Anda di halaman 1dari 23

Difteri

Definisi

Difteria merupakan penyakit


akut yang disebabkan oleh toksin
dari bakteri coeynebacterium
diphtheriae. Difteria merupakan
penyakit yang sering
menyebabkan kematian.
Epidemiologi

Difteria merupakan penyakit yang sering menyebabkan kematian. Namun sejak


mulai diadakannya program imunisasi DPT (diindonesia pada tahun 1974), maka
kasus dan kematian akibat difteria berkurang sangat banyak. Angka mortalitas
berkisar 5-10%,sedangkan angka kematian di indonesia menurut laporan Parwati
S. Basuki yang di dapatkan dari rumah sakit di kota jakarta (RSCM), bandung
(RSHS), makasar (RSWS),semarang (RSK) dan palembang (RSMH) rata-rata
sebesar 15%.
Manifestasi klinis

Tergantung pada berbagai faktor, manifestasi


penyakit ini bisa bervariasi dari tanpa gejala
sampai keadaan berat dan fatal. Sebagai faktor
primer adalah imunitas pejamu, virulensi serta
toksigenitas C. diphteriae (kemampuan kuman
membentuk toksin) dan lokasi penyakit secara
anatomis. Difteria mempunyai masa tunas 2-6
hari.
Etiologi
Penyakit difteria disebabkan oleh bakteri corynebacterium diphtheriae. Difteria berasal
dari bahasa yunani,diphtera leather hide (kulit yang tersembunyi). Penyakit ini
mempunyai dua bentuk yaitu :
Tipe respirasi,yang disebakan oleh strain bakteri yang memproduksi toksin (toksigenik).
Tipe kutan, yang disebabkan oleh strain toksigenik maupun yang nontoksigenik.
Patofisiologi

 Kuman berkebangbiak pada saluran nafas atas dan dapat juga


pada vulva,kulit,mata walaupun jarang terjadi
 Kuman membentuk pseudomembran dan melepaskan estoksin.
Pseu membran timbul lokal dan menjalar dari faring,laring dan
saluran nafas atas
 Eksotoksin bila mengenai otot jantung akan mengakibatkan
terjadinya miokarditis dantimbul mralisis otot-otot pernafasan
bila mengenai jaringan saraf
 Sumbatan pada jalan nafas sering terjadi akibat dari
pseudomembran pada laring dan trakea clan dapat
menyebabkan kondisi yang fatal
Corynebacterium diphteriae
Kontak langsung dengan oarang yg terinfeksi atau barang yang terkontaminasi

Masuk kedalam tubuh melalui saluran pencernaan


atau pernafasan

Aliran sistemik

Masa inkubasi 2 5 hari

Mengeluarkan toksin
(eksotoksin)
faring
Nasal Tonsil/laring

Tenggorokan sakit
Peradangan mukosa demam, anorexsia,
hidung (flu, sekret, lemah, membran Demam,sesak
hidung serosa) bewarna putih atau nafas,suara sesak,
abu-abu, limfadenitis,t obstruksi jalan
oxemia, syok septik nafas, sianosis
Komplikasi
1. Miokarditis (minggu kedua)
2. Neuritis
3. Bronkopneumonia
4. Nefritis
5.Paralisis
 
Penularan
Penularan penyakit ini melalui
droplet saat penderita batuk,bersin
dan berbicara. Akan tetapi debu atau
muntahan juga bisa menjadi media
penularan. Masa inkubasinya adalah
2-5 hari. Carrier adalah orang
terinfeksi bakteri pada hidung atau
tenggorok tetapi tidak mengalami
gejala penyakit.
Tanda dan Gejala
Terdapat peradangan pada tenggorok,demam yang tidak
tinggi,dan pembengkakan leher (khas difteria:’bull neck’)
serta terjadi pembentukan membran (pseudomembrane)
keputihan pada tenggorok atau tonsil yang mudah
berdarah apabila dilepas. Peradangan dapat menyebabkan
kematian dengan menyumbat saluran napas. Komplikasi
dapat trjadi karena efek toksin dari kuman yang
menyerang saraf menyebabkan kelumpuhan dan
menyerang jantung menyebabkan miokarditis.
Penatalaksanaan medis
Pemberian
anti difteri
serum (ADS)
Pemberian
antibiotika
Terapi suportif lainnya

Golongan makrolid Prosedur bedah

Golongan penisilin Penanganan kontak erat

Penanganan pada fase


Kartikosteroid
konvalesens
Terapi
oksigen
Penatalaksanaan keperawatan

Tenaga kesehatan yang memeriksa penderita difteri harus sudah memiliki imunisasi
lengkap
Pada saat memeriksa tenggorok,gunakan masker bedah,pelindung mata dan topi
Apabila kontak langsung dengan penderita (jarak<1 meter), gunakan masker bedah,sarung
tangan,gaun,dan pelindung mata
Saat mengambil spesimen gunakan masker bedah,pelindung mata,topi,baju pelindung dan
sarung tangan
Saat melakukan tindakan yang menimbulkan aerolisasi (intubasi,bronkoskopi, dianjurkan
untuk menggunakan masker N95
Pembersihan permukaan lingkungan dengan disinfektan
Petugas kesehatan dan masyarakat harus menerapkanetika batuk
Bagi penderita yang harus didampingi keluarga,maka pendamping harus menggunakan alat
pelindung diri (masker bedah dan gaun) serta melakukan kebersihan tangan .
Pengobatan
Pasien harus dirawat di
ruang isolasi rumah sakit
untuk menghindari
penularan ke pasien lainnya.
Pencegahan
Pencegahan dilakukan dengan memberikan imunisasi DPT (difteria, perfusis, dan tetanus) pada
bayi, dan vaksin DT (difteria, tetanus) pada anak usia sekolah dasar. Suatu penelitian melaporkan
bahwa pada golongan anak yang diimunisasi terjadi infeksi ringan sebanyak 81,3%, infeksi
sedang 16,4%, dan infeksi berat hanya 2,3%, sedangkan pada anak yang tidak diimunisasi terjadi
infeksi ringan sebanyak 19,0%, infeksi sedang 21,5%, dan infeksi berat 59,5%. Mortalitas pada
anak yang tidak diberi imunisasi empat kali lebih besar dibandingkan anak yang diberi imunisasi.
Anatomi
1. Hidung
Hidung terdiri atas kerangka tulang dan tulang rawan
yang dilapisi jaringan ikat dan kulit. Hidung terbagi
atas kavum nasi kiri dan kanan oleh septum.
Luas permukaannya diperbesar oleh tiga tonjolan dari dinding lateral yaitu: 1.
Konka superior 2. Media 3. Inferior Sebagian besar rongga hidung dilapisi epitel
kolumnar bersilia, sel Goblet, dan sel basofil kecil  pada dasar epitel, yang
dianggap sebagai sel induk. Pada manusia, jumlah sel Goblet berangsur
 bertambah dari anterior ke posterior.
2. Faring
Nasofaring dilapisi oleh epitel respirasi pada bagian yang berbatasan dengan
palatum mole, sedangkan orofaring dilapisi epitel tipe skuamosa / pipih
3. Laring
Laring merupakan bagian yang menghubungkan faring
dengan trakea.
 
 
 
 
 
Pengkajian
Pengkajian Pemeriksaan fisik
1. Identitas pasien, identitas orang tua
(nama,umur,jenis kelamin,suku 1. Kepala
bangsa,agama,tanggal MRS,tanggal 2. Mata
pengkajian,no.registrasi,diagnosa) 3. Telinga
2. Reaksi elergi, reaksi obat
4. Hidung
3. Riwayat kesehatan
5. Mulut
4. Riwayat kesehatan sekarang
5. Riwayat kesehatan dahulu
6. Leher
6. Riwayat kesehatan keluarga 7. Kulit
7. Riwayat tumbang pada anak 8. Dada
8. Prenatal care 9. Ekstremitas
9. Intranatal care 10. TTV
10. Postnatal care
11. Abdomen
11. Riwayat imunisasi
12. Genetalia
B. Analisa data
Data objektif :
Data subjektif :
 
 
C.  Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermia b.d sepsis
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
ketidakmampuan makan
3. Kurang pengetahuan b.d tidak mengetahui sumber informasi
 
Intervensi
No Dx Noc Nic
1. Hipertermia Termoregulasi Perawaan demam
Batasan 1. Peningkatan suhu kulit 1. Pntau suhu dan tanda-tanda
karakteristik: dipertahankan pada berat (1) vital lainnya
Kulit terasa hangat ditingkatkan ke tidak ada (5) 2. Monitor warna kulit dan suhu
Kulit kemerahan 2. Hipertermia dipertahankan 3. Monitor asupan dan keluaran
Gelisah pada berat (1) ditingkatkan ke sadari perubahan kehilangan
Faktor hubungan tidak ada (5) cairan yang tak dirasakan
Sepsis 3. Penurunan suhu kulit Manajemen cairan
dipertahankan pada berat (1) 1. Jaga intake atau asupan yang
ditingkatkan ke tidak ada (5) akurat dan catan aouput pasien
2. Monitor status hidrasi
3. Berikan cairan dengan tepat
Manajemen pengobatan
1. Tentukan obat apa yang
diperlukan dan kelola menurut
resep dan atau protokol
2. Monitor efektifitas cara
emberian obat yang sesuai
3.Monitor pasien mengenai efek
terapeutik obat
2. Ketidak seimbangan Status nutrisi Manajemen gangguan makan
nutrisi: Kurang dari 1. Asupan gizi Aktivitas:
kebutuhan tubuh dipertahankan pada 1. Rundingkan dengan tim dan
Batasan karakteristik: sangat menyimpang dari klien untuk mengatur target
1. Kurangnya minat pada rentangan normal (1) pencapaian berat badan klien
makanan ditimgkatkan ke tidak tidak berada dalam rentang
2. Membran mukosa pucat menyimpang dari rentang berat badan yang
3. Penurunan berat badan normal (5) direkomendasikan sesuai umur
dengan asupan makan yang 2. Asupan cairan dan bentuk tubuh
adekuat dipertahankan pada 2. Dorong klien untuk
Faktor yang berhubungan sangat menyimpang dari mendiskusikan makanan yang
Ketidakmampuan mencerna rentangan normal (1) disukai bersama dengan ahli
makanan ditimgkatkan ke tidak gizi
menyimpang dari rentang 3. Monitor intake/asupan dan
normal (5) asupan cairan secara tepat
3. Rasio berat Manajemen nutrisi
badan/tinggi badan Aktivitas:
dipertahankan pada 1. Tentukan status gizi pasien
sangat menyimpang dari dan kemampuan pasien untuk
rentangan normal (1) memenuhi kebutuhan gizi
ditimgkatkan ke tidak 2. Identifikasi adanya alergi da
menyimpang dari rentang intoleransi makanan yang
normal (5) dimiliki pasien
  3. Tentukan apa yang menjadi
3. Defisiensi pengetahuan Pengetahuan: manajemen penyakit Pengajaran proses
Batasan karakteristik: akut penyakit
Kurang pengetahuan 1. Tanda dan gejala penyakit Aktivitas:
Faktor yang berhubungan dipertahankan pada tidak ada 1. Kaji tingkat
Kurang informasi pengetahuan (1) ditingkatkan ke pengetahuan pasien
pengetahuan sangat banyak (5) terkait dengan proses
2.Strategi untuk mencegah penyakit yang
komplikasi dipertahankan pada spesifik
tidak ada pengetahuan (1) 2. Jelaskan tanda
ditingkatkan ke pengetahuan gejala yang umum
sangat banyak (5) dari penyakit sesuai
3. Pentingnya mematuhi rejimen kebutuhan
pengobatan dipertahankan pada 3. Jelaskan mengenai
tidak ada pengetahuan (1) proses penyakit sesuai
ditingkatkan ke pengetahuan kebutuhan
sangat banyak (5)
Terima kasih 

Anda mungkin juga menyukai