Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN SINDROMA

GERIATRI INFECTION DAN IMUNODEFICIENCY


Ariestika Baktian Hapsari 132111123013
PADA LANSIA
Iffah Ismiyah 132111123014
Rochimi 132111123015
Margaretha Nabutaek 132111123035
Stefania Hoar 132111123036
Aprilina Selvince Bulu 132111123037
Infeksi berarti keberadaan mikroorganisme di dalam
jaringan tubuh “host”, dan mengalami replikasi. Infeksi
merupakan interaksi antara kuman (agent), host (pejamu, INFEKSI
dalam hal ini adalah lansia) dan lingkungan.

faktor predisposisi / faktor resiko yang menyebabkan


seorang usia lanjut mudah terkena infeksi, antara lain :
1. Faktor hospes
2. Faktor agent
3. Faktor lingkungan
FAKTOR INFEKSI PADA LANJUT USIA

 Faktor Nutrisi
 Faktor Imunitas Tubuh
 Faktor Perubahan Fisiologik
 Faktor Terdapatnya Berbagai Proses Patologik
MANIFESTASI INFEKSI PADA USIA LANJUT
1) Terdapat peningkatan suhu menetap > 2°F
2) Terdapat peningkatan suhu oral > 37,2°C atau rektal > 37,5°C
3) Gejala tidak khas

4) Gejala nyeri yang khas pada apendisitis akut, kolesistitis akut, meningitis, dll
sering tidak dijumpai. Batuk pada pneumonia sering tidak dikeluhkan, mungkin
oleh penderita dianggap batuk “biasa” (Fox, 1988; Hadi Martono 1992, 1993).
5) Gejala akibat penyakit penyerta (ko-morbid) Sering menutupi, mengacaukan
bahkan menghilangkan gejala khas akibat penyakit utamanya (Hadi Martono,
1993; Yoshikawa, 1986; Smith, 1980).
JENIS INFEKSI PADA USIA LANJUT
Pneumonia
Penyebab kematian utama karena infeksi pada usia lanjut, sehingga dinyatakan sebagai the old men’s friend

Infeksi saluran kemih Penyebab terbanyak terjadinya bakteremia/sepsis pada lansia

Infeksi intra abdominal


Gangren apendiks dan vesika felea terbanyak pada lansia, di vertikulitis terdapat terutama pada lansia

Infeksi jaringan lunak Dekubitus dan luka pasca operasi tersering terjadi pada lansia

Bakteremia/sepsis
Dari semua kasus 40% terjadi pada lansia, mengakibatkan 60% kematian

Endokarditis infektif Meningkat prevalensinya pada lansia

Tuberkulosis
Peningkatan kasus secara mencolok pada lansia, termasuk yang berada di panti werdha

Atritis septika
Adanya penyakit sendi yang mendahului menyebabkan peningkatan resiko pada lansia

Tetanus Di AS, 60% dari semua kasus tersering pada lansia

Herpes zoster
Prevalensi meningkat seiring dengan penuaan, neuralgia pasca herpetic sering timbul pertama pada usia lanjut
Infeksi saluran kemih (ISK)
1. Urinalisis jika terdapat leukosuria positif, hematuria
2. Kultur urin untuk menentukan organisme spesifik PEMERIKSAAN
3. Hitung koloni: menghitung kalori per mm urin dari urin tampun PENUNJANG
alirantengah atu dari specimen dalam kateter dianggap sebagai
kriteria utama adanya infeksi

4. Metode tes: terdapat bebrapa ter seperti tes distick


multistri[ untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes griess
untuk pengurangan nitrit ).
1. Pengkajian
KONSEP
a. Anamnesa : ASUHAN
1) Identitas / data demografi KEPERAWATAN
2) Riwayat penyakit sekarang INFEKSI
3) Riwayat penyakit keluarga
b. Pemeriksaan fisik integmen :
4) Warna
5) Kelembaban
6) Suhu
7) Turgor
8) Lesi
9) Edema
10)kuku
Diagnosa keperawatan

1. Nyeri akut b.d kerusakan saraf perifer


2. Hipertermia b.d proses inflamasi
3. Kerusakan integritas kulit b.d kerusakan struktur lapisan dermis
4. Gangguan citra tubuh b.d lesi dan perubahan struktur kulit
Nyeri akut b.d kerusakan saraf perifer
NOC dan kriteria hasil NIC Rasional
Manajemen Nyeri (1400) Manajemen Nyeri (1400)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24
jam diharapkan nyeri klien hilang, dengan  Kaji nyeri secara komprehensif yang  Untuk mengetahui intensitas dan skala nyeri
kriteria hasil: meliputi lokasi, onset/durasi, intensitas nyeri, klien.
 
 Observasi reaksi nonverbal dari rekasi  Membantu perawat dalam mengetahui keadaan
 
ketidaknyamanan klien. ketidaknyamanan klien.
Tingkat Nyeri (2102)
 Gunakan komunikasi terapeutik untuk  Dengan teknik komunikasi terapeutik secara
 Skala nyeri yang dilaporkan klien o mengetahui pengalaman nyeri klien. tidak langsung bisa mengurangi rasa nyeri
(210201/V)  kontrol lingkungan yang dapat menpenagruhi klien.
 Klien tidak tampak merintih kesakitan nyeri seperti suahu ruangan, pencahayaan, dan  Menciptakan lingkungan yang nyaman untuk
(210206/V) kebisingan. klien.
 Tekanan darah klien normal: 120/80  Ajarkan teknik non farmakologi seperti  Untuk mengalihkan rasa nyeri klien.
mmHg (210212/V) relaksasi, terapi musik, distraksi.  Pemberian analgesik untuk menurunkan nyeri
 Berkolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk klien.
 Berkolaborasi dengan dokter untuk dilakukan
pengobatan lanjutan.
IMUNODEFISIENSI
Imunodefisiensi adalah keadaan dimana terjadi penurunan
atau ketiadaan respon imun normal. Keadaan ini dapat
terjadi secara primer, yang pada umumnya disebabkan oleh
Pengertian
kelainan genetic yang diturunkan, serta secara sekunder
akibat penyakit utama lain seperti infeksi, pengobatan
kemoterapi, sitostatika, obat-obatan imunosupresan
(menekan system kekebalan tubuh) atau pada usia lanjut
dan malnutrisi (kekurangan gizi).
a. Immunodefisiensi Primer

Para peneliti telah mengidentifikasi lebih dari 150 jenis


Klasifikasi
immunodefisiensi primer. Immunodefisiensi dapat
mempengaruhi limfosit B, limfosit T, atau fagosit.

b. Immunodefisiensi Sekunder

Penyakit ini berkembang umumnya setelah seseorang


mengalami penyakit. Penyebab yang lain termasuk akibat
luka, kurang gizi atau masalah medis lain. Sejumlah obat-
obatan juga menyebabkan gangguan pada fungsi kekebalan
tubuh.
Beberapa penyebab dari defisiensi imun yaitu :
1. Penyakit keturunan dan kelainan metabolism
Etiologi
2. Bahan kimia dan pengobatan yang menekan system
kekebalan
3. Infeksi
4. Penyakit darah dan kanker
5. Pembedahan dan trauma
1. Pola hidup sehat untuk melindungi dari infeksi
2. Pengobatan infeksi virus dan bakteri dengan antivirus ataupun antibiotic Penatalaksanaan
3. Terapi pengganti immunoglobulin, bisa melalui IV atau injeksi medis
subkutan. IV lebih menguntungkan dan efektif walaupun tindakan
hanya bisa dilakukan dirumah sakit.

4. Pengobatan terbaik kekurangan sel T adalah transplantasi sum-sum


tulang belakang dari donor yang cocok

5. Pengobatan lain yang masih dalam fase eksperimen termasuk, sitosin,


transplantasi thymic, terapi gen dan transplantasi sel induk
Konsep dasar asuhan
1. Pengkajian keperawatan dengan
a. Biodata imunodefisiesi pada
b. Keluhan utama lansia
 
c. Riwayat penyakit sekarang
d. Riwayat penyakit sebelumya
e. Riwayat penyakit keluarga dan sosial
f. Aktivitas/istirahat
g. Sirkulasi
h. Eliminasi
i. Makanan/cairan
2. Pemeriksaan fisik imunodefisiensi
Inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi
Diagnosa dengan masalah imunodefisensi

1. Risiko infeksi b.d imunodefiensi

• Definisi: Rentan mengalami invasi atau multiplikasi organisme patogenik yang


dapat mengganggu kesehatan.
• Domain 11. Keamanan/Perlindungan, Kelas 1. Infeksi. Kode 00004.
2. Kekurangan volume cairan d.b proses penyakit (hipertermia)

• Definisi : Penurunan cairanintravaskular, interstisial, dan/atau interselular. Ini


mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan saja tanpa perubahan kadar natrium.
• Domain 2. Nutrisi, Kelas 5. Hidrasi. Kode 00027
Risiko infeksi b.d imunodefiensi
NOC dan kriteria hasil NIC Rasional
kontrol infesi (5640) kontrol infesi (5640)
Setelah dilakukan tindakan
- Memberi nutrisi adekuat untuk meningkatkan daya
keperawatan selama 2 X 24 • Intake nutrisi yang sesuai
tahan tubuh
diharapkan pasien mampu • Memotivasi klien untuk instirahat
- Menghindari metabolism tubuh berlebih
mengontrol risiko : proses infeksi • Memberikan terapi antibiotic yang
- Memberi antibiotic untuk mencegah terjadinya
(1924) domain IV kelas T: sesuai
infeksi
(192421) melakukan tindakan • Mengajarkan pasien atau keluarga - Memberikan tindakan secepat dan sesuai
segera untuk mengurangi risiko untuk melaporkan tanda gejala nfeksi
(192409) memonitor factor • monitor tnda-tanda vital
dilingkungan yang
berhubungan dengan risiko infeksi
ASUHAN KEPERAWATAN

Anda mungkin juga menyukai