diperkirakan membutuhkan bantuan dalam
mobilisasi dan melakukan ADL

(Bohannon: 2006; Shumway-Cook,Brauer&Woolacott: 2000; Kristensen, Foss


&Kehlet: 2007: Podsiadlo& Richardson:1991)
4. GDS
Pengkajian Depresi
Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tdk Hasil
1. Anda puas dengan kehidupan anda saat ini 0 1 0
2. Anda merasabosan dengan berbagai aktifitas dan kesenangan 1 0 1
3. Anda merasa bahwa hidup anda hampa / kosong 1 0 1
4. Anda sering merasa bosan 1 0 0
5. Anda memiliki motivasi yang baik sepanjang waktu 0 1 1
8. Anda takut ada sesuatu yang buruk terjadi pada anda 1 0 0
7. Anda lebih merasa bahagia di sepanjang waktu 0 1 0
8. Anda sering merasakan butuh bantuan 1 0 0
9. Anda lebih senang tinggal dirumah dari pada keluar melakukan 1 0 1
sesuatu hal
10. Anda merasa memiliki banyak masalah dengan ingatan anda 1 0 0
11. Anda menemukan bahwa hidup ini sangat luar biasa 0 1 0
12. Anda tidak tertarik dengan jalan hidup anda 1 0 0
13. Anda merasa diri anda sangat energik / bersemangat 0 1 0
14. Anda merasa tidak punya harapan 1 0 0
15. Anda berfikir bahwa orang lain lebih baik dari diri anda 1 0 0
Jumlah 4
(Geriatric Depressoion Scale (Short Form) dari Yesafage (1983) dalam
Gerontological Nursing, 2006)

Interpretasi : Jika Diperoleh score 5 atau lebih, maka diindikasikan depresi


5. Status Nutrisi
Pengkajian determinan nutrisi pada lansia:
Skrining Skor
Mengalami penurunan asupan makanan lebih dari tiga bulan selama adanya
penurunan nafsu makan, gangguan pencernaan, menelan dan kesulitan menelan
makanan
A
0 = Adanya penurunan asupan makanan yang besar
1 = Adanya penurunan asupan makanan yang sedang 1
2 = Tidak ada penurunan asupan makanan
Mengalami penurunan berat badan selama tiga bulan terakhir
0 = Penurunan BB >3 kg
B 1 = Tidak diketahui
2
2 = Penurunan BB 1-3 kg
3 = Tidak mengalami penurunan BB
Mobilitas
0 = Tidak dapat turun dari tempat tidur / kursi roda
C 1 = Dapat turun dari tempat tidur / kursi roda namun tidak dapat berjalan
2
jauh
2 = Dapat berjalan jauh
Mengalami stres psikologis atau memiliki penyakit akut tiga bulan terakhir
D 0 = Ya
2
2 = Tidak
Mengalami gangguan neuro psikologis
0 = Mengalami demensia atau depresi berat
E
1 = Mengalami demensia ringan 2
2 = Tidak mengalami gangguan neuro psikologis
Indeks massa tubuh (IMT)
0 = IMT< 19
F
1 = IMT 19-21
1 2
2 = IMT 21-23
3 = >23
Jika IMT tidak dapat diukur ganti pertanyaan F1 dengan F2
Jangan menjawab pertanyaan F2 jika pertanyaan F1 sudah terpenuhi
Lingkar betis (cm)
F
0 = jika< 31
2 11
3 = jika> 31
Hasil Skor 11
Risiko mengalami Malnutrisi

Interpretasi:
12-14 : Status gizi normal
8-11 : Resiko mengalami malnutrisi
1.7 : Mengalami malnutrisi
6. Fungsi Sosial Lansia
APGAR KELUARGA DENGAN LANSIA
Alat Skrining yang dapat digunakan untuk mengkaji fungsi sosial lansia

NO URAIAN FUNGSI SKORE


1. Saya puas bahwa saya dapat kembali pada keluarga (teman- ADAPTATION
teman) saya untuk membantu pada waktu sesuatu 2
menyusahkan saya
2. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman)saya PARTNERSHIP
membicarakan sesuatu dengan saya dan mengungkapkan 2
masalah dengan saya
3. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya menerima GROWTH
dan mendukung keinginan saya untuk melakukan aktivitas / 2
arah baru
4. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya AFFECTION
mengekspresikan afek dan berespon terhadap emosi-emosi 2
saya seperti marah, sedih/mencintai
5. Saya puas dengan cara teman-teman saya dan saya RESOLVE
2
meneyediakan waktu bersama-sama
Kategori Skor: TOTAL
Pertanyaan-pertanyaan yang dijawab:
1). Selalu : skore 22). Kadang-kadang : 1
3). Hampir tidak pernah : skore 0
10
Intepretasi:
< 3 = Disfungsi berat
4 - 6 = Disfungsi sedang
> 6 = Fungsi baik
Smilkstein, 1978 dalam Gerontologic Nursing and health aging 2005
7. Pengkajian Kualitas Tidur (PSQI)
KUESIONER KUALITAS TIDUR (PSQI)
1. Jam berapa biasanya anda mulai tidur malam?
2. Berapa lama anda biasanya baru bisa tertidur tiap malam?
3. Jam berapa anda biasanya bangun pagi?
4. Berapa lama anda tidur dimalam hari?
5 Seberapa sering masalah-masalah Tidak 1x 2x ≥3x
dibawah ini mengganggu tidur anda? pernah seminggu seminggu seminggu

a. Tidak mampu tertidur selama 30 menit


1
sejak berbaring
b Terbangun ditengah malam atau terlalu dini
1
.
c. Terbangun untuk ke kamar mandi 1
d Tidak mampu bernafas dengan leluasa
0
.
e. Batuk atau mengorok 0
f. Kedinginan dimalam hari 0
g Kepanasan dimalam hari
0
.
h Mimpi buruk
0
.
i. Terasa nyeri 0
j. Alasan lain ……… 0
6 Seberapa sering anda menggunakan
0
obat tidur
7 Seberapa sering anda mengantuk ketika
2
melakukan aktifitas disiang hari
Tidak Kecil Sedang Besar
Antusias (1) (2) (3)
(0)
8 Seberapa besar antusias anda ingin
menyelesaikan masalah yang anda 3
hadapi
Sangat Baik Kurang Sangat
baik (1) (2) kurang
(0) (3)
9 Pertanyaan pre-intervensi : Bagaimana
kualitas tidur anda selama sebulan yang 0
lalu
Pertanyaan post-intervensi : Bagaimana
kualitas tidur anda selama seminggu 0
yang lalu

Cara perhitungan Skor PSQI dan Interpretasi Skor


KOMPONEN KETERANGAN SKOR

Komponen 1 Skor pertanyaan #9 0


Komponen 2 Skor pertanyaan #2 + #5a
Skor pertanyaan #2 ( <15 menit=0), (16-30
menit=1), (31-60 menit=2), ( >60 menit=3) + skor
0
pertanyaan #5a, jika jumlah skor dari kedua
pertanyaan tersebut jumlahnya 0 maka skornya =
0, jika jumlahnya 1-2=1 ; 3-4=2 ; 5-6=3
Komponen 3 Skor pertanyaan #4 ( >7=0 ; 6-7=1 ; 5-6=2 ; <5=3 ) 0
Komponen 4 Jumlah jam tidur pulas( #4 ) / Jumlah jam ditempat
tidur ( kalkulasi #1 & #3 ) x 100%, ( >85%=0 ; 75- 0
84%=1 ; 65-74%=2 ; <65%=3 )
Komponen 5 Jumlah skor 5b hingga 5j ( bila jumlahnya 0 maka
skornya =0, jika jumlahnya 1-9=1 ; 10-18=2 ; 18- 0
27=3
Komponen 6 Skor pertanyaan #6 0
Komponen 7 Skor pertanyaan #7 + #8, jika jumlahnya 0 maka
0
skornya =0, jika jumlahnya 1-2=1 ; 3-4=2 ; 5-6=3
TOTAL SKOR Jumlah skor komponen 1-7
INTERPRETASI:
JIKA TOTAL SKOR = ≤5 menunjukkan kualitas
0
tidur klien yang BAIK,
JIKA TOTAL SKOR = >5-21 menunjukkan
kualitas tidur klien yang BURUK
ANALISA DATA
Data Etiologi Diagnosa Keperawatan
Data Subyektif : Gizi kurang Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
1. Klien mengatakan tidak nafsu makan Mengambil cadangan kebutuhan tubuh
2. Klien mengatakan bahwa klien hanya makanan dibawah kulit
mampu menghabiskan ¼ porsi
makanan Penyusutan jaringan
3. Klien mengatakan bahwa ia kurang
makan sayur dan jarang makan buah- Badan kurus
buahan
4. Klien mengatakan muncul rasa penuh Nutrisi kurang dari
tiba-tiba setelah makan kebutuhan tubuh
Data Objektif :
1. Gigi tidak lengkap
2. Lidah terdapat sariwan
3. Pola makan : 2x/hr
4. BB sebelumnya : 50 Kg, BB saat ini :
43 Kg
TTV :
5. Nadi : 80x/mnt
6. RR : 16x/mnt
7. Kongjungtiva anemis

Data Subjektif : Gizi kurang Intoleransi Aktivitas


1. Klien mengatakan ia merasa sakit
kepala, pusing dan berkunang- Asupan nutrisi tidak adekuat
kunang jika terlalu banyak aktifitas.
Metabolisme turun
Data Objektif :
1. TD : 100/70 mmHg Energi tidak adekuat
2. Respon abnormal dari tekanan darah
atau nadi terhadap aktifitas Intoleransi aktivitas
3. Pusing atau kelemahan
4. Anoreksia, mual dan muntah
5. Mukosa membrane atau konjungtiva
pucat

Data Subjektif : Gizi buruk Kelemahan


1. Klien mengatakan tidak nafsu makan
2. Klien mengatakan bahwa ia kurang Asupan nutrisi dan protein
makan sayur dan jarang makan buah- tidak adekuat
buahan
Hilangnya massa otot
Data Objektif :
1. Penurunan BB (48g menjadi 45kg) Kelamahan
2. Pusing atau kelemahan ketika terlalu
banyak beaktivitas

Prioritas Diagnosis Keperawatan :


1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (Domain : 2, kelas : 1,
kode : 00002)

3.3 Diagnosa Keperawatan


1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (Domain : 2, kelas : 1,
kode : 00002)
2. Intoleransi aktifitas (Domain : 4, kelas : 3, kode : 00092)
3. Keletihan (Domain : 4, kelas : 3, kode : 00093)
3.4 Intervensi Keperawatan
FORMAT RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Klien : Ny. R
Wisma/ Ruang :
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil / NOC Intervensi /NIC
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang Tujuan : Manajemen Nutrisi (1100):
dari kebutuhan tubuh Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 1. Kaji adanya alergi makanan
Definisi : jam, masalah keperawatan dapat diatasi dengan kriteria 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
Asupan nutrisi tidak cukup untuk hasil : jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
memenuhi kebutuhan metabolic. Status Nutrisi : Nutrisi adekuat 3. Yakinkan diet yang dikonsumsi mengandung
1. Nafsu makan meningkat tinggi serat
2. Berat badan meningkat 4. Ajarkan pasien membuat catatan makanan harian
3. Adanya perubahan pola makan 5. Monitor adanya penurunan BB dan gula darah
4. Konjungtiva normal 6. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama
5. Klien tidak tampak lemah jam makan

2. Intoleransi aktifitas Tujuan : Toleransi Aktivitas (4310) :


Definisi : Setelah dilakukan tndakan keperawatan selama 3x24 1. Mengobservasi adanya pembatasan klien dalam
Ketidakcukupan energy psikologis jam, masalah keperawatan dapat diatasi dengan kriteria melakukan aktvitas
atau fisiologis untuk hasil : 2. Mengkaji adanya faktor yang menyebabkan
mempertahankan atau menyelesaikan Toleransi Terhadap Aktifitas : kelelahan
aktivitas kehidupan sehari-hari yang 1. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai 3. Memonitor nutrisi dan sumber energy yang
harus atau yang ingin dilakukan. peningkatan tekanan darah, nadi dan RR adekuat
2. Mampu melakukan sktivitas sehari-hari (ADLs) 4. Memonitor pasien akan adanya kelelahan fisik
secara mandiri dan emosi secara berlebihan
3. Keseimbangan aktivitas dan istirahat 5. Memonitor respon kardiovaskuler terhadap
aktivitas (takikardi, disritmia, dyspnea,
diaphoresis, pucat dan perubahan hemodinamik)
6. Memonitor pola tidur dan lamanya
3. Keletihan Tujuan : Manajemen Energi (0180) :
Definisi : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 1. Kaji status fisiologis pasien yang menyebabkan
Keletihan terus-menerus dan jam, masalah keperawatan dapat diatasi dengan kriteria kelelahan sesuai dengan konteks usia dan
penurunan kapasitas untuk kerja fisik hasil : perkembangan
dan mental pada tingkat yang lazim. Tingkat kelelahan: 2. Pilih intervensi untuk mengurangi kelelahan baik
1. Tidak ada kelelahan secara farmakologis maupun non farmakologis
2. Selera makan naik 3. Monitor intake/ asupan nutrisi untuk mengetahui
3. ADL tidak terganggu sumber energy yang adekuat
4. Lakukan ROM aktif/pasif untuk menghilangkan
Partisipasi latihan : ketegangan otot
1. Merencanakan latihan dengan tepat dengan tenaga 5. Instruksikan pasien untuk mengenali tanda dan
kesehatan gejala kelelahan yang memerlukan pengurangan
2. Melakukan olah raga dengan teratur aktifitas
Peningkatan Latihan (0200) :
1. Damping individu pada saat mengembangkan
program latihan untuk memenuhi kebutuhannya
2. Libatkan keluarga/orang yang memberi
perawatan dalam merencanakan dan
meningkatkan program latihan
Terapi Latihan : Kontrol Otot (0226) :
1. Evaluasi fungsi sensori (misalnya, penglihatan,
pendengaran dan perabaan)
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Gizi sangat dibutuhkan bagi usia lanjut untuk mempertahankan kualitas
hidupnya. Bagi lanjut usia yang mengalami gangguan gizi diperlukan untuk
penyembuhan dan mencegah agar tidak terjadi komplikasi pada penyakit yang
dideritanya.Gizi merupakan unsur penting bagi kesehatan tubuh dan gizi yang baik
(Darmojo, 2011).
Lansia juga rentan mengalami penyakit iatrogenik yaitu tindakan medis,
terapetik, diagnostik, atau profilaksis apapun, yang secara tidak sengaja
menyebabkan gejala yang membutuhkan terapi, menyebabkan perawatan di rumah
sakit, meningkatkan lama rawat inap di rumah sakit, menyebabkan ketidamampuan
permanen atau perlukaan, atau mengarah pada kematian.
Beberapa penatalaksaan secara umum sindrom geriatrik diantaranya :
a. Pemberian asupan diet protein , vitamin C,D,E dan mineral yang cukup.
b. Pengaturan olahraga secara teratur
c. Pencegahan infeksi dengan vaksin
d. Antisipasi kejadian yang dapat menimbulkan stres
e. Terapi pengobatan pada lansia berbeda dari pasien pada usia muda, karena
adanya perubahan kondisi tubuh yang disebabkan oleh usia, dan dampak
yang timbul dari penggunaan obat-obatan yang digunakan sebelumnya.
4.2 Saran
Perawat membutuhkan pengetahuan mengenai lansia dengan berbagai
kekurangan serta rentan terhadap penyakit salah satunya yaitu Iatrogenesis dan
Inanition (Malnutrisi), dengan mempelajari makalah ini diharapkan mahasiswa
perawat mampu menerapkan Asuhan keperawatan yang baik pada Lansia dengan
masalah Inanition (Malnutrisi).
DAFTAR PUSTAKA

Boedhi, Darmojo, R. (2011).Buku Ajar Geriatic (Ilmu Kesehatan Lanjut Usia) edisi ke-
4.Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Darmono,B . 2010. Geriatri, Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Edisi 4. Balai penerbit
FK UI. Jakarta.
Guigoz, Y. (2006). The mini nutritional assessment (MNA®) review of the literature-
what does it tell us?. Journal of Nutrition Health and Aging, 10(6), 466.
Kozier, B., et al. 2004. Fundamental of Nursing: Concepts, Process and
Practice. (7th ed). New Jersey: Prentice -Hall, Inc.
Kuswardhani, RAT. 2011. Relationship between age and metabolic disorders in the
population of Bali. Journal of Clinical Gerontology and Geriatrics Volume
2, Issue 2, June 2011, Pages 47-52.
Meridean,L., Maas et al, 2011. Asuhan Keperawatan Geriatrik: Diagnosis Nanda,
Kriteria Hasil NOC dan Intervensi NIC. Jakarta: EGC.
Stanley, Mickey.2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai