Anda di halaman 1dari 8

A.

Pengertian
Tuberculosis paru adalah penyakit infeksi pada paru yang disebabkan oleh
mycobacterium tuberculosis, yaitu suatu bakteri tahan asam (Suriadi & Yulianni, 2011).
Tuberculosis adalah penyakit infeksi pada manusia yang disebabkan oleh basil tuberkel
mamalia (Mycobacterium tuberculosis, M. bovis) (Rudolph, 2014).
Tuberculosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri mycobacterium
tuberculosis, umumnya menginfeksi paru-paru, walaupun dapat pula menginfeksi organ
lainnya. (Harnawati, 2009, paragraf : 1). Penulis menyimpulan Penyakit TBC adalah
suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosa yang
dapat menginfeksi paru-paru, organ pencernaan, sistem urinaria, dan organ-organ lain
yang bisa menyebabkan kematian.

B. Etiologi
Penyebab Tuberkulosis paru adalah:
1. Mycobacterium tuberculosa
2. Mycobacterium bovis
Faktor-faktor yang menyebabkan seseorang terinfeksi oleh mycobacterium
tuberculosis:
1. Herediter: resistensi seseorang terhadap infeksi kemungkinan diturunkan
secara genetik
2. Jenis kelamin: pada akhir masa kanak-kanak dan remaja, angka kematian
dan kesakitan lebih banyak pada anak perempuan
3. Usia: pada masa bayi kemungkinan terinfeksi sangat tinggi
4. Pada masa puber dan remaja di mana terjadi masa pertumbuhan yang
cepat, kemungkinan infeksi cukup tinggi karena diit yang tidak adekuat.
5. Keadaan stress: situasi yang penuh stress (injury atau penyakit, kurang
nutrisi, stress emosional, kelelahan yang kronik)
6. Meningkatnya sekresi steroid adrenal yang menekan reaksi inflamasi dan
memudahkan untuk penyebarluasan infeksi
7. Anak yang mendapatkan terapi kortikosteroid kemungkinan terinfeksi lebih
mudah
8. Nutrisi: status nutrisi yang kurang
9. Infeksi berulang: HIV, measles, pertusis
10. Tidak mematuhi aturan pengobatan.
C. Patofisiologi
Bakteri menyebar melalui jalan napas alveoli, dimana pada daerah tersebut
bakteri bertumpuk dan berkembang biak. Penyebaran basil ini bisa juga melalui sistem
limfe dan aliran darah kebagian tubuh lainnya (ginjal, tulang, korteks serebri) dan area
lain dari paru (lobus atas). Sistem kekebalan tubuh berespons dengan inflames neutrofil
dan makrofag memfagositosis (menelan) bakteri. limfosit yang spesifik terhadap
tuberculosis menghancurkan (melisiskan) basil dari jaringan normal. reaksi jaringan ini
menyebabkan terakumulasinya eksudat dalam alveoli dan terjadilah bronco pneumonia.
Infeksi awal biasanya timbul dalam waktu 2-10 minggu setelah terpapar. masa jaringan
baru disebut granuloma, yang berisi gumpalan basil yang hidup dan yang sudah mati,
dikelilingi oleh makrofag yang membentuk dinding. granuloma berubah bentuk menjadi
masa jaringan fibrosa. bagian tengah dari masa tersebut disebut ghon thubercle. materi
yang terdiri atas makrofag dan bakteri menjadi nekrotik, membentuk perkijuan
(necrotizing caseosa). Setelah itu akan terbentuk klasifikasi, membentuk jaringan
kolagen. bakteri menjadi non aktif (Muttaqien, 2008 ).
Penyakit akan berkembang menjadi aktif setelah infeksi awal, karena respons
system yang tidak adekuat. Penyakit aktif dapat timbul akibat infeksi ulang atau aktifnya
kembali bakteri yang tidak aktif. Pada kasus ini terjadi ulserasi pada ghon tubercle, dan
akhirnya menjadi perkijauan. tuberke yang ulserasi mengalami proses penyembuhan
membentuk parut. Paru-paru yang terinfeksi kemudian meradang mengakibatkan
broncopneumonia. pembentukan tuberkel dan seterusnya. Pneumonia saluran ini dapat
sembuh dengan sendirinya. proses ini berjalan terus dan basil terus difakosit
(berkembang biak didalam sel). basil sel juga menyebar melalui getah bening. makrofag
yang mengandung infiltasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu membentuk sel
tuberkel epiteloit yang dikelilingi oleh limfosit (membutuhkan 10-20 hari). daerah yang
mengalami nekrosis serta jaringan granulasi yang dikelilingi sel epitoloid dan vibrolat
akan menimbulkan respons yang berbeda dan akhirnya membentuk kapsul yang
dikelilingi oleh tuberkel (Muttaqien, 2008).
D. Patwhay

E. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala Tuberkulosis paru adalah:
1) Demam, malaise, anoreksia, berat badan menurun, kadang-kadang batuk (batuk
tidak selalu ada, menurun sejalan dengan lamanya penyakit), nyeri dada,
hemoptysis.
2) Gejala lanjut (jaringan paru sudah banyak yang rusak): pucat, anemia, lemah, dan
berat badan menurun.
3) Permulaan tuberkulosis primer biasanya sukar diketahui secara klinis karena
mulainya penyakit secara perlahan. Kadang-kadang tuberkulosis ditemukan pada
anak tanpa gejala atau keluhan.
Tetapi secara rutin dengan uji tuberculin dapat ditemukan penyakit tersebut.
Gejala tuberkulosis primer dapat berupa demam yang naik turun selama 1 - 2 minggu
dengan atau tanpa batuk dan pilek gambaran klinisnya: demam, batuk, anoreksia, dan
berat badan menurun. (Suriadi & Yulianni, 2012)
Gejala sistemik/umum :
1) Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari
disertai keringat malam.
2) Penurunan nafsu makan dan berat badan.
3) Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).
4) Perasaan tidak enak (malaise), lemah.(Marwoto, 2009).

F. Komplikasi
Menurut Suriadi & Yulianni (2011). Akibat lanjut yang terjadi pada tuberkulosis
paru adalah :
1) Meningitis
2) Spondilitis
3) Bronchopneumonia
4) Atelektasis
G. Pemerikasaan Diagnostik
1. Pemeriksaan fisik.
2. Riwayat penyakit: Riwayat kontak dengan individu yang terinfeksi penyakit.
3. Reaksi terhadap tes tuberkulin: Reaksi tes positif (diameter = 5 mm).
4. Radiologi: Terdapat kompleks primer dengan atau tanpa perkapuran pembesaran
kelenjar paratrakeal, penyebaran milier, penyebaran bronkogen, atelektasis,
pleura dengan efusi.
5. Kultur sputum: Kultur lambung atau sputum, cairan pleura, urin, cairan
serebrospinal, cairan nodus limfe ditemukan basil tuberculosis.
6. Patologi anatomi dilakukan pada kelenjar getah bening, hepar, pleura,
peritoneum, kulit ditemukan tuberkel dan basil tahan asam.
7. Uji BCG: Reaksi positif jika setelah mendapat suntikan BCG langsung terdapat
reaksi lokal yang besar dalam waktu < 7 hari setelah penyuntikan.
8. Infeksi TB: hanya diperlihatkan oleh skin tes tuberkulin positif.
9. Penyakit TB: gambaran radiologi positif, kultur sputum positif dan adanya gejala-
gejala penyakit.
H. Penatalaksanaan
Obat Anti TB (OAT). Pengobatan TB dilakukan melalui 2 fase, yaitu :
1) Fase awal intensif, dengan bakterisid untuk memusnahkan populasi kuman yang
membelah cepat.
2) Fase lanjutan, melalui kegiatan sterilisasi kuman pada pengobatan jangka pendek
dan kegiatan bakteriostatik pada pengobatan konvensional.
I. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a) Data dasar : Riwayat keperawatan (riwayat kontak dengan individu yang
terinfeksi, penyakit yang pernah diderita)
b) Respirasi : Batuk selama lebih dari 3 minggu (disertai dengan darah), bila
terjadi sumbatan sebagian bronchus (saluran yang menuju paru-paru)
akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan
menimbulkan suara “mengi”, suara napas melemah yang disertai sesak. Bila
ada cairan di rongga pleura (pembungkus paru-paru) dapat disertai dengan
keluhan sakit dada.
c) Integumen : Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya
dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan
demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
d) Gastrointestinal : Penurunan nafsu makan dan berat badan.
e) Aktivitas/istirahat: Kelemahan, perasaan tidak enak (malaise) kesulitan tidur
pada malam atau demam malam hari, menggigil dan/atau berkeringat.
f) Neurologist : Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus
otak) dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak). Gejalanya
adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
g) Muskuloskeletal : Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti
infeksi tulang.
2. Diagnosa Keperawatan

a. Resiko penyebaran infeksi b.d organisme virulen


Hasil yang diharapkan: Penyebarluasan infeksi dapat dicegah
Intervensi Rasional
Tempatkan anak pada ruang Mencegah terjadinya penyebarlu
khusus asan infeksi
1) Pertahankan isolasi yang
2) Pertahankan isolasi yang kurang
ketat di rumah sakit pada ketat dapat menimbulkan terjadinya
anak dengan TB akif infeksi nosokomial
3) Gunakan prosedur
4) Proteksi diri terhadap penularan
perlindungan infeksi jika
melakukan kontak dengan
anak
5) Lakukan uji tuberculin dan
6) Mengetahui sejauh mana penye
memberikan penilaian hasil barluasan infeksi terjadi
uji tersebut, mengambil
bahan untuk pemeriksaan
bakteri
7) Berikan antituberkulosis
8) Pengobatan antituberculosis se
sesuai order cara teratur dapa

b. Inefektif pada nafas b.d adanya, infeksi jalan napas dan nyeri dada
Hasil yang diharapkan : Pola napas efektif
Intervensi Rasional
Kaji ulang status pernapasan Pengkajian yang sering menjamin
(irama, kedalaman, suara fungsi pernapasan yang adekuat
napas, penggunaan otot bantu
pernapasan, barnapas melalui
mulut)
Kaji ulang tanda-tanda vital Tanda-tanda vital bisa saja berubah
(denyut nadi, irama dan setiap saat sesuai dengan kondisi
frekuensi) klien
Berikan posisi tidur semi Mempertahankan terbukanya jalan
fowler/fowler napas dan memudahkan pernapa
san dengan menurunkan tekanan
pada diagfragma.
Bantu klien untuk melakukan Mungkin terjadi kelemahan akibat
aktivitas sehari-hari sesuai kurangnya asupan O2
dengan kemampuan
Anjurkan anak untuk banyak Untuk mengencerkan sekret
minum
Berikan oksigen sesuai indikasi Oksigen membantu mengurangi
kegelisahan karena kesukaran per
napasan dan hipoksia
Berikan obat-obatan yang Obat seperti bronkodilator dapat
dapat meningkatkan efektifnya menanggulangi spasme otot
jalan napas
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif. (2011). Buku Ajar : Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta : Salemba Medika.

Mansjoer, A. (2000). Kapita selekta kedokteran. Jakarta : EGC

Muttaqien, A. (2008). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem


Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika

Suyono. (2004). Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai